ula power point

15
UPAYA PROMOSI KESEHATAN DALAM PENANGGULANGAN PENYAKIT FILARIASIS DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS OME KECAMATAN TIDORE UTARA KOTA TIDORE KEPULAUAN TAHUN 2009 Oleh AMRULLAH HASAN 12105 10104 05 054 FAKULTAS ILMU KESEHATAN MASYARAKAT UNNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALUKU UTARA (UMMU) TERNATE TAHUN 2009

Upload: oncho-chellalluu-chaiyank-ko

Post on 22-Jul-2015

94 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

UPAYA PROMOSI KESEHATAN DALAM PENANGGULANGAN PENYAKIT FILARIASIS DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS OME KECAMATAN TIDORE UTARA KOTA TIDORE KEPULAUAN TAHUN 2009Oleh AMRULLAH HASAN 12105 10104 05 054

FAKULTAS ILMU KESEHATAN MASYARAKAT UNNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALUKU UTARA (UMMU) TERNATE TAHUN 2009

A. Latar BelakangBadan Kesehatan Dunia (WHO), mengumumkan bahwa beberapa negara berkembang seperti India, Nigeria, Bangladesh dan Indonesia, masih rawan terhadap perkembangan penyakit Filariasis atau Kaki Gajah. WHO mencermati bahwa penyakit Kaki Gajah ini masih harus diwaspadai karena diperkirakan sekitar 120 juta orang yang berada di negara tropis dan subtropis terinfeksi penyakit tersebut. WHO mencatat filariasis sebagai penyebab cacat nomor dua di dunia, setelah penyakit kelainan mental. Karena itulah, sebagai badan kesehatan dunia. WHO berkepentingan memberantas penyakit ini. WHO menetapkan tenggat waktu hingga 2020 untuk mengenyahkan filariasis dari muka bumi.

SAMBUNGAN ..... Berdasarkan data yang diperoleh dari Dinas kesehatan Kota Tidore Kepulauan tercatat 2 kasus kronis dan dari hasil survei darah jari dinyatakan 7 orang telah positif terinfeksi cacing filarial.

B. Hasil dan pembahasan1. Karakteristik Informan Penelitian ini dilakukan di puskesmas Ome Kota Tidore Kepulauan sejak tanggal 21 Desember sampai 17 Februari 2010. Dalam, penelitian informan yang ditetapkan sebanyak 4 orang terdiri dari Kepala Puskesmas, Petugas promosi, Kabid P2M, dan Pemerintah Kota sebagai informan kunci dalam hal ini Dinas Kesehatan yang membawahi program filariasis semuanya didapatkan melalui wawancara mendalam (indepth interview) serta dilakukan triangulasi sumber dengan tujuan untuk mengkroscek kebenaran data dari informan yakni sebanyak 2 orang yakni Bidan Desa dan Kepala Kelurahan. Sehingga keseluruhan didapatkan 6 orang informan yang terdiri dari seorang laki-laki dan 5 orang perempuan.

2. Hasil dan pembahasan 1. pemberdayaan a. Pemberdayaan yang di lakukan Untuk mengetahui upaya pemberdayaan yang dilakukan oleh puskesmas ome dalam upaya penanggulangan filariasis dapat dilihat dari hasil wawancara sebagai berikut :

kita adakan pembinaan-pembinaan lewat kader, kalu kegiatan lain lewat penyuluhan...Informan kunci mengatakan :

(Wawancara MS, 11-1-2010)

...lewat pengobatan masal kalu masyarakat umum 1 tahun minum satu kali saja sedangkan penderita satu tahun minum obat selama 10 hari...trus ada perawatan diri seperti ada luka ka apa kita kase tunjuk cara-cara pengobatannya... ada penyuluhan kita bikin tingkat kota kita undang tokoh masyarakat kota tidore, tokoh pemuda muhammdiyah...kalau tingkat puskesmas atau kecamatan kita serahkan ke puskesmas masingmasing.(Wawancara HH, 10-2-2010 )

Dari hasil penelitian diatas menunjukan bahwa upaya pemberdayaan yang dilakukan oleh puskesmas dalam penanggulangan filariasis masih sebatas pembinaanpembinaan lewat kader dan penyuluhan serta pengobatan masal. b. Kendala yang dihadapi

ya setiap kerja ada kendala tpi tra jadi sampe hambatan untuk jalankan program itu... masyarakatnya memang tong penyuluhan tidak seluruh masyarakat tpi tidak ada kendala, juga lewat lurah itu dong seringsering di sholat jumat juga mereka selalu himbauan(Wawancara NI, 9-1-2010)

c. Hasil yang dirasakan

Masyarakat jadi tau tentang filariasis dengan gejalanya, cara penularannya pengobatan dan pencegahannya(Wawancara NI, 9-1-2010)

Dengan demikian upaya pemberdayaan yang dilakukan diharapkan tidak hanya dengan pemberian informasi atau pengetahuan semata, namun juga dapat menggugah kesadaran masyarakat tentang pentingnya kesehatan sehingga bukan hanya dari petugas saja yang berperan aktif dalam melakukan pengobatan tetapi masyarakat juga mampu menjaga kesehatanya. Hal ini sejalan dengan pemikiran Notoatmodjo (2007) bahwa pemberdayaan adalah suatu upaya atau proses untuk menumbuhkan kesadaran, kemauan dan kemampuan masyarakat dalam mengenali, mengatasi, memelihara, melindungi dan meningkatkan kesadaran mereka sendiri. Dibidang kesehatan pemberdayaan masyarakat adalah upaya untuk menumbuhkan kesadaran, kemauan dan kemampuan dalam memelihara dan meningkatkan kesehatan.

2. Kemitraan a. Kemitraan yang dilakukan Dalam penanggulangan filariasis oleh puskesmas selalu dibangun kerja sama lintas program dan lintas sektor. Hal ini sebagaimana di ungkapkan oleh informan sebagai berikut:

Kerja sama lintas program yakni surveilance, P2M dan promkes, sampai sejauh ini lintas sektor masih dengan pihak kelurahan untuk mengumpulkan masyarakat untuk di adakan pengobatan(Wawancara MS, 11-1-2010)

b. Hambatan dalam kemitraan

...Tidak ada hambatan apapun, artinya berjalan dengan baik terutama dari puskesmas turun pun artinya diterima baik oleh pihak kelurahan, tokoh masyarakat...(Wawancara UI, 11-1-2010)

c. Hasil yang dirasakan

manfaatnya kerja torang semakin ringan karena tong bage-bage kerja...(Wawancara SS, 14-1-2010)

Dengan demikian masing-masing pihak harus dapat mengetahui fungsi dan peranannya masing-masing sehingga dalam pelaksanaan program kegiatan tidak menyebabkan kerancuan dilapangan. Disamping itu dalam bekerja sama harus ada komitmen dan koordinasi yang baik dari masing-masing anggota, karena tanpa adanya komitmen dan koordinasi yang dari masing-masing anggota kegiatan tidak dapat telaksana dengan baik.

Menurut Notoatmodjo (2005) dalam bekerja sama harus ada komoitmen dan harapan masing-masing anggota, tentang peninjauan kembali terhadap kesepakatan-kesepakatan yang telah dibuat, dan saling berbagi (sharing) baik dalam resiko maupun dalam keuntungan yang diperoleh. Dari batasan ini terdapat tiga kata kunci dalam kemitraan yakni: 1. Kerja sama antara kelompok, organisasi, individu 2. Bersama- sama mencapai tujuan tertentu (yang di sepakati bersama) 3. Saling menanggung resiko dan keuntungan

3. Advokasi Dalam Upaya promosi dalam penanggulangan filariasis ternyata tidak ada advokasi yang dilakukan oleh puskesmas Ome. Hal ini sesuai dengan jawaban informan yang menunjukan bahwa hanya dalam bantuk laporan dan pemberian info seperti kutipan wawancara dengan informan berikut :

...trada, cuma petugas kesehatan yang barada di lini bawah temukan kasus, baru berikan info kembali ke Dinas...(Wawancara UI, 11-1-2010)

...kalau ada ditemukan kasus kita akan laporkan ke Dinas dalam bentuk laporan(Wawancara MS, 11-1-2010)

Hasil penelitian diatas menunjukan bahwa dalam penanggulangan filariasis tidak dilakukannya upaya advokasi oleh puskesmas, yang hanya dilakukan hanya sebatas laporan dan pemberian info ke dinas. Kurang berhasil atau kegagalan suatu program kesehatan, sering disebabkan oleh karena kurang atau tidak adanya dukungan dari para pembuat keputusan, baik ditingkat nasional maupun lokal (provinsi, kabupaten, kecamatan). Akibat kurang adanya dukungan itu, antara lain rendahnya alokasi anggaran untuk program kesehatan, kurangnya sarana dan prasarana, tidak adanya kebijakan yang menguntungkan bagi kesehatan, dan sebagainya. Untuk memperoleh atau meningkatkan dukungan atau commitment dari para pembuat kebijakan, termasuk para pejabat lintas sektoral diperlukan upaya advokasi. (Notoatmodjo 2005)

C. Penutup1. Kesimpulan Dari hasil penelitian di atas dapat disimpulkan sebagai berikut: a. Kegitatan advokasi belum dilaksanakan oleh puskesmas Ome yang dilakukan hanya sebatas laporan ke Dinas b. kemitraan yang dilakukan oleh puskesmas Ome meliputi kemitraan dengan kepala desa, bidan desa, kader posyandu, c. pemberdayaan yang dilakukan hanya sebatas penyuluhan serta pembinaan-pembinaan melalui kader

2. Saran Adapun saran yang dapat penulis kemukakan dari penulisan skripsi adalah sebagai berikut: a. Perlunya peningkatan pengatahuan dan pemahaman advokasi bagi petugas kesehatan khususnya puskesmas Ome sehingga proses advokasi dapat dijalankan dengan baik sehingga program kegiatan berjalan dapat berjalan lebih maksimal. b. Dalam upaya kemitraan harus lebih ditingkatkan lagi jalur koordinasi antara mitra kerja dalam kegiatan yang akan dilaksanakan c. Perlunya ada pemberdayaan dalam bentuk pelatihan tokoh masyarakat dan tokoh pemuda dan tidak hanya petugas kesehatan saja