ukk

10
UKK Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas berkat, rahmat dan hidayah-Nya, kami dapat menyelesaikan modul 02 dengan judul “Melaksanakan Prosedur Keselamatan dan Kesehatan Kerja” ini. Industri di Indonesia saat ini tengah mengalami perkembangan yang sangat pesat. Sudah barang tentu membutuhkan sumber daya manisia (SDM) yang banyak pula untuk menggerakan usaha di industri-industri tersebut. Oleh karena itu perlu adanya perlindungan jaminan keselamatan dan kesehatan kerja bagi para tenaga kerja. Kecelakaan dan penyakit akibat kerja merupakan resiko yang harus dihadapi oleh tenaga kerja dalam melakukan pekerjaannya. Untuk menanggulangi hilangnya sebagian atau seluruh pengasilan yang diakibatkan oleh adanya resiko-resiko sosial seperti kematian atau cacat karena kecelakaan kerja baik fisik maupun mental, maka diperlukan adanya jaminan akan keselamatan dan kesehatan kerja. Hal ini merupakan tanggung jawab bersama, baik dari sisi perusahaan untuk memberikan suasanan dan sistem kerja yang aman serta dari sisi tenaga kerja untuk bertindak secara selamat. Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) yang merupakan salah satu lembaga pendidikan yang mencetak tenaga kerja tingkat menengah, perlu diberikan pengetahuan K3 dan keterampilan tambahan untuk dapat menjaga kondisi kerja tetap sehat, menghindari resiko kecelakaan kerja dan menguasai keterampilan melakukan pertolongan pertama bila dilingkungan kerjanya terjadi resiko kecelakaan sebelum diberikan tindakan pertolongan lebih lanjut. Modul ini disusun untuk menambah pengetahuan dan keterampilan serta membantu para siswa yang mempelajari Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3). Pada akhirnya, kami harapkan modul ini bermanfaat dalam pembelajaran dan menambah keterampilan siswa dalam penerapan K3 saat belajar di bangku sekolah maupun pada saat bekerja dimanapun. Ucapan terima kasih kami sampaikan kepada semua pihak yang membantu terwujudnya modul ini, semoga Tuhan Yang Maha Esa selalu memberikan perlindungan kepadanya.

Upload: chalista

Post on 26-Sep-2015

25 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

ukk

TRANSCRIPT

UKK

Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas berkat, rahmat dan hidayah-Nya, kami dapat menyelesaikan modul 02 dengan judul Melaksanakan Prosedur Keselamatan dan Kesehatan Kerja ini.

Industri di Indonesia saat ini tengah mengalami perkembangan yang sangat pesat. Sudah barang tentu membutuhkan sumber daya manisia (SDM) yang banyak pula untuk menggerakan usaha di industri-industri tersebut. Oleh karena itu perlu adanya perlindungan jaminan keselamatan dan kesehatan kerja bagi para tenaga kerja.

Kecelakaan dan penyakit akibat kerja merupakan resiko yang harus dihadapi oleh tenaga kerja dalam melakukan pekerjaannya. Untuk menanggulangi hilangnya sebagian atau seluruh pengasilan yang diakibatkan oleh adanya resiko-resiko sosial seperti kematian atau cacat karena kecelakaan kerja baik fisik maupun mental, maka diperlukan adanya jaminan akan keselamatan dan kesehatan kerja. Hal ini merupakan tanggung jawab bersama, baik dari sisi perusahaan untuk memberikan suasanan dan sistem kerja yang aman serta dari sisi tenaga kerja untuk bertindak secara selamat.

Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) yang merupakan salah satu lembaga pendidikan yang mencetak tenaga kerja tingkat menengah, perlu diberikan pengetahuan K3 dan keterampilan tambahan untuk dapat menjaga kondisi kerja tetap sehat, menghindari resiko kecelakaan kerja dan menguasai keterampilan melakukan pertolongan pertama bila dilingkungan kerjanya terjadi resiko kecelakaan sebelum diberikan tindakan pertolongan lebih lanjut.

Modul ini disusun untuk menambah pengetahuan dan keterampilan serta membantu para siswa yang mempelajari Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3). Pada akhirnya, kami harapkan modul ini bermanfaat dalam pembelajaran dan menambah keterampilan siswa dalam penerapan K3 saat belajar di bangku sekolah maupun pada saat bekerja dimanapun. Ucapan terima kasih kami sampaikan kepada semua pihak yang membantu terwujudnya modul ini, semoga Tuhan Yang Maha Esa selalu memberikan perlindungan kepadanya.

Pencegahan Penyakit Akibat Kerja

Penyakit akibat kerja dan kecelakaan kerja merupakan suatu hambatan pada tingkat pengamanan maupun keamanan dalam bekerja. Hal ini tentu dapat menghambat produktivitas kerja. Untuk itu perlu adanya pengenalan terhadap lingkungan kerja, pengendalian lingkungan kerja, pengertian serta usaha pencegahan, baik untuk keselamatan maupun kesehatan kerja, serta perlu adanya hubungan baik antara sesama tenaga kerja maupun pimpinan.Usaha pencegahan akibat kekurangan segi teknis dibidang konstruksi dapat dilakukan dengan desain kerja yang baik, serta organisasi/pengaturan kerja.

Pencegahan penyakit akibat kerja dapat dilakukan dengan:a.Substitusi Mengganti bahan-bahan yang membahayakan tubuh manusia dengan bahan yang tidak berbahayakan tanpa mengurangi hasil dan mitos.b.Isolasi Menjauhkan atau memisahkan suatu proses pekerjaan yang mengganggu atau membahayakan pekerja.c.Ventilasi Membuat ventilasi ditempat kerja , sehingga sirkulasi udara dapat terjaga.d.Alat pelindung diri (APD) Alat pelindung diri berupa aksesoris yang telah dirancang agar mampu melindungi pekerja dari penyakit atau kecelakaan kerja. Alat ini berbentuk pakaian, topi pelindung kepala, sarung tangan, sepatu yang dilapisi baja bagian depan untuk menahan beban yang berat, masker khusus untuk melindungi alat pernafasan terhadap debu astau gas yang berbahaya, kacamata khusus dan sebagainya.

e.Latihan informasi sebelum bekerja Agar pekerja mengetahui dan lebih berhati-hati terhadap kemungkinan adanya bahaya kecelakaan kerja maka dianjurkan sebelum bekerja diberi pengetahuan tentang pendidikan keselamatan dan kesehatan kerja secara teratur sehingga para pekerja sadar akan resiko dari pekerjaan yang mereka jalani dan mampu bekerja secara lebih berhati hati.f.Pemeriksaan kesehatan sebelum bekerja. Melakukan pemeriksaan kesehatan sebelum bekerjadan secara berkala untuk mengetahui faktor penyebab dari gangguan kesehatan yang timbul pada pekerja.g.Istirahat dalam bekerja dianjurkan pada saat bekerja semua pekerja diberi waktu untuk istirahat lebih kurang sepuluh menit secara serentak

5.Pengendalian Potensi Bahaya

Dalam lingkungan kerja, sering kali manusia dihadapkan dengan berbagai macam hazard dan resiko yang dapat menyebabkan terjadinya kecelakaan kerja. Manifestasi dari bahaya industri tidak hanya terjadi pada tenaga kerja, melainkan pada masyarakat dan lingkungan sekitarnya. Potensi bahaya ini perlu dikelola melalui empat tahap yaitu:1. Mengenal potensi bahaya (hazard identification)a.Mempelajari dan mengenal standar atau prosedur misalnya pada petunjuk teknis, brosur,leaflet, MSDS dan sebagainyab.Menggunakan daftar periksa(check list) atau berdasarkan pada pengalaman pada unit/bagian sejenis dan diskusic.Memakai metode identifikasi bahaya, sekaligus analisisnya2. Menganalisis potensi bahaya (hazard analysis)a.Menentukan besarnya bahayab.Seberapa seriusnya bahayac.Seberapa besar kemungkinan hazard akan terjadi.

3. Meniadakan dan mengendalikan potensi bahaya (hazard elimination and control)a. Upaya menemukan solusi untuk mencegah bahaya b. Upaya penanggulangan potensi bahaya4. Tindakan penanggulangan potensi bahaya (hazard recovery) a. Penanganan bahaya jika upaya pengendalian bahaya mengalami kegagalanb. Upaya mengurangi akibatc. Rehabilitasi

6.Analisis Kecelakaan Kerja

Analisa kecelakaan kerja dilakukan untuk mengetahui permasalahan yang terjadi, menentukan penyebab kecelakaan, mengukur resiko kecelakaan, menentukan kecendrungan kecelakaan serta mengembangkan pengawasan yang harus dilakukan. Analisis ini sangat diperlukan sehingga kecelakaan yang sama tidak terulang kembali. Kecelakaan yang perlu dianalisis yaitu :o.1. Setiap kecelakaan baik yang membawa kerugian maupun tidak membawa kerugian.p.2. Keadaan nyaris celaka (near-miss)

Untuk menganalisis kecelakaankerja yang harus dilakukan adalah :q.Analisa dilakukan oleh petugas yang berwenang dan terlatih, pengawas kerja, atau menejer madyar.Mengumpulkan semua informasi terkait dengan kecelakaan kerja, serta melengkapinya dengan laporan teknis.s.Semua informasi yang telah didapat kemudian dianalisa dengan mencari hubungan yang logis.

7.Pertolongan Pertama Pada Kecelakaan (PPPK)

Pada setiap lokasi pekerjaan konstruksi perlu disiapkan kemampuan untuk dapat melakukan pertolongan pertama pada kecelakaan (PPPK) serta tindak lanjutnya. Untuk dapat melakukan PPPK dan tindak lanjutnya di proyek, perlu adanya orang yang dapat melakukan PPPK, alat dan bahan PPPK, daftar nama, alamat, nomor telepon dari orang, instansi yang harus dihubungi apabila terjadi kecelakaan atau musibah, seperti klinik, rumah sakit, pemadam kebakaran, dan lain-lain.

Di proyek perlu disediakan petunjuk pertolongan, bila terjadi kecelakaan atau musibah.1.Orang yang dapat melakukan PPPK.Orang ini dapat sebagai petugas khusus tentang PPPK ataupun mereka yang pernah mengikuti latihan PPPK. Mereka itu boleh staf kontraktor maupun para tukang yang pernah mengikuti kursus PPPK. Bila dipandang perlu dapat mengutus orang untuk mengikuti latihan PPPK.

2.Alat dan bahan.Alat, bahan dan alat-alat PPPK dilokasi proyek harus disediakan oleh pihak kontraktor. Setidak-tidaknya tersedia kotak PPPK beserta isi yang lengkap. Kotak PPPK harus dikontrol setiap saat, jangan sampai terjadi pada saat yang diperlukan, isi kotak PPPK kurang atau jumlahnya tinggal sedikit.

3.Daftar nama, alamat, nomor telepon.Pada kantor proyek harus tersedia daftar nama, alamat, nomor kantor, nomor instansi yang harus dihubungi bila terjadi keadaan darurat yang perlu bantuan pihak lain.4.Petunjuk.Petunjuk yang jelas, berupa poster ataupun papan-papan petunjuk yang dipasang dikantor proyek atau ditempat tempat yang strategis harus dilakukan dalam jumlah yang memadai. Petunjuk mengingatkan kepada semua pihak untuk berhati-hati. Petunjuk yang ditempelkan pada papan yang menghalangi sering sangat membantu bahwa sekitar tempat tersebut berbahaya.

5.Cara memberikan petolongan pertama.Berikut ini akan disampaikan contoh pertolongan pertama, yaitu memberikan nafas buatan bila terjadi pernafasan terhenti, maka dapat dicoba dengan memberika pernafasan buatan ke mulut korban dengan cara :a.Mengindarkan suatu hambatan dari mulut, dengan jalan membuka mulut si korban denan jari-jari;b.Tangan yang masuk ke dalam mulut si korban harus bersih, untuk menghindari kuman dan benda asing;c.Memegang tengkuk atau leher si korban dengan hati-hati dan membaringkannya sambil kepalanya dibawahkan;d.Tekan sudut rahangnya ke depan dari belakang untuk meyakinkan bahwa lidahnya terjulur dan nafasnya bebas;e.Buka mulutnya lebar-lebar dan tarik nafas dalam-dalam. Pijit lubang hidungnya dan padukan dengan mulutnya. Hembuskan dengan keras ke dalam paru-parunya sampai penuh. Lepaskan mulutnya dan perhatikan gerakan si korban. Ulangi lagi cara di atas sampai si korban bernafas kembali.

Bila bekerja sendirian, pijitan jantung masih dapat diterapkan sambil melakukan pernafasan dari mulut ke mulut.a.Berlutut di samping korban dekat dadanya;b.Lakukanlah beberapa kali pernafasan buatan seperti yang telah diuraikan sebelumnya;c.Gantilah dengan cara pijitan jantung dan tekanlah lima kali selang satu detik;d.Berilah hembusan lagi;e.Ulangi pijitan lima kali, lanjutkan pernafasan buatan ini berganti-ganti, yaitu satu kali hembusan dan lima kali penekanan dada sampai pertolongan datang.

Bila memingkinkan ada seseorang yang membantu, yakni dengan melakukan pemijitan jantung guna mebantu meningkatkan peredaran darah yakni:a.Berlutut samping korban dekat dadanya;b.Letakkan tangan pada tulang rusuk dada korban;c.Tekan kedua tanganmu dengan kuat kedepan si korban sampai kira-kira 5 cm (tidak boleh lebih dari 5 cm);d.Ulangi gerakan ini terus menerus selang satu detik dan lakukan dengan hati-hati, karena bila dikerjakan dengan kekerasan akan berbahaya.

8.Pemeriksaan KesehatanPemeriksaan kesehatan kerja perlu dilakukan secara teratur, lebih-lebih bila diketahui adanya penyakit berjangkit secara cepat di tempat kerja. Misalnya sakit mata yang biasanya dianggap sakit ringan itu, bila terjadi pada pekerja maka sakit mata tersebut sebaiknya mendapat perhatian karena penyakit tersebut mudah atau cepat menular. Bayangkan sebagian pekerja sakit mata, bisa menimbulkan pekerjaan terganggu. Untuk pekerja yang bertugas pada pekerjaan yang berpolusi menimbulkan penyakit, perlu dilakukan pengobatan secara kontinu.

Bila pekerjaan dilaksankan bertahun-tahun, bahkan sampai purna bakti, pemeriksaan kesehatan secara berkala sangat dianjurkan. Ini dilakukan agar penyakit akibat kerja dapat dicegah sedini mungkin, sehingga tenaga kerja selalu keadaan sehat dalam bekerja. Maka akan terjadi efektivitas dan efisiensi baiaya akhirnya perusahaan akan menuai keuntungan yang berlipat.

Pemeriksaan kesehatan secara berkala ditangani oleh petugas yang diberikan wewenang untuk mengatur pengelolaannya dan memberikan informasi kepada setiap staf/kariawan yang telah tiba waktunya untuk mengontrol kesehatan serta memberikan rekomendasi/rujukan pada tempat/rumah sakit yang dituju.

9.Alat Pelindung Diri

Sejak dahulu para pengusaha dan para pekerja sudah berusaha untuk melindungi diri mereka dari terjadinya kecelakaan yang mungkin dapat menimpa mereka. Alat pelindung diri itu dapat berupa pakaian, topi untuk melindungi diri dari serangan cuaca atau sepatu yang kuat agar meraka dapat bekerja dengan nyaman tanpa terganggu.

Seiring dengan kemajuan teknologi, alat pelindung diri (APD) semakin beragam bentuk dan fungsinya dan ini sangat membantu menurunkan jumlah pekerja yang cidera atau meninggal akibat kecelakaan kerja.

Di Negara berkembang seperti Indonesia, kesadaran akan penggunaan APD relative masih sangat kurang. Menurut data yang ada pada jamsostek, lebih dari 8000 kecelakaan kerja yang terjadi di Indonesia atau hampir 30 kali setiap hari terjadi kecelakaan kerja. Angka tersebut baru dari laporan PT. Jamsostek untuk keperluan pemberian santunan, belum lagi kecelakaan yang didiamkan, atau tidak berakibat fatal yang terkadang memang sengaja ditutup-tutupi oleh kontraktor untuk menghindari masalah dengan pihak yang berwajib (polisi dan departemen tenaga kerja).

Kerugian yang ditimbulkan akibat kecelakaan kerja ini cukup besar, disamping pengeluara biaya untuk berobat juga kerugian waktu yang hilang serta berkurangnya asset nasional berupa tenga terampil di bidang jasa konstruksi.Banyak kontraktor secara sengaja mengelak dalam kewajibannya untuk menyediakan APD yang memadai dengan alasan tidak dianggarkan dalam proyek dan tujuan untuk memperoleh keuntungan yang sebesar-besarnya. Sebenarnya dengan penyedian APD yang cukup, kontraktor justru telah menjaga dirinya untuk tidak mengeluarkan biaya yang tak terduga yang timbul akibat kecelakaan kerja sehingga target keuntungan yang akan diraih tak kan berkurang.Pemerintah dengan Undang-Undang nomor 1 tahun 1970 tentang keselamatan dan kesehatan kerja telah mewajibkan kepada para pengelola pekerjaan untuk menyediakan APD dan mewajibkan para pekerja untuk memakainya. Undang-undang ini diperkuat dengan peraturan-peraturan dari menteri yang terkait seperti peraturan menteri tenaga kerja dan menteri pekejaan umum dengan terbitnya pedoman keselamatan dan kesehatan kerja di tempat kegiatan konstruksi

Penggunaan APD yang standar sangat diperlukan, karena banyak kasus dimana pekerja yang sudah menggunakan APD masih bisa terkena kecelakaan akibat alat yang dipakainya tidak memenuhi standar.

Kewajiban Untuk Menyediakan dan Memakai APDKetentuan untuk menyediakan dan memakai APD bagi pengusaha bagi pengusaha dan pekerja konstruksi tertuang dalam Undang-undang tahun 1970 tentang keselamatan dan kesehatan kerja. Di bawah ini adalah kutipan sebagian isi undang-undang tersebut :

BAB VPembinaanPasal 9(1)Pengurus diwajibkanmenunjukkan dan menjelaskan pada setiap tenaga kerja baru tentang :a.kondisi-kondisi dan bahaya-bahaya serta yang dapat timbul ditempat kerjab.semua pengaman dan alat-alat perlindungan yang diharuskan dalam tempat kerjanyac.alat pelindung diri bagi tenaga kerja yang bersangkutanBAB VIIIKewajiban dan Hak Tenaga KerjaPasal 12Dengan Peraturan dan Perundangan diatur hak dan kewajiban tenaga kerja untuk :1.Memakai alat perlindungan diri yang diwajibkan2.Semua dan memntaati semua syarat-syarat keselamatan dan kesehatan kerja yang diwajibkan3.Menyatakan keberatan kerja pada pekerjaan dimana keselamatan kerja yang diwajibkan diragukan olehnya dst.

BAB XKewajiban PengurusPasal 14Menyediakan secara Cuma-cuma Alat Perlindungan Diri yang diwajibkan kepada tenaga kerja yang berada di bawah pimpinannya .dst

Hal-hal yang harus diperhatikan dalam penggunaan APDAPD akan berfungsi dengan sempurna apabila telah sesuai dengan standar yang ditentukan dan dipakai secara baik dan benar. Hal-hal yang perlu diperhatikan :1.Sediakanlah APD yang telah teruji dan telah memiliki SNI atau standar Internasional lainnya yang diakui.2.Pakailah APD yang sesuai dengan jenis pekerjaan walaupun pekerjaan tersebut hanya memerlukan waktu yng singkat.3.APD harus dipakai dengan tepat dan benar4.Jadikanlah kebiasaan memakai APD menjadi budaya. Ketidaknyamanan dalam memakai APD jangan dijadikan alas an untuk menolak memakainya5.APD tidak boleh diubah-ubah pemakaiannya , kalau memang terasa tidak nyaman dipakai harus dilaporkan kepada atasan atay pemberi kewajiban pemakaian alat tersebut.6.APD dijaga agar tetap berfungsi dengan baik.7.Semua pekerja, pengunjung dan mitra kerja yang ada dilokasi proyek konstruksi harus memakai APD yang diwajibkan , seperti topi keselamatan,

Standar yang dipakaiApabila akan membeli APD kita harus berpedoman kepada standar industri yang berlaku. Belilah hanya barang yang telah mencentumkan kode SNI (STANDAR NASIONAL INDONESIA) atau JIS untuk barang buatan Jepangn ANSI , BP dsb. Tergantung dari Negara asal berang kebutuhan proyek dan dinyatakan layak untuk pekerjaan di maksud.

Di bawah ini beberapa contoh standar APD dengan SNI dam standar internasional lainnya.a.Helmet (topi pengaman) : ANZI Z 89,1997 standarb.Sepatu pengaman (safety boot) : SII-0645-82, DIN 4843,c.Australian standard AS/NZS 2210.3.2000.ANZI Z 41PT 99,SS 105,1997d.Sabuk pengaman : EN 795 Class C ANZI OSHA

Banyak lagi standard-standard yang diberlakukan di Negara maju, tetapi yang lebih penting kalau kita memakai produk dalam negeri ujilah ketahanannya terhadap suatu beban yang akan diberikan kepadanya dengan toleransi minimal 50%. Hal ini penting karena mungkin bagi kontraktor kecil dan menengah apabila harus menyediakan pridu impor akan menjadi beban yang berat bagi keuangan perusahaan. Perlu juga dipertimbangkan daya tahan dan kualitas barang yang ada untuk pemakaian beberapa proyek pekerjaan atau beberapa periode pekerjaan sehingga akan menghemat pengeluaran.