ujian akhir

62
UJIAN AKHIR SEMESTER PENGEMBANGAN KURIKULUM Dosen Pengampu MK : Dr. Pupu Saeful Rahmat, M.Pd. Sifat Ujian : Take Home Test Disusun Oleh: Lutfi Rohmawati 2014121014 PASCASARJANA PENDIDIKAN EKONOMI FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

Upload: lutfi40

Post on 21-Nov-2015

51 views

Category:

Documents


13 download

DESCRIPTION

ujian akhir pengembangan kurikulum

TRANSCRIPT

UJIAN AKHIR SEMESTER

PENGEMBANGAN KURIKULUM

Dosen Pengampu MK: Dr. Pupu Saeful Rahmat, M.Pd.

Sifat Ujian

: Take Home Test

Disusun Oleh:

Lutfi Rohmawati

2014121014

PASCASARJANA

PENDIDIKAN EKONOMI

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS KUNINGAN

2014

UJIAN AKHIR SEMESTERNAMA MATA KULIAH: PENGEMBANGAN KURIKULUM PENDIDIKANEKONOMI

PROGRAM

: S-2

SEMESTER

: 1Tahun akademik: 2014/2015Dosen Pengampu MK: Dr. Pupu Saeful Rahmat, M.Pd.

SIFAT UJIAN

: Take Home Test

Waktu Pengerjaan: Selama satu minggu sejak soal diterbitkan (7 Pebruari 2015)

File jawaban (soft copy) dikirimkan melalui email:

[email protected] paling lambat tanggal 15

Februari 2015 (Soft Copy dan Hard Copy) 1. Bobot Nilai 10

Ditinjau dari perspektif sosiologis, kurikulum itu merupakan produk sosial, artinya dari segala pemahaman baik dari segi format, isi, maupun disain dan pelaksanaannya akan selalu berubah mengikuti perkembangan zaman yang terjadi. Coba Sdr. jelaskan hal-hal sebagai berikut: (1) Mengapa kurikulum yang dibuat itu harus mengikuti perkembangan zaman? (2) Jelaskan apa yang dimaksud dengan pengembangan kurikulum itu (ambil dari beberapa pendapat ahli kemudian Sdr. simpulkan).Jawab:

(1) Kurikulum yang dibuat haruslah mengikuti perkembangan zaman, hal ini dikarenakan kurikulum sebagai alat untuk mencapai tujuan pendidikan yang haruslah bersifat dinamis. Artinya bahwa untuk mencapai tujuan pendidikan dibutuhkan suatu kurikulum yang mampu meningkatkan kemampuan peserta didik guna memenuhi kebutuhan peserta didik dalam menghadapi era globalisasi ini, maka dari itu kurikulum yang dibuat haruslah mengikuti perkembangan zaman, agar dapat menghadapi tantangan di masa yang akan datang dengan dibekali oleh kompetensi yang sesuai dengan perkembangan zamannya. Contoh tantangan dimasa depan yaitu berkaitan dengan kemajuan teknologi informasi, konvergensi ilmu dan teknologi, ekonomi berbasis pengetahuan, kebangkitan industry kreatif dan budaya, pergeseran kekuatan ekonomi dunia, pengaruh dan imbas teknosains dan sebagainya, semua tantangan itu tentunya memerlukan suatu rencana kurikulum yang mampu memenuhi kebutuhan peserta didik dalam menghadapi semua tantangan tersebut dengan dibekali berbagai kompetensi di masa depan. Artinya bahwa suatu kurikulum haruslah memperhatikan keadaan lingkungan fisik maupun lingkungan non fisik. Mengingat kurikulum merupakan suatu alat untuk mencapai tujuan sekaligus sebagai pedoman dalam dunia pendidikan, untuk itu sangatlah jelas kurikulum harus menyesuaikan dengan perkembangan zaman yang senantiasa berubah dan terus berlangsung, baik itu penyesuaian dari segi format, isi, maupun diesain dan pelaksanaannya.Sumber : Sejarah perkembangan kurikulum di Indonesia. Pdf.

Konsep dasar pengembangan kurikulum.ppt

(2) Pengertian pengembangan kurikulum Hedyat Soetopo, menyatakan bahwa:

Pengembangan kurikulum atau disebut dengan curriculum development adalah proses yang dimulai dari kegiatan menyusun kurikulum, mengimplementasikan, mengevaluasi dan memperbaiki sehingga diperoleh suatu bentuk kurikulum yang dianggap ideal.

Ahmad dan kawan-kawannya dalam buku Pengembangan Kurikulum mengatakan bahwa pengembangan kurikulum merupakan suatu proses merencanakan, menghasilkan suatu alat yang lebih baik dengan didasarkan dengan hasil penialaian terhadap kurikulum yang telah berlaku, sehingga dapat memberikan kondisi belajar mengajar yang lebih baik.

Menurut Suparlan : bahwa pengembangan kurikulum adalah proses perencanaan dan penyusunan kurikulum oleh pengembang kurikulum dan kegiatan yang dilakukan agar kurikulum yang dihasilkan dapat menjadi bahan ajar dan acuan yang digunakan untuk mencapai tujuan pendidikan nasional.

Berdasarkan pendapat para pakar di atas, maka pengembangan kurikulum dapat didefinisikan sebagai suatu proses untuk meghasilkan kurikulum baru melalui langkah langkah penyusunan kurikulum atas dasar hasil penilaian yang dilakukan selama periode waktu tertentu guna membuat keputusan tentang tujuan, tentang bagaimana tujuan direalisasikan melalui proses belajar-mengajar, sehingga dapat memberikan kondisi belajar yang lebih baik.

Sumber :

Pengembangan kurikulum pendidikan ekonomi.pdf.

HM. Ahmad dkk, Pengembangan Kurikulum di Perguruan Tinggi (Bandung: Pustaka Setia,1998).

2. Bobot Nilai 15

Berdasarkan Pasal 36 Undang-undang RI No. 20 Tahun 2003 tentang Sisdiknas dinyatakan bahwa:

(1) Pengembangan kurikulum dilakukan dengan mengacu pada standar nasional pendidikan

untuk mewujudkan tujuan pendidikan nasional.

(2) Kurikulum pada semua jenjang dan jenis pendidikan dikembangkan dengan prinsip

diversifikasi sesuai dengan satuan pendidikan, potensi daerah, dan peserta didik.

(3) Kurikulum disusun sesuai dengan jenjang pendidikan dalam kerangka Negara Kesatuan

Republik Indonesia dengan memperhatikan: (a) peningkatan iman dan takwa; (b) peningkatan akhlak mulia; (c) peningkatan potensi, kecerdasan, dan minat peserta didik; (d) keragaman potensi daerah dan lingkungan; (e) tuntutan pembangunan daerah dan nasional; (f) tuntutan dunia kerja; (g) perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni; (h) agama; (i) dinamika perkembangan global; dan (j) persatuan nasional dan nilai-nilai kebangsaan.

Coba Sdr. komentari pasal 36 UU Sisdiknas tersebut di atas. Agar Sdr. mendapatkan pemahaman yang jelas, kaitkan dengan ketentuan mengenai pengembangan kurikulum sebagaimana dimaksud dalam ayat (1), ayat (2), dan ayat (3) tersebut dengan dengan Peraturan Pemerintah (PP) dan Permen!Jawab:

Ayat 1:Dalam pasal 36 ayat (1) UU Sisdiknas No. 20 tahun 2003 disebutkan bahwa Pengembangan kurikulum dilakukan dengan mengacu pada Standar Nasional Pendidikan untuk mewujudkan tujuan Pendidikan Nasional. Sedangkan menurut PP 19 Tahun 2005 pasal 73 disebutkan bahwa pengembangan Standar Nasional Pendidikan dilakukan oleh Badan Standar Nasional Pendidikan (BSNP). Permasalahannya yaitu ternyata pengembangan kurikulum yang dilakukan oleh Kementrian Pendidikan, kurang untuk mengatakan tidak melibatkan BSNP. Hal ini ditunjukkan bahwa kajian dalam pengembangan kurikulum 2013 dilakukan oleh tim baik yang langsung di bawah Wakil Presiden atau pun tim yang berada di bawah Mendikbud. Padahal jika memperhatikan elemen perubahan kurikulum 2013 pada standar kompetensi lulusan, standar isi, standar proses, dan standar penilaian, hal tersebut merupakan ranah BSNP untuk mengkaji dan mengembangkan kurikulum. Salah satu fakta terdekat menunjukkan bahwa uji publik dilakukan melalui laman kemendikbud, tidak laman BSNP. Begitu pula uji publik oleh Kemendibud bukan BSNP.Ayat 2:

Berdasarkan kajian terhadap UU No 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional dan Kepmendiknas No. 153/U/2003 tentang Ujian Akhir Nasional, UAN mengabaikan muatan kurikulum yang menganut prinsip kemajemukan potensi daerah dan peserta didik. Sebab menurut pasal 36 ayat 2 UU Sisdiknas, kurikulum harus dikembangkan dengan menggunakan prinsip kemajemukan (diversifikasi) potensi daerah dan potensi peserta didik. Sementara kenyataannya UAN telah merampas kewenangan pendidik/guru dan sekolah untuk melakukan evaluasi hasil belajar dan menentukan kelulusan peserta didik.Ayat 3:

Pasal 36 ayat 3 bahwa kurikulum disusun sesuai dengan jenjang pendidikan dalam kerangka Negara Kesatuan Republik Indonesia dengan memperhatikan: (a) peningkatan iman dan takwa; (b) peningkatan akhlak mulia; (c) peningkatan potensi, kecerdasan, dan minat peserta didik; (d) keragaman potensi daerah dan lingkungan; (e) tuntutan pembangunan daerah dan nasional; (f) tuntutan dunia kerja; (g) perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni; (h) agama; (i) dinamika perkembangan global; dan (j) persatuan nasional dan nilai-nilai kebangsaan. Hal tersebut jelas menunjukkan berbagai aspek pengembangan kepribadian peserta didik yang menyeluruh dan pengembangan pembangunan masyarakat dan bangsa, ilmu, kehidupan agama, ekonomi, budaya, seni, teknologi dan tantangan kehidupan global. Artinya, kurikulum haruslah memperhatikan permasalahan ini dengan serius dan menjawab permasalahan ini dengan menyesuaikan diri pada kualitas manusia yang diharapkan dihasilkan pada setiap jenjang pendidikan.Sumber :

http://chocopps.wordpress.com/about/ (diakses tgl 18/11/2014, pukul 13.45)

PP 19 Tahun 2005 pasal 733. Bobot Nilai 15Coba Srd. Jelaskan:

A. Apa dasar hukum dan alasan pemerintah memberlakukan Kurikulum 2013 sebagai pengganti Kurikulum KTSP 2006.

B. Apa alasan Mendikbuddasmen Anis Baswedan memberhentikan pemberlakuan Kurtilas untuk kembali ke kurikulum 2006 KTSP.Jawab:

A. Alasan pemerintah memberlakukan kurikulum 2013 sebagai pengganti kurikulum KTSP 2006.Kurikulum 2013 merupakan kurikulum yang merupakan pengganti dari kurikulum tingkat satuan pendidikan (KTSP) yang telah berlaku 8 tahun sejak 2006 silam. Tentunya pemerintah memiliki alasan untuk memberlakukan kurikulum 2013. Pengembangkan kurikulum 2013 merupakan bagian dari strategi meningkatkan capaian pendidikan. Disamping kurikulum, terdapat sejumlah faktor lainnya yaitu lama siswa bersekolah; pembelajaran siswa aktif berbasis kompetensi; buku pegangan dan peranan guru sebagai ujung tombak pelaksana pendidikan.

Sejumlah hal yang menjadi alasan pengembangan kurikulum 2013 adalah:

Perubahan proses pembelajaran dari siswa diberi tahu menjadi siswa mencari tahu dan proses penilaian dari berbasis output menjadi berbasis proses dan output memerlukan penambahan jam pelajaran. Kecenderungan akhir akhir ini banyak Negara menambah jam pelajaran (KKIP dan MELT di AS, Kore selatan). Perbandingan dengan Negara negar lain menunjukkan jam pelajaran di Indonesia relative lebih singkat. Walaupun pembelajaran di Firlandia relative singkat, tetapi didukung dengan pembelajaran tutorial.Tiga faktor lainnya yang juga menjadi alasan pengembangan kurikulum 2013 yaitu:

Tantangan masa depan diantaranya meliputi arus globalisasi, masalah lingkungan hidup, kemajuan teknologi informasi, konvergensi ilmu dan teknologi, serta ekonomi berbasis pengetahuan.

Kompetensi masa depan yang antaranya meliputi kemampuan berkomunikasi, kemampuan berpikir jernih dan kritis, kemampuan mempertimbangkan segi moral suatu permasalahan, kemampuan menjadi warga Negara yang efektif, dan kemampuan mencoba untuk mengerti dan toleran terhadap pandangan yang berbeda. Fenomena sosial yang mengemuka seperti perkelahian pelajar, narkoba, korupsi, plagiarism, kecurangan dalam berbagai jenis ujian, dan gejolak sosial.

Persepsi public yang menilai pendidikan selama ini terlalu menitikberatkan pada aspek kognitif, beban siswa yang terlalu berat dan kurang bermuatan karakter.

Selain itu, alasan lain mengapa pemerintah menerapkan kurikulum 2013 dan mengganti kurikulum KTSP, dikarenakan kurikulum KTSP memiliki beberapa permasalahan diantaranya:

Konten kurikulum masih terlalu padat yang ditunjukkan dengan banyaknya mata pelajaran dan banyak materi yang keluasan dan kesukarannya melampaui tingkat perkembangan usia anak. Kurikulum belum sepenuhnya berbasis kompetensi sesuai dengan tuntutan fungsi dan tujuan pendidikan nasional. Kompetensi belum menggambarkan secara holistik domain sikap, keterampilan, dan pengetahuan. Beberapa kompetensi yang dibutuhkan sesuai dengan perkembangan kebutuhan (misalnya pendidikan karakter, metodologi pembelajaran aktif, keseimbangan soft skills dan hard skills, kewirausahaan) belum terakomodasi di dalam kurikulum. Kurikulum belum peka dan tanggap terhadap perubahan sosial yang terjadi pada tingkat lokal, nasional, maupun global. Standar proses pembelajaran belum menggambarkan urutan pembelajaran yang rinci sehingga membuka peluang penafsiran yang beraneka ragam dan berujung pada pembelajaran yang berpusat pada guru. Standar penilaian belum mengarahkan pada penilaian berbasis kompetensi (sikap, keterampilan, dan pengetahuan) dan belum tegas menuntut adanya remediasi secara berkala. Dengan KTSP memerlukan dokumen kurikulum yang lebih rinci agar tidak menimbulkan multi tafsir.

Sumber :Bahan uji public kurikulum 2013.

B. Apa alasan Mendikbuddasmen Anis Baswedan memberhentikan pemberlakuan Kurtilas untuk kembali ke kurikulum 2006 KTSP.

Keputusan anis baswedan memberhentikan pemberlakukan kurtilas untuk kembali ke kurikulum 2006 KTSP didasarkan pada keputusan penghentian kurikulum 2013 diambil berdasarkan rekomendasi tim evaluasi implementasi kurikulum 2013 dan diskusi dengan berbagai pemangku kepentingan. Anise mengatakan sebagian besar sekolah belum siap melaksanakan kurikulum 2013. Menurut Anis Baswedan penghentian ini dilandasi antara lain kasrena masih ada masalah dalam kesiapan buku, system penilaian, penataran guru, pendamping guru dan pelatihan kepala sekolahyang belum merata.

Menurut Anis Baswedan, pendidikan di Indonesia menghadapi masalah yang tidak sederhana karena kurikulum 2013 diproses secara amat cepat dan bahkan sudah ditetapkan untuk dilaksanakandi seluruh Indonesia sebelum kurikulum tersebut pernah dievaluasi secara lengkap dan menyeluruh. Anak anak, guru dan orang tua akhirnya harus mengahadapi lonsekuensi atas ketergesa gesaan penerapan kurikulum 2013. Anis menegaskan yang menjadi pertimbangan utama dalam pengambilan keputusan ini adalah kepentingan anak anak Indonesia. Untuk itulah Anis Baswedan memerintahkan untuk kembali menerapkan kurikulum 2006 atau KTSP.

Sumber:

SekolahDasar.Net (kutip dari Metro Tv)

4. Bobot Nilai 15

Sete lah Saudara melakukan observasi dan interview ke sekolah yang telah mengimplementasikan kurikulum 2013, Saudara telah mendaptkan wawasan pengetahuan dan pengalaman langsung dari lapangan tentang bagaimana kurikulum 2013 diimplementasikan.

a. Coba Sdr. Jelaskan tentang implementasi kurikulum 2013 pada Mapel Ekonomi?

b. Coba Sdr. jelaskan permasalahan apakah yang dirasakan guru dalam mengimplementasikan kurikulum 2013Mapel Ekonomi?Jawab:

a. Implementasi kurikulum 2013 pada maple Ekonomi

Mata pelajaran ekonomi yang rasanya esensi pembelajarannya berbeda dengan kewirausahaan. Pad kurikulum 2013 ini maple Kewirausahaan merupakan bagian dari ilmu ekonomi, sehingga perubahan mata pelajaran ini dapat dianggap mereduksi pembelajaran ekonomi itu sendiri. Apalagi jika mengingat bahwa jiwa kewirausahaan belum tentu dimiliki oleh kebanyakan guru ekonomi kita selama ini.KI/KD Mata Pelajaran Ekonomi Tingkat SMA pada Kurikulum 2013:KELAS: X KOMPETENSI INTI KOMPETENSI DASAR

1. Menghayati dan mengamalkan ajaran agama yang dianutnya

1.1 Mensyukuri sumber daya karunia Tuhan YME dalam rangka pemenuhan kebutuhan

1.2 Mengamalkan ajaran agama dalam pengelolaan keuangan bank dan lembaga keuangan lainnya

2. Mengembangkan perilaku (jujur, disiplin, tanggung jawab, peduli, santun, ramah lingkungan, gotong royong, kerjasama, cinta damai, responsif dan proaktif) dan menunjukan sikap sebagai bagian dari solusi atas berbagai permasalahan bangsa dalam berinteraksi secara efektif dengan lingkungan sosial dan alam serta dalam menempatkan diri sebagai cerminan bangsa dalam pergaulan dunia

2.1 Bersikap peduli, disiplin, tanggung jawab dalam mengatasi kelangkaan sumber daya

2.2 Bersikap peduli, kreatif, kerja sama, dan mandiri dalam mengatasi permasalahan ekonomi di lingkungan sekitar

3. Memahami dan menerapkan pengetahuan faktual, konseptual, prosedural dalam ilmu pengetahuan, teknologi, seni, budaya, dan humaniora dengan wawasan kemanusiaan, kebangsaan, kenegaraan, dan peradaban terkait fenomena dan kejadian, serta menerapkan pengetahuan prosedural pada bidang kajian yang spesifik sesuai dengan bakat dan minatnya untuk memecahkan masalah.

4. Mengolah, menalar, dan menyaji dalam ranah konkret dan ranah abstrak terkait dengan pengembangan dari yang dipelajarinya di sekolah secara mandiri, dan mampu menggunakan metoda sesuai kaidah keilmuan

3.1 Memahami konsep dasar ilmu ekonomi

3.2 Menganalisis kelangkaan (hubungan antara sumber daya dengan kebutuhan manusia) dan strategi untuk mengatasi kelangkaan sumber daya

3.3 Menganalisis masalah pokok ekonomi (apa, bagaimana, dan untuk siapa) serta alternatif pemecahannya melalui berbagai sistem ekonomi

3.4 Memahami perilaku konsumen dan produsen serta peranannya dalam kegiatan ekonomi

3.5 Memahami pasar dan bentuk-bentuk pasar (monopoli, oligopoli, persaingan sempurna, persaingan monopolistik, dll) dan peranannya terhadap perskonomian

3.6 Menganalisis masalah dan kebijakan ekonomi (mikro dan makro)

3.7 Memahami konsep, metode, dan manfaat perhitungan pendapatan nasional

3.8 Memahami lembaga keuangan Bank dan lembaga keuangan lain (konsep, fungsi, peran, dan produk).

3.9 Memahami konsep pasar modal dan perannya dalam perekonomian

4.1 Menyajikan konsep permintaan, penawaran, dan harga keseimbangan dalam bentuk skedul/tabel, fungsi, dan kurva4.2 Menyajikan fungsi konsumsi, tabungan, investasi, dan pendapatan keseimbangan dalam bentuk grafik (dalam perekonomian tertutup sederhana/ekonomi dua sektor)4.3 Menghitung indeks harga dan inflasi (konsep, faktor penyebab dan dampak inflasi terhadap perekonomian Indonesia)4.4 Menyajikan konsep permintaan dan penawaran uang dalam bentuk fungsi dan grafik

KELAS: XI KOMPETENSI INTI KOMPETENSI DASAR

1. Menghayati dan mengamalkan ajaran agama yang dianutnya1.1 Melakukan kegiatan akuntansi berdasarkan ajaran agama yang dianut

2. Mengembangkan perilaku (jujur, disiplin, tanggung jawab, peduli, santun, ramah lingkungan, gotong royong, kerjasama, cinta damai, responsif dan proaktif) dan menunjukkan sikap sebagai bagian dari solusi atas berbagai permasalahan bangsa dalam berinteraksi secara efektif dengan lingkungan sosial dan alam serta dalam menempatkan diri sebagai cerminan bangsa dalam pergaulan dunia

2.1 Bersikap kreatif, kerjasama, mandiri dan tanggung jawab dalam upaya mengatasi permasalahan ketenagakerjaan di Indonesia

2.2 Menunjukkan perilaku jujur, disiplin, dan tanggung jawab dalam kegiatan penyusunan keuangan perusahaan

2.3 Menunjukkan perilaku kreatif, percaya diri, disiplin, tanggung jawab, jujur, kerjasama dan mandiri dalam menerapkan kegiatan rencana usaha/bussines plan secara sederhana

3. Memahami, menerapkan, dan menjelaskan pengetahuan faktual, konseptual, prosedural, dan metakognitif dalam ilmu pengetahuan, teknologi, seni, budaya, dan humaniora dengan wawasan kemanusiaan, kebangsaan, kenegaraan, dan peradaban terkait penyebab fenomena dan kejadian, serta menerapkan pengetahuan prosedural pada bidang kajian yang spesifik sesuai dengan bakat dan minatnya untuk memecahkan masalah

4. Mengolah, menalar, dan menyaji dalam ranah konkret dan ranah abstrak terkait dengan pengembangan dari yang dipelajarinya di sekolah secara mandiri, bertindak secara efektif dan kreatif, serta mampu menggunakan metoda sesuai kaidah keilmuan

3.1 Menganalisis konsep dasar pembangunan ekonomi, permasalahan pembangunan ekonomi, faktor yang mempengaruhi, dan strategi untuk mengatasinya

3.2 Memahami pengertian, fungsi, dan tujuan, APBN maupun APBD

3.3 Menganalisis permasalahan ketenagakerjaan, faktor penyebab dan upaya untuk mengatasi masalah ketenagakerjaan di Indonesia

3.4 Memahami kebijakan pemerintah dalam bidang fiskal dan moneter

3.5 Memahami konsep manajemen, unsur-unsur manajemen, dan fungsi manajemen dalam pengelolaan perusahaan

3.6 Memahami konsep kewirausahaan , cara mengelola usaha/bisnis secara sederhana dan peran wirausaha dalam perekonomian

3.7 Memahami akuntansi sebagai sistem informasi

3.8 Memahami konsep persamaan akuntasi

3.9 Memahami konsep perusahaan jasa

4.1Menerapkan prinsip penyusunan dan penutupan siklus akuntansi perusahaan jasa

4.2Membuat perencanaan usaha/bussines plan sederhana dan menerapkannya secara efektif dan kreatif

KELAS: XII KOMPETENSI INTI KOMPETENSI DASAR

1. Menghayati dan mengamalkan ajaran agama yang dianutnya

1.1 Mengamalkan ajaran agama dalam melakukan pencatatan dan perhitungan akuntansi

1.2 Menerapkan ajaran agama dalam praktek mengelola usaha dan koperasi

2. Mengembangkan perilaku (jujur, disiplin, tanggung jawab, peduli, santun, ramah lingkungan, gotong royong, kerjasama, cinta damai, responsif dan proaktif), menunjukkan sikap sebagai bagian dari solusi atas berbagai permasalahan bangsa, serta memosisikan diri sebagai agen transformasi masyarakat dalam membangun peradaban bangsa dan dunia

2.1 Menunjukkan perilaku jujur, disiplin, mandiri, dan tanggung jawab dalam melakukan perhitungan dan pencatatan akuntansi

2.2 Menghargai ajaran agama dalam melakukan kerjasama dan perdagangan internasional

2.3 Mengembangkan kerjasama dalam perdagangan internasional yang responsif dan proaktif dan bertanggung jawab

2.4 Menunjukkan perilaku kreatif, percaya diri, disiplin, tanggung jawab, jujur, kerjasama dan mandiri dalam melakukan praktik mengelola koperasi sekolah

3. Memahami, menerapkan, dan menjelaskan pengetahuan faktual, konseptual, prosedural, dan metakognitif dalam ilmu pengetahuan, teknologi, seni, budaya, dan humaniora dengan wawasan kemanusiaan, kebangsaan, kenegaraan, dan peradaban terkait penyebab fenomena dan kejadian, serta menerapkan pengetahuan prosedural pada bidang kajian yang spesifik sesuai dengan bakat dan minatnya untuk memecahkan masalah

3.1 Memahami konsep, manfaat, keuntungan, dan faktor pendorong perdagangan internasional

3.2 Menganalisis kerjasama internasional dibidang ekonomi dan dampaknya terhadap perekonomian Indonesia

3.3 Menganalisis peran pelaku ekonomi dalam sistem perekonomian Indonesia (BUMN, BUMS, Koperasi).

3.4 Memahami konsep perusahaan dagang

4. Mengolah, menalar, menyaji, dan mencipta dalam ranah konkret dan ranah abstrak terkait dengan pengembangan dari yang dipelajarinya di sekolah secara mandiri serta bertindak secara efektif dan kreatif, dan mampu menggunakan metoda sesuai kaidah keilmuan

4.1 Menerapkan penyusunan siklus akuntansi perusahaan dagang

4.2 Menerapkan penutupan siklus akuntansi perusahaan dagang

4.3 Menyajikan penyusunan dan penutupan siklus akuntansi perusahaan dagang

4.4 Menerapkan teori pengelolaan koperasi sekolah

b. permasalahan yang dirasakan guru dalam mengimplementasikan kurikulum 2013Mapel EkonomiPermasalahan yang dihadapi guru yaitu sosialisasi dan pelatihan yang selama ini berlangsung di satuan-satuan pendidikan, rupanya yang sering diundang untuk sosialisasi dan pelatihan itu adalah kepala sekolah, atau jika guru, maka orang yang itu-itu saja, tapi setelah dilatih dan kembali ke sekolah tidak pernah mentransformasikan keilmuan dan kreativitasnya kepada teman guru yang lainnya, akhirnya informasi terbarukan atau perangkat pembelajaran semisal RPP pun hanya dihadirkan secara formal yang penting ada ketika sang pengawas sekolah ada.Sehingga guru yang terpaksa berbuat nekat, tinggal mengkopy saja dari internet atau dari sekolah lain perangkat pelajarannya, tinggal dijilid rapi dan jadilah perangkat administrasi yang rapi meski tidak tepat sasaran, karena yang dibahas di dalamnya tidak menjadi kebutuhan utama di sekolah tersebut. Satu hal lagi, bahwa terkadang jika pelatihan dan seminar kurikulum, materi yang disampaikan dalam sosialisasi atau pelatihan kebanyakan adalah penjabaran undang-undang, kebijakan, teoritik dan aspek-aspek yang terlalu formal dan tidak menjadi kebutuhan utama para guru di sekolah. yang terjadi kemudian para guru dengan mencari gampangan saja, yakni menggunakan cara menerangkan saja dengan mengandalkan buku teks, karena kelemah guru ini, maka penerbitpun mengedarkan LKS yang seakan wajib digunakan siswa. Karena selama ini guru tidak pernah dilatih bagaimana mengembangkan kurikulum secara matang, atau mengembangkan silabus dan RPP secara mandiri. Yang terjadi adalah para guru selalu siap pakai menggunakan kurikulum yang sudah jadi, yang dipakai di sekolah-sekolah ternama, kemudian tinggal diganti tahun dan nama sekolah dan sedikit dimodifikasi, jadilah perangkat pembelajaran atas nama guru tersebut. namun hakikat pengembangan kurikulum secara mandiri, sejatinya tidak pernah dimengerti dan dicapai.Sehingga bukan hal yang baru dalam penerapannya jika kurikulum kemudian menjadi perdebatan tanpa solusi di tingkat sekolah antara guru mata pelajaran sampai pada hal-hal yang sangat teknis, misalnya penggunaan buku paket dan buku pegangan guru yang menggunakan penerbit tertentu, atau pemanfaatan LKS yang tidak bisa ditinggal. Selain masalah buku pegangan guru dan siswa kendala lain yang dihadapi oleh guru dalam menerapkan kurikulum 2013 ini adalah masalah penilaian atau evaluasi yang belum ada dan belum pasti, yang sudah tentunya membingungkan guru guru.Sumber:

Materi KPPG & Kurikulum 20135. Bobot Nilai 10Mata Pelajaran Ekonomi berangkat dari atau gejala ekonomi yang nyata. Kenyataan menunjukan bahwa kebutuhan manusia relatif tidak terbatas, sedangkan sumber-sumber ekonomi sebagai alat untuk memenuhi kebutuhan jumlahnyan relatif terbatas/langka. Ilmu ekonomi diharapkan mampu menjelaskan gejala-gejala tersebut sebab ilmu ekonomi dibangun dari dunia nyata. Coba Sdr. jelaskan apakah ruang lingkup kompetensi materi Ekonomi menurut kurikulum 2013 baik untuk SMP/MTs., SMA maupun SMK?Jawab:

SMP/MTS

Ilmu Pengetahuan Sosial di dikembangkan sebagai mata pelajaran integrative science dan integrative social studies, bukan sebagai pendidikan disiplin ilmu. Keduanya sebagai pendidikan berorientasi aplikatif, pengembangan kemampuan berpikir, kemampuan belajar, rasa ingin tahu, dan pengembangan sikap peduli dan bertanggung jawab terhadap lingkungan sosial dan alam. Disamping itu, tujuan pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial menekankan pada pengetahuan tentang bangsanya, semangat kebangsaan, patriotisme, serta aktivitas masyarakat di bidang ekonomi dalam ruang atau space wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia

SMA/SMKStruktur kurikulum 2013 pendidikan menengah untuk SMA terdiri dari mata pelajaran Wajib dan Peminatan. Mata pelajaran Wajib terdiri dari dua kelompok, yaitu kelompok A, meliputi mata pelajaran: (1) Pendidikan Agama dan Budi Pekerti, (2) PPKN, (3) Bahasa Indonesia, (4) Matematika, (5) Sejarah Indonesia, dan (6) Bahasa Inggris; sedangkan mata pelajaran kelompok B, meliputi: (1) Prakarya dan Kewirausahaan (termasuk muatan lokal) dan (2) Pendidikan Jasmani, Olah Raga dan Kesehatan (termasuk muatan lokal).

Sumber :

http://www.m-edukasi.web.id/2013/05/struktur-kurikulum-2013-smpmts.html

6. Bobot Nilai 15Jelaskan sejarah perkembangan kurikulum di Indonesia sejak zaman Kejayaan Hindu, Budha, Islam, zaman penjajahan, masa setelah kemerdekaan, masa orde lama, orde baru, sampai masa orde reformasi!Jawab:

Sejarah perkembangan kurikulum di Indonesia:

a. Masa Prakolonial /Masa Hindu Dan Budha

Sejarah kurikulum di Indonesia meski tak ada data pasti tetapi dapat dilacak keberadaannya pada masa pra kolonial atau sebelum masuknya masa kolonial ketika masih ada kerajaan hindu budha. Perjalanan panjang perkembangan pendidikan di Indonesia dapat ditelusuri sejak zaman Hindu dan Buddha pada abad ke-5 masehi. Saat itu proses pendidikan telah berlangsung dalam kondisi yang sangat sederhana. Proses pendidikan sangat di pengaruhi oleh dua aliran tersebut. Saat itu meski belum tersedia dalam sebuah rencana, namun bahan pengajaran dimiliki oleh para pendeta dan biksu. Lihat contohnya pada masa Kerajaan Sriwijaya yangmengalami kemansyuran dan menjadi pusat penyebaran agama Buddha. Hal yang sama juga dialami pada zaman Majapahit (abad ke-14-16).

Saat itu pendidikan tidak diselenggarakan secara massal seperti zaman Sriwijaya. Akan tetapi, diberikan secara terbatas oleh beberapa guru dan kelompok murid dalam satu padepokan. Pada masa itu pendidikan telah diberikan pada tingkat dasar, lanjutan hingga tinggi. Meski tidak dilakukan secara formal, tetapi para guru yang mengajar memiliki rencana pengajaran yang berkisar pada berbagai pengetahuan yang bersifat umum dan juga khusus untuk menompang kehidupan kesehariannya.

b. Masa Penjajahan

Pada masa penjajahan Belanda, setidaknya ada tiga sistem pendidikan dan pengajaran yang berkembang saat itu. Pertama, sistem pendidikan Islam yang diselenggarakan perantren. Kedua, sistem pendidikan Belanda.

Sistem pendidikan Belanda diatur dengan prosedur yang ketat dari mulai aturan siswa, pengajar, sistem pengajaran, dan kurikulum. Sistem prosedural seperti ini sangat berbeda dengan sistem prosedural pada sistem pendidikan islam yang telah dikenal sebelumnya. Sistem pendidikan belanda pun bersifat diskriminatif. Sekolah-sekolah dibentuk dengan membedakan pendidikan antara anak Belanda, anak timur asing, dan anak pribumi. Golongan pribumi ini masih dipecah lagi menjadi masyarakat kelas bawah dan priyayi. Susunan persekolahan zaman kolinial adalah sebagai berikut (Sanjaya, 2007:207).

1) Persekolahan anak-anak pribumi untuk golongan non priyayi menggunakan pengantar bahasa daerah, namanya Sekolah Desa 3 tahun. Mereka yang berhasil menamatkannya boleh melajutkan ke Sekolah Sambungan (Vervolg School) selama 2 tahun. Dari sini mereka bisa melanjutkan ke Sekolah Guru atau Mulo Pribumi selama 4 tahun, inilah sekolah paling atas untuk bangsa pribumi biasa. Untuk golongan pribumi masyarakat bangsawan bisa memasuki His Inlandsche School selama 7 tahun, Mulo selama 3 tahun, dan Algemene Middlebare School (AMS) selama 3 tahun.

2) Untuk orang timur asing disediakan sekolah seperti Sekolah Cina 5 tahun dengan pengantar bahasa Cina, Hollandch Chinese School (HCS) yang berbahasa Belanda selama 7 tahun. Siswa HCS dapat melanjutkan ke Mulo.

3) Sedangkan untuk orang Belanda disediakan sekolah rendah sampai perguruan tinggi, yaitu Eropese Legere School 7 tahun, sekolah lanjutan HBS 3 dan 5 tahun Lyceum 6 tahun, Maddelbare Meisjeschool 5 tahun, Recht Hoge School 5 tahun, Sekolah kedokteran tinggi 8,5 tahun, dan kedokteran gigi 5 tahun.

c. Kurikulum 1947

Setelah Indonesia merdeka, yakni tahun 1945, di awal-awal pemerintahannya pemerintah secara bertahap mulai mengkonstruksi kurikulum sesuai dengan kondisi dan situasi saat itu. Tiga tahun setelah Indonesia merdeka mulailah pemerintah membuat kurikulum yang sederhana yang disebut dengan Rencana Pelajaran atau dalam bahasa belanda dikenal dengan istilah Leer Plan. Tahun 1947. Perubahan kisi kisi pendidikan lebih bersifat politis: dari orientasi pendidikan Belanda ke kepentingan nasional. Asas pendidikan ditetapkan Pancasila. Awalnya pada tahun 1947, kurikulum saat itu diberi nama Rentjana Pelajaran 1947. Pada saat itu, kurikulum pendidikan di Indonesia masih dipengaruhi sistem pendidikan kolonial Belanda dan Jepang, sehingga hanya meneruskan yang pernah digunakan sebelumnya. Rentjana Pelajaran 1947 boleh dikatakan sebagai pengganti sistem pendidikan kolonial Belanda. Karena suasana kehidupan berbangsa saat itu masih dalam semangat juang merebut kemerdekaan maka pendidikan sebagai development conformism lebih menekankan pada pembentukan karakter manusia Indonesia yang merdeka dan berdaulat dan sejajar dengan bangsa lain di muka bumi ini.

Rencana Pelajaran 1947 mengurangi pendidikan pikiran dalam arti kognitif, namun yang diutamakan pendidikan watak atau perilaku (value , attitude), meliputi :

a) Kesadaran bernegara dan bermasyarakat

b) Materi pelajaran dihubungkan dengan kejadian sehari-hari

c) Perhatian terhadap kesenian dan pendidikan jasmani.

d. Kurikulum 1952

Pada tahun 1952 kurikulum di Indonesia mengalami penyempurnaan. Pada tahun 1952 ini diberi nama Rentjana Pelajaran Terurai 1952. Kurikulum ini sudah mengarah pada suatu sistem pendidikan nasional. Yang paling menonjol dan sekaligus ciri dari kurikulum 1952 ini bahwa setiap rencana pelajaran harus memperhatikan isi pelajaran yang dihubungkan dengan kehidupan sehari-hari.

Kurikulum ini lebih merinci setiap mata pelajaran yang disebut Rencana Pelajaran Terurai 1952. Silabus mata pelajarannya jelas sekali. seorang guru mengajar satu mata pelajaran, Pada masa itu juga dibentuk Kelas Masyarakat. yaitu sekolah khusus bagi lulusan SR 6 tahun yang tidak melanjutkan ke SMP. Kelas masyarakat mengajarkan keterampilan, seperti pertanian, pertukangan, dan perikanan. Tujuannya agar anak tak mampu sekolah ke jenjang SMP, bisa langsung bekerja.

e. Kurikulum 1964

Pada akhir era kekuasaan Soekarno, kurikulum pendidikan yang lalu diubah menjadi Rencana Pendidikan 1964. Isu yang berkembang pada rencana pendidikan 1964 adalah konsep pembelajaran yang bersifat aktif, kreatif, dan produktif. Konsep pembelajaran ini mewajibkan sekolah membimbing anak agar mampu memikirkan sendiri pemecahan persoalan (problem solving).

Rencana Pendidikan 1964 melahirkan Kurikulum 1964 yang menitik beratkan pada pengembangan daya cipta, rasa, karsa, karya, dan moral, yang kemudian dikenal dengan istilah Pancawardhana. Disebut Pancawardhana karena lima kelompok bidang studi, yaitu kelompok perkembangan moral, kecerdasan, emosional/artisitk, keprigelan (keterampilan), dan jasmaniah. Pada saat itu pendidikan dasar lebih menekankan pada pengetahuan dan kegiatan fungsional praktis, yang disesuaikan dengan perkembangan anak.

Cara belajar dijalankan dengan metode disebut gotong royong terpimpin. Selain itu pemerintah menerapkan hari sabtu sebagai hari krida. Maksudnya, pada hari Sabtu, siswa diberi kebebasan berlatih kegitan di bidang kebudayaan, kesenian, olah raga, dan permainan, sesuai minat siswa. Kurikulum 1964 adalah alat untuk membentuk manusia pacasialis yang sosialis Indonesia, dengan sifat-sifat seperti pada ketetapan MPRS No II tanun 1960.

Penyelenggaraan pendidikan dengan kurikulum 1964 mengubah penilaian di rapor bagi kelas I dan II yang asalnya berupa skor 10 100 menjadi huruf A, B, C, dan D. Sedangkan bagi kelas II hingga VI tetap menggunakan skor 10 100. Kurikulum 1964 bersifat separate subject curriculum, yang memisahkan mata pelajaran berdasarkan lima kelompok bidang studi (Pancawardhana).

f. Kurikulum 1968

Kurikulum 1968 merupakan pembaharuan dari Kurikulum 1964, yaitu dilakukannya perubahan struktur kurikulum pendidikan dari Pancawardhana menjadi pembinaan jiwa pancasila, pengetahuan dasar, dan kecakapan khusus. Kurikulum 1968 merupakan perwujudan dari perubahan orientasi pada pelaksanaan UUD 1945 secara murni dan konsekuen.

Dari segi tujuan pendidikan, Kurikulum 1968 bertujuan bahwa pendidikan ditekankan pada upaya untuk membentuk manusia Pancasila sejati, kuat, dan sehat jasmani, mempertinggi kecerdasan dan keterampilan jasmani, moral, budi pekerti, dan keyakinan beragama. Isi pendidikan diarahkan pada kegiatan mempertinggi kecerdasan dan keterampilan, serta mengembangkan fisik yang sehat dan kuat.Kelahiran Kurikulum 1968 bersifat politis: mengganti Rencana Pendidikan 1964 yang dicitrakan sebagai produk Orde Lama. Tujuannya pada pembentukan manusia Pancasila sejati. Kurikulum 1968 menekankan pendekatan organisasi materi pelajaran: kelompok pembinaan Pancasila, pengetahuan dasar, dan kecakapan khusus.

Kurikulum 1968 bersifat correlated subject curriculum, artinya materi pelajaran pada tingkat bawah mempunyai korelasi dengan kurikulum sekolah lanjutan. Bidang studi pada kurikum ini dikelompokkan pada tiga kelompok besar: pembinaan pancasila, pengetahuan dasar, dan kecakapan khusus. Jumlah mata pelajarannya 9, yang memuat hanya mata pelajaran pokok saja.

Muatan materi pelajarannya sendiri hanya teoritis, tak lagi mengkaitkannya dengan permasalahan faktual di lingkungan sekitar. Metode pembelajaran sangat dipengaruhi oleh perkembangan ilmu pendidikan dan psikologi pada akhir tahun 1960-an.

g. Kurikulum 1975

Setelah Indonesia memasuki masa orde baru maka tatanan kurikulmpun mengalami perubahan dari Rencana Pelajaran menuju kurikulum berbasis pada pencapaian tujuan. Menurut kurikulum ini, belajar adalah berusaha menguasai isi atau materi pelajaran sebanyak-banyaknya. kurikulum subjek akademik tidak berarti terus tetap hanya menekankan materi yang disampaikan, dalam sejarah perkembangannya secara berangsur-angsur memperhatikan juga proses belajar yang dilakukan peserta didik.

Kurikulum 1975 sebagai pengganti kurikulum 1968 menggunakan prinsip-prinsip di antaranya sebagai berikut.

1) Berorientasi pada tujuan. Dalam hal ini pemerintah merumuskan tujuan-tujuan yang harus dikuasai oleh siswa yang lebih dikenal dengan khirarki tujuan pendidikan, yang meliputi : tujuan pendidikan nasional, tujuan institusional, tujuan kurikuler, tujuan instruksional umum dan tujuan instruksional khusus.

2) Menganut pendekatan integrative dalam arti bahwa setiap pelajaran memiliki arti dan peranan yang menunjang kepada tercapainya tujuan-tujuan yang lebih integratif.

3) Menekankan kepada efisiensi dan efektivitas dalam hal daya dan waktu.

4) Menganut pendekatan sistem instruksional yang dikenal dengan Prosedur Pengembangan Sistem Instruksional (PPSI). Sistem yang senantiasa mengarah kepada tercapainya tujuan yang spesifik, dapat diukur dan dirumuskan dalam bentuk tingkah laku siswa.

5) Dipengaruhi psikologi tingkah laku dengan menekankan kepada stimulus respon (rangsang-jawab) dan latihan (Drill). Pembelajaran lebih banyak menggunaan teori Behaviorisme, yakni memandang keberhasilan dalam belajar ditentukan oleh lingkungan dengan stimulus dari luar, dalam hal ini sekolah dan guru.

Dengan melaksanakan PPSI, penilaian diberikan pada setiap akhir pelajaran atau pada akhir satuan pelajaran tertentu. Inilah yang membedakan dengan kurikulum sebelumnya yang memberikan penilaian pada akhir semester atau akhir tahun saja. Kurikulum ini diberlakukan pada saat Syarif Tayeb menjabat Menteri Pendidikan Kebudayaan.Pada saat Daud Yusuf menjabat Menteri Pendidikan Nasional.

h. Kurikulum 1984

Kurikulum 1975 hingga menjelang tahun 1983 dianggap sudah tidak mampu lagi memenuhi kebutuhan masyarakat dan tuntutan ilmu pengetahuan dan teknologi. Bahkan sidang umum MPR 1983 yang produknya tertuang dalam GBHN 1983 menyiratakan keputusan politik yang menghendaki perubahan kurikulum dari kurikulum 1975 ke kurikulum 1984. Kurikulum 1984 memiliki ciri-ciri sebagai berikut: berorientasi kepada tujuan instruksional, pendekatan pengajarannya berpusat pada anak didik melalui cara belajar siswa aktif (CBSA), Materi pelajaran dikemas dengan nenggunakan pendekatan spiral, Menanamkan pengertian terlebih dahulu sebelum diberikan latihan, Materi disajikan berdasarkan tingkat kesiapan atau kematangan siswa, Menggunakan pendekatan keterampilan proses.

Kepemimpinan Daud Yusuf dikenal dengan kurikulum 1984, dengan salah satu produk kurikulum ini adalah metode belajar Cara Belajar Siswa Aktif (CBSA).

i. Kurikulum 1994

Kurikulum 1994 terus direvisi dan menjadi acuan pada saat itu. Kurikulum ini terkait dengan lahirnya UU Pendidikan Nasional No. 2 Tahun 1989 tentang Sistem Pendidikan Nasional. Maka terhitung Tahun Pelajaran 1994/1995, kurikulum ini resmi diterapkan diseluruh Indonesia. Pada tahun 1994 Menteri Pendidikan Kebudayaan Ing Wardiman Djojonegoro menetapkan kurikulum yang dikenal objective based curriculum. Hal ini berdampak pada sistem pembagian waktu pelajaran, yaitu dengan mengubah dari sistem semester ke sistem caturwulan. Dengan sistem caturwulan yang pembagiannya dalam satu tahun menjadi tiga tahap diharapkan dapat memberi kesempatan bagi siswa untuk dapat menerima materi pelajaran cukup banyak. Kurikulum 1994 berisi 3 lampiran yaitu pertama berisikan landasan, program dan pengembangan kurikulum, kedua berisi GBPP dan yang ketiga berisi pedoman pelaksanaan kurikulum.

j. Lahirnya kurikulum KBK 2004

Kurikulum yang berorientasi pada pencapaian tujuan (1975-1994) berimpilkasi pada penguasaan kognitif lebih dominan namun kurang dalam penguasaan keterampilan (skill). Sehingga lulusan pendidikan kita tidak memiliki kemampuan yang memadai terutama yang bersifat aplikatif, sehingga diperlukan kurikulum yang berorientasi pada penguasaan kompetensi secara holistik. Pada masa Abdul Malik Fajar menjabat Menteri Pendidikan Nasional pada 2004. Sejak awal 2001 disusun Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK) untuk menggantikan Kurikulum 1994. Semangat KBK terinspirasi dari UU No. 22 Tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah dan Peraturan Pemerintah Pusat Kewenangan Provinsi sebagai daerah otonom. Saat itu ada tiga kebijakan penting yang termuat dalam KBK yaituManajemenBerbasisSekolah (MBS), KurikulumBerbasisKompetensi (KBK) danUjianAkhirNasional (UAN).

k. Kurikulum KTSP 2006

Terakhir kepemimpinan Bambang Sudibyo mengesahkan KTSP (Kurikulum Tingkat SatuanPendidikan).Peraturan Menteri Pendidikan Nasional (Mendiknas) No. 22/2006 tentang Standar Isi Pendidikan dan No. 23/2006 tentang Standar Kompetensi Lulusan/SKL) menginisiasi kurikulum tingkat satuan pendidikan alias KTSP di Indonesia. Mulai Tahun Pelajaran 2006/2007, KTSP atau akrab disebut Kurikulum 2006 diterapkan di Indonesia. Kurikulum 2006 memberi keleluasaan penuh setiap sekolah mengembangkan kurikulum dengan tetap memperhatikan potensi sekolah dan potensi daerah sekitar. Setiap satuan pendidikan dasar menengah diberikan peluang untuk mengembangkan dan menetapkan KTSP (Kartono, 2006).

Sumber :

Sejarah perkembangan kurikulum di Indonesia.pdf.7. Bobot Nilai 20Setelah Saudara mendapatkan tugas book report tentang Curriculum Development tulisan Hilda Taba, Sdr. telah mendapatkan pemahaman tentang bagaimana pendapat Hilda Taba tentang pengembangan kurikulum yang dilakukan di Amerika. Berkaitan dengan hal tersebut, coba Sdr jelaskan beberapa hal sebagai berikut:

a. Hilda Taba menyatakan bahwa, a curriculum is a plan for learning, therefore what is know about the learning process and the development of individual has bearing on the shaping of the curriculum. Coba Sdr. Jelaskan apa yang dimaksud oleh Hilda Taba tentang kurikulum!b. Hilda Taba mengembangkan model atas dasar data induktif sehingga dikenal dengan model terbalik. Coba Sdr. jelaskan apa yang dimksud dengan kurikulum model induktif?Jelaskan pula lima langkah pengembangan kurikulum model terbalik dari Hilda Taba tersebut!c. Jelaskan langkah-langkah pengembangan kurikulm menurut Hilda Taba dan apa bedanya dengan langkah-langkah pengembangan kurikulm menurut Raph Tyler.

Jawab:a. Kurikulum menurut Hilda Taba

Kurikulum sebagai a plan for learning, yang artinya sesuatu yang direncanakan untuk dipelajari oleh siswa. Sementara itu, pandangan lain mengatakan bahwa kurikulum sebagai dokumen tertulis yang memuat rencana untuk peserta didik selama di Sekolah . kesimpulannya menurut Hilda Taba kurikulum merupakan sebuah rancangan atau sebuah system yang tersusun secara beralur dari sebuah pembelajaran dengan mempertimbangkan segala baik dari proses pembelajaran serta mengenai perkembangan individu.b. Kurikulum Model Induktif

Menurut Hilda Taba urutan dalam metode mengembangkan desain kurikulum perlu terbalik (Induktif). Model Induktif ini awalnya harus dibuat dengan mempertimbangkan dan merencanakan kembali unit belajar mengajar sebagi langkah pertama dalam pengembangan kurikulum perencanaan unit-unit mengajar-belajar yang spesifik oleh para guru, bukan diawali dengan desain kerangka (framework) yang umum. Langkah langkah model pengembangan kurikulum Hilda Taba:

1) Menciptakan unit-unit panduan

Tahapan pertama adalah membuat sebuah percobaan dalam unit panduan oleh contoh kelompok guru untuk menggambarkan level-level tingkatan penting dan menyusun mata pelajaran yang dikelompokan sesuai dengan keputusan. Dalam kegiatan ini perlu mempersiapkan perencanaan berdasarkan pada teori-teori yang kuat, eksperimen harus dilakukan di dalam kelas dengan menghasilkan data yang empiric dan teruji. Unit unit eksperimen ini harus dirancang melaui tahapan-tahapan sebagai berikut:

a. Mendiagnosis kebutuhan. Pada langkah ini, pengembangan kurikulum dimulai dengan menentukan kebuttuhan-kebutuhan siswa melalui diagnosis tentang berbagai kekurangan (deficiencies), dan perbedaan latar belakang siswa. Tenaga pengajar mengidentifikasi masalah-masalah, kondisi, kesulitan serta kebutuhan-kebutuhan siswa dalam suatu proses pengajaran. Lingkup diagnosis tergantung pada latar belakang program yang akan direvisi, termasuk didalamnya tujuan konteks dimana program tersebut difungsikan.

b. Merumuskan tujuan khusus. Setelah kebuttuhan-kebutuhan siswa didiagnosis, selanjutnya para pengembang kurikulum merumuskan tujuan.Rumusan tujuan akan meliputi:

a) Konsep atau gagasan yang akan dipelajari

b) Sikap, kepekaan dan perasaan yang akan dikembangkan

c) Cara befikir untuk memperkuat,

d) Kebiasaan dan keterampilan yang akan dikuasai

c. Memilih isi. Pemilihan isi kurikulum sesuai dengan tujuan meerupakan langkah berikutnya. Pemilihan isi bukan saja didasarkan pada tujuan yang harus dicapai sesuai dengan langkah kedua, akan tetapi juga harus mempertimbangkan segi validitas dan kebermaknaannya untuk siswa.

d. Mengorganisasi isi. Melalui penyeleksian, selanjutnya isi kurikulum yang telah ditentukan itu disusun urutannya, sehingga tampak pada tingkat atau kelas berapa sebaiknya kurikulum itu diberikan.

e. Memilih pengalaman belajar. Pada tahap ini ditentukan pengalaman-pengalaman belajar yag harus dimiliki siswa untuk mencapai tujuan kurikulum.

f. Mengorganisasi pengalaman belajar. Guru selanjutnya menentukan bagaimana mengemas pengalaman-pengalaman belajar yang telah ditentukan itu kedalam paket-paket kegiatan itu, siswa diajak serta, agar mereka memiliki tanggung jawab dalam melaksanakan kegiatan belajar.

g. Menentukan alat evaluasi dan prosedur yang harus dilakukan siswa. Pada penentuan alat evaluasi guru dapat menyeleksi berbagai teknik yang dapat dilakukan untuk menilai prestasi siswa, apakah siswa sudah mencapai tujuan atau belum.h. Menguji keseimbangan isi kurikulum. Pengujian ini perlu dilakukan untuk melihat kesesuaian antara isi, pengalaman belajar, dan tipe-tipe belajar siswa.Langkah ini juga merupakan gabungan pertama antara teori dan praktis, karena banyak pertimbangan-pertimbangan teoritikal yang digambarkan di bab 21-22 yang harus dijalankan melalui dua aspek yaitu adanya penelitian dan penelitian lokal yang baru.2) Percobaan penelitian pada tiap unit

Karena unit panduan dibuat oleh guru-guru secara individu maka belum ada model unit panduan yang sempurna untuk diterapkan pada kelas lain. Panduan ini perlu untuk diuji di kelas yang berbeda dan dalam kondisi yang berlainan untuk menentukan validitas dan kelayakan diajarkan juga untuk menentukan batas kelas atas dan batas bawah untuk menentukan kebutuhan siswa. Pengalaman belajar yang cocok untuk siswa pada satu populasi mungkin tidak dapat digunakan untuk yang lainnya. Unit-unit tersebut harus diuji juga untuk kesesuaian untuk digunakan dalam gaya mengajar yang berbeda. Pengujian dilakukan untuk mengetahui tigkat validitas dan kepraktisan sehingga dapat menghimpun data sebagai penyempurnaan.3) Perbaikan dan penggabungan

Untuk melakukan ini perlu untuk menguji skema ini secara konsisten dalam refleksi perinsip-perinsip yang berkesinambungan, untuk memeriksa validitas dari materi-materi, dan untuk menguji kemungkinan yang dapat saja terjadi dari semua sumber yang tersedia. Penggabungan ini merupakan tugas pengawas, kordiator kurikulum dan ahli kurikulum. Selain dilakukan perbaikan dan penyempurnaan dilakukan juga konsolidasi yaitu penarikan kesimpulan hal-hal yang umum dan tentang konsistensi teori-teori yang digunakan. Langkah ini dilakukan secara bersana-sama dengan coordinator kurikulum maupun ahli kurikulum. produk dari langkah ini adalah berupa teaching learning unit yang telah diuji dilapangan. Pada langkah ini dilakukan pula penarikan kesimpulan (konsolidasi) tentang konsistensi teori yang digunakan. Langkah ini dilakukan bersama oleh koordinator kurikulum dan ahli kurikulum. Bila hasilnya sudah memadai, maka unit-unit tersebut dapat disebarkan dalam lingkup yang lebih luas.4) Mengembangkan sebuah kerangka

Isi dari unit-unit ini secra berturut-turut memerlukan pengujian untuk melihat kalau kesempatan untuk keterampilan inteklual dan wawasan emosional menstimulasi secra kumulatif perkembangan siswa. Isi dari unit-unit tersebut memungkinkan bahwa adanya penggeseran isi, atau tekanan, yang memegang peran saat ini.Ada beberapa pertanyaan yang harus dijawab dalam langkah ini.

a. Apakah lingkup isi telah memadai

b. Apakah isi telah tersusun secara logis

c. Apakah pemebelajaran telah memberikan peluang terhadap pengembangan intelektual, keterampilan dan sikap

d. Dan apakah konsep dasar telah terakomodasi

Perkembangan yang dipergunakan untuk melakukan kegiatan yang berdasarkan pada pertanyaan-pertanyaan apa isi unit-unit yang disusun secara berurutan itu telah berimbang ke dalamnya dan keluasannya, dan apakah pengalaman belajar telah memungkinkan belajarnya kemampuan intelektual dan emosional.Pengembangan ini dilakukan oleh ahli kurikulum dan para professional kurikulum lainnya. Produk dari langkah-langkah ini adalah dokumen kurikulum yang siap untuk diimplementasikan dan didesiminasikan.5) Penerapan dan penghamburan unit-unit baru

Akhirnya, ada tugas penerapan dari pelantikan, yang melibatkan pelatihan kelompok besar dari guru-guru dalam menggunakan unit ini. Pelatihan ini mungkin diselesaikan melalui seminar secara intensif, pelatihan kursus bertema, dan perlengkapan pelayanan pelatihan untuk mengembangkan pentingnya materi dasar, syarat keterampilan mengajar, dan sebuah pemahaman dari teori yang mendasar pada program baru. Rentang waktu untuk tahapan induktif dalam perubahan kurikulum tergantung, tentu saja, pada sumber-sumber dan tingkatan dari perubahan yang terkait didalamnya. keadaan yang paling baik adalah rentang waktu beberapa tahun, ketimbang hanya setahun atau beberapa bulan yang biasanya dijadwalkan untuk panduan perbaikan kurikulum.Dalam langkah ini dilakukan penerapan dan penyebarluasan program ke daerah dan sekolah-sekolah dan dilakukan pendataan tetang kesulitan serta permasalahan yang dihadapi guru-guru di lapangan. Oleh karena itu perlu diperhatikan tentang persiapan dilapangan yang berkaitan dengan aspek-aspek penerapan kurikulum. Pengembangan kurikulum realitas dengan pelaksanaannya, yaitu melalui pengujian terlebih dahulu oleh staf pengajar yang profesional.Pada tahap ini harus diperhatikan berbagai masalah : seperti kesiapan tenaga pengajar untuk melaksanakan kurikulum di kelasnya, penyediaan fasilitas pendukung yang memadai, alat atau bahan yang diperlukan dan biaya yang tersedia, semuanya perlu mendapat perhatian dalam penerapan kurikulum agar tercapai hasil optimal.c. Langkah-langkah pengembangan kurikulm menurut Hilda Taba dan apa bedanya dengan langkah-langkah pengembangan kurikulm menurut Raph Tyler.

Pengembangan Model Kurikulum Tyler, lebih bersifat bagaimana merancang suatu kurikulum sesuai dengan tujuan dan misi suatu institusi pendidikan dengan demikian, model ini tidak menguraikan pengemabngan kurikulum dalam bentuk langkah-langkah kongkret atau tahapan-tahapan secar rinci. Tyler hanya memberikan dasar-dasar pengembangannya saja.Sementara itu Hilda Taba tidak sependapat dengan langkah tersebut. Alasannya, pengembangan kurikulum secara deduktif tidak dapat menciptakan pambaruan kurikulum. Oleh karena itu, menurut Hilda Taba, sebaiknya kurikulum dikembangkan secara terbalik (inverted) yaitu dengan pendekatan induktif. Taba percaya bahwa esensial proses deduktif ini cenderung untuk mengurangi kemungkinan-kemungkinan inovasi kreatif, sebab membatasi kemungkinan mengeksperimentasikan konsep-konsep baru kurikulum. Taba mengajukan pandangan yang berlawanan dengan urutan tradisional dengan mengembangkan inverted model, yakni langkah awal dimulai dari perencanaan unit-unit mengajar-belajar yang spesifik oleh para guru, bukan diawali dengan desain kerangka (framework) yang umum. Langkah langkah model pengembangan kurikulum model Tyler;

a. Menentukan tujuan pendidikanTujuan pendidikan merupakan arah atau sasaran akhir yang harus dicapai dalam program pendidikan dan pembelajaran. Tujuan pendidikan harus menggambarkan perilaku akhir setelah peserta didik mengikuti program pendidikan. Ada tiga aspek yang harus dipertimbangkan sebagai sumber dalam penentuan tujuan pendidikan menurut Tyler, yaitu :

1) Hakikat pesarta didik

2) Kehidupan masyarakat masa kini, dan3) Pandangan para ahli bidang studi. Penentuan tujuan pendidikan dengan berdasarkan masukan dari ketiga aspek tersebut. Selain itu ada lima faktor yang menjadi arah penentu tujuan pendidikan, yaitu : pengembangan kemampuan berfikir, membantu memperoleh informasi, pengembangan sikap kemasyarakatan, pengembangan minat peserta didik, dan pengembangan sikap sosial.b. Menentukan proses pembelajaran Menetukan proses pembelajaran apa yang paling cocok dilakukan untuk mencapai tujuan tersebut. Salah satu aspek yang harus diperhatikan dalam penentuan proses pembelajaran adalah persepsi dan latar belakang kemampuan paserta didik.c. Menentukan organisasi pengalaman belajarSetelah proses pembelajaran ditentukan, selanjutnya menentukan organisasi pengalaman belajar. Pengalaman belajar di dalamnya mencakup tahapan-tahapan belajar dan isi atau materi belajar. Bahan yang harus dilakukan, diorganisasikan sedemikian rupa sehingga dapat memudahkan dalam pencapaian tujuan.d. Menentukan evaluasi pembelajaranMenetukan jenis evaluasi apa yang cocok digunakan, merupakan kegiatan akhir dalam model Tyler. Jenis penilaian yang akan digunakan, harus disesuaikan dengan jenis dan sifat dari tujuan pendidikan atau pembelajaran, materi pembelajaran, dan proses belajar yang telah ditetapkan sebelumnya. Agar penetapan jenis evaluasi bisa tepat, maka para pengembang kurikulum disamping harus memerhatikan komponen-komponen kurikulum lainnya, juga harus memerhatikan prinsip-prinsip evaluasi yang ada.

Sedangkan langkah langkah model Hilda Taba, yaitu;

1) Menciptakan unit-unit panduan

Tahapan pertama adalah membuat sebuah percobaan dalam unit panduan oleh contoh kelompok guru untuk menggambarkan level-level tingkatan penting dan menyusun mata pelajaran yang dikelompokan sesuai dengan keputusan. Dalam kegiatan ini perlu mempersiapkan perencanaan berdasarkan pada teori-teori yang kuat, eksperimen harus dilakukan di dalam kelas dengan menghasilkan data yang empiric dan teruji. Unit unit eksperimen ini harus dirancang melaui tahapan-tahapan sebagai berikut:

a. Mendiagnosis kebutuhan. Pada langkah ini, pengembangan kurikulum dimulai dengan menentukan kebuttuhan-kebutuhan siswa melalui diagnosis tentang berbagai kekurangan (deficiencies), dan perbedaan latar belakang siswa. Tenaga pengajar mengidentifikasi masalah-masalah, kondisi, kesulitan serta kebutuhan-kebutuhan siswa dalam suatu proses pengajaran. Lingkup diagnosis tergantung pada latar belakang program yang akan direvisi, termasuk didalamnya tujuan konteks dimana program tersebut difungsikan.

b. Merumuskan tujuan khusus. Setelah kebuttuhan-kebutuhan siswa didiagnosis, selanjutnya para pengembang kurikulum merumuskan tujuan.Rumusan tujuan akan meliputi:

a) Konsep atau gagasan yang akan dipelajari

b) Sikap, kepekaan dan perasaan yang akan dikembangkan

c) Cara befikir untuk memperkuat,

d) Kebiasaan dan keterampilan yang akan dikuasai

c. Memilih isi. Pemilihan isi kurikulum sesuai dengan tujuan meerupakan langkah berikutnya. Pemilihan isi bukan saja didasarkan pada tujuan yang harus dicapai sesuai dengan langkah kedua, akan tetapi juga harus mempertimbangkan segi validitas dan kebermaknaannya untuk siswa.

d. Mengorganisasi isi. Melalui penyeleksian, selanjutnya isi kurikulum yang telah ditentukan itu disusun urutannya, sehingga tampak pada tingkat atau kelas berapa sebaiknya kurikulum itu diberikan.

e. Memilih pengalaman belajar. Pada tahap ini ditentukan pengalaman-pengalaman belajar yag harus dimiliki siswa untuk mencapai tujuan kurikulum.

f. Mengorganisasi pengalaman belajar. Guru selanjutnya menentukan bagaimana mengemas pengalaman-pengalaman belajar yang telah ditentukan itu kedalam paket-paket kegiatan itu, siswa diajak serta, agar mereka memiliki tanggung jawab dalam melaksanakan kegiatan belajar.

g. Menentukan alat evaluasi dan prosedur yang harus dilakukan siswa. Pada penentuan alat evaluasi guru dapat menyeleksi berbagai teknik yang dapat dilakukan untuk menilai prestasi siswa, apakah siswa sudah mencapai tujuan atau belum.h. Menguji keseimbangan isi kurikulum. Pengujian ini perlu dilakukan untuk melihat kesesuaian antara isi, pengalaman belajar, dan tipe-tipe belajar siswa.Langkah ini juga merupakan gabungan pertama antara teori dan praktis, karena banyak pertimbangan-pertimbangan teoritikal yang digambarkan di bab 21-22 yang harus dijalankan melalui dua aspek yaitu adanya penelitian dan penelitian lokal yang baru.2) Percobaan penelitian pada tiap unit

Karena unit panduan dibuat oleh guru-guru secara individu maka belum ada model unit panduan yang sempurna untuk diterapkan pada kelas lain. Panduan ini perlu untuk diuji di kelas yang berbeda dan dalam kondisi yang berlainan untuk menentukan validitas dan kelayakan diajarkan juga untuk menentukan batas kelas atas dan batas bawah untuk menentukan kebutuhan siswa. Pengalaman belajar yang cocok untuk siswa pada satu populasi mungkin tidak dapat digunakan untuk yang lainnya. Unit-unit tersebut harus diuji juga untuk kesesuaian untuk digunakan dalam gaya mengajar yang berbeda. Pengujian dilakukan untuk mengetahui tigkat validitas dan kepraktisan sehingga dapat menghimpun data sebagai penyempurnaan.3) Perbaikan dan penggabungan

Untuk melakukan ini perlu untuk menguji skema ini secara konsisten dalam refleksi perinsip-perinsip yang berkesinambungan, untuk memeriksa validitas dari materi-materi, dan untuk menguji kemungkinan yang dapat saja terjadi dari semua sumber yang tersedia. Penggabungan ini merupakan tugas pengawas, kordiator kurikulum dan ahli kurikulum. Selain dilakukan perbaikan dan penyempurnaan dilakukan juga konsolidasi yaitu penarikan kesimpulan hal-hal yang umum dan tentang konsistensi teori-teori yang digunakan. Langkah ini dilakukan secara bersana-sama dengan coordinator kurikulum maupun ahli kurikulum. produk dari langkah ini adalah berupa teaching learning unit yang telah diuji dilapangan. Pada langkah ini dilakukan pula penarikan kesimpulan (konsolidasi) tentang konsistensi teori yang digunakan. Langkah ini dilakukan bersama oleh koordinator kurikulum dan ahli kurikulum. Bila hasilnya sudah memadai, maka unit-unit tersebut dapat disebarkan dalam lingkup yang lebih luas.4) Mengembangkan sebuah kerangka

Isi dari unit-unit ini secra berturut-turut memerlukan pengujian untuk melihat kalau kesempatan untuk keterampilan inteklual dan wawasan emosional menstimulasi secra kumulatif perkembangan siswa. Isi dari unit-unit tersebut memungkinkan bahwa adanya penggeseran isi, atau tekanan, yang memegang peran saat ini.Ada beberapa pertanyaan yang harus dijawab dalam langkah ini.

a. Apakah lingkup isi telah memadai

b. Apakah isi telah tersusun secara logis

c. Apakah pemebelajaran telah memberikan peluang terhadap pengembangan intelektual, keterampilan dan sikap

d. Dan apakah konsep dasar telah terakomodasi

Perkembangan yang dipergunakan untuk melakukan kegiatan yang berdasarkan pada pertanyaan-pertanyaan apa isi unit-unit yang disusun secara berurutan itu telah berimbang ke dalamnya dan keluasannya, dan apakah pengalaman belajar telah memungkinkan belajarnya kemampuan intelektual dan emosional.Pengembangan ini dilakukan oleh ahli kurikulum dan para professional kurikulum lainnya. Produk dari langkah-langkah ini adalah dokumen kurikulum yang siap untuk diimplementasikan dan didesiminasikan.5) Penerapan dan penghamburan unit-unit baru

Akhirnya, ada tugas penerapan dari pelantikan, yang melibatkan pelatihan kelompok besar dari guru-guru dalam menggunakan unit ini. Pelatihan ini mungkin diselesaikan melalui seminar secara intensif, pelatihan kursus bertema, dan perlengkapan pelayanan pelatihan untuk mengembangkan pentingnya materi dasar, syarat keterampilan mengajar, dan sebuah pemahaman dari teori yang mendasar pada program baru. Rentang waktu untuk tahapan induktif dalam perubahan kurikulum tergantung, tentu saja, pada sumber-sumber dan tingkatan dari perubahan yang terkait didalamnya. keadaan yang paling baik adalah rentang waktu beberapa tahun, ketimbang hanya setahun atau beberapa bulan yang biasanya dijadwalkan untuk panduan perbaikan kurikulum.Dalam langkah ini dilakukan penerapan dan penyebarluasan program ke daerah dan sekolah-sekolah dan dilakukan pendataan tetang kesulitan serta permasalahan yang dihadapi guru-guru di lapangan. Oleh karena itu perlu diperhatikan tentang persiapan dilapangan yang berkaitan dengan aspek-aspek penerapan kurikulum. Pengembangan kurikulum realitas dengan pelaksanaannya, yaitu melalui pengujian terlebih dahulu oleh staf pengajar yang profesional.Pada tahap ini harus diperhatikan berbagai masalah : seperti kesiapan tenaga pengajar untuk melaksanakan kurikulum di kelasnya, penyediaan fasilitas pendukung yang memadai, alat atau bahan yang diperlukan dan biaya yang tersedia, semuanya perlu mendapat perhatian dalam penerapan kurikulum agar tercapai hasil optimal.