uji kualitas jenis cabai (capsicum annuum l.) pada
TRANSCRIPT
1
UJI KUALITAS JENIS CABAI (Capsicum annuum L.)
PADA BERBAGAI BAHAN KEMASAN
(Skripsi)
Oleh
SISKA DWI ANDIRA
16110011
SEKOLAH TINGGI ILMU PERTANIAN
DHARMA WACANA METRO
2020
2
UJI KUALITAS JENIS CABAI (Capsicum annuum L.)
PADA BERBAGAI BAHAN KEMASAN
Oleh
SISKA DWI ANDIRA
16110011
Skripsi
Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh
SARJANA PERTANIAN
Pada
Jurusan Agroteknologi
SEKOLAH TINGGI ILMU PERTANIAN
DHARMA WACANA METRO
2020
3
ABSTRAK
UJI KUALITAS JENIS CABAI (Capsicum annum L.) PADA BERBAGAI
BAHAN KEMASAN
Oleh:
SISKA DWI ANDIRA
Cabai merupakan salah satu komoditas sayuran yang memiliki peluang bisnis
prospektif. Biasanya masyarakat banyak mengonsumsi jenis cabai besar
diantaranya cabai merah, dan jenis cabai kecil diantaranya cabai rawit dan cabai
cengek domba. cabai merupakan komoditas hortikultura nyang mudah mengalami
kerusakan baik secara biologi, kimia, mekanik, maupun fisik. Pada penanganan
pasca panen cabai, biasanya petani kurang memperhatikan penyimpanan dan
pengemasan yang baik.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui : (1) pengaruh berbagai jenis cabai yang
disimpan dalam kemasan terhadap kualitas cabai. (2) pengaruh berbagai bahan
kemasan terhadap kualitas cabai. (3) interaksi antara berbagai jenis cabai dan
bahan kemasan terhadap kualitas cabai.
Penelitian ini dilaksanakan pada bulan November sampai Januari 2020 di
Laboratorium Pasca panen STIPER Dharma Wacana Metro. Penelitian
menggunakan rancangan acak kelompok lengkap (RAKL) yang disusun secara
Faktorial dengan 3 ulangan. faktor pertama adalah jenis cabai (V) terdiri dari 3
taraf yaitu v1= cabai rawit, v2=cabai merah, v3= cabai cengek domba dan Faktor
kedua adalah berbagai bahan kemasan (P) terdiri dari 3 taraf yaitu pengemasan
dengan waring (p1), pengemasan dengan plastik LDPE (p2), dan pengemasan
dengan karung plastik (p3) sehingga di peroleh 27 satuan percobaan dengan
perlakuan yaitu v1p1, v1p2, v1p3, v2p1, v2p2, v2p3, v3p1, v3p2, v3p3. Setiap satuan
percobaan terdiri atas 500g cabai segar.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa (1) Berbagai jenis cabai yang disimpan
dalam kemasan yang berbeda berpengaruh nyata selama penyimpanan suhu dingin
dan suhu ruang. Penyimpanan suhu dingin mempengaruhi warna cabai, tekstur
cabai, bobot susut cabai, tingkat kekerasan, tingkat kerusakan, dan total asam,
sedangkan penyimpanan suhu ruang mempengaruhi warna cabai dan tekstur
cabai. Jenis cabai yang disimpan pada suhu dingin dan suhu ruang tidak
berpengaruh nyata hanya pada kadar vitamin C. Jenis cabai yang baik pada suhu
dingin dan suhu ruang adalah jenis cabai rawit dan jenis cabai merah. (2) Berbagai
bahan kemasan yang berbeda berpengaruh nyata selama penyimpanan suhu dingin
dan suhu ruang. Penyimpanan suhu dingin yaitu warna cabai, tekstur cabai, bobot
4
susut cabai, tingkat kekerasan, dan tingkat kerusakan, sedangkan penyimpanan
suhu ruang yaitu warna cabai, tekstur cabai bobot susut cabai, tingkat kekerasan,
tingkat kerusakan, dan kadar total asam. Bahan kemasan yang berbeda tidak
berpengaruh nyata hanya pada kadar vitamin C. (3) Tidak terdapat interaksi antara
jenis cabai dan bahan pengemas terhadap kualitas.
Siska Dwi Andira
5
HALAMAN PERSETUJUAN
Judul Skripsi : UJI KUALITAS JENIS CABAI (Capsicum
annum L.) PADA BERBAGAI BAHAN
KEMASAN
Nama Mahasiswa : Siska Dwi Andira
Nomor Pokok Mahasiswa : 16110011
Jurusan : Agroteknologi
MENYETUJUI :
1. Komisi Pembimbing
Pembimbing I,
Pembimbing II,
Ir. Rakhmiati, M.T.A
NIP. 196302161990031003
Nurleni Kurniawati., S.Pd,M.Si
NIK. 0030242273A
2. Ketua Jurusan
Priyadi, SP. M.Si
NIK. 003027283A
6
HALAMAN PENGESAHAN
1. Tim Penguji:
Ketua Penguji : Ir.Rakhmiati, M.TA ......................................
Penguji Utama : Ir. Yatmin, M.TA ......................................
Anggota Penguji : Nurleni Kurniawati.,S.Pd, M.Si ......................................
2. Ketua Sekolah Tinggi Ilmu Pertanian Dharma Wacana Metro.
Ir. Rakhmiati, MTA.
NIP. 196304081989032001
Tanggal Lulus Ujian Skripsi:15 Juni 2020
7
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Metro pada tanggal 24 Juli 1998,
putri kedua dari tiga bersaudara, anak dari pasangan
Bapak Edy Mulyono dan Alm Ibu Sukatmi. Penulis
menyelesaikan pendidikan Taman Kanak-Kanak di TK
Aisyah Metro pada tahun 2004; Sekolah Dasar di SD
Negeri 3 Metro Pusat pada tahun 2010;Sekolah
Menengah Pertama di SMP Negeri 5 Metro Selatan pada
tahun 2013; Sekolah Menengah Atas di SMK Negeri 2 Metro pada tahun 2016.
Pada tahun 2016 penulis terdaftar sebagai mahasiswi di Sekolah Tinggi Ilmu
Pertanian (STIPER) Dharma Wacana Metro dengan program studi Agroteknologi.
Selama masa studi penulis merupakan penerima beasiswa Bidikmisi dari
pemerintah. Penulis sempat menjabat sebagai anggota usaha tani dan kesenian di
Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) selama 3 tahun. Penulis melaksanakan Kuliah
Kerja Nyata di Di CV Pendawa Kencana Multifarm, Yogyakarta pada Juni β
Agustus 2019.
8
MOTTO
Jadikan sebuah kesalahan menjadi sebuah pengalaman
karena pada dasarnya sebuah kesalahan dapat merubah kita kedepannya menjadi
pribadi yang lebih baik lagi.
(Siska Dwi Andira)
Ubah pikiranmu dan kau dapat mengubah duniamu
(Norman Vincent Peale)
Allah tidak membebani seseorang melainkan sesuai kesanggupannya
(surah Al Baqarah ayat 286)
9
PERSEMBAHAN
Saya Persembahkan Karyaku yang sederhana ini sebagai bentuk bakti dan
terimakasih kepada :
Kedua Orang Tuaku Tercinta Ayahhanda Edy Mulyono Dan Ibunda Alm
Sukatmi, Mbakku Tersayang Shinta Ika Pratiwi, Adikku Tersayang Eko
Prasastyo Dan Puspita Dwi Andira Yang Telah Memberikan Doa, Dukungan,
Kebahagiaan, Serta Cinta Dan Kasih Sayang Yang Telah Diberikan Selama Ini
Yang Mengiringi Langkah Kakiku Selama Menata Hidup Menjadi Lebih Baik.
Untuk Anggi Agustya ES, Ayu Rizkia, Nur Ayu, Puji Rahayu, Elisa, Ayuwc, Siska
Septiana, Agung Cahya Dan Seluruh Keluarga Besar Angkatan 2016 Yang
Telah Memberikan Bantuan motivasi Serta Semangatnya selama
pembelajaran akhir masa studi .β
10
KATA PENGANTAR
Puji syukur Penulis panjatkan khadirat Allah SWT, yang telah melimpahkan
rahmat dan hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan Skripsi yang
Berjudul βUji Kualitas Jenis Cabai (Capsicum Annuum L.) Pada Berbagai Bahan
Kemasanβ. Penulis mengucapkan banyak terimakasih kepada semua pihak yang
telah membantu menyelesaikan Skripsi ini. Rasa terimakasih penulis ucapkan
kepada :
1. Ibu Ir. Rakhmiati, M.T.A selaku Ketua Sekolah Tinggi Ilmu Pertanian
(STIPER) Dharma Wacana Metro dan selaku pembimbing pertama, yang
telah meluangkan waktu, tenaga, dan pikiran dengan penuh kesabaran dalam
membimbing penulisan Skripsi ini.
2. Ibu Nurleni Kurniawati, S.pd, M.Si Selaku pembimbing kedua, atas segala
bimbingan, bantuan, nasehat, motivasi dan saran yang sangat berarti hingga
selesainya Skripsi ini.
3. Bapak Ir. Yatmin, M.T.A Selaku Pembantu Ketua satu sekaligus penelaah
yang telah banyak memberikan saran untuk memperbaiki Skripsi ini.
4. Bapak dan Ibu dosen beserta staf STIPER Dharma Wacana Metro, yang telah
membantu kelancaran dan kemudahan dalam segala hal.
5. Ayah, Mama, Mba, dan Adik-Adikku tercinta atas kasih sayang, doa,
semangat, dan motivasi yang diberikan.
11
6. Anggi Agustya ES, Ayu Rizkia Ramadhanti, Nur Ayu Ramdhani, Puji
Rahayu, Elisa Mirayana, Ayu Widya Cahyaningrum, Siska Septiana, Agung
Cahyaningrat dan seluruh keluarga besar Angkatan 2016 yang telah
memberikan bantuan serta semangatnya.
7. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu yang telah
memberikan bantuan kelancaran dalam penyusunan Skripsi ini.
Penulis menyadari dalam pembuatan Skripsi ini masih banyak kekurangan. Kritik
dan saran yang membangun masih penulis harapkan demi kesempurnaan dan
manfaat bagi teman -teman mahasiswa yang membacanya.
Metro, 14 Februari 2020
Penulis
12
DAFTAR ISI
Halaman
DAFTAR TABEL .................................................................................. viii
DAFTAR LAMPIRAN .......................................................................... x
DAFTAR GAMBAR .............................................................................. xv
I. PENDAHULUAN ........................................................................... 1
1.1. Latar Belakang .................................................................................. 1
1.2. Tujuan Penelitian............................................................................... 4
1.3. Dasar Pengajuan Hipotesis ................................................................ 4
1.2 Hipotesis ........................................................................................... 7
II. TINJAUAN PUSTAKA .................................................................. 8
2.1 Cabai ................................................................................................ 8
2.1.1 Jenis Cabai ............................................................................ 9
2.1.2 Pasca Panen Cabai ................................................................. 10
a. Kualitas Cabai ................................................................ 10
b. Kandungan Cabai............................................................ 11
c. Pengemasan .................................................................... 12
d. Penyimpanan .................................................................. 14
III. BAHAN DAN METODE ................................................................ 16
3.1 Tempat dan Waktu Penelitian ........................................................... 16
3.2 Alat dan Bahan Penelitian ................................................................ 16
3.3 Metode Penelitian ............................................................................ 16
13
3.4 Pelaksanaan Penelitian ...................................................................... 17
3.4.1 Sortasi Bahan Penelitian ....................................................... 17
3.4.2 Penyediaan Bahan Pengemas ................................................. 17
3.4.3 Pengemasan Bahan ................................................................ 17
3.4.4 Penyimpanan Bahan Yang Telah Dikemas ............................. 18
3.4.5 Aplikasi Perlakuan ................................................................. 18
3.5 Peubah Yang Diamati ...................................................................... 19
IV HASIL DAN PEMBAHASAN ....................................................... 23
4.1 Hasil ................................................................................................. 23
4.1.1 Warna Cabai................................................................................... 23
4.1.2 Tekstur Cabai ................................................................................. 27
4.1.3 Bobot Susut Cabai (%) ................................................................... 30 4.1.4 Tingkat Kekerasan (kg/mm) ........................................................... 33
4.1.5 Tingkat Kerusakan (%) ................................................................... 36
4.1.6 Kadar Vitamin C (mg/g) ................................................................. 39 4.1.7 Kadar Total Asam (ml/g) ................................................................ 42
4.2 Pembahasan .................................................................................... 44
V KESIMPULAN ............................................................................... 51
5.1 Kesimpulan ...................................................................................... 51
5.2 Saran ................................................................................................ 52
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................. 53
LAMPIRAN ........................................................................................... 56
14
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
1. Kualitas Cabai segar berdasarkan Standar Nasional Indonesia
(SNI 01-4480-1998) .......................................................................... 11
2. Kandungan zat gizi cabai segar setiap 100 gram bahan. ..................... 11
3. Skala uji skoring warna cabai ............................................................ 19
4. Skala uji skoring tekstur Cabai .......................................................... 20
5. Warna cabai berbagai jenis cabai dan bahan kemasan yang berbeda
secara organoleptik pada suhu dingin ................................................ 24
6. Warna cabai berbagai jenis cabai dan bahan kemasan yang berbeda
secara organoleptik pada suhu ruang ................................................ 25
7. Tekstur cabai berbagai jenis cabai dan bahan kemasan yang berbeda
secara organoleptik pada suhu dingin ................................................ 27
8. Tekstur cabai berbagai jenis cabai dan bahan kemasan yang berbeda
secara organoleptik pada suhu ruang ................................................. 28
9. Bobot susut cabai berbagai jenis cabai dan bahan kemasan yang
berbeda pada suhu dingin .................................................................. 30
10. Bobot susut cabai berbagai jenis cabai dan bahan kemasan yang
berbeda pada suhu ruang ................................................................... 31
11. Tingkat kekerasan berbagai jenis cabai dan bahan kemasan yang
berbeda pada suhu dingin ................................................................. 33
12. Tingkat kekerasan berbagai jenis cabai dan bahan kemasan yang
berbeda pada suhu ruang ................................................................... 34
15
13. Tingkat kerusakan berbagai jenis cabai dan bahan kemasan yang
berbeda pada suhu dingin .................................................................. 36
14. Tingkat kerusakan berbagai jenis cabai dan bahan kemasan yang
berbeda pada suhu ruang ................................................................... 37
15. Kadar Vitamin C berbagai jenis cabai dan bahan kemasan yang
berbeda pada suhu dingin .................................................................. 39
16. Kadar vitamin C berbagai jenis cabai dan bahan kemasan yang
berbeda pada suhu ruang ................................................................... 40
17. Kadar total asam berbagai jenis cabai dan bahan kemasan yang
berbeda pada suhu dingin ................................................................. 42
18. Kadar total asam berbagai jenis cabai dan bahan kemasan yang
berbeda pada suhu ruang ................................................................... 43
16
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran
Halaman
1. Tata letak percobaan ......................................................................... 56
2. Deskripsi cabai rawit varietas Nirmala-F1 ......................................... 57
3. Deskripsi cabai merah varietas F1-Djitu ............................................ 59
4. Deskripsi cabai cengek domba varietas juwita-F1 ............................. 60
5. Kusioner Panelis ............................................................................... 61
6. Jadwal kegiatan penelitian dari bulan November-Januari................... 63
7. Rekapitulasi Analisis Ragam dan Uji BNT Akibat Perbedaan
Jenis Cabai dan Bahan Kemasan secara organoleptik ........................ 66
8. Rekapitulasi Analisis Ragam dan Uji BNT Akibat Perbedaan
Jenis Cabai dan Bahan Kemasan ....................................................... 67
9. Data warna cabai pada suhu dingin akibat perbedaan jenis cabai
dan bahan kemasan ........................................................................... 68
10. Analisis ragam warna cabai pada suhu dingin akibat perbedaan
jenis cabai dan bahan kemasan .......................................................... 68
11. Data Warna Cabai Pada Suhu dingin Akibat Perbedaan Jenis
Cabai dan Bahan Kemasan ( Transformasi .βπ₯ + 0,5 ) ..................... 69
12. Analisis Ragam Warna Cabai Pada Suhu Dingin Akibat Perbedaan
Jenis Cabai dan Bahan Kemasan ....................................................... 69
13. Data warna cabai pada suhu ruang akibat perbedaan jenis cabai dan
bahan kemasan .................................................................................. 70
17
14. Analisis ragam warna cabai pada suhu ruang akibat perbedaan
jenis cabai dan bahan kemasan .......................................................... 70
15. Data Warna Cabai Pada Suhu ruang Akibat Perbedaan Jenis Cabai
dan Bahan Kemasan ( Transformasi .βπ₯ + 1 )................................... 71
16. Analisis Ragam Warna Cabai Pada Suhu Ruang Akibat Perbedaan
Jenis Cabai dan Bahan Kemasan ....................................................... 71
17. Data tekstur cabai pada suhu dingin akibat perbedaan jenis cabai dan
bahan kemasan .................................................................................. 72
18. Analisis ragam tekstur cabai pada suhu dingin akibat perbedaan jenis
cabai dan bahan kemasan. ................................................................. 72
19. Data Tekstur Cabai Pada Suhu Ruang Akibat Perbedaan Jenis Cabai
dan Bahan Kemasan. ......................................................................... 73
20. Analisis ragam tekstur cabai pada suhu ruang akibat perbedaan jenis
cabai dan bahan kemasan. ................................................................. 73
21. Tekstur Cabai Pada Suhu Ruang Akibat Perbedaan Jenis Cabai
dan Bahan Kemasan ( Transformasi .βπ₯ + 1 )................................... 74
22. Analisis Ragam Tekstur Cabai Pada Suhu Ruang Akibat Perbedaan
Jenis Cabai dan Bahan Kemasan. ...................................................... 74
23. Data Bobot Susut Cabai Pada Suhu Dingin Akibat Perbedaan Jenis
Cabai dan Bahan Kemasan. ............................................................... 75
24. Analisis Ragam Susut Bobot Susut Cabai Pada Suhu Dingin Akibat
Perbedaan Jenis Cabai dan Bahan Kemasan. ..................................... 75
25. Data Bobot Susut Cabai Pada Suhu Ruang Akibat Perbedaan Jenis
Cabai dan Bahan Kemasan ................................................................ 76
26. Analisis Ragam Bobot Susut Cabai Pada Suhu Ruang Akibat
Perbedaan Jenis Cabai dan Bahan Kemasan. ..................................... 76
27. Data Bobot Susut Cabai Pada Suhu Ruang Akibat Perbedaan Jenis
Cabai dan Bahan Kemasan ( Transformasi .βπ₯ + 1 ). ........................ 77
28. Analisis Ragam Bobot Susut Cabai Pada Suhu Ruang Akibat
Perbedaan Jenis Cabai dan Bahan Kemasan. ..................................... 77
29. Data Tingkat Kekerasan Pada Suhu dingin Akibat Perbedaan Jenis
Cabai dan Bahan Kemasan. ............................................................... 78
18
30. Analisis Ragam Tingkat Kekerasan Pada Suhu dingin Akibat
Perbedaan Jenis Cabai dan Bahan Kemasan. ..................................... 78
31. Data Tingkat Kekerasan Pada Suhu Ruang Akibat Perbedaan Jenis
Cabai dan Bahan Kemasan ................................................................ 79
32. Analisis Ragam Tingkat Kekerasan Pada Suhu Ruang Akibat
Perbedaan Jenis Cabai dan Bahan Kemasan. ..................................... 79
33. Data Tingkat Kekerasan Pada Suhu Ruang Akibat Perbedaan Jenis
Cabai dan Bahan Kemasan. ( Transformasi .βπ₯ + 1 ) ........................ 80
34. Analisis Ragam Tingkat Kekerasan Pada Suhu Ruang Akibat
Perbedaan Jenis Cabai dan Bahan Kemasan ...................................... 80
35. Data Tingkat Kerusakan Pada Suhu dingin Akibat Perbedaan Jenis
Cabai dan Bahan Kemasan ................................................................ 81
36. Analisis Ragam Tingkat Kerusakan Pada Suhu Dingin Akibat
Perbedaan Jenis Cabai dan Bahan Kemasan ...................................... 81
37. Data Tingkat Kerusakan Pada Suhu dingin Akibat Perbedaan Jenis
Cabai dan Bahan Kemasan. ( Transformasi .βπ₯ + 1 ) ........................ 82
38. Analisis Ragam Tingkat Kekerasan Pada Suhu Ruang Akibat
Perbedaan Jenis Cabai dan Bahan Kemasan ...................................... 82
39. Data Tingkat Kerusakan Pada Suhu Ruang Akibat Perbedaan Jenis
Cabai dan Bahan Kemasan ................................................................ 83
40. Analisis Ragam Tingkat Kerusakan Pada Suhu Ruang Akibat
Perbedaan Jenis Cabai dan Bahan Kemasan. ..................................... 83
41. Data Tingkat Kerusakan Pada Suhu Ruang Akibat Perbedaan Jenis
Cabai dan Bahan Kemasan. ( Transformasi .βπ₯ + 1 ) ........................ 84
42. Analisis Ragam Tingkat Kerusakan Pada Suhu Ruang Akibat
Perbedaan Jenis Cabai dan Bahan Kemasan ...................................... 84
43. Data Kadar Vitamin C Pada Suhu dingin Akibat Perbedaan Jenis
Cabai dan Bahan Kemasan ................................................................ 85
44. Analisis Ragam Tingkat Kekerasan Pada Suhu Ruang Akibat
Perbedaan Jenis Cabai dan Bahan Kemasan ...................................... 85
45. Data Kadar Vitamin C Pada Suhu Ruang Akibat Perbedaan Jenis
Cabai dan Bahan Kemasan ................................................................ 86
19
46. Analisis Ragam kadar vitamin C Pada Suhu Ruang Akibat Perbedaan
Jenis Cabai dan Bahan Kemasan ....................................................... 86
47. Data Kadar Vitamin C Pada Suhu Ruang Akibat Perbedaan Jenis
Cabai dan Bahan Kemasan. ( Transformasi .βπ₯ + 1 ) ........................ 87
48. Analisis Ragam Tingkat Kekerasan Pada Suhu Ruang Akibat
Perbedaan Jenis Cabai dan Bahan Kemasan ...................................... 87
49. Data Kadar Total Asam Pada Suhu dingin Akibat Perbedaan Jenis
Cabai dan Bahan Kemasan ................................................................ 88
50. Analisis Ragam Tingkat Kekerasan Pada Suhu Ruang Akibat
Perbedaan Jenis Cabai dan Bahan Kemasan ...................................... 88
51. Data Kadar Total Asam Pada Suhu dingin Akibat Perbedaan Jenis
Cabai dan Bahan Kemasan. ( Transformasi .βπ₯ + 0,5 ) .................... 89
52. Analisis Ragam Tingkat Kekerasan Pada Suhu Ruang Akibat
Perbedaan Jenis Cabai dan Bahan Kemasan ...................................... 89
53. Data Kadar Total Asam Pada Suhu Ruang Akibat Perbedaan Jenis
Cabai dan Bahan Kemasan ................................................................ 90
54. Analisis Ragam Kadar Total Asam Pada Suhu Ruang Akibat
Perbedaan Jenis Cabai dan Bahan Kemasan ...................................... 90
55. Data Kadar Total Asam Pada Suhu ruang Akibat Perbedaan Jenis
Cabai dan Bahan Kemasan. ( Transformasi .βπ₯ + 0,5 ) .................... 91
56. Analisis Ragam Kadar Total Asam Pada Suhu Ruang Akibat
Perbedaan Jenis Cabai dan Bahan Kemasan ...................................... 91
57. Hasil penelitian jenis cabai dan bahan kemasan berbeda yang disimpan
pada suhu dingin dan suhu ruang ....................................................... 92
58. Perubahan warna cabai rawit ............................................................. 124
59. Perubahan warna cabai merah ........................................................... 124
60. Perubahan warna cabai cengek domba .............................................. 125
20
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
1. Alat-alat penelitian ............................................................................ 26
2. Bahan-bahan penelitian ..................................................................... 126
3. Proses pencucian cabai ...................................................................... 127
4. Proses pengeringan ........................................................................... 127
5. Proses penimbangan cabai ................................................................. 127
6. Pengemasan cabai ............................................................................. 128
7. Penyimpanan suhu dingin ................................................................. 128
8. Penyimpanan suhu ruang................................................................... 128
9. Pengecekan suhu ............................................................................... 129
10. Pengamatan perubahan warna dan tekstur organoleptik ..................... 129
11. Pengamatan susut bobot perpengamatan............................................ 130
12. Tingkat kekerasan ............................................................................. 130
13. Tingkat kerusakan ............................................................................. 130
14. Penghalusan cabai ............................................................................. 130
15. Penimbangan 5 gr sampel.................................................................. 131
16. Penambahan 100 ml aquades/faktor pengenceran .............................. 131
17. Memindahkan larutan cabai ketabung reaksi ..................................... 131
18. Proses memisahkan filtrat dan substrat dengan alat centirfuge ........... 131
19. Penyaringan filtrat sebanyak 10 ml.................................................... 132
21
20. Memberi tetesan amilum untuk titrasi kadar vit.C ............................. 132
21. Memberi tetesan phenolphtalen untuk titrasi total asam ..................... 132
22. Proses titrasi kadar vitamin C ............................................................ 133
23. Proses titrasi total asam cabai ............................................................ 133
24. Warna Biru Stabil Filtart vitamin C ................................................... 134
25. Warna Merah muda stabil filtrat total asam ....................................... 134
1
I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Cabai merupakan salah satu komoditas sayuran memiliki peluang bisnis yang
prospektif. Aneka macam cabai yang dijual di pasar tradisional dapat digolongkan
dalam dua kelompok, yakni cabai besar (Capsicum annuum). Dan cabai kecil
(Capsicum fructescens). Jenis cabai besar di antaranya cabai merah, paprika, dan
cabai bulat. Sementara itu, yang termasuk dalam golongan cabai kecil adalah
cabai rawit, cabai cengek, dan cabai hias (Setyaningrum dan Cahyo, 2014).
Biasanya masyarakat banyak mengonsumsi jenis cabai besar diantaranya cabai
merah, dan jenis cabai kecil diantaranya cabai rawit dan cabai cengek domba.
Cabai merah merupakan komoditas hortikultura yang segmen pasarnya luas
sehingga banyak diminati oleh masyarakat berbagai tingkat usia dan digunakan
sebagai bumbu masakan. Karena itu cabai merah merupakan salah satu komoditas
unggulan yang banyak diusahakan oleh petani (Nurdjannah, 2014).
Banyak masyarakat Indonesia juga penggemar cabai rawit karena cabai rawit
mempunyai rasa yang lebih pedas dibandingkan dengan cabai merah oleh sebab
itu cabai rawit menjadi salah satu produk penting dalam pangan Indonesia (Palar,
2016). Sedangkan cabai cengek domba banyak sekali masyarakat yang
mengonsumsi jenis cabai cengek domba ini karena cabai ini rasanya lebih pedas
dari cabai yang lainnya, cabai ini biasanya digunakan sebagai bumbu masakan
2
yaitu untuk membuat ayam geprek dan sejenis makanan yang lainnya. (Anonim,
2014).
Permintaan akan cabai berkualitas terus meningkat seiring dengan pertumbuhan
penduduk dan perkembangan perindustrian berbahan baku cabai. proyeksi
kementerian pertanian, pada tahun 2018, 2019, dan 2020 Indonesia mengalami
surplus produksi cabai secara berturut-turut sebanyak 75.557 ton, 84.957 ton, dan
93.526 ton (Pusdatin Kementerian Pertanian, 2016).
Cabai merupakan komoditas hortikultura yang mudah mengalami kerusakan baik
secara biologi, kimia mekanik maupun fisik (Aryasita dan Mukarromah, 2013).
Pada penanganan pasca panen cabai, biasanya petani kurang memperhatikan
penyimpanan dan pengemasan yang baik dari cabai tersebut. Padahal penanganan
pascapanen cabai menjadi andalan dalam mempertahankan dan meningkatkan
nilai jual suatu cabai. Oleh karena itu, perlu adanya penananganan komoditas
cabai agar kesegarannya dapat bertahan lebih lama (Taufik, 2010).
Penyimpanan menurut Syarif dan Halid (1992) dalam Kapoh (2015), adalah suatu
tindakan pengawetan suatu bahan yang dimaksudkan untuk memperpanjang daya
simpan agar dapat dikonsumsi pada waktu yang akan datang dengan mutu yang
tetap baik. Biasanya cabai disimpan pada suhu rendah (pendinginan) dan suhu
ruang.
Penyimpanan suhu rendah (pendinginan) akan memperlambat proses pematangan
(pelayuan) dan mencegah terjadinya kerusakan suatu bahan, selain itu dapat
menghambat berkembangnya mikroorganisme dan perubahan bahan kimia Serta
3
mempengaruhi laju reaksi enzim seperti perubahan warna cabai, (Walker, 2010).
Sedangkan penyimpanan suhu ruang menyebabkan kelembaban lingkungan
menjadi rendah sehingga laju respirasi pada cabai akan meningkat dan dapat
memperpendek masa simpan cabai (Asmarita, 2017).
Selain penyimpanan, untuk mempertahankan kesegaran cabai diperlukan
pengemasan yang baik. Pengemasan bertujuan untuk melindungi mutu cabai
sebelum dipasarkan. Pengemasan yang baik dapat mencegah kehilangan kualitas,
mempertahankan mutu dan penampilan, serta memperpanjang masa simpan
bahan. Pemilihan kemasan yang tepat akan efektif dalam mencegah kerusakan
produk dan serangan hama (Kasmiyati et al. 2014). Penggunaan pengemas dapat
mengurangi kontak antara substrat dengan lingkungan luar, sehingga akan terjadi
penurunan reaksi metabolisme. Menurut Nurdjannah (2014), menyatakan bahwa
penggunaan kemasan yang sesuai dengan karakteristik dari bahan pangan akan
dapat memperpanjang umur simpan. Pengemasan cabai biasanya dilakukan
dengan cara dimasukkan kedalam karung untuk memudahkan proses
pengangkutan dan dikemas atau dimasukkan kardus, maupun plastik untuk proses
penyimpanan suhu rendah (Sembiring, 2009).
Berdasarkan uraian diatas, penulis tertarik untuk melakukan penelitian tentang uji
kualitas jenis cabai pada berbagai bahan kemasan penelitian uji kualitas cabai
(Capsicum annum L.) pada berbagai bahan kemasan.
4
1.2 Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui :
1. Pengaruh berbagai jenis cabai yang disimpan dalam kemasan terhadap
kualitas cabai
2. Pengaruh berbagai bahan kemasan terhadap kualitas cabai
3. Interaksi antara berbagai jenis cabai dan bahan kemasan terhadap kualitas
cabai.
1.3 Dasar Pengajuan Hipotesis
Permintaan akan cabai berkualitas terus meningkat seiring dengan pertumbuhan
penduduk dan perkembangan perindustrian berbahan baku cabai. Cabai termasuk
sayuran yang daya simpannya rendah sehingga mendorong para penjual untuk
meningkatkan kualitas cabai dengan cara pengemasan dan penyimpanan yang
baik. Pengemasan adalah suatu proses untuk melindungi suatu bahan sehingga
dapat terlindung dari kerusakan baik secara biologi, kimia, mekanik, maupun
fisik. Pengemasan yang baik dapat mencegah kehilangan kualitas,
mempertahankan mutu dan penampilan, serta memperpanjang masa simpan
bahan, (Kasmiyati et al, 2014).
Kualitas cabai besar yang baik dapat dikelompokkan menjadi kualitas A dan
kualitas B. Cabai besar yang berkualitas A yaitu cabai yang utuh, bersih, sehat
dengan bentuk normal, tanpa cacat. Sedangkan kualitas B yaitu cabai yang
bercampur dengan bentuk yang tidak normal. Pasar swalayan memilih cabai
merah yang berukuran besar, tingkat kemasakan 85%, dan tanpa cacat. Pasokan
restaurant/rumah makan memilih 100% cabai masak, tidak cacat, dan ukuran
5
besar dan kecil. Pemasaran ekspor memilih cabai sesuai dengan Standar Nasional
Indonesia (SNI) Nomor 01-4480-1998 (Badan Standarisasi Nasional, 1998).
Menurut Kapoh et al (2015), menyatakan bahwa Cabe rawit yang disimpan
selama 20 hari dengan kemasan kantong plastik memberikan nilai kadar air 57,8
% lebih tinggi dari kemasan karung jaring sebesar 40,73 % dan keranjang bambu
dengan nilai kadar air 52,85 %. Selain itu pada penelitian tersebut dikatakan juga
bahwa nilai kekerasan bagian pangkal 0,00025 mm/g, bagian tengah 9,89 mm/g,
bagian ujung 75,20 mm/g, presentase kerusakan 8,13 % lebih rendah dari
kemasan lainnya.
Hasil Penelitian Asmarita (2017), menyatakan bahwa cabai merah yang disimpan
suhu 80C dengan umur simpan 15 hari dalam kemasan waring memberikan warna
lebih dominan hijau dengan tingkat kematangan 0-10%. Selain itu pada penelitian
tersebut dikatakan juga bahwa cabai merah dalam kemasan plastik PP
menghasilkan kadar vitamin C lebih tinggi dibandingkan dengan pemgemas
waring dan koran.
Hasil penelitian Sembiring (2009), menunjukkan bahwa cabai merah yang
disimpan selama 4 minggu dengan kemasan kertas stensil memberikan nilai susut
bobot sebesar 28,39 %. Selain itu juga pada penelitian tersebut dikatakan bahwa
cabai merah yang disimpan selama 4 minggu dengan kemasan daun pisang
memberikan nilai tekstur dan warna sebesar 4,90%.
Hasil penelitian Sulistyaningrum et al (2018), menunjukkan bahwa Cabai rawit
yang disimpan dalam suhu ruang selama 8 hari dengan kemasan plastik berlubang
dapat menekan susut bobot sebesar 16,82%. Selain itu pada penelitian tersebut
6
dikatakan juga bahwa cabai rawit dapat memberikan nilai organoleptik warna,
tekstur, penampakan dan kesegaran yang lebih tinggi dengan nilai total 18 yang
terdiri atas peubah warna 4,27 (mendekati hijau), tekstur 4,5 (mendekati sangat
keras), penampakan 4,6 (mendekati sangat mulus) dan kesegaran 4,63 (mendekati
sangat segar).
Menurut (Syarif, 1992) dalam (Kapoh, 2015) menyatakan bahwa penyimpanan
adalah suatu perlakuan yang dapat memperpanjang daya simpan agar pada waktu
yang akan datang dapat dikonsumsi dengan mutu yang tetap baik. Penurunan suhu
dalam penyimpanan, pada umumnya baik untuk memperpanjang daya simpan
cabai. Suhu yang rendah dapat memperlambat aktivitas fisiologis pada Cabai.
Menurut Lamona (2015), menyatakan bahwa cabai merah yang disimpan pada
suhu ruang dengan kemasan jala plastik dapat menekan susut bobot sebesar
21,06%, selain itu pada penelitian tersebut dikatakan juga bahwa cabai merah
yang disimpan pada suhu 100 memberikan nilai kekerasan paling tinggi pada cabai
dalam kemasan jala plastik dengan nilai rata-rata 0,40 N dan tingkat kecerahan
paling tinggi dengan kisaran nilai 36.59-38.03.
Menurut Nurdjannah et al (2014) menyatakan bahwa penyimpanan dengan
menggunakan karton pada suhu 100C dengan umur simpan 13 hari memberikan
pengaruh terbaik untuk mempertahankan mutu fisik cabai merah dengan susut
bobot terendah 1,99 %. Selain itu pada penelitian tersebut dikatakan juga bahwa
nilai rata-rata kekerasan 0,33% dan nilai warna yang tidak berbeda nyata dengan
warna awal cabai.
7
1.4 Hipotesis
Hipotesis yang di ajukan dalam penelitian ini adalah :
1. Jenis cabai yang berbeda memberikan pengaruh yang berbeda terhadap
kualitas cabai.
2. Bahan kemasan yang berbeda memberikan pengaruh yang berbeda terhadap
kualitas cabai.
3. Terdapat interaksi antara jenis cabai dan bahan kemasan terhadap kualitas
cabai.
8
II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Cabai
Tanaman cabai tergolong dalam famili terung-terungan (Solanaceae) yang
tumbuh sebagai tanaman perdu atau semak. Cabai termasuk tanaman semusim
atau berumur pendek. Aneka macam cabai yang dijual di pasar tradisional dapat
digolongkan dalam dua kelompok, yakni cabai kecil (Capsicum fructescens) dan
cabai besar (Capsicum annuum). Jenis cabai besar di antaranya cabai merah,
paprika, dan cabai bulat. Sementara itu, yang termasuk dalam golongan cabai
kecil adalah cabai rawit, cabai cengek, dan cabai hias (Setyaningrum dan Cahyo,
2014).
Dibeberapa daerah diindonesia cabai sering disebut lombok atau cabai. cabai
merupakan suatu komoditas sayuran penting dan bernilai ekonomi tinggi.
Besarnya minat masyarakat terhadap komoditi cabai segar ini karena
penggunaannya yang relatif sering dalam kehidupan sehari-hari sebagai bumbu
dapur atau rempah-rempah penambah cita rasa makanan. Cabai segar mempunyai
daya simpan yang hanya bertahan selama 8 hari pada suhu ruang
(Sulistyaningrum, et al 2018).
Cabai merupakan produk hortikultura yang mudah rusak sehingga tidak dapat
disimpan pada waktu yang lama. Jika tidak didistribusikan segera, cabai akan
mengalami kerusakan baik kualitas maupun kuantitas. Setelah dipanen cabai tetap
9
melakukan kegiatan metabolisme seperti respirasi dimana laju respirasi ini
tergantung dari kondisi lingkungannya. Aktivitas respirasi ini tidak bisa
dihentikan tetapi bisa dikurangi dengan cara salah satunya melalui penyimpanan
dan pengemasan yang tepat (Nurdjannah, 2014).
2.1.1 Jenis Cabai
Cabai merah merupakan buah yang berukuran panjang dengan ujung runcing dan
bergantung pada ketiak-ketiak daun. Warna buah muda adalah hijau dan setelah
tua menjadi merah. Rasa dari jenis tanaman cabai merah ini tidak begitu pedas
dan agak manis (Sastradiharja, 2011).
Cabai rawit dikenal sebutan jemprit. Jenis tanaman cabai rawa ini buahnya kecil
dan pendek, dan berdiri tegak pada ketiak-ketiak daun. Buah berwarna hijau,
setelah tua menjadi merah dan rasanya pedas sekali. Selama penyimpanan buah
cabai rawit mudah mengalami perubahan baik kimia maupun fisik. Kehilangan ini
terjadi secara alamiah setelah dipanen akibat aktivitas berbagai jenis enzim yang
menyebabkan penurunan nilai ekonomi dan gizi (Samad, 2006) dalam
(Sulistyaningrum et al, 2018).
Cabai cengek domba merupakan buah yang berukuran kecil dan pendek akan
tetapi lebih besar dari pada cabai rawit dan berdiri tegak pada ketiak-ketiak daun.
Buah yang muda berwarna putih rasanya kurang pedas tetapi setelah tua bewarna
orange βmerah terasa pedas sekali. (Anonim,2014).
10
2.1.2 Pasca Panen Cabai
a. Kualitas Cabai
Kualitas cabai besar yang baik dapat dikelompokkan menjadi kualitas A dan
kualitas B. Cabai besar yang berkualitas A yaitu cabai yang utuh, bersih, sehat
dengan bentuk normal, tanpa cacat. Sedangkan kualitas B yaitu cabai yang
bercampur dengan bentuk yang tidak normal. Pasar swalayan memilih cabai yang
berukuran besar, tingkat kemasakan 85%, dan tanpa cacat. Pasokan
restaurant/rumah makan memilih 100% cabai masak, tidak cacat, dan ukuran
besar dan kecil sedangkan pemasaran ekspor memilih cabai sesuai dengan Standar
Nasional Indonesia (SNI) Nomor 01-4480-1998 (Badan Standarisasi Nasional,
1998). Saat masak fisiologi cabai dapat diketahui melalui ciri-ciri. Ciri-ciri buah
cabai yaitu buah berdaging tipe beri atau buni, saat cabai mencapai masak
fisiologi dapat ditandai dari perubahan warna daging buahnya. Warna daging buah
cabai mengalami perubahan dari warna hijau pada waktu masih muda menjadi
hijau tua, coklat dan merah pada waktu masak (Suharti, 2015).
11
Tabel 1. Kualitas Cabai segar berdasarkan Standar Nasional Indonesia (SNI 01-
4480-1998).
No Jenis uji
Persyaratan
Mutu I Mutu II Mutu III
1
Keseragaman Warna
Merah >
95%
Merah β₯
95%
Merahβ₯
95%
2
Keseragaman
Seragam
98%
Seragam
96%
Seragam
95%
3 Bentuk 98 Normal 96 Normal 95 Normal
4. Keseragaman ukuran
a. Cabai Merah Besar
- Panjang Buah 12-14 9-10 <9
- Garis Tengah
Pangkal 1,5β17 cm 1,3β1,5 cm <1,3 cm
b. Cabai Merah Kecil
- Panjang buah >12β17 cm >10-12 <10cm
- Garis Tengah
Pangkal >1,3-1,5cm >1,0-1,3 cm <1,0 cm
5. Kadar Kotoran 1 2 5
6.
Tingkat Kerusakan dan
Busuk
Cabai merah besar 0 1 2
Cabai merah keriting 0 1 2
Sumber: Departemen Pertanian.Standar Mutu Indonesia SNI 01-1480-1998.
b. Kandungan Gizi Cabai
Tabel 2. Kandungan Zat Gizi Buah Cabai Segar Setiap 100 gram Bahan.
Kandungan Cabai
Hijau
Besar
Cabai
Merah
Cabai
Rawit
Cabai jawa
(Domba)
Kalori (kal) 23 31 103 32
Protein (g) 0,7 1 4,7 1,5
Lemak (g) 0,3 0,3 2,4 0,4
Karbohidrat
(g)
5,2 7,3 19,9 7,2
Kalisum
(mg)
14 29 45 31
Fosfor (mg) 23 24 85 26
Vit. A 260 470 11,050 500
Vit. C (mg) 84 18 70 155
Vit. C (mg) 9 50 29 38
Sumber : (Departemen Kesehatan) dan (Rosmainar, 2018)
12
c. Pengemasan
Pengemasan merupakan kegiatan untuk melindungi kesegaran produk pertanian
saat pengangkutan, pendistribusian agar mutu produk tetap terpelihara. Fungsi
pengemasan adalah untuk melindungi komoditi dari kerusakan fisik, mekanis dan
mikrobiologis, menciptakan daya tarik bagi konsumen dan memberikan nilai
tambah pada produk serta memperpanjang daya simpan produk, (Anonimous,
2004).
Efektifitas kemasan tidak hanya tergantung dari kondisi kemasan, tetapi juga
kondisi bahan pangan yang akan dikemas dan perlakuan yang diberikan. Secara
ideal kemasan dapat mengawetkan bahan pangan dengan mencegah terjadinya
kerusakan kimia, mekanis, fisik dan mikrobiologis. Namun demikian, tidak semua
kemasan dapat mencegah ketiga tipe kerusakan tersebut dengan baik, karena
masing-masing kemasan mempunyai ambang batas kemampuan dan spesifikasi
kegunaan yang berbeda. Oleh karena itu perlu penggunaan kemasan yang sesuai
dengan karakteristik dari bahan pangan yang dapat memperpanjang umur simpan
(Nurdjannah, 2014). Pengemasan cabai biasanya banyak dilakukan dengan cara
dikemas dengan waring untuk memudahkan proses pengangkutan, dengan kardus,
ataupun plastik untuk proses penyimpanan suhu rendah (Sembiring, 2009).
Penggunaan plastik sebagi bahan pengemas mempunyai keunggulan dibanding
bahan pengemas lain karena sifatnya yang ringan, transparan, kuat, termoplatis
dan selektif dalam permeabilitasnya terhadap uap air, O2, CO2. Sifat
permeabilitas plastik terhadap uap air dan udara menyebabkan plastik mampu
berperan mengatur kelembapan dari ruang penyimpanan. Dipilihnya bahan
13
pengemas berupa plastik dari jenis Low Density Polyethilene (LDPE) karena
menurut Sembiring (2009) menyatakan bahwa plastik Low DensityPoly E thilene
(LDPE) dapat mempertahankan kualitas cabai segar selama satu minggu dalam
keadaan segar, jika disimpan di dalam lemari pendingin pada suhu 60C dan jumlah
cabai yang dikemas sebanyak 200 gr.
Jenis plastik ini mempunyai sifat ringan, mudah dibentuk, transparan, memiliki
kekuatan terhadap tarikan lebih besar dan lebih kaku serta tidak mudah sobek
sehingga dapat digunakan dalam penanganan dan distribusi produk pangan. Harga
plastik untuk kemasan relatif cukup murah, dan tidak dapat di pungkiri lagi,
bahwa bahan baku kemasan dari jenis plastik tersebut sangat fleksibel, kuat, dan
praktis (Sembiring, 2009).
Jenis bahan kemasan waring dapat mempertahankan kualitas cabai pada suhu
ruang karena bahan kemasan waring terdapat rongga udara udara yang dinilai
cukup efektif dalam menghambat proses kerusakan cabai merah. Perihal tersebut
uap air yang dihasilkan dari hasil respirasi tetap dapat mengalir melalui rongga
pada kemasan karung plastik sehingga cabai merah tidak jenuh dengan uap air.
Menurut hasil penelitian komar et al (2001) molekul molekul pada permukaan air
yang berinteraksi dengan udara mengalami pergerakan untuk membebaskan diri
menuju udara yang molekulnya lebih sedikit dan lebih bebas.
Menurut Kapoh (2015) menyatakan bahwa kemasan kantong plastik dapat
mempertahankan kualitas cabai dengan presentase kehilangan susut bobot yaitu
sebesar 1,37 %. Jika dibandingkan dengan kemasan karung jaring (Waring) yang
14
penurunan beratnya paling banyak sebesar 35,98 % karena merupakan kemasan
yang terbuka (berlubang).
d. Penyimpanan
Salah satu cara untuk menjaga kesegaran buah cabai dalam waktu yang lama
adalah dengan penyimpanan. Teknologi pascapanen yang biasanya diterapkan
pada produk sayuran segar adalah teknologi menggunakan penyimpanan pada
suhu rendah (pendinginan) dan penyimpanan pada suhu ruang. Cabai yang
disimpan dengan suhu rendah sekitar 40C dengan kelembaban 95-98% dapat
bertahan sekitar 4 minggu dan cabai yang disimpan pada suhu 100 C masih dalam
keadaan baik sampai 16 hari (Maulana, 2013). Sedangkan cabai yang disimpan
pada suhu ruang hanya dapat bertahan selama 8 hari (Sulistyaningrum, et al
2018).
Selama penyimpanan, cabai akan tetap melakukan respirasi sehingga susut
bobotnya semakin besar. Oleh karena itu cabai yang akan disimpan hendaknya
sehat, seragam kematangannya, dan dikemas dengan baik. Pada saat cabai
melakukan respirasi maka terjadi perubahan senyawa karbohidrat dengan adanya
oksigen menjadi karbondioksida dan uap air (Wulandari et al., 2012).
Penyimpanan suhu ruang menyebabkan kelembaban lingkungan menjadi rendah
sehingga laju respirasi pada cabai akan meningkat dan dapat memperpendek masa
hidup cabai (Asmarita, 2017). Pada penyimpanan dingin dapat memperpanjang
umur simpan dan menjaga mutu cabai serta menghambat respirasi. Proses
respirasi pada lama penyimpanan mempengaruhi senesen buah dapat terjadi akibat
mekanisme fisiologi yang menciptakan suatu kondisi katabolisme. Aktivitas
15
katabolisme dan anabolisme ternyata berhubungan dengan adanya gejala-gejala
kemunduran karena senesen yang nampak telah dikenal dengan baik seperti
semakin suramnya warna, hilangnya aroma, lebih lunaknya buah, hilangnya rasa
manis dan asam, menghilangnya kandungan kimia dalam buah dan sayuran
Susanto (2001) dalam Asmarita (2017).
Penyimpanan pada suhu dingin harus memperhatikan suhu optimum, karena
apabila suhu penyimpanan lebih rendah dari pada suhu optimum, maka cabai
dapat mengalami kerusakan yang disebut dengan istilah chiling injury
(Nurdjannah, 2014).
16
III. BAHAN DAN METODE
3.1 Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan pada bulan November sampai Januari 2020 di
Laboratorium pascapanen Sekolah Tinggi Ilmu Pertanian (STIPER) Dharma
Wacana Metro.
3.2 Alat dan Bahan Penelitian
Alat-alat yang digunakan dalam penelitian ini yaitu cawan patri, lemari pendingin,
penetrometer, pisau, timbangan elektrik, erlenmeyer, beakker glass, sendok
pengaduk, isolasi, Tabung reaksi, Centrifuge, labu ukur, Pipet tetes, termometer
dan alat titrasi kamera. Bahan-bahan yang digunakan antara lain yaitu cabai merah
dengan varietas (F1-Djitu), cabai rawit (Nirmala-F1), cabai cengek domba
(Juwita-F1). waring, plastik LDPE, karung plastik, kertas saring, larutan amilum,
iodine 0,01 N, phenolphtalen, larutan NaOH 0,1 N dan aquades.
3.3 Metode Penelitian
Penelitian ini menggunakan rancangan acak kelompok lengkap (RAKL) yang
disusun secara Faktorial dengan 3 ulangan. Faktor pertama adalah jenis cabai (V)
terdiri dari 3 taraf yaitu v1= cabai rawit, v2=cabai merah, v3= cabai cengek domba
dan faktor kedua adalah berbagai bahan kemasan (P) terdiri dari 3 taraf yaitu
pengemasan dengan waring (p1), pengemasan dengan plastik LDPE (p2), dan
pengemasan dengan karung plastik (p3) sehingga di peroleh 27 satuan percobaan
17
dengan perlakuan yaitu v1p1, v1p2, v1p3, v2p1, v2p2, v2p3, v3p1, v3p2, v3p3. Setiap
satuan percobaan terdiri atas 500g cabai segar. Data yang di peroleh diuji dengan
analisis ragam, kesamaan ragam dapat diuji dengan uji barlett dan
ketidakadiktifan data dengan uji tuckey. Bila terdapat perbedaan dilanjutkan
dengan uji beda nyata terkecil (BNT) pada taraf 5%.
3.4 Pelaksanaan Penelitian
3.4.1 Sortasi Bahan Penelitian
Bahan yang digunakan untuk penelitian ini adalah cabai segar yang diambil
langsung dari kebun petani diPekalongan Lampung Timur. Cabai diambil dengan
kriteria yang sama yaitu cabai yang berbentuk lurus dan bebas dari penyakit/tidak
rusak, berwarna hijau. Cabai yang telah diambil dan disortasi kemudian dicuci
dengan air, selanjutnya di kering-anginkan sampai benar- benar kering.
3.4.2 Penyediaan Bahan Pengemas
Bahan pengemas yang akan digunakan yaitu waring, plastik LPDE, dan karung
plastik. Waring yang digunakan diukur sesuai dengan isi cabai, plastik LDPE
yang digunakan adalah plastik yang berukuran 20 x 35 cm dan karung plastik
yang digunakan dipotong sesuai dengan isi cabai.
3.4.3 Pengemasan Bahan
Cabai yang akan dikemas seberat 500 gr untuk setiap kemasan. Kemudian
dikemas dengan berbagai jenis bahan pengemas sesuai dengan perlakuan.
Kemudian tutup kedua ujung bahan pengemas menggunakan isolasi agar udara
tidak masuk kedalam kemasan.
18
3.4.4 Penyimpanan Bahan Yang telah dikemas
Cabai yang telah dikemas selanjutnya disimpan kedalam lemari pendingin yang
bersuhu 100C dan disimpan pada suhu ruang. Bahan yang disimpan sesuaikan
dengan perlakuan kemudian dikeluarkan dari lemari pendingin dan diamati pada 4
hari, 8 hari, 12 hari, 16 hari, dan 20 hari untuk dilakukan pengamatan.
3.4.5 Aplikasi Perlakuan
Waktu pengerjaan pada penelitian ini dilakukan secara berkelompok dan
perulangan mempermudah dalam proses penelitian dan pengamatan. Dimulai
dengan ulangan I, ulangan II, kemudian ulangan III.
Gambar 1. Diagram Alir Penelitian
Disortasi
Ditimbang sebanyak 500gr
i Penyediaan Bahan Pengemas
Pengemasan Bahan
i Penyimpanan dingin dan suhu ruang
Cabai
Analisa
Jenis
cabai
v1 = Cabai
Rawit
v2 = Cabai
Merah
v3 = Cabai
Cengek
Domba
Jenis Bahan
Penyimpanan
P1 = Waring
P2 = Plastik LDPE
P3= Karung Plastik
Kualitas Cabai Rawit
1. Perubahan Warna
2. Tekstur
3. Bobot Susut
Perpengamatan (%)
4. Tingkat Kekerasan
5. Tingkat
Kerusakan/Busuk
6. Kadar Vitamin C
7. Kadar Total Asam
19
3.5 Peubah Yang Diamati
Pengamatan dilakukan terhadap beberapa peubah yang meliputi : Perubahan
warna, tekstur, bobot susut cabai, tingkat kekerasan, tingkat kerusakan/busuk,
kadar vitamin C, kadar total asam.
A. Uji Organoleptik
Uji organoleptik dilakukan dengan 15 orang panelis diminta untuk mengamati
perubahan warna, dan tekstur cabai. Setiap perlakuan masing-masing mengambil
sampel 5 buah cabai yang diambil secara acak setelah 4 hari, 8 hari, 12 hari, 16
hari, dan 20 hari masa simpan. Kriteria panelis yaitu orang yang masih muda
berusia 18-28 tahun, tidak buta warna, sehat jasmani, laki-laki ataupun
perempuan.
1. Perubahan warna
Masing-masing panelis diminta untuk mengamati perbedaan warna kulit cabai,
Dengan cara mengamati masing β masing cabai yang telah disediakan.
Tabel 3. Skala Uji Skoring Warna Cabai
Uji skoring Skor
Hijau 1
Hijau Kekuningan 2
Kuning 3
Kuning Kemerahan 4
Merah 5
Merah Kecoklatan 6
Skoring warna cabai pada (lampiran 59, 60, 61).
20
2. Tekstur
Tekstur cabai dirasakan dengan cara mematahkan buah cabai. Buah cabai yang
masih segar relatif mudah patah.
Tabel 4. Skala Uji skoring Tekstur Cabai
Uji skoring Skor
Sangat Tidak Renyah 1
Tidak Renyah 2
Agak Renyah 3
Renyah 4
Sangat Renyah 5
3. Bobot Susut Cabai (%)
Susut bobot Berpengamatan cabai di lakukan dengan cara menimbang cabai
tersebut pada setiap pengamatan yang dilakukan yaitu pada 4 hari, 8 hari, 12 hari,
16 hari dan 20 hari.
4. Tingkat kekerasan cabai
Kekerasan cabai segar diukur menggunakan penetrometer. Metode yang di
lakukan yaitu dengan memasang penetro dengan mata tumpul (untuk pengukuran
tekstur) pastikan jarum penunjuk skala berputar dengan baik kemudian lakukan
pembacaan skala yang tertunjuk oleh jarum, melakukan pengujian ini pada sudut
acak dibagian tengah cabai. Untuk masing-masing sampel satuan angka yang
tertunjuk merupakan tingkat kekerasan sampel satuan angka yang tertunjuk
merupakan tingkat kekerasan sampel yang di uji.
21
5. Tingkat Kerusakan/Busuk Cabai
Tingkat kerusakan cabai diukur dengan cara menghitung cabai yang rusak/busuk
pada setiap pengamatan yang dilakukan yaitu 4 hari, 8 hari, 12 hari, 16 hari dan
20 hari.
Tingkat Kerusakan/Busuk= π½π’πππβ πππππ π¦πππ ππ’π ππ
ππ’πππβ πΎππ πππ’ππ’βππ ππππππ 100%
6. Kadar Vitamin C
Siapkan cabai yang akan digunakan dengan menimbang sebanyak 10 gr lalu
dihancurkan dengan menggunakan blender sampai halus. Ambil 5 gr sampel
kemudian dimasukkan kedalam beaker glass dan ditambahkan aquades sampai
volume 100 ml. Diaduk hingga rata dan dimasukan kedalam tabung reaksi
secukupnya kemudian masukan kedalam alat centrifuge untuk memisahkan filtart
dan substart dengan kecepatan 3500 ppm selama 10 menit setelah itu disaring.
Menggunakan kain saring dan ambil filtratnya sebanyak 10 ml lalu tambahkan
larutan amilum 1% (soluble strach) dan ditritasi dengan larutan iodine 0,01 N
sampai terbentuk warna biru stabil.
Vitamin C (mg/g) = π΄ π 0,88 π 100 πΉπ
π
Keterangan :
A = ml yodium dipakai untuk titrasi
FP = Faktor pengencer
W = Berat Contoh (gram)
1 ml 0,01 N Yodium = 0,08 mg asam askorbat
22
7. Total Asam Tertitrasi
Ambil fitrat Cabai sebanyak 10 ml yang sebelumnya telah di hancurkan dan sudah
ditambahkan aquades. kemudian masukkan kedalam erlenmeyer lalu di
tambahkan phenolphtalen 1 % sebanyak 2 tetes. Kemudian dititrasi dengan
larutan NaOH 0,1 N sampai terbentuk warna merah muda yang stabil.
ATT (ml/100 g bahan) = ππ ππππ» 0,1 π π πΉπ
πππππ‘ ππππ‘πβ (π)π₯ 100%
Keterangan :
FP= Faktor pengenceran (100ml/25ml)
23
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil
Hasil penelitian menunjukkan bahwa jenis cabai dan bahan kemasan berbeda yang
disimpan pada suhu dingin masih dalam keadaan baik sampai masa simpan 20
hari, sedangkan jenis cabai dan bahan kemasan yang berbeda pada suhu ruang
hanya bertahan disimpan selama 8 hari baik secara organoleptik maupun secara
uji kimia, (Lampiran 57).
4.1.1 Warna Cabai
a. Warna Cabai Pada Suhu Dingin Hari ke 20
Hasil analisis ragam uji organoleptik menunjukkan bahwa jenis cabai dan bahan
kemasan yang berbeda berpengaruh nyata terhadap warna cabai pada suhu dingin.
(Lampiran 8).
24
Tabel 5. Warna cabai berbagai jenis cabai dan bahan kemasan yang berbeda
secara organoleptik pada suhu dingin.
Perlakuan Rerata
Cabai Rawit Dalam Kemasan Waring 1,56 b
Cabai Rawit Dalam Kemasan Plastik LDPE 1,09 a
Cabai Rawit Dalam Kemasan Karung Plastik 2,42 cd
Cabai Merah Dalam Kemasan Waring 2,64 de
Cabai Merah Dalam Kemasan Plastik LDPE 1,33 ab
Cabai Merah Dalam Kemasan Karung Plastik 2,82 e
Cabai Cengek Domba Dalam Kemasan Waring 2,89 e
Cabai Cengek Domba Dalam Kemasan Plastik LDPE 2,27 c
Cabai Cengek Domba Dalam Kemasan Karung Plastik 2,78 e
BNT 5% = 0,09
Keterangan : Angka-angka yang diikuti huruf yang sama tidak berbeda nyata pada
uji BNT 5% (Skor 1: Hijau, Skor 2: Hijau Kekuningan, Skor 3:
Kuning, Skor 4: Kuning Kemerahan, Skor 5: Merah, Skor 6: Merah
Kecoklatan).
Berdasarkan uji BNT tabel 5, menunjukkan bahwa warna cabai pada suhu dingin
dipengaruhi oleh berbagai jenis cabai dan bahan kemasan. Jenis cabai cengek
domba yang dikemas dengan menggunakan waring menghasilkan perubahan
warna (hijau kekuningan β kuning) dengan nilai skor tertinggi 2,89 dibandingkan
dengan perlakuan lainnya, tetapi relatif sama dengan jenis cabai merah dan jenis
cabai cengek domba yang dikemas menggunakan karung plastik serta jenis cabai
merah yang dikemas dengan menggunakan waring. Sedangkan jenis cabai rawit
yang dikemas dengan menggunakan plastik LDPE menghasilkan warna (hijau-
hijau kekuningan) dengan nilai skor paling rendah 1,09.
25
b. Warna Cabai Pada Suhu Ruang Hari ke 8
Hasil analisis ragam uji organoleptik menunjukkan bahwa jenis cabai dan bahan
kemasan yang berbeda berpengaruh nyata terhadap warna cabai pada suhu ruang.
(Lampiran 12).
Tabel 6. Warna cabai berbagai jenis cabai dan bahan kemasan yang berbeda
secara organoleptik pada suhu ruang.
Perlakuan Rerata
Cabai Rawit Dalam Kemasan Waring 1,71 bc
Cabai Rawit Dalam Kemasan Plastik LDPE 0,91 a
Cabai Rawit Dalam Kemasan Karung Plastik 2,02 c
Cabai Merah Dalam Kemasan Waring 4,31 f
Cabai Merah Dalam Kemasan Plastik LDPE 0,91 a
Cabai Merah Dalam Kemasan Karung Plastik 3,80 e
Cabai Cengek Domba Dalam Kemasan Waring 3,07 d
Cabai Cengek Domba Dalam Kemasan Plastik LDPE 1,58 b
Cabai Cengek Domba Dalam Kemasan Karung Plastik 2,71 d
BNT 5% = 0,40
Keterangan : Angka-angka yang diikuti huruf yang sama tidak berbeda nyata pada
uji BNT 5% (Skor 1: Hijau, Skor 2: Hijau Kekuningan, Skor 3:
Kuning, Skor 4: Kuning Kemerahan, Skor 5: Merah, Skor 6: Merah
Kecoklatan).
Berdasarkan uji BNT tabel 6, menunjukkan bahwa warna cabai pada suhu ruang
dipengaruhi oleh berbagai jenis cabai dan bahan kemasan. Jenis cabai merah yang
dikemas dengan menggunakan waring menghasilkan warna (kuning kemerahan-
merah) dengan nilai skor tertinggi 4,31 dibandingkan dengan perlakuan lainnya.
26
Gambar 2. Grafik warna cabai selama penyimpanan suhu dingin dan suhu rendah
pada berbagai jenis cabai dan bahan kemasan.
Jenis cabai yang disimpan pada suhu ruang dengan berbagai kemasan
menghasilkan perubahan warna cabai mengalami penurunan dibandingkan jenis
cabai yang disimpan pada suhu dingin dengan berbagai kemasan. Penyimpanan
pada suhu ruang mengalami penurunan pada hari ke 16.
0.0
0.5
1.0
1.5
2.0
2.5
3.0
0 4 8 12 16 20
Rat
a-R
ata
sko
r p
eru
bah
an W
arn
a C
abai
Waktu Penyimpanan (Hari)
Suhu Dingin
Suhu Ruang
27
4.1.2 Tekstur Cabai
a. Tekstur Cabai Pada Suhu Dingin Hari ke 20
Hasil analisis ragam uji organoleptik menunjukkan bahwa jenis cabai dan bahan
kemasan yang berbeda berpengaruh nyata terhadap tekstur cabai pada suhu
dingin. (Lampiran 16).
Tabel 7. Tekstur cabai berbagai jenis cabai dan bahan kemasan yang berbeda
secara organoleptik pada suhu dingin.
Perlakuan Rerata
Cabai Rawit Dalam Kemasan Waring 2,18 b
Cabai Rawit Dalam Kemasan Plastik LDPE 3,47 de
Cabai Rawit Dalam Kemasan Karung Plastik 2,05 ab
Cabai Merah Dalam Kemasan Waring 2,22 bc
Cabai Merah Dalam Kemasan Plastik LDPE 4,49 f
Cabai Merah Dalam Kemasan Karung Plastik 3,20 d
Cabai Cengek Domba Dalam Kemasan Waring 1,80 a
Cabai Cengek Domba Dalam Kemasan Plastik LDPE 3,07 d
Cabai Cengek Domba Dalam Kemasan Karung Plastik 2,53 c
BNT 5% = 0,31
Keterangan : Angka-angka yang diikuti huruf yang sama tidak berbeda nyata pada
uji BNT 5% (Skor 1: Sangat Tidak Renyah, Skor 2: Tidak Renyah,
Skor 3: Agak Renyah, Skor 4: Renyah, Skor 5: Sangat Renyah).
Berdasarkan uji BNT tabel 7, menunjukkan bahwa tekstur cabai pada suhu dingin
dipengaruhi oleh berbagai jenis cabai dan bahan kemasan. Jenis cabai merah yang
dikemas dengan menggunakan plastik LDPE menghasilkan tekstur cabai renyah
dengan nilai skor tertinggi 4,49. Sedangkan cabai cengek domba yang dikemas
menggunakan waring menghasilkan tekstur tidak renyah dengan nilai skor paling
rendah yaitu 1,80.
28
b. Tekstur Cabai Pada Suhu Ruang Hari ke 8.
Hasil analisis ragam uji organoleptik menunjukkan bahwa jenis cabai dan bahan
kemasan yang berbeda berpengaruh nyata terhadap tekstur cabai pada suhu ruang.
(Lampiran 20).
Tabel 8. Tekstur cabai berbagai jenis cabai dan bahan kemasan yang berbeda
secara organoleptik pada suhu ruang.
Perlakuan Rerata
Cabai Rawit Dalam Kemasan Waring 1,73 bcd
Cabai Rawit Dalam Kemasan Plastik LDPE 0,96 a
Cabai Rawit Dalam Kemasan Karung Plastik 2,02 cd
Cabai Merah Dalam Kemasan Waring 2,20 de
Cabai Merah Dalam Kemasan Plastik LDPE 2,07 de
Cabai Merah Dalam Kemasan Karung Plastik 2,38 e
Cabai Cengek Domba Dalam Kemasan Waring 1,78 cd
Cabai Cengek Domba Dalam Kemasan Plastik LDPE 1,00 a
Cabai Cengek Domba Dalam Kemasan Karung Plastik 1,65 bc
BNT 5% = 0,07
Keterangan : Angka-angka yang diikuti huruf yang sama tidak berbeda nyata pada
uji BNT 5% (Skor 1: Sangat Tidak Renyah, Skor 2: Tidak Renyah,
Skor 3: Agak Renyah, Skor 4: Renyah, Skor 5: Sangat Renyah).
Berdasarkan uji BNT tabel 8, menunjukkan bahwa tekstur cabai pada suhu ruang
dipengaruhi oleh berbagai jenis cabai dan bahan kemasan. Jenis cabai merah yang
dikemas dengan menggunakan karung plastik menghasilkan tekstur tidak renyah
dengan nilai skor 2,38 dibandingkan dengan perlakuan lainnya.
29
Gambar 4. Grafik tekstur cabai selama penyimpanan suhu dingin dan suhu
rendahpada berbagai jenis cabai dan bahan kemasan.
Jenis cabai yang disimpan pada suhu ruang dengan berbagai kemasan
menghasilkan tekstur cabai renyah dibandingkan jenis cabai yang disimpan pada
suhu ruang dengan berbagai kemasan.
0
1
2
3
4
5
6
0 4 8 12 16 20
Rat
a-r
ata
sko
e p
eru
bah
an T
eks
tur
Cab
ai
Waktu Penyimpanan (Hari)
suhu dingin
suhu ruang
30
4.1.3 Bobot Susut Cabai (%)
a. Bobot Susut Cabai Pada Suhu Dingin hari ke 20
Hasil analisis ragam menunjukkan bahwa jenis cabai dan bahan kemasan yang
berbeda berpengaruh nyata terhadap bobot susut cabai pada suhu dingin dan tidak
terdapat interaksi antara kedua perlakuan tersebut (Lampiran 24).
Tabel 9. Bobot susut cabai berbagai jenis cabai dan bahan kemasan yang berbeda
pada suhu dingin.
Jenis Cabai
(V)
Bahan Kemasan (P)
Waring Plastik LDPE Karung
Plastik
Rerata
Cabai Rawit 53,27 20,56 40,16 37,10 A
Cabai Merah 57,12 39,48 47,35 47,98 B
Cabai Cengek
Domba 61,77 25,80 37,43
41,67 AB
Rerata 57,39 c 28,61 a 41,65 b
BNT V = 6,78 BNT P : 6,78
Keterangan : Angka-angka yang diikuti huruf yang sama (huruf besar arah
vertikal dan huruf kecil arah horizontal) tidak berbeda nyata pada
uji BNT 5%.
Berdasarkan uji BNT tabel 9, menunjukkan bahwa bobot susut cabai pada suhu
dingin dipengaruhi oleh berbagai jenis cabai dan bahan kemasan. Jenis cabai rawit
menghasilkan bobot susut cabai yang lebih rendah sebesar 12,32 % dibandingkan
dengan cabai cengek domba. Sedangkan cabai yang dikemas menggunakan
plastik LDPE menghasilkan bobot susut cabai lebih rendah 45,58 % dibandingkan
dengan karung plastik.
31
b. Bobot susut Cabai Pada Suhu Ruang hari ke 8
Hasil analisis ragam menunjukkan bahwa bahan kemasan memberikan pengaruh
nyata terhadap bobot cabai pada suhu ruang, namun jenis cabai tidak berpengaruh
nyata dan tidak terdapat interaksi antara kedua perlakuan tersebut (Lampiran 26).
Tabel 10. Bobot susut cabai berbagai jenis cabai dan bahan kemasan yang berbeda
pada suhu ruang.
Jenis Cabai (V)
Bahan Kemasan (P)
Waring Plastik LDPE Karung
Plastik
Rerata
Cabai Rawit 36,12 39,57 28,13 34,61
Cabai Merah 43,69 37,25 32,47 37,80
Cabai Cengek
Domba 26,20 48,83 26,03
33,69
Rerata 35,34 ab 41,88 b 28,88 a
BNT P = 8,2
Keterangan : Angka-angka yang diikuti huruf yang sama tidak berbeda nyata pada
uji BNT 5%.
Berdasarkan uji BNT tabel 10, menunjukkan bahwa bahan pengemas memberikan
pengaruh nyata terhadap bobot susut cabai pada suhu ruang, namun berbagai jenis
cabai tidak mempengaruhi bobot susut cabai. Meskipun secara statistik
menunjukkan tidak dapat perbedaan nyata, namun jenis cabai merah
menghasilkan bobot susut cabai lebih tinggi dibandingkan jenis cabai lainnya.
Sedangkan cabai yang dikemas menggunakan karung plastik memiliki bobot susut
cabai pada suhu ruang lebih rendah sebesar 22,37% dibandingkan dengan bahan
kemasan waring.
32
Gambar 6. Grafik bobot susut cabai cabai selama penyimpanan suhu dingin dan
suhu rendah pada berbagai jenis cabai dan bahan kemasan.
Jenis cabai yang disimpan pada suhu ruang dengan berbagai kemasan
menghasilkan bobot susut cabai lebih tinggi dibandingkan jenis cabai yang
disimpan pada suhu dingin dengan berbagai kemasan.
0
20
40
60
80
100
120
0 4 8 12 16 20
Rat
a-r
ata
Bo
bo
t Su
sut
Cab
ai
Waktu Penyimpanan (Hari)
suhu dingin
suhu ruang
33
4.1.4 Tingkat Kekerasan (kg/mm).
a. Tingkat Kekerasan Pada Suhu Dingin Hari ke 20.
Hasil analisis ragam menunjukkan bahwa jenis cabai dan bahan kemasan yang
berbeda berpengaruh nyata terhadap tingkat kekerasan pada suhu dingin dan tidak
terdapat interaksi antara kedua perlakuan tersebut (Lampiran 30).
Tabel 11. Tingkat kekerasan berbagai jenis cabai dan bahan kemasan yang
berbeda pada suhu dingin.
Jenis Cabai
(V)
Bahan Kemasan (P)
Rerata Waring Plastik LDPE
Karung
Plastik
Cabai Rawit 0,26 0,34 0,28 0,29 A
Cabai Merah 0,33 0,44 0,33 0,37 B
Cabai Cengek
Domba 0,3 0,32 0,33 0,32 AB
Rerata 0,30 a 0,36 b 0,31 a
BNT V : 0,04 BNT P : 0,04
Keterangan : Angka-angka yang diikuti huruf yang sama (huruf besar arah
vertikal dan huruf kecil arah horizontal) tidak berbeda nyata pada
uji BNT 5%.
Berdasarkan uji BNT tabel 11. menunjukkan bahwa terdapat perbedaan rata rata
tingkat kekerasan pada suhu dingin akibat perbedaan jenis cabai dan bahan
kemasan. Jenis cabai merah memiliki tingkat kekerasan lebih tinggi dibandingkan
dengan jenis cabai cengek domba dan cabai rawit sebesar 15,62% - 27,59%.
Sedangkan cabai yang dikemas menggunakan plastik LDPE memiliki tingkat
kekerasan lebih tinggi dibandingkan dengan bahan kemasan karung plastik dan
waring sebesar 16,13% - 20%.
34
b. Tingkat Kekerasan Pada Suhu Ruang Hari ke 8.
Hasil analisis ragam menunjukkan bahwa bahan kemasan memberikan pengaruh
nyata terhadap tingkat kekerasan pada suhu ruang, namun berbagai jenis cabai
tidak berpengaruh nyata dan tidak terdapat interaksi antara kedua perlakuan
tersebut (Lampiran 31).
Tabel 12. Tingkat kekerasan berbagai jenis cabai dan bahan kemasan yang
berbeda pada suhu ruang.
Jenis Cabai
(V)
Bahan Kemasan (P)
Rerata Waring Plastik LDPE Karung Plastik
Cabai Rawit 0,49 0,20 0,42 0,37
Cabai Merah 0,44 0,17 0,51 0,37
Cabai Cengek
Domba 0,43 0,13 0,36 0,31
Rerata 0,45 b 0,17 a 0,43 b
BNT P= 0,10
Keterangan : Angka-angka yang diikuti huruf yang sama tidak berbeda nyata pada
uji BNT 5%.
Berdasarkan uji BNT tabel 12, menunjukkan bahwa jenis bahan pengemas
memberikan perbedaan nyata terhadap tingkat kekerasan pada suhu ruang, namun
berbagai jenis cabai tidak mempengaruhi tingkat kekerasan pada suhu ruang.
Meskipun secara statistik menunjukkan tidak terdapat perbedaan nyata, namun
jenis cabai rawit dan cabai merah menghasilkan tingkat kekerasan lebih tinggi
dibandingkan dengan jenis cabai cengek domba. Sedangkan cabai yang dikemas
menggunakan waring memiliki tingkat kekerasan lebih tinggi sebesar 4,65%
dibandingkan dengan bahan kemasan karung plastik.
35
Gambar 8. Grafik tingkat kekerasan selama penyimpanan suhu dingin dan suhu
rendah pada berbagai jenis cabai dan bahan kemasan.
Jenis cabai yang disimpan pada suhu dingin dengan berbagai kemasan
menghasilkan tingkat kekerasan lebih tinggi dibandingkan jenis cabai yang
disimpan pada suhu ruang dengan berbagai kemasan.
0
0.1
0.2
0.3
0.4
0.5
0.6
0.7
0.8
0.9
1
0 4 8 12 16 20
Rat
a-R
ata
Tin
gkat
Ke
kera
san
Waktu Penyimpanan (Hari)
suhu dingin
suhu ruang
36
4.1.5 Tingkat Kerusakan (%)
a. Tingkat Kerusakan Pada Suhu Dingin Hari ke 20.
Hasil analisis ragam menunjukkan bahwa jenis cabai dan bahan kemasan yang
berbeda berpengaruh nyata terhadap tingkat kerusakan pada suhu dingin dan tidak
terdapat interaksi antara kedua perlakuan tersebut (Lampiran 36).
Tabel 13. Tingkat kerusakan berbagai jenis cabai dan bahan kemasan yang
berbeda pada suhu dingin.
Jenis Cabai
(V)
Bahan Kemasan (P)
Rerata Waring Plastik LDPE
Karung
Plastik
Cabai Rawit 8,80 1,94 6,44 5,73 B
Cabai Merah 3,52 0 0 1,17 A
Cabai Cengek
Domba 12,20 0,65 12,01 8,29 B
Rerata 8,17 b 0,86 a 6,15 b
BNT V= 3,53
BNT P= 3,53
Keterangan : Angka-angka yang diikuti huruf yang sama (huruf besar arah
vertikal dan huruf kecil arah horizontal) tidak berbeda nyata pada
uji BNT 5%.
Berdasarkan uji BNT tabel 13, menunjukkan bahwa terdapat perbedaan rata rata
tingkat kerusakan pada suhu dingin akibat perbedaan jenis cabai dan bahan
kemasan. Jenis cabai cengek domba memiliki tingkat kerusakan lebih tinggi
sebesar 44,68% dibandingkan dengan jenis cabai rawit. Sedangkan cabai yang
dikemas menggunakan waring memiliki tingkat kerusakan lebih tinggi sebesar
32,85% dibandingkan dengan bahan kemasan karung plastik.
37
b. Tingkat Kerusakan Pada Suhu Ruang Hari ke 8.
Hasil analisis ragam menunjukkan bahwa bahan kemasan memberikan pengaruh
nyata terhadap tingkat kerusakan pada suhu ruang, namun berbagai jenis cabai
tidak berpengaruh nyata dan tidak terdapat interaksi antara kedua perlakuan
tersebut (Lampiran 40).
Tabel 14. Tingkat kerusakan berbagai jenis cabai dan bahan kemasan yang
berbeda pada suhu ruang.
Jenis Cabai
(V)
Bahan Kemasan (P)
Rerata Waring Plastik LDPE
Karung
Plastik
Cabai Rawit 6,61 94,62 6,70 35,98
Cabai Merah 7,03 95,86 1,14 34,68
Cabai Cengek
Domba 10,21 91,16 6,63 33,28
Rerata 7,95 a 91,16 b 4,82 a
BNT P : 8,61
Keterangan : Angka-angka yang diikuti huruf yang sama tidak berbeda nyata pada
uji BNT 5%.
Berdasarkan uji BNT tabel 14, menunjukkan bahwa jenis bahan pengemas
memberikan perbedaan nyata terhadap tingkat kerusakan pada suhu ruang, namun
berbagai jenis cabai tidak mempengaruhi tingkat kerusakan pada suhu ruang.
Meskipun secara statistik menunjukkan tidak terdapat perbedaan nyata, namun
jenis cabai rawit menghasilkan tingkat kerusakan lebih tinggi dibandingkan
dengan jenis cabai lainnya. Sedangkan cabai yang dikemas menggunakan plastik
memiliki tingkat kerusakan pada suhu ruang lebih tinggi dengan nilai rata-rata
91,16 dibandingkan dengan bahan kemasan lainnya.
38
Gambar 10. Grafik tingkat kerusakan selama penyimpanan suhu dingin dan suhu
rendah pada berbagai jenis cabai dan bahan kemasan.
Jenis cabai yang disimpan pada suhu ruang dengan berbagai kemasan
menghasilkan tingkat kerusakan lebih tinggi dibandingkan jenis cabai yang
disimpan pada suhu dingin dengan berbagai kemasan.
0
5
10
15
20
25
30
35
40
0 4 8 12 16 20
Rat
a-r
ata
Tin
gkat
Ke
rusa
kan
(%)
Waktu Penyimpanan (Hari)
Suhu Dingin
Suhu Ruang
39
4.1.6 Kadar Vitamin C (mg/g)
a. Kadar Vitamin C Pada Suhu Dingin Hari ke 20.
Hasil analisis ragam menunjukkan bahwa jenis cabai dan bahan kemasan yang
berbeda berpengaruh tidak nyata terhadap kadar vitamin c pada suhu dingin dan
tidak terdapat interaksi antara kedua perlakuan tersebut (Lampiran 44).
Tabel 15. Kadar vitamin C berbagai jenis cabai dan bahan kemasan yang berbeda
pada suhu dingin.
Jenis Cabai
(V)
Bahan Kemasan (P)
Rerata Waring Plastik LDPE
Karung
Plastik
Cabai Rawit 46,93 58,67 52,80 52,8
Cabai Merah 52,80 64,53 41,07 52,8
Cabai Cengek
Domba 46,93 46,93 52,80 49,87
Rerata 48,89 56,71 48,89
Berdasarkan uji BNT tabel 15, menunjukkan bahwa tidak terdapat perbedaan rata
rata kadar vitamin C pada suhu dingin akibat perbedaan jenis cabai dan bahan
kemasan. Walaupun secara statistik tidak terdapat perbedaan nyata namun
terdapat kecenderungan bahwa jenis cabai rawit dan cabai merah memiliki kadar
vitamin C lebih tinggi dibandingkan dengan jenis cabai cengek domba, dan cabai
yang dikemas menggunakan plastik LDPE memiliki kadar vitamin C lebih tinggi
dibandingkan dengan kemasan waring dan karung plastik.
40
b. Kadar Vitamin C Pada Suhu Ruang Hari ke 8.
Hasil analisis ragam menunjukkan bahwa jenis cabai dan bahan kemasan yang
berbeda berpengaruh tidak nyata terhadap kadar vitamin C pada suhu ruang, dan
tidak terdapat interaksi antara kedua perlakuan tersebut (Lampiran 46).
Tabel 16. Kadar vitamin C berbagai jenis cabai dan bahan kemasan yang berbeda
pada suhu ruang.
Jenis Cabai
(V)
Bahan Kemasan (P)
Rerata Waring Plastik LDPE
Karung
Plastik
Cabai Rawit 64,53 52,80 70,40 62,58
Cabai Merah 52,80 35,20 58,67 48,89
Cabai Cengek
Domba 64,53 46,93 52,80 54,75
Rerata 60,62 44,98 60,62
Berdasarkan uji BNT tabel 16. menunjukkan bahwa tidak terdapat perbedaan rata
rata kadar vitamin C pada suhu dingin akibat perbedaan jenis cabai dan bahan
kemasan. Walaupun secara statistik tidak terdapat perbedaan nyata namun
terdapat bahwa jenis cabai rawit memiliki kadar vitamin C lebih tinggi
dibandingkan dengan jenis cabai lainnya, dan cabai yang dikemas menggunakan
waring dan karung plastik memiliki kadar vitamin C lebih tinggi dibandingkan
dengan kemasan plastik LDPE.
41
Gambar 12. Grafik kadar vitamin C selama penyimpanan suhu dingin dan suhu
rendah pada berbagai jenis cabai dan bahan kemasan.
Jenis cabai yang disimpan pada suhu dingin dengan berbagai kemasan
menghasilkan kadar vitamin C cabai lebih tinggi dibandingkan jenis cabai yang
disimpan pada suhu ruang dengan berbagai kemasan..
0
10
20
30
40
50
60
70
80
0 4 8 12 16 20
Rat
a-r
ata
kad
ar V
itam
in c
(m
g/g)
Waktu Penyimpanan (Hari)
suhu dingin
suhu ruang
42
4.1.7 Kadar Total Asam (ml/g)
a. Kadar Total Asam Pada Suhu Dingin Hari ke 20.
Hasil analisis ragam menunjukkan bahwa jenis cabai memberikan pengaruh nyata
terhadap kadar total asam pada suhu dingin, namun berbagai bahan kemasan tidak
berpengaruh nyata dan tidak terdapat interaksi antara kedua perlakuan tersebut
(Lampiran 50).
Tabel 17. Kadar total asam berbagai jenis cabai dan bahan kemasan yang berbeda
pada suhu dingin.
Jenis Cabai
(V)
Bahan Kemasan (P)
Rerata Waring Plastik LDPE
Karung
Plastik
Cabai Rawit 0,53 0,60 0,47 0,53 AB
Cabai Merah 0,47 0,40 0,40 0,42 A
Cabai Cengek
Domba 0,80 0,73 0,47 0,67 B
Rerata 0,6 0,58 0,45
BNT V : 0,16
Keterangan : Angka-angka yang diikuti huruf yang sama tidak berbeda nyata pada
uji BNT 5%.
Berdasarkan uji BNT tabel 17. menunjukkan bahwa berbagai jenis cabai
memberikan perbedaan nyata terhadap kadar total asam pada suhu dingin, namun
jenis bahan pengemas tidak mempengaruhi kadar total asam pada suhu ruang.
Meskipun secara statistik menunjukkan tidak terdapat perbedaan nyata, namun
jenis bahan pengemas waring menghasilkan kadar total asam pada suhu dingin
lebih tinggi dibandingkan dengan jenis bahan pengemas lainnya. Sedangkan jenis
cabai cengek domba memiliki kadar total asam lebih tinggi dibandingkan jenis
cabai rawit dan jenis cabai merah sebesar 26,41% - 59,52%.
43
b. Kadar Total Asam Pada Suhu ruang Hari ke 8.
Hasil analisis ragam menunjukkan bahwa bahan kemasan memberikan pengaruh
nyata terhadap kadar total asam pada suhu ruang, namun berbagai jenis cabai
tidak berpengaruh nyata dan tidak terdapat interaksi antara kedua perlakuan
tersebut (Lampiran 54).
Tabel 18. Kadar total asam berbagai jenis cabai dan bahan kemasan yang berbeda
pada suhu ruang.
Jenis Cabai
(V)
Bahan Kemasan (P)
Rerata Waring Plastik LDPE
Karung
Plastik
Cabai Rawit 0,67 0,13 0,67 0,49
Cabai Merah 0,60 0,20 0,60 0,47
Cabai Cengek
Domba 0,73 0,33 0,60 0,55
Rerata 0,67 b 0,22 a 0,62 b
BNT P : 0,21
Keterangan : Angka-angka yang diikuti huruf yang sama tidak berbeda nyata pada
uji BNT 5%.
Berdasarkan uji BNT tabel 18, menunjukkan bahwa jenis bahan pengemas
memberikan perbedaan nyata terhadap kadar total asam pada suhu ruang, namun
berbagai jenis cabai tidak mempengaruhi kadar total asam pada suhu ruang.
Meskipun secara statistik menunjukkan tidak terdapat perbedaan nyata, namun
jenis cabai cengek domba menghasilkan kadar total asam pada suhu ruang lebih
tinggi dibandingkan jenis cabai lainnya. Sedangkan cabai yang dikemas
menggunakan waring memiliki kadar total asam lebih tinggi ssebesar 8,06%
dibandingkan dengan bahan kemasan karung plastik.
44
Gambar 14. Grafik kadar total asam selama penyimpanan suhu dingin dan suhu
rendah pada berbagai jenis cabai dan bahan kemasan.
Jenis cabai yang disimpan pada suhu dingin dengan berbagai kemasan
menghasilkan kadar total asam cabai lebih tinggi dibandingkan jenis cabai yang
disimpan pada suhu ruang dengan berbagai kemasan.
4.2 Pembahasan
Hasil penelitian menunjukkan bahwa berbagai jenis cabai yang berbeda
berpengaruh nyata selama penyimpanan suhu dingin dan suhu ruang. Jenis cabai
yang disimpan pada suhu dingin mempengaruhi warna cabai, tekstur cabai, bobot
susut cabai, tingkat kekerasan, tingkat kerusakan, dan total asam, sedangkan yang
disimpan pada suhu ruang mempengaruhi warna cabai dan tekstur cabai. Berbagai
jenis cabai tidak berpengaruh nyata hanya pada kadar vitamin C.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa berbagai bahan kemasan berbeda yang
disimpan pada suhu dingin mempengaruhi warna cabai, tekstur cabai, bobot susut
cabai, tingkat kekerasan, dan tingkat kerusakan, sedangkan yang disimpan pada
0
0.1
0.2
0.3
0.4
0.5
0.6
0.7
0.8
0 4 8 12 16 20
Rat
a-r
ata
Kad
ar t
ota
l Asa
m (
%)
Waktu Penyimpanan (Hari)
suhu dingin
suhu ruang
45
suhu ruang mempengaruhi warna cabai, tekstur cabai, bobot susut cabai, tingkat
kekerasan, tingkat kerusakan, dan kadar total asam. Berbagai bahan kemasan
berbeda tidak berpengaruh nyata hanya pada kadar vitamin C. Hasil penelitian
juga menunjukkan bahwa tidak Terdapat interaksi antara jenis cabai dan bahan
pengemas terhadap kualitas cabai.
Cabai yang disimpan pada suhu dingin selama 20 hari menghasilkan warna cabai
dominan hijau dibandingkan dengan cabai yang disimpan pada suhu ruang.
Perubahan warna terjadi pada cabai selama penyimpanan yang berasal dari proses
kegiatan perombakan klorofil (hijau). Perubahan/degradasi warna pada cabai
merah dikendalikan oleh senyawa karotenoid seperti xanthophylls, sedangkan
untuk cabai yang berubah menjadi kuning orange dikendalikan oleh senyawa Ξ²-
karoten dan zeaxanthin Tucke (1993) dalam Nurdjannah (2014). Selama
penyimpanan cabai segar akan mengalami penuaan walaupun telah dipanen dari
tanaman induknya, karena cabai tersebut akan tetap melakukan kegiatan
metabolisme. Penyimpanan cabai pada suhu dingin mampu mempertahankan
penuaan dan kecerahan lebih baik dibanding dengan penyimpanan pada suhu
ruang Hal ini disebabkan pada suhu dingin dapat menghambat laju respirasi pada
cabai dan dapat menekan angka kehilangan air selama penyimpanan. Menurut
Jefri (2016) bahwa semakin lama penyimpanan dan semakin tinggi suhu
penyimpanan menyebabkan kerusakan klorofil dan biosintesis karotenoid
berlangsung dengan cepat sehingga warna cabai akan berubah. Suhu penyimpanan
dingin akan menghambat laju respirasi pada cabai, Laju respirasi yang rendah
akan menghambat pemecahan klorofil dan menurunkan biosintesis karotenoid.
46
Penyimpanan pada suhu dingin juga dapat menekan angka kehilangan air pada
cabai selama penyimpanan (Chitravhati, 2015).
Hasil penelitian menunjukkan bahwa berbagai cabai yang disimpan pada suhu
dingin selama 20 hari menghasilkan tekstur cabai dominan bertekstur renyah
dibandingkan cabai yang disimpan pada suhu ruang. Hal ini diduga pada
penyimpanan suhu dingin dapat menghambat laju respirasi pada cabai dan dapat
menekan angka kehilangan air sedangkan pada penyimpanan suhu ruang memiliki
kelembaban lingkungan yang rendah sehingga uap air yang dihasilkan dari laju
respirasi dapat terus mengalir dan menyebabkan kualitas cabai cepat menurun.
Semakin lama jenis cabai segar disimpan maka akan terjadi penurunan nilai uji
organoleptik teskturnya. Penurunan tersebut berhubungan dengan kadar air yang
dikandung oleh jenis cabai. Menurut Winaro (1991) dalam Naomi (2009)
penurunan nilai uji organoleptik tersebut akibat proses respirasi dan transpirasi
yang terjadi dari permukaan jaringan.
Cabai yang disimpan pada suhu dingin selama 20 hari menghasilkan bobot susut
cabai dengan kemasan plastik LDPE lebih baik dibandingkan dengan cabai yang
disimpan pada suhu ruang. Penurunan susut bobot cabai dipengaruhi oleh suhu
dan lama penyimpanan. Susut bobot cabai diakibatkan oleh perombakan substrat
selama respirasi dan kehilangan air sebagai hasil sampingan dari respirasi.
Kelembaban ruang merupakan faktor penyebab kehilangan air, kehilangan air
akan mengakibatkan kehilangan berat dan kehilangan kenampakan yang baik pada
produk cabai. Sifat permeabilitas plastik LDPE terhadap uap air dan udara
menyebabkan plastik LDPE mampu berperan mengatur kelembapan dari ruang
47
penyimpanan. Tingginya kelembaban udara dalam kemasan dapat
mempertahankan keluarnya air dari permukaan cabai dan rendahnya permeabilitas
bahan dapat menekan keluarnya air kelingkungan sehingga susut bobot akibat
evaporasi dapat ditekan Wirnano (1993) dalam Sembiring (2009). Plastik Low
Density Polyethilene (LDPE) dapat mempertahankan kualitas cabai segar selama
satu minggu dalam keadaan segar, jika disimpan di dalam lemari pendingin pada
suhu 60C Sembiring (2009).
Hasil penelitian menunjukan bahwa cabai yang disimpan pada suhu dingin selama
20 hari memiliki tingkat kekerasan lebih tinggi dengan jenis bahan kemasan
plastik dibandingkan dengan cabai yang disimpan pada suhu ruang. Hal ini diduga
karena sifat kemasan plastik mampu menekan jumlah kehilangan air cabai pada
suhu dingin sehingga cabai yang dikemas plastik tidak menjadi kering/keriput dan
tekstur cabai menjadi keras, sedangkan jenis bahan kemasan plastik tidak efektif
untuk penyimpanan suhu ruang karena jenis bahan kemasan plastik tidak terdapat
rongga udara sehingga akan meningkatkan kadar air. Kadar air yang tinggi dapat
mempengaruhi kerusakan cabai karena pada penyimpanan suhu ruang akan tetap
melakukan respirasi. Semakin besar nilai penurunan kekerasan cabai merah
menandakan bahwa tekstur cabai semakin lunak. Peningkatan dan penurunan nilai
kekerasan bergantung pada tebalnya bagian kulit luar, kandungan pati pada suatu
bahan (Pangidoan 2014 dalam Lamona 2015).
Cabai yang disimpan pada suhu dingin selama 20 hari dengan perlakuan cabai
merah dan bahan kemasan plastik memiliki tingkat kerusakan paling rendah
dibandingkan dengan perlakuan lainnya. Hal ini diduga karena menurut Badan
Standarisasi Nasional, (1998) pada kualitas cabai merah memiliki tingkat
48
kerusakan pada mutu 1 yaitu 0 %, mutu II memiliki tingkat kerusakan 1%, dan
pada mutu III memiliki tingkat kerusakan 2 %. Bahan pengemas plastik dapat
menekan kerusakan karena mempunyai keunggulan dibanding bahan pengemas
lain karena sifatnya yang ringan, transparan, kuat, dan selektif dalam
permeabilitasnya terhadap uap air yang rendah. Sifat permeabilitas plastik
terhadap uap air dan udara menyebabkan plastik mampu berperan mengatur
kelembapan dari ruang penyimpanan. Tingginya kelembaban udara dalam
kemasan dapat mempertahankan keluarnya air dari permukaan cabai dan
rendahnya permeabilitas bahan dapat menekan keluarnya air kelingkungan
sehingga dapat menekan proses evaporasi.
Cabai yang disimpan pada suhu ruang menunjukkan bahwa cabai yang disimpan
pada hari ke 8 dengan jenis bahan kemasan plastik LDPE memiliki tingkat
kerusakan cabai paling tinggi dibandingkan dengan bahan kemasan lainnya. Hal
ini diduga pada bahan kemasan plastik tidak efektif karena tidak terdapat rongga
udara sehingga akan meningkatkan kadar air. Kadar air yang tinggi dapat
mempengaruhi kerusakan cabai karena pada penyimpanan suhu ruang akan tetap
melakukan respirasi. Menurut Lamona (2015) Pada kemasan plastik LDPE
kerusakan lebih banyak disebabkan oleh tumbuhnya cendawa dan busuk basah
akibat terjadi fermentasi anaerob selama penyimpanan. Menurut Sulistyaningrum
et al (2018) bahwa penyimpanan cabai pada suhu ruang mampu bertahan selama 8
hari karena pada suhu ruang kelembaban lingkungannya menjadi rendah sehingga
laju respirasi pada cabai akan meningkat dan memperpendek masa simpan.
49
Hasil penelitian menunjukkan bahwa jenis cabai dan bahan pengemas yang
disimpan pada suhu dingin dan suhu ruang menunjukkan bahwa hasil yang tidak
berpengaruh nyata pada semua periode pengamatan kadar vitamin C. Secara
statistik jenis cabai dan bahan kemasan terhadap vitamin C tidak berpengaruh
nyata, akan tetapi cenderung mengalami penurunan. Hal ini disebabkan karena
tertundanya penguapan air yang menyebabkan struktur sel yang semula utuh
menjadi layu. Enzim askorbat tidak dibebaskan oleh sel sehingga tidak mampu
mengoksidasi vitamin C lebih lanjut menjadi senyawa yang tidak mempunyai
aktivitas vitamin C lagi. Menurut Trenggono dalam Wulandari dkk, (2012)
menyatakan bahwa penyimpanan buah-buahan pada kondisi yang menyebabkan
kelayuan akan menurunkan kadar vitamin C dengan cepat karena adanya proses
respirasi dan oksidasi. Penyimpanan cabai pada suhu ruang menunjukkan kadar
vitamin C mengalami banyak penurunan jika dibandingkan dengan cabai yang
disimpan pada penyimpanan suhu dingin (Oktaviana dkk, 2012).
Hasil penelitian menunjukkan bahwa perlakuan berbagai jenis cabai dan bahan
kemasan yang disimpan pada suhu ruang mengalami kecenderungan penurunan
dibandingkan dengan kadar total asam yang disimpan pada suhu dingin. Hal ini
terjadi peningkatan laju respirasi yang membutuhkan banyak energi sehingga
terjadilah penggunaan asam-asam organik yang tersedia didalam buah sebagai
substart sumber energi. Menurut Novita dkk (2012) bahwa total asam akan
meningkat pada tingkat kematangan awal dan akan menurun lagi pada buah yang
mendekati busuk. Menurut Hofman et al. (1997) dan Novita dkk (2012), secara
keseluruhan jumlah asam organik akan menurun secara cepat selama
penyimpanan.
50
Hasil penelitian menunjukkan bahwa tidak terdapat interaksi antara jenis cabai
dan bahan pengemas yang disimpan pada suhu dingin dan suhu ruang. Hal ini
diduga karena cabai dipengaruhi oleh suhu penyimpanan. cabai yang disimpan
masih mengalami proses-proses metabolisme. Salah satu proses yang sangat
penting untuk memprediksi masa simpan cabai adalah laju respirasi. Yang
mempengaruhi laju respirasi adalah ketersediaan oksigen dan suhu sekitar
(Wulandari et al., 2012). sehingga penggunaan bahan kemasan yang baik dapat
mempengaruhi ketersediaan oksigen dan suhu disekitar cabai. Bahan kemasan
yang baik pada suhu dingin yaitu bahan kemasan plastik LDPE. Plastik LDPE
mempunyai sifat permeabilitas sehingga plastik dapat mengatur ketersediaan
oksigen yang berada sekitar cabai (Sembiring, 2009). Sedangkan bahan kemasan
yang baik pada suhu ruang yaitu bahan kemasan karung plastik, karena bahan
kemasan karung plastik terdapat rongga udara yang dinilai cukup efektif sehingga
hasil respirasi tetap dapat mengalir melalui rongga pada kemasan karung plastik.
Menurut hasil penelitian Komar et al., (2001) molekul molekul pada permukaan
air yang berinteraksi dengan udara mengalami pergerakan untuk membebaskan
diri menuju udara yang molekulnya lebih sedikit dan lebih bebas.
51
V. KESIMPULAN
5.1 Kesimpulan
Dari hasil penelitian dapat diambil beberapa kesimpulan, yaitu:
1. Berbagai jenis cabai yang disimpan pada suhu dingin mempengaruhi warna
cabai, tekstur cabai, bobot susut cabai, tingkat kekerasan, tingkat kerusakan,
dan total asam, sedangkan yang disimpan pada suhu ruang mempengaruhi
warna cabai dan tekstur cabai. Berbagai jenis cabai tidak berpengaruh nyata
hanya pada kadar vitamin C. Jenis cabai yang baik pada suhu dingin dan suhu
ruang adalah jenis cabai rawit dan jenis cabai merah.
2. Berbagai bahan kemasan yang berbeda yang disimpan pada suhu dingin
mempengaruhi warna cabai, tekstur cabai, bobot susut cabai, tingkat
kekerasan, dan tingkat kerusakan, sedangkan yang disimpan pada suhu ruang
mempengaruhi warna cabai, tekstur cabai bobot susut cabai, tingkat
kekerasan, tingkat kerusakan, dan kadar total asam. Berbagai bahan kemasan
berbeda tidak berpengaruh nyata hanya pada kadar vitamin C. Jenis kemasan
yang baik pada suhu dingin yaitu plastik LDPE, sedangkan pada suhu ruang
yaitu karung plastik.
3. Tidak terdapat interaksi antara jenis cabai dan bahan pengemas terhadap
kualitas
52
5.2 Saran
Sebaiknya untuk menyimpan cabai disimpan pada suhu dingin menggunakan jenis
cabai rawit dan cabai merah dengan kemasan plastik karena dapat
mempertahankan kualitas cabai selama 20 hari.
53
DAFTAR PUSTAKA
Anonim. 2014. Jenis-jenis cabai indonesia.
http://www.gerbangpertanian.com/2014/04/jenis-jenis-cabai-indonesia.html
Diakses pada tanggal 23 September 2019
Anonimus,2004 Pengendalian Mutu dan Keamanan Komoditas Hasil Pertanian di
Provinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta.
Aryasita PR, Mukarromah A. 2013. Analisis Fungsi Transfer pada Harga Cabai
Merah yang Dipengaruhi oleh Curah Hujan di Surabaya. J. Sains dan
Senipomits 2(2) : 249--254.
Asmarita, U. 2017. Pengaruh Jenis Bahan Pengemas dan Lama Penyimpanan
Dingin Terhadap Perubahan Sifat Fisik dan Kimia Cabai Merah.[Skripsi].
STIPER Dharma Wacana Metro. Lampung
[BSN] Badan Standarisasi Nasional. 1998. SNI 01-4480-1998. Syarat Mutu
Cabai. Badan Standarisasi Nasional.
Chitravathi K, Chauhan OP, Raju PS. 2015. Influence of modified atmosphere
packaging on shelf-life of green chillies (Capsicum annuum L.). Food
Packaging and Shelf Life. 45: 1-9.
Jefrri. H.M. 2016. Respon Kualitas Cabai Rawit Hijau (Capsicum Frustescens L.)
Yang Disimpan Pada Berbagai Suhu Penyimpanan. [Skripsi]. Fakultas
Teknologi Pertanian Institusi Pertanian Bogor. Bogor.
Kapoh D.O., W Frans, M. D. Douwes, dan K. M. E. Stella. 2015. Kajian
Penggunaan Wadah Pengemasan Terhadap Mutu Cabai Rawit (Capsicum
Frutescens) Yang Disimpan Pada Suhu Ruang Pendingin. [Skripsi]. Fakultas
Pertanian Universitas Ratulangi. Manado.
Kasmiati E, Darmawati E, Haryadi Y. 2014. Evaluasi Efek Kemasan Plastik
terhadap Daya Simpan Beras. J. Pascapanen 11(1) : 9--18.
https://ojs.unida.ac.id/JAG/article/download/1566/1229. Diakses pada 17
Maret 2019
54
Lamona,A. 2015. Pengaruh Jenis Kemasan dan Penyimpanan Suhu Rendah
Terhadap Perubahan Kualitas Cabai Merah Keriting Segar. [Skripsi]. Institut
Pertanian Bogor. Bogor.
Maulana, I. 2013. Cabe Rawit. http://duniainovasitani.blogspot.com/ diakses
tanggal 23 September 2019.
Naomi N.S. 2009. Pengaruh Jenis Bahan Pengemas Terhadap Kualitas Produk
Cabai Merah (Capsicum annum L.) Segar kemasan selama Penyimpanan
dingin. [Tesis]. Sekolah Pasca Sarjana Universitas Sumatra Utara. Medan.
Novita M, Satriana, Martunis, Syarifah R, Etria H. 2012. Pengaruh Lapisan
Kitosan terhadap sifat fisik dan kimia tomat segar (Lyprsicum pyforme) pada
berbagai tingkat kemasan. Jurnal Teknologi dan industri pertanian Indonesia
4(3).
Nurdjannah R, Purwanto YA, Sutrisno. 2014. Pengaruh jenis kemasan dan
penyimpanan dingin terhadap mutu fisik cabai merah. J. Pascapanen 11 (1) :
19--29. https://ojs.unida.ac.id/JAG/article/download/1566/1229. Diakses pada
17 Maret 2019
Oktaviana, Yanti, βPengaruh Lama Penyimpanan dan Konsentrasi Natrium
Benzoat Terhadap Kadar Vitamin C Cabai Merah (Capsicum annuum L)β,
Vol.1,No.4,November/2012.
http://jurnal.untad.ac.id/jurnal/index.php/JAK/article/view/1569. Diakses 14
Februari 2020
Palar N, Pangemanan P, Tangkere E. 2016. Faktor-faktor yang mempengaruhi
harga cabai rawit di Kota Manado. J. Agri-Sosio ekonomi 12(2) : 105-120
[Pusdatin] Pusat data dan sistem informasi pertanian. 2016. Outlook komoditi
bawang merah. Jakarta (ID): Pusdatin Kementerian Pertanian
Rosmainar L, Widia N, Ni P.A, Haula N. 2018. Penentuan kadar vitamin C
beberapa jenis cabai (capsicum sp.) dengan spektrofotometri UV-vis.
Politeknik Meta Industri Cikarang. Cikarang.
Sastradiharja, S., Firmanto, B.H. (2011). Praktis Bertanam Cabai Merah Keriting
Organik Dalam Polybag. Bandung: Angkasa Press.
Sembiring, N N. 2009. Pengaruh Jenis Bahan Pengemas Terhadap kualitas produk
Cabe merah (Capsicum annum L) segar kemasan selama Penyimpanan
Dingin. Tesis Sekolah Pasca Sarjana Universitas Sumatera Utara. Medan.
https://ejournal.unsrat.ac.id/index.php/cocos/article/viewFile/13896/13470.
Diakses pada 17 Maret 2019
55
Suharti K.T., M. Syukur., dan A.R. Wijaya. 2015. Karakterisasi buah dan
penentuan saat masak fisiologis benih beberapa genotipe cabai. [Skripsi].
Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor. Bogor.
Setyaningrum, Hesti Dwi., Cahyo Saparinto. 2014. Panen Sayur. Jakarta: Penebar
Swadaya.
Sulistyaningrum A, Darudriyo 2018. Penurunan Kualitas Cabai Rawit Selama
Penyimpanan Dalam Suhu Ruang. Fakultas Pertanian UNIDA. Bogor.
Taufik, M. 2010. Pertumbuhan dan Produksi Tanaman Cabai yang Diaplikasi
Plant Growth Promoting Rhizobacteria. [Skripsi]. Jurusan Agroekoteknologi
Fakultas Pertanian Universitas Haluoleo
Walker, S. 2010. Postharvest Handling of Fresh Chiles. New Mexico State
University. Mexico
Wulandari S, Bey Y, Tindaon KD. 2012. Pengaruh jenis bahan pengemas dan
lama penyimpanan terhadap kadar vitamin C dan susut berat cabai rawit
(Capsicum frutescens L.). J. Biogenesis 8(2): 23β30. http://e-
journal.uajy.ac.id/4833/3/2BL01077.pdf. Diakses pada 17 Maret 2019