uji kromatogram lapis tipis dan daya anthelmintik … · masyarakat sebagai obat tradisional karena...

106
UJI KROMATOGRAM LAPIS TIPIS DAN DAYA ANTHELMINTIK EKSTRAK ETANOL 70% DAUN ILER (Coleus scutellarioides (L.) Benth.) TERHADAP Ascaris suum SECARA IN VITRO SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Mencapai Derajat Sarjana Farmasi (S. Farm) Program Studi Ilmu Farmasi Pada Fakultas Farmasi Universitas Muhammadiyah Surakarta Surakarta OLEH : Intansari Setyaningrum K 100020242 FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA SURAKARTA 2004 i

Upload: dangkiet

Post on 27-Mar-2019

231 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: UJI KROMATOGRAM LAPIS TIPIS DAN DAYA ANTHELMINTIK … · masyarakat sebagai obat tradisional karena memiliki berbagai macam khasiat obat, salah satunya sebagai obat cacing. Penelitian

UJI KROMATOGRAM LAPIS TIPIS DAN DAYA ANTHELMINTIK EKSTRAK ETANOL 70% DAUN ILER (Coleus scutellarioides (L.) Benth.)

TERHADAP Ascaris suum SECARA IN VITRO

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Mencapai

Derajat Sarjana Farmasi (S. Farm)

Program Studi Ilmu Farmasi Pada Fakultas Farmasi

Universitas Muhammadiyah Surakarta

Surakarta

OLEH :

Intansari Setyaningrum K 100020242

FAKULTAS FARMASI

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA

SURAKARTA

2004

i

Page 2: UJI KROMATOGRAM LAPIS TIPIS DAN DAYA ANTHELMINTIK … · masyarakat sebagai obat tradisional karena memiliki berbagai macam khasiat obat, salah satunya sebagai obat cacing. Penelitian

PENGESAHAN SKRIPSI

Berjudul :

UJI KROMATOGRAM LAPIS TIPIS DAN DAYA ANTHELMINTIK EKSTRAK ETANOL 70% DAUN ILER (Coleus scutellarioides (L.) Benth.)

TERHADAP Ascaris suum SECARA IN VITRO O l e h :

Intansari Setyaningrum K100020242

Dipertahankan dihadapan Panitia Penguji Skripsi

Fakultas Farmasi Universitas Muhammadiyah Surakarta Pada tanggal : 23 Oktober 2004

Mengetahui,

Fakultas Farmasi Universitas Muhammadiyah Surakarta

Dekan,

Dr. M. Kuswandi, SU, M.Phil., Apt.

Pembimbing Utama Pembimbing Pendamping

Dr. Sumantri, M.Sc., Apt dr. E. M. Sutrisna

Penguji :

1. Dr. Sabikis, Apt ____________

2. Triastuti Rahayu, S.Si., M.Si ____________

3. Dr. Sumantri, M.Sc., Apt ____________

4. dr E. M. Sutrisna ____________

ii

Page 3: UJI KROMATOGRAM LAPIS TIPIS DAN DAYA ANTHELMINTIK … · masyarakat sebagai obat tradisional karena memiliki berbagai macam khasiat obat, salah satunya sebagai obat cacing. Penelitian

HALAMAN PERSEMBAHAN

Karena Sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan ( Q.S. Al-Insyirah )

Cintailah apa yang engkau cintai sekedarnya saja, mungkin suatu hari ia

akan menjadi sesuatu yang engkau benci, Dan bencilah apa yang engkau benci sekedarnya saja, mungkin suatu hari ia akan menjadi sesuatu yang

paling engkau cintai ( H.R. Bukhari Muslim )

Tuhan mempunyai seribu jalan dimana aku tak bisa melihat satupun, kala semua caraku telah mencapai ujungnya, baru pada saat itulah cara-Nya

dimulai ( Esther Guyet )

Dekat dengan seseorang itu membutuhkan banyak pengertian, waktu dan

rasa percaya ( Erynn Miller )

Kita tak bisa selalu mempunyai kebahagiaan, tetapi kita

bisa memberikan kebahagiaan

Κυπερσεµβαηκαν κεπαδα : Αλλαη ΣΩΤ ψανγ τελαη µενγιϕινκαν ακυ µελιηατ

δυνια ινι. Υµµψκυ Πενι Μυλψατι δαν Αβαηκυ Σαριϕονο

ατασ τακ τερηινγγα δο∋α, δορονγαν σερτα περηατιαννψα

σεβαγαι ωυϕυδ κεδαλαµαν ρασα χιντα, ηορµατ δαν βακτικυ,

Αδεκκυ Νενι δαν Αϕιβ ψανγ σελαλυ µενεµανικυ, Σεσεορανγ δισινι ψανγ σελαλυ µενχεριακανκυ,

σερτα Αλµαµατερκυ

iii

Page 4: UJI KROMATOGRAM LAPIS TIPIS DAN DAYA ANTHELMINTIK … · masyarakat sebagai obat tradisional karena memiliki berbagai macam khasiat obat, salah satunya sebagai obat cacing. Penelitian

DEKLARASI

Saya di sini menyatakan bahwa skripsi ini adalah hasil pekerjaan saya

sendiri dan sepanjang pengetahuan saya tidak berisi materi yang dipublikasikan

atau ditulis orang lain atau telah dipergunakan dan diterima sebagai persyaratan

penyelesaian studi pada Universitas yang lain, kecuali pada bagian-bagian tertentu

yang telah dinyatakan dalam teks.

Apabila skripsi ini merupakan jiplakan skripsi orang lain, maka saya siap

menerima sanksi baik secara akademis maupun hukum.

Surakarta, 23 Oktober 2004 Peneliti

( Intansari Setyaningrum )

iv

Page 5: UJI KROMATOGRAM LAPIS TIPIS DAN DAYA ANTHELMINTIK … · masyarakat sebagai obat tradisional karena memiliki berbagai macam khasiat obat, salah satunya sebagai obat cacing. Penelitian

KATA PENGANTAR

Bismillahirrohmaanirrohim. Puji Syukur alhamdulillah penulis panjatkan

kehadirat Allah SWT yang senantiasa melimpahkan segala kebahagiaan dan karunia

kemurahan serta kasih dan sayang-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan

penelitian skripsi ini yang berjudul ” UJI KROMATOGRAM LAPIS TIPIS DAN

DAYA ANTHELMINTIK EKSTRAK ETANOL 70% DAUN ILER (Coleus

scutellarioides (L.) Benth.) TERHADAP Ascaris suum SECARA IN VITRO ”.

Skripsi ini disusun untuk memenuhi salah satu syarat untuk mencapai derajat

Sarjana Farmasi ( S. Farm ) pada Fakultas Farmasi Universitas Muhammadiyah

Surakarta.

Dalam penyusunan skripsi ini, penulis banyak mendapatkan bantuan,

bimbingan serta dukungan dari berbagai pihak. Penulis menyadari bahwa tanpa

bantuan dari berbagai pihak rasanya sulit bagi penulis untuk menyelesaikan skripsi

ini. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih yang

sebesar-besarnya kepada:

1. Bapak Dr. H. M. Kuswandi Tirtodiharjo, SU., M.Phil., Apt., selaku Dekan

Fakultas Farmasi Universitas Muhammadiyah Surakarta.

2. Bapak Dr. Sumantri M.Sc., Apt dan dr. E. M. Sutrisna, selaku dosen

pembimbing dan dosen pembimbing pendamping yang senantiasa memberikan

bimbingan, arahan, dan motivasi kepada penulis sejak persiapan sampai dengan

selesainya skripsi ini.

3. Bapak Dr. Sabikis, Apt dan Ibu Triastuti Rahayu, S.Si., M.Si, selaku dosen

v

Page 6: UJI KROMATOGRAM LAPIS TIPIS DAN DAYA ANTHELMINTIK … · masyarakat sebagai obat tradisional karena memiliki berbagai macam khasiat obat, salah satunya sebagai obat cacing. Penelitian

penguji skripsi yang telah memberikan kritik, saran, dan masukan.

4. Ibu Tanti Azizah S.Si, Apt dan Ibu Rima Munawaroh, S.Si, Apt, selaku dosen

penguji seminar yang telah memberikan kritik, saran, dan masukan.

5. Mbak Nur, Pak Pur, Pak Zainal, dan Pak Gofar selaku laboran bagian biologi di

Fakultas Farmasi Universitas Muhammadiyah Surakarta, terima kasih atas kerja

sama dan bantuannya selama pelaksanaan skripsi ini.

6. Ummy dan Abah tercinta, atas segala do’a dan restunya serta dorongan dan

dukungan baik materiil maupun spirituil, sehingga penulis selalu memiliki

semangat dalam menyelesaikan skripsi ini.

7. Adikku Isnaeni, Ajib dan Yuli yang telah membuat hari-hari yang kita lalui

menjadi indah.

8. Untuk Murwat Pambudi yang selalu menemaniku, semoga perjalanan yang kita

lewati bersama akan berujung pada kebersamaan kita, terima kasih selalu

mengerti dan menerima segala keterbatasanku.

9. Teman seperjuangan mbak Ratih, Nyoman, Nia dan Tina, banyak pelajaran dan

pengalaman yang kita ambil dari perjalanan ini.

10. Kakak-kakakku mas Andros, mas Endro, mas Rully, mas Oky yang telah

memberiku semangat dan dukungan dalam menyelesaikan skripsi ini.

11. Andi, Ery, Lutfi, mbak Ika, mbak Rini, Atta, Hami, Kak Ican dan anak-anak

kost anggrek : Hany, Fatma, Yuli, Meli, Cici, Rini, Devi, Rosya dan Fauzi yang

telah memberiku dorongan, semangat serta pengertiannya dalam menyelesaikan

skripsi ini.

12. Sahabat-sahabatku, teman-teman transfer 2002 dan semua pihak yang tidak

vi

Page 7: UJI KROMATOGRAM LAPIS TIPIS DAN DAYA ANTHELMINTIK … · masyarakat sebagai obat tradisional karena memiliki berbagai macam khasiat obat, salah satunya sebagai obat cacing. Penelitian

dapat penulis sebutkan satu per satu yang telah membantu baik langsung

maupun tidak langsung selama penelitian hingga penyusunan skripsi.

Akhir kata, demi kesempurnaan skripsi ini, penulis mengucapkan terima

kasih atas kritik dan saran yang bersifat membangun. Besar harapan penulis semoga

skripsi ini dapat bermanfaat bagi penulis pada khususnya dan bagi pembaca pada

umumnya.

Surakarta, Oktober 2004

Penulis

vii

Page 8: UJI KROMATOGRAM LAPIS TIPIS DAN DAYA ANTHELMINTIK … · masyarakat sebagai obat tradisional karena memiliki berbagai macam khasiat obat, salah satunya sebagai obat cacing. Penelitian

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ............................................................................................ i

HALAMAN PENGESAHAN............................................................................... ii

HALAMAN PERSEMBAHAN ........................................................................... iii

HALAMAN DEKLARASI .................................................................................. iv

KATA PENGANTAR ......................................................................................... v

DAFTAR ISI ........................................................................................................ viii

DAFTAR GAMBAR ........................................................................................... xii

DAFTAR TABEL................................................................................................. xiii

DAFTAR LAMPIRAN ........................................................................................ xiv

INTISARI ............................................................................................................. xv

BAB I. PENDAHULUAN....................................................................................... 1

A. Latar Belakang Masalah.......................................................................... 1

B. Perumusan Masalah ................................................................................ 3

C. Tinjauan Pustaka .................................................................................... 3

1. Tanaman iler ...................................................................................... 3

a. Sistematika tanaman..................................................................... 3

b. Nama lain ..................................................................................... 4

c. Morfologi tanaman ...................................................................... 4

d. Ekologi dan penyebaran............................................................... 5

e. Kandungan dan sifat fisika ........................................................... 5

f. Kegunaan tanaman........................................................................ 6

viii

Page 9: UJI KROMATOGRAM LAPIS TIPIS DAN DAYA ANTHELMINTIK … · masyarakat sebagai obat tradisional karena memiliki berbagai macam khasiat obat, salah satunya sebagai obat cacing. Penelitian

2. Metode ekstraksi simplisia ................................................................ 7

3. Cacing Ascaris suum ....................................................................... 8

a. Sistematika ..................................................................................... 8

b. Morfologi dan daur hidup ............................................................. 9

4. Anthelmintik ................................................................................... 10

5. Uji daya anthelmintik ...................................................................... 11

6. Piperazin .......................................................................................... 12

7. Kromatografi lapis tipis ( KLT ) ....................................................... 13

D. Hipotesis ................................................................................................ 17

BAB II. METODE PENELITIAN ......................................................................... 18

A. Kategori Penelitian dan Rancangan Percobaan………………………. 18

1. Kategori penelitian……………………………………………….. ..18

2. Rancangan percobaan……………………………………………....18

3. Subyek penelitian ……………………………………………….. ..18

4. Variabel penelitian ………………………………………………. 18

B. Alat dan Bahan ..................................................................................... 18

1. Alat ....................................................................................................18

2. Bahan.................................................................................................19

C. Jalannya Penelitian ............................................................................... 20

1. Determinasi dan pengumpulan bahan ............................................... 20

2. Pembuatan serbuk daun iler .............................................................. 20

3. Pembuatan ekstrak etanol daun iler................................................... 20

4. Uji daya anthelmintik ........................................................................ 21

ix

Page 10: UJI KROMATOGRAM LAPIS TIPIS DAN DAYA ANTHELMINTIK … · masyarakat sebagai obat tradisional karena memiliki berbagai macam khasiat obat, salah satunya sebagai obat cacing. Penelitian

a. Penyiapan larutan uji .................................................................... 22

b. Uji daya anthelmintik terhadap cacing Ascaris suum ................... 22

5. Cara kerja skematis ........................................................................... 23

a. Pembuatan ekstrak etanol.............................................................. 23

b. Uji daya anthelmintik.................................................................... 24

6. Identifikasi kandungan kimia daun iler ............................................ 25

a. Uji tabung...................................................................................... 25

b. Uji kualitatif dengan metode KLT ............................................... 26

D. Cara Analisis ........................................................................................ 27

BAB III. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ...................................... 28

A. Hasil Determinasi.................................................................................. 28

1. Determinasi tanaman iler................................................................... 28

2. Determinasi hewan uji cacing Ascaris suum ..................................... 29

B. Hasil Pembuatan Simplisia ................................................................... 29

C. Hasil Pembuatan Ekstrak Etanol Daun Iler........................................... 30

D. Hasil Uji Daya Anthelmintik Ekstrak Etanol Daun Iler........................ 31

1. Analisis secara deskriptif................................................................... 37

2. Analisis statistik uji daya anthelmintik ekstrak etanol daun iler ....... 38

3. Perhitungan LC50 ekstrak etanol daun iler ........................................ 41

E. Hasil Identifikasi Kandungan Kimia Daun Iler .................................... 41

1. Uji tabung .......................................................................................... 42

2. Kromatografi lapis tipis..................................................................... 43

a. Deteksi senyawa flavonoid............................................................ 44

x

Page 11: UJI KROMATOGRAM LAPIS TIPIS DAN DAYA ANTHELMINTIK … · masyarakat sebagai obat tradisional karena memiliki berbagai macam khasiat obat, salah satunya sebagai obat cacing. Penelitian

b. Deteksi senyawa saponin .............................................................. 47

c. Deteksi senyawa tanin................................................................... 49

BAB IV. KESIMPULAN DAN SARAN .............................................................. 51

A. Kesimpulan ........................................................................................... 51

B. Saran...................................................................................................... 51

DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................ 52

LAMPIRAN ........................................................................................................... 55

xi

Page 12: UJI KROMATOGRAM LAPIS TIPIS DAN DAYA ANTHELMINTIK … · masyarakat sebagai obat tradisional karena memiliki berbagai macam khasiat obat, salah satunya sebagai obat cacing. Penelitian

DAFTAR GAMBAR Gambar 1. Skema pembuatan ekstrak etanol daun iler ........................................... 23

Gambar 2. Skema kerja pengujian daya anthelmintik............................................. 24

Gambar 3. Hasil uji daya anthelmintik larutan NaCl 0,9% b/v............................... 31

Gambar 4. Hasil uji daya anthelmintik larutan Piperazin sitrat 0,4% b/v............... 31

Gambar 5. Hasil uji daya anthelmintik ekstrak etanol daun iler

konsentrasi 10% b/v ............................................................................ 32

Gambar 6. Hasil uji daya anthelmintik ekstrak etanol daun iler

konsentrasi 20% b/v dan 30% b/v ........................................................ 33

Gambar 7. Hasil uji daya anthelmintik ekstrak etanol daun iler

konsentrasi 40% b/v dan 50% b/v ........................................................ 33

Gambar 8. Kurva hubungan antara jumlah kematian cacing vs jam kematian cacing

hasil uji daya anthelmintik .................................................................... 37

Gambar 9. Kromatogram ekstrak etanol daun iler untuk uji flavonoid................... 45

Gambar10. Kromatogram ekstrak etanol daun iler untuk uji saponin ..................... 47

Gambar11. Kromatogram ekstrak etanol daun iler untuk uji tanin.......................... 49

xii

Page 13: UJI KROMATOGRAM LAPIS TIPIS DAN DAYA ANTHELMINTIK … · masyarakat sebagai obat tradisional karena memiliki berbagai macam khasiat obat, salah satunya sebagai obat cacing. Penelitian

DAFTAR TABEL

Tabel 1. Hasil pembuatan ekstrak etanol daun iler ............................................. 30

Tabel 2. Hasil uji daya anthelmintik ekstrak etanol daun iler dengan konsentrasi

10% b/v, 20% b/v, 30% b/v, 40% b/v, 50% b/v, piperazin sitrat 0,4% b/v

dan larutan NaCl 0,9% b/v .................................................................... 35

Tabel 3. Rata-rata jam kematian cacing Ascaris suum pada larutan uji ............. 36

Tabel 4. Jam kematian minimum dan maksimum dari uji daya anthelmintik

ekstrak etanol daun iler terhadap cacing Ascaris suum ........................ 38

Tabel 5. Hasil analisis Kolmogorov – Smirnov ................................................. 39

Tabel 6. Hasil uji Kruskal Wallis rata-rata jam kematian cacing antara ketujuh

kelompok perlakuan ............................................................................. 39

Tabel 7. Hasil uji Mann Whitney rata-rata jam kematian cacing antara dua

kelompok perlakuan .............................................................................. 40

Tabel 8. Hasil uji tabung kandungan kimia daun iler ......................................... 42

Tabel 9. Hasil kromatogram ekstrak etanol daun iler dengan fase diam selulosa,

fase gerak n-butanol : asam asetat : air ( 4 : 1 : 5 ) v/v deteksi

uap NH3 ............................................................................................... 46

Tabel 10. Hasil kromatogram ekstrak etanol daun iler dengan fase diam silika gel

GF 254 nm, fase gerak kloroform : metanol : air ( 7 : 3 : 1 ) v/v dan

deteksi semprot vanilin asam sulfat....................................................... 48

Tabel 11. Hasil kromatogram ekstrak etanol daun iler dengan fase diam silika gel

GF 254 nm, fase gerak etil asetat : metanol : air ( 10 : 1,35 : 1 ) v/v dan

deteksi semprot FeCl3 ........................................................................... 50

xiii

Page 14: UJI KROMATOGRAM LAPIS TIPIS DAN DAYA ANTHELMINTIK … · masyarakat sebagai obat tradisional karena memiliki berbagai macam khasiat obat, salah satunya sebagai obat cacing. Penelitian

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Surat keterangan determinasi tanaman iler......................................... 51

Lampiran 2. Surat keterangan determinasi cacing gelang ( Ascaris suum ) ........... 52

Lampiran 3. Foto daun iler ( Coleus scutellarioides ( L. ) Benth. )........................ 53

Lampiran 4. Foto cacing gelang Ascaris suum ....................................................... 54

Lampiran 5. Foto alat soxhletasi ............................................................................. 55

Lampiran 6. Data hasil pembuatan ekstrak etanol daun iler dan perhitungan

rendemen ............................................................................................ 60

Lampiran 7. Penimbangan ekstrak etanol daun iler dalam pembuatan seri

konsentrasi ekstrak etanol ……………… ......................................... 64

Lampiran 8. Data jam kematian cacing hasil uji daya anthelmintik ekstrak etanol

daun iler dengan konsentrasi 10% b/v, 20% b/v, 30% b/v, 40% b/v,

50% b/v, piperazin sitrat 0,4% b/v dan NaCl 0,9% b/v ..................... 65

Lampiran 9. Perhitungan LC50 uji daya anthelmintik............................................. 66

Lampiran 10. Tabel harga probit.............................................................................. 69

Lampiran 11. Penentuan konsentrasi piperazin sitrat 0,4% b/v ............................... 70

Lampiran 12. Perhitungan statistik .......................................................................... 71

xiv

Page 15: UJI KROMATOGRAM LAPIS TIPIS DAN DAYA ANTHELMINTIK … · masyarakat sebagai obat tradisional karena memiliki berbagai macam khasiat obat, salah satunya sebagai obat cacing. Penelitian

INTISARI

Daun iler ( Coleus scutellarioides ( L. ) Benth. ) telah dimanfaatkan oleh masyarakat sebagai obat tradisional karena memiliki berbagai macam khasiat obat, salah satunya sebagai obat cacing. Penelitian ini bertujuan untuk membuktikan daya anthelmintik ekstrak etanol 70% daun iler terhadap Ascaris suum secara in vitro. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode rendaman. Penelitian ini menggunakan 105 ekor cacing Ascaris suum, yang dibagi dalam 7 kelompok pengujian yaitu pengujian terhadap larutan NaCl 0,9% b/v sebagai kontrol negatif, larutan piperazin sitrat 0,4% b/v sebagai kontrol positif dan larutan ekstrak etanol daun iler dengan konsentrasi 10% b/v, 20% b/v, 30% b/v, 40% b/v, dan 50% b/v. Pengamatan dilakukan tiap 2 jam sampai semua cacing mati. Data jam kematian cacing dianalisis dengan Kolmogorov-Smirnov, data terdistribusi tidak normal, sehingga diuji Kruskall-Wallis, dilanjutkan uji Mann-Whitney dengan taraf kepercayaan 95%, serta dicari LC50. Dari penelitian ini didapatkan hasil bahwa ekstrak etanol daun iler 10% b/v, 20% b/v, 30% b/v, 40% b/v, dan 50% b/v mempunyai daya anthelmintik terhadap Ascaris suum secara in vitro. Pada ekstrak konsentrasi 30% b/v tidak berbeda ( P > 0,05 ) dengan piperazin sitrat 0,4% b/v. Hasil LC50 ekstrak etanol daun iler adalah 23,62% b/v. Untuk analisis kualitatif menggunakan cara uji tabung dan dengan KLT menunjukkan bahwa ekstrak etanol daun iler mengandung golongan senyawa flavonoid, saponin dan tanin. Kata kunci : Daun iler ( Coleus scutellarioides ( L. ) Benth. ), ekstrak etanol

70%, Ascaris suum, KLT

xv

Page 16: UJI KROMATOGRAM LAPIS TIPIS DAN DAYA ANTHELMINTIK … · masyarakat sebagai obat tradisional karena memiliki berbagai macam khasiat obat, salah satunya sebagai obat cacing. Penelitian

xvi

UJI KROMATOGRAM LAPIS TIPIS DAN DAYA ANTHELMINTIK EKSTRAK ETANOL 70% DAUN ILER (Coleus scutellarioides (L.) Benth.)

TERHADAP Ascaris suum SECARA IN VITRO

Intansari Setyaningrum K 100020242

INTISARI

Daun iler ( Coleus scutellarioides ( L. ) Benth. ) telah dimanfaatkan oleh masyarakat sebagai obat tradisional karena memiliki berbagai macam khasiat obat, salah satunya sebagai obat cacing. Penelitian ini bertujuan untuk membuktikan daya anthelmintik ekstrak etanol 70% daun iler terhadap Ascaris suum secara in vitro. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode rendaman. Penelitian ini menggunakan 105 ekor cacing Ascaris suum, yang dibagi dalam 7 kelompok pengujian yaitu pengujian terhadap larutan NaCl 0,9% b/v sebagai kontrol negatif, larutan piperazin sitrat 0,4% b/v sebagai kontrol positif dan larutan ekstrak etanol daun iler dengan konsentrasi 10% b/v, 20% b/v, 30% b/v, 40% b/v, dan 50% b/v. Data jam kematian cacing dianalisis dengan Kolmogorov-Smirnov, data terdistribusi tidak normal, sehingga diuji Kruskall-Wallis, dilanjutkan uji Mann-Whitney dengan taraf kepercayaan 95%, serta dicari LC50. Dari penelitian ini didapatkan hasil bahwa ekstrak etanol daun iler 10% b/v, 20% b/v, 30% b/v, 40% b/v, dan 50% b/v mempunyai daya anthelmintik terhadap Ascaris suum secara in vitro. Pada ekstrak konsentrasi 30% b/v tidak berbeda ( P > 0,05 ) dengan piperazin sitrat 0,4% b/v. Hasil LC50 ekstrak etanol daun iler adalah 23,62% b/v. Untuk analisis kualitatif menggunakan cara uji tabung dan dengan KLT menunjukkan bahwa ekstrak etanol daun iler mengandung golongan senyawa flavonoid, saponin dan tanin. Kata kunci : Daun iler ( Coleus scutellarioides ( L. ) Benth. ), ekstrak etanol,

Ascaris suum, KLT Mengetahui,

Fakultas Farmasi Universitas Muhammadiyah Surakarta

Dekan,

Dr. M. Kuswandi, SU, M.Phil., Apt. Pembimbing Utama Pembimbing Pendamping

Dr. Sumantri, M.Sc., Apt dr. E. M. Sutrisna

Page 17: UJI KROMATOGRAM LAPIS TIPIS DAN DAYA ANTHELMINTIK … · masyarakat sebagai obat tradisional karena memiliki berbagai macam khasiat obat, salah satunya sebagai obat cacing. Penelitian

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pemanfaatan bahan-bahan alam dari tumbuh-tumbuhan sebagai bahan obat

tradisional telah lama dikenal oleh masyarakat untuk pengobatan berbagai macam

penyakit. Namun informasi tentang nama, kandungan dan ramuannya belum

banyak dipublikasikan sehingga pemanfaatan tanaman untuk tujuan pengobatan

baru didasarkan pada pengalaman turun temurun ( Mursito, 2001 ).

Berbagai macam tanaman yang tumbuh di sekitar tempat tinggal dapat di

manfaatkan untuk tujuan pengobatan meliputi upaya peningkatan kesehatan

( promotif ), pencegahan ( preventif ) maupun pengobatan berbagai penyakit

( kuratif ) ( Mursito, 2001 ).

Meskipun upaya pembangunan kesehatan, telah ditunjang dengan berbagai

jenis obat farmasetik, namun tidak ada kerugiannya jika obat tradisional yang

telah memberikan manfaat bagi kesehatan itu terus dikembangkan dan selanjutnya

dilestarikan dan dimanfaatkan untuk pelayanan kesehatan ( Anonim, 1993 ).

Penyakit cacingan banyak diderita oleh anak-anak, hal ini disebabkan oleh

cacing yang ada di usus seperti ascaris dan parasit lainnya, sehingga penyerapan

gizi oleh tubuh tidak sempurna, akibatnya proses pertumbuhan dan perkembangan

anak terganggu.

Untuk mencegah hal di atas masyarakat menggunakan obat-obat

anthelmintika. Masyarakat kita sudah banyak mengetahui kecenderungan efek

1

Page 18: UJI KROMATOGRAM LAPIS TIPIS DAN DAYA ANTHELMINTIK … · masyarakat sebagai obat tradisional karena memiliki berbagai macam khasiat obat, salah satunya sebagai obat cacing. Penelitian

samping yang ditimbulkan oleh obat bahan kimia. Banyak dari mereka mencari

alternatif lain yang lebih aman. Beralihnya perhatian masyarakat ke obat-obat

alamiah tersebut, didasarkan atas kepercayaannya bahwa efek samping obat

alamiah lebih kecil daripada obat kimia murni ( Hargono, 1996 ). Oleh karena itu

perlu dicari alternatif pengobatan dengan harapan hasil yang baik, harga murah

dan mudah cara mendapatkannya. Salah satu alternatif tersebut adalah

penggunaan obat tradisional.

Penggunaan obat tradisional dengan memanfaatkan tanaman di sekitar kita

telah banyak dilakukan, khususnya di sini adalah penggunaan tanaman untuk obat

cacing atau anthelmintika. Akan tetapi penggunaan tanaman tersebut baru

didasarkan pada pengalaman saja dan belum didukung dengan penelitian-

penelitian baik tentang efek farmakologi maupun kandungan kimianya.

Bahan tanaman yang dapat digunakan sebagai obat tradisional yang

berfungsi untuk pengobatan penyakit cacing yaitu daun iler, cara pemakaiannya

dapat diminum dari seduhan 7 lembar daun iler segar yang sudah dicuci bersih

digiling sampai halus, ditambah setengah gelas air minum, diaduk sampai rata lalu

diperas dan disaring ( Wijayakusuma, dkk, 1995 ).

Iler ( Coleus scutellarioides (L.) Benth. ) merupakan tanaman yang

berpotensi untuk dimanfaatkan oleh masyarakat Indonesia karena memiliki

berbagai macam khasiat. Daunnya berkhasiat sebagai obat wasir, bisul, abses,

borok luka bernanah, terlambat haid, keputihan, kencing manis, sembelit,

cacingan, demam, nifas, radang telinga, gigitan ular dan serangga beracun.

Sedangkan akarnya berkhasiat sebagai obat diare dan mulas ( Dalimartha, 2000 ).

2

Page 19: UJI KROMATOGRAM LAPIS TIPIS DAN DAYA ANTHELMINTIK … · masyarakat sebagai obat tradisional karena memiliki berbagai macam khasiat obat, salah satunya sebagai obat cacing. Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah untuk membuktikan bahwa ekstrak etanol

daun iler ( Coleus scutellarioides (L) Benth. ) dapat membunuh cacing Ascaris

suum secara in vitro, dan senyawa apa yang terkandung di dalam ekstrak etanol

daun iler.

Hasil yang diperoleh dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan

informasi kepada masyarakat luas dan ilmu pengetahuan tentang manfaat dari

daun iler ( Coleus scutellarioides (L.) Benth. ) khususnya sebagai anthelmintik

untuk pengobatan tradisional.

B. Perumusan Masalah

1. Apakah ekstrak etanol dari daun iler ( Coleus scutellarioides (L.) Benth. )

dapat digunakan sebagai daya anthelmintik terhadap cacing Ascaris suum ?

2. Senyawa apa yang terkandung di dalam ekstrak etanol daun iler ( Coleus

scutellarioides (L.) Benth. ) ?

C. Tinjauan Pustaka

1. Tanaman Iler

a. Sistematika tanaman

Kedudukan tanaman iler ( Coleus scutellarioides ( L. ) Benth. ) dalam taksonomi

adalah sebagai berikut :

Divisio : Spermatophyta

Sub divisio : Angiospermae

Classis : Dicotyledoneae

3

Page 20: UJI KROMATOGRAM LAPIS TIPIS DAN DAYA ANTHELMINTIK … · masyarakat sebagai obat tradisional karena memiliki berbagai macam khasiat obat, salah satunya sebagai obat cacing. Penelitian

Ordo : Solanales

Familia : Labiatae

Genus : Coleus

Species : Coleus scutellarioides (L) Benth.( Backer, 1962 ).

b. Nama lain

Sumatera : Sigresing ( Batak ), adang-adang ( Palembang ), miana, pilado

( Sumatera Barat )

Jawa : Jawer kotok ( Sunda ), iler, kentangan ( Jawa ), dhin kamandhinan

( Madura )

Sulawesi : Rangon tati, serewung ( Minahasa ), ati-ati, panci-panci, saru-saru

( Bugis ), majana ( Manado ) ( Dalimartha, 2000 ).

c. Morfologi tanaman. Herba tegak atau berbaring pada pangkal batang

berakar banyak, menahun, tinggi 0,5-1,5 m, batang berambut, tangkai daun 2-9

cm; helaian daun bulat telur, dengan pangkal daun membulat atau bentuk baji,

ujung menyempit, di atas pangkal daun bertepi rata beringgit kasar, berbeda

dalam cara berambut dan warna ( hijau sampai lembayung; bernoda sampai

bergaris ). Bunga dalam anak payung berhadapan, panjang 0,5-5 cm, terkumpul

lagi menjadi tandan lepas di ujung atau malai bercabang lebar. Anak tangkai daun

berambut rapat, 3-4 mm. Kelopak berambut dan terdapat bintik-bintik kelenjar

kuning banyak, panjang 2-3 mm; gigi belakang paling besar, bulat telur lebar;

kedua gigi samping paling kecil; pada bagian bawah berlekatan menjadi bibir

bawah yang bercelah dua. Mahkota berbibir 2, dengan bibir bawah menggantung,

sisi luar banyak berambut dan penuh dengan bintik-bintik kelenjar; tabung

4

Page 21: UJI KROMATOGRAM LAPIS TIPIS DAN DAYA ANTHELMINTIK … · masyarakat sebagai obat tradisional karena memiliki berbagai macam khasiat obat, salah satunya sebagai obat cacing. Penelitian

berbentuk S. Tangkai sari gundul; kepala sari ungu. Tangkai putik sangat panjang,

bercelah 2. Kelopak buah panjang 5-7 mm; buah keras berbentuk telur, licin ( Van

Steenis, 1997 ).

Tanaman yang berasal dari Asia Tenggara ini mempunyai rupa-rupa

bentuk daun dan warna yang beraneka ragam, tetapi yang berkhasiat obat adalah

daun yang berwarna merah kecoklatan. Bagian-bagiannya bila diremas berbau

harum ( Wijayakusuma, dkk, 1995 ).

d. Ekologi dan penyebaran. Iler ditanam di pekarangan sebagai tanaman

hias atau tanaman obat, kadang ditemukan tumbuh liar pada tempat-tempat yang

lembab dan terbuka seperti ditepian air, pematang sawah, atau tepi jalan pedesaan.

Herba ini dapat ditemukan dari 1- 1300 m dpl ( Van Steenis, 1997 ).

e. Kandungan dan sifat fisika. Kandungan kimia dalam daun dan akar

tanaman iler antara lain : saponin, flavonoid, tanin dan polifenol. Sifat fisika

yaitu bau harum dan agak pahit ( Syamsuhidayat dan Hutapea, 1991 ).

Kandungan kimia tanaman secara umum, antara lain :

1). Flavonoid

Flavonoid adalah pigmen yang tersebar luas dalam tanaman. Terdapat

dalam bentuk aglikon maupun heterosida, beberapa senyawa tidak pernah

ditemukan sebagai heterosida seperti flavon tak terhidroksilasi dan flavon yang

teralkilasi penuh karena tidak memiliki gugus hidroksil dimana gula dapat

dikombinasikan ( Farnsworth, 1966 ). Aglikon flavonoid adalah

polifenol, karena itu mempunyai sifat senyawa fenol, yaitu bersifat agak asam

sehingga dapat larut dalam basa. Karena mempunyai sejumlah gugus hidroksil

5

Page 22: UJI KROMATOGRAM LAPIS TIPIS DAN DAYA ANTHELMINTIK … · masyarakat sebagai obat tradisional karena memiliki berbagai macam khasiat obat, salah satunya sebagai obat cacing. Penelitian

yang bebas atau gugus gula, maka flavonoid bersifat polar dan cukup larut dalam

etanol, metanol, butanol, aseton, dimetil sulfoksida, dimetil formamida, air, dan

sebagainya. Meskipun sulit untuk menentukan aturan umum kelarutan flavonoid

namun pada saat bahan tanaman segar diekstraksi dengan metanol atau etanol

akan memindahkan sebagian besar flavonoid. Baik flavonoid heterosida maupun

aglikon tidak larut dalam petrolium eter ( Claus, et al, 1970 ).

2). Saponin

Saponin adalah glikosida triterpene dan sterol. Sebagai glikosida saponin

bila dihidrolisis oleh asam menghasilkan aglikon atau sapogenin dan macam-

macam gula serta asam uronat yang berkaitan ( Harborne, 1987 ). Saponin

mempunyai rasa yang pahit menusuk, biasanya menyebabkan bersin atau iritasi

terhadap selaput lendir, bersifat racun terhadap binatang berdarah dingin seperti

ikan, bersifat hemolitik dan dapat membentuk larutan koloidal dalam air,

membentuk busa yang mantap pada penggojogan. Sering digunakan sebagai

deterjen, selain itu juga meningkatkan absorpsi diuretika serta merangsang kerja

ginjal (Claus, et al, 1970; Harborne, 1987).

3). Tanin

Tanin terdapat luas dalam tumbuhan berpembuluh, dalam angiospermae

terdapat khusus dalam jaringan kayu. Menurut batasannya, tanin dapat bereaksi

dengan protein membentuk kopolimer mantap yang tak larut dalam air. Dalam

industri, tanin adalah senyawa yang berasal dari tumbuhan, yang mampu

mengubah kulit hewan yang mentah menjadi kulit siap pakai karena

kemampuannya menyambung silang protein. Di dalam tumbuhan letak tanin

6

Page 23: UJI KROMATOGRAM LAPIS TIPIS DAN DAYA ANTHELMINTIK … · masyarakat sebagai obat tradisional karena memiliki berbagai macam khasiat obat, salah satunya sebagai obat cacing. Penelitian

terpisah dari protein dan enzim sitoplasma, tetapi bila jaringan rusak maka reaksi

penyamakan dapat terjadi. Pada kenyataannya, sebagian besar tumbuhan yang

banyak bertanin dihindari oleh hewan pemakan tumbuhan karena rasanya yang

sepat ( Harborne, 1987 ).

f. Kegunaan tanaman. Daun iler dalam masyarakat dapat digunakan

sebagai obat wasir, peluruh haid ( emenagoga ), penambah nafsu makan (

stomakik ) ( Anonim, 1989 ). Akarnya digunakan sebagai obat dalam

terhadap mulas-mulas dan murus. Daunnya dengan bau seperti jeruk dari mayana

putih, dicampur dengan sedikit cuka diminum terhadap cacing perut ( Heyne,

1987 ). Daunnya berkhasiat sebagai obat wasir, bisul, abses, borok luka bernanah,

terlambat haid, keputihan, kencing manis, sembelit, cacingan, demam, nifas,

radang telinga, gigitan ular dan serangga beracun. Sedangkan akarnya berkhasiat

sebagai obat diare dan mulas ( Wijayakusuma, dkk, 1995 ).

2. Metode ekstraksi simplisia

Ekstraksi adalah penarikan zat pokok yang diinginkan dari bahan mentah

obat dengan menggunakan pelarut yang dipilih dimana zat yang diinginkan larut.

Metode ekstraksi dipilih berdasarkan beberapa faktor seperti sifat dari bahan

mentah obat dan daya penyesuaian dengan tiap macam metode ekstraksi dan

kepentingan dalam memperoleh ekstrak yang sempurna atau mendekati sempurna

dari obat. Sifat dari bahan mentah obat merupakan faktor utama yang harus

dipertimbangkan dalam memilih metode ekstraksi ( Ansel, 1989 ).

7

Page 24: UJI KROMATOGRAM LAPIS TIPIS DAN DAYA ANTHELMINTIK … · masyarakat sebagai obat tradisional karena memiliki berbagai macam khasiat obat, salah satunya sebagai obat cacing. Penelitian

Ekstrak adalah sedian kering, kental, dan cair yang dibuat dengan menyari

simplisia nabati, hewani menurut cara yang cocok, di luar pengaruh cahaya

matahari langsung. Ekstrak kering harus mudah digerus menjadi serbuk ( Anonim,

1979 ).

Simplisia adalah bahan alam yang digunakan sebagai obat yang belum

mengalami pengolahan apapun, kecuali dinyatakan lain dan biasanya berupa

bahan yang telah dikeringkan ( Anonim, 1979 ).

Soxhletasi adalah penyarian dengan cara bahan yang diekstraksi diletakkan

dalam sebuah kantong ekstraksi. Kantong tersebut diletakkan dalam alat ekstraksi

dari gelas yang bekerja secara kontinyu. Wadah gelas yang mengandung kantong

diletakkan diantara penyulingan dengan pendingin alir balik dan dihubungkan

dengan labu melalui pipa. Labu tersebut berisi bahan yang menguap dan mencapai

kedalam pendingin alir balik melalui pipet, berkondensasi di dalamnya menetes

keatas bahan yang akan diekstraksi. Larutan berkumpul di dalam wadah gelas dan

setelah mencapai tinggi maksimumnya, secara otomatis dipindahkan kedalam

labu. Dengan demikian zat yang terekstraksi terakumulasi melalui penguapan

bahan pelarut murni berikutnya. Pada cara ini dibutuhkan pelarut sedikit dan juga

bahan secara terus menerus diperbaharui, artinya dimasukkan bahan pelarut bebas

bahan aktif, tetapi dalam metode ini dibutuhkan suatu ekstraksi yang cukup lama

dan kebutuhan energinya tinggi ( Voight, 1995 ).

Pelarut etanol dapat melarutkan alkaloid basa, minyak menguap, glikosida,

antrakinon, flavonoid, steroid, damar dan klorofil, lemak malam, tannin dan

saponin ( Anonim, 1986 ).

8

Page 25: UJI KROMATOGRAM LAPIS TIPIS DAN DAYA ANTHELMINTIK … · masyarakat sebagai obat tradisional karena memiliki berbagai macam khasiat obat, salah satunya sebagai obat cacing. Penelitian

3. Cacing Ascaris suum

a. Sistematika cacing gelang adalah sebagai berikut :

Class : Nematodes

Subclass : Seccrenentea

Ordo : Ascaridida

Famili : Ascarididae

Familia : Ascaridae

Superfamili : Ascaridoidae

Subfamili : Ascaridinae

Genus : Ascaris

Species : Ascaris Suum ( Soulsby, 1982 ).

b. Morfologi dan daur hidup. Cacing Ascaris suum terdapat pada babi

piaraan dan beberapa hewan lain, cacing ini berukuran besar dan berwarna putih.

Cacing betina mempunyai ukuran lebih besar daripada cacing jantan, panjang

cacing betina 15-40 cm dan lebarnya 5 mm sedangkan cacing jantan berukuran

15-25 cm dan lebarnya sekitar 3 mm. Spicula jantan panjangnya 2 mm dan kuat,

terdapat precloacal papillae dalam jumlah besar. Bukaan vulva terdapat pada

ujung sepertiga pertama badan. Telurnya berbentuk oval , berukuran 50-75 µm

dan 40-50 µm dan mempunyai kulit yang tebal, pada lapisan putih telurnya

terdapat proyeksi yang jelas dan warnanya kuning kecoklatan ( Soulsby, 1982 ).

9

Page 26: UJI KROMATOGRAM LAPIS TIPIS DAN DAYA ANTHELMINTIK … · masyarakat sebagai obat tradisional karena memiliki berbagai macam khasiat obat, salah satunya sebagai obat cacing. Penelitian

Siklus hidupnya langsung. Larva yang sudah menginfeksi berkembang

dalam 10 – 15 hari dan tetap berada dalam telur. Setelah tercerna, larva menyebar

ke dalam usus kemudian menuju hati melalui aliran darah hepaportal sehingga

terjadi kerusakan jaringan hati. Larva terbawa oleh darah menuju paru-paru

kemudian menembus pembuluh darah memasuki alveoli dan menuju pharynx

yang kemudian akhirnya tertelan. Untuk perkembangan lebih lanjut menuju tahap

dewasa terjadi pada usus kecil ( Kaufmann, 1996 ).

4. Anthelmintik

Askariasis adalah infeksi cacing gelang pada usus manusia, merupakan

salah satu penyakit yang paling tersebar luas di dunia. Di Indonesia prevalensi

askariasis tinggi, terutama pada anak, frekuensinya antara 60 - 90% ( Anonim,

1993 ).

Anthelmintik berasal dari kata anti yang berarti melawan dan helminth

yang artinya cacing, jadi anthelmintik adalah obat yang digunakan atau berkhasiat

terhadap cacing yang biasa hidup dalam tubuh manusia dan hewan. Anthelmintik

adalah obat yang membebaskan tubuh dari infeksi cacing, baik yang berada dalam

saluran pencernaan makanan maupun yang berada dalam jaringan lain.

Kebanyakan obat cacing efektif terhadap satu macam cacing, sehingga diperlukan

diagnosis tepat sebelum menggunakan obat tertentu ( Sukarban dan Santoso, 1995

).

Diagnosis ditegakkan dengan menemukan cacing, telur cacing dan larva

10

Page 27: UJI KROMATOGRAM LAPIS TIPIS DAN DAYA ANTHELMINTIK … · masyarakat sebagai obat tradisional karena memiliki berbagai macam khasiat obat, salah satunya sebagai obat cacing. Penelitian

dalam tinja, urin, sputum, darah atau jaringan lain penderita. Kebanyakan obat

cacing diberikan secara oral, pada saat makan atau sesudah makan. Obat cacing

baru umumnya lebih aman dan efektif dibanding dengan yang lama, efektif untuk

beberapa macam cacing, rasanya tidak mengganggu, pemberiannya tidak

memerlukan pencahar dan beberapa dapat diberikan secara oral sebagai dosis

tunggal ( Sukarban dan Santoso, 1995 ).

Istilah yang biasa kita kenal mengenai obat cacing seperti vermifuga

( penghalau ) dimana biasanya sifat ini muncul akibat pemberian dalam dosis

rendah, sedangkan yang kedua bersifat vermisida ( pembunuh cacing ) yaitu obat

cacing dalam dosis tinggi ( Sukarban dan Santoso, 1995 ).

Obat-obat yang tidak diresorpsi lebih dipilih untuk pengobatan cacing

yang hidup di dalam rongga usus, agar kadar setempat dapat dicapai setinggi

mungkin ( Tjay dan Rahardja, 1991 ).

5. Uji daya anthelmintik

Aktivitas obat anticacing dapat diuji secara in vivo atau in vitro dengan

berbagai teknik. Ada berbagai mekanisme kerja obat anthelmintik untuk

mengeliminasi cacing atau membunuh cacing yang ada dalam tubuh (

Anonim, 1993 ).

Uji anthelmintik secara in vitro dilakukan dengan metode rendaman yaitu

cacing direndam dalam larutan obat atau jamu, kemudian efek yang timbul

diamati ( Lamson and Brown, 1935 ).

Obat anthelmintik bekerja dengan mempengaruhi sistem syaraf cacing.

11

Page 28: UJI KROMATOGRAM LAPIS TIPIS DAN DAYA ANTHELMINTIK … · masyarakat sebagai obat tradisional karena memiliki berbagai macam khasiat obat, salah satunya sebagai obat cacing. Penelitian

Cacing yang paralisis atau mati akan lebih mudah dieliminasi dari tubuh. Secara

in vitro, cacing yang mati atau paralisis akibat pengaruh obat anthelmintik dapat

diamati melalui gerakannya dalam air panas. Cacing akan memperlihatkan

gerakan yang berbeda dengan cacing normal apabila diinkubasi dalam medium

yang mengandung obat anticacing, bila obat anticacing tersebut bekerja

melumpuhkan atau membunuh cacing tersebut ( Anonim, 1993 ).

Pengujian daya anthelmintik secara in vitro selain mempunyai keunggulan

juga mempunyai kekurangan. Keunggulan metode ini selain mudah, sederhana,

waktu singkat dan juga dapat menentukan kearah pencapaian harga reproduksibel.

Kekurangan dalam metode ini adalah mengalami kesulitan dalam penggunaan

pembawa yang tidak tepat atau zat aktif yang kurang dapat menyebabkan

terjadinya hambatan resorpsi atau bahkan tidak diresorpsi sama sekali di dalam

organisme, sehingga hasil percobaan tidak tepat ( Voight, 1995 ).

6. Piperazin

Piperazin pertama kali digunakan sebagai anthelmintik oleh Fayard ( 1949

). Pengalaman klinik menunjukkan bahwa piperazin efektif sekali terhadap

Ascaris lumbricoides dan Enterobius vermicularis.

Piperazin terdapat sebagai heksahidrat yang mengandung 44 % basa. Juga

didapat sebagai garam sitrat, kalsium edetat dan tartrat. Garam-garam ini bersifat

stabil non higroskopik, berupa kristal putih yang sangat larut dalam air, larutannya

bersifat sedikit asam ( Sukarban dan Santoso, 1995 ). Piperazin tidak berguna

untuk pengobatan infeksi cacing tambang, trikuriasis atau strongiloides, dan tidak

12

Page 29: UJI KROMATOGRAM LAPIS TIPIS DAN DAYA ANTHELMINTIK … · masyarakat sebagai obat tradisional karena memiliki berbagai macam khasiat obat, salah satunya sebagai obat cacing. Penelitian

lagi dianjurkan dalam pengobatan infeksi cacing kremi ( Katzung, 1989 ).

Piperazin menyebabkan blokade respons otot cacing terhadap asetilkolin

sehingga terjadi paralisis dan cacing mudah dikeluarkan oleh peristaltik usus.

Cacing biasanya keluar 1-3 hari setelah pengobatan dan tidak diperlukan pencahar

untuk mengeluarkan cacing itu. Cacing yang telah terkena obat dapat menjadi

normal kembali bila ditaruh dalam larutan garam faal pada suhu 37 0 C.

Untuk askariasis, dosis piperazin ( sebagai heksahidrat ) sebesar 75 mg/kg

berat badan ( dosis maksimum 3,5 g ) selama dua hari berturut-turut yang

diberikan peroral sebelum atau sesudah makan pagi. Kecuali dinyatakan lain,

berkaitan dengan obat spesifik dapat digunakan 0,2 - 0,4 g/kg BB ( Katzung, 1989

).

Piperazin memiliki batas keamanan yang lebar. Pada dosis terapi

umumnya tidak menyebabkan efek samping, kecuali kadang-kadang nausea,

vomitus, diare dan alergi. Dosis lethal menyebabkan konvulsi dan depresi

pernafasan. Pada takar lajak atau pada akumulasi obat karena gangguan faal ginjal

dapat terjadi inkoordinasi otot atau kelemahan otot, vertigo, kesulitan bicara,

bingung yang akan hilang setelah pengobatan dihentikan. Piperazin dapat

memperkuat efek kejang pada penderita epilepsi. Karena itu piperazin tidak boleh

diberikan pada penderita epilepsi dan gangguan faal hati dan ginjal. Pemberian

obat ini pada penderita malnutrisi dan anemia berat, perlu mendapatkan

pengawasan ekstra, karena piperazin menghasilkan nitrosamin, penggunaannya

untuk wanita hamil hanya kalau benar-benar perlu atau kalau tak tersedia obat

alternatif ( Sukarban dan Santoso, 1995 ).

13

Page 30: UJI KROMATOGRAM LAPIS TIPIS DAN DAYA ANTHELMINTIK … · masyarakat sebagai obat tradisional karena memiliki berbagai macam khasiat obat, salah satunya sebagai obat cacing. Penelitian

Obat-obat cacing golongan derivat piperazin ini termasuk obat-obat

populer dewasa ini. Hal ini disebabkan oleh karena relatif obat-obat ini tidak

toksis, murah dan boleh dikatakan selalu berhasil mengeluarkan ascaris dari usus,

sehingga derivat piperazin ini termasuk golongan vermifuga ( Yudhono, 1977 ).

Diduga cara kerja piperazin pada otot cacing dengan mengganggu permeabilitas

membran sel terhadap ion-ion yang berperan dalam mempertahankan potensial

istirahat, sehingga menyebabkan hiperpolarisasi dan supresi impuls spontan,

disertai paralisis ( Sukarban dan Santoso, 1995 ).

7. Kromatografi lapis tipis ( KLT )

Kromatografi lapis tipis adalah metode pemisahan fisikokimia. Lapisan

yang memisahkan terdiri atas bahan yang berbutir-butir ( fase diam ), ditempatkan

pada penyangga berupa pelat gelas, logam atau lapisan yang cocok. Campuran

yang akan dipisah, berupa larutan yang ditotolkan sebagai bercak atau pita.

Setelah pelat atau lapisan diletakkan dalam bejana tertutup rapat yang berisi

larutan pengembang yang cocok ( fase gerak ), pemisahan terjadi selama

perambatan kapiler ( pengembangan ). Pemisahan didasarkan atas penyerapan,

pembagian atau gabungan dari keduanya tergantung dari cara pembuatan fase

diam dan jenis fase gerak yang digunakan ( Stahl, 1985 ).

Beberapa hal yang berhubungan dengan kromatografi lapis tipis, antara

lain :

a. Fase diam, dapat digolongkan berdasarkan sifat kimia dan kekuatan

pengikatan yang diperlukan selama proses pemisahan. Berdasarkan sifat kimianya

14

Page 31: UJI KROMATOGRAM LAPIS TIPIS DAN DAYA ANTHELMINTIK … · masyarakat sebagai obat tradisional karena memiliki berbagai macam khasiat obat, salah satunya sebagai obat cacing. Penelitian

ada dua jenis fase diam, yaitu organik dan anorganik. Sedangkan berdasarkan

kekuatan pengikatan yang diperlukan selama proses pemisahan dapat digolongkan

dalam penyerap yang sesuai untuk :

1). Kromatografi adsorpsi ( silika gel, aluminium, kieselguhr ).

2). Kromatografi partisi ( selulosa, kieselguhr, silika gel ).

3). Kromatografi penukar ion ( selulosa penukar ion, resin penukar ion).

4). Kromatografi gel ( sepadeks, tipe gels, biogel ).

Fase diam yang umum digunakan adalah silika gel, aluminium oksida,

kiesselguhr, selulosa, dan turunannya serta poliamida. Adapun fase diam yang

paling luas digunakan untuk kromatografi lapis tipis adalah silika gel.

Silika gel dalam perdagangan mempunyai ukuran 10 – 40 µ. Ukuran ini

terutama mempengaruhi kecepatan alir dan kualitas pemisahan. Sedangkan proses

penyerapan terutama dipengaruhi oleh ukuran pori yang bervariasi antara 20 –

150 Å. Silika gel yang berpori 80 – 150 Å disebut silika gel berpori besar. Dari

data percobaan yang ada penggunaannya lebih luas dibanding silika gel dengan

pori yang lebih kecil. Luas permukaan silika gel bervariasi antara 300 – 1000

mm2/ gram. Silika gel sangat higroskopis, pada kelembaban relatif 45 – 75 %

dapat mengikat air 7 – 20 %.

Ada beberapa macam silika gel yang beredar dalam perdagangan antara

lain :

1) Silika gel dengan pengikat. Umumnya sebagai pengikat adalah kalsium sulfat

( 5 – 15 % ). Jenis silika gel ini dinamakan silika gel G. Di samping itu ada

juga pati dan dikenal sebagai silika gel S. Penggunaan pati mempunyai

15

Page 32: UJI KROMATOGRAM LAPIS TIPIS DAN DAYA ANTHELMINTIK … · masyarakat sebagai obat tradisional karena memiliki berbagai macam khasiat obat, salah satunya sebagai obat cacing. Penelitian

kelemahan, terutama jika menentukan lokasi bercak dengan asam sulfat.

2) Silika gel dengan pengikat dan indikator fluoresensi. Jenis silika gel ini

biasanya berfluoresensi kehijauan jika dilihat pada sinar ultraviolet panjang

gelombang 254 nm. Sebagai indikator biasanya digunakan timah kadmium

sulfida atau mangan timah silika aktif. Jenis ini dikenal dengan nama silika

gel GF atau GF 254.

3) Silika gel tanpa pengikat. Lapisan ini lebih stabil dibandingkan dengan yang

mengandung kadmium sulfida. Beberapa pabrik menamakan silika gel H

( Merck ) atau silika gel N ( Macherey, Negel, & Co ).

4) Silika gel tanpa pengikat tetapi dengan indikator fluoresensi.

5) Silika gel untuk keperluan pemisahan preparatif. Untuk keperluan pemisahan

preparatif dapat digunakan silika gel GF 254+366 ( Merck) ( Macek, 1972 ).

b. Fase gerak adalah medium angkut yang terdiri atas satu atau beberapa

pelarut. Fase ini bergerak di dalam fase diam karena adanya gaya kapiler. Pelarut

yang digunakan adalah pelarut yang bermutu analitik dan bila diperlukan sistem

pelarut multi komponen maka harus berupa suatu campuran sesederhana mungkin

yang terdiri atas maksimum tiga komponen, akan tetapi sistem pelarut yang terdiri

dari satu atau dua komponen lebih disukai. Angka banding campuran biasanya

dinyatakan dalam bagian volume sedemikian sehingga volume total 100. Pada

proses penyerapan yang menggunakan fase diam silika gel, alumina, atau zat

anorganik lain, pemilihan sistem pelarut mengikuti kriteria hampir sama dengan

kromatografi kolom. Sistem tak berair paling banyak digunakan, yang meliputi

metanol, asam asetat, etanol, aseton, etil asetat, eter, kloroform, benzena,

16

Page 33: UJI KROMATOGRAM LAPIS TIPIS DAN DAYA ANTHELMINTIK … · masyarakat sebagai obat tradisional karena memiliki berbagai macam khasiat obat, salah satunya sebagai obat cacing. Penelitian

sikloheksana, dan petroleum eter. Semakin ke kanan sifat lipofilisitasnya semakin

besar, oleh karena itu pemilihan pelarut didasarkan atas sifat zat yang akan

dipisahkan ( Stahl, 1985 ).

c. Metode identifikasi. Terdapat beberapa kemungkinan untuk

mendeteksi senyawa tak berwarna pada kromatogram. Deteksi paling sederhana

adalah jika senyawa menunjukkan penyerapan di daerah ultraviolet gelombang

pendek ( radiasi utama pada kira-kira 254 nm ) atau jika senyawa itu dapat

dieksitasi ke fluoresensi radiasi ultraviolet gelombang pendek atau gelombang

panjang ( 366 nm ). Jika dengan kedua cara itu senyawa tidak dapat dideteksi,

harus dicoba dengan reaksi kimia; pertama tanpa dipanaskan, kemudian bila perlu

dengan pemanasan, menghasilkan warna atau berfluoresensi.

Jarak pengembangan senyawa pada kromatogram, biasanya dinyatakan

dengan angka Rf atau hRf.

Jarak titik pusat bercak dari titik awal Rf = Jarak batas pengembangan dihentikan

Angka Rf mempunyai jarak antara 0,00 sampai 1,00 dan hanya dapat

ditentukan dua desimal. hRf adalah angka Rf dikalikan faktor seratus ( h ),

menghasilkan nilai berjarak 1 sampai 100 ( Stahl, 1985 ).

D. Hipotesis

Daun iler termasuk dalam genus Coleus, telah diketahui infusa daun iler

mempunyai daya anthelmintik terhadap Ascaris suum secara in vitro ( Tri Sulasih,

2004 ). Oleh karena itu, dapat dibuktikan :

17

Page 34: UJI KROMATOGRAM LAPIS TIPIS DAN DAYA ANTHELMINTIK … · masyarakat sebagai obat tradisional karena memiliki berbagai macam khasiat obat, salah satunya sebagai obat cacing. Penelitian

1. Ekstrak etanol 70 % daun iler ( Coleus scutellarioides ( L. ) Benth. )

mempunyai daya anthelmintik terhadap Ascaris suum secara in vitro.

2. Kandungan kimia yang terdapat dalam ekstrak etanol daun iler adalah

flavonoid, saponin, dan tanin.

BAB II

METODE PENELITIAN

A. Kategori Penelitian dan Rancangan Percobaan

1. Kategori penelitian : dalam penelitian ini termasuk dalam kategori

penelitian eksperimental.

2. Rancangan percobaan : dalam percobaan ini rancangan yang digunakan

yaitu rancangan lengkap dan pola searah.

18

Page 35: UJI KROMATOGRAM LAPIS TIPIS DAN DAYA ANTHELMINTIK … · masyarakat sebagai obat tradisional karena memiliki berbagai macam khasiat obat, salah satunya sebagai obat cacing. Penelitian

3. Subyek penelitian : dalam penelitian ini subyek yang digunakan adalah

ekstrak etanol daun iler ( Coleus scutellarioides ( L. ) Benth. ) untuk uji daya

anthelmintik terhadap cacing Ascaris suum secara in vitro.

4. Variabel penelitian :

a. Variabel bebas : variasi kadar ekstrak etanol 70% daun iler.

b. Variabel tergantung : jam kematian cacing.

c. Variabel kendali : cacing Ascaris suum jantan dan betina yang

berukuran sama, dan daun iler yang berwarna merah

kecoklatan yang agak tua.

B. Alat dan Bahan

1. Alat

a. Alat untuk pembuatan serbuk adalah kain hitam, pisau, gunting, blender

( Philips ) dan alat-alat gelas yang lazim.

b. Alat untuk ekstraksi dan uji daya anthelmintik terdiri atas seperangkat

alat soxhlet, pinset, cawan petri ( Pyrex ), jam ( Lazio ) dan alat-alat gelas yang

lazim.

c. Alat untuk kromatografi lapis tipis yaitu chamber dan tutupnya, satu

set alat kromatografi lapis tipis ,lampu UV, oven ( Memmert ), penyemprot, dan

alat-alat gelas yang lazim.

2. Bahan

19

Page 36: UJI KROMATOGRAM LAPIS TIPIS DAN DAYA ANTHELMINTIK … · masyarakat sebagai obat tradisional karena memiliki berbagai macam khasiat obat, salah satunya sebagai obat cacing. Penelitian

a. Bahan uji yang digunakan dalam penelitian ini adalah daun iler ( Coleus

scutellarioides ( L. ) Benth. ) yang diambil dari BPTO Tawangmangu,

Karanganyar, Jateng, pada bulan April, tahun 2004.

b. Hewan uji yang digunakan adalah cacing Ascaris suum jantan dan

betina, diambil dari tempat pemotongan hewan babi Jagalan, Jebres, Surakarta.

c. Bahan untuk cairan penyari adalah etanol 70% ( Brataco ).

d. Bahan untuk uji daya anthelmintik adalah air suling (aquadest), larutan

NaCl 0,09%, larutan piperazin sitrat 0,4%, larutan ekstrak etanol daun iler dalam

berbagai konsentrasi ( Brataco ).

e. Bahan untuk identifikasi kandungan senyawa pada daun iler adalah air

suling ( aquadest ), KOH, HCl pekat, logam Mg, amil alkohol, NaCl 10%, gelatin

1%, FeCl3 ( Brataco ).

f. Bahan untuk kromatografi Lapis Tipis adalah kloroform p.a., asam

asetat p.a., metanol p.a., aquadest, etil asetat p.a., n – butanol p.a., silika ge1 GF

254 dan selulosa ( Merck ).

g. Bahan untuk pereaksi semprot adalah FeCl3, vanilin, asam sulfat, asam

sitrat, asam borat dan amonia ( Merck ).

C. Jalannya Penelitian

1. Determinasi dan pengumpulan bahan

Determinasi dimaksudkan untuk memastikan tanaman yang digunakan

untuk penelitian benar-benar tanaman iler, yang berkaitan dengan ciri-ciri

mikroskopik dan makroskopik serta mencocokkan ciri-ciri morfologis tanaman.

20

Page 37: UJI KROMATOGRAM LAPIS TIPIS DAN DAYA ANTHELMINTIK … · masyarakat sebagai obat tradisional karena memiliki berbagai macam khasiat obat, salah satunya sebagai obat cacing. Penelitian

Determinasi ini dilakukan di Laboratorium Farmakognosi Bagian Biologi

Fakultas Farmasi Universitas Muhammadiyah Surakarta.

Determinasi cacing Ascaris suum dilakukan di Laboratorium Parasitologi

Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Gajah Mada Yogyakarta.

2. Pembuatan serbuk daun iler

Daun iler diambil dan dicuci bersih, dipotong-potong, kemudian

dikeringkan dengan jalan dijemur di bawah sinar matahari dengan cara ditutup

kain hitam sampai kering, setelah kering diserbukkan dengan menggunakan

blender.

3. Pembuatan ekstrak etanol daun iler

Daun iler yang telah diserbuk ditimbang sebanyak 50 gram dan dibungkus

dengan kertas saring yang telah disiapkan dengan bentuk dan ukuran yang sesuai

dengan labu soxhlet yang akan digunakan. Serbuk yang telah berada dalam kertas

saring tersebut dimasukkan dalam labu soxhlet. Alat soxhlet dirangkai dan labu

diisi cairan penyari hingga 2 kali sirkulasi. Kemudian saluran pendingin diisi air

mengalir dan pemanas listrik dihidupkan. Cairan penyari yang digunakan adalah

etanol 70%. Penyarian dilakukan terus menerus hingga cairan yang ada dalam

labu soxhlet berwarna bening. Hasil dari penyarian dengan etanol 70% ini disebut

sari etanol. Sari etanol ditampung dalam cawan porselin yang telah ditara

kemudian diuapkan diatas water bath hingga diperoleh sediaan yang kental yang

selanjutnya disebut ekstrak etanol. Ekstrak etanol inilah yang digunakan untuk uji

21

Page 38: UJI KROMATOGRAM LAPIS TIPIS DAN DAYA ANTHELMINTIK … · masyarakat sebagai obat tradisional karena memiliki berbagai macam khasiat obat, salah satunya sebagai obat cacing. Penelitian

daya anthelmentik.

4. Uji efek anthelmintik

a. Penyiapan larutan uji

1). Pembuatan larutan natrium klorida 0,9%

0,9 gram NaCl dilarutkan dengan aquadest sampai volume 100 ml.

2). Pembuatan larutan piperazin sitrat 0,4% b/v

Dibuat dengan cara menimbang 0,4 gram piperazin sitrat ditambah 0,9 gram

NaCl dan dilarutkan dengan aquadest sampai volume 100 ml, kemudian

diaduk.

3). Pembuatan larutan konsentrasi ekstrak etanol daun iler 10% b/v

Dibuat dengan menimbang 2,5 gram ekstrak etanol daun iler kemudian

dilarutkan dalam larutan NaCl 0,9% b/v sampai volume 25 ml.

4). Pembuatan larutan konsentrasi ekstrak etanol daun iler 20% b/v

Dibuat dengan menimbang 5 gram ekstrak etanol daun iler kemudian

dilarutkan dalam larutan NaCl 0,9% b/v sampai volume 25 ml.

5). Pembuatan larutan konsentrasi ekstrak etanol daun iler 30% b/v

Dibuat dengan menimbang 7,5 gram ekstrak etanol daun iler kemudian

dilarutkan dalam larutan NaCl 0,9% b/v sampai volume 25 ml.

6). Pembuatan larutan konsentrasi ekstrak etanol daun iler 40% b/v

Dibuat dengan menimbang 10 gram ekstrak etanol daun iler kemudian

dilarutkan dalam larutan NaCl 0,9% b/v sampai volume 25 ml.

7). Pembuatan larutan konsentrasi ekstrak etanol daun iler 50% b/v

22

Page 39: UJI KROMATOGRAM LAPIS TIPIS DAN DAYA ANTHELMINTIK … · masyarakat sebagai obat tradisional karena memiliki berbagai macam khasiat obat, salah satunya sebagai obat cacing. Penelitian

Dibuat dengan menimbang 12,5 gram ekstrak etanol daun iler kemudian

dilarutkan dalam larutan NaCl 0,9% b/v sampai volume 25 ml.

b. Uji daya anthelmintik terhadap cacing Ascaris suum

Pada ekstrak etanol yang didapatkan dilakukan pengujian daya

anthelmintik terhadap cacing gelang yang didapat dari babi, dan dilakukan secara

in vitro. Metode yang digunakan adalah metode rendaman yaitu cacing direndam

dalam cairan atau media yang telah dicampur dengan senyawa yang diuji,

kemudian efek terhadap cacing diamati tiap 2 jam sampai cacing mati semua.

Uji daya anthelmintik terhadap cacing Ascaris suum jantan dan betina

sebanyak 105 ekor dibagi menjadi 7 kelompok pengujian yaitu pengujian pada

larutan piperazin sitrat 0,4% b/v sebagai kontrol positif, pengujian larutan NaCl

0,9% b/v sebagai kontrol negatif, pengujian ekstrak etanol daun iler dengan

konsentrasi 10% b/v, 20% b/v, 30% b/v, 40% b/v, dan 50% b/v, sebagai larutan

yang diuji. Setiap kelompok terdiri atas 15 ekor cacing dan dibagi dalam 3 cawan

petri, tiap cawan petri berisi 5 ekor cacing yang direndam dalam larutan pada

masing – masing kelompok dengan volume 25 ml.

Penentuan daya anthelmintik dilakukan tiap 2 jam dengan menghitung

jumlah cacing yang mati pada tiap – tiap cawan petri, untuk mengetahui apakah

cacing sudah mati, paralisis atau masih hidup yaitu dengan cara dikenai rangsang

mekanik di daerah esofagus yang merupakan pusat syaraf cacing dan jika cacing

tidak bergerak, cacing dikeluarkan dari cawan petri tersebut, dipindahkan ke

dalam air panas pada suhu 500C. Apabila dengan cara ini cacing tetap diam,

berarti cacing sudah mati, tetapi jika cacing masih bergerak berarti cacing masih

23

Page 40: UJI KROMATOGRAM LAPIS TIPIS DAN DAYA ANTHELMINTIK … · masyarakat sebagai obat tradisional karena memiliki berbagai macam khasiat obat, salah satunya sebagai obat cacing. Penelitian

hidup atau hanya paralisis, kemudian cacing dimasukkan lagi ketempat semula.

Pengamatan dilakukan sampai cacing yang direndam dalam larutan mati semua (

Anonim, 1993 ).

5. Cara kerja skematis

a. Pembuatan ekstrak etanol

Daun iler ( Coleus scutellarioides L. (Benth.) )

- dicuci dengan air mengalir - dikeringkan selama beberapa hari

dengan ditutup kain hitam Daun iler kering

Diblender

Serbuk daun iler ( 50 g serbuk )

Soxhletasi (Ekstraksi dengan etanol 70%)

Sari etanol

Diuapkan

Ekstrak etanol

Uji daya anthelmintik Uji kualitatif kandungan

kimia dengan KLT

Gambar 1. Skema pembuatan ekstrak etanol daun iler

24

Page 41: UJI KROMATOGRAM LAPIS TIPIS DAN DAYA ANTHELMINTIK … · masyarakat sebagai obat tradisional karena memiliki berbagai macam khasiat obat, salah satunya sebagai obat cacing. Penelitian

b. Uji daya anthelmintik

Cacing gelang ( Ascaris suum )

5 ekor cacing direndam dalam larutan

Cl 0,9% b/Na v

Pengujian pada larutan pembanding kontrol

negatif ( Replikasi 3x )

Pengujian pada larutan pembanding kontrol

positif ( Replikasi 3 x )

5 ekor cacing direndam dalam ekstrak etanol 40% b/v

5 ekor cacing direndam dalam ekstrak etanol 30% b/v

5 ekor cacing direndam dalam ekstrak etanol 10% b/v

5 ekor cacing direndam dalam ekstrak etanol 20% b/v Pengujian pada

larutan uji ( Replikasi 3 x )

5 ekor cacing direndam dalam larutan piperazin

sitrat 0,4% b/v

5 ekor cacing direndam

dalam ekstrak etanol 50% b/v

Gambar 2. Skema kerja pengujian daya anthelmintik

25

Page 42: UJI KROMATOGRAM LAPIS TIPIS DAN DAYA ANTHELMINTIK … · masyarakat sebagai obat tradisional karena memiliki berbagai macam khasiat obat, salah satunya sebagai obat cacing. Penelitian

6. Identifikasi kandungan kimia daun iler

Identifikasi ini dilakukan untuk senyawa – senyawa flavonoid, saponin,

dan tanin.

a. Uji tabung, uji ini meliputi:

1). Uji pendahuluan

Ekstrak ( 1 gram ) dipanaskan dengan air 10 ml sampai 30 menit di atas

tangas air mendidih, larutan yang terjadi disaring melalui kapas, suatu larutan

berwarna kuning sampai merah, menunjukkan adanya senyawa yang mengandung

kromofor ( flavonoid, antrakinon ), dengan gugus hidrofilik ( gugus gula, asam,

fenol, dan sebagainya ), pada penambahan larutan KOH ( 3 tetes ), warna larutan

menjadi lebih intensif ( Pedrosa, 1978 ).

2). Uji saponin

Masukan 0,5 g ekstrak kedalam tabung reaksi, tambahkan 10 ml air panas

didinginkan dan kemudian dikocok kuat-kuat selama 30 detik, kemudian diamati

ada tidaknya buih, jika terbentuk buih setinggi ± 3 cm dan pada penambahan asam

klorida buih tidak hilang menunjukan adanya saponin ( Pedrosa, 1978 ).

3). Uji flavonoid

Ekstrak ( 0,5 gram ) diekstraksi dengan heksan, diambil lapisan atasnya

kemudian residu dibagi menjadi 3 dalam tabung reaksi. Tabung A sebagai kontrol

sedangkan tabung B dan C untuk test selanjutnya ( Pedrosa, 1978 ).

26

Page 43: UJI KROMATOGRAM LAPIS TIPIS DAN DAYA ANTHELMINTIK … · masyarakat sebagai obat tradisional karena memiliki berbagai macam khasiat obat, salah satunya sebagai obat cacing. Penelitian

Test Batesmit dan Metclfe : residu tabung B ditambahkan HCl pekat (

melalui dinding tabung ) panaskan di atas water bath selama 10 menit, kemudian

diamati perubahan warnanya, warna merah atau ungu menunjukan adanya

flavonoid.

Test Wilstater : residu pada tabung C ditambahkan HCl pekat ( melalui

dinding tabung ) dan logam Mg, diamati perubahan warnanya selama 10 menit

Kemudian tambahkan oktil alkohol atau amil alkohol dan diamati perubahan

warnanya. Warna merah menunjukan adanya flavonoid ( Pedrosa, 1978 ).

4). Uji tanin

Ditimbang ekstrak ( 0,5 g ) ditambahkan 5 ml larutan NaCl 10% , disaring

, filtrat dibagi menjadi 3, tabung A sebagai kontrol sedangkan tabung B dan C

untuk test selanjutnya ( Pedrosa, 1978 ).

Test gelatin : Pada tabung B ditambah 5 tetes larutan gelatin kemudian

diamati terbentuknya endapan, jika terbentuk endapan menunjukan adanya tanin.

Test FeCl3 : pada tabung C ditambahkan peraksi FeCl3 kemudian diamati

perubahan warnanya, jika terbentuk warna merah hingga biru menunjukan

adanya tanin terhidrolisis dan jika terbentuk warna coklat menunjukan adanya

tanin terkondensasi. Tetapi bila test gelatin negatif dan test FeCl3 positif maka

menunjukan adanya senyawa fenol ( Pedrosa, 1978 ).

b. Uji kualitatif dengan metode KLT

Kandungan senyawa kimia dalam ekstrak etanol daun iler diidentifikasi

dengan cara sebagai berikut :

Ekstrak etanol daun iler ditotolkan pada plat KLT yaitu silika gel Gf 254

27

Page 44: UJI KROMATOGRAM LAPIS TIPIS DAN DAYA ANTHELMINTIK … · masyarakat sebagai obat tradisional karena memiliki berbagai macam khasiat obat, salah satunya sebagai obat cacing. Penelitian

nm atau pada selulosa ukuran 2 x 10 cm dengan menggunakan pipa kapiler, pada

jarak kira-kira 1 cm dari bagian bawah. Penotolan dilakukan 2-3 kali

totolan, karena totolan yang berlebihan akan memberikan tendensi penyebaran

noda-noda dengan kemungkinan terbentuknya ekor dan efek ketidakseimbangan

lainnya ( Sastrohamidjojo, 2002 ). Lempeng yang telah ditotoli

dikembangkan dalam chamber pengembang KLT dengan menggunakan fase

gerak yang sesuai untuk senyawa yang akan diuji. Jarak pengembangan 8 cm,

setelah dikembangkan sampai batas pengembangan, lempeng diambil dan

diangin-anginkan sampai kering. Bercak diamati pada sinar UV 254 nm dan UV

366 nm dan disemprot dengan pereaksi semprot yang sesuai dengan senyawa

yang akan diuji.

D. Cara Analisis

1. Tanaman dideterminasi dengan kunci-kunci determinasi tanaman yang ada

dalam buku Flora Untuk Sekolah di Indonesia ( Van Steenis, 1997 ).

Hewan uji di determinasi dengan kunci determinasi yang ada dalam buku

System Helminthum the Nemathodes of Vertebrates ( Yamaguti, 1961).

2. Uji daya anthelmintik larutan uji, larutan kontrol negatif dan larutan kontrol

positif dilakukan dengan metode rendaman dan data jam kematian cacing

dianalisis secara statistik menggunakan metode Kolmogorov-Smirnov, uji

Kruskal-Wallis dan uji Mann-Whithney.

3. Identifikasi kandungan kimia daun iler dilakukan dengan metode uji tabung dan

kromatografi lapis tipis hasilnya dianalisa secara deskriptif dan hasil yang

diperoleh dibandingkan dengan data yang ada dalam pustaka.

28

Page 45: UJI KROMATOGRAM LAPIS TIPIS DAN DAYA ANTHELMINTIK … · masyarakat sebagai obat tradisional karena memiliki berbagai macam khasiat obat, salah satunya sebagai obat cacing. Penelitian

BAB III

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Determinasi

Tahap awal pada penelitian ini adalah determinasi bahan yaitu berupa

tanaman dan hewan yang digunakan untuk penelitian. Determinasi dilakukan

untuk mengetahui dan memastikan kebenaran dari simplisia tanaman dan hewan

uji yang akan digunakan dalam penelitian

1. Deteminasi tanaman iler ( Coleus scutellarioides (L.) Benth. )

Determinasi tanaman iler dilakukan untuk memastikan keberadaan

tanaman yang akan diteliti dengan mencocokkan morfologi tanaman secara

makroskopis dengan kunci determinasi yang terdapat dalam buku Flora untuk

Sekolah di Indonesia karangan Van Steenis ( 1997 ). Determinasi ini dilakukan di

Laboratorium Farmakognosi Bagian Biologi Fakultas Farmasi Universitas

Muhammadiyah Surakarta. Dari hasil determinasi tumbuhan, didapatkan kunci-

kunci determinasi sebagai berikut :

1b-2b-3b-4b-6b-7b-9b-10b-11b-12b-13b-14b-16a ( Golongan 10. Daun tunggal,

terletak berhadapan ) –239b-243b-244b-248b 249b-250b-266b-267b-273b-276b-

278b-279b-282a…………………. ( 110. Labiatae ).

1a-2b-4b-6b-7a…..…Coleus…..…Coleus scutellarioides ( L. ) Benth.

Dari hasil determinasi di atas, dapat dipastikan bahwa daun yang

digunakan dalam penelitian adalah daun iler.

29

Page 46: UJI KROMATOGRAM LAPIS TIPIS DAN DAYA ANTHELMINTIK … · masyarakat sebagai obat tradisional karena memiliki berbagai macam khasiat obat, salah satunya sebagai obat cacing. Penelitian

2. Determinasi hewan uji cacing Ascaris suum

Determinasi terhadap cacing yang akan digunakan dalam penelitian ini

dimaksudkan untuk memastikan cacing Ascaris suum dengan menggunakan kunci

determinasi dalam buku System Helminthum The Nemathodes Of Vertebrates

( Yamaguti, 1961 ). Determinasi ini dilakukan di Laboratorium Parasitologi

Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Gajah Mada Yogyakarta.

Hasil determinasi hewan uji cacing Ascaris suum adalah sebagai berikut :

1-2-3-5-6……..……….………Ascarididae,1-3…………….……..Ascaridinae,

1-3….……..…Ascaris……………..Ascaris suum.

Dari hasil determinasi diatas dapat dipastikan bahwa cacing yang

digunakan adalah cacing Ascaris suum.

B. Hasil Pembuatan Simplisia

Bahan yang akan digunakan diambil secara acak dari BPTO Karanganyar,

Surakarta, pada bulan April, tahun 2004. Bahan ini dicuci bersih berulang kali

( sebanyak 3 kali ) sampai didapatkan hasil cucian yang bersih, kemudian

dikeringkan dengan cara dijemur dibawah sinar matahari dengan ditutupi kain

hitam. Hal ini dimaksudkan untuk menghindari terjadinya kontaminasi dan untuk

mencegah terjadinya kerusakan atau perubahan senyawa aktif pada simplisia

karena pengaruh ultra violet ( UV ), setelah kering diserbukkan dengan

menggunakan blender.

30

Page 47: UJI KROMATOGRAM LAPIS TIPIS DAN DAYA ANTHELMINTIK … · masyarakat sebagai obat tradisional karena memiliki berbagai macam khasiat obat, salah satunya sebagai obat cacing. Penelitian

C. Hasil Pembuatan Ekstrak Etanol Daun Iler

Data hasil pembuatan ekstrak etanol dapat dilihat pada tabel 1 dibawah

ini :

Tabel 1. Hasil pembuatan ekstrak etanol daun iler

Bahan ( gram )

Ekstrak kental ( gram )

Rendemen ( % )

50 50 50 50 50 50 50 50 50 50 50 50

10,75 9,80 9,90 10,60 10,70 10,55 10,60 10,65 10,70 11,40 10,70 10,80

21,50 19,60 19,80 21,20 21,40 21,10 21,20 21,30 21,40 22,80 21,40 21,60

Σ = 600 Rata-rata = 10,60 rata-rata = 21,19

Ekstrak etanol daun iler yang didapatkan dibuat sediaan dengan

konsentrasi 10 % b/v, 20 % b/v, 30 % b/v, 40 % b/v, dan 50 % b/v dilarutkan

dalam larutan NaCl 0,9% b/v masing-masing volume 25 ml dan digunakan

sebagai uji daya anthelmintik, data hasil pembuatan konsentrasi ekstrak etanol

daun iler dapat dilihat pada lampiran 7.

Pada penelitian ini ekstrak etanol daun iler dibuat dengan metode

soxhletasi menggunakan pelarut etanol 70 %. Ekstraksi ini dilakukan hingga

cairan penyari tidak berwarna lagi ( jernih ) yang berarti sebagian besar

kandungan senyawa dalam simplisia telah terekstraksi. Diharapkan dengan cara

ini proses ekstraksi dapat berlangsung lebih efektif, sebab penyari etanol 70 %

31

Page 48: UJI KROMATOGRAM LAPIS TIPIS DAN DAYA ANTHELMINTIK … · masyarakat sebagai obat tradisional karena memiliki berbagai macam khasiat obat, salah satunya sebagai obat cacing. Penelitian

akan mengekstraksi kandungan senyawa dalam simplisia secara berulang-ulang

karena uap etanol yang naik akibat adanya pemanasan akan segera jatuh lagi

kedalam labu alas bulat saat melewati pendingin tegak, dan dapat mengekstraksi

lagi, demikian seterusnya hingga ekstraksi menjadi sempurna. Kemudian ekstrak

etanol yang diperoleh dipekatkan dengan cara menguapkan etanolnya di atas

penangas air ( water bath ) agar penguapan dapat berjalan lebih cepat.

D. Hasil Uji Daya Anthelmintik Ekstrak Etanol Daun Iler

Dari hasil penelitian uji daya anthelmintik ekstrak etanol daun iler yang

dilakukan secara in vitro dengan hewan uji cacing Ascaris suum di peroleh hasil

sebagai berikut :

Gambar 3. Hasil uji daya anthelmintik larutan NaCl 0,9% b/v

32

Page 49: UJI KROMATOGRAM LAPIS TIPIS DAN DAYA ANTHELMINTIK … · masyarakat sebagai obat tradisional karena memiliki berbagai macam khasiat obat, salah satunya sebagai obat cacing. Penelitian

Gambar 4. Hasil uji daya anthelmintik larutan Piperazin sitrat 0,4% b/v

Pada penelitian ini digunakan cacing Ascaris suum karena merupakan

jenis cacing yang spesifik untuk studi ascariasis dan mempunyai kemiripan daur

hidup dengan Ascaris lumbricoides yang hidup di dalam usus manusia. In vitro

merupakan suatu proses yang dilakukan untuk menunjukkan gejala yang diteliti di

luar tubuh makhluk hidup dalam kondisi laboratorium. Media yang digunakan

dalam penelitian ini adalah media NaCl 0,9 % b/v, karena media ini cocok untuk

kelangsungan hidup cacing di luar tubuh hospesnya, selain itu larutan NaCl juga

mempunyai sifat isotonis, sehingga tidak merusak membran sel tubuh cacing.

Kontrol positif yang digunakan adalah piperazin sitrat 0,4 % b/v.

Hasil uji daya anthelmintik ekstrak etanol daun iler pada tiap konsentrasi

larutan uji dapat dilihat sebagai berikut :

33

Page 50: UJI KROMATOGRAM LAPIS TIPIS DAN DAYA ANTHELMINTIK … · masyarakat sebagai obat tradisional karena memiliki berbagai macam khasiat obat, salah satunya sebagai obat cacing. Penelitian

Gambar 5. Hasil uji daya anthelmintik ekstrak etanol daun iler konsentrasi 10% b/v

Gambar 6. Hasil uji daya anthelmintik ekstrak etanol daun iler

konsentrasi 20% b/v dan 30% b/v

Gambar 7. Hasil uji daya anthelmintik ekstrak etanol daun

iler konsentrasi 40% b/v dan 50% b/v

Pada uji daya anthelmintik ekstrak etanol daun iler dilakukan dalam tujuh

kelompok perlakuan, yang terdiri atas lima kelompok larutan uji yaitu dengan

konsentrasi 10% b/v, 20% b/v, 30% b/v, 40% b/v, dan 50% b/v. Dua kelompok

sebagai pembanding yaitu piperazin sitrat 0,4% b/v sebagai kontrol positif dan

34

Page 51: UJI KROMATOGRAM LAPIS TIPIS DAN DAYA ANTHELMINTIK … · masyarakat sebagai obat tradisional karena memiliki berbagai macam khasiat obat, salah satunya sebagai obat cacing. Penelitian

NaCl 0,9% b/v sebagai kontrol negatif. Setiap kelompok perlakuan menggunakan

15 ekor cacing yang dibagi dalam 3 cawan petri. Campuran larutan perendaman

untuk tiap-tiap kelompok dibuat sama dengan volume masing-masing yaitu 25

ml. Pada setiap perlakuan uji daya anthelmintik ini dibuat replikasi sebanyak

15 kali dengan pengamatan tiap 2 jam sampai semua cacing mati. Cacing yang

mati dapat dilihat dengan cara pemberian rangsang mekanik didaerah esophagus

karena pada daerah ini merupakan syaraf dari cacing atau dengan cara cacing-

cacing tersebut diusik dengan batang pengaduk, jika cacing tetap diam, maka

dipindahkan ke dalam air panas pada suhu 500 C, dan bila cacing tetap diam

berarti cacing sudah mati, tetapi bila cacing tetap bergerak berarti cacing masih

hidup. Setelah diperoleh data jam kematian cacing maka jam kematian cacing

tiap-tiap kelompok dibandingkan dengan larutan piperazin sitrat 0,4% b/v sebagai

kontrol positif dan larutan NaCl 0,9% b/v sebagai kontrol negatif.

Jam kematian cacing dan jumlah cacing mati dari penelitian hasil uji daya

anthelmintik dapat dilihat pada tabel 2.

35

Page 52: UJI KROMATOGRAM LAPIS TIPIS DAN DAYA ANTHELMINTIK … · masyarakat sebagai obat tradisional karena memiliki berbagai macam khasiat obat, salah satunya sebagai obat cacing. Penelitian

Tabel 2. Hasil uji daya anthelmintik ekstrak etanol daun iler dengan konsentrasi

10% b/v, 20% b/v, 30% b/v, 40% b/v, 50% b/v, piperazin sitrat 0,4% b/v dan NaCl 0,9% b/v.

Jumlah cacing mati

Ekstrak etanol daun iler

10% b/v 20% b/v 30% b/v 40% b/v 50% b/v

Piperazin sitrat

0,4% b/b ( + )

NaCl 0,9% b/v (-)

Jam Kematia

n Cacing

1 2 3 1 2 3 1 2 3 1 2 3 1 2 3 1 2 3 1 2 3 2-8 10 1 1 - 12 1 - 1 - 1 1 14 - 2 - 1 - - 16 - 1 - 1 - 1 - 1 2 18 1 - 1 2 1 1 - 1 - - 1 1 20 - 1 1 - - - 1 1 1 1 - 1 22 1 1 - 1 1 1 1 1 1 1 - - - 2 1 24 - 1 1 2 - 1 - - 1 1 - 1 26 1 - 1 - 1 1 - 1 - 2 1 - 28 - 1 - - 1 - 1 1 1 1 1 1 30 1 - 1 2 1 2 32 1 - 1 1 1 1 34 2 1 1 36 - 1 1 38 - 2 1 40 1 - -

42-60 62 1 1 1 64 - - 1 66 1 - - 68 - - 1 70 1 1 - 72 - 1 1 74 1 - 1 76 - - - 78 1 - 1 80 1 1 -

Dari tabel 2 diatas menunjukkan bahwa jam kematian cacing dari yang

paling cepat hingga yang paling lambat adalah sebagai berikut : perlakuan ekstrak

etanol daun iler dengan konsentrasi 50% b/v, 40% b/v, 30% b/v, piperazin sitrat

36

Page 53: UJI KROMATOGRAM LAPIS TIPIS DAN DAYA ANTHELMINTIK … · masyarakat sebagai obat tradisional karena memiliki berbagai macam khasiat obat, salah satunya sebagai obat cacing. Penelitian

0,4% b/v sebagai kontrol positif , ekstrak etanol daun iler 20% b/v, 10% b/v dan

yang terakhir pada NaCl 0,9% b/v sebagai kontrol negatif.

Tabel 3. Rata-rata jam kematian cacing Ascaris suum pada larutan uji

Kelompok Perlakuaan Rata-rata waktu kematian cacing ± SD ( jam )

I Ekstrak etanol daun iler 10% b/v 34,27 ± 3,336 II Ekstrak etanol daun iler 20% b/v 27,71 ± 3,534 III Ekstrak etanol daun iler 30% b/v 22,53 ± 3,538 IV Ekstrak etanol daun iler 40% b/v 18,13 ± 4,307 V Ekstrak etanol daun iler 50% b/v 16,93 ± 4,434 VI Piperazin sitrat 0,4% b/v (kontrol+) 23,47 ± 3,384 VII NaCl 0,9% b/v ( kontrol - ) 70,53 ± 6,087

Dari tabel 3 diatas pada kelompok kontrol positif, kontrol negatif dan 5

perlakuan ekstrak etanol daun iler dengan konsentrasi 10% b/v, 20% b/v, 30%

b/v, 40% b/v dan 50% b/v dalam daya anthelmintik menunjukan bahwa rata-rata

jam kematian cacing dari yang paling cepat hingga yang paling lambat adalah

sebagai berikut : perlakuan ekstrak etanol daun iler dengan konsentrasi 50% b/v,

40% b/v, 30% b/v, piperazin sitrat 0,4% b/v sebagai kontrol positif , ekstrak

etanol daun iler 20% b/v, 10% b/v dan yang terakhir pada NaCl 0,9% b/v sebagai

kontrol negatif .

37

Page 54: UJI KROMATOGRAM LAPIS TIPIS DAN DAYA ANTHELMINTIK … · masyarakat sebagai obat tradisional karena memiliki berbagai macam khasiat obat, salah satunya sebagai obat cacing. Penelitian

38

Page 55: UJI KROMATOGRAM LAPIS TIPIS DAN DAYA ANTHELMINTIK … · masyarakat sebagai obat tradisional karena memiliki berbagai macam khasiat obat, salah satunya sebagai obat cacing. Penelitian

1. Analisis secara deskriptif

0

2

4

6

8

10

12

14

16

0 10 20 30 40 50 60 70 80 90Jam kematian cacing

Jum

lah ke

matia

n cac

ing

Ekstrak 10% b/v Ekstrak 20% b/v Ekstrak 30% b/vEkstrak 40% b/v Ekstrak 50% b/v Piperazin sitrat 0,4% b/vNaCl 0,9% b/v

Gambar 8. Kurva hubungan antara jumlah kematian cacing vs jam kematian cacing hasil uji daya anthelmintik

Pada gambar 8 diatas, secara deskriptif menunjukan bahwa ekstrak etanol

daun iler 10% b/v mempunyai daya anthelmintik yang lebih kecil dibanding

dengan ekstrak etanol daun iler 20% b/v, 30% b/v, 40% b/v, 50% b/v, dan larutan

kontrol positif piperazin sitrat 0,4% b/v.

Semakin tinggi konsentrasi ekstrak etanol daun iler menyebabkan

semakin cepat kematian cacing, sehingga waktu yang dibutuhkan untuk 100%

cacing mati semakin pendek. Hal ini kemungkinan disebabkan meningkatnya

kadar senyawa aktif yang terdapat di dalam ekstrak etanol daun iler yang

mempunyai daya anthelmintik.

39

Page 56: UJI KROMATOGRAM LAPIS TIPIS DAN DAYA ANTHELMINTIK … · masyarakat sebagai obat tradisional karena memiliki berbagai macam khasiat obat, salah satunya sebagai obat cacing. Penelitian

Tabel 4. Jam kematian minimum dan maksimum dari uji daya anthelmintik ekstrak etanol daun iler terhadap cacing Ascaris suum

Jam kematian cacing Perlakuan

Minimum Maksimum Ekstrak etanol daun iler 10% b/v 28 40 Ekstrak etanol daun iler 20% b/v 22 32 Ekstrak etanol daun iler 30% b/v 16 28 Ekstrak etanol daun iler 40% b/v 12 26 Ekstrak etanol daun iler 50% b/v 10 24 Piperazin sitrat 0,4% b/v 18 28 NaCl 0,9% b/v 62 80

Dari tabel 4 diatas dapat diketahui bahwa ekstrak etanol daun iler 10% b/v

mempunyai daya anthelmintik yang paling kecil dibanding dengan ekstrak etanol

daun iler 20% b/v, 30% b/v, 40% b/v dan 50% b/v karena pada ekstrak etanol

daun iler 10% b/v waktu yang dibutuhkan untuk 100 % cacing mati lebih lama

yaitu pada jam ke-40, cacing mulai mati pada jam ke-28. Ekstrak etanol daun iler

20% b/v cacing mulai mati pada jam ke-22 dan mati semua pada jam ke-32. Pada

ekstrak etanol daun iler 30% b/v cacing mulai mati pada jam ke-16 dan mati

semua pada jam ke-28. Pada ekstrak etanol daun iler 40% b/v cacing mulai mati

pada jam ke-12 dan mati semua pada jam ke-26. Pada ekstrak etanol daun iler

50% b/v cacing mulai mati pada jam ke-10 dan mati semua pada jam ke-24.

Sedangkan pada larutan piperazin sitrat 0,4% b/v sebagai kontrol positif cacing

mulai mati pada jam ke-18 dan mati semua pada jam ke-28 dan pada larutan

NaCl 0,9% b/v sebagai kontrol negatif cacing mulai mati pada jam ke-62 dan mati

semua pada jam ke-80.

2. Analisis statistik uji daya anthelmintik ekstrak etanol daun iler

40

Page 57: UJI KROMATOGRAM LAPIS TIPIS DAN DAYA ANTHELMINTIK … · masyarakat sebagai obat tradisional karena memiliki berbagai macam khasiat obat, salah satunya sebagai obat cacing. Penelitian

Untuk memastikan adanya perbedaan pada masing-masing perlakuan

dilakukan dengan menggunakan analisis statistik.

Analisis statistik dengan menggunakan metode Kolmogorov-Smirnov

mempunyai tujuan untuk mengetahui apakah data tersebut terdistribusi normal

atau tidak normal. Data hasil penelitian dikatakan terdistribusi normal apabila

nilai D hitung < D tabel dan terdistribusi tidak normal apabila nilai D hitung > D

tabel.

Tabel 5. Hasil analisis Kolmogorov-Smirnov

Jam kematian cacing N Normal Parameter Mean

Std. Deviation Most exttreme Absolute Differences Positive

Negative Kolmogorov-Smirnov Asymp. Sig ( 2-tailed )

105 30,5333 17,7921

0,229 0,229

-0,130 2,347 0,000

Dari tabel 5 diatas menunjukkan bahwa hasil analisis statistik dengan

metode kolmogorov-Smirnov menyatakan bahwa data yang didapatkan yaitu D

hitung > D tabel ( 0,229 > 0,130 ) dan dikatakan data hasil analisis terdistribusi

tidak normal, sehingga dari hasil analisis tersebut dapat dilanjutkan dengan uji

statistik non parametrik.

Tabel 6. Hasil uji Kruskal Wallis rata-rata jam kematian cacing antara ketujuh kelompok perlakuan

Jam kematian Chi-Square df Asymp. Sig.

83,751 6

0,000

41

Page 58: UJI KROMATOGRAM LAPIS TIPIS DAN DAYA ANTHELMINTIK … · masyarakat sebagai obat tradisional karena memiliki berbagai macam khasiat obat, salah satunya sebagai obat cacing. Penelitian

Analisis Kruskal Wallis ini bertujuan untuk membandingkan data jam

kematian untuk semua kelompok perlakuan dengan taraf kepercayaan 95 %. Dari

tabel 6 diatas menunjukkan bahwa terdapat perbedaan yang bermakna antar

kelompok perlakuan ( p = 0,000 < 0,05 ), maka jam kematian cacing antar

kelompok yang diuji berbeda.

Selanjutnya untuk mengetahui adanya perbedaan antara masing-masing

kelompok tersebut, maka dilakukan uji Mann Whitney.

Tabel 7. Hasil uji Mann Whitney rata-rata jam kematian cacing antara dua kelompok perlakuan

Rata-rata jam kematian cacing Pasangan kelompok perlakuan P Keterangan

10% b/v- 20% b/v 0,000 < 0,05 Berbeda bermakna 10% b/v- 30% b/v 0,000 < 0,05 Berbeda bermakna 10% b/v- 40% b/v 0,000 < 0,05 Berbeda bermakna 10% b/v -50% b/v 0,000 < 0,05 Berbeda bermakna

10% b/v- piperazin sitrat 0,4% b/v 0,000 < 0,05 Berbeda bermakna 10% b/v - NaCl 0,4% b/v 0,000 < 0,05 Berbeda bermakna

20% b/v- 30% b/v 0,001 < 0,05 Berbeda bermakna 20% b/v - 40% b/v 0,000 < 0,05 Berbeda bermakna 20% b/v - 50% b/v 0,000 < 0,05 Berbeda bermakna

20% b/v - piperazin sitrat 0,4% b/v 0,004 < 0,05 Berbeda bermakna 20% b/v - NaCl 0,4% b/v 0,000 < 0,05 Berbeda bermakna

30% b/v - 40% b/v 0,009 < 0,05 Berbeda bermakna 30% b/v - 50% b/v 0,002 < 0,05 Berbeda bermakna

30% b/v - piperazin sitrat 0,4% b/v 0,501 > 0,05 Tidak berbeda bermakna 30% b/v - NaCl 0,4% b/v 0,000 < 0,05 Berbeda bermakna

40% b/v - 50% b/v 0,515 > 0,05 Tidak berbeda bermakna 40% b/v - piperazin sitrat 0,4% b/v 0,002 < 0,05 Berbeda bermakna

40% b/v - NaCl 0,4% b/v 0,000 < 0,05 Berbeda bermakna 50% b/v - piperazin sitrat 0,4% b/v 0,001 < 0,05 Berbeda bermakna

50% b/v - NaCl 0,4% b/v 0,000 < 0,05 Berbeda bermakna Pip. sitrat 0,4% – NaCl 0,9% b/v 0,000 < 0,05 Berbeda bermakna

Keterangan : P > 0,05 : Tidak berbeda secara bermakna P < 0,05 : Berbeda secara bermakna

42

Page 59: UJI KROMATOGRAM LAPIS TIPIS DAN DAYA ANTHELMINTIK … · masyarakat sebagai obat tradisional karena memiliki berbagai macam khasiat obat, salah satunya sebagai obat cacing. Penelitian

Tabel 7 diatas menunjukkan adanya perbedaan yang bermakna antara

kelompok perlakuan ekstrak etanol daun iler dengan piperazin sitrat 0,4% b/v

sebagai kontrol positif kecuali kelompok ekstrak etanol daun iler dengan

konsentrasi 30% b/v. Ini berarti ekstrak etanol daun iler konsentrasi 30% b/v

mempunyai daya anthelmintik yang hampir sama dengan kontrol positif piperazin

sitrat 0,4% b/v.

3. Perhitungan LC50 ekstrak etanol daun iler

Untuk menentukan harga LC50 ekstrak etanol daun iler digunakan analisis

probit dengan menggunakan data kematian cacing pada jam ke-24, dan jam total

kematian cacing yang paling cepat pada kadar 50% b/v. LC50 ekstrak etanol yang

diperoleh adalah ( 23,62 ± 0,26 )% b/v dengan persamaan regresi y = bx + a.

Nilai LC50 ekstrak etanol daun iler sebesar ( 23,62 ± 0,26 )% b/v memberikan

makna bahwa pada kadar 23,62% b/v akan menyebabkan kematian cacing Ascaris

suum sebesar 50% dari populasinya.

E. Hasil Identifikasi Kandungan Kimia Daun Iler

Untuk mengetahui dan memisahkan kandungan senyawa yang terdapat

dalam ekstrak etanol daun iler, dilakukan uji identifikasi dengan menggunakan uji

tabung dan uji kualitatif menggunakan metode Kromatografi Lapis Tipis ( KLT ).

43

Page 60: UJI KROMATOGRAM LAPIS TIPIS DAN DAYA ANTHELMINTIK … · masyarakat sebagai obat tradisional karena memiliki berbagai macam khasiat obat, salah satunya sebagai obat cacing. Penelitian

1. Uji tabung

Tabel 8. Hasil uji tabung kandungan kimia daun iler

No Nama uji Pereaksi Reaksi positif Hasil pengamatan

Kesimpulan

1. Pendahuluan Air, KOH Ekstrak + air warna kuning – merah + KOH warna lebih intensif

Filtrat berwarna kuning kemerahan

Positif

2. Flavonoid HCl, amil alkohol, logam, Mg

Residu + HCl pekat + Mg + amil alkohol warna merah

Pada penambahan amil alkohol terbentuk warna merah bata

Positif

3. Tanin FeCl3, gelatin

- Residu+FeCl3 warna merah hingga biru

- Residu + gelatin terbentuk endapan

- Pada penambahan FeCl3

terbentuk warna biru

- Pada penambahan gelatin terbentuk endapan

Positif Positif

4. Saponin Air, HCl Ekstrak + air dikocok terbentuk buih ± 3 cm tidak hilang dengan penambahan HCl

Terbentuk buih setinggi ± 3 cm ditambah HCl buih tidak hilang

Positif

a. Uji pendahuluan : Hasil uji pendahuluan yang dilakukan menunjukan

bahwa larutan uji memberikan warna kuning kemerahan dan dengan penambahan

KOH warna yang terbentuk lebih intensif lagi sehinga dapat disimpulkan bahwa

daun iler mengandung senyawa yang memiliki gugus kromofor.

b. Uji flavonoid : pada test wilstater setelah penambahan amil alkohol

terbentuk warna merah bata, sehingga daun iler tersebut mengandung senyawa

flavonoid.

44

Page 61: UJI KROMATOGRAM LAPIS TIPIS DAN DAYA ANTHELMINTIK … · masyarakat sebagai obat tradisional karena memiliki berbagai macam khasiat obat, salah satunya sebagai obat cacing. Penelitian

c. Uji tanin : Uji tanin didapatkan hasil yang positif yaitu terbentuknya

warna biru setelah penambahan FeCl3 dan terdapat endapan setelah ditambahkan

larutan gelatin, sehingga daun iler tersebut mengandung senyawa tanin.

d. Uji saponin : Uji yang dilakukan untuk menunjukan adanya saponin,

pada uji ini didapatkan hasil yang positif yaitu dengan terbentuknya buih setinggi

± 3 cm dan dengan penambahan HCl buih tidak hilang, jadi dapat disimpulkan

ekstrak etanol daun iler mengandung saponin.

Dari hasil tersebut menunjukan bahwa daun iler ini mengandung senyawa

flavonoid, tanin dan saponin. Untuk memastikan bahwa daun iler mengandung

senyawa flavonoid, tanin dan saponin maka perlu dilakukan uji penegasan atau uji

kualitatif dengan menggunakan metode kromatografi lapis tipis.

2. Kromatografi lapis tipis

Untuk mengetahui dan memastikan kandungan senyawa yang terkandung

dalam ekstrak etanol daun iler dilakukan analisis kualitatif menggunakan metode

Kromatografi Lapis Tipis ( KLT ) dengan fase diam dan fase gerak yang sesuai,

sehingga dapat memberikan bercak yang dapat dideteksi secara langsung dibawah

sinar ultra violet dan dengan menggunakan pereaksi-pereaksi yang spesifik. Fase

diam yang digunakan adalah selulosa dan silika gel GF 254 yang sebelum

digunakan terlebih dahulu dipanaskan pada suhu 1050 C selama 1-2 jam. Tujuan

fase diam dipanaskan terlebih dahulu yaitu untuk menghilangkan molekul-

molekul air yang menempati pusat-pusat serapan dari penjerap sehingga fase diam

45

Page 62: UJI KROMATOGRAM LAPIS TIPIS DAN DAYA ANTHELMINTIK … · masyarakat sebagai obat tradisional karena memiliki berbagai macam khasiat obat, salah satunya sebagai obat cacing. Penelitian

akan menjadi lebih aktif dan berfungsi lebih efektif selama proses elusi (

Sastrohamidjojo, 1991 ).

Analisis kualitatif secara Kromatografi Lapis Tipis (KLT) pada penelitian

ini dilakukan terhadap tiga golongan senyawa yaitu flavonoid, tanin, dan saponin.

Pada pustaka menyebutkan bahwa senyawa flavonoid, tanin, dan saponin

merupakan komponen yang terkandung dalam daun iler.

a. Deteksi senyawa flavonoid

Untuk menganalisis senyawa golongan flavonoid yang terkandung dalam

ekstrak etanol daun iler digunakan fase gerak n-butanol : asam asetat : air (4 : 1 :

5) v/v, fase diam selulosa , bercak dapat dideteksi pada sinar UV 366 nm, dan

dengan deteksi spesifik yaitu uap amonia. Dalam penelitian ini dipilih fase diam

selulosa dan bukan silika-gel dengan pertimbangan, bahwa silika-gel umumnya

mengandung sekelumit senyawa-senyawa logam yang dapat bereaksi dengan

flavonoid membentuk kompleks sehingga akan dapat mengganggu pada

pemisahan.

46

Page 63: UJI KROMATOGRAM LAPIS TIPIS DAN DAYA ANTHELMINTIK … · masyarakat sebagai obat tradisional karena memiliki berbagai macam khasiat obat, salah satunya sebagai obat cacing. Penelitian

0,5

1

0

B

Gambar 9. Kromatogr Keterangan:

Fase diam : Fase gerak : Jarak pengembangan : Deteksi : A. Sinar UV366 nm B. Uap amonia di UV366 nmWarna : Fb : Fluores

mrh : merah

A

am ekstrak etano

selulosa n-butanol : asam 8 cm

ensi biru

47

l daun iler untuk

asetat : air ( 4 : 1

Skala Rf

uji flavonoid

: 5 ) v/v

Page 64: UJI KROMATOGRAM LAPIS TIPIS DAN DAYA ANTHELMINTIK … · masyarakat sebagai obat tradisional karena memiliki berbagai macam khasiat obat, salah satunya sebagai obat cacing. Penelitian

kh : kuning kehijauan

Tabel 9. Hasil kromatogram ekstrak etanol daun iler dengan fase diam

selulosa, fase gerak n-butanol asam asetat : air (4 : 1 : 5) v/v deteksi uap NH3

Deteksi Berca

k Rf HRf

Sinar tampak UV 366 nm Uap amonia Visual

Uap amonia UV 366 nm

1 0,31 31,0 Coklat Fb Kuning Kuning kehijauan

2 0,60 60,0 Biru muda Fb Kuning Kuning kehijauan

3 0,90 90,0 Coklat Merah Kuning Merah

Keterangan :

Fb : Fluoresensi biru

Dari tabel 9 diatas menunjukan hasil deteksi flavonoid terhadap ekstrak

etanol daun iler. Pada pengamatan dibawah sinar UV366 nm terdapat 3 bercak dan

setelah diuapi dengan uap amonia terdapat 2 bercak. Pada bercak yang pertama

berfluoresensi biru pada UV366 nm, setelah diuapi amonia pada sinar UV366 nm

bercak menjadi kuning kehijauan. Pada bercak yang kedua dibawah sinar UV366

nm bercak befluoresensi biru dan setelah diuapi amonia pada UV366 nm bercak

berwarna kuning kehijauan, dan pada bercak ketiga dibawah sinar UV366 nm

bercak berwarna merah dan pada UV366 nm setelah diuapi amonia bercak tetap

berwarna merah. Menurut Markham ( 1988 ), hasil reaksi warna pada bercak

menunjukkan hasil yang mengarah pada struktur flavonoid golongan flavon dan

flavanon yang tak mengandung 5-OH dimana pada sinar UV tanpa NH3 bercak

berfluoresensi biru dan setelah diuapi NH3 terjadi perubahan warna pada bercak

48

Page 65: UJI KROMATOGRAM LAPIS TIPIS DAN DAYA ANTHELMINTIK … · masyarakat sebagai obat tradisional karena memiliki berbagai macam khasiat obat, salah satunya sebagai obat cacing. Penelitian

menjadi kuning kehijauan. Dari sini dapat disimpulkan, bahwa ekstrak etanol

daun iler mengandung senyawa flavonoid yang termasuk golongan flavon dan

flavanon yang tak mengandung 5-OH.

b. Deteksi senyawa saponin

Untuk menganalisis senyawa saponin yang terkandung dalam ekstrak

etanol daun iler digunakan fase gerak kloroform : metanol : air (7 ; 3 1) v/v

dengan fase diam silika gel GF 254 nm, bercak dapat dideteksi pada sinar UV 254

dan 366 nm dan deteksi spesifik yaitu dengan pereaksi semprot vanilin asam

sulfat. 1

0,5

0

B C

Gambar 1

Keterangan

Fase diam Fase gerak

A

0. Kromatog

:

: s : k

ram ekstrak etan

ilika gel GF 254loroform : meta

49

ol daun iler un

nm nol : air ( 7 : 3

Skala Rf

tuk uji saponin

: 1 ) v/v

Page 66: UJI KROMATOGRAM LAPIS TIPIS DAN DAYA ANTHELMINTIK … · masyarakat sebagai obat tradisional karena memiliki berbagai macam khasiat obat, salah satunya sebagai obat cacing. Penelitian

Jarak pengembangan : 8 cm Deteksi : A. Sinar UV254 nm B. Sinar UV366 nm C. Pereaksi semprot vanilin asam sulfat Warna : Pf : pemadaman fluoresensi Fb : fluoresensi biru Ckt : coklat Tabel 10. Hasil kromatogram ekstrak etanol daun iler dengan fase diam silika

gel GF 254 nm, fase gerak kloroform : metanol : air (7 : 3 : 1)v/v dan deteksi semprot vanilin asam sulfat

Deteksi Bercak Rf HRf

Sinar tampak UV 254 nm UV 366 nm Vanilin asam sulfat

1 0,77 77,0 Coklat Pf - Coklat 2 0,90 90,0 Coklat Pf Fb Coklat

Keterangan : Pf : Pemadaman fluoresensi Fb : Fluoresensi biru

Dari tabel 10 diatas menunjukan hasil deteksi saponin terhadap ekstrak

etanol daun iler. Pada pengamatan dibawah sinar UV254 nm terdapat 2 bercak,

dibawah sinar UV366 nm terdapat 1 bercak dengan pereaksi semprot vanilin asam

sulfat terdapat 2 bercak. Analisis senyawa saponin menggunakan fase gerak

kloroform : metanol : air ( 7 : 3 : 1 ) v/v, pada bercak yang pertama sebelum

disemprot, dideteksi dengan sinar UV254 nm terjadi pemadaman fluoresensi dan

pada sinar UV366 nm tidak terdapat bercak dan setelah disemprot dengan pereaksi

semprot vanilin asam sulfat memberikan bercak coklat yang dilihat secara visual.

Sedangkan pada bercak yang kedua, dibawah sinar UV254 nm terdapat bercak

coklat, pada sinar UV366 nm bercak berfluoresensi biru dan setelah disemprot

dengan pereaksi semprot vanilin asam sulfat memberikan bercak berwarna coklat.

50

Page 67: UJI KROMATOGRAM LAPIS TIPIS DAN DAYA ANTHELMINTIK … · masyarakat sebagai obat tradisional karena memiliki berbagai macam khasiat obat, salah satunya sebagai obat cacing. Penelitian

Menurut Wagner ( 1984 ), senyawa saponin jika disemprot dengan pereaksi

semprot vanilin asam sulfat memberikan bercak biru, biru violet, merah, kuning

sampai coklat dilihat secara visual. Jadi dapat disimpulkan bahwa ekstrak etanol

daun iler mengandung senyawa saponin.

c. Deteksi senyawa tanin

Analisis selanjutnya yaitu senyawa tanin dengan menggunakan fase gerak

etil asetat : metanol : air (10 : 1,35 : 1) v/v dan bercak dapat dideteksi dengan

menggunakan sinar UV 254 dan 366 nm dan deteksi spesifik yaitu FeCl3.

0,5

0

B C

Gambar 11. Keterangan

Fase diam Fase gerak Jarak pengeDeteksi :

A

Kromatogram ekstrak etanol daun iler untuk u

:

: Silika gel GF 254 nm : etil asetat : metanol : air ( 10 : 1mbangan : 8 cm

51

Skala Rf 1

ji tanin

,35 : 1 ) v/v

Page 68: UJI KROMATOGRAM LAPIS TIPIS DAN DAYA ANTHELMINTIK … · masyarakat sebagai obat tradisional karena memiliki berbagai macam khasiat obat, salah satunya sebagai obat cacing. Penelitian

A. Sinar UV254 nm B. Sinar UV366 nm C. Pereaksi semprot FeCl3 Pada sinar tampak Warna : Pf : pemadaman fluoresensi Fb : fluoresensi biru Bk : biru kehitaman Tabel 11. Kromatogram ekstrak etanol daun iler dengan fase diam silika gel

GF 254 nm, fase gerak etil asetat : metanol : air ( 10: 1,35 : 1 ) v/v, dan deteksi semprot FeCl3.

Deteksi Bercak Rf HRf

Sinar tampak UV 254 nm

UV 366 m FeCl3

1 0,92 92,0 Ungu Pf Fb Biru kehitaman

Keterangan : Pf : Pemadaman fluoresensi Fb : Fluoresensi biru

Dari tabel 11 diatas menunjukan hasil deteksi tanin terhadap ekstrak etanol

daun iler. Analisis senyawa tanin menggunakan fase gerak etil asetat : metanol :

air ( 10: 1,35 : 1 ) v/v, pada bercak sebelum disemprot, dideteksi dengan sinar

UV254 nm terjadi pemadaman fluoresensi dan pada sinar UV366 nm

berflouresensi biru dan setelah disemprot dengan pereaksi semprot FeCl3

memberikan bercak biru kehitaman yang dilihat pada sinar tampak. Menurut

Tyler et al ( 1988 ), senyawa tanin jika disemprot dengan FeCl3 akan

menimbulkan warna biru kehitaman dan ungu kehitaman dilihat pada sinar

tampak. Jadi dapat disimpulkan bahwa ekstrak etanol daun iler mengandung

senyawa tanin.

Menurut Siswandono dan Soekardjo ( 1985 ), senyawa golongan fenol

adalah senyawa yang mempunyai efek anthelmintik, maka dari hasil di atas yang

52

Page 69: UJI KROMATOGRAM LAPIS TIPIS DAN DAYA ANTHELMINTIK … · masyarakat sebagai obat tradisional karena memiliki berbagai macam khasiat obat, salah satunya sebagai obat cacing. Penelitian

diduga mempunyai efek anthelmintik adalah senyawa flavonoid dan tanin.

Menurut Markham ( 1988 ), flavonoid merupakan salah satu golongan fenol alam

yang terbesar dan terdapat di dalam semua tumbuhan hijau, sedangkan tanin

sendiri merupakan senyawa polifenol ( Harborne, 1987 ).

53

Page 70: UJI KROMATOGRAM LAPIS TIPIS DAN DAYA ANTHELMINTIK … · masyarakat sebagai obat tradisional karena memiliki berbagai macam khasiat obat, salah satunya sebagai obat cacing. Penelitian

BAB IV

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan dapat diambil

kesimpulan bahwa :

1. Ekstrak etanol daun iler mempunyai daya anthelmintik terhadap cacing Ascaris

suum secara in vitro. Daya anthelmintik ekstrak etanol daun iler 10% b/v, 20%

b/v, 40% b/v dan 50% b/v berbeda ( P < 0,05 ) terhadap piperazin sitrat 0,4%

b/v, sedangkan konsentrasi 30% b/v tidak berbeda ( P > 0,05 ) terhadap

piperazin sitrat 0,4% b/v. Nilai LC50 ekstrak etanol daun iler yaitu sebesar

23,62% b/v.

2. Hasil kromatografi lapis tipis pada ekstrak etanol daun iler mengandung

senyawa flavonoid, tanin, dan saponin.

B. Saran

1. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut terhadap ekstrak etanol daun iler secara

in vivo pada babi untuk mengetahui daya anthelmintiknya.

2. Perlu dilakukan isolasi kandungan zat aktif ekstrak etanol daun iler dan uji

daya anthelmintik secara in vitro maupun in vivo terhadap senyawa aktif hasil

isolasi yang berkhasiat sebagai anthelmintik.

Page 71: UJI KROMATOGRAM LAPIS TIPIS DAN DAYA ANTHELMINTIK … · masyarakat sebagai obat tradisional karena memiliki berbagai macam khasiat obat, salah satunya sebagai obat cacing. Penelitian

DAFTAR PUSTAKA

Anonim, 1979, Farmakope Indonesia, Edisi III, 3 – 9, Departemen Kesehatan Republik Indonesia, Jakarta.

Anonim, 1983, Tanaman Obat Keluarga ( TOGA ), 2 – 4, Direktorat Pengawasan

Obat Tradisional, Dirjen POM, Depkes RI. Anonim, 1989, Materia Medika Indonesia, Jilid V, 155 – 159, Departemen

Kesehatan RI, Jakarta. Anonim, 1993, Penapisan farmakologi, Pengujian Fitokimia dan Pengujian

Klinik, 173 – 174, PPOM Departemen Kesehatan Republik Indonesia, Jakarta.

Ansel, H.C, 1989, Pengantar bentuk Sediaan Farmasi, Edisi IV, Penerbit

Universitas Indonesia, 607 – 608. Backer, C. A. and R. C. Van den Brink, 1962, Flora of Java ( Spermatophytes

Only ), Volume Ia, Ib, 3-14, 314, Wolter Noordhofs, NV Groningen The Netherland.

Claus, E.P, Tyler, V.E, and Brady, L.R., 1970, Pharmacognosy, 6th Ed., 222 –

225, Lea and Febinger, Philadelpia. Dalimartha, S., 2000, Atlas Tumbuhan Obat Indonesia, Jilid II, 65-67, Trubus

Agriwidya, Jakarta. Farnsworth, N.R., 1966, Biological and Phytochemical Screenning of Plants, Vol.

55, Pharm. Sci. J., 3 – 70. Harborne, J.B, 1987, Metode Fitokimia Penuntun Cara Modern Menganalisis

tumbuhan, Diterjemahkan Oleh Kosasih Padmawinata dan Iwang Soediro, Edisi II, 6 – 8, 25 – 64, 70 – 72, Penerbit ITB, Bandung.

Hargono, D., 1996, Efek Samping Obat Dari Bahan Alam Lebih Kecil daripada

Efek Samping Obat Kimia Murni, Cermin Dunia Farmasi, 28, 9-10. Heyne, K., 1987, Tumbuhan Berguna Indonesia, Jilid III, Diterjemahkan oleh

Badan Penelitian Dan Pengembangan Kehutanan Jakarta, 1699 – 1700, Yayasan Sarana Wana Jaya, Jakarta.

Katzung, B. G., 1989, Farmakologi Dasar dan Klinik, Edisi 3, 764-765,

Diterjemahkan Oleh Petrus Andrianto E G C, jakarta.

Page 72: UJI KROMATOGRAM LAPIS TIPIS DAN DAYA ANTHELMINTIK … · masyarakat sebagai obat tradisional karena memiliki berbagai macam khasiat obat, salah satunya sebagai obat cacing. Penelitian

Kaufmann, J., 1996, Parasitic Infections of Dosmetic Animals, 301, Chorine-Free

Pulp, Switzerland. Lamson dan Brown, 1935, Methode Of testing The Antelmintic Properties of

Ascaris, America Jurnal, Hyg. Macek, K., 1972, Pharmaceutical Aplications of Thin Layer and Paper

Chromatography, 32-36, Elsevier Publisher Company, New York. Markham, K.R., 1988, Cara Mengidentifikasi Flavonoid, Diterjemahkan oleh

Kosasih Padmawinata, 15 – 21, Penerbit ITB, Bandung. Mursito, B., 2001, Ramuan Tradisional Untuk Kesehatan Anak, 19-20, Penebar

Swadaya, Jakarta. Pedrosa, C., 1978, Phytochemical Microbiological and Pharmacological Screning

of Medical Plants, Research Center University of Santo Thomas, Philipines : UST.

Sastrohamidjojo, H., 1991, Kromatografi, 35-36, Universitas Gajah Mada Press,

Yogyakarta. Soulsby, E.J.L., 1982, Helmints Arthropods and Protozoa of Domesticated

Animals, 7 Editian, 141-143, The English Language Book Society and Bailliere, London.

Stahl, E., 1985, Analisis Obat Secara Kromatografi dan Mikroskopi, Edisi

Terjemahan (Diterjemahkan oleh Kosasih Padmawinata, Iwang Soedira), 3 – 18, Penerbit ITB, Bandung.

Sukarban, S., dan Santoso, S.O., 1995, Anthelmintik, dalam Ganiswarna, S.,

Setiabudy, R., Suyatna, F., Purwantyastuti dan Nafrialdi, Farmakologi dan Terapi, Edisi IV, 523-530, Bagian Farmakologi Fakultas Kedokteran, Universitas Indonesia, Jakarta.

Syamsuhidayat dan Hutapea, 1991, Inventaris Tanaman Obat Indonesia, Jilid I,

368 – 369, Depkes RI, Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan, Jakarta.

Tjay, T.H., dan Rahardja, K., 1991, Obat – Obat Penting, Khasiat, Penggunaan

dan Efek – efek Samping, Edisi IV, 213, Dirjen POM, Depkes RI, Jakarta. Tyler, V.E, Brady, L. R., and Robbers. J. E., 1988, Pharmacognosy, nine edition,

78, 103, Lea and Febinger, Philadelphia.

Page 73: UJI KROMATOGRAM LAPIS TIPIS DAN DAYA ANTHELMINTIK … · masyarakat sebagai obat tradisional karena memiliki berbagai macam khasiat obat, salah satunya sebagai obat cacing. Penelitian

Van Steenis, C.G.G.J., 1997, Flora Untuk Sekolah di Indonesia , 43-62, 244, Jakarta.

Voight, R, 1995, Buku Pelajaran Tecnhologi Farmasi, 558 – 560, Gadjah Mada

University Press, Yogyakarta. Wagner, H., Bladt, S.and Zgainski, E.M., 1984, Plant Drug Analysis, A Thin

Layer Chromatography Atlas, 6, Traslated by Th.A. Scoot, Springer Verlag Berlin, Heidelberg Nyew Tokyo.

Wijayakusuma, H.M.H., Dalimarta. S, dan Wirian, A.S., 1995, Tanaman

Berkhasiat Obat di Indonesia, Jilid ke-3, Pustaka Kartina, Jakarta. Yamaguti, S., 1961, Systema Helminthum The Nematodes of Vertebrates, Part 1,

Vol. III, 332 – 333, 574, Interscience Publishers LTD, London. Yudhono, R. H., 1977, Farmakologi, 185-186, Yayasan Badan Penerbit Gadjah

Mada, Yogyakarta.

Page 74: UJI KROMATOGRAM LAPIS TIPIS DAN DAYA ANTHELMINTIK … · masyarakat sebagai obat tradisional karena memiliki berbagai macam khasiat obat, salah satunya sebagai obat cacing. Penelitian

51

Lampiran 1. Surat keterangan determinasi daun iler

Page 75: UJI KROMATOGRAM LAPIS TIPIS DAN DAYA ANTHELMINTIK … · masyarakat sebagai obat tradisional karena memiliki berbagai macam khasiat obat, salah satunya sebagai obat cacing. Penelitian

52

Lampiran 2. Surat keterangan determinasi cacing gelang ( Ascaris suum )

Page 76: UJI KROMATOGRAM LAPIS TIPIS DAN DAYA ANTHELMINTIK … · masyarakat sebagai obat tradisional karena memiliki berbagai macam khasiat obat, salah satunya sebagai obat cacing. Penelitian

53

Lampiran 3. Foto daun iler ( Coleus scutellarioides ( L.) Benth )

Page 77: UJI KROMATOGRAM LAPIS TIPIS DAN DAYA ANTHELMINTIK … · masyarakat sebagai obat tradisional karena memiliki berbagai macam khasiat obat, salah satunya sebagai obat cacing. Penelitian

54

Lampiran 4. Foto cacing gelang Ascaris suum

Keterangan : ( ) Cacing Ascaris suum betina

( ) Cacing Ascaris suum jantan

Page 78: UJI KROMATOGRAM LAPIS TIPIS DAN DAYA ANTHELMINTIK … · masyarakat sebagai obat tradisional karena memiliki berbagai macam khasiat obat, salah satunya sebagai obat cacing. Penelitian

55

Lampiran 5. Foto alat soxhletasi

Page 79: UJI KROMATOGRAM LAPIS TIPIS DAN DAYA ANTHELMINTIK … · masyarakat sebagai obat tradisional karena memiliki berbagai macam khasiat obat, salah satunya sebagai obat cacing. Penelitian

56

Lampiran 6. Data hasil pembuatan ekstrak etanol daun iler dan perhitungan rendemen

Bahan ( gram )

Ekstrak kental ( gram )

Prosentase ( % )

50 50 50 50 50 50 50 50 50 50 50 50

10,75 9,80 9,90 10,60 10,70 10,55 10,60 10,65 10,70 11,40 10,70 10,80

21,50 19,60 19,80 21,20 21,40 21,10 21,20 21,30 21,40 22,80 21,40 21,60

Σ = 600 Σ = 127,15 Σ = 254,13

96,05 X rata-rata = = 10,67 gram 9 Perhitungan:

Rendemen = bahanBobot

kentalekstrak Bobot x 100%

10,75

1. x 100% = 21,50% b/b 50

9,80

2. x 100% = 19,60% b/b 50 9,90

3. x 100% = 19,80% b/b 50 10,60

4. x 100% = 21,20% b/b 50

Page 80: UJI KROMATOGRAM LAPIS TIPIS DAN DAYA ANTHELMINTIK … · masyarakat sebagai obat tradisional karena memiliki berbagai macam khasiat obat, salah satunya sebagai obat cacing. Penelitian

57

10,70 5. x 100% = 21,40% b/b

50 10,55

6. x 100% = 21,10% b/b 50 10,60

7. x 100% = 21,20% b/b 50 10,65

8. x 100% = 21,30% b/b 50 10,70

9. x 100% = 21,40% b/b 50 10,40

10. x 100% = 22,80% b/b 50 10,70

11. x 100% = 21,40 % b/b 50 10,80

12. x 100% = 21,60 % b/b 50

Hasil perhitungan rendemen ekstrak etanol daun iler di atas ada tiga data

yang menyimpang yaitu 19,60% b/b, 19,80% b/b, 22,80% b/b, jika dibandingkan

dengan data yang lain, maka ketiga data yang menyimpang diatas patut dicurigai,

data ini akan dianalisis dengan menggunakan perhitungan standar deviasi sebagai

berikut:

Page 81: UJI KROMATOGRAM LAPIS TIPIS DAN DAYA ANTHELMINTIK … · masyarakat sebagai obat tradisional karena memiliki berbagai macam khasiat obat, salah satunya sebagai obat cacing. Penelitian

58

SD = ( )1-nx -x Σ

Dimana:

x = Prosentase bobot kering

N = Banyaknya perlakuan

D = Deviasi simpangan

SD = Standart deviasi

Kriteria penolakan standart deviasi adalah x – x > 2 SD. Dimana x

adalah data yang dicurigai (menyimpang ).

Prosentase ( % b/b ) x D x-x D2

21,50

21,20

21,40

21,10

21,20

21,30

21,40

21,40

21,60

21,34

0,16

0,14

0,06

0,24

0,14

0,04

0,06

0,06

0,26

0,0256

0,0196

0,0036

0,0576

0,0196

0,0016

0,0036

0,0036

0,0676

∑ = 0,2024

SD = 9

2024,0 = 0,150

2 SD = 0,30 dan x = 19,60

Kriteria penolakan standard deviasi adalah sebagai berikut:

( x – x ) = 19,60 – 21,34 = 1,74, karena 1,74 > 2 SD maka data tidak

diterima.

2 SD = 0,30 dan x = 19,80

Page 82: UJI KROMATOGRAM LAPIS TIPIS DAN DAYA ANTHELMINTIK … · masyarakat sebagai obat tradisional karena memiliki berbagai macam khasiat obat, salah satunya sebagai obat cacing. Penelitian

59

Kriteria penolakan standard deviasi adalah sebagai berikut:

( x – x ) = 19,80 – 21,34 = 1,54, karena 1,54 > 2 SD maka data tidak

diterima.

2 SD = 0,30 dan x = 22,80

Kriteria penolakan standard deviasi adalah sebagai berikut:

( x – x ) = 22,80 – 21,34 = 1,46, karena 1,46 > 2 SD maka data tidak

diterima.

Prosentase rendemen ekstrak etanol daun iler yang didapat adalah 21,34%

Page 83: UJI KROMATOGRAM LAPIS TIPIS DAN DAYA ANTHELMINTIK … · masyarakat sebagai obat tradisional karena memiliki berbagai macam khasiat obat, salah satunya sebagai obat cacing. Penelitian

60

Lampiran 7. Penimbangan ekstrak etanol daun iler dalam pembuatan seri konsentrasi ekstrak etanol

1. Konsentrasi 10% b/v = 10010 x 25 = 2,5 g

2. Konsentrasi 20% b/v = 10020 x 25 = 5 g

3. Konsentrasi 30% b/v = 10030 x 25 = 7,5 g

4. Konsentrasi 40% b/v = 10040 x 25 = 10 g

5. Konsentrasi 50% b/v = 10050 x 25 = 12,5 g

Page 84: UJI KROMATOGRAM LAPIS TIPIS DAN DAYA ANTHELMINTIK … · masyarakat sebagai obat tradisional karena memiliki berbagai macam khasiat obat, salah satunya sebagai obat cacing. Penelitian

61

Lampiran 8. Data jam kematian cacing hasil uji daya anthelmintik ekstrak etanol daun iler dengan konsentrasi 10% b/v, 20% b/v, 30% b/v, 40% b/v, 50% b/v, piperazin sitrat 0,4% b/v, dan NaCl 0,9% b/v.

Jam kematian cacing

Ekstrak etanol daun iler

Replikasi

10% b/v 20% b/v 30% b/v 40% b/v 50% b/v

Piperazin sitrat 0,4%

b/v ( + )

NaCl 0,9%

b/v ( - ) 1 28 22 16 12 10 18 62

2 30 22 18 12 10 18 62

3 30 24 18 14 12 20 62

4 32 24 20 14 12 20 64

5 32 26 20 16 14 22 66

6 34 26 22 16 16 22 68

7 34 28 22 18 16 22 70

8 34 30 22 18 18 24 72

9 34 30 24 18 18 24 72

10 36 30 24 18 18 26 74

11 36 30 24 22 20 26 74

12 38 30 26 22 22 26 76

13 38 32 26 22 22 28 76

14 38 32 28 24 22 28 80

15 40 32 28 26 24 28 80

Page 85: UJI KROMATOGRAM LAPIS TIPIS DAN DAYA ANTHELMINTIK … · masyarakat sebagai obat tradisional karena memiliki berbagai macam khasiat obat, salah satunya sebagai obat cacing. Penelitian

62

Lampiran 9. Perhitungan LC50 Uji daya anthelmintik

Tabel perhitungan LC50 uji daya anthelmintik

Ekstrak etanol daun iler pada t24

Replikasi I Konsentrasi

( % ) Log C Jumlah

Total cacing

Jumlah Cacing Mati

Prosentase Angka Probit

20% 1,30 5 1 20% 4,16 30% 1,48 5 4 80% 5,84 40% 1,,60 5 5 100% 8,09 50% 1,70 5 5 100% 8,09

LR Log Konsentrasi Vs Angka Probit A = -9,795 B = 10,75 R = 0,9677 Perhitungan LC50 uji daya anthelmintik ekstrak etanol daun iler pada t24 Persamaan kurva baku : Y = BX + A X = log konsentrasi Y = angka probit LC50 = Prosentase kematian ( 50% ) → angka probit = 5,0 Y = 10,75 X - 9,795 5,0 = 10,75 X - 9,795 X = 14,795 / 10,75 X = 1,37

X = Log LC50 Log LC50 = Antilog X

= Antilog 1,37 LC50 = 23,44% b/v

Page 86: UJI KROMATOGRAM LAPIS TIPIS DAN DAYA ANTHELMINTIK … · masyarakat sebagai obat tradisional karena memiliki berbagai macam khasiat obat, salah satunya sebagai obat cacing. Penelitian

63

Lampiran 9. Lanjutan Replikasi II Konsentrasi

( % ) Log C Jumlah

Total cacing

Jumlah Cacing Mati

Prosentase Angka Probit

20% 1,30 5 2 40% 4,75 30% 1,48 5 3 60% 5,25 40% 1,,60 5 4 80% 5,84 50% 1,70 5 5 100% 8,09

LR Log Konsentrasi Vs Angka Probit A = -5,4586 B = 7,5270 R = 0,8786 Perhitungan LC50 uji daya anthelmintik ekstrak etanol daun iler pada t24 Persamaan kurva baku : Y = BX + A X = log konsentrasi Y = angka probit LC50 = Prosentase kematian ( 50% ) → angka probit = 5,0 Y = 7,5270 X - 5,4586 5,0 = 7,5270 X - 5,4586 X = 10,4586 / 7,5270 X = 1,38

X = Log LC50 Log LC50 = Antilog X

= Antilog 1,38 LC50 = 23,99 % b/v Replikasi III Konsentrasi

( % ) Log C Jumlah

Total cacing

Jumlah Cacing Mati

Prosentase Angka Probit

20% 1,30 5 1 20% 4,16 30% 1,48 5 4 80% 5,84 40% 1,,60 5 5 100% 8,09 50% 1,70 5 5 100% 8,09

Page 87: UJI KROMATOGRAM LAPIS TIPIS DAN DAYA ANTHELMINTIK … · masyarakat sebagai obat tradisional karena memiliki berbagai macam khasiat obat, salah satunya sebagai obat cacing. Penelitian

64

Lampiran 9. Lanjutan LR Log Konsentrasi Vs Angka Probit A = -9,795 B = 10,75 R = 0,9677 Perhitungan LC50 uji daya anthelmintik ekstrak etanol daun iler pada t24 Persamaan kurva baku : Y = BX + A X = log konsentrasi Y = angka probit LC50 = Prosentase kematian ( 50% ) → angka probit = 5,0 Y = 10,75 X - 9,7950 5,0 = 10,75 X - 9,7950 X = 14,7950 / 10,75 X = 1,37

X = Log LC50 Log LC50 = Antilog X

= Antilog 1,37 LC50 = 23,44 % b/v 23,44 % + 23,99 % + 23,44 % LC50 rata-rata = 3 70,87 = 3 = ( 23,62 ± 0,26 ) % b/v

Page 88: UJI KROMATOGRAM LAPIS TIPIS DAN DAYA ANTHELMINTIK … · masyarakat sebagai obat tradisional karena memiliki berbagai macam khasiat obat, salah satunya sebagai obat cacing. Penelitian

65

Lampiran 10. Tabel harga probit

HARGA PROBIT SESUAI DENGAN PRESENTASENYA

Probit

Prosentase 0 1 2 3 4 5 6 7 8 9

0 - 2,67 2,95 3,12 3,25 3,36 3,45 3,52 3,58 3,66

10 3,72 3,77 3,82 3,87 3,92 3,96 4,01 4,05 4,08 4,24

20 4,16 4,19 4,23 4,26 4,29 4,33 4,36 4,39 4,42 4,45

30 4,48 4,50 4,53 4,56 4,59 4,61 4,64 4,67 4,69 4,72

40 4,75 4,77 4,80 4,82 4,85 4,87 4,9 4,92 4,95 4,97

50 5,00 5,03 5,05 5,08 5,1 5,13 5,15 5,18 5,20 5,23

60 5,25 5,28 5,31 5,35 5,36 5,39 5,44 5,44 5,47 5,50

70 5,52 5,55 5,58 5,61 5,64 5.67 5,74 5,74 5,77 5,81

80 5,84 5,88 5,92 5,95 5,99 6,04 6,13 6,13 6,18 6,23

0,0 0,1 0,2 0,3 0,4 0,5 0,6 0,7 0,8 0,9

90 5,28 6,34 6,41 6,48 6,55 6,64 6,88 6,88 7,05 7,33

99 7,33 7,37 7,41 7,46 7,51 7,58 7,65 7,75 7,88 8,09

(Mursyidi, 1999)

Page 89: UJI KROMATOGRAM LAPIS TIPIS DAN DAYA ANTHELMINTIK … · masyarakat sebagai obat tradisional karena memiliki berbagai macam khasiat obat, salah satunya sebagai obat cacing. Penelitian

66

Lampiran 11. Penentuan konsentrasi piperazin sitrat 0,4% b/v

Pada penelitian ini penggunaan konsentrasi piperazin sitrat 0,4% b/v hanya

sebagai kadar relatif dalam pengobatan askariasis. Dalam pustaka dikatakan

bahwa piperazin sebelumnya digunakan secara luas untuk membasmi Ascaris

pada babi. Sejumlah garam tersedia (seperti piperazin sitrat, adipate,

dihydrochloride, dan lain-lain), dan semuanya memenuhi syarat kesehatan.

Biasanya dicampur dengan makanan dengan dosis rata-rata 100 – 400 mg/kg BB

(Soulsby, 1982).

Page 90: UJI KROMATOGRAM LAPIS TIPIS DAN DAYA ANTHELMINTIK … · masyarakat sebagai obat tradisional karena memiliki berbagai macam khasiat obat, salah satunya sebagai obat cacing. Penelitian

67

Lampiran 12. Hasil perhitungan statistik

NPar Tests

One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test

10530,533317,7921

,229,229

-,1302,347,000

NMeanStd. Deviation

Normal Parametersa,b

AbsolutePositiveNegative

Most ExtremeDifferences

Kolmogorov-Smirnov ZAsymp. Sig. (2-tailed)

Jam kematiancacing

Test distribution is Normal.a.

Calculated from data.b.

NPar Tests Kruskal-Wallis Test

Ranks

15 81,3315 63,1315 40,8315 23,2015 19,57

15 44,93

15 98,00105

Ekstrak etanol daun ilerEkstrak 10% b/vEkstrak 20% b/vEkstrak 30% b/vEkstrak 40% b/vEkstrak 50% b/vPiperazin sitrat 0,4% b/v(+)NaCl 0,9% b/v (-)Total

Jam kematian cacingN Mean Rank

Test Statisticsa,b

83,7516

,000

Chi-SquaredfAsymp. Sig.

Jam kematiancacing

Kruskal Wallis Testa.

Grouping Variable: Ekstrak etanol daun ilerb.

Page 91: UJI KROMATOGRAM LAPIS TIPIS DAN DAYA ANTHELMINTIK … · masyarakat sebagai obat tradisional karena memiliki berbagai macam khasiat obat, salah satunya sebagai obat cacing. Penelitian

68

Lampiran 12. Lanjutan NPar Tests Mann-Whitney Test

Ranks

15 21,50 322,5015 9,50 142,5030

Ekstrak etanol daun ilerEkstrak 10% b/vEkstrak 20% b/vTotal

Jam kematian cacingN Mean Rank Sum of Ranks

Test Statisticsb

22,500142,500

-3,773,000

,000a

Mann-Whitney UWilcoxon WZAsymp. Sig. (2-tailed)Exact Sig. [2*(1-tailedSig.)]

Jam kematiancacing

Not corrected for ties.a.

Grouping Variable: Ekstrak etanol daun ilerb.

NPar Tests Mann-Whitney Test

Ranks

15 22,93 344,0015 8,07 121,0030

Ekstrak etanol daun ilerEkstrak 10% b/vEkstrak 30% b/vTotal

Jam kematian cacingN Mean Rank Sum of Ranks

Test Statisticsb

1,000121,000

-4,641,000

,000a

Mann-Whitney UWilcoxon WZAsymp. Sig. (2-tailed)Exact Sig. [2*(1-tailedSig.)]

Jam kematiancacing

Not corrected for ties.a.

Grouping Variable: Ekstrak etanol daun ilerb.

Page 92: UJI KROMATOGRAM LAPIS TIPIS DAN DAYA ANTHELMINTIK … · masyarakat sebagai obat tradisional karena memiliki berbagai macam khasiat obat, salah satunya sebagai obat cacing. Penelitian

69

Lampiran 12. Lanjutan NPar Tests Mann-Whitney Test

Ranks

15 23,00 345,0015 8,00 120,0030

Ekstrak etanol daun ilerEkstrak 10% b/vEkstrak 40% b/vTotal

Jam kematian cacingN Mean Rank Sum of Ranks

Test Statisticsb

,000120,000

-4,684,000

,000a

Mann-Whitney UWilcoxon WZAsymp. Sig. (2-tailed)Exact Sig. [2*(1-tailedSig.)]

Jam kematiancacing

Not corrected for ties.a.

Grouping Variable: Ekstrak etanol daun ilerb.

NPar Tests Mann-Whitney Test

Ranks

15 23,00 345,0015 8,00 120,0030

Ekstrak etanol daun ilerEkstrak 10% b/vEkstrak 50% b/vTotal

Jam kematian cacingN Mean Rank Sum of Ranks

Test Statisticsb

,000120,000

-4,681,000

,000a

Mann-Whitney UWilcoxon WZAsymp. Sig. (2-tailed)Exact Sig. [2*(1-tailedSig.)]

Jam kematiancacing

Not corrected for ties.a.

Grouping Variable: Ekstrak etanol daun ilerb.

Page 93: UJI KROMATOGRAM LAPIS TIPIS DAN DAYA ANTHELMINTIK … · masyarakat sebagai obat tradisional karena memiliki berbagai macam khasiat obat, salah satunya sebagai obat cacing. Penelitian

70

Lampiran 12. Lanjutan NPar Tests Mann-Whitney Test

Ranks

15 22,90 343,50

15 8,10 121,50

30

Ekstrak etanol daun ilerEkstrak 10% b/vPiperazin sitrat 0,4% b/v(+)Total

Jam kematian cacingN Mean Rank Sum of Ranks

Test Statisticsb

1,500121,500

-4,624,000

,000a

Mann-Whitney UWilcoxon WZAsymp. Sig. (2-tailed)Exact Sig. [2*(1-tailedSig.)]

Jam kematiancacing

Not corrected for ties.a.

Grouping Variable: Ekstrak etanol daun ilerb.

NPar Tests Mann-Whitney Test

Ranks

15 20,67 310,0015 10,33 155,0030

Ekstrak etanol daun ilerEkstrak 20% b/vEkstrak 30% b/vTotal

Jam kematian cacingN Mean Rank Sum of Ranks

Test Statisticsb

35,000155,000

-3,244,001

,001a

Mann-Whitney UWilcoxon WZAsymp. Sig. (2-tailed)Exact Sig. [2*(1-tailedSig.)]

Jam kematiancacing

Not corrected for ties.a.

Grouping Variable: Ekstrak etanol daun ilerb.

Page 94: UJI KROMATOGRAM LAPIS TIPIS DAN DAYA ANTHELMINTIK … · masyarakat sebagai obat tradisional karena memiliki berbagai macam khasiat obat, salah satunya sebagai obat cacing. Penelitian

71

Lampiran 12. Lanjutan NPar Tests Mann-Whitney Test

Ranks

15 22,27 334,0015 8,73 131,0030

Ekstrak etanol daun ilerEkstrak 20% b/vEkstrak 40% b/vTotal

Jam kematian cacingN Mean Rank Sum of Ranks

Test Statisticsb

11,000131,000

-4,241,000

,000a

Mann-Whitney UWilcoxon WZAsymp. Sig. (2-tailed)Exact Sig. [2*(1-tailedSig.)]

Jam kematiancacing

Not corrected for ties.a.

Grouping Variable: Ekstrak etanol daun ilerb.

NPar Tests Mann-Whitney Test

Ranks

15 22,60 339,0015 8,40 126,0030

Ekstrak etanol daun ilerEkstrak 20% b/vEkstrak 50% b/vTotal

Jam kematian cacingN Mean Rank Sum of Ranks

Test Statisticsb

6,000126,000

-4,445,000

,000a

Mann-Whitney UWilcoxon WZAsymp. Sig. (2-tailed)Exact Sig. [2*(1-tailedSig.)]

Jam kematiancacing

Not corrected for ties.a.

Grouping Variable: Ekstrak etanol daun ilerb.

Page 95: UJI KROMATOGRAM LAPIS TIPIS DAN DAYA ANTHELMINTIK … · masyarakat sebagai obat tradisional karena memiliki berbagai macam khasiat obat, salah satunya sebagai obat cacing. Penelitian

72

Lampiran 12. Lanjutan NPar Tests Mann-Whitney Test

Ranks

15 20,10 301,50

15 10,90 163,50

30

Ekstrak etanol daun ilerEkstrak 20% b/vPiperazin sitrat 0,4% b/v(+)Total

Jam kematian cacingN Mean Rank Sum of Ranks

Test Statisticsb

43,500163,500

-2,890,004

,003a

Mann-Whitney UWilcoxon WZAsymp. Sig. (2-tailed)Exact Sig. [2*(1-tailedSig.)]

Jam kematiancacing

Not corrected for ties.a.

Grouping Variable: Ekstrak etanol daun ilerb.

NPar Tests Mann-Whitney Test

Ranks

15 8,00 120,0015 23,00 345,0030

Ekstrak etanol daun ilerEkstrak 20% b/vNaCl 0,9% b/v (-)Total

Jam kematian cacingN Mean Rank Sum of Ranks

Test Statisticsb

,000120,000

-4,685,000

,000a

Mann-Whitney UWilcoxon WZAsymp. Sig. (2-tailed)Exact Sig. [2*(1-tailedSig.)]

Jam kematiancacing

Not corrected for ties.a.

Grouping Variable: Ekstrak etanol daun ilerb.

Page 96: UJI KROMATOGRAM LAPIS TIPIS DAN DAYA ANTHELMINTIK … · masyarakat sebagai obat tradisional karena memiliki berbagai macam khasiat obat, salah satunya sebagai obat cacing. Penelitian

73

Lampiran 12. Lanjutan NPar Tests Mann-Whitney Test

Ranks

15 19,67 295,0015 11,33 170,0030

Ekstrak etanol daun ilerEkstrak 30% b/vEkstrak 40% b/vTotal

Jam kematian cacingN Mean Rank Sum of Ranks

Test Statisticsb

50,000170,000

-2,619,009

,009a

Mann-Whitney UWilcoxon WZAsymp. Sig. (2-tailed)Exact Sig. [2*(1-tailedSig.)]

Jam kematiancacing

Not corrected for ties.a.

Grouping Variable: Ekstrak etanol daun ilerb.

NPar Tests Mann-Whitney Test

Ranks

15 20,33 305,0015 10,67 160,0030

Ekstrak etanol daun ilerEkstrak 30% b/vEkstrak 50% b/vTotal

Jam kematian cacingN Mean Rank Sum of Ranks

Test Statisticsb

40,000160,000

-3,033,002

,002a

Mann-Whitney UWilcoxon WZAsymp. Sig. (2-tailed)Exact Sig. [2*(1-tailedSig.)]

Jam kematiancacing

Not corrected for ties.a.

Grouping Variable: Ekstrak etanol daun ilerb.

Page 97: UJI KROMATOGRAM LAPIS TIPIS DAN DAYA ANTHELMINTIK … · masyarakat sebagai obat tradisional karena memiliki berbagai macam khasiat obat, salah satunya sebagai obat cacing. Penelitian

74

Lampiran 12. Lanjutan NPar Tests Mann-Whitney Test

Ranks

15 14,43 216,50

15 16,57 248,50

30

Ekstrak etanol daun ilerEkstrak 30% b/vPiperazin sitrat 0,4% b/v(+)Total

Jam kematian cacingN Mean Rank Sum of Ranks

Test Statisticsb

96,500216,500

-,672,501

,512a

Mann-Whitney UWilcoxon WZAsymp. Sig. (2-tailed)Exact Sig. [2*(1-tailedSig.)]

Jam kematiancacing

Not corrected for ties.a.

Grouping Variable: Ekstrak etanol daun ilerb.

NPar Tests Mann-Whitney Test

Ranks

15 8,00 120,0015 23,00 345,0030

Ekstrak etanol daun ilerEkstrak 30% b/vNaCl 0,9% b/v (-)Total

Jam kematian cacingN Mean Rank Sum of Ranks

Test Statisticsb

,000120,000

-4,677,000

,000a

Mann-Whitney UWilcoxon WZAsymp. Sig. (2-tailed)Exact Sig. [2*(1-tailedSig.)]

Jam kematiancacing

Not corrected for ties.a.

Grouping Variable: Ekstrak etanol daun ilerb.

Page 98: UJI KROMATOGRAM LAPIS TIPIS DAN DAYA ANTHELMINTIK … · masyarakat sebagai obat tradisional karena memiliki berbagai macam khasiat obat, salah satunya sebagai obat cacing. Penelitian

75

Lampiran 12. Lanjutan NPar Tests Mann-Whitney Test

Ranks

15 16,53 248,0015 14,47 217,0030

Ekstrak etanol daun ilerEkstrak 40% b/vEkstrak 50% b/vTotal

Jam kematian cacingN Mean Rank Sum of Ranks

Test Statisticsb

97,000217,000

-,651,515

,539a

Mann-Whitney UWilcoxon WZAsymp. Sig. (2-tailed)Exact Sig. [2*(1-tailedSig.)]

Jam kematiancacing

Not corrected for ties.a.

Grouping Variable: Ekstrak etanol daun ilerb.

NPar Tests Mann-Whitney Test

Ranks

15 10,60 159,00

15 20,40 306,00

30

Ekstrak etanol daun ilerEkstrak 40% b/vPiperazin sitrat 0,4% b/v(+)Total

Jam kematian cacingN Mean Rank Sum of Ranks

Test Statisticsb

39,000159,000

-3,080,002

,002a

Mann-Whitney UWilcoxon WZAsymp. Sig. (2-tailed)Exact Sig. [2*(1-tailedSig.)]

Jam kematiancacing

Not corrected for ties.a.

Grouping Variable: Ekstrak etanol daun ilerb.

Page 99: UJI KROMATOGRAM LAPIS TIPIS DAN DAYA ANTHELMINTIK … · masyarakat sebagai obat tradisional karena memiliki berbagai macam khasiat obat, salah satunya sebagai obat cacing. Penelitian

76

Lampiran 12. Lanjutan NPar Tests Mann-Whitney Test

Ranks

15 8,00 120,0015 23,00 345,0030

Ekstrak etanol daun ilerEkstrak 40% b/vNaCl 0,9% b/v (-)Total

Jam kematian cacingN Mean Rank Sum of Ranks

Test Statisticsb

,000120,000

-4,679,000

,000a

Mann-Whitney UWilcoxon WZAsymp. Sig. (2-tailed)Exact Sig. [2*(1-tailedSig.)]

Jam kematiancacing

Not corrected for ties.a.

Grouping Variable: Ekstrak etanol daun ilerb.

NPar Tests Mann-Whitney Test

Ranks

15 10,03 150,50

15 20,97 314,50

30

Ekstrak etanol daun ilerEkstrak 50% b/vPiperazin sitrat 0,4% b/v(+)Total

Jam kematian cacingN Mean Rank Sum of Ranks

Test Statisticsb

30,500150,500

-3,430,001

,000a

Mann-Whitney UWilcoxon WZAsymp. Sig. (2-tailed)Exact Sig. [2*(1-tailedSig.)]

Jam kematiancacing

Not corrected for ties.a.

Grouping Variable: Ekstrak etanol daun ilerb.

Page 100: UJI KROMATOGRAM LAPIS TIPIS DAN DAYA ANTHELMINTIK … · masyarakat sebagai obat tradisional karena memiliki berbagai macam khasiat obat, salah satunya sebagai obat cacing. Penelitian

77

Lampiran 12. Lanjutan NPar Tests Mann-Whitney Test

Ranks

15 8,00 120,0015 23,00 345,0030

Ekstrak etanol daun ilerEkstrak 50% b/vNaCl 0,9% b/v (-)Total

Jam kematian cacingN Mean Rank Sum of Ranks

Test Statisticsb

,000120,000

-4,676,000

,000a

Mann-Whitney UWilcoxon WZAsymp. Sig. (2-tailed)Exact Sig. [2*(1-tailedSig.)]

Jam kematiancacing

Not corrected for ties.a.

Grouping Variable: Ekstrak etanol daun ilerb.

NPar Tests Mann-Whitney Test

Ranks

15 8,00 120,00

15 23,00 345,0030

Ekstrak etanol daun ilerPiperazin sitrat 0,4% b/v(+)NaCl 0,9% b/v (-)Total

Jam kematian cacingN Mean Rank Sum of Ranks

Test Statistics b

,000120,000

-4,678,000

,000a

Mann-Whitney UWilcoxon WZAsymp. Sig. (2-tailed)Exact Sig. [2*(1-tailedSig.)]

Jam kematiancacing

Not corrected for ties.a.

Grouping Variable: Ekstrak etanol daun ilerb.

Page 101: UJI KROMATOGRAM LAPIS TIPIS DAN DAYA ANTHELMINTIK … · masyarakat sebagai obat tradisional karena memiliki berbagai macam khasiat obat, salah satunya sebagai obat cacing. Penelitian

78

Lampiran 12. Lanjutan One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test Keterangan D hitung > D tabel atau p < 0,05 berarti Ho ditolak, artinya sampel tersebut diambil dari populasi yang berdistribusi tidak normal, sedang jika D hitung < D tabel atau p > 0,05 berarti Ho diterima, artinya sampel tersebut diambil dari populasi yang berdistribusi normal. Jika normal dilanjutkan ke uji one way anova, sedang jika tidak normal dilajutkan ke uji Kruskal Wallis Test untuk mengetahui ada tidaknya perbedaan antara dosis. Kruskal-Wallis Test p hitung = 0,000 p < 0,05 berarti Ho ditolak, artinya terdapat perbedaan rata-rata di antara keenam sampel yang diuji. p > 0,05 berarti Ho diterima, artinya tidak ada perbedaan rata-rata di antara keenam sampel yang diuji Mann-Whitney Test Jika sig./taraf nyata (p < 0,05) Ho diterima, artinya di antara 2 formula berbeda nyata. Jika sig./taraf nyata (p > 0,05) Ho ditolak, artinya tidak ada perbedaan nyata di antara 2 formula.

Page 102: UJI KROMATOGRAM LAPIS TIPIS DAN DAYA ANTHELMINTIK … · masyarakat sebagai obat tradisional karena memiliki berbagai macam khasiat obat, salah satunya sebagai obat cacing. Penelitian

79

Page 103: UJI KROMATOGRAM LAPIS TIPIS DAN DAYA ANTHELMINTIK … · masyarakat sebagai obat tradisional karena memiliki berbagai macam khasiat obat, salah satunya sebagai obat cacing. Penelitian

80

Page 104: UJI KROMATOGRAM LAPIS TIPIS DAN DAYA ANTHELMINTIK … · masyarakat sebagai obat tradisional karena memiliki berbagai macam khasiat obat, salah satunya sebagai obat cacing. Penelitian

81

Page 105: UJI KROMATOGRAM LAPIS TIPIS DAN DAYA ANTHELMINTIK … · masyarakat sebagai obat tradisional karena memiliki berbagai macam khasiat obat, salah satunya sebagai obat cacing. Penelitian

82

Page 106: UJI KROMATOGRAM LAPIS TIPIS DAN DAYA ANTHELMINTIK … · masyarakat sebagai obat tradisional karena memiliki berbagai macam khasiat obat, salah satunya sebagai obat cacing. Penelitian

83

Lampiran 8. Hasil uji efek anthelmintik ekstrak etanol daun iler dengan konsentrasi 10% b/v, 20% b/v, 30% b/v, 40% b/v, 50% b/v, piperazin sitrat 0,4% b/v dan NaCl 0,9% b/v.

Jumlah cacing mati

Ekstrak etanol daun iler

10% b/v 20% b/v 30% b/v 40% b/v 50% b/v

Piperazin sitrat

0,4% b/b ( + )

NaCl 0,9% b/v (-)

Jam Kematia

n Cacing

1 2 3 1 2 3 1 2 3 1 2 3 1 2 3 1 2 3 1 2 3 2-8 10 1 1 - 12 1 - 1 - 1 1 14 - 2 - 1 - - 16 - 1 - 1 - 1 - 1 2 18 1 - 1 2 1 1 - 1 - - 1 1 20 - 1 1 - - - 1 1 1 1 - 1 22 1 1 - 1 1 1 1 1 1 1 - - - 2 1 24 - 1 1 2 - 1 - - 1 1 - 1 26 1 - 1 - 1 1 - 1 - 2 1 - 28 - 1 - - 1 - 1 1 1 1 1 1 30 1 - 1 2 1 2 32 1 - 1 1 1 1 34 2 1 1 36 - 1 1 38 - 2 1 40 1 - -

42-60 62 1 1 1 64 - - 1 66 1 - - 68 - - 1 70 1 1 - 72 - 1 1 74 1 - 1 76 - - - 78 1 - 1 80 1 1 -