uji impact 3
TRANSCRIPT
BAB 1. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pengujian Impact Bertujuan untuk mengetahui ketangguhan logam akibat
pembebanan kejut pada beberapa macam kondisi suhu. Ketangguhan adalah suatu
ukuran energi yang diperlukan untuk mematahkan bahan. Suatu bahan ulet
dengan kekuatan yang sama dengan bahan rapuh akan memerlukan energi
perpatahan yang lebih besar dan mempunyai sifat tangguh yang lebih baik.
Penurunan ketangguhan dapat berakibat fatal, oleh karena itu ketangguhan perlu
diukur atau dikuantifitasikan secara konvensional yang mana hal tersebut
dilakukan dengan uji impact/benturan.
Dalam melaksanakan proses pengujian impact, prosedur yang diterapkan
harus sesuai standar tertentu yang berlaku agar data /hasil yang diperoleh dapat
digunakan dan berlaku secara luas. Berbagai standar yang dapat digunakan antara
lain:
- ASTM ( American Standard for Testing Material )
- JIS ( Japanese Industrial Standard )
- DIN ( Deutche Industrie Normen ).
Mempelajari sifat mekanik suatu material dengan melakukan berbagai
macam uji bahan sangat penting dilakukan dalam rangka mencari suatu kemajuan
dari material yang tentunya diikuti oleh suatu modifikasi dari komposisi dan
perlakuan dari suatu bahan untuk memperoleh sifat-sifat yang labih bagus dan
sesuai dengan target dengan sebisa mungkin mengurangi kelemahan dari suatu
bahan.
Pada uji impact, benda uji diberi beban kejut dalam skala tertentu,
bersamaan dengan itu dilakukan pengamatan dan pendataan terhadap energi yang
hilang pada saat pengujian. Oleh karena itu kami akan mencoba melakukan
percobaan uji impact pada suatu material dengan prosedur yang telah ditetapkan.
1.2 RumusanMasalah
1. Bagaimana mekanisme pengujian impact pada mesin uji impact?
2. Bagaimana menentukan besarnya harga impact dan parameter lainnya?
3. Bagaimana analisa hasil pengujian impact?
1.3 Tujuan
Adapun tujuan dari percobaan ini antara lain:
1. Mengetahui mekanisme pengujian impact pada mesin uji impact
2. Mengetahui menentukan besarnya harga impact dan parameter
lainnya
3. Mengetahui analisa hasil pengujian impact
1.4 Manfaat
Adapun manfaat dari percobaan ini antara lain:
a. Mengetahui prosedur dari pelaksaan uji impact
b. Mengetahui jenis jenis material akibat uji impact
c. Mengetahui sifat material mulai dari awal percobaan sampai terjadi
patahan.
BAB 2. LANDASAN TEORI
2.1 Uji impact
Uji impact Bertujuan untuk mengetahui ketangguhan logam akibat
pembebanan kejut pada beberapa macam kondisi suhu. Ketangguhan adalah suatu
ukuran energi yang diperlukan untuk mematahkan bahan. Suatu bahan ulet dengan
kekuatan yang sama dengan bahan rapuh akan memerlukan energi perpatahan
yang lebih besar dan mempunyai sifat tangguh yang lebih baik. Penurunan
ketangguhan dapat berakibat fatal, oleh karena itu ketangguhan perlu diukur atau
dikuantifitasikan secara konvensional yang mana hal tersebut dilakukan dengan
uji impact/benturan.
Test dalam pengujian impact ada dua, yaitu:
1. Drop Weight Test
Dikembangkan oleh laboratorium riset Naval, standarisasinya berdasarkan
ASTM adalah ASTM E 208-69. Test Naval (dikenal juga dengan Nil-Ductility-
Transition Temperature Test) dimaksud untuk keperluan luas, yakni untuk
mengetahui patah getas ( brittle fracture) dari bahan baja.
Gambar 2.1 mesin uji impact drop weight test
2. Notched Bar Test
Dikenal ada dua metode yang lazim digunakan, yakni:
a. Metode Izod
Menggunakan batang impact cantilever. Benda uji Izod sangat jarang
digunakan pada saat sekarang. Pada benda uji Izod mempunyai penampang
lintang bujur sangkar atau lingkaran dan bertakik V di dekat ujung yang
dijepit.
b. Metode Charpy
Menggunakan batang impat yang ditumpu pada ujung-ujungnya. Benda
uji Charpy mempunyai luas penampang lintang bujur sangkar dan
mengandung takik V- , dengan jari-jari dasar 0,25 mm dan kedalaman 2mm.
Benda uji diletakkan pada tumpuan dalam posisi mendatar dan bagian yang
tidak bertakik diberi beban impact dengan ayunan bandul. Benda uji akan
melengkung dan patah pada laju regangan yang tinggi.
Gambar 2.2 uji impact metode charpy dan izod
Pengujian impact metode charpy
Dalam menentukan ketahanan logam terhadap pembebanan kejut (Impact
Strength), prinsipnya adalah berapa besar gaya kejut yang dibutuhkan untuk
mematahkan benda uji dibagi dengan luas penampang patahan.
Mula-mula bandul Charpy disetel dibagian atas, kemudian dilepas sehingga
menabrak benda uji dan bandul terayun sampai ke kedudukan bawah (gambar
titik-titik). Jadi dengan demikian, energi yang diserap untuk mematahkan benda
uji ditunjukkan oleh selisih perbedaan tinggi bandul pada kedudukan atas dengan
tinggi bandul pada kedudukkan bawah (tinggi ayun).
Energi rugi tanpa beban :
R=m.g.h
Dimana h= L- (L sin 270-α)
Energi potensial bandul pada kedudukan bawah ( saat benda uji patah ) :
E=m.g.h
Dimana h= L- (L sin 270-α)
Jadi energi yang digunakan untuk mematahkan benda uji :
E uji = energi rugi- energi impact
Maka, Impact Strength-nya :
HI= (energi rugi-energi impact)/A
Dimana:
A= Luas patahan mm2
Segera setelah benda uji diletakkan, kemudian bandul dilepaskan sehingga
batang uji akan melayang (jatuh akibat gaya gravitasi). Bandul ini akan memukul
benda uji yang diletakkan semula dengan energi yang sama. Energi bandul akan
diserap oleh benda uji yang dapat menyebabkan benda uji patah tanpa deformasi
(getas) atau pun benda uji tidak sampai putus yang berarti benda uji mempunyai
sifat keuletan yang tinggi.
Permukaan patah membantu untuk menentukan kekuatan impact dalam
hubungannya dengan temperatur transisi bahan. Daerah transisi yaitu daerah
dimana terjadi perubahan patahan ulet ke patahan getas. Bentuk perpatahan dapat
dilihat langsung dengan mata telanjang atau dapat pula dengan bantuan
mikroskop.
Sifat keuletan suatu logam dapat diketahui dari pengujian tarik dan pengujian
impact, tetapi dalam kondisi beban yang berbeda. Beban pada pengujian impact
adalah secara tiba-tiba, sedangkan pada pengujian tarik adalah perlahan-lahan.
Dari hasil pengujian tarik dapat disimpulkan perkiraan dari hasil pengujian
impact. Tetapi dari pengujian impact dapat diketahui sifat ketangguhan logam dan
harga impact untuk temperatur yang berbeda-beda, mulai dari temperatur yang
sangat rendah (-30oC) sampai temperatur yang tinggi. Sedangkan pada percobaan
tarik, temperatur kerja adalah temperatur kamar.
Teori tambahan
Uji impact adalah pengujian dengan menggunakan pembebanan yang cepat
(rapid loading). Pengujian impak merupakan suatu pengujian yang mengukur
ketahanan bahan terhadap beban kejut. Inilah yang membedakan pengujian impak
dengan pengujian tarik dan kekerasan dimana pembebanan dilakukan secara
perlahan-lahan. Pengujian impak merupakan suatu upaya untuk mensimulasikan
kondisi operasi material yang sering ditemui dalam perlengkapan transportasi atau
konstruksi dimana beban tidak selamanya terjadi secara perlahan-lahan melainkan
datang secara tiba-tiba, contoh deformasi pada bumper mobil pada saat terjadinya
tumbukan kecelakaan.
Pada uji impact terjadi proses penyerapan energi yang besar ketika beban
menumbuk spesimen. Energi yang diserap material ini dapat dihitung dengan
menggunakan prinsip perbedaan energi potensial. Dasar pengujian impak ini
adalah penyerapan energi potensial dari pendulum beban yang berayun dari suatu
ketinggian tertentu dan menumbuk benda uji sehingga benda uji mengalami
deformasi. Pada pengujian impak ini banyaknya energi yang diserap oleh bahan
untuk terjadinya perpatahan merupakan ukuran ketahanan impak atau
ketangguhan bahan tersebut. Secara umum benda uji impak dikelompokkan ke
dalam dua golongan sampel standar yaitu :
Batang uji Charpy banyak digunakan di Amerika Serikat dan batang uji Izod
yang lazim digunakan di Inggris dan Eropa. Benda uji Charpy memiliki luas
penampang lintang bujur sangkar (10 x 10 mm) dan memiliki takik (notch)
berbentuk V dengan sudut 45o, dengan jari-jari dasar 0,25 mm dan kedalaman 2
mm.
Benda uji diletakkan pada tumpuan dalam posisi mendatar dan bagian yang
bertakik diberi beban impak dari ayunan bandul. Benda uji Izod mempunyai
penampang lintang bujur sangkar atau lingkaran dengan takik V di dekat ujung
yang dijepit. Serangkaian uji Charpy pada satu material umumnya dilakukan pada
berbagai temperature sebagai upaya untuk mengetahui temperatur transisi (akan
diterangkan pada paragraph-paragraf selanjutnya).
Sementara uji impak dengan metode Izod umumnya dilakukan hanya pada
temperatur ruang dan ditujukan untuk material-material yang didisain untuk
berfungsi sebagai cantilever. Takik (notch) dalam benda uji standar ditujukan
sebagai suatu konsentrasi tegangan sehingga perpatahan diharapkan akan terjadi
di bagian tersebut. Selain berbentuk V dengan sudut 45o, takik dapat pula dibuat
dengan bentuk lubang kunci (key hole).
Pengukuran lain yang biasa dilakukan dalam pengujian impak Charpy adalah
penelaahan permukaan perpatahan untuk menentukan jenis perpatahan
(fracografi) yang terjadi. Secara umum sebagaimana analisis perpatahan pada
benda hasil uji tarik maka perpatahan impak digolongkan menjadi 3 jenis, yaitu:
Perpatahan berserat (fibrous fracture), yang melibatkan mekanisme
pergeseran bidang-bidang kristal di dalam bahan (logam) yang ulet (ductile).
Ditandai dengan permukaan patahan berserat yang berbentuk dimpel yang
menyerap cahaya dan berpenampilan buram.
Perpatahan granular/kristalin, yang dihasilkan oleh mekanisme pembelahan
(cleavage) pada butir-butir dari bahan (logam) yang rapuh (brittle). Ditandai
dengan permukaan patahan yang datar yang mampu memberikan daya pantul
cahaya yang tinggi (mengkilat).
Perpatahan campuran (berserat dan granular). Merupakan kombinasi dua jenis
perpatahan di atas.
Selain dengan harga impak yang ditunjukkan oleh alat uji pengukuran
ketangguhan suatu bahan dapat dilakukan dengan memperkirakan berapa persen
patahan berserat dan patahan kristalin yang yang dihasilkan oleh benda uji yang
diuji pada temperatur tertentu. Semakin banyak persentase patahan berserat maka
dapat dinilai semakin tangguh bahan tersebut.
Cara ini dapat dilakukan dengan mengamati permukaan patahan benda uji di
bawah miskroskop stereoscan. Informasi lain yang dapat dihasilkan dari pengujian
impak adalah temperatur transisi bahan. Temperatur transisi adalah temperatur
yang menunjukkan transisi perubahan jenis perpatahan suatu bahan bila diuji pada
temperatur yang berbeda-beda. Pada pengujian dengan temperatur yang berbeda-
beda maka akan terlihat bahwa pada temperatur tinggi material akan bersifat ulet
(ductile) sedangkan pada temperatur rendah material akan bersifat rapuh atau
getas (brittle). Fenomena ini berkaitan dengan vibrasi atom-atom bahan pada
temperatur yang berbeda dimana pada temperatur kamar vibrasi itu berada dalam
kondisi kesetimbangan dan selanjutnya akan menjadi tinggi bila temperatur
dinaikkan (ingatlah bahwa energi panas merupakan suatu driving force terhadap
pergerakan partikel atom bahan).
Vibrasi atom inilah yang berperan sebagai suatu penghalang (obstacle)
terhadap pergerakan dislokasi pada saat terjadi deformasi kejut/impak dari luar.
Dengan semakin tinggi vibrasi itu maka pergerakan dislokasi mejadi relatif sulit
sehingga dibutuhkan energi yang lebih besar untuk mematahkan benda uji.
Sebaliknya pada temperatur di bawah nol derajat Celcius, vibrasi atom relatif
sedikit sehingga pada saat bahan dideformasi pergerakan dislokasi menjadi lebih
mudah dan benda uji menjadi lebih mudah dipatahkan dengan energi yang relatif
lebih rendah. Informasi mengenai temperatur transisi menjadi demikian penting
bila suatu material akan didisain untuk aplikasi yang melibatkan rentang
temperatur yang besar, misalnya dari temperatur di bawah nol derajat Celcius
hingga temperatur tinggi di atas 100o C, contoh sistem penukar panas (heat
exchanger). Hampir semua logam berkekuatan rendah dengan struktur kristal FCC
seperti tembaga dan aluminium bersifat ulet pada semua temperatur sementara
bahan dengan kekuatan luluh yang tinggi bersifat rapuh. Bahan keramik, polimer
dan logam-logam BCC dengan kekuatan luluh rendah dan sedang memiliki
transisi rapuh-ulet bila temperatur dinaikkan. Hampir semua baja karbon yang
dipakai padajembatan, kapal, jaringan pipa dan sebagainya bersifat rapuh pada
temperatur rendah.
Proses penyerapan energi ini akan diubah menjadi berbagai respon material, yaitu
Deformasi plastis
Efek Hysteresis
Efek Inersia
Ada dua macam pengujian impak, yaitu
Charpy
Izod
Perbedaan charpy dengan izod adalah peletakan spesimen. Pengujian dengan
menggunkan charpy lebih akurat karena pada izod, pemegang spesimen juga turut
menyerap energi, sehingga energi yang terukur bukanlah energi yang mampu di
serap material seutuhnya.
Faktor yang mempengaruhi kegagalan material pada pengujian impact adalah
a. Notch
Notch pada material akan menyebabkan terjadinya konsentrasi tegangan pada
daerah yang lancip sehingga material lebih mudah patah. Selain itu notch juga
akan menimbulkan triaxial stress. Triaxial stress ini sangat berbahaya karena tidak
akan terjadi deformasi plastis dan menyebabkan material menjadi getas. Sehingga
tidak ada tanda-tanda bahwa material akan mengalami kegagalan.
b. Temperatur
Pada temperatur tinggi material akan getas karena pengaruh vibrasi
elektronnya yang semakin rendah, begitupun sebaliknya.
c. Strainrate
Jika pembebanan diberikan pada strain rate yang biasa-biasa saja, maka
material akan sempat mengalami deformasi plastis, karena pergerakan atomnya
(dislokasi). Dislokasi akan bergerak menuju ke batas butir lalu kemudian patah.
Namun pada uji impak, strain rate yang diberikan sangat tinggi sehingga dislokasi
tidak sempat bergerak, apalagi terjadi deformasi plastis, sehingga material akan
mengalami patah transgranular, patahnya ditengah-tengah atom, bulan di batas
butir. Karena dislokasi ga sempat gerak ke batas butir.
Kemudian, dari hasil percobaan akan didapatkan energi dan temperatur. Dari
data tersebut, kita akan buat diagram harga impak terhadap temperatur. Energi
akan berbanding lurus dengan harga impak. Kemudian kita akan mendapakan
temperatur transisi. Temperatur transisi adalah range temperature dimana sifat
material dapat berubah dari getas ke ulet jika material dipanaskan.
Temperatur transisi ini bergantung pada berbagai hal, salah satunya aspek
metalurgi material, yaitu kadar karbon. Material dengan kadar karbon yang tinggi
akan semakin getas, dan harga impaknya kecil, sehingga temperatur transisinya
lebih besar. Temperatur transisi akan mempengaruhi ketahanan material terhadap
perubahan suhu. Jika temperatur transisinya kecil maka material tersebut tidak
tahan terhadap perubahan suhu.
Pada percobaan ini, ada 10 sampel, 5 baja dan 5 aluminium. 2 baja
dipanaskan dan 2 lagi didinginkan. begitu pula dengan aluminium dipanaskan.
Baja dan aluminium ini dipanaskan dengan menggunakan kompor listrik sampai
pada temperatur. Kemudian sampel ini di beri beban impak dan… hasilnya
keempat sampel ini tidak patah seluruhnya, hanya sebagian. Terjadi
pembengkokan pada sampel. Mengapa sampel tidak patah? Hal ini ada
pengaruhnya dengan suhu. Suhu yang semakin tinggi menyebabkan vibrasi
elektron semakin tinggi sehingga pergerakan elektron menjadi semakin bebas.
Dan energi untuk melakukan deformasi elastis semakin rendah. Hal inilah yang
menyebabkan spesimen tidak patah, melainkan hanya mengalami deformasi
plastis.
Pada temperatur kamar. Spesimen nya gas diberi perlakuan apapun. Langsung
diberi beban impak dan spesimen nya patah ulet. Temperatur spesimen lebih
rendah dari yang semula, sehingga vibrasi elektronnya lebih rendah dan
menyebabkan material menjadi agak lebih getas jika dibandingkan dengan
spesimen awal. Namun spesimen ini belum getas karena elektronnya masih dapat
bergerak hingga deformasi plastis.
Didinginkan. Pada pengujian ini, spesimen didinginkan dengan menggunakan
nitrogen cair, hingga mencapai suhu minus puluhan derajat. Kemudian spesimen
diberi beban impak dan terjadi patah getas. Hal ini terjadi karena vibrasi elektron
yang melemah sehingga energi yang dibutuhkan untuk elektron bergeran dan
berdeformasi plastis lebih tinggi, sehingga terjadilah patah getas pada material.
Pengujian impak digunakan untuk mengukur ketangguhan suatu material.
Ketangguhan suatu bahan adalah kemampuan bahan tersebut untuk menyerap
energi pada daerah plastis. Cara pengujian impact ada dua macarn yaitu Charpy
dan Izod. Dari pengujian
impact akan diperoleh 2 buah sudut, yaitu :
Sudut α : sudut antara pemukul pada saat kedudukan awal sarnpai saat
membentur benda uji.
Sudut β : sudut antara pemukul pada saat membentur benda uji sampai dengan
jarak sisa benturan ayunan setelah membentur.
Pada alat impact Charpy sudut a = 157º. Pengujian impak yang digunakan
dalam penelitian ini adalah dengan metode Charpy. Pengujian dilakukan dengan
memvariasi temperatur uji untuk mengetahui suhu transisi dari kondisi ulet ke
kondisi getas. Temperatur uji yang digunakan adalah -60°C, Pengujian impak
digunakan untuk mengukur ketangguhan suatu material.
Baja karbon yang biasanya bersifat ulet dapat diubah menjadi getas bila
berada kondisi tertentu. Menurut Donan (1952), terdapat tiga faktor dasar yang
mendukung terjadinya patah getas, keadaan tegangan tiga sumbu, suhu rendah dan
laju regangan tinggi atau laju pembebanan yang cepat. Ketiga faktor tersebut tidak
harus ada secara bersamaan pada waktu terjadi patah getas. Maka disini untuk
menentukan kepekaan bahan terhadap patah getas, sering kali digunakan
pengujian impak.
Pengujian ketangguhan dilakukan untuk mengetahui sifat-sifat mekanis suatu
logam dan paduannya. Benda uji disiapkan secara khusus, ukuran dan bentuknya
ditentukan sesuai standart. Pengujian ketangguhan menggunakan beban sentakan
(tiba-tiba). Metode ini sering di gunakan adalah metode charphy. Pengujian
ketangguhan berdasarkan prinsif hukum kekekalan energi yang menyatakan
jumlah energi mekanik konstan. palu godam dilepas dengan ketinggian H 1 dari
pusat benda uji yang bersudut α dan setelah menabrak benda uji palu mengayun
sampai ketinggian H 2 dari pusat benda uji yang bersudut β.
Pada kondisi ini besar tenaga kinetik Ek1 dan Ek2 sama dengan nol karena
kecepatan V1dan V2 sama dengan nol yaitu berada pada kondisi berhenti.
Besarnya tenaga potensial Ep1 = mgH1 dan tenaga potensial Ep2 = mgH2. Jadi
tenaga yang diserap benda uji atau tenaga untuk mematahkan benda uji yaitu, W =
Ep1 – Ep2W W = GR (cos β - cos α)kg.m.
Ketangguhan bahan (Vp) merupakan hasil bagi tenaga untuk mematahkan
benda uji (Joule) dengan luas penampang patah benda uji (m). K = W / Ao
Dimana W = Kerja Pukulan dalam (kg.m)
G = Massa berat palu godam (kg),
R = Jarak titik pusat ke titik berat palu godam (m),
α = Sudut jatuh dalam, dan
β = Merupakan ayun dalam.
K = Nilai Pukulan Takik (kg.m/mm2)
A0 = Penampang Batang semula dibawah takikan (mm)
Maksud utama pengujian ketangguhan ialah untuk mengukur kegetasan bahan
atau juga keuletan bahan terhadap beban tiba-tiba dengan cara mengukur
perubahan energi potensial sebuah palu godam yang dijatuhkan pada ketinggian
tertentu. Perbedaan tinggi ayunan palu godam merupakan ukuran energi yang di
serap oleh benda uji. Besar energi yang di serap tergantung pada keuletan bahan
uji. Bahan yang ulet menunjukkan nilai ketangguhan (impact) yang besar. Suatu
bahan yang diperkirakan ulet ternyata dapat mengalami patah getas. Patah getas
ini dapat disebabkan oleh beberapa hal, antara lain : adanya takikan (nocth),
kecepatan pembebanan yang tinggi yang menyebabkan kecepatan regangan yang
tinggi pula dengan temperatur yang sangat rendah.
Dengan demikian suatu bahan yang akan beroperasi pada temperatur yang
sangat rendah, misalnya pada suatu instalasi cryogenic perlu diuji impact.
Khususnya untuk mengetahui temperatur transisi antara ulet dan getas, sifat
peretakan dapat terjadi dalam tiga bentuk :
Keretakan getas atau keretakan bersuara, adalah rata dan mempunyai
permukaan yang kilap. Kalau potongan – potongannya kita sambungkan lagi
ternyata keretakan atau kepatahan itu tidak diikuti dengan deformasi bahan, tipe
ini mempunyai pukulan takik yang rendah.
Patahan liat atau patahan perubahan bentuk, patah ini mempunyai permukaan
yang tidak rata dan tampak seperti bludru, buram dan berserat, tipe ini mempunyai
pukulan yang tinggi. Patahan campuran ialah patahan yang sebagian getas
sebagian liat, patahan ini terjadi paling banyak.
BAB 3 METODOLOGI PRAKTIKUM
3.1 Alat dan bahan
a. Alat
1. Mesin uji impact
2. Tungku pemanas
3. Penjepit
4. Jangka sorong
b. Bahan
Bahan yang digunakan dalam pengujian ini adalah Baja
3.2 Prosedur Pengujian
Langkah-langkah dalam melakukan pengujian impact
1. Membuat spesimen menurut standart
2. Mengukur dimensi dari spesimen
3. Meletakkan spesimen pada tempatnya sehingga posisi punggung notch
tepat pada posisi bidang lintasan pendulum
4. Mengatur posisi pendulum pada posisi siap ayun(900) dan melakukan
penguncian
5. Mengatur posisi jarum pada posisi tersebut ( langkah no 4)
6. Membuka kunci penahan pendulum sehingga pendulumberayun dan
mematahkan spesimen
7. Mencatat sudut jarum pada posisi setelah menumbuk spesimen