uji aktivitas antiinflamasi senyawa n-(hidroksietil)-p...
TRANSCRIPT
UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
UJI AKTIVITAS ANTIINFLAMASI SENYAWA
N-(HIDROKSIETIL)-P-METOKSI SINAMAMIDA
PADA TIKUS PUTIH JANTAN GALUR SPRAGUE
DAWLEY YANG DIINDUKSI KARAGENAN
SKRIPSI
RIFATUL MUGHNIYAH
NIM. 1112102000059
HALAMAN JUDUL
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
PROGRAM STUDI FARMASI
JAKARTA
NOVEMBER 2016
i
UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
UJI AKTIVITAS ANTIINFLAMASI SENYAWA
N-(HIDROKSIETIL)-P-METOKSI SINAMAMIDA
PADA TIKUS PUTIH JANTAN GALUR SPRAGUE
DAWLEY YANG DIINDUKSI KARAGENAN
SKRIPSI
Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Farmasi
RIFATUL MUGHNIYAH
NIM. 1112102000059
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
PROGRAM STUDI FARMASI
JAKARTA
NOVEMBER 2016
ii
HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS
Skripsi ini adalah hasil karya saya sendiri,
Dan semua sumber baik yang dikutip maupun dirujuk
telah saya nyatakan dengan benar.
Nama : Rifatul Mughniyah
NIM : 1112102000059
Tanda Tangan :
Tanggal : 21 November 2016
iii
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING
Nama : Rifatul Mughniyah
NIM : 1112102000059
Program Studi : Farmasi
Judul Skripsi : Uji Aktivitas Antiinflamasi Senyawa N-(Hidroksietil)-P-
Metoksi sinamamida pada Tikus Putih Jantan Galur Sprague
Dawley yang Diinduksi Karagenan
Disetujui oleh:
Pembimbing I Pembimbing II
Ismiarni Komala M.Sc., Ph.D., Apt. Dr. Azrifitria M.Si., Apt.
NIP. 19780630200642001 NIP. 197211292005012004
Mengetahui,
Ketua Program Studi Farmasi
Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan
UIN Syarif Hidayatullah jakarta
Dr. Nurmeilis M.Si., Apt
NIP. 197404302005012003
iv
HALAMAN PENGESAHAN
Nama : Rifatul Mughniyah
NIM : 1112102000053
Program Studi : Farmasi
Judul Skripsi : Uji Aktivitas Antiinflamasi Senyawa N-(Hidroksietil)-P-
Metoksi sinamamida pada Tikus Putih Jantan Galur Sprague
Dawley yang Diinduksi Karagenan
Telah berhasil dipertahankan di hadapan Dewan Penguji dan diterima sebagai
persyaratan yang diperlukan untuk memperoleh gelar Sarjana Farmasi pada
Program Studi Farmasi Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan (FKIK),
Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta
DEWAN PENGUJI
Pembimbing I : Ismiarni Komala M.Sc., Ph.D., Apt.
( )
Pembimbing II : Dr. Azrifitria M.Si., Apt.
( )
Penguji I : Dr. M. Yanis Musdja, M.Sc., Apt.
( )
Penguji II : Lina Elfita M.Si., Apt.
( )
Ditetapkan di : Ciputat
Tanggal : 21 November 2016
v
ABSTRAK
Nama : Rifatul Mughniyah
Program Studi : Farmasi
Judul Skripsi : Uji Aktivitas Antiinflamasi Senyawa N-(Hidroksietil)-P-
Metoksi sinamamida pada Tikus Putih Jantan Galur Sprague
Dawley yang Diinduksi Karagenan
Penelitian ini dilakukan bertujuan untuk menguji aktivitas antiinflamasi dari senyawa
N-(hidroksietil)-p-metoksi sinamamida dengan menggunakan metode induksi
karagenan. Senyawa diperoleh dari hasil reaksi amidasi melalui metode iradiasi
microwave. Senyawa N-(hidroksietil)-p-metoksi sinamamida dibuat dalam berbagai
variasi dosis 100 mg/kgBB, 200 mg/kgBB, 400 mg/kgBB yang diberikan secara oral
pada tikus putih jantan galur Sprague Dawley. Natrium diklofenak digunakan sebagai
KP (kontrol positif), KN (kontrol negatif) suspensi NaCMC 0,5%, dan KNr (kontrol
normal) (tanpa induksi karagenan). Pengukuran dilakukan setiap jam selama lima jam
setelah induksi karagenan 1% sebanyak 0,1 ml. Dari hasil pengujian senyawa
N-(hidroksietil)-p-metoksi sinamamida menunjukkan dosis 100 mg/kgBB memiliki
daya hambat udem lebih tinggi sebesar 69,22 % dibandingkan dengan kontrol positif
sebesar 44,00 % pada jam kedua. Berdasarkan hasil statistik, dosis 100 mg/kgBB
memiliki kemampuan inhibisi udem lebih besar dibandingkan dengan kontrol positif
(Natrium diklofenak 5,14 mg/kgBB) berbeda secara bermakna pada taraf uji (ρ ≤
0,05). Sedangkan dosis 200 mg/kgBB dan 400 mg/kgBB kedua dosis ini memiliki
kemampuan inhibisi udem serupa dengan kontrol positif (Natrium diklofenak 5,14
mg/kgBB) tidak berbeda bermakna pada taraf uji (ρ ≤ 0,05) pada jam kesatu hingga
kelima.
Kata Kunci : Senyawa N-(Hidroksietil)-P-Metoksi sinamamida; Antiinflamasi;
Natrium diklofenak
vi
ABSTRACT
Name : Rifatul Mughniyah
Major : Pharmacy
Title : The Antiinflammatory Effect of N-(Hidroxyethyl)-P-Methoxy
cinnamamide pure compound in White Male Rats Sprague
Dawley Strain was Carrageenan induced
The aim of the present study was to assay the anti-inflammatory effect of the N-
(Hidroxyethyl)-p-Methoxycinnamamide using hind paw oedema by carrageenan
induced method. This compound was obtained from the amidation reaction through
microwave irradiation method. Variety doses of compound test was 100 mg/kg, 200
mg/kg, and 400 mg/kg body weight treated orally to the male albino rat strain
Sprague Dawley. Diclofenac sodium as PC (positive control), NC (negative control
(carboxymethylcellulose sodium suspension of 0,5%)), and NrC (normal control
(without induction of carrageenan)).The paw volume was measured every hour for
fifth hours after induction of carrageenan with 0,1 ml of 1%(b/v). The result showed
that N-(hidroxyethyl)-p-methoxy cinnamamide compound of 100 mg/kg body weight
was have capability inhibition highest compared with positive control respectively
(69,22%; 44,00%) at second hour. Based on the result of statistical analysis, the dose
100 mg/kg body weight of compound was have capability inhibition biggest
compared with positive control showed significant difference (ρ≤0,05). While the
dose 200 and 400 mg/kg body weight of compound same with positive control and
showed not significant difference at first until fifth hours.
Keywords : Pure compound of N-(hidroxyethyl)-p-methoxy cinnamamide;
Antiinflammatory; Diclofenac sodium
vii
KATA PENGANTAR
Puji syukur senantiasa penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas rahmat
dan karunia-Nya, penulis dapat menyelesaikan tugas akhir skripsi ini. Penulisan
skripsi yang diberi judul “Uji Aktivitas Antiinflamasi Senyawa N-(Hidroksietil)-P-
Metoksisinamamida Pada Tikus Putih Jantan Galur Sprague Dawley yang Diinduksi
Karagenan” dilakukan dalam rangka untuk memenuhi persyaratan guna memperoleh
gelar Sarjana Farmasi pada Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan (FKIK),
Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.
Pada kesempatan kali ini penulis menyadari bahwa tanpa bantuan dan
bimbingan dari berbagai pihak dari masa perkuliahan sampai pada penyusunan
skripsi ini sangatlah sulit bagi penulis untuk menyelesaikan skripsi ini. Oleh karena
itu, penulis mengucapkan terima kasih kepada :
1. Ibu Ismiarni Komala, M.Sc., Ph.D, Apt. selaku pembimbing pertama dan Ibu
Dr. Azrifitria M.Si, Apt., selaku pembimbing kedua yang telah meluangkan
waktu, tenaga, pikiran untuk membimbing dan memberikan saran serta
dukungan dari awal penelitian sampai penyusunan skripsi ini selesai
2. Bapak Prof. Dr. H. Arif Sumantri, M.Kes., selaku Dekan Fakultas Kedokteran
dan Ilmu Kesehatan, Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah
Jakarta.
3. Ibu Dr. Nurmeilis M.Si., Apt., selaku Kepala Program Studi Farmasi dan Ibu
Nelly Suryani Ph.D., Apt., selaku Sekretaris Program Studi Farmasi Fakultas
Kedokteran dan Ilmu Kesehatan, Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif
Hidayatullah Jakarta.
4. Segenap Bapak dan Ibu dosen Program Studi Farmasi, Fakultas Kedokteran
dan Ilmu Kesehatan, Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah
Jakarta, yang telah memberikan banyak wawasan ilmu pengetahuan kepada
penulis.
5. Kedua orang tua, ayahanda Biso Rohmat dan ibunda tercinta Masfuanah yang
selalu memberikan kasih sayang tiada terkira, dukungan baik moril maupun
viii
materil, doa yang senantiasa dipanjatkan dalam setiap sujud sembahyangnya,
semoga Allah selalu memberikan keberkahan, kesehatan dan perlindungan
kepada orang tua yang penulis cintai dan kasihi.
6. Kepada kedua adikku Abdullah Nawawi dan Saadatuddaroin yang banyak
memberikan kebahagiaan canda tawa menghiasi hari-hari penulis, dukungan
serta doa nya yang selalu mengiringi perjalanan penulis dalam menyusun
tugas akhir ini.
7. Buat sahabat-sahabat “KINGDOM 2012” Moethia, windi, noni, nita, putri,
beny, ghilman, thantowi, elsa, ani yang selalu memberikan semangat,
perhatian dan bantuannya.
8. Teman-teman Farmakologi eksperiment uyuy, pipit, windi, ummay, afra, fika,
tania terasa begitu indah bisa bekerja sama dalam satu laboratorium dengan
kalian, suka duka tak luput dari kebersamaan kita.
9. Teman-teman seperjuangan farmasi angkatan 2012 yang sama-sama telah
berjuang dalam menyelesaikan studi ini.
10. Para laboran kak walid, kak eris, kak lisna, mba rani, kak zaenab yang telah
banyak membantu mempermudah penyediaan alat dan bahan maupun
perizinan lainnya terkait dengan lab sehingga penulis dapat menjalankan
penelitiannya.
11. Serta semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu yang turut andil
dalam penyelesaian skripsi ini.
Penulis menyadari bahwa penyusunan skripsi ini masih jauh dari sempurna.
Oleh karenanya, penulis mengharapkan segala kritikan dan saran yang bersifat
membangun guna tercapainya kesempurnaan skripsi ini.
Akhir kata, dengan segala kerendahan hati, penulis berharap semoga
penelitian ini dapat bermanfaat bagi kalangan akademis dan dunia ilmu pengetahuan,
khususnya mahasiswa farmasi, serta bagi masyarakat pada umumnya.
Jakarta, 21 November 2016
Penulis
ix
HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI
TUGAS AKHIR UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS
Sebagai sivitas akademik Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah
Jakarta, saya yang bertanda tangan di bawah ini:
demi perkembangan ilmu pengetahuan, saya menyetujui skripsi/karya ilmiah saya,
dengan judul :
UJI AKTIVITAS ANTIINFLAMASI SENYAWA N-(HIDROKSIETIL)-P-
METOKSI SINAMAMIDA PADA TIKUS PUTIH JANTAN GALUR
SPRAGUE DAWLEY YANG DIINDUKSI KARAGENAN
Untuk dipublikasikan atau ditampilkan di internet atau media lain yaitu Digital
Library Perpustakaan Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta
untuk kepentingan akademik sebatas sesuai dengan Undang-Undang Hak Cipta.
Demikian pernyataan persetujuan publikasi karya ilmiah ini saya buat dengan
sebenarnya.
Dibuat : Ciputat
Pada tanggal : 21 November 2016
Yang menyatakan.
Rifatul Mughniyah
Nama : Rifatul Mughniyah
NIM : 1112102000059
Program Studi : Strata-1 Farmasi
Fakultas : Kedokteran dan Ilmu Kesehatan (FKIK)
Jenis karya : Skripsi
x
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL ..................................................................................... i
HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS ........................................ ii
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ......................................... iii
HALAMAN PENGESAHAN ....................................................................... iv
ABSTRAK ...................................................................................................... v
KATA PENGANTAR .................................................................................... vii
HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI TUGAS
AKHIR UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS ...................................... ix
DAFTAR ISI.................................................................................. ................. x
DAFTAR GAMBAR.................................................................................... .. xiii
DAFTAR TABEL.................................................................................... ...... xiv
DAFTAR LAMPIRAN................................................................. ................. xv
BAB 1 PENDAHULUAN........................................................................... 1
1.1. Latar Belakang ........................................................................ 1
1.2. Perumusan Masalah ................................................................ 3
1.3. Tujuan Penelitian .................................................................... 3
1.4. Hipotesis ................................................................................. 3
1.5.Manfaat Penelitian ................................................................... 3
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA ................................................................ 4
2.1 Tanaman Kencur ...................................................................... 4
2.1.1 Klasifikasi........................................................................ 4
2.1.2 Kandungan kimia............................................................. 4
2.1.3 Khasiat............................................................................. 4
2.2 Senyawa N-(hidroksietil)-p-metoksi sinamamida.................. 5
2.2.1 Karakteristik senyawa..................................................... 5
2.3 Inflamasi................................................................................... 5
2.3.1 Definisi............................................................................ 5
xi
2.3.2 Mekanisme inflamasi...................................................... 6
2.3.3 Jenis-jenis inflamasi........................................................ 7
2.3.4 Mediator inflamasi........................................................... 7
2.3.5 Mediator inflamasi akut................................................. 8
2.4 Obat-obat antiinflamasi........................................................... 9
2.4.1 Antiinflamasi steroid....................................................... 9
2.4.2 Antiinflamasi non-steroid............................................... 9
2.4.3 Natrium diklofenak......................................................... 9
2.5 Mekanisme OAINS.................................................................. 10
2.6 Metode uji antiinflamasi.......................................................... 11
2.7 Tikus (Rattusnovergicus)........................................................ 13
2.8 Karagenan................................................................................ 13
2.9 Natrium Karboksimetil Selulosa (NaCMC)......................... 15
BAB 3 METODE PENELITIAN ............................................................. 16
3.1 Desain penelitian............................................................. ......... 16
3.2 Tempat danWaktu Penelitian .................................................... 16
3.2.1 Tempat............................................................................. 16
3.2.2 Waktu............................................................................... 16
3.3 Alat dan Bahan ......................................................................... 16
3.2.1 Alat .................................................................................. 16
3.2.2 Bahan .............................................................................. 16
3.3 Hewan Percobaan ...................................................................... 17
3.4 Prosedur kerja ............................................................................ 17
3.4.1 Penyiapan bahan yang digunakan ................................... 17
3.5 Uji antiinflamasi ........................................................................ 18
3.6 Analisis Data ............................................................................ 21
BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN.................................................. ... 22
4.1 Produk senyawa N-(hidroksietil)-p-metoksi sinamamida dengan
metode iradiasi microwave..................................................... 22
4.1.1 Hasil KLT........................................................................ 22
xii
4.2 Pengujian aktivitas antiinflamasi senyawa N-(hidroksietil)-p-
metoksi sinamamida secara in vivo ......................................... 23
4.2.1 Hasil uji aktivitas antiinflamasi............................................. 23
4.3 Pembahasan............................................................................. 28
BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN...................................................... 33
5.1 Kesimpulan............................................................................... 33
5.2 Saran.......................................................................................... 33
DAFTAR PUSTAKA......................................................................................... 34
xiii
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 2.1 Senyawa N- (hidroksietil)-p-metoksi sinamamida ....................... 5
Gambar 2.2 Skema mediator-mediator yang berasal dari asam arakidonat dan
titik-titik tangkap kerja obat ........................................................ 7
Gambar 2.3 Mediator inflamasi yang terlibat dalam meningkatkan
permeabilitas vaskular ................................................................. 8
Gambar 2.4 Struktur Kimia Natrium Diklofenak ............................................ 9
Gambar 2.5 Biosintesis Prostaglandin ............................................................. 11
Gambar 4.1 Spot senyawa a dengan senyawa b ............................................... 22
Gambar 4.2 Grafik hubungan rerata volume udem terhadap waktu ................ 25
Gambar 4.3 Grafik hubungan rerata persen udem terhadap waktu .................. 26
Gambar 4.4 Grafik rerata persen inhibisi udem terhadap waktu ..................... 28
xiv
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 1. Mediator inflamasi akut ..................................................................... 8
Tabel 2. Rerata volume udem .......................................................................... 24
Tabel 3. Rerata persen udem ............................................................................ 25
Tabel 3. Rerata persen inhibisi udem ............................................................... 27
xv
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
Lampiran 1. Konversi dosis hewan .................................................................. 39
Lampiran 2. Perhitungan dosis natrium diklofenak ......................................... 40
Lampiran 3. Perhitungan dosis senyawa uji N-(hidroksietil)-p-Metoksi
sinamamida ................................................................................. 41
Lampiran 4. Kerangka penelitian ..................................................................... 42
Lampiran 5. Skema kerja perlakuan uji antiinflamasi ..................................... 43
Lampiran 6. Perlakuan pada hewan uji ............................................................ 44
Lampiran 7. Sertifikat kaji etik ........................................................................ 46
Lampiran 8. Determinasi rimpang kencur Kaempferia galanga L. ................. 47
Lampiran 9. Hasil pengukuran volume udem telapak kaki tikus setelah diinduksi
karagenan pada masing-masing kelompok perlakuan.................... 48
Lampiran 10.Hasil persentase udem telapak kaki tikus setelah diinduksi
karagenan pada masing-masing kelompok perlakuan. .............. 51
Lampiran 11. Hasil persentase inhibisi udem telapak kaki tikus setelah diinduksi
karagenan pada masing-masing kelompok perlakuan ................ 54
Lampiran 12. Perhitungan persen udem dan persen inhibisi udem telapak
kaki tikus.................................................................................... 56
Lampiran 13.Hasil statistik uji aktifitas antiinflamasi dengan metode udem
buatan padat telapak kaki tikus .................................................... 58
Lampiran 14.Hasil statistik persen inhibisi udem antar variasi dosis uji ......... 72
1 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Inflamasi merupakan bagian dari respon biologis pada jaringan vaskular
terhadap stimulasi bahaya, seperti keberadaan patogen, kerusakan sel maupun
iritan (Kumar et al, 2013). Saat berlangsung inflamasi, sel-sel mengalami
aktivasi dan pelepasan mediator-mediator inflamasi termasuk diantaranya
histamin, serotonin, Slow Reacting Substance of Anaphylaxis (SRS-A),
prostaglandin dan beberapa sistem enzim plasma seperti sistem komplemen,
pembekuan, fibrinolitik, dan sistem kinin (MA Read, 1995 dalam Ullah et al
,2014).
Etyl-p-metoksisinamat (EPMS) merupakan komponen utama yang
didapati melimpah pada tanaman rimpang kencur Kaempferia galanga
(Ekowati et al, 2010). Komponen senyawa kimia terbesar berupa minyak atsiri
yang diekstraksi dari rimpang kering mengandung senyawa ethyl‐p-
methoxycinnamate (31.77%), methylcinnamate (23.23%), carvone (11.13%),
eucalyptol (9.59%) dan pentadecane (6.41%) (Tewtrakul S. et al , 2005).
Sudah banyak publikasi mengenai aktivitas EPMS diantaranya adalah
EPMS memiliki aktivitas antiinflamasi secara in vitro dan in vivo (Umar et al,
2012). EPMS mempunyai kemampuan dalam melawan mycobacterium
tuberculosis dan candida albican (Tripathi et al, 2013). Hasil modifikasi
EPMS yaitu senyawa thiourea memiliki aktivitas kemopreventif terhadap
fibrosarkoma pada tikus (Ekowati et al, 2012). Adapun aktivitas lainnya
sebagai agen nematisidal, antineoplastik, antimikroba, larvicidal dan pengusir
nyamuk (Nag&Mandal, 2015).
Sejauh ini, beberapa ilmuwan tertarik melakukan penelitian lebih dalam
pada aktivitas antiinflamasi yang dimiliki EPMS, hal ini dilandasi pada
pembuktian ilmiah yang telah dilakukan oleh (Umar et al, 2012) bahwasanya
EPMS bekerja menghambat secara non-selektif pada COX-2 (57.82%) dan
COX-1 (42.9%). Diketahui bahwa isoform COX-2 ini berperan dalam
memberikan respon cepat pada keadaan inflamasi, sedangkan COX-1
berfungsi sebagai agen sitoproteksi lambung (Katzung, 2002) dengan
2
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
perolehan data tersebut menunjukkan bahwa EPMS ini berikatan lebih besar
pada COX-2 dan mengindikasikan efek samping yang minimum terhadap
timbulnya gastrik ulser (Umar et al, 2012). Hal tersebut menjadikan peluang
bagi peneliti khususnya para ahli kimia medisinal untuk mengembangkan
berbagai senyawa derivat dari EPMS ini dan menemukan aktivitas
antiinflamasi yang lebih poten dibandingkan senyawa induknya. Salah
satunya dalam penelitian yang telah dilakukan (Reza, 2015) mengenai
senyawa hasil modifikasi struktur EPMS yaitu senyawa N-(hidroksietil)-p-
metoksi sinamamida yang dihasilkan melalui reaksi amidasi langsung dengan
iradiasi microwave. Senyawa tersebut memiliki aktivitas antiinflamasi sebesar
78,26% dibandingkan dengan EPMS yaitu 54,94% pada konsentrasi 100 ppm
melalui uji inhibisi denaturasi Bovine Serum Albumin (BSA) secara in vitro
(Reza, 2015).
Berkaitan dengan data tersebut, maka dilakukan penelitian lanjutan
dengan menguji senyawa N-(hidroksietil)-p-metoksi sinamamida secara in
vivo menggunakan hewan coba tikus putih jantan yang diinduksi dengan
karagenan. Uji aktivitas antiinflamasi dengan metode induksi karagenan
merupakan salah satu metode pengujian aktivitas antiinflamasi yang
sederhana, mudah dilakukan dan sering dipakai. Keuntungan lainnya ialah
pembentukan radang oleh karagenan tidak menyebabkan kerusakan jaringan
(Fitriyani et al, 2011). Adapun inflamasi menurut postulat lewis yaitu
kehadiran mediator vasoaktif disebabkan oleh kondisi vasodilatasi dan
peningkatan permeabilitas vaskular pada area luka (Murphy, 2006) sehingga
menimbulkan tanda berupa pembengkakan (udem), hiperalgesia dan eritema
(Morris, 2003). Pengamatan aktivitas antiinflamasi dilakukan berdasarkan
pada pengukuran volume udem kaki tikus yang sebelumnya telah diinduksi
karagenan dan diamati dari waktu ke waktu tertentu yang dikehendaki. Uji
antiinflamasi tersebut merupakan studi farmakologi dalam mengidentifikasi
senyawa baru yang hendak dikembangkan (Nile et al, 2013).
Obat-obatan yang banyak beredar dan umum digunakan untuk
mengurangi peradangan, nyeri, dan demam adalah obat antiinflamasi
golongan nonsteroid (NSAID) (Goci et al, 2013). Dalam uji antiinflamasi in
3
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
vivo paling banyak digunakan Natrium diklofenak sebagai kontrol
pembanding (Hidayanti, 2008; Inayati, 2010; Soni et al, 2014; Sukaina, 2013)
karena mempunyai daya anti radang kuat dengan efek samping yang kurang
dibandingkan dengan obat lainnya seperti indometasin dan piroxicam (Tjay
dan Rahardja, 2007).
Berdasarkan uraian di atas maka penelitian ini ditujukan untuk melihat
kemampuan senyawa N-(hidroksietil)-p-metoksi sinamamida dalam
menurunkan volume udema pada telapak kaki tikus yang disebabkan oleh zat
penginduksi karagenan.
1.2 Rumusan Masalah
Apakah senyawa N-(hidroksietil)-p-metoksi sinamamida mempunyai
aktivitas antiinflamasi dalam menurunkan volume udema telapak kaki tikus
yang diinduksi dengan karagenan secara in vivo?
1.3 Tujuan Penelitian
Mengukur aktivitas antiinflamasi senyawa N-(hidroksietil)-p-metoksi
sinamamida dalam menurunkan volume udema telapak kaki tikus yang
diinduksi dengan karagenan
1.4 Hipotesis
Senyawa N-(hidroksietil)-p-metoksi sinamamida memiliki aktivitas
antiinflamasi dalam menurunkan volume udema telapak kaki tikus yang
diinduksi dengan karagenan secara in vivo
1.5 Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi terbaru mengenai
uji in vivo senyawa N-(hidroksietil)-p-metoksi sinamamida sehingga
kedepannya dapat dikembangkan lebih lanjut untuk bisa dijadikan sebagai
kandidat obat antiiflamasi.
4 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Tanaman Kencur (Kaempferia galanga)
2.1.1 Klasifikasi
Secara Taksonomi Kaempferia galanga L. dapat diklasifikasikan :
Kingdom : Plantae
Subkingdom : Traecheobionata
Super Divisi : Spermatophyta
Divisi : Magnoliophyta
Kelas : Liliopsida
Sub Kelas : Commelinidae
Famili : Zingiberaceae
Genus : Kaempferia
Spesies : Kaempferia galanga L.
Nama lain Kaempferia galangal L. di berbagai daerah di Indonesia
adalah sebagai berikut :
Kencur (Jawa), Ceuko (Aceh), Tekur (Gayo), Kopuk
(Mentawai), Cakue (Minang), Cokur (Lampung), Cikur (Sunda),
Cekuh (Bali), dan lain sebagainya. (Qudsi, 2014)
2.1.2 Kandungan kimia
Kaempferia galanga L. mengandung senyawa kimia terbesar
berupa minyak atsiri yang diekstraksi dari rimpang kering
mengandung senyawa ethyl‐p-methoxycinnamate (31.77%),
methylcinnamate (23.23%), carvone (11.13%), eucalyptol (9.59%)
dan pentadecane (6.41%). (Tewtrakul S et al, 2005)
2.1.3 Khasiat
Kaempferia galanga merupakan salah satu obat herbal yang
memiliki berbagai macam manfaat karena aktivitas farmakologi yang
dimilikinya, aktivitas tersebut meliputi aktivitas analgesik-
antiinflamasi, aktivitas nematisidal, pengusir nyamuk, aktivitas
5
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
larvicidal, vasorelaksan, antineoplastik, antioksidan, dan aktivitas
antimikroba. (Nag&Mandal, 2015)
2.2 Senyawa N-(hidroksietil)-p-metoksi sinamamida
2.2.1 Karakteristik senyawa
Senyawa N-(hidroksietil)-p-metoksi sinamamida merupakan
senyawa hasil modifikasi EPMS melalui reaksi amidasi dengan
etanolamin, senyawa ini memiliki karakteristik sebagai berikut (Reza,
2015) :
Warna : krem
Bau : tidak berbau
Bentuk : serbuk
Titik leleh : 121-125oC
Berat Molekul : 221
Rumus Molekul: C14H19NO4
Gambar 2.1 Senyawa N- (hidroksietil)-p-metoksi sinamamida
2.3 Inflamasi
2.3.1 Definisi
Inflamasi adalah reaksi kompleks dalam jaringan ikat vaskular
terjadi karena rangsangan eksogen dan endogen. Peradangan adalah
respon normal, pelindung terhadap cedera jaringan disebabkan oleh
trauma fisik, bahan kimia berbahaya atau agen mikrobiologis. Ini
berupaya untuk menonaktifkan atau menghancurkan organisme asing,
menghilangkan iritasi yang merupakan tahap pertama perbaikan
jaringan. Proses inflamasi biasanya mereda pada proses penyelesaian
atau penyembuhan tapi kadang-kadang berubah menjadi radang yang
6
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
parah, yang mungkin jauh lebih buruk dari penyakit ini dan dalam
kasus ekstrim juga dapat berakibat fatal (Sen et al, 2010).
Kemerahan, suhu yang meningkat, pembengkakan, nyeri, dan
hilangnya fungsi adalah tanda klasik dari inflamasi. Inflamasi dapat
diprovokasi oleh berbagai agen berbahaya, bahan asing, toxin, infeksi,
bahan kimia, patogen, reaksi kekebalan tubuh dan luka fisik (Sen et
al, 2010).
2.3.2 Mekanisme Inflamasi
Respon inflamasi terjadi dalam tiga fase berbeda yaitu (Nile et al,
2013):
1) Fase pertama, disebabkan oleh adanya peningkatan permeabilitas
vaskular menghasilkan eksudasi cairan dari darah menuju
interstitial space.
2) Fase kedua, melibatkan infiltrasi leukosit dari darah menuju
jaringan
3) Fase ketiga adalah fase pembentukan granuloma dan perbaikan
jaringan
Mekanisme terjadinya inflamasi dimulai dari stimulus yang
akan mengakibatkan kerusakan sel, sebagai reaksi terhadap kerusakan
sel, maka sel tersebut akan melepaskan beberapa fosfolipid yang
diantaranya adalah asam arakidonat. Setelah asam arakidonat bebas
akan diaktifkan oleh beberapa enzim yaitu siklooksigenase dan
lipooksigenase. Enzim tersebut merubah asam arakidonat ke dalam
bentuk yang tidak stabil (hidroperoksid dan endoperoksid) yang
selanjutnya dimetabolisme menjadi leukotrin, prostaglandin,
prostasiklin, dan tromboksan. Prostaglandin dan leukotrin
bertanggung jawab terhadap gejala-gejala peradangan (Katzung,
2012)
7
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Gambar 2.2 Skema mediator-mediator yang berasal dari asam
arakidonat dan titik-titik tangkap kerja obat (Katzung, 2012)
2.3.3 Jenis-jenis Inflamasi
Inflamasi terbagi menjadi dua pola dasar yaitu : inflamasi akut dan
inflamasi kronik. Inflamasi akut adalah radang yang berlangsung
relatif singkat, ditandai dengan eksudasi cairan dan protein plasma
serta akumulasi leukosit, neutrofilik. Sedangkan Inflamasi kronik
berlangsung lebih lama dan ditandai khas dengan influk limfosit dan
makrofag disertai dengan proliferasi pembuluh darah dan
pembentukan jaringan parut (Meltyza et al, 2014 ).
2.3.4 Mediator Inflamasi
Mediator inflamasi salah satunya berasal dari plasma (seperti
komplemen protein (kinin)) atau dari sel-sel (seperti histamin,
prostaglandin, sitokin). Umumnya mediator inflamasi yang terlibat
antara lain : histamin, prostaglandin (PGs), leukotrin (LTB4), nitric
oxide (NO), Platelet-activation factor (PAF), bradikinin, serotonin,
lipoxins, cytokine, dan growth factors (Nile et al, 2013).
8
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Gambar 2.3 Mediator inflamasi yang terlibat dalam meningkatkan
permeabilitas vaskular
(Rubin&Neisler, 2011)
2.3.5 Mediator inflamasi akut
Inflamasi akut merupakan respon awal terhadap cedera jaringan; hal
tersebut terjadi melalui media rilisnya autacoid serta pada umumnya
didahului oleh pembentukan respon imun. Berikut ini sejumlah autacoid
yang terlibat dalam respon inflamasi akut dan efek-efeknya (Katzung,
2002) :
Tabel 1.
Mediator Vasodilatasi Permeabilitas
vaskular
Kemotaksis Nyeri
Histamin ++ ↑↑↑ - -
Serotonin +/- ↑ - -
Bradikinin +++ ↑ - +++
Prostaglandin +++ ↑ +++ +
Leukotrin - ↑↑↑ +++ -
9
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
2.4 Obat-obat Antiinflamasi
2.4.1 Antiinflamasi Steroid
Obat ini bekerja dengan cara menghambat fosfolipase, suatu enzim
yang bertanggung jawab terhadap pelepasan asam arakidonat dari
membran lipid. Termasuk golongan obat ini adalah : prednison,
hidrokortison, deksametason dan betametason (Katzung, 2002)
2.4.2 Antiinflamasi Non-steroid
Obat ini bekerja dengan menghambat enzim siklooksigenase
sehingga konversi asam arakidonat menjadi prostaglandin menjadi
terganggu. Termasuk golongan obat ini adalah : aspirin, ibuprofen,
indometasin, diklofenak, fenilbutazon dan piroksikam (Katzung, 2002)
2.4.3 Natrium Diklofenak
Natrium diklofenak merupakan suatu turunan asam fenilasetat yang
dikembangkan khusus sebagai obat antiradang. Natrium diklofenak
mempunyai aktivitas analgesik, antipiretik, dan antiradang. Senyawa ini
merupakan inhibitor siklooksigenase, dan potensinya jauh lebih besar dari
pada indometasin, naproksen, atau beberapa senyawa lain (Ghilman
Alfred, 2012).
Gambar 2.4 Struktur Kimia Natrium Diklofenak
(British Pharmacopoeia, 2009)
Pemeriannya berupa serbuk kristal, berwarna putih atau sedikit
kekuningan, sedikit higroskopis. Sangat larut dalam air, mudah larut dalam
metanol, larut dalam etanol 96%, sedikit larut dalam aseton. (British
Pharmacopoeia, 2009).
Diklofenak diabsorpsi dengan cepat dan sempurna setelah
pemberian oral; konsentrasi puncak dalam plasma tercapai dalam 2 sampai
10
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
3 jam. Obat ini banyak terikat pada protein plasma (99%), dan waktu
paruhnya dalam plasma 1 sampai 2 jam. Dosis : oral 3 dd 25-50 mg garam
Na/K; Dosis natrium diklofenak yaitu 50 mg (3× sehari) atau 75 mg (2×
sehari) (Ghilman Alfred, 2012., Brunton et al., 2006)
2.5 Mekanisme OAINS (Obat Anti-Inflamasi Non-Steroid)
Prostaglandin dilepaskan saat terjadi kerusakan sel dan OAINS
menghambat biosintesis prostaglandin. Obat-obat tersebut tidak menghambat
pembentukan mediator inflamasi lain atau leukotrien. Enzim pertama dalam
jalur pembentukan prostaglandin adalah prostaglandin G/H sintetase, atau
yang dikenal dengan nama siklooksigenase (COX). Enzim ini mengubah
asam arakidonat (AA) menjadi Prostaglandin G2 (PGG2) dan Prostaglandin
H2 (PGH2), yang akan diubah menjadi tromboksan A2 (TXA2) dan bentuk
prostaglandin lainnya. Dosis terapeutik OAINS menurunkan biosintesis
prostaglandin dengan menghambat COX, dan terdapat korelasi antara potensi
sebagai penghambat COX dan aktivitas antiinflamasi (Brunton et al., 2006).
Terdapat dua bentuk COX, COX-1 dan COX-2. COX-1 dapat
ditemukan dalam kebanyakan sel dan jaringan normal, sedangkan sitokin dan
mediator inflamasi yang menyertai inflamasi menginduksi produksi COX-2.
COX-1 lebih banyak diekspresikan, khususnya dalam sel epitel lambung dan
merupakan sumber terbanyak dari pembentukan prostaglandin sitoprotektif.
Penghambatan COX-1 pada lokasi ini memiliki efek terhadap lambung
sebagai komplikasi dari terapi OAINS, sehingga dilakukan penelitian untuk
mengembangkan penghambat COX-2 yang diekspresikan dalam ginjal dan
otak (Brunton et al., 2006).
OAINS biasanya diklasifikasikan sebagai analgesik ringan. Obat ini
efektif ketika inflamasi menyebabkan sensitisasi pada reseptor nyeri karena
stimulus kimia atau mekanik. Nyeri yang menyertai inflamasi dan kerusakan
jaringan dapat berasal dari stimulus lokal dari jaringan yang rusak dan
meningkatkan sensitivitas nyeri (hiperalgesia), sebagai konsekuensi dari
peningkatan rangsangan dari neuron di medula spinalis (Brunton et al.,
2006).
11
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Kapasitas prostaglandin untuk membuat reseptor nyeri peka terhadap
stimulasi mekanik dan kimia berasal dari penurunan ambang pada nosiseptor
fiber C. Umumnya, OAINS tidak memiliki efek langsung terhadap nyeri,
karena kerja obat ini adalah dengan menghambat biosintesis prostaglandin
(Brunton et al., 2006).
Gambar 2.5 Biosintesis Prostaglandin
(Wilmana, 2007)
2.6 Metode Uji Antiinflamasi
Terdapat beberapa metode inflamasi akut, diantaranya:
1) Karagenan-induktor udema pada kaki tikus
Pada metode ini, hewan uji dibagi menjadi 3 kelompok (n=6),
dipuasakan selama satu malam dan tetap diberikan minum ad libitum
hingga waktu percobaan. Setiap kelompok kontrol baik yang
menerima dosis uji maupun dosis standar masing-masing diberikan
secara oral. Kaki kiri tikus diberi tanda dengan spidol. Diukur volume
udema dengan alat pletismometer. 1 jam setelah pemberian dosis,
tikus diinjeksikan 0,1 ml larutan karagenan 1% secara subkutan pada
bagian subplantar kaki kiri tikus. Volume udema diukur pada jam ke-
1, 2, 3, 4& 5 setelah perlakuan induksi (Nile et al, 2013)
12
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
2) Histamin-induktor udema pada kaki tikus
Secara umum histamin dilepaskan mengikuti degranulasi sel
mast melalui sejumlah mediator inflamasi termasuk substansi
interleukin (IL-1). Metode ini serupa dengan metode induksi
karagenan. Hanya saja zat penginduksi yang digunakan adalah 0,1 ml
larutan histamin 1% (Nile et al, 2013)
3) Asam asetat-induktor permeabilitas vaskular
Uji ini digunakan untuk mengevaluasi aktivitas hambat obat
terhadap peningkatan permeabilitas vaskular yang disebabkan oleh
induktor asam asetat disertai dengan pelepasan mediator inflamasi.
Hewan uji dibagi menjadi 3 kelompok (n=6). Kelompok kontrol
masing-masing menerima pemberian dosis uji maupun dosis standar
secara oral diikuti dengan penginjeksian asam asetat secara
intraperitoneal. Setelah pemberian, diinjeksikan Evan’s blue secara i.v
melalui vena ekor. Setelah 30 menit, hewan coba dibedah bagian
perutnya. Lalu, isi perut dialiri aquades dan ditampung ke dalam
cawan petri. Selanjutnya eksudat disaring (filtrat) dan volumenya ad
10 ml. Dari filtrat tersebut dapat diukur dyes yang melekat di dalam
ruang abdomen dengan menggunakan spektrofotometer pada panjang
gelombang visible 510 nm dan dibandingkan dengan kelompok
kontrol (Nile et al, 2013)
4) Formalin-induktor udema
Metode ini didasarkan pada kemampuan obat uji dalam
menghambat udema pada kaki belakang mencit yang diinduksi oleh
zat formalin. Disiapkan kelompok mencit, semua kelompok
diinjeksikan 2% formalin pada kaki belakang bagian kanan mencit.
Ketebalan udema diukur menggunakan pletismometer 1 jam sebelum
dan sesudah diinjeksikan formalin. Pemberian obat dilanjutkan
selama 6 hari berturut-turut. Peningkatan ketebalan kaki dan
persentase hambatan dihitung dan dibandingkan dengan kelompok
kontrol (Nile et al, 2013)
13
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
2.7 Tikus (Rattus novergicus)
Hewan percobaan yang umum digunakan dalam penelitian ilmiah
adalah tikus. Tikus (Rattus norvegicus) telah diketahui sifat-sifatnya secara
sempurna, mudah dipelihara, dan merupakan hewan yang relatif sehat dan
cocok untuk berbagai penelitian. Ciri-ciri morfologi Rattus norvegicus antara
lain memiliki berat 150-600 gram, hidung tumpul dan badan besar dengan
panjang 18-25 cm, kepala dan badan lebih pendek dari ekornya, serta telinga
relatif kecil dan tidak lebih dari 20-23 mm (Depkes, 2008).
Rattus novergicus galur Sprague Dawley umumnya digunakan sebagai
hewan uji dalam penelitian karena memiliki hubungan kekerabatan yang
dekat dengan manusia, yakni termasuk ke dalam kelas mamalia. Oleh karena
itu, tikus sering dijadikan model penelitian aplikasi kesehatan manusia karena
terdapat persamaan fisiologis. Selain itu, sifat-sifat Rattus novergicus galur
Sprague Dawley telah diketahui dengan jelas, antara lain: mudah dipelihara
dalam jumlah besar, cepat berkembang biak dan tidak rentan terhadap infeksi
bakteri dan virus (UW AUTP, 2009)
Tikus yang digunakan dalam penelitian adalah galur Sprague Dawley
berjenis kelamin jantan dewasa, yaitu berumur minimal kurang lebih 2 bulan.
Tikus Sprague Dawley dengan jenis kelamin betina tidak digunakan karena
kondisi hormonal yang sangat berfluktuasi pada saat mulai beranjak dewasa,
sehingga dikhawatirkan akan memberikan respon yang berbeda dan dapat
mempengaruhi hasil penelitian. Tikus putih galur ini mempunyai daya tahan
terhadap penyakit dan cukup agresif dibandingkan dengan galur lainnya
(Harkness dan Wagner, 1983).
Klasifikasi tikus (Rattus novergicus) dalam taksonomi adalah (Depkes,
2008):
Dunia : Animalia
Filum : Chordata
Sub Filum : Vertebrata
Kelas : Mammalia
Subklas : Theria
14
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Ordo : Rodentia
Sub ordo : Myomorpha
Famili : Muridae
Sub family : Murinae
Genus : Rattus
Spesies : Rattus novergicus
2.8 Karagenan
Karagenan merupakan nama generik untuk family gel-forming dan
viscosifying polysaccharides, yang diperoleh melalui ekstraksi dari spesies
rumput laut merah. Karagenan merupakan turunan dari sejumlah rumput laut
dari kelas Rhodophyceae (Necas et al, 2013).
Karagenan merupakan poligalaktan tersulfatasi dengan ester sulfat (15-
40%) dan memiliki berat molekul rata-rata diatas 100 kDa. Karagenan
diklasifikasi menjadi beberapa jenis, seperti 𝜆, ĸ, ɩ, ɛ, µ , kesemua jenis ini
mengandung 22-35% gugus sulfat. Karagenan tipe kappa diisolasi dari
spesies Chondrus crispus atau Iridaea crispate atau Gigartina spp ; tipe
lambda diisolasi dari spesies Chondrus crispus atau Iridaea crispate; tipe
iota diisolasi dari spesies E. spinosum (Necas et al, 2013).
Karakteristik karagenan antara lain : linear, larut air, berbentuk polimer,
secara khas kekentalannya tinggi dalam air, kekentalan tergantung pada
konsentrasi, suhu, kehadiran zat padat lainnya, jenis dan berat molekul
karagenannya (Necas et al, 2013).
Karagenan sebagai penginduksi udema pada kaki tikus secara luas telah
banyak digunakan dalam penemuan aktifitas antiinflamasi (Necas et.,al,
2013). Pembentukan udema oleh karagenan pada kaki tikus bersifat biphasic
(Neil et al, 2013). Inflamasi yang timbul karena induksi karagenan bersifat
akut, nonimun (Morris, 2003). Tanda utama inflamasi diantaranya, terjadi
pembengkakan (udem), hiperalgesia dan eritema. Hal yang terjadi setelah
injeksi secara subkutan, menimbulkan aksi dari beberapa agen proinflamasi
yakni bradikinin, histamin, tachykinins, komplemen dan reactive oxygen, dan
berbagai jenis nitrogen (Morris, 2003).
15
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Karagenan dipilih untuk menguji obat antiinflamasi karena tidak
bersifat antigenik dan tidak menimbulkan efek sistemik. Karagenan akan
menginduksi cedera sel sehingga sel yang cedera melepaskan mediator yang
mengawali proses inflamasi. Setelah pelepasan mediator inflamasi, terjadi
edema yang mampu bertahan selama 6 jam dan berangsur-angsur berkurang
dalam waktu 24 jam setelah injeksi (Hidayanti et al, 2008)
Uji aktivitas antiinflamasi dengan metode induksi karagenan
merupakan salah satu metode pengujian aktivitas antiinflamasi yang
sederhana, mudah dilakukan dan sering dipakai. Selain itu, pembentukan
radang oleh karagenan tidak menyebabkan kerusakan jaringan (Fitriyani et
al, 2011).
2.9 Natrium Karboksimetil Selulosa (NaCMC)
Menurut USP 23 Natrium karboksimetil selulosa (NaCMC) dianggap
sebagai garam sodium polikarboksimetil eter selulosa. Telah banyak dipakai
dalam industri farmasi khususnya dalam meningkatkan viskositas untuk
aplikasi sediaan topikal maupun oral. Selain itu juga dapat berfungsi sebagai
bahan pengikat atau disintegran tablet serta penstabil pada sediaan emulsi
(Rowe et al, 2009).
NaCMC berbentuk serbuk granul berwarna putih atau hampir putih,
tidak berbau, tidak memiliki rasa. Bersifat higroskopis setelah pengeringan,
berbentuk jernih dan temasuk jenis larutan koloidal. Kelarutannya dalam
beberapa pelarut yaitu praktis tidak larut dalam aseton, etanol (95%), eter,
dan toluene; Mudah terdispersi dalam air pada berbagai suhu (Rowe et al,
2009).
16 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
BAB 3
METODE PENELITIAN
3.1 Desain Penelitian
Desain penelitian yang digunakan yaitu rancangan randomized post-test
only yang dilakukan dengan Rancangan Acak Lengkap (RAL). Tujuannya
adalah untuk membandingkan dua kelompok atau lebih dengan cara
randomisasi pengelompokkan hewan uji.
3.2 Tempat dan Waktu Penelitian
3.2.1 Tempat
Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Penelitian I,
Laboratorium Analisa Obat dan Pangan Halal (PHA), dan Animal
House Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta.
3.2.2 Waktu
Penelitian berlangsung mulai dari bulan Februari sampai dengan
September 2016
3.3 Alat dan Bahan Penelitian
3.3.1 Alat
Neraca analitik, Erlenmeyer tertutup (Scott-Duran), hotplate
(Thermo scientific CIMAREC), plat TLC silica gel 60 F254 (Merck),
vial, corong pisah, beaker glass, gelas ukur, spatula, batang pengaduk,
pipet tetes, spuit, sonde, stopwatch, kandang tikus, timbangan hewan,
alumunium foil, pletismometer.
3.3.2 Bahan
EPMS, pelarut seperti (n-heksan, etanolamin (teknis), metanol
(teknis), aquadest, etil asetat), Karagenan, Natrium diklofenak (Sigma
Aldrich), NaCMC 0,5%, NaCl fisiologis 0,9%, alkohol 70%, Senyawa
N-(hidroksietil)-p-metoksi sinamamida, air raksa.
17
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
3.3.3 Hewan Percobaan
Hewan yang digunakan dalam penelitian adalah tikus putih jantan
galur Sprague Dawley dengan berat 150-250 gram umur 2-4 bulan
yang diperoleh dari Institut Pertanian Bogor, disimpan dalam kandang
tikus pada suhu ruang, lampu dalam keadaan hidup selama 12 jam dan
lampu keadaan mati selama 12 jam, diberikan makanan standar dan
diberikan minum (Purnamasari, 2013).
3.4 Prosedur Kerja
3.4.1 Penyiapan Bahan yang Digunakan
Menyiapkan senyawa murni N-(hidroksietil)-p-metoksi
sinamamida yang dibutuhkan sebanyak ± 2 gram dan dibuat sediaan
suspensi oral (sebagai senyawa uji) dengan berbagai variasi dosis 100
mg/kgBB, 200 mg/kgBB, 400 mg/kgBB. Selanjutnya menyiapkan
senyawa murni natrium diklofenak (sebagai kontrol positif).
a. Pembuatan Senyawa N-(hidroksietil)-p-metoksi sinamamida
melalui reaksi amidasi etanolamin
Sebanyak 1,060 gram EPMS (5 mmol) dilarutkan ke dalam
10 mL (10 mmol) etanolamin kemudian diiradiasi dalam
microwave oven tanpa modifikasi dengan kekuatan 600 watt
selama 5 menit dalam erlenmeyer tertutup. Kemudian hasil reaksi
dipartisi dengan aquadest dan etil asetat perbandingan (1:1).
Lapisan etil asetat dikeringkan dengan NaSO4 anhidrat lalu
diuapkan dan dimurnikan dengan pelarut heksan (Reza, 2015)
b. Pembuatan Sediaan suspensi yang mengandung senyawa uji
N-(Hidroksietil)-p-metoksi sinamamida, dengan bobot tikus
200 gramBB
Senyawa uji N-(hidroksietil)-p-metoksi sinamamida dibuat
dalam bentuk sediaan suspensi menggunakan NaCMC 0,5%
dengan variasi dosis yaitu dosis 100 mg/kgBB, 200 mg/kgBB, 400
mg/kgBB. (variasi dosis mengacu pada Umar et al, 2012)
18
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
c. Pembuatan larutan NaCMC 0,5%
Sejumlah NaCMC ditimbang lalu dikembangkan dengan
akuades hangat (60oC) sejumlah 20 kalinya. Setelah mengembang
NaCMC digerus secara konstan sambil di-add hingga jumlah
volume tertentu.
d. Pembuatan suspensi natrium diklofenak
Untuk dosis 1,028 mg/200 gramBB : Natrium diklofenak
ditimbang sebanyak 10,28 mg digerus dalam lumpang hingga
halus lalu ditambahkan dengan sedikit NaCMC 0,5%, diaduk
hingga homogen dan ditambahkan lagi NaCMC 0,5% sampai
volume 10 mL. (Lampiran 2)
e. Pembuatan suspensi karagenan 1%
Karagenan ditimbang sebanyak 200 mg lalu disuspensikan
dalam 20 mL NaCl fisiologis 0,9% sambil dipanaskan pada suhu
50oC, pengadukan dilakukan di atas hotplate menggunakan
magnetic stirrer hingga homogen (Winyard&Willoughby, 2003).
3.5 Uji Antiinflamasi
a) Penyiapan hewan percobaan
Sebelum digunakan tikus diadaptasikan dengan lingkungan
penelitian selama ± tiga minggu, semua tikus dipelihara dalam
kondisi yang sama, diberikan makanan berupa pellet 512 dan air
minum seragam. Sebelum percobaan tikus dipuasakan selama ± 18
jam dengan tetap diberi minum ad libitum (Sukaina, 2013). Selama
masa aklimatisasi dilakukan pengamatan umum kondisi tikus serta
dilakukan penimbangan berat badan (bb) tikus, tikus yang
diikutsertakan dalam penelitian yang memenuhi syarat bb tidak
kurang dari 10-15% (Foltz et al., 1999).
Hewan uji sebanyak 36 ekor dikelompokkan secara acak
menjadi 6 kelompok dimana masing-masing perlakuan terdiri atas
5 ekor tikus, merujuk pada ketentuan WHO. Akan tetapi
19
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
dilebihkan masing-masingnya menjadi 6 ekor . Adapun uraian
perlakuan dapat dilihat pada tabel berikut :
No Kelompok Jumlah tikus Perlakuan
1 Kontrol
Normal
6 Diberikan minum + (Tanpa
diinduksi dengan karagenan 1%)
2 Kontrol
Negatif
6 Diberikan suspensi NaCMC 0,5% +
diinduksi dengan karagenan 1%
sebanyak 0,1 mL
3 Kontrol
Positif
6 Diberikan Natrium diklofenak dosis
5,14 mg/kgBB dalam NaCMC 0,5%
+ diinduksi dengan karagenan 1%
sebanyak 0,1 mL
4 Dosis 1 6 Diberikan suspensi senyawa uji N-
(hidroksietil)-p-metoksisinamamida
dalam NaCMC 0,5% (Dosis
100mg/kgBB) + diinduksi dengan
karagenan 1% sebanyak 0,1 mL
5 Dosis 2 6 Diberikan suspensi senyawa uji N-
(hidroksietil)-p-metoksisinamamida
dalam NaCMC 0,5% (Dosis
200mg/kgBB) + diinduksi dengan
karagenan 1% sebanyak 0,1 mL
6 Dosis 3 6 Diberikan suspensi senyawa uji N-
(hidroksietil)-p-metoksisinamamida
dalam NaCMC 0,5% (Dosis
400mg/kgBB) + diinduksi dengan
karagenan 1% sebanyak 0,1 mL
20
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
b) Uji aktifitas antiinflamasi dengan metode induksi karagenan
pada telapak kaki tikus (Winyard&Willoughby, 2003., Rustam et
al, 2007., Nile et al, 2013)
Langkah-langkah kerja :
1) Hewan coba yang telah ditimbang bobotnya, dikelompokkan
secara acak (n=6), dan diaklimatisasi selama 3 minggu supaya
dapat beradaptasi dengan kondisi lingkungan laboratorium
penelitian.
2) Semua hewan coba diberi tanda dengan spidol pada batas mata
kaki untuk memudahkan dalam identifikasi pengukuran dan
agar setiap kali pemasukan kaki ke dalam air raksa selalu sama.
3) Volume awal kaki tikus diukur sebelum diberi perlakuan dan
dinyatakan sebagai Volume kaki dasar (V0)
4) Kelompok kontrol negatif diberikan suspensi NaCMC 0,5% 1
mL, Kelompok kontrol diberikan suspensi natrium diklofenak
dosis 5,14 mg/kgBB dan ketiga kelompok lainnya diberikan
suspensi senyawa uji sesuai dosis yang direncanakan secara
oral
5) Satu jam setelah pemberian dosis, tikus diinjeksikan 0,1 ml
larutan karagenan 1% secara subplantar pada telapak kaki kiri
tikus. Sebelum diinjeksikan karagenan terlebih dahulu area
telapak kaki tikus diusap dengan alkohol 70%
6) Kemudian, volume udema diukur pada jam ke-1, 2, 3, 4 dan
ke-5 setelah penginduksian dan dinyatakan sebagai Volume
akhir (Vt). Pengukuran volume dilakukan dengan alat
pletismometer
7) Dihitung persen udema (radang) dan persen inhibisi udem
dengan rumus sebagai berikut : (Oktiwilianti et al, 2015)
% inhibisi radang = 𝐀−𝐁
𝐀× 𝟏𝟎𝟎
Dimana, A: % radang rata-rata kelompok kontrol negatif
B : % radang rata-rata kelompok zat uji
21
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
% radang = 𝑽𝒕−𝑽𝟎
𝑽𝟎× 𝟏𝟎𝟎
Dimana,
Vt : volume telapak kaki pada waktu t (setelah diinduksi
karagenan)
V0 : volume telapak kaki pada waktu 0 (sebelum diinduksi
karagenan)
3.6 Analisis Data
Data persentase (%) inhibisi udema yang diperoleh kemudian dianalisis
dengan uji Kolmogorov Smirnovz untuk melihat distribusi data dan dianalisis
dengan uji Levene untuk melihat homogenitas data. Jika data terdistribusi
normal dan homogen maka dilanjutkan dengan uji Analisis Varians (ANOVA)
satu arah dengan taraf kepercayaan 95%. Sehingga dapat diketahui apakah
perbedaan yang diperoleh bermakna atau tidak. Jika hasil yang didapat
bermakna dilanjutkan dengan uji Beda Nyata Terkecil (BNT) dengan metode
LSD untuk melihat perbedaan antar kelompok perlakuan bermakna atau tidak
bermakna, perhitungan statistik menggunakan aplikasi SPSS versi 16
(Santoso, 2007 dalam Sukaina,2013).
22 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
BAB 4
HASIL DAN PEMBAHASAN
Pada penelitian ini dilakukan uji aktivitas antiinflamasi senyawa murni N-
(hidroksietil)-p-metoksi sinamamida secara in vivo. Senyawa murni N-
(hidroksietil)-p-metoksi sinamamida merupakan senyawa turunan Etil-p-
metoksisinamat (EPMS) yang dimodifikasi dan diperoleh melalui reaksi amidasi
dengan metode iradiasi microwave.
4.1 Produk senyawa N-(hidroksietil)-p-metoksi sinamamida dengan
metode iradiasi microwave.
4.1.1 Hasil KLT
Gambar 4.1 Spot senyawa a dengan senyawa b dengan eluen etil asetat-metanol
9:1 (visualisasi UV λ 245 nm)
Keterangan: Senyawa a : senyawa standar (N-(hidroksietil)-p-metoksi sinamamida)
Senyawa b : senyawa produk (N-(hidroksietil)-p-metoksi sinamamida)
Reaksi amidasi EPMS dilakukan dengan cara mereaksikan
langsung etanolamin dengan EPMS dengan (perbandingan 10 mmol : 5
mmol) menggunakan iradiasi microwave ditempatkan di dalam
erlenmeyer tertutup. Hasil reaksi yang diperoleh berupa cairan kental
berwarna kuning pekat, selanjutnya cairan tersebut dipartisi dengan
menambahkan akuades dan etil asetat. Diambil lapisan etil asetat yang
berada di lapisan teratas lalu dikeringkan dengan Na2SO4 anhidrat dan
diuapkan dengan alat rotary evaporator. Hasil yang didapatkan yaitu
berupa serbuk berwarna krem kecoklatan. (Reza, 2012).
23
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Hasil reaksi selanjutnya diamati dengan Kromatografi Lapis
Tipis (KLT) dan dibandingkan dengan senyawa standar, fase gerak
yang digunakan yaitu eluen campuran etil asetat dan metanol
perbandingan 9:1 (sebanyak 10 mL). Sebagaimana yang terlihat pada
Gambar 4.1. Terlihat pada hasil KLT bahwasanya spot yang muncul
dari senyawa produk sama dengan senyawa standar dengan nilai Rf
0,65. (Reza, 2012)
4.2 Pengujian aktivitas antiinflamasi senyawa N-(hidroksietil)-p-metoksi
sinamamida secara in vivo
4.2.1 Hasil uji aktivitas antiinflamasi
Pengujian antiinflamasi dilakukan dengan menggunakan 6
kelompok perlakuan dimana masing-masing terdiri dari 6 hewan uji
diantaranya kontrol normal (tanpa diinduksi karagenan), kontrol negatif
(suspensi NaCMC 0,5%), kontrol positif (suspensi Nadiklofenak 5,14
mg/kgBB) dan dosis uji yaitu dosis 100 mg/kgBB, 200 mg/kgBB dan 400
mg/kgBB yang diberikan secara oral satu jam sebelum diinduksi
karagenan. Sebelum mendapatkan perlakuan, kaki tikus diukur terlebih
dahulu dijadikan sebagai volume kaki dasar tikus (V0). Satu jam setelah
pemberian dosis, tikus diinjeksikan 0,1 ml larutan karagenan 1% secara
subplantar pada telapak kaki kiri tikus. Selanjutnya diukur pada jam ke-1,
2, 3, 4 dan ke-5 setelah penginduksian karagenan dan dinyatakan sebagai
Volume akhir (Vt).
Dari pengukuran tersebut akan diperoleh nilai rerata volume udem,
rerata persen udem dan rerata persen inhibisi udem. Adapun rerata volume
udem dapat dilihat pada tabel 2.
24
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Tabel 2. Rerata volume udem (mL)
Kelompok
Rerata volume udem (mL) ± SD tiap jam
0 1 2 3 4 5
KNr 0,017 ±
0,004 0,017 ±
0,004
0,017 ±
0,004
0,017 ±
0,004
0,017 ±
0,004
0,017 ±
0,004
KN 0,010 ± 0 0,021 ±
0,002
0,026 ±
0,004
0,027 ±
0,004
0,028 ±
0,004
0,025 ±
0,003
KP 0,010 ± 0 0,022 ±
0,004 0,020 ±
0,004
0,018 ±
0,002
0,017 ±
0,003
0,015 ±
0,003
Dosis 1
(100 mg/kgBB)
0,010 ± 0 0,015 ±
0
0,015 ±
0
0,013 ±
0,002
0,013 ±
0,002
0,011 ±
0,002
Dosis 2
(200 mg/kgBB)
0,010 ± 0 0,021 ±
0,003
0,022 ±
0,004
0,022 ±
0,004
0,021 ±
0,004
0,018 ±
0,004
Dosis 3
(400 mg/kgBB)
0,010 ± 0 0,020 ±
0,002
0,020 ±
0,006
0,019 ±
0,006
0,018 ±
0,006
0,013 ±
0,005
Keterangan : KNr : Kontrol Normal (tanpa diinduksi karagenan); KN: Kontrol Negatif
(suspensi NaCMC 0,5%); KP : Kontrol positif (Natrium diklofenak 5,14 mg/kgBB)
Berdasarkan data pengamatan diatas volume udem yang diperoleh dapat
terlihat bahwa kelompok KN dari jam ke-1 hingga ke-4 mengalami kenaikan
volume udem kaki tikus berbeda jika dibandingkan dengan kelompok KNr yang
tidak mengalami kenaikan atau penurunan volume udem dari waktu ke waktu
(konstan), ini dikarenakan KNr adalah kelompok normal yang tidak diberikan
perlakuan induksi, sedangkan KN yang merupakan suspensi Nacmc 0,5% tidak
memberikan pengaruh terhadap penurunan volume udem yang terbentuk.
Sedangkan pada kelompok KP, pada waktu 1 jam setelah penginduksian volume
udem naik dan pada jam ke-2 hingga ke-5 mengalami penurunan. Pada kelompok
dosis uji 1, 2 dan 3 pada jam ke-1 hingga ke-2 mengalami kenaikan volume udem
dan jam ke-3 hingga jam ke-5 berangsur-angsur menurun.
25
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Sehingga dapat dibuat grafik hubungan rerata volume udem terhadap
waktu sebagai berikut :
Gambar 4.2 Grafik hubungan rerata volume udem terhadap waktu
Dari data volume udem dapat dihitung nilai persen udem dan persen
inhibisi udem. Adapun hasil perhitungan rerata persen udem terdapat pada tabel
berikut ini :
Tabel 3. Rerata Persen Udem
Kelompok
Rerata persen udem (%) ± SD tiap jam
0 1 2 3 4 5
KNr 0 ± 0 0 ± 0 0 ± 0 0 ± 0 0 ± 0 0 ± 0
KN 0 ± 0 116,66 ±
25,81
173,33 ±
40,82
173,33 ±
40,82
180,00 ±
39,49
155,00 ±
33,31
KP 0 ± 0 125,00 ±
41,83
100,00 ±
44,72
83,33 ±
25,81
75,00 ±
27,38
50,00 ±
31,62
Dosis 1
(100 mg/kgBB)
0 ± 0 50,00 ± 0 50,00 ± 0 33,33 ±
25,81
30,00 ±
24,49
16,66 ±
25,81
Dosis 2
(200 mg/kgBB)
0 ± 0 87,22 ±
16,39
94,44 ±
13,61
94,44 ±
13,61
87,22 ±
26,70
56,66 ±
19,43
Dosis 3
(400 mg/kgBB)
0 ± 0 105,00 ±
23,45
108,33 ±
58,45
90,00 ±
58,31
83,33 ±
60,55
31,66 ±
49,16
Keterangan : KNr : Kontrol Normal (tanpa diinduksi karagenan); KN: Kontrol Negatif
(suspensi NaCMC 0,5%); KP : Kontrol positif (Natrium diklofenak 5,14 mg/kgBB)
Nilai persen udem diatas dihitung menggunakan rumus : (Vt-V0)/V0 × 100,
dimana Vt adalah pengukuran volume udem tiap waktu nya setelah diinduksi
karagenan, sedangkan V0 adalah volume awal kaki tikus sebelum diinduksi
karagenan.
0
0.01
0.02
0.03
0 1 2 3 4 5
Vo
lum
e (
ml)
Waktu (Jam)
Rerata volume udem
Knormal
KN (suspensi Nacmc 0,5%)
KP (Nadiklofenak 5,14 mg/kgBB)
Dosis uji 1 (100 mg/kgBB)
Dosis uji 2 (200 mg/kgBB)
Dosis uji 3 (400 mg/kgBB)
26
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Bila dilihat dari tabel 3 diatas kelompok KN mengalami kenaikan
persentase udem dari jam ke-1 sampai jam ke-4. Pada kelompok KP di waktu 2
jam hingga 5 jam mengalami penurunan persen udem. Kelompok dosis uji 1 pada
jam ke-3 hingga ke-5 mengalami penurunan persen udem. Sedangkan, kelompok
dosis uji 2 dan 3 pada jam ke-1 hingga ke-2 mengalami kenaikan dan jam ke-3
hingga jam ke-5 mengalami penurunan persen udem dengan nilai lebih besar
dibandingkan dengan kelompok dosis uji 1.
Adapun hubungan rerata persen udem antar kelompok terhadap waktu
pengukuran dapat terlihat pada grafik berikut :
Gambar 4.3 Grafik hubungan rerata persen udem terhadap waktu
0
50
100
150
0 1 2 3 4 5
Pe
rse
nta
se (
%)
Waktu (Jam)
Rerata persen udem (inflamasi)
Knormal
KN (suspensi Nacmc 0,5%)
KP(Nadiklofenak 5,14 mg/kgBB)
Dosis uji 1 (100 mg/kgBB)
Dosis uji 2 (200 mg/kgBB)
Dosis uji 3 (400 mg/kgBB)
27
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Dari data rerata persen udem yang telah dihitung sebelumnya kemudian
dapat dihitung rerata persen inhibisi udem seperti yang ditampilkan pada tabel 4
berikut ini.
Tabel 4. Rerata Persen Inhibisi Udem
Kelompok
Rerata persen inhibisi udem (%) ± SD tiap jam
0 1 2 3 4 5
KNr 0 ± 0 0 ± 0 0 ± 0 0 ± 0 0 ± 0 0 ± 0
KN 0 ± 0 0 ± 0 0 ± 0 0 ± 0 0 ± 0 0 ± 0
KP 0 ± 0 19,44 ±
22,15
44,00 ±
16,24
48,39 ±
25,77
57,89 ±
12,22
63,00 ±
26,22
Dosis 1
(100 mg/kgBB)
0 ± 0 55,55 ±
8,60
69,22 ±
9,96
83,11 ±
13,09
84,86 ±
12,25
88,88 ±
17,21
Dosis 2
(200 mg/kgBB)
0 ± 0 23,89 ±
14,96
41,22 ±
22,80
41,22 ±
22,80
48,00 ±
23,24
61,84 ±
12,70
Dosis 3
(400 mg/kgBB)
0 ± 0 22,77 ±
20,04
34,50 ±
33,60
49,04 ±
26,09
53,72 ±
28,82
78,88 ±
32,77
Keterangan : KNr : Kontrol Normal (tanpa diinduksi karagenan KN: Kontrol Negatif
(suspensi NaCMC 0,5%); KP : Kontrol positif (Natrium diklofenak 5,14 mg/kgBB)
Perhitungan persen inhibisi udem ini dihitung dengan rumus : (a-b)/a ×
100, dimana a: % radang kelompok kontrol negatif dan b: % radang kelompok zat
uji.
Dari perhitungan persentase inhibisi udem diatas kemudian data diolah
secara statistik dimana hasil nya menunjukkan bahwa Senyawa N-(hidroksietil)-
p-metoksi sinamamida dengan dosis 100 mg/kgBB, 200 mg/kgBB, dan 400
mg/kgBB dapat menghambat udem pada telapak kaki tikus yang telah diinduksi
oleh zat penginduksi karagenan 1 % sebanyak 0,1 mL secara bermakna (ρ ≤ 0,05)
dibandingkan dengan kelompok kontrol normal (tanpa diinduksi karagenan) dan
kontrol negatif (NaCMC 0,5%).
Dosis 100 mg/kgBB berbeda secara bermakna terhadap KP (Natrium
diklofenak 5,14 mg/kgBB) pada taraf uji (ρ ≤ 0,05) pada jam kesatu hingga jam
kelima, hal ini menunjukkan bahwa dosis 100 mg/kgBB ini memiliki kemampuan
inhibisi udem yang lebih besar dibandingkan KP. Sedangkan dosis 200 mg/kgBB
dan 400 mg/kgBB tidak berbeda bermakna dengan kontrol positif (Natrium
diklofenak 5,14 mg/kgBB) pada taraf uji (ρ ≤ 0,05) pada jam kesatu hingga jam
kelima, dengan kata lain bahwa kedua dosis ini memiliki kemampuan inhibisi
28
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
udem tidak berbeda dengan KP. Hasil tersebut dapat digambarkan melalui grafik
hubungan rerata inhibisi udem antar kelompok terhadap waktu sebagai berikut
Gambar 4.4 Grafik rerata persen inhibisi udem terhadap waktu
4.3 Pembahasan
Peradangan adalah proses reaksi kompleks dalam jaringan ikat vaskular
yang terjadi karena rangsangan eksogen dan endogen (Sen et al, 2010).
Munculnya respon peradangan ini merupakan salah satu bentuk pertahanan
tubuh terhadap invasi benda asing, kerusakan jaringan atau keduanya dan
memiliki mekanisme kerja yaitu menarik protein plasma dan fagosit ke tempat
yang mengalami cedera atau terinvasi keduanya sehingga dapat mengisolasi,
menghancurkan, atau menginaktifkan agen yang masuk, membersihkan debris
dan mempersiapkan jaringan untuk proses penyembuhan (Corwin, 2008).
Dalam mengatasi rasa sakit yang ditimbulkan akibat peradangan tersebut
maka diperlukan suatu pengobatan.
Dalam penelitian uji aktivitas antiinflamasi ini digunakan metode
induksi karagenan. Metode ini merupakan metode pengujian inflamasi akut
yang banyak digunakan, serta memiliki berbagai keuntungan diantaranya
pengerjaan yang mudah, tidak menyebabkan kerusakan jaringan, bersifat
irreversibel dalam kurun waktu 24 jam, tidak bersifat antigenik dan tidak
menimbulkan efek sistemik (Fitriyani et al, 2011; Hidayanti et al, 2008; Nile
et al, 2013)
Karagenan berperan sebagai agen pembentukan udem melalui tiga
tahap. Tahap pertama adalah pelepasan histamin dan serotonin yang
0
20
40
60
80
100
1 2 3 4 5
Pe
rse
nta
se (
%)
Waktu (Jam)
Rerata persentase inhibisi udem (inflamasi)
Knormal
KN (suspensi Nacmc 0,5%)
KP (Nadiklofenak 5,14 mg/kgBB)
Dosis uji 1 (100 mg/kgBB)
Dosis uji 2 (200 mg/kgBB)
Dosis uji 3 (400 mg/kgBB)
29
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
berlangsung hingga 90 menit. Tahap kedua adalah pelepasan bradikinin yang
terjadi pada 1,5 hingga 2,5 jam setelah induksi. Pada tahap ketiga, terjadi
pelepasan prostaglandin pada 3 jam setelah induksi, kemudian udem
berkembang cepat dan bertahan pada volume maksimal sekitar 5 jam setelah
induksi (Morris, 2003), sehingga mengakibatkan terjadinya pembengkakan
lokal pada telapak kaki tikus yang disertai warna kemerahan akibat akumulasi
mediator inflamasi (Walidah, 2014)
Pada penelitian ini digunakan suspensi karagenan 1% sebanyak 0,1 mL
untuk sekali penginduksian pada masing-masing telapak kaki kiri tikus secara
subplantar 1 jam setelah pemberian sediaan oral. Pemilihan volume
penginduksian mengikuti langkah kerja Umar et al, 2012. Penilaian terhadap
daya antiinflamasi zat uji dilakukan dengan cara mengamati peningkatan
maupun penurunan volume udem yang terbentuk, hal ini dapat terjadi karena
adanya keterlibatan suatu zat uji yang diduga memiliki aktivitas sebagai agen
antiradang dalam menekan proses inflamasi secara berangsur-angsur dalam
kurun waktu tertentu. Pengukuran volume udem telapak kaki tikus dilakukan
menggunakan alat pletismometer. Agar data pengukuran yang teramati akurat,
maka perlu dipastikan beberapa hal berikut seperti pengisian air raksa ke
dalam alat harus selalu sama, penandaan pada kaki tikus menggunakan spidol
permanen guna memperjelas pada saat pencelupan dan juga pembacaan skala.
Hewan uji yang digunakan dalam penelitian ini adalah tikus putih
jantan galur Sprague Dawley berusia 2-4 bulan dengan berat badan berkisar
antara 150-250 gram. Pemilihan jenis kelamin jantan didasarkan pada
pertimbangan tikus jantan tidak memiliki hormon estrogen, kalaupun ada
hanya dalam jumlah yang relatif sedikit serta kondisi hormonal pada jantan
relatif stabil jika dibandingkan dengan betina, karena pada tikus betina
dipengaruhi oleh berbagai perubahan hormonal dan tingkat stress sangat tinggi
dibandingkan tikus jantan yang mungkin dapat mengganggu data pengujian
(Suhendi et al., 2011 dalam Walidah 2014)
Pada penelitian uji aktivitas antiinflamasi senyawa
N-(hidroksietil)-p-metoksi sinamamida digunakan variasi dosis 100, 200 dan
400 mg/kgBB. Pemilihan dosis tersebut mengacu pada penelitian sebelumnya
30
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
(Umar et al, 2012) mengenai uji in vivo senyawa Etil-p-metoksisinamat yang
merupakan senyawa induk dari senyawa N-(hidroksietil)-p-metoksi
sinamamida, serta menambah tiga kelompok perlakuan yaitu kontrol positif
(Natrium diklofenak), kontrol negatif (suspensi NaCMC 0,5%) dan kontrol
normal (tanpa diinduksi karagenan). Pengukuran volume udem dilakukan tiap
1 jam selama 5 jam setelah telapak kaki tikus diinduksi dengan karagenan 1%
(Lampiran 9). Dari pembacaan volume udem tiap jam tersebut pada masing-
masing kelompok perlakuan dapat dihitung persentase udem dan persentase
inhibisi udem dengan rumus tertentu (Lampiran 12).
Berdasarkan hasil penelitian terlihat bahwa ketiga variasi dosis pada
kelompok uji senyawa N-(hidroksietil)-p-metoksi sinamamida menunjukkan
kemampuannya dalam menghambat pembentukan udem. Persentase inhibisi
udem pada jam kedua sudah terlihat pada masing-masing kelompok perlakuan
(KP, dosis uji 1, dosis uji 2 dan dosis uji 3), adapun nilai persentase inhibisi
udem secara berturut-turut yakni (44%; 69,22%; 41,22%; 34,50%) dan
berangsur-angsur naik persentase inhibisi udem hingga pada waktu kelima
dimana KP sebesar 63%; dosis uji 1 sebesar 88,88%; dosis uji 2 sebesar
61,84%; dosis uji 3 sebesar 78,88%. Hal ini menunjukkan bahwa pemberian
obat selama dua jam melalui oral sudah memperlihatkan kerja dari senyawa
N-(hidroksietil)-p-metoksi sinamamida dalam menghambat peradangan
disekitar telapak kaki tikus. Daya hambat yang dimiliki oleh senyawa uji pada
dosis uji 1 (100 mg/kgBB) sebagai antiinflamasi menampilkan hasil yang
lebih besar dibandingkan dengan kontrol positif (Natrium diklofenak 5,14
mg/kgBB), dosis uji 2 (200 mg/kgBB) dan dosis uji 3 (400 mg/kgBB).
Pada kelompok KN nilai persentase udem dari waktu ke waktu
mengalami kenaikan, sedangkan persentase inhibisi peradangan tidak ada
(Tabel 4), ini disebabkan karena penyembuhan udem yang terbentuk hanya
bergantung pada respon imunitas yang dimiliki oleh hewan uji dan dengan
adanya pemberian suspensi NaCMC 0,5% secara oral ini tidak memberikan
pengaruh dalam penyembuhan udem.
Hasil perhitungan persentase inhibisi udem (Lampiran 11) kemudian
diinput ke dalam uji statistik ANOVA menggunakan aplikasi SPSS versi 16
31
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
guna menganalisa dan melihat apakah data tersebut memenuhi persyaratan
ANOVA yakni uji normalitas dan homogenitas data. Uji normalitas dilakukan
menggunakan metode Kolmogrov-Smirnov dan uji homogenitas
menggunakan metode Levene untuk melihat distribusi data persen inhibisi
udem telapak kaki tikus pada jam ke-1 sampai jam ke-5 (Lampiran 13),
dimana hasilnya menunjukkan data semua kelompok perlakuan tidak
terdistribusi normal dan juga tidak terdistribusi homogen dengan kata lain
tidak memenuhi syarat ANOVA. Berikutnya, dilanjutkan dengan uji Kruskal
Wallis dan dilanjutkan kembali dengan uji BNT (Beda Nyata Terkecil) dengan
metode LSD untuk melihat perbedaan antar kelompok perlakuan.
Hasil uji kruskal wallis menunjukkan bahwa persen inhibisi udem
telapak kaki tikus seluruh kelompok pada waktu jam ke-1 hingga ke-5 berbeda
secara bermakna, sehingga untuk langkah selanjutnya dilanjutkan dengan uji
BNT untuk mengetahui perbedaan persen inhibisi udem telapak kaki tikus
antar kelompok perlakuan yang bermakna.
Dapat dilihat (Lampiran 13) bahwasanya pada jam ke-1 hingga jam
kelima kelompok dosis uji 1, KN dan KNr berbeda bermakna dengan
kelompok kontrol positif (KP). Sedangkan dosis uji 2 dan 3 tidak berbeda
bermakna dengan KP dari jam kesatu hingga jam kelima.
Hasil statistik antar dosis uji menunjukkan bahwa dosis uji 1 (100
mg/kgBB) berbeda bermakna dibandingkan dengan dosis uji 2 (200
mg/kgBB) dan dosis uji 3 (400 mg/kgBB), sedangkan antara dosis uji 2 dan
dosis uji 3 tidak berbeda bermakna pada jam ke-1 hingga ke-5 (Lampiran 14).
Disini terlihat bahwa dengan peningkatan dosis uji 200 maupun 400 mg/kgBB
tidak memberikan kenaikan efek antiinflamasi yang signifikan. Kemungkinan
hal ini disebabkan karena memang ada beberapa jenis obat dalam dosis tinggi
justru menyebabkan pelepasan secara langsung dari mast cell sehingga
mengakibatkan pembuluh darah menjadi lebih permeabel terhadap cairan
plasma dan menimbulkan proses peradangan (Fitriyani et al, 2011).
Kemungkinan lainnya bisa jadi disebabkan karena kelarutan yang dimiliki
oleh senyawa N-(Hidroksietil)-p-metoksi sinamamida sangat rendah sehingga
mempengaruhi bioavailabilitas obat di dalam tubuh, karena kelarutan ini
32
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
merupakan masalah yang umum terjadi dalam sintesis senyawa murni
(Oliveira et al, 2016) ini dapat diasumsikan bahwa dosis uji 100 mg/kgBB
memiliki absorpsi lebih baik dibandingkan dosis tinggi 400 mg/kgBB,
sehingga terlihat pada dosis rendah 100 mg/kgBB memberikan hasil yang
signifikan dibandingkan kedua dosis lainnya.
33 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
BAB 5
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Dari hasil penelitian yang telah dilakukan dapat ditarik kesimpulan bahwa:
1. Senyawa uji N-(hidroksietil)-p-metoksi sinamamida dengan dosis 100
mg/kgBB, 200 mg/kgBB, 400 mg/kgBB memiliki kemampuan dalam
menghambat udema kaki tikus yang diinduksi dengan karagenan 1%
sebanyak 0,1 mL, hal ini mengindikasikan jika senyawa tersebut aktif
sebagai agen antiinflamasi.
2. Dosis 100 mg/kgBB memiliki kemampuan inhibisi udem yang lebih
besar dibandingkan dengan kontrol positif (Natrium diklofenak 5,14
mg/kgBB) berbeda secara bermakna pada taraf uji (ρ ≤ 0,05). Sedangkan
dosis 200 mg/kgBB dan 400 mg/kgBB kedua dosis ini memiliki
kemampuan inhibisi udem serupa dengan kontrol positif (Natrium
diklofenak 5,14 mg/kgBB) tidak berbeda bermakna pada taraf uji (ρ ≤
0,05).
3. Senyawa N-(hidroksietil)-p-metoksi sinamamida berpotensi sebagai agen
antiinflamasi dalam menghambat udem pada kaki tikus yang diinduksi
karagenan secara in vivo.
5.2 Saran
Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut uji aktivitas antiinflamasi ini
dengan menggunakan variasi dosis yang lebih rendah dan perlu dilakukan
pengujian secara in vitro dari senyawa N-(hidroksietil)-p-metoksi
sinamamida pengaruhnya terhadap enzim COX-1 maupun COX-2 yang
terlibat dalam proses terjadinya inflamasi.
34 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
DAFTAR PUSTAKA
BMJ Group. 2009. British National Formulary 57. Germany: GGP Media
GmbH. (page 555)
British Pharmacopoeia 2009. London: Council of Europes.
Brune, Kay and Burkhard Hinz. 2004. Review: The Discovery and Development
of Antiinflammatory Drugs. Arthritis & Rheumatism Vol. 50, No. 8, August
2004, pp 2391–2399.
Brunton, Laurence L., John S. Lazo., Keith L. Parker. 2006. Goodman &
Gilman’s The Pharmacological Basic of Therapeutics Eleventh edition. The
McGraw-Hill Companies. (page 671-684, 697-698).
Corwin, Elizabeth J. 2008. Handbook of Pathophysiology 3th edition.
Philadelphia: Lippincort Williams & Wilkins, 138-143.
Depkes. 2008. Pedoman Pengendalian Tikus. Direktorat jenderal pengendalian
penyakit dan penyehatan lingkungan. Jakarta.
Ekowati, Juni., Bimo A. Tejo., Shigeru Sasaki., Kimio Highasiyama.,
Sukardiman., Siswandono., Tutuk Budiati. 2012. Structure Modification Of
Ethyl P-Methoxycinnamate And Their Bioassay As Chemopreventive Agent
Against Mice’s Fibrosarcoma. International Journal of Pharmacy and
Pharmaceutical Sciences Vol 4, Suppl 3, 2012, PP. 528-532.
Fitriyani, Atik., Lina Winarti., Siti Muslichah dan Nuri. 2011. Uji Antiinflamasi
Ekstrak Metanol Daun Sirih Merah (Piper crocatum Ruiz & Pav.) Pada
Tikus Putih. Majalah Obat Tradisional, 16(1), 34 – 42, 2011.
Foltz, Chairmaine J and Mollie Ullman-Cullere. Guidelines for Assessing the
Health and Condition of Mice. Resource Vol. 28, No. 4, Lab Animal, April
1999. (page 29)
Goci, Enkelejda., Rezarta Shkreli., Entela Haloci., Ledjan Malaj., 2013.
Complementary And Alternative Medicine (Cam) For Pain, Herbal Anti-
Inflammatory Drugs. European Scientific Journal Vol.9, No.9, PP. 90-105.
Ghilman, Alfred Goodman. 2012. Dasar Farmakologi Terapi edisi 10 Terjemahan
Bahasa Indonesia. Jakarta: EGC. (hlm 688-689)
35
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Hidayanti, Nur Annis., Shanti Listyawati., Ahmad Dwi Setyawan. 2008.
Kandungan Kimia dan Uji Antiinflamasi Ekstrak Etanol Lantana camara L.
pada Tikus Putih (Rattus norvegicus L.) Jantan. FMIPA UNS Surakarta.
Bioteknologi 5 (1): 10-17.
Inayati, Alfi. 2010. Uji Efek Analgetik dan Antiinflamasi Ekstrak Etanol 70%
Daun Sirih (Piper Betle, Linn) secara In vivo. Skripsi. Progam Studi
Farmasi, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
Katzung, Bertram G. 2002. Farmakologi Dasar dan Klinik. Penerjemah & Editor:
Farmakologi Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga. Jakarta: Salemba
Medika (hlm 547)
Katzung, B.G. 2012. Basic and Clinical Pharmacology 12th edition. McGraw-Hill
e-book.
Kumar, S., BS. Bajwa., Singh Kuldeep and AN. Kalia. 2013. Anti-Inflammatory
Activity of Herbal Plants: A Review. International Journal Of Advances In
Pharmacy,Biology And Chemistry (IJAPBC) Vol. 2(2), Apr-Jun, 2013. PP
272-281.
Meltyza, Eva., R. Anita Indriyanti., Santun Bekhti Rahimah. 2014. Perbandingan
Efek Antiinflamasi Ekstrak Etanol Kunyit Putih (Curcuma Zedoaria)
dengan Natrium Diklofenak pada Tikus yang Diinduksi dengan
Carrageenan. Prosiding Pendidikan Dokter, Fakultas Kedokteran,
Universitas Islam Bandung. (hlm 112-118)
Morris CJ. 2003. Carrageenan-Induced Paw Edema in the Rat and Mouse. In
Winyard PG and Willoughby DA (Eds) Inflammation Protocols. Humana
Press Inc, Totowa, NJ pp. 115-121.
Morteau, Olivier. 2000. Prostaglandins and Inflammation: the Cyclooxygenase
Controversy. Review. Harvard Medical School, USA.
Murphy, Hedwig S. 2006. Inflammation e-book. Page 37 and 41.
Nag, Sudipa and Subrata Mandal. 2015. Importance Of Ekangi (Kaempferia
galanga L.) As Medicinal Plants-A Review. International Journal of
Innovative Research and Review Vol. 3 (1) January-March, PP. 99-106.
Necas, J. and L. Bartosikova. 2013. Carrageenan: a review. Veterinarni Medicina,
58, 2013 (4): 187–205
36
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Nile, Shivraj Hariram and Se Won Park. 2013. Optimized Methods for In Vitro
and In Vivo Anti-Inflammatory Assays and Its Applications in Herbal and
Synthetic Drug Analysis. Mini-Reviews in Medicinal Chemistry, Vol. 13,
PP. 95-100.
Oktiwilianti, Winda., Umi Yurniarni, dan Ratu Choesrina. 2015. Uji
AktivitasAntiinflamasi dari Ekstrak Etanol Daun Asam Jawa (Tamarindus
Indica L) terhadap Tikus Wistar Jantan. Prosiding Penelitian SPeSIA
Unisba, Fakultas MIPA.
Oliveiraa, Jamerson Ferreira de,, Fabiana Regina Nonatob, Rafael Rosolen
Teixeira Zafredb, Nayara Maria Siqueira Leitea, Ana Lúcia Tasca Gois
Ruizb, João Ernesto de Carvalhob, Anekécia Lauro da Silvac, Ricardo
Olímpio de Mourad, Maria do Carmo Alves de Limaa. 2016. Evaluation of
anti-inflammatory effect of derivative (E)-N-(4- bromophenyl)-2-(thiophen-
2-ylmethylene)-thiosemicarbazone. Biomedicine & Pharmacotherapy 80
(page 388–392)
Otterness IG, Moore PF. Carrageenan foot edema test. Methods Enzymol.
1988;162:320-327.
Purnamasari, Endah. 2013. Uji Efek Antiinflamasi Ekstrak Etanol Lumut Hati
Mastigosphora diclados (Bird. Ex Web.) Nees sec In Vivo. Skripsi. Progam
Studi Farmasi, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
Qudsi, Hadi. 2014. Modifikasi Struktur Senyawa Etil p-Metoksisinamat yang
Diisolasi dari Kencur (Kaempferia galanga L.) dengan Metode Reaksi
Reduksi dan Uji Aktivitas Antiinflamasinya secara In Vitro. Skripsi. Progam
Studi Farmasi, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
Reza, Muhammad. 2015. Amidasi Senyawa Etil-p-metoksisinamat Melalui Reaksi
Langsung dengan Iradiasi Microwave Serta Uji Aktivitas Antiinflamasi.
Skripsi. Progam Studi Farmasi, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. (hlm: 33-
49)
Rowe, Raymond C., Paul J Sheskey and Marian E Quinn. 2009. Handbook of
Pharmaceutical Excipients sixth edition.UK : Pharmaceutical Press and
American Pharmacist Association. (Page :118-121)
37
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Rubin, Emanuel and Howard M. Neisler. 2011. Essentials of Robin’s Pathology
Sixth edition. Lippincott Williams & Wilkins: Printed in China. (Page: 28-
29)
Rustam, Erlina., Indah Atmasari dan Yanwirasti. 2007. Efek Antiinflamasi
Ekstrak Etanol Kunyit (Curcuma domestica Val.) pada Tikus Putih Jantan
Galur Wistar.J.Sains dan Teknologi Farmasi, 12:2, (hlm112-115)
Santoso, S. 2007. Menguasai Statistik di Era Informasi dengan SPSS 15. Jakarta:
PT Elex Media Komputindo Kelompok Gramedia.
Sen, Saikat., Raja Chakraborty., Biplab De., T. Ganesh., H. G. Raghavendra and
Subal Debnath. 2010. Analgesic And Anti-Inflammatory Herbs: A Potential
Source Of Modern Medicine. International Journal of Pharmaceutical
Sciences and Research Vol. 1 (11): 32-44.
Soni, Rajes Kumar., Raghuveer Irchhaiyaa., Vihangesh Dixita., Zahid Ahmad
Bhatb., Hilal Ahmad Wanib., Ashiq Hussain Najar. 2014. Anti-Inflammatory
Activity Of Kirganelia Reticulata (Poir). Baill. Root By Carrageenan-
Induced Rat Paw Oedema Model. International Journal of Pharmacy and
Pharmaceutical Sciences Vol 6, Issue 1, PP. 520-523.
Sukaina, Ira. 2013. Uji Efek Antiinflamasi Herba Kemangi (Ocimum americanum
Linn.) Terhadap Udema Pada Telapak Kaki Tikus Putih Jantan Yang
Diinduksi Karagenan. Skripsi. Progam Studi Farmasi, UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta. (hlm 21-22)
Tewtrakul, Supinya., Supreeya Yuenyongsawad., Sopa Kummee and Latthya
Atsawajaruwan. 2005. Chemical components and biological activities of
volatile oil of Kaempferia galanga Linn. Songklanakarin J. Sci. Technol.,
27(Suppl. 2) : 503-507
Tripathi, Mridula., Priyanka Chawla., Ruby Upadhyay and Shivangi Trivedi.
2013. Essential Oils From Family Zingiberaceae For Antimicrobial
Activity- A Review. International Journal of Pharma and Bio Sciences
4(4):(P) 149 - 162
Ullah, H M Arif., Sayera Zaman., Fatematuj Juhara., Lucky Akter., Syed
Mohammed Tareq., Emranul Haque Masum and Rajib Bhattacharjee. 2014.
Evaluation of antinociceptive in-vivo & in-vitro anti-inflammatory activity
38
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
of ethanolic extract of Curcuma zedoaria rhizome. BMC Complementary
and Alternative Medicine 14, PP: 346.
Umar, Muhammad Ihtisham., Mohd Zaini Asmawi., Amirin Sadikun., Item J.
Atangwho., Mun Fei Yam., Rabia Altaf and Ashfaq Ahmed. 2012.
Bioactivity-Guided Isolation of Ethyl-p-methoxycinnamate an Anti-
inflammatory Constituent from Kaempferia galanga L Extracts. Molecules
2012, 17, PP. 8720-8734.
Walidah, Churmatul. 2014. Uji Efek Antiinflamasi Ekstrak Etil Asetat Lumut Hati
Mastigosphora diclados secara In vivo. Skripsi. Progam Studi Farmasi, UIN
Syarif Hidayatullah Jakarta. (hlm 36-37)
Wilmana, P.F., dan Gan, S.G., 2007. Analgesik-Antipiretik, Analgesik
AntiInflamasi Nonsteroid dan Obat Gangguan Sendi Lainnya. Dalam: Gan,
S.G., Editor. Farmakologi dan Terapi. Edisi 5. Jakarta: Gaya Baru, 230-240
Winter, C. A., Risley, E. A., and Nuss, G. W. 1962. Carrageenan induced oedema
in hind paw of the rats as an assay for anti-inflammatory drugs. Proc. Soc.
Exp. Bio Med, 111: 544-547.
Winyard, Paul G. & Derek A.Willoughby. 2003. Inflammation Protocols. Totowa,
New Jersey : Humana press. (page 120)
39
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Lampiran 1. Konversi Dosis Hewan (Reagan-Shaw; Nihal; Ahmad. 2007)
Rumus Perhitungan Dosis Hewan (Reagan-Shaw; Nihal; Ahmad. 2007)
40
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Lampiran 2. Perhitungan Dosis Natrium Diklofenak
Perencanaan Dosis Natrium Diklofenak
Dosis natrium diklofenak yaitu 50 mg (3× sehari) atau 75 mg (2× sehari)
(Brunton et al., 2006); dosis oral 75–150 mg/hari dalam dosis terbagi 2-3× sehari
(BNF 57). Sehingga dosis yang dapat diberikan pada tikus dengan bobot 200
gram adalah :
HED (mg/kg) = Dosis Hewan (mg/kg) ×𝐊𝐦 𝐇𝐞𝐰𝐚𝐧
𝐊𝐦 𝐌𝐚𝐧𝐮𝐬𝐢𝐚
50 mg/60kg = Dosis Hewan (mg/kg) ×6
37
Dosis Hewan = 5,14 mg/kgBB
VAO = 𝐁𝐁 (𝐤𝐠)×𝐝𝐨𝐬𝐢𝐬 (𝐦𝐠/𝐤𝐠)
𝐊𝐨𝐧𝐬𝐞𝐧𝐭𝐫𝐚𝐬𝐢 (𝐦𝐠/𝐦𝐋)
1mL = 0,2 kg ×5,14 mg/kg
Konsentrasi (mg/mL)
Konsentrasi = 1,028 mg/mL 10,28 mg/10 mL suspensi
NaCMC 0,5% (yang dibuat)
41
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Lampiran 3. Perhitungan Dosis Senyawa Uji N-(hidroksietil)-p-metoksi
sinamamida
A. Dosis pemberian 100 mg/kgBB
VAO = 𝐁𝐁 (𝐤𝐠)×𝐝𝐨𝐬𝐢𝐬 (
𝐦𝐠
𝐤𝐠)
𝐊𝐨𝐧𝐬𝐞𝐧𝐭𝐫𝐚𝐬𝐢 (𝐦𝐠
𝐦𝐋)
Konsentrasi = 0,2 kg×100
mg
kg
1 mL
Konsentrasi = 20 mg/mL Dibuat dalam 15 mL, maka banyaknya
senyawa yang ditimbang 20 mg/mL × 15 mL = 300 mg
Prosedur : ditimbang senyawa sebanyak 300 mg didispersikan dalam 15
mL NaCMC 0,5%, digerus dalam lumpang hingga homogen.
B. Dosis pemberian 200 mg/kgBB
VAO = 𝐁𝐁 (𝐤𝐠)×𝐝𝐨𝐬𝐢𝐬 (
𝐦𝐠
𝐤𝐠)
𝐊𝐨𝐧𝐬𝐞𝐧𝐭𝐫𝐚𝐬𝐢 (𝐦𝐠
𝐦𝐋)
Konsentrasi = 0,2 kg×200 mg/kg
1 mL
Konsentrasi = 40 mg/mL Dibuat dalam 15 mL, maka banyaknya
senyawa yang ditimbang 40mg/mL × 15 mL = 600 mg.
Prosedur : ditimbang senyawa sebanyak 600 mg didispersikan dalam 15
mL NaCMC 0,5%, digerus dalam lumpang hingga homogen.
C. Dosis pemberian 400 mg/kgBB
VAO = 𝐁𝐁 (𝐤𝐠)×𝐝𝐨𝐬𝐢𝐬 (
𝐦𝐠
𝐤𝐠)
𝐊𝐨𝐧𝐬𝐞𝐧𝐭𝐫𝐚𝐬𝐢 (𝐦𝐠
𝐦𝐋)
Konsentrasi = 0,2 kg×400 mg/kg
1 mL
Konsentrasi = 80 mg/mL Dibuat dalam 15 mL, maka banyaknya
senyawa yang ditimbang 80 mg/mL × 15 mL = 1200 mg.
Prosedur : ditimbang senyawa sebanyak 1200 mg didispersikan dalam 15
mL NaCMC 0,5%, digerus dalam lumpang hingga homogen.
42
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Lampiran 4. Kerangka Penelitian
Kontrol positif
Natrium
Diklofenak
Kontrol negatif
NaCMC 0,5%
Senyawa Uji N-
(hidroksietil)-p-
metoksi sinamamida
Penyiapan untuk
perlakuan
Pembuatan senyawa uji N-(hidroksietil)-p-
metoksi sinamamida
Senyawa diujikan secara in vivo dengan
metode induksi karagenan
100 mg/kgBB
Variasi dosis
400 mg/kgBB 200 mg/kgBB
Dihitung % peradangan dan %
inhibisi peradangan
Dianalisa
dengan uji
ANOVA
Kontrol Normal
Tanpa diinduksi
karagenan
43
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Lampiran 5. Skema Kerja Perlakuan Uji Antiinflamasi (Winter, 1962)
36 ekor tikus dibagi menjadi 6 kelompok
Ditimbang berat badan tikus
Telapak kaki kiri tikus ditandai dengan spidol
Diukur volume awal telapak kaki kiri
tikus
Perlakuan tiap kelompok
Kontrol
positif
(Natrium
diklofenak
dalam
NaCMC
0,5%)
Kontrol
negatif
Larutan
NaCMC
0,5%
Dosis 100
mg/kgBB
dalam
NaCMC
0,5%
Dosis 200
mg/kgBB
dalam
NaCMC
0,5%
Dosis 400
mg/kgBB
dalam
NaCMC
0,5%
Masing-masing disuntikkan suspensi karagenan 1% sebanyak 0,1ml
mL
1 jam
Volume telapak kaki kiri tikus diukur setiap 1 jam selama 5 jam
jam
Kontrol
Normal
44
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Lampiran 6. Perlakuan Pada Hewan Uji
Pengelompokkan hewan uji
Pelaksanaan sonde
Penyuntikan karagenan pada bagian
subplantar kaki tikus
Pengukuran volume udem telapak kaki
kiri tikus
(a) (b)
(a) Sebelum diinduksi karagenan
(b) Peradangan telapak kaki tikus
setelah diinduksi karagenan 1%
sebanyak 0,1 mL
45
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Alat dan Bahan yang digunakan pada penelitian
(Alat pletismometer)
(suspensi senyawa uji : dosis 100, 200, 400 mg/kgBB)
(Senyawa produk)
46
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Lampiran 7. Sertifikat Kaji Etik
47
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Lampiran 8. Determinasi Rimpang Kencur Kaempferia galanga Linn.
48
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Lampiran 9. Hasil Pengukuran volume udem telapak kaki tikus setelah
diinduksi karagenan pada masing-masing kelompok perlakuan
Kel Perlakuan No. Pengukuran Volume Udema (mL) pada Jam Ke-
1 Kontrol
Normal
(Tanpa
diinduksi
karagenan)
0 1 2 3 4 5
1 0,019 0,019 0,019 0,019 0,019 0,019
2 0,015 0,015 0,015 0,015 0,015 0,015
3 0,019 0,019 0,019 0,019 0,019 0,019
4 0,020 0,020 0,020 0,020 0,020 0,020
5 0,020 0,020 0,020 0,020 0,020 0,020
6 0,010 0,010 0,010 0,010 0,010 0,010
Rata-Rata 0,017 0.017 0,017 0,017 0,017 0,017
SD 0,004 0.004 0,004 0,004 0,004 0,004
2 Kontrol
Negatif
Larutan
NaCMC
0,5%
1 0,010 0,025 0,030 0,030 0,030 0,025
2 0,010 0,020 0,030 0,030 0,030 0,025
3 0,010 0,020 0,020 0,029 0,029 0,025
4 0,010 0,020 0,020 0,020 0,020 0,020
5 0,010 0,025 0,030 0,030 0,030 0,029
6 0,010 0,020 0,025 0,025 0,029 0,029
Rata-rata 0,010 0,021 0,026 0,027 0,028 0,025
SD 0 0,002 0,004 0,004 0,004 0,003
3 Kontrol
Positif
Natrium
diklofenak
5,14
1 0,010 0,030 0,025 0,020 0,020 0,015
2 0,010 0,025 0,025 0,020 0,020 0,015
3 0,010 0,020 0,015 0,015 0,015 0,010
4 0,010 0,020 0,020 0,020 0,015 0,015
49
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
mg/kgBB 5 0,010 0,020 0,020 0,020 0,020 0,020
6 0,010 0,020 0,015 0,015 0,015 0,015
Rata-rata 0,010 0,022 0,020 0,018 0,017 0,015
SD 0 0,004 0,004 0,002 0,003 0,003
4 Dosis 1
(100
mg/kgBB)
1 0,010 0,015 0,015 0,015 0,015 0,015
2 0,010 0,015 0,015 0,015 0,015 0,015
3 0,010 0,015 0,015 0,015 0,013 0,010
4 0,010 0,015 0,015 0,010 0,010 0,010
5 0,010 0,015 0,015 0,015 0,015 0,010
6 0,010 0,015 0,015 0,010 0,010 0,010
Rata-rata 0,010 0,015 0,015 0,013 0,013 0,011
SD 0 0 0 0,002 0,002 0,002
5 Dosis 2
(200
mg/kgBB)
1 0,010 0,020 0,020 0,020 0,020 0,015
2 0,015 0,025 0,025 0,025 0,020 0,020
3 0,015 0,025 0,030 0,030 0,030 0,025
4 0,010 0,019 0,020 0,020 0,019 0,015
5 0,010 0,020 0,020 0,020 0,020 0,019
6 0,010 0,020 0,020 0,020 0,020 0,015
Rata-rata 0,010 0,021 0,022 0,022 0,021 0,018
SD 0 0,003 0,004 0,004 0,004 0,004
6 Dosis 3
1 0,010 0,020 0,030 0,030 0,030 0,020
2 0,010 0,025 0,025 0,020 0,020 0,019
50
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
(400
mg/kgBB)
3 0,010 0,020 0,020 0,019 0,015 0,010
4 0,010 0,018 0,015 0,015 0,015 0,010
5 0,010 0,020 0,015 0,015 0,015 0,010
6 0,010 0,020 0,020 0,015 0,015 0,010
Rata-rata 0,010 0,020 0,020 0,019 0,018 0,013
SD 0 0,002 0,006 0,006 0,006 0,005
51
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Lampiran 10. Hasil Persentase udem telapak kaki tikus setelah diinduksi
karagenan pada masing-masing kelompok perlakuan
Kel Perlakuan No. Pengukuran Volume Udema (mL) pada Jam Ke-
1 Kontrol
Normal
(Tanpa
diinduksi
karagenan)
0 1 2 3 4 5
1 0 0 0 0 0 0
2 0 0 0 0 0 0
3 0 0 0 0 0 0
4 0 0 0 0 0 0
5 0 0 0 0 0 0
6 0 0 0 0 0 0
Rata-Rata 0 0 0 0 0 0
SD 0 0 0 0 0 0
2 Kontrol
Negatif
Larutan
NaCMC
0,5%
1 0 150 200 200 200 150
2 0 100 200 200 200 150
3 0 100 100 190 190 150
4 0 100 190 100 100 100
5 0 150 200 200 200 190
6 0 100 150 150 190 190
Rata-rata 0 116,66 173,33 173,33 180,00 155,00
SD 0 25,81 40,82 40,82 39,49 33,31
3 Kontrol
Positif
Natrium
diklofenak
5,14
1 0 200 150 100 100 50
2 0 150 150 100 100 50
3 0 100 50 50 50 0
4 0 100 100 50 50 50
52
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
mg/kgBB 5 0 100 100 100 100 100
6 0 100 50 50 50 50
Rata-rata 0 125,00 100,00 83,33 75,00 50,00
SD 0 41,83 44,72 25,81 27,38 31,62
4 Dosis 1
(100
mg/kgBB)
1 0 50 50 50 50 50
2 0 50 50 50 50 50
3 0 50 50 50 30 0
4 0 50 50 0 0 0
5 0 50 50 50 50 0
6 0 50 50 0 0 0
Rata-rata 0 50,00 50,00 33,33 30,00 16,66
SD 0 0 0 25,81 24,49 25,81
5 Dosis 2
(200
mg/kgBB)
1 0 100 100 100 100 50
2 0 66,66 66,66 66,66 33,33 33,33
3 0 66,66 100 100 100 66,66
4 0 90 100 100 90 50
5 0 100 100 100 100 90
6 0 100 100 100 100 50
Rata-rata 0 87,22 94,44 94,44 87,22 56,66
SD 0 16,39 13,61 13,61 26,70 19,43
6 Dosis 3
1 0 100 200 200 200 100
2 0 150 150 100 100 90
53
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
(400
mg/kgBB)
3 0 100 100 90 50 0
4 0 80 50 50 50 0
5 0 100 50 50 50 0
6 0 100 50 50 50 0
Rata-rata 0 105,00 108,33 90,00 83,33 31,66
SD 0 23,45 58,45 58,31 60,55 49,16
54
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Lampiran 11. Hasil Persentase inhibisi udem telapak kaki tikus setelah
diinduksi karagenan pada masing-masing kelompok perlakuan
Kel Perlakuan No. Pengukuran Volume Udema (mL) pada Jam Ke-
1 Kontrol
Normal
(Tanpa
diinduksi
karagenan)
0 1 2 3 4 5
1 0 0 0 0 0 0
2 0 0 0 0 0 0
3 0 0 0 0 0 0
4 0 0 0 0 0 0
5 0 0 0 0 0 0
6 0 0 0 0 0 0
Rata-Rata 0 0 0 0 0 0
SD 0 0 0 0 0 0
2 Kontrol
Negatif
Larutan
NaCMC
0,5%
1 0 0 0 0 0 0
2 0 0 0 0 0 0
3 0 0 0 0 0 0
4 0 0 0 0 0 0
5 0 0 0 0 0 0
6 0 0 0 0 0 0
Rata-rata 0 0 0 0 0 0
SD 0 0 0 0 0 0
3 Kontrol
Positif
Natrium
diklofenak
5,14
mg/kgBB
1 0 33,33 25 50 50 66,66
2 0 50 25 50 50 66,66
3 0 0 50 73,68 73,68 100
4 0 0 47,36 0 50 50
5 0 33,33 50 50 50 21,05
6 0 0 66,66 66,66 73,68 73,68
Rata-rata 0 19,44 44,00 48,39 57,89 63,00
SD 0 22,15 16,24 25,77 12,22 26,22
4 Dosis 1
(100
mg/kgBB)
1 0 66,66 75 75 75 66,66
2 0 50 75 75 75 66,66
3 0 50 50 73,68 84,21 100
4 0 50 73,68 100 100 100
5 0 66,66 75 75 75 100
6 0 50 66,66 100 100 100
Rata-rata 0 55,55 69,22 83,11 84,86 88,88
SD 0 8,60 9,96 13,09 12,25 17,21
5 Dosis 2 1 0 33,33 50 50 50 66,66
55
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
(200
mg/kgBB)
2 0 33,34 66,67 66,67 83,33 77,78
3 0 33,34 0 47,36 47,36 55,56
4 0 10 47,36 10 10 50
5 0 33,33 50 50 50 47,36
6 0 0 33,33 47,36 47,36 73,68
Rata-rata 0 23,89 41,22 41,22 48,00 61,84
SD 0 14,96 22,80 22,80 23,24 12,70
6 Dosis 3
(400
mg/kgBB)
1 0 33,33 0 7,13 15,21 100
2 0 50 44,44 100 100 100
3 0 0 72,74 100 100 100
4 0 20 100 100 100 100
5 0 33,33 100 100 100 100
6 0 0 77,28 100 100 82,86
Rata-rata 0 22,77 65,74 84,52 85,86 97,14
SD 0 20,04 38,22 37,91 34,61 6,99
56
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Lampiran 12. Perhitungan persen udem dan persen inhibisi udem telapak
kaki tikus
Persen (%) udem senyawa uji N-(hidroksietil)-p-metoksi sinamamida dosis 100
mg/kgBB
a. Tikus pertama jam ke-2
% udem = Vt−V0
V0 × 100 % =
0,015−0,010
0,010× 100% = 50 %
b. Tikus kedua jam ke-2
% udem = Vt−V0
V0 × 100 % =
0,015−0,010
0,010× 100% = 50 %
c. Tikus ketiga jam ke-2
% udem = Vt−V0
V0 × 100 % =
0,015−0,010
0,010× 100% = 50 %
d. Tikus keempat jam ke-2
% udem = Vt−V0
V0 × 100 % =
0,015−0,010
0,010× 100% = 50 %
e. Tikus kelima jam ke-2
% udem = Vt−V0
V0 × 100 % =
0,015−0,010
0,010× 100% = 50 %
f. Tikus keenam jam ke-2
% udem = Vt−V0
V0 × 100 % =
0,015−0,010
0,010× 100% = 50 %
Keterangan :
Vt : Volume telapak kaki tikus pada waktu t
V0: Volume telapak kaki tikus pada waktu 0
Persen (%) inhibisi udem senyawa uji N-(hidroksietil)-p-metoksi sinamamida
dosis 100 mg/kgBB
a. Tikus pertama jam ke-2
% inhibisi udem = A−B
A × 100 % =
200−50
200× 100% = 75 %
b. Tikus kedua jam ke-2
% inhibisi udem = A−B
A × 100 % =
200−50
200× 100% = 75%
57
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
c. Tikus ketiga jam ke-2
% inhibisi udem = A−B
A × 100 % =
200−50
200× 100% = 50 %
d. Tikus keempat jam ke-2
% inhibisi udem = A−B
A × 100 % =
100−50
100× 100% = 73,68 %
e. Tikus kelima jam ke-2
% inhibisi udem = A−B
A × 100 % =
190−50
190× 100% = 75 %
f. Tikus keenam jam ke-2
% inhibisi udem = A−B
A × 100 % =
150−50
150× 100% = 66,66%
Keterangan :
A : % udem pada kelompok hewan kontrol negatif
B : % udem pada kelompok hewan uji
58
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Lampiran 13. Hasil statistik uji aktifitas antiinflamasi dengan metode udem
buatan pada telapak kaki tikus
1. Uji Normalitas Kolmogrov-Smirnov dan Uji Homogenitas Levene
terhadap persen inhibisi udem telapak kaki tikus
a. Uji Normalitas Kolmogorov-Smirnov
Tujuan : untuk melihat distribusi data persen inhibisi udem telapak
kaki tikus normal atau tidak
Hipotesis :
Ho : data persen inhibisi udem telapak kaki tikus terdistribusi normal
Ha : data persen inhibisi udem telapak kaki tikus tidak terdistribusi
normal
Pengambilan keputusan :
Jika nilai signifikansi ≥ 0,05 , maka Ho diterima
Jika nilai signifikansi ≤ 0,05 , maka Ho ditolak
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
Jam_0 Jam_1 Jam_2 Jam_3 Jam_4 Jam_5
N 36 36 36 36 36 36
Normal Parametersa Mean .0000 12.8700 31.4925 36.9631 40.7494 48.7706
Std. Deviation .00000c
2.79349
E1
3.02694
E1
3.42794
E1
3.50744
E1
4.03486
E1
Most Extreme
Differences
Absolute .261 .268 .276 .238 .220
Positive .261 .268 .276 .238 .220
Negative -.239 -.149 -.176 -.186 -.148
Kolmogorov-Smirnov Z 1.565 1.606 1.657 1.431 1.320
Asymp. Sig. (2-tailed) .015 .012 .008 .033 .061
a. Test distribution is Normal.
c. The distribution has no variance for this variable. One-Sample Kolmogorov-Smirnov
Keputusan : data persen inhibisi udem pada telapak kaki pada jam ke-1 hingga
jam ke-4 tidak terdistribusi normal (ρ ≤ 0,05) dan pada jam ke-5 terdistribusi
normal (ρ ≥ 0,05)
59
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
b. Uji Homogenitas Levene
Tujuan : untuk melihat data persen inhibisi udem telapak kaki tikus
terdistribusi homogen atau tidak
Hipotesis :
Ho : data persen inhibisi udem telapak kaki tikus terdistribusi
homogen
Ha : data persen inhibisi udem telapak kaki tikus tidak terdistribusi
homogen
Pengambilan keputusan :
Jika nilai signifikansi ≥ 0,05 , maka Ho diterima
Jika nilai signifikansi ≤ 0,05 , maka Ho ditolak
Test of Homogeneity of Variances
Levene Statistic df1 df2 Sig.
Jam_0 . 5 . .
Jam_1 5.629 5 30 .001
Jam_2 6.460 5 30 .000
Jam_3 2.478 5 30 .054
Jam_4 3.155 5 30 .021
Jam_5 9.344 5 30 .000
Keputusan : data persen inhibisi udem pada telapak kaki pada jam ke-1, 2, 4 dan
5 tidak terdistribusi homogen (ρ ≤ 0,05), sedangkan pada jam ke-3 terdistribusi
homogen (ρ ≥0,05)
2. Kruskal Wallis dan BNT (Beda Nyata Terkecil) terhadap persen inhibisi
udem pada telapak kaki tikus
Tujuan : untuk mengetahui ada atau tidaknya perbedaan data
persen inhibisi udem pada telapak kaki tikus
60
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Hipotesis :
Ho : data persen inhibisi udem telapak kaki tikus tidak berbeda secara
bermakna
Ha : data persen inhibisi udem telapak kaki tikus berbeda secara bermakna
Pengambilan keputusan :
Jika nilai signifikansi ≥ 0,05 , maka Ho diterima
Jika nilai signifikansi ≤ 0,05 , maka Ho ditolak
Test Statisticsa,b
Jam_0 Jam_1 Jam_2 Jam_3 Jam_4 Jam_5
Chi-Square .000 23.825 24.162 26.617 28.595 26.858
Df 5 5 5 5 5 5
Asymp. Sig. 1.000 .000 .000 .000 .000 .000
Keterangan :
a. Kruskal Wallis Test
b. Grouping Variable: perlakuan
Keputusan : data persen inhibisi udem telapak kaki tikus seluruh kelompok
pada waktu jam ke-0 tidak berbeda secara bermakna, sedangkan pada jam ke-1
hingga ke-5 berbeda secara bermakna.
61
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
3. Uji BNT (LSD) persen inhibisi udem telapak kaki tikus pada jam ke 1, 2,
3, 4 dan 5.
Tujuan : untuk mengetahui perbedaan persen inhibisi udem telapak kaki
tikus yang bermakna.
Multiple Comparisons
LSD
Dependen
t Variable (I) Perlakuan (J) Perlakuan
Mean
Difference
(I-J)
Std.
Error Sig.
95% Confidence
Interval
Lower
Bound
Upper
Bound
Jam_1 kontrol normal KN (suspensi nacmc
0,5%) .00000 8.13307 1.000 -16.6099 16.6099
KP (Nadiklofenak
5,14 mg/kgBB) -19.44333* 8.13307 .023 -36.0533 -2.8334
Dosis uji 1 (100
mg/kgBB) -55.55333* 8.13307 .000 -72.1633 -38.9434
Dosis uji 2 (200
mg/kgBB) -23.89000* 8.13307 .006 -40.4999 -7.2801
Dosis uji 3 (400
mg/kgBB) -22.77667* 8.13307 .009 -39.3866 -6.1667
KN (suspensi
nacmc 0,5%)
kontrol normal .00000 8.13307 1.000 -16.6099 16.6099
KP (Nadiklofenak
5,14 mg/kgBB) -19.44333* 8.13307 .023 -36.0533 -2.8334
Dosis uji 1 (100
mg/kgBB) -55.55333* 8.13307 .000 -72.1633 -38.9434
Dosis uji 2 (200
mg/kgBB) -23.89000* 8.13307 .006 -40.4999 -7.2801
Dosis uji 3 (400
mg/kgBB) -22.77667* 8.13307 .009 -39.3866 -6.1667
KP
(Nadiklofenak
5,14 mg/kgBB)
kontrol normal 19.44333* 8.13307 .023 2.8334 36.0533
KN (suspensi nacmc
0,5%) 19.44333* 8.13307 .023 2.8334 36.0533
Dosis uji 1 (100
mg/kgBB) -36.11000* 8.13307 .000 -52.7199 -19.5001
Dosis uji 2 (200
mg/kgBB) -4.44667 8.13307 .589 -21.0566 12.1633
62
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Dosis uji 3 (400
mg/kgBB) -3.33333 8.13307 .685 -19.9433 13.2766
Dosis uji 1 (100
mg/kgBB)
kontrol normal 55.55333* 8.13307 .000 38.9434 72.1633
KN (suspensi nacmc
0,5%) 55.55333* 8.13307 .000 38.9434 72.1633
KP (Nadiklofenak
5,14 mg/kgBB) 36.11000* 8.13307 .000 19.5001 52.7199
Dosis uji 2 (200
mg/kgBB) 31.66333* 8.13307 .001 15.0534 48.2733
Dosis uji 3 (400
mg/kgBB) 32.77667* 8.13307 .000 16.1667 49.3866
Dosis uji 2 (200
mg/kgBB)
kontrol normal 23.89000* 8.13307 .006 7.2801 40.4999
KN (suspensi nacmc
0,5%) 23.89000* 8.13307 .006 7.2801 40.4999
KP (Nadiklofenak
5,14 mg/kgBB) 4.44667 8.13307 .589 -12.1633 21.0566
Dosis uji 1 (100
mg/kgBB) -31.66333* 8.13307 .001 -48.2733 -15.0534
Dosis uji 3 (400
mg/kgBB) 1.11333 8.13307 .892 -15.4966 17.7233
Dosis uji 3 (400
mg/kgBB)
kontrol normal 22.77667* 8.13307 .009 6.1667 39.3866
KN (suspensi nacmc
0,5%) 22.77667* 8.13307 .009 6.1667 39.3866
KP (Nadiklofenak
5,14 mg/kgBB) 3.33333 8.13307 .685 -13.2766 19.9433
Dosis uji 1 (100
mg/kgBB) -32.77667* 8.13307 .000 -49.3866 -16.1667
Dosis uji 2 (200
mg/kgBB) -1.11333 8.13307 .892 -17.7233 15.4966
Jam_2 kontrol normal KN (suspensi nacmc
0,5%) .00000 10.57418 1.000 -21.5954 21.5954
KP (Nadiklofenak
5,14 mg/kgBB) -44.00333* 10.57418 .000 -65.5987 -22.4080
Dosis uji 1 (100
mg/kgBB) -69.22333* 10.57418 .000 -90.8187 -47.6280
Dosis uji 2 (200
mg/kgBB) -41.22667* 10.57418 .001 -62.8220 -19.6313
63
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Dosis uji 3 (400
mg/kgBB) -34.50167* 10.57418 .003 -56.0970 -12.9063
KN (suspensi
nacmc 0,5%)
kontrol normal .00000 10.57418 1.000 -21.5954 21.5954
KP (Nadiklofenak
5,14 mg/kgBB) -44.00333* 10.57418 .000 -65.5987 -22.4080
Dosis uji 1 (100
mg/kgBB) -69.22333* 10.57418 .000 -90.8187 -47.6280
Dosis uji 2 (200
mg/kgBB) -41.22667* 10.57418 .001 -62.8220 -19.6313
Dosis uji 3 (400
mg/kgBB) -34.50167* 10.57418 .003 -56.0970 -12.9063
KP
(Nadiklofenak
5,14 mg/kgBB)
kontrol normal 44.00333* 10.57418 .000 22.4080 65.5987
KN (suspensi nacmc
0,5%) 44.00333* 10.57418 .000 22.4080 65.5987
Dosis uji 1 (100
mg/kgBB) -25.22000* 10.57418 .024 -46.8154 -3.6246
Dosis uji 2 (200
mg/kgBB) 2.77667 10.57418 .795 -18.8187 24.3720
Dosis uji 3 (400
mg/kgBB) 9.50167 10.57418 .376 -12.0937 31.0970
Dosis uji 1 (100
mg/kgBB)
kontrol normal 69.22333* 10.57418 .000 47.6280 90.8187
KN (suspensi nacmc
0,5%) 69.22333* 10.57418 .000 47.6280 90.8187
KP (Nadiklofenak
5,14 mg/kgBB) 25.22000* 10.57418 .024 3.6246 46.8154
Dosis uji 2 (200
mg/kgBB) 27.99667* 10.57418 .013 6.4013 49.5920
Dosis uji 3 (400
mg/kgBB) 34.72167* 10.57418 .003 13.1263 56.3170
Dosis uji 2 (200
mg/kgBB)
kontrol normal 41.22667* 10.57418 .001 19.6313 62.8220
KN (suspensi nacmc
0,5%) 41.22667* 10.57418 .001 19.6313 62.8220
KP (Nadiklofenak
5,14 mg/kgBB) -2.77667 10.57418 .795 -24.3720 18.8187
Dosis uji 1 (100
mg/kgBB) -27.99667* 10.57418 .013 -49.5920 -6.4013
Dosis uji 3 (400
mg/kgBB) 6.72500 10.57418 .530 -14.8704 28.3204
64
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Dosis uji 3 (400
mg/kgBB)
kontrol normal 34.50167* 10.57418 .003 12.9063 56.0970
KN (suspensi nacmc
0,5%) 34.50167* 10.57418 .003 12.9063 56.0970
KP (Nadiklofenak
5,14 mg/kgBB) -9.50167 10.57418 .376 -31.0970 12.0937
Dosis uji 1 (100
mg/kgBB) -34.72167* 10.57418 .003 -56.3170 -13.1263
Dosis uji 2 (200
mg/kgBB) -6.72500 10.57418 .530 -28.3204 14.8704
Jam_3 kontrol normal KN (suspensi nacmc
0,5%) .00000 10.63772 1.000 -21.7251 21.7251
KP (Nadiklofenak
5,14 mg/kgBB) -48.39000* 10.63772 .000 -70.1151 -26.6649
Dosis uji 1 (100
mg/kgBB) -83.11333* 10.63772 .000 -104.8384 -61.3882
Dosis uji 2 (200
mg/kgBB) -41.22667* 10.63772 .001 -62.9518 -19.5016
Dosis uji 3 (400
mg/kgBB) -49.04833* 10.63772 .000 -70.7734 -27.3232
KN (suspensi
nacmc 0,5%)
kontrol normal .00000 10.63772 1.000 -21.7251 21.7251
KP (Nadiklofenak
5,14 mg/kgBB) -48.39000* 10.63772 .000 -70.1151 -26.6649
Dosis uji 1 (100
mg/kgBB) -83.11333* 10.63772 .000 -104.8384 -61.3882
Dosis uji 2 (200
mg/kgBB) -41.22667* 10.63772 .001 -62.9518 -19.5016
Dosis uji 3 (400
mg/kgBB) -49.04833* 10.63772 .000 -70.7734 -27.3232
KP
(Nadiklofenak
5,14 mg/kgBB)
kontrol normal 48.39000* 10.63772 .000 26.6649 70.1151
KN (suspensi nacmc
0,5%) 48.39000* 10.63772 .000 26.6649 70.1151
Dosis uji 1 (100
mg/kgBB) -34.72333* 10.63772 .003 -56.4484 -12.9982
Dosis uji 2 (200
mg/kgBB) 7.16333 10.63772 .506 -14.5618 28.8884
Dosis uji 3 (400
mg/kgBB) -.65833 10.63772 .951 -22.3834 21.0668
Dosis uji 1 (100 kontrol normal 83.11333* 10.63772 .000 61.3882 104.8384
65
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
mg/kgBB) KN (suspensi nacmc
0,5%) 83.11333* 10.63772 .000 61.3882 104.8384
KP (Nadiklofenak
5,14 mg/kgBB) 34.72333* 10.63772 .003 12.9982 56.4484
Dosis uji 2 (200
mg/kgBB) 41.88667* 10.63772 .000 20.1616 63.6118
Dosis uji 3 (400
mg/kgBB) 34.06500* 10.63772 .003 12.3399 55.7901
Dosis uji 2 (200
mg/kgBB)
kontrol normal 41.22667* 10.63772 .001 19.5016 62.9518
KN (suspensi nacmc
0,5%) 41.22667* 10.63772 .001 19.5016 62.9518
KP (Nadiklofenak
5,14 mg/kgBB) -7.16333 10.63772 .506 -28.8884 14.5618
Dosis uji 1 (100
mg/kgBB) -41.88667* 10.63772 .000 -63.6118 -20.1616
Dosis uji 3 (400
mg/kgBB) -7.82167 10.63772 .468 -29.5468 13.9034
Dosis uji 3 (400
mg/kgBB)
kontrol normal 49.04833* 10.63772 .000 27.3232 70.7734
KN (suspensi nacmc
0,5%) 49.04833* 10.63772 .000 27.3232 70.7734
KP (Nadiklofenak
5,14 mg/kgBB) .65833 10.63772 .951 -21.0668 22.3834
Dosis uji 1 (100
mg/kgBB) -34.06500* 10.63772 .003 -55.7901 -12.3399
Dosis uji 2 (200
mg/kgBB) 7.82167 10.63772 .468 -13.9034 29.5468
Jam_4 kontrol normal KN (suspensi nacmc
0,5%) .00000 9.63925 1.000 -19.6860 19.6860
KP (Nadiklofenak
5,14 mg/kgBB) -57.89333* 9.63925 .000 -77.5793 -38.2074
Dosis uji 1 (100
mg/kgBB) -84.86833* 9.63925 .000 -104.5543 -65.1824
Dosis uji 2 (200
mg/kgBB) -48.00833* 9.63925 .000 -67.6943 -28.3224
Dosis uji 3 (400
mg/kgBB) -53.72667* 9.63925 .000 -73.4126 -34.0407
KN (suspensi kontrol normal .00000 9.63925 1.000 -19.6860 19.6860
66
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
nacmc 0,5%) KP (Nadiklofenak
5,14 mg/kgBB) -57.89333* 9.63925 .000 -77.5793 -38.2074
Dosis uji 1 (100
mg/kgBB) -84.86833* 9.63925 .000 -104.5543 -65.1824
Dosis uji 2 (200
mg/kgBB) -48.00833* 9.63925 .000 -67.6943 -28.3224
Dosis uji 3 (400
mg/kgBB) -53.72667* 9.63925 .000 -73.4126 -34.0407
KP
(Nadiklofenak
5,14 mg/kgBB)
kontrol normal 57.89333* 9.63925 .000 38.2074 77.5793
KN (suspensi nacmc
0,5%) 57.89333* 9.63925 .000 38.2074 77.5793
Dosis uji 1 (100
mg/kgBB) -26.97500* 9.63925 .009 -46.6610 -7.2890
Dosis uji 2 (200
mg/kgBB) 9.88500 9.63925 .313 -9.8010 29.5710
Dosis uji 3 (400
mg/kgBB) 4.16667 9.63925 .669 -15.5193 23.8526
Dosis uji 1 (100
mg/kgBB)
kontrol normal 84.86833* 9.63925 .000 65.1824 104.5543
KN (suspensi nacmc
0,5%) 84.86833* 9.63925 .000 65.1824 104.5543
KP (Nadiklofenak
5,14 mg/kgBB) 26.97500* 9.63925 .009 7.2890 46.6610
Dosis uji 2 (200
mg/kgBB) 36.86000* 9.63925 .001 17.1740 56.5460
Dosis uji 3 (400
mg/kgBB) 31.14167* 9.63925 .003 11.4557 50.8276
Dosis uji 2 (200
mg/kgBB)
kontrol normal 48.00833* 9.63925 .000 28.3224 67.6943
KN (suspensi nacmc
0,5%) 48.00833* 9.63925 .000 28.3224 67.6943
KP (Nadiklofenak
5,14 mg/kgBB) -9.88500 9.63925 .313 -29.5710 9.8010
Dosis uji 1 (100
mg/kgBB) -36.86000* 9.63925 .001 -56.5460 -17.1740
Dosis uji 3 (400
mg/kgBB) -5.71833 9.63925 .557 -25.4043 13.9676
Dosis uji 3 (400
mg/kgBB)
kontrol normal 53.72667* 9.63925 .000 34.0407 73.4126
KN (suspensi nacmc
0,5%) 53.72667* 9.63925 .000 34.0407 73.4126
67
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
KP (Nadiklofenak
5,14 mg/kgBB) -4.16667 9.63925 .669 -23.8526 15.5193
Dosis uji 1 (100
mg/kgBB) -31.14167* 9.63925 .003 -50.8276 -11.4557
Dosis uji 2 (200
mg/kgBB) 5.71833 9.63925 .557 -13.9676 25.4043
Jam_5 kontrol normal KN (suspensi nacmc
0,5%) .00000 11.10465 1.000 -22.6787 22.6787
KP (Nadiklofenak
5,14 mg/kgBB) -63.00833* 11.10465 .000 -85.6871 -40.3296
Dosis uji 1 (100
mg/kgBB) -88.88667* 11.10465 .000 -111.5654 -66.2079
Dosis uji 2 (200
mg/kgBB) -61.84000* 11.10465 .000 -84.5187 -39.1613
Dosis uji 3 (400
mg/kgBB) -78.88833* 11.10465 .000 -101.5671 -56.2096
KN (suspensi
nacmc 0,5%)
kontrol normal .00000 11.10465 1.000 -22.6787 22.6787
KP (Nadiklofenak
5,14 mg/kgBB) -63.00833* 11.10465 .000 -85.6871 -40.3296
Dosis uji 1 (100
mg/kgBB) -88.88667* 11.10465 .000 -111.5654 -66.2079
Dosis uji 2 (200
mg/kgBB) -61.84000* 11.10465 .000 -84.5187 -39.1613
Dosis uji 3 (400
mg/kgBB) -78.88833* 11.10465 .000 -101.5671 -56.2096
KP
(Nadiklofenak
5,14 mg/kgBB)
kontrol normal 63.00833* 11.10465 .000 40.3296 85.6871
KN (suspensi nacmc
0,5%) 63.00833* 11.10465 .000 40.3296 85.6871
Dosis uji 1 (100
mg/kgBB) -25.87833* 11.10465 .027 -48.5571 -3.1996
Dosis uji 2 (200
mg/kgBB) 1.16833 11.10465 .917 -21.5104 23.8471
Dosis uji 3 (400
mg/kgBB) -15.88000 11.10465 .163 -38.5587 6.7987
Dosis uji 1 (100
mg/kgBB)
kontrol normal 88.88667* 11.10465 .000 66.2079 111.5654
KN (suspensi nacmc
0,5%) 88.88667* 11.10465 .000 66.2079 111.5654
68
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
KP (Nadiklofenak
5,14 mg/kgBB) 25.87833* 11.10465 .027 3.1996 48.5571
Dosis uji 2 (200
mg/kgBB) 27.04667* 11.10465 .021 4.3679 49.7254
Dosis uji 3 (400
mg/kgBB) 9.99833 11.10465 .375 -12.6804 32.6771
Dosis uji 2 (200
mg/kgBB)
kontrol normal 61.84000* 11.10465 .000 39.1613 84.5187
KN (suspensi nacmc
0,5%) 61.84000* 11.10465 .000 39.1613 84.5187
KP (Nadiklofenak
5,14 mg/kgBB) -1.16833 11.10465 .917 -23.8471 21.5104
Dosis uji 1 (100
mg/kgBB) -27.04667* 11.10465 .021 -49.7254 -4.3679
Dosis uji 3 (400
mg/kgBB) -17.04833 11.10465 .135 -39.7271 5.6304
Dosis uji 3 (400
mg/kgBB)
kontrol normal 78.88833* 11.10465 .000 56.2096 101.5671
KN (suspensi nacmc
0,5%) 78.88833* 11.10465 .000 56.2096 101.5671
KP (Nadiklofenak
5,14 mg/kgBB) 15.88000 11.10465 .163 -6.7987 38.5587
Dosis uji 1 (100
mg/kgBB) -9.99833 11.10465 .375 -32.6771 12.6804
Dosis uji 2 (200
mg/kgBB) 17.04833 11.10465 .135 -5.6304 39.7271
*. The mean difference is significant at the 0.05 level.
Keterangan : tanda * menunjukkan data berbeda secara bermakna
Dilihat dari data diatas maka :
a. Jam ke 1
1. Kontrol normal berbeda secara bermakna dengan seluruh kelompok
perlakuan kecuali dengan kelompok kontrol negatif pada taraf uji 0,05
2. Kontrol negatif berbeda secara bermakna dengan seluruh kelompok
perlakuan kecuali dengan kelompok kontrol normal pada taraf uji 0,05
3. Kontrol positif berbeda secara bermakna dengan kelompok kontrol
normal, kontrol negatif dan dosis uji 1 pada taraf uji 0,05
69
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
4. Dosis uji 1 (100 mg/kgBB) berbeda secara bermakna terhadap seluruh
kelompok perlakuan pada taraf uji 0,05
5. Dosis uji 2 (200 mg/kgBB) berbeda secara bermakna dengan
kelompok kontrol negatif, kontrol normal, dan dosis uji 1 pada taraf uji
0,05.
6. Dosis uji 3 (400 mg/kgBB) berbeda secara bermakna dengan
kelompok kontrol negatif, kontrol normal, dan dosis uji 1 pada taraf uji
0,05.
b. Jam ke-2
1. Kontrol normal berbeda secara bermakna dengan seluruh kelompok
perlakuan kecuali dengan kelompok kontrol negatif pada taraf uji 0,05
2. Kontrol negatif berbeda secara bermakna dengan seluruh kelompok
perlakuan kecuali dengan kelompok kontrol normal pada taraf uji 0,05
3. Kontrol positif berbeda secara bermakna dengan kelompok kontrol
normal, kontrol negatif dan dosis uji 1 pada taraf uji 0,05
4. Dosis uji 1 (100 mg/kgBB) berbeda secara bermakna terhadap seluruh
kelompok perlakuan pada taraf uji 0,05
5. Dosis uji 2 (200 mg/kgBB) berbeda secara bermakna dengan
kelompok kontrol negatif, kontrol normal, dan dosis uji 1 pada taraf uji
0,05.
6. Dosis uji 3 (400 mg/kgBB) berbeda secara bermakna dengan
kelompok kontrol negatif, kontrol normal, dan dosis uji 1 pada taraf uji
0,05.
c. Jam ke-3
1. Kontrol normal berbeda secara bermakna dengan seluruh kelompok
perlakuan kecuali dengan kelompok kontrol negatif pada taraf uji 0,05
2. Kontrol negatif berbeda secara bermakna dengan seluruh kelompok
perlakuan kecuali dengan kelompok kontrol normal pada taraf uji 0,05
3. Kontrol positif berbeda secara bermakna dengan kelompok kontrol
normal, kontrol negatif dan dosis uji 1 pada taraf uji 0,05
70
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
4. Dosis uji 1 (100 mg/kgBB) berbeda secara bermakna terhadap seluruh
kelompok perlakuan pada taraf uji 0,05
5. Dosis uji 2 (200 mg/kgBB) berbeda secara bermakna dengan
kelompok kontrol negatif, kontrol normal, dan dosis uji 1 pada taraf uji
0,05.
6. Dosis uji 3 (400 mg/kgBB) berbeda secara bermakna dengan
kelompok kontrol negatif, kontrol normal, dan dosis uji 1 pada taraf uji
0,05.
d. Jam ke-4
1. Kontrol normal berbeda secara bermakna dengan seluruh kelompok
perlakuan kecuali dengan kelompok kontrol negatif pada taraf uji 0,05
2. Kontrol negatif berbeda secara bermakna dengan seluruh kelompok
perlakuan kecuali dengan kelompok kontrol normal pada taraf uji 0,05
3. Kontrol positif berbeda secara bermakna dengan kelompok kontrol
normal, kontrol negatif dan dosis uji 1 pada taraf uji 0,05
4. Dosis uji 1 (100 mg/kgBB) berbeda secara bermakna terhadap seluruh
kelompok perlakuan pada taraf uji 0,05
5. Dosis uji 2 (200 mg/kgBB) berbeda secara bermakna dengan
kelompok kontrol negatif, kontrol normal, dan dosis uji 1 pada taraf uji
0,05.
6. Dosis uji 3 (400 mg/kgBB) berbeda secara bermakna dengan
kelompok kontrol negatif, kontrol normal, dan dosis uji 1 pada taraf uji
0,05.
e. Jam ke-5
1. Kontrol normal berbeda secara bermakna dengan seluruh kelompok
perlakuan kecuali dengan kelompok kontrol negatif pada taraf uji 0,05
2. Kontrol negatif berbeda secara bermakna dengan seluruh kelompok
perlakuan kecuali dengan kelompok kontrol normal pada taraf uji 0,05
3. Kontrol positif berbeda secara bermakna dengan kelompok kontrol
normal, kontrol negatif dan dosis uji 1 pada taraf uji 0,05
71
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
4. Dosis uji 1 (100 mg/kgBB) berbeda secara bermakna terhadap seluruh
kelompok perlakuan kecuali dengan dosis uji 3 pada taraf uji 0,05
5. Dosis uji 2 (200 mg/kgBB) berbeda secara bermakna dengan
kelompok kontrol negatif, kontrol normal, dan dosis uji 1 pada taraf uji
0,05.
6. Dosis uji 3 (400 mg/kgBB) berbeda secara bermakna dengan
kelompok kontrol negatif dan kontrol normal pada taraf uji 0,05.
72
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Lampiran 14. Hasil statistik persen inhibisi udem antar variasi dosis uji
1. Uji Normalitas
Jam_1 Jam_2 Jam_3 Jam_4 Jam_5
Kolmogorov-Smirnov Z .884 .816 .786 .936 1.183
Asymp. Sig. (2-tailed) .416 .518 .567 .345 .121
Keputusan : data persen inhibisi udem antar kelompok variasi dosis
terdistribusi normal (ρ ≥ 0,05) pada jam ke-1 hingga jam ke-5.
2. Uji Homogenitas
Test of Homogeneity of Variances
Levene
Statistic df1 df2 Sig.
Jam_1 2.608 2 15 .107
Jam_2 3.242 2 15 .068
Jam_3 .271 2 15 .767
Jam_4 .726 2 15 .500
Jam_5 8.391 2 15 .004
Keputusan : data persen inhibisi udem antar kelompok variasi dosis
terdistribusi normal (ρ ≥ 0,05) pada jam ke-1 hingga jam ke-4. Sedangkan
jam ke-5 tidak terdistribusi normal (ρ ≤ 0,05).
3. Kruskal-Wallis
Test Statisticsa,b
Jam_0 Jam_1 Jam_2 Jam_3 Jam_4 Jam_5
Chi-Square .000 10.580 6.058 10.792 9.132 3.872
Df 2 2 2 2 2 2
Asymp. Sig. 1.000 .005 .048 .005 .010 .144
a. Kruskal Wallis Test
b. Grouping Variable: Perlakuan
73
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Keputusan : data persen inhibisi udem antar variasi dosis berbeda secara
bermakna pada jam ke-1 hingga ke-4. Sedangkan pada jam ke-5 tidak
berbeda bermakna
4. LSD
Mengetahui perbedaan bermakna pada jam ke-1, 2, 3 dan 4
Multiple Comparisons
LSD
Dependent
Variable (I) Perlakuan (J) Perlakuan
Mean
Difference
(I-J) Std. Error Sig.
95% Confidence
Interval
Lower
Bound
Upper
Bound
Jam_1 dosis uji 100
mg/kgBB
dosis uji 200
mg/kgBB 31.66333* 8.81878 .003 12.8666 50.4601
dosis uji 400
mg/kgBB 32.77667* 8.81878 .002 13.9799 51.5734
dosis uji 200
mg/kgBB
dosis uji 100
mg/kgBB -31.66333* 8.81878 .003 -50.4601 -12.8666
dosis uji 400
mg/kgBB 1.11333 8.81878 .901 -17.6834 19.9101
dosis uji 400
mg/kgBB
dosis uji 100
mg/kgBB -32.77667* 8.81878 .002 -51.5734 -13.9799
dosis uji 200
mg/kgBB -1.11333 8.81878 .901 -19.9101 17.6834
Jam_2 dosis uji 100
mg/kgBB
dosis uji 200
mg/kgBB 27.99667 13.93990 .063 -1.7155 57.7089
dosis uji 400
mg/kgBB 34.72167* 13.93990 .025 5.0095 64.4339
dosis uji 200
mg/kgBB
dosis uji 100
mg/kgBB -27.99667 13.93990 .063 -57.7089 1.7155
dosis uji 400
mg/kgBB 6.72500 13.93990 .636 -22.9872 36.4372
dosis uji 400
mg/kgBB
dosis uji 100
mg/kgBB -34.72167* 13.93990 .025 -64.4339 -5.0095
dosis uji 200
mg/kgBB -6.72500 13.93990 .636 -36.4372 22.9872
74
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Jam_3 dosis uji 100
mg/kgBB
dosis uji 200
mg/kgBB 41.88667* 12.34841 .004 15.5667 68.2067
dosis uji 400
mg/kgBB 34.06500* 12.34841 .015 7.7450 60.3850
dosis uji 200
mg/kgBB
dosis uji 100
mg/kgBB -41.88667* 12.34841 .004 -68.2067 -15.5667
dosis uji 400
mg/kgBB -7.82167 12.34841 .536 -34.1417 18.4983
dosis uji 400
mg/kgBB
dosis uji 100
mg/kgBB -34.06500* 12.34841 .015 -60.3850 -7.7450
dosis uji 200
mg/kgBB 7.82167 12.34841 .536 -18.4983 34.1417
Jam_4 dosis uji 100
mg/kgBB
dosis uji 200
mg/kgBB 36.86000* 13.00829 .013 9.1335 64.5865
dosis uji 400
mg/kgBB 31.14167* 13.00829 .030 3.4151 58.8682
dosis uji 200
mg/kgBB
dosis uji 100
mg/kgBB -36.86000* 13.00829 .013 -64.5865 -9.1335
dosis uji 400
mg/kgBB -5.71833 13.00829 .667 -33.4449 22.0082
dosis uji 400
mg/kgBB
dosis uji 100
mg/kgBB -31.14167* 13.00829 .030 -58.8682 -3.4151
dosis uji 200
mg/kgBB 5.71833 13.00829 .667 -22.0082 33.4449
Jam_5 dosis uji 100
mg/kgBB
dosis uji 200
mg/kgBB 27.04667 13.04654 .056 -.7614 54.8547
dosis uji 400
mg/kgBB 9.99833 13.04654 .455 -17.8097 37.8064
dosis uji 200
mg/kgBB
dosis uji 100
mg/kgBB -27.04667 13.04654 .056 -54.8547 .7614
dosis uji 400
mg/kgBB -17.04833 13.04654 .211 -44.8564 10.7597
dosis uji 400
mg/kgBB
dosis uji 100
mg/kgBB -9.99833 13.04654 .455 -37.8064 17.8097
dosis uji 200
mg/kgBB 17.04833 13.04654 .211 -10.7597 44.8564
*. The mean difference is significant at the 0.05 level.
75
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Penjelasan :
a. Jam ke-1 : dosis 100 mg/kgBB berbeda bermakna dengan dosis 200
mg/kgBB dan 400 mg/kgBB; sedangkan dosis 200 mg/kgBB tidak
berbeda bermakna dengan dosis 400 mg/kgBB.
b. Jam ke-2 : dosis 100 mg/kgBB berbeda bermakna dengan dosis 400
mg/kgBB, tidak berbeda bermakna dengan dosis 200 mg/kgBB; dosis 200
mg/kgBB tidak berbeda bermakna dengan dosis 100 dan 400 mg/kgBB.
c. Jam ke-3 : dosis 100 mg/kgBB berbeda bermakna dengan dosis 200
mg/kgBB dan 400 mg/kgBB; sedangkan dosis 200 mg/kgBB tidak
berbeda bermakna dengan dosis 400 mg/kgBB.
d. Jam ke-4 : dosis 100 mg/kgBB berbeda bermakna dengan dosis 200
mg/kgBB dan 400 mg/kgBB; sedangkan dosis 200 mg/kgBB tidak
berbeda bermakna dengan dosis 400 mg/kgBB.
e. Jam ke-5 : dosis 100 mg/kgBB tidak berbeda bermakna dengan dosis 200
mg/kgBB dan 400 mg/kgBB.