uin syarif hidayatullah jakarta uji aktivitas...

92
UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA UJI AKTIVITAS ANTIBAKTERI EKSTRAK DAUN Garcinia benthami Pierre TERHADAP BEBERAPA BAKTERI PATOGEN DENGAN METODE BIOAUTOGRAFI SKRIPSI KARIMAH YULIANTI ANDIDHA 1111102000033 FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN PROGRAM STUDI FARMASI JAKARTA JUNI 2015

Upload: phamhanh

Post on 01-Apr-2019

220 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA UJI AKTIVITAS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29210/1/KARIMAH... · Garcinia telah dikenal sebagai sumber senyawa xanton dan

UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

UJI AKTIVITAS ANTIBAKTERI EKSTRAK DAUN

Garcinia benthami Pierre TERHADAP BEBERAPA

BAKTERI PATOGEN DENGAN METODE

BIOAUTOGRAFI

SKRIPSI

KARIMAH YULIANTI ANDIDHA

1111102000033

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN

PROGRAM STUDI FARMASI

JAKARTA

JUNI 2015

Page 2: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA UJI AKTIVITAS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29210/1/KARIMAH... · Garcinia telah dikenal sebagai sumber senyawa xanton dan

ii

UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

UJI AKTIVITAS ANTIBAKTERI EKSTRAK DAUN

Garcinia benthami Pierre TERHADAP BEBERAPA

BAKTERI PATOGEN DENGAN METODE

BIOAUTOGRAFI

SKRIPSI Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Farmasi

KARIMAH YULIANTI ANDIDHA

1111102000033

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN

PROGRAM STUDI FARMASI

JAKARTA

JUNI 2015

Page 3: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA UJI AKTIVITAS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29210/1/KARIMAH... · Garcinia telah dikenal sebagai sumber senyawa xanton dan

iii

HALAMAN PERNYATAAN ORISINILITAS

Skripsi ini adalah hasil karya sendiri, dan semua sumber yang

dikutip saya maupun dirujuk telah saya nyatakan dengan benar

Nama : Karimah Yulianti Andidha

NIM : 1111102000033

Tanda Tangan :

Tanggal : 18 Juni 2015

Page 4: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA UJI AKTIVITAS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29210/1/KARIMAH... · Garcinia telah dikenal sebagai sumber senyawa xanton dan

iv

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING

Nama : Karimah Yulianti Andidha

NIM : 1111102000033

Program Studi : Farmasi

Judul : Uji Aktivitas Antibakteri Ekstrak Daun Garcinia benthami

Pierre terhadap Beberapa Bakteri Patogen dengan Metode

Bioautografi.

Disetujui oleh:

Pembimbing I Pembimbing II

Puteri Amelia, M.Farm., Apt Saiful Bahri, M.Si

NIP. 198012042011012004 NRD. 03030784.01

Mengetahui,

Ketua Program Studi Farmasi

FKIK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Yardi, Ph.D.,Apt

NIP. 197411232008011014

Page 5: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA UJI AKTIVITAS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29210/1/KARIMAH... · Garcinia telah dikenal sebagai sumber senyawa xanton dan

v

HALAMAN PENGESAHAN SKRIPSI

Skripsi ini diajukan oleh :

Nama : Karimah Yulianti Andidha

NIM : 1111102000033

Program Studi : Farmasi

Judul : Uji Aktivitas Antibakteri Ekstrak Daun Garcinia benthami

Pierre terhadap Beberapa Bakteri Patogen dengan Metode

Bioautografi.

Telah berhasil dipertahankan di hadapan Dewan Penguji dan diterima

sebagai bagian persyaratan yang diperlukan untuk memperoleh gelar

Sarjana Farmasi pada Program Studi Farmasi Fakultas Kedokteran dan

Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.

DEWAN PENGUJI

Pembimbing 1 : Puteri Amelia, M.Farm., Apt. ( )

Pembimbing 2 : Saiful Bahri, M.Si ( )

Penguji 1 : Eka Putri, M.Si.,Apt ( )

Penguji 2 : Lina Elfita, M.Si.,Apt ( )

Ditetapkan di : Jakarta

Tanggal : 18Juni 2015

Page 6: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA UJI AKTIVITAS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29210/1/KARIMAH... · Garcinia telah dikenal sebagai sumber senyawa xanton dan

vi

ABSTRAK

Nama : Karimah Yulianti Andidha

Program Studi : Farmasi

Judul : Uji Aktivitas Antibakteri Ekstrak Daun Garcinia benthami

Pierre terhadap Beberapa Bakteri Patogen dengan Metode

Bioautografi.

Garcinia benthami Pierre merupakan salah satu spesies dari genus Garcinia.

Garcinia telah dikenal sebagai sumber senyawa xanton dan bioflavonoid dengan

berbagai macam bioaktivitas seperti antibakteri, antioksidan, antikanker,

antifungi, dan antiinflamasi. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui aktivitas

antibakteri ekstrak n-heksan, etil asetat, dan metanol daun Garcinia benthami

Pierre terhadap bakteri Gram positif dan Gram negatif. Ekstrak n-heksan, etil

asetat dan metanol diperoleh dengan metode maserasi bertingkat, ketiga ekstrak

tersebut diuji menggunakan metode bioautografi. Ekstrak etil asetat merupakan

ekstrak yang mempunyai aktivitas tertinggi dari kedua ekstrak lainnya terhadap

bakteri Staphylococcus epidermidis, Bacillus subtilis, Pseudomonas aeruginosa,

Shigella dysenteriae, Helicobacter pylori dan Salmonella thypimurium. Ekstrak

etil asetat tersebut dilakukan kromatografi lapis tipis bioautografi untuk

mengetahui pola pemisahan senyawa yang terkandung dalam ekstrak dan aktif

sebagai antibakteri. Eluen terbaik pada bakteri uji S. epidermidis adalah eluen n-

heksan : etil asetat (5:5) dengan nilai Rf 0,24 dan 0,32, B. subtilis pada eluen n-

heksan : etil asetat (7:3) dengan nilai Rf 0,033; 0,083; 0,13 dan 0,383, H. pylori

pada eluen n-heksan : etil asetat (6:4) dengan nilai Rf 0,033; 0,125; 0,208; 0,383

dan 0,6, P. aeruginosa pada eluen n-heksan : etil asetat (5:5) dengan nilai Rf 0,24;

0,3; 0,6; 0,7 dan 0,76, S. thypimurium pada eluen n-heksan : etil asetat (5:5)

dengan nilai Rf 0,26; 0,36 dan 0,64, S. dysenteriae pada eluen n-heksan: etil

asetat (6:4) dengan nilai Rf 0,45.

Kata kunci : Garcinia benthami Pierre, ekstrak, antibakteri, bioautografi.

Page 7: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA UJI AKTIVITAS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29210/1/KARIMAH... · Garcinia telah dikenal sebagai sumber senyawa xanton dan

vii

ABSTRACT

Name : Karimah Yulianti Andidha

Major : Pharmacy

Tittle : Antibacterial Activity of Garcinia benthami Pierre Leaf

Extracts Against Bacterial Pathogens by Bioautography

Method.

Garcinia benthami Pierre is one of the species from genus Garcinia. Garcinia that

has been known as a source of xanton and bioflavonoid compounds with various

bioactivities such as antibacterial, antioxidant, anticancer, antifungal and anti-

inflammatory. This research aims to determine the antibacterial activity of the

extract n-hexane, ethyl acetate, and methanol leaves of Garcinia benthami Pierre

against Gram positive and Gram negative. Extract n-hexane, ethyl acetate and

methanol were obtained by maceration multilevel method where three extracts

were tested using bioautography method. Ethyl acetate extract is an extract which

has the highest activity compared to the two other extracts against Staphylococcus

epidermidis, Bacillus subtilis, Pseudomonas aeruginosa, Shigella dysenteriae,

Helicobacter pylori and Salmonella thypimurium. The ethyl acetate extract was

examined by thin layer chromatography to determine the pattern separation

bioautography compounds contained in extracts and active as an antibacterial. The

best eluent for the test of bacteria S epidermidis is eluent n-hexane : ethyl acetate

(5:5) with Rf value of 0.24 and 0.32, related B. subtilis in the eluent n-hexane :

ethyl acetate (7:3) Rf value of 0.033; 0.083; 0.13 and 0.383, H. pylori in the eluent

n-hexane : ethyl acetate 6:4 with a value of Rf 0.033; 0.125; 0.208; 0.383 and 0.6,

P. aeruginosa in eluent n-hexane : ethyl acetate (5:5) with Rf value 0.24; 0.3; 0.6;

0.7 and 0.76, S. thypimurium the eluent n-hexane : ethyl acetate (5:5) with Rf

value of 0.26; 0.36 and 0.64, S. dysenteriae the eluent n-hexane : ethyl acetate 6:4

with a value of Rf 0.45.

Keywords : Garcinia benthami Pierre, extract, antibacterial, bioautography

Page 8: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA UJI AKTIVITAS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29210/1/KARIMAH... · Garcinia telah dikenal sebagai sumber senyawa xanton dan

viii

KATA PENGANTAR

Alhamdulillahi Rabbil „Alamin, atas segala nikmat iman, islam,

kesempatan, serta kekuatan yang telah diberikan Allah Subhanahuwata‟ala

sehingga penulis dapat menyelesaikan penelitian dan penulisan skripsi ini.

Shalawat dan salam kepada Rasulullah Muhammad SAW sebagai tauladan umat

manusia, semoga kita dapat menjunjung nilai-nilai Islam yang beliau ajarkan dan

semoga kita mendapatkan syafaat beliau.

Skripsi ini dibuat sebagai salah satu syarat untuk mendapat gelar sarjana

farmasi dari Program Studi Farmasi Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan

Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah. Judul skripsi ini adalah “Uji

Aktivitas Antibakteri Ekstrak Daun Garcinia benthami Pierre terhadap Beberapa

Bakteri Patogen dengan Metode Bioautografi”.

Penulis menyadari bahwa keberhasilan tugas akhir ini adalah atas bimbingan

dan bantuan berbagai pihak. Dalam kesempatan ini, penulis menyampaikan

terimakasih kepada :

1. Kedua orang tua, Ayah Bambang Santoso dan Mama Sinta Karyati

terimakasih atas kasih sayang, perhatian, semangat, doa yang tiada henti

serta dukungan baik moral maupun materil. Semoga selalu dalam

lindungan Allah swt.

2. Ibu Puteri Amelia, M.Farm., Apt dan bapak Saiful Bahri, M.Si selaku

pembimbing yang senantiasa sabar dan ikhlas dalam memberikan arahan

dan semangat selama proses penyelesaian penelitian dan skripsi ini.

3. Dr. H. Arif Soemantri, S.KM, M.Kes selaku Dekan Fakultas Kedokteran

dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

4. Yardi, Ph.D., Apt selaku Ketua Program Studi Farmasi Fakultas

Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri Syarif

Hidayatullah Jakarta.

5. Bapak dan Ibu staf pengajar dan karyawan yang telah memberikan

bimbingan dan bantuan selama saya menempuh pendidikan di Program

Page 9: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA UJI AKTIVITAS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29210/1/KARIMAH... · Garcinia telah dikenal sebagai sumber senyawa xanton dan

ix

Studi Farmasi Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam

Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

6. Para laboran Farmasi UIN, Mba Rani, Ka Eris, Ka Rahmadi, Ka Lisna

dan Ka Tiwi yang telah banyak membantu selama praktikum maupun

penelitian.

7. Kedua kakakku tercinta Mba Nia dan Mas Idham yang sudah memberikan

dukungan, semangat dan doa.

8. Teman-teman seperjuangan antimikroba dalam penelitian ini yang tidak

bisa penulis sebutkan satu-satu yang senantiasa dengan sabar menemani,

mendukung dan membantu disaat sedang dibutuhkan.

9. Teman-teman terdekat yang sudah banyak membantu penulis dalam

penelitian ini Sumiati, Qadryna, Silvia yang bersedia mendengarkan

keluhan dan memberikan doa serta semangat.

10. Teman-teman Farmasi 2011 yang sudah banyak memberikan kenangan

dan kebahagiaan selama empat tahun ini. Semoga ukhuwah kita selalu

terjaga.

11. Semua pihak yang turut membantu yang tidak bisa penulis sebutkan satu

per satu.

Penulis menyadari bahwa penyusunan skripsi ini masih belum sempurna. Oleh

karena itu, dengan segala kerendahan hati, penulis sangat mengharapkan kritik

dan saran yang membangun demi kesempurnaan skripsi ini. Penulis berharap

semoga skripsi ini dapat bermanfaat dan memberikan sumbangan pengetahuan

khususnya di Program Studi Farmasi Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan,

Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta dan pembaca pada

umumnya.

Jakarta, 18 Juni 2015

Penulis

Page 10: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA UJI AKTIVITAS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29210/1/KARIMAH... · Garcinia telah dikenal sebagai sumber senyawa xanton dan

x

HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI

TUGAS AKHIR UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIK

Sebagai sivitas akademik Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah

Jakarta, Saya yang bertanda tangan di bawah ini :

Nama : Karimah Yulianti Andidha

NIM : 1111102000033

Program studi : Farmasi

Fakultas : Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan (FKIK)

Jenis Karya : Skripsi

Demi pengembangan ilmu pengetahuan, saya menyetujui skripsi/karya ilmiah

saya dengan judul :

UJI AKTIVITAS ANTIBAKTERI EKSTRAK DAUN Garcinia benthami

Pierre TERHADAP BEBERAPA BAKTERI PATOGEN DENGAN

METODE BIOAUTOGRAFI.

Untuk dapat diakses melalui Digital Library Perpustakaan Universitas Islam

Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta untuk kepentingan akademik sebatas

sesuai dengan Undang-Undang Hak Cipta. Dengan demikian persetujuan

publikasi karya ilmiah ini saya buat dengan sebenarnya.

Dibuat di : Jakarta

Pada Tanggal :18 Juni 2015

Yang menyatakan,

(Karimah Yulianti Andidha)

Page 11: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA UJI AKTIVITAS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29210/1/KARIMAH... · Garcinia telah dikenal sebagai sumber senyawa xanton dan

xi

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ..................................................................................................... ii

HALAMAN PERNYATAAN ORISINILITAS .......................................................... iii

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING .......................................................... iv

HALAMAN PENGESAHAN SKRIPSI ....................................................................... v

ABSTRAK ................................................................................................................... vi

ABSTRACT .................................................................................................................. vii

KATA PENGANTAR ............................................................................................... viii

HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI .................................... x

DAFTAR ISI ................................................................................................................ xi

DAFTAR GAMBAR ................................................................................................. xiii

DAFTAR LAMPIRAN .............................................................................................. xiv

DAFTAR TABEL ....................................................................................................... xv

BAB I PENDAHULUAN ................................................................................ 1

1.1.1 Latar Belakang .......................................................................... 1

1.1.2 Rumusan Masalah ..................................................................... 3

1.1.3 Tujuan Penelitian ...................................................................... 4

1.1.4 Hipotesis .................................................................................... 4

1.1.5 Manfaat penelitian ..................................................................... 4

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA ...................................................................... 5

2.1 Genus Garcinia ......................................................................... 5

2.2 Tanaman Garcinia benthami Pierre .......................................... 6

2.3 Simplisia .................................................................................... 8

2.3.1 Definisi ...................................................................................... 8

2.3.2 Penyiapan Simplisia .................................................................. 8

2.4 Ekstrak dan Ekstraksi .............................................................. 10

2.4.1 Ekstrak..................................................................................... 10

2.4.2 Ekstraksi .................................................................................. 10

2.4.2.1 Ekstraksi Dingin ...................................................................... 10

2.4.2.2 Ekstraksi Panas ....................................................................... 11

2.5 Bakteri ..................................................................................... 12

2.5.1 Morfologi Bakteri.................................................................... 12

2.5.2 Struktur Eksternal Sel Bakteri ................................................. 13

2.5.3 Struktur Internal Sel Bakteri ................................................... 15

2.5.4 Bakteri Uji ............................................................................... 16

2.6 Metode Pengujian Aktivitas Antimikroba .............................. 20

2.7 Tinjauan Tentang Antimikroba ............................................... 23

2.7.1 Zat Antimikroba ...................................................................... 23

2.7.2 Mekanisme Kerja .................................................................... 23

2.8 Antimikroba Pembanding ....................................................... 25

2.8.1 Kloramfenikol ......................................................................... 25

BAB 3 METODELOGI PENELITIAN ....................................................... 27

3.1 Tempat dan Waktu Penelitian ................................................. 27

3.2 Alat dan Bahan ........................................................................ 27

3.2.1 Alat .......................................................................................... 27

Page 12: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA UJI AKTIVITAS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29210/1/KARIMAH... · Garcinia telah dikenal sebagai sumber senyawa xanton dan

xii

3.2.2 Bahan....................................................................................... 27

3.2.3 Mikroba Uji ............................................................................. 27

3.3 Metode Penelitian.................................................................... 28

3.3.1 Penyiapan Sampel ................................................................... 28

3.3.1.1 Penyiapan dan Ekstraksi Garcinia benthami Pierre................ 28

3.3.1.2 Pembuatan Ekstrak .................................................................. 28

3.3.1.3 Pemeriksaan Kandungan Air .................................................. 29

3.3.2 Pemeriksaan Kandungan Kimia Ekstrak Garcinia

benthami Pierre ...................................................................... 29

3.3.2.1 Identifikasi Alkaloid ............................................................... 29

3.3.2.2 Identifikasi Flavonoid ............................................................. 29

3.3.2.3 Identifikasi Saponin ................................................................ 29

3.3.2.4 Identifikasi Tanin .................................................................... 30

3.3.2.5 Identifikasi Steroid .................................................................. 30

3.3.2.6 Identifikasi Triterpenoid.......................................................... 30

3.4 Uji Aktivitas Antimikroba....................................................... 30

3.4.1 Sterilisasi Alat dan Bahan ....................................................... 30

3.4.2 Pembuatan Medium ................................................................ 31

3.4.3 Karakteristik Bakteri Uji ......................................................... 31

3.4.4 Peremajaan Bakteri ................................................................. 32

3.4.5 Pembuatan Suspensi Bakteri ................................................... 32

3.4.6 Pembuatan Larutan Uji ........................................................... 32

3.4.7 Pembuatan Larutan Kontrol .................................................... 33

3.4.8 Penyiapan Plat KLT ................................................................ 33

3.4.9 Uji Bioautografi Nonelusi Antibakteri .................................... 33

3.4.10 KLT Bioautografi .................................................................... 33

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN ......................................................... 35

4.1 Pembuatan Simplisia ............................................................... 35

4.2 Pembuatan Ekstrak .................................................................. 35

4.3 Uji Aktivitas Antibakteri Ekstrak Daun Garcinia

benthami Pierre ....................................................................... 39

BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN ......................................................... 53

5.1 Kesimpulan ............................................................................. 53

5.2 Saran ........................................................................................ 53

DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................. 54

Lampiran ................................................................................................. 59

Page 13: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA UJI AKTIVITAS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29210/1/KARIMAH... · Garcinia telah dikenal sebagai sumber senyawa xanton dan

xiii

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Pohon dan Daun Tanaman Garcinia benthami Pierre ............................. 7

Gambar 4.1 Hasil Skrining Antibakteri Ekstrak Daun Garcinia benthami Pierre ..... 41

Gambar 4.2 Hasil Uji Bioautografi Ekstrak Daun Garcinia benthami Pierre ........... 46

Page 14: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA UJI AKTIVITAS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29210/1/KARIMAH... · Garcinia telah dikenal sebagai sumber senyawa xanton dan

xiv

DAFTAR TABEL

Tabel 4.1 Hasil Rendemen Ekstrak N-heksan, Etil asetat dan Metanol................... 36

Tabel 4.2 Hasil Pengujian Kadar Air Ekstrak Daun Garcinia benthami Pierre ...... 37

Tabel 4.3 Hasil Penapisan Fitokimia Ekstrak Daun Garcinia benthami Pierre ....... 38

Tabel 4.4 Hasil Skrining Antibakteri Ekstrak Daun Garcinia benthami Pierre ...... 41

Tabel 4.5 Hasil Uji Bioautografi Ekstrak Daun Garcinia benthami Pierre ............. 46

Page 15: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA UJI AKTIVITAS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29210/1/KARIMAH... · Garcinia telah dikenal sebagai sumber senyawa xanton dan

xv

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Hasil Determinasi Tanaman Garcinia benthami Pierre ......................... 59

Lampiran 2 Alur Penelitian ........................................................................................ 60

Lampiran 3 Alur Kerja Persiapan Serbuk Simplisia .................................................. 61

Lampiran 4 Langkah Kerja Maserasi Bertingkat ....................................................... 62

Lampiran 5 Perhitungan Rendemen Ekstrak.............................................................. 63

Lampiran 6 Perhitungan Kadar Air Ekstrak............................................................... 64

Lampiran 7 Alur Kerja Penentuan Aktivitas Antimikroba Ekstrak Daun Garcinia

benthami Pierre ...................................................................................... 65

Lampiran 8 Hasil Pengukuran Diameter Zona Hambat ............................................. 69

Lampiran 9 Hasil Uji KLT Bioautografi .................................................................... 71

Lampiran 10 Identifikasi Bakteri dengan Pewarnaan Gram ....................................... 74

Lampiran 11 Hasil Penapisan Fitokimia ..................................................................... 75

Page 16: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA UJI AKTIVITAS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29210/1/KARIMAH... · Garcinia telah dikenal sebagai sumber senyawa xanton dan

1 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Indonesia merupakan negara kepulauan yang memiliki kekayaan alam yang

melimpah. Hal ini bisa dilihat dari banyaknya tanaman yang tumbuh subur di

negara ini. Selain itu menurut Pradono et al. 2006, Indonesia memiliki kekayaan

sumber daya hayati terbesar kedua setelah Brazil dengan lebih dari 28.000 spesies

tanaman. Akan tetapi, hingga saat ini, banyak kekayaan alam di Indonesia belum

sepenuhnya digali dan dimanfaatkan secara maksimal.

Sejak zaman dahulu masyarakat Indonesia mengenal dan memanfaatkan

tanaman berkhasiat obat sebagai salah satu upaya dalam penanggulangan masalah

kesehatan yang dihadapinya. Pengetahuan tentang pemanfaatan tanaman ini

merupakan warisan budaya bangsa berdasarkan pengalaman, pengetahuan, dan

keterampilan secara turun-temurun telah diwariskan oleh generasi berikutnya,

termasuk generasi saat ini. Bagian tanaman yang dapat digunakan sebagai bahan

obat yaitu daun, kulit batang, biji, buah, dan akar tanaman (Wijayakusuma, 2000).

Salah satu tanaman yang telah dikenal dan digunakan oleh masyarakat

Indonesia adalah genus Garcinia yang temasuk dalam famili Clusiaceae.

Masyarakat mengenal genus ini sebagai tumbuhan keluarga manggis yang dapat

bermanfaat untuk obat tradisional dan sumber makanan. Genus Garcinia memiliki

beberapa kandungan kimia yang telah berhasil diisolasi, yaitu senyawa xanton,

benzofenon, golongan flavonoid dan triterpen (Amelia, 2011).

Garcinia telah dikenal sebagai sumber senyawa xanton dan bioflavonoid

dengan berbagai macam bioaktivitas seperti antibakteri, antioksidan, antikanker,

antifungi, dan antiinflamasi. Garcinia Mangonstana merupakan spesies yang

banyak terdapat di Asia Tenggara yang dikenal dengan Queen of fruit yang selain

buahnya dapat dimakan, kulit ari biji dari buah ini digunakan sebagai obat luka

dan infeksi, penurun panas dan mengurangi rasa sakit. G. cambogia sekarang

banyak terdapat dipasaran sebagai jamu digunakan sebagai suplemen untuk

mengatasi kegemukan. Gom-resin bagian batang G. hanbury Hook sebagai

Page 17: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA UJI AKTIVITAS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29210/1/KARIMAH... · Garcinia telah dikenal sebagai sumber senyawa xanton dan

2

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

pencahar, G. merguensis Wight untuk obat udema, dan biji G. dulcis Kurz dikenal

sebagai obat gondok (Sosef, 1998).

Genus Garcinia terdiri dari 500 jenis yang tersebar luas di kawasan tropis dan

didapatkan hampir diseluruh Indonesia (Ajrina, 2013). Beberapa spesies Garcinia

yang ada, terdapat spesies dari genus Garcinia yang aktivitasnya belum banyak

diteliti, salah satu spesies yang belum banyak diteliti adalah Garcinia benthami

Pierre. Berdasarkan penelusuran terhadap Garcinia benthami Pierre, penelitian

terhadap tanaman ini baru sebatas pada isolasi senyawa murni yaitu senyawa

xanton, benzofenon, golongan flavonoid dan triterpen, uji aktivitas antioksidan

dan toksisitas (Elya et al., 2006; Amelia, 2011; Ajrina, 2013), sementara uji

aktivitas antibakteri belum dilakukan penelitian lebih lanjut.

Berdasarkan penelitian sebelumnya senyawa yang sudah berhasil diisolasi dari

Garcinia benthami Pierre antara lain ismailbenzofenon dan hilmibenzofenon

(Elya, 2004), salimbenzofenon (Elya, 2006), epikatekin, stigmasterol dan asam-

3b-hidroksi-olean-5,12-dien-28-oat (Elya, 2006), asam-3β-hidroksi-lanosta-

9(11),24-dien-26-oat (Elya, 2009) dan 1,3,6,7-tetrahidroksixanton (Amelia, 2011).

Hasil uji toksisitas ekstrak metanol daun Garcinia benthami Pierre didapatkan

nilai LC50 73,43 µg/mL, hal ini menunjukkan bahwa ekstrak metanol termasuk

dalam kategori toksik (Ajrina, 2013), untuk uji antioksidan nilai IC50 yang

didapatkan adalah 29,91µg/mL, sehingga tergolong antioksidan sangat kuat

(Amelia, 2011).

Daun Garcinia benthami Pierre memiliki hasil positif kandungan kimia antara

lain flavonoid, steroid/terpenoid, tanin, kuinon, kumarin, dan saponin (Amelia,

2011), sehingga hal ini memungkinkan adanya aktivitas antimikroba pada daun

Garcinia benthami Pierre. Berdasarkan genus, terdapat banyak spesies dari genus

Garcinia yang mempunyai aktivitas antibakteri antara lain G. parvifolia,

G. livingstone, G. indica, G. bracteata dan G. nigrolineata (Hemshekhar et al.,

2011). Berdasarkan kemotaksonomi, spesies tumbuhan dalam satu genus

memiliki aktivitas kimiawi yang sama secara kualitatif (Lukis, 2010), sehingga

hal ini mengindikasikan bahwa Garcinia benthami Pierre memiliki kemungkinan

untuk mempunyai aktivitas antibakteri. Selain itu terbatasnya laporan ilmiah

Page 18: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA UJI AKTIVITAS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29210/1/KARIMAH... · Garcinia telah dikenal sebagai sumber senyawa xanton dan

3

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

tentang aktivitas farmakologi dari Garcinia benthami Pierre khususnya aktivitas

antimikroba, mendorong peneliti untuk melakukan pengujian aktivitas antibakteri

dari ekstrak n-heksan, etil asetat dan metanol daun Garcinia benthami Pierre

terhadap beberapa bakteri patogen.

Pencarian senyawa baru yang berkhasiat sebagai antimikroba perlu terus

dilakukan, hal ini dikarenakan penyakit infeksi merupakan salah satu masalah

dalam bidang kesehatan yang dari waktu ke waktu terus berkembang. Antibiotik

memberikan dasar utama untuk terapi infeksi mikroba (bakteri dan fungi).

Namun, terlalu sering menggunakan antibiotik telah menjadi faktor utama bagi

munculnya dan penyebaran beberapa kelompok mikroorganisme yang resisten

terhadap antibiotik (Harbottle et al., 2006).

Dalam beberapa tahun terakhir, permasalahan resistensi bakteri pada

penggunaan antibiotik merupakan salah satu masalah yang berkembang di seluruh

dunia (Bronzwaer et al., 2002), oleh karena itu diperlukan zat antibakteri baru

dengan mekanisme aksi yang berbeda (Tenover, 2006).

Antimikroba merupakan zat kimia yang memiliki khasiat untuk menghambat

atau membunuh pertumbuhan mikroorganisme. Antimikroba dapat dibagi menjadi

antibakteri, antifungi, antivirus dan antiprotozoal berdasarkan mikroorganisme

yang dimatikan atau dihambat pertumbuhannya (Tjay dan Kiran, 2002).

Penelitian uji antibakteri ekstrak daun Garcinia benthami Pierre ini dirancang

menggunakan metode bioautografi. Metode ini dipilih agar dapat menjadi

panduan peneliti lain yang ingin melakukan isolasi terhadap senyawa yang aktif

sebagai antibakteri dari tanaman ini. Bakteri uji yang digunakan adalah bakteri

Staphylococcus epidermidis ATCC 12228, Bacillus subtilis 6633, Pseudomonas

aeruginosa ATCC 27853, Shigella dysenteriae ATCC 13313, Helicobacter pylori

ATCC 43504, dan Salmonella thypimurium ATCC 14028.

1.2 Rumusan Masalah

Garcinia benthami Pierre merupakan salah satu spesies dari genus Garcinia

yang belum banyak diketahui aktivitas biologinya, salah satu aktivitas biologi

yang belum diketahui adalah antibakteri terhadap bakteri Staphylococcus

Page 19: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA UJI AKTIVITAS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29210/1/KARIMAH... · Garcinia telah dikenal sebagai sumber senyawa xanton dan

4

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

epidermidis, Bacillus subtilis, Pseudomonas aeruginosa, Shigella dysenteriae,

Helicobacter pylori dan Salmonella thypimurium.

1.3 Tujuan Penelitian

a. Untuk menguji aktivitas antibakteri ekstrak n-heksan, etil asetat, dan

metanol daun Garcinia benthami Pierre terhadap bakteri Staphylococcus

epidermidis, Bacillus subtilis, Pseudomonas aeruginosa, Shigella

dysenteriae, Helicobacter pylori dan Salmonella thypimurium.

b. Menentukan nilai Rf senyawa antibakteri dari ekstrak daun Garcinia

benthami Pierre yang aktif terhadap bakteri Gram positif dan Gram

negatif.

1.4 Hipotesis

a. Ekstrak daun Garcinia benthami Pierre mempunyai aktivitas antibakteri

terhadap bakteri Staphylococcus epidermidis, Bacillus subtilis,

Pseudomonas aeruginosa, Shigella dysenteriae, Helicobacter pylori dan

Salmonella thypimurium.

1.5 Manfaat Penelitian

a. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi tentang efektivitas

penggunaan ekstrak daun Garcinia benthami Pierre sebagai antibakteri.

b. Dapat mendorong penemuan adanya aktivitas baru, khususnya dari daun

Garcinia benthami Pierre yang masih jarang diteliti di Indonesia.

c. Dapat dijadikan penuntun atau panduan peneliti lain yang ingin melakukan

isolasi terhadap senyawa yang aktif sebagai antibakteri dari tanaman ini.

Page 20: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA UJI AKTIVITAS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29210/1/KARIMAH... · Garcinia telah dikenal sebagai sumber senyawa xanton dan

5 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Genus Garcinia

Genus Garcinia merupakan salah satu genus dari famili Clusiaceae. Di

Indonesia, pemanfaatan Garcinia secara umum masih kurang dilakukan (Ajrina,

2013). Famili Clusiaceae memiliki 40 genus dan lebih dari 1000 spesies (Heyne,

1987). Famili Clusiaceae ini terdiri dari dua genus utama yaitu Garcinia dan

Calophyllum serta sub famili Mesua dan Mammea (Linuma, 1996). Garcinia

merupakan genus yang besar dari pohon polygamous atau semak, tersebar

didaerah tropis Asia, Afrika dan Polinesia dan merupakan sumber yang kaya akan

molekul bioaktif termasuk xanton, flavonoid, benzofenon, lakton dan asam fenolat

(Patil, 2005).

Masyarakat mengenal famili Clusiaceae sebagai tumbuhan keluarga

manggis yang merupakan tanaman pangan dan banyak dimanfaatkan untuk obat

tradisional. Garcinia Mangonstana merupakan spesies yang banyak terdapat di

Asia Tenggara yang dikenal dengan Queen of fruit yang selain buahnya dapat

dimakan, kulit ari biji dari buah ini digunakan sebagai obat luka dan infeksi,

penurun panas dan mengurangi rasa sakit. G. cambogia sekarang banyak terdapat

dipasaran sebagai jamu digunakan sebagai suplemen untuk mengatasi kegemukan.

Gom-resin bagian batang G. hanbury Hook sebagai pencahar, G. merguensis

Wight untuk obat udema, dan biji G. dulcis Kurz dikenal sebagai obat gondok

(Sosef, 1998). G. indica yang berasal dari india secara komersil dikenal dengan

“kokam butter” di dunia perindustrian digunakan sebagai bahan dasar sabun dan

lilin, sebagai preparat industri farmasi, minyak dari tanaman ini juga dapat

digunakan untuk obat urut dan urtikaria serta buahnya digunakan sebagai obat

cacing dan kardiotonik (Sari, 1999; Fumio, 2000).

Genus Garcinia memiliki struktur kayu yang keras dengan warna beragam

mulai dari kuning sampai coklat kemerahan. Habitus pohon memiliki tinggi

mencapai 25-33 meter. Diameter batang pohon sekitar 60-100 cm dan mengecil

kearah ujung. Garcinia jarang yang berupa semak dan bentuk pohon umumnya

kerucut dengan percabangan selang-seling. Umumnya daun berwarna hijau.

Page 21: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA UJI AKTIVITAS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29210/1/KARIMAH... · Garcinia telah dikenal sebagai sumber senyawa xanton dan

6

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Bunga betina biasanya memiliki ukuran yang lebih besar dibandingkan bunga

jantan dan bunga terdapat dibagian ketiak daun. Seluruh bagian pada tumbuhan

ini dapat mengeluarkan getah yang kental dan lengket berwana putih atau kuning

(Amelia, 2011).

Berdasarkan kemotaksonomi, spesies tumbuhan dalam satu genus

memiliki aktivitas kimiawi yang sama secara kualitatif dan akan berbeda secara

kuantitatif. Perbedaan kuantitatif dari setiap senyawa dipengaruhi oleh ekosistem

tumbuhan tersebut. Bagian tertentu pada tumbuhan seperti kulit batang dan akar

juga dapat ditemukan senyawa-senyawa yang sama atau berbeda. Selain itu

afinitas kimiawi dalam satu genus memiliki hubungan kekerabatan molekul yang

dapat dilihat pada jalur biogenesis pembentukan senyawa-senyawa tersebut

(Lukis, 2010).

2.2 Tanaman Garcinia benthami Pierre

Garcinia benthami Pierre termasuk tumbuhan tahunan atau perennial yang

masa hidupnya dapat mencapai puluhan tahun. Tumbuhan tersebut hidup di hutan

primer dataran rendah sampai ketinggian 700 meter di atas permukaan laut.

Tumbuhan ini tersebar di Semenanjung Malaysia, Sumatera dan Kalimantan

(Heyne, 1987).

Garcinia benthami Pierre dapat tumbuh dihutan dataran rendah dan

termasuk tumbuhan tahunan, masa hidupnya dapat mencapai puluhan tahun.

Warna daun tanaman ini selalu berwarna hijau. Genus Garcinia termasuk ke

dalam famili Clusiaceae yang umumnya dikenal sebagai tumbuhan keluarga

manggis dan sering digunakan untuk obat tradisional atau tanaman pangan (Sari,

2000).

Taksonomi tumbuhan Garcinia benthami Pierre memiliki klasifikasi

sebagai berikut (Heyne, 1987) :

Kingdom : Plantae

Divisi : Spermatophyte

Sub divisi : Angiospermae

Kelas : Dicotyledoneae

Sub kelas : Archichlamydeae

Ordo : Guttiferales

Page 22: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA UJI AKTIVITAS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29210/1/KARIMAH... · Garcinia telah dikenal sebagai sumber senyawa xanton dan

7

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Family : Clusiaceae

Genus : Garcinia

Species :Garcinia benthami Pierre.

(a) (b)

Gambar 2.1 (a) Pohon Garcinia benthami Pierre

(b) Daun Garcinia benthami Pierre

(Sumber : Dokumentasi pribadi, 2014)

Pada umumnya, tinggi pohon Garcinia benthami Pierre mencapai 30

meter dan pohon berbentuk kerucut dengan percabangan berselang-seling. Pohon

ini memiliki batang yang lurus dan daun berwarna hijau. Bunga jantan memiliki

benang sari dan ukuran bunga jantan kecil dibandingkan bunga betina. Bunga

terdapat diketiak daun, memiliki daun kelopak dan daun mahkota sekitar 4-5

helai. Bunga jantan memiliki benang sari yang jumlahnya bervariasi, dengan

tangkai sari bersatu menjadi satu tiang tengah atas. Bunga betina biasanya

berukuran lebih besar dari bunga jantan, seringkali menyendiri, benang sari semu

dengan tangkai-tangkai sarinya yang bersatu menjadi sebuah cincin di bagian

pangkal, bakal buah beruang 2-12 dan biasanya berbentuk papila. Bijinya besar,

biasanya terbungkus oleh arilus yang berisi banyak sari buah. Embrionya berupa

Page 23: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA UJI AKTIVITAS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29210/1/KARIMAH... · Garcinia telah dikenal sebagai sumber senyawa xanton dan

8

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

masa padat, hanya tersusun atas hipokotil, sedangkan bijinya tidak ada (Rachman,

2003).

2.3 Simplisia

2.3.1 Definisi

Simplisia adalah bahan alamiah yang dipergunakan sebagai obat yang

belum mengalami pengolahan apapun juga dan kecuali dinyatakan lain, berupa

bahan yang telah dikeringkan (Depkes RI, 1995). Simplisia dapat berupa simplisia

nabati, simplisia hewani, simplisia pelikan atau mineral. Pada umumnya

pembuatan simplisia meliputi beberapa tahapan yaitu pengumpulan bahan, sortasi

basah, pencucian, perajangan, pengeringan, sortasi kering, pengepakan dan

penyimpanan (Ritiasa, 2000).

2.3.2 Penyiapan Simplisia (Depkes RI, 1985)

Tahapan yang harus dilakukan sebelum tahap pembuatan ekstrak adalah

penyiapan simplisia, langkah-langkahnya adalah sebagai berikut :

a. Pengumpulan Bahan Baku

Kadar senyawa aktif dalam suatu simplisia berbeda-beda antara lain

tergantung pada :

1. bagian tanaman yang digunakan

2. umur tanaman atau bagian tanaman pada saat panen

3. waktu panen

4. lingkungan tempat tumbuh

b. Sortasi Basah

Sortasi basah dilakukan untuk memisahkan kotoran-kotoran atau bahan-

bahan asing lainnya dari bahan simplisia. Misalnya pada simplisia yang dibuat

dari akar suatu tanaman obat, bahan-bahan asing seperti tanah, kerikil, rumput,

batang, daun, akar yang telah rusak, serta pengotoran lainnya harus dibuang.

c. Pencucian

Pencucian dilakukan untuk menghilangkan tanah dan pengotor lainnya

yang melekat pada bahan simplisia. Pencucian dilakukan dengan air bersih yang

Page 24: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA UJI AKTIVITAS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29210/1/KARIMAH... · Garcinia telah dikenal sebagai sumber senyawa xanton dan

9

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

mengalir, agar dilakukan dalam waktu sesingkat mungkin untuk menghindari

kehilangan zat lebih banyak.

d. Perajangan

Beberapa jenis bahan simplisia perlu mengalami proses perajangan.

Perajangan bahan simplisia dilakukan untuk mempermudah proses pengeringan,

pengepakan dan penggilingan.

e. Pengeringan

Tujuan pengeringan ialah untuk mendapatkan simplisia yang tidak mudah

rusak, sehingga dapat disimpan dalam waktu yang lebih lama. Dengan

mengurangi kadar air dan menghentikan reaksi enzimatik akan mencegah

penurunan mutu atau perusakan simplisia. Hal-hal yang perlu diperhatikan selama

proses pengeringan adalah suhu pengeringan, kelembaban udara, aliran udara,

waktu pengeringan dan luas permukaan bahan. Suhu pengeringan tergantung

kepada bahan simplisia dan cara pengeringannya. Bahan simplisia dapat

dikeringkan pada suhu 300C sampai 90

0C, tetapi suhu yang terbaik adalah tidak

melebihi 600C. Bahan simplisia yang mengandung senyawa yang tidak tahan

terhadap panas atau mudah menguap harus dikeringkan pada suhu serendah

mungkin, misalnya 300C sampai 45

0C.

f. Sortasi Kering

Tujuan sortasi untuk memisahkan benda-benda asing seperti bagian

tanaman yang tidak diinginkan atau pengotor lainnya yang masih tertinggal pada

simplisia kering.

g. Penghalusan

Penghalusan bertujuan untuk memperbesar luas permukaan dan

mempercepat ekstraksi jika simplisia ingin dijadikan ekstrak kental ataupun cair.

h. Pengepakan dan Penyimpanan

Tujuan pengepakan adalah agar simplisia yang telah jadi dapat disimpan

dalam jangka waktu yang lama dan mutunya tetap terjaga.

Page 25: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA UJI AKTIVITAS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29210/1/KARIMAH... · Garcinia telah dikenal sebagai sumber senyawa xanton dan

10

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

2.4 Ekstrak dan Ekstraksi

2.4.1 Ekstrak

Ekstrak adalah sediaan pekat yang diperoleh dengan mengekstraksi zat

aktif dari simplisia nabati atau simplisia hewani menggunakan pelarut yang

sesuai, kemudian semuanya atau hampir semua pelarut diuapkan dan massa atau

serbuk yang tersisa diperlukan sedemikian hingga memenuhi baku yang telah

ditetapkan (Depkes RI, 1995).

Ada beberapa jenis ekstrak yakni : ekstrak cair, ekstrak kental, dan ekstrak

kering. Ekstrak cair jika hasil ekstraksi masih bisa dituang, biasanya kadar air

lebih dari 30%. Ekstrak kental jika memiliki kadar air antara 5-30%. Ekstrak

kering jika mengandung kadar air kurang dari 5% (Voigt, 1994).

2.4.2 Ekstraksi

Ekstraksi adalah suatu proses yang dilakukan untuk memperoleh

kandungan senyawa kimia dari jaringan tumbuhan maupun hewan. Ekstrak adalah

sediaan kering, kental atau cair dibuat dengan menyari simplisia nabati atau

hewani menurut cara yang cocok, di luar pengaruh cahaya matahari langsung,

ekstrak kering harus mudah digerus menjadi serbuk. Cairan penyari yang

digunakan air, etanol dan campuran air etanol (Depkes RI, 1979).

Beberapa metode ekstraksi dengan menggunakan pelarut dibagi menjadi dua

cara, yaitu cara panas dan cara dingin (Ditjen POM, 2000).

2.4.2.1 Ekstraksi Cara Dingin

a) Maserasi

Maserasi adalah proses pengekstrakan simplisia dengan

menggunakan pelarut dengan beberapa kali pengocokan atau pengadukan

pada temperatur kamar (Ditjen POM, 2000). Keuntungan ekstraksi dengan

cara maserasi adalah pengerjaan dan peralatan yang digunakan sederhana,

sedangkan kerugiannya yakni cara pengerjaannya lama, membutuhkan

pelarut yang banyak dan penyarian kurang sempurna. Dalam maserasi

(untuk ekstrak cairan), serbuk halus atau kasar dari tumbuhan obat yang

kontak dengan pelarut disimpan dalam wadah tertutup untuk periode

tertentu dengan pengadukan yang sering, sampai zat tertentu dapat terlarut.

Page 26: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA UJI AKTIVITAS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29210/1/KARIMAH... · Garcinia telah dikenal sebagai sumber senyawa xanton dan

11

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Metode ini paling cocok digunakan untuk senyawa yang termolabil

(Tiwari et al., 2011).

b) Perkolasi

Perkolasi adalah ekstraksi dengan pelarut yang selalu baru sampai

penyarian sempurna (exhaustive extraction) yang umumnya dilakukan

pada temperatur ruang. Proses terdiri dari tahapan pengembangan bahan,

tahap maserasi antara, tahap perkolasi sebenarnya (penetesan/

penampungan ekstrak), terus sampai diperoleh ekstrak (perkolat) yang

jumlahnya 1-5 kali dari bahan (Ditjen POM, 2000).

2.4.2.2 Ekstraksi Cara Panas

a) Sokletasi

Sokletasi adalah ekstraksi menggunakan pelarut yang selalu baru,

dengan menggunakan alat soklet sehingga terjadi ekstraksi kontinyu

dengan jumlah pelarut relatif konstan dengan adanya pendingin balik

(Ditjen POM, 2000).

b) Refluks

Refluks adalah ekstraksi dengan menggunakan pelarut pada

temperatur titik didihnya, selama waktu tertentu dan jumlah pelarut

terbatas yang relatif konstan dengan adanya pendingin balik (Ditjen POM,

2000).

c) Infusa

Infusa adalah ekstraksi dengan pelarut air pada temperatur 900C

selama 15 menit. Infusa adalah ekstraksi menggunakan pelarut air pada

temperatur penangas air dimana bejana infus tercelup dalam penangas air

mendidih, temperatur yang digunakan (96-980C) selama waktu tertentu

(15-20 menit) (Ditjen POM, 2000). Cara ini menghasilkan larutan encer

dari komponen yang mudah larut dari simplisia (Tiwari et al., 2011).

d) Dekok

Dekok adalah infus pada waktu yang lebih lama dan temperatur

sampai titik didih air selama 30 menit (Depkes RI, 2000). Dekok adalah

Page 27: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA UJI AKTIVITAS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29210/1/KARIMAH... · Garcinia telah dikenal sebagai sumber senyawa xanton dan

12

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

ekstraksi dengan pelarut air pada temperatur 900C selama 30 menit.

Metode ini digunakan untuk ekstraksi konstituen yang larut dalam air dan

konstituen yang stabil terhadap panas dengan cara direbus dalam air

selama 15 menit (Tiwari et al., 2011).

e) Digesti

Digesti adalah maserasi kinetik pada temperatur lebih tinggi dari

temperatur suhu kamar, yaitu secara umum dilakukan pada temperatur

40-500C (Ditjen POM, 2000).

Digesti adalah maserasi dengan pengadukan kontinyu pada

temperatur lebih tinggi dari temperatur ruang (umumnya 25-300C). Ini

adalah jenis ekstraksi maserasi di mana suhu sedang digunakan selama

proses ekstraksi (Tiwari, et al., 2011).

2.5 Bakteri

Pada buku manual Bergey’s edisi kedua yang berisi referensi untuk standar

taksonomi bakteri, organisme prokariotik dikelompokan menjadi dua kelompok

besar, yaitu Eubakteri yang merupakan bakteri sejati dan Archaea. Archaea secara

morfologi serupa dengan Eubakteri, namun memiliki perbedaan dalam hal ciri-ciri

fisiologis. Kelompok bakteri terdiri atas semua organisme prokariotik patogen dan

non patogen yang terdapat di daratan dan perairan, serta organisme prokariotik

yang bersifat fotoautotrof. Kelompok Archaea meliputi organisme prokariotik

yang tidak memiliki peptidoglikan pada dinding selnya, dan umumnya hidup

pada lingkungan yang bersifat ekstrim.

Spesies bakteri dapat dibedakan berdasarkan morfologi (bentuk),

komposisi kimia (umumnya dideteksi dengan reaksi biokimia), kebutuhan nutrisi,

aktivitas biokimia, dan sumber energi (sinar matahari atau bahan kimia) (Pratiwi,

2008).

2.5.1 Morfologi Bakteri (Pratiwi, 2008)

Terdapat beberapa bentuk dasar bakteri, yaitu bulat (tunggal: coccus,

jamak: cocci), batang atau silinder (tunggal : bacillus, jamak: bacilli), dan spiral

yaitu berbentuk batang melengkung atau melingkar-lingkar.

Page 28: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA UJI AKTIVITAS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29210/1/KARIMAH... · Garcinia telah dikenal sebagai sumber senyawa xanton dan

13

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Bentuk cocci umumnya bulat atau oval. Bila cocci membelah diri, sel-sel

dapat tetap melekat satu sama lain. Cocci yang tetap berpasangan setelah

membelah disebut diplococci. Cocci yang membelah namun tetap melekat

membentuk struktur menyerupai rantai disebut streptococci. Cocci yang

membelah dalam dua bidang dan tetap melekat membentuk kelompok empat

coccus disebut tetrad. Cocci yang membelah dalam tiga bidang dan tetap melekat

membentuk kubus dengan delapan coccus disebut sarcina, sedangkan cocci yang

membelah pada banyak bidang dan membentuk kumpulan menyerupai buah

anggur disebut Staphylococci.

Bacilli membelah hanya melalui sumbu pendeknya (dalam satu bidang).

Sebagian besar bacilli tampak sebagai batang tunggal. Diplobacilli muncul dari

pasangan bacilli setelah pembelahan dan streptobacilli muncul dalam bentuk

rantai. Beberapa bacilli tampak menyerupai cocci, dan disebut coccobacilli.

Bentuk spiral bakteri memiliki satu atau lebih lekukan dan tidak dalam

bentuk lurus. Bakteri berbentuk spiral ini dibedakan menjadi beberapa jenis.

Bakteri yang berbentuk batang melengkung menyerupai koma disebut vibrio.

Bakteri yang berpilin kaku disebut spirilla, sedangkan bakteri yang berpilin

fleksibel disebut spirochaeta. Umumnya bakteri adalah monomorfik (memiliki

hanya satu bentuk) namun ada bakteri tertentu yang memiliki banyak bentuk

(pleomorfik), misalnya bentuk irregular pada thermoplasma yang merupakan

bakteri archaea termofilik, bentuk bintang dan bentuk kubus pada bakteri

Haloquadratum yang merupakan bakteri archaea halofilik. Sebagian besar bakteri

memiliki diameter dengan ukuran 0,2-2,0 mm dan panjang berkisar 2-8 mm.

Biasanya sel-sel bakteri yang muda berukuran jauh lebih besar daripada sel-sel

yang tua. Bentuk dan ukuran suatu bakteri dapat dipengaruhi oleh faktor

lingkungan seperti temperatur inkubasi, umur kultur, dan komposisi media

pertumbuhan.

2.5.2 Struktur Eksternal Sel Bakteri (Pratiwi, 2008)

Struktur eksternal sel bakteri meliputi glikokaliks, flagella, filamen aksial,

fimbria, dan pili. Glikokaliks (selubung gula) merupakan istilah bagi substansi

yang mengelilingi sel, dan digambarkan sebagai kapsul. Kapsul merupakan

struktur yang sangat terorganisasi dan tidak mudah dihilangkan. Ketebalan kapsul

Page 29: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA UJI AKTIVITAS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29210/1/KARIMAH... · Garcinia telah dikenal sebagai sumber senyawa xanton dan

14

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

bervariasi dan fungsinya bagi bakteri antara lain sebagai perlekatan bakteri pada

permukaan, pelindung sel bakteri terhadap kekeringan, perangkap nutrisi, dan

proteksi bakteri.

Slime (lapisan lendir). Sebagian besar material kapsul dieksresikan oleh

bakteri kedalam media pertumbuhannya sebagai lapisan lendir (slime). Lapisan

lendir pada bakteri relatif tidak terorganisasi dengan baik dan mudah dihilangkan.

Secara spesifik, lapisan lendir ini tersusun dari eksopolisakarida, glikoprotein, dan

glikolipid. Fungsi lapisan lendir pada bakteri adalah untuk melindungi bakteri dari

pengaruh lingkungan yang membahayakan, misalnya antibiotik dan kekeringan.

Flagella merupakan filamen yang mencuat dari sel bakteri dan berfungsi

untuk pergerakan bakteri. Flagella berbentuk panjang dan ramping. Panjang

flagella pada umumnya beberapa kali panjang sel dengan garis tengah 12-30 nm.

Filamen aksial (endiflagela) adalah kumpulan benang yang muncul pada

ujung sel dibawah selaput luar sel dan berpilin membentuk spiral di sekeliling sel.

Rotasi filamen menimbulkan pergerakan selaput luar sel dan memungkinkan arah

gerak bakteri berbentuk spiral.

Fimbria termasuk golongan protein yang disebut lektin yang dapat

mengenali dan terikat pada residu gula khusus pada polisakarida permukaan sel.

Hal itu menyebabkan bakteri berfimbria cenderung saling melekat satu sama lain

atau melekat pada sel hewan. Fimbria umumnya terdistribusi di seluruh

permukaan sel. Mutasi yang menyebabkan hilangnya fimbria akan diikuti oleh

hilangnya sifat virulen.

Pili secara morfologi sama dengan fimbria. Umumnya pili lebih panjang

dibanding fimbria. Pili berperan khusus dalam transfer molekul genetik (DNA)

dari satu bakteri ke bakteri lainnya pada peristiwa konjugasi. Karena fungsinya

yang spesifik pada transfer DNA bakteri, maka pili sering kali disebut sebagai pili

seks.

Dinding sel bakteri merupakan struktur kompleks dan berfungsi sebagai

penentu bentuk sel, pelindung sel dari kemungkinan pecah ketika tekanan air

didalam sel lebih besar dibandingkan di luar sel, serta pelindung isi sel dari

perubahan lingkungan diluar sel. Tebal dinding sel bakteri berkisar 10-23nµ

dengan berat berkisar 20% berat kering sel bakteri. Dinding sel bakteri tersusun

Page 30: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA UJI AKTIVITAS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29210/1/KARIMAH... · Garcinia telah dikenal sebagai sumber senyawa xanton dan

15

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

atas peptidoglikan (juga dikenal sebagai murein), yang menyebabkan kakunya

dinding sel. Peptidoglikan merupakan polimer (molekul besar) yang terdiri atas

perulangan disakarida yang tersusun atas monosakarida N-acetylglucosamine

(NAG) dan N-acetylmuramic acid (NAM).

Dinding sel bakteri Gram positif mengandung banyak lapisan

peptidoglikan (murein) yang membentuk struktur yang tebal dan kaku, dan asam

teikoat yang mengandung alkohol dan fosfat. Dinding sel bakteri Gram negatif

mengandung satu atau beberapa lapis peptidoglikan dan membran luar.

Peptidoglikan terikat pada lipoprotein pada membran luar. Terdapat daerah

periplasma, yaitu daerah yang terdapat diantara membran plasma dan membran

luar. Periplasma berisi enzim degradasi konsentrasi tinggi serta protein-protein

transport. Dinding sel bakteri Gram negatif tidak mengandung asam teikoat, dan

karena hanya mengandung sejumlah kecil peptidoglikan, maka dinding sel bakteri

Gram negatif ini relatif lebih tahan terhadap kerusakan mekanis.

2.5.3 Struktur Internal Sel Bakteri (Pratiwi, 2008)

Struktur di dalam dinding sel bakteri disebut dengan struktur internal sel

bakteri. Di dalam dinding sel bakteri terdapat sitoplasma yang merupakan

substansi yang menempati ruangan sel bagian dalam. Di dalam sitoplasma

terdapat berbagai enzim, air (80%), protein, karbohidrat, asam nukleat, dan lipid

yang membentuk sistem koloid yang secara optik bersifat homogen. Selain

dikelilingi oleh dinding sel, sitoplasma juga dikelilingi oleh membran sel

(membran plasma) dan kadang-kadang terdapat lapisan di sebelah luar dinding sel

berupa kapsul atau lapisan lendir (slime layer).

Membran plasma adalah struktur tipis yang terdapat di sebelah dalam

dinding sel dan menutup sitoplasma sel. Membran plasma tersusun atas fosfolipid

berlapis ganda dan protein, membentuk model mosaik cairan. Pada eukariot,

membran plasma juga tersusun dari karbohidrat dan sterol, misalnya kolesterol.

Membran plasma berfungsi sebagai sekat selektif material yang ada dalam dan

diluar sel (bersifat selektif permeabel bagi transport material kedalam dan keluar

sel).

Struktur internal sel bakteri yang lainnya adalah daerah inti (daerah

nukleoid) yang mengandung kromosom bakteri; ribosom yang berperan pada

Page 31: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA UJI AKTIVITAS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29210/1/KARIMAH... · Garcinia telah dikenal sebagai sumber senyawa xanton dan

16

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

sintesis protein; badan inklusi yang merupakan organel penyimpan nutrisi;

endospora (resting cell), yaitu struktur dengan dinding tebal dan lapisan tambahan

pada sel bakteri yang dibentuk di sebelah dalam membrane sel. Endospora

berfungsi sebagai pertahanan sel bakteri terhadap panas ekstrem, kondisi kurang

air, dan paparan bahan kimia serta radiasi.

2.5.4 Bakteri Uji

a. Bacillus subtillis

Bacillus subtilis adalah bakteri aerobik Gram positif, mempunyai ciri-ciri

sel berbentuk batang pendek (rods), sendiri-sendiri, jarang membentuk rantai,

motil dengan flagella peritrich, membentuk endospora berukuran 0,8 x 1,5-1,8

μm; permukaan spora terwarnai pucat. Pada spora yang berkecambah, dinding

spora pecah secara melintang (Jauhari, 2010).

Koloni bakteri pada medium agar berbentuk bundar, tepi tidak teratur,

permukaan tidak mengkilap, menjadi tebal dan keruh (opaque); kadang-kadang

mengkerut dan berwarna krem atau kecoklatan. Bentuk koloni agak bervariasi

pada media yang berbeda. Koloni meluas pesat pada medium yang berpermukaan

lembab (Jauhari, 2010).

Biakan bakteri dari medium padat tidak mudah larut dalam air.

Pertumbuhan pada medium cair (broth) keruh, berkerut, dengan pelikel yang

koheren, tidak keruh atau hanya agak keruh. Secara anaerob, dalam medium

kompleks yang mengandung glukosa, pertumbuhan dan fermentasi berlangsung

lambat atau lemah; tetapi dengan menambahkan O2 tumbuh cepat serta

menghasilkan 2,3- butanediol, asetoin, dan CO2. Bakteri ini mendekomposisi

pektin dan polisakarida dari jaringan tanaman, dan beberapa strain dapat

membusukkan umbi kentang (Jauhari, 2010).

Klasifikasi Bacillus subtillis sebagai berikut :

Kingdom : Prokaryota

Kelas : Shizomycetes

Ordo : Eubacteriales

Famili : Bacillaceae

Page 32: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA UJI AKTIVITAS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29210/1/KARIMAH... · Garcinia telah dikenal sebagai sumber senyawa xanton dan

17

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Genus : Bacillus

Spesies : Bacillus subtilis

b. Staphylococcus epidermidis

Staphylococcus epidermidis merupakan bakteri yang sering ditemukan

sebagai flora normal pada kulit dan selaput lendir manusia. S. epidermidis

merupakan salah satu bakteri Gram positif berbentuk bulat, biasanya tersusun

dalam rangkaian tak beraturan seperti anggur dan bersifat anaerob fakultatif.

Bakteri ini merupakan penyebab infeksi kulit yang ringan yang disertai abses

(Syahrurachman dkk., 1994). Bakteri ini juga ikut berperan dalam pelepasan asam

oleat hasil hidrolisisnya oleh lipase yang diduga berpengaruh terhadap

perkembangan jerawat (Saising et al., 2008).

Klasifikasi bakteri Staphylococcus epidermidis adalah sebagai berikut :

Kingdom : Bacteria

Filum : Firmicutes

Kelas : Bacili

Ordo : Bacillales

Famili : Staphylococcaceae

Genus : Staphylococcus

Spesies : Staphylococcus epidermidis

c. Pseudomonas aeruginosa

Pseudomonas aeruginosa termasuk ke dalam kelompok bakteri Gram

negatif, berbentuk tangkai, berflagel, dapat tumbuh pada suhu antara 35-420C dan

merupakan salah satu spesies dari genus Pseudomonas yang dapat menimbulkan

penyakit pada manusia. Dinding selnya tersusun dari lipopolisakarida (LPS) yang

terdiri atas 2-keto-3-deoksi-asam oktanat (KDO) dan lipid (Tim Mikrobiologi,

2003).

Infeksi oleh bakteri tersebut terjadi pada seseorang yang mengalami

gangguan pada sistem pertahanan tubuh. Oleh karena itu P. aeruginosa disebut

Page 33: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA UJI AKTIVITAS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29210/1/KARIMAH... · Garcinia telah dikenal sebagai sumber senyawa xanton dan

18

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

patogen oportunistik yaitu memanfaatkan kerusakan pada mekanisme pertahanan

inang untuk memulai suatu infeksi. Kelainan klinis yang ditimbulkan antara lain :

infeksi pada luka bakar, infeksi saluran kemih, endokarditis, gastroenteritis,

pneumonia dan lain-lain (Tim Mikrobiologi, 2003).

Umumnya, Pseudomonas aeruginosa resisten terhadap bermacam-macam

antimikroba, tetapi masih ada beberapa antimikroba yang efektif untuk mengatasi

infeksi oleh bakteri tersebut, antara lain : amikasin, sefotaksim, piperasilin dan

vaksin heptavalen (Tim Mikrobiologi, 2003).

Klasifikasi P. aeruginosa sebagai berikut :

Kingdom : Bacteria

Filum : Proteobacteria

Kelas : Gamma proteobacteria

Ordo : Pseudomonadales

Famili : Pseudomonadaceae

Genus : Pseudomonas

Spesies : Pseudomonas aeruginosa

d. Shigella dysenteriae

Shigella dysenteriae merupakan bakteri Gram negatif, berbentuk batang

pendek yang berhabitat pada saluran cerna manusia. Infeksi Shigella dysenteriae

pada saluran cerna dapat menyebabkan diare berdarah atau disentri, khususnya

yang terjadi pada anak.

Klasifikasi ilmiah Shigella adalah sebagai berikut :

Kingdom : Bacteria

Filum : Proteobacteria

Kelas : Gamma Proteobacteria

Ordo : Enterobacteriales

Famili : Enterobacteriaceae

Genus : Shigella

Spesies : Shigella dysenteriae (Dodd et al., 1982)

Page 34: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA UJI AKTIVITAS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29210/1/KARIMAH... · Garcinia telah dikenal sebagai sumber senyawa xanton dan

19

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Shigella bersifat fakultatif anaerob tetapi tumbuh paling baik secara aerob.

Koloni berbentuk konveks, bulat, transparan dengan tepi yang utuh dan mencapai

diameter sekitar 2 mm dalam 24 jam. Shigella dapat tumbuh subur pada suhu

optimum 370C (Jawetz, 2007).

e. Salmonella thypimurium

Salmonella adalah bakteri Gram negatif dan terdiri dari famili

Enterobacteriaceae. Salmonella merupakan bakteri patogen enteric dan penyebab

utama penyakit bawaan dari makanan (Klotchko, 2011). Salmonella merupakan

bakteri berbentuk batang dan tidak membentuk spora, serta memiliki kapsul.

Bakteri ini juga bersifat fakultatif, dan sering disebut sebagai facultative intra-

cellular parasites. Dinding selnya terdiri atas murein, lipoprotein, fosfolipid,

protein, dan lipopolisakarida (LPS) dan tersusun sebagai lapisan-lapisan (Dzen,

2003).

Klasifikasi ilmiah Salmonella adalah sebagai berikut :

Kingdom : Bacteria

Filum : Proteobacteria

Kelas : Gamma Proteobacteria

Ordo : Enterobacteriales

Famili : Enterobacteriaceae

Genus : Salmonella

Spesies : Salmonella thypimurium (Todar, 2008).

Habitat Salmonella sp. adalah di saluran pencernaan (usus halus) manusia

dan hewan. Suhu optimum pertumbuhan Salmonella sp. ialah 370C dan pada pH

6-8 (Julius, 1990).

f. Helicobacter pylori

Helicobacter pylori adalah bakteri gram negatif berbentuk batang atau

kokoid (beberapa kepustakaan menyebutnya spiral atau seperti huruf “S”),

mempunyai flagel yang memungkinkan bakteri ini memiliki daya motilitas tinggi,

dan bersifat mikroaerofilik (Benaissa, 1994).

Klasifikasi ilmiah H. pylori adalah sebagai berikut :

Kingdom : Bacteria

Page 35: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA UJI AKTIVITAS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29210/1/KARIMAH... · Garcinia telah dikenal sebagai sumber senyawa xanton dan

20

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Filum : Proteobacteria

Kelas : Epsilon Proteobacteria

Ordo : Campylobacteriales

Famili : Helicobacterales

Genus : Helicobacter

Spesies : Helicobacter pylori

2.6 Metode Pengujian Aktivitas Antimikroba

Metode skrining untuk mendeteksi aktivitas antimikroba dari produk alam

terbagi dalam tiga kelompok, yaitu metode difusi, dilusi dan bioautografi. Metode

bioautografi dan difusi dikenal sebagai teknik kualitatif karena metode ini hanya

untuk menentukan ada atau tidaknya aktivitas zat antimikroba. Sedangkan metode

dilusi merupakan teknik kuantitatif, karena teknik ini dapat menentukan

konsentrasi hambat minimum dari zat antimikroba tersebut (Valgas, 2006).

a. Metode Difusi

1. Cara Cakram (disc)

Metode disc diffusion (tes Kirby & Bauer) menggunakan piringan yang

berisi agen antimikroba, kemudian diletakan pada media agar yang

sebelumnya telah ditanami mikroorganisme sehingga agen antimikroba dapat

berdifusi pada media agar tersebut. Area jernih mengindikasikan adanya

hambatan pertumbuhan mikroorganisme oleh agen antimikroba pada

permukaan media agar (Pratiwi, 2008).

Menurut Davis dan Stout (1971), ketentuan antibakteri adalah sebagai

berikut : daerah hambatan 20 mm atau lebih mengindikasi sangat kuat, daerah

hambatan 10-20 mm mengindikasikan kuat, 5-10 mm mengindikasikan

sedang dan daerah hambatan 5 mm atau kurang mengindikasikan lemah.

2. E-test

Metode E-test digunakan untuk mengestimasi MIC (minimum inhibitory

concentration) atau KHM (kadar hambat minimum), yaitu konsentrasi

minimal suatu agen antimikroba untuk dapat menghambat pertumbuhan

mikroorganisme.

Page 36: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA UJI AKTIVITAS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29210/1/KARIMAH... · Garcinia telah dikenal sebagai sumber senyawa xanton dan

21

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Pada metode ini digunakan strip plastik yang mengandung agen

antimikroba dari kadar terendah hingga tertinggi dan diletakan pada

permukaan media agar yang telah ditanami mikroorganisme. Pengamatan

dilakukan pada area jernih yang ditimbulkannya yang menunjukan kadar agen

antimikroba yang menghambat pertumbuhan mikroorganisme pada media

agar (Pratiwi, 2008).

3. Ditch-plate technique

Pada metode ini sampel uji berupa agen antimikroba yang diletakan pada

parit yang dibuat dengan cara memotong media agar dalam cawan petri pada

bagian tengah secara membujur dan mikroba uji (maksimum 6 macam)

digoreskan ke arah parit yang berisi agen antimikroba (Pratiwi, 2008).

4. Cup-plate technique

Metode ini serupa dengan metode disc diffusion, dimana dibuat sumur

pada media agar yang telah ditanami dengan mikroorganisme dan pada sumur

tersebut diberi agen antimikroba yang akan diuji (Pratiwi, 2008).

b. Metode Dilusi

1. Metode Dilusi Cair/ Broth Dilution Test (serial dilution)

Metode ini digunakan untuk mengukur konsentrasi hambat minimum

(KHM) dan kadar bunuh minimum (KBM). Cara yang dilakukan adalah

dengan membuat seri pengenceran agen antimikroba pada medium cair yang

ditambahkan dengan mikroba uji. Larutan uji agen antimikroba pada kadar

terkecil yang terlihat jernih tanpa adanya pertumbuhan mikroba uji ditetapkan

sebagai KHM. Larutan yang ditetapkan sebagai KHM tersebut selanjutnya

dikultur ulang pada media cair tanpa penambahan mikroba uji atau pun agen

antimikroba, dan diinkubasi selama 18-24 jam. Media cair yang tetap terlihat

jernih setelah diinkubasi ditetapkan sebagai KBM (Pratiwi, 2008).

2. Metode Dilusi Padat (Solid Dilution Test)

Metode ini serupa dengan metode dilusi cair namun menggunakan media

padat (solid). Keuntungan metode ini adalah satu konsentrasi agen

Page 37: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA UJI AKTIVITAS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29210/1/KARIMAH... · Garcinia telah dikenal sebagai sumber senyawa xanton dan

22

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

antimikroba yang diuji dapat digunakan untuk menguji beberapa mikroba uji

(Pratiwi, 2008).

c. Metode Bioautografi

Bioautografi merupakan metode skrining mikrobiologi yang umum

digunakan untuk mendeteksi adanya aktivitas antimikroba. Skrining

merupakan prosedur pertama, yang dilakukan pada sampel yang akan

dianalisis, untuk mengetahui ada atau tidaknya analit yang didapat. Metode

skrining ini memberikan sensitivitas yang lebih tinggi daripada metode

lainnya. Metode ini juga memiliki kelebihan yaitu, sederhana, murah, hemat

waktu dan tidak memerlukan peralatan yang canggih (Choma, 2010).

Metode bioautografi dibedakan menjadi tiga yaitu, bioautografi kontak,

bioautografi imersi atau bioautgrafi agar overlay, dan bioautografi langsung.

Prinsip bioautografi kontak, plat kromatografi diletakkan pada permukaan

agar yang telah diinokulasi mikroba uji selama beberap menit atau jam

sehingga proses difusi dapat terjadi. Plat kromatogram diambil dan media agar

diinkubasi. Daerah hambatan ditunjukan dengan adanya spot antimikroba

yang menepel pada permukaan media agar. Pada bioautografi imersi, plat

kromatogram dicelup pada medium agar, setelah agar memadat ditambahakan

mikroorganisme uji lalu diinkubasi. Metode ini merupakan kombinasi dari

bioautografi kontak dan langsung, karena senyawa antimikroba ditransfer dari

kromatogram ke media agar, seperti dalam metode kontak, tetapi lapisan agar

tetap pada permukaan kromatogram selama inkubasi dan visualisasi seperti

pada bioautografi langsung (Choma, 2010).

Bioautografi langsung merupakan metode bioautografi yang paling banyak

digunakan dari semua metode bioautografi. Prinsip dari metode ini adalah plat

KLT dicelupkan pada suspensi mikroorganisme kemudian diinkubasi.

Visualisasi dari zona ini biasanya dilakukan dengan menggunakan reagen

dehydrogenase untuk deteksi aktivitas, yang paling umum adalah garam

tetrazolium. Dehydrogenase mikroorganisme mengkonversi garam tetrazolium

menjadi berwarna, sehingga terlihat spot krem-putih dengan latar belakang

ungu pada permukaan plat KLT menunjukan keberadaan agen antibakteri

(Choma, 2010).

Page 38: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA UJI AKTIVITAS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29210/1/KARIMAH... · Garcinia telah dikenal sebagai sumber senyawa xanton dan

23

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

2.7 Tinjauan Tentang Antimikroba

2.7.1 Zat Antimikroba

Zat antimikroba adalah senyawa biologis atau kimia yang dapat

menghambat pertumbuhan dan aktivitas mikroba. Menurut Fardiaz (1989), zat

antimikroba dapat bersifat bakterisidal (membunuh bakteri), bakteristatik

(menghambat pertumbuhan bakteri), fungisidal, fungistatik atau menghambat

germinasi spora bakteri. Kemampuan suatu zat antimikroba dalam menghambat

pertumbuhan mikroba dipengaruhi oleh berbagai faktor, yaitu : (1) konsentrasi zat

antimikroba, (2) suhu lingkungan, (3) waktu penyimpanan, (4) sifat-sifat mikroba,

meliputi jenis, jumlah, umur, dan keadaan mikroba, (5) sifat-sifat fisik dan kimia

makanan termasuk kadar air, pH, jenis, dan jumlah senyawa di dalamnya (Frazier

dan Westhoff, 1988).

Kriteria ideal suatu antimikroba antara lain harus memiliki sifat-sifat

sebagai berikut : aman, ekonomis, tidak menyebabkan perubahan flavor, citarasa

dan aroma makanan, tidak mengalami penurunan aktivitas karena adanya

komponen makanan, tidak menyebabkan timbulnya galur resisten, sebaiknya

bersifat membunuh daripada hanya menghambat pertumbuhan mikroba (Ray,

2001). Penghambatan aktivitas antimikroba oleh komponen bioaktif tanaman

dapat disebabkan oleh beberapa faktor, antara lain : (1) gangguan pada senyawa

penyusun dinding sel, (2) peningkatan permeabilitas membran sel yang

menyebabkan kehilangan komponen penyusun sel, (3) menginaktifasi enzim

metabolik, dan (4) destruksi atau kerusakan fungsi material genetik (Branen dan

davidson, 1993).

2.7.2 Mekanisme Kerja

Mekanisme kerja dari antimikroba dapat digolongkan menjadi lima yaitu

(Berger et al., 1986) :

a. Antimikroba yang mengganggu metabolisme sel mikroba

Mikroba membutuhkan asam folat untuk kelangsungan hidupnya. Berbeda

dengan mamalia yang mendapatkan asam folat dari luar, kuman patogen harus

mensintesis sendiri asam folat dari asam para amino benzoat (PABA) untuk

kehidupannya. Mekanisme kerja antimikroba adalah dengan membentuk suatu

Page 39: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA UJI AKTIVITAS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29210/1/KARIMAH... · Garcinia telah dikenal sebagai sumber senyawa xanton dan

24

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

senyawa yang akan berkompetisi dengan PABA. Apabila senyawa tiruan ini

menang bersaing dengan PABA untuk diikut sertakan dalam pembentukan asam

folat, maka terbentuk analog asam folat yang nonfungsional. Akibatnya,

kehidupan mikroba akan terganggu.

b. Antimikroba yang menghambat sintesis protein mikroba

Dalam kelangsungan hidup sel mikroba perlu mensintesis berbagai protein. Di

ribosom sintesis protein berlangsung, dengan bantuan mRNA dan tRNA. Pada

bakteri terdapat dua sub unit ribosom yang berdasarkan konstanta sedimentasi

dinyatakan sebagai ribosom 30S dan 50S, kedua komponen ini akan bersatu

pangkal rantai mRNA menjadi ribosom 70S, sehingga dapat berfungsi pada

sintesis protein. Penghambatan sintesis protein dapat terjadi dengan berbagai cara,

salah satu contoh yaitu streptomisin berikatan dengan komponen ribosom 30S dan

menyebabkan kode pada mRNA salah dibaca oleh tRNA pada waktu sintesis

protein. Akibatnya, akan terbentuk protein yang abnormal dan nonfungsional bagi

sel mikroba.

c. Antimikroba yang mengganggu/merusak membran sel mikroba

Membran sel bakteri dapat dirusak oleh beberapa zat tertentu tanpa merusak

sel inang. Akibat dari daya kerja zat ini akan terjadi perusakan membran sehingga

isi sel akan keluar. Antibakteri ini berdaya kerja terhadap sel baik yang sedang

tumbuh maupun yang tidak tumbuh. Misalnya, polymixin dan polyene dan

antiseptik golongan surface active agent. Antimikroba golongan ini dapat

merubah tegangan permukaan sehingga akan merusak permeabilitas selektif dari

membran sel mikroba. Kerusakan membran sel akan menimbulkan kebocoran

yang mengakibatkan keluarnya berbagai komponen sel yang esensial sehingga

bakteri mengalami kematian.

d. Antimikroba yang menghambat sintesis dinding sel mikroba

Suatu antimikroba yang menghambat sintesis dinding sel. Keseluruhan

penghambatan rangkaian sintesis dinding sel tersebut akan menyebabkan tekanan

osmotik dalam sel kuman lebih tinggi daripada di luar sel, maka kerusakan

dinding sel kuman akan menyebabkan terjadinya lisis.

Page 40: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA UJI AKTIVITAS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29210/1/KARIMAH... · Garcinia telah dikenal sebagai sumber senyawa xanton dan

25

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Salah satu contoh klasik yang memiliki mekanisme antimikroba seperti ini

adalah penisilin. Antibiotik ini menyebabkan penghambatan ikatan sebrang silang.

Pada konsentrasi rendah, penisilin menghambat pembentukan ikatan glikosida,

sehingga pembentukan dinding sel baru akan terganggu dapat dilihat dari bakteri

dengan bentuk sel yang panjang tanpa dinding sekat. Pada konsentrasi tinggi,

ikatan sebrang silang terganggu dan pembentukan dinding sel terhenti. Kepekaan

bakteri terhadap penisilin tergantung pada kemampuan mikroorganisme

menghasilkan enzim beta-laktamase enzim ini dapat merusak daya kerjanya.

e. Antimikroba yang menghambat sintesis asam nukleat

Antimikroba tertentu dapat berikatan dengan enzim polimerase RNA (pada

sub unit) sehingga menghambat sintesis RNA dan DNA oleh enzim tersebut, ada

pula antimikroba yang menghambat aktivitas satu sub unit dari enzim DNA girase

pada kuman yang fungsinya menata kromosom yang sangat panjang menjadi

bentuk spiral sehingga dapat termuat dalam sel bakteri yang berukuran sangat

kecil. Hambatan pada aktivitas DNA girase akan menyebabkan kematian pada sel

mikroba.

2.8 Antimikroba Pembanding

2.8.1 Kloramfenikol (Depkes RI, 1995 dan Pratiwi, 2008)

Kloramfenikol adalah antibiotik berspektrum luas, yaitu antibiotik yang dapat

menghambat bakteri Gram positif dan negatif aerob dan anaerob. Karakteristik

kloramfenikol yang digunakan sebagai antibakteri pembanding adalah sebagai

berikut :

a. Nama lain : D-treo-(-)-2,2-Dikloro-N-[β-hidroksi-α-(hidroksimetil)-p-

nitrofenetil]asetamida

b. Rumus kimia : C12H12Cl2N2O5

c. Pemerian : Hablur halus berbentuk jarum atau lempeng memanjang; putih

hingga putih kelabu atau putih kekuningan.

d. Kelarutan : sukar larut dalam air; mudah larut dalam etanol, dalam

propilen glikol, dalam aseton dan dalam etil asetat.

e. Mekanisme kerja : antibiotik memberikan efek dengan cara bereaksi pada

sub unit 50S ribosom dan menghalangi aktivitas enzim peptidil

Page 41: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA UJI AKTIVITAS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29210/1/KARIMAH... · Garcinia telah dikenal sebagai sumber senyawa xanton dan

26

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

transferase. Enzim ini berfungsi untuk membentuk ikatan peptida antara

asam amino baru yang masih melekat pada tRNA dengan asam amino

terakhir yang sedang berkembang, sebagai akibatnya, sintesis protein

bakteri akan terhenti seketika.

Page 42: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA UJI AKTIVITAS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29210/1/KARIMAH... · Garcinia telah dikenal sebagai sumber senyawa xanton dan

27 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

BAB 3

METODELOGI PENELITIAN

3.1 Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Farmakognosi dan Fitokimia,

Laboratorium Steril dan Laboratorium Penelitian I Progam Studi Farmasi FKIK

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, yang dimulai pada bulan Desember 2014 hingga

bulan Mei 2015.

3.2 Alat dan Bahan

3.2.1 Alat

Alat-alat yang digunakan pada penelitian ini antara lain, botol maserasi,

gelas ukur (PYREX), beaker glass (DURAN), tabung reaksi (IWAKI),

Erlenmeyer (DURAN), corong (PYREX), cawan penguap, batang pengaduk,

spatel, pinset, jarum ose, mikropipet (BIO RAD), pipet tetes, cawan petri

(NORMAX), bunsen, hot plate, timbangan analitik (AND), rotary evaporator

(EYELA), blender, autoklaf (HIRAYAMA), oven (WTB BINDER), incubator

(FRANCE ETUVES), refrigerator, laminar air flow (SPEG AIR TECH), dan

vortex.

3.2.2 Bahan

Bahan yang digunakan pada penelitian ini antara lain, daun Garcinia

benthami Pierre yang diperoleh dari Kebun Raya Bogor dan telah dideterminasi di

Pusat Penelitin Biologi-LIPI, akuades, pelarut n-heksan, etil asetat, metanol,

DMSO 10%, larutan p-iodonitrotetrazolium violet (INT) (SIGMA), NaCl

fisiologis, mikroba uji, plat KLT silica gel 60 F254 (MERCK), medium Nutrient

Agar (NA), Brain Heart Infussion (BHI), dan kloramfenikol (INDOFARMA).

3.2.3 Mikroba Uji

Bakteri yang digunakan diperoleh dari Laboratorium Mikrobiologi UI, antara lain

:

1. Staphylococcus epidermidis ATCC 12228

2. Bacillus subtillis ATCC 6633

Page 43: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA UJI AKTIVITAS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29210/1/KARIMAH... · Garcinia telah dikenal sebagai sumber senyawa xanton dan

28

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

3. Pseudomonas aeruginosa ATCC 27853

4. Shigella dysenteriae ATCC 13313

5. Helicobacter pylori ATCC 43504

6. Salmonella thypimurium ATCC 14028

3.3 Metode Penelitian

3.3.1 Penyiapan Sampel

3.3.1.1 Penyiapan dan Ekstraksi Garcinia benthami Pierre

Daun segar Garcinia benthami Pierre sebanyak 4 kg yang digunakan pada

penelitian ini dikumpulkan pada bulan Desember 2014 dari Kebun Raya Bogor.

Selanjutnya dilakukan sortasi untuk dipisahkan dari pengotor atau bahan-bahan

asing sehingga dapat mengurangi jumlah pengotor yang ikut terbawa dalam bahan

uji kemudian diangin-anginkan hingga kering.

Simplisia yang telah kering disortasi kembali dari pengotor yang masih

tertinggal. Simplisia yang telah disortir dihaluskan dengan blender, timbang

serbuk simplisia yang didapatkan. Serbuk simplisia kemudian disimpan dalam

wadah bersih, kering dan terlindung dari cahaya (Amelia, 2011).

3.3.1.2 Pembuatan Ekstrak

Sejumlah 1,188 kg serbuk kering daun Garcinia Benthami Pierre

dimaserasi dengan pelarut n-heksan teknis yang telah didestilasi selama 3 hari

sebanyak 18,9 L. Maserasi dilakukan selama 42 hari hingga filtrat yang dihasilkan

hampir tidak berwarna. Hasil maserasi disaring dan filtrat yang diperoleh

dipekatkan dengan penguap putar vakum pada suhu lebih kurang 450C, sehingga

diperoleh ekstrak kental n-heksan. Terhadap ampas n-heksan dilakukan kembali

maserasi berturut turut dengan pelarut etil asetat sebanyak 29,3 L selama 48 hari

dan metanol sebanyak 19,4 L selama 36 hari kemudian pelarut diuapkan dengan

penguap putar vakum hingga diperoleh ekstrak n-heksan, etil asetat, dan metanol

yang kemudian masing-masing ditimbang dan dihitung rendemennya terhadap

berat simplisia awal (Amelia, 2011). Perhitungan rendemen ekstrak dilakukan

dengan rumus sebagai berikut :

% Rendemen ekstrak =

Page 44: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA UJI AKTIVITAS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29210/1/KARIMAH... · Garcinia telah dikenal sebagai sumber senyawa xanton dan

29

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

3.3.1.3 Pemeriksaan Kandungan Air

Sejumlah 1 gram ekstrak n-heksan, etil asetat dan metanol ditimbang

dalam krus porselen bertutup yang sebelumnya telah dipanaskan pada suhu 1050C

selama 90 menit dan telah ditara. Ratakan dengan menggoyangkan hingga

terbentuk lapisan setebal 10-15 mm dan dikeringkan pada suhu penetapan hingga

bobot tetap, buka tutupnya, biarkan krus dalam keadaan tertutup dan mendingin

dalam desikator hingga suhu kamar, kemudian dicatat bobot tetap yang diperoleh

untuk menghitung persentase susut pengeringannya. Dilakukan replikasi atau

pengulangan sebanyak 3 kali (Rostinawati, 2010).

3.3.2 Pemeriksaan Kandungan Kimia Ekstrak N-Heksan, Etil Asetat dan

Metanol Garcinia benthami Pierre

3.3.2.1 Identifikasi Alkaloid

Sejumlah ekstrak dilarutkan dalam 10 mL larutan HCl encer kemudian

disaring dan filtrat dibagi menjadi dua tabung reaksi :

a. Filtrat A ditambahkan reagen Mayer (larutan kalium merkuri iodida).

Terbentuknya endapan berwarna putih menunjukkan adanya senyawa

alkaloid.

b. Filtrat B ditambahkan reagen Dragendorff (larutan kalium bismuth

klorida). Terbentuknya endapan berwarna merah bata menunjukkan

adanya senyawa alkaloid (Tiwari et al., 2011).

3.3.2.2 Identifikasi Flavonoid

Sampel dicampur dengan 5 mL etanol, dikocok, dipanaskan, dan dikocok

lagi kemudian disaring. Kemudian ditambahkan serbuk Mg 0,2 g dan 3 tetes HCl

pada masing-masing filtrat. Terbentuknya warna merah pada lapisan etanol

menunjukkan adanya flavonoid (Anonim, 2000).

3.3.2.3 Identifikasi Saponin

Ekstrak ditambahkan 5 ml aquadest panas, didinginkan kemudian dikocok

kuat-kuat selama 10 menit. Hasil positif ditunjukan dengan terbentuknya buih

yang stabil selama tidak kurang dari 10 menit setinggi 1-10 cm dan pada

penambahan 1 tetes asam klorida 2N buih tidak hilang (Materia Medika, 1980).

Page 45: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA UJI AKTIVITAS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29210/1/KARIMAH... · Garcinia telah dikenal sebagai sumber senyawa xanton dan

30

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

3.3.2.4 Identifikasi Tanin

Ekstrak dilarutkan dengan akuades panas lalu dikocok hingga homogen.

Larutan kemudian ditambahkan 5 tetes natrium klorida 10% dan saring. Filtrat

yang diperoleh digunakan sebagai larutan percobaan. Larutan percobaan

kemudian dibagi menjadi tiga bagian dan berturut-turut ditambahkan pereaksi

gelatin 10%, natrium klorida-gelatin, besi (III) klorida 3%. Hasil positif

ditunjukan dengan terbentuknya endapan pada penambahan gelatin 10% dan

natrium klorida-gelatin, sedangkan dengan penambahan besi (III) klorida 3%

ditunjukan dengan terbentuknya larutan biru kehitaman atau hijau kehitaman

(Materia Medika, 1980).

3.3.2.5 Identifikasi Steroid

Sampel diekstrak dengan etanol dan ditambah 2 mL asam sulfat pekat dan

2 mL asam asetat anhidrat. Perubahan warna dari ungu ke biru atau hijau

menunjukkan adanya steroid (Anonim, 2000).

3.3.2.6 Identifikasi Triterpenoid

Sampel dicampur dengan 2 mL kloroform dan 3 mL asam sulfat pekat.

Terbentuknya warna merah coklat pada antar permukaan menunjukkan adanya

triterpenoid (Anonim, 2000).

3.4 Uji Aktivitas Antimikroba

3.4.1 Sterilisasi Alat dan Bahan

a. Sterilisasi Alat

Seluruh alat yang akan digunakan dicuci bersih, dikeringkan dan

disterilisasi terlebih dahulu. Tabung reaksi, gelas ukur dan Erlenmeyer ditutup

mulutnya dengan kapas. Cawan petri dibungkus dengan kertas, kemudian

semuanya dimasukkan dalam plastik tahan panas dan disterilkan dengan autoklaf

pada suhu 1210C, selama 30 menit (Pertiwi, 2010). Cawan petri dan pipet volume

juga dapat disterilkan dengan menggunakan oven, yaitu dengan cara memasukkan

alat-alat tersebut kedalam oven dan dipanaskan dengan suhu 160-1700C selama 1-

2 jam (Kharisma, 2012). Jarum ose disterilkan dengan cara flambir pada nyala

bunsen. Laminar Air Flow disterilisasi dengan lampu UV yang dinyalakan selama

Page 46: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA UJI AKTIVITAS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29210/1/KARIMAH... · Garcinia telah dikenal sebagai sumber senyawa xanton dan

31

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

lebih kurang 2 jam dan disemprotkan dengan alkohol 70% sebelum digunakan.

Sterilisasi Laminar ini dilakukan sebelum dan sesudah bekerja didalamnya

(Pertiwi, 2010).

b. Sterilisasi Bahan

Seluruh media pembenihan (NA dan BHI) disterilisasi dengan autoklaf

pada temperatur 1210C selama 15 menit (Pertiwi, 2010).

3.4.2 Pembuatan Medium

1. Nutrient Agar (NA)

Serbuk NA sebanyak 24 gram dilarutkan dalam 1 L akuades dan

dipanaskan sampai mendidih sehingga semuanya larut. Lalu disterilkan dalam

autoklaf pada suhu 1210C selama 15 menit. Setelah agak dingin dapat disimpan

dalam lemari pendingin dan dapat digunakan jika diperlukan dengan

memanaskannya kembali menggunakan hot plate (Pertiwi, 2010).

2. Brain Heart Infussion (BHI)

Serbuk BHI sebanyak 37 gram dilarutkan dalam 1 liter akuades dan

dipanaskan sampai mendidih sehingga semuanya larut. Lalu disterilkan dalam

autoklaf pada suhu 1210C selama 15 menit. Setelah agak dingin dapat disimpan

dalam lemari pendingin dan dapat digunakan.

3.4.3 Karakterisasi Bakteri Uji

Karakterisasi bakteri uji dilakukan dengan cara metode pewarnaan Gram,

yaitu menyiapkan preparat uji dengan mengoleskan bakteri setipis mugkin di atas

kaca objek yang kemudian difiksasi dengan cara dilewatkan di atas nyala api

sebentar untuk melekatkan bakteri. Preparat tersebut diwarnai dengan larutan

kristal violet dan dibiarkan selama 1 menit, dicuci dengan air mengalir selama 5

detik, diteteskan larutan lugol diatas preparat dan dibiarkan selama 1 menit, dicuci

kembali dengan air mengalir kemudian dicuci dengan alkohol 96% selama 10 - 30

detik sampai tidak ada lagi zat warna lugol lalu dicuci kembali dengan air

mengalir. Diteteskan larutan safranin selama 10-30 detik kemudian dicuci kembali

dengan air mengalir, dikeringkan dengan cara diletakan diatas kertas saring dan

diperiksa preparat dibawah mikroskop (Handayani, 2007).

Page 47: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA UJI AKTIVITAS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29210/1/KARIMAH... · Garcinia telah dikenal sebagai sumber senyawa xanton dan

32

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

3.4.4 Peremajaan Bakteri

Stok bakteri dalam agar miring nutrient diremajakan kembali pada media

NA miring dengan cara menggoreskan masing-masing bakteri menggunakan ose

yang telah disterilkan dengan cara memijarkan pada api bunsen kedalam 5 ml

media agar miring NA, kemudian diinkubasi pada suhu 37oC selama 24 jam

(Pertiwi, 2010).

3.4.5 Pembuatan Suspensi Bakteri

Pembuatan suspensi mikroba uji dilakukan dengan cara semua mikroba

dari hasil peremajaan dibuat menjadi suspensi mikroba 109 sesuai dengan

kekeruhan Mc Farland III dengan cara diinokulasikan satu ose biakan mikroba,

dimasukkan ke dalam tabung reaksi yang telah diisi dengan 3 mL larutan NaCl

0,9% kemudian dikocok dengan vortex. Kekeruhan suspensi mikroba yang dibuat

dibandingkan dengan kekeruhan standar Mc Farland III. Apabila kekeruhan

belum sama, mikroba diinokulasi kembali ke dalam suspensi yang dibuat hingga

diperoleh kekeruhan yang sama dengan standar (Radji, 2006).

Suspensi mikroba 109 kemudian diencerkan sehingga diperoleh suspensi

mikroba 106, pengenceran dilakukan dengan cara suspensi mikroba 10

9 dipipet 1

mL ke dalam tabung reaksi berisi 9 mL NaCl 0,9% sehingga diperoleh suspensi

mikroba 108. Suspensi mikroba 10

8 dipipet 1 mL ke dalam tabung reaksi yang

berisi 9 mL NaCl 0,9% sehingga diperoleh suspensi mikroba 107. Suspensi

mikroba 107 dipipet 1mL ke dalam tabung reaksi yang berisi 9 mL BHI sehingga

diperoleh suspensi mikroba 106 (Radji, 2006 dan Bobby, 2013).

3.4.6 Pembuatan Larutan Uji

Ekstrak n-heksan, etil asetat dan metanol daun Garcinia benthami Pierre

untuk pengujian aktivitas antimikroba dengan metode bioautografi, dibuat dengan

konsentrasi 5000 ppm dengan cara ditimbang ekstrak n-heksan, etil asetat dan

metanol sebanyak 25 mg yang dilarutkan dalam 5 mL pelarutnya masing-masing

(Valgas et al., 2007).

Page 48: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA UJI AKTIVITAS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29210/1/KARIMAH... · Garcinia telah dikenal sebagai sumber senyawa xanton dan

33

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

3.4.7 Pembuatan Larutan Kontrol

Kontrol positif yang digunakan berupa kloramfenikol dengan konsentrasi

2000 ppm dibuat dengan cara menimbang serbuk kloramfenikol sebanyak 10 mg

yang dilarutkan dalam 5 mL DMSO 100% (Valgas et al., 2007). Kontrol negatif

menggunakan pelarut n-heksana, etil asetat, dan metanol.

3.4.8 Penyiapan Plat KLT

Masing-masing ekstrak n-heksan, etil asetat dan metanol konsentrasi 5

mg/mL ditotolkan pada plat KLT sebanyak 10 µL menggunakan mikropipet

dengan jarak tiap totolan ±2cm (Ismail et al., 2011).

3.4.9 Uji Bioautografi Nonelusi Antibakteri

Suspensi bakteri Gram positif dan Gram negatif konsentrasi 106 CFU/mL

masing-masing dituang dalam cawan petri steril. Plat KLT yang telah disiapkan,

dicelupkan selama 5 detik ke dalam suspensi bakteri 106 CFU/mL, kemudian

diletakkan dalam cawan petri steril dan terdapat kapas yang dibasahi dengan

akuades. Plat KLT diinkubasi selama 24 jam pada suhu 370C. plat KLT disemprot

dengan larutan p-iodonitrotetrazolium violet (INT) dan diinkubasi selama 24 jam

pada suhu 370C. Aktivitas antibakteri terlihat dengan terbenuknya zona bening

dengan latar belakang warna ungu pada plat. Pengerjaan bioautografi dilakukan

dalam laminar air flow (Valgas et al., 2007).

3.4.10 KLT Bioautografi

Larutan uji yang paling aktif menunjukkan aktivitas antibakteri, selanjutnya

diuji kembali dengan cara ekstrak ditotolkan pada plat KLT sebanyak 10 µL

menggunakan mikropipet dan dielusi dengan eluen etil asetat (100%), n-heksan :

etil asetat (9:1), (8:2), (7:3), (6:4), (5:5), dan (4:6). Ekstrak yang telah dielusi

dilihat dibawah sinar UV 254 nm dan bercak yang terlihat ditandai menggunakan

pensil. Plat KLT tersebut dicelupkan dalam suspensi bakteri 106 CFU/mL selama

5 detik, selanjutnya diletakkan dalam cawan petri steril yang terdapat kapas yang

dibasahi dengan akuades steril. Plat KLT diinkubasi pada suhu 370C selama 24

jam, setelah diinkubasi plat KLT disemprot dengan larutan p-iodonitrotetrazolium

violet (INT), dan diinkubasi kembali selama 4 jam pada suhu 370C. Zona

Page 49: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA UJI AKTIVITAS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29210/1/KARIMAH... · Garcinia telah dikenal sebagai sumber senyawa xanton dan

34

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

penghambatan diamati dan ditentukan nilai Rf senyawa bioaktif (Ismail et al.,

2011; Valgas et al., 2007 yang telah dimodifikasi).

Page 50: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA UJI AKTIVITAS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29210/1/KARIMAH... · Garcinia telah dikenal sebagai sumber senyawa xanton dan

35 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

BAB 4

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Pembuatan Simplisia

Tanaman Garcinia benthami Pierre yang digunakan dalam penelitian ini

diperoleh dari Kebun Raya Bogor dan telah dilakukan determinasi di Lembaga

Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) Pusat Konservasi Tumbuhan Kebun Raya

Bogor, Jawa barat (Lampiran 1).

Daun Garcinia benthami yang diperoleh sebanyak 4 kg, disortasi basah

dengan cara dipisahkan dari tangkai dan pengotor yang melekat, dicuci

menggunakan air yang mengalir hingga bersih dari pengotor yang melekat pada

daun. Tahapan selanjutnya yang dilakukan adalah proses pengeringan yang

bertujuan untuk menghentikan reaksi enzimatik dan mengurangi kadar air

sehingga nantinya diperoleh simplisia yang tidak mudah rusak. Pengeringan

dilakukan selama 10 hari pada suhu ruang dan terhindar dari matahari langsung

hal ini dilakukan untuk menghindari terjadinya kerusakan senyawa yang

terkandung didalamnya.

Daun segar Garinia benthami Pierre sebanyak 4 kg setelah dilakukan

pengeringan beratnya menjadi 1,552 kg daun kering yang selanjutnya dilakukan

penghalusan menggunakan blender sehingga diperoleh serbuk simplisia,

kemudian ditimbang kembali sehingga menghasilkan berat sebanyak 1,188 kg.

4.2 Pembuatan Ekstrak

Proses ekstraksi dilakukan menggunakan ekstrasi cara dingin, yaitu

dengan metode maserasi. Keuntungan ekstraksi dengan cara maserasi adalah

pengerjaan dan peralatan yang digunakan sederhana. Proses maserasi

menggunakan teknik maserasi bertingkat dengan pelarut yang memiliki tingkat

kepolaran yang berbeda-beda yaitu n-heksana sebagai pelarut non polar, etil asetat

sebagai pelarut semi polar dan metanol sebagai pelarut polar. Dengan

menggunakan maserasi bertingkat maka senyawa akan terkestraksi berdasarkan

tingkat kepolarannya sehingga proses ekstraksi akan lebih maksimal.

Page 51: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA UJI AKTIVITAS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29210/1/KARIMAH... · Garcinia telah dikenal sebagai sumber senyawa xanton dan

36

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Sebanyak 1,188 kg serbuk daun Garcinia benthami diekstraksi dengan

cara maserasi bertingkat, awal maserasi menggunakan pelarut yang bersifat non

polar yaitu digunakan pelarut n-heksan sebanyak 18,9 L sampai didapatkan filtrat

yang bening dengan cara melakukan remaserasi selama 42 hari, selanjutnya

dilakukan maserasi kembali menggunakan pelarut semi polar yaitu etil asetat

sebanyak 29,3 L selama 48 hari sampai didapatkan filtrat yang bening dan yang

terkahir adalah menggunakan pelarut yang bersifat polar yaitu metanol sebanyak

19,4 L selama 36 hari hingga mendapatkan filtrat yang bening juga. Filtrat bening

yang didapatkan kemudian diuapkan menggunakan rotary evaporator sehingga

didapatkan ekstrak kental.

Dari proses ekstraksi, diperoleh tiga ekstrak kental yaitu ekstrak kental

n-heksan sebanyak 17,8254 g, ekstrak kental etil asetat sebanyak 80,9839 g, dan

ekstrak kental metanol sebanyak 81,7003 g.

Tabel 4.1 Hasil rendemen ekstrak n-heksan, etil asetat dan metanol

Total Simplisia

yang Dimaserasi

Ekstrak Bobot Rendemen

1188 g atau

1,188 kg

N-heksan 17,8254 g 1,5004%

Etil asetat 80,9829 g 6,8168%

Metanol 81,7003 g 6,877 %

Total 180,5086 g 15,1942 %

Hasil rendemen dari ketiga ekstrak yaitu ekstrak n-heksan, etil asetat dan

metanol yang telah didapatkan, ekstrak n-heksan merupakan ekstrak yang

memiliki hasil rendemen yang paling sedikit hal ini disebabkan senyawa yang

ditarik oleh pelarut nonpolar sedikit. Menurut Harborne senyawa metabolit

sekunder yang dapat terlarut dalam pelarut nonpolar adalah senyawa golongan

terpenoid, menurut Houghton dan Raman (1998) pelarut non polar juga dapat

menarik senyawa lilin tanaman, lemak-minyak nabati, minyak atsiri dan alkaloid.

Hal ini sesuai dengan hasil skrining fitokimia yang telah dilakukan, dimana

Page 52: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA UJI AKTIVITAS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29210/1/KARIMAH... · Garcinia telah dikenal sebagai sumber senyawa xanton dan

37

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

berdasarkan skrining fitokimia ekstrak n-heksan daun Garcinia benthami Pierre

hanya menunjukan hasil positif pada golongan terpenoid.

Terhadap masing-masing, ekstrak n-heksana, ekstrak etil asetat dan

ekstrak metanol yang telah diperoleh selanjutnya dilakukan pengukuran kadar air.

Kadar air merupakan salah satu parameter penting yang menentukan daya tahan

ekstrak dan terkait dengan aktivitas mikroorganisme selama penyimpanan.

Ekstrak yang mempunyai kadar air yang tinggi lebih mudah rusak karena ekstrak

tersebut menjadi media yang kondusif bagi pertumbuhan mikroorganisme.

Ekstrak dengan kadar air rendah relatif lebih stabil dalam penyimpanan jangka

panjang daripada ekstrak dengan kadar air tinggi (Antoni, 2013).

Penentuan kadar air dilakukan dengan menggunakan metode gravimetri.

Metode gravimetri digunakan karena metode ini merupakan salah satu metode

yang digunakan untuk penetapan kadar air sampel yang tidak mengandung

senyawa yang mudah menguap (Depkes RI, 1995).

Tabel 4.2 Hasil pengujian kadar air ekstrak daun Garcinia benthami Pierre

Ekstrak % kadar air

N-heksan 1,891%

Etil asetat 8,7%

Metanol 9,95%

Ketiga ekstrak dilakukan perhitungan kadar air karena, semua ketiga

ekstrak tersebut akan dilakukan pengujian aktivitas antibakteri sehingga perlu

dihitung kadar airnya, dimana air merupakan media yang baik untuk kehidupan

bakteri. Menurut literatur, kadar air dalam esktrak tidak boleh lebih dari 10%. Hal

ini bertujuan untuk menghindari cepatnya pertumbuhan jamur dalam ekstrak

(Soetarno dan Soediro, 1997).

Selanjutnya terhadap masing-masing ekstrak n-heksan, etil asetat dan

ekstrak metanol dilakukan penapisan fitokimia, hal ini ditujukan untuk

Page 53: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA UJI AKTIVITAS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29210/1/KARIMAH... · Garcinia telah dikenal sebagai sumber senyawa xanton dan

38

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

memastikan bahwa senyawa yang terkandung dalam ekstrak sudah terpisahkan

berdasarkan polaritasnya. Hasil penapisan fitokimia sebagai berikut :

Tabel 4.3 Hasil penapisan fitokimia ekstrak daun Garcinia benthami Pierre

No Metabolit Sekunder Ekstrak

N-heksan

Ekstrak

Etil Asetat

Ekstrak

Metanol

1 Flavonoid - - +

2 Terpenoid + + +

3 Saponin - + +

4 Tannin - + +

5 Alkaloid - - -

6 Steroid - - -

Hasil penapisan fitokimia menunjukan bahwa ekstrak n-heksana hanya

menunjukan hasil positif pada pengujian golongan terpenoid sedangkan pengujian

untuk golongan lainnya menunjukan hasil negatif. Hal ini menunjukan bahwa

metabolit sekunder yang terdapat dalam ekstrak n-heksan daun Garcinia benthami

Pierre adalah hanya golongan terpenoid. Hal ini sesuai dengan literatur, menurut

Harborne metabolit sekunder yang terlarut dalam pelarut nonpolar hanya sedikit

salah satunya adalah golongan terpenoid.

Hasil penapisan fitokimia pada esktrak etil asetat yang bersifat semi polar

dan metanol yang bersifat polar hampir sama, perbedaannya pada pengujian

golongan flavonoid. Pada ekstrak etil asetat yang bersifat semi polar golongan

flavonoid menunjukan hasil yang negatif sedangkan pada ekstrak metanol

menunjukan hasil positif. Berdasarkan penilitian Amelia, 2011 untuk ekstrak

semipolar golongan flavonoid menunjukan hasil positif, perbedaan ini mungkin

disebabkan dari perbedaan pelarut semi polar yang digunakan dimana pada

penelitian Amelia, 2011 pelarut yang digunakan adalah aseton sedangkan yang

digunakan pada penelitian ini adalah etil asetat. Menurut Fessenden, 1997

polaritas pelarut aseton lebih tinggi dibanding dengan etil asetat, dimana golongan

flavonoid merupakan senyawa yang bersifat polar, sehingga kemungkinan

Page 54: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA UJI AKTIVITAS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29210/1/KARIMAH... · Garcinia telah dikenal sebagai sumber senyawa xanton dan

39

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

golongan ini tidak tertarik dengan menggunakan pelarut etil asetat sehingga hasil

pengujiannya menghasilkan hasil negatif. Hal lain yang bisa mengindikasikan

flavonoid menunjukkan hasil negatif adalah kemungkinan karena pada tahap

penyarian tidak sempurna, sehingga flavonoid belum dapat disari atau ekstrak

yang dihasilkan tidak homogen sehingga kemungkinan sampel yang digunakan

tidak mengnadung flavonoid.

4.3 Uji Aktivitas Antibakteri Ekstrak Daun Garcinia benthami Pierre

Skrining aktivitas antibakteri dari daun Garcinia benthami Pierre

dilakukan menggunakan metode bioautografi. Bioautografi merupakan metode

skrining mikrobiologi yang umum digunakan untuk mendeteksi adanya aktivitas

antimikroba. Tujuan dilakukannya metode bioautografi ini terkait pencarian

senyawa murni yang aktif sebagai antibakteri. Metode ini juga memiliki kelebihan

yaitu, sederhana, murah, hemat waktu dan tidak memerlukan peralatan yang

canggih (Choma, 2010).

Prinsip dari metode bioautografi adalah plat kromatogram dicelupkan pada

suspensi mikroorganisme dan kemudian diinkubasi. Zona penghambatan

komponen antibakteri diketahui dengan cara menyemprot garam tetrazolium pada

kromatogram (Ismail, 2011).

Hal yang dilakukan dalam pengerjaan dengan metode bioautografi adalah

melakukan persiapan larutan uji, larutan kontrol, peremajaan bakteri, dan

penyiapan plat KLT. Larutan uji yang digunakan adalah konsentrasi 5000 ppm

dibuat dengan cara ditimbang 25 mg ekstrak n-heksan, etil asetat, dan metanol

kemudian dilarutkan dalam 5 mL masing-masing pelarut. Konsentrasi 5000 ppm

dipilih berdasarkan jurnal dari Valgas et al, dimana berdasarkan jurnal tersebut

konsentrasi yang dapat digunakan berkisar dari 5000 ppm sampai 40000 ppm.

Dari hasil optimasi yang dilakukan, pada konsentrasi 5000 ppm sudah dapat

dihasilkan zona hambat sehingga konsentrasi tersebut dipilih menjadi konsentrasi

uji.

Larutan kontrol positif yang digunakan adalah kloramfenikol konsentrasi

2000 ppm. Kloramfenikol konsentrasi 2000 ppm dibuat dengan cara ditimbang 10

Page 55: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA UJI AKTIVITAS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29210/1/KARIMAH... · Garcinia telah dikenal sebagai sumber senyawa xanton dan

40

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

mg serbuk kloramfenikol yang dilarutkan dengan 5 mL DMSO 100%.

Kloramfenikol digunakan sebagai kontrol positif karena kloramfenikol merupakan

antibakteri spektrum luas, sehingga bisa digunakan untuk melawan bakteri baik

Gram negatif maupun Gram positif. Tujuan dari digunakannya kontrol positif

adalah sebagai pembanding dari zona hambat yang terbentuk. Kontrol negatif

yang dipakai adalah pelarut yang digunakan untuk melarutkan masing-masing

ekstrak yaitu n-heksan, etil asetat, dan metanol. Tujuan dari digunakannya

masing-masing pelarut sebagai kontrol negatif adalah untuk membuktikan bahwa

pelarut yang digunakan untuk melarutkan ekstrak tidak berpengaruh terhadap

aktivitas antibakteri.

Peremajaan bakteri dilakukan dalam media Nutrient Agar miring yang

sudah disterilkan. Bakteri yang digunakan terdiri dari bakteri Gram positif yaitu

Staphylococcus epidermidis ATCC 12228, Bacillus subtilis ATCC 6633 dan

bakteri Gram negatif yaitu Salmonella thyphii ATCC 14028, Shigella dysenteriae

ATCC 13313, Helicobacter pylori ATCC 43504, dan Pseudomonas aeruginosa

ATCC 27853. Keenam bekteri tersebut mewakili bakteri patogen yang menyerang

saluran pencernaan, pernafasan dan kulit.

Setelah melakukan persiapan, hal selanjutnya yang dilakukan adalah

melakukan skrining. Skrining dilakukan menggunakan tiga ekstrak yaitu ekstrak

n-heksan, etil asetat, dan metanol. Masing-masing ekstrak dilarutkan dengan

masing-masing pelarut sehingga menghasilkan konsentrasi 5000 ppm setelah itu

larutan uji, kontrol positif, dan kontrol negatif diinokulasikan masing-masing

sebanyak 10 µL pada plat KLT yang sudah disiapkan. Setelah kering, plat KLT

yang sudah diinokulasikan dicelupkan dalam suspensi bakteri yang sudah

disiapkan. Suspensi bakteri dibuat dengan cara semua mikroba dari hasil

peremajaan dibuat menjadi suspensi mikroba 109 sesuai dengan kekeruhan Mc

Farland III dengan cara 5 sampai 10 ose bakteri dimasukkan ke dalam tabung

reaksi yang telah diisi dengan 2 mL larutan NaCl 0,9% kemudian dikocok dengan

vortex. Kekeruhan suspensi mikroba yang dibuat dibandingkan dengan kekeruhan

standar Mc Farland III, Kemudian di encerkan sampai konsentrasi 107

menggunakan NaCl 0,9%, kemudian diencerkan kembali sampai konsentrasi 106

Page 56: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA UJI AKTIVITAS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29210/1/KARIMAH... · Garcinia telah dikenal sebagai sumber senyawa xanton dan

41

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

menggunakan BHI (Radji, 2006 dan Bobby, 2013). Penggunaan NaCl 0,9%

bertujuan untuk melakukan pengenceran saja sedangkan BHI bertujuan untuk

melakukan pengenceran dan sebagai media pertumbuhan dari bakteri uji.

Inkubasi dilakukan selama 24 jam didalam inkubator dengan suhu 370C.

Tujuan dilakukannya inkubasi adalah agar bakteri dapat tumbuh dengan baik.

Setelah inkubasi selesai, plat KLT disemprot menggunakan larutan p-

iodonitrotetrazolium (INT) yang digunakan sebagai indikator pertumbuhan

bakteri. INT digunakan karena selain dari hasilnya yang baik dan kontras karena

memberikan warna ungu juga penyiapannya yang mudah yaitu dilarutkan dalam

akuades (Valgas et al., 2007).

Tabel 4.4 Hasil skrining antibakteri ekstrak daun Garcinia benthami Pierre

Bakteri Gambar

Staphylococcus epidermidis

Keterangan :

- E = ekstrak etil asetat

- M = esktrak metanol

- N = ekstrak n-heksan

- E- = kontrol - (EA)

- M- = kontrol - (M)

- N- = kontrol - (N)

- K+ = kontrol +

(kloramfenikol)

Staphylococcus epidermidis

Page 57: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA UJI AKTIVITAS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29210/1/KARIMAH... · Garcinia telah dikenal sebagai sumber senyawa xanton dan

42

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Bacillus subtilis

Keterangan :

- E = ekstrak etil asetat

- M = esktrak metanol

- N = ekstrak n-heksan

- E- = kontrol - (EA)

- M- = kontrol - (M)

- N- = kontrol - (N)

- K+ = kontrol +

(kloramfenikol)

Salmonella thypii

Keterangan :

- E = ekstrak etil asetat

- M = esktrak metanol

- N = ekstrak n-heksan

- E- = kontrol - (EA)

- M- = kontrol - (M)

- N- = kontrol - (N)

- K+ = kontrol +

(kloramfenikol)

Shigella dysenteriae

Keterangan :

- E = ekstrak etil asetat

- M = esktrak metanol

- N = ekstrak n-heksan

- E- = kontrol - (EA)

- M- = kontrol - (M)

- N- = kontrol - (N)

- K+ = kontrol +

(klorsmfenikol)

Bacillus subtilis

Salmonella thypii

Shigella dysenteriae

Page 58: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA UJI AKTIVITAS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29210/1/KARIMAH... · Garcinia telah dikenal sebagai sumber senyawa xanton dan

43

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Helicobacter pylori

Keterangan :

- E = ekstrak etil asetat

- M = esktrak metanol

- N = ekstrak n-heksan

- E- = kontrol - (EA)

- M- = kontrol - (M)

- N- = kontrol - (N)

- K+ = kontrol +

(kloramfenikol)

Pseudomonas aeruginosa

Keterangan :

- E = ekstrak etil asetat

- M = esktrak metanol

- N = ekstrak n-heksan

- E- = kontrol - (EA)

- M- = kontrol - (M)

- N- = kontrol - (N)

- K+ = kontrol +

(kloramfenikol)

Hasil dari tahap non elusi menunjukkan bahwa esktrak etil asetat memiliki

aktivitas antibakteri lebih besar dibandingkan dengan ekstrak n-heksan dan

metanol. Hal ini disebabkan oleh senyawa kimia yang terkandung dalam ekstrak

etil asetat, dimana etil asetat merupakan pelarut semipolar sehingga akan

menarik senyawa yang bersifat semipolar juga yaitu ada yang bersifat non polar

dan ada juga yang bersifat polar, sehingga keseimbangan antara senyawa yang

bersifat non polar dan polar lebih besar dibandingkan dengan ekstrak n-heksan

Helicobacter pylori

Pseudomonas aeruginosa

Page 59: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA UJI AKTIVITAS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29210/1/KARIMAH... · Garcinia telah dikenal sebagai sumber senyawa xanton dan

44

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

yang bersifat non polar maupun metanol yang bersifat polar. Menurut Kanazawa

et al., 1995 untuk interaksi suatu senyawa antibakteri dengan bakteri diperlukan

keseimbangan hidrofilik-lipofilik (HLB : hydrophilic lipophilic balance). Sifat

hidrofilik diperlukan untuk menjamin senyawa larut dalam fase air yang

merupakan tempat hidup mikroba, tetapi senyawa yang bekerja pada membran

sel hidrofobik memerlukan pula sifat lipofilik, sehingga senyawa antibakteri

memerlukan keseimbangan hidrofilik-lipofilik untuk mencapai aktivitas yang

optimal (Branen & Davidson 1993).

Berdasarkan hasil penelitian menunjukan bahwa ekstrak n-heksan

memiliki aktivitas antibakteri pada bakteri uji Bacillus subtilis. Hal ini bisa

dilihat dari terbentuknya zona bening pada sekeliling totolan ekstrak n-heksan

pada plat KLT bakteri B. subtilis. Berdasarkan penapisan fitokimia ekstrak n-

heksan walaupun banyak menghasilkan hasil yang negatif, tetapi ekstrak n-hekan

memiliki hasil positif pada uji golongan terpenoid. Dimana senyawa terpenoid

ini mempunyai kemampuan sebagai antibakteri dengan mekanisme kerjanya

diduga melibatkan pemecahan membran oleh komponen-komponen lipofilik

(Cowan, 1999; Bobbarala, 2012).

Hasil penelitian untuk ekstrak metanol menunjukkan bahwa esktrak

metanol memiliki aktivitas antibakteri pada bakteri uji P. aeruginosa dan S.

thypimurium. Berdasarkan penapisan fitokimia ekstrak metanol menghasilkan

hasil positif pada uji golongan flavonoid, terpenoid, saponin dan tannin, dimana

keempat metabolit sekunder tersebut diketahui mempunyai aktivitas antibakteri.

Mekanisme kerja flavonoid adalah membentuk senyawa kompleks dengan

protein melalui ikatan hidrogen sehingga struktur tersier protein terganggu, dan

protein tidak dapat berfungsi lagi maka terjadi denaturasi protein dan asam

nukleat. Denaturasi tersebut menyebabkan koagulasi protein dan mengganggu

metabolisme dan fungsi fisiologis bakteri. Metabolisme yang terganggu akan

mengakibatkan rusaknya sel secara permanen karena tidak tercukupnya

kebutuhan energi (Agustin, 2005). Mekanisme terpenoid sebagai antibakteri

diduga melibatkan pemecahan membran oleh komponen-komponen lipofilik

(cowan, 1999; Bobbarala, 2012). Mekanisme saponin sebagai antibakteri adalah

Page 60: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA UJI AKTIVITAS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29210/1/KARIMAH... · Garcinia telah dikenal sebagai sumber senyawa xanton dan

45

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

dengan cara meningkatkan permeabilitas membran sel bakteri sehingga dapat

mengubah struktur dan fungsi membran, menyebabkan denaturasi protein

membran sehingga membran sel akan rusak dan lisis (Siswandono dan Soekarjo,

1995). Mekanisme tannin sebagai antibakteri adalah dengan cara merusak

membran sel yang menyebabkan kebocoran intraseluler. Akibat terganggunya

permeabilitas dan rusaknya fungsi integritas membran sitoplasma, sel tidak dapat

melakukan aktivitas hidup sehingga pertumbuhannya terhambat (Smullen, 2007).

Hasil penelitian untuk ekstrak etil asetat menunjukan bahwa ekstrak etil

asetat memiliki zona hambat pada keenam bakteri yang diujikan. Hal ini bisa

dilihat dari terbentuknya zona bening pada sekeliling totolan ekstrak etil asetat

disetiap plat KLT bakteri uji, sedangkan untuk ekstrak n-heksan dan metanol

juga memiliki zona hambat tetapi tidak disemua plat KLT bakteri uji, hal ini

menandakan bahwa ekstrak etil asetat memiliki aktivitas antibakteri pada keenam

bakteri uji, sehingga ekstrak etil asetat dapat dijadikan sampel uji untuk

dilakukan pengujian untuk tahap yang selanjutnya yaitu tahap elusi.

Berdasarkan penapisan fitokimia ekstrak etil asetat memberikan hasil

positif untuk senyawa terpenoid, saponin dan tannin. Dimana ketiga senyawa

tersebut mempunyai aktivitas antibakteri. Mekanisme terpenoid sebagai

antibakteri diduga melibatkan pemecahan membran oleh komponen-komponen

lipofilik (cowan, 1999; Bobbarala, 2012). Mekanisme saponin sebagai

antibakteri adalah dengan cara meningkatkan permeabilitas membran sel bakteri

sehingga dapat mengubah struktur dan fungsi membran, menyebabkan denaturasi

protein membran sehingga membran sel akan rusak dan lisis (Siswandono dan

Soekarjo, 1995). Mekanisme tannin sebagai antibakteri adalah dengan cara

merusak membran sel yang menyebabkan kebocoran intraseluler. Akibat

terganggunya permeabilitas dan rusaknya fungsi integritas membran sitoplasma,

sel tidak dapat melakukan aktivitas hidup sehingga pertumbuhannya terhambat

(Smullen, 2007).

Hasil penelitian ini juga menunjukan bahwa kontrol negatif yang

digunakan tidak memberikan zona hambat terhadap pertumbuhan bakteri uji,

sehingga hal ini bisa membuktikan bahwa pelarut yang digunakan untuk

Page 61: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA UJI AKTIVITAS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29210/1/KARIMAH... · Garcinia telah dikenal sebagai sumber senyawa xanton dan

46

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

melarutkan ekstrak tidak mempunyai aktivitas antibakteri sehingga tidak

berpengaruh terhadap aktivitas antibakteri yang dihasilkan dari ekstrak uji.

Kontrol positif (kloramfenikol) yang digunakan memberikan zona hambat yang

cukup besar, hal ini menandakan bahwa bakteri uji masih belum resisten

terhadap kontrol positif sehingga kontrol positif masih layak digunakan.

Peda tahap non elusi, dari ketiga ekstrak yang diujikan terhadap keenam

bakteri uji, ekstrak etil asetat merupakan ekstrak yang memiliki hasil positif

aktivitas antibakteri pada keenam bakteri uji, sehingga ekstrak etil asetat

merupakan ekstrak yang dipilih untuk dijadikan sampel pada tahap selanjutnya

yaitu tahap elusi.

Tabel 4.5 Hasil uji bioautografi ekstrak daun Garcinia benthami Pierre

Ekstrak

Nilai Rf yang Menunjukkan Daerah Hambatan Terhadap Bakteri

S. epidermidis

100%

EA

N : E

(9:1)

N : E

(8:2)

N : E

(7:3)

N : E

(6:4)

N : E

(5:5)

N : E

(4:6)

Rf Rf Rf Rf Rf Rf Rf

EA

Page 62: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA UJI AKTIVITAS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29210/1/KARIMAH... · Garcinia telah dikenal sebagai sumber senyawa xanton dan

47

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Ekstrak

Nilai Rf yang Menunjukkan Daerah Hambatan Terhadap Bakteri

B. subtilis

100%

EA

N : E

(9:1)

N : E

(8:2)

N : E

(7:3)

N : E

(6:4)

N : E

(5:5)

N : E

(4:6)

Rf Rf Rf Rf Rf Rf Rf

EA

Ekstrak

Nilai Rf yang Menunjukkan Daerah Hambatan Terhadap Bakteri

H. pylori

100%

EA

N : E

(9:1)

N : E

(8:2)

N : E

(7:3)

N : E

(6:4)

N : E

(5:5)

N : E

(4:6)

Rf Rf Rf Rf Rf Rf Rf

EA

Page 63: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA UJI AKTIVITAS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29210/1/KARIMAH... · Garcinia telah dikenal sebagai sumber senyawa xanton dan

48

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Ekstrak

Nilai Rf yang Menunjukkan Daerah Hambatan Terhadap Bakteri

P. aeruginosa

100%

EA

N : E

(9:1)

N : E

(8:2)

N : E

(7:3)

N : E

(6:4)

N : E

(5:5)

N : E

(4:6)

Rf Rf Rf Rf Rf Rf Rf

EA

Ekstrak

Nilai Rf yang Menunjukkan Daerah Hambatan Terhadap Bakteri

S. thypimurium

100%

EA

N : E

(9:1)

N : E

(8:2)

N : E

(7:3)

N : E

(6:4)

N : E

(5:5)

N : E

(4:6)

Rf Rf Rf Rf Rf Rf RF

EA

Page 64: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA UJI AKTIVITAS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29210/1/KARIMAH... · Garcinia telah dikenal sebagai sumber senyawa xanton dan

49

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Pengujian aktivitas antibakteri menggunakan metode bioautografi hampir

sama pengerjaannya dengan skrinning aktivitas antibakteri. Perbedaannya yaitu

untuk pengujian aktivitas antibakteri dilakukan tahap elusi menggunakan berbagai

eluen yang sesuai. Pemilihan eluen sebaiknya dimulai dari pelarut organik yang

non polar seperti n-heksan dan peningkatan kepolaran dengan etil asetat atau

pelarut yang lebih polar lainnya (Gritter, 1991).

Eluen yang digunakan dalam penelitian ini dimulai dari 100% n-heksan

kemudian dilanjutkan 100% etil asetat, n-heksan (9) : etil asetat (1) , 8:2, 7:3, 6:4,

5:5, dan 4:6. Dari kedelapan eluen yang dicoba eluen 100% n-heksan tidak terjadi

pemisahan senyawa hal ini bisa dilihat dari tidak adanya spot yang naik, sehingga

eluen ini tidak digunakan. Untuk eluen 100% etil asetat sampai eluen n-heksan

(4): etil asetat (6) terjadi pemisahan, dimana dapat dilihatnya spot yang naik pada

plat KLT yang dielusi. Namun, tidak semua eluen menghasilkan pola pemisahan

yang baik. Hal ini disebabkan dari kepolaran senyawa yang terdapat dalam

ekstrak etil asetat. Dimana dari ketujuh eluen yang digunakan eluen yang

Ekstrak

Nilai Rf yang Menunjukkan Daerah Hambatan Terhadap Bakteri

S. dysenteriae

100%

EA

N : E

(9:1)

N : E

(8:2)

N : E

(7:3)

N : E

(6:4)

N : E

(5:5)

N : E

(4:6

Rf Rf Rf Rf Rf Rf Rf

EA

Page 65: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA UJI AKTIVITAS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29210/1/KARIMAH... · Garcinia telah dikenal sebagai sumber senyawa xanton dan

50

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

menghasilkan pola pemisahan yang baik adalah eluen n-heksan : etil asetat (7:3)

sampai (5:5). Pada ketiga eluen tersebut terdapat spot-spot yang terlihat terpisah,

sehingga nantinya untuk tahap penelitian selanjutnya yaitu tahap isolasi bisa

memudahkan untuk pengerjaannya.

Pemilihan eluen yang terbaik tidak hanya dilihat dari pola pemisahan yang

baik saja tetapi aktivitas antibakteri pun harus dipertimbangkan. Eluen dapat

dikatakan baik jika menghasilkan pola pemisahan yang baik dan juga terdapat

aktivitas antibakteri, karena tujuan dari pengujian dengan metode ini adalah untuk

menentukan senyawa yang mempunyai aktivitas antibakteri. Aktivitas antibakteri

dari metode ini dapat dilihat dari terbentuk zona hambat pada bagian-bagian spot

yang naik. Zona hambat dapat terlihat dengan menggunakan larutan p-

iodonitrotetrazolium (INT) yang disemprotkan pada plat KLT yang telah

diberikan perlakuan dan diinkubasi. INT akan menyebabkan bakteri yang tumbuh

pada plat KLT menjadi warna merah atau ungu sedangkan bagian plat yang tidak

ditumbuhi bakteri akan tetap berwarna putih atau krem. Hal ini terjadi karena

adanya reaksi enzimatik antara larutan INT dengan bakteri,dimana larutan INT

yang tadinya berwarna kuning kehijauan akan direduksi oleh enzim

dehidrogenase yang terdapat pada bakteri sehingga berubah formazan yang

berwarna merah atau ungu (Zakiya, 2014).

Hasil penelitian menunjukan bahwa nilai Rf yang aktif dari keenam

bakteri uji tidak sama. Sifat senyawa tertentu di dalam sistem kromatografi lapis

tipis dinyatakan dengan harga Rf. Harga Rf didefinisikan sebagai berikut :

Rf =

Pada bakteri S.epidermidis eluen yang memiliki hasil pengujian yang

terbaik adalah eluen n-heksan : etil asetat (5:5), karena ketika menggunakan eluen

tersebut menghasilkan pola pemisahan yang baik dan memiliki zona hambat pada

dua spot (nilai Rf 0,24 dan 0,32). Pada eluen n-heksan : etil asetat (7:3) dan (6:4)

juga mempunyai pola pemisahan yang baik tetapi zona hambat yang terbentuk

hanya masing-masing satu spot nilai Rf 0,08 dan nilai Rf 0,34 sehingga eluen n-

Page 66: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA UJI AKTIVITAS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29210/1/KARIMAH... · Garcinia telah dikenal sebagai sumber senyawa xanton dan

51

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

heksan : etil asetat (5:5) dapat dijadikan eluen yang terbaik untuk pengujian

bakteri S. epidermidis.

Pada bakteri B. subtilis eluen yang memiliki hasil pengujian yang terbaik

adalah eluen n-heksan : etil asetat (7:3), karena ketika menggunakan eluen

tersebut menghasilkan pola pemisahan yang baik dan memiliki zona hambat pada

empat spot (nilai Rf 0,033; 0,083; 0,13 dan 0,383) . Pada eluen n-heksan : etil

asetat (6:4) dan (5:5) yang mempunyai pola pemisahan yang baik tetapi zona

hambat yang terbentuk hanya satu (nilai Rf 0,483) dan dua spot (0,167 dan 0,33)

sehingga eluen n-heksan : etil asetat (5:5) dapat dijadikan eluen yang terbaik

untuk pengujian bakteri B. subtilis.

Pada bakteri H. pylori eluen yang memiliki hasil pengujian yang terbaik

adalah eluen n-heksa : etil asetat (6:4), karena ketika menggunakan eluen tersebut

menghasilkan pola pemisahan yang baik dan memiliki zona hambat pada lima

spot (nilai Rf 0,033; 0,125; 0,208; 0,383 dan 0,6. Pada eluen n-heksan : etil asetat

(5:5) walaupun mempunyai jumlah zona hambat yang sama dengan eluen n-

heksan : etil asetat (6:4) yaitu lima spot (nilai Rf 0,125; 0,208; 0,417; 0,6917 dan

0,767) tetapi dari segi pola pemisahan senyawa eluen 6:4 lebih baik dibanding

dengan eluen n-heksan : etil asetat (5:5) sedangkan untuk eluen n-heksan : etil

asetat (7:3) jumlah zona hambatnya hanya terdapat 4 spot (nilai Rf 0,05; 0,1167;

0,33 dan 0,358) sehingga eluen n-heksan : etil asetat (6:4) dapat dijadikan eluen

yang terbaik untuk pengujian bakteri H. pylori.

Pada bakteri P. aeruginosa eluen yang memiliki hasil pengujian yang

terbaik adalah eluen n-heksan : etil asetat (5:5), karena ketika menggunakan eluen

tersebut menghasilkan pola pemisahan yang baik dan memiliki zona hambat pada

lima spot (nilai Rf 0,24; 0,3; 0,6; 0,7 dan 0,76). Pada eluen n-heksan : etil asetat

(7:3) dan (6:4) juga mempunyai pola pemisahan yang baik tetapi zona hambat

yang terbentuk hanya satu (0,08) dan empat spot (0,12; 0,36; 0,4 dan 0,56)

sehingga eluen n-heksan : etil asetat (5:5) dapat dijadikan eluen yang terbaik

untuk pengujian bakteri P. aeruginosa.

Page 67: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA UJI AKTIVITAS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29210/1/KARIMAH... · Garcinia telah dikenal sebagai sumber senyawa xanton dan

52

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Pada bakteri S. thypimurium eluen yang memiliki hasil pengujian yang

terbaik adalah eluen n-heksan : etil asetat (5:5), karena ketika menggunakan eluen

tersebut menghasilkan pola pemisahan yang baik dan memiliki zona hambat pada

tiga spot dengan nilai Rf 0,26; 0,36 dan 0,64. Pada eluen n-heksan : etil asetat

(7:3) dan (6:4) juga mempunyai pola pemisahan yang baik tetapi zona hambat

yang terbentuk hanya satu (titik penotolan sampel) dan dua spot (nilai Rf 0,12

dan 0,18) sehingga eluen n-heksan : etil asetat (5:5) dapat dijadikan eluen yang

terbaik untuk pengujian bakteri S. thypimurium.

Pada bakteri S. dysenteriae eluen yang memiliki hasil pengujian yang

terbaik adalah eluen n-heksan : etil asetat (6:4), karena ketika menggunakan eluen

tersebut menghasilkan pola pemisahan yang baik dan memiliki zona hambat pada

satu spot dengan nilai Rf 0,45. Pada eluen n-heksan : etil asetat (5:5) dan (7:3)

walaupun mempunya jumlah zona hambat yang sama dengan eluen n-heksan : etil

asetat (6:4) yaitu masing-masing satu dengan nilai Rf 0,3 dan 0,15 tetapi dari segi

pola pemisahan senyawa eluen n-heksan : etil asetat (6:4) lebih baik dibanding

dengan eluen n-heksan : etil asetat (5:5) dan (7:3) sehingga eluen n-heksan : etil

asetat (6:4) dapat dijadikan eluen yang terbaik untuk pengujian bakteri S.

dysenteriae.

Page 68: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA UJI AKTIVITAS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29210/1/KARIMAH... · Garcinia telah dikenal sebagai sumber senyawa xanton dan

53 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

BAB 5

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan penelitian ini dapat disimpulkan bahwa:

1. Ekstrak yang menunjukkan aktivitas antibakteri pada keenam bakteri

uji adalah ekstrak etil asetat.

2. Bacillus subtilis merupakan bakteri uji yang memiliki diameter zona

hambat terbesar dengan rata-rata diameter terhadap esktrak etil asetat

sebesar 11,3 mm pada tahap non elusi.

3. Pada bakteri uji S. epidermidis eluen n-heksan : etil asetat (5:5)

merupakan eluen yang terbaik dengan nilai Rf 0,24 dan 0,32.

4. Pada bakteri uji B. subtilis eluen n-heksan : etil asetat (7:3) merupakan

eluen yang terbaik dengan nilai Rf 0,033; 0,083; 0,13 dan 0,383.

5. Pada bakteri uji H. pylori eluen n-heksan : etil asetat (6:4) merupakan

eluen yang terbaik dengan nilai Rf 0,033; 0,125; 0,208; 0,383 dan 0,6.

6. Pada bakteri uji P.aeruginosa eluen n-heksan : etil asetat (5:5)

merupakan eluen yang terbaik dengan nilai Rf 0,24; 0,3; 0,6; 0,7 dan

0,76.

7. Pada bakteri uji S. thypii eluen n-heksan : etil asetat (5:5) merupakan

eluen yang terbaik dengan nilai Rf 0,26; 0,36 dan 0,64.

8. Pada bakteri uji S. dysenteriae eluen n-heksan : etil asetat (6:4)

merupakan eluen yang terbaik dengan nilai Rf 0,45.

5.2 Saran

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan diharapkan dapat

dilakukan penelitian lebih lanjut, yaitu :

1. Isolasi dan identifikasi senyawa murni yang aktif sebagai antibakteri

dalam ekstrak daun Garcinia benthami Pierre.

2. Pengujian aktivitas antibakteri ekstrak Garcnia benthami Pierre untuk

mengetahui konsentrasi hambat minimum (KHM) ekstrak.

Page 69: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA UJI AKTIVITAS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29210/1/KARIMAH... · Garcinia telah dikenal sebagai sumber senyawa xanton dan

54 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

DAFTAR PUSTAKA

Adams, MR, and Moss, M.O., 1995. Food Microbiology. The Royal Society of

Chemistry, New York.

Amelia P. 2011. Isolasi, elusidasi struktur dan uji aktivitas antioksidan senyawa

kimia dari daun Garcinia benthami Pierre. [Tesis]. Depok: Fakultas

Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Indonesia.

Anonim. 2000. Parameter Umum Ekstrak Tumbuhan Obat, Edisi 1. Dirjen POM,

Departemen Kesehatan Republik Indonesia.

Benaissa M, Babin P, Quellard N, Pezennec L, Cenatiempo Y, Fauchere JL.

Changes in Helicobacter pylori ultrastructure and antigens during

conversion from the bacillary to the coccoid form. Infect Immun 1996;

100: 2331-5.

Berger, A. Stephen & Stephen C. Edberg. 1986. Antibiotika dan infeksi. Jakarta :

EGC Penerbit Buku Kedokteran.

Bobbara, V. 2012. Antimicrobial Agents. Intech, Croatia.

Branen A. L. dan P. J. Davidson. 1993. Antimicrobials in Foods. Marcel Dekker.

Bronzwaer, SL., Cars, O., Buchhols, U., Molstad, S., dan Goettsch, W., 2002, A

European Study on The Relationship between Antimicrobial Use and

Antimicrobial Resistance, Emerging Infectious Disease, 8, 278-282.

Choma, Irena M, Edyta M Grzelak. 2010. Bioautography Detection in Thin

Layaer Chromatography. Journal of Chromatography A Chroma-351708

Cowan, M. 1999. Plant Product as Antimicrobial Agents, Clinical Microbial

Reviews, 12 (4).

Davis & Stout. (1971). Disc Plate Method Of Microbiological Antibiotic Essay.

Journal Of Microbiology. Vol 22 No 4.

Depkes RI. 1980. Materia Medika Indonesia. Jilid IV. Cetakan Pertama. Jakarta:

Direktorat Jenderal Pengawasan Obat Dan Makanan.

Depkes RI. 1985. Cara Pembuatan Simplisia. Jakarta: direktorat jendral

pengawasan obat dan makanan.

Depkes RI. 1995. Materia Medika Indonesia. Jilid VI. Cetakan Keenam. Jakarta:

Direktorat Jenderal Pengawasan Obat Dan Makanan.

Depkes, RI, 1995, Farmakope Indonesia, ed. 4, Depkes RI, Jakarta, 4, 449-450.

Page 70: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA UJI AKTIVITAS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29210/1/KARIMAH... · Garcinia telah dikenal sebagai sumber senyawa xanton dan

55

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Ditjen POM, 1995. Parameter Standar Umum Ekstrak Obat.. Jakarta :

Departemen Kesehatan RI.

Elya, Berna et al., 2006. Two New Xanthones from Garcinia rigida leaves.

Natural Product Research Vol. 20 (9): 788-79.

Fardiaz, S. 1989. Analisis Mikrobiologi Pangan. Petunjuk Laboratorium. PAU

Fessenden, R.J. & Fessenden .J.S. 1997. Dasar-Dasar Kimia Organik. Jakarta:

Binarupa Aksara.

Frazier, W. C. dan D. C. Westhoff. 1988. Food Microbiology 4th ed. Mc Gaw Hill

Publ. Co. Ltd., New York.

FumioY., Toshiaki, A., Yoshishiro, Y. and Hiroyuki, N. 2000. Antioxidative and

Anti-Glycation Activity of Garcinol from Garcinia indica Fruit Rind.

Journal of Agriculture and Food Chemistry, 48: 180-185.

Gritter, R. J., J. M. Bobbit and A. E. Schwarting. 1991. Pengantar Kromatografi,

ed 2, terjemahan Kosasih Padmawinata. Bandung: Penerbit ITB.

Handayani. 2007. Skrining kapang endofit penghasil antimikroba dari ranting

tanaman Garcinia tetrandra Pierre. terhadap Escherichia coli,

Staphylococcus aureus, Salmonella typhosa, Bacillus subtilis,

Pseudomonas aeruginosa, Candida albicans, dan Aspergilus niger.

Skripsi Sarjana Ekstensi Farmasi FMIPA UI, Depok: 27-29, 45-46.

Dalam : Rachmayani, 2008.

Harbottle H., Thakur, S., Zhao, S., dan White, D.G. 2006. Genetics of

Antimicrobial Resistance, Anim.Biotechnol, 17, 111-124

Hemshekhar. M, K. Sunitha. 2011. An Overview on Genus Garcinia:

Phytochemical and Therapeutical Aspects. Springer Science+Business

Media B.V

Heyne K. 1987. Tumbuhan Berguna Indonesia. Jilid III. Cetakan I. Badan

Penelitian dan Pengembangan Departemen Kehutanan. Jakarta, 1381-

1390.

Houghton PJ, Raman. 1998. Laboratory Handbook for The Fractonation of

Natural Extract. Chapman & Hall. London.

Ismail, Sabariah. 2011. An Antimicrobial Compound Isolated from Cinnamomum

Iners Leaves with Activity against Methicillin- Resistant Staphylococcus

Aureus. Molecules Journal 1420-3049

Jauhari, Lendra Tantowi. 2010. Seleksi dan Identifikasi Kapang Endofit Penghasil

Antimikroba Penghambat Pertumbuhan Mikroba Patogen. [SKRIPSI],

Page 71: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA UJI AKTIVITAS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29210/1/KARIMAH... · Garcinia telah dikenal sebagai sumber senyawa xanton dan

56

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Ciputat; Progam Studi Biologi, Fakultas Sains dan Teknologi,

Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

Jawetz E, Melnick GE, dan Adelberg CA, 2005, Mikrobiologi kedokteran, Edisi

II, Diterjemahkan oleh dr. Nani Widorini, Jakarta, Salemba Medika

Pradono, D. I., Y.

Kharisma, Adnan dan Abdul Manan. 2012. Kelimpahan Bakteri Vibrio sp. Pada

Air Pembesaran Udang Vannamei (Litopenaeus vannamei) Sebagai

Deteksi Dini Serangan Penyakit Vibrosis. Jurnal Ilmiah Perikanan dan

Kelautan V0l. 4 No.2.

Lukis PA, Ersam T. Dua senyawa mangostin dari ekstrak n-heksan pada kayu

akar manggis (Garcinia mangonstana Linn) asal Kab. Nganjuk Jawa

Timur. Prosiding Akhir Semester Genap 2010/2011 ; Kimia-FNIPA ITS.

Parker, R. 2000. Introduction of Plant Science. Delmar Publisher. Columbia.

Patil, B.P. 2005. Kokum, Brochure, Western Ghats Kokum Foundation, Goa.

Pertiwi N. 2010. Uji Akivitas Antibakteri dan Mekanisme Penghambatan Ekstrak

Air Campuran Daun Sirih (Piper betle L) dan Kapur Sirih (Ca(OH)2)

Terhadap Beberapa Bakteri Uji. [SKRIPSI], Ciputat; Progam Studi

Farmasi, Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan, Universitas Islam

Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

Pertiwi, Sylvia T. 2008. Mikrobiologi Farmasi. Yogyakarta: Penerbit Erlangga.

R.Dodd, Christine, and Jones, 1982. Dorothy. A Numerical Taxonomic Study of

the Genus Shigella. Departemen of Microbiology, The University

Leceister 128.

Rachman, I. 2003. Sumber Koleksi Herbarium Bogoriense. Bidang Botani Pusat

Penelitian Biologi-LIPI. Bogor.

Radji, M. 2006. Penuntun Praktikum Mikrobiologi. Edisi 2. Departemen Farmasi

FMIPA, UI. Depok, Jawa Barat.

Ray, B. 2001. Fundamnental Food Microbiology 2nd ed. CRC Press. USA.

Ritiasa, Ketut. 2000. Parameter Standar Umum Ekstrak Tumbuhan Obat. Jakarta :

Departemen Kesehatan RI.

Rostinawati, T. 2010. Aktivitas Antibakteri Ekstrak Etanol Bunga Rosella

(Hibiscus sabdariffa L.) Terhadap Escherichia coli, Salmonella typhi,

dan Staphylococcus aureus Dengan Metode Difusi Agar. Fakultas

Farmasi. Universitas Padjadjaran. Jatinangor.

Page 72: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA UJI AKTIVITAS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29210/1/KARIMAH... · Garcinia telah dikenal sebagai sumber senyawa xanton dan

57

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Saising, J.; Hiranat, A.; Mahabusarakam, W.; Ongsakul, M. & Voravuthikunchai,

S.P. 2008. Rhobdomyrtone from Rhadomyrtus tomentosa (Aiton) Hassk.

as a Natural Antibiotic for Staphylococcus Cutaneous Infections.

Journal of Health Science, 54(5) 589-595.

Sari R, Hanan A, Garcinia (Clusiaceae) di Kebun Raya Bogor : fisiognomi,

keragaman dan potensi, Prosding Seminar Hari Cinta Puspa dan Satwa

Nasional; 5 November 2000; Kebun Raya Bogor.

Siswandono SB. 1995. Kimia Medisinal. Surabaya: Universitas Airlangga.

Smullen J. Koutsou GA, Foster HA, Zumbe A, Storey DM. 2007. The

Antibacterial Activity of Plant Extracts Containing Polyphenols Againat

Streptococcus mutans. 41:342-9

Soetarno S dan IS. Soediro. 1997. Standarisasi Mutu Simplisia dan Ekstrak Bajan

Obat Tradisional. Presidium Temu Ilmiah Nasional Bidang Farmasi.

Sosef, M. S. M., Hong, L. T. and Prawirohatmodjo, S. 1998. PROSEA (Plant

Resources of South East Asia) Timber Trees: Lesser – Known Timber.

Backhuys Publisher, Leyden. (3) 246-249.

Syahrurachman Agus dkk. 1994.Mikrobiologi Kedokteran. Jakarta: Binarupa

Aksara.

Tan Hoan Tjay, Kirana Rahardja. 2002. Obat-obat Penting : Khasiat,

Penggunaan dan Efek-efek Sampingnya . Jakarta : PT. Gramedia. h. 488-

490.

Tenover, Fred C., 2006, Mechanisms of Antimicrobial Resistance in Bacteria. The

American Journal of Medicine, 119 (6A), S3–S10

Tim Mikrobiologi FK Unibraw. Bakteriologi Medik. Edisi Pertama. Malang:

Bayumedia Publishing, 2003

Tiwari, P. Kumar et al. 2011. Phytochemical Screening and Extraction: A Review.

Internationale Pharmaceutica Science, Vol. 1 Issue 1.

Todar, K. 2008. Staphylococcus aureus and Staphylococcus Disease. USA :

Winconsin, Madison.

Tortora, G. J., B. R. Funke, and C. L. Case. 2002. Microbiology : An Introduction.

Addison Wesley Longman, New York.

Valgas, Cleidson, Simone Machado de Souza, Elza F A Smania, Artur Smania Jr.

2006. Screening Methode to Determine Antibacterial Activity of Natural

Products. Brazilian Journal Microbiologi 38:369-380.

Page 73: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA UJI AKTIVITAS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29210/1/KARIMAH... · Garcinia telah dikenal sebagai sumber senyawa xanton dan

58

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Voigt, R, 1994, Buku Pelajaran Teknologi Farmasi edisi 5, Gadjah Mada

University Press, Yogyakarta.

Wahyu, Bobby Widiatmo, dkk. 2013. Efek Antimikroba Ekstrak Etanol Daun

Pepaya (Carica papaya L.) terhadap Bakteri Shigella dysenteriae Kode

Isolat 2312-F Secara In Vitro. Malang. Universitas Brawijaya.

Wijayakusuma, H.M. Hembing. 2000. Potensi Tumbuhan Obat Asli Indonesia

Sebagai Produk Kesehatan. Risalah Pertemuan Ilmiah Penelitian dan

Pengembangan Teknologi Isotop dan Radiasi.

Zakiya, Kamila Muhamad. 2014. Uji Aktivitas Antibakteri Ekstrak Dan Fraksi

Daun Sintok (Cinnamomum sintoc Blume) Terhadap Staphylococcus

aureus dan Pseudomonas aeruginosa Serta Analisa Komponen Senyawa

Fraksi Aktif Dengan Kromatografi Gas-Spektrometri Massa. [SKRIPSI],

Ciputat; Progam Studi Farmasi, Fakultas Kedokteran dan Ilmu

Kesehatan, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

Page 74: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA UJI AKTIVITAS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29210/1/KARIMAH... · Garcinia telah dikenal sebagai sumber senyawa xanton dan

59

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Lampiran 1. Hasil Determinasi Tanaman Garcinia benthami Pierre.

Page 75: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA UJI AKTIVITAS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29210/1/KARIMAH... · Garcinia telah dikenal sebagai sumber senyawa xanton dan

60

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Lampiran 2. Alur Penelitian

Serbuk simplisia

ampas

n-heksan

Pemeriksaan Kandungan Kimia Ekstrak

Garcinia Benthami Pierre

Pemeriksaan Kadar Air Ekstrak Garcinia

Benthami Pierre

Etil asetat

ampas

filtrat

filtrat

filtrat

Studi literatur tumbuhan Garcinia benthami Pierre

Kebun

Raya

Bogor

Survei sampel Garcinia benthami

PPPPPPPPPPPierre

Pengumpulan sampel uji Garcinia

benthami Pierre & Determinasi

tanaman.

Sortasi

Pengeringan

Penghalusan simplisia

Penyiapan serbuk simplisia

Ekstraksi

(metode maserasi)

Ekstrak kental

Pengujian aktivitas antibakteri dengan

metode bioautografi

ampas

Metanol

Page 76: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA UJI AKTIVITAS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29210/1/KARIMAH... · Garcinia telah dikenal sebagai sumber senyawa xanton dan

61

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Lampiran 3. Alur Kerja Persiapan Serbuk Simplisia

Pengumpulan sampel

(daun Garcinia

benthami) sebanyak 4kg.

Sortasi basah

menggunakan air

mengalir.

Pengeringan pada

suhu ruang selama

kurang lebih 10 hari.

Penimbangan daun

kering didapatkan

1,552 kg

Penghalusan simplisia

menggunakan blender.

Penimbangan serbuk

simplisia didapatkan

1,188 kg

Maserasi secara bertingkat

dari non polar sampai

polar.

Page 77: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA UJI AKTIVITAS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29210/1/KARIMAH... · Garcinia telah dikenal sebagai sumber senyawa xanton dan

62

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Lampiran 4. Langkah Kerja Maserasi Bertingkat

Serbuk simplisia

sebanyak 1,188 gram

n-heksan

Maserat Ampas

evaporator

Ekstrak

kental Maserat Ampas

evaporator

Ekstrak

kental

Maserat

Etil asetat

Metanol

evaporator

Ekstrak

kental

Page 78: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA UJI AKTIVITAS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29210/1/KARIMAH... · Garcinia telah dikenal sebagai sumber senyawa xanton dan

63

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Lampiran 5. Perhitungan Rendemen Ekstrak

Ekstrak n-heksana

Rendemen ekstrak (%)

Rendemen ekstrak (%)

Rendemen ekstrak (%) = 1,5004%

Ekstrak etil asetat

Rendemen ekstrak (%)

Rendemen ekstrak (%)

Rendemen ekstrak (%) = 6,8168%

Ekstrak metanol

Rendemen ekstrak (%) =

Rendemen ekstrak (%)

Rendemen ekstrak (%) = 6,877 %

Lampiran 6. Perhitungan Kadar Air Ekstrak

A. Perhitungan Kadar Air Ekstrak N-heksana

1. Kadar air ekstrak n-heksan

=

=

= 2,186%

2. Kadar air ekstrak n-heksan

=

=

= 1,596%

Rata-rata kadar air ekstrak n-heksan 1,891%

Page 79: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA UJI AKTIVITAS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29210/1/KARIMAH... · Garcinia telah dikenal sebagai sumber senyawa xanton dan

64

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

B. Perhitungan Kadar Air Ekstrak Etil Asetat

1. Kadar air ekstrak etil asetat

=

=

= 8,4 %

2. Kadar air ekstrak etil asetat

=

=

= 9%

Rata-rata kadar air ekstrak etil asetat 8,7%

C. Perhitungan Kadar Air Ekstrak Metanol

1. Kadar air ekstrak metanol

=

=

= 11,8%

2. Kadar air ekstrak metanol

=

=

= 8,1 %

Rata-rata kadar air ekstrak metanol 9,95%

Page 80: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA UJI AKTIVITAS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29210/1/KARIMAH... · Garcinia telah dikenal sebagai sumber senyawa xanton dan

65

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Lampiran 7. Alur Kerja Penentuan Aktivitas Antimikroba Ekstrak Garcinia

benthami Pierre

A. Peremajaan Mikroba

B. Pembuatan Suspensi Mikroba

Biakan bakteri Staphylococcus

epidermidis, Bacillus subtilis

Shigella dysentri, Salmonella

thypi, Helicobacter pylori, dan

Pseudomonas aeruginosa.

Agar

miring

steril

Inkubasi selama

18-24 jam dengan

suhu 370C.

Beberapa

ose

0,5 mL 0,5 mL 1 mL

109

3 mL

NaCl 0,9%

108

4,5 mL

NaCl 0,9%

107

4,5 mL

NaCl 0,9%

106

9 mL

BHI

Biakan

mikroba

Page 81: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA UJI AKTIVITAS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29210/1/KARIMAH... · Garcinia telah dikenal sebagai sumber senyawa xanton dan

66

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

C. Persiapan Plat KLT Untuk Skrining

Keterangan : 1. Larutan ekstrak n-heksan

2. larutan ekstrak etil asetat

3. larutan ekstrak metanol

4. kontrol negatif n-heksan

5. kontrol negatif etil asetat

6. kontrol negatif metanol

7. kontrol positif kloramfenikol

Larutan

ekstrak

n-heksan

5000ppm

atau

5 mg/mL

Larutan

ekstrak

etil asetat

5000ppm

Atau

5mg/mL

Larutan

ekstrak

metanol

5000ppm

atau

5mg/mL

Kontrol –

(n-

heksan)

Kontrol –

(etil

asetat)

Kontrol –

(metanol)

Kontrol +

Kloramfen

ikol

2000ppm

Atau

2mg/mL

1 2 3 4

5 6 7

10 µL

Page 82: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA UJI AKTIVITAS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29210/1/KARIMAH... · Garcinia telah dikenal sebagai sumber senyawa xanton dan

67

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

D. Skrining Antibakteri

1 2 3 4

5 6 7 Suspensi

bakteri

Inkubasi 24 jam

suhu 370C

1 2 3 4

5 6 7

Plat KLT disemprot

dengan INT

Inkubasi selama 4 jam pada suhu

370C.

Dilakukan pengamatan

INT

Page 83: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA UJI AKTIVITAS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29210/1/KARIMAH... · Garcinia telah dikenal sebagai sumber senyawa xanton dan

68

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

E. Uji Aktivitas Antibakteri dengan Metode Bioautografi Elusi

Larutan

ekstrak

etil

asetat

Plat KLT dielusi

menggunakan berbagai

perbandingan pelarut.

Dilakukan pengamatan dibawah

sinar uv dengan panjang

gelombang 254 dan diberikan

tanda menggunakan pensil untuk

setiap spot yang terlihat.

Plat KLT dicelupkan

kedalam cawan petri yang

berisi suspensi bakteri

selama 5 detik.

Plat KLT dimasukan

kedalam cawan petri yang

sudah berisi kapas steril

yang sudah dibasahi dengan

akuades. Inkubasi selama 24

jam pada suhu 370C.

Plat KLT disemprot dengan

INT, diinkubasi selama 4 jam.

Dilakukan pengamatan.

Page 84: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA UJI AKTIVITAS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29210/1/KARIMAH... · Garcinia telah dikenal sebagai sumber senyawa xanton dan

69

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Lampiran 8. Hasil pengukuran diameter zona hambat

Hasil pengukuran diameter zona hambat ekstrak n-heksana, etil asetat, dan

metanol terhadap bakteri S.epidermidis, B.subtilis, H.pylori, P.aeruginosa,

S.thypii, dan S.disenteriae.

Ekstrak

Diameter Zona Hambat (mm)

S.epidermidis B.subtilis

I II III Rata2 I II III Rata2

NH - - - - 5,5 5,7 5.65 5,617

EA 5,675 5.975 4.850 5.50 9.1 14.65 10.15 11.3

ME - - - - - - - -

K+

(Kloramfenik

ol)

11.425 15.125 12.90 13.15 21.3 22.35 20.125 21.258

K- NH - - - - - - - -

K-EA - - - - - - - -

K-ME - - - - - - - -

Keterangan : NH = N-Heksan K- NH = Kontrol Negatif N-Heksan

EA = Etil Asetat K- EA = Kontrol Negartif Etil Asetat

ME = Metanol K- ME = Kontrol Negatif Metanol

K+ Kloramfenikol = Kontrol Positif Kloramfenikol

Page 85: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA UJI AKTIVITAS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29210/1/KARIMAH... · Garcinia telah dikenal sebagai sumber senyawa xanton dan

70

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Ekstrak

Diameter Zona Hambat (mm)

H.pylori P.aeruginosa

I II III Rata2 I II III Rata2

NH - - - - - - - -

EA 10.3

25

9.3 8.5 9.375 10.2 10.5 9.92 10.207

ME - - - - 8.5 7.45 7.3 7.75

K+

(Kloramfenikol)

20.3 25.5 19.65 21.817 28.775 27.7 56.8 37.758

K- NH - - - - - - - -

K-EA - - - - - - - -

K-ME - - - - - - - -

Keterangan : NH = N-Heksan K- NH = Kontrol Negatif N-Heksan

EA = Etil Asetat K- EA = Kontrol Negartif Etil Asetat

ME = Metanol K- ME = Kontrol Negatif Metanol

K+ Kloramfenikol = Kontrol Positif Kloramfenikol

Ekstrak

Diameter Zona Hambat (mm)

S.thypii S.dysenteriae

I II III Rata2 I II III Rata2

NH - - - - - - - -

EA 7.5 10.6 8.425 8.842 7.65 7.7 6.9 7.417

ME 7.6 7.25 7.475 7.442 - - - -

K+

(Kloramfenikol)

22.1 26.45 27.45 25.33 18.45 16.35 18.7 17.833

K- NH - - - - - - - -

K-EA - - - - - - - -

Page 86: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA UJI AKTIVITAS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29210/1/KARIMAH... · Garcinia telah dikenal sebagai sumber senyawa xanton dan

71

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Keterangan : NH = N-Heksan K- NH = Kontrol Negatif N-Heksan

EA = Etil Asetat K- EA = Kontrol Negartif Etil Asetat

ME = Metanol K- ME = Kontrol Negatif Metanol

K+ Kloramfenikol = Kontrol Positif Kloramfeniko

Lampiran 9. Hasil Uji KLT Bioautografi

Ekstrak

Nilai Rf yang Menunjukkan Daerah Hambatan Terhadap Bakteri

S.epidermidis

100%

EA

N : E

(9:1)

N : E

(8:2)

N : E

(7:3)

N : E

(6:4)

N : E

(5:5)

N : E

(4:6)

Rf Rf Rf Rf Rf Rf Rf

EA 0,78 Titik

penotolan

ekstrak

Titik

penotolan

ekstrak

0,08 0,14 0,24

0,32

0,52

0,64

Ekstrak

Nilai Rf yang Menunjukkan Daerah Hambatan Terhadap Bakteri

B.subtilis

100%

EA

N : E

(9:1)

N : E

(8:2)

N : E

(7:3)

N : E

(6:4)

N : E

(5:5)

N : E

(4:6)

Rf Rf Rf Rf Rf Rf Rf

EA 0,75

0,783

Titik

penotola

n

ekstrak

0,025

Titik

penotol

an

ekstrak

0,067

Titik

penotola

n

ekstrak

0,033

0,083

0,13

0,383

0,483 Titik

penotol

an

ekstrak

0,167

0.333

0,533

0,617

K-ME - - - - - - - -

Page 87: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA UJI AKTIVITAS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29210/1/KARIMAH... · Garcinia telah dikenal sebagai sumber senyawa xanton dan

72

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Ekstrak

Nilai Rf yang Menunjukkan Daerah Hambatan Terhadap Bakteri

P.aeruginosa

100% EA N : E

(9:1)

N : E

(8:2)

N : E

(7:3)

N : E

(6:4)

N :

E

(5:5)

N :

E

(4:6)

Rf Rf Rf Rf Rf Rf Rf

EA Titik

penotolan

esktrak

0,1

0,72

0,78

Titik

penotolan

ekstrak

0,08

Titik

penotolan

ekstrak

0,12

Titik

penotolan

ekstrak

0,08

Titik

penotolan

ekstrak

0,12

0,16

0,4

0,56

0,24

0,3

0,6

0,7

0,76

0,38

0,54

Ekstrak

Nilai Rf yang Menunjukkan Daerah Hambatan Terhadap Bakteri

H.pylori

100%

EA

N : E

(9:1)

N : E

(8:2)

N : E

(7:3)

N : E

(6:4)

N : E

(5:5)

N : E

(4:6)

Rf Rf Rf Rf Rf Rf Rf

EA Titik

penotol

an

ekstrak

0,767

0,8

0,867

Titik

penotola

n

esktrak

0,025

Titik

penotol

an

esktrak

0,033

0,083

Titik

penotola

n

ekstrak

0,05

0,1167

0,33

0,358

Titik

penotol

an

ekstrak

0,033

0,125

0,208

0,383

0,6

0,7

Titik

penotol

an

ekstrak

0,125

0,208

0,417

0,6917

0,767

Ttik

penotola

n

esktrak

0,75

0,808

0,883

0,933

Page 88: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA UJI AKTIVITAS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29210/1/KARIMAH... · Garcinia telah dikenal sebagai sumber senyawa xanton dan

73

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Ekstrak

Nilai Rf yang Menunjukkan Daerah Hambatan Terhadap Bakteri

S.dysenteriae

100%

EA

N : E

(9:1)

N : E

(8:2)

N : E

(7:3)

N : E

(6:4)

N : E

(5:5)

N : E

(4:6

Rf Rf Rf Rf Rf Rf Rf

EA 0,867 Titik

penotola

n

ekstrak

0,033

0,083

0,15 0,45 0,3 0,883

Ekstrak

Nilai Rf yang Menunjukkan Daerah Hambatan Terhadap Bakteri S.thypii

100%

EA

N : E

(9:1)

N : E

(8:2)

N : E

(7:3)

N : E

(6:4)

N : E

(5:5)

N : E

(4:6)

Rf Rf Rf Rf Rf Rf RF

EA Titik

penotolan

ekstrak

0,78

0,82

0,9

Titik

penotola

n

ekstrak

Titik

penotol

an

ekstrak

Titik

penotola

n ekstrak

Titik

penotola

n

ekstrak

0,12

0,18

Titik

penotola

n

ekstrak

0,26

0,36

0,64

Titik

penotolan

ekstrak

0,1

0,36

0,44

Page 89: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA UJI AKTIVITAS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29210/1/KARIMAH... · Garcinia telah dikenal sebagai sumber senyawa xanton dan

74

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Lampiran 10. Identifikasi Bakteri dengan Pewarnaan Gram

Bacillus subtilis

Pewarnaan bakteri Gram positif

Perbesaran : 1000x

Morfologi : berbentuk batang

pendek.

Pseudomonas aeruginosa

Pewarnaan bakteri Gram negatif

Perbesaran 1000x

Morfologi : berbetuk tangkai

Helicobacter pylori

Pewarnaan bakteri Gram negatif

Perbesaran 1000x

Morfologi : berbentuk batang

Staphylococcus epidermidis

Pewarnaan bakteri Gram positif

Perbesaran : 1000x

Morfologi : berbentuk bulat.

Page 90: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA UJI AKTIVITAS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29210/1/KARIMAH... · Garcinia telah dikenal sebagai sumber senyawa xanton dan

75

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Lampiran 11. Hasil Penapisan Fitokimia

No Metabolit Sekunder Ekstrak

N-heksan

Ekstrak Etil

Asetat

Ekstrak

Metanol

1 Flavonoid - - +

2 Terpenoid + + +

3 Saponin - + +

4 Tannin - + +

5 Alkaloid - - -

6 Steroid - - -

Shigella dysenteriae

Pewarnaan bakteri Gram Negatif

Perbesaran 1000x

Morfologi : berbentuk batang

Salmonella thypii

Pewarnaan bakteri Gram Negatif

Perbesaran 1000x

Morfologi : berbentuk batang

Page 91: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA UJI AKTIVITAS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29210/1/KARIMAH... · Garcinia telah dikenal sebagai sumber senyawa xanton dan

76

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Metabolit

sekunder

Ekstrak N-heksan Ekstrak Etil Asetat Ekstrak Metanol

Flavonoid

Terpenoid

Saponin

Tannin

Page 92: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA UJI AKTIVITAS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29210/1/KARIMAH... · Garcinia telah dikenal sebagai sumber senyawa xanton dan

77

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Alkaloid Meyer

Dragendorf

Meyer

Dragendorf

Meyer

Dragendorf

Steroid