uin syarif hidayatullah jakarta identifikasi drug...

167
UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA IDENTIFIKASI DRUG RELATED PROBLEMS (DRPs) DIARE AKUT INFEKSI PADA PASIEN PEDIATRI DI INSTALASI RAWAT INAP RS “X” DI KOTA TANGERANG SELATAN PERIODE JANUARI-DESEMBER 2015 SKRIPSI NABILAH URWATUL WUTSQO NIM: 1112102000095 PROGRAM STUDI FARMASI FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA JULI 2016

Upload: lyque

Post on 12-May-2019

223 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA IDENTIFIKASI DRUG …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33045/1/NABILAH... · tanpa obat, ketepatan pemilihan obat, dosis obat terlalu

UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

IDENTIFIKASI DRUG RELATED PROBLEMS (DRPs) DIARE

AKUT INFEKSI PADA PASIEN PEDIATRI DI INSTALASI

RAWAT INAP RS “X” DI KOTA TANGERANG SELATAN

PERIODE JANUARI-DESEMBER 2015

SKRIPSI

NABILAH URWATUL WUTSQO

NIM: 1112102000095

PROGRAM STUDI FARMASI

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

JULI 2016

Page 2: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA IDENTIFIKASI DRUG …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33045/1/NABILAH... · tanpa obat, ketepatan pemilihan obat, dosis obat terlalu

ii

UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

IDENTIFIKASI DRUG RELATED PROBLEMS (DRPs) DIARE

AKUT INFEKSI PADA PASIEN PEDIATRI DI INSTALASI

RAWAT INAP RS “X” DI KOTA TANGERANG SELATAN

PERIODE JANUARI-DESEMBER 2015

SKRIPSI

Diajukan sebagai salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Farmasi

NABILAH URWATUL WUTSQO

NIM: 1112102000095

PROGRAM STUDI FARMASI

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

JULI 2016

Page 3: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA IDENTIFIKASI DRUG …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33045/1/NABILAH... · tanpa obat, ketepatan pemilihan obat, dosis obat terlalu
Page 4: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA IDENTIFIKASI DRUG …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33045/1/NABILAH... · tanpa obat, ketepatan pemilihan obat, dosis obat terlalu
Page 5: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA IDENTIFIKASI DRUG …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33045/1/NABILAH... · tanpa obat, ketepatan pemilihan obat, dosis obat terlalu
Page 6: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA IDENTIFIKASI DRUG …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33045/1/NABILAH... · tanpa obat, ketepatan pemilihan obat, dosis obat terlalu

vi

ABSTRAK

Nama : Nabilah Urwatul Wutsqo

Program Studi : Farmasi

Judul Skripsi : Identifikasi Drug Related Problems (DRPs) Diare

Akut Infeksi Pada Pasien Pediatri di Instalasi

Rawat Inap RS “X” Kota Tangerang Selatan

Periode Januari- Desember 2015.

Diare akut merupakan masalah kesehatan di negara berkembang seperti Indonesia,

diperkirakan lebih dari 10 juta anak yang berusia kurang dari 5 tahun meninggal

setiap tahunnya, sekitar 20% anak meninggal karena infeksi diare. Penyakit diare

akut dapat disebabkan oleh infeksi virus, bakteri dan parasit, Pada penyakit diare

infeksi yang disebabkan bakteri dan parasit, obat yang paling banyak digunakan

adalah antibiotik. Berbagai studi menemukan bahwa sekitar 40-62% antibiotik

digunakan secara tidak tepat (Kemenkes, 2011). Penelitian ini bertujuan untuk

mengetahui drug related problems (DRPs) meliputi obat tanpa indikasi, indikasi

tanpa obat, ketepatan pemilihan obat, dosis obat terlalu tinggi, dosis obat terlalu

rendah dan interaksi obat pada pasien anak di instalasi rawat inap yang menderita

diare akut infeksi di RS “X” Di Kota Tangerang Selatan. Pengambilan data

dilakukan melalui data sekunder berupa rekam medik pasien periode Januari-

Desember 2015 dengan desain secara cross sectional. Data yang diperoleh dikaji

secara deskriptif, teknik pengambilan data berupa total sampling, didapatkan 40

sampel yang sesuai kriteria inklusi penelitian. Penelitian ini menunjukan bahwa

penyakit penyerta yang sering dialami pasien adalah Kejang Demam Kompleks

(KDK) (47,05%) dengan kejadian DRPs terbanyak ialah interaksi obat (31,18%),

diikuti dosis obat melebihi dosis terapi (30,10%), dosis obat kurang dari dosis

terapi (18,27%), obat tanpa indikasi (9,67%), indikasi tanpa obat (8,60%) dan

ketidaktepatan pemilihan obat (2,15%), jumlah penyakit penyerta berpengaruh

terhadap jumlah DRPs (P=0,028), jumlah penggunaan obat tidak berpengaruh

secara bermakna terhadap jumlah DRPs (P=0,100)

Kata kunci: Drug Related Problems, diare akut infeksi, obat diare akut infeksi

Page 7: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA IDENTIFIKASI DRUG …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33045/1/NABILAH... · tanpa obat, ketepatan pemilihan obat, dosis obat terlalu

vii

ABSTRACT

Name : Nabilah Urwatul Wutsqo

Program Study : Farmasi

Tittle : Identification Drug Related Problems (DRPs)

Inpatient Acute Diarrhea Infectious Pediatric in the

”X” Hospital in Tangerang Selatan City Ports

Januari- Desember 2015.

Acute diarrhea is a health problem in developing countries such as Indonesia,

estimated at more than 10 million children aged less than 5 years old die every

year, about 20% of children die from infectious diarrhea. Acute diarrheal diseases

can be caused by infection with viruses, bacteria and parasites, On diarrheal

disease infections caused by bacteria and parasites, the drug most widely used

antibiotics. Various studies have found that about 40-62% of antibiotics are used

inappropriately (Kemenkes RI, 2011). This study aims to determine the drug

related problems (DRPs) covering the drug without indication, indications without

drugs, the accuracy of selection of drugs,inproper dosage adjusment,and drug

interactions in pediatric patients suffering from acute diarrhea infection in RS “X”

In Kota Tangerang Selatan. Data were collected through secondary data such as

patient’s medical record from January to December 2015 and designed using

cross-sectional. The data obtained were examined by descriptive, data collection

techniques by total sampling method, 40 data complying to the inclusion criteria.

This study shows that comorbidities that are often experienced by patients are

Kejang Demam Kompleks (KDK) (47,05%) with the highest incidence of DRPs

drug interactions (31,18%), dose of the drug is too high (30,10%),the drug dose is

too low (18,27%),drug without no indication (9,67%), indication without no drug

(8,60%) and improper drug selection (2,15%). Age does not affect significantly

the number of DRPs (P = 0.426), number of comorbidities significantly affect the

number of DRPs (P = 0.028), the amount of drug use did not affect significantly

the number of DRPs (P = 0.100).

Keywords: Drug Related Problems, acute infectious diarrhea, acute infectious

diarrhea drug

Page 8: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA IDENTIFIKASI DRUG …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33045/1/NABILAH... · tanpa obat, ketepatan pemilihan obat, dosis obat terlalu

viii

KATA PENGANTAR

Puji syukur saya panjatkan kehadirat Allah SWT, yang telah memberikan

rahmat, karunia serta nikmat iman dan islam yang tak terhingga, Shalawat serta

salam kepada Nabi Muhammad SAW. Syukur atas limpahan nikmat dan kasih

sayangNya, sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan skripsi yang

berjudul “Identifikasi Drug Related Problems (DRPs) Diare Akut Infeksi Pada

Pasien Pediatri di Instalasi Rawat Inap RS “X” Kota Tangerang Selatan Periode

Januari-Desember 2015” bertujuan guna memperoleh gelar Sarjana Farmasi pada

Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri Syarif

Hidayatullah Jakarta.

Pada kesempatan ini penulis menyadari bahwa, tanpa bantuan dan

bimbingan dari berbagai pihak, dari masa perkuliahan sampai pada penyusunan

skripsi ini, sangatlah sulit bagi saya untuk menyelesaikan skripsi ini. Oleh karena

itu, saya mengucapkan terimakasi dan penghargaan sebesar-besarnya kepada :

1. Ibu Dr.Delina Hasan, M.Kes., Apt dan Ibu Dr. Azrifitria Msi., Apt selaku

dosen pembimbing yang telah banyak memberikan ilmu, waktu dan tenaga

dalam penelitian ini juga kesabaran pembimbing serta saran, dukungan

dan kepercayaanya selama penelitian ini berlangsung hingga tersusunya

skripsi ini.

2. Dr. H. Arif Sumantri, SKM, M.Kes, selaku Dekan Fakultas Kedokteran

dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta

yang telah memberikan banyak motivasi dan bantuan.

3. Ibu Dr.Nurmeilis, M.si.,Apt selau Ketua Program Studi Farmasi Fakultas

Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri Syarif

Hidayatullah Jakarta.

4. Seluruh pihak dosen pengajar Program Studi Farmasi Fakultas Kedokteran

dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta

atas ilmu dan pengetahuan selama penulis menempuh pendidikan.

Page 9: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA IDENTIFIKASI DRUG …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33045/1/NABILAH... · tanpa obat, ketepatan pemilihan obat, dosis obat terlalu

ix

5. Seluruh civitas Departemen Farmasi RS “X” Kota Tangerang Selatan yang

telah banyak membantu dan memberikan kesempatan untuk melakukan

penelitian.

6. Kedua orang tua saya, ibunda tersayang Esti Risnawati dan ayahanda Drs.

Fauzan Bustomi, yang selalu memberikan kasih sayang,dukungan dan doa

yang tidak pernah henti serta dukungan baik moril dan materil.

7. Adik tersayang Royyan Iftikhor Amani serta seluruh keluarga besar atas

semangat, dukungan dan doa yang tiada henti kepada penulis. Alvin Fauzi

Murod yang selalu memberikan dukungan kepada penulis.

8. Miranda, Annisaa, Novilia, Verona, Harisah, Amirah, Lilia, Nita Fitriani,

Ade Rachma, Nurul Fitri, dan Annisa Florensia yang telah menjadi teman

yang telah menjadi penyemangat dan menjadi teman terbaik penulis.

9. Teman seperjuangan Rouli Meparia Utami atas masukan, bantuan,

kesabaran dan semangat selama masa penelitian hingga penyusunan

skripsi. Dan teman-teman Farmasi 2012 khususnya Farmasi 2012 kelas

BD atas kebersamaan, serta berbagi suka dan duka selama perkuliahan,

terimakasih atas kebersamaan kita selama 4 tahun ini.

10. Seluruh pihak yang banyak membantu penulis dalam penelitian dan

penyelesaian skripsi baik secara langsung maupun tidak langsung yang

tidak dapat penulis sebutkan satu-persatu.

Semoga Allah SWT membalas kebaikan semua pihak yang telah

membantu. Akhirnya, dengan segala kerendahan hari penulis berharap kritik dan

saran atas kekurangan dan keterbatasan penelitian ini. Semoga hasil penelitian ini

bermanfaat untuk banyak pihak dan perkembangan ilmu pengetahuan khususnya

dunia kefarmasian.

Ciputat, Juli 2016

Penulis

Page 10: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA IDENTIFIKASI DRUG …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33045/1/NABILAH... · tanpa obat, ketepatan pemilihan obat, dosis obat terlalu
Page 11: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA IDENTIFIKASI DRUG …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33045/1/NABILAH... · tanpa obat, ketepatan pemilihan obat, dosis obat terlalu

xi

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL .......................................................................................... ii

HALAMAN PERSYARATAN ORISINILITAS .............................................. iii

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ............................................... iv

HALAMAN PENGESAHAN ............................................................................. v

ABSTRAK ........................................................................................................... vi

ABSTRACT ......................................................................................................... vii

KATA PENGANTAR ......................................................................................... xi

HALAMAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH .................... x

DAFTAR ISI ....................................................................................................... xi

DAFTAR TABEL .............................................................................................. xv

DAFTAR GAMBAR ........................................................................................... xvi

DAFTAR LAMPIRAN ...................................................................................... xvii

BAB 1. PENDAHULUAN ................................................................................. 1

1.1 Latar Belakang ................................................................................... 1

1.2 Rumusan Masalah .............................................................................. 4

1.3 Tujuan Penelitian ............................................................................... 5

1.3.1 Tujuan Umum ................................................................. 5

1.3.2 Tujuan Khusus ................................................................ 5

1.4 Manfaat Penelitian ............................................................................. 5

1.4.1 Manfaat Teoritis .............................................................. 5

1.4.2 Manfaat Metodologi ........................................................ 5

1.4.3 Manfaat Aplikatif ............................................................ 6

1.5 Ruang Lingkup Penelitian ................................................................. 6

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA ........................................................................ 7

2. 1. Diare ................................................................................................. 7

2.1.1 Definisi Diare ................................................................. 7

2.1.2 Klasifikasi Diare............................................................. 9

2.1.3 Epidemiologi Diare ........................................................ 12

2.1.4 Etiologi Diare ................................................................. 13

Page 12: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA IDENTIFIKASI DRUG …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33045/1/NABILAH... · tanpa obat, ketepatan pemilihan obat, dosis obat terlalu

xii

2.1.5 Patofisiologi Diare ......................................................... 13

2.1.6 Penyebab Diare .............................................................. 14

2.1.7 Gejala Diare ................................................................... 15

2.1.8 Pemeriksaan Diare ......................................................... 16

2.1.9 Penatalaksanaan Diare ................................................... 17

2.1.10 Pengobatan Diare ........................................................... 26

2. 2. Drug Related Problems ................................................................... 33

2.2.1 Klasifikasi Drug Related Problems......................................... 33

2.2.1.1 Butuh Tambahan Obat ................................................ 33

2.2.1.2 Obat Tanpa Indikasi .................................................... 33

2.2.1.3 Ketidaktepatan Pemilihan Obat .................................. 34

2.2.1.4 Dosis Kurang dari Dosis Terapi .................................. 34

2.2.1.5 Dosis Melebihi Dosis Terapi ...................................... 35

2.2.1.6 Ketidakpatuhan ........................................................... 36

2.2.1.7 Reaksi Obat yang Merugikan ..................................... 36

2. 3. Interaksi obat ................................................................................... 37

2. 4. Indikasi Tanpa Obat ......................................................................... 38

2. 5. Pediatri ............................................................................................ 39

2. 6. Rumah Sakit ..................................................................................... 40

2.6.1 Tugas dan Fungsi Rumah Sakit............................................... 40

2.6.2 Jenis dan Klasifikasi Rumah Sakit .......................................... 41

2.6.2.1 Jenis Rumah Sakit Secara Umum ............................... 41

2.6.2.2 Klasifikasi Rumah Sakit Secara Khusus ..................... 41

2. 7. Rekam Medik ................................................................................... 42

2. 8. Review Literatur............................................................................... 43

2.8.1 Latar Belakang Diare .............................................................. 43

2.8.2 Epidemiologi Diare ................................................................. 43

2.8.3 Manifestasi Klinik Diare ......................................................... 43

2.8.4 Pengobatan Diare Akut Infeksi ............................................... 44

2.8.5 Terapi Farmakologi Diare ....................................................... 45

BAB 3. KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL ............. 49

3.1. Kerangka Konsep ............................................................................... 49

Page 13: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA IDENTIFIKASI DRUG …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33045/1/NABILAH... · tanpa obat, ketepatan pemilihan obat, dosis obat terlalu

xiii

3.2. Definisi Operasional ........................................................................... 50

BAB 4 METODOLOGI PENELITIAN ............................................................ 54

4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian .............................................................. 54

4.1.1 Lokasi Penelitian .................................................................... 54

4.1.2 Waktu Penelitian .................................................................... 54

4.2 Desain Penelitian ................................................................................. 54

4.3 Populasi dan Sampel Penelitian .......................................................... 54

4.3.1 Populasi .................................................................................... 54

4.3.2 Sampel ...................................................................................... 54

4.3.2.1 Kriteria Inklusi Sampel ................................................ 55

4.3.2.2 Kriteria Ekslusi Sampel................................................ 55

4.4 Metode Pengumpulan Data .................................................................. 55

4.5 Prosedur Penelitian .............................................................................. 56

4.5.1 Persiapan ..................................................................................... 56

4.5.2 Pengolahan Data.......................................................................... 56

4.6 Analisis Data ......................................................................................... 57

4.6.1 Analisis Univariat ........................................................................ 57

4.6.2 Analisis Bivariat ........................................................................... 57

BAB 5 HASIL DAN PEMBAHASAN ............................................................... 58

5.1 Hasil Penelitian ................................................................................... 58

5.1.1 Karakteristik Pasien .................................................................... 58

5.1.2 Penggunaan Obat Pada Pasien Diare Akut Infeksi .................... 59

5.1.2.1 Jumlah Penggunaan Obat .............................................. 61

5.1.3 Drug Related Problems .............................................................. 62

5.1.4 Hasil Analisa Bivariat ................................................................ 63

5.1.4.1 Analisa Hubungan Antara Jumlah Penyakit Penyerta

dengan DRPs ................................................................... 63

5.1.4.3 Analisa Hubungan Antara Jumlah Obat dengan DRPs .. 63

5.2 Pembahasan ......................................................................................... 64

5.2.1 Karakteristik Pasien ................................................................... 64

5.2.2 Penggunaan Obat Diare Akut Infeksi ........................................ 66

5.2.2.1 Jumlah Penggunaan Obat Diare Akut Infeksi ............... 68

Page 14: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA IDENTIFIKASI DRUG …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33045/1/NABILAH... · tanpa obat, ketepatan pemilihan obat, dosis obat terlalu

xiv

5.2.3 Drug Related Problems ............................................................. 68

5.2.3.1 DRPs Ketidaktepatan Pemilihan Obat .......................... 70

5.2.3.2 DRPs Obat Tanpa Indikasi ............................................ 70

5.2.3.3 DRPs Indikasi Tanpa Obat ............................................ 71

5.2.3.4 DRPs Dosis Obat Kurang dari Dosis Terapi ................ 73

5.2.3.5 DRPs Dosis Obat Melebihi Dosis Terapi ..................... 74

5.2.3.6 DRPs Interaksi Obat ..................................................... 75

5.2.4 Hasil Analisa Bivariat ............................................................... 76

5.2.4.1 Analisa Hubungan Antara Penyakit Penyerta dengan

DRPs .................................................................................. 77

5.2.4.3 Analisa Hubungan Antara Jumlah Penggunaan Obat

dengan DRPs ..................................................................... 77

5.3 Keterbatasan Penelitian ....................................................................... 78

5.3.1 Kendala ....................................................................................... 78

5.3.2 Kelemahan .................................................................................. 78

5.3.3 Kekuatan ..................................................................................... 78

BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN .............................................................. 79

6.1 Kesimpulan ....................................................................................... 79

6.2 Saran .................................................................................................. 80

DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 81

LAMPIRAN ......................................................................................................... 88

Page 15: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA IDENTIFIKASI DRUG …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33045/1/NABILAH... · tanpa obat, ketepatan pemilihan obat, dosis obat terlalu

xv

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

Tabel 2.1 Cara Menilai Derajat Dehidrasi ..........................................................8

Tabel 2.2 Gejala Diare ........................................................................................15

Tabel 2.3 Pemberian Cairan Intravena Anak dengan Dehidrasi Berat ...............19

Tabel 2.4 Pemberian Cairan Intravena Anak dengan Dehidrasi Ringan ............21

Tabel 2.5 Kebutuhan Oralit Perkelompok Umur ................................................27

Tabel 2.6 Antibiotik yang Digunakan Untuk Diare Akut Infeksi .......................31

Tabel 3.1 Definisi Operasional ...........................................................................50

Tabel 5.1 Karakteristik Pasien Diare Akut Infeksi .............................................58

Tabel 5.2 Data Distribusi Penggunaan Obat Pasien Diare Akut Infeksi.............60

Tabel 5.3 Data Distribusi Jenis Penggunaan Obat Diare Akut Infeksi ...............61

Tabel 5.4 Data Distribusi Pasien Berdasarkan Kategori DRPs...........................62

Page 16: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA IDENTIFIKASI DRUG …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33045/1/NABILAH... · tanpa obat, ketepatan pemilihan obat, dosis obat terlalu

xvi

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

Gambar 3.1 Kerangka Konsep Penelitian ...........................................................49

Page 17: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA IDENTIFIKASI DRUG …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33045/1/NABILAH... · tanpa obat, ketepatan pemilihan obat, dosis obat terlalu

xvii

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran Halaman

Lampiran 1. Surat Permohonan Izin Pengambilan Data dan Izin Penelitian dari

FKIK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta .........................................88

Lampiran 2. Peniliaian DRPs yang Dialami Pasien Penyakit Diare

Akut Infeksi ...................................................................................89

Lampiran 3. Evaluasi DRPs Ketidaktepatan Pemilihan Obat .............................91

Lampiran 3. Evaluasi DRPs Obat Tanpa Indikasi ..............................................92

Lampiran 4. Evaluasi DRPs Indikasi Tanpa Obat ..............................................93

Lampiran 5. Evaluasi DRPs Dosis Kurang dari Dosis Terapi ............................95

Lampiran 6. Evaluasi DRPs Dosis Melebihi Dosis Terapi .................................96

Lampiran 7. Evaluasi DRPs Interaksi Obat ........................................................98

Lampiran 8. Hasil Analisis Hubungan Antara Penyakit Penyerta

Dengan DRPs .................................................................................103

Lampiran 9. Hasil Analisis Hubungan Antara Jumlah Obat Dengan DRPs .......105

Lampiran 10 Data Obat Pasien Anak Diare Akut Infeksi ...................................106

Lampiran 11 Data Pasien Anak Diare Akut Infeksi............................................110

Page 18: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA IDENTIFIKASI DRUG …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33045/1/NABILAH... · tanpa obat, ketepatan pemilihan obat, dosis obat terlalu

1 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Diare merupakan suatu kondisi dimana seseorang buang air besar dengan

konsistensi lembek atau cair, dapat berupa air saja dan frekuensinya lebih sering

(biasanya tiga kali atau lebih). Kebanyakan pasien diare menderita diare akut

ringan sampai sedang yang berlangsung kurang dari 14 hari, diare ini dapat

sembuh sendiri dalam waktu 3 sampai 7 hari (Depkes RI, 2011; Soegijanto,2009).

Penyakit diare merupakan masalah kesehatan masyarakat di negara

berkembang seperti Indonesia, karena morbiditas dan mortalitasnya yang masih

tinggi. Diare menjadi salah satu penyebab utama tingginya angka kematian anak

di dunia. Diperkirakan lebih dari 10 juta anak yang berusia kurang dari 5 tahun

meninggal setiap tahunnya, sekitar 20% anak meninggal karena diare (Kemenkes

RI, 2011)

Berdasarkan peraturan menteri kesehatan Republik Indonesia nomor 949

tahun 2004, Kejadian Luar Biasa (KLB) adalah timbulnya atau meningkatnya

kejadian kesakitan dan atau kematian yang bermakna secara epidemiologis pada

suatu daerah dalam kurun waktu tertentu (Permenkes RI, 2004). Penyakit diare

merupakan penyakit endemis di Indonesia dan juga penyakit potensial KLB yang

sering disertai dengan kematian (Kemenkes RI, 2015). Berdasarkan data dari

Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) pada tahun 2007, diare merupakan penyebab

kematian tertinggi pada anak umur 1-4 tahun yaitu sebesar 25,2% (Riskesdas

RI,2007). Berdasarkan data Riskesdas pada tahun 2013, Insiden dan prevalensi

diare untuk seluruh kelompok umur di Indonesia adalah 3,5% dan 7,0%. Insiden

diare pada kelompok usia anak adalah 10,2%. Lima provinsi dengan insiden diare

tertinggi adalah Aceh, Papua, DKI Jakarta, Sulawesi Selatan, dan Banten

(Riskesdas RI,2013).

Berdasarkan data dari dinas kesehatan (Dinkes) provinsi Banten tahun 2011,

diare merupakan salah satu penyakit yang sering menyebabkan kematian karena

Page 19: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA IDENTIFIKASI DRUG …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33045/1/NABILAH... · tanpa obat, ketepatan pemilihan obat, dosis obat terlalu

2

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

kekurangan cairan tubuh (dehidrasi) apabila tidak segera mendapat penanganan

secara cepat dan tepat. Di provinsi Banten, kasus diare mengalami kenaikan dari

tahun 2010 sampai 2011. Pada tahun 2010 kasus diare sebesar 816.802 kasus,

sedangkan pada tahun 2011 jumlah kasus diare meningkat hingga 6,6 % menjadi

971.269 kasus (Dinkes Banten,2011).

World Health Organization (WHO) tahun 2007 melaporkan bahwa secara

global, sebanyak 527.000 kematian anak-anak terjadi setiap tauhnnya disebabkan

karena penyakit diare infeksi. Diare infeksi disebut juga dengan gastroenteritis

yaitu peradangan pada lambung, usus kecil dan usus besar dengan berbagai

kondisi patologis dari saluran gastrointestinal (Rachmawati, 2014). Penyebab

terjadinya infeksi adalah infeksi virus, bakteri dan parasit. Beberapa bakteri

penyebab penyakit ini antara lain bakteri Escherchia coli, Salmonella, Shigella,

Vibrio dan Staphy lococus (Rachmawati, 2014). Sehingga perlu diberikan

antibiotik dan antifungi yang tepat untuk mengatasi penyebab diare infeksi pada

anak.

Terapi dengan menggunakan obat diare bertujuan untuk meningkatkan

kualitas dan mempertahankan hidup pasien, hal ini dilakukan dengan cara

mengobati pasien, mengurangi atau meniadakan gejala sakit, menghentikan atau

memperlambat proses penyakit serta mencegah penyakit atau gejalanya.

Berdasarkan Kemenkes RI (2011), tatalaksana diare akut pada anak meliputi

pemberian oralit, pemberian obat zinc, pemberian Air Susu Ibu (ASI), pemberian

nasehat dan pemberian antibiotik, pemberian antibiotik tidak boleh digunakan

secara rutin. Pada penyakit diare infeksi yang disebabkan bakteri dan parasit, obat

yang paling banyak digunakan adalah antibiotik. Antibiotik merupakan obat yang

paling banyak diresepkan di dunia, pada tahun 2006 WHO melaporkan lebih dari

seperempat anggaran rumah sakit dikeluarkan untuk penggunaan antibiotik

(Halawiyah, 2015). Pada pengobatan diare akut infeksi yang disebabkan bakteri

dan parasit, penggunaan obat antibiotik yang tidak sesuai dengan pedoman terapi

akan meningkatkan resistensi bakteri terhadap antibiotik, akan tetapi munculnya

resistensi dapat dicegah dengan menggunakan antibiotik secara rasional dan

terkendali. Berbagai studi menemukan bahwa sekitar 40-62% antibiotik

Page 20: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA IDENTIFIKASI DRUG …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33045/1/NABILAH... · tanpa obat, ketepatan pemilihan obat, dosis obat terlalu

3

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

digunakan secara tidak tepat, 30-80% kualitas penggunaan antibiotik diberbagai

Rumah Sakit ditemukan tidak berdasarkan pada indikasi (Permenkes RI, 2011).

Dalam pemberian obat diare terdapat peristiwa yang tidak diinginkan dalam

terapi pengobatan. Peristiwa yang tidak diinginkan dalam terapi disebut sebagai

Drug Related Problems (DRPs). DRPs merupakan suatu peristiwa yang tidak

diinginkan yang dialami oleh pasien yang berpotensi atau terbukti dapat

mengganggu pencapaian terapi obat. (Cipolle, dkk., dalam review Adusumilli dan

Adepu, 2014). Menurut Cipolle dkk, peristiwa tersebut meliputi butuh tambahan

obat, obat tanpa indikasi, ketidaktepatan pemilihan obat, dosis melebihi dosis

terapi, dosis kurang dari dosis terapi, efek samping dan kepatuhan pasien. Namun

penelitian mengenai DRPs terkait efek samping dan kepatuhan pasien tidak

dilakukan karena penelitian dilakukan secara retrospektif, dan diganti dengan

DRPs mengenai interaksi obat, dan indikasi tanpa obat.

Penanganan DRPs pada pasien pediatri atau anak-anak harus diprioritaskan

karena kondisi fisiologisnya masih belum sempurna, sehingga faktor-faktor

metabolisme dan absorbsi obat tidak bisa disamakan begitu saja dengan pasien

dewasa. Dosis pada anak harus ditetapkan secara seksama dengan merujuk pada

panduan dosis anak atau dihitung menggunakan rumus (Prest,2003).

Penelitian yang dilakukan di Indonesia salah satunya dilakukan di Rumah

Sakit Bhayangkara Sulawesi Tenggara tahun 2013 tercatat sebesar 65,8% anak

yang berjenis kelamin laki-laki menderita diare dengan mayoritas umur 13-24

bulan (57,44%) yang mengalami DRPs, dan kategori yang dialaminya yaitu, tidak

tepat indikasi (46,2%), dosis obat yang terlalu tinggi (19,4%), dan dosis obat

terlalu rendah (9,7%) (La Ode M, 2014). Penelitian serupa yang dilakukan di

RSUP. H.Adam Malik Medan pada tahun 2011 menyatakan kejadian DRPs pada

pasien anak diare akut infeksi di instalasi rawat inap sebesar 63,83% dengan

mayoritas umur 7 bulan-2 tahun sebesar 55,32%, dan kategori DRPs yang dialami

yaitu, obat tanpa Indikasi (29,69%), indikasi tanpa obat (17,19 %), dosis obat

kurang (21,88%), dosis obat lebih (15,63%), dan interaksi obat (15,63%) (Erlina,

2013) .

Rumah Sakit “X” di Kota Tangerang Selatan merupakan salah satu Rumah

Sakit umum tipe C, dan tergolong menjadi Rumah Sakit baru dan juga menjadi

Page 21: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA IDENTIFIKASI DRUG …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33045/1/NABILAH... · tanpa obat, ketepatan pemilihan obat, dosis obat terlalu

4

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Rumah Sakit rujukan bagi masyarakat Tangerang Selatan. Berdasarkan data tahun

2015 pasien anak dengan penyakit diare akut dengan atau tanpa penyakit penyerta

yang berobat di rumah sakit ini berjumlah 98 orang. Data ini dianggap peneliti

cukup besar dan sangat memungkinkan terjadinya peristiwa yang tidak diinginkan

dalam pengobatan (DRPs). Penelitian mengenai DRPs diare akut infeksi pada

pasien anak belum pernah dilakukan di Rumah Sakit “X” di Kota Tangerang

Selatan sebelumnya.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kejadian DRPs dengan kategori

indikasi tanpa obat, obat tanpa indikasi, ketidaktepatan pemilihan obat, dosis, dan

interaksi obat pada pasien anak yang menderita diare akut infeksi. Hasil penelitian

ini diharapkan dapat digunakan sebagai dokumentasi dan sebagai bahan evaluasi

terhadap pelayanan baik oleh dokter maupun farmasis dan juga berguna untuk

meningkatkan pelayanan kefarmasian di Rumah Sakit “X” di Kota Tangerang

Selatan.

. 1.2. Rumusan Masalah

a. Kasus penyakit diare pada anak masih menjadi masalah yang serius

dengan presentase insiden sebesar 10,2 % di Indonesia pada tahun 2013

(Riskesdas, 2013).

b. Pada pengobatan diare infeksi yang disebabkan bakteri dan parasit,

penggunaan obat antibiotik yang tidak sesuai dengan pedoman terapi akan

meningkatkan resistensi bakteri terhadap antibiotik, berbagai studi

menemukan bahwa sekitar 40-62% antibiotik digunakan secara tidak tepat

(Kemenkes, 2011).

c. Terapi dengan obat biasanya akan menimbulkan beberapa hal selain

kesembuhan, yaitu terjadi masalah-masalah DRPs antara lain butuh

tambahan obat, obat tanpa indikasi, salah obat, dosis dibawah dosis terapi,

dosis melebihi dosis terapi, dan interaksi obat khususnya pada anak-anak.

d. Rumah Sakit “X” di Kota Tangerang Selatan sangat memungkinkan

terjadinya masalah DRPs diare akut infeksi pada anak. Namun sebelumnya

belum pernah dilakukan penelitian terkait hal tersebut.

Page 22: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA IDENTIFIKASI DRUG …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33045/1/NABILAH... · tanpa obat, ketepatan pemilihan obat, dosis obat terlalu

5

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

1.3 Tujuan Penelitian

1.3.1 Tujuan Umum

Mengetahui adanya Drug Related Problems(DRPs) pada pasien anak yang

menderita diare akut infeksi di Instalasi Rawat Inap RS “X” di Kota Tangerang

Selatan periode Januari – Desember 2015.

1.3.2 Tujuan Khusus

a. Mengetahui karakteristik pasien diare akut infeksi yang diwarat inap di RS

“X” di Kota Tangerang Selatan periode Januari-Desember 2015

b. Mengetahui profil penggunaan obat yang digunakan pasien pediatri yang

menderita diare akut infeksi di RS “X” di Kota Tangerang Selatan periode

Januari-Desember 2015.

c. Mengetahui presentase kejadian DRPs pada pengobatan pasien diare akut

infeksi di RS “X” di Kota Tangerang Selatan periode Januari-Desember

2015.

1.4. Manfaat Penelitian

1.4.1 Secara teroritis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah ilmu pengetahuan serta

wawasan tentang Drug Related Problem (DRPs) khususnya mengenai indikasi

tanpa obat, obat tanpa indikasi, ketidaktepatan pemilihan obat, dosis, dan interaksi

obat diare akut infeksi pada anak.

1.4.2 Secara Metodologi

Metode penelitian ini dilakukan secara retrospektif dan diharapkan dapat

dijadikan referensi untuk diaplikasikan pada penelitian farmasi klinis sejenis di

RS “X” di Kota Tangerang Selatan.

Page 23: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA IDENTIFIKASI DRUG …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33045/1/NABILAH... · tanpa obat, ketepatan pemilihan obat, dosis obat terlalu

6

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

1.4.3 Secara Aplikatif

Secara aplikatif penelitian ini diharapkan dapat dijadikan suatu bahan

pertimbangan ataupun kebijakan dalam peresepan obat diare akut pada anak di

instalasi rawat inap RS “X” di Kota Tangerang Selatan dan dapat memberikan

saran bagi dokter dan tenaga kefarmasian dalam meningkatkan pemberian terapi

optimal sehingga diperoleh terapi yang efektif,aman dan efisien.

1.5. Ruang Lingkup Penelitian

a. Penelitian dengan judul “Identifikasi Drug Related Problems (DRPs)

Diare Akut Infeksi Pada Pasien Pediatri di Instalasi Rawat Inap RS “X” di

Kota Tangerang Selatan Periode Januari – Desember Tahun 2015”

b. Penelitian ini hanya dibatasi pada identifikasi DRPs yang ditinjau dari

indikasi tanpa obat, obat tanpa indikasi, ketidaktepatan pemilihan obat,

dosis dibwah dosis terapi, dosis melebihi dosis terapi, dan interaksi obat.

c. Besar sampel dalam penelitian ini adalah sebanyak 40 sampel.

d. Pada penelitian ini desain yang dilakukan adalah cross sectional dengan

pendekatan secara retrospektif.

e. Penelitian ini dilakukan pada bulan Januari sampai Juni di Instalasi Rawat

Inap RS “X” di Kota Tangerang Selatan.

Page 24: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA IDENTIFIKASI DRUG …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33045/1/NABILAH... · tanpa obat, ketepatan pemilihan obat, dosis obat terlalu

7 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Diare

2.1.1 Definisi Diare

Diare (berasal dari bahasa Yunani dan Latin: dia, artinya melewati, dan

rheein, yang berarti mengalir atau berlari) merupakan masalah umum untuk yang

menderita “pengeluaran feses yang terlalu cepat dan terlalu encer”. Tetapi agar

lebih kuantitatif, ilmuan biasanya mendefinisikan diare sebagai kelebihan bobot

cairan (Joel G.Hardman & Lee Limbird,2002).

Diare infeksi adalah diare yang disebabkan karena infeksi virus,bakteri

dan parasit. Beberapa bakteri penyebab penyakit ini antara lain bakteri Eschercia

coli, Salmonella, Shigella, Vibrio cholera dan Staphylococcus (Suharyono, 2008).

Penyebab diare dapat berupa bakteri yang mengkontaminasi makanan

maupun minuman, infeksi virus, alergi makanan dan adanya parasit yang masuk

ke tubuh melalui makanan dan minuman. Diare dapat mengakibatkan terjadinya

beberapa hal berikut:

a. Dehidrasi

Dehidrasi terjadi karena kehilangan air (output) yang lebih banyak dari

pemasukannya (input). Dehidrasi yang parah dapat juga menyebabkan

gangguan keseimbangan asam basa (metabolik asidosis) akibatnya

hilangnya Na bikarbonat bersama feses. Kehilangan cairan akibat diare

akut menyebabkan dehidrasi yang bersifat ringan, sedang atau berat.

Volume cairan yang hilang melalui tinja bervariasi dari 5ml/kg BB sampai

200 ml/kg BB, atau lebih. Total kehilangan natrium tubuh pada anak-anak

dengan dehidrasi berat akibat diare biasanya sekitar 70-110 mmol/L air

yang hilang (WHO, 2005).

Hilangnya cairan 5-10% berat badan mengakibatkan dehidrasi sedang

yang ditandai dengan rasa haus, sedangkan hilangnya cairan 10% atau

lebih akan terjadi dehidrasi berat dan penderita mungkin akan sangat haus.

Page 25: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA IDENTIFIKASI DRUG …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33045/1/NABILAH... · tanpa obat, ketepatan pemilihan obat, dosis obat terlalu

8

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Tabel 2.1 Cara menilai derajat dehidrasi

No Tanda dan

Gejala

A B C

1 Keadaan

umum

Sadar,gelisah

dan haus,baik

Gelisah, rewel Lesu, lunglai atau

tidak sadar

2 Mata Normal Cekung Sangat cekung dan

kering

3 Air mata Ada Tidak ada Tidak ada

4 Rasa haus Minum biasa

tidak haus

Haus, ingin

minum banyak

Malas minum atau

tidak bisa minum

6 Turgor kulit Kembali cepat Kembali lambat Kembali sangat lambat

7 Hasil

pemeriksaan

Diare Tanpa

dehidrasi

Diare Dehidrasi

ringan/ sedang

Diare Dehidrasi berat

Sumber : WHO, 2005.

b. Hipoglikemia

Hipoglikemia terjadi pada 2-3% pasien diare. Hal ini terjadi karena adanya

gangguan penyimpanan glikogen dalam hati dan adanya gangguan

absorbsi glukosa.

c. Terjadinya penurunan berat badan dalam waktu singkat.

Hal ini terjadi karena makanan yang diberikan tidak dapat dicerna dan

diabsorpsi dengan baik karena adanya hiperperistaltik.

d. Gangguan sirkulasi

Sebagai akibat dari daire ialah dapat terjadinya renjatan (shock)

hipovolemik, sehingga perfusi jaringan berkurang. Akibat selanjutnya

ialah terjadi hipoksia dan asidosis bertambah berat, dapat terjadi

pendarahan otak, kesadaran menurun, dan bila tidak segera diatasi maka

pasien dapat meninggal.

Page 26: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA IDENTIFIKASI DRUG …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33045/1/NABILAH... · tanpa obat, ketepatan pemilihan obat, dosis obat terlalu

9

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

2.1.2 Klasifikasi Diare

1. Menurut Onset Terjadinya

Berdasarkan waktu onset dan durasi, diare dikelompokkan menjadi akut

dan kronis. Episode diare akut umummnya hilang dalam waktu 72 jam dari onset.

Diare kronis menyebabkan frekuensi buang air besar yang lebih sering dan

periode diare yang lebih panjang (Elin, et al., 2009). Menurut WHO (2005) diare

terdiri dari beberapa jenis yaitu:

a. Diare Akut

Diare akut adalah penurunan konsistensi feses, feses menjadi cair biasanya

Buang Air Besar (BAB) terjadi lebih dari 3 kali sehari dan berlangsung

kurang dari 14 hari. Kebanyakan pasien diare menderita diare akut ringan

sampai sedang. Diare ini dapat sembuh sendiri dalam waktu 3 sampai 7

hari (Guarino dkk, 2014).

b. Diare Akut Berdarah

Diare akut berdarah yang disebut juga disentri, mempunyai bahya utama

yaitu kerusakan mukosa usus, sepsis dan gizi buruk, mempunyai

komplikasi seperti dehidrasi.

c. Diare persisten

Adalah diare yang berlangsung selama 14 hari atau lebih, bahaya

utamanya adalah malnutrisi dan infeksi non-usus serius dan dehidrasi.

d. Diare dengan malnutrisi berat (marasmus atau kwashiokor)

Adalah diare yang mempunyai bahawa utama infeksi sistemik yang parah,

dehidrasi, gagal jantung dan kekurangan vitamin dan mineral.

2. Menurut Penyebabnya

a. Diare Osmotik

Diare osmotik terjadi bila bahan-bahan tertentu yang tidak dapat

diserap ke dalam darah, tertinggal di usus. Bahan tersebut

menyebabkan peningkatan kandungan air dalam tinja, sehingga terjadi

diare. Makanan tertentu ( buah dan kacang-kacangan ) dan sorbitol

juga manitol ( pengganti gula dalam makanan dietetik, permen dan

permen karet) dapat menyebabkan diare osmotik. Kekurangan laktase

Page 27: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA IDENTIFIKASI DRUG …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33045/1/NABILAH... · tanpa obat, ketepatan pemilihan obat, dosis obat terlalu

10

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

juga bisa menyebabkan diare osmotik. Laktase adalah enzim yang

secara alami ditemukan dalam usus halus, yang mengubah gula susu

(laktosa) menjadi glukosa dan galaktosa sehingga dapat diserap ke

dalam aliran darah. Jika orang mengalami keurangan laktase minum

susu atau makan produk olahan susu, maka laktosa tidak akan diubah

tapi terkumpul di usus dan menyebabkan diare osmmotik. Beratnya

diare ini tergantung pada jumlah bahan osmotik yang masuk. Diare

akan berhenti jika penderita berhenti memakan atau meminum bahan

tersebut (Soegijanto, 2009).

b. Diare Sekretorik

Diare sekretorik terjadi jika usus kecil dan usus besar mengelurakan

garam (terutama natrium klorida) dan air dalam tinja. Hal ini juga bisa

disebabkan oleh toksin tertentu seperti pada kolera dan diare infeksius

lainnya. Diare bisa sangat banyak, bahkan pada kolera bisa lebih dari 1

liter/hari. Bahan lainnya yang juga menyebabkan pengeluaran air dan

garam adalah asam empedu (yang terbentuk setelah pengangkatan

sebagian usus kecil). Tumor tertentu (misalnya, karsinoid, gastrinoma

dan vipoma, juga dapat menyebabkan diare sekretorik (Soegijanto,

2009).

c. Sindrom Malabsorpsi

Sindrom malabsorpsi juga bisa menyebabkan diare. Penderita sindrom

ini tidak dapat mencerna makanannya secara normal. Pada malabsorpsi

yang menyeluruh, lemak tertinggal di usus besar dan menyebabkan

diare sekretorik, sedangkan adanya karbohidrat dalam usus besar

menyebabkan diare osmotik. Malabsorpsi mungkin juga disebabkan

oleh beberapa keadaan seperti:

Sariawan nontropikal

Insufisiensi pankreas

Pengangkatan sebagian usus

Aliran darah ke usus besar yang tidak adekuat

Kekurangan enzim tertentu di usus halus

Penyakit hati (Soegijanto, 2009).

Page 28: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA IDENTIFIKASI DRUG …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33045/1/NABILAH... · tanpa obat, ketepatan pemilihan obat, dosis obat terlalu

11

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

d. Diare Eksudatif

Diare eksudatif terjadi jika lapisan usus besar mengalami peradangan

dan membentuk tukak, lalu melepaskan protein, darah, lendir dan

cairan lainnya, yang akan meningkatkan kandungan serat dan cairan

pada tinja. Diare ini dapat disebabkan oleh berbagai macam penyakit

seperti:

Kolitis ulserativa

Penyakit Crohn

Tuberkulosis

Limfoma

Kanker

jika mengenai lapisan rektum penderita akan merasakan desakan untuk

buang air besar dan sering buang air besar karena rektum yang

mengalami peradangan lebih sensitif terhadap peregangan oleh tinja

(Soegijanto, 2009).

e. Pertumbuhan Bakteri berlebih

Pertumbuhan bakteri berlebih adalah pertumbuhan bakteri alami usus

dalam jumlah yang sangat banyak atau pertumbuhan bakteri yang

secara alami tidak ditemukan di usus. Hal ini bisa menyebabkan diare.

Bakteri alami usus memegang peranan penting dalam proses

pencernaan. Karena itu, gangguan pada bakteri usus bisa menyebabkan

diare (Soegijanto, 2009).

3. Berdasarkan Derajat Dehidrasinya

a. Diare dengan Dehidrasi Berat

Anak yang menderita dehidrasi berat memerlukan rehidrasi intravena

secara cepat dengan pengawasan yang ketat dan dilanjutkan dengan

rehidrasi oral segera setelah anak membaik. Pada daerah yang sedang

mengalami kolera, berikan pengobatan antibiotik yang efektif terhadap

kolera (WHO,2009).

Page 29: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA IDENTIFIKASI DRUG …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33045/1/NABILAH... · tanpa obat, ketepatan pemilihan obat, dosis obat terlalu

12

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

b. Diare dengan Dehidrasi Sedang/ Ringan

Pada umumnya, anak-anak dengan dehidrasi ringan/ sedang harus diberi

larutan oralit, dalam waktu 3 jam pertama di klinik saat anak berada dalam

pemantauan dan ibunya diajari cara menyiapkan dan memberikan larutan

oralit (WHO,2009).

c. Diare Tanpa Dehidrasi

Anak yang menderita diare tetapi tidak mengalami dehidrasi harus

mendapatkan cairan tambahan di rumah guna mencegah terjadinya

dehidrasi. Anak harus terus mendapatkan diet yang sesuai dengan umur

mereka,termasuk meneruskan pemberian ASI (WHO,2009).

2.1.3 Epidemiologi Diare

Diare masih merupakan salah satu diantara penyebab-penyebab utama

dari morbiditas dan mortalitas anak-anak di negara-negara yang sedang

berkembang, dengan perkiraan sekitar 3-5 miliar kasus setiap tahun di dunia.

Sekitar 5-18 juta kematian setiap tahunnya disebakan karena diare. Kematian ini

dapat disebabkan karena dehidrasi akut. Khususnya bayi dan anak-anak adalah

rawan karena kebutuhan akan cairan dan pergantian untuk ukurannya adalah

relatif lebih besar, daya tahannya yang kurang dan kerentanannya terhadap agen

fekal-oral .

Di Indonesia diperkirakan terdapat sekitar 200-400 kejadian diare diantara

1000 penduduk setiap tahunnya. Dengan demikian dapat diperkirakan ada lebih

dari 60 juta kejadian diare setiap tahunnya. Sebagian besar dari penderita-

penderita ini (60-80%) adalah anak-anak dibawah usia 5 tahun sehingga dengan

demikian terdapat kurang lebih 40 juta kejadian diare pada usia ini setiap

tahunnya.

Sampai dengan tahun 1985 penyakit diare masih menempati urutan

pertama kematian di Indonesia terutama bagi golongan anak bayi dan balita dan

mencapai sekitar 350.000 anak pertahun.

Setelah tahun 1992 diare tidak lagi menempati urutan pertama penyebab

kematian bayi di Indonesia. Penyakit penyebab kematian didominasi saat ini oleh

Page 30: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA IDENTIFIKASI DRUG …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33045/1/NABILAH... · tanpa obat, ketepatan pemilihan obat, dosis obat terlalu

13

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

penyakit saluran pernapasan dan gangguan perinatal. Hal ini mungkin disebabkan

karena perbaikan kesehatan lingkungan dan perorangan dan mungkin pula karena

meningkatnya penggunaan oralit dalam penanganan diare oleh masyarakat

(Soegijanto,2009).

2.1.4 Etiologi Diare

Etiologi diare akut pada 25 tahun yang lalu sebagian besar belum

diketahui, akan tetapi sekarang lebih dari 80% penyebabnya telah diketahui.

Terdapat 25 jenis mikroorganisme yang dapat menyebabkan diare. Penyebab

utama oleh virus adalah rotravirus(40-60%) sedangkan virus lainnya ialah virus

norwalk, astrovirus, calcivirus, coronavirus, minirotavirus, dan virus bulat kecil

(Depkes RI, 2005).

Bakteri penyebab diare dapat dibagi dalam dua golongan besar, ialah

bakteri non invasif dan bakteri invasif. Termasuk dalam golongan bakteri

noninvasif adalah: Vibrio cholerae, E coli, sedangkan golongan bakteri invasif

adalah Salmonella sp (Vila J et al, .2000).

2.1.5 Patofisiologi Diare

Diare adalah suatu kejadian ketidakseimbangan dalam penyerapan dan

sekresi air dan elektrolit. Diare dapat berhubungan dengan penyakit tertentu dari

saluran pencernaan atau dengan penyakit diluar saluran pencernaan Empat

mekanisme patofisiologis umum yang mengganggu keseimbangan air dan

elektrolit, menyebabkan diare :

(1) Perubahan dalam transportasi ion aktif dengan menurunkan penyerapan

natrium atau peningkatan sekresi klorida. Transport aktif akibat rangsangan

bakteri terhadap elektrolit ke dalam usus halus. Sel dalam mukosa intestinal

mengalami iritasi sehingga menyebabkan peningkatan sekresi cairan dan

elektrolit. Mikroorganisme yang masuk akan merusak sel mukosa intestinal

sehingga menurunkan area permukaan intestinal, mengubah kapasitas

intestinal dan mengganggu cairan dan elketrolit (Wells,et al., 2006).

(2) Perubahan motilitas usus.

(3) Peningkatan osmolaritas luminal.

Page 31: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA IDENTIFIKASI DRUG …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33045/1/NABILAH... · tanpa obat, ketepatan pemilihan obat, dosis obat terlalu

14

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

(4) Peningkatan tekanan hidrostatik dalam jaringan. Mekanisme ini telah

berhubungan dengan empat kelompok besar diare klinis : sekretori, osmotik,

eksudatif, dan perubahan transit usus.

Diare sekretorik terjadi ketika zat yang merangsang (misalnya vasoaktif

peptida usus [VIP], obat pencahar, atau racun bakteri) meningkatkan sekresi atau

menurukan penyerapan sejumlah besar air dan elektrolit. Zat yang penyerapannya

buruk akan menahan cairan usus, mengakibatkan diare osmotik. Penyakit

inflamasi pada saluran pencernaan dapat menyebabkan diare eksudatif oleh debit

lendir, protein, atau darah yang masuk ke dalam saluran cerna. Motilitas usus

dapat diubah dengan mengurangi waktu kontak di usus, pengosongan dini pada

usus besar, dan oleh pertumbuhan bakteri yang berlebih (Dipiro.JT,2009).

2.1.6 Penyebab Diare

1. Diare akibat virus

Diare ini disebabkan oleh virus yang melekat pada sel-sel mukosa usus

yang rusak sehingga kapasitas reabsorbsi menurun. Diare akan

berlangsung selama beberapa hari, yaitu berkisar 3-6 hari, hingga virus

benar-benar hilang. Contohnya antara lain: rotravirus, adenovirus,

norwalk (Atmaja.W., 2011).

2. Diare akibat bakteri

Diare ini disebabkan oleh kurangnya higienisitas makanan. Bakteri masuk

ke dalam mukosa dan memperbanyak diri serta membentuk toksin-toksin

yang dapat direabsorpsi ke dalam darah dan menimbulkan gejala hebat

seperti demam tinggi, nyeri kepala dan kejang, serta feses berdarah dan

berlendir. Contohnya antara lain: Salmonella, Shigella, dan E. Coli

(Atmaja.W., 2011).

3. Diare akibat parasit

Diare akibat parasit ditandai dengan eksresi tinja yang terus-menerus dan

bertahan lebih dari satu minggu. Gejala lainnya dapat berupa nyeri perut,

demam, anoreksia, nausea, muntah-muntah dan rasa letih (malaise).

Page 32: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA IDENTIFIKASI DRUG …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33045/1/NABILAH... · tanpa obat, ketepatan pemilihan obat, dosis obat terlalu

15

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Contohnya antara lain: protozoa Entamoeba histolytica, Giardia Llambia,

Cryptosporidium (Atmaja.W., 2011).

4. Diare akibat enterotoksin

Diare ini disebabkan oleh kuman-kuman yang membentuk enterotoksin.

Toksin melekat pada sel mukosa dan merusaknya. Diare ini akan sembuh

dengan sendirinya tanpa pengobatan dalam waktu lima hari setelah sel-sel

mukosa yang baru. Contohnya antara lain: enterotoksin dari E. Coli dan

Vibrio cholera, enterotoksin dari Shigella, Salmonella, dan Entamoeba

histolytica (Atmaja.W., 2011).

2.1.7 Gejala Diare

Tabel 2.2 Gejala Diare

Klasifikasi Tanda-tanda atau Gejala

Dehidrasi Berat Letargis/tidak sadar

Mata cekung

Tidak bisa minum atau malas

minum

Cubitan kulit perut kembali

sangat lambat (≥ 2 detik).

Dehidrasi Ringan/Sedang Rewel,gelisah

Mata cekung

Minum dengan lahap,haus

Cubitan kulit kembali lambat

Tanpa Dehidrasi Sadar, gelisah

Mata normal

Minum biasa, tidak merasa haus

Turgor kulit kembali dengan

cepat

Diare karena infeksi Muntah-muntah

Demam

Nyeri perut atau kejang perut

Sumber : WHO, 2009; Zulkifli, 2015.

Page 33: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA IDENTIFIKASI DRUG …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33045/1/NABILAH... · tanpa obat, ketepatan pemilihan obat, dosis obat terlalu

16

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

2.1.8 Pemeriksaan Diare

1. Anamnesis

Anamnesis yang lengkap sangat penting. Dari anamnesis, dokter

dapat menduga apakah gejala timbul dari kelainan organik atau fungsional,

membedakan malabsorpsi kolon atau bentuk diare inflamasi, dan menduga

penyebab spesifik (Atmaja.W., 2011).

2. Pemeriksaan Fisik

Pemeriksaan fisik lebih berguna untuk menentukan keparahan

diare daripada menemukan penyebabnya. Status volume dapat ditentukan

dengan mencari perubahan ortostatik tekanan darah dan nadi. Demam dan

adanya tanda toksisitas lain juga perlu dicatat. Pemeriksaan abdomen

dilakukan dengan melihat dan meraba distensi usus, memastikan nyeri

terlokalisr atau merata, melihat adanya pembesaran hari dan

mendengarkan bising usus .

Pada pemeriksaan fisik perlu diperiksa: berat badan, suhu tubuh,

frekuensi denyut jantung dan pernafasan serta tekanan darah. Selanjutnya

perlu dicari tanda-tanda utama dehidrasi: kesadaran, rasa haus, dan turgor

kulit abdomen dan tanda-tanda tambahan lainnya: ada tidaknya air mata,

bibir, mukosa mulut dan lidah kering atau basah (Juffrie,2010).

Tanda-tanda dehidrasi ringan atau dehidrasi berat:

a. Rewel atau gelisah

b. Letargis/kesadaran berkurang

c. Mata cekung

d. Cubitan kulit perut kembalinya lambat atau san gat lambat

e. Haus/ minum dengan lahap, atau malas minum atau tidak bisa minum.

(WHO,2009).

Page 34: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA IDENTIFIKASI DRUG …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33045/1/NABILAH... · tanpa obat, ketepatan pemilihan obat, dosis obat terlalu

17

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

3. Pemeriksaan Awal

a. Pemeriksaan feses

Pemeriksaan feses dibedakan menjadi tes spesifik dan tes

nonspesifik. Pemeriksaan spesifik diantaranya tes untuk enzim pankreas

seperti elastase feses. Pemeriksaan nonspesifik diantaranya osmolalitas

tinja dan perhitungan osmotik gap untuk membedakan diare osmotik, dan

sekretorik. Pemeriksaan tinja baik mikroskopik maupun makroskopik

dapat dilakukan untuk menentukan diagnosa yang pasti. Secara

makroskopik harus diperhatikan bentuk, warna tinja, ada tidaknya dara,

lender, lemak dan lain-lain. Pemeriksaan mikroskopik melihat ada

tidaknya leukosit,telur cacing, parasit, bakteri dan lain-lain (Hadi,2002).

4. Pemeriksaan Laboratorium

Pemeriksaan laboratorium lengkap pada diare akut umunya tidak

diperlukan, Hanya pada keadaan tertentu mungkin diperlukan, misalnya

penyebab dasarnya tidak diketahui atau ada sebab-sebab lain selain diare

akut atau pada penderita dengan dehidrasi berat (Juffrie,2010).

Evaluasi hasil pemeriksaan laboratorium pasien diare infeksi

dimulai dari pemeriksaan feses adanya leukosit. Pada keadaan normal,

kotoran tidak mengandung leukosit. Apabila ditemukan adanya leukosit,

maka hal itu dianggap sebagai penanda inflamasi kolon, baik akibat infeksi

maupun non-infeksi. Karena netrofil akan berubah, sampel harus diperiksa

sesegera mungkin (Atmaja.W.,2011).

2.1.9 Penatalaksanaan Diare

Pengetahuan dan pemahaman mengenai proses yang menyebabkan

terjadinya diare memungkinkan klinis untuk mengembangkan terapi obat yang

paling efektif . Pada banyak pasien, onset diare terjadi tiba-tiba tetapi tidak terlalu

parah dan dapat sembuh dengan sendiri tanpa memerlukan pengobatan atau

evaluasi. Pada kasus yang parah, risiko terbesar adalah dehidrasi dan

ketidakseimbangan elektrolit, terutama pada bayi, anak-anak, dan manula yang

lemah. Oleh karena itu, terapi rehidrasi oral merupakan kunci utama penanganan

Page 35: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA IDENTIFIKASI DRUG …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33045/1/NABILAH... · tanpa obat, ketepatan pemilihan obat, dosis obat terlalu

18

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

untuk pasien sakit akut yang menyebabkan diare yang signifikan. Hal ini sangat

penting terutama untuk negara berkembang, karena terapi ini telah

menyelamatkan ribuan nyawa setiap tahunnya. Terapi ini menggunakan fakta

bahwa pada kebanyakan kasus diare akut, transpor air dan elektrolit bersama

dengan nutrien di usus halus tidak terganggu. Absorpsi natrium dan klorida

berkaitan dengan ambilan glukosa olen enterosit; yang diikuti oleh gerakan air

dalam darah yang sama. Campuran yang seimbang antara glukosa dan elktrolit

dalam volume yang setara dengan cairan yang hilang dapat mencegah terjadinya

dehidrasi. WHO merekomendasikan formula larutan rehidrasi oral yang ideal;

campuran lain atau obat-obatan rumah kemungkinan komposisinya kurang

seimbang (Joel G.Hardman & Lee Limbird,2002).

Farmakoterapi diare harus dilakukan pada pasien yang menunjukan gejala

diare yang signifikan dan terus menerus (presisten). Obat antidiare nonspesifik

biasanya tidak mengacu pada patofisiologi penyebab diare; prinsip pengobatan ini

hanya menghilangkan gejala pada kasus diare akut yang ringan. Obat-obat ini

kebanyakan bekerja dengan menurunkan motilitas usus, dan sedapat mungkin

tidak boleh diberikan pada penderita penyakit diare akut yang disebabkan oleh

organisme. Pada kasus seperti ini, obat-obat tersebut dapat menutupi gambaran

klinis, menunda bersihan organisme, dan meningkatkan risiko infeksi sistemik

oleh organisme, dan juga meningkatkan komplikasi lokal seperti megakolon

toksis (dilatasi kolon akut yang disertai dengan kolitis amebik atau ulseratif) (Joel

G.Hardman & Lee Limbird,2002).

Menurut Kemenkes RI tahun 2011, prinsip tatalaksana diare pada anak

adalah LINTAS DIARE (Lima Langkah Tuntaskan Diare), yang didukung oleh

Ikatan Dokter Anak Indonesia dengan rekomendasi WHO. Rehidrasi bukan satu-

satunya cara untuk mengatasi diare tetapi memperbaiki kondisi usus serta

mempercepat penyembuhan/menghentikan diare dan mencegah kekurangan gizi

akibat diare juga menjadi cara untuk mengobati diare. Adapun program LINTAS

DIARE yaitu:

1. Rehidrasi menggunakan Oralit osmolalitas rendah

2. Zinc diberikan selama 10 hari berturut-turut

3. Teruskan pemberian ASI dan makanan

Page 36: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA IDENTIFIKASI DRUG …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33045/1/NABILAH... · tanpa obat, ketepatan pemilihan obat, dosis obat terlalu

19

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

4. Antibiotik selektif

5. Nasihat kepada orang tua/pengasuh (Kemenkes RI,2011).

1. Tatalaksana Diare Akut Pediatri Berdasarkan Derajat Dehidrasinya

1) Tatalaksana Diare Akut Dehidrasi Berat

Anak dengan dehidrasi berat harus diberi rehidrasi intravena secara cepat

yang diikuti dengan terapi rehidrasi oral.

a. Mulai berikan cairan intravena segera

pada saat infus disiapkan, beri larutan oralit jika anak bisa minum.

Catatan : larutan intravena terbaik adalah larutan ringer laktat (disebut

pula larutan Hartman untuk penyuntikan). Tersedia juga larutan Ringer

Asetat. Jika larutan Ringer Laktat tidak tersedia, larutan garam normal

(NaCl 0,9%) dapat digunakan. Larutan glukosa 5% (dextrosa) tunggal

tidak efektif dan jangan digunakan.

b. Beri 100 ml/kg larutan yang dipilih dan dibagi sesuai tabel

dibawah.

Tabel 2.3 Pemberian Cairan Intravena Anak dengan Dehidrasi Berat

Pertama, berikan 30

ml/kg dalam :

Selanjutnya, berikan 70

ml/kg dalam :

Umur < 12 bulan 1 jam 5 jam

Umur ≥ 12 bulan 30 menit 2½ jam

Sumber dari: WHO, 2009.

2) Tatalaksana Diare Akut Dehidrasi Ringan/Sedang

a. Pada 3 jam pertama, beri anak larutan oralit dengan perkiraan jumlah

sesuai dengan berat badan anak (atau umur anak jika berat badan anak

tidak diketahui). Namun jika anak ingin minum lebih banyak, beri

minum lebih banyak.

b. Tunjukan pada ibu cara memberi larutan oralit pada anak, satu

sendok teh tiap 1-2 menit jika anak berumur di bawah 2 tahun; dan

Page 37: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA IDENTIFIKASI DRUG …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33045/1/NABILAH... · tanpa obat, ketepatan pemilihan obat, dosis obat terlalu

20

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

pada anak yang lebih besar, berikan minuman oralit lebih sering

dengan menggunakan cangkir.

c. Lakukan pemeriksaan rutin jika timbul masalah

Jika anak muntah, tunggu 10 menit; lalu beri larutan oralit lebih

lambat (misalnya 1 sendok setiap 2-3 menit).

Jika kelopak mata anak bengkak, hentikan pemberian oralit dan

beri minum air matang atau asi.

d. Nasihati ibu untuk terus menyusui anak kapanpun anaknya mau.

e. Jika ibu tidak dapat tinggal di klinik hingga 3 jam, tunjukan pada ibu

cara menyiapkan larutan oralit dan beri beberapa bungkus oralit

secukupnya kepada ibu agar bisa menyelesaikan rehidrasi di rumah

ditambah untuk rehidrasi dua hari berikutnya.

f. Nilai kembali anak setelah 3 jam untuk memeriksa tanda dehidrasi

yang terlihat sebelumnya.

(catatan: periksa kembali anak sebelum 3 jam bila anak tidak bisa

minum larutan oralit atau keadaannya terlihat memburuk).

Jika tidak terjadi dehidrasi , ajari ibu mengenai empat aturan untuk

perawatan di rumah:

I. Beri cairan tambahan

II. Beri tablet zinc selama 10 hari

III. Lanjutkan pemberian minum/makan

IV. Kunjungan ulang jika terdapat tanda berikut:

-anak tidak bisa atau malas minum susu

-kondisi anak meburuk

-anak demam

-terdapat darah dalam tinja anak

Jika anak masih mengalami dehidrasi sedang/ringan, ulangi

pengobatan untuk 3 jam berikutnya dengan larutan oralit, dan mulai

beri anak makanan, susu atau jus dan berikan asi sesering mingkin.

Meskipun belum terjadi dehidrasi berat tetapi bila anak sama sekali

tidak bisa minum oralit misalnya karena anak muntah, dapat diberikan

infus dengan cara diberikan cairan intravena secepatnya. Berikan 70

Page 38: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA IDENTIFIKASI DRUG …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33045/1/NABILAH... · tanpa obat, ketepatan pemilihan obat, dosis obat terlalu

21

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

ml/kg BB cairan Ringer Laktat atau Ringer asetat (atau jika tidak

tersedia,gunakan larutan NaCl) yang dibagi sebagai berikut.

Tabel 2.4 Pemberian Cairan Ringer Laktat Anak Dehidrasi

Ringan/Sedang.

Umur Pemberian 70 ml/kg selama:

Bayi (di bawah umur 12 bulan) 5 jam

Anak (12 bulan sampai 5

tahun)

2 ½ jam

Sumber dari: WHO,2009

Periksa kembali anak setiap 1-2 jam

Beri oralit (kira-kira 5ml/kg.jam) segera setelah anak mau minum

Periksa kembali bayi sesudah 6 jam atau anak sesudah 3 jam

(WHO,2009).

3) Tatalaksana Diare Tanpa Dehidrasi

a. Anak dirawat jalan

b. Ajari ibu mengenai 4 aturan untuk perawatan di rumah :

1. Beri cairan tambahan

2. Beri tablet Zinc

3. Lanjutkan pemberian makan

4. Nasihati kapan harus kembali

c. Beri cairan tambahan, sebagai berikut :

a) Jika anak masih mendapat ASI, nasihati ibu untuk menyusui

anaknya lebih sering dan lebih lama pada setiap pemberian ASI.

Jika anak mendapat ASI ekslusif, beri larutan oralit atau air matang

sebagai tambahan ASI dengan menggunakan sendok. Setelah diare

berhenti, lanjutkan kembali ASI ekslusif kepada anak, sesuai

dengan umur anak.

b) Pada anak yang tidak mendapat ASI ekslusif, beri satu atau lebih

cairan dibawah ini :

1. Larutan oralit

Page 39: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA IDENTIFIKASI DRUG …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33045/1/NABILAH... · tanpa obat, ketepatan pemilihan obat, dosis obat terlalu

22

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

2. Cairan rumah tangga (seperti sup dan kuah sayuran)

3. Air matang

Untuk mencegah terjadinya dehidrasi, nasihati ibu untuk memberi

cairan tambahan sebanyak yang anak minum :

1. Untuk anak berumur 2 tahun, beri ± 50-100 ml setiap kali

anak BAB.

2. Untuk anak berumur 2 tahun atau lebih, beri ± 100-200 ml

setiap kali anak BAB (WHO, 2009).

2. Tatalaksana Diare Akut Karena Infeksi Bakteri

a. Escherichia coli

Sampai saat ini, seperempat dari semua penyebab diare di negara

berkembang adalah E.coli. penularan biasanya terjadi melalui makanan

yang terkontaminasi dan air. Lima kelompok E.coli adalah:

1. Enterotoxigenic E.coli (ETEC).

2. Enteropathogenic E.coli (EPEC)

3. Enteroinvasive E.coli (EIEC).

4. Enterohaemorrhagic E.coli (EHEC)

(World Gastroenterology Organisation Global

Guidline, 2012).

Kebanyakan pasien dengan ETEC mengalami gejala mual dan kejang,

ETEC merupakan penyebab utama diare akut pada anak-anak dan orang

dewasa di negara-negara berkembang, terutama selama musim panas dan

musim hujan (WHO, 2005)

Tatalaksana : Meneggunakan antibiotik azithromycin dengan dosis anak-

anak sebesar 10 mg/kg selama 3 hari sebagai antibiotik pilihan utama, dan

cefixime dengan dosis 8 mg/kg/hari, trimetropan/sulfametoxazole dengan

dosis 8 mg/kg/hari sebagai antibiotik pilihan kedua (Guarino Alfredo,

2014).

b. Vibrio cholerae

Kolera adalah penyakit endemik dan banyak terjadi pada banyak negara di

Afrika, Asia dan Amerika Latin, dimana sering terjadi setiap tahun,

Page 40: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA IDENTIFIKASI DRUG …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33045/1/NABILAH... · tanpa obat, ketepatan pemilihan obat, dosis obat terlalu

23

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

biasanya selama panas dan musim hujan. Kolera terjadi paling sering pada

anak-anak dengan usia 2-9 tahun, dan banyak kasus yang parah. di daerah

yang baru terkena wabah, orang dewasa juga terpengaruh. Penyebaran

kolera melalui air yang terkontaminasi dan makanan. Vibrio cholerae

adalah bakteri gram-negatif, berbentuk koma dan menyebabkan diare yang

menimbulkan dehidrasi berat, kematian dapat terjadi setelah 3-4 jam pada

pasien yang tidak dirawat. Gejala awalnya adalah distensi abdomen dan

muntah, yang secara cepat menjadi diare berat, pasien kekurangan

elektrolit dan volume darah. Target utama terapi adalah penggantian cairan

elektrolit, kebanyakan kasus dapat diterapi dengan cairan oral. Kasus yang

parah memerlukan cairan intravena (Zein U.,dkk 2004).

Tatalaksana : Pemberian antibiotik dapat mengurangi volume dan masa

berlangsungnya diare, dosis tertracycline untuk anak adalah 12,5 mg/kg 4

kali sehari selama 3 hari (WHO, 2005).

c. Shigella

Shigella merupakan penyebab 10-15% dari diare akut pada anak di bawah

5 tahun, dan merupakan penyebab paling umum dari diare berdarah pada

anak-anak (WHO, 2005). Secara klasik, gejala umum yang ditimbulkan

dengan adanya nyeri abdomen, demam, diare cair tanpa darah, kemudian

feses berdarah setelah 3-5 hari kemudian (Zein U.,dkk 2004).

Tatalaksana : Terapi dengan rehidrasi yang adekuat secara oral atau

intravena, tergantung dari keparahan penyakit, terapi antibiotik diberikan

untuk mempersingkat berlangsungnya penyakit dan penyebaran bakteri,

antibiotik yang digunakan untuk anak adalah Ciprofloxacin dengan dosis

15 mg/kg 2 kali sehari selama 3 hari, Pivmecillinam dengan dosis 20

mg/kg 4 kali sehari selama 5 hari atau Ceftriaxone dengan dosis 50-100

mg/kg 1 kali sehari secara intramuscular selama 2-5 hari (World

Gastroenterology Organization Global Guidline, 2012).

Page 41: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA IDENTIFIKASI DRUG …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33045/1/NABILAH... · tanpa obat, ketepatan pemilihan obat, dosis obat terlalu

24

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

d. Salmonella (non-thypoid)

Salmonella menyebabkan 1-5% dari kasus gastroenteritis di kebanyakan

negara berkembang. Infeksi biasanya terjadi akibat konsumsi produk

hewani yang terkontaminasi (WHO, 2005). Terdapat lebih dari 2000

serotipe, sekitar 6-10 yang menjelaskan sebagian episode Salmonella

gastroenteritis pada manusia. Salmonella biasanya menyebabkan diare

akut dengan mual, kram dan demam.

Tatalaksana : Pemberian antibiotik pilihan utama yang digunakan adalah

ceftriaxone dengan dosis 50-100 mg/kg/hari, dan azithromycin dengan

dosis 10 mg/kg/hari sebagai antibiotik pilihan kedua (Guarino Alfredo,

2014).

e. Campylobacter jejuni

Campylobacter jejuni menyebabkan 5-15% diare pada anak-anak di

seluruh dunia, masa inkubasi selama 24-72 jam setelah organisme masuk.

Gejala yang mungkin timbul adalam demam, mual, muntah dan malaise.

Masa inkubasi berlangsungnya penyakit ini selama 7 hari.

Tatalaksana : Pemberian antibiotik azitromycin dengan dosis untuk anak

30 mg/kg (World Gastroenterology Organization Global Guidline, 2012).

3. Tatalaksana Diare Akut Karena Infeksi Protozoa

a. Giardia duodenalis

Giardia duodenalis paling sering menginfeksi anak-anak berusia 1-5

tahun (WHO, 2005).

Tatalaksana : Menggunakan antibiotik metronidazole dengan dosis

anak 5 mg/kg 3 kali sehari selama 5 hari (WHO, 2005).

b. Etamoeba Histolytica

Etamoeba histolytica ditemukan hampir di seluruh dunia, tetapi

prevalensi tertinggi didapatkan di negara-negara berkembang terutama

di daerah endemik seperti Durban, Ibadan dan Kampala di Afrika.

Gejala yang sering ditimbulkan adalah nyeri abdomen, diare, anoreksia

Page 42: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA IDENTIFIKASI DRUG …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33045/1/NABILAH... · tanpa obat, ketepatan pemilihan obat, dosis obat terlalu

25

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

dan malaise. Pada infeksi kronik, diare dapat diselingi oleh fase

konstipasi.

Tatalaksana : Menggunakan antibiotik Nitazoxanide dengan dosis 100

mg (5ml) untuk anak 1 sampai 4 tahun setiap 12 jam selama 3 hari atau

200 mg (10 ml) setiap 12 jam selama 3 hari untuk anak usia 4 sampai

11 tahun (World Gastroenterology Organization Global Guidline,

2012).

c. Cryptosporidium

Cryptosporidium merupakan penyebab 5-15% diare pada anak yang

terjadi di negara-negara berkembang. Diare akut yang disebabkan oleh

Cryptosporidium tidak memiliki gambaran klinis yang khas, sehingga

diagnosa bandingnya dapat meliputi semua organisme yang memiliki

manifestasi klinis yang mirip dengan cryptosporidium, yaitu diare

encer tanpa darah.

Tatalaksana : menggunakan Nitazoxanide dengan dosis 100 mg (5ml)

untuk anak 1 sampai 4 tahun setiap 12 jam selama 3 hari atau 200 mg

(10 ml) setiap 12 jam selama 3 hari untuk anak usia 4 sampai 11 tahun

(World Gastroenterology Organization Global Guidline, 2012).

4. Tatalaksana Diare Akut karena Infeksi Jamur

a. Candida albicans

Candida albicans sering dikaitkan dengan diare akut pada bayi baru

lahir. Candida albicans dapat menyerang usus kecil dan usus besar

pada anak-anak yang sakit parah (Elzauki., dkk, 2012).

Tatalaksana : menggunakan antifungi fluconazole dengan dosis anak-anak :

6 -12 mg/kg/hari atau Itraconazole dengan dosis anak-anak: 5 -10

mg/kg/hari secara oral , dalam 2x sehari (Allen UD, 2010).

Page 43: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA IDENTIFIKASI DRUG …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33045/1/NABILAH... · tanpa obat, ketepatan pemilihan obat, dosis obat terlalu

26

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

2.1.10 Pengobatan Diare

1. Dietary management

Pengobatan dietetik adalah pemberian makanan dan minuman

khusus pada klien dengan tujuan penyembuhan dan menjaga kesehatan.

Adapun hal yang perlu diperhaikan adalah untuk anak dibawah satu

tahun dengan berat badan kurang dari 7 kg, jenis makanan yang

diberikan adalah memberikan asi dan susu formula yang mengandung

laktosa rendah dan asam lemak tidak jenuh, lalu makanan setengah padat

(bubur, makanan padat nasi tim). Memberikan makanan yang

mengandung kalori, protein,vitamin, mineral dan makanan yang bersih,

prinsip pengobatan dietetik yaitu O-B-E-S-E singkatan dari Oralit,

Breast feeding, Early feeding, Stimulaneously with Education (Iswari

Yeni, 2011).

Pemberian oralit, ASI, dan zat gizi akan menolong tubuh yang

telah terkuras cadangan gizinya. ASI memiliki zat antibodi yang dapat

membantu tubuh melawan kuman penyakit. Berkat ASI, sedikit sekali

muncul kontaminasi, seperti yang terjadi pada penyiapan makanan biasa.

Disamping itu, ASI menjalin hubungan psikologis antara ibu dan anak.

ASI memiliki sifat sebagai berikut:

a. Makanan alami yang ideal, mengandung nutrien lengkap dan memiliki zat

kekebalan tubuh yang berguna bagi bayi.

b. Kandungan gizi terbaik ASI terdapat pada kolostrum, air susu pertama

yang keluar ketika ibu habis melahirkan.

c. Pada anak diare, ASI sangat menolong melawan kuman penyakit dan

mencegah terjadinya kekurangan gizi.

d. Jika pemberian ASI terus dilakukan, ketika sembuh dari diare, anak tidak

akan terancam kekurangan gizi (Widjaja M.C, 2002).

Pemberian ASI pada bayi dan anak harus tetap dilanjutkan dengan

pemberian makanan selama tahap rehidrasi (World Gastroenterology

Organization Global Guidline,2012).

Page 44: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA IDENTIFIKASI DRUG …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33045/1/NABILAH... · tanpa obat, ketepatan pemilihan obat, dosis obat terlalu

27

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

2. Oralit

Untuk mencegah terjadinya dehidrasi dapat dilakukan mulai dari

rumah tangga dengan memberikan oralit osmolaritas rendah, dan bila tidak

tersedia berikan cairan rumah tangga seperti kuah sayur dan air matang.

Oralit saat ini yang beredar dipasaran merupakan oralit baru dengan

osmolaritas yang rendah, yang dapat menurangi rasa mual dan muntah.

Oralit merupakan cairan yang terbaik bagi penderita diare untuk

mengganti cairan yang hilang. Bila penderita tidak bisa minum harus

segera dibawa ke sarana kesehatan untuk mendapat pertolongan cairan

melalui infus. Pemberian oralit didasarkan pada derajat dehidrasi

(Kemenkes RI,2011).

a. Diare tanpa dehidrasi

Umur <1 tahun : ¼ - ½ gelas setiap kali anak mencret

Umur 1-4 tahun : ½ - 1 gelas setiap kali anak mencret

Umur diatas 5 tahun : 1-1 ½ gelas setiap kali anak mencret

b. Diare dengan dehidrasi ringan/ sedang

Dosis oralit yang diberikan dalam 3 jam pertama 75ml/kg BB dan

selanjutnya diteruskan dengan pemberian oralit seperti diare tanpa

dehidrasi.

c. Diare dengan dehidrasi berat

Penderita diare yang tidak dapat minum harus segera dirujuk ke

puskesmas (Kemenkes RI, 2011).

Tabel 2.5 Kebutuhan Oralit Perkelompok Umur

Umur <4 Bulan 4-11

Bulan

12-23

Bulan

2-4 Tahun 5-14 Tahun 15 Tahun

atau Lebih

Berat

Badan

< 5 kg 5-7,9 kg 8-10,9 kg 11-15,9 kg 16-29,9 kg 30 kg atau

lebih

Dalam ml 200-400 400-600 600-800 800-1200 1200-2200 2200-4000

Sumber : WHO, 2005.

Page 45: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA IDENTIFIKASI DRUG …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33045/1/NABILAH... · tanpa obat, ketepatan pemilihan obat, dosis obat terlalu

28

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Untuk anak dibawah umur 2 tahun cairan harus diberikan dengan sendok

dengan cara 1 sendok setiap 1 sampai 2 menit. Pemberian dengan botol

tidak boleh dilakukan. Anak yang lebih besar dapt meminum langsung dari

gelas. Bila terjadi muntah hentikan dulu selama 10 menit kemudian mulai

lagi perlahan-lahan misalnya 1 sendok setiap 2-3 menit. Pemberian cairan

ini dilanjutkan sampai dengan diare berhenti (Juffrie, 2010).

5. Injeksi Larutan Ringer Laktat

Infus ringer laktat diberikan secara intravena pada pasien diare

dengan dehidrasi berat atau diare dengan dehidrasi ringan sedang karena

pasien tidak mungkin menerima cairan secara oral. Untuk diare ringan-

sedang infus ringer laktat diberikan sebanyak 75cc/kgBB selama 4 jam

(WHO, 2005).

Penilaian kembali pasien dilakukan setiap 1-2 jam. Jika hidrasi

tidak membaik, berikan infus lebih cepat. setelah enam jam (bayi) atau tiga

jam (pasien yang lebih tua), evaluasi pasien menggunakan grafik

penilaian. Kemudian pilih Rencana Perawatan yang sesuai untuk

melanjutkan pengobatan (WHO, 2005).

6. Vitamin A

Sejak awal abad ke 20, vitamin A telah digolongkan sebagai

vitamin anti infeksi, Diare mengurangi proses absorpsi, dan meningkatkan

kebutuhan vitamin A. Anak-anak dengan diare akut atau persisten dapat

dengan cepat mengembangkan lesi mata karena kekurangan vitamin A

(xerophthalmia) dan bahkan menjadi buta. Xerophtalmia adalah suatu

istilah yang menerangkan gangguan pada mata akibat kekurangan vitamin

A, termasuk terjadinya kelainan anatomi bola mata dan gangguan fungsi

sel retina yang dapat menyebabkan kebutaan. Dosis untuk anak usia 1-5

tahun adalah 1 kapusl merah (200.000 IU) yang diberikan pada seluruh

balita serentak pada bulan Februari dan Agustus (Depkes RI, 2009).

Anak-anak tanpa tanda-tanda mata yang memiliki gizi buruk atau

memiliki campak dalam sebulan terakhir harus menerima perlakuan yang

Page 46: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA IDENTIFIKASI DRUG …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33045/1/NABILAH... · tanpa obat, ketepatan pemilihan obat, dosis obat terlalu

29

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

sama. Ibu juga harus diajarkan secara rutin untuk memberikan anak-anak

mereka makanan yang kaya karoten; termasuk buah-buahan berwarna

kuning atau oranye atau sayuran, dan sayuran yang berdaun hijau gelap.

Jika memungkinkan, telur, hati, atau susu penuh lemak juga harus

diberikan (WHO, 2005).

7. Zinc

Zinc merupakan mikronutrien penting untuk kesehatan dan

perkembangan anak. Zinc hilang dalam jumlah banyak selama diare.

Penggantian zinc yang hilang ini penting untuk membantu kesembuhan

anak dan menjaga anak tetap sehat di bulan-bulan berikutnya. Telah

dibuktikan bahwa pemberian zinc selama episode diare, mengurangi

lamanya tingkat keparahan episode diare dan menurunkan kejadian diare

pada 2-3 bulan berikutnya. Berdasarkan bukti ini, semua anak dengan

diare harus diberi zinc segera setelah anak tidak muntah (WHO, 2009).

Dosis pemberian Zinc pada anak:

a. Umur < 6 bulan: ½ tablet (10mg) per hari selama 10 hari.

b. Umur > 6 bulan: 1 tablet (20mg) per hari selama 10 hari.

Zinc tetap diberikan selama 10 hari walaupun diare sudah berhenti.

Cara pemberian tablet zinc adalah dengan melarutkan tablet dalam 1

sendok makan air matang atau ASI, sesudah larut berikan pada anak diare

(Kemenkes RI, 2011).

8. Probiotik

Probiotik didefinisikan sebagai bakteri hidup yang diberikan

sebagai suplemen makanan yang mempunyai pengaruh yang

menguntungkan terhadap kesehatan, dengan memperbaiki keseimbangan

mikroflora intestinal. Efek yang menguntungkan dari bakteri tersebut

dapat mencegah dan mengobati kondisi patologik usus bila bakteri

tersebut diberikan secara oral (Firmansyah, 2001).

Probiotik telah dibuktikan melalui penelitian efektif untuk

pencegahan dan pengobatan terhadap berbagai kelainan gastrointestinal,

Page 47: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA IDENTIFIKASI DRUG …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33045/1/NABILAH... · tanpa obat, ketepatan pemilihan obat, dosis obat terlalu

30

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

misalnya diare oleh karena pemakaian antibiotik yang berlebihan, diare

oleh karena infeksi bakteri maupun virus, intoleransi laktosa dan traveller

diarrhea (Firmansyah,2001). Probiotik mempunyai keuntungan daam

penyakit diare pada anak melalui stimulasi sistem imunitas terutama

infeksi rotravirus pada bayi, dimana suplementasi probiotik mengurangi

durasi penyebaran virus, meningkatkan sel yang mensekresi IgA

antirotavirus, menurunkan peningkatan permeabilitas usus (yang secara

normal berhubungan dengan infeksi rotravirus) dan mengurangi durasi

diare dan lamanya perawatan di rumah sakit.

Bakteri probiotik yang sering digunakan untuk memperpendek

durasi diare adalah Lactobacillus GG, Lactobacillus acidophillus,

Bifidobacterium bifidum dan Enterococcus faecium. Penggunaan bakteri

probiotik untuk pencegahan diare oleh bakteri maupun virus tidak terlalu

kuat bila dibandingkan penggunaannya untuk memperpendek diare.

Mekanisme probiotik untuk meningkatkan ketahanan mukosa usus antara

lain melalui stimulan imunitas mukosa usus, kompetisi untuk nutrien

tertentu, mencegah adhesi mukosa dan epitel oleh bakteri patogen,

mencegah invasi (translokasi) terhadap epitel usus dan produksi materi

antimikrobial. Mekanisme kerja probiotik untuk menghambat

pertumbuhan bakteri patogen dalam mukosa usus diduga dengan cara

kompetisi untuk mengadakan perlekatan dengan enterosit, enterosit yang

telah jenuh dengan bakteri probiotik tidak dapat lagi melakukan perlekatan

dengan bakteri lain. Jadi dengan adanya bakteri probiotik didalam mukosa

usus dapat mencegah kolonisasi bakteri patogen (Simatupang, 2009).

Lactobacillus banyak digunakan sebagai probiotik karena bakteri

ini lebih stabil sehingga proses penyiapannya lebih mudah dan

stabilitasnya selama penyimpanan lebih terjamin (Hegar B,2007). Belum

ada rekomendasi dari WHO tentang dosis dan lama suplementasi probiotik

pada diare akut. Dosis yang digunakan berbagai penelitian berkisar 5.5-40

x 109 Lactobacillus GG, L. Sporogens atau Saccharomyces boulardii.

Dosis yang secara signifikan memberikan efek adalah 5 x 109 colony

Page 48: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA IDENTIFIKASI DRUG …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33045/1/NABILAH... · tanpa obat, ketepatan pemilihan obat, dosis obat terlalu

31

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

forming units (CFU) (Johnston BC,2006). Lama pemberian untuk terapi

rata-rata 5 hari dan untuk pencegahan diare diberikan minimal 6 hari.

9. Antibiotik

Antibiotik direkomendasikan untuk diare yang berhubungan

dengan infeksi gastroenteritis. Keadaan yang dapat diberikan antibiotik

empiris adalah apabila diare lebih dari 3 hari, demam lebih dari 38,5oC

(101,3oF) atau feses berdarah. Obat antibiotik tidak boleh digunakan

secara rutin (Zein, 2004). Antibiotik hanya bermanfaat pada anak dengan

diare berdarah (kemungkinan besar shigellosis), suspek kolera, dan infeksi

berat lain yang tidak berhubungan dengan saluran pencernaan (WHO,

2009).

Tabel 2.6 Antibiotik yang digunakan untuk mengobati diare akut infeksi

Penyebab Antibiotik Pilihan Alternatif

Cholera Doxycyline

Dewasa : 300 mg sekali

atau

Tetracycline

Anak-anak : 12,5 mg/kg

4 kali per hari x 3 hari.

Dewasa : 500 mg 4 kali per

hari x 3 hari

Erythromycin

Anak –anak : 12,5 mg/kg 4

kali per hari selama 3 hari.

Dewasa : 250 mg 4 kali per

hari selama 3 hari

E.coli Azithromycin

Anak-anak: 10 mg/kg/hari

digunakan selama 3 hari.

Cefixime

Anak-anak: 8 mg/kg/hari

selama 5 hari.

Trimetropan/Sulfametoxazole

Anak-anak: 8 mg/kg/hari

Ciprofloxacin

Anak-anak: 20-30 mg /kg/hari

diberikan secara oral.

Shigella Ciprofloxacin

Anak-anak : 15 mg/kg 2

kali per hari x 3 hari.

Pivmecillinam

Anak-anak: 20 mg/kg 4 kali

per hari x 5 hari.

Page 49: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA IDENTIFIKASI DRUG …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33045/1/NABILAH... · tanpa obat, ketepatan pemilihan obat, dosis obat terlalu

32

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Secara I.V : 20-30

mg/kg/hari setiap 12 jam

sehari. Dosis maksimum

800 mg/hari.

Dewasa : 500 mg 2 kali per

hari x 3hari.

Dewasa : 400 mg 4 kali per

hari x 5 hari.

Ceftriaxone

Anak-anak : 50-100 mg/kg 1

kali per hari IM selama 2-5

hari

Amoebiasis Metronidzole

Anak-anak: 10 mg/kg 3

kali per hari x 5 hari (10

hari pada kasus berat).

Dewasa : 750 mg 3 kali per

hari x 5 hari (10 hari pada

kasus berat).

Giardiasis Metronidazole

Anak-anak: 5 mg/kg 3 kali

per hari x 5 hari

Dewasa : 250 mg 3 kali per

5 hari.

Champylobacter Azithromycin

Anak-anak: 30 mg/kg

Dewasa : 500 mg 1 kali per

hari x 3hari.

Cryptosporidium Nitazoxanide

Anak-anak: 100 mg (5ml)

untuk anak 1 sampai 4

tahun setiap 12 jam selama

3 hari atau 200 mg (10 ml)

setiap 12 jam selama 3 hari

untuk anak usia 4 sampai

11 tahun.

Sumber : World Gastroenterology Organisation Global Guidline,2012;Guarino

Alfredo, Shai Ashkenazi dkk (2014).

Page 50: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA IDENTIFIKASI DRUG …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33045/1/NABILAH... · tanpa obat, ketepatan pemilihan obat, dosis obat terlalu

33

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

2.2 Drug Related Problems

Pharmaceutical Care Network Europe (PCNE) mendefinisikan DRPs

adalah suatu kondisi kejadian terkait dengan terapi obat yang secara nyata atau

potensial mengganggu hasil klinis kesehatan yang diinginkan (PCNE, 2010).

DRPs dapat juga dikatakan sebagai suatu pengalaman atau kejadian yang tidak

menyenangkan yang dialami oleh pasien yang melibatkan atau diduga berkaitan

dengan terapi obat dan secara aktual maupun potensial mempengaruhi outcome

terapi pasien (Yusshiamanti, 2015).

2.2.1 Klasifikasi Drug Related Problems

Cipolle, R.J., dkk, dalam review Adusumili dan Adepu (2014) secara luas

mengkategorikan DRPs kedalam 7 kelompok.

2.2.1.1 Butuh Tambahan Obat (Need for additional therapy)

Pasien mempunyai kondisi medis yang membutuhkan terapi obat,

Penderita diare akut bisa mengalami komplikasi yang tidak diharapkan, oleh

karena itu perlu mencermati apakah ada indikasi penyakit yang tidak diobati.

Adanya indikasi penyakit yang tidak tertangani ini dapat disebabkan oleh:

a. Penderita mengalami gangguan medis baru yang memerlukan terapi obat.

b. Penderita memiliki penyakit kronis lain yang memerlukan keberlanjutan

terapi obat

c. Penderita mengalami gangguan medis yang memerlukan kombinasi

farmakoterapi untuk menjaga efek sinergi/potensiasi obat

d. Penderita berpotensi untuk mengalami risiko gangguan penyakit baru

yang dapat dicegah dengan penggunaan terapi obat profilaktik.

(Cippole, dkk., dikutip dalam Depkes RI, 2005).

2.2.1.2 Obat Tanpa Indikasi (Unnecessary therapy)

Obat yang berada dalam resep tidak sesuai dengan indikasi dengan

indikasi keluhan pasien. Pemberian obat tanpa indikasi dapat terjadi ketika

seseorang menggunakan obat tanpa indikasi yang tepat, dapat membaik

kondisinya dengan terapi non obat, meminum beberapa obat padahal hanya satu

Page 51: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA IDENTIFIKASI DRUG …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33045/1/NABILAH... · tanpa obat, ketepatan pemilihan obat, dosis obat terlalu

34

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

terapi obat yang diindikasikan, minum obat untuk mengobati efek samping, pasien

mendapatan pengobatan polifarmasi untuk kondisi dimana dia seharusnya hanya

mendapat terapi obat tunggal (Cipolle, dkk., dikutip dalam Depkes RI, 2005).

2.2.1.3 Ketidaktepatan Pemilihan Obat (Wrong Drugs)

Ketidaktepatan pemilihan obat, merupakan pemilihan obat yang dipilih

bukan obat yang terbukti paling bermanfaat, paling aman, paling sesuai, dan

paling ekonomis (Depkes, 2000). Terapi obat dapat menunjukan obat yang salah

jika pasien tidak mengalami hasil yang memuaskan, adapun faktor-faktor

keberhasilan dan keefektifan terapi obat tergantung pada identifikasi dan

diagnosis akhir dari masalah medis pasien. Sebagai contoh dari ketidaktepatan

pemilihan obat yaitu seperti pada pasien yang mempunyai alergi dengan obat-obat

tertentu atau menerima terapi obat ketika ada kontraindikasi, serta obat efektif

tetapi obat tersebut mahal. Hal-hal tersebut dapat menunjukan bahwa pasien telah

menggunakan obat yang salah (Cipolle et al.,1998).

Pemilihan obat yang tidak tepat dapat mengakibatkan tujuan terapi tidak

tercapai sehingga penderita dirugikan.Penyebab lainnya, pada pemilihan obat

yang tidak tepat dapat disebabkan oleh:

a. Obat yang digunakan berkontraindikasi

b. Penderita resisten dengan obat yang digunakan

c. Penderita menolak terapi obat yang diberikan, misalnya pemilihan bentuk

sediaan yang kurang tepat (Cippole, dkk., dikutip dalam Depkes RI, 2005).

2.2.1.4 Dosis kurang dari dosis terapi (dosage is too low)

Meskipun mendasar, bahwa prinsip dari homeopati dimana jika dosis

terlalu sedikit (suboptimal) obat diklasifikasikan sebagai DRP,yaitu ketika hasil

yang diinginkan pada pasien tidak tercapai (yaitu, infeksi tidak merespon dengan

pengobatan antibiotik yang suboptimal). Pada dasarnya, dosis semua obat

dipertimbangkan berdasarkan penyakit, dan informasi riwayat pasien. Dosis dapat

dikatakan kurang optimal jika konsentrasi obat di serum tidak tercapai bersamaan

dengan adanya (tanda-tanda dan gejala) maka hal ini dapat dikatakan DRP.

Page 52: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA IDENTIFIKASI DRUG …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33045/1/NABILAH... · tanpa obat, ketepatan pemilihan obat, dosis obat terlalu

35

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Terdapat parameter lainnya, jika terdapat dosis dibawah dosis terapi.

Pasien menerima dosis yang sesuai atau obat dilanjutkan cukup lama namun tidak

mencapai efek yang diinginkan maka dapat dikatakan dosis dibawah dosis

terapi.(Strand, dkk., 1990). Pemberian obat dengan dosis subterapeutik

mengakibatkan ketidakefektifan terapi obat. Hal ini dapat disebabkan oleh:

a. Dosis yang digunakan terlalu rendah untuk menghasilkan respon yang

dikehendaki

b. Konsentrasi obat dalam plasma penderita berada di bawah rentang terapi

yang dikehendaki

c. Obat, dosis, rute, formulasi tidak sesuai (Cippole, dkk., dikutip dalam

Depkes RI, 2005).

2.2.1.5 Dosis melebihi dosis terapi (Dose is too high)

keadaan ini sama halnya dengan dosis terlalu rendah, dimana dosis

melebihi dosis terapi memberikan efek yang berlawanan dengan seharusnya.

Keadaan dimana dosis ditingkatkan secara cepat dan peningkatan menyebabkan

komplikasi lainnya maka hal ini dapat dikatakan adanya DRP. Hal ini juga

memungkinkan adanya akumulasi obat dalam jangka yang panjang sehingga

menyebabkan efek toksik pada pasien.(Strand, dkk., 1990).

Pemberian obat dengan dosis berlebih mengakibatkan toksisitas. Hal ini

dapat disebabkan oleh:

a. Dosis obat terlalu tinggi untuk penderita

b. Konsentrasi obat dalam plasma penderita di atas rentang terapi yang

dikehendaki

c. Dosis obat penderita dinaikkan terlalu cepat

d. Penderita mengakumulasi obat karena pemberian yang kronis

e. Obat, dosis, rute, formulasi tidak sesuai

f. Fleksibilitas dosis dan interval tidak sesuai (Cippole, dkk., dikutip dalam

Depkes RI, 2005).

Dapat disimpulkan bahwa, pasien yang mengalami atau berpotensi untuk

mengalami keracunan yang ditimbulkan oleh dosis obat yang berlebih

merupakan masalah umum yang terdapat pada praktek klinis. Pemantauan

Page 53: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA IDENTIFIKASI DRUG …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33045/1/NABILAH... · tanpa obat, ketepatan pemilihan obat, dosis obat terlalu

36

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

farmakokinetik dan penyesuaian dosis tidak bisa terlalu ditekankan/terlalu cepat

hal ini untuk mencegah terjadinya DRP.(Strand, dkk., 1990).

2.2.1.6 Ketidakpatuhan (Adherence problem)

Ketidakpatuhan merupakan sikap dimana pasien tidak disiplin atau tidak

maksimal dalam melaksanakan pengobatan yang telah diinstruksikan oleh dokter

kepadanya. Ketidakpatuhan akan mengakibatkan penggunaan suatu obat yang

kurang, dengan demikian pasien akan kehilangan manfaat terapi dan

kemungkinan mengakibatkan kondisi secara bertahap memburuk. Ketidakpatuhan

juga dapat berakibat dalam penggunaan suatu obat berlebih. Apabila dosis yang

digunakan berlebihan atau apabila obat dikonsumsi lebih sering daripada yang

dimaksudkan. Masalah ini dapat berkembang misalnya seorang pasien

mengetahui bahwa ia lupa suatu dosis obat dan menggandakan dosis berikutnya

untuk mengisinya (Siregar,2006).

Menurut Tambayong (2002) dan Siregar (2006), beberapa faktor ketidapatuhan

pasien terhadap pengobatan antara lain :

a. Kurang pahamnya pasien tentang tujuan pengobatan

Alasan utama untuk tidak patuh adalah kurang mengerti tentang

pentingnya manfaat terapi obat dan akibat yang mungkin jika obat

tidak digunakan.

b. Tidak mengertinya pasien tentang pentingnya mengikuti aturan

pengobatan yang ditetapkan.

c. Sukarnya memperoleh obat diluar rumah sakit

2.2.1.7 Reaksi Obat yang Merugikan (Adverse Drug Reaction)

Efek samping obat adalah respon terhadap suatu obat yang merugikan

dan tidak diinginkan dan yang terjadi pada dosis yang biasanya digunakan pada

manusia untuk pencegahan, diagnosis atau terapi penyakit atau untuk modifikasi

fungsi fisiologik (BPOM RI, 2012).

Page 54: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA IDENTIFIKASI DRUG …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33045/1/NABILAH... · tanpa obat, ketepatan pemilihan obat, dosis obat terlalu

37

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

2.3 Interaksi Obat (Drug Interaction)

Interaksi obat mewakili satu dari delapan kategori DRPs yang telah

diidentifikasi sebagai kejadian atau keadaan dan terapi obat yang dapat

mempengaruhi outcome pasien. Sebuah interaksi obat terjadi ketika

farmakokinetika atau farmakodinamika obat dalam tubuh diubah oleh kehadiran

suatu atau lebih zat yang berinteraksi.

1. Interaksi Farmakokinetik

Interaksi farmakokinetik adalah interaksi yang dapat terjadi ketika suatu

obatt mempengaruhi absorpsi,distribusi,metabolisme dan eksresi (ADME).

Interaksi farmakokinetik terdiri dari beberapa tipe:

a. interaksi pada absorpsi obat

ketika obat diberikan secara oral maka akan terjadi penyerapan

melalui membran mukosa dari saluran pencernaan dan sebagian

besar interaksi terjadi pada penyerapan di usus.

b. Interaksi pada distribusi obat

Pada interaksi ini dapat terjadi melalui beberapa hal, yaitu:

interaksi ikatan protein dan induksi atau inhibisi transpor protein

obat.

c. Interaksi pada metabolisme obat

Reaksi-reaksi yang dapat terjadi pada saat tahap

metabolisme,yaitu: yang pertama perubahan pada first pass

metabolism adalah salah satu pada perubahan aliran darah ke hati

dan inhibisi atau induksi first pass metabolism, kedua induksi

enzim, ketiga inhibisi enzim, keempat faktor genetik dan yang

terakhir adanya interaksi isoenzim CYP450.

d. Interaksi pada eksresi obat

Sebagian besar obat dieksresikan melalui empedu atau urin,

pengecualian untuk obat anastesi inhalasi. Interaksi dapat dilihat

pada perubahan pH, perubahan aliran darah di ginjal, eksresi

empedu dan eksresi tubulus ginjal (Stockley,I.H.,2008).

Page 55: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA IDENTIFIKASI DRUG …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33045/1/NABILAH... · tanpa obat, ketepatan pemilihan obat, dosis obat terlalu

38

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

2. Interaksi Farmakodinamik

Merupakan interaksi dimana efek suatu obat diubah oleh obat lain. Hal ini

dapat terjadi akibat kompetisi pada reseptor yang sama atau interaksi obat

pada sistem fisiologi yang sama. Interaksi yang paling aman terjadi

sinergisme antara dua obat yang bekerja pada sistem, organ, sel atau enzim

yang sama dengan efek farmakologi yang sama, sebaliknya antagonisme

terjadi bila obat yang berinteraksi memiliki efek farmakologi yang

berlawanan. Hal ini mengakibatkan pengurangan hasil yang diinginkan

dari satu atau lebih obat (Aslam et al., 2003).

Tingkat Keparahan Interaksi Obat

Keparahan interaksi dapat diklasifikasikan ke berdasarkantingkatan

keparahanan :minor, moderate, atau major.

1. Keparahan minor

Interaksi obat minor biasanya memberikan potensi yang rendah secara

klinis dan tidak membutuhkan terapi tambahan.

2. Keparahan moderate

Interaksi moderate sering membutuhkan pengaturan dosis atau dilakukan

pemantauan.

3. Keparahan major

Interaksi major pada umumnya harus dihindari bila memungkinkan,

karena dapat menyebabkan potensi toksisitas yang serius.

2.4 Indikasi Tanpa Obat

Indikasi tanpa obat adalah terjadi ketika pasien mengalami gangguan

medis baru yang memerlukan terapi obat, pasien menderita penyakit kronis lain

sehingga membutuhkan terapi obat lanjutan, pasien membutuhkan kombinasi obat

untuk memperoleh efek sinergis, pasien berpotensi untuk mengalami risiko

gangguan penyakit baru yang dapat dicegah dengan penggunaan terapi obat

profilaskis atau premedikasi (Yusshiamanti, 2015).

Page 56: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA IDENTIFIKASI DRUG …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33045/1/NABILAH... · tanpa obat, ketepatan pemilihan obat, dosis obat terlalu

39

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

2.5 Pediatri

Istilah Pediatri mula-mula dikenal berasal dari bahasa yunani yang berasal

dari dua kata yaitu, pedos berartikan anak dan latrika berarti pengobatan. Jika

dikaji menurut bahasa Indonesia pediatri berarti ilmu pengobatan untuk Anak.

WHO atau nama lainnya World Health Organization merubah nama pediatri

menjadi child health. Namun ditahun berikutnya, tepatnya tahun 1963 diubah

menjadi ilmu kesehatan anak yaitu dikarenakan dalam ruang lingkup pediatri

lebih luas cakupan ilmunya dari pada sebelumnya. Dulu ruang lingkup pediatri

hanya mengobati anak-anak yang sakit namun sekarang juga mengarah ataupun

mencakup hal-hal lain yang lebih luas ruang lingkupnya.

Menurut The British Pediatric Association (BPA), kelompok anak dibagi

dalam beberapa kategori menurut perubahan biologis yang terjadi yaitu:

1. Neonatus, adalah awal kelahiran usia 1 bulan.

2. Bayi, adalah usia 1 bulan sampai 2 tahun.

3. Anak-anak adalah usia 2 tahun sampai 12 tahun, dengan subseksi

bahwa anak usia dibawah 6 tahun memerlukan bentuk sediaan yang

sesuai.

4. Remaja, adalah usia 12 sampai 18 tahun (Prest,2003).

Menurut Ranuh GDE (2013) tahapan tumbuh kembang anak dibagi menjadi

beberapa kategori:

1. Masa neonatus dini (Early neonate) adalah usia dari lahir sampai

dengan 7 hari.

2. Masa neonatus lanjut (Late neonate) usia 7 hari -28 hari

3. Masa bayi (Infant) adalah usia 0-12 bulan.

4. Masa batita (Toodler) adalah usia 1-3 tahun.

5. Masa balita (Under-five) adalah usia 1-5 tahun.

6. Masa sekolah (School-age) adalah usia 6-15 tahun.

7. Masa pra-remaja (Pre-adolescent) adalah usia 10-15 tahun

(perempuan) dan usia 12-15 tahun (laki-laki).

8. Masa remaja (Adolescent) adalah usia 15-18 tahun.

Page 57: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA IDENTIFIKASI DRUG …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33045/1/NABILAH... · tanpa obat, ketepatan pemilihan obat, dosis obat terlalu

40

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

2.6 Rumah Sakit

Menurut Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia (Permenkes RI)

Nomor 340 Tahun 2010 tentang rumah sakit, rumah sakit adalah institusi

pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan pelayanan kesehatan perorangan

secara paripurna yang menyediakan pelayanan rawat inap, rawat jalan, dan gawat

darurat. Rumah sakit juga merupakan tempat menyelenggarakan upaya kesehatan

yaitu setiap kegiatan untuk memelihara dan meningkatkan kesehatan serta

bertujuan untuk mewujudkan derajat kesehatan yang optimal bagi masyarakat.

Upaya kesehatan dilakukan dengan pendekatan pemeliharaan, peningkatan

kesehatan (promotif), pencegahan penyakit (preventif), penyembuhan penyakit

(kuratif) dan pemulihan (rehabilitatif) yang dilaksanakan secara serasi dan terpadu

serta berkesinambungan.

2.6.1 Tugas dan Fungsi Rumah Sakit

Menurut Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 340

Tahun 2010 tentang rumah sakit, rumah sakit mempunyai tugas memberikan

pelayanan kesehatan perorangan secara paripurna. Pelayanan kesehatan paripurna

adalah pelayanan kesehatan yang meliputi promotif, preventif, kuratif, dan

rehabilitatif. Menurut Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor

340 Tahun 2010 rumah sakit umum mempunyai fungsi:

a. Penyelenggaraan pelayanan pengobatan dan pemulihan kesehatan sesuai

dengan standar pelayanan rumah sakit.

b. Pemeliharaan dan peningkatan kesehatan perorangan melalui pelayanan

kesehatan yang paripurna.

c. Penyelenggaraan pendidikan dan pelatihan sumber daya manusia dalam

rangka peningkatan kemampuan dalam pemberian pelayanan kesehatan.

d. enyelenggaraan penelitian dan pengembangan serta penapisan teknologi

bidang kesehatan dalamrangka peningkatan pelayanan kesehatan dengan

memperhatikan etika ilmu pengetahuan bidang kesehatan.

Page 58: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA IDENTIFIKASI DRUG …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33045/1/NABILAH... · tanpa obat, ketepatan pemilihan obat, dosis obat terlalu

41

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

2.6.2 Jenis dan Klasifikasi Rumah Sakit

2.6.2.1 Jenis Rumah Sakit Secara Umum

Menurut Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 340

Tahun 2010 tentang rumah sakit, rumah sakit dapat dibagi berdasarkan jenis

pelayanan dan pengelolaannya:

1. Berdasarkan jenis pelayanan

a. Rrumah sakit umum

Memberikan pelayanan kesehatan pada semua bidang dan jenis penyakit.

b. Rumah sakit khusus

Memberikan pelayanan utama pada satubidang atau satu jenis penyakit

tertentu berdasarkan disiplin ilmu, golongan umur, organ, jenis penyakit,

atau kekhususan lainnya.

2. Berdasarkan pengelolaan

a. Rumah sakit publik

Dapat dikelola oleh pemerintah, pemerintah daerah, dan badan hukum

yang bersifat nirlaba. Rumah sakit publik yang dikelola pemerintah dan

pemerintah daerah diselenggarakan berdasarkan pengelolaan Badan

Layanan Umum atau Badan Layanan Umum Daerah sesuai dengan

ketentuan peraturan perundang-undangan.

b. Rumah sakit privat

Dikelola oleh badan hukum dengan tujuan profit yang berbentuk

Perseroan Terbatas atau Persero.

2.6.2.2 Klasifikasi Rumah Sakit Secara Khusus

Menurut Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 340

Tahun 2010 tentang rumah sakit, rumah sakit umum diklasifikasikan berdasarkan

fasilitas dan kemampuan pelayanan rumah sakit:

a. Rumah sakit umum kelas A

Adalah rumah sakit umum yang mempunyai fasilitas dan kemampuan

pelayanan medik spesialistik luas dan subspesialistik luas.

Page 59: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA IDENTIFIKASI DRUG …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33045/1/NABILAH... · tanpa obat, ketepatan pemilihan obat, dosis obat terlalu

42

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

b. Rumah sakit umum kelas B

Adalah rumah sakit umum yang mempunyai fasilitas dan kemampuan

pelayanan medik sekurang-kurangnya sebelas spesialistik dan

subspesialistik luas.

c. Rumah sakit umum kelas C

Adalah rumah sakit umum yang mempunyai fasilitas dan kemampuan

pelayanan medik spesialistik dasar.

d. Rumah sakit umum kelas D

Adalah rumah sakit umum yang mempunyai fasilitas dan kemampuan

pelayanan medik dasar (Depkes RI 2009; Siregar, 2004).

2.7 Rekam Medik

Menurut Peraturan Menteri Kesehatan RI No.269/MENKES/PER/III/2008

yang dimaksud dengan rekam medis adalah berkas yang berisikan catatan dan

dokumen tentang identitas pasien, pemeriksaan, pengobatan, tindakan dan

pelayanan lain yang telah diberikan kepada paien. Suatu rekam medik yang

lengkap mencakup data identifikasi dan sosiologis, sejarah famili pribadi, sejarah

kesakitan yang sekarang, pemeriksaan fisik, pemeriksaan khusus seperti:

konsultasi, data laboratorium klinis, pemeriksaan sinar X dan pemeriksaan lain,

diagnosis sementara, diagnosis kerja, penanganan medik atau bedah, patologi

mikroskopik dan nyata, kondisi pada waktu pembebasan, tindak lanjut dan temuan

otopsi (Siregar, 2004).

Kegunaan dari rekam medik :

a) Digunakan sebagai dasar perencanaan berkelanjutan perawatan penderita.

b) Merupakan suatu sarana komunikasi antar dokter dan setiap professional

yang berkontribusi pada perawatan penderita.

c) Melengkapi bukti dokumen terjadinya atau penyebab kesakitan atau

penderita dan penanganan atau pengobatan selama tiap tinggal di rumah

sakit.

d) Digunakan sebagai dasar untuk kajian ulang studi dan evaluasi perawatan

yang diberikan kepada pasien.

Page 60: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA IDENTIFIKASI DRUG …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33045/1/NABILAH... · tanpa obat, ketepatan pemilihan obat, dosis obat terlalu

43

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

e) Membantu perlindungan kepentingan hukum penderita, rumah sakit dan

praktisi yang bertanggung jawab.

f) Menyediakan atau untuk digunakan dalam penelitian dan pendidikan.

g) Sebagai dasar perhitungan biaya, dengan menggunakan data rekam medik,

bagian keuangan dapat menetapkan besarnya biaya pengobatan seorang

penderita (Siregar dan Lia, 2003)

2.8 Review Literatur

2.8.1 Latar belakang

Gastroenteritis akut atau diare karena infeksi secara umum didefinisikan

sebagai penurunan konsistensi tinja menjadi cair atau lembek dan peningkatan

frekuensi BAB (biasanya ≥ 3 dalam 24 jam), dengan atau tanpa demam dan

muntah. diare akut inbiasanya berlangsung <7 hari tidak > 14 hari (Guarino

Alfredo, 2014). Gastroenteritis akut masih menjadi masalah kesehatan di negara-

negara maju dan berkembang. gastroenteritis akut menjadi peringkat pertama

sebagai salah satu penyebab kematian pada anak-anak. Kematian karena

gastroenteritis akut lebih besar terjadi pada negara berkembang dibandingkan di

negara-negara maju. Di negara-negara berkembang, gastroenteritis adalah

penyebab umum kematian pada anak-anak yang berusia <5 tahun (Kanti Shuvra.

dkk, 2014).

2.8.2 Epidemiologi

Di eropa, kejadian diare berkisar dari 0,5 sampai 2 episode per anak per

tahun pada anak-anak dengan usia <3. Gastroenteritis merupakan alasan utama

untuk rawat inap di kisaran usia anak, agen bakteri yang paling umum adalah

campylobacter atau salmonella tergantung masing-masing negara (Guarino

Alfredo, 2014).

2.8.3 Manifiestasi Klinik

Terdapat gejala klinik pada diare infeksi karena virus dan bakteri, yaitu

berupa demam tinggi ≥40oC, terdapat darah pada feses dan sakit perut. muntah

dan pernapasan merupakan gejala yang berhubungan dengan diare yang

Page 61: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA IDENTIFIKASI DRUG …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33045/1/NABILAH... · tanpa obat, ketepatan pemilihan obat, dosis obat terlalu

44

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

disebabkan oleh virus.terapat tanda klinik gastroenteritis akut yang bersal dari

bakteri dengan diare yang disebabkan karena virus, yaitu anak-anak dengan

infeksi virus dengan frekuensi muntah yang lebih sering daripada anak-anak

dengan infeksi karena bakteri.

2.8.4 Pengobatan Diare Akut Infeksi

a. Rehidrasi

Penggunaan oralit merupakan penanganan pertama pada anak dengan

gastroenteritis akut, oralit efektif dalam mengurangi output tinja, mengurangi

muntah dan mengurangi kebutuhan untuk terapi IV tambahan. World Health

Organization (WHO) menetapkan standar cairan rehidrasi oral (oralit) harus

mengandung natrium, kalium, klorida, sitrat, dan glukosa. Meskipun oralit

membantu dalam manajemen diare, namun oralit tidak dapat mengurangi

durasi diare atau volume tinja.

Dalam rangka mengoptimalkan khasiat oralit, WHO merekomendasikan

oralit dimodifikasi dengan mengurangi osmolaritasnya, administrasi seng

glukonat, karbohidrat yang tidak dicerna, tepung beras, dan semua bakteri

probiotik dengan hasil yang beragam. Di negara-negara berkembang, upaya

untuk rehidrasi mengguna kan cairan rumah tangga sering memperburuk

kehilangan cairan usus dengan meningkatkan beban osmotik dan

mengganggu penyerapan air dan elektrolit (Dover Arthur, 2015).

b. Manajemen Nutrisi

Guidline dari Europeas Society for Pediatric Gastroenterology,

Hepatology and Nutrition (ESPGHAN) / European Society of Pediatric

Infectious Disease (ESPID) dan institute nasional untuk pedoman kesehatan

dan perawatan keunggulan setuju pada rekomendasi yang berhubungan

dengan diagnosis dan pengelolaan gastroenteritis akut, termasuk rehidrasi

oral yang cepat. semua pedoman menyatakan bahwa menyusui harus terus

berlanjut sepanjang rehidrasi, sebuah diet yang sesuai sesuai dimulai selama

atau setelah rehidrasi awal (4-6 jam).

Page 62: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA IDENTIFIKASI DRUG …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33045/1/NABILAH... · tanpa obat, ketepatan pemilihan obat, dosis obat terlalu

45

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

2.8.5 Terapi Farmakologi

1. Antiemetik

Ondansetron :Ondansetron yang digunakan tersedia dan diberikan secara

oral atau intravena, efektif pada anak-anak dengan muntah yang

berhubungan dengan gastroenteritis. ondansetron tidak direkomendasikan

pada anak-anak dengan gastroenteritis akut moderat sampai berat,karena

salah satu efek samping yang paling umum pada ondansetron adalah

peningkatan frekuensi diare (Guarino Alfredo, 2014).

Berdasarkan penelitian secara RCT menunjukkan bahwa ondansetron dan

domperidone dapat digunakan dalam mengobati anak-anak menderita

gejala AGE (Acute Gastroenteritis). Keduanya menunjukkan khasiat yang

dapat diterima anak-anak serta profil keamanan yang baik. Kebanyakan

Anak-anak yang dapat mentolerir dosis pertama dapat dengan aman

dipulangkan setelah petunjuk penting untuk orang tua disediakan.

Sebagian besar pasien akan pulih dari gejala mereka dalam waktu 72 jam

setelah dimulainya pengobatan. Ondansetron dapat dianggap sebagai

alternatif yang aman sebanding dengan domperidone yang sering

digunakan pada anak-anak Thailand yang menderita gejala gastroenteritis.

uji klinis lebih besar diperlukan untuk lebih mengeksplorasi efektivitas

kedua obat tersebut. Namun, terlihat kecenderungan khasiat yang lebih

baik pada ondansetron, penelitian ini tidak bisa menunjukkan perbedaan

yang signifikan antara ondansetron dan domperidone dalam

mengendalikan muntah pada pasien dengan AGE. Namun, pasien dalam

kelompok domperidone rata-rata harus menerima jumlah dosis yang lebih

tinggi dibandingkan dengan pasien dalam kelompok ondansetron.

Pemilihan domperidone karena umumnya domperidone banyak digunakan

pada masyarakat asia khususnya di Thailand (Reksuppaphol, 2013).

Page 63: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA IDENTIFIKASI DRUG …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33045/1/NABILAH... · tanpa obat, ketepatan pemilihan obat, dosis obat terlalu

46

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

2. Antimotalitas atau obat antiperistatik

Loperamide :penggunaan loperamide tidak dianjurkan dalam manajemen

pengobatan gastroenteritis akut pada anak.

3. Adsorben

Diosmectite : diosmectite dapat digunakan dalam management untuk

gastroenteritis akut, namun masih belum direkomendasikan dalam

pengobatan untuk anak karena hanya bermanfaat pada anak yang terkena

diare karena rotavirus (Guarino Alfredo, 2014).

4. Obat Antisecretory

Zinc : penggunaan zinc untuk anak dengan usia > 6 bulan di negara

berkembang sangat bermanfaat karena dapat mengurangi durasi dari diare

pada anak. suplemen zinc secara oral untuk penanganan diare akut dan

persisten telah terbukti dapat mengurangi durasi, tingkat keparahan,

frekuensi dan mortalitas diare pada anak-anak berusia kurang dari 5 tahun.

Zinc dapat mencegah serangan diare dalam 2-3 bulan setelah suplementasi.

Tidak ada studi menunjukkan efek samping yang serius dari zinc pada

anak-anak muda dengan diare (Samani Nijamudin.,dkk, 2014).

5. Probiotik

Probiotik efektif dalam mengurangi durasi dan intensitas gejala

gastroenteritis.probiotik dapat digunakan pada anak dengan gastroenteritis

akut. bukti baru telah mengkonfirmasi bahwa probiotik efektif dalam

mengurangi durasi gejala gastroenteritis akut pada anak.

f. Antibiotik

1. Shigella spp : antibiotik pilihan utama untuk shigella adalah

azitromycin yang digunakan selama 5 hari dengan dosis 12

mg/kg/hari secara oral dan caftriaxone yang digunakan dengan

dosis 50 mg/kg selama 2-5 hari secara IV atau IM (Guarino

Page 64: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA IDENTIFIKASI DRUG …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33045/1/NABILAH... · tanpa obat, ketepatan pemilihan obat, dosis obat terlalu

47

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Alfredo, 2014). Di Amerika Serikat shigella sudah resistent dengan

antibiotik ampicilin dan trimetroprim/sulfametoxazole. Isolat dari

Shigella yaitu S.flexneri (78%) lebih resisten terhadap amoxicilin

daripada S.sonnei (12,5%), namun keduanya memiliki tingkat

resisten yang tidak jauh berbeda dengan obat cotrimoxazole

(Langedorf Celine, Simon Le Hello.,dkk, 2015).

2. Salmonella spp : antibiotik pilihan utama untuk salmonella adalah

ceftriaxone dengan dosis anak-anak 50-100 mg/kg/hari selama 2-5

hari. lebih efektif dibandingkan golongan beta laktam (ampicilin).

3. Campylobacter : campylobacter ssp menggunakan antibiotik

azithromycin dengan dosis 30 mg/kg (Guarino Alfredo, 2014).

Ciprofloxacin, tetracycline merupakan antibiotik alternatif namun

tidak boleh diberikan pada anak-anak (Medscape, 2016).

4. E.coli : E.coli biasanya terjadi pada traveler’s diarrhea atau

pelancong, antibiotik yang biasa digunakan adalah azithromycin

dengan dosis 10 mg/kg/hari selama 3 hari (Guarino Alfredo, 2014).

Trimetroprim-sulfametoxazole juga digunakan untuk mengatasi

diare yang disebabkan karena e.coli dengan dosis 8 mg/kg/hari

(Guarino Alfredo ,2014; Lynn Jennifer ,2015).

5. Vibrio cholerae : antibiotik yang digunakan untuk mengatasi diare

yang disebabkan oleh vibrio cholerae adalah azithromycin dengan

dosis 10 mg/kg/hari dengan single dose 20 mg/kg (Guarino

Alfredo, 2014).

6. Giardiasis : antibiotik yang digunakan adalah metronidazole

dengan dosis 5 mg/kg 3x perhari selama 5 hari.

7. Clostridium difficle : antibiotik yang digunakan adalah

metronidazole dengan dosis 30 mg/kg/hari selama 10 hari (Guarino

Alfredo, 2014). Berdasarkan hasil uji meta analisis, vancomycin

dipilih sebagai antibiotik pilihan utama untuk clostridium difficle

kategori severe (Braz J, 2015).

Page 65: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA IDENTIFIKASI DRUG …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33045/1/NABILAH... · tanpa obat, ketepatan pemilihan obat, dosis obat terlalu

48

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

8. Candida Albicans : antifungal yang digunakan adalah fluconazole

dengan dosis 6-12 mg/kg/hari dan juga itraconazole dengan dosis

5-10 mg/kg/hari 2x sehari (Allen UD, 2010)

Page 66: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA IDENTIFIKASI DRUG …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33045/1/NABILAH... · tanpa obat, ketepatan pemilihan obat, dosis obat terlalu

49 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

BAB 3

KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL

3.1 Kerangka Konsep

Gambar 3.1 Kerangka Konsep Penelitian

Memenuhi

Kriteria Inklusi

dan Ekslusi

Rekam Medik Pasien Diare Akut

Infeksi Pediatri (40 Pasien)

Periode Januari – Desember 2015

Karakteristik Pasien :

Usia

Berat Badan

Jenis Kelamin

Penyakit penyerta

Obat Diare

Akut Infeksi

Pediatri

Obat lain

Drug Related Problems

Obat tanpa

indikasi

Interaksi

obat

Dosis obat

melebihi dosis

terapi

Dosis obat

kurang dari

dosis terapi

Indikasi tanpa

obat

Ketidaktepatan

pemilihan obat

Page 67: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA IDENTIFIKASI DRUG …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33045/1/NABILAH... · tanpa obat, ketepatan pemilihan obat, dosis obat terlalu

50

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

3.2 Definisi Operasional

Tabel 3.1 Definisi Operasional

No Nama Variable Definisi

Operasional

Cara

Pengukuran

Skala

ukur

Kategori

1 Karakteristik

Pasien :

1) Jenis

kelamin

2) Usia

Pediatri

1) Kondisi fisik

yang

menentukan

status

seseorang laki-

laki atau

perempuan

2) Lamanya

hidup

seseorang

dilihat dari

tanggal lahir

atau ulang

tahun terakhir.

membaca data

rekam medik

pasien

membaca data

rekam medik

pasien

Nominal

Rasio

0: laki-laki

1:perempuan

2-12 tahun

(Prest, 2003)

2 Penyakit

Penyerta

a. Deman

b. TBC

c. Mual

d. Demam

tifoid

e. kejang

Penyakit lain

selain diare akut

yang dialami oleh

pasien.

Melihat data

rekam medis

pasien

Nominal 0: Tidak

Terdapat

Penyakit

Penyerta

1: Terdapat

Penyakit

Penyerta

Page 68: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA IDENTIFIKASI DRUG …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33045/1/NABILAH... · tanpa obat, ketepatan pemilihan obat, dosis obat terlalu

51

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

f. ISPA

g. DHF

h. Hipokalemia

i. Pneumonia

j. Diabetik

3 Obat Diare Akut

Pediatri:

a. Oralit

b. Zinc

c. Antibiotik

d. Probiotik

Obat yang

digunakan dalam

pengobatan diare

akut baik itu obat-

obatan kimiawi

ataupun non

kimiawi.

Dengan

membaca data

rekam medik

pasien

Pasien

mendapat

pengobatan

Diare akut

4 Drug Related

Problems

Masalah yang

timbul karena

penggunaan obat-

obat diare akut

pediatri yang

telah diresepkan.

Berupa :

Ketidaktepatan

pemilihan obat

Indikasi tanpa

obat

Obat tanpa

indikasi

Dosis obat

melebihi dosis

terapi

Dosis obat

Dengan

melihat rekam

medik pasien

Nominal 1: Terjadi

DRPs

0: Tidak

terjadi DRPs

Page 69: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA IDENTIFIKASI DRUG …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33045/1/NABILAH... · tanpa obat, ketepatan pemilihan obat, dosis obat terlalu

52

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

kurang dari

dosis terapi

Interaksi Obat.

5 Dosis Takaran obat

dengan jumlah

tertentu yang

diberikan kepada

pasien diare akut

pediatri.

Dengan

melihat catatan

rekam medik

pasien,

Dikatakan

tepat dosis,

jika dosis yang

diberikan

sesuai dengan

dosis yang ada

di

formularium.

Dikatakan

tidak tepat

dosis jika dosis

yang diberikan

kurang atau

melebihi dosis

yang terdapat

pada

formularium.

Nominal 0 : Tepat

Dosis

1 : Tidak

Tepat dosis

6 Interaksi Obat Keadaan yang

terjadi ketika kita

menggunakan 2

atau lebih jenis

obat.

Melihat

referensi pada

Drugs.com,

Medscape,

,Pediatric

Dossage

Nominal 1 : Terdapat

interaksi obat

2 : Tidak

terdapat

Interaksi obat

Page 70: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA IDENTIFIKASI DRUG …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33045/1/NABILAH... · tanpa obat, ketepatan pemilihan obat, dosis obat terlalu

53

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Handbook dan

Drug

Information

Handbook.

7 Indikasi tanpa

obat

Pasien pengalami

indikasi namun

tidak diberikan

obat untuk

indikasi tersebut.

Melihat data

rekam medik

pasien.

Nominal 1: Terdapat

indikasi

tanpa obat

2: Tidak

terdapat

indikasi

tanpa obat.

8 Obat tanpa

indikasi

Pasien

menggunakan

obat yang tidak

sesuai dengan

indikasi

penyakitnya

(Cipolle, dkk,

dikutip dalam

depkes RI,2005).

Melihat data

rekam medik

pasien,

kemudian

dibandingkan

dengan

Guidlines

penyakit diare

pada anak.

Nominal 1: Terdapat

Obat Tanpa

Indikasi

2: Tidak

Terdapat

Obat Tanpa

Indikasi.

9 Ketidaktepatan

pemilihan obat

Pasien menerima

obat yang tidak

efektif mengobati

penyakitnya.

Dengan

melihat data

rekam medik

pasien,

kemudian

dibandingkan

dengan

Guidlines

penyakit diare

pada anak.

Nominal 1: Tepat obat

2: Tidak

tepat obat

Page 71: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA IDENTIFIKASI DRUG …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33045/1/NABILAH... · tanpa obat, ketepatan pemilihan obat, dosis obat terlalu

54 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

BAB 4

METODOLOGI PENELITIAN

4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian

4.1.1 Lokasi Penelitian

Penelitian dilaksanakan di Rumah Sakit “X” di Kota Tangerang Selatan,

Banten 15417.

4.1.2 Waktu Penelitian

Pengambilan data penelitian dilaksanakan pada bulan Januari sampai

dengan Juni 2016.

4.2 Desain Penelitian

Desain penelitian yang digunakan adalah desain penelitian cross sectional,

yaitu pengumpulan data variabel untuk mendapatkan gambaran evaluasi Drug

Related Problems pada pasien diare akut pediatri, diharapkan dengan desain

penelitiaan ini tujuan pengambilan data dapat tercapai.

4.3 Populasi dan Sampel Penelitian

4.3.1 Populasi

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh pasien diare akut anak yang

diarawat inap di RS “X” di Kota Tangerang Selatan periode Januari-Desember

2015 yaitu sebanyak 98 sampel.

4.3.2 Sampel

Sampel dalam penelitian ini adalah bagian dari populasi yang memenuhi

kriteria inklusi dan ekslusi yaitu sebanyak 40 sampel, sehingga besar sampel

dalam penelitian ini adalah sebanyak 40 sampel. Teknik pengambilan sampel

yang digunakan adalah total sampling, yaitu semua rekam medis pasien yang

memenuhi kriteria inklusi dan ekslusi diambil sebagai penelitian.

Page 72: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA IDENTIFIKASI DRUG …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33045/1/NABILAH... · tanpa obat, ketepatan pemilihan obat, dosis obat terlalu

55

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

4.3.2.1 Kriteria Inklusi Sampel

Kriteria inklusi adalah kriteria dimana subjek penelitian dapat mewakili

dalam sampel penelitian, memenuhi syarat sebagai sampel. Kriteria inklusi untuk

sampel kasus dalam penelitian ini ialah :

1) Pasien diare akut anak yang dirawat inap di Rumah Sakit “X” di Kota

Tangerang Selatan pada bulan Januari- Desember 2015.

2) Pasien anak usia 2-12 tahun.

3) Pasien dengan rekam medik yang lengkap.

4) Pasien dengan diare yang disebakan karena infeksi bakteri dan jamur.

4.3.2.2 Kriteria Eksklusi Sampel

Kriteria ekslusi merupakan keadaan yang menyebabkan subjek tidak dapat

diikutsertakan dalam penelitian. Adapun yang termasuk kriteria eksklusi adalah:

1) Pasien yang tidak memiliki rekam medis lengkap dan jelas. Lengkap dan

jelas seperti terdapat nomor rekam medis,identitas pasien (nama, jenis

kelamin, dan usia), tanggal perawatan pasien.

2) Pasien pulang paksa.

3) Pasien dengan diare karena alergi dan virus.

4.4 Metode Pengumpulan Data

Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini menggunakan metode

retrospektif yaitu dengan menggunakan data rekam medik pasien meliputi :

a. Kriteria Pasien:

1. Nama Pasien

2. Jenis kelamin

3. Usia Pasien

4. Berat badan pasien

5. Penyakit penyerta

6. Nomor rekam medik pasien

7. Diagnosa penyakit, riwayat penyakit pasien dan

keluhan pasien

Page 73: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA IDENTIFIKASI DRUG …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33045/1/NABILAH... · tanpa obat, ketepatan pemilihan obat, dosis obat terlalu

56

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

8. Tanggal perawatan

b. Data Penggunaan Obat, yaitu:

1. Obat diare akut infeksi

2. Obat lain

3. Dosis obat

4.5. Prosedur Penelitian

4.5.1 Persiapan

1. Pembuatan dan penyerahan surat permohonan izin pelaksanaan

penelitian dari Program Studi Farmasi Fakultas Kedokteran dan Ilmu

Kesehatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta kepada Kepala Instalasi

RS “X” di Kota Tangerang Selatan.

2. Penyerahan surat persetujuan penelitian dari RS”X” di Kota Tangerang

Selatan kepada Program Studi Farmasi Fakultas Kedokteran dan Ilmu

Kesehatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

4.5.2 Pengolahan Data

1. Editing data.

Sebelum melakukan penilaian pada data mentah, terlebih dahulu

dilakukan pemeriksaan kembali kebenaran data yang diperoleh dan

mengeluarkan data yang tidak memenuhi kriteria penelitian.

2. Coding data.

Coding berupa kegiatan pemberian kode numerik (angka) terhadap

data yang terdiri atas beberapa kategori. Penelitian melakukan coding

terhadap data yang terpilih dari proses seleksi untuk mempermudah

analisis di program Microsoft Excel.

3. Entry data.

Setelah dilakukan coding lalu data dimasukan ke dalam program

Microsoft Excel dalam bentuk tabel.

Page 74: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA IDENTIFIKASI DRUG …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33045/1/NABILAH... · tanpa obat, ketepatan pemilihan obat, dosis obat terlalu

57

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

4. Cleaning data.

Data yang sudah dimasukan diperiksa kembali sebelum dilakukan

analisis lebih lanjut, untuk menghindari terjadinya ketidaklengkapan

atau kesalahan data.

4.6 Analisis Data

Analisis data yang dilakukan menggunakan program Microsoft Excel 2010

dan program SPSS (Statistical Package for the Social Sciences). Variabel

dianalisis dengan menggunakananalisa univariat dan bivariat.

4.6.1 Analisis Univariat.

Analisis univariat adalah analisis yang digunakan untuk menganalisis

setiap variabel (terikat maupun bebas) yang akan diteliti secara deskriptif

(Notoatmodjo,2003). Tujuannya adalah untuk melihat sebaran data setiap

variabel. Adapun analisis data dengan menggunakan analisis univariat adalah:

1) Karakteristik pasien:

a. Usia

b. Jenis kelamin

c. Penyakit penyerta

2) Penggunaan obat diare akut infeksi

4.6.2 Analisis bivariat.

Analisis bivariat adalah analisa yang dilakukan terhadap dua variabel yang

diduga berhubungan / berkorelasi dan untuk melihat kemaknaan antara variabel.

Adapun pengolahan data dengan menggunaan analisis bivariat adalah penggunaan

obat diare akut infeksi dan Penyakit Penyerta terhadap Drug Related Problems

(DRPs) yang meliputi indikasi tanpa obat, obat tanpa indikasi, ketidaktepatan

pemilihan obat, dosis dibwah dosis terapi, dosis melebihi dosis terapi dan

interaksi obat.

Page 75: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA IDENTIFIKASI DRUG …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33045/1/NABILAH... · tanpa obat, ketepatan pemilihan obat, dosis obat terlalu

58 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

BAB 5

HASIL DAN PEMBAHASAN

5.1 Hasil Penelitian

5.1.1 Karakteristik Pasien

Demografi pasien meliputi jenis kelamin, usia, dan jenis penyakit

penyerta. Evaluasi Drug Related Problems pada pasien yang digambarkan secara

deskriptif dalam bentuk persentase. Jumlah pasien diare akut di RS “X” di Kota

Tangerang Selatan, terdapat 98 pasien anak yang menderita diare akut karena

infeksi dengan dan tanpa penyakit penyerta, dan didapat 40 pasien yang masuk

kriteria inklusi dan ekslusi. Dalam penelitian ini, pasien yang memenuhi kriteria

inklusi adalah pasien rawat inap anak dengan diare akut infeksi yang memiliki

rekam medik yang lengkap.

Tabel 5.1 Karakteristik Pasien Penyakit Diare Akut Infeksi di RS “X” di Kota

Tangerang Selatan Periode Januari-Desember 2015, Berdasarkan

Jenis Kelamin.

Karakteristik Pasien N Presentase (%)

Berdasarkan Jenis Kelamin

Laki-laki 24 60

Perempuan 16 40

Total 40 100

Berdasarkan Usia Pasien

2-5 tahun 36 90

6-12 tahun 4 10

Total 40 100

Berdasarkan penyakit penyerta

Status penyakit penyerta

Tanpa penyakit penyerta 23 57,50

Dengan penyakit penyerta 17 42,50

Total 40 100

Page 76: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA IDENTIFIKASI DRUG …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33045/1/NABILAH... · tanpa obat, ketepatan pemilihan obat, dosis obat terlalu

59

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Jenis penyakit penyerta

Kejang Demam Kompleks

(KDK)

8 47,05

Anemia 3 17,64

Tuberculosis 2 11,76

Infeksi Saluran Pernafasan

Atas (ISPA)

1 5,88

Diabetik 1 5,88

Hiperpirexia 1 5,88

Demam tifoid 1 5,88

Total 17 100

Berdasarkan tabel diatas, dapat dilihat bahwa pasien anak yang menderita

diare akut karena infeksi yang paling banyak adalah pasien anak dengan jenis

kelamin laki-laki yaitu sebanyak 24 pasien (60 %) sedangkan yang berjenis

kelamin perempuan hanya sebanyak 16 pasien (40%). Pasien anak yang menderita

diare akut karena infeksi yang paling didominasi usia 1-5 tahun yaitu sebanyak 36

pasien (90 %) sedangkan sisanya anak usia 6-12 tahun hanya sebanyak 4 pasien

(10 %). Jenis penyakit penyerta yang paling banyak terjadi pada pasien anak yang

menderita diare akut infeksi di instalasi rawat inap RS “X” di Kota Tangerang

Selatan adalah Kejang Demam Kompleks (KDK) yaitu sebanyak 8 pasien

(47,05%), diikuti anemia sebanyak 3 pasien (17,64%), tuberculosis sebanyak 2

pasien (11,76%) serta penyakit lainnya yang berada dibawah 10% (ISPA,

diabetik, hiperpirexia dan demam tifoid).

5.1.2 Penggunaan Obat Pada Pasien Diare Akut Infeksi

Profil penggunaan obat pada pasien anak rawat inap yang menderita diare

akut dengan dan tanpa penyakit penyerta di RS “X” di Kota Tangerang Selatan

dapat dilihat pada tabel berikut:

Page 77: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA IDENTIFIKASI DRUG …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33045/1/NABILAH... · tanpa obat, ketepatan pemilihan obat, dosis obat terlalu

60

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Tabel 5.2 Data Distribusi Penggunaan Obat Pasien Diare Akut Infeksi di RS “X”

di Kota Tangerang Selatan Periode Januari- Desember 2015.

Golongan Terapi Obat N Presentase (%)

1 Obat diare akut Infeksi

Cairan Rehidrasi Oral

Oralit

13

5,01

Cairan Rehidrasi Parenteral

IVFD KaEN 3B

IVFD Ringer Laktat

IVFD Asering

25

5

5

9,65

1,93

1,93

Antibiotik

Cefotaxime

Gentamycin

Ceftriaxone

Metronidazole

Meropenem

Cefixime

3

1

26

5

1

1

1,1

0,38

10,03

1,93

0,38

0,38

Probiotik 40 15,44

Suplemen Zinc 39 15,05

2 Obat Lain

Diazepam

Candistatin

Ambroxol

Paracetamol

Ondancentron

KSR

Methisoprinol

Omeprazole

Dexamethasone

Phenytoin

Phenobarbital

Ranitidine

9

4

3

28

23

4

5

1

2

2

1

8

3,47

1,54

1,15

10,81

8,88

1,54

1,93

0,38

0,77

0,77

0,38

3,08

Page 78: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA IDENTIFIKASI DRUG …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33045/1/NABILAH... · tanpa obat, ketepatan pemilihan obat, dosis obat terlalu

61

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa pasien anak yang menderita diare

akut karena infeksi, obat yang paling banyak digunakan adalah probiotik yaitu

lacto B sebanyak 40 pasien (15,44%) lalu penggunaan suplemen zinc yang

digunakan 39 pasien (15,05%), dan sebanyak 37 pasien menggunakan obat

golongan antibiotik (cefotaxime 3+ gentamicin 1+ ceftriaxone 26 + metronidazole

5 + meropenem 1 + cefixime 1) (14,2%) untuk penggunaan obat lainnya dibawah

11%. Selengkapnya dapat dilihat pada tabel 5.2.

5.1.2.1 Jumlah Penggunaan Obat

Berdasarkan profil penggunaan obat yang digunakan oleh pasien anak

dengan diare akut karena infeksi dengan dan tanpa penyakit penyerta pada bulan

Januari sampai dengan Desember 2015 bahwa total penggunaan obat selama

dirawat inap sebanyak 259 jenis obat. Terdapat pengelompokan jenis penggunaan

obat yang terdapat pada tabel 5.3.

Tabel 5.3 Data Distribusi Jenis Penggunaan Obat Pasien Anak Diare Akut Infeksi

di Instalasi Rawat Inap RS “X” di Kota Tangerang Selatan Periode

Januari-Dsemeber 2015

Ferriz

Furosemide

Captopril

Spironolactone

1

2

1

1

0,38

0,77

0,38

0,38

Total 259 100

Jenis Penggunaan Obat Pasien Jumlah Pasien

1-5 obat 11

6-10 obat 28

>10 obat 1

Total 40

Page 79: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA IDENTIFIKASI DRUG …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33045/1/NABILAH... · tanpa obat, ketepatan pemilihan obat, dosis obat terlalu

62

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Dari Tabel 5.3 dapat dilihat jumlah penggunaan obat pada pasien anak

yang menderita diare akut infeksi dengan dan tanpa penyakit penyerta selama

dirawat. Jumlah penggunaan obat 6-10 obat merupakan jenis obat yang paling

banyak diterima pasien yaitu sebanyak 28 pasien, diikuti jenis obat 1 – 5 obat

sebanyak 11 pasien dan sebanyak 1 pasien yang menerima jenis obat > 10 obat.

Jumlah seluruh obat yang diterima oleh 40 pasien anak yang menderita diare akut

dengan dan tanpa penyakit penyerta yang dianalisa adalah sebanyak 259 terapi

obat (Tabel 5.2).

5.1.3 Drug Reated Problems (DRPs)

Evaluasi Drug Related Problems (DRPs) pada pasien digambarkan secara

deskriptif dalam bentuk presentase. Kejadian Drug Related Problems (DRPs)

pada pasien anak diare akut karena infeksi dengan dan tanpa penyakit penyerta di

RS “X” di Kota Tangerang Selatan dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 5.4 Data Distribusi Pasien Berdasarkan Kategori DRPs Pada Pasien Anak

Diare Akut Infeksi di RS “X” di Kota Tangerang Selatan Periode

Januari- Desember 2015

Kategori DRPs Pasien

(N=40)

Presentase (%)

Frekuensi

(N=93)

Presentase (%)

Obat Tanpa Indikasi 6 15 9 9,67

Indikasi Tanpa Obat 8 20 8 8,60

Ketidaktepatan Pemilihan

Obat

2 5 2 2,15

Ketidaktepatan

Penyesuaian Dosis

a. Dosis obat melebihi

dosis terapi

b. Dosis obat kurang dari

dosis terapi

21

12

52,50

30

28

17

30,10

18,27

Interaksi Obat 12 30 29 31,18

Total 93 100

Page 80: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA IDENTIFIKASI DRUG …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33045/1/NABILAH... · tanpa obat, ketepatan pemilihan obat, dosis obat terlalu

63

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Hasil dari tabel diatas terlihat bahwa kategori DRPs yang paling tinggi

adalah interaksi obat sebesar 31,18% lalu dosis obat melebihi dosis terapi sebesar

30,10%, diikuti dosis obat kurang dari dosis terapi sebesar 18,27%, obat tanpa

indikasi sebesar 9,67%, indikasi tanpa obat sebesar 8,60% dan untuk

ketidaktepatan pemilihan obat sebesar 2,15%.

5.1.4 Hasil Analisa Bivariat

5.1.4.1 Analisa Hubungan Antara Jumlah Penyakit Penyerta dengan DRPs

Berdasarkan analisis hubungan penyakit penyerta dengan DRPs

menggunakan metode Chi-Square dapat dilihat pada tabel dibawah ini:

Gambar 5.1 Hasil Analisis Hubungan Antara Penyakit Penyerta dengan DRPs

Pada Pasien Diare Akut Infeksi di RS “X” di Kota Tangerang

Selatan Periode Januari- Desember 2015.

Penyakit penyerta

Kejadian DRPs

Nilai P

Tidak terjadi DRPs Terjadi DRPs

N % N %

Tanpa penyakit

penyerta

8 40 12 60

0,028 Dengan penyakit

penyerta

2 10 18 90

Total 10 25 30 75

Dari gambar 5.1 Menunjukkan bahwa pengaruh penyakit penyerta

terhadap DRPs dengan menggunakan metode Chi-Square didapatkan P = 0,028

(P< 0,05), maka diperoleh kesimpulan bahwa terdapat hubungan yang signifikan

antara penyakit penyerta dengan DRPs.

5.1.4.2 Analisis Hubungan Antara Jumlah Obat dengan DRPs

Berdasarkan analisis hubungan jumlah obat dengan DRPs menggunakan

metode Chi-Square dapat dilihat pada gambar dibawah ini:

Page 81: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA IDENTIFIKASI DRUG …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33045/1/NABILAH... · tanpa obat, ketepatan pemilihan obat, dosis obat terlalu

64

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Gambar 5.2 Hasil Analisis Hubungan Antara Jumlah Penggunaan Obat dengan

DRPs di RS “X” di Kota Tangerang Selatan periode Januari-

Desember 2015.

Jumlah Obat

Kejadian DRPs

Nilai P

Tidak terjadi DRPs Terjadi DRPs

N % N %

1-5 obat 5 50 5 50

0,100

6-10 obat 5 17,2 24 82,8

> 10 obat 0 0 1 100

Total 10 25 30 75

Dari gambar 5.2 Menunjukkan bahwa pengaruh jumlah jenis obat terhadap

DRPs dengan menggunakan metode Chi-Square didapatkan P = 0,100 (P > 0,05),

maka diperoleh kesimpulan bahwa tidak ada hubungan yang signifikan antara

jumlah jenis obat dengan kejadian DRPs.

5.2 Pembahasan

5.2.1 Karakteristik Pasien

Berdasrkan tabel 5.1, pasien anak yang menderita diare akut karena infeksi

yang paling banyak adalah anak dengan jenis kelamin laki-laki, hasil penelitian ini

sesuai dengan penelitian yang dilakukan Santoso (2005) yang menyatakan bahwa

resiko kesakitan diare pada anak perempuan lebih rendah dibandingkan dengan

anak laki-laki. Penelitian yang dilakukan oleh La Ode (2014) di daerah Kendari

menunjukan bahwa sebagian besar yang menderita diare adalah anak dengan jenis

kelamin laki-laki yaitu sebesar 65,8% sedangkan untuk anak perempuan yang

menderita diare hanya sebesar 29,78%. Penelitian serupa dilakukan oleh Iswari

Yeni pada tahun 2011 dengan besar sampel sebanyak 108 responden, sebagian

besar anak yang menderita diare akut karena infeksi berjenis kelamin laki-laki

dengan 72 pasien (66,7%). Hasil dari ketiga penelitian tersebut sama-sama

mengungkapkan bahwa diare lebih sering terjadi pada anak laki-laki hal tersebut

sejalan dengan hasil Riset Kesehatan Dasar (2013), dimana pasien diare akut lebih

banyak berjenis kelamin laki-laki yaitu sebesar (5,5%).

Page 82: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA IDENTIFIKASI DRUG …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33045/1/NABILAH... · tanpa obat, ketepatan pemilihan obat, dosis obat terlalu

65

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Berdasarkan hasil penelitian, usia pasien anak yang menderita diare akut

karena infeksi yang paling banyak adalah anak dengan usia 2-5 tahun yakni

sebanyak 36 pasien sedangkan sisanya anak dengan usia 6-12 tahun yaitu

sebanyak 4 pasien. Pada anak dengan kelompok usia 2-5 tahun rentan terkena

infeksi bakteri penyebab diare pada saat bermain di lingkungan yang kotor serta

melalui cara hidup yang kurang bersih. Selain itu hal ini terjadi karena secara

fisiologis sistem pencernaan pada anak belum cukup sempurna sehingga rentan

terkena penyakit saluran pencernaan seperti diare (Juffrie, 2010). Hasil penelitian

Sumali M.Atmojo (1998) menunjukan bahwa besar pengaruh umur anak terhadap

frekuensi kejadian diare hanya sebesar 8,77%. Hasil survei Demografi dan

Kesehatan Indonesia tahun 1991 (BPS, 1993) menemukan bahwa semakin muda

usia anak maka semakin besar kecenderungan terkena penyakit diare, kecuali pada

kelompok usia kurang dari 6 bulan, yang mungkin disebabkan makanan bayi

masih sangat tergantung pada Air Susu Ibu (ASI). Tingginya angka diare pada

anak yang berusia semakin muda dikarenakan semakin rendah usia anak maka

daya tahan tubuhnya terhadap infeksi penyakit terutama penyakit diare semakin

rendah, terlebih lagi jika status gizinya kurang dan berada pada lingkungan yang

kurang memadai (Sinthamurniwaty, 2006).

Berdasarkan tabel 5.1 penyakit penyerta terbanyak adalah KDK (Kejang

Demam Kompleks) yang diderita 8 pasien, kemudian diikut oleh anemia sebanyak

3 pasien, lalu TBC sebanyak 2 pasien. Kejang umumnya terjadi pada 24 jam

pertama dan berhubungan dengan infesi saluran pernafasan akut, infeksi saluran

kemih serta gangguna gastroenteritis. Penyakit gastroenteritis menimbulkan

manifestasi klinis yaitu demam, dan hal tersebut dapat memicu terjadinya kejang

karena peningkatan 1oC dapat mengakibatkan terjadinya peningkatan basal

metabolisme 10-15% dan juga peningkatan kebutuhan oksigen sehingga

mengganggu stabilitas membran sel. Ion Na+ pada keadaan normal lebih

mendominasi diluar sel karena kejadian demam pada tubuh sehingga ion Na+

berdifusi kedalam sel sehingga terjadilah depoarisasi yang memicu timbulnya

bangkitan kejang (Nugroho W, 2014).

Menurut United Nations International Childrens Emergency Fund

(UNICEF) pada tahun 1998, diare dapat memperberat kejadian anemia. Di

Page 83: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA IDENTIFIKASI DRUG …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33045/1/NABILAH... · tanpa obat, ketepatan pemilihan obat, dosis obat terlalu

66

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Indonesia anemia disebabkan karena kekurangan zat besi, penyakit diare dapat

mengganggu nafsu makan yang akhirnya dapat menurunkan tingkat konsumsi gizi

dan mengakibatkan kekurangan zat besi.

5.2.2 Penggunaan Obat Diare Akut Infeksi

Berdasarkan hasil penelitian pasien anak yang menderita diare akut

infeksi dengan dan tanpa penyakit penyerta paling banyak menggunakan zinc

probiotik dalam penanganan kasus diare akut infeksi.

Pada pasien yang menderita diare, dehidrasi merupakan gejala yang paling

sering dijumpai. Dehidrasi memicu gangguan kesehatan mulai dari gangguan

ringan seperti mudah mengantuk hingga penyakit berat seperti penurunan fungsi

ginjal. Pada awalnya anak akan merasa haus karena telah terjadi dehidrasi, bila

tidak ditolong dehidrasi akan bertambah berat dan timbul gejala-gejala diare. Oleh

karena itu pengobatan awal untuk mencegah dan mengatasi keadaan dehidrasi

sangat penting pada anak dengan diare. Pemberian cairan yang tepat dengan

jumlah yang memadai merupakan modal yang utama untuk mencegah dehidrasi.

Cairan harus diberikan sedikit demi sedikit dengan frekuensi sesering mungkin.

Hasil penelitian dari tabel 5.2 menunjukan bahwa pengobatan diare anak yang

menggunakan cairan rehidrasi oral sebanyak 13 pasien dan penggunaan cairan

rehidrasi secara parenteral sebanyak 35 pasien. Pemberian terapi cairan pengganti

merupakan pengobatan utama pada penyakit diare yaitu dengan menggunakan

cairan elektrolit (Depkes, 2010).

Pengobatan selanjutnya dengan pemberian terapi zinc, setelah penderita

diare diketahui derajat dehidrasinya maka pasien diberi tablet zinc yang berguna

untuk menguramhi lama dan tingkat keparahan diare, mengurangi volume air

besar, mengurangi volume tinja dan menurunkan kekambuhan diare pada tiga

bulan berikutnya (Fontaine, 2008). Hasil dari tabel 5.2 menunjukan pasien yang

menerima terapi zinc sebesar 39 pasien yang menerima terapi zinc. WHO dan

UNICEF merekomendasikan penggunaan zinc karena berdasarkan hasil penelitian

diketahui bahwa pengobatan diare dengan pemberian oralit disertai zinc lebih

efektif dan berdasarkan studi WHO selama lebih dari 18 tahun, manfaat zinc

Page 84: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA IDENTIFIKASI DRUG …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33045/1/NABILAH... · tanpa obat, ketepatan pemilihan obat, dosis obat terlalu

67

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

sebagai pengobatan diare adalah zinc dapat mengurangi prevalensi diare sebesar

34%, mengurangi durasi diare akut sebesar 20% (Kemenkes RI, 2011).

Sebanyak 40 pasien diberi terapi berupa probiotik. Berdasarkan penelitian

yang dilakukan Shinta Ken dkk tahun 2011 probiotik diketahui memiliki dampak

yang menguntungkan dalam pengobatan diare akut pada anak. Probiotik dapat

mengurangi frekuensi dan durasi diare dengan meningkatkan respon imun,

produksi substansi antimikroba dan menghambat pertumbuhan kuman patogen

penyebab diare, diharapkan dengan dampaknya terhadap sistem imunitas,

probiotik dapat dijadikan referensi sebagai terapi tambahan yang efektif pada

diare akut infeksi, mengurangi beban ekonomi dengan menurunkan frekuensi dan

durasi diare sehingga menurunkan lama rawat inap di rumah sakit.

Penggunaan antibiotik pada penderita diare akut infeksi dibutuhkan untuk

mengatasi infeksi yang disebabkan bakteri dan jamur. Pemberian antibiotik yang

tidak tepat dapat membunuh flora normal yang justru dibutuhkan tubuh. Anak

memiliki risiko mendapatkan efek merugikan lebih tinggi akibat infeksi bakteri

karena sistem imunitas anak yang belum berfungsi secara sempurna dan beberpa

antibiotik yang cocok digunakan pada dewasa belum tentu tepat jika diberikan

kepada anak-anak karena proses absorbsi, distribusi, metabolisme dan ekskresi

obat termasuk antibiotik berbeda pada anak dan orang dewasa, sehingga bisa

terjadi perbedaan respon terapeutik atau efek samping. Efek samping dari

penggunaan antibiotik yang tidak rasional adalah timbulnya gangguann fungsi

ginjal dan hati. Hal ini juga akan mengeluarkan biaya pengobatan yang

seharusnya tidak diperlukan (Kemenkes, 2011). Hasil penelitian menunjukan

jenis antibiotik yang ditunjukan untuk terapi diare yaitu paling banyak diberikan

adalah ceftriaxone sebanyak 26 pasien dan metronidazole sebanyak 5 pasien.

Penggunaan antibiotik yang tidak tepat baik dalam hal indikasi, maupun cara

pemberian akan merugikan penderita serta dapat menimbulkan efek samping. Hal-

hal yang perlu diperhatikan adalah pemberian dosis yang tepat bagi anak-anak

dengan cara memperhaikan keadaan patofisiologi pasien secara tepat, diharapkan

dapat memperkecil edek samping yang akan terjadi (Prest, 2003).

Page 85: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA IDENTIFIKASI DRUG …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33045/1/NABILAH... · tanpa obat, ketepatan pemilihan obat, dosis obat terlalu

68

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

5.2.2.1 Jumlah Penggunaan Obat Diare Akut Infeksi

Pasien diare akut selama dirawat tidak hanya menerima obat untuk

mengurangi gejalanya tetapi juga obat lain untuk mengatasi masalah penyakit

penyerta dan keluhan lain yang dialami pasien diare akut, sehingga jumlah obat

yang digunakan oleh pasien bervariasi. Penggunaan obat yang lebih dari satu yang

diterima oleh pasien dapat disebut dengan polifarmasi, penggunaan obat lebih dari

satu dapat menyebabkan masalah ketidaksesuaian pengobatan seperti interaksi

obat, ketidakpatuhan pasien dan efek samping obat yang tidak diinginkan (Hajar,

dkk.,2007).

Contoh pada pasien nomor 31 yang menggunakan 10 obat selama

perawatan. Pada pasien tersebut, banyak terjadi interaksi obat seperti yang terlihat

pada lampiran, salah satu obat yang menimbulkan interaksi obat adalah

fenobarbital dengan obat fenitoin dimana Fenobarbital akan menghambat

metabolisme dari fenitoin dengan menginduksi enzim CYP450 sehingga

mengakibatkan penurunan aktivitas fenitoin.

5.2.3 Drug Related Problems (DRPs)

Pharmaceutical Care Network Europe (PCNE) mendefinisikan Drug

related problems (DRPs) adalah suatu kondisi kejadian terkait dengan terapi obat

yang secara nyata atau potensial mengganggu hasil klinis kesehatan yang

diinginkan (PCNE, 2010). Pada pemberian terapi untuk pasien anak yang

menderita diare akut karena infeksi dengan dan tanpa penyakit penyerta

cenderung mengalami DRPs karena pada pasien anak faktor fisiologis yang belum

sempurna sehingga membutuhkan perhatian khusus dalam pemberian obat-obatan.

Pada masalah ini, peran farmasi sangat dibutuhkan untuk meminimalisir

terjadinya DRPs pada penggunaan obat. Evaluasi DRPs sangat mendukung untuk

menghindari terjadinya DRPs, evaluasi ini bertujuan untuk menjadmin

pengobatan yang diberikan kepada pasien dapat mencapai efek terapi dan pasien

mendapat pengobatan yang aman, berkhasiat dan bermutu (Sari Novita, 2015).

Evaluasi DRPs terdiri dari beberapa kategori yaitu: ketidaktepatan pemilihan obat,

dosis obat kurang, dosis obat berlebih, indikasi tanpa obat, obat tanpa indikasi,

interaksi obat, dan ketidakpatuhan pasien. Namun, pada penelitian ini tidak

dilakukan evaluasi kategori ketidakpatuhan pasien dikarenakan penelitian ini

Page 86: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA IDENTIFIKASI DRUG …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33045/1/NABILAH... · tanpa obat, ketepatan pemilihan obat, dosis obat terlalu

69

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

bersifat retrospektif. Pada evaluasi DRPs, pasien dikatakan mengalami DRPs pada

pengobatannya jika pasien mengalami salah satu dari kategori DRPs tersebut.

Pasien dikatakan tidak mengalami DRPs jika seluruh obat yang digunakan oleh

pasien tidak satupun mengalami DRPs. Gambaran penilaian evaluasi DRPs

berdasarkan pemberian obat pada pasien anak yang menderita diare akut infeksi

dengan dan tanpa penyakit penyerta di RS “X” di Kota Tangerang Selatan dapat

dilihat pada tabel 5.4.

Berdasarkan hasil penelitian oleh Septiani (2015) mengenai evaluasi

penggunaan obat pada pasien anak terkena diare pada pasien rawat inap di Rumah

Sakit X tahun 2014 diketahui bahwa dari 69 pasien yang termasuk kriteria inklusi

terdapat 32 kasus yang tidak tepat dosis yaitu kategori dosis kurang dari dosis

terapi sebanyak 28 kasus (40,48%) dan kategori dosis lebih dari dosis terapi

sebanyak 4 kasus (5,79%).

Penelitian serupa dilakukan La Ode (2014) di Rumah Sakit Bhayangkara

Kendari Sulawesi Tenggara pada tahun 2013 menunjukan bahwa DRPs yang

paling banyak terjadi adalah kejadian tidak tepat indikasi 19 kasus (46,3%).

DRPs lain berturut-turut adalah dosis obat terlalu tinggi sebanyak 8 kasus

(19,5%), dosis terlalu rendah sebanyak 4 kasus (9,7%).

Berdasarkan data DRPs pasien anak yang menderita diare akut karena

infeksi dengan dan tanpa penyakit penyerta di instalasi rawat inap RS “X” di Kota

Tangerang Selatan dapat dilihat bahwa jumlah DRPs yang paling banyak terjadi

adalah interaksi obat, hal ini tidak sejalan dengan penelitian yang dilakukan

Marselin (2008) di Rumah Sakit Bethesda Yogyakarta pada tahun 2007

menunjukan bahwa dari 32 pasien anak yang menderita diare, kejadian DRPs

yang paling banyak adalah kategori obat tanpa indikasi sebanyak 31 pasien

(98,87%), lalu kategori interaksi obat sebanyak 24 pasien (75%), dosis terlalu

rendah sebanya 11 pasien (34,375%), dan dosis terlalu tinggi sebanyak 2 pasien

(6,25%).

Page 87: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA IDENTIFIKASI DRUG …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33045/1/NABILAH... · tanpa obat, ketepatan pemilihan obat, dosis obat terlalu

70

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

5.2.3.1 DRPs Ketidaktepatan Pemilihan Obat

Ketidaktepatan pemilihan obat adalah suatu keadaan dimana pasien

mendapatkan terapi obat yang tidak tepat seperti obat bukan yang paling efektif,

pasien alergi atau kontraindikasi dan tidak sesuai dengan kondisi patologi pasien

(Sari Novita, 2015).

Hasil dari penelitian menunjukan terdapat 2 pasien yang mengalami

ketidaktepatan pemilihan obat yaitu pada pasien nomor 23 dan 25, berdasarkan

hasil uji laboratorium feses, pasien mengalami diare yang disebakan oleh jamur,

namun obat yang diberikan adalah cefotaxime, dimana mcefotaxime merupakan

antibiotik golongan cephalosporin generasi 3 untuk mengobati diare karena

infeksi bakteri. Seharusnya pasien menerima obat antifungal yaitu fluconazole

sesuai dengan formularium rumah sakit RS “X” kota Tangerang Selatan.

Fluconazole digunakan untuk candida species, cryptosporus neoformans dan

aspergillus dengan dosis 3 mg/kg/hari untuk mucosal candidosis dan 6-12

mg/kg/hari untuk systemic candidosis dan cryptococcosis (Richardson

Malcolm,Brian Jones, 2007).

5.2.3.2 DRPs Obat Tanpa Indikasi

Obat tanpa indikasi adalah suatu keadaan dimana pasien memperoleh

terapi obat yang tidak sesuai dengan indikasi penyakit yang dideritanya. Pasien

dapat didiagnosa menderita diare akut yang disebabkan oleh berbagai faktor,

secara umum faktor resiko diare pada dewasa yang sangat berpengaruh terjadinya

penyakit diare yaitu faktor lingkungan ( tersedianya air bersih, jamban keluarga,

pembunagan sampah, pembuangan air limbah), prilaku hidup bersih dan sehat,

kekebalan tubuh, infeksi saluran pencernaan, alergi, malabsorbsi, keracunan, gizi,

keadaan sosial ekonomi serta sebab lain. Sedangkan faktor resiko terjadinya diare

selain faktor intrinsik dan ekstrinsik juga sangat dipengaruhi oleh prilaku ibu atau

pengasuhnya, karena untuk anak yang usianya kurang dari 5 tahun belum bisa

menjaga dirinya sendiri dan sangat tergantung pada lingkungannya, jadi apabila

ibu dari anak atau pengasuh anak tidak dapat mengasuh anak dengan baik dan

sehat, maka kejadian diare pada anak tidak dapat dihindari (Depkes RI, 2002).

Page 88: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA IDENTIFIKASI DRUG …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33045/1/NABILAH... · tanpa obat, ketepatan pemilihan obat, dosis obat terlalu

71

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Penilaian untuk mendiagnosa pasien diare akut pertama-tama adalah

dengan melakukan pengamatan mengenai derajat dehidrasinya, untuk menentukan

pengobatan diare yang tepat berdasarkan derajat dehidrasinya, setelah itu

dilakukan pemeriksaan laboratorium. Pemeriksaan laboratorium lengkap pada

diare akut umumnya tidak diperlukan, hanya pada keadaan tertentu seperti diare

dengan penyebab dasar yang tidak diketahui atau pada penderita dengan dehidrasi

berat (Juffrie, 2010). Pemeriksaan feses baik makroskopik maupun mikroskopik

dapat dilakukan untuk menentukan diagnosa yang pasti. Secara makroskopik

harus diperhatikan bentuk, warna feses, ada tidaknya darah, lendir dan lain-lain.

Pemeriksaan mikroskopik untuk melihat ada tidaknya leukosit, eritrosit, telur

cacing, parasit, bakteri dan lain-lain (Hadi, 2002). Pada diare akut yang

disebabkan karena infeksi terdapat gejala-gejala yang umum terjadi seperti

muntah, demam, nyeri perut dan juga kejang sehingga pasien biasanya menerima

obat-obatan tambahan untuk menangani gejala tersebut.

Berdasarkan hasil dari penelitian, terdapat 8 obat yang diberikan tanpa

indikasi, pasien nomor 1, 33 dan 34 menerima obat batuk berupa ambroxol selama

perawatan tanpa adanya indikasi dan keluhan batuk pada pasien tersebut baik

ketika pasien pertama kali masuk dan ketika masa perawatan di Rumah Sakit.

Pada pasien nomor 17 pasien didiagnosa menderita diare karena infeksi bakteri

dengan gejala demam naik turun, dan BAB lebih dari 3x sehari, pasien tidak

mengeluh mual dan muntah tapi terdapat obat mual muntah yang diberikan pada

pasien yaitu pasien diberikan ondansetron sebagai obat untuk mual dan muntah.

5.2.3.3 DRPs Indikasi Tanpa Obat

Indikasi tanpa obat adalah pemberian terapi tambahan pada pasien atas

dasar diagnosa yang ditegakan, sesuai dengan diagnosa yang tercantum di rekam

medik. Penilaian analisa DRPs indikasi tanpa obat pada pasien anak yang

menderita diare akut dengan dan tanpa penyakit penyerta didasarkan pada

diagnosa masuk pasien, kondisi pasien selama proses perawatan di rumah sakit,

hasil uji laboratorium dan hasil uji feses. Pasien dikatakan butuh tambahan obat

jika obat yang diterima pasien kurang lengkap dan kurang sesuai dengan keluhan

Page 89: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA IDENTIFIKASI DRUG …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33045/1/NABILAH... · tanpa obat, ketepatan pemilihan obat, dosis obat terlalu

72

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

pasien, hasil diagnosa pasien ketika masuk untuk dirawat di instalasi rawat inap

dan juga hasil uji laboratorium pasien.

Diare pada anak selain disebabkan oleh virus juga disebabkan oleh infeksi

bakteri dan jamur. Penyebab diare berupa infeksi masih menjadi permasalahan

yang serius di negara berkembang, diare akut karena infeksi dapat disertai

keadaan muntah-muntah atau demam, nyeri perut atau kejang perut. Pemberian

antibiotik adalah cara untuk menanggulangi diare yang disebabkan oleh infeksi

bakteri dan jamur, pemberian antibiotik diindikasikan pada pasian dengan gejala

dan tanda diare infeksi seperti demam, feses berdarah, leukosit pada feses, dan

diare pada pelancong (Zein. U, 2004).

Menurut Kemenkes RI tahun 2011, pemberian antibiotik tanpa indikasi

untuk penderita diare pada tahun 2009 masih tergolong tinggi, dan provinsi

dengan jumlah penderita diarenya diberi antibiotik adalah Aceh, Lampung dan

Papua Barat masing-masing sebesar 100%, sementara provinsi dengan jumlah

penderita diare yang diberi antibiotik terendah adalah provinsi Sumatera Barat

(45,6%).

Hasil analisa data deskriptif pada tabel 5.4 menunjukan sebanyak 8 pasien

yang mengalami indikasi tanpa obat. Terdapat beberapa jenis obat yang

dibutuhkan pada pasien diare akut yang mengalami DRPs indikasi tanpa obat

diantaranya obat antibiotik antibakteri, obat batuk, dan antiemetik. Berdasarkan

hasil laboratorium masing-masing dari pasien nomor 6,7,8,18 dan 33 diketahui

bahwa pasien menderita diare akut karena infeksi bakteri. Penggunaan obat yang

diberikan pada pasien masih belum efektif karena pasien tidak diberikan terapi

antibiotik untuk mengobati infeksi bakteri yang diderita pasien, pemilihan

antibiotik yang sesuai untuk pasien dengan infeksi bakteri adalah antibiotik

chephalosporin generasi ketiga seperti ceftriaxone, cefixime, cefotaxime dan

meropenem. Sedangkan untuk pasien dengan nomor 10 pasien didiagnosa

menderita diare akibat infeksi bakteri, dengan gejala demam, BAB berair lebih

dari 3x sehari dan juga muntah, dimana muntah dan demam merupakan salah satu

gejala diare yang disebabkan karena infeksi, namun pasien tidak diberikan obat

antiemetik seperti ondansetron untuk menangani gejala mual muntah tersebut.

Pemilihan ondansetron dibandingkan dengan domperidone dalam mengatasi mual

Page 90: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA IDENTIFIKASI DRUG …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33045/1/NABILAH... · tanpa obat, ketepatan pemilihan obat, dosis obat terlalu

73

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

dan muntah pada anak karena ondansetron tersedia secara oral atau intravena, dan

efektif pada anak-anak dengan muntah yang berhubungan dengan gastroenteritis.

Berdasarkan penelitian secara RCT menunjukkan bahwa ondansetron dan

domperidone dapat digunakan dalam mengobati anak-anak menderita gejala AGE

(Acute Gastroenteritis). Keduanya menunjukkan khasiat yang dapat diterima

anak-anak serta profil keamanan yang baik (Reksuppaphol, 2013).

Pada pasien no 9 diketahui ia menderita diare akut infeksi yang

disebabkan karena bakteri dan diberikan kombinasi antibiotik meropenem dan

ceftriaxone.

5.2.3.4 DRPs Dosis Obat Kurang Dari Dosis Terapi

Pemberian obat dengan dosis yang terlalu rendah mengakibatkan

ketidakefektifan dalam mencapai efek terapi yang diinginkan. Dosis yang

diberikan harus sesuai dengan keadaan pasien dan dosis yang ditetapkan pada

literatur (Pediatric Dossage Handbook). Penilaian evaluasi DRPs dosis dibawah

dosis terapi pada pasien didasarkan pada dosis regimen yang diberikan (Sari

Novita.,2015).

Menurut penelitian yang dilakukan Erliani pada tahun 2013 di instalasi

rawat inap RSUP H.Adam Malik Medan pada tahun 2011 mengenai DRPs yang

terjadi pada pasien anak yang mengalami diare menunjukan bahwa terdapat 64

kasus DRPs diantaranya 14 kasus (21,88%) mengenai dosis obat terlalu rendah

dari dosis terapi.

Berdasarkan hasil penelitian, terdapat 10 jenis obat (diazepam,

omeprazole, ondansetron, paracetamol, metronidazole, ceftriaxone, ranitidine,

phenobarbital, dexamethasone, dan furosemide) yang berpotensi tidak tepat dosis

obat kurang dari dosis terapi. Jenis obat yang paling sering berpotensi tidak tepat

dosis dibawah dosis terapi adalah diazepam sebanyak 6 kasus, antibiotik golongan

sefalosporin generasi ketiga yaitu ceftriaxson sebanyak 2 kasus, jenis obat yang

lainnya berpotensi tidak tepat dosis dibawah dosis terapi bisa dilihat di lampiran

6.

Pemberian ondansetron juga tidak tepat karena berdasarkan literatur

(Pediatric Dossage Handbook) dosis ondansetron yang diberikan untuk anak yang

Page 91: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA IDENTIFIKASI DRUG …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33045/1/NABILAH... · tanpa obat, ketepatan pemilihan obat, dosis obat terlalu

74

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

berusia 6 bulan sampai 18 tahun adalah 0,15 mg/kg/dosis. Pada penggunaan

antibiotik, dosis yang kurang dari dosis terapi adalah pada penggunaan

ceftriaxone dan metronidazole, karena berdasarkan literatur dosis ceftriaxsone

yang tepat pada anak adalah 50-75 mg/kg/hari, sedangkan untuk antibiotik

metronidazole dosis untuk anak yang tepat adalah sebesar 30 mg/kg/hari.

Penggunaan obat yang kurang dari dosis terapi tidak akan menghasilkan efek

terapeutik yang diinginkan, bahkan sama saja dengan tidak menggunakan obat

tersebut. Suatu obat akan menghasilkan efek terapeutik jika kadar obat dalam

darah atau bioavailabilitas obat mencapai kadar terapi yang dibutuhkan untuk

menghasilkan efek yang diharapkan. Oleh karena itu, penggunaan obat dengan

dosis terapi yang sesuai sangat penting untuk menghasilkan efek terapeutik yang

menandakan bahwa terapi yang diberikan telah berhasil (Yusshiammanti, 2015).

5.2.3.5 DRPs Dosis Obat Melebihi Dosis Terapi

Dosis obat melebihi dosis terapi adalah pasien mendapatkan terapi obat

yang benar namun dosis obat tersebut melebihi dosis lazim terapi. Pemberian obat

dengan dosis melebihi dosis terapi dapat mengakibatkan peningkatan resiko

toksik, dosis yang diberikan harus sesuai dengan keadaan pasien dan dosis yang

sudah ditetapkan pada literatur (Paediatric Dosage Handbook).

Hasil data deskriptif pada tabel 5.4 menunjukan bahwa terdapat 21 pasien

yang mendapat terapi obat melebihi dosis terapi dengan 28 kasus yang mengalami

DRPs dosis melebihi dosis terapi. Pada penelitian yang dilakukan Erliani (2013)

menunjukan bahwa terdapat 10 kasus (15,63%) mengenai dosis obat lebih tinggi

dari dosis terapi pada pasien anak yang menderita diare akut di instalasi rawat

inap RSUP H.Adam Malik Medan .

Berdasarkan hasil penelitian pasien yang berpotensi tidak tepat dosis

melebihi dosis terapi terdapat 11 jenis obat (Methisoprinol, paracetamol,

ambroxol, ondansetron, meropenem, phenobarbital, phenytoin, cefixime,

ranitidine, metronidazole dan captopril). Jenis obat yang paling sering berpotensi

tidak tepat dosis dibawah dosis terapi adalah ondansetron.

Pemberian ondansetron melebihi dosis terapi karena berdasarkan literatur

(Pediatric Dossage Handbook) dosis yang diberikan per harinya untuk anak usia

Page 92: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA IDENTIFIKASI DRUG …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33045/1/NABILAH... · tanpa obat, ketepatan pemilihan obat, dosis obat terlalu

75

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

4-12 tahun adalah 4 mg, sedangkan untuk anak berusia >4 tahun belum ada dosis

yang aman dan efektif. ondansetron digunakan untuk mengatasi mual dan muntah

pada anak dengan diare akut karena infeksi (Guarino.dkk, 2014). Pemberian dosis

paracetamol untuk anak berusia <12 tahun dihitung berdasarkan berat badan (BB)

pasien, dengan dosis perharinya adalah 10-15 mg/kg/dosis, dan pada pemberin

dosis untuk methisoprinol untuk anak-anak adalah 50 mg/kgBB, sedangkan pada

penelitian ini semua pasien anak menerima methisoprinol dengan dosis 3x1 cth

per hari, dimana 1 cth metisoprinol adalah 250 mg sehingga dosis pemberian

methisoprinol pada beberapa pasien melebihi dosis terapi.

5.2.3.6 DRPs Interaksi Obat

Interaksi obat merupakan hal yang sangat dihindari dari pemberian obat.

Berdasarkan penelitian dapat diketahui bahwa 12 pasien dengan 29 kasus yang

mengalami kejadian DRPs interaksi obat pada pasien anak rawat inap diare akut

infeksi dengan dan tanpa penyakit penyerta di RS “X” di Kota Tangerang Selatan.

Interaksi obat yang terjadi merupakan interaksi obat yang mungkin atau potensial

terjadi pada terapi obat yang diberikan kepada 12 pasien, baik interaksi obat yang

dapat dihindari ataupun interaksi obat yang tidak dapat dihindari.

Hal tersebut menunjukan bahwa obat-obat yang diberikan saling

berinteraksi pada sistem reseptor, tempat kerja atau sistem fisiologi yang sama

sehingga terjadi efek aditif, sinergis (saling memperkuat) dan antagonis (saling

meniadakan). Beberapa alternatif penatalaksanaan interaksi obat adalah

menghindari kombinasi obat dengan memilih obat pengganti yang tidak

berinteraksi, penyesuaian dosis obat, pemantauan pasien atau meneruskan

pengobatan seperti sebelumnya jika kombinasi obat yang berinteraksi tersebut

merupakan pengobatan yang optimal atau bila interaksi tersebut tidak bermakna

secara klinis (Yusshiammanti, 2015). Mekanisme interaksi obat secara

farmakokinetik terjadi sebanyak 31 kasus, hal tersebut menunjukan bahwa salah

satu obat mempengaruhi absorpsi, distribusi, metabolisme atau eksresi obat kedua

sehingga kadar plasma kedua obat meningkat atau menurun. Akibatnya terjadi

peningkatan toksisitas atau penurunan efektifitas obat tersebut (Fradgles, 2003).

Page 93: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA IDENTIFIKASI DRUG …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33045/1/NABILAH... · tanpa obat, ketepatan pemilihan obat, dosis obat terlalu

76

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Berdasarkan hasil penelitian, tingkat keparahan interaksi obat paling

banyak terjadi adalah pada interaksi obat secara minor yaitu sebanyak 18

kejadian. Interaksi minor merupakan interaksi anatara dua jenis obat yang

menghasilkan efek yang ringan, akibatnya mungkin dapat menyusahkan atau tidak

diketahui tetapi secara signifikan tidak mempengaruhi terapi sehingga treatment

tambahan tidak diperlukan. Interaksi obat dengan tingkat keparahan moderat

menghasilkan penurunan status klinik pasien sehingga dibutuhkan terapi

tambahan atau perawatan di rumah sakit dan interaksi obat dengan tingkat

keparahan mayor harus diutamakan karena risiko yang ditimbulkan berpotensi

mengancam individu atau dapat mengakibatkan kerusakan yang permanen

(Syamsudin, 2011). Namun berdasarkan hasil penelitian, pengaruh tingkat

keparahan interaksi obat (minor, moderat dan mayor) tidak terlihat jelas karena

penelitian bersifat retrospektif.

Contoh pasien nomor 45 dan 46 yang mengalami interaksi obat dengan

tingkat keparahan minor, antibiotik chephalosporins generasi 3 yaitu ceftriaxone

dengan obat furosemide dimana ceftriaxone akan meningkatkan toksisitas

furosemide secara sinergis. Efek sinergis terjadi ketika dua obat atau lebih,

dengan atau tanpa efek yang sama digunakan secara bersama untuk

mengkombinasikan efek yang memiliki outcome yang lebih besar dari jumlah

komponen aktif satu obat saja (Syamsudin, 2011). Penggunaan furosemide

dengan ceftriaxone berpotensi menyebabkan nefrotoksik, sehingga

penggunaannya harus berhati-hati dan direkomendasikan untuk monitoring fungsi

ginjal dengan menghitung laju filtrasi glomerolus, untuk menghindari terjadinya

interaksi obat disarankan untuk memberi jeda pemberian furosemide 3 hingga 4

jam sebelum obat golongan cephalosporins (Baxter, 2008).

5.2.4 Hasil Analisa Bivariat

Analisa bivariat yang dilakukan untuk mengetahui pengaruh usia, jumlah

penyakit penyerta dan pengaruh jumlah penggunaan obat terhadap jumlah DRPs

pada pasien anak yang menderita diare akut. Analisa ini menggunakan metode

Chi-square. Peneliti harus melihat apakah nilah P>0,05 atau P<0,05. Jika nilai P<

Page 94: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA IDENTIFIKASI DRUG …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33045/1/NABILAH... · tanpa obat, ketepatan pemilihan obat, dosis obat terlalu

77

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

0,05 maka hasil uji dapat dikatakan memiliki hubungan yang signifikan pada

kedua variabel.

5.2.4.1 Analisa Hubungan Antara Jumlah Penyakit Penyerta dan DRPs

Hasil analisa pada gambar 5.1 menunjukan pengaruh antara penyakit

penyerta dengan jumlah DRPs dengan metode Chi-square, diketahui tidak lebih

dari 4 sel atau sebanyak 66,7% yang mempunyai nilai harapan kurang dari 5 dan

diperoleh nilai P=0,028 (P<0,05) maka diperoleh kesimpulan bahwa terdapat

hubungan yang bermakna antara pengaruh jumlah penyakit penyerta terhadap

DRPs. Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Manley,

H. J., et al (2003), yang menunjukan bahwa DRPs berkorelasi positif dengan

jumlah penyakit penyerta pasien (P < 0,001). Jumlah DRPs meningkat pada

masing-masing pasien sama dengan meningkatnya jumlah kondisi penyerta

(Manley, H. J., et al, 2003).

5.2.4.2 Analisa Hubungan Anatara Jumlah Penggunaan Obat dengan DRPs

Hasil analisa pada gambar 5.2 menunjukan bahwa tidak lebih dari 3 sel

atau sebanyak 50% yang mempunyai nilai harapan kurang dari 5. Didapatkan P =

0,100 Hal ini menunjukan bahwa P>0,05, maka diperoleh kesimpulan bahwa tidak

ada hubungan yang signifikan antara jumlah jenis obat dengan kejadian DRPs.

Hasil penelitian ini tidak sejalan dengan hasil studi yang dilakukan Belaiche, S., et

al, (2012) di Prancis, yang menyatakan resiko kejadian DRPs meningkat

signifikan terhadap kondisi lanjut usia (P= 0,0027) dan jumlah pengobatan

(P=0,049) (Belaiche, S., et al, 2012). Hasil penelitian tidak menunjukan hubungan

yang signifikan dan tidak sejalan dengan studi yang dilaikukan Belaiche, S., et al

dikarenakan perbedaan jumlah sampel yang digunakan, pada penelitian ini sampel

yang digunakan hanya sebanyak 40 sedangkan sampel yang digunakan pada

literatur mencapai 396 sampel.

Page 95: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA IDENTIFIKASI DRUG …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33045/1/NABILAH... · tanpa obat, ketepatan pemilihan obat, dosis obat terlalu

78

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

5.3 Keterbatasan Penelitian

5.3.1 Kendala

a. Pengambilan data pasien

Pada proses pengambilan data pasien, banyak pasien yang memiliki

data rekam medik yang tidak lengkap, seperti data laboratorium,

berat badan, dan daftar penggunaan obat.

b. Data laboratorium untuk uji feses tidak spesifik dikarenakan

keterbatasan tenaga ahli dan alat sehingga sulit untuk

mengidentifikasi jenis bakteri dan jamur secara spesifik untuk

menentukan antibiotik yang tepat.

5.3.2 Kelemahan

a. Penelitian deskriptif retrospektif, pada penelitian deskriptif hanya

dapat dilakukan demografi berupahasil analisa ketepatan untuk

mengetahui DRPs pada terapi yang digunakan oleh pasien. Selain itu

metode retrospektif, dimana waktu kejadian sudah terjadi sehingga

tidak dapat dilakukan pertanyaan secara langsung pada pasien.

b. Penelitian ini tidak dapat dikatakan seutuhnya rasional, dikarenakan

penilaian diagnosis pasien tidak dilakukan secara langsung,

melainkan menarik kesimpulan dari diagnosa yang tercatat dalam

rekam medik.

c. Penelitian ini tidak dapat dikatakan seutuhnya rasional, dikarenakan

tidak adanya spesifikasi bakteri dan jamur dalam hasil uji feses

sehingga tidak bisa menentukan antibiotik spesifik yang tepat.

5.3.3 Kekuatan

Penelitian ini sebelumnya belum pernah dilakukan di RS “X” di Kota

Tangerang Selatan. Maka diharapkan penelitian ini dapat menjadi referensi dan

gambaran mengenai Drug Related Poblems pada pasien anak di instalasi rawat

inap yang menderita diare akut dengan dan tanpa penyakit penyerta.

Page 96: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA IDENTIFIKASI DRUG …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33045/1/NABILAH... · tanpa obat, ketepatan pemilihan obat, dosis obat terlalu

79 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

BAB 6

KESIMPULAN DAN SARAN

6.1 Kesimpulan

1. Pasien anak yang menderita diare akut infeksi di RS “X” di Kota

Tangerang Selatan periode Januari-Desember 2015 didominasi oleh anak

yang berjenis kelamin laki-laki sebanyak 24 pasien (60%) dengan

mayoritas pasien usia 1-5 tahun sebanyak 36 pasien (90%). Berdasarkan

jumlah penyakit penyerta yang paling banyak adalah KDK sebanyak 8

pasien (47,05%).

2. Penggunaan obat diare akut karena infeksi pada anak yang paling banyak

digunakan adalah probiotik digunakan sebesar 15,44%, penggunaan

suplemen zinc sebesar 15,05% dan total dari penggunaan antibiotik untuk

mengatasi diare yang disesbabkan infeksi adalah sebesar 14,2% antibiotik

yang paling banyak digunakan untuk mengobati infeksi karena bakteri

adalah ceftriaxone sebesar 10,03%, dan metronidazol sebesar 1,93%.

3. Jenis Drug Related Problems (DRPs) yang paling banyak terjadi adalah

interasi obat sebesar 31,18%, diikuti dosis obat melebihi dosis terapi

sebesar 30,10%, dosis obat kurang dari dosis terapi sebesar 18,27%, obat

tanpa indikasi sebesar 9,67%, indikasi tanpa obat 8,60% dan

ketidaktepatan pemilihan obat sebesar 2,15%.

4. Terdapat pengaruh yang bermakna antara kejadian DRPs dengan jumlah

penyakit penyerta dengan nilai P=0,028, dan tidak terdapat pengaruh yang

bermakna antara DRPs dengan jumlah penggunaan obat dengan nilai

P=0,100.

Page 97: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA IDENTIFIKASI DRUG …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33045/1/NABILAH... · tanpa obat, ketepatan pemilihan obat, dosis obat terlalu

80

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

6.2 Saran

1. Perlu adanya monitoring evaluasi penggunaan obat diare akut pada anak

dengan dan tanpa penyakit penyerta pada instalasi rawat inap RS “X” di

Kota Tangerang Selatan untuk menghindari terjadinya masalah DRPs

selama proses pengobatan.

2. Perlu adanya standarisasi kelengkapan pengisian rekam medik pasien

terkait usia pasien, berat badan, obat yang digunakan, dosis obat yang

diberikan, rute pemberian, aturan pakai obat, tanggal pemberian obat dan

hasil pemeriksaan laboratorium pasien yang dilakukan secara

berkelanjutan selama perawatan.

3. Perlunya pemeliharaan rekam medik pasien supaya tidak ada bagian atau

lembar yang hilang atau tercecer.

4. Perlunya dilakukan kultur media pada pemeriksaan feses supaya dapat

mengetahui penyebab penyakit secara spesifik sehingga pengobatan dan

pemilihan obat menjadi lebih tepat dan optimal.

5. Perlunya peningkatan kerjasama dan kolaborasi antara tenaga kesehatan

lain dirumah sakit seperti dokter dan juga perawat untuk meningkatkan

pelayanan pada pasien sehingga didapatkan terapi yang tepat, efektif dan

aman.

Page 98: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA IDENTIFIKASI DRUG …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33045/1/NABILAH... · tanpa obat, ketepatan pemilihan obat, dosis obat terlalu

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta 81

DAFTAR PUSTAKA

Adusumilli PK, Adepu R (2014).” Drug Related Problems : An Over View of

Various Classification Systems” Asian Journal of Pharmaceutical and

Clinical Research,7,1.

Allen UD. Canadian Pediatric Society.(2010). Antifungal Agents for the

Treatment of Systemic Fungal Infections in Children. Pediatric Child Health

vol 15 (9); page 603 http://www.cps.ca/documents/position/antifungal-

agents-fungal-infections (diakses 19 Juni 2016 pukul 08.00 WIB ).

Aslam, M., Tan, C.K., Prayitno, A. (2003). Farmasi Klinis (Clinical Pharmacy)

Menuju Pengobatan Rasional dan Penghargaan Pilihan Pasien.Jakarta:

Elex Media Komputindo.Hal 18.

Atmaja, Wahyu. (2011).Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker di Rumah Sakit

Marinir Cilandak: Identifikasi Drug Related Problems (DRPs) Pasien

Rawat Inap Diare Akut di Rumah Sakit Marinir Cilandak. Laporan Tugas

Akhir.Jurusan Apoteker Departemen Farmasi Universitas Indonesia.

Baxter (2008). Stockley’s Drug Interactions 8th Edition. Pharmaceutical Press,

London UK,pp.1-3.

Belaiche, Stephanie, et al (2012). Pharmaceutical Care in Chronic Kidney

Diseases:experience at renoble University Hospital from 2006 to 20120.

Journal Nephrol. 25(4),558-565.

BPOM RI.(2012). Pedoman Monitoring Efek Samping Obat (MESO) Bagi

Tenaga Kesehatan. http://www.who-umc.org/graphics/28553.pdf .(Diakses

10 Januari 2016 pukul 22.00)

Braz J.(2015). A Meta-Analysis of Metronidazole and Vancomycin for Treatment

of Clostridium difficile Infection , Stratified by Disease Severity.

http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/26001980 (Diaksies tanggal 16 Juni

2016 pukul 22.00 WIB).

Cippole, R.J;Strand,L.M, Morley, P.C;(1998), Pharmaceutical Care Practice,73-

101, The Me Graw Hill companies.

Depkes RI.(2000). Informatorium Obat Nasional Indonesia.Jakarta:Departemen

Kesehatan Republik Indonesia.

Depkes RI (2002) Pedoman Pemberantasan Penyakit Diare, Jakarta

Depkes RI. (2005). Pharmaceutical Care Untuk Penyakit Diabetes Melitus.

Jakarta: Direktorat Bina Farmasi Komunitas dan Klinik.

Page 99: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA IDENTIFIKASI DRUG …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33045/1/NABILAH... · tanpa obat, ketepatan pemilihan obat, dosis obat terlalu

82

Depkes RI. (2009). Profil Kesehatan Indonesia 2008.Jakarta.

Depkes RI.(2010).Profil Kesehatan Indonesia 2009.Jakarta

Depkes RI. (2011). Buku Saku Petugas Kesehatan Lintas Diare. Jakarta:

Depkes RI. Halaman 14, 18-20

Dinkes. (2011). Profil Kesehatan Provinsi Banten Tahun 2011. Serang: Dinas

Kesehatan Provinsi Banten.

Dipiro..JT.,(2009),Pharmacoterpy Handbook 7th

edition, Mc Graw Hill, New

York.

Dover Arthur, Neema Patel, KT Park. (2015). Rapid Cessation of Acute Diarrhea

Using a Novel Solution of Bioactive Polyphenols: A Randomized Trial in

Nicaraguan Children.

Elin Yulinah Iskandar, dkk.2009.ISO Farmakoterapi. Jakarta:PT. ISFI

Elzouki Abdelazis, Harfi Harb, Hisham.M, dkk (2012).Textbook of Clinical

Pediatrics Second Edition.London New York: Springer Heidelberg

Dordrecht

Erliani Ummi. (2013). Identifikasi Drug Related Problems (DRPs) Pasien Anak

Diare di Instalasi Rawat Inap di RSUP H.Adam Malik Medan Tahun 2011.

Skripsi pada Fakultas Farmasi Universitas Sumatera Utara. Medan:tidak

diterbitkan.

Firmansyah A.(2001). Terapi Probiotik dan Prebiotik pada Penyakit Saluran

Cerna Anak. Sari Pediatri : 210-14.

Fontaine (2008). Bukti Keamanan dan Kemanjuran Suplemen Zink Pada

Penanganan Diare. Surabaya: Departemen Kesehatan dan Perkembangan

Anak dan Remaja.

Fradgley, S. (2003). Interaksi Obat, Dalam Farmasi Klinis (Clinical Pharmacy)

Menuju Pengobatan Rasional dan Penghargaan Pilihan Pasien.Jakarta:

PT.Elex Media Komputindo Gramedia.

Guarino Alfredo, Shai Ashkenazi,Dominique Gendrel, dkk. (2014). European

Society for Pediatric Gastroenterology, Hepatology, and

Nutrition/European Society for Pediatric Infectious Diseases Evidence-

Based Guidlines for the Management of Acute Gastroenteritis in Children in

Europe: Update 2014. JPGN.Vol 59, No 1 July 2014.

Page 100: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA IDENTIFIKASI DRUG …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33045/1/NABILAH... · tanpa obat, ketepatan pemilihan obat, dosis obat terlalu

83

Guyton, A.C (1990). Buku Ajar Fisiologi Kedokteran Edisi 5 .EGC, Jakarta.

Halawiyah Athirotin. (2015). Evaluasi Kualitatif Penggunaan Antibiotik

Meropenem Pada Pasien Sepsis BPJS Di Rumkital DR. Mintohardjo Tahun

2014. Skripsi pada FKIK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta: tidak diterbitkan.

Hajjar ER, et.al. (2007). Polipharmacy in Elderly Patients. USA: The American

Journal of Geriatric Pharmacology

Hadi. (2002). Gastroenterologi.Bandung:PT alumni.

Hegar B.(2007).Mikroflora Saluran Cerna pada Kesehatan Anak. Dexa Medica.

Iswari Yeni.(2011).Analisis Faktor Risiko Kejadian Diare Pada Anak Usia

Dibawah 2 Tahun di RSUD Koja Jakarta.Tesis. Jakarta:Universitas

Indonesia, Fakultas Ilmu Keperrawatan: tidak diterbitkan.

Johnston BC,Supina AL,Vohra S.(2006).Probiotics for Pediatric Antibiotic-

Associated Diarrhea : a Meta-Analysis of Randomized Placebo-Controlled

Trials.CMAJ.2006;175:377-383.

Juffrie, M., et al,(2010).Buku Ajar Gastroenterologi- Hepatologi Jilid 1.Jakarta:

Balai Penerbit IDAI.

Joel G Hardmand, Lee E.Limbird. (2002). Goodman & Gilman Dasar

Farmakologi Terapi Vol 2. Nashville, Tennessee: Penerbit Buku

Kedokteran EGC.Hal 1009-1013.

Kanti Shuvra.,dkk.(2014). A Retrospective Analysis of Viral Gastroenteritis in

Asia.Journal of Pediatric Infectious Diseases vol 9 no 2.pp 53-65.

Kementerian kesehatan RI. (2011). Situasi DIARE di Indonesia. Buletin Jendela

Data dan Informasi Kesehatan. 2(2): 1-6.

Kementerian Kesehatan RI. (2011). Buku Saku Petugas Kesehatan Lintas

Diare. Jakarta: Dirjen Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan

Kementrian Kesehatan RI.

Kementrian Kesehatan RI.(2015).Profil Kesehatan Indonesia Tahun 2014.Jakarta:

Kementrian Kesehatan RI.

Kliegman RM,Behrman RE,Jenson HB,Santon BF.Nelson. (2007). Textbook of

Pediatrics. 18th ed. Philadelphia:Elsevier Inc.

Page 101: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA IDENTIFIKASI DRUG …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33045/1/NABILAH... · tanpa obat, ketepatan pemilihan obat, dosis obat terlalu

84

Langendorf Celine, Simon Le Hello.,dkk (2015). Enteric Bacterial Pathogens in

Children with Diarrhea in Niger: Diversity and Antimicrobial

Resistence.Update NCBI.Vol 10 (3);2015.

La Ode M.(2014).Identifikasi Drug Related Problems (DRPs) Penyakit Diare

Pada Pasien Balita Rawat Inap di Rumah Sakit Bhayangkara Kendari

Sulawesi Tenggara Tahun 2013. Skripsi pada Fakultas Farmasi Universitas

Halu Oleo. Kendari: tidak diterbitkan.

Lynn Jennifer. (2015).Bacterial Gatroenteritis Medication.

http://emedicine.medscape.com/article/176400-medication (diakses tanggal

10 juni 2016 pukul 09.00WIB).

Manley, Harold J., McClaran, Marcy L., et al (2003), Factor associated with

Medication Related Problems in Ambulantory Hemodialysis Patients

American Journal of Kidney Disease. 41,386-393.

Marselin Amanda.(2008). Evaluasi Peresepan Kasus Pediatri di Bangsal Anak

Rumah Sakit Bethesda Yogyakarta yang Menerima Resep Racikan Periode

Juli 2007 (Kajian Kasus Gangguan Sistem Saluran Cerna). Skripsi pada

Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma .Yogyakarta.

Nugroho Wisnu.W.(2014). Penyakit-penyakit yang Menyertai Kejadian Kejang

Demam Anak di RSUP Dr. Kariadi Semarang.Skripsi pada Fakultas

Kedokteran Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro Semarang:tidak

diterbitkan.

PCNE.(2010).PCNE Classification for Drug Related Problems. Pharmaceutical

Care Network Europe Foundation, V6.2 revised 14-01-2010vm, 1-9.

Permenkes RI. (2004). http://dinkes.ntbprov.go.id/sistem/data-

dinkes/uploads/2013/10/Permenkes-949-2004-Pedoman-Penyelenggaraan-

KLB.pdf (Diakses tanggal 10 januari 2016 pukul 11.30 WIB).

Permenkes RI (2010). http://pelayanan.jakarta.go.id/download/regulasi/peraturan-

menteri-kesehatan-nomor-340-tentang-klasifikasi-rumah-sakit.pdf (Diakses

tanggal 10 Januari 2016 Pukul 11.00 WIB)

Permenkes RI. (2011).Pedoman Umum Penggunaan Antibiotik, Jakarta.

Prest, M.,(2003), Penggunaan Obat Pada Anak, dalam Aslam, M., Tan, X.K.,

Prayitno, A.,Farmasi Klinis : Menuju Pengobatan Rasional dan

Penghargaan Pilihan Pasien,191-192, PT.Elex Media Komputindo

Kelompok Gramedia, Jakarta.

Page 102: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA IDENTIFIKASI DRUG …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33045/1/NABILAH... · tanpa obat, ketepatan pemilihan obat, dosis obat terlalu

85

Rachmawati Yeni.(2014). Evaluasi Penggunaan Antibiotik Pada Pasien

Gastroenteritis di Instalasi Rawat Inap Rumah Sakit X Periode Januari-Juni

2013.Fakultas Farmasi Universitas Muhammadiyah Surakarta.

Ranuh GDE.(2013). Beberapa Catatan Kesehatan Anak. Jakarta: Sagung Seto.

Reksuppaphol Sanguansak, Lakkana Reksuppaphol (2013). Randomized Study of

Ondansetron Versus Domperidone in the Treatment of Children With Acute

Gastroenteritis. Vol 5, No 6.

Riskesdas. (2007). Riset Kesehatan Dasar. Jakarta: Badan Penelitian dan

Pengembangan Kesehatan Kementerian Kesehatan RI.

Riskesdas. (2013). Riset Kesehatan Dasar. Jakarta: Badan Penelitian dan

Pengembangan Kesehatan Kementerian Kesehatan RI.

Richardson Malcolm D, Brian Jones (2007).Therapeutic Guidelines in Systemic

Fungal Infections third edition.Departement of Bacteriology & Imunology

University of Helsinki.

Samani Nijamudin, Zhang Jingxiao,Yong-Jie Yin,dkk (2014). Zinc in the

Manage,ent of Diarrhoea In Children Under The Age of 5 Years A-Review.

Vol 2 No.6.

Sari Novita, (2015).Identifikasi Drug Related Problems (DRPs) pada Pasien

Diabetes Melitus di Rumah Sakit Pelabuhan Jakarta Utara. Skripsi pada

FKIK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta: tidak diterbitkan.

Septiani,sundari. (2015). Evaluasi Penggunaan Obat Pada Pasien Balita Terkena

Diare Pada Pasien Rawat Inap di Rumah Sakit X Pada Tahun 2014.

Shinta Ken, Hariantyo, dkk. (2011). Pengaruh Probiotik pada Diare Akut:

Penelitian dengan 3 Preparat Probiotik. Sari Pediatri Vol 13 No. 2.

http://saripediatri.idai.or.id/pdfile/13-2-2.pdf (Diakses tanggal 10 juni 2016

Pukul 10.00 WIB).

Simatupang Maria Magdalena. (2009). Rotavirus. Medan:Departemen

Mikrobiologi Fakultas Kedokteran USU.

Suharyono (2008). Diare Akut Klinik dan Laboratorik, 1-3,6,18-19,23,Rineka

Cipta:Jakarta.

Strand L,M, Petter CM, Cipolle RJ, Ramsey R, Lamsam GD,(1990). Drug Related

Problems: Their Structure Function. Amerika Serikat: Departemen of

Pharmacy Practice.

Page 103: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA IDENTIFIKASI DRUG …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33045/1/NABILAH... · tanpa obat, ketepatan pemilihan obat, dosis obat terlalu

86

Sumali M Atmojo. (1998). Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kejadian Diare

Anak Balita di Kab. Purworejo, Jawa Tengah.

Siregar, Charles J.P., dan Lia A.(2003).Faramasi Rumah Sakit:Teori dan

Penerapan. Cetakan Pertama. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC

Hal.7-18.

Sinthamurniwaty (2006). Faktor-faktor Risiko Kejadian Diare Akut Pada Balita

(Studi Kasus di Kabupaten Semarang).Thesis Pada Program Pasaca Sarjana

Universitas Diponegoro Semarang. Semarang: Tidak diterbitkan.

Siregar,C.JP.,(2004), Farmasi Rumah Sakit, Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran

EGC.

Siregar Charles.(2006). Farmasi Klinik Teori dan Penerapan. Jakarta:EGC.

Stockley, I.H. (2008).Stockley’s Drug Interaction. Edisi Kedelapan. Great Britain:

Pharmaceutical Press.p.1-10.

Soegijanto Soegeng.(2009). Kumpulan Makalah Penyakit Tropis dan Infeksi di

Indonesia jilid 7.Airlangga University Press.

Syamsudin .(2011). Interaksi Obat Konsep Dasar Klinis.Jakarta: Universitas

Indonesia (UI-Press).

Taketomo,Carol K , Jane H. Hodding, Donna M. Kraus .(2009). Pediatric Dosage

Handbook with International Trade Names Index 16th Edition.United State:

Lexi-Comp

Tambayong, (2002), Patofisiologi Untuk Keperawatan, Penerbit Buku

Kedokteran EGC,Jakarta.

UNICEF.(1998).The State on the World Children. Oxford Univ.Press

Verity CM, Golding J. Risk of epilepsy after febrile convulsion: a national cohort

study. Br Med J 1991;303: 1373-6.

Vila J, Vargas M, Ruiz J, Corachan M, De Anta MTJ, Grascon J(2000). Quinolon

Resisten in Enterotoxigenic E.coli Causing Diarrhea in Travelers to India in

Comparison with Othehr Gerographycal Areas. Antimicrobial Agents and

Chemotheraphy.

Widjaja M.C.(2002). Mengatasi Diare dan Keracunan Pada Balita. Jakarta:

Kawan Pustaka

WHO (2005). A Treatment of Diarrhoea A manual for Physicians and Other

Senior Health Workers.

Page 104: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA IDENTIFIKASI DRUG …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33045/1/NABILAH... · tanpa obat, ketepatan pemilihan obat, dosis obat terlalu

87

WHO Indonesia.(2009).Pedoman Pelayanan Kesehatan Anak di Rumah Sakit

Rujukan Tingakat Pertama di Kabupaten/Kota.Jakarta :World Health

Organization Indonesia bekerjasama dengan Departemen Kesehatan

Republik Indonesia.

World Gastro Enterology Organization Global Guidline (2012).Acute Diarrhea in

Adults and Children: A Global Perspective.

Yusshiammanti Dana Fitria. (2015). Analisa Drug Related Problems (DRPs)

Pada Pasien Rawat Inap Penyakit Ginjal Kronik Dengan Penyakit Penyerta

di Rumkital Dr. Mintohardjo Tahun 2014.Skripsi pada FKIK UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta: tidak diterbitkan.

Zein U,Khalid Huda Sagala, Josia Ginting, (2004).Diare Akut Disebabkan

Bakteri.Fakultas Kedokteran Divisi Penyakit Tropik dan Infeksi Universitas

Sumatera Utara.

Zulkifli Lukman Amin (2015). Tatalaksana Diare Akut.Departemen Ilmu

Penyakit Dalam Universitas Indonesia/RSUPN Dr. Cipto Mangunkusumo,

Jakarta,Indonesia.Volume42,No7,http://www.kalbemed.com/Portals/6/08_2

30CME-Tatalaksana%20Diare%20Akut.pdf. (Diakses tanggal 5 juni 2016

pukul 10.00 WIB)

Page 105: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA IDENTIFIKASI DRUG …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33045/1/NABILAH... · tanpa obat, ketepatan pemilihan obat, dosis obat terlalu

88

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Lampiran 1. Surat Permohonan Izin Pengambilan Data dan Izin Penlitian dari

FKIK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Prodi Farmasi

Page 106: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA IDENTIFIKASI DRUG …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33045/1/NABILAH... · tanpa obat, ketepatan pemilihan obat, dosis obat terlalu

89

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Lampiran 2. Penilaian DRPs yang Dialami Pasien Penyakit Diare Akut Infeksi

NP

Penilaian DRPs

KTPO KTPD ITO OTI IO

↑ ↓

1 0 0 1 0 1 0

2 0 1 1 0 0 1

3 0 0 0 0 0 0

4 0 0 0 0 0 0

5 0 1 0 0 0 0

6 0 0 0 1 0 0

7 0 1 1 1 0 1

8 0 1 1 1 0 0

9 0 1 1 1 0 1

10 0 1 0 1 0 0

11 0 1 0 0 0 1

12 0 0 0 0 0 0

13 0 1 1 0 0 0

14 0 0 0 0 0 1

15 0 1 1 0 0 0

16 0 1 0 0 0 0

17 0 1 0 0 1 0

18 0 0 1 1 1 1

19 0 0 0 0 0 0

20 0 1 0 0 0 0

21 0 1 1 0 0 1

22 0 0 0 0 0 0

23 1 0 0 0 0 0

24 0 1 0 0 0 0

25 1 0 0 1 1 0

26 0 0 0 0 0 0

27 0 1 0 0 0 0

Page 107: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA IDENTIFIKASI DRUG …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33045/1/NABILAH... · tanpa obat, ketepatan pemilihan obat, dosis obat terlalu

90

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

28 0 0 0 0 0 0

29 0 1 0 0 0 0

30 0 0 0 0 0 0

31 0 1 1 0 0 1

32 0 0 0 0 0 1

33 0 1 0 1 1 0

34 0 1 0 0 1 0

35 0 0 1 0 0 0

36 0 0 0 0 0 1

37 0 0 0 0 0 0

38 0 0 0 0 0 0

39 0 1 1 0 0 1

40 0 1 0 0 0 1

Keterangan :

1 = Terjadi DRPs

0 = Tidak Terjadi DRPs

KTPO = Ketidaktepatan Pemilihan Obat

KTPD = Ketidaktepatan Penyesuaian Dosis

↑ = Dosis Melebihi Dosis Terapi

↓ = Dosis Kurang dari Dosis Terapi

ITO = Indikasi Tanpa Obat

OTI = Obat Tanpa Indikasi

IO = Interaksi Obat

Page 108: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA IDENTIFIKASI DRUG …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33045/1/NABILAH... · tanpa obat, ketepatan pemilihan obat, dosis obat terlalu

91

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Lampiran 3. Ketidaktepatan Pemilihan Obat

Nomor Pasien Hasil

Pemeriksaan

Feses

Obat yang

Diterima

Obat yang

Seharusnya diterima

23 Diare disebabkan

karena infeksi

jamur

Cefotaxime Ketoconazole,

itraconazole,

Fluconazole

25 Diare disebabkan

karena infeksi

jamur

Cefotaxime Ketoconazole,

itraconazole,

Fluconazole

Page 109: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA IDENTIFIKASI DRUG …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33045/1/NABILAH... · tanpa obat, ketepatan pemilihan obat, dosis obat terlalu

92

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Lampiran 4. Evaluasi DRPs Obat Tanpa Indikasi

Nomor

Pasien

Indikasi Hasil

pemeriksaan

Feses

Obat yang

Diberikan

Obat Tanpa

Indikasi

1 BAB cair lebih

dari 3x sehari,

kejang,

demam.

Diare

disebabkan

karena

bakteri.

Ambroxol syrup

Lacto B

Diazepam

Candistatin

Caftriaxone.

Ambroxol syrup.

Candistatin

17 Demam naik

turun, BAB

cair 3x

berlendir.

Diare

disebabkan

karena

bakteri.

Lacto B

Zinc

IVFD Asering

Ondansentron

Paracetamol

Ceftriaxone

Ondansentron

18 Kejang saat

dirumah,

dmam ± 3 hari,

BAB cair lebih

dari 3x sehari.

Diare

disebabkan

karena

bakteri.

Lacto B

Zinc

Paracetamol

Diazepam

Oralit

Ranitidine

Ondansentron

IVFD KaEN 3B

Ondansentron

Ranitidine

25 BAB cair

berlendir ± 5x,

tidak demam

Diare

disebabkan

karena jamur

Lacto B

Zinc

IVFD KaEN 3B

Cefotaxime

Ondansentron

Ondansentron

Cefotaxime

33 BAB cair 6x

sehari, demam

naik turun,

tidak kejang.

Diare

disebabkan

karena

bakteri.

Lacto B

Zinc

Ambroxol

KSR

Ondansentron

Paracetamol

IVFD KaEN 3B

Ambroxol

34 BAB cair ± 4

hari, warna

hitam

berlendir,

demam 4 hari.

Diare

disebabkan

karena

bakteri.

Lacto B

Zinc

IVFD KaEN 3B

Oralit

Paracetamol

Ambroxol

Ceftriaxone

Ambroxol

Page 110: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA IDENTIFIKASI DRUG …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33045/1/NABILAH... · tanpa obat, ketepatan pemilihan obat, dosis obat terlalu

93

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Lampiran 5. Evaluasi DRPs Indikasi Tanpa Obat

Nomor

Pasien

Indikasi Pasien Obat yang Diterima Indikasi tanpa

obat

Tambahan

obat

6 BAB cair lebih

dari 3x sehari,

demam naik

turun, muntah

kurang lebih 2x.

Hasil pemeriksaan

laboratorium diare

disebabkan

karena bakteri

IVFD KaEN 3B

Ondansetron

Zinc

Lacto B

Oralit

Diare disebabkan

karena bakteri

Antibiotik

antibakteri:

Ceftriaxone/

Cefotaxime/

Meropenem/

Cefixime

7 BAB cair 3x,

kejang, demam.

Hasil pemeriksaan

laboretorium diare

disebabkan

karena bakteri

IVFD KaEN 3B

Diazepam

Zinc

Paracetamol

Methisoprinol

Diare disebabkan

karena bakteri

Antibiotik

antibakteri:

Ceftriaxone/

Cefotaxime/

Meropenem/

Cefixime

8 Mual, muntah,

pusing, BAB lebih

dari 3x sehari.

Hasil pemeriksaan

laboratorium diare

disebabkan karena

bakteri.

IVFD KaEN 3B

Zinc

Lacto B

Paracetamol

Omeprazole

Ondansetron

Ranitidine

Diare disebabkan

karena bakteri.

Antibiotik

antibakteri:

Ceftriaxone/

Cefotaxime/

Meropenem/

Cefixime

9 BAB cair 5x

sehari, demam

38,2 oC, lemas,

muntah,

batuk,pilek.

IVFD KaEN 3B

Diazepam

Zinc

Lacto B

Paracetamol

Ceftriaxone

Dexamethasone

KSR

Meropenem

Batuk Obat saluran

pernafasan

atas mukolitik:

Ambroxol

10 Demam lebih dari

1 minggu, BAB

berair lebih dari

3x sehari, muntah.

Ceftriaxone

Lacto B

Zinc

Paracetamol

IVFD KaEN 3B

Muntah Antiemetik :

Ondansentron

18 Kejang saat

dirumah, demam

lebih dari 3 hari,

BAB lebih dari 3x

sehari. Hasil

pemeriksaan

Laboratorium,

diare disebabkan

karena bakteri

Lacto B

Zinc

Paracetamol

Diazepam

Oralit

Ranitidine

Ondansentron

IVFD KaEN 3B

Diare disebabkan

karena bakteri

Antibiotik

Antibakteri:

Ceftriaxone/

Cefotaxime/

Meropenem/

Cefixime

25 BAB cair

berlendir ± 5x,

tidak demam.

Lacto B

Zinc

IVFD KaEN 3B

Di are disebabkan

karena jamur.

Antifungi:

Ketoconazole,

Page 111: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA IDENTIFIKASI DRUG …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33045/1/NABILAH... · tanpa obat, ketepatan pemilihan obat, dosis obat terlalu

94

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Hasil pemeriksaan

laboratorium diare

diasebabkan

karena jamur.

Ondansetron

Cefotaxime

itraconazole,

Fluconazole

33 BAB cair 6x

sehari, demam

naik-turun, tidak

kejang,tidak

batuk. Hasil

pemeriksaan

Laboratorium,

diare disebabkan

karena bakteri.

Lacto B

Zinc

Ambroxol

KSR

Ondansentron

Paracetamol

IVFD KaEN 3B

Diare disebabkan

karena bakteri

Antibiotik

Antibakteri:

Ceftriaxone/

Cefotaxime/

Meropenem/

Cefixime

Page 112: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA IDENTIFIKASI DRUG …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33045/1/NABILAH... · tanpa obat, ketepatan pemilihan obat, dosis obat terlalu

95

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Lampiran 6. Evaluasi DRPs Dosis Kurang dari Dosis Terapi

NP Umur/

BB

Nama obat Dosis

standar

Perhitungan

dosis

seharusnya

Dosis

pakai

Keterangan

1 2/9 Diazepam 1 mg/kg 9x1=9 mg 3x1 mg Dosis kurang

2 2/10,7 Diazepam 1 mg/kg 10,7x1=10,7 mg 3x1 mg Dosis kurang

7 3,3/7,1 Diazepam 1 mg/kg 1x7,1=7,1 mg 3x1 mg Dosis kurang

8 10/42 Omeprazole 20 mg

sekali

sehari

20x42=840 mg 2x20 mg Dosis kurang

10/42 Ondansetron 0,15

mg/kg/dosi

s

0,15x42x3=

18,9 mg

3x4 mg Dosis kurang

9 2/8,5 Diazepam 1 mg/kg 1x8,5=8,5 3x1 mg Dosis kurang

2/7,1 Paracetamol 10-15

mg/kg/dosi

s

71 -106,5 mg 3x100 mg

(iv)

Dosis kurang

13 7/17 Ceftriaxone 50-75

mg/kg/hari

1050-1575 mg 1x750 mg

(iv)

Dosis kurang

15 2/9 Ranitidine 2-4

mg/kg/hari

18-36 mg 2x0,5 mg Dosis kurang

18 4/14 Diazepam 1 mg/kg 1x 14= 14mg 3x1,5 mg Dosis kurang

4/14 Ranitidine 2-4

mg/kg/hari

28-56 mg 2x 1,5 mg

(iv)

Dosis kurang

21 2/8 Metronidazole 30

mg/kg/hari

30x8=240 mg 3x35 mg Dosis kurang

31 2/8,2 Diazepam 1 mg/kg 1x8,2= 8,2 mg 3x1 mg Dosis kurang

2/8,2 Phenobarbital 15-20

mg/kg

123-164 mg 2x35 mg Dosis kurang

2/8,2 Dexamethason

e

0,5-2

mg/kg/hari

4,1-16,4 mg 3x1 mg

(iv)

Dosis kurang

35 2/16,5 Ceftriaxone 50-75

mg/kg/dosi

s

825-1237,5 mg 1x500 mg

(iv)

Dosis kurang

39 2/8 Furosemide 1-2

mg/kg/dosi

s

8-16 mg 4 mg (iv) Dosis kurang

Page 113: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA IDENTIFIKASI DRUG …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33045/1/NABILAH... · tanpa obat, ketepatan pemilihan obat, dosis obat terlalu

96

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Lampiran 7. Evaluasi DRPs Dosis Melebihi Dosis Terapi

NP Umur/

BB

Nama obat Dosis

standar

Perhitungan

dosis yang

seharusnya

Dosis

pakai

Keterangan

2 2/10,7 Methisoprinol 50 mg/kg 50x10,7=535

mg

3x1 cth=

750 mg

Dosis

berlebih

5 2,1/9 Paracetamol 10-15

mg/kg/dosis

90-135 mg 4-5x 1cth Dosis

berlebih

7 3,3/7,1 Paracetamol 10-15

mg/kg/dosis

71-106,5 mg 3x ½

cth=225

mg

Dosis

berlebih

3,3/7,1 Methisoprinol 50 mg/kg 50x7,1=355 mg 3x 1

cth=750

mg

Dosis

berlebih

8 10/42 Paracetamol 10-15

mg/kg/dosis

420-630 mg 3x500 mg

(iv)

Dosis

berlebih

9 2/8,5 Paracetamol 10-15

mg/kg/dosis

85-127,5 mg 4-5x 100

mg

Dosis

berlebih

2/8,5 Meropenem 20 mg/kg 20x8,5=170 mg 3x350 mg Dosis

berlebih

10 2/8 Paracetamol 10-15

mg/kg/dosis

80-120 mg 3x ¾

cth=337,5

mg

Dosis

berlebih

11 2/7,1 Fenobarbital 6-8

mg/kg/hari

42,6-56,8 mg 2x40 mg Dosis

berlebih

2/7,1 Fenitoin pulv 8-10 mg/kg 56,8-71 mg 2x40 mg Dosis

berlebih

2/7,1 Fenitoin 8-10 mg/kg 56,8-71 mg 2x40,2

(iv)

Dosis

berlebih

13 7/17 Ondansetron 0,15

mg/kg/dosis

0,15x17x3=7,65

mg

3x4 mg

(iv)

Dosis

berlebih

15 2/9 Methisoprinol 50 mg/kg 50x9=450 mg 3x1

cth=750

mg

Dosis

berlebih

2/9 Ondansetron 0,15

mg/kg/dosis

0,15x9x3=4,05

mg

3x2 mg

(iv)

Dosis

berlebih

16 2/10 Cefixime 8 mg/kg/hari 8x10 =80 mg 2x1

cth=200

mg

Dosis

berlebih

17 2/8,2 Paracetamol 10-15

mg/kg/dosis

82-123 mg 4x125 mg

(iv)

Dosis

berlebih

20 2,2/9,5 Ondansetron 0,15

mg/kg/dosis

0,15x9,5x2=2,8 2x2 mg Dosis

berlebih

21 2/8 Ondansetron 0,15

mg/kg/dosis

0,15x8x3=3,6

mg

3x1,5 mg Dosis

berlebih

24 6/14,5 Ondansetron 0,15

mg/kg/dosis

0,15x14,5x2=

4,35 mg

2x4 mg

(iv)

Dosis

berlebih

6/14,5 Ranitidin 2-4

mg/kg/hari

29-58 mg 3x20 mg Dosis

berlebih

27 2/9 Ondansetron 0,15 0,15x9x3= 4,05 3x2 mg Dosis

Page 114: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA IDENTIFIKASI DRUG …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33045/1/NABILAH... · tanpa obat, ketepatan pemilihan obat, dosis obat terlalu

97

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

mg/kg/dosis mg (iv) berlebih

29 2/8,2 Ondansetron 0,15

mg/kg/dosis

0,15x8,2x2=

2,46 mg

2x2 mg

(iv)

Dosis

berlebih

31 2/8,2 Metronidazole 30

mg/kg/hari

30x8,2=246 mg 2x600 mg Dosis

berlebih

33 2/6,8 Ambroxol 1,2-1,6

mg/kg 2-3 x

sehari

8,16-10,88 mg 3x ½

cth=22,5

mg

Dosis

berlebih

2/6,8 Ondansetron 0,15

mg/kg/dosis

0,15x6,8x3=

3,06 mg

3x2 mg Dosis

berlebih

34 2/12 Ambroxol 1,2-1,6

mg/kg 2-3x

sehari

14,4-19,2 mg 3x1

cth=45

mg

Dosis

berlebih

39 2/8 Ondansetron 0,15

mg/kg/dosis

0,15x8x2=2,4

mg

2x2 mg

(iv)

Dosis

berlebih

40 2/7 Captopril 0,3-0,5

mg/kg/dosis

4,2-7 mg 2x6,5 mg Dosis

berlebih

Page 115: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA IDENTIFIKASI DRUG …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33045/1/NABILAH... · tanpa obat, ketepatan pemilihan obat, dosis obat terlalu

98

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Lampiran 8. Evaluasi DRPs Interaksi Obat

Nomor

Pasien

Terapi Obat Interaksi Obat Mekanisme Interaksi

Obat

Jenis Interaksi

Obat

2 Methisoprinol

Lacto B

Zinc

Diazepam

Paracetamol

Diazepam-

Paracetamol

Diazepam menurunkan

kadar paracetamol

dengan cara

meningkatkan level

metabolisme, sehingga

dapat meningkatkan

metabolisme

hepatotoksik.

Farmakokinetik-

minor

7 IVFD KaEN 3B

Diazepam

Zinc

Lacto B

Paracetamol

Methisoprinol

Diazepam –

Paracetamol

Diazepam menurunkan

kadar paracetamol

dengan cara

meningkatkan

metabolisme sehingga

dapat meningkatkan

metabolisme

hepatotoksik.

Farmakokinetik-

minor

9 IVFD KaEN 3B

Diazepam

Zinc

Lacto B

Paracetamol

Ceftriaxone

Dexamethasone

KSR

Meropenem

Diazepam –

Paracetamol

Dexamethasone-

Diazepam

Diazepam menurunkan

kadar paracetamol

dengan cara

meningkatkan

metabolisme sehingga

dapat meningkatkan

metabolisme

hepatotoksik.

Dexamethasone

meningkatkan kadar atau

efek dari diazepam

dengan cara

mempengaruhi enzim

CYP3A4

Farmakokinetik-

minor

Farmakokinetik-

minor

11 Fenobarbital

Lacto B

Zinc

Ceftriaxone

Fenitoin pulv

IVFD Ringer Laktat

Diazepam

Paracetamol

Fenitoin

Diazepam-

Paracetamol

Fenobarbital-

Fenitoin

Fenobarbital-

Diazepam

Diazepam menurunkan

kadar paracetamol

dengan cara

meningkatkan

metabolisme sehingga

dapat meningkatkan

metabolisme

hepatotoksik.

Fenobarbital akan

menghambat

metabolisme dari

fenitoin,dengan

menginduksi enzim

CYP450.

Fenobarbital akan

menurunkan efek dari

diazepam dengan

mempengaruhi

metabolisme enzim

Farmakokinetik-

minor

Farmakokinetik-

moderate

Farmakokinetik-

moderate

Page 116: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA IDENTIFIKASI DRUG …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33045/1/NABILAH... · tanpa obat, ketepatan pemilihan obat, dosis obat terlalu

99

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Fenitoin-

Diazepam

Fenitoin–

Paracetamol

Fenobarbital-

Paracetamol

CYP19.

Menghambat

metabolisme dari

fenitoin, fenitoin akan

menurunkan

konsentreraasi plasma

diazepam dengan

menginduksi

metabolisme enzim

Fenitoin akan

meningkatkan potensi

hepatotoksik dari

paracetamol dan

menurunkan efek

farmakologisnya

Fenobarbital akan

meningkatkan potensi

hepatotoksik dari

paracetamol dan

menurunkan efek

terapeutik.

Farmakokinetik-

mederate

Farmakokinetik-

moderate

Farmakokinterik-

minor

14 IVFD Ringer Laktat

Ondansentron

Metronidazole

Lacto B

Zinc

Paracetamol

Metronidazole-

Paracetamol

Metronidazole akan

meningkatkan efek dari

paracetamol melalui

ezim hepatik CYP2E1

Farmakokinetik-

Minor

18 Lacto B

Zinc

Paracetamol

Diazepam

Oralit

Ranitidin

Ondansentron

IVFD KaEN 3B

Diazepam-

Paracetamol

Diazepam menurunkan

kadar paracetamol

dengan cara

meningkatkan

metabolisme sehingga

dapat meningkatkan

metabolisme

hepatotoksik.

Farmakokinetik-

minor

21 Lacto B

Zinc

IVFD KaEN 3B

Paracetamol

Ondansentron

Metronidazole

KSR

Oralit

Metronidazole –

Paracetamol

Metronidazole akan

meningkatkan efek dari

paracetamol dengan

mempengaruhi

metabolisme enzin

CYP2E1

Farmakokinetik-

minor

31 Lacto B

Zinc

Diazepam

Fenobarbital

Oralit

Metronidazole

Fenitoin

Ondansentron

Ceftriaxone

Fenobarbital-

Fenitoin

Fenobarbital akan

menghambat

metabolisme dari

fenitoin,dengan

menginduksi enzim

CYP450.

Farmakokinetik-

moderat

Page 117: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA IDENTIFIKASI DRUG …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33045/1/NABILAH... · tanpa obat, ketepatan pemilihan obat, dosis obat terlalu

100

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Dexamethasone

Fenobarbital-

Dexamethasone

Fenobarbital-

Diazepam

Fenobarbital-

Ondansentron

Fenitoin-

Dexamethsaone

Fenitoin-

Ondansentron

Fenitoin-

Diazepam

Penggunaan

dexamethasone

bersamaan dengan

fenobarbital akan

menurunkan efektifitas

dexamethasone,

fenobarbital akan

menurunkan

konsenterasi plasma

dexamethasone.

Fenobarbital akan

menurunkan efek dari

diazepam dengan

mempengaruhi

metabolisme enzim

CYP19.

Fenobarbital akan

menurunkan efek dari

ondansentron dengan

mempengaruhi

metabolisme enzim

CYP1A2.

Fenitoin akan

meningkatkan clearence

metabolik dari

dexamethasone ,

menurunkan kadar

steroid dalam darah dan

aktifitas fisiologis.

Fenitoin akan

menginduksi

metabolisme enzim

CYP450 3A4.

Fenitoin akan

menurunkan efek dari

ondansentron dengan

mempengaruhi enzim

CYP3A4

Diazepam Menghambat

metabolisme dari

fenitoin, fenitoin akan

menurunkan

konsentreraasi plasma

diazepam dengan

menginduksi

metabolisme enzim

Farmakokinetik

Moderat

Farmakokinetik-

Moderate

Farmakokinetik-

Minor

Farmakokinetik-

Moderat

Farmakokinetik-

Moderat

Farmakokinetik-

Moderat

Page 118: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA IDENTIFIKASI DRUG …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33045/1/NABILAH... · tanpa obat, ketepatan pemilihan obat, dosis obat terlalu

101

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Dexamethasone-

diazepam

Metronidazole-

Fenitoin

Metronidazole-

Dexamethasone

Metronidazole-

Diazepam

Dexamethasone

meningkatkan kadar atau

efek dari diazepam

dengan cara

mempengaruhi enzim

CYP3A4

Metronidazole akan

meningkatkan

konsenterasi serum

fenitoin,dengan

mempengaruhi enzim

CYP450 2C9.

Metronidazole akan

meningkatkan efek dari

dexamethasone dengan

mempengaruhi

metabolisme enzim CYP

3A4.

Metronidazole akan

meningkatkan efek dari

diazepam dengan

mempengaruhi

metabolisme enzim CYP

3A4.

Farmakokinetik-

Minor

Farmakokinetik-

Moderate

Frmakokinetik-

minor

Farmakokinetik-

minor

32 Lacto B

Zinc

Diazepam

Paracetamol

Methisoprinol

KSR

Oralit

IVFD KaEN 3B

Dexamethasone

Ceftriaxone

Ranitidine

Dexamethasone

– Diazepam

Diazepam-

Paracetamol

Dexamethasone

meningkatkan kadar atau

efek dari diazepam

dengan cara

mempengaruhi enzim

CYP3A4

Diazepam menurunkan

kadar paracetamol

dengan cara

meningkatkan

metabolisme.

Farmakokinetik-

minor

Farmakokinetik-

minor

36 Lacto B

Zinc

KSR

Ceftriaxone

Paracetamol

Ondansentron

Metronidazole

Metronidazole –

Paracetamol

Metronidazole akan

meningkatkan efek dari

paracetamol dengan

mempengaruhi

metabolisme enzin

CYP2E1

Farmakokinetik-

minor

39 Lacto B

Zinc

Candistatin

Ondansentron

Ceftriaxone -

Furosemide

Ceftriaxone akan

meningkatkan toksisitas

furosemide secara

sinergis dan

Farmakodinamik-

minor

Page 119: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA IDENTIFIKASI DRUG …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33045/1/NABILAH... · tanpa obat, ketepatan pemilihan obat, dosis obat terlalu

102

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Paracetamol

Ceftriaxone

Furosemide

Candistatin

meningkatkan resiko

nefrotoksik

40 Lacto B

Zinc

Methisoprinol

Captopril

Furosemide

Ceftriaxone

Ceftriaxone -

Furosemide

Ceftriaxone akan

meningkatkan toksisitas

furosemide secara

sinergis dan

meningkatkan resiko

nefrotoksik

Farmakodinamik-

minor

Page 120: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA IDENTIFIKASI DRUG …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33045/1/NABILAH... · tanpa obat, ketepatan pemilihan obat, dosis obat terlalu

103

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Lampiran 9. Hasil Analisis Hubungan antara Penyakit Penyerta dengan DRPs

Case Processing Summary

Cases

Valid Missing Total

N Percent N Percent N Percent

penyerta * DRPs 40 100.0% 0 .0% 40 100.0%

penyerta * DRPs Crosstabulation

DRPs

Total

tidak terjadi

DRPs terjadi DRPs

penyerta tanpa penyakit penyerta Count 8 12 20

% within penyerta 40.0% 60.0% 100.0%

dengan penyakit penyerta Count 2 18 20

% within penyerta 10.0% 90.0% 100.0%

Total Count 10 30 40

% within penyerta 25.0% 75.0% 100.0%

Chi-Square Tests

Value df

Asymp. Sig. (2-

sided)

Exact Sig. (2-

sided)

Exact Sig. (1-

sided)

Pearson Chi-Square 4.800a 1 .028

Continuity Correctionb 3.333 1 .068

Likelihood Ratio 5.063 1 .024

Fisher's Exact Test .065 .032

Linear-by-Linear Association 4.680 1 .031

N of Valid Casesb 40

a. 0 cells (,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 5,00.

b. Computed only for a 2x2 table

Page 121: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA IDENTIFIKASI DRUG …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33045/1/NABILAH... · tanpa obat, ketepatan pemilihan obat, dosis obat terlalu

104

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Risk Estimate

Value

95% Confidence Interval

Lower Upper

Odds Ratio for penyerta

(tanpa penyakit penyerta /

dengan penyakit penyerta)

6.000 1.082 33.274

For cohort DRPs = tidak

terjadi DRPs 4.000 .967 16.551

For cohort DRPs = terjadi

DRPs .667 .453 .981

N of Valid Cases 40

Page 122: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA IDENTIFIKASI DRUG …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33045/1/NABILAH... · tanpa obat, ketepatan pemilihan obat, dosis obat terlalu

105

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Lampiran 10. Hasil Analisis Hubungan antara Jumlah Obat dengan DRPs

Case Processing Summary

Cases

Valid Missing Total

N Percent N Percent N Percent

obat * DRPs 40 100.0% 0 .0% 40 100.0%

obat * DRPs Crosstabulation

DRPs

Total

tidak terjadi

DRPs terjadi DRPs

obat 1-5 obat Count 5 5 10

% within obat 50.0% 50.0% 100.0%

6-10 obat Count 5 24 29

% within obat 17.2% 82.8% 100.0%

>10 obat Count 0 1 1

% within obat .0% 100.0% 100.0%

Total Count 10 30 40

% within obat 25.0% 75.0% 100.0%

Chi-Square Tests

Value df

Asymp. Sig. (2-

sided)

Pearson Chi-Square 4.598a 2 .100

Likelihood Ratio 4.462 2 .107

Linear-by-Linear Association 4.382 1 .036

N of Valid Cases 40

a. 3 cells (50,0%) have expected count less than 5. The minimum

expected count is ,25.

Page 123: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA IDENTIFIKASI DRUG …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33045/1/NABILAH... · tanpa obat, ketepatan pemilihan obat, dosis obat terlalu

106

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Page 124: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA IDENTIFIKASI DRUG …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33045/1/NABILAH... · tanpa obat, ketepatan pemilihan obat, dosis obat terlalu

104 UIN Syarif Hidyatullah Jakarta

Golongan Terapi Obat Jenis Obat Frekuensi Presentase (%) Dosis Standar per Hari

1.Cairan Rehidrasi Oral 55 18,3

Oralit 14 4,67 Anak dengan usia 1-2 tahun: 600-800 ml, usia 2-4 tahun: 800-1200ml, usia 5-14 tahun: 1200-2200ml. Pemberian dilakukan tiap kali anak mengalami mencret (WHO, 2005).

Cairan Rehidrasi Parenteral

IVFD KaEN 3B 30 10 Dosis dewasa dan anak berusia ≥ 3 tahun atau BB ≥ 15kg 500-1000 mL pada 1x pemberian secara intarvena (mims, )

IVFD Ringer Laktat

5 1,67 Untuk diare ringan sedang, diberikan sebanyak 75cc/kgBB selama 4 jam. Penilaian kembali dilakukan setiap 1-2 jam. Ringer laktat untuk anak dengan dehidrasi berat diberikan 30ml/kg dalam 30 menit. Lalu berikan 70 ml/kg dalam 2 ½ jam (WHO, 2005).

IVFD Asering 6 2 Disesuaikan pada setiap individu.

2.Antiinfeksi 42 14,2

Antibiotik (chephalosporin generasi 3 )

Cefotaxime Ceftriaxone Cefixime

4

31

1

1,3

10,3

0,3

Larutan injeksi, dosis anak usia 1 bulan-12 tahun: 50-180 mg/kg/hari secara IV dibagi setiap 4-6 jam perhari, dan untuk usia >12 tahun 1-2 g secara IV setiap 4-8 jam. Infeksi karena organisme: usia<12 tahun atau BB<50kg dosis 50-200 mg/kg/hari secara IV setiap 6-8 jam, Pneumonia: usia <12 tahun atau BB <50kg dosis 200mg/kg/hari secara IV setiap 8 jam, usia >12 tahun atau BB>50kg dosis 1-2 g secara IV setiap 8 jam (drugs.com). Demam tifoid: usia <12 tahun atau BB<50 kg dosis 150-200 mg/kg/hari secara IV setiap 6-8 jam, usia >12 tahun atau BB>50kg: 1-2 g secara IV. Dosis anak 50-75 mg/kg/hari setiap 12-24 jam, bakteri akut otitis media: 50 mg/kg (dosis maksimum: 1 g), demam tifoid:IV: 75-80 mg/kgselama 5-14 hari. Digunakan secara oral, dosis untuk anak: 8 mg/kg/hari terbagi setiap 12-24 jam, dosis maksimum 400 mg/hari.

Page 125: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA IDENTIFIKASI DRUG …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33045/1/NABILAH... · tanpa obat, ketepatan pemilihan obat, dosis obat terlalu

105 UIN Syarif Hidyatullah Jakarta

Antibiotik Aminoglikosida

Gentamycin 1 0,3 Sediaan injeksi 10mg/mL dan 40 mg/mL. Untuk anak usia ≥5 tahun 2-2,5mg/kg/dosis secara IV, untuk anak usia >5 tahun: 2,5 mg/kg/dosis secara IV.

Antibiotik Metronidazole Metronidazole 5 1,67 Untuk infeksi bakteri: 30 mg/kg/hari secara oral atau IV dibagi setiap 6 jam, dosis tidak boleh melebihi 4 g/hari. Amebiasis: 35-50 mg/kg secara oral terbagi setiap 8 jam selama 10 hari, giardiasis: 15 mg/kg/hari secara oral atau IV terbagi setiap 8 jam selama 5 hari. H-Pylori:dengan amoxicilin dan bismut subsalisilat dengan dosis 15-20 mg/kg/hari secara oral dosis terbagi setiap 12 jam selama 4 minggu.infeksi anaerobik:oral,IV: 30 mg/kg/hari dibagi setiap 6 jam, dosis maksimum 4 g/hari.

Antibiotik carbapenem. Meropenem 1 0,3 Dosis untuk anak-anak ≥3bulan untuk anak dengan infeksi kulit: 10 mg/kg/dosis setiap 8 jam, dosis maksimum500 mg, infeksi pencernaan: 20 mg/kg/dosis setiap 8 jam dan dosis maksimum 1 g, meningitis: 40 mg/kg/dosis setiap 8 jam dengan dosis maksimum 2 g (taketomo, 2009).

3. Probiotik Lacto B 46 15,3 Untuk anak 1-6 tahun 3 sachet/hari, kurang dari 1 tahun 2 sachet/hari (mims).

4. Suplemen Zinc 45 15 Anak usia< 6 bulan : ½ tablet (10 mg) per hari selama 10 hari, anak usia >6 bulan: 1 tablet (20 mg)perhari selama 10 hari (Kemenkes RI, 2011).

5. Obat Lain 113 37,6

Diazepam 11 3,67 Seizure: usia 2-5 tahun 0,5 mg/kg, usia 6-11 tahun 0,3 mg/kg, usia >12 tahun 0,2 mg/kg. Status epileptikus: 0,1-0,3 mg/kg dosis diberikan 3-5 menit , dosis maksimum 10 mg diberikan setiap 5-10 menit secara IV. Ansietas: usia 1-12 tahun 0,12-0,8 mg/kg/hari dosis terbagi setiap 6-8 jam secara oral 0,04-0,3 mg/kg/hari setiap 2-4 jam dan dosis maksimum 0,6 mg/kg setiap 8 jam secara intramuscular (IM).

Candistain 5 1,67 Digunakan secara oral, dosis untuk anak dan dewasa adalah 400,000-600,000 unit 4x/hari.

Ambroxol 5 1,67 Dosis anak-anak: 1,2-1,6mg/kg 2-3x sehari.

Paracetamol 31 10,3 Dosis anak secara oral: 10-15 mg/kg/dosis setiap 4-6 jam, secara

Page 126: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA IDENTIFIKASI DRUG …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33045/1/NABILAH... · tanpa obat, ketepatan pemilihan obat, dosis obat terlalu

106 UIN Syarif Hidyatullah Jakarta

rektal: 10-20 mg/kg/dosis setiap 4-6 jam. Untuk anak ≥12 tahun dosis secara oral dan rektal: 325-650 mg setiap 4-6 jam atau 1000 mg 3-4 kali/hari, jangan melebihi 4g/hari.

Ondancentron 26 8,67 Untuk anak usia <4 tahun secara oral: tidak ada dosis yang disetujui oleh FDA secara oral. Usia 4-11 tahun secara oral : 4mg 3 kali/hari digunakan 30 menit sebelum kemoterapi, lalu gunakan 4-8 jam sehabis dosis yang pertama. Usia >12 tahun:8 mg 3 kali/hari. Dosis untuk anak usia> 6 bulan secara IV: 0,1 5 mg/kg/dosis diinfus selama 30 menit sebelum kemoterapi.

Aminosteril 1 0,3

KSR 5 1,67 Dosis anak: 1-2 tab 2-3 kali/hari.

Metisoprinol 6 2 Dosis anak: 50 mg/kg

Omeprazole 1 0,3 GERD, ulcer, esofagitis: untuk anak usia 1-16 tahun dengan BB 5-10kg: 5mg sekali sehari, 10-20kg: 10 mg satu kali sehari, >20 kg: 20 mg sekali sehari. Terapi tambahan untuk anak dengan tukak duodenum yang disebabkan karena bakteri H.pylori dikombinasikan dengan antibiotik terapi seperti clarithromycin dan amoxicilin dengan dosis: 10 mg 2 kali/hari untuk anak dengan BB 15-30kg, dan 20 mg 2x/hari untuk anak dengan BB >30 kg.

Dexamethasone 3 1 Dosis anak dengan edema atau ekstubasi secara oral,IV,IM: o,5-2 mg /kg/hari setiap 6 jam. Antiemetik secara IV: 10 mg/m2/dosis (dosis maksimum: 20 mg) dan 5 mg/ m2/dosis setiap 6 jam. Antiinflamasi oral,IV,IM: 0,08-0,3 mg/kg/hari atau 2,5-10 mg/m2/hari setiap 6-12 jam. Edema serebral secara oral,IV,IM: dosis awal: 1-2 mg/kg/dosis, dosis pemeliharaan:1-1,5mg/kg/hari (dosis maksimum: 16mg/hari)dosis dibagi setiap 6-12 jam.

Fenitoin 3 1 Dosis anak untuk status epileptikus:15-18 mg/kg, dosis pemeliharaan: dosis awal 5mg/kg/hari dalam 2-3 dosis terbagi, dosis umum anak usia 0,5-3 tahun: 8-10 mg/kg, 4-6 tahun: 7,5-9 mg/kg/hari, 7-9 tahun: 7-8 mg/kg/hari, 10-16 tahun: 6-7 mg/kg/hari. Antikonvulsi secara oral: dosis awal:15-20 mg/kg dosis dibagi menjadi 3 dan diberikan etiap 2-4 jam, dosis perawatan:

Page 127: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA IDENTIFIKASI DRUG …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33045/1/NABILAH... · tanpa obat, ketepatan pemilihan obat, dosis obat terlalu

107 UIN Syarif Hidyatullah Jakarta

sama seperti loading dose, dosis dibagi menjadi 3 dosis/hari.

Fenobarbital 1 0,3 Dosis anak untuk antikonvulsi: status epileptikus dosis awal: 15-20 mg/kg (dosis maksimum 1000 mg/dosis) secara IV, dosis pemeliharaan: oral, IV anak usia 1-5 tahun: 6-8 mg/kg/hari, 5-12 tahun:4-6 mg/kg/hari. Sedasi : oral 2mg/kg 3 kali/hari, hipnotik: IV,IM 3-5 mg/kg pada waktu tidur.

Ranitidine 10 3,3 Dosis anak >1 bulan-16 tahun: gastritis/ulkus duodenal: oral:4-8 mg/kg/hari dosis maksimum: 300mg/hari, dosis pemeliharaan: 2-4 mg/kg/hari dengan dosis maksimum: 150 mg/hari , IV:2-4 mg/kg/hari dibagi setiap 6-8 jam, dosis maksimum: 200 mg/hari, GERD:oral: 4-10 mg/kg/hari 2x sehari dosis maksimum:300 mg/hari, GERD:IV: 2-4 mg/kg/hari dosis dibagi setiap 6-8 jam, dosis maksimum: 200mg/hari.

Ferriz 1 0,3

Furosemide 2 0,67 Dosis untuk anak: oral: 1-4 mg/kg/dosis setiap 6-8 jam, tidak boleh melebihi 6mg/kg/dosis. IM,IV: 1-2 mg/kg/dosis setiap 6-12 jam dilanjutkan dengan infus 0,05 mg/kg/jam.

Captopril 1 0,3 Dosis anak: dosis awal: 0,3-0,5 mg/kg/dosis, dosis maksimum 6 mg/kg/hari, anak yang lebih tua: dosis awal: 6,25-12,5 mg/dosis setiap 12-24 jam.

Spironolactone 1 0,3 Dosis untuk anak diuretik,hipertensi: 1-3,3 mg/kg/hari setiap 6-12 jam, jangan melebihi 100 mg/hari.

Page 128: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA IDENTIFIKASI DRUG …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33045/1/NABILAH... · tanpa obat, ketepatan pemilihan obat, dosis obat terlalu

110

Lampiran 12. Data Pasien

Pasien : 1

Jenis Kelamin : Laki-laki

Usia : 2 tahun

BB : 9 kg

Lama dirawat : 07/07/2015-10/07/2015

Riwayat Penyakit : -

Diagnosa Masuk : KDK, Diare akut dehidrasi

ringan sedang

Keluhan Masuk : BAB cair lebih dari 3x

sehari, kejang,demam

Tanggal

07/07/2015

Hasil laboratorium

Hemoglobin 9,2 g/dL

Leukosit 10,0 103/uL

Hematokrit 28 %

Trombosit 478 103/uL

Eritrosit - 103/uL

Natrium - mmol/L

Kalium - mmol/L

Klorida - mmol/L

Hasil Pemeriksaan Feses

Makroskopik :

Warna kuning

Konsistensi lembek

Darah -

Lendir -

Cacing dewasa -

Mikroskopik :

Leukosit 5-8

Eritrosit 0-2

Telur cacing:

Ascaris -

Trichluris -

Oxyuris -

Ankylostoma -

Taenia -

Enterobius -

Jamur -

Bakteri penuh

Keadaan

Keluar

Sembuh

Terapi obat

Ambroxol syrup 3x1 cth oral

Lacto B 3x2 scht oral

Zinc 1x20 mg oral

Diazepam 3x1 mg oral

Candistatin 4x1 ml oral

Ceftriaxone 1x500 mg IV

Page 129: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA IDENTIFIKASI DRUG …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33045/1/NABILAH... · tanpa obat, ketepatan pemilihan obat, dosis obat terlalu

111

Pasien : 2

Jenis Kelamin : Laki-laki

Usia : 2 tahun

BB : 10,7 kg

Lama dirawat : 01/08/2015-02/08/2015

Riwayat Penyakit : -

Diagnosa Masuk : KDK, Diare akut dehidrasi

ringan sedang

Keluhan Masuk : BAB cair, kejang,demam

Tanggal

01/08/2015

Hasil laboratorium

Hemoglobin 12,5 g/dL

Leukosit 9,1 103/uL

Hematokrit 37 %

Trombosit 259 103/uL

Eritrosit 4,9 103/uL

Natrium 133 mmol/L

Kalium 3,9 mmol/L

Klorida 104 mmol/L

Hasil Pemeriksaan

Feses

Makroskopik :

Warna kuning

Konsistensi lembek

Darah -

Lendir -

Cacing dewasa -

Mikroskopik :

Leukosit 5-8

Eritrosit 0-2

Telur cacing:

Ascaris -

Trichluris -

Oxyuris -

Ankylostoma -

Taenia -

Enterobius -

Jamur -

Bakteri penuh

Keadaan

Keluar

Sembuh

Terapi obat

Metisoprinol 3x1 cth oral

Lacto B 3x2 scht oral

Zinc 1x20 mg oral

Diazepam 3x1 mg oral

Paracetamol 3x1 cth oral

Page 130: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA IDENTIFIKASI DRUG …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33045/1/NABILAH... · tanpa obat, ketepatan pemilihan obat, dosis obat terlalu

112

Pasien : 3

Jenis Kelamin : Laki-laki

Usia : 3 tahun

BB : 13 kg

Lama dirawat : 22/08/2015- 24/08/2015

Riwayat Penyakit : -

Diagnosa Masuk : KDK, Diare akut dehidrasi

ringan sedang + vomitus

Keluhan Masuk : BAB cair >5x,demam

Tanggal

22/08/2015

Hasil laboratorium

Hemoglobin 13,8 g/dL

Leukosit 7,1 103/uL

Hematokrit 39 %

Trombosit 339 103/uL

Eritrosit 5,1 103/uL

Natrium 133 mmol/L

Kalium 3,9 mmol/L

Klorida 104 mmol/L

Hasil Pemeriksaan Feses

Makroskopik :

Warna kuning

Konsistensi lembek

Darah -

Lendir -

Cacing dewasa -

Mikroskopik :

Leukosit 5-8

Eritrosit 0-2

Telur cacing:

Ascaris -

Trichluris -

Oxyuris -

Ankylostoma -

Taenia -

Enterobius -

Jamur -

Bakteri penuh

Keadaan

Keluar

Sembuh

Terapi obat

IVFD KaEN 3B 3cc/kgBB/jam IV

Ceftriaxon 1x500 mg IV

Zinc 1x20 mg oral

Lacto B 2x1 scht oral

Pracetamol 4-5x 1cth oral

Oralit 1000cc oral

Page 131: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA IDENTIFIKASI DRUG …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33045/1/NABILAH... · tanpa obat, ketepatan pemilihan obat, dosis obat terlalu

113

Pasien : 4

Jenis Kelamin : Laki-laki

Usia : 2 tahun

BB : 14 kg

Lama dirawat : 12/08/2015- 14/08/2015

Riwayat Penyakit : -

Diagnosa Masuk : diare akut dehidrasi ringan

sedang

Keluhan Masuk : diare >3x sehari, demam naik

turun,mual dan tidak nafsu makan.

Tanggal

13/08/2015

Hasil laboratorium

Hemoglobin 14,2 g/dL

Leukosit 6,6 103/uL

Hematokrit 41 %

Trombosit 382 103/uL

Eritrosit - 103/uL

Natrium - mmol/L

Kalium - mmol/L

Klorida - mmol/L

Hasil Pemeriksaan Feses

Makroskopik :

Warna kuning

Konsistensi cair

Darah -

Lendir -

Cacing dewasa -

Mikroskopik :

Leukosit 4-8

Eritrosit 1-2

Telur cacing:

Ascaris -

Trichluris -

Oxyuris -

Ankylostoma -

Taenia -

Enterobius -

Jamur -

Bakteri penuh

Keadaan

Keluar

Sembuh

Terapi obat

Ondancentron 2x2 mg IV

Metronidazole 3x75 mg IV

Zinc 1x20 mg oral

Lacto B 2x1 scht oral

Page 132: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA IDENTIFIKASI DRUG …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33045/1/NABILAH... · tanpa obat, ketepatan pemilihan obat, dosis obat terlalu

114

Pasien : 5

Jenis Kelamin : Laki-laki

Usia : 2 tahun

BB : 9 kg

Lama dirawat : 30/08/2015- 4/08/2015

Riwayat Penyakit : -

Diagnosa Masuk : KDK, Diare akut dehidrasi

ringan sedang

Keluhan Masuk : BAB cair >5x,kejang,tidak

demam. Namun selama perawatan pasien

mengalami demam beberapa hari.

Tanggal

22/08/2015

Hasil laboratorium

Hemoglobin 13,8 g/dL

Leukosit 7,1 103/uL

Hematokrit 39 %

Trombosit 339 103/uL

Eritrosit 5,1 103/uL

Natrium 133 mmol/L

Kalium 3,9 mmol/L

Klorida 104 mmol/L

Hasil Pemeriksaan

Feses

Makroskopik :

Warna kuning

Konsistensi lembek

Darah -

Lendir -

Cacing dewasa -

Mikroskopik :

Leukosit 5-8

Eritrosit 0-2

Telur cacing:

Ascaris -

Trichluris -

Oxyuris -

Ankylostoma -

Taenia -

Enterobius -

Jamur -

Bakteri penuh

Keadaan

Keluar

Sembuh

Terapi obat

IVFD KaEN 3B 3cc/kgBB/jam IV

Ceftriaxon 1x500 mg IV

Zinc 1x20 mg oral

Lacto B 2x1 scht oral

Pracetamol 4-5x 1cth oral

Oralit 1000cc oral

Page 133: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA IDENTIFIKASI DRUG …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33045/1/NABILAH... · tanpa obat, ketepatan pemilihan obat, dosis obat terlalu

115

Pasien : 6

Jenis Kelamin : Laki-laki

Usia : 5 tahun

BB : 16 kg

Lama dirawat : 07/09/2015- 09/09/2015

Riwayat Penyakit : -

Diagnosa Masuk : Diare akut dehidrasi ringan

sedang obs vomitus

Keluhan Masuk : BAB cair >3x, demam naik

turun, muntah kurang lebih 2x.

Tanggal

22/08/2015

Hasil laboratorium

Hemoglobin 14,5 g/dL

Leukosit 9,7 103/uL

Hematokrit 40 %

Trombosit 405 103/uL

Eritrosit - 103/uL

Natrium - mmol/L

Kalium - mmol/L

Klorida - mmol/L

Hasil Pemeriksaan Feses

Makroskopik :

Warna kuning

Konsistensi lembek

Darah -

Lendir -

Cacing dewasa -

Mikroskopik :

Leukosit 5-8

Eritrosit 0-2

Telur cacing:

Ascaris -

Trichluris -

Oxyuris -

Ankylostoma -

Taenia -

Enterobius -

Jamur -

Bakteri penuh

Keadaan

Keluar

Sembuh

Terapi obat

IVFD KaEN 3B 4cc/kgBB/jam IV

Ondancentron 2x2 mg IV

Zinc 1x20 mg oral

Lacto B 2x1 scht oral

Oralit 100cc oral

Page 134: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA IDENTIFIKASI DRUG …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33045/1/NABILAH... · tanpa obat, ketepatan pemilihan obat, dosis obat terlalu

116

Pasien : 7

Jenis Kelamin : Perempuan

Usia : 3,3 tahun

BB : 7,1 kg

Lama dirawat : 29/09/2015- 30/09/2015

Riwayat Penyakit : -

Diagnosa Masuk : KDK, Diare akut dehidrasi

ringan,anemia.

Keluhan Masuk : BAB cair 3x,kejang,tidak

demam

Tanggal

29/09 /2015

Hasil laboratorium

Hemoglobin 8,8 g/dL

Leukosit 7,4 103/uL

Hematokrit 28%

Trombosit 237 103/uL

Eritrosit 4,7 103/uL

Natrium - mmol/L

Kalium - mmol/L

Klorida - mmol/L

Hasil Pemeriksaan Feses

Makroskopik :

Warna coklat

Konsistensi lembek

Darah -

Lendir -

Cacing dewasa -

Mikroskopik :

Leukosit 2-4

Eritrosit 0-2

Telur cacing:

Ascaris -

Trichluris -

Oxyuris -

Ankylostoma -

Taenia -

Enterobius -

Jamur -

Bakteri +

Keadaan

Keluar

Sembuh

Terapi obat

IVFD KaEN 3B 16 tpm makro IV

Diazepam 3x1 mg oral

Zinc 1x20 mg oral

Lacto B 3x 1 scht oral

Pracetamol 3x 1½ cth oral

Metisoprinol 3x1 cth oral

Page 135: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA IDENTIFIKASI DRUG …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33045/1/NABILAH... · tanpa obat, ketepatan pemilihan obat, dosis obat terlalu

117

Pasien : 8

Jenis Kelamin : Perempuan

Usia : 10 tahun

BB : 42 kg

Lama dirawat : 22/09/2015- 23/09/2015

Riwayat Penyakit : -

Diagnosa Masuk : Diare akut dehidrasi ringan

sedang, diabetik

Keluhan Masuk : mual, muntah, kepala

pusing,BAB 3x, selama perawatan pasien

mengalami naik turun demam.

Tanggal

08/12 /2015

Hasil laboratorium

Hemoglobin 14,4 g/dL

Leukosit 6,5 103/uL

Hematokrit 42%

Trombosit 277 103/uL

Eritrosit 5,2 103/uL

Natrium - mmol/L

Kalium - mmol/L

Klorida - mmol/L

Hasil Pemeriksaan

Feses

Makroskopik :

Warna coklat

Konsistensi lembek

Darah -

Lendir -

Cacing dewasa -

Mikroskopik :

Leukosit 2-4

Eritrosit 0-2

Telur cacing:

Ascaris -

Trichluris -

Oxyuris -

Ankylostoma -

Taenia -

Enterobius -

Jamur -

Bakteri +

Keadaan

Keluar

Sembuh

Terapi obat

IVFD KaEN 3B 10 tpm makro IV

Zinc 1x20 mg oral

Lacto B 3x1 scht oral

Paracetamol 3x500 mg IV

Omeprazole 2x20 mg IV

Ondancentron 3x4 mg IV

Ranitidin 3x50 mg IV

Page 136: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA IDENTIFIKASI DRUG …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33045/1/NABILAH... · tanpa obat, ketepatan pemilihan obat, dosis obat terlalu

118

Pasien : 9

Jenis Kelamin : Laki-laki

Usia : 2 tahun

BB : 8,5 kg

Lama dirawat : 09/09/2015- 19/09/2015

Riwayat Penyakit : sepsis, syok.

Diagnosa Masuk : KDK, Diare akut dehidrasi

ringan sedang,vomitus

Keluhan Masuk : BAB cair 5x,demam 38,2 oC,lemas,muntah setiap makan,batuk pilek,selama

perawatan pasien mengalami 1x kejang dan

panasselama 2 hari.

Tanggal

10/09 /2015

Hasil laboratorium

Hemoglobin 10,1 g/dL

Leukosit 13,6 103/uL

Hematokrit 29 %

Trombosit 236 103/uL

Eritrosit - 103/uL

Natrium 136 mmol/L

Kalium 3,0 mmol/L

Klorida 106 mmol/L

Hasil Pemeriksaan

Feses

Makroskopik :

Warna coklat

Konsistensi lembek

Darah -

Lendir -

Cacing dewasa -

Mikroskopik :

Leukosit 1-2

Eritrosit 0-2

Telur cacing:

Ascaris -

Trichluris -

Oxyuris -

Ankylostoma -

Taenia -

Enterobius -

Jamur -

Bakteri +

Keadaan

Keluar

Sembuh

Terapi obat

IVFD KaEN 3B 10 cc IV

Diazepam 3x1 mg oral

Zinc 1x20 mg oral

Lacto B 2x 1 scht oral

Pracetamol 4-5x 100mg IV

Ceftriaxone 1x500 mg IV

Dexamethason 2x 2,5 mg IV

KSR 3x250 mg oral

Meropenem 3x350 mg IV

Page 137: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA IDENTIFIKASI DRUG …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33045/1/NABILAH... · tanpa obat, ketepatan pemilihan obat, dosis obat terlalu

119

Pasien : 10

Jenis Kelamin : Perempuan

Usia : 2 tahun

BB : 8 kg

Lama dirawat : 24/10/2015- 25/10/2015

Riwayat Penyakit : -

Diagnosa Masuk :, Diare akut dehidrasi ringan

sedang,Febris

Keluhan Masuk : demam lebih dari 1 minggu,

BAB mencret lebih dari 3x perhari, muntah

kadang-kadang, masih mau makan dan minum.

Tanggal

24/10 /2015

Hasil laboratorium

Hemoglobin 9,7 g/dL

Leukosit 6,8 103/uL

Hematokrit 32%

Trombosit 362 103/uL

Eritrosit 4,7 103/uL

Natrium 130 mmol/L

Kalium 4,3 mmol/L

Klorida 97 mmol/L

Hasil Pemeriksaan Feses

Makroskopik :

Warna kuning

Konsistensi lembek

Darah -

Lendir +

Cacing dewasa -

Mikroskopik :

Leukosit 2-3

Eritrosit 0-1

Telur cacing:

Ascaris -

Trichluris -

Oxyuris -

Ankylostoma -

Taenia -

Enterobius -

Jamur -

Bakteri +

Keadaan

Keluar

Sembuh

Terapi obat

Ceftriaxone 1x500 mg IV

Lacto B 2x1 mg oral

Zinc 1x20 mg oral

Paracetamol 3x ¾ cth oral

IVFD KaEN 3B 500 cc/12 jam (12 tpm) IV

Page 138: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA IDENTIFIKASI DRUG …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33045/1/NABILAH... · tanpa obat, ketepatan pemilihan obat, dosis obat terlalu

120

Pasien : 11

Jenis Kelamin : Perempuan

Usia : 2 tahun

BB : 7,1 kg

Lama dirawat : 22/10/2015- 26/10/2015

Riwayat Penyakit : kejang

Diagnosa Masuk :, Diare akut dehidrasi ringan

sedang,KDK

Keluhan Masuk : BAB ±3x sehari, demam

naik turun.

Tanggal

23/10 /2015

Hasil laboratorium

Hemoglobin 12,0 g/dL

Leukosit 8,2 103/uL

Hematokrit 34 %

Trombosit 257 103/uL

Eritrosit - 103/uL

Natrium - mmol/L

Kalium - mmol/L

Klorida - mmol/L

Hasil Pemeriksaan Feses

Makroskopik :

Warna kuning

Konsistensi lembek

Darah -

Lendir -

Cacing dewasa -

Mikroskopik :

Leukosit 3-5

Eritrosit 1-2

Telur cacing:

Ascaris -

Trichluris -

Oxyuris -

Ankylostoma -

Taenia -

Enterobius -

Jamur -

Bakteri +

Keadaan

Keluar

Sembuh

Terapi obat

Fenobarbital 2x40 mg oral

Lacto B 2x1 scht oral

Zinc 1x20 mg oral

Ceftriaxon 1x400 mg IV

Fenitoin pulv 2x40 mg oral

IVFD RL 10 tpm makro IV

Diazepam 3x1 mg oral

Paracetamol drip 3x100 mg IV

Fenitoin (40,2mg) 2x 40,2 mg IV

Page 139: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA IDENTIFIKASI DRUG …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33045/1/NABILAH... · tanpa obat, ketepatan pemilihan obat, dosis obat terlalu

121

Pasien : 12

Jenis Kelamin : Perempuan

Usia : 2 tahun

BB : 8 kg

Lama dirawat : 31/10/2015- 02/11/2015

Riwayat Penyakit : -

Diagnosa Masuk :Diare akut dehidrasi ringan

sedang,

Keluhan Masuk : BAB ±3x sehari

Tanggal

31/10 /2015

Hasil laboratorium

Hemoglobin 13,0 g/dL

Leukosit 12,2 103/uL

Hematokrit 38 %

Trombosit 339 103/uL

Eritrosit 5,2 103/uL

Natrium 132 mmol/L

Kalium 3,2 mmol/L

Klorida 102 mmol/L

Hasil Pemeriksaan Feses

Makroskopik :

Warna kuning

Konsistensi lembek

Darah -

Lendir +

Cacing dewasa -

Mikroskopik :

Leukosit 2-4

Eritrosit 0-1

Telur cacing:

Ascaris -

Trichluris -

Oxyuris -

Ankylostoma -

Taenia -

Enterobius -

Jamur -

Bakteri +

Keadaan

Keluar

Sembuh

Terapi obat

Lacto B 2x1 scht oral

Zinc 1x20 mg oral

Oralit 100cc tiap BAB oral

Ceftriaxon 1x400 mg IV

IVFD Asering 60 tpm IV

Page 140: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA IDENTIFIKASI DRUG …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33045/1/NABILAH... · tanpa obat, ketepatan pemilihan obat, dosis obat terlalu

122

Pasien : 13

Jenis Kelamin : Laki-laki

Usia : 7 tahun

BB : 17 kg

Lama dirawat : 08/10/2015- 10/10/2015

Riwayat Penyakit : -

Diagnosa Masuk :Diare akut tanpa dehidrasi

Keluhan Masuk : demam 3 hari, mencret 3 hari,

tidak muntah

Tanggal

08/10 /2015

Hasil laboratorium

Hemoglobin 12,8 g/dL

Leukosit 26,6 103/uL

Hematokrit 37%

Trombosit 466 103/uL

Eritrosit - 103/uL

Natrium - mmol/L

Kalium - mmol/L

Klorida - mmol/L

Hasil Pemeriksaan Feses

Makroskopik :

Warna kuning

Konsistensi lembek

Darah -

Lendir -

Cacing dewasa -

Mikroskopik :

Leukosit -

Eritrosit -

Telur cacing:

Ascaris -

Trichluris -

Oxyuris -

Ankylostoma -

Taenia -

Enterobius -

Jamur -

Bakteri +

Keadaan

Keluar

Sembuh

Terapi obat

Lacto B 2x1 scht oral

Zinc 1x20 mg oral

Ondancentron 3x4 mg IV

Ceftriaxon 1x750 mg IV

IVFD KaEN 3B 4cc/kgBB/jam IV

Cefotaxim 3x500 mg IV

Oralit 170cc/kgBB oral

Page 141: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA IDENTIFIKASI DRUG …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33045/1/NABILAH... · tanpa obat, ketepatan pemilihan obat, dosis obat terlalu

123

Pasien : 14

Jenis Kelamin : Laki-laki

Usia : 2 tahun

BB : 9 kg

Lama dirawat : 2 5/10/2015- 26/10/2015

Riwayat Penyakit : -

Diagnosa Masuk :Diare akut dehidrasi ringan,

demam thyfoid.

Keluhan Masuk : demam naik turun, BAB cair

4x sehari, mual, muntah 4x

Tanggal

01/11 /2015

Hasil laboratorium

Hemoglobin 11,6 g/dL

Leukosit 10,1 103/uL

Hematokrit 34 %

Trombosit 308 103/uL

Eritrosit - 103/uL

Natrium 135 mmol/L

Kalium 4,4 mmol/L

Klorida 108 mmol/L

Hasil Pemeriksaan Feses

Makroskopik :

Warna kuning

Konsistensi

lembek

Darah -

Lendir +

Cacing dewasa -

Mikroskopik :

Leukosit 4-7

Eritrosit 1-3

Telur cacing:

Ascaris -

Trichluris -

Oxyuris -

Ankylostoma -

Taenia -

Enterobius -

Jamur -

Bakteri +

Keadaan

Keluar

Sembuh

Terapi obat

IVFD RL 10 tpm makro IV

Ondancentron 1 mg IV

Metronidazole 3x50 mg IV

Lacto B 3x1 scht oral

Zinc 1x20 mg oral

Paracetamol 1x125 mg IV

Page 142: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA IDENTIFIKASI DRUG …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33045/1/NABILAH... · tanpa obat, ketepatan pemilihan obat, dosis obat terlalu

124

Pasien : 15

Jenis Kelamin : Laki-laki

Usia : 2 tahun

BB : 9 kg

Lama dirawat : 04/11/2015- 08/11/2015

Riwayat Penyakit : -

Diagnosa Masuk :Diare akut dehidrasi ringan

sedang, ISPA.

Keluhan Masuk : demam naik turun, BAB cair

4x sehari, mual, muntah 4x

Tanggal

04/11 /2015

Hasil laboratorium

Hemoglobin 10,1 g/dL

Leukosit 5,2 103/uL

Hematokrit 28 %

Trombosit 186 103/uL

Eritrosit 3,8 103/uL

Natrium 135 mmol/L

Kalium 4,4 mmol/L

Klorida 108 mmol/L

Hasil Pemeriksaan Feses

Makroskopik :

Warna hijau

Konsistensi lembek

Darah -

Lendir -

Cacing dewasa -

Mikroskopik :

Leukosit 3-4

Eritrosit 0-1

Telur cacing:

Ascaris -

Trichluris -

Oxyuris -

Ankylostoma -

Taenia -

Enterobius -

Jamur -

Bakteri -

Keadaan

Keluar

Sembuh

Terapi obat

Lacto B 3x1 scht oral

Zinc 1x20 mg oral

IVFD Asering 20 tpm IV

Ondancentron 3x2 mg IV

Rannitidine 2x0,5 mg IV

Paracetamol 4x125 mg IV

Metisoprinol 3x1 cth oral

Cetrizin syrup 1x ½ cth oral

Page 143: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA IDENTIFIKASI DRUG …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33045/1/NABILAH... · tanpa obat, ketepatan pemilihan obat, dosis obat terlalu

125

Pasien : 16

Jenis Kelamin : Laki-laki

Usia : 2 tahun

BB : 10 kg

Lama dirawat : 05/11/2015- 09/11/2015

Riwayat Penyakit : kejang tanpa disetai demam

umur 10 bulan.

Diagnosa Masuk :Diare akut dehidrasi ringan

sedang,

Keluhan Masuk : demam naik turun, BAB cair

2x berlendir.

Tanggal

05/11 /2015

Hasil laboratorium

Hemoglobin 12,3 g/dL

Leukosit 12,8 103/uL

Hematokrit 34 %

Trombosit 269 103/uL

Eritrosit 4,5 103/uL

Natrium - mmol/L

Kalium - mmol/L

Klorida - mmol/L

Hasil Pemeriksaan Feses

Makroskopik :

Warna kuning

Konsistensi

lembek

Darah -

Lendir +

Cacing dewasa -

Mikroskopik :

Leukosit 2-4

Eritrosit 1-3

Telur cacing:

Ascaris -

Trichluris -

Oxyuris -

Ankylostoma -

Taenia -

Enterobius -

Jamur -

Bakteri +

Keadaan

Keluar

Sembuh

Terapi obat

Lacto B 3x1 scht oral

Zinc 1x20 mg oral

IVFD Asering 16 tpm makro IV

Ceftriaxone 1x500 mg IV

Paracetamol 4x 150 mg IV

Cefixime 2x1 cth oral

Oralit oral

Page 144: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA IDENTIFIKASI DRUG …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33045/1/NABILAH... · tanpa obat, ketepatan pemilihan obat, dosis obat terlalu

126

Pasien : 17

Jenis Kelamin : Laki-laki

Usia : 2 tahun

BB : 8,2 kg

Lama dirawat : 09/11/2015- 10/11/2015

Riwayat Penyakit : -

Diagnosa Masuk :Diare akut dehidrasi ringan

sedang,

Keluhan Masuk : demam naik turun, BAB cair 2x

berlendir.

Tanggal

09/11 /2015

Hasil laboratorium

Hemoglobin 12,2 g/dL

Leukosit 12,3 103/uL

Hematokrit 37 %

Trombosit 511 103/uL

Eritrosit 5,6 103/uL

Natrium 131 mmol/L

Kalium 3,5 mmol/L

Klorida 100 mmol/L

Hasil Pemeriksaan Feses

Makroskopik :

Warna kuning

Konsistensi lembek

Darah -

Lendir +

Cacing dewasa -

Mikroskopik :

Leukosit 2-4

Eritrosit 0-1

Telur cacing:

Ascaris -

Trichluris -

Oxyuris -

Ankylostoma -

Taenia -

Enterobius -

Jamur -

Bakteri +

Keadaan

Keluar

Sembuh

Terapi obat

Lacto B 3x1 scht oral

Zinc 1x20 mg oral

IVFD Asering 20 tpm makro IV

Ondancentron 3x1mg IV

Paracetamol 4x 125 mg IV

Ceftriaxone 1x500 mg IV

Page 145: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA IDENTIFIKASI DRUG …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33045/1/NABILAH... · tanpa obat, ketepatan pemilihan obat, dosis obat terlalu

127

Pasien : 18

Jenis Kelamin : Perempuan

Usia : 4 tahun

BB : 14 kg

Lama dirawat : 15/11/2015- 17/11/2015

Riwayat Penyakit : kejang usia 2 tahun

Diagnosa Masuk :Diare akut dehidrasi ringan

sedang,KDK.

Keluhan Masuk : kejang saat dirumah, demam ±3

hari, mencret.

Tanggal

15/11 /2015

Hasil laboratorium

Hemoglobin 13,5 g/dL

Leukosit 7,2 103/uL

Hematokrit 38 %

Trombosit 427 103/uL

Eritrosit 4,8 103/uL

Natrium 13,1 mmol/L

Kalium 4,7 mmol/L

Klorida 97 mmol/L

Hasil Pemeriksaan Feses

Makroskopik :

Warna coklat

Konsistensi lembek

Darah -

Lendir +

Cacing dewasa -

Mikroskopik :

Leukosit 2-4

Eritrosit 1-3

Telur cacing:

Ascaris -

Trichluris -

Oxyuris -

Ankylostoma -

Taenia -

Enterobius -

Jamur -

Bakteri +

Keadaan

Keluar

Sembuh

Terapi obat

Lacto B 2x1 scht oral

Zinc 1x20 mg oral

Paracetamol 4-5x 1cth oral

Diazepam 3x 1,5 mg oral

Oralit oral

Ranitidin 2x 1,5 mg IV

Ondancentron 3x2mg IV

IVFD KaEN 3B 12 tpm makro IV

Page 146: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA IDENTIFIKASI DRUG …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33045/1/NABILAH... · tanpa obat, ketepatan pemilihan obat, dosis obat terlalu

128

Pasien : 19

Jenis Kelamin : Laki-laki

Usia : 2 tahun

BB : 11,5 kg

Lama dirawat : 16/11/2015- 27/11/2015

Riwayat Penyakit :

Diagnosa Masuk :Diare akut dehidrasi ringan

sedang,anemia,febris.

Keluhan Masuk : demam, BAB cair ±3x

Tanggal

20/11 /2015

Hasil laboratorium

Hemoglobin 17,2 g/dL

Leukosit 7,6 103/uL

Hematokrit 40 %

Trombosit 415 103/uL

Eritrosit 4,5 103/uL

Natrium 131 mmol/L

Kalium 2,7 mmol/L

Klorida 99 mmol/L

Hasil Pemeriksaan Feses

Makroskopik :

Warna kuning

Konsistensi lembek

Darah -

Lendir +

Cacing dewasa -

Mikroskopik :

Leukosit 2-4

Eritrosit 2-3

Telur cacing:

Ascaris -

Trichluris -

Oxyuris -

Ankylostoma -

Taenia -

Enterobius -

Jamur -

Bakteri +

Keadaan

Keluar

Sembuh

Terapi obat

Lacto B 2x1 scht oral

Zinc 1x20 mg oral

Paracetamol 4x cth oral

IVFD KaEN 3B 15 tpm makro IV

Ceftriaxone 1x750 mg IV

Feriz syrup 2x2 cth oral

Page 147: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA IDENTIFIKASI DRUG …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33045/1/NABILAH... · tanpa obat, ketepatan pemilihan obat, dosis obat terlalu

129

Pasien : 20

Jenis Kelamin : Laki-laki

Usia : 2,2 tahun

BB : 9,5 kg

Lama dirawat : 2/12/2015- 4/12/2015

Riwayat Penyakit :

Diagnosa Masuk :Diare akut dehidrasi ringan

sedang.

Keluhan Masuk : demam, BAB cair ±3x

Tanggal

02/12 /2015

Hasil laboratorium

Hemoglobin 11,0 g/dL

Leukosit 4,9 103/uL

Hematokrit 32 %

Trombosit 182 103/uL

Eritrosit 4,5 103/uL

Natrium - mmol/L

Kalium - mmol/L

Klorida - mmol/L

Hasil Pemeriksaan Feses

Makroskopik :

Warna coklat

Konsistensi lembek

Darah -

Lendir +

Cacing dewasa -

Mikroskopik :

Leukosit 6-9

Eritrosit 2-3

Telur cacing:

Ascaris -

Trichluris -

Oxyuris -

Ankylostoma -

Taenia -

Enterobius -

Jamur -

Bakteri +

Keadaan

Keluar

Sembuh

Terapi obat

Lacto B 2x1 scht oral

Zinc 1x20 mg oral

IVFD KaEN 3B 15 tpm IV

Ceftriaxone 1x500 mg IV

Ondancentron 2x2 mg IV

Metronidazole 3x1 cth oral

Paracetamol 4-5x 1 cth oral

Page 148: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA IDENTIFIKASI DRUG …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33045/1/NABILAH... · tanpa obat, ketepatan pemilihan obat, dosis obat terlalu

130

Pasien : 21

Jenis Kelamin : Laki-laki

Usia : 2 tahun

BB : 8 kg

Lama dirawat : 3/12/2015- 6/12/2015

Riwayat Penyakit :

Diagnosa Masuk :Diare akut dehidrasi ringan

sedang.

Keluhan Masuk : BAB cair ± 5x, demam,muntah

lebih dari 5x perhari.

Tanggal

03/12 /2015

Hasil laboratorium

Hemoglobin 12,0 g/dL

Leukosit 9,3 103/uL

Hematokrit 36 %

Trombosit 416 103/uL

Eritrosit 5,1 103/uL

Natrium 134 mmol/L

Kalium 2,7 mmol/L

Klorida 99 mmol/L

Hasil Pemeriksaan Feses

Makroskopik :

Warna kuning

kehijauan

Konsistensi lembek

Darah -

Lendir +

Cacing dewasa -

Mikroskopik :

Leukosit 1-3

Eritrosit 0-1

Telur cacing:

Ascaris -

Trichluris -

Oxyuris -

Ankylostoma -

Taenia -

Enterobius -

Jamur +

Bakteri +

Keadaan

Keluar

Sembuh

Terapi obat

Lacto B 2x1 scht oral

Zinc 1x20 mg oral

IVFD KaEN 3B 16 tpm IV

Paracetamol 3x100 mg IV

Ondancentron 3x1,5 mg IV

Metronidazole 3x35 mg oral

KSR 3x200 mg oral

Oralit - oral

Page 149: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA IDENTIFIKASI DRUG …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33045/1/NABILAH... · tanpa obat, ketepatan pemilihan obat, dosis obat terlalu

131

Pasien : 22

Jenis Kelamin : Perempuan

Usia : 2 tahun

BB : 11 kg

Lama dirawat : 3/12/2015- 4/12/2015

Riwayat Penyakit :

Diagnosa Masuk :Diare akut dehidrasi ringan

sedang.

Keluhan Masuk : BAB cair ± 5x, demam.

Tanggal

03/12 /2015

Hasil laboratorium

Hemoglobin 13,1 g/dL

Leukosit 11,7

103/uL

Hematokrit 38 %

Trombosit 386 103/uL

Eritrosit - 103/uL

Natrium - mmol/L

Kalium - mmol/L

Klorida - mmol/L

Hasil Pemeriksaan Feses

Makroskopik :

Warna coklat

Konsistensi lembek

Darah -

Lendir +

Cacing dewasa -

Mikroskopik :

Leukosit 3-5

Eritrosit 0-2

Telur cacing:

Ascaris -

Trichluris -

Oxyuris -

Ankylostoma -

Taenia -

Enterobius -

Jamur +

Bakteri +

Keadaan

Keluar

Sembuh

Terapi obat

Lacto B 2x1 scht oral

Zinc 1x20 mg oral

IVFD KaEN 3B 5cc/kgBB/jam IV

Ceftriaxone 1x500 mg IV

Page 150: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA IDENTIFIKASI DRUG …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33045/1/NABILAH... · tanpa obat, ketepatan pemilihan obat, dosis obat terlalu

132

Pasien : 23

Jenis Kelamin : Laki-laki

Usia : 2,2 tahun

BB : 11 kg

Lama dirawat : 24/03/2015- 26/03/2015

Riwayat Penyakit : -

Diagnosa Masuk :Diare akut dehidrasi ringan

sedang.

Keluhan Masuk : BAB cair berlendir ± 5x.,

tidak demam, tidak mual.

Tanggal

24/03 /2015

Hasil laboratorium

Hemoglobin 10,4 g/dL

Leukosit 12,7 103/uL

Hematokrit 38 %

Trombosit 653 103/uL

Eritrosit - 103/uL

Natrium 135 mmol/L

Kalium 3,0 mmol/L

Klorida 104 mmol/L

Hasil Pemeriksaan Feses

Makroskopik :

Warna kuning

Konsistensi lembek

Darah -

Lendir +

Cacing dewasa -

Mikroskopik :

Leukosit 5-7

Eritrosit 1-2

Telur cacing:

Ascaris -

Trichluris -

Oxyuris -

Ankylostoma -

Taenia -

Enterobius -

Jamur +

Bakteri -

Keadaan

Keluar

Sembuh

Terapi obat

Lacto B 2x1 scht oral

Zinc 1x20 mg oral

IVFD KaEN 3B 14 tpm makro IV

Cefotaxime 3x400 mg IV

Ondancentron 3x2 mg IV

Page 151: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA IDENTIFIKASI DRUG …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33045/1/NABILAH... · tanpa obat, ketepatan pemilihan obat, dosis obat terlalu

133

Pasien : 24

Jenis Kelamin : Perempuan

Usia : 6 tahun

BB : 14,5 kg

Lama dirawat : 24/02/2015- 27/02/2015

Riwayat Penyakit : -

Diagnosa Masuk :Diare akut dehidrasi ringan

sedang, TB Paru.

Keluhan Masuk : BAB cair berlendir ± 5x,

demam naik turun.

Tanggal

24/02 /2015

Hasil laboratorium

Hemoglobin 12,2 g/dL

Leukosit 11,5

103/uL

Hematokrit 36 %

Trombosit 214 103/uL

Eritrosit 4,7 103/uL

Natrium - mmol/L

Kalium - mmol/L

Klorida - mmol/L

Hasil Pemeriksaan Feses

Makroskopik :

Warna kuning

Konsistensi lembek

Darah -

Lendir +

Cacing dewasa -

Mikroskopik :

Leukosit 5-8

Eritrosit 0-1

Telur cacing:

Ascaris -

Trichluris -

Oxyuris -

Ankylostoma -

Taenia -

Enterobius -

Jamur -

Bakteri -

Keadaan

Keluar

Sembuh

Terapi obat

Lacto B 2x1 scht oral

Zinc 1x20 mg oral

IVFD KaEN 3B 13 tpm makro IV

Ondancentron 2x4 mg IV

Ranitidine 3x20 mg IV

Ceftriaxone 1x650 mg IV

Metronidazole 1x150 mg IV

Page 152: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA IDENTIFIKASI DRUG …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33045/1/NABILAH... · tanpa obat, ketepatan pemilihan obat, dosis obat terlalu

134

Pasien : 25

Jenis Kelamin : Perempuan

Usia : 2 tahun

BB : 11 kg

Lama dirawat : 11/06/2015- 14/06/2015

Riwayat Penyakit : -

Diagnosa Masuk :Diare akut dehidrasi ringan

sedang,

Keluhan Masuk : BAB cair berlendir ± 5x. Tidak

demam.

Tanggal

11/06 /2015

Hasil laboratorium

Hemoglobin 13,8 g/dL

Leukosit 18,9 103/uL

Hematokrit 40 %

Trombosit 420 103/uL

Eritrosit - 103/uL

Natrium 139 mmol/L

Kalium 3,1 mmol/L

Klorida 107 mmol/L

Hasil Pemeriksaan Feses

Makroskopik :

Warna kuning

Konsistensi lembek

Darah -

Lendir +

Cacing dewasa -

Mikroskopik :

Leukosit -

Eritrosit -

Telur cacing:

Ascaris -

Trichluris -

Oxyuris -

Ankylostoma -

Taenia -

Enterobius -

Jamur +

Bakteri -

Keadaan

Keluar

Sembuh

Terapi obat

Lacto B 2x1 scht oral

Zinc 1x20 mg oral

IVFD KaEN 3B 12 tpm makro IV

Ondancentron 3x1 mg IV

Cefotaxime 2x400 mg IV

Page 153: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA IDENTIFIKASI DRUG …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33045/1/NABILAH... · tanpa obat, ketepatan pemilihan obat, dosis obat terlalu

135

Pasien : 26

Jenis Kelamin : Laki-Laki

Usia : 2 tahun

BB : 10 kg

Lama dirawat : 12/06/2015- 15/06/2015

Riwayat Penyakit : -

Diagnosa Masuk :Diare akut dehidrasi ringan

sedang,

Keluhan Masuk : perut kembung sejak 2 hari

yang lalu,muntah,BAB cair lebih dari 3x

sehari,demam.

Tanggal

12/06 /2015

Hasil laboratorium

Hemoglobin 10,6 g/dL

Leukosit 6,5 103/uL

Hematokrit 36 %

Trombosit 297 103/uL

Eritrosit - 103/uL

Natrium 132 mmol/L

Kalium 4,0 mmol/L

Klorida 102 mmol/L

Hasil Pemeriksaan Feses

Makroskopik :

Warna kuning

Konsistensi lembek

Darah -

Lendir -

Cacing dewasa -

Mikroskopik :

Leukosit 1-3

Eritrosit 0-2

Telur cacing: -

Ascaris -

Trichluris -

Oxyuris -

Ankylostoma -

Taenia -

Enterobius -

Jamur -

Bakteri -

Keadaan

Keluar

Sembuh

Terapi obat

Lacto B 2x1 scht oral

Zinc 1x20 mg oral

IVFD KaEN 3B 3cc/kgBB/jam IV

Ondancentron 3x2 mg IV

KSR 3x250 mg oral

Paracetamol 4x100 mg oral

Page 154: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA IDENTIFIKASI DRUG …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33045/1/NABILAH... · tanpa obat, ketepatan pemilihan obat, dosis obat terlalu

136

Pasien : 27

Jenis Kelamin : Laki-Laki

Usia : 2 tahun

BB : 9 kg

Lama dirawat : 15/06/2015- 17/06/2015

Riwayat Penyakit : -

Diagnosa Masuk :Diare akut dehidrasi ringan

sedang,

Keluhan Masuk : BAB cair dan berlendir ±5x

sehari, demam naik turun, muntah 1x.

Tanggal

15/06 /2015

Hasil laboratorium

Hemoglobin 12,0 g/dL

Leukosit 12,5 103/uL

Hematokrit 35 %

Trombosit 422 103/uL

Eritrosit 4,4 103/uL

Natrium - mmol/L

Kalium - mmol/L

Klorida - mmol/L

Hasil Pemeriksaan Feses

Makroskopik :

Warna hijau

Konsistensi lembek

Darah -

Lendir +

Cacing dewasa -

Mikroskopik :

Leukosit 3-5

Eritrosit 0-1

Telur cacing: -

Ascaris -

Trichluris -

Oxyuris -

Ankylostoma -

Taenia -

Enterobius -

Jamur +

Bakteri -

Keadaan

Keluar

Sembuh

Terapi obat

Lacto B 2x1 scht oral

Zinc 1x20 mg oral

IVFD KaEN 3B 3cc/kgBB/jam IV

Ondancentron 3x2 mg IV

Ceftriaxone 1x 450 mg IV

Paracetamol 3-4x 1cc oral

Page 155: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA IDENTIFIKASI DRUG …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33045/1/NABILAH... · tanpa obat, ketepatan pemilihan obat, dosis obat terlalu

137

Pasien : 28

Jenis Kelamin : Laki-Laki

Usia : 4,5 tahun

BB : 15 kg

Lama dirawat : 16/06/2015- 22/06/2015

Riwayat Penyakit : -

Diagnosa Masuk :Diare akut dehidrasi ringan

sedang,

Keluhan Masuk : BAB cair ±5x sehari, demam

naik turun.

Tanggal

20/06 /2015

Hasil laboratorium

Hemoglobin 11,5 g/dL

Leukosit 8,1 103/uL

Hematokrit 34 %

Trombosit 158 103/uL

Eritrosit - 103/uL

Natrium - mmol/L

Kalium - mmol/L

Klorida - mmol/L

Hasil Pemeriksaan Feses

Makroskopik :

Warna coklat

Konsistensi cair

Darah -

Lendir -

Cacing dewasa -

Mikroskopik :

Leukosit 0-1

Eritrosit 0-1

Telur cacing: -

Ascaris -

Trichluris -

Oxyuris -

Ankylostoma -

Taenia -

Enterobius -

Jamur +

Bakteri -

Keadaan

Keluar

Sembuh

Terapi obat

Lacto B 2x1 scht oral

Zinc 1x20 mg oral

IVFD Asering 11 tpm makro IV

Ondancentron 2 mg IV

Ceftriaxone 1x 700 mg IV

Paracetamol 3x1 cth oral

Metisoprinol 3x1 cth oral

Oralit oral

Page 156: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA IDENTIFIKASI DRUG …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33045/1/NABILAH... · tanpa obat, ketepatan pemilihan obat, dosis obat terlalu

138

Pasien : 29

Jenis Kelamin : Laki-Laki

Usia : 2 tahun

BB : 8,2 kg

Lama dirawat : 19/06/2015- 21/06/2015

Riwayat Penyakit : -

Diagnosa Masuk :Diare akut dehidrasi ringan

sedang,

Keluhan Masuk : BAB cair dan berlendir ±5x

sehari, demam naik turun, muntah 1x.

Tanggal

19/06 /2015

Hasil laboratorium

Hemoglobin 8,7 g/dL

Leukosit 5,6 103/uL

Hematokrit 29 %

Trombosit 300 103/uL

Eritrosit - 103/uL

Natrium - mmol/L

Kalium - mmol/L

Klorida - mmol/L

Hasil Pemeriksaan Feses

Makroskopik :

Warna coklat

Konsistensi lembek

Darah -

Lendir -

Cacing dewasa -

Mikroskopik :

Leukosit 1-2

Eritrosit 0-1

Telur cacing: -

Ascaris -

Trichluris -

Oxyuris -

Ankylostoma -

Taenia -

Enterobius -

Jamur -

Bakteri -

Keadaan

Keluar

Sembuh

Terapi obat

Lacto B 2x1 scht oral

Zinc 1x20 mg oral

IVFD KaEN 3B 10 tpm makro IV

Ondancentron 2x2 mg IV

Paracetamol 4-5x 0,8ml oral

Page 157: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA IDENTIFIKASI DRUG …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33045/1/NABILAH... · tanpa obat, ketepatan pemilihan obat, dosis obat terlalu

139

Pasien : 30

Jenis Kelamin : Perempuan

Usia : 2,7 tahun

BB : 11,5 kg

Lama dirawat : 21/06/2015- 23/06/2015

Riwayat Penyakit : -

Diagnosa Masuk :Diare akut dehidrasi ringan

sedang,

Keluhan Masuk : BAB cair lebih dari 3x sehari,

demam naik turun, muntah tiap kali makan, BB

turun 0,5 kg , anak sulit makan.

Tanggal

21/06 /2015

Hasil laboratorium

Hemoglobin 9,8 g/dL

Leukosit 12,2 103/uL

Hematokrit 31 %

Trombosit 383 103/uL

Eritrosit - 103/uL

Natrium 135 mmol/L

Kalium 4,4 mmol/L

Klorida 107 mmol/L

Hasil Pemeriksaan Feses

Makroskopik :

Warna coklat

Konsistensi lembek

Darah -

Lendir -

Cacing dewasa -

Mikroskopik :

Leukosit 1-3

Eritrosit 0-1

Telur cacing: -

Ascaris -

Trichluris -

Oxyuris -

Ankylostoma -

Taenia -

Enterobius -

Jamur +

Bakteri -

Keadaan

Keluar

Sembuh

Terapi obat

Lacto B 2x1 scht oral

Zinc 1x20 mg oral

Ceftriaxone 1x600 mg IV

Ondancentron 2x2 mg IV

Paracetamol 4-5x150 mg IV

Page 158: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA IDENTIFIKASI DRUG …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33045/1/NABILAH... · tanpa obat, ketepatan pemilihan obat, dosis obat terlalu

140

Pasien : 31

Jenis Kelamin : Perempuan

Usia : 2 tahun

BB : 8,2 kg

Lama dirawat : 22/06/2015- 26/06/2015

Riwayat Penyakit : -

Diagnosa Masuk :Diare akut dehidrasi ringan

sedang,KDK.

Keluhan Masuk : BAB cair lebih dari 3x sehari,

demam naik turun,kejang.

Tanggal

24/06 /2015

Hasil laboratorium

Hemoglobin 10,5 g/dL

Leukosit 10,5 103/uL

Hematokrit 31 %

Trombosit 333 103/uL

Eritrosit - 103/uL

Natrium 135 mmol/L

Kalium 5,6 mmol/L

Klorida 111 mmol/L

Hasil Pemeriksaan Feses

Makroskopik :

Warna hijau

Konsistensi lembek

Darah -

Lendir +

Cacing dewasa -

Mikroskopik :

Leukosit 1-3

Eritrosit 0-1

Telur cacing: -

Ascaris -

Trichluris -

Oxyuris -

Ankylostoma -

Taenia -

Enterobius -

Jamur -

Bakteri +

Keadaan

Keluar

Sembuh

Terapi obat

Lacto B 2x1 scht oral

Zinc 1x20 mg oral

Diazepam 3x1 mg oral

Phenobarbital 2x35 mg oral

Oralit oral

Metronidazole 2x600 mg oral

Fenitoin 2x 38 mg oral

Ondancentron 2x1,5 mg IV

Ceftriaxone 1x400 mg IV

Dexamethasone 3x1 mg IV

Page 159: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA IDENTIFIKASI DRUG …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33045/1/NABILAH... · tanpa obat, ketepatan pemilihan obat, dosis obat terlalu

141

Pasien : 32

Jenis Kelamin : Perempuan

Usia : 6 tahun

BB : 15 kg

Lama dirawat : 22/06/2015- 27/06/2015

Riwayat Penyakit : kejang

Diagnosa Masuk :Diare akut dehidrasi ringan

sedang,

Keluhan Masuk : BAB cair lebih dari 5x sehari,

demam naik turun, tidak kejang,minum

sedikit,lemas

Tanggal

22/06 /2015

Hasil laboratorium

Hemoglobin 13,4 g/dL

Leukosit 2,1 103/uL

Hematokrit 39 %

Trombosit 205 103/uL

Eritrosit - 103/uL

Natrium 120 mmol/L

Kalium 3,4 mmol/L

Klorida 96 mmol/L

Hasil Pemeriksaan Feses

Makroskopik :

Warna kuning

Konsistensi cair

Darah -

Lendir +

Cacing dewasa -

Mikroskopik :

Leukosit 4-6

Eritrosit 1-3

Telur cacing: -

Ascaris -

Trichluris -

Oxyuris -

Ankylostoma -

Taenia -

Enterobius -

Jamur -

Bakteri +

Keadaan

Keluar

Sembuh

Terapi obat

Lacto B 2x1 scht oral

Zinc 1x20 mg oral

Diazepam 3x1,5 mg oral

Paracetamol 3x 1 ½ ml oral

Methysoprinol 3x1 cth oral

KSR 3x300 mg oral

Oralit - oral

IVFD KaEN 3B 3 kolf/24jam IV

Dexamethason 3x3 mg IV

Ceftriaxone 1x 750 mg IV

Ranitidine 2x1 cc IV

Page 160: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA IDENTIFIKASI DRUG …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33045/1/NABILAH... · tanpa obat, ketepatan pemilihan obat, dosis obat terlalu

142

Pasien : 33

Jenis Kelamin : Laki-Laki

Usia : 2 tahun

BB : 6,8 kg

Lama dirawat : 23/06/2015- 26/06/2015

Riwayat Penyakit : -

Diagnosa Masuk :Diare akut dehidrasi ringan

sedang,

Keluhan Masuk : BAB cair 6x sehari, demam

naik turun, tidak kejang.

Tanggal

23/06 /2015

Hasil laboratorium

Hemoglobin 11,7 g/dL

Leukosit 17,0 103/uL

Hematokrit 34 %

Trombosit 516 103/uL

Eritrosit 4,6 103/uL

Natrium 131 mmol/L

Kalium 2,8 mmol/L

Klorida 104 mmol/L

Hasil Pemeriksaan Feses

Makroskopik :

Warna kuning

Konsistensi lembek

Darah -

Lendir -

Cacing dewasa -

Mikroskopik :

Leukosit 2-3

Eritrosit 0-1

Telur cacing: -

Ascaris -

Trichluris -

Oxyuris -

Ankylostoma -

Taenia -

Enterobius -

Jamur -

Bakteri +

Keadaan

Keluar

Sembuh

Terapi obat

Lacto B 2x1 scht oral

Zinc 1x20 mg oral

Ambroxol 3x ½ cth oral

KSR 3x 175 mg oral

Ondancentron 3x2 mg IV

Paracetamol 4x 75 mg IV

IVFD KaEN 3B 18 tpm IV

Page 161: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA IDENTIFIKASI DRUG …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33045/1/NABILAH... · tanpa obat, ketepatan pemilihan obat, dosis obat terlalu

143

Pasien : 34

Jenis Kelamin : Laki-Laki

Usia : 2 tahun

BB : 12 kg

Lama dirawat : 23/06/2015- 26/06/2015

Riwayat Penyakit : -

Diagnosa Masuk :Diare akut dehidrasi ringan

sedang, vomitus.

Keluhan Masuk : BAB cair ± 4 hari, warna

hitam berlendir,demam 4 hari.

Tanggal

23/06 /2015

Hasil laboratorium

Hemoglobin 11,7 g/dL

Leukosit 14,0 103/uL

Hematokrit 34 %

Trombosit 370 103/uL

Eritrosit 4,6 103/uL

Natrium 134 mmol/L

Kalium 4,0 mmol/L

Klorida 103 mmol/L

Hasil Pemeriksaan Feses

Makroskopik :

Warna kuning

Konsistensi lembek

Darah -

Lendir -

Cacing dewasa -

Mikroskopik :

Leukosit -

Eritrosit -

Telur cacing: -

Ascaris -

Trichluris -

Oxyuris -

Ankylostoma -

Taenia -

Enterobius -

Jamur -

Bakteri +

Keadaan

Keluar

Sembuh

Terapi obat

Lacto B 2x1 scht oral

Zinc 1x20 oral

IVFD KaEN 3B 4cc/kgBB/jam IV

Oralit - oral

Paracetamol 3x1 oral

Ambroxol 3x1 oral

Ceftriaxon 1x600 mg IV

Page 162: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA IDENTIFIKASI DRUG …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33045/1/NABILAH... · tanpa obat, ketepatan pemilihan obat, dosis obat terlalu

144

Pasien : 35

Jenis Kelamin : Laki-laki

Usia : 2 tahun

BB : 16,5 kg

Lama dirawat : 24/04/2015- 01/05/2015

Riwayat Penyakit : -

Diagnosa Masuk :Diare akut dehidrasi ringan

sedang,anemia.

Keluhan Masuk : BAB cair ± 2 hari dengan

frekuensi 5-10x warna kuning dan

berlendir,muntah, demam.

Tanggal

24/04 /2015

Hasil laboratorium

Hemoglobin 7,3 g/dL

Leukosit 14,6 103/uL

Hematokrit 28 %

Trombosit 533 103/uL

Eritrosit - 103/uL

Natrium 133 mmol/L

Kalium 3,2 mmol/L

Klorida 100 mmol/L

Hasil Pemeriksaan Feses

Makroskopik :

Warna kuning

Konsistensi cair

Darah -

Lendir +

Cacing dewasa -

Mikroskopik :

Leukosit 3-6

Eritrosit 0-1

Telur cacing: -

Ascaris -

Trichluris -

Oxyuris -

Ankylostoma -

Taenia -

Enterobius -

Jamur +

Bakteri +

Keadaan

Keluar

Sembuh

Terapi obat

Lacto B 2x1 scht oral

Zinc 1x20 mg oral

IVFD KaEN 3B 10 tpm IV

Paracetamol 1,5 ml oral

Nymico 3x1 mg oral

Ceftriaxone 1x500 mg IV

Ondancentron 2x2 mg IV

Page 163: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA IDENTIFIKASI DRUG …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33045/1/NABILAH... · tanpa obat, ketepatan pemilihan obat, dosis obat terlalu

145

Pasien : 36

Jenis Kelamin : perempuan

Usia : 2 tahun

BB : 11 kg

Lama dirawat : 07/05/2015- 11/05/2015

Riwayat Penyakit : -

Diagnosa Masuk :Diare akut dehidrasi ringan

sedang,anemia.

Keluhan Masuk : BAB cair ± 6x , muntah.

Tanggal

07/05 /2015

Hasil laboratorium

Hemoglobin 11,3 g/dL

Leukosit 11,0 103/uL

Hematokrit 35 %

Trombosit 422 103/uL

Eritrosit - 103/uL

Natrium 133 mmol/L

Kalium 3,4 mmol/L

Klorida 104 mmol/L

Hasil Pemeriksaan Feses

Makroskopik :

Warna hijau

Konsistensi lembek

Darah -

Lendir -

Cacing dewasa -

Mikroskopik :

Leukosit 5-7

Eritrosit 2-4

Telur cacing: -

Ascaris -

Trichluris -

Oxyuris -

Ankylostoma -

Taenia -

Enterobius -

Jamur -

Bakteri +

Keadaan

Keluar

Sembuh

Terapi obat

Lacto B 2x1 scht oral

Zinc 1x20 mg oral

KSR 3x200 mg oral

Ceftriaxone 1x500 mg IV

Paracetamol 4x150 mg IV

Ondancentron 3x2 mg IV

Metronidazole 3x125 mg IV

Page 164: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA IDENTIFIKASI DRUG …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33045/1/NABILAH... · tanpa obat, ketepatan pemilihan obat, dosis obat terlalu

146

Pasien : 37

Jenis Kelamin : perempuan

Usia : 4 tahun

BB : 14 kg

Lama dirawat : 08/05/2015- 10/05/2015

Riwayat Penyakit : -

Diagnosa Masuk :Diare akut tanpa dehidrasi.

Keluhan Masuk : BAB cair lebih dari 3x sehari

berwarna kuning , demam, muntah 5x kemarin,

kembung.

Tanggal

09/05 /2015

Hasil laboratorium

Hemoglobin 9,1 g/dL

Leukosit 9,0 103/uL

Hematokrit 29 %

Trombosit 472 103/uL

Eritrosit 4,8 103/uL

Natrium 133 mmol/L

Kalium 3,4 mmol/L

Klorida 104 mmol/L

Hasil Pemeriksaan Feses

Makroskopik :

Warna kuning

Konsistensi lembek

Darah -

Lendir -

Cacing dewasa -

Mikroskopik :

Leukosit 2-4

Eritrosit 0-2

Telur cacing: -

Ascaris -

Trichluris -

Oxyuris -

Ankylostoma -

Taenia -

Enterobius -

Jamur -

Bakteri -

Keadaan

Keluar

Sembuh

Terapi obat

Lacto B 2x1 scht oral

Zinc 1x20 mg oral

Ranitidine ½ amp IV

IVFD KaEN 3B 4cc/kgBB/jam IV

Page 165: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA IDENTIFIKASI DRUG …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33045/1/NABILAH... · tanpa obat, ketepatan pemilihan obat, dosis obat terlalu

147

Pasien : 38

Jenis Kelamin : perempuan

Usia : 3 tahun

BB : 11 kg

Lama dirawat : 17/05/2015- 25/05/2015

Riwayat Penyakit : -

Diagnosa Masuk :Diare akut dehidrasi ringan

sedang.

Keluhan Masuk : BAB cair 10x berlendir dan

berwarna kuning,batuk berdahak,tidak demam dan

tidak muntah.

Tanggal

18/05 /2015

Hasil laboratorium

Hemoglobin 12,3 g/dL

Leukosit 16,4 103/uL

Hematokrit 37 %

Trombosit 428 103/uL

Eritrosit - 103/uL

Natrium 135 mmol/L

Kalium 4,3 mmol/L

Klorida 99 mmol/L

Hasil Pemeriksaan Feses

Makroskopik :

Warna kuning

Konsistensi lembek

Darah -

Lendir +

Cacing dewasa -

Mikroskopik :

Leukosit 2-3

Eritrosit 0-1

Telur cacing: -

Ascaris -

Trichluris -

Oxyuris -

Ankylostoma -

Taenia -

Enterobius -

Jamur +

Bakteri -

Keadaan

Keluar

Sembuh

Terapi obat

Lacto B 2x1 scht oral

Zinc 1x20 mg oral

Paracetamol 4-5x 1cth oral

Ceftriaxone 1x550 mg IV

Ondancentron 2x2 mg IV

Ranitidine ½ amp IV

Candistatin 4x1 ml oral

IVFD KaEN 3B 4cc/kgBB/ IV

Page 166: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA IDENTIFIKASI DRUG …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33045/1/NABILAH... · tanpa obat, ketepatan pemilihan obat, dosis obat terlalu

148

Pasien : 39

Jenis Kelamin : Laki-laki

Usia : 2 tahun

BB : 8 kg

Lama dirawat : 20/05/2015- 25/05/2015

Riwayat Penyakit : -

Diagnosa Masuk :Diare akut dehidrasi berat.

Keluhan Masuk : BAB cair ± 4x sehari,muntah

lebih dari 5x, nafsu makan dan minum kuat,

demam ± 3 hari, batuk dan pilek.

Tanggal

20/05 /2015

Hasil laboratorium

Hemoglobin 7,3 g/dL

Leukosit 10,9 103/uL

Hematokrit 26 %

Trombosit 274 103/uL

Eritrosit 4,3 103/uL

Natrium 135 mmol/L

Kalium 3,9 mmol/L

Klorida 108 mmol/L

Hasil Pemeriksaan Feses

Makroskopik :

Warna kuning

Konsistensi lembek

Darah -

Lendir +

Cacing dewasa -

Mikroskopik :

Leukosit 6-8

Eritrosit 1-3

Telur cacing: -

Ascaris -

Trichluris -

Oxyuris -

Ankylostoma -

Taenia -

Enterobius -

Jamur +

Bakteri -

Keadaan

Keluar

Sembuh

Terapi obat

Lacto B 2x1 scht oral

Zinc 1x20 mg oral

Candistatin 4x1 ml oral

Ondancentron 2x2 mg IV

Paracetamol drip 80 mg IV

Ceftriaxone 1x400 mg IV

Furosemide 4 mg IV

Candistatin 4x1 ml oral

Page 167: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA IDENTIFIKASI DRUG …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33045/1/NABILAH... · tanpa obat, ketepatan pemilihan obat, dosis obat terlalu

149

Pasien : 40

Jenis Kelamin : Perempuan

Usia : 2 tahun

BB : 7 kg

Lama dirawat : 16/10/2015- 29/10/2015

Riwayat Penyakit : -

Diagnosa Masuk :Diare akut dehidrasi ringan

sedang,TBC.

Keluhan Masuk : BAB cair ± 4x sehari,muntah

lebih dari 5x, nafsu makan dan minum kuat,

demam ± 3 hari, batuk dan pilek.

Tanggal

19/10 /2015

Hasil laboratorium

Hemoglobin 11,5 g/dL

Leukosit 5,2 103/uL

Hematokrit 39 %

Trombosit 145 103/uL

Eritrosit - 103/uL

Natrium - mmol/L

Kalium - mmol/L

Klorida - mmol/L

Hasil Pemeriksaan Feses

Makroskopik :

Warna coklat

Konsistensi lembek

Darah -

Lendir -

Cacing dewasa -

Mikroskopik :

Leukosit 2-4

Eritrosit 0-2

Telur cacing: -

Ascaris -

Trichluris -

Oxyuris -

Ankylostoma -

Taenia -

Enterobius -

Jamur -

Bakteri +

Keadaan

Keluar

Sembuh

Terapi obat

Lacto B 2x1 scht oral

Zinc 1x20 mg oral

Metisoprinol 3x ½ cth oral

Captopril 2x 6,5 mg oral

Furosemide 1x10 mg oral

Ceftriaxone 1x300 mg IV