ucu suhendri-fkik

162
FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN STATUS GIZI ANAK DIBAWAH LIMA TAHUN (BALITA) DI PUSKESMAS SEPATAN KECAMATAN SEPATAN KABUPATEN TANGERANG TAHUN 2009 Disusun Oleh : UCU SUHENDRI NIM : 105104003490 PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1430 H/2009 M

Upload: hen-di

Post on 21-Nov-2015

92 views

Category:

Documents


5 download

DESCRIPTION

zda

TRANSCRIPT

  • FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN STATUS

    GIZI ANAK DIBAWAH LIMA TAHUN (BALITA)

    DI PUSKESMAS SEPATAN KECAMATAN SEPATAN

    KABUPATEN TANGERANG TAHUN 2009

    Disusun Oleh :

    UCU SUHENDRI

    NIM : 105104003490

    PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN

    FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN

    UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

    JAKARTA

    1430 H/2009 M

  • FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN STATUS GIZI

    ANAK DIBAWAH LIMA TAHUN (BALITA) DI PUSKESMAS SEPATAN

    KECAMATAN SEPATAN KABUPATEN TANGERANG TAHUN 2009

    Skripsi

    Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh

    Gelar Sarjana Keperawatan (SKep)

    Disusun Oleh :

    UCU SUHENDRI

    NIM: 105104003490

    PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN

    FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN

    UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

    JAKARTA

    1430 H/2009 M

  • i

    LEMBAR PERNYATAAN

    Saya yang bertanda tangan dibawah ini:

    Nama : Ucu Suhendri

    NIM : 105104003490

    Jurusan : Ilmu Keperawatan

    Fakultas : Kedokteran dan Ilmu Kesehatan

    Dengan ini saya menyatakan bahwa:

    1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi salah satu

    persyaratan memperoleh gelar strata 1 di Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan

    Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.

    2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya cantumkan sesuai dengan

    ketentuan yang berlaku di Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam

    Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.

    3. Jika dikemudian hari terbukti bahwa hasil karya sini bukan hasil karya asli saya atau

    merupakan jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia menerima sanksi yang berlaku

    di Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif

    Hidayatullah Jakarta.

    Jakarta, November 2009

    Ucu Suhendri

  • ii

    FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN

    PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN

    UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN) SYARIF HIDAYATULLAH

    Skripsi, November 2009

    Ucu Suhendri, NIM: 105104003490

    Faktor-faktor Yang Berhubungan Dengan Status Gizi Anak diBawah Lima Tahun (Balita)

    Di Puskesmas Sepatan Kecamatan Sepatan Kabupaten Tangerang Tahun 2009

    xxiv + 117 halaman, 22 tabel, 4 skema, 3 lampiran

    ABSTRAK

    Menurut Riskesdas tahun 2007 status gizi anak balita di Provinsi Banten berdasarkan

    BB/U menunjukan prevalensi dengan gizi buruk 4,4% dari total Nasional (5,4%) dan gizi kurang

    12,2 % (total Nasional 13,0%) dan Pada tahun 2006 Dinas Kesehatan Kabupaten Tangerang

    mencatat sekitar 18 ribu bayi dibawah lima tahun menderita kekurangan gizi. Sebanyak 17.150

    bayi dengan gizi kurang dan 1.180 bayi lainnya menderita gizi buruk dari 280 ribu bayi di

    Kabupaten Tangerang. Sedangkan dari laporan Pemantauan Status Gizi (PSG) balita Puskesmas

    Sepatan bulan Agustus 2008 terdapat balita dengan gizi buruk sebanyak 154 balita dan 414 balita

    dengan gizi kurang dari total balita yang ditimbang sebanyak 6.207 balita atau sekitar (81,75%).

    Penelitian ini bertujuan untuk melihat gambaran dan hubungan antara variabel dependen

    dan independen di Puskesmas Sepatan Kecamatan Sepatan Kabupaten Tangerang. Penelitian ini

    menggunakan desain kuantitatif dengan pendekatan cross sectional, dimana pengumpulan data

    dilakukan pada bulan September 2009. Sebagai sampel penelitian adalah anak balita umur 0-59

    bulan. Variabel dependen adalah status gizi anak balita dan variabel independen adalah

    pendidikan ibu, pengetahuan ibu, pekerjaan ibu, pendapatan keluarga, jumlah anggota keluarga,

    jenis kelamin, umur balita, dan penyakit infeksi. Analisa yang digunakan adalah analisa univariat

    dan analisa bivariat (Chi-Square) dengan 5%.

    Hasil penelitian menunjukkan bahwa dari 107 anak balita di Puskesmas Sepatan

    diperoleh balita dengan gizi kurang sebesar 57%. Sebagian besar balita berasal dari keluarga

    yang pendidikan ibunya masih rendah SLTP (77.6%), ibunya yang tidak bekerja (89.7%), sekitar 98.1% pendapatan keluarga balita masih rendah, sebagian besar ibu balita pengetahuan

    tentang gizinya tinggi (97.2%), persentase balita perempuan (56.1%) lebih banyak dibandingkan

    balita laki-laki, persentase umur 13-36 bulan lebih banyak yaitu sebesar (60.7%), balita yang

    jumlah anggota keluarga 6 orang (70.1%), dan balita yang menderita penyakit infeksi ringan sebesar (86.9%) dan infeksi berat (13.1%). Dari hasil analisa bivariat diperoleh hasil p-value >

    0,05 bahwa tidak ada hubungan antara pendidikan ibu, pengetahuan ibu, pekerjaan ibu,

    pendapatan keluarga, jumlah anggota keluarga, jenis kelamin, umur balita, dan penyakit infeksi

    dengan status gizi di Puskesmas Sepatan Kecamtan Sepatan Kabupaten Tangerang tahun 2009.

  • iii

    Berdasarkan penelitian yang diperoleh, disarankan kepada pihak Puskesmas untuk lebih

    meningkatkan kegiatan monitoring dan penilaian status gizi secara berkala yang dilaksanakan

    dalam Pos Gizi dan Klinik Gizi. Untuk ibu balita dengan gizi kurang agar lebih memperhatikan

    pola makan dan asupan konsumsi makan sesuai dengan kebutuhan gizi setiap anak balita. Saran

    untuk penelitian lain yang akan mempelajari tentang status gizi anak balita dan faktor-faktornya

    agar meneliti dengan sampel yang lebih besar dengan pendekatan kualitatif dengan rancangan

    penelitian seperti kohort, dan meneruskan dengan analisa multivariat.

    Referensi: 51 (1988-2008)

  • iv

    FACULTY OF MEDICAL AND HEALTH SCIENCE

    NURSING PROGRAM STUDY

    ISLAMIC STATE UNIVERSITY (UIN) SYARIF HIDAYATULLAH Undergraduated Thesis, November 2009

    Ucu Suhendri, NIM: 105104003490

    The Factors Associated With Nutritional Status of Children Under Five Years (Toddlers)

    The District Health Center Sepatan Tangerang Year 2009

    xxiv + 117 pages, 22 tables, 4 images, 3 attachment

    ABSTRACT

    According to the 2007 year Riskesdas nutritional status of children under five in Banten

    province on the basis of BW/U showed a malnutrition prevalence of 4.4% of national total

    (5.4%) and 12.2% under nutrition (13.0% national total) and in the 2006 Tangerang District

    Health Office recorded about 18 thousand infants under five years suffer from malnutrition. The

    total number of infant in Tangerang regency was 280.000 babies. Within those number 17.150

    infants with under nutrition and other 1.180 infants suffer from malnutrition. While the monthly

    Nutrition Status Monitoring report (PSG) in Sepatan health center for infants under five years

    conducted in August 2008 there were 154 infants with malnutrition and 414 infants with under

    nutrition from the total number of infants which 6.207 infants who were weighed, or

    approximately (81.75%).

    This study aims to look at the picture and the relationship between the independent and

    dependent variables in Sepatan district health center Tangerang. This study uses a quantitative

    design with a cross-sectional approach, where data collection conducted in September 2009. As a

    sample of research is children under the age of 0-59 months. Dependent variable was the

    nutritional status of children under five (toddler) and the independent variables were maternal

    education, maternal knowledge, maternal employment, family income, family size, gender, age

    of infants, and infectious diseases. Analysis is used univariate and bivariate analysis (Chi-

    Square) with 5%.

    The results showed that 107 children under five at district health centers obtained in

    Sepatan, the percentage of infants with under nutrition was 57%. Most infants came from

    families who had low mother's education junior (77.6%), the mother who does not work

    (89.7%), approximately 98.1% of familys income is still low, most of mothers had high

    knowledge about nutrition (97.2%), percentage female infants (56.1%) more than male infants,

    the percentage of aged 13-36 months more in the amount (60.7%), the number of infants 6

  • v

    family members of people (70.1%), and toddler who suffer from a mild infectious diseases

    (86.9%) and severe infection (13.1%). Bivariate analysis p-value > 0.05 which means there is no

    relationship between maternal education, maternal knowledge, maternal employment, family

    income, family size, gender, age infants, and infectious diseases with nutritional status in the

    district health center Sepatan Tangerang District in 2009.

    Based on that research results, is in recommended to the health center especially in

    nutritional clinic monitoring and evaluation for nutritional status of the infants periodically. For

    mothers who have children with under nutrition should pay more attention about their food

    intake and quality of nutritious food based on their needs. Other recommendation for other

    research to continue the study related to nutritional status of children and the factors influences

    to nutritional status using qualitative research.

    References: 51 (1988-2008)

  • vi

    PERNYATAAN PERSETUJUAN

    Skripsi dengan judul

    FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN STATUS GIZI ANAK

    DIBAWAH LIMA TAHUN (BALITA) DI PUSKESMAS SEPATAN

    KECAMATAN SEPATAN KABUPATEN TANGERANG TAHUN 2009

    Telah disetujui, diperiksa dan dipertahankan dihadapan Tim Penguji Skripsi

    Program Studi Ilmu Keperawatan Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan

    Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta

    Jakarta, November 2009

    Pembimbing I

    Pembimbing II

    Ahmad Eru S. SKp, M.Kep., Sp. Kom Bambang P. Cadrana, SKM, MKM

    NIP: 1966 10011 9880 21 001 NIP: 196902051994031003

  • vii

    PANITIA SIDANG UJIAN SKRIPSI

    PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN

    FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN

    UNIVERSITAS ISLAN NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

    JAKARTA

    Telah disetujui, diperiksa dan dipertahankan dihadapan Tim Penguji Skripsi

    Program Studi Ilmu Keperawatan Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan

    Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta

    Jakarta, 18 oktober 2010

    Penguji I

    Irma Nurbaeti, S.Kp, M.Kep, Sp.Mat

    NIP: 132 146 260

    Penguji II

    Ns. Waras Budi Utomo, S.Kep, MKM

    NIP: 19790520 200901 1012

    Penguji III

    Diah Juliastuti, M.Kep, Sp.Mat

    NIP: 19750702 2000 12 2 001

  • viii

    Mengetahui,

    Ketua Program Studi Ilmu Keperawatan

    UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

    Tien Gartinah, MN

    Dekan Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan

    UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

    Prof. DR. (hc). dr. M. K. Tadjudin, Sp. And

  • ix

    RIWAYAT HIDUP

    Nama : Ucu Suhendri

    Tempat/Tanggal Lahir : Sukabumi, 13 April 1986

    Jenis Kelamin : Laki-laki

    Agama : Islam

    Status : Belum Menikah

    Kewarganegaraan : Indonesia

    Alamat : Jl. Raya Curug Pareang Km. 3 RT 05 RW 02 Buni Asih

    Desa Sindang Resmi Kecamatan Jampang Tengah

    Kabupaten Sukabumi Jawa Barat 43171

    No. Telepon/Hp :(021) 98771547/085710340478

    e-mail : [email protected]

    Riwayat Pendidikan:

    1. SD Negeri 1Sirna Sari (1993-1999)

    2. SLTP Negeri 1 Jampang Tengah (1999-2002)

    3. SMA Negeri 1 Jampang Tengah (2002-2005)

    4. S-1 Keperawatan

    Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan

    UIN Syarif Hidayatullah Jakarta (2005-2009)

  • x

  • xi

    KATA PENGANTAR

    Alhamdulillahirobilalamin, puji syukur kehadirat Allah SWT karena atas berkat, rahmat

    dan inayah-Nya, penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Shalawat dan salam tak lupa penulis

    sampaikan kepada baginda Rassulallah SAW yang membawa umatnya ke jalan yang diridhoi

    Allah SWT. Dengan penuh kesadaran skripsi yang berjudul Faktor-faktor yang Berhubungan

    Dengan Status Gizi Anak diBawah Lima Tahun (Balita) di Puskesmas Sepatan Kecamatan

    Sepatan Kabupaten Tangerang Tahun 2009 masih banyak yang harus diperbaiki dalam

    penyusunannya.

    Selama penulisan skripsi ini penulis mendapat banyak dukungan dan doa dari beberapa

    pihak, sehingga penelitian ini dapat selesai dengan baik. Untuk itu pada kesempatan ini penulis

    mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:

    1) Bapak Prof. Dr. (Hc). dr. M. K. Tadjudin Sp. And, selaku dekan Fakultas Kedokteran dan

    Ilmu Kesehatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

    2) Ibu Tien Gartinah, MN, selaku Ketua Program Studi Ilmu Keperawatan UIN Syarif

    Hidayatullah Jakarta.

    3) Bapak Ahmad Eru S. SKp, M.Kep., Sp. Kom., sebagai dosen pembimbing I yang telah

    meluangkan waktunya untuk memberikan arahan dan pengembangan pemikiran dalam

    menyelesaikan skripsi ini dengan baik.

    4) Bapak Bambang P. Cadrana, SKM, MKM, sebagai dosen pembimbing II yang telah

    meluangkan waktunya untuk memberikan arahan dan pengembangan pemikiran dalam

    menyelesaikan skripsi ini dengan baik.

    5) Ibu Irma Nurbaeti, S.Kp, M.Kep, Sp.Mat, Ns. Waras Budi Utomo, S.Kep, MKM dan

    Diah Juliastuti, M.Kep, Sp.Mat sebagai dosen penguji sekaligus pembimbing yang telah

    memberikan masukan dan arahan demi penyusunan skripsi ini.

    6) Bapak dan Ibu Dosen yang telah memberikan ilmu pengetahuan yang sangat berguna

    bagi penyusun, beserta Civitas Akademik Program Studi Ilmu Keperawatan yang telah

    membantu kelancaran dalam proses perkuliahan.

  • xii

    7) Dr. Indra Suardi, selaku kepala Puskesmas Sepatan Kecamatan Sepatan yang telah

    memberikan izin penelitian.

    8) Ibu Farida Haryati, SKM selaku ketua Klinik gizi Puskesmas Sepatan Kecamatan

    Sepatan dan Teh Fitri Damayanti, AMG yang selalu membimbing, membantu, dan

    menemani penulis dalam melakukan penelitian.

    9) Teman-teman seperjuangan Ners 05 yang telah memberikan dukungan terima kasih

    banyak, serta semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu.

    Kedua Orang tuaku tercinta dan kakek nenekku tersayang yang telah memberikan dukungan,

    doa, perhatian dan kasih sayangnya kepada penulis dalam menempuh program Sarjana Strata

    Satu (S-1). Kakak dan adik-adikku yang selalu memberikan inspirasi bagi penulis dalam

    penulisan skripsi ini. Serta seluruh sanak saudaraku paman dan bibi yang selalu memberikan

    dukungan moril dan materil.

    Akhir kata, penulis mengharapkan semoga penulisan atau skripsi ini dapat digunakan dengan

    baik dan bermanfaat bagi penulis pada khususunya serta orang lain pada umumnya. Amin.

    Jakarta, November 2009

    Ucu Suhendri

  • xiii

    DAFTAR ISI

    Halaman

    LEMBAR PERNYATAAN ........................................................................... i

    ABSTRAK ...................................................................................................... ii

    PERNYATAAN PERSETUJUAN ............................................................... vi

    LEMBAR PENGESAHAN PENGUJI ......................................................... vii

    DAPTAR RIWAYAT HIDUP ...................................................................... ix

    LEMBAR PERSEMBAHAN ........................................................................ x

    KATA PENGANTAR .................................................................................... xi

    DAFTAR ISI................................................................................................... xiii

    DAFTAR SKEMA ......................................................................................... xix

    DAFTAR TABEL .......................................................................................... xx

    DAFTAR SINGKATAN ................................................................................ xxii

    BAB 1 PENDAHULUAN

    A. Latar Belakang ................................................................................ 1

    B. Rumusan Masalah ........................................................................... 9

    C. Pertanyaan Penelitian ...................................................................... 10

    D. Tujuan Penelitian ............................................................................. 12

    1. Tujuan Umum ............................................................................. 12

    2. Tujuan Khusus ............................................................................ 12

    E. Manfaat Penelitian ........................................................................... 14

    1. Bagi Peneliti ............................................................................... 14

    2. Masyarakat (keluarga) ................................................................ 15

    3. Bagi Peneliti Selanjutnya ............................................................ 15

    4. Instansi Kesehatan (Puskesmas) ................................................. 15

  • xiv

    5. Pemerintah Daerah (Kabupaten) ............................................... 15

    F. Ruang Lingkup Penelitian ............................................................... 16

    BAB II TINJAUAN PUSTAKA

    A. Pengertian Gizi ............................................................................ 17

    B. Zat Gizi ......................................................................................... 18

    1. Standar Kecukupan Gizi ......................................................... 19

    2. Konsep dan Kegunaan Angka Kecukupan Gizi ..................... 19

    C. Penilaian Zat Gizi ......................................................................... 20

    1. Pengukuran Antropometri ...................................................... 21

    2. Klasifikasi Status Gizi ............................................................ 22

    D. Nilai Gizi Pangan (Nutritional Value of Food) ............................ 23

    E. Kelompok Rawan Pangan dan Gzi ............................................... 24

    F. Konsep Pertumbuhan dan Perkembangan ........... 25

    1. Pertumbuhan ........................................................................... 25

    2. Perkembangan ........................................................................ 26

    G. Prinsip Gizi Pada Balita ............................................................... 28

    H. Mengatur Makanan Anak Usia Balita .. ........... 29

    I. Faktor yang Berhubungan Dengan Status Gizi Anak Balita ........ 30

    1. Pendidikan .............................................................................. 30

    2. Pengetahuan ............................................................................ 32

    a. Tingkat Pengetahuan ........................................................ 33

    b. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Tingkat

    Pengetahuan ..................................................................... 35

    3. Jenis Kelamin . ........... 35

    4. Sosial Ekonomi .. ................ 36

    5. Pekerjaan Ibu .. ........... 36

    6. Pendapatan Keluarga .. ........... 37

    7. Jumlah Anggota Keluarga .. ........... 38

  • xv

    J. Akibat Kurang Energi Protein (KEP) ... ........... 38

    1. Kwashiorkor ... ........... 38

    2. Marasmus .............................................................................. 40

    3. Stunting dan Wasting .............................................................. 41

    4. Penyakit Infeksi ..................................................................... 41

    K. Upaya Penanggulangan Gizi ....................................................... 43

    1. Strategi Penaggulangan Gizi .................................................. 46

    2. Penanggulangan Gizi Menurut Depkes Kabupaten

    Tangerang ........... 47

    L. Penatalaksanaan Keperawatan ..................................................... 48

    1. Anamnesis.. ............ 49

    2. Pemeriksaan Jasmani .............................................................. 49

    3. Pemeriksaan Laboratorium . ........... 50

    M. Kerangka Teori . ........... 50

    BAB III KERANGKA KONSEP

    A. Kerangka Konsep .. ........ 53

    B. Hipotesa Penelitian ........ 54

    C. Definisi Operasional . ......... 55

    BAB IV METODE PENELITIAN

    A. Desain Penelitian .. ............ 59

    B. Populasi, Sampel dan Teknik Pengambilan Sampel . ........... 59

    1. Populasi ... ........... 59

    2. Sampel . ........... 60

    3. Teknik Pengambilan Sampel .. ............ .... 61

    C. Lokasi dan Waktu Penelitian ........... 62

    D. Alat Pengumpul Data ........... 62

    E. Metode Pengumpulan Data ........... ... 63

    F. Pengolahan Data ............ ... 64

  • xvi

    G. Analisa Data ........... .. 65

    1. Analisa Univariat .......... . 65

    2. Analisa Bivariat... ............ 66

    BAB V HASIL PENELITIAN

    A. Gambaran Tempat Penelitian ........................................................ 67

    1. Data Geografi ........................................................................... 68

    2. Data Demografi ........................................................................ 68

    a. Jumlah Penduduk ................................................................. 68

    b. Jenis Pekerjaan .................................................................... 68

    3. Visi dan Misi Puskesmas Sepatan ............................................ 69

    a. Visi Puskesmas Sepatan. ..... 69

    b. Misi Puskesmas Sepatan ...................................................... 69

    4. Pelayanan Puskesmas ............................................................... 70

    B. Hasil Analisa Univariat ................................................................. 70

    1. Gambaran Status Gizi Anak Balita di Puskesmas

    Sepatan Kecamatan Sepatan Kabupaten Tangerang

    Tahun 2009 ............................................................................ 70

    2. Gambaran Pendidikan Ibu di Puskesmas Sepatan

    Kecamatan Sepatan Kabupaten Tangerang Tahun 2009 ....... 71

    3. Gambaran Pekerjaan Ibu di Puskesmas Sepatan

    Kecamatan Sepatan Kabupaten Tangerang Tahun 2009 ....... 72

    4. Gambaran Pendapatan Keluarga di Puskesmas Sepatan

    Kecamatan Sepatan Kabupaten Tangerang Tahun 2009 ....... 73

    5. Gambaran Jenis Kelamin Balita di Puskesmas Sepatan

    Kecamatan Sepatan Kabupaten Tangerang Tahun 2009 ....... 74

    6. Gambaran Umur Balita di Puskesmas Sepatan

    Kecamatan Sepatan Kabupaten Tangerang Tahun 2009 ........ 75

    7. Gambaran Penyakit Infeksi di Puskesmas Sepatan

    Kecamatan Sepatan Kabupaten Tangerang Tahun 2009 ........ 76

  • xvii

    8. Gambaran Jumlah Anggota Keluarga Balita

    di Puskesmas Sepatan Kecamatan Sepatan Kabupaten

    Tangerang Tahun 2009 ........................................................... 77

    9. Gambaran Pengetahuan Ibu Balita di Puskesmas Sepatan

    Kecamatan Sepatan Kabupaten Tangerang Tahun 2009 ........ 78

    C. Hasil Analisa Bivariat ................................................................... 79

    1. Hubungan Pendidikan Ibu Dengan Status Gizi Balita ............. 79

    2. Hubungan Pekerjaan Ibu Dengan Status Gizi Balita ............... 80

    3. Hubungan Pendapatan Dengan Status Gizi Balita ................... 81

    4. Hubungan Jenis Kelamin Balita Dengan Status Gizi Balita .... 82

    5. Hubungan Umur Balita Dengan Status Gizi Balita ................. 83

    6. Hubungan Penyakit Infeksi Dengan Status Gizi Balita ........... 84

    7. Hubungan Jumlah Anggota Keluarga Dengan Status

    Gizi Balita ................................................................................ 85

    8. Hubungan Pengetahuan Ibu Dengan Status Gizi Balita .......... 86

    BAB VI PEMBAHASAN

    A. Keterbatasan Penelitian ................................................................. 88

    B. Analisa Univariat .......................................................................... 89

    1. Status Gizi Anak Balita ............................................................ 89

    2. Pendidikan Ibu .......................................................................... 90

    3. Pekerjaan Ibu ............................................................................ 91

    4. Pendapatan keluarga ................................................................. 91

    5. Jenis Kelamin Balita ................................................................. 92

    6. Umur Balita .............................................................................. 93

    7. Penyakit Infeksi ........................................................................ 94

    8. Jumlah Anggota Keluarga ........................................................ 96

    9. Pengetahuan Ibu ....................................................................... 97

    C. Analisa Bivariat............................................................................. 98

    1. Hubungan Pendidikan Ibu Dengan Status Gizi Balita ............. 98

    2. Hubungan Pekerjaan Ibu Dengan Status Gizi Balita ............... 99

  • xviii

    3. Hubungan Pendapatan Dengan Status Gizi Balita ................... 100

    4. Hubungan Jenis Kelamin Balita Dengan Status Gizi

    Balita ........................................................................................ 101

    5. Hubungan Umur Balita Dengan Status Gizi Balita .................. 102

    6. Hubungan Penyakit Infeksi Dengan Status Gizi Balita ........... 103

    7. Hubungan Jumlah Anggota Keluarga Dengan Status

    Gizi Balita ................................................................................ 104

    8. Hubungan Pengetahuan Ibu Dengan Status Gizi Balita ........... 105

    BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN

    A. Kesimpulan .......................................................................................... 107

    B. Saran .................................................................................................... 110

    DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... 113

    LAMPIRAN

  • xix

    DAFTAR SKEMA

    Nomor Skema Halaman

    Skema 2.1 Zat Gizi dan Fungsi Utamanya................................................. 19

    Skema 2.2 Interaksi Antara Ketidakcukupan Asupan Gizi dengan

    Penyakit Menurut Tomkins (1989) .......................................... 43

    Skema 2.3 Penyebab Kurang Gizi ............................................................. 52

    Skema 3.1 Kerangka Konsep ..................................................................... 53

  • xx

    DAFTAR TABEL

    Nomor Tabel Halaman

    Tabel 2.1 Pengukuran Antropometri yang Utama ....... 21

    Tabel 2.1 Klasifikasi Zat Gizi Anak Bawah Lima Tahun (Balita) .. 22

    Tabel 2.3 Nilai Kepadatan Zat Gizi Beberapa Pangan 23

    Tabel 2.4 Kecukupan Gizi Rata-rata Pada Anak Prasekolah .. 28

    Tabel 3.1 Definisi Operasional ................................................................. 55

    Tabel 5.1 Distribusi Frekuensi Status Gizi Anak Balita di Puskesmas

    Sepatan Kecamatan Sepatan Kabupaten Tangerang

    Tahun 2009 .. 71

    Tabel 5.2 Distribusi Frekuensi Pendidikan Ibu di Puskesmas Sepatan

    Kecamatan Sepatan Kabupaten Tangerang Tahun 2009. 71

    Tabel 5.3 Distribusi Frekuensi Pekerjaan Ibu di Puskesmas Sepatan

    Kecamatan Sepatan Kabupaten Tangerang Tahun 2009 72

    Tabel 5.4 Distribusi Frekuensi Pendapatan Keluarga di Puskesmas

    Sepatan Kecamatan Sepatan Kabupaten Tangerang

    Tahun 2009 . 73

    Tabel 5.5 Distribusi Frekuensi Jenis Kelamin Balita di Puskesmas

    Sepatan Kecamatan Sepatan Kabupaten Tangerang

    Tahun 2009 . 74

    Tabel 5.6 Distribusi Frekuensi Umur Balita di Puskesmas Sepatan

    Kecamatan Sepatan Kabupaten Tangerang Tahun 2009 75

    Tabel 5.7 Distribusi Frekuensi Penyakit Infeksi di Puskesmas

    Sepatan Kecamatan Sepatan Kabupaten Tangerang

    Tahun 2009. 76

  • xxi

    Tabel 5.8 Distribusi Frekuensi Jumlah Anggota Keluarga Balita

    di Puskesmas Sepaa tan Kecamatan Sepatan Kabupaten

    Tangerang Tahun 2009 .. 77

    Tabel 5.9 Distribusi Frekuensi Pengetahuan Ibu Balita di Puskesmas

    Sepatan Kecamatan Sepatan Kabupaten Tangerang

    Tahun 2009 78

    Tabel 5.1.1 Analisa Hubungan Antara Pendidikan Ibu Dengan Status

    Gizi Balita di Puskesmas Sepatan Kecamatan Sepatan

    Kabupaten Tangerang Tahun 2009 79

    Tabel 5.1.2 Analisa Hubungan Antara Pekerjaan Ibu Dengan Status

    Gizi Balita di Puskesmas Sepatan Kecamatan Sepatan

    Kabupaten Tangerang Tahun 2009 80

    Tabel 5.1.3 Analisa Hubungan Antara Pendapatan Keluarga Dengan

    Status Gizi Balita di Puskesmas Sepatan Kecamatan

    Sepatan Kabupaten Tangerang Tahun 2009 .. 81

    Tabel 5.1.4 Analisa Hubungan Antara Jenis Kelamin Dengan Status

    Gizi Balita di Puskesmas Sepatan Kecamatan Sepatan

    Kabupaten Tangerang Tahun 2009 .. 82

    Tabel 5.1.5 Analisa Hubungan Antara Umur Balita Dengan Status

    Gizi Balita di Puskesmas Sepatan Kecamatan Sepatan

    Kabupaten Tangerang Tahun 2009 .. 83

    Tabel 5.1.6 Analisa Hubungan Antara Penyakit Infeksi Dengan

    Status Gizi Balita di Puskesmas Sepatan Kecamatan

    Sepatan Kabupaten Tangerang Tahun 2009 84

    Tabel 5.1.7 Analisa Hubungan Antara Jumlah Anggota Keluarga

    Dengan Status Gizi Balita di Puskesmas Sepatan

    Kecamatan Sepatan Kabupaten Tangerang Tahun 2009 . 85

    Tabel 5.1.8 Analisa Hubungan Antara Pengetahuan Dengan Status

    Gizi Balita di Puskesmas Sepatan Kecamatan Sepatan

    Kabupaten Tangerang Tahun 2009. 86

  • xxii

    DAFTAR SINGKATAN

    AKG : Angka Kecukupan Gizi

    APBD : Anggaran Pendapatan Belanja Daerah

    ASI :Air Susu Ibu

    Bapenas : Badan Pendidikan Nasional

    BB/U : Berat Badan/Umur

    BBLR : Berat Badan Lahir Rendah

    BKKBN : Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional

    BPS : Badan Pusat Statistik

    CI : Confidence Interval

    DDST : Denver Development Screening Test

    Depkes RI : Departemen Kesehatan Republik Indonesia

    HDI : Human Development Index

    ISPA : Infeksi Saluran Pernapasan Akut

    IU : International Unit

    Kadarzi : Keluarga Sadar Gizi

    KB : Keluarga Berencana

    KEP : Kurang Energi Protein

    KKP : Kurang Kalori Protein

    MDGs : Millenium Development Goals

    MEP : Malnutrisi Energi Protein

    MP-ASI : Makanan Pendamping Air Susu Ibu

    PASI : Pengganti Air Susu Ibu

  • xxiii

    PBB : Perserikatan Bangsa-Bangsa

    PHBS : Perilaku Hidup Bersih dan Sehat

    PKG : Pemantauan Konsumsi Gizi

    PKK : Pemberdayaan Kesejahteraan Keluarga

    PKMD : Pembangunan Kesehatan Masyarakat Desa

    PMT : Pemberian Makanan Tambahan

    Posyandu : Pos Pelayanan Terpadu

    PSG : Pemantauan Status Gizi/Penilaian Status Gizi

    RDA : Recommended Dietary Allowance

    Riskesdas : Riset Kesehatan Dasar

    SD : Standar Deviasi

    SDM : Sumber Daya Manusia

    SKPG : Sistem Kewaspadaan Pangan dan Gizi

    Susenas : Survei Sosial Ekonomi Nasional

    TB : Tinggi Badan

    UPGK : Usaha Perbaikan Gizi Keluarga

    WHO : World Health Organization

  • 1

    BAB 1

    PENDAHULUAN

    A. Latar Belakang

    Kesehatan adalah hak asasi manusia, dan merupakan investasi sumber daya

    manusia yang paling mahal, serta memiliki kontribusi yang besar untuk

    meningkatkan Indek Pembangunan Manusia (Human Development Index-HDI).

    Oleh karena itu menjadi keharusan bagi semua pihak untuk memelihara,

    meningkatkan dan melindungi kesehatan demi kesejahteraan seluruh masyarakat

    (Depkes RI 2007).

    Pembangunan suatu negara pada hakekatnya adalah suatu upaya pemerintah

    bersama masyarakat untuk mensejahterakan bangsa. Keberhasilan pembangunan

    nasional suatu negara ditentukan oleh ketersediaanya sumber daya manusia

    (SDM). Sumber daya manusia yang berkualitas dicirikan dengan fisik yang

    tangguh, mental yang kuat, kesehatan yang prima dan menguasai ilmu

    pengetahuan serta teknologi. Salah satu indikator untuk mengukur tinggi

    rendahnya kualitas SDM adalah Indek Pembangunan Manusia. Tiga faktor utama

    penentu HDI adalah pendidikan, kesehatan, dan ekonomi (Azwar, 2004).

    Notoatmodjo (2007) mengungkapkan bahwa kesehatan adalah keadaan

    sejahtera badan, jiwa, dan sosial yang memungkinkan setiap orang hidup

    produktif secara sosial dan ekonomi. Makanan adalah sumber energi satu-satunya

  • 2

    bagi manusia untuk mencapai kesehatan. Karena jumlah penduduk yang terus

    berkembang, maka jumlah produksi makananpun harus tetap bertambah melebihi

    jumlah penduduk ini, apabila kecukupan pangan harus tercapai. Seperti telah

    dikemukakan terdahulu, permasalahan yang timbul dapat mengakibatkan kualitas

    dan kuantitas bahan pangan. Hal ini tidak boleh terjadi atau tidak dikehendaki

    karena orang makan itu sebetulnya bermaksud mendapatkan energi agar tetap

    bertahan hidup, dan tidak untuk menjadi sakit karena makanan. Dengan demikian

    makanan sangat bermanfaat bagi anak balita (Slamet, 2004).

    Dalam kesepakatan global yang dituangkan Millenium Development Goals

    (MDGs) 2007 yang terdiri dari 8 tujuan, 18 target, dan 59 indikator, menegaskan

    bahwa pada tahun 2015 setiap negara menurunkan kemiskinan dan kelaparan

    separuh dari kondisi tahun 1990. Seperti pada tujuan pertama MDGs yaitu

    menanggulangi kemiskinan dan kelaparan. Dengan target pertama yaitu

    menurunkan proporsi penduduk yang tingkat pendapatannya dibawah US$1 per

    hari menjadi setengahnya dalam kurun waktu 1990-2015. Target kedua

    menurunkan proporsi penduduk yang menderita kelaparan menjadi setengahnya

    dalam kurun waktu 1990-2015 dengan (indikator 6) presentase anak-anak berusia

    lima tahun yang mengalami gizi buruk (severe underweight), (indikator 7) yaitu

    presentase anak-anak berusia lima tahun yang mengalami gizi kurang (moderate

    underweight).

    Sejalan dengan upaya mencapai kesepatan global, World Summit for Children

    1990, International Conference on Nutrition 1992 di Roma dan World Food

  • 3

    Summit 1996 menetapkan sasaran program pangan dan perbaikan gizi yang harus

    dicapai oleh semua negara. Sasaran global tersebut sampai saat ini menjadi salah

    satu acuan pokok didalam pembangunan program gizi di semua negara termasuk

    Indonesia. Pembangunan program pangan dan gizi di Indonesia selama 30 tahun

    terakhir menunjukan hasil yang positif. Analisis penyediaan pangan tahun 1999

    secara makro disimpulkan bahwa persediaan energi dan protein perkapita/hari

    masing-masing sebesar 2.890 Kkal dan 62,7 gram, telah memenuhi kecukupan

    yang dianjurkan. Masalah pangan baru terlihat pada tingkat konsumsi rumah

    tangga. Data tahun 1998 menunjukan bahwa antara 49% sampai 53% rumah

    tangga diberbagai daerah mengalami defisit energi (konsumsi < 70% kebutuhan

    energi). Defisit pangan ditingkat rumah tangga disertai distribusi pangan antar

    anggota keluarga yang tidak baik didasari pengetahuan atau perilaku gizi yang

    belum memadai berakibat munculnya masalah kurang gizi (Adisasmito, 2007).

    Masalah gizi kurang pada anak balita sangat dipengaruhi oleh dua faktor yaitu

    penyebab langsung dan penyebab tidak langsung. Faktor penyebab langsung yaitu

    asupan makanan dan penyakit infeksi yang terkait satu sama lain. Sedangkan

    faktor penyebab tidak langsung seperti ketersediaan dan pola konsumsi pangan

    dalam rumah tangga, pola pengasuh anak, jangkauan dan mutu pelayanan

    kesehatan. Apabila anak tidak mendapatkan asupan makanan yang tidak cukup

    akan memiliki daya tahan tubuh yang rendah terhadap penyakit. Status gizi

    seseorang sangat erat kaitannya dengan permasalahan kesehatan individu, karena

    disamping merupakan faktor predisposisi yang dapat memperparah penyakit

  • 4

    infeksi, juga dapat menyebabkan gangguan kesehatan, bahkan status gizi janin

    yang masih berada dalam kandungan dan masih menyusu sangat dipengaruhi oleh

    status gizi (Depkes RI, 2004).

    Gizi kurang dan gizi buruk berdampak serius terhadap generasi mendatang.

    Anak yang menderita gizi kurang akan mengalami gangguan pertumbuhan fisik

    dan perkembangan mental. Gangguan pertumbuhan diartikan sebagai

    ketidakmampuan untuk mencapai tinggi badan tertentu sesuai dengan umumnya,

    gangguan pertumbuhan juga merupakan akibat dari gangguan yang terjadi pada

    masa balita, bahkan pada masa sebelumnya, dan pertumbuhan fisik anak menjadi

    terhambat (anak akan mempunyai tinggi badan lebih pendek). Perkembangan

    mental dan kecerdasan terhambat, anak akan mempunyai IQ lebih rendah. Setiap

    anak yang berstatus gizi buruk mempunyai risiko kehilangan IQ 10-13 poin

    (Depkes RI, 2002).

    Pertumbuhan anak yang kurang gizi akan tidak sempurna, termasuk

    pertumbuhan organ tubuhnya. Banyak organ tubuh yang berkualitas rendah.

    Penyakit kekurangan gizi, bila tidak terlalu parah jarang menyebabkan kematian,

    kecuali karena timbulnya komplikasi. Penyakit penyulit justru mudah timbul

    karena status gizi sedemikian. Penyakit penyulit yang sering terjadi sebagai

    kekurangan gizi adalah penyakit menular. Anak yang kekurangan gizi tidak

    mampu membentuk antibodi (daya tahan) terhadap penyakit infeksi. Sebagai

    akibatnya, anak-anak ini sering kali terkena penyakit sehingga pertumbuhannya

  • 5

    terganggu dan sering pula tidak sembuh sempurna dan menjadi penyandang cacat

    (Slamet, 2004).

    Ketidakstabilan ekonomi, politik dan sosial, dapat berakibat pada rendahnya

    tingkat kesejahteraan rakyat yang dapat mencerminkan masalah gizi kurang dan

    gizi buruk di masyarakat. Upaya mengatasi masalah ini bertumpu pada

    pembangunan ekonomi, politik dan sosial yang kondusif sehingga mampu

    menurunkan tingkat kemiskinan setiap rumah tangga untuk mewujudkan

    ketahanan pangan dan gizi serta memberikan akses kepada pendidikan dan

    pelayanan kesehatan (Bapenas, 2007).

    Data yang dicatat oleh Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), pada tahun 2004

    ada 5.119.935 anak balita yang menderita gizi kurang dan gizi buruk. Kondisi gizi

    buruk, termasuk busung lapar yang belakangan terungkap, sebenarnya dapat

    dicegah. Gizi buruk sebenarnya masalah yang bukan hanya disebabkan oleh

    kemiskinan. Juga karena aspek sosial-budaya yang ada di masyarakat kita,

    sehingga menyebabkan tindakan yang tidak menunjang tercapainya gizi yang

    memadai untuk balita (masalah individual dan keluarga) (Kompas.com, 2009).

    Seperti laporan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) di Bangladesh terdapat

    dua juta anak usia antara 6 bulan sampai lima tahun menderita kurang gizi akut

    dan merupakan masalah yang besar yang tengah dihadapi Bangladesh. Sedangkan

    dari laporan UNICEF dan Institusi Kesehatan Nutrisi Publik, tiap satu dari empat

    rumah tangga di Bangladesh mengalami kekurangan pangan dan dari dua juta

  • 6

    yang kekurangan gizi terdapat setengah juta yang menderita malnutrisi akut dan

    dari hasil survey 58% rumah tangga mengaku sulit mendapatkan makanan yang

    cukup sepanjang tahun 2008 akibat kenaikan harga bahan pangan (Kompas.com,

    2009).

    Berdasarkan hasil Riskesdas tahun 2007 menunjukan prevalensi gizi buruk

    Nasional menurun (5,4%) jika dibandingkan dengan hasil Susenas 2005 (8,8%),

    namun masalah anemia di Indonesia masih berada diatas ambang batas masalah

    kesehatan. Dimana presentase berat badan lahir rendah (BBLR) 12 bulan terakhir

    menurut Provinsi yaitu sekitar 11,5% dari 33 Provinsi. Sedangkan prevalensi

    status gizi anak balita menurut BB/U berdasarkan wilayah (Kota dan Desa) yaitu

    prevalensi gizi buruk wilayah Kota sebesar 4,2%, dan wilayah Desa 6,4% dimana

    prevalensi gizi kurang wilayah Kota sebesar 11,7% dan wilayah Desa 14,0%

    dengan prevalensi Nasional 13,0% (Depkes RI, 2008).

    Menurut Riskesdas tahun 2007 status gizi anak balita di Provinsi Banten

    berdasarkan BB/U menunjukan prevalensi dengan gizi buruk 4,4% dari total

    Nasional (5,4%) dan gizi kurang 12,2 % (total Nasional 13,0%), dan berdasarkan

    TB/U terdapat 20,6% (total Nasional 18,8%) balita sangat pendek dan 18,3%

    balita pendek dari total Nasional (18,0%), sedangkan prevalensi status gizi

    berdasarkan (BB/TB) sangat kurus 6,6% (total Nasional 6,2%) dan 7,5% balita

    kurus dari total Nasional (7,4%) (Depkes RI, 2008).

  • 7

    Pada tahun 2006 Dinas Kesehatan Kabupaten Tangerang mencatat sekitar 18

    ribu bayi dibawah lima tahun menderita kekurangan gizi. Sebanyak 17.150 bayi

    dengan gizi kurang dan 1.180 bayi lainnya mendapat gizi buruk dari 280 ribu bayi

    di Kabupaten Tangerang. Kepala Subdinas Kesehatan Keluarga Kabupaten

    Tangerang dr. Shirley mengatakan, jika tidak diatasi masalah kekurangan gizi

    akan berpengaruh pada perkembangan otak bayi. Perkembangan dan

    pertumbuhan otak pada manusia terjadi pada usia 6-23 bulan atau dibawah usia 2

    tahun (Gizi.net, 2006).

    Dari data program gizi Puskemas Sepatan tahun 2008 di wilayah Kecamatan

    Sepatan terdapat keluarga miskin dengan jumlah 44,51% dari 8 Desa. Sedangkan

    dari laporan Pemantauan Status Gizi (PSG) balita Puskesmas Sepatan bulan

    Agustus 2008 terdapat balita dengan gizi buruk sebanyak 154 balita dan 414

    balita dengan gizi kurang dari total balita yang ditimbang sebanyak 6.207 balita

    atau sekitar (81,75%). Presentase balita gizi buruk berdasarkan golongan umur

    yaitu 3,9% (umur 0-11 bulan), 46,75% (umur 12-35 bulan), dan 49,35% (umur

    36-59 bulan). Dengan presentase gizi buruk bedasarkan jenis kelamin di wilayah

    UPT Puskesmas Sepatan sekitar 55,84% laki-laki dan 44,16% perempuan.

    Dalam alquran telah ditetapkan oleh Allah SWT mengenai ukuran yang benar

    dalam soal makanan, dalam firmanNya:

    Hai anak Adam, pakailah pakaianmu yang indah di setiap memasuki masjid,

    makan dan minumlah, dan janganlah berlebih-lebihan. Sesungguhnya Alloh tidak

    menyukai orang-orang yang berlebih-lebihan(Al Araf: 31).

  • 8

    Hai sekalian manusia, makanlah yang halal lagi baik dari apa yang

    terdapat di bumi (Al Baqoroh: 168)

    Alquran menganggap gizi adalah sarana bukan tujuan. Ia merupakan sarana

    penting untuk mencapai tujuan kehidupan manusia. Allah menciptakan di dalam

    diri manusia naluri yang selalu cenderung untuk makan, disamping menetapkan

    hikmah bahwa kecenderungan ini disertai dengan indera untuk merasakan

    makanan dan organ pencernaan.

    Dengan semakin berkembangannya masalah kurang gizi di masyarakat, maka

    sistem kewaspadaan pangan dan gizi (SKPG) yang sudah ada perlu diaktifkan

    kembali terutama di tingkat kecamatan. Sistem ini akan berjalan efektif apabila di

    tunjang oleh kerja sama lintas sektoral yang baik antara sektor Pertanian,

    Kesehatan, BKKBN dan dikoordinasi langsung oleh camat setempat. Ujung

    tombak untuk mengetahui pelaksanaan SKPG ada di Posyandu (sektor kesehatan)

    karena efektivitas penimbangan berat badan anak balita dilakukan secara rutin.

    Posyandu akan efektif memantau secara dini terjadinya masalah kekurangan gizi

    di masyarakat. Penimbangan berat badan anak di posyandu perlu diprioritaskan

    untuk wilayah kerja Puskesmas yang rawan pangan. Anak-anak yang sakit karena

    kekurangan gizi yang berat akan dipantau melalui Balai Pengobatan Puskesmas.

    Oleh karena itu, peningkatan efesiensi dan efektivitas manajemen program

    pelayanan kesehatan merupakan alternatif terbaik untuk terus dikembangkan.

  • 9

    B. Rumusan Masalah

    Masalah gizi kurang pada anak balita sangat dipengaruhi oleh dua faktor

    penyebab. Pertama penyebab langsung, yaitu asupan makanan dan penyakit

    infeksi yang terkait satu sama lain. Apabila anak tidak mendapatkan asupan

    makanan yang tidak cukup akan memiliki daya tahan tubuh yang rendah terhadap

    penyakit. Kedua penyebab tidak langsung seperti ketersediaan dan pola konsumsi

    pangan dalam rumah tangga, pola pengasuh anak, jangkauan dan mutu pelayanan

    kesehatan.

    Rendahnya kualitas konsumsi pangan dipengaruhi oleh kurangnya akses

    rumah tangga dan masyarakat terhadap pangan, baik akses pangan karena

    masalah ketersediaan maupun tingkat pendapatan yang dapat berpengaruh pada

    daya beli rumah tangga terhadap pangan, pola asuh, pelayanan kesehatan dan

    sanitasi lingkungan dipengaruhi oleh pendidikan, pelayanan kesehatan, informasi,

    pelayanan keluarga berencana, serta kelembagaan sosial masyarakat untuk

    pemberdayaan masyarakat khususnya perempuan.

    Menurut Dinas Kesehatan Kabupaten Tangerang pada tahun 2006 tercatat

    sekitar 18 ribu bayi dibawah lima tahun menderita kekurangan gizi. Sebanyak

    17.150 bayi dengan gizi kurang dan 1.180 bayi lainnya mendapat gizi buruk dari

    280 ribu bayi di Kabupaten Tangerang. Dari data program gizi Puskemas Sepatan

    tahun 2008 di wilayah Kecamatan Sepatan terdapat keluarga miskin dengan

    jumlah 44,51% dari 8 Desa. Sedangkan dari laporan Pemantauan Status Gizi

  • 10

    (PSG) balita Puskesmas Sepatan bulan Agustus 2008 terdapat balita dengan gizi

    buruk sebanyak 154 balita dan 414 balita dengan gizi kurang dari total balita yang

    ditimbang sebanyak 6.207 balita atau sekitar (81,75%). Presentase balita gizi

    buruk berdasarkan golongan umur yaitu 3,9% (umur 0-11 bulan), 46,75% (umur

    12-35 bulan), dan 49,35% (umur 36-59 bulan). Dengan presentase gizi buruk

    bedasarkan jenis kelamin di wilayah UPT Puskesmas Sepatan sekitar 55,84%

    laki-laki dan 44,16% perempuan.

    Berdasarkan uraian data di atas, penulis merasa tertarik untuk meneliti faktor-

    faktor yang berhubungan dengan status gizi anak balita di Puskesmas Sepatan,

    sebagai salah satu masukan informasi demi upaya penyelesaian masalah gizi

    buruk dan gizi kurang di wilayah Kecamatan Sepatan Kabupaten Tangerang.

    Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan pendekatan deskriptif kuantitatif.

    C. Pertanyaan Penelitian

    Berdasarkan rumusan masalah diatas, maka pertanyaan untuk penelitian ini

    adalah:

    1. Bagaimana gambaran status gizi anak balita di Puskesmas Sepatan Kecamatan

    Sepatan Kabupaten Tangerang Tahun 2009?

    2. Bagaimana gambaran pendidikan ibu anak balita di Puskesmas Sepatan

    Kecamatan Sepatan Kabupaten Tangerang Tahun 2009?

    3. Bagaimana gambaran pekerjaan orang tua anak balita di Puskesmas Sepatan

    Kecamatan Sepatan Kabupaten Tangerang Tahun 2009?

  • 11

    4. Bagaimana gambaran pendapatan keluarga anak balita di Puskesmas Sepatan

    Kecamatan Sepatan Kabupaten Tangerang Tahun 2009?

    5. Bagaimana gambaran tingkat pengetahuan ibu tentang gizi anak balita di

    Puskesmas Sepatan Kecamatan Sepatan Kabupaten Tangerang Tahun 2009?

    6. Bagaimana gambaran banyaknya jumlah anggota keluarga anak balita di

    Puskesmas Sepatan Kecamatan Sepatan Kabupaten Tangerang Tahun 2009?

    7. Bagaimana gambaran jenis kelamin anak balita di Puskesmas Sepatan

    Kecamatan Sepatan Kabupaten Tangerang Tahun 2009?

    8. Bagaimana gambaran umur anak balita di Puskesmas Sepatan Kecamatan

    Sepatan Kabupaten Tangerang Tahun 2009?

    9. Bagaimana gambaran penyakit infeksi anak balita di Puskesmas Sepatan

    Kecamatan Sepatan Kabupaten Tangerang Tahun 2009?

    10. Apakah ada hubungan antara pendidikan ibu dan pendapatan keluarga)

    dengan status gizi anak balita di Puskesmas Sepatan Kecamatan Sepatan

    Kabupaten Tangerang Tahun 2009?

    11. Apakah ada hubungan antara pekerjaan orang tua dengan status gizi anak

    balita di Puskesmas Sepatan Kecamatan Sepatan Kabupaten Tangerang Tahun

    2009?

    12. Apakah ada hubungan antara pendapatan keluarga dengan status gizi anak

    balita di Puskesmas Sepatan Kecamatan Sepatan Kabupaten Tangerang Tahun

    2009?

  • 12

    13. Apakah ada hubungan antara tingkat pengetahuan ibu tentang gizi dengan

    status gizi anak balita di Puskesmas Sepatan Kecamatan Sepatan Kabupaten

    Tangerang Tahun 2009?

    14. Apakah ada hubungan antara banyaknya jumlah anggota keluarga dengan

    status gizi anak balita di Puskesmas Sepatan Kecamatan Sepatan Kabupaten

    Tangerang Tahun 2009?

    15. Apakah ada hubungan antara jenis kelamin dengan status gizi anak balita di

    Puskesmas Sepatan Kecamatan Sepatan Kabupaten Tangerang Tahun 2009?

    16. Apakah ada hubungan antara umur anak dengan status gizi anak balita di

    Puskesmas Sepatan Kecamatan Sepatan Kabupaten Tangerang Tahun 2009?

    17. Apakah ada hubungan antara penyakit infeksi dengan status gizi anak balita di

    Puskesmas Sepatan Kecamatan Sepatan Kabupaten Tangerang Tahun 2009?

    D. Tujuan Penelitian

    1. Tujuan Umum

    Untuk mengetahui faktor-faktor apa saja yang berhubungan dengan status

    gizi anak balita di Puskesmas Sepatan Kecamatan Sepatan Kabupaten

    Tangerang Tahun 2009.

    2. Tujuan Khusus

    a. Mengidentifikasi gambaran status gizi anak balita di Puskesmas Sepatan

    Kecamatan Sepatan Kabupaten Tangerang Tahun 2009.

  • 13

    b. Mengidentifikasi gambaran pendidikan ibu anak balita di Puskesmas

    Sepatan Kecamatan Sepatan Kabupaten Tangerang Tahun 2009.

    c. Mengidentifikasi gambaran pekerjaan orang tua anak balita di Puskesmas

    Sepatan Kecamatan Sepatan Kabupaten Tangerang Tahun 2009.

    d. Mengidentifikasi gambaran pendapatan keluarga anak balita di Puskesmas

    Sepatan Kecamatan Sepatan Kabupaten Tangerang Tahun 2009.

    e. Mengidentifikasi gambaran tingkat pengetahuan ibu tentang gizi anak balita

    di Puskesmas Sepatan Kecamatan Sepatan Kabupaten Tangerang Tahun

    2009.

    f. Mengidentifikasi banyaknya jumlah anggota keluarga anak balita di

    Puskesmas Sepatan Kecamatan Sepatan Kabupaten Tangerang Tahun 2009.

    g. Mengidentifikasi jenis kelamin anak balita di Puskesmas Sepatan

    Kecamatan Sepatan Kabupaten Tangerang Tahun 2009.

    h. Mengidentifikasi gambaran umur anak balita di Puskesmas Sepatan

    Kecamatan Sepatan Kabupaten Tangerang Tahun 2009.

    i. Mengidentifikasi gambaran penyakit infeksi anak balita di Puskesmas

    Sepatan Kecamatan Sepatan Kabupaten Tangerang Tahun 2009.

    j. Mengidentifikasi hubungan pendidikan ibu dengan status gizi anak balita di

    Puskesmas Sepatan Kecamatan Sepatan Kabupaten Tangerang Tahun 2009.

    k. Mengidentifikasi hubungan pekerjaan dengan status gizi anak balita di

    Puskesmas Sepatan Kecamatan Sepatan Kabupaten Tangerang Tahun 2009.

  • 14

    l. Mengidentifikasi hubungan pendapatan keluarga dengan status gizi anak

    balita di Puskesmas Sepatan Kecamatan Sepatan Kabupaten Tangerang

    Tahun 2009.

    m. Mengidentifikasi hubungan antara tingkat pengetahuan ibu tentang gizi

    dengan status gizi anak balita di Puskesmas Sepatan Kecamatan Sepatan

    Kabupaten Tangerang Tahun 2009.

    n. Mengidentifikasi hubungan antara banyaknya jumlah anggota keluarga

    dengan status gizi anak balita di Puskesmas Sepatan Kecamatan Sepatan

    Kabupaten Tangerang Tahun 2009.

    o. Mengidentifikasi hubungan antara jenis kelamin dengan status gizi anak

    balita di Puskesmas Sepatan Kecamatan Sepatan Kabupaten Tangerang

    Tahun 2009.

    p. Mengidentifikasi hubungan antara umur anak dengan status gizi anak balita

    di Puskesmas Sepatan Kecamatan Sepatan Kabupaten Tangerang Tahun

    2009.

    q. Mengidentifikasi hubungan antara penyakit infeksi dengan status gizi anak

    balita di Puskesmas Sepatan Kecamatan Sepatan Kabupaten Tangerang

    Tahun 2009.

    D. Manfaat penelitian

    1. Bagi peneliti:

    a. Menambah pengetahuan dan untuk mengetahui berbagai masalah tentang

    gizi pada anak balita.

  • 15

    b. Meningkatkan wawasan penulis tentang faktor-faktor apa saja yang

    berhubungan dengan status gizi pada anak balita dan mampu mengenali

    permasalahan dimasyarakat serta dapat mengaplikasikan ilmu-ilmu yang

    didapat dibangku kuliah ketengah masyarakat.

    2. Masyarakat (keluarga):

    Memberikan masukan kepada keluarga agar memperhatikan pentingnya gizi

    bagi anak balita dan untuk mempertahankan tumbuh kembang balita secara

    optimal sehingga didapatkan status gizi yang baik.

    3. Bagi Peneliti Selanjutnya:

    Hasil penelitian ini dapat dijadikan referensi oleh peneliti lain baik secara

    teoritis maupun secara metodologis mengenai faktor-faktor yang berhubungan

    dengan satus gizi kurang anak balita.

    4. Instansi Kesehatan (Puskesmas):

    Memberikan masukan kepada pihak Puskesmas Sepatan dalam meningkatkan

    pelayanan kesehatan yang optimal dan pemulihan balita gizi buruk.

    5. Pemerintah Daerah (Kabupaten):

    Sebagai bahan masukan dan informasi untuk para pembuat keputusan dalam

    merencanakan pengembangan program khususnya bidang kesehatan

    lingkungan, sosial ekonomi dan peningkatan pengetahuan keluarga di bidang

    kesehatan.

  • 16

    E. Ruang Lingkup Penelitian

    Penelitian ini yaitu menggambarkan status gizi anak balita dengan gangguan

    gizi, dengan karakteristik sosial ekonomi, sosio demografi, dan keadaan

    kesehatan anak terhadap status gizi anak balita di Puskesmas Sepatan dengan

    melihat sejauh mana faktor- faktor tersebut dapat berhubungan dengan status gizi

    anak balita.

    Penelitian ini dilakukan di Puskesmas Sepatan Kecamatan Sepatan Kabupaten

    Tangerang pada tahun 2009. Populasi penelitian ini adalah anak dibawah lima

    tahun (0-59 bulan). Desain penelitian menggunakan pendekatan kuantitatif dan

    rancangan penelitian secara cross-sectional.

  • 17

    BAB II

    TINJAUAN PUSTAKA

    A. Pengertian Gizi

    Istilah gizi dan ilmu gizi di Indonesia baru mulai dikenal sekitar tahun

    1952-1955 sebagai terjemahan kata bahasa Inggris Nutrition. Kata gizi berasal

    dari bahasa Arab ghidza yang berarti makanan. Menurut dialek Mesir, ghidza

    dibaca ghizi. selain itu sebagian orang menterjemahkan nutrition dengan

    mengejanya sebagai nutrisi. Terjemahan ini terdapat dalam kamus umum

    bahasa Indonesia Badudu-Zain tahun 1994.

    Gizi adalah suatu proses organisme menggunakan makanan yang dikonsumsi

    secara normal melalui proses digesti, absorbsi, transportasi, penyimpanan,

    metabolisme dan pengeluaran zat-zat yang tidak digunakan untuk

    mempertahankan kehidupan, pertumbuhan dan fungsi normal dari organ-organ,

    serta menghasilkan energi (Idrus, 1990).

    Zat gizi (nutrients) adalah ikatan kimia yang diperlukan tubuh untuk

    melakukan fungsinya, yaitu menghasilkan energi, membangun dan memelihara

    jaringan, serta mengatur proses-proses kehidupan. Status gizi adalah keadaan

    tubuh sebagai akibat konsumsi makanan dan penggunaan zat-zat gizi. Dibedakan

    antara status gizi buruk, kurang, baik dan lebih. (Almatsier, 2005).

  • 18

    B. Zat Gizi

    Makanan setelah dikonsumsi mengalami proses pencernaan didalam alat

    pencernaan. Bahan makanan diuraikan menjadi zat gizi atau nutrient. Zat tersebut

    selanjutnya diserap melalui dinding usus dan masuk ke dalam cairan tubuh.

    Fungsi umum zat gizi tersebut ialah:

    1. Sebagai sumber energi atau zat pembangun.

    2. Menyumbang pertumbuhan badan.

    3. Memelihara jaringan tubuh, mengganti sel yang rusak.

    4. Mengatur metabolisme dan mengatur keseimbangan air, mineral dan

    asam-basa di dalam cairan tubuh.

    5. Berperan dalam mekanisme pertahanan tubuh terhadap penyakit sebagai

    antibodi dan antitoksin.

    Terdapat penggolongan lain bahan makanan berdasarkan fungsi zat gizi

    tersebut, yaitu sebagai berikut:

    1. Zat gizi penghasil energi, ialah karbohidrat, lemak, dan protein.

    Zat gizi ini sebagian besar dihasilkan dari makanan pokok.

    2. Zat gizi pembangun sel, terutama diperankan protein. Oleh karena itu,

    bahan pangan lauk pauk digolongkan makanan sumber zat pembangun.

    3. Zat pengatur, termasuk didalamnya vitamin dan mineral. Bahan pangan

    sumber mineral dan vitamin adalah buah sayur.

  • 19

    Skema 2.1

    Zat gizi dan fungsi utamanya

    Sumber: Yuniastuti, 2008 Gizi dan Kesehatan.

    1. Standar Kecukupan Gizi

    Standar kecukupan gizi diperlukan sebagai pedoman yang dibutuhkan oleh

    individu secara rata-rata dalam sehari untuk mencapai derajat optimal.

    Kebutuhan gizi setiap individu berbeda-beda tergantung beberapa faktor yang

    mempengaruhinya. Penilaian standar kecukupan gizi berpedoman pada Angka

    Kecukupan Gizi (AKG). AKG yang digunakan sebagai pedoman adalah hasil

    Widya Karya Pangan dan Gizi yang direvisi setiap lima tahun sekali.

    2. Konsep dan Kegunaan Angka Kecukupan Gizi

    Pedoman atau acuan jenis dan jumlah zat gizi yang dibutuhkan oleh

    individu secara rata-rata dalam satu hari sangat diperlukan. Berkaitan dengan itu

    Karbohidrat

    Prinsip

    gizi pada

    balita

    Setelah

    anak

    berumur

    satu tahun

    menunya

    harus

    bervariasi

    untuk

    mencegah

    kebosanan

    dan diberi

    susu,

    serealia

    (seperti

    bubur

    beras, roti),

    daging,

    sup,

    sayuran

    dan buah-

    buahan.

    Makanan

    padat yang

    diberikan

    tidak perlu

    diblender

    Sumber energi

    Pertumbuhan

    dan

    mempertahnkan

    jaringan

    Mineral

    Regulasi proses

    dalam tubuh

    Lemak

    Vitamin

    Air

    Protein

  • 20

    terdapat konsep kebutuhan gizi minimum sehari (minimum daily requirement),

    yaitu jumlah zat gizi minimal yang diperlukan seseorang dalam sehari untuk

    hidup sehat. Selain itu, juga dikenal konsep jumlah yang dianjurkan sehari

    (recommended dietary allowance/RDA), yaitu standar gizi yang dianjurkan

    untuk dimakan agar dapat menjamin kesehatan yang sebaik-baiknya. Dengan

    demikian, RDA adalah suatu kecukupan rata-rata gizi setiap hari bagi hampir

    semua orang (97,5%) menurut golongan umur, jenis kelamin, ukuran tubuh dan

    aktivitas untuk mencapai derajat kesehatan yang optimal.

    C. Penilaian Status Gizi

    Definisi Penilaian Status Gizi (PSG) adalah interpretasi dari data yang

    didapatkan dengan menggunakan berbagai metode untuk mengindentfikasi

    populasi atau individu yang berisiko atau dengan status gizi buruk.

    Tujuan Penilaian Status Gizi:

    1. Memberikan gambaran secara umum mengenai metode penilaian status

    gizi.

    2. Memberikan penjelasan mengenai keuntungan dan kelemahan dari

    masing-masing metode yang ada.

    3. Memberikan gambaran singkat mengenai pengumpulan data, perencanaan,

    dan implementasi untuk penilaian status gizi.

  • 21

    1. Pengukuran Antropometri

    Pengukuran status gizi yang paling sering digunakan adalah antropometri

    gizi. Antropometri gizi berhubungan dengan berbagai macam pengukuran

    dimensi tubuh dan komposisi tubuh dari berbagai tingkat umur dan tingkat

    gizi. Berbagai jenis ukuran tubuh antara lain berat badan, tinggi badan, lingkar

    lengan atas dan tebal lemak kulit. Antropometri sangat umum digunakan untuk

    mengukur status gizi dari bebagai ketidakseimbangan antara asupan dan

    kebutuhan (Supariasa, 2002). Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Tabel 2.1

    berikut:

    Tabel 2.1

    Pengukuran Antropometri yang Utama

    Pengukuran Komponen Jaringan utama yang diukur

    Tinggi badan Kepala, tulang belakang,

    tulang panggul, dan kaki

    Tulang

    Berat Badan Seluruh tubuh Seluruh jaringan khususnya;

    lemak, otot, tulang, tulang

    dan air.

    Lingkar lengan

    Lemak bawah kulit Otot (secara tehnik lebih

    sedikit digunakan di negara

    maju)

    Otot, tulang Lemak (lebih sering

    digunakan secara tehnik di

    negara maju)

    Lipatan lemak Lemak bawah kulit, kulit Lemak

    Sumber: Jellife DB & Jellife EFP, 1989. Community Nutritional Assesment.

    Oxford University Press dalam Gizi dan Kesehatan Masyarakat.

  • 22

    2. Klasifikasi status gizi

    Pertimbangan dalam menetapkan batas ambang (cut-off point) status gizi

    ini, adalah didasarkan pada asumsi resiko kesehatan:

    a. Antara 2 SD sampai + 2 SD, tidak memiliki atau beresiko paling

    ringan untuk menderita masalah kesehatan.

    b. Antara 2 SD sampai 3 SD atau antara + 2 SD sampai + 3 SD,

    memilki resiko cukup tinggi (moderate) untuk menderita masalah

    kesehatan.

    c. Dibawah 3 SD atau diatas + 3 SD memiliki resiko tinggi untuk

    menderita masalah kesehatan.

    Dalam keputusan Menteri Kesehatan RI nomor: 920/Menkes/SK/VIII/2002,

    disebutkan status gizi anak bawah lima tahun, sebagai berikut:

    Tabel 2.2

    Klasifikasi Gizi Anak Bawah Lima Tahun (Balita)

    Indeks Status Gizi Ambang Batas*)

    Berat Badan menurut

    Umur (BB/U)

    Gizi lebih > + 2 SD

    Gizi baik - SD sampai + 2 SD

    Gizi kurang < - 2 SD sampai - 3 SD

    Gizi buruk < - 3 SD

    Tinggi Badan menurut

    Umur (TB/U)

    Normal - 2 SD

    Pendek (stunted) < - 2 SD

    Berat Badan menurut

    Tinggi Badan (BB/TB)

    Gemuk > + 2 SD

    Normal - 2 SD sampai + SD

    Kurus < - 2 SD sampai - 3 SD

    Kurus sekali < - 3 SD

    *) SD = Standar Deviasi

  • 23

    D. Nilai Gizi Pangan (Nutritional Value of Food)

    Menurut UU RI No. 7 Tahun1996, mutu pangan (food quality) adalah nilai

    yang ditentukan atas dasar kriteria keamanan pangan, kandungan gizi dan standar

    perdangan terhadap bahan makanan, makanan dan minuman. Tampak jelas bahwa

    nilai gizi pangan merupakan salah satu kriteria mutu pangan yang penting. Nilai

    gizi pangan, atau mutu pangan dalam dimensi gizi, yaitu nilai kemanfaatan suatu

    pangan terhadap kebutuhan baku tubuh akan energi dan zat gizi. Lebih rinci zat

    gizi pangan diartikan sebagai asupan energi dan zat gizi yang dapat memenuhi

    kebutuhan tubuh untuk beraktivitas (tenaga), pertumbuhan, pemeliharaan, dan

    pengaturan reaksi biokimiawi tubuh. Oleh karena itu nilai gizi pangan perlu

    dipertahankan dan diperbaiki agar bermanfaat bagi keseimbangan proses

    biokimiawi dalam tubuh manusia.

    Tabel 2.3

    Nilai kepadatan zat gizi beberapa pangan (dalam 100 gram)

    Energi dan zat

    gizi

    Kepadatan Zat , % AKG

    Beras Jagung Terigu Singkong Telur Ikan Udang Kedelai

    Energi (Kal) 18,3 17,3 16,7 7,7 9,9 5,4 3,4 19,1

    Karbohidrat (g) 28,7 26,8 28,1 13,4 0,3 1,7 0,03 9,1

    Protein (g) 15,2 18,4 18,0 2,0 26,0 37,2 31,6 80,8

    Lemak (g) 1,3 5,2 1,3 0,4 20,4 1,5 0,3 22,3

    Tiamin (mg) 26,0 38,0 10,0 6,0 13,0 3,0 1,0 52,0

    Riboflavin (mg) 2,0 6,0 3,5 * 31,5 5,0 2,5 6,0

    Niasin (mg) 22,9 12,9 7,1 * 1,4 20,0 12,1 8,6

    Vitamin C (mg) 0 0 0 51,7 0 0 0 0

    Vitamin A (RE) 0 15,3 0 0 7,5 0 1,8 0,8

    Kalsium (Ca; mg) 6,6 1,1 2,4 8,6 13,8 7,3 11,3 24,7

    Zat besi (Fe, mg) 5,0 15,0 8,1 6,9 20,6 43,8 37,5 62,5

    Sumber: Tejasari (2005).

  • 24

    Kandungan zat gizi (nutrient content) pangan menunjukan jumlah energi dan

    zat gizi dalam pangan, namun tidak langsung menentukan nilai gizi pangan.

    Sementara, konsep kepadatan zat gizi (nutrient density) lebih dapat digunakan

    untuk menentukan suatu pangan bergizi atau tidak. Yang dimaksud dengan

    kepadatan zat gizi adalah nisbah antara kandungan energi, atau zat gizi terhadap

    kebutuhan energi, atau zat gizi yang dianjurkan (AKG atau angka kecukupan gizi).

    Kepadatan zat gizi dinyatakan sebagai persentase terhadap energi, atau zat gizi

    yang dianjurkan (% AKG). Konsep tersebut menjelaskan bahwa pangan bergizi

    (nutrient food) adalah pangan yang mampu memberi sumbangan tinggi terhadap

    kecukupan dan kebutuhan energi dan zat gizi yang dianjurkan. Oleh karena itu,

    kepadatan zat gizi dapat digunakan untuk menilai suatu pangan lebih bergizi dari

    jenis pangan yang lain.

    E. Kelompok Rawan Pangan Dan Gizi

    Kelompok masyarakat yang rawan (vunerable) terhadap pangan dan gizi

    dapat dibedakan sesuai dengan:

    a. Lokasi tempat tinggalnya, disebut rawan ekologis, misalnya daerah

    terpencil.

    b. Kedudukan/posisinya di masyarakat, disebut rawan sosio-ekonomis,

    misalnya kelompok miskin.

    c. Umur dan jenis kelamin, disebut rawan biologis.

  • 25

    Secara biologis kelompok yang paling rawan terhadap kekurangan pangan

    atau gizi adalah bayi, balita dan anak sekolah, wanita hamil dan menyusui,

    penderita penyakit dan orang yang sedang dalam penyembuhan, penderita cacat,

    mereka yang diasingkan dan para jompo. Semua golongan ini sering kali dijumpai

    pada masyarakat miskin dan tidak memliki lahan pangan.

    Disektor pertanian, terdapat proporsi rumah tangga miskin yang sangat besar

    (72,0%) dibandingkan dengan sektor lainnya (Irawan & Romdiati, 2000).

    Kemiskinan inilah yang menjadi akar permasalahan dari ketidak mampuan

    keluarga untuk menyediakan pangan dalam jumlah, mutu, dan ragam yang sesuai

    dengan kebutuhan setiap individu untuk memenuhi asupan kebutuhan karbohidrat,

    protein, lemak, vitamin dan mineral yang bermanfaat bagi pertumbuhan dan

    perkembangan, serta kesehatan jasmani maupun rohani.

    F. Konsep Pertumbuhan dan Perkembangan

    1. Pertumbuhan

    Pertumbuhan (growth) berkaitan dengan masalah perubahan dalam besar,

    jumlah, ukuran atau dimensi tingkat sel, organ maupun individu, yang bisa

    diukur dengan ukuran berat (gram, pound, dan kilogram), ukuran panjang (cm,

    meter), umur tulang dan keseimbangan metabolik (retensi kalsium dan nitrogen

    tubuh) (Soetjiningsih,1995).

    Bogin (1988) mendefinisikan pertumbuhan sebagai meningkatnya secara

    kuantitatif ukuran organ atau jaringan. Penambahan ukuran tinggi badan dakm

  • 26

    centimeter dan berat badan dalam kilogram menunjukan seberapa besar

    pertumbuhan anak telah terjadi. Pertumbuhan jaringan tubuh seperti hati dan

    otak juga dapat dijelaskan dengan mengukur jumlah, berat atau besar sel yang

    ada. Sementara itu Johnston (1986) mendefinisikan pertumbuhan sebagai

    peningkatan atau penurunan secara kuantitatif jaringan. Sedangkan Satoto

    (1990) mengutif dari pendapat Hurlock (1978) menjelaskan bahwa istilah

    pertumbuhan berbeda dengan perkembangan, walaupun tidak bisa dipisahkan

    satu dengan yang lainnya. Pertumbuhan secara konseptual didefinisikan sebagai

    perubahan kuantitatif dalam arti meningkatnya ukuran dan struktur.

    2. Perkembangan

    Perkembangan (development) adalah bertambahnya kemampuan (skill)

    dalam struktur dan fungsi tubuh yang lebih kompleks dalam pola yang teratur

    dan dapat diramalkan, sebagai hasil dari proses pematangan. Disini menyangkut

    adanya proses diferensiasi dari sel-sel tubuh, jaringan tubuh, organ-organ dan

    sistem organ yang berkembang sedemikian rupa sehingga masing-masing dapat

    memenuhi fungsinya. Termasuk juga perkembangan emosi, intelektual dan

    tingkah laku sebagai hasil interaksi dari lingkungan (Soetjiningsih,1995).

    Frankerburg dkk (1981) melalui DDST (Denver Developmental Screening

    Test) mengemukakan 4 parameter perkembangan yang dipakai dalam menilai

    perkembangan anak balita yaitu:

  • 27

    1) Personal social (kepribadian/tingkah laku sosial). Aspek yang

    berhubungan dengan kemampuan mandiri, bersosialisasi dan

    berinteraksi dengan lingkunganya.

    2) Fine motor adaptive (gerakan motorik halus)

    Aspek yang berhubungan dengan kemampuan anak untuk mengamati

    sesuatu, melakukan gerakan yang melibatkan bagian-bagian tubuh

    tertentu saja dilakukan otot-otot kecil, tetapi memerlukan koordinasi

    yang cermat. Misalnya kemampuan memegang suatu benda dan

    kemampuan untuk menggambar.

    3) Language (bahasa)

    Kemampuan untuk memberikan respons suara, mengikuti perintah dan

    berbicara spontan.

    4) Gross motor (perkembangan motorik kasar)

    Aspek yang berhubungan dengan pergerakan dan sikap tubuh.

    Ada juga yang membagi perkembangan balita ini menjadi 7 aspek

    perkembangan, seperti pada buku petunjuk program BKB (Bina

    Keluarga dan Balita) yaitu perkembangan:

    1) Tingkah laku sosial

    2) Menolong diri sendiri

    3) Intelektual

    4) Gerakan motorik halus

  • 28

    5) Komunikasi pasif

    6) Komunikasi aktif

    7) Gerakan motorik kasar.

    G. Prinsip Gizi Pada Balita

    Setelah anak berumur satu tahun menunya harus bervariasi untuk mencegah

    kebosanan dan diberi susu, serealia (seperti bubur beras, roti), daging, sup, sayuran

    dan buah-buahan. Makanan padat yang diberikan tidak perlu diblender lagi

    melainkan yang kasar supaya anak yang sudah mempunyai gigi dapat belajar

    mengunyah. Adakalanya anak tidak mau makan dan sebagai gantinya ibu

    memberikan susu. Kebiasaan demikian akan mengarah kediet yang hanya terdiri

    dari susu saja. Jika anak tidak mau makan makanan padatnya, jangan diberikan

    susu sebagai pangganti akan tetapi bawa pergi makanan itu dan coba lagi jika anak

    sudah tidak lapar.

    Tabel 2.4

    Kecukupan gizi rata-rata pada anak prasekolah

    Golongan

    Umum

    Berat

    Badan

    Tinggi

    Badan Energi Protein

    1-3 tahun 12 kg 89 cm 1220 Kkal 23 gram

    4-6 tahun 18 kg 108 cm 1720 Kkal 32 gram

    Sumber: Widya Karya Nasional Pangan dan Gizi ke-4

  • 29

    Anak dibawah lima tahun (balita) merupakan kelompok yang menunjukan

    pertumbuhan badan yang pesat, sehingga memerlukan zat-zat gizi yang tinggi

    setiap kilogram berat badannya. Anak balita ini justru merupakan kelompok umur

    yang paling sering menderita akibat kekurangan gizi.

    Gizi ibu yang kurang atau buruk pada waktu konsepsi atau sedang hamil

    muda dapat berpengaruh pada pertumbuhan seorang balita. Masa balita adalah

    masa pertumbuhan sehingga memerlukan gizi yang baik. Bila gizinya kurang itu

    akan berpengaruh pada kehidupannya di usia sekolah dan prasekolah.

    H. Mengatur Makanan Anak Usia Dibawah Lima Tahun

    Makanan memberikan sejumlah zat gizi yang diperlukan untuk tumbuh

    kembang pada setiap tingkat perkembangan dan usia, yaitu masa bayi, masa balita

    dan masa usia prasekolah. Pemilihan makanan yang tepat dan benar, bukan saja

    akan menjamin kecukupan gizi bagi tumbuh kembang fisik, tetapi juga

    perkembangan sosial, psikologis dan emosional. Kebutuhan manusia akan zat gizi

    untuk tiap kurun umumnya sama, dan hanya jumlah zat gizi yang dibutuhkan yang

    berbeda. Untuk itu, ada beberapa hal yang harus diperhatikan. Pertama, anak

    memerlukan keteladan terutama dari lingkungan keluarga, guna menciptakan

    makan dan pola makan yang sehat. Kedua, para orang tua hendaknya mendorong

    anak menyenangi aneka ragam makanan. Penanaman kebiasaan makanan yang

    baik dan sehat sejak usia dini dapat mengurangi resiko terjadinya gangguan

    kesehatan yang bersumber pada kesalahan akan makan, seperti kurang gizi,

  • 30

    kegemukan (obesitas), penyakit kencing manis, penyakit kardiovaskuler dan

    berbagai penyakit kronis.

    I. Faktor Yang Berhubungan Dengan Status Gizi Anak Balita

    1. Pendidikan

    Latar belakang pendidikan seseorang merupakan salah satu unsur penting

    yang dapat mempengaruhi keadaan gizinya karena dengan tingkat pendidikan

    yang lebih tinggi diharapkan pengetahuan atau informasi tentang gizi yang

    dimiliki menjadi lebih baik. Sering masalah gizi timbul karena ketidaktahuan

    atau kurang informasi tentang gizi yang memadai (Berg, 1987). Seseorang

    dengan pendidikan rendah belum tentu kurang mampu menyusun makanan

    yang memenuhi persyaratan gizi dibanding dengan orang lain yang

    pendidikannya lebih tinggi. Karena sekalipun berpendidikan rendah, kalau

    orang tersebut rajin mendengarkan atau melihat informasi mengenai gizi, bukan

    mustahil pengertian gizinya akan lebih baik (Apriadji, 1986).

    Pendidikan secara umum adalah segala upaya yang direncanakan untuk

    mempengaruhi orang lain, baik individu, kelompok, atau masyarakat sehingga

    mereka melakukan apa yang diharapkan oleh pelaku pendidikan. Pendidikan

    kesehatan adalah suatu penerapan konsep pendidikan didalam kesehatan.

    Dilihat dari segi pendidikan, pendidikan kesehatan adalah suatu pedagogik

    praktis atau praktek pendidikan, oleh sebab itu konsep pendidikan kesehatan

    adalah konsep pendidikan yang diaplikasikan pada bidang kesehatan. Konsep

  • 31

    dasar pendidikan adalah suatu proses belajar yang berarti pendidikan itu terjadi

    proses pertumbuhan, perkembangan atau perubahan kearah yang lebih dewasa,

    lebih baik dan lebih matang pada diri individu, kelompok atau masyarakat

    (Notoadmodjo, 2003).

    Pendidikan pada hakekatnya adalah:

    a. Salah satu bentuk pemecahan masalah kesehatan dengan pendekatan

    pendidikan.

    b. Suatu bentuk penerangan pendidikan dalam pemecahan masalah

    kesehatan masyarakat.

    c. Suatu usaha untuk membantu individu, keluarga atau masyarakat dalam

    meningkatkan kemampuan atau perilaku untuk mencapai kesehatan

    secara optimal.

    d. Didalam pendidikan terjadi proses pertumbuhan, perkembangan,

    perubahan kearah yang lebih baik, lebih dewasa, lebih matang pada diri

    individu, kelurga, kelompok, dan masyarakat.

    e. Merupakan komponen vital dalam community health nursing sebab

    peningkatan, pemeliharaan, dan perbaikan kesehatan mengandalkan

    klien untuk memahami syarat-syarat pemeliharaan kesehatan.

    f. Salah satu kompetensi yang dituntut dari tenaga keperawatan.

    g. Salah satu peranan yang harus dilaksanakan dalam setiap pemberian

    asuhan keperawatan.

  • 32

    Unsur-unsur pendidikan

    a. Input

    Input adalah sasaran pendidikan yaitu individu, kelompok, masyarakat,

    dan pendidik atau pelaku pendidikan.

    b. Proses

    Proses adalah upaya yang direncanakan untuk mempengaruhi orang lain.

    c. Output

    Output adalah melakukan apa yang diharapkan atau pelaku.

    Perlu dipertimbangkan bahwa tingkat pendidikan turut pula menentukan

    mudah tidaknya seseorang menyerap dan memahami pengetahuan gizi yang

    mereka peroleh. Hal ini bisa dijadikan landasan untuk membedakan metode

    penyuluhan yang tepat. Dalam kepentingan gizi keluarga, pendidikan amat

    diperlukan agar seseorang lebih tanggap terhadap adanya masalah gizi di dalam

    keluarga dan bisa mengambil tindakan secepatnya (Apriadji, 1986).

    2. Pengetahuan

    Pengetahuan adalah kesan didalam pikiran manusia sebagai hasil

    penggunaan panca inderanya. Yang berbeda sekali dengan kepercayaan

    (beliefes), takhayul (supersitition, dan penerangan-penerangan yang keliru

    (misinformation). (Soekanto, 2003). Pengetahuan adalah merupakan hasil tahu,

    dan ini terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu objek

  • 33

    tertentu. Penginderaan terjadi melaui panca indera, penglihatan, pendengaran,

    penciuman, rasa, dan raba. Sebagian besar pengetahuan merupakan hal yang

    sangat utuh terbentuknya tindakan seseorang (over behavior) (Notoadmodjo,

    2003).

    a. Tingkat pengetahuan

    Pengetahuan yang dicakup dalam domain kognitif menurut

    Notoadmodjo (2003) mempunyai 6 tingkatan, yaitu:

    1) Tahu (Know)

    Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari

    sebelumnya, mengingat kembali temasuk (recall) terhadap sesuatu yang

    spesifik dari seluruh bahan atau rangsangan yang telah diterima.

    2) Memahami (Comprehension)

    Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan menjelaskan secara

    benar tentang objek yang diketahui, dan dapat menginterpretasikan

    materi tersebut secara luas.

    3) Aplikasi (Application)

    Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang

    telah di pelajari pada situasi atau kondisi nyata.

  • 34

    4) Analisis (Analysis)

    Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu

    objek kedalam komponen-komponen, tetapi masih didalam suatu

    struktur organisasi tersebut, dan masih ada kaitannya satu sama lain.

    5) Sintesis (Syntesis)

    Sintesis menunjukan pada suatu kemampuan untuk meletakkan atau

    menghubungkan bagian-bagian didalam suatu bentuk keseluruhan yang

    baru.

    6) Evaluasi (Evaluation)

    Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan justifikasi

    atau penilaian terhadap suatu materi atau objek. Pengukuran penilaian

    dapat dilakukan dengan wawancara atau angket yang menanyakan

    tentang isi materi yang ingin diukur dari subjek penelitian atau

    responden.

    Pentingnya pengetahuan gizi terhadap konsumsi didasari atas tiga

    kenyataan: (1) status gizi yang cukup adalah penting bagi kesehatan dan

    kesejahteraan; (2) setiap orang hanya akan cukup gizi yang diperlukan jika

    makanan yang dimakan mampu menyediakan zat gizi yang diperlukan

    untuk pertumbuhan tubuh yang optimal, pemeliharaan, dan energi; (3) ilmu

    gizi memberikan fakta-fakta yang perlu sehingga penduduk dapat belajar

    menggunakan pangan dengan baik bagi perbaikan gizi.

  • 35

    b. Faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat pengetahuan

    1) Pendidikan

    Makin tinggi pendidikan seseorang makin mudah menerima informasi

    sehingga makin banyak pula pengetahuan yang dimiliki. Sebaliknya

    pendidikan yang kurang akan menghambat perkembangan sikap

    seseorang terhadap nilai-nilai yang diperkenalkan (Kuncoroningrat,

    1997).

    2) Pekerjaan

    Pekerjaan bukanlah sumber kesenangan, tetapi lebih banyak merupakan

    cara mencari nafkah yang membosankan, berulang dan banyak

    tantangan (Erick, 1996).

    3) Umur

    Umur individu yang terhitung mulai saat dilahirkan sampai berulang

    tahun (Elizabeth, BH, 1995).

    3. Jenis Kelamin

    Kebutuhan zat gizi anak laki-laki berbeda dengan anak perempuan dan

    biasanya lebih tinggi karena anak laki-laki memiliki aktivitas fisik yang lebih

    tinggi. Khumaidi (1989) menyebutkan bahwa anak laki-laki biasanya

    mendapatkan prioritas yang lebih tinggi dalam hal makanan dibandingkan anak

    perempuan. Berdasarkan penelitian didapatkan bahwa kekurangan gizi lebih

    banyak terdapat pada anak perempuan daripada anak laki-laki.

  • 36

    4. Sosial Ekonomi

    Faktor yang berperan dalam menentukan status kesehatan seseorang adalah

    tingkat sosial ekonomi, dalam hal ini adalah daya beli keluarga. Kemampuan

    keluarga untuk membeli bahan makanan antara lain tergantung pada besar

    kecilnya pendapatan keluarga, harga bahan makanan itu sendiri, serta tingkat

    pengelolaan sumber daya lahan dan pekarangan. Keluarga dengan pendapatan

    terbatas kemungkinan besar akan kurang dapat memenuhi kebutuhan

    makanannya terutama untuk memenuhi kebutuhan zat gizi dalam tubuhnya.

    Tingkat pendapatan dapat menentukan pola makan. Orang dengan tingkat

    ekonomi rendah biasanya akan membelanjakan sebagian pendapatan untuk

    makanan, sedangkan orang dengan tingkat ekonomi tinggi akan berkurang

    belanja untuk makanan. Berg (1986) mengatakan bahwa pendapatan merupakan

    faktor yang paling menentukan kualitas dan kuantitas hidangannya.

    5. Pekerjaan Ibu

    Menurut Hurlock (1999), pengaruh ibu yang bekerja terhadap hubungan ibu

    dan anak, sebagian besar bergantung pada usia anak pada waktu ibu mulai

    bekerja. Jika ia mulai bekerja sebelum anak telah terbiasa selalu bersamanya

    dan sebelum suatu hubungan terbentuk maka pengaruhnya akan minimal, tetapi

    bila hubugan ibu dan anak telah terbentuk maka pengaruhnya akan

    mengakibatkan anak merasa kehilangan dan kurang diperhatikan.

  • 37

    Menurut pudjiadi (2000), para ibu setelah melahirkan kemudian langsung

    bekerja dan harus meninggalkan bayinya dari pagi sampai sore akan membuat

    bayi tidak mendapat ASI sedangkan pemberian pengganti ASI maupun

    makanan tambahan tidak dilakukan dengan semestinya.

    6. Pendapatan keluarga

    Pendapatan/kapita/bulan adalah besarnya rata-rata penghasilan yang

    diperoleh seluruh anggota keluarga (ayah dan ibu, jika bekerja) dibagi dengan

    jumlah anggota keluarga. Pendapatan seseorang identik dengan mutu sumber

    daya manusia, sehingga seseorang yang berpendidikan tinggi umumnya

    memiliki pendapatan yang relatif tinggi pula. Pendapatan keluarga juga

    tergantung pada jenis pekerjaan suami dan anggota keluarga lainnya.

    Pendapatan keluarga akan relatif lebih besar jika suami dan istri bekerja bekerja

    diluar rumah (Susanti, 1999).

    Pendapatan keluarga yang memadai akan menunjang tumbuh kembang anak

    dan status gizi anak, karena orang tua dapat menyediakan semua kebutuhan

    anak baik primer maupun sekunder.

    Berdasarkan hasil laporan statistik yang dikeluarkan oleh BPS (Badan Pusat

    Statistik) diketahui bahwa pendapatan per kapita penduduk Indonesia tahun

    2007 sebesar 17.600.000,- per orang/tahun. Artinya untuk keluarga dengan 4

    orang (orang tua dengan 2 anak) didapat penghasilan keluarga sebesar Rp

  • 38

    6000.000,- per bulan (Anonim, 2008). Jika dihitung dalam per kapita penduduk

    diperoleh sebesar Rp 1.500.000,- /kapita/bulan.

    7. Jumlah anggota keluarga

    Jumlah anak yang banyak pada keluarga yang keadaan sosial ekonominya

    cukup, akan mengakibatkan berkurangnya perhatian dan kasih sayang yang

    diterima oleh anak. Lebih-lebih jika jarak anak terlalu dekat. Menurut Apriadji

    (1986) jumlah anggota keluarga akan berpengaruh terhadap tingkat konsumsi

    makanan, yaitu jumlah dan distribusi makanan dalam rumah tangga. Dengan

    jumlah anggota keluarga yang besar diikuti dengan distribusi makanan yang

    tidak merata, dengan asumsi orang dewasa lebih banyak dari anak-anak akan

    menyebabkan anak balita dalam keluarga tersebut menderita kurang gizi.

    J. Akibat KEP (Kurang Energi Protein)

    Kekurangan protein terdapat pada masyarakat dengan sosial ekonomi rendah.

    Kekurangan protein murni pada stadium berat menyebabkan kwashiorkor pada

    anak-anak balita. Kekurangan protein sering ditemukan secara bersamaan dengan

    kekurangan energi yang menyebabkan kondisi malnutrisi yang dinamakan

    marasmus.

    1. Kwashiorkor

    Istilah kwashiorkor pertama diperkenalkan oleh Dr.Cecily Williams pada

    tahun 1933 ketika dia menentukan keadaan ini di Ghana, Afrika. Ditinjau dari

  • 39

    golongan umur, kwashiorkor sering terjadi pada anak balita. Angka kejadian

    tertinggi pada umur 1 - 2 tahun, yaitu saat terjadinya penyapihan sedangkan

    anak belum mengenal jenis makanan lainnya. Pada masa pertumbuhan balita

    memerlukan protein lebih banyak dibanding orang dewasa, apabila

    keseimbangan energi protein tidak terpenuhi, maka setelah beberapa saat anak

    akan menderita malnutrisi protein.

    Gejala kwashiorkor

    Gejala umum kwashiorkor adalah sebagai berikut:

    a. Pertumbuhan dan mental mundur, perkembangan mental apatis.

    b. Edema.

    c. Otot menyusut (kurus).

    d. Depigmentasi rambut dan kulit.

    e. Karakteristik di kulit: timbul sisik, gejala kulit itu disebut dengan flaky paint

    dermatosis.

    f. Hipoalbuminemia, infiltrasi lemak dalam hati yang reversibel.

    g. Atropi dari kelenjar Acini dari pankreas sehingga produksi enzim untuk

    merangsang aktivitas enzim atau mengeluarkan juice duodenum terhambat.

    h. Anemia.

    i. Masalah diare dan infeksi.

  • 40

    j. Menderita kekurangan vitamin A, dihasilkan karena ketidakcukupan sintesis

    plasma protein pengikat retinol sehingga sering kali timbul gejala kebutaan

    yang tetap atau permanen.

    2. Marasmus

    Marasmus adalah suatu keadaan kekurangan protein dan kalori yang

    kronis. Karakteristik dari marasmus adalah berat badannya sangat rendah

    (Departemen Gizi dan Kesehatan Masyarakat FKM UI, 2007).

    a. Gejala marasmus

    Gejala umum maarasmus adalah:

    1) Kurus kering.

    2) Tampak hanya tulang dan kulit.

    3) Otot dan bawah kulit atropi (mengecil).

    4) Wajah seperti orang tua.

    5) Keriput atau kulit wajah mengkerut.

    6) Lemas, layu/kering.

    7) Diare umum terjadi.

    b. Masalah penyebab terjadinya marasmus

    Marasmus terjadi karena adanya faktor-faktor sebagai berikut:

    1) Masalah sosial yang kurang menguntungkan

    2) Kemiskinan

    3) Infeksi.

  • 41

    3. Stunting dan Wasting

    Stunting (tubuh yang pendek) dan wasting (tubuh yang kurus) didiagnosis

    melalui pemeriksaan antropometri. Berat badan dan tinggi badan anak

    dinyatakan dalam skor standar nilai tengah (median of reference) yang diterima

    secara international sebagai acuan menurut usia dan jenis kelamin. Kekurangan

    berat badan yang sedang (moderat) menunjukan bahwa berat badan menurut

    usia yang kurang dari -2 SD dibawah nilai tengah/median dari NCHS (the

    National for Center Health Statistics), stunting yang menunjukkan tinggi badan

    menurut usia yang kurang dari -2 SD, dan wasting yang sedang menunjukkan

    berat badan menurut tinggi badan yang kurang dari -2 SD. Nilai dibawah -3 SD

    menunjukkan keadaan yang parah.

    4. Penyakit Infeksi

    Scrimshaw (1968, 2003) mengemukakan interaksi sinergis antara gizi

    dengan infeksi. Dikemukakan bahwa kurang gizi sebagian besar diikuti dengan

    infeksi, dan sebaliknya, infeksi akan mempengaruhi status gizi. Tomkins (1989)

    menjelaskan proses hubungan antara kesakitan, kekurangan asupan gizi dengan