tutoriall
DESCRIPTION
tutoriallTRANSCRIPT
Prosedur permintaan keterangan ahli kepada dokter telah ditentukan bahwa
permintaan oleh penyidik harus dilakukan secara tertulis yang secara tegas
telah diatur dalam KUHAP pasal 133 ayat (2).
Ada 8 (delapan) hal yang harus diperhatikan saat pihak berwenang
meminta dokter untuk membuat visum et repertum korban hidup, yakni
sebagai berikut:
1. Harus tertulis, tidak boleh secara lisan;
2. Langsung menyerahkannya kepada dokter, tidak boleh dititip melalui
korban atau keluarganya, serta tidak boleh melalui jasa pos;
3. Bukan kejadian yang sudah lewat sebab termasuk rahasia jabatan
dokter;
4. Ada alasan mengapa korban dibawa kepada dokter;
5. Ada identitas korban;
6. Ada identitas pemintanya;
7. Mencantumkan tanggal permintaannya;
8. Korban diantar oleh polisi atau jaksa.
Sumber: (Sujadi, 2008)
Sujadi. 2008. Jurnal“Visum Et Repertum Pada Tahap Penyidikan Dalam Mengungkap Tindak Pidana Pemerkosaan” http://ejurnal.ung.ac.id/index.php/JL/article/download/880/821. Diakses pada tanggal 12 November 2014.
1. Apakah dapat dibenarkan dokter Puskesmas tidak berada ditempat saat jam kerja?Jawab:
Jika menelusuri peraturan perundang-undangan yang ada, memang belum ada ketentuan persis mengenai waktu kerja dokter di Puskesmas. Walaupun dengan menggunakan UU No. 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah, Pejabat Daerah berwenang mengatur seluruh pelayanan publik yang ada di daerahnya. Namun jika kita melihat PP No. 53 Tahun 2010 tentan Disiplin PNS pada Pasal 3 ayat 11 memang disebutkan bahwa PNS harus masuk kerja dan menaati jam kerja.
2. Apakah tindakkan pembuattan visum oleh dokter internship sudah sesuai sumpah dokter dan KODEKI?
Jawab :
Tindakan dokter Internship tidak dapat dibenarkan, karena dr.Internship melanggar sumpah dokter menurut SK Menkes R.I. 434/Menkes/SK/X/1983 yang ke 6 yang berbunyi: “Saya tidak akan mempergunakan pengetahuan kedokteran saya untuk sesuatu yang bertentangan dengan perikemanusiaan, sekalipun diancam”. Dokter internshi juga melanggar Kode Etik Kedokteran Indonesia pasal 1 tertuliskan bahwa “Setiap dokter harus menjunjung tinggi, menghayati, dan mengamalkan sumpah dokter.”(M. Jusuf Hanafiah dan Amri Amir: 2008)Dan juga
Prosedur permintaan keterangan ahli kepada dokter telah ditentukan bahwa
permintaan oleh penyidik harus dilakukan secara tertulis yang secara tegas
telah diatur dalam KUHAP pasal 133 ayat (2).
Diatur juga dalam kodeki pasal 3
APLIKASI RADIASI SINAR-X DI BIDANG KEDOKTERAN UNTUK MENUNJANG
KESEHATAN MASYARAKAT.
Radiasi sinar-X merupakan suatu gelombang elektromagnetik dengan gelombang pendek
Gelombang elektromagnetik banyak jenisnya antara lain sinar lampu, ultra violet, infra
merah, gelombang radio, dan TV. Sinar-X mempunyai daya tembus yang cukup tinggi
terhadap bahan yang dilaluinya. Dengan demikian sinar-X dapat dimanfaatkan sebagai alat
diagnosis dan terapi di bidang kedokteran nuklir. Perangkat sinar-X untuk diagnosis disebut
dengan photo Rontgen sedangkan yang untuk terapi disebut Linec (Linier Accelerator).
Dengan perkembangan teknologi dewasa ini maka photo Rontgen dapat di tingkatkan
fungsinya lebih luas yaitu melalui alat baru yang disebut dengan CT. Scan (Computed
Tomography Scan). Adanya peralatan peralatan yang menggunakan sinar-X maka akan
membantu dalam mendiagnosis dan pengobatan (terapi) suatu penyakit, sehingga dapat
meningkatkan kesehatan masyarakat. Untuk di tingkat daerah peralatan yang menggunakan
sinar-X masih terbatas hanya pada pesawat Rontgen. Karena pesawat radioterapi
membutuhkan catu daya listrik yang cukup besar, pada hal sumber listrik di daerah relatip
masih rendah. Oleh sebab itu pembahasan disini lebih dititik beratkan pada penggunaan
sinar-X untuk pesawat Rontgen.