tutorial 2
DESCRIPTION
dTRANSCRIPT
1. Diagnosis holistik : dokter tidak hanya melihat dari fisik individu, tapi
juga komunitas, psikologi, sosial, dan keluarga..
1.1. Yang dimaksud ‘pelayanan dokter keluarga’ menurut The American
Academy of Family Physician adalah pelayanan kedokteran yang
menyeluruh yang memusatkan pelayanannya kepada keluarga sebagai
suatu unit, di mana tanggung jawab dokter terhadap pelayanan kesehatan
tidak dibatasi oleh golongan umur atau jenis kelamin, juga tidak oleh
organ tubuh atau jenis penyakit tertentu saja.
1.2. Definisi ilmu kedokteran keluarga menurut IDI (1982) adalah iomu yang
mencakup seluruh spektrum ilmu kedokteran yang orientasinya adalah
untuk memberikan pelayanan kesehatan tingkat pertama yang
berkesinambungan dan menyeluruh kepada satu kesatuan individu,
keluarga, dan masyarakat dengan memperhatikan faktor-faktor
lingkungan, ekonomi dan sosial budaya.
1.3. Standar kompetensi dokter keluarga yaitu
1.4.1. Kompetensi Dasar
1.4.1.1. Keterampilan komunikasi efektif;
1.4.1.2. Ketrampilan klinis dasar;
1.4.1.3. Keterampilan menerapkan dasar-dasar ilmu biomedis, ilmu
klinis, ilmu perilaku dan epidemiologi dalam praktik
kedokteran keluarga;
1.4.1.4. Keterampilan pengelolaan masalah kesehatan pada
individu, keluarga, ataupun masyarakat dengan cara
komprehensif, holistik, berkesinambungan, terkoordinasi,
dan bekerja sama dalam konteks pelayanan kesehatan
primer;
1.4.1.5. Memanfaatkan, , menilai secara kritis, dan mengelola
informasi;
1
2
1.4.1.6. Mawas diri dan pengembangan diri / belajar sepanjang
hayat;
1.4.1.7. Etika, moral, dan profesionalisme dalam praktik.
1.4.2. Ilmu dan Keterampilan Klinis Layanan Primer Cabang Ilmu Utama
: bedah; penyakit dalam; kebidanan dan penyakit kandungan;
kesehatan anak; THT; mata; kulit dan kelamin; psikiatri; saraf;
kedokteran komunitas.
1.4.3. Keterampilan Klinis Layanan Primer Lanjut
1.4.3.1. Keterampilan melakukan Health screening;
1.4.3.2. Menafsirkan hasil pemeriksaan laboratorium lanjut;
1.4.3.3. Membaca hasil EKG;
1.4.3.4. Membaca hasil USG;
1.4.3.5. BTLS (Basic Trauma Life Support), BCLS (Basic Cardiac
Life Support), dan BPLS (Basic Pediatric Life Support).
1.4.4. Keterampilan Pendukung : riset dan mengajar kedokteran keluarga;
1.4.5. Ilmu dan keterampilan klinis layanan primer Cabang ilmu
pelengkap : semua cabang ilmu kedokteran dan memahamiserta
menjembatani pengobatan alternatif.
1.4.6. Ilmu dan keterampilan manajemen klinis : manajemen klinik dokter
keluarga.
1.4. Standar pelayanan dokter keluarga yaitu
1.4.1. Standar pemeliharaan kesehatan di klinik :
1.4.1.1. Standar pelayanan paripurna
1.4.1.1.1. Pelayanan medis strata pertama untuk semua orang;
1.4.1.1.2. Pemeliharaan dan peningkatan kesehatan;
1.4.1.1.3. Pencegahan penyakit dan proteksi khusus;
1.4.1.1.4. Deteksi dini;
1.4.1.1.5. Kuratif medis;
1.4.1.1.6. Rehabilitasi medis dan sosial;
1.4.1.1.7. Kemampuan sosial keluarga;
1.4.1.1.8. Etik medikolegal.
1.4.1.2. Standar pelayanan medis
3
1.4.1.2.1. Anamnesis;
1.4.1.2.2. Pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang;
1.4.1.2.3. Penegakan diagnosis dan diagnosis banding;
1.4.1.2.4. Prognosis;
1.4.1.2.5. Konseling;
1.4.1.2.6. Konsultasi;
1.4.1.2.7. Rujukan;
1.4.1.2.8. Tindak lanjut;
1.4.1.2.9. Tindakan;
1.4.1.2.10. Pengobatan rasional;
1.4.1.2.11. Pembinaan keluarga.
1.4.1.3. Standar pelayanan menyeluruh
1.4.1.3.1. Pasien adalah manusia seutuhnya;
1.4.1.3.2. Pasien adalah bagian dari keluarga dan lingkungan;
1.4.1.3.3. Pelayanan menggunakan segala sumber di
sekitarnya
1.4.1.4. Standar pelayanan terpadu
1.4.1.4.1. Koordinator penatalaksaan pasien;
1.4.1.4.2. Mitra dokter-pasien;
1.4.1.4.3. Mitra lintas sektoral medis;
1.4.1.4.4. Mitra lintas sektoral alternatif dan komplimenter
medik
1.4.1.5. Standar pelayanan bersinambung
1.4.1.5.1. Pelayanan proaktif;
1.4.1.5.2. Rekam medis bersinambung;
1.4.1.5.3. Pelayanan efektif – efesien;
1.4.1.5.4. Pendampingan.
1.4.2. Standar berprilaku dalam praktik :
1.4.2.1. Standar perilaku terhadap pasien
1.4.2.1.1. Informasi memperoleh pelayanan;
1.4.2.1.2. Masa konsultasi;
1.4.2.1.3. Informasi menyeluruh;
4
1.4.2.1.4. Komunikasi efektif;
1.4.2.1.5. Menghormati hak dan kewajiban pasien dan dokter.
1.4.2.2. Standar perilaku dengan mitra kerja di klinik
1.4.2.2.1. Hubungan profesional dalam klinik;
1.4.2.2.2. Belerja dalam tim;
1.4.2.2.3. Pemimpin klinik.
1.4.2.3. Standar perilaku dengan sejawat
1.4.2.3.1. Hubungan profesional antar profesi;
1.4.2.3.2. Hubungan baik sesama dokter;
1.4.2.3.3. Perkumpulan dokter.
1.4.2.4. Standar pengembangan ilmu dan ketrampilan praktik
1.4.2.4.1. Mengikuti kegiatan ilmiah;
1.4.2.4.2. Program jaga mutu;
1.4.2.4.3. Partisipasi dalam kegiatan pendidikan;
1.4.2.4.4. Penelitian dalam praktik;
1.4.2.4.5. Penulisan ilmiah.
1.4.2.5. Standar partisipasi dalam kegiatan masyarakat di bidang
kesehatan
1.4.2.5.1. Menjadi anggota perkumpulan sosial;
1.4.2.5.2. Partisipasi dalam kegiatan kesehatan masyarakat;
1.4.2.5.3. Partisipasi dalam penanggulangan bencana di
sekitarnya.
1.4.3. Standar pengelolaan Praktik :
1.4.3.1. Standar sumber daya manusia
1.4.3.1.1. Dokter keluarga;
1.4.3.1.2. Perawat;
1.4.3.1.3. Bidan;
1.4.3.1.4. Administrator klinik.
1.4.3.2. Standar manajemen keuangan
1.4.3.2.1. Pencatatan keuangan;
1.4.3.2.2. Jenis sistem pembiayaan praktik.
1.4.3.3. Standar manajemen klinik
5
1.4.3.3.1. Pembagian kerja;
1.4.3.3.2. Program pelatihan;
1.4.3.3.3. Program kesehatan dan keselamatan kerja
1.4.3.3.4. Pembahasan administrasi klinik.
1.4.4. Standar sarana dan prasarana :
1.4.4.1. Standar fasilitas praktik
1.4.4.1.1. Fasilitas untuk praktik;
1.4.4.1.2. Kerahasiaan dan privasi;
1.4.4.1.3. Bangunan dan interior;
1.4.4.1.4. Alat komunikasi;
1.4.4.1.5. Papan nama.
1.4.4.2. Standar peralatan klinik
1.4.4.2.1. Peralatan medis;
1.4.4.2.2. Peralatan penunjang medis;
1.4.4.2.3. Peralatan non-medis.
1.4.4.3. Standar proses-proses penunjang praktik
1.4.4.3.1. Pengelolaan rekam medis;
1.4.4.3.2. Pengelolaan rantai dingin;
1.4.4.3.3. Pengelolaan pencegahan infeksi;
1.4.4.3.4. Pengelolaan limbah;
1.4.4.3.5. Pengelolaan air bersih;
1.4.4.3.6. Pengelolaan obat.
2. Peran dokter keluarga dalam Sistem Kesehatan Nasional adalah sebagai
Unit Kesehatan Perorangan strata pertama dimana dokter keluarga
bertindak melakukan tindakan pelayanan kesehatan yang bersifat
promotif, preventif, kuratif serta rehabilitatif yang ditujukan pada
perseorangan.
3. Praktek dokter keluarga mandiri merupakan kegiatan praktek dokter
keluarga yang melakukan fungsi dan kewajiban sebagai dokter keluarga
tetapi dilakukan secara mandiri atau swasta dimana dokter keluarga
6
tersebut tidak dibiayai oleh negara, tetapi pembiayaan dilakukan oleh
masyarakat atau swasta.
4. Perbedaan pelayanan puskesmas dan pelayanan dokter keluarga adalah
pelayanan puskesmas merupakan suatu pendekatan komunitas sedangkan
pelayanan dokter keluarga menggunakan pendekatan keluarga sebagai
inti, dimana dokter keluarga terlibat secara intensif dalam pelayanan
kesehatan perorangan ataupun keluarga.
5. Tidak ada peraturan tertulis yang memperbolehkan rumah dinas
digunakan sebagai tempat praktek pribadi (untuk kepentingan pribadi),
tetapi hanya sebagai suatu himbauan untuk tidak menggunakan fasilitas
negara untuk kepentingan pribadi.
6. Sebagai dokter UKM, dokter berhak bertindak sebagai dokter UKP
dengan syarat dilakukan di luar jam kerja sebagai dokter UKM.
7. Sebagai dokter keluarga, boleh melakukan kegiatan dokter UKP selagi
tetap profesional dalam pelaksanaan tugas sebagai seorang dokter
keluarga.
8. Standar sarana dan prasarana yang sesuai untuk dokter keluarga yaitu :
8.1. Sekurang-kurangnya memiliki ruang tunggu;
8.2. Ruang konsultasi;
8.3. Ruang periksa;
8.4. Ruang tindakan;
8.5. Ruang laboratorium;
8.6. Ruang rontgen(fakultatif);
8.7. Ruang administrasi;
8.8. Gudang serta kamar mandi
8.9. Luas lantai seluruhnya minimal 150- 200 m2.
7
9. Pengaruh dari pelatihan dokter keluarga yang diadakan oleh PDKI
cabang setempat adalah sebagai pengarahan, panduan dan pengenalan
terhadap penyakit maupun sosial budaya terkait kesehatan di lingkungan
setempat sehingga dokter yang akan menjadi dokter keluarga di daerah
tersebut mengenali dan memahami situasi dan kondisi kesehatan di ruang
lingkup tempat ia bekerja.
I. Analisis Masalah
1. a. Apa yang dimaksud dengan UKM dan UKP ?
UKM (upaya kesehatan masyarakat) adalah Setiap kegiatan oleh
Pemerintah dan atau masyarakat, dunia usaha, untuk memelihara dan
meningkatkan kesehatan, mencegah dan menanggulangi timbulnya
masalah kesehatan dimasyarakat atau komunitas.
UKP (upaya kesehatan perorangan) adalah Setiap kegiatan yang
dilakukan oleh pemerintah dan atau masyarakat, dunia usaha, untuk
menyembuhkan penyakit serta memulihkan kesehatan perorangan
atau keluarga.
b. Apa ruang lingkup UKM dan UKP ?
UKP menitikberatkan pada kuratif, sedangkan UKM menitikberatkan
pada promotif dan preventif.
UKM mencakup promosi kesehatan, pemeliharaan kesehatan,
pemberatasan penyakit menular, kesehatan jiwa, pengendalian
penyakit tidak menular, penyehatan lingkungan danpenyediaan
sanitasi dasar, perbaikan gizi masyarakat, pengamanan sediaan
farmasi dan alatkesehatan, pengamanan penggunaan zat aditif (bahan
tambahan makanan) dalam makanan dan minuman, pengamanan
8
narkotika, psikotropika, zat adiktif dan bahan berbahaya,
sertapenanggulangan bencana dan bantuan kemanusiaan.
UKP mencakup promosi kesehatan, pencegahan penyakit,
pengobatan rawat jalan, pengobatan rawat inap, pembatasan dan
pemulihankecacatan yang ditujukan terhadap perorangan
c. Bagaimana pelayanan kesehatan menurut Sistem Kesehatan Nasional
(SKN) ?
SKN merupakan suatu tatanan yang mencerminkan upaya bangsa
Indonesia untuk meningkatkan kemampuan mencapai derajat kesehatan
yang optimal sebagai perwujudan kesejahteraan umum. SKN tediri atas
beberapa subsistem yakni :
Upaya kesehatan :
1) Upaya Kesehatan Masyarakat
2) Upaya Kesehatan Perorangan
Pembiayaan kesehatan (alokasi dana, penggali dana, menghimpun)
Sumber daya manusia
Obat dan perbekalan
Pemberdayaan masyarakat
Manajemen kesehatan
d. Apakah dokter pelayanan primer bisa melakukan UKM dan UKP ?
Sebelum Sistem Jaminan Kesehatan Nasional (SJSN) diberlakukan,
dokter pelayanan primer yang berpraktik di Puskesmas dan berpraktik
umum bisa melakukan UKM dan UKP. Berdasarkan Kepmenkes No.
131/Menkes/SK/II/2004/tahun 2004 tentang Sistem Kesehatan
Nasional, setelah SJSN diberlakukan maka dokter keluarga hanya
melakukan UKP strata pertama.
2. a. Apakah dokter sukses sebagai dokter puskesmas boleh melaksanakan
layanan primer pada jam kerja di rumah dinas ?
9
Pelayanan primer sebagai dokter umum pada jam kerja sebagai dokter
puskesmas tidak di perbolehkan, karena dapat mengganggu tugas dan
tanggung jawabnya untuk melakukan UKM di Puskesmas.
b. Apakah dokter umum dapat melaksanakan praktek sebagai dokter
keluarga ?
Tidak bisa. Dokter umum hanya bisa praktek yang berorientasi pada
keluarga tetapi dokter umum harus menempuh pelatihan dokter
keluarga terlebih dahulu agar dapat praktek sebagai dokter keluarga.
3. a. Apakah yang dimaksud dengan keluarga ?
Keluarga merupakan kumpulan 2 orang atau lebih yang hidup
bersama dengan keterikatan aturan, emosional, dan individu
mempunyai peran masing masing yang merupakan bagian keluarga
(Friedman, 1998).
Tipe keluarga menurut Friedman, 1998 yakni :
1) Keluarga inti : keluarga yang sudah menikah, pemberi nafkah
terdiri atas ayah, ibu, dan anak.
2) Keluarga orientasi : keluarga asal
3) Keluarga besar : keluarga yang terdiri atas keluarga inti, kakek,
nenek, paman dan bibi.
Dokter keluarga berorientasi pada keluarga inti.
Keluarga merupakan unit terkecil dari masyarakat terdiri atas kepala
keluarga dan beberapa orang yang berkumpul dan tingggal disuatu
tempat dibawah suatu atap dalam keadaan saling ketergantungan
(DEPKES RI, 1998).
Keluarga merupakan anggota rumah tangga yang saling
berhubungan melalui pertalian darah adaptasi atau perkawinan
(WHO, 1969).
b. Apakah yang dimaksud DOGA menurut IDI 1982 ?
10
Dokter keluarga adalah dokter yang dapat memberikan pelayanan
kesehatan yang berorientasi komunitas degan titik berat kepada
keluarga, ia tidak hanya memandang penderita sebagai individu yang
sakit tapi sebagai bagian dari unit keluarga dan tidak hanya menanti
secara pasif, tetapi bila perlu aktif mengunjungi penderita atau
keluarganya.
c. Bagaimana standar kompetensi DOGA ?
Standar kompetensi DOGA berdasarkan Perhimpunan Dokter Keluarga
Indonesia tahun 2006 meliputi :
1) Kompetensi dasar
2) Ilmu dan kompetensi klinis layanan primer cabang ilmu utama
3) Keterampilan klinis layanan primer lanjut
4) Keterampilan pendukung
5) Ilmu dan keterampilan klinis layanan primer cabang ilmu
pelengkap
6) Ilmu dan keterampilan manajemen klinik
d. Apa yang dimaksud dengan pelayanan dokter keluarga menurut
American academy of family physician 1969 ?
Pelayanan dokter keluarga adalah pelayanan kedokteran yang
menyeluruh yang memusatkan pelayanannya kepada keluarga sebagai
suatu unit, di mana tanggung jawab dokter terhadap pelayanan
kesehatan tidak dibatasi oleh golongan umur atau jenis kelamin pasien,
juga tidak oleh oleh organ tubuh atau jenis penyakit tertentu saja.
e. Apakah perbedaan antara pelayanan kesehatan dokter umum dan dokter
keluarga ?
Dokter umum dan dokter keluarga merupakan dokter pelayanan primer.
Perbedaan Dokter keluarga Dokter Umum
Definisi Dokter yang memiliki Dokter praktik umum, adalah
11
pengetahuan dan keterampilan
khusus dalam bidang
kedokteran keluarga yang
diperoleh dari pendidikan
khusus dalam bidang tersebut,
sehingga kemudian memiliki
kompetensi dan kewenangan
untuk bekerja dalam profesi
dokter keluarga
setiap dokter yang melakukan
pelayanan kesehatan dan asuhan
medis yang dilakukan sendiri
atau bersama dalam bentuk
organisasi serta menjalankan
kegiatan pelayanan tingkat
primer sesuai dengan peraturan
setempat.
Sistem kerja Promotif, preventif, kuratif dan
rehabilitatif
Bersifat kuratif
Pembiayaan Pembiayaan di awal dari
pemerintah
Mandiri dari perorangan
Sasaran Keluarga sebagai satu unit Masyarakat Umum, perorangan
Tempat Praktik Melayani pasien ditempat
praktek (klinik dokter
keluarga), di rumah dan di
rumah sakit.
Tempat Praktik Pribadi
Pelayanan pelayanan kedokteran yang
paripurna (komprehensif)
Kuratif
f. Apakah perbedaaan ilmu kedokteran keluarga dengan ilmu kesehatan
keluarga ?
Ilmu kedokteran keluarga ruang lingkupnya lebih terkait pada
masalah-masalah keluarga yang ada hubungannya dengan masalah
kedokteran, yakni masalah sehat-sakit yang dihadapi oleh
perseorangan sebagai bagian dari anggota masyarakat.
12
Ilmu kesehatan keluarga lebih mengacu pada aplikasi ilmu
kesehatan masyarakat. (Public Health Science). Yang ruang
lingkupnya terkait pada masalah-masalah keluarga yang ada
hubungannya dengan masalah kesehatan masyarakat. Misalnya ,
masalah kesejahteraan ibu dan anak, keluarga berancana,
pencegahan penyakit dan kecelakaan, tumbuh kembang, masalah
gizi ibu hamil, bayi dan anak.
g. Apakah kebutuhan minimal (sarana dan prasarana) dalam praktek
DOGA mandiri ?
Sarana fisik, meliputi :
1) Bangunan rumah/ gedung yang lokasinya mudah dijangkau
2) Memiliki luas 55 m2 yang terdiri atas beberapa ruangan ( ruang
pendaftaran, ruang tunggu, ruang konsultasi/ konseling dan
pemeriksaan fisik, ruang tindakan medic, ruang administrasi,
gudang dan pantry, toilet dan tempat cuci tangan.
3) Ruangan memenuhi syarat keamanan, kesehatan dan
kenyamanan.
4) Memiliki papan nama yang mudah dibaca
5) Memiliki furniture di setiap ruangan yang sesuai kebutuhan.
Peralatan medik
1) Peralatan untuk pemeriksaan fisik
2) Peralatan untuk tindakan
3) Peralatan medik tambahan
4) Tas dokter keluarga untuk panggilan rumah atau perawatan
dirumah
5) Persediaan obat
6) Peralatan resusistasi
7) Peralatan lab
Komputer dan telekomunikasi,
13
Komputer biasanya diletakan pada ruang penerima pasien, ruang
konsultasi, dan ruang administrasi membentuk jaringan dengan
kabel atau wifi. Telepon dipasang disetiap ruangan.
4. a. Bagaimana sistem pembiayaan dokter keluarga ?
fee for service, datang berobat bayar tunai
health insurance, datang beribat yang membayar pihak asuransi
(pihak ketiga).
Pembayaran praupaya (untuk mengatasi masalah dengan
administrasi pada asuransi) meliputi :
1) Sistem Kapitasi JPKM
2) Sistem paket
3) Sistem diagnose kelompok terkait (DRG sistem)
4) Sistem anggaran
b. Apa yang dimaksud kapitasi ?
Kapitasi merupakan pembayaran dimuka sejumlah dana (jumlah
peserta x nilai kapitasi) setiap bulan sebagai imbalan melayani
sejumlah peserta, tidak peduli berapa seringnya peserta
menggunakan jenis pelayanan yang disepakati dalam kontrak.
Pembayaran kapitasi dapat bersifat kapitasi menyeluruh yakni
membiayai selutuh produk/jasa pelayanan yang diberikan kepada
peserta atau kapitasi sebagian.
Ciri layanan dengan mekanisme kapitasi :
1) Hubungan dengan pasien bersifat kemitraan
2) Tanggung jawabnya adalah memelihara kesehatan bukan
sekedar mengobati.
3) Jenis layanan tidak terlalu beragam sehingga tidak
membutuhkan pelayanan medis yang canggih.
c. Bagaimana menghitung besar kapitasi ?
Cara menghitung kapitasi :
14
Metode FFS (fee for service)
Metode budget
Dimana :
Utilisasi : jumlah kujungan per 100 orang di populasi tertentu
(jumlah kunjungan/total populasi x 100%)
Unit cost : Biaya rata- rata untuk setiap jenis pelayanan pada kurun
waktu tertentu (Jumlah pendapatan untuk setiap jenis
pelayanan/jumlah kunjungan untuk pelayanan tersebut)
Contoh kasus :
1) Dari laporan pemanfaatan pelayanan kesehatan tahun yang lalu
(experienced rate) dapat diketahui jumlah kunjungan rawat jalan
peserta asuransi kesehatan ke PPK tingkat I sebanyak 12.443
kunjungan. Jumlah peserta 10.000 orang. Biaya dokter dan obat per
kunjungan rata-rata Rp. 15.000,00 (jasa dokter Rp 5.000,00 dan
biaya obat rata-rata Rp. 10.000,00). Maka berdasarkan rumus
diatas, maka angka kapitasi per anggota per bulan (PAPB), adalah
sebagai berikut :
Perhitungan Kapitasi pada contoh di Buku membangun Praktik Dokter
Keluarga Mandiri :
2) Dari laporan dapat diketahui 10.000 kunjungan per tahun yang
seluruhnya menggunakan pelayanan. Total populasi dalam cakupan
dokter keluarga ini sebesar 2.500 orang. Jumlah biaya untuk tiap
pelayanan adalah sebesar Rp 241.050.000,00 per tahun yang
mencakup biaya dokter, perawat, health care assistant, material
habis pakai, tempat praktik dan marketing, nilai depresiasi dan
amortisasi, dan lain-lain). Maka angka kapitasi per anggota per
bulan adalah :
15
d. Apa saja yang dibahas dalam SJSN dan BPJS ?
Berdasarkan UU No. 40 tahun 2004 tentang SJSN, Badan
Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) adalah :
Badan hukum yang dibentuk untuk menyelenggarakan program
jaminan sosial.
Badan hukum nirlaba
Pembentukan dengan Undang-undang pasal 5 ayat 1 yakni :
1) BPJS kesehatan
Menyelenggarakan program jaminan kesehatan.
2) BPJS ketenagakerjaan.
Menyelenggarakan program jaminan kecelakaan kerja,
jaminan hari tua, jaminan pensiun, jaminan kematian.
e. Bagaimana prosedur mendapatkan SIP dan STR ?
Lulusan fakultas kedokteran UKDI sertifikat kompetensi (surat
tanda kemampuan untuk berpraktek kedokteran) Internship surat
tanda selesai mengikuti internship STR SIP.
SIP dikeluarkan dinas pemerintah setempat.
16
d. Prinsip dan Standar kompetensi dokter keluarga
Prinsip-prinsip pelayanan dokter keluarga di Indonesia mengikuti
anjuran WHO dan WONCA yang mencantumkan prinsip-prinsip ini
dalam banyak terbitannya. Prinsip-prinsip pelayanan/pendekatan
kedokteran keluarga adalah memberikan/ mewujudkan:
pelayanan yang holistik dan komprehensif
pelayanan yang kontinu
pelayanan yang mengutamakan pencegahan
pelayanan yang koordinatif dan kolaboratif.
Penanganan personal bagi setiap pasien sebagai bagian dari
keluarganya
pelayanan yang mempertimbangkan keluarga, lingkungan kerja dan
lingkungan tempat tinggalnya.
Pelayanan yang menjunjung tinggi etika dan hukum.
Pelayanan yang dapat diaudit dan dapat dipertanggungjawabkan.
Pelayanan yang sadar biaya dan mutu.
17
Kompetensi dokter keluarga seperti yang tercantum dalam Standar
Kompetensi Dokter Keluarga yang disusun oleh Perhimpunan Dokter
Keluarga Indonesia tahun 2006 adalah:
Kompetensi Dasar
1) Keterampilan Komunikasi Efektif
2) Keterampilan Klinis Dasar
3) Keterampilan menerapkan dasar-dasar ilmu biomedis, ilmu
klinis, ilmu perilaku, dan epidemiologi dalam praktik
kedokteran keluarga.
4) Keterampilan pengelolaan masalah kesehatan pada individu,
keluarga ataupun masyarakat dengan cara yang komprehensif,
holistik, berkesinambungan, terkoordinasi dan bekerja sama
dalam konteks pelayanan kesehatan primer.
5) Memanfaatkan, menilai secara kritis, dan mengelola informasi.
6) Mawas diri dan pengembangan diri/belajar sepanjang hayat
7) Etika, moral dan profesionalisme dalam praktik
Ilmu dan Kompetensi Klinis Layanan Primer Cabang Ilmu Utama
1) Bedah
2) Penyakit Dalam
3) Kebidanan dan Penyakit Kandungan
4) Kesehatan Anak
5) THT
6) Mata
7) Kulit dan Kelamin
8) Psikiatri
9) Saraf
10) Kedokteran Komunitas
Keterampilan Klinis Layanan Primer Lanjut
1) Keterampilan melakukan “health screening”
2) Menafsirkan hasil pemeriksaan laboratorium lanjut
18
3) Membaca hasil EKG
4) Membaca hasil USG
5) BTLS, BCLS, dan BPLS
Keterampilan Pendukung
1) Riset
2) Mengajar kedokteran keluarga
Ilmu dan Keterampilan Klinis Layanan Primer Cabang Ilmu
Pelengkap
1) Semua cabang ilmu kedokteran lainnya
2) Memahami dan menjembatani pengobatan alternative
Ilmu dan Keterampilan Manajemen Klinis
1) Manajemen klinik dokter keluarga
e. Standar pelayanan dokter keluarga
Standar Pemeliharaan Kesehatan di Klinik
1) Standar Pelayanan Paripurna
a) Pelayanan medis strata pertama untuk semua orang
Pelayanan dokter keluarga merupakan praktik umum
dengan pendekatan kedokteran keluarga yang memenuhi
standar pelayanan dokter keluarga dan diselenggarakan
oleh dokter yang sesuai dengan standar profesi dokter
keluarga serta memiliki surat ijin pelayanan dokter
keluarga dan surat persetujuaan tempat praktik.
b) Pemeliharaan dan peningkatan kesehatan
Pelayanan dokter keluarga memiliki sistem untuk
memerhatikan pemeliharaan kesehatan dan peningkatan
kesehatan pasien dan keluarganya.
c) Pencegahan penyakit dan proteksi khusus
Pelayanan dokter keluarga memiliki sistem untuk
menggunakan segala kesempatan dalam menerapkan
19
pencegahan masalah kesehatan pada pasien dan
keluarganya.
d) Deteksi dini
Pelayanan dokter keluarga memiliki sistem untuk
menggunakan segala kesempatan dalam melaksanakan
deteksi dini penyakit dan melakukan penatalaksanaan
yang tepat untuk itu.
e) Kuratif medis
Pelayanan dokter keluarga memiliki sistem untuk
melaksanakan pemulihan kesehatan dan pencegahan
kecacatan pada strata pelayanan tingkat pertama, termasuk
kegawatdaruratan medis, dan bila perlu akan
dikonsultasikan dan atau dirujuk ke pusat pelayanan
kesehatan dengan strata yang lebih tinggi
f) Rehabilitasi medis dan social
Pelayanan dokter keluarga memiliki sistem untuk
menerapkan segala kesempatan rehabilitasi pada pasien
dan atau keluarganya setelah mengalami masalah
kesehatan atau kematian baik dari segi fisik, jiwa maupun
social.
g) Kemampuan sosial keluarga
Pelayanan dokter keluarga memiliki sistem untuk
memerhatikan kondisi social pasien dan keluarganya.
h) Etik medikolegal
Pelayanan dokter keluarga memiliki sistem yang sesuai
dengan medikolegal dan etik kedokteran
2) Standar Pelayanan Medis
a) Anamnesis
b) pemeriksaan fisik dan penunjang
c) penegakan diagnosis dan diagnosis banding
d) prognosis
20
e) konseling
f) konsultasi
g) rujukan
h) tindak lanjut
i) tindakan
j) pengobatan rasional
k) pembiaan keluarga
3) Standar Pelayanan Menyeluruh
a) pasien adalah manusia seutuhnya
b) pasien adalah bagian dari keluarga dan lingkungannya
c) pelayanan menggunakan segala sumber sekitarnya
4) Standar Pelayanan Terpadu
a) koordinator penatalaksanaan pasien
Pelayanan dokter keluarga merupakan koordinator dalam
penatalaksanaan pasien yang diselenggarakan bersama, baik
bersama antar dokter-pasien-keluarga, maupun bersama
antar-dokter-pasien-dokter spesialis/rumah sakit.
b) mitra dokter pasien
Pelayanan dokter keluarga merupakan keterpaduan
kemitraan antara dokter dan pasien pada saat proses
penatalaksanaan medis.
c) mitra lintas sektoral medik
Pelayanan dokter keluarga bekerja sebagai mitra penyedia
pelayanan kesehatan dengan berbagai sektor pelayanan
kesehatan formal disekitarnya.
d) mitra lintas sektoral alternatif dan komplimenter medik
Pelayanan dokter keluarga memedulikan dan memerhatikan
kebutuhan dan perilaku pasien dan keluarganya sebagai
masyarakat yang menggunakan berbagai pelayanan
kesehatan nonformal di sekitarnya.
21
5) Standar Pelayanan Berkesinambungan
a) pelayanan proaktif
b) rekam medik berkesinambungan
Informasi dalam riwayat kesehatan pesien sebelumnya dan
pada saat datang, digunakan untuk memastikan bahwa
penatalaksanaan yang diterapkan telah sesuai untuk pasien
yang bersangkutan.
c) pelayanan efektif pasien
Pelayanan dokter keluarga menyelenggarakan pelayanan
rawat jalan efektif dan efisien bagi pasien, menjaga kualitas,
sadar mutu, dan sadar biaya.
d) pendampingan
Pada saat-saat dilaksanakan konsultasi dan/atau rujukan,
pelayanan dokter keluarga menawarkan kemudian
melaksanakan pendampingan pasien, demi kepentingan
pasien.
Standar Perilaku dalam Praktik
1) Standar Perilaku terhadap Pasien
a) informasi memperoleh pelayanan
Pelayanan dokter keluarga memberikan keterangan yang
adekuat mengenai cara untuk memperoleh pelayanan yang
diinginkan.
b) masa konsultasi
Waktu untuk konsultasi yang disediakan oleh dokter
keluarga kepada pasiennya adalah cukup bagi pasien untuk
menyampaikan keluhan dan keinginannya, cukup untuk
dokter menjelaskan apa yang diperolehnya pada anamnesis
dan pemeriksaan fisik, serta cukup untuk menumbuhkan
partisipasi pasien dalam melaksanakan penatalaksanaan
yang dipilihnya, sebisanya 10 menit untuk setiap pasien.
22
c) informasi medik menyeluruh
Dokter keluarga memberikan informasi yang jelas kepada
pasien mengenai seluruh tujuan, kepentingan, keuntungan,
resiko yang berhubungan dalam hal pemeriksaan,
konsultasi, rujukan, pengobatan, tindakan dan sebagainya
sehingga memungkinkan pasien untuk dapat memutuskan
segala yang akan dilakukan terhadapnya secara puas dan
terinformasi.
d) komunikasi efektif
Dokter keluarga melaksanakan komunikasi efektif
berlandaskan rasa saling percaya
e) menghormati hak dan kewajiban pasien dan dokter
Dokter keluarga memperhatikan hak dan kewajiban pasien,
hak dan kewajiban dokter termasuk menjunjung tinggi
kerahasiaan pasien.
2) Standar Perilaku dengan Mitra Kerja di Klinik
a) hubungan profesional dalam klinik
b) bekerja dalam tim
c) pemimpin klinik
3) Standar Perilaku dengan Sejawat
a) hubungan profesional dalam profesi
b) hubungan baik sesama dokter
c) perkumpulan profesi
4) Standar Pengembangan Ilmu dan Keterampilan Praktik
a) mengikuti kegiatan ilmiah
b) program jaga muti
c) partisipasi dalam kegiatan pendidikan
d) penelitian dalam praktik
e) penulisan ilmiah
23
5) Standar Partisipasi dalam Kegiatan Masyarakat di Bidang
Kesehatan
a) menjadi anggota perkumpulan sosial
b) partisipasi dalam kegiatan kesehatan masyarakat
c) partisipasi dalam penanggulangan bencana sekitarnya.
Standar Pengelolaan Praktik
1) Standar Sumber Daya Manusia
a) dokter keluarga
b) perawat
c) bidan
d) administrator klinik
2) Standar Manajemen Keuangan
a) pencatatan keuangan
Keuangan dalam praktik dokter keluarga tercatat secara
saksama dengan cara yang umum dan bersifat transparansi
b) jenis sistem pembagian praktik
Manajemen keuangan pelayanan dokter keluarga dikelola
sedemikian rupa sehingga dapat mengikuti, baik sistem
pembiayaan praupaya maupun sistem pembiayaan fee for
service.
3) Standar Manajemen Klinik
a) pembagian kerja
b) program pelatihan
c) program kesehatan dan keselamatan kerja
d) pembahasan administrasi klinik
Standar Sarana dan Prasarana
1) Standar Fasilitas Praktik
24
a) fasilitas untuk praktik
b) kerahasiaan dan privasi
c) bangunan dan interior
d) alat komunikasi
e) papan nama
2) Standar Peralataan Klinik
a) peralatan medis
b) peralatan penunjang medis
c) peralatan non medis
3) Standar Proses-proses Penunjang Praktik
a) pengelolaan rekam medik
b) pengelolaan rantai dingin
Pelayanan dokter keluarga peduli terhadap pengelolaan
rantai beku (cold chain management) yang berpengaruh
kepada kualitas vaksin atau obat lainnya.
c) pengelolaan pencegahan infeksi
d) pengelolaan limbah
e) pengelolaan air bersih
f) pengelolaan obat
f. Pelayanan primer vs dokter keluarga
Prinsip dasar PDK* PDU** di puskesmas
Praktik dokter pribadi
Layanan kontak pertama Ya Ya Ya
Layanan sinambung dan jangka panjang
Ya Episodik Tidak
Layanan bersifat personal Ya Tidak Ya
Layanan komprehensif Ya, >>promotif dan preventif
Ya, kuratif Tidak
Mengutamakan pencegahan
Ya Terbatas Tidak
25
Koordinasi Ya Tidak Tidak
Kolaborasi Ya Tidak Tidak
Berorientasi pada keluarga Ya Tidak Tidak
Berorientasi pada komunitas
Ya Ya Tidak
Pembiayaan Kapitasi Jamkesmas dan askeskin
Fee for service
Wilayah kerja Pertimbangan kondisi geografis sekitar 2500 KK
Wilayah kecamatan
kurang lebih 30.000 KK
Tanpa batasan
g. Dokter Keluarga & Puskesmas sebagai Pelayanan Kesehatan
Strata Pertama
Menurut Keputusan Menteri Kesehatan Nomor
131/MENKES/SK/II/2004, jika Sistem Jaminan Sosial Nasional telah
dikembangkan, pelayanan UKP tidak lagi dilaksanakan oleh
Puskesmas pada strata pertama, tetapi lebih dititikberatkan pada
masyarakat dan swasta dengan penerapan praktik dokter keluarga.
Kecuali di daerah terpencil, Puskesmas masih dapat menjadi strata
pertama dalam pelayanan kesehatan perorangan. Berikut beberapa
perbedaan pelayanan dokter keluarga dan Puskesmas sebagai pemberi
pelayanan kesehatan strata pertama.
Dulu Sekarang
Puskesmas
Sangat terpencil
Tidak terpencil
Puskesmas Puskesmas PDKM
UKP+UKM UKP+UKM UKM UKP
Wilayah kerja
Wilayah administrati
Wilayah administrati
Wilayah administrati
Wilayah pelayanan
26
f f f
Sasaran Komunitas Komunitas Komunitas Individu/keluarga
Upaya kesehatan
Promkes + + + + individu/kel
Kesling + + + -
KIA dan KB
+ + + + individu/kel
Gizi masyarakat
+ + + + individu/kel
P3 menular
+ + + + individu/kel
Pengobatan
+ + - +
1. Sistem Kesehatan Nasional (SKN)
a. Definisi SKN
Menurut Sistem Kesehatan Nasional tahun 2009, Sistem Kesehatan
Nasional (SKN) adalah bentuk dan cara penyelenggaraan
pembangunan kesehatan yang memadukan berbagai upaya bangsa
Indonesia dalam satu derap langkah guna menjamin tercapainya
tujuan pembangunan kesehatan dalam kerangka mewujudkan
kesejahteraan rakyat sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang
Dasar 1945.
b. Landasan SKN
Landasan dalam pelaksanaan SKN, yaitu:
Landasan idiil, yaitu Pancasila
27
Landasan konstitusional, yaitu Undang Undang Dasar NKRI tahun
1945,
Landasan operasional, yaitu seluruh ketentuan peraturan
perundangan yang berkaitan dengan penyelenggaraan SKN dan
pembangunan kesehatan.
c. Subsistem pelayanan kesehatan dalam SKN
Upaya kesehatan :
1) Upaya Kesehatan Masyarakat
Terdiri atas 3 strata yakni :
a) UKM strata pertama
mendayagunakan ilmu pengetahuan dan teknologi
kesehatan dasar yang ditujukan kepada masyarakat.
Penyelenggara UKM strata pertama adalah Puskesmas.
Minimal ada 6 jenis pelayanan tingkat dasar yang harus
dilaksanakan oleh Puskesmas yaitu Promosi Kesehatan,
Kesehatan Ibu dan Anak, KB, Perbaikan Gizi, Kesehatan
Lingkungan, Pemberantasan penyakit Menular, dan
Pengobatan. Dalam UKM strata pertama, peran aktif
masyarakat dan swasta diwujudkan melalui berbagai
upaya yang dimulai dari diri sendiri, keluarga, sampai
dengan upaya kesehatan bersumber masyarakat (UKBM)
seperti Posyandu, Polindes, POD, Pos UKK dan Dokter
Kecil dalam usaha kesehatan sekolah.
b) UKM strata kedua
UKM tingkat lanjutan, yaitu yang mendayagunakan ilmu
pengetahuan dan teknologi kesehatan spesialistik yang
ditujukan kepada masyarakat. Penanggung jawabnya
adalah Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota.
Fungsi manajerial mencakup perencanaan,
pelaksanaan dan pengendalian, serta pengawasan dan
pertanggungjawaban penyelenggaraan pembangunan
28
kesehatan. Fungsi teknis mencakup penyediaan
pelayanan kesehatan masyarakat tingkat lanjutan,
yakni dalam rangka melayani kebutuhan rujukan
Puskesmas.
Dapat dilengkapi unit-unit pelaksana teknis seperti
unit pencegahan dan pemberantasan penyakit,
promosi kesehatan, pelayanan kefarmasian, kesehatan
lingkungan, perbaikan gizi,dan kesehatan ibu, anak
dan KB.
Unit tersebut disamping memberikan pelayanan
langsung juga membantu Puskesmas dalambentuk
pelayanan rujukan kesehatan.
c) UKM strata ketiga
UKM tingkat unggulan, yaitu yang mendayagunakan ilmu
pengetahuan dan teknologi kesehatan subspesialistik yang
ditujukan kepada masyarakat. Penanggung jawab Dinas
Kesehatan Propinsi dan Departemen Kesehatan.
Fungsi manajerial dan teknis kesehatan. Fungsi
manajerial mencakup perencanaan,pelaksanaan dan
pengendalian, serta pengawasan dan
pertanggungjawabanpenyelenggaraan pembangunan
kesehatan di provinsi/nasional. Fungsi teknis
mencakuppenyediaan pelayanan kesehatan
masyarakat tingkat unggulan, yakni dalam rangka
melayanikebutuhan rujukan dari kabupaten/kota dan
Provinsi.
Didukung oleh pusat-pusat unggulan, misalnya
Institut Gizi Nasional, Institut Penyakit
InfeksiNasional, Pusat Laboratorium Nasional,
Institut Ketergantungan Obat Nasional, dll
2) Upaya Kesehatan Perorangan
29
Terdiri atas 3 strata, yakni :
a) UKP strata pertama
UKP tingkat dasar yang mendayagunakan ilmu
pengetahuan danteknologi kesehatan dasar yang ditujukan
kepada perorangan.
Penyelenggara adalah pemerintah, masyarakat, dan
swasta.
Diwujudkan dalam berbagai bentuk pelayanan
profesional: Puskesmas, praktik dokter, doktergigi,
bidan, perawat, balai pengobatan, praktik
dokter/klinik 24 jam, praktik bersama danrumah
bersalin.
Didukung oleh berbagai pelayanan penunjang seperti
toko obat dan apotek, laboratoriumklinik dan optik.
b) UKP strata kedua
UKP tingkat lanjutan yang mendayagunakan ilmu
pengetahuan dan teknologi kesehatan spesialistik yang
ditujukan kepada perorangan.
Penyelenggara adalah pemerintah, masyarakat, dan
swasta.
Diwujudkan dalam berbagai bentuk pelayanan
profesional: Rumah Sakit kelas C dan B
nonpendidikan milik pemerintah dan Rumah Sakit
Swasta, praktik dokter spesialis, dokter gigi spesialis,
klinik spesialis, BP4, BKMM, BKJM.
Didukung oleh berbagai pelayanan penunjang seperti
toko obat dan apotek, laboratorium klinik dan optik.
c) UKP strata ketiga
UKP tingkat unggulan yang mendayagunakan ilmu
pengetahuan dan teknologi kesehatan subspesialistikyang
ditujukan kepada perorangan.
30
Penyelenggara adalah pemerintah, masyarakat, dan
swasta.
Diwujudkan dalam berbagai bentuk pelayanan
profesional: Praktik Dokter Spesialis Konsultan,
Praktik Dokter Gigi Spesialis Konsultan, Klinik
Spesialis Konsultan, Rumah Sakit Kelas B Pendidikan
dan Kelas A milik Pemerintah, Rumah Sakit Khusus
dan Rumah sakit swasta.
Didukung oleh berbagai pelayanan penunjang seperti
toko obat dan apotek, laboratorium klinik dan optik.
Pembiayaan kesehatan (alokasi dana, penggali dana, menghimpun)
Pembiayaan kesehatan bersumber dari Pemerintah, Pemerintah
Daerah, swasta, organisasi masyarakat, dan masyarakat itu sendiri.
Pembiayaan pelayanan kesehatan masyarakat merupakan public
good yang menjadi tanggung jawab pemerintah, sedangkan untuk
pelayanan kesehatan perorangan pembiayaannya bersifat private,
kecuali pembiayaan untuk masyarakat miskin dan tidak mampu
menjadi tanggung jawab pemerintah. Pembiayaan pelayanan
kesehatan perorangan diselenggarakan melalui jaminan
pemeliharaan kesehatan dengan mekanisme asuransi sosial yang
pada waktunya diharapkan akan mencapai universal coverage
sesuai dengan Undang-undang Nomor 40 Tahun 2004 tentang
Sistem Jaminan Sosial Nasional (SJSN)
Sumber daya manusia
Sebagai pelaksana upaya kesehatan, diperlukan sumber daya
manusia kesehatan yang mencukupi dalam jumlah, jenis, dan
kualitasnya, terdistribusi secara adil dan merata, serta sesuai
tuntutan kebutuhan pembangunan kesehatan. Oleh karena itu, SKN
juga memberikan fokus penting pada pengembangan dan
pemberdayaan SDM kesehatan guna menjamin ketersediaan dan
pendistribusian sumber daya manusia kesehatan.
31
Obat dan perbekalan
Subsistem kesehatan ini meliputi berbagai kegiatan untuk
menjamin aspek keamanan, khasiat/ kemanfaatan dan mutu sediaan
farmasi, alat kesehatan, dan makanan yang beredar, ketersediaan,
pemerataan, dan keterjangkauan obat, terutama obat esensial,
perlindungan masyarakat dari penggunaan yang salah dan
penyalahgunaan obat, penggunaan obat yang rasional, serta upaya
kemandirian di bidang kefarmasian melalui pemanfaatan sumber
daya dalam negeri.
Pemberdayaan masyarakat
Manajemen kesehatan dan informasi
Subsistem ini meliputi kebijakan kesehatan, administrasi kesehatan,
hukum kesehatan, dan informasi kesehatan. Untuk menggerakkan
pembangunan kesehatan secara berhasil guna dan berdaya guna,
diperlukan manajemen kesehatan. Peranan manajemen kesehatan
adalah koordinasi, integrasi, sinkronisasi, serta penyerasian
berbagai subsistem SKN dan efektif, efisien, serta transparansi dari
penyelenggaraan SKN tersebut.
2. SJSN dan BPJS
Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2004 tentang Sistem Jaminan Sosial
Nasional (SJSN) dibentuk dengan pertimbangan utama untuk
memberikan jaminan sosial yang menyeluruh bagi seluruh rakyat
Indonesia.
Cara pembayaran pelayanan kesehatan meliputi :
Sistem langsung (fee for service)
Pasien membayar langsung jasa medik setelah berobat ke dokter.
Hampir 80% terjadi dalam masyarakat. Mekanisme pembayaran
langsung telah menimbulkan ketidakadilan distributif dimana banyak
pasien “miskin” yang tambah miskin pada saat sakit, banyak tenaga
kesehatan yang imbalan jasa profesionalnya masih “berbisnis” atau
terpaksa berorientasi dari orang sakit.
32
Sistem praupaya
Dilakukan dengan perhitungan per-kapitasi/per-kepala seperti pada
sistem dokter keluarga yang diharapkan dapat menjalankan
fungsinya sebagai seorang dokter (care provider, decision maker,
communicator, community leader, manager) secara profesional.
Bentuk sistem praupaya antaralain :
1) Sistem kapitasi (capitation system)
Yang dimaksud dengan sistem kapitasi adalah sistem pembayaran
dimuka yang dilakukan oleh badan asuransi kepada
penyelenggara pelayanan kesehatan berdasarkan kesepakatan
harga yang dihitung untuk setiap peserta untuk jangka waktu
tertentu. Dengan sistem pembayaran ini, maka besarnya biaya
yang dibayar oleh badan asuransi kepada penyelenggara
pelayanan yang tidak ditentukan oleh frekwensi penggunaan
pelayanan kesehatan oleh peserta, melainkan ditentukan oleh
jumlah peserta dan kesepakatan jangka waktu jaminan.
2) Sistem paket (packet system)
Yang dimaksud dengan sistem paket adalah sistem pembayaran di
muka yang dilakukan oleh badan asuransi kepada penyelenggara
pelayanan kesehatan berdasarkan kesepakatan harga yang
dihitung untuk suatu paket pelayanan kesehatan tertentu. Dengan
sistem pembayaran ini, maka besarnya biaya yang dibayar oleh
badan asuransi kepada penyelenggara pelayanan kesehatan tidak
ditentukan oleh macam pelayanan kesehatan yang
diselenggarakan, melainkan oleh paket pelayanan kesehatan yang
dimanfaatkan. Penyakit apapun yang dihadapi, jika termasuk
dalam satu paket pelayanan yang sama, mendapatkan biaya
dengan besar yang sama. Sistem pernbiayaan paket ini dikenal
pula dengan nama sistem pembiayaan kelompok diagnosis terkait
(diagnosis related group) yang di banyak negara maju telah lama
diterapkan.
3) Sistem anggaran (budget system)
33
Yang dimaksud dengan sistem anggaran adalah sistem
pembayaran di muka yang dilakukan oleh badan asuransi kepada
penyelenggara pelayanan kesehatan berdasarkan kesepakatan
harga, sesuai dengan besarnya anggaran yang diajukan
penyelenggara pelayanan kesehatan. Sama halnya dengan sistern
paket, pada sistem anggaran ini, besarnya biaya yang dibayar oleh
badan asuransi kepada penyelenggara pelayanan kesehatan tidak
ditentukan oleh macam pelayanan kesehatan yang
diselenggarakan, melainkan oleh besarnya anggaran yang telah
disepakati.
SKEMA Badan Pengelola Jaminan Sosial
34
DAFTAR PUSTAKA
Anonim. 2008. Definisi Keluarga. (http://creasoft.files.wordpress.com/2008/04/keluarga.pdf, diakses tanggal 7 November 2012).
Anonim. Sistem Kapitasi dalam Pembiayaan Pelayanan Dokter Keluarga. (http://ocw.usu.ac.id/.../fmd175_slide_sistem_kapitasi_dalam_pembiayaan_pelayanan_dokter_keluarga.pdf, diakses 7 November 2012).
Anonim. SJSN-BPJS │ jaminan sosial Indonesia (Jamsos Indonesia). (http://jamsosindonesia.com/sjsn/bpjs, diakses tanggal 7 November 2012).
Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 2004. Sistem Kesehatan Nasional: “Subsistem Pelayanan Kesehatan”. Jakarta : Depkes RI
Prasetyawati, Arsita Eka. 2010. Kedokteran Keluarga. Jakarta : PT Rineka Cipta.
Soetono, Gatot, dkk. 2009. Membangun Praktik Dokter Keluarga. Jakarta : IDI.
LAPORAN KELOMPOK
BLOK XXV KEDOKTERAN KOMUNITAS
SKENARIO 2
SISTEM EKONOMI KESEHATAN DI INDONESIA
35
Oleh:
KELOMPOK XVI
1. Anisa Nindiasari (G0007038)
2. Dianika Rohmah A. (G0007058)
3. Faqihuddin Ahmad (G0007068)
4. Gita Vania Damayanti (G0007078)
5. Nurul Ramadian (G0007124)
6. Sari Mustikaningrum (G0007154)
7. Sunarto (G0007160)
8. Wiraditya Sandi D.P. (G0007172)
9. Yunita (G0007176)
10. Linda Soebroto (G0007204)
Tutor : PROF. DR. H. AA. SUBIJANTO, dr, MS
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA
2010
36
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dalam dunia kesehatan, rumah sakit merupakan salah satu unsur yang tidak dapat dipisahkan dengan kesehatan masyarakat. Sebagai salah satu bentuk unit pelayanan kesehatan, rumah sakit sangat diharapkan dapat memberikan pelayanan terbaik bagi semua pasien. Oleh karena itu, berbagai program rumah sakit dibentuk dalam upaya peningkatan mutu serta kualitas pelayanan kesehatan.
Pada dekade tahun 1990-an ini terjadi beberapa perubahan pada sistem
kesehatan kita. Perubahan pertama adalah perubahan di dalam penyelenggaraan
pelayanan (delivery system) untuk mengurangi beban pembiayaan pemerintah.
Peran serta masyarakat makin dibutuhkan dalam penyediaan pelayanan kesehatan,
khususnya yang bersifat kuratif. Bahkan rumah sakit yang bersifat pencari laba
telah diberikan ijin beroperasi di Indonesia. Perubahan kedua adalah perubahan di
dalam cara pembiayaan kesehatan dari yang tadinya bersifat individual ke
kelompok dengan melalui mekanisme asuransi kesehatan. Termasuk pada
perubahan kedua adalah terbukanya kesempatan penyelenggaraan asuransi
komersial yang berpijak pada UU No. 2/1992, penyelenggaraan program Jaminan
Pemeliharaan Kesehatan (JPK) Jamsostek yang berdasarkan UU No. 3/1992, dan
penyelenggaraan program JPK Mayarakat (JPKM) yang dituangkan pada Pasal 66
UU No. 23/1992. Program JPK Jamsostek dan JPKM secara eksplisit telah
menggariskan pembayaran sistem kapitasi kepada penyedia pelayanan kesehatan
(PPK) di dalam rangka pengendalian biaya kesehatan. Penyelenggaraan JPK
pegagawai negeri sipil, yang kini dikenal dengan pelayanan PT. Asuransi
Kesehatan Indonesia, telah lebih dahulu menerapkan sistem pembayaran kapitasi
(Thabrany, 2007).
Agar program pelayanan kesehatan masyarakat tersebut dapat berlangsung
dengan baik, kompetensi dokter yang bekerja di dalamnya juga ditingkatkan
dengan melakukan long-life learning di mana dokter harus selalu up to date
terhadap kejadian-kejadian penyakit di sekitarnya sehingga diharapkan dapat
menurunkan angka kejadian penyakit.
B. Rumusan Masalah
37
1. Apakah yang dimaksud dengan International Classification of Disease-10
dan bagaimana cara melakukan diagnosis penyakit dengan ICD-10?
2. Apakah manfaat medical record dan manajemen informasi medis?
3. Apa sajakah macam-macam pencegahan penyakit dan sebutkan
contohnya?
4. Apakah yang dimaksud dengan cost effectiveness analysis (CEA), cost
utility analysis (CUA), dan cost benefit analysis (CBA) serta apakah
tujuan dari evaluasi ekonomi tersebut?
5. Apa yang dimaksud dengan program skrining serta apa sajakah indikasi
dan ukuran kualitas skrining?
6. Apa yang dimaksud dengan riwayat alamiah penyakit, masa inkubasi,
masa laten, durasi, fase induksi, fase promosi, dan fase ekspresi penyakit?
7. Apa sajakah karakteristik yang membedakan penyakit infeksi dan non
infeksi?
8. Apakah yang dimaksud dengan pelayanan yang holistik, komprehensif,
dan kontinyu?
9. Apa sajakah metode pembayaran pelayanan kesehatan dan apa perbedaan
masing-masing metode tersebut?
10. Apa prinsip asuransi kesehatan dan apa pentingnya asuransi kesehatan?
11. Apa perbedaan asuransi wajib dan asuransi swasta (sukarela)?
C. Tujuan
1. Mahasiswa mampu menjelaskan dan memberikan contoh ICD-10.
2. Mahasiswa mampu menjelaskan manfaat medical record dan managemen
informasi kesehatan.
3. Mahasiswa mampu menyebutkan dan menjelaskan macam-macam
pencegahan penyakit.
4. Mahasiswa mampu menjelaskan cost effectiveness analysis (CEA), cost
utility analysis (CUA), dan cost benefit analysis (CBA), serta alasan dan
tujuan evaluasi ekonomi tersebut.
5. Mahasiswa mampu menjelaskan berbagai hal mengenai program skrining.
38
6. Mahasiswa mampu menjelaskan riwayat alamiah penyakit, masa inkubasi,
masa laten, durasi, fase induksi, fase promosi, dan fase ekspresi penyakit.
7. Mahasiswa mampu menjelaskan perbedaan karakteristik penyakit infeksi
dan non infeksi.
8. Mahasiswa mampu menjelaskan prosedur pelayanan yang holistik,
komprehensif, dan kontinyu.
9. Mahasiswa mampu menyebutkan perbedaan, kelebihan, dan kekurangan
dari berbagai macam metode pembayaran pelayanan kesehatan.
10. Mahasiswa mampu menjelaskan prinsip asuransi kesehatan, alasan
perlunya asuransi serta perbedaan asuransi wajib dan swasta (sukarela).
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Riwayat Alamiah Penyakit
Riwayat alamiah penyakit (natural history of disease) adalah deskripsi tentang
perjalanan waktu dan perkembangan penyakit pada individu, dimulai sejak terjadinya
paparan dengan agen kausal hingga terjadinya akibat penyakit (seperti: kesembuhan
atau kematian), tanpa terinterupsi oleh intervensi preventif maupun terapetik
(Gordis, 2000).
Perjalanan penyakit dimulai dengan terpaparnya individu sebagai penjamu
yang rentan (suseptibel) oleh agen kausal. Paparan (exposure) adalah kontak atau
kedekatan (proximity) dengan sumber agen penyakit. Induksi merupakan aksi yang
mempengaruhi terjadinya tahap awal suatu hasil, dalam hal ini mempengaruhi awal
terjadinya proses patologis. Jika terdapat tempat penempelan (attachment) dan jalan
masuk sel yang tepat maka paparan agen infeksi dapat menyebabkan invasi agen
infeksi dan terjadi infeksi. Agen infeksi melakukan multiplikasi yang mendorong
terjadinya proses perubahan patologis, tanpa penjamu menyadarinya.
Periode waktu sejak infeksi hingga terdeteksinya infeksi melalui tes
laboratorium/ skrining disebut window period. Dalam window period individu telah
terinfeksi, sehingga dapat menularkan penyakit, meskipun infeksi tersebut belum
terdeteksi oleh tes laboratorium.
Selanjutnya berlangsung proses promosi pada tahap preklinis, yaitu keadaan
39
patologis yang ireversibel dan asimtomatis ditingkatkan derajatnya menjadi
keadaan dengan manifestasi klinis. Melalui proses promosi agen kausal akan
meningkatkan aktivitasnya, masuk dalam formasi tubuh, menyebabkan transformasi sel
atau disfungsi sel, sehingga penyakit menunjukkan tanda dan gejala klinis. Waktu sejak
penyakit terdeteksi oleh skrining hingga timbul manifestasi klinik, disebut sojourn
time. Makin pendek “sojourn time”, makin kurang bermanfaat melakukan skrining.
Makin panjang sojourn time, makin berguna melakukan skrining, sebab makin panjang
tenggang waktu untuk melakukan pengobatan dini agar proses patologis tidak
termanifestasi klinis.
Waktu yang diperlukan mulai dari paparan agen kausal hingga timbulnya
manifestasi klinis disebut masa inkubasi (penyakit infeksi) atau masa laten (penyakit
kronis). Pada fase ini penyakit belum menampakkan tanda dan gejala klinis,
disebut penyakit subklinis (asimtomatis). Kovariat yang berperan dalam masa laten
(masa inkubasi), yakni faktor yang meningkatkan risiko terjadinya penyakit secara
klinis, disebut faktor risiko. Sebaliknya, faktor yang menurunkan risiko terjadinya
penyakit secara klinis disebut faktor protektif. Masa laten dan durasi penyakit
mempengaruhi strategi pencegahan penyakit. Makin pendek masa laten, makin
urgen upaya pencegahan primer dan sekunder. Makin pendek durasi, makin
mendesak upaya pencegahan tersier. Makin panjang durasi, makin besar
peluang untuk melakukan upaya pencegahan akibat penyakit dengan lebih
seksama.
Meski demikian, sejumlah penyakit kronis memiliki karakteristik paradoksal:
sekalipun durasi panjang tetapi bisa menyebabkan kematian mendadak (misalnya,
stroke dan serangan jantung).
Selanjutnya terjadi inisiasi penyakit klinis. Pada saat ini mulai timbul tanda
(sign) dan gejala (symptom) penyakit secara klinis, dan penjamu yang mengalami
manifestasi klinis disebut kasus klinis. Gejala klinis paling awal disebut gejala
prodromal. Selama tahap klinis, manifestasi klinis akan diekspresikan hingga terjadi
hasil akhir/ resolusi penyakit, baik sembuh, remisi, perubahan beratnya penyakit,
komplikasi, rekurens, relaps, sekuelae, disfungsi sisa, cacat, atau kematian. Periode
waktu untuk mengekspresikan penyakit klinis hingga terjadi hasil akhir penyakit
disebut durasi penyakit. Kovariat yang mempengaruhi progresi ke arah hasil akhir
40
penyakit, disebut faktor prognostik. Penyakit penyerta yang mempengaruhi fungsi
individu, akibat penyakit, kelangsungan hidup, alias prognosis penyakit, disebut
komorbiditas. Contoh, TB dapat menjadi ko-morbiditas HIV/AIDS yang meningkatkan
risiko kematian karena AIDS pada wanita dengan HIV/AIDS.
Proses terjadinya penyakit disebabkan adanya interaksi antara agen atau faktor
penyebab penyakit, manusia sebagai penjamu atau host, dan faktor lingkungan yang
mendukung. Ketiga faktor tersebut dikenal sebagai Trias Penyebab Penyakit.
Agen berupa unsur hidup /mati yang jumlahnya berlebihan/kekurangan. Faktor
penjamu berupa keadaan manusia yang sedemikian rupa sehingga menjadi faktor risiko
terjadinya penyakit, seperti genetik, unur, jenis kelamin, dan lain-lain. Faktor
lingkungan berupa faktor-faktor ekstrensik, seperti: lingkungan fisik, biologis, sosial
ekonomi.
Dalam epidemiologi penyakit infeksi, individu yang terpapar belum tentu
terinfeksi. Hanya jika agen kausal penyakit infeksi terpapar pada individu lalu
memasuki tubuh dan sel, lalu melakukan multiplikasi dan maturasi, dan
menimbulkan perubahan patologis yang dapat dideteksi secara laboratoris atau
terwujud secara klinis, maka individu tersebut dikatakan mengalami infeksi. Dalam
riwayat alamiah penyakit infeksi, proses terjadinya infeksi, penyakit klinis, maupun
kematian dari suatu penyakit tergantung dari berbagai determinan, baik intrinsik
maupun ekstrinsik, yang mempengaruhi penjamu maupun agen kausal. Tergantung
Infektivitas = Jumlah individu yang terinfeksi / jumlah individu yang terpapar
P a t o g e n i t a s = jumlah kasus klinis / jumlah individu yang terinfeksi
Virulensi = jumlah kasus yang mati / jumlah kasus klinis
41
tingkat kerentanan (atau imunitas), individu sebagai penjamu yang terpapar oleh
agen kausal dapat tetap sehat, atau mengalami infeksi (jika penyakit infeksi) dan
mengalami perubahan patologi yang ireversibel. Ukuran yang menunjukkan
kemampuan agen penyakit untuk mempengaruhi riwayat alamiah penyakit sebagai
berikut (Murti, 2010a):
1. Infektivitas : kemampuan agen penyakit untuk menyebabkan terjadinya infeksi.
2. Patogenesitas : kemampuan agen penyakit untuk menyebabkan penyakit klinis.
3. Virulensi : kemampuan penyakit untuk menyebabkan kematian. Indikator ini
menunjukkan kemampuan agen infeksi menyebabkan keparahan (severety)
penyakit.
B. International Classification of Disease (ICD) – 10
International Statistical Classification of Diseases 10 (ICD-10) merupakan sistem
kategori tempat penyakit dikelompokkan (Erkadius, 2008). Di Indonesia, ICD-10 dikenal
dengan nama Klasifikasi Internasional Penyakit revisi ke-10 (KIP-10). KIP-10 adalah
sistem pengkodean atas penyakit dan tanda-tanda, gejala, temuan-temuan yang
abnormal, keluhan, keadaan sosial dan eksternal yang menyebabkan cedera atau
penyakit seperti yang diklasifikasikan oleh World Health Organization (WHO) (Wikipedia,
2010).
Berikut adalah daftar ICD-10 untuk versi tahun 2007 (Wikipedia, 2010):
Bab Blok Judul
I A00-B99 Penyakit Infeksi dan parasit
II C00-D48 Neoplasma
42
III D50-D89 Penyakit darah dan organ pembentuk darah termasuk ganguan sistem imun
IV E00-E90 Endokrin, nutrisi dan ganguan metabolic
V F00-F99 Ganguan jiwa dan prilaku
VI G00-G99 Penyakit yg mengenai sistem syaraf
VII H00-H59 Penyakit mata dan adnexa
VIII H60-H95 Penyakit telinga dan mastoid
IX I00-I99 Penyakit pada sistem sirkulasi
X J00-J99 Penyakit pada sistem pernafasan
XI K00-K93 Penyakit pada sistem pencernaan
XII L00-L99 Penyakit pada kulit dan jaringan subcutaneous
XIII M00-M99 Penyakit pada sistem musculoskletal
XIV N00-N99 Penyakit pada sistem saluran kemih dan genital
XV O00-O99 Kehamilan dan kelahiran
XVI P00-P96 Keadaan yg berasal dari periode perinatal
XVII Q00-Q99 Malformasi kongenital, deformasi dan kelainan chromosom
XVIII R00-R99 Gejala, tanda, kelainan klinik dan kelainan lab yg tidak ditemukan pada klasifikasi lain
XIX S00-T98 Keracunan, cedera dan beberapa penyebab yg dari luar
XX V01-Y98 Penyebab morbiditas dan kematian eksternal
XXI Z00-Z99 Faktor faktor yg mempengaruhi status kesehatan dan hubungannya dengan jasa kesehatan
XXII U00-U99 Kode kegunaan khusus
C. Metode Pembayaran Pelayanan Kesehatan
1. Kapitasi
Sistem kapitasi adalah suatu sistem pembayaran dengan sejumlah uang
yang merupakan pertanggungjawaban pelayana kesehatan yang diterima secara
tetap dan periodik sesuai dengan jumlah atau cakupan pasien. Pengelompokkan
43
biasanya berdasarkan karakteristik pasien seperti umur dan jenis kelamin
(Philips, 1997). Sedangkan menurut Hasbullah (1998) sistem kapitasi adalah
sistem pembayaran di muka yang dilakukan oleh badan penyelenggara kepada
sarana pelayanan kesehatan berdasarkan kesepakatan harga untuk setiap
peserta yang dipertanggungkan. Sistem kapitasi ini berkaitan erat dengan
konsep wilayah dan bukan berdasarkan jumlah pelayanan yang diberikan.
Besarnya biaya kapitasi dihitung dengan rumus biaya rata-rata perjenis
pelayanan x angka kunjungan per peserta.
2. Fee for Service (FFS)
Fee for service merupakan suatu cara pembayaran yang dibayarkan
sesuai dengan pelayanan kesehatan yang diberikan. Karena manfaat diberikan
dalam bentuk uang sejumlah tertentu atau reimbursement dan tanpa ada
kontrak dengan provider, maka pembayaran fasilitas kesehatan dilakukan sesuai
dengan jasa yang diberikan. Cara pembayaran ini sangat disukai oleh fasilitas
kesehatan karena mereka tidak perlu menanggung risiko finansial (Hasbullah,
1998).
3. Out of Pocket Payment (OOP)
Dengan cara ini pasien membayar langsung kepada dokter atau pemberi
pelayanan kesehatan untuk pelayanan kesehatan yang sudah diterimanya.
Aspek positifnya adalah pasien menjadi lebih menghargai nilai ekonomi dari
pelayanan kesehatan yang diterima sehingga menghindari penggunaan secara
berlebihan. Sedangkan aspek negatifnya yaitu pasien dan keluarga akan sangat
rentan untuk mengalami pengeluaran bencana karena harus membayar biaya
kesehatan yang mahal pada saat ketika sakit (Murti, 2010b).
4. Pajak (Taxation)
Pemerintah menarik pajak umum dari warga untuk membiayai
pelayanan kesehatan. Pemerintah membayar sebagian dari biaya pelayanan
kesehatan pasien yang diberikan pada fasilitas kesehatan pemerintah, misalnya
Puskesmas dan RS Pemerintah pusat maupun daerah. Pasien harus membayar
sebagian dari pelayanan kesehatan yang digunakan.
44
Di Indonesia terdapat skema Jamkesmas yang membebaskan semua
biaya pelayanan kesehatan di tingkat primer maupun sekunder yang disediakan
oleh fasilitas pelayanan kesehatan pemerintah (Murti, 2010b).
5. Asuransi
Sistem asuransi menarik premi yang yang dibayarkan individu-individu
peserta asuransi.Beberapa Negara mengoperasikan compulsory payroll tax
yang bersifat wajib bagi pekerja untuk membayar asuransi (Murti, 2010b).
6. Medical Saving Account (MSA)
MSA mengharuskan warga menabung uang untuk membiayai pelayanan
kesehatannya sendiri. Sejauh ini hanya Singapura yang menggunakan sistem ini.
Sistem ini memproteksi generasi berikutnya dari biaya-biaya akibat generasi kini
(Murti, 2010b).
45
BAB III
PEMBAHASAN
Pada skenario 2, dr yunita melakukan pengamatan terhadap pasien yang
mengunjungi Poli Rawat Jalan Umum dan Spesialis ditemukan aneka kasus penyakit
kronis, seperti hipertensi, penyakit jantung koroner, stroke, diabetes melitus, kanker
dan gangguan jiwa. Tetapi penyakit infeksi “klasik” negara berkembang juga banyak,
seperti ISPA, diare, DBD, tuberkulosis, maupun penyakit baru HIV/AIDS. Medical record
pada RS tersebut cukup baik, karena pada dokter dengan bekerjasama dengan petugas
informasi medis memasukkan semua diagnosis penyakit ke dalam International
Classification of Disease-10. Bahkan hebatnya, RS tersebut sudah mulai menerapkan
DRG, bekerja sama dengan beberapa perusahaan asuransi kesehatan swasta, sebagai
cara untuk membayar pelayanan kesehatan.
ICD-10 merupakan pengkodean atas penyakit dan tanda-tanda, gejala, temuan-
temuan yang abnormal, keluhan, keadaan sosial dan eksternal yang menyebabkan
cedera atau penyakit, seperti yang diklasifikasikan oleh WHO. ICD-10 merupakan sistem
kategori dari penyakit yang dikelompokkan untuk memudahkan penyelidikan statistik
terhadap suatu fenomena penyakit. ICD digunakan sebagai alat diagnostik serta untuk
mengetahui statistik epidemiologi dan mengetahui angka morbiditas serta mortalitas.
Diagnosis penyakit pada rumah sakit tersebut telah dimasukkan ke dalam ICD-10
sehingga medical record atau rekam medis yang didapatkan menjadi lebih baik. Rekam
medis berisi catatan keadaan tubuh dan kesehatan, termasuk data tentang identitas dan
data medis seorang pasien. Manfaat rekam medis antara lain sebagai dasar
pemeliharaan kesehatan dan pengobatan pasien, sebagai bahan pembuktian dalam
perkara hukum, sebagai bahan untuk kepentingan penelitian, sebagai dasar pembayaran
biaya pelayanan kesehatan dan sebagai bahan untuk menyiapkan statistik kesehatan.
Rekam medis adalah sumber data yang paling baik di rumah sakit, meskipun banyak
memiliki kelemahan. Beberapa kelemahan rekam medis adalah sering tidak adanya
beberapa data yang bersifat sosial-ekonomi pasien, tidak berisi penatalaksanaan
pelengkap seperti penjelasan dokter dan perawat, seringkali tidak memuat kunjungan
kontrol pasca perawatan inap, dan lain-lain.
46
Rumah sakit tersebut sudah mulai menerapkan DRG, Diagnosis Related Group,
yaitu salah satu metode pembayaran biaya pelayanan kesehatan secara retrospektif.
Dalam sistem ini, pembayaran jasa pelayanan kesehatan bukan dihitung dari jenis
pelayanan medis maupun non medis, ataupun lama rawat inap yang diterima oleh
pasien dalam upaya penyembuhan suatu penyakit, melainkan berdasarkan biaya satuan
per diagnosis. RS ini bisa menerapkan sistem DRG karena telah memasukkan semua
diagnosis penyakit ke dalam ICD-10. Mekanisme pembayaran dengan DRG yaitu,
pertama kita harus melengkapi data pasien, setelah itu analisis penyakit dengan ICD-10,
kemudian melakukan analisis biaya pasien (DRG cost).
Selain dengan DRG, rumah sakit tersebut juga berkerja sama dengan beberapa
perusahaan asuransi kesehatan swasta sebagai cara untuk membayar pelayanan
kesehatan. Asuransi kesehatan swasta merupakan asuransi kesehatan milik swasta atau
pengelolaan dana dilakukan oleh suatu badan swasta. Keuntungan yang diperoleh
biasanya mutu pelayanan yang didapatkan relatif lebih baik, sedangkan kerugiannya
sulit dilakukan pengamatan terhadap penyelenggaranya.
Dr. Yunita dikontrak oleh PT Askes untuk memberikan pelayanan kesehatan
peserta askes dan dibayar dengan cara kapitasi. Rekan dokter spesialis ada yang
dibayar dengan cara fee-for service.
Terdapat beberapa macam sistem pembayaran pelayanan kesehatan, yaitu
kapitasi, fee for service, dan DRG. Saat ini sistem pembayaran pelayanan
kesehatan di Indonesia paling banyak menggunakan sistem fee for service (FFS),
artinya setiap seorang dokter atau penyedia pelayanan kesehatan akan dibayar
setiap memberikan layanan kesehatan pada pasiennya. Namun FFS ini merupakan
suatu sistem pembayaran pelayanan kesehatan yang memiliki paradigma atau
acuan semakin banyak pasien yang sakit, semakin besar pendapatan penyedia
pelayanan kesehatan tersebut. Mungkin paradigma seperti ini sudah tidak sesuai
dengan program-program kesehatan di masa sekarang oleh karena saat ini
digalakkannya program-program kesehatan promotif dan preventif. Artinya sebisa
mungkin suatu penyakit dicegah agar tidak terjadi sehingga tujuan utama dari
program-program kesehatan saat ini adalah untuk membuat sehat melalui
pencegahan bukan melalui pengobatan.
47
Sistem pembayaran pelayanan kesehatan secara kapitasi saat ini telah
mulai dikembangkan di Indonesia agar semua penyedia pelayanan kesehatan,
misalnya dokter bisa lebih berusaha keras dalam hal pencegahan penyakit. Pada
sistem kapitasi, dokter akan mendapatkan sejumlah uang tetap yang dihitung dari
pendapatan perpasien perbulan. Dari sistem pembayaran pelayanan kesehatan ini,
seorang dokter atau penyedia pelayanan kesehatan lainnya akan memperoleh
pendapatan semakin banyak jika semakin sedikit orang yang sakit. Pembayaran
jenis ini sangat sesuai untuk program kesehatan di Indonesia saat ini yang
memiliki paradigma manusia sehat. Artinya, meningkatkan sistem kesehatan
melalui tindakan promotif dan preventif.
Pada waktu masih kuliah dr. Yunita pernah mendapatkan pengalaman
lapangan tentang praktek kedokteran keluarga. Dr. Yunita ingin menerapkan prinsip
kedokteran keluarga dengan memberikan pelayanan kesehatan yang holistik,
komprehensif dan kontinu kepada pasien, keluarga dan komunitasnya.
Dokter keluarga adalah dokter yang berprofesi khusus sebagai dokter praktik
umum yang menyelenggarakan pelayanan kesehatan strata pertama atau pelayanan
kesehatan primer. Prinsip-prinsip kedokteran keluarga adalah memberikan atau
mewujudkan pelayanan komprehensif dengan pendekatan holistik, kontinu,
mengutamakan pencegahan, koordinatif dan kolaboratif, penanganan personal bagi
setiap pasien sebagai bagian integral dari keluarganya, pelayanan yang
mempertimbangkan keluarga, lingkungan kerja, dan lingkungan tempat tinggalnya,
pelayanan yang menjunjung tinggi etika dan hukum, sadar biaya, dapat diaudit dan
dapat dipertanggungjawabkan. Pelayanan komprehensif meliputi health promotion
(untuk meningkatkan kesehatan masyarakat), specific prevention (mencegah terjadinya
penyakit), early diagnosis and prompt treatment (agar tidak sakit terlalu lama), disease
limitation (untuk menstabilisasi penyakit kronis dan mencegah kekambuhan penyakit)
dan disability limitation (mencegah kecacatan). Sedangkan pendekatan holistik yakni
suatu pendekatan untuk menangani penyakit yang mencakup aspek biopsycosocial.
Dr. Yunita ingin mempelajari riwayat alamiah penyakit untuk mengetahui
karakter masing-masing penyakit dengan lebih terinci. Dengan demikian dia bisa
mengetahui masa inkubasi, masa laten, dan durasi penyakit, demikian pula
mengetahui fase induksi, promosi dan ekspresi penyakit.
48
Riwayat alamiah penyakit adalah deskripsi tentang perjalanan waktu dan
perkembangan penyakit pada individu, dimulai sejak terjadinya paparan dengan agen
kausal hingga terjadinya akibat penyakit, seperti kesembuhan atau kematian, tanpa
interupsi oleh suatu intervensi preventif maupun terapetik. Pengetahuan tentang
riwayat alamiah penyakit sama pentingnya dengan kausa penyakit untuk upaya
pencegahan dan pengendalian penyakit. Dengan mengetahui perilaku dan karakteristik
masing-masing penyakit tersebut maka bisa dikembangkan intervensi yang tepat untuk
mengidentifikasi maupun mengatasi problem penyakit tersebut.
Penyakit infeksi dapat disebabkan oleh infeksi mikroorganisme, jamur, maupun
virus. Sedangka penyakit non infeksi dapat disebabkan oleh beberapa faktor penyebab
(multikausal) seperti faktor umur atau genetik, mikroorganisme, dan life style (pola
makanan, kebiasaan merokok, kurang berolah raga dan lain-lain). Selain penyebabnya,
terdapat beberapa hal yang membedakan penyakit infeksi dan non infeksi. Beberapa
karakteristik penyakit non infeksi yang membedakannya dengan penyakit infeksi antara
lain penularan penyakit tidak melalui suatu rantai penularan tertentu, masa inkubasi
panjang, berlangsung kronis, banyak menghadapi kesulitan diagnosis, dan memerlukan
biaya tinggi baik dalam penanggulangan maupun pencegahannya (Simanjuntak, 2009).
Dr. Yunita dapat memilih strategi yang tepat untuk melakukan pencegahan
penyakit, baik pencegahan primer, sekunder, maupun tersier, pada pasien, keluarga
dan komunitasnya.
Pencegahan penyakit merupakan tindakan yang ditujuan untuk mencegah,
menunda, mengurangi, membasmi, mengeliminasi penyakit dan kecacatan, dengan
menerapkan sebuah atau sejumlah intervensi yang telah dibuktikan efektif. Terdapat
tiga jenis pencegahan, yaitu pencegahan primer, sekunder dan tersier.
Pencegahan primer adalah upaya memodifikasi detreminan atau faktor risiko
atau kausa penyakit, promosi kesehatan, dan perlindungan spesfisik dengan tujuan
mencegah atau menunda kejadian baru penyakit. Pencegahan sekunder adalah deteksi
dini penyakit dengan skrining dan pengobatan segera yang bertujuan untuk
memperbaiki prognosis kasus atau memperpendek durasi penyakit dan memperpanjang
hidup pasien. Sedangkan pencegahan tersier adalah pengobatan, rehabilitasi dan
pembatasan kecacatan yang bertujuan untuk mengurangi dan mencegah sekulae dan
49
disfungsi, mencegah serangan ulang, meringankan akibat penyakit dan memperpanjang
hidup.
Dr. Yunita mengusulkan kepada atasannya agar RS lebih banyak melakukan
program skrinning yang terbukti cost-effective.
Skrinning untuk pengendalian penyakit dilakukan dengan melakukan
pemeriksaan terhadap orang-orang yang asimptomatik untuk mengklasifikasikan
mereka ke dalam kategori yang diperkirakan mengidap atau diperkirakan tidak
mengidap suatu penyakit yang menjadi objek skrining. Tujuan skrining adalah untuk
mengurangi morbiditas atau mortalitas dari penyakit dengan pengobatan dini terhadap
kasus-kasus yang ditemukan.
Sehubungan dengan evaluasi program kesehatan berupa skrining yang ada
di skenario 2 yang terbukti cost effective, maka akan digunakan CEA dalam
metode penelitian ekonomi kesehatan. CEA akan dipilih untuk membandingkan
beberapa program kesehatan yang berlaku dengan outcome yang sama, hal ini
berbeda dengan CBA. CBA merupakan metode penelitian ekonomi kesehatan
untuk membandingkan beberapa program kesehatan yang memiliki outcome yang
berbeda dan yang dipilih adalah jika cost benefit rationya lebih dari 1 atau yang
lebih besar diantara dua program kesehatan atau lebih.
50
BAB IV
SIMPULAN DAN SARAN
A. SIMPULAN
1. Pengkategorian penyakit dengan ICD-10 diperlukan agar medical record atau
rekam medis yang didapatkan menjadi lebih baik.
2. Beberapa metode pembayaran pelayanan kesehatan yang telah ada saat ini
antara lain kapitasi, DRG, FFS, OOP, pajak, asuransi dan MSA.
B. SARAN
1. Agar tercipta masyarakat yang lebih sehat sebaiknya para dokter di Indonesia
memberikan pelayanan kesehatan yang holistik, komprehensif, dan kontinyu.
2. Untuk mengurangi angka kesakitan upaya-upaya promotif dan prefentif
sebaiknya perlu lebih ditingkatkan.
51
52
DAFTAR PUSTAKA
Gordis, L. 2000. Epidemiology. Philadelpia,PA: WB Saunders Co.
Hasbullah T. 1998. Pembayaran Kapitasi. Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas
Indonesia. pp: 1-16, 77.
Murti B. 2010a. Riwayat Alamiah Penyakit.
http://fk.uns.ac.id/index.php/download/file/14 (20 September 2010)
Murti B. 2010b. Ekonomi Kesehatan. http://fk.uns.ac.id/index.php/download/file/16 (20
September 2010)
Philips J. 1997. The Economics of Health and Medical Care Fourth Edition. An Asspen
Publication Marryland. pp: 22-31
Simanjuntak, T. M. 2009. Karakteristik Penderita Penyakit Non Infeksi Peserta ASKES
Sosial PNS Rawat Inap di RSU Dr. Pirngadi Medan Tahun 2007. Skripsi USU.
Thabrany, H. 2007. Keterbukaan dalam Pembayaran Kapitasi.
http://staff.ui.ac.id/internal/140163956/material/PembayaranKapitasi.pdf (9
September 2010)
Wikipedia. 2010. ICD-10. http://id.wikipedia.org/wiki/ICD-10 (6 September 2010)