tutorial 2

73
1. Diagnosis holistik : dokter tidak hanya melihat dari fisik individu, tapi juga komunitas, psikologi, sosial, dan keluarga.. 1.1. Yang dimaksud ‘pelayanan dokter keluarga’ menurut The American Academy of Family Physician adalah pelayanan kedokteran yang menyeluruh yang memusatkan pelayanannya kepada keluarga sebagai suatu unit, di mana tanggung jawab dokter terhadap pelayanan kesehatan tidak dibatasi oleh golongan umur atau jenis kelamin, juga tidak oleh organ tubuh atau jenis penyakit tertentu saja. 1.2. Definisi ilmu kedokteran keluarga menurut IDI (1982) adalah iomu yang mencakup seluruh spektrum ilmu kedokteran yang orientasinya adalah untuk memberikan pelayanan kesehatan tingkat pertama yang berkesinambungan dan menyeluruh kepada satu kesatuan individu, keluarga, dan masyarakat dengan memperhatikan faktor-faktor lingkungan, ekonomi dan sosial budaya. 1.3. Standar kompetensi dokter keluarga yaitu 1.4.1. Kompetensi Dasar 1.4.1.1. Keterampilan komunikasi efektif; 1.4.1.2. Ketrampilan klinis dasar; 1

Upload: artrinda-anggita

Post on 03-Feb-2016

228 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

d

TRANSCRIPT

Page 1: Tutorial 2

1. Diagnosis holistik : dokter tidak hanya melihat dari fisik individu, tapi

juga komunitas, psikologi, sosial, dan keluarga..

1.1. Yang dimaksud ‘pelayanan dokter keluarga’ menurut The American

Academy of Family Physician adalah pelayanan kedokteran yang

menyeluruh yang memusatkan pelayanannya kepada keluarga sebagai

suatu unit, di mana tanggung jawab dokter terhadap pelayanan kesehatan

tidak dibatasi oleh golongan umur atau jenis kelamin, juga tidak oleh

organ tubuh atau jenis penyakit tertentu saja.

1.2. Definisi ilmu kedokteran keluarga menurut IDI (1982) adalah iomu yang

mencakup seluruh spektrum ilmu kedokteran yang orientasinya adalah

untuk memberikan pelayanan kesehatan tingkat pertama yang

berkesinambungan dan menyeluruh kepada satu kesatuan individu,

keluarga, dan masyarakat dengan memperhatikan faktor-faktor

lingkungan, ekonomi dan sosial budaya.

1.3. Standar kompetensi dokter keluarga yaitu

1.4.1. Kompetensi Dasar

1.4.1.1. Keterampilan komunikasi efektif;

1.4.1.2. Ketrampilan klinis dasar;

1.4.1.3. Keterampilan menerapkan dasar-dasar ilmu biomedis, ilmu

klinis, ilmu perilaku dan epidemiologi dalam praktik

kedokteran keluarga;

1.4.1.4. Keterampilan pengelolaan masalah kesehatan pada

individu, keluarga, ataupun masyarakat dengan cara

komprehensif, holistik, berkesinambungan, terkoordinasi,

dan bekerja sama dalam konteks pelayanan kesehatan

primer;

1.4.1.5. Memanfaatkan, , menilai secara kritis, dan mengelola

informasi;

1

Page 2: Tutorial 2

2

1.4.1.6. Mawas diri dan pengembangan diri / belajar sepanjang

hayat;

1.4.1.7. Etika, moral, dan profesionalisme dalam praktik.

1.4.2. Ilmu dan Keterampilan Klinis Layanan Primer Cabang Ilmu Utama

: bedah; penyakit dalam; kebidanan dan penyakit kandungan;

kesehatan anak; THT; mata; kulit dan kelamin; psikiatri; saraf;

kedokteran komunitas.

1.4.3. Keterampilan Klinis Layanan Primer Lanjut

1.4.3.1. Keterampilan melakukan Health screening;

1.4.3.2. Menafsirkan hasil pemeriksaan laboratorium lanjut;

1.4.3.3. Membaca hasil EKG;

1.4.3.4. Membaca hasil USG;

1.4.3.5. BTLS (Basic Trauma Life Support), BCLS (Basic Cardiac

Life Support), dan BPLS (Basic Pediatric Life Support).

1.4.4. Keterampilan Pendukung : riset dan mengajar kedokteran keluarga;

1.4.5. Ilmu dan keterampilan klinis layanan primer Cabang ilmu

pelengkap : semua cabang ilmu kedokteran dan memahamiserta

menjembatani pengobatan alternatif.

1.4.6. Ilmu dan keterampilan manajemen klinis : manajemen klinik dokter

keluarga.

1.4. Standar pelayanan dokter keluarga yaitu

1.4.1. Standar pemeliharaan kesehatan di klinik :

1.4.1.1. Standar pelayanan paripurna

1.4.1.1.1. Pelayanan medis strata pertama untuk semua orang;

1.4.1.1.2. Pemeliharaan dan peningkatan kesehatan;

1.4.1.1.3. Pencegahan penyakit dan proteksi khusus;

1.4.1.1.4. Deteksi dini;

1.4.1.1.5. Kuratif medis;

1.4.1.1.6. Rehabilitasi medis dan sosial;

1.4.1.1.7. Kemampuan sosial keluarga;

1.4.1.1.8. Etik medikolegal.

1.4.1.2. Standar pelayanan medis

Page 3: Tutorial 2

3

1.4.1.2.1. Anamnesis;

1.4.1.2.2. Pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang;

1.4.1.2.3. Penegakan diagnosis dan diagnosis banding;

1.4.1.2.4. Prognosis;

1.4.1.2.5. Konseling;

1.4.1.2.6. Konsultasi;

1.4.1.2.7. Rujukan;

1.4.1.2.8. Tindak lanjut;

1.4.1.2.9. Tindakan;

1.4.1.2.10. Pengobatan rasional;

1.4.1.2.11. Pembinaan keluarga.

1.4.1.3. Standar pelayanan menyeluruh

1.4.1.3.1. Pasien adalah manusia seutuhnya;

1.4.1.3.2. Pasien adalah bagian dari keluarga dan lingkungan;

1.4.1.3.3. Pelayanan menggunakan segala sumber di

sekitarnya

1.4.1.4. Standar pelayanan terpadu

1.4.1.4.1. Koordinator penatalaksaan pasien;

1.4.1.4.2. Mitra dokter-pasien;

1.4.1.4.3. Mitra lintas sektoral medis;

1.4.1.4.4. Mitra lintas sektoral alternatif dan komplimenter

medik

1.4.1.5. Standar pelayanan bersinambung

1.4.1.5.1. Pelayanan proaktif;

1.4.1.5.2. Rekam medis bersinambung;

1.4.1.5.3. Pelayanan efektif – efesien;

1.4.1.5.4. Pendampingan.

1.4.2. Standar berprilaku dalam praktik :

1.4.2.1. Standar perilaku terhadap pasien

1.4.2.1.1. Informasi memperoleh pelayanan;

1.4.2.1.2. Masa konsultasi;

1.4.2.1.3. Informasi menyeluruh;

Page 4: Tutorial 2

4

1.4.2.1.4. Komunikasi efektif;

1.4.2.1.5. Menghormati hak dan kewajiban pasien dan dokter.

1.4.2.2. Standar perilaku dengan mitra kerja di klinik

1.4.2.2.1. Hubungan profesional dalam klinik;

1.4.2.2.2. Belerja dalam tim;

1.4.2.2.3. Pemimpin klinik.

1.4.2.3. Standar perilaku dengan sejawat

1.4.2.3.1. Hubungan profesional antar profesi;

1.4.2.3.2. Hubungan baik sesama dokter;

1.4.2.3.3. Perkumpulan dokter.

1.4.2.4. Standar pengembangan ilmu dan ketrampilan praktik

1.4.2.4.1. Mengikuti kegiatan ilmiah;

1.4.2.4.2. Program jaga mutu;

1.4.2.4.3. Partisipasi dalam kegiatan pendidikan;

1.4.2.4.4. Penelitian dalam praktik;

1.4.2.4.5. Penulisan ilmiah.

1.4.2.5. Standar partisipasi dalam kegiatan masyarakat di bidang

kesehatan

1.4.2.5.1. Menjadi anggota perkumpulan sosial;

1.4.2.5.2. Partisipasi dalam kegiatan kesehatan masyarakat;

1.4.2.5.3. Partisipasi dalam penanggulangan bencana di

sekitarnya.

1.4.3. Standar pengelolaan Praktik :

1.4.3.1. Standar sumber daya manusia

1.4.3.1.1. Dokter keluarga;

1.4.3.1.2. Perawat;

1.4.3.1.3. Bidan;

1.4.3.1.4. Administrator klinik.

1.4.3.2. Standar manajemen keuangan

1.4.3.2.1. Pencatatan keuangan;

1.4.3.2.2. Jenis sistem pembiayaan praktik.

1.4.3.3. Standar manajemen klinik

Page 5: Tutorial 2

5

1.4.3.3.1. Pembagian kerja;

1.4.3.3.2. Program pelatihan;

1.4.3.3.3. Program kesehatan dan keselamatan kerja

1.4.3.3.4. Pembahasan administrasi klinik.

1.4.4. Standar sarana dan prasarana :

1.4.4.1. Standar fasilitas praktik

1.4.4.1.1. Fasilitas untuk praktik;

1.4.4.1.2. Kerahasiaan dan privasi;

1.4.4.1.3. Bangunan dan interior;

1.4.4.1.4. Alat komunikasi;

1.4.4.1.5. Papan nama.

1.4.4.2. Standar peralatan klinik

1.4.4.2.1. Peralatan medis;

1.4.4.2.2. Peralatan penunjang medis;

1.4.4.2.3. Peralatan non-medis.

1.4.4.3. Standar proses-proses penunjang praktik

1.4.4.3.1. Pengelolaan rekam medis;

1.4.4.3.2. Pengelolaan rantai dingin;

1.4.4.3.3. Pengelolaan pencegahan infeksi;

1.4.4.3.4. Pengelolaan limbah;

1.4.4.3.5. Pengelolaan air bersih;

1.4.4.3.6. Pengelolaan obat.

2. Peran dokter keluarga dalam Sistem Kesehatan Nasional adalah sebagai

Unit Kesehatan Perorangan strata pertama dimana dokter keluarga

bertindak melakukan tindakan pelayanan kesehatan yang bersifat

promotif, preventif, kuratif serta rehabilitatif yang ditujukan pada

perseorangan.

3. Praktek dokter keluarga mandiri merupakan kegiatan praktek dokter

keluarga yang melakukan fungsi dan kewajiban sebagai dokter keluarga

tetapi dilakukan secara mandiri atau swasta dimana dokter keluarga

Page 6: Tutorial 2

6

tersebut tidak dibiayai oleh negara, tetapi pembiayaan dilakukan oleh

masyarakat atau swasta.

4. Perbedaan pelayanan puskesmas dan pelayanan dokter keluarga adalah

pelayanan puskesmas merupakan suatu pendekatan komunitas sedangkan

pelayanan dokter keluarga menggunakan pendekatan keluarga sebagai

inti, dimana dokter keluarga terlibat secara intensif dalam pelayanan

kesehatan perorangan ataupun keluarga.

5. Tidak ada peraturan tertulis yang memperbolehkan rumah dinas

digunakan sebagai tempat praktek pribadi (untuk kepentingan pribadi),

tetapi hanya sebagai suatu himbauan untuk tidak menggunakan fasilitas

negara untuk kepentingan pribadi.

6. Sebagai dokter UKM, dokter berhak bertindak sebagai dokter UKP

dengan syarat dilakukan di luar jam kerja sebagai dokter UKM.

7. Sebagai dokter keluarga, boleh melakukan kegiatan dokter UKP selagi

tetap profesional dalam pelaksanaan tugas sebagai seorang dokter

keluarga.

8. Standar sarana dan prasarana yang sesuai untuk dokter keluarga yaitu :

8.1. Sekurang-kurangnya memiliki ruang tunggu;

8.2. Ruang konsultasi;

8.3. Ruang periksa;

8.4. Ruang tindakan;

8.5. Ruang laboratorium;

8.6. Ruang rontgen(fakultatif);

8.7. Ruang administrasi;

8.8. Gudang serta kamar mandi

8.9. Luas lantai seluruhnya minimal 150- 200 m2.

Page 7: Tutorial 2

7

9. Pengaruh dari pelatihan dokter keluarga yang diadakan oleh PDKI

cabang setempat adalah sebagai pengarahan, panduan dan pengenalan

terhadap penyakit maupun sosial budaya terkait kesehatan di lingkungan

setempat sehingga dokter yang akan menjadi dokter keluarga di daerah

tersebut mengenali dan memahami situasi dan kondisi kesehatan di ruang

lingkup tempat ia bekerja.

I. Analisis Masalah

1. a. Apa yang dimaksud dengan UKM dan UKP ?

UKM (upaya kesehatan masyarakat) adalah Setiap kegiatan oleh

Pemerintah dan atau masyarakat, dunia usaha, untuk memelihara dan

meningkatkan kesehatan, mencegah dan menanggulangi timbulnya

masalah kesehatan dimasyarakat atau komunitas.

UKP (upaya kesehatan perorangan) adalah Setiap kegiatan yang

dilakukan oleh pemerintah dan atau masyarakat, dunia usaha, untuk

menyembuhkan penyakit serta memulihkan kesehatan perorangan

atau keluarga.

b. Apa ruang lingkup UKM dan UKP ?

UKP menitikberatkan pada kuratif, sedangkan UKM menitikberatkan

pada promotif dan preventif.

UKM mencakup promosi kesehatan, pemeliharaan kesehatan,

pemberatasan penyakit menular, kesehatan jiwa, pengendalian

penyakit tidak menular, penyehatan lingkungan danpenyediaan

sanitasi dasar, perbaikan gizi masyarakat, pengamanan sediaan

farmasi dan alatkesehatan, pengamanan penggunaan zat aditif (bahan

tambahan makanan) dalam makanan dan minuman, pengamanan

Page 8: Tutorial 2

8

narkotika, psikotropika, zat adiktif dan bahan berbahaya,

sertapenanggulangan bencana dan bantuan kemanusiaan.

UKP mencakup promosi kesehatan, pencegahan penyakit,

pengobatan rawat jalan, pengobatan rawat inap, pembatasan dan

pemulihankecacatan yang ditujukan terhadap perorangan

c. Bagaimana pelayanan kesehatan menurut Sistem Kesehatan Nasional

(SKN) ?

SKN merupakan suatu tatanan yang mencerminkan upaya bangsa

Indonesia untuk meningkatkan kemampuan mencapai derajat kesehatan

yang optimal sebagai perwujudan kesejahteraan umum. SKN tediri atas

beberapa subsistem yakni :

Upaya kesehatan :

1) Upaya Kesehatan Masyarakat

2) Upaya Kesehatan Perorangan

Pembiayaan kesehatan (alokasi dana, penggali dana, menghimpun)

Sumber daya manusia

Obat dan perbekalan

Pemberdayaan masyarakat

Manajemen kesehatan

d. Apakah dokter pelayanan primer bisa melakukan UKM dan UKP ?

Sebelum Sistem Jaminan Kesehatan Nasional (SJSN) diberlakukan,

dokter pelayanan primer yang berpraktik di Puskesmas dan berpraktik

umum bisa melakukan UKM dan UKP. Berdasarkan Kepmenkes No.

131/Menkes/SK/II/2004/tahun 2004 tentang Sistem Kesehatan

Nasional, setelah SJSN diberlakukan maka dokter keluarga hanya

melakukan UKP strata pertama.

2. a. Apakah dokter sukses sebagai dokter puskesmas boleh melaksanakan

layanan primer pada jam kerja di rumah dinas ?

Page 9: Tutorial 2

9

Pelayanan primer sebagai dokter umum pada jam kerja sebagai dokter

puskesmas tidak di perbolehkan, karena dapat mengganggu tugas dan

tanggung jawabnya untuk melakukan UKM di Puskesmas.

b. Apakah dokter umum dapat melaksanakan praktek sebagai dokter

keluarga ?

Tidak bisa. Dokter umum hanya bisa praktek yang berorientasi pada

keluarga tetapi dokter umum harus menempuh pelatihan dokter

keluarga terlebih dahulu agar dapat praktek sebagai dokter keluarga.

3. a. Apakah yang dimaksud dengan keluarga ?

Keluarga merupakan kumpulan 2 orang atau lebih yang hidup

bersama dengan keterikatan aturan, emosional, dan individu

mempunyai peran masing masing yang merupakan bagian keluarga

(Friedman, 1998).

Tipe keluarga menurut Friedman, 1998 yakni :

1) Keluarga inti : keluarga yang sudah menikah, pemberi nafkah

terdiri atas ayah, ibu, dan anak.

2) Keluarga orientasi : keluarga asal

3) Keluarga besar : keluarga yang terdiri atas keluarga inti, kakek,

nenek, paman dan bibi.

Dokter keluarga berorientasi pada keluarga inti.

Keluarga merupakan unit terkecil dari masyarakat terdiri atas kepala

keluarga dan beberapa orang yang berkumpul dan tingggal disuatu

tempat dibawah suatu atap dalam keadaan saling ketergantungan

(DEPKES RI, 1998).

Keluarga merupakan anggota rumah tangga yang saling

berhubungan melalui pertalian darah adaptasi atau perkawinan

(WHO, 1969).

b. Apakah yang dimaksud DOGA menurut IDI 1982 ?

Page 10: Tutorial 2

10

Dokter keluarga adalah dokter yang dapat memberikan pelayanan

kesehatan yang berorientasi komunitas degan titik berat kepada

keluarga, ia tidak hanya memandang penderita sebagai individu yang

sakit tapi sebagai bagian dari unit keluarga dan tidak hanya menanti

secara pasif, tetapi bila perlu aktif mengunjungi penderita atau

keluarganya.

c. Bagaimana standar kompetensi DOGA ?

Standar kompetensi DOGA berdasarkan Perhimpunan Dokter Keluarga

Indonesia tahun 2006 meliputi :

1) Kompetensi dasar

2) Ilmu dan kompetensi klinis layanan primer cabang ilmu utama

3) Keterampilan klinis layanan primer lanjut

4) Keterampilan pendukung

5) Ilmu dan keterampilan klinis layanan primer cabang ilmu

pelengkap

6) Ilmu dan keterampilan manajemen klinik

d. Apa yang dimaksud dengan pelayanan dokter keluarga menurut

American academy of family physician 1969 ?

Pelayanan dokter keluarga adalah pelayanan kedokteran yang

menyeluruh yang memusatkan pelayanannya kepada keluarga sebagai

suatu unit, di mana tanggung jawab dokter terhadap pelayanan

kesehatan tidak dibatasi oleh golongan umur atau jenis kelamin pasien,

juga tidak oleh oleh organ tubuh atau jenis penyakit tertentu saja.

e. Apakah perbedaan antara pelayanan kesehatan dokter umum dan dokter

keluarga ?

Dokter umum dan dokter keluarga merupakan dokter pelayanan primer.

Perbedaan Dokter keluarga Dokter Umum

Definisi Dokter yang memiliki Dokter praktik umum, adalah

Page 11: Tutorial 2

11

pengetahuan dan keterampilan

khusus dalam bidang

kedokteran keluarga yang

diperoleh dari pendidikan

khusus dalam bidang tersebut,

sehingga kemudian memiliki

kompetensi dan kewenangan

untuk bekerja dalam profesi

dokter keluarga

setiap dokter yang melakukan

pelayanan kesehatan dan asuhan

medis yang dilakukan sendiri

atau bersama dalam bentuk

organisasi serta menjalankan

kegiatan pelayanan tingkat

primer sesuai dengan peraturan

setempat.

Sistem kerja Promotif, preventif, kuratif dan

rehabilitatif

Bersifat kuratif

Pembiayaan Pembiayaan di awal dari

pemerintah

Mandiri dari perorangan

Sasaran Keluarga sebagai satu unit Masyarakat Umum, perorangan

Tempat Praktik Melayani pasien ditempat

praktek (klinik dokter

keluarga), di rumah dan di

rumah sakit.

Tempat Praktik Pribadi

Pelayanan pelayanan kedokteran yang

paripurna (komprehensif)

Kuratif

f. Apakah perbedaaan ilmu kedokteran keluarga dengan ilmu kesehatan

keluarga ?

Ilmu kedokteran keluarga ruang lingkupnya lebih terkait pada

masalah-masalah keluarga yang ada hubungannya dengan masalah

kedokteran, yakni masalah sehat-sakit yang dihadapi oleh

perseorangan sebagai bagian dari anggota masyarakat.

Page 12: Tutorial 2

12

Ilmu kesehatan keluarga lebih mengacu pada aplikasi ilmu

kesehatan masyarakat. (Public Health Science). Yang ruang

lingkupnya terkait pada masalah-masalah keluarga yang ada

hubungannya dengan masalah kesehatan masyarakat. Misalnya ,

masalah kesejahteraan ibu dan anak, keluarga berancana,

pencegahan penyakit dan kecelakaan, tumbuh kembang, masalah

gizi ibu hamil, bayi dan anak.

g. Apakah kebutuhan minimal (sarana dan prasarana) dalam praktek

DOGA mandiri ?

Sarana fisik, meliputi :

1) Bangunan rumah/ gedung yang lokasinya mudah dijangkau

2) Memiliki luas 55 m2 yang terdiri atas beberapa ruangan ( ruang

pendaftaran, ruang tunggu, ruang konsultasi/ konseling dan

pemeriksaan fisik, ruang tindakan medic, ruang administrasi,

gudang dan pantry, toilet dan tempat cuci tangan.

3) Ruangan memenuhi syarat keamanan, kesehatan dan

kenyamanan.

4) Memiliki papan nama yang mudah dibaca

5) Memiliki furniture di setiap ruangan yang sesuai kebutuhan.

Peralatan medik

1) Peralatan untuk pemeriksaan fisik

2) Peralatan untuk tindakan

3) Peralatan medik tambahan

4) Tas dokter keluarga untuk panggilan rumah atau perawatan

dirumah

5) Persediaan obat

6) Peralatan resusistasi

7) Peralatan lab

Komputer dan telekomunikasi,

Page 13: Tutorial 2

13

Komputer biasanya diletakan pada ruang penerima pasien, ruang

konsultasi, dan ruang administrasi membentuk jaringan dengan

kabel atau wifi. Telepon dipasang disetiap ruangan.

4. a. Bagaimana sistem pembiayaan dokter keluarga ?

fee for service, datang berobat bayar tunai

health insurance, datang beribat yang membayar pihak asuransi

(pihak ketiga).

Pembayaran praupaya (untuk mengatasi masalah dengan

administrasi pada asuransi) meliputi :

1) Sistem Kapitasi JPKM

2) Sistem paket

3) Sistem diagnose kelompok terkait (DRG sistem)

4) Sistem anggaran

b. Apa yang dimaksud kapitasi ?

Kapitasi merupakan pembayaran dimuka sejumlah dana (jumlah

peserta x nilai kapitasi) setiap bulan sebagai imbalan melayani

sejumlah peserta, tidak peduli berapa seringnya peserta

menggunakan jenis pelayanan yang disepakati dalam kontrak.

Pembayaran kapitasi dapat bersifat kapitasi menyeluruh yakni

membiayai selutuh produk/jasa pelayanan yang diberikan kepada

peserta atau kapitasi sebagian.

Ciri layanan dengan mekanisme kapitasi :

1) Hubungan dengan pasien bersifat kemitraan

2) Tanggung jawabnya adalah memelihara kesehatan bukan

sekedar mengobati.

3) Jenis layanan tidak terlalu beragam sehingga tidak

membutuhkan pelayanan medis yang canggih.

c. Bagaimana menghitung besar kapitasi ?

Cara menghitung kapitasi :

Page 14: Tutorial 2

14

Metode FFS (fee for service)

Metode budget

Dimana :

Utilisasi : jumlah kujungan per 100 orang di populasi tertentu

(jumlah kunjungan/total populasi x 100%)

Unit cost : Biaya rata- rata untuk setiap jenis pelayanan pada kurun

waktu tertentu (Jumlah pendapatan untuk setiap jenis

pelayanan/jumlah kunjungan untuk pelayanan tersebut)

Contoh kasus :

1) Dari laporan pemanfaatan pelayanan kesehatan tahun yang lalu

(experienced rate) dapat diketahui jumlah kunjungan rawat jalan

peserta asuransi kesehatan ke PPK tingkat I sebanyak 12.443

kunjungan. Jumlah peserta 10.000 orang. Biaya dokter dan obat per

kunjungan rata-rata Rp. 15.000,00 (jasa dokter Rp 5.000,00 dan

biaya obat rata-rata Rp. 10.000,00). Maka berdasarkan rumus

diatas, maka angka kapitasi per anggota per bulan (PAPB), adalah

sebagai berikut :

Perhitungan Kapitasi pada contoh di Buku membangun Praktik Dokter

Keluarga Mandiri :

2) Dari laporan dapat diketahui 10.000 kunjungan per tahun yang

seluruhnya menggunakan pelayanan. Total populasi dalam cakupan

dokter keluarga ini sebesar 2.500 orang. Jumlah biaya untuk tiap

pelayanan adalah sebesar Rp 241.050.000,00 per tahun yang

mencakup biaya dokter, perawat, health care assistant, material

habis pakai, tempat praktik dan marketing, nilai depresiasi dan

amortisasi, dan lain-lain). Maka angka kapitasi per anggota per

bulan adalah :

Page 15: Tutorial 2

15

d. Apa saja yang dibahas dalam SJSN dan BPJS ?

Berdasarkan UU No. 40 tahun 2004 tentang SJSN, Badan

Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) adalah :

Badan hukum yang dibentuk untuk menyelenggarakan program

jaminan sosial.

Badan hukum nirlaba

Pembentukan dengan Undang-undang pasal 5 ayat 1 yakni :

1) BPJS kesehatan

Menyelenggarakan program jaminan kesehatan.

2) BPJS ketenagakerjaan.

Menyelenggarakan program jaminan kecelakaan kerja,

jaminan hari tua, jaminan pensiun, jaminan kematian.

e. Bagaimana prosedur mendapatkan SIP dan STR ?

Lulusan fakultas kedokteran UKDI sertifikat kompetensi (surat

tanda kemampuan untuk berpraktek kedokteran) Internship surat

tanda selesai mengikuti internship STR SIP.

SIP dikeluarkan dinas pemerintah setempat.

Page 16: Tutorial 2

16

d. Prinsip dan Standar kompetensi dokter keluarga

Prinsip-prinsip pelayanan dokter keluarga di Indonesia mengikuti

anjuran WHO dan WONCA yang mencantumkan prinsip-prinsip ini

dalam banyak terbitannya. Prinsip-prinsip pelayanan/pendekatan

kedokteran keluarga adalah memberikan/ mewujudkan:

pelayanan yang holistik dan komprehensif

pelayanan yang kontinu

pelayanan yang mengutamakan pencegahan

pelayanan yang koordinatif dan kolaboratif.

Penanganan personal bagi setiap pasien sebagai bagian dari

keluarganya

pelayanan yang mempertimbangkan keluarga, lingkungan kerja dan

lingkungan tempat tinggalnya.

Pelayanan yang menjunjung tinggi etika dan hukum.

Pelayanan yang dapat diaudit dan dapat dipertanggungjawabkan.

Pelayanan yang sadar biaya dan mutu.

Page 17: Tutorial 2

17

Kompetensi dokter keluarga seperti yang tercantum dalam Standar

Kompetensi Dokter Keluarga yang disusun oleh Perhimpunan Dokter

Keluarga Indonesia tahun 2006 adalah:

Kompetensi Dasar

1) Keterampilan Komunikasi Efektif

2) Keterampilan Klinis Dasar

3) Keterampilan menerapkan dasar-dasar ilmu biomedis, ilmu

klinis, ilmu perilaku, dan epidemiologi dalam praktik

kedokteran keluarga.

4) Keterampilan pengelolaan masalah kesehatan pada individu,

keluarga ataupun masyarakat dengan cara yang komprehensif,

holistik, berkesinambungan, terkoordinasi dan bekerja sama

dalam konteks pelayanan kesehatan primer.

5) Memanfaatkan, menilai secara kritis, dan mengelola informasi.

6) Mawas diri dan pengembangan diri/belajar sepanjang hayat

7) Etika, moral dan profesionalisme dalam praktik

Ilmu dan Kompetensi Klinis Layanan Primer Cabang Ilmu Utama

1) Bedah

2) Penyakit Dalam

3) Kebidanan dan Penyakit Kandungan

4) Kesehatan Anak

5) THT

6) Mata

7) Kulit dan Kelamin

8) Psikiatri

9) Saraf

10) Kedokteran Komunitas

Keterampilan Klinis Layanan Primer Lanjut

1) Keterampilan melakukan “health screening”

2) Menafsirkan hasil pemeriksaan laboratorium lanjut

Page 18: Tutorial 2

18

3) Membaca hasil EKG

4) Membaca hasil USG

5) BTLS, BCLS, dan BPLS

Keterampilan Pendukung

1) Riset

2) Mengajar kedokteran keluarga

Ilmu dan Keterampilan Klinis Layanan Primer Cabang Ilmu

Pelengkap

1) Semua cabang ilmu kedokteran lainnya

2) Memahami dan menjembatani pengobatan alternative

Ilmu dan Keterampilan Manajemen Klinis

1) Manajemen klinik dokter keluarga

e. Standar pelayanan dokter keluarga

Standar Pemeliharaan Kesehatan di Klinik

1) Standar Pelayanan Paripurna

a) Pelayanan medis strata pertama untuk semua orang

Pelayanan dokter keluarga merupakan praktik umum

dengan pendekatan kedokteran keluarga yang memenuhi

standar pelayanan dokter keluarga dan diselenggarakan

oleh dokter yang sesuai dengan standar profesi dokter

keluarga serta memiliki surat ijin pelayanan dokter

keluarga dan surat persetujuaan tempat praktik.

b) Pemeliharaan dan peningkatan kesehatan

Pelayanan dokter keluarga memiliki sistem untuk

memerhatikan pemeliharaan kesehatan dan peningkatan

kesehatan pasien dan keluarganya.

c) Pencegahan penyakit dan proteksi khusus

Pelayanan dokter keluarga memiliki sistem untuk

menggunakan segala kesempatan dalam menerapkan

Page 19: Tutorial 2

19

pencegahan masalah kesehatan pada pasien dan

keluarganya.

d) Deteksi dini

Pelayanan dokter keluarga memiliki sistem untuk

menggunakan segala kesempatan dalam melaksanakan

deteksi dini penyakit dan melakukan penatalaksanaan

yang tepat untuk itu.

e) Kuratif medis

Pelayanan dokter keluarga memiliki sistem untuk

melaksanakan pemulihan kesehatan dan pencegahan

kecacatan pada strata pelayanan tingkat pertama, termasuk

kegawatdaruratan medis, dan bila perlu akan

dikonsultasikan dan atau dirujuk ke pusat pelayanan

kesehatan dengan strata yang lebih tinggi

f) Rehabilitasi medis dan social

Pelayanan dokter keluarga memiliki sistem untuk

menerapkan segala kesempatan rehabilitasi pada pasien

dan atau keluarganya setelah mengalami masalah

kesehatan atau kematian baik dari segi fisik, jiwa maupun

social.

g) Kemampuan sosial keluarga

Pelayanan dokter keluarga memiliki sistem untuk

memerhatikan kondisi social pasien dan keluarganya.

h) Etik medikolegal

Pelayanan dokter keluarga memiliki sistem yang sesuai

dengan medikolegal dan etik kedokteran

2) Standar Pelayanan Medis

a) Anamnesis

b) pemeriksaan fisik dan penunjang

c) penegakan diagnosis dan diagnosis banding

d) prognosis

Page 20: Tutorial 2

20

e) konseling

f) konsultasi

g) rujukan

h) tindak lanjut

i) tindakan

j) pengobatan rasional

k) pembiaan keluarga

3) Standar Pelayanan Menyeluruh

a) pasien adalah manusia seutuhnya

b) pasien adalah bagian dari keluarga dan lingkungannya

c) pelayanan menggunakan segala sumber sekitarnya

4) Standar Pelayanan Terpadu

a) koordinator penatalaksanaan pasien

Pelayanan dokter keluarga merupakan koordinator dalam

penatalaksanaan pasien yang diselenggarakan bersama, baik

bersama antar dokter-pasien-keluarga, maupun bersama

antar-dokter-pasien-dokter spesialis/rumah sakit.

b) mitra dokter pasien

Pelayanan dokter keluarga merupakan keterpaduan

kemitraan antara dokter dan pasien pada saat proses

penatalaksanaan medis.

c) mitra lintas sektoral medik

Pelayanan dokter keluarga bekerja sebagai mitra penyedia

pelayanan kesehatan dengan berbagai sektor pelayanan

kesehatan formal disekitarnya.

d) mitra lintas sektoral alternatif dan komplimenter medik

Pelayanan dokter keluarga memedulikan dan memerhatikan

kebutuhan dan perilaku pasien dan keluarganya sebagai

masyarakat yang menggunakan berbagai pelayanan

kesehatan nonformal di sekitarnya.

Page 21: Tutorial 2

21

5) Standar Pelayanan Berkesinambungan

a) pelayanan proaktif

b) rekam medik berkesinambungan

Informasi dalam riwayat kesehatan pesien sebelumnya dan

pada saat datang, digunakan untuk memastikan bahwa

penatalaksanaan yang diterapkan telah sesuai untuk pasien

yang bersangkutan.

c) pelayanan efektif pasien

Pelayanan dokter keluarga menyelenggarakan pelayanan

rawat jalan efektif dan efisien bagi pasien, menjaga kualitas,

sadar mutu, dan sadar biaya.

d) pendampingan

Pada saat-saat dilaksanakan konsultasi dan/atau rujukan,

pelayanan dokter keluarga menawarkan kemudian

melaksanakan pendampingan pasien, demi kepentingan

pasien.

Standar Perilaku dalam Praktik

1) Standar Perilaku terhadap Pasien

a) informasi memperoleh pelayanan

Pelayanan dokter keluarga memberikan keterangan yang

adekuat mengenai cara untuk memperoleh pelayanan yang

diinginkan.

b) masa konsultasi

Waktu untuk konsultasi yang disediakan oleh dokter

keluarga kepada pasiennya adalah cukup bagi pasien untuk

menyampaikan keluhan dan keinginannya, cukup untuk

dokter menjelaskan apa yang diperolehnya pada anamnesis

dan pemeriksaan fisik, serta cukup untuk menumbuhkan

partisipasi pasien dalam melaksanakan penatalaksanaan

yang dipilihnya, sebisanya 10 menit untuk setiap pasien.

Page 22: Tutorial 2

22

c) informasi medik menyeluruh

Dokter keluarga memberikan informasi yang jelas kepada

pasien mengenai seluruh tujuan, kepentingan, keuntungan,

resiko yang berhubungan dalam hal pemeriksaan,

konsultasi, rujukan, pengobatan, tindakan dan sebagainya

sehingga memungkinkan pasien untuk dapat memutuskan

segala yang akan dilakukan terhadapnya secara puas dan

terinformasi.

d) komunikasi efektif

Dokter keluarga melaksanakan komunikasi efektif

berlandaskan rasa saling percaya

e) menghormati hak dan kewajiban pasien dan dokter

Dokter keluarga memperhatikan hak dan kewajiban pasien,

hak dan kewajiban dokter termasuk menjunjung tinggi

kerahasiaan pasien.

2) Standar Perilaku dengan Mitra Kerja di Klinik

a) hubungan profesional dalam klinik

b) bekerja dalam tim

c) pemimpin klinik

3) Standar Perilaku dengan Sejawat

a) hubungan profesional dalam profesi

b) hubungan baik sesama dokter

c) perkumpulan profesi

4) Standar Pengembangan Ilmu dan Keterampilan Praktik

a) mengikuti kegiatan ilmiah

b) program jaga muti

c) partisipasi dalam kegiatan pendidikan

d) penelitian dalam praktik

e) penulisan ilmiah

Page 23: Tutorial 2

23

5) Standar Partisipasi dalam Kegiatan Masyarakat di Bidang

Kesehatan

a) menjadi anggota perkumpulan sosial

b) partisipasi dalam kegiatan kesehatan masyarakat

c) partisipasi dalam penanggulangan bencana sekitarnya.

Standar Pengelolaan Praktik

1) Standar Sumber Daya Manusia

a) dokter keluarga

b) perawat

c) bidan

d) administrator klinik

2) Standar Manajemen Keuangan

a) pencatatan keuangan

Keuangan dalam praktik dokter keluarga tercatat secara

saksama dengan cara yang umum dan bersifat transparansi

b) jenis sistem pembagian praktik

Manajemen keuangan pelayanan dokter keluarga dikelola

sedemikian rupa sehingga dapat mengikuti, baik sistem

pembiayaan praupaya maupun sistem pembiayaan fee for

service.

3) Standar Manajemen Klinik

a) pembagian kerja

b) program pelatihan

c) program kesehatan dan keselamatan kerja

d) pembahasan administrasi klinik

Standar Sarana dan Prasarana

1) Standar Fasilitas Praktik

Page 24: Tutorial 2

24

a) fasilitas untuk praktik

b) kerahasiaan dan privasi

c) bangunan dan interior

d) alat komunikasi

e) papan nama

2) Standar Peralataan Klinik

a) peralatan medis

b) peralatan penunjang medis

c) peralatan non medis

3) Standar Proses-proses Penunjang Praktik

a) pengelolaan rekam medik

b) pengelolaan rantai dingin

Pelayanan dokter keluarga peduli terhadap pengelolaan

rantai beku (cold chain management) yang berpengaruh

kepada kualitas vaksin atau obat lainnya.

c) pengelolaan pencegahan infeksi

d) pengelolaan limbah

e) pengelolaan air bersih

f) pengelolaan obat

f. Pelayanan primer vs dokter keluarga

Prinsip dasar PDK* PDU** di puskesmas

Praktik dokter pribadi

Layanan kontak pertama Ya Ya Ya

Layanan sinambung dan jangka panjang

Ya Episodik Tidak

Layanan bersifat personal Ya Tidak Ya

Layanan komprehensif Ya, >>promotif dan preventif

Ya, kuratif Tidak

Mengutamakan pencegahan

Ya Terbatas Tidak

Page 25: Tutorial 2

25

Koordinasi Ya Tidak Tidak

Kolaborasi Ya Tidak Tidak

Berorientasi pada keluarga Ya Tidak Tidak

Berorientasi pada komunitas

Ya Ya Tidak

Pembiayaan Kapitasi Jamkesmas dan askeskin

Fee for service

Wilayah kerja Pertimbangan kondisi geografis sekitar 2500 KK

Wilayah kecamatan

kurang lebih 30.000 KK

Tanpa batasan

g. Dokter Keluarga & Puskesmas sebagai Pelayanan Kesehatan

Strata Pertama

Menurut Keputusan Menteri Kesehatan Nomor

131/MENKES/SK/II/2004, jika Sistem Jaminan Sosial Nasional telah

dikembangkan, pelayanan UKP tidak lagi dilaksanakan oleh

Puskesmas pada strata pertama, tetapi lebih dititikberatkan pada

masyarakat dan swasta dengan penerapan praktik dokter keluarga.

Kecuali di daerah terpencil, Puskesmas masih dapat menjadi strata

pertama dalam pelayanan kesehatan perorangan. Berikut beberapa

perbedaan pelayanan dokter keluarga dan Puskesmas sebagai pemberi

pelayanan kesehatan strata pertama.

Dulu Sekarang

Puskesmas

Sangat terpencil

Tidak terpencil

Puskesmas Puskesmas PDKM

UKP+UKM UKP+UKM UKM UKP

Wilayah kerja

Wilayah administrati

Wilayah administrati

Wilayah administrati

Wilayah pelayanan

Page 26: Tutorial 2

26

f f f

Sasaran Komunitas Komunitas Komunitas Individu/keluarga

Upaya kesehatan

Promkes + + + + individu/kel

Kesling + + + -

KIA dan KB

+ + + + individu/kel

Gizi masyarakat

+ + + + individu/kel

P3 menular

+ + + + individu/kel

Pengobatan

+ + - +

1. Sistem Kesehatan Nasional (SKN)

a. Definisi SKN

Menurut Sistem Kesehatan Nasional tahun 2009, Sistem Kesehatan

Nasional (SKN) adalah bentuk dan cara penyelenggaraan

pembangunan kesehatan yang memadukan berbagai upaya bangsa

Indonesia dalam satu derap langkah guna menjamin tercapainya

tujuan pembangunan kesehatan dalam kerangka mewujudkan

kesejahteraan rakyat sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang

Dasar 1945.

b. Landasan SKN

Landasan dalam pelaksanaan SKN, yaitu:

Landasan idiil, yaitu Pancasila

Page 27: Tutorial 2

27

Landasan konstitusional, yaitu Undang Undang Dasar NKRI tahun

1945,

Landasan operasional, yaitu seluruh ketentuan peraturan

perundangan yang berkaitan dengan penyelenggaraan SKN dan

pembangunan kesehatan.

c. Subsistem pelayanan kesehatan dalam SKN

Upaya kesehatan :

1) Upaya Kesehatan Masyarakat

Terdiri atas 3 strata yakni :

a) UKM strata pertama

mendayagunakan ilmu pengetahuan dan teknologi

kesehatan dasar yang ditujukan kepada masyarakat.

Penyelenggara UKM strata pertama adalah Puskesmas.

Minimal ada 6 jenis pelayanan tingkat dasar yang harus

dilaksanakan oleh Puskesmas yaitu Promosi Kesehatan,

Kesehatan Ibu dan Anak, KB, Perbaikan Gizi, Kesehatan

Lingkungan, Pemberantasan penyakit Menular, dan

Pengobatan. Dalam UKM strata pertama, peran aktif

masyarakat dan swasta diwujudkan melalui berbagai

upaya yang dimulai dari diri sendiri, keluarga, sampai

dengan upaya kesehatan bersumber masyarakat (UKBM)

seperti Posyandu, Polindes, POD, Pos UKK dan Dokter

Kecil dalam usaha kesehatan sekolah.

b) UKM strata kedua

UKM tingkat lanjutan, yaitu yang mendayagunakan ilmu

pengetahuan dan teknologi kesehatan spesialistik yang

ditujukan kepada masyarakat. Penanggung jawabnya

adalah Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota.

Fungsi manajerial mencakup perencanaan,

pelaksanaan dan pengendalian, serta pengawasan dan

pertanggungjawaban penyelenggaraan pembangunan

Page 28: Tutorial 2

28

kesehatan. Fungsi teknis mencakup penyediaan

pelayanan kesehatan masyarakat tingkat lanjutan,

yakni dalam rangka melayani kebutuhan rujukan

Puskesmas.

Dapat dilengkapi unit-unit pelaksana teknis seperti

unit pencegahan dan pemberantasan penyakit,

promosi kesehatan, pelayanan kefarmasian, kesehatan

lingkungan, perbaikan gizi,dan kesehatan ibu, anak

dan KB.

Unit tersebut disamping memberikan pelayanan

langsung juga membantu Puskesmas dalambentuk

pelayanan rujukan kesehatan.

c) UKM strata ketiga

UKM tingkat unggulan, yaitu yang mendayagunakan ilmu

pengetahuan dan teknologi kesehatan subspesialistik yang

ditujukan kepada masyarakat. Penanggung jawab Dinas

Kesehatan Propinsi dan Departemen Kesehatan.

Fungsi manajerial dan teknis kesehatan. Fungsi

manajerial mencakup perencanaan,pelaksanaan dan

pengendalian, serta pengawasan dan

pertanggungjawabanpenyelenggaraan pembangunan

kesehatan di provinsi/nasional. Fungsi teknis

mencakuppenyediaan pelayanan kesehatan

masyarakat tingkat unggulan, yakni dalam rangka

melayanikebutuhan rujukan dari kabupaten/kota dan

Provinsi.

Didukung oleh pusat-pusat unggulan, misalnya

Institut Gizi Nasional, Institut Penyakit

InfeksiNasional, Pusat Laboratorium Nasional,

Institut Ketergantungan Obat Nasional, dll

2) Upaya Kesehatan Perorangan

Page 29: Tutorial 2

29

Terdiri atas 3 strata, yakni :

a) UKP strata pertama

UKP tingkat dasar yang mendayagunakan ilmu

pengetahuan danteknologi kesehatan dasar yang ditujukan

kepada perorangan.

Penyelenggara adalah pemerintah, masyarakat, dan

swasta.

Diwujudkan dalam berbagai bentuk pelayanan

profesional: Puskesmas, praktik dokter, doktergigi,

bidan, perawat, balai pengobatan, praktik

dokter/klinik 24 jam, praktik bersama danrumah

bersalin.

Didukung oleh berbagai pelayanan penunjang seperti

toko obat dan apotek, laboratoriumklinik dan optik.

b) UKP strata kedua

UKP tingkat lanjutan yang mendayagunakan ilmu

pengetahuan dan teknologi kesehatan spesialistik yang

ditujukan kepada perorangan.

Penyelenggara adalah pemerintah, masyarakat, dan

swasta.

Diwujudkan dalam berbagai bentuk pelayanan

profesional: Rumah Sakit kelas C dan B

nonpendidikan milik pemerintah dan Rumah Sakit

Swasta, praktik dokter spesialis, dokter gigi spesialis,

klinik spesialis, BP4, BKMM, BKJM.

Didukung oleh berbagai pelayanan penunjang seperti

toko obat dan apotek, laboratorium klinik dan optik.

c) UKP strata ketiga

UKP tingkat unggulan yang mendayagunakan ilmu

pengetahuan dan teknologi kesehatan subspesialistikyang

ditujukan kepada perorangan.

Page 30: Tutorial 2

30

Penyelenggara adalah pemerintah, masyarakat, dan

swasta.

Diwujudkan dalam berbagai bentuk pelayanan

profesional: Praktik Dokter Spesialis Konsultan,

Praktik Dokter Gigi Spesialis Konsultan, Klinik

Spesialis Konsultan, Rumah Sakit Kelas B Pendidikan

dan Kelas A milik Pemerintah, Rumah Sakit Khusus

dan Rumah sakit swasta.

Didukung oleh berbagai pelayanan penunjang seperti

toko obat dan apotek, laboratorium klinik dan optik.

Pembiayaan kesehatan (alokasi dana, penggali dana, menghimpun)

Pembiayaan kesehatan bersumber dari Pemerintah, Pemerintah

Daerah, swasta, organisasi masyarakat, dan masyarakat itu sendiri.

Pembiayaan pelayanan kesehatan masyarakat merupakan public

good yang menjadi tanggung jawab pemerintah, sedangkan untuk

pelayanan kesehatan perorangan pembiayaannya bersifat private,

kecuali pembiayaan untuk masyarakat miskin dan tidak mampu

menjadi tanggung jawab pemerintah. Pembiayaan pelayanan

kesehatan perorangan diselenggarakan melalui jaminan

pemeliharaan kesehatan dengan mekanisme asuransi sosial yang

pada waktunya diharapkan akan mencapai universal coverage

sesuai dengan Undang-undang Nomor 40 Tahun 2004 tentang

Sistem Jaminan Sosial Nasional (SJSN)

Sumber daya manusia

Sebagai pelaksana upaya kesehatan, diperlukan sumber daya

manusia kesehatan yang mencukupi dalam jumlah, jenis, dan

kualitasnya, terdistribusi secara adil dan merata, serta sesuai

tuntutan kebutuhan pembangunan kesehatan. Oleh karena itu, SKN

juga memberikan fokus penting pada pengembangan dan

pemberdayaan SDM kesehatan guna menjamin ketersediaan dan

pendistribusian sumber daya manusia kesehatan.

Page 31: Tutorial 2

31

Obat dan perbekalan

Subsistem kesehatan ini meliputi berbagai kegiatan untuk

menjamin aspek keamanan, khasiat/ kemanfaatan dan mutu sediaan

farmasi, alat kesehatan, dan makanan yang beredar, ketersediaan,

pemerataan, dan keterjangkauan obat, terutama obat esensial,

perlindungan masyarakat dari penggunaan yang salah dan

penyalahgunaan obat, penggunaan obat yang rasional, serta upaya

kemandirian di bidang kefarmasian melalui pemanfaatan sumber

daya dalam negeri.

Pemberdayaan masyarakat

Manajemen kesehatan dan informasi

Subsistem ini meliputi kebijakan kesehatan, administrasi kesehatan,

hukum kesehatan, dan informasi kesehatan. Untuk menggerakkan

pembangunan kesehatan secara berhasil guna dan berdaya guna,

diperlukan manajemen kesehatan. Peranan manajemen kesehatan

adalah koordinasi, integrasi, sinkronisasi, serta penyerasian

berbagai subsistem SKN dan efektif, efisien, serta transparansi dari

penyelenggaraan SKN tersebut.

2. SJSN dan BPJS

Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2004 tentang Sistem Jaminan Sosial

Nasional (SJSN) dibentuk dengan pertimbangan utama untuk

memberikan jaminan sosial yang menyeluruh bagi seluruh rakyat

Indonesia.

Cara pembayaran pelayanan kesehatan meliputi :

Sistem langsung (fee for service)

Pasien membayar langsung jasa medik setelah berobat ke dokter.

Hampir 80% terjadi dalam masyarakat. Mekanisme pembayaran

langsung telah menimbulkan ketidakadilan distributif dimana banyak

pasien “miskin” yang tambah miskin pada saat sakit, banyak tenaga

kesehatan yang imbalan jasa profesionalnya masih “berbisnis” atau

terpaksa berorientasi dari orang sakit.

Page 32: Tutorial 2

32

Sistem praupaya

Dilakukan dengan perhitungan per-kapitasi/per-kepala seperti pada

sistem dokter keluarga yang diharapkan dapat menjalankan

fungsinya sebagai seorang dokter (care provider, decision maker,

communicator, community leader, manager) secara profesional.

Bentuk sistem praupaya antaralain :

1) Sistem kapitasi (capitation system)

Yang dimaksud dengan sistem kapitasi adalah sistem pembayaran

dimuka yang dilakukan oleh badan asuransi kepada

penyelenggara pelayanan kesehatan berdasarkan kesepakatan

harga yang dihitung untuk setiap peserta untuk jangka waktu

tertentu. Dengan sistem pembayaran ini, maka besarnya biaya

yang dibayar oleh badan asuransi kepada penyelenggara

pelayanan yang tidak ditentukan oleh frekwensi penggunaan

pelayanan kesehatan oleh peserta, melainkan ditentukan oleh

jumlah peserta dan kesepakatan jangka waktu jaminan.

2) Sistem paket (packet system)

Yang dimaksud dengan sistem paket adalah sistem pembayaran di

muka yang dilakukan oleh badan asuransi kepada penyelenggara

pelayanan kesehatan berdasarkan kesepakatan harga yang

dihitung untuk suatu paket pelayanan kesehatan tertentu. Dengan

sistem pembayaran ini, maka besarnya biaya yang dibayar oleh

badan asuransi kepada penyelenggara pelayanan kesehatan tidak

ditentukan oleh macam pelayanan kesehatan yang

diselenggarakan, melainkan oleh paket pelayanan kesehatan yang

dimanfaatkan. Penyakit apapun yang dihadapi, jika termasuk

dalam satu paket pelayanan yang sama, mendapatkan biaya

dengan besar yang sama. Sistem pernbiayaan paket ini dikenal

pula dengan nama sistem pembiayaan kelompok diagnosis terkait

(diagnosis related group) yang di banyak negara maju telah lama

diterapkan.

3) Sistem anggaran (budget system)

Page 33: Tutorial 2

33

Yang dimaksud dengan sistem anggaran adalah sistem

pembayaran di muka yang dilakukan oleh badan asuransi kepada

penyelenggara pelayanan kesehatan berdasarkan kesepakatan

harga, sesuai dengan besarnya anggaran yang diajukan

penyelenggara pelayanan kesehatan. Sama halnya dengan sistern

paket, pada sistem anggaran ini, besarnya biaya yang dibayar oleh

badan asuransi kepada penyelenggara pelayanan kesehatan tidak

ditentukan oleh macam pelayanan kesehatan yang

diselenggarakan, melainkan oleh besarnya anggaran yang telah

disepakati.

SKEMA Badan Pengelola Jaminan Sosial

Page 34: Tutorial 2

34

DAFTAR PUSTAKA

Anonim. 2008. Definisi Keluarga. (http://creasoft.files.wordpress.com/2008/04/keluarga.pdf, diakses tanggal 7 November 2012).

Anonim. Sistem Kapitasi dalam Pembiayaan Pelayanan Dokter Keluarga. (http://ocw.usu.ac.id/.../fmd175_slide_sistem_kapitasi_dalam_pembiayaan_pelayanan_dokter_keluarga.pdf, diakses 7 November 2012).

Anonim. SJSN-BPJS │ jaminan sosial Indonesia (Jamsos Indonesia). (http://jamsosindonesia.com/sjsn/bpjs, diakses tanggal 7 November 2012).

Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 2004. Sistem Kesehatan Nasional: “Subsistem Pelayanan Kesehatan”. Jakarta : Depkes RI

Prasetyawati, Arsita Eka. 2010. Kedokteran Keluarga. Jakarta : PT Rineka Cipta.

Soetono, Gatot, dkk. 2009. Membangun Praktik Dokter Keluarga. Jakarta : IDI.

LAPORAN KELOMPOK

BLOK XXV KEDOKTERAN KOMUNITAS

SKENARIO 2

SISTEM EKONOMI KESEHATAN DI INDONESIA

Page 35: Tutorial 2

35

Oleh:

KELOMPOK XVI

1. Anisa Nindiasari (G0007038)

2. Dianika Rohmah A. (G0007058)

3. Faqihuddin Ahmad (G0007068)

4. Gita Vania Damayanti (G0007078)

5. Nurul Ramadian (G0007124)

6. Sari Mustikaningrum (G0007154)

7. Sunarto (G0007160)

8. Wiraditya Sandi D.P. (G0007172)

9. Yunita (G0007176)

10. Linda Soebroto (G0007204)

Tutor : PROF. DR. H. AA. SUBIJANTO, dr, MS

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA

2010

Page 36: Tutorial 2

36

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Dalam dunia kesehatan, rumah sakit merupakan salah satu unsur yang tidak dapat dipisahkan dengan kesehatan masyarakat. Sebagai salah satu bentuk unit pelayanan kesehatan, rumah sakit sangat diharapkan dapat memberikan pelayanan terbaik bagi semua pasien. Oleh karena itu, berbagai program rumah sakit dibentuk dalam upaya peningkatan mutu serta kualitas pelayanan kesehatan.

Pada dekade tahun 1990-an ini terjadi beberapa perubahan pada sistem

kesehatan kita. Perubahan pertama adalah perubahan di dalam penyelenggaraan

pelayanan (delivery system) untuk mengurangi beban pembiayaan pemerintah.

Peran serta masyarakat makin dibutuhkan dalam penyediaan pelayanan kesehatan,

khususnya yang bersifat kuratif. Bahkan rumah sakit yang bersifat pencari laba

telah diberikan ijin beroperasi di Indonesia. Perubahan kedua adalah perubahan di

dalam cara pembiayaan kesehatan dari yang tadinya bersifat individual ke

kelompok dengan melalui mekanisme asuransi kesehatan. Termasuk pada

perubahan kedua adalah terbukanya kesempatan penyelenggaraan asuransi

komersial yang berpijak pada UU No. 2/1992, penyelenggaraan program Jaminan

Pemeliharaan Kesehatan (JPK) Jamsostek yang berdasarkan UU No. 3/1992, dan

penyelenggaraan program JPK Mayarakat (JPKM) yang dituangkan pada Pasal 66

UU No. 23/1992. Program JPK Jamsostek dan JPKM secara eksplisit telah

menggariskan pembayaran sistem kapitasi kepada penyedia pelayanan kesehatan

(PPK) di dalam rangka pengendalian biaya kesehatan. Penyelenggaraan JPK

pegagawai negeri sipil, yang kini dikenal dengan pelayanan PT. Asuransi

Kesehatan Indonesia, telah lebih dahulu menerapkan sistem pembayaran kapitasi

(Thabrany, 2007).

Agar program pelayanan kesehatan masyarakat tersebut dapat berlangsung

dengan baik, kompetensi dokter yang bekerja di dalamnya juga ditingkatkan

dengan melakukan long-life learning di mana dokter harus selalu up to date

terhadap kejadian-kejadian penyakit di sekitarnya sehingga diharapkan dapat

menurunkan angka kejadian penyakit.

B. Rumusan Masalah

Page 37: Tutorial 2

37

1. Apakah yang dimaksud dengan International Classification of Disease-10

dan bagaimana cara melakukan diagnosis penyakit dengan ICD-10?

2. Apakah manfaat medical record dan manajemen informasi medis?

3. Apa sajakah macam-macam pencegahan penyakit dan sebutkan

contohnya?

4. Apakah yang dimaksud dengan cost effectiveness analysis (CEA), cost

utility analysis (CUA), dan cost benefit analysis (CBA) serta apakah

tujuan dari evaluasi ekonomi tersebut?

5. Apa yang dimaksud dengan program skrining serta apa sajakah indikasi

dan ukuran kualitas skrining?

6. Apa yang dimaksud dengan riwayat alamiah penyakit, masa inkubasi,

masa laten, durasi, fase induksi, fase promosi, dan fase ekspresi penyakit?

7. Apa sajakah karakteristik yang membedakan penyakit infeksi dan non

infeksi?

8. Apakah yang dimaksud dengan pelayanan yang holistik, komprehensif,

dan kontinyu?

9. Apa sajakah metode pembayaran pelayanan kesehatan dan apa perbedaan

masing-masing metode tersebut?

10. Apa prinsip asuransi kesehatan dan apa pentingnya asuransi kesehatan?

11. Apa perbedaan asuransi wajib dan asuransi swasta (sukarela)?

C. Tujuan

1. Mahasiswa mampu menjelaskan dan memberikan contoh ICD-10.

2. Mahasiswa mampu menjelaskan manfaat medical record dan managemen

informasi kesehatan.

3. Mahasiswa mampu menyebutkan dan menjelaskan macam-macam

pencegahan penyakit.

4. Mahasiswa mampu menjelaskan cost effectiveness analysis (CEA), cost

utility analysis (CUA), dan cost benefit analysis (CBA), serta alasan dan

tujuan evaluasi ekonomi tersebut.

5. Mahasiswa mampu menjelaskan berbagai hal mengenai program skrining.

Page 38: Tutorial 2

38

6. Mahasiswa mampu menjelaskan riwayat alamiah penyakit, masa inkubasi,

masa laten, durasi, fase induksi, fase promosi, dan fase ekspresi penyakit.

7. Mahasiswa mampu menjelaskan perbedaan karakteristik penyakit infeksi

dan non infeksi.

8. Mahasiswa mampu menjelaskan prosedur pelayanan yang holistik,

komprehensif, dan kontinyu.

9. Mahasiswa mampu menyebutkan perbedaan, kelebihan, dan kekurangan

dari berbagai macam metode pembayaran pelayanan kesehatan.

10. Mahasiswa mampu menjelaskan prinsip asuransi kesehatan, alasan

perlunya asuransi serta perbedaan asuransi wajib dan swasta (sukarela).

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Riwayat Alamiah Penyakit

Riwayat alamiah penyakit (natural history of disease) adalah deskripsi tentang

perjalanan waktu dan perkembangan penyakit pada individu, dimulai sejak terjadinya

paparan dengan agen kausal hingga terjadinya akibat penyakit (seperti: kesembuhan

atau kematian), tanpa terinterupsi oleh intervensi preventif maupun terapetik

(Gordis, 2000).

Perjalanan penyakit dimulai dengan terpaparnya individu sebagai penjamu

yang rentan (suseptibel) oleh agen kausal. Paparan (exposure) adalah kontak atau

kedekatan (proximity) dengan sumber agen penyakit. Induksi merupakan aksi yang

mempengaruhi terjadinya tahap awal suatu hasil, dalam hal ini mempengaruhi awal

terjadinya proses patologis. Jika terdapat tempat penempelan (attachment) dan jalan

masuk sel yang tepat maka paparan agen infeksi dapat menyebabkan invasi agen

infeksi dan terjadi infeksi. Agen infeksi melakukan multiplikasi yang mendorong

terjadinya proses perubahan patologis, tanpa penjamu menyadarinya.

Periode waktu sejak infeksi hingga terdeteksinya infeksi melalui tes

laboratorium/ skrining disebut window period. Dalam window period individu telah

terinfeksi, sehingga dapat menularkan penyakit, meskipun infeksi tersebut belum

terdeteksi oleh tes laboratorium.

Selanjutnya berlangsung proses promosi pada tahap preklinis, yaitu keadaan

Page 39: Tutorial 2

39

patologis yang ireversibel dan asimtomatis ditingkatkan derajatnya menjadi

keadaan dengan manifestasi klinis. Melalui proses promosi agen kausal akan

meningkatkan aktivitasnya, masuk dalam formasi tubuh, menyebabkan transformasi sel

atau disfungsi sel, sehingga penyakit menunjukkan tanda dan gejala klinis. Waktu sejak

penyakit terdeteksi oleh skrining hingga timbul manifestasi klinik, disebut sojourn

time. Makin pendek “sojourn time”, makin kurang bermanfaat melakukan skrining.

Makin panjang sojourn time, makin berguna melakukan skrining, sebab makin panjang

tenggang waktu untuk melakukan pengobatan dini agar proses patologis tidak

termanifestasi klinis.

Waktu yang diperlukan mulai dari paparan agen kausal hingga timbulnya

manifestasi klinis disebut masa inkubasi (penyakit infeksi) atau masa laten (penyakit

kronis). Pada fase ini penyakit belum menampakkan tanda dan gejala klinis,

disebut penyakit subklinis (asimtomatis). Kovariat yang berperan dalam masa laten

(masa inkubasi), yakni faktor yang meningkatkan risiko terjadinya penyakit secara

klinis, disebut faktor risiko. Sebaliknya, faktor yang menurunkan risiko terjadinya

penyakit secara klinis disebut faktor protektif. Masa laten dan durasi penyakit

mempengaruhi strategi pencegahan penyakit. Makin pendek masa laten, makin

urgen upaya pencegahan primer dan sekunder. Makin pendek durasi, makin

mendesak upaya pencegahan tersier. Makin panjang durasi, makin besar

peluang untuk melakukan upaya pencegahan akibat penyakit dengan lebih

seksama.

Meski demikian, sejumlah penyakit kronis memiliki karakteristik paradoksal:

sekalipun durasi panjang tetapi bisa menyebabkan kematian mendadak (misalnya,

stroke dan serangan jantung).

Selanjutnya terjadi inisiasi penyakit klinis. Pada saat ini mulai timbul tanda

(sign) dan gejala (symptom) penyakit secara klinis, dan penjamu yang mengalami

manifestasi klinis disebut kasus klinis. Gejala klinis paling awal disebut gejala

prodromal. Selama tahap klinis, manifestasi klinis akan diekspresikan hingga terjadi

hasil akhir/ resolusi penyakit, baik sembuh, remisi, perubahan beratnya penyakit,

komplikasi, rekurens, relaps, sekuelae, disfungsi sisa, cacat, atau kematian. Periode

waktu untuk mengekspresikan penyakit klinis hingga terjadi hasil akhir penyakit

disebut durasi penyakit. Kovariat yang mempengaruhi progresi ke arah hasil akhir

Page 40: Tutorial 2

40

penyakit, disebut faktor prognostik. Penyakit penyerta yang mempengaruhi fungsi

individu, akibat penyakit, kelangsungan hidup, alias prognosis penyakit, disebut

komorbiditas. Contoh, TB dapat menjadi ko-morbiditas HIV/AIDS yang meningkatkan

risiko kematian karena AIDS pada wanita dengan HIV/AIDS.

Proses terjadinya penyakit disebabkan adanya interaksi antara agen atau faktor

penyebab penyakit, manusia sebagai penjamu atau host, dan faktor lingkungan yang

mendukung. Ketiga faktor tersebut dikenal sebagai Trias Penyebab Penyakit.

Agen berupa unsur hidup /mati yang jumlahnya berlebihan/kekurangan. Faktor

penjamu berupa keadaan manusia yang sedemikian rupa sehingga menjadi faktor risiko

terjadinya penyakit, seperti genetik, unur, jenis kelamin, dan lain-lain. Faktor

lingkungan berupa faktor-faktor ekstrensik, seperti: lingkungan fisik, biologis, sosial

ekonomi.

Dalam epidemiologi penyakit infeksi, individu yang terpapar belum tentu

terinfeksi. Hanya jika agen kausal penyakit infeksi terpapar pada individu lalu

memasuki tubuh dan sel, lalu melakukan multiplikasi dan maturasi, dan

menimbulkan perubahan patologis yang dapat dideteksi secara laboratoris atau

terwujud secara klinis, maka individu tersebut dikatakan mengalami infeksi. Dalam

riwayat alamiah penyakit infeksi, proses terjadinya infeksi, penyakit klinis, maupun

kematian dari suatu penyakit tergantung dari berbagai determinan, baik intrinsik

maupun ekstrinsik, yang mempengaruhi penjamu maupun agen kausal. Tergantung

Page 41: Tutorial 2

Infektivitas = Jumlah individu yang terinfeksi / jumlah individu yang terpapar

P a t o g e n i t a s = jumlah kasus klinis / jumlah individu yang terinfeksi

Virulensi = jumlah kasus yang mati / jumlah kasus klinis

41

tingkat kerentanan (atau imunitas), individu sebagai penjamu yang terpapar oleh

agen kausal dapat tetap sehat, atau mengalami infeksi (jika penyakit infeksi) dan

mengalami perubahan patologi yang ireversibel. Ukuran yang menunjukkan

kemampuan agen penyakit untuk mempengaruhi riwayat alamiah penyakit sebagai

berikut (Murti, 2010a):

1. Infektivitas : kemampuan agen penyakit untuk menyebabkan terjadinya infeksi.

2. Patogenesitas : kemampuan agen penyakit untuk menyebabkan penyakit klinis.

3. Virulensi : kemampuan penyakit untuk menyebabkan kematian. Indikator ini

menunjukkan kemampuan agen infeksi menyebabkan keparahan (severety)

penyakit.

B. International Classification of Disease (ICD) – 10

International Statistical Classification of Diseases 10 (ICD-10) merupakan sistem

kategori tempat penyakit dikelompokkan (Erkadius, 2008). Di Indonesia, ICD-10 dikenal

dengan nama Klasifikasi Internasional Penyakit revisi ke-10 (KIP-10). KIP-10 adalah

sistem pengkodean atas penyakit dan tanda-tanda, gejala, temuan-temuan yang

abnormal, keluhan, keadaan sosial dan eksternal yang menyebabkan cedera atau

penyakit seperti yang diklasifikasikan oleh World Health Organization (WHO) (Wikipedia,

2010).

Berikut adalah daftar ICD-10 untuk versi tahun 2007 (Wikipedia, 2010):

Bab Blok Judul

I A00-B99 Penyakit Infeksi dan parasit

II C00-D48 Neoplasma

Page 42: Tutorial 2

42

III D50-D89 Penyakit darah dan organ pembentuk darah termasuk ganguan sistem imun

IV E00-E90 Endokrin, nutrisi dan ganguan metabolic

V F00-F99 Ganguan jiwa dan prilaku

VI G00-G99 Penyakit yg mengenai sistem syaraf

VII H00-H59 Penyakit mata dan adnexa

VIII H60-H95 Penyakit telinga dan mastoid

IX I00-I99 Penyakit pada sistem sirkulasi

X J00-J99 Penyakit pada sistem pernafasan

XI K00-K93 Penyakit pada sistem pencernaan

XII L00-L99 Penyakit pada kulit dan jaringan subcutaneous

XIII M00-M99 Penyakit pada sistem musculoskletal

XIV N00-N99 Penyakit pada sistem saluran kemih dan genital

XV O00-O99 Kehamilan dan kelahiran

XVI P00-P96 Keadaan yg berasal dari periode perinatal

XVII Q00-Q99 Malformasi kongenital, deformasi dan kelainan chromosom

XVIII R00-R99 Gejala, tanda, kelainan klinik dan kelainan lab yg tidak ditemukan pada klasifikasi lain

XIX S00-T98 Keracunan, cedera dan beberapa penyebab yg dari luar

XX V01-Y98 Penyebab morbiditas dan kematian eksternal

XXI Z00-Z99 Faktor faktor yg mempengaruhi status kesehatan dan hubungannya dengan jasa kesehatan

XXII U00-U99 Kode kegunaan khusus

C. Metode Pembayaran Pelayanan Kesehatan

1. Kapitasi

Sistem kapitasi adalah suatu sistem pembayaran dengan sejumlah uang

yang merupakan pertanggungjawaban pelayana kesehatan yang diterima secara

tetap dan periodik sesuai dengan jumlah atau cakupan pasien. Pengelompokkan

Page 43: Tutorial 2

43

biasanya berdasarkan karakteristik pasien seperti umur dan jenis kelamin

(Philips, 1997). Sedangkan menurut Hasbullah (1998) sistem kapitasi adalah

sistem pembayaran di muka yang dilakukan oleh badan penyelenggara kepada

sarana pelayanan kesehatan berdasarkan kesepakatan harga untuk setiap

peserta yang dipertanggungkan. Sistem kapitasi ini berkaitan erat dengan

konsep wilayah dan bukan berdasarkan jumlah pelayanan yang diberikan.

Besarnya biaya kapitasi dihitung dengan rumus biaya rata-rata perjenis

pelayanan x angka kunjungan per peserta.

2. Fee for Service (FFS)

Fee for service merupakan suatu cara pembayaran yang dibayarkan

sesuai dengan pelayanan kesehatan yang diberikan. Karena manfaat diberikan

dalam bentuk uang sejumlah tertentu atau reimbursement dan tanpa ada

kontrak dengan provider, maka pembayaran fasilitas kesehatan dilakukan sesuai

dengan jasa yang diberikan. Cara pembayaran ini sangat disukai oleh fasilitas

kesehatan karena mereka tidak perlu menanggung risiko finansial (Hasbullah,

1998).

3. Out of Pocket Payment (OOP)

Dengan cara ini pasien membayar langsung kepada dokter atau pemberi

pelayanan kesehatan untuk pelayanan kesehatan yang sudah diterimanya.

Aspek positifnya adalah pasien menjadi lebih menghargai nilai ekonomi dari

pelayanan kesehatan yang diterima sehingga menghindari penggunaan secara

berlebihan. Sedangkan aspek negatifnya yaitu pasien dan keluarga akan sangat

rentan untuk mengalami pengeluaran bencana karena harus membayar biaya

kesehatan yang mahal pada saat ketika sakit (Murti, 2010b).

4. Pajak (Taxation)

Pemerintah menarik pajak umum dari warga untuk membiayai

pelayanan kesehatan. Pemerintah membayar sebagian dari biaya pelayanan

kesehatan pasien yang diberikan pada fasilitas kesehatan pemerintah, misalnya

Puskesmas dan RS Pemerintah pusat maupun daerah. Pasien harus membayar

sebagian dari pelayanan kesehatan yang digunakan.

Page 44: Tutorial 2

44

Di Indonesia terdapat skema Jamkesmas yang membebaskan semua

biaya pelayanan kesehatan di tingkat primer maupun sekunder yang disediakan

oleh fasilitas pelayanan kesehatan pemerintah (Murti, 2010b).

5. Asuransi

Sistem asuransi menarik premi yang yang dibayarkan individu-individu

peserta asuransi.Beberapa Negara mengoperasikan compulsory payroll tax

yang bersifat wajib bagi pekerja untuk membayar asuransi (Murti, 2010b).

6. Medical Saving Account (MSA)

MSA mengharuskan warga menabung uang untuk membiayai pelayanan

kesehatannya sendiri. Sejauh ini hanya Singapura yang menggunakan sistem ini.

Sistem ini memproteksi generasi berikutnya dari biaya-biaya akibat generasi kini

(Murti, 2010b).

Page 45: Tutorial 2

45

BAB III

PEMBAHASAN

Pada skenario 2, dr yunita melakukan pengamatan terhadap pasien yang

mengunjungi Poli Rawat Jalan Umum dan Spesialis ditemukan aneka kasus penyakit

kronis, seperti hipertensi, penyakit jantung koroner, stroke, diabetes melitus, kanker

dan gangguan jiwa. Tetapi penyakit infeksi “klasik” negara berkembang juga banyak,

seperti ISPA, diare, DBD, tuberkulosis, maupun penyakit baru HIV/AIDS. Medical record

pada RS tersebut cukup baik, karena pada dokter dengan bekerjasama dengan petugas

informasi medis memasukkan semua diagnosis penyakit ke dalam International

Classification of Disease-10. Bahkan hebatnya, RS tersebut sudah mulai menerapkan

DRG, bekerja sama dengan beberapa perusahaan asuransi kesehatan swasta, sebagai

cara untuk membayar pelayanan kesehatan.

ICD-10 merupakan pengkodean atas penyakit dan tanda-tanda, gejala, temuan-

temuan yang abnormal, keluhan, keadaan sosial dan eksternal yang menyebabkan

cedera atau penyakit, seperti yang diklasifikasikan oleh WHO. ICD-10 merupakan sistem

kategori dari penyakit yang dikelompokkan untuk memudahkan penyelidikan statistik

terhadap suatu fenomena penyakit. ICD digunakan sebagai alat diagnostik serta untuk

mengetahui statistik epidemiologi dan mengetahui angka morbiditas serta mortalitas.

Diagnosis penyakit pada rumah sakit tersebut telah dimasukkan ke dalam ICD-10

sehingga medical record atau rekam medis yang didapatkan menjadi lebih baik. Rekam

medis berisi catatan keadaan tubuh dan kesehatan, termasuk data tentang identitas dan

data medis seorang pasien. Manfaat rekam medis antara lain sebagai dasar

pemeliharaan kesehatan dan pengobatan pasien, sebagai bahan pembuktian dalam

perkara hukum, sebagai bahan untuk kepentingan penelitian, sebagai dasar pembayaran

biaya pelayanan kesehatan dan sebagai bahan untuk menyiapkan statistik kesehatan.

Rekam medis adalah sumber data yang paling baik di rumah sakit, meskipun banyak

memiliki kelemahan. Beberapa kelemahan rekam medis adalah sering tidak adanya

beberapa data yang bersifat sosial-ekonomi pasien, tidak berisi penatalaksanaan

pelengkap seperti penjelasan dokter dan perawat, seringkali tidak memuat kunjungan

kontrol pasca perawatan inap, dan lain-lain.

Page 46: Tutorial 2

46

Rumah sakit tersebut sudah mulai menerapkan DRG, Diagnosis Related Group,

yaitu salah satu metode pembayaran biaya pelayanan kesehatan secara retrospektif.

Dalam sistem ini, pembayaran jasa pelayanan kesehatan bukan dihitung dari jenis

pelayanan medis maupun non medis, ataupun lama rawat inap yang diterima oleh

pasien dalam upaya penyembuhan suatu penyakit, melainkan berdasarkan biaya satuan

per diagnosis. RS ini bisa menerapkan sistem DRG karena telah memasukkan semua

diagnosis penyakit ke dalam ICD-10. Mekanisme pembayaran dengan DRG yaitu,

pertama kita harus melengkapi data pasien, setelah itu analisis penyakit dengan ICD-10,

kemudian melakukan analisis biaya pasien (DRG cost).

Selain dengan DRG, rumah sakit tersebut juga berkerja sama dengan beberapa

perusahaan asuransi kesehatan swasta sebagai cara untuk membayar pelayanan

kesehatan. Asuransi kesehatan swasta merupakan asuransi kesehatan milik swasta atau

pengelolaan dana dilakukan oleh suatu badan swasta. Keuntungan yang diperoleh

biasanya mutu pelayanan yang didapatkan relatif lebih baik, sedangkan kerugiannya

sulit dilakukan pengamatan terhadap penyelenggaranya.

Dr. Yunita dikontrak oleh PT Askes untuk memberikan pelayanan kesehatan

peserta askes dan dibayar dengan cara kapitasi. Rekan dokter spesialis ada yang

dibayar dengan cara fee-for service.

Terdapat beberapa macam sistem pembayaran pelayanan kesehatan, yaitu

kapitasi, fee for service, dan DRG. Saat ini sistem pembayaran pelayanan

kesehatan di Indonesia paling banyak menggunakan sistem fee for service (FFS),

artinya setiap seorang dokter atau penyedia pelayanan kesehatan akan dibayar

setiap memberikan layanan kesehatan pada pasiennya. Namun FFS ini merupakan

suatu sistem pembayaran pelayanan kesehatan yang memiliki paradigma atau

acuan semakin banyak pasien yang sakit, semakin besar pendapatan penyedia

pelayanan kesehatan tersebut. Mungkin paradigma seperti ini sudah tidak sesuai

dengan program-program kesehatan di masa sekarang oleh karena saat ini

digalakkannya program-program kesehatan promotif dan preventif. Artinya sebisa

mungkin suatu penyakit dicegah agar tidak terjadi sehingga tujuan utama dari

program-program kesehatan saat ini adalah untuk membuat sehat melalui

pencegahan bukan melalui pengobatan.

Page 47: Tutorial 2

47

Sistem pembayaran pelayanan kesehatan secara kapitasi saat ini telah

mulai dikembangkan di Indonesia agar semua penyedia pelayanan kesehatan,

misalnya dokter bisa lebih berusaha keras dalam hal pencegahan penyakit. Pada

sistem kapitasi, dokter akan mendapatkan sejumlah uang tetap yang dihitung dari

pendapatan perpasien perbulan. Dari sistem pembayaran pelayanan kesehatan ini,

seorang dokter atau penyedia pelayanan kesehatan lainnya akan memperoleh

pendapatan semakin banyak jika semakin sedikit orang yang sakit. Pembayaran

jenis ini sangat sesuai untuk program kesehatan di Indonesia saat ini yang

memiliki paradigma manusia sehat. Artinya, meningkatkan sistem kesehatan

melalui tindakan promotif dan preventif.

Pada waktu masih kuliah dr. Yunita pernah mendapatkan pengalaman

lapangan tentang praktek kedokteran keluarga. Dr. Yunita ingin menerapkan prinsip

kedokteran keluarga dengan memberikan pelayanan kesehatan yang holistik,

komprehensif dan kontinu kepada pasien, keluarga dan komunitasnya.

Dokter keluarga adalah dokter yang berprofesi khusus sebagai dokter praktik

umum yang menyelenggarakan pelayanan kesehatan strata pertama atau pelayanan

kesehatan primer. Prinsip-prinsip kedokteran keluarga adalah memberikan atau

mewujudkan pelayanan komprehensif dengan pendekatan holistik, kontinu,

mengutamakan pencegahan, koordinatif dan kolaboratif, penanganan personal bagi

setiap pasien sebagai bagian integral dari keluarganya, pelayanan yang

mempertimbangkan keluarga, lingkungan kerja, dan lingkungan tempat tinggalnya,

pelayanan yang menjunjung tinggi etika dan hukum, sadar biaya, dapat diaudit dan

dapat dipertanggungjawabkan. Pelayanan komprehensif meliputi health promotion

(untuk meningkatkan kesehatan masyarakat), specific prevention (mencegah terjadinya

penyakit), early diagnosis and prompt treatment (agar tidak sakit terlalu lama), disease

limitation (untuk menstabilisasi penyakit kronis dan mencegah kekambuhan penyakit)

dan disability limitation (mencegah kecacatan). Sedangkan pendekatan holistik yakni

suatu pendekatan untuk menangani penyakit yang mencakup aspek biopsycosocial.

Dr. Yunita ingin mempelajari riwayat alamiah penyakit untuk mengetahui

karakter masing-masing penyakit dengan lebih terinci. Dengan demikian dia bisa

mengetahui masa inkubasi, masa laten, dan durasi penyakit, demikian pula

mengetahui fase induksi, promosi dan ekspresi penyakit.

Page 48: Tutorial 2

48

Riwayat alamiah penyakit adalah deskripsi tentang perjalanan waktu dan

perkembangan penyakit pada individu, dimulai sejak terjadinya paparan dengan agen

kausal hingga terjadinya akibat penyakit, seperti kesembuhan atau kematian, tanpa

interupsi oleh suatu intervensi preventif maupun terapetik. Pengetahuan tentang

riwayat alamiah penyakit sama pentingnya dengan kausa penyakit untuk upaya

pencegahan dan pengendalian penyakit. Dengan mengetahui perilaku dan karakteristik

masing-masing penyakit tersebut maka bisa dikembangkan intervensi yang tepat untuk

mengidentifikasi maupun mengatasi problem penyakit tersebut.

Penyakit infeksi dapat disebabkan oleh infeksi mikroorganisme, jamur, maupun

virus. Sedangka penyakit non infeksi dapat disebabkan oleh beberapa faktor penyebab

(multikausal) seperti faktor umur atau genetik, mikroorganisme, dan life style (pola

makanan, kebiasaan merokok, kurang berolah raga dan lain-lain). Selain penyebabnya,

terdapat beberapa hal yang membedakan penyakit infeksi dan non infeksi. Beberapa

karakteristik penyakit non infeksi yang membedakannya dengan penyakit infeksi antara

lain penularan penyakit tidak melalui suatu rantai penularan tertentu, masa inkubasi

panjang, berlangsung kronis, banyak menghadapi kesulitan diagnosis, dan memerlukan

biaya tinggi baik dalam penanggulangan maupun pencegahannya (Simanjuntak, 2009).

Dr. Yunita dapat memilih strategi yang tepat untuk melakukan pencegahan

penyakit, baik pencegahan primer, sekunder, maupun tersier, pada pasien, keluarga

dan komunitasnya.

Pencegahan penyakit merupakan tindakan yang ditujuan untuk mencegah,

menunda, mengurangi, membasmi, mengeliminasi penyakit dan kecacatan, dengan

menerapkan sebuah atau sejumlah intervensi yang telah dibuktikan efektif. Terdapat

tiga jenis pencegahan, yaitu pencegahan primer, sekunder dan tersier.

Pencegahan primer adalah upaya memodifikasi detreminan atau faktor risiko

atau kausa penyakit, promosi kesehatan, dan perlindungan spesfisik dengan tujuan

mencegah atau menunda kejadian baru penyakit. Pencegahan sekunder adalah deteksi

dini penyakit dengan skrining dan pengobatan segera yang bertujuan untuk

memperbaiki prognosis kasus atau memperpendek durasi penyakit dan memperpanjang

hidup pasien. Sedangkan pencegahan tersier adalah pengobatan, rehabilitasi dan

pembatasan kecacatan yang bertujuan untuk mengurangi dan mencegah sekulae dan

Page 49: Tutorial 2

49

disfungsi, mencegah serangan ulang, meringankan akibat penyakit dan memperpanjang

hidup.

Dr. Yunita mengusulkan kepada atasannya agar RS lebih banyak melakukan

program skrinning yang terbukti cost-effective.

Skrinning untuk pengendalian penyakit dilakukan dengan melakukan

pemeriksaan terhadap orang-orang yang asimptomatik untuk mengklasifikasikan

mereka ke dalam kategori yang diperkirakan mengidap atau diperkirakan tidak

mengidap suatu penyakit yang menjadi objek skrining. Tujuan skrining adalah untuk

mengurangi morbiditas atau mortalitas dari penyakit dengan pengobatan dini terhadap

kasus-kasus yang ditemukan.

Sehubungan dengan evaluasi program kesehatan berupa skrining yang ada

di skenario 2 yang terbukti cost effective, maka akan digunakan CEA dalam

metode penelitian ekonomi kesehatan. CEA akan dipilih untuk membandingkan

beberapa program kesehatan yang berlaku dengan outcome yang sama, hal ini

berbeda dengan CBA. CBA merupakan metode penelitian ekonomi kesehatan

untuk membandingkan beberapa program kesehatan yang memiliki outcome yang

berbeda dan yang dipilih adalah jika cost benefit rationya lebih dari 1 atau yang

lebih besar diantara dua program kesehatan atau lebih.

Page 50: Tutorial 2

50

BAB IV

SIMPULAN DAN SARAN

A. SIMPULAN

1. Pengkategorian penyakit dengan ICD-10 diperlukan agar medical record atau

rekam medis yang didapatkan menjadi lebih baik.

2. Beberapa metode pembayaran pelayanan kesehatan yang telah ada saat ini

antara lain kapitasi, DRG, FFS, OOP, pajak, asuransi dan MSA.

B. SARAN

1. Agar tercipta masyarakat yang lebih sehat sebaiknya para dokter di Indonesia

memberikan pelayanan kesehatan yang holistik, komprehensif, dan kontinyu.

2. Untuk mengurangi angka kesakitan upaya-upaya promotif dan prefentif

sebaiknya perlu lebih ditingkatkan.

Page 51: Tutorial 2

51

Page 52: Tutorial 2

52

DAFTAR PUSTAKA

Gordis, L. 2000. Epidemiology. Philadelpia,PA: WB Saunders Co.

Hasbullah T. 1998. Pembayaran Kapitasi. Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas

Indonesia. pp: 1-16, 77.

Murti B. 2010a. Riwayat Alamiah Penyakit.

http://fk.uns.ac.id/index.php/download/file/14 (20 September 2010)

Murti B. 2010b. Ekonomi Kesehatan. http://fk.uns.ac.id/index.php/download/file/16 (20

September 2010)

Philips J. 1997. The Economics of Health and Medical Care Fourth Edition. An Asspen

Publication Marryland. pp: 22-31

Simanjuntak, T. M. 2009. Karakteristik Penderita Penyakit Non Infeksi Peserta ASKES

Sosial PNS Rawat Inap di RSU Dr. Pirngadi Medan Tahun 2007. Skripsi USU.

Thabrany, H. 2007. Keterbukaan dalam Pembayaran Kapitasi.

http://staff.ui.ac.id/internal/140163956/material/PembayaranKapitasi.pdf (9

September 2010)

Wikipedia. 2010. ICD-10. http://id.wikipedia.org/wiki/ICD-10 (6 September 2010)