tujuan pembangunan mdgs

6
ARTIKEL ANALISIS KEPENDUDUKAN “UPAYA MENURUNKAN ANGKA KEMATIAN ANAK DALAM PENCAPAIAN MDGs 2015” Dosen Pengampu : Muhammad Azinar, S.KM, M.Kes Disusun Oleh : 1. Melyani Dyah N (6411412226) 2. M. Faisol Ulinnuha (6411412227) 3. Tsalist Kusuma Marifah (6411412228) 4. Anggraini Kusumawardani (6411412229) 5. Windy Komala sari (6450408105)

Upload: anggraini-kusumawardani

Post on 15-Feb-2015

28 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: Tujuan Pembangunan MDGs

ARTIKEL ANALISIS KEPENDUDUKAN

“UPAYA MENURUNKAN ANGKA KEMATIAN ANAK

DALAM PENCAPAIAN MDGs 2015”

Dosen Pengampu : Muhammad Azinar, S.KM, M.Kes

Disusun Oleh :

1. Melyani Dyah N (6411412226)

2. M. Faisol Ulinnuha (6411412227)

3. Tsalist Kusuma Marifah (6411412228)

4. Anggraini Kusumawardani (6411412229)

5. Windy Komala sari (6450408105)

ILMU KESEHATAN MASYARAKAT

FAKULTAS ILMU KEOLAHRAGAAN

UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG

2012

Page 2: Tujuan Pembangunan MDGs

Tujuan Pembangunan Milenium (bahasa Inggris : Millennium Development Goals

atau disingkat dalam bahasa Inggris MDGs) adalah Deklarasi Milenium hasil kesepakatan

kepala negara dan perwakilan dari 189 negara Perserikatan Bangsa-bangsa (PBB) yang mulai

dijalankan pada September 2000, berupa delapan butir tujuan untuk dicapai pada tahun 2015.

Targetnya adalah tercapai kesejahteraan rakyat dan pembangunan masyarakat pada 2015.

Target ini merupakan tantangan utama dalam pembangunan di seluruh dunia yang terurai

dalam Deklarasi Milenium, dan diadopsi oleh 189 negara serta ditandatangani oleh 147

kepala pemerintahan dan kepala negara pada saat Konferensi Tingkat Tinggi (KTT)

Milenium di New York pada bulan September 2000 tersebut.

Salah satu tujuan MDGs di Indonesia adalah Menurunkan Angka Kematian Anak

dengan target Menurunkan Angka Kematian Balita (AKBA) hingga dua per tiga dalam kurun

waktu 1990-2015, karena angka Kematian Bayi (AKB) di Indonesia masih tergolong tinggi,

jika dibandingkan dengan negara lain di kawasan ASEAN. Berdasarkan Human

Development Report 2010, AKB di Indonesia mencapai 31 per 1.000 kelahiran.. Angka itu,

5,2 kali lebih tinggi dibandingkan Malaysia. Juga, 1,2 kali lebih tinggi dibandingkan Filipina

dan 2,4 kali lebih tinggi jika dibandingkan dengan Thailand.

Selain itu menurut data Departemen Kesehatan, terdapat penurunan dalam jumlah

kasus balita yang tergolong gizi kurang dan gizi buruk. Tahun 2004, jumlah balita gizi kurang

dan gizi buruk sebanyak 5,1 juta anak. 2006, jumlah balita gizi kurang dan buruk turun jadi

4,28 juta anak. Tahun 2007, angka kasus balita gizi kurang dan buruk menurun menjadi 4,13

juta anak. Kasus malnutrisi juga masih menjadi masalah penting di Indonesia. Meski angka

prevalensi malnutrisi anak menurun, namun masih tergolong tinggi. Prevalensinya mencapai

42%, di Srilanka yang memiliki tingkat pendapatan kotor per kapita (GDP) yang lebih rendah

daripada Indonesia, tingkat prevalensi malnutrisi anaknya hanya 18%.

Data-data diatas menunjukan angka kematian bayi dan anak, serta penyebab angka

kematian anak. Jumlah kematian bayi merupakan indikator yang penting untuk mengukur

keadaan tingkat kesehatan di suatu masyarakat, karena bayi yang baru lahir sangat sensitif

terhadap keadaan lingkungan tempat orang tua si bayi tinggal dan sangat erat kaitannya

dengan status sosial orang tua si bayi. Dengan demikian upaya untuk mengetahui tingkat

kecenderungan jumlah kematian bayi menjadi prioritas untuk meningkatkan perkembangan

pembangunan di bidang kesehatan dari waktu ke waktu yang bertujuan menurunkan jumlah

Page 3: Tujuan Pembangunan MDGs

kematian bayi dengan mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi jumlah kematian bayi

di Indonesia.

Salah satu penyebab tidak langsung angka kematian bayi adalah kondisi empat

terlalu yaitu terlalu muda, terlalu tua, terlalu rapat jarak kehamilan dan terlalu banyak anak.

Kondisi itu dapat diatasi dengan progam keluarga berencana, dengan progam itu tingkat

kerapatan bayi yang lahir dapat dikurangi sehingga resiko bayi lahir mati juga dapat

berkurang. Selain itu program KB juga dapat menekan angka pertambahan penduduk di

Indonesia.

Untuk mencapai target penurunan angka kematian bayi ada dua indikator dibuat

yaitu,indikator global atau nasional untuk memonitoring pencapaian angka kematian balita,

angka kematian bayi  dan proporsi campak pada bayi yang telah mencapai usia 1 tahun, dan

indiktor lokal untuk memonitoring terhadap pencapaian target MDGs untuk tingkat lokal

kabupaten/kota dan kecamatan yang dapat dilakukan dengan indikator tertentu.

Dari permasalahan yang terjadi dibutuhkan pemecahan masalah yang sesuai

sehingga dapat menekan angka kematian anak di Indonesia. Dalam mengatasi masalah angka

kematian anak di Indonesia hendaknya pemerintah melalui program KB dapat menekan

angka kelahiran yang banyak sehingga pemerintah dapat mengontrol kesehatan anak di

negaranya dengan mengeluarkan dana untuk kesehatan terutama kesehatan anak yang cukup

dan tidak dicampuri dengan korupsi oleh pihak-pihak yang dilibatkan sehingga keguanaan

uang yang dicairkan pemerintah dapat digunakan sebagaimana mestinya yaitu meningkatkan

derajat kesehatan di Indonesia terutama kesehatan anak. Disini peran menteri kesehatan

sangat dibutuhkan baik itu dalam mengadakan seminar-seminar, iklan, promosi kepada

tenaga kesehatan dan lebih cermat dalam memilih tenaga kesehatan yang kompeten sehingga

mampu menampung keluhan masyarakat dan selanjutnya dapat memberikan solusi yang

tepat.  

Untuk mengatasi masalah angka kamatian anak di daerah-daerah tepencil hendaknya

pemerintah daerah lebih memperhatikan pembangunan sarana dan prasarana kesehatan

terutama di daerah-daerah yang sulit dijangkau. Lingkungan tempat tinggal masyarakat

sebagai tempat interaksi anak juga senantiasa diperhatikan. Pelatihan-pelatihan tenaga

kesehatan terutama bidan juga lebih diperbanyak dengan mendatangkan ahli dalam

bidangkesehatan anak.

Page 4: Tujuan Pembangunan MDGs

Selain itu perlu ditingkatkan kegiatan rutin yang berkaitan dengan kesehatan balita

misalnya posyandu anak untuk meninjau angka kesehatan anak dan mendapatkan imunisasi,

bila perlu apabila ada orang tua yang tidak datang posyandu,  tenaga kesehatan senantiasa

mendatangi ibu tersebut untuk memeriksa kesehatan anaknya. Lingkungan tempat bermain

anak juga perlu diperhatikan, tenaga kesehatan terutama bidan juga senantiasa memberikan

pengajaran dan konsling kepada ibu tentang tata cara pearawatan kesehatan anak, hal-hal

yang dapat membahayakan kesehatan anak, apa saja yang perlu dikonsumsi anak, apa saja

yang orang tua lakukan untuk tetap menjaga kesehatan anaknya dengan menggunakan bahasa

yang dapat dimengerti dan menarik minat orang tua yang diberikan pengajaran. Baik itu

disertai dengan gambar yang menarik sehingga orang tua anak akan mengerti dan tidak

menutup kemungkinan akan melaksanakannya.

Jadi, pencapaian MDGs tentang mengurangi dua per tiga tingkat kematian anak-anak

usia di bawah 5 tahun, tahun 2015, belum dapat tercapai sepenuhnya karena menurut

Direktorat Jenderal Pengelolaan Utang Departemen Keuangan, per 31 Agustus 2008, beban

pembayaran utang Indonesia terbesar akan terjadi pada tahun 2009-2015 dengan jumlah

berkisar dari Rp97,7 triliun (2009) hingga Rp81,54 triliun (2015) rentang waktu yang sama

untuk pencapaian MDGs. Jumlah pembayaran utang Indonesia, baru menurun drastis (2016)

menjadi Rp66,70 triliun. Sehingga tujuan pencapaian MDGs tidak terfokus secara

menyeluruh, karena dalam pencapaiannya juga dibutuhkan pembiayaan fasilitas kesehatan

dan sarana prasarana penunjang kesehatan untuk menekan angka kematian bayi dan anak.