tuhan kita berkata: sujud dan mendekatlah · nah, saya mendapati cara yang paling efektif untuk me-...

264

Upload: buinguyet

Post on 22-Aug-2019

236 views

Category:

Documents


3 download

TRANSCRIPT

Page 1: Tuhan kita berkata: Sujud dan mendekatlah · Nah, saya mendapati cara yang paling efektif untuk me- respons ketiga hal di atas adalah dengan menyajikan suatu rangkaian tulisan yang
Page 2: Tuhan kita berkata: Sujud dan mendekatlah · Nah, saya mendapati cara yang paling efektif untuk me- respons ketiga hal di atas adalah dengan menyajikan suatu rangkaian tulisan yang
Page 3: Tuhan kita berkata: Sujud dan mendekatlah · Nah, saya mendapati cara yang paling efektif untuk me- respons ketiga hal di atas adalah dengan menyajikan suatu rangkaian tulisan yang

Tuhan kita berkata: Sujud dan mendekatlah(QS Al-‘Alaq [96]: 19).

Sujudnya badan kita adalah mendekatnya jiwa kita.—Jalaluddin Rumi

Page 4: Tuhan kita berkata: Sujud dan mendekatlah · Nah, saya mendapati cara yang paling efektif untuk me- respons ketiga hal di atas adalah dengan menyajikan suatu rangkaian tulisan yang

menerbitkan buku-buku panduan praktiskeislaman, wacana Islam populer, dankisah-kisah yang memperkaya wawasanAnda tentang Islam dan Dunia Islam.

Page 5: Tuhan kita berkata: Sujud dan mendekatlah · Nah, saya mendapati cara yang paling efektif untuk me- respons ketiga hal di atas adalah dengan menyajikan suatu rangkaian tulisan yang

Penyusun

Dr. Haidar Bagir

Kerja sama

Pustaka IIMaN

Page 6: Tuhan kita berkata: Sujud dan mendekatlah · Nah, saya mendapati cara yang paling efektif untuk me- respons ketiga hal di atas adalah dengan menyajikan suatu rangkaian tulisan yang

BUAT APA SHALAT?!KECUALI JIKA ANDA HENDAK MENDAPATKAN KEBAHAGIAAN

DAN PENCERAHAN HIDUP

Penyusun: Dr. Haidar Bagir

Sebagian besar kisah-kisah shalat dalam buku ini diambil dari buku: Fadhail-e Namaz e-Shah,M. Jawad Mehny Qasim Mir Khalaf Zadeh (terjemahan Indonesia diterbitkan oleh Penerbit Qorina, 2006);

Doston Hoyeaz-Namoz , Qosim Mirkhalef Zadeh (terjemahan Indonesia diterbitkan olehPenerbit Qorina dengan judul Kisah-Kisah Shalat Tahajud ).

Pewajah Sampul: Andreas KusumahadiPewajah Isi: Dinan Hasbudin AR

Proofreader: Dudung Ridwan dan Eti RohaetiPenata Letak: A. Nugraha ([email protected])

Diterbitkan bersama oleh:

Pustaka IIMaNKompleks Ruko Griya Cinere IIJln. Raya Limo No. 3Cinere, DepokTelp. (021) 7546162Faks. (021) 7546162

ISBN 978-979-8394-93-5

Penerbit MizaniaPT Mizan Pustaka

Anggota IKAPIJln. Cinambo No. 135 (Cisaranten Wetan)

Ujungberung, Bandung 40294Telp. (022) 7834310 – Faks. (022) 7834311

e-mail: [email protected]: //www.mizan.com

Didigitalisasi dan didistribusikan oleh:

Gedung Ratu Prabu I Lantai 6Jln. T.B. Simatupang Kav. 20

Jakarta 12560 - IndonesiaPhone: +62-21-78842005

Fax.: +62-21-78842009

website: www.mizan.comemail: [email protected]

gtalk: mizandigitalpublishingy!m: mizandigitalpublishing

twitter: @mizandigitalfacebook: mizan digital publishing

Page 7: Tuhan kita berkata: Sujud dan mendekatlah · Nah, saya mendapati cara yang paling efektif untuk me- respons ketiga hal di atas adalah dengan menyajikan suatu rangkaian tulisan yang

Untuk:Lubna Assegaf, Muhammad Irfan,

Mustafa Kamil, Ali Riza, Syarifa Rahima

Rabbi’j‘alnî muqîmash-shalâti wa min dzurriyyatî.Rabbanâ wa taqabbal du‘â’.

Ya Tuhanku, jadikanlah aku dan anak cucukuorang yang tetap melaksanakan shalat.

Ya Tuhan kami, perkenankanlah doaku.(QS Ibrâhîm [14]: 40)

Page 8: Tuhan kita berkata: Sujud dan mendekatlah · Nah, saya mendapati cara yang paling efektif untuk me- respons ketiga hal di atas adalah dengan menyajikan suatu rangkaian tulisan yang
Page 9: Tuhan kita berkata: Sujud dan mendekatlah · Nah, saya mendapati cara yang paling efektif untuk me- respons ketiga hal di atas adalah dengan menyajikan suatu rangkaian tulisan yang

7

PengantarCetakan Kedua

A L H A M D U L I L L A H, dengan izin Allah Swt., dalamwaktu kurang dari setahun, cetakan pertama buku ini—se-banyak 5.000 eksemplar—sudah tersebar sehingga diperlu-kan cetakan kedua.

Dalam cetakan kedua ini, penulis menambahkan bebe-rapa bahan penting. Pertama, sebuah bab baru berjudul “Sha-lat Meningkatkan Performance Kerja”. Sebenarnya, sudah adarencana untuk memasukkan bab ini dalam cetakan pertama.Entah mengapa rencana ini lupa terlaksana. Selain tambahanbab tersebut, penulis menambahkan bahan untuk Bab “Bagai-mana Shalat Dapat Mencegah Perbuatan Keji dan Mungkar?”dan “Shalat dan Keharusan Khusyuk”.1

1 Dalam cetakan kedua ini, “Shalat dan Keharusan Khusyuk (1)”.

Page 10: Tuhan kita berkata: Sujud dan mendekatlah · Nah, saya mendapati cara yang paling efektif untuk me- respons ketiga hal di atas adalah dengan menyajikan suatu rangkaian tulisan yang

8

Di Bagian 2, penulis menyertakan juga pandangan-pan-dangan dua orang pemikir Islam kontemporer, yakni Muham-mad Iqbal dan Murtadha Muthahhari, tentang ibadah shalatini. Pandangan Muthahhari penulis rasa penting dimasukkandemi melengkapi pandangan kaum sufi dan filosof yang ada.Selain menawarkan penghayatan baru, Muthahhari jugaberupaya menjawab pertanyaan mengenai kaitan shalat danamal saleh—yang sering menjadi pertanyaan banyak orang—dan tak tercakup dalam pandangan kaum sufi dan filosof yangtercantum dalam cetakan pertama.

Namun, yang tak kalah penting dari tambahan-tambahanitu adalah, penulis menambahkan Bab “Kesimpulan” dan Bab“Tanya Jawab”. Kedua bab ini adalah hasil dari pengalamanpenulis memberikan banyak ceramah dan kursus mengenaibuku ini di berbagai tempat dan di hadapan audiens yang be-ragam. Tak sedikit pelajaran dan pertanyaan—di sini dipilihhanya beberapa yang sering berulang—yang penulis dapatkandalam berbagai kesempatan ini. Tambahan kedua bab ini kira-nya dapat menjawab berbagai persoalan yang belum sepenuh-nya terjawab dalam cetakan pertama.

Akhirnya, ada sedikit ralat atas kesalahan detail yang adadi cetakan pertama buku ini. Meskipun tidak mengubah ke-simpulan dari pembahasan itu sendiri, kesalahan detail tersebutperlu diluruskan. Ketika membahas flow, penulis menyebutberbagai jenis gelombang yang ditayangkan oleh otak kitadalam berbagai keadaan. Di situ penulis menyebutkan bahwa

Page 11: Tuhan kita berkata: Sujud dan mendekatlah · Nah, saya mendapati cara yang paling efektif untuk me- respons ketiga hal di atas adalah dengan menyajikan suatu rangkaian tulisan yang

9

otak kita menayangkan gelombang alfa dalam keadaan jaga,gelombang beta dalam keadaan tidur, dan teta dalam keadaanantara jaga dan tidur—yakni keadaan yang diasosiasikan dengankondisi flow. Yang benar, sebagaimana telah dikoreksi dalamcetakan kedua ini, otak manusia memancarkan gelombangbeta ketika jaga, gelombang teta dan delta ketika tidur, dangelombang alfa ketika berada dalam keadaan antara tidur danjaga. Atas kesalahan ini, penulis mohon maaf.

Semoga tambahan-tambahan tersebut menambah manfaatbuku sederhana ini bagi para pembacanya.

Wabil-Lâhit-taufîq wal-hidâyah. Wal-Lâhu a‘lam bish-shawâb.

Depok, penghujung 2007

Haidar Bagir

Page 12: Tuhan kita berkata: Sujud dan mendekatlah · Nah, saya mendapati cara yang paling efektif untuk me- respons ketiga hal di atas adalah dengan menyajikan suatu rangkaian tulisan yang
Page 13: Tuhan kita berkata: Sujud dan mendekatlah · Nah, saya mendapati cara yang paling efektif untuk me- respons ketiga hal di atas adalah dengan menyajikan suatu rangkaian tulisan yang

S A Y A tulis rangkaian tulisan sederhana ini untuk beberapatujuan:

Pertama, untuk diri saya sendiri. Umur saya hampir se-tengah abad saat ini. Tapi, kenikmatan dan penghayatan shalat—saya memohon ampun kepada Allah—belum benar-benar sayarasakan. Terkadang, meski rasanya saya tak pernah meragukankewajiban melakukan shalat dan kebijaksanaan Zat yang me-wajibkan syariat ini, saya bahkan bertanya-tanya: mengapa sha-lat demikian ditekankan dalam ajaran Islam dibanding denganpenanaman dan praktik akhlak mulia, atau aktivitas-aktivitaskonkret melakukan perbaikan dan membantu orang lain diberbagai bidang kehidupan?

Kedua, saya mendapati sekelompok Muslim, termasuk dinegeri kita, yang mulai kehilangan keyakinan kepada shalatsebagai suatu unsur penting dari keislaman seseorang. Orang-orang yang menyebut diri mereka liberal ini, sampai-sampai

Pengantar

11

Page 14: Tuhan kita berkata: Sujud dan mendekatlah · Nah, saya mendapati cara yang paling efektif untuk me- respons ketiga hal di atas adalah dengan menyajikan suatu rangkaian tulisan yang

12

sejauh mempromosikan semacam fideisme Islam. Yakni, ber-agama, dalam hal ini ber-Islam, sebatas keimanan personal—dan “rasional”—tanpa ritual-ritual.

Ketiga, saya juga mendapati, di tengah kegairahan orangkota untuk bertasawuf dan mengikuti berbagai paguyubantarekat, ada kecenderungan untuk menekankan spiritualitastanpa ritus. Mereka, sebagaimana yang dituduhkan oleh se-bagian orang yang antitasawuf, merasa telah lebih mementing-kan hakikat (hubungan manusia dengan Allah) daripada sya-riat (kewajiban-kewajiban ritual)—seolah-olah hakikat sedemi-kian dapat dicapai tanpa syariat. (Dan seolah-olah para sufi besaryang menjadi panutan berbagai tarekat itu tak mementing-kan syariat, khususnya shalat.)

Nah, saya mendapati cara yang paling efektif untuk me-respons ketiga hal di atas adalah dengan menyajikan suaturangkaian tulisan yang dapat menjelaskan hakikat dan maknashalat yang sebenarnya, lebih dari sekadar memahaminya de-ngan pemahaman superfisial biasa. Yakni, pemahaman yang,meski sepenuhnya bersandar pada Al-Quran dan Sunnah,bersifat rasional, intelektual, dan spiritual. Karena, meski barang-kali terkadang ada juga yang mengingkari shalat semata-matasebagai wujud sikap khâlif tudzkar (berbeda agar diingat),atau cuma malas saja, sebagian lainnya mungkin memang belumdapat memahami dan merasakan nilai dan manfaat shalat.

Page 15: Tuhan kita berkata: Sujud dan mendekatlah · Nah, saya mendapati cara yang paling efektif untuk me- respons ketiga hal di atas adalah dengan menyajikan suatu rangkaian tulisan yang

13

Dari sini, terbayanglah dalam pikiran saya bahwa buku ini,selain mengungkapkan penafsiran yang lebih menukik terha-dap ritus shalat, juga menyajikan pandangan para sufi atau ‘ârif(gnostik, ahli pengetahuan ruhani atau batin), yang tak bisadibantah kedalaman perenungan mereka. Penyajian pandang-an kaum sufi atau ‘ârif ini sekaligus dapat merespons sedikitnyadua masalah yang saya sebutkan di awal tulisan ini. Yakni, me-muasi keperluan personal saya, mengingat saya adalah peminatdan pengagum pemikiran para sufi seperti ini, dan mengingatpara pengikut tarekat tersebut di atas tak akan dapat meng-elak dari menghormati pandangan para tokoh ini (kecualikalau mereka merasa lebih bijak dari para sufi itu). Saya me-nyisipkan pula pandangan Ibn Sina yang, meski seorang filosofyang rasional, dikenal pula dengan kecenderungan sufistikatau ‘irfaninya.

Dengan mengungkapkan pemahaman seperti ini, diharap-kan bukan saja kita akan dapat menangkap dengan lebih baikhakikat dan makna shalat, kita dapat juga menginternalisasi-kan perenungan kaum sufi dan ‘ârif tersebut di dalam diri kitaagar kita benar-benar dapat mengalami pertemuan denganAllah Swt. lewat ibadah yang satu ini. Karena, bukankah per-temuan dengan Allah inilah yang menjadi tujuan puncak pe-laksanaan shalat, dan juga puncak dari upaya mujâhadah kaumsufi dan ‘ârif ini? Saya sendiri, ketika menuliskannya, merasamendapatkan tambatan yang kuat, dalam pemikiran dan

Page 16: Tuhan kita berkata: Sujud dan mendekatlah · Nah, saya mendapati cara yang paling efektif untuk me- respons ketiga hal di atas adalah dengan menyajikan suatu rangkaian tulisan yang

14

pandangan kaum sufi ini, bagi upaya untuk dapat melakukanshalat dengan khusyuk atau dengan kehadiran hati, meng-ingat—seperti akan dibahas di dalam salah satu tulisan dalambuku ini juga—kekhusyukan merupakan syarat bagi shalatyang sesungguhnya.

Namun, jika boleh, baiklah saya sampaikan di sini sedikitperingatan—saya enggan untuk menyebutnya nasihat—yangsaya petik dari pengalaman saya sendiri. Betapapun secara men-tal dan spiritual kita telah mampu sedikit banyak memahamihakikat dan nilai shalat, tetap saja suatu disiplin yang kuatdiperlukan untuk ini. Karena, di samping kemampuan pikirandan ruhani kita untuk menyugesti tindakan, ada juga kekuatanlain—biasa disebut sebagai dorongan keburukan atau bisikansetan—yang akan menghalang-halangi sugesti itu untuk ter-wujud dalam kenyataan. Disiplin inilah yang perlu terus diasahdan dilatih agar pada akhirnya jiwa kita benar-benar dapat me-naklukkan kecenderungan untuk tidak menjalankan ajarandari Sang Mahabijak ini. Inilah yang dalam tasawuf disebutsebagai riyâdhah atau tarbiyah nafsiyyah (latihan atau pendidikankejiwaan).

Mudah-mudahan, dengan pemahaman yang benar, niatyang kuat, dan disiplin yang merupakan buah dari latihan-latihan yang keras, Allah akan mengaruniakan kepada kitapenghayatan dan kenikmatan shalat, dan berbagi manfaat yangdapat kita peroleh darinya.

Page 17: Tuhan kita berkata: Sujud dan mendekatlah · Nah, saya mendapati cara yang paling efektif untuk me- respons ketiga hal di atas adalah dengan menyajikan suatu rangkaian tulisan yang

15

Akhirnya, semoga rangkaian tulisan sederhana ini dapat—jika orang lain memang mendapatkan manfaat dari membaca-nya—berguna juga buat diri saya, sekaligus menjadi wasilah bagiturunnya pertolongan Allah untuk menganugerahkan peng-hayatan, dorongan kenikmatan, dan manfaat-manfaat shalatkepada diri saya sendiri dan keluarga saya. Taqabbal, ya Allah!

Setapak, KL, 15 Ramadhan 1427 H

Haidar Bagir

Page 18: Tuhan kita berkata: Sujud dan mendekatlah · Nah, saya mendapati cara yang paling efektif untuk me- respons ketiga hal di atas adalah dengan menyajikan suatu rangkaian tulisan yang
Page 19: Tuhan kita berkata: Sujud dan mendekatlah · Nah, saya mendapati cara yang paling efektif untuk me- respons ketiga hal di atas adalah dengan menyajikan suatu rangkaian tulisan yang

17

Pengantar Cetakan Kedua — 7

Pengantar — 11

Bagian 1

Ruh Shalat

1 Pendahuluan: Fungsi dan Manfaat Shalat — 23

2 Shalat yang Sebenarnya — 30

3 Shalat dan Keharusan Khusyuk (1) — 35

4 Shalat dan Keharusan Khusyuk (2) — 41

5 Bagaimana Shalat Dapat Mencegah Perbuatan Kejidan Mungkar? — 46

Isi Buku

17

Page 20: Tuhan kita berkata: Sujud dan mendekatlah · Nah, saya mendapati cara yang paling efektif untuk me- respons ketiga hal di atas adalah dengan menyajikan suatu rangkaian tulisan yang

18

6 Keharusan Berbuat Baik kepada Sesama — 51

7 Thuma’nînah dan Flow — 56

8 Shalat dan Pencerahan — 62

9 Shalat Meningkatkan Performance Kerja — 67

10 Apakah Shalat Bisa Digantikan dengan Meditasi? — 72

Agar Kita Berdisiplin, Khusyuk, dan MenikmatiShalat — 77

Bagian 2

Meresapi Ruh Shalat

Ringkasan Pandangan Kaum Sufi dan Filosoftentang Shalat — 87

11 Kaum Sufi dan Syariat — 91

12 Shalat menurut Kaum Sufi (1): Dalam KasyfAl-Mahjûb, Karya Al-Hujwiri — 97

13 Shalat menurut Kaum Sufi (2): Dalam KasyfAl-Mahjûb, Karya Al-Hujwiri — 104

14 Memaknai Shalat: Melalui Penghayatan Ibn ‘Arabidalam Fushus Al-Hikam (1) — 110

Page 21: Tuhan kita berkata: Sujud dan mendekatlah · Nah, saya mendapati cara yang paling efektif untuk me- respons ketiga hal di atas adalah dengan menyajikan suatu rangkaian tulisan yang

19

15 Memaknai Shalat: Melalui Penghayatan Ibn ‘Arabidalam Fushus Al-Hikam (2) — 117

16 Memaknai Shalat: Melalui PenghayatanImam Al-Ghazali — 124

17 Memaknai Shalat: Melalui Penghayatan Abu ThalibAl-Makki (1) — 134

18 Memaknai Shalat: Melalui Penghayatan Abu ThalibAl-Makki (2) — 140

19 Memaknai Shalat: Melalui Penghayatan Abu ThalibAl-Makki (3) — 145

20 Memaknai Shalat: Melalui PenghayatanRumi (1) — 152

21 Memaknai Shalat: Melalui PenghayatanRumi (2) — 158

22 Memaknai Shalat: Melalui PenghayatanIbn Al-Qayim Al-Jawziyah — 164

23 Memaknai Shalat: Melalui PenghayatanSyah Waliyullah Al-Dihlawi (1) — 173

24 Memaknai Shalat: Melalui PenghayatanSyah Waliyullah Al-Dihlawi (2) — 178

25 Memaknai Shalat: Melalui PenghayatanIbn Sina (1) — 184

Page 22: Tuhan kita berkata: Sujud dan mendekatlah · Nah, saya mendapati cara yang paling efektif untuk me- respons ketiga hal di atas adalah dengan menyajikan suatu rangkaian tulisan yang

20

26 Memaknai Shalat: Melalui PenghayatanIbn Sina (2) — 191

27 Memaknai Shalat: Melalui PenghayatanAyatullah Khomeini (1) — 198

28 Memaknai Shalat: Melalui PenghayatanAyatullah Khomeini (2) — 206

29 Memaknai Shalat: Melalui PenghayatanMuhammad Iqbal — 213

30 Memaknai Shalat: Melalui PenghayatanMurtadha Muthahhari (1) — 229

31 Memaknai Shalat: Melalui PenghayatanMurtadha Muthahhari (2) — 237

32 Kesimpulan: Buat Apa Shalat? — 244

Tanya Jawab — 251

Indeks — 257

Page 23: Tuhan kita berkata: Sujud dan mendekatlah · Nah, saya mendapati cara yang paling efektif untuk me- respons ketiga hal di atas adalah dengan menyajikan suatu rangkaian tulisan yang

BAGIAN 1

RUH SHALAT

Page 24: Tuhan kita berkata: Sujud dan mendekatlah · Nah, saya mendapati cara yang paling efektif untuk me- respons ketiga hal di atas adalah dengan menyajikan suatu rangkaian tulisan yang
Page 25: Tuhan kita berkata: Sujud dan mendekatlah · Nah, saya mendapati cara yang paling efektif untuk me- respons ketiga hal di atas adalah dengan menyajikan suatu rangkaian tulisan yang

23

1

Pendahuluan:Fungsi dan Manfaat Shalat

S H A L A T, secara harfiah, berarti doa. Dalam konteks ini, yangdimaksud shalat adalah doa yang disampaikan dengan tatacara—syarat dan rukun—yang khas dalam bentuk bacaan-bacaan dan gerakan-gerakan tertentu. Dalam bahasa syariah,inilah yang disebut dengan ash-shalawât al-qâ’imah (shalat-shalat yang didirikan), terdiri atas shalat wajib 5 waktu danberbagai shalat sunnah. Kata “shalat” juga memiliki akar katayang sama dan memiliki hubungan makna dengan kata “shi-lah”, yang bermakna “hubungan”. (Contohnya, “shilah al-rahim” bermakna “silaturahmi” atau “hubungan kasih-sayang”.)Dalam kaitannya dengan kata “shilah” ini, shalat bermaknamedium hubungan manusia dengan Allah Swt. Dalam sebuah

Page 26: Tuhan kita berkata: Sujud dan mendekatlah · Nah, saya mendapati cara yang paling efektif untuk me- respons ketiga hal di atas adalah dengan menyajikan suatu rangkaian tulisan yang

24

hadis disebutkan bahwa “shalat adalah mi‘râj-nya orang-orangberiman”. Dengan kata lain, sebagaimana Rasulullah bertemudengan Allah Swt. ketika ber-mi‘râj, orang beriman (dapat)bertemu dengan-Nya melalui shalat.

Meski ada riwayat yang menyatakan bahwa Allah mewahyu-kan tentang shalat pada saat Rasulullah ber-mi‘râj, banyakriwayat yang menunjukkan bahwa Rasul—bersama Siti Kha-dijah dan Sayyidina ‘Ali bin Abi Thalib—telah melakukan sha-lat, bahkan sebelum beliau melakukan dakwah terang-terang-an. Tak kurang pula indikasi dalam Al-Quran dan hadis, sertapandangan para ulama dan sufi—sebagiannya dikutip dalambuku ini—bahwa kewajiban shalat telah dilakukan oleh pararasul sebelum Muhammad Saw. Para peneliti Bibel—antaralain Thomas McElwain—malah merasa yakin telah menemu-kan ayat-ayat dalam kitab suci orang-orang Nasrani ini petunjuk-petunjuk gerakan yang mirip dengan tata cara shalat orangMuslim. Jadi, meski tak harus sepenuhnya sama, tampaknyatata cara shalat sudah dikenal sebelum datangnya Islam.

Al-Quran memberikan tempat utama kepada ibadah sha-lat ini. Demikian pula Rasulullah Saw. Dalam Al-Quran ter-sebut tak kurang dari 234 ayat mengenai shalat. Di antaranya,sebuah ayat yang mengisahkan orang-orang yang dijebloskanke dalam Saqar—suatu lembah di Neraka Jahanam:

Page 27: Tuhan kita berkata: Sujud dan mendekatlah · Nah, saya mendapati cara yang paling efektif untuk me- respons ketiga hal di atas adalah dengan menyajikan suatu rangkaian tulisan yang

25

(Kepada mereka ditanyakan): “Apakah yang memasuk-kan kamu ke dalam Saqar?” (Mereka menjawab): “Kamidahulu tidak termasuk orang-orang yang mengerjakanshalat.” (QS Al-Muddatstsir [74]: 42-43)

Sementara itu, dengan tegas Rasulullah menyatakan, “Takada pembeda antara orang Mukmin dan orang kafir kecualishalat.” Di kesempatan lain disabdakannya pula, “Shalat ada-lah pilar agama,” dan “Yang paling awal diperhitungkan dariseorang hamba pada hari kiamat adalah shalat. Jika baik sha-latnya, baiklah seluruh amalnya yang selebihnya. Jika burukshalatnya, buruk pulalah seluruh amalnya yang selebihnya.”

Di dalam Al-Quran, shalat disebutkan dengan berbagaifungsi shalat.

Pertama, shalat adalah pencegah dari perbuatan buruk.“Sesungguhnya, shalat (yang benar—HB) mencegah dari per-buatan keji dan mungkar” (QS Al-‘Ankabût [29]: 45). Per-buatan keji adalah semua perkataan dan perbuatan yang me-ngotori kehormatan dan kesucian diri, sementara yang mung-kar adalah apa saja yang ditolak oleh syariat.

Kedua, shalat adalah sumber petunjuk. Rasulullah ber-sabda, “Shalat adalah sumber cahaya.” Barang siapa yang me-meliharanya, ia akan mendapatkan cahaya dan petunjuk. Danbarang siapa yang tidak memeliharanya, maka tiada cahaya ataupetunjuk baginya.

Page 28: Tuhan kita berkata: Sujud dan mendekatlah · Nah, saya mendapati cara yang paling efektif untuk me- respons ketiga hal di atas adalah dengan menyajikan suatu rangkaian tulisan yang

26

Ketiga, shalat adalah sarana kita meminta pertolongan dariAllah Swt. “Mintalah pertolongan dengan sabar (dalam se-bagian tafsir, sabar diartikan sebagai puasa) dan shalat” (QSAl-Baqarah [2]: 45).

Keempat, shalat adalah pelipur jiwa. Allah Swt. berfirman,“… dirikanlah shalat untuk mengingat-Ku” (QS Thâ Hâ [20]:13-14). “Dan bukankah dengan mengingat-Ku, hati menjaditenteram?” (QS Al-Ra‘d [13]: 28). Diriwayatkan bahwa setiapkali Rasul mengalami kesedihan atau kegundahan, beliau akanmemerintahkan kepada Bilal, “Senangkan kami, wahai Bilal.”Maksud beliau, hendaklah Bilal mengumandangkan iqamahagar Rasul dan para sahabatnya dapat melakukan shalat se-telah itu. Pada kesempatan lain, beliau menyatakan, “Dijadi-kan bagiku shalat sebagai penyejuk-jiwaku.”

Kelima, selain mendatangkan kebahagiaan, shalat yangdilakukan secara teratur akan dapat melahirkan kreativitas.Psikologi mutakhir—yang biasa disebut sebagai psikologi posi-tif—telah menunjukkan besarnya pengaruh ketenangan ter-hadap kreativitas. Mihaly Csikszentmihalyi, ahli psikologi ini,memperkenalkan suatu keadaan dalam diri manusia yang di-sebutnya sebagai “flow”. Bukan saja “flow” adalah sumber ke-bahagiaan, ia sekaligus adalah sumber kreativitas. Shalat yangkhusyuk menghasilkan kondisi “flow” dalam diri pelakunya.

Keenam, berdasar penemuan-penemuan mutakhir yangmenyatakan bahwa kesehatan tubuh dan penyakit sebenarnyaberasal dari penyakit jiwa, dan bahwa banyak penyakit tubuh

Page 29: Tuhan kita berkata: Sujud dan mendekatlah · Nah, saya mendapati cara yang paling efektif untuk me- respons ketiga hal di atas adalah dengan menyajikan suatu rangkaian tulisan yang

27

sesungguhnya dapat disembuhkan melalui ketenangan jiwa,maka shalat dapat dilihat sebagai sarana kesehatan tubuh juga.Dan, sehubungan dengan ini, telah banyak dilakukan peneliti-an untuk melihat manfaat mengerjakan shalat secara teraturbagi kesehatan tubuh.

Dapat disimpulkan dari berbagai manfaat shalat tersebutdi atas bahwa sesungguhnya shalat—di samping fungsi utama-nya sebagai sarana beribadah kepada-Nya, mengembangkankeimanan kepada suatu Zat Mahakuasa dan Maha Penyayangyang kepada-Nya kita dapat mempertautkan kecintaan dankeimanan, serta memperhalus akhlak—adalah fasilitas yangdianugerahkan-Nya kepada kita untuk meningkatkan kualitashidup kita sehari-hari. Banyak orang bersusah payah mencarijalan dalam mencapai hal ini dengan mengembangkan ber-bagai bentuk meditasi transendental, hipnosis, mencari kon-sultasi psikologis dan medis, bahkan lari kepada obat-obatpenenang atau, kalau tidak, mesti hidup dalam kebingunganserta tekanan stres dan depresi. Padahal, sebagai Muslim, kitatelah diajari teknik-teknik foul proof yang datang dari DiaYang Mahatahu. Masihkah, setelah ini, kita akan menyia-nyiakan shalat dengan tidak menjalankannya?

Dari sini, marilah kita lanjutkan pembicaraan kita tentangshalat dan berbagai seluk-beluknya itu, bi ‘aunil-Lâhi Ta‘âlâ.[]

Page 30: Tuhan kita berkata: Sujud dan mendekatlah · Nah, saya mendapati cara yang paling efektif untuk me- respons ketiga hal di atas adalah dengan menyajikan suatu rangkaian tulisan yang

28

Memadamkan Apidengan Shalat

Allah Swt. berfirman:

Dan dirikanlah shalat itu pada kedua tepi siang (pagidan petang) dan pada bagian permulaan malam. Sesung-guhnya, perbuatan-perbuatan yang baik itu menghapus-kan (dosa) perbuatan-perbuatan yang buruk. Itulahperingatan bagi orang-orang yang ingat. (QS Hûd [11]:114)

Rasulullah Saw. menyatakan bahwa ayat-ayat di atasmerupakan ayat yang paling memberikan harapan kepadamanusia. Dan menambahkan:

“Demi Tuhan yang mengangkatku sebagai nabi, sejakseseorang mulai berwudhu, dosa-dosanya berguguran. Dantatkala dia berdiri melaksanakan shalat dan berbicara denganAllah dengan penuh perhatian, dia telah bersih dari dosa,seperti ketika dia dilahirkan dari rahim ibunya.”

Page 31: Tuhan kita berkata: Sujud dan mendekatlah · Nah, saya mendapati cara yang paling efektif untuk me- respons ketiga hal di atas adalah dengan menyajikan suatu rangkaian tulisan yang

29

Rasulullah Saw. bersabda:

“Saya mendengar bahwa ada seorang malaikat yang me-nyeru manusia pada setiap waktu-waktu shalat sebagai ber-ikut, ‘Wahai putra Adam, dirikanlah shalat demi mema-damkan api yang kalian nyalakan lantaran perbuatan kejiyang telah kalian lakukan.’ Kemudian ada di antara kalianyang bangkit dan melaksanakan shalat, lalu dosa-dosa merekadiampuni. Kemudian mereka kembali melakukan perbuat-an dosa dan api pun kembali menyala berkobar-kobar. Tetapi,saat tiba waktu shalat berikutnya, malaikat kembali menyeruuntuk memadamkan api yang berkobar-kobar ... dan hal initerjadi berulang-ulang hingga mereka tidur dalam keadaandosa-dosa mereka telah diampuni oleh Allah Swt.”

Page 32: Tuhan kita berkata: Sujud dan mendekatlah · Nah, saya mendapati cara yang paling efektif untuk me- respons ketiga hal di atas adalah dengan menyajikan suatu rangkaian tulisan yang

30

M E S K I semua ibadah kepada Allah adalah baik, shalatadalah ibadah yang terbaik. Demikian dinyatakan oleh Al-Quran, hadis, dan ungkapan para ulama dan sufi. Rasulullahbersabda, “Sebaik-baiknya amal adalah shalat pada waktu-nya.” Sayyidina ‘Ali bin Abi Thalib menyatakan, “Sesungguh-nya, amal perbuatan yang paling disukai Allah adalah shalat.”Bahkan, ia diriwayatkan melafazkan kata, “Shalat … shalat…” pada detik-detik terakhir sebelum kematiannya. Sedang-kan Imam Ja‘far Al-Shadiq—seorang pemimpin umat, sufi,dan filosof, guru Imam Abu Hanifah dan Imam Malik—jugamenyeru, “Sesungguhnya, sebaik-baik amal di sisi Allah padahari kiamat adalah shalat.”

2

Shalat yang Sebenarnya

Page 33: Tuhan kita berkata: Sujud dan mendekatlah · Nah, saya mendapati cara yang paling efektif untuk me- respons ketiga hal di atas adalah dengan menyajikan suatu rangkaian tulisan yang

31

Namun, kita bertanya-tanya, kalau sedemikian pentingnilai shalat dalam keseluruhan ajaran Islam, mengapa kita se-olah tak banyak melihat manfaat shalat bagi orang-orang yangmelakukannya? Mengapa negara-negara Muslim, yang didalamnya banyak orang melakukan shalat, justru tertinggaldalam hal-hal yang baik dari negara-negara non-Muslim danmenjadi “juara” dalam hal-hal yang buruk, seperti korupsi,misalnya? Mengapa tak jarang kita lihat orang yang tampakrajin menjalankan shalat, bahkan shalat jamaah di masjid-masjid, tak memiliki akhlak yang dapat dicontoh? Apakah AllahSwt. telah melakukan kekeliruan ketika menyatakan bahwaInnash-shalâta tanhâ ‘anil fakhsyâ’i wal-munkar (Sesungguh-nya, shalat mencegah dari perbuatan keji dan mungkar)? (QSAl-‘Ankabût [29]: 45). Apakah salah Rasul-Nya ketika menyata-kan bahwa “jika shalat seseorang baik, baiklah semua amalnya”?Shadaqa Allâh al-‘Azhîm wa shadaqa Rasûl Allâh (Sungguhbenar Allah Yang Mahaagung dan Rasul-Nya).

Jika ada kekeliruan dan kesalahan, itu tentu terletak padapemahaman kita tentang firman Allah Swt. dan tentang shalatyang benar. Mari, untuk itu, kita simak ayat lain dalam KitabSuci-Nya:

(Lukman menasihati putranya:) “Hai Anakku, dirikan-lah shalat dan perintahkanlah (kepada manusia) untukmengerjakan yang makruf dan cegahlah (mereka) dariberbuat mungkar. Dan bersabarlah terhadap apa yang

Page 34: Tuhan kita berkata: Sujud dan mendekatlah · Nah, saya mendapati cara yang paling efektif untuk me- respons ketiga hal di atas adalah dengan menyajikan suatu rangkaian tulisan yang

32

menimpa kamu. Sesungguhnya, itu termasuk urusan-urusan yang tegas (diwajibkan oleh Allah).” (QS Luq-mân [31]: 17)

Tampak dalam ayat kutipan tersebut bahwa perintah men-dirikan shalat dipisahkan dari perintah mengerjakan yang mak-ruf dan mencegah yang mungkar. Dengan kata lain, shalattak otomatis mencegah orang dari melakukan perbuatan mung-kar. Maknanya akan menjadi jelas ketika kita simak sabda Ra-sulullah, yang tampaknya dimaksudkan untuk menafsirkanayat tersebut, sebagai berikut:

“Lâ shalâta li man la tanhâhu shalâtuhu ‘anil fakhsyâ’iwal munkar (Tak melakukan shalat orang-orang yangshalatnya tak menghindarkannya dari kekejian dankemungkaran).”

Jadi, alih-alih sebagai jaminan bahwa orang yang shalatpasti tercegah dari perbuatan keji dan mungkar, maka ayattersebut mesti dipahami sebagai definisi shalat yang sesung-guhnya. Yakni, bahwa shalat yang benar akan termanifestasi-kan dalam kebaikan akhlak.

Menjelaskan lebih jauh pengertian ini, Imam Ja‘far Al-Shadiq menyatakan:

Page 35: Tuhan kita berkata: Sujud dan mendekatlah · Nah, saya mendapati cara yang paling efektif untuk me- respons ketiga hal di atas adalah dengan menyajikan suatu rangkaian tulisan yang

33

“Ketahuilah bahwa sesungguhnya shalat itu merupakananugerah Allah untuk manusia, sebagai penghalang danpemisah (dari keburukan). Oleh karena itu, sesiapa yangingin mengetahui sejauh mana manfaat shalatnya, hen-daklah ia memerhatikan apakah shalatnya mampu men-jadi penghalang dan pemisah dirinya dari perbuatankeji dan mungkar. Shalat yang diterima (oleh Allah) ada-lah hanya sejauh yang mencegah pelakunya dari per-buatan keji dan mungkar.”

Shalat yang tak memiliki sifat mencegah dari perbuatankeji dan mungkar tak memiliki nilai sebagai shalat yang benar,sehingga ia tertolak, sebagaimana dinyatakan dalam hadis yanglain: “Ada kalanya seseorang shalat terus-menerus selama 50tahun, namun Allah tak menerima satu pun dari shalatnya.”

Nah, pertanyaan yang tidak-bisa-tidak akan muncul ada-lah: apakah syarat-syarat shalat yang benar, yang diterima olehAllah itu?[]

Page 36: Tuhan kita berkata: Sujud dan mendekatlah · Nah, saya mendapati cara yang paling efektif untuk me- respons ketiga hal di atas adalah dengan menyajikan suatu rangkaian tulisan yang

34

Pesan Syaikh

Putra Syaikh Hasan Ali Isfahani berkata, “Dua orang peda-gang pasar Masyhad bercerita kepada saya, bahwa dahulukami mengalami masa sulit dalam kehidupan kami. Untukmemecahkan problem ini, kami berdua pergi ke tempat SyaikhHasan Ali Isfahani. Di sana banyak sekali orang yang sedangmenunggu giliran untuk dapat berjumpa dengan beliau. Kamipun duduk sambil menanti giliran kami. Tiba-tiba, dari keru-munan orang banyak itu, Syaikh memanggil kami berduauntuk menghadap. Beliau berkata kepada salah satu dari kami,‘Kamu harus melakukan sesuatu yang tidak kamu lakukan.’Sementara kepada yang lain, beliau berkata, ‘Kamu tidakboleh melakukan sesuatu yang kamu lakukan (yakni salah satudari kalian ada yang tidak shalat sementara yang lain sukamengonsumsi minum-minuman keras). Pergilah kalian berduadan lakukanlah tugas kalian agar keadaan kalian mengalamiperubahan.’ Kami akui salah satu dari kami memang tidakpernah shalat dan yang lain peminum.

“Sesuai dengan wasiat Syaikh, kami mengamalkan apayang dianjurkannya kepada kami dan pada akhirnya kamipun dapat keluar dari kesusahan kami.”

Page 37: Tuhan kita berkata: Sujud dan mendekatlah · Nah, saya mendapati cara yang paling efektif untuk me- respons ketiga hal di atas adalah dengan menyajikan suatu rangkaian tulisan yang

35

A L L A H berfirman, Sesungguhnya shalat itu amat berat, ke-cuali bagi orang-orang yang khusyuk (QS Al-Baqarah [2]: 45).Jika ayat ini dibaca dengan teliti, akan kita dapati bahwa iamemiliki “pemahaman terbalik” (inverse logics atau mafhûmmukhâlafah) bahwa shalat hanya memiliki nilai jika dilakukandengan khusyuk.

Khusyuk bermakna kesadaran penuh akan kerendahankehambaan (‘ubûdiyyah) diri kita sebagai manusia di hadapankeagungan Rubûbiyyah (Ketuhanan). Sikap khusyuk ini tim-bul sebagai konsekuensi kecintaan sekaligus ketakutan kitakepada Zat Yang Mahakasih dan Mahadahsyat ini. Sebagaiimplikasinya, orang yang memiliki sikap seperti ini akan ber-

3

Shalat danKeharusan Khusyuk (1)

Page 38: Tuhan kita berkata: Sujud dan mendekatlah · Nah, saya mendapati cara yang paling efektif untuk me- respons ketiga hal di atas adalah dengan menyajikan suatu rangkaian tulisan yang

36

upaya memusatkan seluruh pikiran—seluruh keberadaannya—kepada kehadiran-Nya dan membersihkannya dari apa sajayang selain Allah. Tidak bisa tidak ini berarti hadirnya hati.Tanpa kehadiran hati, shalat kehilangan nilainya. Rasulullahbersabda, “Shalat yang diterima adalah sekadar hadirnyahati.”

Diriwayatkan pula darinya Saw. bahwa “Dua rakaat shalatorang yang khusyuk lebih bernilai ketimbang 1.000 rakaatshalat orang yang tak peduli.” Kepada Abu Dzar, Rasul Saw.mengajarkan, “Dua rakaat shalat pendek yang disertai dengantafakur adalah lebih baik daripada shalat sepanjang malamdengan hati yang lalai.”

Di kesempatan lain, Rasul Saw. menamsilkan:

“Tak akan diterima shalat seseorang yang dilakukanbagai seekor burung yang mematuk-matuk makanan-nya.”

Mudah dipahami bahwa seekor burung—sebagai hewan,yang tak memiliki hati atau perasaan sebagaimana manusia—yang sedang mematuk-matuk makanannya melakukan hal itusecara instingtif, sebagai bagian dari keharusannya untuk ber-tahan hidup. Berbeda halnya dengan manusia. Bahkan ketikasedang lapar, manusia menikmati makanannya itu. Bukan ha-nya melahapnya, atau bahkan sekadar menikmati rasanya, me-lainkan juga menghayati cara penyajian dan suasana yang me-

Page 39: Tuhan kita berkata: Sujud dan mendekatlah · Nah, saya mendapati cara yang paling efektif untuk me- respons ketiga hal di atas adalah dengan menyajikan suatu rangkaian tulisan yang

37

lingkupi waktu makan itu. Apatah pula ketika ia sedang meng-hadap kepada suatu Zat Yang Mahaagung sekaligus Maha-lembut (Lathîf) sebagaimana Allah Subhâna-Hu wa Ta‘âlâ.Jika hati tiada hadir, apa makna shalat, yang dikatakan sebagaisarana pertemuan kita dengan-Nya?

Ayatullah Khomeini memberikan ilustrasi menarik sehu-bungan dengan keharusan khusyuk atau hadirnya hati ini.Kelak ketika kita di-hisâb (diperhitungkan), hal pertama yangakan ditanyakan kepada kita adalah tentang pelaksanaan iba-dah shalat. Dan bahwa baik-buruk nasib kita di akhirat kelakakan ditentukan oleh baik-buruk shalat kita. Hal ini sesuaidengan sabda Nabi Saw.:

“Yang pertama sekali di-hisâb pada hari kiamat adalahshalat. Apabila baik shalat, akan baiklah yang selebih-nya. Apabila buruk shalat, akan buruklah yang selebih-nya.”

Nah, kita harus ingat bahwa yang akan di-hisâb oleh Allahadalah hati kita, sementara fisik kita telah hancur di dalamtanah. Maka, jika kita melaksanakan shalat di dunia tanpakehadiran hati—tanpa khusyuk, dan hanya merupakan gerakan-gerakan badan serta bacaan lisan—hati kita akan menjawabbahwa kita tak pernah melaksanakan shalat. Sehingga jangansampai—mudah-mudahan Allah Swt. menjauhkan—kita

Page 40: Tuhan kita berkata: Sujud dan mendekatlah · Nah, saya mendapati cara yang paling efektif untuk me- respons ketiga hal di atas adalah dengan menyajikan suatu rangkaian tulisan yang

38

menjadi orang yang bangkrut, seperti yang disabdakan NabiSaw.:

“Seseorang melaksanakan shalat selama 50 tahun, dantak ada yang diterima sedikit pun dari shalatnya.”[]

Page 41: Tuhan kita berkata: Sujud dan mendekatlah · Nah, saya mendapati cara yang paling efektif untuk me- respons ketiga hal di atas adalah dengan menyajikan suatu rangkaian tulisan yang

39

Dahulu Setan Paling LamaMengerjakan Shalat

Dikisahkan bahwa suatu hari Bisyr bin Mansur berada di mas-jid sendirian. Kemudian ia mengerjakan dua rakaat shalatsangat lama sekali. Selesai shalat, ia mendapati seseorang dudukdi sampingnya. Bisyr pun berkata kepada orang tersebut, “Ja-nganlah Anda tertipu dengan shalat saya. Shalatnya setanjauh lebih lama daripada saya.”

Kemudian ia meneruskan shalatnya.Apakah kita tidak takut bahwa dosa yang kita lakukan

bisa menyebabkan tidak diterimanya shalat kita? Inilah yangseharusnya terus dipikirkan oleh seseorang agar tidak meman-dang suci dirinya, menyanjung perbuatannya, serta tidak meng-anggap dirinya besar. Imam Shadiq berkata:

Page 42: Tuhan kita berkata: Sujud dan mendekatlah · Nah, saya mendapati cara yang paling efektif untuk me- respons ketiga hal di atas adalah dengan menyajikan suatu rangkaian tulisan yang

40

“Ada seorang ‘âbid (orang yang taat beribadah) dan se-orang fâsiq (orang yang selalu melakukan keburukan) masukke masjid. Ketika keluar dari masjid, kondisi mereka menjaditerbalik. Yakni, pada waktu orang fâsiq tadi masuk ke masjid,kemudian melihat orang yang ahli ibadah, hatinya terasahancur dan Tuhan pun mencintainya. Namun, ahli ibadahyang malang itu, begitu matanya melihat ke arah orang fâsiqtersebut, ia berkata, ‘Siapakah gerangan yang masuk ke tem-pat orang-orang Mukmin?’ Karena pikiran semacam inilah,yaitu memandang dirinya lebih tinggi, ia menjadi lebih hina.”

Page 43: Tuhan kita berkata: Sujud dan mendekatlah · Nah, saya mendapati cara yang paling efektif untuk me- respons ketiga hal di atas adalah dengan menyajikan suatu rangkaian tulisan yang

41

S E L A N J U T N Y A, khusyuk mengharuskan pemahamanyang benar tentang makna seluruh gerakan dan bacaan shalatserta menghunjamkannya ke dalam hati. Bahkan, pada pun-caknya, bukanlah ucapan dan gerakan yang terhunjam ke hati,melainkan—sebaliknya—hati, yang telah menghayati seluruhmakna bacaan dan gerakan shalat, mendiktekan kepada lidahapa yang harus diucapkan dan anggota tubuh yang harusdigerakkan. Inilah yang disebut sebagai tafahhum, sebagai-mana dimaksud oleh hadis:

“Jadikanlah hatimu sebagai kiblat lidahmu; jangan eng-kau gerakkan lidahmu kecuali dengan aba-aba dari hati-mu.”

4

Shalat danKeharusan Khusyuk (2)

Page 44: Tuhan kita berkata: Sujud dan mendekatlah · Nah, saya mendapati cara yang paling efektif untuk me- respons ketiga hal di atas adalah dengan menyajikan suatu rangkaian tulisan yang

42

Jika lisan—dan tubuh—sudah digerakkan oleh hati,barulah bacaan dan gerakan tubuh memiliki manfaatnya.Sebagai contoh, ketika kita mengatakan Allâhu Akbar, makaucapan yang disertai dengan kehadiran hati akan mengajardan menanamkan di dalam diri kita untuk tidak meletakkanapa pun sebagai lebih penting daripada mendapatkan ke-ridhaan dan menghindarkan kemurkaan-Nya. Seseorang yangmengucapkan “Allah Mahabesar”, tapi hatinya terus terpan-cang pada harta, pada hakikatnya mengatakan “Harta Maha-besar (dan lebih besar daripada Allah)”. Yakni, jika dia begitumementingkan harta sehingga untuk memperolehnya dia taksegan-segan bermaksiat (membangkang) terhadap aturan-aturan-Nya—dengan melakukan korupsi, misalnya.

Contoh yang lain adalah gerakan sujud. Ketika bersujud,kita meletakkan kepala kita—yang dianggap sebagai bagiantubuh paling terhormat—ke atas bumi (tanah). Hal ini me-rupakan simbol betapa kita adalah makhluk yang hina dinadi hadapan Rubûbiyyah (Kemahakuasaan) Allah. Bahwa ke-muliaan kita sebagai manusia adalah anugerah dari Allah. Kalaubukan karena itu semua, sesungguhnya kita adalah makhlukyang miskin. Jika pemahaman seperti ini kita tanamkan kedalam hati kita, masihkah kita akan menjadi manusia yangsombong, masihkah kita akan melecehkan orang lain?

Dan masih banyak makna lafal dan simbolisasi gerakanlainnya dari shalat yang, jika benar-benar kita hayati dan tanam-kan dalam hati, akan benar-benar menjadikan shalat sebagai

Page 45: Tuhan kita berkata: Sujud dan mendekatlah · Nah, saya mendapati cara yang paling efektif untuk me- respons ketiga hal di atas adalah dengan menyajikan suatu rangkaian tulisan yang

43

pencegah dari perbuatan keji dan mungkar.2 Sebaliknya, sha-lat tanpa kehadiran hati, tanpa kekhusyukan, tak akan meng-ubah apa pun dari diri kita.

Memang, khusyuk bukanlah suatu hal yang mudah, sepertidiingatkan Allah dalam firman-Nya, yang telah dikutip sebelum-nya:

“Dan mintalah tolong dengan sabar dan shalat. Sesung-guhnya keduanya amat sulit, kecuali bagi orang-orang yangkhusyuk.” Kiranya hal ini mudah dipahami. Jika sebesar ituimbalan yang dapat kita peroleh dari melakukan shalat, tentuia tak akan sedemikian mudah diraih. Diperlukan azam yangteguh, disiplin yang ketat, dan latihan-latihan tak henti-henti-nya serta—di atas semua itu—niat ikhlas hanya untuk mencarikeridhaan-Nya agar seseorang benar-benar dapat melakukanshalat secara khusyuk.[]

2 Untuk makna lafal dan simbol gerakan tubuh dalam shalat, lebihjauh baca pandangan-pandangan kaum sufi dalam Bagian 2 bukuini.

Page 46: Tuhan kita berkata: Sujud dan mendekatlah · Nah, saya mendapati cara yang paling efektif untuk me- respons ketiga hal di atas adalah dengan menyajikan suatu rangkaian tulisan yang

44

Shalatnya Orang-Orang Saleh

Hatim Al-Asham adalah salah seorang yang taat beribadahdan tulus. ‘Isham bin Yusuf datang menghampirinya sambilbertanya dengan nada mengkritik, “Bagaimanakah carakamu shalat?!”

Hatim menjawab, “Ketika masuk waktu shalat, akubangkit dari tempatku, kemudian aku mengambil wudhulahiriah dan wudhu batiniah.”

‘Isham bertanya, “Bagaimanakah wudhu batiniah itu?”Hatim menjawab, “Wudhu lahiriah ialah membasuh

anggota wudhu dengan air. Adapun wudhu batiniah ialah tujuhanggota wudhu tersebut aku basuh dengan tujuh perkara:

1. Dengan tobat

2. Dengan penyesalan atas dosa pada masa lalu

3. Meninggalkan ketergantungan kepada dunia

4. Meninggalkan pujian para makhluk

5. Meninggalkan keterikatan kepada benda-benda

6. Meninggalkan kedengkian

7. Meninggalkan hasad.

Page 47: Tuhan kita berkata: Sujud dan mendekatlah · Nah, saya mendapati cara yang paling efektif untuk me- respons ketiga hal di atas adalah dengan menyajikan suatu rangkaian tulisan yang

45

“Setelah itu, barulah aku menuju masjid, siap untuk me-ngerjakan shalat. Pada saat menghadap ke kiblat, aku melihatdiriku sebagai seorang hamba yang selalu bergantung kepadaTuhannya. Seakan-akan aku berada di hadapan Allah, dansurga berada di sebelah kananku, neraka di sebelah kiriku,sementara ‘Izrail berada di belakangku, dan seakan-akan ke-dua kakiku berada di atas jembatan Shirah dan shalatku iniadalah shalat terakhirku. Setelah itu, barulah aku berniat,mengucapkan takbir yang suci, membaca Fâtihah dan surahdengan penuh pemikiran dan renungan. Kemudian aku ruku‘dengan penuh kerendahan diri dan khusyuk. Demikian pulahalnya ketika aku bersujud. Lalu aku baca tasyah-huddengan penuh harapan, dan akhirnya kuucapkan salam de-ngan keikhlasan. Begitu pun, aku selalu meyakinkan dirikubahwa shalatku tidak diterima oleh Allah Swt. Aku telahmengerjakan shalat seperti ini selama 30 tahun.”

‘Isham berkata, “Hanya kamu yang bisa mengerjakanshalat seperti itu.”

Setelah itu, ‘Isham menangis tersedu-sedu seraya berha-rap dari Allah agar dikaruniai ibadah seperti ibadahnyaHatim Al-Asham.

Page 48: Tuhan kita berkata: Sujud dan mendekatlah · Nah, saya mendapati cara yang paling efektif untuk me- respons ketiga hal di atas adalah dengan menyajikan suatu rangkaian tulisan yang

46

S E T E L A H membahas persyaratan shalat yang benar, mung-kin ada baiknya kita bahas di sini bagaimana mungkin shalatbenar-benar dapat mencegah perbuatan keji dan mungkar?

Sebelumnya, perlu kita pahami sekadarnya, apakah yangdimaksud dengan perbuatan keji dan mungkar. Istilah “keji”merupakan terjemahan dari kata “fakhsyâ’”. Kata tersebut ber-makna kejahatan yang besar (kekejian), sedangkan “mungkar”berarti semua perbuatan yang bertentangan dengan (memung-kiri) kesadaran kemanusiaan. Dalam konteks ini, fakhsyâ’ ber-arti perbuatan-perbuatan yang mengotori kesucian dan ke-hormatan diri, seperti berzina, bermabuk-mabukan, dan se-bagainya. Ataupun perbuatan-perbuatan yang melanggar hak

5

Bagaimana ShalatDapat Mencegah Perbuatan

Keji dan Mungkar?

Page 49: Tuhan kita berkata: Sujud dan mendekatlah · Nah, saya mendapati cara yang paling efektif untuk me- respons ketiga hal di atas adalah dengan menyajikan suatu rangkaian tulisan yang

47

orang lain, seperti menindas, merampas hak orang lain, korupsi,dan sebagainya. Sementara itu, mungkar berarti segala jenisperbuatan yang melanggar syariah.

Mudah dipahami bahwa shalat (yang benar)—yang dilaku-kan dengan khusyû‘ (kehadiran hati) dan khudhû‘ (kerendahandiri)—akan menghasilkan penuhnya hati kita dengan kehadir-an Allah Swt. Keadaan ini saja kiranya telah dapat menjadikanberbagai sumber dorongan kejahatan yang ada di dalam hatikita—kecintaan berlebihan pada dunia—terdesak kalau takmalah sepenuhnya terusir dari jiwa kita.

“Allah sekali-kali tidak menjadikan bagi seseorang duahati dalam rongga dada.” (QS Al-Ahzâb [33]: 4)

Artinya, jika hati seseorang telah dipenuhi dengan keha-diran Allah Swt., tak akan ada lagi tempat bagi sesuatu yanglain, yang tak sejalan dengan kehendak Allah Swt. Yakni, takakan ada lagi kecenderungan kepada hal-hal keduniawian,yang bisa mendorongnya untuk melakukan perbuatan-per-buatan yang melanggar perintah dan larangan-Nya.

Sejalan dengan itu, shalat yang dilakukan secara konsistendan berdisiplin akan selalu memelihara “kesadaran akan Tuhan”(God consciousness) dalam diri kita. Yakni, perasaan bahwa kitaterus-menerus berada dalam pengawasan Allah Swt. Inilahyang dalam istilah Al-Quran disebut sebagai “takwa”. Yakni,

Page 50: Tuhan kita berkata: Sujud dan mendekatlah · Nah, saya mendapati cara yang paling efektif untuk me- respons ketiga hal di atas adalah dengan menyajikan suatu rangkaian tulisan yang

48

kehati-hatian luar biasa untuk mengendalikan diri agar tidakmelanggar larangan-larangan yang telah ditetapkan oleh-Nya.

Pendeknya, shalat yang benar akan membersihkan hati.Dan, dari hati yang bersih, tak akan keluar kecuali hal-hal yangbersih dan baik.

Tapi, lebih dari itu, aturan syariat (baca: fiqih) yang terkaitdengan syarat sah shalat juga telah memperkecil atau bahkan(seharusnya) menutup sama sekali kemungkinan pelaku shalatmelakukan keburukan dan kejahatan. Termasuk di dalamnya,keharusan pakaian dan tempat shalat—bahkan makanan yangkita makan—didapat secara halal. Dalam sebuah hadis, Ra-sulullah Saw. menyatakan, “Seorang laki-laki berdoa (habis-habisan) hingga pakaiannya lusuh dan rambutnya berantakan.Tapi, bagaimana Allah akan mengabulkan doanya sementaraapa yang dipakainya berasal dari yang haram dan yang di-makannya juga berasal dari yang haram?”

Mengenai hal ini, Allamah Thabathaba’i—seorang filosof,sufi, dan ahli tafsir (1892–1981)—mengungkapkan:

“... Bahkan, jika ada seutas benang pun dalam pakaianitu yang diperoleh secara haram atau tidak sah menurut hukum,shalatnya pun tidak sah. Orang yang shalat—lantaran dipaksamenghindari apa yang dilarang sedemikian rupa—dicegahdari menggunakan milik yang diperoleh lewat cara-cara ter-larang, atau menginjak hak-hak orang lain. Seterusnya, shalathanya diterima bila seseorang telah menyingkirkan segala ke-rakusan, iri hati, serta sifat-sifat buruk dan jahat lainnya. Jelas

Page 51: Tuhan kita berkata: Sujud dan mendekatlah · Nah, saya mendapati cara yang paling efektif untuk me- respons ketiga hal di atas adalah dengan menyajikan suatu rangkaian tulisan yang

49

bahwa sifat-sifat jahat ini adalah sumber segala kejahatan; danorang yang shalat, dalam membersihkan dirinya dari sifat-sifatini, bakal membersihkan dirinya pula dari perbuatan-perbuatanjahat dan tak pantas. Manakala sebagian orang—sekalipunmereka mengerjakan shalat—melakukan perbuatan-perbuat-an jahat, hal ini disebabkan mereka tidak bertindak sesuaiaturan-aturan Islam mengenai shalat. Oleh sebab itu, shalat-shalat mereka tidak bakal diterima, dan mereka tidak menik-mati hasil-hasil yang agung dari shalat.” (Dikutip dari AllamahSayyid Muhammad Husain Thabathaba’i, Inilah Islam, UpayaMemahami Seluruh Konsep Islam Secara Mudah, PustakaHidayah, cetakan II, 1996 h. 2006.)

Secara logis, tak mungkin juga seseorang melakukan sha-lat (dengan benar), tapi pada saat yang sama masih melakukankekejian dan kemungkaran. Shalat yang benar tentu dilam-bari keimanan kepada Allah Swt., yang menjadi “objek” pe-nyembahan kita dalam ibadah ini. Tak mungkin seseorangshalat dengan benar jika ia tak sungguh-sungguh beriman ke-pada-Nya. Nah, orang yang beriman kepada Allah tentu akansebisanya menjauhi bermaksiat (pembangkangan) kepada-Nya. Inilah yang disinggung dalam sebuah hadis Nabi Saw.:

“Tak berzina seorang pezina, ketika berzina, sedang iaberada dalam keadaan Mukmin. Tak mencuri seorangpencuri, ketika mencuri, sedang ia berada dalam keadaanMukmin.”[]

Page 52: Tuhan kita berkata: Sujud dan mendekatlah · Nah, saya mendapati cara yang paling efektif untuk me- respons ketiga hal di atas adalah dengan menyajikan suatu rangkaian tulisan yang

50

Khusyuk Pura-pura

Kaum salaf biasa memohon perlindungan kepada Allah darikekhusyukan yang pura-pura/munafik (khusyû‘ nifâq). Salahseorang dari mereka berkata, “Berlindunglah kalian kepadaAllah dari kekhusyukan yang munafik.” Orang-orang bertanya,“Apa yang dimaksud dengan kekhusyukan yang munafik?”Ia menjawab, “Engkau lihat jasadmu khusyuk sementara hati-mu sama sekali tidak.”

Pernah ketika ‘Umar melihat seorang pemuda yang me-nunduk-nundukkan kepalanya dalam shalat, beliau menegur-nya, “Apa-apaan ini? Angkat kepalamu karena khusyuk sepertiini tidak akan menambah kekhusyukan di dalam hati. Siapayang melahir-lahirkan kekhusyukan sedang hatinya sama sekalitidak khusyuk, maka itu tak lain dari kemunafikan di atas ke-munafikan (nifâq ‘alâ nifâq).” (Ihyâ’ ‘Ulûm Al-Dîn, Al-Gazhali dan Talbîs Iblîs, Ibnu Jauzi)

Page 53: Tuhan kita berkata: Sujud dan mendekatlah · Nah, saya mendapati cara yang paling efektif untuk me- respons ketiga hal di atas adalah dengan menyajikan suatu rangkaian tulisan yang

51

T E R N Y A T A, khusyuk dan kehadiran hati belumlah semuasyarat bagi diterimanya shalat seseorang. Rasulullah mengajar-kan, “Shalat tidak sempurna melainkan dengan zakat.” Inilahkiranya hikmah di balik penjajaran ibadah shalat dengan mem-bayar zakat di banyak ayat Al-Quran, antara lain:

“Dan dirikanlah shalat dan tunaikanlah zakat .…”(QS Al-Baqarah [2]: 110)

“Dan (Isma‘il a.s.) menyuruh keluarganya untuk men-dirikan shalat dan membayar zakat, dan ia adalahorang yang diridhai oleh Tuhannya.” (QS Maryam [19]:55)

6

KeharusanBerbuat Baik

kepada Sesama

Page 54: Tuhan kita berkata: Sujud dan mendekatlah · Nah, saya mendapati cara yang paling efektif untuk me- respons ketiga hal di atas adalah dengan menyajikan suatu rangkaian tulisan yang

52

Al-Quran juga mengutip pernyataan Nabi Isa:

“Dan Dia menjadikanku orang yang diberkati di manapun aku berada dan Dia memerintahkan kepadakuuntuk mendirikan shalat dan membayar zakat selamahidupku.” (QS Maryam [19]: 31)

Namun, peringatan Allah yang paling tegas mengenai halini adalah ketika Dia mengancam:

“(Neraka) Wail bagi orang-orang yang shalat. Yaitu orang-orang yang lalai dalam shalatnya. Yang riya (tidak ikhlaskarena Allah dan pamer). Dan menolak memenuhi ke-perluan dasar orang.” (QS Al-Mâ‘ûn [107]: 4-7)

Kiranya sejalan belaka dengan itu, Imam Ja‘far diriwayat-kan berulang-ulang menegaskan:

“Tidak diterima shalat orang yang tak memiliki kepe-dulian terhadap orang-orang yang lapar dan telantar.”

Bahkan, dapat disimpulkan dari keseluruhan kandunganSurah Al-Mâ‘ûn yang merupakan sumber cuplikan ayat-ayatdi atas, bahwa orang-orang seperti ini tak lebih dari orang-orang yang berpura-pura beragama (yukadz-dzibu bid-dîn),atau hanya dalam hal lahiriahnya saja tampak beragama. Karena

Page 55: Tuhan kita berkata: Sujud dan mendekatlah · Nah, saya mendapati cara yang paling efektif untuk me- respons ketiga hal di atas adalah dengan menyajikan suatu rangkaian tulisan yang

53

—meski mereka termasuk orang-orang yang melaksanakanshalat (al-mushallîn)—mereka menolak anak yatim dan takberupaya menyantuni orang miskin (QS Al-Mâ‘ûn [107]: 1-3).

Dapat disimpulkan bahwa shalat yang benar memilikibaik dimensi individual maupun sosial. Banyak orang menun-juk kenyataan bahwa shalat, yang dimulai dengan takbir danditutup dengan salam, menyimbolkan kedua dimensi ini. Tak-bir—yang dihayati—merupakan perwujudan khusyuk, yaknikesadaran penuh bahwa Allah Mahaagung dan bahwa kitaadalah hamba-Nya yang rendah dan kecil. Dan bahwa tak adasesuatu pun yang lebih penting dari Allah. Sedangkan salam—khususnya salam kepada manusia—adalah simbol bagi ke-harusan kita menjalankan fungsi kekhalifahan manusia untukmenyebarkan rahmat bagi seluruh bagian alam semesta.

Akhirnya, mudah-mudahan kini kita sudah tak akan me-rasa aneh lagi jika melihat banyak orang yang shalat, tapi takbanyak yang tercegah dari perbuatan keji dan mungkar. Mari-lah, seraya meminta ‘inâyah (pertolongan) dari Allah, kita per-baiki kualitas shalat kita sehingga dapat benar-benar menjadishalat yang diterima oleh Allah, dan dapat memberikan ber-bagai manfaatnya bagi kita.[]

Page 56: Tuhan kita berkata: Sujud dan mendekatlah · Nah, saya mendapati cara yang paling efektif untuk me- respons ketiga hal di atas adalah dengan menyajikan suatu rangkaian tulisan yang

54

Pahala yang Diberikan Allah

Rasulullah Saw. bersabda, “Barang siapa yang melakukanshalat dua rakaat, dan dalam dua rakaat itu dia tidakmemikirkan urusan duniawinya, seluruh dosanya teram-puni.”

Rasulullah Saw. bersabda, “Allah tidak hendak me-lihat seorang yang shalat yang tidak menghadirkan hatidan tubuhnya dalam shalat.”

Dalam sebuah riwayat disebutkan bahwa Nabi Dauda.s. berkata, “Wahai Tuhanku! Siapakah orang yang Eng-kau tempatkan di rumah-Mu dan siapakah yang shalatnyaEngkau terima?”

Page 57: Tuhan kita berkata: Sujud dan mendekatlah · Nah, saya mendapati cara yang paling efektif untuk me- respons ketiga hal di atas adalah dengan menyajikan suatu rangkaian tulisan yang

55

Terdengar jawaban, “Orang yang Aku tempatkan dirumah-Ku dan shalatnya Aku terima adalah orang yangmerendahkan diri di hadapan kebesaran-Ku dan hari-harinya dilalui dengan mengingat-Ku, menahan dirinyadari berbagai keinginan nafsu, dan demi keridhaan-Ku,dia mengenyangkan orang yang kelaparan, memberikantempat kepada orang asing, dan mengasihaninya. Orangsemacam ini cahayanya seperti matahari yang bersinardi langit. Dan tatkala dia memanggil-Ku, Aku akan men-jawabnya, ‘Labbaik’ (aku datang kepada-Mu), dan tatkalameminta kepada-Ku, Aku segera memberinya. Dankeberadaannya di tengah masyarakat tak ubahnya sepertiSurga Firdaus di mana sungai-sungai yang ada di dalamnyatak pernah kering dan buah-buahan yang ada tak pernahbusuk.”

Page 58: Tuhan kita berkata: Sujud dan mendekatlah · Nah, saya mendapati cara yang paling efektif untuk me- respons ketiga hal di atas adalah dengan menyajikan suatu rangkaian tulisan yang

56

“Wahai jiwa yang tenang (muthma’innah). Pulang-lah kamu kepada Rabbmu dalam keadaan kamurela dan Tuhan rela kepadamu. Maka masuklahkamu ke golongan hamba-hamba-Ku. Dan, masuk-lah kamu ke surga-Ku.” (QS Al-Fajr [89]: 27–30)

A Y A T di atas dengan indah mengisahkan akhir perjalananjiwa manusia yang telah sampai kembali kepada puncak ke-tenangan—yang memang merupakan fitrahnya pada saat iadiciptakan pertama kali—usai perjuangannya melawan jiwayang mendorong-dorongnya menuju keburukan. Inilah se-kaligus akhir kembalinya jiwa kepada asal-muasalnya (ma‘âd):

7

Thuma’nînah dan Flow

Page 59: Tuhan kita berkata: Sujud dan mendekatlah · Nah, saya mendapati cara yang paling efektif untuk me- respons ketiga hal di atas adalah dengan menyajikan suatu rangkaian tulisan yang

57

Tuhan. Karena bukankah sesungguhnya jiwa manusia adalahpancaran Ruh Tuhan? Innâ lil-Lâh wa innâ ilaihi râji‘ûn(sesungguhnya, kita bagian dari Allah dan kepada Allah jualahkita kembali).

Jiwa yang tenang dalam Al-Quran disebut sebagai al-nafsal-muthma’innah. Kata muthma’innah memiliki akar kata yangsama dengan kata thuma’nînah, yang merupakan salah satusyarat sah shalat. Thuma’nînah adalah ketenangan dalam me-lakukan semua bacaan dan gerakan shalat, sedemikian sehinggakesemuanya itu dapat dilakukan satu demi satu (one at a time),tidak terburu-buru, sambil memberi waktu cukup untuk pelak-sanaan secara sempurna semua rukun shalat, agar kekhusyukanshalat dapat terpelihara. Memang, rukun yang satu ini terkaiterat dengan keharusan khusyuk. Seperti telah disinggung da-lam tulisan-tulisan yang lalu, khusyuk tak mungkin dapat diraihjika shalat dilakukan secara terburu-buru dan lalai (inattentive),bagaikan—kata Rasul Saw.—“burung yang mematuk-matukmakanannya.”

Shalat yang diselenggarakan dengan memelihara thuma’-nînah kiranya merupakan latihan sekaligus sarana untuk me-naikkan tingkatan jiwa kita sehingga mencapai derajat “jiwayang tenang” itu. Dan jika derajat itu bisa dicapai, niscaya se-seorang dapat mengalami keadaan pulang kembali kepadaAllah, bahkan sebelum ia mengalami kematian. Dengan katalain, thuma’nînah benar-benar menjadikan shalat sebagai mi‘râj,sebagai wahana pertemuan hamba dengan Tuhannya.

Page 60: Tuhan kita berkata: Sujud dan mendekatlah · Nah, saya mendapati cara yang paling efektif untuk me- respons ketiga hal di atas adalah dengan menyajikan suatu rangkaian tulisan yang

58

“Cabutlah Anak Panah Ituketika Ia Sedang Shalat”

Pernah kaki Imam ‘Ali terkena anak panah dalam suatupeperangan. Beliau tidak mampu menahan rasa sakit setiapkali para sahabat berusaha untuk mengeluarkannya. Akhir-nya, mereka datang menghadap Rasulullah untuk menyam-paikan perihal yang menimpa Imam ‘Ali. Rasulullah Saw. ber-sabda, “Cabutlah anak panah itu ketika ia sedang shalat.”

Para sahabat Nabi memanggil “dokter” dan mencabutanak panah tersebut dari kaki Imam ‘Ali ketika beliau sedangsibuk mengerjakan shalat. Darah pun mengalir dengan deras-nya. Setelah selesai shalat, Imam ‘Ali bertanya, “Dari mana-kah asalnya darah yang berceceran ini?” Mereka menjawab,“Ini adalah darah Anda. Kami mengeluarkan anak panahyang menancap di kaki Anda pada waktu Anda shalat.”

Imam ‘Ali berkata, “Demi Allah yang nyawa ‘Ali beradadalam genggaman-Nya, saya sungguh tidak mengetahui hal ini.”

Page 61: Tuhan kita berkata: Sujud dan mendekatlah · Nah, saya mendapati cara yang paling efektif untuk me- respons ketiga hal di atas adalah dengan menyajikan suatu rangkaian tulisan yang

59

Mihaly Csikszentmihalyi, seorang tokoh mazhab psikologipositif,3 memberi nama keadaan yang di dalamnya orang me-rasakan kebahagiaan sebagai “flow”. Apakah flow itu? Flowadalah suatu keadaan pikiran yang di dalamnya kesadaranmanusia berada dalam keadaan teratur dan selaras. Dan ke-adaan seperti ini biasa dicapai lewat pengendalian diri danpengendalian hidup. Berbagai ciri keadaan “flow” meliputi:

• Konsentrasi yang lebih dalam. Dengan kata lain, pikir-an tidak terpecah-pecah.

• (Perasaan memiliki) kendali penuh atas segala sesuatu.

• Momen sekarang sebagai satu-satunya hal yang pen-ting. Pada gilirannya, keadaan ini identik dengan ke-adaan berikut:

3 Psikologi positif adalah mazhab mutakhir dalam psikologi. Psikologimodern, sejak mazhab psikoanalisis Freudian, telah melewati ber-bagai tahap, termasuk kelahiran mazhab humanistik, transpersonal,dan akhirnya psikologi positif. Psikologi positif, yang antara lainditokohi oleh Mihaly Csikszentmihalyi, telah membalik pandanganpsikologi Freudian yang melihat manusia sebagai berpotensi sakitjiwa menjadi berparadigma manusia sebagai berpotensi bahagia.Jadi, sebaliknya dari mengembangkan “psikologi bengkel” untukmenyembuhkan berbagai penyakit jiwa, psikologi positif justrumencari teknik-teknik untuk mengaktualisasikan potensi bahagiamanusia.

Page 62: Tuhan kita berkata: Sujud dan mendekatlah · Nah, saya mendapati cara yang paling efektif untuk me- respons ketiga hal di atas adalah dengan menyajikan suatu rangkaian tulisan yang

60

• Perasaan hilangnya dimensi waktu yang, dalam ke-adaan biasa, memotong-motong durasi kehidupankita.

• Hilangnya (gagasan) tentang ego (diri), yakni menguap-nya batasan-batasan individual kita sebagai sesuatu yangberbeda dari alam selebihnya. (Dalam mistisisme, ke-adaan ini disebut sebagai pengalaman keagamaan yangbersifat ekstrovertif.)

Mihaly menyebut bahwa berbagai cara meditasi Timur,termasuk yoga, dan berbagai praktik dalam Buddhisme danTaoisme, tak terkecuali juga tasawuf, telah dipakai—dan terbuktimemiliki keberhasilan—untuk mencapai keadaan ini. Yakni,ketika pelakunya mampu mengendalikan diri dari pengaruh-pengaruh atau gangguan-gangguan dari luar dirinya.

Meski suatu penelitian lebih jauh, termasuk yang lebih ber-sifat empiris perlu dilakukan, dapat diduga bahwa shalat yangdilakukan dengan kekhusyukan dan thuma’nînah dapat men-ciptakan—bahkan secara lebih baik—ciri-ciri yang menandaikeadaan flow (Lihat Bab “Apakah Shalat Bisa Digantikan denganMeditasi?” di akhir Bagian I). Di sini kita diingatkan oleh kisah-kisah shalat Nabi dan para sahabat yang menjadikan merekaseolah kehilangan kesadaran tentang apa-apa yang terjadi disekitar mereka.

Page 63: Tuhan kita berkata: Sujud dan mendekatlah · Nah, saya mendapati cara yang paling efektif untuk me- respons ketiga hal di atas adalah dengan menyajikan suatu rangkaian tulisan yang

61

Nah, jika pengidentikan keadaan khusyuk dan thuma’-nînah dalam shalat dengan keadaan flow ini dapat dibenarkan,maka, bukan hanya secara religius, peran shalat sebagai sumberketenteraman dan kebahagiaan sekaligus dikonfirmasi olehpenemuan ilmu-pengetahuan modern, dalam hal ini psikologi.

Lebih jauh dari itu, shalat—sebagai suatu bentuk zikir—juga memiliki pengaruh positif terhadap upaya pencegahandan penyembuhan dari penyakit-penyakit yang biasanya di-kaitkan dengan ketidaktenteraman dan kekurangbahagiaan,seperti penyakit jantung, stroke, stres, depresi, dan sebagainya.Inilah kesimpulan yang diambil oleh Dr. Herbert Benson, ahliilmu kedokteran dari Harvard University dan pendiri Body-Mind Institute, dalam bukunya yang berjudul Relaxation Res-ponse (telah diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia yangberjudul Bebas Stres dalam Lima Menit oleh Penerbit Mizan,Bandung, 2000) dan Beyond The Relaxation Response (jugatelah diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia oleh Mizandengan judul Keimanan yang Menyembuhkan, Mizan, Ban-dung, 2000). Menurut Benson, yang antara lain mengutipImam Al-Ghazali dalam salah satu bukunya itu, meditasi sertapembacaan mantra—yang dibaca dalam kerangka keimananatau sebagai wujud ajaran agama—memiliki tingkat efektivitasyang lebih tinggi dalam mendatangkan ketenangan dan meng-atasi berbagai penyakit tubuh dan kejiwaan yang menghalangiterciptanya kebahagiaan hidup.[]

Page 64: Tuhan kita berkata: Sujud dan mendekatlah · Nah, saya mendapati cara yang paling efektif untuk me- respons ketiga hal di atas adalah dengan menyajikan suatu rangkaian tulisan yang

62

“ J I K A menghadapi problem filosofis yang tak dapat ku-pecahkan ... biasanya aku akan pergi ke masjid untuk beriktikafdi dalamnya. Maka kalau tidak di masjid itu aku mendapat-kan pemecahannya, ia biasanya akan datang dalam mimpiku.”

Ungkapan itu keluar dari Ibn Sina, seorang filosof dan ahliilmu kedokteran Islam. Agar orang tak salah paham, begituhebatnya keahlian kedokteran Ibn Sina sehingga ensiklopediakedokteran yang ditulisnya, berjudul Al-Qânûn fî Al-Thibb,dipakai di universitas-universitas Eropa hingga abad ke-18,bahkan ke-19. (Untuk pandangan Ibn Sina tentang shalat,lihat ringkasannya dalam Bab “Memaknai Shalat: MelaluiPenghayatan Ibn Sina” dalam buku ini juga.)

8

Shalat dan Pencerahan

Page 65: Tuhan kita berkata: Sujud dan mendekatlah · Nah, saya mendapati cara yang paling efektif untuk me- respons ketiga hal di atas adalah dengan menyajikan suatu rangkaian tulisan yang

63

Bagaimana mungkin shalat menjadi wahana pencerahanintelektual? Ada beberapa penjelasan yang bisa diberikan:

Pertama, penjelasan yang diberikan oleh ilmu filsafat atauhikmah. Proses mengetahui dapat bersifat intelektual maupunspiritual. Kaum filosof berpandangan bahwa setiap momenperolehan pencerahan intelektual pada tingkat tertinggi terjadiakibat kontak (ittishâl) antara Akal atau Jiwa Suci (al-‘aql al-qudsiy atau al-nafs al-qudsiyyah) pada diri subjek dengan apayang mereka sebut sebagai Akal Kesepuluh (al-‘aql al-‘âsyir)atau disebut juga Akal Aktif (al-‘aql al-fa‘ ‘âl). Akal atau inte-lek ini mereka identikkan dengan Malaikat Jibril sebagai pe-suruh Allah untuk menyampaikan pengetahuan. (Dalam pan-dangan ini, pada dasarnya semua pengetahuan datang lewatmekanisme ini, baik wahyu kepada para nabi, ilham kepadapara wali, maupun pengetahuan lain kepada manusia selebih-nya.) Sedangkan dalam hikmah (teosofi atau filsafat mistis)Islam, pengetahuan pada tingkat tertinggi mengambil bentukilmu hudhûri (ilmu berdasar kehadiran). Artinya, ilmu sepertiini tidak lagi dicapai lewat suatu proses berpikir biasa (hushûli),tetapi lewat suatu pengalaman religius yang di dalamnya penge-tahuan yang diraih hadir begitu saja dalam diri (hati) subjek.Dalam konteks ini, shalat yang memenuhi semua persyaratan-nya akan menghadirkan dan menyucikan akal, atau jiwa, atauhati sehingga kontak dengan sang penyampai pengetahuan atauhadirnya pengetahuan itu dapat terjadi.

Page 66: Tuhan kita berkata: Sujud dan mendekatlah · Nah, saya mendapati cara yang paling efektif untuk me- respons ketiga hal di atas adalah dengan menyajikan suatu rangkaian tulisan yang

64

Kedua, penjelasan berdasar penemuan mutakhir. Shalatyang khusyuk mengangkat pelakunya dari kesadaran penuhakan keadaan sekeliling kepada suatu keadaan flow, sepertidisinggung sebelumnya. Keadaan flow ini, dalam penelitianyang lain tapi sejalan, menempatkan otak dalam suatu keadaansehingga ia mentransmisikan gelombang alfa—berbeda dengankeadaan jaga biasa yang di dalamnya otak memancarkan ge-lombang beta, ataupun gelombang teta dan delta yang dipan-carkan ketika seseorang tertidur. Pada keadaan otak sepertiinilah, kreativitas—yakni kemampuan untuk memperoleh pe-mikiran terbaik—terjadi. Kadang, keadaan seperti ini ditunjuksebagai antara tidur dan jaga. Jadi, pelaku sudah melewatimasa kesadaran penuh, tapi tak sampai tingkat tertidur. Biasa-nya, untuk mencapai level kreatif seperti ini, para ahli menyaran-kan agar orang bermeditasi. Tetapi, pada saat yang sama, iajuga perlu menjaga agar ia tak sampai tertidur. Mereka me-nyarankan beberapa kegiatan yang diteliti dapat mewakili modusseperti ini, semisal: bersantai di bak mandi, mengemudikanmobil di jalan raya yang sepi, mendengarkan musik klasik, dansebagainya.

Nah, shalat dapat diduga menciptakan keadaan antarajaga dan tidur seperti ini secara lebih baik daripada kegiatan-kegiatan lain yang disarankan para ahli itu. Mengapa? Karena,jika dalam meditasi, pembacaan doa, apalagi kegiatan-kegiatanmundane (sehari-hari) tertentu yang ditawarkan—seperti men-dengarkan musik, bersantai di bak mandi, bahkan menyetir

Page 67: Tuhan kita berkata: Sujud dan mendekatlah · Nah, saya mendapati cara yang paling efektif untuk me- respons ketiga hal di atas adalah dengan menyajikan suatu rangkaian tulisan yang

65

di jalan sepi, dan sebagainya—masih terbuka banyak kemung-kinan pelakunya tertidur, maka shalat dapat memenuhi keduasyarat itu sekaligus. Ia, di satu sisi, mensyaratkan kekhusyukandan thuma’nînah, tapi, di sisi lain, ia mengandung bacaan-bacaan dan gerakan-gerakan yang berubah-ubah sehingga tetapdapat memelihara si pelaku dalam keadaan jaga, betapapunkhusyuknya ia melakukan shalat.

Setelah membaca berbagai fungsi dan manfaat shalat sepertiini, masihkah ada alasan bagi kita untuk menyia-nyiakan fasi-litas Allah ini—meskipun andaikan ia bukan merupakan suatukewajiban keagamaan?[]

Page 68: Tuhan kita berkata: Sujud dan mendekatlah · Nah, saya mendapati cara yang paling efektif untuk me- respons ketiga hal di atas adalah dengan menyajikan suatu rangkaian tulisan yang

66

Shalat Momen Pencerahan

Setelah menjelaskan secara mendetail keuntungan fisikberbagai sikap shalat, Al-Dzahabi melanjutkan, “Shalat seringmelahirkan kebahagiaan dan ketenangan pikiran; menying-kirkan rasa cemas dan memadamkan api kemarahan. Shalatmeningkatkan kecintaan akan kebenaran dan kerendahanhati di hadapan manusia; memperlunak hati, menumbuhkanrasa cinta, rasa maaf, dan memadamkan sifat pendendam.

“Di samping itu, sering pemikiran jernih terlintas dalampikiran (karena konsentrasi terhadap masalah yang pelik) dania bisa menemukan jawaban yang benar terhadap berbagaipersoalan. Kita juga teringat akan sesuatu yang lupa. Kitabisa menemukan cara untuk menyelesaikan masalah-masalahduniawi dan spiritual. Dan kita dapat menguji diri sendirisecara efektif—terutama jika kita khusyuk dalam shalat. Waktushalat terbaik adalah pada akhir malam ketika orang terlelapdan suasana senyap.”

Demikianlah pernyataan Al-Dzahabi yang cukup pan-jang tentang manfaat praktis shalat dalam Al-Thibb Al-Nabawi (Pengobatan Cara Nabi).

Page 69: Tuhan kita berkata: Sujud dan mendekatlah · Nah, saya mendapati cara yang paling efektif untuk me- respons ketiga hal di atas adalah dengan menyajikan suatu rangkaian tulisan yang

67

“Makin sedikit upaya, makin bertenaga.”

—Bruce Lee

B E L A K A N G A N ini, orang makin sadar betapa kelambatan(slowliness, bukan keterlambatan atau tardiness) jauh lebihefektif ketimbang kecepatan yang, pada masa sekarang, lebihsering berarti keterburuan.4 Bahkan, sudah mulai ada kritikterhadap apa yang sekarang disebut sebagai multitasking, yakni

9

Shalat MeningkatkanPerformance Kerja

4 Baca, antara lain, In Praise of Slow, karya Carl Honore (Bentang,2006).

Page 70: Tuhan kita berkata: Sujud dan mendekatlah · Nah, saya mendapati cara yang paling efektif untuk me- respons ketiga hal di atas adalah dengan menyajikan suatu rangkaian tulisan yang

68

mengerjakan banyak hal dalam satu waktu. Menyamakan otakmanusia dengan system computer—sebuah mesin yang ke-lebihannya antara lain terletak dalam hal ini (multitasking)—diduga merupakan suatu kekeliruan karena keduanya memi-liki cara kerja yang sama. Bahkan, ternyata, apa yang dikirasebagai multitasking dalam komputer itu, bukanlah multitas-king yang sebenarnya. Komputer tetap melakukan satu pe-kerjaan dalam satu waktu. Hanya saja, karena kemampuannyamemproses pekerjaan dalam waktu yang amat singkat, ter-kesan beberapa pekerjaan dilakukannya secara sekaligus, pada-hal kenyataannya ia melakukan berbagai pekerjaan itu secaraberturutan. Kebiasaan orang sekarang melakukan beberapapekerjaan secara sekaligus diduga bukan hanya menyebabkankualitas hasil pekerjaannya tak maksimal, melainkan dalamjangka panjang dapat menyebabkan penurunan kemampuanotak.5 Kesimpulannya, dalam banyak hal, melakukan suatu pe-kerjaan dalam satu waktu (one at a time) adalah yang paling baik.

Dan, persis, inilah thuma’nînah. Shalat, yang dilakukandengan benar dan teratur, sudah tentu mengajarkan dan mem-biasakan pelakunya untuk memiliki habit thuma’nînah. Se-orang pengusaha, atau karyawan, yang terbiasa melakukan

5 Baca tulisan Ninok Leksono yang diringkaskan dari laporan sampulsalah satu edisi Newsweek, “Multitasking dan Konsekuensinya”(KOMPAS, 4 April 2007).

Page 71: Tuhan kita berkata: Sujud dan mendekatlah · Nah, saya mendapati cara yang paling efektif untuk me- respons ketiga hal di atas adalah dengan menyajikan suatu rangkaian tulisan yang

69

pekerjaan secara thuma’nînah akan dapat memaksimalkanhasil pekerjaannya. Gay Hendricks dan Kate Ludman, dalamCorporate Mystics, menyebutkan sikap tidak terburu-buru inisebagai salah satu sifat para pengusaha dan eksekutif suksesdi AS yang ditelitinya. Menurut kedua penulis, mereka terusbelajar untuk berkonsentrasi pada masa sekarang, pada apayang sedang mereka kerjakan, dan bukannya terburu-buruuntuk segera melakukan pekerjaan yang selanjutnya. Bersikapterburu-buru bukan hanya mengakibatkan hasil pekerjaan takakan maksimal, melainkan juga menimbulkan “keterpecahanfundamental yang hanya menghasilkan tekanan dan ketegang-an” yang tidak perlu.

Bukan hanya itu, salah satu anjuran bagi para pekerja yangberharap untuk dapat mencapai peak performance adalahmereka harus selalu menyediakan waktu di sela-sela waktumereka untuk menenangkan diri dan relaks di antara jam-jamkerja mereka. Tak sedikit pula yang menganjurkan meditasipada waktu-waktu seperti itu, meski hanya untuk lima menit.Meditasi rutin di sela-sela waktu bahkan diyakini diperlukanbagi siapa saja. Kebiasaan seperti ini dipercayai mampu me-mulihkan, menenangkan, dan mengheningkan pikiran se-hingga bukan saja ia siap untuk kembali bekerja dengan ke-kuatan penuh, melainkan juga memungkinkan pikiran-pikir-an kreatif untuk dapat lahir (Lihat, Bab 7, “Thuma’nînah danFlow”). Sebagian orang menyebutnya sebagai “zero mind pro-cess”. Tanpa semacam meditasi, kecenderungan kemampuan

Page 72: Tuhan kita berkata: Sujud dan mendekatlah · Nah, saya mendapati cara yang paling efektif untuk me- respons ketiga hal di atas adalah dengan menyajikan suatu rangkaian tulisan yang

70

otak dalam memproses pekerjaan akan secara alami menurunsepanjang hari. Relaks atau meditasi akan mengembalikannyakepada suatu kesegaran baru. Seperti disebutkan dalam Bab10, “Apakah Shalat Bisa Digantikan dengan Meditasi?”, shalatmenyela rutinitas kita sehari-hari dengan beberapa jeda. Dalamjam kerja normal, kita sedikitnya mendapatkan jeda dua kaliketika melakukan shalat zuhur dan shalat asar.

Akhirnya, tak diragukan, shalat menanamkan habit di-siplin. Bukan saja lima shalat wajib memiliki waktunya sendiri-sendiri, di dalamnya termasuk waktu-waktu yang hanya mung-kin ditepati jika seseorang memiliki komitmen yang kuat ter-hadap disiplin. Yang paling menonjol di antaranya—di sam-ping shalat tahajud di tengah malam yang amat dianjurkan—adalah waktu shalat subuh. Jangka-waktunya yang singkat dandi ujung waktu-waktu tidur mengharuskan kita untuk bangkitjustru pada saat kita paling tak ingin melakukannya. Khususberkaitan dengan shalat subuh ini, kita juga perlu ingat denganpepatah yang menyatakan: “early birds get the most”, “yangpaling pagi dapat yang paling banyak”, di samping banyakorang percaya bahwa waktu pagi adalah saat-saat yang di dalam-nya pikiran kita paling segar dan kita paling efektif melakukanpekerjaan pada masa-masa ini.[]

Page 73: Tuhan kita berkata: Sujud dan mendekatlah · Nah, saya mendapati cara yang paling efektif untuk me- respons ketiga hal di atas adalah dengan menyajikan suatu rangkaian tulisan yang

71

Remuk-Tunduk bak Pecahnya Gunung

Allah berfirman, “Kalau sekiranya Kami menurunkan Al-Quran ini kepada sebuah gunung, pasti kamu akan me-lihatnya tunduk (khâsyi‘ân) terpecah belah disebabkantakut kepada Allah” (QS Al-Hasyr [59]: 21).

Malik bin Dinar biasa membaca ayat ini dan laluberkata, “Aku bersumpah kepada kalian, tidaklah sempurnaseorang hamba dengan Al-Quran ini kecuali hatinya benar-benar remuk-tunduk layaknya gunung yang tunduk terpecahbelah itu (baca: khusyuk) kepada Allah.” (Al-Khusyû‘ fî Al-Shalâh, Ibn Rajab Al-Hambali)

Page 74: Tuhan kita berkata: Sujud dan mendekatlah · Nah, saya mendapati cara yang paling efektif untuk me- respons ketiga hal di atas adalah dengan menyajikan suatu rangkaian tulisan yang

72

S H A L A T, yang arti-generiknya adalah doa, sampai batas ter-tentu memiliki kesamaan dengan meditasi. Di dalamnya ter-kandung upaya mengheningkan, menenangkan, dan menen-teramkan diri atau jiwa. Namun, lepas dari keimanan bahwashalat adalah ajaran dari Tuhan, Sang Pencipta Yang Maha-bijaksana, shalat memiliki beberapa sifat yang tak segera adadalam meditasi.

Pertama, shalat merupakan meditasi yang melibatkan ber-bagai gerakan yang teratur. Gerakan ini memiliki berbagaifungsi. Salah satunya adalah menyatakan berbagai simbolpenyembahan kepada sesuatu yang Mahaagung. Mudah di-pahami bahwa simbol diperlukan sebagai sarana untuk meng-

10

Apakah Shalat Bisa Digantikan dengan Meditasi?

Page 75: Tuhan kita berkata: Sujud dan mendekatlah · Nah, saya mendapati cara yang paling efektif untuk me- respons ketiga hal di atas adalah dengan menyajikan suatu rangkaian tulisan yang

73

arahkan dan menanamkan tujuan dan makna perenungan itubagi pelakunya. Tanpa simbol-simbol, niscaya pemahamandan penghayatan atasnya akan memerlukan lebih banyak energipikiran, kalau bukannya malah menjadikan perenungan melan-tur ke mana-mana.

Fungsi lainnya, seperti pernah disebutkan sebelum ini,adalah untuk memastikan bahwa pelaku tidak hanyut sehinggajustru masuk ke keadaan tidur. Tentu saja gerakan-gerakan ter-sebut haruslah teratur agar tidak mengganggu fungsinya sebagaisarana menenangkan diri.

Keteraturan dan pengulangan adalah sekaligus sarana meng-hasilkan ketenangan. Selain keteraturan dan pengulangan gerak-an, keteraturan dan pengulangan bacaan juga memiliki fungsiyang sama.

Tapi, lebih dari itu, adanya bacaan-bacaan yang harus di-lantunkan oleh seorang pelaku shalat juga memiliki beberapafungsi yang lain. Pertama, bunyi-bunyian yang terkandungdalam lafal shalat, rima (rhyme), serta kandungan puitis daribacaan-bacaan shalat sedikit-banyak ikut membantu pen-ciptaan suasana hati yang kondusif bagi kekhusyukan-medi-tatif shalat. Selain itu, makna yang terkandung dalam bacaan-bacaan shalat—yang bersifat spiritual dan devosional (kebak-tian)—tentu saja ikut menekankan (meng-endorse) kesadaranakan dan makna tujuan shalat sebagai sarana mi‘râj dan silatu-rahmi pelakunya dengan Allah Swt.

Page 76: Tuhan kita berkata: Sujud dan mendekatlah · Nah, saya mendapati cara yang paling efektif untuk me- respons ketiga hal di atas adalah dengan menyajikan suatu rangkaian tulisan yang

74

Di luar itu semua, shalat masih memiliki berbagai aspekpendukung yang tak ada dalam kegiatan meditasi biasa.Termasuk di dalamnya persiapan-persiapan sebelum atau yangmendahului ibadah shalat itu sendiri. Yang terpenting di an-taranya adalah berwudhu—dan mandi suci bagi yang memi-liki halangan (“kekotoran”) tertentu. Wudhu, yang lagi-lagibersifat ritual, adalah suatu sarana untuk membersihkan tubuhdan simbol bagi pembersihan hati demi kesiapan kita dalammelakukan shalat yang efektif. Kemudian ada berbagai persya-ratan lain, seperti kebersihan tempat dan pakaian. Juga dresscode (aturan berpakaian) tertentu dalam bentuk keharusanmenutup aurat, serta anjuran menggunakan pakaian terbaikyang kita punyai. Termasuk di dalamnya anjuran untuk me-nutup kepala dan memakai wewangian. Khusus mengenaiyang disebut terakhir, bukan hanya dalam tradisi berbagaiagama kuno, bahkan belakangan ini makin banyak diterimabahwa wewangian mendukung terciptanya suasana spiritual(ruhaniah).

Ada juga shalat-shalat yang dianjurkan (sunnah) sebelumdan sesudah shalat wajib. Akhirnya, tentu saja ada doa-doasehabis shalat (tarqîb) yang menuntaskan seluruh ritual shalattersebut.

Di atas itu semua, kewajiban shalat telah diatur sedemi-kian rupa sehingga membagi waktu kita dalam kegiatan se-hari-hari—subuh ketika matahari terbit, siang ketika mataharidi atas kepala, sore antara tengah hari dan terbenamnya mata-

Page 77: Tuhan kita berkata: Sujud dan mendekatlah · Nah, saya mendapati cara yang paling efektif untuk me- respons ketiga hal di atas adalah dengan menyajikan suatu rangkaian tulisan yang

75

6 Bagi yang berminat meneroka lebih jauh aspek-aspek shalat ini, sila-kan membaca tiga buku yang terkait dengan masalah ini, yakni:Raih 5 Mukjizat Setiap Hari, karya Rajendra Kartawiria (Hikmah,2007), Pelatihan Shalat Smart, karya M. Shodiq Mustika (Hikmah,2007), dan Mukjizat Gerak & Bacaan Shalat oleh M. MahmudAbdullah (IIMaN, cetakan kedua, 2007).

hari, petang ketika matahari terbenam, dan malam yang di-tandai dengan datangnya tengah malam—sedemikian sehinggaefek shalat bisa terus terpelihara dalam diri kita. Tampak bahwapembagian waktu itu dilakukan secara kurang lebih merata dandikaitkan dengan tonggak-tonggak perubahan waktu dan per-gantian suasana, yang ditandai dengan momentum pergantiangejala alam sehari-hari.6[]

Page 78: Tuhan kita berkata: Sujud dan mendekatlah · Nah, saya mendapati cara yang paling efektif untuk me- respons ketiga hal di atas adalah dengan menyajikan suatu rangkaian tulisan yang

76

Melengos ke Kanan-Kiri

Diriwayatkan, Ummu Salamah berkata: Pada masa NabiSaw., orang-orang ketika melakukan shalat, matanya tidakpernah melenceng/melengos dari titik tempat kedua telapakkaki. Tapi setelah Nabi wafat, ketika mereka melakukan shalat,matanya tidak pernah lepas dari titik tempat sujud. Pada masa‘Umar setelah wafatnya Abu Bakar lain lagi. Mata merekaketika shalat tidak pernah lepas dari arah kiblat. Eh, padamasa ‘Utsman ketika pecah tragedi besar perang saudara (fit-nah al-kubra), orang-orang ketika shalat mulai melengos kekanan-kiri. (Sunan Ibn Majah)

Page 79: Tuhan kita berkata: Sujud dan mendekatlah · Nah, saya mendapati cara yang paling efektif untuk me- respons ketiga hal di atas adalah dengan menyajikan suatu rangkaian tulisan yang

77

Agar Kita Berdisiplin, Khusyuk,

dan Menikmati Shalat7

1. Jangan pernah tunda melakukan shalat. Usahakansesegera mungkin; setelah masuk waktu shalat, lakukanshalat. Tinggalkan semua pekerjaan, segera setelah bisaditinggalkan. Tak harus pekerjaan Anda selesaikandahulu. Meski masih di tengah jalan, tinggalkan untukmelakukan shalat. Menunda, meski direncanakan hanyasebentar, kemungkinan besar akan membuat kita cen-derung menunda lebih lama. Sedikit lebih lama dari-pada yang direncanakan, lebih lama lagi, lebih lamalagi ... hingga akhirnya waktu shalat (hampir) habis.

7 Tips ini ditulis berdasarkan pengalaman penulis, yang sudah terlalusering gagal dalam mencapai shalat yang berdisiplin, khusyuk, danmembawa kenikmatan; hingga, belakangan, memperoleh pelajarandari kegagalan-kegagalan yang banyak itu dan merasa bahwa sedikitdemi sedikit langkah-langkah di atas ada hasilnya. Mudah-mudahanAllah mau mengampuni, dan mudah-mudahan penulis mau bersyu-kur sehingga Dia menambah karunia-Nya dalam bentuk perbaikan-perbaikan dalam ibadah penulis, khususnya ibadah shalat ini. Taqab-bal, ya Allah!

Page 80: Tuhan kita berkata: Sujud dan mendekatlah · Nah, saya mendapati cara yang paling efektif untuk me- respons ketiga hal di atas adalah dengan menyajikan suatu rangkaian tulisan yang

78

2. Meski Anda berpendapat boleh, jangan biasakan men-jamak shalat. Usahakan sebisanya shalat 5 waktu (bukan3 waktu, yakni dengan menggabungkan zuhur dan asarserta magrib dan isya). Kalau terpaksa sekali menjamak,upayakan jamak taqdîm (menarik shalat yang waktunyalebih belakangan ke yang lebih dahulu). Kebiasaanmenjamak cenderung berdampak seperti kebiasaanmenunda yang disebutkan pada nomor 1. Kali inidengan penyakit yang lebih banyak. Karena rakaatshalat yang harus kita lakukan lebih panjang, kitacenderung merasa lebih berat untuk melakukannya.Dan pada saat shalat, kita cenderung melakukannyasecara cepat-cepat karena telah merasa capek sebelummelakukannya, akibat banyaknya rakaat yang harusdilakukan.

3. Kalau kita terlambat mengerjakan shalat, segera laku-kan shalat qadhâ’ secepatnya. Meski mungkin kitaberpendapat bahwa qadhâ’ bisa dilakukan kapan sajaselama sisa hidup kita, penundaan bisa mengakibat-kan kita malas melakukannya, atau lupa. Tapi, akibatyang jauh lebih buruk adalah, karena merasa shalatkita sudah tidak teratur, kita cenderung merasa long-gar setelahnya. “Toh sebelumnya sudah tak shalat, ...kalau ditambah sekali-dua kali lagi tak shalat, takbanyak menambah kekurangaturan atau kekurang-

Page 81: Tuhan kita berkata: Sujud dan mendekatlah · Nah, saya mendapati cara yang paling efektif untuk me- respons ketiga hal di atas adalah dengan menyajikan suatu rangkaian tulisan yang

79

disiplinan shalat kita.” Begitu seterusnya, hinggamakin banyak lagi, dan makin enteng lagi kita me-ninggalkan shalat. Kalau sudah begini, akan amat sulituntuk memulai lagi kebiasaan shalat secara berdi-siplin.

4. Pelajari dan lakukan langkah-langkah yang dapat men-ciptakan penghayatan dan kenikmatan shalat:

• Pahami fungsi dan manfaat shalat (juga kerugian-kerugian akibat meninggalkan shalat), baik di duniamaupun di akhirat.

• Pahami makna bacaan-bacaan shalat.

• Pahami makna gerakan-gerakan shalat.

• Lakukan shalat dengan khusyuk dan thuma’nînah(melakukan semua rukun dengan tenang, masing-masing sempurna, dan satu demi satu), termasuktartîl (tak terburu-buru, fasih, serta jelas dan benardalam melafalkan bacaan shalat).

• Lakukan semua tahap pendahulu dan tahap yangmengikuti shalat dengan sebaik-baiknya, termasukmemahami makna-makna simbolisasinya. Tahappendahuluan, seperti berwudhu dan doa-doanya,merupakan conditioning (penciptaan suasana fisik,mental, dan spiritual) yang amat bagus untuk shalat

Page 82: Tuhan kita berkata: Sujud dan mendekatlah · Nah, saya mendapati cara yang paling efektif untuk me- respons ketiga hal di atas adalah dengan menyajikan suatu rangkaian tulisan yang

80

yang baik. Usahakan agar air benar-benar mengalir—secukupnya—ke semua bagian organ tubuh yangharus terkena air wudhu.

• Demikian pula, selenggarakan tahap yang meng-ikuti shalat, yakni membaca doa-doa setelah shalat(tarqîb), dengan sebaik-baiknya.

• Pastikan semua tempat yang terkait dengan pelak-sanaan shalat dan persiapan-persiapannya bersihdari najis, atau setidaknya najis tak menempel padatubuh kita. Selalu pastikan tempat berwudhu bersihdari najis. Siramlah sebersih mungkin setiap mema-suki tempat wudhu (yang tidak khusus diperguna-kan untuk keperluan ini). Lipatlah celana, kalaumungkin lepaslah, ketika berwudhu agar tidakterciprat najis di kamar mandi (toilet). Lebih bagusjika kita sediakan tempat wudhu khusus terpisahdari toilet. Jika sudah selesai berwudhu, cucilahbagian-bagian tubuh kita—khususnya kaki—yangmemungkinkan terciprat najis (sebanyak mungkinbagian tubuh itu, bahkan hingga lebih dari bagiantubuh yang terkena air wudhu).

• Pakailah pakaian yang bersih. Jangan begitu sajamemakai pakaian yang sudah menempel di tubuhkita. Setidaknya tambahlah dengan kopiah. Kalaukita di rumah, dan hanya memakai kaus dalam, misal-

Page 83: Tuhan kita berkata: Sujud dan mendekatlah · Nah, saya mendapati cara yang paling efektif untuk me- respons ketiga hal di atas adalah dengan menyajikan suatu rangkaian tulisan yang

81

nya, pakailah baju yang bersih. Kalau perlu dan me-mungkinkan, mandilah terlebih dahulu, pakailahwewangian sedapat mungkin.

Jika kita lakukan semua langkah di atas dengan sebaik-baiknya, kita akan dapat merasakan kesegaran dan kebersihanfisik, mental, dan spiritual, yang akan amat membantu dalammempersiapkan berbagai prasyarat yang diperlukan bagi suatupenyelenggaraan shalat yang thuma’nînah dan khusyuk. InsyaAllah.

Akhirnya, upayakan sebisanya agar kesemuanya itu bisadilakukan secara konsisten. Jika ia telah menjadi kebiasaan(habit), insya Allah tak akan banyak kesulitan berarti dalammencapai shalat yang berdisiplin, khusyuk, dan nikmat. Karena,antara lain, ia telah menjadi bagian dari bioritme (ritme hidup)kita, baik bioritme fisik, mental, maupun spiritual. Sebaliknya,kalau kita membiarkan secara terus-menerus sikap kita dalammengentengkan shalat, hingga hal ini menjadi kebiasaan, amatsulit bagi kita untuk dapat memperbaikinya. Namun, jika disip-lin ini belum terbentuk, cobalah terus. Mungkin Anda akanberhasil sementara, kemudian gagal—yakni, kembali lagi kedalam ketidakdisiplinan—maka jangan putus asa. Mengubahkebiasaan memang sama sekali bukan soal yang mudah. Cobalagi. Kalau gagal lagi, coba lagi terus.

Page 84: Tuhan kita berkata: Sujud dan mendekatlah · Nah, saya mendapati cara yang paling efektif untuk me- respons ketiga hal di atas adalah dengan menyajikan suatu rangkaian tulisan yang

82

Ingatlah selalu firman-Nya:“Dan perintahkanlah kepada keluargamu agar mendirikan

shalat, dan bersabarlah kamu dalam mengerjakannya” (QS ThâHâ [20]: 132). Kata-kata “bersabarlah kamu dalam mengerja-kannya” kiranya merupakan isyarat tentang perlunya kita untuktak pernah putus asa dalam melatih melaksanakan shalat secarakhusyuk dan berdisiplin.

Maka, jika kita bersungguh-sungguh, pasti Allah akanmenolong kita. Bukankah Dia Swt. berfirman:

“Dan orang-orang yang berupaya dengan sungguh-sung-guh untuk menuju kepada Kami, pasti Kami akan me-nunjukinya jalan-jalan Kami.” (Dan Allah tak pernahmenyalahi janji-Nya.) (QS Al-‘Ankabût [29]: 69)

“Jika hamba-Ku mendekat kepada-Ku sedepa, Aku akanmendekat kepadanya sejengkal. Jika ia mendekat kepada-Ku sejengkal, Aku akan mendekat kepadanya sehasta.Jika ia mendekat kepada-Ku dengan merangkak, Akuakan mendekat kepadanya dengan berjalan. Dan jikaia mendekat kepada-Ku dengan berjalan, Aku akanmendekat kepadanya dengan berlari.” (Hadis qudsi)

Page 85: Tuhan kita berkata: Sujud dan mendekatlah · Nah, saya mendapati cara yang paling efektif untuk me- respons ketiga hal di atas adalah dengan menyajikan suatu rangkaian tulisan yang

83

Akhirnya, hendaknya kita selalu tidak lupa berdoa untukmeminta pertolongan (‘inâyah)-Nya dalam mencapai tujuanini:

“Ya Rabb, jadikan aku penegak shalat. Juga anak-keturun-anku. Wahai Rabb kami, kabulkanlah doa kami.” (QS Ibrâhîm[14]: 40)

“Rabbku, jangan tutup hatiku setelah Kau beri ia petunjuk.Dan anugerahilah aku rahmat dari sisi-Mu. Sesungguhnya, Eng-kau Maha Pemberi Anugerah.”[]

Page 86: Tuhan kita berkata: Sujud dan mendekatlah · Nah, saya mendapati cara yang paling efektif untuk me- respons ketiga hal di atas adalah dengan menyajikan suatu rangkaian tulisan yang
Page 87: Tuhan kita berkata: Sujud dan mendekatlah · Nah, saya mendapati cara yang paling efektif untuk me- respons ketiga hal di atas adalah dengan menyajikan suatu rangkaian tulisan yang

85

BAGIAN 2

MERESAPIRUH SHALAT

Page 88: Tuhan kita berkata: Sujud dan mendekatlah · Nah, saya mendapati cara yang paling efektif untuk me- respons ketiga hal di atas adalah dengan menyajikan suatu rangkaian tulisan yang
Page 89: Tuhan kita berkata: Sujud dan mendekatlah · Nah, saya mendapati cara yang paling efektif untuk me- respons ketiga hal di atas adalah dengan menyajikan suatu rangkaian tulisan yang

87

Ringkasan Pandangan

Kaum Sufi dan Filosof tentang Shalat

Al-Hujwiri: Shalat mengandung seluruh tahapan perjalananmenuju Tuhan, dari pertama hingga akhir, yang di dalamnyasemua maqâmat (stasiun-stasiun spiritual) terungkap. Bagi parasufi, wudhu bermakna tobat, menghadap kiblat bermaknakebergantungan kepada seorang pembimbing spiritual, berdiridalam shalat bermakna kediaman-diri, membaca ayat-ayat Al-Quran (dalam shalat) bermakna perenungan batin (zikir),ruku‘ bermakna kerendahhatian, sujud bermakna penge-tahuan diri, membaca syahadat bermakna kemesraan denganTuhan (uns), dan salam bermakna pemisahan diri dari dunia dan“melepaskan diri” dari ikatan “stasiun-stasiun” (maqâmat).

Ibn ‘Arabi: Shalat adalah puncak pertemuan antara Tuhandan hamba, yang melaluinya seorang manusia—yang memilikipenglihatan batin (dhû bashar)—dapat “melihat Tuhan”. Sha-lat berarti penyaksian (musyâhadah) dan penglihatan (visiun,ru’yah) akan Allah.

Abu Thalib Al-Makki: Bagi orang yang mengenal Allah(‘ârif), setiap ucapan dalam shalat mengarah pada sepuluh ting-katan (maqâm) dan penyaksian (musyâhadah) kepada Allah,

Page 90: Tuhan kita berkata: Sujud dan mendekatlah · Nah, saya mendapati cara yang paling efektif untuk me- respons ketiga hal di atas adalah dengan menyajikan suatu rangkaian tulisan yang

88

yaitu: (1) mengimani (îmân), (2) berserah diri (islâm), (3) ber-tobat (taubah), (4) bersabar (shabr), (5) ridha (ridhâ), (6) takut(khauf ), (7) berharap (rajâ’), (8) bersyukur (syukr), (9) men-cintai (mahabbah), dan (10) bertawakal kepada-Nya (tawak-kul). Kesepuluh makna ini merupakan tingkatan-tingkatankeyakinan.

Jalaluddin Rumi: Shalat adalah simbol seluruh kehidupanseseorang. Lewat shalat, kita mendapatkan cahaya petunjukyang akan membimbing kehidupan kita. Shalat adalah jugapercakapan paling dalam dan mesra antara pencinta dan yangdicinta.

Imam Al-Ghazali: Shalat memancarkan cahaya-cahaya didalam hati, yang selanjutnya akan merupakan kunci bagi ilmu-ilmu mukasyafah, yang melaluinya terbuka pintu-pintu langitbagi si hamba yang sedang shalat serta dihadapinya ia oleh AllahSwt. dengan wajah-Nya.

Ibn Al-Qayim Al-Jawziyah: Sebagaimana buah puasaadalah penyucian jiwa, buah zakat adalah penyucian harta,buah haji adalah jaminan ampunan, buah jihad adalah penye-rahan diri kepada-Nya—yang semuanya diberikan Allah Swt.untuk hamba-Nya dengan surga sebagai imbalannya—makabuah shalat adalah menghadapnya hamba kepada Allah danmenghadapnya Allah kepada hamba. Dalam menghadap Allahterdapat semua buah amal perbuatan yang tersebut sebelum-nya, dan semua buah amal perbuatan itu menghadap kepadaAllah di dalam shalat.

Page 91: Tuhan kita berkata: Sujud dan mendekatlah · Nah, saya mendapati cara yang paling efektif untuk me- respons ketiga hal di atas adalah dengan menyajikan suatu rangkaian tulisan yang

89

Syah Waliyullah Al-Dihlawi: Shalat adalah induk amal,obat penyembuh (ma’jûn). Shalat juga merupakan sebab besarbagi timbulnya cinta Allah dan rahmat-Nya. Jika shalat telahmenyatu dalam diri seseorang, ia akan lebur dalam cahayaAllah, dan dosa-dosanya pun diampuni. Ia pun akan terhindardari bencana-bencana yang disebabkan oleh kebiasaan (buruk).Shalat merupakan cara paling utama untuk melatih jiwa rendahagar tunduk kepada akal dan mengikuti keputusannya.

Ibn Sina: Shalat adalah menghadapnya hamba kepadaPemelihara segenap yang ada dan Penguasa semua makhlukpenyaksian Al-Haqq, dengan kalbu yang bening dan jiwa suciyang terbebas dari segala hasrat (duniawi). Ia merupakan per-wujudan (manifestasi) kerinduan, ketundukan, dan rintihantubuh partikular yang terbatas dan hina ini kepada Pemeliharasegenap yang ada dan Penguasa semua makhluk. Ibadah sha-lat merupakan simulasi/penyerupaan (terhadap alam semes-ta), untuk menyerupakan (perilaku) raga dengan ruh, dalamkepatuhan kepada Sang Pencipta yang Mahatinggi. Dia me-nyuruh manusia untuk meniru shalat-akalnya dengan gerakanbadaniahnya.

Ayatullah Khomeini: Waktu-waktu shalat adalah saat-saatmunajat dan tempat perjumpaan dengan Al-Haqq, saat-saathamba hadir di haribaan Suci dan di hadapan Hadhrat yangagung. Dan bahwa Al-Haqq Ta‘âlâ, Sang Penguasa yang Maha-agung, pada saat-saat tertentu memanggil hamba-Nya yanglemah, yang tidak memiliki apa-apa, untuk bermunajat kepada-

Page 92: Tuhan kita berkata: Sujud dan mendekatlah · Nah, saya mendapati cara yang paling efektif untuk me- respons ketiga hal di atas adalah dengan menyajikan suatu rangkaian tulisan yang

90

Nya, dan mengizinkannya masuk ke tempat kehormatan, agardia mendapatkan kebahagiaan abadi dan kesenangan kekal.Karena shalat merupakan jamuan ruhani yang telah dihidang-kan oleh kedua Tangan Keindahan dan Keagungan Al-Haqq.Demikian pula, shalat adalah ibadah yang paling menyeluruhdan lengkap di antara semua ibadah lainnya.

Muhammad Iqbal: Sembahyang yang berakhir denganpencerahan ruhaniah, adalah cara untuk mencapai pengeta-huan tentang, dan hubungan yang lebih intim, dengan Tuhan.... sembahyang secara individual atau secara bersama-sama(juga) merupakan suatu pernyataan kerinduan batin manusiauntuk mendapatkan jawaban dalam alam semesta yang sunyi-senyap ini

Murtadha Muthahhari: Beribadah kepada Tuhan adalahsebuah latihan atau program pendidikan dalam Islam. Shalatmengajari manusia untuk mengingat Tuhan, setidaknya padasaat shalat itu berlangsung. Semakin dia mengingat Tuhan,semakin dia memerhatikan keadilan, kebajikan, dan hakorang lain dalam masyarakat .... Dalam Islam, kehidupan ukh-rawi dipraktikkan di dunia ini dan kehidupan duniawi jugadipraktikkan dalam konteks kehidupan ukhrawi.[]

Page 93: Tuhan kita berkata: Sujud dan mendekatlah · Nah, saya mendapati cara yang paling efektif untuk me- respons ketiga hal di atas adalah dengan menyajikan suatu rangkaian tulisan yang

91

D I A N T A R A salah satu masalah yang kontroversial ten-tang tasawuf adalah anggapan bahwa kaum sufi menyepele-kan keharusan menaati kewajiban-kewajiban syariah (fiqhiyyah).Barangkali tak ada anggapan tentang tasawuf yang lebih salahdari ini. Tak ada satu pun tokoh tasawuf sepanjang sejarah yangpernah menyatakan atau menunjukkan sikap meremehkansyariah. Yang sebaliknya justru merupakan suatu ciri menonjoltasawuf. Kaum sufi pada saat yang sama justru dikenal sebagai

8 Dicuplik, dengan sedikit penyesuaian, dari Bab “Antara Syariat, Tha-rîqah, dan Haqîqah” dalam Haidar Bagir, Buku Saku Tasawuf,Mizan, Bandung, 2005.

11

Kaum Sufidan Syariat8

Page 94: Tuhan kita berkata: Sujud dan mendekatlah · Nah, saya mendapati cara yang paling efektif untuk me- respons ketiga hal di atas adalah dengan menyajikan suatu rangkaian tulisan yang

92

‘âbid atau ‘ubbâd (para ahli ibadah, mahdhah atau ritual).Bahkan, dalam pandangan mereka, tak ada jalan lain untukmenempuh tasawuf (biasa disebut juga tharîqah) kecuali me-lalui penyelenggaraan ibadah-ibadah syar‘i seperti ini. Makinsufi seseorang, makin intens ibadah-ibadah dilakukannya. Atau,diungkapkan secara lain, tingkatan kesufian seseorang justruditentukan oleh intensitas ibadahnya.

Hampir-hampir sudah standar dalam buku-buku tasawufadanya kutipan hadis masyhur mengenai ihsân. Yakni, bahwa“ihsân adalah beribadah kepada Allah seolah-olah engkaumelihat-Nya; atau, kalau engkau tak dapat melihat-Nya, per-caya bahwa Dia melihatmu”. Hal ini disebabkan umumnyasufi mengidentikkan tasawuf dengan ihsân. Artinya, tasawufpada intinya adalah beribadah kepada Allah. Hanya saja, dalamtasawuf, ditekankan agar ibadah hendaknya tidak semata-mataberupa gerakan-gerakan fisik dan bacaan-bacaan yang kosong,melainkan penuh khusyû‘ dan khudhû‘. Yakni, menghadirkanhati dan penuh kerendahan-diri di hadapan Allah Swt. Kutipanstandar lain dalam buku-buku tasawuf adalah hadis tentanghamba-hamba Allah yang mendekatkan diri secara terus-me-nerus dengan melakukan ibadah (ritus) nawâfil (sunnah). Se-demikian, sehingga Allah mencintainya dan Dia menjadi Mata-nya untuk melihat, Telinganya untuk mendengar, Kakinyauntuk berjalan, dan seterusnya. Lagi-lagi di sini ibadah di-pahami sebagai inti tasawuf.

Page 95: Tuhan kita berkata: Sujud dan mendekatlah · Nah, saya mendapati cara yang paling efektif untuk me- respons ketiga hal di atas adalah dengan menyajikan suatu rangkaian tulisan yang

93

Adalah kaum sufi juga yang menekankan shalat, misalnya,sebagai mi‘râj-nya kaum Mukmin. Bahwa shalatlah yang bisamembawa seseorang bertemu dengan Allah Swt. Demikianpula halnya dengan puasa, haji, zakat, bersedekah, dan se-bagainya .... Sudah merupakan suatu kelaziman bahwa parasufi secara khusus membahas kegiatan-kegiatan ibadah dalambuku-buku mereka. Dan itu tak terbatas pada para sufi “orto-doks” seperti Imam Al-Ghazali, tetapi juga dalam karya-karyaIbn ‘Arabi, Jalaluddin Rumi, dan sebagainya. Bagi kaum sufi,syariah adalah landasan tasawuf (tharîqah), sedang tharîqahadalah jalan menuju hakikat (haqîqah atau kebenaran sejati).

Al-Qusyairi, penulis kitab tasawuf terkenal, Risâlah Al-Qusyairiyah, misalnya, menyatakan bahwa tanpa syariah takakan seseorang berhasil meraih hakikat. Bahkan, menurutnya,hakikat identik dengan syariah, dan sebaliknya. Al-Kalabadzi,penulis buku sufi terkenal lainnya, Al-Ta‘arruf li Madzhab AhlAl-Tashawwuf (Pemahaman atas Mazhab Kaum Sufi), menya-takan bahwa kewajiban menjalankan perintah-perintah sya-riah mengikat siapa pun, bahkan para wali yang telah men-capai tingkat tertinggi. Tak ada satu maqâm (tataran) pun yangmembuat orang yang telah meraihnya bebas dari kewajibansyariah. Justru sebaliknya, makin tinggi maqâm seseorang dalamtasawuf, seharusnya makin keraslah kesetiaannya terhadap ajaran-ajaran syariah. Al-Hujwiri, penulis Kasyf Al-Mahjûb (Penying-kap yang Terselubung) menisbahkan kemunafikan kepadaorang-orang yang mengaku sufi tapi tak menjalankan perintah-

Page 96: Tuhan kita berkata: Sujud dan mendekatlah · Nah, saya mendapati cara yang paling efektif untuk me- respons ketiga hal di atas adalah dengan menyajikan suatu rangkaian tulisan yang

94

perintah syariah. Bahkan Ibn ‘Arabi, seorang tokoh besar sufi,yang pikiran-pikirannya sering kali disalahpahami orang se-hingga menyebutnya sebagai kafir itu, mendefinisikan tasawufsebagai “mengikatkan diri kepada perilaku-perilaku terpuji me-nurut syariah, secara lahir dan batin”.

Lalu, dari mana bisa muncul kesalahpahaman terhadapsikap kaum sufi terhadap syariah ini? Mungkin, hal itu lahirdari adanya suatu kelompok tertentu dalam sejarah tasawufyang disebut sebagai malamati. Seperti namanya, kelompokini berpendapat bahwa, untuk dapat terjauhkan dari duniadan dekat kepada Allah, mereka harus mendedahkan dirimereka kepada celaan-celaan orang. Makin banyak merekadicela dan makin rendah kedudukan mereka di tengah manu-sia, menurut pendapat kelompok ini, makin mungkin merekauntuk bersikap rendah diri di hadapan Allah Swt. Meski pen-dapat seperti ini bukannya sama sekali tak berdasar, terkadangia diselewengkan. Ada sekelompok di antara orang-orang yangmengaku sufi seperti ini (biasa disebut mustashwifîn, kaum“sok sufi”) menampilkan diri sebagai orang-orang yang tidakmenjalankan perintah syariah agar, menurut pengakuan mereka,orang menganggap buruk dan mencela mereka. Mengenai ke-lompok malamati yang satu ini, Al-Hujwiri bersikap amat kerasdengan menyatakan bahwa mereka telah nyata-nyata melaku-kan kesalahan, kejahatan, dan pengumbaran nafsu. Yang merekacari sesungguhnya hanyalah popularitas di mata orang. Dengankata lain, tindakan-tindakan mereka yang seolah-olah agar

Page 97: Tuhan kita berkata: Sujud dan mendekatlah · Nah, saya mendapati cara yang paling efektif untuk me- respons ketiga hal di atas adalah dengan menyajikan suatu rangkaian tulisan yang

95

tidak populer itu justru hanyalah untuk mencari popularitas.Berbeda dengan kaum malamati sejati, yang memang sudahpopuler, orang-orang seperti ini biasanya tidak dikenal orang,bukan siapa-siapa. Dengan kata lain, sama sekali bukan ahliatau tokoh tasawuf.

Daftar kita mengenai contoh-contoh kesetiaan kaum sufikepada syariah bisa saja kita perpanjang nyaris tanpa batas.Namun, untuk keperluan ini, kiranya apa yang diuraikan serba-ringkas di atas telah dengan jelas menunjukkan betapa, se-baliknya dari meremehkan syariah, kaum sufi menempatkan-nya pada posisi yang tak bisa ditawar-tawar lagi. Bahkan, bagimereka, tak ada tasawuf, tak ada pencapaian hakikat, tanpasyariah. Bahwa maqâm kesufian seseorang sepenuhnya bergan-tung pada intensitasnya dalam menjalankan perintah-perintahsyariah.[]

Page 98: Tuhan kita berkata: Sujud dan mendekatlah · Nah, saya mendapati cara yang paling efektif untuk me- respons ketiga hal di atas adalah dengan menyajikan suatu rangkaian tulisan yang

96

Ketika ditanyakan kepada Imam Ja‘far Al-Shadiq, “Meng-apa orang yang melakukan perzinaan tidak dianggap kafir,sedangkan orang yang meninggalkan shalat divonis kafir?Apa alasan Anda mengenai pernyataan Anda?” Beliau men-jawab, “Sebab, orang yang melakukan perzinaan dan sejenis-nya, mereka melakukan perbuatan seperti itu disebabkan ada-nya dorongan nafsu berahi yang memperbudaknya. Namun,lain halnya bagi orang yang meninggalkan shalat. Merekameninggalkannya karena menyepelekan kewajiban (yang telahditetapkan oleh Tuhannya). Kita perhatikan saja, orang yangmelakukan perzinaan dengan salah seorang wanita, pasti dia(memang) menginginkan perbuatan tersebut, bertujuan untukmelakukan dan menikmatinya. Lain halnya dengan orang yangmeninggalkan shalat. Mereka memang menghendaki perbuat-annya, namun dalam meninggalkannya mereka tidak meng-harapkan kenikmatan. Nah, jika bukan karena kenikmatanyang dituju, maka itu adalah (termasuk) menyepelekannya.Dan jika dia menyepelekannya dengan sengaja, masuklahdia ke dalam arena kekafiran.”

Page 99: Tuhan kita berkata: Sujud dan mendekatlah · Nah, saya mendapati cara yang paling efektif untuk me- respons ketiga hal di atas adalah dengan menyajikan suatu rangkaian tulisan yang

97

S E J A R A H perkembangan tasawuf secara garis besar bisadibagi ke dalam beberapa tahapan. Pertama, tahap zuhud(berpantang dari kenikmatan hidup), merentang dari abadke-7 dan ke-8, yang terutama menekankan pada akhlak. Kedua,tahap tasawuf (antara abad ke-9 dan ke-10), yang di dalam-nya orang telah mengembangkan aliran ini sehingga menca-kup refleksi-spiritual dan sulûk (disiplin dan latihan untukmerawat ruhani demi mendekatkan diri kepada Allah). Padatahap ini juga muncul serangkaian buku referensi tasawuf.Ketiga, pada abad ke-13, tahap kaum “pencinta” (‘usy-syâq)—yang menekankan hubungan manusia-Tuhan berdasar cinta(bukan terutama ketakutan)—dan sekaligus berkembangnya

12

Shalat menurut Kaum Sufi (1):Dalam Kasyf Al-Mahjûb,

Karya Al-Hujwiri

Page 100: Tuhan kita berkata: Sujud dan mendekatlah · Nah, saya mendapati cara yang paling efektif untuk me- respons ketiga hal di atas adalah dengan menyajikan suatu rangkaian tulisan yang

98

‘irfân (gnostisisme)—yang menekankan kepemilikan penge-tahuan tentang Tuhan sebagai hakikat dan sumber segala ke-beradaan. Dan, keempat, yakni pada abad ke-14 dan seterus-nya, adalah tahap lahir dan berkembangnya tarekat.9

Nah, di samping beberapa buku lainnya—termasuk Al-Ta‘arruf li Madzhab Ahl Al-Tashawwuf (Pengenalan kepadaMazhab Kaum Sufi oleh Al-Kalabadzi), Risâlah Al-Qusyairiyah(Risalah karya Al-Qusyairi), Adab Al-Murîdîn (Abu NajibSuhrawardi), dan Thabaqah Al-Shûfiyah (Tahap-Tahap dalamSejarah Tasawuf oleh Abu Sa‘id Al-Kharraz)—Kasyf Al-Mahjûb(Penyingkap yang Terselubung karya Al-Hujwiri) adalah yangpaling diakui dalam hal referensi tasawuf awal.

Nama lengkap Al-Hujwiri adalah Abu Al-Hasan ‘Ali bin‘Utsman bin ‘Ali Al-Ghaznawi. Sesuai julukannya, dia lahir diGhazna, Afghanistan, dan hidup pada abad ke-11. Selain di-kenal sebagai penulis buku standar tentang tasawuf ini, dia sen-diri juga dikenal sebagai seorang sufi. Dia belajar dari banyaksufi pada masanya, dan bertualang ke hampir seluruh wilayahkekhalifahan Islam pada masa itu. Lama setelah kematiannya,dia dianggap sebagai wali, dan kuburannya di Lahore diziarahioleh banyak orang. Karya-karyanya yang lain meliputi: Dîwân

9 Untuk uraian yang sedikit lebih terperinci, silakan lihat Bab “SejarahTasawuf” dalam Haidar Bagir, Buku Saku Tasawuf, Mizan, Bandung,2005.

Page 101: Tuhan kita berkata: Sujud dan mendekatlah · Nah, saya mendapati cara yang paling efektif untuk me- respons ketiga hal di atas adalah dengan menyajikan suatu rangkaian tulisan yang

99

(kumpulan syair sufistik), Minhâj Al-Dîn (Metode Agama,tentang metode tasawuf, dan juga memuat biografi panjangtentang Al-Hallaj), Asrâr Al-Khiraq (Rahasia Jubah Kaum Sufi),Kitâb-i Fanâ-u Baqâ (Kitab tentang Fanâ dan Baqâ, yaknitentang kesirnaan dan kekekalan dalam Hadirat Tuhan), se-buah buku (judul tak diketahui) tentang ujar-ujar Al-Hallaj,Kitâb Al-Bayân li Ahl Al-‘Irfân (Kitab Penjelasan tentang paraAhli ‘Irfân, tentang kebersatuan dengan Tuhan), Bahr Al-Qulûb(Samudra Hati), Al-Ri‘âyat li Huqûq Allâh (Pemeliharaan Hak-Hak Allah), dan satu lagi buku (tanpa judul) tentang iman. Takada di antara kitab-kitab itu yang masih bisa ditemukan se-karang.

Kasyf Al-Mahjûb membahas tokoh-tokoh tasawuf, sejakawal sejarahnya hingga masa hidup penulisnya, serta berbagaidoktrin dan konsep kunci dalam tasawuf. Selain itu, Al-Hujwirimenyediakan bab-bab khusus yang membahas pandangan kaumsufi tentang rukun Islam, termasuk di dalamnya shalat. Awalnyakitab ini ditulis untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan teman-sekotanya, Abu Sa‘id Al-Hujwiri. Menurut Reynold A. Nicholson—seorang orientalis ahli tasawuf yang menerjemahkan buku inike dalam bahasa Inggris, yang juga penerjemah Matsnawi Rumisecara lengkap—karya Al-Hujwiri ini lebih menarik ketimbangRisâlah Al-Qusyairiyah berkat spekulasi-spekulasi filosofis penulis-nya di sepanjang buku ini. Sementara Risâlah adalah koleksi ujar-ujar, anekdot-anekdot, dan definisi-definisi yang terkait dengantasawuf yang ditulis secara formal dan akademik. Meski meme-

Page 102: Tuhan kita berkata: Sujud dan mendekatlah · Nah, saya mendapati cara yang paling efektif untuk me- respons ketiga hal di atas adalah dengan menyajikan suatu rangkaian tulisan yang

100

gang paham fanâ, Al-Hujwiri tak bergerak terlalu jauh sehinggamengembangkan semacam panteisme (wahdah al-wujûd). Diasejalan dengan Al-Junayd yang menyatakan bahwa kewarasan(shahw)—yakni tetap terpeliharanya kesadaran ketika seseorangmengalami pengalaman spiritual—adalah lebih disukai ketim-bang “kemabukan” (sukr) atau ketidaksadaran.

Dia menandaskan berkali-kali kepada para pembacanyabahwa tak seorang sufi pun, bahkan orang-orang yang telahmencapai sebatas tertentu kesucian, terkecualikan dari kewajibanuntuk menaati hukum (syarî‘ah).

Shalat menurut Kaum Sufi10

Para penempuh jalan tasawuf (murîd) melihat shalat sebagaimengandung seluruh tahapan perjalanan menuju Tuhan, daripertama sampai akhir, yang di dalamnya semua maqâmat (sta-siun-stasiun spiritual)11 terungkap. Bagi mereka, wudhu ber-makna tobat, menghadap kiblat bermakna kebergantungan

1 0 Dikutip dan disarikan dari karya Al-Hujwiri, Kasyf Al-Mahjûb: Risa-lah Persia Tertua tentang Tasawuf, Mizan, 1992, hh. 269-280. Terj.Inggris oleh A.J. Arberry berjudul Kasyf Al-Mahjub: The Oldest Per-sian Treatise on Sufism.

1 1 Maqâmat (jamak dari kata maqâm) berarti serangkaian stasiun atauperhentian spiritual. Ia adalah tingkatan-tingkatan yang telah dicapaioleh para penempuh jalan tasawuf berkat segala jerih payah (mujâ-

Page 103: Tuhan kita berkata: Sujud dan mendekatlah · Nah, saya mendapati cara yang paling efektif untuk me- respons ketiga hal di atas adalah dengan menyajikan suatu rangkaian tulisan yang

101

kepada seorang pembimbing spiritual, berdiri dalam shalatbermakna kediaman-diri, membaca ayat-ayat Al-Quran (dalamshalat) bermakna perenungan batin (zikir), ruku‘ bermaknakerendahhatian, sujud bermakna pengetahuan diri, membacasyahadat bermakna kemesraan dengan Tuhan (uns), dan salambermakna pemisahan diri dari dunia dan “melepaskan diri”dari ikatan “stasiun-stasiun” (maqâmat).

Para syaikh (sufi) memiliki beberapa pandangan yang ber-beda mengenai makna shalat. Sebagian di antara mereka ber-pandangan bahwa shalat adalah sarana untuk mencapai keha-diran dalam Tuhan (hudhûr), yang lainnya berpandangan bahwaia merupakan sarana untuk “tidak hadir” (ghaibât, dari segalasesuatu selain Allah). Sebagian yang telah “hadir” menjadi “tidakhadir” dalam shalat, sementara yang lainnya dari “tidak hadir”menuju “hadir”.

Para syaikh menyuruh pengikutnya untuk melakukan sha-lat sebanyak-banyaknya agar tubuh mereka terbiasa dan tetap-hati (istiqâmah) untuk melakukan ibadah. Juga, para syaikh

hadah) melawan (hawa nafsu) dirinya sendiri dan latihan spiritual(riyâdhah) untuk menundukkannya. Para sufi berbeda-beda dalamhal jumlah dan macam stasiun-stasiun ini. Sebagai contoh, Al-Ghazali menyebutkan stasiun-stasiun ini sebagai terdiri secaraberturut-turut dari: al-taubah (tobat), al-shabr (sabar), al-faqr (ke-miskinan-spiritual), al-tawakkul (tawakal), al-mahabbah (cinta),al-ma‘rifah (pengetahuan spiritual), dan al-ridhâ (rela). Pembahasanagak lebih detail, lihat Buku Saku Tasawuf.

Page 104: Tuhan kita berkata: Sujud dan mendekatlah · Nah, saya mendapati cara yang paling efektif untuk me- respons ketiga hal di atas adalah dengan menyajikan suatu rangkaian tulisan yang

102

melaksanakan shalat sebagai ungkapan rasa syukur atas apa-apa yang telah Tuhan anugerahkan kepada mereka. Orang-orang yang (disebut-sebut sebagai) memiliki berbagai “ke-adaan” (arbâb-i ahwâl)12—yang di dalamnya mereka mencapaikesempurnaan ekstasi (kegembiraan-puncak yang bersifatsepenuhnya spiritual, wajd)—mencapai kebersatuan denganTuhan dalam shalat mereka. Sedangkan ketika mereka selesaishalat, dan keluar dari keadaan ekstasi itu, mereka pun ter-pisah (dari kebersatuan dengan Tuhan) itu.13[]

1 2 Ahwâl (jamak dari hâl) adalah keadaan-keadaan spiritual yang di-capai oleh para penempuh jalan tasawuf. Berbeda dengan “stasiun-stasiun” yang bersifat lebih menetap (permanen), “keadaan-keada-an” spiritual hanya dialami dalam waktu pendek. Juga, jika maqâmmerupakan hasil upaya aktif pelaku tasawuf, “keadaan” lebih merupa-kan anugerah Allah. Sebagai contoh, Abu Nashr Al-Thusi menye-but sembilan macam “keadaan”, termasuk al-qurb (kedekatan denganAllah), al-syauq (perasaan rindu kepada Allah), al-uns (perasaan mesra),al-thuma’nînah (ketenteraman), dan sebagainya. Terkadang, suatumaqâm yang disebut oleh seorang sufi, contohnya al-mahabbah(cinta), dimasukkan ke dalam kelompok “keadaan” oleh sufi lain.Lihat juga Buku Saku Tasawuf.

1 3 Ingat, hâl terjadi hanya dalam waktu yang pendek.

Page 105: Tuhan kita berkata: Sujud dan mendekatlah · Nah, saya mendapati cara yang paling efektif untuk me- respons ketiga hal di atas adalah dengan menyajikan suatu rangkaian tulisan yang

103

Syaikh Hasan Ali Ishfahani berkata kepada putranya, “Putra-ku! Aku wasiatkan kepadamu beberapa perkara:

1. Kerjakan shalat-harianmu di awal waktu.

2. Usahakan semampumu untuk membantu masyarakatyang membutuhkan, dan janganlah sekali-kali kamu ber-pikir bahwa kamu tidak bisa melakukan pekerjaan yangbesar itu. Sebab, apabila kamu melangkah di jalan yangbenar, sudah pasti Allah akan menolongmu.” Di sinilahputranya bertanya, “Ayah, terkadang membantu untukmenghilangkan kesusahan orang lain bisa menyebabkanmalu.” Beliau berkata, “Alangkah baiknya apabila sese-orang kehilangan harga diri di jalan Allah.”

3. Hormatilah keturunan Rasulullah Saw. Keluarkanlahapa yang kamu miliki di jalan mereka dan janganlah takutmiskin dalam menjalankan hal ini, lain halnya apabilakamu sendiri miskin.

4. Janganlah melalaikan shalat tahajud dan shalat malam.Jadikan takwa sebagai bekal bagi dirimu.

Page 106: Tuhan kita berkata: Sujud dan mendekatlah · Nah, saya mendapati cara yang paling efektif untuk me- respons ketiga hal di atas adalah dengan menyajikan suatu rangkaian tulisan yang

104

S A H L bin Abdullah (Al-Tustari) berkata, “Tanda-tanda ke-ikhlasan seseorang adalah jika ia memiliki malaikat pendampingyang mendorongnya untuk shalat ketika waktu shalat tiba, danmembangunkannya ketika ia masih tertidur.” Tanda keikhlasanini tampak pada diri Sahl sendiri. Sahl lumpuh ketika usianyasudah lanjut. Tapi, jika waktu shalat datang, ia tiba-tiba bisamenggerak-gerakkan semua organ tubuhnya untuk melakukanshalat, hanya untuk lumpuh kembali ketika shalatnya sudahselesai. Diriwayatkan bahwa Al-Hallaj mewajibkan atas dirinyasujud dalam shalat sebanyak 400 kali (200 rakaat) setiap seharisemalam. Ketika ditanya mengapa ia sampai bersusah payah se-demikian, ia menjawab, “Rasa sakit dan nikmat merupakan

13

Shalat menurut Kaum Sufi (2):Dalam Kasyf Al-Mahjûb,

Karya Al-Hujwiri

Page 107: Tuhan kita berkata: Sujud dan mendekatlah · Nah, saya mendapati cara yang paling efektif untuk me- respons ketiga hal di atas adalah dengan menyajikan suatu rangkaian tulisan yang

105

manifestasi perasaan-perasaanmu. Tetapi, sesiapa yang sifat-sifatnya tersirnakan (dalam shalat) tak akan merasakan baik susahatau senang. Waspadalah agar kamu tak menyebut kelalaiansebagai kematangan dan syahwat duniawi sebagai pencarianTuhan.”

Seseorang meriwayatkan: “Aku shalat di belakang Dzun-Nun(Al-Mishri). Ketika ia menyerukan Allahu Akbar, ia terjatuhlemas seolah tubuh tanpa nyawa.” Junayd (Al-Baghdadi), ketikasudah lanjut usia, tetap mempertahankan pembacaan zikir-zikirpanjang yang biasa dibacanya ketika ia masih muda. Ketika di-anjurkan untuk meninggalkan sebagian dari ibadah-masa-muda-nya yang bersifat sunnah, yang memang sudah sulit ditanggung-nya, ia menyatakan bahwa ia tak bisa, pada akhir hidupnya,meninggalkan latihan-latihan (spiritual), yang telah memampu-kannya mencapai kesejahteraan spiritual, pada awalnya. Abdullahbin Mubarak berkata, “Ketika kecil, aku melihat seorang perem-puan-zahidah yang digigit kalajengking di empat puluh tempatketika sedang shalat. Ketika ia selesai shalat, aku berkata, ‘WahaiIbu, kenapa Anda tak menggebah kalajengking itu dari tubuh-mu?’ Perempuan itu menjawab, ‘Hai anak yang bodoh, apakahkau anggap pantas aku mengurusi diriku pada saat aku sedangsibuk dalam urusan Tuhan?’”

(Abu Sa‘id) Abul Khayr Aqta’ menderita gangrene yangparah di kakinya sehingga para dokter menyatakan bahwa kaki-nya harus diamputasi. Tapi, Abu Sa‘id tak membolehkannya.Para muridnya—yang mengetahui bahwa keadaan guru mereka

Page 108: Tuhan kita berkata: Sujud dan mendekatlah · Nah, saya mendapati cara yang paling efektif untuk me- respons ketiga hal di atas adalah dengan menyajikan suatu rangkaian tulisan yang

106

akan makin parah dan tak tertolong jika kakinya tak diampu-tasi—mengajari para dokter itu: “Potonglah kakinya ketika iasedang shalat, karena dalam keadaan seperti itu, ia tak sadar-kan diri.” Para dokter pun menuruti nasihat itu. Maka, ketikaAbu Sa‘id selesai shalat, didapatinya kakinya telah diamputasi.

Para syaikh sufi menaati seluruh aturan ibadah dan meme-rintahkan semua murid mereka untuk bersikap sama. Salah se-orang di antara mereka berkata, “Aku bepergian selama 40tahun. Dan sepanjang waktu itu, aku tak pernah meninggalkansatu kali pun shalat berjamaah ....”

Hujwiri juga mengungkapkan kecintaan Nabi Muham-mad Saw. kepada shalat. Diriwayatkannya sabda Nabi yangberbunyi: “Dalam shalat terletak kesenanganku.” Shalat bagiNabi adalah pengulangan dari mi‘râj, yang selalu dirindukan-nya.14 Sehingga, kapan saja (di luar waktu-waktu shalat wajib)beliau merindukan pengalaman bertemu Allah itu, beliauakan memerintahkan kepada Bilal: “Oh Bilal, hiburlah aku.”Maka, Bilal akan mengumandangkan azan agar setelah itu

1 4 Hujwiri meriwayatkan bahwa ketika telah bertemu Allah dalammi‘râj, Nabi berkata—di luar kesadarannya, oleh kerinduan yangmeluap-luap—“Oh Tuhan, jangan kembalikan aku ke dunia yangpenuh penderitaan. Jangan campakkan aku ke bawah cengkeramanbadan dan syahwatnya.” Tuhan menjawab, “Sudah menjadi takdirbahwa engkau harus kembali ke dunia demi menegakkan syariah agarAku dapat memberikan kepadamu di sana apa yang Aku berikan ke-padamu di sini.”

Page 109: Tuhan kita berkata: Sujud dan mendekatlah · Nah, saya mendapati cara yang paling efektif untuk me- respons ketiga hal di atas adalah dengan menyajikan suatu rangkaian tulisan yang

107

mereka bisa melaksanakan shalat. Sehingga, bagi beliau, sha-lat adalah mi‘râj dan kedekatan kepada Allah. Dalam konteksini pulalah, beliau diriwayatkan berkata, “Shalat adalah mi‘râj-nya orang beriman.”

Al-Hujwiri juga meriwayatkan sebuah hadis yang me-nyatakan bahwa, ketika Nabi sedang shalat, dari dalam diri-nya terdengar seperti suara ketel yang sedang mendidih (karenakesungguhan dan kekhusyukan beliau dalam shalat). Demi-kian pula dikisahkan bahwa ketika ‘Ali hendak memulai shalat-nya, rambutnya berdiri tegak dan tubuhnya gemetaran. Kata-nya, “Telah datang saat ketika amanah Tuhan—yang gegu-nung dan bumi tak mampu menanggung—harus ditunai-kan.”[]

Page 110: Tuhan kita berkata: Sujud dan mendekatlah · Nah, saya mendapati cara yang paling efektif untuk me- respons ketiga hal di atas adalah dengan menyajikan suatu rangkaian tulisan yang

108

Ahli Shalat Masuk SurgaTanpa Perhitungan

Diriwayatkan dari Rasulullah Saw. bahwa manakala seoranghamba menghadap kiblat dan dengan niat murni mengucap-kan “Allâhu Akbar”, dia akan bersih dari dosa laksana barudilahirkan ibunya. Dan tatkala mengucapkan “A‘ûzubil-Lâhiminasy-syaithânir-rajîm (aku berlindung kepada Allah darigodaan setan yang terkutuk)”, Allah akan mencatat (itu) dalambuku catatan amalnya sejumlah rambut yang ada di tubuh-nya. Pada saat membaca Al-Fâtihah dan surah, dia sepertimenunaikan ibadah haji dan umrah. Dan tatkala melakukanruku‘ dan membaca tasbih, dia seperti bersedekah dengan emasseberat tubuhnya dan seperti membaca seluruh kitab-kitab Allah.

Page 111: Tuhan kita berkata: Sujud dan mendekatlah · Nah, saya mendapati cara yang paling efektif untuk me- respons ketiga hal di atas adalah dengan menyajikan suatu rangkaian tulisan yang

109

Ketika dia mengucapkan “Sami‘al-Lâhu li man hami-dah”, Allah akan memandangnya dengan pandangan penuhkasih. Saat dia melakukan sujud dan membaca tasbih, AllahSwt. memberinya pahala seperti yang Dia berikan kepadapara nabi. Dan tatkala dia membaca tasyah-hud, Allahmemberinya pahala sebagaimana yang Dia berikan kepadaorang-orang yang sabar. Dan ketika dia mengucapkan salamdan selesai shalat, Allah Swt. membukakan pintu surgabaginya dan dia dipersilakan masuk dari pintu yang dipilihnya,tanpa harus melunasi perhitungan (amal perbuatan).

Page 112: Tuhan kita berkata: Sujud dan mendekatlah · Nah, saya mendapati cara yang paling efektif untuk me- respons ketiga hal di atas adalah dengan menyajikan suatu rangkaian tulisan yang

110

I B N ‘ A R A B I, seperti sudah banyak diketahui, adalah salahseorang sufi besar—kalau bukan yang terbesar—dalam sejarahtasawuf. Kenyataannya, dia disebut sebagai Syaikh Al-Akbar(Magister Magnus, Guru Teragung). Meskipun demikian, diajuga dikenal sebagai seorang sufi yang heterodox (memiliki sikap,pandangan, dan praktik yang tidak sejalan dengan mainstreamatau arus utama tasawuf). Jangankan oleh para penganut literal-isme atau fundamentalisme, di kalangan tasawuf sendiri dia jugatak bebas dari cercaan. Berbagai tuduhan dilontarkan kepada-nya, zindiq bahkan syirik. Di antara pandangannya yang amatkontroversial adalah doktrin-ketuhanannya, yang biasa disebutsebagai kesatuan wujud (wahdah al-wujûd). Pandangannya ini

14

Memaknai Shalat:Melalui Penghayatan Ibn ‘Arabi

dalam Fushus Al-Hikam (1)

Page 113: Tuhan kita berkata: Sujud dan mendekatlah · Nah, saya mendapati cara yang paling efektif untuk me- respons ketiga hal di atas adalah dengan menyajikan suatu rangkaian tulisan yang

111

sering dikaitkan dengan paham panteisme—dalam pemikiranBarat—atau manunggaling kawula gusti—dalam kebatinanJawa. Menurut sudut pandang ini, Ibn ‘Arabi dianggap me-nyamakan manusia dengan Tuhan. Sudah tentu pandangan inikeliru. Wahdah al-wujûd Ibn ‘Arabi lebih tepat, sesuai denganistilah-aslinya, disebut sebagai tauhîd wujûdi (transcendent unityof existence atau kesatuan transenden wujud). Namun, pem-bahasan mengenai soal ini berada di luar cakupan tulisan ini(bagi yang berminat untuk memperoleh uraian populer danrelatif sederhana tentang doktrin ini, silakan baca uraian-ringkassaya dalam dua bab khusus mengenai soal ini, berjudul “Seke-lumit tentang Wahdah Al-Wujûd Ibn ‘Arabi” dalam Buku SakuTasawuf; dan satu bab berjudul “Sekelumit tentang Filsafat Ibn‘Arabi” dalam Buku Saku Filsafat Islam).

Nah, di antara tuduhan lainnya terhadap sufi besar iniadalah bahwa Ibn ‘Arabi menyamakan semua agama. Yakni,mementingkan inti agama—yang di-share oleh semua agama—dan, dengan demikian, meremehkan aspek syariah. Pan-dangan ini, meski benar dalam hal penekanan sang Syaikh akanuniversalitas inti ajaran agama-agama, sesungguhnya amat jauhdari kenyataan. (Untuk soal ini, termasuk cuplikan pendapatSyaikh ini sendiri, silakan rujuk buku saya tersebut di atas.)Cukuplah di sini saya ungkapkan bahwa Ibn ‘Arabi telahmemasukkan di dalam masterpiece-nya, Futûhât Al-Makkiyyah,beberapa bab khusus yang membahas rukun Islam dari sudutpandang ilmu fiqih—bahkan persis mengikuti sistematika dan

Page 114: Tuhan kita berkata: Sujud dan mendekatlah · Nah, saya mendapati cara yang paling efektif untuk me- respons ketiga hal di atas adalah dengan menyajikan suatu rangkaian tulisan yang

112

cara-pembahasan fiqih, sebagaimana dipakai oleh para ahlifiqih. (Sebagai ilustrasi, silakan rujuk buku Menghampiri SangMahakudus: Rahasia-Rahasia Bersuci menurut Ibn ‘Arabi,Mizan, Bandung, 2004.) Bukan hanya itu. Ibn ‘Arabi jugamendedikasikan bab-bab lain dalam bukunya yang sama untukpembahasan yang amat terperinci mengenai—bukan hanyakonsep-konsep teoretis dan filosofis syariat, melainkan juga—prinsip-prinsip teknis penerapannya dan metode-metode pe-rumusan hukum-praktisnya. Ibn ‘Arabi memiliki konsep yangjelas tentang teori-teori hukum Islam, seperti kedudukan hadis,konsep qiyâs (analogi), ijtihad, dan sebagainya. Menurut EricWinkel—seorang ahli Ibn ‘Arabi, dalam tulisannya di JurnalMuhyiddin Ibn ‘Arabi Society, No. XIII, Tahun 1993—jikaditerjemahkan, bab-bab dalam Futûhât yang membahas ma-salah syariat (fiqih) ini bisa mencapai tak kurang dari 2.000halaman. Sedemikian, sehingga Nurasiah Faqihsutan HRP,dalam bukunya yang berjudul Meraih Hakikat MelaluiSyariat: Telaah Pemikiran Syekh Al-Akbar Ibn ‘Arabi (Mizan,Bandung, 2005, h. 26), menyatakan bahwa: “... Ibn ‘Arabi,terlepas dari kenyataan bahwa dirinya termasuk sufi palingkontroversial dan banyak disalahpahami, justru sangat me-merhatikan syariat Islam dan berkeinginan agar doktrin danpemikirannya tidak menjauhkan orang dari memahami danmengenal dengan benar karakter dan nilai-nilai-praktis syariat....” Inilah juga pandangan Osman Yahya, yang bersama HenryCorbin, dianggap juga sebagai di antara ahli paling terkemuka

Page 115: Tuhan kita berkata: Sujud dan mendekatlah · Nah, saya mendapati cara yang paling efektif untuk me- respons ketiga hal di atas adalah dengan menyajikan suatu rangkaian tulisan yang

113

mengenai pemikiran tokoh ini, dalam bukunya yang berjudulHistoire et Classification, h. 108, sebagaimana dikutip Nurasiah.

Ibn ‘Arabi tentang Shalat15

(Ibn ‘Arabi berbicara tentang shalat, dalam Fushush Al-Hikam,melalui hadis Nabi Saw. yang terkenal sebagai berikut:)

“Ada tiga hal yang menjadi penyejuk mataku: perempuan,wewangian, dan shalat. Tapi, yang paling aku sukai di antaraketiganya adalah shalat.”16

Shalat merupakan kecintaan terbesar Nabi Saw. karenaia merupakan wahana pengalaman langsung akan Tuhan, pe-nyaksian (musyâhadah) akan Allah, dan percakapan (munâjat)

1 5 Dikutip dan disarikan dari Fushus Al-Hikam, karya Ibn ‘Arabi. Ter-jemahan dari bahasa Arab ke bahasa Prancis oleh Titus Burckhardtdan dari bahasa Prancis ke bahasa Inggris oleh Angela Culme-Sey-mour berjudul The Wisdom of the Prophets, Synergi Books Inter-national, Kuala Lumpur, 2001.

1 6 Perempuan, sebagaimana dijelaskan oleh Ibn ‘Arabi, adalah simbol(femininitas) Allah subhâna-Hu wa Ta‘âlâ, sekaligus belahan (jiwa)lelaki. Mencintai perempuan pada dasarnya adalah mencintai diri sen-diri dan Allah sekaligus. Demikian pula dengan wewangian. Ia me-rupakan aroma penciptaan (rawâ’ih al-takwîn) yang terkait eratdengan tiupan napas penciptaan Allah Yang Maha Penyayang (nafasAl-Rahmân). Pembahasan lebih terperinci mengenai kedua hal inijuga berada di luar ruang lingkup tulisan ini.

Page 116: Tuhan kita berkata: Sujud dan mendekatlah · Nah, saya mendapati cara yang paling efektif untuk me- respons ketiga hal di atas adalah dengan menyajikan suatu rangkaian tulisan yang

114

privat antara manusia dan Dia. Dalam kaitan dengan hal yangdisebut terakhir ini, Allah berfirman dalam suatu hadis qudsimengenai Al-Fâtihah, sebagai berikut:

“Aku membagi shalat antara Diriku dan hamba-Ku men-jadi dua bagian. Satu bagian untuk-Ku dan satu bagian lagiuntuk hamba-Ku. Dan bagi hamba-Ku, apa saja yang ia minta.Ketika hamba-Ku berkata (waktu membaca Al-Fâtihah): ‘Da-lam nama Allah, Yang Maha Pengasih dan Maha Penyayang,’Allah berkata: ‘Hamba-Ku memuji-Ku.’ Ketika hamba-Kuberkata: ‘Pujian bagi Allah, Rabb alam semesta,’ Tuhan berkata:‘Hamba-Ku telah memuja-Ku.’ Ketika sang hamba berkata: ‘YangMaha Pengasih lagi Penyayang,’ Tuhan berfirman: ‘Hamba-Kutelah menyanjung-Ku.’ Ketika sang hamba berkata: ‘PenguasaHari Pengadilan,’ Tuhan berfirman: ‘Hamba-Ku telah memuji-Ku dan memberikan kekuasaan mutlak kepada-Ku.’”

Paruh pertama Al-Fâtihah ini adalah milik-Nya. Ayat ke-lima, yang berbunyi “Pada-Mu aku menghamba dan pada-Muaku minta pertolongan”, adalah sejenis transisi antara bagian(Al-Fâtihah) yang untuk Tuhan dan bagian yang untuk manusia.Nah, ayat keenam dan ketujuh adalah bagian manusia:

“Ketika sang hamba berkata: ‘Tunjukilah aku jalan yanglurus. Jalan orang-orang yang atasnya Engkau anugerahkannikmat, bukan (jalannya orang-orang) yang Engkau murkaidan yang tersesat,’ Tuhan berfirman: ‘Maka ayat-ayat iniadalah untuk hamba-Ku dan hamba-Ku dapat memperolehapa saja yang ia kehendaki.’”

Page 117: Tuhan kita berkata: Sujud dan mendekatlah · Nah, saya mendapati cara yang paling efektif untuk me- respons ketiga hal di atas adalah dengan menyajikan suatu rangkaian tulisan yang

115

Pada puncak pertemuan antara Tuhan dan hamba ini, se-orang manusia—yang memiliki penglihatan batin (dhû ba-shar)—dapat “melihat Tuhan”. Bagi manusia seperti ini, shalatberarti penyaksian (musyâhadah) dan visiun (ru’yah) akan Allah.Orang-orang yang menegakkan shalat seperti inilah yang dirujukoleh ayat Al-Quran: “... yang memasang telinganya dan ber-saksi”. Inilah orang-orang yang melaksanakan shalat denganiman dan ihsân—ia “melihat” Tuhan.[]

Page 118: Tuhan kita berkata: Sujud dan mendekatlah · Nah, saya mendapati cara yang paling efektif untuk me- respons ketiga hal di atas adalah dengan menyajikan suatu rangkaian tulisan yang

116

Di Hadapan Siapa Engkau Berdiri?

Terdapat sebuah riwayat dari Rasulullah Saw. yang berisikeharusan untuk mencapai kehadiran hati. Rasulullah Saw.bersabda,

“Laksanakanlah shalat seakan shalat yang engkau laku-kan adalah shalat terakhir. Dan tatkala engkau mulai mema-suki shalat, katakanlah (kepada dirimu), ini adalah shalatterakhir saya untuk dunia. Dan berupayalah untuk merasakanbahwa surga berada di hadapanmu dan neraka berada dibawah kakimu; ‘Izrail ada di belakangmu, para nabi ada disisi kananmu, dan para malaikat ada di samping kirimu. DanAllah mengawasimu dari atas kepalamu.”

Page 119: Tuhan kita berkata: Sujud dan mendekatlah · Nah, saya mendapati cara yang paling efektif untuk me- respons ketiga hal di atas adalah dengan menyajikan suatu rangkaian tulisan yang

117

(S E L A N J U T N Y A, Ibn ‘Arabi menguniversalkan konsepsishalat, dengan meletakkannya dalam suatu konteks kosmo-logis, melalui penafsiran atas gerakan-gerakan tubuh dalamshalat:)

“Sebagaimana keberadaan (wujûd) (tercipta) olehgerakan yang mengubah dunia dari ketiadaan kepadakeberadaan, shalat pun meliputi gerakan-gerakan (yangmelambangkan hal itu). Gerakan-gerakan shalat dapatdibagi ke dalam tiga kelompok: gerakan vertikal, yakniketika orang yang shalat berada dalam keadaan ber-diri; gerakan horizontal, yakni ketika orang yang shalat

15

Memaknai Shalat:Melalui Penghayatan Ibn ‘Arabi

dalam Fushus Al-Hikam (2)

Page 120: Tuhan kita berkata: Sujud dan mendekatlah · Nah, saya mendapati cara yang paling efektif untuk me- respons ketiga hal di atas adalah dengan menyajikan suatu rangkaian tulisan yang

118

berada dalam keadaan ruku‘; dan gerakan menurun,yakni ketika ia berada dalam keadaan bersujud.”

Ketiga kelompok gerakan shalat ini setara dengan bentuk-bentuk-kehidupan dasar dalam dunia ciptaan. Yang pertama—berdiri—setara dengan manusia, mengingat manusia ada-lah makhluk yang berdiri tegak. Yang kedua—ruku‘—denganhewan, yang memang berjalan dalam keadaan tubuhnya ber-ada dalam posisi horizontal. Dan yang ketiga—bersujud dalamkeadaan tenang—setara dengan tanaman dan benda-benda“mati” lainnya yang tak memiliki gerakan internal mereka sen-diri dan harus digerakkan oleh sesuatu yang lain. Hal ini se-kaligus sejalan dengan firman-Nya, “Kami ciptakan manusiadalam sebaik-baik bentuk (yakni manusia dengan segala kele-bihannya), lalu kami empaskan dia hingga ke kerendahan yangserendah-rendahnya (yakni benda mati).”

(Sayyid Haidar Amuli, ahli Ibn ‘Arabi yang banyak me-nulis buku untuk memopulerkan pikiran-pikiran Ibn ‘Arabi,menambahkan bahwa—boleh jadi—ketiga gerakan itu me-nyimbolkan tiga kelompok malaikat yang masing-masingnyamemiliki tugas untuk terus berdiri, duduk, dan bersujud.)

Dengan demikian, selain merupakan titik pertemuan antaraTuhan dan manusia, shalat menjadi suatu mikrokosmos (yangmerepresentasikan) makrokosmos dunia ciptaan, dari ketiada-an kepada keberadaan. Orang yang shalat, ketika melakukangerakan-gerakan yang diwajibkan di dalamnya, sesungguhnya

Page 121: Tuhan kita berkata: Sujud dan mendekatlah · Nah, saya mendapati cara yang paling efektif untuk me- respons ketiga hal di atas adalah dengan menyajikan suatu rangkaian tulisan yang

119

sedang melakukan suatu perangkuman simbolik proses pen-ciptaan dunia. Dan jika yang melakukan shalat itu adalahseorang ‘ârif (yakni, orang-orang yang telah mencapai ting-katan spiritual) yang sempurna, maka “melihat Tuhan” telahmenyempurnakan proses itu dan menghasilkan suatu keber-satuan total antara manusia, Tuhan, dan (alam-)ciptaan.

Mengenai jumlah rakaat—yakni 2, 3, dan 4 rakaat—halitu merupakan gabungan antara berbagai jumlah rakaat shalatyang dilakukan oleh nabi-nabi terdahulu. Diriwayatkan bahwaNabi Adam melakukan shalat 2 rakaat, Nabi Nuh 3 rakaat, danNabi Ibrahim 4 rakaat. Jumlah rakaat ini juga sejalan denganshalatnya para malaikat sebagaimana dilambangkan denganpernyataan Al-Quran, yakni bahwa para malaikat itu “terbangdengan sayap-sayap mereka”:

“Segala puji bagi Allah, Sumber lelangit dan bumi, SangPencipta malaikat, para pesuruh yang terbang dengan sayap-sayap (mereka): dua, tiga, dan empat ....” Perbedaan-perbedaanini kiranya juga sejalan belaka dengan firman-Nya, “Setiaporang berbuat sejalan dengan caranya” dan “Dia mengetahuishalatnya siapa saja dan bagaimana mereka mengagungkanAllah. Allah tahu apa saja yang mereka kerjakan.”

Shalat dilakukan lima kali sehari sejalan dengan kepemilik-an pancaindra manusia. Meskipun dibutuhkan untuk kehi-dupan manusia di dunia ini, kelima indra itu selalu terarahkepada “kegelapan” dunia materiil. Jika tidak dikendalikan,hati manusia akan cenderung dikotori dan digelapkan oleh

Page 122: Tuhan kita berkata: Sujud dan mendekatlah · Nah, saya mendapati cara yang paling efektif untuk me- respons ketiga hal di atas adalah dengan menyajikan suatu rangkaian tulisan yang

120

kesibukannya dengan dunia materiil ini dan, dengan demi-kian, terhijab dari dunia cahaya (ruhani), dan hubungannyadengan Tuhan dapat terputus. Lima waktu shalat itu ditetap-kan untuk mengimbanginya, mengingat dalam shalat pintukelima indra itu (seharusnya) ditutup untuk menapis penga-ruh aspek “gelap” dunia materiil itu.

Demikianlah, dalam shalat, kepasrahan dan kerendah-dirian anggota tubuh, pemeliharaan dan pembersihannya daripengaruh-pengaruh buruk, pengingatan, pengagungan, danpemujian Allah oleh lisan, penyelarasan yang lahir dan batinmelalui niat, penghindaran dari kenikmatan-kenikmatanindriawi, pengingatan keadaan-keadaan dunia malakût (ruhani)dan jabarût (hadirat atau wilayah Allah), pendekatan tubuhkepada kedua dunia ini dan kepada hamba-hamba Allah yangpaling dekat (kepada-Nya), kesemuanya ini menyebabkannaiknya hati dan ruh kepada Hadirat Kesucian, mendekatnyaia kepada Yang Sejati (Haqq), pemberian anugerah dari duniacahaya, perolehan kebenaran-kebenaran ma‘rifah dan ruhani,serta dukungan dari dunia malakût dan jabarût.

Shalat ditetapkan sebagai suatu bentuk ibadah yang men-cakup bentuk-bentuk kepasrahan dan kerendahdirian. Ketak-nyamanan anggota-anggota tubuh yang telah dijauhkan dandibersihkan seperlunya dari keburukan-keburukan (kenik-matan) duniawi, ketetapan hati untuk mendekat kepada-Nya,keikhlasan niat dan ketetapan langkah-langkah untuk meng-ingat-Nya, yang mengagungkan dan memuji-Nya dengan

Page 123: Tuhan kita berkata: Sujud dan mendekatlah · Nah, saya mendapati cara yang paling efektif untuk me- respons ketiga hal di atas adalah dengan menyajikan suatu rangkaian tulisan yang

121

Shalat, seperti disimpulkandalam ajaran Ibn ‘Arabi,

ditetapkan sebagai suatu bentukibadah yang mencakup bentuk-

bentuk kepasrahan dankerendahdirian.

Page 124: Tuhan kita berkata: Sujud dan mendekatlah · Nah, saya mendapati cara yang paling efektif untuk me- respons ketiga hal di atas adalah dengan menyajikan suatu rangkaian tulisan yang

122

suatu cara yang sesuai dengan Hadirat-Nya, perendahan dirisecara total di hadapan Kekuasaan-Nya, dan ketaatan kepadaPerintah dan Keadilan-Nya, semuanya itu merupakan unsur-unsur shalat (yang benar).[]

Page 125: Tuhan kita berkata: Sujud dan mendekatlah · Nah, saya mendapati cara yang paling efektif untuk me- respons ketiga hal di atas adalah dengan menyajikan suatu rangkaian tulisan yang

123

Sujud: Mendekatkan Hati dan Jiwakepada Allah

Almarhum Syaikh Shaduq meriwayatkan dari Amirul Muk-minin ‘Ali bin Abi Thalib bahwa beliau ditanya tentang artisujud pertama dalam setiap rakaat shalat.

Beliau menjawab, “Artinya adalah, ya Allah, Engkautelah menciptakanku dari tanah. Dan tatkala mengangkatkepala dari sujud artinya adalah, Engkau telah mengeluar-kanku dari tanah. Dan arti sujud yang kedua adalah, yaAllah, Engkau telah mengembalikanku ke dalam tanah. Danarti dari mengangkat kepala dari sujud yang kedua adalah,sekali lagi Engkau mengeluarkanku dari tanah.”

Tujuan Allah mewajibkan para hamba-Nya bersujudadalah bahwa gerakan ini menjadikan hati, jiwa, dan pe-rasaan para hamba-Nya menjadi dekat kepada-Nya. Olehkarena itu, siapa saja yang dekat dengan Allah, maka diaakan jauh dari selain-Nya. Bukankah Anda tahu bahwabentuk lahiriah sujud adalah menutup mata dari segalasesuatu dan semuanya lenyap dari pandangan Anda?

Page 126: Tuhan kita berkata: Sujud dan mendekatlah · Nah, saya mendapati cara yang paling efektif untuk me- respons ketiga hal di atas adalah dengan menyajikan suatu rangkaian tulisan yang

124

N A M A lengkap Hujjatul Islam Imam Al-Ghazali adalah AbuHamid Muhammad ibn Muhammad Al-Ghazali. Ia lahir diThus, di Iran sekarang, pada 457 H/1058 M dan meninggalpada 505 H/1111 M. Imam Al-Ghazali, sebelum belakanganmenempuh jalan sufi dan menjadi salah seorang sufi terbesardalam sejarah Islam, adalah seorang filosof sekaligus ahli fiqihyang amat menguasai kedua bidang ilmu ini. Sedemikiansehingga oleh Nizamul Mulk (perdana menteri Dinasti SaljuqTurki, yang juga teman-sekolahnya), ia diangkat sebagai rektorsebuah universitas terkemuka di Dunia Islam pada waktu itu,yakni Nizamiyah di Bagdad. Namun, sebagaimana ditulisnyadalam karya-autobiografinya yang berjudul Al-Munqidz min

16

Memaknai Shalat:Melalui Penghayatan

Imam Al-Ghazali

Page 127: Tuhan kita berkata: Sujud dan mendekatlah · Nah, saya mendapati cara yang paling efektif untuk me- respons ketiga hal di atas adalah dengan menyajikan suatu rangkaian tulisan yang

125

Al-Dhalâl (Pembebas dari Kesesatan), ia belakangan meng-alami krisis intelektual dan spiritual yang pada akhirnya mem-bawanya kepada keyakinan bahwa tasawuf adalah jalan hidupyang terbaik, yang dapat membawa orang kepada kebenarantertinggi. Setelah mengalami transisi menentukan dalam ke-hidupannya ini, Imam Al-Ghazali hidup sebagai seorang sufidan merantau meninggalkan kota kediamannya selama 17tahun di wilayah Palestina dan Suriah. Pada masa inilah ia me-nyelesaikan mahakarya-ensiklopedisnya di bidang tasawufyang berjudul Ihyâ’ ‘Ulûm Al-Dîn. Sebuah karya yang merupa-kan puncak sistematisasi ajaran-ajaran tasawuf dan mendemon-strasikan keselarasannya dengan syariat. Lewat karyanya ini, sangHujjatul Islam juga mengembalikan tasawuf—yang sempatdianggap berlebihan di tangan sebagian sufi tertentu—kepadafondasi ajaran Islam sebagaimana terungkap dalam Al-Quran,hadis, dan ajaran para sufi besar. Begitu pentingnya karya inisehingga sebagian pengamat menyatakan bahwa Ihyâ’ adalahkarya tulis terpenting ketiga setelah Al-Quran dan hadis.

Page 128: Tuhan kita berkata: Sujud dan mendekatlah · Nah, saya mendapati cara yang paling efektif untuk me- respons ketiga hal di atas adalah dengan menyajikan suatu rangkaian tulisan yang

126

Shalat menurut Imam Al-Ghazali17

(Bagi Imam Al-Ghazali, shalat yang memenuhi persyaratansebagai shalat yang baik18 berfungsi) ... memancarkan cahaya-cahaya di dalam hati, yang selanjutnya akan merupakan kuncibagi ilmu-ilmu mukâsyafah19 .... Wali-wali Allah, yang dikasyaf-kan (disingkapkan) baginya kerajaan lelangit dan bumi sertarahasia-rahasia rubûbiyyah, selalu mengalaminya dalam shalat.

Dalam suatu hadis disebutkan:

“Apabila seorang hamba sedang berdiri dalam shalatnya,Allah Swt. mengangkat tirai yang menghalangi antaraDia dan hamba-Nya itu, lalu Dia pun menghadapinyadengan wajah-Nya. Malaikat berbaris, mulai dari ke-dua bahunya sampai ke langit, bershalat mengikuti shalat-

1 7 Dicuplik dari karya Al-Ghazali, Rahasia-Rahasia Shalat, yang me-rupakan terjemahan dari Bab Asrâr ash-Shalâh wa Muhimmâtuhâdari Ihyâ’ ‘Ulûm ad-Dîn, oleh Muhammad Al-Baqir, Penerbit Karisma,Bandung, Cetakan XXVIII, 2005, hh. 88-92.

1 8 Ada tiga persyaratan yang disebutkan oleh Imam Al-Ghazali untuksyarat shalat yang baik. Yaitu, penghindaran shalat dari berbagaipenyakit, pengikhlasannya demi Allah Swt., dan pelaksanaannya de-ngan mengikuti persyaratan-persyaratan batiniah. Sebelum bagianyang dicuplik ini, Imam Al-Ghazali telah menjelaskan dengan pan-jang-lebar seluruh persyaratan ini.

1 9 Catatan kaki Imam Al-Ghazali: Yakni penyingkapan rahasia-rahasiabesar rubûbiyyah (ketuhanan, yakni yang berhubungan dengan aspek

Page 129: Tuhan kita berkata: Sujud dan mendekatlah · Nah, saya mendapati cara yang paling efektif untuk me- respons ketiga hal di atas adalah dengan menyajikan suatu rangkaian tulisan yang

127

nya dan mengucapkan amin atas doanya. Dan sesung-guhnya, seorang yang sedang bershalat ditaburi segalakebajikan dari puncak langit sampai garis pembatasrambut di kepalanya. Di saat itu, bahkan terdengar suara:‘Sekiranya hamba yang sedang bermunajat ini menyadariSiapa yang diajaknya bermunajat, niscaya ia tidak akanmenoleh ke arah mana pun.’ Dan sesungguhnya, pintu-pintu langit terbuka bagi orang-orang yang bershalat.Sedangkan Allah Swt. menunjukkan kebanggaan-Nyadi antara para malaikat berkenaan dengan hamba-Nyayang sedang bershalat.”

Demikianlah, terbukanya pintu-pintu langit bagi si hambayang sedang shalat serta dihadapi-Nya ia oleh Allah Swt. denganwajah-Nya adalah isyarat tentang mukâsyafah yang telah di-sebutkan.

Tertulis dalam Taurat:

“Hai anak Adam, janganlah terhalang dari berdiri dihadapan-Ku, bershalat seraya menangis. Akulah Allahyang menghampiri hatimu dan, dengan cara gaib, engkau(dapat) melihat cahaya-Ku.”

penciptaan dan pemeliharaan alam semesta—HB), yang merupakaninti segala sesuatu, tujuan dari segala tujuan, dan kepadanya terarahseluruh dambaan para wali Allah, sesuai dengan kedudukan merekamasing-masing.

Page 130: Tuhan kita berkata: Sujud dan mendekatlah · Nah, saya mendapati cara yang paling efektif untuk me- respons ketiga hal di atas adalah dengan menyajikan suatu rangkaian tulisan yang

128

Telah dikatakan oleh sebagian orang: “Kami menilai bahwakerawanan hati, ratapan, dan penyingkapan kegaiban yangdijumpai oleh seorang yang bershalat, dalam hatinya, adalahdisebabkan penghampiran Allah Swt. kepada hati orang itu.”Dan, mengingat penghampiran ini bukanlah penghampiranyang berkaitan dengan ruang, maka tidak ada arti lain kecualipenghampiran dengan hidayah, rahmah, dan penyingkapan tirai.

Dikatakan pula, apabila seorang hamba bershalat, perbuat-annya itu dikagumi oleh sepuluh baris malaikat. Setiap baristerdiri atas sepuluh ribu malaikat. Allah pun membanggakannyadi hadapan seratus ribu malaikat. Hal itu disebabkan sang hambatelah menghimpun gerakan-gerakan berdiri, duduk, ruku‘, dansujud, sedangkan Allah telah membagikan gerakan-gerakan itudi antara empat puluh ribu malaikat. (Masing-masing kelompokmalaikat hanya mendapatkan salah satu dari gerakan-gerakanitu—HB.) Para malaikat yang berdiri tak akan ruku‘ sampai harikiamat dan yang sujud tak akan berdiri sampai hari kiamat.Demikian itu pula mereka yang ruku‘ dan duduk.20 Kedekatandan derajat yang diberikan Allah kepada para malaikat itu akanterus berlaku secara ketat dalam keadaan yang sama, tidakbertambah dan tidak berkurang. Karena itulah, Allah Swt. mem-beritahukan tentang mereka dalam firman-Nya:

2 0 Ingat pandangan yang sama oleh Ibn ‘Arabi, sebagaimana saya (HB)kutipkan dalam tulisan mengenai tokoh ini.

Page 131: Tuhan kita berkata: Sujud dan mendekatlah · Nah, saya mendapati cara yang paling efektif untuk me- respons ketiga hal di atas adalah dengan menyajikan suatu rangkaian tulisan yang

129

Kami menilai bahwa kerawananhati, ratapan, dan penyingkapan

kegaiban yang dijumpai olehseorang yang bershalat, dalam

hatinya, adalah disebabkanpenghampiran Allah Swt.

kepada hati orang itu.

Page 132: Tuhan kita berkata: Sujud dan mendekatlah · Nah, saya mendapati cara yang paling efektif untuk me- respons ketiga hal di atas adalah dengan menyajikan suatu rangkaian tulisan yang

130

“Tiada satu pun di antara kami (para malaikat) melain-kan mempunyai kedudukan tertentu.” (QS Al-Shâffât[37]: 164)

Namun, manusia berbeda dengan malaikat. Manusia me-ningkat dari tingkatan yang satu ke tingkatan lainnya danterus-menerus mendekat kepada Allah Swt., dan memperolehtambahan kedekatan kepada-Nya.

Pada hakikatnya, kunci tambahan derajat itu adalah shalat.Firman Allah:

“Sesungguhnya telah beruntung orang-orang Mukminyang khusyuk dalam shalat mereka.” (QS Al-Mu’minûn[23]: 1-2)

Dalam ayat tersebut, Allah Swt. memuji mereka selainkarena iman mereka, juga karena shalat mereka yang disertaidengan khusyuk. Kemudian Allah mengakhiri pelukisan sifatorang-orang yang beruntung karena shalatnya seperti tersebutdalam firman-Nya:

“Dan orang-orang yang memelihara shalat mereka.”(QS Al-Mu’minûn [23]: 9)

Selain itu, Allah menyebutkan hasil yang mereka perolehdisebabkan oleh sifat-sifat tersebut: “Mereka itulah orang-orang

Page 133: Tuhan kita berkata: Sujud dan mendekatlah · Nah, saya mendapati cara yang paling efektif untuk me- respons ketiga hal di atas adalah dengan menyajikan suatu rangkaian tulisan yang

131

yang akan mewarisi Surga Firdaus. Mereka kekal di dalamnya”(QS Al-Mu’minûn [23]: 10-11).

Dalam ayat itu, Allah melukiskan mereka bersama-samadengan keberuntungan (kemenangan) dan akhirnya denganSurga Firdaus.

(Sebaliknya, ... Allah berfirman tentang kelompok orang-orang lainnya yang merupakan kebalikan orang-orang yangtersebut di atas): “Apakah yang memasukkan kalian ke dalamNeraka Saqar?” Mereka menjawab, “Kami dahulu tidak ter-masuk orang-orang yang mengerjakan shalat” (QS Al-Mud-datstsir [74]: 42-43).

Jelas sudah, orang-orang yang melaksanakan shalatlahyang akan mewarisi Surga Firdaus. Mereka itulah yang akanmelihat nûr (cahaya) Allah Swt., yang menikmati kedekatandengan-Nya serta kedekatan hati-hati mereka.[]

Page 134: Tuhan kita berkata: Sujud dan mendekatlah · Nah, saya mendapati cara yang paling efektif untuk me- respons ketiga hal di atas adalah dengan menyajikan suatu rangkaian tulisan yang

132

Jagalah HatimuHanya untuk Allah

Lukman Al-Hakim berwasiat kepada putranya, “Hai putra-ku, ketahuilah bahwa aku telah berkhidmat kepada 400nabi dan aku telah mendapatkan 4.000 kata hikmah darimereka, dan dari 4.000 kata hikmah tersebut aku pilih 400,dan dari 400 itu 40 kata, dan dari 40 kata aku ambil 8kata hikmah, dan 8 kata hikmah tersebut ialah:

“Lupakan dua hal, jangan lupakan dua hal lainnya, danjagalah empat hal. Adapun dua hal yang harus engkau lupa-kan adalah hendaknya kau lupakan perbuatan baikmu ke-pada seseorang dan (yang kedua adalah) hendaknya kau lupa-kan pula perbuatan buruk orang lain terhadapmu.

“Adapun dua hal yang tidak boleh kau lupakan, pertamaadalah Tuhan. Janganlah sekali-kali engkau melupakan-Nya(sebab semua maksiat timbul dari lalai dan lupa kepada Allah)dan (yang kedua adalah) kematian (sebab pada saat manusiayakin bahwa dirinya akan mati, ia pasti akan mempersiap-kan bekal bagi perjalanan-akhirnya itu).

Page 135: Tuhan kita berkata: Sujud dan mendekatlah · Nah, saya mendapati cara yang paling efektif untuk me- respons ketiga hal di atas adalah dengan menyajikan suatu rangkaian tulisan yang

133

“Adapun empat hal yang harus selalu engkau jaga:“Pertama, jagalah matamu ketika sedang bertandang

ke rumah orang.“Kedua, jagalah lidahmu ketika kamu berada di tengah-

tengah masyarakat.“Ketiga, jagalah mulutmu dari makanan yang haram.“Keempat, ketika shalat, jagalah hatimu (yakni setiap

kali engkau mengerjakan shalat, jagalah hatimu hanya untukAllah. Janganlah engkau palingkan kepada selain-Nya).”

Page 136: Tuhan kita berkata: Sujud dan mendekatlah · Nah, saya mendapati cara yang paling efektif untuk me- respons ketiga hal di atas adalah dengan menyajikan suatu rangkaian tulisan yang

134

A B U Thalib Al-Makki (w. 386 H/966 M) adalah seorangsufi besar yang merintis tradisi intelektual dan penulisan penge-tahuan ketasawufan di kalangan sufi. Ia bernama lengkapMuhammad bin ‘Ali bin ‘Athiyah Al-Haritsi Al-Makki. Sejakmasa mudanya ia dikenal sebagai orang yang haus ilmu danmenempuh jalan sufi (zuhud). Di kota kelahirannya, Makkah,ia belajar Al-Quran, tafsir, hadis, fiqih, dan tasawuf kepadabeberapa ulama. Namun, kecintaannya kepada ilmu penge-tahuan—dan khususnya tasawuf—mendorongnya untuk me-rantau ke Basrah lalu ke Bagdad, dua pusat kebudayaan Islam

17

Memaknai Shalat:Melalui Penghayatan

Abu Thalib Al-Makki (1)21

2 1 Sumber: Tafsir Sufistik Rukun Islam, Al-Bayan, Bandung, 2005.

Page 137: Tuhan kita berkata: Sujud dan mendekatlah · Nah, saya mendapati cara yang paling efektif untuk me- respons ketiga hal di atas adalah dengan menyajikan suatu rangkaian tulisan yang

135

pada waktu itu. Ia pun mendalami ilmu agama dan melahir-kan karya-utamanya, Qût Al-Qulûb fî Mu‘âmalah Al-Mahbûbwa Washf Tharîq Al-Murîd ilâ Maqâm Al-Tauhîd (SantapanHati mengenai Muamalah Kekasih dan Penjelasan Jalan MuridMenuju Tataran Tauhid)—sebuah karya tasawuf yang menye-laraskannya dengan syariat. Dalam karyanya ini, ia menjelas-kan bahwa tasawuf adalah inti sari syariat, dan amaliah parasufi adalah buah pelaksanaan syariat. Sebagai karya rintisan,Qût Al-Qulûb, karya Abu Thalib Al-Makki, sering dijadikanrujukan. Menurut sebagian ahli, puncak pembentukan lite-ratur sufi terjadi pada masa Al-Qusyairi (465 H/1074 M),dengan karyanya yang berjudul Risâlah Al-Qusyairiyah. Risâ-lah ini banyak mengambil dari tulisan-tulisan awal, antara laindari kitab Al-Luma’, karya Abu Nashr Al-Sarraj (w. 378 H/988 M), dan Qût Al-Qulûb, karya Abu Thalib Al-Makki. Bah-kan, sebagian peneliti menilai bahwa mahakarya HujjatulIslam Al-Ghazali (w. 505 H/1111 M), berjudul Ihyâ’ ‘UlûmAl-Dîn, terpengaruh oleh karya Abu Thalib Al-Makki tersebut.

Shalat menurut Abu Thalib Al-Makki

Bagi orang yang mengenal Allah (‘ârif ), setiap ucapan dalamshalatnya mengarah pada sepuluh tingkatan (maqâm) danpenyaksian (musyâhadah) kepada Allah, yaitu: (1) mengimani(îmân), (2) berserah diri (islâm), (3) bertobat (taubah), (4) ber-sabar (shabr), (5) ridha (ridhâ), (6) takut (khauf ), (7) berharap

Page 138: Tuhan kita berkata: Sujud dan mendekatlah · Nah, saya mendapati cara yang paling efektif untuk me- respons ketiga hal di atas adalah dengan menyajikan suatu rangkaian tulisan yang

136

(rajâ’), (8) bersyukur (syukr), (9) mencintai (mahabbah), dan(10) bertawakal kepada-Nya (tawakkul). Kesepuluh makna inimerupakan tingkatan-tingkatan keyakinan. Semua makna initerkandung di dalam setiap kata yang dipersaksikan oleh orangyang akrab dan bermunajat kepada-Nya, serta diketahui olehorang yang berilmu dan memahami arti kehidupan. Itu karenaucapan Kekasih dapat membangkitkan dan menggairahkan hati,yang hanya disadari oleh orang yang hidup, dan hanya dihidup-kan oleh orang yang memenuhi seruan. Allah Swt. berfirman,Al-Quran itu hanyalah pelajaran dan kitab yang akan memberipenerangan supaya dia (Muhammad) memberi peringatan kepadaorang-orang yang hidup (hatinya) (QS Yâ Sîn [36]: 69, 70); Haiorang-orang yang beriman, penuhilah seruan Allah dan seruanRasul ketika Rasul menyuruh kalian kepada sesuatu yang memberikehidupan kepada kalian ... (QS Al-Anfâl [8]: 24).

Sepuluh makna penyaksian di atas hanya dialami olehorang yang telah melewati sepuluh tingkatan yang disebutkandalam Surah Al-Ahzâb. Tingkatan pertama adalah Muslimin(orang-orang yang berserah diri) dan tingkatan yang terakhiradalah dzâkirîn (orang-orang yang selalu mengingat Allah).Setelah melewati tingkatan zikir (dzikr) dalam sepuluh pe-nyaksian ini, dia tidak akan merasa bosan untuk bermunajatdan tidak merasa berat untuk menikmati dan memahaminya.Dia merasa mudah berdiri untuk mendekati Tuhan yang diasebutkan sifat-sifat-Nya dan menikmati indahnya kedekatan

Page 139: Tuhan kita berkata: Sujud dan mendekatlah · Nah, saya mendapati cara yang paling efektif untuk me- respons ketiga hal di atas adalah dengan menyajikan suatu rangkaian tulisan yang

137

dengan-Nya. Dan dia tidak merasakan lamanya berdiri dalamshalat karena menikmati bacaan Al-Quran.

Dikisahkan bahwa apabila seorang-yang-yakin berwudhuuntuk mendirikan shalat, setan-setan menjauh darinya hinggake ujung bumi karena ketakutan. Itu karena dia sedang bersiap-siap untuk menemui Tuhan Yang Mahakuasa. Ketika bertakbir,tabir memisahkan iblis darinya, tirai menutupi pandangan ibliskepadanya, dan dia memandang wajah Tuhan Yang Maha-perkasa. Ketika dia mengucapkan Allahu Akbar, Tuhan YangMahakuasa melihat isi hatinya. Di dalam hatinya tidak di-dapati sesuatu pun yang dipandang lebih besar daripada Allah.Allah pun menyaksikan dan berkata, “Kamu benar. Aku hadirdi dalam hatimu seperti yang kamu katakan.” Kemudian, ter-pancarlah cahaya dari dalam hatinya yang bersambung denganKerajaan Arasy. Dengan pancaran cahaya itu, dia dapat melihatkerajaan-kerajaan langit dan bumi, dan dituliskan baginya ke-baikan sebanyak benda yang terliput cahaya itu.

Sebaliknya, apabila orang-yang-lalai berwudhu untuk shalat,setan-setan mengepungnya seperti lalat mengerubuti setetesmadu. Ketika dia bertakbir, Tuhan Yang Mahakuasa melihatisi hatinya. Di dalam hatinya terdapat sesuatu yang dipandanglebih besar daripada Allah Swt. Lalu, Allah berkata, “Kamuberbohong. Tidak ada kehadiran Allah Swt. di dalam hatimuseperti yang kamu katakan.” Kemudian, membubunglah asapdari dalam hatinya yang bersambung dengan awan di langitsehingga menutupi hatinya. Takbir itu menyebabkan shalatnya

Page 140: Tuhan kita berkata: Sujud dan mendekatlah · Nah, saya mendapati cara yang paling efektif untuk me- respons ketiga hal di atas adalah dengan menyajikan suatu rangkaian tulisan yang

138

ditolak, sementara setan terus-menerus membisikkan godaan kedalam hatinya dan membuatnya waswas sehingga dia berpalingdari shalatnya dan tidak menyadari apa yang dilakukannya.Dalam hadis disebutkan, “Seandainya setan tidak berkerumundi sekitar hati anak-anak Adam, niscaya mereka akan melihatkerajaan langit.”[]

Page 141: Tuhan kita berkata: Sujud dan mendekatlah · Nah, saya mendapati cara yang paling efektif untuk me- respons ketiga hal di atas adalah dengan menyajikan suatu rangkaian tulisan yang

139

“Shalat adalah Cahaya Mataku”

Dalam ayat dan riwayat dijelaskan bahwa shalat merupakansebuah amal perbuatan yang terdapat dalam seluruh ajaranyang dibawa oleh para nabi. Bahkan, Islam menegaskan bahwashalat merupakan tiang agama.

Sebagaimana lempengan besi dapat membelokkan arahjarum kompas, kecenderungan dan nafsu manusia juga akanmenyimpangkan jiwa manusia. Dan demi menjaga agar jarumkompas tidak menunjukkan arah yang salah, kita harus me-nyingkirkan lempengan besi dari sekitar kompas itu sehinggajarum kompas berada pada posisi normal. Dengan melaksana-kan shalat lima waktu, kita telah mengarahkan “jarum” jiwakita kepada Sang Pencipta seluruh keberadaan.

Rasulullah bersabda,

“Dosa-dosa manusia, saat dia melaksanakan shalat, akanjatuh berguguran laksana daun pohon yang berguguran. Shalatadalah cahaya mataku dan bagiku shalat adalah laksana makan-an bagi orang yang lapar dan air bagi orang yang haus; sekali-pun orang yang lapar dan haus akan merasa kenyang, tetapiaku tidak pernah merasa kenyang (atas shalat).”

Page 142: Tuhan kita berkata: Sujud dan mendekatlah · Nah, saya mendapati cara yang paling efektif untuk me- respons ketiga hal di atas adalah dengan menyajikan suatu rangkaian tulisan yang

140

D I R I W A Y A T K A N bahwa Rasulullah Saw. pernah marahkarena melihat dahak di tempat sujud. Beliau mengoreknyadengan tongkat yang sedang beliau pegang sambil berkata,“Ambilkan parfum.” Lalu, beliau mengoleskan minyak za‘faranpada bekas dahak tersebut. Setelah itu, beliau menoleh kepadapara sahabatnya sambil bertanya, “Adakah di antara kalianorang yang mau diludahi mukanya?” Para sahabat menjawab,“Tidak.” Beliau berkata, “Hendaklah diketahui bahwa ketikaseseorang di antara kalian melaksanakan shalat, sesungguhnyaAllah Swt. ada di antara dirimu dan arah kiblat.”

Diriwayatkan bahwa apabila seseorang hendak melaksana-kan shalat, lalu mengucapkan Allahu Akbar, Allah berkata

18

Memaknai Shalat:Melalui Penghayatan

Abu Thalib Al-Makki (2)

Page 143: Tuhan kita berkata: Sujud dan mendekatlah · Nah, saya mendapati cara yang paling efektif untuk me- respons ketiga hal di atas adalah dengan menyajikan suatu rangkaian tulisan yang

141

kepada para malaikat, “Angkatlah tirai yang menutupi antaradiri-Ku dan hamba-Ku.” Apabila dia menoleh, Allah berkata,“Wahai hamba-Ku, kepada siapa engkau berpaling? Aku lebihbaik daripada dia.” Apabila dia khusyuk dalam shalatnya,hatinya akan menyaksikan bahwa dia sedang berdiri di ha-dapan Tuhan semesta alam pada hari yang setara dengan limapuluh ribu tahun di dunia. Lalu, dia merasakan kehadiran-nya di hadapan Tuhan Yang Mahaperkasa. Hal itu karena diatidak termasuk orang-orang yang lalai. Hal gaib pun men-jadi hadir baginya dan dia segera mengagungkan Tuhan YangMahahadir. Dirinya disibukkan dengan mengagungkan TuhanYang Mahadekat dan diliputi ketakutan kepada Tuhan YangMaha Mengawasi.

Apabila membaca surah Al-Quran, perhatian orang yangkhusyuk dalam shalat tertuju kepada Tuhan Yang Mahabicaradengan mengikuti apa yang Dia kehendaki dan hatinya ber-usaha memahaminya. Apabila dia ruku‘, hatinya ikut meng-agungkan Tuhan Yang Mahaagung sehingga di dalam hatinyatidak ada sesuatu yang dipandang lebih agung daripada AllahSwt. Apabila berdiri lagi, dia memanjatkan pujian kepadaTuhan Yang Maha Terpuji, lalu menyampaikan rasa syukurkepada Tuhan Yang Mahakasih. Kemudian, dia memohonkarunia dari-Nya dan hatinya menjadi tenteram karena ridhakepada-Nya. Dan itulah hakikat pujian. Apabila dia bersujud,perasaan hatinya membubung ke puncak tertinggi sehinggadia mendekat kepada Tuhan Yang Mahatinggi. Allah Swt.

Page 144: Tuhan kita berkata: Sujud dan mendekatlah · Nah, saya mendapati cara yang paling efektif untuk me- respons ketiga hal di atas adalah dengan menyajikan suatu rangkaian tulisan yang

142

berfirman, ... Dan sujudlah dan dekatkanlah (dirimu kepadaTuhan) (QS Al-‘Alaq [96]: 19).

Orang-orang yang menyaksikan kehadiran Allah dalamsujudnya memiliki tiga tingkatan. Pertama, tingkatan orang-orang yang didekatkan kepada Allah (al-muqarrabîn) danorang-orang yang dicintai (al-mahbûbîn). Apabila bersujud,ditampakkan kepadanya alam jabarût tertinggi sehingga dianaik dan mendekat kepada Tuhan Yang Mahadekat. Kedua,tingkatan orang-orang yang takut (al-khâ’ifûn) dan ahli ibadah(al-‘âbidîn) kepada Allah Swt. Apabila bersujud, ditampakkankepadanya alam kerajaan yang agung (malakût al-‘izzah). Diabersujud di atas tanah kehinaan di hadapan salah satu sifatTuhan Yang Mahakuasa dan Mahamulia. Dengan demikian,hatinya luluh dan khusyuk dengan ketundukan dan kehinaan-diri kepada Tuhan Yang Mahaagung dan Mahatinggi. Ketiga,tingkatan orang-orang yang tulus dan benar (shâdiqîn) danorang-orang yang selalu mencari keridhaan Allah Swt. (thâli-bîn). Apabila bersujud, hatinya berkelana di kerajaan-kerajaanlangit dan bumi, lalu kembali dengan membawa banyak faedahdan karunia yang berlimpah.

Adapun orang yang tidak menyaksikan kehadiran Allahdalam sujudnya berada pada tingkatan orang-orang yang tidakmemiliki sedikit pun sifat yang pantas mendapatkan pujian.Pikirannya mengembara dengan kendaraan Tuhan Yang Maha-kuasa, tetapi hatinya menginginkan kedudukan di sampingraja-raja. Mereka adalah orang-orang yang terselimuti keingin-

Page 145: Tuhan kita berkata: Sujud dan mendekatlah · Nah, saya mendapati cara yang paling efektif untuk me- respons ketiga hal di atas adalah dengan menyajikan suatu rangkaian tulisan yang

143

an rendah dan tidak menyaksikan Tuhan Yang Mahatinggi,berpagar hawa nafsu, serta enggan menggapai pengetahuantentang-Nya.

Apabila orang yang shalatnya khusyuk ini berdoa, diamemandang Tuhan yang kepada-Nya doa itu dipanjatkan se-hingga dia mulai memuliakan dan memuji-Nya dan lupa padahajat-duniawinya. Dia melupakan dirinya karena perhatian-nya hanya tertuju kepada Tuhannya, dan melupakan permo-honannya karena berusaha untuk memuji-Nya dengan carayang sebaik-baiknya.

Apabila orang yang khusyuk memohon ampunan, diamemerhatikan sifat-sifat pertobatan dan ketentuan-ketentuanyang dilakukan oleh orang yang bertobat. Dia mengingat dosa-dosa yang telah dilakukannya, lalu berusaha untuk memohonampunan dengan seikhlas-ikhlasnya dan terus berniat untukbersikap istiqâmah. Dengan memohon ampunan kepada AllahAzza wa Jalla ini, dia memperoleh penghormatan dan kemu-liaan.[]

Page 146: Tuhan kita berkata: Sujud dan mendekatlah · Nah, saya mendapati cara yang paling efektif untuk me- respons ketiga hal di atas adalah dengan menyajikan suatu rangkaian tulisan yang

144

Jangan Menoleh

Nabi Saw. berkata, “Allah memerintahkan Yahya binZakaria untuk mengamalkan 5 perintah.” Lalu, Nabi me-nyebut salah satunya: “Dan Allah memerintahkan kalianuntuk mendirikan shalat. Sungguh, Allah menghadap-kan wajah-Nya kepada wajah seorang hamba selama iatidak menoleh ke sana-kemari dalam shalatnya.” “Makadari itu,” lanjut Nabi Saw., “jika kalian sedang shalat,janganlah menoleh.” (Ahmad bin Hanbal dalam Musnad-nya) (Musnad Ahmad bin Hanbal, Tirmidzi, Nasa’i, Al-Tar-ghîb wa Al-Tandzir Al-Mundziri. Al-Hakim berkata: hadisini sahih memenuhi syarat Bukhari Muslim.)

Page 147: Tuhan kita berkata: Sujud dan mendekatlah · Nah, saya mendapati cara yang paling efektif untuk me- respons ketiga hal di atas adalah dengan menyajikan suatu rangkaian tulisan yang

145

B E R K E N A A N dengan sifat shalat orang yang khusyuk,banyak hadis menyebutkan bahwa apabila dia berdiri hendakmelaksanakan shalat, tirai yang menghalangi dirinya denganAllah Swt. akan tersingkap dan Dia menghadap kepadanya.Para malaikat pun berdiri di belakangnya hingga memenuhiudara di sekelilingnya. Mereka mengikuti shalatnya dan meng-amini doanya. Selain itu, berbagai kebaikan dicurahkan kepada-nya dari awan-awan langit sampai ke ujung kepalanya dan adasuara yang memanggil-manggil dirinya .… Ada pintu-pintulangit yang dikhususkan bagi orang yang shalat, dan Allah Swt.akan membanggakan saf-saf shalat di hadapan para malaikat.

19

Memaknai Shalat:Melalui Penghayatan

Abu Thalib Al-Makki (3)

Page 148: Tuhan kita berkata: Sujud dan mendekatlah · Nah, saya mendapati cara yang paling efektif untuk me- respons ketiga hal di atas adalah dengan menyajikan suatu rangkaian tulisan yang

146

Dalam kitab Taurat disebutkan bahwa Allah Swt. ber-firman, Wahai anak Adam, janganlah segan-segan untuk ber-diri di hadapan-Ku dengan shalat dan menangis. Akulah AllahSwt. yang dekat ke hatimu dan engkau melihat cahaya-Kudalam kegaiban. Saya yakin bahwa kelembutan, tangisan, danketerbukaan yang dirasakan seseorang dalam hatinya merupa-kan tanda akan kedekatan Tuhan Yang Mahasuci dan Maha-tinggi dengan hatinya .…

Diriwayatkan bahwa Nabi Muhammad Saw. bersabda,“Setelah tauhid, tidak ada ibadah wajib dari Allah Swt. yanglebih aku sukai selain shalat, yang juga dilakukan para malai-kat untuk beribadah kepada-Nya. Di antara mereka ada yangruku‘, sujud, berdiri, dan duduk.” Seorang ulama berkata,“Shalat merupakan pelayanan kepada Allah di muka bumi.”Ulama lain berkata, “Mereka yang melaksanakan shalatadalah orang-orang yang berkhidmat kepada Allah Azza waJalla.” Para malaikat yang melaksanakan shalat di langit di-sebut dengan para pelayan Al-Rahmân dan mereka membangga-kannya di hadapan para malaikat lain.

Dikatakan bahwa jika seorang Mukmin melaksanakanshalat dua rakaat, sepuluh baris malaikat, yang setiap barisanterdiri dari sepuluh ribu malaikat, merasa kagum kepadanya,dan Allah membanggakannya di hadapan seratus ribu malaikat.Hal itu karena orang tersebut telah memenuhi empat rukunshalat, yaitu berdiri, duduk, ruku‘, dan sujud yang dibagikanAllah Swt. kepada empat puluh ribu malaikat. Malaikat yang

Page 149: Tuhan kita berkata: Sujud dan mendekatlah · Nah, saya mendapati cara yang paling efektif untuk me- respons ketiga hal di atas adalah dengan menyajikan suatu rangkaian tulisan yang

147

Nabi Muhammad Saw. bersabda,“Setelah tauhid, tidak ada ibadahwajib dari Allah Swt. yang lebih

aku sukai selain shalat, yang jugadilakukan para malaikat untuk

beribadah kepada-Nya. Di antaramereka ada yang ruku‘, sujud,

berdiri, dan duduk.”

Page 150: Tuhan kita berkata: Sujud dan mendekatlah · Nah, saya mendapati cara yang paling efektif untuk me- respons ketiga hal di atas adalah dengan menyajikan suatu rangkaian tulisan yang

148

berdiri tidak pernah ruku‘ hingga hari kiamat. Malaikat yangbersujud tidak pernah mengangkat kepala hingga hari kia-mat. Demikian juga malaikat yang ruku‘ dan duduk.

Selain itu, Allah Swt. telah menghimpunkan bagi orangyang shalat lima rukun shalat, yaitu (1) bacaan surah Al-Quran, (2) pujian, (3) permohonan ampun, (4) doa, dan(5) shalawat kepada Nabi Muhammad Saw. Kelima rukunini dibagikan Allah kepada lima puluh ribu malaikat karenasetiap barisan malaikat beribadah dengan salah satu dari limamacam zikir tersebut. Ketika para malaikat menyaksikan limarukun dan zikir tersebut dalam dua rakaat seorang Mukmin,mereka merasa kagum kepadanya dan Allah Swt. membang-gakannya di hadapan mereka. Hal itu karena Allah Swt. telahmembagikan amalan-amalan dan rukun-rukun tersebut ke-pada seratus ribu malaikat. Dengan demikian, Allah meng-utamakan orang yang yakin dalam tingkatan-tingkatan ke-yakinan dari amaliah hati atas para malaikat dengan meng-gabungkan tingkatan-tingkatan tersebut pada dirinya (manu-sia) dan meniadakannya dari mereka (malaikat).

Para malaikat tidak berpindah-pindah, tetapi setiap malaikatditempatkan pada tingkatan tertentu dan tidak berpindah ketingkatan lain, seperti tingkatan-tingkatan syukur, takut, harap,rindu, dan cinta. Bahkan, setiap malaikat memiliki tingkat yanglebih tinggi daripada tingkatan malaikat lain menurut tingkatkemampuannya. Namun, semua tingkatan itu terkumpul dalamhati orang yang yakin (al-muqîn).

Page 151: Tuhan kita berkata: Sujud dan mendekatlah · Nah, saya mendapati cara yang paling efektif untuk me- respons ketiga hal di atas adalah dengan menyajikan suatu rangkaian tulisan yang

149

Berkenaan dengan sifat-sifat para kekasih-Nya, Allah Swt.berfirman, Sesungguhnya, beruntunglah orang-orang yang ber-iman. (Yaitu) orang-orang yang khusyuk dalam shalatnya. Danorang-orang yang menjauhkan diri dari (perbuatan dan per-kataan) yang tiada berguna (QS Al-Mu’minûn [23]: 1-3).

Allah Swt. memuji shalat orang-orang Mukmin sebagai-mana Dia menyebut keimanan mereka. Kemudian Dia me-muji kekhusyukan shalat mereka dengan senantiasa menye-butkan keadaan-keadaan shalat mereka. Dia berfirman, danorang-orang yang memelihara shalatnya (QS Al-Mu’minûn[23]: 9). Allah menutup firman-Nya dengan menyebut sifat-sifat mereka. Tentang sifat-sifat hamba-hamba-Nya, Allah me-negaskan bahwa orang-orang yang shalat dikecualikan dariorang-orang yang gelisah dalam menghadapi musibah dankemiskinan. Dia juga mengatakan bahwa tidak mendapatkanharta dan kebaikan, kecuali orang-orang yang tetap memeli-hara shalat.

Seandainya shalat bukan amalan yang paling Allah Swt.sukai, Dia tidak akan menunjuknya sebagai pembuka dansekaligus penutup sifat-sifat para kekasih-Nya, serta tidak me-nyebut keadaan mereka yang tetap memelihara shalat, tidakpula memuji mereka karena melaksanakannya dengan khu-syuk. Kekhusyukan meliputi kerendahan hati dan kelembutanperangai, pengendalian organ-organ tubuh, antusiasme yangbesar, keseriusan terhadap shalat, ketenangan hati, dan kepa-tuhan organ-organ tubuh ketika melaksanakan shalat. Semen-

Page 152: Tuhan kita berkata: Sujud dan mendekatlah · Nah, saya mendapati cara yang paling efektif untuk me- respons ketiga hal di atas adalah dengan menyajikan suatu rangkaian tulisan yang

150

tara itu, memelihara shalat mencakup makna menghadirkanhati, mengarahkan perhatian, menjernihkan pikiran, memer-hatikan waktu shalat, dan menjaga kesucian perlengkapanshalat.

Semoga Allah Swt. menjadikan kita termasuk golonganmereka yang mendapatkan rahmat dan kasih-Nya.[]

Page 153: Tuhan kita berkata: Sujud dan mendekatlah · Nah, saya mendapati cara yang paling efektif untuk me- respons ketiga hal di atas adalah dengan menyajikan suatu rangkaian tulisan yang

151

Ikan Tak Pernah MerasaCapek Berenang

Allamah Amini, penulis kitab Al-Ghadir, pernah tinggaldi Kota Masyhad selama satu bulan. Dalam satu malam,beliau mengerjakan shalat seribu rakaat. Orang-orang punbertanya kepadanya, “Apakah Anda tidak merasa capekmengerjakan shalat seribu rakaat?”

Beliau menjawab, “Ikan tidak pernah merasa capek be-renang.”

Imam Al-Shadiq berkata, “Demi Allah, doa ketika shalatjauh lebih baik daripada (membaca) Al-Quran.”

Page 154: Tuhan kita berkata: Sujud dan mendekatlah · Nah, saya mendapati cara yang paling efektif untuk me- respons ketiga hal di atas adalah dengan menyajikan suatu rangkaian tulisan yang

152

Pengantar

M U N G K I N Idries Shah berlebihan ketika mengatakan,“Bagi orang-orang Persia, Matsnawi (karya masterpiece Rumi)hanya berada di bawah Al-Quran dan hadis.” Namun, Jami’,seorang penyair besar Persia, menyatakan, “Matsnawi adalahAl-Quran dalam lisan Persia.” Kenyataannya, dalam beberapadekade terakhir, dunia menyaksikan bahwa Rumi—yang lahirdi Balkh (Asia Tengah) pada 1207—ini ternyata juga amatpopuler jauh sekali daripada di tempat-kelahirannya itu. Di ASdan Eropa saja abad ke-13, dia ternyata merupakan salah satupenyair-mistikus yang paling populer. Bukan hanya sebagianbesar karyanya diterjemahkan ke dalam bahasa Inggris, bebe-

20

Memaknai Shalat:Melalui Penghayatan Rumi (1)

Page 155: Tuhan kita berkata: Sujud dan mendekatlah · Nah, saya mendapati cara yang paling efektif untuk me- respons ketiga hal di atas adalah dengan menyajikan suatu rangkaian tulisan yang

153

rapa di antaranya malah dalam beberapa versi sekaligus. Takkurang dari penyair-penyair terkemuka merelakan diri men-jadi penerjemah karya-karyanya itu. Di hampir semua tokobuku di mancanegara, berbagai terjemahan karyanya ini bisaditemukan. Bahkan beberapa selebriti Hollywood membaca-kan syair-syairnya di pertemuan-pertemuan publik. Karena itu,tak aneh jika dikatakan bahwa banyak orang Amerika dan Eropalebih kenal Rumi ketimbang Islam itu sendiri.

Kenyataan ini menunjukkan kebesaran orang yang ber-nama lengkap Jalaluddin Rumi. Selain murid-langsung se-orang sufi-besar lain di wilayah itu—Syams-i Tabrisi, yangdisebutnya sebagai “Matahari-spiritualku”—dia disebut-sebutsebagai penerus Ibn ‘Arabi, lewat murid dan anak-angkat sangSyaikh Agung yang menjadi sahabatnya: Shadr Al-Din Al-Qunawi. Itu sebabnya, di tengah syair-syair dan fabel-fabelmenawan yang menyusun Matsnawi, orang tak sulit mendapatinuansa wahdah al-wujûd di dalamnya.

Rumi juga sering dikutip, dan menjadi favorit banyakorang, karena memberikan kesan mempromosikan semacampluralisme agama, namun cukup potongan syairnya tentangMuhammad sebagai “Segel para Nabi” (khâtam al-anbiyâ’)bercerita sendiri:

Segel-segel yang ditinggalkan para nabi terdahuluTelah dibuka oleh agama AhmadDia perantara di dunia ini

Page 156: Tuhan kita berkata: Sujud dan mendekatlah · Nah, saya mendapati cara yang paling efektif untuk me- respons ketiga hal di atas adalah dengan menyajikan suatu rangkaian tulisan yang

154

Dan akhirat nantiDi dunia ini penunjuk ke agama hakikiDi akhirat nanti syafaat untuk ke Surga Adni

Membaca Rumi, orang yang tak tahu juga bisa salah paham,menganggap dia seorang spiritualis yang tak mementingkanritual. Mungkin salah satu sebabnya adalah karena orang lebihtertarik pada syair-syair mistik-ketuhanannya yang memangamat menawan hati. Apalagi mengingat bahwa tak sedikitsyairnya sampai kepada kita melalui jalur Barat. Padahal, sepertidibilang Annemarie Schimmel, seorang ahli yang dianggappaling otoritatif tentang Rumi: “Meski boleh jadi ia menspi-ritualisasikan makna ibadah-ibadah eksternal (lahir), tak pernahia menyangkal keniscayaan tata cara yang benar dalam me-lakukan shalat.”22 Baginya, ritual-ritual lahiriah adalah prasyaratbagi penghampiran batiniah (kepada Tuhan)—ini berlaku baikbagi dalam shalat, sebagaimana dalam segenap aspek kehidupan.Maulwi—demikian Rumi digelari—selalu memelihara aturan-aturan dalam ibadah dan memperingatkan para pengikutnyatentang tata cara yang benar dalam ibadah, sebagaimana dapatdipahami dalam karya-pentingnya yang lain: Fîhi mâ Fîhi. Didalam salah satu syairnya, Rumi pernah juga mengecam orang

2 2 Annemarie Schimmel, The Triumphal Sun: A Study of the Worksof Jalaloddin Rumi, State University of New York Press, Albany,1993, yang juga menjadi sumber utama bahan untuk bab ini.

Page 157: Tuhan kita berkata: Sujud dan mendekatlah · Nah, saya mendapati cara yang paling efektif untuk me- respons ketiga hal di atas adalah dengan menyajikan suatu rangkaian tulisan yang

155

yang mengganti-ganti bacaan wudhu yang bermakna lahiriahdengan suatu doa yang lebih mistikal. Bagi Rumi, tindakanseperti itu adalah tak pada tempatnya.

Shalat menurut Rumi

Bagi Rumi, “Shalat adalah ladang anggur”, pintunya adalahseruan “Allahu Akbar”, dinding-dindingnya adalah rukun-rukunnya, dan kuncinya adalah “wudhu”. Tentang wudhu ini,dia bersyair:

Tak ada yang mukanya tak terbasuh’Kan menyawang bidadari (di surga)Sang Nabi sudah bersabda:Tak ada shalat tanpa wudhu

Menurut Rumi, Surah Al-Fâtihah, yang pembacaannyamerupakan rukun utama shalat, adalah cahaya bagi panca-indra kita. Dengan kata lain, cahaya bagi kehidupan manusia.

Nyalakan dian pancaindramuDengan cahaya hatiIndra-indra itu adalah shalat yang lima,Dan hati adalah seperti sab‘ matsâni23[]

2 3 Sab‘ matsâni (artinya, tujuh yang berpasangan) adalah nama lainSurah Al-Fâtihah.

Page 158: Tuhan kita berkata: Sujud dan mendekatlah · Nah, saya mendapati cara yang paling efektif untuk me- respons ketiga hal di atas adalah dengan menyajikan suatu rangkaian tulisan yang

156

Aku Tukang Pikul,Bukan Seorang Nabi

Salah satu pemuka agama berkata, “Saya bermimpi beradadi dalam sebuah istana yang sangat besar. Terlihat seorangraja sedang duduk di atas singgasananya. Saya kira ia ada-lah salah seorang nabi. Saya pun pergi menghampirinya sambilmengucapkan salam. Saya bertanya, ‘Siapakah Anda?’ Iamenjawab, ‘Saya dahulu di dunia adalah seorang tukangpikul.’

“Saya bertanya, ‘Bagaimanakah Anda bisa sampai padakedudukan ini?’

“Ia menjawab, ‘Karena dua perbuatan. Yang pertamaadalah puasa, dan yang kedua adalah tidak pernah mening-galkan shalat berjamaah.’”

Page 159: Tuhan kita berkata: Sujud dan mendekatlah · Nah, saya mendapati cara yang paling efektif untuk me- respons ketiga hal di atas adalah dengan menyajikan suatu rangkaian tulisan yang

157

Dalam Masalah 1.400, Imam Khomeini disebutkanberkata:

“Apabila satu orang mengikuti imam shalat berjamaah,setiap rakaat shalat mereka berdua akan dihitung pahalaseratus lima puluh shalat. Apabila dua orang, setiap rakaat-nya memiliki pahala enam ratus shalat. Dan semakin ber-tambah jumlah mereka, semakin bertambah pula pahalashalat mereka, hingga mencapai sepuluh orang. Dan ketikajumlah mereka sudah lebih dari sepuluh orang, maka bahkanapabila seluruh lapisan langit dijadikan kertas; lautandijadikan tinta; pepohonan dijadikan pena; jin, manusia,dan malaikat sebagai penulisnya, niscaya mereka tidakmampu untuk mencatat pahala satu pun rakaat shalatmereka.”

Page 160: Tuhan kita berkata: Sujud dan mendekatlah · Nah, saya mendapati cara yang paling efektif untuk me- respons ketiga hal di atas adalah dengan menyajikan suatu rangkaian tulisan yang

158

Tuhan telah menempatkansebuah kerajaan ke dalam Al-Fâtihah

Diperuntukkan bagi orang yang ikhlas,tanpa kerepotan tombak dan tameng

S U R A H Al-Fâtihah memang bagi Rumi adalah kunci pem-buka kerajaan ruhani, seperti dikatakan Rumi di tempat lain:“Ketika orang melafalkan: ‘Tunjukilah kami jalan yang lurus’,Tuhan mengambil tangannya dan menjelmakannya menjadicahaya.”

21

Memaknai Shalat:Melalui Penghayatan Rumi (2)

Page 161: Tuhan kita berkata: Sujud dan mendekatlah · Nah, saya mendapati cara yang paling efektif untuk me- respons ketiga hal di atas adalah dengan menyajikan suatu rangkaian tulisan yang

159

Rumi melihat kata-kata al-fâtihah termanifestasikanbahkan dalam pepohonan di kebun:

“Engkaulah yang kami sembah” adalah doa si kebun di musim dinginDi musim semi, ia bermunajat:“Kepada-Mulah kami minta tolong”

“Engkaulah yang kami sembah” adalahaku telah datang ke pintu-Mu(Maka) bukakan gerbang kegembiraanAgar tak lebih lama aku nelangsa

“Kepada-Mu kami minta tolong”(Adalah keluhan si pohon:)Oleh suburnya bebuahanaku pun patah tak tertahankan

Wahai Penolong, jaga aku baik-baik

Merujuk kepada firman-Nya (QS Al-Ma‘ârij [70]: 23),Rumi melihat shalat sebagai percakapan paling dalam danmesra antara pencinta dan yang dicinta. Rumi sendiri, dariberbagai ungkapannya, adalah seorang sufi yang keadaan-mistikalnya diperdalam oleh pengalaman melakukan shalat:

Page 162: Tuhan kita berkata: Sujud dan mendekatlah · Nah, saya mendapati cara yang paling efektif untuk me- respons ketiga hal di atas adalah dengan menyajikan suatu rangkaian tulisan yang

160

Merujuk kepada firman-Nya(QS Al-Ma‘ârij [70]: 23),

Rumi melihat shalat sebagaipercakapan paling dalam

dan mesra antara pencintadan yang dicinta.

Page 163: Tuhan kita berkata: Sujud dan mendekatlah · Nah, saya mendapati cara yang paling efektif untuk me- respons ketiga hal di atas adalah dengan menyajikan suatu rangkaian tulisan yang

161

Di waktu shalat magribKala semua menata lilin dan mejaAku di sana dengan bayangan mimpi sobatkuPenuh keluh, kesah, dan ratapan

Kala kuberwudhu dengan air mataku,Doaku jadi berkobarIa bakar pintu masjidku,Saat seruan-azanku menyentuhnya

Sepahsalar, salah seorang penulis mengenai Rumi, ber-kisah. Pada suatu malam musim dingin—dan musim dingindi Konya amatlah ganas—Rumi melakukan shalat di masjid.Ia menangis begitu tersedu ketika bersujud sampai bulir-bulirair matanya membeku di pipi dan janggutnya, terus menjulurke tanah. Hingga, pagi harinya, para muridnya harus men-cairkan es itu dengan cara menyiramnya dengan air panas.

Ia berkata:

Ada ratusan macam shalat,ruku‘ dan sujudBagi sesiapa yang menjadikanKecantikan Sang Teman sebagai mihrabnya

Page 164: Tuhan kita berkata: Sujud dan mendekatlah · Nah, saya mendapati cara yang paling efektif untuk me- respons ketiga hal di atas adalah dengan menyajikan suatu rangkaian tulisan yang

162

Inilah sabdanya di tempat lain:

Tuhan kita berkata:“Sujud dan mendekatlah” (QS Al-‘Alaq [96]: 19)Sujudnya badan kitaadalah mendekatnya jiwa kita

Rumi terkadang menyinggung beberapa keistimewaanshalat. Termasuk bahwa, dalam bulan Ramadhan, shalat punyapeluang lebih besar untuk diterima. Demikian pula, shalat (taha-jud) dini hari di hadirat Yang Hidup dan Yang Jaga amatlah di-anjurkan. Shalat seperti ini adalah bagaikan “lilin yang bercahayadi mata Tuhan”. Bukan tanpa maksud tertentu jika Rumi bebe-rapa kali menyebut contoh shalat Nabi Yunus di perut ikan hiu.Dengan itu, ia ingin menganjurkan agar orang shalat di kegelap-an keberadaannya, dan sekali lagi melakukannya ketika subuhtiba, setelah terselamatkan dari kegelapan “perut ikan” malam.

Berkali-kali Rumi mengungkapkan keyakinan-totalnyaakan makbulnya shalat: “Orang yang tak punya informasi ten-tang kami, berkata bahwa shalat tak ada manfaatnya.” Pada-hal, menurut Rumi, shalat sungguh adalah “kunci bagi peme-nuhan kebutuhan-kebutuhan orang”. Karena ia sepenuhnyapercaya pada kata-kata Al-Quran (QS Al-Mu’min [40]: 60)bahwa Tuhan “telah mengikatkan shalat kepada janji-Nya: ‘Akupasti kabulkan.’ Munajat manusia, yang ditujukan kepada Tuhan,dapat menjadi tali yang mengangkatnya dari sumur gelap ke-putusasaan.”[]

Page 165: Tuhan kita berkata: Sujud dan mendekatlah · Nah, saya mendapati cara yang paling efektif untuk me- respons ketiga hal di atas adalah dengan menyajikan suatu rangkaian tulisan yang

163

Yang Tidak ShalatJauh Lebih Hina daripada Binatang

Dalam kitab Makhzanul Wa’idzin disebutkan bahwa padahari kiamat kelak, anjing akan berkata, “Segala puji bagiAllah yang menciptakan saya sebagai anjing dan tidak men-ciptakan saya sebagai babi.”

Babi berkata, “Segala puji bagi Allah yang telah men-ciptakan saya sebagai babi dan tidak menciptakan saya se-bagai orang kafir.”

Orang kafir berkata, “Segala puji bagi Allah yang telahmenciptakan saya sebagai orang kafir dan tidak menciptakansaya sebagai orang munafik.”

Si munafik berkata, “Segala puji bagi Allah yang telahmenciptakan saya sebagai orang munafik dan tidak mencipta-kan saya sebagai orang yang meninggalkan shalat.”

Page 166: Tuhan kita berkata: Sujud dan mendekatlah · Nah, saya mendapati cara yang paling efektif untuk me- respons ketiga hal di atas adalah dengan menyajikan suatu rangkaian tulisan yang

164

I B N A L - Q A Y I M Al-Jawziyah adalah salah seorang ulamabesar dalam sejarah Islam. Meski merupakan murid terdekatIbn Taimiyah—seorang kritikus terhadap sementara praktikyang terkait dengan sufisme—Ibn Al-Qayim hidup dan me-miliki pandangan-pandangan layaknya seorang sufi. Salah satufokus-utama pemikirannya adalah berhubungan dengan pe-nyucian hati.

Nama lengkap Ibn Al-Qayim adalah Muhammad ibnAbu Bakr ibn Ayub ibn Saad. Dia lahir pada 691 H/1292M di suatu desa bernama Zar’ di wilayah Hawran, 90 kmdari Damaskus, Suriah. Dia belajar hadis dari beberapa ulamabesar, termasuk guru wanita bernama Fatimah binti Jawhar.

22

Memaknai Shalat:Melalui Penghayatan

Ibn Al-Qayim Al-Jawziyah

Page 167: Tuhan kita berkata: Sujud dan mendekatlah · Nah, saya mendapati cara yang paling efektif untuk me- respons ketiga hal di atas adalah dengan menyajikan suatu rangkaian tulisan yang

165

Di bidang ilmu fiqih, salah satu gurunya adalah Ibn Tai-miyah. Ibn Al-Qayim pertama kali bertemu dengan gurunyaini ketika dia berumur 21 tahun dan gurunya berusia 72 tahun.Begitu dekatnya hubungan mereka sehingga keduanya pernahbersama-sama dipenjara. Bahkan Ibn Al-Qayim belum lagidilepas dari tahanan ketika gurunya ini meninggal dunia—16 tahun setelah pertemuan-pertama keduanya. Kelak Ibn Al-Qayim berperan amat besar dalam membukukan dan me-nyebarkan ajaran-ajaran Ibn Taimiyah.

Meski, seperti Ibn Taimiyah, dia mengikuti Mazhab Han-bali, pendapatnya tak selalu sejalan dengan mazhab ini. Ter-kadang dia memiliki pendapat yang sama sekali berbeda denganpendapat mazhab mana pun.

Ibn Al-Qayim memiliki banyak sekali murid. Salah satu-nya, yang terkenal, adalah Ibn Rajab Al-Hanbali, yang memuja-nya dengan kata-kata berikut: “Dia adalah ulama yang amatsaleh, yang biasa menghabiskan malam-malamnya untukberibadah. Saya tak pernah melihat orang sepertinya, yangmemiliki ilmu pengetahuan setinggi dia, khususnya dalam halAl-Quran dan hadis serta makna-sejati iman.” Muridnya yangjuga amat terkenal adalah Ibn Katsir, yang tentang gurunyaini mengatakan, “Dia adalah orang yang berakhlak mulia,sangat bersahabat, jauh dari hasad dan dengki. Dia tak jugapernah ber-ghîbah—yakni berbicara buruk tentang orang laindi belakang orang tersebut.”

Page 168: Tuhan kita berkata: Sujud dan mendekatlah · Nah, saya mendapati cara yang paling efektif untuk me- respons ketiga hal di atas adalah dengan menyajikan suatu rangkaian tulisan yang

166

Ibn Al-Qayim wafat pada 751 H/1350 M, sebelum ber-usia genap 60 tahun. Dia dimakamkan di pemakaman BabAl-Saghîr, dekat kuburan ayahnya. Karyanya berjumlah pu-luhan, sebagian berupa kumpulan tulisan. Karyanya yang ber-judul Manâzil Al-Sâ’irîn (Persinggahan-Persinggahan paraPelancong Spiritual) dianggap sebagai salah satu karya puncakdi bidang tasawuf.

Shalat menurut Ibn Al-Qayim24

Ketahuilah, tidak diragukan lagi bahwa shalat adalah qurratu‘uyûn (cahaya mata)-nya para muhibbîn (pencinta Allah), ke-nikmatan ruh para muwahhidîn (pengesa Allah), taman para‘âbidîn (ahli ibadah), kenikmatan jiwa para khâsyi‘în (orang-orang yang khusyuk), bukti keadaan (spiritual, hâl) para shâ-diqîn (orang-orang yang benar), dan timbangan keadaan parasâlikîn (pejalan spiritual). Shalat adalah rahmat kasih sayangAllah yang dianugerahkan kepada hamba-hamba-Nya yangberiman.

Sebagaimana buah puasa adalah penyucian jiwa, buahzakat adalah penyucian harta, buah haji adalah jaminan am-punan, buah jihad adalah penyerahan diri kepada-Nya—yangsemuanya diberikan Allah Swt. untuk hamba-Nya dengan

2 4 Dikutip dari Asrâr Al-Shalâh, karya Ibn Al-Qayim. Terjemahanbahasa Indonesia berjudul Rahasia di Balik Shalat, Pustaka Azzam,Jakarta.

Page 169: Tuhan kita berkata: Sujud dan mendekatlah · Nah, saya mendapati cara yang paling efektif untuk me- respons ketiga hal di atas adalah dengan menyajikan suatu rangkaian tulisan yang

167

surga sebagai imbalannya—maka buah shalat adalah meng-hadapnya hamba kepada Allah dan menghadapnya Allahkepada hamba. Dalam menghadap Allah terdapat semua buahamal perbuatan yang tersebut sebelumnya, dan semua buahamal perbuatan itu menghadap kepada Allah di dalam shalat.

Oleh karena itu, Nabi Saw. berkata, Qurratu ‘ainî (cahaya-mata)-ku bukanlah dalam puasa (meski puasa adalah termasukibadah yang paling utama), tidak juga di dalam haji, dan umrah,melainkan dalam shalat, sebagaimana sabdanya, “Dan qurratu‘ain-ku terdapat di dalam shalat.” Maka renungkanlah perkataanNabi itu: “Dan qurratu ‘ain-ku terdapat di dalam shalat,” (fîash-shalâh) dan beliau tidak berkata “dengan shalat” (bi al-shalâh). Hal ini adalah pemberitahuan bahwa mata Nabi tidakakan bercahaya (bergembira) kecuali dengan memasuki shalat,sebagaimana mata pencinta yang bergembira bergaul denganyang dicintainya, dan sebagaimana orang yang takut menjadibergembira dengan memasuki daerah yang akrab dan aman.... Ini sebabnya, kapan saja Nabi mengalami kesumpekan hati,beliau akan meminta kepada Bilal, “Wahai Bilal, senangkan kamidengan shalat.” (Maksudnya, beliau meminta Bilal untuk mengu-mandangkan azan atau iqâmah sebagai pendahulu shalat—HB.)

Dengan melakukan shalat (hati), kita bisa beristirahat darikerasnya kesibukan-kesibukan, seperti orang yang amat lelahberistirahat ketika dia sampai di tempat kediaman yang aman,kemudian berdiam diri di dalamnya, dan menjauhkan diridari kesibukan yang membuatnya letih.

Page 170: Tuhan kita berkata: Sujud dan mendekatlah · Nah, saya mendapati cara yang paling efektif untuk me- respons ketiga hal di atas adalah dengan menyajikan suatu rangkaian tulisan yang

168

Dan renungkan bagaimana Nabi berkata, “Senangkankami dalam shalat” dan tidak berkata, “Senangkan kami darishalat” (min ash-shalâh), sebagaimana ucapan orang yangterbebani dan tertekan, yang tidak melaksanakan shalat kecualidalam keadaan terpaksa. Bagi orang-orang seperti ini, selamamelakukan shalat dia merasa tersiksa, namun ketika keluardarinya, hati dan jiwanya merasa lega. Hal itu karena hatinyapenuh dengan berbagai kesibukan dan kesenangan duniawi,sedang shalat memutuskannya dari kesibukan-kesibukan dankesenangan-kesenangan duniawinya itu. Maka wajarlah jikadia merasa tersiksa ketika melaksanakannya, sampai dia keluardarinya. Hal itu tampak jelas dari perilakunya dalam shalat,seperti main-main, terpalingkannya hati kepada selain Tuhan,dan meninggalkan thuma’nînah dan kekhusyukan .... Diamelaksanakannya secara sekadarnya, mengucapkan denganlisannya apa yang sebenarnya tidak ada di dalam hatinya, se-raya berkata dalam hati: “Nanti setelah selesai shalat, aku akanberistirahat darinya,” dan bukannya justru beristirahat dalamshalat itu sendiri ....

Ada perbedaan antara shalat yang dirasakan sebagai be-lenggu kuat untuk anggota-anggota badan atau penjara sem-pit untuk hati, ataupun penghambat bagi jiwa, dan shalatyang dirasakan sebagai hal yang memberi kenikmatan kepadahati, sebagai cahaya (kegembiraan) bagi mata, sebagai relaksasibagi anggota-anggota badan, dan taman yang asri untuk jiwa.

Page 171: Tuhan kita berkata: Sujud dan mendekatlah · Nah, saya mendapati cara yang paling efektif untuk me- respons ketiga hal di atas adalah dengan menyajikan suatu rangkaian tulisan yang

169

Rasulullah Saw. dan Shalat Malam

‘Atha’ bin Abi Rayyah berkata, “Suatu hari, aku pergi kerumah ‘A’isyah. Aku bertanya kepadanya tentang perbuatanNabi yang manakah yang paling menakjubkannya sepan-jang hidupnya. Ia menjawab, ‘Semua perbuatan Rasulullahsangatlah menakjubkan. Namun, dari semua perbuatanbeliau yang menakjubkan itu adalah suatu malam ketikabeliau sedang beristirahat, tiba-tiba beliau bangkit dari tem-patnya, lalu mengambil air wudhu dan mendirikan shalat.Dalam shalatnya, air mata beliau mengalir dengan derassekali sehingga baju yang beliau kenakan basah karenatetesan air mata beliau. Kemudian beliau bersujud. Begituderasnya tetesan air mata beliau sehingga tanah pun basahkarena air mata beliau. Hal ini berlangsung hingga tibawaktu subuh.’”

Ketika Bilal shalat subuh bersama Nabi dan melihatbeliau menangis dalam shalatnya, ia bertanya, “MengapaAnda menangis, bukankah Anda telah terliputi oleh kasihsayang Allah?” Beliau menjawab, “Tidak bolehkah akumenjadi hamba yang bersyukur?!”

Page 172: Tuhan kita berkata: Sujud dan mendekatlah · Nah, saya mendapati cara yang paling efektif untuk me- respons ketiga hal di atas adalah dengan menyajikan suatu rangkaian tulisan yang

170

Yang pertama, shalat dianggap sebagai penjara jiwa, peng-ikat bagi anggota-anggota badan agar tidak terlibat dengansumber-sumber kerusakan. Terkadang dengan shalat dia men-dapatkan takfîr (pengingkaran terhadap kerusakan-kerusakanitu) dan pahala, atau terkadang mendapatkan rahmat sebesarpenghambaan kepada Allah Swt., dan terkadang pula dihukumatas apa yang kurang dari (tingkat) penghambaan (yang se-harusnya). Yang kedua, shalat dianggap sebagai taman bagi-nya, yang di dalamnya dia merasakan hatinya beristirahat,yang menjadi qurratu ‘ain-nya, kenikmatan jiwanya, tempatistirahat bagi anggota-anggota badannya, dan telaga bagi (ke-gersangan) ruhnya ....

(Demikianlah ....) Apabila hamba telah tegak berdiri dihadapan Allah, bertakbir kepada-Nya, menghadap kepadakeperkasaan dan keagungan-Nya ... sesungguhnya dia sedangmenghadap kepada kemahabesaran, keagungan, dan keluhuran-Nya. (Selanjutnya), hamba menghadap kepada Allah dalamiftitâh (doa setelah takbir sebelum membaca Al-Fâtihah) denganmembaca tasbih kepada-Nya, mengagungkan-Nya, dan me-nyucikan-Nya dari apa yang tidak layak bagi-Nya, serta me-nyanjung-Nya dengan sifat-sifat dan kesempurnaan-Nya.

Ketika kemudian hamba memohon perlindungan kepadaAllah dari setan yang terkutuk (yakni membaca ta‘awwudz),maka hamba menghadap kepada rukn (pilar)-Nya yang kuat,kepada kekuasaan, pertolongan, dan perlindungan Allah, sertapenjagaan dari musuh-Nya. Dan apabila hamba membaca

Page 173: Tuhan kita berkata: Sujud dan mendekatlah · Nah, saya mendapati cara yang paling efektif untuk me- respons ketiga hal di atas adalah dengan menyajikan suatu rangkaian tulisan yang

171

kalam-Nya (yakni surah-surah dalam Al-Quran), dia men-dapatkan pengetahuan-Nya di dalam kalam-Nya, seakan-akandia melihat dan menyaksikan Allah di dalam kalam-Nya. Se-bagaimana dikatakan Imam Ja‘far Al-Shadiq: “Sungguh, Allahtelah nyata bagi hamba-hamba-Nya di dalam kalam-Nya ....”

Apabila hamba ruku‘, dia menghadap kepada kebesaran,keagungan, dan keperkasaan-Nya. Oleh karenanya, disyariat-kan baginya di dalam ruku‘ membaca:

Mahasuci Tuhanku yang Mahaagung.

Ketika mengangkat kepalanya dari ruku‘, dia menghadapkepada-Nya dalam pujian, penyanjungan, pengagungan, danpenghambaan kepada-Nya ....

Ketika sujud, hamba menghadap kepada-Nya dalam pen-dekatan, ketundukan, perendahan diri, kebergantungan kepada-Nya, dan peleburan diri di hadapan-Nya, serta penundukandiri pada-Nya.

Ketika hamba mengangkat kepalanya dari sujud sembaribersimpuh, dia menghadap kepada kemahakayaan, kemurah-an, dan kemuliaan Allah, dalam keadaan sangat butuh kepadahal-hal tersebut, tadharru‘ (rendah hati) dan lebur di hadapan-Nya, agar Dia memberinya ampunan, rahmat, petunjuk, danrezeki.

Pada saat duduk dalam tasyah-hud (tahiyyat akhîr), hambamengalami suasana yang menyerupai apa yang dialaminya dalam

Page 174: Tuhan kita berkata: Sujud dan mendekatlah · Nah, saya mendapati cara yang paling efektif untuk me- respons ketiga hal di atas adalah dengan menyajikan suatu rangkaian tulisan yang

172

thawâf wadâ‘. Maka ketika—setelah shalatnya selesai—hati-nya harus berpaling dari hadapan Tuhannya menuju padakesibukan-kesibukan dunia, yang menyebabkannya terhentimenghadap Tuhannya, hati sang hamba pun merasakan sakitdan tersiksa. Hingga ia masuk ke dalam shalat lagi setelah itu.[]

Page 175: Tuhan kita berkata: Sujud dan mendekatlah · Nah, saya mendapati cara yang paling efektif untuk me- respons ketiga hal di atas adalah dengan menyajikan suatu rangkaian tulisan yang

173

S Y A H Waliyullah adalah seorang intelektual Muslim dariIndia. Ia lahir pada 4 Syawwal 1214 H atau 21 Februari 1703.Ayahnya dan sekaligus pembimbing spiritualnya, Syah ‘AbdAl-Rahim (w. 1719), adalah orang yang sangat terpelajar danpengamal Tarekat Naqsyabandiyah, Chistiyah, dan Qadiriyah—yang belakangan diikuti juga oleh Syah Waliyullah.

Dengan ayahnya, Syah Waliyullah muda mempelajari buku-buku hadis seperti Misykât Al-Mashâbih dan Shahîh Al-Bukhâri,buku-buku mengenai tafsir Al-Quran, fiqih, dan teologi. Di

23

Memaknai Shalat:Melalui Penghayatan

Syah Waliyullah Al-Dihlawi25 (1)

2 5 Dicuplik dari karya Al-Dihlawi berjudul Hujjah Allâh Al-Bâlighah.Terjemahan bahasa Indonesia berjudul Argumen Puncak Allah, Pe-nerbit Serambi, Jakarta.

Page 176: Tuhan kita berkata: Sujud dan mendekatlah · Nah, saya mendapati cara yang paling efektif untuk me- respons ketiga hal di atas adalah dengan menyajikan suatu rangkaian tulisan yang

174

samping itu, ia diperkenalkan kepada buku-buku tasawuf karyabeberapa sufi mazhab Wahdatul Wujud Ibn ‘Arabi, seperti ‘AbdAl-Rahman Jami’ (1492) dan Fakhruddin ‘Iraqi (1289). Disamping masalah-masalah keagamaan, ia juga mempelajariastronomi, matematika, bahasa, serta tata bahasa Arab dan Persia.Begitu pula ilmu kedokteran (thibb) yang kelak banyak me-warnai karya-karyanya.

Sekitar April 1731, ia meninggalkan India untuk menjalaniibadah haji ke Makkah dan Madinah, kemudian menetap dikedua kota itu sekitar empat belas bulan, dan pulang ke Indiapada Desember 1732. Kehidupan yang ia jalani di kawasanHijaz sangat berpengaruh terhadap pembentukan pemikirandan kehidupan Syah Waliyullah selanjutnya. Di kedua KotaSuci itu, ia belajar hadis, fiqih, dan tasawuf kepada beberapaulama terkemuka yang nama-namanya ia sebutkan dalambuku Anfâs Al-‘Ârifîn. Guru-gurunya di Makkah memper-kenalkan kepadanya ilmu hadis, yang mulai berkembangdengan pesat pada abad ke-18. Saat tinggal di kedua Kota Suciitu, Syah Waliyullah memberikan perhatian khusus kepadakarya Imam Malik, Muwaththa’, dan kelak ia menulis dua buahbuku ulasan terhadap karya itu. Di kedua Kota Suci itu pula,Syah Waliyullah menyatakan banyak mendapatkan peng-alaman mistis. Kelak ia menulis berbagai pengalaman mistisitu dan memasukkannya ke dalam sebuah karya yang berjudulFuyûdh Al-Haramain (Pancaran Dua Kota Suci).

Page 177: Tuhan kita berkata: Sujud dan mendekatlah · Nah, saya mendapati cara yang paling efektif untuk me- respons ketiga hal di atas adalah dengan menyajikan suatu rangkaian tulisan yang

175

Syah Waliyullah banyak menghasilkan karya di berbagaibidang, termasuk: biografi, ilmu hadis, hukum, dan tasawuf.Pada umumnya, karya-karya-tasawufnya ditulis di penghujungkarier kepenulisannya. Karya paling besar di antara karya-karya itu adalah: Hama‘at, Syatha‘at, Fuyûdh Al-Haramain,Al-Qaul Al-Jamîl, Lamahât, Althâf Al-Quds, dan Al-Khair Al-Katsir. Buku Hujjah Allâh Al-Bâlighah—salah satu karyanyayang paling terkemuka dan menjadi sumber cuplikan ini—ditulis beberapa tahun setelah kepulangannya dari Makkah.

Shalat menurut Syah Waliyullah

Ibadah shalat didasarkan atas tiga prinsip: 1) bahwa hati me-rendah ketika memandang Keagungan Allah dan Ketinggian-Nya; 2) bahwa lidah menyatakan Ketinggian Allah dan keren-dahan ini disampaikan dengan pernyataan yang paling jelas;dan 3) bahwa anggota tubuh dididik (dilatih) sesuai dengankerendahan ini.

Seorang penyair menyampaikan kesaksiannya:

Tiga bagian tubuhku dilimpahi kemurahan-Mu,Tanganku, lidahku, dan relung-relung hatiku

Di antara perbuatan-perbuatan mengagungkan adalahberdiri di hadapan-Nya, mengadu kepada-Nya dengan doayang mendalam, dan menghadap kepada-Nya. Sikap yang

Page 178: Tuhan kita berkata: Sujud dan mendekatlah · Nah, saya mendapati cara yang paling efektif untuk me- respons ketiga hal di atas adalah dengan menyajikan suatu rangkaian tulisan yang

176

lebih kuat dari ini adalah menyadari kerendahan dirinya danketinggian Tuhannya, dengan cara menundukkan kepalanya.Manusia dan binatang, semuanya, biasanya cenderung meng-angkat leher sebagai tanda kesombongan dan keangkuhan, danmenundukkannya sebagai tanda kepatuhan dan kerendahan.Inilah makna firman Allah Swt., “Senantiasa leher-leher merekatunduk kepada-Nya dalam kerendahan” (QS Al-Syu‘arâ’ [26]: 4).

Kemudian, sikap yang lebih kuat lagi adalah meletakkanwajah, yang merupakan bagian tubuh yang paling mulia dantempat pertemuan semua perasaannya, di atas tanah di hadapan-Nya. Ketiga bentuk pengagungan tersebut telah dikenal luasdi berbagai kalangan masyarakat, dari berbagai tradisi danbudaya yang berbeda, dan mereka terus mempraktikkannyadi dalam penyembahan mereka dan di hadapan raja-raja sertaratu-ratu mereka. Bentuk shalat yang paling utama mengga-bungkan ketiga sikap tersebut (secara berurutan) mulai dari yangpaling rendah kepada yang paling tinggi, untuk semakin me-ningkatkan perasaan kepatuhan dan kerendahan diri mereka.[]

Page 179: Tuhan kita berkata: Sujud dan mendekatlah · Nah, saya mendapati cara yang paling efektif untuk me- respons ketiga hal di atas adalah dengan menyajikan suatu rangkaian tulisan yang

177

Kondisi Rasulullah dan para Wali-Nyaketika Shalat

Diriwayatkan dari sebagian istri-istri Nabi Saw. bahwa suatuhari, kami sedang asyik berbincang-bincang dengan beliau.Begitu datang waktu shalat, seakan-akan kami tidak salingmengenal satu sama lain, masing-masing sibuk dengan diri-nya sendiri untuk menghadap Al-Haqq.

Imam ‘Ali ketika sudah masuk waktu shalat tampak gelisahdan berguncang. Beliau pun ditanya oleh sahabatnya, “Apakahgerangan yang membuat Anda gelisah dan risau?”

Beliau menjawab, “Telah datang waktu bagi penunaianamanat yang Allah tawarkan kepada semua langit dan bumi,namun mereka semua menolak untuk mengemban amanattersebut.”

Imam Ali bin Husain ketika siap untuk berwudhu, wajahbeliau berubah menjadi pucat. Hal ini ditanyakan oleh saha-bat beliau. Dalam jawabannya, beliau berkata, “Tidakkahkau mengerti di hadapan siapakah aku sedang berdiri?”

Dan dalam banyak hadis disebutkan bahwa duduk didalam masjid untuk menunggu masuknya waktu shalat ada-lah ibadah.

Page 180: Tuhan kita berkata: Sujud dan mendekatlah · Nah, saya mendapati cara yang paling efektif untuk me- respons ketiga hal di atas adalah dengan menyajikan suatu rangkaian tulisan yang

178

S H A L A T merupakan induk amal yang bisa mendekatkandiri (kepada Allah)—bukan (sekadar) tafakur atas keagungan-Nya atau zikir yang dilakukan terus-menerus. Karena tafakuryang benar hanya bisa dilakukan oleh segelintir orang yangmemiliki jiwa yang tinggi, dan jumlah mereka sangat sedikit.Lagi pula, jika kebanyakan manusia larut di dalam tafakuryang sebenarnya, niscaya mereka akan menjadi apatis dan me-nyia-nyiakan apa-apa yang mereka miliki, alih-alih mendaya-gunakannya. Zikir yang sebenarnya juga tak mampu dilaku-kan kebanyakan orang.

Sedangkan shalat merupakan sebuah obat penyembuh(ma‘jûn) yang terdiri atas tafakur kepada keagungan Allah

24

Memaknai Shalat:Melalui Penghayatan

Syah Waliyullah Al-Dihlawi (2)

Page 181: Tuhan kita berkata: Sujud dan mendekatlah · Nah, saya mendapati cara yang paling efektif untuk me- respons ketiga hal di atas adalah dengan menyajikan suatu rangkaian tulisan yang

179

sebagai tujuan kedua, disertai dengan pemusatan perhatian—sebagai konsekuensi tafakur—yang bisa dilakukan olehsemua orang. Dan bagi orang yang memiliki kemampuanuntuk menyelami lautan kesaksian pun, shalat tidak ada batas-nya; bahkan, shalat bisa menenggelamkannya lebih dalam. (Jadi,shalat bisa dilakukan baik oleh orang paling awam maupunorang khusus.) Nilai-nilai shalat yang jelas-jelas sangat kondusifadalah ikhlas mempersembahkan amal kepada Allah, mengha-dapkan wajah kepada-Nya, dan meminta tolong hanya kepada-Nya. Berbagai tindakan dan sikap pengagungan yang terkan-dung dalam shalat, seperti sujud dan ruku‘, semuanya salingmendukung dan menyempurnakan satu sama lain. Denganbegitu, shalat akan bermanfaat bagi orang kebanyakan mau-pun orang istimewa, dan merupakan sarana yang sangat efektif,sehingga setiap orang bisa bertawajuh (menghadap Allah) se-suai dengan kemampuannya. “Shalat adalah mi‘râj (tanggaruhani) bagi orang yang beriman”, dan merupakan persiapanbagi penampakan-penampakan ukhrawi. Inilah makna sabdaNabi Saw., “Sesungguhnya, kamu akan melihat Tuhanmu (diakhirat nanti) jika kamu konsisten untuk tidak melewatkanshalat sebelum terbit matahari dan sebelum tenggelamnya,karena itu kerjakanlah shalat-shalat itu.” Shalat juga me-rupakan sebab amat penting bagi timbulnya cinta Allah danrahmat-Nya. Hal ini seperti diungkapkan dalam doa NabiSaw., “(Ya Allah), tolonglah aku untuk menggapai-Mu denganbanyak bersujud.” Ketika Rabi‘ah bin Ka‘ab (w. 63 H) bertanya

Page 182: Tuhan kita berkata: Sujud dan mendekatlah · Nah, saya mendapati cara yang paling efektif untuk me- respons ketiga hal di atas adalah dengan menyajikan suatu rangkaian tulisan yang

180

Tidak ada yang lebih bisamenghapuskan kesalahpahaman

(mengenai keesaan Allah)daripada shalat, terutama jika

perbuatan-perbuatan danucapan-ucapan shalatnya

disertai kehadiran hati danniat yang tulus.

Page 183: Tuhan kita berkata: Sujud dan mendekatlah · Nah, saya mendapati cara yang paling efektif untuk me- respons ketiga hal di atas adalah dengan menyajikan suatu rangkaian tulisan yang

181

kepada Nabi, dapatkah ia menjadi sahabat beliau di surga,beliau menjawab, “Bantulah aku untuk mencapai ini untukmudengan (melakukan) banyak sujud (di dalam shalat).” Hal inisejalan belaka dengan firman Allah tentang ahli neraka, “Kamitidak termasuk orang-orang yang mengerjakan shalat” (QS Al-Muddatstsir [74]: 43).

Jika shalat telah menyatu dalam diri seseorang, ia akanlebur dalam cahaya Allah dan dosa-dosanya pun diampuni,sebagaimana sabda Nabi Saw., “Perbuatan-perbuatan baikmenghapuskan perbuatan-perbuatan buruk.”

Tidak ada yang lebih bisa menghapuskan kesalahpahaman(mengenai keesaan Allah) daripada shalat, terutama jika per-buatan-perbuatan dan ucapan-ucapan shalatnya disertai keha-diran hati dan niat yang tulus. Jika shalat (seperti) ini dijadikankebiasaan, seseorang akan mendapatkan manfaat yang jelas,seperti terhindar dari bencana-bencana yang disebabkan olehkebiasaan (buruk). Shalat juga merupakan ciri yang membeda-kan orang Islam dari orang kafir, sebagaimana ditegaskan olehsabda Nabi Saw., “Perjanjian di antara kita dan mereka ada-lah shalat. Jadi, barang siapa yang meninggalkannya, maka iatelah menjadi kafir.” Shalat merupakan cara paling utamauntuk melatih jiwa rendah agar tunduk kepada akal dan meng-ikuti keputusannya.[]

Page 184: Tuhan kita berkata: Sujud dan mendekatlah · Nah, saya mendapati cara yang paling efektif untuk me- respons ketiga hal di atas adalah dengan menyajikan suatu rangkaian tulisan yang

182

Malaikat Mengumandangkan Azan

Rasulullah Saw. bersabda, “Tatkala saya ber-mi‘râj dan sam-pai di Sidratul Muntaha, tiba-tiba saya melihat seorangmalaikat yang tengah mengumandangkan azan. Malaikatberkata, ‘Allâhu Akbar, Allâhu Akbar.’ Allah berfirman,‘Benar apa yang dikatakan hamba-Ku, Aku lebih besardaripada apa yang disifatkan.’ Malaikat berkata, ‘Asyhaduan lâ ilâha illâl-Lâh, asyhadu an lâ ilâha illâl-Lâh.’ Allahberfirman, ‘Benar apa yang dia katakan, tidak ada tuhanselain Aku.’ Malaikat berkata, ‘Asyhadu anna Muham-madar-Rasûlullâh, asyhadu anna Muhammadar-Rasûlullâh.’Allah berfirman, ‘Benar apa yang dikatakan hamba-Ku,Muhammad adalah hamba-Ku dan dia adalah seorangnabi pilihan-Ku.’ Malaikat berkata, ‘Hayya ‘alâ ash-shalâh,hayya ‘alâ ash-shalâh.’ Allah berfirman, ‘Benar apa yangdia katakan, hamba-Ku menyeru pada perintah wajib-Ku,maka barang siapa yang dengan rasa senang serta meng-harapkan pahala melakukan perintah ini, maka shalat itumerupakan penebus bagi dosa-dosanya yang telah lam-pau.’ Malaikat berkata, ‘Hayya ‘alâ al-falâh, hayya ‘alâ al-

Page 185: Tuhan kita berkata: Sujud dan mendekatlah · Nah, saya mendapati cara yang paling efektif untuk me- respons ketiga hal di atas adalah dengan menyajikan suatu rangkaian tulisan yang

183

falâh.’ Allah berfirman, ‘Benar, shalat adalah kebaikan,keberhasilan, dan kemenangan.’”

Rasulullah Saw. bersabda, “Setelah itu, saya menjadiimam atas para malaikat dan melakukan shalat berjama-ah bersama mereka, sebagaimana sebelumnya saya men-jadi imam shalat bagi para nabi di Baitul Maqdis.”

Page 186: Tuhan kita berkata: Sujud dan mendekatlah · Nah, saya mendapati cara yang paling efektif untuk me- respons ketiga hal di atas adalah dengan menyajikan suatu rangkaian tulisan yang

184

N A M A lengkapnya adalah Abu ‘Ali Al-Husain ibn ‘Abdallah.Dia lahir di Bukhara (Asia Tengah) pada 980 M. Dialah salahseorang filosof terbesar di sepanjang sejarah pemikiran Islam.Bukan hanya di bidang filsafat Islam Peripatetik (Aristotelian),melainkan—sebagaimana terungkap dalam karya-karyanyayang lebih belakangan—juga di bidang yang terkait denganfilsafat-mistis maupun tasawuf itu sendiri. Di antara karya-sufistiknya adalah Al-Manthiq Al-Masyriqiyyîn (Logika Orang-

25

Memaknai Shalat:Melalui Penghayatan Ibn Sina26 (1)

2 6 Dikutip dari karya Ibn Sina, Risâlah fî Al-Shalâh. Terjemahan Inggrisoleh A.J. Arberry berjudul “On Prayer” dalam Avicenna on Theology,Hyperion, Westport, Connecticut, 1979.

Page 187: Tuhan kita berkata: Sujud dan mendekatlah · Nah, saya mendapati cara yang paling efektif untuk me- respons ketiga hal di atas adalah dengan menyajikan suatu rangkaian tulisan yang

185

Orang Timur)—yang hanya pendahuluannya yang bisa di-temukan—dan 3 bab terakhir dalam Al-Isyârât wa Al-Tan-bîhât, serta beberapa risalah lain, khususnya Risâlah fî Al-‘Isyq(Ulasan tentang Cinta).

Kebesarannya di bidang filsafat-rasional telah melahirkansuatu gerakan di Barat pra-Renaisans yang disebut sebagai Avi-cennisme—di wilayah ini ia memang dipanggil Avicenna. Pikir-annya banyak berpengaruh bahkan atas para filosof Barat peri-ode Renaisans dan modern. Bukan itu saja, buku-ensiklopedis-nya tentang ilmu kedokteran, berjudul Al-Qânûn fî Al-Thibb,dijadikan referensi di universitas-universitas Barat hingga abadke-18, bahkan ada yang menyatakan hingga abad ke-19.

Ibn Sina menulis suatu risalah ringkas tentang shalat ber-judul Risâlah fî Al-Shalâh. Di salah satu bagian tulisannya dalamrisalah ini, Ibn Sina mengungkapkan tujuan-penulisannya, se-bagai berikut: “Aku mulai menulis risalah ringkas untuk men-jelaskan hakikat dan bagian-bagian shalat ini lantaran aku melihatbanyaknya orang mengabaikan sisi-sisi formal-lahiriah shalatdan (juga) tidak merenungi sisi-sisi esoteris-batinnya .... Semuaini agar seorang berakal yang pandai dan terhormat mudah ber-jalan di garis penghambaan secara terus-menerus dan menye-nangi munajat kepada Tuhannya ....”

Page 188: Tuhan kita berkata: Sujud dan mendekatlah · Nah, saya mendapati cara yang paling efektif untuk me- respons ketiga hal di atas adalah dengan menyajikan suatu rangkaian tulisan yang

186

Shalat menurut Ibn Sina

.... Ketahuilah bahwa shalat terbagi menjadi dua bagian: lahiriah(zhâhir), yakni bagian latihan (simulasi) yang hanya terkaitdengan sisi eksternal; dan bagian batin, yakni bagian hakikiyang terkait dengan sisi batin manusia.

Bagian lahiriah shalat merupakan aspek yang diperintah-kan oleh syariat dan dapat diamati gerak-geriknya. Pembuatsyariat (Allah) mengharuskan dan menyuruh manusia untukmelakukannya, dan Dia menamainya dengan shalat. Inilahlandasan manusia untuk menuju keimanan. Rasulullah Saw.bersabda, “Tiada keimanan bagi yang tidak melaksanakanshalat dan tiada keimanan bagi yang tidak memegang amanat.”Jumlah-jumlah dan waktu-waktunya telah ditentukan. LaluAllah menjadikannya sebagai ibadah (ketaatan) yang termuliadan meletakkannya pada derajat ibadah yang tertinggi.

Sisi lahiriah yang terkait dengan disiplin tertentu (gerak-gerik, waktu-waktu khusus, dan syarat-syarat jasmaniah khusus—HB) ini berhubungan dengan badan (jism), lantaran ia ter-diri atas bentuk dan susunan, seperti bacaan-bacaan, ruku‘,sujud, dan lain sebagainya. Dan, (mengingat) badan pasti be-rupa rangkaian berbagai unsur, seperti tanah, udara, api, danlain sebagainya, dari sejumlah partikel atau yang serupa dengan-nya dalam badan manusia, maka susunan dan rangkaian yangterdiri atas bacaan-bacaan, ruku‘, dan sujud dalam jumlahtertentu dan teratur ini pastilah terkait dengannya. (Namun),

Page 189: Tuhan kita berkata: Sujud dan mendekatlah · Nah, saya mendapati cara yang paling efektif untuk me- respons ketiga hal di atas adalah dengan menyajikan suatu rangkaian tulisan yang

187

badan adalah bungkus jiwa. (Maka shalat tentulah) merupa-kan perwujudan dari shalat hakiki yang secara bawaan ter-kandung dalam jiwa manusia. Jiwa manusia bertindak sebagaipengendali badan, demi menyelaraskannya dengan keselaras-an alam semesta. Jumlah-jumlah tertentu shalat lahiriah inimerupakan simulasi/penyerupaan (terhadap alam semesta),yang disyariatkan oleh Allah kepada manusia berakal dandewasa (bâligh). Yakni, untuk menyerupakan (perilaku) ragadengan ruh, dalam kepatuhan kepada Sang Pencipta yangMahatinggi. Melalui perbuatan (shalat) ini, manusia mem-bedakan dirinya dari segenap binatang, lantaran binatangtidak pernah diajak berbicara dan tidak diberi balasan pahalaataupun siksa. Sebaliknya, manusia telah diajak berbicara dandiberi balasan pahala ataupun siksa sesuai dengan ketaatannyamenjalankan perintah ataupun (menghindar dari) larangansyariat dan akal. Syariat mengikuti (hukum-hukum) akal dalamsemua hal.

Karena Sang Pembuat syariat (Allah) mengetahui bahwaakal mengharuskan jiwa manusia untuk melakukan shalat hakikiyang bersifat batin, yakni mengenal dan memakrifati-Nya, Diamenyuruh manusia untuk meniru shalat-akalnya dengan gerakanbadaniahnya (sebagai simbol dari shalatnya jiwa itu). Lalu, Diamenyusun serangkaian gerak dalam bentuk dan pola terbaiksupaya raga manusia meniru ruhnya dalam menghamba danmenyembah-Nya, meskipun raga tidaklah mungkin menyamairuh dalam tingkatannya. Karena Pembuat syariat mengetahui

Page 190: Tuhan kita berkata: Sujud dan mendekatlah · Nah, saya mendapati cara yang paling efektif untuk me- respons ketiga hal di atas adalah dengan menyajikan suatu rangkaian tulisan yang

188

Dia menyusun serangkaian gerakdalam bentuk dan pola terbaik

supaya raga manusiameniru ruhnya dalam

menghamba dan menyembah-Nya, meskipun raga tidaklah

mungkin menyamai ruhdalam tingkatannya.

Page 191: Tuhan kita berkata: Sujud dan mendekatlah · Nah, saya mendapati cara yang paling efektif untuk me- respons ketiga hal di atas adalah dengan menyajikan suatu rangkaian tulisan yang

189

bahwa manusia tidak dapat menyadari dorongan-dorongan-bawaan akal (untuk melakukan shalat hakiki), Dia menetap-kan sistem dan latihan jasmani yang bersifat mengendalikandan menentang hasrat-hasrat biologisnya. Maka Dia mene-tapkan (suatu ibadah) dalam sejumlah tertentu shalat ini agarmanusia dapat berlaku seiring dengan akal, dan tidak terjebakuntuk meniru dan menyerupai ternak atau binatang-binatanglainnya. Oleh karena itu, Rasul yang Suci bersabda, “Shalatlahseperti shalatku,” suatu anjuran untuk menyerupai dan menirubeliau. Di dalam anjuran ini, terkandung manfaat dan maslahatyang sangat besar—semua orang berakal memahaminya meski-pun orang bodoh tetap mengabaikannya.[]

Page 192: Tuhan kita berkata: Sujud dan mendekatlah · Nah, saya mendapati cara yang paling efektif untuk me- respons ketiga hal di atas adalah dengan menyajikan suatu rangkaian tulisan yang

190

Hadirlah dalam Shalat Berjamaah

Imam Ja‘far Al-Shadiq berkata bahwa sebagaimana biasaRasulullah Saw. masuk ke masjid untuk melaksanakan sha-lat subuh dengan berjamaah. Setelah selesai shalat, beliauSaw. menoleh ke belakang dan melihat bahwa tiga orang diantara Muslimin tidak hadir dalam shalat waktu itu.

Beliau Saw. menyebutkan ketiga nama orang tersebut danbertanya, “Apakah ketiga orang tersebut biasa hadir dalamshalat berjamaah?” Mereka menjawab, “Tidak.” RasulullahSaw. bersabda,

“Ketahuilah bahwa bagi orang-orang munafik, tidak adashalat yang lebih berat daripada shalat isya dan subuh. Sekira-nya mereka mengetahui besarnya pahala shalat isya dan subuhyang dilakukan dengan berjamaah, mereka akan datang untukmelaksanakan keduanya sekalipun harus datang dengan me-rangkak.”

Page 193: Tuhan kita berkata: Sujud dan mendekatlah · Nah, saya mendapati cara yang paling efektif untuk me- respons ketiga hal di atas adalah dengan menyajikan suatu rangkaian tulisan yang

191

A D A P U N bagian kedua, yakni shalat yang bersifat batindan hakiki, hal ini tidak lain adalah penyaksian Al-Haqqdengan kalbu yang bening dan jiwa suci yang terbebas darisegala hasrat (duniawi). Aspek shalat ini tentu tidak samadengan gerak, lingkup, dan pola shalat indriawi, melainkansejalan dengan refleksi-refleksi suci dan jiwa-jiwa kekal-abadi.Rasulullah Saw. selalu sibuk dengan perenungan dan penang-kapan (idrâk) hakiki ini, sehingga shalat beliau berlangsungterus-menerus dan berkepanjangan. Inilah yang dimaksuddengan sabda beliau, “Pelaku shalat bermunajat dengan Tuhan-nya.” Orang yang sehat akalnya mengetahui bahwa munajat(“berbisik-bisik”) dengan Tuhan tidak bisa lewat organ jasmani

26

Memaknai Shalat:Melalui Penghayatan Ibn Sina (2)

Page 194: Tuhan kita berkata: Sujud dan mendekatlah · Nah, saya mendapati cara yang paling efektif untuk me- respons ketiga hal di atas adalah dengan menyajikan suatu rangkaian tulisan yang

192

atau lidah indriawi. Pembicaraan dan munajat indriawi hanyamungkin terjadi dengan sesuatu yang terikat dalam ruang danwaktu. Zat Yang Maha Esa dan Suci tidak terikat oleh ruangdan waktu, tidak berdimensi dan tidak mungkin ditunjuk(dalam ruang), lalu bagaimana mungkin manusia yang ber-bentuk dan terbatas ini berhubungan langsung dengan-Nyalewat indra dan raga?

Wujud Al-Haqq yang Mutlak bersifat gaib di alam indriawidan bendawi ini. Dia tidak tampak dan tidak bertempat dialam indriawi. Tubuh manusia tidak mungkin “berbisik-bisik”(munâjât) atau bercengkerama kecuali dengan benda yangdapat dilihat dan ditunjuknya. Sesuatu yang tidak dapat di-lihat, dianggap sebagai gaib dan jauh, sehingga mustahil ia“berbisik-bisik” dengannya. Tuhan bersifat gaib dan jauh daribenda-benda tersebut lantaran semua benda itu mengalamiperubahan sifat-sifat-tempelan (aksidental, bukan substansial)dan pengaruh fisik, serta membutuhkan tempat dan wadah.Kepejalan dan kepadatan benda mengharuskannya untuk ter-perangkap di bumi yang gelap ini. Substansi-substansi ima-teriil yang tidak tercakup dalam ruang dan waktu mengelakdari benda-benda ini akibat adanya ketidaksesuaian antaradirinya dan alam materi. Dan Tuhan yang Wâjib Al-Wujûd(Wajib Ada) (bahkan) jauh lebih luhur, lebih lembut, dan lebihsuci daripada semua substansi imateriil, sehingga mustahil Diabergumul dan berdekat-dekatan dengan benda dan indra.Kalau benda dan indra saja tidak mungkin berdekat-dekatan

Page 195: Tuhan kita berkata: Sujud dan mendekatlah · Nah, saya mendapati cara yang paling efektif untuk me- respons ketiga hal di atas adalah dengan menyajikan suatu rangkaian tulisan yang

193

dengan Wujud Mutlak, bermunajat dengan-Nya sebagai se-buah penampakan khayal atau imajinasi jelas lebih tidakmungkin lagi. Karena itu, sabda Nabi, “Pelaku shalat bermu-najat dengan Tuhannya” sudah barang tentu terkait denganwilayah jiwa yang abstrak dan bebas dari ikatan ruang danwaktu. Jiwa-jiwa ini menyaksikan Al-Haqq dengan penyak-sian intelektual dan visi Ilahi, bukan penglihatan indriawi.Shalat yang sejati adalah penyaksian Ilahi, sedangkan ibadahmurni adalah cinta Ilahi dan penangkapan ruhani. Dengandemikian, jelaslah bahwa shalat terbagi menjadi dua kategori(fisik/biologis dan ruhani/psikologis).

Kategori shalat lahiriah, yang terkait dengan gerakan indi-vidu dalam pola dan susunan tertentu, merupakan (mani-festasi) kerinduan, ketundukan, dan rintihan tubuh partikularyang terbatas dan hina ini untuk menuju planet Bulan27 yang,melalui Akal-Aktifnya, beroperasi di alam kita ini, yakni alamkelahiran dan kemusnahan. Di sini dia bermunajat denganlidah-biologisnya kepada Pemelihara segenap yang ada danPenguasa semua makhluk agar Sang Akal-Aktif terus menjaga

2 7 Istilah falak al-qamar (planet Bulan) dalam teks ini merujuk kepadaterminologi astronomi klasik yang menyebut Bulan sebagai planetdi atas Bumi, yang—dalam hierarki sistem emanasi ketuhanan (al-faidh al-ilâhi)—terkait dengan Akal Aktif. Akal Aktif ini terkadangdiidentikkan dengan Malaikat Jibril. Sang Pembawa Wahyu danIlham, sekaligus Pemberi Bentuk/Keberadaan (Wâhib Al-Shuwar).

Page 196: Tuhan kita berkata: Sujud dan mendekatlah · Nah, saya mendapati cara yang paling efektif untuk me- respons ketiga hal di atas adalah dengan menyajikan suatu rangkaian tulisan yang

194

dan memelihara keadaan individu yang sedang tunduk danmelakukan shalat tersebut. Dengan penghambaan dan penye-rupaannya (terhadap substansi-substansi kekal-transendental)ini, ia mengharapkan dirinya terjaga sepanjang hidupnya dialam ini dari segenap gangguan (perjalanan) waktu.

Adapun kategori shalat batin yang hakiki dan terbebasdari segala bentuk dan perubahan merupakan ketundukanjiwa rasional yang berpengetahuan dan bermakrifat kepadaKeesaan Tuhan Al-Haqq, yang tidak terkait dengan arah (mataangin) atau hubungan dengan unsur fisis. Inilah undanganWujud Mutlak untuk menyempurnakan jiwa dengan me-nyaksikan-Nya dan meninggikan kebahagiaan jiwa denganmengenal-Nya melalui akal dan pengetahuan. Pengarahanintelektual dan Pancaran Ketuhanan28 turun dari Ke-“Kosong”-an Ilahi kepada jiwa rasional berkat shalat seperti ini. Peng-hambaan demikian ini tidak akan melahirkan kelelahan fisikatau keterpaksaan manusiawi. Barang siapa melakukan shalatseperti ini berarti ia telah selamat dari (perangkap) daya-dayahewani dan pengaruh-pengaruh naluriah-materiil, menaiki

2 8 Pancaran (Emanasi) Ilahi adalah “proses” terciptanya alam semestamelalui melubernya Zat Tuhan menjadi ciptaan-ciptaan secara ber-tingkat-tingkat—mulai Akal Pertama (Ruh dan Malaikat Tertinggi),melalui berbagai tingkatan, hingga Bumi (yang bersifat materiil).Untuk penjelasan lebih terperinci, lihat Buku Saku Filsafat, tulisanpenulis yang sama.

Page 197: Tuhan kita berkata: Sujud dan mendekatlah · Nah, saya mendapati cara yang paling efektif untuk me- respons ketiga hal di atas adalah dengan menyajikan suatu rangkaian tulisan yang

195

tangga-tangga intelektual dan menyingkap kandungan-kan-dungan azali. Inilah shalat yang disebutkan dalam Al-Quran,“Dan dirikanlah shalat, sesungguhnya shalat itu mencegah dari(perbuatan-perbuatan) keji dan mungkar. Dan sesungguhnyamengingat Allah (shalat) adalah lebih besar keutamaannya (dariibadah-ibadah lain). Dan Allah mengetahui apa-apa yang kaliankerjakan” (QS Al-‘Ankabût [29]: 45).[]

Page 198: Tuhan kita berkata: Sujud dan mendekatlah · Nah, saya mendapati cara yang paling efektif untuk me- respons ketiga hal di atas adalah dengan menyajikan suatu rangkaian tulisan yang

196

Salam: Salah Satu Nama Allah Swt.

Syahid Tsani berkata, “Tatkala Anda selesai melakukantasyah-hud, bayangkanlah bahwa diri Anda tengah beradadi hadapan Rasulullah Saw., para malaikat yang dekatdengan Allah, dan para nabi dan imam, serta malaikat pen-jaga yang bertugas mencatat amal perbuatan Anda, laluucapkanlah, Assalamu ‘alaikum wa rahmatullahi wa bara-katuh. Perhatikan kata ganti kum dalam kata ‘alaikum yangbermakna kalian.

“Dengan demikian, selama Anda tidak menentukansiapa yang hendak Anda beri salam, jangan Anda mengucap-kannya. Sebab, yang demikian itu Anda menganggap salamyang Anda ucapkan adalah tidak berarti sia-sia belaka. JikaAnda menjadi imam shalat berjamaah, selain dari yangtelah disebutkan, tambahkanlah niat untuk memberi salamkepada para makmum. Sedangkan mereka (para makmum),dalam mengucapkan salam pertama, adalah demi menjawabsalam Anda. Sedangkan salam mereka yang kedua adalahdemi memberi salam kepada para nabi, para imam, paramalaikat. Jika melaksanakan kewajiban salam semacam ini,Anda layak untuk mendapatkan penghormatan dari sisiAllah Swt.”

Page 199: Tuhan kita berkata: Sujud dan mendekatlah · Nah, saya mendapati cara yang paling efektif untuk me- respons ketiga hal di atas adalah dengan menyajikan suatu rangkaian tulisan yang

197

Imam Ja‘far Al-Shadiq berkata, “Arti salam dalam akhirshalat adalah keamanan dan keselamatan. Yakni, seorangyang melaksanakan perintah Allah dan Sunnah Rasul-Nyadengan hati khusyuk dan tunduk, aman dari bencana duniadan terhindar dari siksa akhirat. Salam merupakan salahsatu nama Allah yang dititipkan kepada para makhluk-Nya,agar mereka menggunakannya sebagai landasan dalam meng-adakan transaksi, memelihara amanat, dan sebagai pendukungdemi terciptanya hubungan dan pergaulan yang baik di antaramereka.”

Page 200: Tuhan kita berkata: Sujud dan mendekatlah · Nah, saya mendapati cara yang paling efektif untuk me- respons ketiga hal di atas adalah dengan menyajikan suatu rangkaian tulisan yang

198

A Y A T U L L A H Ruhullah Khomeini, lahir pada 1903, me-mulai kariernya sebagai guru pada usia 27 tahun denganmengajarkan hikmah, sebuah aliran filsafat yang ditokohi olehMulla Shadra (abad ke-17), yang sangat dekat dengan ‘irfân(tasawuf-filosofis). Sejak saat itu, ‘irfân terus menjadi concern-utamanya, bahkan ketika ia membimbing rakyat Iran untukmelancarkan revolusi, dan kemudian menjadi pemimpin-spiritual negeri itu. Masalah-masalah ‘irfân juga merupakantema tulisan-tulisannya. Pada 1937—yakni, ketika baru ber-usia 34 tahun—ia telah menyelesaikan serangkaian catatan-pinggir atas komentar Qaisarî atas Fushus Al-Hikam, karyaIbn ‘Arabi, dan Mishbah Al-Uns—komentar Hamzah ibn

27

Memaknai Shalat:Melalui Penghayatan

Ayatullah Khomeini (1)

Page 201: Tuhan kita berkata: Sujud dan mendekatlah · Nah, saya mendapati cara yang paling efektif untuk me- respons ketiga hal di atas adalah dengan menyajikan suatu rangkaian tulisan yang

199

Fanarî atas Miftâh Al-Ghaib, karya Al-Qunawî (murid Ibn‘Arabi). Dua tahun kemudian, Khomeini menerbitkan karya-nya yang berjudul Mi‘râj Al-Sâlikîn wa Shalâh Al-‘Ârifîn (di-kenal juga dengan Asrâr Al-Shalâh), sebuah risalah dalambahasa Parsi yang memerinci makna-batin setiap bagian shalat,mulai dari wudhu hingga takbir penutup shalat. Sedikit lebihpopuler ketimbang bukunya yang agak berat dan rumit iniadalah bukunya berjudul ‘Adab Al-Shalâh, yang diselesaikan-nya pada 1942 (buku inilah yang merupakan sumber pengu-tipan pandangan-pandangan Ayatullah Khomeini tentangshalat dalam tulisan ini). Akhirnya, perlu disebutkan pulakaryanya yang terbit pada 1944 berjudul Syarh-i Hadîts-iJunûd-i Aql-o Jahl. Buku ini disebut-sebut sebagai uraian palingsistematis dan menyeluruh tentang pandangan Ayatullah Kho-meini mengenai akhlak dan ‘irfân.

Di bidang fiqih pun, ajaran-ajarannya diwarnai dengan‘irfân. Mengutip Sayyid Ahmad Fihrî—murid dan pener-jemah buku-bukunya ke dalam bahasa Arab—Imam Khomeini“cakap dalam mendemonstrasikan keselarasan syariat denganlogika ‘irfân sebagaimana juga keselarasan ‘irfân denganlogika syariat.”

Beberapa ahli tasawuf telah melakukan penelitian ataspemikiran-pemikiran sufistik Ayatullah Khomeini, termasukdi antaranya Alexander Knysh (seorang ahli Ibn ‘Arabi), Y.Christian Bonaud, dan Vanessa Martin.

Page 202: Tuhan kita berkata: Sujud dan mendekatlah · Nah, saya mendapati cara yang paling efektif untuk me- respons ketiga hal di atas adalah dengan menyajikan suatu rangkaian tulisan yang

200

Di luar kewajibannya sebagai ulama dan pemimpin, se-luruh hidupnya—sejak muda—diisinya dengan beribadahkepada Allah, dengan shalat dan mengaji Al-Quran. Pembantuterdekat dan para anggota keluarganya mengatakan bahwa takada malam-malam, sejauh ingatan mereka, yang tidak diisinyadengan shalat tahajud. Bahkan, ketika dalam perjalanan pulangke negerinya dari pengasingan di Prancis, Imam Khomeini me-lakukan shalat tahajudnya di pesawat terbang.

Akhirnya, dalam kaitan dengan concern-nya terhadaptasawuf ini, perlu disampaikan di sini bahwa Ayatullah Kho-meini hidup sebagai zâhid sejati. Rumahnya di suatu desa kecil(Jamaran) di pinggir Teheran begitu kecil dan sederhana se-hingga jutaan orang yang belakangan berkunjung ke sana—termasuk ribuan jurnalis—seperti tak dapat memercayai peng-lihatan mereka. Ketika ia meninggal dunia, terungkap bahwasatu-satunya milik berharga yang dipunyai sang pemimpinRevolusi adalah rumah-kecilnya di Jamaran yang—secara khu-sus disebutkannya—berdiri di atas tanah milik istrinya. Se-lebihnya ia hanya meninggalkan buku-buku dan beberapa alatkecil untuk hidup sehari-hari—seperti kacamata, alat pemo-tong kuku, tasbih, kitab Al-Quran, sajadah, serban, dan jubah.Beberapa harta kepunyaannya yang memiliki sedikit nilai ter-nyata diwasiatkannya untuk disumbangkan kepada fakir-miskin.

Page 203: Tuhan kita berkata: Sujud dan mendekatlah · Nah, saya mendapati cara yang paling efektif untuk me- respons ketiga hal di atas adalah dengan menyajikan suatu rangkaian tulisan yang

201

Shalat menurut Imam Khomeini29

Ketahuilah, bahwa para ahli makrifat dan pemilik kalbu suci—berdasar keluasan pengetahuan mereka akan maqâm rubû-biyyah (hadirat Tuhan sebagai Pencipta dan Pemelihara alamsemesta—HB) yang kudus, dan besarnya kerinduan mereka,bermunajat (berdialog, “berbisik-bisik”, dan “curhat”) denganSang Pencipta yang mulia Nama-Nya—menjaga dan mene-kuni waktu-waktu shalat sebagai waktu munajat dan tempatperjumpaan dengan Al-Haqq .... Mereka menjaga waktu-waktu shalat dengan segenap ruh dan hati mereka ....

Wahai Saudaraku! Pergunakan waktu munajat ini .... Beri-kanlah pada hatimu pemahaman bahwa sarana untuk men-capai kehidupan ukhrawi yang abadi dan sumber segala ke-utamaan jiwa serta modal bagi segala kemuliaan yang tidakterbatas adalah berhubungan, ber-“senang-senang”, dan ber-munajat dengan Al-Haqq, khususnya dalam waktu shalat.Karena shalat merupakan jamuan ruhani yang telah dihidang-kan oleh kedua Tangan Keindahan dan Keagungan Al-Haqq.

2 9 Pandangan Imam Khomeini tentang shalat ini dicuplik—dengansekadar perubahan editorial—dari Hakikat dan Rahasia Shalat, karyaImam Khomeini, yang diterjemahkan dari Al-Adab Al-Ma‘nawiy-yah li Al-Shalâh, terbitan Misbah, 2004, hh. 149-154. Sedangkanringkasan biografi-kesufiannya dicuplik dari Wasiat Sufi AyatullahKhomeini, karya Yamani, Mizan, Bandung, 2001, hh. 32-46.

Page 204: Tuhan kita berkata: Sujud dan mendekatlah · Nah, saya mendapati cara yang paling efektif untuk me- respons ketiga hal di atas adalah dengan menyajikan suatu rangkaian tulisan yang

202

Shalat merupakanjamuan ruhani yang

telah dihidangkan olehkedua Tangan Keindahandan Keagungan Al-Haqq.

Page 205: Tuhan kita berkata: Sujud dan mendekatlah · Nah, saya mendapati cara yang paling efektif untuk me- respons ketiga hal di atas adalah dengan menyajikan suatu rangkaian tulisan yang

203

Demikian pula, shalat adalah ibadah yang paling menyeluruhdan lengkap di antara semua ibadah lainnya ....

Salah seorang istri Nabi Saw. berkata, “Biasanya Rasulullahbercakap-cakap dengan kami dan kami pun berbincang-bin-cang dengan beliau. Tetapi, jika tiba waktu shalat, seakan-akanbeliau tidak mengenal kami dan kami pun tidak mengenalnyalagi, karena menyibukkan diri dengan Allah dan melupakansegala sesuatu selain-Nya.”[]

Page 206: Tuhan kita berkata: Sujud dan mendekatlah · Nah, saya mendapati cara yang paling efektif untuk me- respons ketiga hal di atas adalah dengan menyajikan suatu rangkaian tulisan yang

204

Kasyiful GhithaMemperingatkan Putranya

Disebutkan, suatu malam Kasyiful Ghitha bangun dari tidur-nya untuk mengerjakan shalat tahajud. Beliau pun mem-bangunkan putranya sambil berkata, “Bangun, mari sama-sama kita pergi ke makam suci Imam dan shalat di sana.”Bangun tidur pada waktu malam seperti itu sangatlah beratbagi putra beliau yang masih muda. Ia pun berkata kepadaayahnya, “Saya sekarang belum siap. Silakan Ayah pergidulu dan jangan menunggu saya. Nanti saya menyusul.”

Beliau menjawab, “Ayah akan tetap berada di sini. Ayo,bangun dan bersiaplah kita pergi bersama.”

Putra beliau pun dengan terpaksa bangun dari tidurnyalalu mengambil air wudhu, kemudian mereka berdua ber-jalan bersama. Ketika sampai di pintu halaman wilayahmakam, mereka melihat seorang lelaki miskin yang sedangmeminta-minta. Sang ayah berkata, “Untuk apakah orangini berada di sini pada waktu malam seperti ini?”

Sang putra menjawab, “Untuk mengemis.”Ayahnya berkata, “Berapa kira-kira uang yang ia per-

oleh dari orang-orang yang lewat?”

Page 207: Tuhan kita berkata: Sujud dan mendekatlah · Nah, saya mendapati cara yang paling efektif untuk me- respons ketiga hal di atas adalah dengan menyajikan suatu rangkaian tulisan yang

205

Ia menjawab, “Kurang lebih satu Tuman (mata uangIran).”

Ayahnya berkata, “Coba pikirlah baik-baik. Orang ini,demi mendapatkan sedikit uang, rela meninggalkan tempattidurnya, bangun pada waktu malam seperti ini hanyauntuk mengemis. Apakah kamu tidak memiliki keyakinansama seperti orang ini berkenaan dengan janji-janji Allahtentang mereka yang bangun pada waktu malam dan merekayang mengerjakan shalat tahajud, sebagaimana yang tercan-tum dalam firman-Nya?

“Allah berfirman:“Mereka tidak mengetahui apa yang disembunyikan

untuk mereka, yaitu (bermacam-macam nikmat) yangmenyedapkan pandangan mata.” (QS Al-Sajdah [32]: 17)

Disebutkan bahwa putra beliau begitu terguncang setelahmendengar ucapan yang keluar dari hati yang hidup itu, danakhirnya sadar. Semenjak itu sampai akhir hayatnya, ia selalubangun pada waktu akhir malam dan tidak pernah mening-galkan shalat malam.

Page 208: Tuhan kita berkata: Sujud dan mendekatlah · Nah, saya mendapati cara yang paling efektif untuk me- respons ketiga hal di atas adalah dengan menyajikan suatu rangkaian tulisan yang

206

D I R I W A Y A T K A N bahwa, jika waktu shalat tiba, Imam‘Ali a.s. terlihat gelisah dan wajahnya pucat pasi. Lalu ditanya-kan kepada beliau, “Apa gerangan yang terjadi, wahai AmirulMukminin?”

Beliau menjawab, “Telah tiba waktu shalat, saat Allah me-nyerahkan amanat kepada langit, bumi, dan gunung. Lalumereka enggan menerimanya dan khawatir darinya.”

Sayyid ibn Thawus di dalam kitab Falâh As-Sâ’il me-ngatakan bahwasanya Imam Al-Husain a.s. jika berwudhu,warna-kulitnya berubah dan seluruh sendinya gemetar. Lalubeliau ditanya tentang sebabnya. Beliau menjawab, “Pantasbagi orang yang berdiri di hadapan Pemilik ‘Arsy untuk ber-

28

Memaknai Shalat:Melalui Penghayatan

Ayatullah Khomeini (2)

Page 209: Tuhan kita berkata: Sujud dan mendekatlah · Nah, saya mendapati cara yang paling efektif untuk me- respons ketiga hal di atas adalah dengan menyajikan suatu rangkaian tulisan yang

207

ubah warna-kulitnya, memucat wajahnya, dan gemetar se-luruh sendinya.” Hal senada diriwayatkan pula dari Imam Al-Hasan a.s.

Diriwayatkan bahwa Imam Ali bin Husain Zainal Abidina.s. jika tiba waktu berwudhu, kulitnya memucat. Lalu ditanya-kan padanya tentang apa gerangan yang menimpa beliau ke-tika berwudhu. Beliau menjawab, “Kalian tidak tahu di ha-dapan Siapa aku ini berdiri?”

Demikian juga (seharusnya) kita. Yakni, jika kita mau se-dikit berpikir dan memahamkan kepada hati kita yang ter-tutup, bahwa waktu shalat adalah saat-saat hadir di haribaanSuci dan di hadapan Hazhrat yang agung. Dan bahwa Al-Haqq Ta‘âlâ, Sang Penguasa yang Mahaagung, pada saat-saattertentu memanggil hamba-Nya yang lemah, yang tidak me-miliki apa-apa, untuk ber-munâjât kepada-Nya dan meng-izinkannya masuk ke tempat kehormatan, agar dia mendapat-kan kebahagiaan abadi dan kesenangan kekal. Akan tetapi,kita senang dan gembira dengan masuknya waktu shalat di-sebabkan pemikiran kita yang terbatas. Jika hati merasakankeagungan dan ketinggian shalat, niscaya akan timbul rasatakut di dalamnya sejalan dengan pemahamannya atas ke-agungan shalat.

Hati para wali itu berbeda-beda. Keadaan mereka tidaksama, sesuai dengan tajallî (perwujudan) kelembutan (luth-

Page 210: Tuhan kita berkata: Sujud dan mendekatlah · Nah, saya mendapati cara yang paling efektif untuk me- respons ketiga hal di atas adalah dengan menyajikan suatu rangkaian tulisan yang

208

fiyyah) dan tajallî keperkasaan (qahriyyah)30 Allah dalam diri-nya, dan sesuai dengan perasaan akan keagungan dan rahmat-Nya. Terkadang kerinduan dan perasaan ingin berjumpadengan rahmat dan keindahan itu menyebabkan mereka me-rasa senang dan gembira. Mereka berkata (sebagaimana di-katakan Rasulullah Saw.), “Hiburlah kami, wahai Bilal.”Kadangkala semua tajallî keagungan, kekuatan, dan kemaha-kuasaan menyebabkan mereka pingsan—karena Allah—dantubuh mereka bergetaran.31

3 0 Kedua istilah ini dimaksudkan untuk mengungkapkan dua mani-festasi Allah Swt. yang biasa disebut sebagai jamâliyyah—keindahanyang memesonakan dan menimbulkan kecintaan—dan jalâliyyah—kedahsyatan yang menggetarkan dan menimbulkan rasa takut—sebagaimana disebut-sebut juga oleh Ayatullah Khomeini di tempatlain dalam bukunya yang sama. Yang pertama mencakup asmâ’-NyaSubhâna-Hu wa Ta‘âlâ (Mahasuci dan Mahatinggi Dia dari segalapenisbahan) yang lebih bersifat “feminin”, seperti rahmân (penga-sih), rahîm (penyayang), wadûd (pencinta), lathîf (lembut), dansebagainya; sementara yang kedua mencakup asmâ’ (nama-nama)-Nya yang lebih “maskulin”, seperti qahhâr (keras), jabbâr (memaksa),mutakabbir (jumawa), dzû’ntiqâm (membalas), dan sebagainya.Untuk penjelasan lebih lengkap, baca “Tasawuf Mazhab Cinta”dalam buku penulis, Buku Saku Tasawuf, Mizan, Bandung, 2005,hh. 75-83.

3 1 Dengan ilustrasi-ilustrasi ini, tampaknya Ayatullah Khomeini ber-maksud mengatakan bahwa perasaan yang dialami pada waktu

Page 211: Tuhan kita berkata: Sujud dan mendekatlah · Nah, saya mendapati cara yang paling efektif untuk me- respons ketiga hal di atas adalah dengan menyajikan suatu rangkaian tulisan yang

209

Ringkasnya, wahai orang yang lemah! ... Hendaknya kausiapkan dirimu untuk berjumpa dengan Hazhrat Pemilik duniadan akhirat, dan berbicara dengan Al-Haqq Jalla wa ‘Alâ.Pandanglah dengan mata kalian yang satu kelemahan, kemis-kinan, dan kehinaanmu; serta tataplah akan keagungan, ke-besaran, dan keperkasaan Zat yang suci, karena para nabi,rasul, dan malaikat muqarrabîn (yang paling dekat dengan-Nya) pingsan (oleh penyaksian kebesaran Allah itu). Merekamengakui kelemahan, kemiskinan, dan kehinaan mereka. Jikaengkau memandang dengan pandangan ini dan memaham-kannya kepada hatimu, niscaya hatimu akan merasa takut danmemandang diri dan seluruh ibadahmu tidak ada apa-apanya.

Demikian pula, tataplah dengan mata satunya lagi ke-luasan rahmat Zat yang suci, kesempurnaan belas kasih-Nya,dan keluasan rahmâniyyah-Nya. Lantaran Dia telah mengizin-kan hamba yang lemah untuk memasuki haribaan-Nya yangsuci, padahal ia telah tercemari dosa-dosa dan sangat lemah.Dia telah mengundangnya ke majelis uns (keintiman dengan)-Nya, dengan berbagai penghormatan, berupa pengirimanmalaikat, kitab-kitab samawi, serta pengutusan nabi dan rasul.

shalat bergantung pada maqâm (stasiun) spiritual yang telah diraihseseorang. Yang telah mencapai stasiun yang lebih tinggi—dalamhal ini, Rasulullah Saw.—telah mengalami kesenangan dan hiburandalam shalat, sementara yang lainnya mengalami ketakutan yangluar biasa.

Page 212: Tuhan kita berkata: Sujud dan mendekatlah · Nah, saya mendapati cara yang paling efektif untuk me- respons ketiga hal di atas adalah dengan menyajikan suatu rangkaian tulisan yang

210

Padahal, ia tidak cukup memiliki kesiapan atau (kemampuan)membayangkan adanya manfaat dalam undangan-Nya itu.

Jika hati menghadapkan diri dengan sepenuh hati kepada-Nya, lambat laun akan muncul keintiman (uns) dan harapanpada-Nya. Oleh karena itu, siapkanlah dirimu untuk hadirdengan kedua kakimu—kaki khauf (ketakutan) dan rajâ’ (dam-baan)32—dengan hati yang penuh rasa malu dan gemetar, sertadengan perasaan yang patah, hina, dan lemah. Janganlah eng-kau beranggapan bahwa dirimu pantas beribadah dan meng-hamba (pada-Nya). Namun, anggaplah bahwa masuknya engkaudalam ibadah dan penghambaan itu hanyalah karena limpah-an rahmat dan kebesaran luthf (kelembutan)-Nya semata. Karena,jika engkau menghadirkan kerendahanmu di hadapan DzâtAl-Haqq dengan ruh dan hatimu, serta engkau yakin bahwadiri dan ibadahmu sebenarnya tidak bernilai, maka Al-HaqqTa‘âlâ akan menganugerahi, mengangkat, dan memberikankepadamu pakaian kehormatan-Nya.[]

3 2 Kedua istilah ini—khauf dan rajâ’—tentu juga berasosiasi, masing-masing, dengan perasaan yang muncul sebagai akibat merasakanperwujudan asmâ’ jalâliyyah dan asmâ’ jamâliyyah, seperti diuraikandalam catatan kaki sebelumnya.

Page 213: Tuhan kita berkata: Sujud dan mendekatlah · Nah, saya mendapati cara yang paling efektif untuk me- respons ketiga hal di atas adalah dengan menyajikan suatu rangkaian tulisan yang

211

Bantulah Aku denganBanyak Bersujud

Rabi‘ah bin Ka‘ab berkata:

Suatu hari, Rasulullah Saw. bersabda kepada saya,“Wahai Rabi‘ah, selama tujuh tahun engkau mengabdikepadaku, tidakkah engkau memiliki suatu keinginandariku dan aku akan memenuhinya?” Saya menjawab,“Wahai Rasulullah, berilah saya kesempatan untuk memi-kirkannya.”

Pada hari berikutnya, Rasul Saw. bersabda, “Wahai Ra-bi‘ah, katakanlah keinginanmu!” Saya berkata, “Mohon-kanlah kepada Allah agar Dia memasukkan saya ke surgabersamamu!”

Tatkala mendengar permintaan saya ini, beliau Saw.bertanya, “Siapakah yang mengajarimu permintaan ini?”

Saya menjawab, “Tidak ada seorang pun yang mengajarisaya, tetapi saya berpikir sendiri. Jika saya meminta harta yangbanyak, semua itu akan musnah. Jika saya menginginkanumur panjang dan banyak anak, akhirnya semuanya akan

Page 214: Tuhan kita berkata: Sujud dan mendekatlah · Nah, saya mendapati cara yang paling efektif untuk me- respons ketiga hal di atas adalah dengan menyajikan suatu rangkaian tulisan yang

212

mati, maka dengan tafakur inilah saya menyampaikan ke-pada Anda permohonan saya itu.”

Untuk beberapa lama, Rasulullah Saw. menundukkanwajahnya dan berpikir, lalu beliau mengangkat kepala danbersabda, “Aku akan memohon kepada Allah untuk me-ngabulkan apa yang engkau inginkan, tetapi bantulahaku dengan banyak bersujud.”

Imam ‘Ali berkata, “Panjangkanlah sujudmu, karenatidak ada sebuah perbuatan yang amat menyakitkan setanmelebihi tatkala dia melihat manusia yang tengah bersujud.”Beliau juga berkata, “Panjangkanlah qunut (doa sebelumruku‘ kedua) dan sujud dalam shalatmu, karena hal ituakan menyelamatkanmu dari siksa neraka.”

Page 215: Tuhan kita berkata: Sujud dan mendekatlah · Nah, saya mendapati cara yang paling efektif untuk me- respons ketiga hal di atas adalah dengan menyajikan suatu rangkaian tulisan yang

213

29Memaknai Shalat:

Melalui PenghayatanMuhammad Iqbal

M U H A M M A D Iqbal adalah seorang filosof (pemikir) Islamterkemuka abad ke-20. Meskipun tak sama sekali lepas darikritik, pemikiran-pemikirannya yang cukup revolusioner masihmemberikan pengaruh besar bahkan sampai sekarang. Ia di-lahirkan di Sialkot, Punjab, 22 Februari 1873, dari keluargayang nenek moyangnya berasal dari Lembah Kashmir. Selesaidari Sekolah Dasar di Sialkot, ia melanjutkan pelajarannya keLahore pada 1895. Selama di Sialkot, ia beruntung berolehseorang guru seperti Maulana Mir Hasan, seorang ulama besar,kawan ayahnya. Guru inilah yang sangat berkesan dalam hatiIqbal dan yang telah turut membentuk jiwanya dengan ajaran-ajaran agama. Iqbal mengakui sangat berutang budi kepada

Page 216: Tuhan kita berkata: Sujud dan mendekatlah · Nah, saya mendapati cara yang paling efektif untuk me- respons ketiga hal di atas adalah dengan menyajikan suatu rangkaian tulisan yang

214

ulama besar ini, yang dilukiskannya pula dalam sebuah sajak:“Napasnya mengembangkan kuntum hasratku menjadi bunga.”Ia sudah menggubah sajak-sajak semasa masih sekolah di Sial-kot itu. Sajak-sajak itu begitu mengesankan gurunya.

Pada 1905, atas saran gurunya, Sir Thomas Arnold, Iqbalkemudian melanjutkan studinya ke Eropa, yang kemudianberhasil mencapai gelar kesarjanaan di bidang hukum padaUniversitas Cambridge di Inggris dan meraih gelar doktordalam filsafat modern pada Universitas Munich di Jermandengan disertasi Perkembangan Metafisika di Persia (The Deve-lopment of Metaphysics in persia).

Di Inggris, ia pernah menjabat sebagai Guru Besar Bahasadan Sastra Arab pada Universitas London selama enam bulan.Di samping itu, ia sering memberikan ceramah-ceramah Islam.Ceramahnya di Caxton Hall, yang pertama kali diadakan,kemudian disiarkan oleh surat kabar-surat kabar terkemukadi Inggris.

Pada Agustus 1908, Iqbal kembali ke tanah air dan me-mimpin Government College di Lahore dan mengajar filsafatdan sastra Inggris.

Iqbal menghasilkan karya dalam beberapa bahasa. Yangberupa prosa ditulisnya dalam bahasa Inggris, sedang puisidalam bahasa Urdu dan Persia. Antologi-antologi dan buku-buku Iqbal meliputi: Asrar-i Khudi, Rumuz-i Bekhudi, Payam-i Mashriq, Zabur-i Ajam, Javid Nama, Musâfir, Bal-i-Jibra’il,Pas chai bayad kard, Darb-i-Kalim, Armughan-i-Hijaz. Yang

Page 217: Tuhan kita berkata: Sujud dan mendekatlah · Nah, saya mendapati cara yang paling efektif untuk me- respons ketiga hal di atas adalah dengan menyajikan suatu rangkaian tulisan yang

215

berupa prosa di antaranya: ‘Ilm Al-Iqtishâd, The Developmentof Metaphysics in Persia, The Reconstruction of Religious Thoughtin Islam, Letters of Iqbal to Jinnah, dan Speeches and Statementsof Iqbal. Masih banyak lagi tulisan Iqbal yang tersebar dalambeberapa majalah, di samping sajak-sajak pendeknya.

Pada 1927, Iqbal terpilih menjadi anggota Majelis Legis-latif Punjab dan telah pula memberikan sumbangan-sum-bangan pikiran yang penting. Di samping itu, Iqbal adalahahli pendidikan dan sejak 1908 hingga 1937 menjadi peng-acara. Sebagai ahli pendidikan, Iqbal selama beberapa tahunberkecimpung dalam Departemen Pendidikan Punjab. Jugamenjabat sebagai Dekan Fakultas Orient Studies dan KetuaDepartemen Studi-Studi Filsafat. Selama beberapa tahun pulaia aktif dalam Islamic College di Lahore.

Pada 1922, ia dianugerahi gelar Sir oleh pemerintah Inggris.Universitas Tokyo, sebuah universitas tertua di Jepang, bebe-rapa waktu berselang telah menganugerahkan gelar doktoranumerta dalam sastra untuk Iqbal.

Iqbal meninggal dunia pada 21 April 1938 di KotaLahore.

Page 218: Tuhan kita berkata: Sujud dan mendekatlah · Nah, saya mendapati cara yang paling efektif untuk me- respons ketiga hal di atas adalah dengan menyajikan suatu rangkaian tulisan yang

216

Shalat menurut Iqbal33

Saya telah menjelaskan bagaimana secara filsafat kita dapatmembenarkan konsepsi Islam tentang Tuhan. Namun, sepertiyang telah saya katakan sebelumnya, hasrat keagamaan lebihtinggi menjulang daripada hasrat filsafat. Agama tidak puasdengan hanya konsepsi. Agama berusaha mendapatkan penge-tahuan yang lebih intim tentang dan hubungan dengan objekyang ditujunya. Cara mencapai hubungan ini adalah denganberibadah atau bersembahyang34 yang berakhir dalam pen-cerahan ruhaniah. Dalam kesadaran tasawuf, ibadah terutamabersifat kognitif. Dari sudut pandang kognitif inilah, saya akanmencoba menemukan arti sembahyang. Dan sudut pandangini dapat seratus persen dibenarkan kalau kita melihat tujuanterakhir dari sembahyang. Baiklah, kita perhatikan kutipan

3 3 Dikutip dari Muhammad Iqbal, Reconstruction of Religious Thoughtin Islam, yang disunting dan dianotasi oleh M. Saeed Shaikh, IqbalAcademy Pakistan and Institute of Islamic Culture, Lahore, Pakistan,1989.

3 4 Di sini dipertahankan istilah “sembahyang” sebagai terjemahan kata“prayer” yang dipakai Iqbal. Mengingat, sebagaimana kata “shalat”,“prayer” dapat diterjemahkan—dan, pada kenyataannya, dipakaioleh Iqbal untuk menunjuk—baik “doa” maupun “shalat yangdidirikan”. Demikianlah, penggunaan kata “sembahyang”, yang bisabermakna kedua-duanya, dirasa tepat.

Page 219: Tuhan kita berkata: Sujud dan mendekatlah · Nah, saya mendapati cara yang paling efektif untuk me- respons ketiga hal di atas adalah dengan menyajikan suatu rangkaian tulisan yang

217

berikut yang saya ambil dari karya psikolog Amerika, WilliamJames:

“Meskipun ilmu akan berbuat sebaliknya, tampaknyamanusia akan terus bersembahyang sampai akhir zaman,kecuali kalau kodrat-mentalnya berubah dengan carayang tak kita harapkan. Desakan bersembahyang me-rupakan suatu konsekuensi logis dari kenyataan bahwameskipun ego-ego empiris seseorang dengan suara batinyang paling dalam adalah suatu ego yang bercorak sosial,ia hanya dapat menemukan socius (teman akrabnya)yang serasi dalam suatu dunia ideal .... Kebanyakanorang, terkadang atau secara terus-menerus, mem-punyai kecenderungan ke situ dalam hatinya. Si ter-buang yang hina-dina di bumi ini dapat merasakandirinya nyata dan sah dengan cara pengenalan yanglebih tinggi itu. Dan di samping itu, bagi kebanyakankita, suatu dunia tanpa pengungsian batin semacamitu, apabila ego sosial lahiriah gagal serta terlepas daridiri kita, akan merupakan jurang kengerian. Saya kata-kan untuk kebanyakan kita, karena mungkin manusiaitu banyak berbeda-beda dalam tingkatan di manamereka dirasuki oleh perasaan seorang penonton ideal.Itu mungkin merupakan suatu bagian kesadaran yangjauh lebih hakiki bagi seseorang daripada bagi orang-orang lain. Mereka yang paling banyak memilikinya

Page 220: Tuhan kita berkata: Sujud dan mendekatlah · Nah, saya mendapati cara yang paling efektif untuk me- respons ketiga hal di atas adalah dengan menyajikan suatu rangkaian tulisan yang

218

mungkin adalah orang-orang yang paling religius. Tetapi,saya yakin bahwa meskipun ada orang-orang yang me-ngatakan tidak mempunyainya, sesungguhnya dalamtingkatan tertentu mereka mempunyainya.”

Dengan demikian, kita lihat bahwa secara psikologis sem-bahyang pada dasarnya bersifat naluriah. Sembahyang, dalamusahanya mencapai pengetahuan, mirip dengan renungan.Namun, sembahyang dalam tingkatnya yang tertinggi lebihdaripada suatu renungan yang abstrak. Renungan juga me-rupakan suatu proses asimilasi, tetapi proses asimilatif itudalam sembahyang menghimpun dirinya, dan karena itu mem-peroleh sesuatu kekuatan yang tak dikenal oleh pikiran murni.Dalam pikiran, kesadaran meninjau serta mengikuti kerjanyaRealitas; dalam hal bersembahyang, kesadaran berhenti sebagaisesuatu yang mencari universalitas yang secara perlahan-lahanterjadi dan ia menjulang lebih tinggi daripada pikiran untukmenangkap Realitas itu sendiri, dengan maksud menjadi suatupeserta yang sadar dalam kehidupannya. Tak ada cara yangbersifat mistik dalam hal ini. Sembahyang sebagai suatu carapencerahan ruhaniah merupakan perbuatan vital yang nor-mal di mana kepribadian kita tiba-tiba menyadari situasinyadi dalam suatu keseluruhan kehidupan yang lebih luas.

Nyatanya, sembahyang harus dianggap suatu pelengkapyang harus ada bagi kegiatan intelektual seseorang yang meng-adakan tinjauan tentang Alam. Tinjauan ilmiah tentang Alam

Page 221: Tuhan kita berkata: Sujud dan mendekatlah · Nah, saya mendapati cara yang paling efektif untuk me- respons ketiga hal di atas adalah dengan menyajikan suatu rangkaian tulisan yang

219

mendekatkan hubungan kita dengan perilaku Realitas dandengan demikian, hal itu mempertajam persepsi batin kitauntuk mendapatkan suatu penglihatan yang lebih dalam menge-nai itu. Tergerak hati saya di sini untuk mengutip suatu bagianyang indah dari karya penyair mistik Rumi yang menggam-barkan usaha mistik mencapai Realitas.

“Buku sang Sufi tidak sekadar huruf dan tinta, tetapihati yang putih penaka salju. Milik sang cendekiawanadalah jejak-jejak pena. Apakah milik sang Sufi? Jejak-jejak kaki. Sang Sufi mencari penaka pemburu, dilihat-nya jejak rusa dan diikutinya tapak-tapak kaki itu. Un-tuk sementara, jejak itu adalah petunjuk berguna bagi-nya, tetapi kemudian bau rusa itulah yang merupakanpembimbingnya. Setapak maju karena petunjuk baurusa adalah lebih baik daripada seratus langkah meng-ikuti jejak-jejak.”

Sebenarnya, usaha mencari pengetahuan secara esensialmerupakan suatu bentuk tindak sembahyang. Peninjau ilmiahtentang Alam adalah semacam pencari mistik dalam sembah-yang. Meskipun pada saat itu ia hanya mengikuti jejak kakisang rusa, dan dengan demikian secara rendah hati mem-batasi metode-metodenya, kehausannya akan pengetahuanpada akhirnya akan membimbingnya menuju titik di manabau sang rusa merupakan petunjuk yang lebih daripada jejak

Page 222: Tuhan kita berkata: Sujud dan mendekatlah · Nah, saya mendapati cara yang paling efektif untuk me- respons ketiga hal di atas adalah dengan menyajikan suatu rangkaian tulisan yang

220

kakinya. Ini saja akan menambah kekuatannya mengatasi Alamdan memberinya visi tentang total tak berhingga yang telahdicari oleh filsafat tetapi tak didapat. Visi tanpa kekuatan akandapat memberikan peningkatan moral, tetapi tak akan dapatmemberi suatu kebudayaan yang abadi. Kekuatan tanpa peng-lihatan cenderung untuk menjadi destruktif dan tak berperi-kemanusiaan. Kedua-duanya harus digabungkan agar perluas-an ruhaniah kemanusiaan dapat terlaksana.

Akan tetapi, tujuan sembahyang yang sebenarnya dapatdicapai secara lebih sempurna apabila sembahyang itu bersifatberjamaah. Semangat semua sembahyang yang sejati adalahsosial, bahkan sang petapa meninggalkan masyarakat manusiauntuk menemukan persahabatan dengan Tuhan dalam tempattinggalnya yang terasing. Jamaah merupakan himpunan orang-orang yang dijiwai oleh cita-cita yang sama, memusatkan dirike arah suatu objek tunggal, serta membuka batin mereka bagiberlangsungnya suatu impuls yang tunggal.

Adalah suatu kebenaran psikologis bahwa suatu himpunandapat melipatgandakan kekuatan persepsi orang normal, mem-perdalam emosinya, dan menggiatkan kemauannya sampai kesuatu tingkat yang dalam kesendirian individualitasnya pernahtak dikenalnya. Memang, dipandang sebagai suatu fenomenapsikologis, sembahyang masih merupakan suatu misteri, sebabpsikologi belum lagi menemukan hukum-hukum tentang betapaterpukaunya perasaan manusia dalam keadaan berhimpun.Tetapi dengan Islam, sosialisasi pencerahan ruhaniah melalui

Page 223: Tuhan kita berkata: Sujud dan mendekatlah · Nah, saya mendapati cara yang paling efektif untuk me- respons ketiga hal di atas adalah dengan menyajikan suatu rangkaian tulisan yang

221

sembahyang berjamaah ini merupakan hal yang sangat menarik.Apabila dengan melalui sembahyang berjamaah sehari-harikita menuju upacara tahunan di Baitullah, akan mudah ter-lihat bagaimana lembaga ibadah Islam secara setapak demisetapak meluaskan wilayah persatuan manusia.

Oleh karena itu, sembahyang secara individual atau se-cara bersama-sama merupakan suatu pernyataan kerinduanbatin manusia untuk mendapatkan jawaban dalam alam se-mesta yang sunyi-senyap ini. Sembahyang adalah suatu prosespenemuan yang unik di mana ego-yang-mencari meyakinkandirinya sendiri justru di saat penyangkalan diri, dan dengandemikian menemukan nilai dan justifikasinya sebagai suatufaktor dinamis dalam kehidupan alam semesta. Sesuai denganpsikologi sikap-mental sembahyang, bentuk ibadah dalamIslam melambangkan baik peneguhan maupun penyangkalan.Meskipun demikian, dengan melihat fakta yang lahir daripengalaman umat manusia bahwa sembahyang sebagai suatukegiatan batin mempunyai berbagai bentuk pernyataan. Al-Quran berkata:

Pada tiap-tiap umat telah Kami tetapkan cara-caraibadah yang mereka lakukan. Karena itu, janganlahbertengkar mengenai soal ini denganmu, tetapi ajaklahmereka kepada Tuhanmu karena engkau berada di jalanyang benar. Tetapi, jika mereka membantahmu, makakatakanlah: “Tuhan paling mengetahui apa yang kalian

Page 224: Tuhan kita berkata: Sujud dan mendekatlah · Nah, saya mendapati cara yang paling efektif untuk me- respons ketiga hal di atas adalah dengan menyajikan suatu rangkaian tulisan yang

222

lakukan.” Ia akan memutuskan bagimu pada Hari Ke-bangkitan mengenai soal-soal yang kalian perselisihkan.(QS Al-Hajj [22]: 67-69)

Bentuk sembahyang seharusnya tidak menjadi bahan per-tengkaran. Ke arah mana kita palingkan muka kita, bukanlahsoal yang esensial bagi semangat sembahyang itu. Al-Qurandengan jelas menunjukkan hal ini:

Timur dan barat adalah milik Tuhan: karena itu, kemana pun kau berpaling, di sanalah wajah Tuhan. (QSAl-Baqarah [2]: 115)

Bukanlah kebaikan karena menghadapkan mukamu kearah timur dan barat; tetapi kebaikan ialah beriman ke-pada Allah, kepada Hari Kemudian, kepada Malaikat-Malaikat, Kitab-Kitab, para Nabi, dan memberikan hartayang kita cintai kepada para kerabat, yatim-piatu, orang-orang miskin, orang telantar dalam perjalanan, orang-orangyang membutuhkan untuk melepaskan belenggu perbu-dakan, kemudian menegakkan shalat, mengeluarkanzakat, serta memenuhi janji bila mereka berjanji, merekayang sabar dalam kesengsaraan, dan kemelaratan di waktuperang. Mereka itulah orang-orang yang benar, jujur, danmereka itulah pula orang-orang yang dapat memeliharadiri dari kejahatan. (QS Al-Baqarah [2]: 177)

Page 225: Tuhan kita berkata: Sujud dan mendekatlah · Nah, saya mendapati cara yang paling efektif untuk me- respons ketiga hal di atas adalah dengan menyajikan suatu rangkaian tulisan yang

223

Akan tetapi, kita tak dapat mengingkari pentingnya ang-gapan bahwa sikap tubuh merupakan faktor yang nyata dalamsikap jiwa.35 Pilihan pada satu arah tertentu dalam ibadah Islamdimaksudkan untuk memelihara persatuan perasaan dalamjamaah, dan pada umumnya bentuknya dapat menciptakan sertamengembangkan persamaan sosial, sementara juga cenderunguntuk menghancurkan perasaan keunggulan derajat bangsadalam diri orang-orang yang beribadah. Alangkah hebatnyarevolusi ruhaniah yang akan terjadi, jika kasta Brahmana yangcongkak dan aristokratik dari India Selatan itu setiap haridiharuskan berdiri sama tinggi dengan kaum Sudra! Dari ke-satuan Ego yang mencakup segala (yakni Tuhan—HB) yangmenciptakan dan memelihara semua ego-ego itulah lahir per-satuan esensial umat manusia. Pembagian manusia menjadiras-ras, bangsa-bangsa, dan suku-suku, menurut Al-Quran ha-nyalah sekadar untuk pengidentifikasian belaka. Bentuk per-satuan Islam dalam sembahyang, di samping nilai kognitifnya,juga lebih jauh menunjukkan keinginan untuk melaksanakanpersatuan umat manusia yang hakiki sebagai suatu fakta dalamkehidupan dengan melenyapkan rintangan-rintangan yangmenghalangi di antara manusia dengan manusia.[]

3 5 Di sini Iqbal berbicara tentang “prayer” atau “sembahyang” dalammakna shalat yang didirikan.

Page 226: Tuhan kita berkata: Sujud dan mendekatlah · Nah, saya mendapati cara yang paling efektif untuk me- respons ketiga hal di atas adalah dengan menyajikan suatu rangkaian tulisan yang

224

Malaikat Sakhail

Di dalam kitab Tsawab Al-’Amâl, Rasulullah Saw. ber-sabda: “Sesungguhnya Allah Swt. mempunyai malaikatyang diberi nama Sakhail. Malaikat ini bertugas hanyamengambil dari Allah Swt. sejenis ‘pemutihan dari ke-salahan dan dosa’ yang diperuntukkan bagi orang-orangyang sedang melakukan shalat.”

Ketika waktu subuh tiba, pada saat itu juga orang-orangyang beriman terjaga dari tidurnya, kemudian mereka meng-ambil air wudhu lalu melaksanakan shalat (subuh). Segera (Ma-laikat Sakhail tadi) mengambil dari sisi Allah Swt. sesuatu yangtertulis di dalamnya: Sesungguhnya Aku adalah YangMahakekal dan Abadi. Hamba-hamba-Ku, kalian semuaada dalam lindungan dan naungan-Ku. Demi kemulia-an-Ku, kalian semua terampuni dosa-dosanya hingga tibawaktu shalat zuhur.

Jika tiba waktu shalat zuhur, kemudian mereka (orang-orang yang beriman) berwudhu dan setelah itu mereka melak-sanakan shalat zuhur, segera Malaikat Sakhail mengambil darisisi Allah penghapusan yang kedua dan tertulis di dalamnya:Aku adalah Allah Yang Mahamampu. Hamba-hamba-Ku,

Page 227: Tuhan kita berkata: Sujud dan mendekatlah · Nah, saya mendapati cara yang paling efektif untuk me- respons ketiga hal di atas adalah dengan menyajikan suatu rangkaian tulisan yang

225

sungguh Aku telah mengubah perbuatan-perbuatanburuk kalian menjadi perbuatan-perbuatan baik. TelahAku ampuni segala dosa-dosa kalian. Aku tempatkankalian (kelak) di surga dengan ridha-Ku.

Jika tiba waktu shalat asar, lalu orang-orang yang berimanberwudhu kemudian menunaikan ibadah shalat, segera Malai-kat Sakhail mengambil penghapusan yang ketiga dan tertulisdi dalamnya: Aku adalah Allah Yang Mahamulia. Hamba-hamba-Ku, Luhur Nama-Ku, Sangat Besar dan Luas Ke-kuasaan-Ku. Hamba-hamba-Ku, Aku akan mengharam-kan jilatan api neraka menyentuh jasad-jasad kalian, danakan Aku letakkan kalian (kelak) di posisi orang-orangAbrar, menghindarkan kalian dari marabahaya yang akanmenimpa kalian dari para pelaku kejahatan.

Jika tiba waktu magrib, lalu mereka bangkit berwudhu ke-mudian shalat, segera Malaikat Sakhail mengambil peng-hapusan keempat dan bertuliskan di sana: Aku adalah AllahYang Mahabesar, Mahakuasa, dan Mahatinggi. Hamba-hamba-Ku, telah datang malaikat-Ku (Sakhail) pada-Kudari sisi kalian dengan penuh rasa kerelaan (ridha), danAku berhak meridhai kalian, dan akan Aku wujudkankelak di hari kiamat seluruh cita dan harapan kalian.

Jika tiba di penghujung (akhir) shalat isya, kemudianmereka bangkit berwudhu lalu shalat, Malaikat Sakhail

Page 228: Tuhan kita berkata: Sujud dan mendekatlah · Nah, saya mendapati cara yang paling efektif untuk me- respons ketiga hal di atas adalah dengan menyajikan suatu rangkaian tulisan yang

226

datang dengan membawa penghapusan yang kelima dan didalamnya tertulis: Aku adalah Allah yang tiada sesembahanselain-Ku. Tiada Tuhan selain-Ku. Hamba-hamba-Ku, dirumah-rumah kalian, kalian bersuci untuk-Ku, lalu kalianberjalan ke arah-Ku, dengan berhiaskan zikir pada-Ku,dan kalian memahami hak-hak-Ku (sebagai Tuhan), dankalian melaksanakan kewajiban-kewajiban yang Akuperintahkan. Saksikanlah wahai Sakhail dan malaikat-malaikat-Ku, sungguh Aku telah ridha pada mereka.36

36 Sebagai renungan, saya ingin mengajak para pembaca yangbudiman dalam mengalkulasi betapa sedikitnya waktu yangterluang dalam menjalankan ibadah shalat di setiap hari. Betapacepatnya waktu yang berjalan di dunia ini. Jika usia umatMuhammad Saw. diprediksikan akan mencapai lebih kurangenam puluh (60) tahun, maka akan mendapat pengurangan usiasecara drastis bila diperhitungkan hal-hal di bawah ini:• Masa sebelum dewasaMasa sebelum dewasa berkisar dari usia bayi hingga usia limabelas (15) tahun. Karena pada masa seperti itu manusia dianggapbelum sempurna pikirannya. Dengan demikian, jika usia umatMuhammad diprediksikan akan mencapai enam puluh (60)

Page 229: Tuhan kita berkata: Sujud dan mendekatlah · Nah, saya mendapati cara yang paling efektif untuk me- respons ketiga hal di atas adalah dengan menyajikan suatu rangkaian tulisan yang

227

tahun lalu dikurangi masa sebelum dewasa, maka usia yang tersisaadalah: empat puluh lima (45) tahun saja.

• TidurKita mengetahui bahwa dalam sehari semalam terdapat duapuluh empat (24) jam. Jika masa tidur (normal) dalam seharisemalam akan menghabiskan waktu sekitar delapan (8) jam,maka dalam sehari semalam kita menghabiskan waktu untuktidur sebanyak sepertiga (1/3) hari. Jika usia kita hanya tersisa45 tahun sesuai dengan hitungan di atas, maka masa tidur kitaadalah 45 tahun x 1/3 = 15 tahun. Jadi, kehidupan hakiki yangkita jalankan di dunia ini jika usia mencapai 60 tahun adalah:60 dikurangi 15 tahun masa tidur dan 15 tahun masa sebelumdewasa. Hasilnya adalah 30 tahun saja.

Waktu yang terpakai dalam menjalankan ibadah shalat dalamkehidupan kita sehari-hari, lebih kurang lima (5) menit di setiapshalatnya. Jika dalam satu hari satu malam terdapat lima kalishalat wajib, maka waktu yang terpakai untuk menjalankanaktivitas shalat adalah: 5 menit dikalikan lima kali shalat.Hasilnya adalah dua puluh lima (25) menit dalam seharisemalam.

Jika usia kita yang sadar dan terjaga hanya dalam 30 tahun dariusia asli, yaitu enam puluh (60) tahun, maka waktu ibadah shalat

Page 230: Tuhan kita berkata: Sujud dan mendekatlah · Nah, saya mendapati cara yang paling efektif untuk me- respons ketiga hal di atas adalah dengan menyajikan suatu rangkaian tulisan yang

228

keseluruhannya adalah berkisar: Enam bulan dua puluh limahari saja.

Adapun hitungannya seperti ini:

• Jika shalat yang kita lakukan sehari semalam berjumlah 25 menit.• Maka dalam 1 bulan terdapat: 30 hari x 25 menit = 750 menit.• Dalam 1 tahun terdapat: 12 bulan x 750 menit = 9.000 menit.• Dalam 30 tahun terdapat: 9.000 menit x 30 tahun = 270.000

menit. (Kita mengetahui bahwa dalam satu hari terdapat 1.440 menit.)• Jumlah 270.000 menit, jika dijadikan hari dan bulan, maka: 270.000 menit: 1.440 menit = 187,5 hari. 187,5: 30 hari = 6 bulan 25 hari.

Jadi, kurang lebih “Hanya enam bulan dua puluh lima hari”saja masa kita menunaikan ibadah shalat selama usia 60 tahun.(Dan hitungan itu tidak termasuk masa-masa libur wanita dalammenunaikan ibadah shalatnya).

Page 231: Tuhan kita berkata: Sujud dan mendekatlah · Nah, saya mendapati cara yang paling efektif untuk me- respons ketiga hal di atas adalah dengan menyajikan suatu rangkaian tulisan yang

229

M U R T A D H A Muthahhari adalah seorang filosof kontem-porer asal Iran yang sekaligus dikenal sebagai ideolog RevolusiIslam di negeri itu.

Dia dikenal, antara lain, sebagai pensyarah buku Syarh-iManzhumah, karya Mulla Hadi Sabziwari, seorang penerusMulla Shadra di masa modern. Selain itu, dia dikenal luasberkat syarahnya—yang lebih panjang dari matan—bukukarya salah seorang gurunya di bidang hikmah, Allamah

30Memaknai Shalat:

Melalui PenghayatanMurtadha Muthahhari37 (1)

3 7 Dicuplik dari Murtadha Muthahhari, Spiritual Discourses, AnsariyanPublication, Teheran, 2005.

Page 232: Tuhan kita berkata: Sujud dan mendekatlah · Nah, saya mendapati cara yang paling efektif untuk me- respons ketiga hal di atas adalah dengan menyajikan suatu rangkaian tulisan yang

230

Muhammad Husain Thabathaba’i, berjudul Ushûl-e Falsafehwa Rawisy-e Riyâlism.

Muthahhari, seperti ditulis antara lain oleh Seyyed HosseinNasr, salah seorang sahabat-karibnya, adalah salah satu perwu-judan par excellence keberlangsungan tradisi Filsafat HikmahMulla Shadra di Iran abad ke-20.

Murid terdekat Thabathaba’i dan Khomeini ini lahir pada2 Februari 1920 di Fariman, sebuah desa yang berjarak enampuluh kilometer dari Kota Suci Masyhad. Ayahnya adalahMuhammad Husein Muthahhari, seorang ulama terkemukadi Fariman. Ayahnya ini pulalah guru pertamanya. Pada usiadua belas tahun, Muthahhari mulai belajar ilmu-ilmu agamadi Hauzah Ilmiyeh Masyhad. Dia menunjukkan minat yangamat besar kepada filsafat dan ilmu-ilmu rasional serta ‘irfân.Pertama kali dia belajar filsafat dan ilmu-ilmu rasional dibawah bimbingan Mirza Mehdi Syahidi Razawi. Setelah gurupembimbingnya wafat, Muthahhari meninggalkan HauzahMasyhad dan berhijrah ke Qum untuk memperdalam ilmudi hauzah kota suci itu. Di Qum inilah dia berkenalan denganAllamah Thabathaba’i dan kemudian juga, Ayatullah Ruhul-lah Khomeini. Dari keduanyalah, Muthahhari memperdalamfilsafat dan ‘irfân.

Kedekatan dan keunggulan Muthahhari sebagai murid,dengan jelas dipersaksikan oleh kedua guru-besarnya ini.Allamah Thabathaba’i—sang maestro yang dikenal, antara lain,lewat dua bukunya di bidang filsafat Islam, berjudul Bidâyah

Page 233: Tuhan kita berkata: Sujud dan mendekatlah · Nah, saya mendapati cara yang paling efektif untuk me- respons ketiga hal di atas adalah dengan menyajikan suatu rangkaian tulisan yang

231

Al-Hikmah dan Nihâyah Al-Hikmah ini—pernah mengata-kan, “Setiap, ketika akan memulai majelis-ilmuku, kulihatMuthahhari ada di depanku, rasanya aku ingin menari-narikegirangan. Karena, dengan kehadirannya, aku yakin bahwaapa saja yang aku sampaikan akan terekam dengan baik.”Ayatullah Khomeini—dia sendiri adalah juga seorang teosof(hakîm atau ‘ârif, semacam filosof-sufi)—menyebut Muthah-hari sebagai “buah-kehidupanku”. Sang Pemimpin BesarRevolusi Islam Iran ini boleh saja tegar ketika anak-sulungnya,Mustafa, syahid di bawah antek-antek Syah. Akan tetapi, diatak bisa menahan air matanya ketika menyambut syahadahmurid-kinasihnya ini. Memang, Murtadha Muthahhari me-ninggal terlalu cepat. Dia menjadi korban bokongan antek-antek Mujahidin Khalq—Milisia Kiri anti-Revolusi—akibatkampanye-kampanye efektifnya untuk mendiskreditkan ke-lompok kiri ini. Lingkaran-filsafat Iran sempat terasa kosonguntuk beberapa lama sebelum belakangan ini tempatnya mulaidigantikan oleh seorang mullah lain, Muhammad Taqi MisbahYazdi, yang disebut-sebut sebagai Muthahhari “jilid kedua”.

Shalat menurut Murtadha Muthahhari

“Hai orang-orang yang beriman, berzikirlah (denganmenyebut nama) Allah, dengan zikir yang sebanyak-banyaknya. Dan bertasbihlah kepada-Nya di waktupagi dan petang.” (QS Al-Ahzâb [33]: 41-42)

Page 234: Tuhan kita berkata: Sujud dan mendekatlah · Nah, saya mendapati cara yang paling efektif untuk me- respons ketiga hal di atas adalah dengan menyajikan suatu rangkaian tulisan yang

232

Di antara perintah-perintah Islam, ada yang menimbulkanpertanyaan-pertanyaan bagi sebagian orang berkenaan dengankonsep ibadah. Sebagai contoh, sehubungan dengan shalatterdapat ucapan-ucapan dari Rasul dan para imam sebagaiberikut:1. Shalat bagi agama adalah seperti tiang (fondasi) bagi rumah

yang membuatnya kokoh berdiri.2. Amal saleh kita akan diterima Tuhan hanya jika shalat kita

diterima.3. Shalatnya orang saleh adalah upaya mendekatkan diri kepada

Tuhan.4. Setan akan terganggu dan menjauh dari orang yang melaku-

kan shalat dengan khusyuk dan ikhlas.

Pernyataan di atas menegaskan betapa penting dan unik-nya status shalat di antara kewajiban agama lainnya. Pernya-taan-pernyataan seperti itu terkadang terlihat berlebihan bagisebagian orang (yang hidup di masa sekarang). Mereka dapatberpikir bahwa pernyataan tersebut dipaparkan karena situasitertentu yang ada pada saat itu ....

Mereka mengklaim bahwa Islam adalah agama yang luhur,yang menganjurkan kerja dan tindakan sosial. Mereka meng-klaim jika agama (sebuah jalan yang mengatur tata perilaku)banyak memberikan perhatian pada masalah masyarakat dantindakan sosial, konsekuensinya ritualisasi shalat tidak terlalupenting. Menurut mereka, seseorang seharusnya peduli pada

Page 235: Tuhan kita berkata: Sujud dan mendekatlah · Nah, saya mendapati cara yang paling efektif untuk me- respons ketiga hal di atas adalah dengan menyajikan suatu rangkaian tulisan yang

233

persoalan orang banyak dan mencoba untuk memecahkanmasalah mereka. Shalat hanya untuk orang-orang yang tidakbisa melakukan apa pun selain shalat. Ada hal lebih pentingyang perlu diurusi ketimbang melakukan shalat, puasa, haji,dan mengikuti perintah-perintah agama, dan sebagainya.

Opini semacam ini tentu saja salah. Bahkan hal itu tidakhanya salah, tetapi juga berbahaya. ... Islam tidak menyetujuipernyataan “Kami meyakini sebagian dan mengingkari sebagi-an yang lain” (QS Âli ‘Imrân [3]: 110). Di mana pun terdapatpernyataan “dirikanlah shalat” di dalam Al-Quran Suci, biasa-nya langsung diikuti dengan pernyataan “keluarkanlah zakat”.Tindakan shalat memerhatikan hubungan antara hamba danTuhan, sementara membayar zakat menaruh perhatian padahubungan antara seseorang dan orang lain. Oleh karena itu,seorang Muslim harus memiliki hubungan ajek dan stabil ter-hadap keduanya, yakni Tuhan dan manusia. Tanpa mengingatTuhan, tanpa tindakan keagamaan seperti shalat dan puasa,dan tanpa hubungan harian yang intim dengan Tuhan, pem-bangunan masyarakat Islam adalah hal yang tidak mungkin.Pada sisi lain, tanpa lingkungan yang tenteram dan aman,tanpa memedulikan kehidupan orang lain, dan tanpa memi-liki kebajikan dan kasih sayang terhadap orang lain, seseorangtidak akan bisa menjadi hamba yang baik.

Imam ‘Ali bisa dijadikan sebuah contoh Muslim pengikutMuhammad Saw. yang peduli pada kedua macam hubungantersebut, yakni hubungan antara Tuhan dan juga orang lain.

Page 236: Tuhan kita berkata: Sujud dan mendekatlah · Nah, saya mendapati cara yang paling efektif untuk me- respons ketiga hal di atas adalah dengan menyajikan suatu rangkaian tulisan yang

234

Ia melakukan shalatnya dengan sepenuh hati, yang menjadi-kannya contoh di antara orang-orang saleh. Shalatnya tidakhanya sekadar tindakan jasmani, melainkan penuh dengancinta dan perhatian (atensi), dengan tetesan air mata, yang ke-semua hal tersebut memperlihatkan ketaatannya kepada Tuhan.

Dari sudut pandang lain, Imam ‘Ali merupakan orang yangpaling sosial. Ia sering mengunjungi orang miskin dan memer-hatikan hak orang lain. Ketika menjadi penguasa negara, iabiasa menginstruksikan kepada para saudagar untuk mempel-ajari aturan-aturan perdagangan Islam sebelum melakukanperdagangan. Ia memotivasi orang-orang untuk memulai bis-nisnya pada pagi hari dan tidak melakukan kecurangan ke-pada orang-orang ketika menjual atau membeli barang-barang.Ia meyakinkan mereka bahwa bekerja, bukan mengemis, ada-lah hal yang memberikan harga diri dan kedudukan tinggikepada mereka. Sebagai hakim, Imam ‘Ali merupakan hakimyang paling adil, dan di dalam arena peperangan, ia merupa-kan sosok pejuang yang paling pemberani. Ia seorang dai danguru terbaik.

Oleh karena itu, bisa ditetapkan bahwa Muslim sejati ialahorang yang mengikuti ketentuan-ketentuan Islam secara me-nyeluruh. Mengikuti sebagian doktrin Islam dan menolakyang lain akan menghasilkan perusakan, bias, dan penyim-pangan agama. Mencurahkan seluruh waktu dan energi untukmembaca teks-teks keagamaan dan shalat adalah hal yangkeliru. Tetapi, tidak melakukan shalat sama sekali seraya bekerja

Page 237: Tuhan kita berkata: Sujud dan mendekatlah · Nah, saya mendapati cara yang paling efektif untuk me- respons ketiga hal di atas adalah dengan menyajikan suatu rangkaian tulisan yang

235

serta peduli hanya kepada masalah-masalah sosial juga adalahhal yang tidak tepat.

Kita tahu bahwa Islam adalah agama sosial, dan segalaperintahnya mendorong kita untuk terlibat dalam masalah-masalah sosial. Akan tetapi, ini tidak berarti kita harus meng-abaikan shalat dan upaya membangun hubungan kita denganTuhan. Merendahkan shalat adalah suatu hal dosa. Ada riwayatyang diucapkan oleh Imam Ja‘far Al-Shadiq menjelang kemati-annya: “Syafaat kami tidak akan dapat diperoleh oleh orang-orang yang merendahkan shalat ....”[]

Page 238: Tuhan kita berkata: Sujud dan mendekatlah · Nah, saya mendapati cara yang paling efektif untuk me- respons ketiga hal di atas adalah dengan menyajikan suatu rangkaian tulisan yang

236

Sujud Kaum Musyrikdan Ratapan Iblis

Di antara bentuk ibadah yang paling dibenci dan dirasa jijikoleh kaum musyrik yang pongah adalah sujud. Sebagianmereka suka berkata, “Aku benci sekali bersujud karenabokongku jadi ‘ngelunjak’ mengatasi kepalaku.” Sebagianmereka ada yang membuat pengganti sujud dengan kerikil;kerikil itu diangkat dari tanah lalu ditempelkan ke kening.Dengan ini mereka merasa sudah cukup bersujud. Iblis di-usir Allah tak lain karena menolak bersujud kepada Adam.Karena itulah ia menangis pilu ketika melihat seorang hambabersujud. Ratapnya: “Anak Adam diperintahkan untuk ber-sujud lalu ia patuh bersujud, maka surga baginya. Sementaraaku ketika diperintahkan bersujud membangkang, makanerakalah bagiku.” (Shahîh Muslim dalam Bagian Iman, IbnMajah dan Musnad Ahmad bin Hanbal)

Page 239: Tuhan kita berkata: Sujud dan mendekatlah · Nah, saya mendapati cara yang paling efektif untuk me- respons ketiga hal di atas adalah dengan menyajikan suatu rangkaian tulisan yang

237

S E L A N J U T N Y A, difirmankan bahwa “Sesungguhnya, sha-lat itu mencegah dari (perbuatan-perbuatan) keji dan mungkar.Dan sesungguhnya, mengingat Allah (shalat) adalah lebih besar(keutamaannya daripada ibadah-ibadah yang lain)” (QS Al-‘Ankabût [29]: 45).

Beribadah kepada Tuhan, selain merupakan tindakanyang memiliki makna dalam dirinya sendiri, adalah sebuahprogram pelatihan dalam Islam. Memang ibadah adalahtujuan itu sendiri. Seperti yang dinyatakan dalam Al-QuranSuci bahwa “Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusiamelainkan supaya mereka menyembah-Ku” (QS Al-Dzâriyât[51]: 56).

31Memaknai Shalat:

Melalui PenghayatanMurtadha Muthahhari (2)

Page 240: Tuhan kita berkata: Sujud dan mendekatlah · Nah, saya mendapati cara yang paling efektif untuk me- respons ketiga hal di atas adalah dengan menyajikan suatu rangkaian tulisan yang

238

Ibadah adalah alat bagi seseorang untuk mendekatkan dirikepada Tuhan. Pada kenyataannya, ibadah sejatinya dianjur-kan untuk kesempurnaan manusia. Namun, selain memilikitujuan dalam dirinya sendiri, ibadah merupakan pengantarkepada tujuan-tujuan baik lainnya.

Orang boleh jadi memiliki pengetahuan dalam hal mora-litas dan keadilan, tapi sayangnya tidak begitu mudah untukselalu mengaplikasikan pengetahuan tersebut. Ada suatuwaktu ketika seseorang hendak melakukan perbuatan adil.Akan tetapi, hal itu secara pribadi dapat membuatnya kehi-langan profit. Jika jujur, misalnya, ia malah akan mengalamikerugian harta. Dalam kasus seperti ini, orang akan meng-alami dilema. Apakah ia harus berbohong, tidak patuh, tapidapat untung; atau jujur, menjadi dipercaya, tapi mengabaikanprofit. Dalam kondisi seperti ini, seseorang yang biasanya ber-moral dan adil, boleh jadi akan berbuat imoral dan tidak adil.

Satu hal yang dapat membuat seseorang tetap pada jalanbenar dalam situasi demikian dan menolongnya untuk adildan baik serta mengabaikan keuntungan pribadi adalah ke-yakinan. Ia harus percaya pada moralitas dan keadilan demimoralitas dan keadilan itu sendiri. Artinya, seseorang seharus-nya percaya moral dan keadilan sebagai bersifat suci. Dan halini tak mungkin kecuali dia percaya pada asal-usul kesucian,yakni Tuhan.

Beribadah kepada Tuhan adalah sebuah latihan atau prog-ram pendidikan dalam Islam. Shalat mengajari manusia untuk

Page 241: Tuhan kita berkata: Sujud dan mendekatlah · Nah, saya mendapati cara yang paling efektif untuk me- respons ketiga hal di atas adalah dengan menyajikan suatu rangkaian tulisan yang

239

mengingat Tuhan, setidaknya pada saat shalat itu berlang-sung. Semakin dia mengingat Tuhan, semakin dia memerhati-kan keadilan, kebajikan, dan hak orang lain dalam masyarakat.... Dalam Islam, kehidupan ukhrawi dipraktikkan di duniaini dan kehidupan duniawi juga dipraktikkan dalam kontekskehidupan ukhrawi.

Selanjutnya, kalau hanya untuk mengingat Allah, adabanyak peraturan dan persiapan (shalat) yang (boleh jadi) tidakbegitu penting. Anda dapat mengingat Tuhan tanpa harusterlebih dahulu berwudhu. Anda dapat menghadap Tuhantanpa membersihkan diri. Tetapi, inilah perintah Tuhan, “Ketikakamu hendak mengerjakan shalat, maka basuhlah mukamu dantanganmu sampai dengan siku” (QS Al-Mâ’idah [5]: 6). Atau,“Jika kamu junub, maka mandilah” (QS Al-Mâ’idah [5]: 6).Hal ini menunjukkan dengan jelas bahwa shalat harus dibarengidengan kebersihan.

Terdapat beberapa syarat di dalam shalat. Tempat dansajadah di mana Anda shalat harus dihalalkan dan bukan hasilcurian. Pakaian juga harus yang dihalalkan dan sesuai denganhukum Islam. Bahkan sehelai kain yang didapatkan secaratidak legal akan membuat shalat menjadi tidak sah dan sia-sia. Sekali lagi, kita melihat bahwa orang yang shalat memer-hatikan yang hak. Hukum Islam menetapkan bahwa se-mentara Anda menyembah Tuhan, Anda harus menghargaihak orang lain. Islam menolak shalat yang tidak memerhati-kan hak orang lain. Apabila hak seseorang, misalnya hak sese-

Page 242: Tuhan kita berkata: Sujud dan mendekatlah · Nah, saya mendapati cara yang paling efektif untuk me- respons ketiga hal di atas adalah dengan menyajikan suatu rangkaian tulisan yang

240

orang yang rumahnya Anda gunakan untuk shalat, teraniayakarena shalat Anda, shalat Anda menjadi tidak sah. Sama hal-nya seperti pada soal sajadah dan pakaian. Bahkan apabila hakorang miskin dan fakir, seperti khumus (seperlima dari keun-tungan), yang seharusnya digunakan untuk kesejahteraan umatMuslim, ternyata bercampur dengan uang Anda, shalat Andamenjadi tidak sah.

Selain itu, Islam mengajarkan untuk shalat mengarah padasatu tujuan, yakni Ka‘bah. Ka‘bah adalah tempat pertama yangdibangun untuk beribadah kepada Tuhan. “Sesungguhnya,rumah ibadah pertama yang dibangun oleh manusia adalahKa‘bah.” Mengapa ketika shalat harus menghadap Ka‘bah? Halini bukan berarti Ka‘bah adalah tempat tinggal Tuhan, karenahal ini telah dinyatakan di dalam Al-Quran, “Maka ke manapun kamu menghadap, di situlah Wajah Allah” (QS Al-Baqarah[2]: 115). Di mana pun kamu berada, di sana ada Tuhan, danke mana pun kamu melihat, ke utara, selatan, timur, dan barat,Tuhan ada di sana. Apabila Anda pergi ke bawah tanah lapisanketujuh pun, Dia ada di sana dan Dia berada di mana punAnda berada. Oleh karena itu, jika ada seseorang menanyakanalasan mengapa kita harus menyembah ke arah Ka‘bah, jawab-annya adalah: ketika shalat, Anda harus berperilaku sosial denganbaik. Apabila Anda berdiri mengarah ke arah yang berbeda,Anda akan menjadi tercerai-berai. Tetapi, apabila Anda semuamengarah ke satu tempat yang sama, Anda semua akan di-satukan, menuju tujuan yang sama. Ka‘bah dipilih, bukan

Page 243: Tuhan kita berkata: Sujud dan mendekatlah · Nah, saya mendapati cara yang paling efektif untuk me- respons ketiga hal di atas adalah dengan menyajikan suatu rangkaian tulisan yang

241

tempat lain, disebabkan Ka‘bah itu sendiri awal mulanya me-rupakan tempat ibadah. Jadi, menghormati tempat beribadahsama saja menghargai ibadah itu sendiri.

Lebih jauh lagi, waktu shalat itu terbatas. Ada waktu-waktu tertentu. Untuk shalat pagi, misalnya, mulai dari fajarsampai terbit matahari. Anda tidak bisa shalat, bahkan satumenit sebelum atau sesudahnya, di luar waktu yang sudahditentukan. Seseorang mungkin berkata: “Apa bedanya? Tuhanada di mana-mana dan di waktu mana pun. Allah itu tidaktidur, lantas kenapa harus ada batasan waktu?” Jawabannyaadalah: batasan waktu itu berguna untuk melatih manusia.Manusia harus menyesuaikan diri pada beberapa aturan. Diaharus dilatih agar tepat waktu dan melakukan segala sesuatusesuai dengan waktunya. Islam tidak memisahkan penyem-bahan Tuhan dengan masalah lainnya. Orang-orang yangshalat harus melakukannya dengan niat, untuk membuat sese-orang menjadi manusia sesungguhnya, manusia yang berakhlakmulia. Pada saat yang sama, batasan juga berlaku atas waktushalat lainnya, seperti zuhur, asar, magrib, dan isya.

Persyaratan lainnya untuk melakukan shalat adalah mengon-trol perasaan atau suasana hati. Seseorang tidak boleh tertawaatau menangis, berbalik arah atau bergerak (berpindah posisi)ke arah mana pun, ataupun makan dan minum. Seseorangharus belajar mengendalikan hasratnya. Walaupun dari sudutpandang sosial, seseorang tidak boleh melupakan yang lain-nya. Tapi, seperti yang sudah disebutkan sebelumnya, perilaku

Page 244: Tuhan kita berkata: Sujud dan mendekatlah · Nah, saya mendapati cara yang paling efektif untuk me- respons ketiga hal di atas adalah dengan menyajikan suatu rangkaian tulisan yang

242

adalah juga bagian dari batasan shalat. Membuat batasan ke-pada diri Anda sendiri agar tidak bergerak ialah untuk mem-bawa kepada ketenangan, ketenteraman, dan kedamaian. Jikasalah satu tubuh Anda merasa sakit, misalnya, Anda harustetap tenang, upayakan melawan rasa sakit itu, lalu lanjutkan.Tujuannya adalah agar jiwa dan raga Anda memiliki ketenang-an dan martabat selama shalat.

Seseorang bertanya kepada Imam ‘Ali r.a., “Mengapa kitaharus sujud dua kali kepada Tuhan? Kita bisa melakukannyasekali, sama halnya seperti ruku‘.” Seseorang harus menge-tahui bahwa gerakan sujud itu lebih menunjukkan kerendah-hatian dibandingkan ruku‘. Dalam sujud, seseorang menyen-tuh tanah dengan keningnya, bagian tubuh yang paling di-hormati. Dengan cara seperti itu, seseorang menunjukkankerendahannya di hadapan Tuhan. Imam ‘Ali r.a. menjawabdengan membacakan ayat berikut, “Dari bumi (tanah) itulahKami menjadikan kamu dan kepadanya Kami akan mengem-balikan kamu dan darinya Kami akan mengeluarkan kamupada waktu yang lain” (QS Thâ Hâ [20]: 55). Oleh karenaitu, ketika pertama kali sujud, Anda bersaksi bahwa Anda ber-asal dari tanah. Tanah adalah bahan asli yang diambil daribumi untuk menciptakan tubuh Anda. Ketika Anda menyen-tuh tanah dengan kening untuk kedua kalinya, Anda diingat-kan bahwa Anda akan mati dan akan kembali menjadi tanah.Dan ketika Anda mengangkat kepala untuk kedua kalinya, ituberarti Anda akan dibangkitkan pada Hari Pembalasan.[]

Page 245: Tuhan kita berkata: Sujud dan mendekatlah · Nah, saya mendapati cara yang paling efektif untuk me- respons ketiga hal di atas adalah dengan menyajikan suatu rangkaian tulisan yang

243

Kesempurnaan Ruku‘ dan Sujud

Di antara kesempurnaan ruku‘ dan sujud adalah, ketikaseorang hamba merendahkan diri di hadapan Tuhannyadengan beruku‘ dan bersujud, ketika itulah saatnya iamenyifati Tuhannya dengan sifat-sifat keagungan dankeperkasaan, seolah-olah ia berkata: “Kerendahan dan hinadina adalah sifatku, sedang keagungan, kebesaran, dankeperkasaan adalah sifat-Mu.” Karena itu, dalam ruku‘ dansujud, kita disyariatkan untuk membaca: “MahasuciTuhanku Yang Mahaagung … Mahasuci Tuhanku YangMahaluhur.”

Karena itu pula, terkadang Nabi Saw. dalam sujudnyamembaca: “Mahasuci Dia Pemilik Kerajaan, Malakût,Jabarût, Kebesaran, dan Keagungan.” Juga diriwayatkan,satu malam dalam sujudnya beliau berkata, “Aku berucapsebagaimana yang diucapkan saudaraku Dawud a.s.Aku benamkan wajahku ke dalam debu untuk Tuanku.Sungguh layaklah seluruh wajah bersimpuh kepada Tuan-ku.” (Abu Daud dalam bagian Al-Shalâh, Nasa’i dalambagian Al-Tathbiq)

Page 246: Tuhan kita berkata: Sujud dan mendekatlah · Nah, saya mendapati cara yang paling efektif untuk me- respons ketiga hal di atas adalah dengan menyajikan suatu rangkaian tulisan yang

244

S H A L A T adalah ibadah yang mencakup tujuan dasar pen-ciptaan manusia dan pengutusan Muhammad Saw. sebagainabi dan rasul. Mari kita lihat.

Ada ayat-ayat dan hadis-hadis yang secara lugas menun-jukkan hal ini. Pertama:

“Dan tidak kami ciptakan jin dan manusia kecuali untukmenyembah (Allah).” Tampak dengan gamblang di sini bahwasatu-satunya tujuan penciptaan manusia (dan jin) adalah mem-bina hubungan (ruhani) dengan Allah Swt. Yakni, berhu-

32

Kesimpulan:Buat Apa Shalat?

Page 247: Tuhan kita berkata: Sujud dan mendekatlah · Nah, saya mendapati cara yang paling efektif untuk me- respons ketiga hal di atas adalah dengan menyajikan suatu rangkaian tulisan yang

245

bungan, “bertemu” dan “menyapa”-Nya, bahkan “bercinta-cintaan” dengan-Nya.38

Dalam kaitan ini, di samping berbagai ayat Al-Quran yangmengandung makna yang sama, di sini saya akan mengutipsebuah hadis terkenal yang menunjukkan fungsi shalat sebagaiibadah yang menghubungkan manusia pelakunya denganAllah Swt.:

“Shalat adalah mi‘râj orang beriman.”

Kita ketahui bahwa mi‘râj adalah peristiwa pertemuanantara Muhammad Saw. dan Allah Swt. Nabi Musa pernahmeminta untuk bertemu Allah, namun dia “hanya” dimintauntuk menatap sebuah gunung. Dan, ketika Allah Swt. me-manifestasikan Diri (ber-tajallî) kepada gunung itu, si gunungpecah berantakan dan Musa pun pingsan karena kedahsyatanperistiwa itu. Tapi, Nabi Sang Khalil (Sahabat), MuhammadSaw., digambarkan bermuka-muka dengan-Nya dalam mi‘râj.Sebegitu dekatnya sehingga dalam Al-Quran digambarkanbahwa di antara keduanya hanya terdapat jarak “sepanjang duabusur anak panah atau bahkan lebih dekat dari itu”. Sepertiinilah Nabi menggambarkan fungsi shalat. Kenyataannya,

3 8 Bahkan, dalam analisis lebih jauh, dapat dipahami bahwa “menyem-bah” memang identik dengan “mencintai” Allah Swt.

Page 248: Tuhan kita berkata: Sujud dan mendekatlah · Nah, saya mendapati cara yang paling efektif untuk me- respons ketiga hal di atas adalah dengan menyajikan suatu rangkaian tulisan yang

246

kapan saja Nabi merindukan pengalaman yang begitu mem-bahagiakannya ketika mi‘râj, beliau mengajak para sahabatuntuk melakukan shalat. Inilah, menurut riwayat, keadaanyang di dalamnya (asbâb al-wurûd) Nabi menyabdakan:“Arihnâ yâ Bilâl ” (Senangkanlah kami, wahai Bilal) (yaknidengan mengumandangkan azan sebagai pendahulu shalatyang akan mereka kerjakan).

Kedua, dalam sebuah hadis yang lain dikatakan bahwa:“Hanyalah untuk menyempurnakan akhlak yang mulia aku

diutus (oleh Allah).” Lagi-lagi dengan amat lugas ditegaskanbahwa penyempurnaan akhlak mulia adalah satu-satunyatujuan pengutusan Muhammad Saw. Dengan kata lain, satu-satunya tujuan diajarkannya Islam.

Padahal, di sisi lain, Al-Quran dengan tegas menyatakan:“Sesungguhnya, shalat mencegah orang dari fakhsyâ’ (ke-

kejian) dan munkar (kemungkaran).” (Pembahasan panjanglebar mengenai fungsi shalat sebagai pencegah akhlak keji dankemungkaran dapat dibaca dalam bab-bab sebelum ini.)

Ketiga, dalam Al-Quran, Allah Swt. berfirman:“Dan tidak Kami kirim engkau (Muhammad) kecuali

sebagai rahmat (kasih-sayang) bagi alam semesta.”Dalam Bab 6 buku ini, “Keharusan Berbuat Baik kepada

Sesama”, jelas kita baca betapa shalat hanya diterima dariorang-orang yang memiliki kesadaran dan melakukan tindakan-tindakan untuk menyantuni dan mengurusi sesama yang me-

Page 249: Tuhan kita berkata: Sujud dan mendekatlah · Nah, saya mendapati cara yang paling efektif untuk me- respons ketiga hal di atas adalah dengan menyajikan suatu rangkaian tulisan yang

247

merlukan uluran tangan kita. Hal ini tampak dengan jelas dalamSurah Al-Mâ‘ûn (107) ayat 4-7 yang telah kita kutip dalambab tersebut:

“Kecelakaan (yakni masuk neraka) bagi orang-orang yangmelakukan shalat, yaitu yang lalai mengenai shalatnya, yangmelakukannya karena pamer, dan mencegah orang dari men-dapatkan kebutuhan-kebutuhan-dasarnya.”

Ketiga kutipan dari sumber ajaran Islam itu—denganstruktur kalimat yang menunjukkan eksklusivitas (“tidak ...kecuali”, dan “hanya”)—menunjukkan tanpa keraguan bahwatujuan penciptaan manusia serta diutusnya Muhammad Saw.dan diajarkannya Islam adalah: agar manusia menyembahAllah, menyempurnakan akhlak mulia, dan agar rahmat ter-sebar kepada alam semesta. Segera tampak pula bahwa ibadahshalat memiliki fungsi yang sama: mencegah akhlak yangburuk, dan menanamkan kesadaran serta mendorong tin-dakan menebarkan rahmat dan amal-amal saleh (lihat Bagan1 dan 2).39

3 9 Mungkin di sini timbul pertanyaan: Mengapa tujuan eksklusif inibukannya satu tapi tiga? Bukankah eksklusif berarti tunggal, se-bagaimana tampak dalam struktur kalimat yang dipakai dalamayat Al-Quran dan hadis di atas. Jawabannya kiranya sederhanasaja. Ketiga tujuan itu sebenarnya merupakan aspek-aspek dari satutujuan tunggal. Menyembah Allah tak mungkin dilakukan tanpaakhlak (individual) yang baik ataupun kesadaran dan tindakan

Page 250: Tuhan kita berkata: Sujud dan mendekatlah · Nah, saya mendapati cara yang paling efektif untuk me- respons ketiga hal di atas adalah dengan menyajikan suatu rangkaian tulisan yang

248

Allah

Penghindaran darifakhsyâ’ dan

munkar

Shalat Menebarkanrahmat kepada

sesama

Bagan 1

Bagan 2 Iman

Akhlak Shalat Amal

Page 251: Tuhan kita berkata: Sujud dan mendekatlah · Nah, saya mendapati cara yang paling efektif untuk me- respons ketiga hal di atas adalah dengan menyajikan suatu rangkaian tulisan yang

249

Yang tidak kalah penting, tak ada tujuan shalat yang dapatdicapai tanpa khusyuk. Karena, bukankah khusyuk berartihadirnya hati? Sedangkan ketiga hal yang menjadi tujuanshalat itu, secara langsung dan tidak-bisa-tidak terkait denganhati: berhubungan dan mendekat kepada Allah—Sang RuhMutlak—tentu hanya bisa dilakukan dengan hati yang bersifatruhani; akhlak adalah persoalan kebersihan hati, sedangkanmenebarkan kasih sayang sudah tentu adalah persoalan ke-lembutan hati.

Inilah kiranya jawaban terhadap pertanyaan, “Buat apashalat?”! Mengapa shalat dianggap sebagai ibadah yang palingutama, yang lebih utama daripada ibadah-ibadah yang lain?Yakni, shalat mengandung di dalamnya tujuan puncak pen-ciptaan manusia serta pengutusan Muhammad Saw. dan di-ajarkannya Islam.

Di luar itu semua, telah kita lihat betapa shalat memilikifungsi-fungsi praktis yang dapat memberikan manfaat-man-faat utama dalam kehidupan pelakunya. Yakni, sebagai sum-ber kebahagiaan dan ketenangan jiwa, kesehatan, pembinaan

konkret untuk membantu sesama. Demikian pula hubungan ke-pemilikan akhlak mulia serta kesadaran dan tindakan membantusesama tak dapat dilepaskan dari unsur-unsur lain dalam triadik(hubungan segitiga) kesemua aspek tersebut.

Page 252: Tuhan kita berkata: Sujud dan mendekatlah · Nah, saya mendapati cara yang paling efektif untuk me- respons ketiga hal di atas adalah dengan menyajikan suatu rangkaian tulisan yang

250

disiplin, dan peningkatan performance kerja, serta penimbulkreativitas.

Maka, masihkah dengan ini semua kita akan melalaikanfasilitas istimewa yang dianugerahkan dan diajarkan Allah Swt.kepada kita?

Wal-Lâhu a‘lam bish-shawâb.[]

Page 253: Tuhan kita berkata: Sujud dan mendekatlah · Nah, saya mendapati cara yang paling efektif untuk me- respons ketiga hal di atas adalah dengan menyajikan suatu rangkaian tulisan yang

251

B A G A I M A N A menjelaskan fakta adanya orang-orang non-Muslim, yang tentu tidak shalat, tapi akhlaknya baik dan me-miliki semangat besar untuk membantu sesamanya?

Kaum Muslim disebut dalam Al-Quran sebagai umat ter-baik (khair ummah). Mudah disimpulkan bahwa, dengandemikian, kaum Muslim memiliki kelebihan atas kaum lain.Shalat dapat diduga adalah salah satunya. Tapi, harus diingatbahwa kelebihan kaum Muslim atas kaum-kaum lainnya ada-lah semata-mata terkait dengan sifatnya yang selalu berupayamenganjurkan kebaikan dan mencegah kemungkaran. Fir-man-Nya:

Tanya Jawab

Page 254: Tuhan kita berkata: Sujud dan mendekatlah · Nah, saya mendapati cara yang paling efektif untuk me- respons ketiga hal di atas adalah dengan menyajikan suatu rangkaian tulisan yang

252

“Kalian adalah umat terbaik yang diciptakan di tengahmanusia (karena) kalian menganjurkan kebaikan danmencegah kemungkaran.” (QS Âli ‘Imrân [3]: 110)

Dengan demikian, tak termasuk umat terbaik, meski se-cara lahiriah Muslim, jika seseorang tak menganjurkan ke-baikan dan mencegah kemungkaran. Demikian pula, tak adagunanya shalat jika shalat itu, seperti telah dibahas sebelum-nya, tak mencegah pelakunya dari kekejian dan kemung-karan.

Maka, jika shalat dilakukan dengan benar, semestinya pe-lakunya akan memiliki akhlak dan kepedulian yang lebih baiklagi, bahkan lebih baik daripada non-Muslim yang berakhlakbaik dan menyayangi sesamanya.

Lagi pula, di samping fungsi-fungsinya itu, bukankah shalatmasih memiliki berbagai manfaat lain? Jika shalat dilakukandengan benar, seharusnya pelaku shalat akan memiliki ke-mungkinan lebih besar dalam hal pencapaian kebahagiaan,pencerahan dan kreativitas, serta kesehatan. Wal-Lâhu a‘lam.

Apakah khusyuk berarti tidak ingat hal lain kecuali berkon-sentrasi kepada Allah?

Meski ada berbagai hadis dan atsar yang di dalamnyaRasul, sahabat, dan para imam, serta wali seperti lupa segala-nya ketika shalat, bukan tak ada riwayat bahwa Rasul dan yanglainnya tetap menyadari keadaan sekelilingnya ketika shalat.

Page 255: Tuhan kita berkata: Sujud dan mendekatlah · Nah, saya mendapati cara yang paling efektif untuk me- respons ketiga hal di atas adalah dengan menyajikan suatu rangkaian tulisan yang

253

Contohnya, ketika Nabi memperpanjang sujud karenakhawatir kedua cucunya, yang sedang menunggangi pung-gung beliau, terjatuh. Juga, kisah Imam ‘Ali yang menyedekah-kan cincinnya ketika shalat.

Kesimpulan yang bisa diambil adalah: kekhusyukan takmesti berarti pelaku shalat lupa segala. Yang pasti, dia lupaakan hal-hal yang mengganggunya dari berkonsentrasi kepadaAllah. Yakni, hal-hal yang tidak baik, semisal keterikatan ke-pada nafsu duniawi. Tapi, tetap sadar akan hal-hal atau peker-jaan yang diridhai Allah kiranya tak merusak kekhusyukanshalat. Wal-Lâhu a‘lam.

Bagaimana menjelaskan keutamaan ibadah shalat dalam hu-bungannya dengan hadis Nabi Saw.: “Bertafakur sehari lebihbaik daripada beribadah seribu tahun”?

Justru esensi shalat adalah bertafakur, yakni merenungkandan menghayati Allah Swt., mengisi hati dengan kehadiran-Nya hingga akhirnya ketakwaan kepada-Nya benar-benartertanam di dalam hati. Tafakur yang terbaik adalah melaku-kan shalat, lengkap dengan berbagai pendahuluan dan amal-amal-ikutannya. Atau, setidaknya, tafakur yang dilambaridengan kedisiplinan melakukan shalat adalah tafakur yangsempurna. Wal-Lâhu a‘lam.

Page 256: Tuhan kita berkata: Sujud dan mendekatlah · Nah, saya mendapati cara yang paling efektif untuk me- respons ketiga hal di atas adalah dengan menyajikan suatu rangkaian tulisan yang

254

Bagaimana cara mengatasi kemalasan dan kebosanan dalammelakukan ibadah shalat?

Pertama, pelajari hakikat shalat serta keluarbiasaan fungsi-fungsinya, sebagaimana telah disimpulkan dalam Bab Kesim-pulan sebelum ini.

Kedua, pelajari manfaat-manfaat shalat sebagaimana telahdibahas dalam beberapa bab sebelum ini.

Ketiga, sadarilah bahwa beribadah adalah sarana kita me-nyampaikan rasa syukur kepada Allah. Dalam hal ini, ambil-lah teladan Nabi. Diriwayatkan, misalnya, suatu kali Bilal sha-lat subuh bersama Nabi dan melihat beliau menangis dalamshalatnya. Bilal pun bertanya, “Mengapa Anda menangis?Bukankah Anda telah terliputi dengan kasih sayang Allah?”Inilah jawaban lugas beliau, “Tidakkah selayaknya aku menjadihamba yang bersyukur?”

Keempat, sadarilah bahwa jika kita tak bersyukur dan terusbermaksiat (membangkang) kepada-Nya, Allah akan “terpaksa”mengambil langkah lain dalam mendidik kita. Yakni men-jatuhkan musibah.

“Jika engkau bersyukur, pasti Aku akan menambahkan(karunia-Ku) kepadamu. Dan jika kamu mengingkari,sungguh azab-Ku sangat pedih.” (QS Ibrâhîm [14]: 7)

Page 257: Tuhan kita berkata: Sujud dan mendekatlah · Nah, saya mendapati cara yang paling efektif untuk me- respons ketiga hal di atas adalah dengan menyajikan suatu rangkaian tulisan yang

255

Juga, bukankah manusia adalah makhluk yang akan men-dekat kepada Allah jika menghadapi musibah yang tidak bisadiatasinya?, sesuai firman-Nya:

“Sesungguhnya manusia itu lemah. Jika mendapatkanmusibah, dia akan mendekat kepada Allah dengan ren-dah hati.” (QS Yûnus [10]: 12)

Bukankah jauh lebih baik kita dapat mendekat kepada-Nya dalam keadaan kita bersyukur kepada-Nya, dan men-dapatkan tambahan karunia-Nya, ketimbang dijatuhi balâ’(ujian) dari-Nya?

Akhirnya, tak pernah putus asa untuk terus berusaha, se-perti pernah disebutkan sebelumnya, juga khusyuk dalamshalat, bukanlah urusan mudah. Karena itu, besar kemung-kinan kita akan menghadapi kegagalan demi kegagalan. Tapi,jika kita terus berusaha, sambil terus berdoa kepada Allah, pastiIa akan menolong kita. Dan, pasti kualitas shalat serta ke-disiplinan kita dalam melakukannya akan terus meningkat.Sesuai dengan firman-Nya:

“Dan orang-orang yang bersungguh-sungguh di jalanKami, Kami pasti akan menunjukinya jalan-jalanKami.” (QS Al-‘Ankabût [29]: 69)[]

Page 258: Tuhan kita berkata: Sujud dan mendekatlah · Nah, saya mendapati cara yang paling efektif untuk me- respons ketiga hal di atas adalah dengan menyajikan suatu rangkaian tulisan yang
Page 259: Tuhan kita berkata: Sujud dan mendekatlah · Nah, saya mendapati cara yang paling efektif untuk me- respons ketiga hal di atas adalah dengan menyajikan suatu rangkaian tulisan yang

Indeks

257

Abdullah bin Mubarak, 105‘âbid, 92

al-‘âbidîn, 142Abu Nashr Al-Thusi, 102

Abu Sa‘id, 105

Abu Thalib Al-Makki, 134Adab Al-Murîdîn, 98

Akal Aktif, 63, 193

alfa, gelombang, 64Ali bin Husain Zainal Abidin, 207

‘Ali bin Abi Thalib, 206, 233-234

Allamah Thabathaba’i, 48, 230Anfâs Al-‘Ârifîn, 174

‘ârif, 13

Asrâr Al-Shalâh, 166Avicennisme, 185

Benson, Herbert, 61beta, gelombang, 64

Bidâyah Al-Hikmah, 230-231Bonaud, Y. Christian, 199

Corbin, Henry, 112Corporate Mystics, 69

Csikszentmihalyi, Mihaly, 26, 59

delta, gelombang, 64

Al-Dzahabi, 66

fakhsyâ’, 46

Al-Fâtihah menurut Rumi, 155, 158-

159Fatimah binti Jawhar, 164

fideisme, 12

Fîhi mâ Fîhi, 154

Page 260: Tuhan kita berkata: Sujud dan mendekatlah · Nah, saya mendapati cara yang paling efektif untuk me- respons ketiga hal di atas adalah dengan menyajikan suatu rangkaian tulisan yang

258

flow, 26, 59, 64

ciri keadaan —, 59-60

Futûhât Al-Makkiyyah, 111Fuyûdh Al-Haramain, 174

Al-Ghazali, 101, 124

Haidar Amuli, Sayyid, 118

Al-Hallaj, 104Al-Hasan, Imam, 207

Hatim Al-Asham, 44

Hendricks, Gay, 69hikmah, 198

Histoire et Classification, 113

hudhûr, 101Hujjah Allâh Al-Bâlighah, 173, 175

Al-Hujwiri, 93, 98, 100

karya-karya —, 98-99Al-Husain, Imam, 206

Ibn ‘Arabi, 110Ibn Al-Qayim Al-Jawziyah, 164-165

Ibn Katsir, 165

Ibn Rajab Al-Hanbali, 165Ibn Sina, 62, 184

Ibn Taimiyah, 164-165

ihsân, 92Ihyâ’ ‘Ulûm Al-Dîn, 125

ilmu hudhûri, 63

intelektual, pencerahan, 63

‘irfân, 97, 198

James, William, 217

Junayd, 105

Ka‘bah, 240

Al-Kalabadzi, 93

Kasyf Al-Mahjûb, 93, 98-99keyakinan, tingkatan, 88, 135-136

al-khâ’ifûn, 142

Khomeini, Ayatullah, 37, 198, 230-231

karya-karya —, 199

khudhû‘, 92khusyû‘, 92

khusyuk, 149

makna —, 35syarat — dalam shalat, 43

Knysh, Alexander, 199

Ludman, Kate, 69

al-mahbûbîn, 142malamati, 94

Manâzil Al-Sâ’irîn, 166

Al-Manthiq Al-Masyriqiyyîn, 184manusia, tujuan penciptaan, 247

Martin, Vanessa, 199

Page 261: Tuhan kita berkata: Sujud dan mendekatlah · Nah, saya mendapati cara yang paling efektif untuk me- respons ketiga hal di atas adalah dengan menyajikan suatu rangkaian tulisan yang

259

Matsnawi, 152

Maulana Mir Hasan, 213

McElwain, Thomas, 24meditasi, 61, 69

Meraih Hakikat Melalui Syariat, 112

mi‘râj, 57, 73, 245Mirza Mehdi Syahidi Razawi, 230

Muhammad Husein Muthahhari, 230

Muhammad Iqbal, 213karya-karya —, 214-215

Mulla Shadra, 198

multitasking, 67-68mungkar, 46-47

Al-Munqidz min Al-Dhalâl, 124-125

al-muqarrabîn, 142al-muqîn, 148

murîd, 100

Murtadha Muthahhari, 229-230mustashwifîn, 94

al-nafs al-muthma’innah, 57Nicholson, Reynold A., 99

Nihâyah Al-Hikmah, 231

Nurasiah Faqihsutan HRP., 112

Osman Yahya, 112

psikologi Freudian, 59

psikologi positif, 59

Al-Qânûn fî Al-Thibb, 62, 185

Al-Qusyairi, 93, 135

Qût Al-Qulûb fî Mu‘âmalah Al-Mahbûbwa Washf Tharîq Al-Murîd ilâMaqâm Al-Tauhîd, 135

Reconstruction of Religious Thought inIslam, 216

Risâlah Al-Qusyairiyah, 93, 98-99, 135Risâlah fî Al-Shalâh, 185

riyâdhah, 14

Rumi, 152-154

Sahl bin Abdullah, 104

Sakhail, Malaikat, 224Schimmel, Annemarie, 154

sembahyang, 216, 218, 220-221

Sepahsalar, 161shâdiqîn, 142

shahw, 100

shalat, 244, 249bacaan —, 73

bagi Nabi Muhammad Saw.,

106-107dengan benar dan teratur, 68

dengan khusyuk dan thuma’-nînah, 60

dua bagian —, 186

dua kategori —, 193

Page 262: Tuhan kita berkata: Sujud dan mendekatlah · Nah, saya mendapati cara yang paling efektif untuk me- respons ketiga hal di atas adalah dengan menyajikan suatu rangkaian tulisan yang

260

shalat (Lanjutan)

empat rukun —, 146fungsi —, 25-27, 247, 250

gerakan —, 72, 117

keistimewaan —, 162kewajiban —, 24

langkah-langkah agar berdisiplin

dan khusyuk dalam —, 77-81manfaat —, 66

meningkatkan performance kerja,

67-70menurut ‘Ali bin Abi Thalib, 30

menurut Abu Thalib Al-Makki,

87-88, 135-138, 140-143,145-150

menurut Al-Ghazali, 88, 126-131

menurut Al-Hujwiri, 87menurut Ibn ‘Arabi, 87, 117-122

menurut Ibn Al-Qayim Al-Jaw-

ziyah, 88, 166-168, 170-172menurut Ibn Sina, 89, 186-187,

189, 191-195

menurut Ja‘far Al-Shadiq, 30, 32-33

menurut kaum sufi, 100-102

menurut Khomeini, 89-90, 201-203, 208-210

menurut Muhammad Iqbal, 216-

223

shalat (Lanjutan)

menurut Murtadha Muthahhari,231-235

menurut Rumi, 88, 155, 159-162

menurut Syah Waliyullah Al-Dihlawi, 89, 175-176, 178-181

pengaruh positif — terhadap pe-

nyakit, 61secara harfiah, 23

sifat —, 72-73

syarat —, 239-241yang benar, 53

yang khusyuk, 64

waktu — terbaik, 66sufi, kaum, 91

sujud, arti, 123, 242

sulûk, 97Syah ‘Abd Al-Rahim, 173

Syah Waliyullah Al-Dihlawi, 173

karya-karya —, 175Syams-i Tabrisi, 153

Al-Ta‘arruf li Madzhab Ahl Al-Ta-shawwuf, 93, 98

tafahhum, 41

takwa, 47tasawuf, 60, 92

landasan —, 93

Page 263: Tuhan kita berkata: Sujud dan mendekatlah · Nah, saya mendapati cara yang paling efektif untuk me- respons ketiga hal di atas adalah dengan menyajikan suatu rangkaian tulisan yang

261

tasawuf (Lanjutan)

menurut Ibn ‘Arabi, 94perkembangan —, 97-98

teta, gelombang, 64

Thabaqah Al-Shûfiyah, 98thâlibîn, 142

Al-Thibb Al-Nabawi, 66

thuma’nînah, 57

‘usy-syâq, 97

wahdah al-wujûd, 100, 110-111

wajd, 102

Winkel, Eric, 112

wudhu, 74

batiniah, 44lahiriah, 44

yoga, 60

zakat, 51, 233

“zero mind process”, 69zikir, lima macam, 148

zuhud, 97

Page 264: Tuhan kita berkata: Sujud dan mendekatlah · Nah, saya mendapati cara yang paling efektif untuk me- respons ketiga hal di atas adalah dengan menyajikan suatu rangkaian tulisan yang