tugu aesculapius

3
Tugu Aesculapius, Menilik Sejarah Bangunan FK Unsyiah Bila kamu berkecimpung di dunia kedokteran atau kesehatan, tentu sudah sangat familiar bukan dengan sebuah lambang ular yang melilit sebuah tongkat? Berbagai himpunan kedokteran dan kesehatan di Indonesia juga tidak sedikit yang menggunakan simbol tersebut sebagai logo resminya. Di antaranya adalah logo Ikatan Dokter Indonesia (IDI), Ikatan Bidan Indonesia (IBI), Ikatan Sarjana Farmasi Indonesia (IFSI), Persatuan Dokter Gigi Indonesia (PDFI), dll. Dalam perkembangnya, terdapat dua versi dari simbol ular dan tongkat ini. Yang pertama adalah Staff of Aesculapius yang dilambangkan dengan sebatang tongkat dengan seekor ular yang melingkarinya, sedangkan yang kedua adalah Caduceus yang dilambangkan dengan sebatang tongkat dengan dua ekor ular yang melingkarinya dan ditambah sepasang sayap di sisi kanan dan kirinya. Namun World Health Organisation ( WHO) pada tahun 1948 dalam sidang pertama, World Health Assembly telah menetapkan Aesculapius, lambang seekor ular yang melingkari sebuah tongkat sebagai lambang kesehatan dunia melalui perdamaian dunia, PBB. Lalu tahukah kamu mengapa ular yang melilit sebuah tongkat dijadikan simbol dalam dunia kedokteran?

Upload: weny-noralita-ii

Post on 02-Oct-2015

220 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

artikel tentang aesculapius

TRANSCRIPT

Tugu Aesculapius, Menilik Sejarah Bangunan FK Unsyiah

Bila kamu berkecimpung di dunia kedokteran atau kesehatan, tentu sudah sangat familiar bukan dengan sebuah lambang ular yang melilit sebuah tongkat? Berbagai himpunan kedokteran dan kesehatan di Indonesia juga tidak sedikit yang menggunakan simbol tersebut sebagai logo resminya. Di antaranya adalah logo Ikatan Dokter Indonesia (IDI), Ikatan Bidan Indonesia (IBI), Ikatan Sarjana Farmasi Indonesia (IFSI), Persatuan Dokter Gigi Indonesia (PDFI), dll.

Dalam perkembangnya, terdapat dua versi dari simbol ular dan tongkat ini. Yang pertama adalah Staff of Aesculapius yang dilambangkan dengan sebatang tongkat dengan seekor ular yang melingkarinya, sedangkan yang kedua adalah Caduceus yang dilambangkan dengan sebatang tongkat dengan dua ekor ular yang melingkarinya dan ditambah sepasang sayap di sisi kanan dan kirinya. Namun World Health Organisation (WHO) pada tahun 1948 dalam sidang pertama, World Health Assembly telah menetapkan Aesculapius, lambang seekor ular yang melingkari sebuah tongkat sebagai lambang kesehatan dunia melalui perdamaian dunia, PBB.

Lalu tahukah kamu mengapa ular yang melilit sebuah tongkat dijadikan simbol dalam dunia kedokteran?

Tongkat tersebut merupakan simbol kemandirian seorang Asclepius, seorang dewa yang diyakini oleh mitologi Yunani sebagai dewa penyembuhan dan pengobatan. Asclepius selalu membawa sebatang kayu yang dililit oleh seekor ular ketika sedang melakukan pengobatan dan penyembuhan. Tongkat juga bisa berarti "penopang" pada saat seseorang sedang menderita penyakit. Sedangkan ular dikaitkan dengan hewan yang mempunyai kemampuan berganti kulit, hal ini dikaitkan dengan penyembuhan. Ular juga memiliki bisa yang dapat menyembuhkan namun bisa ular juga dapat mematikan. Hal ini dikaitkan dengan obat-obatan yang memiliki efek menyembuhkan suatu penyakit namun dapat mematikan apabila salah pemakaian atau menggunakannya dengan dosis yang berlebih.

Di Fakultas Kedokteran Unsyiah sendiri, terdapat sebuah tugu Aesculapius yang terletak dibagian muka Fakultas Kedokteran Unsyiah. Dilihat dari posisi dan letaknya, tugu tersebut tidak terlalu strategis karena jauh dari pusat kegiatan mahasiswa Fakultas Kedokteran Unsyiah yang terpusat pada gedung F dan skill lab yang digunakan sebagai tempat kegiatan akademik.

Menilik dari sejarah berdirinya Fakultas Kedokteran Unsyiah, tempat kegiatan akademik mahasiswa pada awalnya belum bertempat di Jalan Tgk. Tanoh Abee Gampoeng Kopelma Darussalam, Kecamatan Syiah Kuala, Banda Aceh. Pada tahun 1982 Fakultas Kedokteran Unsyiah menempati gedung Akademi Pemerintahan Dalam Negeri di Jalan T. Nyak Arief, kemudian pada tahun 1986 pindah ke gedung Biro Rektor yang berada di Jalan Tgk. Chik Pante Kulu dan pada tahun 1988 Fakultas Kedokteran memiliki bangunan seluas 4389 m2 dan dibangun diatas areal seluas 61.650 m2. Sedangkan gedung kuliah yang berada di Kompleks RSUDZA memiliki luas sekitar 725 m2.Bangunan tersebut kini menjadi bangunan tetap yang akan menjadi saksi lahirnya dokter-dokter yang berguna bagi masyarakat Aceh dan bangsa Indonesia. Amiin.