tugas3
DESCRIPTION
tugas divais nanoTRANSCRIPT
Stephanie Tarumingkeng20214020
Tugas 3
FISIKA MATERIAL DAN DIVAIS NANO
Oleh:
Stephanie Tarumingkeng
20214020
Dosen:
Prof. Dr.Eng. Khairurrijal
SEKOLAH PASCA SARJANA
MAGISTER FISIKA
INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG
2015
Stephanie Tarumingkeng20214020
INTRODUCTION OF NANOSTRUCTURES AND NANOMATERIALS
Nanoteknologi berhubungan dengan material berstruktur/berukuran kecil yang
memiliki dimensi sekitar satu sampai beberapa ratus nanometer. Satu nanometer (nm) sama
dengan seper satu miliar meter atau 10-9 m. Material berukuran mikrometer sebagian besar
menunjukkan sifat fisis yang sama dengan material berukuran besar (Bulk). Sedangkan
material berukuran nanometer dapat menunjukkan sifat fisis yang berbeda dengan material
berukuran besar (Bulk), karena pada skala nanometer terjadi transisi dari ukuran atom atau
melekul menjadi ukuran yang lebih besar seperti bulk. Beberapa contoh perubahan sifat fisis
material diantaranya adalah jika ukuran materialnya menjadi nanometer maka mengakibatkan
menurunnya titik leleh material berbentuk kristal; hilangnya sifat listrik dan magnetnya
material ferromagnetik atau ferroelektrik; semikonduktor berbentuk bulk berubah menjadi
isolator.
Pada umumnya, nanoteknologi merupakan teknologi perancangan, fabrikasi atau
produksi, dan penerapan struktur dan material nano. Nanoteknologi juga mencakup
pemahaman mendasar tentang sifat fisis dan fenomena dari struktur dan material nano. Studi
mendasar tentang hubungan antara sifat fisis dan fenomena serta dimensi material dalam
skala nanometer, disebut sebagai nanosains. Di USA, nanoteknologi didefinisikan sebagai
sesuatu yang berhubungan dengan material dan sistem dimana struktur atau komponennya
menunjukkan peningkatan sifat fisis, kimia, atau biologis secara signifikan dan benar-benar
baru, yang tidak lain diakibatkan karena ukurannya yang berskala nano.
Agar dapat mengkaji sifat fisis, fenomena dan menerapkan struktur atau material nano
pada berbagai keperluan, diperlukan kemampuan yang baik dalam memproduksi dan
mengolah material nano. Material berstruktur nano mencakup material yang salah satu
dimensinya berukuran nanometer, misalkan nanopartikel, nanorods, nanowires, film tipis,
atau bulk yang salah satu dimensinya berukuran nano. Teknik yang saat ini telah digunakan
untuk memproduksi material berstruktur nano dikelompokkan berdasarkan media
penumbuhannya, yaitu:
1. Penumbuhan dengan fase uap, contohnya reaksi pirolisis menggunakan laser untuk sintesis
nanopartikel dan atomic layer deposition (ALD) untuk deposisi film tipis,
2. Penumbuhan dengan fase cair, contohnya proses koloid untuk pembentukan nano partikel
dan self-assembly lapisan tipis,
Stephanie Tarumingkeng20214020
3. Pembentukan melalui fase padat, contohnya pemisahan fase untuk membuat partikel
logam dalam matriks kaca atau polimerisasi dengan induksi foton untuk memproduksi
kristal fotonik tiga dimansi,
4. Penumbuhan gabungan, contohnya penumbuhan dengan fase uap-cair-padat (vapor-
liquid-solid growth) untuk memproduksi nanowires.
Adapun teknik lain yang digunakan untuk memproduksi material berstruktur nano
dapat pula dikelompokkan berdasarkan jenis struktur material nano yang dihasilkannya,
yaitu:
1. Nano partikel, yang dihasilkan melalui proses pembuatan koloid, flame combustion, dan
pemisahan fase,
2. Nanorods atau nanowires, yang dihasilkan melalui proses template-based electroplating,
penumbuhan dengan teknik solution-liquid-solid (SLS), dan penumbuhan dengan teknik
anisotropis spontan,
3. Film tipis, yang dihasilkan melalui teknik Molecular Beam Epitaxy (MBE) dan Atomic
Layer Deposition (ALD),
4. Bulk berstruktur nano, yang dihasilkan melalui teknik self-assembly.
Terdapat pula teknik lain untuk membuat material berstruktur nano, diantaranya dengan
pendekatan bottom-up dan top-down, proses spontan atau paksa.
Dalam literatur nanoteknologi, terdapat dua pendekatan yang digunakan untuk sintesis
material nano dan fabrikasi struktur nano: bottom-up dan top-down. Milling adalah metode
top-down yang biasanya digunakan untuk sintesis material nano, sedangkan dispersi koloid
merupakan contoh dari pendekatan bottom-up dalam sintesis material nano. Kedua
pendekatan memainkan peran yang sangat penting dalam industri modern dan nanoteknologi.
Pada pendekatan top-down terdapat masalah besar yang terletak pada ketidaksempurnaan
struktur permukaan. Ketidaksempurnaan tersebut akan memiliki dampak yang signifikan
pada sifat fisis dan surface chemistry dari struktur dan material nano serta menyebabkan
berkurangnya konduktivitas. Sedangkan pada pendekatan bottom-up menjanjikan kesempatan
yang lebih baik untuk mendapatkan struktur nano dengan cacat lebih kecil, komposisi kimia
lebih homogen, dan susunan jarak pendek dan panjang yang lebih baik. Hal ini karena
pendekatan bottom-up terjadi pengurangan energi bebas Gibbs, sehingga struktur dan
material nano diproduksi dalam keadaan lebih dekat dengan kesetimbangan termodinamika.
Sebaliknya, pendekatan top-down kemungkinan besar memperkenalkan tegangan internal,
selain permukaan cacat dan kontaminasi.
Stephanie Tarumingkeng20214020
Nanoteknologi terlihat baru, tetapi sebetulnya penelitian tentang material berstruktur
nanometer sudah dilakukan sejak lama. Sebagai contoh, Cina diketahui menggunakan
nanopartikel Emas (Au) sebagai pewarna anorganik untuk memperkenalkan warna merah
dalam porselen atau keramik mereka lebih dari seribu tahun yang lalu. Contoh lainnya yaitu
penggunaan koloid emas pada bidang kedokteran untuk mendiagnosa beberapa penyakit.
Manusia sudah dapat menggunakan dan mengenal material berstruktur nano selama bertahun-
tahun yang lalu. Perkembangan nanoteknologi saat ini adalah kemampuan untuk
memanipulasi atau mengubah sistem dalam skala nano.
Perkembangan nanoteknologi saat ini yaitu dengan pembuatan divais berukuran nano.
Hal ini sesuai dengan prediksi “Hukum Moore” Pada tahun 1965, yang menyatakan bahwa
ukuran transistor akan semakin kecil seiring bertambahnya tahun. Ukuran transistor
diprediksi akan mencapai 1-5 nm pada tahun 2020, seperti ditunjukkan pada Gambar 1.
Gambar 1. Grafik Hukum Moore mengenai Ukuran Transistor vs Pertambahan Tahun
Akan tetapi, kenyataannya pada saat ini ukuran transistor telah mencapai ukuran nano.
Namun, kekurangan masih ditemukan pada divais berukuran sangat kecil. Contohnya adalah
pada MOFET (Metal-oxide Semiconductor Field-effect Transistor), the off-current transistor
ini (arus yang tetap mengalir walaupun transistor dimatikan) membesar seiring dengan
berkurangnya ukuran transistor. Selain itu, kekurangan dari divais berukuran nano yaitu daya
yang terbuang dan panas berlebih.
Para peneliti sangat terdorong untuk membuat divais lain yg berukuran nano setelah
transistor dalam ukuran nano berhasil diproduksi. Salah satu contoh divais lainnya adalah
nano robot atau disebut pula nanobot. Nanobot ini dikembangkan untuk keperluan dalam
Stephanie Tarumingkeng20214020
bidang kedokteran sebagai alat terapi dan diagnostik. Nanobot ini diharapkan dapat
digunakan sebagai detektor atau agen untuk mendeteksi kerusakan pada sel akibat adanya
penyakit, bahkan memperbaiki kerusakan sel tersebut.
Perkembangan nanoteknologi setidaknya dipengaruhi pula oleh kemajuan teknologi
pencitraan material berstruktur nano. Penemuan Scanning Tunneling Microscopy (STM),
Scanning Electron Microcsopy (SEM), Atomic Force Microscopy (AFM), dan Transmission
Electron Microscopy (TEM) telah membuka peluang untuk mempelajari dan memanipulasi
material hingga berstruktur nano dengan sangat detail hingga ke tingkat atom.
3.2.5. SINTESIS NANOPARTIKEL OKSIDA
Reaksi dan pertumbuhan dalam pembentukan nanopartikel oksida lebih sulit untuk
dimanipulasi, karena oksida umumnya lebih stabil secara termal dan kimia daripada
kebanyakan semikonduktor dan logam. Misalnya, Ostwald ripening diterapkan dalam sintesis
oksida nanopartikel untuk mengurangi distribusi ukuran; hasilnya kurang efektif
dibandingkan bahan lainnya. Yang paling bagus dan banyak dipelajari dari berbagai contoh
oksida koloid adalah silika koloid. Umumnya partikel oksida dalam dispersi koloid disintesis
oleh pengolahan sol-gel. Pengolahan sol-gel juga biasa digunakan dalam pembuatan berbagai
struktur nano core-shell dan teknik permukaan.
3.2.5.1. Pengantar pengolahan sol-gel
Pengolahan sol-gel adalah rute kimia basah untuk sintesis koloid dispersi dari bahan
hibrida anorganik dan organik-anorganik, terutama oksida dan hibrida berbasis oksida. Dari
dispersi koloid tersebut, bubuk, serat, film tipis dan monolit dapat segera disiapkan.
Pengolahan sol-gel menawarkan banyak keuntungan, termasuk suhu pengolahan rendah dan
tingkat homogenitas molekul. Pengolahan sol-gel sangat berguna dalam membuat oksida
logam kompleks, suhu sensitif hybrid material organik-anorganik dan material
termodinamika yang tidak menguntungkan atau metastabil. Pengolahan sol-gel biasanya
terdiri dari hidrolisis dan kondensasi dari prekursor. Prekursor dapat juga alkoksida dengan
logam atau garam-garam anorganik dan organik. Organik atau pelarut cair dapat digunakan
untuk melarutkan prekursor, dan sering ditambahkan katalis untuk mendorong reaksi
hidrolisis dan kondensasi:
Stephanie Tarumingkeng20214020
Reaksi hidrolisis dan kondensasi merupakan proses multi-langkah, terjadi berurutan
dan secara paralel. Hasil kondensasi dalam pembentukan cluster berskala nano dari logam
oksida atau hidroksida, sering disertai kelompok organik yang melekat atau menyertainya.
Kelompok-kelompok organik bisa disebabkan oleh hidrolisis lengkap, atau diperkenalkan
sebagai ligan organik non-terhidrolisis. Ukuran cluster berskala nano, bersama dengan
morfologi dan mikrostruktur produk akhir, dapat disesuaikan dengan mengontrol reaksi
hidrolisis dan kondensasi.
Untuk sintesis dispersi koloid beberapa komponen material, tantangannya adalah
memastikan reaksi hetero-kondensasi antara prekursor pembentuk yang berbeda, yang
biasanya memiliki reaktivitas kimia yang berbeda. Reaktivitas atom logam biasanya
bergantung pada tingkat transfer muatan dan kemampuan untuk meningkatkan jumlah
koordinasinya. Elektronegativitas dari atom logam menurun dan kemampuan untuk
meningkatkan jumlah koordinasinya meningkat jika radius ioniknya meningkat seperti yang
ditunjukkan pada Tabel 1. Dengan demikian reaktivitas kimia dari alkoksida meningkat
seiring bertambahnya jari-jari ionik. Ada beberapa cara untuk memastikan hetero-kondensasi,
dan mencapai campuran homogen dari beberapa komponen pada tingkat molekul/atom.
Pertama, prekursor dapat dimodifikasi dengan melekatkan ligan organik yang
berbeda. Untuk atom logam tertentu atau ion, ligan organik besar atau ligan organik yang
lebih kompleks akan menghasilkan prekursor kurang reaktif. Prekursor kurang reaktif lebih
dulu dihidrolisis sebagian, dan prekursor lebih reaktif dihidrolisis kemudian. Sebagai contoh,
Si (OC2H5) 4 kurang reaktif daripada Si(OCH3)4. Cara lain untuk mengontrol reaktivitas dari
alkoksida adalah mengubah keadaan koordinasi kimia alkoksida dengan chelating sebuah
bahan seperti asetilaseton. Pada kasus yang ekstrim, salah satu prekursor dapat sepenuhnya
dihidrolisis lebih dulu dan menghabiskan air, jika prekursor yang dihidrolisis memiliki
kondensasi yang nilainya sangat rendah, maka prekursor kedua dimasukkan dan dipaksa
untuk kondensasi dengan prekursor yang dihidrolisis oleh reaksi:
M (OEt )4+4 H2 O⇔ M (OH )4+4 HOEt
(1)
(2)
(3)
Stephanie Tarumingkeng20214020
Tabel 1. Electronegativity, χ , partial charge, δM, radius ionik (r), bilangan koordinasi ( n ) dari beberapa logam tetraven
Reaksi kondensasi hanya terbatas antara hidrolisis prekursor kurang reaktif dengan prekursor
lebih reaktif: M (OH )4+M ' (OEt )4⇔ ( HO )3−MOM ' (OEt )3
Menggabungkan komponen organik menjadi sistem oksida berdasarkan pengolahan
sol-gel memudahkan untuk membentuk hibrida organik-anorganik. Salah satu pendekatan
adalah co-polymerize atau co-condense baik pada prekursor anorganik (s), yang mengarah
pada pembentukan komponen anorganik, dan prekursor organik (s), yang terdiri dari
kelompok-kelompok non-organik terhidrolisis. Hibrida organik-anorganik adalah bahan fase
tunggal, di mana komponen organik dan anorganik dihubungkan melalui ikatan kimia.
Pendekatan lain adalah untuk menjebak komponen organik yang diinginkan secara fisik
dalam anorganik atau jaringan oksida, baik oleh penyebaran hasil homogen komponen
organik di sol, atau infiltrasi molekul organik ke dalam jaringan gel. Pendekatan yang sama
dapat diterapkan untuk penggabungan bio-komponen dalam sistem oksida.
Tantangan lain dalam membuat sol oksida kompleks adalah bahwa konstituen
prekursor mungkin menggunakan efek katalitik satu sama lain. Sebagai hasilnya, laju reaksi
hidrolisis dan kondensasi ketika dua prekursor dicampur bersama-sama dapat secara
signifikan berbeda dari saat prekursor yang diproses secara terpisah. Dalam penyusunan sol,
tidak banyak perhatian diberikan kepada kontrol kristalisasi atau pembentukan struktur
kristal, meskipun pembentukan struktur kristal oksida kompleks tanpa suhu tinggi
pembakaran diinginkan untuk beberapa aplikasi.
Dengan kontrol yang cermat dalam persiapan dan pengolahan sol, nanopartikel
monodispersed dari berbagai oksida, termasuk oksida kompleks, organik-anorganik hibrida,
dan biomaterial, dapat disintesis. Dalam pembentukan oksida nanopartikel monodispersed ,
stabilisasi koloid umumnya dicapai dengan mekanisme elektrostatik double layer. Oleh
karena itu, sterik polimer penghalang difusi yang ada dalam pembentukan logam dan non-
(4)
Stephanie Tarumingkeng20214020
oksida semikonduktor koloid, umumnya tidak hadir dalam pembentukan oksida logam. Jadi
Pertumbuhan difusi yang terkontrol dicapai melalui mekanisme lain, seperti dengan
pelepasan terkontrol dan konsentrasi rendah dari pertumbuhan spesies dalam sol.
3.2.5.2 Hidrolisis Terpaksa
Metode paling sederhana untuk generasi koloid oksida logam berukuran seragam
yang didasarkan pada hidrolisis paksa larutan logam salt. Untuk menghasilkan logam seperti
koloid oksida, hanya perlu satu yaitu lama larutan logam terhidrolisis pada suhu yang
ditinggikan. Hal itu menjadi jelas bahwa reaksi hidrolisis harus dilanjutkan dengan cepat dan
menghasilkan kejenuhan secara mendadak untuk memastikan ledakan nukleasi,
mengakibatkan pembentukan sejumlah besar inti kecil, akhirnya mengarah pada
pembentukan partikel kecil. Prinsip ini ditunjukkan dalam pekerjaan perintis pada
pembentukan bola silika oleh Stober dan co-worke.
Dalam pembuatan bola silika yang sederhana, berbagai alkoksida silikon dengan
ukuran ligan alkil yang berbeda digunakan sebagai prekursor, amonia digunakan sebagai
katalis, dan berbagai alkohol digunakan sebagai pelarut. Mula-mula, Pelarut alkohol, amonia,
dan air dengan jumlah yang diinginkan dicampur, kemudian prekursor silikon alkoksida
ditambahkan dengan pengadukan kuat. Pembentukan koloid atau perubahan penampilan
optik larutan menjadi terlihat hanya dalam beberapa menit setelah penambahan prekursor.
Partikel silika bulat dengan rata ukuran mulai dari 50 nm ke 2 bm diperoleh bergantung pada
prekursor, pelarut dan jumlah air serta amonia yang digunakan. Gambar 2. menunjukkan
contoh pertama dari bola silika yang dibuat.
Gambar 2. mikrograf SEM bola silika yang dibuat dalam sistem ester etanol-etil.
Ditemukan bahwa laju reaksi dan ukuran partikel yang sangat tergantung pada
pelarut, prekursor, jumlah air dan amonia. Untuk pelarut alkohol yang berbeda, tingkat reaksi
yang tercepat dengan metanol, paling lambat dengan n-butanol. Demikian juga, ukuran
Stephanie Tarumingkeng20214020
partikel akhir yang diperoleh dalam kondisi berimbang yang terkecil dalam metanol dan
terbesar di n-butanol. Namun, ada kecenderungan ke arah distribusi ukuran lebar dengan
alkohol yang lebih tinggi. Hubungan yang serupa berkaitan dengan laju reaksi dan ukuran
partikel yang ditemukan ketika membandingkan hasil dengan ligan yang berbeda ukuran
dalam prekursor. Ligan kecil mengakibatkan laju reaksi yang lebih cepat dan ukuran partikel
yang lebih kecil, sedangkan ligan lebih besar menyebabkan laju reaksi lebih lambat dan
ukuran partikel besar. Amonia sangat penting ditemukan untuk pembentukan partikel silika
bulat, karena reaksi kondensasi di bawah kondisi dasar menghasilkan struktur tiga dimensi
bukan rantai polimer linear yang terjadi di bawah kondisi asam.
Baik reaksi hidrolisis dan kondensasi, sangat tergantung pada suhu reaksi.
Ditinggikan suhu akan menghasilkan peningkatan drastis laju reaksi. Pembuatan nanopartikel
koloid bola a-Fe2O3 berukuran 100 nm dapat digunakan sebagai contoh lain untuk
menggambarkan prosedur khas hidrolisis dipaksa. Larutan pertama FeCl3 dicampur dengan
HCl, dan diencerkan. Campuran ini kemudian ditambahkan ke dalam H20 bersuhu 95-99 °C
dengan konstan pengadukan. Larutan tersebut disimpan dalam botol bersegel yang
dipanaskan sebelumnya pada suhu 100 °C selama 24 jam sebelum akhirnya didinginkan ke
dalam air dingin. Suhu tinggi cenderung menggunakan reaksi hidrolisis cepat dan hasilnya
dalam kejenuhan yang tinggi, yang pada gilirannya menyebabkan pembentukan sejumlah
besar inti kecil. Pengenceran sebelum pemanasan pada temperatur tinggi sangat penting
untuk memastikan terkontrolmya nukleasi dan pertumbuhan selanjutnya difusi yang terbatas.
3.2.5.3 Pelepasan Terkontrol Ion
Pelepasan terkontrol komponen anion dan/atau kation memiliki pengaruh signifikan
pada kinetika reaksi pembentukan inti dan pertumbuhan selanjutnya oksida nanopartikel,
dicapai dengan pelepasan spontan anion dari molekul organik. Sebagai contoh, diketahui
bahwa larutan urea, CO (NH2)2, ketika dipanaskan membebaskan ion hidroksida, yang dapat
menyebabkan pengendapan oksida logam (hidroksida). Misalnya, dekomposisi urea
digunakan untuk mengontrol proses pembentukan inti dalam sintesis Y203: nanopartikel Eu.
Yttrium & europium klorida dilarutkan dalam air dan pH diatur -1 dengan asam hidroklorida
atau kalium hidroksida. Kelebihan urea, biasanya 15x, dilarutkan ke dalam larutan. Larutan
ini selanjutnya dinaikkan suhunya menjadi > 80 °C selama 2 jam. Urea membusuk secara
perlahan dan ada ledakan pembentukan inti ketika nilai pH ~ 4-5 telah tercapai.
Stephanie Tarumingkeng20214020
Pembuatan nanopartikel ZnO kristal adalah contoh lain dari pelepasan terkontrol
anion. Zink asetat pertama dilarutkan dalam metanol untuk membentuk larutan Zink
prekursor alkoksida dan kemudian zink prekursor alkoksida dihidrolisis dan dipadatkan untuk
membentuk zink oksida koloid dengan lithium hidroksida sebagai katalis bersama sonikasi
pada 0°C atau suhu kamar. Sonikasi mempercepat pelepasan kelompok OH-, sehingga reaksi
langsung membentuk sol ZnO yang stabil. semua penggunaan NaOH, KOH atau Mg(OH)2
menghasilkan endapan keruh. Nanopartikel ZnO berdiameter -3,5 nm dalam sols segar dan -
5,5 nm selama 5 hari. Aging dari alkohol koloid ZnO dikenal untuk menghasilkan partikel
yang lebih besar. Kelompok asetat diyakini dapat menempel pada permukaan ZnO koloid dan
dengan demikian menstabilkan dispersi koloid.