tugas uas makro

Upload: agita-pradaningtyas-dewi-new

Post on 19-Jul-2015

99 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PDRB PROVINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA TAHUN 1983-2009

BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang PDB merupakan jumlah seluruh nilai tambah (value added) yang diciptakan dalam suatu perekonomian dalam suatu negara yang dihitung untuk masa satu tahun yang dinyatakan dalam nilai rupiah. Nilai tambah ini merupakan selisih antara seluruh nilai produksi dengan seluruh biaya input antara (intermediate input). Dengan kata lain nilai tambah mencerminkan balas jasa atau pendapatan dari setiap pemilik faktor produksi. Dengan mengetahui tinggi rendahnya nilai tambah atau PDB suatu negara, akan dapat diketahui tinggi rendahnya kemajuan suatu perekonomian negara yang bersangkutan (Samuelson and Nordhaus: 1995). Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) sendiri merupakan PDB yang disusun untuk tingkat regional atau daerah, seperti Provinsi, Kabupaten dan Kota. Informasi mengenai PDRB sangatlah penting sebagai salah satu tolok ukur kemajuan, serta keberhasilan pembangunan daerah. PDRB sebagai proksi pendapatan daerah dipengaruhi oleh banyak faktor. PDRB Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta dari tahun ke tahun cenderung mengalami peningkatan selama kurun waktu 2000-2010.

Gambar 1.1. Grafik PDRB Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta Tahun 2000-201025000.00 20000.00 15000.00 10000.00 5000.00 0.00

Sumber: BPS, data diolah

000 Miliar rupiah

Peningkatan

PDRB

ini

tentu

tak

lepas

dari

faktor-faktor

yang

mempengaruhinya. Oleh karena itu, perlu diteliti mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi PDRB Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta untuk tetap

mempertahankan kecenderungan PDRB yang makin meningkat ini.

1.2. Identifikasi Masalah Keynes menyatakan bahwa output dapat dipengaruhi oleh pengeluaran agregat (agreggate spending) dan pengeluaran agregat itu sendiri dapat dipengaruhi oleh kebijaksanaan pemerintah. Output dan pengeluaran agregat dapat saling mempengaruhi secara timbal balik. Semakin tinggi output atau income maka semakin tinggi pula pengeluaran atau belanja agregat sehingga permintaan agregat akan semakin tinggi pula. Sebaliknya bila pengeluaran agregat tinggi (artinya agreggate demand juga tinggi) maka output juga tinggi sebagai respon dari produsen yang menaikan output untuk memenuhi permintaan agregat. Output yang tinggi akan mengakibatkan income juga tinggi. Komponen aggregate demand tersebut, seperti yang telah disingung pada bab 2, adalah yaitu konsumsi (C), investasi (I), pengeluaran pemerintah (G) dan perdagangan luar negeri (NX). Keempat komponen ini merupakan faktor yang menentukan besarnya output atau income. Dalam bentuk persamaan dapat ditulis sebagai berikut: AD = C + I + G + NX Dalam keadaan seimbang (equilibrium) maka AD harus sama dengan income atau output: AD = Y = C + I + G + NX Di mana: AD = permintaan agregat Y C I G = output (PDRB) = konsumsi = investasi = pengeluaran pemerintah

NX = net ekspor Menurut Adam Smith dalam teori the invisible hands, pertumbuhan ekonomi ditandai oleh dua fakto yang saling berkaitan, yakni pertumbuhan penduduk dan pertumbuhan output total. Pertumbuhan output yang akan dicapai dipengaruhi oleh 3 komponen, yakni: sumber-sumber alam, tenaga kerja (pertumbuhan penduduk), dan jumlah persediaan (modal).

Menurut David Ricardo faktor pertumbuhan penduduk yang semakin besar hingga menjadi dua kali lipat pada suatu saat akan menyebabkan jumlah tenaga kerja melimpah. Pendapat Ricardo ini sejalan dengan teori yang dikemukakan oleh Thomas RobertMalthus, menyatakan bahwa makanan (hasil produksi) akan bertambah menurut derethitung (satu, dua, dan seterusnya). Sedangkan penduduk akan bertambah menurutderet ukur (satu, dua, empat, delapan, enam belas, dan seterusnya) sehingga pada saatperekonomian akan berada pada taraf subisten atau kemandegan. Dalam penelitian ini, peneliti membatasi faktor-faktor yang mempengaruhi output (PDRB) berupa konsumsi rumah tangga, investasi, serta jumlah penduduk. Berdasarkan hal tersebut, maka dalam penelitian ini mengambil judul Analisis FaktorFaktor Yang Mempengaruhi PDRB Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta 1983-2009

1.3. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang masalah yang diuraikan di atas, maka pokok permasalahan yang dapat dirumuskan adalah: Bagaimana pengaruh konsumsi rumah tangga, pembentukan modal tetap bruto dan jumlah penduduk terhadap PDRB di Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta dalam kurun waktu 1983-2009?

1.4. Tujuan Penelitian Adapun tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh konsumsi rumah tangga, pembentukan modal tetap bruto dan jumlah penduduk terhadap PDRB di Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta.

1.5. Manfaat Penelitian Penelitian ini diharapkan dapat memberi manfaat, diantaranya: 1. Sebagai pengetahuan bagi pembaca untuk mengetahui pengaruh konsumsi rumah tangga, pembentukan modal tetap bruto dan jumlah penduduk terhadap PDRB di Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta. 2. Sebagai masukan dan bahan pertimbangan dalam menentukan langkah-langkah kebijakan selanjutnya oleh pemerintah, mau pun pihak lain yang bersangkutan. 3. Sebagai tambahan referensi yang sudah ada sehingga dapat memperkaya khasanah penelitian.

BAB II LANDASAN TEORI

2.1. Tinjauan Pustaka 2.1.1. Teori Konsumsi Konsep konsumsi yang berasal dari bahasa Inggris Consumption, berarti

pembelanjaan yang dilakukan untuk rumah tangga keatas barang-barang akhir dan jasa dengan tujuan untuk memenuhi kebutuhan dari orang yang melakukan pembelanjaan tersebut. Pembelanjaan masyarakat atas makanan, pakaian dan barang-barang kebutuhan mereka yang lainnya digolongkan atas pembelanjaan atau pengeluaran konsumsi. Barang-barang yang diproduksi khusus digunakan oleh masyarakat untuk memenuhi kebutuhannya dinamakan barang konsumsi (Sukirno, 2000 : 337). Yang dimaksud dengan pengeluaran konsumsi rumah tangga meliputi semua pengeluaran untuk konsumsi barang (baik tahan lama maupun tidak tahan lama) dan jasa-jasa, setelah dikurangi hasil penjualan netto (penjualan dikurangi pembelian) barang bekas/ tak terpakai, yang dilakukan rumah tangga yang berdomisili diwilayah domestik suatu daerah pada periode tertentu (satu tahun). Untuk barang-barang yang mempunyai kegunaan ganda (selain untuk konsumsi juga digunakan untuk usaha) maka nilai pembelian dan biaya operasional barang tersebut harus dialokir secara proporsional ke masing-masing kegiatan yang dilakukan. Pengeluaran konsumsi rumah tangga terdiri dari pengeluaran makanan dan bukan makanan, jasa-jasa seperti pengeluaran untuk kesehatan, pendidikan, rekreasi, pengangkutan dan jasa-jasa lainnya, dan termasuk juga pengeluaran untuk karya seni dan barang antik. Pengeluaran untuk kesehatan, pendidikan , rekreasi, pengangkutan dan jasa-jasa lain termasuk pengeluaran konsumsi rumah tangga. Pembelian rumah tidak termasuk pengeluaran konsumsi, tetapi pengeluaran atas rumah yang ditempati seperti sewa, perbaikan kecil, rekening air, listrik telepon dan lain-lain merupakan pengeluaran konsumsi rumah tangga.

2.1.2. Teori Investasi Investasi adalah keputusan menunda konsumsi sumber daya atau bagian penghasilan demi meningkatkan kemampuan, menambah/menciptakan nilai hidup (penghasilan dan kekayaan). Investasi bukan hanya dalam bentuk fisik, melainkan juga non fisik, terutama peningkatan kualitas sumber daya manusia.

Dalam teori ekonomi makro yang dibahas adalah investasi fisik. Dengan pembatasan tersebut maka definisi investasi dapat lebih dipertajam sebagai pengeluaran-pengeluaran yang meningkatkan stok barang modal. Stok barang modal adalah jumlah barang modal dalam suatu perekonomian pada saat tertentu. 1. Investasi Dalam Bentuk Barang Modal dan Bangunan Investasi barang modal dan bangunan mencakup pengeluaranpengeluaran untuk pembelian pabrik, mesin, peralatan produksi,

bangunan/gedung yang baru. Karena daya tahan madal dan bangunan umumnya lebih dari setahun, seringkali investasi ini disebut sebagai investasi dalam bentuk harta tetap (fixed investment). Di Indonesia, istilah yang setara dengan fixed investment adalah pembentukan modal tetap domestik bruto (PMTB). Supaya lebih akurat, jumlah investasi yang perlu diperhatikan adalah investasi bersih yaitu PMTB dikurangi penyusutan. Pembentukan modal tetap bruto suatu daerah/wilayah adalah pengadaan, pembuatan dan pembelian barang modal baru dari dalam daerah/wilayah dan termasuk juga barang modal baru atau bekas dari luar daerah/wilayah yang digunakan sebagai alat berproduksi. Pengertian barang modal itu sendiri adalah barang-barang yang mempunyai umur pemakaian satu tahun atau lebih dalam pengertian barang-barang tersebut digunakan sebagai alat tetap dalam proses produksi. 2. Investasi Persediaan Perusahaan seringkali memproduksi barang lebih banyak daripada target penjualan. Hal ini dilakukan untuk mengantisipasi berbagai kemungkinan. Persediaan barang tersebut dikatakan sebagai investasi yang direncanakan atau investasi yang diinginkan karena telah direncanakan. Selain barang jadi, investasi dapat juga dilakukan dalam bentuk persediaan barang baku dan setengah jadi.

2.1.3. Pertumbuhan Penduduk dan Pertumbuhan Ekonomi Menurut Todaro (2000) pertumbuhan penduduk dan pertumbuhan Angkatan Kerja (AK) secara tradisional dianggap sebagai salah satu faktor positif yang memacu pertumbuhan ekonomi. Jumlah tenaga kerja yang lebih besar berarti akan menambah tingkat produksi, sedangkan pertumbuhan penduduk yang lebih besar berarti ukuran pasar domestiknya lebih besar. Meski demikian hal tersebut masih dipertanyakan

apakah benar laju pertumbuhan penduduk yang cepat benar-benar akan memberikan dampak positif atau negatif dari pembangunan ekonominya. Selanjutnya dikatakan bahwa pengaruh positif atau negatif dari pertumbuhan penduduk tergantung pada kemampuan sistem perekonomian daerah tersebut dalam menyerap dan secara produktif memanfaatkan pertambahan tenaga kerja tersebut. Kemampuan tersebut dipengaruhi oleh tingkat dan jenis akumulasi modal dan tersedianya input dan faktor penunjang seperti kecakapan manajerial dan administrasi.

2.2. Kerangka Pikir Dalam penelitian ini, penulis ingin mengetahui pengaruh variabel konsumsi rumah tangga, PMTB sebagai proksi investasi, dan jumlah penduduk terhadap PDRB Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta, bagaimana dan seberapa besar pengaruhnya tersebut. Berikut merupakan gambar kerangka pikir yang digunakan penulis untuk menguraikan keterkaitan antar variabel sebagai pemecahan masalah dalam penelitian ini: Gambar 2.2. Kerangka Pikir Penelitian

Konsumsi rumah tangga PMTB Jumlah penduduk PDRB Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta

2.3. Hipotesis Penelitian Berdasarkan tujuan penelitian ini, maka peneliti mengajukan hipotesis penelitian sebagai berikut: 1. Diduga secara bersama-sama (simultan), variable konsumsi rumah tangga, PMTB dan jumlah penduduk memiliki pengaruh yang signifikan terhadap PDRB Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta; 2. Diduga konsumsi rumah tangga memiliki pengaruh positif terhadap PDRB Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta; 3. Diduga PMTB memiliki pengaruh positif terhadap PDRB Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta; 4. Diduga jumlah penduduk memiliki pengaruh positif terhadap PDRB Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

3.1. Jenis dan Sumber data Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder yang diperoleh dari Badan Pusat Statistik (BPS). Adapun data yang digunakan adalah data deret waktu berupa PDRB, konsumsi rumah tangga, dan PMTB atas dasar harga konstan 2000, serta jumlah penduduk dengan kurun waktu 1983-2009.

3.2. Metode Analisis Alat analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah regresi linear berganda data time series dengan metode OLS. Adapun adapun model yang digunakan adalah Error Correction Model (ECM). Koreksi kesalahan diformulasikan dalam hubungan jangka pendek dan jangka panjang sebagai berikut: Model umum persamaan pada regresi linier berganda dinotasikan sebagai berikut: ???????????? = ??????0 + ??????1 ??????1?????? + ??????2 ??????2?????? + + ???????????? ?????????????????? + ???????????? ???????????? di mana: Yi = variabel tidak bebas (dependent variable) 0 = konstanta (constant) i = parameter ; i = 1, 2, ..., k Xi = variabel-variabel penjelas (explanatory/independent variables) i = faktor gangguan (disturbances) yang stokastik

3.2.1. Uji Stasioneritas Data Sebelum melakukan analisis terhadap data terlebih dahulu dilakukan uji stasioneritas dari tiap variabel. Uji stasioneritas data digunakan untuk melihat apakah data mengandung akar unit atau tidak. Data time series dikatakan stasioner jika data tersebut tidak mengandung akar-akar unit (unit root) dengan kata lain mean, variance, dan covariant konstan sepanjang waktu. Pengujian akar-akar unit root pada penelitian ini dilakukan dengan metode Augmented Dickey Fuller (ADF). Bentuk umum ADF: ???????????? = ??????????????????1 + ??????????????????1 + ????????????

Hipotesis yang diuji: H0 : |??????| = 0 (Data mengandung unit root) H1 : |??????| < 0 (Data tidak mengandung unit root) Tingkat signifikansi () : 5% Statistik uji : Augmented Dickey-Fuller test statistic: -16,78446 p-value : 0,0000 Wilayah kritis : Tolak ??????0 jika p-value < 5% Uji stasioneritas dilakukan dengan membandingkan nilai ADFstatistik dengan Mackinnon critical value. Jika nilai ADFstatistik lebih besar dari Mackinnon critical value serta nilai probabilitasnya signifikan dibawah 5%, artinya data tidak memiliki unit root, dengan kata lain, data stasioner. Sebaliknya, jika ADFstatistik lebih kecil dari Mackinnon critical value serta nilai probabilitasnya diatas 5% maka data dikatakan tidak stasioner.

3.2.2. Kointegrasi dan ECM Misalkan ada dua variabel, yaitu Yt dan Xt dimana ???????????? ~??????(1) dan ???????????? ~??????(1), dengan kata lain keduanya stasioner di diferen pertama. Apabila terdapat kombinasi linier antara Yt dan Xt saat ???????????? ~??????(0) dan ???????????? ~??????(0), maka Yt dan Xt terkointegrasi. Sehingga regresi antara Yt dan Xt tidak lagi bersifat spurious. Kombinasi linier dari Yt dan Xt tersebut adalah: ???????????? = ???????????? ??????0 ??????1 ???????????? yang menunjukkan hubungan antara Yt dan Xt dalam jangka panjang. Apabila Yt dan Xt terintegrasi, maka ???????????? ~??????(0). Dalam hal ini, hubungan antara Yt dan Xt dapat digambarkan melalui model ECM sebagai berikut: ???????????? = ??????0 + ??????1 ???????????? + ????????????1 + ???????????? ????????????1 = ????????????1 ??????0 ??????1 ????????????1 ?????? menunjukkan efek jangka pendek yang mengukur efek langsung dari Xt terhadap Yt, menunjukkan speed of adjustment yang menunjukkan seberapa besar koreksi disequilibrium, sedangkan ?????? menunjukkan efek jangka panjang. Uji kointegrasi untuk persamaan tunggal (single equation) dapat dilakukan dengan menggunakan metode Engle-Granger dengan prosedur sebagai berikut:

Uji stasioneritas masing-masing variabel, misal Yt dan Xt. Apabila keduanya stasioner di tingkat level ataupun terintegrasi pada derajat yang berbeda, maka model ECM tidak dapat digunakan, tidak perlu dilakukan uji kointegritas

Akan tetapi jika kedua variabel stasioner pada tingkat diferen dan memiliki derajat integrasi yang sama, maka dapat diuji kointegritasnya. Pengujian kointegritas dilakukan dengan terlebih dahulu meregresikan variabel yang belum stasioner (untuk estimasi jangka panjang): ???????????? = ??????0 + ??????1 ???????????? + ????????????

Selanjutnya, uji stasioneritas residual dengan menggunakan uji DF atau ADF without drift and trend dengan persamaan ???????????? = ??????????????????1 + ??????????????????1 + ????????????

Apabila residual bersifat stasioner, artinya kedua variabel terkointegrasi, lakukan estimasi model ECM-nya: ???????????? = ??????0 + ??????1 ???????????? + (????????????1 ??????0 ??????1 ????????????1 ) + ????????????

3.2.3. Uji-F (overall F-test) Uji ini dilakukan untuk mengetahui kelayakan model, serta untuk mengetahui apakah variabel bebas secara simultan memiliki pengaruh yang signifikan terhadap variabel tak bebas. Hipotesis yang digunakan: H0: 1 = 2 = ... = k =0 H1: minimal ada satu i 0 ; i = 1, 2, ..., k Statistik uji: (?????? ??????) ?????? ?????? = (?????? ??????) ?????? [?????? (?????? + 1)]2 2

???????????????????????? =

?????????????????? [?????? (?????? + 1)]

?????????????????? ??????

=

?????????????????? ??????????????????

dimana: SSR = Jumlah kuadrat regresi SSE = Jumlah kuadrat sisaan MSR = rata-rata kuadrat regresi MSE = rata-rata kuadrat sisaan n = jumlah sampel

Keputusan: jika Fhit > F(k-1),(n-k) , maka H0 ditolak. Artinya, secara simultan variabel bebas (independent variable) mepunyai pengaruh yang signifikan terhadap variabel tak bebas (dependent variable).

3.2.4. Uji-t (uji parsial) Uji ini dilakukan untuk mengetahui keberartian dari masing-masing penduga parameter. Pengujian hipotesis: H0 : i = 0 ( tidak ada pengaruh dari variabel Xi terhadap Y) H1 : i 0 (ada pengaruh dari variabel Xi terhadap Y) Statistik uji: ?????????????????? = ???????????? ; ????????????(???????????? ) = ?????????????????????????????????????????? ?????????????????????????????? (???????????? ) ????????????(???????????? ) ??????????????????(???????????? ) = ?????????????????? (???????????? ??????)2

????????????(???????????? ) = ??????????????????(???????????? ) Keputusan: jika thit > t/2; bebas. Jika >0 berarti ada pengaruh positif antara variabel tak bebas dengan variabel bebas sedangkan jika R12 2 Y = 0 + 1X1 + 3X3 + e => R13 2 Y = 0 + 2X2 + 3X3 + e => R23 2

Apabila nilai R2 < R12 2, R13 2, R23 2 maka terdapat multikolinieritas dalam model.

BAB IV PEMBAHASAN

4.1. Gambaran Umum Kondisi Geografis dan Perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta Daerah Istimewa Yogyakarta adalah Daerah Istimewa setingkat Provinsi di Indonesia yang meliputi Kesultanan Yogyakarta dan Kadipaten Paku Alaman. Daerah Istimewa Yogyakarta yang terletak di bagian selatan Pulau Jawa bagian tengah dan berbatasan dengan Provinsi Jawa Tengah dan Samudera Hindia. Daerah Istimewa yang memiliki luas 3.185,80 km2 ini terdiri atas satu kota dan empat kabupaten, yang terbagi lagi menjadi 78 kecamatan dan 438 desa/kelurahan. Menurut sensus penduduk 2010 memiliki jumlah penduduk 3.452.390 jiwa dengan proporsi 1.705.404 laki-laki dan 1.746.986 perempuan, serta memiliki kepadatan penduduk sebesar 1.084 jiwa per km2. Nilai Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) DIY sejak tahun 20032008 terus mengalami perubahan yang relatif stabil, dengan kecenderungan menunjukkan bahwa sumbangan sektor pertanian cenderung semakin menurun. PDRB atas harga konstan tahun 2000 menurut lapangan usaha dan penggunaan ditunjukkan dalam tabel di bawah ini: Tabel 4.1.1.

Kontribusi sektor terhadap perekonomian DIY yang terdiri dari Sektor Pertanian, Sektor Penggalian, Sektor Industri Pengolahan, Sektor Listrik danAir Bersih, Sektor Konstruksi, Sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran, Sektor Pengangkutan dan Komunikasi, Sektor Keuangan, Real Estat dan Jasa Perusahaan dan Sektor JasaJasa,masih memperlihatkan Sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran memberikan sumbangan terbesar, yang dikuti oleh Sektor Pertanian, Sektor Jasa-Jasa, dan Sektor Industri Pengolahan. Sedangkan menurut penggunaan, komposisi PDRB provinsi DIY tahun 20032008 dapat dilihat pada tabel berikut ini: Tabel 4.1.2.

Berdasarkan tabel, terlihat bahwa proporsi terbesar penggunaan PDRB di provinsi DIY masih didominasi oleh kegiatan konsumsi, disusul dengan PMTB. PDRB dan tingkat konsumsi tertinggi adalah pada tahun 2008, sedangkan PMTB tertinggi adalah tahun 2007. Data di atas menunjukkan pula bahwa ketiga variabel cenderung bergerak naik dari tahun ke tahun dan berhubungan positif satu sama lain. Untuk lebih jelasnya, berikut adalah grafik antara PDRB, konsumsi rumah tangga, dan PMTB.

Grafik 4.1.1. PDRB, Konsumsi Rumah Tangga, dan PMTB Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta Tahun 1983-2009

25000.00 20000.00 15000.00 10000.00 5000.00 0.00

K Y I

Sumber: BPS, data diolah

Untuk jumlah penduduk dari provinsi DIY sendiri tidak banyak mengalami perubahan dari tahun ke tahun. Laju pertumbuhan penduduknya rata-rata hanya berkisar pada 0.01%. Namun demikian, tetap terlihat adanya kecenderungan kenaikan jumlah penduduk yang searah dengan kenaikan PDRB.

Grafik 4.1.2. PDRB dan Jumlah Penduduk Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta Tahun 1983-200925000.00 20000.00 15000.00 N 10000.00 5000.00 0.00 Y

Sumber: BPS, data diolah

4.2. Hasil Pengujian Regresi Sebelum melakukan pembentukan model, terlebih dahulu dilakukan uji stasioneritas masing-masing variabel dengan menggunakan uji Augmented Dicky Fuller (ADF). Hasil pengujian stasioneritas variabel denga menggunakan aplikasi Eviews 6.0 menunjukkan hasil sebagai berikut: Tingkat Level Variabel Y C I N Y C I N Statistik ADF 1.908353 1.361779 1.643442 3.610678 -3.857268 -4.406724 -3.986515 -3.005187 Signifikansi 0.9838 0.9524 0.9722 0.9997 0.0005*) 0.0001*) 0.0003*) 0.0042*)

Differen Pertama

*) Menunjukkan stasioneritas berdasarkan Mackinnon critical value 5% = -1.959071

Berdasarkan hasil pengujian di atas, terlihat bahwa variabel-variabel yang digunakan seluruhnya stasioner di tingkat differen pertama dan memiliki derajat integrasi yang sama. Oleh karena itu selanjutnya, dapat dilakukan uji kointegrasi untuk mengetahui hubungan antarvariabel dalam jangka pendek dan jangka panjang. Uji kointegrasi yang digunakan adalah uji Engle-Granger. Apabila model terkointegrasi, maka pengujian untuk mengetahui pengaruh variabel konsumsi rumah tangga, PMTB, dan jumlah penduduk berpengaruh terhadap PDRB Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta dilakukan dengan menggunakan analisis regresi linear berganda dengan model ECM sebagai berikut: ???????????? = ??????0 + ??????1 ???????????? + ??????2 ???????????? +??????3 ???????????? + ??????????????????1 + ???????????? ????????????1 = ????????????1 ??????0 ??????1 ????????????1 Persamaan jangka panjangnya adalah: ???????????? = ??????0 + ??????1 ???????????? + ??????2 ???????????? +??????3 ???????????? + ???????????? Di mana: Y = PDRB C = Konsumsi rumah tangga I = PMTB N = jumlah penduduk

?????? = error correction terms (ECT) ?????? = koefisien persamaan ECM (jangka pendek) ?????? = speed of adjustment ??????= koefisien persamaan jangka panjang

Uji Engle-Granger dilakukan dengan terlebih dahulu meregresikan variabelvariabel yang tidak stasioner di atas sehingga terbentuk persamaan: ???????????? = 5460.64 + 0.998???????????? + 1.988???????????? + 1.904???????????? + ???????????? Selanjutnya residual yang diperoleh dari persamaan tersebut diuji stasioneritasnya.Null Hypothesis: RESIDS01 has a unit root Exogenous: None Lag Length: 0 (Automatic based on SIC, MAXLAG=6) t-Statistic Augmented Dickey-Fuller test statistic Test critical values: 1% level 5% level 10% level *MacKinnon (1996) one-sided p-values. -4.905460 -2.656915 -1.954414 -1.609329 Prob.* 0.0000

Berdasarkan uji ADF, diperoleh statistik ADF sebesar -4,90546. Nilai ini lebih kecil dari nilai kritis MacKinnon dan p-value nya lebih besar dari tingkat signifikansi () 5% sehingga dapat disimpulkan bahwa residual bersifat stasioner. Artinya, semua variabel di dalam model terkointegrasi atau memiliki hubungan jangka panjang. Karena model terkointegrasi, maka pengujian untuk mengetahui pengaruh variabel konsumsi rumah tangga, PMTB, dan jumlah penduduk terhadap PDRB Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta dilakukan dengan menggunakan analisis regresi linear berganda dengan model ECM. Model yang terbentuk adalah sebagai berikut: ???????????? = 24.537 + 0.876???????????? + 1.895???????????? + 1.815???????????? + 0.837????????????1 + ???????????? prob. t-stat (0.619) (0.000) (0.000)2

(0.0997)

(0.0031) D-W = 1,8862

prob. F-stat = 0.000 ;

adjusted R = 0,9845;

Berdasarkan hasil pengolahan data menggunakan aplikasi Eviews 6, untuk uji simultan, diperoleh nilai probabilitas statistik F sebesar 0,000. Nilai ini lebih kecil dari taraf signifikansi = 5% sehingga dapat disimpulkan bahwa secara simultan variabel perubahan konsumsi rumah tangga, perubahan PMTB, dan perubahan jumlah penduduk

berpengaruh signifikan secara statistik terhadap perubahan PDRB Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta. Berdasarkan hasil estimasi diperoleh pula nilai bahwa nilai adjusted R2 sebesar 0,9845. Artinya 98,45% variasi perubahan PDRB Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta dapat dijelaskan oleh variasi konsumsi rumah tangga, perubahan PMTB, dan perubahan jumlah penduduk, sedangkan sisanya dipengaruhi oleh variabel-variabel lain di luar model. Uji t-parsial menunjukkan bahwa secara statistik, pada taraf signifikansi 5%, perubahan konsumsi rumah tangga dan perubahan PMTB berpengaruh secara positif dan signifikan terhadap perubahan PDRB Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta. Koefisien perubahan konsumsi rumah tangga sebesar 0.876 menunjukkan bahwa dalam jangka pendek, kenaikan konsumsi rumah tangga sebesar 1% akan mengakibatkan peningkatan PDRB sebesar 0,876%. Kenaikan konsumsi rumah tangga yang tinggi berarti peningkatan permintaan akan barang dan jasa sehingga memacu produsen untuk berproduksi sehingga secara agregat menghasilkan PDRB yang lebih tinggi. Koefisien perubahan PMTB sebesar 1,895 menunjukkan bahwa dalam jangka pendek, kenaikan PMTB sebesar 1% akan mengakibatkan peningkatan PDRB sebesar 1.895%. Kenaikan PMTB artinya ada peningkatan jumlah modal fisik yang dimiliki masyarakat Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta yang dapat dimanfaatkan untuk memperlancar kegiatan produksi. Hal ini tentunya dapat berimplikasi pada peningkatan PDRB. Perubahan jumlah penduduk juga berpengaruh positif terhadap perubahan PDRB Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta pada taraf signifikansi 10%. Artinya dengan taraf signifikansi 10%, kenaikan jumlah penduduk sebesar 1% akan mengakibatkan peningkatan PDRB sebesar 1.815%. Hal ini sesuai dengan pendapat Todaro (2000) bahwa pertumbuhan penduduk mengakibatkan jumlah tenaga kerja yang tersedia lebih besar, sehingga dapat menambah tingkat produksi. Apalagi sistem perekonomian di Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta sudah bagus sehingga dimungkinkan dapat menyerap secara produktif memanfaatkan pertambahan tenaga kerja tersebut. Nilai probabilitas koefisien ECT sebesar 0,0031 juga signifikan pada taraf signifikansi 5%. Artinya, kesalahan keseimbangan dapat mempengaruhi perubahan PDRB. Nilai koefisien dari ECT menentukan seberapa cepat keseimbangan bisa

tercapai kembali bila didapat penyimpangan. Koefisien ECT sebesar 0,837 berarti proporsi keseimbangan dan perkembangan investasi pada periode sebelumnya yang disesuaikan pada periode sekarang adalah sekitar 83,7%. Karena nilai ECT signifikan pada tingkat signifikansi 5%, maka ada hubungan antara ECM dan uji kointegrasi, yang berarti pula parameter yang ditunjukkan oleh nilai koefisien regresi ECM merupakan besarnya kekuatan pengaruh variabel dependen oleh variabel independen dalam jangka panjang dan merupakan koefisien asli. ???????????? = 5460.64 + 0.998 ???????????? + 1.988 ???????????? + 1.904 ???????????? + ???????????? prob. t-statistic (0.000) (0.000) (0.000) (0.000)

Selanjutnya dilakukan pengujian terhadap pelanggaran asumsi klasik terhadap residual model ECM untuk memastikan bahwa model regresi merupakan penaksir tak bias linier terbaik.

UJI NORMALITAS H0: H1: residual mengikuti distribusi normal residual tidak mengikuti distribusi normal9 8 7 6 5 4 3 2 1 0 -300 -200 -100 0 100 200 300 400

Series: RESID01 Sample 1983 2009 Observations 27 Mean Median Maximum Minimum Std. Dev. Skewness Kurtosis Jarque-Bera Probability 3.97e-12 30.27670 350.1320 -289.7128 169.5459 -0.110199 2.466822 0.374460 0.829253

Pengujian asumsi normalitas dengan menggunakan statistik Jacque Berra menunjukkan probabilitas yang lebih besar dari = 5%. Dengan demikian, hipotesis nol bahwa data mengikuti distribusi normal terpenuhi.

UJI HOMOSKEDASTIS H0: H1: residual bersifat homoskedastis atau Var(ei) = e2 residual bersifat heteroskedastis atau Var(ei) e2

Heteroskedasticity Test: Breusch-Pagan-Godfrey F-statistic Obs*R-squared Scaled explained SS 0.808169 3.468439 1.677725 Prob. F(4,21) Prob. Chi-Square(4) Prob. Chi-Square(4) 0.5339 0.4827 0.7948

Pengujian terhadap asumsi homoskedastis juga menunjukkan hasil serupa. Nilai probabilitas R2 observasi yang lebih besar dari = 5% menunjukkan hipotesis nol bahwa data bersifat homoskedastis terpenuhi.

UJI AUTOKORELASI H0: H1: tidak ada autokorelasi atau cov (i,j) = 0 ; i j ada autokorelasi atau cov (i,j) 0 ; i jDependent Variable: DY Method: Least Squares Variable C DC DI DN RESID01 R-squared Adjusted R-squared S.E. of regression Sum squared resid Log likelihood F-statistic Prob(F-statistic) Coefficient 24.53708 0.875653 1.894886 1.814937 0.837379 0.986158 0.983522 179.8350 679153.4 -169.1090 374.0355 0.000000 Std. Error 48.60980 0.102405 0.202728 1.053898 0.250759 t-Statistic 0.504776 8.550914 9.346925 1.722118 3.339380 Prob. 0.6190 0.0000 0.0000 0.0997 0.0031 679.4533 1400.933 13.39300 13.63494 13.46267 1.886158

Mean dependent var S.D. dependent var Akaike info criterion Schwarz criterion Hannan-Quinn criter. Durbin-Watson stat

Nilai D-W tabel untuk jumlah sampel 26 dengan 5 parameter adalah dL = 0.9794 dan dU = 1.8727 sehingga wilayah kritiknya: tidak tahu tidak tahu

korelasi positif

tidak ada korelasi

korelasi negatif

0

0.98

1.87

2,13

3,02

4

Karena nilai statistik D-W sebesar 1,886 berada di antara dU = 1,87 dan 4 - dU = 2,13 maka dapat disimpulkan bahwa tidak ada autokorelasi dalam data. UJI MULTIKOLINIERITAS H0: H1: tidak ada multikolinieritas atau ?????????????????? = 0 tidak ada multikolinieritas atau ?????????????????? 0

Regresi penuh: ???????????? = 24.537 + 0.876???????????? + 1.895???????????? + 1.815???????????? + 0.837????????????1 + ???????????? R2 = 0.986158 Regresi parsial: ???????????? = 24.537 + 0.876???????????? + 1.895???????????? + 1.815???????????? + ???????????? R1232 = 0.978808 ???????????? = 24.537 + 0.876???????????? + 1.895???????????? + 0.837????????????1 + ???????????? R1242 = 0.984203 ???????????? = 24.537 + 0.876???????????? + 1.815???????????? + 0.837????????????1 + ???????????? R1342 = 0.928573 ???????????? = 24.537 + 1.895???????????? + 1.815???????????? + 0.837????????????1 + ???????????? R2342 = 0.937964 Karena nilai R2 > R123 2, R124 2, R134 2,R234 2 maka tidak terdapat multikolinieritas dalam model.

BAB V PENUTUP

5.1. KESIMPULAN Kesimpulan yang dapat diambil dari penelitian ini antara lain adalah secara simultan variabel konsumsi rumah tangga, PMTB, dan jumlah penduduk berpengaruh signifikan secara statistik terhadap perubahan PDRB Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta dalam jangka pendek, maupun jangka panjang. Secara parsial pada taraf nyata 5%, konsumsi rumah tangga dan PMTB berpengaruh signifikan dan positif terhadap perubahan PDRB Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta. Sedangkan jumlah penduduk juga berpengaruh positif terhadap perubahan PDRB Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta pada taraf signifikansi 10%.

5.2. SARAN Saran yang dapat peneliti ajukan berkenaan dengan penelitian adalah: 1. Pemerintah dapat melakukan upaya peningkatan terhadap PDRB dapat dilakukan dengan melakukan upaya peningkatan konsumsi masyarakat serta meningkatkan PMTB. 2. Bertambahnya jumlah penduduk bukanlah hambatan bagi pertumbuhan ekonomi di Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta. Hal ini mengindikasikan adanya penyerapan tenaga kerja yang baik. Oleh karenanya, pemerintah maupun pihak terkait semestinya mempertahankan hal ini dengan membekali masyarakat dengan keahlian kewirausahaan berbasis kemandirian serta keterampilan sehingga dapat terus meningkatkan tersedianya lapangan usaha dan penyerapan tenaga kerja dengan efektif.