tugas toksikologi lingkungan

12

Click here to load reader

Upload: wiexlan

Post on 03-Jul-2015

167 views

Category:

Documents


5 download

TRANSCRIPT

Page 1: TUGAS TOKSIKOLOGI LINGKUNGAN

TUGAS TOKSIKOLOGI LINGKUNGAN

BAHAN BERBAHAYA DAN BERACUN (B3)

MERKURI (Hg)

Oleh :

Ni Made Wilantari

0808105002

JURUSAN KIMIA

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS UDAYANA

2011

Page 2: TUGAS TOKSIKOLOGI LINGKUNGAN

BAHAN BERBAHAYA DAN BERACUN (B3)

Limbah B3 adalah setiap limbah yang mengandung bahan berbahaya dan/atau beracun

yang karena sifat dan/atau konsentrasinya dan atau jumlahnya, baik secara langsung maupun

secara tidak langsung dapat merusak dan/atau mencemarkan lingkungan hidup dan/atau dapat

membahayakan manusia. Sumber limbah B3 adalah, setiap orang atau Badan Usaha yang

menghasilkan Limbah B3 dan menyimpannya untuk sementara waktu di dalam lokasi kegiatan

sebelum Limbah B3 tersebut diserahkan kepada pihak yang bertanggungjawab untuk

dikumpulkan dan diolah.

Limbah B3 dapat berbentuk padat, cair dan gas yang dihasilkan baik dari proses produksi

maupun proses pemanfaatan produksi industri tersebut yang mempunyai sifat berbahaya dan

sifat beracun terhadap ekosistem. Pengelompokan limbah B3 dapat dikategorikan berdasarkan

sifatnya yaitu yang bersifat flamable (mudah terbakar), explosive (mudah meledak), corrosive

(menimbulkan karat), oxidizing waste (buangan pengoksidasi), infectious waste (buangan

penyebab penyakit), toxic waste (buangan beracun).

Pengolahan limbah B3 harus memenuhi persyaratan:

Lokasi pengolahan

Pengolahan B3 dapat dilakukan di dalam lokasi penghasil limbah atau di luar lokasi penghasil

limbah. Syarat lokasi pengolahan di dalam area penghasil harus:

1. daerah bebas banjir;

2. jarak dengan fasilitas umum minimum 50 meter;

Syarat lokasi pengolahan di luar area penghasil harus:

1. daerah bebas banjir;

2. jarak dengan jalan utama/tol minimum 150 m atau 50 m untuk jalan lainnya;

3. jarak dengan daerah beraktivitas penduduk dan aktivitas umum minimum 300 m;

Page 3: TUGAS TOKSIKOLOGI LINGKUNGAN

4. jarak dengan wilayah perairan dan sumur penduduk minimum 300 m;

5. dan jarak dengan wilayah terlindungi (spt: cagar alam,hutan lindung) minimum

300 m.

Fasilitas pengolahan

Fasilitas pengolahan harus menerapkan sistem operasi, meliputi:

1. sistem kemanan fasilitas;

2. sistem pencegahan terhadap kebakaran;

3. sistem pencegahan terhadap kebakaran;

4. sistem penanggulangan keadaan darurat;

5. sistem pengujian peralatan;

6. dan pelatihan karyawan.

Keseluruhan sistem tersebut harus terintegrasi dan menjadi bagian yang tak terpisahkan

dalam pengolahan limbah B3 mengingat jenis limbah yang ditangani adalah limbah yang dalam

volume kecil pun berdampak besar terhadap lingkungan.

Penanganan limbah B3 sebelum diolah

Setiap limbah B3 harus diidentifikasi dan dilakukan uji analisis kandungan guna

menetapkan prosedur yang tepat dalam pengolahan limbah tersebut. Setelah uji analisis

kandungan dilaksanakan, barulah dapat ditentukan metode yang tepat guna pengolahan limbah

tersebut sesuai dengan karakteristik dan kandungan limbah.

Pengolahan limbah B3

Jenis perlakuan terhadap limbah B3 tergantung dari karakteristik dan kandungan limbah.

Perlakuan limbah B3 untuk pengolahan dapat dilakukan dengan proses sbb:

Page 4: TUGAS TOKSIKOLOGI LINGKUNGAN

1. proses secara kimia, meliputi: redoks, elektrolisa, netralisasi, pengendapan,

stabilisasi, adsorpsi, penukaran ion dan pirolisa.

2. proses secara fisika, meliputi: pembersihan gas, pemisahan cairan dan penyisihan

komponen-komponen spesifik dengan metode kristalisasi, dialisa, osmosis balik,

dan lain - lain.

3. proses stabilisas/solidifikasi, dengan tujuan untuk mengurangi potensi racun dan

kandungan limbah B3 dengan cara membatasi daya larut, penyebaran, dan daya

racun sebelum limbah dibuang ke tempat penimbunan akhir

4. proses insinerasi, dengan cara melakukan pembakaran materi limbah

menggunakan alat khusus insinerator dengan efisiensi pembakaran harus

mencapai 99,99% atau lebih. Artinya, jika suatu materi limbah B3 ingin dibakar

(insinerasi) dengan berat 100 kg, maka abu sisa pembakaran tidak boleh melebihi

0,01 kg atau 10 gr

Tidak keseluruhan proses harus dilakukan terhadap satu jenis limbah B3, tetapi proses dipilih

berdasarkan cara terbaik melakukan pengolahan sesuai dengan jenis dan materi limbah.

Hasil pengolahan limbah B3

Memiliki tempat khusus pembuangan akhir limbah B3 yang telah diolah dan dilakukan

pemantauan di area tempat pembuangan akhir tersebut dengan jangka waktu 30 tahun setelah

tempat pembuangan akhir habis masa pakainya atau ditutup.

Dalam upaya penanganan limbah B3, pengindentifikasian karakteristik berbahaya dan

beracun dari limbah suatu bahan yang dicurigai, merupakan langkah awal yang paling mendasar.

Dengan diketahuinya karakteristik limbah, maka suatu upaya penanganan terpadu akan dapat

diterapkan. Yang terdiri dari pengendalian, pengurangan, pengumpul, penyimpanan,

pengangkutan, pengolahan dan pembuangan akhir.

Strategi penanganan untuk mengoptimalkan sistem pengelolaan, adalah :

Page 5: TUGAS TOKSIKOLOGI LINGKUNGAN

1. Hazardous waste minimization, adalah mengurangi sampai seminimum mungkin jumlah

limbah kegiatan industri.

2. Daur ulang dan recovery. Untuk cara ini dimaksudkan memanfaatkan kembali sebagai

bahan baku dengan metoda daur ulang.

3. Proses pengolahan. Proses ini untuk mengurangi kandungan unsur beracun sehingga

tidak berbahaya dengan cara mengolahnya secara fisik, kimia dan biologis.

4. Secured landfill. Cara ini mengkonsentrasikan kandungan limbah B3 dengan fiksasi

kimia dan pengkapsulan, untuk selanjutnya dibuang ke tempat pembuangan aman.

5. Proses detoksifikasi dan netralisasi. Untuk menetralisasi kadar racun.

6. Incinerator , yaitu memusnahkan dengan cara pembakaran pada alat pembakar khusus.

Pengelolaan limbah B3 merupakan suatu kegiatan yang mencakup penyimpanan,

pengumpulan, pengangkutan, pengolahan dan penimbunan akhir.Tujuan dari pengelolaan limbah

B3 untuk melindungi kesehatan masyarakat dan mencegah pencemaran lingkungan. Selain itu

untuk melindungi air tanah yang disebabkan cara penanganan limbah B3 yang belum memadai.

MERKURI (Hg)

Salah satu contoh bahan beracun dan berbahaya adalah merkuri (Hg). Merkuri banyak

digunakan dalam penambangan emas liar di Indonesia, sehingga mencemari air sungai dan

menyebabkan gangguan kesehatan pada penambang sebagai akibat penambangan emas tanpa

izin. Peristiwa pencemaran merkuri akibat penambangan salah satunya terjadi di daerah

Kalimantan Barat. Pengolahan biji emas tanpa izin dalam penambangan liar menggunakan bahan

merkuri, sianida, air keras untuk memisahkan emas dari endapan sedimen (lumpur, pasir dan air)

limbahnya tidak di olah terlebih dahulu melainkan langsung dibuang ke sungai dan hal ini akan

mengakibatkan lingkungan menjadi tercemar (air, ikan dan manusia) bahkan lebih lanjut dapat

menimbulkan akibat keracunan dan membahayakan bagi kondisi kesehatan penambang maupun

masyarakat sekitar lokasi penambangan.

Page 6: TUGAS TOKSIKOLOGI LINGKUNGAN

Merkuri (Hg) mempunyai nama kimia hydragyrum yang merupakan suatu unsur yang

berbentuk cair keperakan pada suhu kamar. Merkuri membentuk berbagai persenyawaan baik

anorganik (seperti oksida, klorida, dan nitrat) maupun organik. Merkuri dapat menjadi senyawa

anorganik melalui oksidasi dan kembali menjadi unsur merkuri (Hg) melalui reduksi.

Toksisitas dari merkuri dapat terjadi pada bentuk organik maupun anorganik. Penyakit

Minamata merupakan contoh toksisitas organik. Di teluk minamata, suatu perusahaan membuang

merkuri anorganik ke air, merkuri tersebut kemudian dimetilasi oleh bakteri dan selanjutnya

dimakan oleh ikan yang akhirnya dikonsumsi oleh manusia. Toksisitas merkuri anorganik terjadi

dalam beberapa bentuk. Merkuri metalik (Hg), merkuri merkorous (Hg1+), atau merkuri (Hg2+).

Toksisitas dari merkuri anorganik dapat terjadi dari kontak langsung melalui kulit atau saluran

gastrointestinal atau melalui uap merkuri. Uap merkuri berdisfusi melalui alveoli, terionisasi

didarah, dan akhirnya disimpan di system saraf pusat.

Merkuri di lingkungan terdapat dalam bentuk ikatan organik dan anorganik. Merkuri

anorganik Merkuri anorganik dalam bentuk Hg+ dan garam merkuri (Hg+ + +). Hg + dapat

menguap dan secara sempurna diserap oleh saluran pernapasan. Melalui saluran pernapasan

partikel Hg+ tidak diabsorbsi secara sempurna. Hg anorganik menembus saluran darah otak

menuju ke sistem saraf. Racun akibat Hg anorganik biasanya bersumber dari lingkungan kerja.

Merkuri organik adalah senyawa merkuri yang terikat dengan satu logam karbon,

contohnya metal merkuri. Merkuri anorganik dapat diubah menjadi merkuri organik dengan

bantuan bakteri anorganik, khususnya untuk memproduksi logam merkuri suatu bentuk merkuri

yang mudah masuk kedalam sel dalam tubuh. Beberapa kejadian yang terjadi akibat kontaminasi

air yang menyebabkan keracunan. Ikan yang dimakan terkontaminasi metal merkuri, yang

diubah oleh bakteri di dalam endapan air. Keracunan merkuri terjadi pada populasi lokal yang

mengkonsumsi ikan terpapar merkuri.

Keracunan yang disebabkan oleh merkuri ini, umumnya berawal dari kebiasaaan

memakan makanan dari laut, teruama sekali ikan, udang dan tiram yang telah terkontaminasi

oleh merkuri. Awal peristiwa kontaminasi merkuri terhadap bioata laut adalah masuknya

buangan industri yang mengandung merkuri kedalam badan perairan teluk (lautan). Selanjutnya

dengan adanya proses biomagnifikasi yang bekerja di lautan, konsentrasi merkuri yang masuk

akan terus ditingkatkan disamping penambahan yang terus menerus dari buangan pabrik merkuri

yang masuk tersebut kemudian berasosiasi dengan sistem rantai makanan, sehingga masuk

Page 7: TUGAS TOKSIKOLOGI LINGKUNGAN

kedalam tubuh biota perairan dan ikut termakan oleh manusia bersama makanan yang diambil

dari perairan yang tercemar oleh merkuri. Disamping itu merkuri juga masuk bersama bahan

makanan pokok seperti gandum dan beras, yang telah diberi senyawa merkuri pada waktu

pembibitan dan penyemaian. Sebagai bahan pencemar yang sangat beracun, keberadaan merkuri

dalam tata lingkungan selalu menjadi topik yang selalu hangat untuk dibahas. Pembahasan

mengenai tingkah laku merkuri dalam tubuh biasanya tidak terlepas dari senyawa merkuri yang

mencemari lingkungan.

Senyawa merkuri tersebut yaitu :

1. Senyawa merkuri an-organik termasuk logam merkuri

2. Senyawa akil-merkuri yang mempunyai struktur hidrokarbon rantai lurus

3. Senyawa aril-merkuri dengan struktur yang mengandung cicin hidrokarbon aromatik.

Penggunaan merkuri didalam industri - industri sering menyebabkan pencemaran

lingkungan, baik melalui air buangan maupun melalui system ventilasi udara. Merkuri yang

terbuang kesungai, pantai atau badan air disekitar industri-industri tersebut kemudian dapat

mengkontaminasi ikan–ikan dan mahluk air lainya termasuk ganggang dan tanaman air.

Selanjutnya ikan–ikan kecil dan mahluk air lainnya mungkin akan dimakan oleh ikan-ikan atau

hewan air lainnya yang lebih besar atau masuk kedalam tubuh melalui insang. Kerang juga dapat

mengumpulkan merkuri didalam cangkangnya. Ikan-ikan dan hewan-hewan tersebut kemudian

dikonsumsi oleh manusia sehingga manusia dapat mengumpulkan di dalam tubuhnya.

Penggunaan merkuri dibidang pertanian sebagai pelapis benih dapat mencemari tanah – tanah

pertanian yang berakibat pencemaran terhadap hasil-hasil pertanian, terutama sayursayuran.

Batasan kandungan merkuri maksimum adalah 0,005 ppm untuk air dan 0,5 ppm untuk makanan.

Sedangkan WHO (World Health Orgaization) menetapkan batasan maksimum yang lebih rendah

yaitu 0,0001 ppm untuk air.

SUMBER :

Anonim, 2011, Pengertian Limbah B3, <http://limbah.org/pengertian-limbah-b3.html>,

diakses pada 8 April 2011.

Anonim, 2011, Pengelolaan Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun (B3),

<http://limbah.org/pengelolaan-limbah-bahan-berbahaya-dan-beracun-b3.html>, diakses pada 8

April 2011.

Page 8: TUGAS TOKSIKOLOGI LINGKUNGAN

Anonim, 2011, Pengelolaan Limbah B3, <http://limbah.org/pengelolaan-limbah-

b3.html>, diakses pada 8 April 2011.

Subanri, 2008, Kajian Beban Pencemaran Merkuri (Hg) Terhadap Air Sungai Menyuke

Dan Gangguan Kesehatan Pada Penambang Sebagai Akibat Penambangan Emas Tanpa Izin

(Peti) Dikecamatan Menyuke Kabupaten Landak Kalimantan Barat,

<http://eprints.undip.ac.id/24139/1/Subanri.pdf>, diakses pada 8 April 2011.