tugas tksdl aspek hukum

87
KAJIAN HUKUM PERTANIAN DI DUKUH KEKEP DESA TULUNGREJO KECAMATAN BUMIAJI KOTA BATU – TITIK PENGAMATAN 2 I. SPL 1 FAKTA NORMA HUKUM HASIL I 1) Data kepekaan tanah terhadap erosi dan longsor (iklim, tanah, elevasi, dan lereng) Iklim : Tropis Lereng : 5% Tekstur tanah : Lempung liat berpasir Drainase : Baik Kedalaman efektif : 20 cm Tingkat erosi : Ringan Batu /kerikil : Banyak Bahaya banjir : Tidak pernah Kelas kemampuan lahan : Kelas VI dengan factor pembatas 1) Kepekaan tanah terhadap erosi dan longsor (iklim, tanah, elevasi, dan lereng) a. Iklim Curah hujan tahunan >2000 mm terjadi pada sebagian besar wilayah Indonesia. Kondisi ini berpeluang besar menimbulkan erosi, apalagi di wilayah pegunungan yang lahannya didominasi oleh berbagai jenis tanah. b. Tanah Kedalaman atau solum, Skor : 1 : Tidak sesuai dengan pemerintah 2 : Kurang sesuai dengan pemerintah 3 : Agak sesuai dengan pemerintah 4 : Sesuai dengan pemerintah 5 : Sangat sesuai dengan pemerintah 1) Kepekaan tanah terhadap erosi dan longsor (iklim,

Upload: gerald-siahaan

Post on 14-Feb-2016

282 views

Category:

Documents


18 download

DESCRIPTION

tksdl

TRANSCRIPT

Page 1: Tugas TKSDL Aspek Hukum

KAJIAN HUKUM PERTANIAN DI DUKUH KEKEP DESA TULUNGREJO KECAMATAN BUMIAJI KOTA BATU – TITIK

PENGAMATAN 2

I. SPL 1

FAKTA NORMA HUKUM HASIL I

1) Data kepekaan tanah terhadap erosi dan

longsor (iklim, tanah, elevasi, dan lereng)

Iklim : Tropis

Lereng : 5%

Tekstur tanah : Lempung liat berpasir

Drainase : Baik

Kedalaman efektif : 20 cm

Tingkat erosi : Ringan

Batu /kerikil : Banyak

Bahaya banjir : Tidak pernah

Kelas kemampuan lahan : Kelas VI dengan

factor pembatas kedalaman efektif.

2) Data pengendalian erosi (identifikasi dan

delineasi daerah rawan longsor serta teknik

pengendalian longsor)

1) Kepekaan tanah terhadap erosi dan

longsor (iklim, tanah, elevasi, dan

lereng)

a. Iklim

Curah hujan tahunan >2000 mm terjadi

pada sebagian besar wilayah Indonesia.

Kondisi ini berpeluang besar

menimbulkan erosi, apalagi di wilayah

pegunungan yang lahannya didominasi

oleh berbagai jenis tanah.

b. Tanah

Kedalaman atau solum, tekstur, dan

struktur tanah menentukan besar kecilnya

air limpasan permukaan dan laju

penjenuhan tanah oleh air. Pada tanah

bersolum dalam (>90 cm), struktur

gembur, dan penutupan lahan rapat,

Skor :

1 : Tidak sesuai dengan pemerintah

2 : Kurang sesuai dengan pemerintah

3 : Agak sesuai dengan pemerintah

4 : Sesuai dengan pemerintah

5 : Sangat sesuai dengan pemerintah

1) Kepekaan tanah terhadap erosi

dan longsor (iklim, tanah, elevasi,

dan lereng)

Skor : 4 sesuai dengan pemerintah

Karena menurut saya dengan

kelerengan 5% itu merupakan daerah

yang cocok untuk budidaya tanaman

semusim dalam kontek ini

merupakan tanaman sayuran. Selai

itu dengan lahan yang landai

Page 2: Tugas TKSDL Aspek Hukum

a. Jenis erosi yang ditenukan :

Erosi percikan

Disebabkan oleh air hujan yang jatuh

secara langsung pada permukaan tanah,

sehingga menyebabkan agregat tanah

hancur menjadi partikel – partikel tanah

yang lebih kecil, sehingga mudah terjadi

erosi. Pengendalian erosi percikan adalah

dengan penanaman tanamn border atau

tanaman sela pada setiap guludan agar air

hujan tidak merusak agregat tanah.

Erosi Alur

Disebabkan oleh iklim seperti curah hujan

yang tinggi, intensitas hujan yang besar,

dan kemiringan lereng yang curam yang

membuat tanah terangkut oleh air hujan

yang berasal dari hulu dengan membuat

alur – alur menuju ke bagian hilir.

Pengendaliannya biasanya dengan

kerapatan vegetasi seperti tanaman sela

pada sekitar tanaman tahunan.

sebagian besar air hujan terinfiltrasi ke

dalam tanah dan hanya sebagian kecil

yang menjadi air limpasan permukaan.

Sifat bahan induk tanah ditentukan oleh

asal batuan dan komposisi mineralogi

yang berpengaruh terhadap kepekaan

erosi dan longsor. Di daerah pegunungan,

bahan induk tanah didominasi oleh batuan

kokoh dari batuan volkanik, sedimen, dan

metamorfik. Tanah yang berbentuk dari

batuan sedimen, terutama batu liat, batu

liat berkapur atau marl dan batu kapur,

relatif peka tehadap erosi dan longsor.

Batuan vulkanik umumnya tahan erosi

dan longsor.

c. Elevasi

Sifat bahan induk tanah ditentukan oleh

asal batuan dan komposisi mineralogi

yang berpengaruh terhadap kepekaan

erosi dan longsor. Di daerah pegunungan,

bahan induk tanah didominasi oleh batuan

kemungkinanuntuk terjadinya

longsor itu kecil namun tetap

berpotensi untuk terjadi erosi

mengingat letaknya dibawah lereng

yang berbukit serta dekat dengan

sungai hal ini memungkinkan

terjadinya pencucian unsur hara

dalam tanah.

2) Data pengendalian erosi

(identifikasi dan delineasi daerah

rawan longsor serta teknik

pengendalian longsor)

Skor : 2 Kurang sesuai dengan

pemerintah

Teknik pengendalian secara

vegetative dan mekanisnya sudah

sesuai namun kurangnya kerapatan

vegetasi sebagai penutup lahan dapat

menyebakan percepatan erosi pada

lahan tersebut

3) Data sistem usahatani konservasi

(prinsip usahatani konservasi,

Page 3: Tugas TKSDL Aspek Hukum

b. Perhitungan Indeks Erosivitas :

Ada 2 metode yang dilakukan untuk

menghitung erosivitas, yaitu metode Bols dan

Utomo.

- Metode Bols :

Rb = 6,119 (Hb)1,21(HH)-0,47(I24)0,53

= 6,119 (4,5) 1,21(0,14)-0,47(1,4)0,53

= 113,647

- MetodeUtomo

Rb = 10,80 + 4,15 Hb

= 10,80 + 4,15 (4,5)

= 29,475

c. Perhitungan Indeks Erodibilitas

- Lithic Udic Saments

100K = 1,292 {(2,1 M1,14 (10-4)(12-a) + (b-2)

3,25 + ( c-3) 2,5 )}

100K = 1,292 {(2,1 49501,14 (10-4)(12-3) + (2-2)

3,25 + ( 1-3) 2,5 )}

K = 0,333

kokoh dari batuan volkanik, sedimen, dan

metamorfik. Tanah yang berbentuk dari

batuan sedimen, terutama batu liat, batu

liat berkapur atau marl dan batu kapur,

relatif peka tehadap erosi dan longsor.

Batuan vulkanik umumnya tahan erosi

dan longsor.

d. Lereng

Lereng atau kemiringan lahan adalah

salah satu faktor pemicu terjadinya erosi

dan longsor di lahan pegunungan. Peluang

terjadinya erosi dan longsor makin besar

dengan makin curamnya lereng. Makin

curam lereng makin besar pula volume

dan kecepatan aliran permukaan yang

berpotensi menyebabkan erosi. Selain

kecuraman, panjang lereng juga

menentukan besarnya longsor dan erosi.

Makin panjang lereng, erosi yang terjadi

makin besar. Pada lereng >40% longsor

sering terjadi, terutama disebabkan oleh

pengaruh gaya gravitasi.

pengendalian longsor, komponen

teknik sistem usahatani

konservasi)

Skor : 2 (Kurang sesuai dengan

pemerintah)

Kurang sesuai karena pada kondisi

actual mempunyai lereng yang landai

sehingga teknik pengendaliannya

lebih ditekankan kepada

pengendalian secara vegetatif,

dibandingkan dengan pengendalian

mekanik yang dirancang untuk

menanam tanaman yang mempunyai

akar kuat dan dapat mengikat tanah

namun secara ekonomis tidak

merugikan petani. Sedangkan yang

terdapat pada norma hukum

disebutkan bahwa Pada prinsipnya

konservasi mekanik dalam

pengendalian erosi harus selalu

Page 4: Tugas TKSDL Aspek Hukum

- Typic Melanudants

100K = 1,292 {(2,1 M1,14 (10-4)(12-a) + (b-2)

3,25 + ( c-3) 2,5 )}

100K = 1,292 {(2,1 85501,14 (10-4)(12-4) + (2-2)

3,25 + ( 3-3) 2,5 )}

K = 0,659

- Humic Dystrudepts

100K = 1,292 {(2,1 M1,14 (10-4)(12-a) + (b-2)

3,25 + ( c-3) 2,5 )}

100K = 1,292 {(2,1 45051,14 (10-4)(12-4) + (2-2)

3,25 + ( 2-3) 2,5 )}

K = 0,285

d. Perhitungan Panjang dan Kemiringan

Lereng (LS)

L = 25,3 m

S = 5 %

LS= √ L22 ( 0,065 + 0,045 S + 0,0065 S2)

Erosi dan longsor sering terjadi di wilayah

berbukit dan bergunung, tertama pada

tanah berpasir (Regosol atau Psamment),

Andosol (Andisols), tanah dangkal

berbatu (Litosol atau Entisols), dan tanah

dangkal berkapur (Renzina atau

Mollisols). Di wilayah bergelombang,

intensitas erosi dan longsor agak

berkurang, kecuali pada tanah Podsolik

(Ultisols), Mediteran (Alfisols), dan

Grumusol (Vertisols) yang terbentuk dari

batuan induk batu liat, napal, dan batu

kapur dengan kandungan liat 2:1

(Montmorilonit) tinggi, sehingga

pengelolaan lahan yang disertai oleh

tindakan konservasi sangat diperlukan.

Dalam sistem budidaya pada lahan

berlereng >15% lebih diutamakan

campuran tanaman semusim dengan

tanaman tahunan atau sistem wanatani

(agroforestry)

2) Data pengendalian erosi (identifikasi

diikuti oleh cara vegetative.

4) Data jenis komoditas tanaman

(persyaratan fisiologis dan

agronomis )

Skor 2 : Kurang sesuai dengan

pemerintah, pada norma hukum

dijelaskan bahwa Dalam budidaya

pertanian di lahan pegunungan yang

tidak rawan longsor dan erosi, jenis

tanaman yang akan dikembangkan

dipilih sesuai dengan persyaratan

tumbuh masing-masing jenis

tanaman. Namun dengan kelerengan

yang agak curam dan rentan terjadi

erosi alur maka sebaiknya tidak

menanam tanaman yang berakar

serabut karena tidak dapat mengikat

tanah dengan kuat.

Page 5: Tugas TKSDL Aspek Hukum

= √ 25,322

( 0,065 + 0,045 50 + 0,0065 52)

= 0,485

e. Perhitungan Faktor Tanaman (C) dan

Pengolahannya (P)

C = (0,7 + 0,7 + 0,7)/ 3

= 0,7

P = (0,40 x 40) + (0,35 x 30) + (0,15 x 30)

= 31

f. Perhitungan EDP (erosi yang

diperbolehkan)

Edp= Kedalamantanah ekivalenkelestariantanah

Edp= Kedalamantanah x faktor kedalamankelestarian tanah

= 200 x 1

400

Edp = 0,5 mm/tahun

dan delineasi daerah rawan longsor

serta teknik pengendalian longsor)

a. Identifikasi dan Delineasi Daerah

Rawan

Longsor Tiap jenis tanah mempunyai

tingkat kepekaan terhadap longsor yang

berbeda. Langkah antisipatif yang perlu

dilakukan adalah memetakan sebaran jenis

tanah pada skala 1:25.000 atau skala lebih

besar (1:10.000; 1:5.000) pada hamparan

lahan yang menjadi sasaran pembangunan

pertanian tanaman hortikultura, tanaman

pangan, atau tanaman perkebunan.

b. Teknik Pengendalian Longsor

Vegetatif

Pengendalian longsor dengan pendekatan

vegetatif pada prinsipnya adalah

mencegah air terakumulasi di atas bidang

luncur. Sangat dianjurkan menanam jenis

tanaman berakar dalam, dapat menembus

lapisan kedap air, mampu merembeskan

air ke lapissan yang lebih dalam, dan

Page 6: Tugas TKSDL Aspek Hukum

g. Erosi dilapangan

A = R x K x L x S x C x P

= 29,475x 0,333 x 25,3 x 5 x 0,7 x 31

= 26.700,4 Kg/m2/thn

= 2,67 x 10 -3 ton/ha/thn

3) Data sistem usahatani konservasi (prinsip

usahatani konservasi, pengendalian longsor,

komponen teknik sistem usahatani konservasi)

a. Teknik konservasi yang diusulkan

Lahan Konservasi :

Tempat pengamatan dilakukan di Dukuh

Kekep di Desa Tulungrejo Kecamatan

Bumiaji Kota Batu

Teknik Konservasi :

Cara Vegetatif :

- Penanaman searah garis kontur dan

berlawanan arah lereng

- Alley cropping ( tanaman lorong )

- Pemulsaan (organic atau anorganik)

Cara Mekanik :

mempunyai massa yang relatif ringan.

Jenis tanaman yang dapat dipilih di

antaranya adalah sonokeling, akar wangi,

Flemingia, kayu manis, kemiri, cengkeh,

pala, petai, jengkol, melinjo, alpukat,

kakao, kopi, teh, dan kelengkeng.

Mekanis/sipil teknis

Ada beberapa pendekatan mekanis atau

sipil teknis yang dapat digunakan untuk

mengendalikan longsor, sesuai dengan

kondisi topografi dan besar kecilnya

tingkat bahaya longsor. Pendekatan

mekanis pengendalian longsor meliputi :

1. pembuatan saluran drainase (saluran

pengelak,saluran penangkap, saluran

pembuangan),

2. pembuatan bangunan penahan

material longsor,

3. pembuatan bangunan penguat

dinding/tebing atau pengaman

jurang, dan

Page 7: Tugas TKSDL Aspek Hukum

- Waste Ways (Jalur air)

- Teras bangku dengan rorak

- Pengolahan lahan menurut arah kontur

dan memotong arah kemiringan lereng.

4) Data jenis komoditas tanaman

(persyaratan fisiologis dan agronomis )

Berdasarkan pengamatan yang telah

dilakukan didapatkan hasil bahwa komoditas

yang dibudidayakan adalah wortel, dan

bawang prei.

4. pembuatan trap-trap terasering.

3) Data sistem usahatani konservasi

(prinsip usahatani konservasi,

pengendalian longsor, komponen

teknik sistem usahatani konservasi)

Prinsip Usahatani Konservasi

Budidaya pertanian di lahan

pegunungan meliputi dua kegiatan

pokok, yaitu kegiatan usahatani dan

konservasi. Kedua kegiatan pada

sebidang lahan pertanian terintegrasi

menjadi sistem usahatani (SUT)

konservasi.

Teknik Pengendalian Erosi

Secara garis besar, teknik pengendalian

erosi dibedakan menjadi dua, yaitu

teknik konservasi mekanik dan

vegetatif. Konservasi tanah secara

mekanik adalah semua perlakuan fisik

mekanis dan pembuatan bangunan

yang ditujukan untuk mengurangi

aliran permukaan guna menekan erosi

Page 8: Tugas TKSDL Aspek Hukum

dan meningkatkan kemampuan tanah

mendukung usahatani secara

berkelanjutan. Pada prinsipnya

konservasi mekanik dalam

pengendalian erosi harus selalu diikuti

oleh cara vegetatif, yaitu penggunaan

tumbuhan/tanaman dan sisa-sisa

tanaman/tumbuhan (misalnya mulsa

dan pupuk hijau), serta penerapan pola

tanam yang dapat menutup permukaan

tanah sepanjang tahun.

4) Data jenis komoditas tanaman

(persyaratan fisiologis dan agronomis )

Persyaratan Fisiologis

Dalam budidaya pertanian di lahan

pegunungan yang tidak rawan longsor

dan erosi, jenis tanaman yang akan

dikembangkan dipilih sesuai dengan

persyaratan tumbuh masing-masing jenis

tanaman. Hal ini penting untuk optimasi

pemanfaatan lahan, peningkatan

produktifitas, efisiensi, dan keberlanjutan

Page 9: Tugas TKSDL Aspek Hukum

usahatani.

Persyaratan Agronomis

Setelah persyaratan fisiologis telah

dipenuhi dan jenis tanaman sudah

terpilih, langkah berikutnya adalah

memenuhi persyaratan agronomis lahan

untuk jenis tanaman tersebut. Lokasi

sasaran bisa memenuhi persyaratan

fisiologis tetapi belum tentu memenuhi

persyaratan agronomis. Persyaratan

agronomis yang dimaksud adalah tingkat

kesesuaian lahan bagi tanaman.

FAKTA HUKUM HASIL I HASIL II

1) Siapa (pelaku, saksi, dan korban)

perusakaan

Pelaku : Para masyarakat di Dukuh Kekep

di Desa Tulungrejo Kecamatan Bumiaji

Kota Batu

Saksi : Para masyarakat di Dukuh Kekep

Skor :

1 : Tidak sesuai dengan pemerintah

2 : Kurang sesuai dengan pemerintah

3 : Agak sesuai dengan pemerintah

4 : Sesuai dengan pemerintah

Skor :

1 : Dapat diterapkan

2 : Tidak dapat diterapkan

1) Kepekaan tanah terhadap erosi

Page 10: Tugas TKSDL Aspek Hukum

di Desa Tulungrejo Kecamatan Bumiaji

Kota Batu

Korban : Para masyarakat di Dukuh Kekep

di Desa Tulungrejo Kecamatan Bumiaji

Kota Batu, dan juga masyarakat yang

berada dibagian hilir.

2) Apa (kerusakan atau akibat kerusakan)

Kerusakan :

- Terjadinya pembukaan hutan menjadi lahan

pertanian

- Kurangnya tutupan lahan yang berada

didaerah hulu

- Pengolahan yang intensive

- Kondisi topografi dengan lereng yang

curam

- Banyaknya tanaman musiman dari pada

tanaman tahunan

Akibat :

Didaerah hulu terjadi longsor, erosi, dan

pengikisan. Sedangkan didaerah tengah dan

hilir terjadi sedimentasi dan banjir. Dan

menyebabkan air sungai keruh sehingga

5 : Sangat sesuai dengan pemerintah

1) Kepekaan tanah terhadap erosi dan

longsor (iklim, tanah, elevasi, dan lereng)

Skor : 4 sesuai dengan pemerintah

Karena menurut saya dengan kelerengan

5% itu merupakan daerah yang cocok untuk

budidaya tanaman semusim dalam kontek

ini merupakan tanaman sayuran. Selai itu

dengan lahan yang landai

kemungkinanuntuk terjadinya longsor itu

kecil namun tetap berpotensi untuk terjadi

erosi mengingat letaknya dibawah lereng

yang berbukit serta dekat dengan sungai hal

ini memungkinkan terjadinya pencucian

unsur hara dalam tanah.

2) Data pengendalian erosi (identifikasi dan

delineasi daerah rawan longsor serta

teknik pengendalian longsor)

Skor : 2 Kurang sesuai dengan pemerintah

Teknik pengendalian secara vegetative dan

mekanisnya sudah sesuai namun kurangnya

dan longsor (iklim, tanah, elevasi,

dan lereng)

Skor : 1 Dapat diterapkan

Hal ini karena pada lahan tersebut

memiliki kelerengan yang landai

sehingga cocok untuk tanaman ini

namun perlu dilakuakan konservasi

untuk penjaga keberlanjutan lahan

tersebut.

2) Data pengendalian erosi

(identifikasi dan delineasi daerah

rawan longsor serta teknik

pengendalian longsor)

Skor : 1 (Dapat diterapkan)

Meskipun hasil 1 memaparkan tidak

sesuai dengan pemerintah, namun

untuk pengendalian vegetative juga

dapat diterapkan disana dengan

menanam cover crop disela-sela

tanaman budidaya.

3) Data sistem usahatani konservasi

(prinsip usahatani konservasi,

Page 11: Tugas TKSDL Aspek Hukum

kualitas airnya buruk.

3) Dimana (lokasi perusakan dan /atau

perusakan yang diikuti dengan berbagai

dampaknya)

Lokasi :

Di Dukuh Kekep di Desa Tulungrejo

Kecamatan Bumiaji Kota Batu pada titik

pengamatan 2.

4) Dengan apa (kerusakan dan / atau

perusakan dapat terjadi)

Kerusakan di daerah tersebut terjadi dengan

adanya pembukaan hutan menjadi lahan

pertanian, sehingga banyak tanaman tahunan

yang ditebangi dan diganti menjadi tanaman

musiman tanpa memperhitungkan kondisi

lahan.

5) Mengapa (kerusakan dan / atau

perusakan dapat terjadi)

Kerusakan dapat terjadi karena tidak adanya

pengelolaan lahan yang baik antara pihak

pemerintah dengan masyarakat sekitar,

sehingga masyarakat tidak mengerti

kerapatan vegetasi sebagai penutup lahan

dapat menyebakan percepatan erosi pada

lahan tersebut

3) Data sistem usahatani konservasi

(prinsip usahatani konservasi,

pengendalian longsor, komponen teknik

sistem usahatani konservasi)

Skor : 2 (Kurang sesuai dengan pemerintah)

Kurang sesuai karena pada kondisi actual

mempunyai lereng yang landai sehingga

teknik pengendaliannya lebih ditekankan

kepada pengendalian secara vegetatif,

dibandingkan dengan pengendalian

mekanik yang dirancang untuk menanam

tanaman yang mempunyai akar kuat dan

dapat mengikat tanah namun secara

ekonomis tidak merugikan petani.

Sedangkan yang terdapat pada norma

hukum disebutkan bahwa Pada prinsipnya

konservasi mekanik dalam pengendalian

erosi harus selalu diikuti oleh cara

pengendalian longsor, komponen

teknik sistem usahatani

konservasi)

Skor : 1 (Dapat diterapkan)

Sistem budidaya di SPL 1 dapat

dijadikan sistem alley cropping atau

tumpang sari dengan tanaman kayu

atau tanaman tahunan yang sesuai

dengan tanaman budidayanya.

4) Data jenis komoditas tanaman

(persyaratan fisiologis dan

agronomis )

Skor : 2 (Tidak dapat diterapkan)

Komoditas wortel dan bawang prey

tidak mempunyai akar yang kuat

yang mampu mengikat tanah

sehingga secara fisiologis tidak

cocok walaupun secara agronomis

berpeluang menguntungkan.

Page 12: Tugas TKSDL Aspek Hukum

bagaimana mengelola lahan pegunungan

menjadi sebuah lahan pertanian, akibatnya

masyarakat menebang hutan secara liar, dan

merugikan ekosistem yang lain.

6) Bagaimana (kronologi kerusakan dan /

atau perusakan dapat terjadi)

Kerusakan terjadi bermula dari pembukaan

hutan menjadi lahan pertanian, karena

pengetahuan yang kurag dari masyarakat

sehingga mereka menanam komoditas yang

sesuai pasar tetpai tidak memperhatikan

kondisi lingkungan sekitar, ditambah lagi

dengan pengolahan yang intensif seperti

emupukan dan penggunaan pestisida

membuat banyak ekosistem yang terganggu.

7) Bilamana (kerusakan dan / atau

perusakan dapat terjadi)

Dan bilamana sudah terjadi kerusakan maka

tindakan yang peru kita lakukan adalah

memperbaiki kondisi tersebut ke kondisi

semula dengan cara konservasi sumberdaya

vegetative.

4) Data jenis komoditas tanaman

(persyaratan fisiologis dan agronomis )

Skor 2 : Kurang sesuai dengan pemerintah,

pada norma hukum dijelaskan bahwa

Dalam budidaya pertanian di lahan

pegunungan yang tidak rawan longsor dan

erosi, jenis tanaman yang akan

dikembangkan dipilih sesuai dengan

persyaratan tumbuh masing-masing jenis

tanaman. Namun dengan kelerengan yang

agak curam dan rentan terjadi erosi alur

maka sebaiknya tidak menanam tanaman

yang berakar serabut karena tidak dapat

mengikat tanah dengan kuat.

Page 13: Tugas TKSDL Aspek Hukum

lahan.

Kesimpulan:

SPL 1 memiliki kemiringan yang landai dan dekat dengan sungai sehingga ada beberapa fakta yang seharusnya tidak sesuai dengan

norma hukum namun masih diterapkan pada lahan ini, akibatnya beberapa hasil akhir pada tabel diatas tidak dapat diterapkan, kebutuhan

lokasi SPL 1 adalah penutup tanah yang tahan terhadap pengikisan tanah karena lokasinya yang bersebelahan dengan sungai.

Rekomendasi :

Pada SPL 1 (dekat sungai) ditanami tanaman wortel dan bawang prei. Morfologi kedua tanaman hortikultura ini adalah mempunyai

akar serabut yang kekuatan akar untuk menahan perkolasi air dalam tanah tidak sekuat akar tunggang yang dimiliki oleh tanaman

pohon/tahunan. Dengan kondisi lahan yang terletak di dekat sungai maka jenis tanaman yang dibutuhkan adalah tanaman yang

mempunyai akar kuat namun secara ekonomis tidak merugikan petani. Vegetasi yang cocok untuk SPL 1 adalah Kopi dengan naungan

sonokeling. Dengan pola tanam alley cropping dengan cover crop tanaman leguminose, tanaman kopi dapat dipanen sebagai keuntungan

ekonomis petani sedangkan sonokeling bersama dengan tanaman kopi dan cover crop dapat menjadi pengendali erosi secara vegetatif.

Untuk pengendalian secara mekanik pada daerah tepi sungai dapat dibuat rorak dan guludan di sekitar tanaman kopi agar mencegah

limpasan permukaan sedangkan untuk mengurangi sedimentasi pada sungai dapat ditanami tanaman strip dan tanaman penyaring.

II. SPL II

FAKTA NORMA HUKUM HASIL I

1) Data kepekaan tanah terhadap erosi dan 1) Kepekaan tanah terhadap erosi dan Skor :

Page 14: Tugas TKSDL Aspek Hukum

longsor (iklim, tanah, elevasi, dan lereng)

- Iklim : Tropis

- Lereng : 30%

- Tekstur tanah :Lempung liat berpasir

- Drainase : Baik

- Kedalaman efektif : 20 cm

-Tingkat erosi : Sedang

- Batu /kerikil : Tidak ada

- Bahaya banjir : Tidak pernah

- Kelas kemampuan lahan : Kelas VI dengan

factor pembatas Lereng dan kedalaman

efektif.

2) Data pengendalian erosi (identifikasi dan

delineasi daerah rawan longsor serta teknik

pengendalian longsor)

a. Jenis erosi yang ditenukan :

- Erosi Percikan :

Disebabkan oleh air hujan yang jatuh

secara langsung pada permukaan tanah,

sehingga menyebabkan agregat tanah

hancur menjadi partikel – partikel tanah

longsor (iklim, tanah, elevasi, dan lereng)

a. Iklim

Curah hujan tahunan >2000 mm terjadi

pada sebagian besar wilayah Indonesia.

Kondisi ini berpeluang besar menimbulkan

erosi, apalagi di wilayah pegunungan yang

lahannya didominasi oleh berbagai jenis

tanah.

b. Tanah

Kedalaman atau solum, tekstur, dan

struktur tanah menentukan besar kecilnya

air limpasan permukaan dan laju

penjenuhan tanah oleh air. Pada tanah

bersolum dalam (>90 cm), struktur gembur,

dan penutupan lahan rapat, sebagian besar

air hujan terinfiltrasi ke dalam tanah dan

hanya sebagian kecil yang menjadi air

limpasan permukaan.

Sifat bahan induk tanah ditentukan oleh

asal batuan dan komposisi mineralogi yang

berpengaruh terhadap kepekaan erosi dan

longsor. Di daerah pegunungan, bahan

1 : Tidak sesuai dengan pemerintah

2 : Kurang sesuai dengan pemerintah

3 : Agak sesuai dengan pemerintah

4 : Sesuai dengan pemerintah

5 : Sangat sesuai dengan pemerintah

1) Kepekaan tanah terhadap erosi dan

longsor (iklim, tanah, elevasi, dan

lereng)

Skor :2 Kurang sesuai dengan

Pemerintah

Kepekaan tanah terhadap longsor di

daerah ini sangat peka karena tanah di

daerah ini telah mengalami proses

pengolahan yang intensif sehingga

tanah tersebut menjadi gembur serta

mudah terbawa air. Selain itu hal ini

dipengaruhi oleh vegetasi diatasnya

yang tidak dapat menahan tanah

untukmengurangi kemungkinan

terjadinya longsor dan juga penerapan

sistem teras bangku yang kondisinya

Page 15: Tugas TKSDL Aspek Hukum

yang lebih kecil, sehingga mudah terjadi

erosi. Pengendalian erosi percikan adalah

dengan penanaman tanamn border atau

tanaman sela pada setiap guludan agar air

hujan tidak merusak agregat tanah.

- Erosi Alur

Disebabkan oleh iklim seperti curah hujan

yang tinggi, intensitas hujan yang besar,

dan kemiringan lereng yang curam yang

membuat tanah terangkut oleh air hujan

yang berasal dari hulu dengan membuat

alur – alur menuju ke bagian hilir.

Pengendaliannya biasanya dengan

kerapatan vegetasi seperti tanaman sela

pada sekitar tanaman tahunan.

b. Perhitungan Indeks Erosivitas :

Ada 2 metode yang dilakukan untuk

menghitung erosivitas, yaitu metode Bols dan

Utomo.

- Metode Bols :

induk tanah didominasi oleh batuan kokoh

dari batuan volkanik, sedimen, dan

metamorfik. Tanah yang berbentuk dari

batuan sedimen, terutama batu liat, batu liat

berkapur atau marl dan batu kapur, relatif

peka tehadap erosi dan longsor. Batuan

vulkanik umumnya tahan erosi dan longsor.

c. Elevasi

Sifat bahan induk tanah ditentukan oleh

asal batuan dan komposisi mineralogi yang

berpengaruh terhadap kepekaan erosi dan

longsor. Di daerah pegunungan, bahan

induk tanah didominasi oleh batuan kokoh

dari batuan volkanik, sedimen, dan

metamorfik. Tanah yang berbentuk dari

batuan sedimen, terutama batu liat, batu liat

berkapur atau marl dan batu kapur, relatif

peka tehadap erosi dan longsor. Batuan

vulkanik umumnya tahan erosi dan longsor.

d. Lereng

Lereng atau kemiringan lahan adalah salah

satu faktor pemicu terjadinya erosi dan

kurang layak.

2) Data pengendalian erosi (identifikasi

dan delineasi daerah rawan longsor

serta teknik pengendalian longsor)

Skor : 1 Tidak sesuai dengan

Pemerintah

Karena menurut saya dengan kondisi

fisik tanah yang seperti di atas tidak

sesuai untuk ditanami tanaman dengan

sistem perakaran pendek, hal ini dapat

memperbesar kemungkinan terjadinya

erosi. Selain itu juga mengakibatkan

kehilangan unsur hara tanah lebih cepat

karena digunakan untuk memenuhi

kebutuhan tanaman dengan sistem

perakaran pendek dan hilang akibat

erosi. Dengan pola tanam seperti yang

diterapkan mengakibatkan tanah mudah

tererosi dan longsor akibat tidak ada

penghalang (akar tanaman) serta

berkurangnya bahan organik tanah yang

mengikat tanah membentuk agregat

Page 16: Tugas TKSDL Aspek Hukum

Rb = 6,119 (Hb)1,21(HH)-0,47(I24)0,53

= 6,119 (4,5) 1,21(0,14)-0,47(1,4)0,53

= 113,647

- MetodeUtomo

Rb = 10,80 + 4,15 Hb

= 10,80 + 4,15 (4,5)

= 29,475

c. Perhitungan Indeks Erodibilitas

- Lithic Udic Saments

100K = 1,292 {(2,1 M1,14 (10-4)(12-a) + (b-2)

3,25 + ( c-3) 2,5 )}

100K = 1,292 {(2,1 49501,14 (10-4)(12-3) + (2-2)

3,25 + ( 1-3) 2,5 )}

K = 0,333

- Typic Melanudants

100K = 1,292 {(2,1 M1,14 (10-4)(12-a) + (b-2)

3,25 + ( c-3) 2,5 )}

100K = 1,292 {(2,1 85501,14 (10-4)(12-4) + (2-2)

3,25 + ( 3-3) 2,5 )}

K = 0,659

longsor di lahan pegunungan. Peluang

terjadinya erosi dan longsor makin besar

dengan makin curamnya lereng. Makin

curam lereng makin besar pula volume dan

kecepatan aliran permukaan yang

berpotensi menyebabkan erosi. Selain

kecuraman, panjang lereng juga

menentukan besarnya longsor dan erosi.

Makin panjang lereng, erosi yang terjadi

makin besar. Pada lereng >40% longsor

sering terjadi, terutama disebabkan oleh

pengaruh gaya gravitasi.

Erosi dan longsor sering terjadi di wilayah

berbukit dan bergunung, tertama pada tanah

berpasir (Regosol atau Psamment), Andosol

(Andisols), tanah dangkal berbatu (Litosol

atau Entisols), dan tanah dangkal berkapur

(Renzina atau Mollisols). Di wilayah

bergelombang, intensitas erosi dan longsor

agak berkurang, kecuali pada tanah

Podsolik (Ultisols), Mediteran (Alfisols),

dan Grumusol (Vertisols) yang terbentuk

yang kuat serta meningkatkan infiltrasi

tanah.

3) Data sistem usahatani konservasi

(prinsip usahatani konservasi,

pengendalian longsor, komponen

teknik sistem usahatani konservasi)

Skor :2 Kurang sesuai dengan

Pemerintah

Dari segi data sistem usahatani

konservasi kurang sesuai dengan

pemerintah. Dengan menerapkan sistem

usahati seperti yang telah dijelaskan

akan mengakibatkan degradasi lahan

tersebut untuk dampak jangka panjang.

Serta untuk dampak jangka pendek

yang dirasakan adalah menurunnya

produksi hasil pertanian namun biaya

produksi akan semakin tinggi. Hal ini

dapat dikatakan bahwa sistem pertanian

di daerah ini belum dikatakan berlanjut.

Untuk usaha konservasi di daerah ini

sudah mulai diterapkan namun

Page 17: Tugas TKSDL Aspek Hukum

- Humic Dystrudepts

100K = 1,292 {(2,1 M1,14 (10-4)(12-a) + (b-2)

3,25 + ( c-3) 2,5 )}

100K = 1,292 {(2,1 45051,14 (10-4)(12-4) + (2-2)

3,25 + ( 2-3) 2,5 )}

K = 0,285

d. Perhitungan Panjang dan Kemiringan

Lereng (LS)

L = 45,8 m

S = 30 %

LS= √ L22 ( 0,065 + 0,045 S + 0,0065 S2)

= √ 45,822

( 0,065 + 0,045 50 + 0,0065 302)

= 10,476

e. Perhitungan Faktor Tanaman (C) dan

Pengolahannya (P)

C = (0,7 + 0,7 + 0,7)/ 3

= 0,7

dari batuan induk batu liat, napal, dan batu

kapur dengan kandungan liat 2:1

(Montmorilonit) tinggi, sehingga

pengelolaan lahan yang disertai oleh

tindakan konservasi sangat diperlukan.

Dalam sistem budidaya pada lahan

berlereng >15% lebih diutamakan

campuran tanaman semusim dengan

tanaman tahunan atau sistem wanatani

(agroforestry).

2) Data pengendalian erosi (identifikasi dan

delineasi daerah rawan longsor serta

teknik pengendalian longsor)

a. Identifikasi dan Delineasi Daerah Rawan

Longsor Tiap jenis tanah mempunyai

tingkat kepekaan terhadap longsor yang

berbeda. Langkah antisipatif yang perlu

dilakukan adalah memetakan sebaran jenis

tanah pada skala 1:25.000 atau skala lebih

besar (1:10.000; 1:5.000) pada hamparan

lahan yang menjadi sasaran pembangunan

pertanian tanaman hortikultura, tanaman

penerapannya kurang optimal. Hal ini

dapat dilihat dari pola tanam

tumpangsari namun kurang tepat karena

dengan sesama tanaman semusim serta

penerapan teras-teras namun kondisinya

kurang layak.

4) Data jenis komoditas tanaman

(persyaratan fisiologis dan agronomis

)

Skor : 1 Tidak sesuai dengan

Pemerintah

Berdasarkan data jenis komoditas tanaman.

Tanaman sayuran cocok ditanam di derah

dataran tinggi namun tidak pada kelerengan

yang miring berbukit. Hal ini dikarenakan

sistem perakaran yang pendek

mengakibatkan memperbesar kemungkinan

terjadinya erosi dan leaching pada tanah

tersbut.

Page 18: Tugas TKSDL Aspek Hukum

P = (0,40 x 40) + (0,35 x 30) + (0,15 x 30)

= 31

f. Perhitungan EDP (erosi yang

diperbolehkan)

Edp= Kedalamantanah ekivalenkelestariantanah

Edp= Kedalamantanah x faktor kedalamankelestarian tanah

= 200 x 1

400

Edp = 0,5 mm/tahun

g. Erosi dilapangan

A = R x K x L x S x C x P

= 29,475x 0,659 x 45,8 x 30 x 0,7 x 31

= 579.142,8 Kg/m2/thn

= 5,79 x 10 -2 ton/ha/thn

3) Data sistem usahatani konservasi (prinsip

usahatani konservasi, pengendalian longsor,

komponen teknik sistem usahatani konservasi)

pangan, atau tanaman perkebunan.

b. Teknik Pengendalian Longsor

Vegetatif

Pengendalian longsor dengan pendekatan

vegetatif pada prinsipnya adalah

mencegah air terakumulasi di atas bidang

luncur. Sangat dianjurkan menanam jenis

tanaman berakar dalam, dapat menembus

lapisan kedap air, mampu merembeskan

air ke lapissan yang lebih dalam, dan

mempunyai massa yang relatif ringan.

Jenis tanaman yang dapat dipilih di

antaranya adalah sonokeling, akar wangi,

Flemingia, kayu manis, kemiri, cengkeh,

pala, petai, jengkol, melinjo, alpukat,

kakao, kopi, teh, dan kelengkeng.

Mekanis/sipil teknis

Ada beberapa pendekatan mekanis atau

sipil teknis yang dapat digunakan untuk

mengendalikan longsor, sesuai dengan

kondisi topografi dan besar kecilnya

Page 19: Tugas TKSDL Aspek Hukum

a. Teknik konservasi yang diusulkan

Lahan Konservasi :

Tempat pengamatan dilakukan di Dukuh

Kekep di Desa Tulungrejo Kecamatan

Bumiaji Kota Batu

Teknik Konservasi :

Cara Vegetatif :

- Penanaman searah garis kontur dan

berlawanan arah lereng

- Alley cropping ( tanaman lorong )

- Pemulsaan (organic atau anorganik)

Cara Mekanik :

- Waste Ways (Jalur air)

- Teras bangku dengan rorak

- Pengolahan lahan menurut arah kontur

dan memotong arah kemiringan lereng.

4) Data jenis komoditas tanaman

(persyaratan fisiologis dan agronomis )

Berdasarkan pengamatan yang telah

dilakukan didapatkan hasil bahwa komoditas

yang dibudidayakan adalah wortel, dan

tingkat bahaya longsor. Pendekatan

mekanis pengendalian longsor meliputi :

1. pembuatan saluran drainase (saluran

pengelak,saluran penangkap, saluran

pembuangan),

2. pembuatan bangunan penahan

material longsor,

3. pembuatan bangunan penguat

dinding/tebing atau pengaman jurang,

dan

4. pembuatan trap-trap terasering.

3) Data sistem usahatani konservasi

(prinsip usahatani konservasi,

pengendalian longsor, komponen teknik

sistem usahatani konservasi)

Prinsip Usahatani Konservasi

Budidaya pertanian di lahan pegunungan

meliputi dua kegiatan pokok, yaitu

kegiatan usahatani dan konservasi.

Kedua kegiatan pada sebidang lahan

pertanian terintegrasi menjadi sistem

Page 20: Tugas TKSDL Aspek Hukum

bawang prei. usahatani (SUT) konservasi.

Teknik Pengendalian Erosi

Secara garis besar, teknik pengendalian

erosi dibedakan menjadi dua, yaitu

teknik konservasi mekanik dan

vegetatif. Konservasi tanah secara

mekanik adalah semua perlakuan fisik

mekanis dan pembuatan bangunan

yang ditujukan untuk mengurangi

aliran permukaan guna menekan erosi

dan meningkatkan kemampuan tanah

mendukung usahatani secara

berkelanjutan. Pada prinsipnya

konservasi mekanik dalam

pengendalian erosi harus selalu diikuti

oleh cara vegetatif, yaitu penggunaan

tumbuhan/tanaman dan sisa-sisa

tanaman/tumbuhan (misalnya mulsa

dan pupuk hijau), serta penerapan pola

tanam yang dapat menutup permukaan

tanah sepanjang tahun.

4) Data jenis komoditas tanaman

Page 21: Tugas TKSDL Aspek Hukum

(persyaratan fisiologis dan agronomis )

Persyaratan Fisiologis

Dalam budidaya pertanian di lahan

pegunungan yang tidak rawan longsor dan

erosi, jenis tanaman yang akan

dikembangkan dipilih sesuai dengan

persyaratan tumbuh masing-masing jenis

tanaman. Hal ini penting untuk optimasi

pemanfaatan lahan, peningkatan

produktifitas, efisiensi, dan keberlanjutan

usahatani.

Persyaratan Agronomis

Setelah persyaratan fisiologis telah

dipenuhi dan jenis tanaman sudah terpilih,

langkah berikutnya adalah memenuhi

persyaratan agronomis lahan untuk jenis

tanaman tersebut. Lokasi sasaran bisa

memenuhi persyaratan fisiologis tetapi

belum tentu memenuhi persyaratan

agronomis. Persyaratan agronomis yang

dimaksud adalah tingkat kesesuaian lahan

Page 22: Tugas TKSDL Aspek Hukum

bagi tanaman.

FAKTA HUKUM HASIL I HASIL II

1) Siapa (pelaku, saksi, dan korban)

perusakaan

Pelaku : Para masyarakat di Dukuh

Kekep di Desa Tulungrejo Kecamatan

Bumiaji Kota Batu.

Saksi : Para masyarakat di Dukuh

Kekep di Desa Tulungrejo Kecamatan

Bumiaji Kota Batu

Korban : Para masyarakat di Dukuh

Kekep di Desa Tulungrejo Kecamatan

Bumiaji Kota Batu, dan juga

masyarakat yang berada dibagian hilir.

2) Apa (kerusakan atau akibat

kerusakan)

Kerusakan :

- Terjadinya pembukaan hutan menjadi

lahan pertanian

- Kurangnya tutupan lahan yang berada

Skor :

1 : Tidak sesuai dengan pemerintah

2 : Kurang sesuai dengan pemerintah

3 : Agak sesuai dengan pemerintah

4 : Sesuai dengan pemerintah

5 : Sangat sesuai dengan pemerintah

1) Kepekaan tanah terhadap erosi dan

longsor (iklim, tanah, elevasi, dan

lereng)

Skor :2 Kurang sesuai dengan Pemerintah

Kepekaan tanah terhadap longsor di

daerah ini sangat peka karena tanah di

daerah ini telah mengalami proses

pengolahan yang intensif sehingga tanah

tersebut menjadi gembur serta mudah

terbawa air. Selain itu hal ini dipengaruhi

oleh vegetasi diatasnya yang tidak dapat

Skor :

1 : Dapat diterapkan

2 : Tidak dapat diterapkan

1) Kepekaan tanah terhadap erosi dan

longsor (iklim, tanah, elevasi, dan

lereng)

Skor : 1 Dapat diterapkan

Untuk kepekaan tanah terhadap erosi dan

longsor dapat diterapkan namun dengan

upaya perbaikan serta pengembalian

fungsi lahan seseuai dengan

kemampuannya.

2) Data pengendalian erosi (identifikasi

dan delineasi daerah rawan longsor

serta teknik pengendalian longsor)

Skor : 2 Tidak dapat diterapkan

Berdasarkan kondisi di lahan hal tersebut

tidak dapat diterapkan. Hal ini harus

Page 23: Tugas TKSDL Aspek Hukum

didaerah hulu

- Pengolahan yang intensive

- Kondisi topografi dengan lereng yang

curam

- Banyaknya tanaman musiman dari pada

tanaman tahunan

Akibat :

Didaerah hulu terjadi longsor, erosi,

dan pengikisan. Sedangkan didaerah

tengah dan hilir terjadi sedimentasi dan

banjir. Dan menyebabkan air sungai

keruh sehingga kualitas airnya buruk.

3) Dimana (lokasi perusakan dan /atau

perusakan yang diikuti dengan

berbagai dampaknya)

Lokasi

Di Dukuh Kekep di Desa Tulungrejo

Kecamatan Bumiaji Kota Batu pada

titik pengamatan 2.

4) Dengan apa (kerusakan dan / atau

perusakan dapat terjadi)

menahan tanah untukmengurangi

kemungkinan terjadinya longsor dan juga

penerapan sistem teras bangku yang

kondisinya kurang layak.

2) Data pengendalian erosi (identifikasi

dan delineasi daerah rawan longsor

serta teknik pengendalian longsor)

Skor : 1 Tidak sesuai dengan Pemerintah

Karena menurut saya dengan kondisi fisik

tanah yang seperti di atas tidak sesuai

untuk ditanami tanaman dengan sistem

perakaran pendek, hal ini dapat

memperbesar kemungkinan terjadinya

erosi. Selain itu juga mengakibatkan

kehilangan unsur hara tanah lebih cepat

karena digunakan untuk memenuhi

kebutuhan tanaman dengan sistem

perakaran pendek dan hilang akibat erosi.

Dengan pola tanam seperti yang

diterapkan mengakibatkan tanah mudah

tererosi dan longsor akibat tidak ada

penghalang (akar tanaman) serta

diubah sesuai dengan anjuran pemerintah

serta perlu perbaikan dari berbagai aspek

untuk mengembalikan fungsi lahan

tersebut dan untuk menjadikan lahan

tersebut menjadi berlanjut.

3) Data sistem usahatani konservasi

(prinsip usahatani konservasi,

pengendalian longsor, komponen

teknik sistem usahatani konservasi)

Skor : 1 Dapat diterapkan

Usaha konservasi yang telah diterapkan

tersebut dapat diterapkan untuk

kedepannya namun harus dilakukan

optimalisasi upaya konservasi tersebut

untuk mendapatkan hasil yang lebih

optimal dan dapat mengurangi dampak

negatif dari sistem pertanian tersebut

4) Data jenis komoditas tanaman

(persyaratan fisiologis dan agronomis )

Skor : 1 Dapat diterapkan

Komoditas tersebut masih bisa diterapkan

namun harus diimbangi dengan upaya-

Page 24: Tugas TKSDL Aspek Hukum

Kerusakan di daerah tersebut terjadi

dengan adanya pembukaan hutan menjadi

lahan pertanian, sehingga banyak

tanaman tahunan yang ditebangi dan

diganti menjadi tanaman musiman tanpa

memperhitungkan kondisi lahan.

5) Mengapa (kerusakan dan / atau

perusakan dapat terjadi)

Kerusakan dapat terjadi karena tidak

adanya pengelolaan lahan yang baik

antara pihak pemerintah dengan

masyarakat sekitar, sehingga masyarakat

tidak mengerti bagaimana mengelola

lahan pegunungan menjadi sebuah lahan

pertanian, akibatnya masyarakat

menebang hutan secara liar, dan

merugikan ekosistem yang lain.

6) Bagaimana (kronologi kerusakan dan /

atau perusakan dapat terjadi)

Kerusakan terjadi bermula dari

pembukaan hutan menjadi lahan

pertanian, karena pengetahuan yang kurag

berkurangnya bahan organik tanah yang

mengikat tanah membentuk agregat yang

kuat serta meningkatkan infiltrasi tanah.

3) Data sistem usahatani konservasi

(prinsip usahatani konservasi,

pengendalian longsor, komponen

teknik sistem usahatani konservasi)

Skor :2 Kurang sesuai dengan Pemerintah

Dari segi data sistem usahatani konservasi

kurang sesuai dengan pemerintah.

Dengan menerapkan sistem usahati

seperti yang telah dijelaskan akan

mengakibatkan degradasi lahan tersebut

untuk dampak jangka panjang. Serta

untuk dampak jangka pendek yang

dirasakan adalah menurunnya produksi

hasil pertanian namun biaya produksi

akan semakin tinggi. Hal ini dapat

dikatakan bahwa sistem pertanian di

daerah ini belum dikatakan berlanjut.

Untuk usaha konservasi di daerah ini

sudah mulai diterapkan namun

upaya yang mendukung proses konservasi

serta diimbangi tanaman lain yang dapat

mengurangi kemungkinan terjadinya erosi

dan degradasi lahan.

Page 25: Tugas TKSDL Aspek Hukum

dari masyarakat sehingga mereka

menanam komoditas yang sesuai pasar

tetpai tidak memperhatikan kondisi

lingkungan sekitar, ditambah lagi dengan

pengolahan yang intensif seperti

pemupukan dan penggunaan pestisida

membuat banyak ekosistem yang

terganggu.

7) Bilamana (kerusakan dan / atau

perusakan dapat terjadi)

Dan bilamana sudah terjadi kerusakan

maka tindakan yang peru kita lakukan

adalah memperbaiki kondisi tersebut ke

kondisi semula dengan cara konservasi

sumberdaya lahan.

penerapannya kurang optimal. Hal ini

dapat dilihat dari pola tanam tumpangsari

namun kurang tepat karena dengan

sesama tanaman semusim serta penerapan

teras-teras namun kondisinya kurang

layak.

4) Data jenis komoditas tanaman

(persyaratan fisiologis dan agronomis )

Skor : 1 Tidak sesuai dengan Pemerintah

Berdasarkan data jenis komoditas

tanaman. Tanaman sayuran cocok

ditanam di derah dataran tinggi namun

tidak pada kelerengan yang miring

berbukit. Hal ini dikarenakan sistem

perakaran yang pendek mengakibatkan

memperbesar kemungkinan terjadinya

erosi dan leaching pada tanah tersbut.

KESIMPULAN

Berdasarkan data serta pembahasan di atas dapat disimpulkan bahwa pada SPL II peka terhadap longsor dan rawan terjadi erosi

karena memiliki kondisi yang seperti di atas. Selain itu hal ini didukung dengan peggunaan pola tanam yang dominan monokultur dan

Page 26: Tugas TKSDL Aspek Hukum

beberapa polikultur namun dengan sesama tanaman tahuna yang akan meningkatkan kemungkinan terjadinya erosi serta longsor dan

degradasi lahan. Dengan kondisi kelerengan yang miring berbukit menyebabkan tanah mudah tercuci dan terbawa oleh air. Dengan

ditanami tanaman semusim dan pengolahn tanah yang intensif serta kurang optimalnya penggunaan teras di lahan ini akan menurunkan

laju infiltrasi dan menyebabkan laju perkolasi akan semakin meningkat.

REKOMENDASI

Untuk SPL II sebaiknya perlu dilakukan pengoptimalkan fungsi teras pada lahan tersebut dengan cara perbaikan kondisi teras yang

telah ada serta perlu ditambahkan tanaman strip untuk mengurangi tingkat atau membatasi kemiringan lahan. Selain itu juga perlu

ditambahkan tanaman yang memiliki perakan yang lebih dalam untuk membantu menahan tanah dari erosi serta untuk membantu

manajemen unsur hara dan air dalam tanah tersebut.

III. SPL III

FAKTA NORMA HUKUM HASIL I

1) Data kepekaan tanah terhadap erosi

dan longsor (iklim, tanah, elevasi, dan

lereng)

Iklim : Tropis

Lereng : 6,5%

Tekstur tanah : Lempung liat berpasir

Drainase : Baik

Kedalaman efektif : 20 cm

1) Kepekaan tanah terhadap erosi dan

longsor (iklim, tanah, elevasi, dan

lereng)

a. Iklim

Curah hujan tahunan >2000 mm terjadi

pada sebagian besar wilayah Indonesia.

Kondisi ini berpeluang besar

menimbulkan erosi, apalagi di wilayah

Skor :

1 : Tidak sesuai dengan pemerintah

2 : Kurang sesuai dengan pemerintah

3 : Agak sesuai dengan pemerintah

4 : Sesuai dengan pemerintah

5 : Sangat sesuai dengan pemerintah

1) Kepekaan tanah terhadap erosi dan

Page 27: Tugas TKSDL Aspek Hukum

Tingkat erosi : Ringan

Batu /kerikil : Banyak

Bahaya banjir : Tidak pernah

Kelas kemampuan lahan : Kelas VI

dengan factor pembatas kedalaman

efektif.

2) Data pengendalian erosi (identifikasi

dan delineasi daerah rawan longsor serta

teknik pengendalian longsor)

a. Jenis erosi yang ditenukan :

Erosi percikan

Disebabkan oleh air hujan yang jatuh

secara langsung pada permukaan

tanah, sehingga menyebabkan agregat

tanah hancur menjadi partikel –

partikel tanah yang lebih kecil,

sehingga mudah terjadi erosi.

Pengendalian erosi percikan adalah

dengan penanaman tanamn border atau

tanaman sela pada setiap guludan agar

air hujan tidak merusak agregat tanah.

pegunungan yang lahannya didominasi

oleh berbagai jenis tanah.

b. Tanah

Kedalaman atau solum, tekstur, dan

struktur tanah menentukan besar kecilnya

air limpasan permukaan dan laju

penjenuhan tanah oleh air. Pada tanah

bersolum dalam (>90 cm), struktur

gembur, dan penutupan lahan rapat,

sebagian besar air hujan terinfiltrasi ke

dalam tanah dan hanya sebagian kecil

yang menjadi air limpasan permukaan.

Sifat bahan induk tanah ditentukan oleh

asal batuan dan komposisi mineralogi

yang berpengaruh terhadap kepekaan

erosi dan longsor. Di daerah pegunungan,

bahan induk tanah didominasi oleh batuan

kokoh dari batuan volkanik, sedimen, dan

metamorfik. Tanah yang berbentuk dari

batuan sedimen, terutama batu liat, batu

liat berkapur atau marl dan batu kapur,

longsor (iklim, tanah, elevasi, dan

lereng)

Skor : 3 (Agak sesuai dengan pemerintah)

Karena pada SPL 3, lahan masih ditanami

oleh tanaman semusim yaitu wortel. Pada

sebagian lahan terlihat tanpa vegetasi

karena wortel telah dipanen. Meskipun

dari kriteria drainase, bahaya banjir dan

kedalaman efektifnya memungkinkan

untuk ditanami wortel namun SPL 3 ini

letaknya di atas SPL II, meskipun SPL III

memiliki kelerengan yang landai/

berombak dibawahnya merupakan lereng

miring sehingga masih sangat perlu

penanaman tahunan untuk mengurangi

kemungkinan terjadinya erosi.

2) Data pengendalian erosi (identifikasi

dan delineasi daerah rawan longsor

serta teknik pengendalian longsor)

Skor : 2 (Kurang sesuai dengan

pemerintah)

Teknik pengendalian secara vegetative

Page 28: Tugas TKSDL Aspek Hukum

Erosi Alur

Disebabkan oleh iklim seperti curah

hujan yang tinggi, intensitas hujan

yang besar, dan kemiringan lereng

yang curam yang membuat tanah

terangkut oleh air hujan yang berasal

dari hulu dengan membuat alur – alur

menuju ke bagian hilir.

Pengendaliannya biasanya dengan

kerapatan vegetasi seperti tanaman

sela pada sekitar tanaman tahunan.

b. Perhitungan Indeks Erosivitas :

Ada 2 metode yang dilakukan untuk

menghitung erosivitas, yaitu metode Bols

dan Utomo.

- Metode Bols :

Rb =6,119 (Hb)1,21(HH)-0,47(I24)0,53

=6,119(4,5)1,21(0,14)0,47(1,4)0,53

= 113,647

- MetodeUtomo

Rb = 10,80 + 4,15 Hb

relatif peka tehadap erosi dan longsor.

Batuan vulkanik umumnya tahan erosi

dan longsor.

c. Elevasi

Sifat bahan induk tanah ditentukan oleh

asal batuan dan komposisi mineralogi

yang berpengaruh terhadap kepekaan

erosi dan longsor. Di daerah pegunungan,

bahan induk tanah didominasi oleh batuan

kokoh dari batuan volkanik, sedimen, dan

metamorfik. Tanah yang berbentuk dari

batuan sedimen, terutama batu liat, batu

liat berkapur atau marl dan batu kapur,

relatif peka tehadap erosi dan longsor.

Batuan vulkanik umumnya tahan erosi

dan longsor.

d. Lereng

Lereng atau kemiringan lahan adalah

salah satu faktor pemicu terjadinya erosi

dan longsor di lahan pegunungan.

Peluang terjadinya erosi dan longsor

dan mekanisnya sudah sesuai namun

kurangnya kerapatan vegetasi sebagai

penutup lahan dapat menyebakan

percepatan erosi pada lahan tersebut

3) Data sistem usahatani konservasi

(prinsip usahatani konservasi,

pengendalian longsor, komponen

teknik sistem usahatani konservasi)

Skor 4 : Sesuai dengan pemerintah.

Upaya tindakan konservasi yang akan

dilakukan disesuakan oleh bentukan lahan

terutama topografi dengan prinsip saling

menguntungkan

4) Data jenis komoditas tanaman

(persyaratan fisiologis dan agronomis )

Skor: 1 (Tidak sesuai dengan pemerintah)

Pada SPL 3 hanya sedikit tanaman

pohon/tahunan yang ditemukan. Dengan

kemiringan lereng 6,5% maka dibutuhkan

cover crop sebagai penutup lahan dan

tanaman tahunan untuk mengurangi erosi

dan mencegah timbulnya limpasan

Page 29: Tugas TKSDL Aspek Hukum

= 10,80 + 4,15 (4,5)

= 29,475

c. Perhitungan Indeks Erodibilitas

- Lithic Udic Saments

100K = 1,292 {(2,1 M1,14 (10-4)(12-a) + (b-2)

3,25 + ( c-3) 2,5 )}

100K = 1,292 {(2,1 49501,14 (10-4)(12-3) +

(2-2) 3,25 + ( 1-3) 2,5 )}

K = 0,333

- Typic Melanudants

100K = 1,292 {(2,1 M1,14 (10-4)(12-a) + (b-2)

3,25 + ( c-3) 2,5 )}

100K = 1,292 {(2,1 85501,14 (10-4)(12-4) +

(2-2) 3,25 + ( 3-3) 2,5 )}

K = 0,659

- Humic Dystrudepts

100K = 1,292 {(2,1 M1,14 (10-4)(12-a) + (b-2)

3,25 + ( c-3) 2,5 )}

100K = 1,292 {(2,1 45051,14 (10-4)(12-4) +

(2-2) 3,25 + ( 2-3) 2,5 )}

makin besar dengan makin curamnya

lereng. Makin curam lereng makin besar

pula volume dan kecepatan aliran

permukaan yang berpotensi menyebabkan

erosi. Selain kecuraman, panjang lereng

juga menentukan besarnya longsor dan

erosi. Makin panjang lereng, erosi yang

terjadi makin besar. Pada lereng >40%

longsor sering terjadi, terutama

disebabkan oleh pengaruh gaya gravitasi.

Erosi dan longsor sering terjadi di

wilayah berbukit dan bergunung, tertama

pada tanah berpasir (Regosol atau

Psamment), Andosol (Andisols), tanah

dangkal berbatu (Litosol atau Entisols),

dan tanah dangkal berkapur (Renzina atau

Mollisols). Di wilayah bergelombang,

intensitas erosi dan longsor agak

berkurang, kecuali pada tanah Podsolik

(Ultisols), Mediteran (Alfisols), dan

Grumusol (Vertisols) yang terbentuk dari

batuan induk batu liat, napal, dan batu

permukaan.

Page 30: Tugas TKSDL Aspek Hukum

K = 0,285

d. Perhitungan Panjang dan Kemiringan

Lereng (LS)

L = 11,40 m

S = 6,5 %

LS= √ L22 ( 0,065 + 0,045 S + 0,0065 S2)

= √ 11,4022

( 0,065 + 0,045 50 + 0,0065

6,52)

= 0,453

e. Perhitungan Faktor Tanaman (C) dan

Pengolahannya (P)

C = (0,7 + 0,7 + 0,7)/ 3

= 0,7

P =(0,40 x 40) + (0,35 x 30) + (0,15 x30)

= 31

f. Perhitungan EDP (erosi yang

diperbolehkan)

kapur dengan kandungan liat 2:1

(Montmorilonit) tinggi, sehingga

pengelolaan lahan yang disertai oleh

tindakan konservasi sangat diperlukan.

Dalam sistem budidaya pada lahan

berlereng >15% lebih diutamakan

campuran tanaman semusim dengan

tanaman tahunan atau sistem wanatani

(agroforestry)

2) Data pengendalian erosi (identifikasi

dan delineasi daerah rawan longsor

serta teknik pengendalian longsor)

a. Identifikasi dan Delineasi Daerah

Rawan

Longsor Tiap jenis tanah mempunyai

tingkat kepekaan terhadap longsor yang

berbeda. Langkah antisipatif yang perlu

dilakukan adalah memetakan sebaran jenis

tanah pada skala 1:25.000 atau skala lebih

besar (1:10.000; 1:5.000) pada hamparan

lahan yang menjadi sasaran pembangunan

pertanian tanaman hortikultura, tanaman

Page 31: Tugas TKSDL Aspek Hukum

Edp= Kedalamantanah ekivalenkelestariantanah

Edp= Kedalamantanah x faktor kedalamankelestarian tanah

= 200 x 1

400

Edp = 0,5 mm/tahun

g. Erosi dilapangan

A = R x K x L x S x C x P

= 29,475x 0,333 x 11,4 x 6,5 x 0,7 x 31

= 15.782,5 Kg/m2/thn

= 1,578 x 10 -3 ton/ha/thn

3) Data sistem usahatani konservasi

(prinsip usahatani konservasi,

pengendalian longsor, komponen teknik

sistem usahatani konservasi)

a. Teknik konservasi yang diusulkan

Lahan Konservasi :

Tempat pengamatan dilakukan di

Dukuh Kekep di Desa Tulungrejo

Kecamatan Bumiaji Kota Batu

pangan, atau tanaman perkebunan.

b. Teknik Pengendalian Longsor

Vegetatif

Pengendalian longsor dengan

pendekatan vegetatif pada prinsipnya

adalah mencegah air terakumulasi di atas

bidang luncur. Sangat dianjurkan

menanam jenis tanaman berakar dalam,

dapat menembus lapisan kedap air,

mampu merembeskan air ke lapissan

yang lebih dalam, dan mempunyai massa

yang relatif ringan.

Jenis tanaman yang dapat dipilih di

antaranya adalah sonokeling, akar

wangi, Flemingia, kayu manis, kemiri,

cengkeh, pala, petai, jengkol, melinjo,

alpukat, kakao, kopi, teh, dan

kelengkeng.

Mekanis/sipil teknis

Ada beberapa pendekatan mekanis atau

sipil teknis yang dapat digunakan untuk

Page 32: Tugas TKSDL Aspek Hukum

Teknik Konservasi :

Cara Vegetatif :

- Penanaman searah garis kontur dan

berlawanan arah lereng

- Alley cropping ( tanaman lorong )

- Pemulsaan (organic atau anorganik)

Cara Mekanik :

- Waste Ways (Jalur air)

- Teras bangku dengan rorak

- Pengolahan lahan menurut arah

kontur dan memotong arah

kemiringan lereng.

4) Data jenis komoditas tanaman

(persyaratan fisiologis dan agronomis )

Berdasarkan pengamatan yang telah

dilakukan didapatkan hasil bahwa

komoditas yang dibudidayakan adalah

wortel, dan bawang prei.

mengendalikan longsor, sesuai dengan

kondisi topografi dan besar kecilnya

tingkat bahaya longsor. Pendekatan

mekanis pengendalian longsor meliputi :

1. pembuatan saluran drainase (saluran

pengelak,saluran penangkap, saluran

pembuangan),

2. pembuatan bangunan penahan

material longsor,

3. pembuatan bangunan penguat

dinding/tebing atau pengaman

jurang, dan

4. pembuatan trap-trap terasering.

3) Data sistem usahatani konservasi

(prinsip usahatani konservasi,

pengendalian longsor, komponen

teknik sistem usahatani konservasi)

Prinsip Usahatani Konservasi

Budidaya pertanian di lahan

pegunungan meliputi dua kegiatan

pokok, yaitu kegiatan usahatani dan

konservasi. Kedua kegiatan pada

Page 33: Tugas TKSDL Aspek Hukum

sebidang lahan pertanian terintegrasi

menjadi sistem usahatani (SUT)

konservasi.

Teknik Pengendalian Erosi

Secara garis besar, teknik

pengendalian erosi dibedakan menjadi

dua, yaitu teknik konservasi mekanik

dan vegetatif. Konservasi tanah secara

mekanik adalah semua perlakuan fisik

mekanis dan pembuatan bangunan

yang ditujukan untuk mengurangi

aliran permukaan guna menekan erosi

dan meningkatkan kemampuan tanah

mendukung usahatani secara

berkelanjutan. Pada prinsipnya

konservasi mekanik dalam

pengendalian erosi harus selalu diikuti

oleh cara vegetatif, yaitu penggunaan

tumbuhan/tanaman dan sisa-sisa

tanaman/tumbuhan (misalnya mulsa

dan pupuk hijau), serta penerapan pola

tanam yang dapat menutup permukaan

Page 34: Tugas TKSDL Aspek Hukum

tanah sepanjang tahun.

4) Data jenis komoditas tanaman

(persyaratan fisiologis dan agronomis )

Persyaratan Fisiologis

Dalam budidaya pertanian di lahan

pegunungan yang tidak rawan longsor

dan erosi, jenis tanaman yang akan

dikembangkan dipilih sesuai dengan

persyaratan tumbuh masing-masing jenis

tanaman. Hal ini penting untuk optimasi

pemanfaatan lahan, peningkatan

produktifitas, efisiensi, dan

keberlanjutan usahatani.

Persyaratan Agronomis

Setelah persyaratan fisiologis telah

dipenuhi dan jenis tanaman sudah terpilih,

langkah berikutnya adalah memenuhi

persyaratan agronomis lahan untuk jenis

tanaman tersebut. Lokasi sasaran bisa

memenuhi persyaratan fisiologis tetapi

belum tentu memenuhi persyaratan

agronomis. Persyaratan agronomis yang

Page 35: Tugas TKSDL Aspek Hukum

dimaksud adalah tingkat kesesuaian lahan

bagi tanaman.

FAKTA HUKUM HASIL I HASIL II

1) Siapa (pelaku, saksi, dan korban)

perusakaan

Pelaku : Para masyarakat di Dukuh

Kekep di Desa Tulungrejo Kecamatan

Bumiaji Kota Batu

Saksi : Para masyarakat di Dukuh

Kekep di Desa Tulungrejo Kecamatan

Bumiaji Kota Batu

Korban : Para masyarakat di Dukuh

Kekep di Desa Tulungrejo Kecamatan

Bumiaji Kota Batu, dan juga

masyarakat yang berada dibagian hilir.

2) Apa (kerusakan atau akibat

kerusakan)

Kerusakan :

- Terjadinya pembukaan hutan menjadi

lahan pertanian

Skor :

1 : Tidak sesuai dengan pemerintah

2 : Kurang sesuai dengan pemerintah

3 : Agak sesuai dengan pemerintah

4 : Sesuai dengan pemerintah

5 : Sangat sesuai dengan pemerintah

1) Kepekaan tanah terhadap erosi dan

longsor (iklim, tanah, elevasi, dan

lereng)

Skor : 3 (Agak sesuai dengan pemerintah)

Karena pada SPL 3, lahan masih ditanami

oleh tanaman semusim yaitu wortel. Pada

sebagian lahan terlihat tanpa vegetasi

karena wortel telah dipanen. Meskipun

dari kriteria drainase, bahaya banjir dan

kedalaman efektifnya memungkinkan

Skor :

1 : Dapat diterapkan

2 : Tidak dapat diterapkan

1) Kepekaan tanah terhadap erosi dan

longsor (iklim, tanah, elevasi, dan

lereng)

Skor : 1 Dapat diterapkan

Untuk praktek budidaya di lapangan

sudah dapat diterapkan melainkan harus

didukung dengan upaya konservasi

lahanbaik secara vegetatif ataupun

mekanik.

2) Data pengendalian erosi (identifikasi

dan delineasi daerah rawan longsor

serta teknik pengendalian longsor)

Page 36: Tugas TKSDL Aspek Hukum

- Kurangnya tutupan lahan yang berada

didaerah hulu

- Pengolahan yang intensive

- Kondisi topografi dengan lereng yang

curam

- Banyaknya tanaman musiman dari pada

tanaman tahunan

Akibat :

Didaerah hulu terjadi longsor, erosi, dan

pengikisan. Sedangkan didaerah tengah

dan hilir terjadi sedimentasi dan banjir.

Dan menyebabkan air sungai keruh

sehingga kualitas airnya buruk.

3) Dimana (lokasi perusakan dan /atau

perusakan yang diikuti dengan

berbagai dampaknya)

Lokasi :

Di Dukuh Kekep di Desa Tulungrejo

Kecamatan Bumiaji Kota Batu pada

titik pengamatan 2.

4) Dengan apa (kerusakan dan / atau

perusakan dapat terjadi)

untuk ditanami wortel namun SPL 3 ini

letaknya di atas SPL II, meskipun SPL III

memiliki kelerengan yang landai/

berombak dibawahnya merupakan lereng

miring sehingga masih sangat perlu

penanaman tahunan untuk mengurangi

kemungkinan terjadinya erosi.

2) Data pengendalian erosi (identifikasi

dan delineasi daerah rawan longsor

serta teknik pengendalian longsor)

Skor : 2 (Kurang sesuai dengan

pemerintah)

Teknik pengendalian secara vegetative

dan mekanisnya sudah sesuai namun

kurangnya kerapatan vegetasi sebagai

penutup lahan dapat menyebakan

percepatan erosi pada lahan tersebut

3) Data sistem usahatani konservasi

(prinsip usahatani konservasi,

pengendalian longsor, komponen

teknik sistem usahatani konservasi)

Skor : 1 (dapat diterapkan)

Seharusnya setelah wortel di panen lahan

jangan dibiarkan terbuka (tanpa tanaman

penutup tanah) karena jika ada air yang

melimpas tidak aka nada yang menahan

air tersebut dan rentan terjadi erosi.

3) Data sistem usahatani konservasi

(prinsip usahatani konservasi,

pengendalian longsor, komponen

teknik sistem usahatani konservasi)

Skor : 1 (Dapat diterapkan)

Pada SPL ini dapat menggunakan prinsip

awal karena lahan ini cocok digunakan

untuk agroforetri karena memiliki

kemampuan lahan kelas VI.

4) Data jenis komoditas tanaman

(persyaratan fisiologis dan agronomis )

Skor : 1 (Dapat diterapkan)

Dengan mengacu pada topografi maka,

lahan SPL 3 akan dapat digunakan dengan

sedikit bahaya erosi diimbangi dengan

Page 37: Tugas TKSDL Aspek Hukum

Kerusakan di daerah tersebut terjadi

dengan adanya pembukaan hutan menjadi

lahan pertanian, sehingga banyak

tanaman tahunan yang ditebangi dan

diganti menjadi tanaman musiman tanpa

memperhitungkan kondisi lahan.

5) Mengapa (kerusakan dan / atau

perusakan dapat terjadi)

Kerusakan dapat terjadi karena tidak

adanya pengelolaan lahan yang baik

antara pihak pemerintah dengan

masyarakat sekitar, sehingga masyarakat

tidak mengerti bagaimana mengelola

lahan pegunungan menjadi sebuah lahan

pertanian, akibatnya masyarakat

menebang hutan secara liar, dan

merugikan ekosistem yang lain.

6) Bagaimana (kronologi kerusakan dan /

atau perusakan dapat terjadi)

Kerusakan terjadi bermula dari

pembukaan hutan menjadi lahan

pertanian, karena pengetahuan yang kurag

Skor 4 : Sesuai dengan pemerintah.

Upaya tindakan konservasi yang akan

dilakukan disesuakan oleh bentukan lahan

terutama topografi dengan prinsip saling

menguntungkan

4) Data jenis komoditas tanaman

(persyaratan fisiologis dan agronomis )

Skor: 1 (Tidak sesuai dengan pemerintah)

Pada SPL 3 hanya sedikit tanaman

pohon/tahunan yang ditemukan. Dengan

kemiringan lereng 6,5% maka dibutuhkan

cover crop sebagai penutup lahan dan

tanaman tahunan untuk mengurangi erosi

dan mencegah timbulnya limpasan

permukaan.

penggunaan varietas yang sesuai pula.

Page 38: Tugas TKSDL Aspek Hukum

dari masyarakat sehingga mereka

menanam komoditas yang sesuai pasar

tetpai tidak memperhatikan kondisi

lingkungan sekitar, ditambah lagi dengan

pengolahan yang intensif seperti

emupukan dan penggunaan pestisida

membuat banyak ekosistem yang

terganggu.

7) Bilamana (kerusakan dan / atau

perusakan dapat terjadi)

Dan bilamana sudah terjadi kerusakan

maka tindakan yang peru kita lakukan

adalah memperbaiki kondisi tersebut ke

kondisi semula dengan cara konservasi

sumberdaya lahan.

Kesimpulan :

SPL 3 adalah lahan yang memiliki kemiringan lereng sebesar 6,5% dengan jenis vegetasi tanaman wortel pada pola tanam yang

monokultur dan sebagian lahannya kosong hanya berupa guludan saja, dikarenakan wortel telah panen. Dan untuk tanaman tahunan

hanya sedikit ditemukan di wilayah SPL 3. Sedangkan bentuk pertanamannya menggunakan guludan dan bedengan per plot wortel.

Page 39: Tugas TKSDL Aspek Hukum

Rekomendasi :

Tanaman wortel dapat diganti dengan tanaman jagung yang ditumpangsarikan dengan tanaman kangkung atau bayam dengan

menggunakan tanaman turi sebagai tanaman border atau pinggirnya. Sedangkan jika ingin komoditas wortel, dapat ditumpangsarikan

dengan bawang prey namun ditambahkan tanaman kayu seperti sengon pada masing masing bedengan agar dapat meningkatkan laju

infiltrsi pada tanah.

IV. SPL IV

FAKTA NORMA HUKUM HASIL I

1) Data kepekaan tanah terhadap erosi

dan longsor (iklim, tanah, elevasi, dan

lereng)

Iklim : Tropis

Lereng : 65%

Tekstur tanah : Lempung liat berpasir

Drainase : Baik

Kedalaman efektif : 20 cm

Tingkat erosi : berat

Batu /kerikil : Banyak

Bahaya banjir : Tidak pernah

Kelas kemampuan lahan : Kelas VII

1) Kepekaan tanah terhadap erosi dan

longsor (iklim, tanah, elevasi, dan

lereng)

a. Iklim

Curah hujan tahunan >2000 mm terjadi

pada sebagian besar wilayah Indonesia.

Kondisi ini berpeluang besar

menimbulkan erosi, apalagi di wilayah

pegunungan yang lahannya didominasi

oleh berbagai jenis tanah.

b. Tanah

Kedalaman atau solum, tekstur, dan

Skor :

1 : Tidak sesuai dengan pemerintah

2 : Kurang sesuai dengan pemerintah

3 : Agak sesuai dengan pemerintah

4 : Sesuai dengan pemerintah

5 : Sangat sesuai dengan pemerintah

1) Kepekaan tanah terhadap erosi dan

longsor (iklim, tanah, elevasi, dan

lereng)

Skor : 1 Tidak sesuai dengan pemerintah

Pada SPL IV tanah ini dalam kelerengan

Page 40: Tugas TKSDL Aspek Hukum

dengan factor pembatas kelerengan

2) Data pengendalian erosi (identifikasi

dan delineasi daerah rawan longsor serta

teknik pengendalian longsor)

a. Jenis erosi yang ditenukan :

Erosi percikan

Disebabkan oleh air hujan yang jatuh

secara langsung pada permukaan

tanah, sehingga menyebabkan agregat

tanah hancur menjadi partikel –

partikel tanah yang lebih kecil,

sehingga mudah terjadi erosi.

Pengendalian erosi percikan adalah

dengan penanaman tanamn border atau

tanaman sela pada setiap guludan agar

air hujan tidak merusak agregat tanah.

Erosi Alur

Disebabkan oleh iklim seperti curah

hujan yang tinggi, intensitas hujan

yang besar, dan kemiringan lereng

yang curam yang membuat tanah

terangkut oleh air hujan yang berasal

struktur tanah menentukan besar kecilnya

air limpasan permukaan dan laju

penjenuhan tanah oleh air. Pada tanah

bersolum dalam (>90 cm), struktur

gembur, dan penutupan lahan rapat,

sebagian besar air hujan terinfiltrasi ke

dalam tanah dan hanya sebagian kecil

yang menjadi air limpasan permukaan.

Sifat bahan induk tanah ditentukan oleh

asal batuan dan komposisi mineralogi

yang berpengaruh terhadap kepekaan

erosi dan longsor. Di daerah pegunungan,

bahan induk tanah didominasi oleh batuan

kokoh dari batuan volkanik, sedimen, dan

metamorfik. Tanah yang berbentuk dari

batuan sedimen, terutama batu liat, batu

liat berkapur atau marl dan batu kapur,

relatif peka tehadap erosi dan longsor.

Batuan vulkanik umumnya tahan erosi

dan longsor.

c. Elevasi

Sifat bahan induk tanah ditentukan oleh

curam. Pada kelerengan ini kemungkinan

terjadinya erosi serta longsor sangat

besar. Tanah akan mudah terbalik dan

berpindah posisi akibat airr hujan atau

yang lain. Didukung dengan vegetasi

yang tidak sesuai seperti yang terdapat di

lahan, pada lahan tersebut hanya terdapat

beberapa tanaman tahunan dan beberapa

sisa-sisa tanaman wortel dan yang lainnya

kosong tidak ada vegetasi di atasnya. Hal

ini akan menambah faktor pendukung

terjadinya longsor di lahan ini. Dengan

vegetasi yang didominasi tanaman

semusim akan mengakibatkan konsistensi

tanah menjadi gembur seperti yang

diketahui di lahan. Tanah tersebut kurang

tahan terhadap faktor luar, tanah diinjak

akan ambrol dengan mudah. Hal ini dapat

mewakili kepekaan tanah terhadap

longsor.

2) Data pengendalian erosi (identifikasi

dan delineasi daerah rawan longsor

Page 41: Tugas TKSDL Aspek Hukum

dari hulu dengan membuat alur – alur

menuju ke bagian hilir.

Pengendaliannya biasanya dengan

kerapatan vegetasi seperti tanaman

sela pada sekitar tanaman tahunan.

b. Perhitungan Indeks Erosivitas :

Ada 2 metode yang dilakukan untuk

menghitung erosivitas, yaitu metode Bols

dan Utomo.

- Metode Bols :

Rb =6,119 (Hb)1,21(HH)-0,47(I24)0,53

=6,119(4,5)1,21(0,14)0,47(1,4)0,53

= 113,647

- MetodeUtomo

Rb = 10,80 + 4,15 Hb

= 10,80 + 4,15 (4,5)

= 29,475

c. Perhitungan Indeks Erodibilitas

- Lithic Udic Saments

100K = 1,292 {(2,1 M1,14 (10-4)(12-a) + (b-2)

3,25 + ( c-3) 2,5 )}

asal batuan dan komposisi mineralogi

yang berpengaruh terhadap kepekaan

erosi dan longsor. Di daerah pegunungan,

bahan induk tanah didominasi oleh batuan

kokoh dari batuan volkanik, sedimen, dan

metamorfik. Tanah yang berbentuk dari

batuan sedimen, terutama batu liat, batu

liat berkapur atau marl dan batu kapur,

relatif peka tehadap erosi dan longsor.

Batuan vulkanik umumnya tahan erosi

dan longsor.

d. Lereng

Lereng atau kemiringan lahan adalah

salah satu faktor pemicu terjadinya erosi

dan longsor di lahan pegunungan.

Peluang terjadinya erosi dan longsor

makin besar dengan makin curamnya

lereng. Makin curam lereng makin besar

pula volume dan kecepatan aliran

permukaan yang berpotensi menyebabkan

erosi. Selain kecuraman, panjang lereng

juga menentukan besarnya longsor dan

serta teknik pengendalian longsor)

Skor : 1 Tidak sesuai dengan Pemerintah

Berdasarkan pengamatan yang dilakukan

di SPL IV ini kurang adanya upaya

pengendalian erosi. Pada lahan ini tidak

ditemukan adanya teras-teras namun

ditemukan parit-parit sisir yang

digunakan untuk meningkatkan laju erosi

pada SPL tersebut namun parit sisir ini

kurang berfungsi secara optimal

mengingat kedalamannya yang cukup

dangkal serta jumlahnya kurang memadai

mengingat lahannya yang luas dan

kemungkinan erosi semakin tinggi.

Kemunian pada SPL ini tidak ditemukan

adanya konservasi lahan secara vegetatif

yang sangat dibutuhkan.

3) Data sistem usahatani konservasi

(prinsip usahatani konservasi,

pengendalian longsor, komponen

teknik sistem usahatani konservasi)

Page 42: Tugas TKSDL Aspek Hukum

100K = 1,292 {(2,1 49501,14 (10-4)(12-3) +

(2-2) 3,25 + ( 1-3) 2,5 )}

K = 0,333

- Typic Melanudants

100K = 1,292 {(2,1 M1,14 (10-4)(12-a) + (b-2)

3,25 + ( c-3) 2,5 )}

100K = 1,292 {(2,1 85501,14 (10-4)(12-4) +

(2-2) 3,25 + ( 3-3) 2,5 )}

K = 0,659

- Humic Dystrudepts

100K = 1,292 {(2,1 M1,14 (10-4)(12-a) + (b-2)

3,25 + ( c-3) 2,5 )}

100K = 1,292 {(2,1 45051,14 (10-4)(12-4) +

(2-2) 3,25 + ( 2-3) 2,5 )}

K = 0,285

d. Perhitungan Panjang dan Kemiringan

Lereng (LS)

L = 23,32 m

erosi. Makin panjang lereng, erosi yang

terjadi makin besar. Pada lereng >40%

longsor sering terjadi, terutama

disebabkan oleh pengaruh gaya gravitasi.

Erosi dan longsor sering terjadi di

wilayah berbukit dan bergunung, tertama

pada tanah berpasir (Regosol atau

Psamment), Andosol (Andisols), tanah

dangkal berbatu (Litosol atau Entisols),

dan tanah dangkal berkapur (Renzina atau

Mollisols). Di wilayah bergelombang,

intensitas erosi dan longsor agak

berkurang, kecuali pada tanah Podsolik

(Ultisols), Mediteran (Alfisols), dan

Grumusol (Vertisols) yang terbentuk dari

batuan induk batu liat, napal, dan batu

kapur dengan kandungan liat 2:1

(Montmorilonit) tinggi, sehingga

pengelolaan lahan yang disertai oleh

tindakan konservasi sangat diperlukan.

Dalam sistem budidaya pada lahan

berlereng >15% lebih diutamakan

Skor 1: Tidak sesuai dengan Pemerintah

Dengan sistem usahatani yang seperti di

lahan, hal tersebut tidak sesuai dengan

pemerintah karena sistem usahatani

tersebut hanya berorientasi pada segi

ekonomi saja tidak memperhatikan faktor

lingkungan serta kesehatan tanah dan

keragaman hayati pada daerah tersebut.

Selain itu petani tidak memperhatikan

kemampuan lahan. Lahan dengan

kelerengan yang curam seharusnya tidak

cocok untuk tanaman semusim dengan

perakaran yang pendek. Selain itu dalam

lahan ini minimnya usaha konservasi

yang menambah parah kondisi kesehatan

lahan ini.

4) Data jenis komoditas tanaman

(persyaratan fisiologis dan agronomis )

Skor: 1 Tidak sesuai dengan pemerintah

Untuk SPL IV dengan kelerengan 65% ini

seharusnya tidak cocok untuk tanaman

sayuran (semusim). Lahan ini lebih cocok

Page 43: Tugas TKSDL Aspek Hukum

S = 65 %

LS= √ L22 ( 0,065 + 0,045 S + 0,0065 S2)

= √ 23,3222

( 0,065 + 0,045 50 + 0,0065 652)

= 31,33

e. Perhitungan Faktor Tanaman (C) dan

Pengolahannya (P)

C = (0,7 + 0,7 + 0,7)/ 3

= 0,7

P=(0,40 x 40) + (0,35 x 30) + (0,15 x 30)

= 31

f. Perhitungan EDP (erosi yang

diperbolehkan)

Edp= Kedalamantanah ekivalenkelestariantanah

Edp= Kedalamantanah x faktor kedalamankelestarian tanah

= 200 x 1

400

campuran tanaman semusim dengan

tanaman tahunan atau sistem wanatani

(agroforestry)

2) Data pengendalian erosi (identifikasi

dan delineasi daerah rawan longsor

serta teknik pengendalian longsor)

a. Identifikasi dan Delineasi Daerah

Rawan

Longsor Tiap jenis tanah mempunyai

tingkat kepekaan terhadap longsor yang

berbeda. Langkah antisipatif yang perlu

dilakukan adalah memetakan sebaran jenis

tanah pada skala 1:25.000 atau skala lebih

besar (1:10.000; 1:5.000) pada hamparan

lahan yang menjadi sasaran pembangunan

pertanian tanaman hortikultura, tanaman

pangan, atau tanaman perkebunan.

b. Teknik Pengendalian Longsor

Vegetatif

Pengendalian longsor dengan

pendekatan vegetatif pada prinsipnya

adalah mencegah air terakumulasi di atas

untuk hutan lindung minimal digunakan

untuk hutan produksi. Jika tetap

menggunakan tanaman semusim untuk

vegetasi di lahan ini dapat mengakibatkan

degradasi lahan, kehilangan unsur hara

dalam tanah akan semakin cepat serta

sistem pertanian tersebut tidak berlanjut

untuk kedepannya.

Page 44: Tugas TKSDL Aspek Hukum

Edp = 0,5 mm/tahun

g. Erosi dilapangan

A = R x K x L x S x C x P

= 29,475x 0,285 x 23,32 x 65 x 0,7 x 31

= 276.312,3 Kg/m2/thn

= 2,7 x 10 -2 ton/ha/thn

3) Data sistem usahatani konservasi

(prinsip usahatani konservasi,

pengendalian longsor, komponen teknik

sistem usahatani konservasi)

a. Teknik konservasi yang diusulkan

Lahan Konservasi :

Tempat pengamatan dilakukan di

Dukuh Kekep di Desa Tulungrejo

Kecamatan Bumiaji Kota Batu

Teknik Konservasi :

Cara Vegetatif :

- Penanaman searah garis kontur dan

berlawanan arah lereng

- Alley cropping ( tanaman lorong )

- Pemulsaan (organic atau anorganik)

bidang luncur. Sangat dianjurkan

menanam jenis tanaman berakar dalam,

dapat menembus lapisan kedap air,

mampu merembeskan air ke lapissan

yang lebih dalam, dan mempunyai massa

yang relatif ringan.

Jenis tanaman yang dapat dipilih di

antaranya adalah sonokeling, akar

wangi, Flemingia, kayu manis, kemiri,

cengkeh, pala, petai, jengkol, melinjo,

alpukat, kakao, kopi, teh, dan

kelengkeng.

Mekanis/sipil teknis

Ada beberapa pendekatan mekanis atau

sipil teknis yang dapat digunakan untuk

mengendalikan longsor, sesuai dengan

kondisi topografi dan besar kecilnya

tingkat bahaya longsor. Pendekatan

mekanis pengendalian longsor meliputi :

1. pembuatan saluran drainase (saluran

pengelak,saluran penangkap,

Page 45: Tugas TKSDL Aspek Hukum

Cara Mekanik :

- Waste Ways (Jalur air)

- Teras bangku dengan rorak

- Pengolahan lahan menurut arah

kontur dan memotong arah

kemiringan lereng.

4) Data jenis komoditas tanaman

(persyaratan fisiologis dan agronomis )

Berdasarkan pengamatan yang telah

dilakukan didapatkan hasil bahwa

komoditas yang dibudidayakan adalah

wortel, dan bawang prei.

saluran pembuangan),

2. pembuatan bangunan penahan

material longsor,

3. pembuatan bangunan penguat

dinding/tebing atau pengaman

jurang, dan

4. pembuatan trap-trap terasering.

3) Data sistem usahatani konservasi

(prinsip usahatani konservasi,

pengendalian longsor, komponen

teknik sistem usahatani konservasi)

Prinsip Usahatani Konservasi

Budidaya pertanian di lahan

pegunungan meliputi dua kegiatan

pokok, yaitu kegiatan usahatani dan

konservasi. Kedua kegiatan pada

sebidang lahan pertanian terintegrasi

menjadi sistem usahatani (SUT)

konservasi.

Teknik Pengendalian Erosi

Secara garis besar, teknik

pengendalian erosi dibedakan menjadi

Page 46: Tugas TKSDL Aspek Hukum

dua, yaitu teknik konservasi mekanik

dan vegetatif. Konservasi tanah secara

mekanik adalah semua perlakuan fisik

mekanis dan pembuatan bangunan

yang ditujukan untuk mengurangi

aliran permukaan guna menekan erosi

dan meningkatkan kemampuan tanah

mendukung usahatani secara

berkelanjutan. Pada prinsipnya

konservasi mekanik dalam

pengendalian erosi harus selalu diikuti

oleh cara vegetatif, yaitu penggunaan

tumbuhan/tanaman dan sisa-sisa

tanaman/tumbuhan (misalnya mulsa

dan pupuk hijau), serta penerapan pola

tanam yang dapat menutup permukaan

tanah sepanjang tahun.

4) Data jenis komoditas tanaman

(persyaratan fisiologis dan agronomis )

Persyaratan Fisiologis

Dalam budidaya pertanian di lahan

pegunungan yang tidak rawan longsor

Page 47: Tugas TKSDL Aspek Hukum

dan erosi, jenis tanaman yang akan

dikembangkan dipilih sesuai dengan

persyaratan tumbuh masing-masing jenis

tanaman. Hal ini penting untuk optimasi

pemanfaatan lahan, peningkatan

produktifitas, efisiensi, dan

keberlanjutan usahatani.

Persyaratan Agronomis

Setelah persyaratan fisiologis telah

dipenuhi dan jenis tanaman sudah terpilih,

langkah berikutnya adalah memenuhi

persyaratan agronomis lahan untuk jenis

tanaman tersebut. Lokasi sasaran bisa

memenuhi persyaratan fisiologis tetapi

belum tentu memenuhi persyaratan

agronomis. Persyaratan agronomis yang

dimaksud adalah tingkat kesesuaian lahan

bagi tanaman.

FAKTA HUKUM HASIL I HASIL II

1) Siapa (pelaku, saksi, dan korban) Skor : Skor :

Page 48: Tugas TKSDL Aspek Hukum

perusakaan

Pelaku : Para masyarakat di Dukuh

Kekep di Desa Tulungrejo Kecamatan

Bumiaji Kota Batu

Saksi : Para masyarakat di Dukuh

Kekep di Desa Tulungrejo Kecamatan

Bumiaji Kota Batu

Korban : Para masyarakat di Dukuh

Kekep di Desa Tulungrejo Kecamatan

Bumiaji Kota Batu, dan juga

masyarakat yang berada dibagian hilir.

2) Apa (kerusakan atau akibat

kerusakan)

Kerusakan :

- Terjadinya pembukaan hutan menjadi

lahan pertanian

- Kurangnya tutupan lahan yang berada

didaerah hulu

- Pengolahan yang intensive

- Kondisi topografi dengan lereng yang

curam

- Banyaknya tanaman musiman dari pada

1 : Tidak sesuai dengan pemerintah

2 : Kurang sesuai dengan pemerintah

3 : Agak sesuai dengan pemerintah

4 : Sesuai dengan pemerintah

5 : Sangat sesuai dengan pemerintah

1) Kepekaan tanah terhadap erosi dan

longsor (iklim, tanah, elevasi, dan

lereng)

Skor : 1 Tidak sesuai dengan pemerintah

Pada SPL IV tanah ini dalam kelerengan

curam. Pada kelerengan ini kemungkinan

terjadinya erosi serta longsor sangat

besar. Tanah akan mudah terbalik dan

berpindah posisi akibat airr hujan atau

yang lain. Didukung dengan vegetasi

yang tidak sesuai seperti yang terdapat di

lahan, pada lahan tersebut hanya terdapat

beberapa tanaman tahunan dan beberapa

sisa-sisa tanaman wortel dan yang lainnya

kosong tidak ada vegetasi di atasnya. Hal

ini akan menambah faktor pendukung

1 : Dapat diterapkan

2 : Tidak dapat diterapkan

1) Kepekaan tanah terhadap erosi dan

longsor (iklim, tanah, elevasi, dan

lereng)

Skor : 2 Tidak dapat diterapkan

Jadi berdasarkan Hasil I kepekaan tanah

terhadap erosi dan longsor tidak dapat

diterapkan karena pada hal inibanyak

sekali hal yang melenceng serta perlu

pembenahan secara komplek untuk

mendapatkan sistem pertanian yang baik

dan berkelanjuta.

2) Data pengendalian erosi (identifikasi

dan delineasi daerah rawan longsor

serta teknik pengendalian longsor)

Skor : 1 dapat diterapkan

Untuk cara pengendalian erosi

berdasarkan hasil I dapat diterapkan

Page 49: Tugas TKSDL Aspek Hukum

tanaman tahunan

Akibat :

Didaerah hulu terjadi longsor, erosi, dan

pengikisan. Sedangkan didaerah tengah

dan hilir terjadi sedimentasi dan banjir.

Dan menyebabkan air sungai keruh

sehingga kualitas airnya buruk.

3) Dimana (lokasi perusakan dan /atau

perusakan yang diikuti dengan

berbagai dampaknya)

Lokasi :

Di Dukuh Kekep di Desa Tulungrejo

Kecamatan Bumiaji Kota Batu pada

titik pengamatan 2.

4) Dengan apa (kerusakan dan / atau

perusakan dapat terjadi)

Kerusakan di daerah tersebut terjadi

dengan adanya pembukaan hutan menjadi

lahan pertanian, sehingga banyak

tanaman tahunan yang ditebangi dan

diganti menjadi tanaman musiman tanpa

memperhitungkan kondisi lahan.

terjadinya longsor di lahan ini. Dengan

vegetasi yang didominasi tanaman

semusim akan mengakibatkan konsistensi

tanah menjadi gembur seperti yang

diketahui di lahan. Tanah tersebut kurang

tahan terhadap faktor luar, tanah diinjak

akan ambrol dengan mudah. Hal ini dapat

mewakili kepekaan tanah terhadap

longsor.

2) Data pengendalian erosi (identifikasi

dan delineasi daerah rawan longsor

serta teknik pengendalian longsor)

Skor : 1 Tidak sesuai dengan Pemerintah

Berdasarkan pengamatan yang dilakukan

di SPL IV ini kurang adanya upaya

pengendalian erosi. Pada lahan ini tidak

ditemukan adanya teras-teras namun

ditemukan parit-parit sisir yang

digunakan untuk meningkatkan laju erosi

pada SPL tersebut namun parit sisir ini

kurang berfungsi secara optimal

mengingat kedalamannya yang cukup

namun perlu dilakukan pengoptimalan

fungsi parit sisir tersebut. Selain itu juga

perlu diterapkan teknologi konservasi

baik secara mekanik ataupun secara

vegetatif.

3) Data sistem usahatani konservasi

(prinsip usahatani konservasi,

pengendalian longsor, komponen

teknik sistem usahatani konservasi)

Skor : 2 Tidak dapat diterapkan

Untuk sistem usahatani konservasi perlu

dilakukan perubahan secara kompleks

karena petani di daerah ini masih

berorientasi pada profit (hasil produksi

saja) sehingga perlu pelurusan dan

penjelasan serta pembekalan mengenai

hal ini kepada petani.

4) Data jenis komoditas tanaman

(persyaratan fisiologis dan agronomis )

Skor : 2 Tidak dapat diterapkan

Untuk jenis tanaman yang mengunakan

tanman semusim secara maximal tidak

Page 50: Tugas TKSDL Aspek Hukum

5) Mengapa (kerusakan dan / atau

perusakan dapat terjadi)

Kerusakan dapat terjadi karena tidak

adanya pengelolaan lahan yang baik

antara pihak pemerintah dengan

masyarakat sekitar, sehingga masyarakat

tidak mengerti bagaimana mengelola

lahan pegunungan menjadi sebuah lahan

pertanian, akibatnya masyarakat

menebang hutan secara liar, dan

merugikan ekosistem yang lain.

6) Bagaimana (kronologi kerusakan dan /

atau perusakan dapat terjadi)

Kerusakan terjadi bermula dari

pembukaan hutan menjadi lahan

pertanian, karena pengetahuan yang kurag

dari masyarakat sehingga mereka

menanam komoditas yang sesuai pasar

tetpai tidak memperhatikan kondisi

lingkungan sekitar, ditambah lagi dengan

pengolahan yang intensif seperti

emupukan dan penggunaan pestisida

dangkal serta jumlahnya kurang memadai

mengingat lahannya yang luas dan

kemungkinan erosi semakin tinggi.

Kemunian pada SPL ini tidak ditemukan

adanya konservasi lahan secara vegetatif

yang sangat dibutuhkan.

3) Data sistem usahatani konservasi

(prinsip usahatani konservasi,

pengendalian longsor, komponen

teknik sistem usahatani konservasi)

Skor 1: Tidak sesuai dengan Pemerintah

Dengan sistem usahatani yang seperti di

lahan, hal tersebut tidak sesuai dengan

pemerintah karena sistem usahatani

tersebut hanya berorientasi pada segi

ekonomi saja tidak memperhatikan faktor

lingkungan serta kesehatan tanah dan

keragaman hayati pada daerah tersebut.

Selain itu petani tidak memperhatikan

kemampuan lahan. Lahan dengan

kelerengan yang curam seharusnya tidak

cocok untuk tanaman semusim dengan

dapat diterapkan karena hal ini akan

mmeperburuk kondisi lahan yang ada.

Hal ini dapat di atasi dengan penggantian

komoditas untuklahan tersebut atau

dengan pergantian pola tanam.

Page 51: Tugas TKSDL Aspek Hukum

membuat banyak ekosistem yang

terganggu.

7) Bilamana (kerusakan dan / atau

perusakan dapat terjadi)

Dan bilamana sudah terjadi kerusakan

maka tindakan yang peru kita lakukan

adalah memperbaiki kondisi tersebut ke

kondisi semula dengan cara konservasi

sumberdaya lahan.

perakaran yang pendek. Selain itu dalam

lahan ini minimnya usaha konservasi

yang menambah parah kondisi kesehatan

lahan ini.

4) Data jenis komoditas tanaman

(persyaratan fisiologis dan agronomis )

Skor: 1 Tidak sesuai dengan pemerintah

Untuk SPL IV dengan kelerengan 65% ini

seharusnya tidak cocok untuk tanaman

sayuran (semusim). Lahan ini lebih cocok

untuk hutan lindung minimal digunakan

untuk hutan produksi. Jika tetap

menggunakan tanaman semusim untuk

vegetasi di lahan ini dapat mengakibatkan

degradasi lahan, kehilangan unsur hara

dalam tanah akan semakin cepat serta

sistem pertanian tersebut tidak berlanjut

untuk kedepannya.

KESIMPULAN

Page 52: Tugas TKSDL Aspek Hukum

Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa pada SPL IV ini semua analisis hukum pada hasil 1 memiliki skor 1 dengan kategori

tidak sesuai dengan pemerintah. Hal ini dikarenakan banyak sekali hal-hal yang melenceng atau keluar dari jalur yang telah ditetapkan.

Beberapa hal diantaranya adalah ketidaksesuaian penggunaan lahan pada SPL ini, dengan kelerengan yang curam ditanami dengan tanaman

semusim yang memiliki sistem perakaran yang pendek akan meningkatkan kemungkinan terjadinya erosi serta longsor pada daerah ini. selain

itu kurangnya usaha konservasi lahan untuk daerah ini juga mendukung proses terjadinya degradasi lahan.

REKOMENDASI

Untuk rekomendasi daerah ini sebaiknya dioptimalkan penggunaan parit strip untuk meningkatkan laju infiltrasi pada lahan tersebut. Selain itu

juga perlu dibuat teras-teras baru serta penanaman tanaman strip untuk meminimalkan kemungkinan terjadinya erosi. Serta perlu dilakukan

pergantian sistem tanam atau lebih baik pergantian tanaman menjadi tanaman tahunan untuk meminimalkan kerusakan lahan yang mungkin

terjadi dikemudian hari.