tugas spbo kompos

23
1. Sejarah dan Definisi Kompos Terkadang banyak orang penasaran ingin mengetahui asal-usul pembuatan kompos. Sulit untuk orang-orang tertentu mengetahui awal dari lahirnya istilah pengkomposan. Pada pemerintahan kuno di lembah Mesopotamia penggunaan pupuk dalam pertanian pada berbagai tanah telah diketahui 1000 tahun sebelum masehi. Bangsa Roma dan Yunani telah mengetahui tentang kompos dari berbagai literatur bahwa pupuk jerami terbukti bisa digunakan sebagai pupuk organik. Pada buku yang ditulis oleh William Shakespeare, Sir Francis Bacon, Sir Walter Raleigh disebutkan cara penggunaan kompos. Di benua amerika utara, manfaat kompos telah terbukti penggunaannya. Di New England banyak petani yang membuat kompos dari berbagai kotoran ternak dan bangkai ikan, mereka menyimpan tumpukan kotoran dan bangkai ikan tersebut hingga hancur sampai menjadi kompos. Stephen Hoyt dan Sons adalah seorang pekerja dibidang pertanian, mereka membuat kompos dengan 220.000 bangkai ikan untuk satu musim tanam. Selain Stephen Hoyt and Sons, yang memproduksi dan mempromosikan penggunaan kompos yaitu George Washington, Thomas Jefferson, James Madison, dan George Washington Carver. Pada awal abad ke 20 penggunaan pupuk kompos sangat diminati oleh para petani daerah, karena manfaat pupuk kompos yang efektif, murah dan ramah lingkungan. Sir Albert Howard, seorang ahli agronomi Inggris, pergi ke India pada tahun 1905 untuk 1

Upload: oniciustsiregar

Post on 04-Oct-2015

51 views

Category:

Documents


5 download

DESCRIPTION

SPBO

TRANSCRIPT

1. Sejarah dan Definisi KomposTerkadang banyak orang penasaran ingin mengetahui asal-usul pembuatan kompos. Sulit untuk orang-orang tertentu mengetahui awal dari lahirnya istilah pengkomposan. Pada pemerintahan kuno di lembah Mesopotamia penggunaan pupuk dalam pertanian pada berbagai tanah telah diketahui 1000 tahun sebelum masehi. Bangsa Roma dan Yunani telah mengetahui tentang kompos dari berbagai literatur bahwa pupuk jerami terbukti bisa digunakan sebagai pupuk organik. Pada buku yang ditulis oleh William Shakespeare, Sir Francis Bacon, Sir Walter Raleigh disebutkan cara penggunaan kompos.Di benua amerika utara, manfaat kompos telah terbukti penggunaannya. Di New England banyak petani yang membuat kompos dari berbagai kotoran ternak dan bangkai ikan, mereka menyimpan tumpukan kotoran dan bangkai ikan tersebut hingga hancur sampai menjadi kompos. Stephen Hoyt dan Sons adalah seorang pekerja dibidang pertanian, mereka membuat kompos dengan 220.000 bangkai ikan untuk satu musim tanam. Selain Stephen Hoyt and Sons, yang memproduksi dan mempromosikan penggunaan kompos yaitu George Washington, Thomas Jefferson, James Madison, dan George Washington Carver.Pada awal abad ke 20 penggunaan pupuk kompos sangat diminati oleh para petani daerah, karena manfaat pupuk kompos yang efektif, murah dan ramah lingkungan. Sir Albert Howard, seorang ahli agronomi Inggris, pergi ke India pada tahun 1905 untuk bereksperimen dengan berkebun organik. Ia menemukan bahwa kompos terbaik terdiri dari tiga kali lebih banyak materi tanaman yang digunakan sebagai pupuk. Kemudian pada tahun 1943, Sir Howard menerbitkan sebuah buku tentang metode organik pertanian dan beliau mendapatkan julukan sebagai bapak modern dari pertanian organik. J.I Rodale bekerja sama dengan Sir Howard dalam memperkenalkan paa para petani Amerika bahwa manfaat dan nilai kompos dapat meningkatka kualitas tanah. Mereka mendirikan sebuah pusat penelitian pertanian di Pennsylvania dan mempunyai redaksi majalah organik gardening. Saat ini, metode organiik dan berkebun semakin diminati oleh berbagai petani. Hingga saat ini banyak para petani yang menyadari bahwa penggunaan pupuk kompos lebih ramah lingkungan, murah serta efektif untuk pertumbuhan tanaman dan penyuburan tanah, dan di bandingkan dengan pupuk kimia.

Kompos adalah hasil akhir suatu proses dekomposisi tumpukan sampah/serasah tanaman dan bahan organik lainnya. Keberlangsungan proses dekomposisi ditandai dengan nisbah C/N bahan yang menurun sejalan dengan waktu. Bahan mentah yang biasa digunakan seperti : daun, sampah dapur, sampah kota dan lain-lain dan pada umumnya mempunyai nisbah C/N yang melebihi 30 (Sutedjo, 2002). Beberapa manfaat pupuk organik adalah dapat menyediakan unsur hara makro dan mikro, mengandung asam humat (humus) yang mampu meningkatkan kapasitas tukar kation tanah, meningkatkan aktivitas bahan mikroorganisme tanah, pada tanah masam penambahan bahan organik dapat membantu meningkatkan pH tanah, dan penggunaan pupuk organik tidak menyebabkan polusi tanah dan polusi air (Novizan, 2007). Kompos dibuat dari bahan organik yang berasal dari bermacam-macam sumber. Dengan demikian, kompos merupakan sumber bahan organik dan nutrisi tanaman. Kemungkinan bahan dasar kompos mengandung selulosa 15-60%, enzi hemiselulosa 10-30%, lignin 5-30%, protein 5-30%, bahan mineral (abu) 3-5%, di samping itu terdapat bahan larut air panas dan dingin (gula, pati, asam amino, urea, garam amonium) sebanyak 2-30% dan 1-15% lemak larut eter dan alkohol, minyak dan lilin (Sutanto, 2002). Penggunaan bahan organik (pupuk organik) perlu mendapat perhatian yang lebih besar, mengingat banyaknya lahan yang telah mengalami degradasibahan organik, di samping mahalnya pupuk anorganik (urea, ZA, SP36, dan KCl).Penggunaan pupuk anorganik secara terus-menerus tanpa tambahan pupuk organik dapat menguras bahan organik tanah dan menyebabkan degradasi kesuburan hayati tanah (Syafruddin, et al, 2008). Selain itu, Hakim (2008) menyatakan humus dapat pula meningkatkan seskuioksida, yaitu oksida-oksida Al dan Fe membentuk koloid protektif yang dapat mengurangi fiksasi P, sehingga P lebih tersedia bagi tanaman.2. Fungsi KomposKompos ibarat multi-vitamin untuk tanah pertanian. Kompos akan meningkatkan kesuburan tanah, merangsang perakaran yang sehat.Kompos memperbaiki struktur tanah dengan meningkatkan kandungan bahan organik tanah dan akan meningkatkan kemampuan tanah untuk mempertahankan kandungan air tanah. Aktivitas mikroba tanah yang bermanfaat bagi tanaman akan meningkat dengan penambahan kompos. Aktivitas mikroba ini membantu tanaman untuk menyerap unsur hara dari tanah dan menghasilkan senyawa yang dapat merangsang pertumbuhan tanaman. Aktivitas mikroba tanah juga diketahui dapat membantu tanaman menghadapi serangan penyakit. lewat proses alamiah.Namun proses tersebut berlangsung lama sekali padahal kebutuhan akan tanah yang subur sudah mendesak. Oleh karenanya proses tersebut perlu dipercepat dengan bantuan manusia. Dengan cara yang baik, proses mempercepat pembuatan kompos berlangsung wajar sehingga bisa diperoleh kompos yang berkualitas baik (Murbandono, 2000).Proses pengomposan melalui 3 tahapan dan proses perombakan bahan organik secara alami membutuhkan waktu yang relatif (3-4 bulan),mikroorganisme umumnya berumur pendek. Sel yang mati akan didekomposisioleh populasi organisme lainnya untuk dijadikan substrat yang lebih cocok dari pada residu tanaman itu sendiri. Secara keseluruhan proses dekomposisi umumnya meliputi spektrum yang luas dari mikroorganisme yang memanfaatkan substrat tersebut, yang dibedakan atas jenis enzim yang dihasilkannya (Saraswati, dkk, 2006).Kompos adalah zat akhir suatu proses fermentasi tumpukansampah/serasah tanaman dan adakalanya pula termasuk bangkai binatang.Sesuai dengan humifikasi fermentasi suatu pemupukan dicirikan oleh hasil bagi C/N yang menurun. Bahan-bahan mentah yang biasa digunakan seperti ; merang, daun,sampah dapur, sampah kota dan lain-lain dan pada umumnya mempunyai hasil bagi C/N yang melebihi 30 (Sutedjo, 2002).Di alam terbuka, kompos bisa terjadi dengan sendirinya, lewat proses alamiah. Namun proses tersebut berlangsung lama sekali padahal kebutuhan akan tanah yang subur sudah mendesak. Oleh karenanya, proses tersebut perludipercepat dengan bantuan manusia. Dengan cara yang baik, proses mempercepat pembuatan kompos berlangsung wajar sehingga bisa diperoleh kompos yang berkualitas baik (Murbandono, 2000).Kompos mempunyai beberapa sifat yang menguntungkan antara lain : memperbaiki struktur tanah berlempung sehingga menjadi ringan, memperbesar daya ikat tanah berpasir sehingga tanah tidak berderai, menambah daya ikat air pada tanah, memperbaiki drainase dan tata udara dalam tanah, mempertinggi daya ikat tanah terhadap zat hara, mengandung hara yang lengkap walaupun jumlahnya sedikit, membantu proses pelapukan bahan mineral, memberi ketersediaan bahan makanan bagi mikrobia (Indriani, 2007).

3. Bahan pembuat komposPada prinsipnya semua bahan yang berasal dari mahluk hidup atau bahan organik dapat buat menjadi pupuk kompos. Contoh nya adalah Sereasah, daun-daunan, pangkasan rumput, ranting, dan sisa kayu dapat dikomposkan. Kotoran ternak, binatang, bahkan kotoran manusia bisa dikomposkan. Kompos dari kotoran ternak lebih dikenal dengan istilah pupuk kandang. Sisa makanan dan bangkai binatang bisa juga menjadi kompos. Ada bahan yang mudah dikomposkan, ada bahan yang agak mudah, dan ada yang sulit dikomposkan. Sebagian besar bahan organik mudah dikomposkan. Bahan yang agak mudah dikomposkan antara lain: kayu keras, batang, dan bambu. Bahan yang sulit dikomposkan antara lain adalah kayu-kayu yang sangat keras, tulang, rambut, tanduk, dan bulu binatang.Secara alami bahan organik akan mengalami pelapukan menjadi kompos, tetapi waktunya lama antara setengah sampai satu tahun tergantung bahan dan kondisinya. Agar proses pengomposan dapat berlangsung lebih cepat perlu perlakuan tambahan. Pembuatan kompos dipercepat dengan menambahkan aktivator atau inokulum atau biang kompos. Aktivator ini adalah jasad renik (mikroba) yang bekerja mempercepat pelapukan bahan organik menjadi kompos. Bahan organik yang lunak dan ukurannya cukup kecil dapat dikomposkan tanpa harus dilakukan pencacahan. Tetapi bahan organik yang besar dan keras, sebaiknya dicacah terlebih dahulu. Aktivator kompos harus dicampur merata ke seluruh bahan organik agar proses pengomposan berlangsung lebih baik dan cepat. Bahan yang akan dibuat kompos juga harus cukup mengandung air. Air ini sangat dibutuhkan untuk kehidupan jasad renik di dalam aktivator kompos. Bahan yang kering lebih sulit dikomposkan. Akan tetapi kandungan air yang terlalu banyak juga akan menghambat proses pengomposan. Jadi basahnya harus cukup. Bahan juga harus cukup mengandung udara. Seperti halnya air, udara dibutuhkan untuk kehidupan jasad renik aktivator kompos.Yang perlu diketahui adalah bahan baku utama membuat kompos, yaitu sampah itu sendiri. Ada dua jenis sampah yaitu organik dan anorganik. Memisahkan sampah berdasarkan jenisnya. Yang termasuk sampah organik dan bisa dijadikan bahan kompos adalah sampah coklat (daun kering, rumput kering, serbuk gergaji, serutan kayu, sekam, jerami, kulit jagung, kertas yang tidak mengkilat, tangkai sayuran) dan sampah hijau (sayuran, buah-buahan, potongan rumput segar, daun segar, sampah dapur, ampas teh/kopi, kulit telur, pupuk kandang). Starter yang digunakan untuk mengurai sampah menjadi kompos seperti EM4 (effective microorganism 4) atau membuat starter sendiri ini biasa disebut dengan MOL (mikro organisme lokal). 4. Jenis-Jenis Kompos Vermikompos (Kompos Cacing Tanah)Vermikompos adalah kompos yang diperoleh dari hasil perombakan bahan-bahan organik yang dilakukan oleh cacing tanah. Vemikompos merupakan campuran kotoran cacing tanah (casting) dengan sisa media atau pakan dalam budidaya cacing tanah. Oleh karna itu vermikompos merupakan pupuk organik yang ramah lingkungan dan memiliki keunggulan tersendiri dibandingkan dengan kompos lain yang kita kenal selama ini (Mahsur, 2001). Kompos BagaseKompos bagase komposyang dibuat dariampas tebu(bagase), yaitu limbah padat sisa penggilingan batangtebu. Kompos ini terutama ditujukan untuk perkebunan tebu. Bahan pembuatan kompos bagase yaitu bagase dan kotoran sapi yang dimanfaatkan sebagaibioaktivator, dengan perbandingan volume 3:1. Penambahan kotoran sapi selain sebagai bioaktivator juga untuk menurunkanrasio C/N. Bagase dan kotoran sapi ditumpuk berselingan dengan tebal bagase 30 cm dan tebal kotoran sapi 10 cm, lalu di tumpukan teratas diberikanjeramisebagai penutup. Kompos BokashiBokashiadalah sebuah metodepengomposanyang dapat menggunakan starter aerobik maupun anaerobik untuk mengkomposkanbahan organik, yang biasanya berupa campuranmolasses,air, startermikroorganisme, dansekam padi. Kompos yang sudah jadi dapat digunakan sebagian untuk proses pengomposan berikutnya, sehingga proses ini dapat diulang dengan cara yang lebih efisien. Starter yang digunakan amat bervariasi, dapat diinokulasikandari material sederhana sepertikotoran hewan,jamur,spora jamur,cacing,ragi,acar,sake,miso,natto,anggur, bahkanbir, sepanjang material tersebut mengandung organisme yang mampu melakukan proses pengomposan.

5. Cara PengomposanPengomposan merupakan proses perombakan (dekomposisi) dan stabilisasi bahan organik oleh mikroorganisme dalam keadaan lingkungan yang terkendali (terkontrol) dengan hasil akhir berupa humus dan kompos (Simamora dan Salundik, 2006dalam Rahmaini, 2008).Ada beberapa teknik cara pengomposan yang biasa digunakan. Pengomposan sengaja dilakukan karena di alam jarang sekali terjadi proses pengomposan secara alami dikarenakan suhu dan cuaca yang fluktuatif menyebabkan kondisi yang suboptimal untuk menunjang terjadinya pengomposan.Klasifikasi pengomposan berdasarkan ketersediaan oksigen yang diperlukan pada proses pembuatannya dapat dikelompokkan menjadi aerobik (dalam prosesnya menggunakan oksigen atau udara) dan anaerobik (dalam prosesnya tidak memerlukan adanya oksigen). Pengomposan aerobik lebih banyak dilakukankarena tidak menimbulkan bau, waktu pengomposan lebih cepat, serta temperatur proses pembuatannya tinggi sehingga dapat membunuh bakteri patogen dan telur cacing sehingga kompos yang dihasilkan lebih higienis (Pustaka PU, 2015).Prinsip pengomposan adalah menurunkan nilai nisbah C/N bahan organik menjadi sama dengan nisbah C/N tanah. Nisbah C/N adalah hasil perbandingan antara karbohidrat dan nitrogen yang terkandung di dalam suatu bahan. Nilai nisbah C/N tanah adalah 10-12. Bahan organik yang memiliki nisbah C/N sama dengan tanah memungkinkan bahan tersebut dapat diserap oleh tanaman (Djuarnani dkk, 2005dalam Rahmaini, 2008).Dalam proses pengomposan terjadi perubahan seperti 1) karbohidrat, selulosa, hemiselulosa, lemak, dan lilin menjadi CO2 dan air, 2) zat putih telur menjadi amonia, CO2, dan air, 3) peruraian senyawa organik menjadi senyawa yang dapat diserap tanaman. Dengan perubahan tersebut kadar karbohidrat akan hilang atau turun dan senyawa N yang larut (amonia) meningkat. Dengan demikian C/N semakin rendah dan relatif stabil mendekati C/N tanah (Indriani, 2007dalam Rahmaini, 2008).a. Cara Pengomposan Secara Tradisional Siapkan bahan organik yang akan dijadikan kompos lalu dicacah hingga ukuran lebih kecil Campurkan kotoran ternak (lebihkan 1 karung dari jumlah karung bahan organik), top soil (1/2 karung), dan dolomit (1/2 karung Siram dengan air sedikit demi sedikit sambil diaduk merata dengan kadar air 40-60% Letakkan tumpukan bahan tersebut diatas semen Tancapkan bambu yang sudah dilubangi untuk memberikan sirkulasi udara Tumpukan harus dibalik setiap minggu dan disiram apabila bahan teralu kering. Setelah 1,5-2 bulan kompos sudah matang, keringanginkan kemudian digiling/diayak lalu dikemas dan kompos siap untuk dijual (Simamora dan Salundik, 2006dalam Rahmaini, 2008).

b. Pembuatan Kompos dengan Bantuan Aktivator Aktivator merupakan bahan yang terdiri dari enzim, asam humat dan mikroorganisme (kultur bakteri) yang dapat mempercepat proses pengomposan. Contoh aktivator yang beredar di pasaran ; EM4, Orgadec, dan Stardec. Adapun teknik pembuatannya antara lain ; Cacah jerami padi hingga ukurannya lebih kecil. Campur dengan dedak (perbandingan dengan jerami 20:1) dan sekam padi (perbandingan dengan jerami 1:1) kemudian diaduk merata. Siram campuran bahan dengan larutan em4 (500 ml) + air (20 liter) dan molase (20 sendok makan), diaduk merata sampai kadar airnya 30-40%. Tumpukkan campuran bahan di atas tempat kering dengan ketinggian 40-50 cm, lalu tutup dengan plastik/terpal.Suhu kompos dipertahankan 40-500c dengan cara mengaduk-aduk bahan tersebut agar suhunya tidak tinggi - setelah 10 hari kompos sudah matang dan siap untuk digunakan (simamora dan salundik, 2006 dalam Rahmaini, 2008).

c. Pembuatan Vermikompos Adapun teknik pembuatannya antara lain ; - Siapkan campuran media dan pakan jadi sebanyak 10 kg/bak serta cacing tanah sebanyak 200 g/bak - Masukkan media dan pakan jadi ke dalam bak produksi, lalu semprotkan air sambil diaduk merata dengan kadar air 10-20% - Biarkan campuran pakan dan media selama 6-12 jam sehingga menjadi dingin. Masukkan seluruh cacing yang sudah disiapkan ke dalam media - Semprotkan air 1-3 hari sekali agar media dan pakan selalu dalam kondisi lembab - Dilakukan pembalikan dan pengadukan seminggu sekali - Hentikan penyemprotan 10 hari menjelang panen dan pengadukan tetap dilakukan 2 hari sekali agar media tetap gembur - Panen seluruh cacing dan telurnya setelah 60 hari pembudidayaan dan media siap untuk digunakan sebagai pupuk organik (Musnamar, 2006dalam Rahmaini, 2008).

6. Reaksi Kimia Yang Terjadi Pada Pengomposan a. Pengomposan Secara Aerobik Pada pengomposan secara aerobik, oksigen mutlak dibutuhkan. Mikroorganisme yang terlibat dalam proses pengomposan membutuhkan oksigen dan air untuk merombak bahan organik dan mengasimilasikan sejumlah karbon, nitrogen, fosfor, belerang, dan unsur lainnya untuk sintesis protoplasma sel tubuhnya (Simamora dan Salundik, 2006). Dekomposisi secara aerobik adalah modifikasi yang terjadi secara biologis pada struktur kimia atau biologi bahan organik dengan kehadiran oksigen. Dalam proses ini banyak koloni bakteri yang berperan dan ditandai dengan perubahan temperatur (Djuarnani dkk, 2005).Dalam sistem ini, kurang lebih 2/3 unsur karbon (C) menguap menjadi CO2 dan sisanya 1/3 bagian bereaksi dengan nitrogen dalam sel hidup. Selama proses pengomposan berlangsung akan terjadi reaksi eksotermik sehingga timbul panas akibat pelepasan energi (Sutanto, 2002dalamRahmaini, 2008). Hasil dari dekomposisi bahan organik secara aerobik adalah CO2, H2O (air), humus, dan energi. Proses dekomposisi bahan organik secara aerobik dapat disajikan dengan reaksi sebagai berikut(Djuarnani dkk, 2005) :

Mikroba Aerob Bahan Organik Hasil dari proses pengomposan secara aerobik berupa bahan kering dengan kelembapan 30-40%, berwarna cokelat gelap, dan remah. Selama hidupnya mikroorganisme mengambil air dan oksigen dari udara, makanannya di peroleh dari bahan organik yang akan diubah menjadi produk metabolisme berupa karbondioksida, air, humus, dan energi. Sebagian dari energi yang dihasilkan digunakan oleh mikroorganisme untuk pertumbuhan dan reproduksi, sisanya akan dibebaskan sebagai panas (Djuarnani dkk, 2005).b. Pengomposan Secara Anaerobik Dekomposisi secara anaerobik merupakan modifikasi biologis pada struktur kimia dan biologi bahan organik tanpa kehadiran oksigen (hampa udara). Proses ini merupakan proses yang dingin dan tidak terjadi fluktuasi temperatur seperti yang terjadi pada proses pengomposan secara aerobik. Namun, pada proses anaerobik perlu tambahan panas dari luar sebesar 30C (Djuarnani dkk, 2005). Pengomposan anaerobik akan menghasilkan gas metan (CH4), karbondioksida (CO2), dan asam organik yang memiliki bobot molekul rendah seperti asam asetat, asam propionat, asam butirat, asam laktat, dan asam suksinat. Gas metan bisa dimanfaatkan sebagai bahan bakar alternatif (biogas). Sisanya berupa lumpur yang mengandung bagian padatan dan cairan. Bagian padatan ini yang disebut kompos. Namun, kadar airnya masih tinggi sehingga sebelum digunakan harus dikeringkan (Simamora dan Salundik, 2006).Sisa hasil pengomposan anaerobik berupa lumpur yang mengandung air sebanyak 60% dengan warna cokelat gelap sampai hitam. Hasil ini biasanya terkontaminasi oleh tanaman phytotoxin yang hadir sebagai asam, metana dan hidrogen sulfida yang bersifat racun (Djuarnani dkk, 2005).7. Standarisasi dan Mutu KomposKandungan unsur hara di dalam kompos sangat bervariasi. Tergantung dari jenis bahan asal yang digunakan dan cara pembuatan kompos. Ciri fisik kompos yang baik adalah berwarna coklat kehitaman, agak lembab, gembur, dan bahan pembentuknya sudah tidak tampak lagi. Produsen kompos yang baik akan mencantumkan besarnya kandungan unsur hara pada kemasan. Meskipun demikian, dosis pemakaian pupuk organik tidak seketat pada pupuk buatan karena kelebihan dosis pupuk organik tidak akan merusak tanaman (Novizan, 2005).Indonesia telah memiliki standar kualitas kompos, yaitu SNI 19-7030-2004 dan Peraturan Menteri Pertanian No. 02/Pert/HK.060/2/2006. Di dalam standar ini termuat batas-batas maksimum atau minimum sifat-sifat fisik atau kimiawi kompos, termasuk di dalamnya batas maksimum kandungan logam berat. Untuk memastikan apakah seluruh kriteria kualitas kompos ini terpenuhi maka diperlukan analisis laboratorium. Pemenuhan atas standar tersebut adalah penting, terutama untuk kompos yang akan dijual ke pasaran. Standar itu menjadi salah satu jaminan bahwa kompos yang akan dijual benar-benar merupakan kompos yang siap diaplikasikan dan tidak berbahaya bagi tanaman, manusia, maupun lingkungan (Isroi dan Yuliarti, 2009).8. Efek Positif Kompos:1. Kompos bersifat hidrofilik sehingga dapat meningkatkan kemampuan tanah dalam memegang air dan mengandung unsur karbon yang relatif tinggi sehingga dapat menjadi sumber energi mikroba.1. Kompos mengandung berbagai hara mineral yang berfungsi untuk menyediakan makanan bagi tanaman, sehingga kompos dapat berfungsi sebagai pupuk.1. Kompos juga dapat memperbaiki sifat fisik tanah sehingga tanah menjadi remah dan pada gilirannya mikroba-mikroba tanah yang bermanfaat dapathidup lebih subur.1. Kompos juga berguna untuk bioremediasi (Notodarmojo 2005)1. Kompos bersifat hidrofilik sehingga dapat meningkatkan kemampuan tanah dalam memegang air dan mengandung unsur karbon yang relatif tinggi sehingga dapat menjadi sumber energi mikroba1. Kompos akan meningkatkan kesuburan tanah dan merangsang perakaran yang sehat1. Kompos memperbaiki struktur tanah dengan meningkatkan kandungan bahan organik tanah dan meningkatkan kemampuan tanah untukmempertahankan kandungan air tanah1. Susunan tanah menjadi lebih baik terhadap gaya-gaya perusak dari luar, seperti hayutan air (erosi). Hal ini disebabkan karena pengaruh bantuan jasad renik dalam tanah yang merubah bahan organik menjadi humus. Humus merupakan perekat bagi butir-butir tanah saat membentuk gumpalan. Akibatnya susunan tanah akan menjadi lebih baik.1. Kompos menyebabkan terjadinya perbaikan struktur tanah. Sehingga sifat fisik dan kimia tanah ikut diperbaiki.1. Pemberian pada tanah berpasir mengakibatkan daya ikat tanah meningkat1. Pemberian pada tanah berlempung akan menjadi ringan, daya ikat air menjadi tinggi, daya ikat tanah terhadap unsur hara meningkat, serta drainase dan tata udara tanah dapat diperbaiki1. Kompos dapat membuat tata udara menjadi baik karena menyebabkan suhu tanah lebih stabil serta aliran air dan aliran udara tanah lebih baik.1. Kompos akan meningkatkan populasi musuh alami patogen sehingga akan menekan aktivitas saprofitik patogen.9. Efek Negatif Kompos:1. Sering menjadi faktor pembawa hama penyakit karena mengandung larva atau telur 1. serangga sehingga tanaman dapat diserang.1. Kandungan unsur haranya sulit diprediksi.4. Kandungan unsur haranya jauh lebih rendah dibanding pupuk anorganik sehingga dosis penggunaannya jauh lebih tinggi. Akibatnya biaya transportasi, gudang, serta tenaga kerja meningkat.1. Respon tanaman lebih lambat, karena sifatnya yang slow release.1. Pupuk kompos yang tidak meningkatkan basa-basa tanah seperti unsur kalsium (Ca), magnesium (Mg), dan kalium (K) secara nyata, sedangkan unsur-unsur tersebut dibutuhkan untuk pertumbuhan kayu atau perkembangan diameter.

10. Analisis Kasus Penggunaan Kompos Pertumbuhan Semai Gmelina dengan Berbagai Dosis Pupuk Kompos pada Media TanahBekas Tambang Emas

Jurnal ini berisikan pengaruh pemberian pupuk kompos terhadap pertumbuhan semai gmelina pada media tailing serta mendapatkan dosis pupuk kompos optimal bagi pertumbuhan semai pda media tailing. Gmelina dipilih untuk revegetasi karena jenis ini toleran terhadap tanah berlapisan dangkal, berpasir, padat, dan bersifat asam, kondisi yang miripdengan tailing.Tanah tailing berpotensi menurunkan tingkat kesuburan tanah dan menyebabkan keracunan bagi tanaman sehingga menyulitkan tanaman untuk tumbuh. Bibit yang digunakan adalah bibit yang berumur sekitar 1 bulan. Media yangdigunakan merupakan campuran tanah tailing dan pupuk kompos. Tailing bekas tambang emas yang diambil dari kawasan PT Antam Tbk. Pongkor Bogor tidak disterilkan tetapi cukup dibersihkan dari kotoran-kotoran seperti daun, akar,dan ranting kering.Percobaan yang digunakan yaitu untuk mengetahui berbagai dosis pupuk kompos kompos yang terdiri dari 4 taraf (0, 10, 20,dan 30 g), dengan masing-masing taraf perlakuan terdiri dari 2 ulangan pada Media Tanah Bekas Tambang Emas yang masing-masing ulangan terdiri dari 1 tanaman semai gmelina.

Hasil Percobaan:Pertumbuhan tinggi semai gmelina setiap minggu pada masing-masing perlakuan (Gambar 1) menunjukkan bahwa tinggi semai meningkat sejak minggu ke-1 sampai minggu ke-12 dengan intensitas penambahan tinggi yang beragam untuk setiap perlakuan. Dalam perlakuan pemberian pupuk kompos, dosis30 g memberikan pengaruh yang paling nyata untuk pertumbuhan tinggi tanaman di antara perlakuan yang lainnya. Semakin tinggi dosis pupuk kompos yang diberikan,nilai rata-rata pertumbuhan tinggi tanaman gmelina semakin meningkat (Gambar 2). (Tabel 2) menunjukkan bahwa pemberian pupuk kompos tidak berpengaruh nyata terhadap pertumbuhan diameter tanaman gmelina. Pertumbuhan diameter berlawanan dengan perubahan tinggi disebabkan oleh pemberian pupuk kompos yang tidak meningkatkan basa-basa tanah seperti unsur kalsium (Ca), magnesium (Mg), dan kalium (K) secara nyata, sedangkan unsur-unsur tersebutdibutuhkan untuk pertumbuhan kayu atau perkembangan diameter.Media tanah tailing yang dicampur dengan kompos merupakan media yang mampu memberikan respons pertumbuhan gmelina yang lebih baik (Dharmawan 2003). Selama pertumbuhan tanaman, logam-logam yang mencemari tanah dapat terserap sehingga tidak membahayakan lingkungan (Arienzo et al. 2003; Darmono 2006). Penambahan kompos pada tanah tailing dapat meningkatkan kandunganhara terutama nitrogen (N) dan fosfor (P), sementara itu kandungan besi (Fe+3) yang bersifat toksik menurun 35 kali. Pemberian kapur atau dolomit dapat dilakukan untuk menyikapi rendahnya pertumbuhan diameter semai. Kapur atau dolomit akan mengatasi kebutuhan unsur Ca dan Mg bagi semai (Hakimet al. 1983) sehingga pengaruh buruk dari kompos dapat diatasi.

DAFTAR PUSTAKAMahsur. 2001. Vermikompos (Kompos Cacing Tanah) Pupuk Organik Berkualitas DanRamah Lingkungan. Mataram; Instalasi Penelitian Dan Pengkajian Teknologi Pertanian (IPPTP) Mataram Badan Penelitian Dan Pengembangan Pertanian. Tersedia Online : http://pustaka.litbang.pertanian.go.id/agritek/ntbr0102.pdf. Rahmaini, Wulan. 2008. Kandungan Co2, Nisbah C/N Dan Temperatur Pada PengomposanJerami Padi Dengan Menggunakan Trichoderma Harzianum Dan Cacing Tanah. Medan; Univeritas Sumatera Utara. Tersedia Online : http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/25149/4/Chapter%20II.pdf. Simamora, Suhut, dan Salundik. 2006. Meningkatkan Kualitas Kompos. Jakarta; AgroMediaPustaka.Djuarnani, Nan. dkk. 2005. Cara Cepat Membuat Kompos. Agromedia Pustaka; Jakarta.Tersedia Online : https://books.google.co.id/books?id=O46HSApC94IC&pg=PR7&lpg=PR7&dq=cara+pengomposan&source=bl&ots=v3LGpCeaeU&sig=FmAAVlFz9zzj7uOJbGvVQCTk4tI&hl=id&sa=X&ei=1rD7VPazCJSnuQSynoGoDw&redir_esc=y#v=onepage&q=cara%20pengomposan&f=false. Novizan. 2005. Petunjuk Pemupukan Yang Efektif, Cetakan Pertama. AgroMedia Pustaka;Jakarta.Isroi dan N. Yuliarti. 2009. Kompos. Penerbit ANDI; Yogyakarta.PUPUK ORGANIK. 2013. Tersedia Online : http://www.tanijogonegoro.com/2013/02/pupuk-Organik.html. Diakses pada 7 Maret 2015

B Wasis. 2011. Pertumbuhan Semai Gmelina dengan Berbagai Dosis Pupuk Kompos pada Media TanahBekas Tambang Emas. Tersedia Online : http://journal.ipb.ac.id/index.php/jmht/article/download/3264/2198. Diakses pada 7 Maret 2015.Rahmi,K. 2010.Kompos. Tersedia Online :http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/19609/6/Chapter%20II.pdf. Diakses pada 7 Maret 2015.Rahmaini,W.2011.Pengomposan. Tersedia Online :http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/25149/4/Chapter%20II.pdf. Diakses pada 7 Maret 2015.Anonim., History of Composting.University Of Illion. Tersedia Online : http://web.extension.illinois.edu/homecompost/history.cfm. Diakses pada 08 maret 2015.

15