tugas ptk metpen

22
MAKALAH PENELITIAN TINDAK KELAS Disusun untuk memenuhi tugas dari mata kuliah Metodologi Penelitian oleh : M. Najib Sholakhudin 120210102087 PROGRAM STUDI PENDIDIKAN FISIKA FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

Upload: karim-anarqiz

Post on 10-Nov-2015

225 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

fisika

TRANSCRIPT

MAKALAHPENELITIAN TINDAK KELAS

Disusun untuk memenuhi tugas dari mata kuliah Metodologi Penelitianoleh :M. Najib Sholakhudin120210102087

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN FISIKA FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKANUNIVERSITAS JEMBER2015Penelitian Tindakan Kelas adalah penelitian praktis yang dimaksudkan untuk memperbaiki pembelajaran di kelas. Penelitian ini merupakan salah satu upaya guru atau praktisi dalam bentuk berbagai kegiatan yang dilakukan untuk memperbaiki dan atau meningkatkan mutu pembelajaran di kelas.PENGERTIAN Pengertian Penelitian Tindakan Kelas (PTK) berkembang dari istilah penelitian tindakan (action research) (Sanjaya, hal. 24). Oleh karena itu, untuk memahami pengertian PTK perlu ditelusuri pengertian penelitian tindakan terlebih dahulu. Penelitian tindakan mulai berkembang di Amerika dan berbagai negara di Eropa, khususnya dikembangkan oleh mereka yang bergerak di bidang ilmu sosial dan humaniora (Basrowi & Suwandi, hal. 24-25). Orang-orang yang bergerak di bidang itu dituntut untuk terjun mempraktikkan suatu tindakan atau perlakuan di lapangan. Mereka berarti langsung mempraktikkan tindakan yang telah direncanakan dan mengukur kelayakan tindakan yang diberikan tersebut. Menurut Kemmis (1988), penelitian tindakan adalah suatu bentuk penelitian reflektif dan kolektif yang dilakukan peneliti dalam situasi sosial untuk meningkatkan penalaran praktik sosial mereka (Sanjaya, hal. 24). Dalam hal ini, penelitian tindakan memiliki kawasan yang lebih luas daripada PTK. Penelitian tindakan diterapkan di berbagai bidang ilmu di luar pendidikan, misalnya dalam kegiatan praktik bidang kedokteran, manajemen, dan industri (Basrowi & Suwandi, hal. 25). Bila penelitian tindakan yang berkaitan pada bidang pendidikan dilaksanakan dalam kawasan sebuah kelas, maka penelitian tindakan tindakan ini disebut PTK.TUJUAN PTK Tujuan PTK adalah memperbaiki dan meningkatkan kualitas pembelajaran serta membantu memberdayakan guru dalam memecahkan masalah pembelajaran di sekolah (Muslich, hal. 10). Menurut Suyanto (1997), tujuan PTK adalah meningkatkan dan/atau memperbaiki praktik pembelajaran di sekolah, meningkatkan relevansi pendidikan, meningkatkan mutu pendidikan, dan efisiensi pengelolaan pendidikan (Basrowi & Suwandi, hal. 54).1. Prosedur dan Desain Penelitian Tindakan Kelas 1) Prosedur PTKPenelitian tindakan bersifat partisipatoris atau kolaboratif, yang secara khusus dilakukan karena ada kepdulian bersama terhadap suatu kondisi yang perlu diperbaiki. Anggota tim peneliti mengidentifikasi dan mengklarifikasi kepedulaian tematik yang akan dijadikan fokus penelitian. Mereka menyusun rencana tindakan bersama-sama, melaksanakan tindakan, dan melakukan pengamatan baik secara individual maupun secara kolektif, dan melakukan refleksi bersama. Selanjutnya secara sadar mereka merumuskan kembali rencana penelitiannya berdasarkan informasi yang lebih lengkap dan lebih kritis. Jadi, pada prinsipnya terdapat empat tahapan penelitian tindakan yaitu 1) perencanaan, 2) pelaksanaan tindakan, 3) obsrvasi/evaluasi, dan 4) refleksi.1) PerencanaanRenacana penelitian tindakan harus tersusun secara sistematis dan dari segi definisi harus prospektif pada tindakan. Rencana tindakan harus bersifat fleksibel agar dapat diadaptasikan dengan pengaruh yang tak terduga dan kendala sebelumnya yang tak dapat dilihat. Tindakan yang direncanakan harus disampaikan dalam dua pengertian yaitu 1) mempertimbangkan resiko yang ada dalam perubahan sosial dan mengakui adanya kendala nyata, baik yang bersifat material maupun bersifat politis dalam situasi terkait, dan 2) tindakan yang akan dilaksanakan hendaknya dipilih karena memungkinkan para pesertanya untuk bertindak secara lebih efektif dalam berbagai keadaan, secara bijaksana dan hati-hati. Di samping itu rencana tindakan hendaknya dapat membantu para praktisi untuk mengatasai kendala yang ada, dan menyadari potensi baru mereka untuk melakukan tindakan guna meningkatkan kualitas kerja mereka. Rencana tindakan harus bersifat fleksibel dan tentatif, dan siap diubah sesuai dengan kondisi yang ada.Butir-butir kegiatan pada tahap perencanaan penelitian tindakan dalam bidang kependidikan adalah sebagai berikut. (1) Identifikasi-evaluasi-formulasi masalah yang dipandang kritis dalam situasi pembelajaran seghari-hari. Masalah dapat berupa pengenalan inovasi ke dalam aspek tetentu program sekolah yang sudah mapan.(2) Diskusi pendahuluan diantara kelompok yang berminat (guru, peneliti, pimpinan sekolah, pengawas, dsb) yang menghasilkan draft usulan dan masalah-masalah yang perlu dicari solusinya melalui penelitian. Misalnya, faktor-faktor apa yang menjadi kendala dalam pelaksanaan suatu perubahan kurikulum? Bagaimana kondisi yang perlu disiapkan agar suatu inovasi strategi pembelajaran dapat terlaksana secara efektif dan efisien? Model pembelajaran mana yang cocok untuk digunakan dalam upaya meningkatkan kompetensi kerja ilmiah siswa? Dan sebagainya.(3) Melakukan kajian pustaka, jurnal penelitian untuk digunakan sebagai pijakan yang relevan dengan permaslahan yang akan dipecahkan. Kajian pusataka dan jurnal penelitian digunakan sebagai landasan rasionalisasi pelaksanaan tindakan.(4) Modifikasi atau redefinisi rumusan awal permasalahan yang akan diteliti. Mungkin muncul hipotesis yang dapat diuji, atau seperangkat panduan sasaran. Asumsi-asumsi yang mendasari penelitian perlu dieksplisitkan. Misalnya, agar perubahan kurikulum dapat terlaksana secara efektif, maka sikap, komitmen, nilai, dan keterampilan guru harus diubah terlebih dahulu.(5) Pemilihan prosedur penelitian, penetapan subjek penelitian, administrasi penelitian, pemilihan bahan, metode atau strategi pembelajaran, serta jadwal waktu pelaksanaan tindakan.(6) Memilih prosedur evaluasi, instrumen evaluasi, serta penetapan sasaran evaluasinya.2) Pelaksanaan TindakanTindakan yang dimaksud adalah tindakan yang dilakukan secara sadar dan terkendali, serta merupakan variasi praktek yang cermat dan bijaksana. Tindakan dituntun oleh perencanaan yang telah disusun, namun tidak mutlak atau tidak terlalu ketat. Rencana diacu hanya dalam hal dasar pemikirannya, dengan mengingat bahwa rencana tindakan bersifat tentatif dan fleksibel. Oleh karena itu, tindakan bersifat dinamis, serta memerlukan keputusan yang cepat tentang apa yang perlu dilakukan, demi terjadinya perbaikan. Negosiasi dan kompromi mungkin diperlukan, tetapi kompromi harus dilihat dalam konteks strateginya. Nilai tambah yang sedang, untuk sementara waktu mungkin cukup, dan nilai tambah ini selanjutnya digunakan sebagai landasan tindakan berikutnya. Perbedaan yang menonjol antara penelitian tindakan dan tindakan biasa adalah bahwa dalam penelitian tindakan, tindakannya, pengaruh tindakannya, dan kendalanya diobservasi dan hasil observasinya dianalisis serta direfleksikan untuk kepentingan perbaikan dalam tindakan berikutnya. Pelakunya bertujuan untuk mengumpulkan bukti tentang tindakan yang mereka lakukan agar mereka dapat melakukan penilaian sepenuhnya. Untuk melakukan evaluasi, sebelum bertindak mereka sudah menyiapkan jenis bukti yang akan dikumpulkan serta instrumennya.3) Observasi/EvaluasiObservasi berfungsi untuk mendokumentasikan pengaruh tindakan terkait. Hasil observasi akan memberikan landasan bagi refleksi sekarang dan masa datang. Observasi yang cermat akan sangat diperlukan karena tindakan selalu dibatasi oleh kendala realitas dan kendala-kendala tersebut belum terlihat dengan jelas pada masa lalu. Observasi haarus dilaksanakan dengan cermat sehingga data-data observasi dapat digunakan sebagai landasan yang kuat bagi refleksi berikutnya. Rencana observasi hendaknya bersifat fleksibel dan terbuka untuk mencatat hal-hal yang tak terduga. Dalam hal ini, visi peneliti harus menangkap hal yang tak terduga. Peneliti tindakan harus memiliki jurnal (catatan harian) untuk mencatat hal-hal yang luput dari kategori observasi yang telah direncanakan.Hal-hal yang perlu diobservasi antara lain: 1) proses tindakannya; 2) pengaruh tindakan, baik yang disengaja maupun yang tidak disengaja; 3) keadaan dan kendala tindakan; 4) cara keadaan dan kendala tersebut menghambat tindakan yang telah direncanakan; 5) kondisi yang mendukung pelaksanaan tindakan; dan 6) persoalan lain yang timbul. Observasi harus selalau dituntun oleh suatu niat dan upaya untuk mencari landasan yang objektif bagi refleksi diri yang kritis. Hasil-hasil observasi diharapkan dapat memberikan andil bagi perbaikan praktek pembelajaran melalui pemahaman yang lebih baik dan tindakan yang dipikirkan secara lebih kritis. Bahan pokok yang diobservasi hendaknya selalu berupa tindakan, pengaruhnya, dan konteks situasi tempat tindakan itu dilaksanakan.4) RefleksiDalam penelitian tindakan, yang dimaksud dengan refleksi adalah mengingat dan merenungkan kembali suatu tindakan persis seperti apa yang dicatat dalam observasi, yang digunakan untuk menyusun rencana tindakan selanjutnya. Melalui refleksi, peneliti tindakan berusaha memahami masalah, proses dan pengaruh tindakan, dan kendala nyata dalam tindakan strategik. Refleksi mempertimbangkan ragam perspektif yang mungkin ada dalam situasi sosial, dan memahami persoalan serta keadaan tempat timbulnya persoalan tersebut. Refleksi mempunyai aspek evaluatif, dalam arti bahwa refleksi meminta peneliti tindakan untuk menimbang-nimbang pengalamannya, menialai pengaruh tindakan yang diinginkan maupun yang tidak diinginkan, dan memberi saran-saran tentang cara-cara bagi tindakan selanjutnya. Di samping itu, ada pula pengertian bahwa refleksi itu deskriptif. Artinya, dimungkinkan untuk melakukan peninjauan, pengembangan tindakan dalam situasinya, kendala yang dialami dalam pelaksanaan tindakan, dan yang lebih penting adalah tentang apa yang sekarang dilakukan untuk kelompok dan untuk tiap-tiap anggota dalam rangka pencapaian tujuan.Refleksi pada hakekatnya terdiri dari lima komponen, yaitu menganalisis, mensintesis, memaknai, menerangkan, dan menyimpulkan. Cerita tentang apa yang terjadi diperoleh sebagai hasil dari tindakan dan observasi. Untuk dapat menetapkan apa yang terjadi, maka kita harus me-review permasalahannya; mempertimbangkan kembali peluang dan kendalanya, dan situasinya; me-review pencapaian dan keterbatasan langkah tindakan pertama; mempertimbangkan konsekuensi-konsekuensinya (termasuk yang tidak diantisipasi dan efek sampingnya); serta memikirkan implikasi-implikasi bagi tindakan mendatang. Berdasarkan informasi tentang apa yang terjadi, maka lakukanlah perenungan yang mendalam tentang apa yang terjadi itu. Pada tahapan ini, berpikirlah secara sintesisi. Padukan gagasan-gagasan yang ada sehingga diperoleh kesimpulan yang luas tentang apa yang terjadi. Hasil yang terpenting pada proses refleksi adalah mempelajari apa yang diperlukan untuk dipelajari.Tahapan refleksi diawali dengan analisis data dan dilanjutkan dengan evaluasi, dengan proses sebagai berikut.(1) Analisis Data. Jenis data dan atau informasi yang direkam selama observasi dan monitoring dapat berupa data kualitatif dan kuantitaif tergantung dari dampak atau hasil keluaran yang diharapkan. Analisis data dilakukan melalui tiga tahap, yaitu: reduksi data, paparan data, dan penyimpulan hasil analisis.a. Reduksi Data. Reduksi data adalah proses penyederhanaan data yang dilakukan melalui seleksi, pengelompokkan, dan pengorganisasian data mentah menjadi sebuah informasi bermakna. Data dan atau informasi yang relevan terkait langsung dengan pelaksanaan PTK yang diolah untuk menjadi bahan evaluasi.b. Paparan Data. Pemaparan data merupakan suatu upaya menampilkan data secara jelas dan mudah dipahami dalam bentuk paparan naratif, table, grafik, atau perwujudan lainnya yang dapat memberikan gambaran jelas tentang proses dan hasil tindakan yang dilakukan.c. Penyimpulan. Penyimpulan merupakan pengambilan intisari dari sajian data yang telah terorganisasikan dalam bentuk pernyataan atau kalimat yang singkat, padat dan bermakna. (2) Evaluasi.Hasil analisis tersebut dipergunakan untuk melakukan evaluasi terhadap proses dan hasil yang dicapai. Tim peneliti dapat mempergunakan krikteria efektivitas atau keberhasilan pencapaian pada setiap siklus. Indikator dalam kriteria dalam berwujud kuantitatif dan kualitatif, misalnya pencapaian penguasaan kosa kata diukur dengan jumlah kosa kata, prosentase siswa yang berhasil mencapai nilai 7, untuk kualitatif perubahan perilaku guru, perilaku siswa, perubahan ikilim belajar dan lain sebagai yang hanya dapat digambarkan secara kualitatif.Dengan melihat proses dan hasil analisis tersebut dan dicocokan dengan kriteria, maka akan diperoleh hasil evalauasi. Apakah pelaksanaan PTK pada sustu sikulus sudah memuaskan atau belum. Hasil evaluasi ini akan menjadi bahan untuk melakukan reflrksi.(3) RefleksiRefleksi dimaksudkan sebagai upaya untuk mengkaji apa yang telah dan belum terjadi, apa yang dihasilkan, kenapa hal tersebut terjadi demikian, dan apa yang perlu dilakukan selanjutnya. Hasil refleksi digunakan untuk menetapkan langkah selanjutnya dalam upaya untuk menghasilkan perbaikan. Komponen-komponen refleksi dapat digambarkan sebagai berikut.2) Desain Penelitian TindakanPenelitian tindakan merupakan proses yang dinamis yang di dalamnya terdapat empat momen, yaitu perencanaan, tindakan, observasi dan refleksi dalam bentuk spiral. Peningkatan pemahaman, pertama-tama akan muncul sebagai dasar pemikiran bagi prakteknya. Dasar pemikiran itu selanjutnya dikembangkan melalui pengujian dalam praktek. Setiap proposisi dalam dasar pemikiran dapat dicocokan dengan prakteknya dan dengan bagian lain dari dasar pemikiran tersebut. Dalam jangka panjang, proposisi tersebut akan berkembang menjadi preskriptif kritis tentang praktek dan tentang bidang yang terkait itu sendiri, dan menjadi teori kritis yang mencakup pertimbangan tentang masalah-masalah seperti bagaimana siswa belajar, bagaimana makna diciptakan bagi siswa terhadap sistem penyampaian pesan sekolah terkait (Suwarsih Madya, 1994).Berikut ini model-model desain penelitian tindakan, yang masing-masing siklusnya terdiri atas perencanaan, tindakan, observasi dan refleksi.a. Desain Stephen KemmisDalam model desain penelitian tindakan Stephen Kemmis digunakan model refleksi-diri (self-reflective) berbentuk spiral, yang setiap siklusnya terdiri atas perencanaan, tindakan, observasi, dan refleksi. Selanjutnya dilakukan perencanaan kembali (re-planning), an seterusnya, sebagai landasan pemecahan masalah. Desainnya dapat digambarkan sebagai berikut.

b. Desain John ElliotElliot dan Adelman bekerja bersama-sama dengan para guru di dalam kelas, tidak sebagai pengamat tetapi sebagai kolaborator dalam upaya:1) Membantu para guru berusaha untuk menyiapkan dan mengimplementasikan metode discovery/inquiry dalam pembelajaran, namn mereka sadar akan adanya kesenjangan antara apa yang diharapkan dan hasil yang akan dapat dicapai; dan2) Membantu para guru dalam memecahkan permasalahan-permasalahan di kelas dengan berorientasi pada penelitian tindakan.Elliot menggunakan ide dasar yang dielaborasinya dari Kemmis, yaitu menggunakan urutan langkah-langkah tindakan-refleksi yang digambarkan sebagai berikut.

2. Instrumen-Instrumen dalam Penelitian Tindakan KelasInstrumen yang diperlukan dalam penelitian tindakan sangat sejalan dengan prosedur dan langkah penelitian tindakan kelas itu sendiri. Ditinjau dari hal tersebut, maka instrumen-instrumen itu dapat dikelompokkan menjadi 3 (tiga), yaitu: instrumen untuk mengobservasi guru (observing teachers), instrumen untuk mengobservasi kelas (observing classroom), dan instrumen untuk mengobservasi perilaku siswa (observing students) (Reed dan Bergermann,1992).a. Pengamatan terhadap Perilaku Guru (Observing Teachers)Observasi merupakan alat yang efektif untuk mempelajari tentang metode dan strategi yang diimplementasikan di kelas, misalnya, tentang organisasi kelas, respon siswa terhadap lingkungan kelas, dsb. Salah satu bentuk instrumen observasi adalah observasi anekdotal (anecdotal record). Observasi anekdotal memfokuskan pada hal-hal spesifik yang terjadi di dalam kelas atau catatan tentang aktivitas belajar siswa dalam pembelajaran. Observasi anekdotal mencatat kejadian di dalam kelas secara informal dalam bentuk naratif. Sejauh mungkin, catatat itu memuat deskripsi rinci dan lugas peristiwa yang terjadi di kelas. Observasi anekdotal tidak mempersyaratkan pengamat memperoleh latihan secara khusus. Suatu observasi anekdotal yang baik setidaknya memiliki empat ciri, yaitu: 1) pengamat harus mengamati keseluruhan sekuensi peristiwa yang terjadi di kelas, 2) tujuan, batas waktu dan rambu-rambu pengamatan jelas, 3) hasil pengamatan dicatat lengkap dan hati-hati, dan 4) pengamatan harus dilakukan secara obyektif.Beberapa model pengamatan anekdotal diusulkan oleh Reed dan Bergermann (1992) yang dapat digunakan dalam PTK, antara lain:a) Catatan Anekdotal Peristiwa dalam Pembelajaran (Anecdotal Record for Observing Instructional Events), b) Observasi Anecdotal Interaksi Guru-Siswa (Anecdotal Teacher-Student Interaction Form), c) Observasi Anekdotal Pola Pengelompokkan Belajar (Anecdotal Record Form for Grouping Patterns), d) Observasi Terstruktur (structured observation), e) Lembar Observasi Model Manajemen Kelas (Checklist for Management Model), f) Lembar Observasi Keterampilan Bertanya (Checklist for Examining Questions), g) Catatan Anekdotal Aktivitas Pembelajaran (Anecdotal Record of Pre-, Whilst-, and Post-Teaching Activities) , h) Catatan Anekdotal Membantu Siswa Berpartisipasi (Checklist for Routine Involving Students), dsb.b. Pengamatan terhadap Kelas (Observing Classrooms)Pengamatan anekdotal dapat dilengkapi sambil melakukan pengamatan terhadap segala kejadian yang terjadi di kelas. Pengamatan ini sangat bermanfaat karena dapat mengungkapkan praktik-praktik pembelajaran yang menarik di kelas. Disamping itu, observasi demikian dapat menunjukkan strategi yang digunakan guru dalam menangani kendala dan hambatan pembelajaran yang terjadi di kelas. Observasi anekdotal kelas meliputi deskripsi tentang lingkungan fisik kelas, tata letaknya, dan manajemen kelas.Beberapa model pengamatan anekdotal kelas diusulkan oleh Reed dan Bergermann (1992) yang dapat digunakan dalam PTK, antara lain:a) Format Anekdotal Organisasi Kelas (Form for Anecdotal Record of Classroom Organization), b) Format Peta Kelas (Form for a Classroom Map), c) Observasi Kelas Terstruktur (Structured Observation of Classrooms), d) Format Skala Pengkodean Lingkungan Sosial Kelas (Form for Coding Scale of Classroom Social Environment), e) Lembar Cek Wawancara Personalia Sekolah (Checklist for School Personnel Interviews), f) Lembar Cek Kompetensi (Checklist of Competencies), dsb. c. Pengamatan Perilaku Siswa (Observing Students).Observasi anekdotal terhadap perilaku siswa dapat mengungkapkan berbagai hal yang menarik. Masing-masing individu siswa dapat diamati secara individual atau bekelompok sebelum, saat berlangsung, dan sesudah usai pembelajaran. Perubahan pada setiap individu juga dapat diamati, dalam kurun waktu tertentu, mulai dari sebelum dilakukan tindakan, saat tindakan diimplementasikan, dan seusai tindakan. Beberapa model pengamatan terhadap perilaku siswa diusulkan oleh Reed dan Bergermann (1992) yang dapat digunakan dalam PTK, antara lain: a) Tes Diagnostik (Diagnostic Test) , b) Catatan Anekdotal Perilaku Siswa (Anecdotal Record for Observing Students), b) Format Bayangan (Shadowing Form), c) Kartu Profil Siswa (Profile Card of Strudents), d) Carta Deskripsi Profil Siswa (Descriptive profile Chart), Sistem Koding Partisipasi Siswa (Coding System to Observe Student Participation in Lessons), e) Inventori Kalimat tak Lengkap (Incomplete Sentence Inventory), f) Pedoman Wawancara untuk Refleksi (Interview Guide for Reflection), g) sosiogram, dsb.d. Wawancara.Untuk memperoleh data dan atau informasi yang lebih rinci dan untuk melengkapi data hasil observasi, tim peneliti dapat melakukan wawancara kepada guru, siswa, kepala sekolah dan fasiliator yang berkolaborasi. Wawancara hendaknya dapat dilakukan dalam situasi informal, wajar,dan peneliti berperan sebagai mitra. Wawancara hendaknya dilakukan dengan mempergunakan pedoman wawancara agar semua informasi dapat diperoleh secara lengkap. Jika dianggap masih ada informasi yang kurang, dapat pula dilakukan secara bebas. Guru yang berkolaborasi dapat berperan pula sebagai pewawancara terhadap siswanya. Namun harus dapat menjaga agar hasil wawancara memiliki obyektivitas yang tinggi.