tugas prl ok
DESCRIPTION
-TRANSCRIPT
1
BAB I
PENDAHULUAN
Kegiatan pertambangan adalah bagian dari kegiatan ekonomi yang mendayagunakan
sumber daya alam dan diharapkan dapat menjamin kehidupan di masa yang akan datang. Secara
teknis kegiatan pertambangan meliputi proses pembersihan lahan; pengambilan dan penimbunan
top soil serta overburden penambangan bahan galian dan penimbunan kembali sehingga
memberikan dampak perubahan bentang alam. Penggunaan teknik penambangan terbuka (open
pit mining) dengan metode gali-isi kembali (back fillings method) menyebabkan terjadinya lahan
kritis akibat hilangnya vegetasi penutup tanah, adanya tekanan berat dari gaya gravitasi pada air
hujan yang menghantam langsung permukaan tanah, erosi, terpapar secara langsung oleh sinar
matahari dan terjadi pemadatan tanah yang disebabkan penggunaan alat berat dalam proses
penambangan. Penggunaan teknik open pit mining juga menyebabkan rendahnya hara tanah,
rendahnya bahan organik tanah, toksisitas mineral, buruknya tekstur tanah, dan rendahnya
aktivitas mikroorganisme tanah ( Jha & Singh, 1995).
Kegiatan reklamasi merupakan suatu usaha memperbaiki atau memulihkan kembali lahan
dan vegetasi dalam kawasan hutan yang rusak sebagai akibat kegiatan usaha pertambangan dan
energi agar dapat berfungsi secara optimal sesuai dengan peruntukannya. Merujuk kepada pasal
101 UUD 4/2009 pemerintah mengeluarkan Peraturan Pemerintah No.78 tahun 2010 yang
menetapkan bahwa kegiatan reklamasi wajib dilakukan oleh setiap pemegang IUP eksplorasi
dan IUP Produksi, kegiatan reklamasi dan paska tambang wajib dilakukan dengan
memperhatikan aspek lingkungan hidup, keselamatan pekerja dan konservasi mineral dan
batubara.
Pada tugas makalah mengenai review kegiatan reklamasi ini mengambil case study pada
PT. Berau Coal, PT. Kaltim Prima Coal dan PT. Indominco Mandiri di Provinsi Kalimantan
Timur
1.1 Kondisi Umum Provinsi Kalimantan Timur
Propinsi Kalimantan Timur dengan ibukota Samarinda, luasnya 211.440 km2 (sekitar
28% luas Borneo), terletak di antara 1130 44' - 1190 00' bujur timur dan 40 24' lintang utara dan
2
20 25' lintang selatan, dengan batas-batas di sebelah utara dengan negara bagian Sabah
(Malaysia Timur), sedangkan di sebelah barat dengan Kalimantan Tengah, Kalimantan Barat dan
Sarawak (Malaysia Timur). Di sebelah timur berbatasan dengan selat Makasar dan laut Sulawesi,
sedangkan di sebelah selatan dengan Kalimantan Selatan.
Gambar 1.1 Peta Lokasi Case Study Kegiatan Reklamasi Pertambangan Batubara
1.2 Topografi dan Tanah
Kondisi topografi umumnya berbukit-bukit, lebih dari separuh (53,3%) luas wilayah
memiliki kemiringan diatas 40% yang terbagi dalam: Zona 1 meliputi daerah dataran rendah di
pesisir pantai sebelah timur (kecuali Tanjung Mangkaliat), sepanjang sungai Mahakam mulai
dari daerah pesisir (Samarinda) hingga Muara Kaman, Muara Pahu dan Muara Ancalong,
sebagian Dataran Tinggi Tunjung (Barong Tongkok dan sekitarnya) serta Dataran Tinggi
Benuaq (Damai dan sekitarnya). Zona 2 meliputi daerah Tanjung Mangkaliat, Kabupaten Pasir,
daerah perbukitan antara Samarinda - Balikpapan dan sebagian daerah pedalaman di Kabupaten
Berau, Bulungan dan Kutai. Zona 3 meliputi daerah hulu sungai di Kabupaten Bulungan, Kutai
dan Berau. Zona 4 meliputi dataran tinggi dan pegunungan yang berbatasan dengan Kalimantan
KALIMANTANTIMUR
PT. Berau CoalTbk
PT. Indominco MandiriTbk
PT. KPC
3
Tengah, Selatan dan Malaysia Timur. Kondisi semacam itu ditambah dengan tingginya curah
hujan, membuat Kalimantan Timur rawan terhadap erosi.
Kalimantan Timur didominasi tanah podsolik murni maupun berasosiasi dengan jenis
tanah regosol, lithosol, andosol, latosol, alluvial, organosol, leisol, renzina dan mediteran. Jenis
tanah tersebut mencapai 78,5% dari luas wilayah Kaltim, sisanya terdiri dari lithosol (8,75%);
alluvial (4,6%), organosol (3,3%), gleisel hidrik (1,4%) dan beberapa kombinasi berbagai jenis
tanah dalam jumlah kecil. Dengan demikian, di daerah ini pada umumnya tidak subur untuk
lahan pertanian produktif jangka panjang.
1.3 Iklim
Kalimantan Timur yang dibelah garis katulistiwa, memiliki iklim tropik basah dengan
kisaran suhu antara 200 sampai 320 Celcius. Curah hujan cukup tinggi dengan penyebaran yang
merata sepanjang tahun. Sebaran curah hujan cukup berbeda di berbagai lokasi. Di daerah
dataran tinggi dan pegunungan, curah hujan tertinggi mencapai 4.000 mm pertahun. Sedangkan
curah hujan yang berkisan antara 3.000 mm hingga 4.000 mm terdapat di daerah bagian tengah,
memanjang mengitari daerah pegunungan. Curah hujan antara 2.000 mm hingga 3.000 mm
tersebar merata di daerah dataran rendah. Sedangkan curah hujan terendah, yakni antara 1.500
mm hingga 2.000 mm terdapat di hampir sepanjang pantai.
1.4 Ekosistem dan Keanekaragaman Hayati
Dataran rendah di Kaltim didominasi hutan dipterocap dengan beragam tumbuhan dan
satwa. Ekosistem yang ada, secara ekologis amat karakteristik, yakni ekosistem pantai dan hutan
bakau; hutan kerangas (health forest) dan hutan pegunungan (montane forest). Dari 350 spesies
pohon dipterocarpaceace, sekitar 267 spesies ditemukan di belantara Borneo, dimana 155
spesies itu adalah endemik. Selain pohon-pohon dipterocap, jenis pohon lain yang bernilai
komersial adalah ulin (eusideroxylon zwiger) dan gaharu (aqularia thymelaeaceae).
Dari segi keanakeragaman satwa liar, terdapat 221 spesies binatang menyusui
(mammalia) dan 28 diantaranya endemik Borneo. Selain itu juga ditemukan 13 jenis satwa
primata, diantaranya tarsius (tarsius bancanus); orang utan (pongo pygmaeus); bekantan (nasalis
4
larvatus); siamang (sympalanqus syndactylus); kaliawat (hylobates klosii); bangkui (presbytis
rubicunda); beruk (macaca nemes trima); lutung (presbytis melapholos) dan kukang (nyeticebus
caucang).
1.6 Kegiatan Pertambangan Batubara
Pada tahun 2011, ada sekitar 41 perusahaan tambang batubara yang beroperasional secara
resmi di wilayah provinsi Kalimantan Timur dengan mendapat izin dari pemerintah pusat untuk
konsesi lahan seluas 1.824.004 ha. Pada daerah Kabupaten Kutai Timur luas lahan yang dibuka
(asumsi tanpa ada reklamasi) seluas 60.000 ha. Hal ini terkait dengan program pemerintah yang
akan melakukan substitusi bahan minyak dan gas bumi untuk keperluan sektor energi dan
industri di tahun 2010 sebesar 75% serta mencukupi permintaan pasar global yang cukup tinggi
dengan permintaan harga yang cukup baik, maka deposit batubara yang ada di wilayah provinsi
Kalimantan Timur akan mempunyai peran yang berarti untuk memenuhi kebutuhan nasional
ataupun pasar internasional. Hal ini akan menjadi faktor pemicu pelaku usaha dibidang energi
dan sumberdaya energi dari mineral batubara semakin meningkatkan kemampuan produksinya
secara signifikan.
Tabel 1. Izin Usaha Pertambangan di Kalimantan Timur
5
1.5 Realisasi Reklamasi Pertambangan Batubara
Berdasarkan data yang diperoleh dari Dinas Pertambangan dan Energi Provinsi
Kalimantan Timur, konsesi lahan tambang batubara yang sedang di eksploitasi hingga tahun
2009 ± 281.953 ha. Sedangkan menurut hasil analisis data menggunakan data citra landsat tahun
2010 menunjukan bahwa luas lahan tambang batubara hanya sekitar 80,727 ha. Perbedaan luas
tersebut terjadi akibat tampilan yang terdeteksi oleh citra landsat hanya lahan tambang batubara
yang masih terbuka, sedangkan yang mengalami revegetasi hasil reklamasi sulit dipisahkan
dengan landuse/landcover lainnya seperti semak belukar.
Berdasarkan data yang diperoleh dari Dinas Pertambangan dan Energi Provinsi
Kalimantan Timur Pada saat ini perusahaan yang beroperasi di Kabupaten Kutai Kertanegara 15
perusahaan dan kabupaten Kutai Timur sekitar 10 perusahaan dan ini belum termasuk
pengusahaan penambangan batubara yang izinnya diberikan oleh pemerintah daerah setempat
dengan luasan dibawah 1.000 ha. Daerah yang telah mengalami reklamasi dan revegetasi lahan
yang dilakukan beberapa perusahaan dapat kita dilihat Tabel 1. Berikut ini :
Tabel 1. Luas Areal Reklamasi dan Revegetasi Pada Perusahaan Tambang BatubaraPKP2KB s/d Tahun 2009
7
BAB II
KEGIATAN REKLAMASI PERTAMBANGAN
Reklamasi bertujuan untuk memperbaiki atau memulihkan kembali lahan yang terganggu
akibat kegiatan usaha pertambangan, agar dapat berfungsi secara optimal sesuai dengan
pemanfaatan yang telah disepakati. Umumnya perusahaan tambang wajib melakukan penataan
lahan agar kondisinya aman, stabil, dan tidak mudah tererosi, serta penanaman kembali vegetasi
yang telah dirusak/dipindahkan dari lokasi pertambangan. Agar kegiatan reklamasi dalam
pelaksanaannya dapat tercapai tujuan yang dikehendaki, maka diperlukan perencanaan
reklamasi.
2.1 Perencanaan Reklamasi
Untuk melaksanakan reklamasi diperlukan perencanaan yang baik, agar dalam
pelaksanaannya dapat tercapai sasaran sesuai yang dikehendaki. Dalam hal ini reklamasi harus
disesuaikan dengan tata ruang. Perencanaan reklamasi harus sudah disiapkan sebelum
melakukan operasi penambangan dan merupakan program yang terpadu dalam kegiatan operasi
penambangan. Hal-hal yang harus diperhatikan di dalam perencanaan reklamasi adalah sebagai
berikut :
a. Mempersiapkan rencana reklamasi sebelum pelaksanaan penambangan.
b. Luas areal yang direklamasi sama dengan luas areal penambangan.
c. Memindahkan dan menempatkantanah pucuk pada tempat tertentu dan mengatur
sedemikian rupa untuk keperluan vegetasi.
d. Mengembalikan/memperbaiki kandungan (kadar) bahan beracun sampai tingkat yang
aman sebelum dapat dibuang ke suatu tempat pembuangan.
e. Mengembalikan lahan seperti keadaan semula dan/atau sesuai dengan tujuan
penggunaannya.
f. Memperkecil erosi selama dan setelah proses reklamasi.
g. Memindahkan semua peralatan yang tidak digunakan lagi dalam aktivitas penambangan.
h. Permukaan yang padat harus digemburkan namun bila tidak memungkinkan untuk agar
ditanami dengan tanaman pionir yang akarnya mampu menembus tanah yang keras.
8
i. Setelah penambangan maka pada lahan bekas tambang yang diperuntukan bagi vegetasi,
segera dilakukan penanaman kembali dengan jenis tanaman yang sesuai dengan rencana
rehabilitasi.
j. Mencegah masuknya hama dan gulma berbahaya, dan
k. Memeantau dan mengelola areal reklamasi sesuai dengan kondisi yang diharapkan.
2.2 Pelaksanaan Reklamasi
Pelaksanaan reklamasi membutuhkan gabungan ahli teknik sipil dan ahli teknik vegetasi.
Setiap lokasi penambangan mempunyai kondisi tertentu yang mempengaruhi pelaksanaan
reklamasi. Pelaksanaan reklamasi umumnya merupakan gabungan dari pekerjaan teknik sipil dan
teknik vegetasi. Adapun kegiatan-kegiatan tersebut adalah sebagai berikut :
2.2.1 Pengelolaan Tanah Pucuk
Maksud dari pengelolaan ini untuk mengatur dan memisahkan tanah pucuk dengan
lapisan tanah lain. Hal ini penting bagi kegiatan reklamasi karena tanah merupakan media
pertumbuhan tanaman. Diperlukan pengamatan profil tanah dan identifikasi perlapisan tanah
sampai endapan bahan galian untuk menentukan seberapa tebal lapisan tanah pucuk yang ada.
Tanah pucuk dikupas berdasarkan atas lapisan-lapisan tanah yang telah ditentukan sebelumnya
dan ditempatkan pada area tertentu sesuai tingkat lapisannya.
2.2.2 Persiapan Lahan
Sebelum penanaman dilakukan, lahan bekas tambang ditimbun dan diatur bentuknya dan
material timbunan diangkut ke daerah yang akan direklamasi dengan dumptruck selanjutnya
dirapihkan dengan bulldozer. Kemiringan lahan yang sudah diratakan tidak melebihi 3%, kondisi
stabil, tidak mudah tererosi dan layak untuk kegiatan revegetasi. Lahan yang akan ditanami
digemburkan untuk mempercepat pertumbuhan vegetasi.
9
2.2.3 Revegetasi
Metode revegetasi lahan bekas tambang bermacam-macam. Ginoga dan Masripatin
(2009) menyebutkan beberapa metode revegetasi lahan yaitu restorasi, reboisasi , agroforestri
dan hydroseeding Restorasi merupakan upaya untuk memperbaiki atau memulihkan suatu
ekosistem rusak atau mengalami gangguan sehingga dapat pulih atau mencapai suatu ekosistem
yang mendekati kondisi aslinya (Rahmawaty, 2002. Perrow and Davy, 2002)
Secara ekologi, spesies tanaman lokal dapat beradaptasi dengan iklim setempat tetapi
tidak untuk kondisi tanah. Untuk itu diperlukan pemilihan spesies yang cocok dengan kondisi
setempat, terutama untuk jenis-jenis yang cepat tumbuh, misalnya sengon, yang telah terbukti
adaptif untuk tambang. Dengan penanaman sengon minimal dapat mengubah iklim mikro pada
lahan bekas tambang tersebut. Untuk menunjang keberhasilan dalam merestorasi lahan bekas
tambang, maka dilakukan langkah-langkah seperti perbaikan lahan pra-tanam, pemilihan spesies
yang cocok, dan penggunaan pupuk.
2.2.4 Penanganan Potensi Air Asam Tambang
Pembentukan air asam cenderung intensif terjadi pada daerah penambangan, hal ini dapat
dicegah dengan menghindari terpaparnya bahan mengandung sulfida pada udara bebas.
Pencegahan pembentukan air asam tambang dengan melokalisir sebaran mineral sulfida sebagai
bahan potensial pembentuk air asam dan menghindarkan agar tidak terpapar pada udara bebas.
Sebaran sulfide ditutup dengan bahan impermeable antara lain lempung, serta dihindari
terjadinya proses pelarutan, baik oleh air permukaan maupun air tanah.. Air asam diolah pada
instalasi pengolah untuk menghasilkan keluaran air yang aman untuk dibuang ke dalam badan
air. Penanganan dapat dilakukan dengan bahan penetral misalnya batugamping, yaitu air asam
dialirkan melewati bahan penetral untuk menurunkan tingkat keasaman.
2.2.5 Pengaturan Saluran Air
Drainase pada lingkungan pasca tambang dikelola secara seksama untuk menghindari
efek pelarutan sulfida logam dan bencana banjir yang sangat berbahaya, dapat menyebabkan
rusak atau jebolnya bendungan penampung tailing serta infrastruktur lainnya. Kapasitas drainase
10
harus memperhitungkan iklim jangka panjang, curah hujan maksimum, serta banjir besar yang
biasa terjadi dalam kurun waktu tertentu baik periode waktu jangka panjang maupun pendek.
Arah aliran yang tidak terhindarkan harus meleweti zona mengandung sulfida logam, perlu
pelapisan pada badan alur drainase menggunakan bahan impermeabel. Hal ini untuk
menghindarkan pelarutan sulfida logam yang potensial menghasilkan air asam tambang.
11
BAB III
PELAKSANAAN KEGIATAN REKLAMASI
DI KALIMANTAN TIMUR
3.1 PT. Berau Coal Tbk
3.1.1 Tinjauan Umum Perusahaan
PT Berau Coal Tbk adalah perusahaan tambang batubara yang berlokasi di Kabupaten
Berau, Kalimantan Timur, dan merupakan salah satu dari lima besar produsen batubara di
Indonesia. PT Berau Coal berdiri sejak 5 april 1983, melalui perjanjian karya perusahaan
tambang batubara (PKP2B). Saat itu luas area konsesi PT. Berau Coal adalah 118,400 hektar.
Aktifitas penambangan batu bara dimulai dengan survey pendahuluan tahun 1983-1984,
dilanjutkan kegiatan ekplorasi tahun 1984-1989, feasibility study tahun 1990, pembangunan
konstruksi tahun 1991-1994, dan melakukan percobaan produksi tahun 1994. kemudian mulai
kegiatan eksploitasi tahun 1995 sampai saat ini.
Dengan menjadi salah satu perusahaan generasi pertama perjanjian karya pengusahaan
pertambangan batu bara, PT. Berau Coal membuktikan kinerja yang maksimal dan memberi
kontribusi yang besar bagi stakeholder. Sebagai perusahaan yang telah berpengalaman selama
seperempat abad lebih, kontribusi yang signifikan telah di rasakan secara langsung oleh para
konsumen, baik di pasar domestik maupun ekspor.
Kualitas batubara PT Berau Coal termasuk batubara sub-bitumunous dengan karakter
kadar abu dan sulfur yang relatif rendah, serta memiliki nilai kalori berkisar antara 5000 sampai
5500 Kcal/ kg. Mayoritas produksi batubara PT. Berau Coal, dimanfaatkan sebagai bahan bakar
pembangkit listrik tenaga uap baik di dalam maupun luar negeri. Produk batubara diklasifikasi
menjadi 4 jenis type yaitu mahoni A, mahoni B, agathis dan sungkai. PT. Berau Coal memiliki
kapasitas produksi 30 juta mt/tahun.
PT Berau Coal saat ini memiliki 3 daerah operasional tambang :
12
1. Site Lati
Mulai berproduksi sejak 1995, dengan kualitas batu bara agathis dan sungkai. Tambang ini
memiliki kapasitas produksi sebesar 15 juta mt/tahun, dengan cadangan sebesar 119 juta mt
Karakter endapan batu bara lati adalah sin klin.
2. Site Binungan
Mulai produksi sejak 1996 dengan kualitas batu bara yang dihasilkan adalah mahoni B dan
sungkai. Tambang ini terbagi pada blok 1 -4, blok 5-6 dan blok 7. Tambang ini memiliki
kapasitas produksi sebesar 4,2 juta mt/ tahun, dengan cadangan sebesar 106 juta mt.
3. Site Sambarata
Mulai produksi sejak 2001 dengan kualitas batubara yang dihasilkan adalah mahoni A dan
mahoni B. Area tambang sambarata terbagi pada blok a, blok b dan 81. Tambang ini
memiliki kapasitas produksi sebesar 1,8 juta mt per tahun, dengan total cadangan yang
diperkirakan mencapai 54 juta mt.
3.1.2 Operasi Penambangan PT. Berau Coal
PT. Berau Coal melakukan penambangan dengan metode tambang terbuka (open
pit/surface mining). Selain itu, terdapat pula metode lain yaitu metode tambang bawah tanah
(under ground mining). Kriteria utama yang digunakan sebagai acuan dalam pemilihan metode
pertambangan, besarnya nilai perbandingan tanah penutup (waste) yang harus digali dengan
volume atau tonage batubara yang dapat ditambang. Perbandingan ini dikenal dengan istilah
stripping ratio atau waste/coal ratio. Selama perbandingan ini masih memberikan margin
keuntungan yang dapat diterima, tambang terbuka masih dianggap ekonomis. Selain alasan
teknik lainnya, seperti sebagian besar cadangan batubara di Indonesia terdapat pada dataran
rendah atau pegunungan dengan topografi yang landai, lapisan penutup yang tidak terlalu tebal
serta kemiringan yang relatif kecil (< 30 derajat). Sebelum kegiatan penambang dimulai,
pemahaman terhadap desain dan perancangan tambang harus cermat, terutama menyangkut tata
letak dan perencanaan bukan tambang operational (pit slope design), penentuan target produksi
awal dan pekerjaan development, jadwal produksi batubara serta stripping overburden, rencana
penggalian dan penempatan waste. pada dasarnya, kegiatan penambangan dimulai dengan
pembukaan lahan (land clearing), pengupasan dan penyelamatan tanah (soil removal) dan
pemindahan penutup batubara (overburden removal) dan penambangan batubara.
13
Gambar 2.1 Proses Penambangan PT. Berau Coal
3.1.3 Kegiatan Reklamasi PT. Berau Coal
PT. Berau Coal menerapkan program terpadu penutupan tambang, menjadikan lahan
pasca tambang yang berdaya guna sesuai dengan peruntukan, berdasarkan aspek lingkungan,
keselamatan, dan keberlanjutan social ekonomi masyarakat seputar tambang. Sebagian besar
lahan pasca tambang di reklamasi dan revegetasi dengan tanaman pionir dan tanaman komoditi
dan tanaman asli. Penanaman tumbuhan ini mengembalikan kondisi lahan pasca tambang
menjadi hutan kembali dengan membuat hutan arboterum. Program penutupan lahan pasca
tambang mengikut sertakan masyarakat sekitar tambang dan memberi manfaat ekonomi bagi
masyarakat sekitar tambang. Kegiatan reklamasi yang dilakukan oleh PT. Berau Coal pada
umumnya meliputi tahapan-tahapan berikut ini :
1. Pengelolaan Tanah Pucuk (Top Soil)
Kegiatan pengelolaan pengupasan tanah dan penimbunan tanah, tidak dapat dilepaskan dari
proses bagaimana tanah yang diangkut dibawa ke lokasi penimbunan tanah (soil
stockpile). Soil dipisahkan, ditempatkan dan ditebarkan di area disposal yang sudah selesai
sehingga pada akhirnya batuan akan kita bentuk dan ditutupi dengan soil dan kemudian
14
dilakukan revegetasi. Di area baru, top soil akan distok terlebih dahulu yang nantinya akan
digunakan untuk tambang yang membutuhkan top soil di tahapan akhir.
Gambar 2.2 Pengelolaan Tanah Pucuk (Top Soil)
2. Revegetasi
Upaya revegetasi dan reklamasi yang dilakukan Berau Coal tidak hanya berupaya membuat
lahan eks tambang kembali hijau. Tetapi bagaimana tanaman yang ditanam dapat menjadi
tanaman produktif. Untuk memulai upaya revegetasi, langkah awal dimulai dari nursery.
Gambar 2.3 Pembibitan (nurseries) PT. Berau Coal
15
Nursery adalah tempat atau areal untuk kegiatan memproses benih berikut media bahan
tanamnya menjadi bibit atau semai yang siap untuk ditanam di lapangan. Persemaian
merupakan kegiatan awal sebelum dilakukan penanaman di lapangan dalam rangka
pengelolaan revegetasi. Pada nursery telah di kembangkan sejumlah bibit jenis pionir lokal
seperti Jabon (Anthicepalluscadamba), Mallotus paniculatus, Mahang
(Macarangahypoleuca), Kayuputih (Melaleuca Leucadendron), dan Laban (vitex
pubescens). Tanaman pionir lainnya seperti sengon, trembesi, johardanakasia.
Cover Crops
Penanaman land cover crops (LCC) pada areal yang akan direvegetasi milik PT. Berau
Coal menggunakan metode tanam spot yang dilakukan dengan :
Pembuatan spot dengan ukuran 20 x 20 x 20 cm, dengan jarak tanam antar spot 1m x
1.5 m dengan menggunakan cangkul.
Cover crop yang sudah dicampur (CM, CP, Mucuna) ditanam pada lubang (spot)
sebanyak 20 gr/spot, kemudian ditutup dengan kompos sebanyak 2 kg/spot.
Gambar 2.4 Cover Crops Sistem Spot
16
Selain itu, terdapat beberapa metode tanam lainnya seperti sistem paritan dan sistem jalur
Gambar 2.5 Penanaman Cover Crops Sistem Paritan
Dalam kurun waktu 2 minggu, biji tanaman penutup tanah (cover crops) sudah terlihat
tumbuh.Untuk mengevaluasi tingkat keberhasilan pertumbuhan tanaman pada lahan bekas
tambang, dapat ditentukan dari presentasi daya tumbuhnya, presentasi penutupan tajuknya,
pertumbuhannya, perkembangan akarnya, penambahan spesies pada lahan tersebut,
peningkatan humus, pengurangan erosi dan fungsi sebagai filter alam.
Hydroseeding
Penyebaran tanaman penutup tanah dengan bantuan hydroseeding juga telah diperaktekkan
di Berau Coal. Luasan yang diuji sebesar 40 ha, dan difokuskan pada area reklamasi yang
cukup curam yang tidak dapat dikerjakan secara manual. Dalam kurun waktu 2 minggu,
biji tanaman penutup tanah (cover crops) sudah terlihat tumbuh.
Tanaman Sisipan
Untuk pilihan tanaman sisipan yang umurnya lebih lama, dilakukan setelah daerah
reklamasi berumur sekitar 2-3 tahun. Proses waktu lebih untuk mendapatkan agar kondisi
tajuknya mencukup, sehingga iklim mikro mendukung tanaman jenis sisipan. Jarak lebih
disesuaikan dengan jenis tanamannya, namun biasanya 5m x 5m dan 10m X 10m.
17
Berau Coal terus memantau lahan bekas penambangannya guna mempertahankan
kemajuan operasional yang telah direncanakan. Di sepanjang tahun 2012, dari lahan seluas
917,61 hektar yang telah ditambang, 746,87 ha di antaranya telah direklamasi sementara 215,80
ha lainnya telah kembali ditanami. Pengolahan lahan yang telah dilakukan PT. Berau Coal
menurut data yang diperoleh dari Laporan Tahunan Berau Coal 2012 adalah seperti tabel 3.1 di
bawah ini :
Tabel 3.1 Pengolahan Lahan oleh PT. Berau Coal
Sumber : Laporan Tahunan Berau Coal (2012)
Untuk jumlah batang pohon yang telah ditanami dalam kegiatan reklamasi Berau Coal
ditampilkan pada tabel 3.2 berikut ini :
Tabel 3.2 Penanaman Pohon di Area Tambang Berau Coal
Sumber : Laporan Tahunan Berau Coal (2012)
18
3.2 PT. Kaltim Prima Coal (KPC)
3.2.1 Tinjauan Umum Perusahaan
Perusahaan pertambangan batubara PT. Kaltim Prima Coal secara geografis terletak pada
116°-118° BT dan 1° 34’ LU - 1° 17’ LS, berada di Kecamatan Sangatta, Kabupaten Kutai
Timur. Sangatta terletak ±150 km di sebelah utara Kota Samarinda, ±300 km sebelah utara Kota
Balikpapan. Lokasi penambangan terletak di sebelah utara Sungai Sangatta yang berjarak ±20
km dari Pantai Timur Kalimantan.PT. Kaltim Prima Coal adalah pemegang kuasa eksplorasi dan
penambangan untuk daerah seluas 90.960 Ha di kecamatan Sangatta, Kabupaten Kutai Timur,
Provinsi Kalimantan Timur. Pada awalnya PT. Kaltim Prima Coal merupakan perusahaan Joint
Venturaantara Conzinc Rio TintoAustralia (CRA Limited) dan British Petroleum (BP) dari
Inggris tetapi sejak 10 Oktober 2003 seluruh saham PT. Kaltim Prima Coal yang dimiliki oleh kedua
perusahaan tersebut dijual kepada PT. Bumi Resources Tbk.Pada tahun 1989, PT. Kaltim Prima Coal
mulai membangun kostruksi tambang. Sarana-sarana tambang yang dibangun antara lain adalah
crushing dan stockpile dengan kapasitas 500.000 ton, pelabuhan untuk kapal yang bisa
mengangkut muatan batubara hingga 180.000 ton, lalu bandar udara, pembangkit listrik,
sertaperumahan karyawan dengan sarana kesehatann pendidikan, dan olahraga.
Pemantauan melalui satelit (interpretasi citra satelit) luas lahan yang sedang dan telah
dieksplorasi mencapai luasan 13.900 ha. Kawasan ini menempati fisiografi perbukitan lipatan
dan angkatan, dengan bentuk wilayah umumnya berbukit kecil. Kondisi lahan yang telah
dilakukan reklamasi umumnya mempunyai bentuk wilayah agak datar sampai bergelombang
atau mengikuti benntuk wilayah sebelumnya. Karakteristik tanah dan lingkungannya berdasarkan
hasil pengamatan dilapangan di areal bekas penambangan PT. KPC adalah sebagai berikut:
a. Umumnya topografi pada wilayah ini berupa berbukit dengan lereng > 8% kecuali pada
areal galian yang ditutup atau direklamasi adalah datar sampai berombak dan landau.
b. Bahan indukan tanah berasal dari batuliat dan batupasir
c. Massa tanah merupakan campuran dari tanah (top soil ) dengan bahan induk tanah yang
mulai mengalami pelapukan.
d. Sifat-sifat tanah adalah: tanah warna campuran, tidak berstruktur atau pejal (massif),
tekstur halus sampai sangat halus liat dan berkerikil dan berbatu.
e. Drainase kurang baik dan sering terlihat hambatan air yang menggenang (air tidak mudah
meresap ke dalam tanah.
19
f. Reaksi tanah masam (PH 4,5-5,0) sesuai dengan drajat keasaman dari tanah aslinya dari
bahan induk batuliat dan batupasir.
3.2.2 Operasi Penambangan PT. Kaltim Prima Coal
Secara garis besar, operasi penambangan PT. Kaltim Prima Coal dibagi menjadi 3 bagian,
yaitu persiapan penambangan, penambangan, dan pasca penambangan.
1. Tahap persiapan penambangan diawali dengan kegiatan survey eksplorasi. Kegiatan
eksplorasi ini meliputi pemataan lapangan, pengukuran struktur geologi, pengambilan
sampel singkapan, pemboran eksplorasi, logging geofisika, dan penaksiran cadangan.
2. Tahap berikutnya adalah tahap penambangan atau tahap produksi. Tahap produksi
diawali dengan kegiatan penebangan dan pemotongan pohon serta pemindahan tanah
pucuk. Sebelum kegiatan pembukaan lahan dimulai, dilakukan kegiatan identifikasi dan
dokumentasi flora dan fauna yang ada didaerah tersebut. Beberapa jenis spesies tanaman
penting dikoleksi sebagai bibit tanaman bagi rehabilitasi nanti. Tanah pucuk dipindahkan
ke lokasi timbunan tertentu. Selanjutnya dilakukan pemboran dan peledakan.
3. Tanah penutup yang sudah diledakkan kemudian akan dimuat oleh shovel dan backhoe
yang akan diangkut oleh truk untuk ditimbun dilokasi timbunan yang sudah
direncanakan. Tanah penutup yang mengandung asam/PAF (Potential Acid Farming) dan
yang tidak mengandung asam/NAF (Non Acid Farming) akan ditimbun secara terpisah
dilokasi yang sudah direncanakan. Tanah penutup dengan kategori NAF akan ditimbun
dilokasi timbunan yang sudah permanen untuk kemudian dilakukan rehabilitasi.
Sedangkan tanah penutup dengan kategori PAF akan ditimbun dilokasi timbunan
sementara. Dalam proses ini dilakukan control dengan menggunakan sistem elektronik
(Sistem Dispatch) untuk memonitor dan mengontrol alokasi masing-masing tipe tanah
penutup (PAF dan NAF).
4. Setelah tanah penutup dipindahkan, batubara yang sudah terbuka akan ditambang oleh
beberapa alat muat yang khusus memuat batubara. Untuk batubara yang sudah terbuka
akan ditambang oleh beberapa alat muat yang khusus memuat batubara. Untuk lebih
jelasnya dapat dilihat pada flowchart operasi penambangan PT. KPC di bawah ini :
20
Gambar 2.6 Flowchart operasi penambangan PT. KPC
1.2.1 Kegiatan Reklamasi PT. Kaltim Prima Coal
Secara umum kegiatan reklamasi pada lahan bekas tambang batubara di PT. KPC
dilakukan dengan back filling methode, yaitu tanah overburden sisa penambangan diisi pada
lubang-Iubang bekas tambang sebelumnya hingga mencapai ketinggian yang telah ditentukan.
Langkah-langkah kegiatan reklamasi yang dilakukan pada tambang batubara PT. KPC adalah
sebagai berikut :
1. Pengaturan bentuk lahan
Persiapan lahan reklamasi diawali dengan pengaturan bentuk lahan, yaitu menata daerah
timbunan membentuk lereng dan memadatkan bagian tertentu agar permukaan lahan
menjadi stabil serta pembuatan saluran drainase untuk mengatur aliran air dan mengurangi
erosi.
2. Pelapisan lahan dengan top soil
Selanjutnya permukaan timbunan dilapisi dengan topsoil dengan ketebalan 0,5 – 1 m.
Topsoil ini diperoleh dari cadangan topsoil yang disimpan sebelum kegiatan penambangan
21
dilakukan. Topsoil sebaiknya segera digunakan untuk rehabilitasi karena penyimpanan
topsoil dapat menurunkan kualitas tanah, tetapi seringkali topsoil harus disimpan terlebih
dahulu karena lahan reklamasi yang belum siap. Oleh sebab itu, terdapat prosedur yang
diterapkan perusahaan tambang dalam penyimpanan topsoil untuk mengurangi hilangnya
struktur tanah, kandungan organik, aktivitas biologi, dan bank benih (Spesifikasi
Rehabilitasi, 2000). Prosedur yang dilakukan PT KPC antara lain menyimpan topsoil di
tempat yang mempunyai permukaan yang kokoh dan drainase yang baik. Simpanan topsoil
untuk jangka waktu lebih dari 1 tahun tidak lebih tinggi dari 2 meter.
Gambar 2.7 Reklamasi Lahan P.T. KPC di Daerah Sangatta
3. Revegetasi
Setelah penghamparan topsoil, kemudian dilakukan revegetasi. Revegetasi umumlnya
segera dilakukan untuk meningkatkan penutupan tanah untuk mengendalikan erosi dan
pada akhirnya mengembalikan bahan organik dan kesuburan tanah. Sebelum penanaman
jenis cepat tumbuh, terlebih dahulu dilakukan penyebaran tanaman penutup (cover
crop).Jenis tanaman penutup yang digunakan di PT KPC antara lain Pueraria javanica,
Sesbania grandiflora, dan Caliandra. Penyebaran benih tanaman penutup dilakukan secara
manual maupun hydroseeding.
22
Jenis-jenis yang ditanam umumnya jenis perintis lokal dan yang adaptif dengan kondisi
lahan bekas tambang. Selain itu juga dipilih jenis tanaman buah-buahan atau tanaman
bernilai ekonomis lainnya. Penanaman jenis perintis dilakukan pada awal tahun
pananaman, setelah 2-3 tahun dilakukan pananaman tanaman sisipan menggunakan jenis-
jenis lokal dan tanaman buah. Setelah terbentuk kanopi, dapat disisipkan jenis tanaman
dipterokarpa.
Kegiatan yang dilakukan setelah penanaman adalah pemeliharaan, pemupukan dan
penyulaman. Kegiatan tersebut hanya dilakukan setiap 3 bulan sekali pada tahun pertama setelah
penanaman. Sedangkan pada tahun kedua dilakukan sesuai kebutuhan.
3.3 PT. Indominco Mandiri
3.3.1 Tinjauan Umum Perusahaan
Secara geografis PT. Indominco Mandiri Bontang terletak pada garis lintang 00˚02'20''
LU-00˚13'00'' LU dan 117˚12'50'' BT-117˚23'30'' BT. Secara administratif terletak dikecamatan
sangata, kotamadya Bontang, kabupaten Kutai Timur, provinsi Kalimantan Timur.
Lokasi pertambangan batubara PT. Indominco Mandiri Bontang berjarak kurang lebih
250 km dari kota Balikpapan - Samarinda - Bontang. Yang dapat ditempuh melalui jalan darat
dengan menggunakan kendaraan darat dalam waktu ± 6 jam. Untuk mencapai lokasi pusat
administrasi PT. Indominco Mandiri Bontang dapat dicapai dari pusat kota Bontang dengan
menggunakan kendaraan darat melalui jalan beraspal melewati pos penjaga (security gate) di km
10, kemudian sejauh 23 km menuju mess karyawan PT. Indominco Mandiri Bontang (camp 23),
dan sampai di km 30 akan ditemui bangunan pusat administrasi (mine site) PT. Indominco
Mandiri Bontang, mine stockyard dan instalasi crushing plant yaitu tempat penimbunan dan
reduksi batubara sebelum dibawa ke pelabuhan. Sedangkan untuk menuju ke pelabuhan PT.
Indominco Mandiri Bontang, ± 17 km dari km 10, dimana terdapat permanent dan temporary
stockpile sebagai tempat penimbunan sementara sebelum loading ke kapal
23
3.3.2 Operasi Penambangan PT. Indominco Mandiri
Dalam mengeksploitasi batubara maupun bahan galian lainnya, setiap perusahaan
memiliki metode yang berbeda-beda dalam sistem penambangannya, PT Indominco Mandiri
merupakan salah satu perusahaan yang menggunakan metode sistem penambangan yang
dilakukan adalah tambang terbuka (open pit) kemudian mengisi kembali (back filling) lahan
bekas penambangan tersebut setelah operasi penambangan selesai dilakukan.
3.3.3 Kegiatan Reklamasi PT. Indominco Mandiri
Kegiatan reklamasi yang telah dilakukan pada lahan bekas penambangan maupun lokasi-
lokasi timbunan tanah / batuan penutup meliputi :
1. Penimbunan (backfiling), penataan lahan (re-contouring) dan penyebaran tanah pucuk
(topsoiling)
Kegiatan back filling yang merupakan bagian dari kegiatan reklamasi selama tahun 2012
telah dilakukan pada beberapa daerah bekas penambangan . Area tersebut sekaligus
merupakan area untuk aktifitas penataan lahan (recontouring) dan penyebaran tanah pucuk
(top soiling). Kegiatan backfilling tersebut masih terus berlangsung dan akan dilanjutkan
hingga operasional penambangan berakhir.
2. Revegetasi
Realisasi penghijauan atau revegetasi pada daerah yang terbuka / terganggu termasuk bekas
penumpukan topsoil, di daerah blok barat sekitar 497.62 Ha dan blok timur sekitar 35.38
Ha, dengan jumlah bibit yang ditanam sebanyak 333.125 pohon (625 pohon / Ha) yaitu :
Lahan bekas tambang seluas 304.87 Ha
Daerah penimbunan tanah / batuan penutup seluas 226.82 Ha
Telah dilakukan kegiatan penyisipan tanaman jenis lokal dari jenis meranti, kapur,
durian, kemiri, langsat, kelengkeng, gaharu, rambutan bayur dan ulin dengan jumlah total
bibit local yang ditanam sebanyak 133.988 pohon pada daerah seluas 428 Ha dengan pola
tanam 4 x 8.
24
3. Pembibitan
Pengembangan bibit untuk keperluan penghijauan dilapangan tetap dilaksanakan secara
kontinyu dirumah pembibitan/nursery. Teknik pengembangan bibit dilakukan secara
generatif (melalui biji, anakan) dan pengembangan secara vegetatif (melalui stek). Karena
kebutuhan bibit yang cukup besar, maka pengembangannya lebih banyak dilakukan secara
generatif.
Disamping lebih praktis dan mudah didapat, cara ini juga dapat dilakukan dalam jumlah
yang banyak. Jumlah bibit yang sudah dikembangkan dirumah pembibitan dan siap tanam
adalah sebanyak 707.630 batang yang terdiri dari 102 spesies. Jenis tanaman ini terdiri dari
jenis lokal (jenis tanaman yang berasal dari sekitar areal tambang atau pernah tumbuh
sebelum dilakukan penambangan) 59 spesies jenis lokal dan 43 spesies jenis non lokal
(tanaman yang berasal dari luar daerah). Diantara jenis non lokal ada beberapa jenis buah-
buahan yang diharapkan menjadi sumber makanan satwa liar nantinya.
Beberapa hal yang perlu dijelaskan sehubungan dengan pencapaian target reklamasi adalah
sebagai berikut :
1) Kegiatan penyebaran tanah penutup lebih banyak diarahkan ke area lahan bekas
penambangan (backfilling dump)
2) Luasan area penimbunan tanah penutup diluar tambang (out pit dump) dapat
diminimalisir.
3) Revegetasi yang merupakan tahap akhir dari reklamasi dapat dilakukan secara maksimal
karena didukung oleh ketersediaan lahan yang cukup.
4) Pemantauan revegetasi
Gangguan hama seperti ulat pengerat daun, batang dan akar tidak ditemukan demikian
juga penyakit tanaman seperti busuk akar batang maupun gangguan fisik tanaman secara
keseluruhan sangat minim sekali. Namun masih ada ditemukan beberapa tanaman yang
diganggu oleh Orang Utan (Pigmoeus pigmoeus), sehingga menyebabkan kematian pada
tanaman khusus untuk pohon akasia dan sengon laut. Sehingga tindakan perbaikan
maupun pencegahan dilakukan dengan mengganti jenis tanaman yang mati.
25
Tanaman merambat yang merupakan tanaman penutup (cover crop) cukup agresif
sehingga harus dipotong secara berkala (minimal 6 bulan sekali), jika tidak akan
menghambat pertumbuhan tanaman pohon yang ada disekitarnya.
Tanaman parasite yang dijumpai adalah seperti alang-alang (Imperata Cylindrica)
maupun beberapa jenis tanaman teki-tekian yang tumbuh secara bergerombol dan
menyebar dibeberapa lokasi. Namun belum mempengaruhi pertumbuhan tanaman pokok
secara nyata (significant), sehingga juga belum memerlukan tindakan
pemberantsan/pencegahan.
Untuk tanaman volunteer atau yang tumbuh secara alami yang dapat meningkatkan
keragaman (diversity) yank kerapatan (density) tanaman masih tetap didominasi jenis
Macaranga sp dan Trima oreintalis, Neanuclea sp (Merkubung), Dilena sp (Simpur) dan
Duabanga mollucana.
Persentase tumbuh dari tanaman dapat dilaporkan cukup tinggi, dari 333.125 pohon yang
ditanam, yang mati sejumlah 33.312. dengan demikian persentase tumbuh tanaman 3
bulan setelah ditanam adalah ± 90%. Namun setiap bibit yang mati/tidak tumbuh telah
ditanamam/disulam kembali sehingga total tanaman tidak berkurang.
26
BAB IV
KENDALA REKLAMASI
Secara umum, masalah utama dari pasca kegiatan pertambangan masalah perubahan
lingkungan dan masalah perubahan bentang alam. Perubahan besar yang terlihat kasat mata
adalah perubahan morpologi dan topografi lahan, serta penurunan produktivitas tanah. Secara
lebih rinci, terdapat pula perubahan atau gangguan yang terjadi pada flora dan fauna yang ada di
lahan bekas tambang tersebut. Untuk itulah diperlukan penanganan khusus dengan mereklamasi
lahan tersebut, pelaksanaan kegiatan reklamasi wilayah tambang hingga detik ini pun belum
begitu terasa efektivitasnya.
Perbaikan kondisi tanah meliputi perbaikan ruang tubuh, pemberian tanah pucuk dan
bahan organik serta pemupukan dasar dan pemberian kapur. Kendala yang dijumpai oleh
perusahaan-perusahaan tambang dalam merestorasi lahan bekas tambang yaitu masalah fisik,
kimia (nutrients dan toxicity), dan biologi. Masalah fisik tanah mencakup tekstur dan struktur
tanah. Masalah kimia tanah berhubungan dengan reaksi tanah (pH), kekurangan unsur hara, dan
mineral toxicity. Untuk mengatasi pH yang rendah dapat dilakukan dengan cara penambahan
kapur. Sedangkan kendala biologi seperti tidak adanya penutupan vegetasi dan tidak adanya
mikroorganisme potensial dapat diatasi dengan perbaikan kondisi tanah, pemilihan jenis pohon,
dan pemanfaatan mikroriza.
Apabila dilihat dari kegiatan reklamasi dari ketiga perusahaan yang tinjau yaitu PT.
Berau Coal, PT. Kaltim Prima Coal dan PT. Indominco Mandiri di Provinsi Kalimantan Timur,
maka permasalahan atau kendala yang mungkin dihadapi oleh setiap perusahaan pada umumnya
yaitu:
1. Kendala utama yang sering menghambat keberhasilan usaha reklamasi lahan bekas
tambang adalah kondisi iklim mikro yang belum sesuai, kekurangan air untuk menyiram
dan kesulitan mendapatkan bahan-bahan amelioran, khususnya bahan organik.
2. Pada beberapa lahan tambang, kesulitan lain yang dihadapi bertambah dengan sulitnya
memperoleh “tanah pucuk” karena kondisi asli tambang tersebut yang berada pada jenis
tanah Litosol yang memiliki solum sangat tipis.
3. Kondisi tanah yang marginal bagi pertumbuhan tanaman. Kondisi ini secara langsung
akan mempengaruhi pertumbuhan tanaman.
27
4. Berpengaruh pada kenaikan komponen biaya kegiatan lingkungan hidup dan sosial
perusahaan
5. Bahan tambang merupakan sumber daya yang tidak dapat diperbaharui atau tidak
berkelanjutan
6. Banyaknya komponen biaya tidak terduga yang harus dikeluarkan oleh perusahaan
tambang di negara berkembang, sehingga seringkali regulasi penutupan tambang hanya
sebatas wacana dan persyaratan administrasi dari pemerintah. Kadangkala syarat tersebut
dapat dinegosiasi dengan kompensasi lain.
28
DAFTAR KEPUSTAKAAN
Anonim. (2012), Penyusunan Kajian Investasi di Lahan Eks Tambang, Badan Perijinan danPenanaman Modal Daerah (BPPMD), Kalimantan Timur.
Adman.B, Gunawan.W, dan Widuri, S.A. (2010). Kajian Teknik Reklamasi dan Jenis TanamanRevegetasi Terhadap Sifat Fisik, Kimia, dan Biologi Tanah pada Lahan Eks-TambangBatubara, Laporan Kajian Penelitian, Balai Penelitian Teknologi Perbenihan Samboja BadanPenelitian dan Pengembangan Kehutanan Kementeria Kehutanan, Samboja
Ansori, Y., Asri.,S dan Suroto. (2010), Analisis Penetapan Kriteria keberhasilan ReklamasiLahan Bekas Penambangan Batubara untuk Pertanian Berkelanjutan di Kalimantan Timur(studi kasus : PT. Berau Coal), Badan Penelitiandan Pengembangan Daerah ProvinsiKalimantan Timur, Samarinda
Iskandar dan Suwardi. (2009). Meningkatkan Keberhasilan Reklamasi Tambang Lahan BekasTambanga, Pusat Studi Reklamasi Tambang, LPPM – IPB, Kampus IPB Baranangsiang,Bogor.
Rahmawaty. (2002). Restorasi Lahan Bekas Tambang Berdasarkan Kaidah Ekologi, FakultasPertanian Program Ilmu Kehutanan Universitas Sumatera Utara, Sumut
Wulandari, (2013). Laporan PKL PT. Indominco Mandiri Bontang “Pengelolaan danPemantauan Lingkungan, Program Studi Manajemen Lingkungan Jurusan ManajemenPertanian, Politeknik Pertanian Negeri Samarinda, Samarinda
Laporan Tahunan PT. Kaltim Prima Coal tahun 2011
Laporan Keberlanjutan PT. Kaltim Prima Coal tahun 2012
Laporan Tahunan PT. Berau Coal Tbk tahun 2012