tugas prl ok

28
1 BAB I PENDAHULUAN Kegiatan pertambangan adalah bagian dari kegiatan ekonomi yang mendayagunakan sumber daya alam dan diharapkan dapat menjamin kehidupan di masa yang akan datang. Secara teknis kegiatan pertambangan meliputi proses pembersihan lahan; pengambilan dan penimbunan top soil serta overburden penambangan bahan galian dan penimbunan kembali sehingga memberikan dampak perubahan bentang alam. Penggunaan teknik penambangan terbuka (open pit mining) dengan metode gali-isi kembali (back fillings method) menyebabkan terjadinya lahan kritis akibat hilangnya vegetasi penutup tanah, adanya tekanan berat dari gaya gravitasi pada air hujan yang menghantam langsung permukaan tanah, erosi, terpapar secara langsung oleh sinar matahari dan terjadi pemadatan tanah yang disebabkan penggunaan alat berat dalam proses penambangan. Penggunaan teknik open pit mining juga menyebabkan rendahnya hara tanah, rendahnya bahan organik tanah, toksisitas mineral, buruknya tekstur tanah, dan rendahnya aktivitas mikroorganisme tanah ( Jha & Singh, 1995). Kegiatan reklamasi merupakan suatu usaha memperbaiki atau memulihkan kembali lahan dan vegetasi dalam kawasan hutan yang rusak sebagai akibat kegiatan usaha pertambangan dan energi agar dapat berfungsi secara optimal sesuai dengan peruntukannya. Merujuk kepada pasal 101 UUD 4/2009 pemerintah mengeluarkan Peraturan Pemerintah No.78 tahun 2010 yang menetapkan bahwa kegiatan reklamasi wajib dilakukan oleh setiap pemegang IUP eksplorasi dan IUP Produksi, kegiatan reklamasi dan paska tambang wajib dilakukan dengan memperhatikan aspek lingkungan hidup, keselamatan pekerja dan konservasi mineral dan batubara. Pada tugas makalah mengenai review kegiatan reklamasi ini mengambil case study pada PT. Berau Coal, PT. Kaltim Prima Coal dan PT. Indominco Mandiri di Provinsi Kalimantan Timur 1.1 Kondisi Umum Provinsi Kalimantan Timur Propinsi Kalimantan Timur dengan ibukota Samarinda, luasnya 211.440 km 2 (sekitar 28% luas Borneo), terletak di antara 1130 44' - 1190 00' bujur timur dan 40 24' lintang utara dan

Upload: eddy-mining-faculty-uvri

Post on 26-Jan-2016

244 views

Category:

Documents


6 download

DESCRIPTION

-

TRANSCRIPT

1

BAB I

PENDAHULUAN

Kegiatan pertambangan adalah bagian dari kegiatan ekonomi yang mendayagunakan

sumber daya alam dan diharapkan dapat menjamin kehidupan di masa yang akan datang. Secara

teknis kegiatan pertambangan meliputi proses pembersihan lahan; pengambilan dan penimbunan

top soil serta overburden penambangan bahan galian dan penimbunan kembali sehingga

memberikan dampak perubahan bentang alam. Penggunaan teknik penambangan terbuka (open

pit mining) dengan metode gali-isi kembali (back fillings method) menyebabkan terjadinya lahan

kritis akibat hilangnya vegetasi penutup tanah, adanya tekanan berat dari gaya gravitasi pada air

hujan yang menghantam langsung permukaan tanah, erosi, terpapar secara langsung oleh sinar

matahari dan terjadi pemadatan tanah yang disebabkan penggunaan alat berat dalam proses

penambangan. Penggunaan teknik open pit mining juga menyebabkan rendahnya hara tanah,

rendahnya bahan organik tanah, toksisitas mineral, buruknya tekstur tanah, dan rendahnya

aktivitas mikroorganisme tanah ( Jha & Singh, 1995).

Kegiatan reklamasi merupakan suatu usaha memperbaiki atau memulihkan kembali lahan

dan vegetasi dalam kawasan hutan yang rusak sebagai akibat kegiatan usaha pertambangan dan

energi agar dapat berfungsi secara optimal sesuai dengan peruntukannya. Merujuk kepada pasal

101 UUD 4/2009 pemerintah mengeluarkan Peraturan Pemerintah No.78 tahun 2010 yang

menetapkan bahwa kegiatan reklamasi wajib dilakukan oleh setiap pemegang IUP eksplorasi

dan IUP Produksi, kegiatan reklamasi dan paska tambang wajib dilakukan dengan

memperhatikan aspek lingkungan hidup, keselamatan pekerja dan konservasi mineral dan

batubara.

Pada tugas makalah mengenai review kegiatan reklamasi ini mengambil case study pada

PT. Berau Coal, PT. Kaltim Prima Coal dan PT. Indominco Mandiri di Provinsi Kalimantan

Timur

1.1 Kondisi Umum Provinsi Kalimantan Timur

Propinsi Kalimantan Timur dengan ibukota Samarinda, luasnya 211.440 km2 (sekitar

28% luas Borneo), terletak di antara 1130 44' - 1190 00' bujur timur dan 40 24' lintang utara dan

2

20 25' lintang selatan, dengan batas-batas di sebelah utara dengan negara bagian Sabah

(Malaysia Timur), sedangkan di sebelah barat dengan Kalimantan Tengah, Kalimantan Barat dan

Sarawak (Malaysia Timur). Di sebelah timur berbatasan dengan selat Makasar dan laut Sulawesi,

sedangkan di sebelah selatan dengan Kalimantan Selatan.

Gambar 1.1 Peta Lokasi Case Study Kegiatan Reklamasi Pertambangan Batubara

1.2 Topografi dan Tanah

Kondisi topografi umumnya berbukit-bukit, lebih dari separuh (53,3%) luas wilayah

memiliki kemiringan diatas 40% yang terbagi dalam: Zona 1 meliputi daerah dataran rendah di

pesisir pantai sebelah timur (kecuali Tanjung Mangkaliat), sepanjang sungai Mahakam mulai

dari daerah pesisir (Samarinda) hingga Muara Kaman, Muara Pahu dan Muara Ancalong,

sebagian Dataran Tinggi Tunjung (Barong Tongkok dan sekitarnya) serta Dataran Tinggi

Benuaq (Damai dan sekitarnya). Zona 2 meliputi daerah Tanjung Mangkaliat, Kabupaten Pasir,

daerah perbukitan antara Samarinda - Balikpapan dan sebagian daerah pedalaman di Kabupaten

Berau, Bulungan dan Kutai. Zona 3 meliputi daerah hulu sungai di Kabupaten Bulungan, Kutai

dan Berau. Zona 4 meliputi dataran tinggi dan pegunungan yang berbatasan dengan Kalimantan

KALIMANTANTIMUR

PT. Berau CoalTbk

PT. Indominco MandiriTbk

PT. KPC

3

Tengah, Selatan dan Malaysia Timur. Kondisi semacam itu ditambah dengan tingginya curah

hujan, membuat Kalimantan Timur rawan terhadap erosi.

Kalimantan Timur didominasi tanah podsolik murni maupun berasosiasi dengan jenis

tanah regosol, lithosol, andosol, latosol, alluvial, organosol, leisol, renzina dan mediteran. Jenis

tanah tersebut mencapai 78,5% dari luas wilayah Kaltim, sisanya terdiri dari lithosol (8,75%);

alluvial (4,6%), organosol (3,3%), gleisel hidrik (1,4%) dan beberapa kombinasi berbagai jenis

tanah dalam jumlah kecil. Dengan demikian, di daerah ini pada umumnya tidak subur untuk

lahan pertanian produktif jangka panjang.

1.3 Iklim

Kalimantan Timur yang dibelah garis katulistiwa, memiliki iklim tropik basah dengan

kisaran suhu antara 200 sampai 320 Celcius. Curah hujan cukup tinggi dengan penyebaran yang

merata sepanjang tahun. Sebaran curah hujan cukup berbeda di berbagai lokasi. Di daerah

dataran tinggi dan pegunungan, curah hujan tertinggi mencapai 4.000 mm pertahun. Sedangkan

curah hujan yang berkisan antara 3.000 mm hingga 4.000 mm terdapat di daerah bagian tengah,

memanjang mengitari daerah pegunungan. Curah hujan antara 2.000 mm hingga 3.000 mm

tersebar merata di daerah dataran rendah. Sedangkan curah hujan terendah, yakni antara 1.500

mm hingga 2.000 mm terdapat di hampir sepanjang pantai.

1.4 Ekosistem dan Keanekaragaman Hayati

Dataran rendah di Kaltim didominasi hutan dipterocap dengan beragam tumbuhan dan

satwa. Ekosistem yang ada, secara ekologis amat karakteristik, yakni ekosistem pantai dan hutan

bakau; hutan kerangas (health forest) dan hutan pegunungan (montane forest). Dari 350 spesies

pohon dipterocarpaceace, sekitar 267 spesies ditemukan di belantara Borneo, dimana 155

spesies itu adalah endemik. Selain pohon-pohon dipterocap, jenis pohon lain yang bernilai

komersial adalah ulin (eusideroxylon zwiger) dan gaharu (aqularia thymelaeaceae).

Dari segi keanakeragaman satwa liar, terdapat 221 spesies binatang menyusui

(mammalia) dan 28 diantaranya endemik Borneo. Selain itu juga ditemukan 13 jenis satwa

primata, diantaranya tarsius (tarsius bancanus); orang utan (pongo pygmaeus); bekantan (nasalis

4

larvatus); siamang (sympalanqus syndactylus); kaliawat (hylobates klosii); bangkui (presbytis

rubicunda); beruk (macaca nemes trima); lutung (presbytis melapholos) dan kukang (nyeticebus

caucang).

1.6 Kegiatan Pertambangan Batubara

Pada tahun 2011, ada sekitar 41 perusahaan tambang batubara yang beroperasional secara

resmi di wilayah provinsi Kalimantan Timur dengan mendapat izin dari pemerintah pusat untuk

konsesi lahan seluas 1.824.004 ha. Pada daerah Kabupaten Kutai Timur luas lahan yang dibuka

(asumsi tanpa ada reklamasi) seluas 60.000 ha. Hal ini terkait dengan program pemerintah yang

akan melakukan substitusi bahan minyak dan gas bumi untuk keperluan sektor energi dan

industri di tahun 2010 sebesar 75% serta mencukupi permintaan pasar global yang cukup tinggi

dengan permintaan harga yang cukup baik, maka deposit batubara yang ada di wilayah provinsi

Kalimantan Timur akan mempunyai peran yang berarti untuk memenuhi kebutuhan nasional

ataupun pasar internasional. Hal ini akan menjadi faktor pemicu pelaku usaha dibidang energi

dan sumberdaya energi dari mineral batubara semakin meningkatkan kemampuan produksinya

secara signifikan.

Tabel 1. Izin Usaha Pertambangan di Kalimantan Timur

5

1.5 Realisasi Reklamasi Pertambangan Batubara

Berdasarkan data yang diperoleh dari Dinas Pertambangan dan Energi Provinsi

Kalimantan Timur, konsesi lahan tambang batubara yang sedang di eksploitasi hingga tahun

2009 ± 281.953 ha. Sedangkan menurut hasil analisis data menggunakan data citra landsat tahun

2010 menunjukan bahwa luas lahan tambang batubara hanya sekitar 80,727 ha. Perbedaan luas

tersebut terjadi akibat tampilan yang terdeteksi oleh citra landsat hanya lahan tambang batubara

yang masih terbuka, sedangkan yang mengalami revegetasi hasil reklamasi sulit dipisahkan

dengan landuse/landcover lainnya seperti semak belukar.

Berdasarkan data yang diperoleh dari Dinas Pertambangan dan Energi Provinsi

Kalimantan Timur Pada saat ini perusahaan yang beroperasi di Kabupaten Kutai Kertanegara 15

perusahaan dan kabupaten Kutai Timur sekitar 10 perusahaan dan ini belum termasuk

pengusahaan penambangan batubara yang izinnya diberikan oleh pemerintah daerah setempat

dengan luasan dibawah 1.000 ha. Daerah yang telah mengalami reklamasi dan revegetasi lahan

yang dilakukan beberapa perusahaan dapat kita dilihat Tabel 1. Berikut ini :

Tabel 1. Luas Areal Reklamasi dan Revegetasi Pada Perusahaan Tambang BatubaraPKP2KB s/d Tahun 2009

6

7

BAB II

KEGIATAN REKLAMASI PERTAMBANGAN

Reklamasi bertujuan untuk memperbaiki atau memulihkan kembali lahan yang terganggu

akibat kegiatan usaha pertambangan, agar dapat berfungsi secara optimal sesuai dengan

pemanfaatan yang telah disepakati. Umumnya perusahaan tambang wajib melakukan penataan

lahan agar kondisinya aman, stabil, dan tidak mudah tererosi, serta penanaman kembali vegetasi

yang telah dirusak/dipindahkan dari lokasi pertambangan. Agar kegiatan reklamasi dalam

pelaksanaannya dapat tercapai tujuan yang dikehendaki, maka diperlukan perencanaan

reklamasi.

2.1 Perencanaan Reklamasi

Untuk melaksanakan reklamasi diperlukan perencanaan yang baik, agar dalam

pelaksanaannya dapat tercapai sasaran sesuai yang dikehendaki. Dalam hal ini reklamasi harus

disesuaikan dengan tata ruang. Perencanaan reklamasi harus sudah disiapkan sebelum

melakukan operasi penambangan dan merupakan program yang terpadu dalam kegiatan operasi

penambangan. Hal-hal yang harus diperhatikan di dalam perencanaan reklamasi adalah sebagai

berikut :

a. Mempersiapkan rencana reklamasi sebelum pelaksanaan penambangan.

b. Luas areal yang direklamasi sama dengan luas areal penambangan.

c. Memindahkan dan menempatkantanah pucuk pada tempat tertentu dan mengatur

sedemikian rupa untuk keperluan vegetasi.

d. Mengembalikan/memperbaiki kandungan (kadar) bahan beracun sampai tingkat yang

aman sebelum dapat dibuang ke suatu tempat pembuangan.

e. Mengembalikan lahan seperti keadaan semula dan/atau sesuai dengan tujuan

penggunaannya.

f. Memperkecil erosi selama dan setelah proses reklamasi.

g. Memindahkan semua peralatan yang tidak digunakan lagi dalam aktivitas penambangan.

h. Permukaan yang padat harus digemburkan namun bila tidak memungkinkan untuk agar

ditanami dengan tanaman pionir yang akarnya mampu menembus tanah yang keras.

8

i. Setelah penambangan maka pada lahan bekas tambang yang diperuntukan bagi vegetasi,

segera dilakukan penanaman kembali dengan jenis tanaman yang sesuai dengan rencana

rehabilitasi.

j. Mencegah masuknya hama dan gulma berbahaya, dan

k. Memeantau dan mengelola areal reklamasi sesuai dengan kondisi yang diharapkan.

2.2 Pelaksanaan Reklamasi

Pelaksanaan reklamasi membutuhkan gabungan ahli teknik sipil dan ahli teknik vegetasi.

Setiap lokasi penambangan mempunyai kondisi tertentu yang mempengaruhi pelaksanaan

reklamasi. Pelaksanaan reklamasi umumnya merupakan gabungan dari pekerjaan teknik sipil dan

teknik vegetasi. Adapun kegiatan-kegiatan tersebut adalah sebagai berikut :

2.2.1 Pengelolaan Tanah Pucuk

Maksud dari pengelolaan ini untuk mengatur dan memisahkan tanah pucuk dengan

lapisan tanah lain. Hal ini penting bagi kegiatan reklamasi karena tanah merupakan media

pertumbuhan tanaman. Diperlukan pengamatan profil tanah dan identifikasi perlapisan tanah

sampai endapan bahan galian untuk menentukan seberapa tebal lapisan tanah pucuk yang ada.

Tanah pucuk dikupas berdasarkan atas lapisan-lapisan tanah yang telah ditentukan sebelumnya

dan ditempatkan pada area tertentu sesuai tingkat lapisannya.

2.2.2 Persiapan Lahan

Sebelum penanaman dilakukan, lahan bekas tambang ditimbun dan diatur bentuknya dan

material timbunan diangkut ke daerah yang akan direklamasi dengan dumptruck selanjutnya

dirapihkan dengan bulldozer. Kemiringan lahan yang sudah diratakan tidak melebihi 3%, kondisi

stabil, tidak mudah tererosi dan layak untuk kegiatan revegetasi. Lahan yang akan ditanami

digemburkan untuk mempercepat pertumbuhan vegetasi.

9

2.2.3 Revegetasi

Metode revegetasi lahan bekas tambang bermacam-macam. Ginoga dan Masripatin

(2009) menyebutkan beberapa metode revegetasi lahan yaitu restorasi, reboisasi , agroforestri

dan hydroseeding Restorasi merupakan upaya untuk memperbaiki atau memulihkan suatu

ekosistem rusak atau mengalami gangguan sehingga dapat pulih atau mencapai suatu ekosistem

yang mendekati kondisi aslinya (Rahmawaty, 2002. Perrow and Davy, 2002)

Secara ekologi, spesies tanaman lokal dapat beradaptasi dengan iklim setempat tetapi

tidak untuk kondisi tanah. Untuk itu diperlukan pemilihan spesies yang cocok dengan kondisi

setempat, terutama untuk jenis-jenis yang cepat tumbuh, misalnya sengon, yang telah terbukti

adaptif untuk tambang. Dengan penanaman sengon minimal dapat mengubah iklim mikro pada

lahan bekas tambang tersebut. Untuk menunjang keberhasilan dalam merestorasi lahan bekas

tambang, maka dilakukan langkah-langkah seperti perbaikan lahan pra-tanam, pemilihan spesies

yang cocok, dan penggunaan pupuk.

2.2.4 Penanganan Potensi Air Asam Tambang

Pembentukan air asam cenderung intensif terjadi pada daerah penambangan, hal ini dapat

dicegah dengan menghindari terpaparnya bahan mengandung sulfida pada udara bebas.

Pencegahan pembentukan air asam tambang dengan melokalisir sebaran mineral sulfida sebagai

bahan potensial pembentuk air asam dan menghindarkan agar tidak terpapar pada udara bebas.

Sebaran sulfide ditutup dengan bahan impermeable antara lain lempung, serta dihindari

terjadinya proses pelarutan, baik oleh air permukaan maupun air tanah.. Air asam diolah pada

instalasi pengolah untuk menghasilkan keluaran air yang aman untuk dibuang ke dalam badan

air. Penanganan dapat dilakukan dengan bahan penetral misalnya batugamping, yaitu air asam

dialirkan melewati bahan penetral untuk menurunkan tingkat keasaman.

2.2.5 Pengaturan Saluran Air

Drainase pada lingkungan pasca tambang dikelola secara seksama untuk menghindari

efek pelarutan sulfida logam dan bencana banjir yang sangat berbahaya, dapat menyebabkan

rusak atau jebolnya bendungan penampung tailing serta infrastruktur lainnya. Kapasitas drainase

10

harus memperhitungkan iklim jangka panjang, curah hujan maksimum, serta banjir besar yang

biasa terjadi dalam kurun waktu tertentu baik periode waktu jangka panjang maupun pendek.

Arah aliran yang tidak terhindarkan harus meleweti zona mengandung sulfida logam, perlu

pelapisan pada badan alur drainase menggunakan bahan impermeabel. Hal ini untuk

menghindarkan pelarutan sulfida logam yang potensial menghasilkan air asam tambang.

11

BAB III

PELAKSANAAN KEGIATAN REKLAMASI

DI KALIMANTAN TIMUR

3.1 PT. Berau Coal Tbk

3.1.1 Tinjauan Umum Perusahaan

PT Berau Coal Tbk adalah perusahaan tambang batubara yang berlokasi di Kabupaten

Berau, Kalimantan Timur, dan merupakan salah satu dari lima besar produsen batubara di

Indonesia. PT Berau Coal berdiri sejak 5 april 1983, melalui perjanjian karya perusahaan

tambang batubara (PKP2B). Saat itu luas area konsesi PT. Berau Coal adalah 118,400 hektar.

Aktifitas penambangan batu bara dimulai dengan survey pendahuluan tahun 1983-1984,

dilanjutkan kegiatan ekplorasi tahun 1984-1989, feasibility study tahun 1990, pembangunan

konstruksi tahun 1991-1994, dan melakukan percobaan produksi tahun 1994. kemudian mulai

kegiatan eksploitasi tahun 1995 sampai saat ini.

Dengan menjadi salah satu perusahaan generasi pertama perjanjian karya pengusahaan

pertambangan batu bara, PT. Berau Coal membuktikan kinerja yang maksimal dan memberi

kontribusi yang besar bagi stakeholder. Sebagai perusahaan yang telah berpengalaman selama

seperempat abad lebih, kontribusi yang signifikan telah di rasakan secara langsung oleh para

konsumen, baik di pasar domestik maupun ekspor.

Kualitas batubara PT Berau Coal termasuk batubara sub-bitumunous dengan karakter

kadar abu dan sulfur yang relatif rendah, serta memiliki nilai kalori berkisar antara 5000 sampai

5500 Kcal/ kg. Mayoritas produksi batubara PT. Berau Coal, dimanfaatkan sebagai bahan bakar

pembangkit listrik tenaga uap baik di dalam maupun luar negeri. Produk batubara diklasifikasi

menjadi 4 jenis type yaitu mahoni A, mahoni B, agathis dan sungkai. PT. Berau Coal memiliki

kapasitas produksi 30 juta mt/tahun.

PT Berau Coal saat ini memiliki 3 daerah operasional tambang :

12

1. Site Lati

Mulai berproduksi sejak 1995, dengan kualitas batu bara agathis dan sungkai. Tambang ini

memiliki kapasitas produksi sebesar 15 juta mt/tahun, dengan cadangan sebesar 119 juta mt

Karakter endapan batu bara lati adalah sin klin.

2. Site Binungan

Mulai produksi sejak 1996 dengan kualitas batu bara yang dihasilkan adalah mahoni B dan

sungkai. Tambang ini terbagi pada blok 1 -4, blok 5-6 dan blok 7. Tambang ini memiliki

kapasitas produksi sebesar 4,2 juta mt/ tahun, dengan cadangan sebesar 106 juta mt.

3. Site Sambarata

Mulai produksi sejak 2001 dengan kualitas batubara yang dihasilkan adalah mahoni A dan

mahoni B. Area tambang sambarata terbagi pada blok a, blok b dan 81. Tambang ini

memiliki kapasitas produksi sebesar 1,8 juta mt per tahun, dengan total cadangan yang

diperkirakan mencapai 54 juta mt.

3.1.2 Operasi Penambangan PT. Berau Coal

PT. Berau Coal melakukan penambangan dengan metode tambang terbuka (open

pit/surface mining). Selain itu, terdapat pula metode lain yaitu metode tambang bawah tanah

(under ground mining). Kriteria utama yang digunakan sebagai acuan dalam pemilihan metode

pertambangan, besarnya nilai perbandingan tanah penutup (waste) yang harus digali dengan

volume atau tonage batubara yang dapat ditambang. Perbandingan ini dikenal dengan istilah

stripping ratio atau waste/coal ratio. Selama perbandingan ini masih memberikan margin

keuntungan yang dapat diterima, tambang terbuka masih dianggap ekonomis. Selain alasan

teknik lainnya, seperti sebagian besar cadangan batubara di Indonesia terdapat pada dataran

rendah atau pegunungan dengan topografi yang landai, lapisan penutup yang tidak terlalu tebal

serta kemiringan yang relatif kecil (< 30 derajat). Sebelum kegiatan penambang dimulai,

pemahaman terhadap desain dan perancangan tambang harus cermat, terutama menyangkut tata

letak dan perencanaan bukan tambang operational (pit slope design), penentuan target produksi

awal dan pekerjaan development, jadwal produksi batubara serta stripping overburden, rencana

penggalian dan penempatan waste. pada dasarnya, kegiatan penambangan dimulai dengan

pembukaan lahan (land clearing), pengupasan dan penyelamatan tanah (soil removal) dan

pemindahan penutup batubara (overburden removal) dan penambangan batubara.

13

Gambar 2.1 Proses Penambangan PT. Berau Coal

3.1.3 Kegiatan Reklamasi PT. Berau Coal

PT. Berau Coal menerapkan program terpadu penutupan tambang, menjadikan lahan

pasca tambang yang berdaya guna sesuai dengan peruntukan, berdasarkan aspek lingkungan,

keselamatan, dan keberlanjutan social ekonomi masyarakat seputar tambang. Sebagian besar

lahan pasca tambang di reklamasi dan revegetasi dengan tanaman pionir dan tanaman komoditi

dan tanaman asli. Penanaman tumbuhan ini mengembalikan kondisi lahan pasca tambang

menjadi hutan kembali dengan membuat hutan arboterum. Program penutupan lahan pasca

tambang mengikut sertakan masyarakat sekitar tambang dan memberi manfaat ekonomi bagi

masyarakat sekitar tambang. Kegiatan reklamasi yang dilakukan oleh PT. Berau Coal pada

umumnya meliputi tahapan-tahapan berikut ini :

1. Pengelolaan Tanah Pucuk (Top Soil)

Kegiatan pengelolaan pengupasan tanah dan penimbunan tanah, tidak dapat dilepaskan dari

proses bagaimana tanah yang diangkut dibawa ke lokasi penimbunan tanah (soil

stockpile). Soil dipisahkan, ditempatkan dan ditebarkan di area disposal yang sudah selesai

sehingga pada akhirnya batuan akan kita bentuk dan ditutupi dengan soil dan kemudian

14

dilakukan revegetasi. Di area baru, top soil akan distok terlebih dahulu yang nantinya akan

digunakan untuk tambang yang membutuhkan top soil di tahapan akhir.

Gambar 2.2 Pengelolaan Tanah Pucuk (Top Soil)

2. Revegetasi

Upaya revegetasi dan reklamasi yang dilakukan Berau Coal tidak hanya berupaya membuat

lahan eks tambang kembali hijau. Tetapi bagaimana tanaman yang ditanam dapat menjadi

tanaman produktif. Untuk memulai upaya revegetasi, langkah awal dimulai dari nursery.

Gambar 2.3 Pembibitan (nurseries) PT. Berau Coal

15

Nursery adalah tempat atau areal untuk kegiatan memproses benih berikut media bahan

tanamnya menjadi bibit atau semai yang siap untuk ditanam di lapangan. Persemaian

merupakan kegiatan awal sebelum dilakukan penanaman di lapangan dalam rangka

pengelolaan revegetasi. Pada nursery telah di kembangkan sejumlah bibit jenis pionir lokal

seperti Jabon (Anthicepalluscadamba), Mallotus paniculatus, Mahang

(Macarangahypoleuca), Kayuputih (Melaleuca Leucadendron), dan Laban (vitex

pubescens). Tanaman pionir lainnya seperti sengon, trembesi, johardanakasia.

Cover Crops

Penanaman land cover crops (LCC) pada areal yang akan direvegetasi milik PT. Berau

Coal menggunakan metode tanam spot yang dilakukan dengan :

Pembuatan spot dengan ukuran 20 x 20 x 20 cm, dengan jarak tanam antar spot 1m x

1.5 m dengan menggunakan cangkul.

Cover crop yang sudah dicampur (CM, CP, Mucuna) ditanam pada lubang (spot)

sebanyak 20 gr/spot, kemudian ditutup dengan kompos sebanyak 2 kg/spot.

Gambar 2.4 Cover Crops Sistem Spot

16

Selain itu, terdapat beberapa metode tanam lainnya seperti sistem paritan dan sistem jalur

Gambar 2.5 Penanaman Cover Crops Sistem Paritan

Dalam kurun waktu 2 minggu, biji tanaman penutup tanah (cover crops) sudah terlihat

tumbuh.Untuk mengevaluasi tingkat keberhasilan pertumbuhan tanaman pada lahan bekas

tambang, dapat ditentukan dari presentasi daya tumbuhnya, presentasi penutupan tajuknya,

pertumbuhannya, perkembangan akarnya, penambahan spesies pada lahan tersebut,

peningkatan humus, pengurangan erosi dan fungsi sebagai filter alam.

Hydroseeding

Penyebaran tanaman penutup tanah dengan bantuan hydroseeding juga telah diperaktekkan

di Berau Coal. Luasan yang diuji sebesar 40 ha, dan difokuskan pada area reklamasi yang

cukup curam yang tidak dapat dikerjakan secara manual. Dalam kurun waktu 2 minggu,

biji tanaman penutup tanah (cover crops) sudah terlihat tumbuh.

Tanaman Sisipan

Untuk pilihan tanaman sisipan yang umurnya lebih lama, dilakukan setelah daerah

reklamasi berumur sekitar 2-3 tahun. Proses waktu lebih untuk mendapatkan agar kondisi

tajuknya mencukup, sehingga iklim mikro mendukung tanaman jenis sisipan. Jarak lebih

disesuaikan dengan jenis tanamannya, namun biasanya 5m x 5m dan 10m X 10m.

17

Berau Coal terus memantau lahan bekas penambangannya guna mempertahankan

kemajuan operasional yang telah direncanakan. Di sepanjang tahun 2012, dari lahan seluas

917,61 hektar yang telah ditambang, 746,87 ha di antaranya telah direklamasi sementara 215,80

ha lainnya telah kembali ditanami. Pengolahan lahan yang telah dilakukan PT. Berau Coal

menurut data yang diperoleh dari Laporan Tahunan Berau Coal 2012 adalah seperti tabel 3.1 di

bawah ini :

Tabel 3.1 Pengolahan Lahan oleh PT. Berau Coal

Sumber : Laporan Tahunan Berau Coal (2012)

Untuk jumlah batang pohon yang telah ditanami dalam kegiatan reklamasi Berau Coal

ditampilkan pada tabel 3.2 berikut ini :

Tabel 3.2 Penanaman Pohon di Area Tambang Berau Coal

Sumber : Laporan Tahunan Berau Coal (2012)

18

3.2 PT. Kaltim Prima Coal (KPC)

3.2.1 Tinjauan Umum Perusahaan

Perusahaan pertambangan batubara PT. Kaltim Prima Coal secara geografis terletak pada

116°-118° BT dan 1° 34’ LU - 1° 17’ LS, berada di Kecamatan Sangatta, Kabupaten Kutai

Timur. Sangatta terletak ±150 km di sebelah utara Kota Samarinda, ±300 km sebelah utara Kota

Balikpapan. Lokasi penambangan terletak di sebelah utara Sungai Sangatta yang berjarak ±20

km dari Pantai Timur Kalimantan.PT. Kaltim Prima Coal adalah pemegang kuasa eksplorasi dan

penambangan untuk daerah seluas 90.960 Ha di kecamatan Sangatta, Kabupaten Kutai Timur,

Provinsi Kalimantan Timur. Pada awalnya PT. Kaltim Prima Coal merupakan perusahaan Joint

Venturaantara Conzinc Rio TintoAustralia (CRA Limited) dan British Petroleum (BP) dari

Inggris tetapi sejak 10 Oktober 2003 seluruh saham PT. Kaltim Prima Coal yang dimiliki oleh kedua

perusahaan tersebut dijual kepada PT. Bumi Resources Tbk.Pada tahun 1989, PT. Kaltim Prima Coal

mulai membangun kostruksi tambang. Sarana-sarana tambang yang dibangun antara lain adalah

crushing dan stockpile dengan kapasitas 500.000 ton, pelabuhan untuk kapal yang bisa

mengangkut muatan batubara hingga 180.000 ton, lalu bandar udara, pembangkit listrik,

sertaperumahan karyawan dengan sarana kesehatann pendidikan, dan olahraga.

Pemantauan melalui satelit (interpretasi citra satelit) luas lahan yang sedang dan telah

dieksplorasi mencapai luasan 13.900 ha. Kawasan ini menempati fisiografi perbukitan lipatan

dan angkatan, dengan bentuk wilayah umumnya berbukit kecil. Kondisi lahan yang telah

dilakukan reklamasi umumnya mempunyai bentuk wilayah agak datar sampai bergelombang

atau mengikuti benntuk wilayah sebelumnya. Karakteristik tanah dan lingkungannya berdasarkan

hasil pengamatan dilapangan di areal bekas penambangan PT. KPC adalah sebagai berikut:

a. Umumnya topografi pada wilayah ini berupa berbukit dengan lereng > 8% kecuali pada

areal galian yang ditutup atau direklamasi adalah datar sampai berombak dan landau.

b. Bahan indukan tanah berasal dari batuliat dan batupasir

c. Massa tanah merupakan campuran dari tanah (top soil ) dengan bahan induk tanah yang

mulai mengalami pelapukan.

d. Sifat-sifat tanah adalah: tanah warna campuran, tidak berstruktur atau pejal (massif),

tekstur halus sampai sangat halus liat dan berkerikil dan berbatu.

e. Drainase kurang baik dan sering terlihat hambatan air yang menggenang (air tidak mudah

meresap ke dalam tanah.

19

f. Reaksi tanah masam (PH 4,5-5,0) sesuai dengan drajat keasaman dari tanah aslinya dari

bahan induk batuliat dan batupasir.

3.2.2 Operasi Penambangan PT. Kaltim Prima Coal

Secara garis besar, operasi penambangan PT. Kaltim Prima Coal dibagi menjadi 3 bagian,

yaitu persiapan penambangan, penambangan, dan pasca penambangan.

1. Tahap persiapan penambangan diawali dengan kegiatan survey eksplorasi. Kegiatan

eksplorasi ini meliputi pemataan lapangan, pengukuran struktur geologi, pengambilan

sampel singkapan, pemboran eksplorasi, logging geofisika, dan penaksiran cadangan.

2. Tahap berikutnya adalah tahap penambangan atau tahap produksi. Tahap produksi

diawali dengan kegiatan penebangan dan pemotongan pohon serta pemindahan tanah

pucuk. Sebelum kegiatan pembukaan lahan dimulai, dilakukan kegiatan identifikasi dan

dokumentasi flora dan fauna yang ada didaerah tersebut. Beberapa jenis spesies tanaman

penting dikoleksi sebagai bibit tanaman bagi rehabilitasi nanti. Tanah pucuk dipindahkan

ke lokasi timbunan tertentu. Selanjutnya dilakukan pemboran dan peledakan.

3. Tanah penutup yang sudah diledakkan kemudian akan dimuat oleh shovel dan backhoe

yang akan diangkut oleh truk untuk ditimbun dilokasi timbunan yang sudah

direncanakan. Tanah penutup yang mengandung asam/PAF (Potential Acid Farming) dan

yang tidak mengandung asam/NAF (Non Acid Farming) akan ditimbun secara terpisah

dilokasi yang sudah direncanakan. Tanah penutup dengan kategori NAF akan ditimbun

dilokasi timbunan yang sudah permanen untuk kemudian dilakukan rehabilitasi.

Sedangkan tanah penutup dengan kategori PAF akan ditimbun dilokasi timbunan

sementara. Dalam proses ini dilakukan control dengan menggunakan sistem elektronik

(Sistem Dispatch) untuk memonitor dan mengontrol alokasi masing-masing tipe tanah

penutup (PAF dan NAF).

4. Setelah tanah penutup dipindahkan, batubara yang sudah terbuka akan ditambang oleh

beberapa alat muat yang khusus memuat batubara. Untuk batubara yang sudah terbuka

akan ditambang oleh beberapa alat muat yang khusus memuat batubara. Untuk lebih

jelasnya dapat dilihat pada flowchart operasi penambangan PT. KPC di bawah ini :

20

Gambar 2.6 Flowchart operasi penambangan PT. KPC

1.2.1 Kegiatan Reklamasi PT. Kaltim Prima Coal

Secara umum kegiatan reklamasi pada lahan bekas tambang batubara di PT. KPC

dilakukan dengan back filling methode, yaitu tanah overburden sisa penambangan diisi pada

lubang-Iubang bekas tambang sebelumnya hingga mencapai ketinggian yang telah ditentukan.

Langkah-langkah kegiatan reklamasi yang dilakukan pada tambang batubara PT. KPC adalah

sebagai berikut :

1. Pengaturan bentuk lahan

Persiapan lahan reklamasi diawali dengan pengaturan bentuk lahan, yaitu menata daerah

timbunan membentuk lereng dan memadatkan bagian tertentu agar permukaan lahan

menjadi stabil serta pembuatan saluran drainase untuk mengatur aliran air dan mengurangi

erosi.

2. Pelapisan lahan dengan top soil

Selanjutnya permukaan timbunan dilapisi dengan topsoil dengan ketebalan 0,5 – 1 m.

Topsoil ini diperoleh dari cadangan topsoil yang disimpan sebelum kegiatan penambangan

21

dilakukan. Topsoil sebaiknya segera digunakan untuk rehabilitasi karena penyimpanan

topsoil dapat menurunkan kualitas tanah, tetapi seringkali topsoil harus disimpan terlebih

dahulu karena lahan reklamasi yang belum siap. Oleh sebab itu, terdapat prosedur yang

diterapkan perusahaan tambang dalam penyimpanan topsoil untuk mengurangi hilangnya

struktur tanah, kandungan organik, aktivitas biologi, dan bank benih (Spesifikasi

Rehabilitasi, 2000). Prosedur yang dilakukan PT KPC antara lain menyimpan topsoil di

tempat yang mempunyai permukaan yang kokoh dan drainase yang baik. Simpanan topsoil

untuk jangka waktu lebih dari 1 tahun tidak lebih tinggi dari 2 meter.

Gambar 2.7 Reklamasi Lahan P.T. KPC di Daerah Sangatta

3. Revegetasi

Setelah penghamparan topsoil, kemudian dilakukan revegetasi. Revegetasi umumlnya

segera dilakukan untuk meningkatkan penutupan tanah untuk mengendalikan erosi dan

pada akhirnya mengembalikan bahan organik dan kesuburan tanah. Sebelum penanaman

jenis cepat tumbuh, terlebih dahulu dilakukan penyebaran tanaman penutup (cover

crop).Jenis tanaman penutup yang digunakan di PT KPC antara lain Pueraria javanica,

Sesbania grandiflora, dan Caliandra. Penyebaran benih tanaman penutup dilakukan secara

manual maupun hydroseeding.

22

Jenis-jenis yang ditanam umumnya jenis perintis lokal dan yang adaptif dengan kondisi

lahan bekas tambang. Selain itu juga dipilih jenis tanaman buah-buahan atau tanaman

bernilai ekonomis lainnya. Penanaman jenis perintis dilakukan pada awal tahun

pananaman, setelah 2-3 tahun dilakukan pananaman tanaman sisipan menggunakan jenis-

jenis lokal dan tanaman buah. Setelah terbentuk kanopi, dapat disisipkan jenis tanaman

dipterokarpa.

Kegiatan yang dilakukan setelah penanaman adalah pemeliharaan, pemupukan dan

penyulaman. Kegiatan tersebut hanya dilakukan setiap 3 bulan sekali pada tahun pertama setelah

penanaman. Sedangkan pada tahun kedua dilakukan sesuai kebutuhan.

3.3 PT. Indominco Mandiri

3.3.1 Tinjauan Umum Perusahaan

Secara geografis PT. Indominco Mandiri Bontang terletak pada garis lintang 00˚02'20''

LU-00˚13'00'' LU dan 117˚12'50'' BT-117˚23'30'' BT. Secara administratif terletak dikecamatan

sangata, kotamadya Bontang, kabupaten Kutai Timur, provinsi Kalimantan Timur.

Lokasi pertambangan batubara PT. Indominco Mandiri Bontang berjarak kurang lebih

250 km dari kota Balikpapan - Samarinda - Bontang. Yang dapat ditempuh melalui jalan darat

dengan menggunakan kendaraan darat dalam waktu ± 6 jam. Untuk mencapai lokasi pusat

administrasi PT. Indominco Mandiri Bontang dapat dicapai dari pusat kota Bontang dengan

menggunakan kendaraan darat melalui jalan beraspal melewati pos penjaga (security gate) di km

10, kemudian sejauh 23 km menuju mess karyawan PT. Indominco Mandiri Bontang (camp 23),

dan sampai di km 30 akan ditemui bangunan pusat administrasi (mine site) PT. Indominco

Mandiri Bontang, mine stockyard dan instalasi crushing plant yaitu tempat penimbunan dan

reduksi batubara sebelum dibawa ke pelabuhan. Sedangkan untuk menuju ke pelabuhan PT.

Indominco Mandiri Bontang, ± 17 km dari km 10, dimana terdapat permanent dan temporary

stockpile sebagai tempat penimbunan sementara sebelum loading ke kapal

23

3.3.2 Operasi Penambangan PT. Indominco Mandiri

Dalam mengeksploitasi batubara maupun bahan galian lainnya, setiap perusahaan

memiliki metode yang berbeda-beda dalam sistem penambangannya, PT Indominco Mandiri

merupakan salah satu perusahaan yang menggunakan metode sistem penambangan yang

dilakukan adalah tambang terbuka (open pit) kemudian mengisi kembali (back filling) lahan

bekas penambangan tersebut setelah operasi penambangan selesai dilakukan.

3.3.3 Kegiatan Reklamasi PT. Indominco Mandiri

Kegiatan reklamasi yang telah dilakukan pada lahan bekas penambangan maupun lokasi-

lokasi timbunan tanah / batuan penutup meliputi :

1. Penimbunan (backfiling), penataan lahan (re-contouring) dan penyebaran tanah pucuk

(topsoiling)

Kegiatan back filling yang merupakan bagian dari kegiatan reklamasi selama tahun 2012

telah dilakukan pada beberapa daerah bekas penambangan . Area tersebut sekaligus

merupakan area untuk aktifitas penataan lahan (recontouring) dan penyebaran tanah pucuk

(top soiling). Kegiatan backfilling tersebut masih terus berlangsung dan akan dilanjutkan

hingga operasional penambangan berakhir.

2. Revegetasi

Realisasi penghijauan atau revegetasi pada daerah yang terbuka / terganggu termasuk bekas

penumpukan topsoil, di daerah blok barat sekitar 497.62 Ha dan blok timur sekitar 35.38

Ha, dengan jumlah bibit yang ditanam sebanyak 333.125 pohon (625 pohon / Ha) yaitu :

Lahan bekas tambang seluas 304.87 Ha

Daerah penimbunan tanah / batuan penutup seluas 226.82 Ha

Telah dilakukan kegiatan penyisipan tanaman jenis lokal dari jenis meranti, kapur,

durian, kemiri, langsat, kelengkeng, gaharu, rambutan bayur dan ulin dengan jumlah total

bibit local yang ditanam sebanyak 133.988 pohon pada daerah seluas 428 Ha dengan pola

tanam 4 x 8.

24

3. Pembibitan

Pengembangan bibit untuk keperluan penghijauan dilapangan tetap dilaksanakan secara

kontinyu dirumah pembibitan/nursery. Teknik pengembangan bibit dilakukan secara

generatif (melalui biji, anakan) dan pengembangan secara vegetatif (melalui stek). Karena

kebutuhan bibit yang cukup besar, maka pengembangannya lebih banyak dilakukan secara

generatif.

Disamping lebih praktis dan mudah didapat, cara ini juga dapat dilakukan dalam jumlah

yang banyak. Jumlah bibit yang sudah dikembangkan dirumah pembibitan dan siap tanam

adalah sebanyak 707.630 batang yang terdiri dari 102 spesies. Jenis tanaman ini terdiri dari

jenis lokal (jenis tanaman yang berasal dari sekitar areal tambang atau pernah tumbuh

sebelum dilakukan penambangan) 59 spesies jenis lokal dan 43 spesies jenis non lokal

(tanaman yang berasal dari luar daerah). Diantara jenis non lokal ada beberapa jenis buah-

buahan yang diharapkan menjadi sumber makanan satwa liar nantinya.

Beberapa hal yang perlu dijelaskan sehubungan dengan pencapaian target reklamasi adalah

sebagai berikut :

1) Kegiatan penyebaran tanah penutup lebih banyak diarahkan ke area lahan bekas

penambangan (backfilling dump)

2) Luasan area penimbunan tanah penutup diluar tambang (out pit dump) dapat

diminimalisir.

3) Revegetasi yang merupakan tahap akhir dari reklamasi dapat dilakukan secara maksimal

karena didukung oleh ketersediaan lahan yang cukup.

4) Pemantauan revegetasi

Gangguan hama seperti ulat pengerat daun, batang dan akar tidak ditemukan demikian

juga penyakit tanaman seperti busuk akar batang maupun gangguan fisik tanaman secara

keseluruhan sangat minim sekali. Namun masih ada ditemukan beberapa tanaman yang

diganggu oleh Orang Utan (Pigmoeus pigmoeus), sehingga menyebabkan kematian pada

tanaman khusus untuk pohon akasia dan sengon laut. Sehingga tindakan perbaikan

maupun pencegahan dilakukan dengan mengganti jenis tanaman yang mati.

25

Tanaman merambat yang merupakan tanaman penutup (cover crop) cukup agresif

sehingga harus dipotong secara berkala (minimal 6 bulan sekali), jika tidak akan

menghambat pertumbuhan tanaman pohon yang ada disekitarnya.

Tanaman parasite yang dijumpai adalah seperti alang-alang (Imperata Cylindrica)

maupun beberapa jenis tanaman teki-tekian yang tumbuh secara bergerombol dan

menyebar dibeberapa lokasi. Namun belum mempengaruhi pertumbuhan tanaman pokok

secara nyata (significant), sehingga juga belum memerlukan tindakan

pemberantsan/pencegahan.

Untuk tanaman volunteer atau yang tumbuh secara alami yang dapat meningkatkan

keragaman (diversity) yank kerapatan (density) tanaman masih tetap didominasi jenis

Macaranga sp dan Trima oreintalis, Neanuclea sp (Merkubung), Dilena sp (Simpur) dan

Duabanga mollucana.

Persentase tumbuh dari tanaman dapat dilaporkan cukup tinggi, dari 333.125 pohon yang

ditanam, yang mati sejumlah 33.312. dengan demikian persentase tumbuh tanaman 3

bulan setelah ditanam adalah ± 90%. Namun setiap bibit yang mati/tidak tumbuh telah

ditanamam/disulam kembali sehingga total tanaman tidak berkurang.

26

BAB IV

KENDALA REKLAMASI

Secara umum, masalah utama dari pasca kegiatan pertambangan masalah perubahan

lingkungan dan masalah perubahan bentang alam. Perubahan besar yang terlihat kasat mata

adalah perubahan morpologi dan topografi lahan, serta penurunan produktivitas tanah. Secara

lebih rinci, terdapat pula perubahan atau gangguan yang terjadi pada flora dan fauna yang ada di

lahan bekas tambang tersebut. Untuk itulah diperlukan penanganan khusus dengan mereklamasi

lahan tersebut, pelaksanaan kegiatan reklamasi wilayah tambang hingga detik ini pun belum

begitu terasa efektivitasnya.

Perbaikan kondisi tanah meliputi perbaikan ruang tubuh, pemberian tanah pucuk dan

bahan organik serta pemupukan dasar dan pemberian kapur. Kendala yang dijumpai oleh

perusahaan-perusahaan tambang dalam merestorasi lahan bekas tambang yaitu masalah fisik,

kimia (nutrients dan toxicity), dan biologi. Masalah fisik tanah mencakup tekstur dan struktur

tanah. Masalah kimia tanah berhubungan dengan reaksi tanah (pH), kekurangan unsur hara, dan

mineral toxicity. Untuk mengatasi pH yang rendah dapat dilakukan dengan cara penambahan

kapur. Sedangkan kendala biologi seperti tidak adanya penutupan vegetasi dan tidak adanya

mikroorganisme potensial dapat diatasi dengan perbaikan kondisi tanah, pemilihan jenis pohon,

dan pemanfaatan mikroriza.

Apabila dilihat dari kegiatan reklamasi dari ketiga perusahaan yang tinjau yaitu PT.

Berau Coal, PT. Kaltim Prima Coal dan PT. Indominco Mandiri di Provinsi Kalimantan Timur,

maka permasalahan atau kendala yang mungkin dihadapi oleh setiap perusahaan pada umumnya

yaitu:

1. Kendala utama yang sering menghambat keberhasilan usaha reklamasi lahan bekas

tambang adalah kondisi iklim mikro yang belum sesuai, kekurangan air untuk menyiram

dan kesulitan mendapatkan bahan-bahan amelioran, khususnya bahan organik.

2. Pada beberapa lahan tambang, kesulitan lain yang dihadapi bertambah dengan sulitnya

memperoleh “tanah pucuk” karena kondisi asli tambang tersebut yang berada pada jenis

tanah Litosol yang memiliki solum sangat tipis.

3. Kondisi tanah yang marginal bagi pertumbuhan tanaman. Kondisi ini secara langsung

akan mempengaruhi pertumbuhan tanaman.

27

4. Berpengaruh pada kenaikan komponen biaya kegiatan lingkungan hidup dan sosial

perusahaan

5. Bahan tambang merupakan sumber daya yang tidak dapat diperbaharui atau tidak

berkelanjutan

6. Banyaknya komponen biaya tidak terduga yang harus dikeluarkan oleh perusahaan

tambang di negara berkembang, sehingga seringkali regulasi penutupan tambang hanya

sebatas wacana dan persyaratan administrasi dari pemerintah. Kadangkala syarat tersebut

dapat dinegosiasi dengan kompensasi lain.

28

DAFTAR KEPUSTAKAAN

Anonim. (2012), Penyusunan Kajian Investasi di Lahan Eks Tambang, Badan Perijinan danPenanaman Modal Daerah (BPPMD), Kalimantan Timur.

Adman.B, Gunawan.W, dan Widuri, S.A. (2010). Kajian Teknik Reklamasi dan Jenis TanamanRevegetasi Terhadap Sifat Fisik, Kimia, dan Biologi Tanah pada Lahan Eks-TambangBatubara, Laporan Kajian Penelitian, Balai Penelitian Teknologi Perbenihan Samboja BadanPenelitian dan Pengembangan Kehutanan Kementeria Kehutanan, Samboja

Ansori, Y., Asri.,S dan Suroto. (2010), Analisis Penetapan Kriteria keberhasilan ReklamasiLahan Bekas Penambangan Batubara untuk Pertanian Berkelanjutan di Kalimantan Timur(studi kasus : PT. Berau Coal), Badan Penelitiandan Pengembangan Daerah ProvinsiKalimantan Timur, Samarinda

Iskandar dan Suwardi. (2009). Meningkatkan Keberhasilan Reklamasi Tambang Lahan BekasTambanga, Pusat Studi Reklamasi Tambang, LPPM – IPB, Kampus IPB Baranangsiang,Bogor.

Rahmawaty. (2002). Restorasi Lahan Bekas Tambang Berdasarkan Kaidah Ekologi, FakultasPertanian Program Ilmu Kehutanan Universitas Sumatera Utara, Sumut

Wulandari, (2013). Laporan PKL PT. Indominco Mandiri Bontang “Pengelolaan danPemantauan Lingkungan, Program Studi Manajemen Lingkungan Jurusan ManajemenPertanian, Politeknik Pertanian Negeri Samarinda, Samarinda

Laporan Tahunan PT. Kaltim Prima Coal tahun 2011

Laporan Keberlanjutan PT. Kaltim Prima Coal tahun 2012

Laporan Tahunan PT. Berau Coal Tbk tahun 2012