tugas posyandu .doc

38
PENDAHULUAN Upaya perbaikan gizi di Indonesia telah dirintis sejak tahun 1950-an yang dimulai dengan pembentukan panitia perbaikan makanan rakyat di Jawa Tengah. Pada tahun yang hampir bersamaan dilaksanakan kegiatan serupa di berbagai negara lain. FAO dan WHO merumuskan suatu program yang dinamakan Applied Nutrition Program (ANP) yaitu upaya yang bersifat edukatif untuk meningkatkan gizi rakyat terutama golongan rawan gizi dengan peran serta masyarakat setempat dengan dukungan dari berbagai instansi secara terkordinasi. Tahun 1969 melalui pertemuan berbagai instansi dilahirkan nama UPGK dengan menggunakan konsep ANP (Applied Nutrition Program) dari FAO-WHO. Dalam perkembangannya pada tahun 1984 dicanangkan oleh masyarakat dengan bantuan alat dan tenaga khusus dari pemerintah. Posyandu merupakan salah satu bentuk Pembangunan Kesehatan Masyarakat Desa (PKMD). PKMD merupakan suatu pendekatan yang kekuatannya terletak pada pelayanan kesehatan dasar, kerjasama lintas sektoral dan peran serta msyarakat. Tujuan dari Posyandu adalah mempercepat penurunan angka kematian bayi dan anak balita serta penurunan angka kelahiran, mempercepat penerimaan Norma Keluarga Kecil Bahagia Sejahtera (NKKBS) 1

Upload: catur-nila-pratiwi

Post on 25-Oct-2015

135 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

tugas posyandu

TRANSCRIPT

Page 1: Tugas posyandu .doc

PENDAHULUAN

Upaya perbaikan gizi di Indonesia telah dirintis sejak tahun 1950-an yang

dimulai dengan pembentukan panitia perbaikan makanan rakyat di Jawa Tengah. Pada

tahun yang hampir bersamaan dilaksanakan kegiatan serupa di berbagai negara lain.

FAO dan WHO merumuskan suatu program yang dinamakan Applied Nutrition

Program (ANP) yaitu upaya yang bersifat edukatif untuk meningkatkan gizi rakyat

terutama golongan rawan gizi dengan peran serta masyarakat setempat dengan

dukungan dari berbagai instansi secara terkordinasi. Tahun 1969 melalui pertemuan

berbagai instansi dilahirkan nama UPGK dengan menggunakan konsep ANP (Applied

Nutrition Program) dari FAO-WHO. Dalam perkembangannya pada tahun 1984

dicanangkan oleh masyarakat dengan bantuan alat dan tenaga khusus dari pemerintah.

Posyandu merupakan salah satu bentuk Pembangunan Kesehatan Masyarakat Desa

(PKMD). PKMD merupakan suatu pendekatan yang kekuatannya terletak pada

pelayanan kesehatan dasar, kerjasama lintas sektoral dan peran serta msyarakat. Tujuan

dari Posyandu adalah mempercepat penurunan angka kematian bayi dan anak balita

serta penurunan angka kelahiran, mempercepat penerimaan Norma Keluarga Kecil

Bahagia Sejahtera (NKKBS) meningkatkan kemampuan masyarakat untuk

mengembangkan kegiatan kesehatan dan kegiatan-kegiatan lain yang menunjang sesuai

dengan kebutuhan.

TINJAUAN PUSTAKA

Posyandu digolongkan menjadi 4 tingkatan yaitu :

1. Posyandu tingkat pratama adalah posyandu yang masih belum optimal

kegiatannya dan belum bisa melaksanakan kegiatan rutinnya tiap bulan dan

kader aktifnya masih terbatas.

1

Page 2: Tugas posyandu .doc

2. Posyandu tingkat madya adalah posyandu yang sudah dapat melaksanakan

kegiatan lebih dari 8 kali per tahun, dengan rata-rata jumlah kader 5 atau lebih,

tetapi cakupan program utamanya (KB,KIA,GIZI dan Imunisasi) masih rendah

yaitu kurang dari 50%. Kelestarian dari kegiatan posyandu ini sudah baik tetapi

masih rendah cakupannya.

3. Posyandu tingkat purnama adalah posyandu yang frekuensi pelaksanaannya

lebih dari 8 kali per tahun, rata-rata jumlah kader yang bertugas 5 orang atau

lebih, cakupan program utamanya (KB, KIA, GIZI dan Imunisasi) lebih dari

50% sudah dilaksanakan, serta sudah ada program tambahan bahkan sudah ada

Dana Sehat yang masih sederhana.

4. Posyandu tingkat mandiri adalah posyandu yang sudah bisa melaksanakan

programnya secara mandiri, cakupan program utamanya sudah bagus, ada

program tambahan Dana Sehat dan telah menjangkau lebih dari 50% Kepala

Keluarga (KK).

Posyandu merupakan lanjutan dari Taman Gizi/Pos Penimbangan, selama ini

dilaksanakan oleh PKK yang kemudian dilengkapi dengan pelayanan KB dan

Kesehatan. Posyandu sebagai pusat kegiatan masyarakat dalam bidang kesehatan

melaksanakan pelayanan KB, gizi, imunisasi, penanggulangan diare dan KIA. Upaya

keterpaduan pelayanan ini merupakan salah satu cara untuk meningkatkan jangkauan

pelayanan kesehatan kepada masyarakat. Dengan keterpaduan 5 program tersebut baik

dari segi lokasi, sarana maupun kegiatan dalam diri petugas, akan sangat memudahkan

dalam memberikan pelayanan. Oleh sebab itu, sebaiknya Posyandu berada pada tempat

yang mudah didatangi masyarakat dan ditentukan oleh masyarakat sendiri seperti

ditempat pertemuan RT/RW atau tempat khusus yang dibangun masyarakat. Pelayanan

gizi di posyandu diupayakan dan dikelola oleh lembaga swadaya masyarakat setempat

dan berakar pada msyarakat pedesaan terutama oleh organisasi wanita termasuk PKK.

Dengan semakin meluasnya Posyandu di hampir semua desa, maka pelayanan gizi di

2

Page 3: Tugas posyandu .doc

pedesaan makin dekat dan makin terjangkau oleh keluarga.

Keterpaduan pelayanan kesehatan dasar khususnya untuk ibu dan anak,

posyandu akan menjadi ujung tombak dalam penanggulangan masalah kurang gizi.

Kegiata pelayanan gizi di posyandu meliputi :

1. Pemantauan pertumbuhan dan perkembangan anak balita antara lain dengan

penimbangan berat badan secara teratur sebulan sekali.

2. Pemberian paket pertolongan gizi berupa tablet tambah darah untuk ibu hamil

dan pemberian kapsul yodium untuk ibu hamil, ibu nifas (menyusui) dan anak

balita pada daerah rawan GAKY serta pemeberian vitamin A pada bayi, balita

dan ibu nifas (menyusui).

3. Pemberian makanan tambahan sumber energi dan protein bagi anak balita KEP,

jenis makanan tambahan disesuaikan dengan keadaan setempat dan sejauh

mungkin menjadi tanggung jawab keluarga dan masyarakat.

4. Pemantauan dini terhadap perkembangan kehamilan dan persiapan persalinan

terutama mengenai pemanfaatan ASI untuk kebutuhan gizi bayi.

Penyelenggaraan Posyandu dilaksanakan dengan pola lima meja. Kegiatan

Posyandu dilaksanakan oleh kader. Pola lima meja tersebut adalah :

Meja 1 : Pendaftaran

Meja 2 : Penimbangan bayi dan balita

Meja 3 : Pencatatan (pengisian KMS)

Meja 4 : Penyuluhan perorangan meliputi :

- Informasi kesehatan tentang anak balita berdasarkan hasil penimbangan

berat badan, diikuti pemberian makanan tambahan, oralit dan vitamin A

dosis tinggi.

- Memberikan informasi kepada ibu hamil yang termasuk risiko tinggi

3

Page 4: Tugas posyandu .doc

tentang kesehatannya diikuti dengan pemberian tablet tambah darah.

- Memberikan informasi kepada PUS (Pasangan Usia Subur) agar menjadi

anggota KB lestari diikuti dengan pemberian dan pelayanan alat

kontrasepsi.

Meja 5 : Pelayanan oleh tenaga profesional meliputi pelayanan KIA, KB,

imunisasi serta pelayanan lain sesuai kebutuhan setempat.

Kegiatan diatas dilaksanakan sebulan sekali, khusus meja 1 sampai meja 4

merupakan kegiatan UPGK di Posyandu. Sedangkan kegiatan UPGK di luar jadwal

Posyandu seperti kegiatan pemanfaatan pekarangan, motivasi dan penggerakkan UPGK

melalui jalur agama dan BKKBN, PMT dan pemberian ASI dalam keluarga dapat

dilaksanakan sebagai kegiatan sehari-hari UPGK dalam keluarga.

Revitalisasi Posyandu merupakan upaya pemenuhan kebutuhan kesehatan dasar

dan peningkatan status gizi masyarakat yang secara umum terpuruk sebagai akibat

langsung maupun tidak langsung adanya krisis multi dimensi di Indonesia. Oleh karena

itu, untuk meningkatkan kemampuan setiap keluarga dalam memaksimalkan potensi

pengembangan kualitas sumber daya manusia diperlukan dalam upaya revitalisasi

Posyandu sebagai unit pelayanan kesehatan dasar masyarakat yang langsung dapat

dimanfaatkan untuk melayani pemenuhan kebutuhan dasar, pengembangan kualitas

manusia dini, sekaligus merupakan salah satu komponen perwujudan kesejahteraan

keluarga. Peran Posyandu sebagai salah satu sistem penyelenggaraan gizi serta derajat

kesehatan ibu dan anak.pelayanan kebutuhan kesehatan dasar dalam rangka

peningkatan kualitas sumberdaya manusia. Agar Posyandu dapat melaksanakan fungsi

dasarnya maka perlu upaya revitalisasi terhadap fungsi dan kinerja Posyandu yang telah

dilaksanakan sejak krisis ekonomi yang melanda bangsa kita. Upaya revitalisasi

posyandu telah dilaksanakan sejak tahun 1999 di seluruh Indonesia, tetapi fungsi dan

kinerja posyandu secara umum masih belum menunjukkan hasil yang optimal. Oleh

karena itu pula, upaya revitalisasi posyandu perlu terus ditingkatkan dan dilanjutkan

agar mampu memenuhi kebutuhan pelayanan terhadap kelompok sasaran rawan gizi.

4

Page 5: Tugas posyandu .doc

Secara umum revitalisasi posyandu bertujuan meningkatkan fungsi dan kinerja

Posyandu sehingga bisa memenuhi kebutuhan tumbuh kembang anak sejak dalam

kandungan dan mampu meningkatkan atau mempertahankan status

Sedangkan secara khusus bertujuan sebagai :

Meningkatkan kualitas kemampuan dan ketrampilan kader Posyandu.

Meningkatkan pengelolaan dalam pelayanan Posyandu.

Meningkatkan pemenuhan kelengkapan sarana, alat, dan obat di Posyandu.

Meningkatkan kemitraan dan pemberdayaan masyarakat untuk kesinambungan

kegiatan Posyandu.

Meningkatkan fungsi pendampingan dan kualitas pembinaan Posyandu.

Pelayanan Dasar Gizi

Pelayanan dasar adalah pelayanan utama yang harus diberikan kepada golongan

masyarakat yang rawan terhadap risiko kurang gizi dan terserang penyakit. Kelompok

tersebut adalah wanita, balita dan usia lanjut. Pelayanan untuk wanita meliputi

pelayanan kepada wanita remaja calon ibu, wanita hamil, wanita nifas dan wanita

menyusui. Di negara berkembang seperti di Indonesia, apabila ditelusuri ke belakang,

status gizi kurang dan buruk pada balita ada hubungannya dengan status gizi ibunya

ketika masih remaja. Pada usia remaja terjadi perubahan fisik yang cepat. Oleh karena

itu, mereka harus didukung oleh keadaan gizi kesehatan yang optimal. Menurut hasil

Survey Kesehatan Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) dari Departemen Kesehatan

tahun 1995; 39% remaja wanita menderita KEP tingkat ringan dan 15.8% KEP buruk.

Angka tersebut lebih tinggi dibanding pada remaja laki-laki. Remaja wanita juga

menderita anemi sebesar 49.2% dan infeksi saluran pernafasan atas (ISPA) sebesar

29.6%. Pelayanan dasar yang diberikan kepada wanita biasanya berupa pengetahuan

tentang cara memelihara dan meningkatkan kesehatan diri dan keluarga, mengatur gizi

seimbang dan pentingnya keluarga berencana. Selain itu, mereka disiapkan secara fisik

dengan memberikan imunisasi pada waktu akan menikah dan jika perlu untuk penderita

anemi besi diberikan suplemen pil zat besi atau tablet tambah darah (TTD), pelayanan

5

Page 6: Tugas posyandu .doc

pendidikan gizi, kesehatan dan Keluarga Berencaan (KB). Pelayanan ini dapat

diberikan melalui berbagai program seperti usaha perbaikan gizi keluarga (UPGK),

program makanan tambahan anak sekolah (PMT-AS), kesehatan sekolah, kesehatan

keluarga dan melalui kegiatan rutin puskesmas. Pelayanan dasar yang diberikan untuk

ibu hamil dan meyusui terutama berupa pemeriksaan kehamilan dan sebelum persalinan

(prenatal care), pertolongan persalinan dan pelayanan pasca persalinan (post-natal

care). Pelayanan gizi dasar bagi ibu hamil dan menyusui dapat berupa penyuluhan gizi

seimbang, pemantauan pertambahan berat badan waktu hamil, suplemen zat yodium,

suplemen pil zat besi dan suplemen energi dan protein. Salah satu pengetahuan gizi

yang harus ditanamkan kepada ibu hamil adalah mengenai pentingnya Air Susu Ibu

(ASI) bagi bayi. Pada masa setelah melahirkan, selain pengetahuan tentang ASI,

diperlukan pengetahuan tentang pentingnya makanan pendamping ASI (MP-ASI)

sesudah bayi berumur 4 bulan. Pelayanan ini dapat dilaksanakan melalui program

UPGK, Posyandu, Puskesmas dan kesehatan keluarga atau program khusus lainnya.

Pelayanan dasar bagi balita (0-5 tahun) terutama ditujukan untuk menjaga agar

pertumbuhan potensional (berat badan dan tinggi badan) anak sejak lahir dapat

berlangsung normal, demikian juga daya tahannya terhadap penyakit. Dengan

pertumbuhan fisik yang normal, perkembangan mental dan kecerdasan anak juga dapat

dipicu dengan lingkungan hidup yang baik dan pola pengasuhan yang mendukung.

Untuk itu pelayanan dasar bagi balita meliputi pemberian imunisasi, pendidikan dan

penyuluhan gizi pada ibu, menciptakan lingkungan yang bersih, penyediaan fasilitas

stimulasi perkembangan mental dan kecerdasan anak dan penyediaan oralit untuk

mengurangi bahaya penyakit diare. Pelayanan dasar gizi dan kesehatan untuk anak

balita dapat dilaksanakan melalui Posyandu, Puskesmas, program kesehatan keluarga

dan program lain. Berbagai lembaga pelayanan dasar tersebut harus bisa terjangkau

baik secara fisik (mudah dicapai) maupun ekonomi (sesuai daya beli) oleh setiap

keluarga, termasuk mereka yang miskin dan tinggal di daerah terpencil.

Status Gizi dan Pengukurannya

Status gizi merupakan hasil masukan zat gizi makanan dan pemanfaatannya di

6

Page 7: Tugas posyandu .doc

dalam tubuh. Mendefinisikan status gizi sebagai keadaan kesehatan tubuh seseorang

atau sekelompok orang yang diakibatkan oleh konsumsi, penyerapan (absorpsi) dan

penggunaan (utilization) zat gizi makanan yang ditentukan berdasarkan ukuran tertentu.

Pencapaian status gizi yang baik, didukung oleh konsumsi pangan yang mengandung

zat gizi cukup dan aman untuk dikonsumsi. Bila terjadi gangguan kesehatan, maka

pemanfaatan zat gizi pun akan terganggu. Bayi yang berstatus gizi lebih baik dan sehat,

lebih berpeluang mempunyai kemampuan mental dan intelektual yang lebih baik dan

mempunyai usia harapan hidup dan waktu produktif yang lebih tinggi. Oleh karena itu,

perhatian akan pemenuhan kecukupan gizi dan kesehatan pada bayi menjadi semakin

penting. Cukup beralasan bahwa salah satu tujuan kebijakan pangan dan gizi di

Indonesia adalah perbaikan mutu gizi makanan penduduk, khususnya golongan rawan

gizi seperti anak dibawah lima tahun termasuk bayi dan ibu menyusui Status gizi pada

saat bayi dapat memberi andil terhadap status gizi anakanak bahkan masa dewasa.

Mengingat pentingnya status gizi masa bayi, maka orang tua dalam hal ini ibu

mempunyai peran yang penting untuk dapat mengendalikan agar status gizi anaknya

dapat mencapai optimal. Kebutuhan nutrisi pada saat menyusui jauh lebih besar

dibandingkan pada saat kehamilan. Pada 4-6 bulan pertama melahirkan, berat seorang

bayi menjadi dua kali lipat dibandingkan pada saat umur sembilan bulan di dalam

kandungan. Susu yang dihasilkan selama 4 bulan mengandung energi yang ekuivalen

dengan energi total pada waktu kehamilan. Tetapi, meskipun demikian sejumlah energi

dan banyak dari nutrien yang dimakan selama kehamilan dipergunakan untuk

mendukung produksi dari ASI. Jumlah ASI yang diproduksi pada masa menyusui,

energi dan kandungan dari nutrisi, jumlah energi yang dibutuhkan ibu serta nutrisi yang

tersedia. Kebutuhan nutrisi pada masa menyusui meningkat hingga 500 kal/hari yang

disertai dengan peningkatan kebutuhan protein, vitamin dan mineral. Masa menyusui

yang cukup lama merupakan masa drainase zat-zat makanan bagi ibu, karena melalui

ASI, sang ibu memberikan kepada bayinya zat-zat gizi yang cukup untuk pertumbuhan

bayi normal. Oleh karena itu ibu menyusui memerlukan sejumlah zat-zat gizi yang

lebih banyak dari ibu yang sedang hamil, apalagi bila ibu itu tetap bekerja secara aktif

7

Page 8: Tugas posyandu .doc

di rumah atau di luar rumah. Bila ibu tidak mendapat tambahan gizi yang cukup, maka

ibu akan menjadi kurus dan mudah letih, karena zat-zat makanan yang diperlukan untuk

ASI diambil dari jaringan tubuh ibu. Oleh karena itu selama masa ASI ekslusif atau

sebelum bayi mendapatkan makanan pendamping, tidak dianjurkan untuk melakukan

diet penurunan berat badan. Proses menyusui dapat dikatakan berhasil jika bayi

berkembang dengan baik dan status biokimia yang normal. Jumlah ASI yang

dikonsumsi bayi dan komposisi nutrisi dari ASI biasa digunakan sebagai dasar untuk

melihat adekuatnya nutrisi dari ibu pada masa menyusui. Penilaian status gizi dapat

diukur secara langsung dan tidak langsung. Secara langsung dapat dilakukan dengan

cara :

1. Anthropometri yaitu diartikan secara umum ukuran tubuh manusia. Ditinjau dari

sudut pandang gizi, anthropometri gizi berhubungan dengan berbagai macam

pengukuran dimensi tubuh dan komposisi tubuh dari berbagai tingkat umur dan

tingkat gizi. Penggunaan anthropometri ini secara umum digunakan untuk

melihat ketidakseimbangan asupan protein dan energi. Ketidakseimbangan ini

terlihat pada pola pertumbuhan fisik dan proporsi jaringan tubuh seperti lemak,

otot dan jumlah air dalam tubuh. Anthropometri merupakan metode pengukuran

secara langsung dan yang paling umum digunakan untuk menilai dua masalah

gizi utama yaitu masalah gizi kurang (terutama pada anak-anak dan wanita

hamil) dan masalah gizi lebih pada semua kelompok umur. Pengukuran status

gizi dengan menggunakan anthropometri dapat memberikan gambaran tentang

status konsumsi energi dan protein seseorang. Oleh karena itu, anthropometri

sering digunakan sebagai indikator status gizi yang berkaitan dengan masalah

kurang energi-protein. Indikator anthropometri yang sering dipakai ada tiga

macam yaitu : berat badan untuk mengetahui massa tubuh, tinggi badan untuk

mengetahui dimensi linear panjang tubuh dan tebal lipatan kulit serta lingkar

lengan atas untuk mengetahui komposisi dalam tubuh, cadangan energi dan

protein. dalam penggunaan indikator anthropometri tersebut selalu

dibandingkan dengan umur dari yang akan diukur. Atas dasar itu maka

8

Page 9: Tugas posyandu .doc

penentuan status gizi dengan menggunakan anthropometri adalah dengan indeks

berat badan menurut umur (BB/U), tinggi badan menurut umur (TB/U), berat

badan menurut tinggi (BB/TB), dan lingkar lengan atas menurut umur (LLA/U).

Berat badan mencerminkan masa tubuh, seperti otot dan lemak yang peka

terhadap perubahan sesaat karena adanya kekurangan gizi dan penyakit. Oleh

karena itu, indeks BB/U menggambarkan keadaan gizi saat ini. Tinggi badan

menggambarkan skeletal yang bertambah sesuai dengan bertambahnya umur

dan tidak begitu peka terhadap perubahan sesaat. Oleh karena itu indeks TB/U

lebih banyak menggambarkan keadaan gizi seseorang pada masa lalu. Indeks

BB/TB mencerminkan perkembangan massa tubuh dan pertumbuhan skeletal

yang menggambarkan keadaan gizi saat itu. Indeks BB/TB sangat berguna

apabila umur yang diukur sulit diketahui. lingkar lengan atas memberi gambaran

tentang keadaan jaringan otot dan lapisan lemak bawah kulit. Seperti halnya

dengan berat badan, indikator LLA dapat naik dan turun dengan cepat, oleh

karenanya LLA/U merupakan indikator status gizi saat ini. Diantara indikator-

indikator anthropometri yang telah disebutkan, indeks BB/U merupakan pilihan

yang tepat untuk dipergunakan dalam rangka pemantauan status gizi sebab

sensitif terhadap perubahan mendadak dan dapat menggambarkan keadaan gizi

saat ini (Khumaidi 1997). Penilaian status gizi berdasarkan indikator BB/U,

hasilnya kemudian dibandingkan dengan data anthropometri standar WHO-

NCHS (National Center for Health Statistics) (WHO 1995), dengan kriteria

adalah gizi lebih bila skor-z > 2; normal bila skor- z antara -2 dan 2, gizi kurang

bila skor-z < -3 hingga -2 dan gizi buruk bila skor-z < -3.

2. Pemeriksaan secara klinis yaitu metode yang sangat penting untuk menilai

9

Page 10: Tugas posyandu .doc

status gizi masyarakat. Metode ini didasarkan atas perubahan-perubahan yang

terjadi yang dihubungkan dengan ketidakcukupan zat gizi. Hal ini dapat dilihat

pada jaringan epitel (supervicial epithelial tissues) seperti kulit, mata, rambut

dan mukosa oral atau pada organ-organ yang dekat dengan permukaan tubuh

seperti kelenjar tiroid. Penggunaan metode ini umumnya digunakan untuk survei

klinis secara cepat (rapid clinical surveys). Survei ini dirancang untuk

mendeteksi secara cepat tanda-tanda klinis umum dari kekurangan salah satu

atau lebih zat gizi. Disamping itu digunakan untuk mengetahui tingkat status

gizi seseorang dengan melakukan pemeriksaan fisik yaitu tanda (sign) dan

gejala (symptom) atau riwayat penyakit.

3. Biokimia yaitu penilaian status gizi dengan melakukan pemeriksaan specimen

yang diuji secara laboratories yang dilakukan pada berbagai macam jaringan

tubuh. Jaringan tubuh yang digunakan antara lain : darah, urine, tinja dan juga

beberapa jaringan tubuh seperti hati dan otot. Metode biokimia digunakan untuk

suatu peringatan bahwa kemungkinan akan terjadi keadaan malnutrisi yang

lebih parah lagi. Banyak gejala klinis yang kurang spesifik, maka penentuan

kimia faali dapat lebih banyak menolong untuk menentukan kekurangan gizi

yang spesifik.

4. Penilaian status gizi secara biofisik yaitu merupakan metode penentuan status

gizi dengan melihat kemampuan fungsi (khususnya jaringan) dan melihat

perubahan struktur dari jaringan. Metode ini digunakan dalam situasi tertentu

seperti kejadian buta senja epidemik (epidemic of night blindness). Cara yang

digunakan adalah tes adaptasi gelap.

Sedangkan penilaian status gizi secara tidak langsung dilakukan dengan cara :

1. Survei konsumsi makanan yaitu metode penentuan status gizi secara tidak

langsung dengan melihat jumlah dan jenis zat gizi yang dikonsumsi.

Pengumpulan data konsumsi makanan dapat memberikan gambaran tentang

Page 11: Tugas posyandu .doc

konsumsi berbagai zat gizi pada masyarakat, keluarga dan individu. Survei ini

dapat mengidentifikasikan kelebihan dan kekurangan zat gizi.

2. Statistik Vital yaitu pengukuran status gizi dengan menganalisis data beberapa

statistik kesehatan seperti angka kematian berdasarkan umur, angka kesakitan

dan kematian akibat penyebab tertentu dan data lainnya yang berhubungan

dengan gizi. Penggunaannya dipertimbangkan sebagai dari indikator tidak

langsung pengukuran status gizi masyarakat.

3. Faktor Ekologi, malnutrisi merupakan masalah ekologi sebagai hasil interaksi

beberapa faktor fisik, biologis dan lingkungan budaya. Jumlah makanan yang

tersedia sangat tergantung dari keadaan ekologi seperti iklim, tanah, irigasi dan

lain-lain. Pengukuran faktor ekologi dipandang sangat penting untuk

mengetahui penyebab malnutrisi di suatu masyarakat sebagai dasar untuk

melakukan program intervensi gizi.

Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Status Gizi

Status gizi ditentukan oleh banyak faktor, yang sering dikelompokkan kedalam

penyebab langsung dan tidak langsung. Secara langsung dapat disebabkan oleh

kurangnya konsumsi makanan dan infeksi, sedangkan secara tidak langsung dapat

disebabkan oleh rendahnya daya beli terutama untuk konsumsi pangan yang

dipengaruhi oleh tingkat pendapatan, tingkat pendidikan, pemeliharaan kesehatan dan

lingkungan serta berbagai faktor lainnya. Faktor tidak langsung yang dapat

mempengaruhi status gizi pada anak yang merupakan faktor resiko yaitu pendidikan

orang tua yang rendah, pendapatan yang rendah, terlalu banyak jumlah anggota

keluarga, anak menderita infeksi yang akut atau kronis seperti diare dan sanitasi di

dalam dan di luar rumah yang tidak cukup baik. Salah satu hal yang terpenting strategi

UNICEF dalam status gizi adalah kerangka kerja konseptual untuk menganalisis

penentu kekurangan gizi dalam konteks spesifik. Dalam penentuan status gizi ada tiga

elemen yang harus dipenuhi, yaitu makanan, kesehatan dan perawatan. Adapun

kerangka kerja konseptual UNICEF dalam status gizi disajikan pada.

Page 12: Tugas posyandu .doc

Pendapatan

Pendapatan merupakan faktor yang menentukan kuantitas dan kualitas pangan yang

dikonsumsi. Rendahnya pendapatan (keadaan miskin) merupakan salah satu sebab

rendahnya konsumsi pangan dan gizi serta buruknya status gizi. Kurang gizi akan

mengurangi daya tahan tubuh, rentan terhadap penyakit, menurunkan produktivitas

kerja dan menurunkan pendapatan. Akhirnya masalah pendapatan rendah, kurang

konsumsi, kurang gizi dan rendahnya mutu hidup membentuk siklus yang berbahaya.

Penelitian yang dilakukan Megawangi (1991) di tiga propinsi di Indonesia

menunjukkan bahwa pendapatan tidak berpengaruh positif terhadap status gizi anak

balita. Bagaimana hubungan antara pendapatan dan status gizi tidak secara langsung,

tetapi melalui variabel antara misalnya distribusi makanan dalam keluarga, kesehatan

dan keadaan sanitasi, pengetahuan dan keterampilan orang tua, dan banyak faktor

lainnya. Makanan adalah kebutuhan utama manusia sehingga dalam keadaan

pendapatan rendah (terbatas) sebagian besar pendapatan tersebut akan dipakai atau

dibelanjakan untuk memenuhi kebutuhan makanan. Semakin meningkat pendapatan

biasanya semakin berkurang presentase yang dibelanjakan untuk makan. Hal tersebut

sesuai dengan hukum Engel yang mengatakan bahwa jika pendapatan meningkat,

proporsi pengeluaran untuk makanan terhadap pendapatan total menurun, tetapi

pengeluaran absolut untuk makanan meningkat. Hukum ini tidak berlaku pada

masyarakat miskin, yang sudah memiliki pengetahuan absolut untuk makanan sudah

sangat rendah (dibawah kebutuhan minimum) sehingga jika terjadi peningkatan

pendapatan maka proporsi pengeluaran untuk makan pun meningkat.

Pendidikan dan Pengetahuan Ibu

Pendidikan merupakan kebutuhan dasar manusia yang sangat diperlukan untuk

pengembangan diri. Semakin tinggi pendidikan, semakin mudah menerima serta

mengembangkan pengetahuan dan teknologi, dan semakin meningkat produktivitas,

serta semakin meningkat kesejahteraan keluarga. Suatu model hubungan antara

Page 13: Tugas posyandu .doc

pendidikan dan status gizi anak dikemukakan oleh Leslie (1985) bahwa pendidikan ibu

akan mempengaruhi pengetahuan mengenai praktek kesehatan dan gizi anak sehingga

anak berada dalam keadaan status gizi yang baik. Hubungan tersebut dapat digambarkn.

Makin tinggi pendidikan orang tua, makin baik status gizi anaknya. Anakanak dari ibu

mempunyai latar belakang pendidikan lebih tinggi akan mendapatkan kesempatan

hidup serta tumbuh lebih baik, karena berdasarkan penelitian yang dilakukan di

Bangladesh menunjukkan bahwa pendidikan berpengaruh positif terbadap asupan

protein pada anak-anak pra sekolah, terutama anak yang berusia muda (tahun pertama

kehidupannya). Tingkat pendidikan ibu berpengaruh terhadap tingkat pengertiannya

terhadap perawatan kesehatan, higiene, serta kesadarannya terhadap kesehatan anak-

anak dan keluarganya. Ibu yang berpendidikan rendah memiliki akses yang lebih

sedikit terhadap informasi dan keterampilan yang terbatas untuk menggunakan

informasi tersebut, sehingga mempengaruhi kemampuan ibu dalam merawat anak-anak

mereka dan melindunginya dari gangguan kesehatan.

Zat Gizi, Vitamin dan Mineral

Energi Manusia membutuhkan energi untuk mempertahankan hidup, menunjang

pertumbuhan dan melakukan aktivitas fisik. Energi diperoleh dari karbohidrat lemak

dan protein yang berada di dalam makanan yang kita makan. Dalam kondisi normal

jumlah energi yang kita peroleh sangat tergantung dari jumlah sumber energi yang kita

makan.

Protein Protein adalah bagian dari sel hidup dan merupakan bagian terbesar tubuh

sesudah air. Protein mempunyai fungsi khas yang tidak dapat digantikan oleh zat gizi

lain yaitu membangun serta memelihara sel-sel dan jaringan tubuh. Protein tersusun

oleh polimer asam amino. Daging, ikan merupakan sumber protein yang sangat bagus.

Sebagai contoh ikan salmon mengandung 30 gram protein dalam 100 gram.

Vitamin A Defisiensi vitamin A merupakan masalah kesehatan masyarakat yang nyata

Page 14: Tugas posyandu .doc

di lebih 70 negara. Pada tahun 1995, diperkirakan sekitar 3 juta anak-anak di seluruh

dunia setiap tahun menunjukkan xerophthalmia. Vitamin A mempunyai keunikan

sebagai vitamin larut lemak yang pertama kali diketahui. Fungsi yang paling dikenal

dari vitamin A adalah peranannya dalam penglihatan. Bentuk retinol (11-cis-

retinaldehyde) dari vitamin A diperlukan oleh mata untuk transduksi cahaya menjadi

sinyal-sinyal syaraf yang diperlukan untuk penglihatan. Bentuk asam retinoat

diperlukan untuk mempertahankan diferensiasi kornea dan membran konjugtiva,

sehingga mencegah xerophthalmia. Vitamin A juga dibutuhkan untuk untuk integritas

sel ephitel di seluruh tubuh (Muhilal & Sulaiman 2004). Makanan yang berasal dari

hewan merupakan sumber dari vitamin A yang sudah jadi (preformed vitamin A) atau

retinol, kebanyakan berada dalam bentuk retynil ester. Hati merupakan tempat

penyimpanan vitamin A. Daging, unggas, ikan dan telur mengandung vitamin A dalam

jumlah yang cukup tinggi. Sedangkan bahan-bahan nabati seperti buah-buahan, sayuran

berdaun hijau, akar, dan umbi-umbian (seperti wortel dan ubi jalar merah) serta minyak

sawit merah mengandung vitamin A dalam bentuk prekursor atau karotenoid

provitamin A.

Vitamin C Manusia dan beberapa hewan memerlukan vitamin C dari makanan karena

tubuhnya tidak memiliki enzim L-gulono-a-lactone oxidase, yang diperlukan untuk

sintesa vitamin C. Vitamin C pada asupan normal dapat diabsorpsi sebesar 90-95%,

transportasi dalam bentuk bebas di plasma dan mudah diambil oleh jaringan yang

memerlukan. Absorpsi akan meningkat sampai dosis 150 mg per hari. Ekstraksi melalui

urin dalam bentuk metabolitnya yaitu asam oksilat. Asupan lebih dari 60 mg akan

meningkatkan ekskresi bentuk vitamin C secara proporsional. Sumber utama vitamin C

adalah buah dan sayuran segar. Biasanya sumber vitamin C dikaitkan dengan jeruk

walaupun buah dan sayuran daun yang lain juga merupakan sumber yang baik. Dalam

menetapkan Angka Kecukupan (AKG) Vitamin C perlu diketahui jumlah cadangan

dalam tubuh yang dapat memelihara fungsi vitamin C dan laju turn over yang terjadi.

Cadangan sebesar 1500 mg merupakan jumlah maksimum yang dapat dimetabolisir di

Page 15: Tugas posyandu .doc

jaringan tubuh dan dapat mencerminkan aktivitas fisiologis yang optimal. Dengan

jumlah cadangan yang demikian maka perkirakaan turn over vitamin C adalah 60 mg

per hari. Dengan memperhitungkan kemampuan absorpsi maka jumlah yang diperlukan

adalah 70-75 mg yang mungkin bisa meningkat untuk beberapa individu sampai 100

mg. Untuk ibu hamil dan menyusui perlu diperhatikan kebutuhan janin dalam

kandungan ataupun bayi yang menyusu. Penambahan pada ibu hamil harus

memperhatikan peningkatan kebutuhan ibu dan kebutuhan janin yang dikandungnya.

Untuk ibu menyusui, hendaknya disesuaikan dengan produksi ASI dan kandungan

vitamin C dalam ASI serta intik bayi yang mendapat ASI eksklusif.

Vitamin B1 (Tiamin) Nama lain dari vitamin B1 adalah Tiamin. Tiamin merupakan

koenzim yang penting pada metabolisme energi dari karbohidrat. Vitamin ini larut

dalam air dan tidak tahan panas. Tiamin merupakan faktor pada dekarboksilat oksidatif

dari asam a-ketoglutarat. Selain itu, ia terlibat pada pembentukan dan degradasi keton

oleh transketolase yang mengkatalis interkonversi gula dengan 3 sampai 7 atom

karbon. Dengan demikian kebutuhan tiamin dikaitkan dengan asupan karbohidrat.

Absorspsi vitamin dalam jumlah asupan sehari-hari relatif mudah di bagian proksimal

intestin. Ekskresi melalui ginjal dalam bentuk tiamin asetat atau metabolitnya.

Kebutuhan tiamin dipengaruhi oleh umur, asupan energi, asupan karbohidrat, dan berat

badan. Aktivitas fisik akan mempengaruhi kebutuhan energi, sehingga aktivitas fisik

rata-rata perhari perlu diperhatikan untuk penetapan jumlah asupan yang dianjurkan.

Food and Nutrition Board USA memberikan rekomendasi berdasarkan beberapa studi

jumlah 0,5 mg per 1000 Kal dan minimal 1 mg untuk asupan energi kurang dari 2000

Kal. Untuk ibu hamil dan menyusui diperlukan tambahan sebesar 0,3 mg per hari.

Kalsium (Ca) Hampir seluruh kalsium di dalam tubuh ada dalam tulang yang berperan

sentral dalam struktur dan kekuatan tulang dan gigi. Tubuh orang dewasa mengandung

sekitar 1000-1300 g kalsium yang kurang dari 2% berat tubuh. Kandungan normal

kalsium darah adalah 9-11 mg per 100 ml. Sekitar 48 % serum kalsium adalah ionik

dimana 46 % dalam senyawa protein darah . Sisanya dalam bentuk senyawa komplek

Page 16: Tugas posyandu .doc

yang mudah difusi, seperti dalam bentuk sitrat . Sumber utama kalsium untuk

masyarakat dengan tingkat sosial ekonomi tinggi (kaya) adalah susu dan hasil olahnya

yang mengandung sekitar 1150 mg kalsium per liter. Sumber lain kalsium adalah

sayuran hijau, kacang-kacangan dan ikan yang dikalengkan. Faktor yang

mempengaruhi kebutuhan adalah biovailabilitas, aktivitas fisik dan keberadaan zat gizi

lain. Penyerapan kalsium kurang baik pada bahan makanan yang mengandung tinggi

asam oksalat (bayam, ubi jalar) atau asam fitat (biji-bijian, kacang-kacangan). ASI

merupakan sumber zat gizi utama bagi bayi 0-6 bulan. Kadar kalsium ASI relatif tetap

rata-rata 260 mg/L. Asumsi rata-rata volume ASI untuk Indonesia adalah 750 ml/hari

untuk 6 bulan pertama dan 600 ml untuk 6 bulan kedua. Jika 80% asupan kalsium

berasal dari ASI rata-rata penyerapannya 61 %. Kalsium dari makanan tidak

berpengaruh negatif terhadap biovailibilitas kalsium dari ASI. Retensi kalsium pada

bayi diperhitungkan 68 mg/hari berdasarkan kehilangan kalsium. Tingkat penambahan

kalsium dihitung 30-35 mg/hari untuk bayi 0-4 bulan dan 50-55 mg/hari untuk bayi 5-

11 bulan. Selama masa menyusui diperlukan 250 mg sehari kalsium agar kualitas ASI

tetap baik. Kehilangan kalsium selama menyusui akan segera dapat teratasi setelah

penyapihan. Sama seperti ibu hamil, diperkirakan sekitar 50% ibu menyusui di

Indonesia masih dalam usia pertumbuhan. Jika untuk pertumbuhan diperlukan

tambahan kaslium sekitar 300 mg/hari. Maka ibu menyusui di Indonesia perlu

tambahan 150 mg/hari. Oleh sebab itu, asupan kalsium selama masa menyusui

ditetapkan sama dengan selama masa kehamilan yaitu 950 mg/hari.

Fosfor (F) Fosfor adalah mineral terbanyak kedua setelah kalsium dalam tubuh. Dalam

tubuh fosfor mempunyai peran struktural dan fungsional. Penetapan kecukupan fosfor

untuk bayi 0-11 bulan adalah didasarkan pada AI (asupan ratarata). ASI merupakan

sumber fosfor satu-satunya pada bayi 0-6 bulan yang mendapat ASI eksklusif. Tidak

ada laporan tentang kekurangan fosfor pada bayi lahir cukup bulan yang mendapat ASI

eksklusif. Kadar fosfor dalam ASI rata-rata 110 mg/L. Rata-rata penyerapan fosfor dari

ASI adalah 85%. Retensi fosfor pada bayi diperhitungkan 59 mg/hari. Rata-rata

Page 17: Tugas posyandu .doc

penyerapan fosfor dari makanan pada anak adalah 70% sedangkan pada dewasa adalah

60%. AI fosfor untuk bayi 0-6 bulan didasarkan pada asupan fosfor dari ASI sekitar

750 ml sehari yaitu 100mg/hari. Kecukupan fosfor untuk bayi 7-11 bulan didasarkan

pada asupan ASI 600 ml/hari atau 75 mg fosfor sehari ditambah asupan dari MP-ASI

sekitar 150mg/hari. MP-ASI umumnya mengandung tinggi fosfor dibanding ASI.

Sehingga rata-rata asupan 225 mg/hari fosfor sehari akan dapat memenuhi

kecukupannya. Selama masa kehamilan ataupun menyusui efisiensi penyerapan fosfor

adalah 60% dan EAR ditetapkan 490 mg/hari. Belum ada informasi yang menyatakan

bahwa selama masa kehamilan dibutuhkan fosfor lebih banyak dibanding masa tidak

hamil. Kecukupan fosfor rata-rata selama masa kehamilan sama dengan selama masa

menyusui yaitu 600 mg/hari. Jika kehamilan ataupun menyusui terjadi pada umur

kurang dari 19 tahun maka kecukupan fosfor adalah 1100 mg/hari.

Besi (Fe) Besi ada dihampir semua bentuk makanan dan minuman serta wadah yang

digunakan baik untuk menyimpan maupun untuk tempat makanan. Dalam bentuk padat

besi sebagai metal atau senyawa besi. Dalam larutan, besi ada dalam bentuk ferro dan

bentuk ferri. AI besi untuk bayi 0-6 bulan didasarkan pada asupan besi dari ASI sekitar

750 ml sehari yaitu 0.27 mg/hari. Simpanan besi cukup untuk 6 bulan pertama

kehidupan bayi. Oleh sebab itu kecukupan besi bayi 0-6 bulan adalah 0.50 mg/hari.

Masa menyusui pada bulan pertama tidak ada kehilangan besi akibat menstruasi dan

setelah 6 bulan dipastikan sudah mendapatkan menstruasi lagi. Kecukupan besi selama

masa menyusui memperhitungkan kehilangan besi akibat menstruasi serta kebutuhan

untuk mempertahankan kualitas besi ASI. Jika kecukupan besi pada keadaan normal

(tidak hamil) adalah 26 mg/hari. Ekskresi besi melalui ASI sekitar 0.25 mg/hari atau

dibutuhkan sekitar 2.5 mg/hari jika tingkat penyerapan 10 %. Oleh sebab itu,

kecukupan besinya adalah 32 mg/hari.

Berdasarkan tinjauan pustaka di atas, banyak hal yang tidak sesuai antara teori dengan

pelaksanaan kegiatan posyandu di lapangan.

Dalam pelaksanaannya di posyandu borobudur tidak sesuai dengan teori yang ada, di

Page 18: Tugas posyandu .doc

posyandu borobudur hanya terdapat 4 meja, yaitu meja pendaftaran, meja penimbangan

bayi dan balita, meja pencatatan (pengisian KMS), dan meja unutk imunisasi. Jadi di

posyandu borobudur hanya terdapat 4 meja, disana tidak ada meja khusus untuk

penyuluhan. Selain itu masalah lainnya antara lain mekanisme pengaturan tempat yag

tidak teratur, Komunikasi antara peserta posyandu dan tenaga medis yang kurang dan

kurangnya fasilitas.

Deskripsi Permasalahan

Ketika mengunjungi posyandu, kami menemukan beberapa permasalah, diantaranya :

1. Tidak ada meja khusus untuk penyuluhan

2. Mekanisme pengaturan tempat

3. Komunikasi antara peserta posyandu dan tenaga medis

4. Kurangnya fasilitas

Beberapa masalah ini menurut kami perlu dilakukan perbaikan agar posyandu

yang dilaksanakan bisa berfungsi secara maksimal. Adapun masalah di atas akan

kami bahas satu persatu sesuai dengan kondisi di lapangan.

1. Tidak ada meja khusus untuk penyuluhan, berdasar teori yang ada harusnya

terdapat meja untuk penyuluhan yang meliputi :

- Informasi kesehatan tentang anak balita berdasarkan hasil

penimbangan berat badan, diikuti pemberian makanan tambahan, oralit

dan vitamin A dosis tinggi.

- Memberikan informasi kepada ibu hamil yang termasuk risiko tinggi

tentang kesehatannya diikuti dengan pemberian tablet tambah darah.

- Memberikan informasi kepada PUS (Pasangan Usia Subur) agar

menjadi anggota KB lestari diikuti dengan pemberian dan pelayanan

alat kontrasepsi.

Page 19: Tugas posyandu .doc

2. Mekanisme pengaturan tempat, seharusnya meja pendaftaran di letakan di paling

pojok agar agar rutenya beraturan : registrasi, penimbangan, tempat melakukan

anamnesis, imunisasi dan penyuluhan. Posisi tempat yang tidak beraturan

menyebabkan tempat yang sudah kecil semakin sempit. Bagi kami kondisi

tempat juga mempengaruhi kedisiplinan pasien untuk selalu hadir dan membuat

kondisi itu agar bisa di senangi anak-anak.

3. Komunikasi antara peserta posyandu dan tenaga medis, peserta posyandu perlu di

ajak komunikasi sekitar perkembangan KMS. Jika ada permasalahan bisa

dikonsultasikan langsung. Dan kita sebagai tenaga medis harus bisa peka

terhadap apa yang menjadi permasalahan pasien sebagai peserta posyandu. Hal

ini juga mempengaruhi kedisplinan peserta posyandu dalam ikut aktif dan

disiplin melaksanakan imunisasi.

4. Kurangnya fasilitas, seperti ketersediaan meja. Menurut kami meja yang

disediakan kurang jumlahnya. Dengan pengaturan meja yang baik beserta alat-

alat yang disediakan, kemungkinan keteraturan antrian hingga pelaksanaan

posyandu bisa tercipta.

Page 20: Tugas posyandu .doc

DOKUMENTASI KEGIATAN POSYANDU

Page 21: Tugas posyandu .doc
Page 22: Tugas posyandu .doc
Page 23: Tugas posyandu .doc

PEMBAHASAN

Berdasarkan deskripsi kegiatan posyandu diatas beberapa masalah yang

terjadi di posyandu tersebut harus segera dilakukan perbaikan. Kegiatan posyandu

seharusnya sesuai dengan dasar teori yang ada, karena bila terdapat satu

komponen yang kurang maka tujuan posyandu untuk menanggulangi masalah

kesehatan masyarakat terutama masalah kurang gizi tidak akan tercapai.

Masalah-masalah yang terjadi di posyandu :

1. Meja khusus untuk penyuluhan

Pada dasar teori dijelaskan, bahwa adanya meja penyuluhan bertujuan

untuk memberikan :

- Informasi kesehatan tentang anak balita berdasarkan hasil

penimbangan berat badan, diikuti pemberian makanan tambahan,

oralit dan vitamin A dosis tinggi.

- Memberikan informasi kepada ibu hamil yang termasuk risiko

tinggi tentang kesehatannya diikuti dengan pemberian tablet

tambah darah.

- Memberikan informasi kepada PUS (Pasangan Usia Subur) agar

menjadi anggota KB lestari diikuti dengan pemberian dan

pelayanan alat kontrasepsi.

Pada posyandu yang kami datangi tidak terdapat meja khusus untuk

penyuluhan, seharusnya hal ini diperhatikan oleh kader posyandu. Tidak adanya

meja khusus penyuluhan akan menghambat masyarakat untuk mendapatkan

informasi kesehatan yang seharusnya mereka ketahui. Kedepannya seharusnya

posyandu menyediakan meja khusus penyuluhan yang sangat penting dalam

menunjang program posyandu untuk lebih optimal.

Page 24: Tugas posyandu .doc

2. Mekanisme pengaturan tempat

Meja disusun tidak sesuai dengan urutan kegiatan. Susunan meja

berdasarkan teori posyandu yang kami dapat :

Meja 1 : pendaftaran

Meja 2 : penimbangan bayi dan balita

Meja 3 : pencatatan KMS

Meja 4 : penyuluhan

Meja 5 : pelayanan tenaga profesional sesuai kebutuhan setempat

Pada posyandu yang kami datangi, meja tidak disusun urut sehingga

urutan kegiatan menjadi tidak teratur. Seharusnya meja disusun berdasar urutan

kegiatan sehingga masyarakat akan lebih nyaman dalam mengikuti program

posyandu.

3. Komunikasi

Pada kegiatan posyandu yang kami ikuti kemarin, komunikasi antara

tenaga medis dan masyarakat cukup baik. Tetapi seharusnya tenaga medis dapat

lebih komunikatif dalam memberikan informasi seputar perkembangan KMS serta

efek samping yang dapat timbul setelah pemberian imunisasi. Sehingga bila

anaknya mengalami demam, ibu sudah mengerti bahwa hal itu merupakan efek

yang timbul setelah pemberian imunisasi dan tentunya hal ini akan lebih

memaksimalkan peran posyandu sebagai salah satu sistem penyelenggaraan gizi

serta derajat kesehatan ibu dan anak dalam peningkatan sumber daya manusia.

4. Fasilitas yang kurang

Fasiltas posyandu yang kami datangi masih memiliki kekurangan seperti

meja kegiatan dan tempat duduk yang tidak tersedia. Sehingga saat menunggu

antrian para ibu harus menunggu dengan duduk di pelataran rumah-rumah warga.

Page 25: Tugas posyandu .doc

Seharusnya meja kegiatan dan tempat duduk tersedia dengan baik sehingga

masyarakat akan lebih disiplin dan aktif dalam mengikuti program posyandu.

KESIMPULAN

Menurut kami pengelolaan dan pelaksanaan kegiatan posyandu sudah

cukup baik. Masyarakat terlihat antusias dalam mengikuti program posyandu

dengan tujuan untuk mengetahui bagaimana perkembangan anak serta mengontrol

kesehatan anaknya. Hanya saja masih terdapat beberapa kekurangan seperti meja

kegiatan yang kurang serta susunannya yang tidak teratur dan kenyamanan

masyarakat saat menunggu antrian pemeriksaan. Selain itu komunikasi antara

tenaga medis dan masyarakat seharusnya lebih ditingkatkan sehingga tujuan

program posyandu akan terwujud sesuai yang diinginkan.

SARAN

Untuk terwujudnya program posyandu yang optimal antara kader

posyandu, tenaga medis dan masyarakat harus memiliki hubungan timbal balik

yang sesuai. Penyediaan fasilitas yang sesuai dengan teori yang ada tentunya akan

menjadikan masyarakat lebih nyaman saat mengikuti program posyandu sehingga

peran posyandu dalam upaya pemenuhan kebutuhan kesehatan dasar dan

peningkatan gizi masyarakat akan optimal.