tugas metpen
DESCRIPTION
metodelogi penelitianTRANSCRIPT
Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Pada Pokok Bahasan Persamaan Linier
Dua Variabel Melalui Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Rotating Trio
Exchange Terintegrasi Scientific Approach Di Kelas VIII SMP
Disusun guna memenuhi Tugas Mata Kuliah Metodologi Penelitian Pendidikan
Disusun oleh :
Aisyah Fathirin Nuril Jannah (120210101048)
Kelas: C
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA
JURUSAN PENDIDIKAN MIPA
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS JEMBER
2014
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Matematika merupakan ilmu pengetahuan yang sangat penting dalam
kehidupan. Setiap hari ada banyak kegiatan atau aktivitas manusia yang sangat
berkaitan dengan matematika, mulai dari kegiatan yang sangat sederhana sampai
yang kompleks, serta mulai dari kegiatan yang dilakukan oleh anak-anak sampai
orang dewasa. Misalnya ketika seorang anak ingin memberikan makanan yang
dimilikinya kepada teman-temannya, maka dia harus menghitung berapa banyak
makanan yang dimilikinya dan berapa banyak teman yang ingin dia beri agar
semua temannya mendapatkan makanan dengan sama banyak. Dari kegiatan yang
sederhana seperti itu sudah dapat dilihat bagaimana pentingnya matematika dalam
kehidupan manusia.
Oleh karena itu matematika merupakan salah satu ilmu pengetahuan yang
sangat penting untuk diberikan kepada semua peserta didik sejak dini, guna
membekali mereka dengan kemampuan berpikir logis, analitis, sistematis, kritis
dan kreatif serta kemampuan dalam bekerja sama sehingga mereka dapat
menerapkan matematika dalam kehidupan sehari-hari dengan baik. Namun pada
kenyataannya, masih banyak peserta didik yang sangat tidak menyukai
matematika. Mereka merasa tidak senang dalam mengerjakan tugas-tugas yang
berkaitan dengan matematika dan merasa bahwa matematika itu sulit,
menakutkan, membosankan, dan tidak semua orang dapat mengerjakannya.
Salah satu permasalahan dalam matematika, yang sering dianggap susah dan
membuat peserta didik malas atau tidak senang untuk mengerjakannya adalah soal
cerita matematika. Sebagian besar peserta didik merasa bingung tentang
bagaimana cara menyelesaikan permasalahan tersebut, bahkan juga masih banyak
peserta didik yang merasa kesulitan untuk memulai proses pengerjaan
permasalahan tersebut. Misalnya saja dalam materi persamaan linier dua variabel
SMP kelas VIII semester 2, masih banyak peserta didik yang merasa bingung
untuk membuat model matematika dari sebuah permasalahan dalam bentuk soal
cerita matematika. mereka kebanyakan masih merasa bingung tentang bagaimana
cara atau yang mana yang harus dimisalkan menjadi sebuah variabel sehingga
dapat membentuk sebuah model matematika. Hal itulah yang kemudian membuat
banyak peserta didik merasa bahwa matematika itu sulit dan membosankan.
Rasa tidak senang terhadap matematika tersebut, sebenarnya timbul karena
peserta didik merasa tidak percaya diri ketika mengerjakan sebuah permasalahan
dalam matematika. Rasa tidak percaya diri ini harus dihilangkan sedini mungkin,
dengan melibatkan peserta didik dalam seluruh kegiatan belajar mengajar, agar
tumbuh rasa percaya diri dan menghilangkan rasa tidak senang terhadap
matematika. Hal ini dapat dilakukan dengan menerapkan sebuah metode
pembelajaran yang dapat membuat peserta didik menjadi aktif di kelas dan dapat
membuat peserta didik merasa bahwa matematika itu asyik.
Dobson (1985) menyatakan “dalam sebuah proses belajar mengajar yang
terpenting, dan harus dilakukan oleh guru terlebih dahulu adalah mendengar apa
yang dinyatakan oleh siswa dan mengapa hal itu dilakukan”. Artinya seorang guru
dalam sebuah proses belajar mengajar tidak cukup hanya mementingkan
penampilan pengajaran dan mengontrol kelas saja, tetapi juga harus memikirkan
dan mengetahui apa yang dapat membuat siswa merasa nyaman dan senang ketika
proses belajar mengajar sedang berlangsung.
Seperti yang banyak diketahui, bahwa seorang anak bahkan pada usia 13-15
tahun (pada tingkat SMP) masih sangat menyukai hal-hal menarik seperti
perlombaan. Oleh karena itu sebuah model pembelajaran yang dipadukan dengan
media pembelajaran yang didalamnya terdapat unsur perlombaan akan sangat
tepat digunakan agar peserta didik merasa senang dan bersemangat ketika
mengerjakan sebuah permasalahan dalam matematika, sehingga pada akhirnya
mereka akan merasa bahwa matematika itu asyik.
Model pembelajaran kooperatif tipe rotating trio exchange merupakan
model pembelajaran yang melibatkan siswa untuk aktif dalam kegiatan
pembelajaran baik secara mental, fisik maupun sosial, serta mengutamakan
kerjasama kelompok untuk memecahkan masalah yang diberikan oleh guru.
Dalam model pembelajaran ini peserta didik akan dibagi dalam beberapa
kelompok, setiap kelompok terdiri dari tiga orang (kelompok trio). Dengan
menggunakan media question box, peserta didik yang telah terbentuk dalam
kelompok-kelompok trio selanjutnya akan diberi permasalahan-permasalahan
dalam bentuk gulungan kertas yang akan mereka ambil dari dalam sebuah kotak
(box). Setelah permasalahan pertama terselesaikan, selanjutnya masing-masing
anggota kelompok akan bertukar dengan anggota kelompok lain membentuk
kelompok trio baru dan mendapatkan permasalahan baru yang diambil dari
question box. Setelah permasalahan tersebut terselesaikan, anggota dari masing-
masing kelompok kembali bertukar membentuk kelompok trio baru dan
mendapatkan permasalahan baru dari question box, begitu pula seterusnya hingga
setiap anggota kembali pada kelompok trio awal. Setiap permasalahan yang
terselesaikan dengan benar akan diberi poin dan kelompok yang memiliki total
nilai tertinggi dari jumlah nilai ketiga anggotanya, akan mendapat penghargaan
dari guru.
Berdasarkan penjelasan diatas, maka peneliti memandang bahwa model
pembelajaran kooperatif tipe rotating trio exchange dengan media question box
merupakan model pembelajaran yang tepat untuk membantu siswa dalam
menyelesaikan permasalahan matematika dengan lebih mudah, sehingga perlu
diadakannya sebuah penelitian yang berjudul “Upaya Meningkatkan Hasil Belajar
Siswa Dalam Menyelesaikan Soal Cerita Matematika Pada Materi Persamaan
Linier Dua Variabel Melalui Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Rotating Trio
Exchange Berbasis Questions Box di Kelas VIII Semester 2 SMP Negeri 2
Asembagus”.
1.2 Batasan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas, penelitian ini dibatasi pada upaya
meningkatkan hasil belajar siswa dalam menyelesaikan soal cerita matematika
pada materi persamaan linier dua variabel melalui penerapan model pembelajaran
kooperatif tipe rotating trio exchange berbasis questions box di kelas VIIIA
semester 2 SMP Negeri 2 Asembagus.
1.3 Rumusan Masalah
Berdasarkan batasan masalah diatas, maka rumusan masalah yang dapat
diambil dalam penelitian ini adalah bagaimana peningkatkan hasil belajar siswa
dalam menyelesaikan soal cerita matematika pada materi persamaan linier dua
variabel dengan diterapkannya model pembelajaran kooperatif tipe rotating trio
exchange berbasis questions box di Kelas VIII Semester 2 SMP Negeri 2
Asembagus ?
1.4 Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana peningkatkan
hasil belajar siswa dalam menyelesaikan soal cerita matematika pada materi
persamaan linier dua variabel dengan diterapkannya model pembelajaran
kooperatif tipe rotating trio exchange berbasis questions box di Kelas VIII
Semester 2 SMP Negeri 2 Asembagus.
1.5 Manfaat Penelitian
Adapun manfaat dari penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Bagi peneliti, dapat menambah dan meningkatkan wawasan serta
pengetahuan tentang model pembelajaran atau strategi mengajar bagi
guru yang berkaitan dengan pembelajaran matematika, serta dapat
menjadi bekal bagi masa depan sebagai seorang calon pendidik (guru).
2. Bagi guru, sebagai bahan pertimbangan untuk meningkatkan hasil
belajar siswa dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe
rotating trio exchange dengan media question box.
3. Bagi siswa, sebagai motivasi belajar dan pengalaman belajar yang lebih
bermakna serta dapat membantu siswa dalam meningkatkan hasil belajar
khususnya dalam menyelesaikan soal cerita matematika.
4. Bagi lembaga pendidikan terkait, sebagai masukan untuk meningkatkan
mutu pendidikan melalui peningkatan hasil belajar siswa.
5. Bagi peneliti lain, hasil dari penelitian ini dapat digunakan untuk
referensi dalam penelitian yang lebih lanjut.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pembelajaran Matematika
2.1.1 Belajar
Menurut Slameto (2006:2), belajar ialah suatu proses usaha yang dilakukan
seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara
keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan
lingkungannya. Adapun Menurut Rumini (2006: 59) belajar adalah suatu proses
usaha yang dilakukan individu untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku
yang relatif menetap, baik yang dapat diamati maupun yang tidak dapat diamati
secara langsung, yang terjadi sebagai suatu hasil latihan atau pengalaman dalam
interaksinya dengan lingkungan. Sedangkan Fajar (2005: 10) mengatakan bahwa
belajar adalah suatu proses perubahan dalam diri seseorang yang ditampakkan
dalam bentuk peningkatan kualitas dan kuantitas tingkah laku seperti peningkatan
pengetahuan, kecakapan, daya pikir, sikap, kebiasaan, dan lain-lain.
Berdasarkan dari beberapa pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa
belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh
perubahan diri, baik dalam bentuk peningkatan kualitas maupun kuantitas tingkah
laku di berbagai bidang yang terjadi sebagai akibat dari interaksi yang dilakukan
dengan lingkungan sekitarnya.
2.1.2 Pembelajaran
Menurut Majid (2012:255), pembelajaran adalah suatu proses yang diatur
sedemikian rupa menurut langkah-langkah tertentu, agar pelaksanaannya dapat
mencapai hasil yang diharapkan. Sedangkan menurut Winkel (dalam sutikno,
2013:31) mengartikan bahwa pembelajaran merupakan seperangkat tindakan yang
dirancang untuk mendukung proses belajar peserta didik dengan
memperhitungkan kejadian-kejadian eksternal yang berperan terhadap rangkaian
kejadian internal yang berlangsung dalam peserta didik.
Berdasarkan dari beberapa pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa
pembelajaran adalah proses atau seperangkat tindakan yang dirancang sedemikian
rupa dengan langkah-langkah tertentu untuk mendukung proses belajar peserta
didik, agar mencapai hasil yang diharapkan.
2.1.3 Matematika
Menurut Johson dan Raising (dalam septiningtiyas, 2013:7) matematika
adalah bahasa yang menggunakan istilah yang didefinisikan dengan cermat, jelas,
dan akurat representasinya dengan simbol lebih berupa bahasa simbol mengenai
ide dari pada mengenai bunyi. Secara etimologis matematika berarti ilmu
pengetahuan yang diperoleh dengan bernalar (Suherman, 2003: 16). Dalam hal ini
bukan berarti ilmu lain tidak diperoleh melalui penalaran, akan tetapi dalam
matematika lebih menekankan aktivitas dalam dunia rasio (penalaran), sedangkan
dalam ilmu lain lebih menekankan pada hasil observasi atau eksperimen di
samping penalaran. Hudojo (2005:103) menyatakan matematika sebagai ilmu
yang menelaah bentuk-bentuk atau struktur-struktur yang abstrak dan hubungan
antara hal-hal itu. Objek penelaahan matematika tidak sekedar kuantitas, tetapi
lebih dititik beratkan kepada hubungan, pola, bentuk dan struktur.
Berdasarkan beberapa pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa
matematika adalah ilmu pengetahuan yang diperoleh dengan bernalar serta
menelaah bentuk, struktur, susunan, besaran, dan konsep-konsep yang abstrak
yang saling berhubungan satu dengan yang lainnya.
2.1.4 Pembelajaran Matematika
Pembelajaran matematika menurut Nickson (dalam Icha, 2011) adalah
pemberian bantuan kepada siswa untuk membangun konsep-konsep dan prinsip-
prinsip matematika dengan kemampuan sendiri melalui proses internalisasi
(arahan terbimbing) sehingga konsep atau prinsip itu terbangun. Adapun tujuan
pembelajaran matematika menurut Jihad (2008: 153), yakni agar siswa memiliki
kemampuan dalam menggunakan algoritma (prosedur pekerjaan), melakukan
manipulasi secara matematika, mengorganisasi data, memanfaatkan simbol,
diagram dan grafik, mengenal dan menemukan pola, menarik kesimpulan,
membuat kalimat atau model matematika, membuat interpretasi bangun dalam
bidang dan ruang, memahami pengukuran dan satuan-satuannya, serta
menggunakan alat hitung dan alat bantu matematika.
Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan, pembelajaran matematika
adalah upaya untuk mengorganisasikan lingkungan untuk menciptakan kondisi
belajar bagi peserta didik, yang kegiatannya dirancang melibatkan proses mental
dan fisik melalui interaksi antar peserta didik, peserta didik dengan guru,
lingkungan, dan sumber belajar lainnya dalam menelaah bentuk, struktur,
susunan, besaran, dan konsep-konsep yang abstrak serta hubungannya, dalam
rangka
pencapaian kompetensi dasar.
2.2 Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Rotating Trio Exchange (RTE)
2.2.1 Model Pembelajaran
Model pembelajaran menurut Udin S. Winataputra (dalam Mulyono,
2012:25) adalah kerangka konseptual yang melukiskan prosedur yang sistematik
dalam mengorganisasikan pengalaman belajar untuk mencapai tujuan belajar
tertentu dan berfungsi sebagai pedoman bagi perancang pengajar dan para guru
dalam merancang dan melaksanakan aktivitas belajar mengajar.
Model pembelajaran juga dapat diartikan sebagai suatu kerangka dasar atau
konseptual dalam pembelajaran yang berisi beragam mata pelajaran dan memiliki
prosedur yang sistematis, serta berfungsi sebagai pedoman bagi pengajar atau
guru dalam merancang dan melaksanakan aktivitas belajar mengajar guna
mencapai tujuan belajar tertentu.
2.2.2 Model Pembelajaran Kooperatif
Menurut Slavin (dalam Hobri, 2009:43) belajar kooperatif adalah siswa
belajar dalam kelompok kecil yang berifat heterogen dari segi gender, etnis, dan
kemampuan akademik untuk saling membantu satu sama lain dalam mencapai
tujuan bersama. Pembelajaran kooperatif juga dapat diartikan sebagai model
pembelajaran dengan menggunakan sistem pengelompokan/tim kecil, yaitu antara
empat sampai enam orang yang mempunyai latar belakang kemampuan akademik,
jenis kelamin, ras, atau suku yang berbeda (heterogen), sistem penilaian dilakukan
terhadap kelompok. Setiap kelompok akan memperoleh penghargaan (reward),
jika kelompok tersebut menunjukkan prestasi yang dipersyaratkan.
Selain dapat digunakan untuk siswa yang bersifat heterogen, menurut
Johnson & Johnson (dalam hobri 2009:43) belajar kooperatif dapat juga
digunakan pada setiap jenjang pendidikan mulai taman anak-kanak sampai
perguruan tinggi, dalam semua bidang materi dan sebarang tugas.
2.2.3 Rotating Trio Exchange (RTE)
2.2.3.1 Pengertian Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Rotating Trio Exchange
Model pembelajaran kooperatif tipe rotating trio exchange merupakan
salah satu model pembelajaran kooperatif. Isjoni (2009) mengatakan bahwa model
ini terdiri dari 3 orang dalam satu kelompok, yang diberi nomor 0,1 dan 2. nomor
1 berpindah searah jarum jam dan nomor 2 sebaliknya berlawanan arah jarum jam
sedangkan nomor 0 tetap di tempat. Setiap kelompok diberikan pertanyaan untuk
didiskusikan setelah itu kelompok dirotasikan kembali dan terjadi trio yang baru.
Dan setiap trio baru tersebut diberikan pertanyaan baru untuk didiskusikan,
dengan cara pertanyaan yang diberikan ditambahkan sedikit tingkat kesulitannya.
Berdasarkan pendapat di atas, maka dapat disimpulkan bahwa
pembelajaran kooperatif tipe rotating trio exchange adalah salah satu model
pembelajaran kooperatif dengan aturan semua peserta di dalam kelas dibagi dalam
beberapa kelompok yang beranggotakan tiga orang untuk memecahkan
permasalahan yang diberikan oleh guru. Setiap orang atau anggota dari masing-
masing kelompok, diberi simbol 0, 1, dan 2. Kemudian setelah permasalahan
pertama selesai, orang atau anggota kelompok yang bernomor 1 berpindah searah
jarum jam dan orang atau anggota kelompok yang bernomor 2 sebaliknya
(berpindah dengan berlawanan arah jarum jam), sedangkan orang atau anggota
kelompok yang bernomor 0 tetap ditempat.
2.2.3.2 Langkah-Langkah Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Rotating Trio
Exchange
Adapun langkah-langkah model pembelajaran kooperatif tipe rotating trio
exchange adalah sebagai berikut:
1. Pembentukan kelompok oleh guru yang terdiri dari tiga orang murid yang
disebut kelompok trio, masing-masing orang atau anggota kelompok diberi
simbol 0, 1 dan 2
2. Penyampaian prosedur yang akan dilakukan yaitu rotating trio exchange
dengan cara :
a. Setelah terbentuknya kelompok maka guru memberikan bahan diskusi
untuk dipecahkan oleh kelompok trio tersebut.
b. Selanjutnya setelah menyelesaikan permasalahan, berdasarkan waktu
maka peserta didik yang mempunyai simbol 1 berpindah searah jarum jam
dan peserta didik dengan simbol nomor 2 berlawanan jarum jam
sedangkan peserta didik dengan nomor 0 tetap di tempat.
c. Guru memberikan pertanyaan baru untuk didiskusikan oleh kelompok trio
baru tersebut.
d. Rotasi akan kembali terjadi setelah permasalahan baru yang disiapkan
telah selesai dipecahkan, rotasi akan berhenti ketika setiap orang atau
anggota kelompok telah kembali pada kelompok trio awal.
3. Penyajian hasil diskusi oleh perwakilan anggota kelompok.
4. Pemberian penghargaan dari guru untuk kelompok trio yang mendapatkan
total nilai tertinggi. Setiap anggota kelompok akan mendapatkan nilai atau
poin setiap menyelesaikan permasalahan dengan benar.
5. Memberikan tugas kepada murid.
2.2.3.3 Kelebihan dan Kelemahan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Rotating
Trio Exchange
1. Kelebihan
Adapun kelebihan dari model pembelajaran ini, yaitu:
a. Dapat menumbuhkan partisipasi siswa
b. Dapat menumbuhkan keaktifan siswa
c. Dapat menumbuhkan rasa sosial siswa
d. Memberi pengalaman kepada siswa untuk dapat berganti-ganti
kelompok sehingga tidak menimbulkan kejenuhan dan kebosanan
dalam pembelajaran
e. Dapat memotivasi serta melibatkan siswa dalam bekerja kelompok
dan bertukar pendapat
f. Dapat memperdalam pemahaman siswa terhadap materi dengan
mengolah informasi dari anggota kelompok pada kelompok trio baru
yang terbentuk
2.Kelemahan
a. Dapat menimbulkan kebingungan pada siswa saat akan berpindah dan
membetuk kelompok baru (ketika metode diterapkan untuk pertama
kalinya)
b. Dalam satu kelompok trio hanya boleh terdiri atas tiga orang anggota
kelompok
c. Tidak bisa diterapkan dalam kelas yang memiliki jumlah siswa bukan
kelipatan tiga
d. Akan membutuhkan waktu yang lama jika diterapkan dalam kelas
yang memiliki siswa dengan jumlah yang besar
2.3 Media Pembelajaran Questions Box
Media pembelajaran questions box adalah media sederhana yang terbuat
kotak bekas. Menurut Sukarto (2008), keunggulan dari media questions box
adalah media ini dapat dibuat oleh semua guru dengan cara yang mudah.
Sukendro (2008: 3), juga menyatakan “questions box adalah media alternatif bagi
guru untuk merangsang keterlibatan emosi dan inteletual siswa secara
proporsional”.
Questions box juga dapat diartikan sebagai suatu media pembelajaran
Lembar Kerja Siswa (LKS) dalam bentuk sederhana yang berisi sebuah atau
beberapa permasalahan dan tertulis dalam selembar kertas kecil yang dilipat dan
dimasukkan ke dalam Sebuah kotak (box).
Menurut Mertini (2012:4), penggunaan media questions box dalam
pembelajaran di kelas akan menarik simpatik peserta didik, menambah semangat,
dan dapat mengurangi ketergantungan siswa terhadap guru, sehingga
pembelajaran di kelas tidak hanya berpusat dari guru, melainkan siswa terus
didorong untuk mencari informasi terbaru berkaitan dengan topik yang akan
didiskusikan di kelas.
2.4 Materi Pokok Bahasan
Pada materi Persamaan Linier Dua Variabel di kelas VIII semester 2,
peserta didik diajari tentang cara menentukan model matematika dari sebuah
permasalahan yang berkaitan dengan sistem persamaan linier dua variabel. Selain
itu juga, terdapat subbab materi yang membahas tentang cara menyelesaikan
sebuah permasalahan sistem persamaan linier dua variabel dengan mencari
selesaian, serta menggunakan metode substitusi dan eliminasi. Contoh
permasalahan yang berkaitan dengan sistem persamaan linier dua variabel adalah
sebagai berikut:
1. Keliling sebuah kebun yang berbentuk persegi panjang adalah 42 m. Selisih
panjang dan lebar kebun adalah 9 m. Tentukan model matematikanya !
Penyelesaian:
Misalkan panjang persegi panjang = x dan lebarnya = y, maka kalimat
matakatikanya adalah:
Keliling kebun yang berbentuk persegi panjang adalah 42 m, dapat dibentuk
persamaan
2x + 2y = 42
Selisih panjang dan lebar kebun adalah 9 m, dapat dibentuk persamaan
x − y = 9
2. Tentukan selesaian dari x + 2y = 10 dan 2x - y = 5.
Penyelesaian:
x + 2y = 10 dan 2x − y = 5 adalah sistem persamaan linear dua variabel
- Jika pengganti-penganti dari kedua variabel dapat dinyatakan benar, maka
dapat dikatakan penyelesaian dari sistem persamaan tersebut.
- Variabel dari masing-masing persamaan harus sejenis.
- Misal: x = 6 dan y = 2;
x + 2y = 10 2x − y = 5
6 + 2 (2) = 10 2(6) − 2 = 5
6 + 4 = 10 12 − 2 = 5
10 = 10 (Benar) 10 = 5 (Salah)
Jadi, karena salah satu persamaan menjadi kalimat yang salah. Maka x = 6 dan
y = 2 bukan penyelesaian dari sistem persamaan x + 2y = 10 dan 2x − y = 5
Misal: x = 4 dan y = 3;
x + 2y = 10 2x - y = 5
4 + 2 (3) = 10 2(4) − 3 = 5
4 + 6 = 10 8 - 3 = 5
10 = 10 (Benar) 5 = 5 (Benar)
Jadi, karena kedua persamaan menjadi kalimat yang benar. Maka x = 4 dan y =
3 adalah
penyelesaian dari sistem persamaan x + 2y = 10 dan 2x − y = 5
3. Keliling sebuah kebun yang berbentuk persegi panjang adalah 42 m. Selisih
panjang dan lebar kebun adalah 9 m. Tentukan panjang dan lebar kebun dengan
menggunakan metode substitusi!
Penyelesaian:
Langkah 1 Menuliskan model kedua persamaan 2x + 2y = 42 dan x − y = 9
Langkah 2 Persamaan x − y = 9 dapat ditulis x = y + 9
Langkah 3 Subsitusikan persamaan x = y + 9 ke persamaan 2x + 2y = 42,
2(y + 9) + 2y = 42
2y + 18 + 2y = 42
4y = 42 − 18
4y = 24
y = 6
Langkah 4 Mengganti nilai y, yakni y = 6 ke persamaan x = y + 9
x = 6 + 9
x = 15
Jadi, panjang kebun yang dimaksud adalah 15 m dan lebarnya 6 m.
4.Tohir mempunyai uang Rp14.500,00. Sejumlah uang itu akan dihabiskan untuk
membeli 6 buah peralatan sekolah. Ia membeli beberapa buku dengan harga
Rp4.000,00 per buku, dan ia juga membeli beberapa pensil dengan harga
Rp2.500,00 per pensil. Berapa banyak pensil yang dibeli Tohir? Gunakan metode
eliminasi!
Penyelesaian:
Misalkan banyak buku adalah b, dan banyak pensil adalah p (b, p adalah bilangan
asli)
Maka persamaan matematika dari soal tersebut adalah
4.000b + 4.000p = 14.500
Disederhanakan menjadi 8b + 5k = 29 dimana b + p = 6
8b + 5p = 33
5b + 5p = 30 _
3b = 3
b = 1
sehingga b + p = 6
1 + p = 6
p = 6 – 1
p = 5
Jadi, banyak pensil yang dibeli Tohir adalah 5
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Jenis Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas yang pada prinsipnya
dimaksudkan untuk meningkatkan hasil belajar siswa dalam menyelesaikan soal
cerita matematika pada materi persamaan linier dua variabel melalui penerapan
model pembelajaran kooperatif tipe rotating trio exchange berbasis questions box
di kelas VIII semester 2 SMP Negeri 2 Asembagus.
3.2 Subjek Penelitian
Subjek dalam penelitian ini adalah siswa kelas VIII A SMP Negeri 2
Asembagus kabupaten Situbondo tahun pelajaran 2014/2015, dengan jumlah
siswa sebanyak 27 orang.
3.3 Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di SMP Negeri 2 Asembagus Kabupaten
Situbondo, yang terletak di Jl. Wringin Anom No.999. Penelitian ini dilaksanakan
dalam siklus-siklus yaitu pada bulan Februari 2015, dengan menyesuaikan pada
jam pelajaran matematika di kelas VIII A itu sendiri.
3.4 Setting Penelitian
Setting penelitian ini adalah setting kelas dalam kegiatan pembelajaran
matematika, sesuai dengan model pembelajaran yang digunakan yaitu model
pembelajaran kooperatif tipe rotation trio exchange dimana siswa dibagi dalam
beberapa kelompok yang masing-masing beranggotakan 3 orang siswa yang
disebut sebagai kelompok trio. Kelompok trio awal dibagi secara heterogen
berdasarkan hasil tes pada materi sebelumnya. Sedangkan kelompok-kelompok
trio baru yang akan terbentuk setelah menyelesaikan permasalahan yang diambil
dari question box, dibentuk sesuai dengan aturan pada model pembelajaran
rotation trio exchange yaitu dengan memberi simbol nomor 0, 1, dan 2 pada
masing-masing anggota kelompok trio awal kemudian peserta didik yang
mempunyai simbol 1 berpindah searah jarum jam dan peserta didik dengan simbol
nomor 2 berlawanan jarum jam sedangkan peserta didik dengan nomor 0 tetap di
tempat.
Sumber data utama dalam penelitian ini adalah siswa, guru dan hasil
observasi selama tindakan pembelajaran di dalam kelas, serta wawancara dan
didukung dengan data berupa foto dan dokumentasi hasil pekerjaan siswa.
3.5 Desain Penelitian
Desain penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas (Classroom Action
Research) yang dilaksanakan dalam siklus-siklus dengan setiap siklus tindakan
meliputi, perencanaan tindakan (Planning), pelaksanaan tindakan (Acting),
pengamatan (Observation), refleksi (Reflecting). Secara rinci langkah-langkah
dalam setiap siklus digambarkan sebagai berikut:
A. Siklus I
1. Perencanaan tindakan (Planning)
Kegiatan yang dilaksanakan pada tahap perencanaan tindakan adalah:
a. Menyusun rancangan pembelajaran menggunakan model pembelajaran
kooperatif tipe rotation trio exchange berbasis media questions box
dengan pertimbangan dari dosen dan guru yang bersangkutan.
b. Menyusun dan mempersiapkan lembar observasi mengenai
keterlaksanaan pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran
kooperatif tipe rotation trio exchange berbasis media questions box.
c. Mempersiapkan media pembelajaran yang akan dipergunakan.
d. Mempersiapkan soal tes yang akan diberikan pada siswa setiap akhir
siklus.
2. Pelaksanaan tindakan (Acting)
Pada tahap ini, guru melaksanakan pembelajaran dengan menggunakan
model pembelajaran kooperatif tipe rotation trio exchange berbasis media
questions box seperti yang telah direncanakan. Siswa dibagi menjadi beberapa
kelompok heterogen sebagai kelompok trio awal yang masing-masing kelompok
beranggotakan tiga orang. Pembagian kelompok dilakukan oleh guru dengan
dibantu oleh peneliti. Selama proses pembelajaran berlangsung guru mengajar
sesuai dengan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yang telah dibuat oleh
peneliti. Dalam usaha perbaikan, suatu perencanaan bersifat fleksibel dan siap
dilakukan perubahan sesuai dengan apa yang terjadi dalam proses pelaksanaan di
lapangan.
3. Pengamatan (Observation)
Observasi atau pengamatan dilakukan selama pelaksanaan tindakan sebagai
upaya mengetahui jalannya pelaksanaan pembelajaran. Dalam melaksanakan
observasi dalam rangka mengamati jalannya pembelajaran, peneliti menggunakan
lembar observasi yang telah dibuat.
4. Refleksi (Reflecting)
Refleksi dilakukan berdasarkan hasil pengamatan untuk memperoleh
perbaikan dan mengontrol jalannya penelitian agar berjalan sesuai dengan tujuan
peneliti. Hasil pengamatan yang diperoleh dianalisis, kemudian observer dan guru
merefleksi siklus pertama untuk dapat dilakukan perbaikan pada siklus
berikutnya.
B. Siklus II
Siklus II dilaksanakan berdasarkan hasil refleksi siklus I. Pada siklus II ini,
tindakan yang dilakukan bertujuan untuk memperbaiki kekurangan pada siklus I.
Kegiatan pada siklus II juga melalui tahapan yang sama seperti siklus I yaitu
meliputi perencanaan tindakan (Planning), pelaksanaan tindakan (Acting),
pengamatan (Observation), refleksi (Reflecting). Jika pada akhir siklus II tidak
terjadi peningkatan hasil belajar matematika siswa maka dilaksanakan siklus
selanjutnya yang tahapannya sama seperti siklus I dan II. Siklus berhenti ketika
sudah terjadi peningkatan hasil belajar matematika siswa.
3.6 Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian adalah dengan
menggunakan teknik observasi, wawancara, dokumentasi, dan tes hasil belajar.
1. Observasi
Observasi dilakukan selama proses pembelajaran berlangsung menggunakan
lembar observasi yaitu melakukan pengamatan dan pencatatan mengenai
pelaksanaan pembelajaran di kelas dengan menggunakan pendekatan investigasi,
serta perilaku dan aktivitas yang ditunjukkan selama proses pembelajaran
berlangsung tanpa mengganggu proses pembelajaran.
2. Wawancara
Dalam penelitian ini, metode wawancara hanya dilakukan untuk mengetahui
bagaimana tanggapan siswa terhadap pembelajaran matematika dengan
menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe rotation exchange berbasis
questions Box.
3. Dokumentasi
Foto berguna untuk melengkapi sumber data. Data yang dihasilkan berupa
rekaman kejadian di kelas yang dianggap penting atau menggambarkan suasana
kelas ketika aktivitas belajar berlangsung.
4. Tes hasil belajar/evaluasi
Tes ini dilakukan untuk mengetahui sejauh mana pemahaman siswa
terhadap materi pelajaran yang diberikan, dan dikerjakan oleh siswa secara
individual pada akhir siklus.
3.7 Instrumen Penelitian
Instrumen penelitian adalah alat atau fasilitas yang digunakan oleh peneliti
dalam mengumpulkan data agar pekerjaannya lebih mudah dan hasilnya lebih
baik, dalam arti lebih cermat, dan sistematis sehingga lebih mudah diolah.
Dalam penelitian ini, untuk kepentingan mengumpulkan data digunakan
beberapa instrumen antara lain:
a. Lembar Observasi
Lembar observasi ini berisi catatan yang menggambarkan aktivitas peneliti
dan siswa dalam kegiatan pembelajaran yang dilakukan di kelas. Format lembar
observasi yang digunakan adalah format observasi sistematis yang berbentuk isian
untuk mengetahui tindakan selama proses pembelajaran.
b. Wawancara
Wawancara dilakukan terhadap siswa. Wawancara ini merupakan
wawancara tidak terstruktur, artinya wawancara hanya dilakukan pada siswa yang
dipilih tentang aktivitas, tanggapan dan sikap siswa terhadap pembelajaran
matematika dengan model pembelajaran kooperatif tipe rotation trio exchange
berbasis question box.
c. Jurnal Harian
Jurnal harian berisi catatan kejadian yang belum terdapat dalam lembar
observasi. Jurnal harian ini digunakan untuk mengetahui keterlaksanaan proses
pembelajaran serta untuk mendeskripsikan aktivitas siswa maupun pengajar
selama proses pembelajaran.
d. Bahan Ajar
Bahan ajar terdiri dari Buku Guru, Buku Siswa, Lembar aktivitas Siswa
(LAS), dan Latihan Soal yang ada di dalam question box.
e. Tes Hasil Belajar/Lembar Evaluasi
Tes hasil belajar/lembar evaluasi ini berupa soal-soal ulangan yang
diberikan kepada peserta didik sebagai alat ukur kompetensi siswa terhadap
materi yang dipelajari. Tes ini adalah tes yang digunakan pada setiap akhir siklus
dan dikerjakan secara individu.
3.8 Teknik Analisis Data
Data yang diperoleh dalam penelitian ini adalah data tentang proses
pembelajaran matematika dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif
tipe rotation trio exchange berbasis questions box. Data yang terkumpul berupa
data hasil wawancara, observasi, jurnal harian, dan tes. Data tambahan yang
diperoleh dari wawancara tidak terstruktur dengan siswa dan dokumentasi dari
foto kamera dijadikan sebagai bahan pertimbangan. Teknik analisis data dalam
penelitian ini dilakukan dengan tahap-tahap sebagai berikut:
1. Reduksi data
Reduksi data meliputi penyeleksian data melalui deskripsi atau gambaran
singkat dan pengelompokan data dilakukan ke dalam kualifikasi yang telah
ditentukan.
2. Triangulasi
Triangulasi dilakukan untuk mengecek keabsahan data. Triangulasi data
dilakukan dengan cara mencocokkan semua data yang diperoleh dari semua
sumber yang telah diperoleh, yaitu hasil observasi, hasil wawancara dengan guru
dan diperkuat dengan data dari jurnal harian, dokumentasi, wawancara tidak
restruktur dengan siswa, serta tes hasil belajar untuk menarik objektivitas dalam
penarikan kesimpulan.
3. Penyajian data
Penyajian data dilakukan dalam rangka mengorganisasikan data yang
merupakan kegiatan penyusunan informal secara sistematik dari reduksi data
mulai dari perencanaan, pelaksanaan tindakan, observasi, dan refleksi sehingga
memudahkan membaca data.
Data hasil reduksi data dan triangulasi selanjutnya akan dianalisis dengan
analisis deskriptif. Kemudian data hasil analisis tersebut, disajikan dalam bentuk
restruktur sehingga data mudah dipahami secara keseluruhan atau pada bagian
tertentu. Selain itu data ditampilkan dalam bentuk foto untuk memahami hal-hal
yang bersifat subjektif.data tes dihitung dengan persentase ketuntasan
menggunakan rumus:
jumlah siswa yang tuntasJumlah seluruh siswa
x100 %
Persentase siswa yang mengalami peningkatan hasil belajar, dihitung dengan
rumus:
jumlah siswa yangmengalami peningkatan dari siklus1ke siklus2Jumlah seluruh siswa yangmengikuti tes pada kedua siklus
x 100 %
4. Penarikan simpulan
Penarikan simpulan adalah pemberian makna pada data yang diperoleh dari
penyajian data. Penarikan simpulan dilakukan berdasarkan hasil dari semua data
yang diperoleh. Data yang diperoleh, setelah dianalisis selanjutnya diambil
kesimpulannya apakah tujuan dari pembelajaran sudah tercapai atau belum.
Apabila tujuan dari pembelajaran belum tercapai maka dilakukan tindakan
selanjutnya, namun apabila telah tercapai maka penelitian dihentikan.
3.9 Indikator Keberhasilan
Indikator keberhasilan dalam penelitian ini adalah:
1. Pelaksanaan pembelajaran dengan pendekatan investigasi berjalan sesuai
dengan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP).
2. Apabila penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe rotation trio
exchange dengan media questions Box dalam kegiatan pembelajaran
matematika telah meningkatkan hasil belajar matematika siswa sebesar
lebih dari 70%, maka penelitian akan dihentikan. Angka 70% ini
berdasarkan pada hasil pre Test yang dilakukan peneliti pada awal
pembelajaran.