tugas metpen

32
Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Pada Pokok Bahasan Persamaan Linier Dua Variabel Melalui Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Rotating Trio Exchange Terintegrasi Scientific Approach Di Kelas VIII SMP Disusun guna memenuhi Tugas Mata Kuliah Metodologi Penelitian Pendidikan Disusun oleh : Aisyah Fathirin Nuril Jannah (120210101048) Kelas: C PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA JURUSAN PENDIDIKAN MIPA

Upload: aisyah-fathirin-nuril-jannah

Post on 13-Apr-2016

251 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

metodelogi penelitian

TRANSCRIPT

Page 1: tugas metpen

Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Pada Pokok Bahasan Persamaan Linier

Dua Variabel Melalui Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Rotating Trio

Exchange Terintegrasi Scientific Approach Di Kelas VIII SMP

Disusun guna memenuhi Tugas Mata Kuliah Metodologi Penelitian Pendidikan

Disusun oleh :

Aisyah Fathirin Nuril Jannah (120210101048)

Kelas: C

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA

JURUSAN PENDIDIKAN MIPA

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS JEMBER

2014

Page 2: tugas metpen

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Matematika merupakan ilmu pengetahuan yang sangat penting dalam

kehidupan. Setiap hari ada banyak kegiatan atau aktivitas manusia yang sangat

berkaitan dengan matematika, mulai dari kegiatan yang sangat sederhana sampai

yang kompleks, serta mulai dari kegiatan yang dilakukan oleh anak-anak sampai

orang dewasa. Misalnya ketika seorang anak ingin memberikan makanan yang

dimilikinya kepada teman-temannya, maka dia harus menghitung berapa banyak

makanan yang dimilikinya dan berapa banyak teman yang ingin dia beri agar

semua temannya mendapatkan makanan dengan sama banyak. Dari kegiatan yang

sederhana seperti itu sudah dapat dilihat bagaimana pentingnya matematika dalam

kehidupan manusia.

Oleh karena itu matematika merupakan salah satu ilmu pengetahuan yang

sangat penting untuk diberikan kepada semua peserta didik sejak dini, guna

membekali mereka dengan kemampuan berpikir logis, analitis, sistematis, kritis

dan kreatif serta kemampuan dalam bekerja sama sehingga mereka dapat

menerapkan matematika dalam kehidupan sehari-hari dengan baik. Namun pada

kenyataannya, masih banyak peserta didik yang sangat tidak menyukai

matematika. Mereka merasa tidak senang dalam mengerjakan tugas-tugas yang

berkaitan dengan matematika dan merasa bahwa matematika itu sulit,

menakutkan, membosankan, dan tidak semua orang dapat mengerjakannya.

Salah satu permasalahan dalam matematika, yang sering dianggap susah dan

membuat peserta didik malas atau tidak senang untuk mengerjakannya adalah soal

cerita matematika. Sebagian besar peserta didik merasa bingung tentang

bagaimana cara menyelesaikan permasalahan tersebut, bahkan juga masih banyak

peserta didik yang merasa kesulitan untuk memulai proses pengerjaan

permasalahan tersebut. Misalnya saja dalam materi persamaan linier dua variabel

SMP kelas VIII semester 2, masih banyak peserta didik yang merasa bingung

untuk membuat model matematika dari sebuah permasalahan dalam bentuk soal

Page 3: tugas metpen

cerita matematika. mereka kebanyakan masih merasa bingung tentang bagaimana

cara atau yang mana yang harus dimisalkan menjadi sebuah variabel sehingga

dapat membentuk sebuah model matematika. Hal itulah yang kemudian membuat

banyak peserta didik merasa bahwa matematika itu sulit dan membosankan.

Rasa tidak senang terhadap matematika tersebut, sebenarnya timbul karena

peserta didik merasa tidak percaya diri ketika mengerjakan sebuah permasalahan

dalam matematika. Rasa tidak percaya diri ini harus dihilangkan sedini mungkin,

dengan melibatkan peserta didik dalam seluruh kegiatan belajar mengajar, agar

tumbuh rasa percaya diri dan menghilangkan rasa tidak senang terhadap

matematika. Hal ini dapat dilakukan dengan menerapkan sebuah metode

pembelajaran yang dapat membuat peserta didik menjadi aktif di kelas dan dapat

membuat peserta didik merasa bahwa matematika itu asyik.

Dobson (1985) menyatakan “dalam sebuah proses belajar mengajar yang

terpenting, dan harus dilakukan oleh guru terlebih dahulu adalah mendengar apa

yang dinyatakan oleh siswa dan mengapa hal itu dilakukan”. Artinya seorang guru

dalam sebuah proses belajar mengajar tidak cukup hanya mementingkan

penampilan pengajaran dan mengontrol kelas saja, tetapi juga harus memikirkan

dan mengetahui apa yang dapat membuat siswa merasa nyaman dan senang ketika

proses belajar mengajar sedang berlangsung.

Seperti yang banyak diketahui, bahwa seorang anak bahkan pada usia 13-15

tahun (pada tingkat SMP) masih sangat menyukai hal-hal menarik seperti

perlombaan. Oleh karena itu sebuah model pembelajaran yang dipadukan dengan

media pembelajaran yang didalamnya terdapat unsur perlombaan akan sangat

tepat digunakan agar peserta didik merasa senang dan bersemangat ketika

mengerjakan sebuah permasalahan dalam matematika, sehingga pada akhirnya

mereka akan merasa bahwa matematika itu asyik.

Model pembelajaran kooperatif tipe rotating trio exchange merupakan

model pembelajaran yang melibatkan siswa untuk aktif dalam kegiatan

pembelajaran baik secara mental, fisik maupun sosial, serta mengutamakan

kerjasama kelompok untuk memecahkan masalah yang diberikan oleh guru.

Dalam model pembelajaran ini peserta didik akan dibagi dalam beberapa

Page 4: tugas metpen

kelompok, setiap kelompok terdiri dari tiga orang (kelompok trio). Dengan

menggunakan media question box, peserta didik yang telah terbentuk dalam

kelompok-kelompok trio selanjutnya akan diberi permasalahan-permasalahan

dalam bentuk gulungan kertas yang akan mereka ambil dari dalam sebuah kotak

(box). Setelah permasalahan pertama terselesaikan, selanjutnya masing-masing

anggota kelompok akan bertukar dengan anggota kelompok lain membentuk

kelompok trio baru dan mendapatkan permasalahan baru yang diambil dari

question box. Setelah permasalahan tersebut terselesaikan, anggota dari masing-

masing kelompok kembali bertukar membentuk kelompok trio baru dan

mendapatkan permasalahan baru dari question box, begitu pula seterusnya hingga

setiap anggota kembali pada kelompok trio awal. Setiap permasalahan yang

terselesaikan dengan benar akan diberi poin dan kelompok yang memiliki total

nilai tertinggi dari jumlah nilai ketiga anggotanya, akan mendapat penghargaan

dari guru.

Berdasarkan penjelasan diatas, maka peneliti memandang bahwa model

pembelajaran kooperatif tipe rotating trio exchange dengan media question box

merupakan model pembelajaran yang tepat untuk membantu siswa dalam

menyelesaikan permasalahan matematika dengan lebih mudah, sehingga perlu

diadakannya sebuah penelitian yang berjudul “Upaya Meningkatkan Hasil Belajar

Siswa Dalam Menyelesaikan Soal Cerita Matematika Pada Materi Persamaan

Linier Dua Variabel Melalui Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Rotating Trio

Exchange Berbasis Questions Box di Kelas VIII Semester 2 SMP Negeri 2

Asembagus”.

1.2 Batasan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas, penelitian ini dibatasi pada upaya

meningkatkan hasil belajar siswa dalam menyelesaikan soal cerita matematika

pada materi persamaan linier dua variabel melalui penerapan model pembelajaran

kooperatif tipe rotating trio exchange berbasis questions box di kelas VIIIA

semester 2 SMP Negeri 2 Asembagus.

Page 5: tugas metpen

1.3 Rumusan Masalah

Berdasarkan batasan masalah diatas, maka rumusan masalah yang dapat

diambil dalam penelitian ini adalah bagaimana peningkatkan hasil belajar siswa

dalam menyelesaikan soal cerita matematika pada materi persamaan linier dua

variabel dengan diterapkannya model pembelajaran kooperatif tipe rotating trio

exchange berbasis questions box di Kelas VIII Semester 2 SMP Negeri 2

Asembagus ?

1.4 Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana peningkatkan

hasil belajar siswa dalam menyelesaikan soal cerita matematika pada materi

persamaan linier dua variabel dengan diterapkannya model pembelajaran

kooperatif tipe rotating trio exchange berbasis questions box di Kelas VIII

Semester 2 SMP Negeri 2 Asembagus.

1.5 Manfaat Penelitian

Adapun manfaat dari penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Bagi peneliti, dapat menambah dan meningkatkan wawasan serta

pengetahuan tentang model pembelajaran atau strategi mengajar bagi

guru yang berkaitan dengan pembelajaran matematika, serta dapat

menjadi bekal bagi masa depan sebagai seorang calon pendidik (guru).

2. Bagi guru, sebagai bahan pertimbangan untuk meningkatkan hasil

belajar siswa dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe

rotating trio exchange dengan media question box.

3. Bagi siswa, sebagai motivasi belajar dan pengalaman belajar yang lebih

bermakna serta dapat membantu siswa dalam meningkatkan hasil belajar

khususnya dalam menyelesaikan soal cerita matematika.

4. Bagi lembaga pendidikan terkait, sebagai masukan untuk meningkatkan

mutu pendidikan melalui peningkatan hasil belajar siswa.

5. Bagi peneliti lain, hasil dari penelitian ini dapat digunakan untuk

referensi dalam penelitian yang lebih lanjut.

Page 6: tugas metpen

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pembelajaran Matematika

2.1.1 Belajar

Menurut Slameto (2006:2), belajar ialah suatu proses usaha yang dilakukan

seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara

keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan

lingkungannya. Adapun Menurut Rumini (2006: 59) belajar adalah suatu proses

usaha yang dilakukan individu untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku

yang relatif menetap, baik yang dapat diamati maupun yang tidak dapat diamati

secara langsung, yang terjadi sebagai suatu hasil latihan atau pengalaman dalam

interaksinya dengan lingkungan. Sedangkan Fajar (2005: 10) mengatakan bahwa

belajar adalah suatu proses perubahan dalam diri seseorang yang ditampakkan

dalam bentuk peningkatan kualitas dan kuantitas tingkah laku seperti peningkatan

pengetahuan, kecakapan, daya pikir, sikap, kebiasaan, dan lain-lain.

Berdasarkan dari beberapa pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa

belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh

perubahan diri, baik dalam bentuk peningkatan kualitas maupun kuantitas tingkah

laku di berbagai bidang yang terjadi sebagai akibat dari interaksi yang dilakukan

dengan lingkungan sekitarnya.

2.1.2 Pembelajaran

Menurut Majid (2012:255), pembelajaran adalah suatu proses yang diatur

sedemikian rupa menurut langkah-langkah tertentu, agar pelaksanaannya dapat

mencapai hasil yang diharapkan. Sedangkan menurut Winkel (dalam sutikno,

2013:31) mengartikan bahwa pembelajaran merupakan seperangkat tindakan yang

dirancang untuk mendukung proses belajar peserta didik dengan

memperhitungkan kejadian-kejadian eksternal yang berperan terhadap rangkaian

kejadian internal yang berlangsung dalam peserta didik.

Page 7: tugas metpen

Berdasarkan dari beberapa pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa

pembelajaran adalah proses atau seperangkat tindakan yang dirancang sedemikian

rupa dengan langkah-langkah tertentu untuk mendukung proses belajar peserta

didik, agar mencapai hasil yang diharapkan.

2.1.3 Matematika

Menurut Johson dan Raising (dalam septiningtiyas, 2013:7) matematika

adalah bahasa yang menggunakan istilah yang didefinisikan dengan cermat, jelas,

dan akurat representasinya dengan simbol lebih berupa bahasa simbol mengenai

ide dari pada mengenai bunyi. Secara etimologis matematika berarti ilmu

pengetahuan yang diperoleh dengan bernalar (Suherman, 2003: 16). Dalam hal ini

bukan berarti ilmu lain tidak diperoleh melalui penalaran, akan tetapi dalam

matematika lebih menekankan aktivitas dalam dunia rasio (penalaran), sedangkan

dalam ilmu lain lebih menekankan pada hasil observasi atau eksperimen di

samping penalaran. Hudojo (2005:103) menyatakan matematika sebagai ilmu

yang menelaah bentuk-bentuk atau struktur-struktur yang abstrak dan hubungan

antara hal-hal itu. Objek penelaahan matematika tidak sekedar kuantitas, tetapi

lebih dititik beratkan kepada hubungan, pola, bentuk dan struktur.

Berdasarkan beberapa pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa

matematika adalah ilmu pengetahuan yang diperoleh dengan bernalar serta

menelaah bentuk, struktur, susunan, besaran, dan konsep-konsep yang abstrak

yang saling berhubungan satu dengan yang lainnya.

2.1.4 Pembelajaran Matematika

Pembelajaran matematika menurut Nickson (dalam Icha, 2011) adalah

pemberian bantuan kepada siswa untuk membangun konsep-konsep dan prinsip-

prinsip matematika dengan kemampuan sendiri melalui proses internalisasi

(arahan terbimbing) sehingga konsep atau prinsip itu terbangun. Adapun tujuan

pembelajaran matematika menurut Jihad (2008: 153), yakni agar siswa memiliki

kemampuan dalam menggunakan algoritma (prosedur pekerjaan), melakukan

manipulasi secara matematika, mengorganisasi data, memanfaatkan simbol,

diagram dan grafik, mengenal dan menemukan pola, menarik kesimpulan,

Page 8: tugas metpen

membuat kalimat atau model matematika, membuat interpretasi bangun dalam

bidang dan ruang, memahami pengukuran dan satuan-satuannya, serta

menggunakan alat hitung dan alat bantu matematika.

Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan, pembelajaran matematika

adalah upaya untuk mengorganisasikan lingkungan untuk menciptakan kondisi

belajar bagi peserta didik, yang kegiatannya dirancang melibatkan proses mental

dan fisik melalui interaksi antar peserta didik, peserta didik dengan guru,

lingkungan, dan sumber belajar lainnya dalam menelaah bentuk, struktur,

susunan, besaran, dan konsep-konsep yang abstrak serta hubungannya, dalam

rangka

pencapaian kompetensi dasar.

2.2 Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Rotating Trio Exchange (RTE)

2.2.1 Model Pembelajaran

Model pembelajaran menurut Udin S. Winataputra (dalam Mulyono,

2012:25) adalah kerangka konseptual yang melukiskan prosedur yang sistematik

dalam mengorganisasikan pengalaman belajar untuk mencapai tujuan belajar

tertentu dan berfungsi sebagai pedoman bagi perancang pengajar dan para guru

dalam merancang dan melaksanakan aktivitas belajar mengajar.

Model pembelajaran juga dapat diartikan sebagai suatu kerangka dasar atau

konseptual dalam pembelajaran yang berisi beragam mata pelajaran dan memiliki

prosedur yang sistematis, serta berfungsi sebagai pedoman bagi pengajar atau

guru dalam merancang dan melaksanakan aktivitas belajar mengajar guna

mencapai tujuan belajar tertentu.

2.2.2 Model Pembelajaran Kooperatif

Menurut Slavin (dalam Hobri, 2009:43) belajar kooperatif adalah siswa

belajar dalam kelompok kecil yang berifat heterogen dari segi gender, etnis, dan

kemampuan akademik untuk saling membantu satu sama lain dalam mencapai

tujuan bersama. Pembelajaran kooperatif juga dapat diartikan sebagai model

pembelajaran dengan menggunakan sistem pengelompokan/tim kecil, yaitu antara

empat sampai enam orang yang mempunyai latar belakang kemampuan akademik,

Page 9: tugas metpen

jenis kelamin, ras, atau suku yang berbeda (heterogen), sistem penilaian dilakukan

terhadap kelompok. Setiap kelompok akan memperoleh penghargaan (reward),

jika kelompok tersebut menunjukkan prestasi yang dipersyaratkan.

Selain dapat digunakan untuk siswa yang bersifat heterogen, menurut

Johnson & Johnson (dalam hobri 2009:43) belajar kooperatif dapat juga

digunakan pada setiap jenjang pendidikan mulai taman anak-kanak sampai

perguruan tinggi, dalam semua bidang materi dan sebarang tugas.

2.2.3 Rotating Trio Exchange (RTE)

2.2.3.1 Pengertian Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Rotating Trio Exchange

Model pembelajaran kooperatif tipe rotating trio exchange  merupakan

salah satu model pembelajaran kooperatif. Isjoni (2009) mengatakan bahwa model

ini terdiri dari 3 orang dalam satu kelompok, yang diberi nomor 0,1 dan 2. nomor

1 berpindah searah jarum jam dan nomor 2 sebaliknya berlawanan arah jarum jam

sedangkan nomor 0 tetap di tempat. Setiap kelompok diberikan pertanyaan untuk

didiskusikan setelah itu kelompok dirotasikan kembali dan terjadi trio yang baru.

Dan setiap trio baru tersebut diberikan pertanyaan baru untuk didiskusikan,

dengan cara pertanyaan yang diberikan ditambahkan sedikit tingkat kesulitannya.

Berdasarkan pendapat di atas, maka dapat disimpulkan bahwa

pembelajaran kooperatif tipe rotating trio exchange adalah salah satu model

pembelajaran kooperatif dengan aturan semua peserta di dalam kelas dibagi dalam

beberapa kelompok yang beranggotakan tiga orang untuk memecahkan

permasalahan yang diberikan oleh guru. Setiap orang atau anggota dari masing-

masing kelompok, diberi simbol 0, 1, dan 2. Kemudian setelah permasalahan

pertama selesai, orang atau anggota kelompok yang bernomor 1 berpindah searah

jarum jam dan orang atau anggota kelompok yang bernomor 2 sebaliknya

(berpindah dengan berlawanan arah jarum jam), sedangkan orang atau anggota

kelompok yang bernomor 0 tetap ditempat. 

Page 10: tugas metpen

2.2.3.2 Langkah-Langkah Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Rotating Trio

Exchange

Adapun langkah-langkah model pembelajaran kooperatif tipe rotating trio

exchange adalah sebagai berikut:

1. Pembentukan kelompok oleh guru yang terdiri dari tiga orang murid yang

disebut kelompok trio, masing-masing orang atau anggota kelompok diberi

simbol 0, 1 dan 2

2. Penyampaian prosedur yang akan dilakukan yaitu rotating trio exchange

dengan cara :

a. Setelah terbentuknya kelompok maka guru memberikan bahan diskusi

untuk dipecahkan oleh kelompok trio tersebut.

b. Selanjutnya setelah menyelesaikan permasalahan, berdasarkan waktu

maka peserta didik yang mempunyai simbol 1 berpindah searah jarum jam

dan peserta didik dengan simbol nomor 2 berlawanan jarum jam

sedangkan peserta didik dengan nomor 0 tetap di tempat.

c. Guru memberikan pertanyaan baru untuk didiskusikan oleh kelompok trio

baru tersebut.

d. Rotasi akan kembali terjadi setelah permasalahan baru yang disiapkan

telah selesai dipecahkan, rotasi akan berhenti ketika setiap orang atau

anggota kelompok telah kembali pada kelompok trio awal.

3. Penyajian hasil diskusi oleh perwakilan anggota kelompok.

4. Pemberian penghargaan dari guru untuk kelompok trio yang mendapatkan

total nilai tertinggi. Setiap anggota kelompok akan mendapatkan nilai atau

poin setiap menyelesaikan permasalahan dengan benar.

5. Memberikan tugas kepada murid.

2.2.3.3 Kelebihan dan Kelemahan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Rotating

Trio Exchange

1. Kelebihan

Adapun kelebihan dari model pembelajaran ini, yaitu:

a. Dapat menumbuhkan partisipasi siswa

Page 11: tugas metpen

b. Dapat menumbuhkan keaktifan siswa

c. Dapat menumbuhkan rasa sosial siswa

d. Memberi pengalaman kepada siswa untuk dapat berganti-ganti

kelompok sehingga tidak menimbulkan kejenuhan dan kebosanan

dalam pembelajaran

e. Dapat memotivasi serta melibatkan siswa dalam bekerja kelompok

dan bertukar pendapat

f. Dapat memperdalam pemahaman siswa terhadap materi dengan

mengolah informasi dari anggota kelompok pada kelompok trio baru

yang terbentuk

2.Kelemahan

a. Dapat menimbulkan kebingungan pada siswa saat akan berpindah dan

membetuk kelompok baru (ketika metode diterapkan untuk pertama

kalinya)

b. Dalam satu kelompok trio hanya boleh terdiri atas tiga orang anggota

kelompok

c. Tidak bisa diterapkan dalam kelas yang memiliki jumlah siswa bukan

kelipatan tiga

d. Akan membutuhkan waktu yang lama jika diterapkan dalam kelas

yang memiliki siswa dengan jumlah yang besar

2.3 Media Pembelajaran Questions Box

Media pembelajaran questions box adalah media sederhana yang terbuat

kotak bekas. Menurut Sukarto (2008), keunggulan dari media questions box

adalah media ini dapat dibuat oleh semua guru dengan cara yang mudah.

Sukendro (2008: 3), juga menyatakan “questions box adalah media alternatif bagi

guru untuk merangsang keterlibatan emosi dan inteletual siswa secara

proporsional”.

Questions box juga dapat diartikan sebagai suatu media pembelajaran

Lembar Kerja Siswa (LKS) dalam bentuk sederhana yang berisi sebuah atau

Page 12: tugas metpen

beberapa permasalahan dan tertulis dalam selembar kertas kecil yang dilipat dan

dimasukkan ke dalam Sebuah kotak (box).

Menurut Mertini (2012:4), penggunaan media questions box dalam

pembelajaran di kelas akan menarik simpatik peserta didik, menambah semangat,

dan dapat mengurangi ketergantungan siswa terhadap guru, sehingga

pembelajaran di kelas tidak hanya berpusat dari guru, melainkan siswa terus

didorong untuk mencari informasi terbaru berkaitan dengan topik yang akan

didiskusikan di kelas.

2.4 Materi Pokok Bahasan

Pada materi Persamaan Linier Dua Variabel di kelas VIII semester 2,

peserta didik diajari tentang cara menentukan model matematika dari sebuah

permasalahan yang berkaitan dengan sistem persamaan linier dua variabel. Selain

itu juga, terdapat subbab materi yang membahas tentang cara menyelesaikan

sebuah permasalahan sistem persamaan linier dua variabel dengan mencari

selesaian, serta menggunakan metode substitusi dan eliminasi. Contoh

permasalahan yang berkaitan dengan sistem persamaan linier dua variabel adalah

sebagai berikut:

1. Keliling sebuah kebun yang berbentuk persegi panjang adalah 42 m. Selisih

panjang dan lebar kebun adalah 9 m. Tentukan model matematikanya !

Penyelesaian:

Misalkan panjang persegi panjang = x dan lebarnya = y, maka kalimat

matakatikanya adalah:

Keliling kebun yang berbentuk persegi panjang adalah 42 m, dapat dibentuk

persamaan

2x + 2y = 42

Selisih panjang dan lebar kebun adalah 9 m, dapat dibentuk persamaan

x − y = 9

2. Tentukan selesaian dari x + 2y = 10 dan 2x - y = 5.

Penyelesaian:

x + 2y = 10 dan 2x − y = 5 adalah sistem persamaan linear dua variabel

Page 13: tugas metpen

- Jika pengganti-penganti dari kedua variabel dapat dinyatakan benar, maka

dapat dikatakan penyelesaian dari sistem persamaan tersebut.

- Variabel dari masing-masing persamaan harus sejenis.

- Misal: x = 6 dan y = 2;

x + 2y = 10 2x − y = 5

6 + 2 (2) = 10 2(6) − 2 = 5

6 + 4 = 10 12 − 2 = 5

10 = 10 (Benar) 10 = 5 (Salah)

Jadi, karena salah satu persamaan menjadi kalimat yang salah. Maka x = 6 dan

y = 2 bukan penyelesaian dari sistem persamaan x + 2y = 10 dan 2x − y = 5

Misal: x = 4 dan y = 3;

x + 2y = 10 2x - y = 5

4 + 2 (3) = 10 2(4) − 3 = 5

4 + 6 = 10 8 - 3 = 5

10 = 10 (Benar) 5 = 5 (Benar)

Jadi, karena kedua persamaan menjadi kalimat yang benar. Maka x = 4 dan y =

3 adalah

penyelesaian dari sistem persamaan x + 2y = 10 dan 2x − y = 5

3. Keliling sebuah kebun yang berbentuk persegi panjang adalah 42 m. Selisih

panjang dan lebar kebun adalah 9 m. Tentukan panjang dan lebar kebun dengan

menggunakan metode substitusi!

Penyelesaian:

Langkah 1 Menuliskan model kedua persamaan 2x + 2y = 42 dan x − y = 9

Langkah 2 Persamaan x − y = 9 dapat ditulis x = y + 9

Langkah 3 Subsitusikan persamaan x = y + 9 ke persamaan 2x + 2y = 42,

2(y + 9) + 2y = 42

2y + 18 + 2y = 42

4y = 42 − 18

4y = 24

y = 6

Langkah 4 Mengganti nilai y, yakni y = 6 ke persamaan x = y + 9

Page 14: tugas metpen

x = 6 + 9

x = 15

Jadi, panjang kebun yang dimaksud adalah 15 m dan lebarnya 6 m.

4.Tohir mempunyai uang Rp14.500,00. Sejumlah uang itu akan dihabiskan untuk

membeli 6 buah peralatan sekolah. Ia membeli beberapa buku dengan harga

Rp4.000,00 per buku, dan ia juga membeli beberapa pensil dengan harga

Rp2.500,00 per pensil. Berapa banyak pensil yang dibeli Tohir? Gunakan metode

eliminasi!

Penyelesaian:

Misalkan banyak buku adalah b, dan banyak pensil adalah p (b, p adalah bilangan

asli)

Maka persamaan matematika dari soal tersebut adalah

4.000b + 4.000p = 14.500

Disederhanakan menjadi 8b + 5k = 29 dimana b + p = 6

8b + 5p = 33

5b + 5p = 30 _

3b = 3

b = 1

sehingga b + p = 6

1 + p = 6

p = 6 – 1

p = 5

Jadi, banyak pensil yang dibeli Tohir adalah 5

Page 15: tugas metpen

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas yang pada prinsipnya

dimaksudkan untuk meningkatkan hasil belajar siswa dalam menyelesaikan soal

cerita matematika pada materi persamaan linier dua variabel melalui penerapan

model pembelajaran kooperatif tipe rotating trio exchange berbasis questions box

di kelas VIII semester 2 SMP Negeri 2 Asembagus.

3.2 Subjek Penelitian

Subjek dalam penelitian ini adalah siswa kelas VIII A SMP Negeri 2

Asembagus kabupaten Situbondo tahun pelajaran 2014/2015, dengan jumlah

siswa sebanyak 27 orang.

3.3 Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di SMP Negeri 2 Asembagus Kabupaten

Situbondo, yang terletak di Jl. Wringin Anom No.999. Penelitian ini dilaksanakan

dalam siklus-siklus yaitu pada bulan Februari 2015, dengan menyesuaikan pada

jam pelajaran matematika di kelas VIII A itu sendiri.

3.4 Setting Penelitian

Setting penelitian ini adalah setting kelas dalam kegiatan pembelajaran

matematika, sesuai dengan model pembelajaran yang digunakan yaitu model

pembelajaran kooperatif tipe rotation trio exchange dimana siswa dibagi dalam

beberapa kelompok yang masing-masing beranggotakan 3 orang siswa yang

disebut sebagai kelompok trio. Kelompok trio awal dibagi secara heterogen

berdasarkan hasil tes pada materi sebelumnya. Sedangkan kelompok-kelompok

trio baru yang akan terbentuk setelah menyelesaikan permasalahan yang diambil

Page 16: tugas metpen

dari question box, dibentuk sesuai dengan aturan pada model pembelajaran

rotation trio exchange yaitu dengan memberi simbol nomor 0, 1, dan 2 pada

masing-masing anggota kelompok trio awal kemudian peserta didik yang

mempunyai simbol 1 berpindah searah jarum jam dan peserta didik dengan simbol

nomor 2 berlawanan jarum jam sedangkan peserta didik dengan nomor 0 tetap di

tempat.

Sumber data utama dalam penelitian ini adalah siswa, guru dan hasil

observasi selama tindakan pembelajaran di dalam kelas, serta wawancara dan

didukung dengan data berupa foto dan dokumentasi hasil pekerjaan siswa.

3.5 Desain Penelitian

Desain penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas (Classroom Action

Research) yang dilaksanakan dalam siklus-siklus dengan setiap siklus tindakan

meliputi, perencanaan tindakan (Planning), pelaksanaan tindakan (Acting),

pengamatan (Observation), refleksi (Reflecting). Secara rinci langkah-langkah

dalam setiap siklus digambarkan sebagai berikut:

A. Siklus I

1. Perencanaan tindakan (Planning)

Kegiatan yang dilaksanakan pada tahap perencanaan tindakan adalah:

a. Menyusun rancangan pembelajaran menggunakan model pembelajaran

kooperatif tipe rotation trio exchange berbasis media questions box

dengan pertimbangan dari dosen dan guru yang bersangkutan.

b. Menyusun dan mempersiapkan lembar observasi mengenai

keterlaksanaan pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran

kooperatif tipe rotation trio exchange berbasis media questions box.

c. Mempersiapkan media pembelajaran yang akan dipergunakan.

d. Mempersiapkan soal tes yang akan diberikan pada siswa setiap akhir

siklus.

2. Pelaksanaan tindakan (Acting)

Pada tahap ini, guru melaksanakan pembelajaran dengan menggunakan

model pembelajaran kooperatif tipe rotation trio exchange berbasis media

Page 17: tugas metpen

questions box seperti yang telah direncanakan. Siswa dibagi menjadi beberapa

kelompok heterogen sebagai kelompok trio awal yang masing-masing kelompok

beranggotakan tiga orang. Pembagian kelompok dilakukan oleh guru dengan

dibantu oleh peneliti. Selama proses pembelajaran berlangsung guru mengajar

sesuai dengan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yang telah dibuat oleh

peneliti. Dalam usaha perbaikan, suatu perencanaan bersifat fleksibel dan siap

dilakukan perubahan sesuai dengan apa yang terjadi dalam proses pelaksanaan di

lapangan.

3. Pengamatan (Observation)

Observasi atau pengamatan dilakukan selama pelaksanaan tindakan sebagai

upaya mengetahui jalannya pelaksanaan pembelajaran. Dalam melaksanakan

observasi dalam rangka mengamati jalannya pembelajaran, peneliti menggunakan

lembar observasi yang telah dibuat.

4. Refleksi (Reflecting)

Refleksi dilakukan berdasarkan hasil pengamatan untuk memperoleh

perbaikan dan mengontrol jalannya penelitian agar berjalan sesuai dengan tujuan

peneliti. Hasil pengamatan yang diperoleh dianalisis, kemudian observer dan guru

merefleksi siklus pertama untuk dapat dilakukan perbaikan pada siklus

berikutnya.

B. Siklus II

Siklus II dilaksanakan berdasarkan hasil refleksi siklus I. Pada siklus II ini,

tindakan yang dilakukan bertujuan untuk memperbaiki kekurangan pada siklus I.

Kegiatan pada siklus II juga melalui tahapan yang sama seperti siklus I yaitu

meliputi perencanaan tindakan (Planning), pelaksanaan tindakan (Acting),

pengamatan (Observation), refleksi (Reflecting). Jika pada akhir siklus II tidak

terjadi peningkatan hasil belajar matematika siswa maka dilaksanakan siklus

selanjutnya yang tahapannya sama seperti siklus I dan II. Siklus berhenti ketika

sudah terjadi peningkatan hasil belajar matematika siswa.

3.6 Teknik Pengumpulan Data

Page 18: tugas metpen

Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian adalah dengan

menggunakan teknik observasi, wawancara, dokumentasi, dan tes hasil belajar.

1. Observasi

Observasi dilakukan selama proses pembelajaran berlangsung menggunakan

lembar observasi yaitu melakukan pengamatan dan pencatatan mengenai

pelaksanaan pembelajaran di kelas dengan menggunakan pendekatan investigasi,

serta perilaku dan aktivitas yang ditunjukkan selama proses pembelajaran

berlangsung tanpa mengganggu proses pembelajaran.

2. Wawancara

Dalam penelitian ini, metode wawancara hanya dilakukan untuk mengetahui

bagaimana tanggapan siswa terhadap pembelajaran matematika dengan

menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe rotation exchange berbasis

questions Box.

3. Dokumentasi

Foto berguna untuk melengkapi sumber data. Data yang dihasilkan berupa

rekaman kejadian di kelas yang dianggap penting atau menggambarkan suasana

kelas ketika aktivitas belajar berlangsung.

4. Tes hasil belajar/evaluasi

Tes ini dilakukan untuk mengetahui sejauh mana pemahaman siswa

terhadap materi pelajaran yang diberikan, dan dikerjakan oleh siswa secara

individual pada akhir siklus.

3.7 Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian adalah alat atau fasilitas yang digunakan oleh peneliti

dalam mengumpulkan data agar pekerjaannya lebih mudah dan hasilnya lebih

baik, dalam arti lebih cermat, dan sistematis sehingga lebih mudah diolah.

Dalam penelitian ini, untuk kepentingan mengumpulkan data digunakan

beberapa instrumen antara lain:

a. Lembar Observasi

Page 19: tugas metpen

Lembar observasi ini berisi catatan yang menggambarkan aktivitas peneliti

dan siswa dalam kegiatan pembelajaran yang dilakukan di kelas. Format lembar

observasi yang digunakan adalah format observasi sistematis yang berbentuk isian

untuk mengetahui tindakan selama proses pembelajaran.

b. Wawancara

Wawancara dilakukan terhadap siswa. Wawancara ini merupakan

wawancara tidak terstruktur, artinya wawancara hanya dilakukan pada siswa yang

dipilih tentang aktivitas, tanggapan dan sikap siswa terhadap pembelajaran

matematika dengan model pembelajaran kooperatif tipe rotation trio exchange

berbasis question box.

c. Jurnal Harian

Jurnal harian berisi catatan kejadian yang belum terdapat dalam lembar

observasi. Jurnal harian ini digunakan untuk mengetahui keterlaksanaan proses

pembelajaran serta untuk mendeskripsikan aktivitas siswa maupun pengajar

selama proses pembelajaran.

d. Bahan Ajar

Bahan ajar terdiri dari Buku Guru, Buku Siswa, Lembar aktivitas Siswa

(LAS), dan Latihan Soal yang ada di dalam question box.

e. Tes Hasil Belajar/Lembar Evaluasi

Tes hasil belajar/lembar evaluasi ini berupa soal-soal ulangan yang

diberikan kepada peserta didik sebagai alat ukur kompetensi siswa terhadap

materi yang dipelajari. Tes ini adalah tes yang digunakan pada setiap akhir siklus

dan dikerjakan secara individu.

3.8 Teknik Analisis Data

Data yang diperoleh dalam penelitian ini adalah data tentang proses

pembelajaran matematika dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif

tipe rotation trio exchange berbasis questions box. Data yang terkumpul berupa

data hasil wawancara, observasi, jurnal harian, dan tes. Data tambahan yang

diperoleh dari wawancara tidak terstruktur dengan siswa dan dokumentasi dari

Page 20: tugas metpen

foto kamera dijadikan sebagai bahan pertimbangan. Teknik analisis data dalam

penelitian ini dilakukan dengan tahap-tahap sebagai berikut:

1. Reduksi data

Reduksi data meliputi penyeleksian data melalui deskripsi atau gambaran

singkat dan pengelompokan data dilakukan ke dalam kualifikasi yang telah

ditentukan.

2. Triangulasi

Triangulasi dilakukan untuk mengecek keabsahan data. Triangulasi data

dilakukan dengan cara mencocokkan semua data yang diperoleh dari semua

sumber yang telah diperoleh, yaitu hasil observasi, hasil wawancara dengan guru

dan diperkuat dengan data dari jurnal harian, dokumentasi, wawancara tidak

restruktur dengan siswa, serta tes hasil belajar untuk menarik objektivitas dalam

penarikan kesimpulan.

3. Penyajian data

Penyajian data dilakukan dalam rangka mengorganisasikan data yang

merupakan kegiatan penyusunan informal secara sistematik dari reduksi data

mulai dari perencanaan, pelaksanaan tindakan, observasi, dan refleksi sehingga

memudahkan membaca data.

Data hasil reduksi data dan triangulasi selanjutnya akan dianalisis dengan

analisis deskriptif. Kemudian data hasil analisis tersebut, disajikan dalam bentuk

restruktur sehingga data mudah dipahami secara keseluruhan atau pada bagian

tertentu. Selain itu data ditampilkan dalam bentuk foto untuk memahami hal-hal

yang bersifat subjektif.data tes dihitung dengan persentase ketuntasan

menggunakan rumus:

jumlah siswa yang tuntasJumlah seluruh siswa

x100 %

Persentase siswa yang mengalami peningkatan hasil belajar, dihitung dengan

rumus:

jumlah siswa yangmengalami peningkatan dari siklus1ke siklus2Jumlah seluruh siswa yangmengikuti tes pada kedua siklus

x 100 %

Page 21: tugas metpen

4. Penarikan simpulan

Penarikan simpulan adalah pemberian makna pada data yang diperoleh dari

penyajian data. Penarikan simpulan dilakukan berdasarkan hasil dari semua data

yang diperoleh. Data yang diperoleh, setelah dianalisis selanjutnya diambil

kesimpulannya apakah tujuan dari pembelajaran sudah tercapai atau belum.

Apabila tujuan dari pembelajaran belum tercapai maka dilakukan tindakan

selanjutnya, namun apabila telah tercapai maka penelitian dihentikan.

3.9 Indikator Keberhasilan

Indikator keberhasilan dalam penelitian ini adalah:

1. Pelaksanaan pembelajaran dengan pendekatan investigasi berjalan sesuai

dengan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP).

2. Apabila penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe rotation trio

exchange dengan media questions Box dalam kegiatan pembelajaran

matematika telah meningkatkan hasil belajar matematika siswa sebesar

lebih dari 70%, maka penelitian akan dihentikan. Angka 70% ini

berdasarkan pada hasil pre Test yang dilakukan peneliti pada awal

pembelajaran.