tugas mata kuliah penelitian pendidikan matematika

Upload: elsya-fanny-putri

Post on 05-Mar-2016

18 views

Category:

Documents


1 download

DESCRIPTION

Think-Pair-Share

TRANSCRIPT

PROPOSAL PENELITIANPENGARUH MODEL COOPERATIVE LEARNING THINK-PAIR-SHARE TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA DALAM PEMBELAJARAN MATEMATIKA DI KELAS VIII SMP NEGERI 1 TERIAK

DISUSUN OLEH :ELSYA FANNY PUTRI(F04112074)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKAFAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU KEPENDIDIKANUNIVERSITAS TANJUNGPURAPONTIANAK2015

A. Judul PenelitianPengaruh Model Cooperative Learning Think-Pair-Share Terhadap Hasil Belajar Siswa Dalam Pembelajaran Matematika di kelas VIII SMP Negeri 1 TeriakB. Latar BelakangMatematika merupakan mata pelajaran yang dianggap sulit oleh sebagian besar siswa baik dari jenjang sekolah dasar hingga sekolah menengah atas.Guru matematika terkesan galak dan suasana kelas menjadi sangat membosankan bila diajar oleh guru yang di dipandang demikian oleh siswanya.Metode yang diajarkan pun sangat konvensional sekali.Bahkan di kurikulum 2013 ini pun masih sering terjadi praktik mengajar dengan menggunakan metode konvensional.Hal ini dilihat dari beberapa survei beberapa sekolah yang menerapkan kurikulum 2013.Mungkin memang bukanlah hal yang mudah untuk langsung menerapkan teori-teori yang tercantum dalam kurikulum tersebut. Metode konvensional yang kerap digunakan guru dalam mengajar dapat memberikan efek seperti kebosanan atau kejenuhan siswa dalam kegiatan belajar mengajar.Inilah pemicu rendahnya minat dan ketertarikan siswa dalam belajar matematika sehingga menimbulkan masalah berupa rata-rata nilai test matematika dibawah standar KKM (kriteria ketuntasan minimal).Hal ini juga dikatakan oleh guru dalam wawancara yang dilakukan terhadap guru matematika SMP Negeri 1 Teriak bahwa siswa kurang bersemangat saat belajar matematika dan pencapaian hasil belajar matematika siswa masih rendah.Beberapa siswa yang diwawancarai juga menambahkan penyebabnya adalah cara guru mengajar yang kurang bervariasi.Mengajar dengan menggunakan metode konvensional juga membuat guru mendominasi di dalam kelas sehingga menghambat peran aktif siswa dalam berkreasi.Padahal dalam rumusan kurikulum 2013,penilaian hasil dari pembelajaran mencakup tiga aspek yaitu aspek pengetahuan,aspek keterampilan dan aspek sikap dan perilaku.Nah sekarang bagaimana cara guru menilai aspek keterampilan dan aspek sikap dan perilaku jika hanya mengajar dengan menggunakan metode konvensional.Sedangkan dalam kurikulum 2013,pemerintah juga menambahkan materi pelajaran matematika sehingga jika hal ini terus menerus dibiarkan akan memberi dampak yang negatif untuk pembelajaran matematika dan membuat pelajaran matematika tetap menjadi pelajaran dengan pencapaian nilai dibawah standar KKM.Untuk mengantisipasi masalah tersebut maka perlu dicari solusi berupa formula pembelajaran yang tepat sehingga mampu mengatasi masalah-masalah yang muncul.Para guru hendaknya terus berusaha menyusun dan menerapakan berbagai model serta metode pembelajaran yang variatif agar siswa bersemangat dalam mengikuti pelajaran matematika salah satunya melalui model pembelajaran kooperatif tipe TPS (Think Pair Share).Melalui model pembelajaran kooperatif tipe TPS ini,guru memberi kesempatan kepada siswa bekerja sendiri serta bekerja sama dengan orang lain.Keunggulan teknik ini adalah optimalisasi partisipasi siswa,yaitu memberikan kesempatan delapan kali lebih banyak kepada setiap siswa untuk dikenali dan menunjukan partisipasi mereka kepada orang lain.Guru dapat menilai aspek keterampilan dan sikap siswa dengan mudah melalui pembelajaran ini. Guru sebagai fasilitator menciptakan proses belajar aktif,kreatif dan menyenangkan.Hal ini dinilai mampu mencapai hasil akhir pembelajaran yaitu meningkatkan aspek kompetensi sikap melalui kerja sama dalam kelompok dan aspek kompetensi pengetahuan dan keterampilan melalui diskusi materi secara individual maupun berpasangan.Berdasarkan masalah diatas,tumbuh ketertarikan peneliti untuk meneliti tentang Pengaruh Model Cooperative Learning Think-Pair-Share Terhadap Hasil Belajar Siswa Dalam Pembelajaran Matematika di kelas VIII SMP Negeri 1 Teriak.

C. Identifikasi MasalahAdapun identifikasi masalah dalam penelitian ini adalah:1. Hasil belajar matematika siswa sebagian besar belum maksimal.2. Penggunaan metode mengajar yang kurang bervariasi sebagai penyebab rendahnya minat siswa dalam belajar matematika sehingga menjadi pemicu pencapaian rata-rata nilai siswa di bawah standar KKM.D. Pembatasan MasalahAdapun pembatasan masalah dalam penelitian ini adalah:1. Penelitian hanya dilaksanakan di SMP Negeri 1 Teriak2. Subjek penelitian adalah siswa kelas VIII SMP Negeri 1 Teriak3. Penelitian dilakukan pada saat pembelajaran matematika di dalam kelas 4. Penelitian dilakukan dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe TPS ( Think Pair Share)5. Materi yang digunakan untuk melakukan penelitian ini adalah materi volume prisma segitiga di kelas VIII SMP6. Hasil belajar siswa dapat dilihat dari hasil tes setelah menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe TPS ( Think Pair Share)

E. Rumusan MasalahBerdasarkan uraian di atas maka masalah penelitian ini adalah Apakah Hasil Belajar siswa yang mengikuti pembelajaran dengan Model Cooperative Learning Think-Pair-Share lebih baik daripada Siswa yang mengikuti pembelajaran konvensional pada materi volume prisma segitiga di Kelas VIII SMP Negeri 1 Teriak?

F. Tujuan PenelitianPenelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah Hasil Belajar siswa yang mengikuti pembelajaran dengan Model Cooperative Learning Think-Pair-Share lebih baik daripada Siswa yang mengikuti pembelajaran konvensional pada materi volume prisma segitiga di Kelas VIII SMP Negeri 1 Teriak .

G. Manfaat Penelitian1. Manfaat TeoritisDengan melakukan penelitian,diharapkan peneliti akan berhasil dalam upaya ikut memajukan ilmu tersebut yakni dengan menguji hipotesis yang disusun berdasarkan studi pustaka yang relevan.2. Manfaat Praktisa) Bagi GuruHasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan guru kelas dalam upaya meningkatkan hasil belajar siswa terhadap pembelajaran matematika khususnya materi volume prisma segitigab) Bagi SiswaHasil penelitian ini diharapkan dapat meningkatkan hasil belajar siswa dalam mata pelajaran matematika khususnya materi volume prisma segitigac) Bagi PembacaHasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan rujukan bagi pembaca untuk menggali informasi tentang penelitian menggunakan Model Cooperative Learning Think-Pair-Share

H. Definisi OperasionalAgar didalam penelitian ini tidak terjadi penafsiran yang berbeda terhadap istilah yang dipergunakan, untuk itu perlu dijelaskan maksud-maksud dari istilah yang digunakan dalam penelitian ini.1. Model Cooperative Learning Think-Pair-Share Model Think Pair Share atau berpikir berpasangan berbagi adalah merupakan jenis pembelajaran kooperatif yang dirancang untuk mempengaruhi pola interaksi siswa (Trianto, 2012: 61).Dalam pembelajaran yang dirancang dalam penelitian ini,siswa akan melalui 3 langkah.Langkah pertama yaitu siswa diberi waktu untuk berpikir mengenai materi yang ditugaskan oleh guru ( think ) ,langkah kedua siswa akan berdiskusi dengan pasangannya(pair) mengenai hasil pemikirannya yang dilakukan pada langkah 1,terakhir siswa berpasang-pasangan akan berbagi dengan dengan keseluruhan kelas yang telah mereka bicarakan (shared). Hal ini efektif untuk berkeliling ruangan dari pasangan ke pasangan dan melanjutkan sampai sekitar sebagian pasangan mendapat kesempatan untuk melaporkan.2. Pembelajaran KonvensionalDalam penelitian ini yang dimaksud pembelajaran konvensional adalah pembelajaran yang lazim diterapkan dalam pembelajaran sehari-hari yang cenderung pada belajar hafalan dan jarang melibatkan peran aktif siswa dalam pembelajaran di kelas.3. Hasil Belajar Siswa Menurut pendapat Sudjana (2009:22) hasil belajar merupakan kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa setelah ia menerima pengalaman belajar .Hasil belajar siswa dalam penelitian ini adalah tingkat kemampuan yang dimiliki siswa setelah menerima pengalaman belajar mengikuti pembelajaran dengan Model Cooperative Learning Think-Pair-Share yang berupa skor nilai yang mencakup ranah kognitif.4. Pembelajaran Matematika Pembelajaran matematika menurut Dienes dalam Herman Hudojo (2005 :56) adalah belajar tentang konsep dan struktur matematika yang terdapat dalam materi yang dipelajari serta mencari hubungan antara konsep dan struktur matematika di dalamnya.Pembelajaran matematika dalam penelitian ini yaitu belajar tentang konsep dan struktur matematika yang terdapat dalam materi khususnya materi volume prisma segitiga di kelas VIII SMP semester genap dengan menggunakan Model Cooperative Learning Think-Pair-Share.

I. Kajian Teoria. Model Cooperative Learning Think Pair Share Model Think Pair Share atau berpikir berpasangan berbagi adalah merupakan jenis pembelajaran kooperatif yang dirancang untuk mempengaruhi pola interaksi siswa (Trianto, 2012: 61). Model Think Pair Share ini berkembang dari penelitian belajar kooperatif dan waktu tunggu. Dengan asumsi bahwa semua resitasi atau diskusi membutuhkan pengaturan untuk mengendalikan kelas secara keseluruhan, dan prosedur yang digunakan dalam Think Pair Share dapat memberi waktu lebih banyak siswa untuk berpikir, untuk merespon dan saling membantu. Arends (dalam Trianto 2011: 61) menyatakan bahwa Think Pair Share merupakan satu cara yang efektif untuk membuat variasi suasana pola diskusi kelas. Menurut Trianto dalam bukunya Model model Pembelajarn Inovatif Berorientasi Konstruktivis menjelaskan langkah-langkah Think Pair Share yaitu sebagai berikut:Langkah 1 : berpikir (thinking)Guru mengajukan pertanyaan atau masalah yang dikaitkan dengan pelajaran, dan meminta siswa menggunakan waktu beberpa menit untuk berpikir sendiri. Siswa membutuhkan penjelasan bahwa berbicara atau mengerjakan bukan bagian dari berpikir.Langkah 2 : berpasangan (pair)Selanjutnya siswa diminta berpasangan oleh guru dan mendiskusikan apa yang telah mereka peroleh. Interaksi selama waktu yang disediakan dapat menyatukan jawaban jika suatu pertanyaan yang diajukan atau menyatukan gagasan apabila suatu masalah khusus yang diidentifikasi. Secara normal guru memberi waktu tidak lebih dari 4 atau 5 menit untuk berpasangan.Langkah 3 : berbagi (share)Pada langkah akhir, guru meminta siswa untuk berpasang- pasangan untuk berbagi dengan dengan keseluruhan kelas yang telah mereka bicarakan. Hal ini efektif untuk berkeliling ruangan dari pasangan ke pasangan dan melanjutkan sampai sekitar sebagian pasangan mendapat kesempatan untuk melaporkan Lie (2002: 46) mengemukakan bahwa kelebihan dari kelompok berpasangan (kelompok yang teridiri dari 2 orang siswa) adalah (1) akan meningkatkan pasrtisipasi siswa; (2) cocok untuk tugas sederhana; (3) lebih banyak memberi kesempatan untuk kontribusi masing-masing anggota kelompok; (4) interaksi lebih mudah; (5) lebih mudah dan cepat membentuk kelompok; (6) teknik ini dapat digunakan dalam semua mata pelajaran dan untuk semua tingkatan usia anak didik. Model Think Pair Share berdampakbaik pada aktivitas siswa dalam pembelajaran. Untuk memaksimalkan peran siswa pada proses pembelajaran maka perlu adanya media pembelajaran.

b. Pembelajaran KonvensionalPembelajaran konvensional menurut Doantasa yasa 2008:1) merupakan suatu istilah dalam pembelajaran yang lazim diterapkan dalam pembelajaran seharihari.Desain pembelajaran bersifat linier dan dirancang dari sub-sub konsep secara terpisah menuju konsep-konsep yang lebih kompleks.Pembelajaran linier berarti bahwa satu langkah mengikuti langkah yang lain,dimana langkah kedua tidak bisa dilakukan sebelum langkah pertama dikerjakan.Bahan-bahan pembelajaran diberikan guru secara bertahap,satu kalimat demi satu kalimat,satu rumus demi satu rumus dituliskan dan dijelaskan oleh pengajar dengan intonasi tertentu.Pembelajaran konvensional dalam proses pembelajaran jarang melibatkan pengaktifan pengetahuan awal dan jarang memotivasi sisa untuk mengkonstruksi proses pengetahuannya.Pembelajaran konvensional masih didasarkan atas asumsi bahwa pengetahuan dapat dipindahkan secara utuh dari pikiran guru ke pikiran siswa.Menurut Depdiknas (2004:51).Dalam pembelajaran konvensioanl,cenderung pada pembelajaran yang menolerir respon-respon yang bersifat konvergen ,menekankan informasi konsep ,latihan soal dalam teks,serta penilaian masih bersifat tradisional dengan paper dan pencil test yang hanya menuntut pada satu jawaban benar.Belajar hapalan mengacu pada penghapalan fakta-fakta,hubungan-hubungan ,prinsip dan konsep.Pada sisi lain,pertemuan antara guru dan siswa dilakukan secara langsung dalam satu kelas ,yang menciptakan berbagai efek baik sosial,moral maupun psikologis bagi peserta belajar tersebut.Secara umum ciri-ciri pembelajaran konvensional adalah sebagi berikut:1) Siswa adalah penerima informasi secara pasif,dimana siswa menerima pengetahuan dari guru dan pengetahuan diasumsikan sebagai badan dari informasi dan keterampilan yang dimiliki keluaran sesuai standar.2) Belajar secara individual3) Pembelajaran sangat abstrak dan teoritis4) Kebenaran bersifat absolut dan pengetahuan bersifat final5) Guru adalah penentu jalannya proses pembelajaran6) Perilaku baik berdasarkan motivasi ekstrinsikDalam penelitian ini yang dimaksud pembelajaran konvensional adalah pembelajaran yang lazim diterapkan dalam pembelajaran sehari0hari yang cenderung pada belajar hafalan dan jarang melibatkan peran aktif siswa dalam pembelajaran di kelas (Doantara Yasa,2008:7)c. Hasil Belajar siswaHasil belajar merupakan perubahan perilaku yang diperoleh peserta didik setelah mengalami kegiatan belajar. Untuk mengetahui sejauh mana proses belajar mengajar mencapai tujuan pembelajaran yang diharapkan, maka perlu diadakan tes hasil belajar. Menurut pendapat Sudjana (2009:22) hasil belajar merupakan kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa setelah ia menerima pengalaman belajar. Hasil belajar digunakan oleh guru untuk dijadikan ukuran atau kriteria dalam mencapai suatu tujuan pendidikan. Hal ini dapat tercapai apabila siswa sudah memahami belajar dengan diiringi oleh perubahan tingkah laku yang lebih baik lagi. Oleh karena itu, Kingsley membagi 3 macam hasil belajar, yang meliputi: (1) keterampilan dan kebiasaan, (2) Pengetahuan dan pengertian, dan (3) sikap dan cita-cita. (dalam Sudjana 2009:22). Pendapat dari Kingsley ini menunjukkan hasil perubahan dari semua proses belajar. Hasil belajar ini akan melekat terus pada diri siswa karena sudah menjadi bagian dalam kehidupan siswa tersebut. Berdasarkan teori Taksonomi Bloom (dalam Sudjana 2009:22-23) hasil belajar dalam rangka studi, dicapai melalui tiga kategori ranah antara lain kognitif, afektif, psikomotor. Perinciannya adalah sebagai berikut:a. Ranah Kognitif, berkenaan dengan hasil belajar intelektual yang terdiri dari 6 aspek yaitu:1) Pengetahuan (knowledge)Pengetahuan didefinisikan sebagai perilaku mengingat atau mengenali informasi (materi peserta didikan) yang telah tercapai sebelumnya. Tingkah laku operasional khusus, yang berisikan tipe hasil belajar ini antara lain; menyebutkan, menjelaskan kembali, menunjukkan, menuliskan, memilih, mengidentifikasi, mendefinisikan.2) Pemahaman (comprehention)Pemahaman merupakan kemampuan menangkap makna atau arti dari suatu konsep. Tingkah laku operasional khusus, yang berisikan tipe hasil belajar ini antara lain; membedakan, menjelaskan, meramalkan, menafsirkan, memperkirakan, memberi contoh, mengubah, membuat rangkuman, menuliskan kembali, melukiskan dengan kata-kata sendiri.3) Penerapan (aplikasi)Aplikasi mengacu pada kemampuan menggunakan materi peserta didikan yang telah dipelajari di dalam situasi baru dan konkrit. Tingkah laku operasional khusus, yang berisikan tife hasil belajar ini antara lain; menghitung, memecahkan, mendemonstrasikan, mengungkapkan, menjalankan, menggunakan, menghubungkan, mengerjakan, mengubah, menunjukkan proses, memodifikasi, mengurutkan.4) AnalisisAnalisis mengacu pada kemampuan memecahkan material ke dalam bagian-bagian sehingga dapat dipahami struktur organisasinya. Tingkah laku operasional khusus, yang berisikan tife hasil belajar ini antara lain; menguraikan, memecahkan, membuat diagram, memisahkan, membuat garis besar, merinci, membedakan, menghubungkan, memilih alternatif.5) SintesisSintesis mengacu pada kemampuan menggabungkan kemampuan bagianbagian dalam rangka membentuk struktur yang baru. Tingkah laku operasional khusus, yang berisikan tipe hasil belajar ini antara lain; mengkategorikan, menggabungkan, menghimpun, menyusun, mencipta, merancang, mengkonstruksi, mengorganisasi kembali, merevisi, menyimpulkan,menghubungkan, mensistematis.6) Penilaian (evaluasi)Penilaian mengacu pada kemampuan membuat keputusan tentang nilai materi peserta didikan (pernyataan, novel, puisi, laporan) untuk tujuan tertentu. Tingkah laku operasional khusus, yang berisikan hasil belajar ini antara lain; menilai, membandingkan, mempertimbangkan, mempertentangkan, menyarankan, mengeritik, menyimpulakan, mendukung, menberikan pendapat.Konsep tersebut mengalami perbaikan seiring dengan perkembangan dan kemajuan jaman serta teknologi. Salah seorang murid Bloom yang bernama Lorin Anderson merevisi taksonomi Bloom pada tahun 1990. Hasil perbaikannya dipublikasikan pada tahun 2001 dengan nama Revisi Taksonomi Bloom. Dalam revisi ini ada perubahan kata kunci, pada kategori dari kata benda menjadi kata kerja. Masing-masing kategori masih diurutkan secara hirarkis, dari urutan terendah ke yang lebih tinggi. Pada ranah kognitif kemampuan berpikir analisis dan sintesis diintegrasikan menjadi analisis saja. Dari jumlah enam kategori pada konsep terdahulu tidak berubah jumlahnya karena Lorin memasukan kategori baru yaitu creating yang sebelumnya tidak ada.Setiap kategori dalam Revisi Taksonomi Bloom terdiri dari subkategori yang memiliki kata kunci berupa kata yang berasosiasi dengan kategori tersebut.Kata-kata kunci itu seperti terurai di bawah ini1) Mengingat : mengurutkan, menjelaskan, mengidentifikasi, menamai,,menempatkan, mengulangi , menemukan kembali dsb.2) Memahami : menafsirkan, meringkas, mengklasifikasikan, membandingkan, menjelaskan, mebeberkan dsb.3) Menerapkan : melaksanakan, menggunakan, menjalankan, melakukan, mempraktekan, memilih, menyusun, memulai, menyelesaikan, mendeteksi dsb4) Menganalisis : menguraikan, membandingkan, mengorganisir, menyusun ulang, mengubah struktur, mengkerangkakan, menyusun outline, mengintegrasikan, membedakan, menyamakan, membandingkan, mengintegrasikan dsb.5) Mengevaluasi : menyusun hipotesi, mengkritik, memprediksi, menilai, menguji, mebenarkan, menyalahkan, dsb.6) Berkreasi : merancang, membangun, merencanakan, memproduksi, menemukan, membaharui, menyempurnakan, memperkuat, memperindah, menggubah dsb. (Maksum, 2012)b. Ranah Afektif, berkenaan dengan sikap dan nilai. Ranah afektif meliputi lima jenjang kemampuan yaitu menerima, menjawab atau reaksi, menilai, organisasi dan karakterisasi dengan suatu nilai atau kompleks nilai.1) Receiving (penerimaan)Penerimaan mengacu pada keinginan peserta didik untuk menghadirkan rangsangan atau fenomena tertentu (aktivitas kelas, buku teks, musik, dan sebagainya).2) Responding (jawaban)yakni reaksi yang diberikan oleh seseorang terhadap stimulus yang datang dari luar.3) Valuing (penilaian)yakni berkenaan dengan nilai dan kepercayaan terhadap gejala atau stimulus tadi.4) Organisasi (pengorganisasian)yakni pengembangan nilai kedalam satu nilai organisasi, termasuk menetukan hubungan satu nilai dengan nilai lain dan kemantapan, dan prioritas nilai yang telah dimilikinya. Internalisasi nilai (karakteristik nilai) yakni keterpaduan dari semua sistem nilai yang telah dimiliki seseorang, yang mempengaruhi pola kepribadian dan tingkah lakunya.c. Ranah Psikomotor, berkenaan dengan hasil belajar keterampilan dan kemampuan bertindak. Terdapat 6 aspek ranah psikomotoris yaitu:1) Gerakan refleks (ketermpilan pada gerakan yang tidak sadar)2) Keterampilan pada gerakan-gerakan dasar.3) Kemampuan perseptual termasuk di dalamnya membedakan visual, membedakan auditif motorik dan lain-lain.4) Kemampuan dibidang fisik, misalnya kekuatan, keharmonisan, dan ketepatan.5) Gerakan-gerakan skill, mulai dari keterampilan sederhana sampai pada keterampilan yang kompleks.6) Kemampuan yang berkenaan dengan no descursive komunukasi seperti gerakan ekspresif, interpretatif.Berdasarkan penjelasan di atas, dapat disimpulkan bahwa hasil belajar merupakan segala aspek kemampuan yang diperoleh siswa sebagai hasil dari aktvitas yang dilakukan yang meliputi kemampuan kognitif setelah diberikan pembelajaran dengan menggunakan model Model Cooperative Learning Think-Pair-Share pada materi volume prisma segitiga .

d. Pembelajaran MatematikaDalam dunia pendidikan, istilah belajar merupakan hal yang sangat umum. Berikut pendapat beberapa ahli mengenai definisi belajar. Menurut Badan Standar Nasional Pendidikan (BNSP, 2007:21) belajar adalah perubahan yang relatif permanen dalam diri seseorang sebagai akibat dari pengalaman yang telah diperolehnya dan praktik yang dilakukannya senada dengan yang menyatakan Fontana dalam Erman Suherman, dkk (2001:8) bahwa belajar merupakan proses perubahan tingkah laku individu yang relatif tetap sebagi hasil pengalaman. menurut konsep sosiologi, belajar merupakan pusat dari seseorang dalam bersosialisasi dengan lingkungan sekitar. Menurut Muhibbin Syah (1997:89) belajar merupakan kegiatan yang berproses dan merupakan unsur yang sangat fundamental dalam setiap penyelenggaraan jenis dan jenjang pendidikan. Ini berarti bahwa berhasil atau gagalnya pencapaian tujuan pendidikan itu amat bergantung pada proses yang dialami siswa, baik ketika siswa berada di sekolah maupun di lingkungan rumah atau keluarganya sendiri. Sedangkan menurut Arends (2007:11) belajar adalah kegiatan sosial dan kultural tempat pelajar mengkonstruksikan makna yang dipengaruhi oleh interaksi antara pengetahuan sebelumnya dan peristiwa belajar baru. Dari berbagai pengertian diatas dapat disimpulkan, belajar merupakan suatu proses memperoleh pengetahuan dan pengalaman dalam wujud perubahan tingkah laku dan kemampuan bereaksi yang relatif permanen atau menetap karena adanya interaksi individu dengan lingkungan. Melalui proses belajar seseorang akan memiliki pengetahuan, ketrampilan, dan sikap yang baik. Dalam keseluruhan proses pendidikan di sekolah, pembelajaran merupakan aktivitas yang paling utama. Pembelajaran adalahmembelajarkan siswa menggunakan asas pendidikan maupun teori belajar merupakan penentu utama keberhasilan pendidikan. Pembelajaran merupakan proses komunikasi dua arah, mengajar dilakukan oleh guru sebagai pendidik, sedangkan belajar dilakukan oleh peserta didik atau murid (Saiful Sagala, 2009:61) dan dijelaskan dalam BNSP (2007: 23)bahwa pembelajaran adalah usaha sengaja, terarah serta bertujuan untuk seseorang atau sekelompok orang (termasuk guru dan penulis buku pelajaran) agar orang lain (termasuk peserta didik) dapat memperoleh pengalaman yang bermakna. Usaha ini merupakan kegiatan yang berpusat pada kepentingan peserta didik.Menurut Erman Suherman, dkk (2003: 8) dalam arti sempit, proses pembelajaran adalah proses pendidikan dalam lingkup persekolahan, sehingga arti dari proses pembelajaran adalah proses interaksi seorang siswa dengan lingkungan sekolah, seperti guru, sumber/fasilitas, dan teman-teman sesama siswa.Pola interaksi antara guru dengan siswa pada hakekatnyamerupakan hubungan antar dua pihak yang setara, yaitu antara manusia yang tengah mendewasakan diri, meskipun yang satu telah ada pada tahap yang seharusnya lebih maju dalam aspek akal, moral, maupun emosional. Adapun tahapan dalam pembelajaran menurut Gagne (dalam Made Wena, 2009: 236), yaitu:1) Menarik perhatian;2) Memberitahukan tujuan pembelajaran;3) Merangsang ingatan pada prasyarat belajar;4) Menyajikan bahan perangsang;5) Memberikan bimbingan belajar;6) Menampilkan unjuk kerja;7) Memberi balikan;8) Menilai unjuk kerja;9) Meningkatkan retensi dan alih belajar.Dari berbagai pengertian pembelajaran diatas dapat disimpulkan bahwa pembelajaran merupakan suatu upaya yang dilakukan dengan sengaja oleh pendidik untuk menyampaikan ilmu pengetahuan, mengorganisasi dan menciptakan sistem lingkungan dengan berbagaimetode sehingga siswa dapat melakukan kegiatan belajar secara efektif dan efisien serta dengan hasil yang optimal. Dengan demikian, dalam pembelajaran hendaknya siswa tidak hanya belajar untuk mengetahui, tetapi juga belajar melakukan, belajar memahami, belajar bagaimana harusnya belajar dan belajar bersosialisasi. Dalam pembelajaran seperti itu, akan terjadi interaksi dan komunikasi antara siswa, guru dan siswa lain. Siswa juga bisa mengaitkan konsep yang dipelajarinya dengan konsep-konsep lain yang relevan, serta belajar memecahkan masalah sebagai latihan untuk membiasakan belajar dengan tingkat kognitiftinggi. Dengan pembelajaran seperti itu, diharapkan kelas menjadi lebih hidup karena siswa merasa senang dan berpartisipasi aktif dalam pembelajaran.Matematika berasal dari perkataan Yunani, mathematike, yang berarti relating to learning. Yang berasal dari kata mathema yang berarti pengetahuan atau ilmu (knowledge, science). Jadi berdasarkan etimologis matematika dapat berarti sebagai ilmu pengetahuan yang diperoleh dengan bernalar (Elea Tinggih, dalam Erman Suherman, dkk, 2003: 16). Hal ini maksudnya bukan berarti ilmu lain diperoleh tidak melalui penalaran, akan tetapi dalam matematika lebih menekankan aktivitas dalam penalaran, sedangkan dalam ilmu lain lebih menekankan hasil observasi atau eksperimen disamping penalaran.Abraham S Lunchins dan Edith N Luchins (dalam Erman Suherman, dkk, 2003: 15) menyatakan:In short, the question what is mathematics? May be answered difficulty depending on when the question is answered, where it is answered, who answer it, and what is regarded as being included in mathematics.Yang artinya: apakah matematika itu? Dapat dijawab secara berbeda-beda tergantung pada bilamana pertanyaan itu dijawabnya, siapa yang menjawabnya, dan apa sajakah yang dipandang termausk dalam matematika. Dengan demikian matematika mempunyai banyak pengertian tergantung pada sudut pandangan mana seseorang melihatnya, bisa dari pengetahuan dan pengalaman masing-masing yang berbeda. Ruseffendi, dalam Erman Suherman dkk, (2003:16) menyatakan bahwa matematika sebagai hasil pemikiran manusia yang berhubungan dengan ide, proses dan penalaran. Pada tahap awal matematika terbentuk dari pengalaman siswa berdasarkan realitas atau kenyataan yang ada, karena matematika sebagai aktivitas manusia kemudian pengalaman itu diproses dengan penalaran, diolah secara analisis dan sintesis dengan penalaran di dalam pengetahuan sehingga sampailah pada suatukesimpulan berupa konsep-konsep matematika. Senada dengan pendapat Ruseffendi, Courant dan Robbin dalam Erman Suherman dkk, (2003:18) menyatakan bahwa untuk dapat mengetahui apa matematika itu sebenarnya, seseorang harus mempelajari sendiri ilmu matematika itu, yaitu dengan mempelajari, mengkaji, dan mengerjakannya. Adapun hakekat matematika, yaitu:1) Matematika sebagai ilmu deduktif2) Matematika sebagai ilmu terstruktur3) Matematika sebagai ratu dan pelayan ilmuDengan demikian, matematika merupakan salah satu ilmu yang mempunyai manfaat yang sangat besar dalam kehidupan sehari-hari manusia serta matematika juga merupakan pelajaran yang diberikan kepada semua peserta didik mulai dari sekolah dasar. Hal ini bertujuan membekali peserta didik dengan kemampuan berfikir logis, analitis, sistematis, kritis, kreatif, dan kemampuan dalam bekerjasama. Kompetensi tersebut ditujukan agar peserta didik mempunyai kemampuan dalam memperoleh, mengelola, dan memanfaatkan segala informasi yang ada.Pembelajaran matematika menurut Dienes dalam Herman Hudojo (2005:56) adalah belajar tentang konsep dan struktur matematika yang terdapat dalam materi yang dipelajari serta mencari hubungan antara konsep dan struktur matematika di dalamnya. Pada hakekatnya belajar matematika sangat terkait dengan pola berpikir sistematis, yaitu berpikirmerumuskan sesuatu yang dilakukan atau yang berhubungan dengan struktur-struktur yang telah dibentuk dari hal yang ada.Dalam proses pembelajaran matematika, siswa dibiasakan untuk memperoleh pemahaman melalui pengalaman tentang sifat-sifat yang dimiliki dan yang tidak dimiliki dari sekumpulan objek. Melalui pengamatan terhadap contoh-contoh dan bukan contoh diharapkan siswa mampu menangkap pengertian suatu konsep. Selanjutnya dengan abstraksi ini, siswa dilatih untuk membuat perkiraan, terkaan, atau kecenderungan berdasarkan kepada pengalaman atau pengetahuan yang dikembangkan melalui contoh-contoh khusus (generalisasi). Di dalam proses penalarannya dikembangkan pola pikir induktif maupun deduktif. Namun tentu kesemuanya itu harus disesuaikan dengan perkembangankemampuan siswa, sehingga pada akhirnya akan sangat membantu kelancaran proses pembelajaran matematika di sekolah.Menurut Erman Suherman (2003:56-57) fungsi dalam pembelajaran matematika antara lain:1) Sebagai alat untuk memahami dan menyampaikan informasi, misalnya menggunakan tabel-tabel atau model-model matematika untuk menyederhanakan soal-soal cerita atau soal-soal uraian matematika.2) Sebagai upaya pembentukan pola pikir dalam pemahaman suatu pengertian maupun dalam penalaran suatu hubungan diantara pengertian-pengertian itu.3) Sebagai ilmu pengetahuan, dimana matematika senantiasa mencari kebenaran dan mencoba mengembangkan penemuan-penemuan dengan mengikuti tata cara yang tepat.

J. Hipotesis PenelitianAdapun hipotesis dalam penelitian ini adalah Hasil Belajar yang mengikuti pembelajaran dengan Model Cooperative Learning Think-Pair-Share lebih baik daripada Siswa yang mengikuti pembelajaran konvensional pada materi volume prisma segitiga di Kelas VIII SMP Negeri 1 Teriak

K. Metode Penelitiana. Bentuk PenelitianPenelitian ini menggunakan bentuk desain Quasi Experiment.Dalam desain ini terdapat dua kelompok yang dipilih,kemudian diberi pretest untuk mengetahui keadaan awal apakah ada perbedaan antara kelompok eksperimen dan kelompok kontrol (Sugiyono,2014:74)Paradigma dalam penelitian eksperimen model ini dapat digambarkan seperti berikut:O1 X O2O3 X O4

Keterangan :X = Treatmen / perlakuan (variabel independen)O = Observasi (variabel dependen)

b. Populasi dan Sampel1. Populasi Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas obyek/subyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajarai dan kemudian ditarik kesimpulannya (Sugiyono,2013:61).Populasi dalam penelitian ini adalah siswa kelas VIII SMP Negeri 1 Teriak2. Sampel Menurut Sugiyono (2013:62),sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi.Sampel yang diambil dari populasi harus representatif (mewakili).Sampel dalam penelitian ini diambil dengan cara menguji homogenitas dari kelas A,B,C,D di kelas VIII SMP Negeri 1 teriak . Kemudian,setelah menguji homogenitas dari keempat kelas dengan menggunakan uji bartlett ,diambil dua kelas secara acak yang mempunyai katrakteristik yang tidak jauh berbeda.Sehingga diharapkan sampel representatif terhadap populasi.

L. Instrumen Penelitiana. Jenis Instrumen Instrumen penelitian adalah suatu alat yang digunakan mengukur fenomena alam maupun sosial yang diamati (Sugiyono,2014:102).Secara spesifik semua fenomena ini disebut variabel penelitian.Metode yang digunakan peneliti adalah metode tes dengan instrumen berupa soal tes.Tes adalah serentetan pertanyaan atau latihan serta alat lain yang digunakan untuk mengukur keterampilan,pengeahuan intelegensi,kemampuan atau bakat yang dimiliki oleh individe atau kelompok.Tes yang digunakan berupa tes prestasi atau achievment test .Tes ini yaitu tes yang digunakan untuk mengukur pencapaian seseorang setelah mempelajari sesuatu.Dalam penelitian ini khususnya,peneliti akan mengukur pencapaian siswa setelah digunakannya Model Cooperative Learning Think-Pair-Share dalam pembelajaran matematika.Soal test yang diberikan kepada siswa berjumlah 7 soal untuk soal pretest maupun postest dengan materi volume prisma segitiga lurus dan merupakan soal essay.b. Penulisan Instrumen Menurut Arikunto (2013:209) prosedur yang ditempuh dalam pengadaan instrumen yang baik adalah:1. Perencanaan,meliputi rumusan tujuan,menentukan variabel,kategorisasi variabel.Untuk tes,langkah ini meliputi perumusan tujuan dan pembuatan tabel spesifikasi.2. Penulisan butir soal,atau item kuesioner ,penyusunan skala,dan penyusunan pedoman wawancara3. Penyuntingan, yaitu melengkapi instrumen dengan pedoman mengerjakan surat pengantar,kunci jawaban dan lain-lain yang perlu.4. Uji coba, baik dalam skala kecil maupun besar.5. Penganalisaan hasil, analisis item,melihat pola jawaban peninjauan saran-saran dsb.6. Mengadakan revisi terhadap item-item yang dirasa kurang baik dan mendasarkan diri pada data yang diperoleh sewaktu uji coba.

c. Rencana Pembakuan Instrumen1) Validitas InstrumenInstrumen yang valid berarti alat ukur yang digunakan untuk mendapatkan data ( mengukur ) itu valid.Valid berarti instrumen tersebut dapat digunakan untuk mengukur apa yang seharusnya diukur (Sugiyono,2014:121).Untuk menguji validitas instrumen dalam penelitian ini,digunakan pengujian validitas internal dengan menguji validitas konstruksi,dan validitas isi.Untuk Pengujian validitas konstruksi dapat digunakan pendapat para ahli diteruskan dengan uji coba instrumen pada sampel dari mana populasi diambil.Untuk instrumen yang berbentuk test,pengujian validitas ini dapat dilakukan dengan membandingkan antara isi instrumen dengan materi pelajaran yang telah di ajarkan.Secara teknis pengujian validitas konstruksi dan validitas isi dapat dibantu dengan menggunakan kisis-kisi instrumen ,atau matrik pengembangan instrumen.Untuk menguji validitas butir-butir instrumen lebih lanjut,maka setelah dikonsultasikan dengan para ahli,maka selanjutnya diujicobakan dan dianalisis dengan analisis item atau uji beda.Analisis item dilakukan dengan menghitungkorelasi antara skor butir instrumen dengan skor total dan uji beda dilakukan dengan menguji signifikansi perbedaan antara 27% skor kelompok atas daan 27% skor kelompok bawah.2) Uji ReliabilitasPengujian reliabilitas instrumen dapat dilakukan secara eksternal maupun internal.Namun dalam penelitian ini,peneliti menggunakan pengujian reliabilitas dengan internal consistency ,dilakukan dengan cara mencobakan instrumen sekali saja,kemudian data yang diperoleh dinalaisis dengan teknik tertentu. M. Rencana Analisis Data1. Uji normalitas dengan menggunakan uji Liliefors.Uji ini dapat digunakan bila data berjumlah kurang dari 30.Karen dalam penelitian ini,sampel yang digunakan adalah masing-masing 25 orang,maka digunakan uji Liliefors untuk melihat apakah data berasal dari populasi yang berdistribusi normal.2. Uji Homogenitas dengan menggunakan uji F3. Uji t untuk menguji hipotesis penelitian bila sampel independen jika data berdistribusi normal dan berasal dari populasi yang homogen atau menggunakan uji pada statistik parametris

4. Jika data berdistribusi tidak normal ataupun berasal dari populasi yang tidak homogen maka dapat digunakan uji pada statistik nonparametris yaitu uji Mann-Whitney U-Test dan

N. Daftar PustakaArikunto, Suharsimi. 2013. Prosedur Penelitian,Suatu pendekatan Praktik.Jakarta:Rineka Cipta.Hadari, Nawawi. 2012. Metode Penelitian Bidang Sosial.Yogjakarta:Gajahmada University PressIsjoni. 2011. Pembelajaran Kooperatif: Meningkatkan Kecerdasan Komunikasi Antar Peserta Didik. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.Lie, Anita. 2005. Cooperative Learning. Jakarta: GrasindoSugiyono. 2014. Metode penelitian Kualitatif Kuantitatif ,dan R&D.Bandung:Alfabeta.Sugiyono. 2013. Statistika untuk Penelitian,Bandung:Alfabeta BSNP. 2006. Standar Isi dan Standar Kompetensi Kelulusan untuk Satuan Pendidikan Dasar SD/MI. Jakarta: BP Cipta Jaya.Trianto. 2011. Mengembangkan Model Pembelajaran Tematik. Jakarta : Pustaka Pelajar