tugas mandiri ske 4 bisikan gaib

43
LILO 1. MM ANATOMI DAN FISIOLOGI SISTIM LYMBIC 2. MM PSIKOPATOLOGI 3. MM SKIZOFRENIA A. DEFINISI B. ETIOLOGI/ FAKTOR RESIKO C. KLASIFIKASI D. PATOFISIOLOGI E. MANIFESTASI F. DIAGNOSIS G. DIAGNOSIS BANDING H. TATALAKSANA I. PROGNOSIS 4. MM IBADAH MAHDHO 1

Upload: wina-hanriyani

Post on 25-Dec-2015

25 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

blok saraf

TRANSCRIPT

LILO

1. MM ANATOMI DAN FISIOLOGI SISTIM LYMBIC 2. MM PSIKOPATOLOGI3. MM SKIZOFRENIA

A. DEFINISIB. ETIOLOGI/ FAKTOR RESIKOC. KLASIFIKASID. PATOFISIOLOGIE. MANIFESTASIF. DIAGNOSISG. DIAGNOSIS BANDINGH. TATALAKSANAI. PROGNOSIS

4. MM IBADAH MAHDHO

1

1. MM ANATOMI DAN FISIOLOGI SISTIM LYMBIC

Sistem limbik terletak di bagian tengah otak, membungkus batang otak ibarat kerah baju.limbik secara harfiah diartikan sebagai perbatasan. Sistem limbik itu sendiri diartikan keseluruhan lintasan neuronal yang mengatur tingkah laku emosional dan dorongan motivasional.   Bagian utama sistem limbik adalah hipothalamus dan struktur-strukturnya yang berkaitan. Bagian otak ini sama dengan yang dimiliki hewan mamalia sehingga sering disebut dengan otak mamalia.

Komponen limbik antara lain hipotalamus, thalamus, amigdala, hipocampus dan kortes limbik. Sistem limbik berfungsi mengendalikan emosi, mengendalikan hormon, memelihara homeostasis, rasa haus, rasa lapar, seksualitas, pusat rasa senang, metabolisme dan juga memori jangka panjang.Sistem limbik menyimpan banyak informasi yang tak tersentuh oleh indera. Dialah yang lazim disebut sebagai otak emosi. Carl Gustav Jung  menyebutnya sebagai Alam Bawah Sadar atau ketaksadaran kolektif, yang diwujudkan dalam perilaku baik seperti menolong orang, dan perilaku tulus lainnya. LeDoux mengistilahkan sistem limbik ini sebagai tempat duduk bagi semua nafsu manusia, tempat bermuaranya cinta, respek dan kejujuran.Sistem Limbik yang terdiri dari Amigdala, Thalamus dan Hipothalamus ini berperanan  sangat penting dan berhubungan langsung dengan sistem otonom maupun bagian otak penting lainnya.  Karena  hubungan langsung sistem Limbik  dengan sistem otonom, jadinya bila ada stimulus emosi negatif yang langsung masuk dan diterima oleh sistem Limbik dapat menyebabkan berbagai gangguan seperti : gangguan jantung  , hipertensi maupun gangguan saluran cerna. Tidak heran saat seseorang marah , maka jantung akan berdetak lebih cepat dan lebih keras  dan  tekanan darah dapat meninggi .

Stimulus emosi dari luar ini dapat langsung potong jalur masuk ke sistem Limbik tanpa dikontrol oleh bagian otak yang mengatur fungsi intelektual yang mampu melihat stimulus tadi secara lebih obyektif dan rasional. Hal ini menjelaskan kenapa seseorang yang sedang mengalami emosi kadang perilakunya tidak rasional.  Permasalahan lain adalah pada beberapa keadaan seringkali emosi negatif seperti cemas dan depresi timbul secara perlahan tanpa disadari dan individu tersebut baru menyadari saat setelah timbul gejala fisik , seperti misalnya hipertensi.

2

HipothalamusDi sekeliling hipotalamus terdapat terdapat subkortikal lain dari sistem limbik yang meliputi septum, area paraolfaktoria, epithalamus, nukleianteriorthalamus, gangglia basalis hipocampus dan amigdala. Di sekeliling area subkortika limbik terdapat korteks limbik, yang terdiri atas sebuah cincin korteks serebri pada setiap belahan otak yang dimulai dari area orbitofrontalis pada permukaan ventral lobus frontalis, menyebar ke atas ke dalam girus sub kalosal, kemudian melewati ujung atas korpus kalosum ke bagian hemisferium serebri dalam girus singulata dan akhirnya berjalan ke belakang korpus kalosum dan ke bawah menuju permukaan ventro medial lobus temporalis ke girus parahipokampal dan unkus. Lalu pada permukaan medial dan ventral dari setiap hemisferium serebri ada sebuah cincin terutama merupakan paleokorteks yang mengelilingi sekelompok struktur dalam yang menagtur perilaku dan emosi. Sebaliknya, cincin korteks limbik ini juga berfungsi sebagai alat komunikasi dua arah dan merupakan tali penghubung antara neokorteks dan struktur limbik lain yang lebih rendah. Jalur komunikasi yang penting antara sistem limbik dan batang otak adalah berkas otak depan bagian medial (medial forebrain bundle) yang menyebar ke regio septal dan orbito frontal korteks serebri ke bawah melalui bagian tengah hipotalamus ke formasio retikularis batang otak. Berkas ini membuat serabut-serabut dalam dua arah, membentuk garis batang sistem komunikasi. Jalur komunikasi yang kedua adalah melalui jaras pendek yang melewati formasio retikularis batang otak, thalamus, hipothalamus, dan sebagian besar area lainnya yang berhubungan dengan area basal otak. Hipotalamus meskipun berukuran sangat kecil hanya beberapa sentimeter kubik mempunyai jaras komunika dua arah yang berhubungan dengan semua tingkat sistem limbik. Sebaliknya, hipotalamus dan struktur yang berkaitan dengannya mengirimkan sinyal-sinyal keluaran dalam tiga arah:

a. ke belakang dan ke bawah menuju batang otak terutama di are retikular mesenfalon, pons, dan medula dan dari area tersebut ke saraf perifer sistem saraf otonom.

b. ke atas menuju bagian besar area yang lebih tinggi di diensefalon dan serebrum khususnya bagia anterior talamus dan bagian limbik korteks serebri.

c. infundibulum hipotalamus untuk mengatur atau mengatur secara sebagain dari fungsi sekretorik pada sebagian posterior dan anterior kelenjar hipofisis.

Pengaturan fungsi vegetatif dan fungsi endokrin HipotalamusPada setiap hipotalamus tampak adanya suatu area hipotalamik lateral yang besar. Area ini berguna untuk pengaturan rasa haus, rasa lapar, dan sebagian besar hasrat emosional.

a. Pengaturan kardiovaskular menimbulkan efek neurogenik pada sistem kardiovaskular yang telah dikenal meliputi kenaikan tekanan arteri, penurunan arteri, peningkatan dan penurunan frekuensi denyut jantung.

b. Pengaturan suhu tubuh. Bagian anterior hipotalamus khususnya area preoptik berhubungan dengan suhu tubuh. Peningkatan suhu darah yang mengalir melewati area ini meningkatkan aktivitas neuron-neuron suhu. sebaliknya penurunan suhu darah akan menurunkan aktivitasnya.

c. Pengaturan cairan. Hipotalamus mengatur cairan tubuh melalui dua cara. 1) dengan mencetuskan sensasi haus yang menyebabkan seseorang atau hewan minum

air.2) mengatur ekskresi air ke dalam urine. Di hipotalamus bagian lateral terdapat area

pusat rasa haus.

3

d. Pengaturan kontraktilitas uterus dan pengeluaran air susu oleh payudara. Perangsangan nuklei paraventrikular menyebabkan sel-sel neuronnya mensekresi  hormon oksitosin yang menyebabkan peningkatan kontraktilitas uterus serta kontraksi sel-sel mioepitelial yang mengelilingi alveoli payudara yang selanjutnya alveoli mengosongkan air susu melalui puting susu.

e. Pengaturan gastrointestinal dan hasrat makan.  Yang berhubungan dengan rasa lapar terdapat di area hipotalamus lateral. Sedangkan pusat rasa kenyang terletak di nuklei ventromedial.

f. Pengaturan hipotalamik sekresi hormon endokrin oleh kelenjar hipofisis anterior.

Fungsi perilaku dari hipotalamus dan fungsi limbik yang berkaitan1. Perangsangan hipotalamus lateral pada hewan, tidak hanya merangsang timbulnya rasa

haus dan nafsu makan, tetapi juga kadangkala menyebabkan timbu rasa marah yang sangat hebat dan keinginan untuk berkelahi.

2. Perangsangan nukleus ventromedial menimbulkan rasa kenyang, menurunkan nafsu makan, dan hewan juga tenang.

3. Perangsangan zone tipis dari nuklei paraventrikular, yang terletak sangat berdekatan dengan ventrikel ke tiga biasanya menimbulkan rasa takut dan reaksi terhukum.

4. Dorongan seksual terjadi bila ada rangsangan pada hipotalamus khususnya sebagian besar bagian anterior dan posterior.

Beberapa prinsip sebagai bentuk kecerdasan emosi yang diperankan sistem limbik antara lain:Mempengaruhi sistem belajar manusia. Sistem limbik ini mengontrol kemampuan daya ingat, kemampuan merespon segala informasi yang diterima pancaindera.Mengontrol setiap informasi yang masuk. Sistem limbik ini mengontrol setiap informasi yang masuk dan memilih informasi yang berharga untuk disimpan dan yang tidak berharga akan dilupakan. Oleh karena itu sistem limbik menentukan terbentuknya daya ingat jangka panjang yang berguna dalam pelayanan pendidikan anak.Otak tidak akan memberikan perhatian jika informasi yang masuk mengabaikan sistem limbik. Suasana belajar yang membosankan membuat sistem limbik mengkerut dan kehilangan daya kerjanya. Oleh karena itu suasana belajar yang menyenangkan akan memberi pengaruh positif pada kerja sistem limbik.

Fungsi spesifik bagian bagian lain sistem limbik ; I. Fungsi hipokampus

Hipokampus merupakan bagian korteks serebri yang memanjang melipat ke dalam untuk membentuk lebih banyak bagian dalam ventrikel lateralis. Hipokampus merupakan saluran tambahan yang dilewati oleh sinyal sensorik yang masuk, yang dapat memulai reaksi perilaku dengan tujuan yang berbeda.Seperti halnya halnya pada struktur-struktur limbik lain, perangsangan pada berbagai area dalam hipokampus hampir selalu dapat menyebabkan salah satu dari berbagai pola perilaku, misalnya rasa marah, ketidak pedulian, atau dorongan seks yang berlebihan.Hal-hal yang berasal dari ingatan jangka pendek dapat diubah untuk disimpan menjadi ingatan jangka panjang oleh hipokampus. Hipokampus (terletak diantara lobus temporal otak) dan bagian

4

media lobus temporal (bagian yang terletak paling dekat dengan garis tengah badan) juga berperan dalam proses penggabungan ingatan (memory consolidation).Untuk mengingat sesuatu, seseorang harus berhasil melaksanakan 3 hal, yaitu mendapatkan informasi, menahan/meyimpannya dan mengeluarkannya. Bila kita lupa akan sesuatu, maka gangguan dapat terjadi pada bagian mana saja dari ke 3 proses tersebut. Memory adalah proses aktif, karena ilmu pengetahuan berubah terus, selalu diperiksa dan diformulasi ulang oleh pikiran otak kita.Ingatan mempunyai beberapa fase yaitu :

1) Waktunya sangat singkat (extremely shortterm)/ingatan segera (immediate memory): Item hanya dapat disimpan dalam beberapa detik

2) Ingatan jangka pendek (short term): Item dapat ditahan dalam beberapa menit3) Ingatan jangka panjang (long term): Penyimpanan berlangsung beberapa jam sampai

seumur hidup.Ingatan jangka panjang dihasilkan oleh perubahan struktural pada system saraf, yang terjadi karena aktifasi berulang terhadap lingkaran neuron (loop of neuron). Lingakaran tersebut dapat dari korteks ke thalamus atau hipokampus, kembali lagi ke korteks.Aktifasi berulang terhadap neuron yang membentuk loop tersebut akan menyebabkan synaps diantara mereka secara fungsional berhubungan. Sekali terjadi hubungan, maka neuron tersebut akan merupakan suatu kumpulan sel, yang bila tereksitasi pada neuron tersebut akan terjadi aktifasi seluruh kumpulan sel tersebut.Dengan demikian dapat disimpan dan dikembalikan lagi oleh berbagai sensasi, pikiran atau emosi yang mengaktifasi beberapa neuron dari kumpulan sel tersebut. Menurut Hebb perubahan struktural tersebut terjadi di sinaps.Peran Hipokampus dalam pembelajaranFungsi teoritis hipokampus pada pembelajanèdapat menyebabkan timbulnya dorongan untuk mengubah in gatan jangka pendek menjadi ingatan jangka panjang. Artinya, hipokampus menjalarkan sinyal-sinyal yang tampaknya membuat pikiran berulang-ulang melatih informasi baru sampai menjadi ingatan yang disimpan permanaen.

II. Fungsi AmigdalaAmigdala merupakan kompleks beragam nukleus kecil yang terletak tepat di bawah korteks serebri dari tiang (pole) medial anterior setiap lobus temporalis. Amigdala mempunyai banyak sekali hubungan dua jalur dengan hipothalamus seperti juga dengan daerah sistem limbik lainnya. Amigdala menerima sistem neuronal dari semua bagian korteks limbik seperti juga dari neokorteks lobus temporalis, parietalis, dan ksipitalis terutama dari area asosiasi auditorik dan area asosiasi visual. Oleh karena hubungan yang multiple ini, amigdala disebut “ jendela “, yang dipakai oleh  sistem limbik untuk melihat kedudukan seseorang di dunia.  Sebaliknya, amigdala menjalarkan sinyal- sinyal :1)      kembali ke area kortikal yang sama ini,2)      ke hipokampus,3)      ke septum,4)      ke thalamus, dan5)      khususnya ke hipothalamus.Efek perangsangan amigdala hampir sama dengan efek perangsangan langsung pada hipothalamus, ditambah dengan efek lain.  Efek yang diawali dari amigdala kemudian dikirim melalui hipotalamus meliputi : 1) peningkatan dan penurunan tekanan arteri, 2) meningkatkan atau menurunkan frekuensi denyut jantung 3,) meningkatkan atau menurunkan motilitas dan sekresi gastrointestinal, 4) defekasi atau mikturisi 5), dilatasi pupil atau kadangkala kontriksi, 6)

5

piloereksi, 7) sekresi berbagai hormon hipofisis anterior terutama hormon gonadotropin dan adrenokortikortopik.Disamping efek yang dijalarkan melalui hipotalamus ini, persangsangan amigdala juga dapat menimbulkan beberapa macam gerakan involunter yakni: 1) pergerakan tonik seperti mengangkat kepala atau membungkukkan badan, 2) pergerakan melingkar melingkar, 3) kadangkala pergerakan klonik, ritmis, dan berbagai macam pergerakan yang berkaitan dengan penciuman dan makan sperti menjilat, mengunyah, dan menelan. Selain itu, perangsangan pada nukleo amigdala tertentu dapat menimbulkan pola marah, melarikan diri, rasa terhukum, nyeri yang sangat, dan rasa takut seperti pola rasa marah yang dicetuskan oleh hipotalamus.Fungsi keseluruhan amigdalaAmigdala merupakan area perilaku kesadaran yang bekerja pada tingkat bawah sadar. Amigdala juga tampaknya berproyeksi pada jalur sistem limbik seseorang dalam berhubungan dengan alam sekitar dan pikiran. Amigdala dianggap membuat respon perilaku seseorang sesuai dengan tiap kedaan.

III. korteks limbikBagian dari sistem limbik yang sedikit dimengerti adalah cincin korteks limbik, yang mengelilingi struktur subkortikal limbik. Korteks ini berfungsi sebagai zona transisional yang dilewati oleh sinyal-sinyal yang dijalarkan oleh sisa korteks otak ke dalam sistem limbik dan juga ke arah yang berlawanan. Bagian dari sistem limbik yang sedikit dimengerti adalah cincin korteks limbik, yang mengelilingi struktur subkortikal limbik. Korteks ini berfungsi sebagai zona transisional yang dilewati oleh sinyal-sinyal yang dijalarkan oleh sisa korteks otak ke dalam sistem limbik dan juga ke arah yang berlawanan. Oleh karena itu. Korteks limbik berfungsi sebagai area asosiasi serebral untuk mengatur perilaku.

Korteks limbik ini dimulai dari :Otak area orbito frontalis pada permukaan ventral lobus frontalis, menyebar ke atas ke dalam girus subkalosal, kemudian melewati ujung atas korpus kolosum ke bagian medial hemisferum serebri dalam girus singulata, dan akhirnya berjalan di belakang korpus kolosum dan ke bawah menuju permukaan ventromedial lobus temporalis ke girus parahipokampal dan unkus. Lalu pada permukaan medial dan ventral dari setiap hemisferum serebri ada sebuah cincin, terutama merupakan paleokorteks, yang mengelilingi sekelompok struktur dalam yang sangat berkaitan dengan prilaku dan emosi. Sebaliknya, cincin korteks ini juga berfungsi sebagai alat komunikasi dua arah dan merupakan tali penghubung antara neokorteks dan struktur limbik yang lebih rendah.Perangsangan pada berbagai regio korteks limbik akan meinggagalkan fungsi korteks limbik ini. Namun, seperi halnya regio-regio lain dari sitem limbik, pola perilaku tersebut dapat juga dicetuskan dengan merangasang daerah spesifik dalam korteks limbik. Demikian juga ablasi beberapa area korteks limbik dapat menimbulkan perubahan yang persisten pada perilaku hewan,misalnya hewan menjadi liar, mau menyelidiki segala objek, mempunyai dorongan seksual yang besar tehadap hewan yang tidak sesuai atau terhadap benda- benda mati.

2. MM PSIKOPATOLOGI

PAHAM DASAR PSIKIATRII. Kesadaran

Gangguan kesadaran paling sering berhubungan dengan adanya kelainan pada otak.A. Disorientasi : gangguan orientasi waktu, tempat, orang.

6

B. Kesadaran berkabut : kejernihan ingatan yang tidak lengkap.C. Stupor : hilangnya reaksi dan ketidak sadaran lingkungan sekeliling.D. Delirium : bingung, gelisah, disorientasi, takut dan halusinasi.E. Somnolen : mengantuk yang abnormal.F. Drowsiness : cenderung selalu tidur

II. EmosiEmosi adalah keadaan perasaan yang komplek berhubungan dengan afek dan mood.

A. Afek Afek adalah ekspresi emosi yang terlihat

- Afek serasi : irama emosional sesuai gagasan, pikiran, atau pembicaraan yang menyertai.

- Afek tidak serasi : ketidak sesuaian antara perasaan emosional dengan gagasan pikiran atau pembicaraan yang menyertai.

Afek tumpul : penurunan berat intensitas irama perasaan yang di ungkapkan keluar.

Afek sempit : penurunan intensitas irama perasaan yang kurang parah dibawah afek tumpul.

Afek datar : tidak ada atau hampir tidak ada ekspresi afek, suara monoton dan wajah tidak bergerak.

Afek labil : perubahan irama perasaan cepat dan tiba-tiba tidak berhubungan stimuli eksternal.

B. MoodMood adalah emosi meresap dan dipertahankan, subjektif dan dilaporkan pasien pada orang lain.- Euforia : elasi kuat dengan perasaan kuat dengan perasaan kebesaran.- Depresi : kesedihan yang psiko patologis.- Anhedonia : hilang minat menarik diri dari semua aktifitas rutin yang menyenangkan.- Elasi : perasaan menyenangkan dan gembira yang berlebihan, puas diri

sendiri atau optimis.C. Emosi lain

- Kecemasan : ketakutan disebabkan dugaan bahaya dari dalam atau luar.- Agitasi : kecemasan berat diserati kegelisahan motorik.- Ketegangan : peningkatan aktifitas motorik dengan psikologis yang tidak

menyenangkan.- Panik :cemas akut episodik dan kuat.- Ambivalensi : teradap sama-sama dua impuls yang berlawanan.

D. Gangguan psikologis yang berhubungan dengan mood : tanda disfungsi somatik pada seseorang paling sering berhubungan dengan depresi.

- Anoreksia : menurunnya nafsu makan.- Hiperfagia : meningkatnya nafsu makan.- Insomnia : menurunnya kemampuan untuk tidur.- Hipersomnia : tidur yang berlebihan.- Bulimia : perasaan lapar yang tidak habis-habisnya dan makan yang berlebih.

III. Perilaku motorik aspek jiwa yang termasuk impuls, motivasi, harapan, dorongan, instink dan idaman, seperti yang diekspresikan oleh prilaku.

- Ekoprasia : peniruan gerakan yang patologis seseorang pada orang lain.7

- Katatonia : terlihat pada skizofrenia katatonik dan beberapa kasus penyakit pada otak.

- Negativisme : tahanan tanpa motifasi terhadap semua usaha untuk menggerakkan terhadap semua instruksi.

- Katapleksi : hilangnya tonus otot dan kelemahan sementara yang dicetuskan oleh berbagai keadaan emosional.

- Mutisme : tidak bersuara tanpa kelainan struktural.- Tik : pergerakan motorik yang spasmodik dan tidak disadari.- Hiperaktivitas : kegelisahan, agresif, aktivitas destruktiv, seringkali disertai

dengan patologik otak dasar.- Ataksia : kegagalan koordinasi otot.- Tremor : gangguan pergerakan ritmik, berkurang saat istirahat dan tidur, dan

meningkat pada waktu marah dan ketegangan.- Konvulsi : kontraksi ototatau spasme yang involunter.- Kejang klonik : kejang dimana otot secara bergantian kontaksi dan relaksasi.- Kejang tonik : kejang dimana terjadi kontraksi otot yang terus menerus.- Distonia : Perlambatan kontraksi terus menerus dari tubuh.

IV. BerpikirBerpikir adalah aliran gagasan, simbol, dan asosiasi yang di arahkan oleh tujuan dimulai oleh suatu masalah dan mengarah pada kesimpulan yang berorientasi kenyataan.

a) Gangguan umum dalam bentuk atau proses berpikir- Gangguan mental : sindrom prilaku yang bermakna secara klinis, disertai dengan

penderitaan atau ketidakmampuan.- Psikosis : ketidakmampuan untuk membedakan kenyataan dari fantasi.- Berpikir autistik : preokupasi dengan dunia dalam dan pribadi.

V. Gangguan spesifik pada bentuk pikir- Sirkumstansialitas : berbicara yang tidak langsung dan lambat dalam mencapai tujuan

tetapi akhirnya dari titik awal mencapai tujuan yang diharapkan.- Tangensialitas : ketidakmampuan untuk mempunyai asosiasi pikiran yang

diarahkan oleh tujuan.- Inkoherensi : pikiran yang biasanya tidak dapat dimengerti.- Ekolalia : pengulangan kata-kata atau frase-frase seseorang oleh seseorang

lain secara psikopatologis.- Asosiasi longgar : penyimpangan yang mendadak dalam urutan pikiran tanpa

penghambatan.- Flight of ideas : verbalisasi atau permainan kata-kata yang cepat dan terus

menerus yang menghasilkan pergeseran terus menerus dari satu ide ke ide lain.- Blocking : terputusnya aliran berpikir secara tiba-tiba sebelum pikiran atau

gagasan diselesaikan.VI. Gangguan spesifik pada isi pikir

- Waham : keyakinan palsu, didasarkan pada kesimpulan yang salah tentang kenyataan eksternal, tidak sejalan dengan inteligensia pada pasien dan latar belakang kultural, yang tidak dapat dikoreksi dengan suatu alasan.

8

- Waham bizar : keyakinan palsu yang aneh, mustahil, dan samasekali tidak masuk akal.

- Waham nihilistik : perasaan palsu bahwa diringa, orang lain, dan dunia adalah tidak ada atau berakhir.

- Waham kebesaran : gambaran kepentingan, kekuatan atau identitas seorang yang berlebihan.

- Sisi pikir : waham bahwa pikiran pasien dihilangkan dari ingatannya oleh orang lain atau tenaga lian.

- Siar pikir : waham bahwa pikiran pasien dapat didengar oleh orang lain seperti pikeran mereka sedang disiarkan ke udara.

- Obsesi : ketakutan yang patologis dari suatu pikiran atau perasaan yang tidak dapat di tentang yang tidak dapat di hilangkan dari kesadaran oleh usaha logika, yang disertai dengan kecemasan.

- Kompulsi : kebutuhan yang patologis untuk melakukan suatu impuls yang jika ditahan, menyebabkan kecemasan, perilaku berulang sebagai respon suatu obsesi atau dilakukan menurut aturan tertentu, tanpa akhir yang sebenarnya dalam diri selain dari pada untuk mencegah sesuatu dari terjadi di masa depan.

- Fobia : rasa takut patologis yang resisten, irasional, berlebihan dan selalu terjadi terhadap suatu jenis stimulasi atau situasi tertentu, menyebabkan keinginan yang memaksa untuk menghindaristimulus yang ditakuti.- Fobia sederhana : rasa takut dengan obyek yang jelas.- Fobia sosial : rasa takut akan keramain masyarakat.- Agorafobia : rasa takut terhadap tempat yang terbuka.- Akrofobia : rasa takut terhadap tempat yang tinggi.- Algofobia : rasa takut terhadap rasa nyeri.- Ailurofobia : rasa takut terhadap kucing.- Panfobia : rasa takut terhadap segala sesuatu.- Klaustrofobia : rasa takut terhadap tempat yang tertutup.- Zoofobia : rasa takut terhadap binatang.

VII. BicaraBicara adalah gagasan, pikiran, perasaan yang di ekspresikan melalui bahasa, komunikasi melalui penggunaan kata-kata dan bahasa.A. Gangguan bicara

- Logorrhea : bicara yang banyak sekali, bertalian dan logis.- Disprosodi : hilangnya irama bicara yang normal.- Gagap : pengulangan atau perpanjangan suara atau suku kata yang menyebabkan

gangguan kefasihan bicara yang jelas.- Kekacauan : bicara yang aneh dan distrimik, yang mengandung semburan

yang cepat dan menyentak.B. Presepsi

Presepsi adalah proses stimulasi fisik nenjadi informasi psikologis.C. Gangguan presepsi- Halusinasi : presepsi sensori yang palsu tidak disertai dengan stimuli eksternal yang

nyata, mungkin tredapat atau tidak terdapat interpretasi waham tentang pengalaman halusinasi.

- Halusinasi auditoris : presepsi bunyi yang palsu.

9

- Halusinasi visual : presepsi palsu tentang penglihatan yang berupa citra yang berbentuk dan citra yang tidak berbentuk.

- Ilusi : mispresepsi terhadap stimuli eksternal yang nyata.D. Gangguan yang berhubungan dengan gangguan kognitif- Agnosia : ketidakmampuan untuk mengenali dan menginterpretasikan kepentingan

kesan sensoris.- Anosognosia : ketidakmampuan untuk mengenali suatu defek neurologi yang terjadi

pada dirinya- Agnosia visual : ketidakmampuan untuk mengenali benda atau orang.- Somatopagnosia : ketidak mampuan untuk mengenali suatu bagian tubuh sebagai

milik tubuhnya sendiri.- Aura : sensasi perasaan akan adanya bahaya seperti rasa penuh pada lambung, wajah

memerah, dan perubahan respirasi, perubahan kognisi dan keadaan mood biasanya terjadi sebelum serangan.

E. Gangguan yang berhubungan dengan fenomena konversi dan disosiatif : somatisasi material direpresi atau perkembangan gejala dan distorsi fisik yang melibatkan otot volunter dan tidak disebabkan oleh suatu gangguan fisik.- Kepribadian ganda : satu orang yang tampak pada waktu yang berbeda menjadi

dua atau lebih kepribadian dan karakter yang sama sekali berbeda.- Dissosiasi : mekanisme pertahanan yang tidak disadari meliputi pemisahan dari

kelompok proses mental atau proses prilaku dari sisa aktivitas psikis seseorang.

VIII. Daya ingat : fungsi dimana informasi di simpan di otak dan selanjutnya di ingat kembali ke kesadaran.

A. Gangguan daya ingat- Amnesia : ketidakmampuan sebagian atau keseluruhan untuk mengingat

pengalaman masa lalu- Paramnesia : pemalsuan ingatan oleh distorsi pengingatan.- Hipermnesia : peningkatan derajat penyimpangan dan pengingatan.- Represi : suatu mekanisme pertahanan yang di tandai oleh pelupaan secara tidak

disadari terhadap gagasan yang tidak diterima.- Letologika : ketidakmampuan sementara untuk mengingat suatu nama atau kata

benda yang tepat.- Blackout : amnesia yang di alami oleh alkoholik berkaitan dengan perilaku selama

minum.B. Tingkat daya ingat

- Segera (immediate) : reproduksi atau pengingatan hal-hal yang dirasakan dalam beberapa detik sampai menit.

- Baru saja (recent) : peringatan peristiwa yang telah lewat beberapa hari.- Agak lama (recent past) : pengingatan peristiwa yang telah lewat selama beberapa

bulan.- Jauh (remote) : pengingatan peristiwa yang telah lama terjadi.

C. InteligensiaIntelegensia adalah kemampuan untuk mengerti, mengingat, menggerakan dan menyatukansecara konstruktif pelajaran sebelumnya dalam menghadapi situasi yang baru.

10

- Retardasi mental : kurangnya inteligensia sampai derajat dimana terdapatgangguan pada kinerja sosial dan kejuruan : ringan (IQ 50 atau 55 – 70), sedang (IQ 35 atau 40 –50 atau 55), berat (IQ 20 atau 25 – 35 atau 40), sangat berat (IQ dibawah 20 atau 25).

- Demensia : pemburukan fungsi intelektual organik dan global tanpa pengaburan kesadaran.

- Pseudodemensia : gambaran klinis yang menyerupai demensia yang tidak disebabkan oleh suatu kondisi organik.

D. InsightInsight adalah kemampuan pasien untuk mengerti penyebab sebenarnya dan arti dari suatu situasi.- Tilikan intelektual : mengerti kenyataan obyektif tentang suatu keadaan tanpa

kemampuan untuk menerapkan pengetahuan dalam cara yang berguna untuk mengatasi situasi.

- Tilikan sesungguhnya : mengerti kenyataan obyektif tentang suatu situasi, disertai dengan daya pendorong,motivasi dan emosional untuk mengatasi situasi.

- Tilikan yang terganggu : menghilangnya kemampuan untuk mengerti kenyataan obyektif dari suatu situasi.

PSIKOPATOLOGI/SIMPTOMATOLOGISimptomatologi Gangguan Jiwa Menurut pandangan patologi, gangguan jiwa atau tingkah laku abnormal adalah akibat dari keadaan sakit atau terganggu yang jelas kelihatan berdasarkan gejala – gejala klinis yang ditampilkan.Gejala – gejala tertentu yang ditampilkan tersebut berbeda dengan yang ditampilkan pada orang – orang yang tidak terganggu jiwanya (normal). Karena itu untuk melihat apakah seseorang itu terganggu jiwanya atau tidak, dapat dipelajari dari gejala – gejala yang ditampilkannya.

DefinisiSimptomatologi adalah ilmu yang mempelajari tentang gejala – gejala. Simptomatologi gangguan jiwa berarti ilmu yang mempelajari gejala – gejala gangguan jiwa. Dalam kerja psikiatri (ilmu tentang cara pengobatan jiwa yang sakit), mempelajari gejala – gejala sangat penting artinya. Tidak saja untuk menentukan atau mengklasifikasikan gangguan yang dialami penderita, tetapi yang lebih pentingadalah untuk mengidentifikasi sebab – sebab dari gangguan tersebut (etiologi).

Mengobati atau menyembuhkan suatu penyakit/gangguan jiwa berarti upaya untuk menghilangkan suatu sebab dan bukan sekedar menghilangkan suatu gejala. Suatu gejala hanyalah manifestasi dari adanya gangguan dan bukan sebab, namun untuk menemukan sesuatu yang menyebabkan gangguan tersebut dapat dilakukan dengan mempelajari gejala – gejalanya.

Gejala adalah sesuatu yang adanya dipermukaan, sedang sebab adanya dibalik atau di bawah gejala. Sesuatu gangguan dapat dengan mudah dikenali melalui gejala-gejalanya, sedangkan untuk menemukan sebab – sebabnya harus dilakukan melalui studi yang mendalam tentang gejala – gejalanya. Dalam pandangan psikopatologi modern, dikatakan bahwa setiap gejala mempunyai arti yang dapat menjelaskan perkembangan psikodinamik dari penyakit si penderita.

Pada hakekatnya, tiap gejala merupakan satu segi dari proses gangguan secara keseluruhan. Misalnya seorang yang mengalami gangguan pikiran, bukan berarti yang terganggu

11

hanya pikirannya saja sementara aspek yang lain tetap sehat, tetapi sebenarnya gangguan tersebut merupakan gangguan keseluruhan kepribadian. Hanya yang lebih dominan atau lebih menjadi pusat perhatian kita pada aspek pikirannya. Disamping itu, gejala yang dapat dialami atau dilihat dari dalam (misal takut yang irrasional) atau dapat dilihat dari luar (misal berkeringat dingin pada penderita katatonik).

Gejala gangguan mental pada umumnya bersifat kompleks dan merupakan hasil interaksi antar unsure somatika, psikogenik, dan sosiobudaya. Karena itu, gejala selalu menunjukkan adanya dekompresi proses adaptasi dan terdapat terutama dalam pemikiran, perasaan, dan perilaku. Bagaimana pentingnya mempelajari gangguan jiwa tampak dalam suatu proses penyembuhan yang dilakukan oleh seorang terapis atau dokter. Sebelum terapis atau dokter tersebut memberikan treatment tertentu, maka langkah awal yang dikerjakan adalah melakukan pemeriksaan. Secara umum, menurut Maramis (1990), pemeriksaan terhadap penderita gangguan jiwa diperlukan untuk mendapatkan satu atau lebih hal – hal berikut ini :a. Menemukan dan menilai gangguan jiwa yang ada, yang akan dipakai sebagai dasar

pembuatan dignosis serta menentukan tingkat gangguan pengobatannya (indikasi pengobatan psikiatri khusus) dan selanjutnya penafsiran prognosisnya (ramalan hasil atau akibat suatu penyakit yang diderita seseorang).

b. Menggambarkan struktur kepribadian yang mungkin dapat menerangkan riwwayat dan perkembangan gangguan jiwa yang dialami.

c. Menilai kemampuan dan kemauan pasien dalam berpartisipasi secara wajar dalam pengobatan yang cocok baginya.

Hasil pemeriksaan jiwa pasien yang telah dilakukan, selanjutnya disusun dalam bentuk laporan, diharapkan dapat menggambarkan keadaan jiwa pasien dalam arti luas. Karena itu harus mengandung banyak hal tentang aspek kejiwaan manusia itu sendiri, seperti : afek, emosi, cara berbicara (ucapan), proses berpikir (bentuk, isi, dan jalan pikiran), kesadaran, psikomotor, persepsi, fungsi kognitif, termasuk didalamnya persepsi, dan sebagainya. Karena itu pula studi tentang gangguan kejiwaan juga mencakup tentang gangguan – gangguan dalam aspek tersebut.

Untuk memperoleh data tentang gejala – gejala dalam banyak hal tersebut, caranya dapat dilakukan dengan tes maupun nontes. Dengan tes misalnya melalui tes – tes psikologik (tes intelegensi atau tes kepribadian). Dengan nontes misalnya melalui wawancara atau observasi terhadap reaksi-reaksi yang ditampilkan (yaitu reaksi umum dan sikap badan, ekspresi muka, mata, reaksi terhadap apa yang dikatakan dan diperbuat, reaksi otot, reaksi emosi yang tampak, reaksi bicara, wujud tulisan, dan sebagainya).

Pada pasien yang dalam pemeriksaan menunjukkan perilaku tidak kooperatif atau tidak mau bicara (diam), bukan berarti gejalanya tidak ada, sebab tidak kooperatif atau tidak mau bicara itu sendirinsudah merupakan gejala yang penting dalam pemeriksaan.Dengan demikian, salah satu tujuan pemeriksaan penderita gangguan jiwa adalah untuk menemukan gejala – gejala yang ada pada penderita tersebut, pembuatan diagnosis, pembuatan jenis dan tingkat gangguan yang dialami, pilihan pengobatan dan sebagainya.

Gejala – gejala gangguan jiwa pada umumnya dapat dipahami dari dua segi, yaitu :A. Deskriptif, hanya melukiskan bagaimana gejala itu terjadi tanpa menerangkan makna

dan dinamikanya. Misal : terjadi halusinasi berulang – ulang atau pada saat-saat tertentu (pagi hari) tanpa menerangkan halusinasi apa dan sebagainya.

12

B. Psikodinamik, tidak hanya menerangkan tentang bagaimana gejala itu terjadi tetapi juga dinamikanya. Misal : kapankah terjadinya, tentang apa gangguannya, bagaimana prosesnya, reaksi psikologis yang ditampilkan kemudian, dan sebagainya.

Dalam mempelajari gejala-gejala gangguan jiwa, perlu dipahami istilah penting sebagai berikut :

a. Sindrom Sindrom/sindroma adalah kumpulan gejala yang membedakan antara penyakita atau gangguan yang satu dengan yang lain. Misalnya ada sejumlah gejala (a,b,c). Ketiga gejala tersebut dapat dipahami tentang adanya penyakit tertentu. Jadi sifatnya khas dan menunjukkan suatu penyakit tertentu.

b. SignSign adalah gejala-gejala yang dapat diobservasi (observable) dan pada umumnya bersifat objektif (mengenai fisik).

c. SimptomSimptom adalah gejala-gejala yang tidak dapat diobservasi (unobservable) oleh orang lain, tetapi mungkin merupakan gejala bagi orang yang bersangkutan. Jadi sifatnya subjektif, karena itu harus ditanyakan kepada yang bersangkutan.

d. Gejala primer primer & sekunder Gejala primer dan sekunder dibedakan atas urutan munculnya gejala. Gejala primer adalah gejala pertama yang dialami oleh seseorang, sedangkan gejala sekunder gejala yang muncul kemudian. Misalnya seorang penderita insomnia (sulit tidur) kemudian diikuti munculnya halusinasi. Ini berarti insomnia adalah gejala primer dan halusinasi adalah gejala sekunder.

e. Gejala dasar dan gejala tambahanGejala dasar adalah gejala-gejala yang ada dalam tiap gangguan tertentu, terutama setelah gangguan tersebut mencapai intensitas tertentu, atau gejala utama dari suatu gangguan tertentu. Gejala ini penting untuk kepentingan diagnosis. Sedangkan gejala tambahan adalah gejala-gejala yang belum tentu ada pada setiap gangguan. Misalnya pada penderita skizophrenia, maka gejala dasarnya adalah kerancuan pikiran, sedang gejala tambahannya dapat berupa halusinasi, ilusi, dan sebagainya yang mungkin berbeda untuk setiap penderitanya.

f. Gejala organogenik dan gejala psikogenikPembedaan gejala ini berdasarkan pada asal atau sebabnya. Gejala organogenik adalah gejala-gejala yang muncul sebagai akibat dari adanya gangguan fungsi organik. Sedangkan gejala psikogenik adalah gejala-gejala yang muncul dan berasal dari adanya gangguan-gangguan dalam fungsi psikologis, yang terutama berakar pada alam kesadarannya. Misalnya seseorang yang pusing karena banyak pikiran, merupakan gejala psikogenik. Sedangkan orang yang pusing karena keracunan makanan adalah gejala organogenik, sekalipun gejala yang ditampakkan bersifat kejiwaan.

g. Gejala prodomal dan residualGejala prodomal adalah gejala-gejala yang ditunjukkan sebelum sakit, pada awal sakit, atau selama fase sakit. Sedangkan gejala residual adalah gejala-gejala yang ditunjukkan sesudah fase sakit.

h. Perilaku sakit, peran sakit, dan peran pasien (illness behavior, sick role, and patient role)

Perilaku sakit (illness behavior) yaitu reaksi penderita terhadap pengalamannya sebagai orang sakit yang merupakan respon unik individu tentang kesadarannya bahwa ia sakit (orang yang sakit gigi responnya berbeda dengan yang sakit kepala). Perilaku sakit ini misalnya ; meraung-raung, teriak-teriak, dan sebagainya.

13

Peran sakit (sick role) merupakan aspek lain dari perilaku sakit, yaitu peran penderita yang diberikan masyarakat dalam kaitannya dengan kesadaran sekeliling. Seperti dilayani, disuruh tidur, disuruh berobat, disuruh periksa, dan perilaku mencari kesehatan (heakth seeking behavior). Bagamana peran seseorang yang sakit sangat ditentukan oleh masyarakatnya.Peran pasien (patient role) pengertiannya lebih sempit dibanding peran sakit, karena merupakan salah satu akibat dari peran sakit dan hanya dijumpai pada penderita yang sudah berstatus sebagai pasien. Peran sakit ini seperti ; patuh pada otoritas dokter, minum obat teratur, dan banyak istirahat. Peran pasien sangat ditentukan oleh pihak medis.

FAKTOR-FAKTOR PENYEBAB GANGGUAN JIWASumber penyebab gangguan jiwa dipengaruhi oleh faktor-faktor pada ketiga unsur itu yang terus menerus saling mempengaruhi, yaitu :1. Faktor-faktor somatik (somatogenik)

Neroanatomi Nerofisiologi Nerokimia Tingkat kematangan dan perkembangan organik Faktor-faktor pre dan peri - natal

2. Faktor-faktor psikologik ( psikogenik) Interaksi ibu –anak : normal (rasa percaya dan rasa aman) atau abnormal berdasarkan

kekurangan, distorsi dan keadaan yang terputus (perasaan tak percaya dan kebimbangan) Peranan ayah Persaingan antara saudara kandung Inteligensi Hubungan dalam keluarga, pekerjaan, permainan dan masyarakat Kehilangan yang mengakibatkan kecemasan, depresi, rasa malu atau rasa salah Konsep dini : pengertian identitas diri sendiri lawan peranan yang tidak menentu Keterampilan, bakat dan kreativitas Pola adaptasi dan pembelaan sebagai reaksi terhadap bahaya Tingkat perkembangan emosi

3. Faktor-faktor sosio-budaya (sosiogenik) Kestabilan keluarga Pola mengasuh anak Tingkat ekonomi Perumahan : perkotaan lawan pedesaan Masalah kelompok minoritas yang meliputi prasangka dan fasilitas kesehatan, pendidikan

dan kesejahteraan yang tidak memadai Pengaruh rasial dan keagamaan Nilai-nilai

KLASIFIKASI DAN GAMBARAN KLINIK GANGGUAN PSIKOTIKKlasifikasi psikiatri melibatkan pembedaan dari perilaku normal dari abnormal. Dalam hal ini normal dan abnormal dapat berarti sehat dan sakit, tetapi bisa juga digunakan dalam arti lain. Sejumlah gejala psikiatri berbeda tajam dari normal dan hampir selalu menunjukkan penyakit

14

( Ingram et al., 1993): Gangguan Jiwa dibagi menjadi dua kelainan mental utama, yaitu penyakit mental dan cacat mental. Cacat mental suatu keadaan yang mencakup difisit intelektual dan telah ada sejak lahir atau pada usia dini. Penyakit mental secara tidak langsung menyatakan yang kesehatan sebelumnya, kelainan yang berkembang atau kelainan yang bermanifestasi kemudian dalam kehidupan

1. Penyakit mental secara prinsip dibagi dalam psikoneurosis dan psikosis. Kategori ini sesuai dengan awam tentang kecemasan dan kegilaan. Psikoneurosis merupakan keadaan lazim yang gejalanya dapat dipahami dan dapat diempati. Psikosis merupakan penyakit yang gejalanya kurang dapat dipahami dan tidak dapat diempati serta klien sering kehilangan kontak realita.

2. Istilah fungsional dan organik menunjukkan etiologi penyakit dan digunakan untuk membagi psikosis. Psikosis fungsional berarti ada gangguan fungsi, tanpa kelainan patologi yang dapat dibuktikan

Macam-Macam Gangguan JiwaGangguan jiwa artinya bahwa yang menonjol ialah gejala-gejala yang psikologik dari unsur psikis (Maramis, 1994). Macam-macam gangguan jiwa (Rusdi Maslim, 1998): Gangguan mental organik dan simtomatik, skizofrenia, gangguan skizotipal dan gangguan waham, gangguan suasana perasaan, gangguan neurotik, gangguan somatoform, sindrom perilaku yang berhubungan dengan gangguan fisiologis dan faktor fisik, Gangguan kepribadian dan perilaku masa dewasa, retardasi mental, gangguan perkembangan psikologis, gangguan perilaku dan emosional dengan onset masa kanak dan remaja.

A. Skizofrenia.Skizofrenia merupakan bentuk psikosa fungsional paling berat, dan menimbulkan disorganisasi personalitas yang terbesar. Skizofrenia juga merupakan suatu bentuk psikosa yang sering dijumpai dimana-mana sejak dahulu kala. Meskipun demikian pengetahuan kita tentang sebab-musabab dan patogenisanya sangat kurang (Maramis, 1994). Dalam kasus berat, klien tidak mempunyai kontak dengan realitas, sehingga pemikiran dan perilakunya abnormal. Perjalanan penyakit ini secara bertahap akan menuju kearah kronisitas, tetapi sekali-kali bisa timbul serangan. Jarang bisa terjadi pemulihan sempurna dengan spontan dan jika tidak diobati biasanya berakhir dengan personalitas yang rusak ” cacat ” (Ingram et al.,1995).

B. DepresiDepresi merupakan satu masa terganggunya fungsi manusia yang berkaitan dengan alam perasaan yang sedih dan gejala penyertanya, termasuk perubahan pada pola tidur dan nafsu makan, psikomotor, konsentrasi, kelelahan, rasa putus asa dan tak berdaya, serta gagasan bunuh diri (Kaplan, 1998). Depresi juga dapat diartikan sebagai salah satu bentuk gangguan kejiwaan pada alam perasaan yang ditandai dengan kemurungan, keleluasaan, ketiadaan gairah hidup, perasaan tidak berguna, putus asa dan lain sebagainya (Hawari, 1997). Depresi adalah suatu perasaan sedih dan yang berhubungan dengan penderitaan. Dapat berupa serangan yang ditujukan pada diri sendiri atau perasaan marah yang mendalam (Nugroho, 2000). Depresi adalah gangguan patologis terhadap mood mempunyai karakteristik berupa bermacam-macam perasaan, sikap dan kepercayaan bahwa seseorang hidup menyendiri, pesimis, putus asa, ketidak berdayaan, harga diri rendah, bersalah, harapan yang negatif dan takut pada bahaya yang akan datang. Depresi menyerupai kesedihan yang merupakan perasaan normal yang muncul sebagai akibat dari situasi tertentu misalnya kematian orang yang dicintai. Sebagai ganti rasa ketidaktahuan akan kehilangan seseorang akan menolak kehilangan dan menunjukkan kesedihan dengan tanda depresi (Rawlins et al., 1993). Individu yang menderita suasana perasaan (mood)

15

yang depresi biasanya akan kehilangan minat dan kegembiraan, dan berkurangnya energi yang menuju keadaan mudah lelah dan berkurangnya aktiftas (Depkes, 1993). Depresi dianggap normal terhadap banyak stress kehidupan dan abnormal hanya jika ia tidak sebanding dengan peristiwa penyebabnya dan terus berlangsung sampai titik dimana sebagian besar orang mulai pulih (Atkinson, 2000).

C. KecemasanKecemasan sebagai pengalaman psikis yang biasa dan wajar, yang pernah dialami oleh setiap orang dalam rangka memacu individu untuk mengatasi masalah yang dihadapi sebaik-baiknya, Maslim (1991). Suatu keadaan seseorang merasa khawatir dan takut sebagai bentuk reaksi dari ancaman yang tidak spesifik (Rawlins 1993). Penyebabnya maupun sumber biasanya tidak diketahui atau tidak dikenali. Intensitas kecemasan dibedakan dari kecemasan tingkat ringan sampai tingkat berat. Menurut Sundeen (1995) mengidentifikasi rentang respon kecemasan kedalam empat tingkatan yang meliputi, kecemasn ringan, sedang, berat dan kecemasan panik.

D. Gangguan KepribadianKlinik menunjukkan bahwa gejala-gejala gangguan kepribadian (psikopatia) dan gejala-gejala nerosa berbentuk hampir sama pada orang-orang dengan intelegensi tinggi ataupun rendah. Jadi boleh dikatakan bahwa gangguan kepribadian, nerosa dan gangguan intelegensi sebagaian besar tidak tergantung pada satu dan lain atau tidak berkorelasi. Klasifikasi gangguan kepribadian: kepribadian paranoid, kepribadian afektif atau siklotemik, kepribadian skizoid, kepribadian axplosif, kepribadian anankastik atau obsesif-konpulsif, kepridian histerik, kepribadian astenik, kepribadian antisosial, Kepribadian pasif agresif, kepribadian inadequat, Maslim (1998).

E. Gangguan Mental OrganikMerupakan gangguan jiwa yang psikotik atau non-psikotik yang disebabkan oleh gangguan fungsi jaringan otak (Maramis,1994). Gangguan fungsi jaringan otak ini dapat disebabkan oleh penyakit badaniah yang terutama mengenai otak atau yang terutama diluar otak. Bila bagian otak yang terganggu itu luas , maka gangguan dasar mengenai fungsi mental sama saja, tidak tergantung pada penyakit yang menyebabkannya bila hanya bagian otak dengan fungsi tertentu saja yang terganggu, maka lokasi inilah yang menentukan gejala dan sindroma, bukan penyakit yang menyebabkannya. Pembagian menjadi psikotik dan tidak psikotik lebih menunjukkan kepada berat gangguan otak pada suatu penyakit tertentu daripada pembagian akut dan menahun.

F. Gangguan PsikosomatikMerupakan komponen psikologik yang diikuti gangguan fungsi badaniah (Maramis, 1994). Sering terjadi perkembangan neurotik yang memperlihatkan sebagian besar atau semata-mata karena gangguan fungsi alat-alat tubuh yang dikuasai oleh susunan saraf vegetatif. Gangguan psikosomatik dapat disamakan dengan apa yang dinamakan dahulu neurosa organ. Karena biasanya hanya fungsi faaliah yang terganggu, maka sering disebut juga gangguan psikofisiologik.

G. Retardasi MentalRetardasi mental merupakan keadaan perkembangan jiwa yang terhenti atau tidak lengkap, yang terutama ditandai oleh terjadinya hendaya keterampilan selama masa perkembangan, sehingga berpengaruh pada tingkat kecerdasan secara menyeluruh, misalnya kemampuan kognitif, bahasa, motorik dan sosial (Maslim,1998).

16

H. Gangguan Perilaku Masa Anak dan Remaja.Anak dengan gangguan perilaku menunjukkan perilaku yang tidak sesuai dengan permintaan, kebiasaan atau norma-norma masyarakat (Maramis, 1994). Anak dengan gangguan perilaku dapat menimbulkan kesukaran dalam asuhan dan pendidikan. Gangguan perilaku mungkin berasal dari anak atau mungkin dari lingkungannya, akan tetapi akhirnya kedua faktor ini saling mempengaruhi. Diketahui bahwa ciri dan bentuk anggota tubuh serta sifat kepribadian yang umum dapat diturunkan dari orang tua kepada anaknya. Pada gangguan otak seperti trauma kepala, ensepalitis, neoplasma dapat mengakibatkan perubahan kepribadian. Faktor lingkungan juga dapat mempengaruhi perilaku anak, dan sering lebih menentukan oleh karena lingkungan itu dapat diubah, maka dengan demikian gangguan perilaku itu dapat dipengaruhi atau dicegah.

3. MM SKIZOFRENIA

DEFINISISkizofrenia adalah suatu sindrom klinis dengan variasi psikopatologi, biasanya berat, berlangsung lama dan ditandai oleh penyimpangan dari pikiran, persepsi serta emosi.ETIOLOGIOrganobiologikAda banyak faktor yang berperan-serta bagi munculnya gejala-gejala skizofrenia. Hingga sekarang banyak teori yang dikembangkan untuk mengetahui penyebab skizofrenia, antara lain :

1. Faktor genetik (turunan/pembawa sifat)2. Virus 3. Auto-antibody4. Malnutrisi (kekurangan gizi)

Meskipun diakui bahwa ada peran gen pada transmisi (pemindahan) skizofrenia namun ternyata tidak sepenuhnya memenuhi hukum mendel. Sebagai contoh misalnya kalau benar bahwa skizofrenia itu diturunkan sepenuhnya melalui dominan gen maka 50% anak-anaknya akan mendapatkan skizofrenia. Namun pada kenyataannya angka ini jauh lebih rendah. Sebaliknya bila skizofrenia diturunkan sepenuhnya melalui resesif gen, maka diharapkan 100% anak-anaknya akan menderita skizofrenia manakala kedua orangtuanya penderita skizofrenia. Namun pada kenyataannya angka ini hanya 36,6%. Dengan demikian jelaslah bahwa transmisi gen pada skizofrenia sangat kompleks dan dipengaruhi oleh banyak faktor lainnya. Skizofrenia tidak akan muncul kecuali disertai faktor-faktor lainnya yaang disebut faktor epigenetik. Kesimpulannya adalah bahwa gejala skizofrenia baru muncul bila terjadi interaksi antara gen yang abnormal dengan:

1. Virus atau infeksi lain kehamilan yang dapat mengganggu perkembangan otak janin.2. Menurunnya auto-imun yang mungkin disebabkan infeksi selama kehamilan.3. Berbagai macam komplikasi kandungan.4. Kekurangan gizi yang cukup berat terutama trimester pertama kehamilan.

Bila ada gangguan pada perkembangan otak janin selama kehamilan (epigenetik faktor), maka interaksi antara gen yang abnormal yang sudah ada sebelumnya dengan faktor epigenetik tersebut dapat memunculkan gejala skizofrenia. Selanjutnya dikemukakan bahwa orang yang sudah mempunyai faktor epigenetik tersebut, bila menghadapi stresor psikososial dalam

17

kehidupannya, maka resikonya lebih besar untuk menderita skizofrenia daripada orang yang tidak ada faktor epigenetik sebelumnya.

Faktor biokimiawiDopamin hipotesisSuatu hipotesis menyatakan bahwa skizofrenia adalah hasil dari terlalu banyaknya aktivitas dopamin. Teori tersebut merupakan hasil dari 2 observasi. Pertama, efek dan potensi dari banyak obat anti-psikotikberhubungan dengan kemampuan mereka untuk bertindak sebagai antagonis dari reseptor dopamin tipe 2 (D2). Kedua, obat-obat yang meningkatkan aktivitas dopaminergik, terutama kokain dan amfetamin adalah psikotomimetik. Teori dasar tersebut tidak menyebutkan apakah hipersktivitas dopaminergik tersebut adalah hasil dari terlalu banyak dilepaskannya dopamin, atau terlalu banyaknya reseptor dopamin, atau kombinasi tersebut. Serabut saraf mana yang terlibat juga tidak diketahui secara spesifik pada teori tersebut, walaupun tarktus mesokortikal dan mesolimbik sering terlibat. Kelebihan dopamin dilepas pada pasien skizofrenia telah dihubungkan dengan beratnya gejala positif skizofrenia. PET (position emission tomography) memperlihatkan peningkatan reseptor D2 di nukleus kaudatus pada pasien skizofrenia yang tidak menggunakan obat. Terdapat pula laporan dari peningkatan konsentrasi dopamin di amigdala, penurunan densitas transporter dopamin, dan peningkatan jumlah dari reseptor dopamin tipe 4 pada entorinal korteks.

Psikodinamik Mekanisme terjadinya skozofrenia pada diri seseorang dari sudut psikodinamik dapat diterangkan dengan 2 buah teori, yaitu teori homeostatik-deskriptif dan fasilitatif-etiologik. Dalam teori homeostatik-deskriptif, diuraikan gambaran-gambaran (deskripsi) dari suatu gangguan jiwa yang menjelaskan terjadinya gangguan keseimbangan pada diri seseorang, sebelum dan sesudah terjadinya gangguan jiwa tersebut.Dalam teori fasilitatif-etiologik, diuraikan faktor-faktor yang memudahkan (fasilitasi) penyebab (etiologi) suatu penyakit itu muncul, bagaimana perjalanan penyakitnya dll.Selanjutnya menurut teorti freud suatu gangguan jiwa muncul akibat terjadinya konflik internal pada diri seseorang yang tidak dapat beradaptasi dengan dunia luar. Psikoreligius Pentingnya riwayat kehidupan beragama bagi penderita gangguan jiwa dikemukakan kaplan & sadock yang menyatakan bahwa dalam wawancara psikiatrik perlu ditelusuri latar belakang keagamaannya antara lain, kehidupan beragama kedua orangtuanya penderita sejauh mana hal ini pengaruhnya bagi penderita, apakh pengamalam agamanya itu fanatik, moderat, atau permisif dan adakah konflik yang timbul antara orangtua dan anak di dalam pendidikan agama di rumah. Selain itu juga perlu diketahui sejauh mana pengaruh agama dalam kehidupan penderita sebelum sakit. PsikososialStresor psikososial adalah setiap keadaan atau peristiwa yang menyebabkan perubahan dalam kehidupan sesorang, sehingga orang itu terpaksa mengadakan penyesuaian diri untuk menaggulangi stresor yang timbul. Namun, tidak semua orang mampu menggulanginya sehingga timbulla keluhan-keluhan kejiwaan.Pada umunya stresor psikososial yang dimaksud dapat digolongkan sebagai berikut :

1. Perkawinan2. Problem orangtua3. Hubungan interpersonal4. Pekerjaan

18

5. Lingkungan hidup6. Keuangan7. Hukum 8. Perkembangan9. Penyakit fisik atau cidera10. Faktor keluarga 11. Lain-lain

KLASIFIKASI1. Skizofrenia paranoid

Seseorang yang menderita tipe ini harus menunjukkan gejala : Waham kejar atau kebeesaran Halusinasi yang mengandung isi kejaran Gangguan alam pikiran dan perilaku, misalnya kecemasan yang tidak menentu,

kemarahan dll. 2. Skizofrenia hebefrenik

Inkoherensi atau jalan pikiran yang kacau Alam perasaan yang datar Perilaku dan tertawa kekanak-kanakan, senyum yang menunjukkan rasa tidak

puas diri dll. Waham yang tidak jelas dan tidak sistematik Halusinasi yang pecah yang tidak terorganisisr sebagai satu kesatuan Perilaku aneh dan menarik diri dari lingkungan sosial

3. Skizofrenia katatonik Stupor katatonik Negativisme katatonik Kekakuan katatonik Kegaduhan katatonik Sikap tubuh katatonik

4. Skizofrenia residualTipe ini merupakan sisa-sisa dari gejala skizofrenia yang tidak begitu menonjol.

5. Skizofrenia tak tergolongkan6. Golongan lainnya

MANIFESTASI Gejala Positif Skizofrenia

Gejala-gejala positif yang diperlihatkan pada penderita Skizofrenia adalah sebagai berikut:

1. Delusi atau waham, yaitu suatu keyakinan yang tidak rasional (tidak masuk akal). Meskipun telah dibuktikan secara obyektif bahwa keyakinan itu tidak rasional, namun penderita tetap meyakini kebenarannya.

2. Halusinasi, yaitu pengalaman panca indera tanpa ada rangsangan (stimulus). Misalnya penderita mendengar suara-suara/bisikan di telinganya padahal sebenarnya tidak ada sumbernya.

3. Kekacauan alam pikir, yang dapat dilihat dari isi pembicaraannya. Misalnya bicaranya kacau, sehingga tidak dapat diikuti alur pikirannya.

19

4. Gaduh, gelisah, tidak dapat diam, mondar-mandir, agresif, bicara dengan semangat dan gembira berlebihan.

5. Merasa dirinya “Orang Besar”, merasa serba bisa, serba mampu dan sejenisnya.6. Pikirannya penuh dengan kecurigaan atau seakan-akan ada ancaman terhadap dirinya.7. Menyimpan rasa permusuhan.

Gejala Negatif Skizofrenia

Gejala-gejala negatif yang diperlihatkan adalah sebagai berikut:

1. Alam perasaan (affect) “tumpul” dan “mendatar”. Gambaran perasaan ini terlihat dari wajahnya yang tidak menunjukkan ekspresi.

2. Menarik diri atau mengungsikan diri (with-drawn) tidak mau bergaul atau kontak dengan orang lain, suka melamun (day dreaming).

3. Kontak emosional amat “miskin”, sukar diajak bicara, pendiam.4. Pasif dan apatis, menarik diri dari pergaulan sosial.5. Sulit dalam berpikir abstrak.6. Pola pikir stereotip.7. Tidak ada/kehilangan dorongan kehendak (avolition) dan tidak ada inisatif, tidak ada

upaya dan usaha, setra tidak ingin apa-apa dan serba malas (kehilangan nafsu)

Gejala-gejala negatif Skizofrenia sebagaimana diuraikan di atas seringkali tidak disadari atau kurang diperhatikan oleh pihak keluarga, karena dianggap “tidak mengganggu” sebagaimana halnya pada penderita Skizofrenia yang menunjukkan gejala-gejala positif. Oleh karenanya pihak keluarga seringkali terlambat membawa penderita untuk berobat.

Dalam pengalaman praktek, gejala positif Skizofrenia baru muncul pada tahap akut. Sedangkan pada stadium kronis (menahun) gejala negatif Skizofrenia lebih menonjol. Tetapi tidak jarang baik gejala positif atau negatif muncul berbauran, tergantung pada stadium penyakitnya.

DIAGNOSIS SKIZOFRENIA

Paling sedikit terdapat 1 dari 6 kriteria di bawah ini selama satu fase penyakit:

1. Delusi atau waham yang aneh (isinya jelas tak masuk akal), dan tidak berdasarkan kenyataan. Sebagai contoh misalnya: Waham dikendalikan oleh kekuatan dari luar (delusions of being controlled). Waham penyiaran pikiran (thought broadcasting) Waham penyisipan pikiran (thought insertion) Waham penyedotan pikiran (thought withdrawl).

2. Delusi atau waham somatik (fisik), kebesaran, keagamaan, nihilistik atau waham lainnya yang bukan waham kejar atau cemburu.

3. Delusi atau waham kejar atau cemburu (delusions of persecution or jealousy) dan waham tuduhan (delusions of suspicion) yang disertai halusinasi dalam bentuk apapun (halusinasi pendengaran, penglihatan, penciuman, pengecapan, dan perabaan).

4. Halusinasi pendengaran yang dapat berupa suara yang selalu memberi komentar tentang tingkah laku atau pikirannya, atau dua atau lebih suara yang saling bercakap-cakapan (“dialog”).

20

5. Halusinasi pendengaran yang terjadi beberapa kali yang berisi lebih dari satu atau dua kata dan tidak ada hubungannya dengan kesedihan (depresi) atau kegembiraan (euforia).

6. Inkoherensi, yaitu kelonggaran asosiasi (hubungan) pikiran yang jelas, jalan pikiran yang tidak masuk akal, isi pikiran atau pembicaraan yang kacau, atau kemiskinan pembicaraan yang disertai oleh paling sedikit satu dari yang disebut di bawah ini

Afek (alam perasaan) yang tumpul, mendatar atau tidak serasi (inappropriate).

Berbagai waham atau halusinasi.

Katatonia (kelakuan) atau tingkah laku lain yang sangat kacau (disorganized)

Deteriorasi (kemunduran/kemerosotan) dari taraf fungsi penyesuaian (adaptasi) dalam bidang pekerjaan, hubungan sosial dan perawatan dirinya.

Jangka waktu: gejala penyakit itu berlangsung secara terus menerus selama paling sedikit 6 bulan dalam satu periode di dalam kehidupan seseorang, disertai dengan terdapatnya beberapa gejala penyakit pada saat diperiksa sekarang. Masa 6 bulan itu harus mencakup fase aktif dimana terdapat gejala pada kriteria (A), dengan atau tanpa fase prodromal (gejala awal) atau residual (gejala sisa) seperti yang dinyatakan di bawah ini.

Catatan:

Fase Prodromal: deteriorasi yang jelas dalam fungsi sebelum fase aktif penyakit itu, dan yang tidak disebabkan oleh Gangguan Afek atau akibat Gangguan penggunaan zat (NAZA : Narkotika, Alkohol dan Zat Adiktif lainnya), serta mencakup paling sedikit 2 dari 8 gejala yang tersebut di bawah ini yang menetap (gejala sisa), dan yang tidak disebabkan oleh gangguan Afek atau gangguan penggunaan zat (NAZA)

Gejala Prodromal dan Residual Skizofrenia

Sebelum seseorang secara nyata aktif (manifes) menunjukkan gejala-gejala Skizofrenia, yang bersangkutan terlebih dahulu menunjukkan gejala-gejala awal yang disebut gejala prodromal. Sebaliknya jika penderita Skizofrenia tidak lagi aktif menunjukkan gejala-gejala Skizofrenia, maka yang bersangkutan menunjukkan gejala-gejala sisa yang disebut gejala residual.

Gejala-gejala prodromal atau residual adalah sebagai berikut:

Penarikan diri atau isolasi dari hubungan sosial (withdrawn), enggan bersosialisasi dan enggan bergaul.

Hendaya (impairment) yang nyata dalam fungsi peran sebagai pencari nafkah (tidak mau bekerja), siswa/mahasiswa (tidak mau sekolah/kuliah) atau pengatur rumah tangga (tidak dapat menjalankan urusan rumah tangga); kesemuanya itu terkesan malas.

Tingkah laku aneh dan nyata, misalnya mengumpulkan sampah, menimbun makanan atau berbicara, senyum-senyum dan tertawa sendiri di tempat umum; atau berbicara sendiri tanpa mengeluarkan suara (“komat-kamit”).

Hendayana yang nyata dalam higiene (kebersihan/perawatan) diri dan pakaian, misalnya tidak mau mandi dan berpakaian kumal (berpenampilan lusuh dan kumuh).

Afek (alam perasaan) yang tumpul atau miskin, mendatar dan tidak serasi, wajahnya tidak menunjukkan ekspresi dan terkesan dingin.

21

Pembicaraan yang melantur (digressive), kabur, kacau, berbelit-belit, berputar-putar (circum-stantial) atau metaforik (perumpamaan).

Ide atau gagasan yang aneh dan tidak lazim atau pikiran magis, seperti takhayul, kewaskitaan (clairvoyance), telepati, indera keenam, orang lain dapat merasakan perasaannya, ide-ide yang berlebihan, gagasan mirip waham yang menyangkut diri sendiri (ideas of refference).

Penghayatan persepsi yang tidak lazim, seperti ilusi yang selalu berulang, merasa hadirnya kekuatan atau seseorang yang sebenarnya tidak ada. Catatan: berbeda dengan halusinasi, yang dimaksud dengan ilusi adalah pengalaman panca indera dimana ada sumber atau stimulus, namun ditafsirkan salah.

DIAGNOSIS: PEDOMAN DIAGNOSTIK PPDGJ-LLL Harus ada sedikitnya satu gejala berikut ini yang amat jelas (dan biasanya dua gejala atau

lebih bila gejala gejala itu kurang tajam atau kurang jelas):a. - “thought echo” = isi pikiran dirinya sendiri yang berulang atau bergema dalam

kepalanya (tidak keras), dan isi pikiran ulangan, walaupun isinya sama, namun kualitasnya berbeda ; atau- “thought insertion or withdrawal” = isi yang asing dan luar masuk ke dalam pikirannya (insertion) atau isi pikirannya diambil keluar oleh sesuatu dari luar dirinya (withdrawal); dan- “thought broadcasting”= isi pikiranya tersiar keluar sehingga orang lain atau umum mengetahuinya; 

b. - “delusion of control” = waham tentang dirinya dikendalikan oleh suatu kekuatan tertentu dari luar; atau - “delusion of passivitiy” = waham tentang dirinya tidak berdaya dan pasrah terhadap suatu kekuatan dari luar; (tentang ”dirinya” = secara jelas merujuk kepergerakan tubuh / anggota gerak atau ke pikiran, tindakan, atau  penginderaan khusus); - “delusional perception” = pengalaman indrawi yang tidak wajar, yang bermakna sangat khas bagi dirinya, biasnya bersifatmistik atau mukjizat; 

c. Halusinasi auditorik: suara halusinasi yang berkomentar secara terus menerus terhadap perilaku

pasien, atau mendiskusikan perihal pasien pasein di antara mereka sendiri (diantara

berbagai suara yang berbicara), atau jenis suara halusinasi lain yang berasal dan salah satu bagian tubuh.

d. Waham-waham menetap jenis lainnya, yang menurut budaya setempat dianggap tidak wajar dan sesuatu yang mustahil, misalnya perihal keyakinan agama atau politik tertentu, atau kekuatan dan kemampuan di atas manusia biasa (misalnya mampu mengendalikan cuaca, atau berkomunikasi dengan mahluk asing dan dunia lain)

Atau paling sedikit dua gejala dibawah ini yang harus selalu ada secara jelas: a. halusinasi yang menetap dan panca-indera apa saja, apabila disertai baik oleh

waham yang mengambang maupun yang setengah berbentuk tanpa kandungan afektif yang jelas, ataupun disertai oleh ide-ide berlebihan (over-valued ideas)

22

yang menetap, atau apabila terjadi setiap hari selama berminggu minggu atau berbulan-bulan terus menerus;

b. arus pikiran yang terputus (break) atau yang mengalami sisipan (interpolation), yang berkibat inkoherensi atau pembicaraan yang tidak relevan, atau neologisme;

c. perilaku katatonik, seperti keadaan gaduh-gelisah (excitement), posisi tubuh tertentu (posturing), atau fleksibilitas cerea, negativisme, mutisme, dan stupor;

d. gejala-gejala “negative”, seperti sikap sangat apatis, bicara yang jarang, dan respons emosional yang menumpul atau tidak wajar, biasanya yang mengakibatkan penarikan diri dari pergaulan sosial dan menurunnya kinerja sosial; tetapi harus jelas bahwa semua hal tersebut tidak disebabkan oleh depresi oleh depresi atau medikasi neuroleptika;

Adanya gejala-gejala khas tersebut diatas telah berlangsung selama kurun waktu satu bulan atau lebih (tidak berlaku untuk setiap fase nonpsikotik (prodromal)

Harus ada suatu perubahan yang konsisten dan bermakna dalam mutu keseluruhan (overall quality) dan beberapa aspek perilaku pribadi (personal behavior), bermanifestasi sebagai hilangnya minat, hidup tak bertujuan, tidak berbuat sesuatu sikap larut dalam diri sendiri (self-absorbed attitude), dan penarikan diri secara sosial.

PENATALAKSANAAN SKIZOFRENIAI. Psikofarmaka

Pemilihan obat Pada dasarnya semua obat anti psikosis mempunyai efek primer (efek klinis) yang sama pada dosis ekivalen, perbedaan utama pada efek sekunder (efek samping: sedasi, otonomik, ekstrapiramidal).

Pemilihan jenis antipsikosis mempertimbangkan gejala psikosis yang dominan dan efek samping obat. Pergantian disesuaikan dengan dosis ekivalen. Apabila obat antipsikosis tertentu tidak memberikan respons klinis dalam dosis yang sudah optimal setelah jangka waktu yang tepat, dapat diganti dengan obat antipsikosis lain (sebaiknya dan golongan yang tidak sama) dengan dosis ekivalennya. Apabila dalam riwayat penggunaan obat antipsikosis sebelumnya sudah terbukti efektif dan efek sampingnya ditolerir baik, maka dapat dipilih kembali untuk pemakaian sekarang. Bila gejala negatif lebih menonjol dari gejala positif pilihannya adalah obat antipsikosis atipikal, Sebaliknya bila gejala positif lebih menonjol dibandingkan gejala negatif pilihannya adalah tipikal. Begitu juga pasien-pasien dengan efek samping ekstrapiramidal pilihan kita adalah jenis atipikal.

Obat antipsikotik yang beredar dipasaran dapat dikelompokkan menjadi dua bagian yaitu antipsikotik generasi pertama (APG I) dan antipsikotik generasi ke dua (APG ll). APG I bekerja dengan memblok reseptor D2 di mesolimbik, mesokortikal, nigostriatal dan tuberoinfundibular sehingga dengan cepat menurunkan gejala positif tetapi pemakaian lama dapat memberikan efek samping berupa: gangguan ekstrapiramidal, tardive dyskinesia, peningkatan kadar prolaktin yang akan menyebabkan disfungsi seksual / peningkatan berat badan dan memperberat gejala negatif maupun kognitif. Selain itu APG I menimbulkan efek samping antikolinergik seperti mulut kering pandangan kabur gangguan miksi, defekasi dan hipotensi. APG I dapat dibagi lagi menjadi potensi tinggi bila dosis yang digunakan kurang atau sama dengan 10 mg diantaranya adalah trifluoperazine, fluphenazine, haloperidol dan pimozide.

Obat-obat ini digunakan untuk mengatasi sindrom psikosis dengan gejala dominan apatis, menarik diri, hipoaktif, waham dan halusinasi. Potensi rendah bila dosisnya lebih dan 50 mg diantaranya adalah Chlorpromazine dan thiondazine digunakan pada penderita dengan gejala dominan gaduh gelisah, hiperaktif dan sulit tidur. APG II sering disebut sebagai serotonin

23

dopamin antagonis (SDA) atau antipsikotik atipikal. Bekerja melalui interaksi serotonin dan dopamin pada ke empat jalur dopamin di otak yang menyebabkan rendahnya efek samping extrapiramidal dan sangat efektif mengatasi gejala negatif. Obat yang tersedia untuk golongan ini adalah clozapine, olanzapine, quetiapine dan rispendon.

Pengaturan Dosis Dalam pengaturan dosis perlu mempertimbangkan: o Onset efek primer (efek klinis) : 2-4 minggu

Onset efek sekunder (efek samping) : 2-6 jam o Waktu paruh  : 12-24 jam (pemberian 1-2 x/hr) o Dosis pagi dan malam dapat berbeda (pagi kecil, malam besar) sehingga tidak

mengganggu kualitas hidup penderita. o Obat antipsikosis long acting : fluphenazine decanoate 25 mg/cc atau haloperidol

decanoas 50 mg/cc, IM untuk 2-4ininggu. Berguna untuk pasien yang tidak/sulitininum obat, dan untuk terapi pemeliharaan. 

Cara / Lama pemberian Mulai dengan dosis awal sesuai dengan dosis anjuran dinaikkan setiap 2-3 hr sampai mencapai dosis efektif (sindrom psikosis reda), dievaluasi setiap 2ininggu bila pertu dinaikkan sampai dosis optimal kemudian dipertahankan 8-12ininggu. (stabilisasi). Diturunkan setiap 2ininggu (dosis maintenance) lalu dipertahankan 6 bulan sampai 2 tahun ( diselingi drug holiday 1-2/hari/minggu) setelah itu tapering off (dosis diturunkan 2-4ininggu) lalu stop.Untuk pasien dengan serangan sindrom psikosis multiepisode, terapi pemeliharaan paling sedikit 5 tahun (ini dapat menurunkan derajat kekambuhan 2,5 sampai 5 kali). Pada umumnya pemberian obat antipsikosis sebaiknya dipertahankan selama 3 bulan sampai 1 tahun setelah semua gejala psikosis reda sama sekali. Pada penghentian mendadak dapat timbul gejala cholinergic rebound gangguan lambung, mual, muntah, diare, pusing dan gemetar. Keadaan ini dapat diatasi dengan pemberian anticholmnergic agent seperti injeksi sulfas atropin 0,25 mg IM, tablet trhexyphenidyl 3x2 mg/hari.

II.  Terapi Psikososial Ada beberapa macam metode yang dapat dilakukan antara lain : Psikoterapi individual

o Terapi suportif o Sosial skill trainingo Terapi okupasi o Terapi kognitif dan perilaku (CBT)

Psikoterapi kelompok Psikoterapi keluarga Manajemen kasus Assertive Community Treatment (ACT)

III. Rehabilitasi

Program rehabilitasi ini biasanya dilakukan dilembaga rahabilitasi misalnya dibahagian lain di Rumah Sakit Jiwa khusus untuk untuk penderita yang kronis. Di lembaga itu penderita tidak hanya diberi terapi psikofarmaka tetapi juga menintegrasikan dengan jenis – jenis terapi yang lainnya termasuk keterampilan. Dalam lembaga rehabilitasi ini para penderita merupakan kelompok atau komunitas diman terjadi interaksi antar sesama penderita dengan para pelatih. Program rehabilitasi ini tidak hanya diikuti oleh penderita yang dirawat jalan.

24

Program rehabilitasi sebagai persiapan kembali ke keluarga dan masyarakat meliputi berbagai macam kegiatan, antara lain :

Terapi kelompok Menjalankan ibadah keagamaan bersama – sama (jamaah) Kegiatan kesenian (menyanyi, musik, tari – tarian, seni lukis dsb) Terapi fisik berupa olah raga Keterampilan (membuat kerajinan tangan) Berbagai macam kursus Bercocok tanam (bila tersedia lahan) Rekreasi (darmawisata) Dan lain sebagainya.

ASPEK KESEHATAN JIWA MASYARAKAT SKIZOFRENIAWalaupun remisi penuh atau sembuh pada skizofrenia itu ada, kebanyakan orang mempunyai gejala sisa dengan keparahan yang bervariasi. Secara umum 25% individu sembuh sempurna, 40% mengalami kekambuhan dan 35% mengalami perburukan. Sampai saat ini belum ada metode yang dapat memprediksi siapa yang akan menjadi sembuh siapa yang tidak, tetapi ada beberapa faktor yang dapat mempengaruhinya seperti : usia tua, faktor pencetus jelas, onset akut, riwayat sosial / pekerjaan pramorbid baik, gejala depresi, menikah, riwayat keluarga gangguan mood, sistem pendukung baik dan gejala positif ini akan memberikan prognosis yang baik sedangkan onset muda, tidak ada faktor pencetus, onset tidak jelas, riwayat sosial buruk, autistik, tidak menikah/janda/duda, riwayat keluarga skizofrenia, sistem pendukung buruk, gejala negatif, riwayat trauma prenatal, tidak remisi dalam 3 tahun, sering relaps dan riwayat agresif akan memberikan prognosis yang buruk.

KOMPLIKASI SKIZOFRENIA

Percobaan bunuh diri yang bisa menyebabkan kecacatan atau kematian

PENCEGAHAN SKIZOFRENIA

Menurut Prof. Tuti, terdapat tiga bentuk pencegahan primer. Pertama, pencegahan universal, ditujukan kepada populasi umum agar tidak terjadi faktor risiko. Caranya adalah mencegah komplikasi kehamilan dan persalinan. Kedua, pencegahan selektif, ditujukan kepada kelompok yang mempunyai risiko tinggi dengan cara, orang tua menciptakan keluarga yang harmonis, hangat, dan stabil. Ketiga, pencegahan terindikasi, yaitu mencegah mereka yang baru memperlihatkan tanda-tanda fase prodromal tidak menjadi skizofrenia yang nyata, dengan cara memberikan obat antipsikotik dan suasana keluarga yang

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PROGNOSIS SKIZOFRENIA

Prognosis untuk skizofrenia pada umumnya kurang begitu menggembirakan. Sekitar 25% pasien dapat kembali pulih dari episode awal dan fungsinya dapat kembali pada tingkat prodromal (sebelum munculnya gangguan tersebut). Sekitar 25% tidak akan pernah pulih dan

25

perjalanan penyakitnya cenderung memburuk. Sekitar 50% berada diantaranya, ditandai dengan kekambuhan periodik dan ketidakmampuan berfungsi dengan efektif kecuali untuk waktu yang singkat. (Imam Setiadi daam Skizofrenia, Refika Aditama, 2006). Faktor-faktor yang mempengaruhi prognosis skizofrenia1.Keluarga Skizofrenia tidak hanya menimbulkan penderitaan bagi individu penderitanya, tapi juga bagi orang-orang terdekat kepadanya. Biasanya, keluarganyalah yang paling terkena dampak dari hadirnya skizofrenia. Pasien membutuhkan perhatian dari masyarakat, terutama dari keluarganya. jangan membeda-bedakan antara orang yang mengalami Skizofrenia dengan orang yang normal, karena orang yang mengalami gangguan Skizofrenia mudah tersinggung.2.InteligensiPada umumnya pasien Skizofrenia yang mempunyai Inteligensi yang tinggi akan lebih mudah sembuh dibandingkan dengan orang yang inteligensinya rendah. Karena orang yang mempunyai inteligensi tinggi biasanya mudah diberi pemahaman, mudah mengerti akan pentingnya pengobatan.3.PengobatanObat memiliki dua kekurangan utama. Pertama hanya sebagian kecil pasien (kemungkinan 25%) cukup tertolong untuk mendapatkan kembali jumlah fungsi mental yang cukup normal. Kedua antagonis reseptor dopamine disertai dengan efek merugikan yang mengganggu dan serius. Namun pasien skkizofrenia perlu di beri obat Risperidone serta Clozapine.4.Reaksi PengobatanDalam proses penyembuhan skizofrenia, orang yang bereaksi terhadap obat lebih bagus perkembangan kesembuhan daripada orang yang tidak bereaksi terhadap pemberian obat.5.Stressor PsikososialDengan semakin bertambah meningkatnya perkembangan teknologi, akan mempengaruhi juga pada proses penyembuhan penyakit skizofrenia. Biasanya negara berkembang, penderita skizofrenia bisa lebih cepat disembuhkan karena adanya dukungan dari masyarakat sekitar. Sedangkan pada Negara-negara maju, prognosis lebih susah dikarenakan, biasanya pada Negara-negara maju masyarakatnya cenderung individual, tidak mengenal tetangga, dan tidak perdui terhadap lingkungan sekitar.Apabila stressor dari skizofrenia ini berasal dari luar, maka akan mempunayi dampak yang positif, karena tekanan dari luar diri individu dapat diminimalisir atau dihilangkan. Begitu pula sebaliknya apabila stressor datangnya dari luar individu dan bertubi-tubi atau tidak dapat diminimalisir maka prosgnosisnya adalah negatif atau akan bertambah parah.6.Kekambuhanpenderita skizofrenia yang sering kambuh prognosisnya lebih buruk. Dengan seringnya penderita skizofrenia kambuh maka akan semakin lemah pula system yang ada pada dirinya.7.Gangguan KepribadianPada gangguan kepribadian ini, orang yang mempunyai tipe introvert lebih susah dideteksi apakah ia mempunyai gejala skizofrenia karena orang tersebut cenderung menutup diri. Prognosis untuk orang yang mempunyai gangguan kepribadian akan sulit disembuhkan. Besar kecilnya pengalaman akan memiliki peran yang sangat besar terhadap kesembuhan.8.OnsetJenis onset yang mengarah ke prognosis yang baik berupa onset yang lambat dan akut, sedangkan onset yang tidak jelas memiliki prognosis yang lebih baik.9.ProporsiOrang yang mempunyai bentuk tubuh normal (proporsional) mempunyai prognosis yang lebih baik dari pada penderita yang bentuk tubuhnya tidak proporsional.10.Perjalanan penyakit

26

Pada penderita skizofreniayang masih dalam fase prodromal prognosisnya lebih baik dari pada orang yang sudah pada fase aktif dan fase residual.11.KesadaranKesadaran orang yang mengalami gangguan skizofrenia adalah jernih. Hal inilah yang menunjukkan prognosisnya baik nantinya.

4. MM IBADAH MAHDHO

Ditinjau dari jenisnya, ibadah dalam Islam terbagi menjadi dua jenis, dengan bentuk dan sifat yang berbeda antara satu dengan lainnya;

a) Ibadah Mahdhahartinya  penghambaan yang murni hanya merupakan hubung an antara hamba dengan Allah secara langsung. ‘Ibadah bentuk ini  memiliki 4 prinsip:

a. Keberadaannya harus berdasarkan adanya dalil perintah, baik dari al-Quran maupun al- Sunnah, jadi merupakan otoritas wahyu, tidak boleh ditetapkan oleh akal atau logika keberadaannya.

b. Tatacaranya harus berpola kepada contoh Rasul saw. Shalat dan haji adalah ibadah mahdhah, maka tatacaranya, Nabi bersabda:Shalatlah kamu seperti kamu melihat aku shalat. Ambillah dari padaku tatacara haji kamu Jika melakukan ibadah bentuk ini tanpa dalil perintah atau tidak sesuai dengan praktek Rasul saw., maka dikategorikan “Muhdatsatul umur” perkara meng-ada-ada, yang populer disebut salah satu penyebab hancurnya agama-agama yang dibawa sebelum Muhammad saw adalah karena kebanyakan kaumnya bertanya dan menyalahi perintah Rasul-rasul mereka.

c. Bersifat supra rasional (di atas jangkauan akal) artinya ibadah bentuk ini bukan ukuran logika, karena bukan wilayah akal, melainkan wilayah wahyu, akal hanya berfungsi memahami rahasia di baliknya yang disebut hikmah tasyri’. Shalat, adzan, tilawatul Quran, dan ibadah mahdhah lainnya, keabsahannnya bukan ditentukan oleh mengerti atau tidak, melainkan ditentukan apakah sesuai dengan ketentuan syari’at, atau tidak. Atas dasar ini, maka ditetapkan oleh syarat dan rukun yang ketat.

d. Azasnya “taat”, yang dituntut dari hamba dalam melaksanakan ibadah ini adalah kepatuhan atau ketaatan. Hamba wajib meyakini bahwa apa yang diperintahkan Allah kepadanya, semata-mata untuk kepentingan dan kebahagiaan hamba, bukan untuk Allah, dan salah satu misi utama diutus Rasul adalah untuk dipatuhi.

Jenis ibadah yang termasuk mahdhah, adalah:1. Wudhu,2. Tayammum

27

3. Mandi hadats4. Adzan5. Iqamat6. Shalat7. Membaca al-Quran8. I’tikaf9. Shiyam ( Puasa )10. Haji11. Umrah12. Tajhiz al- Janazah

b) Ibadah Ghairu Mahdhah (tidak murni semata hubungan dengan Allah) Ibadah yang di samping sebagai hubungan  hamba dengan Allah juga merupakan hubungan atau interaksi antara hamba dengan makhluk lainnya .  Prinsip-prinsip dalam ibadah ini, ada 4:

a. Keberadaannya didasarkan atas tidak adanya dalil yang melarang. Selama Allah dan Rasul-Nya tidak melarang maka ibadah bentuk ini boleh diselenggarakan.

b. Tatalaksananya tidak perlu berpola kepada contoh Rasul, karenanya dalam ibadah bentuk ini tidak dikenal istilah “bid’ah” , atau jika ada yang menyebut nya, segala hal yang tidak dikerjakan rasul bid’ah, maka bid’ahnya disebut bid’ah hasanah, sedangkan dalam ibadah mahdhah disebut bid’ah dhalalah.

c. Bersifat rasional,  ibadah bentuk ini baik-buruknya, atau untung-ruginya, manfaat atau madharatnya, dapat ditentukan oleh akal atau logika.  Sehingga jika menurut logika sehat, buruk, merugikan, dan madharat, maka tidak boleh dilaksanakan.

d. Azasnya “Manfaat”, selama itu bermanfaat, maka selama itu boleh dilakukan.Shalat diwajibkan kepada tiap muslim yg mukallaf yakni yg telah baligh dan berakal. Adapun orang yg belum baligh dan tdk berakal gugurlah dari kewajiban tersebut. Hal ini berdasarkan hadits ‘Aisyah radhiyallahu ‘anha dari Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam beliau bersabda:“Diangkat pena dari tiga golongan: orang yg tidur sampai ia bangun orang gila sampai kembali akal atau sadar dan anak kecil hingga ia besar.”Dengan demikian orang yg tidur dan pingsan orang gila dan anak kecil tdk dibebankan kewajiban shalat atas mereka sampai hilang penghalang yg ada. Yakni orang yg tertidur telah bangun dari tidur orang yg pingsan telah siuman dari pingsan orang gila telah pulih dari sakit gila atau telah kembali akal sedangkan anak kecil telah datang masa baligh di antara dgn tanda mimpi basah bagi anak laki2 dan haid bagi anak perempuan

DAFTAR PUSTAKA

Agus D, Pendekatan holistik terhadap Skizofrenia, dalam majalah psikiatri, Jakarta, 2005:1.Buchanan RW, Carpenter WT, Schizophrenia : introduction and overview, in: Kaplan and Sadock comprehensive textbook of psychiatry, 7th ed, Philadelphia: lippincott Williams and wilkins :2000: 1096-1109.Direktorat Kesehatan Jiwa, Direktorat Jenderal Pelayanan Medik, Departemen Kesehatan RI: Pedoman Penggolongan dan Diagnosis Gangguan jiwa di Indonesia III, 1993Kaplan, Hl, Sadock BJ, Grebb JA, Skizofrenia, dalam : Sinopsis psikiatri, ed 7, vol 1, 1997 : 685-729.Maramis, WF: Catatan Ilmu Kedokteran Jiwa,Cetakan I, Airlangga University Press, Surabaya,1995Maslim R, skizofrenla, gangguan skizotipal dan gangguan waham, dalam PPDGJ III, Jakarta, 1998 :46-57.

28

Uddin, Jurnalis: Anatomi Susunan Saraf Manusia, Cetakan 2, Universitas Yarsi, Jakarta, 2006.

29