tugas mandiri ilmu faal ii

32
Tugas Mandiri Ilmu Faal II Peranan Renin Angiotensin Aldosterone System (RAAS) Dalam Sistem Kardiovaskular Oleh: Shafira Noor Latifah 021311133160

Upload: shafira-noor-latifah

Post on 28-Dec-2015

59 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: Tugas Mandiri Ilmu Faal II

Tugas Mandiri Ilmu Faal II

Peranan Renin Angiotensin Aldosterone System (RAAS)

Dalam Sistem Kardiovaskular

Oleh:Shafira Noor Latifah

021311133160

ILMU FAAL II – DEPARTEMEN BIOLOGI ORAL

Fakultas Kedokteran Gigi – UNAIR

Semester Genap – 2014

Page 2: Tugas Mandiri Ilmu Faal II

KATA PENGANTAR

Puji syukur kepada Allah SWT atas segala rahmat-Nya sehingga saya

dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Sistem Renin Angiotensin

Aldosteron dalam Pengaturan Tekanan Darah dan Hipertensi”.

Saya menulis makalah ini untuk memenuhi tugas Ilmu Faal II semester II

di FKG Universitas Airlangga. Dari tugas ini, saya belajar bagaimana dapat

menyelesaikan masalah secara kritis dan ilmiah, serta menjawab dengan

mengumpulkan berbagai informasi dari berbagai macam sumber yang telah teruji

terhadap objek studi sampai dapat membuat kesimpulan.

Saya mengucapkan terimakasih kepada Aqsa Sjuhada Oki, drg, M.Kes

sebagai dosen pembimbing dalam pemenuhan tugas ini, segenap dosen mata

kuliah Ilmu Faal II, dan semua orang yang terlibat secara langsung ataupun tidak

dalam penyusunan makalah ini.

Kritik dan saran yang membangun sangat diharapkan demi

menyempurnakan makalah ini. Saya harap makalah ini akan berguna untuk

semua pembaca sehingga makalah kami ini turut memberikan sumbangan

terhadap kemajuan ilmu pengetahuan, khususnya di bidang ilmu Faal.

Surabaya, 15 Mei 2014

Shafira Noor Latifah

02131113360

ii

Page 3: Tugas Mandiri Ilmu Faal II

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...........................................................................................ii

DAFTAR ISI .......................................................................................................iii

DAFTAR GAMBAR.............................................................................................iv

DAFTAR TABEL ................................................................................................v

ABSTRAK .........................................................................................................vi

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Penulisan…................................................................1

1.2 Tujuan Penulisan Makalah .……........................................................3

1.3 Manfaat Makalah…….........................................................................3

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Regulasi Sistem Kardiovaskular .......................................................4

2.2 Renin Angiotensin Aldosterone System (RAAS) …………………….5

2.3 Regulasi Tekanan Darah....................................................................6

2.4 Peranan Angiotensin Sebagai Converting Enzyme............................11

2.4.1. Peranan ACE di otak .............................................................13

BAB 3 PENUTUP

3.1. Kesimpulan ……………………….………………………………………….…15

3.2. Saran………………….……………………………………………….…………15

DAFTAR PUSTAKA ..…………………….………………………………………………16

iii

Page 4: Tugas Mandiri Ilmu Faal II

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1.a. Diagram homeostatis untuk mempertahankan tekanan darah

dan aliran darah……………………………………………………5

Gambar 2.2.a. Faktor-faktor dan proses pengeluaran renin dari ginjal…………...6

Gambar 2.3.a. Regulasi homeostasis pada keadaan tekanan darah dan volume

darah rendah……………………………………………………..10

Gambar 2.3.b. Regulasi homeostasis pada keadaan tekanan darah dan volume

darah tinggi ……………………………………………………...11

Gambar 2.4.a. Peranan ACE di otak…………………………………………......14

iv

Page 5: Tugas Mandiri Ilmu Faal II

DAFTAR TABEL

Tabel 2.2.a. Klasifikasi tekanan darah…………………………………………….9

v

Page 6: Tugas Mandiri Ilmu Faal II

ABSTRAK

Peranan Renin Angiotensin Aldosterone System (RAAS) Dalam Sistem

Kardiovaskular

(The Role of Renin Angiotensin Aldosterone System (RAAS) in the Cardiovascular

System)

Shafira Noor Latifah

Background : Cardiovascular system or circulatory system is a system that serves to maintain the quantity and quality of existing fluid throughout the body. At the time of the body's cardiovascular system disorders, there are many factors that can affect. One is the role of renin which is a component of a physiological feedback mechanism that regulates blood volume and cardiovascular output to control vascular resistance, especially arterial blood pressure. Renin Angiotensin Aldosterone System (RAAS) plays a role in the regulation of fluid electrolyte balance both intracellular and extracellular, such as Na, K, and other body fluids.

Purpose : Explain how Renin Angiotensin Aldosterone System (RAAS) affect the cardiovascular system especially on blood pressure

Conclusion : When blood pressure is too low, the kidneys secrete renin angiotensin who will form. Furthermore, angiotensin will cause constriction of arterioles throughout the body, thus increasing the blood pressure returned to normal levels.

Keywords : Cardiovascular system, renin, RAAS, blood pressure, kidneys

Background : Sistem kardiovaskular atau sistem sirkulasi adalah sistem yang berfungsi untuk menjaga kuantitas dan kualitas cairan yang ada di seluruh tubuh. Pada saat gangguan sistem tubuh kardiovaskular, ada banyak faktor yang dapat mempengaruhi. Salah satunya adalah peran renin yang merupakan komponen dari mekanisme umpan balik fisiologis yang mengatur volume darah dan output jantung untuk mengontrol resistensi pembuluh darah, terutama tekanan darah arteri. Renin Angiotensin Aldosteron System (RAAS) berperan dalam pengaturan keseimbangan elektrolit cairan intraseluler dan ekstraseluler baik, seperti Na, K, dan cairan tubuh lainnya

Purpose : Menjelaskan bagaimana Renin Angiotensin Aldosteron System (RAAS) mempengaruhi sistem kardiovaskular terutama pada tekanan darah

Conclusion : Bila tekanan darah terlalu rendah, ginjal akan mensekresikan renin. Angiotensin akan menyebabkan penyempitan arteriol di seluruh tubuh, sehingga meningkatkan tekanan darah kembali ke tingkat normal.

Keywords : Card iovascular system, renin, RAAS, blood pressure, kidneys

vi

Page 7: Tugas Mandiri Ilmu Faal II

1

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Penulisan

Sistem kardiovaskular atau sistem sirkulasi adalah suatu sistem yang

berfungsi untuk mempertahankan kuantitas dan kualitas dari cairan yang ada

diseluruh tubuh. Sistem kardiovaskular terdiri dari dua sistem, yaitu sistem

jantung dan vasa darah. Sistem sirkulasi darah dimulai dari jantung yang

berfungsi untuk mempompa darah yang kemudian dialirkan melalui aorta dan

diteruskan ke cabang – cabang pembuluh darah. Sistem kardiovaskular

berhubungan erat dengan darah dimana masing – masing darah memiliki tugas

atau fungsi sendiri – sendiri dan saling berkaitan satu sama lain.1,2

Sistem kardiovaskuler dapat mengalami gangguan homeostasis dan

akan mengakibatkan tekanan darah serta aliran darah dapat berkurang atau

bertambah pada jaringan. Tekanan darah merupakan salah satu dari tanda

vital penting selain denyut nadi, frekuensi nafas dan suhu, bahkan digunakan

pula untuk mengukur kemampuan seseorang untuk bertahan hidup. Pada

orang dewasa, tekanan sistolik adalah 120 mmHg, dan tekanan diastolik

adalah 80 mmHg. Perbedaan antara kedua tekanan disebut tekanan nadi yaitu

40 mmHg. Tekanan darah dipertahankan dalam batas-batas yang adekuat

dengan cara interaksi kompleks antara mekanisme neuronal dan hormonal

dimana adekuasi tekanan darah sangat diperlukan untuk perfusi jaringan dan

mendorong berlangsungnya sirkulasi darah. Dalam ilmu medis, pengukuran

tekanan darah digunakan untuk mendiagnosis keadaan kesehatan seseorang. 1

Mekanisme yang mempengaruhi regulasi kardiovaskular yaitu mekanisme

autoregulasi lokal, saraf, dan hormonal. Aliran darah dalam jaringan terutama

diatur oleh mekanime auotoregulasi lokal. Autoregulasi berarti penyesuaian

otomatik dari aliran darah dalam setiap jaringan terhadap kebutuhan dari

jaringan bersangkutan. Pada umumnya kebutuhan kebutuhan jaringan adalah

berupa nutrisi. Namun dalam beberapa keadaan autoregulasi diperlukan

Page 8: Tugas Mandiri Ilmu Faal II

2

seperti untuk regulasi pembuangan zat sisa metabolisme dan elektrolit,

dimana zat-zat tersebut dalam darah memainkan peranan penting dalam

mengatur aliran darah ginjal. Di dalam otak autoregulasi untuk regulasi kadar

karbondioksida, dimana zat tersebut mempengaruhi kecepatan aliran darah ke

jaringan tersebut. Pada jaringan lain umumnya kebutuhan akan oksigen

merupakan rangsangan yang paling kuat memunculkan autoregulasi. Jika

terjadi gangguan autoregulasi lokal pada kondisi yang normal, maka akan

mengaktifkan mekanisme system saraf dan hormonal. Mekanisme hormonal

dapat merespon apabila autoregulasi tidak efektif yaitu dengan menstimulasi

kelenjar endokrin untuk melepaskan hormone yang berperan dalam

pengaturan tekanan darah dan volume darah. Dalam jarak waktu yang lama

maka homeostasis tubuh akan mengembalikan volume dan tekanan darah

kembali normal.3

Sistem Renin-Angiotensin merupakan sistem endokrin yang penting dalam

pengontrolan tekanan darah. Mekanisme terjadinya hipertensi adalah melalui

terbentuknya angiotensin II dari angiotensin I oleh angiotensin I-converting

enzyme (ACE). Mekanisme disekresikannya renin ini disebut juga dengan

Renin Angiotensin Aldosteron System (RAAS) yang berperan dalam

pengaturan keseimbangan cairan elektrolit baik secara intraselular maupun

ekstraselular, seperti Na, K, dan cairan tubuh lainnya. Oleh karena itu, sistem

ini secara signifikan mempengaruhi aktivitas pembuluh darah dan sistem saraf

simpatik serta dapat mempengaruhi kontributor pengaturan homeostasis di

dalam tekanan darah.1

Berdasarkan latar belakang diatas, maka penulis ingin mengetahui tentang

Renin Angiotensin Aldosteron System (RAAS) dalam pengaturan homeostasis

tubuh khususnya pengaruhnya pada tekanan darah dalam sistem

kardiovaskular.

Page 9: Tugas Mandiri Ilmu Faal II

3

1.2. Tujuan Penulisan Makalah

Tujuan penulisan makalah ini adalah untuk mengetahui peran Renin

Angiotensin Aldosterone System (RAAS) dalam system kardiovaskular

terutama pengaruhnya pada tekanan darah

1.3. Manfaat Makalah

1. Manfaat Teoritis

Menambah pengetahuan mengenai Renin Angiotensin Aldosterone System (RAAS) dalam sistem kardiovaskular.

2. Manfaat Praktis

a. Untuk Penulis

- Menambah pengetahuan penulis, khususnya penyediaan artikel

tentang Renin Angiotensin Aldosterone System (RAAS).

- Meningkatkan pengetahuan tentang peranan Renin Angiotensin

Aldosterone System (RAAS) dalam system kardiovaskular

beserta pengaruhnya.

b. Untuk Pembaca

- Sebagai pengetahuan tambahan bagi pembaca.

- Dapat digunakan sebagai rujukan referensi bagi pembaca dan

penulis-penulis lain pada masa yang akan datang.

Page 10: Tugas Mandiri Ilmu Faal II

4

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Regulasi Sistem Kardiovaskular

Transpor internal pada manusia dan vertebrata lain dapat dilakukan

melalui sistem sirkulasi tertutup, yang disebut dengan sistem kardiovaskular.

Komponen sistem kardiovakular adalah jantung, pembuluh darah, dan darah.1

Fungsi sitem sikrulasi adalah untuk melayani kebutuhan jaringan terutama

transpor nutrien ke jaringan, transpor produk-produk yang tidak berguna,

menghantarkan hormon dari satu bagian tubuh ke bagian tubuh yang lain. Sercara

umum untuk memelihara lingkungan yang sesuai dalam seluruh cairan jaringan

agar bisa bertahan hidup secara optimal dan untuk fungsi-fungsi sel.2

Beberapa variabel yang mempengaruhi regulasi kardiovaskular yaitu curah

jantung (cardiac output), tahanan periperal (peripheral resistance), dan tekanan

darah (blood pressure). Regulasi kardiovaskuler bertujuan untuk menjaga

perubahan aliran darah tepat waktu, berada di dalam area yang benar dan tidak

menimbulkan perubahan tekanan dan aliran darah secara drastis pada organ vital.

Mekanisme yang mempengaruhi regulasi kardiovaskular yaitu mekanisme

autoregulasi lokal, saraf, dan hormonal.3

Aliran darah dalam jaringan terutama diatur oleh mekanime auotoregulasi

lokal. Autoregulasi berarti penyesuaian otomatik dari aliran darah dalam setiap

jaringan terhadap kebutuhan dari jaringan bersangkutan. Pada umumnya

kebutuhan kebutuhan jaringan adalah berupa nutrisi. Namun dalam beberapa

keadaan autoregulasi diperlukan seperti untuk regulasi pembuangan zat sisa

metabolisme dan elektrolit, dimana zat-zat tersebut dalam darah memainkan

peranan penting dalam mengatur aliran darah dalam ginjal. Jika terjadi gangguan

autoregulasi lokal pada kondisi yang normal, maka akan mengaktifkan

mekanisme sistem saraf dan hormonal.3 Regulasi kardiovaskular secara umum

dapat dilihat pada gambar 2.1.a.

Page 11: Tugas Mandiri Ilmu Faal II

5

Gambar 2.1.a : Diagram homeostatis untuk mempertahankan tekanan darah dan aliran

darah. (sumber : Martini, 2001)

Berdasarkan gambar 2.1.a, dapat dijelaskan bahwa keadaan homeostasis

tubuh dapat mengalami gangguan yang disebabkan oleh beberapa faktor seperti :

stress fisik (trauma, suhu yang tinggi), perubahan kimia (penurunan O2 atau pH,

peningkatan CO2 atau prostaglandin), dan peningkatan aktivitas jaringan.

Gangguan homeostasis tersebut akan mengakibatkan tekanan darah dan aliran

darah berkurang pada jaringan, sehingga akan merangsang autoregulasi lokal

menurunkan tahanan dan peningkatan aliran darah. Namun apabila autoregulasi

tidak efektif, maka mekanisme saraf akan menstimulasi reseptor-reseptor yang

sensitif untuk mengubah komposisi kimia dan tekanan darah sistemik yang

selanjutnya mengaktifkan pusat kardiovaskular. Pada jarak waktu yang pendek

akan terjadi peningkatan vasokonstriksi pada tekanan darah dan akan

menstimulasi saraf simpatis pada jantung dan peripheral. Selanjutnya homeostasis

tubuh akan mengembalikan volume dan tekanan darah menjadi normal kembali.

Mekanisme hormonal dapat merespon apabila autoregulasi tidak efektif yaitu

dengan menstimulasi kelenjar endokrin untuk melepaskan hormon yang berperan

Page 12: Tugas Mandiri Ilmu Faal II

6

dalam pengaturan tekanan darah dan volume darah. Dalam jarak waktu yang lama

maka homeostasis tubuh akan mengembalikan volume dan tekanan darah kembali

normal.3

2.2. Renin Angiotensin Aldosterone System (RAAS)

Renin merupakan suatu enzim yang tersimpan dalam sel juxtaglomerular,

yang terletak di bagian arteriol aferen pada ginjal. Pelepasan renin dari ginjal

dimodulasi oleh beberapa faktor, diantaranya faktor internal seperti tekanan

perfusi renal, katekolamin dan angiotensin II, serta faktor eksternal berupa

komponen cairan tubuh seperti kurangnya filtrasi Na yang mencapai makula

densa yang merupakan tubulus yang mempunyai sel-sel termodifikasi, ion Cl pada

cairan ekstraselular, dan cairan intraselular berupa ion K.1

Gambar 2.2.a : Faktor-faktor dan proses pengeluaran renin dari ginjal.

(sumber: Campbell, 2004)

Page 13: Tugas Mandiri Ilmu Faal II

7

Sistem renin angiotensin aldosterone (RAAS) berpusat di juxtaglomerular

apparatus (JGA). JGA merespons terhadap penurunan tekanan darah atau volume

darah dengan cara membebaskan enzim renin ke dalam aliran darah. Dalam darah,

renin mengawali pengubahan angiotensinogen menjadi angiotensin II.

Angiotensin II meningkatkan tekanan darah dengan cara menyempitkan arteriola.

Angiotensin juga meningkatkan volume darah dengan dua cara: dengan

memberikan sinyal ke tubula proksimal nefron untuk menyerap kembali lebih

banyak NaCl dan air dan dengan cara merangsang kelenjar adrenal untuk

membebaskan aldosterone, suatu hormone yang membuat tubula distal menyerap

kembali lebih banyak Na+ dan air. Hal ini akan menyebabkan peningkatan

volume darah dan tekanan darah, yang menyelesaikan perputaran umpan balik

dengan menekan pelepasan renin.1

Enzim renin akan mengkatalisis angiotensinogen menjadi angiotensin I

dalam darah, dimana 4 asam amino dari angiotensinogen akan dipecah sehingga

terbentuk angiotensin I di dalam darah. Kemudian ACE (Angiotensin converting

enzim) yang dihasilkan oleh paru – paru, akan mengubah angiotensin I menjadi

angiotensin II ketika mengikat reseptor yang lebih spesifik dimana terdapat 2

reseptor spesifik di dalam tubuh manusia yaitu subtipe AT1 dan AT2. Reseptor

AT1 terletak di bagian otak, ginjal, miokardium, vaskulatur periferal, dan kelenjar

adrenal. Reseptor AT1 bekerja dengan mempengaruhi respon-respon yang sangat

vital bagi fungsi sistem kardiovaskular dan ginjal. Sedangkan reseptor AT2

terletak di bagian jaringan adrenal medular, rahim, dan otak. Rangsangan dari

reseptor AT2 tidak akan mempengaruhi regulasi pada tekanan darah. Akan tetapi

jika reseptor AT1 yang bekerja maka akan melepaskan 2 asam amino dari

angiotensin I ke angiotensin II, dimana angiotensin II ini menjadi pemicu

kenaikan tekanan darah di dalam tubuh. Angiotensin II dapat menyebabkan

vasokontriksi dan dapat merangsang pelepasan katekolamin dari medula adrenal

sehingga terjadi aktivasi dari saraf simpatik, kemudian angiotensin II juga

merangsang korteks adrenal untuk mensekresi aldosteron akibatnya terjadi

penyerapan kembali cairan-cairan yang ada di dalam tubuh seperti Na dan air

sehingga manifestasi dari aldosteron ini yaitu terjadi peningkatan volume plasma,

Page 14: Tugas Mandiri Ilmu Faal II

8

resistensi periferal total (TPR), dan akhirnya menyebabkan kenaikan tekanan

darah di dalam tubuh.4,5

Jaringan perifer akan menghasilkan angiotensin peptida secara lokal yang

dapat mempengaruhi aktivitas biologis seperti peningkatan resistensi pembuluh

darah. Selain itu angiotensin juga diproduksi oleh jaringan lokal yang dapat

menstimulasi regulator humoral dan pertumbuhan sistem endotelium yang

diturunkan untuk menstimulasi metabolisme dan pertumbuhan otot polos

vaskular. Sintesa dari angiotensin peptida dapat memicu peningkatan resistensi

pembuluh darah dalam bentuk renin plasma yang rendah pada hipertensi

essensial. Secara keseluruhan RAAS merupakan faktor penting dalam regulasi

tekanan darah arteri, oleh karena itu pengelolaan terhadap organ ginjal sangat

penting dalam regulasi cairan dan sistem ekskresi untuk menjaga sistem

homeostasis tubuh agar tidak terjadi pelepasan enzim renin, dan angiotensin I di

dalam tubuh pun tidak akan terkonversi menjadi angiotensin II. Angiotensin II

inilah yang merupakan faktor utama dari penyakit hipertensi, dan aktivitas sistem

saraf simpatik pun akan diimbangi dengan peranan asetilkolin oleh saraf

parasimpatis.6

Rangkaian dari seluruh sistem renin sampai menjadi angiotensin II dikenal

dengan Renin Angiotensin Aldosteron System (RAAS). Sistem tersebut

memegang peranan penting dalam patogenesis hipertensi baik sebagai salah satu

penyebab timbulnya hipertensi, maupun dalam perjalanan penyakitnya (Ismahun,

2001). RAAS merupakan sistem hormonal yang kompleks berperan dalam

mengontrol sistem kardiovaskular, ginjal, kelenjar andrenal, dan regulasi tekanan

darah.6

2.3. Regulasi Tekanan Darah

Salah satu prinsip paling mendasar dalam sirkulasi adalah kemampuan

setiap jaringan untuk mengendalikan aliran darah lokalnya sendiri sesuai dengan

kebutuhan metaboliknya. Sebaliknya, karena kebutuhan aliran darah berubah,

maka aliran darah akan mengikuti perubahan tersebut. Setiap jaringan

Page 15: Tugas Mandiri Ilmu Faal II

9

membutuhkan aliran darah untuk kebutuhan-kebutuhan spesifik yaitu untuk

penghantaran oksigen ke jaringan, penghantaran zat makanan (glukosa, asam

amino, asam lemak dan sebagainya), pembuangan karbondioksida dari jaringan,

pembuangan ion hidrogen dari jaringan, mempertahankan ion-ion lain jaringan

dengan tepat, pengangkutan berbagai hormon dan bahan spesifik lainnya ke

berbagai jaringan.2

Pada saat keadaan kondisi homeostasis tubuh terganggu akan

mengakibatkan terjadi penurunan volume darah dan tekanan darah. Melalui

regulasi oleh saraf simpatis dengan jarak waktu yang pendek akan meningkatkan

cardiac output dan vasokonstriksi peripheral, yang selanjutnya tekanan darah

meningkat dan kembali normal. Cara lain dalam merespon gangguan homeostasis

akibat penurunan volume darah dan tekanan darah yaitu melalui stimulasi

angiotensin II dan eritropoietin dengan tempo waktu yang panjang. Angiotensin II

secara langsung akan mempengaruhi peningkatan cardiac output dan

vasokonstriksi peripheral untuk meningkatkan tekanan darah. Selanjutnya

angiotensin II akan merangsang pelepasan antidiuretic hormone (ADH) sekresi

aldosteron, dan rasa haus untuk meningkatkan tekanan darah dan volume darah.7

Tabel 2.2.a. Klasifikasi tekanan darah .(sumber : The Seventh of The Joint National

Committee on Prevention Detection, Evaluation, and Treatment of High Blood Pressure,

2004)

Pada saat terjadi gangguan homeostasis akibat terjadi peningkatan volume

darah dan tekanan darah, maka peranan peptide natriuretik atrium (ANP = ’atrial

natriuretic peptide’) sangat penting dalam mengembalikan volume darah dan

Page 16: Tugas Mandiri Ilmu Faal II

10

11

tekanan darah kembali normal. ANP merupakan protein yang diproduksi oleh sel-

sel otot jantung pada dinding atrium kanan pada saat diastole.3 Sehingga ANP

dikeluarkan pada saat volume darah meningkat dan atrium jantung meregang

secara berlebihan. ANP memasuki sirkulasi dan bekerja pada ginjal untuk

menyebabkan sedikit peningkatan GFR dan penurunan reabsorpsi natrium oleh

duktus koligentes. Kerja gabungan dari ANP akan menimbulkan peningkatan

ekskresi garam dan air yang membantu mengkompensasi kelebihan volume

darah.2 ANP dapat menurunkan volume darah dan tekanan darah dengan beberapa

cara yaitu meningkatkan eksresi ion sodium pada ginjal, meningkatkan

pengeluaran air dengan menaikkan volume urine yang diproduksi, mengurangi

rasa haus, menghambat pelepasan ADH, aldosterone, epinephrine, dan

norepinephrine, serta menstimulasi vasodilatasi peripheral. Pada saat volume

darah dan tekanan darah menurun ANP tidak diproduksi oleh dinding atrium.3

Gambar 2.3.a. Regulasi homeostasis pada keadaan tekanan darah dan volume darah rendah

(sumber: Martini, 2001)

Page 17: Tugas Mandiri Ilmu Faal II

12

Gambar 2.3.b. Regulasi homeostasis pada keadaan tekanan darah dan volume darah tinggi

(sumber: Martini, 2001)

Upaya dalam menjaga agar aliran darah dalam sirkulasi sistemik tidak naik

atau turun disebabkan oleh tekanan darah yang berubah-rubah, maka penting

untuk mempertahankan tekanan arteri rata-rata dalam batas konstan. Hal tersebut

dapat dicapai melalui serangkaian mekanisme yang meliputi (1) susunan saraf, (2)

ginjal, dan (3) beberapa mekanisme hormonal. Pada mekanisme hormonal, renin

angiotensin dari ginjal memainkan peranan penting dalam pengaturan tekanan

darah. Bila tekanan darah terlalu rendah sehingga aliran darah dalam ginjal tidak

dapat dipertahankan normal, ginjal akan mensekresikan renin yang akan

membentuk angiotensin. Selanjutnya angiotensin akan menimbulkan konstriksi

arteriol diseluruh tubuh, sehingga dapat meningkatkan kembali tekanan darah ke

tingkat normal.2

2.4. Peranan Angiotensin Sebagai Converting Enzyme

Page 18: Tugas Mandiri Ilmu Faal II

13

Enzim yang mengubah angiotensin I menjadi angiotensin II disebut dengan

Angiotensin Converting Enzyme (ACE).8 Perubahan angiotensin I menjadi

angiotensin II tidak saja terjadi di paru-paru, namun ACE ditemukan pula di

sepanjang jaringan epitel pembuluh darah ACE inhibitor menghambat konversi

angiotensin I menjadi angiotensin II. Mereka resistensi arteriol Oleh karena itu

lebih rendah dan meningkatkan kapasitas vena; meningkatkan output jantung dan

cardiac index, bekerja stroke dan volume, resistensi renovaskular lebih rendah,

dan menyebabkan peningkatan natriuresis (ekskresi natrium dalam urin).9

Menggunakan inhibitor ACE, efek angiotensin II dicegah, menyebabkan

tekanan darah menurun. Studi epidemiologis dan klinis telah menunjukkan bahwa

ACE inhibitor mengurangi kemajuan nefropati diabetik secara independen dari

efek menurunkan tekanan darah. Aksi ACE inhibitor digunakan dalam

pencegahan gagal ginjal, diabetes. ACE inhibitors telah terbukti efektif untuk

indikasi lain dari hipertensi bahkan pada pasien dengan tekanan darah normal.

Sistem secara umum bertujuan untuk meningkatkan tekanan darah dengan

meningkatkan jumlah garam dan air tubuh mempertahankan, walaupun

angiotensin juga sangat baik menyebabkan pembuluh darah untuk

mengencangkan (suatu vasokonstriktor kuat).9

Senyawa penghambat ACE, seperti captopril, enalapril, lisinopril,

perindopril, ramipril, kuinapril, benazepril, fosinopril, silazapril dan delapril

merupakan antihipertensi yang kuat dengan efek samping relatif ringan, seperti

kelesuan, sakit kepala, diare, batuk dan mual. Captopril mengandung gugus SH

yang dapat berinteraksi membentuk kelat dengan ion Zn dalam tempat aktif ACE,

terjadi hambatan secara kompetitif ACE sehingga peredaran angiotensin II dan

kadar aldostron menurun. Akibatnya tidak terjadi vasokonstriksi dan retensi Na,

sehingga tekanan darah menurun. Mekanisme yang lain dari senyawa penghambat

ACE adalah menghambat pemecahan bradikinin menjadi fragmen tidak

aktif,sehingga kadar bradikinin dalam darah meningkat,menyebabkan vasodilatasi

dan penurunan tekanan darah.10

2.4.1. Peranan ACE di Otak

Page 19: Tugas Mandiri Ilmu Faal II

Angiotensinogen merupakan molekul perkursor untuk angiotensin I, II, III

enzim renin, angiotensin converting enzim (ACE) dan aminopeptidase A dan N

yang seluruhnya dapat disintesis di dalam otak. Reseptor-reseptor angiotensin

AT(1), AT(2), dan AT(4) juga disintesis di dalam otak. Reseptor AT(1)

ditemukan di beberapa bagian otak, seperti paraventrikular hipothalamus, nukleus

supraoptik, lamina terminalis, nukleus parabrachial lateral, dan medula

ventrolateral yang diketahui mempunyai fungsi regulasi sistemkardiovaskular

dan/atau keseimbangan eletrolit dan cairan tubuh. Studi immunohistokimia dan

neuropharmakologi dapat menjelaskan bahwa angiotensinergic saraf digunakan

angiotensin II dan/atau angiotensin III sebagai neurotransmiter atau

neuromodulator di dalam bagian-bagian otak tersebut. Angiotensinoen disintesis

terutama pada astrocytes, tetapi proses dimana angiotensin II menghasilkan atau

menggabungkan dengan neuron untuk digunakan sebagai neurotransmiter masih

belum jelas. Reseptor AT(4) serupa dengan insulin-regulated aminopeptidase

(IRAP) dan berperan dalam mekanisme memory. Angiotensinergic pada saraf dan

peptida-peptida angiotensin penting dalam fungsi saraf dan mempunyai peranan

penting homeostasis, khususnya yang berhubungan dengan fungsi kardiovasculer,

osmoregulasi dan termoregulasi.11

Angiotensinogen merupakan molekul prkursor untuk angiotensin I, II, III

enzim renin, angiotensin converting enzim (ACE) dan aminopeptidase A dan N

yang seluruhnya dapat disintesis di dalam otak. Reseptor-reseptor angiotensin

AT(1), AT(2), dan AT(4) juga disintesis di dalam otak. Reseptor AT(1)

ditemukan di beberapa bagian otak, seperti paraventrikular hipothalamus, nukleus

supraoptik, lamina terminalis, nukleus parabrachial lateral, dan medula

ventrolateral yang diketahui mempunyai fungsi regulasi sistemkardiovaskular

dan/atau keseimbangan eletrolit dan cairan tubuh. Studi immunohistokimia dan

neuropharmakologi dapat menjelaskan bahwa angiotensinergic saraf digunakan

angiotensin II dan/atau angiotensin III sebagai neurotransmiter atau

neuromedulator di dalam bagian-bagian otak tersebut. Angiotensinoen disintesis

terutama pada astrocytes, tetapi proses dimana angiotensin II menghasilkan atau

menggabungkan dengan neuron untuk digunakan sebagai neurotransmiter masih

Page 20: Tugas Mandiri Ilmu Faal II

14

belum jelas. Reseptor AT(4) serupa dengan insulin-regulated aminopeptidase

(IRAP) dan berperan dalam mekanisme memory. Angiotensinergic pada saraf dan

peptida-peptida angiotensin penting dalam fungsi saraf dan mempunyai peranan

penting homeostasis, khususnya yang berhubungan dengan fungsi kardiovasculer,

osmoregulasi dan termoregulasi.11

Peranan reseptor AT1 yaitu menjaga keseimbangan cairan tubuh, tekanan

darah, siklus hormon reproduksi, dan perilaku seksual. Reseptor AT2 mempunyai

peranan pertumbuhan pembuluh darah (varcular) dan kontrol aliran darah.

Reseptor AT4 terdistribusi pada neocortex, hippocampus, cerebelum, struktur

ganglia basalis, dan beberapa jaringan periheral. Reseptor AT4 berperan dalam

kemampuan memory, regulasi aliran darah, pertumbuhan neurit, angiogenesis dan

fungsi ginjal.11

Gambar 2.4.a. Peranan ACE di otak (sumber: McKinley, 2003)

BAB IV

PENUTUP

Page 21: Tugas Mandiri Ilmu Faal II

15

4.1 Kesimpulan

Sistem Renin Angiotensin Aldosteron merupakan sistem endokrin

yang penting dalam pengontrolan tekanan darah. Penurunan dalam tekanan

darah dan volume darah akan memicu pembebasan renin dari juxtaglomerular

apparatus (JGA). Apabila tekanan darah terlalu rendah sehingga aliran darah

dalam ginjal tidak dapat dipertahankan normal, ginjal akan mensekresikan

renin yang akan membentuk angiotensin. Selanjutnya angiotensin akan

menimbulkan konstriksi arteriol diseluruh tubuh, sehingga dapat

meningkatkan kembali tekanan darah ke tingkat normal.

4.2. Saran

Penulis menyarankan agar makalah ini dapat dimanfaatkan

sebagaimana mestinya. Semoga dengan adanya makalah ini dapat membantu

mahasiswa untuk memahami lebih mendalam tentang ilmu fisiologi ini tidak

hanya secara teori, tapi juga dapat dihubungkan dengan kehidupan sehari-hari.

Selain itu, penulis mengharapkan adanya penelitian lebih lanjut tentang ilmu

fisiologi khususnya yang membahas Sistem renin angiotensin aldosteron agar

menjadi bahan rujukan lebih lengkap nantinya.

DAFTAR PUSTAKA

Page 22: Tugas Mandiri Ilmu Faal II

16

1. Campbell, NA., dkk. Biologi. Alih Bahasa : Wasmen Manalu. Jakarta : Erlangga; 2004.

Hal.23-25,123-124

2. Guyton and Hall . Buku Ajar Fisiologi Kedokteran . Jakarta : EGC; 2008. Hal. 47-

58,108-119, 222-223

3. Martini FH. Fundamentals of anatomy and physiology. Fifth Edition. Upper Sadle River,

New Jersey: Prentice-Hall Inc; 2001. Hal.220-256

4. Basso N, Terragno, and Norberto A. Histrory about the discovery of the renin-angiotensin

system. Hypertension; 2001. 38(6): 1246-1249.

5. Laragh JH. The Renin system and Four lines of hypertension research. Nephron

heterogeneity, the calcium conection, the proRenin vasodilator limb and plasma Renin

and heart attack. Hypertension; 1998. 20 : Hal.267-279.

6. Kostova, dkk. Dual inhibition of angiotensin converting enzyme and neutral

endopeptidase produces effective blood pressure control in spontaneously hypertensive

rats. Bratisl Lek listy, 2004. 106(12): Hal.407-411.

7. Ganong W.F. Review of medical physiology. 22nd ed. Singapore : Mc Graw Hill; 2005.

Hal. 192-201.

8. Sargowo D. Peran endotel pada patogenesis penyakit kardiovaskular dan program

pencegahannya. Medika; 1999. 10: Hal. 643-655

9. Anderson, P.O., Knoben, J.E., and Troutman, W.G., Handbook of Clinical Drug Data,

10th edition, McGraw-Hill Companies, Inc., USA ; 2001, Hal.326-327

10. Siswandono, 2008, Kimia Medisinal Jilid 2, Surabaya : Airlangga University Press.

11. McKinley MJ, Albiston AL, Allen AM, Mathai ML, May CN, McAllen RM, Oldfield BJ,

Mendelsohn FA and Chai SY. 2003. The brain renin-angiotensin system: location and

physiological roles. Int. J. Biochem. Cell. Biol., 35(6): 901-15