tugas magma

87
BAB I PENDAHULUAN A. Madsud Dan Tujuan Materi Pelajran Magma merupakan mata pelajaran kuliah yang harus dikuasai mahasiswa/siswa Pertambangan dalam memahami mata kuliah Tenknik Eksplorasi Tambang. Oleh sebab itu makalah ini dibuat untuk memperdalam pemahaman mahasiswa/siswa pertambangan tentang Magma. Dalam makalah ini akan dibahas tentang Dasar Teori Magma, Genesa Magma, Klasifikasi Magma, Erupsi Gunung Api, Contoh-Contoh Letusan Gunung Api di Indonesia, Kegunaan dan Pemamfaatan Adanya Gunung api, Mitigasi Bencana Gunung Gunung Api. Makalah ini disusun sebagai salah satu syarat tugas untuk mengikuti mata kuliah teknik eksplorasi tambang khususnya materi kuliah Magma. B. Mamfaat Makalah ini diharapkan berguna sebagai : 1. Sebagai sumber referensi bagi mahasiswa pertambangan untuk memperdalam pemahaman tentang magma. 2. Sebagai sumber referensi bahan ajar bagi guru dan siswa sekolah pertambangan dalam mempelajari konsep magma. 1

Upload: matthew-savage

Post on 23-Oct-2015

154 views

Category:

Documents


3 download

TRANSCRIPT

Page 1: Tugas Magma

BAB I PENDAHULUAN

A. Madsud Dan Tujuan

Materi Pelajran Magma merupakan mata pelajaran kuliah yang harus

dikuasai mahasiswa/siswa Pertambangan dalam memahami mata kuliah Tenknik

Eksplorasi Tambang. Oleh sebab itu makalah ini dibuat untuk memperdalam

pemahaman mahasiswa/siswa pertambangan tentang Magma. Dalam makalah ini

akan dibahas tentang Dasar Teori Magma, Genesa Magma, Klasifikasi Magma,

Erupsi Gunung Api, Contoh-Contoh Letusan Gunung Api di Indonesia, Kegunaan

dan Pemamfaatan Adanya Gunung api, Mitigasi Bencana Gunung Gunung Api.

Makalah ini disusun sebagai salah satu syarat tugas untuk mengikuti

mata kuliah teknik eksplorasi tambang khususnya materi kuliah Magma.

B. Mamfaat

Makalah ini diharapkan berguna sebagai :

1. Sebagai sumber referensi bagi mahasiswa pertambangan untuk memperdalam

pemahaman tentang magma.

2. Sebagai sumber referensi bahan ajar bagi guru dan siswa sekolah

pertambangan dalam mempelajari konsep magma.

1

Page 2: Tugas Magma

BAB II

DASAR TEORI

A. Pengertian Magma

Magma adalah cairan atau larutan silikat pejar yang terbentuk secara

alamiah, bersifat mudah bergerak (mobile), bersama antara 90°-110°C dan berasal

atau terbentuk pada kerak bumi bagian bawah hingga selubung bagian atas (F.F

Grounts,1947; Turner&Verhoogen,1960; H.Williams,1962). Secara fisika, magma

merupakan sistem berkomponen ganda (multi compoent system) dengan fase cair

dan sejumlah kristal yang mengapung di dalamnya sebagai komponen utama, dan

pada keadaan tertentu juga berfase gas.

Magma merupakan larutan silikat pijar yang panas mengandung sulfide,

oksida, dan volatile (gas), sumber magma terletak jauh di bawah bumi, pada

lapsan mantel, yaitu pada kedalaman 1200-2900 km, dari sumbernya itu kemudian

magma mengalir dan berkumpul pada suatu tempat yang dikenal sebagai dapu

magma, yang terletak pada kedalaman lebih dari 60 km. Suhu magma berkisar

antara 10300-11600C, sifatnya yang sangat panas dan cair menyebabkan magma

memiliki tekanan hidrostatis yang sangat kuat sehingga terus bergerak menerobos

untuk berusaha ke luar ke atas permukaan bumi.

Magmatisma adalah peristiwa penerobosan magma melalui rekahan dan

celah-celah pada litosfer yang tidak sampai ke permukaan bumi, peristiwa ini

menyebabkan magma membeku di dalam bumi membenutuk batuan plutonik,

proses tesebut disebut intrusi, dan batuan yang terbentuk disebut batuan intrusi.

Apabila penerobosan magma sampai ke luar permukaan bumi, maka prosesnya

dinamakan ekstrusi, sedangkan cara keluar magma seperti ini dinamakan erupsi

dan pristiwanya dinamakan vulkanisma.

Para ahli berpendapat bahwa panas bumi berasal dari proses

“pembusukan” material-material radioaktif yang kemudian meluruh atau

mengalami disintegration menjadi unsur radioaktif dengan komposisi yang lebih

stabil dan pada saat meluruh akan mengeluarkan sejumlah energi (panas) yang

2

Page 3: Tugas Magma

kemudian akan melelehkan batuan-batuan disekitarnya. Dimungkinkan, dari

proses tersebut dan pengaruhnya terhadap geothermal gradient yang mencapai

193.600°C inilah magma dapat terbentuk.

B. Asal-usul dan Pembentukan Magma

Pembentukan magma sebenarnya adalah suatu proses yang sangat rumit.

Proses-proses ini berlangsung tahap demi tahap yang kemudian membentuk

sebuah rangkaian khusus yang meliputi proses pemisahan atau differentiation,

pencampuran atau assimilation, dan anateksis atau peleburan batuan pada

kedalaman yang sangat besar. Sementara itu, faktor atau hal-hal yang selanjutnya

akan menentukan komposisi suatu magma adalah bahan-bahan yang meleleh,

derajat fraksinasi, dan jumlah material-material pengotor dalam magma oleh

batuan samping (parent rock).

Dalam siklus batuan dicantumkan bahwa batuan beku bersumber dari

proses pendinginan dan penghabluran lelehan batuan didalam Bumi yang disebut

magma. Magma adalah suatu lelehan silikat bersuhu tinggi berada didalam

Litosfir, yang terdiri dari ion-ion yang bergerak bebas, hablur yang mengapung

didalamnya, serta mengandung sejumlah bahan berwujud gas. Lelehan tersebut

diperkirakan terbentuk pada kedalaman berkisar sekitar 200 kilometer dibawah

permukaan Bumi, terdiri terutama dari unsur-unsur yang kemudian membentuk

mineral-mineral silikat. Magma yang mempunyai berat-jenis lebih ringan dari

batuan sekelilingnya, akan berusaha untuk naik melalui rekahan-rekahan yang ada

dalam litosfir hingga akhirnya mampu mencapai permukaan Bumi. Apabila

magma keluar, melalui kegiatan gunung-berapi dan mengalir diatas permukaan

Bumi, ia akan dinamakan lava. Magma ketika dalam perjalanannya naik menuju

ke permukaan, dapat juga mulai kehilangan mobilitasnya ketika masih berada

didalam litosfir dan membentuk dapur-dapur magma sebelum mencapai

permukaan. Dalam keadaan seperti itu, magma akan membeku ditempat, dimana

ion-ion didalamnya akan mulai kehilangan gerak bebasnya kemudian menyusun

diri, menghablur dan membentuk batuan beku. Namun dalam proses pembekuan

tersebut, tidak seluruh bagian dari lelehan itu akan menghablur pada saat yang

3

Page 4: Tugas Magma

sama. Ada beberapa jenis mineral yang terbentuk lebih awal pada suhu yang

tinggi dibanding dengan lainnya.

Dalam gambar berikut diperlihatkan urutan penghabluran (pembentukan

mineral) dalam proses pendinginan dan penghabluran lelehan silikat. Mineral-

mineral yang mempunyai berat-jenis tinggi karena kandungan Fe dan Mg seperti

olivine, piroksen, akan menghablur paling awal dalam keadaan suhu tinggi, dan

kemudian disusul oleh amphibole dan biotite. Disebelah kanannya kelompok

mineral felspar, akan diawali dengan jenis felspar calcium (Ca-Felspar) dan

diikuti oleh felspar kalium (K-Felspar). Akibatnya pada suatu keadaan tertentu,

kita akan mendapatkan suatu bentuk dimana hublur-hablur padat dikelilingi oleh

lelehan.

Bentuk-bentuk dan ukuran dari hablur yang terjadi, sangat ditentukan

oleh derajat kecepatan dari pendinginan magma. Pada proses pendinginan yang

lambat, hablur yang terbentuk akan mempunyai bentuk yang sempurna dengan

ukuran yang besar-besar. Sebaliknya, apabila pendinginan itu berlangsung cepat,

maka ion-ion didalamnya akan dengan segera menyusun diri dan membentuk

hablur-hablur yang berukuran kecil-kecil, kadang berukuran mikroskopis. Bentuk

pola susunan hablur-hablur mineral yang nampak pada batuan beku tersebut

dinamakan tekstur batuan. Disamping derajat kecepatan pendinginan, susunan

mineralogi dari magma serta kadar gas yang dikandungnya, juga turut

menentukan dalam proses penghablurannya. Mengingat magma dalam aspek-

aspek tersebut diatas sangat berbeda, maka batuan beku yang terbentuk juga

sangat beragam dalam susunan mineralogi dan kenampakan fisiknya. Meskipun

demikian, batuan beku tetap dapat dikelompokan berdasarkan cara-cara

pembentukan seta susunan mineraloginya.

4

Page 5: Tugas Magma

Magma dalam kerak Bumi dapat terbentuk sebagai akibat dari

perbenturan antara 2(dua) lempeng litosfir, dimana salah satu dari lempeng yang

berinteraksi itu menunjamdan menyusup kedalam astenosfir. Sebagai akibat dari

gesekan yang berlangsungantara kedua lempeng litosfir tersebut, maka akan

terjadi peningkatan suhu dantekanan, ditambah dengan penambahan air berasal

dari sedimen-sedimen samudraakan disusul oleh proses peleburan sebagian dari

litosfir.

5

Page 6: Tugas Magma

Sumber magma yang terjadi sebagai akibat dari peleburan tersebut akan

menghasilkanmagma yang bersusunan asam (kandungan unsur SiO2 lebih besar

dari 55%). Magmayang bersusunan basa, adalah magma yang terjadi dan

bersumber dari astenosfir.Magma seperti itu didapat di daerah-daerah yang

mengalami gejala regangan yangdilanjutkan dengan pemisahan litosfir.

Berdasakan sifat kimiawinya, batuan beku dapat dikelompokan menjadi

4 (empat) kelompok, yaitu:

(1) Kelompok batuan beku ultrabasa/ultramafic;

(2) Kelompok batuan beku basa;

(3) Kelompok batuan beku intermediate; dan

(4) Kelompok batuan beku asam.

Dengan demikian maka magma asal yang membentuk batuan batuan

tersebut diatas dapat dibagi menjadi 3 jenis, yaitu magma basa, magma

intermediate, dan magma asam.

Diferensiasi Magma dan proses Asimilasi Magma.

Diferensiasi Magma adalah proses penurunan temperatur magma yang

terjadi secara perlahan yang diikuti dengan terbentuknya mineral-mineral seperti

yang ditunjukkan dalam deret reaksi Bowen. Pada penurunan temperatur magma

maka mineral yang pertama kali yang akan terbentuk adalah mineral Olivine,

kemudian dilanjutkan dengan Pyroxene, Hornblende, Biotite (Deret tidak

kontinu). Pada deret yang kontinu, pembentukan mineral dimulai dengan

terbentuknya mineral Ca-Plagioclase dan diakhiri dengan pembentukan Na-

Plagioclase. Pada penurunan temperatur selanjutnya akan terbentuk mineral K-

Feldspar(Orthoclase), kemudian dilanjutkan oleh Muscovite dan diakhiri dengan

terbentuknya mineral Kuarsa (Quartz). Proses pembentukan mineral akibat proses

diferensiasi magma dikenal juga sebagai Mineral Pembentuk Batuan (Rock

Forming Minerals).

Pembentukan batuan yang berkomposisi ultrabasa, basa, intermediate,

dan asam dapat terjadi melalui proses diferensiasi magma. Pada tahap awal

penurunan temperatur magma, maka mineral-mineral yang akan terbentuk untuk

pertama kalinya adalah Olivine, Pyroxene dan Ca-plagioklas dan sebagaimana

6

Page 7: Tugas Magma

diketahui bahwa mineral-mineral tersebut adalah merupakan mineral penyusun

batuan ultra basa. Dengan terbentuknya mineral-mineral Olivine, pyroxene, dan

Ca-Plagioklas maka konsentrasi larutan magma akan semakin bersifat basa hingga

intermediate dan pada kondisi ini akan terbentuk mineral mineral Amphibol,

Biotite dan Plagioklas yang intermediate (Labradorite – Andesine) yang

merupakan mineral pembentuk batuan Gabro (basa) dan Diorite (intermediate).

Dengan terbentuknya mineral-mineral tersebut diatas, maka sekarang konsentrasi

magma menjadi semakin bersifat asam. Pada kondisi ini mulai terbentuk mineral-

mineral K-Feldspar (Orthoclase), Na-Plagioklas (Albit), Muscovite, dan Kuarsa

yang merupakan mineral-mineral penyusun batuan Granite dan Granodiorite

(Proses diferensiasi magma ini dikenal dengan seri reaksi Bowen).

Asimilasi Magma adalah proses meleburnya batuan samping (migling)

akibat naiknya magma ke arah permukaan dan proses ini dapat menyebabkan

magma yang tadinya bersifat basa berubah menjadi asam karena komposisi batuan

sampingnya lebih bersifat asam. Apabila magma asalnya bersifat asam sedangkan

batuan sampingnya bersifat basa, maka batuan yang terbentuk umumnya dicirikan

oleh adanya Xenolite (Xenolite adalah fragment batuan yang bersifat basa yang

terdapat dalam batuan asam). Pembentukan batuan yang berkomposisi ultrabasa,

basa, intermediate, dan asam dapat juga terjadi apabila magma asal (magma basa)

mengalami asimilasi dengan batuan sampingnya.

Sebagai contoh suatu magma basa yang menerobos batuan samping yang

berkomposisi asam maka akan terjadi asimilasi magma, dimana batuan samping

akan melebur dengan larutan magma dan hal ini akan membuat konsentrasi

magma menjadi bersifat intermediate hingga asam. Dengan demikian maka

batuan-batuan yang berkomposisi mineral intermediate maupun asam dapat

terbentuk dari magma basa yang mengalami asimilasi dengan batuan sampingnya.

Klasifikasi batuan beku dapat dilakukan berdasarkan kandungan mineralnya,

kejadian / genesanya (plutonik, hypabisal, dan volkanik), komposisi kimia

batuannya, dan indek warna batuannya. Untuk berbagai keperluan klasifikasi,

biasanya kandungan mineral dipakai untuk mengklasifikasi batuan dan merupakan

7

Page 8: Tugas Magma

cara yang paling mudah dalam menjelaskan batuan beku. Berdasarkan

kejadiannya (genesanya), batuan beku dapat dikelompokkan sebagai berikut:

1) Batuan Volcanic adalah batuan beku yang terbentuk dipermukaan atau

sangat dekat permukaan bumi dan umumnya berbutir sangat halus hingga

gelas.

2) Batuan Hypabysal adalah batuan beku intrusive yang terbentuk dekat

permukaan bumi dengan ciri umum bertekstur porphyritic.

3) Batuan Plutonic adalah batuan beku intrusive yang terbentuk jauh dibawah

permukaan bumi dan umumnya bertekstur sedang hingga kasar.

4) Batuan Extrusive adalah batuan beku, bersifat fragmental atau sebaliknya

dan terbentuk sebagai hasil erupsi ke permukaan bumi.

5) Batuan Intrusive adalah batuan beku yang terbentuk dibawah permukaan

bumi.

C. Seri Reaksi Bowen

Deret Bowen menggambarkan secara umum urutan kristalisasi suatu

mineral sesuai dengan penurunan suhu [bagian kiri] dan perbedaan kandungan

magma [bagian kanan], dengan asumsi dasar bahwa semua magma berasal dari

magma induk yang bersifat basa.

Bagan serial ini kemudian dibagi menjadi dua cabang; kontinyu dan

diskontinyu.

Continuous branch [deret kontinyu]

Deret ini dibangun dari mineral feldspar plagioklas. Dalam deret

kontinyu, mineral awal akan turut serta dalam pembentukan mineral

selanjutnya. Dari bagan, plagioklas kaya kalsium akan terbentuk lebih dahulu,

kemudian seiring penurunan suhu, plagioklas itu akan bereaksi dengan sisa

larutan magma yang pada akhirnya membentuk plagioklas kaya sodium.

Demikian seterusnya reaksi ini berlangsung hingga semua kalsium dan

sodium habis dipergunakan. Karena mineral awal terus ikut bereaksi dan

bereaksi, maka sangat sulit sekali ditemukan plagioklas kaya kalsium di alam

bebas.

8

Page 9: Tugas Magma

Bila pendinginan terjadi terlalu cepat, akan terbentuk zooning pada

plagioklas [plagioklas kaya kalsium dikelilingi plagioklas kaya sodium].

Discontinuous branch [deret diskontinyu]

Deret ini dibangun dari mineral ferro-magnesian sillicates. Dalam

deret diskontinyu, satu mineral akan berubah menjadi mineral lain pada suhu

tertentu dengan melakukan melakukan reaksi terhadap sisa larutan magma.

Bowen menemukan bahwa pada suhu tertentu, akan terbentuk olivin, yang

jika diteruskan akan bereaksi kemudian dengan sisa magma, membentuk

pyroxene. Jika pendinginan dlanjutkan, akan dikonversi ke pyroxene,dan

kemudian biotite [sesuai skema]. Deret ini berakhir ketika biotite telah

mengkristal, yang berarti semua besi dan magnesium dalam larutan magma

telah habis dipergunakan untuk membentuk mineral.

Bila pendinginan terjadi terlalu cepat dan mineral yang telah ada tidak

sempat bereaksi seluruhnya dengan sisa magma, akan terbentuk rim

[selubung] yang tersusun oleh mineral yang terbentuk setelahnya.

Gambar Bagan Seri Reaksi Bowen

9

Page 10: Tugas Magma

Seri Reaksi Bowen merupakan suatu skema yang menunjukan urutan

kristalisasi dari mineral pembentuk batuan beku yang terdiri dari dua bagian.

Mineral-mineral tersebut dapat digolongkan dalam dua golongan besar yaitu:

1. Golongan mineral berwarna gelap atau mafik mineral.

2. Golongan mineral berwarna terang atau felsik mineral.

Dalam proses pendinginan magma dimana magma itu tidak langsung

semuanya membeku, tetapi mengalami penurunan temperatur secara perlahan

bahkan mungkin cepat. Penurunan tamperatur ini disertai mulainya pembentukan

dan pengendapan mineral-mineral tertentu yang sesuai dengan temperaturnya

Pembentukan mineral dalam magma karena penurunan temperatur telah disusun

oleh Bowen.

Sebelah kiri mewakili mineral-mineral mafik, yang pertama kali

terbentuk dalam temperatur sangat tinggi adalah Olivin. Akan tetapi jika magma

tersebut jenuh oleh SiO2 maka Piroksenlah yang terbentuk pertama kali. Olivin

dan Piroksan merupakan pasangan ”Incongruent Melting”; dimana setelah

pembentukkannya Olivin akan bereaksi dengan larutan sisa membentuk Piroksen.

Temperatur menurun terus dan pembentukkan mineral berjalan sesuai dangan

10

Page 11: Tugas Magma

temperaturnya. Mineral yang terakhir tarbentuk adalah Biotit, ia dibentuk dalam

temperatur yang rendah.

Mineral disebelah kanan diwakili oleh mineral kelompok Plagioklas,

karena mineral ini paling banyak terdapat dan tersebar luas. Anorthite adalah

mineral yang pertama kali terbentuk pada suhu yang tinggi dan banyak terdapat

pada batuan beku basa seperti Gabro atau Basalt. Andesin terbentuk peda suhu

menengah dan terdapat batuan beku Diorit atau Andesit. Sedangkan mineral yang

terbentuk pada suhu rendah adalah albit, mineral ini banyak tersebar pada batuan

asam seperti granit atau rhyolite. Reaksi berubahnya komposisiPlagioklas ini

merupakan deret : “Solid Solution” yang merupakan reaksi kontinue, artinya

kristalisasi Plagioklas Ca-Plagioklas Na, jika reaksi setimbang akan berjalan

menerus. Dalam hal ini Anorthite adalah jenis Plagioklas yang kaya Ca, sering

disebut Juga "Calcic Plagioklas", sedangkan Albit adalah Plagioklas kaya Na

( "Sodic Plagioklas / Alkali Plagioklas" ).

Mineral sebelah kanan dan sebelah kiri bertemu pada mineral Potasium

Feldspar ke mineral Muscovit dan yang terakhir mineral Kwarsa, maka mineral

Kwarsa merupakan mineral yang paling stabil diantara seluruh mineral Felsik atau

mineral Mafik, dan sebaliknya mineral yang terbentuk pertama kali adalah

mineral yang sangat tidak stabil dan mudah sekali terubah menjadi mineral lain.

D. Golongan Magma

Penggolongan Magma (Diferensiasi magma) adalah suatu tahapan

pemisahan atau pengelompokan magma dimana material-material yang memiliki

kesamaan sifat fisika maupun kimia akan mengelompok dan membentuk suatu

kumpulan mineral tersendiri yang nantinya akan mengubah komposisi magma

sesuai penggolongannya berdasarkan kandungan magma. Proses ini dipengaruhi

banyak hal. Tekanan, suhu, kandungan gas serta komposisi kimia magma itu

sendiri dan kehadiran pencampuran magma lain atau batuan lain juga

mempengaruhi proses diferensiasi magma ini. Secara umum, proses diferensiasi

magma terbagi menjadi :

11

Page 12: Tugas Magma

a. Fraksinasi (Fractional Crystallization)

Proses ini merupakan suatu proses pemisahan kristal-kristal dari

larutan magma karena proses kristalisasi perjalan tidak seimbang atau kristal-

kristal tersebut pada saat pendinginan tidak dapat mengubah perkembangan.

Komposisi larutan magma yang baru ini terjadi sebagai akibat dari adanya

perubahan temperatur dan tekanan yang mencolok serta tiba-tiba.

b. Crystal Settling/gravitational settling

Proses ini meliputi pengendapan kristal oleh gravitasi dari kristal-

kristal berat yang mengandung unsur Ca, Mg, Fe yang akan memperluas

magma pada bagian dasar magma chamber. Disini, mineral-mineral silikat

berat akan berada di bawah. Dan akibat dari pengendapan ini, akan terbentuk

suatu lapisan magma yang nantinya akan menjadi tekstur kumulat atau tekstur

berlapis pada batuan beku.

c. Liquid Immisbility

Larutan magma yang memiliki suhu rendah akan pecah menjadi

larutan yang masing-masing akan membentuk suatu bahan yang heterogen.

12

Page 13: Tugas Magma

d. Crystal Flotation

Pengembangan kristal ringan dari sodium dan potassium akan naik ke

bagian atas magma karena memiliki densitas yang lebih rendah dari larutan

kemudian akan mengambang dan membentuk lapisan pada bagian atas magma.

e. Vesiculation

Vesiculation merupakan suatu proses dimana magma yang

mengandung komponen seperti CO2, SO2, S2, Cl2, dan H2O sewaktu-waktu naik

ke permukaan sebagai gelembung-gelembung gas dan membawa komponen-

komponen sodium (Na) dan potassium (K).

f. Asimilasi magma

Proses ini dapat terjadi pada saat terdapat material asing dalam tubuh

magma seperti adanya batuan disekitar magma yang kemudian bercampur,

meleleh dan bereaksi dengan magma induk dan kemudian akan mengubah

komposisi magma.

Gambar Asimilasi Magma

Dalam proses asimilasi, terkadang batuan-batuan yang ada di sekitar

magma chamber yang kemudian masuk ke dalam magma membeku sebagai

satu bentuk inklusi batuan yang disebut dengan xenolith. Namun bentukan

13

Page 14: Tugas Magma

inklusi ini juga dapt terbentuk sebagai suatu inklusi kristal yang disebut dengan

xenocrsyt.

Sebagai ringkasan, Jakcson (1970) memberikan gambaran skematis

mengenai proses-proses differensiasi magma dalam suatu magma chamber.

Kemudian dihasilkanlah skema seperti berikut ini:

Gambar Skema differensiasi magma menurut Jackson K.C.(1970)

Dr. Lucas Donni Setiadji, seorang petrologist yang juga merupakan

dosen Jurusan Teknik Geologi FT-UGM menyatakan bahwa Diferensiasi

(Differentiation) merupakan suatu proses yang menghasilkan magma turunan

(derivative magmas) yang berbeda komposisi kimia dan mineralogi dari

Primitive Parental Magma atau yang kita sebut sebagai magma induk. Secara

umum proses diferensiasi dianggap terjadi dalam reservoir magma di dalam

kerak (kedalaman < 10 km), dimana magma dalam kondisi yang stagnan,

mendingin secara perlahan dan memiliki waktu ysng cukup untuk mengkristal.

Proses diferensiasi yang paling penting adalah Kristalisasi Fraksinasi

14

Page 15: Tugas Magma

(fractional crystallization), sedangkan proses lainnya antara lain asimilasi dan

magma mixing.

Magma mixing terjadi saat dua jenis magma yang berbeda bertemu

dan kemudian bercampur menjadi satu menghasilkan satu jenis magma lain

yang homogen yang disebut dengan magma turunan. Magma turunan ini

biasanya bersifat pertengahan dari kedua jenis magma yang bercampur.

Sebagai contoh, magma andesitic dan dacitic kemungkinan adalah magma

intermediet yang terbentuk dari hasil pencampuran magma asam dan magma

basa. Kedua jenis magma ini dpat bertemu apabila dalam suatu regional

terdapat 2 magma chamber yang memiliki potensi dan berjarak tidak jauh dan

kemudian terjadi intrusi magma berupa sill atau dike dari salah satu magma

chamber lalu intrusi ini mencapai magma chamber yang lain. Dari intrusi yang

menerobos dan bertemu dengan magma chamber inilah kemudian terjadi

proses pencampuran 2 jenis magma yang berbeda menghasilkan satu jenis

magma baru yang bersifat tengahan dari 2 jenis magma yang bercampur

tersebut.

E. Evolusi Magma

Dalam siklus batuan dicantumkan bahwa batuan beku bersumber

dariproses pendinginan dan penghabluran lelehan batuan didalam Bumi

yangdisebut magma. Magma adalah suatu lelehan silikat bersuhu tinggi

beradadidalam Litosfir, yang terdiri dari ion-ion yang bergerak bebas,

hablur yangmengapung didalamnya, serta mengandung sejumlah bahan

berwujud gas.Lelehan tersebut diperkirakan terbentuk pada kedalaman

berkisar sekitar 200 kilometer dibawah permukaan Bumi, terdiri

terutama dari unsur-unsur yang kemudian membentuk mineral-mineral silikat.

Magma yang mempunyaiberat-jenis lebih ringan dari batuan

sekelilingnya, akan berusaha untuk naikmelalui rekahan-rekahan yang ada

dalam litosfir hingga akhirnya mampum e n c a p a i p e r m u k a a n

B u m i . A p a b i l a m a g m a k e l u a r , m e l a l u i k e g i a t a n gunung-

berapi dan mengalir diatas permukaan Bumi, ia akan dinamakan lava.

15

Page 16: Tugas Magma

Magma ketika dalam perjalanannya naik menuju ke permukaan,

dapat juga mulai kehilangan mobilitasnya ketika masih berada didalam litosfir

danmembentuk dapur-dapur magma sebelum mencapai permukaan.

Dalam k e a d a a n s e p e r t i i t u , m a g m a a k a n m e m b e k u

d i t e m p a t , d i m a n a i o n - i o n didalamnya akan mulai kehilangan gerak

bebasnya kemudian menyusun diri,menghablur dan membentuk batuan beku.

Namun dalam proses pembekuan tersebut, tidak seluruh bagian dari

lelehan itu akan menghablur pada saat yang sama. M a g m a d a l a m

k e r a k B u m i d a p a t t e r b e n t u k s e b a g a i a k i b a t d a r i perbenturan

antara 2 (dua) lempeng litosfir, dimana salah satu dari lempeng yang berinteraksi

itu menunjam dan menyusup kedalam astenosfir. Sebagai akibat dari gesekan

yang berlangsung antara kedua lempeng litosfir tersebut, m a k a a k a n t e r j a d i

p e n i n g k a t a n s u h u d a n t e k a n a n , d i t a m b a h d e n g a n

penambahan air berasal dari sedimen-sedimen samudra akan disusul

oleh proses peleburan sebagian dari litosfir (gambar berikut)

Sumber magma yang terjadi sebagai akibat dari peleburan

tersebut akanmenghasilkan magma yang bersusunan asam (kandungan unsur

SiO2 lebihbesar dari 55%). Magma yang bersusunan basa, adalah magma yang

terjadidan bersumber dari astenosfir. Magma seperti itu didapat di daerah-

daerahy a n g m e n g a l a m i g e j a l a r e g a n g a n y a n g d i l a n j u t k a n d e n g a n

16

Page 17: Tugas Magma

p e m i s a h a n litosfir.Sekurang – kurangnya genesa batuan beku,vulkanik maupun

plutonikharus di tinjau dari tiga segi:

1. Faktor yang memberikan bagaimana dan dimana larutan

bergenerasidi dalam selubung atau pada kerak bumi bagian bawah.

2. Kondisi yang berpengaruh terhadap larutan ssewaktu naik

kepermukaan.

3. Proses – proses di dekat permukaan yang menyempurnakangenerasi.

Magma dapat berubah menjadi magma yang bersifat lain oleh proses-

proses sebagai berikut:

1. Hibridasi : Pembentukan magma baru karena pencampuran dua magma yang

berlainan jenisnya.

2. Sinteksis : Pembentukan magma baru karena proses asimilasi dengan bantuan

samping

3. Anteksis : Proses pembentukan magma dari peleburan batuan pada kedalaman

yang sangat besar.

Dari magma dengan kondisi tertentu ini selanjutnya mengalami

differensiasi magmatik. Differensiasi magmatik ini meli[uti semua proses

yangmengubah magma dari keadaan awal yang homogen dalam skala

besar menjadi massa batuan beku dengan komposisi yang bervariasi.Proses –

proses differensiasi magma meliputi :

• Fragsinasi

Pemisahan k r i s t a l da r i l a ru t an magma ,ka rena p rose s

k r i s t a l i s a s i berjalan tidak setimbang atau kristal – kristal pada waktu

pendinginantidak dapat mengikuti perkembangan.Komposisi larutan magma

yangbaru ini terjadi terutama karena adanya perubahan temperatur

dantekanan yang menyolok dan tiba- tiba

• Crystal settling / Gravitational

Adalah pengendapan kristal oleh gravitasi dari kristal – kristal berat

C a , M g , F e y a n g a k a n m e m p e r k a y a m a g m a p a d a b a g i a n

d a s a r   waduk . D i s i sn i m ine ra l s i l i ka be r a t akan t e r l e t ak d i

bawah mine ra l silika ringan.

17

Page 18: Tugas Magma

• Liquid Immisibility

Larutan magma yang mempunyai suhu rendah akan pecah

menjadilarutan yang masing – massing membeku membentuk bahan

yangheterogen.

• Crystal Flotation

Pengembangan kristal ringan dari sodium dan potassium yang

akanmemperkaya magma pada bagian atas dari waduk magma.

• Vesiculation

Proses dimana magma yang mengandung komponene seperti C0 ,SO , S , CL ,

dan H O sewaktu naik ke permukaan membentukgelembung – gelembung gas

dan membawa serta komponen volatilesodium ( Na ) dan Pottasium ( K ).

• Difussions

Bercampurnya batuan dinding dengan magma di dalam wadukmagma secara

lateral.

Evolusi magma Vulkanik

F. Sifat-sifat Magma

1. Sifat-sifat Fisik Jenis Magma

a) Viskositas dan Berat Jenis Magam

Viskositas dan densitas magma adalah sifat fisika magma dan sebagai

parameter yang signifikan untuk memahami proses aktivitas gunung api.

Viskositas magma mengontrol mobilitas magma, densitas mengontrol arah

18

Page 19: Tugas Magma

gerakan relatif antara magma dan bmaterial padat (batuan fragmen dan kristal).

Magma yang mempunyai viskositas rendah, seperti magma basalti, dapat

membentuk lava yang sangat panjang dengan aliran yang cepat. Sebaliknya,

magma riolitis yang cukup kental sangat terbatas mengalir. Karena kentalnya

magma riolitis, maka gelembung gas di perangkap oleh magma, mengalami

ekspansi, dan dapat menyebabkan erupsi yang eksplosif.

Viskositas merupakan sifat suatu cairan atau gas yang berhubungan

dengan hambatan alir gas/cairan itu sendiri akibat adanya gaya-gaya antar

partikel yang mengalir. Viskositas magma didefinisikan sebagai

perbandingan antara shear stress dan strain rate. Lava akan mengalir pada saat

shear stress lebih besar dari yield strength. Viskositas bergantung pada

komposisi/kandungan kristal, gelembung, gas (H2O), serta temperatur dan

tekanan.

Densitas ukuran kepekatan atau kemampatan suatu zat merupakan

perbandingan antara massa dan volume zat itu sendiri. Magma terdiri atas

cairan si-lika, dan material lainnya, seperti kristal, gelembung gas, dan fragmen

batuan. Cairan silika mengandung rantai panjang dan cincin polimer Si-O

tetrahedra, bersama-sama kation (seperti Ca2+, Mg2+, Fe2+) dan anion (misal

OH-, F-, Cl-, S-) yang terletak secara acak, berada dalam tetrahedra (Gambar

3). Densitas rangkaian Si-O, yang merupakan fungsi komposisi, tekanan, dan

temperatur, mengontrol sifat-sifat fisika cairan, seperti densitas dan viskositas.

Densitas cair-an silika berbeda dengan densitas magma, karena cairan silika

tidak mengandung kristal, gelembung, dan fragmen. Batuan ini akan

memengaruhi densitas magma. Densitas cairan silika mempunyai rentang

antara 2850 kg/m3 untuk basaltik sampai 2350 kg/m3 untuk riolit.

b) Suhu Magma

Suhu magma secara umum (seperti yang ada di luar inti bumi atau

lapisan outer core) yang mencapai 5000 derajat celcius, meski jika berada di

udara terbuka, suhunya bisa turun hingga 1300 derajat celcius

Secara khusus suhu magma berdasarkan jenisnya sebagai berikut :

19

Page 20: Tugas Magma

Suhu magma Basaltik atau gabbroic - 1000-1200oC,

Andesitik atau dioritik - 800-1000oC,

Rhyolitic atau granit - 650-800oC,

Magma Jenis Batu Vulkanik Pemadatan Batu Komposisi Kimia Konten

Suhu Gas Basaltik Basalt Gabbro 45-55% SiO2, tinggi Fe, Mg, Ca, rendah

K, Na 1000-1200oC,

RendahAndesit Diorit 55-65% SiO2, menengah di Fe, Mg, Ca, Na, K

800 - 1000 oC,

Menenga Rhyolite Granit 65-75% SiO2, rendah Fe, Mg, Ca, tinggi di K,

Na 650-800 oC.

2. Sifat Kimia Magma

a) Magma Asam

Magma asam, yaitu magma yang banyak mengandung silika (SiO2),

biasanya berwarna terang, seperti granit dan diorit.

Magma yang bersifat asam biasanya lebih kental dan sulit membeku,

mengakibatkan terbentuknya batuan dengan komposisi kristal yang perfect

atau sempurna. Hal ini disebabkan karena pada saat terjadinya pendinginan

yang lambat maka kristalnya memiliki cukup waktu untuk membentuk

dirinya.

b) Magma Basa

Magma basa, yaitu magma yang sedikit mengandung Silika (SiO2)

dan berwarna lebih gelap karena mengandung mineral yang berwarna lebih

tua, seperti gabro dan basalt.

Magma yang bersifat basa biasanya lebih encer dari pada magma asam, hal

ini disebabkan karena magma basa memiliki viskositas yang tinggi sehingga

proses pendinginannya atau pembekuannya lebih cepat dibandingkan

dengan magma asam. Dikarenakan proses pembekuannya yang begitu cepat

maka kristal yang terbentuk akan kecil – kecil bahkan ada juga yang tidak

memiliki kristal sama sekali.

20

Page 21: Tugas Magma

BAB III

GENESA MAGMA

Asal magma merupakan topik yang sangat kontroversial,

pertanyaan yang selalu muncul adalah bagaimana magma yang mempunyai

komposisi berbeda terbentuk ? Mengapa gunung api yang berada di dasar

samudera mengeluarkan lava basaltik, sedang yang berhubungan dengan palung

laut menghasilkan lava andesitik ?.

Seperti yang telah diketahui bahwa magma terbentuk apabila batuan

dipanaskan hingga mencapai titik leburnya. Pada kondisi permukaan, batuan

dengan komposisi granitik mulai melebur pada temperatur sekitar 750°C,

sedangkan batuan basaltik mencapai temperatur 1000°C. Karena batuan

mempunyai komposisi mineral yang sangat bervariasi, maka batuan akan

melembur dengan sempurna dengan perbedaan temperatur sampai beberapa ratus

derajat dari pertama kali batuan mulai melebur.

Cairan yang pertama terbentuk pada waktu batuan mengalami pemanasan

yang tinggi adalah mineral yang mempunyai titik lebur terendah. Bila pemanasan

berlangsung terus, maka proses peleburan akan berlangsung terus mengikuti

masing-masing titik lebur mineral yang menyusun batuan tersebut, sampai

komposisi cairan mendekati komposisi batuan asalnya. Tetapi kadang-kadang

proses peleburan ini tidak berlangsung sempurna.

Proses peleburan yang bertahap ini disebut partial melting. Hasil yang

signifikan dari proses partial melting adalah dihasilkannya cairan magma dengan

kandungan silika yang lebih tinggi daripada batuan asalnya. Salah satu sumber

panas yang melebur batuan berasal dari peluruhan mineral radioaktif yang

terkonsentrasi pada mantel bumi bagian atas dan kerak bumi.

Pekerja-pekerja tambang bawah tanah juga sudah lama mengetahui

bahwa temperatur meningkat dengan bertambahnya kedalaman. Jika temperatur

merupakan satu-satunya yang menentukan apakah batuan akan meleleh atau tidak,

maka bumi merupakan suatu bola pijar yang dilapisi oleh lapisan padat yang tipis.

Tetapi ternyata tekanan juga bertambah besar sesuai dengan kedalaman. Karena

21

Page 22: Tugas Magma

batuan mengembang pada waktu dipanaskan, maka diperlukan tambahan panas

untuk melelehkan batuan yang ditutupinya untuk mengatasi efek dari tekanan

disekitarnya. Titik lebur batuan akan meningkat dengan meningkatnya tekanan.

Di alam, batuan yang dalam akan melebur oleh salah satu sebab dari dua

faktor, yaitu pertama, batuan akan melebur karena temperatur naik melebihi titik

lebur batuan tersebut. Kedua tanpa kenaikan temperatur, pengurangan tekanan

disekitar batuan akan menyebabkan titik lebur batuan turun. Kedua proses tersebut

merupakan faktor yang memegang peranan penting dalam proses pembentukan

magma.

A. Genesa Magma Asam

Magma asam adalah magma ysng memiliki kandungan silica (SiO2) yang

tinggi dan memiliki kekentalan yang tinggai. Contoh magma asam adalah magma

granitic.

Sebagian besar magma granitik atau rhyolitic muncul hasil dari pencairan

basah kerak benua. Bukti untuk ini adalah:Kebanyakan granit dan riolit ditemukan

di daerah dari kerak benua.Ketika magma granit dari gunung berapi meletus ia

melakukannya sangat eksplosif, menunjukkan kandungan gas yang tinggi.

Granit Pemadatan atau riolit mengandung kuarsa, felspar, hornblende, biotit, dan

muskovit. Mineral yang mengandung air yang terakhir, menunjukkan kandungan

air yang tinggi

Namun, suhu di kerak benua biasanya tidak cukup tinggi untuk

menyebabkan mencair, dan dengan demikian sumber lain panas diperlukan.

Dalam kebanyakan kasus tampak bahwa sumber panas magma basaltik. Magma

basaltik dihasilkan dalam mantel, kemudian naik ke dalam kerak benua. Tapi,

karena magma basaltik memiliki kepadatan tinggi mungkin berhenti di kerak dan

mengkristal, melepaskan panas ke kerak sekitarnya. Hal ini menimbulkan gradien

panas bumi dan dapat menyebabkan pencairan sebagian basah dari kerak untuk

menghasilkan magma rhyolitic.

22

Page 23: Tugas Magma

B. Genesa Magma Basa

Magma basa, yaitu magma yang sedikit mengandung Silika (SiO2) dan

berwarna lebih gelap karena mengandung mineral yang berwarna lebih tua, seperti

gabro dan basalt.

Banyak bukti menunjukkan bahwa hasil magma basaltik dari pencairan

sebagian kering dari mantel.Basal membentuk sebagian besar dari kerak samudera

dan kerak mendasari mantel saja.

Basal mengandung mineral seperti olivin, piroksen dan plagioklas, tidak

ada yang mengandung air.

Basal meletus non-eksplosif, menunjukkan kandungan gas rendah dan

kadar air rendah karena itu.Mantle ini terbuat dari peridotit garnet (batu terdiri

dari olivin, piroksen, dan garnet) - bukti berasal dari potongan dibesarkan oleh

gunung berapi meletus. Di laboratorium kita dapat menentukan perilaku leleh dari

peridotit garnet.

Dalam kondisi normal suhu di bumi, yang ditunjukkan oleh gradien

geotermal, lebih rendah dari awal mencairnya mantel. Jadi agar mantel mencair

harus ada mekanisme untuk menaikkan gradien panas bumi. Setelah mekanisme

tersebut adalah konveksi, dimana bahan mantel panas naik ke tekanan yang lebih

rendah atau kedalaman, membawa panas dengan itu. Jika gradien geotermal

mengangkat menjadi lebih tinggi dari suhu leleh awal pada tekanan apapun, maka

senyawa parsial akan terbentuk. Cair dari senyawa parsial dapat dipisahkan dari

kristal yang tersisa karena pada umumnya, cairan memiliki kepadatan lebih

rendah dari padatan. Magma basaltik atau gabbroic tampaknya berasal dengan

cara ini.

23

Page 24: Tugas Magma

BAB IV

KLASIFIKASI MAGMA

Magma secara umum dapat dibedakan menjadi tiga tipe magma, yaitu:

1. Magma Basa atau Magma Basaltik (Basaltic magma)

2. Magma Intermediet atau Magma Andesitik (Andesitic magma).

3. Magma Asam atau Magma Riolitik (Rhyolitic magma

Tiap-tiap magma memiliki karakteristik yang berbeda. Rangkuman dari sifat-sifat

mangma itu seperti terlihat di dalam Tabel.

Rangkuman Sifat-sifat Magma

Tipe Magma

Batuan Beku yang dihasilkan

Komposisi Kimia Temperatur ViskositasKandungan Gas

Basaltik Basalt

45-55 SiO2 %, kandungan Fe, Mg, dan Ca tinggi, kandungan K, dan Na rendah.

1000 – 1200oC Rendah Rendah

Andesitik Andesit

55-65 SiO2 %, kandungan Fe, Mg, Ca, Na, dan K menengah.

800 – 1000oC Menengah Menengah

Rhyolitik Rhyolit

65-75 SiO2 %, kandungan Fe, Mg, dan Ca rendah, kandungan K, dan Na tinggi.

650 – 800 oC Tinggi Tinggi

A. Berdasarkan Kandungan SiO2 atau derajat keasaman

Magma dapat dibedakan berdasarkan kandungan SiO2. Dikenal ada tiga

tipe magma, yaitu:

1. Magma Basaltik (Basaltic magma) – SiO2 45-55 %berat; kandungan

Fe dan Mg tinggi; kandungan K dan Na rendah.

2. Magma Andesitik (Andesitic magma) – SiO2 55-65 %berat, kandungan

Fe, Mg, Ca, Na dan K menengah (intermediate).

24

Page 25: Tugas Magma

3. Magma Riolitik (Rhyolitic magma) – SiO2 65-75 %berat, kandungan

Fe, Mg dan Ca rendah; kandungan K dan Na tinggi.

B. Berdasarkan Kandungan Gas

Pada kedalaman di Bumi hampir semua magma mengandung gas. Gas

memberikan magma karakter eksplosif mereka, karena gas mengembang

menyebabkan tekanan berkurang, Kebanyakan H2O dengan beberapa CO2 , Kecil

jumlah Sulfur, Cl, dan F

Penggolongan magma berdasarkan kandungan gas adalah :

1. Magma dengan kandungan gas tinggi, yaitu magma Ryolitik atau

Granit

2. Magma dengan kandungan gas menengah, yaitu magma Andesitik

3. Magma dengan kandungan gas rendah, yaitu magma Basaltik..

C. Berdasarkan kimiawi dan mineralogi

Magma Jenis Batu Vulkanik Pemadatan Pemadatan Batu Komposisi

Kimia:

1. Basalt Gabbro

SiO2 45-55 % berat; kandungan Fe dan Mg tinggi; kandungan K dan Na

rendah.

2. Andesit Diorit

SiO2 55-65 % berat, kandungan Fe, Mg, Ca, Na dan K menengah

(intermediate).

3. Rhyolitic Rhyolite Granit

SiO2 65-75 % berat, kandungan Fe, Mg dan Ca rendah; kandungan K dan

Na tinggi.

D. Berdasarkan % berat perbandingan alkali

Unsur alkali adalah golongan IA contohnya Na. untuk pengelompokan

magma berdasarkan perbandingan unsur alkali adalah sebagai beriku :

1. Magma dengan kandungan Na tinggi, contohnya: Rhyolite Granit

2. Magma dengan kandungan Na menengah, contohnya: Andesit, Diorit

25

Page 26: Tugas Magma

3. Magma dengan kandungan Na rendah, contohnya: Basalt, Gabbro

E. Berdasarkan % berat oksida

1. Berat oksida 45-55 % berat adalah magma Basalt, Gabbro

2. Berat oksida 55-65 % berat adalah magma Andesit, Diorit

3. Berat oksida 65-75 % berat adalah magma Rhyolitic, Rhyolite, Granit

F. Berdasarkan harga alkali kimia index (λ)

G. Berdasarkan Harga suite index

H. Berdasarkan harga index pembekuan

26

Page 27: Tugas Magma

BAB V

ERUPSI GUNUNG API

A Tipe Pilian

Letusan Peléan adalah jenis letusan gunung berapi. Mereka dapat terjadi

ketika magma kental, biasanya tipe rhyolitic atau andesit, terlibat, dan berbagi

beberapa kesamaan dengan letusan Vulcanian. Karakteristik yang paling penting

dari sebuah letusan Peléan adalah adanya longsoran bersinar abu vulkanik panas,

aliran piroklastik. Pembentukan kubah lava adalah fitur lain yang khas. Arus

pendek abu atau penciptaan kerucut batu apung dapat diamati juga.dengan ejecta

volume > 10,000,000 m³ dan plume 3 – 15 km.

Contoh gunung dengan letusan level ini:

Gunung Nevado del Ruiz di Kolombia erupsi terakhir terjadi pada 1991

27

Page 28: Tugas Magma

Gunung Soufrière Hills di Monsteratt kepulauan Karibia erupsi terakhir terjadi

pada februari 2010

B. Tipe Hawaian

Sebuah letusan Hawaiian adalah jenis letusan gunung berapi di mana

lava dari lubang dalam ledakan lembut relatif, tingkat rendah, disebut demikian

karena itu adalah karakteristik dari gunung berapi Hawaii. Biasanya mereka

adalah letusan efusif, magma basaltik dengan viskositas rendah, kandungan gas

rendah, dan suhu tinggi pada lubang angin. Dengan ejecta volume < 10,000 m³

dan plume < 100 m.

Contoh gunung yang pernah meletus dengan Level ini:

Erupsi gunung Kilauea berlangsung dari 3 januari 1983 hingga sekarang

membentuk tanah baru di pasifik.

28

Page 29: Tugas Magma

Erupsi Gunung Piton de la Fournaise di Reunion

terakhir pada 9 desember 2010

C. Tipe Strato

Erupsi tipe strato adalah erupsi dari Gunung yang terbentuk oleh

muntahan material gunung api berupa piroklastik yang berselingan dengan lava.

Contoh gunung tipe strato adalah gunung Merapi.

Pada saat meletus, gas yang terbentuk dalam magma gunung strato ini

akan mendorong lava dan material lainnya menyebur ke udara. Materi ini akan

terpecah menjadi partikel-partikel dan gumpalan-gumpalan yang berpijar yang

dapat menghanguskan. Oleh karena itu, hal ini patut diwaspadai, terutama oleh

penduduk sekitar yang tinggal dilereng-lereng gunung berapi yang merupakn

daerah rawan bencana.

29

Page 30: Tugas Magma

Erupsi Gunung Merapi

Erupsi Gunung Fuji

D. Tipe Islandia

Tipe Islandia ini mempunyai cirri erupi sangat lemah, magma sangat cair

yang mengalir ke permukaan bumi melalui satu saluran, kemudian menyebar di

permukaan bumi membentuk lapisan-lapisan lava. Erupsi biasanya berlangsung

berbulan-bulan dan pada erupsi berikutnya salurang seringkali bergeser tempat.

Contoh: di daerah laki, Islandia Selatan.

30

Page 31: Tugas Magma

Erupsi Gunung Islandia

E. Tipe Stromboli

Letusan strombolian relatif rendah tingkat letusan gunung berapi,

dinamai setelah gunung berapi Stromboli Italia, di mana letusan tersebut terdiri

dari pengusiran cinder pijar, lapili dan bom lava ke ketinggian puluhan hingga

ratusan meter. Mereka kecil dan menengah dalam volume, dengan kekerasan

sporadis. Dengan ejecta volume > 10,000 m³ dan plume 100 – 1000 m.

Contoh gunung dengan letusan level ini:

Erupsi besar terakhir Gunung Stromboli di Italia terjadi pada april 2009

31

Page 32: Tugas Magma

Erupsi besar terakhir Gunung Nyiragongo

di Republik kongo  terjadi pada 1977 dan 2002

BAB VI

CONTOH-CONTOH LETUSAN GUNUNG API DI INDONESIA

Gunung Api Karakatau

Krakatau adalah kepulauan vulkanik yang masih aktif dan berada di Sela

Sunda antara pulau Jawa dan Sumatra. Nama ini pernah disematkan pada satu

puncak gunung berapi di sana (Gunung Krakatau) yang sirna karena letusannya

sendiri pada tanggal 26-27 Agustus 1883. Letusan itu sangat dahsyat; awan panas

dan tsunami yang diakibatkannya menewaskan sekitar 36.000 jiwa. Sampai

sebelum tanggal 26 Desember 2004, tsunami ini adalah yang terdahsyat di

kawasan Samudera Hindia. Suara letusan itu terdengar sampai di Alice Springs,

32

Page 33: Tugas Magma

Australia dan Pulau Rodrigues dekat Afrika, 4.653 kilometer. Daya ledaknya

diperkirakan mencapai 30.000 kali bom atom yang diledakkan di Hiroshima dan

Nagasaki di akhir Perang Dunia II.

Letusan Krakatau menyebabkan perubahan iklim global. Dunia sempat

gelap selama dua setengah hari akibat debu vulkanis yang menutupi atmosfer.

Matahari bersinar redup sampai setahun berikutnya. Hamburan debu tampak di

langit Norwegia hingga New York.

Ledakan Krakatau ini sebenarnya masih kalah dibandingkan dengan

letusan Gunung Toba dan Gunung Tambora di Indonesia, Gunung Tanpo di

Selandia Baru dan Gunung Katmal di Alaska. Namun gunung-gunung tersebut

meletus jauh pada masa ketika populasi manusia masih sangat sedikit. Sementara

ketika Gunung Krakatau meletus, populasi manusia sudah cukup padat, sains dan

teknologi telah berkembang, telegraf sudah ditemukan, dan kabel bawah laut

sudah dipasang. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa saat itu teknologi

informasi sedang tumbuh dan berkembang pesat.

Tercatat bahwa letusan Gunung Krakatau adalah bencana besar pertama

di dunia setelah penemuan telegraf bawah laut. Kemajuan tersebut, sayangnya

belum diimbangi dengan kemajuan di bidang geologi. Para ahli geologi saat itu

bahkan belum mampu memberikan penjelasan mengenai letusan tersebut

Letusan Gunung Krakatau Tahun 1883

Gunung Api Anak Krakatau (28 Juni 2010 – saat ini)

33

Page 34: Tugas Magma

Gunungapi Anak Krakatau merupakan gunungapi aktif yang berada

di Selat Sunda terdapat di antara P. Panjang, P. Sertung dan P.Rakata

(G.Krakatau), terbentuk akibat terjadinya letusan paska pembentukan kaldera.

Letusan besar terakhir G. Krakatau terjadi pada 1883 adalah salah satu yang

paling dikenal dunia karena diikuti terjadinya tsunami yang mengakibatkan

korban jiwa mencapai puluhan ribu orang.

Gunungapi Anak Krakatau sejak muncul pada 11 Juni 1927 hingga

2010, telah mengalami erupsi lebih dari 100 kali baik bersifat eksplosif

maupun efusif. Dari sejumlah letusan tersebut, pada umumnya titik erupsi

selalu berpindah-pindah di sekitar tubuh kerucutnya. Waktu istirahat G.Anak

Krakatau berkisar antara 1 – 6 tahun dan umumnya terjadi 4 tahun sekali

berupa letusan abu dan leleran lava.

Erupsi G. Anak Krakatau yang sering terjadi 4 tahun terakhir

adalah letusan magmatik bertipe strombolian, yaitu letusan yang

menghasilkan material vulkanik berupa bom vulkanik, skoria berukuran

bongkah, kerikil, pasir dan abu, yang tersebar hanya di sekitar G. Anak

Krakatau pada radius kira-kira 500 – 1000 m.

Gunungapi Anak Krakatau hingga saat ini masih ‘tumbuh’ membangun

diri. Dalam 4 tahun terakhir ini Krakatau terlihat sangat aktif, dimana erupsi

terjadi setiap tahun. Erupsi tahun 2010 merupakan kelanjutan dari erupsi

sebelumnya yang dimulai pada 2007.

Kegempaan Krakatau pada umumnya didominasi oleh jenis gempa-

gempa Vulkanik (baik Vulkanik Dalam maupun Vulkanik Dangkal) serta gempa

Letusan/Hembusan. Pada 2010 ini peningkatan aktivitas mulai terjadi pada 28

Juni 2010, ditandai dengan munculnya gempa-gempa Vulkanik, Tremor, yang

diikuti Hembusan dan Letusan yang terus terjadi hingga akhir Desember 2010.

Pada periode Agustus hingga Desember 2010 tercatat jumlah rata-

rata gempa Vulkanik Dalam antara 20-30 kejadian per hari, Vulkanik Dangkal

tercatat antara 120-135 kejadian, dan gempa Letusan serta Hembusan dapat

mencapai ratusan kejadian per hari. Sementara secara visual terkadang terlihat

34

Page 35: Tugas Magma

titik sinar api dan tinggi kolom asap letusan dapat mencapai ketinggian

1800 m

Letusan G. Anak Krakatau 2010 termasuk cukup besar, karena suara

gemuruh G. Anak Krakatau terdengar di pos PGA Anak Krakatau yang

berjarak ± 40 km. Selain itu jendela kaca ikut pula bergetar sesaat setelah

letusan terjadi. Hingga Desember 2010 letusan G. Anak Krakatau masih terus

berlangsung. Meski tidak ada penduduk yang bermukim di sekitarnya, namun

komplek Krakatau sering dikunjungi wisatawan, serta menjadi tempat

singgah para nelayan, maka dalam status WASPADA (Level II) Pusat

Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi menetapkan daerah aman adalah di

luar radius 2 km dari kawah aktif G. Anak Krakatau.

Anak Krakatau tahun 1988

Gunung Anak Krakatau Tahun 2008

35

Page 36: Tugas Magma

Gunungapi Karangetang (6 Agustus 2010 dan 22 September 2010)

Gunungapi Karangetang yang dikenal juga sebagai Gunungapi Siau

merupakan sebuah pulau gunungapi, berada di bagian utaraP. Siau dan termasuk

dalam kabupaten Kepulauan Sitaro (Siau Tagulandang Biaro) yang berjarak

sekitar 146 km dari Kota Manado.

Secara geografis G. Karangetang terletak pada posisi 02047’ Lintang

Utara dan 125029’ Bujur Timur, dengan tinggi puncak sekitar 1827 m di atas

permukaan laut. Gunungapi tersebut dipantau secara menerus dari Pos

Pengamatan Gunungapi di Desa Salili. Gunungapi Karangetang saat ini masih

berstatus Waspada merupakan gunungapi paling aktif di kawasan Sulawesi

Utara.

Pertumbuhan kubah lava yang terkadang diikuti guguran/leleran lava

pijar dan kejadian awan panas guguran menjadi salah satu karakteristiknya.

Dalam kegiatannya tercatat beberapa kali mengakibatkan korban jiwa. Korban

terbanyak berjumlah 6 orang diakibatkan oleh awan panas pada 18 Mei 1992

(Bronto, 1996).

Berdasarkan Peta KRB, hampir seluruh tubuh G. Karangetang

merupakan kawasan rawan bencana, kecuali di sebelah timur puncak, yaitu

di daerah Lanage sampai Tonggeng Moade sebagai daerah aman. Daerah ini

aman karena terhalang oleh Bukit Kalai.

Pada 6 Agustus 2010 G. Karangetang yang masih berstatus Waspada

kembali mengalami erupsi freatik, diawali dengan suara letusan dari kawah

utama yang kemudian diikuti letusan yang lebih kuat yang menghancurkan

kubah lava, hembusan awan panas guguran meluncur ke arah Kali Pangi

yang berada di Siau Barat-Utara hingga mencapai pantai, menghancurkan

jalan dan jembatan yang menghubungkan Desa Mini dan Kinali, 1 rumah

hilang, 5 rumah rusak berat -ringan, tercatat 4 orang hilang, 1 orang luka

berat dan 3 orang luka ringan.

Beberapa saat setelah erupsi freatik terjadi, dari kawah utama

guguran lava pijar meluncur ke arah Kali Batu Awang dan Kali Kahetang

sejauh 1000-1500 m, Kali Batang 800 m, Kali Beha 1500 m, dan ke Kali Nan

36

Page 37: Tugas Magma

itu/Pangi sejauh 2000 m. Berdasarkan pengamatan seismik, aktivitas

G. Karangetang mengalami peningkatan sebelum terjadinya erupsi freatik 6

Agustus 2010. Letusan diawali dengan terjadinya gempa tektonik terasa pada

3 Agustus 2010, diikuti meningkatnya jumlah gempa Hembusan dan Fase

Banyak, kemudian disusul munculnya gempa-gempa Vulkanik. Namun

tingginya curah hujan di sekitar puncak G. Karangetang kemungkinan

merupakan pemicu utama terjadinya erupsi freatik.

Mengingat terjadinya gempa terasa biasanya memicu peningkatan

aktivitas G. Karangetang, bahkan terkadang memicu terjadinya erupsi, maka

erupsi freatik yang terjadi pada 6 Agustus 2010 dapat dikatakan mengikuti

pola yang sama, dimana gempa terasa yang terjadi pada 3 Agustus 2010

memicu terjadinya peningkatan aktivitas yang diikuti terjadinya erupsi freatik

3 hari kemudian.

Setelah kegiatan erupsi 6 Agustus 2010, secara visual aktivitas G.

Karangetang kembali tenang, tidak terlihat adanya guguran lava pijar. Pada

malam hari hanya terlihat sinar api di puncak G. Karangetang, namun hal

ini belum merupakan indikasi proses erupsi telah berakhir, mengingat pendeknya

interval erupsi G. Karangetang. Selain itu munculnya gempa-gempa Tremor

baik harmonik maupun nonharmonik yang diselingi dengan terjadinya gempa

Fase Banyak paska letusan freatik. Hal ini merupakan indikasi suplai magma

dari dalam tubuh G. Karangetang, yang akhirnya terlihat dalam bentuk kubah

lava baru di kawah utama pada 16 Agustus 2010. Guguran lava pijar terus

terjadi secara berfluktuatif dari 16 Agustus hingga pertengahan September

2010.

Pendeknya waktu pengisian material di kawah utama paska

terbongkarnya kubah lava, menunjukkan dangkalnya sumber magma.

Dangkalnya sumber magma, serta proses naiknya magma ke permukaan pun

terdeteksi oleh hasil ploting hiposenter gempa Vulkanik pada 11-15 Agustus

2010, yang terakumulasi di bawah kawah utama, dengan kedalaman sangat,

bahkan cenderung berada di permukaan menjelang terjadinya guguran lava

pijar pada 16 Agustus 2010 (Loeqman, 2010). Berdasarkan hasil pengukuran

37

Page 38: Tugas Magma

Electronic Distance Measurement (EDM), proses inflasi khususnya di bagian

tengah tubuh G. Karangetang masih berlangsung, yang berarti akumulasi

tekanan pada bagian tengah lebih besar di bandingkan di bagian atas G.

Karangetang, (suplai magma dari bagian bawah masih terus berlanjut dan lebih

besar dibandingkan dengan material yang dikeluarkan).

Hingga pertengahan September 2010 aktivitas seismik sempat

mengalami penurunan, namun secara visual aktivitas guguran lava pijar terkadang

masih terjadi. Pada 18 September 2010 aktivitas G. Karangetang kembali

mengalami peningkatan, ditandai dengan munculnya Gempa Tremor dengan

amplituda maksimum 0.5 – 1 mm. Amplituda tremor terusmembesar hingga 10–

49 mm pada 22 September 2010. Munculnya gempa tremor ini diikuti

dengan guguran lava pijar secara terus menerus ke segala arah. Berdasarkan

pada peningkatan aktivitas kegempaan dan potensi ancaman yang tinggi dari

awan panas guguran terhadap masyarakatb di lereng G. Karangetang, maka

pada 22 September 2010 kegiatan G. Karangetang dinaikkan dari WASPADA

(Level II) menjadi SIAGA (Level III).

Setelah berstatus Siaga, aktivitas G. Karangetang yang sempat stabil

kembali meningkat, ditandai dengan munculnya Gempa Letusan pada 27

September 2010 pukul 08.39 WITA dengan amplituda maksimum 49 mm dan

diikuti dengan Gempa Tremor menerus dengan amplituda 49 mm (over scale),

disertai dengan hembusan asap putih tipis setinggi 50 meter dan suara

gemuruh. Pada sore harinya pukul 17.49 WITA teramati awan panas yang

diikuti guguran lava pijar ke segala arah. Gempa Tremor menerus dengan

amplituda overscale ini terus terjadi hingga 28 September 2010. Aktivitas G.

Karangetang kembali turun sejak 29 September 2010 dengan didominasi

Gempa Tremor menerus dengan amplituda rata-rata 2 mm dan terus menurun

hingga rata-rata 0.5-1 mm, sesekali disertai Gempa Guguran dan Gempa

Hembusan hingga Oktober 2010.

Aktifitas kegempaan G. Karangetang periode 1 November – 12

Desember 2010 secara berfluktuatif terus mengalami penurunan, baik gempa-

gempa Vulkanik, Hembusan, Guguran, Fase Banyak dan Tektonik, bahkan

38

Page 39: Tugas Magma

getaran Tremor tidak terekam sama sekali. Dalam periode ini kejadian awan

panas guguran mengalami penurunan secara drastis. Saatgunung terlihat jelas,

dari Kawah Utama teramati asap kawah berwarna putih mencapai ketinggian

50 - 300 m, dan Kawah II asap putih tipis dengan ketinggian 25 - 100 m, pada

malam hari teramati sinar api dengan ketinggian berkisar antara 10 - 50 m.

Berdasarkan hasil pengamatan dan analisa data kegempaan, visual,

dan potensi bahaya erupsi status kegiatan G. Karangetang diturunkan dari

SIAGA (Level III) menjadi WASPADA (Level II) sejak 13 Desember 2010.

Gunungapi Karangetang merupakan gunungapi paling aktif di Indonesia yang

sering mengalami erupsi hampir setiap tahun, dengan karakteristik berupa

erupsi eksplosif tipe strombolian dan vulkanian serta pertumbuhan kubah lava

yang sering diikuti oleh kejadian awan panas guguran. Oleh karena itu

masyarakat dituntut selalu waspada akan bahaya yang diakibatkan oleh awan

panas guguran, longsoran guguran lava pijar dari kubah lava dan bahaya

sekunder lahar. Resiko bahaya semakin tinggi karena pulau gunungapi ini

hanya memiliki jarak antara batas pantai pusat erupsi sekitar 4 km yang di

dalamnya terdapat banyak pemukiman

Gunung api karangetang

39

Page 40: Tugas Magma

Gunung api karangetang

Gunungapi Sinabung (27 Agustus – 7 September 2010)

Gunungapi Sinabung merupakan gunungapi strato, secara administratif

terletak di kabupaten Karo, Provinsi Sumatera Utara, dan secara geografis

terletak pada posisi 3o 10’ LU, 98o 23,5’ BT dengan ketinggian 2460 meter

dipermukaan laut. Karena tidak tercatatnya sejarah tentang aktivitasnya sejak

tahun 1600, maka G. Sinabung dimasukan kedalam gunungapi tipe B.

Peningkatan aktivitas vulkaniknya mulai tercatat sejak terjadinya erupsi

freatik pada 27 Agustus 2010, yang mengakibatkan status G. Sinabung

dinaikan dari gunungapi tipe B menjadi tipe A yang berstatus AWAS (Level)

pada 29 Agustus 2010. G. Sinabung tercatat mengalami 6 kali letusan, dan

mengakibatkan 28.587 warga mengungsi.

Pada 29 Agustus 2010 pukul 10:00 WIB, terekam 5 kejadian Gempa

Vulkanik Dalam (VA) dan 1 kali kejadian Gempa Vulkanik Dangkal (VB)

yang dikuti oleh kejadian erupsi eksplosif dengan ketinggian kolom letusan

mencapai 1500 m, dengan amplituda gempa letusan ’over scale’ dan lama gempa

420 detik. Setelah erupsi 29 Agustus 2010, gempa vulkanik masih terus

terekam dengan kecendrungan energi gempa vulkanik terus meningkat hingga

kembali terjadi erupsi 30 Agustus 2010 pukul 06:38 WIB, dengan tinggi

kolom abu vulkanik sekitar 2000 m dari puncak.

40

Page 41: Tugas Magma

Keesokan harinya pada 2 September pukul 19:00 WIB mulai terekam

getaran tremor menerus dan dikuti oleh kejadian erupsi pada 3 September 2010

pukul 04:38 WIB, sementara amplituda Gempa Letusan kembali over scale

dengan lama gempa 890 detik. Paska letusan tersebut Gempa Tremor masih

terus berlangsung hingga terjadi erupsi eksplosif kedua pada pukul 17:59 WIB,

dengan amplituda Gempa Letusan over scale dan lama gempa 365 detik.

Erupsi terakhir terjadi pada 7 September 2010 dan merupakan erupsi

terbesar dari 5 kejadian erupsi sebelumnya, mempunyai amplituda Gempa

Letusan over scale dan lam gempa letusan 930 detik Krisis vulkanik kembali

berlangsung dengan munculnya tremor vulkanik pada 9 dan 14 September

2010 namun tanpa diikuti kejadian erupsi eksplosif.

Peningkatan kegiatan dikompensasikan dalam bentuk hembusan asap

tebal yang membawa abu vulkanik. Data tiltmeter dalam dua kali kejadian

erupsi pada tanggal 3 dan 7 September 2010, menunjukkan inflasi menjelang

terjadinya erupsi dengan laju rata – rata inflasi 20 micro radian per hari.

Kecendrungan inflasi terus berlangsung hingga tanggal 12 September dan

melambat hingga tanggal 15 September 2010.

Sejak tanggal 16 September 2010 data tiltmeter secara umum cenderung

menuju deflasi baik komponen radial dan komponen tangensial. Hasil

pengukuran EDM menunjukkan pola pemendekan jarak pada semua titik

pengukuran yang mengindikasikan terjadinya inflasi pada tubuh G. Sinabung

selama periode erupsi eksplosif 2 hingga 7 September 2010. Pola umum

deflasi tersebut mulai berlangsung sejak 12 September 2010. Hasil pemantauan

secara geokimia (pengukuran gas) dan pengukuran suhu air Danau Kawar dan

mata air panas Guru Kinayan, menunjukan tidak terdeteksinya gas-gas

vulkanik yang berbahaya bagi makhluk hidup pada radius lebih dari 3 km dari

kawah puncak.

Berdasarkan hasil evaluasi data pemantauan secara instrumental dan

visual, dapat disimpulkan bahwa aktivitas G. Sinabung terus menunjukkan

penurunan sehingga pada 23 September 2010 status G. Sinabung diturunkan dari

41

Page 42: Tugas Magma

AWAS (Level IV) menjadi SIAGA (Level III), dan pada 7 Oktober 2010 status

G. Sinabung kembali diturunkan menjadi WASPADA (Level II).

Gunung sinabung

Gunungapi Merapi (26 Oktober 2010 – 5 November 2010)

Gunungapi Merapi merupakan gunungapi bertipe strato, dengan

ketinggian 2980 meter dari permukaan laut (sebelum erupsi 2010). Secara

geografis terletak pada posisi 7° 32.5 Lintang Selatan dan 110° 26.5’ Bujur

Timur, secara administratif terletak pada 4 wilayah kabupaten, yaitu

Kabupaten Sleman, Kabupaten Magelang, Kabupaten Boyolali dan Kabupaten

Klaten.

Erupsi terakhir 2006 bersifat efusif dengan ciri khas pembentukan

kubah lava dan luncuran awan panas akibat runtuhnya kubah lava. Status

aktivitas G. Merapi ditingkatkan dari NORMAL (Level I) menjadi WASPADA

(Level II) pada 20 September 2010 menyusul meningkatnya aktivitas, baik

dari jumlah kegempaan yang terekam (seismik) maupun hasil pengukuran jarak

miring dengan menggunakan EDM (deformasi). Karena aktivitas yang terus

meningkat, status G. Merapi kembali ditingkatkan menjadi SIAGA (Level III)

pada 21 Oktober 2010, dan mengingat peningkatan aktivitas cenderung

42

Page 43: Tugas Magma

menuju terjadinya erupsi, maka status kembali dinaikkan menjadi AWAS

(Level IV) pada 25 Oktober 2010 pukul 06:00 WIB.

Erupsi pertama terjadi pada 26 Oktober 2010 pukul 17:02 WIB

kemudian disusul dengan rangkaian erupsi lainnya dengan erupsi terbesar terjadi

pada 5 November 2010. Berbeda dengan erupsi 2006 yang bersifat efusif,

erupsi Merapi kali ini bersifat eksplosif sehingga menyebabkan kerusakan dan

kerugian yang cukup besar. Tercatat 386 korban meninggal dunia dan 230.326

penduduk harus mengungsi (BNPB).

Setelah 5 November 2010 aktivitas G.Merapi secara berfluktuatif

cenderung mengalami penurunan, hingga 2 Desember 2010. Berdasarkan data

kegempaan yang terekam di beberapa stasiun seismik di sekitar G. Merapi

penurunan terjadi baik dari jumlah dan energi gempa Vulkanik, Gempa

Multifase, Gempa Guguran, serta amplituda tremor yang berubah dari

menerus menjadi tidak menerus. Selain itu kejadian awan panas pun ikut

pula mengalami penurunan.

Deformasi tubuh G. Merapi yang dipantau dengan tiltmeter, data

komponen radial yang sebelumnya menunjukkan proses deflasi di bagian

puncak G. Merapi, menjadi relatif datar yang menunjukkan kecenderungan

stabil. Data komponen tangensial, yang sebelumnya menunjukkan adanya

inflasi (pengembungan) kemudian datar yang berarti tidak ada deformasi

signifikan pada kantung magma bagian dalam.

Pemantauan visual dari pos pengamatan darurat di Ketep dan

Manisrenggo serta pemantauan dengan Closed Circuit Television (CCTV) di

Kaliurang dan Deles, G. Merapi lebih sering tertutup kabut, namun pada

saat cuaca cerah terpantau asap letusan dengan ketinggian kurang dari 500

meter dari kawah G. Merapi dengan tekanan lemah hingga sedang. Pemantauan

emisi gas SO2 G. Merapi di udara dari Satelit OMI dan AIRS menunjukkan

tingkat emisi maksimum yang terjadi pada 6 November 2010 dengan massa

sebesar 250-300 Kiloton. Sejak saat itu emisi gas SO2 di udara berangsur

menurun dan saat ini emisi gas SO2 G. Merapi tidak lagi terdeteksi oleh

satelit.

43

Page 44: Tugas Magma

Berdasarkan hasil evaluasi data pemantauan G. Merapi secara

instrumental dan visual, disimpulkan bahwa aktivitas G. Merapi menunjukkan

penurunan. Dengan menurunnya aktivitas tersebut, maka terhitung mulai tanggal

3 Desember 2010 pukul 09.00 WIB, status aktivitas G. Merapi diturunkan

dari AWAS (Level IV) menjadi SIAGA (Level III). Aktivitas G. Merapi terus

mengalami penurunan sehingga status aktivitasnya kembali diturunkan menjadi

WASPADA (Level II) pada 30 Desember 2010.

Paska erupsi G. Merapi 2010, yang perlu menjadi perhatian adalah

besarnya volume material yang dikeluarkan saat erupsi terjadi, diperkirakan

sekitar 150 juta m3 material hasil erupsi terendapkan pada sungai2 yang

berhulu disekitar G. Merapi (BPPTK) yang jika terjadi hujan dengan intensitas

tinggi berpotensi menyebabkan aliran lahar yang dapat mengancam

pemukiman penduduk serta masyarakat yang beraktivitas di bantaran sungai-

sungai yang berhulu di Puncak G.Merapi.

Secara umum, endapan lahar telah teramati di semua sungai yang

berhulu di puncak G. Merapi. Dari arah Tenggara, Selatan, Barat Daya, Barat,

hingga Barat Laut, sungai-sungai tersebut adalah K. Woro, K. Gendol, K.

Kuning, K. Boyong, K. Bedog, K. Krasak, K. Bebeng, K. Sat, K. Lamat,

K. Senowo, K. Trising, dan K. Apu. Telah tercatat beberapa kejadian aliran

lahar yang diantaranya menyebabkan kerusakan pada beberapa ruas jalan,

jembatan dan pemukiman penduduk, bahkan beberapa pemukiman tertimbun

oleh endapan lahar.

44

Page 45: Tugas Magma

Gunung merapi

Gunung merapi

Gunung Api Bromo (26 November 2010 – saat ini)

Gunungapi Bromo merupakan salah satu gunung api aktif yang

berada di Pulau Jawa. Gunungapi ini muncul dalam Kaldera Tengger, dengan

ketinggian mencapai 2.329 m dpl. Atau 200 m dari ketinggian dasar kaldera.

Lokasi G.Bromo ini dikenal dengan Kompleks Bromo – Tengger yang secara

administratif termasuk dalam wilayah Kabupaten Probolinggo, Jawa Timur.

Gunungapi ini merupakan gunungapi berbentuk kerucut dengan diameter

kawah berkisar antara 600 – 800 meter.

45

Page 46: Tugas Magma

Kegiatan G. Bromo umumnya dicirikan oleh hembusan asap kawah

berwarna putih tipis hingga tebal bertekanan lemah, dengan ketinggian berkisar

antara 50-150 dari puncak, dan terkadang bau belerang tercium tajam. Sejarah

letusan G. Bromo mulai tercatat pada September 1804. Karakteristik letusan

umumnya berupa letusan abu, lapili, dan bom gunungapi dari kawah pusat

dan tidak mengalirkan lava (Sjarifudin, 1990). Interval letusan G. Bromo

berkisar antara 1 tahun hingga 16 tahun. Tercatat 3 kali letusan G. Bromo

terjadi selama 20 tahun terakhir ini, yaitu tahun 1995, 2000, dan 2004

dengan interval letusan berkisar pada 4 – 5 tahun.

Pada awal November 2010, aktivitas G. Bromo kembali mengalami

peningkatan, ditandai dengan munculnya gempa-gempa vulkanik dan tremor

dan perubahan asap kawah, yang semula berwarna putih menjadi agak kelabu.

Peningkatan aktivitas ini terus berlangsung secara signifikan hingga akhirnya

status G. Bromo pada 23 November 2010 dinaikkan menjadi Siaga (Level

III) pukul 08.30 WIB. dan Awas (level IV) pukul 15.30 WIB. Pada 24

November hingga 26 November 2010 secara visual aktivitas G. Bromo

kembali seperti kesehariannya, menghembuskan asap putih tipis-tebal, tekanan

lemah-kuat dengan tinggi asap 75 – 150 m, condong ke arah barat-barat daya.

Namun meski secara visual G. Bromo terlihat tenang namun

aktivitas gempa-gempa dangkal yang terekam masih terus meningkat. Pada

26 November 2010 pukul 17.17 WIB erupsi G. Bromo mulai terjadi ditandai

dengan berubahnya pola tremor menerus yang biasanya low frekuensi

menjadi high frekuensi (amplituda tremor menerus menjadi lebih rapat). Secara

visual meski tidak disertai suara letusan, hembusan asap yang biasanya

berwarna putih karena mengandung uap air berubah menjadi kelabu

kehitaman (mengandung material vulkanik seperti pasir dan abu) bertekanan

kuat, mencapai ketinggian 700 m yang selanjutnya terbawa angin ke arah

baratdaya (ke arah Malang).

Erupsi G. Bromo yang terjadi kali ini merupakan erupsi menerus,

dan berlangsung berhari-hari, hingga 5 Desember 2010 kepulan asap yang

mengandung abu vulkanik terus menyembur tiada henti, bahkan tinggi asap

46

Page 47: Tugas Magma

mencapai 900 meter dari Kawah Bromo. Mengingat pada Status Awas radius

aman berjarak 3 km dari kawah aktif, sementara pemukiman penduduk yang

terdekat berjarak 3,5 km dari Kawah Bromo, serta potensi bahaya letusan

(berupa lontaran/jatuhan material vulkanik) yang ternyata hanya terjadi di sekitar

kawah, maka hal tersebut menjadi dasar dilakukannya evaluasi terhadap

tingkat status aktivitas G. Bromo. Maka pada 6 Desember 2010 status G.

Bromo di turunkan dari AWAS (Level IV) ke SIAGA (Level III).

Dalam status SIAGA masyarakat di sekitar G. Bromo dan para

pengunjung (wisatawan/pendaki) tidak diperbolehkan memasuki kawasan

dalam radius 2 km dari kawah aktif G. Bromo. Sementara dampak hujan abu

vulkanik yang terus terjadi sejak erupsi 26 November 2010 telah

mengakibatkan gangguan terhadap aktifitas kehidupan terutama perekonomian,

dan kesehatan warga dan lingkungan sekitar G. Bromo. Selain itu, mengingat

hujan yang masih terjadi dan adanya endapan material abu serta pasir vulkanik

dapat berpotensi menimbulkan terjadinya lahar.

Aktivitas G. Bromo kembali mengalami peningkatan, baik dari

jumlah gempa Vulkanik Dangkal, amplituda tremor menerus maupun tinggi

kolom asap letusan. Hingga akhir Desember 2010 erupsi masih terus

berlangsung, letusan yang terjadi mengeluarkan asap kawah tebal kelabu

kecoklatan bertekanan sedang-kuat mencapai ketinggian 300-1200 m dengan

arah yang berubah-ubah (sesuai dengan arah dan kuatnya hembusan angin),

dan menyebabkan turunnya hujan abu di Kota Malang, Pasuruan, probolinggo,

dan Lumajang. Letusan juga melontarkan Lava pijar yang mencapai 400 m di

sekitar kawah.

Dari pemantauan deformasi, hasil pengukuran EDM dan data tiltmeter

memperlihatkan kecenderungan proses inflasi pada tubuh G. Bromo, meski

erupsi terus terjadi. Sehingga berdasarkan hasil evaluasi data pemantauan G.

Bromo secara instrumental dan visual, erupsi G. Bromo yang terjadi kali

ini merupakan erupsi menerus (intensif) dan berlangsung selama berhari-hari.

47

Page 48: Tugas Magma

Gunung bromo

Gunung Tambora

Kaldera Tambora dapat dilihat pada semenanjung bagian utara. Gunung

Tambora (atau Tomboro) adalah sebuah stratovolcano aktif yang terletak di pulau

Sumbawa, Indonesia. Gunung ini terletak di dua kabupaten, yaitu Kabupaten

Dompu (sebagian kaki sisi selatan sampai barat laut, dan Kabupaten Bima (bagian

lereng sisi selatan hingga barat laut, dan kaki hingga puncak sisi timur hingga

utara), Provinsi Nusa Tenggara Barat, tepatnya pada 8°15' LS dan 118° BT.

Gunung ini terletak baik di sisi utara dan selatan kerak oseanik. Tambora

terbentuk oleh zona subduksi di bawahnya. Hal ini meningkatkan ketinggian

Tambora sampai 4.300 m[2] yang membuat gunung ini pernah menjadi salah satu

puncak tertinggi di Nusantara dan mengeringkan dapur magma besar di dalam

gunung ini. Perlu waktu seabad untuk mengisi kembali dapur magma tersebut.

Aktivitas vulkanik gunung berapi ini mencapai puncaknya pada bulan

April tahun 1815 ketika meletus dalam skala tujuh pada Volcanic Explosivity

Index. Letusan tersebut menjadi letusan tebesar sejak letusan danau Taupo pada

tahun 181. Letusan gunung ini terdengar hingga pulau Sumatra (lebih dari 2.000

km). Abu vulkanik jatuh di Kalimantan, Sulawesi, Jawa dan Maluku. Letusan

gunung ini menyebabkan kematian hingga tidak kurang dari 71.000 orang dengan

11.000-12.000 di antaranya terbunuh secara langsung akibat dari letusan tersebut.

Bahkan beberapa peneliti memperkirakan sampai 92.000 orang terbunuh, tetapi

angka ini diragukan karena berdasarkan atas perkiraan yang terlalu tinggi. Lebih

48

Page 49: Tugas Magma

dari itu, letusan gunung ini menyebabkan perubahan iklim dunia. Satu tahun

berikutnya (1816) sering disebut sebagai Tahun tanpa musim panas karena

perubahan drastis dari cuaca Amerika Utara dan Eropa karena debu yang

dihasilkan dari letusan Tambora ini.

Gunung Tambora

Gunung Api Yang Pernah Aktif Di Sumatera Barat

1. Gunung Marapi

Gunung Marapi adalah gunung berapi yang terletak di Sumatera Barat.

Gunung ini tergolong gunung yang paling aktif di Sumatera. Terletak di dekat

Bukittinggi dan memiliki ketinggian 2.891 m dpl. Pada tanggal 8 September 1830

dilaporkan Gunung Marapi mengeluarkan awan yang berbentuk kembang kol

abu-abu kehitaman dengan ketebalan 1.500 m di atas kawahnya, disertai dengan

suara gemuruh. Pada tanggal 30 April 1979, Terjadi letusan dahsyat yang

mengakibatkan 60 orang tewas dan 19 orang pekerja penyelamat terperangkap

oleh tanah longsor. Letusan tersebut juga mengeluarkan batu dan lumpur yang

menyebabkan kerusakan sedikitnya pada lima daerah kawasan pemukiman

penduduk setempat. Puncak tertinggi Marapi dinamakan 'Puncak Merpati', ini

merupakan puncak tertinggi dari gunung Marapi

49

Page 51: Tugas Magma

2. Gunung Singgalang

Gunung Singgalang merupakan sebuah gunung yang terdapat di provinsi

Sumatera Barat dengan ketinggian 2,877 m dpl. Gunung Singgalang mempunyai

kawasan hutan Dipterokarp Bukit, hutan Dipterokarp Atas, hutan Montane, dan

Hutan Ericaceous atau hutan gunung. Dari bentuknya, gunung ini sangat mirip

dengan Gunung Merbabu di Jawa Tengah. Gunung ini mempunyai telaga di

puncaknya yang merupakan bekas kawah, Telaga itu dinamai Telaga Dewi.

Singgalang sudah tidak aktif lagi dan tergolong kategori hutan basah karena

kandungan air yang banyak.

Sunrise singgalang dilihat dari Marapi

Singgalang dipagi hari

51

Page 52: Tugas Magma

Talago Dewi dipuncak Singgalang

4. Gunung Talang

Gunung Talang (nama lainnya Salasi atau Sulasi) merupakan gunung

berapi yang terletak terletak di kabupaten Solok.Gunung Talang berlokasi sekitar

9 km dari kota Arosuka ibukota kabupaten Solok, dan sekitar 40 km sebelah timur

kota Padang. Gunung ini bertipe Stratovolcano dengan ketinggian 2.597 m dpl,

merupakan salah satu dari gunung api aktif di Sumatra Barat, dan salah satu

kawahnya menjadi sebuah danau yang disebut dengan Danau Talang. Gunung

Talang sudah pernah meletus sejak tahun 1833 sampai dengan tahun 2007.

Gunung ini bertipe stratovolcano dengan ketinggian 2.597 m, merupakan

salah satu dari gunung api aktif di Sumatera Barat, dan salah satu kawahnya

menjadi sebuah danau yang disebut dengan Danau Talang. Gunung Talang sudah

pernah meletus sejak tahun 1833 sampai dengan tahun 2007 [2] .

Ada empat kecamatan yang warganya bermukim di sekitar kaki gunung

ini, yakni kecamatan Lembah Gumanti, Danau Kembar, Gunung Talang, dan

Lembang Jaya. Jumlah penduduk di empat kecamatan itu mencapai 160.000 jiwa,

atau sepertiga dari jumlah penduduk kabupaten Solok.

Pada 11 April 2005, Gunung Talang kembali meletus. Gempa yang

diikuti bunyi gemuruh dan letusan yang mengeluarkan debu vulkanik sudah

52

Page 53: Tugas Magma

berlangsung sedikitnya 42 kali. Di Aia Batumbuak, lokasi terdekat dengan sumber

letusan, hujan debu mencapai radius 5 km, sedangkan ketebalan debu di jalan

mencapai 10 cm. Di sisi selatan Gunung Talang terbentuk kawah baru yang

mengeluarkan asap belerang dan hujan berdebu vulkanik. Sebanyak 27.000

penduduk harus dievakuasi dari wilayah itu.

Gunung Talang Tahun 2005

Gunung Talang tahun 2005

53

Page 54: Tugas Magma

BABVI

KEGUNAAN DAN PEMANFAAT ADANYA GUNUNG API

Berikut merupakan penjelasan dampak positif atau menfaat dari gunung

berapi :

1. Gunung api mengeluarkan abu vulkanis yang dapat menyuburkan tanah

2. Material gunung api berupa batu, kerikil, dan pasir dapat dimanfaatkan

untuk bahan bangunan

3. Magma yang telah membeku di permukaan bumi menyimpan bermacam

material logam atau bahan tambang, seperti emas dan perak

4. Kawasan gunung api bisa di manfaatkan untuk lahan hutan, perkebunan dan

pariwisata

Selain itu perlu kiranya kita melihat keberadaan gunung dari sisi

mamfaat fungsinya.

Fungsi Gunung antara lain :

1. Penahan Goncangan

Setelah peristiwa tsunami di Aceh yang demikian menghancurkan dan

ramai di pemberitaan serta seminar, terbukalah wawasan masyarakat

Indonesia tentang istilah lempeng tepatnya lempeng indo-australi dan eurasia.

Lempeng-lempeng tersebut ‘mengapung’ seperti perahu di atas cairan yang

kental (pada lapisan mantel) dan terus bergerak dan terjadi tabrakan atau

tumbukan antar mereka sehingga terjadi goncangan.

Struktur bumi dari yang paling dalam, Inti dalam, Inti Luar, Mantel

dan Kerak Bumi. Lapisan Inti dalam merupakan lapisan yang paling panas,

berurutan menurun suhunya sampai kerak bumi. Kita tengok struktur internal

bumi yang kita huni sekarang ini.

54

Page 55: Tugas Magma

Pada lapisan mantel (mantle)  berupa cairan kental, sedangkan kerak

bumi berupa lapisan yang keras yang “mengapung” diatas mantel adalah

kerak bumi dimana lempeng benua dan samudra berada. Lempeng-lempeng

tersebut dan batasnya dapat kita lihat pada gambar berikut :

Batas bergaris merah menunjukkan adanya tumbukan sedangkan garis

hijau lempeng terus menjauh. Dua lempeng yang mengalami tumbukan salah

satunya dapat digambarkan seperti pada gambar berikut :

Terlihat munculnya deretan gunung berapi pada daerah tumbukan

lempeng tersebut.

55

Page 56: Tugas Magma

Dan di daerah tersebut akan sering mengalami goncangan-goncangan

atau gempa bumi. Dari peristiwa diatas lokasi-lokasi gunung berapi dan 

gempa bumi di bumi sebagaimana gambar berikut:

Keberadaan gunung bertanda segitiga merah, sedangkan lokasi gempa

bumi pada lingkaran hitam. Pada peristiwa tumbukan diatas, bagian benua

yang lebih tebal seperti pada jajaran pegunungan, kerak bumi akan terbenam

lebih dalam ke dalam lapisan magma. Dengan perpanjangannya yang

menghujam jauh ke dalam maupun ke atas permukaan bumi, gunung-gunung

menggenggam lempengan-lempengan kerak bumi yang berbeda, layaknya

pasak.

2. Penyalur Pembuangan Tenaga Panas Bumi

Dengan adanya gunung pula ( gunung berapi), maka panas bumi yang

berlebihan dapat tersalurkan sehingga gunung berfungsi pula sebagai

penyalur pembuangan panas bumi.

56

Page 57: Tugas Magma

3. Menjaga Keseimbangan Panas antara Kutub dan Katulistiwa

Perbedaan suhu antara daerah kutub dan khatulistiwa adalah sebesar

120oC. Andaikan perbedaan panas ini terjadi pada permukaan yang rata, akan

terjadi pergerakan atmosfer yang hebat. Badai hebat dengan kecepatan 1.000

km/jam akan menjungkirbalikkan dunia, menghancurkan keseimbangan

atmosfer dan atmosfer akan buyar.

Bumi memiliki permukaan yang tidak rata, dan permukaan ini

menghalangi timbulnya arus udara kuat ang bisa terjadi akibat perbedaan

panas. Ketidakrataan ini dimulai dengan Pegunungan Himalaya antara Cina

dan anak benua India, dilanjutkan dengan Pegunungan Taurus di Anatolia,

dan mencapai pegunungan Alpens di Eropa melalui rangkaian gunung

menghubungkan Laut Atlantik di barat dan Laut Pasifik di Timur. Di lautan,

kelebihan panas yang terbentuk di khatulistiwa akan diteruskan ke utara dan

selatan dengan emanfaatkan badan air ini, sehingga perbedaan panas ini

seimbang.

4. Penyubur tanah

Magma yang keluar dari dalam perut bumi mengandung mineral dan

unsur hara yang menyuburkan tanah. Disamping itu gunung juga mengatur

iklim lokal seperti suhu dan curah hujan. Tanpa adanya gunung berapi, maka

daerah tersebut akan menjadi kering dan tandus. Sebagai contoh adalah

gurun.

5. Berperan dalam siklus aliran air

Curah hujan tertinggi adalah di wilayah gunung karena gunung membuat

lembab disekitarnya. Sungai-sungai umumnya berhulu di gunung karena hal

ini. Karena gravitasi, air mengalir dari gunung sampai ke lebah dan akhirnya

ke laut. Penguapan di lautan terjadi untuk membentuk awan. Awan terbawa

ke areal gunung mengalami penurunan suhu disana kemudian menjadi titik-

titik air yang disebut hujan. Begitu seterusnya.

57

Page 58: Tugas Magma

BAB VI

MITIGASI BENCANA GUNUNG API

Aktivitas Gunung Api yang sewaktu-waktu bisa menimbulkan erupsi dan

tentunya membahayakan bagi seluruh makhluk hidup yang berada disekitar

Gunung api. Terutama ancaman terhadap Oleh karena itu perlu dilakukan upaya-

upaya yang dapat meminmalisir jika terjadi bencana akibat aktivitas dari gunung

merapi ang tinggal dilereng dan disekitar Gunung Api. tersebut. Oleh sebab itu

diperlukan upaya untuk meminimalisir jumlah korban jiwa dan kerugian-kerugian

akibat letusan gunung berapi.

Upaya yang dapat dilakukan adalah sebagai berikut  :

1. Melakukan pemantauan. Aktivitas gunung api dipantau selama 24 jam

menggunakan alat pencatatgempa (seismograf). Data harian hasil

pemantauan dilaporkan ke kantor Direktorat Vulkanologi dan Mitigasi

Bencana Geologi (DVMBG) serta pemerintah daerah setempat.

2. Tanggap Darurat, tindakan yang dilakukan oleh DVMBG ketika terjadi

peningkatan aktivitas gunung berapi, antara lain mengevaluasi laporan dan

data, membentuk tim Tanggap Darurat, mengirimkan tim ke

lokasi,melakukan pemeriksaan secara terpadu.

3. Melakukan pemetaan. Pemetaan ini berguna untuk menentukan arah

penyelamatan diri, tempat untuk mendirikan tempat pengunngsian,

membuat pos penanggulangan bencana. Pemetaan dibuat juga untuk

menjelaskan jenis dan sifat bahaya gunung berapi.

4. Melakukan penyelidikan gunung berapi menggunakan metoda Geologi,

Geofisika, dan Geokimia. Hasil penyelidikan ditampilkan dalam bentuk

buku, peta dan dokumen lainnya.

5. Melakukan sosialisasi kepada Pemerintah Daerah serta masyarakat terutama

yang tinggal di sekitar gunung berapi. Bentuk sosialisasi dapat berupa

pengiriman informasi kepada Pemda dan penyuluhan langsung kepada

masyarakat.

58

Page 59: Tugas Magma

 Mitigasi bencana gunung api :

a. Memantau kegiatan gunungapi secara menerus.

b. Menyediakan peta geologi, Peta rawasan kawan bencana (KRB), peta zona

resiko.

c. Sosialisiasi bahaya letusan gunungapi kepada masyarakat

d. Meningkatkan sumberdaya manusia dan pendukungnya

e. Membangun tanggul penahan lahar

f. Hindari tempat-tempat yang memiliki kecenderungan untuk dialiri lava dan

atau lahar

g. Perkenalkan struktur bangunan tahan api.

Jenis-jenis mitigasi :

Mitigasi Struktural Mitigasi struktural adalah upaya untuk mengurangi

kerentanan (vulnerability) terhadap bencana dengan cara rekayasa teknis

bangunan tahan bencana.

Mitigasi Non-Struktural Mitigasi non-struktural adalah upaya mengurangi

dampak bencana selain dari upaya tersebut di atas. Bisa dalam lingkup upaya

pembuatan kebijakan seperti pembuatan suatu peraturan.

59

Page 60: Tugas Magma

DAFTAR PUSTAKA

Agoes Loeqman. 2010. Erupsi Lima Gunungapi (Berita Gunungapi Indonesia,

Berita Gunungapi Indonesia Agustus – Desember 2010 Badan

Pengamatan dan Penyelidikan Gunungapi Pusat Vulkanologi dan Mitigasi

Bencana Geologi

H. Humaida, K. S. Brotopu Spito, H. d. Pranowo, dan Narsito. 2011. Pemodelan

Perubahan Densitas dan Viskositas Magma serta Pengaruhnya terhadap

Sifat Erupsi Gunung Kelud. BPPTK, PVMBG, Badan Geologi Yogyakarta

http://shin-shanshan.blogspot.com/2011/07/diferensiasi-magma.html.

Diakses Sabtu 29 Desember 2012

http://rahmatkusnadi6.blogspot.com/2010/05/magma.html.

Diakses Sabtu 29 Desember 2012

http://geological-geologic.blogspot.com/2010/04/geosains-i-magma-evolusi.html.

Diakses Sabtu 29 Desember 2012

http://www.scribd.com/doc/29083172/Evolusi-Magma.

Diakses Sabtu 29 Desember 2012

http://ranggasetiawan-geophysics.blogspot.com/2012/04/magma.html.

Diakses Minggu 30 Desember 2012

http://ot-indo.blogspot.com/2010/03/video-dan-foto-erupsi-gunung-api-di.html.

Diakses Minggu 30 Desember 2012

http://www.anneahira.com/gunung-strato.htm.

Diakses Senin 31 Desember 2012

http://geografi-geografi.blogspot.com/2012/02/aktivitas-magma-gunung-api.html.

Diakses Senin 31 Desember 2012

http://ranggasetiawan-geophysics.blogspot.com/2012/04/magma.html.

Diakses Senin 31 Desember 2012

http://www.anneahira.com/gunung-strato.htm.

Diakses Senin 31 Desember 2012

http://udhnr.blogspot.com/2009/02/bentuk-dan-tipe-letusan-gunung-berapi.html.

Diakses Senin 31 Desember 2012

60

Page 61: Tugas Magma

http://irrmablogspotcom.blogspot.com/2010/10/gunung-berapi.html

Diakses Senin 31 Desember 2012

http://angghajuner.blogspot.com/2009/12/magma.html.

Diakses Senin 31 Desember 2012

http://sherlymonalisa19.blogspot.com/2012/12/new-paper-magma-intermediet-di-

indonesia.html#!/2012/12/new-paper-magma-intermediet-di-

indonesia.html

Diakses Senin 31 Desember 2012

61