tugas kewarganegaraan
TRANSCRIPT
INDONESIA SEBAGAI NEGARA MARITIM
Oleh:
METRIZALA.0910200
JURUSAN TEKNOLOGI PRODUKSI TERNAK
FAKULTAS AGRIBISNIS DAN TEKNOLOGI PANGAN
UNIVERSITAS DJUANDA
2011
I. PENDAHULUAN
Negara Indonesia merupakan negara kepulauan yang dua pertiga wilayahya terdiri atas lautan dan
kaya akan sumberdaya alam laut. Kita sering melihat atau mendengar istilah kelautan, kemaritiman dan
bahari. Ada yang menganggap bahwa istilah kemaritiman, kelautan dan bahari mempunyai arti yang sama,
tetapi sementara ada pendapat bahwa pengertian kelautan mempunyai arti yang lebih luas daripada
pengertian kemaritiman dan bahari, sehingga masyarakat masih banyak yang belum memahami tentang
kelautan, kemaritiman dan bahari itu sendiri. Untuk mengetahui lebih lanjut tentang perbedaan pengertian
kemaritiman, kelautan dan bahari dapat diuraikan di bawah ini:
Istilah maritim berasal bahasa Inggris yaitu maritime, yang berarti navigasi, maritim atau bahari.
Dari kata ini kemudian lahir istilah maritime power yaitu negara maritim atau negara samudera.
Pemahaman maritim merupakan segala aktivitas pelayaran dan perniagaan/perdagangan yang
berhubungan dengan kelautan atau disebut pelayaran niaga, sehingga dapat disimpulkan bahwa maritim
adalah berkenaan dengan laut, yang berhubungan dengan pelayaran perdagangan laut.
Pengertian kemaritiman menurut kamus menunjukkan kegiatan di laut yang berhubungan dengan
pelayaran dan perdagangan, sehingga kegiatan di laut yang menyangkut eksplorasi, eksploitasi atau
penangkapan ikan bukan merupakan kemaritiman. Dalam arti lain kemaritiman berarti sempit ruang
lingkupnya, karena berkenaan dengan pelayaran dan perdagangan laut. Sedangkan pengertian lain dari
kemaritiman yang berdasarkan pada termonologi adalah mencakup ruang/wilayah permukaan laut, pelagik
dan mesopelagik yang merupakan daerah subur di mana pada daerah ini terdapat kegiatan seperti
pariwisata, lalulintas pelayaran dan jasa-jasa kelautan.
Laut merupakan kumpulan air asin yang luas di permukaan bumi memisahkan pulau dengan
pulau, benua dengan benua, misalnya Laut Jawa, dan Laut Merah sedangkan lautan merupakan laut yang
luas sekali, seperti Lautan Atlantik dan Lautan Pasifik. Lautan ini berarti menunjuk kata Ocean dalam
bahasa Inggris, seperti Pacific Ocean atau Atlantic Ocean, yang sering dikemukakan sebagai Samudera
Pasifik atau Samudera Atlantik, dengan demikian berarti kata Samudera sama dengan Lautan. Pengertian
laut ini sama dengan pengertian laut menurut kamus lain, yaitu bahwa laut merupakan kumpulan air asin
yang satu sama lain berkaitan. Dilihat dari aspek wilayah kedaulatan negara (yuridis), laut dapat di jadikan
sebagai pemersatu bangsa Indonesia, dan sebagai penghubung antara pulaupulau yang tersebar di
perairan Indonesia.
Menurut kamus bahasa Indonesia kata Bahari berarti dahulu kala, kuno, tua sekali, (contoh: zaman
bahari = zaman dahulu), indah, elok sekali, mengenai laut, bahari, atau yang dilindungi, misalnya raja
bahari berarti raja yang dilindungi (oleh dewa – dewa). Sedangkan Kebaharian adalah segala sesuatu yang
berhubungan dengan laut, dan kelautan. Orang yang bekerja di laut atau pelayaran, disebut pelaut. Kamus
ini menerangkan bahwa salah satu maksud dari kata bahari adalah laut, sehingga kalau orang mengatakan
wisata bahari berarti wisata laut atau wisata yang berhubungan dengan laut atau wisata dengan objeknya
laut.
Berdasarkan pada pengertian di atas, maka pengertian bahari lebih sempit jika dibandingkan
dengan pengertian kemaritiman dan kelautan, karena arti dari bahari itu sendiri lebih cenderung pada hal-
hal yang berkaitan dengan budaya laut, misalnya bangsa Indonesia dikenal memiliki budaya bahari yang
kuat dan dikenal nenek moyangku seorang pelaut.
II. WILAYAH LAUT INDONESIA
Indonesia yang dikenal sebagai negara kepulauan mempunyai luas wilayah laut sebesar 5.8 juta
km2, yang terdiri atas 3.1 juta km2 merupakan perairan territorial Indonesia dan 2.7 km2 merupakan
perairan laut Zona Ekonomi Eksklusif. Disamping itu Indonesia memiliki panjang pantai 95.181 km, yang
merupakan pantai terpanjang keempat di dunia setelah Rusia. Sesuai dengan Konvensi Hukum Laut 1982,
Indonesia memiliki beberaparejim laut yang dibedakan berdasarkan derajat dan tingkat kewenangan
dalam kaitannya dengan pengelolaan sumber daya kelautan, baik bagi Indonesia sendiri maupun negara
tetangga. Secara prinsip rejim laut tersebut meliputi 3 bagian yaitu:
1). Wilayah laut dengan hak kedaulatan penuh bagi Indonesia atau dikenal sebagai wilayah kedaulatan
Indonesia yang meliputi Laut Pedalaman, Laut Nusantara dan Laut Teritorial. Wilayah laut dengan hak
kedaulatan penuh berarti bahwa di wilayah ini Indonesia memiliki kedaulatan mutlak atas ruang udara
dan dasar laut serta tanah di bawahnya yang meliputi:
a) Laut Pedalaman
Merupakan bagian dari wilayah perairan Nusantara. Pada wilayah ini Indonesia memiliki
kedaulatan mutlak dan kapal-kapal asing tidak mempunyai hak lintas. Ketentuan mengenai
penetapan Pedalaman telah diatur di Konvensi HUKUM LAUT 1982, namun hingga saat ini
Indonesia belum menetapkan perairan Pedalaman tersebut.
b) Perairan Nusantara
Bagian luar perairan Pedalaman adalah perairan Kepulauan (Nusantara). Wilayah
perairan ini dapat dipahami sebagai laut yang terletak di antara pulau, dibatasi atau dikelilingi oleh
garis pangkal, tanpa memperhatikan kedalaman dan lebar laut tersebut. Pada wilayah perairan
Nusantara ini kapal asing memiliki hak lintas berdasarkan prinsip Lintas Damai (innocent passage)
dan bagi kepentingan pelayaran internasional kapal asing juga mempunyai hak lintas melalui sea
lanes atau lebih dikenal sebagai Alur Laut Kepulauan Indonesia (ALKI). Indonesia telah
menetapkan 3 ALKI berdasarkan PP No. 37 tahun 2002. Adanya hak lintas kapal asing
berdasarkan prinsip Lintas Damai dan lintas ALKI ini, membedakan antara hak dan kewenangan
antara perairan Pedalaman dan perairan Nusantara.
c) Laut Teritorial
Adalah wilayah perairan di luar perairan Nusantara yang lebarnya tidak melebihi 12 mil
laut diukur dari garis pangkal. Di wilayah laut ini Indonesia memiliki kedaulatan penuh. Seperti
halnya yang berlaku di wilayah perairan Nusantara, kapal-kapal asing memiliki hak lintas
berdasarkan Lintas Damai dan hak lintas melalui ALKI yang merupakan kelanjutan ALKI yang
telah ditentukan pada perairan Nusantara.
2). Wilayah laut dengan hak berdaulat atas kekayaan alam yang dikandung serta memiliki kewenangan
untuk mengatur hal-hal tertentu yang meliputi wilayah perairan Zona Tambahan, Zona Ekonomi Ekslusif
(ZEE), dan Landas Kontinen Sedangkan jenis wilayah laut kedua bagi sebuah negara kepulauan
meliputi wilayah laut dengan hak berdaulat atas kekayaan alam yang dikandung serta memiliki
kewenangan untuk mengatur hal-hal tertentu yang mencakup:
a) Zona Tambahan
Di luar laut Teritorial terdapat laut di mana Indonesia mempunyai kewenangan-
kewenangan tertentu. Zona Tambahan dapat ditetapkan sampai dengan 12 mil laut di luar laut
teritorial atau sampai dengan 24 mil laut diukur dari garis pangkal. Pada zona ini, Indonesia
memiliki hak untuk dapat melaksanakan kewenangan tertentu dalam mengontrol pelanggaran
terhadap aturan-aturan di bidang bea cukai/pabean, keuangan, karantina kesehatan, pengawasan
imigrasi, dan menjamin pelaksanaan hukum di wilayahnya. Pada saat ini sedang dibahas
rancangan pengaturan Zona Tambahan.
b) Zona Ekonomi Eksklusif (ZEE)
Konvensi HUKUM LAUT 1982 pasal 55 dan 56 ayat 1a menyebutkan bahwa ZEE adalah
suatu daerah di luar dan berdampingan dengan laut Teritorial, lebar zona ini tidak lebih dari 200 mil
laut dari garis pangkal. Di perairan ZEE Indonesia memiliki hak berdaulat atas eksplorasi dan
eksploitasi, konservasi dan pengelolaan sumber daya alam, baik hayati maupun non hayati yang
terdapat di kolom air. Hak berdaulat lainnya adalah berkenaan dengan kegiatan untuk keperluan
eksplorasi dan eksploitasi ekonomi pada zona tersebut, seperti produk energi dari air, arus dan
angin. Di samping hak berdaulat atas kekayaan alam yang terkandung di kolom air, Indonesia di
zona ini mempunyai kewenangan untuk memelihara lingkungan laut, mengatur dan mengijinkan
penelitian ilmiah kelautan, serta memberikan ijin pembangunan pulau buatan, instalasi, dan
bangunan laut lainnya.
c) Landas Kontinen
Konvensi HUKUM LAUT 1982 telah menetapkan bahwa Landas Kontinen dengan
pengertian yuridis. Kewenangan suatu negara pantai atas kekayaan alam yang terkandung di
dasar laut dan tanah di bawahnya dari daerah di bawah permukaan yang terletak di luar laut
Teritorial, sepanjang kelanjutan alamiah daratannya hingga pinggiran luar tepian kontinen
(continental margin), atau hingga suatu jarak 200 mil laut dari garis pangkal dari mana lebar Laut
Teritorial diukur, dalam hal pinggiran luar tepian kontinen tidak mencapai jarak tersebut (pasal 76
ayat 1). Selanjutnya negara pantai memiliki kesempatan untuk menetapkan batasan luar Landas
Kontinen lebih lebar dari 200 mil laut diukur dari garis pangkal dengan ketentuan berikut:
1. Lebar maksimum tidak boleh lebih dari 350 mil laut diukur dari garis pangkal
2. Tidak melebihi 100 mil laut diukur dari garis kedalaman 2500 m
3. Tidak melebihi lebar 60 mil laut dari kaki lereng kontinen
4. Garis terluar dengan titik-titik ketebalan batu endapan adalah paling sedikit 1% dari jarak
terdekat antara titik-titik terluar dan kaki lereng kontinen
Ketentuan tersebut di atas mengisyaratkan bahwa dalam penetapan batas Landas
Kontinen, Indonesia memiliki kepentingan menyangkut (1) batas landas kontinen dengan negara
tetangga yang berhadapan atau berdamping yang dilakukan dengan persetujuan atas dasar
hokum internasional, (2) batas landas kontinen hingga 200 mil dari garis pangkal dan (3)
kemungkinan dapat di ajukannya batas landas kontinen di luar 200 hingga maksimal 350 mil laut
dari garis pangkal atau 100 mil laut dari garis kedalaman 2500 m. Penambahan wilayah Landas
Kontinen ini tidak berlaku secara otomatis, akan tetapi perlu diajukan secara resmi oleh
Pemerintah Indonesia kepada Commission on the Limits of the Continental Shelf – PBB.
Pengajuan harus dilakukan dengan menyertakan peta-peta yang didukung argumentasi
berdasarkan riset ilmiah tentang geodesi, geofisika dan geologi untuk menentukan batas luar
paparan benua (Outer limit of the Continental Shelf) Indonesia. Terdapat 3 (tiga) kawasan di lepas
pantai laut dalam yang berpotensi untuk diajukan oleh Indonesia sebagai Indonesian Outer Limit of
the Continental Shelf (IOCS), 2 (dua) di antaranya berada di Samudera Hindia dan satu di Lautan
Pasifik. Berdasarkan UNCLOS, batas jatuh tempo pengajuan tersebut adalah bulan Mei tahun
2009.
3). Wilayah laut, di mana Indonesia memiliki kepentingan namun tidak memiliki kedaulatan kewilayahan
ataupun kewenangan dan hak berdaulat atas laut tersebut, meliputi wilayah perairan laut lepas dan
dasar laut internasional di luar Landas Kontinen Indonesia.
a) Laut Lepas
Di wilayah perairan Laut Lepas di luar batas ZEE Indonesia memiliki 2 (dua) kepentingan.
Pertama, di kolom air dalam kaitannya pengelolaan sumber daya hayati dan untuk menjaga
kelestarian sumberdaya tersebut, pasal 63 dan 64 Konvensi HUKUM LAUT 1982 menetapkan
adanya keterkaitan yang erat antara pengelolaan dan eksploitasi kekayaan hayati di ZEE dan di
Laut Lepas di luarnya. Pengaturan ini khususnya menyangkut jenis perikanan ‘mengembara’
(stradding stock) dan bermigrasi secara jauh (higly migratory species) seperti tuna. Dalam
kaitannya ini, Indonesia memiliki kepentingan secara pro aktif dalam mengelola perikanan di Laut
Lepas terutama di kawasan Samudera Pasifik dan Samudera Hindia. Kedua, di daerah dasar laut
dan tanah di bawahnya di luar batas Landas Kontinen, terdapat Daerah Dasar Laut Internasional
yang pengelolaannya dilakukan oleh Badan Otorita Dasar Laut Internasional (International Seabed
Authority ISBA) yang berkantor di Kingston, Jamaica. Indonesia memiliki kepentingan untuk aktif
memantau perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi penambangan dan prosesing mineral
di dasar laut di luar Landas Kontinen. Kepentingan saat ini difokuskan pada usaha melindungi agar
produksi dan harga mineral khususnya tembaga dan nikel yang sebagian berasal dari darat, tidak
mendapatkan saingan yang mematikan dari mineral sejenis yangdihasilkan dari dasar laut.
Gambar. 1 Perairan Kedaulatan dan Yurisdiksi Nasional Indonesia
III. PEMAMFAATAN SUMBERDAYA ALAM LAUT
Manfaat sumberdaya laut bagi kehidupan manusia sangat banyak, antara lain sebagai sumber
bahan pangan, obyek wisata, media tranportasi, sumber bahan tambang dan sumber minyak dan gas
(migas). Untuk lebih jelasnya manfaatnya dapat dikemukakan seperti di bawah ini:
1). Sumber Pangan
Berbagai jenis biota laut telah menjadi bahan pangan manusia baik berupa tumbuhan (misalnya
rumput laut) maupun hewan (tripang, kerang, udang, penyu, cumi-cumi dan ikan). Berbagai jenis ikan
mulai dari ikan demersal (hidup di dekat dasar laut) sampai ikan pelagis (hidup di dekat permukaan)
banyak yang ditangkap nelayan untuk kemudian dijadikan bahan pangan manusia.
2). Obyek Wisata
Keindahan bentang alam laut yang dilengkapi dengan pemandangan pesisir pulau baik pulau kecil
maupun pulau besar, merupakan daya tarik wisata tersendiri. Perjalanan wisata menelusuri laut dengan
berbagai jenis kapal pesiar, sangat menarik minat banyak wisatawan. Disamping keindahan alam di
atas permukaan laut, juga terdapat keindahan alam yang tersimpan di dasar laut dangkal, yakni berupa
keindahan terumbu karang. Wisata bahari bawah laut ini banyak digemari wisatawan asing terutama
yang memiliki kepandaian menyelam.
3). Media Transportasi
Di Indonesia yang terdiri dari banyak pulau, transportasi laut memegang peranan penting. Transportasi
laut ini biasanya dilakukan dengan menggunakan sarana perahu dari berbagai jenis dan ukuran, serta
menggunakan kapal, baik berupa kapal penumpang maupun kapal barang. Salah satu alas an bahwa
penggunaan transportasi laut ini banyak laut ini banyak diminati orang, terutama untuk penghubung
kota-kota pelabuhan antar pulau yang berjauhan, ialah karena transportasi laut jauh lebih murah
dibandingkan dengan transportasi udara, oleh karena itu transportasi laut sangat penting terutama bagi
perjalanan yang tidak dikejar waktu.
4). Sumber Bahan Tambang
Ada beberapa jenis bahan tambang yang berasal dari laut, diantaranya ialah timah dan pasir.
Indonesia memiliki tambang timah (bauksit) yang diambil dari dasar laut di daerah pulau Bangka dan
pulau Belitung, sedangkan penambangan pasir laut berada di wilayah propinsi Riau. Penambangan
pasir yang tepatnya berada di kabupaten Karimun, kabupaten kepulauan Riau dan kota Batam, di
maksudkan untuk diekspor ke Singapur dan Malaysia. Pasir tersebut di gunakan untuk dijadikan bahan
reklamasi pantai atau menjadi bahan urugan. Reklamasi merupakan upaya teknologi yang di lakukan
oleh manusia untuk memenuhi kebutuhan dan mengatasi keterbatasan lahan. Dengan mengurug laut
sampai kedalaman tertentu, maka akan terbentuk lahan berupa daratan buatan yang dapat digunakan
untuk mendirikan berbagai bangunan seperti perumahan, perkantoran, pertokoan, taman, industri dan
lain sebagainya. Biasanya itu di lakukan dalam rangka mewujudkan konsep pembangunan kota pantai
(water front city).
IV. LANGKAH-LANGKAH PENGELOLAAN SDA BERBASIS MASYARAKAT
1. Pemetaan Lahan
Sebuah peta merupakan gambaran dengan skala tertentu suatu lokasi dengan aneka informasi
pendukungnya. Peta menyajikan informasi yang sangat padat dan mudah di pahami. Peta merupakan
alat komunikasi, sehingga peta harus bisa dipahami oleh pihak-pihak yang berkomunikasi. Pembuatan
peta secara partisipatif sangat penting untuk membantu mengidentifikasi masalah di lapangan dan
mendiskusikan langkah pemecahannya. Hasil terpenting dari proses pemetaan partisipatif bukan
gambar peta / sketsa, tetapi pemahaman dari semua pihak yang terlibat akan kondisi dan
permasalahannya.
1. Tata guna lahan.
Kondisi dimana masyarakat untuk mengetahui keberadaan status penggunaan lahan antara lain lahan
perhutanan, perkebunan, padang penggembalan, permukiman dan lain sebagainya.
2. Status Kepemilikan.
Lokasi yang menggambarkan keberadaan status kepemilikan lahan tersebut mana saja yang dikuasai
oleh orang perorang sebagai lahan hak milik yang disewakan, bagi hasil, atau milik negara. Dengan
melihat kondisi tersebut memungkinkan tidaknya dilakukan pengelolaan oleh masyarakat.
3. Penutupan Lahan
Lokasi yang menggambarakan kawasan tersebut seberapa banyak yang mampu dikelola atau
dimanfaatkan oleh masyarakat, masih memungkinkah untuk membuka lahan baru. bila dilihat dari sisi
non tehnis lainya seperti penambahan jumlah penduduk masyarakat yang terus meningkat sedangkan
lahan produksi makin hari telah diperuntukan yang lain (berkurang).
4. Kemiringan Lahan
Adanya gambaran yang jelas dari masyarakat dengan kondisi lahan yang terbatas, apa yang bisa
dilakukan pada lahan yang kondisi tingkat kemiringan lahan datar, lereng, tebing tersebut dengan
perencanaan kedepan yang akan dilakukan. Dengan melihat persoalan tersebut diatas, maka
masyarakat mampu merefleksikan diri dengan membuat beberapa peta antara lain:
Peta skala desa dibuat untuk menggambarkan situasi kurang lebih 25 tahun yang lalu;
Peta skala desa yang menggambarkan keadaan yang diharapkan untuk 10 tahun yang akan
datang.
Peta situasi saat ini pada skala DAS mikro (5-10 ha), sebagai data dasar sebelum melakukan
pengelolaan SDA, sebagai pembanding keadaan hasil Monev.
2. Transek
Transek merupakan pengamatan lapangan secara lansung dengan cara berjalan menelusuri
wilayah yang akan diamati, bila diperlukan melakukan wawancara dan diskusi spontan kepada
beberapa orang yang berkaitan langsung dengan obyek yang diamati. Transek ini selain dimaksudkan
untuk melihat kondisi lapangan secara detail, lebih detail dari pemetaan, juga dimaksudkan untuk
melakukan konfirmasi. Jalur lintasan (garis lurus atau zig-zag) mewakili setiap keadaan yang
diinginkan informasinya, hasil pengamatan kemudian dituangkan ke dalam bagan / gambar irisan muka
bumi sebagai bahan diskusi lebih lanjut. Transek hanya dilakukan pada daerah DAS mikro yang akan
ditangani.
Vegetasi (tanaman dan pohon) Dominan,
Semua jenis tanaman dan pohon diidentifikasi, didiskusikan, dicatat dan digambarkan pada irisan
muka bumi (transek).
Tingkat Erosi
Diidentifikasi, didiskusikan, dicatat lalu digambarkan sejauh mana tingkat erosi pada DAS mikro.
Konservasi Yang Sudah Diterapkan,
Diidentifikasi, didiskusikan, dicatat lalu digambarkan jenis konservasi apa saja yang telah
diterapkan di DAS mikro yang ditransek.
Permasalahan
Diidentifikasi, didiskusikan, dicatat lalu digambarkan permasalahan di lokasi DAS Mikro. Pada
setiap tingkat kemiringan lahan, akan ada beragai permasalahan yang terjadi, masalah apa saja
yang terjadi pada kondisi lahan datar, lereng, dan tebing. Pada kondisi tersebut ada baiknya terjadi
dialog dengan masyarakat diwilayah itu untuk mengajak terjadi refleksi kondisi untuk
menumbuhkan terjadinya olah pikir dan olah rasa pada setiap masyarakat untuk mau dengan
sendiri melakukan perbaikan dari kondisi yang ada.
Potensi
Diidentifikasi, didiskusikan, dicatat lalu digambarkan potensi apa saja yang memungkinkan untuk
dikembangkan di daerah DAS mikro.
3. Kalender Musim
Kalender musim dibuat untuk mengkaji kegiatan-kegiatan dan keadaan yang terjadi berulang
dalam suatu kurun waktu tertentu (musiman) dalam kehidupan masyarakat. Kegiatan dan keadaan
tersebut dituangkan dalam jangka waktu 1 tahun (12 bulan) yang meliputi:
Waktu Tanam
Digambarkan dengan simbul yang sesuai kebiasaan masyarakat dalam masa tanam dan masa
panen
Masa Paceklik
Digambarkan dengan simbul yang sesuai masa-masa pacekik di masyarakat
Musim tersedia tenaga kerja cukup
Terpetakannya kondisi dimana diketahui kebiasaan masyarakat pada bulan tertentu tersedianya
tenaga kerja yang cukup di masyarakat
Musim Kering
Digambarkan dengan simbul yang sesuai musim kering di desa yang bersangkutan
Musim hujan
4. Jadwal Sehari
Jadwal sehari ini dibuat untuk mengetahui kondisi kehidupan masyarakat di rumah tangga
khususnya dalam hal:
Waktu Kerja
Untuk melihat penggunaan waktu efektif bekerja setiap individu masyarakat dalam seharinya.
Kapan (jam berapa) suatu pekerjaan dilakukan.
Alokasi Waktu kerja
Pada jam-jam tertentu siapa yang melakukannya pekerjaan dan berapa lama.
Pembagian Peran, untuk melihat bagaimana pembagian beban kerjanya tersebut dengan
kemampuan setiap individu yang ada.
Tugas Mata KuliahPendidikan Kewarganegaraan
WILAYAH NEGARA KESATUAN REPUBLIK INDONESIA (NKRI)DAN PEMAMFAATAN SUMBER DAYA ALAM
UNTUK KESEJAHTERAAN RAKYAT
Oleh:
METRIZALA.0910200
DAFIT SAYFRUDINA.0910350
JURUSAN TEKNOLOGI PRODUKSI TERNAK
FAKULTAS AGRIBISNIS DAN TEKNOLOGI PANGAN
UNIVERSITAS DJUANDA
2010