tugas kelompok halusinasi

60
1 ASUHAN KEPERAWATAN JIWA GANGGUAN PERSEPSI SENSORI : HALUSINASI I. PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Halusinasi merupakan gangguan orintasi realita, karena terganggunya fungsi otak : kognitif dan proses pikir, fungsi persepsi, fungsi emosi, fungsi motorik dan fungsi sosial. Gangguan terhadap fungsi kognitif dan persepsi akan mengakibatkan kemampuan menilai dan menilik terganggu, sedangkan gangguan fungsi emosi, motorik dan sosial akan mengakibatkan terganggunya kemampuan berespon yakni perilaku non verbal (Ekspresi, gerakan tubuh) dan perilaku verbal (penampilan hubungan sosial). Memperhatikan perilaku klien seperti ini tentu akan menjadi suatu hal yang perlu direspon oleh perawat profesional, paling tidak mengeliminir masalah-masalah yang ada sehingga keadaan seorang pasien tidak berkembang menjadi lebih berat ( perilaku agresif / perilaku kekerasan ). B. TUJUAN 1. UMUM Memperoleh pengalaman nyata dalam melakukan Asuhan keperawatan pada klien dengan halusinasi pendengaran, diharapkan akan mampu mengidentifikasikan seluruh masalah yang terjadi sehubungan dengan halusinasi.

Upload: veronica-aries-dwi-kurniawati

Post on 25-Jul-2015

236 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: Tugas kelompok HALUSINASI

1

ASUHAN KEPERAWATAN JIWA

GANGGUAN PERSEPSI SENSORI : HALUSINASI

I. PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Halusinasi merupakan gangguan orintasi realita, karena terganggunya fungsi otak :

kognitif dan proses pikir, fungsi persepsi, fungsi emosi, fungsi motorik dan fungsi

sosial. Gangguan terhadap fungsi kognitif dan persepsi akan mengakibatkan

kemampuan menilai dan menilik terganggu, sedangkan gangguan fungsi emosi,

motorik dan sosial akan mengakibatkan terganggunya kemampuan berespon

yakni  perilaku non verbal (Ekspresi, gerakan tubuh) dan perilaku verbal

(penampilan hubungan sosial). Memperhatikan perilaku klien seperti ini tentu

akan menjadi suatu hal yang perlu direspon oleh perawat profesional, paling tidak

mengeliminir masalah-masalah yang ada sehingga keadaan seorang pasien tidak

berkembang menjadi lebih berat ( perilaku agresif / perilaku kekerasan ).

B. TUJUAN

1. UMUM

Memperoleh pengalaman nyata dalam melakukan Asuhan keperawatan pada

klien dengan halusinasi pendengaran, diharapkan akan mampu

mengidentifikasikan seluruh masalah yang terjadi sehubungan dengan

halusinasi.

2. KHUSUS

a. Mahasiswa mampu mengkaji klien dengan masalah utama halusinasi.

b. Mahasiswa mampu merumuskan diagnosa keperawatan klien dengan

masalah utama halusinasi.

c. Mahasiswa mampu merencanakan tindakan keperawatan klien dengan

masalah utama halusinasi.

d. Mahasiswa mampu mengimplementasikan rencana tindakan keperawatan

klien dengan masalah utama halusinasi.

e. Mahasiswa mampu mengevaluasi tindakan keperawatan klien dengan

masalah utama halusinasi.

Page 2: Tugas kelompok HALUSINASI

2

II. TINJAUAN TEORITIS

A. KONSEP MEDIS

1. PENGERTIAN

Persepsi merupakan tanggapan indera terhadap rangsangan yang

datang dari luar, dimana rangsangan tersebut dapat berupa rangsangan

penglihatan, penciuman, pendengaran, pengecapan dan perabaan. Interpretasi

(tafsir) terhadap rangsangan yang datang dari luar itu dapat mengalami

gangguan sehingga terjadilah salah tafsir (missinterpretation). Salah tafsir

tersebut terjadi antara lain karena adanya keadaan afek yang luar biasa, seperti

marah, takut, excited (tercengang), sedih dan nafsu yang memuncak sehingga

terjadi gangguan atau perubahan persepsi (Triwahono,2004).

Perubahan persepsi adalah ketidakmampuan manusia dalam

membedakan antara rangsang yang timbul dari sumber internal seperti pikiran,

perasaan, sensasi somatik dengan impuls dan stimulus eksternal. Dengan

maksud bahwa manusia masih mempunyai kemampuan dalam

membandingkan dan mengenal mana yang merupakan respon dari luar

dirinya. Manusia yang mempunyai ego yang sehat dapat membedakan antara

fantasi dan kenyataaan. Mereka dalam menggunakan proses pikir yang logis,

membedakan dengan pengalaman dan dapat memvalidasikan serta

mengevaluasinya secara akurat (Nasution, 2003).

Perubahan persepsi sensori ditandai oleh adanya halusinasi. Halusinasi

adalah gangguan penyerapan atau persepsi panca indera tanpa adanya

rangsangan dari luar yang dapat terjadi pada sistem penginderaan dimana

terjadi pada saat kesadaran individu itu penuh dan baik. Maksudnya

rangsangan tersebut terjadi pada saat klien dapat menerima rangsangan dari

luar dan dari dalam diri individu. Dengan kata lain klien berespon terhadap

rangsangan yang tidak nyata, yang hanya dirasakan oleh klien dan tidak dapat

dibuktikan (Nasution, 2003).

Halusinasi merupakan gangguan atau perubahan persepsi dimana klien

mempersepsikan sesuatu yang sebenarnya tidak terjadi. Suatu penerapan panca

indra tanpa ada rangsangan dari luar. Suatu penghayatan yang dialami suatu

persepsi melalui panca indra tanpa stimulus eksteren: persepsi palsu

(Maramis,2005).

Page 3: Tugas kelompok HALUSINASI

3

Halusinasi adalah sensasi panca indera tanpa adanya rangsangan. Klien

merasa melihat, mendengar, membau, ada rasa raba dan rasa kecap meskipun

tidak ada sesuatu rangsang yang tertuju pada kelima indera tersebut

(Izzudin,2005).

Dari beberapa pengertian yang dikemukan oleh para ahli mengenai

halusinasi di atas, maka peneliti dapat mengambil kesimpulan bahwa

halusinasi adalah persepsi klien melalui panca indera terhadap lingkungan

tanpa ada stimulus atau rangsangan yang nyata.

2. JENIS HALUSINASI

Menurut Stuart (2007) halusinasi terdiri dari tujuh jenis, yaitu :

a. Pendengaran

Mendengar suara atau kebisingan, paling sering suara orang. Suara

berbentuk kebisingan yang kurang jelas sampai kata-kata yang jelas

berbicara tentang klien, bahkan sampai pada percakapan lengkap antara

dua orang yang mengalami halusinasi. Pikiran yang terdengar dimana

klien mendengar perkataan bahwa klien disuruh untuk melakukan sesuatu

kadang dapat membahayakan

b. Penglihatan

Stimulus visual dalam bentuk kilatan cahaya, gambar geometris, gambar

kartun, bayangan yang rumit atau kompleks. Bayangan bias yang

menyenangkan atau menakutkan seperti melihat monster.

c. Penghidu

Membaui bau-bauan tertentu seperti bau darah, urin, dan feses umumnya

bau-bauan yang tidak menyenangkan. Halusinasi penghidu sering akibat

stroke, tumor, kejang, atau dimensia

d. Pengecapan

Merasa mengecap rasa seperti rasa darah, urin atau feses.

e. Perabaan

Mengalami nyeri atau ketidaknyamanan tanpa stimulus yang jelas. Rasa

tersetrum listrik yang datang dari tanah, benda mati atau orang lain.

Page 4: Tugas kelompok HALUSINASI

4

f. Cenestetik

Merasakan fungsi tubuh seperti aliran darah di vena atau arteri, pencernaan

makan atau pembentukan urine.

g. Kinistetik

Merasakan pergerakan sementara berdiri tanpa bergerak.

3. PENYEBAB

Menurut Stuart (2007), faktor penyebab terjadinya halusinasi adalah :

a. Faktor Predisposisi

1) Biologis

Abnormalitas perkembangan sistem saraf yang berhubungan dengan

respon neurobiologis yang maladaptif baru mulai dipahami. Ini

ditunjukkan oleh penelitian-penelitian yang berikut:

Penelitian pencitraan otak sudah menunjukkan keterlibatan otak

yang lebih luas dalam perkembangan skizofrenia. Lesi pada daerah

frontal, temporal dan limbik berhubungan dengan perilaku

psikotik.

Beberapa zat kimia di otak seperti dopamin neurotransmitter yang

berlebihan dan masalah-masalah pada system reseptor dopamin

dikaitkan dengan terjadinya skizofrenia.

Pembesaran ventrikel dan penurunan massa kortikal menunjukkan

terjadinya atropi yang signifikan pada otak manusia. Pada anatomi

otak klien dengan skizofrenia kronis, ditemukan pelebaran lateral

ventrikel, atropi korteks bagian depan dan atropi otak kecil

(cerebellum). Temuan kelainan anatomi otak tersebut didukung

oleh otopsi (post-mortem)

2) Psikologis

Keluarga, pengasuh dan lingkungan klien sangat mempengaruhi respon

dan kondisi psikologis klien. Salah satu sikap atau keadaan yang dapat

mempengaruhi gangguan orientasi realitas adalah penolakan atau

tindakan kekerasan dalam rentang hidup klien.

Page 5: Tugas kelompok HALUSINASI

5

3) Sosial budaya

Kondisi sosial budaya mempengaruhi gangguan orientasi realita

seperti: kemiskinan, konflik sosial budaya (perang, kerusuhan, bencana

alam) dan kehidupan yang terisolasi disertai stress.

b. Faktor Presipitasi

Secara umum klien dengan gangguan halusinasi timbul gangguan setelah

adanya hubungan yang bermusuhan, tekanan, isolasi, perasaan tidak

berguna, putus asa dan tidak berdaya. Penilaian individu terhadap stressor

dan masalah koping dapat mengindikasikan kemungkinan kekambuhan

(Keliat, 2006). Menurut Stuart (2007), faktor presipitasi terjadinya

gangguan halusinasi :

1) Biologis

Gangguan dalam komunikasi dan putaran balik otak, yang mengatur

proses informasi serta abnormalitas pada mekanisme pintu masuk

dalam otak yang mengakibatkan ketidakmampuan untuk secara selektif

menanggapi stimulus yang diterima oleh otak untuk diinterpretasikan.

2) Stres lingkungan

Ambang toleransi terhadap stress yang berinteraksi terhadap stressor

lingkungan untuk menentukan terjadinya gangguan perilaku.

3) Sumber koping

Sumber koping mempengaruhi respon individu dalam menanggapi

stessor. Mekanisme koping yang sering digunakan klien dengan

halusinasi adalah:

Register,  menjadi malas beraktifitas sehari-hari.

Proyeksi, mencoba menjelaskan gangguan persepsi dengan

mengalihkan tanggung jawab kepada orang lain atau sesuatu

benda.

Menarik diri, sulit mempercayai orang lain dan asyik dengan

stimulus internal.

Keluarga mengingkari masalah yang dialami klien

Page 6: Tugas kelompok HALUSINASI

6

4) Faktor pemicu gejala

Kesehatan

Gizi yang buruk, kurang tidur, kurang tidur, keletihan, ansietas

sedang sampai berat, dan gangguan proses informasi.

Lingkungan

Tekanan dalam penampilan (kehilangan kemandiri dalam

melakukan aktivitas sehari-hari), rasa bermusuhan dan lingkungan

yang selalu mengkritik, masalah perumahan, gangguan dalam

hubungan interpersonal, kesepian (kurang dukungan sosial),

tekanan pekerjaan, keterampilan sosial,yang kurang, dan

kemiskinan.

Sikap/Prilaku

Konsep diri yang rendah, keputusasaan (kurang percaya diri),

kehilangan motivasi untuk melakukan aktivitas, perilaku amuk dan

agresif.

4. PROSES TERJADINYA HALUSINASI

Halusinasi pendengaran merupakan bentuk yang paling sering

darigangguan persepsi pada klien dengan gangguan jiwa

(schizoprenia).Bentuk halusinasi ini bisa berupa suara-suara bising atau

mendengung. Tetapi paling sering berupa kata-kata yang tersusun dalam

bentuk kalimat yang mempengaruhi tingkah laku klien, sehingga klien

menghasilkan respons tertentu seperti : bicara sendiri, bertengkar atau respons

lain yang membahayakan. Bisa juga klien bersikap mendengarkan suara

halusinasi tersebut dengan mendengarkan penuh perhatian pada orang lain

yang tidak bicara atau pada benda mati. Halusinasi pendengaran merupakan

suatu tanda mayor dari gangguan schizoprenia dan satu syarat diagnostik

minor untuk metankolia involusi, psikosa mania depresif dan syndroma

otak organik.

Page 7: Tugas kelompok HALUSINASI

7

5. TANDA DAN GEJALA

a. Data Subyektif

Tidak mampu mengenal waktu, orang dan tempat

Tidak mampu memecahkan masalah halusinasi (misalnya:mendengar

suara-suara atau melihat bayangan)

Mengeluh cemas dan khawati

b. Data Obyektif

Mudah tersinggung

Apatis dan cenderung menarik diri

Tampak gelisah, perubahan perilaku dan pola komunikasi kadang

berhenti bicara seolah-olah mendengar sesuatu

Menggerakan bibirnya tanpa menimbulkan suara

Menyeringai dan tertawa yang tidak sesuai

Gerakan mata yang cepat

Pikiran yang berubah-ubah dan konsentrasi rendah

Kadang tampak ketakutan

Respon-respon yang tidak sesuai (tidak mampu berespon terhadap

petunjuk yang komplek).

6. TAHAPAN HALUSINASI

Tahapan terjadinya halusinasi terdiri dari 4 fase menurut Stuart dan Laraia

(2001) dan setiap fase memiliki karakteristik yang berbeda, yaitu:

a. Fase I

Klien mengalami perasaan mendalam seperti ansietas, kesepian, rasa

bersalah dan takut serta mencoba untuk berfokus pada pikiran yang

menyenangkan untuk meredakan ansietas. Di sini klien tersenyum atau

tertawa yang tidak sesuai, menggerakkan lidah tanpa suara, pergerakan

mata yang cepat, diam dan asyik sendiri.

b. Fase II

Pengalaman sensori menjijikkan dan menakutkan. Klien mulai lepas

kendali dan mungkin mencoba untuk mengambil jarak dirinya dengan

sumber yang dipersepsikan. Disini terjadi peningkatan tanda-tanda sistem

saraf otonom akibat ansietas seperti peningkatan tanda-tanda vital (denyut

Page 8: Tugas kelompok HALUSINASI

8

jantung, pernapasan dan tekanan darah), asyik dengan pengalaman sensori

dan kehilangan kemampuan untuk membedakan halusinasi dengan realita.

c. Fase III

Klien berhenti menghentikan perlawanan terhadap halusinasi dan

menyerah pada halusinasi tersebut. Disini klien sukar berhubungan dengan

orang lain, berkeringat, tremor, tidak mampu mematuhi perintah dari orang

lain dan berada dalam kondisi yang sangat menegangkan terutama jika

akan berhubungan dengan orang lain.

d. Fase IV

Pengalaman sensori menjadi mengancam jika klien mengikuti perintah

halusinasi. Disini terjadi perilaku kekerasan, agitasi, menarik diri, tidak

mampu berespon terhadap perintah yang kompleks dan tidak mampu

berespon lebih dari 1 orang. Kondisi klien sangat membahayakan.

7. RENTANG RESPON HALUSINASI

Menurut Stuart dan Laraia (2001), halusinasi merupakan salah satu respon

maladaptif individu yang berada dalam rentang respon neurobiologi. Rentang

respon tersebut digambarkan pada gambar 1 di bawah ini :

Gambar 1: Rentang Respon Halusinasi ( Stuart & Sundeen, 2007 )

Rentang respon neurobiologi pada gambar 1 dapat dijelaskan sebagai berikut :

a. Pikiran logis

Ide yang berjalan secara logis dan koheren.

Page 9: Tugas kelompok HALUSINASI

9

b. Persepsi akurat

Proses diterimanya rangsang melalui panca indra yang didahului oleh

perhatian (attention) sehingga individu sadar tentang sesuatu yang ada di

dalam maupun di luar dirinya.

c. Emosi konsisten

Manifestasi perasaan yang konsisten atau afek keluar disertai banyak

komponen fisiologik dan biasanya berlangsung tidak lama.

d. Prilaku sesuai

Prilaku individu berupa tindakan nyata dalam penyelesaian masalah masih

dapat diterima oleh norma-norma sosial dan budaya umum yang berlaku.

e. Hubungan sosial harmonis

Hubungan yang dinamis menyangkut hubungan antar individu dan

individu, individu dan kelompok dalam bentuk kerjasama.

f. Proses pikir kadang terganggu (ilusi)

Manifestasi dari persepsi impuls eksternal melalui alat panca indra yang

memproduksi gambaran sensorik pada area tertentu di otak kemudian

diinterpretasi sesuai dengan kejadian yang telah dialami sebelumnya.

g. Emosi berlebihan atau kurang

Manifestasi perasaan atau afek keluar berlebihan atau kurang.

h. Prilaku tidak sesuai atau biasa

Prilaku individu berupa tindakan nyata dalam penyelesaian masalahnya

tidak diterima oleh norma-norma sosial atau budaya umum yang berlaku.

i. Prilaku aneh atau tidak biasa

Prilaku individu berupa tindakan nyata dalam menyelesaikan masalahnya

tidak diterima oleh norma-norma sosial atau budaya umum yang berlaku.

j. Menarik diri

Percobaan untuk menghindari interaksi dengan orang lain, menghindari

hubungan dengan orang lain.

k. Isolasi sosial

Menghindari dan dihindari oleh lingkungan sosial dalam berinteraksi.

Page 10: Tugas kelompok HALUSINASI

10

Berdasarkan gambar diketahui bahwa halusinasi merupakan respon persepsi

paling maladaptif. Jika klien sehat, persepsinya akurat, mampu

mengidentifikasi dan menginterpretasikan stimulus berdasarkan informasi

yang diterima melalui panca indra (pendengaran, penglihatan, penghidu,

pengecapan, dan perabaan), sedangkan klien dengan halusinasi

mempersepsikan suatu stimulus panca indra walaupun sebenarnya stimulus itu

tidak ada.

8. PENATALAKSANAAN HALUSINASI

Penatalaksanaan pada pasien halusinasi dengan cara :

a. Menciptakan lingkungan yang terapeutik 

Untuk mengurangi tingkat kecemasan, kepanikan dan ketakutan pasien

akibat halusinasi, sebaiknya pada permulaan pendekatan di lakukan secara

individual dan usahakan agar terjadi kontak mata, kalau bisa pasien di

sentuh atau di pegang. Pasien jangan di isolasi baik secara fisik atau

emosional. Setiap perawat masuk ke kamar atau mendekati pasien,

bicaralah dengan pasien. Begitu juga bila akan meninggalkannya

hendaknya pasien di beritahu. Pasien di beritahu tindakan yang akan di

lakukan. Di ruangan itu hendaknya di sediakan sarana yang dapat

merangsang perhatian dan mendorong pasien untuk berhubungan dengan

realitas, misalnya jam dinding, gambar atau hiasan dinding, majalah dan

permainan.

b. Melaksanakan program terapi dokter

Sering kali pasien menolak obat yang di berikansehubungan dengan

rangsangan halusinasi yang di terimanya. Pendekatan sebaiknya secara

persuatif tapi instruktif. Perawat harus mengamati agar obat yang di

berikan betul di telannya, serta reaksi obat yang di berikan.

c. Menggali permasalahan pasien dan membantu mengatasi masalah yang

ada

Setelah pasien lebih kooperatif dan komunikatif, perawat dapat menggali

masalah pasien yang merupakan penyebab timbulnya halusinasi serta

membantu mengatasi masalah yang ada. Pengumpulan data ini juga dapat

Page 11: Tugas kelompok HALUSINASI

11

melalui keterangan keluarga pasien atau orang lain yang dekat dengan

pasien.

d. Memberi aktivitas pada pasien

Pasien di ajak mengaktifkan diri untuk melakukan gerakan fisik, misalnya

berolah raga, bermain atau melakukan kegiatan. Kegiatan ini dapat

membantu mengarahkan pasien ke kehidupan nyata dan memupuk

hubungan dengan orang lain. Pasien di ajak menyusun jadwal kegiatan dan

memilih kegiatan yang sesuai.

e. Melibatkan keluarga dan petugas lain dalam proses perawatan

Keluarga pasien dan petugas lain sebaiknya di beritahu tentang data pasien

agar ada kesatuan pendapat dan kesinambungan dalam proses

keperawatan, misalnya dari percakapan dengan pasien di ketahui bila

sedang sendirian ia sering mendengar laki-laki yang mengejek. Tapi bila

ada orang lain didekatnya suara-suara itu tidak terdengar jelas. Perawat

menyarankan agar pasien jangan menyendiri dan menyibukkan diri dalam

permainan atau aktivitas yang ada. Percakapan ini hendaknya di

beritahukan pada keluarga pasien dan petugas lain agar tidak membiarkan

pasien sendirian dan saran yang diberikan tidak bertentangan.

B. KONSEP KEPERAWATAN

1. PENGKAJIAN

a. Data Umum

1) Identitas klien dan penanggung

Yang perlu dikaji yaitu: nama, umur, jenis kelamin, agama, suku,

status, pendidikan, pekerjaan, dan alamat

2) Alasan masuk rumah sakit

Umumnya klien halusinasi di bawa ke rumah sakit karena keluarga

merasa tidak mampu merawat, terganggu karena perilaku klien dan hal

lain, gejala yang dinampakkan di rumah sehingga klien dibawa ke

rumah sakit untuk mendapatkan perawatan.

Page 12: Tugas kelompok HALUSINASI

12

b. Faktor predisposisi

1) Faktor perkembangan terlambat

Usia bayi tidak terpenuhi kebutuhan makanan, minum dan rasa

aman

Usia balita, tidak terpenuhi kebutuhan otonomi

Usia sekolah mengalami peristiwa yang tidak terselesaikan

2) Faktor komunikasi dalam keluarga

Komunikasi peran ganda

Tidak ada komunikasi

Tidak ada kehangatan

Komunikasi dengan emosi berlebihan

Komunikasi tertutup

Orang tua yang membandingkan anak-anaknya, orang tua yang

otoritas dan konflik orang tua

3) Faktor sosial budaya

Isolasi sosial pada yang usia lanjut, cacat, sakit kronis, tuntutan

lingkungan yang terlalu tinggi.

4) Faktor psikologis

Mudah kecewa, mudah putus asa, kecemasan tinggi, menutup diri,

ideal diri tinggi, harga diri rendah, identitas diri tidak jelas, krisis peran,

gambaran diri negatif dan koping destruktif.

5) Faktor biologis

Adanya kejadian terhadap fisik, berupa : atrofi otak, pembesaran

vertikel, perubahan besar dan bentuk sel korteks dan limbik.

6) Faktor genetik

Telah diketahui bahwa genetik schizofrenia diturunkan melalui

kromoson tertentu. Namun demikian kromoson yang keberapa yang

menjadi faktor penentu gangguan ini sampai sekarang masih dalam

tahap penelitian. Diduga letak gen skizofrenia adalah kromoson nomor

enam, dengan kontribusi genetik tambahan nomor 4,8,5 dan 22. Anak

kembar identik memiliki kemungkinan mengalami skizofrenia sebesar

50% jika salah satunya mengalami skizofrenia, sementara jika di

zygote peluangnya sebesar 15 %, seorang anak yang salah satu orang

Page 13: Tugas kelompok HALUSINASI

13

tuanya mengalami skizofrenia berpeluang 15% mengalami skizofrenia,

sementara bila kedua orang tuanya skizofrenia maka peluangnya

menjadi 35 %.

c. Faktor presipitasi

1) Berlebihannya proses informasi pada system syaraf yang menerima dan

memproses informasi di thalamus dan frontal otak.

2) Mekanisme penghataran listrik di syaraf terganggu (mekanisme

penerimaan abnormal).

3) Adanya hubungan yang bermusuhan, tekanan, isolasi, perasaan tidak

berguna, putus asa dan tidak berdaya.

d. Faktor pemicu

1) Kesehatan

Nutrisi dan tidur kurang, ketidaksiembangan irama sirkardian,

kelelahan dan infeksi, obat-obatan system syaraf pusat, kurangnya

latihan dan hambatan untuk menjangkau pelayanan kesehatan.

2) Lingkungan

Lingkungan sekitar yang memusuhi, masalah dalam rumah tangga,

kehilangan kebebasan hidup dalam melaksanakan pola aktivitas sehari-

hari, sukar dalam berhubungan dengan orang lain, isoalsi social,

kurangnya dukungan sosial, tekanan kerja (kurang terampil dalam

bekerja), stigmasasi, kemiskinan, kurangnya alat transportasi dan

ketidakmamapuan mendapat pekerjaan.

3) Sikap

Merasa tidak mampu (harga diri rendah), putus asa (tidak percaya diri),

merasa gagal (kehilangan motivasi menggunakan keterampilan diri),

kehilangan kendali diri (demoralisasi), merasa punya kekuatan

berlebihan, merasa malang (tidak mampu memenuhi kebutuhan

spiritual), bertindak tidak seperti orang lain dari segi usia maupun

kebudayaan, rendahnya kemampuan sosialisasi, perilaku agresif,

perilaku kekerasan, ketidakadekuatan pengobatan dan ketidak

adekuatan penanganan gejala.

Page 14: Tugas kelompok HALUSINASI

14

e. Prilaku

Respon perilaku klien terhadap halusinasi dapat berupa curiga, ketakutan,

rasa tidak aman, gelisah, bingung, perilaku merusak diri, kurang

perhatian, tidak mampu mengambil keputusan, bicara inkoheren, bicara

sendiri, tidak membedakan yang nyata dengan yang tidak nyata.

Perilaku klien yang mengalami halusinasi sangat tergantung pada jenis

halusinasinya. Apabila perawat mengidentifikasi adanya tanda –tanda dan

perilaku halusinasi maka pengkajian selanjutnya harus dilakukan tidak

hanya sekedar mengetahui jenis halusinasi saja. Validasi informasi tentang

halusinasi yang diperlukan meliputi:

1) Isi halusinasi

Ini dapat dikaji dengan menanyakan suara siapa yang didengar, apa

yang dikatakan suara itu, jika halusinasi audiotorik. Apa bentuk

bayangan yang dilihat oleh klien, jika halusinasi visual, bau apa yang

tercium jika halusinasi penghidu, rasa apa yang dikecap jika halusinasi

pengecapan,dan apa yang dirasakan dipermukaan tubuh jika halusinasi

perabaan.

2) Waktu dan frekuensi

Ini dapat dikaji dengan menanyakan kepada klien kapan pengalaman

halusinasi muncul, berapa kali sehari, seminggu, atau sebulan

pengalaman halusinasi itu muncul. Informasi ini sangat penting untuk

mengidentifikasi pencetus halusinasi dan menentukan bilamana klien

perlu perhatian saat mengalami halusinasi.

3) Situasi pencetus halusinasi

Perawat perlu mengidentifikasi situasi yang dialami sebelum halusinasi

muncul. Selain itu perawat juga bias mengobservasi apa yang dialami

klien menjelang munculnya halusinasi untuk memvalidasi pernyataan

klien.

4) Respon Klien

Untuk menentukan sejauh mana halusinasi telah mempengaruhi klien

bisa dikaji dengan apa yang dilakukan oleh klien saat mengalami

pengalaman halusinasi. Apakah klien masih bisa mengontrol stimulus

halusinasinya atau sudah tidak berdaya terhadap halusinasinya.

Page 15: Tugas kelompok HALUSINASI

15

f. Pemeriksaan Fisik

Yang dikaji adalah tanda-tanda vital (suhu, nadi, pernafasan dan tekanan

darah), berat badan, tinggi badan serta keluhan fisik yang dirasakan klien.

g. Status Mental

1) Penampilan: tidak rapi, tidak serasi dan cara berpakaian.

2) Pembicaraan: terorganisir atau berbelit-belit.

3) Aktivitas motorik: meningkat atau menurun.

4) Alam perasaan: suasana hati dan emosi.

5) Afek: sesuai atau maladaptif seperti tumpul, datar, labil dan

ambivalen

6) Interaksi selama wawancara: respon verbal dan nonverbal.

7) Persepsi : ketidakmampuan menginterpretasikan stimulus yang

ada sesuai dengan informasi.

8) Proses pikir: proses informasi yang diterima tidak berfungsi

dengan baik dan dapat mempengaruhi proses pikir.

9) Isi pikir: berisikan keyakinan berdasarkan penilaian realistis.

10) Tingkat kesadaran: orientasi waktu, tempat dan orang.

11) Memori

Memori jangka panjang: mengingat peristiwa setelah lebih setahun

berlalu.

Memori jangka pendek: mengingat peristiwa seminggu yang lalu

dan pada saat dikaji.

12) Kemampuan konsentrasi dan berhitung: kemampuan menyelesaikan

tugas dan berhitung sederhana.

13) Kemampuan penilaian: apakah terdapay masalah ringan sampai berat

14) Daya tilik diri: kemampuan dalam mengambil keputusan tentang diri.

Kebutuhan persiapan pulang: yaitu pola aktifitas sehari-hari termasuk

makan dan minum, BAB dan BAK, istirahat tidur, perawatan diri,

pengobatan dan pemeliharaan kesehatan sera aktifitas dalam dan luar

ruangan.

Page 16: Tugas kelompok HALUSINASI

16

h. Mekanisme koping

1) Regresi: menjadi malas beraktifitas sehari-hari

2) Proyeksi: menjelaskan prubahan suatu persepsi dengan berusaha untuk

mengalihkan tanggung jawab kepada orang lain.

3) Menarik diri: sulit mempercayai orang lain dan asyik dengan stimulus

internal

4) Keluarga mengingkari masalah yang dialami klien

2. MASALAH KEPERAWATAN

Menurut Keliat (2006) masalah keperawatan yang sering terjadi pada klien

halusinasi adalah:

a. Perubahan persepsi sensori : halusinasi pendengaran

b. Resiko mencederai diri sendiri orang lain dan lingkungan

c. Isolasi sosial : menarik diri

d. Gangguan konsep diri : harga diri rendah

e. Intoleransi aktifitas

f. Defisit perawatan diri

3. POHON MASALAH

Klien yang mengalami halusinasi dapat kehilangan kontrol dirinya

sehingga bisa membahayakan diri sendiri, orang lain maupun lingkungan. Hal

ini terjadi jika halusinasi sudah sampai pada fase empat, dimana klien

mengalami panik dan perilakunya dikendalikan oleh isi halusinasinya. Klien

benar-benar kehilangan kemampuan penilaian realitas terhadap lingkungan.

Dalam situasi ini klien dapat melakukan bunuh diri (suicide), membunuh

orang lain (homocide) dan merusak lingkungan.

Selain masalah yang diakibatkan oleh halusinasi, klien  biasanya juga

mengalami masalah-masalah keperawatan yang menjadi penyebab munculnya

halusinasi. Masalah itu antara lain harga diri rendah dan isolasi sosial (stuart

dan laria,2001). Akibat harga diri rendah dan kurangnya keterampilan

berhubungan sosial , klien menjadi menarik diri dari lingkungan. Dampak

selanjutnya lebih dominan di bandingkan stimulus eksternal. Klien selanjutnya

Page 17: Tugas kelompok HALUSINASI

17

kehilangan kemampuan membedakan stimulus internal dengan stimulus

eksternal. Ini  memicu timbulnya halusinasi.

Berdasarkan masalah-masalah tersebut, maka dapat disusun pohon masalah

sebagai berikut:

Gambar 2 : Pohon masalah (Keliat,1998:6)

4. DIAGNOSA KEPERAWATAN

Diagnosa keperawatan adalah penilaian teknik mengenai respon individu,

keluarga, komunitas terhadap masalah kesehatan atau proses kehidupan yang

aktual maupun potensial (NANDA, 2001 dikutip oleh Keliat, 2006). Rumusan

diagnosis menurut Keliat (2006) dapat berupa: Problem (masalah): nama atau

label diagnosa, Etiology (penyebab): alasan yang dicurigai dari respon yang

telah diidentifikasi dari pengkajian, Sign dan sympton (tanda dan gejala):

manifesitasi yang diidentifikasi dalam pengkajian yang menyokong diagnosa

keperawatan.

Ada beberapa diagnosa keperawatan yang sering ditemukan pada klien dengan

halusinasi menurut Keliat (2006) yaitu:

a. Resiko mencederai diri sendiri, orang lain, dan lingkungan berhubungan

dengan halusinasi pendengaran

b. Perubahan persepsi sensori: halusinasi pendengaran berhubungan dengan

menarik diri

E EFEK : Resiko Mencederai Diri sendiri, Orang lain dan Lingkungan

CORE : Perubahan Persepsi Sensori : Halusinasi Auditori / VisualPROBLEM

ETIOLOGI : Kerusakan Interaksi Sosial : Menarik Diri

Gangguan Konsep Diri : Harga Diri Rendah

Page 18: Tugas kelompok HALUSINASI

18

c. Isolasi sosial: menarik diri berhubungan dengan harga diri rendah

d. Defisit perawatan diri berhubungan dengan intoleransi aktifitas

5. RENCANA KEPERAWATAN

Perencanaan tindakan keperawatan menurut Keliat (2006 ) terdiri dari tiga

aspek yaitu tujuan umum, tujuan khusus dan intervensi keperawatan. Rencana

tindakan keperawatan pada klien halusinasi adalah sebagai berikut:

a. Resiko mencederai diri sendiri, orang lain, dan lingkungan berhubungan

dengan halusinasi pendengaran

Tujuan umum : Tidak terjadi perilaku kekerasan yang diarahkan

kepada diri sendiri, orang lain dan lingkungan.

Tujuan khusus :

TUK 1 : Klien dapat membina hubungan saling percaya

Tanda : Ekspresi wajah bersahabat, klien nampak tenang, klien mau

berjabat tangan, membalas salam, mau duduk dekat perawat.

Intervensi :

1.1 Bina hubungan saling percaya dengan klien dengan menggunakan/

komunikasi terapeutik yaitu sapa klien dengan ramah, baik secara

verbal maupun non verbal, perkenalkan nama perawat, tanyakan nama

lengkap klien dan panggilan yang disukai, jelaskan tujuan pertemuan,

jujur dan menepati janji, bersikap empati dan menerima klien apa

adanya.

R/ Hubungan saling percaya sebagai dasar interaksi perawat dan klien.

1.2 Dorong klien mengungkapkan perasaannya

R/ Mengetahui masalah yang dialami oleh klien.

1.3 Dengarkan klien dengan penuh perhatian dan empati

R/ Agar klien merasa diperhatikan.

TUK 2 : Klien dapat mengenal halusinasinya

Tanda :

Klien dapat membedakan antara nyata dan tidak nyata

Klien dapat menyebutkan situasi yang dapat menimbulkan dan tidak

menimbulkan halusinasi

Page 19: Tugas kelompok HALUSINASI

19

Intervensi :

II.1 Adakan kontak sering dan singkat

R/ Menghindari waktu kosong yang dapat menyebabkan timbulnya

halusinasi.

II.2 Observasi segala perilaku klien verbal dan non verbal yang

berhubungan dengan halusinasi

R/ Halusinasi harus kenal terlebih dahulu agar intervensi efektif.

II.3 Terima halusinasi klien sebagai hal yang nyata bagi klien, tapi tidak

nyata bagi perawat

R/ Meningkatkan realita klien dan rasa percaya klien.

II.4 Diskusikan dengan klien situasi yang menimbulkan dan tidak

menimbulkan situasi

R/ Peran serta aktif klien membantu dalam melakukan intervensi

keperawatan.

II.5 Diskusikan dengan klien faktor predisposisi terjadinya halusinasi

R/ Dengan diketahuinya faktor predisposisi membantu dalam

mengontrol halusinasi.

TUK 3 : Klien dapat mengontrol halusinasi

Tanda :

Klien dapat menyebutkan tindakan yang dapat dilakukan apabila

halusinasinya timbul.

Klien akan dapat menyebutkan cara memutuskan halusinasi yaitu

dengan melawan suara itu dengan mengatakan tidak mau mendengar,

lakukan kegiatan : menyapu/mengepel, minum obat secara teratur, dan

lapor pada perawat pada saat timbul halusinasi.

Intervensi :

3.1 Diskusikan dengan klien tentang tindakan yang dilakukan bila

halusinasinya timbul

R/ Mengetahui tindakan yang dilakukan dalam mengontrol

halusinasinya.

3.2 Diskusikan dengan klien tentang cara memutuskan halusinasinya

Page 20: Tugas kelompok HALUSINASI

20

R/ Meningkatkan pengetahuan klien tentang cara memutuskan

halusinasi.

3.3 Dorong klien menyebutkan kembali cara memutuskan halusinasi

R/ hasil diskusi sebagai bukti dari perhatian klien atas apa yg

dijelaskan.

3.4 Berikan reinforcement positif atas keberhasilan klien menyebutkan

kembali cara memutuskan halusinasinya

R/ Meningkatkan harga diri klien.

TUK 4 : Klien dapat memanfaatkan obat dalam mengontrol

halusinasinya

Tanda : Klien mau minum obat dengan teratur

Intervensi :

4.1 Diskusikan dengan klien tentang obat untuk mengontrol halusinasinya

R/ Meningkatkan pengetahuan klien tentang fungsi obat yang diminum

agar klien mau minum obat secara teratur.

TUK 5 : Klien mendapat sistem pendukung keluarga dalam

mengontrol halusinasinya

Tanda : Klien mendapat sistem pendukung keluarga

Intervensi :

5.1 Kaji kemampuan keluarga tentang tindakan yg dilakukan dalam

merawat klien bila halusinasinya timbul

R/ Mengetahui tindakan yang dilakukan oleh keluarga dalam merawat

klien.

5.2 Diskusikan juga dengan keluarga tentang cara merawat klien yaitu

jangan biarkan klien menyendiri, selalu berinteraksi dengan klien,

anjurkan kepada klien untuk rajin minum obat, setelah pulang kontrol

1 x dalam sebulan.

R/ Meningkatkan pengetahuan keluarga tentang cara merawat klien

Page 21: Tugas kelompok HALUSINASI

21

b. Perubahan persepsi sensori: halusinasi pendengaran berhubungan dengan

menarik diri

Tujuan umum : Klien dapat berhubungan dengan orang lain untuk

mencegah timbulnya halusinasi.

Tujuan khusus :

TUK 1 : Klien dapat membina hubungan saling percaya

Tanda : Ekspresi wajah bersahabat, klien nampak tenang, mau

berjabat tangan, membalas salam, mau duduk dekat perawat

Intervensi :

1.1 Bina hubungan saling percaya dengan klien dengan menggunakan/

komunikasi terapeutik yaitu sapa klien dengan ramah, baik secara

verbal maupun non verbal, perkenalkan nama perawat, tanyakan nama

lengkap klien dan panggilan yang disukai, jelaskan tujuan pertemuan,

jujur dan menepati janji, bersikap empati dan menerima klien apa

adanya.

R/ Hubungan saling percaya sebagai dasar interaksi perawat dan klien.

1.2 Dorong klien mengungkapkan perasaannya

R/ Mengetahui masalah yang dialami oleh klien.

1.3 Dengarkan klien dengan penuh perhatian dan empati

R/ Agar klien merasa diperhatikan.

TUK 2 : Klien dapat mengenal penyebab menarik diri

Tanda : Klien dapat menyebutkan penyebab menarik diri pada dirinya

Intervensi :

2.1 Kaji Pengetahuan klien tentang perilaku menarik diri

R/ Untuk mengetahui tingkat pengetahuan klien tentang menarik diri.

2.2 Dorong klien untuk menyebutkan kembali penyebab menarik diri

R/ Membantu mengetahui penyebab menarik diri sehingga membantu

dlm melaksanakan intervensi selanjutnya.

2.3Berikan reinforcement positif atas keberhasilan klien dalam

mengungkapkan penyebab menarik diri

R/ Meningkatkan harga diri klien.

Page 22: Tugas kelompok HALUSINASI

22

TUK 3 : Klien dapat mengetahui manfaat berhubungan dengan orang

lain

Tanda : Klien dapat mengungkapkan keuntungan berhubungan dengan

orang lain.

Intervensi :

3.1Diskusikan bersama klien manfaat berhubungan dengan orang lain

R/ Meningkatkan pengetahuan klien tentang manfaat berhubungan

dengan orang lain.

3.2Dorong klien untuk menyebutkan kembali manfaat berhubungan

dengan orang lain

R/ Mengetahui tingkat pemahaman klien tentang informasi yg

diberikan.

3.3Beri reinforcement positif atas keberhasilan klien menyebutkan

kembali manfaat berhubungan dengan orang lain

R/ Meningkatkan harga diri klien.

TUK 4 : Klien dapat berhubungan dengan orang lain secara bertahap

Tanda : Klien dapat menyebutkan cara berhubungan dengan orang lain

secara bertahap.

Intervensi :

4.1Dorong klien untuk berhubungan dengan orang lain

R/ Mencegah timbulnya halusinasi.

4.2Diskusikan dengan klien cara berhubungan dengan orang lain secara

bertahap

R/ Meningkatkan pengetahuan klien cara yang yg dilakukan dalam

berhubungan dengan orang lain.

4.3Beri reinforcement atas keberhasilan yg dilakukan

R/ Meningkatkan harga diri klien.

TUK 5 : Klien dapat mengungkapkan perasaannya setelah

berhubungan dengan orang lain

Tanda :Klien dapat mengungkapkan perasaannya setelah berhubungan

dengan orang lain

Page 23: Tugas kelompok HALUSINASI

23

Intervensi :

5.1Dorong klien untuk mengungkapkan perasaannya berhubungan dengan

orang lain

R/ Untuk mengetahui perasaan klien setelah berhubungan dengan

orang lain.

5.2Diskusikan dengan klien tentang manfaat berhubungan dengan orang

lain

R/ Mengetahui pengetahuan klien tentang manfaat berhubungan

dengan orang lain

5.3 Berikan reinforcement positif atas kemampuan klien mengungkapkan

perasaan manfaat berhubungan orang lain

R/ Meningkatkan harga diri klien.

TUK 6 : Klien dapat memberdayakan sistem pendukung atau keluarga

Tanda : Keluarga dapat menjelaskan cara merawat klien yang menarik

diri

Intervensi :

6.1Bina hubungan saling percaya dengan keluarga

R/ Agar terbina rasa percaya keluarga kepada perawat.

6.2Diskusikan dengan anggota keluarga perilaku menarik diri, penyebab

perilaku menarik diri dab cara keluarga menghadapi klien

R/ Meningkatkan pengetahuan keluarga tentang menarik diri dan cara

merawatnya.

6.3Anjurkan kepada keluarga secara rutin dan bergantian datang

menjenguk klien (1 x seminggu)

R/ Agar klien merasa diperhatikan.

c. Isolasi sosial: menarik diri berhubungan dengan harga diri rendah

Tujuan umum : Klien dapat berhubungan dengan orang lain tanpa

merasa rendah diri.

Page 24: Tugas kelompok HALUSINASI

24

Tujuan khusus :

TUK 1 : Klien dapat membina hubungan saling percaya

Tanda : Ekspresi wajah bersahabat, klien nampak tenang, mau

berjabat tangan, membalas salam, mau duduk dekat perawat.

Intervensi :

1.1Bina hubungan saling percaya dengan klien dengan menggunakan/

komunikasi terapeutik yaitu sapa klien dengan ramah, baik secara

verbal maupun non verbal, perkenalkan nama perawat, tanyakan nama

lengkap klien dan panggilan yang disukai, jelaskan tujuan pertemuan,

jujur dan menepati janji, bersikap empati dan menerima klien apa

adanya.

R/ Hubungan saling percaya sebagai dasar interaksi perawat dan klien.

1.2 Dorong klien mengungkapkan perasaannya

R/ Mengetahui masalah yang dialami oleh klien.

1.3Dengarkan klien dengan penuh perhatian dan empati.

R/ Agar klien merasa diperhatikan.

TUK 2 : Klien dapat mengidenfikasi kemampuan dan sisi positif yang

dimiliki.

Tanda : Klien dapat menyebutkan cita-cita dan harapan sesuai dengan

kemampuannya.

Intervensi:

2.1Diskusikan dengan klien tentang ideal dirinya : apa harapan klien bila

pulang nanti dan apa yg menjadi cita-citanya.

R/ Untuk mengetahui sampai dimana realitas dari harapan klien.

2.2Bantu klien mengembangkan antara keinginan dengan kemampuan

yang dimilikinya.

R/ Membantu klien membentuk harapan yang realitas.

TUK 3 : Klien dapat menyebutkan keberhasilan yang pernah

dialaminya.

Tanda :

Klien dapat mengevaluasi dirinya.

Page 25: Tugas kelompok HALUSINASI

25

Klien dapat menyebutkan kegagalan yang pernah terjadi pada

dirinya

Intervensi :

3.1Diskusikan dengan klien keberhasilan yg pernah dialaminya

R/ Mengingatkan klien bahwa tidak selamanya dia gagal.

3.2Diskusikan dengan klien kegagalan yang pernah terjadi pada dirinya.

R/ Mengetahui sejauh mana kegagalan yg dialami oleh klien.

3.3Beri reinforcement positif atas kemampuan klien menyebutkan

keberhasilan dan kegagalan yang pernah dialaminya

R/ Meningkatkan harga diri klien.

TUK 4 : Klien dapat membuat rencana yang realistis

Tanda :

Klien dapat menyebutkan tujuan yang ingin dicapai

Klien dapat membuat keputusan dalam mencapai tujuan

Intervensi :

4.1Bantu klien merumuskan tujuan yang ingin di capai

R/ Agar klien tetap realistis dengan kemampuan yang dimilikinya.

4.2Motivasi klien untuk melakukan kegiatan yang telah dipilih

R/ Menghargai keputusan yang dipilih oleh klien.

4.3Berikan pujian atas keberhasilan yang telah dilakukan

R/ Meningkatkan harga diri.

TUK 5 :Klien dapat memanfaatkan sistem pendukung keluarga

Tanda :

Keluarga memberi dukungan dan ujian

Keluarga memahami jadwal kegiatan harian klien

Intervensi :

5.1Beri pendidikan kesehatan pada keluarga tentan cara merawat klien

dengan harga diri rendah.

R/ Untuk meningkatkan pengetahuan keluarga tentang cara merawat

klien dengan harga diri rendah.

5.2Bantu keluarga memberikan dukungan selama klien dirawat

Page 26: Tugas kelompok HALUSINASI

26

R/ Support sistem keluarga akan sangat berpengaruh dalam

mempercepat penyembuhan klien.

5.3Bantu keluarga menyiapkan lingkungan di rumah

R/ Meningkatkan peran serta keluarga dalam merawat klien di rumah.

5.4 Jelaskan cara pelaksanaan jadwal kegiatan klien di rumah.

R/ Untuk meningkatkan pengetahuan keluarga tentang perawatan klien

di rumah.

5.5 Anjurkan memberi pujian pada klien setiap berhasil

R/ Meningkatkan harga diri klien.

d. Defisit perawatan diri berhubungan dengan intoleransi aktifitas

Tujuan umum : Klien dapat meningkatkan motivasi dalam

mempertahankan kebersihan diri.

Tujuan khusus :

TUK 1 : Klien dapat membina hubungan saling percaya

Tanda : Ekspresi wajah bersahabat, klien nampak tenang, mau

berjabat tangan, membalas salam, mau duduk dekat perawat.

Intervensi:

1.1Bina hubungan saling percaya dengan klien dengan menggunakan/

komunikasi terapeutik yaitu sapa klien dengan ramah, baik secara

verbal maupun non verbal, perkenalkan nama perawat, tanyakan nama

lengkap klien dan panggilan yang disukai, jelaskan tujuan pertemuan,

jujur dan menepati janji, bersikap empati dan menerima klien apa

adanya.

R/ Hubungan saling percaya sebagai dasar interaksi perawat dan klien.

1.2Dorong klien mengungkapkan perasaannya

R/ Mengetahui masalah yang dialami oleh klien.

1.3 Dengarkan klien dengan penuh perhatian dan empati.

R/ Agar klien merasa diperhatikan.

TUK 2 : Klien dapat mengenal pentingnya perawatan diri

Tanda :

Page 27: Tugas kelompok HALUSINASI

27

Klien dapat menyebutkan tanda kebersihan diri yaitu badan tidak bau,

rambut rapi, bersih dan tidak bau, gigi bersih dan tidak bau, baju rapi

tidak bau, kuku pendek.

Klien dapat menyebutkan tentang pentingnya dalam perawatan diri,

memberi rasa segar, mencegah penyakit mulut dan memberikan rasa

nyaman.

Klien dapat menjelaskan cara merawat diri yaitu mandi 2 x sehari,

pakai sabun , gosok gigi minimal 2 x sehari , cuci rambut 2- 3 x sehari

dan ganti pakaian 1 x sehari.

Intervensi :

2.1Diskusikan bersama klien pentingnya kebersihan diri dengan cara

menjelaskan pengertian tentang aarti bersih dan tanda-tanda bersih.

R/ Meningkatkan pemahaman klien tentang kebersihan diri.

2.2Dorong klien untuk menyebutkan kembali tanda-tanda kebersihan diri.

R/ Mengetahui pemahaman klien ttg kebersihan diri.

2.3 Berikan pujian atas kemampuan klien menyebutkan kembali tanda-

tanda kebersihan diri

R/ Meningkatkan harga diri klien.

2.4 Beri penjelasan kepada klien tentang pentingnya dalam melakukan

perawatan diri

R/ Meningkatkan pemahaman klien tentang kebersihan diri.

2.5 Dorong klien untuk menyebutkan kembali manfaat dalam melakukan

perawatan diri

R/ Mengetahui pemahaman informasi yang telah diberikan.

2.6 Berikan pujian atas keberhasilan klien menyebutkan kembali manfaat

perawatan diri

R/ Meningkatkan harga diri klien.

TUK 3 : Klien dapat melakukan kebersihan diri secara mandiri maupun

bantuan perawat.

Tanda : Klien berusaha untuk memelihara kebersihan diri

Intervensi :

3.1 Motivasi dan bimbingan klien untuk memelihara kebersihan diri

Page 28: Tugas kelompok HALUSINASI

28

R/ Agar klien melaksanakan kebersihan diri.

3.2 Anjurkan untuk mengganti baju

R/ Memberikan kesegaran.

TUK 4 : Klien dapat mempertahankan kebersihan diri secara mandiri.

Tanda : Klien selalu rapi dan bersih

Intervensi :

4.1 Beri Reinforcement positif jika klien berhasil melakukan kebersihan

diri.

R/ Meningkatkan harga diri sendiri.

TUK 5 :Klien mendapat dukungan keluarga dalam melakukan

kebersihan diri

Tanda : Keluarga selalu mengingat hal-hal yang berhubungan dengan

kebersihan diri.

Intervensi :

5.1 Jelaskan pada keluarga tentang penyebab kurang minatnya klien

menjaga kebersihan diri.

R/ Untuk memberi penjelasan kepada keluarga tentang penyebab

kurangnya kebersihan pada klien.

5.2 Diskusikan bersama keluarga tentang tindakan yang dilakukan klien

selama di RS dalam menjaga kebersihan

R/ Klien dapat mengetahui tentang tindakan perawatan diri yang

mampu dilakukan oleh klien.

6. IMPLEMENTASI KEPERAWATAN

Menurut Keliat (2006), implementasi keperawatan disesuaikan dengan rencana

tindakan keperawatan dengan memperhatikan dan mengutamakan masalah

utama yang aktual dan mengancam integritas klien beserta lingkungannya.

Sebelum melaksanakan tindakan keperawatan yang sudah direncanakan,

perawat perlu memvalidasi apakah rencana tindakan keperawatan masih

dibutuhkan dan sesuai dengan kondisi klien pada saat ini (here and now).

Hubungan saling percaya antara perawat dengan klien merupakan dasar utama

dalam pelaksanaan tindakan keperawatan.

Page 29: Tugas kelompok HALUSINASI

29

7. EVALUASI

Evaluasi menurut Keliat (2006) adalah proses yang berkelanjutan untuk

menilai efek dari tindakan keperawatan kepada klien. Evaluasi dilakukan terus

menerus pada respon klien terhadap tindakan keperawatan yang dilaksanakan.

Evaluasi dapat dibagi menjadi dua jenis yaitu evaluasi proses atau formatif

yang dilakukan tiap selesai melakukan tindakan keperawatan dan evaluasi

hasil atau sumatif yang dilakukan dengan membandingkan respons klien

dengan tujuan yang telah ditentukan. Evaluasi dapat dilakukan dengan

menggunakan pendekatan SOAP dengan penjelasan sebagai berikut:

S : Respon subjektif klien terhadap tindakan keperawatan yang diberikan.

Dapat diukur dengan menanyakan pertanyaan sederhana terkait dengan

tindakan keperawatan seperti “coba bapak sebutkan kembali bagaimana cara

mengontrol atau memutuskan halusinasi yang benar?”.

O : Respon objektif dari klien terhadap tindakan keperawatan yang telah

diberikan. Dapat diukur dengan mengobservasi perilaku klien pada saat

tindakan dilakukan.

A : Analisis ulang atas data subjektif dan objektif untuk menyimpulkan

apakah masalah masih tetap atau muncul masalah baru atau ada data yang

kontradiksi dengan masalah yang ada. Dapat pula membandingkan hasil

dengan tujuan.

P : Perencanaan atau tindak lanjut berdasarkan hasil analisa pada respon klien

yang terdiri dari tindak lanjut klien dan tindak lanjut perawat. Rencana tindak

lanjut dapat berupa:

a. Rencana diteruskan, jika masalah tidak berubah

b. Rencana dimodifikasi jika masalah tetap, semua tindakan sudah dijalankan

tetapi hasil belum memuaskan

c. Rencana dibatalkan jika ditemukan masalah baru dan bertolak belakang

dengan masalah yang ada serta diagnosa lama diberikan

Page 30: Tugas kelompok HALUSINASI

30

Hasil yang diharapkan pada asuhan keperawatan klien dengan halusinasi

adalah:

a. Klien mampu memutuskan halusinasi dengan berbagai cara yang telah

diajarkan

b. Klien mampu mengetahui tentang halusinasinya

c. Meminta bantuan atau partisipasi keluarga

d. Mampu berhubungan dengan orang lain

e. Menggunakan obat dengan benar

f. Keluarga mampu mengidentifikasi gejala halusinasi

g. Keluarga mampu merawat klien di rumah dan mengetahui tentang cara

mengatasi halusinasi serta dapat mendukung kegiatan-kegiatan klien

Page 31: Tugas kelompok HALUSINASI

31

Latihan Role Play

Implementasi ASKEP pasien dengan gangguan jiwa : HALUSINASI :

SP1 pasien :

Membantu pasien mengenal halusinasi, menjelaskan cara mengontrol halusinasi,

mengajarkan pasien mengontrol halusinasi dengan menghardik halusinasi.

1. Orientasi

“Selamat pagi! Saya perawat yang akan merawat anda. Saya suster SS, senang

dipanggil suster S. Nama anda siapa? Senang di panggil apa?”

“ Bagaimana perasaan D hari ini? Apa keluhan D saat ini?”

“Baiklah, bagaimana kalau kita bercakap-cakap tentang suara yang selama ini D

dengar, tetapi tidak tampak wujudnya? Dimana kita duduk? Diruang tamu? Berapa

lama? Bagaimana kalau 30 menit?”

2. Kerja

“Apakah D mendengar suara tanpa ada wujudnya? Apa yang dikatakan suara itu?”

“Apakah terus menerus terdengar atau sewaktu-waktu? Kapan D paling sering

mendengar suara itu? Berapa kali sehari D alami? Pada keadaan apa suara itu

terdengar? Apakah pada waktu sendiri?”

“Apa yang D rasakan pada saat mendengar suara itu? Apa yang D lakukan saat

mendengar suara itu? Apakah dengan cara itu suara-suara itu hilang? Bagaimana kalau

kita belajar cara-cara untuk mencegah suara-suara itu muncul?”

“D, ada empat cara untuk mencegah suara-suara itu muncul. Pertama, dengan

menghardik suara tersebut. Kedua, dengan cara bercakap-cakap dengan orang lain.

Ketiga, melakukan kegiatan yang sudah terjadwal, dan yang keempat minum obat

dengan teratur.”

“Bagaimana kalau kita belajar satu cara dulu, yaitu dengan menghardik. Caranya

adalah saat suara-suara itu muncul, langsung D bilang, pergi saya tidak mau dengar.

Saya tidak mau dengar, kamu suara palsu” begitu diulang-ulang sampai suara itu tidak

terdengar lagi. Coca D peragakan! Nah begitu… bagus! Coba lagi! Ya bagus D sudah

bisa.”

3. Terminasi

Page 32: Tugas kelompok HALUSINASI

32

“Bagaimana perasaan D setelah memeragakan latihan tadi? Kalu suara-suara itu

muncul lagi, silahkan coba cara tersebut! Bagaimana kalu kita buat jadwal latihannya.

Mau jam berapa saja latihannya? (Anda masukkan kegiatan latihan menghardik

halusinasi dalam jadwal kegiatan harian pasien). Bagaimana kalau kita bertemu lagi

untuk belajar dan latihan mengendalikan suara-suara dengan cara yang ke dua? Pukul

berapa D? Bagaimana kalau dua jam lagi? Dimana tempatnya.”

“Baiklah, sampai jumpa”.

SP 2 Pasien :

Melatih pasien mengontrol halusinasi dengan bercakap-cakap bersama orang lain

1. Orientasi

“Selama pagi, D! Bagaimana perasaan D  hari ini?  Apakah suara-suaranya masih

muncul? Apakah sudah dipakai cara yang telah kita latih? Berkurangkah suara-

suaranya? Bagus! Sesuai janji kita tadi, saya akan latih cara kedua untuk mengontrol

halusinasi dengan bercakap-cakap dengan orang lain. Kita akan latihan selama 20

menit. Mau dimana? Disini saja?”

2. Kerja

“Cara kedua untuk mencegah/mengontrol halusinasi adalah dengan bercakap-cakap

dengan orang lain. Jadi kalu D mulai mendengar suara-suara, langsunga saja cari

teman untuk diajak ngobrol. Minta teman untuk ngobrol dengan D. Contohnya begini,

“Tolong, saya mulai dengar suara-suara. Ayo ngobrol dengan saya!” Atau kalau ada

orang dirumah, misalnya kakak D, katakan,”Kak, ayo ngobrol dengan D. D sedang

dengar suara-suara.” Begitu D. Coba D lakukan seperti saya tadi lakukan. Iya, begitu.

Bagus! Coba sekali lagi! Bagus! Nah, latih terus ya D!” Disini,  D dapat mengajak

perawat atau pasien lain untuk bercakap-cakap.

3. Terminasi

“Bagaimana perasaan D setelah latihan ini? Jadi, sudah ada berapa cara yang D

pelajari untuk mencegah suara-suara itu? Bagus, coblah kedua cara ini kalau D

mengalami halusinasi lagi. Bagaiman kalau kita masukkan dalam jadwal kegiaan

harian D. mau jam berapa latihan bercakap-cakap? Nah, nanti kalau secara teratur

sewaktu-waktu suara itu muncul! Besol pagi saya akan kesini lagi. Bagimana kalau

kita latih cara yang ketiga, yaitu melakukan aktifitas terjadwal? Mau jam berapa?

Page 33: Tugas kelompok HALUSINASI

33

Bagaimana kalau jam 10 pagi? Mau dimana? Disini lagi? Sampai besok ya. Selamat

pagi!”

SP 3 Pasien :

Melatih pasien mengontrol halusinasi dengan melaksanakan  aktifitas terjadwal.

1. Orientasi

“Slamat pagi D! bagaimana perasaan D hari ini?”

“Apakah suara-suaranya masih muncul? Apakah sudah dipakai dua cara yang telah

kita latih? Bagaimana hasilnya? Barus !”

“Sesuai janji kita, hari ini kita akan belajar cara yang ketiaga untuk mencegah

halusinasi yaitu melakukan kegiatan terjadwal.”

“Mau dimana kita bicara? Baik, kita duduk diruang tamu. Berapa lama kita bicara?

Bagaimana kalau 30 menit? Baiklah.!

2. Kerja

“Apa saja yang biasa D lakukan? Pagi-pagi apa kegiatannya? Terus jam berikutnya

apa?” (terus dikaji hingga didapatkan kegiatannya sampai malam)”

“ Wah banyak sekali kegiatannya! Mari kita latih dua kegiatan hari ini (latihn kegiatan

tersebut). Bagus sekali jika D bisa lakukan.”

“Kegiatan ini dapat D lakukan untuk mencegah suara tersebut muncul. Kegiatan yang

lain akan kita latih lagi agar dari pagi sampai malam ada kegiatan.”

3. Terminasi

“Bagaimana perasaan D setelah kita bercakap-cakap cara yang ketiga untuk mencegah

suara-suara? Bagus sekali! Mari kita masukkan dalam jadwal kegiatan D. coba

lakukan sesuai jadwal ya!”(perawat dapat melatih aktifitas yang lain pada pertemuan

berikut sampai terpenuhi seluruh aktifitas dari pagi sampai malam).

“Bagaimana kalau menjelang malan siang nanti, kita membahas cara minum obat yang

baik serta guna obat. Mau jam berapa? Bagaimana kalau jam 12? Diruang makan ya!

Sapai jumpa!”

SP 4 Pasien :

Melatih pasien minum obat secara teratur.

1. Orientasi

Page 34: Tugas kelompok HALUSINASI

34

“Selamat siang D! Bagaimana perasaan D siang ini? Apakah suara-suaranya masih

muncul? Apakah sudah digunakan tiga cara yang sudah kita latih? Apakan jadwal

kegiatannya sudah dilaksanakan? Apakah pagi tadi sudah minum obat? Baik. Hari ini

kita akan mendiskusikan tentang obat-obatan yang D minum. Kita akan diskusi selama

20 menit sambil menunggu makan siang. Disini saja ya D.”

2. Kerja

“D, adakah bedanya setelah minum obat secara teratur? Apakah suara-suara berkurang

atau menghilang? Minum obat sangat penting agar suara-suara yang D dengar dan

mengganggu selama ini tidak muncul lagi. Berapa macam obat yang D minum?.

(perawat menyiapkan obat pasien) ini yang warna orange (chlorpromazine, CPZ)

gunanya untuk menghilangkan suara-suara. Obat yang warna putih

(tpyhexilpendil,THP) gunanya agar D merasa rilex dan tidak kaku, sedangkan yang

merah jambu (haloperidol,HIP) berfungsi untuk menenangkan pikiran dan

menghilangkan suara-suara. Semua obat ini diminum 3 kali sehari, tiap pukul 7 pagi, 1

siang, dan 7 malam. Kalau suara-suara sudah hilang obatnya tidak boleh dihentikan.

Nanti konsultasikan dengan dokter, sebab kalau putus obat, D akan kambuh dan sulit

sembuh seperti keadaan semula. Kalau obat habis, D bisa minta ke dokter untuk

mendapatkan obat lagi. D juga harus teliti saat minum obat-obatan ini. Pastikan

obatnya benar, artinya D harus memastikan bahwa itu benar-benar obat punya D.

jangan keliru dengan obat milik orang lain. Baca nama kenasannya. Pastikan obat

diminum pada waktunya, dengan cara yang benar, yaitu diminum sesudah makan da

tepat jamnya. D juga harus memperhatikan berapa jumlah obat sekali minum, dan D

juga harus cukup minum 10 gelas per hari.”

3. Terminasi

“Bagaimana perasaan D setalah kita bercakap-cakap mengenai obat? Sudah berapa

cara yang kita latih untuk mencegah suara-suara,  coba sebutkan! Bagus! (jika jawaban

benar). Mari kita masukkan jadwan  minum obatnya pada jadwal  kegiatan D! jangan

lupa pada waktunya minum obat pada perawat atau pada keluarga kalau dirumah. Nah,

makanan sudah datang!”

“Besok  kita ketemu lagi untuk melihat  manfaat 4 cara mencegah suara yang telah kita

bicarakan. Mau pukul berapa? Bagaiman kalau pikul 10 pagi? Sampai jumpa. Selamat

pagi!”

Page 35: Tugas kelompok HALUSINASI

35

SP 1 keluarga  :

memberikan pendidikan kesehatan tentang pengertian halusinasi, jenis halusinasi yang

dialami pasien, tanda dan gejala halusinasi, dan cara-cara merawat pasien halusinasi.

1. Orientasi

“selamat pagi Bapak/Ibu! Saya SS, perawat yang merawat anak Bapak/Ibu. Bagaimana

perasaan Bapak hari ini? Apa pendapat Bapak tentang anak Bapak/Ibu?”

“Hari ini kita akan berdiskusi tentang apa maslah yang anak Bapak/Ibu alami dan

bantuan apa yang Bapak dapat berikan.”

“Kita mau diskusi di mana? Bagaimana kalau di ruang wawancara? Berapa lama

waktu Bapak?Ibu? bagaimana kalau 30 menit?”

2. Kerja

“Masalah apa yang Bapak alami dalam merawat D? Apa yang Bapak/Ibu lakukan?”

“Ya, gejala yang dialami oleh anak Bapak/Ibu itu disebut halusinasi, yitu mendengan

atau melihat sesuatu yang sebenarnya tidak ada bendanya. Tanda-tandanya bicara dan

tertawa sendiri, atau marah-marah tanpa sebab. Jadi, jika anak Bapak/Ibu mengatakan

mendenganr suara-suara, sebenarnya suara itu tidak ada. Kalau anak Bapak/Ibu

mengatakan melihat bayangan-bayangan, sebenarnya bayangan itu tidak ada. Oleh

karena itu, kita diharapkan dapat membantunya dengan beberapa cara. Terdapat

beberapa cara untuk membantu anak Bapak/Ibu agar bisa mengendalikan halusinasi.

Cara-cara tersebut adalah: pertama, dihadapan anak Bapak/Ibu, jangan membantah

atau mendukung halusinasi. Katakana saja bapak atau ibu percaya bahwa D memang

mendengar suara atau melihat bayangan, tetapi Bapak/Ibu sendiri tidak mendengar

atau melihatnya. Kedua, jangan biarkan anak Bapak/Ibu melamun dan sendiri, karena

kalu melamun halusinasi akan muncul lagi. Upayakan ada orang mau bercakap-cakap

dengannya. Buat kegiatan keluarga seperti makan bersama dan ibadah bersama.

Terkait dengan kegiatan, saya telah melatih anak Bapak/Ibu untuk membbuat jadwal

kegiatan sehari-hari. Tolong Bapak/Ibu pantau  pelaksanaannya dan berikan pujian jika

D berhasil melakukannya! Ketiga, banatu anak Bapak/Ibu minum obat secara teratur.

Jangan menghentikan obat tanpa konsultasi. Terkait dengan obat ini, saya juga sudah

melatih anak Bapak/Ibu untuk minum obat secara teratur. Jadi, Bapak/Ibu dapat

Page 36: Tugas kelompok HALUSINASI

36

mengingatkan kembali. Obatnya ada tiga macam yang berwarna orange namanya CPZ,

gunanya untuk menghilangkan suara-suara atau bayangan. Yang berwarna putih

namanya THP, berfungsi untuk membuat D tenang dan tidak kaku. Yang berwarna

biru namanya HLP gunanya menenangkan pikiran. Semua obat ini harus D minum 3

kali sehari pukul 7 pagi, 1 siang, dan 7 malam. Obat harus selalu diminum untuk

mencegah kkekambuhan. Teakhir, jika ada tanda-tanda halusinasi mulai muncul, putus

halusinasi dengan cara menepuk punggung D. kemudian suruh D menghardik suara

tersebut. D sudah saya ajarkan cara untuk menghardik halusinasi. Sekarang mari kita

latihan memutus halusinasi D. sambil menepuk punggung anak Bapak/Ibu, katakana:

D, sedang apa kamu? Kamu ingatkan apa yang diajarkan perawat jika suara-suara itu

dating? Ya, usir suara itu, D! tutup telanga kamu dan katakana pada suara itu saya

tidak mau dengar! Ucapkan berulang-ulang, D. sekarang coba Bapak/Ibu praktikkan

cara yang baru saya ajarkan. Bagus Pak/Bu!”

3. Terminasi

“Bagaimana perasaan Bapak/Ibu setelah kita berdiskusi dan latihan memutus

halusinasi D?” . “sekarang coba Bapak/Ibu sebutkan kembali empat cara merawat D!”

“Bagus sekali Pak/Bu! Bagaimana kalau dua hari lagi kita bertemu untuk

mempraktikkan cara memutus halusinasi langsung di hadapan D?”

“Jam berapa kita bertemu? Baik, sampai jumpa!”

SP 2 keluarga  :

melatih keluarga praktik merawat pasien langsung dihadapan pasien. Memberi

kesempatan pada keluarga untuk memperagakan cara merawat pasien dengan halusinasi

langsung di hadapan pasien.

1. Orientasi

“Selamat pagi! Bagaimana perasaan Bapak/Ibu pagi ini?”

“Apakah Bapak/Ibu masih ingat bagaimana cara memutus halusinasi anak Bapak/Ibu

yang sedang mengalami halusinasi? Bagus!”

“Sesuai dengan perjanjian kita, selama 30 menit ini kita akan mempraktikkan cara

memutus halusinasi langsung di hadapan anak Bapak/Ibu. Mari kita datangi anak

Bapak/Ibu!”

2. Kerja

Page 37: Tugas kelompok HALUSINASI

37

“Selamat pagi D, Bapak/Ibu D sangat ingin membantu D mengendalikan suara-suara

yang sering D dengar. Untuk itu, pagi ini Bapak/Ibu D dating untuk mempraktikkan

cara untuk memutus suara-suara yang D dengar. D, nanti kalau sedang dengar suara-

suara dan D bicara atau tersenyum-senyum sendiri, Bapak/Ibu akan mengingatkan ya?

Sekarang, coba Bapak/Ibu peragakan cara memutus halusinasi yang sedang D alami

seperti yang sudah kita pelajari sebelumnya. Tepuk punggung D lalu suruh D mengusir

suara dengan menutup telinga dan menghardik suara tersebut. (perawat mengobservasi

apa yang dilakukan keluarga terhadap pasien).

“Bagus sekali! Bagaimana D? senang dibantu Bapak?ibyu? nah, Bapak/Ibu ingin

melihat jadwal harian D. (pasien memeragakan dan perawat mendorong orang tua

memberikan pujian) Baiklah, sekarang saya dan orang tua Dke ruang perawat dulu.

(perawat dan keluarga meninggalkan pasien untuk melakukan terminasi dengan

keluarga).

3. Terminasi

“Bagaimana perasaan Bapak/Ibu setelah mempraktikkan cara memutus halusinasi

langsung dihadapan anak Bapak/Ibu.”

“Diingat-ingat pelajaran kita hari ini ya Pak/Bu. Bapak/Ibu dapat melakukan cara itu

jika anak Bapak/Ibu mengalami halusinasi.”

“Bagaimana kalau kita bertemu dua hari lagi untuk membicarakan tentang jadwal

kegiatan harian D di rumah. Pukul berapa Bapak/Ibu bisa dating? Kita bertemu di

tempat ini lagi ya?sampai jumpa!”

SP 3 keluarga  :

membuat perencanaan pulang bersama keluarga

1. Orientasi

“Selamat pagi Pak/Bu, karena besok D sudah boleh pulang maka sesuai janji kita

sekarang kita ketemu untuk membicarakan jadwal D selama di rumah.”

“Bagaimana Pak/Bu, selama Bapak/Ibu membesuk apakah sudah mempraktikkan cara

merawat D?”

“Nah, sekarang kita bicarakan jadwal D di rumah? Mari kita duduk di ruang perawat.”

“Berapa lama Bapak/Ibu ada waktu? Bagaimana kalau 30 menit?”

2. Kerja

Page 38: Tugas kelompok HALUSINASI

38

“Ini jadwal kegiatan D di rumah sakit. Jadwal ini dapat dilanjutkan di Rumah. Coba

Bapak/Ibu lihat mungkinkah dilakukan di rumah. Siapa yang kira-kira akan

memotivasi dan mengingatkan? Pak/Bu, jadwal yang telah dibuat selama D di rumah

sakit tolong di lanjutkan di rumah, baik jadwal aktivitas maupun minum obatnya.”

“Hal-hal yang harus diperhatikan lebih lanjut adalah prilaku yang ditampilkan oleh

anak Ibu dan Bapak selama di rumah, misalnya kalau D terus mendengar suara-suara

yang mengganggu dan tidak memperlihatkan perbaikan, menolak minum obat atau

memperlihatkan prilaku membahayakan orang lain. Jika hal ini terjadi, segera hubungi

suster B di puskesmasnya: (0651)554xxx. Selanjutnya suste B yang akan membantu

memantau perkembangan D selama di rumah.

3. Terminasi

“Bagaimana Bapak/Ibu? Ada yang ingin ditanyakan?”

“Coba Bapak/Ibu sebutkan cara-cara merawat D di rumah!”

“Bagus! (jika ada yang lupa segera diingatkan oleh perawat). Ini jadwalnya untuk

dibawa pulang. Selanjutnya, silakan Ibu menyelesaikan administrasi yang dibutuhkan.

Kami akan siapkan D untuk pulang.”

Page 39: Tugas kelompok HALUSINASI

39

DAFTAR PUSTAKA

1. Hamid, Achir Yani. (2000). Buku Pedoman Askep Jiwa-1 Keperawatan Jiwa Teori

dan Tindakan Keperawatan. Jakarta: Departemen Kesehatan Republik Indonesia.

2. Hawari, Dadang. (2001). Pendekatan Holistik pada gangguan Jiwa Skizofrenia.

Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.

3. Isaacs, Ann. (2005). Keperawatan Kesehatan Jiwa dan Psikiatri. Edisi 3. Jakarta:

Penerbit Buku Kedokteran EGC.

4. Keliat, Budi Anna. (2006) Proses keperawatan kesehatan jiwa. Jakarta: Penerbit Buku

Kedokteran EGC.

5. Maramis, W. F. (2005). Ilmu Kedokteran Jiwa. Edisi 9. Surabaya: Airlangga

University Press.

6. Townsend, Mary. C. (2000). Psychiatric Mental Health Nursing Concepts Of Care.

Edisi 3. Philadelphia: F. A. Davis Company

7. Stuart dan Laraia. (2001). Principle and Practice Of Psychiatric Nursing. edisi 6. St.

Louis: Mosby Year Book.