tugas kelompok ekonomi makro

22
1 PENGANTAR EKONOMI MAKRO KEBIJAKAN EKONOMI SEKTOR RIIL Oleh: Adita Rizki Andini C1C010101 Yanna Krisna T C1C010102 Rezky Pramurindra C1C010104 Dwi Saptya Rini C1C010105 Kukut Ragil W C1C010106 Nida Laelya F C1C010107 Nur Cahyono C1C010108 Diah Sonanti C1C01010 9 Amanda U. A. C1C010110

Upload: nida-laelya

Post on 26-Jun-2015

185 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: Tugas Kelompok Ekonomi Makro

1

PENGANTAR EKONOMI MAKRO

KEBIJAKAN EKONOMI SEKTOR RIIL

Oleh:

Adita Rizki Andini C1C010101

Yanna Krisna T C1C010102

Rezky Pramurindra C1C010104

Dwi Saptya Rini C1C010105

Kukut Ragil W C1C010106

Nida Laelya F C1C010107

Nur Cahyono C1C010108

Diah Sonanti C1C01010 9

Amanda U. A. C1C010110

KEMENTERIAN PENDIDIKAN NASIONAL

UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN

FAKULTAS EKONOMI

2010

Page 2: Tugas Kelompok Ekonomi Makro

1

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, atas segala rahmat dan karuniaNya

sehingga kami dapat menyelesaikan makalah Pengantar Ekonomi Makro dengan tema

“Kebijakan Ekonomi Sektor Riil” dengan baik.

Makalah ini dibuat untuk memenuhi tugas Pengantar Ekonomi makro dan untuk

memperdalam materi Kebijakan Ekonomi Sektor Riil.

Kami menyadari bahwa masih terdapat banyak kekurangan dari materi ini, baik dari

materi maupun teknik penyajiannya. Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun sangat

kami harapkan.

Page 3: Tugas Kelompok Ekonomi Makro

1

BAB I

PENDAHULUAN

Secara umum kebijakan makroekonomi didefinisikan sebagai kebijakan yang diambil

oleh pemerintah untuk mengatasi berbagai masalah makroeperekonomian, seperti pengangguran,

inflasi, pertumbuhan ekonomi yang lamban, defisit neraca pembayaran,dan lain

sebagainya.Secara garis besar kebijakan makroekonomi dapat dibedakan kedalam empat macam

kebijakan, yaitu :

1. Kebijakan Fiskal

Kebijakan Fiskal adalah kebijakan yang dilakukan pemerintah melalui manipulasi

instrument fiscal seperti pengeluaran pemerintah dan atau pajak yang ditujukan untuk

mempengaruhi tingkat permintaan agregat didalam perekonomian.

2. Kebijakan Moneter

Kebijakan Moneter adalah kebijakan yang dilakukan pemerintah atau otoritas

moneter dengan menggunakan peubah jumlah uang beredar dan tingkat bunga untuk

mempengaruhi tingkat permintaan agregat dan mengurangi ketidakstabilan dalam

perekonomian

3. Kebijakan Pendapatan

Kebujakan pendapatan atau disebut kebujakan harga dan upah adalah kebijakan yang

dilakukan pemerintah untuk mengendalikan tingkat kenaikan harga – harga, upah

nominal, dan bentuk – bentuk pendapatan lainnya.

4. Kebijakan Ekonomi Internasional

Kebijakan ekonomi internasional adalah kebijakan yang ditujukan untuk

mempengaruhi posisi keuangan dan moneter dari suatu Negara.

Selain itu dalam sumber lain, dikatakan bahwa kebijakan sektor riil termasuk dalam

salah satu kebijakan makroekonomi. Kebijakan sektor riil mengacu pada sektor yang

memproduksi barang dan jasa melalui pemanfaatan bahan baku dan faktor – faktor produksi

lainnya, seperti tenaga kerja, tanah, modal, atau peralatan produksi lainnya. Sektor riil terkait

dengan berbagai hal dalam perekonomian yang bukan dalam kategori sektor moneter .

Page 4: Tugas Kelompok Ekonomi Makro

1

Kebijakan di suatu sektor bertujuan untuk meningkatkan kinerja dari sektor tersebut.

Namun demikian, karena di dalam suatu ekonomi, sektor-sektor ekonomi saling terkait satu

dengan lainnya, langsung dan tidak langsung (misalnya kemampuan Indonesia dalam menarik

investasi dari luar sangat dipengaruhi oleh pembangunan sektor industri di dalam negeri), maka

efektivitas dari suatu kebijakan terhadap kinerja dari sektor bersangkutan sangat ditentukan oleh

(selain faktor-faktor lain) kebijakan-kebijakan lain di sektor-sektor lainnya.

Page 5: Tugas Kelompok Ekonomi Makro

1

BAB II

PEMBAHASAN

Kebijakan sektor riil adalah kebijakan sektor ekonomi yang melakukan kegiatan ekonomi yang

nyata. Di sana,terjadi produksi barang dan jasa, pasarnya jelas, ada pembeli dan penjual yang

berakad, serta melibatkan banyak tenaga kerja. Sebaliknya, pasar saham, pasar modal, barang

yang dijualnya tidak nyata dan tidak jelas. Sektor riil terkait berbagai hal dalam perekonomian

yang bukan dalam kategori sektor moneter.

A. Pengaruh Krisis Keuangan Global Terhadap Sektor Riil

Krisis keuangan global yang melanda dunia sejak 2008 lalu telah memberikan dampak

yang signifikan di berbagai sektor perekonomian, misalnya telah mengganggu stabilitas sektor

keuangan dan sektor riil, bahkan terhadap pembangunan daerah. Hal ini sebenarnya merupakan

rentetan dampak dari krisis keuangan, dimana krisis keuangan memberikan efek terhadap sektor

riil, selanjutnya terganggunya perkembangan sektor riil mempengaruhi keberlangsungan

pembangunan daerah.

Terjadinya depresiasi nilai Rupiah terhadap Dollar Amerika merupakan imbas krisis global di

sektor keuangan. Kejadian ini sangat berdampak pada sektor riil, yakni pada sektor

pembangunan infrastruktur, sektor perumahan dan pemukiman, sektor pertanian, sektor

kehutanan, dan sektor perdagangan dan industri.

Pertama pada pembangunan infrastruktur. Berkurangnya anggaran pemerintah akibat krisis

keuangan global mengakibatkan semakin tidak terpenuhinya kebutuhan  pemeliharaan dan

rehabilitasi infrastruktur, khususnya infrastruktur transportasi. Terdepresiasinya nilai Rupiah dan

tingginya tingkat inflasi menyebabkan terjadinya kenaikan biaya transportasi. Hal ini diperparah

dengan sempat melonjaknya harga minyak dunia yang mendorong meningkatnya harga/subsidi

bahan bakar kendaraan bermotor. Kenaikan harga bahan bakar tersebut menambah beban biaya

transportasi. Dengan demikian terjadilah penurunan tingkat kinerja infrastruktur transportasi

Page 6: Tugas Kelompok Ekonomi Makro

1

dalam mendukung kegiatan ekonomi, antara lain penurunan tingkat keselamatan, kelancaran

distribusi, dan terhambatnya hubungan dari satu daerah ke daerah lain.

Penurunan kinerja infrastruktur ini berimplikasi pada terhambatnya distribusi barang dan jasa

yang menyebabkan kenaikan biaya angkut, sehingga biaya produksi meningkat. Akibatnya

terjadilah kesenjangan harga yang tajam untuk produk yang sama di daerah yang berbeda. Ini

akan menyebabkan pula kesenjangan daya beli antar daerah. Hambatan transportasi juga

menyebabkan menurunnya mobilitas tenaga kerja sehingga meningkatkan konsentrasi keahlian

dan keterampilan pada beberapa lokasi wilayah tertentu saja.

Sebagaimana diketahui bersama bahwa pembangunan infrastruktur ini membutuhkan biaya yang

sangat besar. Bahkan menurut road map pembiayaan infrastruktur untuk 2005-2009 mencapai

Rp 1.400 Triliun (Kementrian BUMN 2005). Dengan demikian dana sebesar itu tak dapat hanya

mengandalkan pembiayaan dalam negeri, sehingga diperlukan investor atau donatur dari

beberapa lembaga asing. Untuk menarik investor asing, Indonesia perlu menjaga stabilitas

ekonomi dan politik di dalam negeri. Meskipun stabilitas ekonomi dan politik bisa kita capai,

investor asing tidak otomatis tertarik karena krisis keuangan global telah membuat

kepercayaannya menurun dalam berinvestasi.

Kedua, pada sektor perumahan dan pemukiman. Krisis keuangan global yang melanda, telah

memberikan dampak yang serius pada sektor perumahan dan pemukiman. Pengurangan

likuiditas akibat krisis keuangan global mendorong terjadinya keterbatasan anggaran pemerintah

untuk sektor perumahan. Kondisinya diperparah lagi oleh kepanikan bank sehingga mereka

menaikkan suku bunga kredit perumahan. Padahal dengan pertumbuhan penduduk Indonesia

yang sebesar 1,9 persen per tahun, maka kebutuhan terhadap perumahan akan terus meningkat.

Untuk menghadapi situasi tersebut, Bank Indonesia mengambil kebijakan menurunkan BI rate.

Namun kebijakan BI dimaksud terkesan sangat lamban direspon oleh dunia perbankan dalam

menurunkan suku bunga KPR. Disamping itu, pihak Perbankan sangat selektif dalam

mengucurkan dana kreditnya. Memang sebagian bank sudah mulai menurunkan suku bunga

kredit rata-rata antara 0,5 sampai 1 persen. Namun, penurunan suku bunga kredit sebesar itu

tidak banyak berarti bagi konsumen maupun pengembang karena persoalan utama dunia

perbankan belum teratasi secara tuntas, yakni keterbatasan likuiditas.

Page 7: Tugas Kelompok Ekonomi Makro

1

Ketiga, pada sektor pertanian. Dampak krisis keuangan global terhadap sektor pertanian relatif

kecil. Hal ini dikarenakan sektor pertanian memiliki skema pembiayaan tersendiri dan tidak ada

di pasar saham. Namun dampak krisis sangat berpengaruh pada market demand di sektor ini,

yang terlihat dari penurunan permintaan terhadap komoditas pertanian secara umum karena daya

beli konsumen yang sedang turun. Hal ini berdampak pada volume perdagangan pangan yang

menurun secara signifikan di tingkat global.  Data perdagangan Indonesia menunjukkan telah

terjadi penurunan ekspor untuk sektor pertanian sebesar 8,24 persen pada Januari 2009

dibandingkan Januari 2008.

Untuk subsektor pertanian yakni perikanan dan kelautan, krisis keuangan global juga

mengakibatkan menurunnya permintaan akan hasil perikanan dan kelautan sehingga harganya

menjadi tertekan, selanjutnya mengancam terjadinya gagal bayar karena persoalan finansial pada

perusahaan skala besar. Selain itu, negara-negara besar importir perikanan mengkhawatirkan

kemungkinan terjadinya penggunaan teknik budidaya perikanan yang tidak ramah lingkungan

karena nelayan mencoba mengurangi biaya produksi.

Keempat, pada sektor kehutanan. Imbas krisis keuangan global terhadap sektor kehutanan tak

jauh berbeda dengan sektor pertanian. Asumsi pertumbuhan ekspor yang hanya satu persen atau

bahkan negatif akan sangat memukul sektor kehutanan dengan alasan episentrum krisis

keuangan global juga melanda negara-negara yang selama ini menjadi pasar komoditas

kehutanan Indonesia, yaitu Amerika Serikat, Eropa dan Jepang. Selain itu, sektor kehutanan

tidak terlalu memperoleh perhatian untuk mendapatkan stimulus fiskal karena Pemerintah pusat

dan daerah lebih memprioritaskan sektor yang lain.

Keterbatasan likuiditas yang terjadi akibat krisis keuangan global mendorong pengusaha hutan

untuk membuat skala prioritas dalam pengelolaan aset kehutanannya. Penetapan prioritas ini

akan mengorbankan beberapa pos anggaran yang dianggap tidak langsung terkait dengan

kelangsungan kegiatan operasional seperti biaya dalam pelestarian lingkungan dan sosial

kemasyarakatan. Hal inilah yang justru akan membahayakan keberlangsungan sektor kehutanan

di masa yang akan datang.

Page 8: Tugas Kelompok Ekonomi Makro

1

Kelima, dalam bidang perdagangan dan industri. Krisis keuangan global berdampak pada

kesulitan mendapatkan bahan baku industri yang sebagian besar berasal dari luar negeri. Selain

itu, krisis juga menggerus daya beli yang selanjutnya menurunkan permintaan masyarakat

terhadap barang dan jasa. Dengan demikian perusahan akan menurunkan volume produksinya

sehingga mendorong terjadinya PHK yang berakibat meningkatnya pengangguran. Krisis

keuangan global telah menurunkan volume ekspor impor Indonesia. Ekspor Indonesia menurun

akibat lemahnya permintaan dari negara-negara importir utama seperti Amerika Serikat, Cina,

dan lain-lain. Krisis keuangan global juga telah meningkatkan persaingan antar produk ekspor di

pasar dunia. Di sisi impor Indonesia, terdapat ancaman serbuan produk impor dari negara lain

akibat dari menurunnya permintaan produk di beberapa pasar utama ekspor dunia, yang

kemudian mereka mengalihkannya ke pasar Indonesia. Hal tersebut memberikan efek defisit

terhadap neraca perdagangan Indonesia dimana nilai impor lebih besar dari ekspor.

B. Masalah yang dihadapi dalam sektor riil

a. Keterbatasan Modal

b. Untuk memulai bisnis di Indonesia masih kompleks dan tidak kompetitif

c. Aturan Ketenagakerjaan yang belum kondusif

d. Biaya Operasional tinggi

e. Biaya Produksi Manufaktur yang tinggi

f. Birokrasi dan Kepastian hukum yang tidak kondusif

g. Ketersediaan infrastruktur yang terbatas

h. Ketersediaan sumber daya manusia yang terbatas

C. Kebijakan Penguatan Sektor Riil

Berbagai dampak tersebut haruslah disikapi oleh pemerintah dengan membuat kebijakan-

kebijakan sektor rill agar sektor riil sebagai tumpuan pertumbuhan ekonomi Indonesia tetap

dapat berkembang dengan baik. Adapun kebijakan-kebijakan yang dapat dilaksanakan antara

lain sebagai berikut:

Pertama, kebijakan dalam sektor infrastruktur adalah dengan mengalokasikan dana stimulus

fiskal untuk belanja infrastruktur. Dana tersebut diprioritaskan untuk proyek-proyek infrastruktur

Page 9: Tugas Kelompok Ekonomi Makro

1

yang bersifat padat karya diberbagai bidang, antara lain dalam bidang pekerjaan umum, bidang

perhubungan, bidang energi, dan bidang perumahan rakyat.

Di sektor transportasi, instansi terkait telah melaksanakan beberapa kebijakan, antara lain:

1. pengembangan transportasi berdasarkan sistem transportasi nasional dan penyiapan

prakarsa pembuatan Rancangan Undang-Undang (RUU) Sistem Transportasi Nasional;

2. memprioritaskan pengembangan angkutan masal di perkotaan;

3. menyelesaikan pembangunan prasarana transportasi agar dapat dimanfaatkan;

4. memprioritaskan pemeliharaan dan rehabilitasi prasarana transportasi; dan

5. pengembangan pelayaran keperintisan dan kelas ekonomi.

Kedua,  pada sektor perumahan dan pemukiman. Di sektor perumahan, perlu diambil langkah-

langkah dari sektor pasokan berupa penyediaan perumahan dan dari sisi permintaan yakni dari

konsumen atau pembeli rumah. Dari sisi pasokan berupa:

1. mendorong pemanfaatan tanah untuk pembuatan rumah susun milik (Rusunami);

2. kemudahan/penyederhanaan perizinan untuk pembangunan Rusunami;

3. mendorong penempatan dana Taperum-PNS; dan

4. memberdayakan masyarakat melalui penciptaan lapangan kerja dan industri/perdagangan

bahan bangunan lokal terkait program KPR/KPRS Mikro Bersubsidi sejalan dengan

PNPM. Sementara dari sisi permintaan adalah dengan:

a. Memberlakukan fixed-rate untuk kredit perumahan; dan

b. Memperluas akses kredit dan pilihan skim subsidi.

Page 10: Tugas Kelompok Ekonomi Makro

1

Di sektor pemukiman, krisis keuangan global telah mengakibatkan terjadinya penurunan alokasi

anggaran untuk penyediaan pelayanan air minum, pengelolaan air limbah, persampahan dan

drainase. Dengan demikian kebijakan dalam mencegah dampak krisis keuangan global adalah:

1. pelaksanaan advokasi dan sosialisasi kepada pemerintah daerah dan legislatif guna

meningkatkan prioritas pembangunan air minum, pengelolaan air limbah, persampahan,

dan drainase;

2. menciptakan skema insentif berbasis kinerja untuk pemda dalam meningkatkan investasi

air minum;

3. peningkatan efektivitas dan akuntabilitas anggaran pemerintah untuk penyediaan air

minum, pengelolaan air limbah, persampahan , dan drainase;

4. peningkatan kerjasama dengan pihak swasta, melalui skema PPP (public-private-

partnership)

Ketiga, pada sektor pertanian. Kebijakan yang ditempuh adalah:

1. meningkatkan kelembagaan pertanian, khususnya permodalan dan penelitian;

2. memberikan perlindungan kepada petani dalam konteks ketahanan pangan, tingkat

penghidupan masyarakat desa dan kesejahteraan masyarakat.

Terkait komoditas pangan, langkah yang perlu ditempuh adalah dengan memantapkan ketahanan

pangan nasional yang mengusahakan bertumpu pada produksi dalam negeri, menjamin

kelancaran manajemen distribusi pangan pokok, stabilitas harga pangan nasional, dan

melaksanakan diversifikasi pangan.

Untuk subsektor perikanan perlu langkah-langkah riil berupa:

1. pembinaan dan pengembangan sistem usaha perikanan melalui pengembangan kemitraan;

2. subsidi benih ikan dan pakan ikan;

Page 11: Tugas Kelompok Ekonomi Makro

1

3. memperkuat kebijakan dan peraturan dalam pemasaran produk;

4. Penguatan akses permodalan nelayan; dan

5. meningkatkan industri pengolahan ikan.

Keempat, pada bidang kehutanan. Beberapa kebijakan yang telah dan tengah dilakukan antara

lain:

1. menata ulang arah reformasi sektor perkayuan;

2. membatasi permintaan kayu bulat;

3. memperlambat laju konversi hutan;

4. menggeser agenda ke arah keadilan. Sementara itu, kebijakan dalam menangani

permasalahan lingkungan hidup yakni:

a. meningkatkan kapasitas dan koordinasi lembaga pengelolaan lingkungan;

b. meningkatkan upaya harmonisasi pengembangan hukum lingkungan dan penegakan

hukum secara konsisten;

c. meningkatkan upaya pengendalian dampak lingkungan;

d. meningkatkan konservasi SDA dan penataan lingkungan melalui pendekatan penataan

ruang;

e. membangun kesadaran masyarakat agar peduli pada isu lingkungan hidup dan berperan

sebagai kontrol sosial dalam memantau kualitas lingkungan hidup, dan

f. meningkatkan peranserta masyarakat dalam pengelolaan SDA dengan memberikan akses

dan kontrol pengelolaan SDA di tingkat lokal.

Kelima, dalam bidang perdagangan dan industri. Upaya yang dilakukan dalam sektor

perdagangan adalah:

Page 12: Tugas Kelompok Ekonomi Makro

1

1. mengupayakan peningkatan pencegahan dan penangkalan penyelundupan barang-barang

dari luar negeri,

2. memperkuat pasar dalam negeri dan promosi penggunaan produk dalam negeri, dan

3. mendorong ekspor hasil industri padat karya.

Keseluruhan dari kebijakan untuk kelima sektor tersebut haruslah diikuti peran aktif dari

berbagai instansi terkait serta masyarakat sehingga kebijakan tersebut dapat memberikan efek

positif dalam mempertahankan atau bahkan meningkatkan pertumbuhan sektor riil.

Dapat diambil contoh berdasarkan perkiraan banyak kalangan, Di Indonesia tingkat

pengangguran dan kemiskinan masih tinggi, sedangkan pertumbuhan penduduk Indonesia juga

akan terus meningkat. Untuk itu, pertumbuhan penduduk tersebut tentunya harus diikuti pula

dengan penyediaan lapangan kerja yang cukup memadai. Salah satu alternatif solusi untuk

penurunan tingkat pengangguran adalah tidak henti-hentinya melakukan kebijakan sektor riil

dengan melakukan pemberdayaan aktivitas produksi di sektor riil. Membangun sistem

perekonomian prorakyat tidak bisa tidak, memang harus distimulasi dengan kinerja sektor rill

yang juga maju. Masalah lain yang akan muncul adalah di kelompok sektor rill, khususnya di

sektor pertanian (pangan/perkebunan/kehutanan) dan industri manufaktur. Di sektor pangan,

seperti menyusutnya lahan-lahan pertanian dan kerusakan pada hutan-hutan tropis, pada akhirnya

akan menjadikan Indonesia sebagai importir pangan. Demikian pula di sektor industri

manufaktur, Indonesia tampak mengalami persaingan yang sangat kuat di pasar global, akibat

munculnya proses industrialisasi di Cina, India, Malaysia, dan Thailand. Hal itu membuat

produk-produk manufaktur Indonesia sulit bersaing di tingkat global, bahkan regional sekalipun.

Kita lihat setiap hari membanjirnya produk-produk luar ke Indonesia.

Keadaan itu tentunya akan menghambat pemberdayaan sektor riil dalam negeri, sehingga pada

akhirnya menjadi faktor penghambat pada penurunan tingkat pengangguran dan tingkat

kemiskinan rakyat Indonesia. Pasal 33 UUD 45 menegaskan bahwa "Perekonomian disusun

sebagai usaha bersama atas azas kekeluargaan, cabang-cabang produksi yang penting bagi

negara dan yang menguasai hajat hidup orang banyak dikuasai negara. Demikian pula bumi,

air dan kekayaan alam yang terkandung di dalamnya, digunakan untuk sebesar-besarnya

Page 13: Tugas Kelompok Ekonomi Makro

1

kemakmuran rakyat." Sudah saatnya bagi Indonesia untuk mengelola kekayaan alamnya dan

segala sumber daya yang dimilikinya untuk dikelola secara mandiri oleh negara dengan daulat

rakyat, untuk kepentingan dan kesejahteraan rakyat.

BAB III

PENUTUP

Kesimpulan

Tugas berat pemerintah saat ini dan ke depan adalah bagaimana menjadikan Indonesia

sebagai negeri yang mandiri, menjadi negara produsen bukan importir dan konsumen, karena

kita sebenarnya memiliki modal dasar yang memadai. Pertama, tenaga kerja yang cukup

tersedia karena penduduk Indonesia yang banyak. Kedua, bahan baku dan kekayaan alam

yang potensial, seperti hasil laut, perkebunan teh, kopi, kelapa sawit, yang merupakan sumber

bahan baku untuk diolah menjadi produk yang potensial. Ketiga, pasar domestik yang luas,

karena wilayah Indonesia cukup luas. Hal lain yang tidak kalah penting adalah memelihara dan

meningkatkan daya beli rakyat di kota dan perdesaan, serta merevitalisasi BUMN dengan tidak

terburu-buru melakukan privatisasi kita tidak ingin kasus-kasus penjualan perusahaan milik

negara, yang merupakan usaha-usaha strategis Indonesia, ke pihak asing terulang kembali.

Adapun cara yang dapat dilakukan dengan melakukan kebijakan sektor riil agar sektor riil

sebagai tumpuan pertu,buhan ekonomi Indonesia dapat berkembang dengan baik.Adapun

kebijakan-kebijakannya sebagai berikut :

1. Kebijakan dalam sektor infrastruktur adalah dengan mengalokasikan dana stimulus fiskal

untuk belanja infrastruktur. Dana tersebut diprioritaskan untuk proyek-proyek

infrastruktur yang bersifat padat karya diberbagai bidang, antara lain dalam bidang

pekerjaan umum, bidang perhubungan, bidang energi, dan bidang perumahan rakyat.

2. Pada sektor perumahan dan pemukiman. Di sektor perumahan, perlu diambil langkah-

langkah dari sektor pasokan berupa penyediaan perumahan dan dari sisi permintaan yakni

dari konsumen atau pembeli rumah.

3. Pada sektor pertanian. Kebijakan yang ditempuh adalah:

a. meningkatkan kelembagaan pertanian, khususnya permodalan dan penelitian;

Page 14: Tugas Kelompok Ekonomi Makro

1

b. memberikan perlindungan kepada petani dalam konteks ketahanan pangan,

tingkat penghidupan masyarakat desa dan kesejahteraan masyarakat.

4. pada bidang kehutanan. Beberapa kebijakan yang telah dan tengah dilakukan antara lain:

a. menata ulang arah reformasi sektor perkayuan;

b. membatasi permintaan kayu bulat;

c. memperlambat laju konversi hutan;

d. menggeser agenda ke arah keadilan. Sementara itu, kebijakan dalam menangani

permasalahan lingkungan hidup

5. dalam bidang perdagangan dan industri. Upaya yang dilakukan dalam sektor

perdagangan adalah:

a. mengupayakan peningkatan pencegahan dan penangkalan penyelundupan barang-barang

dari luar negeri,

b. memperkuat pasar dalam negeri dan promosi penggunaan produk dalam negeri, dan

c. mendorong ekspor hasil industri padat karya.

Keseluruhan dari kebijakan untuk kelima sektor tersebut haruslah diikuti peran aktif dari

berbagai instansi terkait serta masyarakat sehingga kebijakan tersebut dapat memberikan efek

positif dalam mempertahankan atau bahkan meningkatkan pertumbuhan sektor riil.

Page 15: Tugas Kelompok Ekonomi Makro

1

DAFTAR PUSTAKA

www.google.com diunduh pada 24 November 2010

www.wikipedia.com diunduh pada 24 November 2010

www.setneg.go.id diunduh pada 24 November 2010