tugas kelompok anatomi faal

11
Tugas Kelompok Anatomi Faal GIGI PALSU LONGGAR DISUSUN OLEH : NIDYA PRETTYSIA SEMBIRING, drg Trisna Zhang, drg PROGRAM PPDGS PROSTODONSIA

Upload: nidya-patricia-sembiring

Post on 10-Aug-2015

136 views

Category:

Documents


11 download

TRANSCRIPT

Tugas Kelompok Anatomi Faal

GIGI PALSU LONGGAR

DISUSUN OLEH :

NIDYA PRETTYSIA SEMBIRING, drgTrisna Zhang, drg

PROGRAM PPDGS PROSTODONSIAFAKULTAS KEDOKTERAN GIGI

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA2012

PEMICU II – GIGI PALSU LONGGAR

ANAMNESIS

Pasien wanita ( 60 tahun) datang ke praktek dokter gigi minta dibuatkan gigi palsu penuh rahang atas dan rahang bawah.

Setelah di pasangkan protesa rahang atas dan rahang bawah , ada keluhan terganggu dalam pengucapan kata – kata dan merasa mau muntah.

PEMERIKSAAN KLINIS

Pemeriksaan ekstra oral : Rahang bawah progeniPemeriksaan intra oral :

Tuber maksillaris besar Atrofi tulang alveolar rahang bawah ( datar )

STEP I

ISTILAH KEDOKTERAN GIGI

Istilah kedokteran gigi yang ditemukan dalam pemicu antara lain :

1.Tuber maksillaris

2. Atrofi tulang alveolar

Perubahan ukuran tulang alveolar dari normal menjadi lebih kecil, karena adanya resorbsi yang berlebihan dari tulang alveolar. Resorbsi berlebihan pada puncak tulang alveolar mengakibatkan bentuk linggir yang datar akibat hilangnya lapisan kortikalis tulang. Faktor resiko utama terjadinya resorbsi ini adalah tingkat kehilangan tulang sebelumnya, gaya oklusal berlebihan selama pengunyahan dan bruxism

3. Gangguan TMJ

TMJ adalah sendi yang kompleks terdiri dari kondilus, diskus, dan fossa glenoidalis.Bila terjadi gangguan di daerah ini akan menimbulkan banyak simptom, seperti nyeri sendi,kliking, krepitasi, nyeri otot: pengunyahan, leher, dan bahu, nyeri kepala yang kronis, danterbatasnya gerak rahang bawah

Gangguan TMJ adalah istilah untuk menggambarkan sejumlah gaya yang melibatkan sendi temporo mandibular, otot-otot pengunyahan, dan oklusi yang menyebabkan rasa nyeri, gerakan terbatas, nyeri otot, nyeri sendi, dan suara intermiten.

4. Gangguan pengucapan akibat pemakaian protesa

STEP II

PERTANYAAN DALAM PEMICU

1. Jelaskan faktor-faktor yang menyebabkan tuber maksilaris menjadi besar2. Jelaskan faktor-faktor yang menyebabkan atrofi tulang alveolar rahang bawah beserta

arah atrofi tulang alveolar pada kasus di atas3. Jelaskan beberapa faktor yang menyebabkan pasien terganggu dalam mengucapkan kata-

kata akibat pemakaian protesa penuh akrilik pada kasus di atas4. Jelaskan mengapa pasien tersebut mengalami progeni mandibula, bagaimana

hubungannya dengan TMJ?5. Jelaskan faktor-faktor yang mengganggu perlekatan protesa pada kasus di atas6. Jelaskan force mastikasi pada kasus di atas

STEP IIIPENJELASAN MASALAH

I.

II. A. Faktor – faktor yang menyebabkan atrofi tulang alveolar rahang bawah.

1. Kehilangan gigi yang berlangsung dalam waktu lama.

Resorbsi tulang alveolar sering ditemukan pada pasien yang sudah lama kehilangan gigi sehingga mengakibatkan linggir alveolar menjadi datar atau jaringan lunak sekitarnya yang flabby. Resorbsi tulang alveolar merupakan masalah yang sering terjadi pada rahang tanpa gigi, baik pada rahang bawah maupun rahang atas. Resorbsi tulang alveolar dapat terjadi secara fisiologik dan patologik. Diduga lamanya tekanan yang terjadi pada permukaan tulang akan berpengaruh pula pada respon yang akan timbul di jaringan tulang yang bersangkutan.Tulang akan mengalami resorbsi dimana atropi selalu berlebihan. Resorbsi yang berlebihan dari tulang alveolar mandibula menyebabkan foramen mentale mendekati puncak linggir alveolar. Puncak tulang alveolar yang mengalami resorbsi berbentuk konkaf atau datar dengan akhir seperti ujung pisau. Resorbsi berlebihan pada puncak tulang alveolar mengakibatkan bentuk linggir yang datar akibat hilangnya lapisan kortikalis tulang. Resorbsi linggir yang berlebihan dan berkelanjutan merupakan masalah karena menyebabkan fungsi gigi tiruan lengkap kurang baik dan terjadinya ketidakseimbangan oklusi.

2. Faktor sistemik hormon dan peradangan lokal

Penurunan kualitas tulang, dapat terjadi karena adanya penurunan produksi hormon estrogen, yang biasanya terjadi pada usia lanjut.Tingkat atrofi sangat bervariasi antara individu yang berbeda,bahkan pada orang yang sama pada waktu yang berbeda atau di daerah yang berbeda di dalam rahang. Naman terjadinya atrofi, paling tinggi selama tahun pertama setelah kehilangan gigi dan proses ini dapat berlangsung seumur hidup.

3. Kondisi anatomis rahang

Resorbsi residual alveolar ridge sudah banyak dikemukakan dalam teori-teori dan hasil penelitian. Resorbsi pada rahang bawah besarnya 4 kali rahang atas. Menurut Atwood, kecepatan resorbsi tulang alveolar bervariasi antar individu. Resorbsi paling besar terjadi pada enam bulan pertama sesudah pencabutan gigi anterior atas dan bawah. Pada rahang atas, sesudah 3 tahun, resorbsi sangat kecil dibandingkan rahang bawah.

4. Faktor usia dan jenis kelamin

Masa tulang maksimum pada paruh umur manusia, dan lebih banyak pada pria. Seiring dengan penuaan, kualitas tulang di semua bagian kerangka manusia, termasuk rahang akan menurun. Penurunan kualitas tulang terjadi karena pada usia lanjut, osteoblast menjadi kurang efisien, penurunan produksi estrogen dan absorbs kalsium dari usus berkurang. Pada usia lanjut, biasanya resorbsi tulang melampaui formasi tulang. Rahang baik pada pria maupun wanita menjadi lebih berporus, lebih karena perubahan metabolik daripada perubahan fungsional.

5. Kebiasaan pengunyahan

Kebiasaan pengunyahan dapat menjadi faktor resiko utama terjadinya resorbsi, setelah terjadi kehilangan gigi. Gaya oklusal yang berlebihan selama pengunyahan dan adanya kebiasaan bruxism dapat menjadi faktor penyebab terjadinya atrofi.

B. Arah Atrofi Tulang Alveolar

Kebanyakan proses penuaan disertai dengan perubahan-perubahan osteoporosis pada tulangnya. Penelitian pada inklinasi aksial gigi pada tengkorak manusia yang kemudian diikuti oleh hilangnya gigi, merupakan salah satu pertimbangan dari awal berkurangnya tinggi tulang alveolar (Boucher, 1982).

Umumnya gigi-gigi rahang atas arahnya ke bawah dan keluar, maka pengurangan tulangnya pada umumnya juga terjadi ke arah atas dan dalam. Karena itu lempeng kortikalis tulang bagian luar lebih tipis daripada bagian dalam. Resorbsi bagian luar lempeng kortikalis tulang berjalan lebih banyak dan lebih cepat. Dengan demikian, lengkung maksila akan berkurang menjadi lebih kecil dalam seluruh dimensi dan juga permukaan landasan gigi menjadi berkurang.

Pada rahang bawah, inklinasi gigi anterior umumnya ke atas dan ke depan dari bidang oklusal, sedangkan gigi-gigi posterior lebih vertikal atau sedikit miring ke arah lingual. Permukaan luar lempeng kortikalis tulang lebih tebal dari permukaan lingual, kecuali pada daerah molar, juga tepi bawah mandibula merupakan lapisan kortikalis yang paling tebal. Sehingga arah tanggul gigitan pada mandibula terlihat lebih ke lingual dan ke bawah pada daerah anterior dan ke bukal pada daerah posterior. Resorbsi pada tulang alveolar mandibula terjadi ke arah bawah danbelakang, kemudian ke depan. Terjadi perubahan-perubahan pada otot sekitar mulut, hubungan jarak antara mandibula dan maksila serta perubahan ruangan dari posisi mandibula dan maksila.

Arah atrofi tulang alveolar pada kasus pemicu diatas adalah kea rah bawah dan belakang ( bukal ), kemudian ke depan, sehingga menyebabkan rahang bawah menjadi lebih besar.

Gambar 1. Pasien dengan mandibula yang sangat atrofi.

III.

IV. A. Penyebab terjadinya progeni mandibula dan bagaimana hubungannya dengan TMJ

Progeni mandibula adalah suatu kelainan rahang dengan ciri – ciri terbentuknya mandibula yang abnormal dan berukuran lebih besar. Kondisi ini disebabkan pertumbuhan mandibula yang berlebihan, ramus yang panjang yang membentuk sudut kurang tinggi dengan badan mandibula. Gambaran klinis yang menyertai progeni mandibula dapat diketahui dengan karakteristik adanya mandibula yang besar dan kuat serta dagu yang menonjol ke depan. Progeni mandibula berhubungan dengan keadaan rahang bawah yang besar dan abnormal. Peningkatan ukuran rahang sering sekali sebanding dengan pertumbuhan ukuran keseluruhan tulang skeletal.

Pada beberapa kasus perkembangan rahang yang berlebihan dapat berbentuk perkembangan yang asimetrik, hal ini dapat dikarenakan adanya hyperplasia kondilar. Kehilangan tulang yang asimetris dapat juga terjadi misalnya karena trauma atau kondisi patologis. Asimetris yang terjadi dapat merupakan hasil dari perubahan jaringan lunak. Sudut antara ramus dengan badan mandibula juga sangat mempengaruhi hubungan mandibula terhadap maksila karena tingginya ramus sehingga pasien prognasi mandibula cenderung mempunyai ramus yang panjang yang akan membentuk sudut kurang tinggi dengan badan mandibula. Panjang mandibula dapat dihubungkan dengan pertumbuhan kondilus. Hal ini sangat beralasan , oleh karena itu pertumbuhan kondilus yang berlebihan mempengaruhi prognasi mandibula.

Faktor - faktor umum yang mungkin mempengaruhi dan cenderung menyebabkan prognasi mandibula yaitu :

1. Peningkatan tinggi ramus2. Peningkatan panjang badan mandibula3. Peningkatan sudut gonial4. Posisi anterior dari fossa glenoid5. Berkurangnya panjang maksila6. Posisi posterior dari maksila dalam hubungannya dengan cranium7. Prominensi dagu8. Kontur jaringan lunak yang bervariasi

Pada kasus pemicu diatas, penyebab pasien mengalami progeni mandibula adalah karena terjadi perubahan hubungan linggir alveolus setelah kehilangan gigi. Tulang rahang atas mengalami resorbsi kearah dalam atau palatinal sehingga rahang atas akan menjadi lebih kecil. Sebaliknya tulang rahang bawah mengalami resorbsi kearah bawah dan bukal sehingga menyebabkan rahang bawah menjadi lebih besar . Keadaan ini menyebabkan rahang atas akan lebih kecil dari rahang bawah. Terjadinya pertumbuhan mandibula yang berlebihan, peningkatan panjang mandibula, ramus yang panjang yang membentuk sudut kurang tinggi dengan badan mandibula. Hal ini menyebabkan terjadi perubahan-perubahan pada otot sekitar mulut, hubungan jarak antara mandibula dan maksila serta perubahan ruangan dari posisi mandibula dan maksila. Kondisi ini menyebabkan terjadinya progeni mandibula pada pasien tersebut.

B. Hubungan terjadinya progeni mandibula dengan TMJ

Sendi temporomandibula atau temporomandibular joint ( TMJ ) adalah suatu persendian yang sangat kompleks di dalam tubuh manusia. Selain dapat melakukan gerakan membuka dan menutup mulut, sendi temporomandibular juga dapat melakukan gerakan meluncur pada suatu permukaan dan rotasi pada saat mandibula berfungsi. Mekanismenya unik karena sendi kiri dan kanan harus bergerak secara sinkron pada saat berfungsi. Tidak seperti sendi pada bagian tubuh lain seperti bahu, tangan , atau kaki yang dapat berfungsi sendiri – sendiri. Gerakan yang terjadi secara simultan ini dapat terjadi bila otot- otot yang mengendalikannya dalam keadaan sehat dan berfungsi dengan baik. Selama proses pengunyahan sendi temporomandibular menopang tekanan yang cukup besar. Oleh karena itu sendi temporomandibular mempunyai diskus artikularis untuk menjaga agar cranium dan mandibula tidak bergesekan.

Sendi temporomandibular mempunyai peranan penting dalam fungsi fisiologis dalam tubuh manusia. Dalam system stomatognasi, fungsi fisiologis dari pergerakan rahang ditunjang oleh keharmonisan oklusi gigi. Oklusi yang baik dibentuk oleh susunan gigi danlengkung rahang yang seimbang dalam posisi oklusi sentrik. Perubahan oklusi dapat disebabkan berbagai hal antara lain karena hilangnya gigi karena proses pencabutan. Kehilangan gigi yang yang dibiarkan tanpa segera disertai pembuatan protesa dapat menyebabkan terjadinya perubahan pada pola oklusi karena terputusnya integritas atau kesinambungan susunan gigi. Pergeseran atau perubahan inklinasi serta posisi gigi, disertai ekstrusi karena hilangnya posisi gigi dalam arah

berlawanan akan menyebabkan pola oklusi akan berubah dan selanjutnya dapat menyebabkan terjadinya hambatan atau interference pada proses pergerakan rahang.

Pada kasus pemicu diatas, kondisi mandibula pasien yang mengalami progeni dapat menyebabkan adanya ketidakharmonisan pada lengkung rahang , dan selanjutnya dapat menyebabkan terjadinya hambatan pada proses pergerakan rahang.ketidak harmonisan lengkung rahang akibat adanya progeni mandibula tersebut dapat menimbulkan gangguan sendi temporomandibular pada pasien tersebut. Gejala dari ganguan sendi temporomandibular ini dapat berupa :

Nyeri disekitar sendi rahang Nyeri kepala Gangguan pengunyahan Bunyi sendi ketika membuka/menutup mulut dapat disertai atau tanpa rasa nyeri Terbatasnya gerakan membuka mulut Nyeri telinga Telinga berdengung Vertigo

V. Faktor – faktor yang mengganggu perlekatan protesa pada kasus diatas

a. Pada kasus diatas dikatakan kondisi tuber maksilaris pasien besar. Kondisi tubermaksilaris pasien yang membesar adalah karena adanya pertumbuhan jaringan ikat yang menebal. Kondisi ini tidak menguntungkan dan berpengaruh terhadap stabilisasi gigi tiruan maupun penyusunan gigi posterior