tugas kelompok (2) - kasus snp finance...title microsoft word - tugas kelompok (2) - kasus snp...

8
“SKEMA PEMBIAYAAN DAN KASUS SNP FINANCE” TUGAS KELOMPOK : MANAJEMEN KEUANGAN PERBANKAN SYARIAH DOSEN : AJI ERLANGGA, SE, Ak, CA, M.Si Disusun Oleh: 1. ISHAK FARID (2018114520006) 2. GEMA FATRI SWARMAN (2018114520008) 3. ANGGI MOCH TAUFIK (2018114520022) INSTITUT TEKNOLOGI DAN BISNIS AHMAD DAHLAN JAKARTA 2019

Upload: others

Post on 26-Nov-2020

31 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: Tugas Kelompok (2) - kasus SNP Finance...Title Microsoft Word - Tugas Kelompok (2) - kasus SNP Finance Author aktuaria Created Date 10/25/2019 9:53:16 AM

“SKEMA PEMBIAYAAN DAN KASUS SNP FINANCE”

TUGAS KELOMPOK : MANAJEMEN KEUANGAN PERBANKAN SYARIAH

DOSEN : AJI ERLANGGA, SE, Ak, CA, M.Si

Disusun Oleh:

1. ISHAK FARID (2018114520006)

2. GEMA FATRI SWARMAN (2018114520008)

3. ANGGI MOCH TAUFIK (2018114520022)

INSTITUT TEKNOLOGI DAN BISNIS AHMAD DAHLAN

JAKARTA

2019

Page 2: Tugas Kelompok (2) - kasus SNP Finance...Title Microsoft Word - Tugas Kelompok (2) - kasus SNP Finance Author aktuaria Created Date 10/25/2019 9:53:16 AM

2

Page 3: Tugas Kelompok (2) - kasus SNP Finance...Title Microsoft Word - Tugas Kelompok (2) - kasus SNP Finance Author aktuaria Created Date 10/25/2019 9:53:16 AM

3

1. Skema pembiayaan antara bank dan perusahaan pembiayaan

(BANK)

(PERUSAHAAN PEMBIAYAAN)

(CUSTOMER)

Skema Pemberian Kredit Pembiayaan

Perusahaan pembiayaan menghimpun dana melalui pinjaman pembiayaan dari bank baik secara joint financing (dimana beberapa bank bergabung memberikan kredit pembiayaan) maupun secara bank sendiri. Akad yang digunakan adalah akad utang piutang yang mengandung riba. Dimana bank memberikan kredit kepada perusahaan pembiayaan dan perusahaan pembiayaan menerima pinjaman dengan kewajiban untuk memberikan pengembalian lebih (setelah ditambah bunga). Dalam perjanjian utang-piutang ini ada asset yang dijaminkan oleh perusahaan pembiayaan kepada Bank. Kualitas asset ini (tercermin dalam Laporan Keuangan yang telah diaudit) yang menjadi penilaian jumlah kredit yang akan diberikan oleh bank kepada perusahaan pembiayaan. Penilaian kualitas asset ini (audit Laporan Keuangan) dilakukan oleh kantor akuntan publik (KAP) independent yang terpercaya dan tersertifikasi.

MEMBERIKAN KREDIT

MEMBERIKAN KREDIT

Page 4: Tugas Kelompok (2) - kasus SNP Finance...Title Microsoft Word - Tugas Kelompok (2) - kasus SNP Finance Author aktuaria Created Date 10/25/2019 9:53:16 AM

4

2. Penyebab terjadinya kredit macet pada kasus SNP Finance

Sun Prima Nusantara Pembiayaan (SNP) Finance merupakan perusahaan multi finance, anak perusahaan dari grup bisnis Columbia. Columbia adalah perusahaan retail yang menjual produk perabotan rumah tangga seperti alat-alat elektronik dan furnitur. Dalam menjual produknya, Columbia memberikan opsi pembelian dengan cara tunai atau kredit cicilan kepada customernya. SNP Finance inilah yang menjadi partner Columbia dalam memfasilitasi kredit dan cicilan bagi customer Columbia. Columbia sendiri mempunyai jumlah outlet yang sangat banyak, tersebar hampir di seluruh wilayah Indonesia, melihat kondisi seperti itu, tentu SNP Finance harus memiliki modal kerja (working capital) dalam jumlah yang besar untuk menutup kredit para customer Columbia.

SNP Finance menghimpun dana melalui pinjaman Bank. Kredit yang diberikan bank kepada SNP Finance terdiri dari dua jalur, yang pertama melalui joint financing, dimana beberapa bank bergabung dan memberikan pinjaman, dan yang kedua adalah secara langsung, dari sebuah bank kepada SNP Finance. Bank Mandiri tercatat sebagai pemberi pijaman terbesar kepada SNP Finance. Bank-bank yang memberikan pinjaman tersebut adalah kreditor, mereka punya kepentingan untuk mengetahui bagaimana dana yang mereka pinjamakan ke SNP Finance. Apakah dana tersebut dikelola dengan benar, karena tentunya bank juga mengharapkan keuntungan berupa bunga/interest, dan pengembalian pokok pinjaman. Dalam hal ini bank bergantung pada informasi keuangan yang tertuang dalam laporan keuangan yang dibuat oleh manajemen SNP Finance. Untuk memastikan bahwa laporan keuangan yang disusun tersebut terbebas dari kesalahan atau manipulasi, maka laporan keuangan tersebut diaudit. SNP Finance menggunakan jasa Kantor Akuntan Publik (KAP) Deloitte Indonesia yang merupakan salah satu Kantor Akuntan Publik (KAP) asing elit (disebut the Big Four) untuk mengaudit laporan keuangannya.

Pada dasarnya perjanjian utang piutang antara SNP Finance dengan para kreditornya (bank) tersebut adalah kerjasama yang sifatnya mutualistik. SNP Finance membutuhkan dana, bank juga butuh menyalurkan kredit. Namun dalam perjalanan waktu, ternyata bisnis retail Columbia yang merupakan induk dari SNP Finance mengalami kemunduran. penyebabnya bahwa perilaku pembelian customer telah berubah, konsumen saat ini tidak lagi belanja produk furniture dan elektronik dengan datang ke toko, melainkan mereka lebih suka membeli secara online melalui perangkat gadgetnya. Mulai dari survey harga, survey spesifikasi produk, sampai dengan pembelian, semua dilakukan secara online. Bahkan para online shop tersebut juga memberikan fasilitas kredit tanpa bunga (bunga 0%) untuk tenor yang bahkan sampai 12 bulan. Kondisi perubahan perilaku pembelian customer inilah yang memukul pangsa pasar dari Columbia, dan tentunya juga berdampak pada SNP Finance. Buntutnya adalah kredit SNP Finance kepada para bank – bank/krediturnya tersebut menjadi bermasalah, dalam istilah keuangan disebut Non Performing Loan (NPL).

Page 5: Tugas Kelompok (2) - kasus SNP Finance...Title Microsoft Word - Tugas Kelompok (2) - kasus SNP Finance Author aktuaria Created Date 10/25/2019 9:53:16 AM

5

SNP Finance berusaha mengatasi utangnya kepada bank dengan membuka keran pendanaan baru melalui penjualan surat utang jangka menengah, disebut dengan MTN (Medium Term Notes). MTN ini sifatnya hampir mirip dengan obligasi, hanya saja jangka waktunya adalah menengah, sedangkan obligasi jangka waktunya panjang. MTN ini diperingkat oleh Pefindo (Pemeringkat Efek Indonesia) dan kembali lagi bahwa Pefindo juga memberikan peringkat salah satunya adalah berdasarkan laporan keuangan SNP Finance yang diaudit oleh Deloitte.

Awalnya peringkat efek SNP Finance sejak Desember 2015 – 2017 adalah A-, bahkan kemudian naik menjadi A di Maret 2018. Namun tidak lama kemudian, di bulan Mei 2018 ketika kasus ini mulai terkuak, perikat efek SNP Finance turun menjadi CCC bahkan di bulan yang sama tersebut turun lagi menjadi SD (Selective Default). Default dalam bahasa sederhananya adalah gagal bayar.

Berikutnya SNP Finance mengajukan Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang (PKPU), sebesar kurang lebih Rp 4,07 Trilyun yang terdiri dari kredit perbankan 2,22 Trilyun dan MTN 1,85 Trilyun. Rincian kewajibannya : - Bank Mandiri dengan utang pokok Rp 1,40 triliun, - BCA Rp 209 miliar, - Bank Panin Rp 140 miliar, - Bank J Trust Rp 55 miliar, - Bank Resona Perdania Rp 73 miliar, - Bank Nusantara Parahyangan Rp 46 miliar, - Bank Victoria International Rp 55 miliar, - Bank Ganesha Rp 75 miliar, - Bank National Nobu Rp 33 miliar, - Bank Woori Saudara Rp 16 miliar, - Bank BJB Rp 25 miliar, - Bank CTBC Rp 50 miliar, - Bank Sinarmas Rp 9 miliar, dan - Bank Capital Indonesia Rp 30 miliar.

Ditambah dengan utang bunga senilai Rp 9,75 miliar dan utang denda senilai Rp 124 juta, total tagihan Rp 2,22 triliun. Sisanya adalah tagihan 336 pemegang MTN senilai Rp 1,85 triliun

Mengapa debitur dan pemegang MTN mau percaya dan menyalurkan kredit kepada SNP Finance? Karena awalnya pembayaran dari SNP Finance lancar, dan para kreditur tersebut juga menganalisis kesehatan keuangan SNP Finance melalui laporan keuangannya, yang diaudit oleh kantor akuntan publik ternama, yaitu Deloitte. Namun ternyata terjadi pemalsuan data dan manipulasi laporan keuangan yang dilakukan oleh manajemen SNP Finance. Diantaranya adalah membuat piutang fiktif melalui penjualan fiktif. Piutang itulah yang dijaminkan kepada para krediturnya, sebagai alasan bahwa nanti ketika piutang tersebut ditagih uangnya akan digunakan untuk membayar utang

Page 6: Tugas Kelompok (2) - kasus SNP Finance...Title Microsoft Word - Tugas Kelompok (2) - kasus SNP Finance Author aktuaria Created Date 10/25/2019 9:53:16 AM

6

kepada kreditor. Untuk mendukung aksinya tersebut, SNP Finance memberikan dokumen fiktif yang berisi data customer Columbia. Sangat disayangkan bahwa Deloitte sebagai auditornya gagal mendeteksi adanya skema kecurangan pada laporan keuangan SNP Finance tersebut. Deloitte malah memberikan opini wajar tanpa pengecualian pada laporan keuangan SNP Finance

Pada bulan Mei 2018, OJK mengeluarkan sanksi Pembekuan Kegiatan Usaha (PKU) terhadap SNP Finance melalui Surat Deputi Komisioner Pengawas IKNB II Nomor S-247/NB.2/2018

Lima orang direksi dan manajer PT Sunprima Nusantara Pembiayaan (SNP Finance) diamankan pihak berwajib terkait kasus dugaan tindak pidana pemalsuan dokumen, penggelapan, penipuan, dan pencucian uang dalam aktivitas usahanya sebagai perusahaan pembiayaan.

Laporan Keuangan Tahunan PT SNP telah diaudit AP dari KAP Satrio, Bing, Eny dan Rekan dan mendapatkan opini Wajar Tanpa Pengecualian. Namun demikian, berdasarkan hasil pemeriksaan OJK, PT SNP Finance terindikasi telah menyajikan Laporan Keuangan yang secara signifikan tidak sesuai dengan kondisi keuangan yang sebenarnya sehingga menyebabkan kerugian banyak pihak

Otoritas Jasa Keuangan (OJK) telah memberikan sanksi administratif berupa pembatalan pendaftaran kepada Auditor Publik (AP) Marlinna, Auditor Publik (AP) Merliyana Syamsul dan Kantor Akuntan Publik (KAP) Satrio, Bing, Eny dan Rekan yang merupakan salah satu KAP di bawah Deloitte Indonesia.

Kasus SNP Finance dan Deloitte ini hendaknya menjadi pelajaran bagi para pelaku bisnis dan auditor. Pelaku bisnis yang ingin melakukan kecurangan, atau manipulasi laporan keuangan juga berpikir dua kali, karena saat ini OJK telah bersikap kritis untuk menyelidiki kasus kecurangan manajemen (white collar crime). Auditor dan Kantor Akuntan Publik juga harus berhati-hati dalam memberikan opini audit, jangan sampai opini yang diberikan menjadi menyesatkan bagi para pengguna laporan keuangan, sehingga dampaknya jadi mengakibatkan kerugian material dalam jumlah besar.

Page 7: Tugas Kelompok (2) - kasus SNP Finance...Title Microsoft Word - Tugas Kelompok (2) - kasus SNP Finance Author aktuaria Created Date 10/25/2019 9:53:16 AM

7

3. Skema dan akad untuk model bisnis ini bank dan pembiayaan lembaga syariah a. Akad Mudharabah wal murabahah

Pembiayaan mudharabah wal murabahah adalah bentuk akad mudharabah muqayyadah executing ketika bank syariah sebagai shahibul maal memberikan pembiayaan kepada mudharib antara, yaitu lembaga keuangan syariah atau LKS (BPRS, BMT, atau Koperasi Syariah), yang kemudian menyalurkan pembiayaan dengan akad murabahah kepada nasabah. Pada umumnya LKS ini memberikan pembiayaan untuk aneka barang (consumer goods), seperti untuk pembelian sepeda motor. Pembiayaan dengan akad mudharabah wal murabahah merupakan two step financing ketika financier atau shahibul maal pertama (bank syariah) memberikan pembiayaan kepada intermediate financier atau shahibul maal antara (LKS) dengan akad mudharabah. Kemudian, intermediate financier menyalurkan pembiayaan kepada nasabah dengan akad murabahah. Bank syariah berbagi hasil dengan LKS, sedangkan LKS berjual beli dengan nasabah. Bank syariah akan memperoleh porsi bagi hasil apabila LKS menghasilkan keuntungan, sedangkan LKS akan memperoleh marjin keuntungan dari hasil jual belinya dengan nasabah.

Page 8: Tugas Kelompok (2) - kasus SNP Finance...Title Microsoft Word - Tugas Kelompok (2) - kasus SNP Finance Author aktuaria Created Date 10/25/2019 9:53:16 AM

8

b. Akad Musyarakah wal Murabahah

Pembiayaan musyarakah wal murabahah adalah bentuk akad musyarakah dua pihak antara satu LKS (bank syariah BUS/UUS) dengan LKS lainnya (bank perkreditan rakyat syariah/BPRS) yang usahanya dilakukan oleh LKS kedua (BPRS) untuk memberikan pembiayaan dengan akad murabahah kepada nasabahnya. Pada umumnya BPRS ini memberikan pembiayaan untuk aneka barang (consumer goods), seperti untuk pembiayaan sepeda motor, dan pembiayaan perumahan. Akad pembiayaan mudharabah wal murabahah dan musyarakah wal murabahah muncul karena karakteristik sistem keuangan dan perbankan syariah di Indonesia yang memiliki BUS, UUS, dan BPRS dalam sistem perbankannya serta LKS mikro, seperti baitul maal wa tamwil (BMT), dan koperasi syariah. BUS dan UUS tidak memiliki akses ke nasabah-nasabah kecil dan mikro untuk menyalurkan pembiayaan, tetapi memiliki akses lebih besar dalam penghimpunan dana. Sementara, itu LKS mikro kurang mempunyai kemampuan dalam menghimpun dana, tetapi memiliki akses ke nasabah kecil dan mikro. Oleh karena itu, kerja sama antara BUS atau UUS dengan LKS mikro merupakan kerja sama yang saling menguntungkan semua pihak. BUS dan UUS dapat menyalurkan pembiayaan dari penghimpunan dananya yang melimpah, LKS syariah mendapatkan sumber dana yang diperlukan untuk menyalurkan pembiayaan, dan nasabah dapat memperoleh pembiayaan yang diperlukannya.

Daftar Referensi :

1. Ascarya. 2006, “Akad dan Produk Bank Syariah” , Bank Indonesia, Jakarta 2. https://accounting.binus.ac.id/2018/12/03/merunut-kasus-snp-finance-auditor-

deloitte-indonesia-1/