tugas kebijakan pi(1)

Upload: rizki-amelia

Post on 18-Jul-2015

341 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

TUGAS KEBIJAKAN PERDAGANGAN INTERNASIONAL

OLEH AMELIA CHANIAGO 0910511008

JURUSAN ILMU EKONOMI UNIVERSITAS ANDALAS 2012 KEBIJAKAN PERDAGANGAN INTERNASIONAL

1. TARIF yaitu pajak atau bea yang dibebankan terhadap suatu barang yang akan masuk dan yang akan keluar dari sebuah Negara. Tariff merupakan bentuk kebijakan perdagangan yang paling tua dan secara tradisional telah digunakan sebagai sumber penerimaan sejak lama. Pada dasarnya perdagangan bebas akan dapat memaksimalkan output dunia dan keuntungan bagi setiap negara yang terlibat di dalamnya. Namun, pada praktiknya masih banyak negara yang menerapkan hambatan dalam perdagangan internasional. Bentuk hambatan yang paling menonjol adalah tarif, meskipun di era modern sekarang ini peranan tarif tidak terlalu besar karena negara-negara lebih suka memproteksi produk mereka dengan hambatan nontarif. Tarif adalah pajak atau cukai yang dikenakan untuk suatu komoditi yang diperdagangkan. Tarif merupakan bentuk kebijakan perdagangan yang paling tua dan secara tradisional telah menjadi sumber penerimaan pemerintah sejak lama. Tarif dapat diklasifikasikan menjadi beberapa jenis berdasarkan : 1. Tarif ekspor. Tarif ekspor sebenarnya memiliki potensi menyurutkan arus ekspor negara yang bersangkutan. Biasanya hal ini disebabkan pemerintah mengalami kesulitan dalam mengumpulkan pendapatan untuk kas negara. Contoh : Ghana, Brasil. Suatu kasus, Peluang ekspor ke 10 negara terbuka menyusul disepakatinya penurunan tarif minimal 20% untuk produk tertentu.Keringanan yang bakal menguntungkan eksportir ini ditetapkan dalam Protokol Sao Paulo, yang disosialisasikan Kementerian Luar Negeri (Kemenlu). Protokol itu disepakati 11 negara, termasuk Indonesia. Negara-negara tersebut adalah Argentina, Brazil, Paraguay dan Uruguay, yang tergabung dalam Mercusor (telah terbentuk sebelum Protokol Sao Paulo), Mesir, Korea, Malaysia, Kuba, India, dan Maroko. Protokol Sao Paulo ini akan membuka pasar baru, karena ada keringanan dalam hal biaya. Misalnya ekspor ke Brazil diberlakukan ketentuan pajak. Maka eksportir Indonesia mendapat keringanan 20% dari nilai pajak itu. Dibawah ini dapat dilihat terdapat produk yang mempunyai peluang pasar baik di Brasil antara lain: karet dan barang karet, cocoa, batubara, tekstil dan produk tekstil, elektronik dan elektrikal, furniture, toy, spare parts kendaraan, perhiasan, barang-

barang perlengkapan rumah sakit, dan obat-obatan. Bagi eksportir Indonesia. melakukan bisnis dengan Brasil harus mengetahui dulu secara mendalam tentang lingkungan bisnis di Brasil dan biaya-biaya yang mungkin muncul sebagai akibat bisnis dengan Brasil. Para eksportir Indonesia biasanya menghadapi hambatan tarif, system custom yang sulit, biaya pajak yang berat dan tinggi, dan aspek hukum yang sering overloaded dan sering berlawanan dengan hukum bisnis atau bertentangan dengan hukum intelectual property rights. Ada alasan lain yang memberikan harapan dan optimis tentang pasar Brasil di masa yang akan datang adalah dengan apreasiasi Real terhadap US $ yang pada bulan Januari 2006 sudah mencapai 25%, ekspor Brasil meningkat dari tahun sebelumnya. Hal lainnya adalah Pemerintah Brasil telah berhasil menangani inflasi, dan dengan menjadikan ekspor sebagai lokomotif pembangunan ekonomi dan Pemerintah Brasil telah berhasil membangun industrinya melalui peningkatan permintaan dalam negeri dan peningkatan ekspor yang terjadi pada tahun 2004 telah menjadikan current account Brasil positif dalam lima belas tahun ini. Pada tahun 2005 peningkatan ekspor Brasil juga meningkat mencapai 26,6% dari tahun sebelumnya.

2. Tarif impor Tarif impor dapat digunakan sebagai alat kontrol agar produk dalam negeri tidak kesulitan dalam bersaing dengan produk impor. Contoh : Inggris dan Amerika Serikat. Amerika Serikat (AS) memperpanjang fasilitas preferensi tarif berupa pembebasan tarif bea masuk untuk produk tertentu atau Generalized System of Preferences (GSP) untuk negara-negara berkembang dan miskin. Dengan program ini di harapkan ekspor Indonesia ke AS tetap tumbuh kendati di AS sedang terjadi krisis finansial. Direktur Jenderal Kerja Sama Perdagangan Internasional Kementerian

Perdagangan Gusmardi Bustami menyatakan Presiden AS Barrack Obama sudah menandatangani kesepakatan pada 21 Oktober lalu, setelah 10 bulan berunding.

Beberapa produk Indonesia dapat masuk dengan tarif khusus, di antaranya furnitur, tekstil, dan elekronik. Pemberian fasilitas tarif preferensi tersebut akan berdampak baik terhadap peningkatan ekspor Indonesia ke AS. Negara AS hingga kini masih menjadi negara tujuan ekspor utama Indonesia. Menurut data Kemendag, pada 2010 nilai total ekspor Indonesia ke negara itu mencapai 14,27 miliar dolar AS dan sepanjang Januari-Agustus 2011 sudah mencapai 11,20 miliar dolar AS. Sebagian besar ekspor Indonesia ke AS berupa barang-barang nonmigas. Namun, sejak awal 2011, sejak program GSP belum diperpanjang, telah memberikan pengaruh signifikan terhadap laju ekspor produk produk Indonesia ke pasar AS. Berdasarkan data perdagangan hingga Juni 2011, ekspor Indonesia ke AS untuk produk-produk yang tercakup dalam GSP hanya mengalami kenaikan 5,2 persen bila dibandingkan Juni 2010. Jika itu bisa berjalan baik, maka akan berdampak positif bagi ekspor Indonesia ke pasar AS. Dengan berlakunya kembali program GSP, maka diharapkan peningkatan ekspor Indonesia ke AS bisa mencapai kenaikan sebesar 25 persen sampai akhir ini. Penandatanganan perpanjangan program GSP menjadi satu paket dengan penandatangan beberap kebijakan perdagangan AS, yakni US South Korea Free Trade Agreement (FTA), US Panama FTA, US Colombia FTA, dan Trade Adjustment Assistance (TAA). Dengan ditandatanganinya perpanjangan program GSP ini, maka program GSP mulai efektif berlaku kembali pada tanggal 5 November 2011. Kebijakan Bebas Tarif Program GSP merupakan produk dari Kongres AS dan tertuang dalam UndangUndang Perdagangan tahun 1974. Di bawah program GSP, pemerintah AS memberikan pembebasan tarif bea masuk kepada sebanyak 131 negara berkembang, termasuk 43 negara kurang berkembang. Program ini mencakup ekspor sekitar 5.000 jenis produk bebas bea ke AS. Indonesia telah menikmati program GSP dengan memasukkan produk ekspor Indonesia ke pasar AS dengan mendapatkan fasilitas pembebasan bea masuk.

Berdasarkan data perdagangan tahun 2010, Indonesia mendapatkan fasilitas GSP untuk 2.144 jenis produk. Dari jumlah tersebut Indonesia telah mengekspor hingga 1,8 miliar dollar AS atau sekitar 12,2 persen dari total ekspor Indonesia ke AS. Berdasarkan data Kementerian Perdagangan, pemerintah menargetkan nilai ekspor Indonesia pada 2012 tumbuh sebesar 18 persen menjadi 236 miliar dollar AS dibanding target 2011 sebesar 200 miliar dollar AS. fan/E-12. Sedikitnya 550 produk ekspor asal Indonesia senilai US$ 900 juta akan mendapat insentif pembebasan tarif bea masuk di Amerika Serikat. Produk Indonesia yang bisa masuk dengan tarif istimewa ke AS itu antara lain elektronik, furnitur, dan produk tekstil tertentu. Cina mengatakan telah mengurangi tarif impor pada beberapa bahan baku yang telah membantu kebangkitan kembali industri baja Cina, pupuk dan tekstil selama kemerosotan ekonomi. Sebuah penurunan yang signifikan dalam tarif kustom Cina disaksikan setelah masuk Negara itu ke dalam Organisasi Perdagangan Dunia (WTO). Cina telah mengambil beberapa langkah untuk mematuhi komitmen perdagangan WTO. Beberapa dari komitmen ini termasuk mengurangi tarif serta hambatan non-tarif dan memperluas akses pasar untuk mitra internasional sementara meningkatkan transparansi. Setelah dieksekusi beberapa reformasi progresif, eksportir kesulitan dalam mengakses masih menghadapi pasar Cina karena beberapa hambatan non-tarif masih ada. Tarif kustom China yang oleh dan besar direvisi setiap tahun. Tugas harga dan item tarif yang diubah dalam melaksanakan kebijakan dan kebutuhan statistik pemerintah dan China komitmen WTO.

2. KUOTA Kuota impor Kuota merupakan bentuk hambatan perdagangan non tarif yang paling penting . Kuota adalah pembatasan secara langsung terhadap jumlah impor dan ekspor. Sebagai contoh adalah, impor tekstil bagi para pengusaha di amerika serikat ditetapaka jumlah tertentu. Batas tersebut sama sekali tidak boleh dilanggar, kecuali jika pengusaha yang bersangkutan mau menanggung sanksinya. Kuota bisa berupa pembatasan kuantitas pasokan misalnya,sekian ton atau sekian unit per tahun, atau bisa juga berupa

pembatasan nilai, misalnya ekspor produk ke suatu negara tidak boleh dari sekian juta dolar per tahun. Kuota impor ( import kuota ) merupakan pembatasan langsung atas jumlah barang yang boleh diimpor pembatasan ini biasanya diberlakukan dengan memberikan lisensi kepada beberapa kelompok individu atau perusahaan domestic untuk mengimpor suatu produk yang jumlahnya langsung dibatasi. Misalnya saja. Amerika serikat membatasi impor keju. Hanya perusahaan perusahaan dagang tertentu yang diizinkan mengimpor keju, masing-masing diberi jatah untuk mengimpor sejumlah tertentu setiap tahun, tidak boleh melebihi jumlah maksimal yang telah ditetapkan. Contoh lain quota impor adalah yang dilakukan oleh Russia yang memberlakukan quota impor terhadap ayam yang mengganjal Russia masuk WTO. Pada akhir bulan Juli lalu, pemerintah Russia mengumumkan pengurangan kuota impor daging ayam dan babi hingga ratusan ribu ton untuk tahun 2012. Para pakar mengatakan keputusan ini bisa menjadi batu sandungan Russia untuk masuk Organisasi Perdagangan Dunia (WTO). Russia berencana mengurangi impor daging babi dan unggas hingga sepertiga dari jumlah impor saat ini. Perdana Menteri Russia Vladimir Putin sangat mendukung kebijakan peningkatan produksi daging domestik dan pengurangan impor. Tahun ini, ujar Putin, Russia hanya akan mengimpor 350.000 ton unggas untuk memenuhi kekurangan produksi ayam dalam negeri. Kami akan mengonsumsi 3,5 juta ton ayam dan daging unggas lain tahun ini. Dengan produksi domestik yang mencapai 3,15 juta ton, maka kekurangan 350.000 ton akan kami impor, kata Putin. Lebih lanjut Putin mengatakan konsumsi daging babi tahun ini akan mencapai 3 juta ton, 600.000 hingga 650.000 ton di antaranya diperoleh dari impor. Untuk tahun 2012, Putin mengatakan bahwa produksi daging ayam Russia akan meningkat sebesar 330.000 ton dan impor daging babi akan berkurang karena output dalam negeri diperkirakan meningkat. Selama ini bea masuk daging babi dan unggas adalah sebesar 15%, sementara kelebihan kuota impor akan dikenakan bea masuk 75%. Hal ini sekaligus untuk mengurangi minat exportir luar negeri. Alokasi kuota impor unggas tahun 2012 yang telah diumumkan pemerintah sebesar 250.000 ton, turun 100.000 ton dibanding tahun ini. Namun, untuk pertama kalinya pemerintah mengalokasikan kuota impor terpisah untuk daging ayam giling

sebesar 80.000 ton. Hal ini dinilai beberapa pakar akan mengurangi kekhawatiran kekurangan pasokan akibat anjloknya kuota impor daging ayam.Penurunan impor yang paling besar terjadi pada daging babi, yakni sebesar 32%, atau turun dari 472.000 ton tahun ini, menjadi 320.000 ton tahun depan. Kendati daging merah dan daging unggas Russia tidak kompetitif di pasar global dan produksi dalam negeri tidak mampu memenuhi konsumsi, para pejabat pemerintah bersikeras bahwa produksi yang terus meningkat dan kuota impor baru akan cukup memenuhi kebutuhan domestik. Harian Kommersant berkomentar, selama beberapa tahun terakhir pertumbuhan produksi domestik yang diharapkan meningkat tajam masih belum mampu memenuhi kuota impor yang terus turun. Presiden Asosiasi Operator Pasar Daging Unggas Russia Andrei Terekhin mengatakan bahwa produksi unggas domestik terus naik. Dan pemerintah mengeluarkan kebijakan yang cerdas dengan menetapkan kuota terpisah untuk daging ayam giling, ujar Terekhin. Beberapa pakar mengatakan penetapan kuota baru ini mungkin masih akan mengganjal rencana Russia masuk WTO. Sebelumnya, Menteri Pembangunan Ekonomi Elvira Nabiullina mengatakan bahwa belum tercapainya persetujuan tentang impor daging antara Amerika Serikat dan Russia masih terus menjadi penghalang masuknya Russia ke WTO. Russia, ujar Nabiullina, tidak puas dengan peraturan WTO tentang impor daging, seperti kuota yang besar untuk impor daging dan penetapan ulang jumlah bea masuk, yang bisa mendorong terjadinya praktek dumping pada pasar daging dan menciptakan kesulitan bagi produsen daging domestik, demikian dilaporkan RIA Novosti. Ekonomi Russia yang mencapai $1,2 triliun merupakan yang terbesar di luar anggota WTO. Russia telah bernegosiasi untuk masuk WTO selama 17 tahun. Presiden Dmitry Medvedev yang berharap tahun ini negaranya bisa menjadi anggota mengatakan bahwa Russia tidak akan menarik subsidi bagi peternak setelah negaranya masuk WTO. Sebelumnya, perdana menteri Russia juga mengatakan bahwa Moscow mungkin tidak akan bergabung dengan organisasi perdagangan dunia jika hal ini akan merugikan produsen domestik.

Sejak tahun 2003, tatkala Russia menerapkan kuota tarif impor untuk daging dan unggas untuk pertama kalinya, Amerika Serikat dan negara-negara eksportir lainnya telah menunjukkan ketidaksetujuannya dengan mengatakan bahwa pembatasan tersebut akan menghalangi proses masuknya Russia ke WTO. Amerika Serikat dan negara-negara eksportir daging mengatakan pembatasan impor menyalahi prinsip perdagangan bebas. Russia berargumen bahwa penerapan batasan impor dilakukan untuk melindungi produsen daging domestik dari membanjirnya impor. Vladimir Putin mengatakan bahwa Russia akan mempertimbangkan parameter tentang impor daging dan unggas dalam pembicaraannya dengan anggota WTO lain jika kedua pihak menujukkan keinginannya untuk mencapai kompromi. Kami telah melakukan pembicaraan dengan WTO selama lebih dari 15 tahun dan bermaksud mencari kompromi. Musheg Mamikonyan yang memimpin lobby kelompok produsen daging Russia mengatakan bahwa pihaknya puas dengan perkembangan negosisasi Rusia dengan WTO. Pengurangan kuota impor saat ini akan melindungi investasi dalam jumlah besar di industri peternakan domestik seperti Miratorg, Prioskolye dan Cherkizovo. Ini akan memberi waktu bagi industri untuk tumbuh dan menyesuaikan diri dengan pasar, ujar Mamikonyan. Jenis-Jenis Kuota Absolute kuota atau unilateral kuota Absolute kuota yaitu kuota yang besar kecilnya ditentukan oleh sebuah negara tanpa persetujuan dari negara lain. Bilateral kuota / negosiated kuota Bilateral kuota / negosiated kuota yaitu kuota yang besar kecilnya ditentukan oleh 2 negara/l lebih. Tarif kuota Tarif kuota yaitu kuota yang melaksanakan 2 kuota sekaligus absolute kuota dan bilateral kuota.Misalkan : 10 unit tidak dikenakan tarif sedangkan apabila jumlah nya menjadi 11 unit maka Dikenakan tariff. Mixing kuota

Mixing kuota yaitu pebatasan impor bahan-bahan mentah oleh pemerintah misalnya : pembatasan bahan impor, bahan mentah,

Hambatan- Hambatan Non- Tarif Lainnya dan Proteksionisme Baru Hambatan perdagangan juga dapat dimunculkan oleh adanya kartel- kartel internasional dan dari praktek dumping serta subsidi ekspor. Dalam beberapa tahun terakhir ini, hambatan-hambatan perdagangan non tarif ( ntbs, nontariff trade barriers ) atau proteksionisme baru ( new proteksionisme) tersebut kian menonjol dan menjadi lebih penting ketimbang tarif. 1. Pembatasan Ekspor secara Sukarela Salah satu bentuk hambatan perdagangan non tarif yang paling penting dewasa ini adalah pembatasan ekspor secara sukarela ( vers, voluntary export restraints). Konsep ini mengacu pada kasus dimana negara pengimpor mendorong atau bahkan memaksa negara lain untuk mengurangi ekspornya secara sukarela. Biasanya permintaan ini dibarengi ini perdagangan dengan ancaman bahwa negara tersebut akan melakukan hambatan

yang leih keras lagi. Adapun alasannya adalah impor tersebut

dikhawatirkan akan melumpuhkan sector tertentu dalam perekonomian domestic. Misalnya : sejak tahun 1950-an, pemerintah amerika serikat, negara-negara uni eropa dan negara-negara industry maju lainnya berusaha merundingkan pembatasan ekspor secara sukarela dengan pihak jepang, korea selatan dan beberapa negara lainnya. Hal tersebut dilakukan karena amerika serikat dan beberapa negara lainnya mengkhawatirkan

tekanan produk impor dari jepang dan sejumlah perekonomian industry baru itu terhadap berbagai sector industry domestiknya. Nampaknya pembatasan ekspor secara suka rela itu kurang efektif dalam mengurangi arus impor bila dibandingkan dengan pemberlakuan kuota impor. Hal tersebut dikarenakan negara-negara pengeskpor enggan membatasi arus ekpornya secara sukarela. Ini wajar saja dengan cara apapun. Mereka tentu akan berusaha melanggar batas ekspor tersebut. Selain itu mereka juga berusaha untuk memasok produk yang kualitasnya diatas rata-rata sehingga harganya lebih mahal dari produk biasa.jadi mereka berusaha memanfaatkan batasan kuantitas eskpor itu untuk memperoleh nilai penjualan

semaksimal mungkin.

Contoh lain yaitu: Indonesia bisa batasi ekspor bahan baku ke Cina. Laju impor barang asal Cina bisa dikurangi agar neraca perdagangan Indonesia tidak terlalu timpang. Pemerintah bisa membatasi impor itu melalui mekanisme unilateral voluntary export restraint, seperti yang dilakukan pemerintah Malaysia. Malaysia- bahkan sudah mengajukan permohonan kebijakan tersebut kepada Cina dan akan mengajak negara ASEAN lainnya untuk meminta hal yang sama. Unilateral voluntary export restraint berarti meminta Cina secara sukarela mengurangi ekspornya, terutama untuk tiga komoditas barang produksi. Pemerintah tampaknya akan mengikuti langkah Malaysia untuk mengajukan permintaan pengurangan impor dari Cina. Tiga item yang akan kita minta agar dikurangi, yaitu tekstil jadi (apparel), alas kaki, dan elektronik. Selain itu,Indonesia juga bisa meminta Cina mengurangi ekspor obat-obatan, makanan, dan minuman yang masuk ke sini. Menurutnya, gagasan meminta Cina mengurangi ekspor datang dari kalangan pengusaha Malaysia yang mengusulkan kepada pemerintahnya agar mengajak serta negara ASEAN lain. Pengusaha di negeri jiran itu pun sedang menghadapi masalah serupa dengan pengusaha Indonesia dalam perdagangan bebas ASEAN-Cina (ACFTA) "Kadin-nya (Kamar Dagang dan Industri) Malaysia sudah meminta hal itu ke Cina. Harapannya, negaranegara ASEAN juga melakukan hal itu," ucapnya. Dalam permohonan pembatasan ekspor ini, Edy menjelaskan, tidak ada kebijakan imbalan yang harus diberikan pemerintah kepada Cina karena dilakukan sukarela. Cina akan mendapat keuntungan dari meningkatnya harga jual barangnya karena suplai yang berkurang. "Indonesia pernah mengalami hal serupa waktu AS meminta kita secara sukarela mengurangi ekspor tekstil sebesar 10 persen. Di sisi lain, proses renegosiasi tetap berjalan secara simultan sesuai koridor. Indonesia juga bisa melakukan backward and forward. Linkage policy dengan melakukan pembatasan ekspor bahan baku ke Cina seperti gas, kakao, dan kelapa sawit. Dengan demikian, investasi Cina bisa ditarik ke Indonesia untuk membuka industri pengolahan. Tapi, pemerintah juga mesti siap memberikan insentif agar investor Cina lebih tertarik. Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi mengakui adanya potensi PHK yang dialami tenaga kerja di sektor UKM akibat ACFTA. Potensi itu bisa terjadi bila

industri dalam negeri tidak mampu bersaing dengan serangan masuknya produk murah Cina. Aneka Standard dan Ketentuan Teknis, Adminisratif, dan Berbagai Macam Peraturan Lainnya yang Menghambat Perdagangan ( Impor) Kelancaran hubungan perdagangan antarnegara juga dapat dipersulit oleh berbagai

bentuk peraturan teknis, standar kesehatah yang kelewat kaku, prosedur administrative yang terkadang-kadang mengada-gada. Dan ketentuan-ketentuan lainnya. Misalkan saja peraturan mengenai keselamatan pengendara yang begitu ketat dan aneh bagi mobil-mobil dan peralatan listrik yang diimpor. Disamping itu, masih banyak caa lainnya yang digunakan oleh pemerintah untuk mempengaruhi intesitas perdagangan internasionalnya seperti : a. Subsidi kredit ekspor Ini semacam subsidi ekspor hanya saja wujudnya berupa pinjaman yang disubsidi kepada pihak yang diimportir / pembeli. Pemerintah amerika serikat, seperti juga kebanyakan pemerintah dari berbagai negara lain, memiliki suatu lembaga , yakni export-import bank ( bank ekpor-impor) yang diarahkan untuk memberikan pinjaman yang di subsidi

kepada perusahaan- perusahaan swastanya dalam membantu kegiatan mereka di bidang ekspor. b. Hambatan hambatan birokrasi ( ret- tape-barries) Terkadang pemerintah ingin membatasi impor tanpa mengumumkan secara formal (misalnya karena ia khawatirkan terkena tindakan pembalasan dari negara lain). Begitu mudahnya pemerintah dari suatu negara untuk membelit standar kesehatan. Keamanan dan prosedur pabean yang serba berbelit-belit sehingga sedemikian rupa merupakan perintang efektif dalam perdagangan.

c. Kebijakan pengutamaan produk-produk dalam negeri ( national / government procurement) Semua pembelian oleh pihak pemerintah ataupun perusahaan yang mendapat dana dari pemerintah , dapat dipakai sebagai instrument untuk menganak-emaskan barang-barang yang diproduksi di dalam negeri, meskipun barang kali barang-barang tersebut

sebenarnya lebih mahal daripada jenis yang diimpor.

Contoh: kebijakan AS yang tertuang dalam buy american act yang merupakan semacam undang-undang yang mewajibkan warga AS membeli produk buatan dalam negeri. Hal ini bertujuan untuk pemulihan krisis yang dialami AS dan Eropa 2011 ini. Yang Pada awalnya koreksi pertumbuhan ekonomi AS dan Eropa dipicu oleh ambruknya sektor keuangan, ditandai oleh gelombang Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) massal. Tiba-tiba saja ratusan ribu orang menjadi penganggur. Alhasil, daya beli dan kemampuan konsumsi mereka melemah. Otomatis, hal itu akan berakibat pada turunnya permintaan agregat secara massif. Dengan kata lain, permintaan barang-barang impor dari AS dan Eropa akan berkurang karena minimnya daya beli. Masyarakat AS dan Eropa kini menjadi rasional dan penghematan menjadi solusi untuk bisa bertahan hidup secara layak. d. Pajak Pajak Pembatasan ( Border Taxes) Ini merupakan salah satu bentuk hambatan perdagangan yang non tarif. Apa yang disebut sebagai pajak perbatasan adalah suatu pajak tak langsung yang dibebankan kepada para pengekpor ( diluar tarif) yang dimaksudkan untuk meringankan kewajiban pajak bagi pihak importer domestic. Contohnya adalah cukai dan pajak perjalanan yang ditetapkan oleh pemerintah amerika serikat, dan pajak nilai tambah ( vat, value added taxes) yang diberlakukan oleh negara-negara eropa.

e. Perjanjian-Perjanjian

Komoditi

Internasional

(

International

Commodity

Agreements) dan Pemberlakuan Kurs Majemuk (Multiple Exchange Rates) Pada dasarnya merupakan suatu bentuk hambatan perdagangan. Perjanjian komoditi internasional adalah wahana bagi negara berkembang untuk meningkatkan ekspor

mereka, dengan menciptakan mekanisme dukungan kolektif. Sedangkan mekanisme kurs majemuk merupakan salah satu instrument keuangan internasional yang sering

dimanfaakan untuk mempengaruhi transaksi perdagangan komoditi. Larangan impor Kebijakan ini dimaksudkan untuk melarang masuknya produk-produk asing ke dalam pasar domestik. Kebijakan ini biasanya dilakukan karena alasan politik dan ekonomi. Kebijakan

larangan impor dilakukan untuk menghindari barang-barang yang dapat merugikan masyarakat. Misalnya melarang impor daging sapi yang mengandung penyakit Anthrax. Contohnya negara indonesia yang pemerintah hingga saat ini masih menerapkan aturan larangan impor sapi dari negara belum bebas penyakit mulut dan kuku (PMK) untuk mencegah masuknya penyakit ternak tersebut ke Indonesia. sejak 1986 Indonesia sudah dinyatakan bebas PMK oleh Organisasi Kesehatan Hewan Internasional (OIE) setelah selama 100 tahun berjuang untuk memerangi penyakit yang menyerang sapi, kerbau, babi, kambing serta ternak berkuku belah lainnya. Kartel- Kartel Internasional

Kartel internasionalnya ( international cartel) adaah sebuah organisasi produsen komoditi tertentu dari beberapa negara ( atau organisasi yang menghimpun pemerintahnya) . Mereka sepakat untuk membatasi outputnya dan juga mengendalikan ekpor komoditi tersebut dengan tujuan memaksimalkan atau meningkatkan total keuntungan mereka. Kartel internasional yang paling berpengaruh sampai saat ini adalah organisasi negaranegara pengekspor minyak ( opec, organization of petroleum exporting countries). Antara tahun 1973 dan 1974 mereka membatasi produksi ekspor melipatgandakan minyak sehingga mereka berhasil

harga minyak mentah ( hingga emapt kali lipat). Contoh lainnya adalah

asosiasi transport udara internasional( iata, international air transport association), yakni sebuah kartel yang mnghimpun maskapai maskapai penerbangan internasional terkemuka. Ada beberapa hal yang menentukan berpengarub atau tidaknya sebuah kartel internasional dalam soal tingkat output dan harga dari suatu komoditi. Antara lain adalah sebagai berikut: a. sebuah kartel internasional akan memiliki peluang yang lebih besar untuk berhasil dalam menentukan harga jika komoditi yang mereka kuasai tidak memiliki penganti ( produk subsitusi) yang setara. b. peluang tersebut akan menjadi lebih besar lagi apabila jumlah produsen, Negara atau pihak-pihak yang terhimpun didalam kartel itu relative sedkit. Contoh: WINA-OPEC sepakat pada Rabu (14/12) waktu setempat untuk mempertahankan produksi minyak saat ini 30 juta barel per hari, mengutip ketidakpastian prospek permintaan energi dunia, sementara kartel memilih Irak menjadi presiden pada 2012.

Untuk memecahkan ketidakpastian permintaan ke depan, konferensi memutuskan untuk mempertahankan tingkat produksi saat ini sebesar 30 juta barel per hari, termasuk produksi dari Libya, sekarang dan di masa mendatang," OPEC mengatakan dalam sebuah pernyataan setelah pertemuan tingkat menteri di Wina. Organisasi Negara Pengekspor Minyak, yang selusin anggotanya bersama-sama menghasilkan sekitar sepertiga dari pasokan minyak dunia, menambahkan bahwa Irak akan mengambil alih kepresidenan bergilir kartel dari Iran pada 2012. Badan Energi Internasional (IEA) Selasa mengatakan bahwa OPEC menghasilkan 30,68 juta barel per hari (mbpd) bulan lalu, karena Arab Saudi dan Kuwait memproduksi minyak mentah tambahan (ekstra) meskipun Libya sedang bekerja menuju kembali ke tingkat produksi sebelum perang. OPEC juga telah memproduksi jauh di atas kuota produksi resmi 24,84 juta barel per hari, tidak termasuk produksi dari Irak karena kerusuhan di negara itu, karena anggota melihat keuntungan dari harga minyak yang tinggi. Tidak termasuk Irak, IEA memperkirakan bahwa 11 negara anggota kartel lainnya bersama-sama menghasilkan 27,97 juta barel per hari minyak pada November, masih di atas kuota resmi OPEC. Sekretaris Jenderal OPEC Abdullah El-Badri pada Rabu mengatakan bahwa ia berharap kartel akan meninjau kembali kuota resmi 24,84 juta barel per hari tahun depan. Libya saat ini sedang memproduksi satu juta barel minyak per hari dan anggota OPEC dari Afrika utara itu akan mencapai produksi pra-perang pada kuartal kedua 2012. Mereka mungkin membutuhkan 600.000 barel per hari lainnya (untuk mencapai tingkat produksi pra-perang), mungkin 300.000 per hari pada kuartal pertama dan sisanya akan berada di kuartal kedua. OPEC bertemu secara berkala untuk mengatur tingkat produksi, berharap bahwa keputusannya mengakibatkan harga minyak yang adil bagi konsumen dan selusin anggota, yang juga termasuk Aljazair, Iran dan Arab Saudi, yang merupakan produsen terbesar OPEC. Harga minyak dunia merosot pada Rabu karena euro jatuh ke dekat terendah satu tahun terhadap dolar tertekan kekhawatiran baru krisis utang zona euro, namun minyak mentah Brent tetap di atas 100 dolar AS per barel, sebuah tingkat yang dianggap dapat diterima oleh anggota OPEC. Brent turun 2,77 dolar AS ke 106,76 dolar AS per barel dan di New York, minyak mentah light sweet turun menjadi 96,91 dolar AS.

Di Wina, Menteri Perminyakan Venezuela Rafael Ramirez mengatakan, anggota OPEC akan menyesuaikan produksi mereka untuk membuat ruang kembali produksi penuh Libya. Menjelang pertemuan itu, anggota OPEC Venezuela dan Iran meminta anggota OPEC dari Teluk untuk memotong kembali produksi tambahan guna membantu menjaga harga minyak yang tinggi.

Tetapi kepala ekonom IEA Fatih Birol meminta anggota OPEC lainnya untuk mengikuti Saudi dengan produksi minyak mentah di atas kuota guna membantu menekan harga dan pada gilirannya membantu pemulihan ekonomi global. Berbicara di Singapura, beberapa jam sebelum pertemuan OPEC, Birol mengatakan, harga minyak saat ini menimbulkan "risiko besar untuk pemulihan ekonomi di seluruh dunia." IEA mewakili negara-negara konsumen minyak utama. Meskipun terjadi penurunan pertumbuhan permintaan minyak, harga tetap tinggi berkat kerusuhan geopolitik di negara kaya minyak Timur Tengah, dan khususnya di produsen terbesar kedua OPEC, Iran.

IEA melaporkan pada Selasa bahwa krisis utang zona euro telah memukul pertumbuhan permintaan minyak, sementara OPEC menurunkan sedikit perkiraannya untuk 2012. Selain OPEC, Presiden Venezuela Hugo Chavez ingin menciptakan sebuah kartel grup negaranegara pengekspor minyak menyaingi OPEC. Kelompok baru itu diharapkan hanya beranggotakan negara-negara raksasa minyak dunia. Keinginan tersebut disampaikan Chavez saat menjami Deputi Perdana Menteri Rusia Igor Sechin dan Menteri Energi Sergei Smatko, seperti dikutip dari AFP.

Dumping Hambatan perdagangan juga dapat bersumber dari dumping. Dumping adalah ekspor dari suatu komoditi dengan harga jangka jauh dibawah pasaran, atau penjualan suatu komoditi keluar negeri dengan harga yang jauh lebih murah dibandingkan dengan harga penjualan domestiknya. Dumping diklasifikasikan menjadi tiga tipe golongan yaitu dumping terus-menerus, dumping predator, dan dumping sporadic.

a. Dumping terus-menerus atau praktik banting harga Dumping terus-menerus yaitu diskriminasi harga internasional ( international price discriminatioan) adalah kecenderungan terus-menerus dari sebuah perusahaan monopolis domestic untuk memaksimalkan total keuntungannya dengan menjual suatu komoditi dengan harga yang lebih tinggi dipasaran domestic ( berlindung dari biaya tarnsportasi dan berbagai hambatan perdagangan lainnya), sedangkan harga yang dipasang nya untuk pasar-pasar dluar negeri sengaja dibuat lebih murah ( karena ia harus bersaing dengan produk sejenis dari negara yang mungkin produksinya lebih efisien sehingga lebih murah dan kompetitif).

b. Diskriminasi harga yang bersifat predator (predator dumping) Diskrimansi harga yang bersifat predator adalah praktek penjualan komoditi dibawah harga dengan harga yang jauh lebih murah ketimbang harga domestiknya. Proses

dumping predator ini hanya berlangsung untuk sementara, namun diskriminasi atau penciptaan selisih harganya sangat tajam, sehingga benar-benar dapat mengusur atau bahkan mematikan produk pesaing dalam waktu yang singkat.

c. Dumping Sosialis ( Sporadic Duming) Dumping sosialis yaitu penjualan suatu komoditi dibawah harga atau penjualan

komoditi itu ke luar negeri dengan harga yang sedikit lebih murah dibandingkan harga domestic, namun hal itu hanya terjadi jika sekali-kali saja, dan tujuannya pun sekedar untuk mengatasi surplus komoditi yang sesekali terjadi tanpa harus menurunkan harga domestiknya. Pada dasarnya, politik dumping merupakan bagian dari politikimperialisme Jepang untuk merebut pasaran di Asia Pasifik. Indikasinya, setelah perangdunia ke-1 kaum industriawan Jepang (Zaibatsu) bersatu dengan militer Jepang dantergabung dalam departemen pertahanan Jepang (Gunbatsu) yang pengaruhnya cukup besar dalam bidang politik serta menentukan sistem ekonomi untuk merebut pangsa pasarAsia dengan politik dumping. Ada beberapa kriteria mengapa negara Jepang masihmenggunakan politik dumping, yaitu:1. Negara Jepang memiliki tingkat perekonomian kuat dan stabil ;2. Produktivitas barangnya termasuk tinggi, bahkan berlebih ;3. Kualitas produknya berstandar internasional (ISO) dan mampu mempengaruhi pangsapasar internasional untuk menggunakan produknya sebagai keuntungan jangkapanjang;4. Jepang juga melaksanakan politik proteksi yang ketat untuk melindungi barang hasil dalam

negeri; Barang Jepang dijual dengan harga tinggi di dalam negeri, keuntunganyang diperolehnya digunakan untuk menutup kerugian penjualan di luar negeri.5. Dengan tidak adanya aturan yang benar-benar melarang praktek dumping, Undang-undang anti dumping hanya memuat pengenaan bea masuk anti dumping, jika terbukti.Kondisi ini akan menguntungkan negara atau produsen yang melakukan praktekdumping. Keuntungan yang diperoleh negara pengekspor tersebut mulai dari barang tersebut diperkenalkan.

Subsidi Ekspor. Subsidi ekspor yaitu pembayaran langsung atau pemberian keringanan pajak dan bantuan

subsidi kepada para ekportir atau calon eksportir nasional, dan pemberian pinjaman berbunga rendah kepada para pengimpor asing dalam rangka memacu ekspor suatu negara ( ini juga disebut subsidi kredit ekspor). Contingent Protection Contingent Protection, suatu bentuk dari administrated protection yaitu dengan menggunakan tarif ,harga barang impor akan mahal dalam negri. Hal ini bertujuan untuk melindungi industri dalam negeri dari pengaruh negatif yang ditimbulkan karena masuknya barang import. Bentuk-Bentuk Contingent Protection : a. Dumping & Antidumping Pengertian dumping dalam konteks hukum perdagangan internasional adalah suatu bentuk diskriminasi harga internasional yang dilakukan oleh sebuah perusahaan atau negara pengekspor, yang menjual barangnya dengan harga lebih rendah di pasar luar negeri dibandingkan di pasar dalam negeri sendiri, dengan tujuan untuk memperoleh keuntungan atas produk ekspor tersebut. Sedangkan menurut kamus hukum ekonomi dumping adalah praktik dagang yang dilakukan eksportir dengan menjual komoditi di pasaran internasional dengan harga kurang dari nilai yang wajar atau lebih rendah daripada harga barang tersebut di negerinya sendiri atau daripada harga jual kepada negara lain, pada umumnya, praktik ini dinilai tidak adil karena dapat merusak pasar dan merugikan produsen pesaing di negara pengimport. Dalam beberapa kasus dumping permanen dan sporadis keuntungan yang diterimapara konsumen dari harga yang murah itu ternyata lebih besar dari kerugian yangdialami

oleh sebagian produsen domestik. Sebagai contoh kasus Amerika Serikatyang berulangkali menuduh Jepang melakukan dumping pada produk baja. Penerapan tindakan anti dumping tidak bisa seenaknya karena adanya ancamanpembalasan dari negara lain. Sebagai contoh Negara-negara Eropa menuduhJepang melakukan dumping dalam produk baja, mobil dan berbagai produkmanufaktur. Padahal khususnya negaranegara anggota Uni Eropa, juga terlibatdalam praktek dumping permanen terutama dalam komoditi-komoditi pertanian. JikaUni Eropa berdalih bahwa kebijakan itu terpaksa dilakukan untuk melindungipertanian domestiknya, maka Jepang juga dapat membuat dalih yang sama. Jika kebijakan didukung pemerintah negara pengekspor, tuduhan adanya persistent dumping sulit dibuktikan, karena pemerintah negara bersangkutan hanya secaraterselubung memberikan subsidi atau kemudahan ekspor melalui pengaturan valutaasing yang diskriminatoris.

b. Countervailing Duties Subsidi eksport merupakan praktek dagang yang tidak fair, karena bagi negara pengimpor, subsidi eksport akan memicu timbulnya dumping sehingga terjadi kerugian bagi dunia usaha atau industri barang sejenis dalam negeri, dengan terjadinya banjir barang-barang dari pengekspor yang harganya jauh lebih murah daripada barang dalam negeri yang akan mengakibatkan barang sejenis kalah bersaing, sehingga pada akhirnya akan mematikan pasar barang sejenis dalam negeri, yang diikuti munculnya dampak ikutannya seperti pemutusan hubungan kerja massal, pengganguran dan bangkrutnya industri barang sejenis dalam negeri. Contohnya: Antisipasi terhadap serbuan produk impor dari Cina, yang dapat dilakukan dengan countervailing duties, yaitu pengenaan bea masuk tambahan terhadap produkproduk impor yang dianggap menerapkan strategi perdagangan yang tidak fair, misalnya subsidi produk ekspor. Persyaratan bea masuk ini sama dengan bea masuk anti-dumping, perlu pembuktian praktik unfair trade yang dilakukan negara asal produk. serbuan impor barang murah dari Cina yang dikhawatirkan mengganggu daya saing produk dalam negeri, Direktorat Jenderal Bea dan Cukai akan mem-perketat pengawasan impor berskema ACFTA. Untuk itu, Kementerian Keuangan akan mengefektifkan sistem peringatan dini (early warning system) sebagai pemantau

apabila terdapat lonjakan impor komoditas tertentu serta melakukan verifikasi dengan lebih tertata terhadap suatu jenis barang.

c. Safeguards Safeguard adalah suatu tindakan pengamanan industri dalam negeri yang berupa larangan impor dan atau menaikkan tarif atau menetapkan kuota selama periode waktu tertentu. Tindakan ini dilakukan karena terjadinya kerugian serius (serious injury) atau terancam kerugian serius (threaten to cause serious injury) pada industri dalam negeri yang disebabkan karena meningkatnya impor dalam jumlah yang besar secara tiba-tiba. Akibat dari lonjakan impor tersebut berdasarkan WTO agreement diperkenankan untuk diambil tindakan pemulihan yang dinamakan dengan tindakan safeguard (safeguard measures). Suatu bentuk perlindungan yang diberikan oleh negara pengimport terhadap industri dalam negerinya. Alasan diberlakukannya safeguard: membantu industri dalam negeri agar dapat menyesuaikan diri dengan kompetisi yang baru,supaya dapat meningkatkan efisiensi. masuknya Indonesia sebagai anggota perdagangan dunia melalui ratifikasi Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1994 tentang Pengesahan Agreement on Establishing The World Trade Organization (WTO) membawa konsekuensi bagi Indonesia, yaitu harus memetuhi seluruh hasil kepakatan dalam forum WTO, serta melakukan harmonisasi peraturan perundang-undangan nasional sesuai dengan hasil kesepakatan WTO (Muhammad Sood, 2005: 7). Keikutsertaan Indonesia dalam perdagangan bebas mendorong produk industri dalam negeri untuk mampu bersaing dengan produk impor, baik di dalam negeri sendiri maupun di pasar ekspor. Hal ini merupakan problem besar bagi Indonesia karena kemampuan produk Indonesia dari segi kualitas maupun kuantitas masih lemah. Salah satu permasalahan yang dialami oleh Indonesia dalam menghadapi perdagangan bebas adalah sulitnya membendung terjadinya lonjakan produk impor, sehingga

mengakibatkan barang sejenis kalah bersaing yang pada akhirnya akan mematikan pasar barang sejenis dalam negeri, dan selanjutnya akan muncul dampak ikutannya seperti pemutusan hubungan kerja, terjadinya pengangguran serta bangkrutnya industri barang sejenis dalam negeri. Lebih-lebih Indonesia sedang mengahadapi pasar bebas

ASEAN pasca AFTA sejak tahun 2003 yang kemudian diikuti oleh pasar bebas CinaASEAN melalui kesepakatan CAFTA sejak Tangga 1 Januari tahun 2010, dan selanjutnya APEC yang akan berlaku untuk negara berkembang pada tahun 2020. Untuk mengantisipasi permasalahan tersebut diperlukan pengaturan tentang tindakan pengamanan (Safeguard) dalam upaya melindungi industri dalam negeri. Tindakan pengamanan atau disebut safeguard merupakan salah satu instrumen kebijakan perdagangan yang hampir mirip dengan kebijakan anti dumping dan anti subsidi. Ketiganya sama-sama diatur dalam persetujuan WTO, dan sama-sama dapat dikenakan tarif bea masuk tambahan apabila menimbukan kerugian (injury) terhadap negara pengimpor. Safeguard diberikan kepada negara yang importnya kurang dari 3%. Produk yang dikenakan safeguard adalah kawat seng, tali kawat baja, dan kain tenun dari kapas. Kristopo Perdagangan bebas yang disetujui masing-masing negara di antara kawasan masih menjadi topik yang hangat dibicarakan. Karena masing-masing negara dari di kawasan tersebut ada yang sudah siap menjalankan perdagangan bebas dan ada yang belum siap menjalankan perdangan bebas. Namun, untuk melindungi barang-barang yang ada di dalam negeri pada suatu negara, pemerintah memberikan safeguard kepada negara dalam menjalankan praktek

perdagangan bebas. Menurut Menteri Perdagangan (Mendag), Marie Elka Pengestu, safeguard dikenakan kepada semua negara yang angka importnya kurang dari 3%.Safeguard dikenakan oleh semua negara yang impornya kurang dari 3%. Produk yang sudah dikenakan safeguard adalah kawat seng, tali kawat baja, dan kain tenun dari kapas, kata Marie, kepada wartawan, di sela-sela acara IIICE 2011, di Jakarta, Selasa, 12 April 2011. Marie menambahkan, berkaitan dengan safeguard bukan hanya RRC saja yang terkena langkah pengamanan yang telah dilakukan Komite Dumping Indonesia dan KPPI. Karena Indonesia telah melakukan protocol bilateral. Kita sudah ada protocol bilateral yang disepakati tahun lalu. Dimana di situ ada yang harus dilakukan untuk mencapai perdagangan yang harus tumbuh dan berimbang, jelasnya.

Sementara itu, hubungan bisnis Indonesia dengan RRC harus terus ditingkatkan. Misalnya yang telah dilakukan Asosiasi Pengusaha Indonesia (API). API telah melakukan kunjungan ke China untuk mempromosikan produk tekstil di Cina. Selain itu, melanjutkan pembicaraan yang lalu yang berkaitan dengan Infrastruktur Summit. Kegiatan ini dilakukan berkaitan dengan bagian dari daya saing yang telah dilakukan. Kemudian menurunkan ekonomi biaya tinggi. Menurunkan ekonomi biaya tinggi harus dilakukan. Untuk perdagangn kita, kita melakukan pengaman perdagangan di luar SNI, meningkatkan pengawasan barang beredar dan labeling bahasa indonesia. Ini berlaku bagi semua produk termasuk produk Indonesia, ujarnya. (www.infobanknews.com (12 april 2011)) Negara lain lebih dulumemberlakukansafeguard. Menteri Perindustrian Mohamad Suleman Hidayat meminta Kementerian Perdagangan lebih serius melindungi pasar dalam negeri dari serbuan produk impor. Alasannya, krisis di Amerika Serikat dan Eropa sudah berimbas pada penurunan nilai ekspor Indonesia ke wilayah tersebut. Dengan memperkuat pasar domestik, kata Hidayat, dampak penurunan ekspor industri bisa dikurangi. Beberapa langkah proteksi pasar yang bisa diambil, antara lain, dengan memperketat sejumlah aturan penyaring produk impor, seperti antidumping, safeguard, dan standardisasi produk. Hal tersebut sangat beralasan karena negara-nega-ra lain sudah memproteksi pasar domestik dengan alat serupa. Dalam pertemuan delapan negara Islam di Turki pekan lalu, kata Hidayat, tiap menteri perindustrian terlihat bersemangat memproteksi industri dalam negerinya. Bahkan Turki, menurut dia, telah melakukan gugatan dumping atas 20 produk ekspor Indonesia. Untuk tindakan sa/eguard-nya, Turki melarang barang ekspor dari Indonesia beredar dulu sambil menunggu hasil penyelidikan.Sebaliknya, Hidayat mengatakan, Indonesia jarang sekali melakukan safeguard. "Semestinya lebih berani, stop dulu saat dilakukan penyelidikan. Saya minta agar ketentuan safeguard diperketat karena negara lain melakukannya," ujarnya kemarin. Berdasarkan catatan Kamar Dagang dan Industri Indonesia, ekspor produk. Indonesia turun 5 persen pada September lalu dibanding

periode sama tahun lalu. Hal ini dipicu oleh penurunan permintaan dari pasar ekspor, terutama di Amerika dan Eropa. Anjloknya permintaan itu dirasakan betul oleh industri alas kaki. Ketua Dewan Penasihat Asosiasi Persepatuan Indonesia Djimanto mengungkapkan daya beli konsumen di kedua wilayah tersebut menurun. Hal ini terlihat dari bagaimana mereka meminta diskon harga 15-20 persen dari harga. Permintaan diskon tersebut dipastikan tidak hanya mengurangi keuntungan, tapi juga menyebabkan kerugian. Jika ekspor ke Amerika dan Eropa terganggu, industri alas kaki Indonesia dipastikan bakal goyah. Sebab, kedua wilayah itu adalah pasar utama ekspor alas kaki Indonesia. "Empat puluh persen dari total eks-por kami ke Eropa dan 30 persen ke Amerika, sisanya ke negara-negara lain." Tahun lalu nilai total ekspor alas kaki mencapai US$ 2,5 miliar dan tahun ini ditargetkan bisa mencapai US$ 3 miliar. Ekspor alas kaki yang mulai melambat terlihat pada jenis sepatu kulit. Sekretaris Direktorat Jenderal Perdagangan Luar Negeri Kementerian Perdagangan Albert Yusuf Tbbo-gu menyatakan perlu kajian mendalam untuk melakukan safeguard. "Apakah pihak sana melakukan perdagangan yang tidak adil?". Kementerian Perdagangan selama ini berusaha melindungi pasardomestik dengan pertimbangan keamanan, keselamatan, kesehatan, lingkungan, moral bangsa, dan kepentingan petani produksi. "Itu semua kebijakan perdagangan," katanya. Kebijakan internasional dalam mengatasi masalah global warming Kerjasama internasional diperlukan untuk mensukseskan pengurangan gas-gas rumah kaca. Di tahun 1992, pada Earth Summit di Rio de Janeiro, Brazil, 150 negara berikrar untuk menghadapi masalah gas rumah kaca dan setuju untuk menterjemahkan maksud ini dalam suatu perjanjian yang mengikat. Pada tahun 1997 di Jepang, 160 negara merumuskan persetujuan yang lebih kuat yang dikenal dengan Protokol Kyoto. Perjanjian ini, yang belum diimplementasikan, menyerukan kepada 38 negara-negara industri yang memegang persentase paling besar dalam melepaskan gas-gas rumah kaca untuk memotong emisi mereka ke tingkat 5 persen di bawah emisi tahun 1990. Pengurangan ini harus dapat dicapai paling lambat tahun 2012. Pada mulanya, Amerika Serikat mengajukan diri untuk

melakukan pemotongan yang lebih ambisius, menjanjikan pengurangan emisi hingga 7 persen di bawah tingkat 1990; Uni Eropa, yang menginginkan perjanjian yang lebih keras, berkomitmen 8 persen; dan Jepang 6 persen. Sisa 122 negara lainnya, sebagian besar negara berkembang, tidak diminta untuk berkomitmen dalam pengurangan emisi gas. Akan tetapi, pada tahun 2001, Presiden Amerika Serikat yang baru terpilih, George W. Bush mengumumkan bahwa perjanjian untuk pengurangan karbondioksida tersebut menelan biaya yang sangat besar. Ia juga menyangkal dengan menyatakan bahwa negara-negara berkembang tidak dibebani dengan persyaratan pengurangan karbondioksida ini. Kyoto Protokol tidak berpengaruh apa-apa bila negara-negara industri yang bertanggung jawab menyumbang 55 persen dari emisi gas rumah kaca pada tahun 1990 tidak meratifikasinya. Persyaratan itu berhasil dipenuhi ketika tahun 2004, Presiden Rusia Vladimir Putin meratifikasi perjanjian ini, memberikan jalan untuk berlakunya perjanjian ini mulai 16 Februari 2005. Banyak orang mengkritik Protokol Kyoto terlalu lemah. Bahkan jika perjanjian ini dilaksanakan segera, ia hanya akan sedikit mengurangi bertambahnya konsentrasi gas-gas rumah kaca di atmosfer. Suatu tindakan yang keras akan diperlukan nanti, terutama karena negara-negara berkembang yang dikecualikan dari perjanjian ini akan menghasilkan separuh dari emisi gas rumah kaca pada 2035. Penentang protokol ini memiliki posisi yang sangat kuat. Penolakan terhadap perjanjian ini di Amerika Serikat terutama dikemukakan oleh industri minyak, industri batubara dan perusahaan-perusahaan lainnya yang produksinya tergantung pada bahan bakar fosil. Para penentang ini mengklaim bahwa biaya ekonomi yang diperlukan untuk melaksanakan Protokol Kyoto dapat menjapai 300 milyar dollar AS, terutama disebabkan oleh biaya energi. Sebaliknya pendukung Protokol Kyoto percaya bahwa biaya yang diperlukan hanya sebesar 88 milyar dollar AS dan dapat lebih kurang lagi serta dikembalikan dalam bentuk penghematan uang setelah mengubah ke peralatan, kendaraan, dan proses industri yang lebih effisien. Pada suatu negara dengan kebijakan lingkungan yang ketat, ekonominya dapat terus tumbuh walaupun berbagai macam polusi telah dikurangi. Akan tetapi membatasi emisi karbondioksida terbukti sulit dilakukan. Sebagai contoh, Belanda, negara industrialis besar yang juga pelopor lingkungan, telah berhasil mengatasi berbagai macam polusi tetapi gagal untuk memenuhi targetnya dalam mengurangi

produksi karbondioksida.Setelah tahun 1997, para perwakilan dari penandatangan Protokol Kyoto bertemu secara reguler untuk menegoisasikan isu-isu yang belum terselesaikan seperti peraturan, metode dan pinalti yang wajib diterapkan pada setiap negara untuk memperlambat emisi gas rumah kaca. Para negoisator merancang sistem di mana suatu negara yang memiliki program pembersihan yang sukses dapat mengambil keuntungan dengan menjual hak polusi yang tidak digunakan ke negara lain. Sistem ini disebut perdagangan karbon. Sebagai contoh, negara yang sulit meningkatkan lagi hasilnya, seperti Belanda, dapat membeli kredit polusi di pasar, yang dapat diperoleh dengan biaya yang lebih rendah. Rusia, merupakan negara yang memperoleh keuntungan bila sistem ini diterapkan. Pada tahun 1990, ekonomi Rusia sangat payah dan emisi gas rumah kacanya sangat tinggi. Karena kemudian Rusia berhasil memotong emisinya lebih dari 5 persen di bawah tingkat 1990, ia berada dalam posisi untuk menjual kredit emisi ke negara-negara industri lainnya, terutama mereka yang ada di Uni Eropa.