tugas indra punya)

39
LAPORAN INDIVIDU TUGAS BIOETIKA KESEHATAN DALAM PERSPEKTIF HAM Oleh : Nama: indra rizal rasyid NIM : 10542 0245 10 PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR

Upload: indra-al-rasyid

Post on 21-Nov-2015

22 views

Category:

Documents


1 download

DESCRIPTION

tugas

TRANSCRIPT

LAPORAN INDIVIDU

TUGAS BIOETIKAKESEHATAN DALAM PERSPEKTIF HAM

Oleh :

Nama: indra rizal rasyidNIM : 10542 0245 10

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTERUNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR2010

KATA PENGANTAR

Pertama-tama saya tak henti-hentinya memanjatkan puji syukur kehadirat Allah SWT karena atas rahmat, dan hidayah-Nya lah saya dapat menyelesaikan tugas individu ini. Tak lupa pula saya kirimkan salam dan salawat atas junjungan kita Nabiullah Muhammad SAW yang telah membawa kita dari alam yang penuh kegelapan menuju alam yang terang benderang seperti saat sekarang ini.Tak lupa saya ucapkan terima kasih kepada ayah, ibu dan keluarga tercinta yang senantiasa mendukung dan mendoakan dalam setiap langkahku dalam menuntut ilmu serta bagi orang-orang dibelakang saya yang turut membantu dalam penyelesaian tugas individu ini.Tugas individu ini diberikan dosen kepada mahasiswanya untuk dikerjakan secara individual sebagai salah satu tugas wajib untuk memenuhi tugas rutin saya di mata kuliah pelajaran bioetika kedokteran. Dan dengan adanya tugas ini saya sebagai mahasiswa berharap dapat lebih mengembangkan diri serta dapat lebih mengeksplorasi diri terutama dalam hal peningkatan pengetahuan dalam bidang bioetika kedokteran.Saya berharap laporan ini dapat berguna dan bermanfaat bagi para pendidik, peneliti, akademisi, praktisi, dan calon pendidik serta mahasiswa baik kependidikan maupun non kependidikan. Akhir kata, semoga Allah SWT berkenan menerima amal bhakti yang diabdikan oleh kita semua. Amin.

Makassar, 04 Maret 2011

Abdul Qadir Afin Kolly

SKENARIOPada 1995, dr. S kedatangan tamu yang mengatakan bahwa seorang anggota keluarganya ada yang positif HIV dan sudah masuk fase AIDS. Si tamu ini selalu membawa saudaranya yang positif HIV itu ke Australia setiap kali mendapat infeksi oportunistik. Tidak jarang juga mereka berkonsultasi lewat telepon dengan dokter-dokter di Australia.Kemudian setelah mengetahui bahwa pengobatan serupa dapat dilakukan di Jakarta, dr. S menawarkan Rumah Sakit M karena Rumah Sakit CM penuh. Dan ini merupakan hal yang lumrah dalam penanganan medis kepada pasien, sehingga dr S merasa tidak ada masalah. Namun ketika pasien itu datang, ia tidak diperbolehkan masuk dengan alasan ia menderita AIDS, dan petugas kesehatan di Rumah Sakit M mengatakan harus ada izin dari direksi.Kemudian dr. S menemui pimpinan Rumah Sakit M dan mempertanyakan hal tersebut. Pimpinan Rumah Sakit M menjawab bahwa Rumah Sakit M belum siap menerima pasien AIDS, dan harus menunggu lima tahun lagi. Maka dr S menawarkan bantuan untuk melatih petugas kesehatan Rumah Sakit M mengenai penanganan pasien dengan AIDS.Setelah pelatihan selesai, kemudian datang pasien AIDS yang lain. Sempat dirawat inap tetapi kemudian pihak Rumah Sakit M meminta agar dipindah ke rumah sakit lain dengan alas an belum ada dokter yang mampu menangani pasien dengan AIDS. Padahal dr. S dan dua dokter lainnya sudah biasa merawat pasien dengan AIDS Rumah Sakit CM, dan semuanya sama-sama praktek juga di Rumah Sakit M.Kemudian waktu, ada pasien sesak napas yang datang, tetapi penanganan oleh dr S terputus karena dr. S harus ke luar negeri untuk menghadiri sebuah seminar. Beberapa hari setelah kepulangannya, ketika akan melanjutkan penanganan pasien sesak napas itu, ia mendengar dari keluarga pasien tersebut bahwa dirinya tidak boleh praktek lagi untuk menangani penyakit apapun. Ternyata kebijakan yang melarang dr. S untuk praktek itu dikeluarkan Rumah Sakit M dengan alasan dr. S pernah menangani pasien dengan AIDS.Untuk menyelesaikan kasus ini, dr. S dipertemukan dengan pimpinan Rumah Sakit M. Pada pertemuan itu, dr. S menjelaskan bahwa melayani penderita AIDS adalah sesuai dengan sumpah kedokteran dan strategi penanggulangan AIDS. Rumah Sakit M harus melakukannya. Rumah Sakit M tetap pada keputusannya.Akhirnya dr. S memberitahukan larangan praktek ini ke Departemen Kesehatan dan beberapa pihak lain yang terkait. Setelah menerima informasi tersebut,banyak pihak yang mengecam tindakan diskriminatif Rumah Sakit M. Dan setelah berbagai pembelaan diri, Rumah Sakit M meminta maaf dan mengatakan tidak akan mendiskriminasi lagi serta dr. S diizinkan lagimerawat pasien.

1. KLARIFIKASI ISTILAHKata sulit :1. HIV2. AIDS3. Oportunistik

Penjelasan :a) HIV ( Human Immunodeficiency Virus)yaitu virus yang memperlemah kekebalan pada tubuh manusia. Orang yang terkena virus ini akan menjadi rentan terhadap infeksi oportunistik ataupun mudah terkena tumor. Meskipun penanganan yang telah ada dapat memperlambat laju perkembangan virus, namun penyakit ini belum benar-benar bisa disembuhkan.b) AIDS ( Acquired Immunodeficiency syndrome )Adalah sekumpulan gejala dan infeksi (atau: sindrom) yang timbul karena rusaknya sistem kekebalan tubuh manusia akibat infeksi virus HIV atau infeksi virus-virus lain yang mirip yang menyerang spesies lainnya (SIV, FIV, dan lain-lain).c) OportunistikMenunjukkan mikroorganisme yang tidak biasanya menyebabkan penyakit namun menjadi patogenik di bawah keadaan tertentu. Menunjukkan penyakit atau infeksi yang disebabkan oleh organisme demikian.Kata kunci :1. Pada tahun 19952. HIV AIDS positif3. Infeksi oportunistik4. Rumah Sakit M dan Rumah Sakit CM5. Larangan praktek6. Diskriminasi

Kalimat kunci :1. Anggota keluarga ada yang HIV positif dan sudah masuk fase AIDS.2. Membawa ke Australia setiap kali infeksi oportunistik.3. Konsultasi dengan dokter-dokter di Australia.4. Pengobatan serupa dapat dilakukan di Jakarta.5. Pasien tidak diperbolehkan masuk.6. Harus ada izin dari direksi.7. Tawaran bantuan untuk melatih petugas kesehatan.8. Belum ada dokter yang mampu menangani pasien penderita AIDS.9. Melayani pasien harus sesuai dengan sumpah kedokteran dan strategi penanggulangan AIDS.10. Kebijakan larangan praktek dikeluarkan Rumah Sakit M 2. TUJUAN PEMBELAJARANSetelah selesai mempelajari modul ini mahasiswa diharapkan mampu :a. Menganalisis masalah kesehatan dalam persfektif hak asasi manusia.b. Menganalisis masalah sebagai implementasi hak atas kesehatan dalam konteks HAM.c. Melihat pengaruh dan hubungan kesehatan dan hak asasi manusia.d. Menganalisis masalah dalam persfektif Islam.

A. Pertanyaan :1. Jelaskan beberapa isu HAM yang terdapat pada kasus ini kedalam pembidangan HAM ?2. Bagaimana anda melihat isu HAM yang ada menurut Hak atas Kesehatan, baik menurut Instrumen HAM Internasional maupun nasional ?3. Analisis isu HAM pada kasus di atas kedalam matriks dan atau daftar 3 kewajiban minimum negara atas kesehatan dan empat elemen Hak atas Kesehatan ? 4. Analisa kasus diatas dalam perspektif Islam ?

B. PermasalahanIsu - isu Hak Asasi Manusia pada skenario :1. Membawa saudaranya ke Australia apabila mendapat infeksi oportunistik. Si tamu ini selalu membawa saudaranya yang HIV positif itu ke Australia setiap kali mendapat infeksi oportunistik.2. Rumah sakit M tidak memperbolehkan pasien penderita HIV / AIDS. Namun ketika pasien itu datang, ia tidak diperbolehkan masuk dengan alasan ia menderita AIDS, dan petugas kesehatan di Rumah Sakit M mengatakan harus ada izin dari direksi.3. Tawaran untuk melatih petugas kesehatan menangani pasien HIV/ AIDS. Maka dr S menawarkan bantuan untuk melatih petugas kesehatan Rumah Sakit M mengenai penanganan pasien dengan AIDS.4. Pemindahan pasien dikarenakan dokter tidak mampu menangani pasien tersebut.Sempat dirawat inap tetapi kemudian pihak Rumah Sakit M meminta agar dipindah ke rumah sakit lain dengan alasan belum ada dokter yang mampu menangani pasien dengan AIDS. 5. Tidak konsistennya penangana atau pelayanan medis di rumah sakit tersebut.Kemudian waktu, ada pasien sesak napas yang datang, tetapi penanganan oleh dr S terputus karena dr. S harus ke luar negeri untuk menghadiri sebuah seminar.6. Kebijakan yang dikeluarkan pihak rumah sakit untuk dr. S. Ternyata kebijakan yang melarang dr. S untuk praktek itu dikeluarkan Rumah Sakit M dengan alasan dr. S pernah menangani pasien dengan AIDS.7. Penjelasan dari dr. S mengenai satndar operasional prosedur. Pada pertemuan itu, dr. S menjelaskan bahwa melayani penderita AIDS adalah sesuai dengan sumpah kedokteran dan strategi penanggulangan AIDS.8. Pengaduan dr. S kepada lembaga atau pihak yang terkait.Akhirnya dr. S memberitahukan larangan praktek ini ke Departemen Kesehatan dan beberapa pihak lain yang terkait.9. Permintaan maaf pihak rumah sakit kepada dr. S dan kembalinya bertugas. Dan setelah berbagai pembelaan diri, Rumah Sakit M meminta maaf dan mengatakan tidak akan mendiskriminasi lagi serta dr. S diizinkan lagi.C. Pembahasan

1) Beberapa isu pelanggaran HAM yang terdapat dalam kasus dan pembidangannya dalam HAM.

Isu HAMPembidangan HAMAnalisis

Generasi IGenerasi IIGenerasi III

1. Membawa saudaranya ke Australia apabila mendapat infeksi oportunistik. 2. Hak untuk hidup7.Hak untuk kesehatan

2.Hak untuk menikmati kemajuan ilmu pengetahuanSi tamu ini selalu membawa saudaranya yang HIV positif itu ke Australia setiap kali mendapat infeksi oportunistik.

2. Rumah sakit M tidak memperbolehkan pasien penderita HIV / AIDS. 3. hak untuk memperoleh pelayanan kesehatan yang memadaiNamun ketika pasien itu datang, ia tidak diperbolehkan masuk dengan alasan ia menderita AIDS, dan petugas kesehatan di Rumah Sakit M mengatakan harus ada izin dari direksi.

3. Tawaran untuk melatih petugas kesehatan menangani pasien HIV/ AIDS. 8.Hak atas pendidikan Maka dr S menawarkan bantuan untuk melatih petugas kesehatan Rumah Sakit M mengenai penanganan pasien dengan AIDS.

4. Pemindahan pasien dikarenakan dokter tidak mampu menangani pasien tersebut.7.Hak atas kesehatan3.Hak untuk memperoleh pelayanan kesehatan yang memadaiSempat dirawat inap tetapi kemudian pihak Rumah Sakit M meminta agar dipindah ke rumah sakit lain dengan alasan belum ada dokter yang mampu menangani pasien dengan AIDS.

5. Tidak konsistennya penangana atau pelayanan medis di rumah sakit tersebut.7.Hak atas kesehatan

8.Hak atas pendidikanKemudian waktu, ada pasien sesak napas yang datang, tetapi penanganan oleh dr S terputus karena dr. S harus ke luar negeri untuk menghadiri sebuah seminar.

6. Kebijakan yang dikeluarkan pihak rumah sakit untuk dr. S. 1.Hak untuk bekerja Ternyata kebijakan yang melarang dr. S untuk praktek itu dikeluarkan Rumah Sakit M dengan alasan dr. S pernah menangani pasien dengan AIDS.

7. Penjelasan dari dr. S mengenai satndar operasional prosedur.

3.Hak untuk memperoleh pelayanan kesehatan yang memadai Pada pertemuan itu, dr. S menjelaskan bahwa melayani penderita AIDS adalah sesuai dengan sumpah kedokteran dan strategi penanggulangan AIDS.

8. Pengaduan dr. S kepada lembaga atau pihak yang terkait.Politik 1.Hak untuk menentukan nasib sendiriAkhirnya dr. S memberitahukan larangan praktek ini ke Departemen Kesehatan dan beberapa pihak lain yang terkait.

9. Permintaan maaf pihak rumah sakit kepada dr. S dan kembalinya bertugas. Politik 1.Hak untuk menyampaikan pendapat1.Hak untuk bekerjaDan setelah berbagai pembelaan diri, Rumah Sakit M meminta maaf dan mengatakan tidak akan mendiskriminasi lagi serta dr. S diizinkan lagi.

2) Isu Hak Asasi Manusia menurut hak atas kesehatan, menurut instrumen nasional maupun instrumen internasional.a. Instrumen nasional :1. Amandemen II pasal 28 H ayat 1 UUD 1945Menyatakan bahwa setiap orang berhak hidup sejahtera lahir dan batin, bertempat tinggal dan mendapatkan lingkungan hidup yang baik dan sehat serta berhak memperoleh pelayanan kesehatan. Dalam kasus ini, kita bisa menyimpulkan bahwa hak setiap orang adalah mendapatkan lingkungan hidup yang baik dan sehat serta berhak memperoleh pelayanan kesehatan. Dalam hal ini pasien penderita infeksi HIV/ AIDS seharusnya diberi kesempatan untuk melakukan pemeriksaan dan pengobatan di Rumah Sakit M agar penderita HIV/ AIDS di negara kita ini bisa dicegah dan tidak diberlakukan pendeskriminasia. Dan juga mendapatkan hak yang sama di mata pelayanan medis.2. UU No. 39 Tahun 1999 pasal 4a. Setiap orang berhak untuk hidup, mempertahankan hidup dan meningkatkan taraf kehidupannya.b. Setiap orang berhak hidup tenteram, aman, damai, bahagia, sejahtera, lahir dan batin.c. Setiap orang berhak atas lingkungan hidup yang baik dan sehat.Dalam kasus ini, semua orang harus mendapatkan haknya untuk mendapatkan lingkungan hidup yang baik dan sehat serta meningkatkan taraf kehidupannya seperti hidup damai, bahagia dan sejahtera, hal ini berkenaan dengan si penderita HIV berpikiran untuk pergi ke Australia untuk berobat setiap kali dia mengalami oportunistik demi untuk mempertahankan hidupnya.3. Pasal 4 UU no 23 thn 1992 Setiap orang mempunyai hak yang sama dalam memperoleh derajat kesehatan yang optimal.Pada kasus tersebut, penderita HIV/ AIDS yang semestinya harus mendapatkan segera tindakan pemeriksaan dan pengobatan namun karena pihak rumah sakit tidak memperbolehkan dia untuk dirawat di Rumah Sakit M tersebut malahan harus menunjukkan surat izin dari direksi, sehingga pasien pulang tanpa adanya tindakan medis. Hal ini, bertentangan dengan pasal 4 UU No.23 tahun 1992. Dan setelah dr. S mempertanyakan hal tersebtu barulah pasien berikutnya diperbolehkan akan tetapi hanya sempat inap dan setelah itu harus dipindahkan ke Rumah Sakit lain dengan alasan belum ada dokter yang mampu menangani pasien HIV/ AIDS tersebut.

b. Instrumen internasional :1. Pasal 25 Universal Declaration of Human Rights (UDHR)1. Setiap orang berhak atas taraf hidup yang menjamin kesehatan dan kesejahteraan untuk dirinya dan keluarganya, termasuk pangan, pakaian, perumahan dan perawatan kesehatannya serta pelayanan sosial yang diperlukan, dan berhak atas jaminan pada saat menganggur, menderita sakit, cacat, menjadi janda, mencapai usia lanjut atau mengalami kekurangan mata pencarian yang lain karena keadaan yang berada di luar kekuasaannya. 2. Para ibu dan anak-anak berhak mendapat perawatan dan bantuan istimewa. Semua anak, baik yang dilahirkan di dalam maupun di luar perkawinan, harus mendapat perlindungan sosial yang sama.Pada kasus ini adalah karena alasan belum adanya dokter yang mampu menangani pasien penderita HIV/ AIDSdari pihak Rumah Sakit M sehingga tidak terpenuhinya HAM (hak asasi manusia) untuk melakukan pemeriksaan dan pengobatan di rumah sakit tersebut apalagi pada kasus ini pasien yang diusulkan oleh dr. S tidak mendapatkan izin untuk berobat dan juga pada pasien berikutnya hanya sempat menginap di rumah sakit M lalu dipindah tempatkan ke rumah sakit lain. Padahal dr. S dan dua dokter lainnya sudah biasa merawat pasien dengan AIDS di Rumah Sakit CM, dan juga semuanya sama-sama praktek di rumah sakit M. 2. ICCPR (international Convenant on civil and Political Rights) pasal 6 dan 7 Pasal 6 menetapkan bahwa setiap manusia mempunyai hak hidup dan hak ini di lindungi oleh hukum dan bahwa tidak seorangpun boleh dirampas hak hidupnya secara sewenang-wenang. Pasal 7 tidak seorangpun dapat dikenai siksaan perlakuan atau penghukuman yang kejam, tidak manusiawi atau merendahkan martabat.Sesuai dengan isi dari ICCPR pasal 6 dan 7, kasus pasien diatas belum didahulukan haknya untuk memperoleh pelayanan kesehatan oleh rumah sakit yang juga bisa mengobati pasien penderita infeksi oportunistik. Akan tetapi pihak rumah sakit M tidak memperbolehkan dikarenakan tidak adanya izin dari direksi rumah sakit. Yang kemudian dr. S langsung turun tangan untuk mempertanyakan hal tersebut kepada pimpinan rumah sakit M yang hanya mengatakan bahwa rumah sakit ini belum siap untuk menerima pasien penderita AIDS dan harus menunggu lima tahun lagi. 3. Internasional Covenant on Economis, Social, and Cultural Rights (ICESCR) Pasal 12 :1. Negara Pihak dalam Kovenan ini mengakui hak setiap orang untuk menikmati standar tertinggi yang dapat dicapai atas kesehatan fisik dan mental.2. Langkah-langkah yang akan diambil oleh Negara Pihak pada Kovenan ini guna mencapai perwujudan hak ini sepenuhnya, harus meliputi hal-hal yang diperlukan untuk mengupayakan:a. Ketentuan-ketentuan untuk pengurangan tingkat kelahiran-mati dan kematian anak serta perkembangan anak yang sehat;b. Perbaikan semua aspek kesehatan lingkungan dan industri;c. Pencegahan, pengobatan dan pengendalian segala penyakit menular, endemik, penyakit lainnya yang berhubungan dengan pekerjaan;d. Penciptaan kondisi-kondisi yang akan menjamin semua pelayanan dan perhatian medis dalam hal sakitnya seseorang.Dalam kasus ini, sesuai dengan ICESCR pasal 12 pada point pertama, yaitu Negara Pihak dalam Kovenan ini mengakui hak setiap orang untuk menikmati standar tertinggi yang dapat dicapai atas kesehatan fisik dan mental. Dimana yang seharusnya pasien pertama yang diusulkan oleh dr. S harus mendapatkan pelayanan medis yang terbaik dari pihak rumah sakit daripada harus ke luar negeri untuk berobat dan juga di Jakarta terdapat rumah sakit yang bisa menangani hal tersebut yaitu infeksi oportunistik dan juga dapat konsultasi dengan para dokter-dokter di Indonesia mengenai penyakit tersebut, yang mungkin bisa diberikan penjelasan singkat akan tetapi sangat berarti bagi si penderita HIV/ AIDS.

3) Analisis isu HAM pada kasus diatas dalam matriks dan daftar 3 kewajiban minimum negara atas kesehatan dan 4 elemen Hak Asasi Kesehatan.DAFTAR TILIK TIGA KEWAJIBAN MINIMUM NEGARAI. MELINDUNGI No. KriteriaAdaTidak

1.Memastikan pengawasan dan pengaturan terhadap perusahaan farmasi, penyediaan layanan asuransi kesehatan, penyediaan pelayanan kesehatan, instutisi penelitian kesehatan, dan lain-lain.+

2.Memperkenalkan undang-undang, standar, regulasi, dan guidelines untuk melindungi: tenaga kerja, konsumen, dan lingkungan.+

3.Control dan regulasi pemasaran dan distribusi bahan berbahaya : tembakau, alcohol dan kelompok makanan tertentu+

4.Control dan regulasi praktik-praktik dan pengobatan tradisional yang diketahui berbahaya bagi kesehatan.

+

5.Memastikan perempuan dan anak terlindung dari kekerasan.

+

Kesimpulan :Jika dihubungkan antara kriteria pada kasus diatas, hampir semua tidak ada yang terkait, sebab pada skenario tidak terdapat pengontrolan dan standar regulasi terhadap pemasaran dan distribusi bahan berbahaya serta praktik praktik pengobatan tradisional yang diketahui dapat berbahaya bagi kesehatan. Selain itu, kurangnya kepastian perlindungan perempuan dan anak dari kekerasan, serta tidak ada pengawasan dan pengaturan terhadap perusahaan farmasi, penyedia pelayanan kesehatan, dll. Namun pada scenario terdapat UU, standar, regulasi dan guidelines untuk melindungi: tenaga kerja, konsumen , dan lingkungan. Dapat dibuktikan pada skenario, yaitu dengan adanya penjelasan dari dr. S mengenai pelayanan bagi penderita AIDS adalah sesuai dengan sumpah kedokteran dan strategi penanggulangan penyakit AIDS di Indonesia. Yang dimana setiap rumah sakit harus mengutamakan dan melakukan hal tersebut, melihat banyaknya penyakit yang setara dengan HIV/ AIDS yang dapat menimbulkan kematian bagi si penderita.Secara tidak langsung, melalui penjelasan dr. S yang mengutamakan standar operasional prosedur dalam ilmu kedokteran tersebut, Negara sudah menjalankan kewajibannya dalam melindungi warga negara, sebab kita ketahui bahwa jabatan seorang dokter juga tidak lepas dari pemerintahan yang secara tidak langsung berhubungan dengan Pemerintahan Negara.

II. MENGHORMATINo. KriteriaAdaTidak

1.Refrain from introduction policies or practices that might impede the poor from seeking medical attention such user fees+

2.Sikap tanpa diskriminasi terhadap kelompok minoritas atau kelompok rentan +

3.Tidak menahan atau mispresent informasi mengenai kesehatan yang penting +

4.Tidak mengikuti komitmen internasional tanpa mengukur kemampuan masyarakat dalam menyadari hak untuk sehatnya+

5.Memastikan pembuangan industry dan rumah tangga ditangani dan dilakukan dengan cara yang tidak membahayakan kesehatan pekerja atau pun masyarakat local.+

6.Tidak melarang penggunaan pengobatan dan perawatan tradisional yang aman+

7.Tidak memasarkan atau tmendistribusikan obat-obatan yang tidak aman+

8.Do not impose coercive medical treatment

+

9.Mengadopsi hokum dan kebijakan yang tidak menghalangi hak bereproduksi+

10.Melarang distribusi dan pemasaran bahan berbahaya. (misalnya tembakau)+

11.Mengalokasikan dana kesehatan secara proposional+

Kesimpulan :Ada beberapa sikap diskriminasi yang secara tidak langsung tergambarkan melalui peraturan yang dibuat , dimana peraturan tersebut seakan akan tidak menghormati hak hak asai manusia ( hak warga negara tersebut ). Seperti hal dengan si pasien pertama yang datang untuk berobat di rumah sakit M yang diman tidak diperbolehkan untuk melakukan pengobatan atau pemeriksaan oleh pihak rumah sakit karena tidak mempunyai surat izin dari direksi. Dan juga pasien kedua yang hanya sempat inap tanpa menerima pelayanan medis yang dapat mengurangi beban dari penyakitnya tersebut.III. MEMENUHINo. KriteriaAda Tidak

1.Menyediakan fasilitas, barang dan pelayanan kesehatan untuk ibu, anak dan kesehatan reproduksi+

2.Menyediakan pelayanan dan informasi mengenai perencanaan keluarga, perawatan pre dan postnatal dan serta obstetri darurat+

3.Menyediakan fasilitas, barang dan pelayanan terhadap kecelakaan, pelayanan darurat untuk luka-luka, epidemic dan bencana alam+

4.Menyediakan rumaha sakit dan klinik-klinik dengan staf dan peralatan yang lengkap+

5Menyediakan fasilitas, peralatan dan obat-obatan untuk penangan penyakit dan luka-luka pada tingkata local+

6.Menyediakan tenaga kesehatan terlatih serta petugas yang siap di panggil untuk mencapai daerah terpencil+

7.Penyediaan obat-kobatan dasar yang cukup dengan fasilitas penyimpanan yang sesuai+

8.Menyediakan system surfailens dan screening untuk mendeteksi dan merespon kejadian luar biasa dan epidemic+

9.Menyediakan informasi dan pendidikan mengenai kesehatan reproduksi dan seks, resiko yang berhubungan dengan cara penularan penyakit menular seksual+

10.Menyediakan informasi dan pendidikan that address the social determinans of health and promote safety+

11.Melakukan pelatihan, memberikan informasi secara professional dan meningkatkan kesadaran terhadap HAM seperti melarang diskriminasi terhadap petugas kesehatan+

12.Menyediakan informasi mengenai pilihan pelayanan yang tersedia dan kemungkinan mendapatkan pengurangan biaya, bagi masyarakat yang membutuhkan +

13.Menyediakan air bersih yang aman untuk rumah tangga dan sanitasi dasar yang baik+

14.Penyediaan perumahan aman yang adekuat +

15.Penyediaan makanan bergisi dalam jumlah yang cukup dan peringatan awal atas keamanan bahan makanan.+

16.Penyediaan jaminan social atau asuransi kesehatan +

17.Memenuhi hak setiap anak terhadap identitas (registrasi kelahiran)+

18.Bebas dari penelantaran, eksploitasi dan kekerasan, bagi anak dan wanita, termasuk perdagangan tenaga kerja dan domestik+

19.Menyediakan program vaksinasi dan imunisasi+

Kesimpulan :Suatu Negara harus bertanggung jawab dalam pemenuhan segala aspek untuk masyarakat, dimana yang bergerak adalah orang orang pemerintahan seperti halnya dr. S, lalu dikelolah oleh orang orang yang berada pada masing masing institusi yang terkait ( rumah sakit M), termasuk dalam hal kesehatan : pelayanan yang baik dan fasilitas yang lengkap terutama untuk institusi rumah sakit yang berada di kota. Dalam skenario masih banyak yang harus diutamakan, utamanya hal hal diatas seperti Penyediaan jaminan social atau asuransi kesehatan, melakukan pelatihan, memberikan informasi secara professional dan meningkatkan kesadaran terhadap HAM seperti melarang diskriminasi terhadap petugas kesehatan, menyediakan informasi dan pendidikan that address the social determinans of health and promote safety, menyediakan fasilitas, peralatan dan obat-obatan untuk penangan penyakit dan luka-luka pada tingkata local, menyediakan tenaga kesehatan terlatih serta petugas yang siap di panggil.

DAFTAR TILIK EMPAT ELEMEN HAK ATAS KESEHATAN1. KETERSEDIAANNo.KriteriaAdaTidak

1.Tersedia pelayanan antenatal care+

2.Tersedia pelayanan Keluarga Berencana +

3.Tersedia pelayanan imunisasi+

4.Tersedia pelayanan dokter umum+

5.Tersedia fasilitas pertolongan pertama pada kegawatan dan kedaruratan+

6.Tersedia obat-obatan pokok(essential drugs)+

7.Tersedia pendidikan untuk menangani masalah kesehatan

+

8. Tersedia promosi penyediaan makanan dan nutrisi yang seimbang+

9.Tersedia fasilitas air bersih dan sanitasi dasar+

Kesimpulan :Pelaksanaan fungsi kesehatan public dan fasilitas pelayanan kesehatan, barang, dan jasa-jasa kesehatan, juga program-program, harus tersedia dalam kuantitas yang cukup disuatu Negara. Ini terlihat atas kutipan kasus Si tamu ini selalu membawa saudaranya yang HIV positif itu ke Australia setiap kali mendapat infeksi oportunistik. Tidak jarang juga mereka berkonsultasi lewat telepon dengan dokter-dokter di Australia. Tanda bahwa masih kurangnya fasilitas di rumah sakit untuk penanganan penyakit-penyakit yang sangat tergolong sukar ditemukan obatnya dan menular, contohnya HIV/ AIDS, kanker, hepatitis, stroke, tumor ganas dan lain-lain.

II. KETERJANGKAUAN

No.KriteriaAda

Tidak

1.Pelayanan kesehatan dapat dimanfaatkan oleh setiap lapisan masyarakat+

2.Pelayanan kesehatan dapat dimanfaatkan oleh kelompok dengan kondisi ekonomi terendah di daerah tersebut+

3.Letak pelayanan kesehatan relative dekat dengan masyarakat+

4.Masyarakat relative mudah mendapatkan infornmasi mengenai kesehatan dan pelayanan kesehatan+

5.Setiap ibu hamil bisa mendapatkan perawatan kesehatan sebelum,pada saat, dan setelah melahirkan+

6.Setiap anak bisa mendapatkan pelayanan imunisasi pokok+

7.Masyarakat bisa mendapatkan obat-obatan untuk sepuluh penyakit terbanyak di daerah tersebut dengan mudah+

8. Masyarakat kelompok ekonomi terendah bisa memperoleh obat-obatan pokok (essential drugs)+

9.Masyarakat kelompok ekonomi terendah dapat memperoleh fasilitas air bersih dan sanitasi dasar+

10.Masyarakat kelompok ekonomi terendah memperoleh pengetahuan mengenai masalah kesehatan+

11Masyarakat kelompok ekonomi terendah memperoleh pengetahuan mengenai makanan dan nutrisi tepat+

Kesimpulan :Fasilitas kesehatan, barang , dan jasa harus dapat diakses oleh tiap orang tanpa diskriminasi, dalam Jurisdiksi Negara. Aksesibilitas memiliki empat dimensi yang saling terkait , yaitu :a) Tidak diskriminasiKeterkaitannya pada kasus tersebut yaitu adanya tindakan diskriminasi pada pasien pertama , ditunjukkan dengan tidak diperbolehkannya untuk melakukan pemeriksaan dan pengobatan di rumah sakit M yang dikarenakan tidak adnya izin dari direksi , hal ini menunjukkan adanya diskriminasi pada pasien tersebut.b) Akses secara fisikc) Akses secara ekonomiDalam hal ini pasien tergolong mampu karena berdasarkan skenario di atas pasien sering ke Australia untuk melakukan pengobatan apabila mendapat infeksi oportunistik dan konsul dengan dokter-dokter di Australia.d) Akses informasiKurangnya informasi pelayanan kesehatan oleh pemerintah sehingga para warga negara Indonesia yang tergolong mampu langsung menuju ke negara lain untuk berobat yang mungkin juga dikarenakan karena ketidak percayaan pasien terhadap dokter-dokter di Indonesia.

III. PENERIMAAN

No.KriteriaAdaTidak

1.Menghormati nilai-nilai social budaya masytarakat+

2.Pelayanan kesehatan tidak bertentangan dengan etika medis+

3.Menghormati kaum minoritas+

4.Menghormati nilai-nilai individu+

Kesimpulan :Segala fasilitas kesehatan, barang , dan pelayanan harus diterima oleh etika medis dan sesuai secara budaya, misalnya menghormati kebudayaan individu-individu, kaum minoritas, kelompok dan masyarakat, sensitive terhadap jender dan persyaratan siklus hidup .Pada kasus tersebut dapat dihubungkan yaitu adanya penyimpangan oleh pihak rumah sakit M yang telah menjadi tugas utamanya untuk menolong pasien yang emergensi maupun yang non-emergensi, tetapi dihalangi akibat adanya belum tersedianya dokter di rumah sakit tersebut yang mampu menangani pasien panderita HIV/ AIDS yang mungkin dikarenakan kurangnya pelatihan bagi dokter pada bidang-bidang tertentu seperti misalnya spesialis.

IV. KUALITAS

No.KriteriaAdaTidak

1.Pelayanan kesehatan sesuai dengan standar minimal+

2.Petugas kesehatan teruji kompetensinya+

3.Fasilitas pelayanan kesehatan mampu menangani wanita yang sedang dalam keadaan hamil, melahirkan, dan menyusui+

4.Fasilitas kesehatan mampu memberikan pelayanan imunisasi+

5.Fasilitas pelayanan kesehatan mampu menangani sepuluh penyakit di daerah tersebut+

6.Fasilitas pelayanan kesehatan mampu menangani kondisi kegawatan dan kedaruratan yang mengancam jiwa+

7.Peralatan dalam fasilitas pelayanan kesehatan berfungsi dengan baik+

8. Obat-obatan pokok (essential drugs) tidak kadaluarsa+

9.Air minum aman dan bersih+

10.Sanitasi memadai+

Kesimpulan :Selain secara budaya diterima, fasilitas kesehatan, barang dan jasa harus secara ilmu dan secara medis sesuai serta dalam kualitas yang baik .Dengan begitu pelayanan kesehatan di setiap rumah sakit tersedia lengkap dan memadai untuk pengobatan penyakit yang tergolong sukar untuk disembuhkan. Dan dengan mudah masyarakat untuk berobat karena ketersediaan dan kualitas setiap rumah rumah sakit bermutu dalam hal pelayanan medis.

4). Analisa isu HAM pada kasus di atas dalam perspektif Islam.Beragama adalah salah satu hak asasi manusia, dalam menjalankan tugasnya, negara harus kuat dan tegas menegakkan dan menjamin Hak Asasi Manusia.Pandangan Hak Asasi Manusia dalam perspektif agama islam :1. Agama sebagai sebuah system kepercayaan kepada yang illahi dan tanggapan iman kepadanya.2. Agama mengajarkan cinta kasih sayang antara pencipta dan yang diciptakan. antara manusia dan seluruh alam. Agama bisa menjadi rahmat bagi sesama, sealam semesta bila moralitas dan cinta kasih menjadi jantung kehidupan beragama.a. Hak untuk hidup (Al Maidah ayat 32)

3. Artinya :Oleh karena itu Kami tetapkan (suatu hukum) bagi Bani Israil, bahwa: barangsiapa yang membunuh seorang manusia, bukan karena orang itu (membunuh) orang lain atau bukan karena membuat kerusakan dimuka bumi, maka seakan-akan dia telah membunuh manusia seluruhnya. Dan barang siapa yang memelihara kehidupan seorang manusia, maka seolah-olah dia telah memelihara kehidupan manusia semuanya. Dan sesungguhnya telah datang kepada mereka rasul-rasul. Kami dengan (membawa) keterangan-keterangan yang jelas, kemudian banyak diantara mereka sesudah itu sungguh-sungguh melampaui batas dalam berbuat kerusakan dimuka bumi.

b. Hak atas persamaan hak didepan hukum (QS.An Nissa:135)Wahai orang-orang yang beriman, jadilah kamu orang yang benar-benar penegak keadilan, menjadi saksi karena Allah biarpun terhadap dirimu sendiri atau ibu bapa dan kaum kerabatmu. jika ia Kaya ataupun miskin, Maka Allah lebih tahu kemaslahatannya. Maka janganlah kamu mengikuti hawa nafsu karena ingin menyimpang dari kebenaran. dan jika kamu memutar balikkan (kata-kata) atau enggan menjadi saksi, Maka Sesungguhnya Allah adalah Maha mengetahui segala apa yang kamu kerjakan.c. Perampasan Hak (QS.Al-Maidah : 63)Mengapa orang-orang alim mereka, pendeta-pendeta mereka tidak melarang mereka mengucapkan Perkataan bohong dan memakan yang haram? Sesungguhnya Amat buruk apa yang telah mereka kerjakan itu.d. Larangan mendatangi tempat yang terjangkit penyakit menular (endemi infeksi HIV).Kalau kamu mendengar penyakit menular berjangkit di suatu daerah, janganlah engkau pergi kesana. Tetapi bila penyakit itu berjangkit dimana kamu berada, janganlah kamu keluar daripadanya. (Hadist RM : Al Bukhori)

KESIMPULANJika dihubungkan antara kriteria pada kasus diatas, hampir semua tidak ada yang terkait, sebab pada skenario tidak terdapat pengontrolan dan standar regulasi terhadap pemasaran dan distribusi bahan berbahaya serta praktik praktik pengobatan tradisional yang diketahui dapat berbahaya bagi kesehatan. Selain itu, kurangnya kepastian perlindungan perempuan dan anak dari kekerasan, serta tidak ada pengawasan dan pengaturan terhadap perusahaan farmasi, penyedia pelayanan kesehatan, dll. Namun pada scenario terdapat UU, standar, regulasi dan guidelines untuk melindungi: tenaga kerja, konsumen , dan lingkungan. Dapat dibuktikan pada skenario, yaitu dengan adanya penjelasan dari dr. S mengenai pelayanan bagi penderita AIDS adalah sesuai dengan sumpah kedokteran dan strategi penanggulangan penyakit AIDS di Indonesia. Yang dimana setiap rumah sakit harus mengutamakan dan melakukan hal tersebut, melihat banyaknya penyakit yang setara dengan HIV/ AIDS yang dapat menimbulkan kematian bagi si penderita.Secara tidak langsung, melalui penjelasan dr. S yang mengutamakan standar operasional prosedur dalam ilmu kedokteran tersebut, Negara sudah menjalankan kewajibannya dalam warga negara, sebab kita ketahui bahwa jabatan seorang dokter juga tidak lepas dari pemerintahan yang secara tidak langsung berhubungan dengan Pemerintahan Negara.Keterkaitannya pada kasus tersebut yaitu adanya tindakan diskriminasi pada pasien pertama, ditunjukkan dengan tidak diperbolehkannya untuk melakukan pemeriksaan dan pengobatan di Rumah Sakit M yang dikarenakan tidak adanya izin dari direksi , hal ini menunjukkan adanya diskriminasi pada pasien tersebut.

REFERENSI

Al-Hafidz, Ahsin W, Fikih Kesehatan, Penerbit Amzah: Jakarta, 2007.Bioetik kedokteran dan hukum kesehatan Ed IIIDepartemen agama RI, Al-Quran dan Terjemahan AL-HIKMAH, CV PenerbitDiponegoro: Bandung, 2008.Hanafiah, M. Jusuf & Amri Amir.1999.Etika kedokteran dan Hukum kesehatanEdisi 3.Jakarta: EGC Nazif Amru H. Bioetika dan hak-hak asasi manusia menuju standar pengaturan Nasional. Komisi Bioetika Nasional. Jakarta. 2007.Palella, F. J. Jr, Delaney, K. M., Moorman, A. C., Loveless, M. O., Fuhrer, J., Satten, G. A., Aschman and D. J., Holmberg, S. D. (1998). "Declining morbidity and mortality among patients with advanced human immunodeficiency virus infection. HIV Outpatient Study Investigators". N. Engl. J. Med 338 (13): 853860. Pengantar Bioetika, hukum kedokteran dan Hak Asasi Manusia. Nasrudin A. Mappaware. FK UMISuprapti Samil, Ratna. 2001. Etika Kedokteran Indonesia, Yayasan BinaPustaka Sarwono Prawiroharjo: Jakarta.Wadia, R. S., Pujari, S. N., Kothari, S., Udhar, M., Kulkarni, S., Bhagat, S., and Nanivadekar, A. (2001). "Neurological manifestations of HIV disease". J. Assoc. Physicians India 49: 343348.Yarchoan, R., Tosatom G. and Littlem R. F. (2005). "Therapy insight: AIDS-related malignancies the influence of antiviral therapy on pathogenesis and management". Nat. Clin. Pract. Oncol. 2 (8): 406415.