tugas individu perbankan syariah

22
TUGAS INDIVIDU DOSEN PEMBIMBING: RAHMAYATI, S.E.I MAKALAH PERBANKAN SYARIAH SISTEM PEMBIAYAAN BANK SYARIAH D I S U S U N Oleh: MUHAMMAD MUJAHID NIM : 25.12.3.143 SEMESTER III (TIGA) D JURUSAN D-III (DIPLOMA TIGA) PERBANKAN SYARIAH FAKULTAS SYARIAH DAN EKONOMI ISLAM INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI SUMATERA UTARA ( I A I N S U ) M E D A N 2013

Upload: mmujahid10

Post on 28-Nov-2015

37 views

Category:

Documents


6 download

DESCRIPTION

Mujahid

TRANSCRIPT

Page 1: Tugas Individu Perbankan Syariah

TUGAS INDIVIDU

DOSEN PEMBIMBING: RAHMAYATI, S.E.I

MAKALAH

PERBANKAN SYARIAH

“ SISTEM PEMBIAYAAN BANK SYARIAH ”

D

I

S

U

S

U

N

Oleh:

MUHAMMAD MUJAHID

NIM : 25.12.3.143

SEMESTER III (TIGA) D

JURUSAN D-III (DIPLOMA TIGA) PERBANKAN SYARIAH

FAKULTAS SYARIAH DAN EKONOMI ISLAM

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI SUMATERA UTARA

( I A I N – S U )

M E D A N

2013

Page 2: Tugas Individu Perbankan Syariah
Page 3: Tugas Individu Perbankan Syariah

i

KATA PENGANTAR

Penulis mengucap puji syukur kehadiran Allah SWT yang telah memberikan kita

kesehatan pada penulis sehingga dapat menyelesaikan makalah ini tepat pada waktunya.

Makalah ini berjudul “Sistem Pembiayaan Bank Syariah” sebagai syarat untuk memenuhi

tugas mata kuliah Perbankan Syariah sebelum menempuh Ujian Akhir Semester (UAS). Dalam

pembuatan makalah ini, penulis banyak memperoleh bantuan, bimbingan dan arahan, baik secara

langsung maupun tidak langsung dari berbagai pihak. Untuk itu, penulis mengucapkan terima

kasih terutama kepada:

1. Orang tua, yang telah mendukung dan membimbing pembuatan makalah ini.

2. Ibu Rahmayati, S.E.I, selaku dosen pembimbing atas kesediaan beliau disela kesibukannya

masih berkesempatan memberi petunjuk dan bimbingannya.

3. Staf IAIN-SU, yang telah memberikan bantuan pelayanan yang memuaskan untuk

kelancaran dan penyelesaian makalah ini.

4. Penulis mengucapkan terima kasih dan penghargaan kepada pihak IAIN-SU dengan penuh

rasa sabar, memberikan dukungan dan pengertian yang tidak henti-hentinya selama

penyelesaian makalah ini.

5. Teman sejawat, yang telah memberikan dorongan moril dan bantuannya hingga makalah ini

selesai.

Semoga Allah SWT memberikan ganjaran serta bimbingan dan petunjuk-Nya. Semoga

makalah ini bermanfaat bagi pembaca.

Penulis yakin makalah ini sudah cukup baik. Namun, kritik dan saran tetap penulis

harapkan demi kesempurnaan makalah ini.

Medan, 7 Desember 2013

Muhammad Mujahid

NIM: 25.12.3.143

Page 4: Tugas Individu Perbankan Syariah

ii

DAFTAR ISI

Halaman

KATA PENGANTAR ............................................................................................................... i

DAFTAR ISI ............................................................................................................................. ii

BAB

I PENDAHULUAN ........................................................................................................ 1

1.1 Latar Belakang Pembahasan ................................................................................ 1

1.2 Rumusan Pembahasan .......................................................................................... 1

1.3 Pembatasan Pembahasan ...................................................................................... 1

II SISTEM PEMBIAYAAN BANK SYARIAH ............................................................ 3

2.1 Sistem Pembiayaan Bank Syariah ........................................................................ 3

2.2 Jenis-Jenis Pembiayaan ........................................................................................ 4

2.2.1 Pembiayaan Modal Kerja ......................................................................... 4

2.2.1.1 Pengertian Pembiayaan Modal Kerja ....................................... 4

2.2.1.2 Manfaat, Fitur & Jenis Pembiayaan Modal Kerja ................... 5

2.2.1.3 Unsur Pembiayaan Modal Kerja .............................................. 6

A. Pembiayaan Likuiditas ...................................................... 7

B. Pembiayaan Piutang .......................................................... 7

C. Pembiayaan Persediaan (Inventory Financing) ................ 8

D. Pembiayaan Modal Kerja untuk Perdagangan .................. 9

2.2.1.4 Persyaratan Pengajuan Pembiayaan Modal Kerja ................... 10

2.2.2 Pembiayaan Investasi ............................................................................... 10

2.2.2.1 Pengertian Pembiayaan Investasi ............................................. 10

2.2.2.2 Manfaat, Fitur & Jenis Pembiayaan Investasi .......................... 12

2.2.2.3 Persyaratan Pengajuan Pembiayaan Investasi ......................... 13

2.2.3 Pembiayaan Konsumtif ............................................................................ 14

2.2.3.1 Pengertian Pembiayaan Konsumtif .......................................... 14

2.2.3.2 Jenis & Macam-Macam Pembiayaan Konsumtif .................... 15

III PENUTUP .................................................................................................................... 17

3.1 Kesimpulan ........................................................................................................... 17

3.2 Saran ..................................................................................................................... 17

DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................................ 18

Page 5: Tugas Individu Perbankan Syariah

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Pembahasan

Perbankan syariah merupakan salah satu bagian dari sistem perbankan yang diyakini

dapat memiliki peranan yang penting dalam Perekonomian Nasional. Sistem Perbankan Syariah

menawarkan pola kerjasama kemitraaan dengan sistem bagi hasil keuntungan dan risiko usaha.

Meskipun demikian, pesatnya pertumbuhan Bank Syariah di Indonesia belum dibarengi oleh

pemahaman dan pengetahuan masyarakat tentang sistem operasional perbankan syariah. Meski

Bank Syariah terus berkembang setiap tahunnya, namun dikalangan masyarakat Indonesia masih

belum mengenal apa dan bagaimana Bank Syariah menjalankan kegiatan bisnisnya. Umumnya

masyarakat masih beranggapan bahwa Bank Syariah tak ubahnya seperti bank konvensional

yang hanya diberi label syariah saja (Muchtasib, 2007).

Dalam hal penyaluran dana, pembiayaan yang diberikan didominasi oleh skema

murabahah atau jual beli, dimana keuntungan diperoleh berdasarkan margin. Secara praktek

pengambilan margin yang dilakukan oleh perbankan syariah seperti pengambilan bunga yang

dilakukan perbankan konvensional. Cara seperti ini yang menyebabkan melekatnya anggapan

masyarakat bahwa Bank Syariah tidak berbeda dengan bank konvensional pada umumnya.

Sementara itu, pembiayaan dengan sistem bagi hasil seperti akad mudharabah dan

musyarakah, memiliki porsi yang cukup kecil jika dibandingkan dengan pembiayaan dengan

pendapatan tetap. Dengan kata lain, pembiayaan perbankan syari’ah dengan pola tersebut belum

menjadi barometer Bank Syari’ah.

Berdasarkan pemaparan di atas, pendapatan bank merupakan variabel yang cukup

dipertimbangkan dalam pemberian pembiayaan. Meskipun demikian, terdapat variabel-variabel

lain dalam suatu pembiayaan yang juga perlu dipertimbangkan, termasuk pendapatan yang

diterima nasabah pembiayaan. Hubungan antar variabel tersebut perlu diketahui sehingga Bank

Syari’ah dapat lebih bijak dalam memberikan pembiayaan.

1.2 Rumusan Pembahasan

Pada makalah ini, penulis merumuskan pembahasan pada pembiayaan yang ada pada

Bank Syariah, khususnya pada modal kerja, pembiayaan investasi dan pembiayaan konsumtif.

1.3 Tujuan Pembahasan

Penulisan makalah ini bertujuan:

a) Sebagai suatu syarat untuk memenuhi tugas mata kuliah Perbankan Syariah yang diberikan

kepada penulis sebelum menempuh Ujian Akhir Semester (UAS).

b) Sebagai latihan dalam menulis suatu karya ilmiah.

Page 6: Tugas Individu Perbankan Syariah

2

c) Untuk mengetahui bagaimana sistem pembiayaan pada Bank Syariah, khususnya

pembiayaan modal kerja, pembiayaan investasi dan pembiayaan konsumtif.

d) Untuk mengetahui akad & persyaratan pada pembiayaan modal kerja, pembiayaan investasi

dan pembiayaan konsumtif.

e) Untuk mengetahui jenis-jenis/macam-macam pada pembiayaan modal kerja, pembiayaan

investasi dan pembiayaan konsumtif.

Page 7: Tugas Individu Perbankan Syariah

3

BAB II

SISTEM PEMBIAYAAN BANK SYARIAH

2.1 Sistem Pembiayaan Bank Syariah

Peranan perbankan syariah dalam aktivitas ekonomi Indonesia tidak jauh berbeda dengan

perbankan konvensional. Perbedaan mendasar antara keduanya adalah prinsip-prinsip dalam

transaksi keuangan/operasional. Salah satu prinsip dalam operasional perbankan syariah adalah

penerapan bagi hasil keuntungan dan risiko (profit and loss sharing). Prinsip ini tidak berlaku di

perbankan konvensional yang menerapkan sistem bunga atau adanya fungsi time value of money,

artinya nilai uang saat ini belum tentu sama dengan nilai uang di masa mendatang.

Perbedaan antara prinsip Bank Syariah dengan bank umum (konvensional) adalah

terletak pada pola pembiayaan dan pemberian balas jasa, baik yang diterima oleh bank maupun

investor. Jika dilihat pada bank umum, pembiayaan disebut loan atau pinjaman, sementara di

Bank Syariah disebut financing atau pembiayaan. Artinya pada bank umum pemberian

pembiayaan lebih didasarkan pada kerjasama transaksi (untung-rugi), sedangkan pada Bank

Syariah lebih didasarkan pada kerjasama kemitraan. Sedangkan balas jasa yang diberikan atau

diterima pada bank umum berupa bunga (interest loan atau deposit) dalam presentase pasti.

Sementara pada Bank Syariah dengan sistem syariah, hanya memberi dan menerima balas jasa

berdasarkan perjanjian (akad) bagi hasil.

Dalam perbankan syariah dikenal istilah mudharabah, murabahah dan musyarakah untuk

program pembiayaan. Mudharabah yaitu jenis pembiayaan dimana bank dapat menyediakan

pembiayaan modal investasi atau modal kerja hingga 100%, sedangkan nasabah menyediakan

usaha manajemennya, keuntungan dibagi sesuai kesepakatan bersama dalam bentuk nisbah

(presentase) dari keuntungan. Murabahah yaitu produk perbankan Islam dalam pembiayaan

pembelian barang lokal ataupun internasional, keuntungan diperoleh dari harga barang yang

dinaikkan (bank melakukan suatu mark-up sebelum menjual barang tersebut kepada nasabahnya

atas dasar cost plus profit). Musyarakah adalah pembiayaan sebagian (50%) dari modal usaha

keseluruhan, dalam jenis pembiayaan ini bank dapat dilibatkan dalam proses manajemen.

Pembagian keuntungan berdasarkan perjanjian yang disepakati bersama. (Shomad, dkk., 2000)

Dalam pendanaan kepada nasabah dalam bentuk pemberian pembiayaan, ada beberapa

hal yang perlu diperhatikan berkaitan dengan penilaian pembiayaan. Oleh karena itu, layak

tidaknya pembiayaan yang diberikan akan sangat mempengaruhi stabilitas keuangan bank.

Penilaian pembiayaan harus memenuhi beberapa kriteria sebagai berikut (Rahardja, 1997):

1. Keamanan pembiayaan (safety). Harus benar-benar diyakini bahwa pembiayaan tersebut

dapat dilunasi kembali.

2. Terarahnya tujuan penggunaan pembiayaan (suitability). Pembiayaan akan digunakan untuk

tujuan yang sejalan dengan kepentingan masyarakat atau setidaknya tidak bertentangan

dengan peraturan yang berlaku.

Page 8: Tugas Individu Perbankan Syariah

4

3. Menguntungkan (profitable). Pembiayaan yang diberikan menguntungkan bagi bank

maupun bagi nasabah.

Permasalahan yang biasanya dialami oleh lembaga keuangan syariah diantaranya modal,

kegiatan operasional, sistem manajemen operasional, sistem manajemen keuangan, dan loyalitas

pembiayaan.

2.2 Jenis-Jenis Pembiayaan

Menurut sifat penggunaannya, pembiayaan dapat dibagi menjadi dua hal, yaitu:

a. Pembiayaan produktif, yaitu pembiayaan yang ditujukan untuk memenuhi kebutuhan

produksi dalam arti luas, yaitu untuk peningkatan usaha, baik usaha produksi, perdagangan,

maupun investasi. Sebagai contohnya, pembiayaan untuk membangun pabrik yang nantinya

akan menghasilkan barang, pembiayaan pertanian akan menghasilkan produk pertanian atau

pembiayaan pertambangan akan menghasilkan bahan tambang atau industri lainnya.

Menurut keperluannya, pembiayaan produktif dapat dibagi menjadi dua hal, yaitu:

1) Pembiayaan modal kerja adalah pembiayaan yang digunakan untuk memenuhi

kebutuhan:

Peningkatan produksi, baik secara kuantitatif, yaitu jumlah hasil produksi, maupun

secara kualitatif, yaitu peningkatan kualitas atau mutu hasil produksi.

Untuk keperluan perdagangan atau peningkatan utility of place dari suatu barang.

Misalnya: untuk membeli bahan baku, membayar gaji pegawai atau biaya-biaya lainnya

yang berkaitan dengan proses produksi perusahaan.

2) Pembiayaan investasi adalah pembiayaan yang digunakan untuk memenuhi kebutuhan

barang-barang modal (capital goods) serta fasilitas-fasilitas yang erat kaitannya dengan

itu.

b. Pembiayaan konsumtif yaitu pembiayaan yang digunakan untuk memenuhi kebutuhan

konsumsi, yang akan habis digunakan untuk memenuhi kebutuhan. Dalam pembiayaan ini

tidak ada pertambahan barang dan jasa yang dihasilkan, karena memang untuk digunakan

atau dipakai oleh seseorang atau badan usaha. Sebagai contoh, pembiayaan perumahan,

pembiayaan mobil pribadi, pembiayaan perabotan rumah tangga dan pembiayaan konsumsi

lainnya.

2.2.1 Pembiayaan Modal Kerja

2.2.1.1 Pengertian Pembiayaan Modal Kerja

Pembiayaan Modal Kerja (PMK) syariah adalah suatu pembiayaan jangka pendek yang

diberikan kepada perusahaan untuk membiayai kebutuhan modal kerja usahanya berdasarkan

prinsip-prinsip syariah. Fasilitas dari PMK itu sendiri dapat diberikan kepada seluruh

sektor/subsektor ekonomi yang dinilai prospek, tidak bertentangan dengan syariat Islam dan

tidak dilarang oleh ketentuan perundang-undangan yang berlaku serta yang dilakukan jenuh oleh

Page 9: Tugas Individu Perbankan Syariah

5

Bank Indonesia. Pemberian fasilitas pembiayaan modal kerja kepada debitur/calon debitur

dengan tujuan untuk mengeliminasi risiko dan mengoptimalkan keuntungan bank.

Adiwarman A. Karim mendefinisikan pembiayaan modal kerja syariah adalah

pembiayaan jangka pendek yang diberikan kepada perusahaan untuk membiayai kebutuhan

modal kerja usahanya berdasakan prinsip-prinsip syariah.1 Jangka waktu pembiayaan modal

kerja syariah maksimal 1 tahun dan dapat diperpanjang sesuai dengan kebutuhan. Perpanjangan

fasilitas PMK dilakukan atas dasar hasil analisis terhadap debitur dan fasilitas pembiayaan secara

kesuluruhan.

Hal-hal yang harus diperhatikan dalam melakukan analisis pemberian pembiayaan antara

lain adalah jenis usaha, skala usaha, tingkat kesulitan usaha yang dijalankan dan karakter

transaksi dalam sektor usaha yang akan dibiayai. Dalam hal pemberian pembiayaan modal kerja,

bank juga harus mempunyai daya analisis yang kuat tentang sumber pembiayaan kembali, yakni

sumber pendapatan (income) proyek yang akan dibiayai.

2.2.1.2 Manfaat, Fitur & Jenis Pembiayaan Modal Kerja

Adapun manfaat dari pembiayaan modal kerja adalah:

a) Membiayai kebutuhan nasabah dalam hal kebutuhan modal kerja, baik untuk modal kerja

pembiayaan jangka berulang, tetap langsung dan tetap angsuran.

b) Digunakan antara lain untuk pembelian inventaris, baik berupa bahan baku (raw material)

maupun barang dagangan (trading goods).

c) Kebutuhan modal kerja operasional serta untuk aktififitas produktif lainnya.2

Adapun fitur yang diberikan oleh Bank Syariah adalah:

a) Berdasarkan prinsip syariah dengan pilihan akad musyarakah, mudharabah, atau

murabahah sesuai dengan spesifikasi kebutuhan modal kerja.

b) Dapat digunakan untuk meningkatkan atau memenuhi tambahan omset penjualan dan

membiayai kebutuhan bahan baku atau biaya-biaya overhead.

c) Jangka waktu pembiayaan disesuaikan dengan spesifikasi modal kerja.

d) Plafond mulai Rp 100 juta.

e) Untuk nasabah perorangan akan dilindungi oleh asuransi jiwa sehingga pembiayaan akan

dilunasi oleh perusahaan asuransi apabila meninggal dunia.

f) Pelunasan sebelum jatuh tempo tidak dikenakan denda.

g) Dapat menggunakan skema revolving maupun non-revolving (bergantung karakteristik

nasabah).

h) Dapat memanfaatkan pembiayaan rekening koran syariah sehingga lebih memudahkan

dalam mencairkan pembiayaan.

Berdasarkan akad yang digunakan dalam produk pembiayaan syariah, jenis PMK dapat

dibagi menjadi lima macam, yakni:

1 Adiwarman A. Karim, Bank Islam Analisis Fiqih dan Keuangan, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2006),

h. 234. 2 http://www.paninbanksyariah.co.id/index.php/mproduk?id=31

Page 10: Tugas Individu Perbankan Syariah

6

a. PMK Mudharabah

Pembiayaan mudharabah adalah perjanjian antara peranan dana dan pengelola dana untuk

melakukan kegiatan usaha teartentu, dengan pembiayaan keuntungan antara kedua belah

pihak berdasarkan nisbah yang telah disepakati sebelumnya.3

b. PMK Isthisna

Istishna adalah perjanjian jual-beli dalam bentuk pemesanan pembuatan barang dengan

kriteria dan persyaratan tertentu yang disepakati antara pemesan dan penjual.4

c. PMK Salam

Salam adalah perjanjian jual beli barang dengan cara pemesanan dengan syarat-syarat

tertentu dan pembayaran harga terlebih dahulu.5

d. PMK Murabahah

Murabahah adalah perjanjian jual-beli antara bank dan nasabah dimana Bank Syariah

membeli barang yang diperlukan oleh nasabah dan kemudian menjualnya kepada nasabah

yang bersangkutan sebesar harga perolehan ditambah dengan margin/keuntungan yang

disepakati antara Bank Syariah dan nasabah.6

e. PMK Ijarah

Ijarah adalah perjanjian sewa-menyewa suatu barang dalam waktu tertentu melalui

pembayaran sewa.7

Bank Syariah dapat memenuhi seluruh kebutuhan modal kerja dengan menjalin

hubungan partnership dengan nasabah, dimana bank bertindak sebagai penyandang dana

(shahibul maal), sedangkan nasabah sebagai pengusaha (mudharib). Skema pembiayaan seperti

ini disebut dengan mudharabah (trust finanshing). Fasilitas ini dapat didirikan untuk jangka

waktu tertentu, sedangkan bagi hasil dibagi secara periodik dengan nisbah yang telah disepakati.

Setelah jatuh tempo, nasabah mengembalikan jumlah dana tersebut beserta porsi bagi hasil (yang

belum dibagikan) yang menjadi bagian bank.

2.2.1.3 Unsur Pembiayaan Modal Kerja

Unsur-unsur modal kerja syariah dapat dibagi menjadi beberapa komponen yaitu: sebagai

alat likuid (cash), piutang dagang (receivable), dan persediaan (inventory) yang umumnya terdiri

atas persediaan bahan baku (raw material), persediaan barang dalam proses (work in process),

dan persediaan barang jadi (finished goods). Oleh karena itu, pembiayaan modal kerja

merupakan salah satu atau kombinasi dari pembiayaan likuiditas (cash financing), pembiayaan

piutang (receivable financing), dan pembiayaan persediaan (inventory financing).8

3 Muhammad, Manajemen Dana Bank Syariah, (Yogyakarta: Ekonisia, 2004), h. 188.

4 Ibid., h. 189.

5 Ibid., h. 188.

6 Ibid.

7 Ibid., h. 189.

8 Muhammad Syafii Antonio, Bank Syariah: Bagi Bankir dan Praktisi Keuangan (Jakarta: Bank Indonesia

dan Tazkia Institute, 1999).

Page 11: Tugas Individu Perbankan Syariah

7

A. Pembiayaan Likuiditas

Pembiayaan likuiditas pada umumnya digunakan untuk memenuhi kebutuhan yang

timbul akibat terjadinya ketidaksesuaian (mismatched) antara cash inflow dan cash outflow pada

perusahaan nasabah. Fasilitas yang biasanya diberikan oleh bank konvensional adalah fasilitas

cerukan (overdraft facilities) atau yang biasa disebut kredit rekening koran. Atas pemberian

fasilitas ini bank memperoleh imbalan manfaat berupa bunga atas jumlah rata-rata pemakaian

dana yang disediakan dalam fasilitas tersebut.

Sedangkan Bank Syariah dapat menyediakan fasilitas semacam itu dalam bentuk qardh

timbal balik atau yang disebut compensating balance. Melalui fasilitas ini nasabah harus

membuka rekening giro, dan bank tidak memberikan bonus atas giro tersebut. Bila nasabah

mengalami situasi mismatched, nasabah dapat menarik dana melebihi saldo yang tersedia

sehingga menjadi negatif sampai maksimum jumlah yang disepakati dalam akad. Atas fasilitas

ini, bank tidak dibenarkan meminta imbalan apa pun, kecuali sebatas biaya administrasi

pengelolaan fasilitas tersebut.9

B. Pembiayaan Piutang

Kebutuhan pembiayaan ini timbul pada perusahaan yang menjual barangnya dengan

kredit, tetapi baik jumlah maupun jangka waktunya melebihi kapasitas modal kerja yang

dimilikinya. Bank biasanya memberikan fasilitas berupa:

1. Pembiayaan Piutang (Receivable Financing)

Bank memberikan pinjaman dana kepada nasabah untuk mengatasi kekurangan dana

karena masih tertanam dalam piutang. Atas pinjaman itu bank meminta cessie atas tagihan

nasabah tersebut. Pada dasarnya nasabah berkewajiban untuk menagih sendiri piutangnya.

Tetapi, jika bank merasa perlu, dengan menggunakan cessie tersebut bank berhak untuk menagih

langsung kepada pihak yang berhutang. Hasil penagihan tersebut pertama-tama digunakan untuk

membayar pinjaman nasabah berikut bunganya, dan selebihnya dikreditkan ke rekening nasabah.

Bila ternyata piutang tersebut tidak tertagih, maka nasabah wajib membayar kembali pinjaman

tersebut berikut bunganya kepada bank.

2. Anjak Piutang (Factoring)

Pada fasilitas ini, Bank Syariah memberikan pembiayaan piutang dalam bentuk al-qardh

di mana bank tidak boleh meminta imbalan, kecuali biaya administrasi. Untuk kasus anjak

piutang, bank dapat memberikan fasilitas pengambil alihan piutang, yaitu yang disebut hiwalah.

Tetapi untuk fasilitas ini pun bank tidak dibenarkan meminta imbalan, kecuali biaya layanan atau

biaya administrasi dan biaya penagihan. Dengan demikian, Bank Syariah meminjamkan uang

(qardh) sebesar piutang yang tertera dalam dokumen piutang (wesel tagih atau promes) yang

diserahkan kepada bank tanpa potongan. Akan tetapi, jika ternyata pada saat jatuh tempo hasil

tagihan itu digunakan untuk melunasi hutang nasabah kepada bank. Tetapi bila ternyata piutang

9 Zainul Arifin, “Pasar Uang dan Valuta Asing Berbasis Syariah”, paper dipresentasi di Bank Indonesia,

Jakarta, 21 Desember 1998.

Page 12: Tugas Individu Perbankan Syariah

8

tersebut tidak ditagih, maka nasabah harus membayar kembali hutangnya itu kepada bank. Selain

itu, sebagian ulama memberikan jalan keluar berupa pembelian surat hutang (bai’ al-dayn),

tetapi sebagian ulama melarangnya.10

C. Pembiayaan Persediaan (Inventory Financing)

Bank Syariah mempunyai mekanisme tersendiri untuk memenuhi kebutuhan pendanaan

persediaan tersebut, yaitu antara lain dengan menggunakan prinsip jual-beli (al-bai’) dalam dua

tahap. Tahap pertama, bank mengadakan (membeli dari suplier secara tunai) barang-barang

yang dibutuhkan oleh nasabah. Tahap kedua, bank menjual kepada nasabah pembeli dengan

pembayaran tangguh dan dengan mengambil keuntungan yang disepakati bersama, antara bank

dengan nasabah. Ada beberapa skema jual-beli yang dipergunakan untuk meng-approach

kebutuhan tersebut yaitu:

1. Bai’ al-Murabahah

Pembiayaan persediaan dalam usaha produksi terdiri dari biaya pengadaan bahan baku

dan penolong. Melalui proses produksi, bahan baku tersebut akan menjadi barang setengah jadi,

kemudian menjadi barang jadi yang siap untuk dijual. Apabila barang jadi tersebut dijual dengan

kredit, maka akan berubah menjadi piutang, dan melalui proses collection akan berubah menjadi

kas kembali.

Pembiayaan ini juga dapat diberikan kepada nasabah yang hanya membutuhkan dana

untuk pengadaan bahan baku dan bahan penolong. Sementara itu, biaya proses produksi dan

penjualan, seperti upah tenaga kerja, biaya pengepakan, biaya distribusi, serta biaya-biaya

lainnya dapat ditutup dalam jangka waktu sesuai dengan lamanya perputaran modal kerja

tersebut, yaitu dari pengadaan persediaan bahan baku, sampai terjualnya hasil produksi, dan hasil

penjualan diterima dalam bentuk tunai (cash).

2. Bai’ al Istishna’

Melalui fasilitas ini bank melakukan pemesanan barang dengan harga yang disepakati

kedua belah pihak (biasanya sebesar biaya produksi ditambah keuntungan bagi produsen, tetapi

lebih rendah dari harga jual) dan dengan pembayaran di muka secara bertahap, sesuai dengan

tahap-tahap proses produksi. Setiap selesai satu tahap, bank meneliti spesifikasi dan kualitas

work in process tersebut, kemudian melakukan pembayaran untuk proses tahap berikutnya,

sampai tahap akhir dari proses produksi tersebut hingga berupa bahan jadi. Dengan demikian,

kewajiban dan tanggung jawab pengusaha adalah keberhasilan proses produksi tersebut sampai

menghasilkan barang jadi sesuai dengan kuantitas dan kualitas yang telah diperjanjikan. Bila

produksi gagal, pengusaha berkewajiban menggantinya, apakah dengan cara memproduksi lagi

ataupun dengan cara membeli dari pihak lain.

Setelah barang selesai, produk tersebut statusnya menjadi milik bank. Tentu saja bank

tidak bermaksud untuk membeli barang itu untuk dimiliki, melainkan untuk segera dijual

kembali dengan mengambil keuntungan. Pada saat yang kurang lebih bersamaan dengan proses

10

Bank Islam Malaysia Berhad, Islamic Banking Practice From The Practitioner’s Perspective, (Kuala

Lumpur: BIMB, 1994).

Page 13: Tugas Individu Perbankan Syariah

9

pemberian fasilitas ba’i al-istishna’ tersebut, bank juga telah mencari potential purchaser dari

produk yang dipesan oleh bank tersebut. Dalam praktiknya, potential buyer tersebut telah

diperoleh nasabah. Dengan adanya pembelian dari nasabah produsen dan penjualan kepada pihak

pembeli itu menghasilkan skema pembiayaan berupa istishna’ paralel atau istishna’wal

murabahah, dan bila hasil produksi tersebut disewakan, skemanya menjadi istishna’ wal ijarah.

Bank memperoleh keuntungan dari selisih harga beli (istishna’) dengan harga jual (murabahah)

atau dari hasil sewa (ijarah).11

3. Bai’ as Salam

Melalui fasilitas ini bank melakukan pemesanan barang kepada nasabah dengan pembayaran

di muka secara sekaligus, dan nasabah berkewajiban men-deliver barang tersebut pada tanggal

yang disepakati dalam kontrak. Pada waktu yang bersamaan bank dapat mencari pembeli atas

produk tersebut. Kombinasi ini disebut salam paralel.12

D. Pembiayaan Modal Kerja untuk Perdagangan

1. Perdagangan Umum

Perdagangan umum adalah perdagangan yang dilakukan dengan target pembeli siapa saja

yang datang membeli barang-barang yang telah disediakan di tempat penjual, baik pedagang

eceran (retailer) maupun pedagang besar (whole seller). Pada umumnya perputaran modal kerja

(working capital turnover) perdagangan semacam ini sangat tinggi, tetapi pedagang harus

mempertahankan sejumlah persediaan yang cukup, karena barang-barang yang dijual itu sebatas

jumlah persediaan yang ada atau telah dikuasai penjual. Untuk pembiayaan modal kerja

perdagangan jenis ini skema yang paling tepat adalah skema mudharabah.13

2. Perdagangan Berdasarkan Pesanan

Perdagangan ini biasanya tidak dilakukan atau diselesaikan di tempat penjual, yaitu

seperti perdagangan antarkota, perdagangan antarpulau, atau perdagangan antarnegara. Pembeli

terlebih dulu memesan barang-barang yang dibutuhkan kepada penjual berdasarkan contoh

barang atau daftar barang serta harga yang ditawarkan. Biasanya pembeli hanya akan membayar

apabila barang-barang yang dipesan telah diterimanya. Hal ini untuk menghindari kemungkinan

risiko akibat ketidakmampuan penjual memenuhi pesanan, atau ketidaksesuaian jumlah dan

kualitas barang yang dikirimkan dengan spesifikasi yang dimaksud dalam surat penawaran atau

pemesanan.

Berdasarkan pesanan itu penjual lalu mengumpulkan barang-barang yang diminta,

dengan cara membeli atau memesan, baik dari produsen maupun dari pedagang lainnya. Setelah

terkumpul, barulah dikirimkan kepada pembeli sesuai pesanan. Apabila barang telah dikirim,

maka penjual juga menghadapi kemungkinan risiko tidak dibayarnya barang yang dikirimnya

itu. Untuk mengatasi masalah tersebut Bank Syariah telah dapat mengadopsi mekanisme L/C

11

AAOIFI, Accounting and Auditing and Governance Standards for Islamic Financial Institution (Bahrain:

Accounting and Auditing Organization for Islamic Financial Institution (AAOIFI), Manama, 1999). 12

Muhammad Syafii Antonio, Bank Syariah: Suatu Pengenalan Umum (Jakarta: Bank Indonesia dan

Tazkia Institute, 1999). 13

Sami Hasan Ahmad Hamoud, Tathwiir Al-A’mal Al-Mash-rafiyyah bima Yattafiqu wasy-Syariah Al-

Islamiyah (Amman: Matbaatu Asy-Syarq wa Maktabatuha, 1982).

Page 14: Tugas Individu Perbankan Syariah

10

dengan menggunakan skema al-wakalah, al-musyarakah, al-mudharabah, ataupun al-

murabahah. Dalam hal al-wakalah, Bank Syariah hanya memperoleh pendapatan berupa fee atas

jasa yang diberikannya.

2.2.1.4 Persyaratan Pengajuan Pembiayaan Modal Kerja

Adapun persyaratan administratif dalam pengajuan pembiayaan modal kerja adalah

sebagai berikut:

A. Individu

Formulir permohonan pembiayaan untuk individu

Photocopy KTP dan Kartu Keluarga

Photocopy Surat Nikah (bila sudah menikah)

Photocopy NPWP

Slip gaji & surat keterangan kerja (untuk pegawai/karyawan) yang asli

Laporan keuangan/laporan usaha 2 tahun terakhir

Photocopy mutasi rekening buku tabungan/statement giro 6 bulan terakhir

Photocopy rekening telepon dan listrik 3 bulan terakhir

Bukti legalitas jaminan (SHM/SHGB/BPKB/bilyet deposito/dan lain-lain)

Bukti-bukti purchase order atau Surat Perintah Kerja (SPK) jika ada

B. Institusi/Perusahaan

Surat permohonan pembiayaan dari manajemen/pengurus

NPWP institusi yang masih berlaku

Legalitas pendirian dan perubahannya (jika ada) dan pengesahannya

Izin-izin usaha: SIUP, TDP, SKD, SITU, dan lainnya (jika dibutuhkan) yang masih

berlaku

Data-data pengurus perusahaan

Laporan keuangan 2 tahun terakhir

Photocopy mutasi rekening buku tabungan/statement giro 6 bulan terakhir

Bukti legalitas jaminan (SHM/SHGB/BPKB/ bilyet deposito/dan lain-lain)

Bukti-bukti purchase order atau Surat Perintah Kerja (SPK) jika ada

2.2.2 Pembiayaan Investasi

2.2.2.1 Pengertian Pembiayaan Investasi

Yang dimaksud dengan investasi adalah penanaman dana dengan maksud untuk

memperoleh imbalan/manfaat/keuntungan dikemudian hari, mencakup hal-hal berikut antara

lain:14

a. Imbalan yang diharapkan dari investasi adalah berupa kentungan dalam bentuk uang.

(financial benefit).

14

Adiwarman Karim, Op. Cit., h. 236-237.

Page 15: Tugas Individu Perbankan Syariah

11

b. Bahan usaha umumnya bertujuan untuk memperoleh keuntungan berupa uang, sedangkan

badan sosial dan badan-badan pemerintah lainnya lebih bertujuan memberikan manfaat

sosial (social benefit) dibandingkan dengan keuntungan.

c. Bahan-bahan usaha yang mendapat pembiyaan investasi dari bank harus mampu

memperoleh keuntungan finansial (financial benefit) agar dapat hidup dan berkembang serta

memenuhi kewajiban kepada bank.

Dana yang ditanam dalam aktiva seperti halnya dana yang diinvestasikan ke dalam aktiva

lancar juga mengalami proses perputaran, walaupun secara konsepsional sebenarnya tidak ada

perbedaan antara investasi dalam aktiva tetap dengan investasi dalam aktiva lancar.

Baik investasi dalam aktiva lancar maupun investasi dalam aktiva tetap dilakukan dengan

harapan bahwa perusahaan akan dapat memperoleh kembali dana yang diinvestasikan tersebut.

Masalahnya adalah perputaran dana yang tertanam dalam kedua jenis aktiva tersebut berbeda,

yaitu investasi ke dalam aktiva lancar diharapkan akan dapat diterima kembali dalam waktu

dekat secara sekaligus (paling lama dalam 1 tahun), sebaliknya dalam investasi pada aktiva tetap

dana yang tertanam tersebut baru akan kembali secara keseluruhan dalam waktu beberapa tahun

dan kembalinya itu secara berangsur-angsur melalui penyusutan (depresiasi).15

Jadi, dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud dengan pembiayaan investasi adalah

pembiayaan jangka menengah atau jangka panjang untuk pembelian barang-barang modal yang

diperlukan untuk:16

1. Pendirian proyek baru, yakni pendirian atau pembangunan proyek/pabrik dalam rangka

usaha baru.

2. Rehabilitasi, yakni penggantian mesin/peralatan lama yang sudah rusak dengan

mesin/peralatan baru yang lebih baik,

3. Modernisasi, yakni penggantian menyeluruh mesin/peralatan lama dengan mesin/peralatan

baru yang tingkat teknologinya lebih baik/tinggi.

4. Ekspansi, yakni penambahan mesin/peralatan yang telah ada dengan mesin/peralatan baru

dengan teknologi sama atau lebih baik/tinggi.

5. Relokasi proyek yang sudah ada, yakni pemindahan lokasi proyek/pabrik secara keseluruhan

(termasuk sarana penunjang kegiatan pabrik, seperti laboratorium, atau gudang) dari suatu

tempat ke tempat lain lokasinya lebih tepat/baik.

Pembiayaan investasi dipergunakan untuk proyek-proyek yang dapat mendorong

peningkatan ekspor, menyerap banyak tenaga kerja, mempunyai dampak ganda pada sektor-

sektor lain (multiplier effect), meningkatkan kegiatan koperasi dan golongan ekonomi lemah

termasuk sektor informal, serta memberikan social benefit.

Pembiayaan investasi adalah produk pembiayaan yang akan membantu kebutuhan

investasi usaha sehingga mendukung rencana ekspansi yang telah tersusun.17

Pembiayaan

investasi diberikan kepada nasabah untuk keperluan penambahan modal guna mengadakan

15

http://rahmikhoziah.blogspot.com/2012/06/pembiayaan-investasi-syariah.html 16

Adiwarman A.Karim, op. cit.,h. 237. 17

http://www.muamalatbank.com/home/produk/pembiayaan_invest

Page 16: Tugas Individu Perbankan Syariah

12

rehabilitasi, perluasan usaha ataupun pendirian proyek baru. Ciri-ciri pembiayaan investasi

adalah:

a) Untuk pengadaan barang-barang modal

b) Mempunyai perencanaan yang matang dan terarah

c) Berjangka waktu menengah dan panjang

Melihat luas aspek yang dikelola dan dipantau, maka untuk pembiayaan investasi di Bank

Syariah menggunakan skema musyarakah mutanaqishah. Dalam hal ini, bank memberikan

pembiayaan dengan prinsip penyertaan, dan secara bertahap bank melepaskan penyertaannya dan

pemilik perusahaan akan mengambil alih kembali, baik dengan menggunakan surplus cash flow

yang tercipta maupun dengan menambah modal, baik yang berasal dari setoran pemegang saham

yang ada maupun dengan mengundang pemegang saham baru. Skema lain yang dapat digunakan

adalah ijarah muntahia bi tamlik, yaitu menyewakan barang modal dengan opsi kepemilikan

setelah masa sewa berakhir.18

2.2.2.2 Manfaat, Fitur & Jenis Pembiayaan Investasi

Manfaat dari pembiayaan investasi syariah ini adalah sebagai berikut:

1. Membiayai kebutuhan nasabah dalam hal kebutuhan investasi baik untuk investasi

pembiayaan jangka menengah maupun investasi pembiayaan jangka panjang.

2. Digunakan antara lain untuk pembelian inventaris, baik berupa bahan baku (raw material)

maupun barang dagangan (trading goods).

3. Kebutuhan investasi operasional serta untuk aktifitas produktif lainnya.

Fitur dari pembiayaan investasi syariah adalah:

1. Berdasarkan prinsip syariah dengan akad murabahah atau ijarah sesuai dengan spesifikasi

kebutuhan investasi.

2. Dapat digunakan untuk pembelian atau penyewaan tempat usaha, peralatan investasi (mesin,

kendaraan, alat berat, dan lain-lain), dan pembangunan.

3. Jangka waktu pembiayaan hingga 5 tahun.

4. Plafond mulai Rp 100 juta.

5. Untuk nasabah perorangan akan dilindungi oleh asuransi jiwa sehingga pembiayaan akan

dilunasi oleh perusahaan asuransi apabila meninggal dunia.

6. Pelunasan sebelum jatuh tempo tidak dikenakan denda.

Berdasarkan akad yang digunakan dalam produk pembiayaan syariah, jenis Pembiayaan

Investasi (PI) dapat dibagi menjadi empat macam, yakni:

1. PI Murabahah, adalah pembiayaan investasi untuk keperluan jasa konstruksi atau pengadaan

pesanan, berdasarkan SPK (Surat Perintah Kerja), dimana bank memberikan modal sesuai

porsinya, setelah dikurangi self financing (modal sendiri). Contoh pembiayaan ini adalah:

pembangunan gedung, jembatan pemasangan instalasi mesin, pembelian gedung/ruko,

pemasangan dan pengadaan Air Condition (AC), dan lain-lain. Tujuan/keuntungan: turut

18

Jihad Abdullah Husain Abu Uwaimir, Attarsyid Asy-Syari lil-Bunuk Al-Qaimah (Kairo: Al-Ittihad Ad-

Dauli lil-Bunuk Al-Islamiah, 1986).

Page 17: Tugas Individu Perbankan Syariah

13

membantu badan usaha dalam hal investasi untuk pelaksanaan proyek jasa konstruksi atau

pengadaan barang.

2. PI IMBT (Ijarah Muntahiyya Bi Tamlik), adalah pembiayaan investasi untuk keperluan

menyewa, membangun gedung, memiliki kendaraan, dan lain-lain dengan mengangsur

dimana diakhir periode angsuran nasabah dapat memiliki aktiva tersebut atau hanya sewa

saja. Tujuan/keuntungan: turut membantu badan usaha jasa umum untuk memenuhi

kebutuhan aktiva tetap.

3. PI Salam, adalah pembiayaan investasi untuk pembelian barang yang masih dipesan dahulu

dengan pembayaran tunai di awal. Nasabah memesan barang ke bank, kemudian bank

membayar tunai kepada produsen. Barang tersebut kemudian dibayar oleh nasabah ke bank

secara cicilan. Contoh pembiayaan ini adalah: pembangunan gedung, membuat furniture,

dan lain-lain. Tujuan/keuntungan: turut membantu badan usaha jasa umum untuk memenuhi

kebutuhan aktiva tetap.

4. PI Istishna’, adalah pembiayaan investasi untuk keperluan jasa konstruksi atau pengadaan

pesanan, berdasarkan SPK (Surat Perintah Kerja). Contoh pembiayaan ini adalah:

pembangunan gedung, jembatan, pemasangan instalasi mesin, pemasangan dan pengadaan

Air Condition (AC), dan lain-lain. Tujuan/keuntungan: turut membantu badan usaha jasa

umum untuk memenuhi kebutuhan aktiva tetap.19

2.2.1.4 Persyaratan Pengajuan Pembiayaan Investasi

Adapun persyaratan administratif dalam pengajuan pembiayaan investasi adalah sebagai

berikut:

A. Individu

Formulir permohonan pembiayaan untuk individu

Photocopy KTP dan Kartu Keluarga

Photocopy Surat Nikah (bila sudah menikah)

Photocopy NPWP

Slip gaji & surat keterangan kerja (untuk pegawai/karyawan) yang asli

Laporan keuangan/laporan usaha 2 tahun terakhir

Photocopy mutasi rekening buku tabungan/statement giro 6 bulan terakhir

Photocopy rekening telepon dan listrik 3 bulan terakhir

Bukti legalitas jaminan (SHM/SHGB/BPKB/bilyet deposito/dan lain-lain)

Daftar kebutuhan dan bukti penawaran atas pengadaan rencana investasi yang diajukan

B. Institusi/Perusahaan

Surat permohonan pembiayaan dari manajemen/pengurus

NPWP institusi yang masih berlaku

Legalitas pendirian dan perubahannya (jika ada) dan pengesahannya

19

http://bankdkisyariah.co.id/?page=investasi

Page 18: Tugas Individu Perbankan Syariah

14

Izin-izin usaha: SIUP, TDP, SKD, SITU, dan lainnya (jika dibutuhkan) yang masih

berlaku

Data-data pengurus perusahaan

Laporan keuangan 2 tahun terakhir

Photocopy mutasi rekening buku tabungan/statement giro 6 bulan terakhir

Bukti legalitas jaminan (SHM/SHGB/BPKB/ bilyet deposito/dan lain-lain)

Daftar kebutuhan dan bukti penawaran atas pengadaan rencana investasi yang diajukan

Selain itu, Bank dapat memberikan pembiayaan investasi, dengan ketentuan sebagai

berikut:

a) Melakukan penilaian atas proyek yang akan dibiayai dengan mendasarkan prinsip-prinsip

pemberian pembiayaan yang sehat.

b) Memperhatikan peraturan pemerintah tentang Analisis Mengenai Dampak Lingkungan

(AMDAL)

c) Jangka waktu pembiayaan maksimal 12 (dua belas tahun)

d) Memenuhi ketentuan-ketentuan bankable yang berlaku (seperti persyaratan penerima

pembiayaan, dan jaminan).

2.2.3 Pembiayaan Konsumtif

2.2.3.1 Pengertian Pembiayaan Konsumtif

Secara defenitif, konsumsi adalah kebutuhan individual meliputi kebutuhan baik barang

ataupun jasa yang tidak dipergunakan untuk tujuan usaha. Dengan demikian yang dimaksud

pembiayaan konsumtif adalah jenis pembiayaan yang diberikan untuk tujuan di luar usaha dan

umumnya bersifat perorangan.20

Pembiayaan konsumtif diperlukan oleh pengguna dana untuk memenuhi kebutuhan

konsumsi dan akan habis dipakai untuk memenuhi kebutuhan tersebut yang pada umumnya

bersifat uang. Kebutuhan konsumsi dapat dibedakan atas kebutuhan primer (pokok atau dasar)

dan kebutuhan sekunder. Kebutuhan primer adalah kebutuhan pokok, baik berupa barang, seperti

makanan, minuman, pakaian, dan tempat tinggal, maupun berupa jasa, seperti pendidikan dasar

dan pengobatan. Sedangkan kebutuhan sekunder adalah kebutuhan tambahan, yang secara

kuantitatif maupun kualitatif lebih tinggi atau lebih mewah dari kebutuhan primer, baik berupa

barang, seperti makanan dan minuman, pakaian/perhiasan, bangunan rumah, kendaraan, dan

sebagainya, maupun berupa jasa seperti pendidikan, pelayanan kesehatan, pariwisata, hiburan,

dan sebagainya.21

Dalam menetapkan akad pembiyaan konsumtif, langkah-langkah yang perlu dilakukan

bank adalah sebagai berikut:22

20

http://khotneeda.blogspot.com/2011/12/pembiayaan-modal-kerja-syariah.html 21

Muhammad Syafi’I Antonio, Bank Syariah Dari Teori Ke Praktik, (Jakarta: Gema Insani, 2001), h. 168. 22

Adiwarman Karim, op. cit., h. 244.

Page 19: Tugas Individu Perbankan Syariah

15

a) Apabila kegunaan pembiayaan yang dibutuhkan nasabah adalah untuk kebutuhan konsumtif

semata, harus dilihat dari sisi apakah pembiyaan tersebut berbentuk pembiayaan barang atau

jasa.

b) Jika untuk pembelian barang, faktor selanjutnya yang harus dilihat adalah apakah barang

tersebut berbentuk ready stock atau good in process. Jika ready stock pembiayaan yang

diberikan adalah pembiayaan murabahah. Namun, jika berbentuk good in process, yang

harus dilihat berikutnya adalah dari sisi apakah proses barang tersebut memerlukan waktu

dibawah enam bulan atau lebih. Jika dibawah enam bulan, pembiayaan yang diberikan

adalah pembiayaan salam. Jika proses barang tersebut memerlukan waktu lebih dari enam

bulan, pembiayaan yang diberikan adalah istishna’.

c) Jika pembiyaan tersebut dimaksudkan untuk memenuhi kebutuhan nasabah dibidang jasa,

pembiyaan yang diberikan adalah ijarah.

2.2.3.2 Jenis & Macam-Macam Pembiayaan Konsumtif

Menurut jenis akadnya dalam produk pembiayaan syariah, Pembiayaan Konsumtif (PK)

dapat dibagi menjadi 5 (lima) bagian, yaitu:

a) PK Akad Murabahah

b) PK Akad IMBT

c) PK Akad Ijarah

d) PK Akad Istishna

e) PK Akad Qard + Ijarah

Menurut Abdul Gafoor, pembiayaan konsumsi terdiri dari mark-up, leasing, hire

purchase, sell and buy back, dan letters of credit.

1. Disebut mark-up apabila pihak bank membeli barang yang diinginkan client dengan

kesepakatan bahwa client setuju untuk membayar barang itu beserta keuntungannya kepada

bank.

2. Leasing; dimana bank membeli barang yang diinginkan client dan menyewakannya kepada

client dengan periode yang disepakati bersama. Di akhir periode, client membayar selisih

harga yang disepakati di awal periode kepada bank untuk menjadi pemilik barang tersebut.

3. Skema hire purchase hampir sama dengan leasing. Bedanya client hanya membayar sewa

dengan periode tertentu yang telah disepakati dan pada akhir periode, client secara otomatis

menjadi pemilik barang tersebut.

4. Jika client menjual salah satu barang miliknya kepada bank dengan harga yang disepakati

bersama dengan syarat ia akan membeli kembali barang itu setelah periode tertentu dengan

harga yang telah disepakati. Skema ini dinamakan sell and buy back.

5. Letters of credit adalah skema dimana bank menggaransi atau menjamin impor suatu barang

dengan dananya sendiri untuk pihak client, lalu kedua pihak berbagi keuntungan dari hasil

penjualan barang tersebut. (Abdul Gafoor, 1995: 43-44).

Pada umumnya, bank membatasi pemberian kredit untuk pemenuhan barang tertentu

yang dapat disertai dengan bukti kepemilikan yang sah, seperti rumah dan kendaraan bermotor,

Page 20: Tugas Individu Perbankan Syariah

16

yang kemudian menjadi barang jaminan utama (main collateral). Sedangkan untuk pemenuhan

kebutuhan jasa, bank meminta jaminan berupa barang lain yang dapat diikat sebagai collateral.

Sumber pembayaran kembali atas pembiayaan tersebut berasal dari sumber pendapatan lain, dan

bukan dari eksploitasi barang yang dibiayai dari fasilitas ini.

Bank Syariah dapat menyediakan pembiayaan komersil untuk pemenuhan kebutuhan

barang konsumsi dengan menggunakan skema:23

a) Al-bai’ bi tsaman ajil (salah satu bentuk murabahah) atau jual-beli dengan angsuran

b) Al-ijarah al muntahia bit tamlik atau sewa beli.

c) Al-musyarakah mutanaqhishah atau descreasing participation, di mana secara bertahap

bank menurunkan jumlah partisipasinya

d) Ar-Rahn untuk memenuhi kebutuhan jasa.

Pembiayaan konsumsi tersebut di atas lazim digunakan untuk pemenuhan kebutuhan

sekunder. Sedangkan kebutuhan primer pada umumnya tidak dapat dipenuhi dengan pembiayaan

komersil. Seseorang yang belum mampu memenuhi kebutuhan pokoknya tergolong fakir atau

miskin, dan oleh karena itu ia wajib diberikan zakat atau shadaqah, atau maksimal diberikan

pinjaman kebajikan (al-qardh al-hasan), yaitu pinjaman dengan kewajiban pengembalian

pinjaman pokoknya saja, tanpa imbalan apa pun.

Pembiayaan konsumsi di atas digunakan untuk pemenuhan kebutuhan sekunder. Pada

umumnya kebutuhan primer tidak dapat dipenuhi dengan pembiayaan ini. Seseorang yang belum

mampu mencukupi kebutuhan primernya dikategorikan fakir atau miskin. Maka ia wajib diberi

zakat atau sedekah, atau maksimal diberikan pinjaman kebajikan (al-qardh al-hasan), yaitu

pinjaman dengan kewajiban pengembalian pinjaman pokoknya saja, tanpa imbalan apapun.24

23

Sami Hasan Ahmad Hamoud, Loc. Cit. 24

Muhammad Syafi’I Antonio, Loc. Cit.

Page 21: Tugas Individu Perbankan Syariah

17

BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Perjanjian pembiayaan berdasarkan prinsip syariah yang terdiri dari prinsip mudharabah,

prinsip musyarakah, prinsip murabahah, prinsip istishna’, prinsip salam dan prinsip al-ijarah al-

muntahia bit-tamlik mempunyai sistem serta bentuk dan struktur hukum, yaitu sistem bagi hasil,

sistem jual beli dan sistem ijarah. Perjanjian pembiayaan dengan sistem bagi hasil berdasarkan

prinsip mudharabah dan musyarakah menggunakan struktur hukum persekutuan atau

partnership, sedangkan sistem jual beli berdasarkan prinsip murabahah, al-istishna’ dan as-

salam menggunakan struktur hukum jual beli. Perjanjian yang menggunakan struktur hukum

persekutuan dan jual beli sifatnya konsensuil obligatoir karena perjanjiannya terbentuk dengan

kata sepakat. Kedua struktur itu adalah termasuk perjanjian bernama karena telah diatur dalam

KUHP, termasuk juga perjanjian timbal-balik karena menimbul hak dan kewajiban secara

timbal-balik, termasuk juga perjanjian riil apabila obyek perjanjiannya barang bergerak atau

perjanjian formil apabila obyek perjanjiannya barang tak bergerak. Perjanjian pembiayaan

dengan sistem ijarah berdasarkan prinsip ijarah al-muntahia bit-tamlik menggunakan struktur

hukum sewa beli yang belum diatur dalam KUHP yang disebut perjanjian tidak bernama. Ketiga

sistem perjanjian pembiayaan yakni sistem bagi hasil, sistem jual-beli dan sistem ijarah dibuat

secara tertulis dalam bentuk perjanjian standar.

3.2 Saran

Penulis memberikan saran kepada pembaca untuk menggunakan produk pembiayaan

yang telah disedikan oleh Bank Syariah untuk mendirikan usaha maupun pengembangan usaha

dengan baik dan benar.

Page 22: Tugas Individu Perbankan Syariah

18

DAFTAR PUSTAKA

1. Karim, Adiwarman A., Bank Islam Analisis Fiqih dan Keuangan, Jakarta: Raja Grafindo

Persada, 2006.

2. http://www.paninbanksyariah.co.id/index.php/mproduk?id=31

3. Muhammad, Manajemen Dana Bank Syariah, Yogyakarta: Ekonisia, 2004.

4. Antonio, Muhammad Syafii, Bank Syariah: Bagi Bankir dan Praktisi Keuangan, Jakarta:

Bank Indonesia dan Tazkia Institute, 1999.

5. Arifin, Zainul, “Pasar Uang dan Valuta Asing Berbasis Syariah”, paper dipresentasi di

Bank Indonesia, Jakarta, 21 Desember 1998.

6. Berhad, Bank Islam Malaysia, Islamic Banking Practice From The Practitioner’s

Perspective, Kuala Lumpur: BIMB, 1994.

7. AAOIFI, Accounting and Auditing and Governance Standards for Islamic Financial

Institution, Bahrain: Accounting and Auditing Organization for Islamic Financial Institution

(AAOIFI), Manama, 1999.

8. Antonio, Muhammad Syafii, Bank Syariah: Suatu Pengenalan Umum, Jakarta: Bank

Indonesia dan Tazkia Institute, 1999.

9. Hamoud, Sami Hasan Ahmad, Tathwiir Al-A’mal Al-Mash-rafiyyah bima Yattafiqu wasy-

Syariah Al-Islamiyah, Amman: Matbaatu Asy-Syarq wa Maktabatuha, 1982.

10. http://rahmikhoziah.blogspot.com/2012/06/pembiayaan-investasi-syariah.html

11. http://www.muamalatbank.com/home/produk/pembiayaan_invest

12. Uwaimir, Jihad Abdullah Husain Abu, Attarsyid Asy-Syari lil-Bunuk Al-Qaimah, Kairo: Al-

Ittihad Ad-Dauli lil-Bunuk Al-Islamiah, 1986.

13. http://bankdkisyariah.co.id/?page=investasi

14. http://khotneeda.blogspot.com/2011/12/pembiayaan-modal-kerja-syariah.html

15. Antonio, Muhammad Syafi’i, Bank Syariah Dari Teori Ke Praktik, Jakarta: Gema Insani,

2001.