tugas individu maternitas

46
TUGAS INDIVIDU KEPERAWATAN MATERNITAS IBU NIFAS DAN PENGKAJIAN PADA BAYI BARU LAHIR DEVRY PARINDERA PROGRAM B/ 1103007 STIKES BETHESDA YAKKUM

Upload: antonius-yogi-pratama

Post on 25-Jul-2015

123 views

Category:

Documents


6 download

TRANSCRIPT

Page 1: TUGAS INDIVIDU MATERNITAS

TUGAS INDIVIDU

KEPERAWATAN MATERNITAS IBU NIFAS

DAN PENGKAJIAN PADA BAYI BARU LAHIR

DEVRY PARINDERA

PROGRAM B/ 1103007

STIKES BETHESDA YAKKUM

YOGYAKARTA

2012

Page 2: TUGAS INDIVIDU MATERNITAS

NIFAS

A. PENGERTIAN

Masa nifas adalah juga disebut juga masa post partum atau puerpurium adalah

masa atau waktu sejak bayi dilahirkan dan plasenta keluar lepas dari rahim,

sampai enam minggu berikutnya, disertai dengan pulihnya kembali organ-organ

yang berkaitan dengan kandungan, yang mengalami perubahan seperti

perlukaan dan yang berkaitan dengan melahirkan.

B. PERIODE NIFAS

1. Puerpurium dini : masa kepulihan yakni saat-saat ibu dibolehkan berdiri dan

berjalan-jalan.

2. Puerpurium Intermedial: masa kepulihan menyeluruh dari organ-organ

genital, kira-kira antara 6-8 minggu.

3. Remote purpurium: waktu yang diperlukan untuk pulih dan sehat sempurna

terutama apabila ibu selama hamil atau persalinan mempunyai komplikasi.

C. PERUBAHAN ALAT – ALAT REPRODUKSI DAN ORGAN LAIN

Pada masa nifas, alat genetalia external dan internal akan berangsur– angsur pulih

seperti keadaan sebelum hamil.

1. Corpus uterus

INVOLUSI TINGGI FUNDUS UTERI BERAT UTERUS

Bayi lahir Setinggi pusat 1.000gr

Uri lahir 2 jari di bawah pusat 750 gr

I minggu Pertengahan pusat sympisis 500 gr

2 minggu Tak teraba diatas sympisis 350 gr

6 minggu Bertambah kecil 50 gr

8 minggu Sebesar normal 30 gr

Page 3: TUGAS INDIVIDU MATERNITAS

2. Endometrium

Perubahan–perubahan endometrium ialah timbulnya trombosis degenerasi dan

nekrosis di tempat implantasi plasenta.

Hari I : Endometrium setebal 2 – 5 mm dengan permukaan yang kasar akibat

pelepasan desidua dan selaput janin.

Hari II :Permukaan mulai rata akibat lepasnya sel – sel dibagian yang mengalami

degenerasi.

3. Involusi tempat plasenta.

Uterus pada bekas inplantasi plasenta merupakan luka yang kasar dan

menonjol ke dalam cavum uteri. Segera setelah plasenta lahir, penonjolan

tersebut dengan diameter 7,5 cm, sesudah 2 minggu diameternya menjadi

3,5 cm dan 6 minggu telah mencapai 24 mm.

4. Perubahan pada pembuluh darah uterus.

Pada saat hamil arteri dan vena yang mengantar darah dari dan ke uterus

khususnya ditempat implantasi plasenta menjadi besar setelah post partum

otot – otot berkontraksi, pembuluh – pembuluh darah pada uterus akan

terjepit, proses ini akan menghentikan darah setelah plasenta lahir.

5. Perubahan servix

Segera setelah post partum, servix agak menganga seperti corong, karena

corpus uteri yang mengadakan kontraksi. Sedangkan servix tidak berkontraksi,

sehingga perbatasan antara corpus dan servix uteri berbentuk seperti cincin.

Warna servix merah kehitam – hitaman karena pembuluh darah.

Segera setelah bayi dilahirkan, tangan pemeriksa masih dapat dimasukan 2 – 3

jari saja dan setelah 1 minggu hanya dapat dimasukan 1 jari ke dalam cavum

uteri.

Page 4: TUGAS INDIVIDU MATERNITAS

6. Vagina dan pintu keluar panggul

Vagina dan pintu keluar panggul membentuk lorong berdinding lunak dan luas

yang ukurannya secara perlahan mengecil. Pada minggu ke – 3 post partum,

hymen muncul beberapa jaringan kecil dan menjadi corunculac mirtiformis.

7. Pengeluaran lochea

a. Lochea rubra (hari ke 1 – 2) : terdiri dari darah segar dan sisa-sisa selaput

ketuban,sel-sel desidua (selaput lendir rahim saat hamil), vernik caseosa,

lanugo, dan mekonium.

b. Lochea sanguinolenta (hari ke 3 – 7), terdiri dari : darah bercampur lendir,

warna kecoklatan.

c. Lochea serosa (hari ke 7-14) : Berwarna kekuningan dan cairan tidak

berdarah lagi

d. Lochea alba (hari ke 14-selesai nifas) : merupakan cairan putih

e. Locha purulenta adalah lochea yang berbau busuk dan terjadinya infeksi

f. Lochiotosis : lochia tidak lancar keluarnya.

8. Perubahan di peritoneum dan dinding abdomen

Ligamen-ligamen dan diafragma pelvis serta fasia yang meregang sewaktu

kehamilan dan partus, setelah janin lahir berangsur-angsur ciut kembali.

Ligamentum latum dan rotundum lebih kendor dari pada kondisi sebelum

hamil.

9. Perubahan Tanda Vital pada Masa Nifas

a. Suhu Badan

Sekitar hari ke -4 setelah persalinan suhu ibu mungkin naik sedikit,

antara 37,2 °C-37,5°C

Bila kenaikan mencapai 38°C pada hari kedua sampai hari-hari

berikutnya, harus diwaspadai adanya infeksi

Page 5: TUGAS INDIVIDU MATERNITAS

b. Denyut Nadi

Denyut nadi ibu akan melambat sampai sekitar 60x/menit, yakni

setelah melahirkan karena keadaan istirahat penuh. Ini terjadi

utamanya pada minggu pertama post partum.

Pada ibu yang nervus nadinya bisa cepat, kira-kira 110x/menit. Bisa

juga terjadi syok karena infeksi, khususnya dosertai peningkatan

suhu tubuh.

c. Tekanan Darah

Tekanan darah <140/90 mmHg.Tekanan tersebut bisa meningkat

dari pra persalinan pada 1-3 hari post partum

Bila tekanan darah menjadi rendah menunjukkan adanya

perdarahan post partum. Sebaliknya bila tekanan darah tinggi,

merupakan petunjuk kemungkinan adanya preeklamsi yang bisa

timbul pada maa nifas. Namun hal ini jarang terjadi.

d. Respirasi

Pada umumnya respirasi lambat atau bahkan normal, karena ibu

dalam pemulihan atau dalam kondisi istirahat.

Bila respirasi cepat (>30 x/menit), ada kemungkinan tanda-tanda

syok.

10. Payudara

Pada payudara terjadi perubahan atropik yang terjadi pada organ pelvix,

payudara mencapai maturitas yang penuh selama masa nifas kecuali jika

laktasi supresi payudara akan lebih menjadi besar, kencang dan lebih nyeri

tekan sebagai reaksi terhadap perubahan status hormonal serta dimulainya

laktasi.

Hari kedua post partum sejumlah colostrum cairan yang disekresi oleh

payudara selama lima hari pertama setelah kelahiran bayi dapat diperas dari

puting susu. Colostrums banyak mengandung protein, yang sebagian besar

globulin dan lebih banyak mineral tapi gula dan lemak sedikit.

Page 6: TUGAS INDIVIDU MATERNITAS

11. Traktus Urinarius

Buang air sering sulit selama 24 jam pertama, karena mengalami kompresi

antara kepala dan tulang pubis selama persalinan.

Urine dalam jumlah besar akan dihasilkan dalam waktu 12 – 36 jam sesudah

melahirkan. Setelah plasenta dilahirkan, kadar hormone esktrogen yang

bersifat menahan air akan mengalani penurunan yang mencolok, keadaan ini

menyebabkan diuresis.

12. System Kardiovarkuler

Normalnya selama beberapa hari pertama setelah kelahiran, Hb, Hematokrit

dan hitungan eritrosit berfruktuasi sedang. Akan tetapi umumnya, jika kadar

ini turun jauh di bawah tingkat yang ada tepat sebelum atau selama

persalinan awal wanita tersebut kehilangan darah yang cukup banyak. Pada

minggu pertama setelah kelahiran , volume darah kembali mendekati seperti

jumlah darah waktu tidak hamil yang biasa. Setelah 2 minggu perubahan ini

kembali normal seperti keadaan tidak hamil.

C. ADAPTASI PSIKOLOGIS

1. Masa Taking In

a. Dimulai sejak dilahirkan sampai 2 – 3 hari.

b. Ibu bersifat pasif dan berorientasi pada diri sendiri.

c. Tingkat ketergantungan tinggi.

d. Kebutuhan nutrisi dan istirahat tinggi.

2. Masa Taking Hold

a. Berlangsung sampai 2 minggu.

b. Ibu mulai tertarik pada bayi.

c. Ibu berupaya melakukan perawatan mandiri.

3. Masa Taking Go

a. Berlangsung pada minggu ke III – IV.

b. Perhatian pada bayi sebagai individu terpisah.

Page 7: TUGAS INDIVIDU MATERNITAS

D. Program dan Kebijakan Teknis

Paling sedikit ada 4 kali kunjungan masa nifas yang dilakukan untuk menilai

status ibu dan bayi baru lahir. Untuk mencegah, mendeteksi serta menangani

masalah – masalah yang terjadi.

a. Kunjungan masa nifas

1. Kunjungan I : 6 – 8 jam setelah persalinan

Mencegah perdarahan masa nifas karena atonia uteri.

Mendeteksi dan merawat penyebab lain perdarahan, merujuk bila

perdarahan berlanjut.

Memberikan konseling pada ibu atau salah satu anggota keluarga

bagaimana mencegah perdarahan masa nifas karena atonia uteri.

Pemberian ASI awal.

Melakukan hubungan antara ibu dan bayi.

Menjaga bayi tetap sehat dengan cara mencegah hipotermi.

2. Kunjungan II : 6 hari setelah persalinan

Memastikan involusi uterus berjalan normal : uterus berkontraksi,

fundus dibawah umbilicus, tidak ada perdarahan abnormal, tidak

ada bau.

Menilai adanya tanda–tanda demam infeksi atau perdarahan

abnormal.

Memastikan ibu mendapat cukup makanan, minuman dan

istirahat.

Memastikan ibu menyusui dengan dan memperhatikan tanda –

tanda penyakit.

Memberikan konseling kepada ibu mengenai asuhan pada bayi,

tali pusat, menjaga bayi tetap hangat dan merawat bayi sehari–

hari.

Page 8: TUGAS INDIVIDU MATERNITAS

3. Kunjungan III : 2 minggu setelah persalinan, tujuannya sama dengan 6

hari setelah persalinan.

4. Kunjungan IV : 6 minggu setelah persalinan:

Menanyakan ibu tentang penyakit – penyakit yang dialami.

Memberikan konseling untuk KB secara dini.

E. Kebutuhan Dasar Ibu Nifas

1. Gizi : dengan diit berimbang, cukup karboidrat, protein, lemak, vitamin

dan mineral.

2. Mengkonsumsi vitamin A 200.000 iu. Pemberian vitamin A dalam

bentuk suplementasi dapat meningkatkan kualitas ASI, meningkatkan

daya tahan tubuh dan meningkatkan kelangsungan hidup anak.

3. Mengkonsumsi makanan tambahan, nutrisi 800 kalori/hr pada enam

bulan pertama, 6 bulan selanjutnya 500 kalori dan tahun kedua 400

kalori.

4. Asupan cairan 3 liter/hari, 2 liter dari minuman dan 1 liter dari kuah

sayur, buah dan makanan lain

5. Tablet besi 1 tablet/hari s

Page 9: TUGAS INDIVIDU MATERNITAS

PENGKAJIAN PADA BAYI BARU LAHIR

I. Karakteristik normal dan tanda – tanda vital pada bayi baru lahir.

Terminologi : karakteristik janin 6 minggu sampai lahir, neonatus, lahir sampai usia

1 bulan, bayi 1 bulan samapi usia berjalan.

A. Karakteristik umum:

1. Bentuk tubuh dan pengukuran : besar kepala dan abdomen

2. Tingkat kesadaran : enam keadaan : menangis, tidur tenang, REM, terjaga

aktif, tenang tidur dan transisional

3. Kekenyalan fisiologis : tahanan pasif terhadap stresor .

4. Imunitas : antibodi mengalir dari ibu melalui plasenta, tidak terdapat antibodi

untuk pertusis dan cacar

5. Tanda-tanda vital bayi baru lahir:

a. Suhu : 97,80F (36,50C)

b. Nadi : rata-rata 140x/menit dengan variasi berkisar 120-160x/menit,

frekuensi saat bayi tidur berbeda dari frekuensi saat bayi bangun. Pada usia

satu minggu frekuensi 128x/menit saat tidur dan 163x/menit saat bangun.

Pada usia 1 bulan, frekuensi 138x/menit saat tidur dan 167x/menit saat

bangun.

c. Pernapasan : 30-60x/menit dangkal dan ireguler, tidak ada retraksi atau

bunyi mendengkur, disertai apnea singkat (kurang dari15 detik)

d. Tekanan darah : 78/42 mmHg, tekanan darah sistolik bayi sering menurun

(sekitar 15mmHg) selama satu jam pertama setelah lahir, menangis dan

bergerakbiasanya menyebabkan peningkatan tekanan darah sistolik

6. Kebutuhan dasar : bertahan, aman dan nyaman,memiliki dan

dimiliki,penghargaan diri dan aktualisasi diri.

Page 10: TUGAS INDIVIDU MATERNITAS

B. Karakteristik khusus.

1. Kepala: pada presentasi vertex kepala biasanya mendatar pada dahi dengan

puncak meninggi dan membentuk titik pada ujung tulang parietal dan oksiput

menurun tajam. tulang saling tindih saat lahir dikarenakan tulang-tulang

kranium tidak menyatu kemudian kembali ke posisi semula (Wong, 2009)

2. Mata: cenderung menutup mata dengan kuat, air mata mungkin keluar saat

lahir namun cairan purulen yang keluar dari mata segera setelah lahir adalah

abnormal (Wong, 2009)

3. Telinga: puncak pina biasanya terletak pada bidang horizontal segaris dengan

kantus mata, pina sering kali menempel pada sisi kepala akibat tekanan dalam

uterus

4. Hidung : hidung biasanya datar baru lahir dan memar sering terjadi

5. Mulut dan tenggorokan: defek eksterna mulut seperti celah bibir mudah

dilihat, langit-langit normalnya melengkung tinggi dan agak sempit, temuan

yang sering adalah mutiara epstein yang merupakan suatu kista epitel kecil

putihsepanjang kedua sisi garis tengah palatum durum (menghilang beberapa

minggu)

6. Leher: leher bayi baru lahir pendek dan ditutpi oleh lipatan jaringan

7. Dada: bentuk dada BBL hampir selalu bulat karena diameter antero poterior

dan lateralnya sama, tulang rusuk sangat lentur dan sedikit retraksi

intercostalis. Prosesus xifoideus biasanya terlihat sebagai tonjolan kecil ujung

sternum, sternum biasanya meninggi dan sedikit melengkung

8. Abdomen : Kontur abdomen normal adalah silindris dan biasanya menonjol

dengan beberapa vena yang tampak. Bising usus terdengar dalam 15-20 menit

setelah kelahiran.

9. Kulit:

a. Verniks kaseosa : pasta seperti keju.

b. Milia : bintik-bintik pada wajah.

c. Lanugo : rambut halus diseluruh tubuh.

Page 11: TUGAS INDIVIDU MATERNITAS

d. Deskuaminasi : pengelupasan kulit.

e. Eritema toksikum : alergi kemerahan.

f. Bercak mongolian : area berpigmen .

g. Tanda lahir: (nevi) .

10. Ikterik : kekuningan disebabkan oleh hiperhiperbilirubinemia

11. Rambut dan kuku : bervariasi

12. Payudara : mungkin mengalami perbesaran karena pengaruh hormon dari

ibu

13. Genetalia:

a. Wanita : normalnya labia mayora, minora dan klitoris tampak edema.

Hampir seluruh bayi baru lahir perempuan memiliki himen. Cairan vagina

mungkin ditemukan selama minggu pertama kehidupan

b. Laki-laki :prepusium ketat, smegma merupakan suatu zat seperti keju

sering ditemukan disekitar gland penis. Lesi kecil,putih,keras yang

dinamakan mutiara epitel dapat ditemukan diujung preposium. Ereksi

sering terjdi pada BBL. Skrotum besar, bengkak, dan menggantung

14. Sistem urinarius: berkemih pertama biasanya dalam 24jam

15. Sistem pernapasan: atelektasis sampai bernafas berapa kali

16. Sistem sirkulasi : struktur jalan pintas janin menutup segera setelah lahir

17. Darah:

a. Hemoglobin : tinggi saat lahir, kemudian menurun

b. Vitamin K: penting untuk pembekuan, diberikan pada beberapa bayi.

II. Pemeriksaan fisik pada bayi baru lahir.

A. Definisi

Merupakan pemeriksaan fisik yang dilakukan oleh bidan, perawat, atau

dokter untuk menilai status kesehatan yang dilakukan pada saat bayi

baru lahir, 24 jam setelah lahir, dan pada waktu pulang dari Rumah

Sakit.Dalam melakukan pemeriksaan fisik ini, sebaiknya bayi dalam

Page 12: TUGAS INDIVIDU MATERNITAS

keadaan telanjang dibawah lampu terang, sehingga bayi tidak mudah

kehilangan panas.

B. Tujuan

Secara umum, tujuan dilakukannya pemeriksaan fisik pada bayi baru

lahir adalah untuk menilai status adaptasi atau penyesuaian kehidupan

intrauteri ke dalam kehidupan ekstrauteri serta mencari kelainan pada

bayi.

C. Riwayat bayi baru lahir.

1. Identifikasi data :Nama, nomor pasien sakit, tanggal lahir, jenis

kelamin, jenis pemberian makanan.

2. Riwayat keluarga :Diabetes, kelainan kongenital, penyakit infeksi,

kelaianan kardiopulmonal, kesehatan ayah, saudara kandung dan

anggota keluarga lain : kondisi medis atau sifat yang “diturunkan

dari generasi ke generasi dalam keluarga”, nenek moyang atau

orang tua.

3. Data demografik orang tua :Usia, pendidikan, pekerjaan, latar

belakang etnik dan ras.

4. Riwayat ibu

Graviditas, paritas, hari pertama haid hari terakhir haid (HPHT),

taksiran partus (TP), komplikasi kehamilan sebelumnya, riwayat

ginekologi dan riwayatmedis/bedah, riwayat antepartum

(khususnya penyalahgunaan zat, diabetes gestasional,

preeklamsia, perdarahan selama kehamilan, polihidramnion atau

oligohidramnion, infeksi atau penyakit lain, obat-obatan yang

dikonsumsi), lama dan lokasi perawatan prenatal, pengkajian

kesejahteraan janin. Persalinan dan pelahiran Tanggal dan waktu

melahirkan ; usia gestasi saat melahirkan dengan menggunakan

penanggalan dan pemeriksaan USG, lama kala satu dan dua

Page 13: TUGAS INDIVIDU MATERNITAS

persalinan ; gawat janin atau asidosis ; demam pada ibu ; ada

meconium ; lama ketuban pecah ; presentasi ; komplikasi ; cara

melahirkan ; penggunaan alat bantu ; analgesia dan waktu ;

anastesi dan komplikasinya ; ukuran plasenta, warna dan bau ;

inersi tali pusat ; dan penampilan tali pusat termasuk jumlah

pembuluh darah dan ukurannya (Kotor? Berbau?Kelainan?)

5. Hasil tes laboratorium ibu

Golongan darah dan faktor Rh, penapisan antibody, titer rubella,

serologi, panel hepatitis, nilai Hb dan Ht, pemeriksaan

Tuberculosis (TB).

6. Periode segera setelah lahir

Nilai Apgar, resusitasi, tanda-tanda vital, suhu, status vitamin K ;

kemampuan mengisap, menyusu ; keterjagaan ; apakah sudah

mengeluarkan air kemih atau mekonium ; apakah bayi melonjak-

lonjak ; mengeluarkan tangisan yang tidak lazim.

7. Hasil tes laboratorium

Kadar glukosa, golongan darah, factor Rh, tes Coomb, Hct .

D. Pemeriksaan fisik.

1. Hitung frekuensi nafas

Pemeriksaan frekuensi nafas ini dilakukan dengan menghitung

rata-rata pernapasan dalam 1 menit. Pemeriksaan ini dikatakan

normal pada bayi baru lahir apabila frekuensinya antara 30-60

x/menit, tanpa adanya retraksi dada dan suara merintih saat

ekspirasi, tetapi apabila bayi dalam keadaan lahir kurang dari

2500 gram atau usia kehamilan 37 minggu, kemungkinan

terdapat adanya retraksi dada ringan. Jika pernapasan berhenti

beberapa detik secara periodik, maka masih dikatakan dalam

batas normal.

Page 14: TUGAS INDIVIDU MATERNITAS

2. Lakukan inspeksi pada warna bayi

Pemeriksaan ini berfungsi untuk mengetahui apakah ada warna

pucat, ikterus, sianosis sentral atau tanda lainnya.Bayi dalam

keadaan aterm umumnya lebih pucat dibandingkan bayi dalam

keadaan praterm, mengingat kondisi kulitnya lebih tebal.

3. Hitung denyut jantung bayi dengan menggunakan stetoskop.

Pemeriksaan denyut jantung untuk menilai apakah bayi

mengalami gangguan yang menyebabkan jantung dalam keadaan

tidak normal, seperti suhu tubuh yang tidak normal, perdarahan,

atau gangguan nafas. Pemeriksaan denyut jantung ini dikatakan

normal apabila frekuensinya antara 100-160x/menit.

4. Ukur suhu aksila

Lakukan pemeriksaan suhu melalui aksila untuk menentukan

apakah bayi dalam keadaan hipo atau hipertermi. Dalam kondisi

normal, suhu bayi antara 36,5˚C – 37˚ C.

5. Kaji postur dan gerakan

a. Pemeriksaan ini untuk menilai ada atau tidaknya

epistotonus/ hiperekstensi tubuh yang berlebihan dengan

kepala dan tumit belakang, tubuh melengkung kedepan,

adanya kejang / spasme, serta tremor.

b. Pemeriksaan postur dalam keadaan normal apabila dalam

keadaan istirahat kepalan tangan longgar dengan lengan

panggul dan lutut semifleksi. Selanjutnya pada bayi

dengan berat 2500 gram atau usia kehamilan 37

minggu ekstremitasnya dalam keadaan sedikit ekstensi.

Apabila bayi tidak sungsang, di dalam kandungan bayi

akan mengalami fleksi penuh pada sendi panggul atau

lutut/sendi lutut ekstensi penuh, sehingga kaki bisa

mencapai mulut. Selanjutnya gerakan ekstremitas bayi

Page 15: TUGAS INDIVIDU MATERNITAS

harusnya terjadi secara spontan dan simetris disertai

dengan gerakan sendi penuh dan pada bayi normal dapat

sedikit gemetar.

6. Periksa tonus atau kesadaran bayi

Pemeriksaan ini berfungsi untuk melihat adanya letargi, yaitu

penurunan kesadaran dimana bayi dapat bangun lagi dengan

sedikit kesulitan, ada tidaknya tonus otot yang lemah, mudah

terangsang, mengantuk, aktivitas berkurang, dan sadar.

7. Pemeriksaan kulit

a. Berfungsi untuk melihat ada atau tidaknya kemerahan pada

kulit atau pembengkakan, postula (kulit melepuh), luka atau

trauma, bercak atau tanda abnormal pada kulit, elastisitas

kulit, serta ada tidaknya ruam popok

b. Pemeriksaan ini normal apabila tanda seperti eritema

toksikum ( titik merah dan pusat putih kecil pada muka,

tubuh, dan punggung) pada hari kedua atau selanjutnya,

kulit tubuh yang terkelupas pada hari pertama.

c. Kondisi kulit dapat mengindikasikan beberapa kondisi. Bayi

postmatur memiliki kulit yang lebih pusat, lebih tebal, yang

tebal, yang dapat mengelupas. Bayi prematur memiliki kulit

tipis, rapuh, yang cenderung berwarna merah gelap yang

mudah berdarah serta mudah memar.

1) Akrosianosis (sianosis pada ekstremitas) adalah

kondisi yang normal selama satu hari. Bintik-

bintik seperti lobster dapat merupakan kondisi

normal, terjadi akibat system organ yang tidak

matur.

2) Sianosis. Kadang-kadang sulit dievaluasi karena

polistemia pada bayi baru lahir; dapat

Page 16: TUGAS INDIVIDU MATERNITAS

dimunculkan dengan menekan-nekan kulit bayi

seperti saat memeriksa adanya ikterik.

3) Ikterik. Dikaji dengan cara menekan-nekan kulit

sesaat. Dimulai dari kepala kemudian kebawah --

catat kadarnya.

4) Palor. Dapat mengindikasikan edema, asfiksia,

atau shock. Kepala bayi, lengan kanan, dan dada

kanan berwarna merah muda, bagian tubuh

lainnya pucat atau sianosis, jika duktus belum

menutup. Garis demarkasi menghilang jika

duktus membuka dan tahanan pembuluh darah

perifer menurun.

5) Pletora. Area merah terlihat pada membran

mukosa, memudar pada telapak kaki dan telapak

tangan, dapat menunjukkan polisitemia.

6) Bintik-bintik. Diakibatkan perubahan suhu kulit

sementara, tetapi bisa juga karena penyakit yang

serius dan bayi yang memiliki kulit berbintik-

bintik harus diobservasi dengan cermat.

7) Terkena meconium. Verniks yang terkena

meconium terjadi dalam 15 jam setelah terpajan

meconium kuku-kuku jari terkena dalam 6 jam.

8) Terkstur dan edema. Edema dapat dibedakan

dari status nutrisi cukup dengan keberadaan

keriput halus dipergelangan tangan dan

pergelangan kaki.

9) Lesi, kelembapan, lanugo merupakan bukti

trauma lahir, pigmentasi. A

Page 17: TUGAS INDIVIDU MATERNITAS

8. Pemeriksaan leher dan kepala.

Pemeriksaan bagian kepala yang dapat diperiksa antara lain:

a. Kepala

1) Bentuk dan kesimetrisan

2) Proporsi terhadap tubuh dan wajah

3) Lingkar kepala (diukur di titik di atas telinga). Lingkar ini

akan berubah jika molase hilang. Lingkar kepala normal

adalah 32-38 cm pada rata-rata bayi cukup bulan. Lingkar

kepala melebihi lingkar abdomen sampai usia kehamilan

32-36 minggu, kemudian akan menjadi lebih kecil. Kepala

yang berukuran sangat besar dapat mengindikasikan

hidrosefalus.

4) Sutura sagitalis, lambdoidalis, dan koronalis. Penutupan

garis sutura prematur disebut sinostosis kranial: sutura

tidak menyatu jika sisi lain tertekan. Area-area lunak pada

tulang parietal di sepanjang sutura sagitalis disebut

kraniotabes dan terlihat pada bayi premature dan mereka

yang mengalami kompresi uterus. Kraniotabes biasanya

tidak bermakna, tetapi harus diselidiki jika menetap.

Area-area lunak pada oksiput signifikan dan, jika ada,

osteogenesis imperfekta, sindrom Down, kretinisme, dan

kondisi-kondisi lain harus disingkirkan.

5) Fontanel anterior berbentuk wajik memiliki ukuran 20

±10 mm, tetapi ada banyak variasi dan ukuran fontanel

tidak signifikan. Fontanel menutup pada usia 9-16 bulan.

Fontanel posterior, yang berbentuk segi tiga, dapat

menutup pada saat bayi lahir atau pada sekitar usia 4

bulan. Ukuran rata-ratanya adalah 1x1 cm. Fontanel

harus datar: penonjolan mengindikasikan peningkatan

Page 18: TUGAS INDIVIDU MATERNITAS

tekanan intrakranial dan depresi mengindikasikan

dehidrasi.

6) Terdapat molase (tumpang tindih tulang oksipital dan

pelahiran, perdarahan subperiosteum ini terbatas pada

satu tulang, biasanya tulang parietal, dan tidak menindih

sutura. Sefalohematoma ini berlangsung sekitar 8

minggu.

7) Kaput suksedaneum adalah pembengkakan kulit kepala,

yang terlihat melalui serviks. Memar dapat terlihat. Kaput

dapat menindih garis sutura.

8. Rambut

a. Tekstur, arah pertumbuhan.

b. Distribusi. Rambut di bawah lipatan leher mengesankan

sindrom-sindrom yang berhubungan dengan leher

pendek dan/atau webbed neck.

c. Lesi kulit kepala. Aplasia kutis kongenita merupakan suatu

kelainan kulit kepala.

d. Warna. Perhatikan keserasian dengan ras. Rambut merah

pada bayi kulit hitam, misalnya dapat menunjukkan

albinisme. Perhatikan keseragaman. Sejumput rambut

putih tepat di atas kening, misalnya, dapat dihubungkan

dengan ketulian dan retardasi mental.

9. Wajah

a. Bentuk dan ekspresi

b. Bulu mata dan alis mata

c. Simetris pada saat istirahat dan selama menangis dan

mengisap. Ketidaksimetrisan dapat terjadi akibat

hypoplasia atau palsi pada saraf ketujuh.

Page 19: TUGAS INDIVIDU MATERNITAS

10. Mata

Pemeriksaan mata untuk menilai adanya strabismus atau tidak,

yaitu koordinasi gerakan mata yang belum sempurna.Mata

paling mudah diperiksa dengan mengangkat bayi dan perlahan

menggerakkannya ke depan dan ke belakang. Pada saat ini,

bayi akan secara spontas dan reflex membuka matanya.

a. Letak dan kesimetrisan. Mata yang terpisah jauh dapat

dihubungkan dengan sindrom kongenital.

b. Ukuran. Ukuran yang normal adalah 2,5 cm. mata

berukuran besar disebut hipertelorisme; sedangkan

mata berukuran kecil disebut hipotelorisme. Keduanya

dihubungkan dengan sindrom kengenital.

c. Posisi. Lipatan ke atas atau ke bawah mengindikasikan

sindrom kengenital.

d. Ukuran dan kejernihan kornea.

e. Warna iris. Pigmentasi penuh terjadi pada usia 10-12

bulan.

f. Sklera. Pada kondisi normal jernih, tetapi bisa berwarna

kuning disertai ikterik, hemoragik akibat trauma lahir,

atau berwarna biru diserta osteogenesis imperfekta.

g. Konjungtiva. Perdarahan kecil sering terjadi. Peradangan

bisa muncul akibat profilaksis eritromisin.

h. Pupil. Sama dan reaktif setelah usia 2-3 minggu. Pupil

berukuran 1,8-5,4 mm.

i. Refleks mengedipoptikal yang simetris. Cahaya terang

menyebabkan kedua mata mengedip dan kepala

dorsifleksi. Tes refleks ini lebih sering dilakukan

disbanding tes ketajaman penglihatan. Penglihatan bayi

baru lahir diperkirakan sekitar 20/600.

Page 20: TUGAS INDIVIDU MATERNITAS

j. Mata boneka. Ketika kepala berpaling, mata bergerak

dari garis tengah lalu melihat ke atas; dinyatakan normal

selama 10 hari.

k. Refleks merah. Tidak ada pada katarak.

l. Korneamenunjukkan reaksi terhadap cahaya dan

mengikuti jejak cahaya.

m. Strabismus sementara (mata juling).

n. Ada lipatan epikantus. Dapat dihubungkan dengan defek

kongenital.

o. Retina. Harus jernih pada pemeriksaan oftalmoskopik.

p. Duktus lakrimalis. Harus paten.

q. Kelopak mata. Perhatikan edema atau ptosis (jatuh).

r. Glaucoma kongenital. Dibuktikan oleh fotofobia, air

mata berlebihan, kornea buram, atau mata terlihat

lebar.

11. Telinga

Pemeriksaan telinga dapat dilakukan untuk menilai adanya

gangguan pendengaran. Dilakukan dengan membunyikan bel

atau suara jika terjadi refleks terkejut, apabila tidak terjadi

refleks, maka kemungkinan akan terjadi gangguan pendengaran.

a. Simetris dan sejajar

b. Lipatan kulit atau lubang berlebih. Lipatan kulit

pedunkulat dapat diikat kuat pada bagian dasar dengan

jahitan.

c. Bentuk. Pembentukan kartilago mengindikasikan

maturitas.

d. Pendengaran. Bayi menengok kea rah bisikan; terlihat

terkejut sebagai respons terhadap suara keras. Khususnya

pada kasus kelainan kepala dan leher, riwayat tuli pada

Page 21: TUGAS INDIVIDU MATERNITAS

keluarga, berat lahir sangat rendah, asfiksia berat, infeksi

janin, dan sindrom lain yang terkait dengan tuli.

e. Otoskopi dilakukan dengan menarik daun telinga ke

bawah. Verniks kaseosa terlihat di dalam saluran luar

atau cairan amnion terlihat di belakang membrane

timpani berwarna abu-abu kusam.

12. Hidung

a. Posisi dan bentuk. Posisi menyimpang dari garis tengah

atau tulang hidung yang mendatar atau bengkok dapat

mengindikasikan sindrom kongenital.

b. Lubang hidung. Dikaji untuk melihat bentuk, kesimetrisan,

dan kepatenan. Satu lubang hidung tersumbat pada satu

waktu dan pernapasan terlihat melalui lubang hidung

yang terbuka sehingga menyingkirkan kemungkinan

atresia koanal --- penyumbatan nares posterior --- yang

menyebabkan gawat napas berat pada bayi. Lubang

hidung yang besar, menonjol, atau ketiadaan lubang

hidung dapat terjadi pada kelainan kongenital.

Pemeriksaan hidung dapat dilakukan dengan cara melihat

pola pernapasan, apakah bayi bernapas melalui mulut,

maka kemungkinan bayi mengalami obstruksi jalan napas

karena adanya atresia koana bilateral atau fraktur tulang

hidung atau ensefalokel yang menonjol ke nasofaring.

Sedangkan pernapasan cuping hidung akan menunjukkan

gangguan pada paru, lubang hidung kadang-kadang

banyak mukosa. Apabila secret makropurulen dan

berdarah, perlu dipikirkan adanya penyakit sifilis

kongenital dan kemungkinan lain.

Page 22: TUGAS INDIVIDU MATERNITAS

13. Mulut

a. Ukuran dan bentuk. Mulut seperti burung terlihat pada

sindrom alcohol; mulut kecil, mikrostomia, terlihat pada

sindrom down; dan mulut yang lebar, makrostomia,

terlihat pada gangguan metabolik.

b. Menyeringai simetris.

c. Palatum melengkung utuh.

d. Ukuran dan fungsi uvula. Uvula yang bifid (terbelah dua)

dapat dihubungkan dengan sumbing palatum submukosa.

Pada fungsi neurologis yang normal, uvula akan naik

ketika bayi menangis.

e. Refleks. Refleks mengisap terlihat sejak usia kehamilan 32

minggu hingga 3-4 bulan. Refleks rooting terlihat sejak

usia kehamilan 34 minggu hingga 3-4 bulan. Refleks gag

harus ada.

f. Bibir. Harus terbentuk penuh. Filtrum yang memanjang

(alur dari hidung hingga bibir atas) dapat mengindikasikan

sindrom kongenital.

g. Ukuran lidah. Makroglosia dihubungkan dengan

hipotiroidisme.

h. Gusi. Gusi juga perlu diperiksa untuk menilai adanya

pigmen pada gigi, apakah terjadi penumpukan

pigmenyang tidak sempurna. Gusi yang tumbuh sebelum

waktunya jarang ditemui pada mulut bayi baru lahir

normal dan akan tanggal sebelum gigi susu muncul; gigi

juga dapat muncul pada beberapa sindrom kengenital.

i. Membrane mukosa. Perhatikan kelembapan. Pengeluaran

saliva yang berlebihan mengindikasikan fistula

Page 23: TUGAS INDIVIDU MATERNITAS

trakeoesofagus atau atresia esophagus. Sariawan

diidentifikasi dengan adanya bercak putih dan abu-abu.

j. Dagu. Proporsinya harus tepat. Mikrognatia mengesankan

sindrom Pierre-Robin.

Pemeriksaan mulut dapat dilakukan dengan melihat adanya kista

yang ada pada mukosa mulut.Pemeriksaan lidah dapat dinilai

melalui warna dan kemampuan refleks mengisap.Apabila

ditemukan lidah yang menjulur keluar, dapat dilihat adanya

kemumgkinan kecacatan kongenital.Adanya bercak pada mukosa

mulut, palatum, dan pipi biasanya disebut sebagai monilia

albicans.

14. Lidah

Perhatikan ukuran, proporsi warna, lapisan pelindung, gerakan,

tonus, panjang frenulum.

15. Leher

a. Bentuk, nodus limfoideus, keberadaan massa

b. Gerakan. Rentang pergerakan harus memungkinkan bayi

memutar dagu ke tiap-tiap bahu. Tortikolis kongenital

(kepala menekuk ke salah satu bahu sementara dagu

mengarah ke bahu lain) ditemukan jika ada hematoma

pada otot sternokleidomastoideus akibat cedera lahir.

c. Lipatan atau penyelaputan kulit. Penyelaputan terjadi

pada sindrom turner dan sindrom kongenital lain.

d. Tiroid. Biasanya ditemukan di garis tengah tanpa nodul

e. Klavikula. Fraktur klavikula terjadi pada 1,7 – 2,9% bayi

cukup bulan, walaupun banyak fraktur tidak terdeteksi

sampai kalus terbentuk di atas fraktur pada usia 2-3

minggu. Fraktur biasanya terjadi pada 2/3 bagian luar

tulang dan dapat dipalpasi dengan bunyi krepitasi,

Page 24: TUGAS INDIVIDU MATERNITAS

pembengkakan, nyeri tekan di sepanjang badan tulang.

Penurunan gerakan pada tangan yang terkena atau

menolak disusui ketika bayi berbaring di sisi yang terkena

dapat mengindikasikan ketidaknyamanan.

Pemeriksaan leher dapat dilakukan dengan melihat pergerakan,

apabila terjadi keterbatasan dalam pergerakannya, maka

kemungkinan terjadi kelainan pada tulang leher, misalnya

kelainan tiroid, hemangioma, dll.

16. Pemeriksaan ekstremitas

Pemeriksaan ini berfungsi untuk menilai ada tidaknya gerakan

ekstremitas abnormal, asimetris, posisi dan gerakan yang

abnormal (menghadap ke dalam atau ke luar garis tangan), serta

menilai kondisi jari kaki, yaitu jumlahnya berlebih atau saling

melekat.

17. Pemeriksaan dada

a. Bentuk dan kesimetrisan

b. Lingkar dada pada putting susu. Letak putting susu. Letak

putting yang berjauhan terlihat pada sindrom Turner.

Pada bayi keturunan Kaukasia biasanya berhubungan

dengan kelainan ginjal.

c. Keberadaan jaringan payudara. Dipengaruhi oleh status

nutrisi, simpanan lemak, dan maturitas. Produksi susu

(“witches milk”) yang disebabkan oleh estrogen ibu

berhenti setelah 1-2 minggu.

d. Kesimetrisan pengembangan. Dada yang tidak

mengembang simetris, menandakan hernia diafragmatik,

pneumotoraks, atau kerusakan nervus frenikus.

e. Pernapasan. Biasaya pernapasan abdomen pada bayi

baru lahir ; frekuensi normalnya adalah 30-60 x/menit,

Page 25: TUGAS INDIVIDU MATERNITAS

dihitung selama 1 menit penuh. Frekuensi napas 60

x/menit mengindikasikan adanya penyakit.

f. Bunyi jantung. Nada terdengar lebih tinggi daripada yang

terdengar pada orang dewasa. Sinus aritmia (varian

teratur yang menyertai pernapasan) adalah temuan

normal. Denyut jantung rata-rata adalah 110-160 x/menit

pada bayi cukup bulan yang sehat. Pada bayi premature,

denyut jantung rata-rata 140-150 x/menit pada saat

istirahat.

g. Murmur. 60 % bayi baru lahir mengalami murmur.

Sebagian besar murmur yang terdengar pada hari-hari

pertama kehidupan mencerminkan perubahan neonatal.

Murmur yang terdengar pada saat lahir memiliki resiko 1 :

12 karena penyakit jantung kongenital.

h. Titik impuls maksimum (PMI). Dalam kondisi normal

terdapat di garis midklavikula kiri pada ruang interkosta

keempat, variasi dapat mengesankan kelainan jantung.

Getaran yang terpalpasi pada lengkung suprasternal

menunjukkan stenosis aorta, stenosis paru valvular, PDA,

atau koarktasio aorta.

i. Nadi. Nadi sempit dan halus mengindikasikan gagal

jantung kongenital atau stenosis aorta berat ; denyut

yang melonjak dapat mengindikasikan PDA.

j. Tekanan darah. Bagi bayi baru lahir sampai usia 7 hari, TD

sistolik 96 mmHg merupakan hipertensi signifikan dan

TD 106 mmHg merupakan hipertensi berat. Untuk bayi

usia 8-30 hari, TD sistolik 104 mmHg merupakan

hipertensi signifikan dan TD 110 mmHg merupakan

hipertensi berat.

Page 26: TUGAS INDIVIDU MATERNITAS

k. Perkusi. Dikaji dengan menggunakan 1 jari, paru bayi baru

lahir pada kondisi normal hiperresonan di seluruh bidang

paru suara redup dapat mengindikasikan ada efusi atau

konsolidasi.

18. Pemeriksaan tali pusat

Pemeriksaan ini untuk melihat apakah ada kemerahan, bengkak,

bernanah, berbau, atau lainnya pada tali pusat.Pemeriksaan ini

normal apabila warna tali pusat putih kebiruan pada hari

pertama dan mulai mongering atau mengecil dan lepas pada hari

ke-7 hingga ke-10.

19. Pemeriksaan abdomen dan punggung

a. Pemeriksaan pada abdomen ini meliputi pemeriksaan

secara inspeksi untuk melihat bentuk dari abdomen,

apabila didapatkan abdomen membuncit, dapat diduga

kemungkinan disebabkan karena hepatosplenomegali

atau cairan dalam rongga perut.

b. Pada perabaan, hati biasanya teraba 2-3 cm di bawah

arkus kosta kanan, limfa teraba 1 cm dibawah arkus kosta

kiri.

c. Pada palpasi ginjal dapat dilakukan dengan pengaturan

posisi telentang dan tungkai bayi dilipat agar otot-otot

dinding perut dalam keadaan relaksasi, batas bawah

ginjal dapat diraba setinggi umbilicus diantara garis

tengah dan tepi perut. Bagian-bagian ginjal dapat diraba

sekitar 2-3 cm. adanya pembesaran pada ginjal dapat

disebabkan oleh neoplasma, kelainan bawaan, atau

thrombosis vena renalis.

d. Untuk menilai daerah punggung atau tulang belakang,

cara pemeriksaannya adalah dengan meletakkan bayi

Page 27: TUGAS INDIVIDU MATERNITAS

dalam posisi tengkurap. Raba sepanjang tulang belakang

untuk mencari ada atau tidaknya kelainan seperti spina

bifida atau mielomeningeal (defek tulang punggung,

sehingga medulla spinalis dan selaput otak menonjol).

20. Pengukuran antopometri

a. Pada bayi baru lahir perlu dilakukan pengukuran

antopometri seperti berat badan, dimana berat badan

yang normal adalah sekitar 2500-3500 gram, apabila

ditemukan berat badan 2500 gram, maka dapat

dikatakan bayi memiliki berat badan lahir rendah (BBLR).

Akan tetapi, apabila ditemukan bayi dengan berat badan

lahir 3500 gram, maka bayi dimasukkan dalam

kelompok makrosomia.

b. Pengukuran antropometri lainnya adalah pengukuran

panjang badan secara normal :

1) Panjang badan bayi baru lahir adalah 45-50 cm.

2) Pengukuran lingkar kepala normalnya adalah 33-35

cm.

3) Pengukuran lingkar dada normalnya adalah 30-33 cm.

Apabila ditemukan diameter kepala lebih besar 3 cm dari

lingkar dada, maka bayi mengalami hidrosefalus dan

apabila diameter kepala lebih kecil 3 cm dari lingkar dada,

maka bayi tersebut mengalami mikrosefalus.

21. Pemeriksaan genitalia

a. Pemeriksaan genitalia ini berfungsi untuk mengetahui

keadaan labium minor yang tertutup oleh labia mayor,

lubang uretra dan lubang vagina seharusnya terpisah,

Page 28: TUGAS INDIVIDU MATERNITAS

namun apabila ditemukan satu lubang maka didapatkan

terjadinya kelainan dan apabila ada sekret pada lubang

vagina, hal tersebut karena pengaruh hormon.

b. Pada bayi laki-laki sering didapatkan fimosis, secara

normal panjang penis pada bayi adalah 3-4 cm dan 1-1,3

cm untuk lebarnya, kelainan yang terdapat pada bayi

adalah adanya hipospadiayang merupakan defek di

bagian ventral ujung penis atau defek sepanjang

penisnya. Epispadia merupakan kelainan defek pada

dorsum penis.

22. Pemeriksaan urine dan tinja

Pemeriksaan urine dan tinja bermanfaat untuk menilai ada atua

tidaknya diare serta kelainan pada daerah anus.Pemeriksaan ini

normal apabila bayi mengeluarkan feses cair antara 6-8 kali per

menit, dapat dicurigai apabila frekuensi meningkat serta adanya

lendir atau darah.Adanya perdarahan pervaginam pada bayi baru

lahir dapat terjadi selama beberapa hari pada minggu pertama

kehidupan (MNH-JHPEGO, 2002).

(sumber : Wong Buku Ajar Keperawatan Pediatrik, Vol.1)

III. Cara menilai APGAR score

Pertumbuhan dan perkembangan bayi di luar kandungan dapat dinilai

dengan apgar.Sesaat setelah bayi lahir, penolong persalinan biasanya

langsung melakukan penilaian terhadap bayi tresebut.Perangkat yang

digunakan untuk menilai dinamakan skor apgar. Kata apgar diambil dari

nama belakang penemunya yaitu Dr. Virginia Apgar, skor ini dipublikasikan

pada tahun 1952. Pada tahun 1962, seorang ahli anak bernama Dr Joseph

Butterfield membuat akronim dari APGAR yaitu Appearance (Warna kulit),

Page 29: TUGAS INDIVIDU MATERNITAS

Pulse (denyut jantung), Grimace (Respon Refleks), Activity (tonus otot) and

Respiration (Pernapasan).

A. Definisi

1. Suatu alat bantu yang berguna untuk mengevaluasi perlu

tidaknya bayi mendapat resusitasi, yang diterapkan pada 1 menit

dan pada 5 menit setelah lahir yang terdiri dari 5 komponen

yaitu pernafasan, frek. jantung, warna, tonus otot & iritabilitas

reflek.

2. Pada masing-masing komponen diberi skor 0, 1 atau 2.

B. Waktu pelaksanaan

1. 1 menit kelahiran

Skor Apgar 1 menit yaitu digunakan untuk mengidentifikasi perlu

tidaknya resusitasi segera.Sebagian besar bayi saat lahir berada

dalam kondisi sempurna.

2. Menit ke-5

Skor Apgar 5 menit, dan terutama perubahan pada skor 1 dan 5

menit merupakan indeks yang bermanfaat untuk menilai

efektifitas upaya resusitasi.Usia gestasi merupakan faktor

penting yang mempengaruhi skor Apgar.

muka

Page 30: TUGAS INDIVIDU MATERNITAS

C.

C. Prosedur penilaian APGAR

1. Pastikan pencahayaan baik

2. Catat waktu kelahiran, nilai APGAR pada 1 menit pertama

dengan cepat & simultan. Jumlahkan hasilnya

3. Lakukan tindakan dengan cepat & tepat sesuai dengan hasilnya

4. Ulangi pada menit kelima

5. Ulangi pada menit kesepuluh

6. Dokumentasikan hasil & lakukan tindakan yang sesuai

D. Penilaian

Setiap variabel dinilai : 0, 1 dan 2

Nilai tertinggi adalah 10

1. Nilai 7 –10 menunjukkan bahwa bayi dalam keadaan baik

2. Nilai 4 –6 pada 1 menit memperlhatkan depresi pernapasan,

fleksiditas, dan warna pucat hingga biru. Namun denyut

jantung dan iritabilitas refles baik.

3. Nilai 0 – 3 biasanya memperlihatkan denyut jantung yang

lambat dan lemah serta depresi atau tidak adanya respon

refleks. Bayi ini sering mudah diidentifikasi dan resusitasi,

termasuk ventilasi buatan, harus segera dimulai.

Perhatian : SKOR APGAR TIDAK DAPAT DIGUNAKAN UNTUK

MEMPERKIRAKAN PROGNOSIS NEUROLOGIS JANGKA PANJANG.

(Sumber :Williams Manual of Obstetrics, edisi 21)

Page 31: TUGAS INDIVIDU MATERNITAS

DAFTAR PUSTAKA

Baston, Helen. (2011). Midwifery essentials: postnatal. Jakarta: EGC

Bobak.(2004). Buku ajar keperawatan maternitas.Edisi 4. Jakarta: EGC

Farer, Helen. (1999). Perawatan maternitas.Edisi 2. Jakarta: EGC

Mitayani.(2009). Asuhan keperawatan maternitas.Jakarta: Salemba Medika

Saleha, Siti. (2009). Asuhan kebidanan pada masa nifas. Jakarta: Salemba medika

Hidayat, A. Aziz Alimul. 2008. Pengantar Ilmu Kesehatan Anak untuk Pendidikan

Kebidanan.Jakarta : Salemba Medika.

Leveno, Kenneth J., Cunningham, F Garry., Gant, Norman F, et al. 2009. Obstetri

William : Panduan Ringkas, Edisi 21. Jakarta : EGC.

Wong, Dona L et al. 2008. Buku Ajar Keperawatan Pediatrikalih bahasa Agus Suratna

dkk.Jakarta : EGC