tugas individu maternitas
TRANSCRIPT
TUGAS INDIVIDU
KEPERAWATAN MATERNITAS IBU NIFAS
DAN PENGKAJIAN PADA BAYI BARU LAHIR
DEVRY PARINDERA
PROGRAM B/ 1103007
STIKES BETHESDA YAKKUM
YOGYAKARTA
2012
NIFAS
A. PENGERTIAN
Masa nifas adalah juga disebut juga masa post partum atau puerpurium adalah
masa atau waktu sejak bayi dilahirkan dan plasenta keluar lepas dari rahim,
sampai enam minggu berikutnya, disertai dengan pulihnya kembali organ-organ
yang berkaitan dengan kandungan, yang mengalami perubahan seperti
perlukaan dan yang berkaitan dengan melahirkan.
B. PERIODE NIFAS
1. Puerpurium dini : masa kepulihan yakni saat-saat ibu dibolehkan berdiri dan
berjalan-jalan.
2. Puerpurium Intermedial: masa kepulihan menyeluruh dari organ-organ
genital, kira-kira antara 6-8 minggu.
3. Remote purpurium: waktu yang diperlukan untuk pulih dan sehat sempurna
terutama apabila ibu selama hamil atau persalinan mempunyai komplikasi.
C. PERUBAHAN ALAT – ALAT REPRODUKSI DAN ORGAN LAIN
Pada masa nifas, alat genetalia external dan internal akan berangsur– angsur pulih
seperti keadaan sebelum hamil.
1. Corpus uterus
INVOLUSI TINGGI FUNDUS UTERI BERAT UTERUS
Bayi lahir Setinggi pusat 1.000gr
Uri lahir 2 jari di bawah pusat 750 gr
I minggu Pertengahan pusat sympisis 500 gr
2 minggu Tak teraba diatas sympisis 350 gr
6 minggu Bertambah kecil 50 gr
8 minggu Sebesar normal 30 gr
2. Endometrium
Perubahan–perubahan endometrium ialah timbulnya trombosis degenerasi dan
nekrosis di tempat implantasi plasenta.
Hari I : Endometrium setebal 2 – 5 mm dengan permukaan yang kasar akibat
pelepasan desidua dan selaput janin.
Hari II :Permukaan mulai rata akibat lepasnya sel – sel dibagian yang mengalami
degenerasi.
3. Involusi tempat plasenta.
Uterus pada bekas inplantasi plasenta merupakan luka yang kasar dan
menonjol ke dalam cavum uteri. Segera setelah plasenta lahir, penonjolan
tersebut dengan diameter 7,5 cm, sesudah 2 minggu diameternya menjadi
3,5 cm dan 6 minggu telah mencapai 24 mm.
4. Perubahan pada pembuluh darah uterus.
Pada saat hamil arteri dan vena yang mengantar darah dari dan ke uterus
khususnya ditempat implantasi plasenta menjadi besar setelah post partum
otot – otot berkontraksi, pembuluh – pembuluh darah pada uterus akan
terjepit, proses ini akan menghentikan darah setelah plasenta lahir.
5. Perubahan servix
Segera setelah post partum, servix agak menganga seperti corong, karena
corpus uteri yang mengadakan kontraksi. Sedangkan servix tidak berkontraksi,
sehingga perbatasan antara corpus dan servix uteri berbentuk seperti cincin.
Warna servix merah kehitam – hitaman karena pembuluh darah.
Segera setelah bayi dilahirkan, tangan pemeriksa masih dapat dimasukan 2 – 3
jari saja dan setelah 1 minggu hanya dapat dimasukan 1 jari ke dalam cavum
uteri.
6. Vagina dan pintu keluar panggul
Vagina dan pintu keluar panggul membentuk lorong berdinding lunak dan luas
yang ukurannya secara perlahan mengecil. Pada minggu ke – 3 post partum,
hymen muncul beberapa jaringan kecil dan menjadi corunculac mirtiformis.
7. Pengeluaran lochea
a. Lochea rubra (hari ke 1 – 2) : terdiri dari darah segar dan sisa-sisa selaput
ketuban,sel-sel desidua (selaput lendir rahim saat hamil), vernik caseosa,
lanugo, dan mekonium.
b. Lochea sanguinolenta (hari ke 3 – 7), terdiri dari : darah bercampur lendir,
warna kecoklatan.
c. Lochea serosa (hari ke 7-14) : Berwarna kekuningan dan cairan tidak
berdarah lagi
d. Lochea alba (hari ke 14-selesai nifas) : merupakan cairan putih
e. Locha purulenta adalah lochea yang berbau busuk dan terjadinya infeksi
f. Lochiotosis : lochia tidak lancar keluarnya.
8. Perubahan di peritoneum dan dinding abdomen
Ligamen-ligamen dan diafragma pelvis serta fasia yang meregang sewaktu
kehamilan dan partus, setelah janin lahir berangsur-angsur ciut kembali.
Ligamentum latum dan rotundum lebih kendor dari pada kondisi sebelum
hamil.
9. Perubahan Tanda Vital pada Masa Nifas
a. Suhu Badan
Sekitar hari ke -4 setelah persalinan suhu ibu mungkin naik sedikit,
antara 37,2 °C-37,5°C
Bila kenaikan mencapai 38°C pada hari kedua sampai hari-hari
berikutnya, harus diwaspadai adanya infeksi
b. Denyut Nadi
Denyut nadi ibu akan melambat sampai sekitar 60x/menit, yakni
setelah melahirkan karena keadaan istirahat penuh. Ini terjadi
utamanya pada minggu pertama post partum.
Pada ibu yang nervus nadinya bisa cepat, kira-kira 110x/menit. Bisa
juga terjadi syok karena infeksi, khususnya dosertai peningkatan
suhu tubuh.
c. Tekanan Darah
Tekanan darah <140/90 mmHg.Tekanan tersebut bisa meningkat
dari pra persalinan pada 1-3 hari post partum
Bila tekanan darah menjadi rendah menunjukkan adanya
perdarahan post partum. Sebaliknya bila tekanan darah tinggi,
merupakan petunjuk kemungkinan adanya preeklamsi yang bisa
timbul pada maa nifas. Namun hal ini jarang terjadi.
d. Respirasi
Pada umumnya respirasi lambat atau bahkan normal, karena ibu
dalam pemulihan atau dalam kondisi istirahat.
Bila respirasi cepat (>30 x/menit), ada kemungkinan tanda-tanda
syok.
10. Payudara
Pada payudara terjadi perubahan atropik yang terjadi pada organ pelvix,
payudara mencapai maturitas yang penuh selama masa nifas kecuali jika
laktasi supresi payudara akan lebih menjadi besar, kencang dan lebih nyeri
tekan sebagai reaksi terhadap perubahan status hormonal serta dimulainya
laktasi.
Hari kedua post partum sejumlah colostrum cairan yang disekresi oleh
payudara selama lima hari pertama setelah kelahiran bayi dapat diperas dari
puting susu. Colostrums banyak mengandung protein, yang sebagian besar
globulin dan lebih banyak mineral tapi gula dan lemak sedikit.
11. Traktus Urinarius
Buang air sering sulit selama 24 jam pertama, karena mengalami kompresi
antara kepala dan tulang pubis selama persalinan.
Urine dalam jumlah besar akan dihasilkan dalam waktu 12 – 36 jam sesudah
melahirkan. Setelah plasenta dilahirkan, kadar hormone esktrogen yang
bersifat menahan air akan mengalani penurunan yang mencolok, keadaan ini
menyebabkan diuresis.
12. System Kardiovarkuler
Normalnya selama beberapa hari pertama setelah kelahiran, Hb, Hematokrit
dan hitungan eritrosit berfruktuasi sedang. Akan tetapi umumnya, jika kadar
ini turun jauh di bawah tingkat yang ada tepat sebelum atau selama
persalinan awal wanita tersebut kehilangan darah yang cukup banyak. Pada
minggu pertama setelah kelahiran , volume darah kembali mendekati seperti
jumlah darah waktu tidak hamil yang biasa. Setelah 2 minggu perubahan ini
kembali normal seperti keadaan tidak hamil.
C. ADAPTASI PSIKOLOGIS
1. Masa Taking In
a. Dimulai sejak dilahirkan sampai 2 – 3 hari.
b. Ibu bersifat pasif dan berorientasi pada diri sendiri.
c. Tingkat ketergantungan tinggi.
d. Kebutuhan nutrisi dan istirahat tinggi.
2. Masa Taking Hold
a. Berlangsung sampai 2 minggu.
b. Ibu mulai tertarik pada bayi.
c. Ibu berupaya melakukan perawatan mandiri.
3. Masa Taking Go
a. Berlangsung pada minggu ke III – IV.
b. Perhatian pada bayi sebagai individu terpisah.
D. Program dan Kebijakan Teknis
Paling sedikit ada 4 kali kunjungan masa nifas yang dilakukan untuk menilai
status ibu dan bayi baru lahir. Untuk mencegah, mendeteksi serta menangani
masalah – masalah yang terjadi.
a. Kunjungan masa nifas
1. Kunjungan I : 6 – 8 jam setelah persalinan
Mencegah perdarahan masa nifas karena atonia uteri.
Mendeteksi dan merawat penyebab lain perdarahan, merujuk bila
perdarahan berlanjut.
Memberikan konseling pada ibu atau salah satu anggota keluarga
bagaimana mencegah perdarahan masa nifas karena atonia uteri.
Pemberian ASI awal.
Melakukan hubungan antara ibu dan bayi.
Menjaga bayi tetap sehat dengan cara mencegah hipotermi.
2. Kunjungan II : 6 hari setelah persalinan
Memastikan involusi uterus berjalan normal : uterus berkontraksi,
fundus dibawah umbilicus, tidak ada perdarahan abnormal, tidak
ada bau.
Menilai adanya tanda–tanda demam infeksi atau perdarahan
abnormal.
Memastikan ibu mendapat cukup makanan, minuman dan
istirahat.
Memastikan ibu menyusui dengan dan memperhatikan tanda –
tanda penyakit.
Memberikan konseling kepada ibu mengenai asuhan pada bayi,
tali pusat, menjaga bayi tetap hangat dan merawat bayi sehari–
hari.
3. Kunjungan III : 2 minggu setelah persalinan, tujuannya sama dengan 6
hari setelah persalinan.
4. Kunjungan IV : 6 minggu setelah persalinan:
Menanyakan ibu tentang penyakit – penyakit yang dialami.
Memberikan konseling untuk KB secara dini.
E. Kebutuhan Dasar Ibu Nifas
1. Gizi : dengan diit berimbang, cukup karboidrat, protein, lemak, vitamin
dan mineral.
2. Mengkonsumsi vitamin A 200.000 iu. Pemberian vitamin A dalam
bentuk suplementasi dapat meningkatkan kualitas ASI, meningkatkan
daya tahan tubuh dan meningkatkan kelangsungan hidup anak.
3. Mengkonsumsi makanan tambahan, nutrisi 800 kalori/hr pada enam
bulan pertama, 6 bulan selanjutnya 500 kalori dan tahun kedua 400
kalori.
4. Asupan cairan 3 liter/hari, 2 liter dari minuman dan 1 liter dari kuah
sayur, buah dan makanan lain
5. Tablet besi 1 tablet/hari s
PENGKAJIAN PADA BAYI BARU LAHIR
I. Karakteristik normal dan tanda – tanda vital pada bayi baru lahir.
Terminologi : karakteristik janin 6 minggu sampai lahir, neonatus, lahir sampai usia
1 bulan, bayi 1 bulan samapi usia berjalan.
A. Karakteristik umum:
1. Bentuk tubuh dan pengukuran : besar kepala dan abdomen
2. Tingkat kesadaran : enam keadaan : menangis, tidur tenang, REM, terjaga
aktif, tenang tidur dan transisional
3. Kekenyalan fisiologis : tahanan pasif terhadap stresor .
4. Imunitas : antibodi mengalir dari ibu melalui plasenta, tidak terdapat antibodi
untuk pertusis dan cacar
5. Tanda-tanda vital bayi baru lahir:
a. Suhu : 97,80F (36,50C)
b. Nadi : rata-rata 140x/menit dengan variasi berkisar 120-160x/menit,
frekuensi saat bayi tidur berbeda dari frekuensi saat bayi bangun. Pada usia
satu minggu frekuensi 128x/menit saat tidur dan 163x/menit saat bangun.
Pada usia 1 bulan, frekuensi 138x/menit saat tidur dan 167x/menit saat
bangun.
c. Pernapasan : 30-60x/menit dangkal dan ireguler, tidak ada retraksi atau
bunyi mendengkur, disertai apnea singkat (kurang dari15 detik)
d. Tekanan darah : 78/42 mmHg, tekanan darah sistolik bayi sering menurun
(sekitar 15mmHg) selama satu jam pertama setelah lahir, menangis dan
bergerakbiasanya menyebabkan peningkatan tekanan darah sistolik
6. Kebutuhan dasar : bertahan, aman dan nyaman,memiliki dan
dimiliki,penghargaan diri dan aktualisasi diri.
B. Karakteristik khusus.
1. Kepala: pada presentasi vertex kepala biasanya mendatar pada dahi dengan
puncak meninggi dan membentuk titik pada ujung tulang parietal dan oksiput
menurun tajam. tulang saling tindih saat lahir dikarenakan tulang-tulang
kranium tidak menyatu kemudian kembali ke posisi semula (Wong, 2009)
2. Mata: cenderung menutup mata dengan kuat, air mata mungkin keluar saat
lahir namun cairan purulen yang keluar dari mata segera setelah lahir adalah
abnormal (Wong, 2009)
3. Telinga: puncak pina biasanya terletak pada bidang horizontal segaris dengan
kantus mata, pina sering kali menempel pada sisi kepala akibat tekanan dalam
uterus
4. Hidung : hidung biasanya datar baru lahir dan memar sering terjadi
5. Mulut dan tenggorokan: defek eksterna mulut seperti celah bibir mudah
dilihat, langit-langit normalnya melengkung tinggi dan agak sempit, temuan
yang sering adalah mutiara epstein yang merupakan suatu kista epitel kecil
putihsepanjang kedua sisi garis tengah palatum durum (menghilang beberapa
minggu)
6. Leher: leher bayi baru lahir pendek dan ditutpi oleh lipatan jaringan
7. Dada: bentuk dada BBL hampir selalu bulat karena diameter antero poterior
dan lateralnya sama, tulang rusuk sangat lentur dan sedikit retraksi
intercostalis. Prosesus xifoideus biasanya terlihat sebagai tonjolan kecil ujung
sternum, sternum biasanya meninggi dan sedikit melengkung
8. Abdomen : Kontur abdomen normal adalah silindris dan biasanya menonjol
dengan beberapa vena yang tampak. Bising usus terdengar dalam 15-20 menit
setelah kelahiran.
9. Kulit:
a. Verniks kaseosa : pasta seperti keju.
b. Milia : bintik-bintik pada wajah.
c. Lanugo : rambut halus diseluruh tubuh.
d. Deskuaminasi : pengelupasan kulit.
e. Eritema toksikum : alergi kemerahan.
f. Bercak mongolian : area berpigmen .
g. Tanda lahir: (nevi) .
10. Ikterik : kekuningan disebabkan oleh hiperhiperbilirubinemia
11. Rambut dan kuku : bervariasi
12. Payudara : mungkin mengalami perbesaran karena pengaruh hormon dari
ibu
13. Genetalia:
a. Wanita : normalnya labia mayora, minora dan klitoris tampak edema.
Hampir seluruh bayi baru lahir perempuan memiliki himen. Cairan vagina
mungkin ditemukan selama minggu pertama kehidupan
b. Laki-laki :prepusium ketat, smegma merupakan suatu zat seperti keju
sering ditemukan disekitar gland penis. Lesi kecil,putih,keras yang
dinamakan mutiara epitel dapat ditemukan diujung preposium. Ereksi
sering terjdi pada BBL. Skrotum besar, bengkak, dan menggantung
14. Sistem urinarius: berkemih pertama biasanya dalam 24jam
15. Sistem pernapasan: atelektasis sampai bernafas berapa kali
16. Sistem sirkulasi : struktur jalan pintas janin menutup segera setelah lahir
17. Darah:
a. Hemoglobin : tinggi saat lahir, kemudian menurun
b. Vitamin K: penting untuk pembekuan, diberikan pada beberapa bayi.
II. Pemeriksaan fisik pada bayi baru lahir.
A. Definisi
Merupakan pemeriksaan fisik yang dilakukan oleh bidan, perawat, atau
dokter untuk menilai status kesehatan yang dilakukan pada saat bayi
baru lahir, 24 jam setelah lahir, dan pada waktu pulang dari Rumah
Sakit.Dalam melakukan pemeriksaan fisik ini, sebaiknya bayi dalam
keadaan telanjang dibawah lampu terang, sehingga bayi tidak mudah
kehilangan panas.
B. Tujuan
Secara umum, tujuan dilakukannya pemeriksaan fisik pada bayi baru
lahir adalah untuk menilai status adaptasi atau penyesuaian kehidupan
intrauteri ke dalam kehidupan ekstrauteri serta mencari kelainan pada
bayi.
C. Riwayat bayi baru lahir.
1. Identifikasi data :Nama, nomor pasien sakit, tanggal lahir, jenis
kelamin, jenis pemberian makanan.
2. Riwayat keluarga :Diabetes, kelainan kongenital, penyakit infeksi,
kelaianan kardiopulmonal, kesehatan ayah, saudara kandung dan
anggota keluarga lain : kondisi medis atau sifat yang “diturunkan
dari generasi ke generasi dalam keluarga”, nenek moyang atau
orang tua.
3. Data demografik orang tua :Usia, pendidikan, pekerjaan, latar
belakang etnik dan ras.
4. Riwayat ibu
Graviditas, paritas, hari pertama haid hari terakhir haid (HPHT),
taksiran partus (TP), komplikasi kehamilan sebelumnya, riwayat
ginekologi dan riwayatmedis/bedah, riwayat antepartum
(khususnya penyalahgunaan zat, diabetes gestasional,
preeklamsia, perdarahan selama kehamilan, polihidramnion atau
oligohidramnion, infeksi atau penyakit lain, obat-obatan yang
dikonsumsi), lama dan lokasi perawatan prenatal, pengkajian
kesejahteraan janin. Persalinan dan pelahiran Tanggal dan waktu
melahirkan ; usia gestasi saat melahirkan dengan menggunakan
penanggalan dan pemeriksaan USG, lama kala satu dan dua
persalinan ; gawat janin atau asidosis ; demam pada ibu ; ada
meconium ; lama ketuban pecah ; presentasi ; komplikasi ; cara
melahirkan ; penggunaan alat bantu ; analgesia dan waktu ;
anastesi dan komplikasinya ; ukuran plasenta, warna dan bau ;
inersi tali pusat ; dan penampilan tali pusat termasuk jumlah
pembuluh darah dan ukurannya (Kotor? Berbau?Kelainan?)
5. Hasil tes laboratorium ibu
Golongan darah dan faktor Rh, penapisan antibody, titer rubella,
serologi, panel hepatitis, nilai Hb dan Ht, pemeriksaan
Tuberculosis (TB).
6. Periode segera setelah lahir
Nilai Apgar, resusitasi, tanda-tanda vital, suhu, status vitamin K ;
kemampuan mengisap, menyusu ; keterjagaan ; apakah sudah
mengeluarkan air kemih atau mekonium ; apakah bayi melonjak-
lonjak ; mengeluarkan tangisan yang tidak lazim.
7. Hasil tes laboratorium
Kadar glukosa, golongan darah, factor Rh, tes Coomb, Hct .
D. Pemeriksaan fisik.
1. Hitung frekuensi nafas
Pemeriksaan frekuensi nafas ini dilakukan dengan menghitung
rata-rata pernapasan dalam 1 menit. Pemeriksaan ini dikatakan
normal pada bayi baru lahir apabila frekuensinya antara 30-60
x/menit, tanpa adanya retraksi dada dan suara merintih saat
ekspirasi, tetapi apabila bayi dalam keadaan lahir kurang dari
2500 gram atau usia kehamilan 37 minggu, kemungkinan
terdapat adanya retraksi dada ringan. Jika pernapasan berhenti
beberapa detik secara periodik, maka masih dikatakan dalam
batas normal.
2. Lakukan inspeksi pada warna bayi
Pemeriksaan ini berfungsi untuk mengetahui apakah ada warna
pucat, ikterus, sianosis sentral atau tanda lainnya.Bayi dalam
keadaan aterm umumnya lebih pucat dibandingkan bayi dalam
keadaan praterm, mengingat kondisi kulitnya lebih tebal.
3. Hitung denyut jantung bayi dengan menggunakan stetoskop.
Pemeriksaan denyut jantung untuk menilai apakah bayi
mengalami gangguan yang menyebabkan jantung dalam keadaan
tidak normal, seperti suhu tubuh yang tidak normal, perdarahan,
atau gangguan nafas. Pemeriksaan denyut jantung ini dikatakan
normal apabila frekuensinya antara 100-160x/menit.
4. Ukur suhu aksila
Lakukan pemeriksaan suhu melalui aksila untuk menentukan
apakah bayi dalam keadaan hipo atau hipertermi. Dalam kondisi
normal, suhu bayi antara 36,5˚C – 37˚ C.
5. Kaji postur dan gerakan
a. Pemeriksaan ini untuk menilai ada atau tidaknya
epistotonus/ hiperekstensi tubuh yang berlebihan dengan
kepala dan tumit belakang, tubuh melengkung kedepan,
adanya kejang / spasme, serta tremor.
b. Pemeriksaan postur dalam keadaan normal apabila dalam
keadaan istirahat kepalan tangan longgar dengan lengan
panggul dan lutut semifleksi. Selanjutnya pada bayi
dengan berat 2500 gram atau usia kehamilan 37
minggu ekstremitasnya dalam keadaan sedikit ekstensi.
Apabila bayi tidak sungsang, di dalam kandungan bayi
akan mengalami fleksi penuh pada sendi panggul atau
lutut/sendi lutut ekstensi penuh, sehingga kaki bisa
mencapai mulut. Selanjutnya gerakan ekstremitas bayi
harusnya terjadi secara spontan dan simetris disertai
dengan gerakan sendi penuh dan pada bayi normal dapat
sedikit gemetar.
6. Periksa tonus atau kesadaran bayi
Pemeriksaan ini berfungsi untuk melihat adanya letargi, yaitu
penurunan kesadaran dimana bayi dapat bangun lagi dengan
sedikit kesulitan, ada tidaknya tonus otot yang lemah, mudah
terangsang, mengantuk, aktivitas berkurang, dan sadar.
7. Pemeriksaan kulit
a. Berfungsi untuk melihat ada atau tidaknya kemerahan pada
kulit atau pembengkakan, postula (kulit melepuh), luka atau
trauma, bercak atau tanda abnormal pada kulit, elastisitas
kulit, serta ada tidaknya ruam popok
b. Pemeriksaan ini normal apabila tanda seperti eritema
toksikum ( titik merah dan pusat putih kecil pada muka,
tubuh, dan punggung) pada hari kedua atau selanjutnya,
kulit tubuh yang terkelupas pada hari pertama.
c. Kondisi kulit dapat mengindikasikan beberapa kondisi. Bayi
postmatur memiliki kulit yang lebih pusat, lebih tebal, yang
tebal, yang dapat mengelupas. Bayi prematur memiliki kulit
tipis, rapuh, yang cenderung berwarna merah gelap yang
mudah berdarah serta mudah memar.
1) Akrosianosis (sianosis pada ekstremitas) adalah
kondisi yang normal selama satu hari. Bintik-
bintik seperti lobster dapat merupakan kondisi
normal, terjadi akibat system organ yang tidak
matur.
2) Sianosis. Kadang-kadang sulit dievaluasi karena
polistemia pada bayi baru lahir; dapat
dimunculkan dengan menekan-nekan kulit bayi
seperti saat memeriksa adanya ikterik.
3) Ikterik. Dikaji dengan cara menekan-nekan kulit
sesaat. Dimulai dari kepala kemudian kebawah --
catat kadarnya.
4) Palor. Dapat mengindikasikan edema, asfiksia,
atau shock. Kepala bayi, lengan kanan, dan dada
kanan berwarna merah muda, bagian tubuh
lainnya pucat atau sianosis, jika duktus belum
menutup. Garis demarkasi menghilang jika
duktus membuka dan tahanan pembuluh darah
perifer menurun.
5) Pletora. Area merah terlihat pada membran
mukosa, memudar pada telapak kaki dan telapak
tangan, dapat menunjukkan polisitemia.
6) Bintik-bintik. Diakibatkan perubahan suhu kulit
sementara, tetapi bisa juga karena penyakit yang
serius dan bayi yang memiliki kulit berbintik-
bintik harus diobservasi dengan cermat.
7) Terkena meconium. Verniks yang terkena
meconium terjadi dalam 15 jam setelah terpajan
meconium kuku-kuku jari terkena dalam 6 jam.
8) Terkstur dan edema. Edema dapat dibedakan
dari status nutrisi cukup dengan keberadaan
keriput halus dipergelangan tangan dan
pergelangan kaki.
9) Lesi, kelembapan, lanugo merupakan bukti
trauma lahir, pigmentasi. A
8. Pemeriksaan leher dan kepala.
Pemeriksaan bagian kepala yang dapat diperiksa antara lain:
a. Kepala
1) Bentuk dan kesimetrisan
2) Proporsi terhadap tubuh dan wajah
3) Lingkar kepala (diukur di titik di atas telinga). Lingkar ini
akan berubah jika molase hilang. Lingkar kepala normal
adalah 32-38 cm pada rata-rata bayi cukup bulan. Lingkar
kepala melebihi lingkar abdomen sampai usia kehamilan
32-36 minggu, kemudian akan menjadi lebih kecil. Kepala
yang berukuran sangat besar dapat mengindikasikan
hidrosefalus.
4) Sutura sagitalis, lambdoidalis, dan koronalis. Penutupan
garis sutura prematur disebut sinostosis kranial: sutura
tidak menyatu jika sisi lain tertekan. Area-area lunak pada
tulang parietal di sepanjang sutura sagitalis disebut
kraniotabes dan terlihat pada bayi premature dan mereka
yang mengalami kompresi uterus. Kraniotabes biasanya
tidak bermakna, tetapi harus diselidiki jika menetap.
Area-area lunak pada oksiput signifikan dan, jika ada,
osteogenesis imperfekta, sindrom Down, kretinisme, dan
kondisi-kondisi lain harus disingkirkan.
5) Fontanel anterior berbentuk wajik memiliki ukuran 20
±10 mm, tetapi ada banyak variasi dan ukuran fontanel
tidak signifikan. Fontanel menutup pada usia 9-16 bulan.
Fontanel posterior, yang berbentuk segi tiga, dapat
menutup pada saat bayi lahir atau pada sekitar usia 4
bulan. Ukuran rata-ratanya adalah 1x1 cm. Fontanel
harus datar: penonjolan mengindikasikan peningkatan
tekanan intrakranial dan depresi mengindikasikan
dehidrasi.
6) Terdapat molase (tumpang tindih tulang oksipital dan
pelahiran, perdarahan subperiosteum ini terbatas pada
satu tulang, biasanya tulang parietal, dan tidak menindih
sutura. Sefalohematoma ini berlangsung sekitar 8
minggu.
7) Kaput suksedaneum adalah pembengkakan kulit kepala,
yang terlihat melalui serviks. Memar dapat terlihat. Kaput
dapat menindih garis sutura.
8. Rambut
a. Tekstur, arah pertumbuhan.
b. Distribusi. Rambut di bawah lipatan leher mengesankan
sindrom-sindrom yang berhubungan dengan leher
pendek dan/atau webbed neck.
c. Lesi kulit kepala. Aplasia kutis kongenita merupakan suatu
kelainan kulit kepala.
d. Warna. Perhatikan keserasian dengan ras. Rambut merah
pada bayi kulit hitam, misalnya dapat menunjukkan
albinisme. Perhatikan keseragaman. Sejumput rambut
putih tepat di atas kening, misalnya, dapat dihubungkan
dengan ketulian dan retardasi mental.
9. Wajah
a. Bentuk dan ekspresi
b. Bulu mata dan alis mata
c. Simetris pada saat istirahat dan selama menangis dan
mengisap. Ketidaksimetrisan dapat terjadi akibat
hypoplasia atau palsi pada saraf ketujuh.
10. Mata
Pemeriksaan mata untuk menilai adanya strabismus atau tidak,
yaitu koordinasi gerakan mata yang belum sempurna.Mata
paling mudah diperiksa dengan mengangkat bayi dan perlahan
menggerakkannya ke depan dan ke belakang. Pada saat ini,
bayi akan secara spontas dan reflex membuka matanya.
a. Letak dan kesimetrisan. Mata yang terpisah jauh dapat
dihubungkan dengan sindrom kongenital.
b. Ukuran. Ukuran yang normal adalah 2,5 cm. mata
berukuran besar disebut hipertelorisme; sedangkan
mata berukuran kecil disebut hipotelorisme. Keduanya
dihubungkan dengan sindrom kengenital.
c. Posisi. Lipatan ke atas atau ke bawah mengindikasikan
sindrom kengenital.
d. Ukuran dan kejernihan kornea.
e. Warna iris. Pigmentasi penuh terjadi pada usia 10-12
bulan.
f. Sklera. Pada kondisi normal jernih, tetapi bisa berwarna
kuning disertai ikterik, hemoragik akibat trauma lahir,
atau berwarna biru diserta osteogenesis imperfekta.
g. Konjungtiva. Perdarahan kecil sering terjadi. Peradangan
bisa muncul akibat profilaksis eritromisin.
h. Pupil. Sama dan reaktif setelah usia 2-3 minggu. Pupil
berukuran 1,8-5,4 mm.
i. Refleks mengedipoptikal yang simetris. Cahaya terang
menyebabkan kedua mata mengedip dan kepala
dorsifleksi. Tes refleks ini lebih sering dilakukan
disbanding tes ketajaman penglihatan. Penglihatan bayi
baru lahir diperkirakan sekitar 20/600.
j. Mata boneka. Ketika kepala berpaling, mata bergerak
dari garis tengah lalu melihat ke atas; dinyatakan normal
selama 10 hari.
k. Refleks merah. Tidak ada pada katarak.
l. Korneamenunjukkan reaksi terhadap cahaya dan
mengikuti jejak cahaya.
m. Strabismus sementara (mata juling).
n. Ada lipatan epikantus. Dapat dihubungkan dengan defek
kongenital.
o. Retina. Harus jernih pada pemeriksaan oftalmoskopik.
p. Duktus lakrimalis. Harus paten.
q. Kelopak mata. Perhatikan edema atau ptosis (jatuh).
r. Glaucoma kongenital. Dibuktikan oleh fotofobia, air
mata berlebihan, kornea buram, atau mata terlihat
lebar.
11. Telinga
Pemeriksaan telinga dapat dilakukan untuk menilai adanya
gangguan pendengaran. Dilakukan dengan membunyikan bel
atau suara jika terjadi refleks terkejut, apabila tidak terjadi
refleks, maka kemungkinan akan terjadi gangguan pendengaran.
a. Simetris dan sejajar
b. Lipatan kulit atau lubang berlebih. Lipatan kulit
pedunkulat dapat diikat kuat pada bagian dasar dengan
jahitan.
c. Bentuk. Pembentukan kartilago mengindikasikan
maturitas.
d. Pendengaran. Bayi menengok kea rah bisikan; terlihat
terkejut sebagai respons terhadap suara keras. Khususnya
pada kasus kelainan kepala dan leher, riwayat tuli pada
keluarga, berat lahir sangat rendah, asfiksia berat, infeksi
janin, dan sindrom lain yang terkait dengan tuli.
e. Otoskopi dilakukan dengan menarik daun telinga ke
bawah. Verniks kaseosa terlihat di dalam saluran luar
atau cairan amnion terlihat di belakang membrane
timpani berwarna abu-abu kusam.
12. Hidung
a. Posisi dan bentuk. Posisi menyimpang dari garis tengah
atau tulang hidung yang mendatar atau bengkok dapat
mengindikasikan sindrom kongenital.
b. Lubang hidung. Dikaji untuk melihat bentuk, kesimetrisan,
dan kepatenan. Satu lubang hidung tersumbat pada satu
waktu dan pernapasan terlihat melalui lubang hidung
yang terbuka sehingga menyingkirkan kemungkinan
atresia koanal --- penyumbatan nares posterior --- yang
menyebabkan gawat napas berat pada bayi. Lubang
hidung yang besar, menonjol, atau ketiadaan lubang
hidung dapat terjadi pada kelainan kongenital.
Pemeriksaan hidung dapat dilakukan dengan cara melihat
pola pernapasan, apakah bayi bernapas melalui mulut,
maka kemungkinan bayi mengalami obstruksi jalan napas
karena adanya atresia koana bilateral atau fraktur tulang
hidung atau ensefalokel yang menonjol ke nasofaring.
Sedangkan pernapasan cuping hidung akan menunjukkan
gangguan pada paru, lubang hidung kadang-kadang
banyak mukosa. Apabila secret makropurulen dan
berdarah, perlu dipikirkan adanya penyakit sifilis
kongenital dan kemungkinan lain.
13. Mulut
a. Ukuran dan bentuk. Mulut seperti burung terlihat pada
sindrom alcohol; mulut kecil, mikrostomia, terlihat pada
sindrom down; dan mulut yang lebar, makrostomia,
terlihat pada gangguan metabolik.
b. Menyeringai simetris.
c. Palatum melengkung utuh.
d. Ukuran dan fungsi uvula. Uvula yang bifid (terbelah dua)
dapat dihubungkan dengan sumbing palatum submukosa.
Pada fungsi neurologis yang normal, uvula akan naik
ketika bayi menangis.
e. Refleks. Refleks mengisap terlihat sejak usia kehamilan 32
minggu hingga 3-4 bulan. Refleks rooting terlihat sejak
usia kehamilan 34 minggu hingga 3-4 bulan. Refleks gag
harus ada.
f. Bibir. Harus terbentuk penuh. Filtrum yang memanjang
(alur dari hidung hingga bibir atas) dapat mengindikasikan
sindrom kongenital.
g. Ukuran lidah. Makroglosia dihubungkan dengan
hipotiroidisme.
h. Gusi. Gusi juga perlu diperiksa untuk menilai adanya
pigmen pada gigi, apakah terjadi penumpukan
pigmenyang tidak sempurna. Gusi yang tumbuh sebelum
waktunya jarang ditemui pada mulut bayi baru lahir
normal dan akan tanggal sebelum gigi susu muncul; gigi
juga dapat muncul pada beberapa sindrom kengenital.
i. Membrane mukosa. Perhatikan kelembapan. Pengeluaran
saliva yang berlebihan mengindikasikan fistula
trakeoesofagus atau atresia esophagus. Sariawan
diidentifikasi dengan adanya bercak putih dan abu-abu.
j. Dagu. Proporsinya harus tepat. Mikrognatia mengesankan
sindrom Pierre-Robin.
Pemeriksaan mulut dapat dilakukan dengan melihat adanya kista
yang ada pada mukosa mulut.Pemeriksaan lidah dapat dinilai
melalui warna dan kemampuan refleks mengisap.Apabila
ditemukan lidah yang menjulur keluar, dapat dilihat adanya
kemumgkinan kecacatan kongenital.Adanya bercak pada mukosa
mulut, palatum, dan pipi biasanya disebut sebagai monilia
albicans.
14. Lidah
Perhatikan ukuran, proporsi warna, lapisan pelindung, gerakan,
tonus, panjang frenulum.
15. Leher
a. Bentuk, nodus limfoideus, keberadaan massa
b. Gerakan. Rentang pergerakan harus memungkinkan bayi
memutar dagu ke tiap-tiap bahu. Tortikolis kongenital
(kepala menekuk ke salah satu bahu sementara dagu
mengarah ke bahu lain) ditemukan jika ada hematoma
pada otot sternokleidomastoideus akibat cedera lahir.
c. Lipatan atau penyelaputan kulit. Penyelaputan terjadi
pada sindrom turner dan sindrom kongenital lain.
d. Tiroid. Biasanya ditemukan di garis tengah tanpa nodul
e. Klavikula. Fraktur klavikula terjadi pada 1,7 – 2,9% bayi
cukup bulan, walaupun banyak fraktur tidak terdeteksi
sampai kalus terbentuk di atas fraktur pada usia 2-3
minggu. Fraktur biasanya terjadi pada 2/3 bagian luar
tulang dan dapat dipalpasi dengan bunyi krepitasi,
pembengkakan, nyeri tekan di sepanjang badan tulang.
Penurunan gerakan pada tangan yang terkena atau
menolak disusui ketika bayi berbaring di sisi yang terkena
dapat mengindikasikan ketidaknyamanan.
Pemeriksaan leher dapat dilakukan dengan melihat pergerakan,
apabila terjadi keterbatasan dalam pergerakannya, maka
kemungkinan terjadi kelainan pada tulang leher, misalnya
kelainan tiroid, hemangioma, dll.
16. Pemeriksaan ekstremitas
Pemeriksaan ini berfungsi untuk menilai ada tidaknya gerakan
ekstremitas abnormal, asimetris, posisi dan gerakan yang
abnormal (menghadap ke dalam atau ke luar garis tangan), serta
menilai kondisi jari kaki, yaitu jumlahnya berlebih atau saling
melekat.
17. Pemeriksaan dada
a. Bentuk dan kesimetrisan
b. Lingkar dada pada putting susu. Letak putting susu. Letak
putting yang berjauhan terlihat pada sindrom Turner.
Pada bayi keturunan Kaukasia biasanya berhubungan
dengan kelainan ginjal.
c. Keberadaan jaringan payudara. Dipengaruhi oleh status
nutrisi, simpanan lemak, dan maturitas. Produksi susu
(“witches milk”) yang disebabkan oleh estrogen ibu
berhenti setelah 1-2 minggu.
d. Kesimetrisan pengembangan. Dada yang tidak
mengembang simetris, menandakan hernia diafragmatik,
pneumotoraks, atau kerusakan nervus frenikus.
e. Pernapasan. Biasaya pernapasan abdomen pada bayi
baru lahir ; frekuensi normalnya adalah 30-60 x/menit,
dihitung selama 1 menit penuh. Frekuensi napas 60
x/menit mengindikasikan adanya penyakit.
f. Bunyi jantung. Nada terdengar lebih tinggi daripada yang
terdengar pada orang dewasa. Sinus aritmia (varian
teratur yang menyertai pernapasan) adalah temuan
normal. Denyut jantung rata-rata adalah 110-160 x/menit
pada bayi cukup bulan yang sehat. Pada bayi premature,
denyut jantung rata-rata 140-150 x/menit pada saat
istirahat.
g. Murmur. 60 % bayi baru lahir mengalami murmur.
Sebagian besar murmur yang terdengar pada hari-hari
pertama kehidupan mencerminkan perubahan neonatal.
Murmur yang terdengar pada saat lahir memiliki resiko 1 :
12 karena penyakit jantung kongenital.
h. Titik impuls maksimum (PMI). Dalam kondisi normal
terdapat di garis midklavikula kiri pada ruang interkosta
keempat, variasi dapat mengesankan kelainan jantung.
Getaran yang terpalpasi pada lengkung suprasternal
menunjukkan stenosis aorta, stenosis paru valvular, PDA,
atau koarktasio aorta.
i. Nadi. Nadi sempit dan halus mengindikasikan gagal
jantung kongenital atau stenosis aorta berat ; denyut
yang melonjak dapat mengindikasikan PDA.
j. Tekanan darah. Bagi bayi baru lahir sampai usia 7 hari, TD
sistolik 96 mmHg merupakan hipertensi signifikan dan
TD 106 mmHg merupakan hipertensi berat. Untuk bayi
usia 8-30 hari, TD sistolik 104 mmHg merupakan
hipertensi signifikan dan TD 110 mmHg merupakan
hipertensi berat.
k. Perkusi. Dikaji dengan menggunakan 1 jari, paru bayi baru
lahir pada kondisi normal hiperresonan di seluruh bidang
paru suara redup dapat mengindikasikan ada efusi atau
konsolidasi.
18. Pemeriksaan tali pusat
Pemeriksaan ini untuk melihat apakah ada kemerahan, bengkak,
bernanah, berbau, atau lainnya pada tali pusat.Pemeriksaan ini
normal apabila warna tali pusat putih kebiruan pada hari
pertama dan mulai mongering atau mengecil dan lepas pada hari
ke-7 hingga ke-10.
19. Pemeriksaan abdomen dan punggung
a. Pemeriksaan pada abdomen ini meliputi pemeriksaan
secara inspeksi untuk melihat bentuk dari abdomen,
apabila didapatkan abdomen membuncit, dapat diduga
kemungkinan disebabkan karena hepatosplenomegali
atau cairan dalam rongga perut.
b. Pada perabaan, hati biasanya teraba 2-3 cm di bawah
arkus kosta kanan, limfa teraba 1 cm dibawah arkus kosta
kiri.
c. Pada palpasi ginjal dapat dilakukan dengan pengaturan
posisi telentang dan tungkai bayi dilipat agar otot-otot
dinding perut dalam keadaan relaksasi, batas bawah
ginjal dapat diraba setinggi umbilicus diantara garis
tengah dan tepi perut. Bagian-bagian ginjal dapat diraba
sekitar 2-3 cm. adanya pembesaran pada ginjal dapat
disebabkan oleh neoplasma, kelainan bawaan, atau
thrombosis vena renalis.
d. Untuk menilai daerah punggung atau tulang belakang,
cara pemeriksaannya adalah dengan meletakkan bayi
dalam posisi tengkurap. Raba sepanjang tulang belakang
untuk mencari ada atau tidaknya kelainan seperti spina
bifida atau mielomeningeal (defek tulang punggung,
sehingga medulla spinalis dan selaput otak menonjol).
20. Pengukuran antopometri
a. Pada bayi baru lahir perlu dilakukan pengukuran
antopometri seperti berat badan, dimana berat badan
yang normal adalah sekitar 2500-3500 gram, apabila
ditemukan berat badan 2500 gram, maka dapat
dikatakan bayi memiliki berat badan lahir rendah (BBLR).
Akan tetapi, apabila ditemukan bayi dengan berat badan
lahir 3500 gram, maka bayi dimasukkan dalam
kelompok makrosomia.
b. Pengukuran antropometri lainnya adalah pengukuran
panjang badan secara normal :
1) Panjang badan bayi baru lahir adalah 45-50 cm.
2) Pengukuran lingkar kepala normalnya adalah 33-35
cm.
3) Pengukuran lingkar dada normalnya adalah 30-33 cm.
Apabila ditemukan diameter kepala lebih besar 3 cm dari
lingkar dada, maka bayi mengalami hidrosefalus dan
apabila diameter kepala lebih kecil 3 cm dari lingkar dada,
maka bayi tersebut mengalami mikrosefalus.
21. Pemeriksaan genitalia
a. Pemeriksaan genitalia ini berfungsi untuk mengetahui
keadaan labium minor yang tertutup oleh labia mayor,
lubang uretra dan lubang vagina seharusnya terpisah,
namun apabila ditemukan satu lubang maka didapatkan
terjadinya kelainan dan apabila ada sekret pada lubang
vagina, hal tersebut karena pengaruh hormon.
b. Pada bayi laki-laki sering didapatkan fimosis, secara
normal panjang penis pada bayi adalah 3-4 cm dan 1-1,3
cm untuk lebarnya, kelainan yang terdapat pada bayi
adalah adanya hipospadiayang merupakan defek di
bagian ventral ujung penis atau defek sepanjang
penisnya. Epispadia merupakan kelainan defek pada
dorsum penis.
22. Pemeriksaan urine dan tinja
Pemeriksaan urine dan tinja bermanfaat untuk menilai ada atua
tidaknya diare serta kelainan pada daerah anus.Pemeriksaan ini
normal apabila bayi mengeluarkan feses cair antara 6-8 kali per
menit, dapat dicurigai apabila frekuensi meningkat serta adanya
lendir atau darah.Adanya perdarahan pervaginam pada bayi baru
lahir dapat terjadi selama beberapa hari pada minggu pertama
kehidupan (MNH-JHPEGO, 2002).
(sumber : Wong Buku Ajar Keperawatan Pediatrik, Vol.1)
III. Cara menilai APGAR score
Pertumbuhan dan perkembangan bayi di luar kandungan dapat dinilai
dengan apgar.Sesaat setelah bayi lahir, penolong persalinan biasanya
langsung melakukan penilaian terhadap bayi tresebut.Perangkat yang
digunakan untuk menilai dinamakan skor apgar. Kata apgar diambil dari
nama belakang penemunya yaitu Dr. Virginia Apgar, skor ini dipublikasikan
pada tahun 1952. Pada tahun 1962, seorang ahli anak bernama Dr Joseph
Butterfield membuat akronim dari APGAR yaitu Appearance (Warna kulit),
Pulse (denyut jantung), Grimace (Respon Refleks), Activity (tonus otot) and
Respiration (Pernapasan).
A. Definisi
1. Suatu alat bantu yang berguna untuk mengevaluasi perlu
tidaknya bayi mendapat resusitasi, yang diterapkan pada 1 menit
dan pada 5 menit setelah lahir yang terdiri dari 5 komponen
yaitu pernafasan, frek. jantung, warna, tonus otot & iritabilitas
reflek.
2. Pada masing-masing komponen diberi skor 0, 1 atau 2.
B. Waktu pelaksanaan
1. 1 menit kelahiran
Skor Apgar 1 menit yaitu digunakan untuk mengidentifikasi perlu
tidaknya resusitasi segera.Sebagian besar bayi saat lahir berada
dalam kondisi sempurna.
2. Menit ke-5
Skor Apgar 5 menit, dan terutama perubahan pada skor 1 dan 5
menit merupakan indeks yang bermanfaat untuk menilai
efektifitas upaya resusitasi.Usia gestasi merupakan faktor
penting yang mempengaruhi skor Apgar.
muka
C.
C. Prosedur penilaian APGAR
1. Pastikan pencahayaan baik
2. Catat waktu kelahiran, nilai APGAR pada 1 menit pertama
dengan cepat & simultan. Jumlahkan hasilnya
3. Lakukan tindakan dengan cepat & tepat sesuai dengan hasilnya
4. Ulangi pada menit kelima
5. Ulangi pada menit kesepuluh
6. Dokumentasikan hasil & lakukan tindakan yang sesuai
D. Penilaian
Setiap variabel dinilai : 0, 1 dan 2
Nilai tertinggi adalah 10
1. Nilai 7 –10 menunjukkan bahwa bayi dalam keadaan baik
2. Nilai 4 –6 pada 1 menit memperlhatkan depresi pernapasan,
fleksiditas, dan warna pucat hingga biru. Namun denyut
jantung dan iritabilitas refles baik.
3. Nilai 0 – 3 biasanya memperlihatkan denyut jantung yang
lambat dan lemah serta depresi atau tidak adanya respon
refleks. Bayi ini sering mudah diidentifikasi dan resusitasi,
termasuk ventilasi buatan, harus segera dimulai.
Perhatian : SKOR APGAR TIDAK DAPAT DIGUNAKAN UNTUK
MEMPERKIRAKAN PROGNOSIS NEUROLOGIS JANGKA PANJANG.
(Sumber :Williams Manual of Obstetrics, edisi 21)
DAFTAR PUSTAKA
Baston, Helen. (2011). Midwifery essentials: postnatal. Jakarta: EGC
Bobak.(2004). Buku ajar keperawatan maternitas.Edisi 4. Jakarta: EGC
Farer, Helen. (1999). Perawatan maternitas.Edisi 2. Jakarta: EGC
Mitayani.(2009). Asuhan keperawatan maternitas.Jakarta: Salemba Medika
Saleha, Siti. (2009). Asuhan kebidanan pada masa nifas. Jakarta: Salemba medika
Hidayat, A. Aziz Alimul. 2008. Pengantar Ilmu Kesehatan Anak untuk Pendidikan
Kebidanan.Jakarta : Salemba Medika.
Leveno, Kenneth J., Cunningham, F Garry., Gant, Norman F, et al. 2009. Obstetri
William : Panduan Ringkas, Edisi 21. Jakarta : EGC.
Wong, Dona L et al. 2008. Buku Ajar Keperawatan Pediatrikalih bahasa Agus Suratna
dkk.Jakarta : EGC