tugas hukum perdata international

53
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Seperti halnya dengan para individu, badan hukum juga mempunyai status personalnya. Hukum inilah yang dipakai untuk menentukan ada tidaknya badan hokum, kemampuan untuk bertindak dalam hokum, hokum yang mengatur organisasi intern dan dengan hubungan-hubungan hokum dengan pihak ketiga, dan cara-cara perubahan dalam Anggaran Dasar serta behentinya badan hokum ini. Status badan hokum ini menentukan pula pihak-pihak dan kewenangan dari sejak lahir (diciptakan), hingga meninggal (berhentinya sebagai badan hokum setelah likuidasi ). Hukum personal ini hanya merupakan satu hokum tertentu yang mengatur status personal perseorangan. Mengenai titik taut manakah yang harus dipergunakan untuk status personal dari badan-badan hukum ini tidak terdapat persesuaian pendapat. Secara garis besar dapat diadakan pembedaan dalam dua macam ukuran, yakni system dari Negara Common Law yang menitikberatkan pada hukum dari Negara didirikannya badan hukum (Place of Incorporation), sedangkan dalam Negara-negara Civil Law yang terbanyak dianut ialah hukum dari Negara dimana 1

Upload: teguhtresna

Post on 29-Jan-2016

382 views

Category:

Documents


24 download

DESCRIPTION

Hukum Perdata Inter

TRANSCRIPT

Page 1: Tugas Hukum Perdata International

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Seperti halnya dengan para individu, badan hukum juga mempunyai status

personalnya. Hukum inilah yang dipakai untuk menentukan ada tidaknya badan

hokum, kemampuan untuk bertindak dalam hokum, hokum yang mengatur

organisasi intern dan dengan hubungan-hubungan hokum dengan pihak ketiga,

dan cara-cara perubahan dalam Anggaran Dasar serta behentinya badan hokum

ini. Status badan hokum ini menentukan pula pihak-pihak dan kewenangan dari

sejak lahir (diciptakan), hingga meninggal (berhentinya sebagai badan hokum

setelah likuidasi ).

Hukum personal ini hanya merupakan satu hokum tertentu yang mengatur

status personal perseorangan. Mengenai titik taut manakah yang harus

dipergunakan untuk status personal dari badan-badan hukum ini tidak terdapat

persesuaian pendapat. Secara garis besar dapat diadakan pembedaan dalam dua

macam ukuran, yakni system dari Negara Common Law yang menitikberatkan

pada hukum dari Negara didirikannya badan hukum (Place of Incorporation),

sedangkan dalam Negara-negara Civil Law yang terbanyak dianut ialah hukum

dari Negara dimana faktor pusat manajemen berkedudukan (Legal Seat,

headquarters central office siege reel).1

Badan hukum hanya dapat melakukan perbuatan melalui perantaraan

orang-orang biasa yang menjadi pengurusnya. Pengurus tersebut berkerja tidak

untuk dirinya sendiri, melainkan untuk dan atas nama badan hukum itu. Badan

hukum tidak dapat menerima semua jenis hak dan menjalankan semua jenis

kewajiban seperti pada manusia biasa. Semua badan hukum memiliki kekayaan,

akan tetapi jenis-jenis haknya berbeda satu sama lain. Contohnya, yayasan wakaf

tidak boleh dibebani hak milik atas tanah. Karena badan hukum tidak dapat

1 Sudargo Gautama, Hukum Perdata Internasional Indonesia, Buku ke-7, Bandung: Alumni, 1995, hlm.327.

1

Page 2: Tugas Hukum Perdata International

meninggal dunia, maka apabila badan hukum bubur maka kekayaannya tidak

dapat diwariskan kepada ahli waris para pengurusnya.

B. Identifikasi Masalah

1. Bagaimana pengaturan terkait badan hokum di Indonesia?

2. Bagaimana status personal badan-badan hukum dalam lingkup Hukum

Perdata International?

2

Page 3: Tugas Hukum Perdata International

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. PENGERTIAN BADAN HUKUM

            “Orang” (person) dalam dunia hukum adalah subyek hukum atau

pendukung hak dan kewajiban. Setiap manusia adalah pembawa hak (subyek

hukum) dan mampu melakukan perbuatan hukum atau mengadakan hubungan

hukum yang harus diikuti dengan adanya kecakapan hukum (rechsbekwaamheid)

dan kewenangan hukum (rechtsbevoedgheid)2.

Dua macam Subyek Hukum dalam pengertian hukum adalah :

1. Natuurlijke Persoon (natural person) yaitu manusia pribadi (Pasal

1329KUHPerdata).

2. Rechtspersoon (legal entitle) yaitu badan usaha yang berbadan hukum

(Pasal1654 KUHPerdata).

Berdasarkan materinya Badan Hukum dibagi atas :

1. Badan Hukum Publik (publiekrecht) yaitu badan hukum yang

mengatur hubungan antara negara dan atau aparatnya dengan warga

negara yangmenyangkut kepentingan umum/publik, seperti hukum

pidana, hukum tatanegara, hukum tata usaha negara, hukum international

dan lain sebagainya.Contoh : Negara, Pemerintah Daerah, Bank

Indonesia.

2. Badan Hukum Privat (privaatrecht) yaitu perkumpulan orang

yangmengadakan kerja sama (membentuk badan usaha) dan merupakan

satukesatuan yang memenuhi syarat-syarat yang ditentukan oleh

hukum. Badan Hukum Privat yang bertujuan Provit Oriented

(contoh : Perseroan Terbatas) atauNon Material (contoh : Yayasan).Di

Indonesia bentuk-bentuk badan usaha (Business organization)

beranekaragam dan sebagian besar merupakan peninggalan pemerintah

Belanda.

Ada bentuk badan usaha yang telah diganti dengan sebutan dalam bahasa

Indonesia(contoh : Perseroan Terbatas/PT berasal dari sebutan

2 Hendri Raharjo, Hukum Perusahaan, Pustaka Yustisia, Yogyakarta, 2009, hlm. 18.

3

Page 4: Tugas Hukum Perdata International

NaamlozeVennootschap/NV), tetapi ada juga yang tetap mempergunakan nama

aslinya(contoh : Maatschap, Firma/Fa dan Commanditaire

Vennootschap/CV).Kata "perseroan" ada yang merupakan terjemahan dari

"vennootschap" (missal sebutan untuk Perseroan Firma, Perseroan Komanditer

dan Perseroan Terbatas)dan ada kata "perseroan" yang artinya penyebutan

perusahaan secara umum.Yang paling sesuai dalam pemakaian kata "perseroan"

adalah dalam penyebutan Perseroan Terbatas karena memang mengeluarkan

saham/sero.Kata "perseroan" dengan kata dasarnya "sero" artinya saham atau

andil(aandeel-Belanda). Perusahaan yang mengeluarkan saham/sero disebut

perseroan, sedangkan yang memiliki sero disebut "pesero" atau pemegang Karena

Maatschap tidak menerbitkan saham maka sebaiknya tetap diterjemahkan dengan

menggunakan kata "persekutuan" dari pada memakai kata “perseroan” agar sesuai

dengan terjemahan yang terdapat dalam Kitab Undang-Undang Hukum Perdata.

B. BENTUK USAHA BUKAN BADAN HUKUM

Berdasarkan status pemiliknya, badan usaha dapat dibedakan menjadi dua

yaitu:

1. Perusahaan Swasta adalah perusahaan yang didirikan dan dimilik oleh pihak

swasta (Nasional dan Asing).

2. Perusahaan Negara adalah perusahaan yang didirikan dan dimiliki oleh

Negara dan biasa disebut dengan Badan Usaha Milik Negara

(BUMN).Berdasarkan bentuk hukumnya,badan usaha dapat dibedakan

menjadi dua,yaitu :

a. Badan Usaha yang Bukan Berbadan Hukum adalah perusahaan

yang  bukan merupakan badan hukum. Contoh : Perusahaan Perorangan

dan Perusahaan Persekutuan (Maatschap, Firma, CV).

b. Badan Usaha yang Berbadan Hukum adalah perusahaan yang berbadan

hukum. Misalnya Perseroan Terbatas, Koperasi, BUMN (Perum dan

Persero)dan badan-badan usaha lain yang dinyatakan sebagai badan

hukum sertamemenuhi kriteria badan hukum.Berdasarkan jumlah

kepemilikannya, badan usaha dapat dibedakan menjadi dua yaitu :

4

Page 5: Tugas Hukum Perdata International

1) Perusahaan Perorangan atau Usaha Kepemilikan Tunggal Adalah

badan usaha yang didirikan dan dimiliki oleh pengusaha

perseorangan dan bukan termasuk badan hukum. Badan usaha ini

paling mudah diorganisir dan dijalankan karena wewenang

pengelolaannya (manajemen) dipegang olehsatu orang (pemilik

tunggal) sehingga keputusan dapat dibuat dengan cepat.Pendirian

badan usaha ini tidak memerlukan izin dan tata cara tententu

sertabebas membuat bisnis personal/pribadi tanpa adanya batasan

untukmendirikannya.Tanggung jawab perusahaan terhadap hutang

(liabilitas) meliputi seluruh hartakekayaan pribadi pemiliknya.

Penutupan perusahaan terjadi bila pemilikmemutuskan menutup

usaha tersebut, bangkrut atau karena kematianpemiliknya.Pada

umumnya perusahaan perseorangan bermodal kecil, jenis serta

jumlahproduksinya terbatas, memiliki tenaga kerja/buruh yang

sedikit dan masihmenggunakan alat produksi teknologi yang

sederhana. Contoh : toko kelontong,tukang bakso keliling, pedagang

asongan, dan lain sebagainya.

a. Tanggung jawab tidak terbatas dan bisa melibatkan harta

pribadi.

b. Tidak ada kewajiban antar pemilik, karena hanya ada satu

pemilik.

c. Tidak ada pajak, yang ada adalah pungutan dan retribusi.

d. Seluruh keuntungan dinikmati sendiri.

e. Sulit mengatur roda perusahaan karena diatur sendiri.g.

Keuntungan yang kecil yang terkadang harus mengorbankan

penghasilanyang lebih besar.

f. Jangka waktu badan usaha tidak terbatas atau seumur hidup.

g. Sewaktu-waktu dapat dipindah tangankan.

3. Perusahaan Persekutuan (Partnership) atau Usaha KemitraanMerupakan

kombinasi terorganisir dari dua orang atau lebih untuk menjalankansuatu

usaha sebagai mitra pemilik atau mitra pengelola dan dimiliki oleh

duaorang atau lebih yang bekerja sama untuk mencapai tujuan bisnis.

5

Page 6: Tugas Hukum Perdata International

Pendirianbadan usaha ini membutuhkan izin khusus dari instansi

pemerintah yang terkait.Yang termasuk dalam badan usaha persekutuan

adalah :

a. Bentuk Perusahaan yang diatur dalam KUHPerdata, yaitu

PersekutuanPerdata (Maatschap).

b. Bentuk Perusahaan yang diatur dalam KUHDagang, yaitu

Persekutuan Firma(Fa) dan Persekutuan Komanditer (CV)

c. Bentuk Perusahaan yang diatur dalam perundang-undangan

khusus, yaitu Perseroan Terbatas (PT), Koperasi dan Perusahaan

Negara (BUMN).

I. PERSEKUTUAN PERDATA Diatur dalam Pasal 1618 s.d. 1652

KUHPerdata, Buku III, Bab VIII tentangPerserikatan Perdata (Burgerlijk

Maatschap).

a. Pengertian Persekutuan PerdataPersekutuan sebagai suatu perjanjian

dimana dua orang atau lebih mengikatkandiri untuk memasukkan sesuatu

ke dalam persekutuan dengan maksud untukmembagi keuntungan (Pasal

1618 KUHPerdata).Unsur-unsur dalam Persekutuan Perdata meliputi :

1. Adanya pemasukan sesuatu ke dalam perserikatan (inbreng).

2. Inbreng dapat berupa uang, barang (materiil/immaterial), atau tenaga

(Pasal1619 KUHPerdata).

3. Adanya pembagian keuntungan atau kemanfaatan diperoleh dari

pemasukantersebut.Persekutuan Perdata yang bertindak keluar terhadap

pihak ketiga denganterang-terangan dan terus menerus untuk

mendapatkan laba berubah menjadiPersekutuan Perdata atau Perserikatan

Perdata Jenis Khusus (Pasal 1623KUHPerdata).

Diatur dalam perjanjian pendirian Persekutuan Perdata, dengan ketentuan

tidakboleh memberikan keuntungan hanya pada satu orang, tapi

bolehmembebankan kerugian pada satu sekutu (Pasal 1635 KUHPerdata).

Apabiladalam perjanjian tidak diatur mengenai pembagian keuntungan,

makaberpedoman pada Pasal 1633 KUHPerdata.Pembagian keuntungan

berdasarkan pada asas keseimbangan pemasukan,artinya :

6

Page 7: Tugas Hukum Perdata International

1) Pembagian dilakukan menurut harga nilai dari pemasukan masing-

masingsekutu kepada persekutuan.

2) Sekutu yang hanya memasukkan kerajinan saja pembagiannya sama

dengansekutu yang nilai barang pemasukkannya terendah, kecuali ditentukan lain.

3) Sekutu yang hanya memasukkan tenaga kerja mendapat bagian

keuntungansama rata, atau disamakan dengan sekutu yang memasukkan uang atau

bendaterkecil, kecuali ditentukan lain (Pasal 1633 ayat (2) KUHPerdata)c.

Pendirian Persekutuan PerdataPersekutuan Perdata didirikan berdasarkan

perjanjian diantara para pihak (asaskonsensualisme) dan tidak memerlukan

pengesahan Pemerintah.

d. Pertanggung Jawaban SekutuPerbuatan hukum seorang sekutu yang dilakukan

dengan pihak ketiga hanyamengikat sekutu yang bersangkutan dan tidak mengikat

sekutu-sekutu yang lain(Pasal 1644 KUHPerdata), kecuali bila :

1) Sekutu-sekutu yang lain telah memberikan kuasa untuk itu.

2) Perbuatan sekutu tersebut secara nyata memberikan manfaat bagipersekutuan.

e. Status Hukum Persekutuan PerdataBerdasarkan Pasal 1644 KUHPerdata maka

Persekutuan Perdata bukantermasuk badan hukum, karena pada suatu badan

hukum, perbuatan seorangsekutu atas nama persekutuan akan mengikat

persekutuan tersebut terhadappihak ketiga. Terbentuknya Persekutuan Perdata

tidak memerlukan pengesahanPemerintah sebagai syarat formil suatu badan

hukum.

f. Berakhirnya Persekutuan PerdataBerdasarkan Pasal 1646 KUHPerdata,

Persekutuan Perdata dapat berakhir akibat :

1) Lewatnya waktu dimana persekutuan diadakan.

2) Musnahnya barang atau selesainya perbuatan yang menjadi pokokpersekutuan.

3) Atas kehendak semata-mata dari beberapa sekutu.

PERSEKUTUAN FIRMA (Fa)Persekutuan Firma diatur dalam Pasal 16 s.d. Pasal

35 KUHDagang.

a. Pengertian FirmaFirma berasal dari bahasa Belanda “venootschap onder firma”

yang berartisebuah perserikatan dagang antara beberapa perusahaan. Firma

adalahsuatuPersekutuan Perdata yang menyelenggarakan perusahaan atas nama

bersamadan tiap-tiap sekutu yang tidak dikecualikan satu dengan lain hal

7

Page 8: Tugas Hukum Perdata International

dapatmengikatkan Firma dengan pihak ketiga dan mereka masing-

masingbertanggung jawab atas seluruh hutang Firma secara tanggung-

menanggung(Pasal 16 s.d. Pasal 18 KUHDagang).Dasar Hukum Persekutuan

Firma adalah suatu “Maatschap” dan sebagaiMaatschap khusus, Persekutuan

Firma mempunyai unsur-unsur khusus, yaitu :

1) Selalu menyelenggarakan perusahaan (Pasal 16 KUHDagang).Misal : membuat

Pembukuan, Pendaftaran Perusahaan, dll.

2) Mempunyai nama bersama (Pasal 16 KUHDagang).Kata Firma berarti nama

bersama, yaitu nama sekutu yang dipakai menjadinama perusahaan. Misal : salah

satu sekutu bernama Budiman, maka namaperusahaannya menjadi “Fa. Budiman

Bersaudara”

3) Pertanggungjawabannya tanggung-menanggung atau bersifat pribadi

untukkeseluruhan (Hoofdellijk voor het geheel) dan pada asasnya tiap-tiap

sekutudapat mengikatkan Firma dengan pihak ketiga (Pasal 18 KUHDagang).

b. Pendirian FirmaPersekutuan Firma terbentuk sejak adanya kata sepakat secara

lisan atautertulis antara para sekutu (pendiri), baik dengan akta otentik maupun

akta dibawah tangan (Pasal 16 KUHDagang jo. Pasal 1618 KUHPerdata).

Bentukperjanjian mendirikan Persekutuan Firma adalah perjanjian konsensuil.

Tata cara(prosedur) pendirian Firma menurut KUHDagang adalah :

1) Pembentukan FirmaAkta pendirian Firma yang dibuat di hadapan Notaris, tidak

menjadi syaratmutlak terbentuknya Persekutuan Firma tetapi hanya sebagai alat

bukti utamaterhadap pihak ketiga mengenai keberadaan Firma tersebut (Pasal

22KUHDagang). Ketentuan bahwa ketiadaan akta tidak boleh dikemukakan

untukmerugikan pihak ketiga dimaksudkan bahwa tidak adanya akta otentik

tidakboleh digunakan sebagai dalih bagi pihak ketiga bahwa Firma itu tidak

ada,sehingga dapat merugikan pihak ketiga. Sebaliknya pihak ketiga

dapatmembuktikan adanya Persekutuan Firma dengan alat bukti lainnya, seperti

surat-surat, saksi, dll

Persekutuan Firma harus mendaftarkan akta pendiriannya atau hanyapetikannya

saja ke kepaniteraan Pengadilan Negeri di mana Persekutuan Firmatersebut

8

Page 9: Tugas Hukum Perdata International

didirikan (Pasal 23 dan Pasal 24 KUHDagang).Petikan Akta Pendirian

Persekutuan Firma harus memuat :

a. Nama, nama depan, pekerjaan dan tempat tinggal para sekutu firma.

b. Menyebutkan keterangan apakah persekutuan itu umum atau hanya

terbataspada suatu cabang perusahaan khusus.

c. Penunjukan sekutu-sekutu yang dikecualikan dari hak menandatangani

untukfirma.

d. Saat mulai berlakunya dan akan berakhirnya persekutuan.

e. Bagian-bagian dari persetujuan persekutuan guna menentukan hak-hak

pihakketiga terhadap persekutuan.Tujuan mendaftarkan Akta Pendirian

Persekutuan Firma adalah bahwa pihakketiga tidak perlu mengetahui tentang

besarnya modal Persekutuan maupunpersoalan yang terjadi di antara para sekutu

yang sifatnya pribadi dan tidak adahubungannya dengan pihak ketiga.

3) Pengumuman FirmaAkta pendirian Firma harus diumumkan dalam Berita

Negara RI (Pasal 28KUHDagang). Sesuai Pasal 29 KUHDagang, Persekutuan

Firma yang belummelakukan pendaftaran dan pengumuman, maka Persekutuan

Firma tersebutharus dianggap sebagai :

a. Persekutuan Umum yang menangani segala urusan perniagaan.

b. Didirikan untuk waktu tidak terbatas.

c. Seolah-olah tidak ada seorang sekutu pun yang dikecualikan dari hakbertindak

perbuatan hukum dan hak menandatangani atas nama firma.Apabila sekutu

melanggar ketentuan-ketentuan dalam Anggaran Dasar sebelumFirma didaftarkan

dan diumumkan, maka pihak ketiga dapat menuntut kepadaPersekutuan Firma,

dengan cara memperhitungkan pelanggaran yang harusdipertanggungjawabkan

secara pribadi oleh sekutu yang melakukan pelanggarantersebut.

c. Pertanggung Jawaban Sekutu FirmaDalam hal pengurus Persekutuan (Pasal 17

KUHDagang), apabila tidak dibuatperaturan-peraturan khusus mengenai cara-

caranya mengurus, maka :

1) Para sekutu dianggap secara timbal-balik telah memberi kuasa supaya yangsatu

melakukan pengurusan bagi yang lain.

2) Para sekutu boleh menggunakan barang-barang kekayaan Persekutuanasalkan

sesuai dengan tujuan dan kepentingan Persekutuan.

9

Page 10: Tugas Hukum Perdata International

3) Para sekutu wajib turut memikul biaya yang diperlukan untuk

pemeliharaanbarang-barang Persekutuan.

BAB III

PEMBAHASAN

A. Luasnya Bidang Status Personal Badan-badan Hukum

Pertama hokum personal ini (yang ditentukan oleh titik taut tempat didirikan

atau tempat kedudukan manajemen yang efektif) mengatur apakah ada suatu

badan hokum dan apakah berwenang untuk bertindak dalam hokum (rechtsfahig).

Juga batas-batas dari kemampuan untuk bertindak dalam hokum dan melakukan

perbuatan-perbuatan hokum ditentukan oleh hokum personal ini. Dalam system

hokum Anglo saxon, persoalan yang mengenai batas-batas kemampuan bertindak

ini berpokok pangkal sekitar masalah teori Ultra Vires.3

Menurut teori ini suatu badan hokum hanya dapat melakukan perbuatan-

perbuatan hokum yang ditentukan oleh Anggaran Dasar. Tidak dapat daimbil

tindakan-tindakan yang melampauinya.jika tetap dilakukan sanksinya ialah bahwa

dianggap perbuatan-perbuatan ini sebagai batal adanya. Dalam hokum hokum

personal ini bukan hanya mengatur tentang lahirnya saja suatu badan hokum tetapi

juga kematiannya badan hokum. Demikai pula diatur hak dan kewenangan untuk

menghadap sebagai pihak di muka pengadilan.

Hal ini di tentukan oelh kaidah-kaidah yang mengatur organisasi intern dan

ekstren dan badan hokum yang bersangkutan, yakni Anggaran Dasarnya atau

kontrak pendirian pada perseroan-perseroan yang bukan badan hokum. Hubungan

antara para pengurus, demikian pula hubungan antara manajemen dan para

anggota peserta dari badan hokum bersangkutan, semua ini ditentukan dalam

anggaran dasarnya dan kontrak pendirian. Sepanjang tidak daitur dalam Anggaran

Dasar, maka hokum personal yang berlaku untuk menentukan hal-hal ini,

termasuk pula hak-hak dan kewajiabn-kewajiban dari para anggotanya.

3 Op Cit, hlm.348.

10

Page 11: Tugas Hukum Perdata International

Kewenangan dari suatu badan hokum untuk melakuakn perbautan melanggar

hokum sebagai pengecualian yang universally adopted ditentukan oleh hokum

tempat dilakukakannya apabila forum tidak mensyaratkan policynya sendiri.4

B. Macam-macam Badan Hukum

Istilah badan hukum harus kita artikan dalam pengertian yang agak luas,

artinya tercakup didalamnya mengenai hubungan-hubungan perseroan dagang

yang belum menjadi badan hokum, melainkan hanya sampai pada taraf

persekutuan tertentu (maatschap, firma menurut sistem-sisten hukum berbagai

negara). Umumnya badan-badan yang tidak berstatus badan hokum ini diperlukan

menurut kaidah-kaidah yang sama seperti untuk corporate body.

Disamping itu, tampak pula perkumpulan-perkumpulan, yayasan-yayasan,

organisasi-organisasi internasional, Negara dan badan-badannya, badan-badan

hokum yang bersifat internasional inteernationale yuristische Personen, baik yang

bersifat hokum perdata maupun yang bersifat hokum publik.5

Untuk system hukum HPI USA, Rabel telah memberikan klasifikasi sebagai

berikut:

1. Badan hukum yang mempunyai suatu kehidupan tersendiri sebagai subjek

hokum, mempunyai hak-hak dan kewajiban-kewajiban perdata. Di

dalamnya termasuk:

a. Badan hukum publik, misalnya Negara, kota Praja atau organisasi hokum

public lainnya yang didirikan oleh Negara sebagai badan-badan lainnya

tersendiri.

b. Associations yang bersifat perdata dan berstatus badan hukum

(incorporated);

1) Badan-badan hokum dagang.

2) Assosiasi-assosiasi yang tidak bersifat kommersial.

3) Assosiasi-assosiasi kooperasi.

c. Yayasan perdata (private foundations);

4 Ibid, hlm. 349.5 Ibid, hlm. 328.

11

Page 12: Tugas Hukum Perdata International

2. Assosiasi yang tidak berbadan hokum (uncorporated associations)

termasuk:

a. Assosiasi bukan badan hokum yang tidak mengejar keuntungan;

b. Persekutuan-persekutuan dagang (limited partnerships,limited

partnerships associations, joint stock companies, business trusts);

c. Partnerships secara umum;6

3. Kontrak-kontrak untuk usaha bersama, misalnya joint adventures, (joint

ventures, societas unius rei).

Dalam pada itu, perlu kita perhatikan bahwa dalam pengertian badan hokum

ini di mana-mana pada hakikatnya dianggap adanya suatu badan yang berdiri

sendiri, terlepas dari anggota-anggotanya. Tentang badan-badan hokum yang

bersifat internasional ini dapat kita bedakan lebih jauh.

Ada yang bersifat supranasional, misalnya PBB sekarang ini. Ada pula yang

bersifat plurinational dan berpusat secara sentral, misalnya Unie untuk melindungi

karya-karya sastra dan seni di Bern, International Red Cross, Internasional Postal

Union, Internasional Health Office di Paris, International Institute for Agriculture

di Roma. Di samping itu, terdapat pula badan-badan hukum plurinational yang

decentralized, misalnya HMCA (Young Men s’Christian Association 1855) yang

mempunyai cabang-cabang di seluruh dunia.7

C. Prinsip Titik Taut Penentu Badan Hukum

1. Prinsip Inkorporasi

Menurut Prinsip ini badan hukum takluk kepada hukum tempat ia telah

diciptakan, didirikan, dibentuk, yakni Negara yang hukumnya telah diikuti pada

waktu mengadakan pembentukan daripadanya.8 Beberapa alasan yang

dikemukakan untuk mempertahankan prinsip ini adalah :

a. Sesuai dengan logika hokum (Juristische Logik), bilamana suatu badan

hokum ini ditaruh pula di bawah hokum yang formalitas-formalitas untuk

pendiriannya telah dilangsungkan. Suatu badan hokum tidak dapat berada

6 Ibid, hlm. 329.7 Ibid, hlm. 330.8 Ibid, hlm. 336.

12

Page 13: Tugas Hukum Perdata International

dalam normlosen Raum. Hanya suatu system hokum nasional tertentu

yang dapat memberikan status badan hokum kepada sesuatu badan. Tetapi

pada saat pendiriannya badan hokum ini belum mempunyai tempat

kedudukan manajemen yang efektif. Untuk sementara waktu masih

merupakan pertanyaan dimanakah akan ditempatkan pusat manajemen itu.

Sementara ini hanya tempat inkorporasi dan tempat kedudukan statuir

yang jelas. Jadi tetaplah bahwa badan hukum hanya dapat tercipta menurut

hokum pembentukannya. Jika demikian, untuk kemudian hari inilah yang

seyogyanya tetap menjadi status personalnya.

b. Alasan Praktis, hokum Inkorporasi ini mudah ditentukan secara pasti

dengan jalan Anggaran Dasar, dokumen-dokumen pembentukan,

pendaftaran-pendaftaran dalam register-register tertentu, dan sebagainya.

Sebaliknya tempat pusat manajemen efektif sukar untuk ditentukan dengan

pasti. Jika yang belakangan ini diterima, akan timbullah ketidakpastian.

Dengan demikian pun dilindungi pihak-pihak ketiga yang beritikad baik.

Hokum yang berlaku dapat langsung diketahui dari Anggaran Dasar.

c. Jika dianut prinsip siege reel dengan pindahnya NV akan berubah status9

perseroan secara geruisloos. Karena kesukaran-kesukaran penyesuaian

(adaptatie vormogen) suatu NV dapat hilang status badan hukumnya jika

harus diuji pada status perseroan yang baru. Terutama pada waktu

sekarang ini, banyak modal internasional bergerak (antara lain karena

stimulant untuk penanaman modal asing dalam Negara-negara

berkembang) akan sukarlah untuk memakai system siege reel.

Prinsip siege reel mensyaratkan adanya ikatan antara direksi dan Negara

status perseroan. Dengan adanya tendensi untuk menciptakan iklim yang

favourable untuk foreign investments dalam developing countries dan

pergerakan modal internasional maka concern dagang internasional perlu

memilih tempat pimpinan utama dari perusahaan mereka dengan

mengindahkan berbagai Negara. Juga mungkin terjadi administrasi utama

dari concern itu ditaruh ditempat lain dari pimpinan. Karena adanya

9 Ibid, hlm. 343.

13

Page 14: Tugas Hukum Perdata International

kepentingan-kepentingan yang tersebar dimana-mana, maka dapat

dipertanggungjawabkan pemisah direksi dan admnistrasi utama ini.

Karena mudahnya komunikasi telpon dewasa ini kesulitan hubungan

geografis tidak demikian terasa.10

Menurut apa yang kita saksikan, pada investasi modal terutama di Negara-

negara berkembang terdapat kecondongan supaya pimpinan utama tetap

berada di Negara para investor. Investasi ini umumnya dilakukan dalam

bentuk dochtermaatschappij yang didirikan di Negara investasi. Banyak

factor-faktor di bidang hokum perdata, administrasi dan fiscal yang

mendorong ke arah ini.

Contoh : Modal berasal dari Negara X (juga tempat kedudukan pimpinan

utama) dan operasinya di Negara Y. Dochtermaatschappy yang didirikan

menurut undang-undang Negara Y umumnya tidak memenuhi syarat-

syarat pendirian dari Negara X (tempat pimpinan utama). Dengan

demikian ia akan menjadi batal karena bertentangan dengan hokum siege

reelnya (jika asas ini yang dipakai).11

2. Teori tentang Tempat kedudukan secara Statutair

yang berlaku adalah hokum dari tempat dimana menurut statue badan

hokum bersangkutan mempunyai kedudukannya (zetel, Sitz).12

3. Teori tentang tempat kedudukan manajemen yang efektif

teori ini mengemukakan kekurangan-kekurangan dari prinsip Inkorporasi,

yaitu :

a. Bahwa titik taut tempat kedudukan efektif dari suatu badan hokum

dipergunakan untuk kepentingan para pihak (Parteiinteresse), tetapi juga

dalam kepentingan lalu-lintas (Perkehrsinteresse). Tempat kedudukan dari

suatu badan hokum ini harus dipandang sebagai Mittelpunkt dari segala

usaha yang keluar badan hokum ini, sebagai the brain of an enterprise.

10 Ibid, hlm. 344.11 Ibid, hlm. 345.12 Ibid, hlm. 337.

14

Page 15: Tugas Hukum Perdata International

Oleh karena itu, paling tepat jika badan hokum ini ditentukan oleh hokum

dari tempat kedudukannya itu, yang harus bersifat real not fictitious.

b. Apabila dipakai teori Inkorporasi dan dalam kenyataan sitz dan Negara

Inkorporasi berbeda hasilnya, misalnya: jika didirikan suatu corporation

menurut hokum New York yang Sitz nya berada di Jakarta.13

4. Teori Kontrol

Selama perang dunia pertama dan kemudian perang dunia terakhir kita

saksikan penggunaan konsepsi ini untuk dapat menyelenggarakan likuidasi

dari milik musuh. Suatu badan hokum dianggap bersifat musuh apabila di

awasi, dikontrol oleh musuhnya, yakni jika berada di bawah pengaruh utama

dari orang-orang atau badan-badan hokum musuh.

Teori ini membuktikan acapkali dalam praktiknya membawa hasil-hasil

yang kurang adil. Ia hanya membawa hasil-hasil praktis untuk mengadakan

diskriminasi dalam mengadakan tindakan-tindakan administratif luar biasa

disebabkan keadaaan-keadaan abnormal.14

D. Pemindahan Tempat Kedudukan

Bagi mereka yang menganut teori kantor pusat manajemen yang efektif, maka

pemindahan dari kantor pusat tersebut dari Negara X ke Negara Y sudah cukup

untuk menimbulkan persoalan. Bagi mereka yang menganut teori inkorporasi

persoalan perubahan timbul dengan pemindahan dari tempat kedudukan statutair

dari Negara X sekaligus dengan pendrian baru dalam Negara Y dengan memenuhi

semua formalitas-formalitas yang diperlukan, seperti pendaftaran dalam registrasi

yang ditentukan, dan sebagainya.15

Bagi mereka yang menganut teori central manajemen ini terutama persoalan

tersebut merupakan the nost critical aspect. Hal ini disebabkan karena pemindahan

kantor daripada pusat secara logis akan menghancurkan kesatuan hokum

bersangkutan, dan tempat yang baru harus dibentuk lagi badan hokum baru. Hal

ini akan membawa banyak kesulitan praktis, seperti likuidasi badan hokum lama,

13 Ibid, hlm. 346.14 Ibid, hlm. 348.15 Ibid, hlm. 350.

15

Page 16: Tugas Hukum Perdata International

yang membawa banyak kerugian, pajak-pajak dan biaya-biaya lain. Untuk

mengatasi kesulitan ini, apakah cukup bila diadakan perubahan statutair saja dan

apakah suatu badan hokum dapat melakukan itu tanpa hilang capacity-nya atau

bubar secara otomatis. Kesulitan-kesulitan demikian tidak terasa oleh mereka

yang menganut prinsip inkorporasi. Karena temapat kantor pusat tidak penting

adanya, maka bisa mudah dipindahkan semuanya.

Berbagai cara telah dikemukakan untuk memecahkan persoalan ini. Salah

satunya adalah sebagai berikut ; apakah badan hokum tetap berlangsung atau

tidak, bergantung pada hal apakah hokum lama dan baru menentukan

kelangsungan itu. Jika hokum lama menentukan bahwa badan hokum

bersangkutan berhenti, maka inilah yang diperhatikan. Terutama demi

kepentingan pihak ketiga yang bertindak dengan itikad baik, Negara yang lama

harus diberikan kemungkinan untuk meyelesaikan badan hokum itu. Jika hukum

lama menentukan bahwa ia tetap berlangsung tetapi hokum baru tidak, maka juga

dianggap badan hukum ini terhenti. Jika kedua-duanya, hukum baru dan lama

menyetujui bahwa badan hukum berlangsung terus, maka ia akan dianggap terus

hidup. Sejalan dengan ketentuan dalam konvensi Den Haag 1956 mengenai

perubahan Siege Statutair.16

E. Sitem yang dianut di Indonesia

Mengenai Hukum Perdata Internasional belum ada ketegasan, yang tampak

hanyalah serangkaian ketentuan –ketentuan yang dikeluarkan dalam alam

nasional, berkenaan dengan syarat badan-badan hukum yang hendak menikmati

hak-hak tertentu, harus didirikan menurut hukum Indonesia dan berkedudukan di

Indonesia. Disini seolah-olah teori Inkorporsi dari Teori Central Office digabung

secara kumulatif. Sebagai contoh dalam ketentuan-ketentuan Undang-undang

Pokok Agraria mengenai hak-hak baru atas tanah yang boleh dinikmati pula oleh

orang-orang atau badan-badan hukum asing. Syaratnya ialah bahwa badan-badan

hukum ini harus didirikan menurut hukum Indonesia dan berkedudukan di

Indonesia (Pasal 30 tentang hak guna usaha, Pasal 36 tentang hak guna bangunan,

Pasal 42 tentang hak pakai, Pasal 45 tentang hak sewa). Untuk dua kategori yang

16 Ibid, hlm. 351.

16

Page 17: Tugas Hukum Perdata International

disebut terakhir ini, hak pakai dan hak sewa terdapat tambahan bahwa boleh

dipunyai hak-hak itu pula oleh badan Hukum asing yang mempunyai perwakilan

di Indonesia.17

Dalam memori penjelasan, dikemukakan bahwa perumusan tersebut diatas

adalah berkenaan dengan prinsip bahwa badan hukum yang dapat mempunyai hak

itu, hanyalah badan-badan hukum yang bermodal nasional yang progresif baik asli

maupun tidak asli. Dengan lain perkataan, perumusan tersebut tidak mengenai

persoalan prinsip inkorporasi atau prinsip central office. Dari peraturan-peraturan

recent dapat disebut disini Pasal 3 dari Undang-undang Penanaman Modal Asing

UU No.1 Tahun 1967, ditentukan bahwa perusahaan-perusahaanyang hendak

terhitung dalam kategori perusahaan-perusahaan di bawah undang-undang

tersebut haruslah suatu perusahaan yang seluruhnya atau sebagian terbesar

beroperasi di Indonesia sebagai suatu independent business unit, yang harus

merupakan suatu badan hukum menurut hukum Indonesia dan mempunyai

domisili, tempat kedudukannya di Indonesia.18 Dalam RUU HPI atentang badan

hukum bahwa, “perseroan-perseroan terbatas, perkumpulan-perkumpulan,

yayasan-yayasan dan badan hukum lainnya, tunduk kepada hukum dari Negara

tempat badan-badan hukum ini telah didirikan.apabila badan hukum bersangkutan

melaksanakan kegiatan utamanya di wilayah Indonesia, akan berlakukah hukum

Indonesia. Dalam hal adanya perselisihan mengenai kewarganegaraan suatu badan

hukum, maka kewarganegaraan dari badan hukum itu adalah kewarganegaraan

dari Negara, tempat badan hukum ini telah didirikan” (Pasal 7).

Disini diusulkan penerimaan prinsip Inkorporasi sesuai dengan Konvensi Den

Haag 1951 (1956).19 Konvensi Den Haag (tentang Badan Hukum 1951) pertama-

tama disandarkan atas prinsip Inkorporasi. Status badan hukum yang telah

diperoloh oleh suatu perseroan dagang, perkumpulan atau yayasan menurut

hukum adalah dari tempat dilangsungkannya formalitas-formalitas mengenai

pendiriannya, seperti pendaftaran atau pengumuman dan tempat kedudukan

statutairnya diakui penuh oleh Negara-negara lain yang menandatangani

17 Ibid, hlm. 357.18 Ibid, hlm. 358.19 Ibid, hlm. 361.

17

Page 18: Tugas Hukum Perdata International

perjanjian ini. Termasuk didalamnya kemampuan untuk bertindak sebagai pihak

dalam hukum, sekurang-kurangnya kemampuan untuk mempunyai harta benda

dan mengadakan kontrak serta tindakan hukum lainnya. Jika dalam Negara,

pendirian tidak diperlukan formalitas-formalitas tentang pendaftaran atau

pengumuman untuk pembentukan badan hukum, maka pengakuan serupa

diberikan pula kepada perseoan-perseroan dagang, perkumpulan, dan yayasan

yang telah didirikan menurut hukum yang berlaku baginya.20

20 Ibid, hlm. 354.

18

Page 19: Tugas Hukum Perdata International

BAB IV

CONTOH DAN ANALISIS KASUS

Kasus Globex Versus Macromex

Identifikasi Masalah

Dalam kasus posisi di atas maka hal yang menjadi rumusan masalah ialah :

1. Pengadilan manakah yang berwenang mengadili kasus tersebut?

2. Apa yang menjadi titik taut primer (titik taut pembeda) kasus ini sehingga

merupakan kasus perdata internasional?

3. Apakah klasifikasi kasus ini dalam hukum perdata internasional?

4. .Apa yang menjadi titik taut sekunder (titik taut penentu) kasus ini untuk

menentukan hukum mana yang berlaku?

5. Bagaimana tahap penyelesaian kasus tersebut?

6. Atas dasar apa Macromex menggugat Globex?

7. Mengapa Globex berargumen bahwa penundaan pengiriman tersebut

merupakan suatu force majeure?

8. Mengapa arbitrase memutuskan memenangkan tuntutan Marcomex

dengan menghukum Globex untuk membayar ganti rugi biaya proses

arbitrase dan biaya pengacara?

Kasus Posisi

Globex adalah suatu perusahaan Amerika yang menjual produk-produk

makanan ke seluruh dunia. Globex telah dikontrak untuk menjual Macromex, 

sebuah perusahaan di Rumania, dalam kontrak tersebut, Globex harus

mengirimkan 112 kontainer ayam ke Rumania.  Kontrak tersebut diatur dalam

ketentuan CISG. Dalam kontrak tersebut Globex menyebutkan bahwa pengiriman

terakhir dilakukan pada 29 Mei 2006. Namun pada tanggal 2 Juni 2006 terjadi

kegagalan dalam mengirim 62 kontainer ayam ke Rumania.21

       Pada tanggal 2 Juni 2006, pemerintah Rumania mendeklarasikan tanpa

memberitahu terlebih dulu kepada Globex bahwa sampai pada tanggal 7 Juni

21 ANALISIS KASUS GLOBEX VERSUS MACROMEX, http://dokumen.tips/documents/analisis-kasus-globex-versus-macromex-dikaji-dari-hukum-perdata-internasional-nin-yasmine-lisasih.html

19

Page 20: Tugas Hukum Perdata International

2006, tidak ada ayam yang dapat diimpor ke Rumania kecuali apabila ada

pengesahan pada tanggal terakhir yang telah ditentukan. Antara tanggal

pengumuman tersebut dibuat sampai pada tanggal 7 Juni 2996 Globex bergegas

untuk mengirimkan 20 kontainer dari sisa 62 kontainer yang telah dikontrak untuk

dijual. Pada tanggal 7 Juni 2006 sisa 42 kontainer ayam tidak dapat dikirim ke

Rumania dikarenakan suatu peraturan pemerintah. Marcomex kemudian

membawa perkara ini ke proses arbitrase dengan dasar bahwa Globex telah

melakukan suatu pelanggaran kontrak, dan meminta ganti rugi sebesar

$608,323,00.

       Atas pengajuan arbitrase Macromex terhadap Globex tersebut, Globex

kemudian mengajukan argumennya, Globex mengajukan argumennya bahwa

kegagalan pengiriman tersebut terjadi karena adanya force majeure. Globex

beragumen bahwa penundaan pengiriman tersebut tidak sesuai dengan standar

umum. Larangan tersebut tidak dapat diadaptasi oleh pihak Globex karena tidak

ada peringatan terlebih dahulu, larangan tersebut benar-benar memblocking

Globex dalam pengiriman sisa ayam ke Macromex.

       Arbitrase memutuskan bahwa penundaaan pengiriman tersebut bukan

merupakan suatu pelanggaran yang fundamental karena larangan untuk

mengimpor ayam ke Rumania tidak efektif membuat pengiriman tidak terlaksana. 

Sesuai dengan keberadaan Pasal 79 CISG dimana meminta dimasukkan dalam

keadaaan  force majeure sesuai dengan pasal tersebut yang  dipakai sebagai dasar

interpretasi oleh arbitrator. Kemudian arbitrase mencatat bahwa selain Amerika

sebagai supplier Macromex yang menyetujui secara lebih  tidak terkait secara

langsung oleh larangan impor. Yang seharusnya Globex dapat mengambil

keuntungan dari meningkatnya nilai jual ayam di pasar sesuai dengan keadaan.

       Rusaknya harga pasar di Rumania dikarenakan tidak terkirimnya ayam senilai

$606,323,00 yang menyebabkan kerugian pihak Macromex. Arbitrator

membebankan semua biaya untuk proses arbitrse dan biaya pengacara  kepada

Globex sehingga total putusan sebesar $876,310,58.

Analisis

20

Page 21: Tugas Hukum Perdata International

A. Pengadilan yang Berwenang dalam Mengadili Kasus

Dalam perkara di atas, hakim atau badan peradilan yang berwenang

menyelesaikan persoalan-persoalan yuridis yang mengandung unsur asing.

tersebut ialah Arbitrase Inggris sesuai dengan kesepakatan kedua belah pihak

yang telah diatur dalam perjanjian yang tel ah dibuat antara Globex dengan

Marcomex.

B. Titik Taut Primer dalam Kasus.

Hukum Perdata Internasional adalah sekumpulan kaidah hukum

(perselisihan) nasional yang dimaksudkan untuk menyelesaikan perkara-

perkara yang mengandung unsur asing atau uns ur-unsur yang melampaui

batas-batas territorial negara. Yang perlu digarisbawahi dari definisi tersebut

ialah adanya unsur asing (foreign element) dalam perkara tersebut. Unsur-

unsur yang menandakan adanya unsur asing, sehingga ada kemungkinan suatu

kaidah hukum asing yang berlaku bagi suatu peristiwa hukum, dinamakan

titik-titik taut. Titik taut primer adalah unsur-unsur yang menunjukkan bahwa

suatu peristiwa hukum merupakan peristiwa Hukum Perdata Internasional atau

bukan. Jadi titik taut primer adalah t itik taut yang membedakan Hukum

Perdata Internasional itu dari peristiwa intern (bukan Hukum Perdata

Internasional). Oleh sebab itu, maka titik taut primer juga dinamakan titik taut

pembeda. Dalam sengketa perkara antara Globex dengan Marcomex tersebut,

titik taut primer yaitu : Apabila kita memandang dari posisi Arbitrase Inggirs,

maka Globex yang merupakan perusahaan Amerika dan Marcomex yang

merupakan perusahaan Rumania adalah merupakan unsur asing (foreign

element), karena keduanya merupakan perusahaan asing, maka kasus tersebut

merupakan kasus HPI.

C. Klasifikasi Kasus dalam Hukum Perdata Internasional.

Klasifikasi atau kualifikasi adalah penggolongan peristiwa atau

hubungan hukum ke dalam kaidah-kaidah Huku m Perdata Internasional dan

hukum materiil. Dalam kaidah hukum materiil Indonesia dikenal

21

Page 22: Tugas Hukum Perdata International

permasalahan hukum perdata internasional dibagi dalam empat klasifikasi,

yaitu :

a. Hukum Orang

b. Hukum Benda

c. Hukum perjanjian

d. Hukum perbuatan melawan hukum.

Dalam kasus ini, klasifikasi permasalahan adalah hukum perjanjian.

Hukum perjanjian ialah hukum yang mengatur mengenai suatu peristiwa

dimana seorang berjanji kepada seorang lain atau dimana dua orang itu saling

berjanji untuk melaksanakan sesuatu hal. Merupakan klasifikasi hukum

perjanjian, dapat dilihat dari pokok permasalahan yang terjadi pada sengketa

di atas, bahwa telah terjadi pelanggaran perjanjian oleh Globex.

D. Titik Taut Sekunder dalam Kasus.

Titik taut sekunder yaitu akan menent ukan hukum manakah yang

harus berlaku bagi peristiwa Hukum Perdata Internasional itu. Karena itu titik

taut sekunder ini juga biasa dinamakan titik taut penentu. Titik taut sekunder

dapat berupa :

1. Pilihan hukum (choice of law)

2. Tempat terletaknya benda (lex sitae)

3. Tempat dilaksanakan perjanjian (lex loci solutionis)

4. Tempat dilangsungkan perkawinan (lex celebrationis)

5. Tempat ditandatanganinya kontrak (lec loci contractus)

6. Tempat terjadinya perbuatan melawan hukum (lex loci delicti commisi)

Dalam kasus di atas yang dapat menunjukkan adanya kaitan antara fakta-

fakta yang ada di dalam perkara dengan suatu tempat dan suatu sistem hukum

yang harus atau mungkin digunakan ialah :

1. Pilihan hukum (choice of law).

Hukum manakah yang harus diberlakukan untuk mengatur atau

menyelesaikan persoalan-persoalan yuridis yang mengandung unsur asing. Dalam

22

Page 23: Tugas Hukum Perdata International

kasus ini yang menjadi Choice of Law ialah hukum Inggris yaitu sesuai dengan

kesepakatan kedua belah pihak.

2. Tempat pembuatan perjanjian / tempat pelaksanaan kontrak (Locus

Contractus / Locus Solutionis), yaitu di Rumania sebagai tempat tujuan

pengiriman ayam oleh Globex.

3. Tempat didirikan PT, yaitu Globex didirikan di Amerika dan Marcomex

didirikan di Rumania.

4. Tempat ditunjuknya badan arbitrase. Sebagai tempat penyelesaian perkara.

Dalam perkara tersebut maka Inggris sebagai tempat ditunjuknya badan

arbitrase.

5. Tempat pengajuan perkara. Yaitu di Inggris sesuai dengan kesepakatan

kedua belah pihak.

E. Tahap Penyelesaian Kasus.

1. Pertama-tama harus ditentukan dahulu titik-titik taut primer dalam perkara

dalam rangka menentukan apakah peristiwa hukum yang dihadapi

merupakan suatu peristiwa HPI. Apakah ada unsur asing dari sekumpulan

fakta yang dihadapi. Unt uk menjawab hal ini maka penentuan unsur asing

dalam perkara yang dianggap sebagai unsur asing haruslah dilihat dari

kacamata forum / hakim yang mengadili perkara. Dalam kasus di atas

apabila kita memandang dari posisi Arbitrase Inggris, Globex dan

Marcomex merupakan unsur asing (foreign element) karena keduanya

merupakan perusahaan asing, maka kasus tersebut merupakan kasus HPI.

2. Setelah hal di atas ditentukan, langkah berikutnya adalah kualifikasi fakta

yang dilakukan berdasarkan Lex Fori, dalam rangka penetapan kategori

yuridik dari perkara yang sedang dihadapi.

Kualifikasi Lex Fori ialah kualifikasi sekumpulan fakta dalam

perkara ke dalam kategori-kategori yuridik yang ada. Kualifikasi Lex Fori

berdasarkan hukum dari pengadilan yang mengadili perkara. Dalam kasus

ini yang mengadili perkara ialah Arbitrase Inggris.

3. Setelah kategori yuridik ditentukan maka langkah berikutnya adalah

penentuan kaidah HPI mana dari Lex Fori yang harus digunakan untuk

menetukan Lex Causae. Pada tahap ini adalah menentukan titik taut

23

Page 24: Tugas Hukum Perdata International

sekunder apa yang bersifat menetukan (decisive) berdasar kaidah HPI Lex

Fori.

Titik taut sekunder ialah unsur-unsur dalam sekumpulan fakta yang

menentukan hukum manakah yang harus berlaku untuk mengatur

peristiwa HPI yang bersangkutan. Dalam kasus ini choice of law ialah

hukum Inggris sebagai hukum yang disepakati oleh kedua belah pihak..

4. Setelah Lex Causae ditentukan maka dengan menggunakan titik-titik taut

yang dikenal di dalam Lex Causae, hakim berusaha menetapkan kaidah-

kaidah hukum internal apa yang akan digunakan untuk menyelesaikan

perkara,

5. Apabila berdasar titik-titik taut dari Lex Causae hakim telah dapat

menentukan Kaidah hukum Internal atau material apa yang harus

diberlakukan, maka barulah pokok-pokok perkara dapat diputuskan.

F. Dasar Macromex menggugat Globex.

Dasar Macromex menggugat Globex ialah dengan adanya penundaan

pengiriman ayam tersebut, Macromex menderita kerugian. Selain kerugian

yang diderita oleh Macromex akibat keterlambatan pengiriman ayam tersebut,

Macromex dalam mengajukan gugatannya berpegang pada asas UNIDROIT

yang dijadikan acuan sebagian pasal dalam CISG.

Asas UNIDROIT tentang force majeure yang rumusan umumnya

adalah :

1. Peristiwa yang menyebabkan force majeure merupakan peristiwa yang

di luar kemampuannya;

2. Adanya peristiwa tersebut mewajibkan pihak yang mengalaminya

untuk memberitahukan pihak lainnya mengenai telah terjadinya force

majeure.

Sedangkan dalam CISG antara Marcomex dengan Globex, beberapa

pasalnya pasti mengacu kepada prinsip / rumusan umum UNIDROIT. Dalam

kasus tersebur, Globex tidak segera memberitahu kepada Marcomex jika

penundaan pengiriman ayam tersebut dikarenakan alasan force majeure, sehingga

24

Page 25: Tugas Hukum Perdata International

alasan force majeure yang dikemukakan oleh Globex setelah diajukannnya

gugatan ke arbitrase tidak dapat diterima oleh Macromex.

G. Dasar Argumentasi Globex atas Gugatan Arbitrase Macromex

terhadapnya.

Prinsip force majeure merupakan prinsip penting mengingat peristiwa

yang terjadi di kemudian hari yang berada di luar control (kendali) para pihak

dapat setiap terjadi. Prinsip inilah yang dijadikan Globex sebagai dasar

argumentasi atas gugatan arbitrase Macromex terhadapnya, yaitu :22

A. Peristiwa yang menyebabkan force majeure merupakan peristiwa yang di

luar kemampuannya.

Yang menjadi permasalahan dalam batasan peristiwa yang

menyebabkan tidak dapat mengakibatkan dilaksanakannya suatu peristiwa

ialah peristiwa apa sajakah yang termasuk dalam force majeure ini. Pada

umumnya, pihak dalam negeri (pengusaha dalam negeri) biasanya

menghendaki agar perubahan kebijakan pemerintah digolongkan ke dalam

pengertian ini, di samping peristiwa Acts of God seperti bencana alam,

pemberontakan, dan lain-lain. Sebaliknya pengusaha asing menghindari

dimasukkannya perubahan kebijakan pemerintah sebagai force majeure.

Sehingga argument Globex pada intinya adalah anggapan dari

Globex terhadap sebagian sebagian dari rumusan umum prinsip

UNIDROIT dititik beratkan pada larangan pemerintah Rumania tentang

impor ayam pada waktu itu merupakan intervensi pemerintah yang di luar

batas kemampuan pihak Globex. Secara otomatis Globex menganggap itu

sebagai force majeure. Menilik pada anggapan  di atas maka Globex tidak

mau bertanggungjawab terhadap kontrak dengan pihak Marcomex yang

tidak mampu dilaksanakannya (ingkar).

B. Dasar Arbitrase memutuskan Memenangkan Tuntutan Macromex dengan

Menghukum Globex Membayar Ganti Rugi.

22Permasalahan Force Majeure dalam Pelanggaran Kontrak Perdagangan Internasional (CISG) pada Sengketa Kontrak Dagang Internasional antara Globex versus Marcomex, https://ninyasmine.wordpress.com/2011/08/21/pelanggaran_cisg/

25

Page 26: Tugas Hukum Perdata International

Arbitrase adalah hakim yang ditunjuk menjadi sebuah pengadilan

sebagai pihak ketiga dalam perjanjian atau kontrak dagang Internasional

antara Globex dengan Marcomex yang secara principal karena berbeda

Negara maka berbeda aturan hukumnya. Dalam masalah Globex dengan

Marcomex arbitrase menerima klaim atau tuntutan dari Marcomex

sekaligus menerima argument / alibi dan atau pembelaan diri dari Globex

secara terperinci berdasar pada seluruh pasal yang sudah disepakati

menjadi perjanjian dagang Internasional antara kedua belah pihak.

Mengingat posisi sebagai peradilan pihak ketiga yang independent maka

para arbitrator selalu mengacu dalam setiap pasal perjanjian dan atau

CISG sebagai alat pertimbangan untuk mengambil keputusan. Tidak lupa

para arbitrator juga memegang erat seluruh prinsip UNIDROIT secara

lengkap yang menjadi nafas / prinsip dasar penentuan CISG, antara lain:

Pasal 30 :

The seller must deliver the goods, hand over any documents relating to

them and transfer the property in the goods, as required by the contract

and this Convention.

( Penjual harus mengirimkan barang, menyerahkan setiap dokumen yang

berkaitan dengan barang tersebut, dan mengalihkan hak kepemilikan

barang tersebut sebagaimana disyaratkan oleh kontrak dan Konvensi ini.

Pasal 32 ayat 2:

(2)   If the seller is bound to arrange for carriage of the goods, he must

make such contracts as are necessary for carriage to the place fixed by

means of transportation appropriate in the circumstances and according

to the usual terms for such transportation.

Apabila penjual terikat untuk mengatur pengangkutan barang, maka

penjual tersebut harus membuat kontrak yang diperlukan untuk

pengangkutan tersebut ke tempat yang telah ditentukan dengan

menggunakan sarana transportasi yang sesuai dengan keadaan dan sesuai

dengan ketentuan- ketentuan umum transportasi tersebut.)

Pasal 33:

The seller must deliver the goods:

26

Page 27: Tugas Hukum Perdata International

(a) if a date is fixed by or determinable from the contract, on that date;

(b) if a period of time is fixed by or determinable from the contract, at any

time within that period unless circumstances indicate that the buyer is to

choose a date; or

(c) in any other case, within a reasonable time after the conclusion of the

contract.

Penjual harus mengirim barang

(a) apabila tanggal ditetapkan oleh atau dapat ditentukan dari kontrak,

pada tanggal tersebut;

(b) apabila jangka waktu ditetapkan oleh atau dapat ditentukan dari

kontrak, pada setiap saat dalam jangka waktu tersebut kecuuali apabila

keadaan menunjukkan bahwa pembeli yang akan menentukan tanggalnya;

atau

(c) dalam hal lainnya, dalam jangka waktu yang wajar setelah pengakhiran

kontrak.

Pasal 34:

 If the seller is bound to hand over documents relating to the goods, he

must hand them over at the time and place and in the form required by the

contract. If the seller has handed over documents before that time, he may,

up to that time, cure any lack of conformity in the documents, if the

exercise of this right does not cause the buyer unreasonable inconvenience

or unreasonable expense. However, the buyer retains any right to claim

damages as provided for in this Convention.

Apabila penjual terikat untuk menyerahkan dokumen-dokumen

yang berkaitan dengan barang tersebut, maka penjual tersebut harus

menyerahkannya pada saat, waktu, dan bentuk yang ditentukan oleh

kontrak. Apabila penjual telah menyerahkan dokumen-dokumen tersebut

sebelum saat tersebut, maka sampai dengan waktu tersebut, penjual dapat

melengkapi dokumen yang masih kurang, apabila pelaksanaan hak

tersebut tidak menyebabkan ketidaknyamanan atau pengeluaran yang tidak

27

Page 28: Tugas Hukum Perdata International

wajar bagi pembeli. Meskipun demikian, pembeli berhak untuk menuntut

penggantian kerugian sebagaimana diatur dalam Konvensi ini.

Pasal 45:

 (1) If the seller fails to perform any of his obligations under the contract

or this Convention, the buyer may:

(a) exercise the rights provided in articles 46 to 52;

(b) claim damages as provided in articles 74 to 77.

(2) The buyer is not deprived of any right he may have to claim damages

by exercising his right to other remedies.

(3) No period of grace may be granted to the seller by a court or arbitral

tribunal when the buyer resorts to a remedy for breach of contract.

(1) Apabila penjual lalai untuk melaksanakan setiap kewajibannya

berdasarkan kontrak atau Konvensi ini, maka pembeli dapat:

(a) menggunakan haknya sebagaimana diatur dalam pasal 46 sampai 52;

(b) menuntut penggantian kerugian sebagaimana diatur dalam pasal 74

sampai dengan pasal 77.

(2) Pembeli tidak kehilangan setiap hak yang mungkin dimilikinya untuk

menuntut penggantian kerugian dengan menggunakan haknya atas upaya

hukum lainnya.

(3) Tidak ada masa tenggang yang dapat diberikan kepada penjual oleh

pengadilan atau majelis arbitrase apabila pembeli memilih untuk

melakukan upaya hukum atas pelanggaran kontrak.

Pasal 46:

(1) The buyer may require performance by the seller of his obligations

unless the buyer has resorted to a remedy which is inconsistent with this

requirement.

(2) If the goods do not conform with the contract, the buyer may require

delivery of substitute goods only if the lack of conformity constitutes a

fundamental breach of contract and a request for substitute goods is made

either in conjunction with notice given under article 39 or within a

reasonable time thereafter.

28

Page 29: Tugas Hukum Perdata International

(3) If the goods do not conform with the contract, the buyer may require

the seller to remedy the lack of conformity by repair, unless this is

unreasonable having regard to all the circumstances. A request for repair

must be made either in conjunction with notice given under article 39 or

within a reasonable time thereafter.

(1) Pembeli dapat memerintahkan penjual untuk melaksanakan

kewajibannya kecuali apabila pembeli telah memilih upaya hukum yang

tidak sesuai dengan syarat ini.

(2) Apabila barang tidak sesuai dengan kontrak, maka pembeli dapat

memerintahkan pengiriman barang pengganti hanya apabila

ketidaksesuaian tersebut merupakan pelanggaran mendasar terhadap

kontrak dan permintaan untuk barang pengganti dibuat baik bersamaan

dengan pemberitahuan yang diatur berdasarkan pasal 39 atau dalam jangka

waktu yang wajar setelahnya.

(3) Apabila barang tidak sesuai dengan kontrak, maka pembeli dapat

memerintahkan penjual untuk menyelesaikan ketidaksesuaian dengan

memperbaiki, kecuali apabila hal tersebut tidak wajar setelah

mempertimbangkan semua keadaan. Permintaan perbaikan harus dibuat

baik bersamaan dengan pemberitahuan yang diatur berdasarkan pasal 39

maupun dalam jangka waktu yang wajar setelahnya.

Pasal 47:

(1) The buyer may fix an additional period of time of reasonable length for

performance by the seller of his obligations.

(2) Unless the buyer has received notice from the seller that he will not

perform within the period so fixed, the buyer may not, during that period,

resort to any remedy for breach of contract. However, the buyer is not

deprived thereby of any right he may have to claim damages for delay in

performance.

(1) Pembeli dapat menetapkan jangka waktu tambahan yang wajar untuk

pelaksanaan kewajiban oleh penjual.

(2) Kecuali apabila pembeli telah menerima pemberitahuan dari penjual

bahwa ia tidak akan melaksanakan kewajibannya dalam jangka waktu

29

Page 30: Tugas Hukum Perdata International

yang ditetapkan tersebut, pembeli tidak diperkenankan, selama jangka

waktu tersebut, untuk mengambil langkah penyelesaian apapun atas

pelanggaran kontrak. Meskipun demikian, karena hal tersebut, pembeli

tidak kehilangan setiap hak yang mungkin dimilikinya untuk menuntut

penggantian kerugian yang disebabkan oleh penundaan pelaksanaan.

Pasal 48:

1) Subject to article 49, the seller may, even after the date for delivery,

remedy at his own expense any failure to perform his obligations, if he can

do so without unreasonable delay and without causing the buyer

unreasonable inconvenience or uncertainty of reimbursement by the seller

of expenses advanced by the buyer. However, the buyer retains any right

to claim damages as provided for in this Convention.

(2) If the seller requests the buyer to make known whether he will accept

performance and the buyer does not comply with the request within a

reasonable time, the seller may perform within the time indicated in his

request. The buyer may not, during that period of time, resort to any

remedy which is inconsistent with performance by the seller.

(3) A notice by the seller that he will perform within a specified period of

time is assumed to include a request, under the preceding paragraph, that

the buyer make known his decision.

(4) A request or notice by the seller under paragraph (2) or (3) of this

article is not effective unless received by the buyer.

(1) Dengan tunduk kepada pasal 49, penjual dapat, bahkan setelah tanggal

pengiriman, melakukan upaya hukum atas biayanya sendiri terhadap setiap

kelalaian untuk melaksanakan kewajibannya, apabila ia dapat melakukan

hal tersebut tanpa penundaan yang tidak wajar dan tanpa menyebabkan

ketidaknyamanaan yang tidak wajar bagi pembeli atau ketidakpastian

penggantian yang diberikan oleh penjual untuk pengeluaran-pengeluaran

yang dibayar di muka oleh pembeli. Meskipun demikian, pembeli berhak

untuk menuntut penggantian kerugian sebagaimana diatur dalam Konvensi

ini.

30

Page 31: Tugas Hukum Perdata International

(2) Apabila penjual meminta pembeli untuk memberitahu apakah pembeli

akan menerima pelaksanaan kewajiban tersebut dan pembeli tidak

memenuhi permintaan tersebut dalam jangka waktu yang wajar, maka

penjual dapat melaksanakan kewajibannya pada waktu yang ditunjukkan

dalam permintaannya. Pembeli tidak diperkenankan, selama jangka waktu

tersebut, untuk mengambil langkah penyelesaian yang tidak konsisten

dengan pelaksanaan kewajiban yang dilakukan oleh penjual.

(3) Pemberitahuan yang disampaikan oleh penjual bahwa penjual akan

melaksanakan kewajibannya dalam jangka waktu yang ditentukan

dianggap mencakup permintaan, berdasarkan ayat sebelumnya, agar

pembeli mengetahui keputusan penjual.

(4) Permintaan atau pemberitahuan yang disampaikan oleh penjual

berdasarkan ayat (2) dan ayat (3) pasal ini tidak berlaku kecuali apabila

diterima oleh pembeli

Pasal 49 ayat 1:

(1) The buyer may declare the contract avoided:

(a) if the failure by the seller to perform any of his obligations under the

contract or this Convention amounts to a fundamental breach of contract;

or

(b) in case of non-delivery, if the seller does not deliver the goods within

the additional period of time fixed by the buyer in accordance with

paragraph (1) of article 47 or declares that he will not deliver within the

period so fixed.

(1) Pembeli dapat menyatakan pengingkaran kontrak dalam keadaan:

(a) apabila kelalaian penjual untuk melaksanakan setiap kewajibannya

berdasarkan kontrak atau Konvensi ini merupakan pelanggaran kontrak

yang mendasar; atau

(b) dalam hal tidak dilakukannya pengiriman, apabila penjual tidak

mengirimkan barang dalam jangka waktu tambahan yang ditetapkan oleh

31

Page 32: Tugas Hukum Perdata International

pembeli berdasarkan ayat (1) pasal 47 atau menyatakan bahwa penjual

tidak akan mengirimkan dalam jangka waktu yang telah ditetapkan.

Dari cuplikan pasal-pasal di atas maka bisa dilihat secara jelas

beberapa pelanggaran kontrak perdagangan internasional (CISG) yang

dilakukan oleh Globex secara langsung ataupun tidak langsung walaupun

dengan dalih terjadi force majeure karena intervensi larangan impor ayam

oleh Pemerintah Rumania. Beberapa pelanggaran yang paling mendasar

yang telah digunakan sebagai acuan keputusan pengadilan oleh para

arbitrator antara lain :

Selama masa munculnya larangan tanggal 2 Juni 2006 Pemerintah

Rumania memberikan sosialisasi sampai pada tanggal 7 Juni 2006

sehingga pada prinsipnya ada jeda waktu 5 hari yang bisa dan atau dapat

digunakan oleh Globex untuk melakukan pemberitahuan, pembahasan dan

konsolidasi  dengan pihak Marcomex untuk mencari cara atau mensiasati

larangan impor ayam Rumania (Pasal 49 CISG dan rumusan umum

UNIDROIT pasal 2).

Penolakan para arbitrator terhadap argumentasi pembelaan dari Globex

terkait dengan force majeure sebagai penyebab tidak terlaksananya

kewajiban Globex selaku penjual  karena larangan pemerintah Rumania

tentang impor ayam tersebut bukanlah sebuah masalah yang fundamental

atau sangat mendasar tidak ada jalan keluar karena bila dikehendaki

seharusnya Globex akan melakukan koordinasi dan konsolidasi secepatnya

dalam jeda waktu yang masih aman.  Hal tersebut bukan merupakan

pelanggaran fundamental karena tidak memenuhi syarat-syarat yang

ditentukan dalam Artikel 25 UNCITRAL. Para arbitrator memutuskan

dengan seksama menilik kerugian langsung dialami di pihak Marcomex

dan tidak tampaknya iktikad secara professional pihak globex mencari

jalan keluar menyelesaikan kontraknya yang pada akhirnya arbitrator

memutuskan memenangkan pihak Marcomex selaku pembeli dengan

membebankan biaya kerugian dan arbitrase secara total kepada Globex

sebesar $876,310,58.

32

Page 33: Tugas Hukum Perdata International

       Menilik keputusan para arbritor tersebut secara seksama sudah jelas

dan secara riil sesuai penerapan point-point pasal CISG secara

keseluruhan.

BAB V

33

Page 34: Tugas Hukum Perdata International

PENUTUP

Kesimpulan

Pertama hokum personal ini (yang ditentukan oleh titik taut tempat

didirikan atau tempat kedudukan manajemen yang efektif) mengatur apakah ada

suatu badan hokum dan apakah berwenang untuk bertindak dalam hokum

(rechtsfahig). Juga batas-batas dari kemampuan untuk bertindak dalam hokum dan

melakukan perbuatan-perbuatan hokum ditentukan oleh hokum personal ini.

Dalam system hokum Anglo saxon, persoalan yang mengenai batas-batas

kemampuan bertindak ini berpokok pangkal sekitar masalah teori Ultra Vires.

Menurut teori ini suatu badan hokum hanya dapat melakukan perbuatan-

perbuatan hokum yang ditentukan oleh Anggaran Dasar. Tidak dapat daimbil

tindakan-tindakan yang melampauinya.jika tetap dilakukan sanksinya ialah bahwa

dianggap perbuatan-perbuatan ini sebagai batal adanya. Dalam hokum hokum

personal ini bukan hanya mengatur tentang lahirnya saja suatu badan hokum tetapi

juga kematiannya badan hokum. Demikai pula diatur hak dan kewenangan untuk

menghadap sebagai pihak di muka pengadilan.

Hal ini di tentukan oelh kaidah-kaidah yang mengatur organisasi intern

dan ekstren dan badan hokum yang bersangkutan, yakni Anggaran Dasarnya atau

kontrak pendirian pada perseroan-perseroan yang bukan badan hokum. Hubungan

antara para pengurus, demikian pula hubungan antara manajemen dan para

anggota peserta dari badan hokum bersangkutan, semua ini ditentukan dalam

anggaran dasarnya dan kontrak pendirian. Sepanjang tidak daitur dalam Anggaran

Dasar, maka hokum personal yang berlaku untuk menentukan hal-hal ini,

termasuk pula hak-hak dan kewajiabn-kewajiban dari para anggotanya.

Daftar pustaka

34

Page 35: Tugas Hukum Perdata International

Sudargo Gautama, Hukum Perdata Internasional Indonesia, Buku ke-7, Bandung:

Alumni, 1995.

Hendri Raharjo, Hukum Perusahaan, Pustaka Yustisia, Yogyakarta, 2009, hlm. 18.

ANALISIS KASUS GLOBEX VERSUS MACROMEX, http://dokumen.tips/documents/analisis-kasus-globex-versus-macromex-dikaji-dari-hukum-perdata-internasional-nin-yasmine-lisasih.html

35