tugas gerontik dm pada lansia siap konsul

36
TUGAS TERSTRUKTUR MATA KULIAH KEPERAWATAN GERONTIK ASUHAN KEPERAWATAN DIABETES MELITUS Oleh: Dea Ayu Lutfi G1D008064 Ahmad Hasan G1D008078 Fitriani Maba G1D008089 Taufik Hidayat G1D008097 Titi Sugiarti G1D008104 Widianingsih G1D008111 Furyanto G1D008120 KEMENTERIAN PENDIDIKAN KEBUDAYAAN UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU-ILMU KESEHATAN JURUSAN KEPERAWATAN

Upload: oncho-aineka

Post on 24-Jul-2015

516 views

Category:

Documents


324 download

TRANSCRIPT

Page 1: Tugas Gerontik Dm Pada Lansia Siap Konsul

TUGAS TERSTRUKTUR

MATA KULIAH KEPERAWATAN GERONTIK

ASUHAN KEPERAWATAN DIABETES MELITUS

Oleh:

Dea Ayu Lutfi G1D008064

Ahmad Hasan G1D008078

Fitriani Maba G1D008089

Taufik Hidayat G1D008097

Titi Sugiarti G1D008104

Widianingsih G1D008111

Furyanto G1D008120

KEMENTERIAN PENDIDIKAN KEBUDAYAAN

UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU-ILMU KESEHATAN

JURUSAN KEPERAWATAN

PURWOKERTO

2012

Page 2: Tugas Gerontik Dm Pada Lansia Siap Konsul

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Diabetes sudah dikenal sejak berabad-abad sebelum Masehi. Pada

Papyrus Ebers di Mesir ± 1500 SM, digambarkan adanya penyakit dengan

tanda-tanda banyak kencing (Miharja, 2008).

Menurut American Diabetes Association (ADA) 2005, Diabetes melitus

merupakan suatu kelompok penyakit metabolik dengan karakteristik

hiperglikemia yang terjadi karena kelainan sekresi insulin, kerja insulin atau

kedua-duanya. Sedangkan menurut WHO 1980 dikatakan bahwa diabetes

melitus merupakan sesuatu yang tidak dapat dituangkan dalam satu jawaban

yang jelas dan singkat tapi secara umum dapat dikatakan sebagai suatu

kumpulan problema anatomik dan kimiawi yang merupakan akibat dari

sejumlah faktor di mana didapat defisiensi insulin absolut atau relatif dan

gangguan fungsi insulin (Budhiarta, et, al, 2006).

Secara epidemiologi, diperkirakan bahwa pada tahun 2030 prevalensi

Diabetes Melitus (DM) di Indonesia mencapai 21,3 juta orang (Diabetes Care,

2004). Sedangkan hasil Riset kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2007, diperoleh

bahwa proporsi penyebab kematian akibat DM pada kelompok usia 45-54 tahun

di daerah perkotaan menduduki ranking ke-2 yaitu 14,7%. Dan daerah pedesaan,

DM menduduki ranking ke-6 yaitu 5,8%.

Hal tersebut disampaikan Direktur Jenderal Pengendalian Penyakit dan

Penyehatan Lingkungan Departemen Kesehatan RI Prof. dr. Tjandra Yoga

Aditama, Sp.P(K), MARS, DTM&H saat membuka Seminar dalam rangka

memperingati Hari Diabetes Sedunia 2009, 5 November 2009 di Jakarta.

Prof. Tjandra Yoga mengatakan berdasarkan hasil Riskesdas 2007

prevalensi nasional DM berdasarkan pemeriksaan gula darah pada penduduk

usia >15 tahun diperkotaan 5,7%. Prevalensi nasional Obesitas umum pada

penduduk usia ≥ 15 tahun sebesar 10.3% dan sebanyak 12 provinsi memiliki

Page 3: Tugas Gerontik Dm Pada Lansia Siap Konsul

prevalensi diatas nasional, prevalensi nasional Obesitas sentral pada penduduk

Usia ≥ 15 tahun sebesar 18,8 % dan sebanyak 17 provinsi memiliki prevalensi

diatas nasional. Sedangkan prevalensi TGT (Toleransi Glukosa Terganggu) pada

penduduk usia >15 tahun di perkotaan adalah 10.2% dan sebanyak 13 provinsi

mempunyai prevalensi diatas prevalensi nasional. Prevalensi kurang makan buah

dan sayur sebesar 93,6%, dan prevalensi kurang aktifitas fisik pada penduduk

>10 tahun sebesar 48,2%. Disebutkan pula bahwa prevalensi merokok setiap

hari pada penduduk >10 tahun sebesar 23,7% dan prevalensi minum beralkohol

dalam satu bulan terakhir adalah 4,6%.

Dalam sambutannya Prof. Tjandra Yoga menjelaskan, Diabetes Melitus

(DM) adalah penyakit kronis yang disebabkan oleh ketidakmampuan tubuh

untuk memproduksi hormon insulin atau karena penggunaan yang tidak efektif

dari produksi insulin.Hal ini ditandai dengan tingginya kadar gula dalam darah.

Penyakit ini membutuhkan perhatian dan perawatan medis dalam waktu lama

baik untuk mencegah komplikasi maupun perawatan sakit.

Diabetes Melitus terdiri dari dua tipe yaitu tipe pertama DM yang

disebabkan keturunan dan tipe kedua disebabkan life style atau gaya hidup.

Secara umum, hampir 80 % prevalensi diabetes melitus adalah DM tipe 2. Ini

berarti gaya hidup/life style yang tidak sehat menjadi pemicu utama

meningkatnya prevalensi DM. Bila dicermati, penduduk dengan obes

mempunyai risiko terkena DM lebih besar dari penduduk yang tidak obes

(Susanto, 2009).

B. Tujuan

1. Untuk mengetahui pengertian diabetes mellitus.

2. Untuk mengetahui etiologi dan tipe-tipe diabetes mellitus

3. Untuk mengetahui faktor predisposisi diabetes mellitus

4. Untuk mengetahui patofisiologi dan pathway diabetes mellitus

5. Untuk mengetahui tanda dan gejala diabetes mellitus

6. Untuk mengetahui pemeriksaan penunjang diabetes mellitus

7. Untuk mengetahui komplikasi diabetes mellitus

Page 4: Tugas Gerontik Dm Pada Lansia Siap Konsul

8. Untuk mengetahui penatalaksanaan diabetes mellitus

9. Untuk mengetahui asuhan keperawatan diabetes mellitus.

Page 5: Tugas Gerontik Dm Pada Lansia Siap Konsul

BAB II

TINJAUAN TEORI

A. Pengertian

Diabetes mellitus merupakan sekelompok kelainan heterogen yang

ditandai oleh kenaikan kadar glukosa dalam darah atau hiperglikemia. (Brunner

dan Suddarth, 2002).

Diabetes melitus adalah keadaan hiperglikemia kronik disertai berbagai

kelainan metabolik akibat gangguan hormonal yang menimbulkan berbagai

komplikasi kronik pada mata, ginjal, saraf, dan pembuluh darah, disertai lesi/

perlukaan pada membran basalis dalam pemerisaan dengan menggunakan

mikroskop elektron (Arif, et al, 2001)

B. Etiologi

Pada lansia cenderung terjadi peningkatan berat badan, bukan karena

mengkonsumsi kalori berlebih namun karena perubahan rasio lemak-otot dan

penurunan laju metabolisme basal. Hal ini dapat menjadi faktor predisposisi

terjadinya diabetes mellitus. Penyebab diabetes mellitus pada lansia secara

umum dapat digolongkan ke dalam dua besar:

Proses menua/kemunduran (Penurunan sensitifitas indra pengecap,

penurunan fungsi pankreas, dan penurunan kualitas insulin sehingga insulin

tidak berfungsi dengan baik).

Gaya hidup (life style) yang jelek (banyak makan, jarang olahraga,

minum alkohol, dll.) Keberadaan penyakit lain, sering menderita stress juga

dapat menjadi penyebab terjadinya diabetes mellitus.Selain itu perubahan fungsi

fisik yang menyebabkan keletihan dapat menutupi tanda dan gejala diabetes dan

menghalangi lansia untuk mencari bantuan medis. Keletihan, perlu bangun pada

malam hari untuk buang air kecil, dan infeksi yang sering merupakan indikator

diabetes yang mungkin tidak diperhatikan oleh lansia dan anggota keluarganya

karena mereka percaya bahwa hal tersebut adalah bagian dari proses penuaan itu

sendiri.

Page 6: Tugas Gerontik Dm Pada Lansia Siap Konsul

1. Diabetes tipe I:

a. Faktor genetik

Penderita diabetes tidak mewarisi diabetes tipe I itu sendiri; tetapi mewarisi

suatu predisposisi atau kecenderungan genetik ke arah terjadinya DM tipe I.

Kecenderungan genetik ini ditemukan pada individu yang memiliki tipe

antigen HLA.

b. Faktor-faktor imunologi

Adanya respons otoimun yang merupakan respons abnormal dimana

antibodi terarah pada jaringan normal tubuh dengan cara bereaksi terhadap

jaringan tersebut yang dianggapnya seolah-olah sebagai jaringan asing.

Yaitu otoantibodi terhadap sel-sel pulau Langerhans dan insulin endogen.

c. Faktor lingkungan

Virus atau toksin tertentu dapat memicu proses otoimun yang menimbulkan

destruksi selbeta.

2. Diabetes Tipe II

Mekanisme yang tepat yang menyebabkan resistensi insulin dan gangguan

sekresi insulin pada diabetes tipe II masih belum diketahui. Faktor genetik

memegang peranan dalam proses terjadinya resistensi insulin.

Faktor-faktor resiko :

a. Usia (resistensi insulin cenderung meningkat pada usia di atas 65 th)

b. Obesitas

c. Riwayat keluarga

C. Faktor Predisposisi

Diabetes melitus disebabkan oleh faktor :

1. Faktor demografi

Jumlah penduduk meningkat

Penduduk berumur > 40 tahun meningkat

Urbanisasi

Page 7: Tugas Gerontik Dm Pada Lansia Siap Konsul

2. Gaya hidup yang kebarat-baratan

Pendapatan perkapita tinggi

Restoran cepat saji

Hidup santai

3. Berkurangnya penyakit infeksi dan kurang gizi

Sudah lama diketahui bahwa diabetes merupakan penyakit keturunan, tetapi

faktor keturunan saja tidak cukup. Masih mungkin bibit ini tidak menampakkan diri

secara nyata sampai akhir hayatnya.

Beberapa faktor yang sering merupakan faktor pencetus diabetes melitus

adalah:

Kurang gerak/malas

Makanan berlebihan

Kehamilan

Kekurangan produksi hormon insulin

Penyakit hormon yang kerjanya berlawanan dengan insulin

Adanya infeksi virus (pada DM tipe 1)

Minum obat-obatan yang bisa menaikkan kadar glukosa darah

Proses menua

D. Patofisiologi

Pengolahan bahan makanan dimulai dari mulut kemudian ke lambung

dan selanjutnya ke usus. Di dalam saluran pencernaan, makanan yang terdiri dari

karbohidrat dipecah menjadi glukosa, protein dipecah menjadi asam amino dan

lemak menjadi asam lemak. Ketiga zat makanan itu diedarkan ke seluruh tubuh

untuk dipergunakan oleh organ-organ di dalam tubuh sebagai bahan bakar.

Supaya berfungsi sebagai bahan bakar zat makanan itu harus diolah, dimana

glukosa dibakar melalui proses kimia yang menghasilkan energi yang disebut

metabolisme.

Dalam proses metabolisme insulin memegang peranan penting yaitu

memasukkan glukosa ke dalam sel yang digunakan sebagai bahan bakar. Insulin

adalah suatu zat atau hormon yang dihasilkan oleh sel beta di pankreas, bila

Page 8: Tugas Gerontik Dm Pada Lansia Siap Konsul

insulin tidak ada maka glukosa tidak dapat masuk sel dengan akibat glukosa

akan tetap berada di pembuluh darah yang artinya kadar glukosa di dalam darah

meningkat.

Pada Diabetes melitus tipe 1 terjadi kelainan sekresi insulin oleh sel beta

pankreas. Pasien diabetes tipe ini mewarisi kerentanan genetik yang merupakan

predisposisi untuk kerusakan autoimun sel beta pankreas. Respon autoimun

dipacu oleh aktivitas limfosit, antibodi terhadap sel pulau langerhans dan

terhadap insulin itu sendiri.

Pada diabetes melitus tipe 2 jumlah insulin normal, tetapi jumlah

reseptor insulin yang terdapat pada permukaan sel yang kurang sehingga glukosa

yang masuk ke dalam sel sedikit dan glukosa dalam darah menjadi meningkat

(diabetesmellituscenter.wordpress.com, 2010).

E. Tanda dan Gejala

Keluhan umum pasien DM seperti poliuria, polidipsia, polifagia pada DM

umumnya tidak ada. Sebaliknya yang sering mengganggu pasien adalah keluhan

akibat komplikasi degeneratif kronik pada pembuluh darah dan saraf. Pada DM

lansia terdapat perubahan patofisiologi akibat proses menua, sehingga gambaran

klinisnya bervariasi dari kasus tanpa gejala sampai kasus dengan komplikasi yang

luas. Keluhan yang sering muncul adalah adanya gangguan penglihatan karena

katarak, rasa kesemutan pada tungkai serta kelemahan otot (neuropati perifer) dan

luka pada tungkai yang sukar sembuh dengan pengobatan lazim.

Menurut Supartondo, gejala-gejala akibat DM pada usia lanjut yang sering

ditemukan adalah :

1. Katarak

2. Glaukoma

3. Retinopati

4. Gatal seluruh badan

5. Pruritus Vulvae

Page 9: Tugas Gerontik Dm Pada Lansia Siap Konsul

6. Infeksi bakteri kulit

7. Infeksi jamur di kulit

8. Dermatopati

9. Neuropati perifer

10. Neuropati viseral

11. Amiotropi

12. Ulkus Neurotropik

13. Penyakit ginjal

14. Penyakit pembuluh darah perifer

15. Penyakit koroner

16. Penyakit pembuluh darah otak

17. Hipertensi

Page 10: Tugas Gerontik Dm Pada Lansia Siap Konsul

F. Pemeriksaan Penunjang

1. Glukosa darah sewaktu

2. Kadar glukosa darah puasa

3. Tes toleransi glukosa

Kadar darah sewaktu dan puasa sebagai patokan penyaring diagnosis DM (mg/dl)

Bukan DM Belum pasti DM DM

Kadar glukosa darah sewaktu

- Plasma vena

- Darah kapiler

Kadar glukosa darah puasa

- Plasma vena

- Darah kapiler

< 100

<80

<110

<90

100-200

80-200

110-120

90-110

>200

>200

>126

>110

Kriteria diagnostik WHO untuk diabetes mellitus pada sedikitnya 2 kali

pemeriksaan :

1. Glukosa plasma sewaktu >200 mg/dl (11,1 mmol/L)

2. Glukosa plasma puasa >140 mg/dl (7,8 mmol/L)

3. Glukosa plasma dari sampel yang diambil 2 jam kemudian sesudah

mengkonsumsi 75 gr karbohidrat (2 jam post prandial (pp) > 200 mg/dl

Page 11: Tugas Gerontik Dm Pada Lansia Siap Konsul

G. Pathway

Defisiensi Insulin

glukagon↑ penurunan pemakaian

glukosa oleh sel

glukoneogenesis hiperglikemia

lemak protein glycosuria

ketogenesis BUN↑ Osmotic Diuresis

ketonemia Nitrogen urine ↑ Dehidrasi

↓ pH Hemokonsentrasi

Asidosis Trombosis

Aterosklerosis

Mual muntah

Resti Ggn Nutrisi

Kurang dari kebutuhan Koma Kematian

Makrovaskuler Mikrovaskuler

Retina Ginjal

Jantung Serebral Ekstremitas

Miokard Infark Stroke Gangren

Retinopati diabetik

Ggn. Penglihatan Gagal Ginjal

Resiko Injury

Nefropati

Ggn Integritas Kulit

Kekurangan volume cairan

Kurang pengetahuan

Page 12: Tugas Gerontik Dm Pada Lansia Siap Konsul

H. Penatalaksanaan

Tujuan utama terapi diabetes mellitus adalah mencoba menormalkan

aktivitas insulin dan kadar glukosa darah dalam upaya untuk mengurangi

komplikasi vaskuler serta neuropati. Tujuan terapeutik pada setiap tipe diabetes

adalah mencapai kadar glukosa darah normal.

Ada 5 komponen dalam penatalaksanaan diabetes :

a.  Diet

Suatu perencanaan makanan yang terdiri dari 10% lemak, 15% Protein,

75% Karbohidrat kompleks direkomendasikan untuk mencegah diabetes.

Kandungan rendah lemak dalam diet ini tidak hanya mencegah arterosklerosis,

tetapi juga meningkatkan aktivitas reseptor insulin.

b. Latihan

Latihan juga diperlukan untuk membantu mencegah diabetes. Pemeriksaan

sebelum latihan sebaiknya dilakukan untuk memastikan bahwa klien lansia secara

fisik mampu mengikuti program latihan kebugaran. Pengkajian pada tingkat

aktivitas klien yang terbaru dan pilihan gaya hidup dapat membantu menentukan

jenis latihan yang mungkin paling berhasil. Berjalan atau berenang, dua aktivitas

dengan dampak rendah, merupakan permulaan yang sangat baik untuk para

pemula. Untuk lansia dengan NIDDM, olahraga dapat secara langsung

meningkatkan fungsi fisiologis dengan mengurangi kadar glukosa darah,

meningkatkan stamina dan kesejahteraan emosional, dan meningkatkan sirkulasi,

serta membantu menurunkan berat badan.

c. Pemantauan

Pada pasien dengan diabetes, kadar glukosa darah harus selalu diperiksa

secara rutin. Selain itu, perubahan berat badan lansia juga harus dipantau untuk

mengetahui terjadinya obesitas yang dapat meningkatkan resiko DM pada lansia.

d. Terapi (jika diperlukan)

Sulfoniluria adalah kelompok obat yang paling sering diresepkan dan

efektif hanya untuk penanganan NIDDM. Pemberian insulin juga dapat dilakukan

untuk mepertahankan kadar glukosa darah dalam parameter yang  telah ditentukan

untuk membatasi komplikasi penyakit yang membahayakan.

Page 13: Tugas Gerontik Dm Pada Lansia Siap Konsul

e. Pendidikan

- Diet yang harus dikomsumsi

- Latihan

- Penggunaan insulin

I. Komplikasi Diabetes Melitus

Komplikasi diabetes mellitus diklasifikasikan menjadi akut dan kronis.

Yang termasuk dalam komplikasi akut adalah hipoglikemia, diabetes ketoasidosis

(DKA), dan hyperglycemic hyperosmolar nonketocic coma (HHNC). Yang

termasuk dalam komplikasi kronis adalah retinopati diabetic, nefropati diabetic,

neuropati, dislipidemia, dan hipertensi.

Komplikasi akut

Diabetes ketoasidosis

       Diabetes ketoasidosis adalah akibat yang berat dari deficit insulin

yang berat pada jaringan adipose, otot skeletal, dan hepar. Jaringan tersebut

termasuk sangat sensitive terhadap kekurangan insulin. DKA dapat dicetuskan

oleh infeksi ( penyakit)

    Komplikasi kronis:

a. Retinopati diabetic

Lesi paling awal yang timbul adalah mikroaneurism pada pembuluh retina.

Terdapat pula bagian iskemik, yaitu retina akibat berkurangnya aliran darah

retina. Respon terhadap iskemik retina ini adalah pembentukan pembuluh darah

baru, tetapi pembuluh darah tersebut sangat rapuh sehingga mudah pecah dan

dapat mengakibatkan perdarahan vitreous. Perdarahan ini bisa mengakibatkan

ablasio retina atau berulang yang mengakibatkan kebutaan permanen.

b. Nefropati diabetic

Lesi renal yang khas dari nefropati diabetic adalah glomerulosklerosis

yang nodular yang tersebar dikedua ginjal yang disebut sindrom Kommelstiel-

Wilson. Glomeruloskleriosis nodular dikaitkan dengan proteinuria, edema dan

hipertensi. Lesi sindrom Kommelstiel-Wilson ditemukan hanya pada DM.

Page 14: Tugas Gerontik Dm Pada Lansia Siap Konsul

c. Neuropati

Neuropati diabetic terjadi pada 60 – 70% individu DM. neuropati diabetic

yang paling sering ditemukan adalah neuropati perifer dan autonomic.

d. Displidemia

Lima puluh persen individu dengan DM mengalami dislipidemia.

e. Hipertensi

Hipertensi pada pasien dengan DM tipe 1 menunjukkan penyakit ginjal,

mikroalbuminuria, atau proteinuria. Pada pasien dengan DM tipe 2, hipertensi

bisa menjadi hipertensi esensial. Hipertensi harus secepat mungkin diketahuin dan

ditangani karena bisa memperberat retinopati, nepropati, dan penyakit

makrovaskular.

f. Kaki diabetic

Ada tiga factor yang berperan dalam kaki diabetic yaitu neuropati,

iskemia, dan sepsis. Biasanya amputasi harus dilakukan. Hilanggnya sensori pada

kaki mengakibatkan trauma dan potensial untuk ulkus. Perubahan mikrovaskuler

dan makrovaskuler dapat mengakibatkan iskemia jaringan dan sepsis. Neuropati,

iskemia, dan sepsis bisa menyebabkan gangrene dan amputasi.

g. Hipoglikemia

Hipoglikemia adalah keadaan dengan kadar glukosa darah di bawah 60

mg/dl, yang merupakan komplikasi potensial terapi insulin atau obat hipoglikemik

oral. Penyebab hipoglikemia pada pasien sedang menerima pengobatan insulin

eksogen atau hipoglikemik oral.

J. Asuhan Keperawatan

Pengkajian

Riwayat Kesehatan Keluarga

Adakah keluarga yang menderita penyakit seperti klien ?

Riwayat Kesehatan Pasien dan Pengobatan Sebelumnya

Berapa lama klien menderita DM, bagaimana penanganannya, mendapat terapi

insulin jenis apa, bagaimana cara minum obatnya apakah teratur atau tidak, apa

saja yang dilakukan klien untuk menanggulangi penyakitnya.

Page 15: Tugas Gerontik Dm Pada Lansia Siap Konsul

Aktivitas/ Istirahat :

Letih, Lemah, Sulit Bergerak / berjalan, kram otot, tonus otot menurun.

Sirkulasi

Adakah riwayat hipertensi,AMI, klaudikasi, kebas, kesemutan pada ekstremitas,

ulkus pada kaki yang penyembuhannya lama, takikardi, perubahan tekanan

darah

Integritas Ego

Stress, ansietas

Eliminasi

Perubahan pola berkemih ( poliuria, nokturia, anuria ), diare

Makanan / Cairan

Anoreksia, mual muntah, tidak mengikuti diet, penurunan berat badan, haus,

penggunaan diuretik.

Neurosensori

Pusing, sakit kepala, kesemutan, kebas kelemahan pada otot,

parestesia,gangguan penglihatan.

Nyeri / Kenyamanan

Abdomen tegang, nyeri (sedang / berat)

Pernapasan

Batuk dengan/tanpa sputum purulen (tergangung adanya infeksi / tidak)

Keamanan

Kulit kering, gatal, ulkus kulit.

Pemeriksaan Fisik

Pengukuran tinggi dan berat badan, pengukuran tekanan darah, termasuk

pengukuran tekanan darah dalam posisi berdiri untuk mencari kemungkinan

adanya hipotensi ortostatik, pemeriksaan funduskopi, pemeriksaan rongga mulut

dan kelenjar tiroid, pemeriksaan jantung, evaluasi nadi baik secara palpasi

maupun dengan stetoskop, pemeriksaan ekstremitas atas dan bawah, termasuk

jari, pemeriksaan kulit (acantosis nigrican dan bekas tempat, penyuntikan

insulin) dan pemeriksaan neurologis, tanda-tanda penyakit lain yang dapat

menimbulkan DM tipe-lain

Page 16: Tugas Gerontik Dm Pada Lansia Siap Konsul

K. Masalah Keperawatan

1. Resiko tinggi gangguan nutrisi : kurang dari kebutuhan

2. Kekurangan volume cairan

3. Gangguan integritas kulit

4. Resiko terjadi injury

L. Diagnosa Keperawatan

1. Resiko tinggi gangguan nutrisi : kurang dari kebutuhan berhubungan dengan

penurunan masukan oral, anoreksia, mual, peningkatan metabolisme protein,

lemak.

2. Kekurangan volume cairan berhubungan dengan diuresis osmotik.

3. Gangguan integritas kulit berhubungan dengan perubahan status metabolik

(neuropati perifer).

4. Resiko terjadi injury berhubungan dengan penurunan fungsi penglihatan.

Page 17: Tugas Gerontik Dm Pada Lansia Siap Konsul

M. Rencana Asuhan Keperawatan

No Diagnosa Tujuan Kriteria Hasil Intervensi

1 Resiko tinggi gangguan

nutrisi : kurang dari

kebutuhan berhubungan

dengan penurunan masukan

oral, anoreksia, mual,

peningkatan metabolisme

protein, lemak.

Kebutuhan nutrisi

pasien terpenuhi

Pasien dapat

mencerna jumlah kalori atau

nutrien yang tepat

Berat badan stabil

atau penambahan ke arah

rentang biasanya

Timbang berat badan

setiap hari atau sesuai dengan

indikasi.

Tentukan program diet

dan pola makan pasien dan

bandingkan dengan makanan yang

dapat dihabiskan pasien.

Auskultasi bising

usus, catat adanya nyeri abdomen /

perut kembung, mual, muntahan

makanan yang belum sempat

dicerna, pertahankan keadaan puasa

sesuai dengan indikasi.

Berikan makanan cair

yang mengandung zat makanan

(nutrien) dan elektrolit dengan

segera jika pasien sudah dapat

Page 18: Tugas Gerontik Dm Pada Lansia Siap Konsul

mentoleransinya melalui oral.

Libatkan keluarga

pasien pada pencernaan makan ini

sesuai dengan indikasi.

Observasi tanda-tanda

hipoglikemia seperti perubahan

tingkat kesadaran, kulit

lembab/dingin, denyut nadi cepat,

lapar, peka rangsang, cemas, sakit

kepala.

Kolaborasi melakukan

pemeriksaan gula darah.

Kolaborasi pemberian

pengobatan insulin.

Kolaborasi dengan

ahli diet.

2 Kekurangan volume cairan berhubungan dengan diuresis osmotik

Kebutuhan cairan

atau hidrasi pasien

terpenuhi

Pasien menunjukkan hidrasi yang

adekuat dibuktikan oleh tanda

vital stabil, nadi perifer dapat

Pantau tanda-tanda

vital, catat adanya perubahan TD

ortostatik

Page 19: Tugas Gerontik Dm Pada Lansia Siap Konsul

diraba, turgor kulit dan pengisian

kapiler baik, haluaran urin tepat

secara individu dan kadar

elektrolit dalam batas normal.

Pantau pola nafas

seperti adanya pernafasan kusmaul

Kaji frekuensi dan

kualitas pernafasan, penggunaan

otot bantu nafas

Kaji nadi perifer,

pengisian kapiler, turgor kulit dan

membran mukosa

Pantau masukan dan

pengeluaran

Pertahankan untuk

memberikan cairan paling sedikit

2500 ml/hari dalam batas yang

dapat ditoleransi jantung

Catat hal-hal seperti

mual, muntah dan distensi

lambung.

Observasi adanya

kelelahan yang meningkat, edema,

peningkatan BB, nadi tidak teratur

Page 20: Tugas Gerontik Dm Pada Lansia Siap Konsul

Kolaborasi : berikan

terapi cairan normal salin dengan

atau tanpa dextrosa, pantau

pemeriksaan laboratorium (Ht,

BUN, Na, K)

3 Gangguan integritas kulit

berhubungan dengan

perubahan status metabolik

(neuropati perifer).

Gangguan integritas

kulit dapat

berkurang atau

menunjukkan

penyembuhan.

Kondisi luka menunjukkan

adanya perbaikan jaringan dan

tidak terinfeksi

Kaji luka, adanya epitelisasi,

perubahan warna, edema, dan

discharge, frekuensi ganti balut.

Kaji tanda vital

Kaji adanya nyeri

Lakukan perawatan luka

Kolaborasi pemberian insulin dan

medikasi.

Kolaborasi pemberian antibiotik

sesuai indikasi.

4 Resiko terjadi injury Pasien tidak Pasien dapat memenuhi Hindarkan lantai yang licin.

Page 21: Tugas Gerontik Dm Pada Lansia Siap Konsul

berhubungan dengan

penurunan fungsi

penglihatan

mengalami injury kebutuhannya tanpa mengalami

injury

Gunakan bed yang rendah.

Orientasikan klien dengan

ruangan.

Bantu klien dalam melakukan

aktivitas sehari-hari

Bantu pasien dalam ambulasi atau

perubahan posisi

5 Kurangnya pengetahuan

tentang proses penyakit,

diet, perawatan, dan

pengobatan berhubungan

dengan kurangnya informasi

Pasien memperoleh

informasi yang jelas

dan benar tentang

Penyakitnya

Pasien mengetahui tentang

proses penyakit, diet, perawatan

dan pengobatannya dan dapat

menjelaskan kembali bila

ditanya.

Pasien dapat melakukan

perawatan diri sendiri

berdasarkan pengetahuan yang

diperoleh.

Kaji tingkat pengetahuan

pasien/keluarga tentang penyakit

DM dan gangren.

Kaji latar belakang pendidikan

pasien.

Jelaskan tentang proses penyakit,

diet, perawatan dan pengobatan

pada pasien dengan bahasa dan

kata-kata yang mudah dimengerti.

Jelasakan prosedur yang kan

dilakukan, manfaatnya bagi pasien

dan libatkan pasien didalamnya.

Page 22: Tugas Gerontik Dm Pada Lansia Siap Konsul

Gunakan gambar-gambar dalam

memberikan penjelasan ( jika

ada /memungkinkan).

Page 23: Tugas Gerontik Dm Pada Lansia Siap Konsul

BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Diabetes mellitus merupakan suatu kumpulan gejala yang timbul

pada seseorang yang disebabkan oleh karena adanya peningkatan kadar

gula (glukosa) darah akibat kekurangan insulin baik absolut maupun

relatif.

Etiologi diabetes mellitus antara lain faktor genetik, faktor

imunologi, faktor lingkungan, selain itu usia dan obesitas juga sering

menjadi penyebab diabetes mellitus. Tipe-tipe diabetes mellitus ada dua

yaitu diabetes mellitus tipe 1 yaitu disebabkan karena sel beta pada

pankreas sedikit atau tidak dapat memproduksi insulin, sedangkan tipe 2

yaitu pankreas tetap menghasilkan insulin, kadang kadarnya lebih tinggi

dari normal. Tetapi tubuh membentuk kekebalan terhadap efeknya,

sehingga terjadi kekurangan insulin relatif.

Patofisiologi diabetes mellitus terjadi saat makanan ketika akan

dimetabolisme harus dipecah menjadi partikel-partikel yang dapat

diserap tubuh. Dalam proses metabolisme insulin memegang peranan

penting yaitu memasukkan glukosa ke dalam sel yang digunakan sebagai

bahan bakar. Bila insulin tidak ada maka glukosa tidak dapat masuk sel

dengan akibat glukosa akan tetap berada di pembuluh darah yang artinya

kadar glukosa di dalam darah meningkat. Pada Diabetes melitus tipe 1

terjadi kelainan sekresi insulin oleh sel beta pankreas. Diabetes tipe ini

mewarisi kerentanan genetik yang merupakan predisposisi untuk

kerusakan autoimun sel beta pankreas. Pada diabetes melitus tipe 2

jumlah insulin normal, tetapi jumlah reseptor insulin yang terdapat pada

permukaan sel yang kurang sehingga glukosa yang masuk ke dalam sel

sedikit dan glukosa dalam darah menjadi meningkat.

Page 24: Tugas Gerontik Dm Pada Lansia Siap Konsul

Tanda dan gejala diabetes mellitus antara lain Keluhan yang

sering muncul adalah adanya gangguan penglihatan karena katarak, rasa

kesemutan pada tungkai serta kelemahan otot (neuropati perifer) dan

luka pada tungkai yang sukar sembuh dengan pengobatan lazim.

Pemeriksaan penunjang diabetes mellitus Glukosa darah sewaktu,

kadar glukosa darah puasa, tes toleransi glukosa

Komplikasi diabetes mellitus antara lain Retinopati diabetic,

neuropati, nefropati diabetic, displidemia, hipertensi, kaki diabetic,

hipoglikemia

Penatalaksanaan diabetes mellitus antara lain diet, latihan, terapi

(jika diperlukan), dan pemantauan

Diagnosa yang dapat diambil :

a. Resiko tinggi gangguan nutrisi : kurang dari kebutuhan berhubungan

dengan penurunan masukan oral, anoreksia, mual, peningkatan

metabolisme protein, lemak.

b. Kekurangan volume cairan berhubungan dengan diuresis osmotik.

c. Gangguan integritas kulit berhubungan dengan perubahan status

metabolik (neuropati perifer).

d. Resiko terjadi injury berhubungan dengan penurunan fungsi

penglihatan

B. Saran

1. Dengan mengetahui asuahan keperawatan pada penderita diabetes

melitus pada lansia kita dapat melakukan pencegahan agar penyakit

yang timbul tidak menuju keparahan

2. Pada pasien DM pada lansia kita harus mewaspadai adanya

perubahan fungsi fisiologis maupun psikologisnya untuk

mengantisipasi komplikasi maupun kegawat daruratan pada penderita

DM seperti hipoglikemi maupun respon stres yang timbul pada lansia

tersebut.

Page 25: Tugas Gerontik Dm Pada Lansia Siap Konsul

DAFTAR PUSTAKA

Anonim. 2010. Mengenal Diabetes Melitus. http: // diabetesmellituscenter. Wordpress .com /2010 /01/ 09/mengenal -diabetes-mellitus/ diakses tanggal 15 Mei 2012

Budhiarta, AAG, dkk. 2006. Konsensus Pengelolaan dan Pencegahan Diabetes Melitus

Tipe 2 di Indonesia. http://www.kedokteran.info/ downloads/Konsensus

%20Pengelolaaln %20dan%20Pencegahan%20Diabets% 20Melitus%20Tipe

%202%20di%20Indonesia%202006.PDF diakses tanggal 16 Mei 2012

Carpenito, Lynda Juall. 1997. Buku Saku Diagnosa Keperawatan edisi 6 alih bahasa

YasminAsih, Jakarta : EGC,

Doenges, Marilyn E. 1999. Rencana Asuhan Keperawatan Pedoman untuk

Perencanaan dan Pendokumentasian Perawatan Pasien edisi 3 alih bahasa I

Made Kariasa, Ni Made Sumarwati, Jakarta : EGC,

Luecknote, Annette Geisler. 1997. Pengkajian Gerontologi alih bahasa Aniek

Maryunani, Jakarta:EGC.

Mansjoer, Arif, dkk. 2001. Kapita Selekta Kedokteran Jilid 1edisi 3. Jakarja : Media

Aesculaius

Miharja. 2008. Diabetes Melitus. http://drmiharja.wordpress.com/2008/09/27/diabetes-

melitus/ diakses tanggal 17 Mei 2012

Smeltzer, Suzanne C, Brenda G bare. 2002. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah

Brunner & Suddarth Edisi 8 Vol 2 alih bahasa H. Y. Kuncara, Andry Hartono,

Monica Ester, Yasmin asih, Jakarta : EGC

Susanto, Arief. 2009. Tahun 2030 Prevalensi Diabetes Melitus Di Indonesia Mencapai 21,3 Juta Orang http://wahyuandre.blogspot.com/2009/11/tahun-2030-prevalensi-diabetes-melitus.html diakses tanggal 15 Mei 2012.