tugas geologi yogyakarta

30
Terbatasnya lahan di kota Yogyakarta yang sudah penuh dengan pemukiman, tidak memungkin adanya lokasi TPA. Wilayah Kabupaten Sleman yang masih memiliki hutan merupakan daerah ” Recharge Area ” untuk menangkap air sebagai supply kawasan dibawahnya, sehingga tidak memungkinkan adanya lokasi TPA. Wilayah kabupen Bantul masih mempunyai lahan terbuka yang cukup luas, dengan kepadatan penduduk kecil dibandingkan dengan Kabupaten Sleman dan Kota Yogyakarta, maka dipilihlah Kabupaten Bantul sebagai lokasi TPA. ( Drs. Gendut, B.Sc,MA, Ketua Sekber Kartamantul ). Info Sekilas – Manajemen operasional – pengelolaan buangan cair tempat pemotongan ayam Pasar Terban Yogyakarta.

Upload: sabotaseboy

Post on 30-Jun-2015

343 views

Category:

Documents


16 download

TRANSCRIPT

Page 1: Tugas Geologi yogyakarta

Terbatasnya lahan di kota Yogyakarta yang sudah penuh dengan pemukiman, tidak memungkin adanya lokasi TPA. Wilayah Kabupaten Sleman yang masih memiliki hutan merupakan daerah ” Recharge Area ” untuk menangkap air sebagai supply kawasan dibawahnya, sehingga tidak memungkinkan adanya lokasi TPA. Wilayah kabupen Bantul masih mempunyai lahan terbuka yang cukup luas, dengan kepadatan penduduk kecil dibandingkan dengan Kabupaten Sleman dan Kota Yogyakarta, maka dipilihlah Kabupaten Bantul sebagai lokasi TPA. ( Drs. Gendut, B.Sc,MA, Ketua Sekber Kartamantul ).

 

Info Sekilas – Manajemen operasional – pengelolaan buangan cair tempat pemotongan ayam Pasar Terban Yogyakarta.

Page 2: Tugas Geologi yogyakarta

DAFTAR ISI…….

BAB I. PENDAHULUAN

I.I Latar Belakang I.II Pembatasan Masalah I.III Maksud dan Tujuan Penelitian I.IV Metodologi Penelitian

Page 3: Tugas Geologi yogyakarta

BAB II. LANDASAN TEORI

I. ANALISIS REGIONAL II. PARAMETER GEOLOGI LINGKUNGAN III. Bagan Alir Proses Pemilihan Lokasi TPA Sampah

BAB III. ANALISA DATA

I. Topografi TPA Piyungan II. Geologi Penelitian III. Hidrologi Daerah Penelitian IV. Sistem Saluran Pembuangan AirV. Indikasi Tercemarnya Air Bawah Tanah

BAN IV. KESIMPULAN DAN SARAN

LAMPIRAN

BAB I PENDAHULUAN

I. Latar Belakang

Sampah pada dasarnya merupakan suatu bahan yang terbuang atau dibuang dari suatu sumber hasil aktivitas manusia maupun proses-proses alam yang tidak mempunyai nilai ekonomi, bahkan dapat mempunyai nilai ekonomi yang negatif karena dalam penanganannya baik untuk membuang atau membersihkannya memerlukan biaya yang cukup besar.Sampah dan pengelolaannya kini menjadi masalah yang kian mendesak di kota-kota di Indonesia, sebab apabila tidak dilakukan penanganan yang baik akan mengakibatkan terjadinya perubahan keseimbangan lingkungan yang merugikan atau tidak diharapkan sehingga dapat mencemari lingkungan baik terhadap tanah, air dan udara. Oleh karena itu untuk mengatasi masalah pencemaran tersebut diperlukan penanganan dan pengendalian terhadap sampah. Penanganan dan pengendalian akan menjadi semakin kompleks dan rumit dengan semakin kompleksnya jenis maupun komposisi dari sampah sejalan dengan semakin majunya kebudayaan. Oleh karena itu penanganan sampah di perkotaan relatif lebih sulit dibanding sampah di desa-desa. Masalah yang sering muncul dalam penanganan sampah kota adalah masalah biaya operasional yang tinggi dan semakin sulitnya ruang yang pantas untuk pembuangan. Sebagai akibat biaya operasional yang tinggi, kebanyakan kota-kota di Indonesia hanya mampu

Page 4: Tugas Geologi yogyakarta

mengumpulkan dan membuang 60% dari seluruh produksi sampahnya. Dari 60% ini, sebagian besar ditangani dan dibuang dengan cara yang tidak saniter, boros dan mencemari (Daniel et al., 1985).Bagi kota – kota besar dengan semakin susahnya mencari lahan yang memadai sebagai lokasi Tempat Pembuangan Akhir ( TPA ), mengharuskan beberapa kabupaten/kota melakukan kerjasama dalam pengelolaan TPA. TPA Piyungan merupakan contoh dari bentuk kerjasama ini. TPA Piyungan merupakan kerjasama antara Pemerintah Kabupaten Bantul, Pemerintah Kabupaten Sleman ,dan Pemerintah Kota Yogyakarta.Terbatasnya lahan di kota Yogyakarta yang sudah penuh dengan pemukiman, tidak memungkin adanya lokasi TPA. Wilayah Kabupaten Sleman yang masih memiliki hutan merupakan daerah ” Recharge Area ” untuk menangkap air sebagai supply kawasan dibawahnya, sehingga tidak memungkinkan adanya lokasi TPA. Wilayah kabupen Bantul masih mempunyai lahan terbuka yang cukup luas, dengan kepadatan penduduk kecil dibandingkan dengan Kabupaten Sleman dan Kota Yogyakarta, maka dipilihlah Kabupaten Bantul sebagai lokasi TPA. ( Drs. Gendut, B.Sc,MA, Ketua Sekber Kartamantul ).

II. Pembatasan MasalahPada penelitian ini masalah hanya di batasi aspek geologi lingkungan pada TPA Piyungan terutama air tanah, yang merupakan salah satu parameter penting dari parameter geologi lingkungan dalam penentuan lokasi TPA. Peneltian ini akan menelusuri indikasi terjadinya pencemaran air tanah di TPA Piyungan.

III. Maksud dan Tujuan PenelitianMaksud dari penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah lokasi TPA Piyungan sudah sesuai dengan parameter geologi lingkungan.

IV. Metodologi PenelitianMetode penelitian menggunakan metode studi literatur dan data sekunder.

BAB IILANDASAN TEORI

Penempatan limbah domestik atau sampah perkotaan seringkali menimbulkan masalah lingkungan, terutama pada kota-kota yang cepat berkembang. Karena terbatasnya lahan yang layak untuk lokasi pembuangan sampah yang ada di sekitar perkotaan tersebut

Page 5: Tugas Geologi yogyakarta

menyebabkan dampak negatip terhadap lingkungan. Pencemaran air tanah akibat Menyusupnya ‘leachate’ inerupakan salah satu dampak negalif dari kesalahan dalam menentukan lokasi pembuangan sampah. Untuk menghindari pencemaran lingkungan oleh buangan sanipah, lokasi pembuangan sebaiknya diitempatkan pada kondisi geologi yang sesuai. Dalam lokasi yang sesuai tersebut maka pencemaran dapat dikurangi.Analisis kelayakan regional lokasi tempat pembuangan akhir sampah (TPA) didasarkan pada sudut pandang geologi lingkungan yang merupakan tahapan seleksi awal terbaik dalam perencanaan lokasi pembuangan sampah. Peta kelayakan regional akan memberikan gamba ran tentang wilayah yang secara geologi lingkungan baik dan tepat untuk lokasi pembuangan sampah. Pada dasarnya analisis kelayakan regional akan menghasilkan empat zona kelayakan, yakni, zona tinggi, zona sedang, zona rendah dan zona tidak layak.Bersamaan dengan perkembangan kota dan pertambahan kegiatan penduduk maka beberapa kota berpeluang untuk mengalami masalah lingkungan khususnya dampak pembuangan sampah perkotaan. Masalah lingkungan akibat suatu pembuangan sampah dapat berupa pencemaran air tanah dan air permukaan. pencemaran udara dan gangguan estetika.Dalam beberapa tahun terakhir ini. kota-kota besar maupun kecil di Indonesia menghadapi masalah tempat pembuangan sampah yang tidak sedikit menimbulkan masalah lingkungan. Hal ini terjadi antara lain karena belum tersedianya data yang memadai mengenai lokasi yang sesuai untuk Tempat Pembuangan Sampah Akhir (TPA).Dalam rentang waktu yang tidak lama masalah TPA sering muncul menjadi pemberitaan media masa. Seperti halnya protes masyarakat sekitar TPA Sukamiskin Bandung, karena telah terjadi pencemaran terhadap sumur-sumur mereka, sehingga Pemda Kota Bandung perlu memberikan biaya konpensasi. Masalah lingkungan di TPA Bantar Gebang Bekasi, yang berakhir dengan penghentian pembuangan. Penghentian pembangunan TPA Cikadu Pelabuhan Ratu Sukabumi. karena berada pada lokasi yang tidak stabil. Bahkan kota Surabaya saat ini sedang menghadapi permasalahan lokasi TPA. Dan banyak lagi berita-berita mengenai permasalahan lokasi TPA di beberapa daerah lain.Dan kejadian-kejadian di atas masalah utamanya adalah karena kurang tepat dalam pemilihan lokasi TPA disamping tata cara pengelolaan operasional yang tidak berjalan dengan baik. Lokasi TPA perlu memenuhi persyaratan teknis, ekonomis dan berwawasan lingkungan. Departemen Pekerjaan Umum telah menerbitkan tata cara pemilihan lokasi TPA (SKSNI-7-11-1991-03). Salah satu yang menjadi persyaratan dalam standar tersebut adalah perlunya analisis kondisi geologi tata lingkungan. Kondisi geologi tata lingkungan yang layak akan memungkinkan terjadinya proses-

Page 6: Tugas Geologi yogyakarta

proses pelemahan dan menjamin stabilitas lahan. Dengan memenuhm persyaratan tersebut diharapkan pencemaran lingkungan yang mungkin terjadi dapat dibatasi atau diperkecil.Dalam pemilihan lokasi TPA, parameter yang dipertimbangkan dalam penilalan kelayakan lahan mencakup aspek geologi tata lingkungan sebagai parameter kelayakan fisik. Sedangkan parameter lainnya (non-fisik) merupakan pembatas yang dinyatakan sebagai daerah-daerah tidak layak, seperti pemukiman, kawasan lindung dan infrastruktur penting. Berdasarkan hal tersebut di atas, maka Direktorat Tata Lingkungan Geologi dan Kawasan Pertambangan (DTLGKP) telah mengembangkan metoda analisis kelayakan regional TPA berdasarkan parameter geologi lingkungan.

I ANALISIS REGIONALAnalisis regional merupakan cara yang dianggap relatif mudah, cepat, dan murah dalam menilai kelayakan suatu daerah untuk digunakan sebagai TPA sampah. Sebagian besar data yang diperlukan dapat berasal dari data sekunder sedangkan sebagian lainnya harus diperoleh di lapangan (primer).Dalam analisis regional. parameter yang dipertimbangkan dalam penilaian kelayakan lahan TPA sampah mencakup parameter geologi (Tabel 1). Beberapa parameter diberi nilai kelas sesuai dengan tingkat kelayakannya dan diberi nilai kepentingannya dan kemudian diberi pembobotan. Penentuan nilai kelas dan nilai kepentingan ini merupakan penggabungan dari beberapa acuan yang ada, diantaranya Standard Tata Cara Pemilihan Lokasi Tempat Pembuangan Akhir Sampah (SKSNI-7- 11-1991-03) yang dikeluarkan oleh Departemen Pekerjaan Umum. Parameter lainnya merupakan pembatas atau buffer yang dinyatakan sebagai daerah tidak layak. Setiap parameter ditampilkan dalam peta tematik digital. Peta-peta tematik ini kemudian digabungkan dengan menggunakan perangkat Iunak Sistem Informasi Geografis Map Info atau Arc Info. Nilai bobot kemudian dijumlahkan. Dan rentang jumlah bobot kemudian ditentukan tingkat kelayakannya yaitu layak tinggi, layak sedang, dan layak rendah.Jika daerah dengan tingkat kelayakan lebih tinggi luasnya terlalu kecil (kurang dari 5 ha) maka daerah ini dihilangkan dan digabung dengan di sekitarnya yang tingkat kelayakannya lebih rendah. Sebaliknya terdapat daerah dengan tingkat kelayakan lebih rendah dan luasnya terlalu kecil (kurang dari 10 ha) terdapat didalam daerah tingkat kelayakannya lebih tinggi maka daerah ini diperluas menjadi 20 ha.

II PARAMETER GEOLOGI LINGKUNGAN– BatuanJenis batuan sangat berperan dalam mencegah atau mengurangi

Page 7: Tugas Geologi yogyakarta

pencemaran air tanah dan air permukaan secara alami yang berasal dari leachate (air lindi). Tingkat peredaman sangat tergantung pada attenuation capacity (kemampuan peredaman) dari batuan. Attenuation capacity mencakup permeabilitas, daya filtrasi. pertukaran ion, absorbsi. dan lain-lain.Material batuan berbutir halus seperti batu lempung dan napal mempunyai daya peredaman yang lebih tinggi jika dibandingkan dengan material besar atau kristalin. Batuan yang telah padu umumnya juga mempunyai daya peredaman yang lebih tinggi jika dibandingkan dengan batuan yang sifatnya masih lepas. Batu gamping dianggap tidak layak untuk menjadi TPA sampah karena batuan ini umumnya berongga.– Muka air tanahKedudukan muka air tanah merupakan parameter penting. Semakin dangkal muka air tanah, semakin mudah pencemaran terjadi. Daerah dengan kedalaman muka air tanah kurang dan 3 meter dianggap tidak Iayak untuk menjadi TPA sampah– Kemiringan LerengKemiringan lereng berkaitan erat dengan kemudahan pekerjaan konstruksi dan operasional TPA sampah. Semakin terjal suatu daerah semakin sulit pekerjaan konstruksi dan pengoperasiannya. Daerah dengan kemiringan lereng lebih dan 20 % dianggap tidak layak untuk menjadi TPA sampah.– Curah hujanBesarnya curah hujan berkaitan dengan tingkat kesulitan penyediaan sarana TPA sampah yaitu parit pembuang air larian. kolam pengumpul leachate dan oksidasi. Semakin tinggi curah hujan semakin tinggi pula tingkat kesulitannya– Jarak terhadap sungaiJarak TPA sampah terhadap sungai ditetapkan 150 meter sebagai buffer tidak layak. Buffer ini berfungsi sebagi sempadan untuk pengelolaan sungai. Sungai yang diberi adalah sungai permanen.– Jarak terhadap patahan (sesar)Jarak terhadap patahan ditetapkan 100 meter sebagai buffer tidak Iayak. Buffer TPA sampah berfungsi untuk mencegah terjadinya pengaruh patahan terhadap konstruksi TPA sampah karena zona patahan merupakan zona lemah sehingga tidak stabil jika terimbas rombakan gelombang gempa. Tidak dibedakan antara patahan aktif dan tidak aktif.– Kerentanan terhadap gerakan tanahDaerah yang rentan terhadap gerakan tanah merupakan daerah yang tidak layak bagi lokasi TPA, karena akan menimbulkan bencana baik terhadap infrastrukturnya sendiri maupun memicu terjadinya penyebaran pencemaran– Erupsi gunung api

Page 8: Tugas Geologi yogyakarta

Daerah bahaya erupsi gunung api dianggap tidak layak menjadi TPA sampah karena erupsi gunung api akan membahayakan operasinya– BanjirDaerah berbakat banjir atau rawan bajir dianggap tidak layak menjadi TPA sampah karena banjir dapat merusak sarana dan prasarana TPA sampah serta dapat menyebabkan pencemaran. Daerah yang layak untuk TPA sampah harus terbebas dari banjir 25 tahunan– Jarak terhadap garis pantaiJarak TPA sampah terhadap garis pantai ditetapkan 250 meter sebagai buffer tidak layak. Buffer ini berfungsi sebagai sempadan untuk pengelolaan pantai.– Daerah lindungDaerah lindung seperti hutan lindung, cagar alam, cagar budaya dan sebagainya yang ditetapkan sebagai kawasan lindung oleh peraturan perundangundangan dinyatakan sebagai daerah yang tidak layak untuk menjadi TPA sampah.– Jarak terhadap pemukimanJarak TPA sampah terhadap pemukiman ditetapkan 300 meter sebagai buffer tidak layak. Buffer ini berfungsi untuk mencegah pencemaran air, gangguan bau, lalat, dan bising yang ditimbulkan dari TPA sampah.– Jarak terhadap jalan rayaJarak TPA sampah terhadap jalan raya ditetapkan 150 meter sebagai buffer tidak layak. Buffer ini berfungsi sebagai daerah penyangga terhadap estetika. jalan yang diberi buffer adalah jalan utama.– Jarak terhadap bandara

Jarak TPA sampah terhadap bandara ditetapkan 3000 meter sebagai

Page 9: Tugas Geologi yogyakarta

buffer tidak Iayak. Buffer ini berfungsi sebagai pencegah gangguan asap yang berasal dari TPA sampah terhadap keselamatan penerbangan

III. Bagan Alir Proses Pemilihan Lokasi TPA Sampah

Kriteria Satuan Kelas Parameter dan Pembobotan

Page 10: Tugas Geologi yogyakarta

ANILISIS TAPAK RINCIAnalisis tapak rinci dilakukan pada beberapa daerah yang direkomendasikan untuk menjadi alternatif TPA sampah baru dan evaluasi TPA yang telah ada. Untuk lokasi usulan dipilih pada lahan dengan kelas layak tinggi atau layak sedang pada peta kelayakan regional dengan memperhatikan parameter tambahan seperti tata guna

Page 11: Tugas Geologi yogyakarta

lahan, aksesibilitas dan lain-lain. Analisis tapak rinci juga dilakukan terhadap beberapa TPA sampah yang masih aktif ataupun yang telah ditinggalkan dengan tujuan untuk menilai tingkat kelayakannya serta memberikan rekomendasi seperlunya.Analisis tapak rinci menggunakan cara yang dikembangkan oleh LeGrand (1980). Cara ini memerlukan informasi antara lain :– Jarak dari sumber pencemar ke titik pemanfaatan sumber air– Kedalaman muka air tanah dari sumber pencemar– Gradien muka air tanah dari sumber pencemar– Permeabilitas dan sorption batuan dasarUntuk memperoleh informasi di atas memerlukan penelitian dan pekerjaan lapangan antara lain :– Pemboran tangan dangkal hingga mencapai kedalaman 10 meter– Peboran teknik hingga kedalaman 30 meter– Pengujian infiltrasi– Analisis mekanika tanah– Analisis kualitas airDirektorat Tata Lingkungan Geologi dan Kawasan Pertambangan dalam beberapa tahun terakhir ini telah banyak melakukan penyelidikan mengenai tingkat kelayakan regional dengan skala 1 : 50.000 (Lampiran Peta). Hal tersebut dilakukan pada beberapa kota di Indonesia dengan menggunakan metode pendekatan seperti yang telah dijelaskan di atas. Hasil penyelidikan menunjukkan bahwa ternyata hanya kira-kira 2% dari luas daerah yang diteliti mempunyai tingkat kelayakan baik untuk TPA, 2% mempunyai tingkat kelayakan sedang, dan 3% mempunyai tingkat kelayakan rendah, sedangkan sisanya (93%) tidak layak untuk TPA. Daerah dengan tingkat kelayakan baik bermakna bahwa TPA dapat dibangun dengan biaya dan rekayasa teknis minimal. Sedangkan daerah dengan tingkat kelayakan rendah bermakna bahwa TPA dapat dibangun dengan biaya dan rekayasa lebih tinggi.Kecilnya luas daerah yang layak untuk TPA mempunyai arti bahwa pemilihan lokasi TPA secara sembarangan dengan tidak memperhatikan pertimbangan parameter geologi lingkungan dan parameter Iainnya sangat berisiko tinggi. Terlebih jika TPA ternyata ditempatkan pada daerah yang tidak layak. Hal ini dapat menyebabkan biaya penanggulangan resiko menjadi lebih tinggi.Tersedianya informasi atau peta kelayakan untuk TPA sangat bermanfaat bagi Pemerintah Kabupaten/Kota dalam perencanaan penataan ruang yang optimum dan berwawasan lingkungan. Biaya penyusunan peta kelayakan tersebut relatif murah jika dibandingkan dengan manfaat atau risiko yang ditimbulkan jika TPA ditempatkan pada daerah yang tidak layak.

Page 12: Tugas Geologi yogyakarta

BAB IIIANALISA DATA

I. LOKASI TPA PIYUNGAN

Lokasi TPA piyungan terdapat di dusun Ngablak, Desa Sitimulyo, Kecamatan Piyungan, Kabupaten Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta. Lokasi tersebut terletak di sebelah tengara dari pusat kota Yogyakarta + 13 km dari akses Jalan Yogya-Wonosari. TPA seluas + 12 hektar ini mulai dioperasionalkan sejak tahun 1996 dan akan digunakan untuk 15 tahun dan dikelola oleh Dinas Kebersihan, Keindahan dan Pemakaman (DKP) Yogyakarta. Lahan untuk TPA tersebut dibeli dari perorangan dengan sistem ganti rugi. Lahan TPA ini terletak di lereng pegunungan yang gersang dan lapisan tanahnya mengandung gamping..(Makalah ” Plus Minus Keberadaan TPA Bagi Masyarakat Sekitarnya ( Studi Kasus di TPA Piyungan ), Tien Aminatun,S.Si,M.Si., dosen Jurdik Biologi FMIPA UNY Yogyakarta, 14 Januari 2003 ).Hingga tahun 1994, belum ada tempat pembuangan akhir yang aman ditinjau dari segi lingkungan : tempat-tempat resmi yang ada belum dilengkapi dengan langkah-langkah untuk melindungi lingkungan dan lokasinya kurang tepat, yaitu di tepi sungai atau dekat dengan pemukiman penduduk.Tujuan dari TPA tersebut adalah untuk menyediakan tempat pembuangan akhir yang aman ditinjau dari segi lingkungan usia pakai sekitar 15 tahun.Hal ini dapat dicapai dengan :o Memilih lokasi yang baik : yaitu jauh dari permukiman, di daerah yang relatif tidak menimbulkan pencemaran terhadap tanah, air tanah dan air permukaan.o Memasukkan langkah-langkah untuk melindungi lingkungan dalam desain tempat pembuangan akhir tersebut.TPA Piyungan adalah TPA pertama yang menggunakan sistem controlled landfill untuk daerah perkotaan Yogyakarta. Daerah perkotaan tersebut meliputi Kotamadya Yogyakarta dan Kabupaten Sleman bagian srlatan dan Kabupaten Bantul bagian utara yang masuk wilayah perkotaan.Penimbunan sampah dilakukan dengan metode sanitary landfill, yaitu :1. Setelah timbunan sampah mencapai 2 – 3 meter, sampah diratakan dengan alat berat.2. Sampah ditimbun dengan tanah setebal kurang lebih 5 meter dan disiapkan untuk ditimbun dengan timbunan sampah berikutnya.3. Kemiringan timbunan sampah maksimal 20 – 300.4. Sampah dipadatkan dengan alat berat 3 – 4 kali.

Page 13: Tugas Geologi yogyakarta

Untuk pembuangan gas yang terbentuk dari degradasi bahan organik di TPA, disediakan sistem ventilasi gas. Di dalam ventilasi tersebut dipasang pipa PVC berlubang ( diameter 100 mm ) untuk menampung gas yang diproduksi di dalam TPA. Gas tersebut keluar melalui ventilasi gas dan dibuang ke udara.

II. Geologi Daerah PenelitianMorfologi daerah penelitian menurut Saputra (2001) dapat dibagi menjadi 3 satuan yaitu morfolohi perbukitan, lembah antar bukit dan dataran tersusun oleh kelompok batuan tersier yang mempunyai arah kemiringan lapisan umum Tenggara-Selatan, terdiri atas satuan batupasir-batulempung tufan, satuan breksio andesit dan satuan breksi batu apung dan kelompok batuan Kuarter yang terdiri dari satuan endapan pasir lempungan alluvial, satuan endapan pasir lempungan fluvial Kali Opak.

III. Hidrogeologi Daerah PenelitianKedalaman muka air tanah yang diukur pada tahun 2000 adalah sebesar + 5-8 m, terdapat pada daerah perbukitan dan dataran undak Kali Opak, sedang pada morfologi lembah dan dataran aluvium sebesar + 1-4 m. Air tanah yang berasal dari lembah lokasi tapak TPA Piyungan mengalir ke arah Utara-Barat laut mengikuti kemiringan topografi dan searah aliran su ngai yang menuju ke Sungai Opak.Sistem akifer di TPA Piyungan merupakan sistem akifer bebas yang tersusun atas batupasir-batulempung tufan, dengan air tanah mengalir melalui ruang antar butir batuan dan melalui zone-zone retakan dan akuifer yang tersusun atas butir, dengan tebal antara 5-15 m dan arah aliran air tanah mengalir dari TPA Piyungan menuju arah Utara-Baratlaut ke areal pemukiman di Dusun Banyakan.

IV. Sistem Saluran Pembuangan AirDi lokasi TPA Piyungan terdapat dua sistem saluran pembuangan air yang terdiri dari :

Page 14: Tugas Geologi yogyakarta

1. Air leachet, disalurkan dari dalam tanah dengan menggunakan pipa sedalam kurang lebih 3,00 m dan ditampung dalam klam penampungan sebanyak 4 buah, dengan luas masing – masing 100 m2.2. Air hujan, disalurkan dengan membuat saluran selokan dipinggir timbunan sampah dengan diameter 1,5 m, kedalaman 2,00 m dan panjang 300 m, yang kemudian masuk ke dalam aliran Sungai Opak.

V. Indikasi Tercemarnya Air TanahDari proses pembusukan/dekomposisi sampah akan dihasilkan cairan sampah berbahaya yang terjadi akibat interaksi antara air infiltrasi dengan timbunan sampah padat yang sering disebut sebagai air lindi/leachet.Berdasarkan penambahan volume sampah dari tahun ke tahun (berdasarkan data Sekber Kartomantul ,volume sampah yang terangkut dan dibuang ke TPA Piyungan 300 – 400 ton per hari, dari tahun 2001 – 2006 ), maka konsentrasi ion – ion pencemar yang terlarut di dalam leachate bertambah meningkat pula, salah satunya adalah ion khlorida yang dapat dipakai sebagai indikator pencemaran. Dari hasil analisis laboratorium dan data sebelumnya terjadi peningkatan konsentrasi ion colorida yaitu tahun 1995 = 34 mg/l ( Dinas PU Propinsi DIY);tahun 1999 (Hapsari) = 989,48 mg/l ; tahun 2000 ( Tamanua ) = 2.200 mg/l; tahun 2001 ( Putra ) = 1.960,2 mg/l. Bulan Agustus tahun 2002 (Mitahussalam dan Sudarsono) = 2.300 mg/l dan bulan Nopember 2002 = 2.302 mg/l ( data primer ); berarti telah melampaui ambang batas konsentrasi yang diperbolehkan dalam air limbah sesuai yang ditetapkan oleh Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No. 416/Menkes/Per/IX/1990 yaitu sebesar 250 mg/liter.

VI. TPA Piyungan Ditinjau dari Parameter Geologi Lingkungan.Berdasarkan parameter geologi lingkungan yang dapat kami amati sebagai berikut :1. Lapisan tanah TPA Piyungan mengandung gamping (Makalah ” Plus Minus Keberadaan TPA Bagi Masyarakat Sekitarnya ( Studi Kasus di TPA Piyungan ), Tien Aminatun,S.Si,M.Si., dosen Jurdik Biologi FMIPA UNY Yogyakarta, 14 Januari 2003 ). Batu gamping dianggap tidak layak untuk menjadi TPA sampah karena batuan ini umumnya berongga.2. Muka air tanah, kedalaman muka air tanah yang diukur pada tahun 2000 adalah sebesar + 5-8 m, terdapat pada daerah perbukitan dan dataran undak Kali Opak, sedang pada morfologi lembah dan dataran aluvium sebesar + 1-4 m. Terjadinya fenomena perubahan muka air tanah akibat terjadinya gempa bumi 27 mei 2006 ( Sudarmadji, Kepala Bapeldalda Propinsi DIY ). Daerah dengan kedalamam muka

Page 15: Tugas Geologi yogyakarta

air tanah kurang dari 3 m dianggap tidak layak sebagai lokasi TPA. 3. Pada TPA Piyungan saluran selokan dipinggir timbunan sampah dengan diameter 1,5 m, kedalaman 2,00 m dan panjang 300 m, yang kemudian masuk ke dalam aliran Sungai Opak. Jarak TPA sampah terhadap sungai ditetapkan minimal 150 meter. Berarti TPA Piyungan masih memenuhi ketentuan ini.4. TPA harus jauh dari bahaya erupsi gunung berapi. Lokasi TPA Piyungan jauh dari erupsi gunung berapi, dalam hal ini gunung Merapi.5. TPA harus berada di lokasi yang bebas banjir. Lokasi TPA Piyungan yang berada di lereng gunung, merupakan daerah yang bebas banjir.6. Jarak terhadap garis pantai, jarak TPA sampah terhadap garis pantai ditetapkan 250 meter sebagai buffer tidak layak. Buffer ini berfungsi sebagai sempadan untuk pengelolaan pantai. Jarak TPA Piyungan sangat jauh dari pantai.7. Daerah lindung, daerah lindung seperti hutan lindung, cagar alam, cagar budaya dan sebagainya yang ditetapkan sebagai kawasan lindung oleh peraturan perundangundangan dinyatakan sebagai daerah yang tidak layak untuk menjadi TPA sampah. TPA Piyungan tidak berada di daerah lindung seperti cagar alam,cagar budaza, hutan lindung dan sebagainya.8. Jarak TPA sampah terhadap jalan raya ditetapkan minimal 150 meter. TPA Piyungan berada lebih dari 150 meter dari jalan raya utama.9. Jarak TPA sampah terhadap bandara ditetapkan minimal 3000 meter. Lokasi TPA Piyungan sangat jauh dari Bandara adi Sucipto Yogyakarta.

LAY-OUT TPA PIYUNGAN

Page 16: Tugas Geologi yogyakarta
Page 17: Tugas Geologi yogyakarta
Page 18: Tugas Geologi yogyakarta
Page 19: Tugas Geologi yogyakarta

LAY-OUT SISTEM LIMPASAN AIR HUJANTPA PIYUNGAN

Page 20: Tugas Geologi yogyakarta

LAY-OUT SISTEM DRAINASE TPA PIYUNGAN

Page 21: Tugas Geologi yogyakarta

LAY-OUT TAHAPAN PEMBANGUNANTPA PIYUNGAN

Page 22: Tugas Geologi yogyakarta

4. Berdasarkan data – data yang kami dapat bahwa pada beberapa parameter, TPA Piyungan masih cukup layak ditinjau dari aspek geologi lingkungan namun pada beberapa parameter lainnya TPA Piyungan tidak memenuhi syarat dari aspek geologi lingkungan yang ditentukan.5. Telah terjadi peningkatan ion khlorida dari tahun ke tahun, dari 34 mg/l ( tahun 1995) menjadi 2.302 mg/l ( tahun 2002) yang merupakan indikasi terjadinya pencemaran air tanah di lokasi TPA Piyungan, peningkatan tersebut telah melampaui ambang batas konsentrasi yang diperbolehkan dalam air limbah sesuai yang ditetapkan oleh Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 416/Menkes/Per/1990 yaitu sebesar 250 mg/liter.

Saran :1. Dalam pelaksanaan Otonomi Daerah, Pemerintah Kabupaten/Kota sudah saatnya membuat peta kelayakan TPA di wilayahnya masing-masing mengingat hal ini akan menjadi kewenangan Pemerintah Kabupaten/Kota. Saat ini Direktorat Tata Lingkungan Geologi dan Kawasan Pertambangan telah memiliki sistem data base informasi geologi tata lingkungnan yang dapat pula dimanfaatkan oleh Pemerintah Kabupaten/Kota dalam penyusunan peta kelayakan TPA

Page 23: Tugas Geologi yogyakarta

di wilayahnya.2. Diakibatkan gempa 27 Mei 2006, dikhawatirkan adanya kerusakan pada lapisan beton yang merupakan lapisan kedap air yang menutupi tanah dasar TPA serta kemungkinan juga terjadinya kerusakan pada pipa-pipa penyalur leachet menuju tempat penampungan yang berada sekitar 3,00 m di dalam tanah , yang perlu diadakan perbaikan.3. Untuk perluasan daerah TPA Piyungan, mengingat tanah pada lokasi tersebut merupakan tanah gamping, maka pada lapisan dasar perlu dilapisi oleh lapisan yang kedap dan sistem pembuangan leachete yang baik.4. Perlu dibuat bak penampung pengolahan leachete yang layak/memenuhi syarat baku mutu limbah cair sebelum dibuang ke badan sungai/perairan bebas.5. Perlu diteliti sampai pada jarak berapa leachate sudah mencemari air tanah.

DAFTAR PUSTAKA

1. 2003,” Manual Operasional TPA Piyungan Yogyakarta”, Dinas Pekerjaan UmumPropinsi Daerah Istimewa Yogyakarta.2. Ir. Dwi Indah Purnamawati.M.Si dan Ir. Titin Isna Oesman,MM, 2003,”Peningkatan Ion Khlorida Dalam Leachete Sebagai Indikasi Terjadinya Pencemaran Air Tanah Di TPA Piyungan Bantul Yogyakarta,” Institut Sains dan Teknologi AKPRIND Yogyakarta.3. Tien Aminatun, S.Si,M.Si, 2003,” Plus Minus Keberadaan TPA Bagi Masyarakat Di Sekitarnya ( Studi Kasus di TPA Piyungan, Yogyakarta )”, FMIPA UNY Yogyakarta.4. Drs. Gendut Sudarto,B.Sc,MMA, 2007, ” Kerjasama Pengelolaan Persampahan KARTAMANTUL”,Sekretariat Bersama Kartamantul.

LAMPIRANKONDISI TPA PIYUNGAN