tugas gawat darurat 1
DESCRIPTION
asdTRANSCRIPT
perdarahan pencernaan
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang
Pertolongan penderita gawat darurat dapat terjadi dimana saja baik di dalam rumah
sakit maupun di luar rumah sakit, dalam penanganannya melibatkan tenaga medis maupun
non medis termasuk masyarakat awam. Pada pertolongan pertama yang cepat dan tepat akan
menyebabkan pasien/korban dapat tetap bertahan hidup untuk mendapatkan pertolongan yang
lebih lanjut.
Adapun yang disebut sebagai penderita gawat darurat adalah penderita yang
memerlukan pertolongan segera karena berada dalam keadaan yang mengancam nyawa,
sehingga memerlukan suatu pertolongan yang cepat, tepat, cermat untuk mencegah kematian
maupun kecacatan. Untuk memudahkan dalam pemberian pertolongan korban harus
diklasifikasikan termasuk dalam kasus gawat darurat, darurat tidak gawat, tidak gawat tidak
darurat dan meninggal.
Salah satu kasus gawat darurat yang memerlukan tindakan segera dimana pasien berada
dalam ancaman kematian karena adanya gangguan hemodinamik adalah trauma abdomen di
mana secara anatomi organ-organ yang berada di rongga abdomen adalah organ-organ
pencernaan. Selain trauma abdomen kasus-kasus kegawatdaruratan pada system pencernaan
salah satunya perdarahan saluran cerna baik saluran cerna bagian atas ataupun saluran cerna
bagian bawah bila hal ini dibiarkan tentu akan berakibat fatal bagi korban atau pasien bahkan
bisa menimbulkan kematian. Oleh karena itu kita perlu memahami penanganan
kegawatdaruratan pada system pencernaan secara cepat,cermat dan tepat sehingga hal-hal
tersebut dapat kita hindari.
1.2 TUJUAN PENULISAN
1.1.1 TUJUAN UMUM
Untuk dapat memahami tentang Askep Gawat Darurat Pada Perdarahan Saluran Pencernaan
1.1.2 TUJUAN KHUSUS
1.1.2.1 Mahasiswa dapat menjelaskan dengan tepat dan benar tentang definisi perdarahan saluran
pencernaan
1.1.2.2 Mahasiswa dapat menjelaskan dengan tepat dan benar tentang anatomi sistem pencernaan
1.1.2.3 Mahasiswa dapat menjelaskan dengan tepat dan benar tentang etiologi perdarahan saluran
pencernaan
1.1.2.4 Mahasiswa dapat menjelaskan dengan tepat dan benar tentang manifestasi perdarahan
saluran pencernaan
1.1.2.5 Mahasiswa dapat menjelaskan dengan tepat dan benar tentang diagnosa perdarahan saluran
pencernaan
1.1.2.6 Mahasiswa dapat menjelaskan dengan tepat dan benar tentang pengobatan perdarahan
saluran pencernaan
1.3 METODE PENULISAN
1.3.1 METODE PENULISAN.
Didalam pembuatan makalah ini, penulis menggunakan metode deskripsi.
1.3.2 TEKHNIK PENULISAN.
1.3.2.1 METODE OBSERVASI
Yaitu bentuknya langsung yang diajukan pada narasumber terhadap permasalahan yang akan
di bahas
1.3.2.2 METODE PERPUSTAKAAN
Yaitu diambil dari buku :
1.4 SISTEMATIKA PENULISAN
Adapun sistematika penulisan Makalah Asuhan Keperawatan ini terdiri dari 3 bab, yang
mana dari perbab dan isi dalam bab tersebut diuraikan sebagai berikut:
BAB I : PENDAHULUAN
Bab yang memberikan gambaran awal dari Makalah Asuhan Keperawatan yang berisikan:
latar belakang, tujuan, metode penulisan, sistematika penulisan
BAB II : TINJAUAN TEORITIS
Teori-teori tentang tugas keluarga dalam tahap perkembangan yang meliputi : Konsep
Medis : Definisi, Anatomi dan fisiologi, Etiologi, fatofisiologi, klasifikasi, komplikasi,
pemeriksaan penunjang, penatalaksanaan, Konsep Keperawatan : Pengkajian, Diagnosa ,
Intervensi.
BAB III : PENUTUP
Berisikan kesimpulan dan saran
BAB II
TINJAUAN TEORITIS
2.1 Definisi
Perdarahan bisa terjadi dimana saja di sepanjang saluran pencernaan, mulai dari mulut
sampai anus. Bisa berupa ditemukannya darah dalam tinja atau muntah darah,tetapi gejala
bisa juga tersembunyi dan hanya bisa diketahui melalui pemeriksaan tertentu.
2.2 Anatomi
Sistem pencernaan atau sistem gastroinstestinal (mulai dari mulut sampai anus) adalah
sistem organ dalam manusia yang berfungsi untuk menerima makanan, mencernanya menjadi
zat-zat gizi dan energi, menyerap zat-zat gizi ke dalam aliran darah serta membuang bagian
makanan yang tidak dapat dicerna atau merupakan sisa proses tersebut dari tubuh.
Saluran pencernaan terdiri dari :
a. Mulut,
b. Tenggorokan (faring),
c. Kerongkongan,
d. Lambung,
e. Usus halus,
f. Usus besar,
g. Rectum, dan
h. Anus.
Sistem pencernaan juga meliputi organ-organ yang terletak diluar saluran pencernaan,
yaitu pankreas, hati dan kandung empedu.
Gambar 1: Sistem Pencernaan
a. Mulut
Merupakan suatu rongga terbuka tempat masuknya makanan dan air pada hewan.
Mulut biasanya terletak di kepala dan umumnya merupakan bagian awal dari sistem
pencernaan lengkap yang berakhir di anus. Mulut merupakan jalan masuk untuk sistem
pencernaan. Bagian dalam dari mulut dilapisi oleh selaput lendir. Pengecapan dirasakan oleh
organ perasa yang terdapat di permukaan lidah. Pengecapan relatif sederhana, terdiri dari
manis, asam, asin dan pahit. Penciuman dirasakan oleh saraf olfaktorius di hidung dan lebih
rumit, terdiri dari berbagai macam bau.
Makanan dipotong-potong oleh gigi depan (incisivus) dan di kunyah oleh gigi
belakang (molar, geraham), menjadi bagian-bagian kecil yang lebih mudah dicerna. Ludah
dari kelenjar ludah akan membungkus bagian-bagian dari makanan tersebut dengan enzim-
enzim pencernaan dan mulai mencernanya. Ludah juga mengandung antibodi dan enzim
(misalnya lisozim), yang memecah protein dan menyerang bakteri secara langsung. Proses
menelan dimulai secara sadar dan berlanjut secara otomatis.
Gbr 2 : Anatomi Mulut
b. Tenggorokan ( Faring)
Merupakan penghubung antara rongga mulut dan kerongkongan. Berasal dari bahasa
yunani yaitu Pharynk. Skema melintang mulut, hidung, faring, dan laring
Gambar 3 :Skema melintang mulut, hidung, faring, dan laring
Didalam lengkung faring terdapat tonsil ( amandel ) yaitu kelenjar limfe yang banyak
mengandung kelenjar limfosit dan merupakan pertahanan terhadap infeksi, disini terletak
bersimpangan antara jalan nafas dan jalan makanan, letaknya dibelakang rongga mulut dan
rongga hidung, didepan ruas tulang belakang Keatas bagian depan berhubungan dengan
rongga hidung, dengan perantaraan lubang bernama koana, keadaan tekak berhubungan
dengan rongga mulut dengan perantaraan lubang yang disebut ismus fausium Tekak terdiri
dari; Bagian superior =bagian yang sangat tinggi dengan hidung, bagian media = bagian yang
sama tinggi dengan mulut dan bagian inferior = bagian yang sama tinggi dengan laring.
Bagian superior disebut nasofaring, pada nasofaring bermuara tuba yang
menghubungkan tekak dengan ruang gendang telinga,Bagian media disebut orofaring,bagian
ini berbatas kedepan sampai diakar lidah bagian inferior disebut laring gofaring yang
menghubungkan orofaring dengan laring
c. Kerongkongan (Esofagus)
Kerongkongan adalah tabung (tube) berotot pada vertebrata yang dilalui sewaktu
makanan mengalir dari bagian mulut ke dalam lambung. Makanan berjalan melalui
kerongkongan dengan menggunakan proses peristaltik. Sering juga disebut esofagus(dari
bahasa Yunani: oeso “membawa”, dan phagus “memakan”). Esofagus bertemu dengan
faring pada ruas ke-6 tulang belakang. Menurut histologi. Esofagus dibagi menjadi tiga
bagian:
Bagian superior (sebagian besar adalah otot rangka)
Bagian tengah (campuran otot rangka dan otot halus)
Serta bagian inferior (terutama terdiri dari otot halus).
Gambar 4 : Anatomi Esofagus
d. Lambung
Merupakan organ otot berongga yang besar dan berbentuk seperti kandang keledai.
Terdiri dari 3 bagian yaitu:
Kardia.
Fundus.
Antrum.
Makanan masuk ke dalam lambung dari kerongkongan melalui otot berbentuk cincin
(sfinter), yang bisa membuka dan menutup. Dalam keadaan normal, sfinter menghalangi
masuknya kembali isi lambung ke dalam kerongkongan. Lambung berfungsi sebagai gudang
makanan, yang berkontraksi secara ritmik untuk mencampur makanan dengan enzim-enzim.
Sel-sel yang melapisi lambung menghasilkan 3 zat penting :
Lendir
Lendir melindungi sel-sel lambung dari kerusakan oleh asam lambung. Setiap kelainan pada
lapisan lendir ini, bisa menyebabkan kerusakan yang mengarah kepada terbentuknya tukak
lambung.
Asam klorida (HCl)
Asam klorida menciptakan suasana yang sangat asam, yang diperlukan oleh pepsin guna
memecah protein. Keasaman lambung yang tinggi juga berperan sebagai penghalang
terhadap infeksi dengan cara membunuh berbagai bakteri.
Prekursor pepsin (enzim yang memecahkan protein)
Gambar 5 : Anatomi Lambung
e. Usus halus (usus kecil)
Usus halus atau usus kecil adalah bagian dari saluran pencernaan yang terletak di antara
lambung dan usus besar. Dinding usus kaya akan pembuluh darah yang mengangkut zat-zat
yang diserap ke hati melalui vena porta. Dinding usus melepaskan lendir (yang melumasi isi
usus) dan air (yang membantu melarutkan pecahan-pecahan makanan yang dicerna). Dinding
usus juga melepaskan sejumlah kecil enzim yang mencerna protein, gula dan lemak. Lapisan
usus halus ; lapisan mukosa ( sebelah dalam ), lapisan otot melingkar ( M sirkuler ), lapisan
otot memanjang ( M Longitidinal ) dan lapisan serosa ( Sebelah Luar ).
Gambar 6 : Anatomi Usus
Usus halus terdiri dari tiga bagian yaitu usus dua belas jari (duodenum), usus kosong
(jejunum), dan usus penyerapan (ileum).
1. Usus dua belas jari (Duodenum)
Usus dua belas jari atau duodenum adalah bagian dari usus halus yang terletak setelah
lambung dan menghubungkannya ke usus kosong (jejunum). Bagian usus dua belas jari
merupakan bagian terpendek dari usus halus, dimulai dari bulbo duodenale dan berakhir di
ligamentum Treitz. Usus dua belas jari merupakan organ retroperitoneal, yang tidak
terbungkus seluruhnya oleh selaput peritoneum. pH usus dua belas jari yang normal berkisar
pada derajat sembilan. Pada usus dua belas jari terdapat dua muara saluran yaitu dari
pankreas dan kantung empedu. Nama duodenum berasal dari bahasa Latin duodenum
digitorum, yang berarti dua belas jari. Lambung melepaskan makanan ke dalam usus dua
belas jari (duodenum), yang merupakan bagian pertama dari usus halus. Makanan masuk ke
dalam duodenum melalui sfingter pilorus dalam jumlah yang bisa di cerna oleh usus halus.
Jika penuh, duodenum akan megirimkan sinyal kepada lambung untuk berhenti mengalirkan
makanan.
2. Usus Kosong (jejenum)
Usus kosong atau jejunum (terkadang sering ditulis yeyunum) adalah bagian kedua dari usus
halus, di antara usus dua belas jari (duodenum) dan usus penyerapan (ileum). Pada manusia
dewasa, panjang seluruh usus halus antara 2-8 meter, 1-2 meter adalah bagian usus kosong.
Usus kosong dan usus penyerapan digantungkan dalam tubuh dengan mesenterium.
Permukaan dalam usus kosong berupa membran mukus dan terdapat jonjot usus (vili), yang
memperluas permukaan dari usus. Secara histologis dapat dibedakan dengan usus dua belas
jari, yakni berkurangnya kelenjar Brunner. Secara hitologis pula dapat dibedakan dengan
usus penyerapan, yakni sedikitnya sel goblet dan plak Peyeri. Sedikit sulit untuk
membedakan usus kosong dan usus penyerapan secara makroskopis.
Jejunum diturunkan dari kata sifat jejune yang berarti “lapar” dalam bahasa Inggris modern.
Arti aslinya berasal dari bahasa Laton, jejunus, yang berarti “kosong”.
3. Usus Penyerapan (illeum)
Usus penyerapan atau ileum adalah bagian terakhir dari usus halus. Pada sistem pencernaan
manusia, ) ini memiliki panjang sekitar 2-4 m dan terletak setelah duodenum dan jejunum,
dan dilanjutkan oleh usus buntu. Ileum memiliki pH antara 7 dan 8 (netral atau sedikit basa)
dan berfungsi menyerap vitamin B12 dan garam-garam empedu.
4. Usus Besar (Kolon)
Usus besar atau kolon dalam anatomi adalah bagian usus antara usus buntu dan rektum.
Fungsi utama organ ini adalah menyerap air dari feses. Usus besar terdiri dari :
Kolon asendens (kanan)
Kolon transversum
Kolon desendens (kiri)
Kolon sigmoid (berhubungan dengan rektum)
Banyaknya bakteri yang terdapat di dalam usus besar berfungsi mencerna beberapa bahan
dan membantu penyerapan zat-zat gizi. Bakteri di dalam usus besar juga berfungsi membuat
zat-zat penting, seperti vitamin K. Bakteri ini penting untuk fungsi normal dari usus.
Beberapa penyakit serta antibiotik bisa menyebabkan gangguan pada bakteri-bakteri didalam
usus besar. Akibatnya terjadi iritasi yang bisa menyebabkan dikeluarkannya lendir dan air,
dan terjadilah diare.
Gambar 10 : Anatomi Usus Besar
5. Usus Buntu (sekum)
Usus buntu atau sekum (Bahasa Latin: caecus, “buta”) dalam istilah anatomi adalah suatu
kantung yang terhubung pada usus penyerapan serta bagian kolon menanjak dari usus besar.
Organ ini ditemukan pada mamalia, burung, dan beberapa jenis reptil. Sebagian besar
herbivora memiliki sekum yang besar, sedangkan karnivora eksklusif memiliki sekum yang
kecil, yang sebagian atau seluruhnya digantikan oleh umbai cacing.
6. Umbai Cacing (Appendix)
Umbai cacing atau apendiks adalah organ tambahan pada usus buntu. Infeksi pada organ ini
disebut apendisitis atau radang umbai cacing. Apendisitis yang parah dapat menyebabkan
apendiks pecah dan membentuk nanah di dalam rongga abdomen atau peritonitis (infeksi
rongga abdomen).
Dalam anatomi manusia, umbai cacing atau dalam bahasa Inggris, vermiform appendix (atau
hanya appendix) adalah hujung buntu tabung yang menyambung dengan caecum.
Umbai cacing terbentuk dari caecum pada tahap embrio. Dalam orang dewasa, Umbai cacing
berukuran sekitar 10 cm tetapi bisa bervariasi dari 2 sampai 20 cm. Walaupun lokasi
apendiks selalu tetap, lokasi ujung umbai cacing bisa berbeda – bisa di retrocaecal atau di
pinggang (pelvis) yang jelas tetap terletak di peritoneum.
Banyak orang percaya umbai cacing tidak berguna dan organ vestigial (sisihan), sebagian
yang lain percaya bahwa apendiks mempunyai fungsi dalam sistem limfatik.
7. Rektum dan anus
Rektum (Bahasa Latin: regere, “meluruskan, mengatur”) adalah sebuah ruangan yang
berawal dari ujung usus besar (setelah kolon sigmoid) dan berakhir di anus. Organ ini
berfungsi sebagai tempat penyimpanan sementara feses. Biasanya rektum ini kosong karena
tinja disimpan di tempat yang lebih tinggi, yaitu pada kolon desendens. Jika kolon desendens
penuh dan tinja masuk ke dalam rektum, maka timbul keinginan untuk buang air besar
(BAB). Mengembangnya dinding rektum karena penumpukan material di dalam rektum akan
memicu sistem saraf yang menimbulkan keinginan untuk melakukan defekasi. Jika defekasi
tidak terjadi, sering kali material akan dikembalikan ke usus besar, di mana penyerapan air
akan kembali dilakukan. Jika defekasi tidak terjadi untuk periode yang lama, konstipasi dan
pengerasan feses akan terjadi.
Orang dewasa dan anak yang lebih tua bisa menahan keinginan ini, tetapi bayi dan anak yang
lebih muda mengalami kekurangan dalam pengendalian otot yang penting untuk menunda
BAB.
Anus merupakan lubang di ujung saluran pencernaan, dimana bahan limbah keluar dari
tubuh. Sebagian anus terbentuk dari permukaan tubuh (kulit) dan sebagian lannya dari usus.
Pembukaan dan penutupan anus diatur oleh otot sphinkter. Feses dibuang dari tubuh melalui
proses defekasi (buang air besar – BAB), yang merupakan fungsi utama anus.
2.3 Etiologi
Penyebab perdarahan pada saluran pencernaan :
1. Kerangkongan
a. Robekan jaringan
Sindroma Mallory-Weiss adalah luka robek (lecet) pada bagian bawah kerongkongan
dan bagian atas lambung selama muntah-muntah atau cegukan yang sangat kuat. Gejala awal
biasanya berupa perdarahan karena pecahnya arteri. Sindroma Mallory-Weiss adalah
penyebab dari 5% perdarahan di saluran pencernaan atas. Diagnosis ditegakkan dengan
melakukan pemeriksaan esofagoskopi atau arteriografi. Luka robek (lecet) tidak dapat
dideteksi dengan foto rontgen biasa.
b. Kanker kerongkongan
Jenis yang paling sering terjadi pada kanker kerongkongan adalah squamous sel
carcinoma dan adenocarcinoma, yang terjadi di dalam sel yang melewati dinding pada
kerongkongan. Kanker ini bisa terjadi dimana saja di dalam kerongkongan dan bisa terlihat
sebagai penyempitan pada kerongkongan (penyempitan), sebuah pembengkakan, daerah flat
yang tidak normal (plaque), atau jaringan yang tidak normal (fistula) di antara kerongkongan
dan saluran pernapasan yang mensuplai ke paru-paru.
2. Lambung
a. Luka kanker atau non-kanker
Tumor jinak di lambung agaknya tidak menimbulkan gejala atau masalah medis. Tetapi
kadang-kadang, beberapa mengalami perdarahan atau berkembang menjadi kanker ganas.
Sekitar 99% kanker lambung adalah adenokarsinoma. Kanker lambung lainnya adalah
leiomiosarkoma (kanker otot polos) dan limfoma.
b. Iritasi (gastritis) karena aspirin atau Helicobacter pylori
Penggunaan aspirin harus dihindari karena dapat memperberat iritasi lambung hingga
menyebabkan perdarahan dilambung.
3. Usus halus
a. Luka usus dua belas jari non-kanker
Hal ini bisa terjadi akibat beberapa penyebab salah satunya adalah adanya infeksi,
trauma dan lain lain.
b. Tumor ganas atau jinak
Tumor adalah semua pertumbuhan jaringan biologis secara abnormal yang terjadi pada
makhluk hidup.
c. Kanker
Usus halus, terutama ileum, adalah bagian yang paling sering terkena tumor karsinoid.
Tumor bisa menyebabkan penyumbatan dan perdarahan ke dalam usus, yang bisa
menimbulkan gejala berupa darah dalam tinja, nyeri kram perut, perut menggelembung dan
muntah.
4. Usus besar
a. Kanker
Kanker usus besar adalah tumbuhnya sel kanker yang ganas di dalam permukaan usus
besar atau rektum. Kebanyakan kanker usus besar berawal dari pertumbuhan sel yang tidak
ganas atau adenoma, yang dalam stadium awal membentuk polip (sel yang tumbuh sangat
cepat).
b. Polip non-kanker
c. Penyakit peradangan usus (penyakit Crohn atau kolitis ulserativa)
Penyakit Crohn (Enteritis Regionalis, Ileitis Granulomatosa, Ileokolitis) adalah
peradangan menahun pada dinding usus. Penyakit ini mengenai seluruh ketebalan dinding
usus. Kebanyakan terjadi pada bagian terendah dari usus halus (ileum) dan usus besar, namun
dapat terjadi pada bagian manapun dari saluran pencernaan, mulai dari mulut sampai anus,
dan bahkan kulit sekitar anus
d. Penyakit divertikulum
Divertikula dalam bahasa latinnya (diverticulum) adalah Penonjolan keluar abnormal
berbentuk katong yang terbentuk dari lapisan usus yang meluas sepanjang defek di lapisan
otot,merupakan penonjolan dari mukosa serta submukosa. Divertikula biasanya merupakan
manifestasi motalitas yang abnormal.Divertikulum dapat terjadi di mana saja sepanjang
saluran gastrointestinal.
e. Pembuluh darah abnormal di dinding usus (angiodisplasia)
Angiodysplasia dari usus besar adalah pembuluh darah membesar dan rapuh dalam
usus besar yang mengakibatkan kerugian kadang-kadang darah dari saluran gastrointestinal
(GI).
5. Rektum
a. Kanker
Kebanyakan kanker menyebabkan perdarahan, tapi biasanya perlahan. Pada kanker
rektum, gejala pertama yang paling sering adalah perdarahan selama buang air besar. Jika
rektum berdarah, bahkan bila penderita diketahui juga menderita wasir atau penyakit
divertikel, juga harus difikirkan kemungkinan terjadinya kanker.
b. Polip non-kanker
Polip adalah pertumbuhan jaringan dari dinding usus yang menonjol ke dalam usus dan
biasanya tidak ganas.
6. Anus
a. Hemoroid
Hemoroid (Wasir) adalah pembengkakan jaringan yang mengandung pembuluh balik
(vena) dan terletak di dinding rektum dan anus. Hemoroid bisa mengalami peradangan,
menyebabkan terbentuknya bekuan darah (trombus), perdarahan atau akan membesar dan
menonjol keluar. Wasir yang tetap berada di anus disebut hemoroid interna (wasir dalam) dan
wasir yang keluar dari anus disebut hemoroid eksterna (wasir luar).
b. Robekan di anus (fisura anus)
Anus Fisura adalah sejenis penyakit yang mana adanya luka/robek bagian dinding
dubur, penyebab utamanya banyak disebabkan oleh terlalu kerasnya kotoran saat BAB,
disertai mengejen dengan kuat. Akibatnya dinding dubur robek, dan kadang2 disertai dengan
tetesan darah segar, juga dapat menyebabkan rasa nyeri/sakit yang berkepanjangan.
2.4 Manifestasi kinis
Gejalanya perdarahan pada saluran pencernaan adalah :
1. Muntah darah (hematemesis)
2. Mengeluarkan tinja yang kehitaman (melena)
3. Mengeluarkan darah dari rektum (hematoskezia)
Tinja yang kehitaman biasanya merupakan akibat dari perdarahan di saluran
pencernaan bagian atas, misalnya lambung atau usus dua belas jari. Warna hitam terjadi
karena darah tercemar oleh asam lambung dan oleh pencernaan kuman selama beberapa jam
sebelum keluar dari tubuh. Sekitar 200 gram darah dapat menghasilkan tinja yang berwarna
kehitaman.
Penderita dengan perdarahan jangka panjang, bisa menunjukkan gejala-gejala anemia,
seperti mudah lelah, terlihat pucat, nyeri dada dan pusing. Jika terdapat gejala-gejala tersebut,
dokter bisa mengetahui adanya penurunan abnormal tekanan darah, pada saat penderita
berdiri setelah sebelumnya berbaring.
Gejala yang menunjukan adanya kehilangan darah yang serius adalah denyut nadi yang
cepat, tekanan darah rendah dan berkurangnya pembentukan air kemih. Tangan dan kaki
penderita juga akan teraba dingin dan basah. Berkurangnya aliran darah ke otak karena
kehilangan darah, bisa menyebabkan bingung, disorientasi, rasa mengantuk dan bahkan syok.
Gejala kehilangan darah yang serius bisa berbeda-beda, tergantung pada apakah
penderita memiliki penyakit tertentu lainnya. Penderita dengan penyakit arteri koroner bisa
tiba-tiba mengalami angina (nyeri dada) atau gejala-gejala dari suatu serangan jantung. Pada
penderita perdarahan saluran pencernaan yang serius, gejala dari penyakit lainnya, seperti
gagal jantung, tekanan darah tinggi, penyakit paru-paru dan gagal ginjal, bisa bertmbah
buruk. Pada penderita penyakit hati, perdarahan ke dalam usus bisa menyebabkan
pembentukan racun yang akan menimbulkan gejala seperti perubahan kepribadian, perubahan
kesiagaan dan perubahan kemampuan mental (ensefalopati hepatik).
2.4 Diagnosa
Adanya kehilangan darah yang serius, menyebabkan hasil pemeriksaan hematokrit
menunjukkan konsentrasi sel darah merah yang rendah. Penyebab perdarahan bisa ditentukan
dari gejala yang timbul. Nyeri perut karena makanan atau obat antasid, disebabkan oleh tukak
lambung (ulkus gastrikum), dan perdarahan pada tukak sering tidak menimbulkan nyeri.
Obat-obatan yang bisa merusak dinding lambung, seperti aspirin, bisa menyebabkan
perdarahan lambung berupa ditemukannya darah dalam tinja.
Penderita perdarahan saluran pencernaan yang sebabnya tidak diketahui, dengan nafsu
makan yang berkurang disertai penurunan berat badan, sebaiknya menjalani pemeriksaan
untuk kemungkinan adanya kanker. Bila terdapat kesulitan menelan, diperiksa kemungkinan
adanya kanker kerongkongan atau penyempitan kerongkongan. Diduga adanya sobekan di
kerongkongan bila timbul muntah yang sangat kuat tepat sebelum terjadinya perdarahan.
Sembelit atau diare yang menyertai perdarahan atau perdarahan yang tersembunyi dalam
tinja, mungkin disebabkan oleh kanker atau polip pada usus bagian bawah, terutama pada
penderita yang berusia diatas 45 tahun. Darah segar di permukaan tinja, bisa berasal dari
wasir atau kanker rektum.
Pemeriksaan ditujukan untuk menemukan sumber perdarahannya. Pada permeriksaan
rektum, dicari adanya wasir, robekaan rektum (fisura) dan tumor. Kemudian pemeriksaan
dipilih berdasarkan pada apakah perdarahan ini dicurigai berasal dari saluran pencernaan
bagian atas (kerongkongan, lambung, dan usus duabelas jari) atau saluran pencernaan bagian
bawah (usus halus bagian bawah, usus besar, rektum dan anus).
Pada awalnya, kelainan pada saluran pencernaan bagian atas, biasanya diperiksa
dengan memasukkan tabung melalui hidung, menuju ke lambung dan mengeluarkan
cairannya. Cairan lambung yang seperti kopi disebabkan oleh pencernaan darah parsial, dan
menunjukan bahwa perdarahannya lambat dan telah berhenti. Darah yang berwarna merah
terang dan terus menerus, menunjukan perdarahan yang aktif dan berat.
Selanjutnya endoskopi sering digunakan untuk memeriksa kerongkongan, lambung dan
usus dua belas jari, dan menemukan sumber perdarahannya. Jika tidak ditemukan gastritis
atau tukak pada lambung maupun usus dua belas jari, bisa dilakukan biopsi. Biopsi dapat
menentukan apakah perdarahannya berasal dari infeksi kuman Helicobacter pylori. Infeksi
yang ditemukan lalu diobati biasanya akan membaik bila diberikan antibiotic.
Rontgen dengan barium enema atau endoskopi dilakukan untuk mencari polip dan
kanker pada saluran pencernaan bagian bawah. Bagian dalam dari bagian bawah usus juga
bisa diperiksa dengan anaskopi, sigmoidoskopi atau kolonoskopi.
Bila pemeriksaan-pemeriksaan tersebut tidak berhasil menunjukan sumber perdarahan,
bisa dilakukan angiografi atau skening setelah penyuntikan sel darah merah radioaktif. Cara
ini terutama berguna untuk menyembuhkan perdarahan yang disebabkan oleh kelainan pada
pembuluh darahnya.
2.5 Pengobatan
Pada lebih dari 80% penderita, tubuh akan berusaha menghentikan perdarahan.
Penderita yang terus menerus mengalami perdarahan atau yang memiliki gejala kehilangan
darah yang jelas, seringkali harus dirawat di rumah sakit dan biasanya dirawat di unit
perawatan intensif.
Bila darah hilang dalam jumlah besar, mungkin dibutuhkan transfusi. Untuk
menghindari kelebihan cairan dalam pembuluh darah, biasanya lebih sering diberikan
transfusi sel darah merah (PRC/Packed Red Cell) daripada transfusi darah utuh (whole
blood). Setelah volume darah kembali normal, penderita dipantau secara ketat untuk mencari
tanda-tanda perdarahan yang berlanjut, seperti peningkatan denyut nadi, penurunan tekanan
darah atau kehilangan darah melalui mulut atau anus.
Perdarahan dari vena varikosa pada kerongkongan bagian bawah dapat diobati dengan
beberapa cara. Diantaranya dengan memasukkan balon kateter melalui mulut ke dalam
kerongkongan dan mengembangkan balon tersebut untuk menekan daerah yang berdarah.
Cara lain ialah dengan menyuntikan bahan iritatif ke dalam pembuluh yang mengalami
perdarahan, sehingga terjadi peradangan dan pembentukan jaringan parut pada pembuluh
balik (vena) tersebut.
Perdarahan pada lambung sering dapat dihentikan melalui endoskopi. Dilakukan
kauterisasi pembuluh yang mengalami perdarahan dengan arus listrik atau penyuntikan bahan
yang menyebabkan penggumpalan di dalam pembuluh darah. Bila cara ini gagal, mungkin
perlu dilakukan pembedahan.
Perdarahan pada usus bagian bawah biasanya tidak memerlukan penanganan darurat.
Tetapi bila diperlukan, bisa dilakukan prosedur endoskopi atau pembedahan perut. Kadang-
kadang lokasi perdarahan tidak dapat ditentukan dengan tepat, sehingga sebagian dari usus
mungkin perlu diangkat.
Penatalaksanaan
1. Resusitasi cairan
2. Kumbah lambung dengan menggunakan normal saline
3. Perdarahan dari pembuluh darah (varises, kelainan vaskuler) yang persisten:
Vasopresin 20 unit/1,73m2 selama 20 menit atau ocreotide 25-30 g/m2/jam, keduanya dapat
diberikan selama 24 jam apabila diperlukan
Pemasangan Sengstaken-Blakemore tube
Skleroterapi
Konsul bedah anak
4. Perdarahan akibat ulkus : antasida, dekompresi gaster, elektrokauter, injeksi epinefrin lokal,
pembedahan darurat.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Perdarahan bisa terjadi dimana saja di sepanjang saluran pencernaan, mulai dari mulut
sampai anus. Bisa berupa ditemukannya darah dalam tinja atau muntah darah,tetapi gejala
bisa juga tersembunyi dan hanya bisa diketahui melalui pemeriksaan tertentu. Perdarahan
pada system pencernaan antara lain dapat disebabkan oleh : Robekan jaringan, Kanker
kerongkongan, Luka kanker- non kanker, iritasi gastritis, luka pada usus, kanker pada usus,
tumor pada usus, penyakit divertikulum, pembuluh darah abnormal, hemoroid dan robekan
pada dianus.
Pada penderita pendarahan saluran pencernaan, manifestasi klinis yang terlihat
antara lain: Muntah darah (hematemesis), Mengeluarkan tinja yang kehitaman (melena) dan
Mengeluarkan darah dari rektum (hematoskezia). Selain itu juga menunjukkan gejala-gejala
anemia, seperti mudah lelah, terlihat pucat, nyeri dada dan pusing.
Untuk pengobatan atau penatalaksanaan pada pasien gawat darurat dengan
perdarahan saluran pencernaan dilakukan sesuai dengan penyebab terjadinya perdarahan.
Secara umum penatalaksanaan tersebut ilah dengan cara menghentikan perdarahan yang
terjadi.
3.2 Saran
Adapun saran – saran yang dapat penulis berikan dalam usaha keperawatan pada pasien
gawat darurat dengan perdarahan saluran pencernaan ini adalah :
1.Untuk Pasien
Pasien diharapkan harus senantiasa tetap memelihara kesehatannya,menjaga pola makan
dengan baik dan harus mengerti factor apa saja yang mencetuskan terjadinya perdarahan
saluran percernaan. Klien juga diharapkan mampu melakukan pencegahan dan tindakan
pengobatan awal jika terjadi perdarahan saluran pencernaan.
2.Untuk perawat
Bagi teman sejawat, diharapkan benar-benar memahami konsep dasar penyakit perdarahan
saluran pencernaan, karena berdasarkan pengetahuan dan keterampilan itulah maka perawat
dapat menerapkan asuhan keperawatan yang komprehensif.
3.Untuk Pendidikan
Untuk institusi diharapkan lebih melengkapi literature yang berkaitan dengan masalah ini,
sehingga dalam penyusunan makalah ini lebih mempermudah penulis sehingga makalah yang
dihasilkan lebih bernilai.
DAFTAR PUSTAKA
Ambulan Gawat Darurat 118, Sistem Penanggulangan Gawat Darurat Secara Terpadu.
Jakarta
Hudak and Gallo (1995). Keperawtan Kritis, Pendekatan Holistik, alih bahasa: Allenidekania,
Jakarta. EGC
Price, Sylvia, 1992. Patofisiologi, Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit. Ed. 4 Mosby
Philadelphia.
RSHS, Tim PPGD, 2009. Penanganan Penderita Gawat Darurat (PPGD Basic 2). RSHS
Bandung.