tugas filsafat ilmu pak rudyanto.doc
DESCRIPTION
ilmuTRANSCRIPT
MATA UJI : FILSAFAT ILMU
DOSEN PENGAMPU : Dr. Ir. A. Rudyanto Soesilo, MSA
Nama Mahasiswa : Dominiques R. M. Tinggogoy
NIM : 10.93.0096
Kelas/ Angkatan : Jakarta/ VII
JAWABAN WAJIB:
1. Fenomena Kesehatan Masyarakat Indonesia dalam konteks Indonesia sebagai
Negara sedang berkembang dan dalam konteks Global. Kemenangan Filsafat
Ekonomi Kapitalis.
Pemikiran Kapitalisme adalah sebuah sistem ekonomi yg filsafat sosial dan politiknya
didasarkan kepada azas pengembangan hak milik pribadi dan pemeliharaannya serta
perluasan faham kebebasan. Sistem ini telah banyak melahirkan malapetaka terhadap
dunia. Tetapi ia terus melakukan tekanan-tekanannya dan campur tangan politis sosial
dan kultural terhadap bangsa-bangsa di dunia.
Adapun prinsip-prinsip kapitalisme yaitu:
Mencari keuntungan dgn berbagai cara dan sarana kecuali yg terang-terangan
dilarang negara krn merusak masyarakat seperti heroin dan semacamnya.
Mendewakan hak milik pribadi dgn membuka jalan selebar-lebarnya agar tiap orang
mengerahkan kemampuan dan potensi yg ada utk meningkatkan kekayaan dan
memeliharanya serta tidak ada yg menjahatinya. Karena itu dibuatlah peraturan-
peraturan yg cocok utk meningkatkan dan melancarkan usaha dan tidak ada campur
tangan negara dalam kehidupan ekonomi kecuali dalam batas-batas yg yg sangat
diperlukan oleh peraturan umum dalam rangka mengokohkan keamanan.
Perfect Competition
Price system sesuai dgn tuntutan permintaan dan kebutuhan dan bersandar pada
peraturan harga yg diturunkan dalam rangka mengendalikan komoditas dan
penjualannya.
1
Bentuk-bentuk dari kapitalisme:
Kapitalisme perdagangan yg muncul pada abad ke-16 setelah dihapusnya
sistem feodal. Dalam sistem ini seorang pengusaha mengangkat hasil
produksinya dari satu tempat ke tempat lain sesuai dgn kebutuhan pasar.
Dengan demikian ia berfungsi sebagai perantara antara produsen dan konsumen
Kapitalisme industri yg lahir krn ditopang oleh kemajuan industri dgn
penemuan mesin uap oleh James Watt tahun 1765 dan mesin tenun tahun 1733.
Semua itu telah membangkitkan revolusi industri di Inggris dan Eropa menjelang
abad ke-19. Kapitalisme industri ini tegak di atas dasar pemisahan antara modal
dan buruh yakni antara manusia dan mesin.
Sistem Kartel yaitu kesepakatan perusahaan-perusahaan besar dalam
membagi pasaran internasional. Sistem ini memberi kesempatan utk
memonopoli pasar dan pemerasan seluas-luasnya. Aliran ini tersebvar di Jerman
dan Jepang.
Sistem Trust yaitu sebuah sistem yg membentuk satu perusahaan dari berbagai
perusahaan yg bersaing agar perusahaan tersebut lbh mampu berproduksi dan
lbh kuat utk mengontrol dan menguasai pasar.
Dalam hal ini berkaitan dengan upaya pembangunan kualitas kesehatan masyarakat
Indonesia seutuhnya dan terpadu, sangat berkaitan erat dengan konsep pemikiran
ekonomi kapitalis. Hal ini disebabkan, era global saat ini menggunakan dan
mempercayakan serta mempertaruhkan kekuatan pembangunan ekonomi Negara dan
bangsa juga bahkan dunia/ global pada prinsip-prinsip dasar kapitalisme; yaitu
mengutamakan kekuatan ekonomi financial, individu, kekuatan modal, persaingan,
industrialisasi, jaringan global, yang tujuan awalnya mendapatkan keuntungan financial
yang semakin memperkaya dan mensejahterahkan manusia. Tetapi dampak dari prinsip
tersebut, yang tidak dapat dihindari dan dicegah secara sungguh-sungguh, adalah
kondisi, pihak kalah bersaing, eksploitasi tenaga kerja, upah minimum menekan biaya
operasional, pengangguran akibat kompetensi persaingan yang tidak dapat dipenuhi,
pada gilirannya adalah kemiskinan. Berdasarkan pendekatan teori ekonomi kapitalis
tersebut di atas, khususnya dampak bagi Negara Indonesia sebagai salah satu anggota
Negara berkembang di kancah global, memberikan dampak nyata terhadap rendahnya
2
kesejahteraan dan kualitas manusia Indonesia, terkait dengan rendahnya akses
terhadap pemenuhan derajat kesehatan masyarakat. Sehingga dapat disimpulkan
menurut pandangan saya, bahwa sebagai Negara berkembang yang tidak dapat lepas
dari ketergantungan kapitalisme Negara maju atau Negara industri, kesehatan
masyarakat yang rendah sebagai salah satu indikator yang kuat terhadap dampak
konsep pemikiran ekonomi kapitalis. Dan indikator yang kuat, bahwa Indonesia memiliki
Human Development Indicator yang rendah (untuk regional asia tenggara, Indonesia
saat ini memiliki HDI di bawah Vietnam, Forum Ilmiah PDUI, 9-11 Maret 2012, Jakarta).
Saran saya, untuk menghadapi kekuatan ekonomi kapitalis, adalah dengan membangun
ekonomi Negara yang mandiri atau istilah lazim yang sudah kita kenal bersama adalah
ekonomi masyarakat madani Indonesia.
2. Pada kasus peristiwa Ponari Sang Dukun Cilik, penjelasan yang dapat diberikan
adalah melalui pendekatan teori The Will and the Why to Believe,
Fenomena kemunculan dukun cilik Ponari merupakan kritik keras terhadap buruknya
kualitas kesehatan di Wilayah Jawa Timur. Karena itu, perbaikan pelayanan kesehatan
di Jawa Timur mendesak dilakukan.
Ponari dukun cilik asal Dusun Kedungsari, Desa Balongsari, Kecamatan Megaluh
Jombang mampu menyedot ribuan masyarakat untuk berobat. Sebagian pasien
meyakini dirinya sembuh, tapi pakar mengatakan itu hanya sugesti. Benarkah batu
Ponari bisa menyembuhkan penyakit? Bahkan saat Ponari sakitpun harus dibawa ke
Rumah Sakit di Jombang. Mengapa kesaktian Ponari tidak dapat menyembuhkan sakit
ringan yang ada pada dirinya?
Fenomena masyarakat tersebut bukanlah hal baru yang terjadi di Indonesia.
Pendekatan terapi alternatif meski tidak rasional dan tidak sesuai dengan kaidah medis
modern lebih sering dapat diterima oleh kelompok masyarakat tertentu. Fenomena ini
tampaknya mungkin hampir sama dengan kecenderungan yang ada dalam masyarakat
mengapa film atau cerita yang berbau mistis lebih laris dan diminati.
Banyak faktor yang mempengaruhi mengapa terapi alternatif masih menjadi primadona
masyarakat Indonesia. Faktor ekonomi, sosial, pendidikan dan pengetahuan masyarakat
sangat mempengaruhi perilaku tersebut. Faktor ekonomi sering disebut sebagai biang
keladi mengapa terapi alternatif tumbuh subur. Tetapi bila dicermati faktor ekonomi
3
sebenarnya bukanlah yang utama. Hal ini dapat dilihat sewaktu berobat ke Ponari
masyarakat harus menyumbang uang administrasi atau keamanan sebesar seribu
hingga lima ribu rupiah ditambah uang sukarela untuk keluarga sebesar sepuluh ribu
hingga duapuluh ribu rupiah. Belum lagi beberapa orang harus menggunakan biaya
transportasi yang jaraknya relatif jauh. Bandingkan dengan Rumah Sakit dan
Puskesmas terdekat yang relatif sudah menyediakan biaya gratis untuk pasien tidak
mampu. Bukan rahasia lagi bahwa banyak masyarakat berduit juga beralih ke terapi
alternatif.
Memang harus diakui terdapat beberapa terapi alternatif yang berguna bagi masyarakat.
Dalam kasus Ponari diungkapkan bahwa banyak pasien yang bisa disembuhkan oleh
batu saktinya. Benarkah bahwa batu sakti ponari menyembuhkan? Sebagai seorang
yang berpikiran rasional mungkin tidak percaya, meski mungkin juga mujizat itu ada
namun perlu diteliti lebih jauh.
Tetapi masyarakat harus cermat dalam menerima informasi kesembuhan pasien Ponari.
Tidak seperti dalam terapi medis untuk menilai keberhasilan terapi harus dengan alat
ukur klinis dan laboratorium. Dalam terapi alternatif biasanya alat ukur yang dibuat
adalah pengakuan penderita. Seringkali sugesti dan faktor kepercayaan membuat
nyaman secara psikologis sehingga keluhan penyakitnya sementara tertutupi. Hal ini
akan membuat lebih spektakular dan bombastis bila pengakuan tersebut beredar dari
mulut ke mulut. Mungkin setelah air yang dicelup batu Ponari secara segesti membuat
badan nyaman, seorang penderita stroke mendapat dapat energi ekstra untuk berdiri
sesaat, tetapi berita yang keluar adalah seorang stroke bisa berjalan setelah diobati
Ponari. Isu kehebatan Ponari akan dihembuskan lebih hebat lagi oleh berbagai pihak
yang mengeruk keuntungan materi dari ribuan pasien yang berbondong-binding ke
desanya. Berbeda dengan pengakuan keberhasilan terapi alternatif, sebaliknya ketidak
berhasilannya tidak akan beredar dari mulut ke mulut. Hal inilah yang mengakibatkan
ketidakberhasilan, efek samping dan komplikasi yang ditimbulkannya dari terapi
alternatif jarang terungkap.
Teori fungsional, the why theisme, yaitu adanya uncertainity, ketidakberdayaan
manusia, liturgi agama dan ritual magis, ditangkapnya sinyal-sinyal ilahi dan ditafsirkan
secara situasional.
The will to believe (William James), menerangkan adanya dua kemungkinan, yaitu
pilihan percaya atau tidak percaya. Dalam hal ini, kebenaran teoritis tidak mungkin 4
tercapai atau terpenuhi, kemudian dari kedua pilihan tersebut di atas, dipilih mana yang
akan memberikan keuntungan atau manfaat.
JAWABAN PILIHAN:
3. Positivisme yang diperkenalkan oleh Auguste Comte dan diteruskan oleh para
pemikir lain kemudian memunculkan revolusi ilmu pengetahuan.
Abad kesembilanbelas menandai munculnya gerakan positivisme. Abad tersebut
menerima warisan pemikiran-pemikiran dari masa sebelumnya yang bersifat idealistis.
Aliran emprisme tetap kuat, akan tetapi dalam bentuk baru yang bernama positivisme.
Positivisme berbeda dengan empirisme abad sebelumnya, oleh sebab metode empiris
yang dahulu digunakan hanya suatu pengolahan ilmiah belaka. Perkembangan dan
perubahan-perubahan dalam masyarakat yang terjadi dalam abad kesembilanbelas itu
telah menimbulkan semangat serta sikap yang bersifat kritis terhadap masalah-masalah
yang dihadapi. Bahwa pada abad ini suatu tradisi ilmu yang baru telah berkembang,
yaitu ilmu yang nantinya mampu membuka cakrawala baru dalam sejarah umat
manusia, yang semula seperti terselubung oleh cara-cara pemahaman ”tradisional”.1
Dasar bagi suatu filsafat baru diletakkan di Prancis oleh A. Comte. Menurut Comte
sejarah kebudayaan umat manusia dapat dibagi dalam tiga tahap yaitu tahap pertama
adalah tahap teologis yaitu orang mencari kebenaran dalam agama, tahap kedua adalah
tahap metafisis yaitu orang mencari kebenaran melalui filsafat dan tahap ketiga adalah
tahap positif yaitu kebenaran dicari melalui ilmu-ilmu pengetahuan. Tahap positif ini
menurut Comte cap yang khas bagi zaman modern. Positivisme hukum ada dua bentuk,
yakni positivisme yuridis dan positivisme sosiologis. Dalam positivisme yuidis hukum
dipandang sebagai suatu gejala tersendiri, yang perlu diolah secara ilmiah. Tujuan
positivisme ini adalah pembentukan struktur-struktur rasional sistem-sistem yuridis yang
berlaku. Sebab hukum dipandang sebagai hasil pengolahan ilmiah belaka, akibatnya
pembentukan hukum menjadi makin profesional. Hukum modern adalah ciptaan para
ahli di bidang hukum. Dalam positivisme sosiologis hukum dipandang sebagai bagian
kehidupan masyarakat.2
1 Satjipto Rahardjo, 2000, Ilmu Hukum, cetakan kelima, Bandung: Citra Aditya Bakti, hal 267.2 Theo Huijbers, 1990, filsafat hukum, cetakan pertama, Yogyakarta: Kanisius, hal 33.
5
Prinsip-prinsip positivisme hukum dapat diringkas sebagai berikut:3
1. Hukum adalah sama dengan undang-undang. Dasarnya ialah bahwa hukum muncul
sebagai berkaitan dengan negara. Hukum yang benar adalah hukum yang berlaku
dalam suatu negara.
2. Tidak terdapat suatu hubungan mutlak antara hukum dan moral. Hukum itu tidak lain
daripada hasil karya para ahli di bidang hukum.
3. Dalam positivisme yuridis ditambah bahwa hukum adalah suatu ”closed logical system”.
Peraturan-peraturan dapat diduksikan (disimpulkan secara logis) dari undang-undang
yang berlaku tanpa perlu meminta bimbingan dari norma-norma sosial, politik, dan
moral. Dalam positivisme sosiologis hukum ditanggapi sebagai terbuka bagi kehidupan
masyarakat, yang harus diselidiki melalui metode-metode ilmiah. A. Comte menjadi
perintis positivisme ini dengan menciptakan suatu ilmu pengetahuan baru, yakni
sosiologi.
Abad sembilanbelas ditandai perubahan besar di segala bidang, terutama akibat
perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Perubahan itu dapat diringkas dalam
istilah revolusi industri. Karena perkembangan masyarakat yang ketat itu perhatian para
pemikir tidak hanya terarah kepada penyelidikan empiris dan ilmiah, melainkan juga
kepada gejala perkembangan itu sendiri. Pada abad-abad sebelumnya orang-orang
merasa kehidupannya sebagai sesuatu yang bersifat konstan yang hampir tidak
berbeda dengan kehidupan nenek moyangnya. Pada abad sembilanbelas perasaan itu
hilang. Sebaliknya orang-orang menjadi insyaf tentang segi historis kehidupannya,
tentang kemungkinan terjadinya perubahan-perubahan yang memberikan nilai baru
kepada kehidupan mereka. Pada abad sembilanbelas pengertian tentang hukum
merupakan bagian suatu pandangan baru atas hidup, yakni hidup sebagai
perkembangan manusia dan kebudayaan. Hegel menempatkan hukum dalam
keseluruhan perwujudan roh yang objektif dalam kehidupan manusia, F. Von Savigny
menentukan hukum sebagai unsur kebudayaan suatu bangsa yang berubah dalam
lintasan sejarah, dan Karl Max memandang hukum sebagai cermin situasi ekonomis
masyarakat.4
3 Ibid.4 Ibid., hal. 34.
6
5. Perbedaan Ontologis Beberapa Metodologi riset, baik yang Positivis maupun yang
Non Positivis, sebagai contoh Metodologi dalam Ground-Research
Para ahli ilmu sosial, khususnya sosiolog, berupaya menemukan teori berdasar data empiris,
bukan membangun teori secara deduktif logis. Itulah yang disebut grounded theory[1], dan
model penelitiannya disebut grounded research. Penemuan teori dari data empirik yang
diperoleh secara sistematis dalam penelitian sosial, merupakan tema utama dari metodologi
penelitian kualitatif model grounded research[2]. Grounded theory ditemukan pada tahun 1967
oleh Barney G. Glaser dan Anselm L. Strauss dengan diterbitkannya buku berjudul The
Discovery of Grounded Theory.
Pertama kali grounded research diperkenalkan di Indonesia pada tahun 1970-an, dengan
diselenggarakannya pelatihan penelitian ilmu sosial bagi ilmuan Indonesia di Surabaya, Ujung
Pandang, dan Banda Aceh. Pelatihan ini berlangsung selama dua semester, dengan beberapa
narasumber asing, seperti Lance castle dan Stuart A. Schegel. Awal tahun 1980-an, Lembaga
Penelitian Ilmu-ilmu Sosial (LPIIS) bekerjasama dengan FISIP UI, dan beberapa perguruan
tinggi di luar Jawa, melakukan hal yang sama. Perkembangan tersebut terus berlangsung
hingga kini, dan bukan hanya dalam kajian sosiologi, tetapi juga sudah banyak meluas dalam
penelitian bidang komunikasi, kesehatan, psikologi, dan pendidikan.
Pelaksanaan dalam grounded research bertolak belakang dengan penelitian kuantitatif pada
umumnya, yang bergerak dari level konseptual teoritik ke level empirikal. Grounded research
bergerak dari level empirikal menuju level konseptual teoritikal.
Dalam penelitian ini, peneliti langsung terjun ke lapangan tanpa membawa rancangan
konseptual, proposisi[3], dan teori tertentu. Secara provokatif, sering dikatakan agar peneliti
masuk ke lapangan dengan “kepala kosong”[4], tanpa membawa apapun yang sifatnya apriori,
apakah itu konsep, proposisi, ataupun teori. Hal ini disebabkan, dengan membawa konsep,
proposisi, teori yang bersifat apriori, dikhawatirkan terjebak pada kecenderungan studi verifikatif
yang memaksakan level empirikal menyesuaikan diri dengan level konseptual teoritikal.
Berdasarkan keadaan “kepala kosong” inilah, diharapkan peneliti dapat sepenuhnya terpancing
kepada kenyataan berdasarkan data lapangan itu sendiri, baik dalam mendeskripsikan apa
yang terjadi, maupun menjelaskan kemengapaannya. Dengan demikian, apa yang ditemukan
berupa konsep, proposisi, dan teori, benar-benar berdasarkan data yang dikembangkan secara
induktif.
7
Tekait proses tersebut, terdapat tiga unsur dasar yang perlu dipahami dan tidak bisa saling
dipisahkan, yaitu konsep, kategori, dan proposisi[5]. Konsep diperoleh melalui konseptualisasi
data. Peristiwa atau kejadian diperhatikan dan dianalisis sebagai indikator potensial dari
fenomena yang kemudian diberikan nama/lebel secara konseptual. Berikutnya, dibandingkan
dengan kejadian yang lain, apabila terdapat keserupaan, maka diberikan nama dengan istilah
yang sama. Begitupula berlaku dengan peristiwa yang berbeda.
Unsur kedua adalah kategori. Kategori adalah kumpulan yang lebih tinggi dan abstrak dari
konsep. Kategori diperoleh melalui proses analisis yang sama dengan cara membuat
perbandingan dengan melihat persamaan dan perbedaan. Kategori merupakan landasan dasar
penyusunan teori. Unsur ketiga adalah proposisi. Proposisi menunjukkan adanya hubungan
konseptual, yakni suatu pernyataan berdasarkan hubungan berbagai konsep yang mengandung
deskripsi sistem pemahaman tertentu yang relevan dengan kondisi di lapangan. Pembentukkan
dan pengembangan konsep-konsep, kategori, dan proposisi merupakan suatu keharusan dalam
proses penyusunan teori, atau melalui proses interaktif.
Ada lima tahap dalam menghasilkan teori pada grounded research, yakni (1) disain penelitian,
(2) pengumpulan data, (3) display data, (4) analisi data, dan (5) membandingkan dengan
literatur[6]. Dari lima tahap ini, sembilan langkah perlu dilakukan, yakni (1) peninjauan ulang
literatur teknis, (2) pemilihan kasus, (3) pembuatan panduan pengumpulan data yang akurat, (4)
terjun ke lapangan, (5) penyusunan data, (6) analisis data yang berhubungan dengan kasus
awal, (7) percontohan teoritik, (8) penyelesaian penelitian, dan (9) perbandingan teori yang
muncul dengan literatur yang sudah ada.
Grounded research memang tidak terlalu mudah dilakukan terutama oleh peneliti pemula,
sebab memiliki model analisis data yang terus-menerus, selama data di lapangan masih tetap
dikumpulkan. Proses open coding merupakan bagian dari analisis data, dimana peneliti
melakukan identifikasi, penamaan, kategorisasi dan penguraian gejala yang ditemukan dalam
teks hasil dari wawancara, observasi, dan catatan harian peneliti itu sendiri. Berikutnya adalah
axial coding. Tahap ini, adalah menghubungkan berbagai kategori penelitian dalam bentuk
susunan property (sifat-sifat) yang dilakukan dengan menghubungkan kode-kode, dan
merupakan kombinasi cara berfikir induktif dan deduktif.
Tahap selanjutnya adalah, selective coding, yakni memilih kategorisasi inti, dan
menghubungkan kategori-kategori lain pada kategori inti. Selama proses coding ini, diadakan
aktivitas penulisan memo teoritik. Memo bukan sekedar gagasan kaku, namun terus berubah
dan berkembang atau direvisi sepanjang proses penelitian berlangsung. Itulah inti penemuan
8
grounded theory yang digagas sejak tahun 1967.
Teori yang merupakan hasil dari kajian data, yang merumuskan keterkaitan fenomena yang
dapat menjelaskan kondisi yang relevan di lapangan, dilakukan pengulangan sejak pada proses
pengumpulan data sampai menghasilkan proposisi, hingga merasa jenuh (data baru tidak
ditemukan). Dengan kata lain, adalah mengkonfirmasi, memperluas, dan mempertajam
kerangka kerja teoritik, serta mengakhiri proses penelitian bilamana, peningkatan atau
penambahan yang diperoleh tidak berarti.
Kualitas grounded theory sangat ditentukan oleh langkah-langkah yang dilakukan secara baik,
benar, dan disiplin. Proses yang benar akan menjamin ditemukannya teori yang benar pula.
Dengan demikian, ada semacam koherensi antara input, proses, dan output. Disamping itu,
seperti pada penelitian lainnya, pengujian ditentukan oleh validitas, reliabilitas, dan kredibilitas
dari data, juga ditentukan oleh proses penelitian dimana teori dihasilkan, serta data empirisnya
sebagai bagian integral dari penemuan atau teori yang dihasilkan. Perbedaan dengan teori
tersebut, adalah teori rasionalistik, ilmu tersebut berasal dari pemahaman intelektual yang
dibangun atas argumentasi logis, bukan dibangun atas pengalaman empiris.
7. Sejak tahun 1970an sekelompok pemikir, seniman, arsitek, budayawan, filsuf dan
ilmuwan mewacanakan pemikiran baru yang kemudian dikenal sebagai Postmodernisme.
Pergerakan Postmodern kemudian mewarnai kehidupan di berbagai belahan dunia ini.
Relevansi dengan keadaan mutakhir di Indonesia.
Pada dasarnya, postmodern muncul sebagai reaksi terhadap fakta tidak pernah tercapainya
impian yang dicita-citakan dalam era modern. Era modern yang berkembang antara abad
kelima belas sampai dengan delapan belas –dan mencapai puncaknya pada abad sembilan
belas dan dua puluh awal— memiliki cita-cita yang tersimpul dalam lima kata, yaitu: reason,
nature, happiness, progress dan liberty. Semangat ini harus diakui telah menghasilkan
kemajuan yang pesat dalam berbagai bidang kehidupan dalam waktu yang relatif singkat.
Nampaknya, mimpi untuk memiliki dunia yang lebih baik dengan modal pengetahuan berhasil
terwujud. Namun, tidak lama, sampai kemudian ditemukan juga begitu banyak dampak negatif
dari ilmu pengetahuan bagi dunia. Teknologi mutakhir ternyata sangat membahayakan dalam
peperangan dan efek samping kimiawi justru merusak lingkungan hidup. Dengan demikian,
mimpi orang-orang modernis ini tidaklah berjalan sesuai harapan.5
5 Dari modernisme ke postmodernisme, 17 April 2009, Online, Internet, WWW: http: /willyem.wordpress.com/2008/11/16/dari-modernisme-ke-postmodernisme/.
9
Rasionalitas modern gagal menjawab kebutuhan manusia secara utuh. Ilmu pengetahuan
terbukti tidak dapat menyelesaikan semua masalah manusia. Teknologi juga tidak memberikan
waktu senggang bagi manusia untuk beristirahat dan menikmati hidup. Di masa lampau, ketika
hanya ada alat-alat tradisional yang kurang efektif, semua orang mengharapkan teknologi
canggih akan memperingan tugas manusia sehingga seseorang dapat menikmati waktu
senggang. Saat ini, teknologi telah berhasil menciptakan alat-alat yang memudahkan kerja
manusia. Seharusnya, semua orang lebih senggang dibanding dulu, tetapi kenyataannya, justru
semua orang lebih sibuk dibanding dulu. Teknologi instan yang ada saat ini justru menuntut
pribadi-pribadi untuk lebih bekerja keras untuk mendapatkan hasil yang maksimal dari efektifitas
yang diciptakan.6
Berangkat dari perbedaan mimpi dan kenyataan modernism inilah postmodern muncul dan
berkembang. Modernisme sesungguhnya sudah mendapat serangan dan kritik sejak Friederich
Nietzsche (1844-1900), namun serangan tersebut belum benar-benar diperhatikan sebelum
tahun 1970-an. Gerakan untuk menyingkirkan modernisme secara langsung datang melalui
kehadiran dekonstruksi sebagai sebuah teori sastra yang mempengaruhi aliran baru dalam
filsafat. Dekonstruksi merupakan sebuah gebrakan awal untuk menentang teori strukturalis
dalam sastra yang mengatakan bahwa semua masyarakat dan kebudayaan mempunyai
struktur yang sama sehingga teks (hasil sastra) dapat dibaca dan dimengerti secara universal.
Dekonstruksi, dalam hal ini, menganggap bahwa tidaklah benar demikian. Makna tidaklah
terdapat dalam teks, tetapi pemaknaan muncul dari masing-masing pribadi yang membaca
teks. Secara tidak langsung, hal ini seakan menyatakan bahwa seorang penulis tidak dapat
menuntut haknya atas pemaknaan teks yang ditulisnya, semua orang boleh membaca teks
tersebut dan memaknainya sesuai dengan penafsiran masing-masing.7
Dari teori sastra dekonstruksi, filsafat postmodern menerapkannya kepada realitas. Pemaknaan
sebuah realitas sah-sah saja dinilai berbeda oleh masing-masing orang. Tidak ada standar
tertentu untuk memaknai atau memahami suatu hal tertentu. Makna tidak lagi bernilai obyektif –
dalam artian diterima secara universal. Pemaknaan menjadi subyektif; dan pemaknaan
subyektif menjadi kebenaran bagi pribadi bersangkutan. Karena itu, postmodernisme tidak
mengakui adanya satu kebenaran dan modernisme dianggap sebagai suatu kebodohan. Tidak
ada makna tunggal dalam dunia, tidak ada titik pusat dari realitas secara keseluruhan.8
6 Ibid.7 Ibid.
8 Ibid.10
Dalam dunia postmodern, manusia tidak lagi percaya bahwa pengetahuan itu baik. Untuk
menghindari mitos Pencerahan, postmodernisme menggantikan optimisme dengan pesimisme.
Harapan untuk mendapatkan hidup yang lebih baik di masa depan pun dianggap kebohongan.
Tidak heran jika banyak dikatakan bahwa era postmodern dimulai setelah proyek rumah Pruitt-
Igoe di St. Louis yang menjadi lambang arsitektur modern diledakkan dengan sengaja oleh para
penghuninya. Bangunan yang berusaha menjanjikan kehidupan yang lebih baik bagi para
penghuni ‘rumah-susun’ itu dianggap tidak dapat menjawab kebutuhan penghuninya secara
utuh. Charles Jencks –seorang arsitektur postmodernis— mengatakan bahwa peristiwa
peledakan Pruitt-Igoe ini menandai kematian modernisme dan kelahiran postmodernisme.9
Walaupun ada cukup banyak pengaruh baru yang dimunculkan oleh postmodern dalam
berbagai aspek kehidupan, sangat penting diperhatikan bahwa gerakan baru ini bukanlah anti
terhadap hasil-hasil yang dicapai oleh era modern. Yang menjadi titik perlawanan postmodern
terhadap modernsime adalah cara pandang (worldview) dan filsafat modernis yang dianggap
gagal. Yang dilakukan kaum postmodernis pada intinya adalah pembongkaran cara pandang
dan asumsi-asumsi dasar dibalik segala cita-cita modern –yang dilihatnya sebagai akar
permasalahan timbulnya berbagai bencana. Karena itu, tidaklah salah jika dikatakan bahwa
postmodern lebih menunjuk pada suasana intelektual dan ekspresi kebudayaan yang
mendominasi masyarakat kini. Semua budaya yang terdapat dimuka bumi ini memiliki cerita
dan makna masing-masing. Demikian juga halnya dengan agama, semua punya kebenaran
tersendiri. Tidak ada agama yang salah dan agama yang benar, namun semua agama memiliki
dan membawa kebenarannya.
Demikian jugalah pula dengan sistem politik yang akan dianut oleh setiap negara. Demokrasi
yang dianut oleh Amerika serikat mempunyai kebenaran, tetapi sistem kerajaan yang dianut
oleh Inggris juga mempunyai kebenarannya sendiri. Begitu juga dengan sistem politik di Negara
atau daerah lain (politik local / identitas misalnya) mempunyai kebenaran tersendiri lagi.
Untuk mengatasi semua perbedaan dan banyaknya kebenaran yang ada tersebut. maka
postmodernisme menawarkan satu prinsip baru, yaitu Paralogi. Bahwa semua biasa hidup
dalam keberagaman, yang dibingkai dalam prinsip Multikulturalisme, atau jika kita melihat
Negara Indonesia misalnya, ada istilah Bhineka Tungggal Ika (walaupun berbeda-beda, tetapi
tetap satu jua).
9 Ibid.
11
Di Negara Kesatuan Republik Indonesia,untuk mengatasi semua perbedaan dan banyaknya
kebenaran yang ada di dalam Negara mencakup budaya, agama, social dan politik, maka
pemikiran postmodernisme yaitu Paralogi, sangat mendekati kenyataan untuk pendekatan
kajian permasalahan perbedaan majemuk seperti tersebut di atas, dalam hal ini kebiasan dalam
kehidupan berbudaya dan beragama, yang dibingkai dalam prinsip Multikulturalisme, atau
dibungkus dalam semboyan Negara Kesatuan Republik Indonesia yaitu Bhineka Tunggal Ika
(walaupun berbeda-beda tetapi tetap satu jua); semboyan ini, tetap mutakhir sampai saat kini
sebagai prinsip pemikiran postmoderenisme sebagai bangsa dan Negara, dalam upaya
menjaga keutuhan, persatuan dan pembangunan menuju suatu kondisi sejahtera bagi seluruh
warga Negara Indonesia.
DAFTAR PUSTAKA
12
Rudyanto Soesilo. Filsafat Ilmu. Bahan Kuliah Program Pascasarjana Program Studi Magister
Hukum Kesehatan. Universitas Katolik Soegijapranata. Semarang, 2011.
http://www.rahmat blog.com. Kapitalisme. 11 Juni 2010.
http://www.kompas.com. Kasus Ponari, Potret Buruk Layanan Kesehatan. 19 januari 2012.
http://www.ilmusosialdan budayadasar.blog.com. Kasus Ponari Cerminan Gangguan
Rasionalitas Masyarakat. 24 Januari 2012.
Satjipto Rahardjo, Ilmu Hukum, Cetakan Kelima, Bandung: Citra Aditya Bakti, hal 267. 2000.
Theo Huijbers, Filsafat Hukum, Cetakan Pertama, Yogyakarta: Kanisius, hal 33. 1990.
Bungin, Burhan, Penelitian Kualitatif: Komunikasi, Ekonomi, Kebijakan Publik, dan Ilmu Sosial
lainnya, Jakarta: Kencana. 2007.
Moleong, Lexy J., Metodologi Penelitian Kualitatif Edisi Revisi, Bandung: Rosdakarya. 2005
Muhadjir, Noeng, Metodologi Penelitian Kualitatif Edisi IV, Yogyakarta: Rake Sarasin.
2002.
Salim, Agus, Teori dan Paradigma Penelitian Sosial: Buku Sumber Untuk Penelitian Kualitatif,
Yogyakarta: Tiara Wacana. 2006.
http://www.willyem.wordpress.com. Dari Modernisme ke Postmodernisme, 17 April 2009,
13