tugas farmakologi

27
FARMAKOLOGI TENTANG CYTOMEGALOVIRUS

Upload: helmi-hardani

Post on 03-Aug-2015

46 views

Category:

Documents


5 download

TRANSCRIPT

Page 1: tugas farmakologi

FARMAKOLOGI

TENTANG

CYTOMEGALOVIRUS

Page 2: tugas farmakologi

ANGGOTA KELOMPOK 2

ADITYA REVKI PRATAMA HELMI HARDANI ANISA NOOR HIKMAH EVA AGUSTINA

Page 3: tugas farmakologi

Terapi Cytomegal

ovirus

PENDAHULUAN

JENIS-JENIS PENGINFEKSIAN

PILIHAN PENGOBATAN

PENJELASAN LEBIH LANJUT

Page 4: tugas farmakologi

Pendahuluan

Cytomegalovirus (dari bahasa Yunani''''cyto-, "sel", dan''-mega-'', "besar") adalah genus herpes virus dari kelompok Herpesvirus: pada manusia itu umumnya dikenal sebagai HCMV atau virus herpes manusia 5 (HHV-5). CMV milik Betaherpesvirinae subfamili dari Herpesviridae'', yang juga termasuk Roseolovirus. Herpesvirus lain jatuh ke dalam subfamilies dari''Alphaherpesvirinae''(termasuk HSV 1 dan 2 dan varicella) atau''Gammaherpesvirinae''(termasuk virus Epstein-Barr).) Seperti ditunjukkan oleh adanya antibodi di sebagian besar populasi umum.

Page 5: tugas farmakologi

HCMV juga merupakan virus yang paling sering ditularkan ke janin. HCMV infeksi lebih luas di negara berkembang dan di masyarakat dengan status sosial ekonomi rendah dan merupakan penyebab virus paling signifikan cacat lahir di negara-negara industri. CMV "tampaknya memiliki dampak besar pada parameter kekebalan tubuh di kemudian hari dan dapat berkontribusi pada peningkatan morbiditas dan kematian akhirnya."

Page 6: tugas farmakologi

Cytomegalovirus Patogenesis

Infeksi CMV bisa ditumpahkan dalam cairan tubuh dari setiap orang yang terinfeksi, dan dapat ditemukan dalam urin, air liur, darah, air mata, air mani, dan ASI. Penumpahan virus dapat terjadi sebentar-sebentar, tanpa terdeteksi tanda-tanda atau gejala.

Page 7: tugas farmakologi

Infeksi CMV dapat ditunjukkan mikroskopis oleh deteksi badan inklusi intranuklear. Pada pewarnaan H & E, badan inklusi noda merah muda gelap dan disebut "mata burung hantu" badan inklusi.

Page 8: tugas farmakologi

Cytomegalovirus Transmisi

Transmisi HCMV terjadi dari orang ke orang melalui cairan tubuh. Infeksi membutuhkan dekat, hubungan intim dengan orang yang mengeluarkan virus dalam air liur mereka, urin, atau cairan tubuh lainnya. CMV dapat menular seksual dan juga dapat ditularkan melalui ASI, organ transplantasi, dan jarang dari transfusi darah.

Page 9: tugas farmakologi

Meskipun HCMV tidak sangat menular, telah ditunjukkan menyebar di rumah tangga dan di antara anak-anak muda di pusat-pusat penitipan.

Page 10: tugas farmakologi

Cytomegalovirus Pengobatan

Cytomegalovirus Intravenous Immune Globulin (Human) (CMV-IGIV), adalah sebuah imunoglobulin G (IgG) mengandung sejumlah standar antibodi terhadap sitomegalovirus (CMV). Ini dapat digunakan untuk profilaksis penyakit sitomegalovirus terkait dengan transplantasi ginjal, paru-paru, hati, Dan pankreas jantung.

Page 11: tugas farmakologi

Cytomegalovirus Genomics

Sebagai hasil dari upaya untuk menciptakan vaksin dilemahkan-virus, ada yang saat ini ada dua kelas umum CMV

''Isolat klinis''terdiri dari virus yang diperoleh dari pasien dan merupakan genom virus wild type.

Page 12: tugas farmakologi

Laboratorium''strain''telah dibudidayakan secara luas di pengaturan laboratorium dan biasanya berisi akumulasi mutasi banyak. Paling menonjol, strain laboratorium AD169 tampaknya tidak memiliki wilayah 15kb dari genom 200kb yang hadir dalam isolat klinis. Kawasan ini berisi 19 frame baca terbuka yang fungsinya masih belum dijelaskan. AD169 juga unik karena tidak dapat masuk latency dan hampir selalu mengasumsikan pertumbuhan litik terhadap infeksi.

Page 13: tugas farmakologi

Penjelasan Lebih Lanjut

Cytomegalovirus merupakan salah satu keluarga virus herpes. Virus ini berkaitan erat dengan cacar air dan virus Epstein Barr. Infeksi CMV bisa terjadi bila ada kontak langsung melalui air liur, darah maupun urin. Transmisi virus terjadi dengan beberapa cara, misalnya paparan darah ibu ke janin di uterus, penularan melalui sekresi cairan vagina, ASI, dan hubungan seksual.

Page 14: tugas farmakologi

Risiko infeksi CMV meningkat seiring usia. Pada anak-anak, risiko hanya 10-40% namun meningkat menjadi 50-90% pada orang dewasa. Lebih dari 50% infeksi dewasa terjadi di usia 50-an tahun. Pada orang dengan kekebalan tubuh yang baik, kata Endang Susalit, virus ini tidak akan menimbulkan masalah yang berarti.

Page 15: tugas farmakologi

Infeksi CMV tidak akan menunjukkan gejala. Kalaupun ada, gejalanya sangat ringan seperti halnya infeksi oleh virus Epstein Barr. Setelah masuk ke tubuh, CMV masuk ke stadium laten dan akan terus diam hingga dia aktif kembali. Reaktivasi virus laten bisa terjadi akibat obat-obatan imunosupresan pada pasien transplantasi organ padat atau transplantasi sumsum tulang belakang, dan penderita AIDS.

Page 16: tugas farmakologi

Infeksi CMV bisa berakibat fatal ke seluruh bagian tubuh. Efek utama infeksi CMV ini, kata Pescovitz adalah peradangan di berbagai organ tubuh yakni gastroenteritis, nephritis, hapatitis, pneumonitis dan renitis. Namun efek yang mengancam pasien transplantasi adalah adanya penolakan akut maupun kronik, superinfeksi, dan komplikasi pada jantung.

Page 17: tugas farmakologi

Pada pasien transplantasi organ padat, infeksi CMV primer terjadi di minggu ke-4 atau 6 setelah transplantasi. Infeksi bisa berasal dari infeksi laten pada resipien (CMV-) dan dari donor (CMV+). Superinfeksi bisa terjadi bila donor maupun resipien sama-sama CMV+ namun dengan strain virus yang berbeda. Infeksi CMV primer secara umum lebih berat dibandingkan infeksi karena aktivasi kembali virus, dilihat dari tingginya kematian pasien dan kegagalan transplantasi.

Page 18: tugas farmakologi

Diagnosa

Diagnosis infeksi CMV pada pasien transplantasi ditegakkan dengan gejala klinis dan uji laboratorium. Titer antibodi dan kultur virus bisa memantapkan diagnosa. Kultur virus konvensional melalui sampel darah, jaringan, atau cairan bronkoalveolar, memang membutuhkan waktu.

Page 19: tugas farmakologi

Kini ada uji yang lebih cepat dengan deteksi antigen CMV pp56 pada leukosit periperal dengan menggunakan monoklonal antibodi (anigenaemia) atau melalui uji kuantitas DNA/RNA virus dengan polymerase chain reaction (PCR) pada serum, plasma atau semua bagian darah. Selain cepat, metode ini juga lebih sensitif dibandingkan kultur konvensional.

Page 20: tugas farmakologi

Terapi

Terapi standar untuk infeksi CMV adalah menggunakan antivirus ganciclovir. Acyclovir, agen antivirus untuk herpes, tidak "mempan" pada infeksi VMV. Sebelum tersedia ganciclovir, pilihan terapi untuk infeksi CMV sangat terbatas. Mengurangi imunosupresan untuk menekan infeksi justru membuka peluang terjadinya penolakan organ.

Page 21: tugas farmakologi

Ganciclovir diberikan melalui infus (IV). Dengan pertimbangan biaya dan kepraktisan, maka dikembangkan formulasi oral agen antivirus ini. Valganciclovir merupakan prodrug ester oral dari ganciclovir dan valine yang sudah di-approve untuk pencegahan infeksi CMV pada pasien transplantasi organ padat. Valganciclovir ekuivalen dengan ganciclovir IV dengan dosis oral yang tepat.

Page 22: tugas farmakologi

Ada beberapa strategi manajemen infeksi CMV, yakni pengobatan profilaksis dan preemptif. Pengobatan antiviral sebagai tindakan profilaksis bisa jadi akan efektif mencegah infeksi CMV, karena 60% pasien yang tidak mendapat profilaksis akan mengalami infeksi CMV

Page 23: tugas farmakologi

Strategi terapi profilaksis adalah memberikan ganciclovir sebelum ada gejala kepada semua pasien transplantasi, tanpa pandang bulu. Artinya tanpa membedakan pasien risiko tinggi dan rendah. Namun tindakan ini juga membawa kerugian pada pasien yang sebenarnya berisiko rendah.

Page 24: tugas farmakologi

Profilaksis selektif yang hanya memberikan ganciclovir pada pasien risiko tinggi barangkali lebih menguntungkan. Namun benar-benar harus diseleksi pasien mana yang masuk kategori risiko tinggi. Pemberian profilaksis maupun profilaksis selektif keduanya membawa risiko resisitensi. Saat ini dilaporkan kasus resistensi CMV terhadap ganciclovir mencapai 5-10% pada pasien risiko tinggi.

Page 25: tugas farmakologi

Sedangkan strategi terapi preemptif adalah memberikan agen antiviral CMV untuk mencegah infeksi CMV berdasarkan hasil diagnostik seperti PCR atau antigenaemia pp56 untuk mendetaksi adanya CMV. Pada strategi terapi ini, pasien yang mendapat terapi pencegahan jauh lebih selektif. Namun, karena membutuhkan tes yang mahal, maka ada penambahan biaya logistik.

Page 26: tugas farmakologi

Dari kedua strategi terapi tadi, ada kontoversi yang timbul. Mana yang lebih baik antara terapi profilaksis seletif atau preemptif. Beberapa studi klinis terkontrol menunjukkan, terapi profilaksis lebih efektif dari segi efikasi dan cost. Guideline dari Inggris merekomendasikan apabila Resipien-/Donor+ atau D+/R+ dan mendapat terapi anti-sel T maka terapi profilaksis lebih dianjurkan.

Page 27: tugas farmakologi

Melalui penekanan yang efektif terhadap CMV dan kemudian mengurangi efek obat imunosupresan, terapi profilaksis akan mencegah efek-efek tak langsung seperti infeksi oportunistik, termasuk virus hepes, dan memilki efek tambahan yakni anti penolakan. Pengurangan infeksi CMV yang efektif berarti memperpanjang harapan hidup pasien transplantasi.