tugas dr wahyu spot slawi

23
Klasifikasi Fraktur terbuka menurut Gustilo, Merkow, dan Templeman (1990) : Tipe I : Luka kecil kurang dari 1 cm panjangnya, biasanya karena luka tusukan dari fragmen tulang yang menembus keluar kulit. Terdapat sedikit kerusakan jaringan dan tidak terdapat tanda-tanda trauma yang hebat pada jaringan lunak. Fraktur yang terjadi biasanya bersifatf simple, transversal, oblik pendek atau sedikit komunitif. Tipe II: Laserasi kulit melebihi 1 cm tetapi tidak ada kerusakan jaringan yang hebat atau avulsi kulit. Terdapat kerusakan yang sedang dari jaringan dengan sedikit kontaminasi fraktur. Tipe III: Terdapat kerusakan yang hebat dari jaringan lunak termasuk otot, kulit, dan struktur neurivaskuler dengna kontaminasi yang hebat. Tipe ini biasanya disebabkan oleh karena trauma dengan kecepatan tinggi. Tipe III dibagi lagi dalam 3 subtipe: Tipe III A Jaringan lunak cukup menutup tulang yang patah walaupun terdapat laserasi yang hebat ataupun adanya flap. Fraktur bersifat segmental atau komunitif yang hebat Tipe III B Fraktur disertai dengan trauma hebat dengan kerusakan dan kehilangan jaringan, terdapat pendorongan (stripping)

Upload: rayi-vialita-poetri

Post on 19-Jan-2016

19 views

Category:

Documents


2 download

DESCRIPTION

fraktur terbuka

TRANSCRIPT

Page 1: Tugas Dr Wahyu SpOT Slawi

Klasifikasi Fraktur terbuka menurut Gustilo, Merkow, dan Templeman (1990) :

Tipe I :

Luka kecil kurang dari 1 cm panjangnya, biasanya karena luka tusukan dari fragmen tulang yang

menembus keluar kulit. Terdapat sedikit kerusakan jaringan dan tidak terdapat tanda-tanda trauma yang

hebat pada jaringan lunak. Fraktur yang terjadi biasanya bersifatf simple, transversal, oblik pendek atau

sedikit komunitif.

Tipe II:

Laserasi kulit melebihi 1 cm tetapi tidak ada kerusakan jaringan yang hebat atau avulsi kulit.

Terdapat kerusakan yang sedang dari jaringan dengan sedikit kontaminasi fraktur.

Tipe III:

Terdapat kerusakan yang hebat dari jaringan lunak termasuk otot, kulit, dan struktur

neurivaskuler dengna kontaminasi yang hebat. Tipe ini biasanya disebabkan oleh karena trauma dengan

kecepatan tinggi.

Tipe III dibagi lagi dalam 3 subtipe:

Tipe III A

Jaringan lunak cukup menutup tulang yang patah walaupun terdapat laserasi yang

hebat ataupun adanya flap. Fraktur bersifat segmental atau komunitif yang hebat

Tipe III B

Fraktur disertai dengan trauma hebat dengan kerusakan dan kehilangan jaringan,

terdapat pendorongan (stripping) periost, tulang terbuka, kontaminasi yang hebat

serta fraktur komunitif yang hebat.

Tipe III C

Fraktur terbuka yang disertai dengan kerusakan arteri yang memerlukan perbaikan

tanpa memperhatikan tingkat kerusakan jaringan lunak.

Page 2: Tugas Dr Wahyu SpOT Slawi

Prinsip dan Metode Pengobatan Fraktur

Penatalasanaan Awal

Sebelum dilakukan pengobatan definitif pada satu fraktur, maka diperlukan :

Pertolongan pertama

Pada penderita dengan fraktur yang penting dilakukan adalah membersihkan jalan napas,

menutup luka dengan verban yang bersih dan imobilisasi fraktur pada anggota gerak yang

terkena agar penderita merasa nyaman dan mengurang nyeri sebelum diangkut dengan

ambulans. Bila terdapat perdarahan dapat dilakukan pertolongan seperti dikemukakan

sebelumnya.

Penilaian klinis

Sebelum menilai fraktur itu sendiri, perlu dilakukan penilaian klinis, apakah luka itu luka

tembus tulang, adakah trauma pembuluh darah / saraf ataukah ada trauma alat-alat dalam

yang lain.

Resusitasi

Kebanyakan penderita dengan fraktur multiple tiba di rumah sakit dengan syok, sehingga

diperlukan resusitasi sebelum diberikan terapi pada frakturnya sendiri berupa pemberian

transfuse darah dan cairan lainnya serta obat-obat anti nyeri.

Prinsip Umum Pengobatan Fraktur

Ada enam prinsip umum pengobatan fraktur :

1. Jangan membuat keadaan lebih jelek

Beberapa komplikasi fraktur terjadi akibat trauma yang antara lain disebabkan karena

pengobatan yang diberikan yang disebut sebagai iatrogenik. Hal ini perlu diperhatikan oleh

karena banyak kasus terjadi akibat penanganan dokter yang menimbulkan komplikasi atau

memperburuk keadaan fraktur yang ada sehingga merupakan kasus malpraktek yang dapat

menjadi kasus dipengadilan. Beberapa komplikasi yang bersifat iatrogenik, dapat di

hindarkan apabila kita dapat mencegahnya dengan melakukan tindakan yang memadai

seperti mencegah kerusakan jaringan lunak pada saat transportasi penderita, serta luka

terbuka dengan perawatan yang tepat.

Page 3: Tugas Dr Wahyu SpOT Slawi

2. Pengobatan berdasarkan atas diagnosis dan prognosis yang akurat

Dengan melakukan diagnosis yang tepat pada fraktur, kita dapat menentukan prognosis

trauma yang dialami sehingga dapat dipilih metode pengobatan yang tepat. Faktor-faktor

yang penting dalam penyembuhan fraktur yaitu umur penderita, lokalisasi, dan konfigurasi,

pergeseran awal serta vaskularisasi dari fragmen fraktur. Perlu ditetapkan apakah fraktur ini

memerlukan reduksi dan apabila perlu apakah bersifat tertutup atau terbuka.

3. Seleksi pengobatan dengan tujuan khusus

Menghilangkan nyeri

Nyeri timbul karena trauma pada jaringan lunak termasuk periosteum dan endoosteum.

Nyeri bertambah bila ada gerakan pada daerah fraktur disertai spasme otot serta

pembengkakan yang progresif dalam ruang yang tertutup. Nyeri dapat diatasi dengan

imobilisasi fraktur dan pemberian analgetik

Memperoleh posisi yang baik dari fragmen

Beberapa fraktur tanpa pergeseran fragmen tulang atau dengan pergeseran yang sedikit

saja sehingga tidak diperlukan reduksi. Reduksi tidak perlu akurat secara radiologik oleh

karena kita mengobati penderita dan tidak mengobati gambaran radiologik

Mengusahakan terjadinya penyambungan tulang

Umumnya fraktur yang telah ditangani, dalam waktu singkat dapat terjadi proses

penyembuhan. Pada fraktur tertentu, bila terjadi kerusakan yang hebat pada periosteum /

jaringan lunak sekitarnya, kemungkinan diperlukan usaha agar terjadi union misalnya

dengan bone graft.

Mengembalikan fungsi secara optimal

Penyembuhan fraktur dengan imobilisasi harus dipikirkan pencegahan atrofi pada anggota

gerak, sehingga perlu diberikan latihan yang bersifat aktif dinamik (isotonik). Dengan

latihan dapat pula dipertahankan kekuatan otot serta sirkulasi darah.

4. Mengingat hukum-hukum penyembuhan secara alami

Jaringan musculoskeletal bereaksi terhadap suatu fraktur sesuai dengan hokum alami yang

telah diterangkan sebelumnya.

5. Bersifat realistik dan praktis dalam memilih jenis pengobatan

Dalam memilih pengobatan harus dipertimbangkan pengobatan yang realistik dan praktis

Page 4: Tugas Dr Wahyu SpOT Slawi

6. Seleksi pengobatan sesuai dengan penderita secara individual

Setiap fraktur memerlukan penilaian pengobatan yang sesuai, yaitu dengan

mempertimbangkan faktor umur, jenis fraktur, komplikasi yang terjadi dan perlu pula

dipertimbangkan keadaan social ekonomi penderita secara individual.

Sebelum mengambil keputusan untuk melakukan pengobatan definitif, prinsip pengobatan ada

empat (4R), yaitu :

1. Recognition, diagnosis dan penilaian fraktur

Prinsip pertama adalah mengetahui dan menilai keadaan fraktur dengan anamnesis,

pemeriksaan klinik dan radiologis. Pada awal pengobatan perlu diperhatikan :

- Lokalisasi fraktur

- Bentuk fraktur

- Menentukan teknik yang sesuai untuk pengobatan

- Komplikasi yang mungkin terjadi selama dan sesudah pengobatan

2. Reduction, reduksi fraktur apabila perlu

Restorasi fragmen fraktur dilakukan untuk mendapatkan posisi yang dapat diterima. Pada

fraktur intra-artikuler diperlukan reduksi anatomis dan sedapat mungkin mengembalikan

fungsi normal dan mencegah komplikasi seperti kekuatan, deformitas serta perubahan

osteoarthritis dikemudian hari.

Posisi yang baik adalah :

- Alignment yang sempurna

- Aposisi yang sempurna

Fraktur seperti klavikula, iga dan fraktur impaksi dari humerus tidak memerlukan

reduksi. Angulasi < 5 derajat pada tulang panjang anggota gerak bawah dan lengan atas

dan angulasi sampai 10 derajat pada humerus dapat diterima. Terdapat kontak sekurang-

kurangnya 50%, dan over-riding tidak melebihi 0,5 inchi pada fraktur femur. Adanya

rotasi tidak dapat diterima dimanapun lokalisasi fraktur.

3. Retention, imobilisasi fraktur

4. Rehabilitation, mengembalikan aktifitas fungsional semaksimal mungkin.

Page 5: Tugas Dr Wahyu SpOT Slawi

Metode – Metode Pengobatan Fraktur

Fraktur Tertutup

Metode pengobatan fraktur pada umumnya dibagi dalam

Penanggulangan Fraktur Terbuka

Beberapa prinsip dasar pengelolaaan fraktur terbuka :

1. Obati fraktur terbuka sebagai suatu kegawatan.

2. Adakah evaluasi awal dan diagnosis akan adanya kelainan yang dapat menyebabkan kematian.

3. Berikan antibiotic pada ruang gawat darurat, di kamar operasi dan setelah operasi.

4. Segera dilakukan debrideman dan irigasi yang baik.

5. Ulangi debridement 24-72 jam berikutnya.

6. Stabilisasi fraktur.

7. Biarkan luka terbuka antar 5-7 hari

8. Lakukan bone graft autogeneous secepatnya.

9. Rehabilitas anggota gerak yang terkena.

Tahap-tahap pengobatan Fraktur Terbuka

1. Pembersihan luka

Pembersihan luka dilakukan dengan cara irigasi dengan cairan NaCl fisiologis secara mekanis

untuk mengeluarkan benda asing ynag melekat.

2. Eksisi jaringan yang mati dan tersangka mati (debridement)

Semua janringan yang kehilangan vaskularisasinya merupakan daerah tempat pembenihan

bakteri sehingga diperlukan eksisi secara operasi pada kulit,jaringahn subkutaneus, lemak,

fasia, otot dan fragmen-fragmen yang lepas.

3. Pengobatan fraktur itu sendiri

Fraktur dengan luka yang hebat memerlukan suatu traksi skeletal atau reduksi terbuka dengan

fiksasi eksterna tulang. Fraktur grade II dan III sebaiknya difiksasi dengan fiksasi eksterna.

4. Penutupan kulit

Page 6: Tugas Dr Wahyu SpOT Slawi

Apanbila fraktur terbuka diobati dalam waktu periode emas (6-7 jam mulai terjadinya

kecelakaan), maka sebaiknya kulit ditutup. Hal ini tidak dilakukan apabila penutupan kulit

sangat tegang. Dapat dilakukan split thickeness skin-graft serta pemasangan drainasi isap

untuk mencegah akumulasi darah dan serum pada luka yang dalam. Luka dapat dibiarkan

terbuka setelah beberapa hari tapi tidak lebih dari 10 hari. Kulit dapat ditutup kembali disebut

delayed primary closure. Yang perlu mendapat perhatian adalah penutupan kulit tidak

dipaksakan yang mengakibatkan sehingga kulit menjadi tegang.

5. Pemberian antibiotika

Pemberian antibiotic bertujuan untuk mencegah infeksi. Antibiotic diberikan dalam dosis

yang adekuat sebelum, pada saat dan sesudah tindakan operasi.

6. Pencegahan tetanus

Semua penderita dengan fraktur terbuka perlu diberikan pencegahan tetanus. Pada penderita

yang telah mendapat imunisasi aktif cukup dengan pemberian toksoid tapi bagi yang belum,

dapat diberikan 250 unit immunoglobulin (manusia).

Komplikasi Fraktur Terbuka

1. Perdarahan, syok septik sampai kematian.

2. Septicemia, toksemia oleh karena infeksi piogenik.

3. Tetanus.

4. Ganggren.

5. Perdarahan sekunder.

6. Osteomyelitis kronis.

7. Delayed union.

8. Nonunion dan malunion.

9. Kekakuan sendi.

10. Komplikasi lain akibat perawatan lama.

Perawatan lanjut dan rehabilitasi fraktur

Ada lima tujuan pengobatan fraktur:

1. Menghilangkan nyeri.

2. Mendapatkan dan mempertahankan posisi yang memadai dari fragment fraktur.

Page 7: Tugas Dr Wahyu SpOT Slawi

3. Mengharapkan dan mengusahakan union.

4. Mengembalikan fungsi secara optimal dengan cara mempertahankan fungsi otot dan sendi,

mencegah atrofi otot, adhesi dan kekakuan sendi, mencegah terjadinya komplikasi seperti

dekubitus, thrombosis vena, infeksi saluran kencing serta pembentukan batu ginjal.

5. Mengembalikan fungsi secara maksimal merupakan tujuan akhir pengobatan fraktur. Sejak awal

penderita harus dituntun secara psikologisuntuk membantu penyembuhan dan pemberian

fisioterapi untuk memperkuat otot-otot serta gerakan sendi baik secara isometric (latihan aktif

statik) pada setiap otot yang berada pada lingkup fraktur serta isotonic yaitu latihan aktif dinamik

pada otot-otot tungkai dan punggung. Diperlukan purla terapi okupasi.

Komplikasi Fraktur

Komplikasi fraktur dapat terjadi secara spontan, karena iatrogenik atau oleh karena tindakan

pengobatan. Komplikasi umumnya akibat tiga factor Utama, yaitu penekanan local, traksi yang

berlebihan dan infeksi. Komplikasi oleh akibat tindakan pengobatan (iatrogenic) umumnya dapat dicegah.

Komplikasi fraktur terhadap organ

1. Komplikasi pada kulit

a. Lesi akibat penekanan

b. Ulserasi akibat dekubitus

c. Ulserasi akibat pemasangan gips

2. Komplikasi pada pembuluh darah

a. Ulserasi aibat pemasangan gips

b. Lesi akibat traksi dan penekanan

c. Iskemik Volkmann

d. Ganggren

3. Komplikasi pada saraf

a. Lesi akibat traksi dan penekanan

4. Komplikasi pada sendi

a. Infeksi (arthritis septic) akibat operasi terbuka pada trauma tertutup.

5. Komplikasi pada tulang

a. Infeksi akibat operasi terbuka pada trauma tertutup (osteomielitis)

b. Komplikasi pada lempeng epifisis dan epifisis pada fraktur anak-anak

Page 8: Tugas Dr Wahyu SpOT Slawi

Pengenalan dan penanganan akibat komplikasi

Beberapa komplikasi yang akan dibicarakan di bawah ini adalah semata-mata disebabkan oleh

trauma (akibat cedera awal) atau karena iatrogenic akibat pengobatan fraktur yang tidak sesuai.

Penanganan trauma dilakukan secara hati-hati dan tekun dengan memperhatikan adanya fraktur

atau komplikasi yang menyertai. Harus diperhatikan keluhan penderita, pemeriksaan klinik secara

kontinu, menilai hasil laboratorium yang ditemukan dan bila perlu dilaukan juga pemeriksaan khusus.

Komplikasi menurut waktu disesuaikan dengna lokalisasi

A. Komplikasi segera

a. Komplikasi local

i. Komplikasi pada kulit

Kulit mengalami aberasi (friction burn) yang disertai partikel atau benda asing

kotor dan masuk sampai ke dermis. Bila terjadi aberasi seperti ini harus

dibersihkan secara menyeluruh untuk mencegah terjadinya kerusakan yang

menyebabkan timbulnya pigmentasi residual pada proses re-epitelisasi.

Pembengkakan yang luas akibat fraktur anggota gerak dapat menarik kulit

sehingga sirkulasi ke superficial lebih banyak dan menimbulkan lepuh.

Selama pengobatan fraktur, kulit secara konstan ditekan antara permukaan sisi

luar dan menderita ulkus dekubitus, khususnya pada sacrum dan tumit. Selain itu

penekanan local dengan plaster of Paris pada kulit dapat menyebabkan ulkus

gips. Komplikasi iatrogenic ini dapat diatasi dengan melakukan skin grafting.

ii. Komplikasi vascular

1. Komplikasi arterial (trauma pada arteri besar)

Pembuluha darah kecil dapat robek saat terjadi fraktur, tetapi hal ini

jarang terjadi pada pembuluh darah besar. Walaupun begitu, komplikasi

terhadap trauma dapat menyebabkan sequel berupa oklusi arteri yang

persisten. Arteri besar mudah rusak oleh trauma yang diserta fraktur dan

dislokasi.

Trauma arteri

Terputusnya arteri

Page 9: Tugas Dr Wahyu SpOT Slawi

Suatu arteri besar dapat terputus secara total atau tidak total oleh

fragmen fraktur yang tajam dari dalam, terjadi secara tiba-tiba

atau oleh benda yang menyebabkan penetrasi di dalam jaringan

yang berasal dari luar. Robekan arteri yang total biasanya

beretraksi dan menghentikan perdarahan secara spontan,

sedangkan robekan yang tidak total cenderung menyebabkan

perdarahan, sehingga ditemukan hematoma local dan iskemik.

Robekan arteri tidak total dapat mengakibatkan hematoma

pulsasi (aneurisma palsu).

Spasme arteri

Spasme menetap pada arteri yang disertai oklusi dapat terjadi

akibat traksi berat dan tiba-tiba pada arteri besar, pada saat

fraktur atau pada waktu saat pengobatan fraktur. Walaupun arteri

tidak terputus, biasanya ditemukan robekan pada intima yang

menyebabkan thrombosis. Spasme arteri sekunder dapat

memisahkan bagian proksimal dan distal arteri kolateral yang

mengakibatkan iskemij yang luas pada bagian distal.

Penekanan arteri

Penekanan arteri dapat disebabkan secara iatrogenic akibat lilitan

gips/pembalut eksterna yang terlalu kuat dan pembengkaan

progresif pada permukaan dalam yang tertutup. Kadang-kadang

arteri besar dapat terjerat dan tertekan di antara dua fragmen

fraktur.

Thrombosis arteri

Setelah trauma arteri yang menyebabkan oklusi persisten, dapat

terjadi sequel berupa thrombosis. Arteriosklerosis terjadi karena

kerusakan akibat thrombosis arteri pasca trauma.

Pengenalan komplikasi arteri

Perdarahan eksterna suatu robekan arteri dapat terlihat secara jelas,

sedangkan perdarahan interna hanya berupa pembengkakan loal yang

progresif. Gejala oklusi arteri yang total pada anggota gerak berupa kulit

yang pucat pada bagian distal, dingin, hilangnya denyut arteri dan bintik-

bintik serta warna hitam pada kulit yang menunjukkan adanya ganggren.

Page 10: Tugas Dr Wahyu SpOT Slawi

Oklusi arteri dapat dideteksi dengan bantuan arteriografi. Oklusi arteri

yang tidak total misalnya pada penjeitan vena kompartemen pada

fasia,menjepit arteri yang dalam tapi arteri superficial tidak terjepit dan

mengakibatkan iskemi sarafdan otot (iskemi Volkmann). Oleh karena itu

iskemi Volkmann diserta nyeri dan iskemi otot, hilangnya sirkulasi

perifer, kulit dingin dan pucat, pembengkakan yang luas serta gangguan

fungsi saraf periferberupa parestesia, hipestesia dan paralisis.

Gambaran klinis iskemi Volkmann berupa nyeri, hinganya denyutan.

Pucat, parestesia dan paralisis. Ketegangan pasif otot iskemik misalnya

ekstensi pasif jari-jari yang akan memperberat nyeri. Anelgetik

sebaiknya tidak diberikan pada nyeri setelah reduksi fraktur karena dapat

mengaburkan adanya iskemik Volkmann.

Pengobatan komplikasi arteri

Oklusi suatu arteri besar memerlukan suatu operasi darurat dalam

beberapa jam sejak terjadinya trauma bersama-sama dengan iskemik

yang bersifat irreversible. Komplikasi pada pembuluh darah memerlukan

pengobatan yang segera.

Urutan pengobatan diatur sebagai berikut :

Setiap penjepitan arteri akibat lilitan pembalut yang terlalu ketat

harus dibuka (pembalut jangan hanya dipotong).

Setiap distorsi pada fraktur anggota gerak atau posisi ekstrim dekat

persendian haruns dikurangi.

Bila fraktur diobati dengan traksi kontinu, seluruh traksi haus

dikurangi.

Jika gagal untuk memulihkan sirkulasi perifer yang adekuat dapat

dilakukam arteriografi darurat dan bila tidak ada kemajuan dalam 30

menit, maka harus dilakukam eksplorasi arteri. Pada operasi, jika

arteri telah dibuka harus diperbaiki dengan melakukan teknik jahitan

langsung. Jika memungkinkan dapat dilakukan vena graft

autogeneus atau protesis arteri. Pembuluh vena besar harus

diperbaiki. Thrombus pada arteri harus dihilangkan dan jika arteri

Page 11: Tugas Dr Wahyu SpOT Slawi

mengalami memar atau robekan pada intima harus dilakukan

pemotongan pada pembuluh darah yang rusak dan dipulihkan dengan

teknik jahitan langsung, graft vena atau protesis.

Spasme arteri yang persisten lebih sulit dihilangkan, jika aplikasi

local pada papaverin hangat tidak mengurangi spasme, maka bagian

yang mengalami konstriksi dapat didilatasi dengan injeksi intra-

arterila NaCl fisiologis dan proksimal. Sebagai pertolongan,

pemotongan dan pengikatan ujung arteri dan kolateralnya akan

memulihkan sirkulasi distal terutama pada anak-anak.

Setelah pengobatan sirkulasi vaskuler, maka perlu dilakukan fiksasi

interna pada fraktur untuk mencegah pergerakan pada daerah arteri

yang mengalami trauma.

Sequele dari komplikasi arteri

Ganggren

Iskemia total yang persisten pada bagian distal suatu lesi arteri

dapat menyebabkan nekrosis jaringan termasuk kulit (ganggren).

Jaringan yang mengalami iskemik akan menjadi mumi dan kulit

berwarna hitam. Kompliasi ini bersifat irreversible dan

memerlukan tindakan amputasi di atas jaringan yang masih

hidup.

Kontraktur iskemik Volkmann

Oklusi persisten arteri yang letaknya lebih dalam selama 6 jam

atau lebih menyebabkan iskemia dan akhirnya nekrosis otot dan

saraf. Otot yang nekrosis digantikan oleh jaringan parut fibrosa

yang menyebabkan pemendekan otot (kontraktur). Reseksi otot

dan saraf yang mengalami iskemik Volkmann bertujuan untuk

mencegah terjadinya kontraktur. Yang terpenting pada iskemik

Volkmann adalah pencegahan dan apabila terjadi harus ditangani

sejak awal, sehingga kelainan dapat dipulihkan.

Claudicatio intermitten

Pada ganggren atau kontraktur iskemik Volkmann bahkan pada

lesi arteri yang tidak begitu luas, bila tidak ditangani dengan baik

Page 12: Tugas Dr Wahyu SpOT Slawi

maka dapat terjadi sequele berupa iskemia yang relative

persisten termasuk nyeri, yang terlihat bila ada aktifitas otot dan

pulih dengan istirahat (claudicatio intermitten). Sebagai

tambahan dapat terjadi kelemahan otot yang persisten, kekuatan

dan rasa dingin pada anggota gerak.

Gas Ganggren

Gas ganggren merupakan komplikasi yang serius tapi kelainan

ini disebabkan oleh bakteri anaerob (Clostridium welchii) yang

menghasilkan gas dan edema yang bersifat progresif pada

jaringan.darah segera membeku akibat gas ganggren.

Setelah fase inkubasi 24-48 jam pemderita merasa nyeri local

dan merasa sangant sakit. Ditemukan bau khas berupa bau busuk

yang dihasilkan oleh gas ganggren. Pada pemeriksaan fisik

ditemukan krepitasi pada jaringan lunak yang menunjukkan

adanya gas yang \dapat dideteksi dengan pemeriksaan radiologis.

Luka harus segera dibuka dan dilakukan debridement. Penderita

diberi antibiotic sistemik, biasanya golongan penisislin dan

tetrasiklin. Dapat pula diberikan oksigen hiperbarik selama 2-4

periode yang biasanya memberikan hasil yang baik.

2. Komplikasi vena

Trauma pada vena besar dibagi atas total dan tidak total yang disebabkan

oleh trauma dari luar akibat pergeseran fragmen fraktur atau dari luar

penetrasi benda asing dari luar. Trauma pada vena besar dapat diperbaiki

dengan cara operasi untuk mencegah terjadinya sequel akibat terjadinya

kongesti vena distal yang permanen.

Thrombosis vena dan emboli paru

Vena pada anggota gerak bawah dan panggul lebih peka daripada

anggota gerak atas terhadap thrombosis akibat fraktur. Vena orang

dewasa lebih peka daripada anak-anak. Factor utama terjadinya

percepatan thrombosis adalah adanya vena yang stasis oleh karena

penekanan vena local pada posisi baring atau akibat balutan plaster of

Paris yang terlalu kuat.

Page 13: Tugas Dr Wahyu SpOT Slawi

Vena yang stasis diperburuk oleh otot yang tidak aktif yang dalam

keadaan normal mempunyai pompa balik. Setelah suatu fraktur, vena

mengalami flebotrombosis yang berbeda dengan thrombosis akibat

inflamasi (flebo-flebitis). Thrombus yang tidak melekat erat pada

dinding vena akan terlepas, masuk ke paru-paru menyebabkan terjadinya

emboli paru. Kira-kira separuh emboli paru berasal dari thrombosis yang

tidak terdeteksi (silent thrombosis).

Diagnosis

Bila terjadi thrombosis pada vena betis, keluhan berupa nyeri local pada

garis tengah posterior betis disertai pembengkakan bagian distal akibat

adanya kongesti. Dorsofleksi pasif pada pergelangan kaki akan

memberikan rasa nyeri yang lebih hebat (tanda Homan). Bila thrombosis

terjadi lebih tinggi maka seluruh anggota gerak bawah membangkak.

Venogram dapat membantu menentukan letak thrombosis.

Komplikasi emboli paru bermacam-macam.

B. Komplikasi awal

C. Komplikasi lanjut

Page 14: Tugas Dr Wahyu SpOT Slawi

Komplikasi menurut waktu disesuaikan dengan lokalisasi

A. Komplikasi segera / komplikasi lokal

1. Komplikasi pada kulit trauma pada kulit

- Dari luar : aberasi, laserasi, luka tusuk, luka tembus peluru, avulsi, kehilangan kulit,

- Dari dalam : penetrasi kulit oleh fragmen fraktur

2. Komplikasi vaskuler

- Trauma pada arteri besar, terputus, kontusi, dan spasme arteri

- Trauma pada vena besar, terputus, kontus

o Eksterna : keluar ke permukaan tubuh

o Interna :

Ke dalam jaringan lunak seperti hematoma

Ke dalam rongga intracranial, hemotoraks, hemoperitoneal,

hemarthrosis

3. Komplikasi neurologis

- Otak

- Sumsum tulang belakang

- Saraf perifer

4. Komplikasi pada otot biasanya bersifat tidak total

5. Komplikasi pada organ

- Toraks, jantung, dan pembuluh darah besar, trakea, bronkus dan paru-paru

- Intra-abdominal, saluran pencernaan, hati, limpa, dan saluran kemih.

Komplikasi diluar fraktur pada organ lain

- Trauma multiple : trauma pada alat lain tubuh yang tidak berhubungan dengan fraktur

- Syok hemoragik

B. Komplikasi awal

Komplikasi lokal

1. Komplikasi sisa dari komplikasi yang segera terjadi berupa nekrosis kulit, gangren,

iskemik Volkmann, gas gangren, thrombosis vena serta komplikasi pada alat-alat lain

Page 15: Tugas Dr Wahyu SpOT Slawi

2. Komplikasi pada sendi

- Infeksi (arthritis septik) oleh karena trauma terbuka

3. Komplikasi pada tulang

- Infeksi (osteomielitis) pada daerah fraktur karena adanya trauma terbuka

- Nekrosis avaskuler tulang biasanya mengenai satu fragmen

Komplikasi di luar pada organ lain

- Emboli lemak

- Emboli paru

- Pneumonia

- Tetanus

- Delirium tremens

C. Komplikasi lanjut

Komplikasi lokal

1. Komplikasi pada sendi

- Kekakuan sendi yang menetap

- Penyakit degeneratif sendi pasca trauma

2. Komplikasi pada tulang

- Penyembuhan fraktur yang abnormal, malunion, delayed union, dan nonunion

- Gangguan pertumbuhan oleh karena adanya trauma pada lempeng epifisis

- Infeksi yang menetap (osteomielitis kronik)

- Osteoporosis pasca trauma

- Atrofi Sudeck

- Refraktur

3. Komplikasi pada otot

- Miositis osifikans pasca trauma

- Ruptur tendo lanjut

4. Komplikasi saraf

- Tardy nerve palsy

Page 16: Tugas Dr Wahyu SpOT Slawi

Komplikasi pada organ lain

1. Batu ginjal

2. Neurosis akibat kecelakaan