tugas dr billy

27
TUGAS KEPANITERAAN KLINIK BAGIAN ILMU KESEHATAN GIGI DAN MULUT Oleh : Yasinta Putri Astria 04054821517069 Dosen Pembimbing : Drg. Billy Sujatmiko, Sp.KG DEPARTEMEN ILMU KESEHATAN GIGI DAN MULUT RUMAH SAKIT UMUM PUSAT MOH. HOESIN PALEMBANG FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SRIWIJAYA PALEMBANG

Upload: yasintaputri

Post on 27-Jan-2016

14 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

tugas

TRANSCRIPT

Page 1: Tugas Dr Billy

TUGAS KEPANITERAAN KLINIK

BAGIAN ILMU KESEHATAN GIGI DAN MULUT

Oleh :

Yasinta Putri Astria

04054821517069

Dosen Pembimbing :

Drg. Billy Sujatmiko, Sp.KG

DEPARTEMEN ILMU KESEHATAN GIGI DAN MULUT

RUMAH SAKIT UMUM PUSAT MOH. HOESIN PALEMBANG

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SRIWIJAYA

PALEMBANG

Page 2: Tugas Dr Billy

1. Kedalaman Karies

Menurut ICDAS (International Caries Detection and

Assessment System), karies terbagi atas 6, yaitu:

D1 : Dalam keadaan gigi kering, terlihat lesi putih pada permukaan

gigi.

D2 : Dalam keadaan gigi basah, sudah terlihat adanya lesi putih

pada permukaan gigi

D3 : Terdapat lesi minimal pada permukaan email gigi.

D4 : Lesi email lebih dalam. tampak bayangan gelap dentin atau

lesi sudah mencapai bagian dentinoenamel Junction (DEJ).

D5 : Lesi telah mencapai dentin.

D6 : Lesi telah mencapai pulpa

2. Perjalanan Karies

Lesi email awal di dapat saat level PH pada permukaan gigi

lebih rendah sehingga tidak dapat diimbangi dengan remineralisasi,

tetapi tidak cukup rendah untuk menghambat proses remineralisasi

pada daerah permukaan email. Ion asam berpenetrasi dalam

menuju porus lapisan prisma yang dapat menyebabkan

demineralisasi subpermukaan. Permukaan gigi dapat tetap utuh

karena adanya remineralisasi di permukaan yang disebabkan

peningkatan level ion fluoride, ion Ca2+ dan HPO 42+, dan juga

saliva.

Yang termasuk karakteristik klinis lesi email awal adalah

kehilangan translusensi normal dari email yang memberikan

penampakan putih kapur, terlebih lagi pada saat dehidrasi, selain

itu juga terdapat lapisan permukaan yang rentan rusak pada saat

probing, khusunya pada pit dan fissura. Termasuk pula didalamnya,

adanya peningkatan porusitas, khususnya pada subpermukaan sehingga

terdapatpeningkatan potensial terjadinya noda dan adanya penurunan densitas pada

bagian sub permukaan, yang dapat di deteksi dengan radiograf atau dengan

transluminasi. Ukuran lesi sub permukaan dapat berkembang sehingga dentin

Page 3: Tugas Dr Billy

dibawahnya terlibat dan terdemineralisasi lalu kemudian lesi interproksimal dapat

terdeteksi oleh radiograf. Walau begitu, selagi permukaan gigi menyatu, lesi masih

dapat dikatakan reversible.

Dalam mengatasi lesi email dini, secara idealnya adalah berusaha

mengembalikan densitas email, tetapi pada realitanya hanya terdapat sebagian

perbaikan pada densitas permukaan. Walaupun demikian, remineralisasi sebagian

pada lesi awal menjadikan email tersebut lebih resisten terhadap demineralisasi asam

daripada email normal dan secara fisik lebih kuat. Sehingga lebih bauk bagi pasien

untuk tetap menjada oral hygiene daripada langsung memperbaiki gigi dan

mengabaikan usaha remineralisasi. Jika ketidakseimbangan remineralisasi atau

demineralisasi berlanjut, maka permukaan lesi awal akan runtuh dengan adanya

pelarutan apatit atau fraktur kristal yang lemah, sehingga menghasilkan kavitas.

Bakteri plak akan memenuhi kavitas dan membuat proses

remineralisasi semakin sulit dan kurang efektif sehingga kompleks

dentin-pulpa akan menjadi aktif. Pulpa akan menghasilkan respon

segera terhadap invasi asam pada tubuli paling luar. Akan terdapat

mineralisasi pada kanal lateral yang menggabungan tubuli dentin

sehingga menghasilkan lapisan translusen.

Hal ini tidak terlihat secara klinis tetapi dapat diungkapkan

secara radiograf dan dapat dilihat apabila seluruh dentin yang

terdemineralisasi diangkat pada saat preparasi kavitas. Hal ini

sebenarnya adalah suatu reaksi pertahanan dari pulpa yang

membuktikan pulpa dan dentin merupakan satu kesatuan organ dan

memiliki kemampuan yang sama dalam proses penyembuhan.

Sekali demineralisasi berlanjut dari email menuju dentin dan bakteri

menjadi permanen didalam kavitas, mereka akan menerobos ke

dalam dentin yang lebih dalam dengan sendirinya. Demineralisasi

masih dapat dikontrol dengan diet substrat tetapi bakteri juga akan

memproduksi asam untuk melarutkan hidroksapatit pada dentin

yang lebih dalam. Tekstur dan warna dentin akan berubah seiring

perkembangan lesi. Tekstur akan berubah karena demineralisasi

dan warna akan bertambah gelap akibat produk bakteri atau noda

Page 4: Tugas Dr Billy

dari makanan dan minuman. Pada lesi kronik, perubahan warna

akan lebih terlihat dan tekstur dasar kavitas akan lebih lunak.

Proses karies akan terus berlanjut, mencapai pulpa dan

menimbulkan infeksi pulpa sehingga terjadi kematian pulpa atau

nekrosis dan selanjutnya menjadi abses. Secara radiografis,

gambaran abses gigi permanen akan tampak disekitar periapikal

sedangkan pada gigi susu, abses kronik berupa kerusakan inter-

radikular, terutama terlihat di daerah bifurkasi. Secara klinis infeksi

telah menyebar ke jaringan lunak didaerah bukal berupa parulis

atau abses ginggival berupa eksudat, yang akan pecah dan

meninggalkan saluran fistel. Infeksi kronis yang terjadi pada gigi

susu pada saat pembentukan aktif dari mahkota gigi permanen

erupsi dengan efek hipoplasia atau hipokalsifikasi email. Hal ini

sering dijumpai pada gigi premolar.

Tahapan Proses Karies

1. Small Pit

Mikroorganisme mulai menyerang bagian gigi yang rentan, yaitu 

pit.

2. Bluish WhiteArea

Dentin lebih lunak email sehingga mikroorganisme akan menyer

ang dentinoenamel junction yang akan menimbulkan warna

keputihan pada email.

3. Open Cavity

Jika penyerangan mikroorganisme terus berlanjut, maka akan ter

lihat

kavitas besar warna coklat muda. 

4. Pulpitis

Pulpa mulai diserang sehingga menimbulakn infeksi. 

5. Apical abscess

Pulpa sudah mati dan pulpitis mulai merambah ke ligament perio

dontal.

Page 5: Tugas Dr Billy

3. White spot (pemeriksaan subjektif, objektif, dan tindakan)

White spot/ lesi putih adalah proses awal terjadinya lubang gigi yang timbul

akibat pelepasan ion kalsium dan fosfat dari email gigi yang disebut dengan

demineralisasi namun pada fase ini permukaan gigi masih utuh. Bercak putih (White

spot) timbul akibat pelepasan ion kalsium dan fosfat dari email gigi yang disebut

dengan demineralisasi.

- warnanya putih seperti kapur

- tidak terasa sakit atau ngilu

- terjadi karena adanya demineralisasi struktur gigi

- bersifat reversibel atau bisa mengalami mineralisasi kembali

treatment

- menggunakan tooth mouse dan rajin menggunakan pasta gigi

berfluoride

- tidak diperlukan penambalan akan tetapi jika mengganggu

penampilan maka bisa dilakukan perbaikan oleh dokter gigi

4. Perjalanan syaraf (rangsangan nyeri) pada gigi sampai ke otak

Page 6: Tugas Dr Billy

Nervus sensori pada rahang dan gigi berasal dari cabang

nervus cranial ke-V atau nervus trigeminal pada maksila dan

mandibula. Persarafan pada daerah orofacial, selain saraf trigeminal

meliputi saraf cranial lainnya, seperti saraf cranial ke-VII, ke-XI, ke-

XII.

NERVUS MAKSILA

Cabang maksila nervus trigeminus mempersarafi gigi-gigi

pada maksila, palatum, dan gingiva di maksila. Selanjutnya cabang

maksila nervus trigeminus ini akan bercabang lagi menjadi nervus

alveolaris superior. Nervus alveolaris superior ini kemudian akan

bercabang lagi menjadi tiga, yaitu nervus alveolaris superior

anterior, nervus alveolaris superior medii, dan nervus alveolaris

superior posterior. Nervus alveolaris superior anterior mempersarafi

gingiva dan gigi anterior, nervus alveolaris superior medii

mempersarafi gingiva dan gigi premolar serta gigi molar I bagian

mesial, nervus alveolaris superior posterior mempersarafi gingiva

dan gigi molar I bagian distal serta molar II dan molar III.

NERVUS MANDIBULA

Cabang awal yang menuju ke mandibula adalah nervus

alveolar inferior. Nervus alveolaris inferior terus berjalan melalui

rongga pada mandibula di bawah akar gigi molar sampai ke tingkat

foramen mental. Cabang pada gigi ini tidaklah merupakan sebuah

cabang besar, tapi merupakan dua atau tiga cabang yang lebih

besar yang membentuk plexus dimana cabang pada inferior ini

memasuki tiap akar gigi.

Selain cabang tersebut, ada juga cabang lain yang

berkonstribusi pada persarafan mandibula. Nervus buccal, meskipun

distribusi utamanya pada  mukosa pipi, saraf ini juga memiliki

cabang yang biasanya di distribusikan ke area kecil pada gingiva

Page 7: Tugas Dr Billy

buccal di area molar pertama. Namun, dalam beberapa kasus,

distribusi ini memanjang dari caninus sampai ke molar ketiga.

Nervus lingualis, karena terletak di dasar mulut, dan memiliki

cabang mukosa pada beberapa area mukosa lidah dan gingiva.

Nervus mylohyoid, terkadang dapat melanjutkan perjalanannya

pada permukaan bawah otot mylohyoid dan memasuki mandibula

melalui foramen kecila pada kedua sisi midline. Pada beberapa

individu, nervus ini berkontribusi pada persarafan dari insisivus

sentral dan ligament periodontal.

Serabut saraf yang terapat pada gigi baik rahang atas dan

rahang bawah juga pada mata terhubung melalui saraf trigeminus

( nervus V/ganglion gasseri). Cabang maxillaris (rahang atas) dan

mandibularis (rahang bawah) penting pada kedokteran gigi. Cabang

maxillaris memberikan inervasi sensorik ke gigi maxillaris, palatum,

dan gingiva. Cabang mandibularis memberikan persarafan sensorik

ke gigi mandibularis, lidah, dan gingiva. Variasi nervus yang

memberikan persarafan ke gigi diteruskan ke alveolaris, ke soket di

mana gigi tersebut berasal.  Nervus alveolaris superior ke gigi

maxillaris berasal dari cabang maxillaris nervus trigeminus. Nervus

alveolaris inferior ke gigi mandibularis berasal dari cabang

mandibularis nervus trigeminus.

CABANG MAXILLARIS MEMPERSARAFI :

PALATUM

Membentuk atap mulut dan lantai cavum nasi yang terdiri dari :

- Palatum durum (langit keras)

- Palatum mole (langit lunak)

PALATUM DURUM

Terdapat tiga foramen :

- foramen incisivum pada bidang median ke arah anterior

- foramina palatina major di bagian posterior dan

- foramina palatina minor ke arah posterior

Page 8: Tugas Dr Billy

- Bagian depan palatum : N. Nasopalatinus (keluar dari foramen

incisivum), mempersarafi gigi anterior rahang atas

- Bagian belakang palatum : N. Palatinus Majus (keluar dari foramen

palatina mayor), mempersarafi gigi premolar dan molar rahang

atas.

PALATUM MOLAE

N. Palatinus Minus (keluardari foramen palatina minus),

mempersarafi seluruh palatina mole.

PERSARAFAN DENTIS DAN GINGIVA RAHANG ATAS

Permukaan labia dan buccal :

- N. alveolaris superior posterior, medius dan anterior 

- Nervus alveolaris superior anterior, mempersarfi gingiva dan gigi

anterior

- Nervus alveolaris superior media, mempersarafi gingiva dan gigi

premolar dan molar I bagian mesial

- Nervus alveolaris superior posterior, mempersarafi gingiva dan

gigi molar I bagian distal, molar II dan molar III

Permukaan palatal :

- N. palatinus major dan nasopalatinus

- Bagian depan palatum: N. Nasopalatinus (keluar dari foramen

incisivum), mempersarafi gingiva dan gigi anterior rahang atas

- Bagian belakang palatum: N. Palatinus Majus (keluar dari foramen

palatina mayor), mempersarafi gingiva dan gigi premolar dan

molar rahang atas.

CABANG MANDIBULARIS :

PERSARAFAN DENTIS

Dipersyarafi oleh Nervus Alveolaris Inferior, mempersarafi gigi

anterior dan posterior gigi rahang bawah.

PERSARAFAN GINGIVA

Page 9: Tugas Dr Billy

Permukaan labia dan buccal :

- N. Buccalis, mempersarafi bagian buccal gigi posterior rahang

bawah

- N. Mentalis, merupakan N.Alveolaris Inferior yang keluar dari

foramen Mental

Permukaan lingual :

N. Lingualis, mempersarafi 2/3 anterior lidah, gingiva dan gigi

anterior dan posterior rahang bawah

5. Karies Email

Karies email merupakan karies yang terjadi pada permukaan email gigi

(lapisan terluar dan terkaras dari gigi), dan belum terasa sakit hanya ada pewarnaan

hitam atau cokelat pada email. Apabila keseimbangan antara laju proses

demineralisasi dengan remineralisasi berlanjut maka permukaan lesi awal akan runtuh

akibat dari pelarutan apatie yang sudah melemah sehingga menghasilkan kavitas.

6. Karies dentin

Merupakan karies yang sudah mencapai bagian dentin (tulang gigi) atau

bagian pertengahan antara permukaan gigi dan kamar pulpa. Gigi biasanya terasa

sakit bila terkena rangsangan dingin, makanan asam dan manis.

Page 10: Tugas Dr Billy

7. Iritasi pulpaIritasi pulpa adalah suatu keadaan dimana lapisan enamel gigi mengalami

kerusakan sampai batas dentino enamel junction.

8. Hiperemis pulpaHiperemi pulpa merupakan lanjutan dari iritasi pulpa. Hyperemi pulpa adalah

suatu keadaan dimana lapisan dentin mengalami kerusakan , terjadi sirkulasi darah

bertambah karena terjadi pelebaran pembuluh darah halus di dalam pulpa. Pulpa

terdiri dari saluran pembuluh darah halus, urat-urat syaraf,dan saluran lympe.

9. Pulpitis Reversibel

Pulpitis reversible merupakan proses inflamasi ringan yang

apabila penyebabnya dihilangkan maka inflamasi menghilang dan

pulpa akan kembali normal. Faktor-faktor yang menyebabkan

pulpitis reversible, antara lain stimulus ringan atau sebentar seperti

karies insipient, erosi servikal, atau atrisi oklusal, sebagian besar

prosedur operatif, kuretase periodontium yang dalam dan fraktur

email yang menyebabkan tubulus dentin terbuka.

Gejala

Pulpitis reversible bersifat asimtomatik dapat disebabkan

karena karies yang baru muncul dan akan kembali normal bila

karies dihilangkan dan gigi direstorasi dengan baik, apabila ada

gejala (bersifat simtomatik) biasanya berbentuk pola khusus.

Aplikasi stimulus dingin atau panas, dapat menyebabkan rasa sakit

yang tajam. Jika stimulus ini dihilangkan, nyeri akan segera reda.

Stimulus panas dan dingin menimbulkan nyeri yang berbeda pada

pulpa normal. Ketika panas diaplikasikan pada gigi dengan pulpa

yang tidak terinflamasi, respon awal yang langsung terjadi

(tertunda), namun jika stimulus panas ditingkatkan maka intensitas

nyeri akan meningkat. Sebaliknya, jika stimulus dingin diberikan,

pulpa normal akan segera terasa nyeri dan menurun jika stimulus

dingin dipertahankan. Berdasarkan observasi hal ini, respon dari

Page 11: Tugas Dr Billy

pulpa sehat maupun terinflamasi tampaknya sebagian besar

disebabkan oleh perubahan dalam tekanan intrapulpa.

10. Pulpitis ireversibel

Pulpitis irreversible merupakan inflamasi parah yang tidak

akan bisa pulih walaupun penyebabnya dihilangkan dan lambat atau

cepat pulpa akan menjadi nekrosis. Pulpa irreversible ini seringkali

merupakan akibat atau perkembangan dari pulpa reversible. Dapat

pula disebabkan oleh kerusakan pulpa yang parah  akibat

pengambilan dentin yang luas selama prosedur

operatif, trauma atau pergerakan gigi dalam perawatan ortodontic

yang menyebabkan terganggunya aliran darah pulpa.

Gejala

Pada awal pemeriksaan klinik pulpitis irreversibel ditandai

dengan suatu paroksisme (serangan hebat), rasa sakit dapat

disebabkan oleh hal berikut: perubahan temperatur yang tiba-tiba,

terutama dingin bahan makanan manis ke dalam kavitas atau

pengisapan yang dilakukan oleh lidah atau pipi dan sikap berbaring

yang menyebabkan bendungan pada pembuluh darah pulpa. Rasa

sakit biasanya berlanjut jika penyebab telah dihilangkan, dan dapat

datang dan pergi secara spontan, tanpa penyebab yang jelas. Rasa

sakit seringkali dilukiskan oleh pasien sebagai menusuk, tajam atau

menyentak-nyentak, dan umumnya adalah parah. Rasa sakit bisa

sebentar-sebentar atau terus-menerus tergantung pada tingkat

keterlibatan  pulpa dan tergantung pada hubungannya dengan ada

tidaknya suatu stimulus eksternal. Terkadang pasien juga

merasakan rasa sakit yang menyebar ke gigi di dekatnya, ke pelipis

atau ke telinga bila bawah belakang yang terkena. Menentukan

lokasi nyeri pulpa lebih sulit dibandingkan nyeri pada

periapikal/periradikuler dan menjadi lebih sulit jika nyerinya

semakin intens.Stimulus eksternal, seperti dingin atau panas dapat

menyebabkan nyeri berkepanjangan.

Page 12: Tugas Dr Billy

Nyeri pada pulpitis irreversible berbeda dengan pulpa yang

normal atau sehat. Sebagai contoh, aplikasi panas pada inflamasi ini

dapat menghasilkan respon yang cepat dan aplikasi dingin,

responnya tidak hilang dan berkepanjangan. Walaupun telah diklaim

bahwa gigi dengan pulpitis irreversible mempunyai ambang

rangsang yang rendah terhadap stimulasi elektrik, menurut

Mumford ambang rangsang persepsi nyeri pada pulpa yang

terinflamasi dan tidak terinflamasi adalah sama.

11. Nekrosis pulpa

Nekrosis pulpa adalah kematian pulpa yang dapat diakibatkan

oleh pulpitis ireversibel yang tidak dirawat atau terjadi trauma yang

dapat mengganggu suplai darah ke pulpa. Jaringan pulpa tertutup

oleh email dan dentin yang kaku sehingga tidak memiliki sirkulasi

darah kolateral. Bila terjadi peningkatan jaringan dalam ruang pulpa

menyebabkan kolapsnya pembuluh darah sehingga akhirnya terjadi

nekrosis likuifaksi. Jika eksudat yang dihasilkan selama pulpitis

ireversibel di drainase melalui kavitas karies atau daerah pulpa

yang terbuka, proses nekrosis akan tertunda dan jaringan pulpa di

daerah sekitar akar tetap vital dalam jangka waktu yang lebih lama.

Jika terjadi hal sebaliknya, mengakibatkanproses nekrosis pulpa

cepat dan total.

Morfologi dan Anatomi Pulpa

Pulpa adalah jaringan ikat lunak yang menempati

pertengahan gigi. Bentuk pulpa menyerupai bentuk anatomi luar

gigi. Pulpa dibentuk oleh kamar pulpa di bagian mahkota gigi dan

saluran akar yang memanjang sepanjang gigi. Bentuk dan jumlah

saluran akar dapat bervariasi. Pada bagian apeks masing-masing

akar terdapat foramen apikal yang dilalui pembuluh darah, saraf

dan pembuluh limfe. Tonjolan pulpa yang disebut tanduk pulpa atau

korona terletak di bagian bawah masing-masing tonjol (cups) gigi.

Page 13: Tugas Dr Billy

Struktur Seluler

Konsistensi pulpa seperti gelatin, terdiri atas komponen sel

dan substansi interseluler. Odontoblas dapat ditemukan di bagian

perifer pulpa. Pada waktu gigi erupsi, terdapat suatu area bebas sel

yang disebut lapisan basal Weil, yang terletak di bawah lapisan sel

Odontoblas. Jauh di bawah area tersebut dapat ditemukan suatu

area pada sel yang mengandung pleksus kapiler dan saraf. Di dalam

pulpa, terdapat banyak sel fibroblas yang berfungsi membentuk

serat kolagen. Histiosit atau makrofag adalah sel pertahanan utama

yang ditemukan di dalam pulpa. Ketika pulpa mengalami inflamasi,

sel histiosit berubah menjadi makrofag bebas. Leukosit

polimorfonuklear juga ditemukan sebagai respon terhadap

inflamasi.

Substansi Interseluler

Terdiri atas serat-serat dan substansi dasar yang amorf,

pembuluh darah, dan saraf. Serat-serat kolagen ditemukan tersebar

di setiap bagian pulpa dan mendukung jaringan pulpa. Substansi

dasar yang amorf merupakan substansi gelatinosa yang memberi

bentuk pada pulpa. Pulpa di suplai oleh banyak pembuluh darah

arteriol masuk ke dalam pulpa melalui foramen apikalis dan berjalan

ke arah mahkota, yang kemudian bercabang-cabang dan

beranastomosis (berjalinan) dengan arteriol lainnya. Arterio-arteriol

tersebut berakhir pada suatu pleksus kapiler yang padat ke bawah

Page 14: Tugas Dr Billy

Odontoblas dan darah kemudian mengalir ke venula yang keluar

dari pulpa juga melalui foramen apikalis.

Saraf yang bermielin dan tak bermielin masuk melalui

foramen apikalis dan biasanya mengikuti jalannya pembuluh darah.

Ketika pembuluh darah naik dan mengarah ke mahkota, pembuluh

tersebut bercabang menuju perifer pulpa dan membagi diri,

membentuk suatu jaringan serat-serat saraf yang disebut Pleksus

Raschow persis di bawah lapisan basal sel Weil. Beberapa serat

melintasi lapisan Weil, masuk melalui Odontoblas dan lapisan

predentin, dan memasuki tubulus derntin.

Saluran Akar 

Saluran akar terdiri dari saluran akar utama dan saluran akar

tambahan (accessory canal) saluran akar utama adalah sepanjang

akar gigi yang berisi jaringan pulpa, saraf pembuluh darah. Saluran

akar utama ini berhubungan langsung dengan kamar pulpa dan

normalnya diameter yang terbesar terletak pada orifis 1/3 garis

servikal dan berakhir pada foramen apikal yang berjarak 3 mm dari

ujung akar dan merupakan pusat apeks akar.

Benuk Saluran akar mencerminkan outline permukaan

mahkota dan akar. Dengan kata lain, bentuk saluran akar

ditentukan oleh bentuk akar (dalam potongan melintang). Walaupun

bentuk akar pada penampang sangat bervariasi, Richard E. Walton

dan Frank J. Vertucci menyatakan bahwa secara umum terdapat 7

konfigurasi yaitu :

- bulat

- oval

- oval panjang (long oval)

- bowling pin (seperti pin bowling)

- kidney bean (sperti ginjal)

- ribbon (seperti pita)

- hourglass (seperti jam pasir)

Page 15: Tugas Dr Billy

Bentuk saluran akar pada penampang melintang sangat

dipengaruhi oleh benuk dan ukuran akar, derajat kelengkungan akar

serta usia dan kondisi gigi. Seringkali pada satu akar terdapat dua

saluran akar. Diantara dua saluran akar ini sering terdapat

isthmus. Isthmus adalah suatu celah penghubung antara dua

saluran akar yang biasanya juga berisi saluran pulpa. Pada jarak 3

mm pada apek, isthmus tampak menggabungkan dua saluran akar

dalam satu akar. Isthmus merupakan bagian dari sistem  saluran

akar sehingga isthmus juga harus dipreparasi, diirigasi dan diisi

dengan bahan pengisi saluran akar.

Mekanisme Terjadinya Inflamasi pada Pulpa.

Derajat inflamasi pulpa sangat berhubungan dengan

intensitas dan keparahan jaringan pulpa yang rusak. Iritasi ringan

seperti pada karies dan preparasi kavitas yang dangkal

mengakibatkan inflamasi yang sedikit atau tidak sama sekali pada

pulpa sehingga tidak mengakibatkan perubahan yang signifikan.

Sebaliknya, iritan seperti pada karies yang dalam dan prosedur

operatif yang luas biasanya mengakibatkan perubahan inflamasi

yang lebih parah.

Iritasi sedang sampai parah akan

mengakibatkan inflamasi lokal dan lepasnya sel-selinflamasi dalam

konsentrasi tinggi. Iritasi ini mengakibatka pengaktifan bermacam-

macam sistem biologis seperti reaksi inflamasi nonspesifik seperti

histamin, bradikinin, metabolit asam arakhidonat, leukosit PMN,

inhibitor protease, dan neuropeptida. Selain itu, respon imun juga

dapat menganisiasi dan memperparah penyakit pula. Pada jaringan

pulpa normal dan tidak terinflamasi mengandung sel

imunokompeten seperti limfosit T, limfosit B, makrofag, dan sel

dendrittik. Konsentrasi sel-sel tersebut  meningkatk ketika pulpa

terinflamasi sebagai bentuk mekanisme pertahanan untuk

melindungi jaringan pulpa dari invasi mikroorganisme dimana

Page 16: Tugas Dr Billy

polimorfonukulear merupakan sel yang dominan pada inflamasi

pulpa.

Sel-sel inflamasi dalam jumlah besar ini akan mengakibatkan

peningkatan permeabilitas vaskular, statis vaskular, dan migrasi

leukosit ke tempat iritasi tersebut. Akibatnya, terjadi pergerakan

cairan dari pembuluh ke jaringan sekitarnya. Jika pergerakan cairan

oleh venula dan limfatik tidak dapat mengimbangi filtrasi dairan

kapiler, eksudat pun terbentuk. Peningkatan tekanan jaringan dari

eksudat ini akan menimbulkan tekanan pasif dan kolapsnya venula

secara total di area iritasi pulpa oleh karena jaringan pulpa

dikelilingi oleh dinding yang kaku. Selain itu, pelepasan sel-sel

inflamasi menyebabkan nyeri langsung dan tidak langsung dengan

meningkatnya vasodiltasi arteriol dan permeabilitas venula

sehingga akan terjadi edema dan peningkatan tekanan jaringan.

Tekanan ini bereaksi langsung pada sistem saraf sensorik.

Meningkatnya tekanan jaringan dan tidak adanya sirkulasi kolateral

ini yang dapat mengakibatkan terjadinya nekrosis pulpa.

12. Periodontitis

Periodontitis adalah seperangkat peradangan penyakit yang mempengaruhi

periodontium, yaitu jaringan yang mengelilingi dan mendukung gigi. Periodontitis

melibatkan hilangnya progresif dari tulang alveolar di sekitar gigi, dan jika tidak

diobati dapat menyebabkan melonggarnya kemudian kehilangan gigi.

Merupakan suatu penyakit jaringan penyangga gigi yaitu yang melibatkan

ginggiva, ligamen periodontal, sementum, dan tulang alveolar karena suatu proses

inflmasi. Inflmasi berasal dari ginggiva (ginggivitis) yang tidak dirawat, dan bila

Page 17: Tugas Dr Billy

proses berlanjut maka menginvasi struktur dibawahnya sehingga akan terbentuk poket

yang menyebabkan peradangan berlanjut dan merusak tulang serta jaringan

penyangga gigi, akibatnya gigi menjadi goyang dan akhirnya harus dicabut.

Karakteristik periodontitis dapat dilihat dengan adanya inflmasi ginggiva,

pembentukan poket periodontal, kerusakan ligamen periodontal dan tulang alveolar

sampai hilangnya sebagian atau seluruh gigi. Periodontitis adalah penyakit atau

peradangan pada periodontium (jaringan penyangga gigi / periodontal), merupakan

peradangan berlanjut akibat ginggivitis yang tidak dirawat.

Etiologi :

Periodontitis disebabkan oleh mikroorganisme bahwa mematuhi dan tumbuh

pada permukaan gigi, bersama dengan terlalu agresif kekebalan respon terhadap

mikroorganisme tersebut. Periodontitis secara umum disebabkan oleh

mikroorganisme dan produk-produk yaitu : plak supra dan sub gingiva, faktor

sistemik juga dapat berpengaruh pada terjadinya periodontitis, meskipun tidak

didahului oleh proses inflamasi. Tekanan oklusal yang berlebihan juga dapat

memainkan peranan penting pada progresivitas penyakit periodontitis dan terjadinya

kerusakan tulang (contohnya : pada pemakaian alat ortondonsi dengan tekanan yang

berlebihan).

Patofisiologi

Periodontitis dimulai dengan gingivitis dan bila kemungkinan terjadi proses

inflamasi, maka pada kebanyakan pasien tetapi tidak semua pasien inflamasi secara

bertahap akan memasuki jaringan periodontal yang lebih dalam. Bersama dengan

proses inflamasi akan timbul potensi untuk menstimulasi resorpsi jaringan periodontal

dan pembentukan pake periodontal. Dengan terbentuknya poket, penyakit inflmasi

periodontal menjadi dengan sendirinya mengekalkan faktor etiologi prinsipal, yaitu

plak yang pada saat ini terbentuk di dalam lingkungan poket yang lebih anaerob, yang

mendorong pertumbuhan organisme patologis periodontal dan lebih sulit diakses

untuk dibuang sendiri oleh pasien. Bila urutan kejadian ini bertahan dalam waktu

lama, infeksi kronis bisa menyebabkan kerusakan periodontium yang parah dan

hilangnya gigi-gigi. Penelitian terbaru menunjukkan bhwa kemungkinan ada periode

aktif resorbsi tulang diikuti dengan waktu tidak aktif dimana ada poket periodontal

tetapi tidak menyebabkan attachment loss lebih lanjut.

Page 18: Tugas Dr Billy

Gejala Klinis

- Gusi merah atau berdarah saat menyikat gigi atau menggigit makanan keras

- Gusi sering membengkak

- Halitosis atau bau mulut, dan rasa getir terus menerus

- Resesi ginggiva, sehingga gigi tampak memanjang

- Lubang dalam di antara gigi dan gusi

- Gigi longgar, pada tahap lanjut

13. Trepanasi

Tujuan trepanasi adalah menciptakan drainase melalui saluran akar atau melalui

tulang untuk mengalirkan sekret Iuka serta untuk mengurangi rasa sakit, Iika rimbul

abses alveolar akut, berarti infeksi telah meluas dari saluxan aka: melalui pexiodontal

apikalis sampai ke dalam rulang periapels. Nanah dikelilingi oleh tulang pads apeks

gigi dan ridak dapat mengalir ke luar. Pada stadium ini belum tampak suatu

pembengkakan. Perasaan sangat nyeri terutama bila ditekan sehingga unluk

menghilangkannya perlu segera dilakukan drainage.

Untuk itu dapat dipakai dua Cara:

- Txepanasi melalui sqluran akar.

- Txepanasi di daerah apeks akar.

Trepanasi melalui saluran akar

Usaha awal untuk memperoleh drainase adalah membuka saluran akar lebar-lebar

sampai melewati foramen apikalis dan saluran akar dibiarkan terbuka beberapa hari

supaya sekret dapat mengalir ke luan Ke dalam kavum pulpa dimasukkan kapas yang

longgar agar sisa makanan Lidak menutup jalan drainase. Setiap hzui kapas diganti

dan saluran dibersihkan dengan larutan garam fisiologis utau NaCl 5% bila sekret pus

tidak ada lagi. Dalam hal ini, Schroeder (1981) menganjurkan terapi altematif, yaitu

pemberian preparat antibiotik dan kortikosteroid (pasta Ledermix), dan menutup

saluran dengan oksida seng engenol. Setelah rasa sakit berkurang dan drainase telah

berhenti, saluran akar dipreparasi dengan sempuma dan diisi dengan bahan pengisi

saluran akar.

trepanasi Melalui Tulang

Page 19: Tugas Dr Billy

Trepanasi ini dikenal dengan nama fistulasi apikal.

Teknik:

1, Berikan anatesi lokal.

2. lnsisi (dalam benmk semalumr panjangnya kara-kara 20 mm) sekitar daerah batas

mukogingival di mana terletak apeks, dilakukan dengan bantuan foto rontgen.

Perforasi dengan fistulator (Sargenti 1965) melalui mukosa dan tulang tidak mmjufm

karena xukasi apeks tidak dapaf ditenhzkan atngan tepat dan Iuka yang disebabkan

sobekan akan meninggalkan bekas.

3. Pengambilan tulang alveolar langsung di atas apeks dan nanah mengalir keluar.

4. Kuretase dengan kuret secara hatbhati pada apeks dan irigasi dengan larutan gaxam

fisiologis.

5. Lakukan penjahikan

6. Memasukkan sebuah pita kasa ke bawah selapuf lendir.

7. Pemberian analgetik dan ant-ibiotik.

Fistulasi apikal sebagai penanganan darurat dapat dianjurkan pada abses alveolar akut

atau infeksi periapeks akul yang disebabkan pengisian saluran akar yang tidak

sempuma atau pengisian yang berlebihan.

Pada beberapa buku tertentu, fistula apikal digambarkan sebagai prosedur sederhana

yang berlangsung hanya beberapa menit saja. Dalam hal ini sering rldak diperhat-lkan

kalau just gjgi depan iarang sekali memerlukan fistulasi apikal karena gigi ini dapat

ditangani secara endodonti tampa kesulitan. Dengan demiuan, cm penanggulangan me

temfama dilakukan pad; ggi belakang yang apeksnya ndak selalu mudah dnemukan

lokasanya. Struktur anatomis seperti sinus maksilaris, kanalis mandibularis, foramen

mentalis sering terletak di daerah yang dekat apeks, sementara akar palatal gigi

posterior ata.; berada di tempat yang sulit dicapai, Dengan banman foto ronlgen yang

tepaf, sedapat mungkin tanpa perubahan bentuk serta ukuran yang benar, \e¢ak apeks

itu dapat diketnhui dengan fepn. Hal tersebut meniadi alasan untuk selalu dibuat flap

mukoperiosteal fistulasi apikal. Namun, jika lokasi apeks iru sukar ditentukan, tulang

dibur sedikit, sebuah karet (2 mm) dimasukkan ke dalam lekukan, kemudi/an

dilakukan foto mntgen sebagai pengonrrol. Pxosedur ini sangat memudahkan usaha

unluk menemukan apeks. Akan tetapi, perlu diingat bahwa Eistulasi apikal bukan

merupakan suatu perawatan akhir karena walaupun telah dilakukan drainase nanah,

penyakit ufama yang merupakan samba: infeksi pada Salman akar belum diaraaa

Setelah gejala rasa sakit berkurang, saluran akar hams ditangani menurut prosedur

Page 20: Tugas Dr Billy

yang tepat. Iika hal ini tidak mlmgkin dilakukan karena pemblokiran saluran, ujung

akar hams direseksi dan dilakukan pengisian saluran akar secara reirograd untuk

menutup rapat saluran ke jaringan periapeks. Tindakan ini dapat dilakukan selama

kunjungan yang sama, tetapi bolehjuga dilakukan setelah dua atau tiga minggu.

Fistulasi apikal tidak merangs:-mg penyembuhan granulqma, tetapi berfungsi untuk

rnenciptakan drainase dan mengendalikan rasa sakit, dan tindakan ini hanya

mempakan tindakan damrat. Hal ini diindikasikan pada infeksi apikal akut yang

diikuri dengan rasa sakit.