tugas dm dan diet ringkas

30
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Menurut American Diabetes Association (ADA) 2005, diabetes melitus merupakan suatu kelompok penyakit metabolik dengan karakteristik hiperglikemia yang terjadi karena kelainan sekresi insulin, kerja insulin atau kedua- duanya. Hiperglikemia kronik pada diabetes berhubungan dengan kerusakan jangka panjang, disfungsi atau kegagalan beberapa organ tubuh, terutama mata, ginjal, saraf, jantung, dan pembuluh darah. Pada tahun 2003, World Health Organization (WHO) memperkirakan bahwa 194 juta jiwa atau 5.1% dari 3.8 miliar penduduk dunia yang berusia 20-79 tahun menderita diabetes mellitus dan pada tahun 2025 akan meningkat menjadi 333 juta jiwa. WHO memprediksi bahwa di Indonesia akan terjadi peningkatan dari 8.4 juta diabetisi pada tahun 2000 menjadi 21.3 juta diabetisi pada tahun 2030. Hal ini akan menjadikan Indonesia menduduki peringkat ke-4 dunia setelah Amerika Serikat, Cina, dan India dalam prevalensi diabetes mellitus (Diabetes Care, 2004). Hasil riset kesehatan dasar (RISKESDAS) pada tahun 2007, menunjukkan bahwa prevalensi DM secara nasional berdasarkan diagnosis tenaga kesehatan dan gejala 1

Upload: anisuddinnobeknem

Post on 18-Jan-2016

214 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

fbsfbgbdgf sdfgsrtdfbdtgv dfgheygjhdfbdgfv dfgbsergdvr6tujrfhgbn dgf serdgfserfhbdyfgn dhfb dyjurtytfvsdc srfgvsefbdfg sgbdtyjddtfgvsfdv fv

TRANSCRIPT

Page 1: Tugas Dm Dan Diet Ringkas

BAB IPENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Menurut American Diabetes Association (ADA) 2005, diabetes melitus

merupakan suatu kelompok penyakit metabolik dengan karakteristik

hiperglikemia yang terjadi karena kelainan sekresi insulin, kerja insulin atau

kedua-duanya. Hiperglikemia kronik pada diabetes berhubungan dengan

kerusakan jangka panjang, disfungsi atau kegagalan beberapa organ tubuh,

terutama mata, ginjal, saraf, jantung, dan pembuluh darah.

Pada tahun 2003, World Health Organization (WHO) memperkirakan

bahwa 194 juta jiwa atau 5.1% dari 3.8 miliar penduduk dunia yang berusia 20-79

tahun menderita diabetes mellitus dan pada tahun 2025 akan meningkat menjadi

333 juta jiwa. WHO memprediksi bahwa di Indonesia akan terjadi peningkatan

dari 8.4 juta diabetisi pada tahun 2000 menjadi 21.3 juta diabetisi pada tahun

2030. Hal ini akan menjadikan Indonesia menduduki peringkat ke-4 dunia setelah

Amerika Serikat, Cina, dan India dalam prevalensi diabetes mellitus (Diabetes

Care, 2004).

Hasil riset kesehatan dasar (RISKESDAS) pada tahun 2007, menunjukkan

bahwa prevalensi DM secara nasional berdasarkan diagnosis tenaga kesehatan dan

gejala adalah 1.1%, sedangkan prevalensi DM berdasarkan pemeriksaan kadar

gula darah pada penduduk berumur >15 tahun yang bertempat tinggal di

perkotaan adalah 5.7%. Riset ini juga menghasilkan angka Toleransi Glukosa

Terganggu (TGT) secara nasional berdasarkan pemeriksaan kadar gula darah pada

penduduk berumur >15 tahun yang bertempat tinggal di perkotaan adalah 10.2% 9

(Depkes, 2008).

Diabetes mellitus merupakan penyakit kronik yang tidak menyebabkan

kematian secara langsung, tetapi dapat berakibat fatal bila pengelolaannya tidak

tepat. Pengelolaan DM memerlukan penanganan secara multidisiplin yang

mencakup terapi non-obat dan terapi obat.

1

Page 2: Tugas Dm Dan Diet Ringkas

BAB IITINJAUAN PUSTAKA

A. Diabetes Melitus

1. Definisi

Menurut American Diabetes Association (ADA) 2005, diabetes

melitus merupakan suatu kelompok penyakit metabolik dengan karakteristik

hiperglikemia yang terjadi karena kelainan sekresi insulin, kerja insulin atau

kedua-duanya. Sedang menurut WHO 1980 dikatakan bahwa diabetes melitus

merupakan suatu yang tidak dapat dituangkan dalam satu jawaban yang jelas dan

singkat tetapi secara umum dapat dikatakan sebagai suatu kumpulan problema

anatomik dan kimiawi yang merupakan akibat dari sejumlah faktor di mana

didapat defisiensi insulin absolut ataupun relatif dan gangguan fungsi insulin.

WHO telah mengidentifikasi 3 macam diabetes, yaitu diabetes melitus tipe 1 atau

insuline dependent diabetes mellitus (IDDM), tipe 2 atau non-insuline dependent

diabetes mellitus (NIDDM), dan diabetes mellitus gestasional.

2. Klasifikasi

Klasifikasi etiologis diabetes melitus menurut PERKENI (ADA,1997):

a. Diabetes melitus tipe I

Destruksi sel beta, umumnya menjurus ke defisiensi insulin absolut

baik melalui proses imunologik maupun idiopatik.

b. Diabetes melitus tipe II

Bervariasi, mulai yang predominan resistensi insulin disertai

defisiensi insulin relatif sampai yang dominan defek sekresi insulin

bersama resistensi insulin.

c. Diabetes melitus tipe lain

1. Defek genetik fungsi sel beta

2. Defek genetik kerja insulin

3. Penyakit eksokrin pankreas

4. Endokrinopati

Page 3: Tugas Dm Dan Diet Ringkas

5. Obat atau zat kimia: vacor, pentamidin, asam nikotinat,

lukokortikoid, hormon tiroid, tiazid, dilantin, interferon-

alfa, dll

6. Infeksi

7. Sebab imunologi yang jarang

8. Sindrom genetik lain yang berkaitan dengan DM

d. Diabetes melitus gestasional (DMG)

3. Manifestasi Klinik

Keluhan umum pada pasien DM seperti poliuria, polidipsia, polifagia

pada DM lanjut usia pada umumnya tidak ada. Sebaliknya yang sering

mengganggu pasien adalah keluhan akibat komplikasi degeneratif kronik pada

pembuluh darah dan saraf. Pada DM lanjut usia, terdapat perubahan patofisiologi

akibat proses menjadi tua sehingga gambaran klinisnya bervariasi dari kasus tanpa

gejala sampai dengan komplikasi yang lebih lanjut. Hal yang sering menyebabkan

pasien datang berobat ke dokter adalah adanya keluhan yang mengenai beberapa

organ tubuh, antara lain:

a. Gangguan penglihatan: katarak

b. Kelainan kulit: gatal dan bisul-bisul

c. Kesemutan, rasa baal

d. Kelemahan tubuh

e. Luka atau bisul yang tidak sembuh-sembuh

f. Infeksi saluran kemih

Kelainan kulit berupa gatal, biasanya terjadi di daerah genital ataupun

daerah lipatan kulit lain, seperti di ketiak dan di bawah payudara, biasanya akibat

tumbuhnya jamur. Sering pula dikeluhkan timbulnya bisul-bisul atau luka lama

yang tidak mau sembuh. Luka ini dapat timbul akibat hal sepele seperti luka lecet

karena sepatu, tertusuk peniti dan sebagainya. Rasa baal dan kesemutan akibat

sudah terjadinya neuropati juga merupakan keluhan pasien, disamping keluhan

lemah dan mudah merasa lelah. Keluhan lain yang mungkin menyebabkan pasien

datang berobat ke dokter adalah keluhan mata kabur yang disebabkan oleh katarak

3

Page 4: Tugas Dm Dan Diet Ringkas

ataupun gangguan-gangguan refraksi akibat perubahan-perubahan pada lensa

akibat hiperglikemia.

Tanda-tanda dan gejala klinik diabetes melitus pada lanjut usia:

a. Penurunan berat badan yang drastis dan katarak yang sering terjadi

pada gejala awal

b. Infeksi bakteri dan jamur pada kulit (pruritus vulva untuk wanita)

dan infeksi traktus urinarius sulit untuk disembuhkan.

c. Disfungsi neurologi, termasuk parestesi, hipestesi, kelemahan otot

dan rasa sakit, mononeuropati, disfungsi otonom dari traktus

gastrointestinal (diare), sistem kardiovaskular (hipotensi

ortostatik), sistem reproduksi (impoten), dan inkontinensia stress.

d. Makroangiopati yang meliputi sistem kardiovaskular (iskemia,

angina, dan infark miokard), perdarahan intra serebral (TIA dan

stroke), atau perdarahan darah tepi (tungkai diabetes dan gangren).

e. Mikroangiopati meliputi mata (penyakit makula, hemoragik,

eksudat), ginjal (proteinuria, glomerulopati, uremia)

4. Anamnesis

Banyak pasien dengan Non Insulin Dependent Diabetes Melitus (NIDDM)

yang asimptomatik dan baru diketahui adanya peningkatan kadar gula darah pada

pemeriksaan laboratorium rutin. Para ahli masih berbeda pendapat mengenai

kriteria diagnosis DM pada lanjut usia. Kemunduran, intoleransi glukosa,

bertambah sesuai dengan pertambahan usia, jadi batas glukosa pada DM lanjut

usia lebih tinggi dari pada orang dewasa yang menderita penyakit DM.

Kriteria diagnostik diabetes melitus dan gangguan toleransi glukosa

(WHO 1985):

a. Kadar glukosa darah sewaktu (plasma vena) ≥200mg/ dl, atau

b. Kadar glukosa darah puasa (plasma vena) ≥126 mg/dl, atau

c. Kadar glukosa plasma ≥200 mg/dl pada 2 jam sesudah beban

glukosa 75 gram pada TTGO

Page 5: Tugas Dm Dan Diet Ringkas

Menurut Kane et.al (1989), diagnosis pasti DM pada lanjut usia

ditegakkan kalau didapatkan kadar glukosa darah puasa lebih dari 140 mg/dl.

Apabila kadar glukosa puasa kurang dari 140 mg/dl dan terdapat gejala atau

keluhan diabetes seperti di atas perlu dilanjutkan dengan pemeriksaan Tes

Toleransi Glukosa Oral (TTGO). Apabila TTGO abnormal pada dua kali

pemeriksaan dalam waktu berbeda diagnosis DM dapat ditegakkan.

Pada lanjut usia sangat dianjurkan untuk melakukan pemeriksaan glukosa

darah puasa secara rutin sekali setahun, karena pemeriksaan glukosuria tidak

dapat dipercaya karena nilai ambang ginjal meninggi terhadap glukosa.

Peningkatan TTGO pada lanjut usia ini disebabkan oleh karena turunnya

sensitivitas jaringan perifer terhadap insulin, baik pada tingkat reseptor (kualitas

maupun kuantitas) maupun pasca reseptornya. Ini berarti bahwa sel-sel lemak dan

otot pada pasien lanjut usia menurun kepekaannya terhadap insulin.

5. Pemeriksaan

Ada perbedaan antara uji diagnostik DM dan pemeriksaan penyaring.

Uji diagnostik DM dilakukan pada mereka yang menunjukkan gejala dan tanda

DM, sedangkan pemeriksaan penyaring bertujuan untuk mengidentifikasi mereka

yang tidak bergejala yang mempunyai risiko DM. Serangkaian uji diagnostik akan

dilakukan pada mereka yang hasil pemeriksaan penyaringnya positif.

Pemeriksaan penyaring dikerjakan pada kelompok dengan salah satu risiko

DM sebagai berikut:

a. Usia >45 tahun

b. Berat badan lebih >110% BB ideal atau IMT >23 kg/m2

c. Hipertensi (>140/90 mmHg)

d. Riwayat DM dalam garis keturunan

e. Riwayat abortus berulang, melahirkan bayi cacat atau BB lahir

bayi >4000 gram

f. Kolesterol HDL 35 mg/dl dan atau trigliserida ≥150 mg/dl

5

Page 6: Tugas Dm Dan Diet Ringkas

Pemeriksaan penyaring dapat dilakukan melalui pemeriksaan kadar

glukosa darah sewaktu, kadar glukosa darah puasa, kemudian dapat diikuti dengan

tes tolerasi glukosa oral (TTGO) standar.

Untuk kelompok risiko tinggi yang hasil pemeriksaan penyaringnya

negatif, pemeriksaan penyaring ulangan dilakukan tiap tahun; sedangkan bagi

mereka yang berusia >45 tahun tanpa faktor risiko, pemeriksaan penyaring dapat

dilakukan setiap 3 tahun.

6. Diagnosis

Diagnosis DM dapat ditegakan atas dasar pemeriksaan kadar glukosa

darah. Diagnosis tidak dapat ditegakan atas dasar adanya glukosuria. Untuk

penentuan diagnosis DM, pemeriksaan glukos darah yang dianjurkan adalah

pemeriksaan glukosa secara enzimatik dengan bahan darah plasma vena.

Penggunaan bahan darah utuh (whole blood), vena ataupun kapiler dapat tetap

dipergunakan dengan memperhatikan angka-angka kriteria diagnostik yang

berbeda sesuai dengan pembakuan WHO. Sedangkan untuk tujuan pemantauan

hasil pengobatan dapat dilakukan dengan menggunakan pemeriksaan glukosa

darah kapiler.

Kadar Glukosa Darah Sewaktu dan Puasa Sebagai Patokan Penyaring dan

Diagnosis DM

Kadar glukosa (mg/dl ) Bukan DM Belum pasti

DM

DM

Sewaktu Plasma Vena < 110 110 – 199 ≥ 200

Darah Kapiler < 90 90 – 199 ≥ 200

Puasa Plasma Vena < 110 110 – 125 ≥126

Darah Kapiler < 90 90 – 109 ≥110

Sumber: PERKENI, Pengelolaan Diabetes Melitus Tipe 2, 2006

Page 7: Tugas Dm Dan Diet Ringkas

Berbagai keluhan dapat ditemukan pada penyandang diabetes. Kecurigaan

adanya DM perlu dipikirkan apabila terdapat keluhan klasik seperti tersebut

dibawah ini:

a. Keluhan khas DM berupa: poliuria, polidipsia, polifagia,

penurunan berat badan yang tidak dapat dijelaskan sebabnya.

b. Keluhan tidak khas DM: lemah badan, kesemutan, gatal, mata

kabur, dan disfungsi ereksi pada pria, serta pruritus vulva pada

wanita.

Diagnosis DM dapat ditegakan dengan 3 cara:

1. Gejala klasik DM + GDS ≥200mg/dl

Glukosa sewaktu merupakan hasil pemeriksaan sesaat pada suatu hari

tanpa memperhatikan waktu makan terakhir

2. Gejala klasik DM + GDP ≥ 126mg/Dl

Puasa diartikan pasien tidak mendapatkan kalori tambahan sedikitnya 8jam

3. Kadar glukosa darah 2 jam pada TTGO≥200mg/dl

TTGO dilakukan dengan standar WHO menggunakan beban glukosa

yang setara dengan 75g glukosa anhidrus yang dilarutkan ke dalam air

7

Page 8: Tugas Dm Dan Diet Ringkas

Keluhan klinik diabetes

Keluhan klasik DM (+) Keluhan klasik DM (-)

GDP≥126≥126GPS≥200≤200

GDP≥126100-125<100GDS≥200140-199<140

Ulangi GDS atau GDP

GDP>126<126GDS≥200<200 TTGO

GD 2 JAM

≥200140-199<140

NORMAL

TGT GDPT

DM

Cara pelaksanaan TTGO (WHO,1994):

a. Tiga (3) hari sebelum pemeriksaan tetap makan seperti kebiasaan sehari-

hari (dengan karbohirat yang cukup) dan kegiatan jasmani seperti biasa.

b. Berpuasa paling sedikit 8 jam (mulai malam hari) sebelum pemeriksaan,

minum air putih tanpa gula tetap diperbolehkan.

c. Diperiksa kadar glukosa darah puasa.

d. Diberikan glukosa 75 gram (orang dewasa) atau 1,75 g/kgbb (anak-anak),

dilarutkan dalam 250 ml air dan diminum dalam waktu 5 menit.

e. Berpuasa kembali sampai pengambilan sampel darah untuk pemeriksaan 2

jam setelah minum larutan glukosa selesai

f. Diperiksaa kadar glukosa darah 2 jam sesudah beban glukosa

g. Selama proses pemeriksaan subyek yang diperiksa tetap istirahat dan tidak

merokok.

Page 9: Tugas Dm Dan Diet Ringkas

Pasien dengan Toleransi Glukosa terganggu dan Glukosa Darah Puasa

Terganggu merupakan tahapan sementara menuju DM. Setelah 5-10 tahun

kemudian 1/3 kelompok TGT akan berkembang menjadi DM, 1/3 tetap TGT

dan 1/3 lainnya kembali normal.

7. Penatalaksanaan

a. Tujuan

i.Jangka pendek

Menghilangkan keluhan/gejala DM dan mempertahankan rasa nyaman dan

sehat.

ii. Jangka panjang

Mencegah penyulit, baik makroangiopati, mikroangiopati maupun

neuropati, dengan tujuan akhir menurunkan morbiditas mortilitas DM.

Untuk mencapai tujuan tersebut perlu dilakukan pengendalian kadar

glukosa darah, tekanan darah, berat badan, dan profil lipid, insulin melalui

pengelolaan pasien secara holistic dengan mengajarkan perawatan mandiri dan

perubahan perilaku.

Pengelolaan DM dimulai dengan pengaturan makan dan latihan jasmani

selama beberapa waktu (2-4 minggu). Apabila kadar glukosa darah belum

mencapai sasaran, dilakukan intervensi farmakologis dengan pemberian obat

hipoglikemik oral (OHO) atau suntikan insulin. Pada keadaan tertentu OHO dapat

segera diberikan sesuai indikasi. Dalam keadaan dekompensasi metabolik berat,

misalnya ketoasidosis, stress berat, berat badan yang menurun cepat, insulin

dapat segera diberikan. Pada kedua keadaan tersebut perlu diwaspadai

kemungkinan terjadinya hipoglikemia. Pemantauan kadar glukosa darah dapat

dilakukan secara mandiri, setelah mendapat pelatihan khusus.

b. Pilar Pengelolaan DM

i. Edukasi

Diabetes tipe II umumnya terjadi pada saat pola gaya hidup dan perilaku

telah terbentuk dengan mapan. Pemberdayaan penyandang diabetes memmerlukan

9

Page 10: Tugas Dm Dan Diet Ringkas

partisipasi aktif pasien, keluarga, dan masyarakat. Tim kesehatan mendampingi

pasien dalam menuju perubahan perilaku. Untuk mencapai keberhasilan

perubahan perilaku, dibutuhkan edukasi yang komprehensif dan upaya

peningkatan motivasi.

Edukasi tersebut meliputi pemahaman tentang:

a) Penyakit DM

b) Makna dan perlunya pengendalian dan pemantauan DM

c) Penyulit DM

d) Intervensi farmakologis dan non farmakologis

e) Hipoglikemia

f) Masalah khusus yang dihadapi

g) Perawatan kaki pada diabetes

h) Cara pengembangan sistem pendukung dan pengajaran keterampilan

i) Cara mempergunakan fasilitas perawatan kesehatan

Edukasi secara individual atau pendekatan berdasarkan penyelesaian

masalah merupakan inti perubahan perilaku yang berhasil. Perubahan perilaku

hampir sama dengan proses edukasi yang memerlukan penilaian, perencanaan,

implementasi, dokumentasi, dan evaluasi. Masalah kaki yaitu borok di kaki

dengan atau tanpa infeksi terlokalisasi atau menyerang seluruh kaki adalah dan

kematian berbagai jaringan tubuh karena hilangnya suplai darah, infeksi bakteri,

dan kerusakan jaringan sekitarnya merupakan masalah utama pada penderita

diabetes.

ii. Terapi Gizi Medis

Terapi Gizi Medis (TGM) merupakan bagian dari penatalaksanaan

diabetes secara total. Kunci keberhasilan TGM adalah keterlibatan secara

menyeluruh dari anggota tim (dokter, ahli gizi, petugas kesehatan yang lain dan

pasien itu sendiri). Setiap penyandang diabetes sebaiknya mendapat TGM sesuai

dengan kebutuhannya guna mencapai sasaran terapi. Prinsip pengaturan makan

pada penyandang diabetes hampir sama dengan anjuran makan untuk masyarakat

umum yaitu makanan yang seimbang dan sesuai dengan kebutuhan kalori dan zat

Page 11: Tugas Dm Dan Diet Ringkas

gizi masing-masing individu. Pada penyandang diabetes perlu ditekankan

pentingnya keteraturan makan dalam hal jadwal makan, jenis dan jumlah

makanan, terutama pada mereka yang menggunakan obat penurun glukosa darah

atau insulin.

Standar yang dianjurkan adalah makanan dengan komposisi:

a) Karbohidrat 60-70 %

b) Protein 10-15 %

c) Lemak 20-25 %

Faktor-faktor yang menentukan kebutuhan kalori antara lain:

a) Jenis Kelamin

Kebutuhan kalori pada wanita lebih kecil daripada pria. Kebutuhan kalori

wanita sebesar 25 kal/kg BB dan untuk pria sebesar 30 kal/ kg BB.

b) Umur

Untuk pasien usia di atas 40 tahun, kebutuhan kalori dikurangi 5% untuk

dekade antara 40 dan 59 tahun, dikurangi 10% untuk usia 60 s/d 69 tahun

dan dikurangi 20%, di atas 70 tahun.

c) Aktivitas Fisik atau Pekerjaan

Kebutuhan kalori dapat ditambah sesuai dengan intensitas aktivitas fisik.

Penambahan sejumlah 10% dari kebutuhan basal diberikan pada kedaaan

istirahat, 20% pada pasien dengan aktivitas ringan, 30% dengan aktivitas

sedang, dan 50% dengan aktivitas sangat berat.

d) Berat Badan

Bila kegemukan dikurangi sekitar 20-30% ber-gantung kepada tingkat

kegemukan. Bila kurus ditambah sekitar 20-30% sesuai dengan kebutuhan

untuk meningkatkan BB. Untuk tujuan penurunan berat badan jumlah

kalori yang diberikan paling sedikit 1000 - 1200 kkal perhari untuk wanita

dan 1200 - 1600 kkal perhari untuk pria.

Makanan sejumlah kalori terhitung dengan komposisi tersebut di atas

dibagi dalam 3 porsi besar untuk makan pagi (20%), siang (30%) dan sore (25%)

serta 2-3 porsi makanan ringan (10-15%) di antaranya. Untuk meningkatkan

kepatuhan pasien, sejauh mungkin perubahan dilakukan sesuai dengan kebiasaan.

11

Page 12: Tugas Dm Dan Diet Ringkas

Untuk penyandang diabetes yang mengidap penyakit lain, pola pengaturan makan

disesuaikan dengan penyakit penyertanya.

Indeks massa tubuh (IMT) dapat dihitung dengan rumus :

IMT = BB (kg) / TB (m2)

IMT Normal Wanita : 18.5 – 23.5

IMT Normal Pria : 22.5 – 25

BB kurang : < 18.5

BB lebih

Dengan risiko : 23.0-24.9

Obes I : 2.5.0-29.9

Obes II : ≥30.0

PENENTUAN KEBUTUHAN KALORI

Kalori Basal:

Laki-Laki : BB ideal (kg) X 30 kalori/kg = … Kalori

Wanita : BB ideal (kg) X 25 kalori/kg = … Kalori

Koreksi/Penyesuaian:

Umur >40 tahun : -5% X Kalori basal = ... Kalori

Aktivitas Ringan : +10% X Kalori basal = … Kalori

Sedang : +20 %

Berat : +30 %

BB Gemuk : - 20 % X Kalori basal = - / + … Kalori

Lebih : - 10 %

Kurang : +20 %

Stress metabolik: 10-30 % X Kalori basal = + ... Kalori

Hamil trimester I& II = + 300 Kalori

Hamiltrimester III / laktasi = + 500 Kalori

Total Kebutuhan = ... Kalori

Page 13: Tugas Dm Dan Diet Ringkas

Petunjuk Umum untuk Asupan Diet bagi Diabetes:

a) Hindari biskuit, cake, produk lain sebagai cemilan pada waktu

makan

b) Minum air dalam jumlah banyak, susu skim dan minuman

berkalori rendah lainnya pada waktu makan

c) Makanlah dengan waktu yang teratur

d) Hindari makan makanan manis dan gorengan

e) Tingkatkan asupan sayuran dua kali tiap makan

f) Jadikan nasi, roti, kentang, atau sereal sebagai menu utama

setiap makan

g) Minum air atau minuman bebas gula setiap anda haus

h) Makanlah daging atau telor dengan porsi lebih kecil

i) Makan kacang-kacangan dengan porsi lebih kecil

Pengaturan Makanan untuk penderita Diabetes Mellitus

Menurut ( Budiyanto, 2001) pengobatan penyakit untuk penyakit ini selalu

berupa obat atau suntikan. Diabetes mellitus juga dilakukan melalui makanan .

bila pada pemberian makanan juga disertai pemberian obat atau suntikan diabetes,

maka pengaturan makanan harus disesuaikan dengan pemberian obat.

1. Pemberian makanan pada pasien diabetes mellitus pada umumnya adalah

sebagai berikut :

a. Makanan dan olah raga ( dianjurkan pada pasien yang gemuk)

b. Makanan dan pemberian tablet diabetes mellitus ( dianjurkan pada pasien

dengan berat badan sedang)

c. Makanan dan suntikan insulin ( Dianjurkan pada apsien remaja)

1. Tujuan diet pada penyakit Diabetes Mellitus

a. Menyesuaikan kemampuan tubuh untuk mengelola makanan

b. Menurunkan kadar gula darah agar mencapai standart yang normal

c. Mempertahankan tubuh supaya dapat melakukan pekerjaan sehari-hari

13

Page 14: Tugas Dm Dan Diet Ringkas

3.   Syarat-syarat Diet untuk pasien Diabetes Mellitus

a. Kalori rata-rata 30-35 kalori per kg berat badan

b. Jumlah kalori yang diberikan sedikit dibawah normal dan sedapat

mungkin diusahakan dan dipertahankan berat badab normal

c. Protein cukup 1 gram per kg berat badan

d. Lemak antara 30-35% dari jumlah kalori sehari

e. Vitamin serta mineral yang cukup

Prinsip pengaturan makan pada diabetisi hampir sama dengan anjuran

makan untuk orang sehat masyarakat umum, yaitu makanan yang beragam bergizi

dab berimbang atau lebih dikenal dengan gizi seimbang maksudnya adalah sesuai

dengan kebutuhan kalori dan zat gizi masing-masing individu. Hal yang sangat

penting ditekankan adalah pola makan yang disiplin dalam hal Jadwal makan,

Jenis dan Jumlah makanan atau terkenal dengan istilah 3 J.

Pengaturan porsi makanan sedemikian rupa sehingga asupan zat gizi

tersebar sepanjang hari. Penurunan berat badan ringan atau sedang (5-10kg) sudah

terbukti dapat meningkatkan kontrol diabetes, walaupun berat badan idaman tidak

dicapai. Penurunan berat badan dapat diusahakan dicapai dengan baik dengan

penurunan asupan energi yang moderat dan peningkatan pengeluaran energi.

Dianjurkan pembatasan kalori sedang yaitu 250-500 kkal lebih rendah dari asupan

rata-rata sehari.

Komposisi makanan yang dianjurkan meliputi:

Karbohidrat

Rekomendari ADA tahun 1994 lebih memfokuskan pada jumlah total

karbohidrat daripada jenisnya. Rekomendasi untuk sukrosa lebih liberal. Buah dan

susu sudah terbukti mempunyai respon glikemik yang lebih rendah dari pada

sebagian besar tepung-tepungan. Walaupun berbagai tepung-tepungan mempunyai

respon glikemik yang berbeda, prioritas hendaknya lebih pada jumlah total

karbohidrat yang dikonsumsi daripada sumber karbohidrat.

Anjuran konsumsi karbohidrat untuk diabetesi di Indonesia:

Page 15: Tugas Dm Dan Diet Ringkas

1. 45-65% total asupan energi.

2. Pembatasan karbohidrat tidak dianjurkan < 130 g/hari.

3. Makanan harus mengandung lebih banyak karbohidrat terutama berserat tinggi.

4. Sukrosa tidak boleh lebih dari 5% sehari ( 3-4 sdm)

5. Makan 3 kali sehari untuk mendistribusikan asupan karbohidrat dalam sehari.

Penggunaan pemanis alternatif pada diabetesi, aman digunakan asal tidak

melebihi batas aman (Accepted Dialy Intake).

1. Fruktosa < 50 gr/hr, jika berlebih menyebabkan diare

2. Sorbitol < 30 gr, jika berlebih menyebabkan kembung, diare

3. Manitol < 20 gr/hr

4. Aspartam 0 mg/ kg BB?hr

5. Sakarin 1 gr/hr

6. Acesulfame K 15 mg/kg BB/hr

7. Siklamat 11 mg/kg BB/hr

Bukti ilmiah menunjukkan bahwa penggunaan sukrosa sebagai bagian dari

perencanaan makan tidak memperburuk kontrol glukosa darah pada individu

dengan diabetes tipe 1 dan 2. Sukrosa dari makanan harus diperhitungkan sebagai

pengganti karbohidrat makanan lain dan tidak hanya dengan menambahkannya

pada perencanaan makan. Dalam melakukan subtitusi ini kandungan zat gizi dari

makanan-makanan manis yang pekat dan kandugan zat gizi lain dari makanan

yang mengandung sukrosa harus dipertimbangkan, seperti lemak yang sering

ada bersama sukrosadalammakanan.

Fruktosa menaikkan glukosa plasma lebih kecil daripada sukrosa dan

kebanyakan karbohidrat jenis tepung-tepungan. Dalam hal ini fruktosa dapat

memberikan keuntungan sebagai bahan pemanis pada diet diabetes. Namun

pengaruhnyadalam jumlah besar (20% energi) potensial merugikan

pada kolesterol dan LDL. Penderita disiplemia hendaknya menghindari

mengkonsumsi fruktosa dalam jumlah besar, namun tidak ada alasan untuk

menghindari makanan sepertibuah-buahan dan sayuran yang mengandung

15

Page 16: Tugas Dm Dan Diet Ringkas

fruktosa alami maupun konsumsi sejumlah sedang makanan yang mengandung

pemanis fruktosa.

Sorbitol, manitol dan xylitol adalah gula alkohol biasa mengadung 7 kalori

/gram menghasilkan respon glikemik lebih rendah daripada sukrosa dan

karbohidrat lain. Penggunaan pemanis tersebut secaraberlebihan dapat

mempunyai pengaruh laksatif. Sakarin, aspartame adalah pemanis tak bergizi

yang dapat diterima sebagai pemanis pada semua penderita DM.

Serat

Rekomendasi asupan serat untuk orang dengan diabetes sama dengan untuk orang

yang tidak diabetes yaitu dianjurkan mengkonsumsi 20-35 gr serat makanan dari

berbagai sumber bahan makanan. Di Indonesia anjurannya adalah kira-kira 25

gr/1000 kalori/ hari dengan mengutamakan serat larut air.

Protein

Menurut konsensus pengelolaan diabetes di Indonesia tahun 2006 kebutuhan

protein untuk diabetisi 15%-20% energi. Perlu penurunan asupan protein menjadi

0,8 g/kg berat badan perhari atau 10% dari kebutuhan energi dengan timbulnya

nefropati pada orang dewasa dan 65% hendaknya bernilai biologic tinggi.

Sumber protein yang baik adalah ikan, seafood, daging tanpa lemak, ayam tanpa

kulit, produk susu rendah lemak, kacang-kacangan dan tahu-tempe.

Total lemak

Anjuran asupan lemak di Indonesia adalah 20-25% energi. lemak jenuh < 7%

kebutuhan energi dan lemak tidak jenuh ganda <10% kebutuhan energi,

sedangkan selebihnya dari lemak tidak jenuh tunggal. Asupan kolesterol makanan

hendaknya dibatasi tidak lebih dari 300 mg perhari.

Apabila peningkatan LDL merupakan masalah utama, dapat diikuti anjuran diet

disiplin diet dislipidemia. Tujuan utama pengurangan konsumsi lemak jenuh dan

kolesterol adalah untuk menurunkan risiko penyakit kardiovaskular.

Page 17: Tugas Dm Dan Diet Ringkas

Garam

Anjuran asupan untuk orang dengan diabetes sama dengan penduduk biasa yaitu

tidak lebih dari 3000 mgr atau sama dengan 6-7 g (1 sdt) garam dapur, sedangkan

bagi yang menderita hipertensi ringan sampai sedang, dianjurkan 2400 mgr

natrium perhari atau sama dengan 6 gr/hari garam dapur. Sumber natrium antara

lain adalah garam dapur, vetsin dan soda.

Alkohol

Anjuran penggunaan alkohol untuk orang dengan diabetes sama dengan

masyarakat umum. Dalam keadaan normal, kadar glukosa darah tidak terpengaruh

oleh penggunaan alkohol dalam jumlah sedang apabila diabetes terkendali dengan

baik. Alkohol dapat meningkatkan resiko hipoglikemia pada mereka yang

menggunakan insulin atau sulfonylurea. Karena itu sebaiknya hanya diminum

pada saat makan. Bagi orang dengan diabetes yang mempunyai masalah kesehatan

lain seperti pancreatitis, dislipidemia, atau neuropati mungkin perlu anjuran untuk

mengurangi atau menghindari alkohol. Asupan kalori dari alkohol diperhitungkan

sebagai bagian dari asupan kalori total dan sebagai penukar lemak (1 minuman

alcohol sama dengan 2 penukar lemak).

Kebutuhan kalori

Kebutuhan kalori sesuai untuk mencapai dan mempertahankan berat badan ideal.

Komposisi energy adalah 45-65% dari karbohidrat, 10-20% dari protein dan 20-

25% dari lemak. Ada beberapa cara untuk menentukan jumlah kalori yang

dibutuhkan orang dengan diabetes. Di antaranya adalah dengan memperhitungkan

kebutuhan kalori basal yang besarnya 25-30 kalori/kg BB ideal, ditambah dan

dikurangi bergantung pada beberapa faktor yaitu jenis kelamin, umur, aktivitas,

kehamilan/laktasi, adanya komplikasi dan berat badan.

Perhitungan berat badan ideal (BBI) dengan rumus Brocca yang dimodifikasi:

 BBI = 90% x (TB dalam cm-100) x 1 kg

 Bagi pria dengan TB di bawah 160 cm dan wanita di bawah 150 cm , rumus

modifikasi menjadi: BBI = (TB dalam cm – 100) x 1 kg

17

Page 18: Tugas Dm Dan Diet Ringkas

 BB Normal : bila BB ideal ± 10%

 Kurus :

 Gemuk : > BBI + 10%

Faktor-faktor penentu kebutuhan energy yaitu:

 Jenis kelamin

Kebutuhan kalori wanita sebesar 25 kkal/kg BB ideal dan pria 30 kkal/kg

BB ideal

 Umur

Pasien usia > 40 tahun , kebutuhan kalori :

- 40-59 tahun dikurangi 5% dari energi basal

- 60-69 tahun dikurangi 10 % dari energi basal

- > 70 tahun dikurangi 20% dari energi basal

- Pada bayi dan anak-anak kebutuhan kalori adalah jauh lebih tinggi

daripada orang dewasa, dalam tahun pertama bisa mencapai 112 kal/kg

BB.

- Umur 1 tahun membutuhkan lebih kurang 1000 kalori dan selanjutnya

pada anak-anak lebih daripada 1 tahun mendapat tambahan 100 kalori

untuk tiap tahunnya.

 Aktifitas fisik atau pekerjaan

Kebutuhan kalori ditambah sesuai dengan intensitas aktifitas fisik

Penambahan kalori dari aktifitas fisik:

- Keadaan istirahat : ditambah 10% dari kebutuhan basal

- Keadaan aktifitas ringan: ditambahkan 20% dari kebutuhan basal

- Keadaan aktifitas sedang: ditambahkan 30% dari kebutuhan basal

- Keadaan aktifitas berat dan sangat berat: ditambahkan 40 & 50% dari

kebutuhan basal

Jenis aktifitas dikelompokkan sebagai berikut :

Page 19: Tugas Dm Dan Diet Ringkas

- Keadaan istirahat : berbaring di tempat tidur.

- Ringan : pegawai kantor, pegawai toko, guru, ahli hukum, ibu rumah

tangga dan lain-lain

- Sedang : pegawai di industri ringan, mahasiswa, militer yang sedang

tidak perang, .

- Berat : petani, buruh, militer dalam keadaan latihan, penari, atlit.

- Sangat berat : tukang becak, tukang gali, pandai besi.

 Berat badan

- Bila gemuk: dikurangi 20-30% tergantung dari tingkat kegemukan.

- Bila kurus: ditambah 20-30% tergantung dari tingkat kekurusan untuk

menambah berat badan.

- Untuk tujuan penurunan berat badan jumlah kalori yang diberikan paling

sedikit 1000-1200 kalori perhari untuk wanita dan 1200-1600 kalori

perhari untuk pria.

Pembagian makanan sejumlah kalori terhitung dibagi dalam 3 porsi besar

makan pagi (20%), siang (30%) dan sore (25%) serta 2-3 porsi makanan ringan

(10 -15 % ). Untuk meningkatkan kepatuhan pasien, sejauh mungkin perubahan

dilakukan secara bertahap dan harus disesuaikan dengan kebiasaan makan.

19

Page 20: Tugas Dm Dan Diet Ringkas

DAFTAR PUSTAKA

Depkes (2008) Pedoman Teknis Penemuan dan Tata Laksana Penyakit Diabetes

Melitus Cetakan ke 2

National Diabetes Fact Sheet 2011 diakses dari www.cdc.gov

Petunjuk Praktis Terapi Insulin pada Pasien Diabetes Melitus

Perkeni (2006) Konsensus Pengelolaan dan Penceghan Diabetes Melitus Tipe 2 di

Indonesia