tugas dis shoul

8
I.2. Dislokasi Posterior Dislokasi posterior lebih jarang terjadi, jumlahnya kurang dari 2% dari semua dislokasi sekitar bahu dan biasanya disebabkan karena trauma langsung pada sendi bahu dalam keadaan rotasi interna. 1.2.1. MEKANISME CEDERA Gaya tak langsung yang menyebabkan rotasi internal dan aduksi yang nyata harus sangat kuat untuk dapat menyebabkan dislokasi. Keadaan ini paling sering terjadi selama ayan atau kejang-kejang, atau karena sengatan listrik 1.2.2. GAMBARAN KLINIS Diagnosis sering terlewat – sebagian karena mengandalkan sinar-X anteroposterior saja (yang dapat tampak seperti normal) dan sebagian karena mereka yang menangani pasien tidak memikirkan hal itu. Sebenarnya terdapat beberapa tanda klinik yang sangat jelas. Lengan tetap pada rotasi medial dan terkunci pada posisi itu. Bagian depan bahu tampak rata dengan korakoid yang menonjol, tetapi pembengkakan dapat menyembunyikan deformitas ini; tetapi bila dilihat dari atas, pergeseran posterior biasanya terlihat. Ditemukan adanya nyeri tekan serta benjolan di bagian belakang sendi. 1.2.3. PEMERIKSAAN RADIOLOGIS Dalam film anteroposterior, kaput humerus karena berotasi ke medial, bentuknya tampak abnormal (seperti bola lampu) dan agak jauh dari fossa glenoid (tanda glenoid kosong). Film lateral sangat diperlukan; film ini akan menunjukkan subluksasi atau dislokasi posterior dan kadang-kadang menunjukkan lekukan pada aspek anterior kaput humerus. Fraktur pada leher humerus kadang-kadang disertai komplikasi dislokasi posterior. Ditemukan adanya tanda khas berupa light bulb karena adanya rotasi interna humerus. Pada kasus yang sukar, CT bermanfaat. I.2.4. PENATALAKSANAAN Dislokasi akut direduksi (biasanya di bawah anestesi umum) dengan menarik lengan sementara bahu pada posisi abduksi; biarkan beberapa menit agar kaput humerus lepas dan kemudian

Upload: normann

Post on 27-Sep-2015

3 views

Category:

Documents


1 download

DESCRIPTION

jhh

TRANSCRIPT

I.2. Dislokasi PosteriorDislokasi posterior lebih jarang terjadi, jumlahnya kurang dari 2% dari semua dislokasi sekitar bahu dan biasanya disebabkan karena trauma langsung pada sendi bahu dalam keadaan rotasi interna.

1.2.1. MEKANISME CEDERAGaya tak langsung yang menyebabkan rotasi internal dan aduksi yang nyata harus sangat kuat untuk dapat menyebabkan dislokasi. Keadaan ini paling sering terjadi selama ayan atau kejang-kejang, atau karena sengatan listrik

1.2.2. GAMBARAN KLINISDiagnosis sering terlewat sebagian karena mengandalkan sinar-X anteroposterior saja (yang dapat tampak seperti normal) dan sebagian karena mereka yang menangani pasien tidak memikirkan hal itu. Sebenarnya terdapat beberapa tanda klinik yang sangat jelas. Lengan tetap pada rotasi medial dan terkunci pada posisi itu. Bagian depan bahu tampak rata dengan korakoid yang menonjol, tetapi pembengkakan dapat menyembunyikan deformitas ini; tetapi bila dilihat dari atas, pergeseran posterior biasanya terlihat.Ditemukan adanya nyeri tekan serta benjolan di bagian belakang sendi.

1.2.3. PEMERIKSAAN RADIOLOGISDalam film anteroposterior, kaput humerus karena berotasi ke medial, bentuknya tampak abnormal (seperti bola lampu) dan agak jauh dari fossa glenoid (tanda glenoid kosong). Film lateral sangat diperlukan; film ini akan menunjukkan subluksasi atau dislokasi posterior dan kadang-kadang menunjukkan lekukan pada aspek anterior kaput humerus. Fraktur pada leher humerus kadang-kadang disertai komplikasi dislokasi posterior.Ditemukan adanya tanda khas berupa light bulb karena adanya rotasi interna humerus.Pada kasus yang sukar, CT bermanfaat.

I.2.4. PENATALAKSANAANDislokasi akut direduksi (biasanya di bawah anestesi umum) dengan menarik lengan sementara bahu pada posisi abduksi; biarkan beberapa menit agar kaput humerus lepas dan kemudian lengan dengan pelan-pelan diputar ke lateral sementara kaput humerus didorong ke depan. Kalau reduksi terasa stabil, lengan diimobilisasi dalam kain gendongan; kalau tidak, bahu dipertahankan berabduksi lebar-lebar dan dirotasi ke lateral dalam spika gips selama 3 minggu. Gerakan bahu diperoleh kembali melalui latihan aktif.

I.2.5. KOMPLIKASIa. Dislokasi yang tak direduksiSekurang-kurangnya setengah dari pasien dengan dislokasi posterior tak mendapat reduksi ketika pertama ditemukan. Kadang-kadang sudah terlewat beberapa minggu atau beberapa bulan sebelum diagnosis ditegakkan. Secara khas pasien mempertahankan lengan berotasi internal; dia tidak dapat mengabduksi lengan lebih dari 70 80 derajat, dan kalau mengangkat lengan yang terentang ke depan, dia tidak dapat memutar telapak tangan ke atas.Kalau pasien itu muda, atau merasa tak nyaman dan dislokasi belum lama terjadi (katakanlah baru 8 minggu), reduksi terbuka diindikasikan. Melalui pendekatan posterior, dilakukan perbaikan dan pemendekan kapsul.Dislokasi belakangan, terutama pada manula, terbaik dibiarkan, tetapi dianjurkan melakukan gerakan.

b. Dislokasi atau subluksasi berulangKetidakstabilan posterior yang kronis pada bahu.

Dislokasi rekuren posteriorDislokasi rekuren posterior lebih jarang ditemukan dan juga memerlukan tindakan operasi.

Dislokasi posterioro Lebih jarang ditemukano Trauma langsung pada sendi bahu dalam keadaan rotasi internaGambaran klinis dislokasi posteriorTerasa nyeri tekan serta benjolan dibagian belakang sendi. Tanda khas berupa light bulb karena adanya rotasi interna humerus.Dislokasi CongenitalCongenital dislocation berhubungan dengan congenital deformitiesDislokasi TraumaticTraumatic dislocation, biasanya disertai benturan keras. Berdasarkan tipe kliniknya dibagi :Dislokasi akutUmumnya terjadi pada shoulder, elbow, dan hip. Disertai nyeri akut dan pembengkakan di sekitar sendi. Dislokasi TraumaticTraumatic dislocation, biasanya disertai benturan keras. Berdasarkan tipe kliniknya dibagi : Dislokasi akutUmumnya terjadi pada shoulder, elbow, dan hip. Disertai nyeri akut dan pembengkakan di sekitar sendi. Dislokasi kronik Dislokasi berulang, terjadi kalau labrum glenoid robek atau kapsul terlepas dari bagian depan leher glenoid.

Fraktur DisloksiKomplikasi lanjutKekakuan sendi bahu: Immobilisasi yang lama dapat mengakibatkan kekakuan sendi bahu, terutama pada pasien yang berumur 40 tahun.Terjadinya kehilangan rotasi lateral ,yang secara otomatis membatasi Abduks.

PENYEBAB DISLOKASIDari segi Etiologi, Dislokasi disebabkan oleh:1. Cedera olah ragaOlahraga yang biasanya menyebabkan dislokasi adalah sepak bola dan hoki, serta olah raga yang beresiko jatuh misalnya : terperosok akibat bermain ski, senam, volley. Pemain basket dan pemain sepak bola paling sering mengalami dislokasi pada tangan dan jari-jari karena secara tidak sengaja menangkap bola dari pemain lain.

2. Trauma yang tidak berhubungan dengan olah raga seperti benturan keras pada sendi saat kecelakaan motor biasanya menyebabkan dislokasi3. Terjatuh dari tangga atau terjatuh saat berdansa diatas lantai yang licin4. Patologis : terjadinya tearligament dan kapsul articuler yang merupakan kompenen vital penghubung tulang

Dari segi Patofisiologi, Dislokasi biasanya disebabkan oleh jatuh pada tangan .Humerus terdorong kedepan ,merobek kapsul atau menyebabkan tepi glenoid teravulsi.Kadang-kadang bagian posterolateral kaput hancur.Mesti jarang prosesus akromium dapat mengungkit kaput ke bawah dan menimbulkan luksasio erekta [dengan tangan mengarah ;lengan ini hampir selalu jatuh membawa kaput ke posisi da bawah karakoid]

PENANGANAN DISLOKASIPertolongan pertama : Hanya boleh dilakukan oleh seorang dokter, kecuali dalam keadaan terpaksa dimana di tempat kejadian tidak ada dokter yang terdekat, barulah kita berikan pertolongan pertama yaitu reposisi. Reposisi dapat dilakukan dengan 2 cara, yaitu : 1. Metode Stimson (lihat gambar) metode ini sangat baik. Caranya penderita dibaringkan tertelungkup sambil bagian lengannya yang mengalami dislokasi, keluar dari tepi tempat tidur, menggantung ke bawah. Kemudian diberikan beban yang diikatkan pada lengan bawah dan pergelangan tangan, biasanya dengan dumbbell dengan berat tergantung dari kekuatan otot si penderita. Si penderita disuruh rileks untuk beberapa jam, kemudian bonggol sendi akan masuk dengan sendirinya. Gambar 2. Cara reposisi dislokasi bahu dengan metode Stimson 2. Penderita dibaringkan terlentang di lantai. Si penolong duduk pada sisi sendi yang lepas. Kaki si penolong menjulur lurus ke dada si penderita, lengan yang lepas sendinya ditarik dengan kedua tangan penolong dengan tenaga yang eras dan kuat, sehingga berbunyi klik, ini berarti bonggol sendi masuk kembali.

Reduksi dengan menarik lengan ke depan secara hati-hati dan rotasi eksternal, serta imobilisasi selama 3-6 mingguTeknik HennipenSecara perlahan dielevasikan sehingga bengkol sendi masuk ke dalam mangkok sendi.pasien duduk atau tidur dengan posisi 45o, siku pasien ditahan oleh tangan kanan penolong dan tangan kiri penolong melakukan rotasi kearahluar(eksternal) sampai 90o dengan lembut dan perlahan, jika korban merasa nyeri, rotasi eksternal sementara dihentikan sampai terjadi relaksasi otot, kemudian dilanjutkan. Sesudah seraksasi eksternal mencapai 90o maka reposisi akan terjadi, jika reposisi tidak terjadi, maka............Program rehabilitasiPenanganan dislokasi pada sendi bahu dapat dilakukan dengan melakukan program rehabilitasi. Program Rehabilitasi secara umum terbagi menjadi Nonoperatif Manajemen dan Operatif manajemen.a. Non operatif RehabilatationPenanganan rehabilitasi non operatif bertujuan untuk mengoptimalkan stabilisasi sendi bahu,sebab komplikasi dislokasi berulang banyak terjadi.Menghindari maneuver yang bersifat provokativ dan penguatan otot secara hati-hati merupakan komponen penting dalam program rehabilitasi.Minggu 0-2.Hindari provokatif posisi, termasuk eksternal rotasi,Abduksi,dan Distrak.Immobilisasi tergantung umur kurang dari 20 tahun 3-4 minggu 20-30 tahun 2-3 minggu Lebih dari 30- 10 hari sampai 2 minggu. Lebih dari 40 tahun 3-5 hariProgram dilanjutkan secara bertahap untuk pemulihan fungsi sesuai prosedur rehabilitasi yang telah ditetapkan.b. Operatif TreatmentTujuan utama rehabilitasi adalah Menjaga integritas stabilitasi bedah kore Memulihkan ROM fungsional secara full Meningkatkan stabilitas Dynamik Kembali aktivitas yang tak dibatasi dan olahragaDiagnosa FisioterapiGangguan fungsional Bahu akibat post Dislokasi Anterior bahu. Pemerikasaan tambahan spesifik Problematik Fisioterapia. Nyeri gerakb. Keterbatasan ROMc. Kelemahan ototd. Gangguan ADLe. Advance Aktivitas/AtletTujuan FisioterapiJangka pendeka. Mengurangi Nyeri gerakb. Meningkatkan ROMc. Meningkatkan kekuatan ototd. Meningkatkan fungsi ADLe. Memperbaiki power,endurance dan persiapan aktivitas normal

Jangka panjangMeningkatkan aktifitas fisik dan kemampuan fungsional pasien.

Terdapat beberapa hormon yang mengatur pembuatan dan proses keluarnya air susu anda. Yang perlu anda ketahui, keluarnya air susu adalah hasil kerja keras Ibu dan bayi. Berikut adalah hormon yang membantu produksi hingga keluarnya air susu anda yang mengandung zat-zat yang berguna untuk pertumbuhan dan perkembangan bayi.1. Prolaktin.Hormon ini dihasilkan oleh kelenjar pituitari di dalam otak yang bertanggung jawab untuk pembuatan air susu anda. Kadar hormon prolaktin ini akan semakin banyak seiring dengan seringnya bayi menyusu.2. Oksitosin.Hormon ini menyebabkan otot-otot kecil di sekitar payudara memeras air susu melalui kelenjar air susu. Kelenjar air susu ini memperbesar puting sebagai jalan keluarnya air susu ke mulut bayi. Selain itu, hormon oksitosin juga menyebabkan otot-otot uterus berkontraksi selama proses persalinan hingga proses persalinan berakhir. Sebelum proses persalinan, hormon ini membantu bayi keluar dari rahim Ibu kemudian setelah persalinan hormon oksitosin membantu rahim kembali ke ukurannya semula dan membantu mengurangi pendarahan pasca persalinan.3. Kedua hormon prolaktin dan oksitosin membantu meningkatkan ikatan emosional Ibu dan bayi.

Hormone pubertas wanitaPada masa pubertas, hormon seseorang menjadi aktif dalam memproduksi dua jenis hormon (gonadotrophins atau gonadotrophic hormones) yang berhubungan dengan pertumbuhan, yaitu: 1) Follicle-Stimulating Hormone (FSH); dan 2). Luteinizing Hormone (LH). Pada anak perempuan, kedua hormon tersebut merangsang pertumbuhan estrogen dan progesterone: dua jenis hormon kewanitaan. Pada anak lelaki, Luteinizing Hormone yang juga dinamakan Interstitial-Cell Stimulating Hormone (ICSH) merangsang pertumbuhan testosterone. Pertumbuhan secara cepat dari hormon-hormon tersebut di atas merubah sistem biologis seorang anak. Anak perempuan akan mendapat menstruasi, sebagai pertanda bahwa sistem reproduksinya sudah aktif. Selain itu terjadi juga perubahan fisik seperti payudara mulai berkembang, dll. Anak lelaki mulai memperlihatkan perubahan dalam suara, otot, dan fisik lainnya yang berhubungan dengan tumbuhnya hormon testosterone. Bentuk fisik mereka akan berubah secara cepat sejak awal pubertas dan akan membawa mereka pada dunia remaja.

Menurut sridianti

1) FSH (Follicle Stimulating Hormone), yaitu hormon yang dihasilkan oleh kelenjar hipofisis. Hormon FSH ini berfungsi dalam proses pembentukan dan pematangan spermatozoa yang dikenal sebagai spermatogenesis dan ovum yang dikenal sebagai oogenesis. Di samping itu, FSH juga merangsang produksi hormon testoseron pada pria dan estrogen pada wanita.2) LH (Luteinizing Hormone). Hormon ini juga dihasilkan oleh kelenjar hipofisis. Hormon ini dapat merangsang proses pembentukan badan kuning atau korpus luteum di dalam ovarium, setelah terjadi poses ovulasi (pelepasan sel telur).3) Testoseron, yaitu hormon yang dihasilkan testis dan berperan dalam spermatogenesis dan penampakan ciri-ciri kelamin sekunder pada pria.4) Estrogen. Hormon ini dihasilkan oleh folikel graaf di dalam ovarium. Hormon ini berperan alam oogenesis dan penampakan ciri-ciri kelamin sekunder pada wanita. Di samping itu, hormon ini juga berperan untuk merangsang produksi LH dan menghambat produksi FSH.5) Progesteron. Hormon ini dihasilkan oleh badan kuning atau korpus luteum di dalam ovarium. Berperan dalam proses pembentukan lapisan endometrium pada dinding rahim untuk menerima ovum yang telah dibuahi. Pada saat terjadi kehamilan, progesteron bersama-sama dengan hormon estrogen menjaga agar endometrium tetap mengalami pertumbuhan, membentuk plasenta, menahan agar otot uterus tidak berkontraksi, dan merangsang kelenjar susu memproduksi ASI.6) Oksitosin. Hormon ini dihasilkan oleh hipofisis. Peranannya, yaitu pada proses kelahiran, untuk merangsang kontraksi awal dari otot uterus.7) Relaksin. Hormon ini dihasilkan oleh plasenta, berperan untuk merangsang relaksasi ligamen pelvis pada proses kelahiran.8) Laktogen, dihasilkan oleh kelenjar hipofisis yang bersama-sama dengan progesteron merangsang pembentukan air susu.