tugas budidaya abalon pak irwan

86
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Moluska merupakan kelompok yang mendominasi perairan setelah kelompok ikan, jumlahnya mencapai 1500 jenis siput dan 1000 jenis kerang. Salah satu jenis siput yang dapat dijumpai di perairan Indonesia adalah abalon. Abalon merupakan kelompok moluska laut yang lebih dikenal sebagai “kerang mata tujuh” atau “siput lapar kenyang”. Beberapa jenisnya merupakan komoditi ekonomis. Daging abalon merupakan sumber makanan berprotein tinggi, rendah lemak, makanan tambahan (food suplement) dan di Jepang dianggap mampu menyembuhkan penyakit ginjal. Cangkang dari abalon juga memiliki nilai ekonomis yang tidak kalah tinggi dibandingkan dagingnya (Suwignyo, 2005) dalam (Nurfajrie dkk., 2014). Produksi abalone saat ini lebih banyak diperoleh dari tangkapan di alam, dan ini akan menimbulkan kekhawatiran akan terjadinya pengambilan yang tak terkendali, kemudian lambatnya pertumbuhan abalone

Upload: dayatpettasiri

Post on 02-Feb-2016

80 views

Category:

Documents


7 download

DESCRIPTION

a

TRANSCRIPT

Page 1: Tugas Budidaya Abalon Pak Irwan

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Moluska merupakan kelompok yang mendominasi perairan setelah

kelompok ikan, jumlahnya mencapai 1500 jenis siput dan 1000 jenis kerang.

Salah satu jenis siput yang dapat dijumpai di perairan Indonesia adalah abalon.

Abalon merupakan kelompok moluska laut yang lebih dikenal sebagai “kerang

mata tujuh” atau “siput lapar kenyang”. Beberapa jenisnya merupakan komoditi

ekonomis. Daging abalon merupakan sumber makanan berprotein tinggi, rendah

lemak, makanan tambahan (food suplement) dan di Jepang dianggap mampu

menyembuhkan penyakit ginjal. Cangkang dari abalon juga memiliki nilai

ekonomis yang tidak kalah tinggi dibandingkan dagingnya (Suwignyo, 2005)

dalam (Nurfajrie dkk., 2014).

Produksi abalone saat ini lebih banyak diperoleh dari tangkapan di alam,

dan ini akan menimbulkan kekhawatiran akan terjadinya pengambilan yang tak

terkendali, kemudian lambatnya pertumbuhan abalone sehingga terjadinya

kelangkaan yang berakhir pada kepunahan. Untuk itu perlunya upaya yang

dilakukan, diantaranya stock enhancement pada habitat aslinya,

pengembangbiakan abalone secara buatan dan terkendali, serta menjadikan

abalone komoditas budidaya yang dapat dikomersilkan menjadi usaha yang

menguntungkan (Novia dkk., 2010).

Budidaya laut abalone secara komersial telah menjadi suatu industri global

berkembang yang dapat menjanjikan masa depan karena abalone dibayar dengan

harga tinggi, ditambah dengan penurunan produksi dalam perikanan akibat

Page 2: Tugas Budidaya Abalon Pak Irwan

penangkapan ikan yang berlebihan. Abalone merupakan salah satu spesies laut

yang paling berharga di dunia, dimana permintaannya jauh melebihi persediaan,

terutama untuk di negara-negara Asia seperti : Hongkong, Cina, Jepang, Taiwan

dan Singapura, dimana negara-negara tersebut merupakan target tujuan utama

pasar (Moodley, 2014).

Di Indonesia, teknologi budidaya abalone relatif lambat, beberapa kendala

pembudidayaan abalone diantaranya, terbatasnya tenaga ahli dan teknologi

pembenihan abalone tropis, kesulitan mendapatkan suplai benih (spat) secara

kontinyu dan berkualitas, serta waktu pemeliharaan yang lama (Yunus et al.,

1997). Selain itu, terbatasnya jumlah unit pembenihan dan tingkat kelangsungan

hidup benih yang masih rendah khususnya pada stadia larva mengakibatkan

jumlah benih yang dapat dihasilkan sangat kecil (Soleh dan Murdjani, 2006)

dalam (Novia dkk., 2010).

Salah satu langkah yang menjadi solusi bagi eksploitasi secara langsung di

alam adalah dengan melakukan budidaya. Budidaya abalon di Indonesia mulai

diteliti di Loka Budidaya Laut Lombok sejak tahun 1997(Sofyan et al., 2006).

Budidaya abalon menbutuhkan benih yang bagus agar dapat menghasilkan abalon

yang baik. Pemilihan benih dapat dikakukan dengan cara melihat keragaman

genetik untuk memperoleh individu yang unggul. Keragaman genetik dipandang

sebagai sumber gen. Sumber gen yang beragam memungkinkan untuk mencari

gen unggul melalui proses seleksi sehingga dapat ditemukan suatu individu yang

memiliki berbagai keunggulan baik dari segi pertumbuhan, tahan terhadap

Page 3: Tugas Budidaya Abalon Pak Irwan

penyakit maupun kemampuan beradaptasi yang tinggi (Sugama et al., 1996)

dalam (Litaay dkk., 2011).

Masalah utama yang dihadapi dalam pengembangan budidaya abalon adalah

masih terbatasnya sediaan benih baik jumlah, ukuran dan mutunya, juga metode

pemeliharaan serta jenis pakan yang cocok belum banyak diketahui. Berdasarkan

beberapa permasalahan diatas, perlu dilakukan penelitian tentang perbaikan teknik

pemeliharaan yuwana abalon dengan memberikan jenis pakan yangberbeda,

sehingga diperoleh tingkatpertumbuhan abalon yang cepat dan

mudahdiaplikasikan di masyarakat (Susanto dkk., 2010).

B. Tujuan dan Manfaat

Tujuan dari paper ini adalah untuk mengetahui cara budidaya abalon mulai

dari penanganan induk sampai dengan produksi larva. Sedangkan manfaatnya

yaitu agar mahasiswa dapat mengetahui tentang cara budidaya abalon mulai dari

penanganan induk sampai dengan produksi larva.

Page 4: Tugas Budidaya Abalon Pak Irwan

II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Spesies dan Penyebaran

Abalone merupakan jenis gastropoda laut yang dapat ditemukan diseluruh

dunia di perairan beriklim sedang dan beriklim tropis dari zona intertidal dan

hingga kedalaman 40 m (Porras, et al 2014).

Menurut Setyono (2009) dalam Agustina (2013) abalon tropis (Haliotis

asinina) dapat diklasifikasikan sebagai berikut:

Kingdom : Animalia

Filum : Mollusca

Kelas : Gastropoda

Ordo : Archaegastropoda

Famili : Haliotidae

Genus : Haliotis

Spesies : Haliotis asinina

(Linnaeus 1758)

Di dunia terdapat kurang lebih 100 spesiesabalone yang terdistribusi pada daerah

tropis, subtropics dan artik dimana spesies berukuran kecilterdapat pada daerah

tropis dan Gambar 1 : Morfologi Abalon

artik jikadibandingkan dengan daerah sub-tropis(Bevelander, 1988).Di

Indonesia terdapat tujuhspesies abalone yaitu Haliotis asinina, H. varia,H.

Page 5: Tugas Budidaya Abalon Pak Irwan

squamata, H. ovina, H. glabra, H. planata danH. crebriscuplta (Dharma,

1988).Haliotisasinina merupakan spesies abalone berukuranbesar yang ditemukan

pada provinsi Indo-Pasifiktermasuk perairan Indonesia Timur (Setyono, 2006)

dalam(Uneputty dan Tala, 2011).

Abalon banyak ditemui di Indonesia bagian Timur (Bali, Lombok,

Sumbawa, Sulawesi, Maluku Dan Papua).Di pulau Lombok abalon banyak

dijumpai di pantai selatan, Lombok tengah yaitu pantai kutai dan sekitarnya.

Selama ini abalon telah banyak di eksploitasi oleh penduduk setempat secara tidak

selektif sehingga mengakibatkan berkurangnya hasil tangkapan dan dapat

mengancam kelestarian abalon (Faturahman dkk., 2013).

Salah satu jenis abalone tropis dan terdapat di Indonesia adalah abalon mata

tujuh (Haliotis asinina Lin. 1758). Abalon mata tujuh merupakan komoditas

akuakultur Indonesia yang patut dikembangkan karena dua alasan utama, yaitu: 1)

abalon memiliki tingkatan trofik yang rendah (konsumen tingkat pertama) dengan

makanan utama rumput laut dan 2) abalon bernilai ekonomis tinggi yang bahkan

merupakan salah satu makanan mewah, baik di dalam maupun di luar negeri

(Feizal dkk., 2010).

Dibandingkan abalon yang hidup di sub-tropis, Haliotis asinina tergolong

spesies abalon yang berukuran kecil yang hidup di tropis. Panjang cangkang yang

umum dikonsumsi adalah 6 cm. Ukurannya cukup kecil. Spesies abalon yang

sangat popular di Jepang dan Korea adalah ezoawabi (H discus hannai) yang

berukuran hingga 14 cm dan medaka (H gigantea) yang berukuran hingga 25 cm,

Page 6: Tugas Budidaya Abalon Pak Irwan

sedangkan di Eropa, spesies abalon Haliotis tuberculata dapat mencapai panjang

cangkang 123 mm.

Penyebaran siput Abalon sangat terbatas, tidak semua pantai yang berkarang

atau berbatu terdapat siputAbalon. Secara umum siput Abalon tidak ditemukan di

daerah estuaria, hal ini berkaitan dengan fluktuasi salinitas dan tingkat kekeruhan

yang tinggi dankonsentrasi DO yang rendah. Pada siang hari atau suasana terang,

siput abalon lebih cenderung sembunyi di karang atau batu. Sedangkan pada

suasana malamatau gelap lebih aktif melakukan gerakan berpindah tempat

(bersifatnocturnal).

Beberapa jenis abalon di dunia di antaranya adalah sebagai berikut:

Haliotis laevigata Haliotis corrugata

Haliotis ovina Haliotis rubra

Haliotis jade tiger Haliotis asinine

Page 7: Tugas Budidaya Abalon Pak Irwan

B. Biologi Abalon

a. Morfologi Secara Umum

Abalon adalah hewan dioecious (kelamin terpisah), kelenjar reproduksi

atau gonad menyelibungi saluran usus dan secara bersama sama membentuk

sebuah kerucut diantara otot kaki dan cangkang. Warna gonad mengindikasikan

jenis kelamin abalon, induk betina dewasa mempunyai telur berwarna biru, hijau

atau coklat dan induk jantan mempunyai gonad berwarna krem, gading atau putih

tulang. Pemijahan merupakan proses pelepasan telur dan sperma. Fertilisasi terjadi

secara eksternal, dimana telur dan sperma bertemu dan melebur di kolom air, dan

telur yang telah terbuahi akan membelah dengan cepat serta membentuk

larva/trochopore dan selanjutnya berubah menjadi fase veliger yang

memperlihatkan bentuk menyerupai individu dewasa, dimana mata, tentakel dan

kaki mulai berkembang. Sebelum fase veliger selesai, larva abalone akan

mengalami sebuah proses yang disebut pemilinan (torsi). Fase larva selesai ketika

abalone berhenti melayang dan mengendap di dasar. Pada keadaan ini,abalon

mulai terlihat seperti replica individu dewasa Fallu (1991) dalam Setyabudi

(2012).

Cangkang abalon memiliki bentuk yang unik. Abalon hanya memiliki satu

lembar cangkang yang terbuka lebar dengan sederetan lubang pada tepi sebelah

kiri. Lubang ini terus terbentuk sepanjang hidupnya, lubang-lubang ini digunakan

sebagai lubang respirasi (pernafasan), sanitasi (pengeluaran kotoran), dan

reproduksi (pengeluaran sperma untuk siput jantan dan telur untuk siput betina)

(Setyono 2009 dalam Agustina 2013).

Page 8: Tugas Budidaya Abalon Pak Irwan

Abalone memiliki kaki jalan yang besar dan sangat kuat. Otot kaki yang

kuat tersebut digunakan untuk bergerak merayap dan melekat pada substrat ketika

mencari makan. Otot kaki pada abalone dikelilingi oleh selaput epipodium yang

tampak bergelambir dan terlipat-lipat. Selaput epipodium memiliki tentakel-

tentakel kecil yang dinamakan dengan tentakel epipodial yang berfungsi sebagai

organ sensor (Setyono, 2009 dalam Pratama, 2013).

Daging abalon sebenarnya merupakan otot gerak atau kaki (foot). Pangkal

atau dasar otot kaki melekat pada cangkang (shell) dan sebagian besar otot kaki

mengisi seluruh permukaan cangkang. Otot kaki tersebut sangat kuat, digunakan

untuk menempel pada substrat dan berfungsi sebagai alat bergerak ketika mencari

makanan. Pada bagian tepi tubuh abalon terdapat selaput epipodium, bentuknya

bergelambir dan berlipat-lipat dengan banyak sungut kecil (tentacles) yang

berperan sebagai organ sensor. Kepala abalon terletak di bagian depan (anterior)

sebelah kanan, terdapat mulut, sepasang sungut, sepasang mata, dan jaringan parut

(radula).

Kepala dan mulut abalone berada di bagian anterior kepala abalone

memiliki sepasang tentakel dan sepasang mata. Tentakel berperan sebagai organ

sensoris untuk mendeteksi keadaan lingkungan dan mata berperan sebagai

fotoresptor yang sangat sensitive terhadap cahaya. Mata abalon terletak pada

tentakel mata yang berukuran lebih pendek (Pratama, 2013).

Mulut abalone memiiki jaringan parut atau radula. Radula merupakan

lidah bergerigi yang digunakan untuk memarut partikel makanan dari substrat dan

Page 9: Tugas Budidaya Abalon Pak Irwan

membawa partikel makanan tersebut kedalam mulut. Lidah bergerigi tersebut

terdiri atas deretan gigi kecil yang tersusun dari protein kitin (Pratama, 2013).

Gambar 2 : Bentuk dan Bagian Anatomi Abalon

Abalone memiliki sepasang insang berbentuk asismetri, insang kanan lebih

kecil dibanding pada bagian kiri.Kaki merupakan bagian penting pada abalone

yang digunakan untuk bergerak dan memperoleh makanan. Kaki berbentuk rata

yang luas dan merupakan satu-satunya yang disesuaikan untuk bergerak diatas

berbagai substrat. Kaki memiliki cilia yang besar dan menghasilkan kelenjar

lendir yang banyak. Kaki abalone sangatberotot dan sanggup untuk berpindah

sempurna.

Posisi insang berada tepat di bagian belakang kepala (sisi sebelah kiri

tubuhnya), terdapat lubang-lubang respirasi. Organ reproduksi (gonad) terdapat

pada bagian kanan, gonad pada abalon betina tampak berwarna hijau kebiruan dan

Page 10: Tugas Budidaya Abalon Pak Irwan

1

2

3456

789101112

13

menghasilkan telur berwarna hijau kebiruan juga, sedangkan abalon jantan

memiliki gonad berwarna krem keputihan (Setyono 2009 dalam Agustina 2013).

b. Sistem Anatomi

Karakteristik gastropoda yaitu membelah atau cangkang yang penuh dengan

lubang-lubang yang terdapat dibagian sepasang insangnya. Pada semua moluska,

terdapat mantel yang terletak dibawah lubang cangkang. Cilia pada insang

menghasilkan air dari hasil buangan usus dan ginjal.

Pada bagian depan kaki yaitu kepala memiliki bentuk khas seperti kepala

siput/keong. Mulut terletak pada bagian bawah kepala dan memiliki organ atau

radula yang dapat digunakan untuk memperoleh makanan. Antara cangkang dan

kaki, pada bagian posterior (belakang) terdapat gonad yang melapisi kelenjar

pencernaan atau hati dan berbentuk seperti kerucut yang panjang (Leighton,

2008).

Gambar 3 : Anatomi Abalon: 1) Tentakel; 2) Mata; 3) Insang; 4) Tentakel epipodium; 5) Mantel; 6) Otot cangkang; 7) usus; 8) Hati; 9) Gonad; 10) Spiral viscera; 11) dan 12) perut; 13) Cangkang

Page 11: Tugas Budidaya Abalon Pak Irwan

System Saraf

Sistem saraf abalone berkembang kurang baik. Terdapat empat pasang pusat

saraf otak yang terletak disekeliling mulut; rangkaian saraf kaki, pusat saraf usus,

rangkaian saraf tepi dan saraf penghubung dimana terhubung panjang dan saling

silang.

Gambar 4 : Sistem saraf abalone (1-saraf penghubung otak; 2-pusat saraf otak; 3-saraf disamping otak; 4-saraf dibawah otak; 5-sisi pedal pusat saraf; 6-saraf pedal; 7-pusat saraf ventral (bawah); 8-rangkaian saraf pedal dibawah kerongkongan; 9-pusat saraf usus diatas kerongkongan; 10-pusat saraf insang).

System Peredaran Darah

Sistem peredaran darah dari abalone ditandai dengan “patency”. Jantung

dalam rongga perikardial terdiri dari satu ventrikel dan dua atrium. Darah tidak

berwarna dan mengandung amoebocytes. Darah dari jantung berjalan ke sinus

darahdi antara organ-organ melalui sistem sirkulasi. Darah di sinus berjalan ke

arteri insang dan kemudian ke insang itu sendiri. Darah yang mengandung

oksigen tersebut kemudian berjalan ke serambi insang melalui vena insang.

Abalone memiliki sepasang arteri insang dan sepasang pembuluh darah insang.

Page 12: Tugas Budidaya Abalon Pak Irwan

Gambar 5. System Peredaran Darah System otot

Otot cangkang sebelah kanan berdiri sebagai sendi vertikal yang dekat

dengan urat yang berlanjut ke otot-otot kaki. Urat otot ini menempel pada kulit

oleh sel epitel pipih. Otot tersebut menempel pada cangkang. Sejumlah urat otot

mengulurkan dan menarik masuk epipodium sepertibila digunakan untuk

menangkap makanan.

Bagian kaki merupakan otot yang kuat yang luas dan datar. Hampir sama

dengan aperture cangkang, yang dibagi menjadi epipodium dan kaki bawah, yang

terakhir adalah diskoid. Inilah yang menempelkan abalone disubstrat (biasanya

permukaan berbatu) dan bergerak ketika mencari makanan. Kaki ini memiliki

kekuatan sehingga membuat mereka sulit terlepas dari substratnya.Terdapat

kelenjar pedal pada bagian kaki. Ada sel mukosa di beberapa epitel kaki yang

berbentuk oval

System Eskresi

Ginjal merupakan organ ekskresi utama di haliotidae. Yang berkembang

dengan baik dan terletak di sebelah kanan perikardium, biasanya letaknya dekat

atau sama dengan kelenjar pencernaan. Hampir semua darah vena melewati ginjal

Page 13: Tugas Budidaya Abalon Pak Irwan

kanan dan terbawa oleh pembuluh ginjal eferen. Ginjal kiri terletak di sebelah kiri

perikardiumdan terdiri dari kantung papillated.

System Pencernaan

Sistem pencernaan pada abalone terletak pada sisi kiri otot aduktor yang

letaknya di pertengahan organ tubuh. Sistem pencernaan termasuk mulut,

kerongkongan (gullet), perut (stomach), dubur usus (intestine rectum) dan anus.

Kaitannya dengan bentuk spiral tubuh, saluran sistem pencernaan mulai dari

mulut sampai anus yang letaknya berdekatan pada satu sisi. Mulut berbentuk

bulat dan ovate dan dinding terdiri atas jaringan otot (muscular) yang tebal.Dalam

mulut terdapat cuping kelopak (calyx lobe), radula dan kelenjar ludah (salivary

glands). Kerongkongan (gullet) abalone panjang dan sempit. Perut abalone

berkantung dan berbentuk huruf V dan letaknya di depan kerongkongan (gullet).

Usus buntut (appendix) vermiform dan hati (liver) berhubungan dengan perut.

Gambar 6 : Organ pencernaan abalone. (1-Anus; 2-Usus; 3-Hati; 4-Kerongkongan; 5-7. Kelenjar ludah; 8-radula; 9-Mulut; 10-Perut).

Page 14: Tugas Budidaya Abalon Pak Irwan

System Reproduksi

Reproduksi abalone terjadi secara generativ yaitu bertemunya sel telur dan

sperma. Abalone mengandalkan berbagai isyarat lingkungan dan kemotaksis

untuk gamet bertepatan dengan terjadinya fertilisasi. Menurut Haesman dan Savva

(2007), Abalone jantan umumnya mengeluarkan sperma terlebih dahulu, sehingga

merespon abalone betina untuk memijah. Fertilisasi telur terjadi pada kolom air.

Ejakulasi abalone jantan terlihat seperti asap berwarna keabu-abuan dan telur

abalone betina seperti asap berwarna hijau.

Telur abalone berbentuk bola. Telur matang berdiameter 220 mikrometer,

sedangkan kuning telurnya berdiameter 180 mikrometer. Selaput selular

transparan memiliki ketebalan 40-50 mikrometer. Telur berada dalam indung telur

dan bentuknya berupa segi banyak tidak beraturan. Pemijahan telur yang

berbentuk bola dengan seketika akan diserap oleh air laut dan tenggelam ke dasar.

Dalam beberapa kasus, simulasi pemijahan buatan menghasilkan telur yang

berbentuk silindris atau berbentuk seperti mutiara. Banyak telur yang belum

matang. Telur-telur dapat diklasifikasikan kedalam tiga kategori : a) normal, b)

telur tanpa selaput telur, c) telur tanpa selaput koloidal. Dua kategori telur yang

terakhir merupakan telur yang belum matang. Telur yang belum matang

cenderung bergumpal; mereka jarang terfertilisasi, dan kalaupun fertilisasi dapat

dilakukan, embrio yang dihasilkan akan mengalami perkembangan yang

abnormal.

Abalon bersifat gonokoris, memiliki satu gonad (jantan atau betina) yang

berada di sebelah kanan tubuh. Abalon mengalami matang gonad setelah berumur

Page 15: Tugas Budidaya Abalon Pak Irwan

6-8 bulan dengan panjang cangkang 35,O-40,O mm. Jenis kelamin abalon mudah

dikenali, yaitu ketika gonad telah masak, testes berubah berwarna cream dan ovari

menjadi kehijauan. Fertilisasi ekstemal tejadi saat jantan dan'betina mengeluarkan

gamet langsung ke kolom air. Ukuran telur sangat kecil, sekitar 0,2 mm dan

bejumlah sangat banyak. Fekunditas sangat bergantung pada spesies. Dinyatakan

pula bahwa fekunditas abalon memiliki hubungan eksponensial dengan panjang

cangkang dan memiliki hubungan linear dengan bobot basah tubuh (Faisal, 2005

dalam Riyadi 2008).

Reproduksi menyangkut mobilisasi internal, biosintesis dan bioakumulasi

dari materi yang berasal dari induk untuk dideposit pada telur yang akan dibuahi.

Pada saat dibuahi, dengan informasi genetik dari sperma yang berasal dari induk

jantan, keseluruhan isi dari telur harus mendukung perkembangan embrio dan

tahapan awal larva lesitotrofik. Pemahaman antara interaksi nutrisi-reproduksi dan

penentuan nutrisi yang diperlukan untuk keberhasilan maturasi dan pemijahan

diperlukan untuk memproduksi hewan budidaya terutama produksi moluska pasca

larva pada skala besar untuk operasi industri yang lebih luas. Selanjutnya,

penentuan peranan dari nutrisi spesifik (sumber-sumber diet alami) dalam lingkup

reproduksi, dan perubahan dalam dinamika deposit, mobilisasi dan utilisasi atau

pemanfaatan nutrisi akan mempermudah pemahaman fisiologi reproduksi dan

strategi siklus reproduksi.

Pengeluaran gamet tejadi dalam 2 malarn setiap 2 minggu pada periode

bulan gelap purnama. Hubungan antara pemijahan dengan periode bulan (lunar

periode) belum diketahui secara pasti. Terkadang pemijahan berlangsung pada 2

Page 16: Tugas Budidaya Abalon Pak Irwan

lokasi populasi Haliotis asinina di Heron Reef, Australia. Diduga perbedaan

pasang surut sangat mempengaruhi pemijahan. Perseniax pemijahan terbesar,

terjadi ketika ada kehadiran kelamin abalon yang berlawanan. Frekuensi ejakulasi

jantan tertinggi ketika ada kehadiran betina. Di tempat budidaya abalon,

pemijahan serentak terjadi dalam 6 minggu dan setelah periode ini pemijahan

menjadi tidak teratur dan tidak serentak (Counihan et al., 2001 dalam Riyadi

2008).

Reproduksi menyangkut mobilisasi internal, biosintesis dan bioakumulasi

dari materi yang berasal dari induk untuk dideposit pada telur yang akan dibuahi.

Pada saat dibuahi, dengan informasi genetik dari sperma yang berasal dari induk

jantan, keseluruhan isi dari telur harus mendukung perkembangan embrio dan

tahapan awal larva lesitotrofik. Pemahaman antara interaksi nutrisi-reproduksi dan

penentuan nutrisi yang diperlukan untuk keberhasilan maturasi dan pemijahan

diperlukan untuk memproduksi hewan budidaya terutama produksi moluska pasca

larva pada skala besar untuk operasi industri yang lebih luas. Selanjutnya,

penentuan peranan dari nutrisi spesifik (sumber-sumber diet alami) dalam lingkup

reproduksi, dan perubahan dalam dinamika deposit, mobilisasi dan utilisasi atau

pemanfaatan nutrisi akan mempermudah pemahaman fisiologi reproduksi dan

strategi siklus reproduksi.

C. Pertumbuhan dan Perkembangan

Menurut Nurfajrie dkk., (2014), Hal yang juga menarik dari budidaya abalon

adalah bersifat low tropic level (larvanya memakan benthic diatom dan dewasanya

memakan rumput laut/makroalga) dengan demikian dapat dikatakan biaya

Page 17: Tugas Budidaya Abalon Pak Irwan

produksinya relatif murah. Konsekuensi logis dari pengembangan budidaya

abalon adalah tersedianya benih dalam jumlah dan kontinuitas yang memadai.

Menurut Hibbert (1977) dalam Gimin et al. (2002) estimasi pertumbuhan

pada moluska dilakukan dengan menghitung dan mengukur dimensi cangkang

atau volume biota. Setyono (2003) menambahkan bahwa fase juvenil dibagi

menjadi dua, yaitu fase juvenil awal dan juvenil. Fase juvenil awal dimulai pada

saat terjadinya penempelan sampai abalon memiliki cangkang sepanjang 10 mm.

Selanjutnya, fase juvenil dimulai dari ukuran ini, yaitu ketika abalon mulai makan

makro alga.

Kajian mengenai abalon tropis jenis Haliotis asinina dinyatakan oleh

Setyono (2009) dalam Agustina (2013), bahwa jenis abalon ini tumbuh mencapai

ukuran layak tebar (10-30 mm) dalam waktu berkisar 3 sampai 5 bulan, mencapai

matang gonad pada ukuran 40-50 mm, dan diduga mencapai ukuran layak panen

(50-60 mm) dalam waktu kurang dari 2 tahun. Kajian mengenai abalon tropis

(H.asinina) dilaporkan dari Thailand, bahwa H.asinina adalah jenis abalon tropis

yang tumbuh paling cepat dengan laju pertumbuhan lebih dari 40 mm/tahun.

Meskipun spesies ini tidak tumbuh sebesar abalon di daerah sub-tropis, tetapi

spesies ini mendapat harga yang bagus di pasar internasional. H.asinina

mempunyai ukuran cangkang yang lebih kecil dibandingkan dengan abalon sub-

tropis, tetapi ukuran dagingnya dapat mencapai 6-7 kali ukuran cangkangnya.

H.asinina dengan ukuran panjang cangkang 10 cm dan berat total 190 g

mengandung daging 85% atau sekitar 161,5 g.

Page 18: Tugas Budidaya Abalon Pak Irwan

Perkembangan embryo abalone sangat dipengaruhi oleh salinitas dan suhu,

tetapi pengaruh suhu sangat dominan. Larva abalone bersifat lecithotropic artinya

phase larva sangat singkat dan tidak membutuhkan makan. Sehingga sampai pada

fase trochophore pertumbuhannya berasal dari penggunaan nutrien pada kuning

telurnya. Phase pelagic dari embrio abalone pada suhu 29-30˚C hanya 22-26 jam

tetapi pada suhu 23˚C akan mencapai 72 jam. Sesudah phase pelagis, larva abalon

akan menempel dan akan bermetamorphosis pada substrat jika tersedia alga

crustose coralline, diatom, algae Hijau, lendir dari juvenile abalone. Veliger dan

larva yang menempel hanya mampu makan pada alga bersel tunggal dan atau

bahan-bahan organik. Bentik diatom merupakan pakan yang sangat penting untuk

post larva dan juvenile muda. Di hatchery plastik plat yang dilapisi dengan diatom

seperti Navicula sp, cooconeis sp dan Nitzschia sp merupakan pakan dan substart

untuk fase creeping larva. Sedangkan Juvenile muda abalone diberi makan dengan

rumput laut utamanya jenis Gracillaria spp.

Stadia larva merupakan stadia paling kritis terkait dengan ketersediaan

pakan alaminya. Kelangsungan hidup (SR) benih dalam pembenihan abalon yang

telah dilakukan di BBL Lombok dilaporkan baru mencapai 0.6%. Hal ini diduga

karena kurangnya ketersediaan pakan alami pada saat larva mulai menempel. Oleh

karena itu, pada tahun anggaran 2008 dilakukan diversifikasi pakan alami yang

sifatnya menempel pada substrat selain Nitzchia yaitu Amphora dan Navicula.

Page 19: Tugas Budidaya Abalon Pak Irwan

Gambar 7. Fase atau tahap perkembangan abalone (1-terlihat kutub tubuh pada fertilisasi telur (15 – 30 menit); 2-2 fase sel; 3-4 sel (80 menit); 4-8 sel (120 menit); 5-6 sel (160 menit); 6-fase morula (195 menit); 7-fase gastrula (6 jam); 8-trocophore dalam selaput telur (7-8 jam); 9-trocophore (10-12 jam); 10-veliger muda (15 jam); 11-veliger dewasa (48 jam)).

Gambar 8. Lanjutan fase atau tahap perkembangan abalone. (12- fase peristomal (6-8 hari); 13- larva muda dendan epipodes (19 hari); 14-15. juvenil abalone (45 hari)).

Dalam pembesaran buatan, juvenil abalone mencapai panjang lebih dari 5

mm selama 80 hari. Empat bulan setelah fertilisasi, abalone mencapai lebih dari

Page 20: Tugas Budidaya Abalon Pak Irwan

12 mm dan memakan Laminaria, Undaria, atau rumput laut lainnya (Agustina.,

2013)

Pemahaman tentang kecepatan pertumbuhan abalon penting bagi

mariculture dan manajement perikanan. Dimana, kecepatan pertumbuhan

menentukan waktu penunndaan antara settlement larva dan recruitment sampai

mencapai ukuran pasar. Abalon merupakan hewan yang hidupnya panjang (logh-

lived animals) dan kebanyakan studi kecepatan pertumbuhan abalon menunjukkan

bahwa pada kecepatan pertumbuhan, dan kualitas serta kuantitas nampaknya

penting.(Day dab Flemming,1990 dalam Idul 2010).

Komsumsi pakan merupakan salah satu faktor yang paling penting dalam

menunjang keberhasilan budidaya kerang abalon, kelangsungan hidup dan

pertumbuhan. Ketepatan jenis pakan yang diberikan menjadi pertimbangan utama

dalam pemberian pakan. Jenis pakan abalon adalah seaweed yang biasa disebut

makroalga, namun tidak semua dapat dimanfaatkan dengan baik sebagai sumber

makanan, Saat pemberian pakan, perlu diperhatikan kebersihan dan kesegaran

pakan. Hal ini bertujuan untuk menghindari adanya predator-predator yang

terbawa dan menghindari pakan yang hampir/telah mati yang nantinya akan

membusuk dan menimbulkan racun bagi kerang abalon (Tisna, 2008) dalam

(Azlan., dkk 2013).

D. Metamorfosis

Page 21: Tugas Budidaya Abalon Pak Irwan

Metamorfosis merupakan proses dimana larva veliger berenang bebas

menjadi juvenil bentik. Ada serangkaian tahapan yang berbeda dalam proses ini

dan bervariasi pada masing-masing spesies. Namun, setelah proses metamorfosis

telah dimulai, proses tersebut akan selesai dalam 24 jam. Tidak ada proses makan

selama periode ini dan seluruh proses bergantung pada energi kuning telur larva.

Beberapa stimulan yang dapat menginduksi settlement dan metamorfosis

pada larva abalone yaitu diatom, lendir dan GABA (Leighton, 2008). Settlement

adalah proses veligers mencari substrat yang cocok dan kemudian berubah dari

larva yang berenang menjadi bentik juvenile dan menjalani proses metamorfosis.

Perubahan dari larva yang berenang menjadi crawling, feeding pasca-

larvadisebut "settlement" dianggap sebagai salah satu tahapan yang paling penting

dalam pembenihan abalon yangdapat dibagi menjadi 2 tahap yang berbeda yaitu

attachment dan metamorfosis. Selama attachment, larva berhenti berenang,

tenggelam ke dasar, dan attach pada substrat oleh kakinya. Ini merupakan

perubahan kebiasaan dan reversible karena velum belum shed dan dapat

melanjutkanberenang. Tahap ini dicapai H. asinina 26-30 jam setelah pembuahan

dan dapat berlangsung 2-3 hari. Di sisi lain, metamorfosis adalah proses non-

reversible, yang terdiri dari 2 tahapan yaitu initiation dan metamorfosis yang

sempurna. Inisiasi metamorfosis ditunjukkandengan hilangnya velum. Jika pasca-

larva terus berkembang secara normal setelah inisiasimetamorfosis, kemudian

dimulainya proses makan dan pertumbuhan shell peristomal terjadi hal tersebut

menunjukkan terjadinyametamorfosis sempurna (Capinpin, 2015).

Page 22: Tugas Budidaya Abalon Pak Irwan

Utting dan Millican (1998) dalam Litaay (2005) menernukan bahwa

diameter dari telur moluska berhubungan dengan suhu dan ketersediaan makanan.

Pada hewan laut lainnya seperti pada ikan, keberhasilan fertilisasi, penetasan dan

ketahanan hidup dari embrio dan alevin merupakan indikator biologi. Disamping

itu, ukuran telur, volume kantong kuning telur, dan ukuran alevin pada penetasan

merupakan indikator morfologi dari kualitas telur (Srivastava dan Brown, 1991

dalam Litaay, 2005).

E. Nutrisi

Nutrisi adalah faktor utama yang berperan dalam pematangan seksual,

sehingga dapat mempengaruhi reproduksi hewan di alam ataupun dalam lingkup

budidaya. Di alam, nutrisi yang tersedia bervariasi dan tergantung pada tingkat

tropik. Kondisi ini secara alami merupakan salah satu faktor eksternal penting

bagi siklus reproduksi. Dalam budidaya,lingkungan fisik dan nutrisi induk dapat

dimanipulasi untuk mempercepat pematangan gonad dan proses pembentukan

gamet (gametogenesis). Keberhasilan pengkondisian induk tergantung pada

penyediaan kondisi di hatchery yang mendekati kondisi di alam selama siklus

reproduksi alami, yaitu dengan cara manipulasi air laut dan penyediaan makanan

yang memadai (Litaay, 2005).

Kandungan nutrisi yang terdapat pada pada pakan sangat berpengaruh bagi

pertumbuhan abalone, zat-zat gizi yang diperlukan untuk menghasilkan tenaga,

mengganti sel-sel tubuh yang rusak, dan untuk tumbuh antara lain pritein, lemak,

karbohidrat, vitamin, mineral, dan air. Namun zat yang paling berperan dalam

pertumbuhan adalah protein (Mujuman, 1992 dalam Susanto, 2010).

Page 23: Tugas Budidaya Abalon Pak Irwan

Nutrisi menunjukkan nutrien dasar (komponen biokimia) yang diperlukan

untuk mendukung semua sistem metabolik untuk menjalankan fungsinya masing-

masing. Nutrien diantaranya protein, rasio RNA-DNA, asam-asam amino, lemak

dan asam lemak berperan dalam keberhasilan perkembangan embrio. Kekurangan

dari salah satu faktor di atas akan berpengaruh pada perkembangan telur. Lemak

adalah komponen utama dari biomembran dan cadangan makanan utama dalam

perkembangan ikan dan embrio invertebrata. Lemak juga merupakan salah satu

unsur utama,dari komponen diet induk yang mempengaruhi komposisi telur.

Lemak juga menyediakan asam lemak esensial. Selain lemak, protein yang berasal

dari sirkulasi maternal akan merupakan sumber asam-asam amino dan juga

sebagai sumber energi untuk perkernbangan embrio (Sargent, 1995 dalam Litaay,

2005).

Penelitian yang dilakukan oleh Mariaet al, (2014) mengatakan bahwa

besar atau ukuran suatu spesies, kualitas protein yang dimakan dan kondisi

lingkungan serta beberapa faktor lain menjadi sebab mengapa kerang mempunyai

tingkat protein dan energy yang berbeda dalam pakan. Protein untuk rasio energy

memiliki pengaruh signifikan terhadap pertumbuhan juvenile abalone.

Kelangsungan hidup dan rasio konversi pakan tidak dipengaruhi oleh rasio

protein-energy dalam pakan. Hasil penelitian tersebut mengatakan bahwa rasio

protein-energy dari 0.058 dan 0.064 g/kcal memiliki pertumbuhan yang baik dan

deposisi protein yang tinggi pada juvenile abalone topshell, T. niloticus.

Beberapa spesies juvenile abalone akan mengalami panjang cangkang yang

tinggi ketika diberi pakan Ulva lens. memiliki tingkat protein sebesar 28%. tetapi

Page 24: Tugas Budidaya Abalon Pak Irwan

tingkatan protein tersebut berkisar antara 25-30% bergantung pada spesies

abalone itu sendiri. Namun, untuk memaksimalkan pemanfaatan protein tidak

hanya harus mengandung pakan yang cukup. Protein mudah dicerna, tetapi harus

seimbang antara asam amino esensial dan non esensial. Oleh karena itu, pakan

U.lens/N. jeffreyi dapat menyediakan komponen biokimia yang lebih dekat

dengan tingkat optimal pada abalone juvenile H. laevigata agar dihasilkan

individu yang lebih besar.

Abalone termasuk hewan herbivorous segingga dapat mengosumsi rumput

laut sebagai pakan. Jenis rumput laut yang digunakan sebagai pakan abalone

adalah glacillaria maupun ulva. Abalone dapat mencerna rumput laut karena

memiliki enzim yang dapat melisis jaringan dinding sel rumput laut seperti enzim

selulase dan pektinase atau secara komersial di sebut dengan macerozyme

(mulyaningrung dan suryati, 2008). Glacillaria merupakan makanan yang baik

untuk perkembangan gonad induk abalone jenis haliotis asinine.

Page 25: Tugas Budidaya Abalon Pak Irwan

III. PEMBAHASAN

a. Pemilihan Induk

Syarat abalone yang akan dijadikan induk dalam kegiatan pembenihan perlu

dilakukan pengamatan. Induk abalone yang sehat dapat kita lihat dari warna tubuh

kerang abalone dan tidak terserang hama  penyakit dan gerakannya sangat agresif.

Seleksi induk, syarat-syarat induk berkualitas: ukuran cangkang >5cm, sehat,

tanpa cacat atau luka,  perbedaan jantan dan betina (jantan gonadnya berwarna

cream/putih sedangkan betina warna gonadnya hijau/cokelat kadang kebiruan

(Khoironi, 2012).

Menurut NSW Department of Primary Industries Abalone memerlukan

beberapa penanganan sebelum dipijahkan untuk mendapatkan hasil yang sesuai

dengan yang diharapkan, beberapa aspek yang perlu diperhatikan dalam

manajemen induk adalah memperhatikan desain pembagian tupoksi bagi para

pembudidaya sehingga penanganan stadia hidup abalone dapat diberikan

perlakuan yang tepat. hal yang paling penting dilakukan yakni menjaga

temperature air dan keadaan lingkungan/wadah pemijahan. Bak/tank digunakan

sebagai wadah untuk pemijahan, kemudian wadah dibersihkan sebelum diisii

dengan air laut (Guzman dan Greencia, 2014).

Sebelum melakukan kegiatan budidaya dilakukan penyeleksian terlebih

dahulu dengan mengecek kondisi tubuh yaitu dilihat ada tidaknya luka pada

anggota tubuh serta cangkang. Setelah itu, dilakukan proses aklimatisasi selama

1–2 bulan yangdilanjutkan dengan pemisahan induk jantan dan induk betina untuk

menghindari spontaneous spawning. Proses aklimatisasi ini dilakukan dengan

Page 26: Tugas Budidaya Abalon Pak Irwan

cara induk ditebar dengan kepadatan rendah yaitu 100 ekor/bak kemudian

dilakukan sirkulasi air yang besar, mengalir kontinyu serta dijaganya kualitas air

yang dilakukan dengan cara disiphon setiap hari. Setelah itu diberikan pakan

rumput laut yang bervariatif (Novia dkk., 2010).

Seleksi bertujuan mendapatkan induk matang gonad yang siap untuk

dipijahkan. Waktu seleksi dapat dilakukan menjelang waktu pemijahan. Secara

morfologi sulit membedakan individu jantan atau betina. Induk yang siap

dipijahkan memiliki kandungan gonad >60% dimana gonad dengan kondisi penuh

adalah 100%. Untuk melihat gonad abalone diperlukan spatula, selanjutnya otot

pada sisi yang belawanan dari lubang di bagian cangkang dikuak menggunakan

spatula. Induk betina ditandai dengan warna hijau dan jantan warna oranye muda

atau putih tulang.

Pemilihan induk untuk kegiatan pembenihan harus sesuai dengan

kebutuhan, jika kebutuhan benih hanya untuk perorangan maka dibutuhkan induk

dalam jumlah yang sedikit sedangkan apabila kebutuhan untuk diri sendiri dan

unit lain maka dibutuhkan dalam jumlah ratusan induk. Organisme yang dipilih

harus organisme yang hanya seedikit memiliki kekurangan dan abalone harus

dipastikan sehat dengan perbandingan jantan dan betina 1:3 atau 4 (Leighton,

2008).

Dalam kegitan buudidaya, keberhasilan dapat dirasakan apabila pada

kegiatan tersebut telah mampu untuk memproduksi benih. Untuk menghasilkan

benih yang baik maka perlu digunakan indukan yang baik pula demi mencapai

Page 27: Tugas Budidaya Abalon Pak Irwan

keberhasilan kegiatan budidaya, berikut syarat pemilihan induk untuk pembenihan

abalone menurut Al-rashdi and Fermin, (2012), yaitu:

a. induk yang terbaik dapat diambil langsung dialam, dengan meminimalkan

jumlah luka pada abalone.

b. Adanya luka yang serius dapat menyebabkan infeksi pada tubuh abalone,

mortalitas dapat meningkat apabila abalone terluka pada bagian kepala,

usus besar dan otot kaki.

c. Pengambilan induk/pemilihan induk untuk pemijahan baiknya dilakukan

pada saat bulan purnama pada saat abalone tidak bergerak aktif dan mudah

untuk didapatkan dan pada saat suhu perairan meningkat

d. pemilihan induk disesuaikan dengan kebutuhan produksi, apabila

kebutuhan produksi besar makan jumlah induk yang dibutuhan juga besar,

namun apabila kebutuhan produksi relative kecil maka penggunaan induk

lebih sedikit (Leighton, 2008).

e. Memilih induk yang unggul, dengan induk unggul diharapkan abalone

yang kemudian yang dihasilkan memiliki sifat unggulan dari indukannya.

Induk abalone baik dari alam maupun breeding yang baik mempunyai ciri

ciri sebagai berikut:

- Tingkat kematangan gonad cukup

- Otot kaki atau daging terlihat segar dengan warna gelap dan tidak lembek dan

lemas

- Melekat kuat pada substrat

Page 28: Tugas Budidaya Abalon Pak Irwan

- Dapat membalikkan tubuhnya segera bila diletakkan dalam air dengan posisi

terbalik

- Sehat, organ tubuh tidak luka dan utuh

- Ukuran panjang cangkang sekitar 5 cm

- Merayap/berjalan jika dilepaskan dari genggamam

Gambar 9. Ciri-ciri induk Abalon yang sehat (Sumber: Gallardo, 2003)

Hal lain yang perlu diperhatikan dalam penanganan induk adalah kondisi

lingkungan dari abalone. Abalone merupakan hewan nocturnal yang aktif pada

malam hari sehingga membutuhkan lingkungan yang gelap. Suhu air dalam

wadah pemeliharaan berkisar antara 27-290C, sedangkan salinitas berkisar antara

32-35 ppt. perbandingan antara jantan dan betina dalam setiap wadah

pemeliharaan adalah 1:4.

Abalon akan tumbuh lebih baik pada tempat yang terdapat lebih banyak

shelter. Pada wadah pendederan dan pemeliharaan induk, shelter dibuat dari

potongan pipa PVC berdiameter 6 inci dengan panjang 30 cm yang dibelah

menjadi dua, dan ditempatkan di dalam kotak industri masing-masing 1 potong

per kotak industri (3 potong dalam 1 bak). Abalon akan bersembunyi di balik

Page 29: Tugas Budidaya Abalon Pak Irwan

shelter sepanjang hari dan akan merayap keluar pada malam hari. Sedangkan pada

pemeliharaan larva digunakan rearing plate.

b. Memicu Pematangan Gonad

Banyak factor pokok yang berpengaruh dalam produksi induk matang

gonad, Faktor-faktor dimaksud antara lain ukuran induk, ketersediaan jenis dan

kualitas pakan dan kondisi lingkungan media pemeliharaan. Melalui manipulasi

lingkungan, dapat dihasilkan induk abalon melalui kegiatan budidaya khususnya

dibak. Salah satu parameter Iingkungan adalah suhu yang perlu dikendalikan

fluktuasinya terutama dibak sistim indoor agar tetap optimal (Soleh dan Suwoyo,

2008).

Tingkat kematangan gonad dapat juga ditentukan berdasarkanprosentase

penutupan ovari terhadap hepatopangkreas pada bagian posterior.Gonad dapat

dilihat dengan cara membuka pada bagian posterior antara ototkaki dan cangkang

dengan spatula. Testis dapat dengan mudah dilihat danmudah dibedakan dengan

hepatopangkreas karena berwarna putih susu,sementara ovari berwarna hijau

gelap dan agak sulit dibedakan denganhepatopangkreas. (Anonymous, 1992)

dalam (Susanto dkk., 2009).

Induk abalon dengan pemberian pakan Gracillaria menunjukkan

perkembangan gonad tingkat tiga sebesar 5,26 - 10,53 % (Susanto et al., 2007).

Induk abalon yang telah matang gonad dan memijah, kemudian akan

menunjukkan perkembangan gonad yang berikutnya setelah masa pemeliharaan

sekitar 2-3 bulan. Sampai dengan September 2008 induk abalone yang dapat

Page 30: Tugas Budidaya Abalon Pak Irwan

memijah sebanyak 8 kali dengan jumlah veliger yang dihasilkan sekitar

1.954.750 ekor.

Untuk menentukan induk abalon yang matang gonad dan siap dipijahkan

adalah dengan melihat tingkat kematangan gonadnya (TKG). Dalam menentukan

tingkat kematangan gonad yang siap dipijahkan adalah TKG stadia 3 yaitu dengan

ciri-ciri gonad membesar dan bila dilihat dari samping volume gonad melebihi

cangkang (Susanto dkk., 2009).

Table 1. Tahap Perkembanagan Gonad H. asinina TKG Kriteria yang digunakan untuk observasi menggunakan mata0 Belum terlihat perkembanagan gonad1 Gonad menutupi sebagian kecil hepatopankreas2 Gonad menutupi 25% dari hepatopankreas3 Gonad menutupi 50% dari hepatopankreass

Gambar 10. Pemeriksaan TKG pada Abalon(Sumber: Seafdac Aquaculture Departement, 2000)

c. Metode Pemijahan

Berbagai metode telah diterapkan dalam proses pemijahan abalon antara

lain dengan cara perlakuan suhu (pengeringan), photoperiod, penyinaran sinar

ultra violet, menggunakan bahan kimia hidrogen peroksida atau kombinasi. Pada

pemijahan yang menggunakan perlakuan suhu pada prinsipnya adalah mengatur

fluktuasi tinggi-rendahnya suhu lingkungan agar induk abalon terangsang untuk

memijah akibat pengaruh perubahan tersebut. Kondisi ini mengikuti pola pasang

Page 31: Tugas Budidaya Abalon Pak Irwan

surut secara alami. Pada metode kering, abalon diangin-anginkan pada udara

bebas tanpa media air sehingga suhu tubuh terpengaruhi oleh suhu udara luar yang

cenderung lebih tinggi. Keuntungan dengan cara ini yaitu pelaksanaannya lebih

praktis. Sebaliknya resiko yang mungkin dihadapi adalah abalon bisa kekeringan

dan sulit mengontrol suhunya sehingga dapat menimbulkan kematian. Sebaliknya

pada kondisi basah, abalon berada dalam media air dan cukup oksigen serta

control suhu relatif mudah dilakukan melalui pengaturan suhu dan waktu

penggunaan alat pemanas (heater).

Pada pemijahan alami, abalon yang telah masak gonad dapat memijah

dengan rangsangan perubahan suhu secara tiba-tiba oleh sebab pasang-surut.

Pengamatan di laboratorium menunjukkan bahwa pemijahan alami di bak dari

abalon hasil tangkapan diketahui bertepatan dengan phase bulan muda dan

purnama selama 2 bulan pertama dengan pemijahan berikutnya terjadi kira-kira

intervalnya 2 minggu atau interval antara 13 -15 hari (Capinpin et.al., 1998). Pada

awal pemijahan, abalon jantan dan betina dipisah dan dilanjutkan dengan

pengeluaran produk genital. Selain pemijahan alami, induk abalon yang matang

gonad dapat dipijahkan secara buatan.

Pembenihan abalone diawali dengan melakukan pemijahan antara induk

abalone jantan dan induk betina. Abalone jenis Haliotis squamata dapat

dipijahkan dengan cara alami dan buatan. Proses pemijahan abalone secara

buatan dapat dilakukan dengan beberapa tahapan yaitu pertama dilakukan proses

dry up sekitar 1 jam dengan cara mengangkat induk abalone dari dalam air dan

dibiarkan berada pada tempat yang tanpa air, kemudian memasukkan induk

Page 32: Tugas Budidaya Abalon Pak Irwan

abalone jantan dan betina masing-masing 3 ekor dalam bak yang terpisah volume

20 50 liter yang berisi air yang telah melalui UV dan ditempatkan dalam ruangan

dengan kondisi gelap, menaikkan dan turunkan suhu air (±3-5 C) dalam bak

pemijahan secara terkontrol sampai terjadi pemijahan, dilanjutkan dengan

melakukan fertilisasi telur, kemudian menyiphon telur dan cuci beberapa kali serta

ditempatkan dalam bak penetasan. Sementara pemijahan abalon secara alami

dengan melakukan proses dry up sekitar 1 jam, dilanjutkan memasukkan 10 ekor

abalon jantan dan 20 ekor betina dalam keranjang plastic secara terpisah,

kemudian kedua keranjang tersebut dimasukkan dalam satu bak fibre glas dengan

sistem air mengalir hingga memijah. Dilakukan pengamatan setiaphari untuk

melihat telur atau telah menjadi veliger dalam bak (Susanto dkk., 2009).

Demikian juga metode penyinaran sinar ultra violet yang dilewatkan air

laut. Volume air pada waktu penyinaran UV adalah 1/20 dari kapasitas sterilisasi

normal. Selain itu digunakan lampu UV dengan kapasitas keluaran antara 15 W –

2 KW dan tekanan sterilisasi rendah akan lebih efektif dalam kisaran gelombang

275-180 mm. Metode lain pada pemijahan abalon dilakukan dengan rangsangan

pengeringan.

Keberhasilan metode pengeringan tercapai pada saat gonad hewan telah

masak penuh. Jantan memijah lebih dahulu dan sperma dalam bak pemijahan

memicu betina untuk memijah. Abalon jantan dan betina yang masak ditaruh

dalam udara bebas selama 2 jam dan kemudian dipindahkan ke wadah pemijahan.

RAS (1990) dalam Suwoyo, (2008) memberikan perlakuan pemijahan dengan

metode pengeringan, waktu pengeringannya bervariasi tergantung tingkat

Page 33: Tugas Budidaya Abalon Pak Irwan

kematangan induk, dari 30 menit hingga 2 jam. Sofyan (2006) menggunakan

perlakuan dengan membiarkannya tanpa air selama 30 menit, pada sore hari.

Kemudian dialiri air ke wadah pemijahan dan dipasang heater 100 watt (2 unit)

dan suhu meningkat 3˚C diatas suhu normal.

Pemijahan abalone terjadi dengan cara abalone jantan dan betina

melepaskan gamet kedalam. Pembuahan terjadi di luar saat sperma dan telur

dikeluarkan bersama. Namun, abalone jantan cenderung mengeluarkan spermanya

terlebih dahulu, baru kemudian disusul yang betina (Stephenson, 1924 dalam

Rudiana dkk., 2005).

Feisal (2006) dalam (Bidaryati dkk., 2009) menambahkan bahwa abalon

memiliki tingkah laku khusus dalam memijah. Selain memperkecil dan

memperbanyak jumlah gamet sebagai strategi reproduksinya, abalon memijah

secara berkelompok untuk mempertinggi peluang pembuahan. Disamping itu,

abalon jantan cenderung lebih mudah terangsang untuk memijah bila

dibandingkan dengan yang betina dan sperma abalon yang memijah dapat

merangsang abalon lain baik jantan maupun betina yang sudah matang gonad ikut

memijah. Dengan demikian, diharapkan proses pemijahan lebih optimal sehingga

produksi telur lebih maksimal.

d. Produksi Benih

Pembuahan merupakan proses bertemunya sel sperma dan sel telur dimana

spermatozoa dapat menyampaikan informasi genetiknya ke dalam sel telur.

Pembuahan terjadi jika letak spermatozoa mampu untuk bergabung dengan

membran plasma telur. Hal itu akan terjadi melalui pergerakan sperma dengan

Page 34: Tugas Budidaya Abalon Pak Irwan

reaksi akrosomal. Pergerakan sperma tergantung pada akti4itas flagelnya. Dan

telur memiliki daya Tarik berupa zat kimia yang dapat mempengaruhi

pergerakansperma untuk mengerubungi sel telur. Tidak terjadinya pembuahan

dapatdisebabkan oleh kepadatan sperma yang tidak optimal, ukuran telur dan

kantungkuning telur. kesuksesan fertilisasi sebagian besar spesies abalon adalah

pada kepadatan spermatozoa yang optimal, yaitu 105-106 sel/ml(Suminto et al.,

2010).

Menurut Roux (2011), selama fertilisasi, sperma abalon mencapai lapisan

vitelline telur setelah menembus lapisan seperti gelatin. Lapisan vitelline terdiri

dari karbohidrat, protein, dan serat glikoprotein, yang diikat oleh ikatan hidrogen.

Setelah mencapai lapisan vitelline, reaksi akrosom exocytotic diinduksi selama

sperma mengeluarkan protein 16-kDa kationik non-enzimatik yang disebut lisin

ke permukaan lapisan vitelline. NH2-terminal pada lisin berfungsi sebagai

pengikat dan COOH-terminal terlibat dalam mengurai mambran vitelline.. Setelah

itu, lisin akan menyebabkan serat vitelline untuk mengurai dan melebarkan lalu

terpisah sehingga membuat sebuah lubang pada lapisan vitelline. Saat itulah

sperma dapat menembus ke dalam sitoplasma sel telur.

Proses pembuahan abalon terjadi di luar tubuh (external fertilization).

Betina dan jantan yang berdekatan akan mengeluarkan telur dan sperma kemudian

bercampur di dalam air. Telur abalon tidak mengapung tetapi tenggelam, namun

karena ukuran dan masa jenisnya sangat kecil dan tidak berbeda jauh dengan masa

jenis air menyebabkan telur-telur ini terangkat ke kolom air oleh gerakan air.

Page 35: Tugas Budidaya Abalon Pak Irwan

Selama 4 jam telur akan mengapung di permukaan selanjutnya memasuki kolom

air dan melayang mengikuti arus (Fallu, 1991) dalam (Bidaryati dkk., 2009).

Pemanenan telur dilakukan pada induk abalone yang telah memijah di

dalam wadah biasanya terlihat dari kondisi air yang keruh dan tercium aroma air

dalam bak yang amis. Telur yang telah terbuahi akan berada di dasar bak dan

kemudian akan menetas menjadi trochopore yang akan melayang di permukaan

air dan akan keluar melalui outlet (Novia dkk., 2010).

Siklus hidup abalone meliputi larva, postlarval, juvenile dan dewasa.

Perkembangan larva terjadi secara bertahap, dimana pada setiap tahap

perkembangannya memiliki ciri atau khas tertentu. Larva abalone settle pada

ukuran panjang 0,25 mm (Roberts, et al 2007).

Perkembangan embrio abalone sangat dipengaruhi oleh salinitas dan suhu,

tetapi pengaruh suhu sangat dominan. Suhu memberikan pengaruh terhadap

fertilisasi, daya tetas telur, perkembangan awal embrio dan tahap settlement. Telur

abalone yang telah dibuahi berbentuk bulat. Embrio mulai membelah menjadi 2

sel dalam waktu 20-30 menit setelah pembuahan (Setyono, 2005).

Embriogenesis abalone (H. asinine) berlangsung selama 5-6 jam pada suhu air

26°C. Pembelahan pertama dimulai 15 menit sejak pemijahan dan selesai (kurang

lebih 20 menit sejak pembuahannya) serta waktu untuk setiap pembelahan adalah

sekitar 15 menit. Morula terbentuk setelah 1,5 jam dan stereoblastula setelah 2

jam. Gastrula terbentuk setelah 3 jam dan larva sudah bergerak didalam telur

setelah 4-5 jam. Antara jam ke5 dan ke6 larva trochophore menetas (Sarida,

2008).

Page 36: Tugas Budidaya Abalon Pak Irwan

Didalam siklus hidup abalone terdapat masa transisi dari sifat planktonik ke

pelagic melalui melekatnya larva (settlement) ke substrat. Fase ini merupakann

fase yang kritis, dimana mempertahankan sintasan abalone setelah fase pelekatan

merupakan tantangan terbesar dalam kegiatan pembenihan (Zhang et al., 2004

dalam Xing et al., 2008).

Larva veliger yang mulai membentuk kaki dan operculum dan masih bersifat

planktonis, kemudin akan membentuk statosis atau organ pengatur keseimbangan.

Kemudian, larva sudah memiliki statosis. Organ ini berbentuk bintik hitam seperti

mata pada bagian anterior di tengah-tengah lempeng apical. Keberadaan statosis

ini menunjukkan bahwa larva siap untuk turun ke dasar (settle). Larva akan

mencari pakan yang sumbernya dari luar tubuhnya. Perbedaan waktu settlement

disebabkan karena perbedaan pemicu settlement pada substrat dan pakan (bentik

diatom). Plat yang ditumbuhi pakan (Nitzhia spp dan Navicula spp.) dapat

memicu larva melekat lebih cepat. Larva trochopore menetas menjadi larva

veliger kemudian berenang pada permukaan dalam waktu 5-6 jam setelah

pembuahan, dan melekat pada substrat setelah 2-4 hari tergantung pada

ketersediaan pakan (diatom) dan kecocokan substrat (Setyono, 2005).

e. Pemeliharaan Larva

Stadia larva merupakan stadia paling kritis terkait dengan ketersediaan

pakan alaminya. Kelangsungan hidup (SR) benih dalam pembenihan abalon yang

telah dilakukan di BBL Lombok dilaporkan baru mencapai 0.6%. Hal ini diduga

karena kurangnya ketersediaan pakan alami pada saat larva mulai menempel. Oleh

Page 37: Tugas Budidaya Abalon Pak Irwan

karena itu, pada tahun anggaran 2008 dilakukan diversifikasi pakan alami yang

sifatnya menempel pada substrat selain Nitzchia yaitu Amphora dan Navicula.

Upaya pembenihan Abalone telah dikembangkan, tetapi tingkat

kelangsungan hidup yang masih rendah sekitar 10-15%. Faktor lingkungan, jenis

pakan, keanekaragaman ukuran menjadi faktor yang mempengaruhi tingkat

kelangsungan hidup abalone.

Ketersediaan makanan bagi abalon yang baru memasuki masa post larva

adalah penting, karena hal ini berkaitan dengan sintasannya. Laju pertumbuhan

pada fase hidup awal abalone bergantung pada ketersediaan makanan dan

kemampuan masing-masing individu dalam memanfaatkan makanan yang

tersedia. Tingkat kematian yang tinggi terjadi apabila benih abalon tidak segera

memperoleh pakan yang sesuai, baik jenis maupun jumlahnya (Marzuqi, dkk

2012).

Pada tahap larva, perbedaan substrat akan mempengaruhi tingkat

pertumbuhan. Dimana tingkat keberhasilan larva dalam proses settlement

ditentukan oleh substrat dalam media pertumbuhan. Laju settlement larva abalone

tergantung pada ketersediaan pakan dan kompatibilitas substrat.

Diduga, saat abalone larva pada fase trochophore dan veliger. Kematian

massal sering terjadi yang disebabkan karena rendahnya tingkat ketahanan hidup

abalone yang dapat disebabkan karena ketersediaan pakan alami dimedia

pertumbuhan, kondisi lingkungan, media budidaya, ukuran pakan dan jenis pakan,

sertaa kurangnya kontrol pada pertumbuhan larva di wadah budidaya (Hadijah et

al, 2015).

Page 38: Tugas Budidaya Abalon Pak Irwan

Beberapa stimulan yang dapat menginduksi settlement dan metamorfosis

pada larva abalone yaitu diatom, lendir dan GABA (Leighton, 2008). Settlement

adalah proses veligers mencari substrat yang cocok dan kemudian berubah dari

larva yang berenang menjadi bentik juvenile dan menjalani proses metamorfosis.

Lendir disekresikan oleh kaki abalone juvenil dan dewasa. Larva telah

diamati untuk menetap di kepadatan tinggi pada lendir dalam tangki pembibitan.

Hal tersebut diyakini bahwa larva dapat membedakan jenis lendir yang

disekresikaan oleh kaki. Beberapa penetasan menggunakan lendir selain sebagai

pelapis bentik diatom untuk mendorong tingkat settlement larva.

Kualitas air yang masuk ke dalam bak pemeliharaan larva abalon dijaga

dengan menyaring air yang masuk melalui saluran inlet menggunakan cartridge

filter dengan serat polipropilen mesh size 1 μm yang selalu diganti setiap pagi dan

sore. Untuk mencukupi kebutuhan oksigen, di tiap bak pemeliharaan larva

dipasang 4 titik aerasi yang dipasang secara merata. namun demikian, teknik ini

masih kurang karena air dari laut yang masuk ke tandon utama tidak difilter.

Akibatnya, banyak ditemukan biota-biota kecil baik di air maupun menempel di

tubuh dan cangkang abalon karena tidak tersaring oleh cartridge filter.

Dikhawatirkan, hal ini akan menjadi agen pembawa (carier) penyakit dan

mengganggu pertumbuhan abalon.

Kualitas air selama pemeliharaan larva akan terus menurun dengan lamanya

proses pemeliharaan berlangsung. Untuk menjaga kualitas air diperlukan

pergantian air baru masuk ke dalam bak pemeliharaan larva. Pada umur < 60 hari

dapat dilakukan penyiponan dengan selang yang berdiameter kecil dan ujung

Page 39: Tugas Budidaya Abalon Pak Irwan

selang bagian luar dipasang saringan untuk mengantisipasi spat ikut tersedot

keluar.

f. Pakan alami larva

Ketersediaan pakan alami (Nitzchia sp.) menjadi faktor penting sebelum

dilakukannya penebaran dan pemeliharaan larva abalone. Indikator

untukmengetahui bahwa pakan alami sudah menempel adalah sudah terlihatnya

warnacoklat pada rearing plate dan dinding bak (Novia dkk., 2010).

Sebelum larva abalon ditebar ke bak pemeliharaan larva, pakan alami sudah

harus menempel di plate dan bak. Setyono (2004), menyatakan bahwa

pertumbuhan juvenil abalon dapat dipercepat dengan kondisi pemeliharaan yang

bagus termasuk pakan yang sesuai dan melimpah. Oleh karena itu, pakan alami

sudah harus ditebar dua minggu sebelumnya. Indikator bahwa pakan alami telah

menempel adalah warna coklat pada plate dan dinding-dinding bak.

Bentik diatom merupakan sumber makanan utama bagi larva abalone hingga

panjang cangkangnya 5 mm. Setelah itu, abalone akan memakan pakan

makroalga. Selama tahap awal pengembangan, larva abalone membutuhkan

bentik diatom yang berkualitas tinggi yang memberikan nutrisi yang cukup untuk

pertumbuhan dan kelangsungan hidupnya. Hatchery komersial untuk pembenihan

abalone menyediakan sumber cahaya alami atau buatan untuk pengembangan dan

pemeliharaan diatom. Cahaya dan suhu dapat mempengaruhi komposisi biokimia

diatom yang juga dapat mempengaruhi nilai gizi dari abalone (Parker et al, 2007).

Bentik diatom secara tradisional telah digunakan sebagai makanan untuk

postlarval abalone pada pembenihan diseluruh dunia, mempertahankan film

Page 40: Tugas Budidaya Abalon Pak Irwan

diatom yang cocok adalah faktor penting dalam keberhasilan pembenihan

abalone. diatom harus diberikan dalam jumlah yang cukup serta memiliki kualitas

yang baik untuk menjamin pertumbuhan dan kelangsungan hidup postlarvae

(Xing et al., 2008).

Penyediaan pakan awal berupa diatom merupakan poin penting dalam

menentukan keberhasilan pembenihan abalone. Dari hasil pengamatan jenis

plankton/diatom yang tumbuh pada bak pemeliharaan spat abalone terdapat

sekitar 9 jenis yaitu Nitzschiaspp, Cocconeis placentala, Melosira nummuloides,

Navicula, Amphisolenia bidentata, Amphipora gigantean, Hemiaulus sinensis,

Coscinodiscus exentricus dan Rizosolenia stalterfothii. Jenis plankton yang

tumbuh pada bak dan feeding plate seperti terlihat pada Gambar berikut :

Gambar 11 : Jenis plankton yang tumbuh pada bak dan feeding plate

Dalam pemeliharaan pada stadia larva umumnya abalon memakan diatom

bentik seperti Nitzschia sp., Navicula sp., Amphora sp., Cocconeis sp.,

Rizosolenia sp. Sedangkan makroalga (seaweed) yang terbagi atas tiga jenis, yaitu

alga coklat (Laminaria), alga hijau (Ulva sp.), dan alga merah (Gracilaria sp.).

Page 41: Tugas Budidaya Abalon Pak Irwan

Alga merah adalah jenis pakan alami yang dilaporkan baik bagi induk abalon H.

asinine, dan abalon H. squamata (Susanto et al., 2007). Namun juga diketahui

bahwa abalon sangat menyukai jenis alga hijau yang bertekstur lunak seperti Ulva

sp., sedangkan alga coklat di antaranya Sargassum sp. dilaporkan kaya akan

kandungan asam lemak tak jenuh. Ketersediaan makanan bagi abalon yang baru

memasuki masa post larva adalah penting, karena hal ini berkaitan dengan

sintasannya (Takami et al., 2000 dalam Octaviany, 2007). Laju pertumbuhan pada

fase hidup awal abalone bergantung pada ketersediaan makanan dan kemampuan

masing-masing individu dalam memanfaatkan makanan yang tersedia. Tingkat

kematian yang tinggi terjadi apabila benih abalon tidak segera memperoleh pakan

yang sesuai, baik jenis maupun jumlahnya (Marzuqi, dkk 2012).

g. Kualitas Air

Secara umum, spesies kerang abalon mempunyai toleransi terhadap suhu

yang berbeda-beda.Suhu merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi

kehidupan abalon tropis, karena suhu mempengaruhi ketersediaan oksigen,

semakin tinggi suhu maka ketersediaan oksigen semakin rendah. Toleransi suhu

terhadap kehidupan abalon tropis adalah 20-32˚C (Hone, 1998). Kenaikan 2-3˚C

di atas suhu maksimal akan berakibat fatal bagi abalon (Freeman, 2001) dalam

(Litaay, dkk., 2011.)

Abalon dapat beraktivitas secara normal pada suhu dan salinitas normal

yaitu antara 28-34 0C dan salinitas 29-37 ‰. Abalon akan mengalami stres dan

berakhir dengan kematian karena kenaikan atau penurunan suhu dan salinitas

yang tajam. Pengelolaan kualitas air dilakukan dengan menggunakan sistem

Page 42: Tugas Budidaya Abalon Pak Irwan

flowtrough pada wadah pemeliharaan sehingga air selalu terganti. Sirkulasi air

juga menyebabkan kualitas air lebih bagus serta mencegah timbulnya penyakit

karena air selalu berganti. Salinitas media pemeliharaan merupakan salah satu

faktor penting yang perlu diperhatikan dalam proses pembenihan dan

pemeliharaan abalon di hatchery, sehingga dapat meningkatkan kualitas serta

kuantitas benih abalon yang dihasilkan (Rusdi dkk., 2010).

Abalon umumnya lebih menyukai perairan bersalinitas tinggi di laut

terbuka dan menghindari perairan yang lebih tawar. Salinitas dari air laut normal

berkisar antara 33 sampai 36 ppt dan nilai tersebut adalah kisaran salinitas yang

lebih disukai oleh abalon. Binatang laut biasanya tidak tahan jika salinitas

perairan lebih dari 35 ppt, mereka lebih baik jika berada pada perairan yang lebih

tawar. Oleh karena itu, kemungkinan abalon tidak akan terlalu stres jika

salinitasnya rendah berkisar 31 sampai 32 ppt. Abalon biasanya menyukai kadar

garam (salinitas) yang relatif stabil. Salinitas optimal yang cocok untuk

pemeliharaan abalon berkisar antara 30 sampai 33 ppt (Setyono 2010 dalam

Agustina 2013).

Hal lain yang juga penting dalam pemeliharaan abalon adalah menerapkan

parameter lingkungan yang optimum serta mencegah terjadinya penurunan mutu

lingkungan yang dapat berakibat pada terjadinya stress, terhambatnya

pertumbuhan atau bahkan hal yang dapat berakibat fatal bagi abalon sehingga

terjadi kegagalan panen (Rusdi dkk., 2010).

Suhu merupakan salah satu faktor pembatas bagi kehidupan organism

Karakteristik Biometrika dan Potensi perairan karena dapat melampaui batas

Page 43: Tugas Budidaya Abalon Pak Irwan

toleransi organisme.Suhu dapat mempengaruhi berbagai aktivitas biologis dari

suatu organisme baik secara langsung maupun tidak langsung.Aktivitas biologis

tersebut antara lain selera makan, kekebalan, laju fotosintesa bagi produsen primer

di laut, proses metabolisme dan reproduksi. Apabila suhu sangat tinggi, fungsi

enzim pada organisme akuatik akan terganggu bahkan dapat menyebabkan

kematian (Levington, 1995). Namun demikian, kisaran suhu yang dapat ditolerir

oleh siput abalone bergantung pada daerah asalnya.Pada perairan sub-tropis, siput

abalone mampu hidup pada suhu 2-210C (Fallu, 1991; Lindberg, 1992) dalam

(Uneputty dan Tala, 2011).

Osksigen terlarut sangant penting bagi kelangsungan hidup organismeyaitu

pernapasan, pertumuhan dan metabolism kebutuhan organism terhdap oskigen

tergantung dari jenis, stadia dan aktivtasnya. Kelarutan oksigen daalam air

pemeliharaan larva abalone sebainya 4-8 ppm (Fallu, 1991dalam Rudiana, dkk

2005). Derajat keasaman pH merupakan ukuran kosentarasi ion hydrogen dan

menujukan Susana air tersebut asam atau basa. Derajat keasaman keasaman yang

layak untuk memelihara larva abalone berkisar 6,5-8,5 (Anonym, 1995dalam

Rudiana dkk.,2005).

Menurut Wibisono (2005 dalam Agustina 2013) arus adalah gerakan

massa air laut kearah horizontal dalam skala besar. Arus di laut dipengaruhi oleh

banyak faktor, salah satunya adalah tiupan angin musim dan pasang surut. Arus

berperan dalam transportasi oksigen dan unsur hara di perairan. Abalon menyukai

tipe perairan yang berarus. Daerah yang berombak dan berarus akan memberikan

masukan oksigen kedalam perairan. Kecepatan arus yang ideal untuk budidaya

Page 44: Tugas Budidaya Abalon Pak Irwan

abalone berkisar antara 0.2 sampai 0.5 m/detik (Tahang et al. 2006 dalam

Agustina 2013).

Pasang surut juga memperkaya pemasukan oksigen di air. Berdasarkan

pola naikturunnya muka laut, pasang-surut di Indonesia dapat dibagi menjadi

empat jenis yaitu : pasut harian tunggal (diurnal tide), harian ganda (semidiurnal

tide), harian campuran dominan ganda, dan harian campuran tunggal. Jenis pasut

harian dominan ganda, artinya terjadi dua kali pasang dan dua kali surut dalam

sehari, hal ini terjadi di sebagian besar perairan Indonesia bagian timur (Nontji

2005 dalam Agustina 2013). Pasang dan surut berpengaruh terhadap keberadaan

abalon, karena saat pergerakan pasang dan surut terjadi pemasukan oksigen ke

perairan. Berdasarkan pustaka abalone menyukai daerah dengan kandungan

oksigen terlarut yang tinggi.

Berbagai jenis abalon hidup di kedalaman yang berbeda-beda. Jenis

abalone putih (Haliotis sorensei) dilaporkan berada pada kedalaman 10 – 20 m

(Lafferty, et al. 2003 dalam Agustina 2013). Menurut Degnan et al. (2006) dalam

Agustina (2013) abalon ditemukan sepanjang terumbu karang dan batuan tubir,

dari permukaan sampai kedalaman 30 m. Abalon akan berada di kedalaman

dimana makroalga masih dapat tumbuh dan sinar matahari masih dapat masuk

kedalam perairan sehingga makroalga dapat melakukan proses fotosintesis.

Abalon biasanya ditemukan di substrat dasar berupa batuan, karena

abalone akan menggunakan batuan tersebut untuk menempel dan bersembunyi.

Abalon membutuhkan substrat yang permukaannya keras. Hal tersebut dinyatakan

oleh Fallu (1991) dalam Agustina (2013) bahwa kaki abalon tidak cocok

Page 45: Tugas Budidaya Abalon Pak Irwan

digunakan untuk merayap dan melekat di pasir, karena di substrat berpasir abalon

bisa dengan mudah terbalik dan dengan mudah akan dimangsa predator. Biasanya

batuan yang disukai abalon adalah batuan yang ditumbuhi makroalga, beberapa

jenis makroalga ditemukan menempel pada substrat batuan dan sebagian ada yang

hidup berasosiasi dengan lamun, batuan yang ditempeli makroalga adalah tempat

yang sangat cocok untuk dihuni abalone.

Tingkat keberhasilan usaha pembenihan abalone terutama pada tingkat

settlement ditentukan oleh kualitas induk, manajemen pemberian pakan,

pengelolaan kualitas air, dan pengendalian hama dan penyakit. Parameter kualitas

air untuk kerang abalone pembenihan adalah pH 7-8 , suhu di 28-29°C , salinitas

air 30 ppt dan DO pada 3-7 ppm (Hadijah 2015).

h. Hambatan

Perkembangan usaha pembenihan dan budidaya abalone di Indonesia belum

mengalami peningkatan yang pesat meskipun program stimulasi kerap dilakukan

oleh pemerintah dalam rangka memacu pertumbuhan usaha budidaya abalone ini.

Padahal, dalam penerapan teknologi yang dibutuhkan tidak terlalu sulit, lahan

tersedia cukup luas, pakan dari tumbuhan makroalga laut seperti rumput laut,

kualitas air masih baik untuk daerah-daerah yang jauh dari sentra industri dan

pemukiman masyarakat, permodalan juga tidak terlalu mahal untuk memulai

usaha pembenihan abalone tersebut. Permasalahannya adalah minat masyarakat

yang masih rendah mengingat kendala-kendala yang ada dilapangan.

Jika kita mencermati dalam upaya peningkatan budidaya abalone ada beberapa

permasalahan mendasar yang dapat kita temui, diantaranya adalah :

Page 46: Tugas Budidaya Abalon Pak Irwan

1. Ketersediaan benih yang masih terbatas baik kualitas dan kuantitas, dibeberapa

daerah masih mengandalkan benih alam.

2. Siklus produksi yang relatif lama untuk setiap masa panen (1-1,5 tahun)

3. Rentan dengan pencemaran perairan

Saat ini belum diketahui seberapa cepat H. asinina di Indonesia dapat

tumbuh, baik pada habitat alaminya maupun pada wadah budidaya.Begitu pula

secara teknis budidaya, apakah H.asinina merupakan komoditas yang sesuai

untuk dikembangkan di Indonesia atau tidak.Salah satu indikasi untuk menduga

beberapa hal mengenai kecepatan tumbuh abalon adalah kecepatan tumbuh

larvanya (Sarida, 2005).

Dalam kegiatan di hatchery, pemeliharaan induk abalon sistem indoor

sering terjadi kematian beruntun dan bahkan masal yang diduga karena faktor

lingkungan yang disebabkan oleh adanya limbah yang dihasilkan atau

pembusukkan daging abalon yang mati. Kematian induk abalon sering berakibat

terganggunya produksi benih secara kontinyu. Oleh karena itu berbagai komponen

riset masih perlu dilakukan untuk mendapatkan informasi tentang faktor

lingkungan yang optimum bagi pemeliharaan abalon seperti salinitas maupun

system budidaya indoor yang berkelanjutan serta pengembangan pakan buatan

pada budidaya abalone (Rusdi dkk., 2010).

Kendala yang mempengaruhi proses pembenihan abalon adalah masuknya

air ke bak pemeliharaan tanpa adanyacartridge filtersehingga airterkadang keruh.

Pasokan pakan alami yang digunakan pada penebaran telurabalon harus optimal

guna memenuhi kebutuhan pakan larva sehingga dapatmengurangi tingkat

Page 47: Tugas Budidaya Abalon Pak Irwan

kelangsungan hidup larva abalone, pengadaan catridge filter sangat penting untuk

dilakukan karena salah satu penyebab tinggi tingkat kematian abalone pada tahap

pemeliharaan/penanganann yakni buruknya kualitas air, dan ketersediaan pakan

berupa diatom sangat penting untuk di adakan, dalam hal ini dikultur massal

sebagai pakan awal larva abalone (Putri, 2011).

Masalah utama yang dihadapi oleh para pengembang budidaya abalone

tropis adalah tingkat kematian tertinggi terjadi pada fase post larva mulai

menempel pada substrat dan kematian berikutnya terjadi pada saat juvenil

dipindahkan dari substrat ketempat pembesaran (Irwan, 2007). Demikian pula

hasil yang ditemukan oleh (Rashdi dan Iwao, 2008) dalam (Hamzah dkk., 2012)

bahwa kelangsunan hidup larva fase veliger cukup tinggi yaitu 35,9% - 73,7% dan

pada fase post larva turun dratis hingga mencapai 0,1 % - 3,0%.

Untuk mengatasi permasalahan-permasalahan ini diperlukan berbagai cara

dan strategi untuk dapat menjawab kebutuhan akan permintaan pasar terhadap

komoditas abalone baik pasar domestik maupun pasar eksport.

i. Teknik Untuk Perbaikan Pembenihan

Dengan melihat dan mencermati permasalahan mendasar yang ada dalam

usaha pembenihan abalone tersebut, maka diperlukan beberapa langkah yang

dimaksudkan untuk mengatasi atau sebagai solusi efektif terhadap keadaan yang

sedang berlangsung tersebut. Permasalahan kualitas dan kuantitas benih adalah

masalah klasik yang selalu saja dihadapi dalam bidang perikanan secara umum,

tak terkecuali pembenihan abalone. Untuk mengatasi ketersediaan benih

semestinya dibuatkan program pemuliaan calon induk yang unggul dari alam

Page 48: Tugas Budidaya Abalon Pak Irwan

sebagai stok yang menjadi rujukan dalam memproduksi benih abalone skala

massal. Dengan cara ini, kualitas benih yang dihasilkan oleh induk-induk

pemuliaan menjadi tercatat dan dapat diperbaiki kembali dengan melakukan

perkawinan silang (breeding) untuk mendapat kualitas benih abalone yang unggul.

Permasalahan kuantitas (jumlah) bisa diatasi selain mendorong keterlibatan para

pihak swasta (pengusaha) juga dengan mengintesifkan program pembenihan

abalone pada lembaga/Instansi pemerintah yang menjadi unit pelaksana teknis

untuk melakukan program pembenihan abalone sebagai contoh bagi masyarakat

dan mengajak masyarakat sebagai bagian dari program tersebut. Dengan harapan,

masyarakat nanti secara mandiri dapat menjadi pelaksana sebagai penggiat usaha

budidaya abalone secara umumnya.

Teknologi produksi perlu dipersiapkan untuk memproduksi biomasa

abalon. Hal ini berkaitan dengan reproduksi abalon untuk menghasilkan benih

abalon. Karena itulah ilmu dan teknologi mengenai pengembangbiakan abalon

dan fasilitasinya sangat diperlukan. Fase terpenting dalam perkembangan setiap

biota akuatik adalah fase embrionik dan fase larva. Fallu (1991) dalam (Sarida,

2005) menyatakan bahwa kunci keberhasilan ekonomi dalam akuakultur adalah

cepat lambatnya suatu spesies tumbuh mencapai ukuran komersil, bukan ukuran

maksimum spesies tersebut dapat tumbuh. Budidaya abalon di daerah tropis

cukup menjanjikan jika ditemukan spesies yang memiliki kecepatan tumbuh yang

tinggi.

Pembenihan buatan ini menggunakan larutan ammonia dengan dosis

tertentu (berdasarkan spesiesnya) untuk meningkatkan motililitas spermatozoanya.

Page 49: Tugas Budidaya Abalon Pak Irwan

Pemberian ammonia pada larutan sperma akan meningkatkan pH media.

Kenaikan pH pada media dapat meningkatkan kematangan dan motilitas

spermatozoa, selain itu dapat menjadikan telur moluska yang tidak subur menjadi

subur sehingga dapat dibuahi oleh spermatozoa (Suminto, dkk.,2010)

Beberapa penelitian menginformasikan bahwa pengasaman lautan

memberikan pengaruh negatif pada perkembangan abalone. Ketika pH dinaikkan

dari 7,6-7,8 cangkang larva berkembang secara tidak normal. Pada penelitian yang

dilakukan pada H.kamtschakana, 60% larva pada 800 ppm CO2 dapat

menyebabkan perkembangan cangkang menjadi normal. Pada 1800 ppm,

perkembangan larva menjadi tidak normal atau kekurangan cangkang. Pada

penelitian yang lain pH rendah juga memberikan pengaruh negatif terhadap

toleransi termal abalone dan tahap veliger dapat berlangsung lebih lama (Dojiri

and Masahiro, 2014).

Untuk permasalahan pencemaran kualitas air dapat diantisipasi dengan

pemilihan lokasi yang telah diuji dengan studi kelayakan juga dengan tetap

mempertimbangkan Rencana Umum Tata Ruang/Wilayah masing-masing

pemerintahan disetiap tingkatannya. Untuk lokasi yang diperkirakan menjadi

wilayah pemukiman sebaiknya dihindari agar menjamin kelangsungan usaha

pembenihan.

j. Prospek Pengembangan Pembenihan Dimasa Yang Datang

Saat ini permintaan pasar khususnya pasar Asia seperti Cina, Singapura

Jepang dan lain-lain semakin meningkat, ini menunjukkan bahwa komoditi ini

layak untuk dikembangkan di masa mendatang. Selama ini pasokan pasar

Page 50: Tugas Budidaya Abalon Pak Irwan

diperoleh dari hasil tangkapan dari alam dengan hasil yang sedikit dan ukuran

yang beragam. Selain di NTB abalon ditemukan di beberapa perairan laut seperti

Kepulauan Seribu, Pulau Madura, pesisir selatan pulau Jawa, Bali, Kalimantan,

Sulawesi dan Maluku. Penduduk sekitar pantai menangkap abalone di balik batu-

batu karang saat surut terrendah pada pagi atau sore hari dengan menggunakan

alat berupa kait yang terbuat dari kawat. Jumlah dan ukuran beragam (tidak ada

pemilahan atau pembatasan) sehingga mengurangi populasi abalon baik ukuran

besar maupun ukuran kecil, bahkan untuk mendapatkan abalone yang bermutupun

semakin sulit.

Pengembangan usaha budidaya kerang abalone dimasa mendatang

memiliki prospek yang sangat baik mengingat beberapa keunggulan yang dimiliki

oleh kerang tersebut, diantaranya teknik budidayanya cukup sederhana dan mudah

juga harga pasar tinggi baik pasar dalam maupun luar negeri. Didalam negeri

harga jual kerang abalone berkisar antara Rp. 250.000,- s/d Rp. 600.000,-

tergantung dari ukurannya. Sementara dipasar dunia berkisar 22 s/d 66 US$.

Selain alasan tersebut diatas mengapa kerang abalone dipilih sebagai

komoditas yang dibudidayakan dimasa mendatang adalah karena eksploitasi

abalone di alam saat ini populasinya terancam punah karena penangkapan liar,

selain itu juga karena mudah dipelihara (mudah beradaptasi dengan lingkungan),

tingkat kehidupannya tinggi, biaya eksploitasi kecil (pakan utama dapat diperoleh

dari alam seperti rumput laut Gracilaria sp, sargasum sp, kotonni sp, ulva).

Pengembangan usaha perikanan abalon baik perikanan tangkap maupun

budidaya, diharapkan tidak hanya berorientasi untuk mencapai keuntungan.

Page 51: Tugas Budidaya Abalon Pak Irwan

Pengembangan tersebut harus juga memperhatikan ketersediaan stok alami di

alam dengan menjaga jumlah ketersediaan stok alaminya. Keuntungan

mengembangkan budidaya abalon di Indonesia adalah luasnya wilayah pesisir,

melimpahnya alga yang merupakan pakan alami bagi abalon, melimpahnya

sumberdaya alam untuk diproduksi menjadi makanan buatan bagi abalon (daging

ikan, kedelai, jagung, minyak ikan). Selain itu, upah tenaga kerja yang relatif tidak

mahal, tenaga kerja terlatih dalam bidang perikanan dan budidaya dan jaringan

pasar ekspor yang sudah terbangun (Setyono, 2004 dalam Octaviany, 2007).

Di beberapa negara abalone sudah dikembangakan sejak lama seperti

Jepang dimana disetiap propinsi memiliki unit hatchery abalone baik milik

pemerintah maupun swasta. Di Taiwan dengan asistensi JICA pembenihan

Haliotis asinina sudah berhasil sejak tahun 1989 begitu juga di Philipina

(SEAFDEC). Sedangkan di Indonesia Departemen Kelautan dan Perikanan (DKP)

sejak dua tahun terakhir mulai menggalakkan budidaya abalone. Selain

mengembangkan teknik budidayanya, kini bersama sejumlah pengusaha asal

Jepang sedang membangun lembaga riset di Bali yang khusus menangani

penelitian dan pengembangan abalone.

Menurut Gallardo dkk., (2003) di philippina prospek pengembanagan

abalone diharapkan tumbuh dan berkembang karena:

1. Populasi liar bisa lebih dipanen, jika pengumpulan tidak diatur

2. Ada permintaan yang tinggi di pasar dunia, dengan gap 40% antara penawaran

dan permintaan.

3. Abalones tropis seperti Haliotis asinina lebih disukai oleh pasar terbesar(Cina).

Page 52: Tugas Budidaya Abalon Pak Irwan

4. Abalones tropis memiliki pertumbuhan yang lebih cepat dan reproduksi dari

spesies beriklim sedang.

5. Teknologi untukpembenihandan budidaya pembesarantersediadan ekonomis.

6. Filipina memiliki banyak situs yang cocok untuk abalone. Masih ada beberapa

kendala baik pembenihan dan pembesaran, namun, dengan melanjutkan

penelitian SEAFDEC/AQ Dini, masalah ini dalam budaya abalone bisa

diselesaikan.

DAFTAR PUSTAKA

Page 53: Tugas Budidaya Abalon Pak Irwan

Agustina. J.J. 2013. Distribusi Spasial Abalon Tropis (Haliotis Sp.) di Perairan Dangkal Lombok Timur dan Sumbawa Barat (Nusa Tenggara Barat). Departemen Ilmu dan Teknologi Kelautan Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan. Institut Pertanian Bogor.

Al Rashdi. K. M., A. C. Fermin. 2012. A Manual On Hatchery And Seed Production Of Omani Abalone Haliotis Mariae.Ministry Of Agriculture And Fisheries Wealth Directorate General Of Fisheries Research Aquaculture Center. Muscat, Sultanate Of Oman. 20 Hal.

Bidaryati, A., M. J. Chandra., F. Ashar. 2009. Pembenihan Abalon Haliotis asininaDi Balai Budidaya Laut Lombok, Nusa Tenggara Barat. Institut Pertanian Bogor. Program Kreatifitas Mahasiswa.

Capinpin, E.C.Jr. 2015. Settlement Of The Tropical Abalone Haliotis Asinina On Different Diatoms. International Journal of Fauna and Biological Studies. No.2 (1): 30-34. Dojiri, S.C and M. Dojiri. 2014. The Effects of Ocean Acidification on the Development andCalcification of the Larval Shells of the Red Abalone Haliotis rufescens Swainson, 1822. Journal ofEmerging Investigators.

Effendy. I. J., Dan Patadjai. A. B. 2009. Uji Produksi Massal Juvenile Abalone (Haliotis Asinina) Pada Hatchery Komersial. Dosen Fakultas Perikanan Dan Ilmu Kelautan, Universitas Haluoleo, Kendari. Prosiding Seminar Nasional Moluska 2 “Moluska: Peluang Bisnis Dan Konservasi” Bogor, 11-12.

Faturahman., I. S. Rohyani., Sukiman., H. Akhyadi. 2013. Strategi Optimalisasi Metode Budidaya Abalon Sebagai Komoditas Unggulan Perikanan Laut. SN-PSMPIPA-PPSIK

Feisal, F., A.R.P. Tampubolon. 2010. Morfologi Dan Tingkah Laku ReproduksiAbalon Mata Tujuh (Haliotis asinina Lin. 1758). Jurnal Moluska Indonesia. Volume 1: 27-33.

Gallardo.,Wenresti, G., Salayo., Nerissa, D. 2003. Abalone Culture: A New BusinessOpportunity. SEAFDEC Asian Aquaculture, 25(3), 1, 25-28. Volume XXV. ISSN 0115-4974.

Guzman. A. L. D., L. A. Creencia. 2014. Fecundity and condition factor of abalone Haliotis asinina broodstockconditioned in banana leaf and “buho” slat substrates. Western Philippines University. The Palawan Scientist, 6: 1-13.

Hadijah, S.B., Z.E. Viky. 2015. The Influence of Substrate to Larval Settlement of the Tropical Abalone (Haliotis asinina). Modern Applied Science; Vol. 9, No. 1. ISSN 1913-1844. E-ISSN 1913-1852

Hamzah, M. S., S.A.P. Dwiono., S. Hafid. 2012.Pertumbuhan Dan Kelangsungan Hidup Anak Siput Abalon Tropis Haliotis asinina Dalam Bak Beton Pada Kepadatan Berbeda.Jurnal Ilmu Dan Teknologi Kelautan Tropis, Vol. 4, No. 2, Hlm. 191-197.

Haesman, M. and N. Savva. 2007. Manual For Intensive Hatchery Production of Abalone. Theory and practice for year-round, high density seed

Page 54: Tugas Budidaya Abalon Pak Irwan

production of blacklip abalone (Haliotis rubra). Australian Ocean Biotechnology. 108 pp.

Khoironi, 2012. Budidaya Kerang Abalone (Haliotis asinina).Leighton. P. 2008. Abalone Hatchery Manual. Aquaculture Technical Section,

Aquaculture Development Division,Bord Iascaigh Mhara,Crofton Road,Dun Laoghaire. Aquaculture Explained No. 25. 95 Hal.

Litaay, M. 2005. Peranan Nutrisi Dalam Siklus Reproduksi Abalon. Oseana, Volume XXX, Nomor 3, Hal : 1 - 7 ISSN 0216-1877.

Litaay, M., R, Agus., St, Ferawati., Rusmidin. 2012. Variasi Genetik Abalon Tropis Haliotis asinina L. Asal Sulawesi Selatan; Prospek Budidaya. Jurusan Biologi Fmipa Universitas Hasnuddin Makassar 9024.

Maria, M.G.G., Crispino A. Saclauso, Rex Ferdinand Traifalgar. 2014. Low dietary protein to energy ratios support rapid growth of Juvenile topshell, Trochus niloticus. International Journal of Fisheries and Aquatic Studies; 1(3):4-8.

Marzuqi, M., I. Rusdi., B. Susanto. 2012. Aplikasi Pakan Buatan Pada Pemeliharaan Benih Abalon (Haliotis Squamata). Balai Besar Penelitian Dan Pengembangan Budidaya Laut.

Nurfajrie., Suminto., S. Rejeki. 2014. Pemanfaatan Berbagai Jenis Makroalga Untuk Pertumbuhan Abalon (Haliotis squamata) Dalam Budidaya Pembesaran. Journal Of Aquaculture Management And Technology Volume 3, Nomor 4, Halaman 142-150.

Novia. G. M., F. S. Syam., H. F. Marpaung. 2010. Pembenihan Kerang Abalone Haliotis squamata Di BalaiBudidaya Laut Lombok, Nusa Tenggara Barat.

Octaviany. M. J. 2007. Beberapa Catatan Tentang Aspek Biologi Dan Perikanan Abalon. Oseana, Volume Xxxii, Nomor 4, hal : 39- 47.

Parker, F., M.Davidson., K.Freeman., S.hair., S.Daume. 2007. Investigation Of Optimal Temperature And Light ConditionsFor Three Benthic Diatoms And Their Suitability To CommercialScale Nursery Culture Of Abalone (Haliotis Laevigata). Journal Of Shellfish Research, Vol(26)3:751–761.

Putri. D. R. 2011. Teknik PembenihanKerangAbalon(Haliotis asinina)Di BalaiBudidaya LautLombok, Desa Sekotong Barat,Kecamatan Sekotong, Kabupaten Lombok Barat,Provinsi Nusa Tenggara Barat. Universitas AirlanggaSurabaya. 3 Hal.

Pratama. I. S. 2013. Pengaruh Padat Penebaran Terhadap Pertumbuhan dan Kelangsungan Hidup Juvenil Abalon Haliotis asinine pada Sistem Resirkulasi Menggunakan Biofilter Sekam Padi. FMIPA UI.

Porras, O.M., N.A. Botwright., S.M. Mcwilliam., M.T.Cook., J.O.Harris., G. Wiffells., M.L. Colgrave. 2014. Exploiting genomic data to identify proteins involved in abalone reproduction. Journal Of Proteomics 108337– 353.

Rudiana, E.Ir. M.Si., Kunarso, ST., Agus, I. Ir.M.Phil., Istiyanto, S. Dr. Ir. MS. 2005. Perbaikan Proses Pembenihan Abalone (Haliotis Sp) Dari Perairan

Page 55: Tugas Budidaya Abalon Pak Irwan

Kepulauan Karimunjawa Jepara. Laporan Akhir. Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan. Universitan Diponegoro. 18 hal

Rusdi. I., A. Hanafi, B. Susanto, M. Marzuqi. 2010. Peningkatan Sintasan Benih Abalon Haliotis squamata di Hatchery Melalui Optimalisasi Pakan Dan Lingkungan. Program Intensif Peningkatan Kemampuan Penelitian Dan Rekayasa. Dewan Riset Nasional Kementrian Negara Riset dan Teknologi. 43 Hal.

Roberts, R.D., N.P.Revsbech., L.R. Damgaard. 2007. Effect Of Water Velocity And Benthic Diatom MorphologyOn The Water Chemistry Experienced By Postlarval Abalone. Journal Of Shellfish Research. Vol(26)3:745–750.

Roux, A. V. 2011. Reproduction Of The South African Abalone, Haliotis Midae. Disertasi. University Of Stellenbosch. Afrika Selatan.Seafdec Aquaculture Department. 2000. AbaloneSeedProductionAnd Culture. Southeast Asian Fisheries Development CenterTigbauan, Iloilo, Philippines.

Sarida, M. 2005. Studi Embriogenesis dan Perkembangan Larva Abalon Mata Tujuh(Haliotis asinina Lin. 1758). Jurusan Perikanan PS Budidaya Perairan Fakultas Pertanian Universitas Lampung 35142.

Setyabudi. H., Gagan. G., Arif. S., Adeyana. 2012. Rekayasa Kawin Silang Abalon Haliotis Asinina Dengan Haliotis Squamata Untuk Menghasilkan Benih Abalon Hibrid.

Setyono, D. E. D. 2005. Embryonic and larval development abalone (Haliotis asinine L). Oseana 30:15-19.

Soleh, M.,D. Suwoyo. 2008. ProduksiMassal IndukAbalon Matang GonadMelalui PengedalianSuhuYang optimal padaSistimIndoor. Media BudidayaAirPayauPerekayasaan

Suminto., Dyah, A. P. S., Titik, S. 2010.Prosentase Perbedaan Pengaruh Tingkat Kematangan Gonad Terhadap Fertilitas Dan Daya Tetas Telur Dalam Pembenahan Buatan Abalone (Haliotis asinina). Jurnal Saintek Perikanan Vol. 6(1): 79 – 87.

Susanto, B., I. Rusdi., S. Ismi., R. Rahmawati. 2010. Pemeliharaan Yuwana Abalon (Haliotis squamata) TurunanF-1 Secara Terkontrol Dengan Jenis Pakan Berbeda. Balai Besar Riset Perikanan Budidaya Laut.

Susanto, B., I. Rusdi., S. Ismi., R. Rahmawati. 2009. Perbenihan Dan Pembesaran Abalon (Haliotis squamatadi Balai Besar Riset Perikanan Budidaya Laut Gondol Bali. Prosiding Seminar Nasional Moluska 2. “Moluska: Peluang Bisnis Dan Konservasi”

Uneputty, P. A.,D. J. Tala. 2011. Karakteristik Biometrika Dan Potensi ReproduksiSiput Abalone (Haliotis Squamata).Ichthyos, Vol. 10 No. 1, Hal : 13-20.

Xing, R.L., C.H. Wang., X.B. Cao and Y.Q. Chang. 2008. Settlement, growth and survival of abalone, haliotis discus hannai, in response to eight monospecific benthic diatoms. Journal Appl. Phycol 20: 47-53.