tugas bangunan la ode rahmat sukur

19
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan wilayah rawan bencana alam akibat aktifitas tektonik dan vulkanik dalam perut bumi. Bencana alam besar yang melanda Indonesia dalam empat tahun terakhir ini yaitu gempa bumi di Aceh, Yogyakarta dan Pa dang telah meruntuhkan banyak bangunan, baik bangunan berteknologi tradisonal maupun modern. Pada umumnya untuk struktur gedung bertingkat berupa struktur portal terbuka beton bertulang tanpa dinding geser dengan dinding bata sebagai pengisi. Gedung-gedung tersebut direncanakan dengan men ggunakan peraturan gempa dan beton yang lama yaitu PBI’71, SNI 03-1726-1989 dan SNI 03-2847-1992. Kondisi di atas perlu ditelaah kembali, mengingat bangunan merupakan prasarana fisik utama yang mutlak bagi manusia, yang berfungsi memberikan tempat bagi mereka untuk tinggal maupun berkarya. Ditengah semakin meningkatn ya kebutuhan manusia akan bangunan, tuntutan tehadap bangunan layak huni dan handal secara teknis menjadi suatu keharusan. Gempa yang bersifat unpredictable accident menjadi faktor penting yang pe rlu dipertimbangkan dalam mendisain struktur berteknologi modern. Hal ini menjadi bukti kurangnya pemahaman masyarakat umum akan peraturan gempa dan beton yang baru yaitu SNI-03-1726-2002 (Tata cara perencanaan ketahanan gempa untuk ba ngunan gedung) dan SNI- 03-2847-2002 (Tata cara perencanaan struktur beton untuk bangunan dengan gedung) 1

Upload: operator-warnet-vast-raha

Post on 21-Jun-2015

194 views

Category:

Documents


4 download

TRANSCRIPT

Page 1: Tugas bangunan la ode rahmat sukur

BAB IPENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan wilayah rawan bencana

alam akibat aktifitas tektonik dan vulkanik dalam perut bumi. Bencana alam besar yang melanda Indonesia dalam empat tahun terakhir ini yaitu gempa bumi di Aceh, Yogyakarta dan Padang telah meruntuhkan banyak bangunan, baik bangunan berteknologi tradisonal maupun modern. Pada umumnya untuk struktur gedung bertingkat berupa struktur portal terbuka beton bertulang tanpa dinding geser dengan dinding bata sebagai pengisi. Gedung-gedung tersebut direncanakan dengan menggunakan peraturan gempa dan beton yang lama yaitu PBI’71, SNI 03-1726-1989 dan SNI 03-2847-1992. Kondisi di atas perlu ditelaah kembali, mengingat bangunan merupakan prasarana fisik utama yang mutlak bagi manusia, yang berfungsi memberikan tempat bagi mereka untuk tinggal maupun berkarya. Ditengah semakin meningkatnya kebutuhan manusia akan bangunan, tuntutan tehadap bangunan layak huni dan handal secara teknis menjadi suatu keharusan. Gempa yang bersifat unpredictable accidentmenjadi faktor penting yang perlu dipertimbangkan dalam mendisain struktur berteknologi modern. Hal ini menjadi bukti kurangnya pemahaman masyarakat umum akan peraturan gempa dan beton yang baru yaitu SNI-03-1726-2002 (Tata cara perencanaan ketahanan gempa untuk bangunan gedung) dan SNI-03-2847-2002 (Tata cara perencanaan struktur beton untuk bangunan dengan gedung) yang telah direvisi dengan detailing menengah atau khusus mengacu dengan perkembangan teknologi bangunan saat ini. Untuk itu penulis merasa perlu untuk mensosialisasikan peraturan baru di atas. Dalam peraturan yang baru, untuk desain struktur tahan

1

Page 2: Tugas bangunan la ode rahmat sukur

gempa, bangunan harus direncanakan dengan sistem struktur yang memenuhi persyaratan detailing. Terdapat 4 sistem bangunan yaitu Sistem Dinding Penumpu, Sistem Rangka Gedung, Sistem Rangka Pemikul Momen, dan Sistem Ganda. Nantinya dalam Tugas Akhir ini, penulis akan membahas bagaimana memodifikasi dan merancang kembali Gedung Rawat Inap V.I.P RS. Gatoel Mojokerto dengan Sistem Rangka Gedung(building frame system) dimana untuk zona gempa 3 menggunakan Sistem Rangka Pemikul Momen Menengah (SRPMM) untuk memikul beban gravitasi dan Dinding Struktural Beton Khusus (DSBK) untuk memikul beban lateral akibat angin dan gempa. Modifikasi yang dilakukan meliputi, penambahan lantai dari 2 lantai menjadi 10 lantai, pemasangan Dinding StrukturalBeton Khusus (DSBK) sebagai bagian struktural dari Sistem Rangka Gedung (SRG). Dengan sosialisasi ini diharapkan masyarakat terutama pelaku di bidang struktur bangunan lebih familiardan mampu menerapkan peraturan baru yang telah direvisi.

1.2 Tujuan

Tujuan yang diharapkan dalam perencanaan struktur gedung ini adalah sebagai berikut. 1.Dapat merencanakan struktur gedung dengan menggunakan Sistem Rangka Gedung (SRG) yang terletak di daerah gempa sedang (zone 3).2.Dapat merencanakan struktur atap menggunakan rangka atap baja, struktur utama dan struktur sekunder (Sesuai dengan SNI 03-2847-2002 Dilengkapi Penjelasan dan SNI 03-1726-2002 Tata Cara Perencanaan Ketahanan Gempa Untuk Bangunan Gedung).3.Merencanakan struktur bawah meliputi kebutuhan.

2

Page 3: Tugas bangunan la ode rahmat sukur

BAB II

PEMBAHASAN

2.1 KONSTRUKSI_GEDUNG_TAHAN_GEMPA.

  A.KONSTRUKSI RUMAH TAHAN GEMPAPENDAHULUAN

 Wilayah Indonesia mencakup daerah-daerah yang mempunyai tingkat resikogempa yang tinggi diantara beberapa daerah gempa diseIuruh dunia. Data-dataterakhir yang berhasil direkam menunjukkan bahwa rata-rata setiap tahun terjadisepuluh kegiatan gempa bumi yang mengakibatkan kerusakan yang cukup besar diIndonesia. Sebagian terjadi pada daerah lepas pantai dan sebagian lagi pada daerahpemukiman. Pada daerah pemukiman yang cukup padat, perlu adanya suatuperlindungan untuk mengurangi angka kematian penduduk dan kerusakan beratakibat goncangan gempa. Dengan menggunakan prinsip teknik yang benar, detailkonstruksi yang baik dan praktis maka kerugian harta benda dan jiwa menusia dapatdikurangi.Berikut ini diuraikan faktor-faktor dasar dari goncangan gempa yangkemudian di uraikan prinsip-prinsip utamanya yang akan dipakai dalam membangunrumah tahan gempa.

B.KARAKTERISTIK GONCANGAN GEMPA 

Pada lokasi bangunan, gempa bumi akan menyebabkan tanah dibawahbangunan dan di sekitarnya tergoncang dan bergerak secara tak beraturan(random). Percepatan tanah terjadi dalam tiga dimensi membentuk kombinasifrekwensi getaran dari 0,5 Hertz sampal 50 Hertz.Jika bangunan kaku (fixed) terhadap tanah (dan tidak dapat tergeser) gayainersia yang menahan percepatan tanah akan bekerja pada tiap-tiap elemen strukturdari bangunan selama gempa terjadi. Besarnya gaya-gaya inersia ini tergantung dariberat bangunannya, semakin ringan berarti semakin kecil gaya inersia yang bekerjadalam elemen struktur tersebut. 

Tanggung jawab sebagai orang yang berkecimpung daIam industri konstruksiadalah mendirikan bangunan sedemikian rupa sehingga bangunan tetap mampuberdiri menahan gaya-gaya inersia tersebut. Pertanyaan yang timbul kemudian,“Berapa kekuatan bangunan yang kita perlukan ?”. C.TINGKAT PEMBEBANAN GEMPA Pada tahun 1981, studi untuk menentukan besarnya “beban gempa rencana”sudah dilakukan. Studi ini adalah proyek kerja sama antara Pemerintah Indonesia-New Zealand yang menghasilkan. Peraturan Muatan Gempa lndonesia. Pada konsepperaturan tersebut ada 2 (dua) langkah pendekatan untuk menghitung pembebanangempa yang dapat digunakan.Kriteria pertama, bahwa perencanaan pembebanan gempa sedemikian rupasehingga tidak terjadi kerusakan struktur atau kerusakan arsitektural setiap kaliterjadi gempa. Kriteria kedua meskipun terjadi gempa yang hebat bangunan tidakboleh runtuh tetapi hanya boleh kerusakan-kerusakan

3

Page 4: Tugas bangunan la ode rahmat sukur

pada bagian struktur yangtidak utama atau kerusakan arsitektur saja.Telah diketahui bahwa adalah tidak ekonomis merencanakan bangunantahan gempa cara elastis. Jadi untuk gempa yang besar dimana kemungkinanterjadinya kira-kira 15% dari umur bangunan tersebut, dipakai harga perencanaanyang rendah dan perencanaan khusus serta ukuran detail-detail diambil sedemikiansehingga menjamin beberapa bagian tertentu dari struktur akan Ieleh (berubahbentuk dalam keadaan plastis) untuk menyerap sebagian enersi gempa (yangberlaku untuk keadaan kenyal).Besarnya harga beban rencana yang terjadi berhubungan dengan beberapafaktor yang selengkapnya terdapat pada referensi, yang disimpulkan sebagai berikut:

1. Faktor Lapangan   Gambar 1, menunjukkan enam jalur gempa di Indonesia yang menentukanparameter dasar pembebanan. Parameter ini dimodifikasikan untuk perhitunganpada kondisi tanah Iunak dimana goncangan tanah akibat gempa akan diperbesar(mengalami pembesaran).(Untuk Jakarta, pada zone 4 dan diatas tanah lunak koefisien beban rencana lateraladalah 0,05 untuk struktur yang kaku seperti perumahan bertingkat rendah.Gambar 1. Peta gempa Indonesia2. Faktor BangunanBeban yang terjadi pada suatu bangunan juga tergantung pada keadaan(features) dari bangunan rersebut, yakni fleksibilitasnya, beratnya dan bebanbangunan untuk konstruksinya.Biasanya suatu bangunan yang fIeksibel akan menerima beban gempa yang Iebihkecil dibandingkan bangunan yang lebih kaku. Bangunan yang lebih ringan akan

  

4

Page 5: Tugas bangunan la ode rahmat sukur

Gambar 1, menunjukkan enam jalur gempa di Indonesia yang menentukanparameter dasar pembebanan. Parameter ini dimodifikasikan untuk perhitunganpada kondisi tanah Iunak dimana goncangan tanah akibat gempa akan diperbesar(mengalami pembesaran).(Untuk Jakarta, pada zone 4 dan diatas tanah lunak koefisien beban rencana lateraladalah 0,05 untuk struktur yang kaku seperti perumahan bertingkat rendah.Gambar 1. Peta gempa Indonesia.

2. Faktor Bangunan

Beban yang terjadi pada suatu bangunan juga tergantung pada keadaan(features) dari bangunan rersebut, yakni fleksibilitasnya, beratnya dan bebanbangunan untuk konstruksinya.Biasanya suatu bangunan yang fIeksibel akan menerima beban gempa yang Iebihkecil dibandingkan bangunan yang lebih kaku. Bangunan yang lebih ringan akan

2.2 kerusakan bangunan

Ada beberapa masalah yang terjadi dalam pembangunan wilayah pesisir dan lautan di Indonesia antara lain adalah pencemaran, over-eksploitasi sumber daya alam, abrasi pantai, degradasi habitat,  konversi kawasan lindung menjadi peruntukan pembangunan lainnya, dan bencana alam.

Pembangunan Wilayah Pesisir

Pencemaran

Pencemaran laut adalah masuknya atau dimasukkannya makhluk hidup, zat, energi, dan/atau komponen lain ke dalam lingkungan laut oleh kegiatan manusia sehingga kualitasnya menurun sampai ke tingkat tertentu yang menyebabkan lingkungan laut tidak sesuai lagi dengan baku mutu dan/atau fungsinya (DKP RI, 2002).

Masalah pencemaran ini disebabkan karena aktivitas manusia seperti pembukaan lahan untuk pertanian, pengembangan kota dan industri, penebangan kayu dan penambangan di Daerah Aliran Sungai (DAS). Pembukaan lahan atas sebagai bagian dari kegiatan pertanian telah meningkatkan limbah pertanian baik padat maupun cair yang masuk ke perairan pesisir dan laut melalui aliran sungai.

5

Page 6: Tugas bangunan la ode rahmat sukur

Pengembangan kota dan industri merupakan sumber bahan sedimen dan pencemaran perairan pesisir dan laut. Pesatnya perkembangan pemukiman dan kota meningkatkan jumlah sampah baik padat maupun cair yang merupakan sumber pencemaran pesisir dan laut yang sulit dikontrol. Sektor industri dan pertambangan yang menghasilkan limbah kimia (berupa sianida, timah, nikel, khrom, dan lain-lain) yang dibuang dalam jumlah besar ke aliran sungai sangat potensial mencemari perairan pesisir dan laut, terlebih bahan sianida yang terkenal dengan racun yang sangat berbahaya.

Kerusakan Fisik Habitat

Kerusakan fisik habitat wilayah pesisir dan lautan akan mengakibatkan penurunan kualitas ekosistem. Hal ini terjadi pada ekosistem mangrove, terumbu karang, dan rumput laut atau padang lamun. Umumnya rusaknya habitat di daerah pesisir adalah akibat aktivitas manusia seperti konversi hutan mangrove untuk kepentingan pemukiman, pembangunan infrastruktur, dan perikanan tambak. Indonesia memiliki cadangan hutan mangrove tropis terluas di dunia dengan luas sekitar 3,8 juta ha atau sekitar 30–40 % dari jumlah seluruh hutan mangrove dunia Hutan mangrove di Indonesia terpusat di Irian Jaya dan Maluku (71%), Sumatra (16%), Kalimantan (9%) dan Sulawesi (2,5%). Namun akibat aktivitas manusia, pada tahun 1970–1980, luas hutan mangrove Indonesia berkurang sekitar 700.000 ha untuk penggunaan lahan lainnya (Nugroho dkk 2001).

Ekosistem lainnya yang mengalami kerusakan cukup parah di Indonesia adalah ekosistem terumbu karang. Dari berbagai hasil penelitian menggambarkan bahwa dari 24 lokasi terumbu karang yang ada di Indoneisia, 60% berada dalam kondisi sangat baik, 22% baik, 33,5% sedang dan 39 % dalam keadaan rusak (Suharsono dan Sukarno, 1992 dalam Dahuri dkk 2001). Menurut Kantor Menteri Lingkungan Hidup (1993) bahwa 14 % ekosistem terumbu karang di Indonesia sudah mencapai tingkat mengkhawatirkan, 46 % telah mengalami kerusakan, 33 % dalam keadaan baik, dan 7 % dalam keadaan sangat baik.

Ada beberapa faktor yang menyebabkan rusaknya terumbu karang antara lain adalah :

1. Penambangan batu karang untuk bahan bangunan, jalan, dan hiasan.2. Penangkapan ikan dengan menggunakan bahan peledak, racun, dan alat tangkap ikan

tertentu.3. Pencemaran perairan oleh limbah industri, pertanian dan rumah tangga.4. Pengendapan dan peningkatan kekeruhan perairan akibat erosi tanah di darat, penggalian

dan penambangan.5. Eksploitasi berlebihan sumber daya perikanan karang.

Ekosistem padang lamun secara khusus rentan terhadap degradasi lingkungan yang diakibatkan oleh aktivitas manusia. Beberapa aktivitas manusia yang dapat mengrusak ekosistem padang lamun adalah:

Pengerukan dan pengurugan untuk pembangunan pemukiman pinggir laut, pelabuhan, industri dan saluran navigasi.

6

Page 7: Tugas bangunan la ode rahmat sukur

Pencemaran logam industri terutama logam berat, dan senyawa organoklorin, pembuangan sampah organik, pencemaran oleh limbah industri, pertanian, dan minyak (Bengen 2002 dalam Dahuri dkk 2001).

Eksploitasi Sumber Daya Secara Berlebihan

Ada beberapa sumber daya perikanan yang telah dieksploitir secara berlebihan (overfishing), termasuk udang, ikan demersal, palagis kecil, dan ikan karang. Hal ini terjadi terutama di daerah-daerah dengan penduduk padat, misalnya di Selat Malaka, pantai utara Pulau Jawa, Selat Bali, dan Sulawesi Selatan. Menipisnya stok sumber daya tersebut, selain karena overfishing juga dipicu oleh aktivitas ekonomi yang baik secara langsung atau tidak merusak ekosistem dan lingkungan sehingga perkembangan sumber daya perikanan terganggu. Disamping itu, kurangnya apresiasi dan pengetahuan manusia untuk melakukan konservasi sumber daya perikanan, seperti udang, mangrove, terumbu karang, dan lain-lain.

Abrasi Pantai

Terdapat 2 faktor yang menyebabkan terjadinya abrasi pantai, yaitu proses alami (karena gerakan gelombang pada pantai terbuka) serta aktivitas manusia. Kegiatan manusia tersebut misalnya kegiatan penebangan hutan (HPH) atau pertanian di lahan atas yang tidak mengindahkan konsep konservasi telah menyebabkan erosi tanah dan kemudian sedimen tersebut dibawa ke aliran sungai serta diendapkan di kawasan pesisir. Aktivitas manusia lainya adalah menebang atau merusak ekosistem mangrove di garis pantai baik untuk keperluan kayu, bahan baku arang, maupun dalam rangka pembuatan tambak.

Hal-hal ini tentu secara ekologis telah menghilangkan fungsi-fungsi ekologis dari hutan mangrove sebagai:

1. Peredam gelombang dan angin badai, pelindung pantai dari abrasi, penahan lumpur, dan penangkap sedimen yang diangkut oleh aliran air permukaan

2. Ppenghasil detritus (bahan makanan bagi udang, kepiting, dan lain-lain) dan mineral-mineral yang dapat menyuburkan perairan

3. Derah nurshery ground, feeding ground dan spawing ground bermacam biota perairan (Bengen, 2001).

Konversi Kawasan Lindung ke Penggunaan Lainnya

Pergeseran penggunaan lahan dari lahan pertanian menjadi lahan industri, property, perkantoran, dan lain sebagainya yang terkadang kebijakan persegeran tersebut tanpa mempertimbangkan efek ekologi, tetapi hanya mempertimbangkan keuntungan ekonomi jangka pendek. Demikian juga halnya yang terjadi di wilayah pesisir, banyak terjadi pergeseran lahan pesisir dan bahkan kawasan lindung sekalipun menjadi lahan pemukiman, industri, pelabuhan, perikanan tambak, dan pariwisata. Akibatnya, terjadi kerusakan ekosistem di sekitar pesisir, terutama ekosistem mangrove. Jika ekosistem mangrove rusak dan bahkan punah, maka hal yang akan terjadi adalah:

7

Page 8: Tugas bangunan la ode rahmat sukur

1. Regenerasi stok ikan dan udang terancam,2. Terjadi pencemaran laut oleh bahan pencemar yang sebelumnya diikat oleh hutan

mangrove,3. Pedangkalan perairan pantai,4. Erosi garis pantai dan intrusi garam.

Bencana Alam

Bencana alam merupakan kejadian alami yang berdampak negatif pada sumber daya pesisir dan lautan diluar kontrol manusia. Beberapa macam bencana alam yang sering terjadi di wilayah pesisir dan merusak lingkungan pesisir antara lain adalah kenaikan muka laut, gelombang pasang tsunami, dan radiasi ultra violet.

8

Page 9: Tugas bangunan la ode rahmat sukur

9

Page 10: Tugas bangunan la ode rahmat sukur

   

10

Page 11: Tugas bangunan la ode rahmat sukur

11

Page 12: Tugas bangunan la ode rahmat sukur

 

12

Page 13: Tugas bangunan la ode rahmat sukur

BAB IIIPENUTUP

3.1 KESIMPULAN

1.Dari uraian diatas, goncangan gempa dan cara menghitung hargapembebanan gempa untuk suatu bangunan, dapat disimpulkan bahwa : 2.Kekenyalan struktur sangat ditekankan sekali untuk mencegah keruntuhanbangunan. 3.Gaya gempa hanya dapat ditahan oleh sistem struktur yang menerus (jalurlintasan gaya yang menerus) dari puncak bangunan sampai ke tanah.

4.Dari bahasan di atas dapat disimpulkan bahwa sebenarnya tidak satu bagian pun dalam rangkaian proses pembangunan suatu fasilitas infrastruktur (termasuk bangunan gedung dan rumah tinggal)yang dapat dikatakan bertanggungjawab pada keberhasilan bangunan tersebut dalamberfungsimenahan gempa.a. Di tahap awal perencanaan memenang peran penting dalam mengidentifikasidan mengantisipasi berbagai kemungkinan yang berkaitan dengan perilakustrukturbangunandibawahbebangempa.Antisipasiinidituangkandalamrancangan(gambar)yangselanjutnyawajibdijadikanpedomansecaraketatolehpelaksana;baikyangmenyangkutkualitasuatas pekerjaan dan hasil kerja.

3.2 SARAN

Penulis mengharapkan kritik dan saran yang sifatnya membangun demi kesempurnaan makala ini.

13

Page 14: Tugas bangunan la ode rahmat sukur

DAFTAR PUSTAKA

Departemen Pekerjaan Umum. 2006. Studio Penataan Bangunan dan LingkunganDirjen Cipta Karya 2006 PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN RUMAHTAHAN GEMPA. JakartaBoen, Teddy. 2009. Manual Bangunan Tahan Gempa. World Seismic Safety Initiative.JakartaCharleson, A.W. Konstruksi Rumah Tahan Gempa di Indonesia. JakartaSzakat, Gregory. Meningkatkan Daya Tahan Terhadap Gempa pada Gedung Kecil,Rumah, dan Prasarana. New Zealand International Aid andDevelopment Agency. New Zealand

14

Page 15: Tugas bangunan la ode rahmat sukur

TUGAS

MAKALAH BANGUNAN

NAMA : LA ODE RAHMAT SUKUR

KELAS : X BANGUNAN A.

SMK NEGERI 2 RAHA

2013

15