tugas askeb

Upload: miera-putryna-jasmin-cyiuteabies

Post on 22-Jul-2015

137 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

cheRitha briLLianZa home about me askep pada bbl dengan tetanus neonatorum kebutuhan kalori dalam tubuh Askep Pada BBL Dengan Tetanus Neonatorum 2.

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Angka kematian dan kesakitan bayi merupakan salah satu indikator keberhasilan pembangunan kesehatan. Kematian bayi di dunia 48 %nya adalah kematian neonatal, seluruh kematian neonatal sekitar 60 % merupakan kematian bayi umur kurang dari 7 hari. Adapun penyebab kematian tertinggi disebabkan oleh seperti tetanus neonatorum, sepsis, meningits, pneumonia dan diare. (Kanwil Depkes, Prop. Jatim, 2000) Tetanus neonatorum masih banyak terdapat di negara-negara sedang membangun termasuk Indonesia dengan kematian bayi yang tinggi dengan angka kematian 80 %. Di Indonesia pada saat ini persalinan yang ditolong di rumah sakit hanya 10 15 %, 10 % lagi ditolong oleh bidan swasta, sedangkan sisanya 75 80 % masih ditolong oleh dukun. (Rustam Mochtar, 1998) Sebagian besar tetanus neonatorum terdapat pada bayi yang lahir dengan dukun yang belum mengikuti penataran dari Depkes. Dimana dukun dukun ini memotong tali pusat hanya memakai alat sederhana seperti bilah bambu, pisau atau gunting yang tidak di steril dahulu, sehingga bisa menimbulkan infeksi melalui luka pada tali pusat. Infeksi yahng disebabkan oleh Clostridium Tetani dapat juga karena perawatan tali pusat yang menggunakan obat trradisional seperti abu, kapur sirih, daun-daunan, dsb. (Ngasetiyah, 1997) Tetanus neonatorum angka kematian kasusnya (Case Fatality Rate atau CFR) sangat tinggi. Pada kasus teanus neonatorum angkanya mendekati 100 %, terutama yang mempunyai masa inkubasi kurang 7 hari. Angka kematian kasus tetanus neonatorum

yahng dirawat di rumah sakit diindonesia bervariasi dengan kisaran 10,8 55 %. (Abdul Bari Saifuddin, 2000) Pemerintah bertekat untuk memperkecil kematian akibat kematian tetanus neonatorum dengan jalan memberikan 2 kali vaksinasi tetanus toksoid selama hamil. Diharapkan bidan dapat membantu upaya pemerintah sehingga dapat menurunkan angka kematian bayi karena tetanus sampai akhir tahun 2000, menjadi kurang dari 1 %. Dikemukakan bahwa angka kematian karena tetanus dapat dijadikan ukuran bagaimana pelayanan kesehatan yang diberikan dalam satu daerah dan secara umum pada negara tersebut.(Ida Bagus Gde Manuaba, 1998) Dalam lingkup Jawa Timur , kematian neonatal yang disebabkan tetanus neonatorum masih tinggi yaitu sebesar 1,19 % pada neonatal dini dan 3,73 % pada neonatal lanjut. Penyebab kemarian neonatal tertinggi di propinsi ini selain tetanus neonatorum adalah BBLR, aspiksia, infeksi, trauam lahir dan kelainan bawaaan (Kanwil Depkes, Prop. Jatim, 2000)

1.2. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang di atas, maka yang menjadi masalah penelitian ialah : Apakah ada hubungan antara kualitas pemotongan tali pusat dengan kejadian tetanus neonatorum ?.

1.2 Manfaat Penelitian 2.2.1. Bagi institusi pelayanan Meningkatkan mutu pelayanan kesehatan. 2.2.2. Bagi institusi pendidikan Dapat dijadikan penelitian lebih lanjut sehingga menambah informasi informasi baru khusunya dalam bidang ilmu kesehatan anak. 2.2.3. Bagi penulis Memperoleh pengetahuan baru tentang hubungan antar kualitas pemotongan tali pusat dengan kejadian tetanus neonatorum.

BAB 2

PEMBAHASAN

2.1.Tujuan Teori Menganalisis hubungan antara kualitas pemotongan tali pusat dengan kejadian tetanus neonatorum.

2.2 Definisi Neonatus adalah organisme pada periode adaptasi kehidupan intra uterus ke kehidupan intra uterin hingga berusia kurang dari 1 bulan. (Asri Rosad, 1987) Tetanus neonatorum adalah penyakit tetanus yang terjadi pada neonatus yang disebabkan oleh clostridium tetani yaitu kuman yang mengeluarkan toksin (racun) yang menyerang sistem saraf pusat. (Abdul Bari Saifuddin, 2000)

2.3 Etiologi Penyebab penyakit ini adalah clostridium tetani. Kuman ini bersifat anaerobik dan mengeluarkan eksotoksin yang neorotropoik.

2.4 Epidemiologi Clostridium tetani berbentuk batang langsing, tidak berkapsul, gram positip. Dapat bergerak dan membentuk sporaspora, terminal yang menyerupai tongkat penabuh genderang (drum stick). Spora spora tersebut kebal terhadap berbagai bahan dan keadaan yang merugikan termasuk perebusan, tetapi dapat dihancurkan jika dipanaskan dengan otoklaf. Kuman ini dapat hidup bertahun-tahun di dalam tanah, asalkan tidak terpapar sinar matahari, selain dapat ditemukan pula dalam debu, tanah, air laut, air tawar dan traktus digestivus manusia serta hewan.

2.5 Patologi Kelainan patologik biasanya terdapat pada otak pada sumsum tulang belakang, dan terutama pada nukleus motorik. Kematian disebabkan oleh asfiksia akibat spasmus laring pada kejang yang lama. Selain itu kematian dapat disebabkan oleh pengaruh langsung pada pusat pernafasan dan peredaran darah. Sebab kematian yang lain ialah

pneumonia aspirasi dan sepsis. Kedua sebab yang terakhir ini mungkin sekali merupakan sebab utama kematian tetanus neonatorum di Indonesia.

2.6 Manisfetasi Klinik Masa inkubasi biasanya 3 10 hari. Gejala permulaan adalah bayi mendadak tidak mau atau tidak bisa menetek karena mulut tertutup (trismus), mulut mencucu seperti ikan, dapat terjadi spasmus otot yang luas dan kejang yang umum. Leher menjadi kaku dan kepala mendongak ke atas (opistotonus). Dinding abdomen kaku, mengeras dan kalau terdapat kejang otot pernafasan, dapat terjadi sianosis. Suhu dapat meningkat sampai 390 C. Naiknya suhu ini mempunyai prognosis yang tidak baik. 2.6.1 Diagnosis

Diagnosis tetanus neonetorum tidak susah. Trismus, kejang umum, dan mengkakunya otot-otot merupakan gejala utama tetanus neonatorum. Kejang dan mengkakunya otot-otot dapat pula ditemukan misalnya pada kernicterus, hipokalsemia, meningitis, trauma lahir, dan lain-lain. Gejala trismus biasanya hanya terdapat pada tetanus. 2.6.2 Pencegahan

3.1.7.1. Melaui pertolongan persalinan tiga bersih, yaitu bersih tangan, bersih alas, dan bersih alat. 1. Bersih tangan Sebelum menolong persalinan, tangan poenolong disikat dan dicuci dengan sabun sampai bersih. Kotoran di bawah kuku dibersihkan dengan sabun. Cuci tangan dilakukan selama 15 30 . Mencuci tangan secara benar dan menggunakan sarung tangan pelindung merupakan kunci untuk menjaga lingkungan bebas dari infeksi. 1. Bersih alas Tempat atau alas yang dipakai untuk persaliunan harus bersih, karena clostrodium tetani bisa menular dari saluran genetal ibu pada waktu kelahiran. 1. Bersih alat Pemotongan tali pusat harus menggunakan alat yang steril. Metode sterilisasi ada 2, yang pertama dengan pemanasan kering : 1700 C selama 60 dan yang kedua menggunakan otoklaf : 106 kPa, 1210 C selama 30 jika dibungkus, dan 20 jika alat tidak dibungkus. 3.1.7.2. Perawatan tali pusat yang baik

Untuk perawatan tali pusat baik sebelum maupun setelah lepas, cara yang murah dan baik yaitu mernggunakan alkohol 70 % dan kasa steril. Kasa steril yang telah dibasahi dengan alkohol dibungkuskan pada tali pusat terutama pada pangkalnya. Kasa dibasahi lagi dengan alkohol jika sudah kering. Jika tali pusat telah lepas, kompres alkohol ditruskan lagi sampai luka bekas tali pusat kering betul (selama 3 5 hari). Jangan membubuhkan bubuk dermatol atau bedak kepada bekas tali pusat karena akan terjadi infeksi. 3.1.7.3. Pemberian Imunisasi Tetanus Toksoid (TT) pada ibu hamil Kekebalan terhadap tetanus hanya dapat diperoleh melalui imunisasi TT. Ibu hamil yang mendapatkan imunisasi TT dalam tubuhnya akan membentuk antibodi tetanus. Seperti difteri, antibodi tetanus termasuk dalam golongan Ig G yang mudah melewati sawar plasenta, masuk dan menyebar melalui aliran darah janin ke seluruh tubuh janin, yang akan mencegah terjadinya tetanis neonatorum. Imunisasi TT pada ibu hamil diberikan 2 kali ( 2 dosis). Jarak pemberian TT pertama dan kedua, serta jarak antara TT kedua dengan saat kelahiran, sangat menentukan kadar antibodi tetanus dalam darah bayi. Semakin lama interval antara pemberian TT pertama dan kedua serta antara TT kedua dengan kelahiran bayi maka kadar antibosi tetanus dalam darah bayi akan semakin tinggi, karena interval yang panjang akan mempertinggi respon imunologik dan diperoleh cukup waktu untuk menyeberangkan antibodi tetanus dalam jumlah yan cukup dari tubuh ibu hamil ke tubuh bayinya. TT adalah antigen yang sangat aman dan juga aman untuk ibu hamil tidak ada bahaya bagi janin apabila ibu hamil mendapatkan imunisasi TT . Pada ibu hamil yang mendapatkan imunisasi TT tidak didapatkan perbedaan resiko cacat bawaan ataupun abortus dengan mereka yang tidak mendapatkan imunisasi .

Pemberia Imunisasi TT dan Lamanya Perlindungan

% Perlindungan Dosis Saat Pemberian TT1 Pada kunjungan pertama atau sedini0 mungkin pada kehamilan Minimal 4 minggu setelah TT1 80 % TT2 TT3 Minimal 6 bulan setelah TT2 atau selama kehamilan berikutnya 95 % Minimal setahun setelah TT3 atau Lama Perlindungan Tidak ada

TT4 selama kehamilan berikutnya TT5 99 % 3 tahun Minimal setahun setelah TT4 atau selama kehamilan berikutnya 99 %

5 tahun

10 tahun

selama usia subur

Diagnosa Keperawatan Masalah yang perlu diperhatikan adalah bahaya terjadi gangguan pernafasan, kebutuhan nutrisi/cairan dan kurangnya pengetahuan orang tua mengenai penyakit. 1. Bahaya terjadinya gangguan pernafasan Gangguan pernafasan yang sering timbul adalah apnea, yang disebabkan adanya tenospasmin yang menyerang otot-otot pernafasan sehingga otot tersebut tidak berfungsi. Adanya spasme pada otot faring menyebabkan terkumpulnya liur di dalam rongga mulut sehingga memudahkan terjadinya poneumonia aspirasi. Adanya lendir di tenggorokan juga menghalangi kelancaran lalu lintas udara (pernafasan). Pasien tetanus neonatorum setiap kejang selalu disertai sianosis terus-menerus.

Tindakan yang perlu dilakukan : 1. Baringkan bayi dalam sikap kepala ekstensi dengan memberikan ganjal di bawah bahunya. 2. Berikan O2 secara rumat karena bayi selalu sianosis (1 2 L/menit jika sedang terjadi kejang, karena sianosis bertambah berat O2 berikan lebih tinggi dapat sampai 4 L/menit, jika kejang telah berhenti turunkan lagi). 3. Pada saat kejang, pasangkan sudut lidah untuk mencegah lidah jatuh ke belakang dan memudahkan penghisapan lendirnya.

4. Sering hisap lendir, yakni pada saat kejang, jika akan melakukan nafas buatan pada saat apnea dan sewaktu-waktu terlihat pada mulut bayi. 5. Observasi tanda vital setiap jam . 6. Usahakan agar tempat tidur bayi dalam keadaan hangat. 7. Jika bayi menderita apnea : F Hisap lendirnya sampai bersih F O2 diberikan lebih besar (dapat sampai 4 L/ menit) F Letakkan bayi di atas tempat tidurnya/telapak tangan kiri penolong, tekan-tekan bagian iktus jantung di tengah-tengah tulang dada dengan dua jari tangan kanan dengan frekuensi 50 6 x/menit. F Bila belum berhasil cabutlah sudut lidahnya, lakukan pernafasan dengan menutup mulut dan hidung bergantian secara ritmik dengan kecepatan 50 60 x/menit, bila perlu diselingi tiupan.

1. Kebutuhan nutrisi/cairan Akibat bayi tidak dapat menetek dan keadaan payah, untuk memenuhi kebutuhan makananya perlu diberikan infus dengan cairan glukosa 10 %. Tetapi karena juga sering sianosis maka cairan ditambahkan bikarbonas natrikus 1,5 % dengan perbadingan 4 : 1. Bila keadaan membaik, kejang sudah berkurang pemberian makanan dapat diberikan melalui sonde dan selanjutnya sejalan dengan perbaikan bayi dapat diubah memakai dot secara bertahap.

2. Kurangnya pengetahuan orang tua mengenai penyakit Kedua orang tua pasien yang bayinya menderita tetanus peru diberi penjelasan bahwa bayinya menderita sakit berat, maka memerlukan tindakan dan pengobatan khusus, kerberhasilan pengobatan ini tergantung dari daya tahan tubuh si bayi dan ada tidaknya obat yang diperlukan hal ini mengingat untuk tetanus neonatorum memerlukan alat/otot yang biasanya di RS tidak selalu tersedia dan harganya cukup mahal (misalnya mikrodruip). Selain itu yang perlu dijelaskan ialah jika ibu kelak hamil lagi agar meminta suntikan pencegahan tetanus di puskesmas, atau bidan, dan minta pertolongan persalinan pada dokter, bidan atau dukun terlatih yang telah ikut penataran Depkes. Kemudian perlu diberitahukan pula cara pearawatan tali pusat yang baik.

Tetanus 1. Pengertian

Jan 31, untuk semuanya

'08

7:40

PM

Tetanus adalah penyakit infeksi yang diakibatkan toksin kuman Clostridium tetani, bermanifestasi sebagai kejang otot paroksismal, diikuti kekakuan otot seluruh badan. Kekakuan tonus otot ini selalu tampak pada otot masseter dan otot-otot rangka.

2.

Etlologi Clostridium tetani adalah kuman berbentuk batang, ramping, berukuran 2-5 x 0,4 - 0,5 milimikron. Kuman ini berspora termasuk golongan Gram positif dan hidupnya anaerob. Spora dewasa mempunyai bagian yang ber bentuk bulat yang letaknya di ujung, penabuh genderang (drum stick). Kuman mengeluarkan toksin yang bersifat neurotoksik. Toksin ini (tetanospasmin) mula-mula akan menyebabkan kejang otot dan saraf perifer setempat. Toksin mi labil pada pemaanasan, pada suhu 650C akan hancur dalam 5 menit. Di samping itu dikenai pula tetanolisin yang bersifat hemolisis, yang perannya kurang berarti dalam proses penyakit.

3.

Epidemlologi Kuman.C. tetani tersebar luas ditanah, terutama tanah garapan, dan dijumpai pula pada tinja manusia dan hewan. Perawatan luka yang kurang baik di samping penggunaan jarum suntik yang tidak steril (misalnya pada pecandu narkotik).merupakan beberapa faktor yang sering dijumpai sebagai pencetus tirribulnya tetanus. Tetanus dapat menyerang semua golongan umur, mulai dari bayi (tetanus neonatorum), dewasa muda (biasanya pecandu narkotik) sampai orang-orang tua. Dari Program Nasional Surveillance Tetanus di Arnenka Senkat, diketahui rata-rata usia pasien tetanus dewasa berkisar antara 50-57 tahun.

4.

Patofisiologi Masa tunas tetanus berkisar antara 2-21 hari. Timbulnya gejala klinis biasanya mendadak didahului oleh ketegangan otot terutama pada rahang dan leher. Kemudian timbul kesukaran membuka mulut (trismus) karena spasme otot masseter. Kejang otot ini akan berlanjut ke kuduk ()epistotonus), dinding perut dan tulang belakang. BiLa serangkali kejang tonik sedang berlangsung, sering tampak risus sardonikus karena spasme otot muka dengan gambaran alis tertarik ke atas. Sudut mulut tertarik ke luar dan ke bawah, bibir tertekan kuat pada gigi. Gambaran umum yang khas pada tetanus ialah berupa badan kaku dengan opistotonus, tungkai dalam ekstensi, lengan kaku dengan tangan mengepal, biasanya kesadaran tetap baik. Serangan timbul parksismal dapat dicetuskan oleh rangsang suara, cahaya, maupun sentuhan, akan tetapi dapat pula timbul spontan. Karena kontraksi otot yang sangat kuat dapat terjadi asfiksia dan sianosis, retensi urine bahkan dapat terjadi fraktur collumna vertebralis (pada anak). Kadang dijumpai demam yang ringan dan biasanya pada stadium akhir.

5.

Penatalaksanaan A. Umum 1) 2) Merawat dan membersihkan luka sebaik-baiknya. Diet cukup kalori dan protein, bentuk makanan tergantung kemampuan membuka mulut dan menelan. Bila ada trismus, makanan dapat diberikan per sonde atau parenteral. Isolasi untuk menghindari rangsang luar seperti suara dan tindakan terhadap pasien. Oksigen, pernafasan buatan dan trakeotomi bila perlu. Mengatur keseimbangan cairan dan elektrolit.

3)

4) 5)

B.

Obat-obatan 1) Anti Toksin Tetanus Imun Globulin (TIG) lebih dianjurkan. pemakaiannya dibandingkan dengan anti tetanus serum (ATS) dari hewan. Dosis Inisial TIG yang dianjurkan adalah 5000 U intramuskular yang dilanjutkan dengan dosis harian 500-6000 U. Bila pemberian TIG tidak memungkinkan, ATS dapat diberikan dengan dosis 5000 U intramuskular dan 5000 U intravena. Pemberian baru dilaksanakan setelah dipastikan tidak ada reaksi hipersensitivitas. 2) Anti Kejang Beberapa obat yang dapat digunakan serta efek samping obat yang dimaksud tercantum pada tabel I berikut ini.

Tabel I Jenis Obat Anti Kejang, Dosis, Efek Sampingnya, Yang Lazim Digunakan pada Tetanus Jenis Obat Diazepam Meprobamat Klorpomazin Fenobartbital Dosis Efek Samping 0,5-01 mg/kg/BB/ 4Sopor, koma jam IM 300-400 mg/4 jam IM Tidak ada 25-75 mg/4 jam IM Depresi 50-100 mg/4 jam IM Depresi pernafasan

3)

Antibiotik

Pemberian penisilin prokain 1,2 Juta Unit/hari atau tetrasiklin 1 gr/hari, secara intra vena, dapat memusnahkan C. tetani tetapi tidak mempengaruhi proses neuro 6. Prognosis Dipengaruhi oleh berbagai faktor yang dapat memperburuk keadaan yaitu :

a. b. c. d. e. f. g.

Masa Inkubasi yang pendek (kurang dari 7 hari) Neonatus dan usia tua (lebih dari 5tahun) Frekuensi kejang yang sering Kenaikan suhu badan yang tinggi Pengobatan terlambat Periode trismus dan kejang yang semakin senng Adanya penyulit spasme otot pernafasan dan obstruksi jalan nafas

7.

Pencegahan Pencegahan penyakit tetanus me~put 1. Mencegah terjadinya luka 2. Merawat luka secara adekuat 3. Pemberian anti tetanus serum (ATS) dalam beberapa jam setelah luka akan memberikan kekebalan pasif sehingga mencegah terjadinya tetanus akan memperpanjang masa inkubasi. Umumnya diberikan dalam dosis 1500 U intrarnuskular setelah dilakukan tes kulit. 4. Di negara Barat pencegahan tetanus dilakukan dengan pernberian toksoid dan TIG. Tabel I di bawah ini adalah skema yang digunakan di Amerika Serikat (1976) :

Imunisasi tetanus sebelumnya (dosis) Tidak jelas 0-1 2 3-lebih

Luka kecil dan basah Toksoid Td Td Td -(xx) TIG -

Luka-luka lainnya Toksoid Td Td Td -(xx) TIG Ya Ya -(x) -

Keterangan; TIG Td Ya x xx xxx : Tetanus Imun Globulin (manusia) : Tetanus difteri toksoid : Tidak diberikan : Diberikan : Kecuali luka lebih dari 24 jam : Kecuali telah lebih dari 10 tahun pemberian toksoid yang terakhir : Kecuali telah lebih dari 5 tahun pemberian toksoid yang terakhir

pengenalan dini tetanus neonatorum,bbl serta rujukan Pengenalan tanda bahaya kehamilan, persalinan, nifas serta rujukan 1. Tanda-tanda bahaya kehamilan Pada setiap kehamilan perlu di informasikan kepada ibu, suami dan keluarga tentang timbulnya kemungkinan tanda-tanda bahaya dalam kehamilan. Adanya tanda-tanda bahaya mengharuskan ibu, suami / keluarga untuk segera membawah ibu kepelayanan kesehatan / memanggil bidan. Tanda-tanda bahaya kehamilan meliputi : Perdarahan pervaginam Sakit kepala yang hebat Masalah penglihatan Bengkak pada muka atau tangan Nyeri abdomen yang hebat Bayi kurang bergerak seperti biasa Tanda-tanda kegawatan dalam persalinan Sebagai akibat dari permasalahan dalam persalinan, kegawatan dalam persalinan dapat terjadi dengan tanda-tanda sebagai berikut : Perdarahan Kejang Demam, menggigil, keluar lender dan berbau Persalinan lama Mal presentase Plasenta tidak lahir dalam 30 menit 3. Kegawatan masa nifas Tanda-tanda bahaya nifas Pendarahan lewat jalan lahir. Keluar cairan berbau dari jalan lahir. Demam lebih dari 2 hari. Bengkak di muka, tangan atau kaki. Mungkin dengan sakit kepala dan kejang-kejang.

2.

Adanya salah satu tanda bahaya tersebut mengharuskan ibu mendapatkan pelayanan dari bidan / mencari pertolongan kesarana pelayanan kesehatan. 4. Rujukan Rujukan dalam kondisi optimal dan tepat waktu kefasilitas rujukan / fasilitas yang memiliki sarana lebih lengkap, diharapkan mampu menyelamatkan jiwa para ibu dan bayi baru lahir. Meskipun sebagian besar ibu akan mengalami persalinan normal namun 10 sampai 15 % diantaranya akan mengalami masalah selama proses persalinan dan kelahiran bayi sehingga perlu dirujuk kefasilitas kesehatan rujukan. Sangat sulit untuk menduga kapan penyakit akan terjadi sehingga kesiapan untuk merujuk ibu dan atau bayinya kefasilitas kesehatan rujukan secara optimal dan tepat waktu (jika penyulit terjadi) menjadi saran bagi keberhasilan upaya penyelamatan, setiap penolong persalinan harus mengetahui lokasi fasilitas rujukan yang mampu untuk menatalaksana kasus gawat darurat obstetri dan bayi baru lahir seperti : Pembedahan termasuk bedah sesar Transfuse darah Persalinan menggunakan ekstraksi fakum / cunam Pemberian anti biotik intravena Resusitasi BBL dan asuhan lanjutan BBL Informasi tentang pelayanan yang tersedia ditempat rujukan, ketersediaan pelayanan purna waktu, biaya pelayanan dan waktu serta jarak tempuh ketempat rujukan dadlah wajib untuk diketahui oleh setiap penolong persalinan jika terjadi penyulit, rujukan akan melalui alur yang singkat dan jelas. Jika ibu bersalin / BBL dirujuk ketempat yang tidak sesuai maka mereka akan kehilangan waktu yang sangat berharga untuk menangani penyakit untuk komplikasi yang dapat mengancam keselamatan jiwa mereka pada saat ibu melakukan kunjungan antenatal,jelaskan bahwa penolong akan selalu berupaya dan meminta bekerja sama yang baik dari suami / keluaga ibu untuk mendapatkan layanan terbaik dan bermanfaat bagi kesehatan ibu dan bayinya,termasuk kemungkinan perlunya upaya rujukan pada waktu penyulit,seringkali tidak cukup waktu untuk membuat rencana rujukan dan ketidaksiapan ini dapat membahayakan keselamatan jiwa ibu dan bayinya. Anjurkan ibu untuk membahas dan membuat rencana rujukan bersama suami dan keluarganya. Tawarkan agar penolong mempunyai kesempatan untuk berbicara dengan suami dan keluarganya untuk menjelaskan tentang perlunya rencana rujukan apabila diperlukan. Masukan persiapan-persiapan dan informasi berikut kedalam rencana rujukan : Siapa yang akan menemani ibu dan BBL Tempat-tempat rujukan mana yang lebih disukai ibu dan keluarga? (jika ada lebih dari satu kemungkinan tempat rujukan, pilih tempat rujukan yang paling sesuai berdasarkan jenis asuhan yang diperlukan)

Sarana transportasi yang akan digunakan dan siapa yang akan mengendarainya ingat bahwa transportasi harus segera tersedia, baik siang maupun malam. Orang yang ditunjuk menjadi donor darah jika transfuse darah diperlukan. Uang yang disisihkan untuk asuhan medik, transportasi, obat-obatan dan bahanbahan. Siapa yang akan tinggal dan menemani anak-anak yang lain pada saat ibu tidak dirumah. Kaji ulang rencana rujukan dengan ibu dan keluarganya. Kesempatan ini harus dilakukan selama ibu melakukan kunjungan asuhan antenatal / diawal persalinan (jika mungkin). Jika ibu belum membuat rencana rujukan selama kehamilannya, penting untuk dapat mendiskusikan rencana tersebut dengan ibu dan keluarganya diawal persalinan. Jika timbul masalah pada saat persalinan dan rencana rujukan belum dibicarakan maka sering kali sulit untuk melakukan semua persiapanpersiapan secara cepat. Rujukan tepat waktu merupakan unggulan asuhan sayang ibu dalam mendukung keselamatan ibu dan BBL. Singkatan BAKSOKU dapat digunakan untuk mengingat hal-hal penting dalam mempersiapkan rujukan untuk ibu dan bayi. B (Bidan) Pastikan bahwa ibu dan bayi baru lahir didampingi oleh penolong persalinan yang kompeten untuk menatalaksana gawat darurat obstetri dan BBL untuk dibawah kefasilitas rujukan. A (Alat) Bawah perlengkapan dan bahan-bahan untuk asuhan persalinan, masa nifas dan BBL (tabung suntik, selang iv, alat resusitasi, dll) bersama ibu ketempat rujukan. Perlengkapan dan bahan-bahan tersebut mungkin diperlukan jika ibu melahirkan dalam perjalanan menuju fasilitas rujukan. K (Keluarga) Beri tahu ibu dan keluarga mengenai kondisi terakhir ibu dan bayi dan mengapa ibu dan bayi perlu dirujuk. Jelaskan pada mereka alas an dan tujuan merujuk ibu kefasilitas rujukan tersebut. Suami / anggota keluarga yang lain harus menemani ibu dan BBL hingga kefasilitas rujukan. S (Surat) Berikan surat ketempat rujukan. Surat ini harus memberikan identifikasi mengenai ibu dan BBL, cantumkan alas an rujukan dan uraikan hasil penyakit, asuhan / obatobatan yang diterima ibu dan BBL. Sertakan juga partograf yang dipakai untuk membuat keputusan klinik O (Obat) Bawa obat-obatan esensial pada saat mengantar ibu kefasilitas rujukan. Obatobatan tersebut mungkin diperlukan selama diperjalanan. K (Kendaraan)Siapkan kendaraan yang paling memungkinkan untuk merujuk ibu dalam kondisi cukup nyaman. Selain itu, pastikan kondisi kendaraan cukup baik untuk mencapai tujuan pada waktu yang tepat. U (Uang) Ingatkan keluarga agar membawah uang dalam jumlah yang cukup untuk membeli obat-obatan yang diperlukan dan bahan-bahan kesehatan lain yang diperlukan selama ibu dan bayi baru lahir tinggal difasilitas rujukan.

DAFTAR PUSTAKA Yulaikhah, Lily S. Si.T. 2008. Seri Asuhan Kebidanan Kehamilan. Jakarta : EGC Rochjati, Poedji. 2003. Skrining Antenatal Pada Ibu Hamil. Surabaya : Airlangga University Press Hidayati, Ratna. 2009. Asuhan Keperawatan Pada Kehamilan Fisiologis dan Patologis. Jakarta : Salemba Medika Yulifah, Rita. 2009. Asuhan Kebidanan Komunitas. Jakarta : Salemba Medika Syafrudin, SKM, M. Kes, dkk. 2009. Kebidanan Komunitas. Jakarta : EGC Syaifudin, Abdul Bari. 2006. Buku Panduan Praktis Pelayanan Kontrasepsi. Jakarta : Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo Manuaba, Ida Bagus gde. 1998. Ilmu Kebidanan, Penyakit Kandungan & Keluarga Berencana Untuk Pendidikan Bidan. Jakarta : EGC Tetanus Definisi Tetanus adalah suatu penyakit toksemik akut dan fatal yang disebabkan oleh Clostridium tetani dengan tanda utama spasme tanpa gangguan kesadaran. Gejala klinis timbul sebagai dampak eksotoksin pada sinaps ganglion spinal dan neuromuscular junction serta saraf autonom. Tetanus neonatorum menyebabkan 50% kematian perinatal dan 20% kematian bayi. Angka kejadian 6-7/100 kelahiran hidup di perkotaan dan 11-23/100 kelahiran hidup di pedesaan. Disebut juga lockjaw karena terjadi kejang pada otot rahang. Tetanus banyak ditemukan di negaranegara berkembang. Gejala dan tanda

Pada pasien anak, ketika melakukan anamnesis sebaiknya ditanyakan: Riwayat mendapat trauma, pemotongan dan perawatan tali pusat yang tidak steril, riwayat menderita otitis media supurativa kronik (OMSK), atau gangren gigi. Riwayat tidak diimunisasi/tidak lengkap imunisasi tetanus. Pemeriksaan fisis Masa inkubasi 5-14 hari. Gejala awal adalah trismus; pada neonatus tidak dapat/sulit menetek, mulut mencucu. Disertai dengan kaku kuduk, resus sardonikus, Selanjutnya dapat diikuti kejang opistotonus, perut papan.

apabila dirangsang atau kejang spontan; pada kasus berat dijumpai status konvulsivus. Derajat penyakit Derajat I (tetanus ringan) Trismus ringan sampai sedang Kekakuan umum: kaku kuduk, opistotonus, perut papan Tidak dijumpai disfagia atau ringan Tidak dijumpai kejang Tidak dijumpai gangguan respirasi Derajat II (tetanus sedang) Trismus sedang Kekakuan jelas Dijumpai kejang rangsang, tidak ada kejang spontan Takipneu Disfagia ringan Derajat III (tetanus berat) Trismus berat

Otot spastis, kejang spontan Takipne, takikardia Serangan apne (apneic spell) Disfagia berat

makalah tugas dan tanggung jawab bidan terhadap pembinaan dukun bayi BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Tingginya angka kematian ibu dan bayi menunjukan masih rendahnya kualitas pelayanaan kesehatan. Delapan puluh persen persalinan di masyarakat masih di tolong oleh tenaga non-kesehatan, seperti dukun. Dukun di masyarakat masih memegang peranan penting, dukun di anggap sebagai tokoh masyarakat. Masyarakat masih memercayakan pertolongan persalinan oleh dukun, karena pertolongan persalinan oleh dukun di anggap murah dan dukun tetap memberikan pendampingan pada ibu setelah melahirkan, seperti merawat dan memandikan bayi. Untuk mengatasi permasalahan persalinan oleh dukun, pemeritah membuat suatu terobosan dengan melakukan kemitraan dukun dan bidan. Salah satu bentuk kemitraan tersebut adalah dengan melakukan pembinaan dukun yan merupakan salah satu tugas dan tanggung jawab bidan. Maka dari itu tugas dan tanggung jawab bidan terhadap dukun bayi sangat memberikan kontribusi yang cukup penting. B. Rumusan masalah

Dilihat dari latar belakang diatas, kami dapat merumuskan masalah sebagai berikut: 1. Apa pengertian dukun bayi ? 2. Apa ciri-ciri dukun bayi ?

3. 4. 5. 6. 7. 8. 9.

Apa tujuan dukun bayi ? Apa saja pembagian dukun bayi ? Apa fungsi dukun bayi? Apa kelebihan dan kekurangan bersalin pada dukun bayi ? Apa fungsi bidan ? Apa saja tugas pokok bidan ? Apa saja wewenang bidan ?

10. Bagaimana pembinaan dukun bayi ?

C. Tujuan Makalah Makalah ini dibuat untuk memenuhi tugas mata kuliah Ilmu Kesehatan Masyarakat dan sebagai pengetahuan tambahan bagi para pembaca tentang tugas dan tanggung jawab bidan terhadap dukun bayi. D. Kegunaan Makalah Makalah ini bisa dipergunakan sebagai referensi bagi para pembaca yang ingin menambah pengetahuannya tentang tugas dan tanggung jawab bidan terhadap dukun bayi. E. Metode penulisan Metode penulisan yang digunakan dalam makalah ini adalah metode studi kepustakaan.

BAB II PEMBAHASAN A. PENGERTIAN DUKUN BAYI

Dukun bayi adalah profesi seseorang yang dalam aktivitasnya, menolong proses persalinan seseorang, merawatbayi mulai dari memandikan, menggendong, belajar berkomunikasi dan lain sebagainya. Dukun bayi biasanya juga selain dilengkapi dengan keahlian atau skill, juga dibantu dengan berbagai mantrakhusus yang dipelajarinya dari pendahulu mereka. Proses pendampingan tersebut berjalan sampai dengan bayi berumur 2 tahunan. Tetapi, pendampingan yang sifatnya rutin sekitar 7 10 hari pasca melahirkan. Dukun bayi adalah orang yang dianggap terampil dan dipercaya oleh masyarakat untuk menolong persalinan dan perawatan ibu dan anak sesuai kebutuhan masyarakat. Beberapa hasil penelitian menunjukkan bahwa masyarakat sudah mengenal dukun bayi atau dukun beranak sebagai tenaga pertolongan persalinan yang diwariskan secara turun temurun. Dukun bayi yaitu mereka yang memberi pertolongan pada waktu kelahiran atau dalam hal-hal yang berhubungan dengan pertolongan kelahiran, seperti memandikan bayi, upacara menginjak tanah, dan upacara adat serimonial lainnya. Pada kelahiran anak dukun bayi yang biasanya adalah seorang wanita tua yang sudah berpengalaman, membantu melahirkan dan memimpin upacara yang bersangkut paut dengan kelahiran itu (Koentjaraningrat, 1992). B. CIRI-CIRI DUKUN BAYI

Menurut Sarwono Prawiroharjo (1999) ciri dukun bayi adalah : a. Dukun bayi biasanya seorang wanita, hanya dibali terdapat dukun bayi pria. b. Dukun bayi umumnya berumur 40 tahun keatas. c. Dukun bayi biasanya orang yang berpengaruh dalam masyarakat. d. Dukun bayi biasanya mempunyai banyak pengalaman dibidang sosial, perawatan diri sendiri, ekonomi, kebudayaan dan pendidikan. e. Dukun bayi biasanya bersifat turun menurun. C. TUJUAN DUKUN BAYI Secara tradisional, dukun bayi terampil dalam hal pertolongan persalinan dan perawatan ibu dan anak. Dalam hubungannya dengan pelayanan kesehatan, keterampilan tersebut dapat diteruskan dan dikembangkan sesuai kebutuhan masyarakat dan perkembangan pelayanan kesehatan. D. PEMBAGIAN DUKUN BAYI Menurut Depkes RI, dukun bayi dibagi menjadi 2 yaitu : a. Dukun Bayi Terlatih, adalah dukun bayi yang telah mendapatkan pelatihan oleh tenaga kesehatan yang dinyatakan lulus. b. Dukun Bayi Tidak Terlatih, adalah dukun bayi yang belum pernah terlatih oleh tenaga kesehatan atau dukun bayi yang sedang dilatih dan belum dinyatakan lulus.

E.

FUNGSI DUKUN BAYI Selaras dengan keterampilannya, dukun bayi memiliki 2 macam fungsi, ialah fungsi utama dan fungsi tambahan. Fungsi utama dukun bayi ialah melaksanakan pertolongan persalinan secara benar dan aman. Untuk mendukung fungsi utamanya, maka fungsi tambahan dapat dikembangkan setempat, sesuai dengan kebutuhan masyarakat dan perkembangan pelayanan kesehatan. Dalam kerangka program KIA, fungsi dukun bayi meliputi: Perawatan ibu hamil normal Pengenalan dan rujukan ibu hamil dengan resiko tinggi dan penyulit kehamilan Rujukan ibu hamil untuk mendapat suntikan TT Persalinan yang aman Perawatan masa nifas Pengenalan dan rujukan ibu masa nifas dan bayi untuk diimunisasi Agar dukun bayi dapat melaksanakan fungsinya dengan baik. Diharapkan mereka terlibat secara aktif di posyandu setempat. Jenis dan derajat keterlibatan dukun bayi di posyandu diserahkan kepada dukun bayi sendiri dan pengaturan dukun bayi di masyarakat. Peningkatan kesejahteraan masyarakat termasuk didalamnya penurunan kematian bayi dan anak, akan lebih berhasil bila mengikutsertakan masyarakat. dukun bayi adalah salah satu warga masyarakat yang sangat potensial dalam upaya tersebut.

F.

KELEBIHAN DAN KEKURANGAN BERSALIN PADA DUKUN Peran dukun sangat sulit ditiadakan karena masih mendapat kepercayaan masyarakat. Terdapat kelebihan dan kekurangan persalinan yang ditolong oleh dukun antara lain :

a. Kelebihan - Dukun merawat ibu dan bayinya sampai tali pusatnya putus. - Kontak ibu dan bayi lebih awal dan lama - Persalinan dilakukan di rumah - Biaya murah dan tidak ditentukan. b. Kekurangan - Dukun belum mengerti teknik septic dan anti septic dalam menolong persalinan. - Dukun tidak mengenal keadaan patologis dan kehamilan, persainan, nifas dan bayi baru lahir. - Pengetahuan dukun rendah sehingga sukar ditatar dan di ikutsertakan dalam program pemerintah. (Pedoman Supervise Dukun Bayi, 1992)

G. FUNGSI BIDAN Fungsi Bidan di Desa adalah untuk memberikan pelayanan kesehatan khususnya pelayanan KIA termasuk KB, di wilayah Desa tempat tugasnya. Dalam menjalankan fungsinya di bidan Desa, diwajibkan tinggal di Desa tempat tugasnya dan melakukan pelayanan secara aktif sehingga tidak selalu menetap atau menunggu di suatu tempat pelayanan namun juga melakukan kegiatan atau pelayanan keliling dan kunjungan rumah sesuai dengan kebutuhan. Fungsi bidan di desa secara khusus berkaitan dengan fungsinya sebagai bidan, yaitu pelayanan terhadap ibu hamil, ibu bersalin, ibu nifas, ibu subur dan bayi. Agar fungsi tersebut dapat berjalan dengan baik, maka perlu didukung oleh pengelolaan program KIA yang baik dan penggunaan peran serta masyarakat, khususnya dukun bayi. H. TUGAS POKOK BIDAN Bidan di desa di prioritaskan sebagai pelaksana pelayanan KIA, khususnya dalam pelayanan ibu hamil, bersalin dan nifas serta pelayanan kesehatan bayi baru lahir, termasuk pembinaan Dukun bayi. Dalam kaitan tersebut, bidan di desa juga menjadi pelaksana kesehatan bayi dan keluarga berencana, yang pelaksanaannya sejalan dengan tugas utamanya dalam pelayanan kesehatan ibu. Salah satu tugas bidan dalam menggerakan dan meningkatan peran serta masyarakat dalam program KIA khususnya pembinaan dukun bayi dan kader diantaranya: 1. Pertolongan persalinan 3 bersih serta kewajibannya untuk lapor pada petugas kesehatan. 2. 3. 4. 5. 6. Pengenalan kehamilan dan persalinan beresiko. Perawatan bayi baru pemberian ASI ekslusive. lahir, khususnya perawatan tali pusat dan

Pengenalan neonatus beresiko, khususnya BBLR dan tetanus neonaturum serta pertolongan pertamanya sebelum ditangani oleh petugas kesehatan Pelaporan persalinan dan kematian ibu serta bayi Penyuluhan bagi ibu hamil ( gizi, perawatan payudara, tanda bahaya) dan penyuluhan KB. Dalam melaksanakan tugas pokonya tersebut, bidan perlu menjalin hubungan yang baik dengan masyarakat setempat, khususnya pamong setempat, tokoh masyarakat dan sasaran. Mengingat peran dukun di masyarakat, perlu dijalin kerjasama yang baik antara dukun dengan tenaga kesehatan sehingga dapat membantu kelancaran tugas sehari-hari dari bidan dan sekaligus membantu untuk merencanakan tugas-tugas lainnya yang menjadi tanggung jawab bidan.

I. 1.

WEWENANG BIDAN Bidan mempunyai wewenang dalam memberikan penerangan dan penyuluhan tentang kehamilan, persalinan, nifas, menyusukan dan perawatan buah dada, keluarga berencana, perawatan bayi, perawatan anak pra sekolah, dan gizi. Bidan melaksanakan bimbingan dan pembinaan tenaga kesehatan lain yang juga bekerja dalam pelayanan kebidanan dengan kemampuan yang lebih rendah, termasuk para dukun bayi atau paraji. Bidan melayani kasus ibu untuk : pengawasan kehamilan, pertolongan persalinan normal, termasuk pertolongan letak sungsang pada multipara, episiotomi dan penjahitan luka perineum tingkat I dan tingkat II, perawatan nifas dan menyusukan, pemberian uterotonik, pemakaian cara kontrasepsi tertentu sesuai dengan kebijaksanaan pemerintah. Bidan melayani bayi dan anak pra sekolah: perawatan bayi baru lahir, pengawasan pertumbuhan dan pengembangan, pemberian imunisasi perawatan, petunjuk pemberian makanan. Bidan juga mempunyai wewenang memberikan obat-obatan meskipun hanya terbatas dan roboransia, pengobatan tertentu dibidang kebidanan, sepanjang tidak melalui suntikan, pemberian obat-obat bebas terbatas dimana diperlukan saja. Dari kelima wewenang umum ini, yang bertanggung jawab apabila terjadi hal yang tidak diinginkan yaitu sepenuhnya pada bidan yang bersangkutan. Jadi bila terjadi tuntutan hukum pada hal hal yang dilakukan bidan dalam batas wewenang umum, maka yang dituntut adalah bidan yang bersangkutan.

2. 3.

4. 5.

J.

PEMBINAAN DUKUN Tingginya angka kematian ibu dan bayi menunjukan masih rendahnya kualitas pelayanaan kesehatan. Delapan puluh persen persalinan di masyarakat masih di tolong oleh tenaga non-kesehatan, seperti dukun. Dukun di masyarakat masih memegang peranan penting, dukun di anggap sebagai tokoh masyarakat. Masyarakat masih memercayakan pertolongan persalinan oleh dukun, karena pertolongan persalinan oleh dukun di anggap murah dan dukun tetap memberikan pendampingan pada ibu setelah melahirkan, seperti merawat dan memandikan bayi. Untuk mengatasi permasalahan persalinan oleh dukun, pemeritah membuat suatu terobosan dengan melakukan kemitraan dukun dan bidan. Salah satu bentuk kemitraan tersebut adalah dengan melakukan pembinaan dukun.

a.

Pengertian Pembinaan Dukun Dalam beberapa budaya (kultur), dukun bayi di artikan sebagai seseorang wanita yang memiliki pengaruh besar dimasyarakat yang berpotensi untuk meningkatkan kesehatan ibu dan bayi. Pembinaan dukun adalah suatu pelatihan yang di berikan kepada dukun bayi oleh tenaga kesehatan yang menitik beratkan pada

peningkatan pengetahuan dukun yang bersangkutan, terutama dalam hal hygiene sanitasi, yaitu mengenai kebersihan alat-alat persalinan dan perawatan bayi baru lahir, serta pengetahuan tentang perawatan kehamilan, deteksi dini terhadap resiko tinggi pada ibu dan bayi, KB, gizi serta pencatatan kelahiran dan kematian. Pembinaan dukun merupakan salah satu upaya menjalin kemitraan antara tenaga kesehatan (bidan) dan dukun dengan tujuan menurunkan angka kematian ibu dan bayi. b. Tujuan Pembinaan Dukun Bayi Dukun bayi merupakan tokoh kunci dalam masyarakat yang berpotensi untuk meningkatkan kesehatan ibu dan bayi. Peran dan pengaruh dukun sangat bervariasi sesuai dengan budaya yang berlaku. Peran dukun dalam masa perinatal sangat kecil atau dukun memiliki wewenang yang terbatas dalam pengambilan keputusan tentang cara penatalaksanaan komplikasi kehamilan atau persalinan, sehinngga angka kematian masih tinggi. Untuk mengatasi hal tersebut di atas, yaitu untuk meningkatkan status dukun dalam pengambilan keputusan, maka di lakukan upaya pelatihan dukun bayi agar mereka memiliki pengetahuan dan ide baru yang dapat di sampaikan dan di terima oleh anggota masyarakat. Beberapa program pelatihan dukun bayi memperbesar peran dukun bayi dalam program KB dan pendidikan kesehatan di berbagai aspek kesehatan reproduksi dan kesehatan anak. Pokok dari pelatihan dukun adalah untuk memperbaiki kegiatan-kegiatan yang sebenarnya sudah di lakukan oleh dukun, seperti memberikan saran tentang kehamilan, melakukan persalinan bersih dan aman, serta mengatasi masalah yang mungkin muncul pada saat persalinan, sehingga angka kematian ibu dan bayi dapat di kurangi atau di cegah sedini mungkin.

c.

Langkah-langkah Pembinaan Dukun Pembinaan dukun dilakukan dengan memperhatikan kondisi, adat, dan peraturan dari masing-masing daerah atau dukun berasal ,karena tidak mudah mengajak seseorang dukun untuk mengikuti pembinaan. Beberapa langkah yang dapat dilakukan bidan dalam pembinaan dukun adalah sebagai berikut: 1) Meminta bantuan pamong desa untuk memotivasi dukun bayi agar bersedia mengikuti pelatihan-pelatihan dukun yang di selanggarakan oleh bidan. 2) Mengajak dukun bayi yang sudah di latih untuk ikut serta memberikan penyuluhan dan membantu melakukan deteksi dini ibu resiko tinggi di posyandu maupun pada kegiatan-kegiatan yang ada di masyarakat. Upaya Pembinaan Dukun Dalam praktiknya, melakukan pembinaan dukun di masyarakat tidaklah mudah. Masyarakat masih menganggap dukun sebagai tokoh masyarakat yang patut dihormati, memiliki peran penting bagi ibu-ibu di desa. Oleh karena itu, di butuhkan upaya agar bidan dapat melakukan pembinaan dukun. Beberapa upaya yang dapat dilakukan bidan di antaranya adalah sebagai berikut:

d.

1) 2) 3) 4) 5) 6) e.

Melakukan pendekatan dengan para tokoh masyarakat setempat. Melakukan pendekatan dengan para dukun. Memberikan pengertian kepada para dukun tentang pentingnya persalinan yang bersih dan aman. Memberi pengetahuan kepada dukun tentang komplikasi-komplikasi kehamilan dan bahaya proses persalinan. Membina kemitraan dengan dukun dengan memegang asas saling menguntungkan. Menganjurkan dan mengajak dukun merujuk kasus-kasus resiko tinggi kehamilan kepada tenaga kesehatan. Klasifikasi Materi Pembinaan Dukun Berikut adalah klasifikasi materi yang di berikan untuk melakukan pembinaan dukun: Promosi Bidan Siaga Salah satu cara untuk melakukan promosi bidan siaga, yaitu dengan melakukan pendekatan dengan dukun bayi yang ada di desa untuk bekerja sama dalam pertolongan persalinan. Bidan dapat memberikan imbalan jasa yang sasuai apabila dukun menyerahkan ibu hamil untuk bersalin ke tempat bidan. Dukun bayi dapat di libatkan dalam perawatan bayi baru lahir. Apabila cara tersebut dapat di lakukan dengan baik, maka dengan kesadaran, dukun akan memberitaukan ibu hamil untuk melakukan persalinan di tenaga kesehatan (bidan). Ibu dan bayi selamat, derajat kesehatan ibu dan bayi di wilayah tersebut semakin meningkat.

Pengenalan Tanda Bahaya Kehamilan, Persalinan, Nifas, dan Rujukan Dukun perlu mendapatkan peningkatan pengetahuan tentang perawatan pada ibu hamil, sehingga materi tentang pengenalan terhadap ibu hamil yang beresiko tinggi, tanda bahaya kehamilan, persalinan, nifas, dan rujukan merupakan materi yang harus di berikan, agar dukun bayi dapat melakukan deteksi dini kegawatan atau tanda bahaya pada ibu hamil, bersalin, nifas dan segera mendapatkan rujukan cepat dan tepat. Berikut ini adalah materi-materi dalam pelaksanaan pembinaan dukun: 1. Pengenalan golongan resiko tinggi Ibu yang termasuk dalam golongan resiko tinggi adalah ibu dengan umur terlalu muda (kurang 16 tahun) atau terlalu tua (lebih 35 tahun), tinggi badan kurang dari 145 cm, jarak antara kehamilan terlalu dekat (kurang dari 2 tahun) atau terlalu lama (lebih dari 10 tahun), ibu hamil dengan anemia, dan ibu dengan riwayat persalinan buruk (perdarahan, operasi, dan lain-lain). 2. Pengenalan tanda-tanda bahaya pada kehamilan Pengenalan tanda-tanda bahaya pada kehamilan meliputi perdarahan pada kehamilan sebelum waktunya; ibu demam tinggi; bengkak pada kaki, tangan dan wajah; sakit kepala atau kejang; keluar air ketuban sebelum waktunya; frekuensi gerakan bayi kurang atau bayi tidak bergerak; serta ibu muntah terus menerus; dan tidak mau makan 3. Pengenalan tanda-tanda bahaya pada persalinan Tanda-tanda bahaya pada persalinan, yaitu bayi tidak lahir dalam 12 jam sejak ibu merasakan mulas, perdarahan melalui jalan lahir, tali pusat atau tangan bayi keluar dari jalan lahir, ibu tidak kuat mengejan atau

mengalami kejang, air ketuban keruh dan berbau, plasenta tidak keluar setelah bayi lahir, dan ibu gelisah atau mengalami kesakitan yang hebat. 4. Pengenalan tanda-tanda kelainan pada nifas Tanda-tanda kelainan pada nifas meliputi: perdarahan melalui jalan lahir; keluarnya cairan berbau dari jalan lahir; demam lebih dari dua hari; bengkak pada muka, kaki atau tangan; sakit kepala atau kejangkejang; payudara bengkak disertai rasa sakit; dan ibu mengalami gangguan jiwa. 5. Pengenalan Dini Tetanus Neonatorum, BBLR, dan Rujukan a) Tetanus neonatorum Dari 148 ribu kelahiran bayi di indonesia, kurang lebih 9,8% mengalami tetanus neonatorum yang berkaitan pada kematian. Pada tahun 1980 tetanus menjadi penyebab kematian pertama pada bayi usia di bawah satu bulan. Meskipun angka kejadian tetanus neonatorum semakin mengalami penurunan, akan tetapi ancaman masih tetap ada, sehingga perlu diatasi secara serius. Tetanus neonatorum adalah salah satu penyakit yang paling berisiko terhadap kematian bayi baru lahir yang di sebabkan oleh basil clostridium tetani. Tetanus noenatorum menyerang bayi usia di bawah satu bulan, penyakit ini sangat menular dan menyebabkan resiko kematian. Tetanus neonatorum di masyarakat, kebanyakan terjadi karena penggunaan alat pemotong tali pusat yang tidak steril. Gejala tetanus di awali dengan kejang otot rahang (trismus atau kejang mulut) bersamaan dengan timbulnya pembengkakan, rasa sakit dan kaku di otot leher, bahu atau punggung. Kejang-kejang secara cepat merambat ke otot perut lengan atas dan paha. Dengan diberikan pembekalan materi tetanos noenatorum di harapkan dukun dapat memperhatikan kebersihan alat persalinan, memotivasi ibu untuk melakukan imunisasi, dan melakukan persalinan pada tenaga kesehatan, sehingga dapat menekan angka kejadian tetanus noenatorum. b) Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR) Bayi berat lahir rendah (BBLR) adalah bayi lahir dengan berat badan kurang dari 2,5 kg, disertai dengan tanda-tanda kulit keriput, pergerakan lemah, dan sianosis. Kondisi ini merupakan salah satu faktor yang turut kontribusi terhadap kematian bayi. Dukun di harapkan dapat segera melakukan rujukan ke puskesmas atau tenaga kesehatan apabila menemukan tanda-tanda bayi dengan berat badan lahir rendah, karena bayi dengan berat badan lahir rendah memerlukan perawatan khusus. c) Penyuluhan gizi dan KB Untuk mewujudkan misi keluarga kecil, bahagia, dan berkualitas di perlukan keterlibatan semua pihak. Dukun sebagai orang terdekat dengan ibu hamil di masyarakat berkontribusi terhadap suksesnya pelaksanaan program KB dan menjaga kesehatan ibu hamil, bersalin, dan nifas dengan makanan bergizi. Melalui penyuluhan gizi dan KB yang di lakukan oleh tenaga kesehatan kepada dukun, di harapkan dukun dapat menindaklanjuti dengan menyebarkannya kepada masyarakat.

Bidan sebagai salah satu tenaga kesehatan harys memberikan imformasi kepada dukun tentang pentingnya makanan bergizi untuk menjaga kesehatan ibu dan bayi, serta menghindari pantang makanan. Selain masalah gizi, materi KB perlu diberikan juga kepada dukun. Dengan keikut sertaan dukun dalam menyukseskan program KB, kesejahteraan ibu dan bayi meningkat. Ibu mempunyai banyak waktu untuk menyusui dan merawat bayi, menjaga kesehatan sendiri, dan mengurus keluarga. d) Pencatatan kelahiran dan kematian ibu dan bayi Materi lain yang penting dalam pembinaan dukun adalah pencatatan kelahiran dan kematian. Pemberian materi pencatatan kelahiran dan kamatian di tujukan untuk mempermudah dalam pendataan jumlah kelahiran dan kematian di suatu wilayah atau desa, serta bermanfaat dalam pelaksanaan proses audit apabila ada kematian baik ibu maupun bayi. Menolong Persalinan Seacara Bersih dan Aman Mengingat peran dukun di masyarakat, para dukun diajarkan dan diberi pendidikan tentang menolong persalinan agar tidak terjadi infeksi baik pada ibu maupun pada bayi. Pertolongan persalinan harus menerapkan 3 bersih yaitu bersih alat, tempat, dan bersih penolong. 1) Bersih tempat melahirkan a) ruangan harus hangat, tertutup, bersih dan terang, ada ventilasi dan jauh dari kandang. b) Alas tempat persalinan diberi perlak yang mudah dibersihkan c) Tersedia handuk dan selimut yang bersih dan kering 2) Bersih alat Alat yang dipergunakan dalam persalinan harus dalam keadaan bersih. 3) Bersih penolong. Penolong harus mencuci tangan terlebih dahulu untuk mencegah infeksi. Penolong harus melepaskan perhiasan dari tangan, mencuci tangan dengan sabun pada air yang mengalir. Hambatan dan Solusi dalam Pembinaaan Dukun Secara alamiah, hambatan dalam setiap kegiatan pasti ada. Demikian juga dengan pembinaan dukun. Hambatan-hambatan yang sering di jumpai dalam melakukan pembinaan dukun di masyarakat diantaranya adalah sebagai berikut: Sikap Dukun yang Kurang Kooperatif Faktor yang menyebabkan sikap dukun yang kooperatif adalah adanya perasaan malu apabila dilatih oleh bidan, dukun merasa tersaingi oleh bidan, dan dukun terlalu idealis dengan cara pertolongan persalinan yang dilakukan. Solusi Informasikan dan tekankan kepada dukun bahwa pembinaan yang dilakukan bukan untuk melakukan perubahan metode atau kebiasaan yang dilakukan oleh dukun dalam melakukan pertolongan persalinan atau untuk bersaing. Akan tetapi, pembinaan yang dilakukan bertujuan untuk

f.

-

memberikan suatu pemahaman baru dalam pelayanan kebidanan. Bidan harus mengajak dukun untuk bekerja sama dengan cara memberikan imbalan sebagai ucapan terimakasih. Libatkan dukun dalam perawatan bayi baru lahir, misalkan memendikan bayi. Kultur yang kuat Budaya atau kultur merupakan faktor penghambat kuat untuk melakukan pembinaan dukun. Kuatnya budaya yang melekat di suatu masyarakat dapat memberikan pengaruh besar terhadap kebiasaan anggota masyarakatnya. Sosial budaya mengenai dukun yang merupakan hambatan dalam upaya pembinaan dukun adalah sebagai berikut: Dukun bayi biasanya adalah orang yang dikenal masyarakat setempat. Kepercayaan masyarakat terhadap dukun diperoleh secara turun menurun. Dukun bayi masih memiliki peranan penting bagi perempuan di pedesaan. Biaya pertolongan persalinan dukun jauh lebih murah daripada tenaga kesehatan. Pelayanan dukun dilakukan sampai ibu selesai masa nifas. Masyarakat masih terbiasa dengan cara-cara tradisonal. Melihat hambatan tersebut diatas, diperlukan suatu upaya untuk menanamkan pemahaman baru pada dukun. Anggapan dan kepercayaan masyarakat terhadap keterampilan dukun bayi berkaitan pula dengan sistem nilai budaya masyarakat. Sehingga dukun bayi pada umumnya diperlakukan sebagai tokoh masyarakat setempat. Dengan demikian, dukun bayi merupakan potensi sumber daya manusia dalam pelayanan kesehatan. Solusi Lakukan berbagai metode pendekatan dengan tokoh-tokoh masyarakat misalnya pamong desa, para petua-petua desa, tokoh agama yang sangat berpengaruh pada pola fikir masyarakat dengan memberikan penjelasan pentingnya pembinaan dukun, sehingga tokoh-tokoh masyarakat dapat melakukan advokasi kepada masyarakat, dan dapat memperbaiki kebudayaan yang melekat pada diri masyarakat yang dapat merugikan kesehatan terutama kesehatan ibu dan bayi. Sosial Ekonomi Faktor sosial ekonomi menjadi salah satu kendala masyarakat untuk melahirkan di tenaga kesehatan (bidan). Masyarakat dengan sosial ekonomi rendah atau miskin dengan pendidikan yang rendah cenderung mencari pertolongan persalinan pada dukun. Mereka beranggapan bahwa untuk melahirkan di tenaga kesehatan harus mengeluarkan biaya yang sangat besar, sehingga mereka merasa enggan untuk pergi ke tenaga kesehatan. Masyarakat yang demikian beranggapan bahwa dukun adalah seorang pahlawan, karena melahirkan di dukun lebih murah, dukun bersedia dibayar dengan barang ( seperti ayam atau hasil pertanian lainnya ), dan pembayaran bisa di angsur. Dukun memberikan pendampingan

a. b. c. d. e. f.

-

-

berupa pemijatan pada ibu, memandikan bayi sampai lepasnya tali pusat, dan terlibat dalam upacara adat, seperti tradisi selamatan bayi dan ibu nifas pada hari ke 7 dan ke 40. Solusi Sosialisasikan atau apabila di butuhkan musyawarahkan dengan masyarakat tentang biaya persalinan di tenaga kesehatan (bidan). Bidan harus bisa bekerja sama dengan masyarakat mengenai persalinan, berdayakan masyarakat dalam upaya meningkatkan kesehatan ibu dan bayi dengan pertolongan persalinan di tenaga kesehatan. Bidan dapat bekerja sama dengan masyarakat untuk melakukan pemetaan ibu hamil, membentuk tabungan ibu bersalin (tabulin), donor darah berjalan, dan ambulance desa. Tingkat Pendidikan Kebanyakan di masyarakat, dukun adalah orang tua yang harus di hormati dan mempunyai latar belakang pendidikan rendah. Oleh karena dukun memiliki latar belakang pendidikan rendah, sehingga tidak jarang dukun sulit untuk menerima pemahaman dan pengetahuan baru. Solusi Bidan harus mempunyai keterampilan komunikasi interpersonal dan memahami tradisi setempat untuk melakukan pendekatan dan pembinaan ke dukun-dukun. Lakukan pendekatan sesuai dengan tingkat pendidikan dukun, sehingga mereka dapat memahami dan menerima pengetahuan serta pemahaman baru khususnya mengenai kehamilan, persalinan, nifas, dan bayi baru lahir.

-

BAB III PENUTUP A. KESIMPULAN Dukun bayi adalah orang yang dianggap terampil dan dipercaya oleh masyarakat untuk menolong persalinan dan perawatan ibu dan anak sesuai kebutuhan masyarakat. Salah satu tugas bidan yaittu menggerakan dan meningkatan peran serta masyarakat dalam program KIA khususnya pembinaan dukun bayi dan kader diantaranya: 7. Pertolongan persalinan 3 bersih serta kewajibannya untuk lapor pada petugas kesehatan. 8. 9. Pengenalan kehamilan dan persalinan beresiko. Perawatan bayi baru pemberian ASI ekslusive. lahir, khususnya perawatan tali pusat dan

10. Pengenalan neonatus beresiko, khususnya BBLR dan tetanus neonaturum serta pertolongan pertamanya sebelum ditangani oleh petugas kesehatan 11. Pelaporan persalinan dan kematian ibu serta bayi 12. Penyuluhan bagi ibu hamil ( gizi, perawatan payudara, tanda bahaya) dan penyuluhan KB. Dalam melaksanakan tugasnya tersebut, bidan perlu menjalin hubungan yang baik dengan masyarakat setempat, khususnya pamong setempat, tokoh masyarakat dan sasaran. Mengingat peran dukun di masyarakat, perlu dijalin kerjasama yang baik antara dukun dengan tenaga kesehatan sehingga dapat membantu kelancaran tugas sehari-hari dari bidan dan sekaligus membantu untuk merencanakan tugas-tugas lainnya yang menjadi tanggung jawab bidan. Salah satu wewenang atau tanggung jawab bidan yaitu bidan melaksanakan bimbingan dan pembinaan tenaga kesehatan lain yang juga bekerja dalam pelayanan kebidanan dengan kemampuan yang lebih rendah, termasuk para dukun bayi atau paraji. Dukun di masyarakat masih memegang peranan penting, dukun di anggap sebagai tokoh masyarakat. Masyarakat masih memercayakan pertolongan persalinan oleh dukun, karena pertolongan persalinan oleh dukun di anggap murah dan dukun tetap memberikan pendampingan pada ibu setelah melahirkan. Untuk mengatasi permasalahan persalinan oleh dukun, pemeritah membuat suatu terobosan dengan melakukan kemitraan dukun dan bidan. Salah satu bentuk kemitraan tersebut adalah dengan melakukan pembinaan dukun. B. SARAN Kita sebagai tenaga kesehatan atau bidan harus meningkatkan pembinaan terhadap dukun bayi, agar angka kematian dan kesakitan terhadap ibu hamil dan bersalin yang diakibatkan oleh kesalahan dan ketidaktahuan dukun bayi yang tidak terlatih dapat ditekan. Kita juga harus mendekatkan diri dengan para dukun dan kader untuk mensukseskan program KIA dengan metode yang disesuaikan dengan adat dan kebiasaan masyarakat setempat yang berbeda-beda